Upload
puput-rarindra
View
132
Download
7
Embed Size (px)
DESCRIPTION
tambalan
Citation preview
Jenis tambalan
Penambalan gigi adalah satu cara untuk memperbaiki kerusakan gigi, agar gigi bisa
kembali ke bentuknya semula, dan berfungsi dengan baik. Lubang pada gigi yang dibiarkan
terbuka akan jadi jalan masuk bakteri, sehingga menutupnya dengan tambalan akan
menghentikan proses kerusakan gigi sampai di situ saja. Ada beberapa jenis tambalan yang
digunakan oleh dokter gigi. Berikut adalah jenis tambalan :
Tambalan Amalgam
Tambalan amalgam telah dipakai selama lebih dari 150 tahun. Tambalan amalgam
terbuat dari percampuran merkuri cair (43-54%) dan beberapa bubuk logam (46-57%) yang
terdiri dari perak, timah, tembaga, seng dan sedikit logam lainnya.
Tambalan ini biasa digunakan untuk menambal bagian permukaan kunyah pada gigi karena
memang amalgam memiliki kekuatan yang besar di bandingkan tambalan yang lain namun
warna dari tambalan amalgan tidak sewarna gigi,sehingga mengurangi keindahan gigi, terkadang
tambalan ini juga menimbulkan alergi.Oleh karena itu,Saat ini tambalan amalgam juga sudah
jarang digunakan oleh dokter gigi.
Resin komposit
Resin komposit adalah tambalan dengan bahan dasar polimer dan ditambahkan dengan
partikel anorganik sebagai penguat. Bahan tambal ini umumnya mengalami reaksi pengerasan
dengan bantuan sinar (sinar UV, atau bisa juga dengan visible light). Secara estetik tambalan
komposit sangat memuaskan karena warnanya menyerupai gigi asli.Namun tentu membutuhkan
keterampilan dan keahlian dari dokter gigi. Karena kelebihannya ini, resin komposit adalah
bahan tambal yang paling sering digunakan oleh dokter gigi saat ini. Kekuatan tambalan
komposit pun tak kalah dengan tambalan amalgam.
Glass Ionomer Cement (GIC)
Glass ionomer cement adalah bahan tambal hampir sewarna gigi yang komponen
utamanya adalah Likuid yang merupakan gabungan air dengan polyacid (asam poliakrilat,
maleat, itakonat, tartarat) dan bubuk yang berupa fluoroaluminosilicate glass. Bahan tambal ini
meraih popularitas karena sifatnya yang dapat melepas fluor yang sangat berperan sebagai
antikaries. Dengan adanya bahan tambal ini, resiko kemungkinan untuk terjadinya karies
sekunder di bawah tambalan jauh lebih kecil dibanding bila menggunakan bahan tambal lain.
Biokompatibilitas bahan ini terhadap jaringan juga sangat baik (tidak menimbulkan reaksi
merugikan terhadap tubuh)
Material ini melekat dengan baik ke struktur gigi karena mekanisme perlekatannya adalah secara
kimia yaitu dengan pertukaran ion antara tambalan dan gigi. Oleh karena itu pula, gigi tidak
perlu diasah terlalu banyak seperti halnya bila menggunakan bahan tambal lain. Pengasahan
perlu dilakukan untuk mendapatkan bentuk kavitas yang dapat ‘memegang’ bahan tambal ini.
NB : Pada dasarnya, bertahan lama atau tidaknya sebuah tambalan adalah tergantung pada
penggunaan dan perawatan masing-masing individu.
BIOKOMPATIBILITAS AMALGAM
Sejarah Amalgam:
Amalgam dalam bidang kedokteran gigi disebut dental amalgam, yaitu suatu paduan
antara merkuri (Hg) dan suatu alloy. Menurut Charbeneau dkk. (1981) amalgam pertama kali
diperkenalkan oleh Taveau pada tahun 1826 di Paris. Pada waktu pertama kali diperkenalkan,
amalgam disebut silver amalgam, karena bagian terbesar komponennya adalah perak. Black
adalah orang yang pertama kali memperkenalkan amalgam dengan bentuk partikel lathe cut.
Dalam publikasinya pada tahun 1896, komposisi alloy amalgam adalah :
1. Ag (perak) 68,50%
2. Sn (Timah putih) 25,50%
3. Au (emas) 5%
4. Zn (seng) 1%
Formula yang dituliskan Black hanya dipakai sebentar, selanjutnya berdasarkan
penelitian oleh Flagg, emas dan platina dianjurkan tidak ditambahkan pada formula amalgam.
Pada tahun 1960 mulai diperkenalkan bubuk amalgam bentuk bulatan kecil (spherical), yang
kemudian berkembang menjadi partikel yang lebih kecil.
Meskipun amalgam telah dipakai dalam restorasi lesi karies sejak abad ke-15 atau bahkan
lebih dini lagi, amalgam masih merupakan suatu bahan yang paling banyak dipergunakan.
Kualitas yang paling baik dari amalgam gigi ini adalah tahan lama dan mudah manipulasinya.
Cukup bisa beradaptasi dengan cairan mulut, amalgam adalah restorasi yang relatif murah dan
dapat diselesaikan dalam satu kali kunjungan dapat dikatakan bahwa amalgam merupakan suatu
bahan tambalan yang paling banyak dipergunakan dokter gigi.
Menurut definisi, amalgam adalah campuran dari dua atau beberapa logam, salah satunya adalah
merkuri. Seperti nanti bisa dilihat, alloy amalgam terdiri atas tiga atau beberapa logam.
Amalgam itu sendiri merupakan kombinasi alloy dengan merkuri melalui suatu proses yang
disebut amalgamasi atau triturasi. Campuran yang merupakan bahan plastis dimasukkan ke
dalam kavitas dan bahan tersebut menjadi keras karena kristalisasi.
Dalam hal ini dikatakan bahwa restorasi amalgam “sering lebih baik daripada kelihatannya.”
Kekurangan yang nyata sering tampak pada restorasi yang sudah berfungsi cukup lama, terutama
memburuknya bagian tepi, yang disebut “ditching” pada interfase dengan gigi. Kita mungkin
membayangkan bahwa karies selalu terdapat pada bagian tepi yang terbuka disebabkan oleh
penetrasi dari cairan ludah, debris, dan mikroorganisme. Sebenarnya hal ini tidak selalu terjadi,
walaupun restorasi kehilangan estetiknya dan terjadi degradasi terus-menerus. Penjelasannya
terletak pada sifat amalgam yang unik. Sewaktu restorasi makin tua, produk-produk korosi
terbentuk sepanjang batas antara restorasi dan gigi. Produk ini akan bertindak sebagai pemblokir
mekanik dari penetrasi agen-agen beracun. Mekanisme swa-penyembuhan ini menyebabkan
bahan restorasi amalgam tahan lama.
Spesifikasi dari The American Dental Association untuk alloy amalgam gigi telah banyak
mengurangi jumlah produk komersial yang buruk. Walaupun beberapa tipe tertentu (misalnya,
system amalgam dengan kandungan tembaga yang tinggi, yang akan dibahas kemudian) adalah
unggul, presentase kegagalan yang tinggi disebabkan karena desain preparasi yang tidak tepat,
kesalahan manipulasi dari amalgam dan amalgam yang terkontaminasi waktu pengisian setiap
langkah dalam prosedur, dari waktu alloy diseleksi sampai restorasi dipoles, mempunyai efek
terhadap sifat amalgam, yang menentukan keberhasilan atau kegagalan restorasi.
Pengertian Biokompatibilitas
Biokompatibilitas dapat diartikan sebagai kehidupan harmonis antara bahan dan
lingkungan yang tidak mempunyai pengaruh toksik atau jejas terhadap fungsi biologi.
Biokompatibilitas berhubungan dengan uji biologis yang merupakan interaksi antara sifat fisika
atau mekanik melalui degenerasi sel, kematian sel dan beberapa tipe nekrosis. Tujuan
biokompatibilitas adalah untuk mengeliminasi komponen bahan yang berpotensi merusakan
jaringan rongga mulut.
Sebuah bahan dikatakan biokompatible ketika bahan tersebut tidak merusak lingkungan biologis
di sekitarnya. Syarat biokompatibilitas bahan kedokteran gigi adalah:
1. Tidak membahayakan pulpa dan jaringan lunak.
2. Tidak mengandung bahan toksik yang dapat berdifusi, terlepas dan diabsorbsi dalam sistem
sirkulasi.
3. Bebas dari agent yang dapat menyebabkan reaksi alergi.
4. Tidak berpotensi sebagai bahan karsinogenik.
Biokompatibilitas Amalgam
Amalgam merupakan bahan yang paling sering digunakan karena bahan ini dapat
bertahan lama sebagai bahan tumpatan, mudah memanipulasinya, mudah beradaptasi dengan
cairan mulut dan harganya relatif murah. Namun, mengenai masalah efek samping yang
ditimbulkan oleh bahan ini masih dipertanyakan karena masih ada anggapan bahwa amalgam
berbahaya bagi kesehatan tubuh pasien, hal ini karena di dalam amalgam terkandung merkuri.
Merkuri dalam keadaan bebas sangat berbahaya bagi kesehatan karena dapat meracuni tubuh
oleh karena itu merkuri di dalam amalgam dianggap berbahaya. Bahaya merkuri ini tidak hanya
mengancam kesehatan pasien tetapi juga dokter gigi itu sendiri, uap merkuri yang terhirup pada
saat mengaduk amalgam dapat menimbulkan efek toksik kumulatif pada dokter gigi tersebut.
