Upload
nguyenngoc
View
217
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesiahttp://www.bi.go.id
BANK INDONESIAUntuk informasi lebih lanjut hubungi:Divisi Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi KebijakanGrup Kebijakan MoneterDepartemen Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter
Telepon : +62 61 3818163 +62 21 3818206 (sirkulasi)Fax. : +62 21 3452489E-mail : [email protected] : http://www.bi.go.id
i
LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III 2012
Laporan Kebijakan Moneter dipublikasikan secara triwulanan oleh Bank Indonesia setelah
Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada bulan Desember, April, Juli, dan Oktober. Selain
dalam rangka memenuhi ketentuan pasal 58 UU Bank Indonesia No. 23 Tahun 1999
sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004, laporan ini berfungsi untuk dua
maksud utama, yaitu: (i) sebagai perwujudan nyata dari kerangka kerja antisipatif yang
mendasarkan pada prakiraan ekonomi dan inflasi ke depan dalam perumusan kebijakan
moneter, dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan
kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan kebijakan yang
melandasi keputusan kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.
Dewan Gubernur
Darmin Nasution Gubernur
Hartadi A. Sarwono Deputi Gubernur
Muliaman D. Hadad Deputi Gubernur
Ardhayadi Mitroatmodjo Deputi Gubernur
Budi Mulya Deputi Gubernur
Halim Alamsyah Deputi Gubernur
Ronald Waas Deputi Gubernur
LAPORAN KEBIJAKAN MONETERTRIwuLAN III 2012
ii
LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III 2012
iii
LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III 2012
strategi Kebijakan Moneter
Prinsip Dasar
Kebijakan moneter dengan ITF menempatkan sasaran inflasi sebagai tujuan utama (overriding objective) dan jangkar nominal (nominal anchor) kebijakan moneter. Dalam hubungan ini, Bank Indonesia menerapkan strategi antisipatif (forward looking) dengan mengarahkan respon kebijakan moneter saat ini untuk pencapaian sasaran inflasi jangka menengah ke depan.
Penerapan ITF tidak berarti bahwa kebijakan moneter tidak memperhatikan pertumbuhan ekonomi. Paradigma dasar kebijakan moneter untuk menjaga keseimbangan (striking the optimal balance) antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi tetap dipertahankan, baik dalam penetapan sasaran inflasi maupun respon kebijakan moneter, dengan mengarahkan pada pencapaian inflasi yang rendah dan stabil dalam jangka menengah-panjang.
Sasaran Inflasi
Pemerintah setelah berkoordinasi dengan Bank Indonesia telah menetapkan dan mengumumkan sasaran inflasi IHK setiap tahunnya. Berdasarkan PMK No.143/PMK.011/2010 sasaran inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk periode 2010 – 2012, masing-masing sebesar 5,0%, 5,0%, dan 4,5% dengan deviasi ±1%.
Instrumen dan Operasi Moneter
BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI Rate merupakan suku bunga sinyaling dalam rangka mencapai sasaran inflasi jangka menengah panjang, yang diumumkan oleh Bank Indonesia secara periodik untuk jangka waktu tertentu.
Dalam rangka implementasi penyempurnaan kerangka operasional kebijakan moneter, terhitung sejak tanggal 9 Juni 2008 Bank Indonesia melakukan perubahan sasaran operasional dari suku bunga SBI 1 bulan menjadi suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N).
BI Rate diimplementasikan dalam operasi moneter melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter yang tercermin pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Untuk meningkatkan efektivitas pengendalian likuiditas di pasar, operasi moneter harian dilakukan dengan menggunakan seperangkat instrumen moneter dan koridor suku bunga (standing facilities).
Proses Perumusan Kebijakan
BI Rate ditetapkan oleh Dewan Gubernur melalui mekanisme Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan. Dalam hal terjadi perkembangan di luar prakiraan semula, penetapan stance kebijakan moneter dapat dilakukan sebelum RDG Bulanan melalui RDG mingguan. Perubahan dalam BI Rate pada dasarnya menunjukkan respons kebijakan moneter Bank Indonesia untuk mengarahkan prakiraan inflasi ke depan agar tetap berada dalam lintasan sasaran inflasi yang telah ditetapkan.
Transparansi
Kebijakan moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar, website, maupun penerbitan Laporan Kebijakan Moneter (LKM). Transparansi dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman dan sekaligus pembentukan ekspektasi masyarakat atas prakiraan ekonomi dan inflasi ke depan serta respon kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.
Koordinasi dengan Pemerintah
Untuk koordinasi dalam penetapan sasaran, pemantauan dan pengendalian inflasi, Pemerintah dan Bank Indonesia telah membentuk Tim yang melibatkan pejabat-pejabat dari berbagai instansi terkait. Dalam pelaksanaan tugasnya, Tim membahas dan merekomendasikan kebijakan-kebijakan yang diperlukan baik dari sisi Pemerintah maupun Bank Indonesia untuk mengendalikan tekanan inflasi dalam rangka pencapaian sasaran inflasi yang telah ditetapkkan.
Langkah-langkah Penguatan Kebijakan Moneter dengan sasaran Akhir Kestabilan Harga
(Inflation Targeting Framework)
Mulai Juli 2005 Bank Indonesia telah mengimplementasikan penguatan kerangka kerja kebijakan moneter konsisten dengan Inflation Targeting Framework (ITF), yang mencakup empat elemen dasar: (1) penggunaan suku bunga BI Rate sebagai policy reference rate, (2) proses perumusan kebijakan moneter yang antisipatif, (3) strategi komunikasi yang lebih transparan, dan (4) penguatan koordinasi kebijakan dengan Pemerintah. Langkah-langkah dimaksud ditujukan untuk meningkatkan efektivitas dan tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
iv
LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III 2012
v
LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III 2012
Kata Pengantar
Perekonomian Indonesia pada triwulan III 2012 diprakirakan masih mampu tumbuh tinggi di tengah melambatnya kondisi perekonomian global. Masih tingginya pertumbuhan ekonomi tersebut didorong oleh
peningkatan konsumsi rumah tangga dan masih baiknya kinerja investasi. Peningkatan konsumsi rumah tangga ini
sejalan dengan keyakinan konsumen yang membaik serta masih relatif terjaganya daya beli masyarakat. Membaiknya
optimisme konsumen yang diiringi dengan kondusifnya iklim usaha, mendorong kinerja investasi untuk tumbuh
tinggi pada triwulan laporan. Namun di sisi lain, kinerja ekspor pada triwulan III 2012 diprakirakan melambat akibat
masih lemahnya permintaan eksternal. Kinerja impor sedikit melambat sejalan dengan tren depresiasi nilai tukar
rupiah, meski masih tumbuh tinggi seiring dengan masih kuatnya permintaan domestik. Sumber utama pertumbuhan
diperkirakan masih didominasi oleh sektor-sektor pengolahan, perdagangan, hotel dan restoran, serta pengangkutan
dan komunikasi.
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III 2012 diprakirakan membaik ditandai dengan tercatatnya surplus. Perbaikan kinerja NPI ini didorong oleh perbaikan pada transaksi berjalan, yang diprakirakan
mencatat defisit yang lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Lebih rendahnya defisit tersebut sejalan
dengan penurunan impor yang lebih besar dibandingkan dengan penurunan ekspor. Di sisi lain, neraca transaksi
modal dan finansial diprakirakan mengalami peningkatan surplus, seiring dengan lebih tingginya aliran masuk dana
asing dalam bentuk investasi portofolio. Berdasarkan perkembangan tersebut, cadangan devisa sampai dengan akhir
September 2012 adalah sebesar 110,2 miliar dolar AS atau setara dengan 6,1 bulan impor dan pembayaran utang
luar negeri (ULN) pemerintah.
Tekanan depresiasi rupiah selama triwulan III 2012 masih berlanjut namun dengan intensitas yang menurun. Berlanjutnya depresiasi nilai tukar rupiah dipengaruhi baik oleh faktor eksternal maupun domestik. Tingginya
ketidakpastian terkait penanganan masalah krisis utang dan fiskal di Eropa, serta masih tingginya permintaan valuta
asing untuk membiayai impor, memberikan tekanan pada pergerakan nilai tukar rupiah. Namun, Bank Indonesia
telah menerapkan berbagai kebijakan untuk melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah agar bergerak sesuai dengan
tingkat fundamentalnya.
Inflasi IHK pada triwulan laporan terkendali. Inflasi inti berada pada level yang rendah sejalan dengan meredanya
permintaan pasca hari raya Lebaran. Inflasi dari makanan yang harganya bergejolak (volatile food) mengalami
Gubernur Bank Indonesia
vi
LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III 2012
penurunan seiring dengan terjadinya koreksi harga pangan yang cukup signifikan dan terjaganya pasokan. Di sisi
lain, inflasi dari barang/jasa dengan harga yang diatur (administered prices) juga tercatat pada level yang rendah,
sejalan dengan tidak adanya kebijakan Pemerintah di bidang harga barang/jasa yang bersifat strategis. Bank Indonesia
akan senantiasa mewaspadai potensi risiko tekanan inflasi tersebut dan selalu siap untuk menyesuaikan kebijakan
moneternya apabila diperlukan untuk mengarahkan ekspektasi inflasi masyarakat agar sama dengan target inflasi
yang telah ditetapkan.
Stabilitas perbankan tetap terjaga dengan fungsi intermediasi yang kian membaik dalam mendukung pembiayaan perekonomian. Hal tersebut tercermin dari tingginya rasio kecukupan modal dan tetap rendahnya
rasio kredit berkinerja buruk. Sementara itu, kegiatan intermediasi berupa penyaluran kredit untuk pembiayaan
perekonomian terus berlanjut.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 11 Oktober 2012 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 5,75%. Tingkat suku bunga tersebut dipandang masih konsisten dengan
tekanan inflasi yang rendah dan terkendali sesuai dengan sasaran inflasi tahun 2012 dan 2013, yaitu 4,5% ± 1%.
Fokus kebijakan tetap diarahkan untuk menjaga keseimbangan eksternal dengan tetap mendukung pertumbuhan
ekonomi domestik. Rapat Dewan Gubernur memandang bahwa berbagai kebijakan yang dilakukan sebelumnya telah
mendorong penurunan defisit transaksi berjalan. Sementara itu, perekonomian domestik masih tumbuh cukup baik
meskipun tidak setinggi prakiraan sebelumnya akibat berlanjutnya pelemahan perekonomian global. Ke depan, Bank
Indonesia akan terus mengevaluasi dampak dari kebijakan-kebijakan yang telah dilakukan dan apabila diperlukan
akan mengambil langkah-langkah kebijakan lanjutan sesuai dengan dinamika perekonomian. Bank Indonesia juga
akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dalam mengelola permintaan domestik dan perbaikan neraca
pembayaran agar tetap sejalan dengan upaya menjaga kestabilan ekonomi makro dan kesinambungan pertumbuhan
ekonomi nasional.
Demikianlah gambaran perekonomian Indonesia pada triwulan III 2012 serta prospek ke depannya. Saya berharap
laporan ini dapat menjadi bahan referensi yang mampu memberikan manfaat bagi kita semua.
Gubernur Bank Indonesia
Dr. Darmin Nasution
vii
LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA
daftar Isi
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III 2012
Daftar Isi
1. Respons Kebijakan Moneter Triwulan III 2012 ........................... 1
2. Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan ................. 4
Asumsi Yang Mendasari Perkiraan Ekonomi ................................... 4
Prospek Pertumbuhan Ekonomi ....................................................... 5
Prospek Inflasi ................................................................................. 12
Faktor Risiko ................................................................................... 13
3. Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini .............. 15
Perkembangan Ekonomi Dunia ....................................................... 16
Pertumbuhan Ekonomi ................................................................... 19
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) ................................................ 26
Nilai Tukar Rupiah ........................................................................... 27
Inflasi .............................................................................................. 29
Disagregasi Inflasi ............................................................................ 30
Perkembangan Pasar Keuangan ...................................................... 32
Kondisi Perbankan .......................................................................... 38
Tabel Statistik .................................................................................. 39
viii
LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA
daftar Isi
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III 2012
1Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III 2012
Respons Kebijakan Moneter Triwulan III 2012
1. Respons Kebijakan Moneter Triwulan III 2012
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 11 Oktober 2012
memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 5,75%. Tingkat suku bunga
tersebut dipandang masih konsisten dengan tekanan inflasi yang rendah dan terkendali
sesuai dengan sasaran inflasi tahun 2012 dan 2013, yaitu 4,5% ± 1%. Fokus kebijakan tetap
diarahkan untuk menjaga keseimbangan eksternal dengan tetap mendukung pertumbuhan
ekonomi domestik. Rapat Dewan Gubernur memandang bahwa berbagai kebijakan yang
dilakukan sebelumnya telah mendorong penurunan defisit transaksi berjalan. Sementara
itu, perekonomian domestik masih tumbuh cukup baik meskipun tidak setinggi prakiraan
sebelumnya akibat berlanjutnya pelemahan perekonomian global. Ke depan, Bank Indonesia
akan terus mengevaluasi dampak dari kebijakan-kebijakan yang telah dilakukan dan apabila
diperlukan akan mengambil langkah-langkah kebijakan lanjutan sesuai dengan dinamika
perekonomian. Bank Indonesia juga akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah
dalam mengelola permintaan domestik dan perbaikan neraca pembayaran agar tetap sejalan
dengan upaya menjaga kestabilan ekonomi makro dan kesinambungan pertumbuhan
ekonomi nasional.
Dewan Gubernur mencermati bahwa perekonomian global cenderung tumbuh
lebih lambat dari perkiraan dan masih dibayangi dengan ketidakpastian. Pemulihan
ekonomi AS masih rentan, sementara ekonomi Eropa masih mengalami kontraksi seiring krisis
yang masih berlanjut. Di sisi lain, perekonomian China dan India juga diprakirakan semakin
menurun. Inflasi global secara umum juga relatif moderat, sejalan dengan harga komoditas
dunia yang masih cenderung turun. Kondisi tersebut mendorong otoritas di berbagai negara
untuk menempuh kebijakan yang lebih longgar untuk mendorong pemulihan ekonomi.
Langkah ini telah menimbulkan sentimen positif di pasar keuangan global, termasuk arus
modal asing ke negara-negara emerging markets.
Dewan Gubernur menilai perekonomian domestik masih tumbuh cukup baik
walaupun tidak setinggi prakiraan semula. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada
triwulan III 2012 diprakirakan sebesar 6,3%, lebih rendah dari prakiraan sebelumnya akibat
penurunan kinerja sektor eksternal. Meskipun konsumsi dan investasi yang berorientasi
permintaan domestik tetap tumbuh tinggi, penurunan ekspor telah berdampak pada
penurunan produksi dan investasi yang berorientasi ekspor. Ke depan, pertumbuhan ekonomi
masih akan ditopang oleh permintaan domestik yang cukup kuat dan potensi membaiknya
ekspor meskipun masih dibayangi oleh ketidakpastian perekonomian global. Hal tersebut
juga didukung oleh masih cukup kuatnya sumber pertumbuhan ekonomi daerah, khususnya
di Kawasan Timur Indonesia (KTI) dan Jawa. Dengan perkembangan tersebut, ekonomi
Indonesia untuk keseluruhan tahun 2012 dan 2013 masing-masing diprakirakan tumbuh
pada kisaran 6,1%-6,5% dan 6,3%-6,7%.
