Upload
adhika-dhaffa
View
60
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
Jenis Jenis Penyakit Sendi Dan Penyebabnya
Artritis adalah peradangan atau inflamasi di
persendian,artritis dapat merupakan gejala dari berbagai jenis
penyakit.Ada 3 jenis penyakit artritis yaitu : artritis
Gout,osteoartritis dan reumatoid artritis.
1. Artritis Gout atau biasa disebut Rematik
Gout atau rematik adalahsuatu bentuk artritis (peradangan
sendi yang biasanya menyerang jari jari kaki,terutama ibu jari
kaki ).Bisa juga menyerang lutut,tumit ,pergelangan
kaki,pergelangan tangan,jari jari tangan dan siku.Gout
biasanya diturunkan dalam keluarga.
Hanya saja pada pria sering timbul tanpa gejala awal sekitar
umur 45 tahun.Bila dicetuskan oleh cedera ringan seperti
memakai sepatu yang tidak sesuai ukurannya,terlalu banyak
makan makanan yang mengandung asam urat (seperti
jeroan),alkohol,stress,infeksi dan obat obatan tertentu.
Gejalanya :
Nyeri Sendi secara mendadak,biasanya di waktu malam
hari.Nyeri berdenyut atau sangat sakit dan bertambah nyeri
bila bergerak sedikit saja.
Kemerahan dan bengkak pada sendi yang terkena
Demam ,kedinginan dan lemah mungkin menyertai serangan.
Penyebab :
Kadar Asam Urat dalam darah yang meningkat menyebabkan
penumpukan kristal asam urat di dalam sendi.
Asam urat adalah sampah metabolisme zat purin,suatu
senyawa kimia dalam makanan tertentu.
Pencegahannya :
Hindari makan segala sesuatu yang berlebihan atau terutama
yang bisa mencetus serangan.Kurangi makanan yang kaya
akan purin misal: daging, jeroan (seperti kikil ), babat, usus,
ati, ampela,dll.
2. Artritis Reumatoid
Artritis reumatoid merupakan radang yang umumnya
menyerang pada sendi sendi tangan dan kaki,yang semakin
lama semakin bertambah berat sakitnya.
Gejalanya :
Kedua tangan terasa kaku pada pagi hari lebih dari setengah
jam.
Tidak enak badan ,kaku dan nyeri pada sendi,bengkak semu
merqh dan terasa hangat.
Penyebabnya :
Daapat berasal dari faktor genetik atau faktor resiko
lingkungan tertentu yang dapat menybabkan kekacauan daya
tahan tubuh atau gangguan autoimun.
Gangguan autoimun dapat menyebabkan gangguan artritis
reumatoid.
Pencegahannya :
Istirahat yang cukup,pakailah kaos kaki atau sarung tangan
sewaktu tidur malam hari dan kurangi aktivitas yang berat
secara perlahan lahan.
3. Osteoartritis (Keropos Sendi)
Yaitu peradangan pada sendi yang disebabkan rapuhnya
kapsul sendi,sehingga merusak lapisan tulang rawan yang
menutup permukaan ujung ujung tulang.
Umumnya menyerang sendi sendi penopang tubuh seperti
lutut pinggul,tulang belakang.Osteoartritis umumnya
menyerang usia lanjut.Pada sebagian penderita tidak sampai
parah.
Gejalanya :
Nyeri dan kaku pada sendi,terutama pada waktu akan berdiri
dan berjalan setelah lama duduk,apabila lutut dan pinggul
yag terserang.
Penyebabnya :
Degenerasi atau ausnya kartilago ( jaringan elastis) yang
seharusnya melingkari ujung ujung tulang tulang pada
persendian.
Pencegahaanya :
Hindari kegiatan tertentu apabila sendi sudah terasa
nyeri,sebaiknya berat badan diturunkan,sebab bila
kegemukan mengakibatkan beban pada sendi lutut atau
tulang pinggul terlalu berat.
Osteoartritis: Penyakit Sendi Degeneratif
Jenis Jenis Penyakit Pada otot manusia
Tetanus
Definisi
Tetanus adalah suatu penyakit
toksemik akut dan fatal yang
disebabkan oleh Clostridium tetani
dengan tanda utama spasme tanpa
gangguan kesadaran. Gejala klinis
timbul sebagai dampak eksotoksin pada sinaps ganglion spinal dan
neuromuscular junction serta saraf autonom. Tetanus neonatorum
menyebabkan 50% kematian perinatal dan 20% kematian bayi.
Angka kejadian 6-7/100 kelahiran hidup di perkotaan dan 11-23/100
kelahiran hidup di pedesaan. Disebut juga lockjaw karena terjadi
kejang pada otot rahang. Tetanus banyak ditemukan di negara-
negara berkembang.
Gejala dan tanda
Pada pasien anak, ketika melakukan anamnesis sebaiknya
ditanyakan:
Riwayat mendapat trauma, pemotongan dan perawatan tali
pusat yang tidak steril, riwayat menderita otitis media
supurativa kronik (OMSK), atau gangren gigi.
Riwayat tidak diimunisasi/tidak lengkap imunisasi tetanus.
Pemeriksaan fisis
Masa inkubasi 5-14 hari.
Gejala awal adalah trismus; pada neonatus tidak dapat/sulit
menetek, mulut mencucu. Disertai dengan kaku kuduk, resus
sardonikus, opistotonus, perut papan. Selanjutnya dapat
diikuti kejang apabila dirangsang atau kejang spontan; pada
kasus berat dijumpai status konvulsivus.
Derajat penyakit
Derajat I (tetanus ringan)
Trismus ringan sampai sedang
Kekakuan umum: kaku kuduk, opistotonus, perut papan
Tidak dijumpai disfagia atau ringan
Tidak dijumpai kejang
Tidak dijumpai gangguan respirasi
Derajat II (tetanus sedang)
Trismus sedang
Kekakuan jelas
Dijumpai kejang rangsang, tidak ada kejang spontan
Takipneu
Disfagia ringan
Derajat III (tetanus berat)
Trismus berat
Otot spastis, kejang spontan<
Takipne, takikardia
Serangan apne (apneic spell)
Disfagia berat
Aktivitas sistem autonom meningkat
Derajat IV (stadium terminal), derajat III ditambah
dengan
Gangguan autonom berat
Hipertensi berat dan takikardi, atau
Hipotensi dan bradikardi
Hipertensi berat atau hipotensi berat
Penatalaksanaan
1. Antibiotik (penisilin prokain, ampisilin, tetrasiklin,
metronidazol, eritromisi Bila terdapat sepsis/ pneumonia
dapat ditambahkan sefalosporin.