Merkuri yang terkandung dalam amalgam memamg dapat melakukan penetrasi ke dalam struktur
gigi. Merkuri yang telah msuk ke dalam dentin dapat menyebabkan terjadinya diskolorisasi pada
gigi, tidak hanya itu saja merkuri juga dapat berpenetrasi sampai pada pulpa gigi sehingga malah
terjadi inflamasi pada gigi tersebut. Selain itu, tumpatan amalgam juga melepaskan sebagian
kecil merkuri pada saat penguyahan makanan sehingga sebagian merkuri masuk dalam tubuh,
hal ini juga semakin menambah keraguan atas tingkat biokompatibilitas dari amalgam itu sendiri.
Keraguan atas tingkat biokompatibilitas amalgam terhadap kesehatan tubuh seharusnya tidak
perlu terjadi karena sebetulnya mengenai kemungkinan reaksi toksik pada pasien akidat penetrasi
merkuri pada gigi serta alergi yang ditimbulkannya belum begitu jelas. Kontak pasien dengan
uap merkuri selama pengisian tumpatan amalgam begitu singkat dan jumlah uap merkuri begitu
kecil untuk dapat membahayakan tubuh. Bahaya pemakaian amalgam telah banyak dipelajari,
perkiraan yang paling bisa diandalkan adalah bahwa merkuri dari tumpatan amalgam tidak cukup
signifikan untuk dapat meracuni pasien.
1. Tambal Gigi Amalgam
Inilah yang sering orang pilih ketika akan tambal gigi. Selain murah biayanya, prosesnya
juga cepat. Tapi sayangnya warna tambal gigi amalgam begitu kentara. So, untuk cewe-cewe
atau cowo-coeo modis, warna bahan ini akan sangat
mengganggu penampilannya. Pasti akan sangat enggak pede
kalo ingin tertawa, takut kelihatan tambalan giginya. Hehehe…
2. Tambal Gigi Komposit
Jenis tambal gigi yang ke dua terlaku di pasaran adalah tambal gigi yang berbahan komposit.
Apa itu komposit? Komposit biasanya terbuat dari bubuk
gelas kuarsa atau silika yang ditambahkan pada adonan resin
dasarnya. Kelebihan tambal gigi komposit daripada jenis
tambal gigi yang di atas adalah bahannya sewarna dengan
gigi kita. Tapi warna putih tambal gigi ini ada batasan
waktunya (walaupun cukup lama), karena warnanya akan berubah sedikit demi sedikit seiring
waktu berjalan.
3. Tambal Gigi Porcelain
Nah ini dia pilihan tambal gigi terbaik untuk
yang berkantung tebal setebal buku pelajaran
kuliah. Daya tahan bahan porcelain dan
ketahanan warnanya sangat lama, bisa
berpuluh-puluh tahun lamanya. Proses
pembuatannya juga harus dilakukan di laboratorium dengan sangat hati-hati.
Eit bukannya gigi teman yang harus dibawa ke laboratorium. Setelah dokter gigi mengebor dan
membersihkan bolongan giginya, mereka akan mencetak model bentukan lubang gigi kita. Trus
dikasih tambal gigi sementara deh dan model cetakannya akan dibawa kelaboratorium untuk
dibuat tambal gigi porcelain. Keesokan harinya baru bisa dipasangkan ke lubang gigi tersebut.
4. Tambal Gigi Emas
Tambal gigi emas adalah tambalan gigi yang paling
kuat, keras dan tahan lama. Gak ada istilahnya bahan
emas bisa retak. Sama seperti tambal gigi porcelain,
cetakan bahannya harus dibuat juga di laboratorium.
Jadinya paling cepat juga 2 hari baru selesai proses
tambal gigi ini, sehari untuk memeriksa lubang gigi
dan membuat cetakan tambal gigi dan sehari lagi
proses pemasangannya. Untuk biaya sih bisa kalian pikirkan sendiri yoo…
Itulah sedikit pengenalan tentang tambal gigi. Sebelum menentukan mau memilih jenis tambal
gigi yang mana, lebih baik konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter gigi dan keuangan anda.
BAHAN RESTORASI RESIN KOMPOSIT
Istilah bahan komposit mengacu pada kombinasi tiga dimensi dari sekurang-kurangnya
dua bahan kimia yang berbeda dengan satu komponen pemisah yang nyata diantara keduanya.
Bila konstruksi tepat, kombinasi ini akan memberikan kekuatan yang tidak dapat diperoleh bila
hanya digunakan satu komponen saja. Bahan restorasi resin komposit adalah suatu bahan matriks
resin yang di dalamnya ditambahkan pasi anorganik (quartz, partikel silica koloidal) sedemikian
rupa sehingga sifat-sifat matriksnya ditingkatkan.
2.1 Komposisi
Komposisi resin komposit tersusun dari beberapa komponen. Kandungan utama yaitu
matriks resin dan partikel pengisi anorganik. Disamping kedua bahan tersebut, beberapa
komponen lain diperlukan untuk meningkatkan efektivitas dan ketahanan bahan. Suatu
bahan coupling (silane) diperlukan untuk memberikan ikatan antara bahan pengisi anorganik dan
matriks resin, juga aktivator-aktivator diperlukan untuk polimerisasi resin. Sejumlah kecil bahan
tambahan lain meningkatkan stabilitas warna (penyerap sinar ultra violet) dan mencegah
polimerisasi dini (bahan penghambat seperti hidroquinon). Komponen-komponen tersebut
diantaranya:
2.1.1. Resin matriks
Kebanyakan bahan komposit menggunakan monomer yang merupakan diakrilat aromatik
atau alipatik. Bisphenol-A-Glycidyl Methacrylate (Bis- GMA), Urethane Dimethacrylate
(UDMA), dan Trietilen Glikol Dimetakrilat (TEGDMA) merupakan Dimetakrilat yang umum
digunakan dalam resin komposit (Gambar 1). Monomer dengan berat molekul tinggi, khususnya
Bis-GMA amatlah kental pada temperatur ruang (250C). Monomer yang memiliki berat molekul
lebih tinggi dari pada metilmetakrilat yang membantu mengurangi pengerutan polimerisasi. Nilai
polimerisasi pengerutan untuk resin metil metakrilat adalah 22 % V dimana untuk resin Bis-
GMA 7,5 % V. Ada juga sejumlah komposit yang menggunakan UDMA ketimbang Bis-GMA.
Gambar 1. Resin Bis-GMA, UDMA digunakan sebagai basis resin ,
sementara TEGDMA digunakan sebagai pengencer. (Powers JM, Sakaguchi RL. CRAIGS’S
Restorative Dental Materials. 12th ed. Missouri : Evolve, 2003 : 229)
Bis-GMA dan UDMA merupakan cairan yang memiliki kekentalan tinggi karena
memiliki berat molekul yang tinggi. Penambahan filler dalam jumlah kecil saja menghasilkan
komposit dengan kekakuan yang dapat digunakan secara klinis. Untuk mengatasi masalah
tersebut, monomer yang memiliki kekentalan rendah yang dikenal sebagai pengontrol kekentalan
ditambahkan seperti metil metkrilat (MMA), etilen glikol dimetakrilat (EDMA), dan trietilen
glikol dimetakrilat (TEGDMA) adalah yang paling sering digunakan.
2.1.2. Partikel bahan pengisi
Penambahan partikel bahan pengisi kedalam resin matriks secara signifikan meningkatkan
sifatnya. Seperti berkurangnya pengerutan karena jumlah resin sedikit, berkurangnya penyerapan
air dan ekspansi koefisien panas, dan meningkatkan sifat mekanis seperti kekuatan, kekakuan,
kekerasan, dan ketahanan abrasi. Faktor-faktor penting lainnya yang menentukan sifat dan
aplikasi klinis komposit adalah jumlah bahan pengisi yang ditambahkan, ukuran partikel dan
distribusinya, radiopak, dan kekerasan.
2.1.3. Bahan Pengikat
Bahan pengikat berfungsi untuk mengikat partikel bahan pengisi dengan resin matriks. Adapun
kegunaannya yaitu untuk meningkatkan sifat mekanis dan fisik resin, dan untuk menstabilkan
hidrolitik dengan pencegahan air. Ikatan ini akan berkurang ketika komposit menyerap air dari
penetrasi bahan pengisi resin. Bahan pengikat yang paling sering digunakan adalah organosilanes
(3-metoksi-profil-trimetoksi silane) (Gambar 2). Zirconates dan titanates juga sering digunakan.
O OCH 3
║ │
CH2=C–C–O–CH2CH2CH2–Si–OCH 3
│ │
CH3 OCH3
Gambar 2. 3-methacryloxypropyltrimethoxysilane. (Powers JM, Sakaguchi RL.CRAIGS’S
Restorative Dental Materials. 12th ed. Missouri : Evolve, 2003 : 193)
2.2. Sifat – sifat Resin Komposit
Sama halnya dengan bahan restorasi kedokteran gigi yang lain, resin komposit juga memiliki
sifat. Ada beberapa sifat – sifat yang terdapat pada resin komposit, antara lain:
2.2.1. Sifat fisik
Secara fisik resin komposit memiliki nilai estetik yang baik sehingga nyaman digunakan pada
gigi anterior. Selain itu juga kekuatan, waktu pengerasa dan karakteristik permukaan juga
menjadi pertimbangan dalam penggunaan bahan ini. Sifat-sifat fisik tersebut diantaranya:
1. Warna
Resin komposit resisten terhadap perubahan warna yang disebabkan oleh oksidasi tetapi
sensitive pada penodaan. Stabilitas warna resin komposit dipengaruhi oleh pencelupan berbagai
noda seperti kopi, teh, jus anggur, arak dan minyak wijen. Perubahan warna bisa juga terjadi
dengan oksidasi dan akibat dari penggantian air dalam polimer matriks. Untuk mencocokan
dengan warna gigi, komposit kedokteran gigi harus memiliki warna visual (shading) dan
translusensi yang dapat menyerupai struktur gigi. Translusensi atau opasitas dibuat untuk
menyesuaikan dengan warna email dan dentin.
