jbptppolban-gdl-singgihsat-3310-1-perhitun-n (1).pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/19/2019 jbptppolban-gdl-singgihsat-3310-1-perhitun-n (1).pdf

    1/9

     

    Analisis Dinamika dan Kestabilan Gerak 2D Modus Longitudinal Roket RX 250 LAPAN Halaman 1 dari 9

    PERHITUNGAN K ARAKTERISTIK  AERODINAMIKA,

    ANALISIS DINAMIKA DAN K ESTABILAN GERAK  DUA DIMENSI 

    MODUS LONGITUDINAL R OKET RX 250 LAPAN

    Singgih Satrio Wibowo

    Dosen

    Program Studi Teknik Aeronautika

    Jurusan Teknik Mesin

    Politeknik Negeri Bandung

    e-mail: [email protected][email protected] 

    Abstrak

    Dalam penelitian ini dilakukan analisis dinamika dankestabilan roket RX 250 LAPAN pada modus

    longitudinal. Parameter aerodinamika yang digunakan

    dalam analisis diperoleh dengan menggunakan metode

    Datcom dengan bantuan Digital Datcom. Sedangkansimulasi gerak dilakukan dengan MATLAB. Dalam

    simulasi gerak ini, gangguan dimodelkan dengan defleksigaya dorong yang berharga konstan. Dari hasil analisis,

    dapat disimpulkan bahwa roket ini stabil statik dan stabil

    dinamik pada modus longitudinalnya selama tidak ada

    gangguan atau jika gangguan yang terjadi cukup kecil,yaitu untuk defleksi gaya dorong kurang dari tiga derajat.

    Kata kunciKestabilan roket, parameter aerodinamika, DigitalDatcom

    1  PENDAHULUAN 

    Roket adalah sejenis sistem propulsi yang dapat

    membawa bahan bakar dan oksigennya sendiri, yang

     bekerja dengan prinsip momentum, yaitu dengan

    memancarkan aliran massa hasil pembakaran propelan.

    Pancaran aliran massa ini akan menghasilkan gaya

    dorong dengan arah yang berlawanan.

    Prinsip kerja roket yang sederhana ini menjadialasan banyaknya penggunaan roket sebagai wahana

     pendorong, misalnya dalam pesawat antariksa ( space

     shuttle) dan peluru berpandu ( guided missile).

    Perkembangan teknologi roket berawal sejak abad

     pertengahan di Asia [1]. Namun teori-teori mengenai penerbangan roket masih sangat sedikit. Teori

     penerbangan roket mulai muncul pada awal abad ke-20.Teori-teori mengenai roket ini menjadi pendorong

     pesatnya perkembangan teknologi roket abad ini, baikuntuk keperluan sipil maupun militer. Di bidang militer,

     penggunaan roket sebagai persenjataan dimulai pada

    masa Perang Dunia II oleh Jerman dengan pembuatan

    roket V-2 [Ref. 10]. Di bidang sipil, penggunaan roketsebagai wahana peluncur dimulai sejak akhir Perang

    Dunia II, yang dipelopori oleh dua negara adikuasa saatitu, Rusia dan Amerika Serikat.

    Pengembangan teknologi roket terus berlanjut seiring

     berjalannya waktu. Kini teknologi ini sudah menjadimilik semua bangsa. Saat ini banyak negara yang

    memiliki lembaga khusus di bidang ini, yang bertujuan

    melakukan penelitian dan pengembangan roket untuk

     berbagai keperluan, baik militer maupun sipil.Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki

    lembaga tersebut. Penelitian dan pengembanganteknologi roket di Indonesia dilakukan oleh Lembaga

    Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN).

    LAPAN telah melakukan pengembangan berbagai

    roket. Salah satunya adalah RX 250. Roket ini dirancangdapat ditembakkan dari darat ke udara dengan tinggi

    terbang maksimum (apogee) hingga 70 km [14]. Tetapi,

    dalam uji terbang yang dilakukan, tinggi terbangmaksimum yang dapat dicapai hanya berkisar 16 km [15],atau hanya 23 % dari hasil yang diinginkan dalam

     perancangan.

    Untuk mengetahui penyebab prestasi terbang yang

    rendah ini perlu dilakukan kaji ulang terhadap semuaaspek wahana tersebut, meliputi perhitungan karakteristik

    aerodinamika dan analisis mengenai dinamika dankestabilan geraknya.

    Dalam upaya kaji ulang ini, LAPAN melakukan

    kerjasama dengan ITB. Kajian yang dilakukan ini terbagi

    menjadi dua, yaitu (1) kajian mengenai prestasi terbang

    dan (2) dinamika gerak. Kajian mengenai dinamika gerak

    roket RX 250 inilah yang melatarbelakangi penelitian ini.Sedangkan kajian mengenai prestasi terbang dilakukan

    oleh saudara Ahmad Riyadl [21].Dalam penelitian ini akan dianalisis beberapa aspek

    mengenai dinamika dan kestabilan roket RX 250 dalam

    modus longitudinal. Parameter-parameter aerodinamika

    yang digunakan dalam analisis diperoleh denganmenggunakan perangkat lunak Digital Datcom.