2. Netralisasi toksi
o Anti tetanus serum (ATS), dilakukan uji kulit lebih dulu.
o Bila tersedia, dapat diberikan human tetanus
immunoglobulin (HTIG)
3. Anti konvulsan (diazepam).
4. Perawatan luka atau port d’entree dilakukan setelah diberi
antitoksin dan anti-konvulsan
5. Terapi suportif
o Bebaskan jalan napas
o Hindarkan aspirasi dengan mengisap lendir perlahan-
lahan dan memindah-mindahkan posisi pasien
o Pemberian oksigen
o Perawatan dengan stimulasi minimal
o Pemberian cairan dan nutrisi adekuat, bila trismus berat
dapat dipasang sonde nasogastrik
o Bantuan napas pada tetanus berat atau tetanus
neonatorum
o Pemantauan/monitoring kejang dan tanda penyulit
Tetanus ringan dan sedang
Diberikan pengobatan tetanus dasar.
Tetanus sedang
Terapi dasar tetanus.
Perhatian khusus pada keadaan jalan napas
(akibat kejang dan aspirasi).
Pemberian cairan parenteral, bila perlu nutrisi
secara parenteral.
Tetanus berat
Terapi dasar seperti di atas
Perawatan dilakukan di ICU, diperlukan intubasi
dan ventilator.
Keseimbangan cairan dimonitor secara adekuat.
Apabila spasme sangat hebat, berikan
pankuronium bromida 0,02 mg/kg IV, diikuti 0,05
mg/kg/kali, diberikan tiap 2-3 jam.
Apabila terjadi aktivitas simpatis yang berlebihan,
berikan bblocker seperti propranolol/a dan b
blocker labetalol.
Pencegahan
I. Imunisasi aktif Imunisasi dasar DPT diberikan tiga kali sejak
usia 2 bulan dengan interval 4-6 minggu, ulangan pada umur
18 bulan dan 5 tahun.
II. Pencegahan pada luka
1. Luka dibersihkan, jaringan nekrotik dan benda asing
dibuang.
2. Luka ringan dan bersih
o Imunisasi lengkap: tidak perlu ATS atau tetanus
imunoglobulin
o Imunisasi tidak lengkap: imunisasi aktif DPT/DT.
3. Luka sedang/berat dan kotor
o Imunisasi (-)/tidak jelas: ATS 3000-5000 U, IV, tetanus
imunoglobulin 250-500 U. Toksoid tetanus pada sisi lain.
o munisasi (+), lamanya sudah >5 tahun: ulangan
toksoid, ATS 3000-5000 U, IV, tetanus imunoglobulin
250-500 U.
Astrofi
Atropi atau penyusutan disebut juga
atrofi adalah fenomena yang
bilangan dan zat sel masing-masing
berkurangan dan mengecil,
menyebabkan tisu dan organ yang
terlibat mengerut. Atropi berkemungkinan berlaku akibat tindak
balas adaptasi terhadap tekanan sehingga isi padu sel mengerut
dan seterusnya keperluan tenaga diturunkan ke tahap yang
minimum. penyebab lain yang mungkin ialah sel kurang digunakan
seperti dalam otot rangka. selain penurunan keperluan sesuatu
fungsi, kekurangan bekalan oksigen atau nutrisin, inflamasi kronik
dan proses penuaan juga menyumbang kepada fenomena atropi.
Begitu juga dengan gangguan isyarat dalam tindakan hormon
berakibat fungsi sesuatu organ berkurangan.
PENYEBAB
Jika suatu otot tidak digunakan, kandungan aktin dan miosinnya
akan berkurang, serat – seratnya menjadi lebih kecil, dan dengan
demikian otot tersebut berkurang massanya (atrofi) dan menjadi
tidak lemah. Atrofi otot dapat terjadi melalui dua cara. Disuse
atrophy terjadi jika suatu otot tidak digunakan dalam jangka waktu
lama. Atrofi denervasi terjadi setelah pasokkan saraf ke suatu otot
terputus. Apabila otot dirangsang secara listrik sampai persarafan
dapat dipulihkan, seperti pada regenerasi saraf perifer yang
terputus, atrofi dapat dihilangkan tetapi tidak dapat dicegah
seluruhnya. Aktfitas kontraktil itu sendiri jelas berperan penting
dalam mencegah atrofi; namun, factor – factor yang belum
sepenuhnya dipahami yang dikeluarkan dari ujung – ujung saraf
aktif, yang mungkin terkemas bersama dengan vesikel Ach,
tampaknya berperan dalam integritas dan pertumbuhan jaringan
otot.
Apabila suatu otot mengalami kerusakkan, dapat terjadi
perbaikkan secara terbatas, walaupun sel – sel otot tidak dapat
membelah diri secara mitosis untuk menggantikan sel – sel yang
hilang. Di dekat permukaan otot terdapat populasi kecil sel – sel
yang tidak berdiferensiasi ( seperti yang dijumpai pada massa
perkembangan mudigah ), yaitu mioblas. Sewaktu sebuah serat
otot rusak, sekelompok mioblas melakukan fusi untuk mengganti
otot tersebut dengan membentuk sebuah sel besar berinti banyak
yang segera mulai mensintesis dan menyusun perangkat intrasel
khas untuk otot. Pada cedera luas, mekanisme yang terbatas ini
tidak cukup untuk mengganti semua serat yang hilang.
Distrofi Otot
Distrofi otot atau Muscular
dystrophy (MD) adalah penyakit
otot turunan di mana serat-serat
otot sangat rentan rusak. Otot,
terutama otot-otot sukarela,
menjadi semakin lemah. Pada tahap
akhir distrofi otot, lemak dan jaringan ikat sering menggantikan
serat otot. Beberapa jenis distrofi otot mempengaruhi otot-otot
jantung, otot tak sadar dan organ lainnya.
Gejala
Tanda dan gejala bervariasi sesuai dengan jenis distrofi otot. Secara
umum, gejala distrofi otot antara lain: kelemahan otot, kelumpuhan,
menghasilkan fiksasi (kontraktur) otot di sekitar sendi dan
minimnya mobilitas.
Banyak tanda-tanda dan gejala spesifik yang bervariasi dari antara
jenis-jenis MD. Setiap jenis MD berbeda di masa awal terjangkiti,
gejala muncul pada daerah yang mengalami distrofi otot.