1. Strength
Tensile dan compressive strength resin komposit ini lebih rendah dari amalgam, hal ini
memungkinkan bahan ini digunakan untuk pembuatan restorasi pada pembuatan insisal. Nilai
kekuatan dari masing-masing jenis bahan resin komposit berbeda.
1. Setting
Dari aspek klinis setting komposit ini terjadi selama 20-60 detik sedikitnya waktu yang
diperlukan setelah penyinaran. Pencampuran dan setting bahan denganlight cured dalam
beberapa detik setelah aplikasi sinar. Sedangkan pada bahan yang diaktifkan secara kimia
memerlukan setting time 30 detik selama pengadukan. Apabila resin komposit telah mengeras
tidak dapat dicarving dengan instrument yang tajam tetapi dengan menggunakan abrasive rotary.
2.2.2. Sifat mekanis
Sifat mekanis pada bahan restorasi resin komposit merupakan faktor yang penting terhadap
kemampuan bahan ini bertahan pada kavitas. Sifat ini juga harus menjamin bahan tambalan
berfungsi secara efektif, aman dan tahan untuk jangka waktu tertentu. Sifat-sifat yang
mendukung bahan resin komposit diantaranya yaitu :
a. Adhesi
Adhesi terjadi apabila dua subtansi yang berbeda melekat sewaktu berkontak disebabkan adanya
gaya tarik – menarik yang timbul antara kedua benda tersebut. Resin komposit tidak berikatan
secara kimia dengan email. Adhesi diperoleh dengan dua cara. Pertama dengan menciptakan
ikatan fisik antara resin dengan jaringan gigi melalui etsa. Pengetsaan pada email menyebabkan
terbentuknya porositas tersebut sehingga tercipta retensi mekanis yang cukup baik. Kedua
dengan penggunaan lapisan yang diaplikasikan antara dentin dan resin komposit dengan maksud
menciptakan ikatan antara dentin dengan resin komposit tersebut (dentin bonding agent).
b. Kekuatan dan keausan
Kekuatan kompresif dan kekuatan tensil resin komposit lebih unggul dibandingkan resin akrilik.
Kekuatan tensil komposit dan daya tahan terhadap fraktur memungkinkannya digunakan bahan
restorasi ini untuk penumpatan sudut insisal.
Akan tetapi memiliki derajat keausan yang sangat tinggi, karena resin matriks yang lunak lebih
cepat hilang sehingga akhirnya filler lepas.
2.2.3. Sifat khemis
Resin gigi menjadi padat bila berpolimerisasi. Polimerisasi adalah serangkaian reaksi kimia
dimana molekul makro, atau polimer dibentuk dari sejumlah molekul – molekul yang disebut
monomer. Inti molekul yang terbentuk dalam sistem ini dapat berbentuk apapun, tetapi gugus
metrakilat ditemukan pada ujung – ujung rantai atau pada ujung – ujung rantai percabangan.
Salah satu metakrilat multifungsional yang pertama kali digunakan dalam kedokteran gigi adalah
resin Bowen (Bis-GMA) .
Resin ini dapat digambarkan sebagai suatu ester aromatik dari metakrilat, yang tersintesa dari
resin epoksi (etilen glikol dari Bis-fenol A) dan metal metakrilat. Karena Bis-GMA mempunyai
struktur sentral yang kaku (2 cincin) dan dua gugus OH, Bis-GMA murni menjadi amat kental.
Untuk mengurangi kekentalannya, suatu dimetakrilat berviskositas rendah seperti trietilen glikol
dimetakrilat (TEDGMA) ditambahkan.
2.3. Mekanisme Perlekatan Resin Komposit pada Struktur Gigi
Jika sebuah molekul berpisah setelah penyerapan kedalam permukaan dan komponen-
komponen konstituen mengikat dengan ikatan ion atau kovalen. Ikatan adhesive yang kuat
sebagai hasilnya. Bentuk adhesive ini disebut penyerapan kimia, dan dapat merupakan ikatan
kovalen atau ion.
Selain secara kimia perlekatan pada resin komposit juga terjadi secara mekanis atau retensi,
perlekatan yang kuat antara satu zat dengan zat lainnya bukan gaya tarik menarik oleh molekul.
Contoh ikatan semacam ini seperti penerapan yang melibatkan penggunaan skrup, baut
atau undercut. Mekanisme perlekatan antara resin komposit dengan permukaan gigi melalui dua
teknik yaitu pengetsaan asam dan pemberian bonding.
2.3.1. Teknik etsa asam
Sebelum memasukan resin, email pada permukaan struktur gigi yang akan ditambal diolesi etsa
asam. Asam tersebut akan menyebabkan hydroxiapatit larut dan hal tersebut berpengaruh
terhadap hilangnya prisma email dibagian tepi, inti prisma dan menghasilkan bentuk yang tidak
spesifik dari struktur prisma. Kondisi tersebut menghasilkan pori-pori kecil pada permukaan
email, tempat kemana resin akan mengalir bila ditempatkan kedalam kavitas.
Bahan etsa yang diaplikasikan pada email menghasilkan perbaikan ikatan antara permukaan
email-resin dengan meningkatkan energi permukaan email. Kekuatan ikatan terhadap email
teretsa sebesar 15-25 MPa. Salah satu alasannya adalah bahwa asam meninggalkan permukaan
email yang bersih, yang memungkinkan resin membasahi permukaan dengan lebih baik. Proses
pengasaman pada permukaan email akan meninggalkan permukaan yang secara mikroskopis
tidak teratur atau kasar. Jadi bahan etsa membentuk lembah dan puncak pada email, yang
memungkinkan resin terkunci secara mekanis pada permukaan yang tidak teratur tersebut. Resin
“tag” kemudian menghasilkan suatu perbaikan ikatan resin pada gigi. Panjang tag yang efektif
sebagai suatu hasil etsa pada gigi anterior adalah 7-25 μm.
Asam fosfor adalah bahan etsa yang digunakan. Konsentrasi 35 %-50 % adalah tepat,
konsentrasi lebih dari 50 % menyebabkan pembentukan monokalsium fosfat monohidrat pada
permukaan teretsa yang menghambat kelarutan lebih lanjut. Asam ini dipasok dalam bentuk cair
dan gel dan umumnya dalam bentuk gel agar lebih mudah dikendalikan. Asam diaplikasikan dan
dibiarkan tanpa diganggu kontaknya dengan email minimal selama 15-20 detik.
Begitu dietsa, asam harus dibilas dengan air selama 20 detik dan dikeringkan dengan baik. Bila
email sudah kering, harus terlihat permukaan berwarna putih seperti bersalju menunjukan bahwa
etsa berhasil. Permukaan ini harus terjaga tetap bersih dan kering sampai resin diletakan untuk
membuat ikatan yang baik. Karena email yang dietsa meningkatkan energi permukaan email.
Teknik etsa asam menghasilkan penggunaan resin yang sederhana.
2.3.2. Bahan bonding
Adhesive dentin harus bersifat hidrofilik untuk menggeser cairan dentin dan juga membasahi
permukaan, memungkinkan berpenetrasinya menembus pori di dalam dentin dan akhirnya
bereaksi dengan komponen organik atau anorganik. Karena matriks resin bersifat hidrofobik,
bahan bonding harus mengandung hidrofilik maupun hidrofobik. Bagian hidrofilik harus bersifat
dapat berinteraksi pada permukaan yang lembab, sedangkan bagian hidrofobik harus berikatan
dengan restorasi resin.
A. Bahan bonding email
Email merupakan jaringan yang paling padat dan keras pada tubuh manusia. Email terdiri atas 96
% mineral, 1 % organik material, dan 3 % air. Mineral tersusun dari jutaan kristal hydroksiapatit
(Ca10 (PO4)6 (OH)2) yang sangat kecil. Dimana tersusun secara rapat sehingga membentuk
perisma email secara bersamaan berikatan dengan matriks organik. Pada perisma yang panjang
bentuknya seperti batang dengan diameter sekitar 5 μm. Krital hidroksiapatit bentuknya
heksagonal yang tipis, karena strukrur seperti itu tidak memungkinkan mendapatkan susunan
yang sempurna. Celah diantara kristal dapat terisi air dan material organik. Bahan bonding
biasanya terdiri atas bahan matriks resin BIS-GMA yang encer tanpa pasi atau hanya dengan
sedikit bahan pengisi (pasi). Bahan bonding email dikembangkan untuk meningkatkan
kemampuan membasahi email yang teretsa. Umumnya, kekentalan bahan ini berasal dari matriks
resin yang dilarutkan dengan monomer lain untuk menurunkan kekentalan dan meningkatkan
kemungkinan membasahi. Bahan ini tidak mempunyai potensi perlekatan tetapi cendrung
meningkatkan ikatan mekanis dengan membentuk resin tag yang optimum pada email. Beberapa
tahun terakhir bahan bonding tersebut telah digantikan dengan sistem yang sama seperti yang
digunakan pada dentin. Peralihan ini terjadi karena manfaat dari bonding simultan pada enamel
dan dentin dibandingkan karena kekuatan bonding.
B. Bahan bonding dentin
Dentin adalah bagian terbesar dari struktur gigi yang terdapat hampir diseluruh panjang gigi dan
merupakan jaringan hidup yang terdiri dari odontoblas dan matriks dentin. Tersusun dari 75 %
materi inorganik, 20 % materi organik dan 5 % materi air. Didalam matriks dentin terdapat tubuli
berdiameter 0,5-0,9 mm dibagian dentino enamel jungsion dan 2-3 mm diujung yang
berhubungan dengan pulpa. Jumlah tubuli dentin sekitar 15-20 ribu /mm didekat dentino enamel
jungtion dan sekitar 45-65 ribu dekat permukaan pulpa.