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III 2012 diprakirakan mengalami
surplus, didukung oleh membaiknya transaksi berjalan dan lebih besarnya surplus
2Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III 2012
Respons Kebijakan Moneter Triwulan III 2012
pada transaksi modal dan finansial. Defisit transaksi berjalan pada triwulan III 2012
diprakirakan lebih rendah dibandingkan triwulan II 2012. Hal itu terindikasi dari neraca
perdagangan pada Agustus 2012 yang tercatat mengalami surplus. Di sisi lain, surplus
transaksi modal dan finansial diprakirakan meningkat seiring dengan aliran masuk modal
portofolio yang cukup besar dan aliran masuk investasi langsung (Foreign Direct Investment/
FDI) yang tetap tinggi. Dengan perkembangan tersebut, jumlah cadangan devisa pada akhir
September 2012 meningkat dibandingkan posisi akhir bulan sebelumnya, yaitu mencapai
110,2 miliar dolar AS atau setara dengan 6,1 bulan impor dan pembayaran utang luar
negeri Pemerintah.
Perkembangan nilai tukar rupiah pada September 2012 bergerak sesuai kondisi
pasar dengan intensitas depresiasi yang menurun. Hal tersebut sejalan dengan kebijakan
yang ditempuh Bank Indonesia untuk melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan
tingkat fundamentalnya. Rupiah secara point-to-point melemah sebesar 0,37% (mtm) ke level
Rp9.570 per dolar AS atau secara rata-rata melemah 0,64% (mtm) menjadi Rp9.554 per dolar
AS. Tekanan terhadap nilai tukar rupiah terutama berasal dari masih tingginya permintaan
valuta asing untuk keperluan impor. Intensitas tekanan terhadap rupiah menurun dengan
lebih besarnya aliran masuk modal asing sejalan dengan sentimen positif perekonomian
global dan prospek ekonomi domestik yang tetap kuat.
Tekanan inflasi cenderung menurun dan terkendali pada level yang rendah. Inflasi
IHK pada September 2012 tercatat 0,01% (mtm) sehingga secara tahunan sebesar 4,31%
(yoy). Inflasi inti berada pada level yang rendah (4,12%, yoy) sejalan dengan permintaan yang
mereda pasca Lebaran, koreksi harga komoditas global, serta ekspektasi yang terkendali.
Inflasi bahan pangan (volatile food) juga menurun, didorong oleh penurunan harga komoditas
pangan yang cukup signifikan, terjaganya pasokan, dan kebijakan intensif yang dilakukan
Pemerintah dalam pengendalian harga pangan. Di sisi lain, inflasi administered prices juga
terkendali dengan tidak adanya kebijakan Pemerintah di bidang harga barang dan jasa yang
bersifat strategis.
Stabilitas sistem keuangan dan fungsi intermediasi perbankan tetap terjaga dengan
baik. Kinerja industri perbankan yang solid tercermin pada tingginya rasio kecukupan
modal (CAR/Capital Adequacy Ratio) yang berada jauh di atas minimum 8% dan terjaganya
rasio kredit bermasalah (NPL/Non Performing Loan) gross di bawah 5%. Sementara itu,
pertumbuhan kredit hingga akhir Agustus 2012 mencapai 23,6% (yoy), melambat dari
25,2% (yoy) pada bulan sebelumnya. Perlambatan terutama pada kredit modal kerja yang
tumbuh sebesar 23,2% (yoy) sementara kredit konsumsi tumbuh relatif stabil sebesar 19,9%
(yoy). Kredit investasi tumbuh cukup tinggi, sebesar 29,8% (yoy), dan diharapkan dapat
meningkatkan kapasitas perekonomian nasional.
Ke depan, Bank Indonesia akan terus mencermati dinamika perekonomian dan
pasar keuangan global serta dampaknya pada perekonomian domestik. Fokus
kebijakan tetap diarahkan untuk menjaga keseimbangan eksternal dengan tetap mendukung
pertumbuhan ekonomi domestik. Berbagai kebijakan yang telah dilakukan akan terus
dievaluasi dan disesuaikan dengan dinamika perekonomian tersebut. Bank Indonesia juga
3Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III 2012
Respons Kebijakan Moneter Triwulan III 2012
akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dalam mengelola permintaan
domestik dan perbaikan neraca pembayaran agar tetap sejalan dengan upaya menjaga
kestabilan makroekonomi dan kesinambungan pertumbuhan ekonomi nasional.
Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan
4Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III 2012
2. Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan
Perkembangan perekonomian global yang masih cenderung melemah berdampak
pada prospek perekonomian tahun 2012 yang diprakirakan tumbuh lebih rendah
dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2012
diprakirakan mencapai 6,1%-6,5% dengan peranan permintaan domestik baik dari
sisi konsumsi maupun investasi yang dominan. Kontribusi net ekspor diprakirakan
menurun sejalan dengan revisi asumsi kinerja perekonomian dunia yang lebih rendah.
Pada tahun 2013, sejalan dengan perbaikan perekonomian global, perekonomian
Indonesia diprakirakan tumbuh pada kisaran 6,3%- 6,7% dengan dorongan dari
sisi domestik maupun eksternal. Berdasarkan lapangan usaha, sektor-sektor utama
seperti industri pengolahan, perdagangan-hotel-restoran, serta pengangkutan dan
komunikasi diprakirakan masih tetap menjadi mesin pertumbuhan ekonomi.
Berdasarkan perkembangan sampai dengan triwulan III 2012, inflasi tahun 2012
diprakirakan dalam kisaran target 4,5% ± 1% seiring dengan pergerakan harga
global yang cenderung menurun. Tekanan inflasi dari sisi domestik diprakirakan
tetap terkendali didukung oleh kondisi penawaran yang masih dapat merespons
peningkatan permintaan, ekspektasi inflasi yang stabil, dan minimalnya kebijakan
penyesuaian harga barang dan jasa yang diatur oleh pemerintah. Pada tahun 2013,
dengan membaiknya respons sisi penawaran serta dukungan kebijakan, inflasi
diprakirakan tetap berada dalam rentang sasaran sebesar 4,5% ± 1%.
Bauran kebijakan moneter dan makroprudensial yang telah ditempuh Bank Indonesia
selama ini akan disesuaikan dengan perkembangan perekonomian global dan
domestik serta mengevaluasi dampak perkembangan tersebut terhadap kinerja
perekonomian Indonesia ke depan. Bank Indonesia akan melanjutkan langkah-
langkah koordinasi yang lebih intensif guna mengantisipasi dan meminimalisir
tekanan inflasi ke depan.
ASUMSI YANG MENDASARI PERKIRAAN EKONOMI
Asumsi Perekonomian Internasional
Dibandingkan dengan prakiraan sebelumnya, ekonomi dunia diprakirakan tumbuh
lebih rendah di tahun 2012 dan 2013. Lebih rendahnya perkiraan pertumbuhan ekonomi
dunia di tahun 2012 terutama disebabkan oleh masih lambatnya laju pertumbuhan
di negara-negara maju dan perkiraan pertumbuhan negara-negara emerging markets
Asia. Lambatnya pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju mulai menahan laju
pertumbuhan di negara-negara emerging markets melalui penurunan harga komoditas
dan volume perdagangan sehingga secara keseluruhan perekonomian dunia di tahun 2012
diprakirakan tumbuh lebih rendah dibandingkan dengan prakiraan sebelumnya.
Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan
5Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III 2012
Sejalan dengan masih berlangsungnya laju pertumbuhan perekonomian dunia yang
masih rendah di paruh kedua tahun 2012, pertumbuhan ekonomi dunia di tahun 2013
juga mengalami revisi ke bawah walaupun diprakirakan lebih tinggi dibandingkan tahun
2012. Pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2012 diprakirakan sebesar 3,1%, lebih
rendah dibandingkan perkiraan sebelumnya sebesar 3,2%. Pada tahun 2013, ekonomi
dunia diprakirakan tumbuh meningkat menjadi 3,4%, lebih rendah dari perkiraan
sebelumnya sebesar 3,5%. Proyeksi tersebut dapat tercapai apabila berbagai faktor risiko
ke bawah seperti kebjakan penurunan defisit anggaran fiskal (fiscal cliff) di AS, pelemahan
pertumbuhan lebih lanjut di China dan Jepang, serta semakin berlarutnya prospek
penyelesaian krisis Eropa dapat diminimalisir.
Respons kebijakan akomodatif dari ECB dan Federal Reserve diharapkan dapat menahan
penurunan perekonomian dunia lebih dalam di tengah keterbatasan ruang untuk ekspansi
fiskal. Sementara respons dari negara emerging markets secara umum cenderung
akomodatif.
Sejalan dengan aktivitas perekonomian global yang melambat, kegiatan volume
perdagangan diprakirakan tumbuh lebih rendah pada tahun 2012 dan 2013. IMF
memprakirakan volume perdagangan dunia di tahun 2012 tumbuh sebesar 3,2%,
sementara di tahun 2013 meningkat menjadi 4,5% namun masih lebih rendah dari
5,8% yang tercatat di tahun 2011. Sejalan dengan lebih rendahnya pertumbuhan volume
perdagangan dunia, harga komoditas nonmigas diprakirakan juga akan mengalami
penurunan. Pada tahun 2012 dan 2013, IMF memprakirakan terjadi koreksi harga
komoditas nonmigas masing-masing sebesar -9,5% dan -2,9% setelah pada tahun 2011
mencatat pertumbuhan sebesar 17,8%.
Asumsi Kebijakan Fiskal
Pemerintah menetapkan defisit sekitar -2,2% dari PDB pada APBN-P 2012
sementara defisit RAPBN 2013 diprakirakan mencapai -1,6% dari PDB. Sampai
dengan akhir September 2012 realisasi APBN-P telah mencatat defisit sebesar Rp70 triliun
(-0,82% dari PDB). Realisasi tersebut diprakirakan masih sesuai dengan perkiraan defisit
dalam APBN-P 2012 sebesar -2,2%. Pada tahun 2013, defisit RAPBN diprakirakan mencapai
-1,6% dari PDB sejalan dengan upaya pemerintah untuk menjaga kesinambungan fiskal
sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi. Langkah yang diambil pemerintah untuk
mengurangi defisit diantaranya adalah dengan mengurangi beban subsidi energi melalui
penyesuaian tarif tenaga listrik sebesar 15%.
PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan IV 2012 dan keseluruhan tahun
2012 diprakirakan tumbuh pada kisaran 6,1%-6,5%. Sumber pertumbuhan ekonomi
di tahun 2012 diprakirakan sebagian besar disumbang oleh permintaan domestik. Ekspor
diprakirakan akan tumbuh lebih rendah dari tahun sebelumnya sejalan dengan menurunnya
Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan
6Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III 2012
permintaan eksternal. Konsumsi rumah tangga diprakirakan tetap menjadi penopang
utama pertumbuhan dari sisi domestik seiring terjaganya daya beli masyarakat didukung
oleh tingkat inflasi yang terkendali. Sementara itu, peranan investasi dalam pertumbuhan
ekonomi diprakirakan terus meningkat merespons potensi pasar domestik yang besar
ditunjang dengan kinerja makroekonomi yang stabil di tengah perlambatan global dan
iklim investasi yang kondusif. Berdasarkan lapangan usaha, sektor-sektor utama seperti
industri pengolahan, perdagangan-hotel-restoran, serta pengangkutan dan komunikasi
diprakirakan masih tetap menjadi mesin pertumbuhan ekonomi. Secara spasial, dampak
melambatnya perekonomian global terhadap perekonomian daerah melalui jalur ekspor
semakin menguat dan diprakirakan masih berlanjut dalam jangka pendek. Relatif stabilnya
pertumbuhan ekonomi di pulau Jawa dan kawasan timur Indonesia yang lebih tinggi dapat
menopang perekonomian nasional untuk tumbuh di kisaran 6,1%-6,5.
Pertumbuhan perekonomian domestik tahun 2013 diprakirakan cenderung
meningkat dan dapat mencapai 6,3% - 6,7% sejalan dengan kinerja perekonomian
dunia yang diprakirakan lebih baik dari tahun 2012 walaupun belum sepenuhnya pulih.
Pertumbuhan perekonomian dunia yang lebih tinggi akan meningkatkan permintaan
eksternal sehingga akan mendorong ekspor. Selain itu permintaan domestik diprakirakan
akan tetap tumbuh kuat, baik dari sisi konsumsi maupun investasi. Dari sisi lapangan
usaha, pada tahun 2013, sektor-sektor utama, yakni sektor industri pengolahan; sektor
perdagangan, hotel dan restoran (PHR); serta sektor pengangkutan dan komunikasi
diprakirakan masih akan mendominasi perkembangan perekonomian nasional. Secara
umum, perkembangan sektor-sektor akan membaik seiring dengan membaiknya kondisi
perekonomian domestik dan global.
Prospek Permintaan Agregat
Konsumsi rumah tangga diprakirakan tetap tumbuh tinggi pada triwulan IV 2012.
Beberapa indikator mengindikasikan berlanjutnya tren penguatan pertumbuhan konsumsi
rumah tangga. Hasil survei konsumen BI September 2012 menunjukkan tingkat keyakinan
konsumen yang lebih optimis (Grafik 2.1). Optimisme konsumen terutama didukung oleh
membaiknya indeks ketepatan waktu pembelian barang tahan lama, indeks ketersediaan
K o m p o n e n
Tabel 2.1
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan
* Proyeksi Bank Indonesia
Konsumsi Rumah Tangga 4,7 4,9 5,0 5,1 4,8 - 5,2 4,7 - 5,1 4,8 - 5,2
Konsumsi Pemerintah 3,2 5,9 7,0 3,8 9,1 - 9,5 6,5 - 6,9 6,4 - 6,8
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 8,8 10,0 12,3 10,0 10,2 - 10,6 10,4 - 10,8 11,6 - 12,0
Ekspor Barang dan Jasa 13,6 7,9 1,9 1,1 2,9 - 3,3 3,1 - 3,5 6,7 - 7,1
Impor Barang dan Jasa 13,3 8,0 10,9 8,8 9,3 - 9,7 9,1 - 9,5 10,8 - 11,2
PDB 6,5 6,3 6,4 6,3 6,1 - 6,5 6,1 - 6,5 6,3 - 6,7
I II III* IV*2011 2012*
20122013*
%Y-o-Y, Tahun Dasar 2000
Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan
7Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III 2012
lapangan kerja dan indeks penghasilan. Penjualan eceran pada
Juli-Agustus 2012 menunjukkan peningkatan sehubungan dengan
perayaan hari Idul Fitri. Relatif terkendalinya tingkat inflasi sampai
dengan triwulan III serta berlanjutnya tren penurunan suku bunga
kredit dan masih rendahnya suku bunga simpanan juga mendukung
kinerja konsumsi rumah tangga di tahun 2012. Berdasarkan hal
tersebut, pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan IV
2012 diprakirakan mencapai kisaran 4,8% - 5,2% sehingga secara
keseluruhan tahun berada dalam kisaran 4,7% - 5,1%. Pada tahun
2013, konsumsi rumah tangga diprakirakan tetap tumbuh kuat
mencapai 4,8% – 5,2%. Pertumbuhan tersebut didukung oleh
terjaganya daya beli dan perkiraan membaiknya perekonomian
global yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan melalui
ekspor. Meskipun cenderung tumbuh meningkat, tekanan inflasi
dari sisi permintaan diprakirakan relatif minimal seiring dengan
meningkatnya kapasitas perekonomian. Selain itu, di tahun 2013 pemerintah berencana
untuk menaikkan Pendapatan Tidak Kena Pajak (PTKP) menjadi Rp 24 juta per tahun
sehingga memberikan daya beli tambahan.