Perawatan
Saat ini tidak ada obat untuk segala bentuk distrofi otot.
Pengobatan saat ini dirancang untuk membantu mencegah atau
mengurangi kelainan bentuk pada persendian dan tulang belakang
dan untuk memungkinkan orang dengan MD untuk tetap bergerak
selama mungkin. Perawatan dapat mencakup berbagai jenis terapi
fisik, obat-obatan, alat bantu dan pembedahan.
Distrofi Otot Duchenne & Becker adalah penyakit yang
menyebabkan kelemahan pada otot-otot yang dekat dengan batang
tubuh.
PENYEBAB
Kelainan gen yang menyebabkan distrofi otot Duchenne
berbeda dengan kelainan gen yang menyebabkan distrofi otot
Becker, tetapi keduanya terjadi pada gen yang sama. Gen ini
bersifat resesif dan dibawa oleh kromosom X.
Seorang wanita bisa membawa gen ini tetapi tidak menderita
penyakitnya karena kromosom X yang normal dapat
mengkompensasi kelainan gen dari kromosom X yang lainnya.
Setiap laki-laki yang menerima kromosom X yang cacat akan
menderita penyakit ini.
Anak laki-laki yang menderita distrofi otot Duchenne mengalami
kekurangan protein otot yang penting, yaitu distrofin, yang diduga
berperan dalam mempertahankan struktur sel-sel otot. 20-30 di
antara 100.000 bayi laki-laki yang lahir, menderita distrofi otot
Duchenne.
Anak laki-laki yang menderita distrofi otot Becker menghasilkan
distrofin tetapi ukurannya terlalu besar dan tidak berfungsi
sebagaimana mestinya. Penyakit ini terjadi pada 3 dari setiap
100.000 anak laki-laki.
Hernia Abdominal/Hernis Abdominal
DEFENISI
Hernia (burut) adalah penonjolan
abnormal dari suatu viscus ke luar dari
rongga yang normal. Viscus adalah
berbagai organ interior besar yang
terdapat dalam rongga tubuh yang besar
khususnya di abdomen. Cincin hernia
adalah cincin dari jaringan muskuler
(terbuka) melalui dimana viscus menonjol. Pembukaan dari dinding
rongga dimana viscus menonjol mungkin bervariasi ukurannya dan
mungkin congenital atau didapat. Penonjolan dari viscus mungkin
intermitten atau terus menerus, tergantung dari jenis dan beratnya
hernia. Walaupun istilah ini mungkin dipakai pada berbagai bagian
tubuh (misalnya hernia diskus intervertebral, hernia cerebral,
umumnya mengarah pada penonjolan suatu viskus abdomen dari
rongga abdomen.
KLASIFIKASI
Hernia abdominal mungkin diklasifikasikan berdasarkan lokasi
anatomi dan beratnya protrusi. Daerah yang paling sering muncul
adalah hiatal (diafragma), insisional (ventral), umbilical, inguinal
(langsung atau tidak langsung), atau femoral.
Tingkat beratnya penyakit mungkin digambarkan dengan satu
dari empat istilah : reducible (dapat kembali), irreducible,
inkarserata atau strangulata. Pada hernia reducible, penonjolan dari
viskus akan menyusut ke dalam abdomen secara mekanik jika
penderita supinasi, atau secara manual dapat dikembalikan dengan
menekan massa kembali ke rongga. Hernia irreducible tidak dapat
dikembalikan ke dalam rongga abdomen dengan cara apapun.
Hernia inkarserata adalah keadaan dimana viskus yang menonjool
bersifat irreducible dan obstruksi. Keadaan ini akan berakibat
tersumbatnya aliran darah dari dan ke viskus, dan hernia menjadi
strangulata. Kedua keadaan terakhir ini adalah serius dan
perbedaan antara keduanya susah.
Hernia inkarserata dan strangulasi dianggap sebagai emergensi
bedah karena viskus akan menjadi tersumbat secara akut, dan jika
suplai darah tidak terpenuhi, maka dengan cepat menjadi nekrosis
dan gangreng. Usus atau kandung kencing pada hernia femoral,
adalah organ yang mungkin terdapat dalam kantong hernia dan
oleh karenanya mengalami proses ini. Hernia inguinal indirek,
umbilikal dan femoral adalah yang lebih sering mengalami
strangulasi dari yang lain karena kantongnya mempunyai leher
yang lebih kecil dan cenderung dikelilingi oleh jaringan cincin yang
kaku, kebalikannya dari hernia inguinal direk, yang cenderung
mempunyai leher yang lebih luas. Juga, perlengketan mungkin
timbul antara kantong dan isinya dan menyebabkan hernia
irreducible atau inkarserata.
ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI
Hernia abdominalis disebabkan oleh kombinasi dari kelemahan
atau defek dari dinding otot dan peningkatan tekanan intra
abdominal, defek dari dinding otot ini mungkin timbul dari kelainan
congenital termasuk gangguan dari jaringan kolagen dan integritas
otot, atau dari intervensi bedah sebelumnya, kelemahan dinding
otot yang didapat mungkin terjadi sebagai akibat dari trauma atau
dengan proses ketuaan.
Tekanan intraabdominal dapat meningkat oleh sejumlah
keadaan lingkungan dan keadaan patologis tertentu. Meliputi
kehamilan, obesitas, kerja keras (Manuver Valsava) seperti
konstipasi lama, penekanan yang dikaitkan dengan tekhnik yang
salah ketika mengangkat beban atau barang yang berat,
mendorong atau menarik, asites, batuk kronis, dan pembesaran
tumor atau lesi, tekanan intraabdominal yang meningkat, mungkin
tidak akan menyebabkan hernia jika tidak disertai dengan
kelemahan dinding otot.
TYPE HERNIA
1. Hiatal Hernia
Hiatal hernia adalah penonjolan dari bagian lambung melalui
hiatus dari diafragma dan masuk ke dalam rongga thoraks,
ada 2 jenis hiatal hernia:
a. Sliding hernia, lambung dan persambungan antara
usofagus dan lambung tergelincir masuk ke dada (yang
paling umum).
b. Paraesofagal hernia (rolling hernia) – bagian dari
kurvatura mayor dari lambung masuk melalui defek
diafragma.
Patofisiologi/etiologi
a. Kelemahan otot karena proses ketuaan atau keadaan
lain, seperti karsinoma esophagus atau trauma, atau
setelah prosedur bedah tertentu.
