78
qwertyuiopasdfgh jklzxcvbnmqwert yuiopasdfghjklzxc vbnmqwertyuiop asdfghjklzxcvbnm qwertyuiopasdfgh jklzxcvbnmqwert yuiopasdfghjklzxc vbnmqwertyuiop asdfghjklzxcvbnm

jklzxcvbnmqwert yuiopasdfghjklzxc vbnmqwertyuiop ... · dari materi Khutbah sejak tahun 2013 hingga 2018. ... Tujuan Puasa Ramadhan Kita.....15 Menilai Kembali Shalat Kita (bagian

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • qwertyuiopasdfgh

    jklzxcvbnmqwert

    yuiopasdfghjklzxc

    vbnmqwertyuiop

    asdfghjklzxcvbnm

    qwertyuiopasdfgh

    jklzxcvbnmqwert

    yuiopasdfghjklzxc

    vbnmqwertyuiop

    asdfghjklzxcvbnm

  • ii

    Sekumpul Hikmah

    dalam Naskah

    Khutbah di Selatan

    AGUS KURNIAWAN

    Diterbitkan Oleh:

    DnAkurnia

    Distribusi:

    MajelisNashiha

    2018

  • iii

    Kata Pengantar Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh

    Alhamdulillah puji syukur kami naikkan ke hadirat Allah

    SWT yang dengan rahmat Nya kami dapat

    menyelesaikan buku mungil ini.

    Masih dalam rangkaian tulisan – tulisan selama saya

    bertugas di Matan Hilir Selatan, saya menyusun buku ini

    dari materi Khutbah sejak tahun 2013 hingga 2018.

    Materinya tentu saja masih banyak kekurangan

    sebagaimana penulisnya juga demikian, karena itu kami

    tetap menerima kritik dan saran pembaca sekalian.

    Buku ini dalam rupa elektroniknya merupakan ebook

    ketiga saya. Insya Allah ebooknya akan kami bagikan

    gratis, sedang bukunya tetap memerlukan penggantian

    biaya penggandaan.

    Buku mungil ini tentu saja bukan akhir, tapi lebih

    merupakan awal dari perjalanan buku – buku mungil

    lainnya dalam bidang dakwah.

    Terima Kasih sudah Mau Mendownload dan

    membelinya.

    Salam,

    Agus Kurniawan,

  • iv

    Daftar Isi

    Kata Pengantar ............................................................ i

    Dua Kunci Kemuliaan Ummat .......................... 1

    Menjalani Takwa ......................................... 5

    Merenungi Kematian ................................... 10

    Tujuan Puasa Ramadhan Kita ........................ 15

    Menilai Kembali Shalat Kita (bagian pertama) ....... 20

    Menilai Kembali Shalat Kita (bagian kedua) ........ 25

    Memuliakan Pekerjaan Kita ........................... 31

    Menjalani Ramadhan dengan Sepenuh Syukur ......... 37

    Mendapat Kebaikan Di Bulan Ramadhan ........... 41

    Dua Program Hidup Mukmin ........................ 47

    Solusi Takwa ........................................... 51

    Pembagian Rejeki ...................................... 57

    Muqaddimah Khutbah Pertama ............................... 64

  • v

    Penutup..................................................................... 66

    Khutbah kedua .......................................................... 67

  • 1

    Dua Kunci Kemuliaan Ummat

    Kita diseru kepada ketaqwaan, yaitu taqwa

    yang hakiki. Takwa yang dengan nya, Allah

    akan menambahkan pemahaman pada ilmu

    yang telah kita pahami,

    Sebagaimana Firman Nya:

    dan bertakwalah kepada Allah; Allah

    (sedang )mengajarmu; dan Allah Maha

    mengetahui segala sesuatu.

    (QS Al Baqarah: 282)

    Taqwa yang dengannya pula Allah

    melimpahkan berkah dari langit dan bumi…

  • 2

    Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri

    beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan

    melimpahkan kepada mereka berkah dari

    langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan

    (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka

    disebabkan perbuatannya.

    Bila kita ingin kembali mengulang kejayaan

    Islam di masa lalu dan sukses menjalani masa

    kini, hanya dua saja kunci nya: BERIMAN dan

    BERTAKWA

    Iman itu berakar Kuat didalam Perasaan,

    Berbunga Indah di pikiran dan Berbuah Manis

    dalam perbuatan, Kita berdiri dan berbaring

    dalam keinginan memajukan Agama ini,

    menjadi Umat yang bermartabat mulia. Itulah

    Iman Hadirin sekalian.

    Jika sudah Iman ada dihati kita umat Islam,

    maka semakin sedikit waktu dalam kesia-sia

    an, semakin padat waktu dalam kekaryaan,

    semakin sempit kesempatan dalam

    kemaksiatan, semakin lebar kesempatan

    dalam Ketaatan.

  • 3

    Semakin susah uang keluar dalam

    keborosan dan semakin kuat tenaga mencari

    harta untuk dinafkahkan di jalan Allah. Inilah

    Iman yang Produktif Hadirin Sekalian, raih lah

    iman seperti ini maka satu dari dua pintu

    kemuliaan sudah terbuka

    ***

    Pintu yang kedua adalah Taqwa, adalah

    mengambil perlindungan. Kepada siapakah

    kita berlindung dalam hal ini?

    Allah menjawab dalam Al Quran:

    Dia (Allah) adalah Tuhan yang patut (kita)

    bertakwa kepada-Nya dan berhak memberi

    ampun. (QS. Al Mudatsir ayat 56)

    Hanya kepada Allah–lah kita

    mengembalikan perlindungan diri kita, karena

    itulah kepentingan kita di dunia ini. Karena

  • 4

    segala sesuatu di dunia ini adalah dalam

    genggaman Nya, maka kita berlindung kepada

    Allah dari kemurkaan Nya,

    Kita berlindung dari dosa kita yang kita

    perbuat dengan meminta ampun kepada Allah,

    Dan memohon Hidayah pada-Nya.

    Agar kita tetap dalam hidup yang di

    Rahmati Nya, di sukai Nya, Dengan demikian

    hidup akan menjadi lebih mudah dan lebih

    indah.

  • 5

    Menjalani Takwa

    Suatu Saat Umar Bin Khatab pernah

    bertanya kepada Ubay bin Kaab “Apakah

    Maknanya Taqwa wahai Ubay?” Maka Ubay

    balik bertanya kepada Umar “Apakah engkau

    wahai Umar, ketika melewati suatu jalan, yang

    dijalan itu penuh duri, engkau akan

    menghindarinya?” Maka Umar menjawab “ Ya

    Tentu saja” maka Ubay berujar “Yang demikian

    itulah Taqwa”

    Taqwa dalam makna yang luas adalah

    Upaya menjaga diri dari hal-hal yang

    mendatangkan keburukan dan kerusakan

    serta Murka Allah, maka hadirin sekalian,

    Menghindar dari Mudharat kepada Manfaat,

    menghindar dari Mafsadat kepada Maslahah,

    Menghindar dari gelapnya kebodohan menuju

    Terang benderangnya Ilmu pengetahuan, yang

    demikian itulah TAQWA…

  • 6

    Apabila di dada dan di pikiran serta

    perbuatan kita berlandaskan Ketaqwaan

    kepada Allah SWT maka Apapun dalam

    kehidupan kita menjadi baik dan menjadi

    sempurna.

    Dengan Begitu Allah akan menurunkan bagi

    kita Rahmat dan berkah dari sisi Nya. Al Quran

    menerangkan bagi kita tentang kemuliaan

    yang diturunkan Allah kepada orang bertaqwa,

    diantaranya:

    Yang Pertama, Ia akan memperoleh Al-

    Furqon, yaitu kemampuan untuk membedakan

    antara yang hak dan yang batil, halal dan

    haram, antara yang sunnah dengan bid’ah.

    Serta kesalahan-kesalahannya dihapus dan

    dosa-dosanya diampuni.