Pertumbuhan konsumsi riil pemerintah pada triwulan IV 2012 diprakirakan tumbuh
pada kisaran 9,1%-9,5%. Tingginya perkiraan pertumbuhan konsumsi riil pemerintah
pada triwulan IV 2012 terkait dengan pola pemenuhan serapan belanja pemerintah di
akhir tahun. Percepatan belanja khususnya belanja barang dan modal akan terjadi pada
triwulan IV 2012 sesuai dengan pola historisnya. Langkah perbaikan terus dilakukan untuk
mengoptimalkan penyerapan anggaran antara lain mempercepat proses pengadaan/
tender dan belanja modal melalui penyederhanaan prosedur tender dan mempercepat
implementasi UU Pengadaan Tanah. Dengan perkiraan tersebut, pertumbuhan konsumsi
riil pemerintah di keseluruhan tahun 2012 diprakirakan mencapai 6,5%-6,9%, meningkat
dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2013, sejalan dengan rencana pemerintah
untuk mencapai anggaran berimbang pada tahun 2014, kontribusi konsumsi riil pemerintah
diprakirakan lebih rendah dari tahun 2012. Walaupun mengalami penurunan, upaya
pemerintah untuk memperbaiki kualitas belanja tercermin dari meningkatnya belanja
modal. Pertumbuhan konsumsi riil pemerintah pada tahun 2013 diprakirakan mencapai
6,4% - 6,7%.
Investasi di triwulan IV 2012 diprakirakan tumbuh pada kisaran 10,2%-10,6%
sehingga keseluruhan tahun 2012 dapat tumbuh pada kisaran 10,4%-10,8%.
Investasi diprakirakan tetap tumbuh kuat pada triwulan IV 2012. Prakiraan kuatnya
pertumbuhan investasi di tahun 2012 dibandingkan dengan tahun sebelumnya didasarkan
pada realisasi triwulan I dan II 2012 yang masing-masing tercatat tumbuh sebesar 10%
dan 12,3%. Selain itu, tren pertumbuhan konsumsi rumah tangga domestik yang menguat
serta prospek kinerja ekspor ke depan yang membaik juga mendukung perkiraan investasi
tumbuh lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Beberapa indikator yang mendukung
stabilnya pertumbuhan investasi adalah masih tingginya impor barang modal, belanja modal
pemerintah yang lebih tinggi, berlanjutnya tren penurunan suku bunga, serta membaiknya
Grafik 2.1
Indeks Keyakinan Konsumen
�����
�������
��
��������������������
����������������
�������������������������
���
��������������������������������������
���
���
���
���
��
��
��
�� � � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � � � �� �� �� � � � � � �
���� ���� ���� ����
������������������������������ ������������������������������������ �������������������������������
� � �
Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan
8Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III 2012
iklim usaha di Indonesia sebagaimana yang ditunjukkan oleh
kenaikan peringkat keyakinan FDI serta membaiknya kinerja logistik.
Pada tahun 2013 investasi diprakirakan masih tumbuh tinggi pada
kisaran 11,7% - 12,1% merespons pertumbuhan permintaan
domestik dan permintaan eksternal.
Pertumbuhan ekspor berpotensi mulai meningkat di triwulan
IV 2012. Pada triwulan IV 2012, pertumbuhan ekspor barang
dan jasa diprakirakan akan mencapai kisaran 2,9%-3,3%. Untuk
keseluruhan tahun 2012, pertumbuhan ekspor diprakirakan
lebih rendah dari tahun 2011 terkait melambatnya pertumbuhan
perekonomian global yang diikuti dengan penurunan harga
komoditas. Melambatnya kinerja ekspor Indonesia merupakan
dampak langsung dan tidak langsung dari melambatnya
perekonomian ekonomi dunia. Namun, masih terdapat potensi
perbaikan ekspor yang berasal dari mulai meningkatnya harga
komoditas pada triwulan III 2012 serta prospek perbaikan sektor
manufaktur dan konsumsi rumah tangga di AS dan Jepang. Dengan
kondisi tersebut, pertumbuhan ekspor barang dan jasa untuk
keseluruhan tahun 2012 diprakirakan tumbuh mencapai 3,1%-
3,5%.Pada tahun 2013, sejalan dengan perkiraan meningkatnya
permintaan eksternal terkait dengan pertumbuhan ekonomi dunia
yang lebih baik, ekspor berpotensi meningkat mencapai kisaran
6,7% - 7,1%.
Pertumbuhan impor barang dan jasa di triwulan IV 2012
diprakirakan berkisar 9,3%-9,7%. Dengan perkiraan laju
pertumbuhan ekspor yang mulai meningkat, pelaku produksi
akan menambah penggunaan bahan baku dan barang modal
impor untuk keperluan produksi barang-barang ekspor. Selain
itu, dengan aktivitas perekonomian domestik yang kuat, impor
diprakirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan ekspor. Dengan kondisi tersebut, impor
diprakirakan akan mencapai 9,1%-9,5% di tahun 2012. Pada tahun 2013, sejalan dengan
perkiraan meningkatnya kontribusi ekspor dan masih tingginya permintaan domestik,
impor diprakirakan dapat mencapai kisaran 10,8% - 11,2%.
Pada triwulan IV 2012, defisit transaksi berjalan diprakirakan akan menurun dan
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) secara keseluruhan akan mencatat surplus.
Hal tersebut didukung oleh prakiraan membaiknya kinerja ekspor pada triwulan IV 2012,
sementara pertumbuhan impor diprakirakan akan lebih rendah. Di sisi lain, surplus
transaksi modal dan finansial diprakirakan juga akan lebih besar, baik dari PMA, investasi
portofolio maupun penarikan utang luar negeri, sehingga secara keseluruhan Neraca
Pembayaran Indonesia akan kembali surplus. Prakiraan ini sejalan dengan asumsi perbaikan
perekonomian global dan harga komoditas ekspor menjelang akhir tahun 2012.
Grafik 2.2
Nilai Investasi (SKDU)
Grafik 2.3
Utilisasi Kapasitas Industri Pengolahan
��������
����
���� ����
���� ����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����� ������ ����� ������ ����� ������ �����
���������������
���� ���� ���� ����
����
�������
������������������������������������
��
��
��
��
��� � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � � �
���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����
�
�����
�
����������������������������������������������
��������������������������������������
Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan
9Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III 2012
Prospek Penawaran Agregat
Dari sisi lapangan usaha, dominasi sektor industri pengolahan; perdagangan,
hotel dan restoran (PHR); serta pengangkutan dan komunikasi diprakirakan masih
berlanjut pada tahun 2012 dan 2013. Investasi yang terjadi beberapa waktu terakhir
serta masih tingginya konsumsi masyarakat menjadi faktor positif yang menjaga kinerja
sektor industri. Selain itu, daya beli masyarakat yang masih kuat dan pasar domestik yang
relatif besar mendorong sektor PHR tetap tumbuh tinggi. Sementara itu, aktivitas ekonomi
domestik yang tetap tinggi juga berdampak pada tingginya mobilitas masyarakat dan
kebutuhan akan jasa komunikasi. Hal tersebut menjadi faktor yang mendorong kinerja
sektor pengangkutan dan komunikasi.
Pertumbuhan sektor industri pada tahun 2012 diprakirakan tetap tinggi meskipun
melambat dibandingkan dengan tahun 2011. Masih tingginya pertumbuhan sektor
industri terlihat dari indikator penuntun (leading indicator) industri pengolahan yang
menunjukkan adanya perbaikan pada triwulan IV, meskipun masih dalam fase kontraksi
(Grafik 2.5). Perbaikan sektor industri pengolahan didukung oleh permintaan domestik
yang tetap kuat dan perkiraan membaiknya kinerja ekspor pada triwulan IV 2012. Kondisi
ini diprakirakan dapat mendorong sektor industri tumbuh pada kisaran 5,3%-5,7% di
tahun 2012. Kontributor utama kinerja sektor industri berasal dari subsektor makanan dan
minuman, industri semen serta otomotif. Jumlah penduduk yang besar dan permintaan
domestik yang masih kuat menjadi pendorong kinerja subsektor makanan dan minuman.
Sementara itu, kegiatan pembangunan infrastruktur dan properti yang masih terus berjalan
mendorong permintaan semen nasional. Dari sisi alat angkut (otomotif), permintaan
diprakirakan tetap tinggi sehingga pemesanan kendaraan baru masih meningkat.
Perkembangan subsektor otomotif sangat didukung oleh keberadaan kelas menengah
yang meningkat dengan daya beli yang relatif kuat.
Perbaikan kinerja sektor industri pengolahan diprakirakan berlanjut pada tahun
2013. Kinerja sektor industri pengolahan yang tetap baik tersebut tidak terlepas dari
dukungan investasi yang yang relatif tinggi sejak awal tahun 2010, terutama investasi
S e k t o r
Tabel 2.2
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran
* Proyeksi Bank Indonesia
Pertanian 3,0 4,3 3,7 3,3 2,4 - 2,8 3,2 - 3,6 3,2 - 3,6
Pertambangan & Penggalian 1,4 2,8 3,1 2,3 2,1 - 2,5 2,3 - 2,7 2,3 - 2,7
Industri Pengolahan 6,2 5,7 5,4 5,6 5,5 - 5,9 5,3 - 5,7 5,6 - 6,0
Listrik, Gas & Air Bersih 4,8 5,2 5,9 6,0 5,6 - 6,0 5,5 - 5,9 5,6 - 6,0
Bangunan 6,7 7,2 7,3 7,2 7,0 - 7,4 6,9 - 7,3 7,3 - 7,7
Perdagangan, Hotel & Restoran 9,2 8,3 8,9 8,8 8,6 - 9,0 8,5 - 8,9 8,7 - 9,1
Pengangkutan & Komunikasi 10,7 10,3 10,1 10,5 9,9 - 10,3 10,0 - 10,4 10,0 - 10,4
Keuangan, Persewaan & Jasa 6,8 6,3 7,0 6,8 6,5 - 6,9 6,4 - 6,8 6,2 - 6,6
Jasa-jasa 6,7 5,5 5,7 5,8 5,5 - 5,9 5,4 - 5,8 5,8 - 6,2
PDB 6,5 6,3 6,4 6,3 6,1 - 6,5 6,1 - 6,5 6,3 - 6,7
I II III* IIV*2011 2012*
20122013*
%Y-o-Y, Tahun Dasar 2000
Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan
10Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III 2012
asing (foreign direct investment/FDI). Status investment grade yang
disandang Indonesia memperkuat daya tarik Indonesia sebagai
tempat tujuan investasi. Dengan kondisi ekonomi global yang lebih
baik dari tahun 2012, ekspor diprakirakan semakin membaik (Grafik
2.6). Kondisi ini akan mendorong optimisme dalam dunia usaha dan
meningkatkan geliat di sektor industri pengolahan. Sektor industri
pengolahan pada tahun 2013 diprakirakan meningkat dan tumbuh
di kisaran 5,6%-6,0%.
Hingga akhir tahun 2012 sektor perdagangan, hotel dan
restoran diprakirakan tetap mampu tumbuh tinggi. Meskipun
diprakirakan akan melambat pada triwulan III 2012, pertumbuhan
sektor PHR diprakirakan akan tetap tumbuh tinggi pada triwulan
IV, sehingga secara keseluruhan tahun pertumbuhan sektor PHR
diprakirakan mencapai 8,5%-8,9%. Aktivitas ekonomi domestik
yang tetap tinggi, di tengah kondisi global yang belum menentu
menjadi faktor utama perkembangan sektor PHR. Kondisi ini
tercermin pada hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) di bidang
perdagangan yang menunjukkan perbaikan (Grafik 2.7). Di sisi lain.
aktivitas perdagangan eceran juga tetap tinggi. Hal itu tercermin
dari meningkatnya gerai minimarket yang dibangun. Berdasarkan
data riset,1 gerai minimarket yang fokus menjual produk fast moving
nonsembako dengan konsep gerai minimarket plus restoran juga
meningkat. Dengan konsep ini fasilitas wifi dan pola kerjasama
dengan operator seluler mulai dijajagi.
Tidak hanya subsektor perdagangan, yang memberikan
sumbangan pada kinerja PHR, subsektor hotel dan restoran
pun berkontribusi positif. Seiring dengan laju pertumbuhan
ekonomi, kelompok kelas menengah pun kian bertumbuh. Pada
kelompok ini, kebutuhan barang dan jasa, termasuk rekreasi
relatif tinggi. Kebutuhan tersebut secara umum juga didukung
oleh daya beli yang memadai. Tidak hanya wisatawan domestik
yang menunjukkan tren meningkat, kunjungan wisatawan asing
juga menunjukkan tren yang sama (Grafik 2.8). Dengan kondisi
ini belanja wisata yang mencakup antara lain akomodasi serta
makanan dan minuman akan terdongkrak naik (Grafik 2.9).
Dengan prospek perekonomian ke depan yang lebih baik,
sektor PHR pada tahun 2013 diprakirakan akan tumbuh
lebih baik lagi. Sektor PHR diprakirakan akan tumbuh di kisaran
8,7%-9,1%. Aktivitas di sektor PHR akan terus meningkat, seiring
dengan meningkatnya impor dan kegiatan di sektor Industri serta
didukung oleh konsumsi masyarakat yang tetap kuat.
1 Dilakukan oleh AC Nielsen.
Grafik 2.6
Realisasi dan Perkiraan Kegiatan Sektor PHR-SKDU
Grafik 2.4
Indikator Penuntun PDB Sektor Industri
Grafik 2.5
Pertumbuhan Inv. Nonbangunan, Ekspor dan Industri
��������
��
��
��
�
����
����
����
�������
�
�
�
�
�
�
�
�
�����
��� � ��� � ��� � ��� � ��� � �������� ���� ���� ���� ���� �����
���������������� ������ ���������������
�����������������������
�����
�����
�����
�����
����
����
����
����
����
�����
�����
�����
�����
����
����
����
����
����� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� ������ ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����
������������ ������������������������������������
�����������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������
�������������������������������������
�
�
�
�
�
�
�
��
��
��
��� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ���
���� ���� ���� ����
��������� ���������
Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan
11Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III 2012
Sektor pengangkutan dan komunikasi pada tahun 2012
diprakirakan tetap tumbuh pada level yang cukup tinggi.
Pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi diprakirakan
mencapai 10,0%-10,4%. Prospek ekonomi domestik yang tetap
solid akan meningkatkan mobilitas ekonomi domestik seperti
kegiatan arus barang, aktivitas perjalanan serta arus informasi.
Kegiatan arus barang tercermin dari aktivitas bongkar pasang di
pelabuhan dan angkutan kargo. Sementara itu, meningkatnya
aktivitas perjalanan terlihat dari meningkatnya jumlah penumpang
yang diangkut oleh berbagai jenis moda transportasi terutama
pesawat udara. Selanjutnya untuk mendukung aktivitas ekonomi
yang cukup tinggi, ketersediaan informasi yang tepat dan cepat
semakin dibutuhkan. Dengan kondisi tersebut penggunaan internet
dan komunikasi data akan terus meningkat.
Tingginya aktivitas di sektor pengangkutan dan komunikasi
diprakirakan masih berlanjut pada tahun 2013. Pengembangan
6 koridor ekonomi yang telah ditetapkan pemerintah dalam
program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia (MP3EI) perlu mendapat dukungan sistem
koneksi yang baik. Oleh karena itu pemerintah sangat mendorong
pengembangan pelabuhan, bandara udara, termasuk juga program
pemerataan akses broadband dalam proyek-proyek penting
yang digarap dalam MP3EI. Selain itu, rencana penambahan
jumlah pesawat terbang oleh beberapa maskapai penerbangan
domestik diharapkan akan mendorong pertumbuhan di sektor
pengangkutan. Dengan kondisi tersebut sektor pengangkutan dan
komunikasi diprakirakan akan tumbuh pada level yang tinggi. Pada
tahun 2013 sektor ini diprakirakan akan mencatat pertumbuhan
sekitar 10,0%-10,4%
Selain tiga sektor utama di atas, sektor lain yang akan berperan
penting dalam perekonomian karena dapat menyerap relatif
banyak tenaga kerja yaitu sektor bangunan. Dengan komitmen
pemerintah yang kuat dalam mendorong implementasi proyek
infrastrukur, terutama yang terkait pada program MP3EI, aktivitas
di sektor bangunan akan meningkat. Fokus pemerintah pada
sektor ini terutama terkait pembangunan infrastruktur transportasi
seperti jalan tol, jalur kereta, bandara dan pelabuhan. Proyek
pembangunan infrastruktur transportasi tersebut digenjot terutama
untuk mempercepat konektivitas antarkoridor ekonomi. Dengan
perkembangan tersebut, pertumbuhan sektor bangunan tahun
2012 diprakirakan berkisar 6,9%-7,3% dan akan meningkat pada
tahun 2013 mencapai kisaran 7,3%-7,7%
Grafik 2.7
Jumlah Wisatawan Asing
����������������
������
�����
�����
�����
�����
����� ���� ���� ���� ����� ����� �����
���������������������
Grafik 2.8
Pengeluaran Wisatawan per Hari
����������������
���
���
���
��
��
����� ���� ���� ���� ���� ����� �����
������������������������������������������������������
���
��
��
���� ����
Grafik 2.9
Jumlah Penumpang Pesawat
�������������
��
��
��
��
��
����� ���� ����� �����
��������������������������������������������
��
��
��
��
Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan
12Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III 2012
PROSPEK INFLASI
Inflasi tahun 2012 diprakirakan dalam kisaran target 4,5% ± 1%. Pergerakan harga
barang dan jasa secara umum sampai dengan triwulan III 2012 cukup terkendali dengan
inflasi tahunan tercatat sebesar 4,31%, atau 3,49% secara kumulatif (year to date).
Bauran kebijakan moneter dan kebijakan makroprudensial yang telah ditempuh oleh
Bank Indonesia serta penguatan koordinasi dengan Pemerintah secara umum telah dapat
menjaga keseimbangan permintaan dan pasokan. Ke depan, tekanan inflasi diprakirakan
masih akan terkendali dan berada dalam kisaran target yang ditetapkan sebesar 4,5%±1%
pada tahun 2012. Perkiraan tersebut didukung baik dari sisi eksternal maupun sisi domestik.
Dari sisi eksternal, tekanan inflasi diprakirakan relatif rendah sejalan dengan kecenderungan
harga komoditas global yang menurun di tengah nilai tukar yang cenderung terdepresiasi.
Dari sisi domestik, tekanan inflasi diprakirakan tetap terkendali dengan dukungan kondisi
penawaran yang ditopang oleh investasi yang terus tumbuh sehingga dapat merespons
peningkatan permintaan. Selain itu, ekspektasi inflasi yang relatif terjaga dan minimalnya
kebijakan penyesuaian harga barang dan jasa yang diatur oleh pemerintah juga berperan
dalam membawa inflasi tahun 2012 ke dalam kisaran target Bank Indonesia.
Tekanan inflasi inti tahun 2012 diprakirakan terkendali. Berbagai langkah yang
ditempuh dalam mengelola permintaan agregat, menjaga stabilitas nilai tukar dan
mengarahkan ekspektasi inflasi serta respons sisi penawaran yang cukup memadai mampu
menjaga inflasi inti tetap di level rendah. Kondisi yang positif ini didukung oleh koreksi harga
domestik pasca lebaran yang juga terjadi pada kelompok inflasi inti, sehingga mengurangi
tekanan inflasi dari harga global terutama emas yang naik cukup tinggi mencapai sekitar
7% dalam sebulan terakhir.
Perkiraan terkendalinya inflasi inti dikonfirmasi berbagai indikator penuntun inflasi seperti
Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) impor. IHPB impor mengindikasikan bahwa dalam
jangka pendek belum ada tekanan inflasi signifikan dari harga barang impor dengan adanya
tren harga global yang menurun, meskipun pada saat bersamaan nilai tukar cenderung
mengalami tekanan depresiasi.
Sisi penawaran diprakirakan masih cukup baik dalam merespons
sisi permintaan. Hal tersebut terindikasi dari utilisasi kapasitas
manufaktur yang masih relatif rendah sejalan dengan tingginya
pertumbuhan investasi dalam beberapa tahun terakhir.
Inflasi volatile food diprakirakan cukup moderat. Hal
tersebut terkait dengan pola musiman produksi bahan pangan
yang cenderung menurun akibat masuknya musim paceklik.
Untuk mengantisipasi pola musiman tersebut, pada September
Kementerian Pertanian mulai menanam padi secara intensif untuk
mengamankan pasokan beras pada akhir tahun. Untuk mendukung
produksi, selain melakukan pengendalian hama, Kementerian
Pertanian bekerjasama dengan Kementerian Pekerjaan Umum
memperbaiki jalur irigasi. Produksi padi tahun 2012 diharapkan
Grafik 2.10
Kapasitas Utilisasi
���� �����������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������
���
��
��
��
��
�
� � � � � � � � � �� �� �� � � � � � �� � �
Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan
13Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III 2012
dapat melampaui 5 juta ton sehingga surplusnya dapat digunakan
sebagai cadangan pangan nasional.
Inflasi harga barang dan jasa yang diatur oleh pemerintah
diprakirakan minimal. Meskipun terdapat kenaikan harga
sejumlah komoditas seperti tarif parkir dan tarif KRL, secara umum
dampak kenaikan tersebut diprakirakan minimal terhadap inflasi
karena bobotnya yang relatif kecil.
Inflasi pada tahun 2013 diprakirakanmasih terkendali dan
masih berada dalam kisaran sasaran inflasi 4,5% ± 1%.
Tekanan inflasi pada tahun 2013 disebabkan oleh perkiraan
pulihnya perekonomian dunia di tahun 2013 serta meningkatnya
kinerja perekonomian domestik sehingga tekanan dari sisi
permintaan diprakirakan lebih tinggi, meskipun relatif moderat.
Selain itu, meningkatnya kinerja perekonomian dan perdagangan
internasional pada gilirannya akan meningkatkan harga komoditas
internasional yang dapat ditransmisikan ke harga domestik.
Tekanan inflasi tersebut dapat diminimalkan apabila respons
dari sisi penawaran memadai untuk memenuhi permintaan yang
meningkat. Inflasi administered prices diprakirakan lebih tinggi
seiring dengan rencana pemerintah untuk menaikkan tarif TTL
sebesar 15%. Kenaikan tersebut tidak saja memengaruhi inflasi
administered prices, namun juga terdapat dampak tidak langsung
ke komponen inflasi lainnya. Inflasi volatile food diprakirakan masih
berada pada level rata-rata historis apabila tidak ada gangguan
terkait produksi dan distribusi. Untuk mengamankan produksi,
dalam RAPBN tahun 2013 pemerintah mengalokasikan tambahan
2 triliun rupiah untuk Kementerian Pertanian yang dapat digunakan
untuk investasi infrastruktur sektor pertanian.
FAKTOR RISIKO
Berbagai faktor risiko baik dari sisi eksternal maupun domestik akan menentukan arah
prakiraan perekonomian tahun 2012 dan 2013. Lebih rendahnya pertumbuhan PDB dunia
dan volume perdagangan dunia dapat menurunkan laju pertumbuhan PDB pada kisaran
bawah. Perekonomian dunia yang lebih lemah akan mengurangi permintaan barang-
barang ekspor Indonesia sehingga pada gilirannya akan menurunkan kontribusi ekspor
lebih dalam terhadap pertumbuhan ekonomi.
Dari sisi inflasi, beberapa faktor risiko selain kenaikan TTL 15% yang telah mendapat
persetujuan dari DPR, risiko lainnya bersumber dari rencana kenaikan lanjutan harga gas
industri sebesar 15% pada April 2013. Untuk mengantisipasi berbagai faktor risiko yang
dapat mendorong inflasi, Bank Indonesia akan melakukan langkah-langkah koordinasi
Grafik 2.11
Perkembangan Ekspektasi Inflasi (Consensus Forecast)
Grafik 2.12
Inflasi Volatile Food
����������������������� �����������������������
���
���
���
���
���
���� � � � � � � � � �� �� �� � � �
��������
��������
��������
�������� ����
�������� ����
���� �������� ����
����
���� ���� ����
������
����
��������
����
� � �
���
����
����
����
����
����
����
����
����
� � �
������
����
���������
����
�
�
�
�
��
��
��
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan
14Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III 2012
yang lebih intensif guna mengantisipasi dan meminimalisir tekanan
inflasi ke depan, terutama yang bersumber dari administered prices.
Hal itu diperkuat dengan berbagai upaya untuk menjaga tetap
rendahnya inflasi volatile food dengan mendorong kelancaran
pasokan dan distribusi barang khususnya bahan pangan pokok
melalui kerjasama antar daerah.
Grafik 2.13
Fan Chart Proyeksi Inflasi Tahun 2012-2013
�
�
�
������� ������� ��������������
�
�
�������
�
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
15Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III 2012
3. Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
Ketidakpastian kondisi perekonomian global diprakirakan masih akan berlanjut
pada triwulan III 2012. Koreksi proyeksi pertumbuhan ekonomi Asia (China,
Jepang, dan India), ketidakpastian krisis utang di kawasan Eropa, dan penurunan
proyeksi volume perdagangan dunia menghambat laju ekspansi ekonomi dunia
lebih lanjut. Di negara emerging markets Asia, kinerja ekspor di beberapa negara
masih melanjutkan tren penurunan seiring dengan melambatnya laju industri
global yang dikontribusi oleh menurunnya motor ekonomi Asia seperti China
dan India. Sejalan dengan melambatnya perekonomian dunia, tekanan inflasi
global masih berada dalam tren yang menurun. Pasar keuangan global menguat
didorong oleh sentimen positif stimulus moneter bank sentral utama dunia
(Eropa, Jepang, AS) dan stimulus fiskal pemerintah China. Respons kebijakan
bank sentral negara maju secara umum masih akomodatif guna mendorong
kegiatan aktivitas perekonomian. Hal yang sama juga terjadi pada respons
kebijakan bank sentral negara berkembang meski ruang pelonggaran kebijakan
semakin terbatas.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III 2012 diprakirakan masih tetap
tinggi di tengah melambatnya kondisi perekonomian global. Konsumsi rumah
tangga dan investasi diprakirakan masih tetap tumbuh tinggi. Masih lemahnya
permintaan eksternal mendorong melambatnya kinerja ekspor. Kinerja impor
agak tertahan sejalan dengan tren depresiasi nilai tukar rupiah, meski masih
tumbuh tinggi seiring dengan masih kuatnya permintaan domestik.
Tekanan depresiasi pada nilai tukar rupiah masih berlanjut pada triwulan III
2012 namun dengan intensitas yang lebih moderat dan tingkat volatilitas yang
lebih terjaga. Pelemahan rupiah terutama disebabkan oleh masih tingginya
ketidakpastian akan kondisi perekonomian global serta tingginya permintaan
valuta asing di pasar valuta asing domestik sejalan dengan masih tingginya
impor di tengah perlambatan ekspor.
Di sisi harga, inflasi IHK tetap terkendali. Tetap rendahnya inflasi IHK didukung
oleh semua faktor baik fundamental maupun nonfundamental. Inflasi inti
masih tercatat rendah di tengah tekanan depresiatif nilai tukar, kenaikan
harga komoditas emas dan harga pangan global yang tetap tinggi. Sementara
itu, inflasi volatile food dan inflasi administered price tercatat rendah sejalan
dengan terkoreksinya beberapa harga komoditas pangan pasca hari raya Idul
Fitri dan tidak adanya kebijakan Pemerintah di bidang harga barang dan jasa
yang bersifat strategis.
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
16Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III 2012
Di pasar keuangan, perkembangan suku bunga PUAB menunjukkan peningkatan
sejalan dengan kebijakan Bank Indonesia menaikkan suku bunga koridor
bawah sebesar 25 bps. Sementara itu, suku bunga kredit masih menunjukkan
tren yang menurun, sedangkan suku bunga deposito relatif stabil. Di sisi lain,
beberapa sentimen positif global serta faktor fundamental makro ekonomi
domestik mampu mendorong kinerja pasar saham domestik menguat pada
triwulan laporan. Sejalan dengan itu, kinerja di pasar keuangan SBN meskipun
mengalami sedikit tekanan pada tenor jangka pendek, namun tetap positif
pada tenor jangka menengah dan panjang.
PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA
Perekonomian global masih diliputi ketidakpastian dan diprakirakan akan
tumbuh lebih rendah. Lebih rendahnya prakiraan pertumbuhan global pada tahun
2012 tersebut terkait revisi turun pertumbuhan ekonomi Asia seperti Jepang, China,
dan India. Namun, kebijakan stimulus yang dilakukan oleh berbagai bank sentral
negara maju diharapkan mampu menahan perlambatan kinerja ekonomi global. Pasar
keuangan global menunjukkan kinerja yang positif sejalan dengan stabilnya pasar
keuangan Eropa, terutama pasca disetujuinya European Stability Mechanism (ESM)
oleh Jerman dan kebijakan Outright Monetary Transactions (OMT) dari ECB. Selain itu,
kebijakan quantitative easing (QE) III oleh The Federal Reserve, program bond-buying
Bank of Japan (BoJ), dan stimulus fiskal China juga turut menopang sentimen positif
sehingga mendorong perbaikan persepsi risiko investor global. Harga minyak dunia
mengalami kenaikan didorong oleh meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur
Tengah, sentimen positif di pasar keuangan global, serta peningkatan permintaan global
meski masih terbatas. Sementara itu, tekanan inflasi global masih dalam tren menurun
meski sedikit meningkat sejalan dengan pergerakan harga komoditas internasional,
terutama energi. Respons kebijakan moneter di negara maju dan emerging markets
secara umum cenderung akomodatif yang ditandai dengan penurunan suku bunga
acuan bank sentral Brazil, China, Kolombia, dan Hungaria merespons pelemahan aktivitas
ekonomi domestik dan outlook global.
Laju pertumbuhan ekonomi AS pada triwulan III 2012 relatif moderat dengan
disertai risiko dari penerapan kebijakan penurunan defisit anggaran fiskal
(fiscal cliff). Masih rendahnya pertumbuhan AS juga tercermin dari revisi turun proyeksi
pertumbuhan ekonomi AS oleh Federal Reserve pada September 2012 menjadi ke kisaran
1,7% -2,0% (yoy) dari kisaran 1,9%-2,4% (yoy). Sektor produksi AS masih mengalami
tekanan yang tercermin dari penurunan indeks produksi dan utilisasi kapasitas pada
Agustus 2012 (Grafik 3.1). Masih tertekannya industri manufaktur AS juga terkonfirmasi
dari survei Fed Districts dan Purchasing Manager Index (PMI) manufaktur yang masih
berada dalam fase kontraksi sepanjang Juni sampai dengan Agustus 2012. Dari sisi
konsumsi, beberapa indikator konsumsi rumah tangga AS menunjukkan perbaikan
seiring dengan menguatnya keyakinan konsumen (Grafik 3.2). Keyakinan konsumen
yang menguat tersebut didorong oleh kenaikan harga aset (rumah dan saham) di tengah
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
17Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III 2012
masih rentannya penyerapan tenaga kerja. Sektor perumahan
AS berangsur membaik seiring dengan meningkatnya penjualan
rumah dan ijin pendirian bangunan yang turut mendorong
kenaikan harga rumah. Namun ke depan, penerapan kebijakan
kendala fiskal (fiscal cliff) berpotensi akan menekan konsumsi
rumah tangga. Berdasarkan perkembangan tersebut, Consensus
Forecast September 2012 memprakirakan ekonomi AS akan
tumbuh sebesar 2,4% (yoy) pada triwulan III 2012.
Perekonomian Eropa diprakirakan masih mengalami
kontraksi pada triwulan III 2012. Kebijakan penghematan
fiskal yang diterapkan oleh beberapa negara Uni Eropa
berdampak pada tertekannya aktivitas ekonomi yang berimbas
pada pemutusan hubungan kerja (PHK) sehingga meningkatkan
angka pengangguran. Tingkat pengangguran Eropa pada Agustus
2012 mencapai 11,4%, merupakan angka tertinggi sepanjang
sejarah. Konsumsi rumah tangga di kawasan Eropa juga masih
tertekan seiring dengan melemahnya keyakinan konsumen
dan menurunnya penjualan eceran akibat tingginya tingkat
pengangguran. Namun, terdapat indikasi adanya peningkatan
upah di kawasan Eropa, khususnya di Jerman. Sementara itu,
kinerja produksi di kawasan Eropa masih tertekan tercermin dari
indeks PMI manufaktur Markit sebesar 46,1 pada September
2012 (Grafik 3.3) dan indeks produksi yang tumbuh -2,7% (yoy)
pada Juli 2012. Semakin lemahnya ekonomi kawasan Eropa pada
triwulan III 2012 dikonfirmasi oleh Consensus Forecast September
yang memprakirakan akan terkontraksi semakin dalam sebesar
-0,8% (yoy).
Perekonomian Asia diprakirakan tumbuh melambat
terimbas dari penurunan ekonomi China dan India. Hampir
sebagian besar kinerja industri Asia mengalami perlambatan
yang terlihat dari indeks PMI manufaktur yang berada dalam
fase kontraksi. Searah dengan penurunan aktivitas industri,
indeks produksi Asia seperti Singapura dan Thailand tumbuh
negatif (Grafik 3.4). Ke depan, ekonomi Asia akan mengalami
perlambatan terutama dikontribusi dari turunnya kinerja
eksternal. Namun di beberapa negara, cukup kuatnya konsumsi
domestik mampu menahan perlambatan aktivitas ekonomi lebih
dalam.
Perekonomian China tumbuh moderat terlihat dari belum
solidnya rilis indikator perekonomian. Kinerja investasi sebagai
penyokong utama pertumbuhan ekonomi China berada dalam
Grafik 3.1
Indeks Produksi dan Kapasitas Utilisasi AS
Grafik 3.2
Indeks Keyakinan Konsumen AS
Grafik 3.3
Indeks PMI Manufaktur Eropa
��
������
������������������
������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������
��
��
��
��
��
��
��
������������
��������
������
�����
��������������������
�����������������
��
������������ ������
���
������
�
�
���
��������� ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������
���������������������������������������������
��
��
��
��
�������������������
������������������
������
��
������
��
��
����������������������������������������������������������������������������������������������������
������������ ������������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������
������������������
������
�������������������
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
18Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III 2012
tren penurunan. Sementara stimulus fiskal yang diumumkan oleh
pemerintah pusat maupun lokal belum memberikan dampak
yang cukup signifikan terhadap perekonomian. Perlambatan juga
terlihat dari sektor produksi yang tercermin dari indikator PMI
manufaktur China yang memasuki fase kontraksi disertai dengan
indeks produksi yang hanya tumbuh sebesar 8,9% (yoy) pada
Agustus 2012. Tertekannya kinerja produksi manufaktur China
juga terkonfirmasi dari kinerja eksternal sebagaimana ekspor
China yang rata-rata hanya tumbuh sebesar 1,9% (yoy) pada
Juli dan Agustus, setelah tumbuh 10,5% (yoy) pada triwulan
sebelumnya. Dari sisi konsumsi, penjualan eceran China tumbuh
dalam tren melambat sejalan dengan melemahnya keyakinan
konsumen. Namun, dampak pelonggaran kebijakan moneter
seperti penurunan suku bunga dan Reserve Requirement Ratio
(RRR) mulai menunjukkan pengaruh positif. Hal tersebut terlihat
dari peningkatan kredit perbankan dan indikator M2 pada Agustus.
Harga komoditas internasional selama triwulan laporan masih tumbuh negatif
sejalan dengan masih lemahnya permintaan global. Indeks Total Harga Komoditas
IMF Agustus 2012 tumbuh sebesar -2,6% (yoy). Penurunan indeks total harga komoditas
IMF disumbang oleh penurunan indeks harga komoditas nonmigas sebesar 11,6% (yoy),
sedangkan komoditas migas justru mengalami kenaikan sebesar 2,8% (yoy). Turunnya
indeks harga komoditas nonmigas dipicu utamanya oleh komoditas metal yang turun
cukup dalam sebesar -25,9% (yoy) seiring dengan melambatnya ekspansi industri global.
Sejalan dengan indeks harga komoditas IMF, Indeks Harga Komoditas Ekspor (IHEx)
nonmigas juga masih tumbuh negatif. Sepanjang triwulan III 2012, IHEX nonmigas turun
sebesar 15,9% (yoy), meski sedikit membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
yang turun sebesar 16,8% (yoy). Penurunan IHEx nonmigas tersebut dikontribusi oleh
harga komoditas pertanian yang menurun cukup dalam sebesar 26,0% (yoy), bersumber
dari komoditas karet dan kayu lapis. Harga minyak pada triwulan III 2012 meningkat
sejalan dengan masih berlanjutnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan adanya
ekpekstasi stimulus moneter dan kebijakan QE III The Fed. Hal tersebut diprakirakan
mendorong perbaikan risk appetite investor dan aliran dana memasuki pasar komoditas.
Rata-rata harga minyak WTI dan Minas sepanjang triwulan laporan mencapai 92,2 dolar
AS per barel dan 114,0 dolar AS per barel.
Tekanan inflasi global pada triwulan laporan masih dalam tren menurun meski
sempat meningkat pada Agustus. Tekanan inflasi global (komposit) IMF pada Agustus
2012 tercatat sebesar 3,0% (yoy). Tekanan inflasi global masih dalam tren menurun
seiring dengan penurunan harga komoditas dan aktivitas perekonomian global.
Sementara laju inflasi dunia untuk keseluruhan tahun 2012 berdasarkan Consensus
Forecast September 2012 diprakirakan mencapai 3,24% (yoy), yaitu inflasi IHK di
negara maju dan berkembang masing-masing diprakirakan mencapai 4,9% (yoy) dan
1,9% (yoy).
Grafik 3.4
Indeks Produksi Negara Asia
�����
������
���
���
���
���
�
��
��
��
��
���
���
���
��
��
�������
�����������������
���������� �����������
��������
�����
���������
�����������������
��
���
�����
�������
���
��� �������������������
��� �������������������
��� �������������������
��� �������������
��� �������������������
��� �������������������
��� �������������������
��� �������������
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
19Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III 2012
Respons kebijakan moneter bank sentral negara maju masih akomodatif
disertai dengan berbagai kebijakan nonkonvensional lainnya untuk mendukung
aktivitas perekonomian. Hampir sebagian besar kebijakan bank sentral negara maju
masih akomodatif dengan mempertahankan suku bunga yang rendah seperti AS, Jepang,
dan Inggris. Bank Sentral Eropa (European Central Bank / ECB) memotong suku bunga
pada Juli sebesar 25 bps menjadi 0,75%, sementara bank sentral Australia (Reserve Bank
of Australia / RBA) kembali memotong suku bunganya sebesar 25 bps menjadi 3,25%.
Di samping itu, beberapa bank sentral utama seperti AS, Inggris, Jepang, dan Eropa
juga mengumumkan kebijakan nonkonvensional seperti pembelian surat-surat berharga
(SSB) seiring dengan rendahnya suku bunga. Federal Reserve pada 13 September 2012
mengumumkan kebijakan Quantitative Easing tahap III dengan pembelian SSB jenis
mortgage backed securities sebesar 40 miliar dolar AS tiap bulannya tanpa ada batasan
waktu. Bank of England (BoE) mengumumkan tambahan Asset Purchase Program
(APP) sebesar 50 miliar poundsterling yang menjadikan total APP sebesar 375 miliar
poundsterling. ECB juga mengumumkan pembelian SSB melalui mekanisme Outright
Monetary Transactions (OMT) tanpa menyebutkan jumlah pembelian. Bank of Japan
juga akan membeli SSB sebesar 10 triliun yen dan menjadikan total sebesar 65 triliun
yen yang difokuskan pada pembelian SSB milik pemerintah (government bond).
Hampir sebagian besar bank sentral negara emerging markets juga melakukan
pelonggaran kebijakan moneter. Beberapa bank sentral seperti Brasil, Kolombia,
China, Korea, dan Vietnam memotong suku bunganya demi mendorong aktivitas
perekonomian. Namun, beberapa bank sentral di Asia terpantau mempertahankan suku
bunganya seiring dengan tekanan inflasi yang mulai merangkak naik. Melihat pergerakan
ekspektasi inflasi yang mulai meningkat (harga aset dan komoditas), bank sentral di
Asia diprakirakan akan menahan pemotongan suku bunga lebih lanjut. Kondisi ekonomi
global yang melemah akibat rapuhnya pemulihan ekonomi AS dan China, serta gejolak
krisis Eropa akan mendorong kebijakan bank sentral di Asia cenderung akomodatif.
PERTUMBUHAN EKONOMI
Permintaan Agregat
Perekonomian Indonesia pada triwulan III 2012 diprakirakan masih tumbuh
cukup baik sebesar 6,3%, namun lebih rendah dari prakiraan semula (yoy,
Tabel 3.1). Sumber utama pertumbuhan pada triwulan laporan berasal dari konsumsi
rumah tangga dan investasi. Konsumsi rumah tangga tumbuh meningkat sejalan
dengan keyakinan konsumen yang menguat dan terjaganya daya beli masyarakat.
Kinerja investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto / PMTB) tumbuh tinggi pada
triwulan III 2012 didukung oleh tingginya optimisme sejalan dengan iklim usaha yang
kondusif dan kuatnya permintaan domestik. Kinerja ekspor pada triwulan laporan
diprakirakan melambat sejalan dengan masih lemahnya perekonomian dunia. Namun,
ekspor diprakirakan berpotensi tumbuh membaik pada triwulan IV sejalan dengan
potensi perbaikan ekonomi negara mitra dagang dan meningkatnya harga komoditas.
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
20Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III 2012
Grafik 3.5
Indeks Keyakinan Konsumen – SK BI
���������
�����������������������
���
���
���
���
���
��
��
��
��
������������� ������
�������������
�������
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������� ���� ���� ����
��������������������������������������������������
Sementara itu, impor diprakirakan masih tumbuh relatif tinggi meski melambat sejalan
dengan masih kuatnya permintaan domestik.
Konsumsi rumah tangga pada triwulan III 2012 diprakirakan tumbuh meningkat
didukung oleh menguatnya keyakinan konsumen. Hal tersebut tercermin dari
berbagai survei keyakinan konsumen yang menunjukkan optimisme konsumen.
Meningkatnya keyakinan akan ketersediaan lapangan kerja saat ini dan ekspektasi
kegiatan usaha ke depan mendorong Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) BI pada
September 2012 terus menguat (Grafik 3.5). Searah dengan hal tersebut, Indeks
Tendensi Konsumen (ITK) BPS pada triwulan laporan juga diprakirakan menguat
didorong oleh tingkat optimisme konsumen yang lebih tinggi dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya.