Manifestasi klinik
a. Mungkin tidak bergejala.
b. Heartburn/perasaan panas dalam perut (dengan atau
tanpa regurgitasi dari isi lambung ke mulut)
c. Disfagia; nyeri dada.
Evaluasi diagnostic
a. Pemeriksaan barium dari hernia sepanjang esophagus.
b. Pemeriksaan endoskopi melihat defek.
Penanganan
a. Tinggikan bagian kepala tempat tidur (15-20 cm) / 6 – 8
inci untuk mengurangi refluks pada malam hari.
untuk menetralisir asam lambung.
b. Therapi antasida
c. Histamin-2 reseptor antagonis (cimetidin, rantidin) – jika
pasien menjalani esofagitis.
d. Perbaikan bedah dari hernia jika gejala memberat.
Komplikasi
a. terbatasnya aliran darah.
b. Inkarserata dari bagian lambung dalam rongga dada
Tindakan keperawatan /Pembelajaran pasien
a. Anjurkan pasien pencegahan dari refluks isi lambung ke
dalam esophagus dengan :
1) 1Makan sedikit-sedikit.
2) Menghindari rangsangan sekresi lambung dengan
menghindari kafein dan alcohol.
3) Menghentikan merokok.
4) Menghindari makanan berlemak – meningkatkan
refluks dan menghambat pengosongan lambung.
5) Menghindari berbaring terlentang paling tidak 1 jam
setelah makan.
6) Menurunkan berat, jika obesitas.
7) Menghindari menekuk pinggang dan atau memakai
pakaian yang ketat.
b. Nasehati pasien untuk melaporkan ke fasilitas
kesehatan segera jika timbul nyeri dada akut – mungkin
mengindikasikan inkarserasi dari hernia paraesofagal
besar.
2. Hernia Abdominalis
Manifestasi klinik
a. Penonjolan diatas daerah hernia jika pasien berdiri atau
menarik, dan menghilang jika terlentang.
b. Hernia cenderung bertambah ukurannya dan muncul
kembali dengan tekanan intraabdominal.
c. Hernia strangulasi timbul disertai nyeri, muntah, oedema
dari kantong hernia, tanda-tanda iritasi peritoneum dari
abdominal bawah, demam.
Evaluasi diagnostic
Didasarkan pada manifestasi klinik :
a. Abdominal X rays – menampakkan keadaan abnormal
dari tinggi gas dalam perut.
b. Pemeriksaan laboratorium (darah lengkap, elektrolit) –
mungkin menunjukkan heokonsentrasi (peningkatan
hematokrit), dehidrasi (peningkatan atau penurunan
sodium), dan peningkatan WBC (eritrosit).
Penanganan
a. Mekanik (hanya pada hernia reducible)
1) Pembebat dipasang dengan bantalan dan ikat
pinggang yang dipasang dengan pas diatas hernia
untuk mencegah isi abdomen masuk ke kantong
hernia. Tidak mengobati hernia; digunakan hanya
jika pasien tidak/bukan calon bedah.
2) Hernia parastomal seringkali ditangani dengan ikat
pinggang yang menyokong hernia dengan Velcro
dan ditempatkan di sekitar system kantong ostomy
(hampir sama dengan pembebat).
b. Pembedahan – dilakukan untuk memperbaiki hernia
sebelum timbul strangulasi, yang kemudian menjadi
keadaan emergensi.
1) Herniorafi – pengangkatan dari kantong hernia,
isinya dikembalikan ke dalam abdomen; lapisan otot
dan fascia dijahit. Herniorafi laparoskopi mungkin,
seringkali dilakukan pada pasien rawat jalan.
2) Hernioplasti meliputi memperkuat jahitan (seringkali
dengan mesh/alat untuk menautkan) untuk
memperbaiki hernia yang luas.
3) Hernia strangulasi memerlukan reseksi dari usus
yang iskemia disamping memperbaiki hernia.
c. KomplikasiObstruksi usus.
Pengkajian keperawatan
1) Menanyakan kepada pasien apakah hernia
memebesar dan tidak menyenangkan.
2) Tentukan apakah pasien memperlihatkan tanda dan
gejala strangulasi, seperti distensi, demam, mual
dan muntah.
Diagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan penonjolan hernia
(mekanik).
2. Nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur
emergensi pada hernia strangulasi dan inkarserata.
Intervensi keperawatan :
a. Memberi rasa nyaman.
1) Pasang pembebat atau ikat pinggang pada
pasien jika hernia bersifat reduce (dapat
kembali) jika dianjurkan.
2) Posisi trendelenburg mungkin mengurangi
tekanan pada hernia, jika memungkinkan.
3) Menekankan pada pasien untuk memakai
pembebat di dalam pakaian dan memasang
sebelum bangun dari tempat tidur jika hernia
bersifat reduce (dapat kembali).
4) Evaluasi tanda dan gejala hernia inkarserata
atau strangulasi.
5) Pasang NGT, jika diindikasikan, untuk
menghilangkan penekanan pada kantong
hernia.
b. Menghilangkan nyeri post operasi.
1) Anjurkan pasien membelat daerah insisi
dengan tangan atau bantal jika batuk untuk
mengurangi nyeri dan melindungi lokasi dari
peningkatan tekanan intraabdominal.
2) Berikan analgetik sesuai anjuran.
3) Ajarkan tentang istirahat, pemberian es, dan
elevasi skrotum sebagai tindakan yang
dilakukan untuk mengurangi edema skrotum
atau pembengkakan setelah perbaikan dari
hernia inguinal.
4) Ajarkan ambulasi segera setelah
diperbolehkan.
5) Nasehati pasien bahwa kesukaran dalam
berkemih setelah pembedahan adalah hal
yang umum terjadi; meningkatkan eliminasi
untuk menghindari rasa tidak nyaman dan
memasang catheter jika diperlukan.
c. Pencegahan infeksi
1) Periksa pembalut drain dan insisi adanya
kemerahan dan pembengkakan.
2) Monitor tanda dan gejala infeksi lain; demam,
dingin, malaise dan keringat berlebihan.
3) Berikan antibiotik, jika diperlukan.
Pembelajaran pasien/memelihara kesehatan
1. Nasehati bahwa nyeri dan pembengkakan skrotum
mungkin timbul 24 – 48 jam setelah pembedahan pada
hernia inguinal.
2. Ajarkan untuk memonitor sendiri tanda-tanda infeksi :
nyeri, perembesan dari insisi, peningkatan suhu, juga
kesukaran yang terus menerus dalam buang air.