  • 7

    Hai orang-orang yang beriman, jika kamu

    bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan

    memberikan kepadamu furqaan dan

    menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu

    dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah

    mempunyai karunia yang besar. (QS. Al-Anfal:

    29)

    Yang kedua, Ia akan memperoleh jalan

    keluar dari segala macam problema yang

    dihadapinya, diberi rizki tanpa diduga dan

    dimudahkan semua urusannya.

  • 8

    Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah

    niscaya Dia akan jadikan Jalan Keluar

    baginya(QS. At-Thalaq: 2-4)

    Ketiga, Amalan-amalan baiknya diterima

    oleh Allah hingga menjadi berat timbangannya

    di hari kiamat kelak, mudah peng-hisabannya

    dan ia menerima kitab catatan amalnya

    dengan tangan kanan.

    berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya

    menerima (korban) dari orang-orang yang

    bertakwa". (Al Maidah; 27)

    Keempat, Allah akan memasukkan ke dalam

    Surga, kekal di dalamnya serta hidup dalam

    keridhaan-Nya.

  • 9

    Untuk orang-orang yang bertaqwa (kepada

    Allah), pada sisi Tuhan mereka ada Surga yang

    mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka

    kekal di dalamnya. Dan (mereka dikaruniai)

    istri-istri yang disucikan serta keridloan Allah.

    Dan Allah Maha Melihat akan hamba-

    hambaNya. (QS. Ali Imran: 15)

    Menutup pembahasan kita ini, marilah kita

    renungi pengertian Taqwa oleh Amru Khalid

    dalam kitab Silsilatul Hidayah berikut ini:

    “Taqwa adalah ada di tempat Allah Senang

    kita ada di sana Dan tidak ada di tempat Allah

    tidak menyenangi kita berada di sana”

  • 10

    Merenungi Kematian

    Mari dalam kesempatan ini kita merenungi

    kematian, karena Rasulullah bersabda; orang

    yang cerdas adalah orang yang mengingat

    kematian.

    Marilah, Bertanya ke dalam diri:

    Sejauh mana kita pernah merenungi

    kematian? Jika ternyata tak lama lagi jatah

    hidup ini sampai pada titik penghabisannya.

    Saat ruh melayang, dan tak mungkin kembali

    lagi ke jasad.

    Jasad yang belasan atau puluhan tahun ini

    sudah menjadi tempat tinggalnya. Ketika ruh

    terlepas dari jasad ini, semua menjadi kasat.

    Meninggalkan semua yang pernah kita sentuh

    di dunia. Dan sekali lagi, ia tak akan pernah

    kembali lagi. Tak akan pernah kembali lagi.

  • 11

    “Dan datanglah sakaratul maut dengan

    sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari

    daripadanya”(QS.Al Qaaf:19)

    Bagaimana kabar dunia yang kita

    tinggalkan? Lebih mengerikan lagi, bagaimana

    kabar akhirat yang akan menjadi tempat

    tinggal kita yang kekal abadi?

    Marilah berhitung – hitung lagi, berapa

    banyak dari usia kita yang kita gunakan untuk

    menanam kebaikan di alam setelah dunia ini?

    Ada berapa lama waktu yang kita luangkan

    untuk menghamba, tunduk, terpekur, dzikir,

    beribadah kepada Allah yang telah memberi

    kehidupan ini?

    Sudah sejak dahulu, kita diseru untuk

    mengambil perbekalan untuk menghadapi

    kematian itu. Kita pun yakin, se yakin – yakin

  • 12

    nya, kelak kita akan bertemu dengan Allah,

    Berhadapan langsung dengan Allah tanpa

    perantara dan tanpa penerjemah. Berdiri

    dihadapan Allah yang Maha Kuasa dan Maha

    Tahu apa yang sudah kita kerjakan. Ketika itu,

    tangan, kaki dan semua tubuh kita berbicara

    tentang apa yang kita lakukan.

    Dengarkanlah nasihat malaikat JIBRIL

    kepada Rasulullah saw.:

    “Ya Muhammad, Hiduplah semau-mu,

    karena sesungguhnya engkau pasti mati.

    Cintailah siapapun yang engkau cintai

    sekehendakmu, karena engkau pasti berpisah

    dengannya. Lakukanlah apa yang ingin kau

    lakukan, karena engkau pasti akan diberi

    balasan atas perbuatanmu” (Hadis Riwayat

    Hakim)

    Marilah renungi nasehat Jibril ini dengan

    hati yang mengarah kepada kebaikan, ulang –

    ulangilah nasehat ini, hingga memenuhi hati,

    pikiran dan tindakan kita.

  • 13

    Hiduplah sesuka kita, karena kita akan mati.

    Lakukan apapun yang kita suka. Karena

    semua akan berbalas. Berbuat buruklah. Maka

    hal – hal buruk akan mendatangi kita, dan di

    alam kubur nanti teman kita tak lebih dari

    seorang lumpuh, bau, dan penuh borok di

    sekujur tubuhnya, itulah Amal buruk kita.

    Berapapun panjangnya usia yang diberikan.

    Akan ada batasnya. Sepanjang apapun waktu

    yang dijatah, kematian sedang dalam

    perjalanan menuju kita. Tanpa ada yang tahu

    kapan ia datang menjemput. Lalu

    bagaimanakah keadaan kita saat kematian

    datang di hadapan mata.

    Kita sedang antri menunggu mati. Maka

    ambilah bekal amal sebanyak – banyaknya.

  • 14

    Dan apa yang kamu kerjakan berupa

    kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya.

    Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik

    bekal adalah takwa (QS. Al Baqarah: 197)

  • 15

    Tujuan Puasa Ramadhan Kita

    Apakah tujuan kita berpuasa di Bulan

    Ramadhan?

    Apakah sekedar menjalani rutinitas sebagai

    seorang muslim? Apakah hanya sekedar

    menghindari rasa malu karena tidak

    berpuasa? Atau untuk mengurangi berat

    badan?

    Jika demikian Puasa kita baru sekedar

    menahan lapar dan haus, sedang Rasulullah

    mengingatkan berapa banyak Orang puasa

    yang ia tidak mendapatkan apapun selain

    lapar dan haus dari puasanya.

    Lalu apa yang kita bisa dapatkan selain

    lapar dan haus? Secara ideal, puasa adalah

    upaya melangitkan jiwa yang selama ini

    terperangkap oleh kebumian jasad dengan

    menanggalkan keinginan-keinginan duniawi

  • 16

    yang rendah menuju ketinggian – kemuliaan

    keinginan ilahiyat.

    Sederhananya mendekatkan diri kepada

    Allah.

    Lalu apakah Allah jauh hingga perlu

    didekati? Allah memberitahukan dalam surat

    Al Baqarah ayat ke 186:

    dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya

    kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah),

    bahwasanya aku adalah dekat.

    Lalu apa yang membuat kita perlu

    mendekati Nya sedang Dia dekat bahkan lebih

    dekat dari pada urat leher kita? Dari Ayat yang

    telah dibacakan di atas kita mendapatkan

    pengetahuan dari Allah bahwa Dia dekat,

    namun banyaknya kotoran yang meliputi Jiwa

    kita menyebabkan kita terhijab dari Nya.

    Hingga ada beberapa di antara kita

    seringkali terlupa bahwa Allah itu dekat lalu

  • 17

    dengan berani mengerjakan apa yang

    dilarangnya padahal Allah mengawasi. Kita

    juga sering lupa, bahwa Allah sedang

    menunggu kita berdoa untuk dikabulkan Nya

    karena kita percaya bahwa doa seringkali

    tiada gunanya dalam menuntaskan segala

    masalah kita.

    Sebagaimana lanjutan Ayat 186 surah Al

    Baqarah tersebut:

    aku mengabulkan permohonan orang yang

    berdoa apabila ia memohon kepada-Ku,

    Kini, jika masalah yang dihadapi rasa-

    rasanya tidak ada jalan keluar lagi dari arah

    manapun, maka mungkin sudah saatnya

    berpasrah diri pada Allah, mengangkat tangan

    berdoa pada Nya, dan sesungguhnya janji Allah

    tak pernah diingkari Nya.