Penggunaan asam pada etsa untuk mengurangi terbentuknya microleakageatau kehilangan
tahanan tidak lagi menjadi resiko pada resin dipermukaan enamel. Permasalahan timbul pada
resin dipermukaan dentin atau sementum. Pengetsaan asam pada dentin yang tidak sempurna
dapat melukai pulpa. Dentin bonding terdiri dari :
Dentin Conditioner
Fungsi dari dentin conditioner adalah untuk memodifikasi smear layer yang terbentuk pada
dentin selama proses preparasi kavitas. Yang termasuk dentinconditioer antara lain asam maleic,
EDTA, asam oxalic, asam phosric dan asam nitric. Pengaplikasian bahan asam kepermukaan
dentin akan menghasilkan reaksi asam basah dengan hidroksiapatit, hal ini akan mengkibatkan
larutnya hidroksiapatit yang menyebabkan terbukanya tubulus dentin serta terbentuknya
permukaan demineralisasi dan biasanya memiliki kedalaman 4 mm. Semakin kuat asam yang
digunakan semakin kuat pula reaksi yang ditimbulkan. Beberapa dari
dentin conditioner mengandung glutaralhyde. Glutaralhyde dikenal sebagai bahan untuk
penyambung kolagen. Proses penyambungan ini untuk menghasilkan substrat dentin yang lebih
kuat dengan meningkatkan kekuatan dan stabilitas dari struktur kolagen.
Primer
Primer bekerja sebagai bahan adhesive pada dentin bonding agen yaitu menyatukan antara
komposit dan kompomer yang bersifat hidrofobik dengan dentin yang bersifat hidrofilik. Oleh
karena itu primer berfungsi sebagai prantara, dan terdiri dari monomer bifungsional yang
dilarutkan dalam larutan yang sesuai. Monomer bifungsional adalah bahan pengikat yang
memungkinkan penggabungan antara dua material yang berbeda. Secara umum bahan pengikat
pada dentin primer dapat diformulakan sebaagai berikut (Gambar 3).
Methacrylategroup-Spacer group-Reaktive group
M-S-R
Gambar 3: Methacrylategroup-Spacer group-Reaktive group. (Cabe FJ, Walls AWG. Applied
Dental Materials. 9th ed. USA : Blackwell Scientific Publications, 1984 : 231)
M adalah gugus metakrilat yang memiliki kemampuan untuk berikatan dengan komposit
resin dan meningkatkan kekuatan kovalen, S adalah pembuat celah yang biasanya meningkatkan
fleksibilitas bahan pengikat. Dan R adalahreactive group yang merupakan gugus polar atau
gugus terakhir (membentuk perlekatan dengan jaringan gigi). Ikatan polar ini terbentuk akibat
distribusi elektron yang asimetris. Reactive group dalam bahan pengikat ini dapat berkombinasi
dengan molekul polar lain di dalam dentin, seperti gugus hidroksi dalam apatit dan gugus amino
dalam kolagen. Ikatan yang terjadi banyak berupa ikatan fisik tetapi bisa juga dalam beberapa
kasus terjadi ikatan kimiawi.
Hidroksi ethyl metacrylate (HEMA) adalah bahan pengikat yang paling banyak digunakan.
HEMA memiliki kemampuan untuk berpenetrasi kedalam permukaan dentin yang mengalami
demineralisasi dan kemudian berikatan dengan kolagen melalui gugus hidroksil dan amino yang
terdapat pada kolagen. Aksi dari bahan pengikat dari larutan primer adalah untuk membuat
hubungan ataupun ikatan molekular antara poli (HEMA) dan kolagen.
Sealer (Bahan pengisi)
Kebanyakan sealer dentin yang digunakan adalah gabungan dari Bis-GMA dan HEMA. Bahan
ini meningkatkan adaptasi bonding terhadap permukaan dentin.
BAB 3
RESIN KOMPOSIT SEBAGAI BAHAN TAMBALAN
Resin komposit merupakan resin akrilik yang telah ditambah dengan bahan lain seperti
bubuk quartz untuk membentuk struktur komposit.
3.1 Komposisi Resin Komposit
Resin komposit mempunyai komposisi sebagai berikut:
a) Bahan utama/Matriks resin
b) Filler
c) Coupling agent
d) Penghambat polimerisasi
e) Penyerap UV
f) Opacifier
g) Pigmen warna
3.2 Struktur Resin Komposit
a) Bahan utama/Matriks resin
Kebanyakan resin komposit menggunakan campuran monomer aromatic dan atau aliphatic
dimetacrylate seperti bisphenol A glycidyl methacrylate (BIS-GMA), selain itu juga banyak
dipakai adalah tryethylene glycol dimethacrylate(TEGDMA), dan urethane
dimethacrylate (UDMA) adalah dimethacrylate yang umum digunakan dalam komposit gigi.
Perkembangan bahan restorasi kedokteran gigi (komposit) dimulai dari akhir tahun 1950-an dan
awal 1960, ketika Bowen memulai percobaan untuk memperkuat resin epoksi dengan partikel
bahan pengisi. Kelemahan sistem epoksi, seperti lamanya pengerasan dan kecenderungan
perubahan warna, mendorong Bowen mengkombinasikan keunggulan epoksi (CH-O-CH2) dan
akrilat (CH2=CHCOO-). Percobaan-percobaan ini menghasilkan pengembangan molekul BIS-
GMA. Molekul tersebut memenuhi persyaratan matrik resin suatu komposit gigi.
BIS-GMA memiliki viskositas yang tinggi sehingga membutuhkan tambahan cairan dari
dimethacrylate lain yang memiliki viskositas rendah yaitu TEGDMA untuk menghasilkan cairan
resin yang dapat diisi secara maksimal dengan partikel glass. Sifatnya yang lain yaitu sulit
melakukan sintesa antara struktur molekul yang alami dan kurang melekat dengan baik terhadap
struktur gigi.
b) Filler
Dikenali sebagai filler inorganik. Filler inorganik mengisi 70 persen dari berat material.
Beberapa jenis filler yang sering dijumpai adalah berbentuk manik-manik kaca dan batang,
partikel seramik seperti quartz (SiO2), litium-aluminium silikat (Li2O.Al2O3.4SiO2) dan kaca
barium (BaO) yang ditambahkan untuk membuat komposit menjadi radiopak.
Ukuran partikel yang sering dipakai berkisar antara 4 hingga 15m. Partikel yang dikategorikan
berukuran besar sehingga mencapai 60m pernah digunakan tetapi permukaan tumpatan akan
menjadi kasar sehingga mengganggu kenyamanan pasien.
Bentuk dari partikel juga terbukti penting karena manik-manik bulat sering terlepas dari material
mengakibatkan permukaan menjadi aus. Bentuk filler yang tidak beraturan mempunyai
permukaan yang lebih baik dan tersedia untuk bonding dan dapat dipertahankan di dalam resin.
Penambahan partikel filler dapat memperbaiki sifat resin komposit:
1. Lebih sedikit jumlah resin, pengerutan sewaktu curing dapat dikurangi
2. Mengurangkan penyerapan cairan dan koefisien ekspansi termal
3. Memperbaiki sifat mekanis seperti kekuatan, kekakuan, kekerasan dan resisten terhadap
abrasi
c) Coupling agent
Komponen penting yang terdapat pada komposit resin yang banyak dipergunakan pada saat ini
adalah coupling agent. Resin akrilik yang awal digunakan tidak berfungsi dengan baik karena
ikatan antara matriks dan filler adalah tidak kuat. Melapiskan partikel filler dengan coupling
agent contohnyavinyl silane memperkuat ikatan antara filler dan matriks. Coupling
agentmemperkuat ikatan antara filler dan matriks resin dengan cara bereaksi secara khemis
dengan keduanya. Ini membolehkan lebih banyak matriks resin memindahkan tekanan kepada
partikel filler yang lebih kaku. Kegunaancoupling agent tidak hanya untuk memperbaiki sifat
khemis dari komposit tetapi juga meminimalisasi kehilangan awal dari partikel filler diakibatkan
dari penetrasi oleh cairan diantara resin dan filler.
Fungsi bagi coupling agent adalah:
1. Memperbaiki sifat fisik dan mekanis dari resin
2. Mencegah cairan dari penetrasi kedalam filler-resin
Struktur komposit dapat terlihat pada gambar 1.
Gambar 1: Struktur komposit dengan matriks resin filler dan coupling agent.
d) Bahan penghambat polimerisasi
Merupakan penghambat bagi terjadinya polimerisasi dini. Monomerdimethacrylate dapat
berpolimerisasi selama penyimpanan maka dibutuhkan bahan penghambat (inhibitor). Sebagai
inhibitor, sering digunakanhydroquinone, tetapi bahan yang sering digunakan pada saat ini
adalahmonometyhl ether hydroquinone.
e) Penyerap ultraviolet (UV)
Ini bertujuan meminimalkan perobahan warna karena proses oksidasi.Camphorquinone dan 9-
fluorenone sering dipergunakan sebagai penyerap UV.
f) Opacifiers
Tujuan bagi penambahan opacifiers adalah untuk memastikan resin komposit terlihat di dalam
sinar-X. Bahan yang sering dipergunakan adalah titanium dioksida dan aluminium dioksida.
g) Pigmen warna
Bertujuan agar warna resin komposit menyamai warna gigi geligi asli. Zat warna yang biasa
dipergunakan adalah ferric oxide, cadmium black, mercuric sulfide, dan lain-lain. Ferric
oxide akan memberikan warna coklat-kemerahan. Cadmium black memberikan warna kehitaman
dan mercuric sulfide memberikan warna merah.
3.3 Klasifikasi
Resin komposit dapat diklasifikasikan atas dua bagian yaitu menurut ukuran filler dan menurut
cara aktivasi.
