17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Demam Berdarah Dengue (DBD) 1. Pengertian a. Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes aegypty (DKK Banyumas, 2011). b. Demam Berdarah Dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypty. Penyakit DBD dapat menyerang anak-anak dan orang dewasa (Dinkes Jateng, 2005). c. Menurut Junaedi dalam Riyadi & Suharsono (2010), Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang terdapat pada anak-anak dan orang dewasa. Jadi Demam Berdarah Dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypty yang menyerang anak-anak dan orang dewasa yang ditandai dengan demam. 2. Penyebab dan cara penularan Menurut Dinkes Jateng (2005), Penyebab penyakit DBD ada 4 tipe (Tipe 1, 2, 3, dan 4), termasuk dalam group B Antropod Borne Virus (Arbovirus). Dengue tipe -3 merupakan serotip virus yang dominan yang menyebabkan kasus yang berat. Masa inkubasi penyakit demam berdarah dengue diperkirakan < 7 hari. Penularan penyakit demam berdarah dengue 9

jhptump-a-wawansiswa-622-2-babii

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pdf

Citation preview

Page 1: jhptump-a-wawansiswa-622-2-babii

9  

  

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Demam Berdarah Dengue (DBD)

1. Pengertian

a. Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

dengue yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita

melalui gigitan nyamuk Aedes aegypty (DKK Banyumas, 2011).

b. Demam Berdarah Dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh

virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypty. Penyakit DBD

dapat menyerang anak-anak dan orang dewasa (Dinkes Jateng, 2005).

c. Menurut Junaedi dalam Riyadi & Suharsono (2010), Demam Berdarah

Dengue adalah penyakit yang terdapat pada anak-anak dan orang dewasa.

Jadi Demam Berdarah Dengue adalah penyakit menular yang

disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypty

yang menyerang anak-anak dan orang dewasa yang ditandai dengan demam.

2. Penyebab dan cara penularan

Menurut Dinkes Jateng (2005), Penyebab penyakit DBD ada 4 tipe

(Tipe 1, 2, 3, dan 4), termasuk dalam group B Antropod Borne Virus

(Arbovirus). Dengue tipe -3 merupakan serotip virus yang dominan yang

menyebabkan kasus yang berat. Masa inkubasi penyakit demam berdarah

dengue diperkirakan < 7 hari. Penularan penyakit demam berdarah dengue

9

Page 2: jhptump-a-wawansiswa-622-2-babii

10  

  

umumnya ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepty meskipun

dapat juga ditularkan oleh Aedes Albopictus yang hidup dikebun.

Cara penularan virus dengue yaitu virus masuk ketubuh manusia

melalui gigitan nyamuk selanjutnya beredar dalam sirkulasi darah selama

periode sampai timbul gejala demam. Periode ini dimana virus beredar

didalam sirkulasi darah manusia disebut fase viremia. Apabila nyamuk yang

belum terinfeksi menghisap darah manusia dalam fase viremia maka virus

akan masuk kedalam tubuh nyamuk dan berkembang selama periode 8-10

hari sebelum virus siap di transmisikan kepada manusia lain. Rentang waktu

yang diperlukan untuk inkubasi ekstrinsik tergantung pada kondisi

lingkungan terutama temperatur sekitar. Siklus penularan virus dengue dari

manusia – nyamuk – manusia dan seterusnya (ecological of dengue

infection) (Djunaedi, 2006).

3. Tanda dan gejala klinis

Demam Berdarah Dengue (DBD) ditandai oleh demam mendadak

tanpa sebab yang jelas disertai dengan gejala lain seperti lemah, nafsu

makan berkurang, muntah, nyeri pada anggota badan, punggung, sendi,

kepala dan perut. Gejala-gejala tersebut menyerupai influensa biasa. Pada

hari ke-2 dan ke-3 demam muncul bentuk perdarahan yang beraneka ragam

dimulai dari yang paling ringan sampai berupa perdarahan dibawah kulit,

perdarahan gusi, epistaksis, sampai perdarahan yang hebat sampai muntah

darah akibat perdarahan lambung, melena, dan juga hematuria masif. Selain

perdarahan juga terjadi syok yang biasanya dijumpai saat demam telah

Page 3: jhptump-a-wawansiswa-622-2-babii

11  

  

menurun antara hari ke-3 dan ke-7 dengan tanda-tanda makin lemah, ujung-

ujung jari, telinga, dan hidung teraba dingin dan lembab (Ngastiah, 2005).