    Dalam Ramadhan ini, kita diwajibkan

    berpuasa, yang kewajiban yang dibebankan itu

  • 18

    perlu disadari bukanlah karena Allah

    membutuhkannya, karena Dia tidak memiliki

    kebutuhan atas kita, Al Qiyyamu Binnafsih,

    namun karena kita membutuhkannya agar kita

    menjadi makhluk yang senantiasa dekat

    hingga Allah memberikan Irsyad PetunjukNya

    dalam kehidupan kita yang masih serba

    kurang ini. Allah Cuma menyuruh kita

    mengerjakan kebaikan yang telah dikenali oleh

    Fitrah kita sebagai kebaikan… sebagai mana

    diterangkan di akhir ayat itu,

    Maka hendaklah mereka itu memenuhi

    (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka

    beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada

    dalam kebenaran.

    Selalu dalam kebenaran atau Rasyiid dan

    mengerjakan sesuatu dalam kebenaran atau

    mursyidun itulah Tujuan utama kita dalam

    mengerjakan Puasa.

  • 19

    Puasa adalah Riyadhah atau latihan yang

    paling sempurna dalam berjalan diatas

    kebenaran. Karena apakah kita puasa atau

    tidak, kita berbuka di pagi hari atau tidak, kita

    mengotori puasa kita atau kita menjaganya,

    sesungguhnya hanya kita pribadi dan Allah

    yang tahu. Puasa membawa kita berduaan

    dengan Allah dalam Sirr rahasia kita, tidak ada

    orang lain tahu tentang keadaan diri orang

    berpuasa.

    Dan jika itu telah terlaksana dengan

    sempurna maka yang kita dapati bukan hanya

    lapar dan haus semata, tapi kecerdasan untuk

    selalu dalam kebenaran dan memilih

    kebenaran itu atau kita sering menyebutnya

    sebagai Taqwa.

    Taqwa merupakan inti dari Madrasah Puasa

    hingga kita bisa menjalani seluruh kehidupan

    dengannya dan jika demikian maka kita

    bersiap untuk mati dalam keadaan Islam.

  • 20

    Menilai Kembali Shalat Kita

    (bagian pertama)

    Abu Hurairah ra. bercerita ada seorang yang

    masuk masjid sementara itu Rasulullah saw.

    sedang duduk di salah satu bagian masjid.

    Kemudian orang itu shalat. Lalu mendatangi

    Rasulullah dan mengucapkan Salam kepada

    beliau.

    Rasulullah menjawabnya “wa alaika salam,

    kembalilah kamu dan shalatlah lagi,

    sesungguhnya engkau belum melakukan

    Shalat”

    Maka orang itu Shalat (kembali). Lalu ia

    mendatangi Rasulullah lagi dan mengucapkan

    salam kepada beliau. Dan Rasulullah berkata

    kepada nya “wa alaika salam, kembalilah kamu

    dan shalatlah lagi, sesungguhnya engkau

    belum melakukan Shalat”

  • 21

    Maka orang itu kembali Shalat. Lalu ia

    menghadap kembali kepada Rasulullah dan

    mengucapkan salam kepada beliau. Dan untuk

    ketiga kalinya Rasulullah berkata “wa alaika

    salam, kembalilah kamu dan shalatlah lagi,

    sesungguhnya engkau belum melakukan

    Shalat”

    Kemudian orang tersebut mengatakan

    “ajarkan kepada saya tentang Shalat wahai

    Rasulullah” maka Rasulullah bersabda “Jika

    engkau Shalat, maka sempurnakanlah

    Wudhu`mu, kemudian menghadaplah kearah

    Kiblat dan ucapkanlah Takbir (Allahu Akbar).

    Kemudian bacalah sedikit ayat (yang mudah

    oleh mu) dari Al Qur`an. Kemudian Ruku` lah

    sampai engkau benar – benar merasa tenang

    dalam ruku`. Kemudia bangunlah dari Ruku`

    hingga engkau benar – benar tegak berdiri.

    Lalu sujudlah engkau hingga benar – benar

    tenang dalam sujud. Selanjutnya, bangunlah

    daru sujud hingga engkau benar – benar

    duduk dengan tenang. Dan lakukanlah hal

    yang seperti itu dalam semua Shalatmu.

  • 22

    ***

    Shalat, adalah senjata kaum muslimin dalam

    mengarungi hidup didunia yg sebentar ini, bila

    ia bagus maka Allah akan menjaga kehidupan

    kita, dan sebaliknya, bila kita berlaku aniaya

    terhadap Shalat maka Allah kan menyiakan

    kita.

    Rasulullah Muhammad saw. Bersabda;

    “Shalat seseorang yang tidak mau

    meneguhkan tulang punggungnya ketika

    rukuk dan sujud, shalatnya akan dilipat seperti

    baju yang jelek, lalu dilemparkan ke wajahnya.

    Shalatnya pun berkata ‘semoga Allah menyia-

    nyiakanmu, sebagaimana engkau menyia-

    nyiakanku. Kalau ia menyempurnakan Rukuk

    dan sujudnya, shalatnya akan dilipat

    sebagaimana baju yang bagus. Ia (Shalatnya)

    berkata ‘semoga Allah menjagamu,

    sebagaimana engkau menjagaku’.”

    (HR. Abu Dawud, At Turmudzi, An Nasa`I,

    dan Ibnu Majah)

  • 23

    Padahal Shalat merupakan sarana penolong

    dalam hidup ini dengan syarat Iman ada dihati

    kita.

    Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah

    sabar dan Shalat sebagai penolongmu (QS. Al

    Baqarah:153)

    Yang kemudian dijelaskan pada ayat lain:

    Sesungguhnya orang-orang yang beriman,

    mengerjakan amal saleh, mendirikan Shalat

  • 24

    dan menunaikan zakat, mereka mendapat

    pahala di sisi Tuhannya. tidak ada

    kekhawatiran terhadap mereka dan tidak

    (pula) mereka bersedih hati.

    (QS. Al Baqarah:277)

    Namun Seringkali kita takbir, tapi hati kita

    berada dilain tempat, tak mau bersungguh

    menghadapkan jiwa pada Allah Rabbul Izzati,

    jangan-jangan ini yang menjadi sebab

    sempitnya dunia dan susahnya pencarian

    rejeki kita selama ini, karena Allah telah

    berpaling dari hidup kita.

    “Sesungguhnya Allah akan menyambut sang

    hamba dalam shalatnya sepenjang ia tidak

    berpaling. Maka jika sang hamba itu

    memalingkan muka, Allahpun berpaling

    daripadanya”

    Demikian Sabda Rasul dalam riwayat Abu

    Dawud dan An Nasa`i.

  • 25

    Menilai Kembali Shalat Kita

    (bagian kedua)

    Hatim Al Asham Pernah ditanya “bagaimana

    (engkau mengerjakan) Shalatmu?”

    Hathim kemudian menjawab;

    “Jika waktu Shalat telah tiba, aku berwudhu

    secara sempurna.

    Setelah itu kuberjalan menuju tempat

    Shalat yang kuinginkan.

    Aku duduk disana dan berusaha

    mempersatukan seluruh anggota tubuhku

    untuk Shalat.

    Kemudian aku berdiri untuk menunaikan

    Shalat.

    Kuletakkan Kaabah tepat di depanku, titian

    menuju neraka di bawah kedua telapak kaki

    ku, surga di kananku, neraka di kiriku,

  • 26

    Malaikat pencabut Nyawa di belakangku dan

    kuanggap itulah Shalat terakhirku”

    Hathim mengajarkan pada kita, pada setiap

    orang yang bertanya, mengapa Shalat kita tak

    bisa sepenuh hati? Dari perkataan Hathim

    diatas kita mendapat jawaban mungkin

    Karena persiapan kita untuk melakukan Shalat

    tidak maksimal, kita masih menganggap

    persiapan itu tidak perlu, cukup niat dan

    Takbir.