3. menginformasikan bahwa mengangkat beban harus
dihindari selama 4 – 6 minggu. Atletik dan penggunaan
tenaga yang berlebihan dihindari selama 8 sampai
dengan 12 minggu post operasi, setiap pemberian
istruksi.
Evaluasi
1. Hernia yang dapat dihilangkan secara efektif dengan
pembebat atau ikat pinggang; pasien merasa nyaman ;
tidak ada gejala dan infeksi.
2. Kebutuhan analgesik minimal; tidak timbul edema,
ambulasi.
3. Tidak demam, luka bersih dan kering.
Polio
Polio adalah penyakit menular yang
dikategorikan sebagai penyakit peradaban.
Polio menular melalui kontak antarmanusia.
Polio dapat menyebar luas diam-diam karena
sebagian besar penderita yang terinfeksi
poliovirus tidak memiliki gejala sehingga tidak
tahu kalau mereka sendiri sedang terjangkit.
Virus masuk ke dalam tubuh melalui mulut
ketika seseorang memakan makanan atau minuman yang
terkontaminasi feses. Setelah seseorang terkena infeksi, virus akan
keluar melalui feses selama beberapa minggu dan saat itulah dapat
terjadi penularan virus.
Poliomyelitis atau Polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang
disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus
yang dinamakan poliovirus (PV), masuk ke tubuh melalui mulut,
mengifeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan
mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan
kadang kelumpuhan. Kata Polio sendiri berasal dari bahasa Yunani
yaitu πολιομυελίτις, atau bentuknya yang lebih mutakhir
πολιομυελίτιδα, dari πολιός "abu-abu" dan μυελός "bercak". Virus
Polio termasuk genus enteroviorus, famili Picornavirus. Bentuknya
adalah ikosahedral tanpa sampul dengan genome RNA single
stranded messenger molecule. Single RNA ini membentuk hampir
30 persen dari virion dan sisanya terdiri dari 4 protein besar (VP1-4)
dan satu protein kecil (Vpg). Polio adalah penyakit menular yang
dikategorikan sebagai penyakit peradaban. Polio menular melalui
kontak antarmanusia. Virus masuk ke dalam tubuh melalui mulut
ketika seseorang memakan makanan atau minuman yang
terkontaminasi feses. Poliovirus adalah virus RNA kecil yang terdiri
atas tiga strain berbeda dan amat menular. Virus akan menyerang
sistem saraf dan kelumpuhan dapat terjadi dalam hitungan jam.
Polio menyerang tanpa mengenal usia, lima puluh persen kasus
terjadi pada anak berusia antara 3 hingga 5 tahun. Penyebab
penyakit polio terdiri atas tiga strain yaitu strain 1 (brunhilde) strain
2 (lanzig), dan strain 3 (Leon). Strain 1 adalah yang paling
paralitogenik atau yang paling ganas dan sering kali menyebabkan
kejadian luar biasa atau wabah. Strain ini sering ditemukan di
Sukabumi. Sedangkan Strain 2 adalah yang paling jinak
JENIS – JENIS POLIO
1. Polio non-paralisis
Polio non-paralisis menyebabkan demam, muntah, sakit
perut, lesu, dan sensitif. Terjadi kram otot pada leher dan
punggung, otot terasa lembek jika disentuh.
2. Polio paralisis spinal
Strain poliovirus ini menyerang saraf tulang belakang,
menghancurkan sel tanduk anterior yang mengontrol
pergerakan pada batang tubuh dan otot tungkai. Meskipun
strain ini dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, kurang
dari satu penderita dari 200 penderita akan mengalami
kelumpuhan. Kelumpuhan paling sering ditemukan terjadi
pada kaki. Setelah virus polio menyerang usus, virus ini akan
diserap oleh pembulu darah kapiler pada dinding usus dan
diangkut seluruh tubuh. Virus Polio menyerang saraf tulang
belakang dan syaraf motorik — yang mengontrol gerakan
fisik. Pada periode inilah muncul gejala seperti flu. Namun,
pada penderita yang tidak memiliki kekebalan atau belum
divaksinasi, virus ini biasanya akan menyerang seluruh
bagian batang saraf tulang belakang dan batang otak. Infeksi
ini akan mempengaruhi sistem saraf pusat — menyebar
sepanjang serabut saraf. Seiring dengan berkembang biaknya
virus dalam sistem saraf pusat, virus akan menghancurkan
syaraf motorik. Syaraf motorik tidak memiliki kemampuan
regenerasi dan otot yang berhubungan dengannya tidak akan
bereaksi terhadap perintah dari sistem saraf pusat.
Kelumpuhan pada kaki menyebabkan tungkai menjadi lemas
— kondisi ini disebut acute flaccid paralysis (AFP). Infeksi
parah pada sistem saraf pusat dapat menyebabkan
kelumpuhan pada batang tubuh dan otot pada toraks (dada)
dan abdomen (perut), disebut quadriplegia.
3. Polio bulbar
Polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami
sehingga batang otak ikut terserang. Batang otak
mengandung syaraf motorik yang mengatur pernapasan dan
saraf kranial, yang mengirim sinyal ke berbagai syaraf yang
mengontrol pergerakan bola mata; saraf trigeminal dan saraf
muka yang berhubungan dengan pipi, kelenjar air mata, gusi,
dan otot muka; saraf auditori yang mengatur pendengaran;
saraf glossofaringeal yang membantu proses menelan dan
berbagai fungsi di kerongkongan; pergerakan lidah dan rasa;
dan saraf yang mengirim sinyal ke jantung, usus, paru-paru,
dan saraf tambahan yang mengatur pergerakan leher.
Tanpa alat bantu pernapasan, polio bulbar dapat
menyebabkan kematian. Lima hingga sepuluh persen
penderita yang menderita polio bulbar akan meninggal ketika
otot pernapasan mereka tidak dapat bekerja. Kematian
biasanya terjadi setelah terjadi kerusakan pada saraf kranial
yang bertugas mengirim ‘perintah bernapas’ ke paru-paru.
Penderita juga dapat meninggal karena kerusakan pada
fungsi penelanan; korban dapat ‘tenggelam’ dalam sekresinya
sendiri kecuali dilakukan penyedotan atau diberi perlakuan
trakeostomi untuk menyedot cairan yang disekresikan
sebelum masuk ke dalam paru-paru. Namun trakesotomi juga
sulit dilakukan apabila penderita telah menggunakan ‘paru-
paru besi’ (iron lung). Alat ini membantu paru-paru yang
lemah dengan cara menambah dan mengurangi tekanan
udara di dalam tabung. Kalau tekanan udara ditambah, paru-
paru akan mengempis, kalau tekanan udara dikurangi, paru-
paru akan mengembang. Dengan demikian udara terpompa
keluar masuk paru-paru. Infeksi yang jauh lebih parah pada
otak dapat menyebabkan koma dan kematian.
