Upload
danny-steven-poluan
View
241
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
10
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Analisa Harmonik
Elevasi pasang surut adalah penjumlahan dari beberapa konstanta pasang surut dan
faktor meteorologis yang diasumsikan konstan, seperti ditunjukkan pada persamaan
berikut:
(t) = S0 + SS0 + =
N
i 1Ai cos (i t - Pi) (3.1)
dimana :
(t) = elevasi pasang surut sebagai fungsi dari waktu A1 = amplitudo konstanta pasang surut i
1 = 2/ Ti , T : periode dari konstanta pasang surut i P1 = fase dari konstanta i
S0 = tinggi muka laut rata-rata (Mean Sea Level)
SS0 = perubahan tinggi muka laut yang disebabkan oleh faktor
meteorologis
t = waktu
N = jumlah dari konstanta pasang surut yang membangun elevasi pasang surut.
Analisa harmonik pasang surut dapat dilakukan oleh beberapa metode, seperti Metode
Admiralty dan Analisa Harmonik Least Square, metode-metode ini merupakan analisa
harmonik untuk mendapatkan solusi dari persamaan diatas.
3.1.1 Metode Admiralty
Analisis harmonik metode Admiralty telah lama digunakan dan dikenal luas, semenjak
dikembangkannya analisa harmonik oleh Doodson pada tahun 1921. Kelebihan utama
metode ini yaitu dapat menganalisis data pasut jangka waktu pendek (29 hari, 15 hari, 7
hari dan data 1 hari). Adapun perhitungan yang telah dikembangkan oleh Doodson untuk
jangka pendek diperlukan tabel-tabel untuk mempermudah perhitungan, karena pada saat
itu perhitungan dilakukan dengan perhitungan tangan. Adapun kelemahan dari metode
11
Admiralty ini adalah hanya digunakan untuk pengolahan data-data berjangka waktu pendek
dan hasil perhitungan yang dihasilkan relatif sedikit hanya menghasilkan 9 komponen
pasang surut utama, yaitu M2, S2, K2, N2, O1, K1, P1, MS4, dan M4. Perhitungan dengan
metode Admiralty saat ini dapat dilakukan dengan bantuan komputer dimana masalah tabel
yang semula terbatas untuk data sampai dengan tahun 2000 telah dapat diatasi (Sjachulie,
1999 dalam Kusdwihariawan, 2001).
Pengolahan data dengan metode Admiralty untuk penelitian ini, hanya untuk 15 hari
dan 29 hari. Oleh karena itu, pengolahan data untuk 7 dan 1 hari tidak akan dibahas dengan
rinci dalam bab ini.
3.1.1.1 Parameter Dalam Perhitungan Metode Admiralty
Dalam perhitungan metode admiralty terdapat dua parameter, yaitu parameter yang
tetap dan parameter yang berubah terhadap waktu.
1. Parameter Tetap
Perhitungan metode admiralty dimulai dengan serangkaian proses perhitungan
parameter tetap, yaitu perhitungan proses harian, proses bulanan dan perhitungan matriks.
a. Proses Harian
Perhitungan proses harian dilakukan untuk menyusun kombinasi dari tinggi muka laut
perjam dari setiap hari pengamatan, sehingga dari kombinasi ini akan dikelompokkan
besarnya pasang surut berdasarkan tipenya. Dimana n=1, n=2 dan n=4 yang masing-
masing mempresentasikan tipe pasut diurnal, semidiurnal dan kuarterdiurnal.
Untuk menyederhanakan perhitungan makan diambil Dt = 1, seperti yang tertera pada
Tabel A.1 (Lampiran A) untuk 29 hari dan 15 hari yang berisi faktor pengali untuk
perhitungan proses harian.
b. Proses Bulanan
Perhitungan proses bulanan bertujuan untuk mengelompokkan kedalam beberapa grup
berdasarkan osilasi periode per bulan.