    Padahal Cucu Sayyidina Ali Bin Abi Thalib,

    Imam Zainal Abidin bin Husain Bin Ali Bin Abi

    Thalib, setiap akan berwudhu akan gemetar

    seluruh badannya, ketika ditanya mengapa?

    dia menjawab, tidakkah kalian tahu kepada

    siapa nanti kita menghadap saat Shalat?.

    Namun kita, kadang hanya untuk

    merapatkan shaf, menemukan pundak dan

    kaki saja kita enggan, kita masih dibatasi

    sajadah hijau dan garis pembatasnya, padahal

    Ummat Islam satu tanpa sekat, andai kita

    mengenang berpuluh tahun lalu ketika sajadah

  • 27

    kita hanyalah kain putih atau hijau panjang

    tempat sujud, bukan permadani yang seperti

    sekarang yang memisahkan kita berdiri pada

    kotak-kotak sajadah sendiri – sendiri, kita

    tentu masih mengenang begitu rapatnya shaf

    kita, pundak ketemu pundak, tumit bertemu

    tumit, itulah sunnah Rasulullah.

    ***

    Shalat adalah taman pertemuan dengan

    Allah, bagaimana persiapan kita menemui

    orang yang kita cintai? Dan sesungguhnya

    Allah lebih berhak untuk kita bersiap

    menemuinya dibandingkan orang itu…

    Hathim Al Asham melanjutkan :

    “Aku berdiri dengan rasa harap dan takut,

    kemudian ku-kumandangkan takbir dengan

    benar, kubaca ayat – ayat suci Al Qur`an

    dengan tartil.

    Ketika Rukuk, akupun Rukuk dengan

    dengan merendahkan diri dihadapan Allah.

    Saat Sujud, aku sujud dengan penuh

    Khusyuk. Kemudian di kala duduk (Tahiyat

  • 28

    awal), kuletakkan telapak kaki kiriku dibawah

    pantat kiri, dan kutegakkan telapak kaki

    kananku dengan bertumpu pada ibu Jari.

    Kukerjakan semua itu dengan ikhlas.

    Kemudian aku tak tahu, Shalatku tersebut

    diterima atau ditolak.”

    Inilah Shalat yang penuh persiapan dan

    kemudian didalamnya pula dilakukan secara

    sebaik – baiknya dan diakhirnya diadakan

    evaluasi “ di terima atau tidak”.

    Karena manusia Cuma bisa bersangka,

    Dzan, sedang hakikat tetaplah di mata Allah.

    Sedalam – dalam hati kita mampu berkhusyuk

    diwaktu Shalat, namun kita tak pernah tahu

    apakah Allah menerima atau tidak Shalat kita,

    apalagi yang tidak khusyuk dan lebih buruk

    lagi yang tidak Shalat.

    Orang yang Solat saja masih tak bisa

    memastikan apakah solatnya diterima atau

    tidak, apalagi yang sama sekali tak pernah

    solat, apapun alasan dan dalilnya.

    renungilah Perkataan Imam Al Ghazali ini:

  • 29

    “Ada seorang yang mengerjakan sebuah

    sujud dan dengannya ia mengira akan

    mendekatkan diri kepada Allah. Demi Allah,

    jikalah dosa dari sebuah sujud ini dibagi rata

    ke seluruh penduduk negeri, maka pasti

    mereka akan binasa karenanya”.

    Bergulirlah tanya “bagaimana Imam bisa

    mengatakan yang demikian?”

    Sang Imam menjawab

    “Ia mengerjakan sujud di hadapan Rabbnya,

    namun pada saat yang sama hatinya

    tersibukkan oleh kelalaian, kemaksiyatan, dan

    ambisi serta rasa cinta akan dunia. Maka Sujud

    kepada Allah macam apakah sujud seperti

    ini?!”

  • 30

    Belumkah datang waktunya bagi orang-

    orang yang beriman, untuk tunduk hati

    mereka mengingat Allah (QS. Al Hadid:16)

  • 31

    Memuliakan Pekerjaan Kita

    Islam adalah landasan kita berkerja, bukan

    sekedar mencari penghidupan dunia, tapi juga

    penghidupan bahagia di akhirat kelak. Karena

    itu penting bagi kita untuk mengingat tiga

    prinsip penting dalam pekerjaan hingga ia

    mulia disisi Allah.

    Yang pertama, Prinsip bahwa segala hal

    pasti di balas. Setiap hal akan dibalas oleh

    Allah diakhirat kelak. Diperhitungkan sekecil –

    kecilnya urusan kita di dunia ini pada sidang di

    mahsyar kelak.

    Maka Tuhan mereka memperkenankan

    permohonannya (dengan berfirman):

  • 32

    "Sesungguhnya aku tidak menyia-nyiakan amal

    orang-orang yang beramal di antara kamu,

    (QS. Ali Imran : 195)

    Dengan mengetahui prinsip itu, orang Islam

    akan bersungguh – sungguh dalam mencari

    dan mengerjakan pekerjaannya masing –

    masing. Karena mereka mengimani bahwa

    Mati itu benar, pertanyaan mungkar nangkir

    itu benar, sidang padang mahsyar itu benar

    dan surga serta neraka itu benar. Hanya orang

    yang gelap gulita pikirannya, bila meyakini

    semua itu benar tapi tidak sungguh – sungguh

    berkerja mengusahakan kebaikan dunia

    akhiratnya, padahal semua itu akan

    dipertanyakan.

    Kita tak boleh meremehkan sebuah

    pekerjaan hingga meninggalkannya. Seorang

    ulama bernama Abdullah bin Alwi Al Haddad

    menasehatkan pada kita:

    Beramallah sebanyak mungkin, dan pilihlah

    amal yang dapat kamu kerjakan secara terus

    menerus (dawam).

  • 33

    Jangan remehkan satu amalpun yang

    pernah kau kerjakan. Sebab, setelah Imam

    Ghazali wafat, seseorang bermimpi bertemu

    dengannya dan bertanya, “Bagaimana Allah

    memperlakukanmu?”

    “DIA mengampuniku” Jawab Imam Ghazali

    “Sebab amal apa hingga engkau di ampuni

    Allah?”

    “Suatu hari, ketika sedang menulis, tiba –

    tiba seekor lalat hinggap dipenaku. Kubiarkan

    ia minum tinta itu hingga puas”

    Abdullah bin Alwi Al Haddad kemudian

    berkata;

    Ketahuilah, amal yang bernilai tinggi adalah

    amal yang dianggap kecil dan dipandang

    remeh oleh nafsu. Adapun amal yang

    dipandang mulia dan bernilai oleh nafsu,

    pahalanya dapat sirna, baik karena pelakunya,

    amalnya itu sendiri atapun karena orang lain

    yang berada disekitarnya.

    Prinsip kedua adalah Kemudahan.

    Maksudnya setiap kita memiliki potensi, bakat

  • 34

    dan kecenderungan serta kebiasaan pada satu

    bidang pekerjaan tertentu.

    Karena itu sudah menjadi Sunnatullah, tiap

    kita tidak sama pekerjaannya dan tiap kita

    akan tertarik pada suatu pekerjaan.

    Katakanlah: “Tiap-tiap orang berbuat

    menurut keadaannya masing-masing”. Maka

    Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih

    benar jalannya.

    Bila prinsip yang pertama mendatangkan

    tanggung jawab, maka prinsip kedua ini

    mendatangkan keahlian atau bahasa kininya

    Profesionalitas.

    Tindakan yang dihasilkan oleh orang yang

    benar – benar menekuni pekerjaannya karena

    Allah adalah Itqan dan Ihsan. Artinya

    bersungguh - sungguh dalam bekerja secara

    ahli, dan memperoleh hasil yang berkualitas.

    Mereka berbuat itu semata karena menerima

    benar atau bersyukur atas anugerah Allah

    pada mereka.

  • 35

    Karena itu disisi Allah kita diurutkan dalam

    derajat yang berbeda – beda sesuai dengan

    kualitas amal kita :

    Dan masing-masing orang memperoleh

    derajat-derajat (seimbang) dengan apa yang

    dikerjakannya. dan Tuhanmu tidak lengah dari

    apa yang mereka kerjakan.