    Sedangkan simulasi gerak dilakukan denganmenggunakan perangkat lunak MATLAB.

    2  DASAR TEORI 

    Selama geraknya, roket yang bergerak dalam medan

    udara akan selalu mengalami perubahan sikap. Perubahansikap ini terjadi karena adanya gaya dan momen yang

    mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]

  • 8/19/2019 jbptppolban-gdl-singgihsat-3310-1-perhitun-n (1).pdf

    2/9

     

    Analisis Dinamika dan Kestabilan Gerak 2D Modus Longitudinal Roket RX 250 LAPAN Halaman 2 dari 9

     bekerja pada roket, baik dari dalam maupun luar. Gayadan momen dari dalam yang dapat menimbulkan

     perubahan sikap ini adalah gaya dan momen propulsi.Sedangkan gaya dan momen dari luar adalah gaya

    gravitasi dan gaya serta momen aerodinamika.

    Gerak roket dalam ruang tiga dimensi pada Tata

    Acuan Koordinat (TAK) Inersial merupakan gerak yang

    kompleks karena terdiri 6 derajat kebebasan. Persamaan

    ini dapat disederhanakan dengan asumsi gerak roketmerupakan gerak pada bidang vertikal (dua dimensi)

    dalam TAK Inersial, yang dinyatakan sebagai berikut(Perhatikan Gambar 2.1):

       (2-1a)

     (2-1b)

      (2-1c)

    Gambar 2-1 Skema Gerak Dua Dimensi 

    Pada persamaan (2-1) di atas, terlihat bahwa terdapat

    dua belas variabel yang berperan dalam menentukangerak roket. Variabel-variabel tersebut adalah massa

    roket (), gaya dorong (  dan ), sudut pitch ( ), percepatan gravitasi ( dan ), gaya aerodinamika (  dan ), jarak titik tangkap gaya dorong terhadap pusatmassa ( xe), laju perubahan massa (), momen inersiaterhadap sumbu-Y b  (), dan momen aerodinamikaterhadap sumbu-Y b ().

    Dalam penelitian ini, massa roket diasumsikan

     berkurang secara konstan karena adanya pembakaran

     propelan. Massa roket pada saat   dihitung menurut persamaan berikut:   (2-2)dengan   adalah Massa awal roket dan   laju

     perubahan massa. Gaya dorong juga dimodelkan

     berharga konstan sebagai berikut:  (2-3)dimana   impuls spesifik. Dalam penelitian ini, medangravitasi g  akan dihitung menurut persamaan [8]:

      (2-4)

    dengan  ( = 9.80665 m/s2) adalah percepatan gravitasiISA pada muka laut. Momen inersia roket dihitung

    dengan asumsi bahwa roket terdiri atas beberapa massa

    diskrit. Sedangkan gaya dan momen aerodinamikadihitung dengan menggunakan koefisien gaya dan

    momen aerodinamika yang dihasilkan Digital Datcom.

    Gambar 2-2 Diagram Gaya dan Momen Aerodinamika

    yang Bekerja pada Roket 

    Roket disebut stabil statik jika dapat menghasilkan

    gaya atau momen yang melawan gangguan. Denganmemperhatikan Gambar 2.2, dapat dipahami bahwa roket

    dikatakan stabil statik jika menghasilkan momen,  M aero 

    negatif akibat penambahan sudut serang, yang ekivalen

      negatif. Karena itu,

      disebut sebagai parameter

    kestabilan statik. Jika  < 0 maka berarti roket  stabil statik . Sedangkan bila  > 0, menunjukkan roket tidak stabil statik . Dan apabila   = 0 menunjukkan roket stabil netral .

    Roket dikatakan stabil dinamik jika dapat meredamosilasi yang terjadi akibat gangguan sehingga dapat

    kembali ke kondisi seimbang awalnya. Cara untukmengetahui apakah roket ini dapat meredam osilasi atau

    tidak, adalah dengan memecahkan persamaan gerak.

    Selanjutnya, untuk menentukan kestabilan dinamik roket

    akan digunakan kriteria Lyapunov [13].

    3  PERHITUNGANPARAMETER

    AERODINAMIKA R OKET RX 250 LAPAN 

    DENGAN DIGITAL DATCOM

    Pada bagian ini akan dijelaskan penerapan perangkat

    lunak Digital Datcom dalam perhitungan parameter

    aerodinamika roket, yaitu CL, CD, dan Cm. Perangkat

    lunak ini sebenarnya dibuat untuk menghitung

    karakteristik aerodinamika pesawat udara. Perangkatlunak ini dipilih untuk menghitung karakteristik

    aerodinamika roket karena konfigurasi roket padadasarnya serupa dengan pesawat udara. Selain itu, medan

    gerak roket RX 250 LAPAN sama dengan medan gerak

     pesawat udara, yaitu medan atmosfer bumi. Dengan

     X 

     Z 

    i

    i

     Z b

    b X 

     F 

    Sumbu

    Longitudinal

    -xe

    dt

    d

    q

     x

    cmcp

    V cm

     L

     D

     N 

     F a

    (+) aero M 

  • 8/19/2019 jbptppolban-gdl-singgihsat-3310-1-perhitun-n (1).pdf

    3/9

     

    Analisis Dinamika dan Kestabilan Gerak 2D Modus Longitudinal Roket RX 250 LAPAN Halaman 3 dari 9

    alasan ini, roket RX 250 dapat dianggap sebagai pesawatudara, sehingga penggunaan Digital Datcom dalam

     perhitungan karakteristik aerodinamika roket RX 250dapat dipertanggungjawabkan kesahihannya.