Sama halnya dengan proses harian pada perhitungan proses bulanan dibantu dengan
Tabel A.2 untuk panjang data 15 hari dan 29 hari.
c. Proses Polinomial atau Matrik
Proses perhitungan matrik ini dilakukan dengan menyusun kombinasi sedemikian rupa
sehingga pemisahan tiap komponen dapat diperbesar lagi, dengan cara, menyusun
12
kombinasi yang tepat dari pengaruh tiap komponen kedua menjadi sangat kecil terhadap
komponen utamanya, sehingga secara numerik komponen sekundernya dapat diabaikan.
Perhitungan matriks ini telah dikembangkan oleh Doodson berdasarkan panjang data
pengamatan. Untuk data 15 gunakan Tabel A.3 dan untuk panjang data 29 hari gunakan
Tabel A.4.
2. Parameter yang Berubah Terhadap Waktu
Parameter yang bergantung waktu dihitung berdasarkan waktu pengamatan dan
besarnya tidak dipengaruhi oleh data pasang surut seperti pada proses harian dan bulanan.
Parameter ini dihitung berdasarkan teori pengembangan pasut setimbang, dimana dalam
teori pengembangan pasut parameter tersebut merupakan fungsi dari parameter orbital
bulan dan matahari yaitu s, h, p, p, dan N. Dimana parameter orbital ini merepresentasikan
posisi bulan dan matahari dalam bola langit yang mempengaruhi keadaan pasang surut dan
setiap parameter orbital menghasilkan komponen pasut yang berbeda-beda. Dalam
prakteknya perhitungan pasang surut hanya berbagai komponen terpenting saja yang
diperhitungkan, yaitu :
s = menyatakan longitude rata-rata dari bulan semu
h = menyatakan longitude rata-rata dari matahari semu
p = menyatakan longitude rata-rata dari titik perigee dari orbital bulan semu
p = menyatakan longitude rata-rata dari titk perigee orbital matahari semu
N = menyatakan longitude rata-rata dari titik Ascending Node (titik nodal)
Harga absolut d masing-masing parameter orbital pada jam 00.00 hari ke-D pada tahun
Y adalah :
s = 277,0248 + 481276895 T + 0,0011 T (3.2)
h = 280,1895 + 36000,7689 T + 0,0003 T (3.3)
p = 334,3853 + 4069,0340 T - 0,0103 T (3.4)
p = 281,2209 + 1,72 T + 0,060 T (3.5)
N = 100,8432 + 1934,420 T - 0,0021 T (3.6)
Dimana T adalah waktu yang dinyatakan dalam satuan abad (36525 hari surya rata-
rata), dihitung dari waktu asal yakni jam 00.00 GMT tanggal 1 Januari 1900. Jadi untuk
jam 00.00 hari ke-D tahun ke-Y dinyatakan dengan :
36525)1()1900(365 iDYT ++= (3.7)
13
Dimana :
i = jumlah tahun kabisat dari tahun 1900 sampai tahun Y
= Integer (Y-1901)/4
D = jumlah hari dari tanggal 1 Januari
a. Parameter f dan u
Dari beberapa parameter orbital yang telah dijelaskan, kita akan menghubungkan
beberapa komponen harmonik yang sebagian besar bergantung kepada faktor N (mean
longitude of ascending node). Diantaranya adalah parameter f dan u.
Parameter f dan u merupakan besarnya koreksi amplitudo dan phasa yang timbul akibat
adanya variasi nodal yang memiliki periode 18.61 tahun. Dalam praktek analisa pasang
surut, harga f dan u diambil harga rata-rata pertahun.