    Dan prinsip yang ketiga adalah

    Kemanfaatan, inilah nilai sesungguhnya setiap

    pekerjaan yang kita lakukan. Kemanfaatan

    disini adalah pekerjaan yang memang benar

    bermanfaat bagi kehidupan kita diakhirat

    kelak dan itulah ciri sebuah pekerjaan bernilai

    mulia.

    Ada pekerjaan yang bermanfaat di dunia

    tapi mudharat bagi kehidupan di akhirat, tapi

    tiap – tiap pekerjaan yang bernilai manfaat

    bagi akhirat selalu akan memberikan

    kemanfaatan pula didunia ini. Apakah

    mungkin air yang mampu membasahi tempat

    yang tinggi tidak mampu membasahi tempat

    yang rendah?

  • 36

    Dan akan tampak manfaat pekerjaan kita di

    akhirat kelak bila pekerjaan itu bermanfaat

    bagi sesama, sebagaimana hadits Nabi

    “Khairunnass Anfauhum linnas”

    “Sebaik-baik manusia adalah yang paling

    bermanfaat bagi sesama manusia”

    Maka pekerjaan yang memberi manfaat

    pada kehidupan ini, bagi banyak orang, tentu

    lebih bernilai dan berarti ketimbang pekerjaan

    yang hanya memberi manfaat kepada diri

    sendiri, atau sedikit orang, atau malah tidak

    bermanfaat sama sekali atau lebih parah yang

    merugikan.

    Maka kesadaran untuk memberikan

    manfaat dalam tiap pekerjaan kita bagi seluas

    – luasnya ummat adalah prinsip mendasar

    yang harus kita pahami.

  • 37

    Menjalani Ramadhan dengan

    Sepenuh Syukur

    Bila meraih derajat Takwa adalah tujuan

    dari Puasa, Lallakum Tattakuun, maka tujuan

    Akhir dari Bulan Ramadhan (Asy Syahru

    Ramadhan) adalah menjadikan kita orang –

    orang yang bersyukur. Dalam surat Al baqarah

    ayat 185, masih dalam pembahasan wajib

    puasa di bulan Ramadhan, Allah berfirman:

    Syukur, menurut Buya HAMKA, terambil

    dari sifat sebuah pohon yang disebut Syakir,

    yakni pohon kecil yang rindang dedaunannya.

    Demikianlah orang – orang bersyukur, sekecil

    apapun yang ia dapat, ia mampu

    mensyukurinya. Setentang dengan rasa Syukur

    ialah Kufur, tidak mau berterima kasih, tidak

    mengakui apa yang ia telah dapat, tertutup

    hatinya.

  • 38

    Apa yang membuat kita mampu menjadi

    orang bersyukur selama bulan Ramadhan?

    Yang pertama menurut ayat di atas adalah

    bulan Ramadhan itu sendiri.

    Ramadhan dimaknai sebagai bulan

    pembakaran dosa, bagi orang yang bersukacita

    dan bersungguh dalam mengerjakan puasanya.

    Sebagai manusia yang penuh dosa dan khilaf,

    tentu kesempatan ini harus kita syukuri.

    Syukur yang kedua, adalah rasa syukur

    karena pada bulan ini adalah bulan yang Al

    Quran turun di dalam nya. Al Quran dari ayat

    yang sama diturunkan dengan 3 fungsi:

    Petunjuk bagi manusia; Penjelasan bagi

    petunjuk – petunjuk itu, agar kita tidak

    tersalah dalam memahami. Dan juga Furqan,

    pembeda, mana yang halal, mana yang haram,

    mana yang Haq mana yang batil, mana yang

    menerima Al Quran dan mensyukurinya, dan

    mana yang menolak serta mengkufurinya.

    Berikutnya adalah, Syahida, kita bersyukur

    karena menyaksikan bulan itu tiba dan

  • 39

    berpuasa. Kata Syahida, dalam tafsir Jalalain

    dimaknakan dengan Hadhara, Hadir, tidak

    kemana – mana dan siap.

    Kita bersyukur, karena kita dapati bulan ini,

    sedang ada diantara saudara – saudara kita

    yang sedang Sakit dan sedang safar, hingga

    mengalami kesukaran dalam berpuasa. Yang

    orang sakit dan safarpun juga pantas

    bersyukur, karena Allah menghendaki

    kemudahan dan bukannya kesukaran, hingga

    mereka dibolehkan tidak berpuasa dan

    menggantinya di hari lain di luar ramadhan.

    Kita bersyukur, karena terutama kita masih

    diberikan Allah nyawa, sementara banyak

    diantara yang tahun lalu masih bersama kita,

    duduk bersama kita, buka puasa bersama kita,

    tahun ini sudah tidak lagi mendapati anugerah

    puasa di bulan Ramadhan.

    Dan rasa syukur yang selanjutnya adalah

    cukupnya kita menjalani puasa ini dalam

    bilangan yang ditentukan, apakah 29 atau 30,

    dan kita diberikan kesempatan untuk

  • 40

    mengagungkan nama Allah dalam bulan yang

    mulia ini.

    Rasa syukur yang demikian banyak itu

    kemudian menjadikan kita, mudah – mudahan,

    masuk ke dalam golongan orang yang

    bersyukur.

    La’allakum Tasykurun.

  • 41

    Mendapat Kebaikan Di Bulan

    Ramadhan

    Imam As Sindi dalam mensyarah hadits:

    Bulan Ramadhan telah tiba menemui kalian,

    bulan (penuh) barokah, Allah wajibkan kepada

    kalian berpuasa. Pada bulan itu pintu-pintu

    langit dibuka, pintu-pintu (neraka) jahim

    ditutup, setan-setan durhaka dibelenggu.

    Padanya Allah memiliki malam yang lebih baik

    dari seribu bulan, siapa yang terhalang

    mendapatkan kebaikannya, maka sungguh dia

    terhalang (mendapatkan kebaikan yang

    banyak).” (HR. Nasa’I)

    Kebaikan Ramadhan sebagaimana disebut

    dalam hadits itu, paling tidak ada 3 bentuknya,

    yang ketiganya dapat kita raih dengan

    memperbanyak membaca Al Quran, mencoba

    memahaminya serta mentadabburinya di

  • 42

    bulan Ramadhan ini, tentu saja setelah kita

    melaksanakan Shaum dan Qiyamullail.

    Kebaikan Ramadhan yang pertama ialah

    mendapat Luthfullah, Kita dianugerahkan

    kelembutan hati oleh Allah. Sebagaimana

    perkataan Wuhaib Rahimahullah;

    Tidak ada yang lebih mustajab untuk

    melembutkan hati selain; Membaca Al Quran,

    Memahaminya dan mentadabburinya.

    Karena itu dikala Ramadhan, Imam Malik,

    penghulu mazhab Maliki sekaligus guru Imam

    Syafii, penulis kitab Al Muwatha’, beliau

    menutup kajian haditsnya untuk membuka

    mushaf Al Quran dan membacanya. Apakah

    beliau tidak hafal Al Quran? Beliau hafal, dari

    beliau kecil malah, namun dalam Ramadhan

    ini adalah kesempatan beliau dan kita semua

    untuk mendapatkan keberkahan membaca Al

    Quran dari mushaf, meneliti kembali

    makharijul huruf serta tajwid kita.

    Lantas bagaimana dengan kita yang

    membaca, hanya sekedar membaca, sedang

  • 43

    maksud dari bacaan itu tidak kita ketahui? Al

    Quran diturunkan dalam bahasa Arab, sedang

    kita orang Indonesia. Bagaimana bisa kita

    mendapatkan manfaat kelembutan hati dari

    membaca Al Quran?

    Dalam sebuah kisah Ibrah, hal yang sama

    ditanyakan seorang cucu kepada kakeknya.

    Maka kakeknya mengambil sebuah keranjang

    rotan yang kotor dan meminta cucunya itu

    mengambil air.

    “Bagaimana mungkin saya bisa mengambil

    air dengan keranjang yang bolong – bolong

    ini?”

    “kerjakan saja” perintah kakeknya.