Tingkat kematian karena polio bulbar berkisar 25-75%
tergantung usia penderita. Hingga saat ini, mereka yang
bertahan hidup dari polio jenis ini harus hidup dengan paru-
paru besi atau alat bantu pernapasan. Polio bulbar dan spinal
sering menyerang bersamaan dan merupakan sub kelas dari
polio paralisis. Polio paralisis tidak bersifat permanen.
Penderita yang sembuh dapat memiliki fungsi tubuh yang
mendekati normal.
TANDA DAN GEJALA
• Suhu tubuh meningkat
• Sakit kepala disertai mual dan muntah
• Kram pada otot leher dan punggung
• Otot terasa lembek jika disentuh
• Kelumpuhan terjadi dalam 1 minggu permulaan sakit
• Terjadi kelimpuhan yang permanen
• kaku kuduk dan punggung
• kelemahan otot asimetrik
• onsetnya cepat
• segera berkembang menjadi kelumpuhan
• lokasinya tergantung kepada bagian korda spinalis yang terkena
• perasaan ganjil/aneh di daerah yang terkena (seperti tertusuk
jarum)
• peka terhadap sentuhan (sentuhan ringan bisa menimbulkan
nyeri)
• sulit untuk memulai proses berkemih
• sembelit
• perut kembung
• gangguan menelan
• nyeri otot
• kejang otot, terutama otot betis, leher atau punggung
• ngiler
• gangguan pernafasan
• rewel atau tidak dapat mengendalikan emosi refleks Babinski
positif.
VIRUS POLIO
Ada tiga tipe virus: tipe 1, 2, dan 3. Tipe 1 adalah yang terganas
dan umum terjadi. Tipe 2 tak pernah terdeteksi di seluruh dunia
sejak 1999.
SIKLUS HIDUP VIRUS POLIO
1. Satu virus polio mendekati sebuah sel saraf melalui aliran darah.
2. Reseptor-reseptor sel saraf menempel pada virus.
3. Capsid (kulit protein) dari virus pecah untuk melepaskan RNA
(materi genetik) ke dalam sel.
4. RNA polio bergerak menuju sebuah ribosom-stasiun perangkai
protein pada sel.
5. RNA polio menduduki ribosom dan memaksanya untuk
membuat lebih banyak RNA dan capsid polio.
6. Capsid dan RNA polio yang baru bergabung untuk membentuk
virus polio baru.
7. Sel inang membengkak dan meledak, melepaskan ribuan virus
polio baru kembali ke aliran darah.
Terdapat 3 pola dasar pada infeksi polio
1) Infeksi subklinis ( tanpa gejala atau berlangsung kurang dari 72
jam )
a. Demam ringan
b. Sakit kepala
c. Tidak enak badan
d. Nyeri tenggoriokkan
e. Tenggorokkan tampak memerah
f. Muntah
2) Non paralitik ( gejala berlangsung 1-2 minggu)
a. Demam sedang
b. Kaku kuduk
c. Muntah
d. Diare
e. Kelelahan yang luar biasa
f. Rewel
g. Nyeri atau kaku punggung, lengan , tungkai dan perut
Ruam kulit atau luka dikulit yang terasa nyeri
Kekakuan otot
h. Paralitik
i. Demam timbul 5-7 hari sebelum gejala lainnya
j. Sakit kepala
k. Kaku kuduk dan punggung
l. Kelemahan otot asimetrik
m. Onsetnya cepat Segera berkembang Lokasinya
tergantung pada bagian korda spinalis yang terkena
n. Peka terhadap sentuhan
o. Sulit untuk memulai proses berkemih
p. Sembelit
q. Perut kembung
r. Gangguan menelan
s. Nyeri dan kejang otot
UPAYA PENCEGAHAN
Ada beberapa langkah upaya pencegahan penyebaran penyakit
polio ini, di antaranya adalah:
• Eradikasi Polio
Dalam World Health Assembly tahun 1988 yang diikuti oleh
sebagian besar negara di seluruh penjuru dunia dibuat
kesepakatan untuk melakukan Eradikasi Polio (ERAPO) tahun
2000, artinya dunia bebas polio tahun 2000. Program ERAPO
yang pertama dilakukan adalah dengan melakukan cakupan
imunisasi yang menyeluruh.
• PIN (Pekan Imunisasi Nasional)
Selanjutnya, pemerintah mengadakan PIN pada tahun 1995,
1996 dan 1997. Imunisasi polio yang harus diberikan sesuai
dengan rekomendasi WHO yaitu diberikan sejak lahir sebanyak
4 kali dengan interval 6-8 minggu. Kemudian diulang pada saat
usia 1,5 tahun; 5 tahun; dan usia 15 tahun.Upaya imunisasi
yang berulang ini tentu takkan menimbulkan dampak negatif.
Bahkan merupakan satu-satunya program yang efisien dan
efektif dalam pencegahan penyakit polio.
Jenis-Jenis Penyakit pada Tulang
Osteoporosis
osteoporosis adalah penurunan
densitas tulang, kerusakan arsitektur
tulang, dan meluasnya kerapuhan
tulang sehingga menurunkan kekuatan
tulang. Padahal tulang adalah jaringan
keras yang melindungi bagian vital
tubuh dan membuat manusia dapat
tegak, berjalan, dan mengangkat beban berat. jadi bagaimana bisa
beraktivitas jika tulang kita rapuh.
Osteoporosis atau keropos tulang umunya lebih rentan diderita
pada kaum wanita dibanding Pria. Berdasarkan penelitian di
Amerika serikat, lebih dari 1,5 juta penderita patah tulang karena
osteoporosis tiap tahunnya diderita oleh kaum wanita. karena
wanita akan mengalami Menopause yang dapat menurunkan massa
tulang, sehingga selama Menopause massa tulang dapat turun
drastis kurang lebih sekitar 10% dari yang normal sehingga dapat
menyebabkan kerapuhan atau keropos tulang. Kondisi rendahnya
massa tulang ini bisanya baru disadari setelah seseorang
mengalami patah tulang, umumnya terjadi pada tulang pinggul,
tulang belakang atau tulang pergelangan tangan.