Menurut Misnadiarly (2009), tanda atau gejala awal perjalanan

penyakit DBD yaitu panas tinggi tanpa sebab jelas yang timbul mendadak

dan terus-menerus, badan lemah atau lesu, ujung jari kaki dan tangan teraba

dingin atau lembab. Selanjutnya demam yang akut, selama 2-7 hari, dengan

2 atau lebih gejala sebagai berikut : nyeri kepala, nyeri otot, nyeri

persendian, bintik-bintik pada kulit sebagai manifestasi perdarahan dan

leukopenia.

4. Derajat dan klasifikasi

Menurut World Health Organization (1997), DBD diklasifikasikan

menjadi 4 tingkat keparahan.

Derajat I : Demam disertai dengan gejala konstitusional non-spesifik,

satu-satunya manifestasi perdarahan adalah tes torniket positif

dan muntah memar.

Derajat II : Perdarahan spontan selain manifestasi pasien pada Derajat I,

biasanya pada bentuk perdarahan kulit atau perdarahan lain.

Derajat III : Gagal sirkulasi dimanifestasikan dengan nadi cepat dan

lemah serta penyempitan tekanan nadi atau hipotensi, dengan

adanya kulit dingin dan lembab serta gelisah.

Derajat IV : Syok hebat dengan tekanan darah atau nadi tidak terdeteksi.

Page 4: jhptump-a-wawansiswa-622-2-babii

12  

  

Klasifikasi DBD menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia

(2010) yaitu:

a. Dengue tanpa tanda bahaya dan dengue dengan tanda bahaya (dengue

without warning signs). Kriteria dengue tanpa tanda bahaya dan dengue

dengan tanda bahaya:

1) Bertempat tinggal di atau bepergian ke daerah endemik dengue.

2) Demam disertai 2 dari hal berikut : Mual, muntah, ruam, sakit dan

nyeri, uji torniket positif, lekopenia, adanya tanda bahaya.

3) Tanda bahaya adalah Nyeri perut atau kelembutannya, muntah

berkepanjangan, terdapat akumulasi cairan, perdarahan mukosa,

letargis, lemah, pembesaran hati > 2 cm, kenaikan hematokrit seiring

dengan penurunan jumlah trombosit yang cepat.

4) Dengue dengan konfirmasi laboratorium (penting bila bukti kebocoran

plasma tidak jelas)

b. Dengue berat (severe dengue). Kriteria dengue berat : Kebocoran plasma

berat, yang dapat menyebabkan syok (DSS), akumulasi cairan dengan

distress pernafasan. Perdarahan hebat, sesuai pertimbangan klinisi

gangguan organ berat, hepar (AST atau ALT ≥ 1000, gangguan

kesadaran, gangguan jantung dan organ lain). Untuk mengetahui adanya

kecenderungan perdarahan dapat dilakukan uji tourniquet.

5. Pencegahan penyakit

Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2011), cara

pencegahan DBD yaitu dengan PSN BDB melalui 3M Plus.

Page 5: jhptump-a-wawansiswa-622-2-babii

13  

  

a. Menguras tempat penampungan air sekurangnya seminggu sekali

b. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air

c. Mengubur, mengumpulkan, memanfaatkan atau menyingkirkan barang-

barang bekas yang dapat menampung air hujan seperti kaleng bekas,

plastik bekas, dll

d. Plus

1) Ganti air vas bunga, tempat minuman burung dan tempat lainya

seminggu sekali

2) Perbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar atau rusak

3) Tutup lubang pada potongan bambu, pohon, dan lainya misalnya

dengan tanah

4) Menaburi racun pembasmi jentik (larvasidasi) khususnya bagi tempat

penampungan air yang sulit dikuras atau daerah sulit air

5) Menebar ikan pemakan jentik seperti kepala timah, gepi, ditempat

penampungan air yang ada disekitar rumah

6) Tidur memakai kelambu

7) Memakai obat nyamuk

8) Memasang kawat kasa pada lubang angin di rumah

Sedangkan Menurut Misnadiarly (2009), pencegahan penyakit demam

berdarah dengue mencakup:

a. Terhadap nyamuk perantara

1) Pemberantasan nyamuak Aedes Aegypti telur dan induknya yaitu

dengan cara 3 M yaitu menguras, menutup dan mengubur. Kuras bak

Page 6: jhptump-a-wawansiswa-622-2-babii

14  

  

mandi seminggu sekali (menguras), tutup penyimpanan air rapat-

rapat (menutup), dan kubur kaleng, ban bekas dan lain-lain

(mengubur). Menaburkan bubuk abate (abatisasi) pada kolam atau

tempat penampungan bak air yang sulit dikuras untuk membunuh

jentik nyamuk.