3.3.1 Ukuran filler
Berdasarkan besar filler yang digunakan, resin komposit dapat diklasifikasikan atas resin
komposit tradisional, resin komposit mikrofiler, resin komposit hibrid dan resin komposit
partikel hibrid ukuran kecil.
a) Resin Komposit Tradisional
Resin komposit tradisional juga dikenal sebagai resin konvensional. Komposit ini terdiri dari
partikel filler kaca dengan ukuran rata-rata 10-20μm dan ukuran partikel terbesar adalah 40μm.
Terdapat kekurangan pada komposit ini yaitu permukaan tambalan tidak bagus, dengan warna
yang pudar disebabkan partikel filler menonjol keluar dari permukaan seperti terlihat
pada gambar 2.
Gambar 2: Partikel filler menonjol keluar permukaan tambalan.
b) Resin Komposit Mikrofiler
Resin mikrofiler pertama diperkenalkan pada akhir tahun 1970, yang mengandung colloidal
silica dengan rata-rata ukuran partikel 0.02μm dan antara ukuran 0.01-0.05μm. Ukuran partikel
yang kecil dimaksudkan agar komposit dapat dipolish hingga menjadi permukaan yang sangat
licin. Ukuran partikel filler yang kecil bermaksud bahan ini dapat menyediakan luas permukaan
filler yang besar dalam kontak dengan resin.
c) Resin Komposit Hibrid
Komposit hibrid mengandung partikel filler berukuran besar dengan rata-rata berukuran 15-
20μm dan juga terdapat sedikit jumlah colloidal silica, dengan ukuran partikel 0.01-0.05μm
seperti terlihat pada gambar 3. Perlu diketahui bahawa semua komposit pada masa sekarang
mengandung sedikit jumlahcolloidal silica, tetapi tidak mempengaruhi sifat-sifat dari komposit
itu.
Gambar 3: Struktur komposit hibrid
d) Resin Komposit Partikel Hibrid Ukuran Kecil
Untuk mendapatkan ukuran partikel yang lebih kecil daripada sebelumnya telah dilakukan
perbaikan metode dengan cara grinding kaca. Ini menyebabkan kepada pengenalan komposit
yang mempunyai partikel filler dengan ukuran partikel kurang dari 1μm, dan biasanya berukuran
0.1-1.0μm seperti terlihat pada gambar 4, yang biasanya dikombinasi dengan colloidal silica.
Partikel filler berukuran kecil memungkinkan komposit dipolish permukaannya sehingga
menjadi lebih rata dibanding partikel filler berukuran besar. Komposit ini dapat mencapai
permukaan yang lebih rata karena setiap permukaan kasar yang dihasilkan dari partikel filler
adalah lebih kecil dari partikel filler.
Gambar 4: Resin komposit partikel hibrid ukuran kecil.
Perbandingan ukuran filler dapat dilihat pada gambar 5.
Gambar 5: Perbandingan ukuran partikel filler pada komposit.
3.3.2 Cara Aktivasi
Cara aktivasi dari resin komposit dapat dibagi dua yaitu dengan cara aktivasi secara khemis dan
aktivasi mempergunakan cahaya.
3.3.2.1 Aktivasi secara khemis
Produk yang diaktivasi secara khemis terdiri dari dua pasta, satu yang mengandung benzoyl
peroxide (BP) initiator dan yang satu lagi mengandung aktivator aromatic amine tertier.
Sewaktu aktivasi, rantai –O–O– putus dan elektron terbelah diantara kedua molekul oksigen (O)
seperti terlihat padagambar 6. Pasta katalis dan base diletakkan di atas mixing pad dan diaduk
dengan menggunakan instrument plastis selama 30 detik. Dengan pengadukan
tersebut, amine akan bereaksi dengan BP untuk membentuk radikal bebas dan polimerisasi
dimulai. Adonan yang telah siap diaduk kemudian dimasukkan ke dalam kavitas dengan
menggunakan instrument plastis atau syringe.
Gambar 6: Aktivasi benzoyl peroxide (BP).
3.3.2.2 Aktivasi mempergunakan cahaya
Sistem aktivasi menggunakan cahaya pertama kali diformulasikan untuk sinar ultraviolet (UV)
membentuk radikal bebas. Pada masa kini, komposit yang menggunakan curing sinar UV telah
digantikan dengan sistem aktivasi sinar tampak biru yang telah diperbaiki kedalaman curing,
masa kerja terkontrol, dan berbagai kebaikan lainnya. Disebabkan kebaikan ini, komposit yang
menggunakan aktivasi sinar tampak biru lebih banyak digunakan dibanding material yang
diaktivasi secara khemis.
Komposit yang menggunakan aktivasi dari sinar ini terdiri dari pasta tunggal yang diletakkan
dalam syringe tahan cahaya. Pasta ini mengandungphotosensitizer, Camphorquinone (CQ)
dengan panjang gelombang diantara 400-500 nm dan amine yang menginisiasi pembentukan
radikal bebas. Bila bahan ini, terkontaminasi sinar tampak biru (visible blue light, panjang
gelombang ~468nm) memproduksi fase eksitasi dari photosensitizer, dimana akan bereaksi
dengan amine untuk membentuk radikal bebas sehingga terjadi polimerisasi lanjutan. Reaksi ini
dapat terlihat pada gambar 7.
Working time bagi komposit tipe ini juga tergantung pada operator. Pasta hanya dikeluarkan dari
tube pada saat ingin digunakan karena terkena sinar pada pasta dapat menginisiasi polimerisasi.
Pasta diisi kedalam kavitas, disinar dengan sinar biru dan terjadi polimerisasi sehingga bahan
resin mengeras.Camphorquinone (CQ) menyerap sinar tampak biru dan membentuk fase eksitasi
dengan melepaskan elektron seperti amine (dimetyhlaminoethyl methacrylate [DMAEMA]).
Gambar “:” menerangkan elektron tunggal yang diberikan oleh amine kepada grup >C=O
(ketone) didalam CQ, seperti terlihat pada gambar 7. Setelah diaktivasi, CQ memisahkan atom
hidrogen daripada karbon-α yang bertentangan dengan grup amine dan hasilnya adalah aminedan
radikal bebas CQ. Radikal bebas CQ ini sudah bersedia untuk diaktivasi.
Gambar 7: Resin komposit diaktivasi oleh sinar.
3.4 Finishing dan polishing
Finishing dapat dilakukan 5 menit setelah dicuring. Finishing dilakukan dengan
menggunakan pisau atau diamond stone. Finishing yang terakhir dapat dilakukan dengan
mengunakan karet abrasif atau rubber cup dan disertai pasta pemolis atau disk aluminium
oksida.
BAB 4
KESIMPULAN
4.1 Kebaikan, kerugian dan kegunaan
4.1.1 Kebaikan
Resin komposit cukup kuat untuk digunakan pada tambalan gigi posterior dan resin komposit
juga tidak berbahaya seperti amalgam yang dapat menyebabkan toksisitas merkuri kepada
pasien. Selain itu, warnanya yang sewarna gigi menyebabkan resin komposit digunakan untuk
tujuan estetik.
4.1.2 Kerugian
Walaupun warna resin komposit sewarna gigi, tapi bahan ini dapat berubah warna selama
pemakaian. Selain itu dapat juga terjadi pengerutan. Pengerutan biasanya akan terjadi dan
menyebabkan perubahan warna pada marginal tambalan. Komposit dengan filler berukuran kecil
dapat dipergunakan sehingga 9 tahun, lebih lekas rusak dibandingkan dengan tambalan
amalgam.
4.1.3 Kegunaan resin komposit
1. Bahan tambalan pada gigi anterior dan posterior ( direct atau inlay)
2. Sebagai veneer mahkota logam dan jembatan (prosthodontic resin)
3. Sebagai pasak.
4. Sebagai semen pada orthodontic brackets, Maryland bridges, ceramic crown, inlay, onlay.
5. Pit dan fisur sealant.
6. Memperbaiki restorasi porselen yang rusak.
SIFAT MEKANIK BAHAN KEDOKTERAN GIGI
Sifat mekanis dibatasi oleh hokum-hukum mekanika, yaitu ilmu fisika yang berhubungan
dengan tekanan dan energy serta efeknya pada benda. Pembahasan lebih berkisar pada keadaan
statik pada keadaan istirahat bukan benda dinamis yang bergerak.
Suatu faktor penting dalam merancang protesa gigi adalah kekuatan yaitu sifat mekanis bahan
yang menjamin bahwa gigi tiruan berfungsi secara efektif, aman, dan tahan untuk jangka waktu
tertentu. Secara umum, kekuatan mengacu pada kemampuan protesa untuk menahan gaya-gaya
yang ada tanpa mengalami patah atau berubah bentuk secara berlebihan.
Sifat mekanik adalah respons yang terukur baik elastik (reversible atau dapat kembali ke bentuk
semula bila tekanan dilepaskan) dan plastik ( irreversible atau tidak dapat kembali ke bentuk
semula atau tidak elastik), dari bahan bila terkena gaya atau distibusi tekanan. Suatu kategori
sifat fisik adalah kelompok sifat mekanis yang nampak paling sering dinyatakan dalam unit
tekanan dan tegangan
TEKANAN DAN REGANGAN
Tekanan adalah gaya per unit daerah yang bekerja pada berjuta-juta atom atau molekul
pada bidang tertentu suatu bahan. Kecuali untuk keadaan melengkung tertentu, contoh dengan
empat titik tekukan dan bentuk tertentu dari obyek tidak seragam , tekanan umumnya berkurang
sebagai suatu fungsi jarak dari daerah gaya atau tekanan yang diaplikasikan.
Suatu tekanan harus didefinisikan menurut jenis dan besarnya. Berdasarkan arah aplikasi gaya,
dapat diklasifikasikan 3 jenis tekanan “tekanan” tarikan, kompresi dan geser. Keadaan tekanan
kompleks yang dihasilkan oleh gaya melengkung atau mengungkit ada pada tekanan
melengkung.