Kekuatan massa tulang seseorang tergantung dari ukuran dan
kepadatan tulang itu sendiri. kepadatan tulang sanagt tergantung
pada jumlah asupan calsium, Phospor, dan mineral lainnya yang
dibutuhkan oleh tulang. ketika tulang mengalami kekurangan
asupan mineral, maka kepadatan tulang akan berkurang, sehingga
menyebabkan kerapuhan dan mengalami perubahan struktur.
Para Ilmuwan telah banyak belajar dan meneliti penyebab
terjadinya kerapuhan pada tulang, ternyata berkaitan dengan
proses pembentukan tulang dalam tubuh. Tulang secara
berkesinambungan mengalami proses pergantian atau regenerasi.
Secara alamiah regenerasi sel tulang terjadi sekitar 2 sampai 3
bulan, proses ini akan meningkatkan massa tulang yang berfungsi
menguatkan tulang kita. Namun ketika umur menginjak 35-40
tahun proses regenerasi sel perlahan-lahan menurun dan dapat
menurunkan massa kepadatan tulang, sehingga dapat
meningkatkan resiko osteoporosis atau keropos tulang.
Selain itu kurangnya asupan vitamin D dan kalsium,Phospor dan
mineral lainnya dalam makanan, kondisi tubuh yang terlalu stress,
gangguan kelenjar endokrin, asupan obat-obatan yang
mengandung cortikosteroid juga dapat meningkatkan resiko
terkena Osteoporosis.
Beberapa Faktor yang dapat meningkatkan Osteoporosis atau
keropos tulang, antara lain:
JENIS KELAMIN
Resiko patah tulang yang disebabkan karena keropos tulang
akan lebih tinggi diderita kaum wanita dibanding kaum pria.
Hal ini disebabkan karena faktor hormonal dalam tubuh
wanita yang mengalami menstruasi, melahirkan dan
menjelang Menopause dapat menurunkan massa kepadatan
tulang dan menurunkan proses regenerasi sel tulang. pada
saat wanita mengalami Menopause, kadar estrogen yang
menurun drastis dapat menyebabkan tulang rapuh karena
penyerapan mineral yang dibutuhkan tulang akan berkurang.
namun tidak menutup kemungkinan pria juga mengalami
osteoporosis, hal ini dapat terjadi pada pria umur 65 tahun
keatas, jika kadar hormon testosteron dalam tubuhnya
menurun, juga dapat meningkatkan resiko terkena
osteoporosis.
USIA
Faktor usia juga sangat menentukan kekuatan tulang anda.
Semakin tinggi resiko kita mengidap osteoporosis dan tulang
kita juga semakin lemah, karena regenerasi sel tulang pun
berjalan secara perlahan.
MAKANAN ATAU MINUMAN
makanan juga merupakan faktor penentu kekuatan tulang
kita. jika makanan kurang vitamin dan mineral yang
dibutuhkan oleh tulang seperti kalsium, phospor, vitamin-D.
seperti suus, daging,keju, dan ikan, juga dapat menyebabkan
osteoporosis. selain itu minuman yang mengandung soda,
alkohol juga dapat menyebabkan osteoporosis, karena kadar
soda dan alkohol dalam tubuh dapat menghambat
penyerapan calsium dalam tulang dan dapat mengganggu
metabolisme vitamin-D dalam hati. dan lainya.
OBAT-OBATAN
Mengkonsumsi obat-obatan dalam jangka waktu yang
panjang juga dapat menyebabkan resiko keropos tulang.
Beberapa obat-obatan yang menyebabkan keropos tulang,
yaitu obat yang mengandung kortikosteroid, obat diuretic,
obat antacid, obat antikanker dan lainnya.
untuk pencegahannya dari dini kita harus meningkatkan
asupan vitamin dan mineral dalam tubuh kita dengan
mengkonsumsi makanan kesehatan yang baik untuk tubuh
kita.
GEJALA:
patah tulang belakang, rasa nyeri, mulai dari ringan, sedang dan
berat sampai tidak bisa bangun. patah tulang sendi pinggul
selain nyeri hebat, juga tidak dapat berjalan selama lebih dari 6
bulan.
PENCEGAHANNYA:
perbaiki gizi pada makanan dan minuman yang mencakupi
gizi lima sempurna yang mengandung cukup kalsium untuk
pembentukan kerangka tulang yang kuat.
Olah raga yang teratur menjamin tulang dan otot tetap kuat
Usahakan untuk mendapatkan sinar matahari selama 30
menit dalam seminggu, untuk dapat membentuk struktur
tulang yang kuat
Hindari makanan dan minuman yang dapat menyebabkan
hilangnya kalsium dari tulang seperti: daging berlemak,kopi,
minuman keras, garam, obat-obatan dan rokok.
Lordosis
Lordosis adalah salah satu bentuk kelainan
tulang belakang dimana tulang cervical dan
thorax melengkung ke arah depan sehingga
penderita tampak seperti sedang
membusungkan dada. Lordosis ini sering juga
disebut swayback, saddle back.Penyebab
Lordosis
Lordosis terjadi karena perbedaan ketebalan antara bagian depan
dan belakang tulang belakang. Kelainan ini dapat terjadi karena
ketegangan otot tulang punggung.Gejala dan tanda klinis :
Lordosis ini paling sering terlewatkan diantara ketiga bentuk
kelainan tulang punggung. Bahkan lordosis ringan cenderung
memberikan penampilan gagah. Namun penderita lordosis ini akan
sering mengalami sakit pinggang.
Pemeriksaan
Sama dengan bentuk kelainan tulang pungung lainnya. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan penampilan fisik, pengukuran, dan foto x
ray tulang belakang.
Penatalaksanaan
- Penatalaksanaan bergantung pada tingkat keparahan Lordosis.
Pada Lordosis ringan mungkin hanya diperlukan terapi Rehabilitasi
Medik dan Fisioterapi. Sementara pada kasus yang berat akan
membutuhkan ortese khusus (Brace) yang membantu memperbaiki
kembali posisi tulang belakang. Tindakan bedah jarang diperlukan
untuk lordosis ini.
Pencegahan
- Pencegahan meliputi pencegahan primer dan pencegahan
sekunder. Pencegahan primer agar tidak terkena Lordosis danan
pencegahan sekunder bertujuan agar Lordosis ditemukan sedini
mungkin. Pencegahan primer dan sekunder meliputi :
- Duduk dengan posisi yang benar
- Berolahraga teratur,
- Diet yang cukup kalsium dan Vit D
- Periksa ke dokter bila anda mengalami sakit punggung yang
sering berulang.