    3.1 

    Tata Nama Roket RX 250 LAPANRoket RX 250 LAPAN merupakan salah satu tipe roket

    eksperimen yang dikembangkan oleh LAPAN. Simbol

    ‘RX’ di depan nama roket ini adalah kependekan dariRoket eXperimen, sedangkan bilangan ‘250’

    menunjukkan diameter body, yaitu 250 mm.

    3.2  Geometri Roket RX 250 LAPAN

    Roket RX 250 memiliki bentuk geometri seperti terlihat

     pada Gambar 3.1. Geometri roket ini terdiri atas beberapa

     bagian penting, yaitu hidung, tabung payload, tabungmotor, tabung sirip/ekor, dan sirip/ekor yang berjumlah

    empat buah.

    Gambar 3-1 Geometri Roket RX 250 LAPAN

    (satuan dalam mm) 

    3.3  Input Digital Datcom

    Sistematika atau pemodelan RX 250 sebagai input ke

    Digital Datcom disarikan dari [3]. Denganmemperhatikan geometri roket ini, maka input ke Digital

    Datcom dapat dimodelkan dengan dua cara, yaitu :

    1.  Wing-Body-Vertical Tail-Ventral Fin

    Pada pemodelan ini, sirip horizontal dimodelkan

    sebagai wing , sedangkan sirip vertikal yang bagian

    atas dimodelkan sebagai vertical tail   dan yang

     bagian bawah dimodelkan sebagai ventral fin.2.  Wing-Body-Horizontal Tail-Vertical Tail-Ventral

    Fin

    Pada pemodelan ini, sirip horizontal dimodelkansebagai horizontal tail , sedangkan sirip vertikal yang

     bagian atas dimodelkan sebagai vertical tail   danyang bagian bawah dimodelkan sebagai ventral fin.

    Sedangkan geometri yang dimodelkan sebagai wing  tidak ada, karena itu untuk pemodelan ini digunakan

    luas wing  nol (S w = 0 atau S w  0).Dari kedua pemodelan di atas, hanya pemodelan

     pertama saja (Wing-Body-Vertical Tail-Ventral Fin)

    yang dapat menghasilkan output, sedangkan pemodelan

    kedua (Wing-Body-Horizontal Tail-Vertical Tail-Ventral Fin) menyebabkan proses eksekusi program

    error , jadi cara yang digunakan adalah pemodelan

     pertama dengan input geometri body dan airfoil sepertidisajikan pada Gambar 3.2 dan 3.3.

    Gambar 3-2 Koordinat Body Roket RX 250 LAPAN

    Gambar 3-3 Kurva Airfoil Roket RX 250 LAPAN 

    4  SIMULASI GERAK DUA DIMENSI R OKET RX 250 

    DENGAN MATLAB 

    Bagian ini berisi tentang program simulasi gerak roket

    dua dimensi. Simulasi ini merupakan solusi numerik dari persamaan gerak dua dimensi yang telah dijelaskan dalam

    Bab 2. Metode yang digunakan dalam mendapatkansolusi numerik persamaan gerak roket dua dimensi ini

    adalah integrasi Euler.

    Persamaan (2-1) dapat dimodifikasi dengan

    menetapkan TAK Horizon Lokal sebagai TAK Inersial,

    menjadi:

      (4-1a)   (4-1b)

           (4-1c)

    dengan  dan  adalah percepatan roket pada sumbu  dan   TAK Horizon Lokal,     adalah percepatan sudut

     pitch,

      sudut lintas terbang,

      dan

      adalah gaya

    hambat dan gaya angkat.

  • 8/19/2019 jbptppolban-gdl-singgihsat-3310-1-perhitun-n (1).pdf

    4/9

     

    Analisis Dinamika dan Kestabilan Gerak 2D Modus Longitudinal Roket RX 250 LAPAN Halaman 4 dari 9

    4.1  Metode Integrasi Numerik

    Selanjutnya, persamaan (4-1) diselesaikan secara

    numerik dengan integrasi Euler sebagai berikut:

      (4-2a)    (4-2b)   (4-2c)   (4-2d)       (4-2e)     (4-2f)

    Perhitungan persamaan (4-2) ini dilakukan dengan

    menggunakan selang waktu integrasi,   yang sangatkecil, pada suatu waktu awal, t o dan berakhir pada waktuakhir, t  stop.