TEKANAN TARIK
Tekanan tarik disebabkan oleh suatu benda yang cenderung meregangkan atau
memperpanjang suatu benda. Tekanan tarik selalu disertai dengan regangan tarik. Ada beberapa
tekanan tarik murni pada kedokteran gigi dan komponen-komponen tekanan tarik dapat
ditemukan bila struktur bersifat lentur meskipun beban kompresi di aplikasikan.
Tekanan Kompresi
Bila suatu benda ditempatkan dibawah beban yang cenderung menekan atau
memendekkannya, ketahanan internal terhadap beban tersebut disebut tekanan kompresi. Untuk
menghitung tekanan tarik dan tekanan kompresi, gaya yang diaplikasikan dibagi dengan
potongan melintang tegak lurus dengan arah gaya.
Tekanan Geser
Suatu tekanan geser cenderung menahan pergeseran dari satu bagian suatu benda ke yang
lain. Tekanan geser dapat juga dihasilkan dengan gerak memutar atau memilin suatu bahan.
Misalnya bila suatu gaya diaplikasikannya sepanjang permukaan email gigi oleh suatu
instrument berujung tajam, sejajar terhadap pertemuan antara email dan braket ortodonsi, braket
tersebut bisa juga terlepas karena kegagalan tekanan geser dari bahan perekat resin. Tekanan
geser dihitung dengan membagi gaya dengan daerah sejajar terhadap arah gaya.
Regangan dapat bersifat elastik atau plastik atau kombinasi keduanya.
Regangan elastik, dapat kembali ke bentuk semula ; regangan tersebut menghilang bila gaya
dibebaskan.
Regangan plastik, merupakan deformasi permanen suatu bahan yang tidak dapat kembali
ke bentuk semula bila gaya dibebaskan.
Bila suatu komponen protesa seperti lengan cengkeram pada gigi tiruan sebagian di ubah
bentuknya melampaui batas elastik masuk ke dalam region deformasi plastik hanya regangan
elastik yang dapt hilang ketika gaya dibebaskan. Jadi, bila dilakukan penyesuaian dengan
menekuk suatu kawat ortodonsi, tepi dari mahkota tiruan, atau cengkeram gigi tiruan dan
kemudian beban gaya dibebaskan, regangan plastis bersifat permanen, tetapi kawat tepi mahkota
tiruan atau cengkeram dapat melenting kembali batasan tertentu begitu terdapat regangan elastis.
SIFAT MEKANIS BERDASARKAN PERUBAHAN ELASTIK
Ada beberapa sifat dan parameter mekanis penting yang mengukur sifat deformasi elastik
atau reversible bahan kedokteran gigi. Parameter tersebut adalah modulus elastik (Modulus
Young atau modulus elastisitas), modulus young dinamik (ditentukan dengan mengukur
kecepatan gelombang ultrasonik), modulus geser, fleksibilitas, resilien dan rasio poisson.
Sifat lain yang ditentukan dari tekanan pada ujung daerah elastik dari titik tekanan-regangan dan
pada awal daerah deformasi plastik( batas kesetimbangan, batas elastik dan kekuatan luluh).
Modulus Elastik(Modulus Young atau Modulus Elastisitas)
Istilah modulus elastik menggambarkan kekerasan atau kekakuan relatif dari suatu bahan,
yang di ukur dengan lereng miring daerah elastic dari diagram tekanan-regangan.
Modulus Young Dinamis
Modulus elastik dapat di ukur dengan metode dinamis serta teknik statik yang telah
dibahas karena kecepatan suara melalui benda padat dapat di ukur dengan gelombang transuder
ultrasonik longitudinal dan transversal serta penerima yang tepat. Berdasarkan pada kecepatan
dan kepadatan suatu bahan, modulus elastik dan rasio poisson dapat ditentukan.
Metode penentuan modulus elastik dinamis tidak begitu sulit dibandingkan dengan uji kompresi
dan uji tarik konvensional tetapi nilai tersebut seringkali lebih tinggi dibandingkan nilai yang
diperoleh dari pengukuran statis.
Fleksibilitas
Ada keadaan yang membutuhkan regangan atau deformasi yang lebih besar pada tekanan
sedang atau kecil. Sebagai contoh, pada piranti ortodonsi sebuah pegas seringkali dibengkokkan
cukup jauh dibawah pengaruh tekanan kecil. Pada keadaan tersebut, struktur di anggap fleksibel
dan mempunyai sifat fleksibilitas. Fleksibilitas maksimal adalah regangan yang terjadi ketika
bahan ditekan sampai batas kesetimbangannya
Resilien
Jarak antara atom-atom meningkat, energi internal meningkat. Sejauh tekanan tidak lebih besar
dibandingkan batas kesetimbangannya, energi ini disebut resilien. Istilah resilien populernya
dihubungkan dengan “kepegasan”, meskipun hal ini berkonotasi lebih luas lagi.
Rasio Poisson
Bila suatu gaya tarik diaplikasikan pada benda , benda tersebut menjadi lebih panjang dan
lebih tipis. Sebaliknya gaya kompresi dapat membuat suatu benda lebih pendek tetapi lebih tebal.
Bila suatu tekanan tarik aksial, Sz pada daerah Z (sumbu panjang vertikal) dari suatu system
koordinasi tergak lurus xyz menghasilkan suatu regangan tarik elastik dan menyertai kontraksi
elastik pada arah x dan y, rasio dari Ix/ I2 atau Iy/Iz adalah sifat teknis suatu bahan yang disebut
Rasio Poisson (n).
SIFAT KELENTURAN
Kekuatan adalah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur atau sejumlah deformasi
plastik tertentu. Kekuatan suatu bahan dapat digambarkan dengan satu atau lebih sifat berikut:
1. Batas Kesetimbangan, tekanan yang bila melebihi nilai tersebut tidak lagi seimbang dengan
regangan.
2. Batas Elastik, tekanan maksimal yang dapat ditahan suatu bahan sebelum bahan tersebut
mengalami deformasi plastik.
3. Kekuatan luluh atau bahan tekanan , tekanan yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu
regangan plastik tertentu.
4. Kekuatan tarik puncak, kekuatan geser, kekuatan kompresi dan kekuatan fleksural, masing-
masing adalah ukuran tekanan yang diperlukan untuk mematahkan bahan.
Kekuatan bukanlah suatu ukuran dari daya tarik atau antar atom, melainkan suatu ukuran gaya
antar-atom bersama-sama pada keseluruhan kawat, silinder, implant, mahkota tiruan, pajak atau
struktur apapun yang terkena tekanan.
SIFAT MEKANIS STRUKTUR GIGI
Banyak sifat mekanik dari struktur gigi manusia yang telah di ukur, tetapi nilai yang
dilaporkan bervariasi dari satu penelitian ke penelitian lain. Tidak diragukan lagi perbedaan
tersebut adalah akibat masalah teknis yang berhubungan dengan persiapan dan pengujian contoh
bahan yang cukup kecil, yang pada beberapa situasi mempunyai panjang kurang dari 1 mm.
Sifat tarik struktur gigi juga di ukur. Dentin dianggap lebih kuat terhadap tarikan(50 mPa)
dibandingkan email(10 mPa). Meskipun kekuatan kompresi email dan dentin dapat
dibandingkan, batas kesetimbangan dan modulus elastisitas email lebih tinggi dibandingkan nilai
yang sama untuk dentin. semakin tinggi modulus elastisitas semakin rendah resiliensi dari email
dibandingkan dengan dentin.
SIFAT MEKANIK LAINNYA
Kekerasan
Kekerasan didefinisikan sebagai banyaknya energi deformasi plastik atau elastik yang
diperlukan untuk mematahkan suatu bahan dan merupakan ukuran dari ketahanan terhadap
fraktur . Kekerasan bergantung pada kekuatan dan kelenturan. Semakin tinggi kekuatan dan
semakin tinggi kelenturan, semakin besar kekerasan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa suatu bahan
keras umumnya kuat, meskipun suatu bahan yang kuat belum tentu keras.
Fraktur kekerasan
Kekuatan suatu bahan lentur seperti logam emas dan beberapa komposit bermanfaat
dalam menentukan tekanan maksimal yang dapat ditahan oleh suatu restorasi yang terbuat dari
bahan tersebut sebelum menjadi deformasi plastis atau fraktur. Untuk bahan rapuh seperti
keramik, kedokteran gigi, nilai kekuatan terbatas dalam desain protesa keramik. Fraktur kekerasa
adalah suatu sifat mekanik yang menggambarkan ketahanan suatu bahan rapuh terhadap
penyebaran goresan dibawah tekanan yang diaplikasikan. Fraktur kekerasan dinyatakan dalam
satuan tekanan x akar kuadrat dari panjang retakan, atau Mpa x m ½ atau dalam bentuk MNxm-
3/2.
Kerapuhan
Kerapuhan adalah ketidakmampuan relatif dari suatu bahan untuk menahan deformasi
plastik sebelum bahan tersebut menjadi patah. Misalnya, amalgam, keramik dan komposit adalah
rapuh pada temperature mulut(5°-55°C). Bahan tersebut menahan sedikit atau tidak sama sekali
regangan plastic sebelum patah. Dengan kata lain, suatu bahan rapuh patah pada atau dekat batas
kesetimbangan.
Abrasi dan Ketahanan Terhadap Abrasi
Kekerasan sering kali digunakan sebagai suatu petunjuk dari kemampuan suatu bahan
menahan abrasi atau pengikisan. Namun, abrasi merupakan mekanisme kompleks pada
lingkungan mulut yang mencakup interaksi antara sejumlah faktor. Untuk alasan ini, peran
kekerasan sebagai suatu prediktor ketahanan abrasi adalah terbatas. Seringkali abrasi digunakan
untuk membandingkan bahan-bahan dengan klasifikasi tertentu, seperti satu merek logam tuang
dengan merek lain jenis logam tuang campuran yang sama. Tapi, kekerasan kurang sahih bila
digunakan untuk mengevaluasi kelas bahan yang berbeda, seperti bahan logam dengan resin
sintetik.