Skoliosis
skoliosis kini bermakna sebagai lengkungan ke
samping dalam tulang belakang. Hal ini untuk
membedakan bentuk lengkungan tulang
belakang yang memang ke arah depan dan
belakang. Cara pengobatannya pun kini lebih
bervariasi. Dalam tingkat yang masih ringan,
skoliosis seringkali tidak menimbulkan masalah,
namun bila lengkungan ke samping itu terlalu parah, akan
menyebabkan cacat bentuk tulang belakang yang cukup berat dan
bisa mengganggu fungsi tubuh lainnya seperti jantung dan paru-
paru.
Pada skoliosis, pembengkakan terjadi karena berbagai sebab.
Misalnya, karena sikap tubuh salah yang terus menerus pada saat
bekerja. Atau bisa seseorang berjalan miring demi mencegah rasa
sakit. Misalnya, sebagai akibat kelumpuhan atau luka karena
kecelakaan.
Gejala dan Perawatan
Yang terpenting untuk diperhatikan mengenai skoliosis adalah
bahwa keluhan tersebut akan semakin berat seiring dengan
berjalannya pertumbuhan tulang. Makin besar tulang belakang
melengkung menyebabkan gangguan pertumbuhan pada tulang
rusuk maupun tulang belakang. Ketidaklurusan tulang belakang ini
akhirnya akan menyebabkan nyeri persendian di daerah tulang
belakang pada usia dewasa dan kelainan bentuk dada yang dapat
mengganggu fungsi jantung dan paru-paru, sehingga mempercepat
kematian.
Skoliosis dengan penyebab yang tidak diketahui timbul secara
perlahan-lahan tanpa adanya rasa sakit. Jika terdapat rasa sakit
pada remaja yang sedang mengalami perkembangan skoliosis,
segeralah memeriksakannya ke dokter untuk mengidentifikasi
penyebabnya. Pada tahap perkembangan dini, skoliosis terlihat
berupa perubahan kecil pada penampakan jasmani. Misalnya, Anda
bisa mengamati salah satu bahu yang tampak lebih tinggi atau
tulang belikat yang satu tampak lebih menonjol dibandingkan
dengan yang lain.
Umumnya, tanda-tanda skoliosis yang bisa diperhatikan yaitu
tulang bahu yang berbeda, tulang belikat yang menonjol,
lengkungan tulang belakang yang nyata, panggul yang miring,
perbedaan ruang antara lengan dan tubuh. Pemeriksaan lain yang
sangat membantu dalam menangani skoliosis ini adalah foto
rontgen tulang belakang. Dari foto rontgen dapat diukur derajat
banyaknya lengkungan yang tidak normal.
Selama itu, salah satu cara terbaru untuk mengawasi
perkembangan skoliosis adalah dengan topografi Moire, yaitu suatu
pemotretan khusus yang memungkinkan pengamatan tentang
perbedaan pada permukaan tubuh tanpa menimbulkan risiko.
Cacat bentuk pada skoliosis bertambah sesuai dengan
pertumbuhan badan. Karenanya, faktor terpenting dalam menilai
kemungkinan hasil akhir skoliosis adalah jumlah pertumbuhan yang
tersisa. Makin berat lengkungan, besar kemungkinan untuk
bertambah parah. Hal ini berarti bahwa lengkungan ringan yang
dijumpai pada seorang anak perempuan berusia 14 tahun mungkin
tak akan banyak bertambah, sedangkan derajat kelengkungan
sama yang dijumpai pada seorang anak perempuan berusia 10
tahun hampir pasti akan meningkat, terutama pada periode
pertumbuhan.
Pengobatan lainnya yang dilakukan tanpa operasi antara lain
latihan jasmani yang dirancang khusus untuk mencegah terjadinya
kelainan yang lebih berat. Hasilnya akan lebih efektif jika
dikombinasikan dengan pemakaian semacam alat penopang. Alat
penopang memberi antara tarikan dan penekanan samping pada
lengkungan tulang belakang. Walaupun cara ini tidak memperbaiki
lengkungan yang ada, tapi pada banyak kasus dapat mencegah
kerusakan lebih lanjut selama masa pertumbuhan anak.
Perawatan dan penanganan skoliosis memerlukan pengawasan dan
pengobatan dalam bentuk yang cukup lama, menemukan kelainan
secara dini dan mengobatinya dengan segera akan mencegah
berlanjutnya cacat bentuk akibat skoliosis.
Kifosis
Kifosis adalah salah satu bentuk kelainan tulang
punggung, di mana punggung yang seharusnya
berberntuk kurva dan simetris antara kiri dan
kanan ternyata melengkung ke depan melebihi
batas normal. Kelainan ini di masyarakat awam
sering disebut sebagai “Bungkuk”
Penyebab Kifosis
Penyebab Kifosis bermacam-macam. Kelainan otot, kelainan lahir
bawaan, kekurangan vitamin D dan kalisum. Serta diperparah oleh
posisi duduk yang salah
Gejala dan Tanda
Sakit leher dan punggung adalah gejala yang paling sering terjadi.
Pada Kifosis yang berat akan terjadi sesak napas karena paru-paru
tidak dapat mengembang sempurna. Seringkali justru orang lain
yang sudah lama tidak bertemu yang menyadari adanya kifosis
(kebungkukan) ini.
Penegakan diagnose
Penegakan diagnose dilakukan dengan cara pemeriksaan fisik dan
ditunjang oleh foto Spinal lateral dan AP (antero posterior).
Penatalaksanaan
- Penatalaksanaan bergantung pada tingkat keparahan Kifosis. Pada
Kifosis ringan mungkin hanya diperlukan terapi Rehabilitasi Medik
dan Fisioterapi. Sementara pada kasus yang berat akan
membutuhkan ortese khusus (Brace) yang membantu meluruskan
kembali posisi tulang belakang. Pada Kifosis ekstrim seringkali
dibutuhkan tindakan bedah.
Pencegahan
- Pencegahan meliputi pencegahan primer dan pencegahan
sekunder. Pencegahan primer agar tidak terkena Kifosis dan
pencegahan sekunder bertujuan agar Kifosis ditemukan sedini
mungkin. Pencegahan primer dan sekunder meliputi :
- Duduk dengan posisi yang benar
- Hilangkan kebiasaan bertopang dagu
- Berolahraga teratur,
- Diet yang cukup kalsium dan Vit D