    Variabel yang akan diamati untuk mengetahui

    kestabilan roket adalah sudut serang  , sudut lintas

    terbang  , dan sudut sikap (pitch)  , dalam selang waktu

    sejak roket diluncurkan hingga propelan habis (t b  = 9detik). Karena itu, selang waktu yang akan digunakan

    dalam simulasi ini adalah dari t o  = 0 hingga t  stop  = 15detik.

    Hasil perhitungan ini akan semakin teliti jika selang

    waktu integrasi,   semakin kecil. Tetapi, proses perhitungan menjadi semakin lambat. Karena itu,

     pemilihan   yang sesuai, dapat menghasilkan solusiyang akurat dengan proses perhitungan yang cukup

    cepat. Dengan alasan tersebut, dalam simulasi gerak

    dengan MATLAB ini digunakan  = 0.01 detik.4.2

     

    Algoritma Program SimulasiDalam program simulasi, koefisien gaya dan momen

    aerodinamika diperoleh dengan melakukan interpolasilinear terhadap hasil perhitungan Digital Datcom.

    Sementara, simulasi gerak dilakukan denganmenggunakan persamaan (4-1) dan (4-2). Dengan

    demikian, algoritma program simulasi dapat disusun

    sebagai berikut :

    Pada saat t o, tentukan input (harga awal):

     F  x, F  z , M , I  yy, X i, Z i, V  x, V  z ,   ,  , xe, g ,   , D, L, M aero;

    Selama t  t  stop dan  stop    lakukan :

    Selama roket bergerak pada peluncur, hitung :

      = 0;   =  o; 

    t  = t + t ; persamaan (4-1); persamaan (4-2);

    interpolasi CL, CD, Cm;

     M , D, L, M aero, I  yy, xe, g (h),   (h);Setelah roket lepas dari peluncur, hitung :

    t  = t + t ; persamaan (4-1); persamaan (4-2);

    interpolasi CL, CD, Cm;

     M , D, L, M aero, I  yy, xe;

     g (h),   (h);

    Selesai

    5  ANALISIS HASIL PERHITUNGAN DAN SIMULASI

    Dalam bagian ini akan dibahas data hasil perhitungan parameter aerodinamika dan kestabilan roket RX 250

    LAPAN dari Bagian 3, serta hasil simulasi gerak roketdua dimensi dari Bagian 4.

    5.1 

    Analisis Hasil Perhitungan Digital Datcom

    (a)  Pengaruh Bilangan Mach

    Perubahan bilangan Mach berpengaruh terhadap

     perubahan , , dan . Hal ini dapat dilihat padaGambar 5.1, 5.2, dan 5.3. Dari Gambar 5.1 terlihat bahwa

     pada bilangan Mach < 1, harga CD  menurun seiring

     bertambahnya bilangan Mach. Kemudian naik pada

    interval bilangan Mach 0.9 dan 1.5. Harga   kembaliturun pada harga bilangan Mach > 1. Harga   juga

     berubah dengan berubahnya tinggi terbang. Semakin

     besar tinggi terbang, semakin besar pula harga .

    Gambar 5-1 Grafik CD terhadap Bilangan Mach untuk

    Berbagai Tinggi Terbang

    Gambar 5-2 Grafik CL terhadap Bilangan Mach untuk

    Berbagai Tinggi Terbang 

    Perubahan   ini disebabkan adanya komponen ,yaitu   (koefisien gaya gesek) yang semakin besarseiring dengan bertambahnya tinggi terbang. Koefisien

    gaya gesek ini berkaitan dengan adanya lapisan batas di

    dekat permukaan roket [17]. Pada [17], ditunjukkan

    hubungan antara

      dengan bilangan Reynold, yaitu

     

     berbanding terbalik dengan akar bilangan Reynold.Sedangkan bilangan Reynold untuk kecepatan terbang

    konstan berkurang seiring dengan bertambahnya tinggi

  • 8/19/2019 jbptppolban-gdl-singgihsat-3310-1-perhitun-n (1).pdf

    5/9

     

    Analisis Dinamika dan Kestabilan Gerak 2D Modus Longitudinal Roket RX 250 LAPAN Halaman 5 dari 9

    terbang. Karena itu,   bertambah besar seiring dengan bertambahnya tinggi terbang

    Gambar 5-3 Grafik Cm terhadap Bilangan Mach untuk

    Berbagai Tinggi Terbang 

    Perubahan   terhadap bilangan Mach dapat dilihat pada Gambar 5.2. Pada gambar ini terlihat bahwa  naiksampai bilangan Mach = 0.7, dan kemudian turun untuk  > 0.7. Dari gambar ini juga terlihat bahwa   relatifkonstan terhadap perubahan tinggi terbang.

    Perubahan   terhadap bilangan Mach serupadengan . Pada Gambr 5.3 terlihat bahwa   turunsampai bilangan Mach = 0.7 dan kemudian naik untuk

     bilangan Mach > 0.7. Dari gambar terlihat bahwa  relatif tetap meskipun tinggi terbang berubah.