    Maka si cucu mengerjakan saja apa yang

    kakeknya perintahkan, namun berkali – kali ia

    mengambil air di telaga, tak sedikitpun yang

    tersisa kala ia tiba di hadapan kakeknya.

    Lantas ia menyerah, dan berkata;

    “ini lebih sia – sia dari membaca Al Quran

    tanpa mengetahui artinya”

  • 44

    Kakeknya berkata, sesungguhnya tak ada

    yang sia – sia, lihatlah keranjang rotan yang

    kau pergunakan tadi, tadinya keranjang itu

    kotor, sekarang ia telah menjadi bersih karena

    kau gunakan untuk mengambil air.

    Demikian pula dengan membaca Al Quran,

    sudah sifat Al Quran menjadi pelembut hati,

    maka ia akan menjalankan tugasnya walau kita

    yang membacanya tak memahami artinya.

    Tentu saja hal ini bukan menjadi alasan kita

    untuk berhenti mengkaji Al Quran dengan

    membaca terjemah dan tafsirnya serta

    mendengarkan dari orang yang lebih paham.

    Kebaikan yang kedua adalah mendapat

    Taufik dari pada Allah. Taufik kata seorang

    Ulama adalah bertemunya kehendak Allah

    dengan keinginan manusia, apa maunya Allah

    begitu maunya dia. Apa yang Allah

    perintahkan dalam Al Quran, dia kerjakan. Apa

    yang Allah tegah di dalam Al Quran, dia

    tinggalkan. Maju kata Allah, maju kata dia.

    Berdiam kata Allah, diam kata dia. Jangan pilih

  • 45

    kata Allah, maka dia tak akan memilihnya. Ini

    yang disebut kesatuan kehendak, Al Wihdatul

    Iradah.

    Kebaikan ini dapat kita capai kalau kita

    memahami isi kandungan Al Quran. Karena Al

    Quran adalah huda lin naas. Petunjuk bagi

    manusia, bagaimana kita bisa mendapat

    petunjuk ? yakni dengan mengarahkan

    pandangan, hati dan pikiran kita kepada

    petunjuk itu. Inilah yang menjadi alasan kita

    untuk terus menerus belajar Al Quran, baik

    cara membacanya maupun memahami ajaran

    – ajaran di dalamnya.

    Yang ketiga, setelah membaca dan

    mengikuti petunjuk Al Quran, maka sebulan

    lamanya kita berpuasa ini mudah - mudahan

    menjadi asbab terbiasanya kita dalam

    ketaatan. Karena Taat, bukan sekedar

    mengerjakan sewaktu – waktu, tapi ketaatan

    adalah melaksanakan semua perintah Allah

    dan meninggalkan larangan Nya dalam setiap

    Waktu. Inilah kebaikan ketiga yang Insya Allah

  • 46

    kita dapatkan selama bulan Ramadhan dengan

    sarana membaca, memahami dan

    mentadabburi kandungan Al Quran. At

    Taatuhu.

    Ketiga kebaikan ini merupakan tangga

    menuju Ketaqwaan yang Haq, Al Haqqa tuqa

    tihi.

    Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah

    kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya;

    dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan

    dalam Keadaan beragama Islam.

  • 47

    Dua Program Hidup Mukmin

    Memandangkan ayat 102 surah Ali Imran,

    kita mendapat dua rencana hidup, dua

    program hidup, seorang yang mengaku

    beriman.

    Yang pertama rencana hidupnya adalah

    bertakwa kepada Allah dalam takwa yang

    sebenar – benarnya. Sederhananya, orang yang

    Al Haqqa tuqa tih ini jika ia merasa belum baik,

    ia banyakkan kebaikan. Jika dulunya ahli

    maksiat, suka mabuk, suka judi, suka narkoba,

    cepat – cepat dia bertaubat. Ganti kemaksiatan

    dengan ketaatan, ganti kelalaian dengan

    ketakwaan, ganti gangguan kepada

    masyarakat dengan kemanfaatan yang sebesar

    – besarnya.

    “Demi Allah, ya Rasulullah. Tak satu sen

    pun dana yang telah saya keluarkan untuk

    memberantas agama Allah di masa lalu,

    melainkan mulai saat ini akan saya tebus

  • 48

    dengan dengan mengorbankan hartaku

    berlipat ganda untuk menegakkan agama

    Allah. Dan tak seorang pun kaum Muslimin

    yang telah gugur di tanganku, melainkan akan

    kutebus dengan membunuh kaum musyrikin

    berlipat ganda, demi untuk menegakkan

    agama Allah.”

    Kalimat demi kalimat itu keluar dari

    mulutnya yang bergetar kuat, mukanya

    tertunduk, antara malu dan rasa bersalah yang

    sangat, antara kebencian yang tak lagi

    menemui alasan dan rasa rindu yang pecah di

    hadapan musuh besar ayahnya, yang sejatinya

    mungkin, ia cintai setengah mati selama ini.

    Didampingi istrinya, Ikrimah anak dari

    musuh Islam paling besar, Abu Al Hakam atau

    yang kita kenal dengan Abu Jahal berbaiat

    dengan sumpah itu di hadapan Rasulullah.

    Dia adalah orang ketiga dari pimpinan

    pasukan yang menghancurkan pasukan

    pemanah Rasulullah di Uhud yang masuk

  • 49

    Islam. Khalid bin Walid dan Amru bin Ash,

    sahabat kentalnya telah masuk islam.

    Ikrimah adalah anak panah kebencian

    ayahnya. Ia ikut dalam Perang Badr, Ia

    membunuh banyak muslimin dalam perang

    Uhud. Dipacunya kuda menyeberangi parit

    dalam perang Khandak. Puncaknya, pada

    Fathu Makkah, kala yang lain telah menyerah

    kalah atau melarikan diri, Ikrimah membawa

    pasukan kecil untuk menghadang rombongan

    Rasulullah. Dia kemudian dikalahkan

    sahabatnya sendiri; Khalid Bin Walid, sang

    pedang Allah.

    Ikrimah lantas ke Yaman, untuk naik kapal

    ke Etiopia, lari dari cahaya yang menyeruak di

    kota kelahirannya. Namun kemudian ia

    berbalik, karena di Yaman dan Etiopia pun

    Islam telah mulai bersinar. Akhirnya dia

    menyerah, pulang ke Makkah.

    Di hadapan Rasulullah SAW, Ikrimah

    bersyahadat dan memohon Rasulullah untuk

    mendoakan agar dosa – dosanya diampuni.

  • 50

    Rasulullah kemudian mendoakan dan sahabat

    mengamini. Lalu mengalirlah kata - kata itu

    dari mulutnya yang masih gemetar.

    Ikrimah Hijrah ke pribadi baru di dalam

    dirinya, sebagai seorang yang senantiasa akan

    mengganti keburukan masa lalu, dengan

    kebaikan - kebaikan. Kisah Ikrimah ini adalah

    contoh bagi kita di masa kini, kita yang hijrah

    dari berkalang hina dan dosa menuju

    kemuliaan dan kesalihan di hadapan Allah

    serta bermanfaat diantara manusia.

    Dan orang-orang yang bertaubat dan

    mengerjakan amal saleh, maka sesungguhnya

    Dia bertaubat kepada Allah dengan taubat

    yang sebenar-benarnya.” (QS. Al Furqon: 68-

    71)

  • 51

    Solusi Takwa

    Islam ibaratnya Istana Taqwa, mau dari

    pondasi sampai ke atap, mau tempat yang

    paling penting sampai sekedar hiasan, di

    dalam Islam kita senantiasa melihat tuntutan

    dan tuntunan untuk bertaqwa.

    Bila Rasulullah berwasiat, maka pembuka

    wasiat itu adalah Taqwa. Bila para sahabat

    saling menasehati, maka nasehat itu adalah

    taqwa. Demikian seterusnya hingga zaman

    berzaman.