2) Memberantas nyamuk dewasa, yaitu membersihkan tempat-tempat

yang disukai nyamuk untuk beristirahat, antara lain: tidak

menggantung baju bekas pakai (nyamuk sangat suka bau manusia),

memasang kasa nyamuk pada ventilasi dan jendela rumah,

melindungi bayi ketika tidur dipagi dan siang hari dengan kelambu,

menyemprot obat nyamuk rumah di pagi dan sore hari (jam 08.00

dan 18.00). Perhatikan kebersihan sekolah, apabila kelas gelap dan

lembab semprot dengan obat nyamuk terlebih dahulu sebelum

pelajaran dimulai. Pengasapan atau fogging dilakukan apabila

dijumpai penderita yang dirawat atau meninggal.

b. Terhadap diri kita

1) Memperkuat daya tahan tubuh dan melindungi dari gigitan nyamuk.

2) Menghindari gigitan nyamuk di sepanjang siang hari (pagi sampai

sore) karena nyamuk Aedes Aegypti aktif di siang hari (bukan di

malam hari).

3) Jika berada lokasi-lokasi yang banyak nyamuk di siang hari,

terutama di daerah yang ada penderita DBD. Kenakan pakaian yang

lebih tertutup, celana panjang dan kemeja panjang. Gunakan cairan

Page 7: jhptump-a-wawansiswa-622-2-babii

15  

  

atau cream anti nyamuk (mosquito reppellant) pada bagian badan

yang tidak tertutup.

c. Terhadap lingkungan

1) Mengubah perilaku hidup sehat terutama kesehatan lingkungan.

2) Awasi lingkungan di dalam dan di halaman rumah.

3) Buang atau timbun benda-benda yang tidak berguna yang dapat

menampung air atau simpan sedemikian rupa sehingga tidak

menampung air.

4) Tabur serbuk abate pada bak mandi dan tempat penampungan air

lainya, pada parit atau selokan didalam dan sekitar rumah terutama

apabila selokan itu airnya tidak mengalir atau kurang mengalir.

5) Kolam atau aquarium jangan dibiarkan kosong tanpa ikan, isilah

dengan ikan pemakan jentik nyamuk.

6) Semprot sudut-sudut rumah dan halaman yang merupakan tempat

berkeliaran nyamuk dengan obat semprot nyamuk apabila tampak

nyamuk berkeliaran dipagi, siang atau sore hari.

7) Apabila ada salah satu orang penghuni rumah yang positif atau

diduga menderita DBD, segera semprot seluruh bagian rumah dan

halaman dengan obat semprot nyamuk dipagi, sing, sore hari

sekalipun penderita tersebut sudah dirawat di rumah sakit.

6. Pengobataan

Pengobatan yang spesifik DBD belum ada. Dasar pengobatan

penderita penyakit DBD simptomatis adalah penggantian cairan tubuh yang

Page 8: jhptump-a-wawansiswa-622-2-babii

16  

  

hilang karena kebocoran plasma ( Depkes RI, 2005). Pada tubuh orang yang

terkena DBD, darah mengalami kehilangan plasma. Plasma merembes

keluar pembuluh plasma. Pada tingkat kekentalan tertentu sirkulasi

terganggu. Infus cairan mencegah terjadinya kegagalan sirkulasi, sehingga

syok yang dapat dicegah. Obat kusus yang digunakan yaitu dengan

menggunakan cairan infus (Nadesul, 2007).