Masih kuatnya konsumsi rumah tangga dikonfirmasi oleh pergerakan indikator-
indikator dini konsumsi rumah tangga. Indeks penjualan eceran riil pada Agustus
2012 mengalami kenaikan sebesar 11,1% (mtm) dibandingkan dengan periode
sebelumnya (Grafik 3.6). Kenaikan tersebut didorong oleh peningkatan konsumsi
masyarakat pada bulan puasa dan hari raya Idul Fitri. Kelompok
komoditas yang berkontribusi terbesar dalam kenaikan indeks
adalah kelompok barang lainnya, perlengkapan rumah tangga
lainnya, serta makanan, minuman, dan tembakau. Selain
itu, subkelompok komoditas pakaian jadi serta alas kaki dan
perlengkapannya juga mengalami kenaikan penjualan yang
cukup signifikan. Penjualan mobil kembali menguat pada
September 2012. Prospek peningkatan penjualan hingga
akhir tahun didukung oleh tingginya transaksi dalam gelaran
pameran Indonesia International Motor Show (IIMS) serta masih
bertumbuhnya kelas menengah Indonesia. Sementara, setelah
sempat mengalami penurunan pada Agustus, penjualan sepeda
motor kembali meningkat pada September hingga 44,96%
dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Indikator
Tabel 3.1
Pertumbuhan Ekonomi – Sisi Permintaan
* Proyeksi Bank Indonesia
Konsumsi Rumah Tangga 4,5 4,6 4,8 4,9 4,7 4,9 5,0 5,1 4,8 - 5,2
Konsumsi Pemerintah 2,8 4,5 2,8 2,8 3,2 5,9 7,0 3,8 9,1 - 9,5
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 7,3 9,3 7,1 11,5 8,8 10,0 12,3 10,0 10,2 - 10,6
Ekspor Barang dan Jasa 12,2 17,2 17,8 7,9 13,6 7,9 1,9 1,1 2,9 - 3,3
Impor Barang dan Jasa 14,4 15,3 14,0 10,1 13,3 8,0 10,9 8,8 9,3 - 9,7
PDB 6,4 6,5 6,5 6,5 6,5 6,3 6,4 6,3 6,1 - 6,5
I III IIIII III* IV*IV2011
2011 2012
%Y-o-Y, Tahun Dasar 2000
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
21Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III 2012
Meskipun melambat, kinerja investasi pada triwulan
III 2012 diprakirakan masih tetap tumbuh kuat. Masih
kuatnya kinerja investasi didukung oleh optimisme pelaku usaha
yang masih kuat di tengah iklim usaha yang kondusif.Adapun
perlambatan pada triwulan laporan, antara lain terkait koreksi
impor alat transportasi terutama berupa pesawat terbang yang
tercatat tinggi pada awal tahun. Survei Kegiatan Dunia Usaha
Bank Indonesia (SKDU BI) memprakirakan kegiatan bisnis pada
triwulan laporan masih baik dengan prakiraan nilai investasi
yang masih tinggi pada semester II 2012. Investasi tersebut
didominasi oleh investasi baru. Optimisme pelaku usaha yang
masih baik juga ditunjukkan oleh Indeks Tendensi Bisnis (ITB)
BPS yang diprakirakan terus meningkat pada triwulan laporan
(Grafik 3.7).
Sumber pertumbuhan investasi masih ditopang oleh
investasi nonbangunan. Tingginya investasi nonbangunan
sejalan dengan masih kuatnya permintaan domestik dan potensi
perbaikan ekspor ke depan. Konsumsi listrik industri dan Indeks
Produksi Manufaktur juga meningkat memasuki triwulan III
2012. Investasi bangunan diprakirakan masih tumbuh stabil
merespons aktivitas ekonomi, meskipun indikator penjualan
semen dan impor bahan bangunan menunjukkan perlambatan.
Selain itu, pola serapan belanja modal pemerintah khususnya
pada akhir tahun turut mendukung tumbuhnya investasi. Dari
sisi pembiayaan, kredit investasi secara riil masih tumbuh tinggi
pada kisaran 20% didukung oleh tren penurunan suku bunga
kredit investasi riil (Grafik 3.8). Sementara pembiayaan investasi
yang berasal dari obligasi korporasi diprakirakan juga akan
meningkat.
Konsumsi pemerintah pada triwulan III 2012 lebih
baik dibandingkan dengan periode yang sama tahun
sebelumnya. Secara total, serapan belanja pemerintah sampai
dengan September 2012 telah mencapai 62,6% dari APBN-P.
Realisasi anggaran hingga triwulan laporan pada belanja
pegawai masih sama dengan tahun sebelumnya, namun belanja
barang sedikit tertahan. Langkah perbaikan terus dilakukan
untuk mengoptimalkan penyerapan anggaran antara lain
mempercepat proses pengadaan/tender dan belanja modal
melalui penyederhanaan prosedur tender dan mempercepat
implementasi UU Pengadaan tanah.
Kinerja ekspor pada triwulan III 2012 diprakirakan tumbuh
melambat sejalan dengan masih lemahnya permintaan
Grafik 3.6
Indeks Penjualan Eceran
Grafik 3.7
Indeks Tendensi Bisnis - BPS
Grafik 3.8
Kredit Investasi & Suku Bunga Kredit Investasi Riil
�������������������������������
�����������
�����������������������������
�����������
��������������������
��
��������
��
��
��
��
��
�
�� � � � � � � � � �� �� ��
����� � � � � � � � � �� �� ��
����� � � �
����
���
��
�
�
�
�
�
��� � �
��������
��
��
��
��
�
���
����� �� �� �� �� �� ��� ��� ��� ����
���� ���� ����
����������������������������������
���������������������
�������
�����������������������������������������������
�����������
���
������
���
���
���
��
��� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ����
���� ���� ����
��������������������������������� ���������� ������������������� ���������
������������
���
���
���
��
��
��
��
������
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
22Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III 2012
eksternal dan menurunnya serapan ekspor negara tujuan
utama. Perkembangan perekonomian negara mitra dagang
utama seperti Eropa, China, Jepang, dan India yang masih
melemah berpotensi menghambat laju pemulihan pertumbuhan
ekspor. Hal tersebut juga sejalan revisi turun proyeksi volume
perdagangan dunia pada triwulan laporan. Namun, indikasi
berangsur meningkatnya harga komoditas pada triwulan laporan
serta prospek perbaikan sektor manufaktur dan konsumsi rumah
tangga di AS dan Jepang akan mendorong perbaikan kinerja
ekspor ke depan meski masih terbatas.
Nilai riil ekspor nonmigas hingga pertengahan triwulan III 2012
bergerak melambat dan kembali mencatat pertumbuhan yang
negatif setelah meningkat pada bulan sebelumnya. Perlambatan
terjadi baik pada ekspor migas maupun nonmigas. Di sisi ekspor
nonmigas, kelompok barang pertanian dan industri pengolahan masih tumbuh positif
sedangkan kelompok barang tambang secara keseluruhan tumbuh negatif (Grafik 3.9).
Ekspor komoditas pertambangan yang melambat diantaranya adalah nikel, batubara,
dan tembaga. Penurunan ekspor tersebut tekait masih lemahnya permintaan dari negara
mitra dagang utama. Sementara itu, kinerja ekspor migas juga melambat sejalan dengan
menurunnya produksi pada beberapa blok penghasil minyak.
Kinerja impor pada triwulan III 2012 diprakirakan melambat meski masih tumbuh
pada level yang tinggi sejalan dengan masih kuatnya konsumsi domestik.
Hingga pertengahan triwulan III 2012, perlambatan nilai riil impor terjadi pada seluruh
kelompok penggunaan. Terkoreksinya pertumbuhan ekspor manufaktur pada triwulan
laporan mengakibatkan menurunnya permintaan bahan baku, terutama bahan baku
(processed) untuk industri dan komponen barang modal. Hal tersebut memicu surutnya
pertumbuhan impor kelompok bahan baku. Searah dengan hal tersebut, impor barang
konsumsi dan barang modal juga tercatat melambat meski masih tumbuh positif (Grafik
3.10). Perlambatan impor barang modal didorong oleh turunnya
impor barang perlengkapan transportasi untuk industri dan
kendaraan penumpang untuk industri seiring termoderasinya
penjualan kendaraan. Di sisi lain, impor migas masih tumbuh
positif sebesar 0,7% (yoy) yang didorong oleh tingginya kenaikan
impor minyak mentah yang mencapai 47,4% (yoy).
Operasi Keuangan Pemerintah
Kiner ja operas i keuangan pemerintah sampai
dengan September 2012 diprakirakan tercatat lebih
baik dibandingkan dengan periode yang sama tahun
sebelumnya. Hal tersebut didorong oleh realisasi belanja
negara yang lebih tinggi di tengah realisasi penerimaan negara
Grafik 3.9
Ekspor Nonmigas
Grafik 3.10
Impor Riil Nonmigas
��������
��
��
��
��
�
���
���
���
���
����� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ��� ���� ���� ����
���� ���� ����
����������������
���������
�������������������
������������
���
��
��������
� �� ��� ������
�����
��������������
���������
�����������
��
��
��
�
���
��
� �� ��� ������
� �� �������
���� ���� ����
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
23Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III 2012
yang masih rendah. Sejumlah penerimaan perpajakan seperti Pajak/Pungutan ekspor,
Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) SDA migas, dan Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB) masih tercatat rendah. Di sisi lain, realisasi sebagian besar belanja negara mencatat
kenaikan yang signifikan didorong oleh percepatan pembayaran subsidi dan bantuan
sosial. Di sisi pembiayaan, imbal hasil SBN yang relatif stabil mendukung pemenuhan
pembiayaan defisit APBN.
Penerimaan negara masih tercatat pada level yang rendah akibat masih
rendahnya realisasi penerimaan, baik perpajakan maupun nonpajak. Faktor
utama rendahnya penerimaan negara bersumber dari PNBP SDA migas yang diprakirakan
masih relatif rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Penerimaan yang lebih rendah juga turut dipengaruhi oleh kinerja sejumlah penerimaan
perpajakan yang menurun yaitu PBB dan pajak/pungutan ekspor. Rendahnya penerimaan
PBB disebabkan oleh pengalihan sebagian PBB kepada penerimaan daerah yang
merupakan implementasi dari Undang-undang no.28/2009 tentang pajak dan retribusi
daerah. Sementara penurunan pada pajak/pungutan ekspor ditengarai akibat masih
lemahnya kinerja ekspor.
Peningkatan realisasi belanja negara terutama bersumber dari pembayaran
subsidi dan bantuan sosial. Realisasi belanja negara sampai dengan September 2012
diprakirakan meningkat dari realisasi periode yang sama tahun sebelumnya.Tingginya
realisasi pembayaran subsidi terkait dengan dampak dari peningkatan volume konsumsi
BBM, rata-rata realisasi harga minyak yang lebih tinggi, dan tren depresiasi nilai tukar
rupiah terhadap dolar AS. Di sisi lain, penyaluran belanja kementerian/lembaga (K/L)
mengalami perbaikan dalam bentuk bantuan sosial dan belanja modal. Bantuan
sosial mengalami perbaikan signifikan diindikasi akibat adanya perbaikan administrasi
pelaksanaan penyaluran bantuan sosial kepada masyarakat. Walaupun terbatas,
realisasi belanja modal diprakirakan turut membaik.Perbaikan juga terjadi pada transfer
dana ke daerah, dalam hal ini Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian (DOKP) yang
diprakirakan meningkat dari periode sama tahun lalu. Kondisi tersebut dikarenakan
adanya percepatan penyaluran tunjangan profesi dan dana tambahan penghasilan untuk
guru PNS daerah. Sementara itu, program pemerintah untuk melakukan penghematan
dan efisiensi belanja operasional diprakirakan sudah berdampak pada realisasi belanja
barang tahun ini.
Di sisi pembiayaan, realisasi pembiayaan defisit dari penerbitan SBN sampai
dengan September 2012 diprakirakan hampir sama dengan pencapaian tahun
sebelumnya. Pencapaian tersebut sedikit lebih rendah dibandingkan dengan tahun
sebelumnya, namun diprakirakan dapat tetap terpenuhi sampai dengan akhir tahun.
Sumber pembiayaan defisit APBN masih didominasi oleh pembiayaan domestik.
Penawaran Agregat
Sisi penawaran pada triwulan III 2012 diprakirakan masih solid didorong oleh
aktivitas domestik yang masih kuat dan potensi pemulihan ekspor mulai
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
24Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III 2012
semester kedua tahun 2012. Ekspektasi pemulihan perekonomian dunia pada paruh
kedua tahun ini dapat mendorong perbaikan ekspor meskipun masih terbatas. Sumber
pertumbuhan sisi penawaran diprakirakan masih berasal dari sektor industri pengolahan,
sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR), serta sektor pengangkutan dan
komunikasi. Sektor industri pengolahan diprakirakan tumbuh meningkat didukung oleh
kuatnya permintaan domestik yang diiringi dengan potensi pemulihan ekspor. Sektor PHR
diprakirakan tetap tumbuh tinggi didukung oleh aktivitas ekonomi domestik yang masih
kuat dan kegiatan impor yang masih tinggi. Sementara itu, kinerja sektor pengangkutan
dan komunikasi diprakirakan masih tumbuh tinggi didorong oleh tingginya aktivitas
selama hari raya Lebaran danpotensi peningkatan komunikasi data.
Sektor pertanian pada triwulan III 2012 diprakirakan tumbuh melambat.
Melambatnya kinerja sektor pertanian tersebut terkait cuaca kering yang berdampak
pada kinerja subsektor tanaman bahan makanan (tabama), sementara kinerja subsektor
perkebunan dan perikanan masih tumbuh baik. Berdasarkan keterangan Kementerian
Pertanian, lahan pertanian pangan yang mengalami kekeringan sampai dengan Agustus
2012 mencapai sekitar 127.000 hektar atau sekitar 1,2% dari total lahan pertanian
pangan. Berdasarkan Angka Ramalan (ARAM) I 2012 BPS, produksi pada keseluruhan
tahun 2012 tumbuh 4,31% (yoy) atau meningkat dibandingkan dengan tahun
sebelumnya yang sebesar -1,07% (yoy). Sementara, masih baiknya kinerja subsektor
perkebunan dan perikanan terindikasi dari membaiknya ekspor perkebunan pada Juli
2012 dan peningkatan produksi kelapa sawit pada beberapa perusahaan penghasil
kelapa sawit.
Sektor pertambangan diprakirakan melambat dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya terkait koreksi ekspor komoditas pertambangan. Penurunan
ekspor pertambangan, khususnya komoditas batubara, menekan kinerja sektor ini.
Di sisi lain, kinerja pertambangan migas memperlihatkan perbaikan walaupun masih
tumbuh rendah. Lifting minyak pada Agustus 2012 mencapai 870 ribu barel per hari
S e k t o r
Tabel 3.2
Pertumbuhan Ekonomi – Sisi Penawaran
* Proyeksi Bank Indonesia
Pertanian 3,7 3,6 2,6 1,9 3,0 4,3 3,7 3,3 2,4 - 2,8
Pertambangan & Penggalian 4,4 1,0 0,6 (-0,3) 1,4 2,8 3,1 2,3 2,1- 2,5
Industri Pengolahan 5,0 6,2 6,9 6,7 6,2 5,7 5,4 5,6 5,5 - 5,9
Listrik, Gas & Air Bersih 4,3 3,9 5,2 5,8 4,8 5,2 5,9 6,0 5,6 - 6,0
Bangunan 5,2 7,5 6,3 7,8 6,7 7,2 7,3 7,2 7,0 - 7,4
Perdagangan, Hotel & Restoran 7,9 9,3 9,2 10,2 9,2 8,3 8,9 8,8 8,6 - 9,0
Pengangkutan & Komunikasi 13,4 10,9 9,5 9,2 10,7 10,3 10,1 10,5 9,9 - 10,3
Keuangan, Persewaan & Jasa 7,0 6,7 6,9 6,7 6,8 6,3 7,0 6,8 6,5 - 6,9
Jasa-jasa 7,0 5,7 7,8 6,5 6,7 5,5 5,7 5,8 5,5 - 5,9
PDB 6,4 6,5 6,5 6,5 6,5 6,3 6,4 6,3 6,1 - 6,5
I III IIIII III* IV*IV
2011 2012
%Y-o-Y, Tahun Dasar 2000
2011
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
25Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III 2012
(bph), atau tumbuh sebesar 1,72% (yoy). Namun, angka tersebut masih lebih rendah
dibandingkan asumsi produksi pada APBN-P 2012 yang sebesar 930 ribu bph. Adanya
rencana beroperasinya 14 Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) migas baru pada
triwulan laporan diprakirakan dapat meningkatkan produksi migas.