    Wasiat ketaqwaan itu terus dikumandangkan

    tiap Khutbah Jumaat oleh para Khatib dari

    masa Rasulullah sampai hari ini, dengan tujuan

    agar tiap jumaat, kita bukan sekedar datang,

    duduk, mengantuk, tertunduk tidur, lantas

    solat 2 rakaat lalu pulang, melainkan untuk

    mengkoreksi diri, satu jumaat sekali, sudahkah

    kita mencapai ketaqwaan sebagaimana yang

    Allah tetapkan dan Rasulullah tuntunkan.

  • 52

    Apa keistimewaan Taqwa, sampai – sampai

    Rasulullah dawamkan dalam tiap wasiat

    beliau, sampai – sampai sahabat terus

    kumandangkan, para ulama pesankan dan

    para khatib terus ulangi?

    Kita lihat ayat Al Quran surah At Thalaq (65)

    ayat 2, 3, 4;

    Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya

    Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar. (At

    Thalaq; 65)

    Allah katakan, siapapun; lelaki, perempuan,

    tua, muda, kaya, miskin, orang alim maupun

    yang baru berniat taubat, andai kata ia

    bertaqwa, Allah berikan jalan keluar,

    makhraja, jalan keluar, jalan keluar yang tiada

    bersebab, jalan keluar yang tiada bersyarat,

    dan tidak bertentu – tentu (isim nakhirah).

  • 53

    Karenanya, setiap jumaat kita diminta bukan

    hanya mendengarkan anjuran takwa,

    melainkan juga merenungi, apakah hidup kita

    masih sulit atau masih ada kesulitan yang

    belum bisa kita selesaikan.

    Jangan – jangan, kita belum cukup bertaqwa di

    mata Allah, hingga kita belum mendapat solusi

    dari kesempitan hidup kita. Satu Jumaat sekali

    kita mendapat kesempatan itu.

    Dan Makhraja Allah, Solusi yang bersumber

    dari ketakwaan itu bermacam rupanya.

    Sebagaimana rupa solusi bagi seorang pemuda

    taat di Madinah.

    "dia berjalan sendirian, dia meninggal dalam

    kesendirian dan kelak pun akan dibangkitkan

    dalam kesendirian." Sabda Rasulullah

    mendapat laporan tentang sosok yang berlari

    mendatangi pasukan Sang Rasul.

    Alkisah, Seorang pemuda, ia menampar orang

    tua yang melempari ontanya dengan batu

    hingga ontanya mati, tak disangka orang tua

  • 54

    itu meninggal. Maka ia menyerahkan diri

    kepada Amiril Mukminin, maka hukum

    Qisashpun ditegakkan.

    Namun sebelum terjadi hukum qisash, sang

    pemuda mohon izin kepada Amiril Mukminin

    Umar Bin Khatab untuk pulang terlebih

    dahulu, memberitahu keluarganya, 3 hari lagi

    ia kembali.

    Umar meminta penjamin, ia menoleh ke

    sekeliling, matanya mengiba memohon

    pertolongan.

    Tak ada yang bersedia, hingga Abu Dzar tampil

    ke muka majelis, dia sanggupi segala resiko

    melepaskan pemuda asing itu pulang, bila ia

    tak kembali 3 hari lagi, Kepala Abu Dzar

    penggantinya.

    Orang - orang berkata keduanya tak

    sebanding, sahabat mulia menggantikan

    pemuda asing, namun Abu Dzar bergeming.

    Hingga sang pemuda datang, 3 hari kemudian,

    nafas masyarakat dapat berhembus tenang.

  • 55

    Umar bertanya, mengapa ia kembali lagi?

    Padahal kalau ia mau, ia bisa lari, nyawa Abu

    Dzar telah siap mengganti.

    "Saya hanya tidak mau, orang - orang berkata,

    rupanya setelah Rasulullah wafat, tak ada lagi

    dari ummat beliau yang mau menepati sumpah

    janjinya."

    Abu Dzar tersenyum, ia berkata "Sedang saya

    juga tidak mau, orang - orang berkata, setelah

    Rasulullah wafat, tak ada lagi diantara

    ummatnya yang mau menolong orang sedang

    kesusahan"

    Kemudian majulah kedua anak orang yang

    terbunuh, mereka berkata "Ketika ada orang-

    orang seperti ini, bagaimana mungkin kami

    tidak mengampuni". Mudah2an kita

    memampukan diri seperti mereka, agar orang

    - orang jangan sampai berkata; di masa kini

    tak ada lagi yang menjaga nama Rasulullah,

    dengan memperbaiki akhlak mereka.

  • 56

    Itulah Makhraja Allah, lewat sosok orang lain

    yang belum dikenal oleh sang Pemuda. Dan

    demikianlah, cerita ini akan terus berulang,

    dan bisa jadi besok lusa giliran kita.

  • 57

    Pembagian Rejeki

    Dalam Hal rejeki Allah tetapkan Rejeki kita,

    mari melihat surat QS 51: 22

    22. dan di langit terdapat (sebab-sebab)

    rezkimu[1418] dan terdapat (pula) apa yang

    dijanjikan kepadamu (QS.

    Rasulullah bersabda dalam sebuah Hadits

  • 58

    “Sesungguhnya ruh qudus (Jibril), telah membisikkan ke dalam batinku bahwa setiap

    jiwa tidak akan mati sampai sempurna ajalnya

    dan dia habiskan semua jatah rezekinya.

    Karena itu, bertakwalah kepada Allah dan

    perbaguslah cara dalam mengais rezeki.

    Jangan sampai tertundanya rezeki mendorong

    kalian untuk mencarinya dengan cara

    bermaksiat kepada Allah. Karena rezeki di sisi

    Allah tidak akan diperoleh kecuali dengan taat

    kepada-Nya.” (HR. Musnad Ibnu Abi Syaibah 8:

    129 dan Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir 8:

    166, hadits shahih. Lihat Silsilah Al-Ahadits As-

    Shahihah no. 2866).

  • 59

    Namun, ada bedanya turunnya rejeki kepada

    orang yang tidak beriman, tidak bertaqwa

    dengan orang yang beriman juga bertaqwa.

    ...

    Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi

    baik dari apa yang terdapat di bumi

    Semua manusia, baik ia beriman maupun

    tidak, baik ia bertaqwa maupun tidak, akan

    mendapatkan rejeki yang telah ditetapkan

    untuknya, maka ia diperintahkan untuk

    mencari, berusaha, berikhtiar, dan semua pasti

    menemukan rejekinya, yakni yang bermanfaat

    buat dirinya dan keluarganya, asal ia mencari

    dalam kehalalan maka kebaikan akan dia

    peroleh. Bagaimana yang mendapatkan

    dengan cara yang haram? Sesungguhnya itu

  • 60

    bukan rejeki tapi hasil usaha, rejeki

    bermanfaat, hasil usaha bisa jadi bermanfaat

    bisa jadi membawa mudharat.

    Namun karena rejeki ada dilangit, maka Allah

    turunkan dimana Allah kehendaki, bisa jadi

    kita lahir dan besar di Pesaguan, namun rejeki

    kita adanya di Jakarta. Tanpa usaha, rejeki itu

    tetap akan ada di Jakarta, Ikhtiar mempercepat

    kita mendapatkan rejeki. Kalau tidak usaha,

    maka kita akan mengikuti arus nasib, sampai

    rejeki itu mendatangi kita atau kita yang sudah

    dekat dengan ajal baru mendapatkannya.

    Sedang untuk orang beriman, Allah berfirman

  • 61

    172. Hai orang-orang yang beriman, makanlah

    di antara rezki yang baik-baik yang Kami

    berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada

    Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu

    menyembah.

    Allah hilangkan kata Halal dari ayat

    sebelumnya, dan Allah jadikan satu kebaikan

    dari satu rejeki sebagaimana ayat sebelumnya

    untuk semua manusia, menjadi Banyak

    kebaikan dari satu rejeki. Seratus juta yang

    didapat orang lain yang tidak beriman semisal,

    tidak akan lebih bermanfaat dibanding satu

    juta yang didapat oleh orang beriman. Dan lagi,

    bila tadi bagi seluruh manusia, Allah

    memerintahkan kita untuk mencarinya,

    sedang bagi orang yang beriman, Allah

    datangkan padanya rejeki, Maa Razaqnakum,

    Apa yang kami rejekikan padamu.