Keterandalan pengujian in vitro terhadap ketahanan abrasi adalah sesuatu yang dirancang
untuk mensimulasi sedekat mungkin jenis abrasi tertentu dimana bahan akan digunakan secara in
vivo. Meskipun demikian, pengujian keausan secara in vitro tidak selalu memprediksi keausan in
vivo secara akurat karena besarnya kerumitan di bidang klinis. Pengikisan email oleh keramik
dan bahan restorasi lainnya telah dketahui. Namun, kekerasan suatu bahan hanyalah satu dari
banyak faktor yang mempengaruhi keausan permukaan email yang berkontak dengan bahan.
Faktor utama lain termasuk tekanan gigitan, frekuensi pengunyahan, sifat abrasif makanan,
komposisi cairan, perubahan temperatur, kekerasan tiap permukaan, sifat fisik bahan, dan
ketidakteraturan permukaan gigi seperti adanya alur (groove), ceruk (pit), atau lingir (ridge)
anatomis yang kecil. Pengikisan email gigi yang berlebihan oleh mahkota keramik lawannya
cenderung terjadi pada pasien dengan tekanan gigit yang kuat dan permukaan keramik yang
kasar. Meskipun klinisi tidak dapat mengendalikan tekanan gigit seorang pasien, mereka dapat
memoles permukaan keramik yang aus untuk mengurangi tingkat keausan email yang destruktif.
B. Kekentalan
Sampai disini, diskusi mengenai sifat fisik bahan kedokteran gigi terutama dititikberatkan
pada sifat bahan padat tersebut yang terpajan berbagai jenis tekanan pada temperatur ruangan
atau temperatur mulut. Namun, kebanyakan, bila tidak semua, logam-logam adalah berwujud
cair pada tahap-tahap tertentu dalam aplikasinya dibidang kedokteran gigi. lebih jauh lagi,
keberhasilan atau kegagalan dari suatu bahan tertentu bergantung pada sifatnya dalam wujud cair
sama seperti sifatnya dalam wujud padat. Misalnya seperti semen dan bahan cetak yang
mengalami perubahan wujud dari cair ke padat di dalam mulut. Produk gipsum yang digunakan
dalam pembentukan model dan ‘die’, serta logam tuang adalah bahan-bahan berbentuk cairan
yang menjadi struktur yang padat di luar mulut. Bahan amorf seperti malam dan resin
nampaknya padat tetapi sebenarnya cairan yang diinginkan dibawah titik normal mengalir seperti
plastik dan mudah dibentuk (irreversible) atau bersifat elastik (reversible) dibawah tekanan
rendah. Cara-cara dimana bahan ini berubah bentuk atau mengalir bila dipajankan pada tekanan
adalah penting dalam penggunaannya dibidang kedokteran gigi. penelitian perihal karakteristik
aliran merupakan dasar dari ilmu reologi.
Meskipun suatu cairan tidak dapat menahan tekanan geser (gaya geser per unit daerah
geser), kebanyakan cairan bila dibuat bergerak, menahan gaya beban yang membuatnya
bergerak. Ketahanan untk bergerak disebut viscositas atau kekentalan dan dikendalikan gaya
friksi internal dalam cairan. Kekentalan adalah ukuran konsistensi suatu cairan beserta
ketidakmampuannya untuk mengalir. Cairan dengan kekentalan tinggi mengalir lambat karena
viscositasnya yang tinggi. Bahan kedokteran gigi yang mempunyai kekentalan yang berbeda bila
digunakan untuk penerapan klinis tertentu. Perbedaan kekentalan ini dikenal oleh asisten dokter
gigi, dokter gigi itu sendiri beserta siswa kedokteran gigi yang membandingkan sifat aliran
semen ionomer-kaca, yang lebih kental daripada semen fosfat, bila keduanya dicampur dengan
tepat sebagai bahan perekat.
Kekentalan dari kebanyakan cairan meningkat cepat dengan meningkatnya temperatur.
Kekentalan bergantung pada perubahan wujud sebelumnya dari cairan. Suatu cairan jenis ini
yang menjadi kurang kental dan lebih cair di bawah tekanan, disebut tiksotropik. Pasta
profilaksis gigi, plaster, semen resin, dan beberapa bahan cetak adalah tiksotropik. Sifat
tiksitropik dari bahan-bahan ini menguntungkan karena membuat bahan tidak mengalir dari
sendok cetak sampai dapat diletakkan diatas jaringan mulut, sedang pasta proflaksis tidak
mengalir dari mangkuk karet sampai mangkuk berputar terhadap gigi yang akan dibersihkan.
Bila bahan-bahan ini diaduk dengan cepat dan kekentalannya diukur, nilai yang lebih rendah
diperoleh dibandingkan bila bahan tersebut tidak diapa-apakan.
C. Struktur dan Relaksasi Tekanan
Setelah suatu senyawa diubah bentuk secara permanen (deformasi plastik), akan ada
tekanan internal yang terjebak. Sebagai contoh, dalam suatu senyawa kristal atom-atom dalam
pola ruang geometrik berubah tempat dan sistem tersebut tidak dalam keseimbangan. Hal yang
sama berlaku untuk struktur amorf, yaitu beberapa molekul menjadi terlalu berdekatan dan yang
lain menjadi terlalu berjauhan setelah senyawa tersebut diubah bentuknya secara permanen.
Diketahui bahwa ternyata situasi tersebut tidaklah stabil. Atom-atom yang berpindah
tidak dalam posisi seimbang. Melalui proses difusi wujud padat yang diatur oleh energi termal,
atom-atom tersebut perlahan-lahan bergerak kembali ke posisi seimbangnya. Hasilnya adalah
suatu perubahan dalam bentuk dan kontur benda padat sebagai manifestasi besar dari pengaturan
kembali posisi atom atau molekul. Bahan tersebut melengkung atau distorsi. Dilepaskannya
tekanan dikenal sebagai relaksasi.
Kecepatan relaksasi meningkat dengan meningkatnya temperatur. Misalnya bila suatu
kawat ditekuk, kawat tersebut cenderung mejadi lurus kembali bila dipanaskan sampai
temperatur tinggi. Pada temperatur kamar, relaksasi atau difusi seperti itu mungkin diabaikan,
namun sebaliknya, ada beberapa bahan kedokteran gigi bukan kristal seperti malam, resin dan
gel, yang ketika dimanipulasi dan didinginkan kemudian dapat mengalami relaksasi (distorsi)
pada temperatur yang meningkat, karena perubahan dimensi akibat relaksasi mungkin
meghasilkan ketidaktepatan piranti kedokteran gigi.
D. ‘Creep’ dan Aliran
Para ahli teknik yang merancang struktur-struktur untuk menahan tekanan dan temperatur
tinggi harus menghadapi sifat reologi (atau aliran) dari bahan padat. Bila suatu logam dipanaskan
pada temperatur mendekati titik leburnya dan dipajankan terhadap tekanan konstan, geseran yang
dihasilkan akan meningkat sebanding dengan fungsi waktu. Creep didefinisikan sebagai geseran
plastik yang bergantung waktu dari suatu bahan dibawah muatan statis atau tekanan konstan.
Fenomena yang berhubungan dengan kelengkungan adalah potensi perubahan bentuk dari
struktur logam mahkota jembatan panjang pada temperatur pembakaran porselen dibawah
pengaruh massa gigi tiruan. Untuk ketebalan tertentu, massa mahkota tiruan yang lebih tinggi
biasanya mengalami tekanan fleksural yang lebih besar, jadi lebih besar fleksural creepnya.
Aliran logam biasanya terjadi begitu temperatur mendekati beberapa ratus derajat dari kisaran
temperatur lebur. Logam yang digunakan dalam kedokteran gigi untuk restorasi tuang atau
substrat untuk vinir porselen mempunyai titik lebur yang sedikit lebih tinggi daripada temperatur
mulut dan karenanya tidak rentan terhadap deformasi ‘creep’ kecuali bila dipanaskan sampai
temperatur yang amat tinggi.pengecualian yang paling penting adalah amalgam kedokteran gigi
yang memiliki komponen dengan titik lebur hanya sedikit diatas temperatur ruangan. Karena
kisaran leburnya rendah, amalgam kedokteran gigi dapat mengalir perlahanpada daerah gigi yang
direstorasi, dibawah tekanan periodik yang dipertahankan seperti yang terjadi pada pasien yang
mempunyai kebiasaan clenching. Karena creep menyebabkan deformasi plastik terus-menerus,
proses tersebut dapat merusak bahan restorasi.
Istilah yang hampir sinonim adalah aliran. Diingatkan kembali bahwa aliran digunakan
dalam diskusi sifat reologi dari cairan dan sekarang diterapkan pada bahan amorf yang tidak
mengherankan bila kita mempertimbangkan strukturnya. Silly putty adalah contoh yang baik
untuk substansi tesebut. Bahan tersebut patah pada tingkat regangan yang cepat, namun bila
ditempatkan sebagai suatu bulatan pada meja dan dibiarkan beberapa waktu bahan tersebut akan
menjadi gepeng karena beratnya sendiri.