Sektor industri pengolahan diprakirakan meningkat pada triwulan laporan
sejalan dengan masih kuatnya permintaan domestik di tengah terbatasnya
pemulihan ekspor. Kegiatan industri manufaktur yang meningkat terindikasi dari
Purchasing Manager Index (PMI) yang masih menunjukkan ekspansi. Peningkatan
tersebut didorong oleh pesanan baru domestik yang sedikit meningkat dengan pesanan
baru eksternal yang menandakan pemulihan. Perbaikan sektor industri pengolahan juga
ditunjang oleh peningkatan produksi makanan dan minuman (CPO) dan produksi semen
hingga Agustus 2012. Kinerja subsektor alat angkut menunjukkan tren perlambatan
terlihat dari pertumbuhan mobil, sepeda motor, dan alat berat. Namun, penjualan
mobil pada September 2012 kembali meningkat. Tingginya minat beli konsumen seiring
diperkenalkannya model baru pada ajang IIMS 2012 diprakirakan akan mendorong
kembali tingginya penjualan mobil pada akhir tahun.
Kinerja sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) pada triwulan III 2012
diprakirakan tetap tumbuh tinggi didukung oleh aktivitas perekonomian
domestik yang masih baik. Hal tersebut tercermin dari pertumbuhan indeks penjualan
eceran riil hingga Agustus 2012 yang meningkat. Namun, kinerja subsektor perhotelan
menurun pada Agustus 2012 meskipun jumlah kunjungan wisatawan mancanegara
mengalami peningkatan.
Pada triwulan III 2012, sektor bangunan diprakirakan tumbuh relatif stabil
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Tingginya kinerja sektor bangunan
sejalan dengan kinerja investasi dan aktivitas konstruksi yang masih tumbuh tinggi.
Hingga pertengahan triwulan laporan, penjualan alat berat untuk konstruksi masih
menunjukkan peningkatan meski penjualan semen dan impor bahan bangunan
menunjukkan perlambatan.
Pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan III 2012
diprakirakan mengalami kenaikan. Hal tersebut ditopang oleh meningkatnya kinerja
subsektor pengangkutan, terutama angkutan udara, dan komunikasi. Angkutan udara
dan angkutan kereta api meningkat pada Agustus 2012 didorong oleh meningkatnya
jumlah penumpang (pemudik) pada hari raya Lebaran tahun ini. Berdasarkan keterangan
Departemen Perhubungan, jumlah pemudik Lebaran tahun 2012 tumbuh sebesar 10,8%
(yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang sebesar 8,2% (yoy). Di sisi
lain, kinerja subsektor komunikasi masih baik, bersumber dari penggunaan internet
dan komunikasi data. Sementara untuk penggunaan komunikasi seluler (suara dan
sms) diprakirakan relatif terbatas. Pertumbuhan komunikasi data/internet yang tinggi
tersebut dapat menahan penurunan kinerja subsektor komunikasi dari pertumbuhan
jumlah pelanggan seluler yang terbatas.
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
26Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III 2012
Grafik 3.11
Kontribusi Pertumbuhan Ekspor Kawasan
Perekonomian Daerah
Perekonomian di sebagian besar daerah diprakirakan relatif masih tumbuh
kuat sejalan dengan prakiraan pertumbuhan ekonomi nasional yang masih
solid. Kontribusi pertumbuhan ekonomi Jawa masih mendominasi perekonomian
daerah. Konsumsi rumah tangga diprakirakan masih cukup kuat di sebagian besar
daerah terutama didorong oleh konsumsi saat menjelang hari raya Lebaran. Investasi
diprakirakan juga masih tumbuh pada level yang cukup tinggi. Masih kuatnya investasi
di Jawa didukung oleh maraknya pembangunan infrastruktur publik dan properti,
kredit investasi yang semakin meningkat, serta optimisme pelaku usaha terhadap
pasar domestik yang masih baik. Namun, kinerja investasi di KTI dan Jakarta sedikit
melambat terindikasi dari menurunnya volume impor barang modal, melambatnya
kredit investasi, dan konsumsi semen di kawasan tersebut. Di sisi lain, kinerja ekspor
nasional yang cenderung melemah terutama bersumber dari melambatnya ekspor
Kawasan Timur Indonesia (KTI) dan Sumatera yang cukup besar (Grafik 3.11). Sektor
industri yang menjadi tumpuan daerah Jawa mengalami penurunan ekspor. Kinerja
ekspor Jawa-Jakarta, yang didominasi oleh barang manufaktur, terus melemah. Produk
tekstil dan bahan kimia yang menurun menjadi kontributor melemahnya kinerja ekspor
manufaktur kawasan. Inflasi daerah pada triwulan III 2012 masih terkendali didukung
oleh terjadinya koreksi harga yang cukup tajam di Sumatera dan sebagian KTI. Namun,
sejumlah kota di Jawa mengalami tekanan inflasi yang cenderung lebih kuat. Koreksi
harga di Sumatera dan KTI terutama terjadi pada bahan makanan, sementara di Jawa
dan Jakarta bahan makanan dan makanan jadi justru mengalami tekanan inflasi.
NERACA PEMBAYARAN INDONESIA (NPI)
Kinerja NPI pada triwulan III 2012 diprakirakan membaik dan mencatat surplus.
Membaiknya kinerja NPI didorong oleh perbaikan pada neraca transaksi berjalan serta
neraca transaksi modal dan finansial. Neraca transaksi berjalan diprakirakan membaik,
meskipun masih mengalami defisit. Defisit neraca transaksi berjalan
diprakirakan lebih rendah dibandingkan triwulan II sejalan dengan
penurunan impor yang lebih besar dibandingkan penurunan
ekspor. Penurunan impor tersebut, antara lain disebabkan oleh
pergerakan nilai tukar yang cenderung mengalami depresiasi.
Di sisi lain, neraca transaksi modal dan finansial diprakirakan
mengalami peningkatan surplus seiring dengan lebih tingginya
aliran dana asing, dalam bentuk investasi portofolio maupun
investasi asing langsung (FDI). Kondisi tersebut menyebabkan
proporsi aliran modal dalam bentuk portofolio dan investasi
langsung relatif berimbang dalam struktur aliran masuk modal
asing selama triwulan III 2012. Berdasarkan perkembangan
tersebut, kinerja NPI diprakirakan akan mencatat surplus.
Cadangan devisa sampai dengan September 2012 mencapai
��
�
��
��
��
�
����
����
����
����
��
��
� � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � ����� ���� ����
���� ������� ��� ��������
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
27Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III 2012
110,2 miliar dolar AS atau setara dengan 6,1 bulan impor dan
pembayaran utang luar negeri (ULN) pemerintah.
Neraca transaksi berjalan diprakirakan mencatat defisit
yang lebih rendah pada triwulan III 2012. Kinerja neraca
perdagangan pada triwulan laporan diprakirakan lebih rendah
akibat masih berlanjutnya kontraksi kinerja ekspor (Grafik 3.12).
Masih rendahnya kinerja ekspor sebagai dampak masih lemahnya
ekonomi negara mitra dagang utama dan berlanjutnya kontraksi
pada harga komoditas global. Namun, tekanan terhadap ekspor
relatif tertahan antara lain dikarenakan tren depresiasi nilai
tukar rupiah. Di sisi lain, tren depresiasi rupiah berdampak pada
menyusutnya impor pada triwulan III 2012. Tertahannya kegiatan
impor menyebabkan kegiatan aktivitas pengangkutan mengalami
penurunan dan mendorong lebih rendahnya prakiraaan defisit
neraca jasa pada triwulan laporan. Sementara itu, berlanjutnya
aliran masuk dana asing pada triwulan laporan berdampak pada
tetap tingginya defisit neraca pendapatan selama triwulan III
2012.
Surplus neraca transaksi modal dan finansial diprakirakan
meningkat pada triwulan III 2012. Lebih tingginya surplus
neraca TMF tersebut disebabkan oleh aliran masuk dana asing
dalam investasi portofolio yang cukup besar. Sampai dengan akhir
September 2012, kepemilikan nonresiden pada instrumen Surat
Berharga Negara (SBN), termasuk Surat Berharga Syariah Negara
(SBSN), mengalami kenaikan. Kenaikan kepemilikan asing juga
terjadi pada instrumen Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Sementara
aliran investasi langsung pada triwulan laporan diprakirakan
masih tinggi. Di pasar saham, investor nonresiden mencatat beli
neto selama triwulan laporan.
NILAI TUKAR RUPIAH
Selama triwulan III 2012, tekanan depresiasi pada rupiah masih berlanjut namun
dengan intensitas yang lebih rendah dan tingkat volatilitas yang lebih terjaga
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Secara rata-rata, rupiah terdepresiasi
sebesar 2,26% (qtq) ke Rp9.491 per dolar AS dari Rp9.277 per dolar AS pada triwulan
sebelumnya. Sementara itu, secara point-to-point, rupiah melemah sebesar 1,85% dan
ditutup pada level Rp9.570 per dolar AS dengan volatilitas yang lebih terjaga (Grafik
3.14 dan 3.15).
Masih berlanjutnya pelemahan nilai tukar dipengaruhi oleh faktor eksternal maupun
domestik. Dari sisi eksternal, masih tingginya ketidakpastian terkait penanganan krisis
Grafik 3.12
Kinerja Neraca Perdagangan
Grafik 3.13
Transaksi Modal dan Finansial
����
����
����
���
���
���
���
���
������ ������
���������������
���
���
���
�
��
��
�����������������
����������� ���������������
������������ ����������������
�����������������������������
����
������ �������� �������� �������� �������� ��������
�������������������������������������
������������������������
������
��
�
�
��
���� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� �
���� ���� ���� ������
����
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
28Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III 2012
Grafik 3.14
Perkembangan Nilai Tukar Rupiah
Grafik 3.15
Depresiasi/Apresiasi Mata Uang Kawasan
utang dan fiskal di Eropa, pemulihan ekonomi AS yang belum
solid, melemahnya perekonomian China serta koreksi harga
komoditas global turut memberi tekanan pada nilai tukar rupiah.
Sementara itu, dari sisi domestik, melambatnya pertumbuhan
ekspor di tengah masih tingginya impor menyebabkan masih
tingginya permintaan valuta asing di pasar valuta asing domestik.
Hal itu pada gilirannya memberikan tekanan pada pergerakan nilai
tukar rupiah. Namun, adanya kebijakan stimulus dari beberapa
negara maju, seperti AS, Jepang dan Eropa, pada akhir triwulan
laporan mampu memberikan sentimen positif bagi pelaku
pasar. Sentimen positif tersebut kemudian mendorong kembali
masuknya aliran dana ke Indonesia (capital inflows) sehingga
pasokan di pasar valuta asing domestik membaik dan pada
gilirannya mampu menahan pelemahan rupiah lebih lanjut.
Pasang surut sentimen terkait proses pemulihan ekonomi
global mewarnai pergerakan rupiah selama triwulan III
2012. Meski sempat mereda pada awal triwulan laporan seiring
dengan meningkatnya optimisme pasar pasca kesepakatan yang
dicapai pemimpin kawasan Eropa pada Euro Summit, pasang
surut sentimen global masih terus mewarnai pergerakan nilai
tukar hingga akhir triwulan laporan. Beberapa perkembangan
eksternal lainnya yang terjadi selama triwulan III 2012 dan
memberikan pengaruh pada pergerakan nilai tukar diantaranya:
(1) Perkembangan makroekonomi kawasan Eropa1 yang
menunjukkan semakin dalamnya dampak krisis sehingga
meningkatkan kekhawatiran investor global akan prospek
penanganan krisis utang dan fiskal di kawasan tersebut, serta
memberikan tekanan pada pergerakan nilai tukar global; (2)
Belum solidnya pemulihan perekonomian AS seperti tampak pada sektor produksi AS
yang masih tertekan dan penyerapan tenaga kerja yang lemah, meskipun data konsumsi
(consumer spending) mengalami sedikit perbaikan seiring dengan menguatnya keyakinan
konsumen akibat kenaikan harga aset (rumah dan saham); (3) Moderasi perekonomian
China yang hanya mencatat pertumbuhan sebesar 7,6% (yoy) selama triwulan II 2012,
pertumbuhan terlemah dalam tiga tahun terakhir. Di sisi lain, beberapa perkembangan
positif di pasar keuangan global seperti kebijakan stimulus yang dilakukan oleh The
Fed, Bank of Japan dan ECB serta disetujuinya European Stability Mechanism (ESM)
oleh Mahkamah Konstitusi Jerman memberikan optimisme bagi investor global dan
mendorong aliran modal asing ke aset emerging markets termasuk Indonesia.
Dari sisi domestik, perlambatan pertumbuhan ekspor di tengah impor yang
tetap tinggi menyebabkan defisit transaksi berjalan dan memberi tekanan pada
pergerakan nilai tukar. Melambatnya ekspor selain diakibatkan oleh melemahnya
permintaan negara mitra dagang juga dipengaruhi oleh terkoreksinya harga komoditas
1 Perkembangan makroekonomi kawasan Eropa yang menunjukkan semakin dalamnya dampak
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
��������
����
����
��������
��������
���� ����
�����������
�����������������
�������
����
����
����
���
����
��
����
���
����
����
����
����
����
���
����
��
����
���
���
����
���
���
�����
���
����
�����
���
����
�����
���
����
�����
���
����
����
���
���
����
���
���
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
���
���
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
�����
����
���������
��������
��������
�����
��������
���������
�������
���
���
���
���
���
������������
�������������
����� ����� ����� ���� ���� ����
���
��� �
�����
����
��������
��������
��������������������������
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
29Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III 2012
internasional. Namun, faktor risiko domestik mengalami
perbaikan seiring dengan membaiknya risiko global pasca-Euro
Summit dan dilakukannya kebijakan stimulus lanjutan di AS dan
Eropa. Perbaikan risiko global tercermin dari menurunnya indeks
MSCI World dan VIX serta CDS negara utama Eropa (Grafik 3.16
dan 3.17). Sementara itu, perbaikan risiko domestik tercermin
dari perkembangan CDS dan premi swap Indonesia yang relatif
stabil. CDS Indonesia berada pada tren yang menurun yang
menunjukkan berkurangnya risiko seiring dengan adanya
konsolidasi risiko di pasar keuangan global. Sementara itu, premi
swap yang mengindikasikan persepsi pasar terhadap pergerakan
rupiah ke depan cenderung stabil.