Besarnya parameter f dapat dihitung dengan persamaan :
fS2 = 1; fS2 = fM2 fM2 = 1.004 0.0373 Cos N + 0.0002 Cos (2N) fK2 = 1.0241 + 0.2863 Cos N + 0.0083 Cos (2N) 0.00015 Cos (3N) fK1 = 1.006 + 0.115 Cos N - 0.0088 Cos (2N) + 0.0006 Cos (3N) fO1 = 1.0089 + 0.1871 Cos N - 0.0147 Cos (2N) + 0.0014 Cos (3N) fMS4 = fM2 ; fM4 = fM2 x fM2
Sedangkan untuk parameter u dihitung dengan persamaan :
uS2 = 0; uN2 = uM2 uM2 = -2.14 Sin N uK2 = -17.74 Sin N + 0.64 Sin (2N) 0.04 Sin (3N) uK1 = -8.86 Sin N + 0.68 Sin (2N) 0.07 Sin (3N) uO1 = 10.80 Sin N 1.34 Sin (2N) + 0.19 Sin (3N) uMS4 = uM2 ; uM4 = uM2 x uM2 b. Parameter V
Parameter V merupakan jumlah dari V dan V, dimana V menyatakan phasa
komponen pasut ke-i pada jam 00.00 1 Januari 1900. V menyatakan perubahan phasa dari
jam 00.00 1 Januari 1900 sampai saat yang dihitung. Jadi harga V menyatakan besarnya
phasa equilibrium tide di Greenwich pada jam 00.00 tanggal tengah pengamatan.
Parameter V ini juga dihitung dari kombinasi parameter orbital bulan dan matahari.
14
Sehingga argumen yang ditimbulkan dari orbital tersebut pada jam 00.00 tanggal tengah
pengamatan dari tiap komponen adalah :
VS2 = 0; VMS4 = VM2 VM2 = -2s +2h VN2 = -3s + 2h + p VK1 = h + 90 VO1 = -2s + h + 270 VM4 = VM2 x VM2 c. Parameter w dan W+1
Parameter W+1 dan w merupakan besaran gangguan atau koreksi amplitudo dan phasa
dari komponen mayor terhadap komponen minornya. Dimana setiap grup terdapat
komponen mayor dan minor. Komponen mayor dianggap sebagai komponen utama dari
grup yaitu terdiri dari S2, K1 dan N2.
Sehingga untuk menentukan harga w dan W+1 kita hitung terlebih dahulu komponen
mayor dari grup komponen tersebut dengan melihat besarnya koreksi nodal dan pengaruh
parameter orbital.
Komponen S2 Dihitung terlebih dahulu paramter A dan B dari S2 :
A = (1+W) Cos w = 1 + 0.272 fK2 Cos (2h + uK2) + 0.059 Cos (h 282)
B = (1+W) Sin w = 1 + 0.272 fK2 Sin (2h + uK2) + 0.059 Sin (h 282)
Kemudian 1 + W dan w dihitung dengan
(1+WS2) = A + B dan wS2 = Tan-1 (B/A)
Komponen K1 A = (1+W) Cos w = 1 0.331(1/ fK1) Cos (2h + uK1)
B = (1+W) Sin w = 1 - 0.331 (1/fK1) Sin (2h + uK1)
Kemudian 1 + W dan w dihitung dengan
(1+WK1) = A + B dan wK1 = Tan-1 (B/A)
Komponen N2 A = (1+W) Cos w = 1 + 0.189 Cos (2h 2p)
B = (1+W) Sin w = 0.189 Cos (2h -2p)
Kemudian 1 + W dan w dihitung dengan
(1+WN2) = A + B dan wN2 = Tan-1 (B/A)
15
3.1.2. Metode Least Square
Dengan mengabaikan faktor meteorologis, persamaan diatas dapat di tuliskan menjadi:
( tn ) = S0 + SS0 + i
k
=
1 Ai cos i tn +
i
k
=
1Bi cos i tn (3.8)
Dimana Ai dan Bi adalah konstanta harmonik dari komponen ke-i, k adalah
bilangan dari komponen yang akan ditentukan, tn adalah waktu pengamatan (dimana n= -n,
-n+1, , 0, 1,..n-1,n dan n+0 adalah tengah-tengah waktu observasi). Dengan metode
Least Square, solusi didapatkan dengan menggunakan solusi persamaan linier
menggunakan program komputer.