7. Morfologi Aedes aegypti

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2008), Nyamuk

Aedes aegypti mempunyai morfologi sebagai berikut:

a. Nyamuk dewasa

Nyamuk dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan

rata-rata nyamuk lain dan mempunyai warna dasar hitam dengan bintik-

bintik putih pada bagian badan dan kaki. Nyamuk Aedes aegypti jantan

mengisap cairan tumbuhan atau sari bunga untuk keperluan hidupnya

sedangkan yang betina mengisap darah. Umur nyamuk betina dapat

mencapai 2-3 bulan. Nyamuk betina ini lebih menyukai darah manusia

daripada binatang (bersifat antropofilik). Darah (proteinnya) diperlukan

untuk mematangkan telur agar jika dibuahi oleh sperma nyamuk jantan,

dapat menetas. Biasanya nyamuk betina mencari mangsanya pada siang

hari. Aktivitas menggigit biasanya mulai pagi sampai petang hari, dengan

2 puncak aktifitas antara pukul 09.00-10.00 dan 16.00-17.00. Tidak

seperti nyamuk lain, Aedes aegypti mempunyai kebiasaan mengisap

darah berulang kali (multiple bites) dalam satu siklus gonotropik, untuk

Page 9: jhptump-a-wawansiswa-622-2-babii

17  

  

memenuhi lambungnya dengan darah. Dengan demikian nyamuk ini

sangat efektif sebagai penular penyakit. Setelah mengisap darah, nyamuk

ini hinggap (beristirahat) di dalam atau kadang-kadang di luar rumah

berdekatan dengan tempat perkembangbiakannya. Biasanya di tempat

yang agak gelap dan lembab.

b. Kepompong

Stadium kepompong berlangsung antara 2–4 hari. Setelah lahir

(keluar dari kepompong), nyamuk istirahat di kulit kepompong untuk

sementara waktu. Beberapa saat setelah itu sayap meregang menjadi

kaku, sehingga nyamuk mampu terbang mencari mangsa atau darah.

Kepompong (pupa) berbentuk seperti ’koma’. Bentuknya lebih besar

namun lebih ramping dibanding jentik (larva). Pupa berukuran lebih kecil

jika dibandingkan dengan rata-rata pupa nyamuk lain.

c. Jentik (larva)

Stadium jentik biasanya berlangsung 6-8 hari. Ada 4 tingkat

(instar) jentik sesuai dengan pertumbuhan larva tersebut, yaitu:

1) Instar I : berukuran paling kecil, yaitu 1-2 mm

2) Instar II : 2,5-3,8 mm

3) Instar III : lebih besar sedikit dari larva instar II

4) Instar IV : berukuran paling besar 5 mm.

Larva instar IV akan berubah menjadi pupa yang berbentuk bulat

gemuk menyerupai koma. Untuk menjadi nyamuk dewasa diperlukan

waktu 2-3 hari. Suhu untuk perkembangan pupa yang optimal sekitar

Page 10: jhptump-a-wawansiswa-622-2-babii

18  

  

270C - 300C, tidak memerlukan makanan tetapi memerlukan udara. Pada

stadium pupa ini akan dibentuk alat-alat tubuh nyamuk seperti sayap,

kaki, alat kelamin, dan bagian tubuh lainnya.

d. Telur

Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan perkembangan telur

mulai dari nyamuk mengisap darah sampai telur dikeluarkan biasanya

bervariasi antara 3-4 hari. Jangka waktu tersebut disebut satu siklus

gonotropik (gonotropic cycle). Pada umumnya telur akan menetas

menjadi jentik dalam waktu ±2 hari setelah telur terendam air. Telur

berwarna hitam dengan ukuran ±0,80 mm, berbentuk oval yang

mengapung satu persatu pada permukaan air yang jernih, atau menempel

pada dinding tempat penampung air.

8. Tempat perkembang biakan

Menurut Depkes RI (2008), Jenis tempat perkembang-biakan nyamuk

Aedes aegypti dapat dikelompokkan sebagai berikut:

a. Tempat penampungan air (TPA) untuk keperluan sehari-hari, seperti:

drum, tangki reservoir, tempayan, bak mandi atau wc, dan ember.

b. Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari seperti:

tempat minum burung, vas bunga, perangkap semut dan barang-barang

bekas (ban, kaleng, botol, plastik dan lain-lain).

c. Tempat penampungan air alamiah seperti: lobang pohon, lobang batu,

pelepah daun, tempurung kelapa, pelepah pisang dan potongan bambu.