Istilah ‘aliran’ bukan ‘creep’, umumnya digunakan dalam kedokteran gigi untuk
menggambarkan reologi dalam bahan amorf seperti malam. Aliran dari malam adalah ukuran
dari kemampuannya untuk berubah bentuk dibawah muatan statis yang kecil, bahkan
dihubungkan dengan massanya sendiri. Meskipun creep atau aliran dapat diukur dibawah
berbagai jenis tekanan, kompresi biasanya digunakan dalam pengujian bahan kedokteran gigi.
sebuah silinder dengan ukuran tertentu dipajankan terhadap tekanan kompresif tertentu untuk
waktu dan temperatur tertentu. Creep atau aliran diukur sebagai persentasi pemendekan yang
terjadi dengan kondisi pengujian ini. Creep adalah pertimbangan penting bagi bahan kedokteran
gigi apapun, yang harus dipertahankan pada temperatur yang mendekati titik leleh untuk periode
yang diperpanjang.
E. Warna dan Persepsi Warna
Bagian selanjutnya membahas sifat-sifat yang diperlukan agar suatu bahan dapat merestorasi
fungsi dari jaringan asli yang rusak atau hilang. Tujuan lain dari perawatan gigi yang juga
penting adalah merestorasi warna dan penampilan gigi asli. Pertimbangan estetik dalam
kedokteran gigi restoratif dan prostetik dianggap menduduki prioritas tinggi dalam beberapa
dekade terakhir ini. Sebagai contoh, pencarian bahan restorasi untuk tujuan umum yang ideal,
bahan pengisi langsung dan bahan restorasi sewarna gigi adalah suatu tantangan dalam berbagai
penelitian bahan kedokteran gigi akhir-akhir ini.
Karena dentistri estetika sangat mementingkan kemampuan artistik dokter gigi dan teknisi,
pengetahuan mengenai prinsip ilmu yang mendasari bahan kedokteran gigi adalah penting. Itu
khususnya berlaku untuk restorasi yang makin populer yang melibatkan bahan keramik.
Cahaya adalah radiasi elektromagnetik yang dapat terdeteksi oleh mata manusia. Mata sensitif
terhadap panjang gelombang lebih kurang 400 (ungu) sampai 700 nm (merah gelap). Intensitas
cahay yang dipantulkan dan kombinasi intensitas panjang gelombang yang ada pada pancaran
cahaya menentukan sifat penampilan (corak, nilai dan kroma). Agar suatu obyek dapat dilihat,
obyek harus memantulkan atau meneruskan cahaya yang diterimanya dari sumber dari luar. Hal
yang terakhir merupakan obyek yang menarik dalam bidang kedokteran gigi. Cahaya yang ada
biasanya plikromatik, yaitu beberapa campuran dari berbagai panjang gelombang. Cahaya yang
ada diserap atau dihamburkan secara selektif atau keduanya, pada panjang gelombang tertentu.
Distribusi spektrum dan cahaya yang dipantulkan atau diteruskan mempunyai cahaya yang
terlihat, meskipun panjang gelombang tertentu menjadi kurang besarnya.
Fenomena penglihatan dan istilah tertentu dapat digambarkan dengan mempertimbangkan
respons mata manusia terhadap cahaya yang datang dari suatu obyek. Cahaya dari suatu obyek
yang diterima mata difokuskan pada retina dan diubah menjadi impuls saraf yang diteruskan ke
otak. Sel yang berbentuk konus pada retina mata bertanggungjawab atas penglihatan mata. Sel-
sel ini memiliki ambang intensitas yang diperlukan untuk melihat warna dan juga menunjukkan
suatu kurva respons yang berhubungan dengan panjang gelombang cahaya yang ada. Mata
paling sensitif pada daerah hijau-kuning (panjang gelombang 550 nm), dan paling tidak sensitif
pada kedua nilai ekstrem, yaitu merah atau biru.
Karena respons saraf menyangkut penglihatan warna, stimulasi terus-menerus dari suatu warna
bisa menyebabkan kelelahan warna dan penurunan respons mata. Sinyal dari retina direspons
oleh otak untuk menghasilkan persepsi warna psiko-fisiologis. Defek pada bagian tertentu dari
reseptor penerima warna menyebabkan kebutaan warna yang berbeda-beda, jadi manusia
bervariasi kemampuannya dalam membedakan warna. Dalam pengertian ilmiah, seseorang
mungkin menyamakan mata manusia normal dengan kalorimeter yang amat sensitif terhadap
perbedaan warna, yaitu suatu instrumen ilmiah yang mengukur intensitas dan panjang
gelombang cahaya. Meskipun kalorimeter lebih tajam dari mata manusia dalam mengukur
sedikit perbedaan warna pada obyek berwarna, hal ini dapat menjadi tidak akurat bila digunakan
pada permukaan kasar atau melengkung. Mata dapat membedakan antara warna yang terlihat
berdampingan pada permukaan halus atau tidak teratur, baik melengkung ataupun datar.
Tiga Dimensi Warna. Penggambaran verbal warna tidak cukup tepat untuk menggambarkan
penampilan gigi. untuk menggambarkan warna ungu kecoklatan yang disebut puce, kamus New
International Webster, edisi ketiga mendefinisikan kata tersebut sebagai merah tua yang lebih
kuning dan kurang pekat dari buah cranberry, lebih pucat dan sedikit lebih kuning dari dari rata-
rata batu garnet, lebih biru kurang pekat, dan sedikit lebih muda dari buah delima, dan lebih biru
serta lebih pucat dari rata-rata anggur. Definisi ini terlalu rumit bila digunakan untuk
mengambarkan warna yang diinginkan dari suatu mahkota gigi tiruan bagi teknisi laboratorium.
Jadi penggambaran tertulis tidak selalu secara jelas dan nyata dan memungkinkan seseorang
untuk mengerti warna yang dimaksud. Untuk menggambarkan secara akurat persepsi kita
terhadap suatu cahaya yang dipantulkan dari permukaan gigiatau restorasi, ada 3 variabel yang
harus diukur. Secara kuantitatif warna dan penampilan harus digambarkan dalam 3 dimensi
ruang warna dengan mengukur corak, nilai dan kroma. Corak digambarkan sebagai warna
dominan dari suatu obyek, misalnya merah, hijau, atau biru. Ini mengacu pada panjang
gelombang dominan yang ada didistribusi spektrum. Kelanjutan dari corak ini menciptakan
warna penuh.
Untuk obyek yang mendifusikan cahaya dan memantulkan cahaya seperti gigi atau mahkota gigi
tiruan, atau pantulan berkilau, nilai adalag terang atau gelap suatu warna yang dapat diukur
diluar corak. Kroma mewakili derajat kejenuhan suatu corak tertentu seperti nilai yang bervariasi
dalam arah vertikal, kroma bervariasi dalam arah berputar. Warna dipusat lebih pudar (abu-abu).
Dengan kata lain makin tinggi kroma, warna makin tajam. Kroma tidak berdiri sendiri tetapi
selalu dihubungkan dengan corak dan nilai.
Dikamar praktik atau laboratorium gigi, penyesuaian warna dikerjakan dengan menggunakan
petunjuk warna (shade guide) untuk memilih warna vinir keramik, inlay, atau mahkota tiruan
yang akan dibuat oleh teknisi laboratorium.
F. Sifat Termofisika
Konduktivitas Termal. Penyaluran panas melalui senyawa padat biasa terjadi dengan bantuan
konduksi. Konduksi panas terjadi melalui interaksi getaran-getaran ruang geometrik dan dengan
derakan elektron serta interaksinya dengan atom. Konduktivitas termal adalah pengukuran
termofisika mengenai seberapa baik panas disalurkan melalui suatu bahan dengan aliran
konduksi. Kecepatan aliran panas melalui suatu struktur adalah sebanding baik terhadap daerah
(tegak lurus dengan arah aliran panas) melalui mana panas tersebut dikonduksikan dan terhadap
gradien temperatur sepanjang struktur tersebut. Jadi bila suatu struktur mengandung pori-pori
yang cukup banyak, kemamuan daerah untuk melakukan konduksi berkurang dan kecepatan
aliran panas berkurang.
Difusi Termal. Nilai difusi termal suatu bahan mengendalikan besarnya waktu perubahan
temperatur begitu panas melewati suatu bahan. Besarnya dapat diukur pada saat suatu benda
dengan temperatur yang tidak sama mencapai keseimbangan termal. Meskipun konduktor termal
dari Oksida Seng-Eugenol sedikit lebih rendah daripada dentin, difusinya lebih dari 2 kali yang
dimiliki dentin. Akar pangkat dua dari difusi termal adalah proporsi tidak langsung dari
kemampuan isolator, sedang ketebalan dari basis semen adalah langsung berhubungan dengan
kemampuannya sebagai isolator. Jadi, ketebalan pelapik (linear) adalah faktor isolasi termal
yang lebih penting daripada difusi termal.
Koefisien Ekspansi Termal. Sifat termal yang terkadang penting bagi dokter gigi
adalahkoefisien ekspansi termal linier yang didefinisikan sebagai perubahan panjang per unit
panjang asal suatu benda bila temperatur dinaikkan 10C. Restorasi gigi mungkin mengalami
ekspansi atau kontraksi yang lebih besar daripada gigi asli selama ada perubahan temperatur, jadi
restorasi mungkin bocor atau terlepas ikatannya dari gigi. koefiesien ekspansi yang tinggi dari
malam inlay juga penting karena bahan tersebut amat rentan terhadap perubahan temperatur.
Misalnya, pola malam yang akurat, cocok dengan gigi yang telah dipreparasi, berkontraksi nyata
bila diangkat dari gigi atau dari suatu die pada suasana asam dan kemudian disimpan pada
suasana yag lebih dingin. Perubahan dimensi ini terjadi pula pada restorasi tuang yang dibuat
dengan proses model malam. Sama seperti, elemen gigi tiruan yang disusun pada basis malam
dilaboratorium yang cukup panas, mungkin berubah posisinya dalam mulut begitu basis gigi
tiruan dipindahkan ke ruangan yang lebih dingin sebelum dilakukan proses pembuatan gigi
tiruan.