    (b)  Pengaruh Sudut SerangPada Gambar 5.4 terlihat bahwa harga C

    D  cenderung

    simetrik terhadap sudut serang nol. Dari gambar ini juga

    dapat dilihat bahwa harga CD  untuk bilangan Mach < 1

    dan sudut serang < -20o  atau > 20

    o  cukup kecil, yaitu

    kurang dari 0.5. Sementara dalam interval sudut serang

    yang sama, harga CD  untuk bilangan Mach > 1 sangat besar, yaitu lebih dari 0.5. Secara umum dapat dilihat

     bahwa harga CD  bertambah seiring bertambahnya sudutserang dan bilangan Mach.

    Gambar 5-4 Grafik CD terhadap Sudut Serang

    untuk Berbagai Bilangan Mach

    Pada Gambar 5.5 dapat dilihat bahwa harga CL 

     bertambah seiring bertambahnya sudut serang dan bilangan Mach. Dari gambar ini juga dapat dilihat batas

    sudut serang dimana variasi CL  tidak lagi bertambah

    seiring bertambahnya sudut serang. Sudut serang dimanaCL  tidak lagi naik ini didefinisikan sebagai sudut serang

    stop,   stop. Dari gambar terlihat bahwa untuk bilangan

    Mach < 1 harga   stop  ini sekitar 20o, sedangkan untuk

     bilangan Mach > 1 harga   stop  sekitar 40o. Sudut serang

    stop ini digunakan sebagai batas dihentikannya simulasi

    gerak roket, jika sudut serang sudah mencapai hargatersebut. Simulasi dihentikan karena untuk    >    stop 

    harga parameter aerodinamika hasil perhitungan DigitalDatcom sudah tidak valid lagi. Kesalahan perhitungan

    Digital Datcom untuk ini dapat dilihat dari harga CD yangtidak simetrik pada interval sudut serang tersebut.

    Misalnya untuk Mach = 3, harga CD pada   = -42o tidak

    sama dengan harga CD pada    = 42o. Seharusnya, harga

    CD  pada sudut serang tersebut berharga sama karena

    geometri roket RX 250 simetri terhadap sumbulongitudinalnya.

    Gambar 5-5 Grafik CL terhadap Sudut Serang

    untuk Berbagai Bilangan Mach

    Variasi Cm  terhadap sudut serang dapat dilihat padaGambar 5.6. Pada gambar ini terlihat bahwa harga Cm 

    menurun seiring bertambahnya sudut serang sampai padasuatu sudut serang tertentu. Untuk bilangan Mach < 1,

    harga Cm  menurun dari sudut serang  – 18o  hingga sudut

    serang sekitar 18o. Pada interval ini dapat dilihat bahwa

    turunan Cm  terhadap sudut serang,   adalah negatif.Sesuai dengan kriteria kestabilan statik longitudinal,maka pada interval ini roket stabil statik. Sedangkan

    untuk sudut serang,    <  – 18o  atau    > 18

    o, diperoleh

    harga

     positif, yang menunjukkan bahwa roket tidak

    stabil statik. Untuk bilangan Mach > 1, interval kestabilan bertambah seiring bertambahnya bilangan Mach. Untuk bilangan Mach 1.5, interval kestabilan adalah pada sudut

    serang – 30o sampai 30

    o. Sementara untuk bilangan Mach

    > 1.5 interval kestabilan berada dalam sudut serang  – 40o 

    sampai 40o.

  • 8/19/2019 jbptppolban-gdl-singgihsat-3310-1-perhitun-n (1).pdf

    6/9

     

    Analisis Dinamika dan Kestabilan Gerak 2D Modus Longitudinal Roket RX 250 LAPAN Halaman 6 dari 9

    Gambar 5-6 6 Grafik Cm terhadap Sudut Serang

    untuk Berbagai Bilangan Mach

    (c)  Pengaruh Posisi Center of M ass  

    Perubahan posisi center of mass hanya berpengaruh

    terhadap Cm  tetapi tidak berpengaruh terhadap CD  dan

    CL. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 5.7. Semakin besar posisi cm  (semakin dekat dengan ekor), semakin besar(positif) pula harga Cm. Meskipun harga Cm ini berubah,

    namun harga perubahannya kecil. Perubahan harga Cm 

    yang kecil ini tidak terlalu berpengaruh terhadap

    kestabilan roket.Dari Gambar 5.7 juga dapat dilihat bahwa perubahan

     bilangan Mach berpengaruh terhadap harga Cm. Di siniterlihat bahwa untuk bilangan Mach < 1, harga Cm 

    semakin negatif seiring bertambahnya bilangan Mach.Tetapi, untuk bilanga Mach > 1 berlaku sebaliknya, yaitu

    harga Cm semakin positif seiring bertambahnya bilangan

    Mach.