Page 11: jhptump-a-wawansiswa-622-2-babii

19  

  

B. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Demam Berdarah

Dengue (DBD)

1. Agen (Penyebab)

Menurut Dinkes Jateng (2005), Penyebab penyakit DBD ada 4 tipe

(Tipe 1, 2, 3, dan 4), termasuk dalam group B Antropod Borne Virus

(Arbovirus). Dengue tipe 3 merupakan serotip virus yang dominan yang

menyebabkan kasus yang berat. Penularan penyakit demam berdarah

dengue umumnya ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepty

meskipun dapat juga ditularkan oleh Aedes Albopictus yang hidup dikebun.

Selain itu, spesies Aedes polynesiensis dan beberapa spesies dari kompleks

Aedes scutellaris juga dapat berperan sebagai vektor yang mentransmisikan

virus dengue (Djunaedi, 2006).

2. Host (Penjamu)

a. Umur

Menurut Djunaedi (2006), selama tahun 1986-1973 sebesar kurang dari

95% kasus DBD adalah anak dibawah umur 15 tahun. Selama tahun

1993-1998 meskipun sebagian besar kasus DBD adalah anak berumur 5-

14 tahun, namun nampak adanya kecenderungan peningkatan kasus

berumur lebih dari 15 tahun. Dengan kata lain, DBD banyak dijumpai

pada anak berumur 2-15 tahun. DBD lebih banyak menyerang anak-anak,

tetapi dalam dekade terakhir ini terlihat adanya kecenderungan kenaikan

proporsi penderita penyakit DBD pada orang dewasa (Dinkes Jateng,

2005).

Page 12: jhptump-a-wawansiswa-622-2-babii

20  

  

b. Jenis Kelamin

Sejauh ini tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap serangan

DBD dikaitkan dengan perbedaan jenis kelamin (gender). Di Philiphines

dilaporkan bahwa rasio antara jenis kelamin adalah 1:1. Demikin pula di

Thailan dilaporkan tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap

serangan DBD antara anak laki-laki dan perempuan (Djunaedi, 2006).

c. Faktor internal manusia (Perilaku manusia)

Perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktifitas yang timbul

karena adaya stimulus dan respon serta dapat diamati secara langsung

maupun tidak langsung (Sunaryo, 2004). Menurut Skiner (1938) dalam

Notoatmodjo (2007) perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang

terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku manusia merupakan

salah satu faktor yang banyak memegang peranan dalam menentukan

derajat kesehatan suatu masyarakat (Noor, 2008).

Bentuk perilaku dibagi menjadi:

1) Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang (over behaviour). Perilaku yang

didasari oleh pengetahuan akan lebih baik daripada perilaku yang

tidak didasari oleh pengetahuan, biasanya pengetahuan seseorang

Page 13: jhptump-a-wawansiswa-622-2-babii

21  

  

diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber

(Notoatmodjo, 2003).

2) Sikap

Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap stimulus atau objek, baik yang bersifat interen

maupun eksteren sehingga manifestasi dari sikap tidak dapat langsung

dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku

yang tertutup tersebut. Tingkatan sikap adalah menerima, merespon,

menghargai, dan bertanggung jawab. Sikap seseorang sangat

mempengaruhi perilaku baik sikap positif maupun negatif (Sunaryo,

2004).

3) Praktik atau tindakan

Menurut Notoatmodjo (2007), praktik atau tindakan adalah

sesuatu yang dilakukan atau perbuatan. Tindakan terdiri dari empat

tingkatan yaitu:

(a) Perception (Persepsi), mengenal dan memilih berbagai object

sehubungan dengan tindakan yang akan diambil

(b) Guided response (Respon terpimpin), melakukan sesuatu sesuai

dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh.

(c) Mechanism (Mekanisme), apabila seseorang telah dapat

melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu

sudah merupakan kebiasaan.

Page 14: jhptump-a-wawansiswa-622-2-babii

22  

  

(d) Adoption (Adopsi), suatu praktek atau tindakan yang sudah

berkembang dengan baik. Tindakan itu sudah dimodifikasinya

tanpa mengurangi kebenaran tindakan.

Hasil penelitian Tedi (2005), membuktikan bahwa pengetahuan, sikap,

dan praktik (tindakan) ada hubungan yang signifikan dengan kejadian

Demam Berdarah Dengue.