Hasil output programnya adalah:
1. Tinggi muka laut rata-rata (mean sea level)
S0 = Ak+1 (3.9)
2. Amplitudo dari tiap tiap komponen pasang surut
C1 = 22 ii BA + (3.10) 3. Lag fase dari tiap komponen pasang surut
Pi= Arc tan
i
i
AB (3.11)
Sehingga persamaan 1.2 dapat di tulis sebagai:
h (tn) = S0 + i
k
=
1Ci cos (i tn - Pi ) (3.12)
3.2 World Tides
World Tides adalah sebuah program komputer yang dikembangkan oleh John D. Boon
(seorang marine consultant) yang dapat digunakan untuk menganalisis dan memprediksi
pasang surut di suatu perairan (Boon,2006). Program ini didesain sangat mudah
pemakaiannya, dengan menggunakan Graphical User Interface (GUI). Konsep yang
digunakan adalah metode least square dengan menghasilkan lebih dari 35 konstanta pasut.
Setelah mengetahui konstanta pasut dari hasil analisis, pengguna dapat langsung
mengetahui peramalan pasutnya. World Tides menggunakan bahasa pemrograman
MATLAB.
Metode yang digunakan dalam pengembangan World Tides adalah Harmonic analysis
by method of least square (HAMELS), yang persamaannya adalah sebagai berikut:
16
( )=
++=N
jjjjjjot utHfhh
1)( cos (3.13)
dimana:
t = waktu (dalam jam)
)(th = ketinggian air prediksi
0h = muka air rata-rata
jf = faktor koreksi nodal untuk amplitudo
jH = amplitudo rata-rata dalam satu siklus nodal (18,6 tahun)
j = kecepatan sudut komponen pasut ke j ju = faktor koreksi nodal untuk phasa
j = ketertinggalan phasa antara equilibrium tide di tempat pengamatan dengan equilibrium tide di Greenwich pada jam 00.00 hari tengah
m = banyaknya konstanta harmonik pasut yang akan dianalisis
Least square akan memberikan solusi konstanta harmonik dengan melakukan
perhitungan harga minimum yang mungkin dari persamaan dibawah ini:
[ ]2)(=
n
itt thh = minimum (3.14)
Untuk itu, kita perlu mengubah persamaan (3.2) menjadi bentuk lain yang equivalent
sebagai berikut:
= =
++=m
ij
m
ijijij tBtAAth sincos)( 0 (3.15)
dimana:
0A = oh
jjjjj HfBAR =+= 22
jjj
j uAB =
= 1tan
Variabel jj BAA ,,0 dalam persamaan (3.15) yang belum diketahui ini dapat dipecahkan
dengan menggunakan matriks pendekatan persamaan least square:
17
[ ] [ ] [ ]SXYSSXC 1= (3.16) Pada persamaan diatas, [ ]C adalah sebuah vektor 112 xm + , [ ] [ ]mm BABABAAC ...22110= dengan [ ] [ ][ ]XXSSX = dan [ ] [ ][ ]YXSXY = , dimana:
[ ]
=
nmnmnn
mm
mm
mm
tttt
tttttttttttt
M
sincos...sincos1..................
sincos...sincos1sincos...sincos1sincos...sincos1
11
333131
222121
111111
Dan [ ] [ ]nhhhhY ...321= adalah vektor yang mengandung n pengamatan.
3.3 Program TIFA
TIFA (Tidal Institute Flexible Analysis) adalah suatu program analisis pasang surut
yang dikembangkan oleh para ahli pasang surut dari Tide Institute di Liverpool, Inggris
sejak akhir tahun 1970-an (Ali, 1994).
Pada dasarnya metode yang digunakan dalam program TIFA adalah Metode Least
Square, tetapi koreksi nodalnya dilakukan sebelum harga amplitudo dan phasa dari hasil
perhitungan matriksnya di dapat. Keuntungan dari program TIFA jumlah komponen bisa
ditentukan sendiri dengan membuat file komponen masukan. Dan panjang data yang di
pakai bisa berapa saja karena ada program TAN untuk data maksimum 6 bulan dan
program TANS untuk panjang data 1 tahun atau lebih.
Analisis pasut dengan TIFA untuk jangka panjang menghasilkan komponen periode
panjang, komponen utama maupun komponen perairan dangkal.