    Gambar 5-7 Grafik Cm terhadap Posisi c g  

    untuk Berbagai Bilangan Mach

    5.2  Analisis Hasil Simulasi

    (a)  Pengaruh Sudut Defleksi Gaya Dorong

    Pengaruh sudut defleksi gaya dorong sangat besar

    terhadap kestabilan gerak roket. Ini dapat dilihat padaGambar 5.8 sampai dengan 5.10. Pada gambar tersebut

    terlihat bahwa semakin besar defleksi gaya dorong,semakin besar pula gangguan pada sudut serang dan

    terlihat bahwa untuk defleksi  – 3 derajat dan 3 derajat,roket dapat meredam isolasi yang terjadi. Ini

    menunjukkan bahwa roket memenuhi kriteria kestabilanLyapunov (roket stabil dinamik).

    Gambar 5-8 Grafik Hasil Simulasi padaSudut Defleksi Gaya Dorong -3 Derajat

    0 2 4 6 8 10 12 14 16-10

    0

    10

    20Sudut Serang vs Waktu

    0 2 4 6 8 10 12 14 1680

    90

    100

    110Sudut Lintas Terbang vs Waktu

    0 2 4 6 8 10 12 14 1680

    90

    100

    110Sudut Sikap vs Waktu

       

      

       

       (   d  e  r  a   j  a   t   )

       (   d  e  r  a

       j  a   t   )

       (   d  e  r  a   j  a   t   )

    Waktu (detik)

    0 2 4 6 8 10 12 14 160

    1000

    2000

    3000

    4000

       M  o  m  e  n   G  a  y  a

       D  o  r  o  n  g   (   N  m   )

    Grafik Momen Gaya Dorong vs Waktu

    0 2 4 6 8 10 12 14 16-10000

    -5000

    0

    5000

    Waktu (detik)

       M  o  m  e  n   A  e  r  o   d   i  n  a  m   i   k  a   (   N  m   )

    Grafik Momen Gaya Aerodinamika vs Waktu

    0 2 4 6 8 10 12 14 16-10

    -5

    0

    5

    10Sudut Serang vs Waktu

            (

       d  e  r  a   j  a   t   )

    0 2 4 6 8 10 12 14 16

    45

    50

    55

    60Sudut Lintas Terbang vs Waktu

           (   d  e  r  a   j  a   t   )

    0 2 4 6 8 10 12 14 1645

    50

    55

    60Sudut Sikap vs Waktu

    Waktu (detik)

             (   d  e  r  a   j  a   t   )

  • 8/19/2019 jbptppolban-gdl-singgihsat-3310-1-perhitun-n (1).pdf

    7/9

     

    Analisis Dinamika dan Kestabilan Gerak 2D Modus Longitudinal Roket RX 250 LAPAN Halaman 7 dari 9

    Gambar 5-9 Grafik Hasil Simulasi pada

    Sudut Defleksi Gaya Dorong 0 Derajat 

    Gambar 5-10 Grafik Hasil Simulasi pada

    Sudut Defleksi Gaya Dorong 3 Derajat

    5.3  Trayektori (Lintas) Terbang

    Berikut ini akan disajikan perbandingan trayektori

    terbang roket RX 250 hasil uji terbang LAPAN denganhasil simulasi dalam penelitian penelitian ini. Trayektori

    hasil uji terbang LAPAN disajikan dalam Gambar 5.11sedangkan trayektori hasil simulasi disajikan dalam

    Gambar 5.12, Gambar 5.13, dan Gambar 5.14. Simulasidilakukan dengan panjang peluncur 10 meter dan

     berbagai sudut peluncuran (sudut elevasi).

    Gambar 5-11 Trayektori Roket RX 250 LAPAN hasil

    Uji Terbang LAPAN [14]

    Gambar 5-12 Trayektori Roket RX 250 LAPAN hasil

    Uji Terbang LAPAN 

    Gambar 5-13Trayektori Roket RX 250 LAPAN hasilSimulasi Dengan l p  = 10 m, = 3

    Gambar 5-14 Trayektori Roket RX 250 LAPAN hasil

    Simulasi Dengan l p  = 10 m, = 0o

    0 2 4 6 8 10 12 14 16

    -1

    -0.5

    0

    0.5

    1

       M  o  m  e  n   G  a  y  a   D  o  r  o  n  g   (   N  m   )

    Grafik Momen Gaya Dorong vs Waktu

    0 2 4 6 8 10 12 14 16-5000

    0

    5000

    Waktu (detik)

       M  o  m  e  n   A  e  r  o   d   i  n  a  m   i   k  a   (   N  m   )

    Grafik Momen Gaya Aerodinamika vs Waktu

    0 2 4 6 8 10 12 14 16-20

    -10

    0

    10Sudut Serang vs Waktu

    0 2 4 6 8 10 12 14 1660

    70

    80

    90Sudut Lintas Terbang vs Waktu

    0 2 4 6 8 10 12 14 1660

    70

    80

    90Sudut Sikap vs Waktu

       

      

       

       (   d  e  r  a   j  a   t   )

       (   d  e  r  a   j  a   t   )

       (   d  e  r  a   j  a   t   )

    Waktu (detik)