3. Environment (lingkungan)

a. Lingkungan fisik yaitu keadan fisik sekitar manusia yang berpengaruh

terhadap manusia baik secara langsung, maupun terhadap lingkungan

biologis dan lingkungan sosial manusia (Noor, 2008). Faktor

lingkungan fisik yang berpengaruh terhadap kejadian DBD antara lain:

suhu udara. Nyamuk dapat bertahan pada suhu udara rendah, tetapi

metabolismenya menurun atau bahkan berhenti bila suhunya turun

dibawah suhu krisis. Pada suhu yang lebih tinggi 350C juga mengalami

perubahan dalam arti lebih lambat proses-proses fisiologis, rata-rata

suhu optimum untuk pertumbuhan nyamuk adalah 250C – 300C.

Pertumbuhan nyamuk akan berhenti sama sekali bila suhu kurang 100C

atau lebih dari 400C ( Depkes RI, 2008).

b. Lingkungan Biologis yaitu terdiri dari makhluk hidup yang bergerak,

baik yang dapat dilihat maupun tidak (manusia, hewan, kehidupan

akuatik, amuba, virus, plangton). Makhluk hidup tidak bergerak

(tumbuhan, karang laut, bakteri, dll). Faktor lingkungan biologis yang

berpengaruh terhadap kejadian DBD antara lain, (Keberadaan jentik,

Page 15: jhptump-a-wawansiswa-622-2-babii

23  

  

kontainer, tanaman hias atau tumbuhan, indeks jentik (host indeks,

container indeks, breatu indeks).

c. Lingkungan sosial yaitu bentuk lain selain fisik dan biologis. Faktor

lingkungan sosial yang berpengaruh terhadap kejadian DBD adalah

kepadatan penduduk dan mobilitas. Kepadatan penduduk yang tinggi

akan mempermudah terjadinya infeksi virus dengue, karena daerah

yang berpenduduk padat akan meningkatkan jumlah insiden kasus DBD

tersebut. Mobilitas penduduk memegang peranan penting pada

transmisi penularan infeksi virus dengue. Salah satu faktor yang

mempengaruhi penyebaran epidemi dari Queensland ke New South

Wales pada tahun 1942 adalah perpindahan personil militer dan

angkatan udara, karena jalur transportasi yang dilewati merupakan jalul

penyebaran virus dengue (Sutaryo, 2005)

Page 16: jhptump-a-wawansiswa-622-2-babii

24  

  

C. Kerangka Teori Penelitian

Gambar 2.1. Kerangka Teori Penelitian

(Sumber : Noor, 2008; Notoatmodjo, 2003, 2007; Sunaryo, 2004, Djunaedi, 2006;

Sutaryo, 2005)

Faktor Environment (Lingkungan) - Lingkungan fisik (ketinggian dari

permukaan laut, suhu, curah hujan, angin, kelembaban, musim)

- Lingkungan biologis (Keberadaan jentik, kontainer, tanaman hias atau tumbuhan, indeks jentik (host indeks, container indeks, breatu indeks)

- Lingkungan sosial (kepadatan penduduk, mobilisasi, adat istiadat, sosial ekonomi penduduk)

Faktor Host (Manusia) - Umur - Jenis Kelamin - Perilaku manusia

- Pengatahuan tentang DBD - Sikap terhadap DBD - Praktik atau tindakan pencegahan

DBD

Faktor Agen ( Penjamu) - Nyamuk Aedes Aegepty - Nyamuk Aedes albopictus - Nyamuk Aedes polynesiensis - Nyamuk Aedes scutellaris

Kejadian Demam Berdarah Dengue

(DBD)

Page 17: jhptump-a-wawansiswa-622-2-babii

25  

  

D. Kerangka Konsep Penelitian

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

E. Hipotesis Penelitian

Ada hubungan antara lingkungan fisik, lingkungan biologis, lingkungan

sosial, pengetahuan, sikap, dan praktik (tindakan) pencegahan DBD terhadap

kejadian Demam Berarah Dengue di wilayah kerja Puskesmas Kembaran II

Kecamatan Kembaran, Banyumas, Jawa Tengah.

Variabel Bebas

1. Faktor Lingkungan a. Lingkungan fisik b. Lingkungan biologis c. Lingkungan sosial

2. Faktor Perilaku

a. Pengetahuan tentang DBD b. Sikap terhadap DBD c. Praktik atau tindakan pencegahan

DBD

Variabel Terikat

Kejadian Demam Berdarah Dengue

(DBD)