    Kita memang masih perlu ikhtiar, namun

    ikhtiar itu tidak dalam bentuk kesusahan,

    kepayahan, tapi dengan kemudahan –

    kemudahan. Ikan di laut yang dekat, padi yang

  • 62

    tidak diserang hama, perdagangan yang

    berlimpah dan pelanggan yang terus datang,

    adalah bentuk kemudahan dari Allah, Maa

    Razaqnakum, bagi orang yang beriman.

    Dan bagi orang yang bertaqwa, tapi harus

    semua satu kampung berusaha untuk

    bertaqwa, pulang dari jUmatan ini akan

    menerapkan taqwa, dari semua lapangan

    kehidupan, Allah janjikan;

  • 63

    96. Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri

    beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan

    melimpahkan kepada mereka berkah dari

    langit dan bumi,

  • 64

    Muqaddimah Khutbah Pertama

    ُنُو ِإنَّ اْلَحْمَد ِللَِّو َنْحَمُدُه َوَنْسَتِعي ْ

    َوَنْستَ ْغِفُرْه َونَ ُعوُذ بِاهلِل ِمْن ُشُرْوِر َأنْ ُفِسَنا

    َوِمْن َسيَِّئاِت َأْعَماِلَنا، َمْن يَ ْهِد اهللُ َفاَل

    . ُمِ َّ َلُو َوَمْن ُيْ ِلْ َفاَل َىاِاَي َلوُ

    َأْشَهُد َأْن اَل ِإَلَو ِإالَّ اهلل َوَأْشَهُد َأنَّ

    اَللَُّهمَّ َص ِّ . ُمَحمًَّدا َعْ ُدُه َوَرُسْولُوُ

  • 65

    َوَسلِّْم َوبَاِرْك َعَلى ُمَحمٍَّد َوَعَلى آِلِو

    َوَصْحِ ِو َوَمِن اْىَتَدى ِبُهَداُه ِإَلى يَ ْوِم

    . اْلِ َياَم ِ

    يَا َأيُّهاَ الَِّذْيَن َءاَمُنوا ات َُّ وا اهلَل َحقَّ .تُ َ اتِِو َواَل َتُمْوُتنَّ ِإالَّ َوَأنُتْم مُّْسِلُمْونَ

  • 66

    Penutup

    َأقُ ْوُل قَ ْوِلْي َىَذا َوَأْستَ ْغِفُر اهلَل اْلَعِظْيَم

    َواْستَ ْغِفُرْوُه، ِإنَُّو ُىَو اْلَغُفْوُر . ِلْي َوَلُ مْ

    . الرَِّحْيمُ

  • 67

    Khutbah kedua

    اَْلَحْمُد ِللَِّو الَِّذْي َأَمَرنَا بِْااِلتَِّحاِا َأْشَهُد . َوْااِلْعِتَ اِم ِبَحْ ِ اهلِل اْلَمِتْينِ

    َأْن اَل ِإَلَو ِإالَّ اهللُ َوْحَدُه اَلَشرِْيَك َلُو، َوَأْشَهُد َأنَّ . ِإيَّاُه نَ ْعُ ُد َوِإيَّاُه َنْسَتِعْينُ

    ُعْوُث رَْحَمً ُمَحمًَّدا َعْ ُدُه َوَرُسْولُُو، اَْلَم ْاَللَُّهمَّ َص ِّ َعَلى ُمَحمٍَّد . ِلْلَعاَلِمْينَ

    ِعَ اَا . َوَعَلى آِلِو َوَأْصَحاِبِو َأْ َمِعْينَ اهلل، ِات َُّ وا اهلَل َما اْسَتَطْعُتْم َوَسارُِعْوا

  • 68

    ِإنَّ اهلَل . ِإَلى َمْغِفَرِة َربِّ اْلَعاَلِمْينَ ، يَاَأيُّهاَ َوَمالَِئَ َتُو ُيَ لُّْوَن َعَلى النَِّ يِّالَِّذْيَن َءاَمنُ ْوا َصلُّْوا َعَلْيِو َوَسلُِّمْوا

    اَللَُّهمَّ َص ِّ َوَسلِّْم َوبَاِرْك َعَلى . َتْسِلْيًماُمَحمٍَّد َوَعَلى آِلِو َوَأْصَحاِبِو َوقَ َرابَِتِو

    اَللَُّهمَّ َأْصِلْح . َوَأْزَواِ ِو َوُذرِّيَّاتِِو َأْ َمِعْينَ َ ِمْيَع ُواَلَة اْلُمْسِلِمْيَن، َواْنُ ِر

    ْاإِلْساَلَم َواْلُمْسِلِمْيَن، َوَأْىِلِك اْلَ َفَرَة َواْلُمْشرِِكْيَن َوَأْعِ َكِلَمَتَك ِإَلى يَ ْوِم

  • 69

    ْينِ اَللَُّهمَّ اْغِفْر ِلْلُمْسِلِمْيَن . الدَِّواْلُمْسِلَماِت َواْلُمْؤِمِنْيَن َواْلُمْؤِمَناِت ُهْم َوْاأَلْمَواِت، ِإنََّك َقرِْيٌب ْاأَلْحَياِء ِمن ْ

    ُمِجْيُب الدََّعَواِت َويَا َقاِضَي نَ َنا َوبَ ْيَن . اْلَحاَ اتِ اَللَُّهمَّ افْ َتْح بَ ي ْ

    ُر اْلَفاِتِحْينَ . قَ ْوِمنَّا بِاْلَحقِّ َواَْنَ َ ي ْنْ َيا َحَسَنً َوِفي اآلِ َرِة رَب ََّنا آتَِنا ِفي الدُّ

    .َحَسَنً َوِقَنا َعَذاَب النَّارِ ِعَ اَا اهلِل، ِإنَّ اهلَل يَْأُمرُُكْم بِاْلَعْدِل

  • 70

    َهى َوْاإِلْحَساِن َوِإيَتآِئ ِذي اْلُ ْرَبى َويَ ن َْعِن اْلَفْحَشآِء َواْلُمنَ ِر َواْل َ ْغِي يَِعُظُ ْم

    َفاذُْكُروا اهلَل اْلَعِظْيَم . َلَعلَُّ ْم َتذَكَُّرْونَ َيْذُكرُْكْم َواْاُعْوُه َيْسَتِجْب َلُ ْم َوَلذِْكُر .اهلِل َأْك َ رُ

  • 71

    Tentang Penulis

    Saya, Agus Kurniawan, Kelahiran Ketapang

    24 Agustus 1984. Seorang Anak, Suami, dan

    Ayah. PNS di Kementerian Agama Kab.

    Ketapang, Penulis Kampung, Pengumpul Kata,

    baru belajar menyulam cerita.

    Karya saya yang telah dibukukan:

    1. Lets Grow (2012)

  • 72

    2. KEDANG (dnakurnia, 2013),

    3. Kumpulan Cerpen “Lama Tak

    Menyebut Nama Mu” (kelopak

    poedjangge, 2012)

    4. Musim Berpindah (Kumpulan Tulisan,

    2014)

    5. Kumpulan Fabel Tanah Kayong “Kisah

    Ikan Ulang Uli dan Putri Junjung

    Buih” bersama Yudo Sudarto (Forpeka,

    2015)

    6. Legenda Pohon Kedondong Raksasa

    dan Legenda Rakyat Tanah Kayong

    lainnya (2017),

    7. Ebook yang bisa didownload gratis

    sudah dua judul yaitu; Ember Kosong

    dan Melarung Rindu.

  • 73

    Tulisan saya dipublikasikan di blog

    diketapang.wordpress.com

    Saat ini sedang menyelesaikan Novel

    keduanya dan aktif dalam pengembangan

    Literasi di Ketapang dan KKU serta sebagai

    pemberi materi pembekalan bagi generasi

    Muda. Saya masih ingin berbagi ilmu

    kepenulisan dan penerbitan buku indie,

    silahkan menghubungi ke 08981330944.