    0 2 4 6 8 10 12 14 16-4000

    -3000

    -2000

    -1000

    0

       M  o  m  e  n   G  a  y  a   D  o  r  o  n  g   (   N  m   )

    Grafik Momen Gaya Dorong vs Waktu

    0 2 4 6 8 10 12 14 16-4000

    -2000

    0

    2000

    4000

    6000

    8000

    Waktu (detik)

       M  o  m  e  n   A  e  r  o   d   i  n  a  m   i   k  a   (   N

      m   )

    Grafik Momen Gaya Aerodinamika vs Waktu

  • 8/19/2019 jbptppolban-gdl-singgihsat-3310-1-perhitun-n (1).pdf

    8/9

     

    Analisis Dinamika dan Kestabilan Gerak 2D Modus Longitudinal Roket RX 250 LAPAN Halaman 8 dari 9

    Gambar 5-15 Trayektori Roket RX 250 LAPAN hasil

    Simulasi Dengan l p  = 10 m, = -3o 

    (b)  Pengaruh Sudut Peluncuran

    Perubahan sudut peluncuran berpengaruh terhadapkestabilan roket. Semakin tinggi sudut peluncuran,

    semakin kecil simpangan yang terjadi pada sudut serangsesaat setelah lepas dari peluncur.

    Simpangan sudut serang ini terjadi karena sesaatsetelah roket lepas dari peluncur, sudut sikap roket masih

    sama dengan sudut peluncuran, tetapi sudut lintas

    terbangnya sudah berubah, dan memiliki harga kurang

    dari sudut peluncuran. Simpangan yang terjadi pada sudutserang ini cukup kecil sehingga roket dapat melawan

    osilasi yang terjadi.

    (c)  Pengaruh Panjang PeluncurPerubahan panjang peluncur relatif tidak berpengaruh

    terhadap kestabilan roket. Secara teoritis, perubahan

     panjang peluncur akan berpengaruh terhadap kestabilangerak roket. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut,

     penambahan panjang peluncur akan menyebabkan

     bertambahnya waktu lepas roket dari peluncur.Bertambahnya waktu ini sebanding dengan

     bertambahnya kecepatan roket saat meninggalkan peluncur. Sementara, seperti telah dijelaskan pada pasal

    (c), sudut serang akan bertambah pada saat roket

    meninggalkan peluncur.

    (d)  Pengaruh Waktu Gangguan

    Waktu gangguan (waktu ketika gangguan mulai terjadi),

     berpengaruh besar terhadap kestabilan roket. Hal ini

    dapat dijelaskan sebagai berikut. Roket akan mengalami penambahan kecepatan seiring bertambahnya waktu,

    ketika gaya dorong masih bekerja, atau dalam selangwaktu pembakaran propelan. Ketika roket mengalami

    gangguan defleksi gaya dorong, roket akan melawan

    dengan menghasilkan momen aerodinamik. Sedangkan

    momen aerodinamik berbanding lurus dengan kuadrat

    kecepatan. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin besar

    waktu gangguan, semakin besar pula momenaerodinamik yang dihasilkan untuk melawan gangguan

    tersebut, sehingga amplitudo osilasi pada sudut serangmenjadi berkurang.

    6  K ESIMPULAN DAN SARAN 

    6.1 

    Kesimpulan

    Dari analisis yang telah dilakukan pada bagian-bagian

    sebelumnya, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

    (a) 

    Secara aerodinamis, roket RX 250 memenuhi syaratkestabilan statik longitudinal dalam interval sudut

    serang tertentu. Ini terlihat pada harga   yangnegatif. Untuk kecepatan subsonik, roket ini stabil

    statik dalam interval sudut serang antara – 20o sampai

    20o. Batas sudut serang ini bertambah untuk

    kecepatan supersonik, yaitu dalam interval  – 30o 

    sampai 30o  pada bilangan Mach 1 sampai 2.

    Sedangkan pada bilangan Mach lebih dari 2, interval

    sudut serang ini adalah – 40o sampai 40

    o.

    (b)  Sudut peluncuran,   berpengaruh terhadapkestabilan gerak roket sesaat setelah roket

    meninggalkan peluncur. Semakin besar sudut

     peluncuran, semakin kecil simpangan yang terjadi pada sudut serang sesaat setelah meninggalkan peluncur.

    (c)  Sudut defleksi gaya dorong,   berpengaruh besarterhadap kestabilan gerak roket. Semakin besar  semakin besar simpangan sudut serang yang terjadi.

    (d)  Pengaruh perubahan panjang peluncur,   sangatkecil terhadap kestabilan roket, meskipun secara

    teoritik ada.

    (e)  Waktu terjadinya defleksi gaya dorong, t gangguan  juga berpengaruh terhadap kestabilan roket. Semakin awal

    waktu terjadinya gangguan semakin besar simpanganyang terjadi pada sudut serang.

    6.2  Saran

    Setelah mengkaji ulang proses dan hasil dari analisis

    yang telah dilakukan, ada beberapa saran yang dapat

    disampaikan, baik kepada pihak yang berkaitan dengan

    industri roket, khususnya LAPAN, maupun pihak yang berminat untuk melakukan kajian di bidang peroketan,

     berikut ini :(a)  Perlu adanya uji terhadap gaya dorong yang

    dihasilkan roket RX 250 LAPAN apakah berimpit

    dengan sumbu longitudinal roket ( = 0) atau tidak(  0).

    (b)  Analisis yang telah dilakukan dalam penelitian ini

    dapat dikembangkan lebih lanjut untuk analisis geraktiga dimensi.

    (c)  Analisis gerak dua dimensi dengan memasukkan

    unsur gangguan lain (kecepatan dan arah angin,

     pengaruh elast isitas struktur roket, dan sudut pasangsirip ekor) dapat dijadikan sebagai bahan penelitian

    selanjutnya.(d)  Diperlukan pengukuran-pengukuran untuk

    mendapatkan perilaku dinamik roket di atas peluncur, misalnya dengan memasang high speedcamera pada saat roket meluncur.

  • 8/19/2019 jbptppolban-gdl-singgihsat-3310-1-perhitun-n (1).pdf

    9/9

     

    Analisis Dinamika dan Kestabilan Gerak 2D Modus Longitudinal Roket RX 250 LAPAN Halaman 9 dari 9

    R EFERENSI 

    [1]  Cornelisse, J. W.  Rocket Propulsion and

    Spceflight Dynamics. Pitman Publishing ltd.

    London, 1979.

    [2]   Nielsen, J. N. Missile Aerodynamics. McGraw-

    Hill. American Institute of Aeronautics andAstronautics. New York, 1960.

    [3]  Williams, J. E.  The USAF Stability and Control

     Digital Datcom-Volume I . Airforce Flight

    Dynamics Laboratory Wright-Patterson Air Force

    Base. Ohio, 1979.

    [4]  Meriam, J. L. and Kraige, L. G.  Engineering

     Mechanics Volume One. John Wiley & Sons, Inc.

    USA, 1993.

    [5]  Muhammad, Hari. Catatan Kuliah Teknik Pengukuran Terbang . Jurusan Teknik

    Penerbangan ITB.[6]  Blakelock, J. H.  Automatic Control of Aircraft

    and Missiles. John Wiley & Sons, Inc. USA,1991.

    [7]  Hanselman, D and Littlefield, B. The Student Edition of MATLAB Version 5 User’s Guide.

    Prentice Hall. New Jersey, 1997.

    [8]  Ruijgrok, G. J. J.  Elements of Airplane

     Performance. Delft University Press, 1990.

    [9]  Jenie, Said D.  Manual Perancangan Roket

     Kendali. Pusat Roket dan Satelit, Lembaga

    Penerbangan Antariksa Nasional, 1990.

    [10]  Dornberger, Walter. V-2 & Hitler . PT PustakaUtama Grafiti. Jakarta. 1989.

    [11]  Jenie, Said D. dan Muhammad, Hari.  MekanikaTerbang Lintasan Roket . Laboratorium

    Aerodinamika Pusat Antar Universitas  –   IlmuRekayasa ITB. Bandung, 1987.

    [12]  Muhammad, Hari. Catatan Kuliah DinamikaTerbang . Jurusan Teknik Penerbangan ITB.

    [13]  Hughes, Peter C. Spacecraft Attitude Dynamics.

    John Wiley & Sons, Inc. USA, 1996.

    [14] 

    Anon. Data Roket RX 250. LAPAN.

    [15]  Anon. Desain Wahana RX 250. LAPAN.

    [16]  Anon. Motor Roket RX 250. LAPAN.

    [17]  Anderson, John D.  Fundamental of

     Aerodynamics. John Wiley & Sons, Inc. USA,

    1992.

    [18]  LaBudde, V. Edward.  A Design Procedure for Maximazing Altitude Performance. NARAM,

    1999.

    [19]  Menon, P. K. and Yosefpor, M.  Design of

     Nonlinear Autopilots for High Angle of Attack .Optimal Synthesis, 1996.

    [20]  Dasril, Iqbal F.  Analisis Kestabilan Statik Matra Longitudinal Pesawat Udara Wing-In-Surface-

     Effect Konfigurasi NWIG10B-WING11. LaporanTugas Sarjana, Departemen Teknik Penerbangan,

    Fakultas Teknologi Industri, ITB. Bandung, 2001.

    [21]  Riyadl, Ahmad.  Perhitungan Karakteristik

     Aerodinamika dan Analisis Prestasi Terbang Roket RX 250 LAPAN . Laporan Tugas Sarjana,

    Departemen Teknik Penerbangan, Fakultas

    Teknologi Industri, ITB. Bandung, 2002.

    [22]  Iskandar, Tulus.  Desain Lintasan Antar Planet Bumi  –   Pluto (Misi Fly-By). Laporan Tugas

    Sarjana, Departemen Teknik Penerbangan,

    Fakultas Teknologi Industri, ITB. Bandung, 2001.