Imbal hasil berinvestasi di instrumen rupiah masih relatif
kompetitif sehingga menjadi daya tarik bagi investor.
Indikator imbal hasil yang tercermin dari selisih suku bunga
dalam negeri dan luar negeri (UIP – Uncovered Interest Parity)
masih relatif lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa negara
di kawasan regional. Bahkan jika memperhitungkan premi risiko
(CIP – Covered Interest Parity), daya tarik investasi dalam rupiah
pun tetap lebih tinggi dibandingkan Korea, Malaysia dan Filipina
(Grafik 3.18 dan 3.19).
INFLASI
Sampai dengan triwulan III 2012 tekanan inflasi IHK masih
tetap terkendali. Pada triwulan laporan inflasi IHK tercatat
sebesar 1,68% (qtq) sehingga secara tahunan tercatat 4,31%
(yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya (Grafik 3.20).
Secara bulanan, inflasi pada September 2012 tercatat cukup
rendah sebesar 0,01% (mtm). Hal tersebut terutama didorong
oleh terkoreksinya harga-harga komoditas pasca hari raya Idul
Fitri yang cukup tajam serta berbagai langkah kebijakan yang
ditempuh oleh Bank Indonesia dan Pemerintah untuk menjaga
stabilitas harga.
Secara fundamental, inflasi inti masih tercatat rendah.
Di tengah pergerakan nilai tukar yang cenderung depresiatif,
kenaikan harga emas internasional serta masih tingginya harga
komoditas pangan global, inflasi inti pada September 2012
tercatat cukup rendah. Selama periode laporan, ekspektasi inflasi
tetap terjaga, dan respons sisi penawaran terhadap permintaan
masih cukup memadai. Selain itu, rendahnya inflasi inti juga
Grafik 3.16
Indeks Risiko Global (VIX dan MSCI World)
Grafik 3.17
CDS Negara-negara Eropa
Grafik 3.18
Uncovered Interest Parity (UIP)
��
��
��
��
��������
��������������� ���������������������
������
����
����
����
������������������������
��
����
����
����
��
����
����
����
����
����
����
������
������
������
������
������
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
����
������
������
����
��
������
������
������
����
����
����
����
����
����
����
����
����
������������������
������ ��� ���
���
���
���
���
��
��
���
���
���
���
���
���
�
���� ����
�������������������������������
��������������������������
��
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
�����
����
����
����
����
����
����
����
����
�����
�������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������ ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ������ ��� ��� ��� ��� ���
���� ���� ����
��������� ��������� ����� ��������
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
30Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III 2012
dipengaruhi oleh terkoreksinya beberapa tarif pasca hari raya
Idul Fitri dan musim tahun ajaran baru, seperti tarif angkutan
dan biaya pendidikan.
Di sisi nonfundamental, inflasi volatile food dan
administered price juga tercatat rendah. Koreksi harga pada
beberapa komoditas pangan pasca hari raya Idul Fitri mendorong
penurunan tekanan inflasi volatile food. Sementara itu, inflasi
administered price cenderung stabil pada level yang rendah
seiring dengan tidak adanya kebijakan Pemerintah di bidang
harga barang dan jasa yang bersifat strategis.
DISAGREGASI INFLASI
Tingkat inflasi inti masih terkendali pada level yang rendah.
Pada triwulan III 2012, inflasi inti tercatat sebesar 1,86% (qtq)
sehingga secara tahunan sebesar 4,12% (yoy).Pada awal triwulan,
tekanan pada inflasi inti banyak dipengaruhi oleh perkembangan
harga pangan global yang meningkat tinggi (Grafik 3.21) serta
adanya faktor musiman terkait perayaan hari raya Idul Fitri dan
penyelenggaraan tahun ajaran baru. Tekanan yang bersumber
dari harga pangan global terutama berasal dari komoditas gula
pasir, sedangkan pengaruh faktor musiman terkait perayaan
hari raya Idul Fitri dan penyelenggaraan tahun ajaran baru
tercermin pada kenaikan tarif angkutan khususnya angkutan
antar kota pada periode Lebaran dan biaya jasa pendidikan
khususnya Perguruan Tinggi (PT) pada tahun ajaran baru yang
lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa tahun terakhir. Pada
akhir triwulan, tekanan musiman tersebut mereda tercermin
dari koreksi tarif angkutan dan lebih rendahnya sumbangan inflasi biaya pendidikan.
Meredanya tekanan musiman tersebut pada saat yang bersamaan dapat menahan
dampak dari harga komoditas emas global yang kembali meningkat.
Tekanan permintaan tercatat rendah karena respons penawaran yang memadai.
Hal itu tercermin dari perkembangan harga barang-barang industri pengolahan di level
konsumen yang cukup terkendali. Perkembangan harga barang di level konsumen
relatif sejalan dengan perkembangan harga di hulu yaitu di tingkat pedagang besar
(wholesaler). Dari indikator kapasitas produksi terpakai, kapasitas produksi terpakai
total yang meningkat dalam 3 bulan terakhir dan mencapai 82,98 pada Juli 2012 belum
diikuti oleh kenaikan inflasi yang berlebihan (Grafik 3.22). Kenaikan kapasitas terpakai
tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan pada subsektor makanan minuman yang
mengalami kenaikan 18,96%. Tekanan permintaan yang cukup tinggi sempat terjadi
terkait dengan perayaan hari raya Idul Fitri yang pada saat bersamaan juga terjadi
kenaikan harga input (bahan pangan mentah) dan harga bahan baku (impor). Namun,
Grafik 3.19
Covered Interest Parity (CIP)
Grafik 3.20
Perkembangan Inflasi
����
����
��
�
��
��
�
��������������������������
���������������
�������������������������������������������������
������
����������������
������������������������������
������������������������������
������������������������������
������������������������������
���������������������
����
�����
����
����
����
����
�����
����
�������� ��� ������ ��� ���
������� ��� ������ ��� ���
������� ��� ������ ��� ���
������� ��� ������ ��� ���
��������� �������� ����� ��������
��� ��� ���
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
31Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III 2012
pada akhir triwulan laporan, tekanan permintaan kembali mereda
seiring dengan kembali normalnya pola konsumsi masyarakat.
Ekspektasi inflasi masih tetap terjaga. Dari berbagai survei
baik internal maupun eksternal, ekspektasi inflasi untuk tahun
2012 masih terjaga sesuai dengan sasaran inflasi tahun 2012
(Grafik 3.23 dan 3.24). Terjaganya ekspektasi merupakan hasil
dari upaya mengarahkan ekspektasi inflasi pelaku pasar ke tingkat
yang lebih rendah melalui strategi komunikasi kebijakan yang
intensif. Namun, pelaku pasar masih memperhatikan kondisi
ketidakpastian ke depan baik dari domestik maupun eksternal.
Dari domestik, faktor ketidakpastian antara lain bersumber dari
kebijakan energi yang akan diambil Pemerintah terkait dengan
sustainabilitas fiskal. Sementara itu dari eksternal, masih terdapat
ketidakpastian khususnya terkait krisis di Eropa.
Inflasi kelompok volatile food mengalami penurunan.
Perlambatan inflasi volatile food pada triwulan III 2012
dibandingkan dengan triwulan II 2012 terutama terjadi akibat
koreksi yang tajam pasca perayaan hari raya Idul Fitri. Pasca
Idul Fitri 2012, koreksi kelompok volatile food mencapai
-1,17% (mtm), jauh lebih besar dari historisnya sebesar -0,42%
(mtm) sehingga secara tahunan tercatat sebesar 6,70% (yoy).
Penyumbang deflasi dominan dari komoditas volatile food adalah
daging ayam, cabai merah, telur ayam, cabe rawit dan bawang
merah. Deflasi volatile food yang besar juga didorong oleh
minimalnya kenaikan harga beras kendati telah memasuki masa
paceklik. Hal tersebut turut didukung oleh langkah Pemerintah
yang intensif dalam melakukan Operasi Pasar dan penyaluran
raskin. Di sisi lain, komoditas pangan yang mencatat kenaikan
harga ialah buah-buahan dan sayur-mayur yang diakibatkan oleh
masih adanya gangguan pada pasokan. Selain itu, tekanan juga
bersumber dari kenaikan harga pangan global yang tercermin
pada produk-produk turunan di kelompok volatile food.
Sementara itu, tingginya inflasi produk kedelai seperti tempe
dan tahu dipengaruhi oleh lonjakan harga di pasar global karena
kontraksi pasokan.
Inflasi administered prices pada triwulan III 2012 mengalami
perlambatan terutama dipengaruhi oleh melambatnya harga
minyak global. Secara umum, inflasi administered prices
kembali tercatat rendah akibat tidak adanya kebijakan harga
yang strategis. Inflasi administered prices pada periode laporan
tercatat melambat dibandingkan dengan triwulan II 2012 menjadi
Grafik 3.21
Inflasi Inti, Nilai Tukar dan Harga Komoditas
Grafik 3.22
Kapasitas dan Indeks Produksi
Grafik 3.23
Ekspektasi Harga Pedagang Eceran
�
�
��
��
���
���
���
���
��������� ������
��������������������������������������������������������������������������������������������������������������������
� � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������ � � ����� ���� ���� ����
� � �
��������������������������������������������������
� � �
������
�������������������������������������������������
����������������������������������������������������������������
���
�
��������
�
�
�
�
�
�
�
�
�
���
��
��
��
��
�
���
���
���
����� � � ��
���������
����������
� � � �� � � � �� � � � �� � � ����� ���� ���� ����
���
��
����
����������������������������������������������������������������������������������������������������
��
��
��
���
���
���
��
��
��
��
������ � � �� � ��������
������ � � �� � ��������
������ � � �� � ��������
������ � � �� � ��������
������ � � �� � ��������
������ � � �� � ��������
������ � � �� � ��������
������ � � �� � ��������
������ � � �� �
���
������
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
32Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III 2012
sebesar 2,74% (yoy) karena deflasi bahan bakar rumah tangga.
Selama triwulan III 2012, tekanan administered prices terutama
bersumber dari rokok dan bensin.
PERKEMBANGAN PASAR KEUANGAN
Suku Bunga
Suku bunga di Pasar Uang Antar Bank (PUAB) pada triwulan
III 2012 mengalami peningkatan sejalan dengan kenaikan
koridor batas bawah PUAB O/N.Suku bunga PUAB O/N pada
akhir triwulan III 2012 meningkat sebesar 13 bps menjadi sebesar
4,08% dibandingkan dengan akhir triwulan sebelumnya sebesar
3,95%. Kebijakan Bank Indonesia menaikkan koridor batas
bawah PUAB O/N sebesar 25 bps pada Agustus 2012 menjadi
faktor yang memengaruhi pergerakan suku bunga PUAB O/N.
Di sisi lain, kondisi likuiditas perbankan selama triwulan III 2012 masih tercatat stabil
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sementara itu, suku bunga PUAB dengan
tenor yang lebih panjang turut bergerak searah dengan suku bunga PUAB O/N.
Dari sisi risiko, persepsi risiko di PUAB tetap terjaga. Persepsi risiko yang terjaga
tercermin pada selisih antara suku bunga tertinggi dan terendah PUAB O/N pada
triwulan III 2012 yang tercatat sangat kecil yakni secara rata-rata sebesar 7 bps. Selisih
tersebut juga jauh menurun dibandingkan dengan akhir triwulan sebelumnya yang
mencapai 22 bps. Sementara itu, volume transaksi di PUAB pada akhir triwulan III 2012
menurun dibandingkan dengan akhir triwulan sebelumnya sesuai dengan pola historis
(pola pasca lebaran).
Di sisi suku bunga perbankan, suku bunga kredit masih bergerak menurun,
sedangkan suku bunga deposito cenderung stabil. Pada triwulan III 2012,2 rata-
rata suku bunga kredit mengalami penurunan sebesar dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya. Sementara itu, suku bunga deposito 1 bulan relatif stabil dari triwulan
sebelumnya. Rata-rata suku bunga kredit pada triwulan laporan tercatat sebesar
12,24%, sedangkan suku bunga deposito 1 bulan tercatat sebesar 5,43% (Tabel 3.3).
Penurunan suku bunga kredit sejalan dengan penurunan suku bunga dasar kredit
(SBDK) yang sejak diperkenalkan pada Maret 2011 terus mengalami penurunan pada
semua segmen terutama disebabkan oleh menurunnya komponen Harga Pokok Dana
Kredit (HPDK) dan biaya overhead. Pada triwulan III 2012, SBDK mengalami penurunan
terutama pada segmen non-KPR sebesar 31 bps, diikuti segmen Korporasi sebesar 9 bps,
segmen Retail sebesar 5 bps dan segmen KPR sebesar 4 bps. Jika dibandingkan dengan
posisi Maret 2011, per Agustus 2012 SBDK tercatat lebih rendah dengan kisaran 70-88
bps, yaitu 88 bps untuk segmen non-KPR diikuti dengan segmen Korporasi sebesar 79
bps,segmen Retail sebesar 77 bps dan segmen KPR sebesar 70 bps.
Penurunan suku bunga terjadi pada seluruh jenis kredit berdasarkan
penggunaannya. Suku bunga kredit modal kerja, kredit investasi dan kredit konsumsi
2 Data sampai dengan Agustus 2012
Grafik 3.24
Ekspektasi Harga Konsumen
�
�
��
��
���
���
���
���
������ ������
� � � � � � � � � ������� � � � � � � � � ������ � � � � � � � � � ������� � ����� ���� ���� ����
��������������������������������������������������������������������������������������������������������������������
� � �
���
���
� � �
��������������������������������������������������
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
33Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III 2012
masing-masing mengalami penurunan sebesar 11 bps, 6 bps dan 21 bps dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya menjadi 11,7%, 11,3%, dan 13,7% (Grafik 3.26).
Dana, Kredit, dan Uang Beredar
Dana pihak ketiga (DPK) masih tumbuh cukup tinggi.
Pertumbuhan DPK pada triwulan III 20123 tercatat stabil dari
triwulan sebelumnya sebesar 21,3% (yoy). Pertumbuhan tersebut
terutama ditopang oleh tingginya pertumbuhan giro, sedangkan
kedua komponen DPK lainnya yakni tabungan dan deposito
mengalami perlambatan (Grafik 3.27).
Pertumbuhan kredit pada triwulan III 2012 mengalami
perlambatan. Hal tersebut sejalan dengan perkembangan PDB
yang sedikit melambat pada triwulan II 2012 terutama dari sisi
eksternal (ekspor). Pada triwulan III 2012, kredit (tidak termasuk
kredit channeling) tumbuh sebesar 23,6% (yoy), melambat
dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya
sebesar 25,7% (yoy). Dengan pertumbuhan tersebut, selama
tahun 2012 kredit telah ekspansif sebesar Rp312 triliun mencapai
posisi Rp2,511 triliun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
sebesar Rp2,453 triliun.
Penyaluran kredit perbankan masih didominasi oleh kredit
untuk tujuan produktif. Kontribusi kredit produktif yang
terdiri dari kredit investasi (KI) dan kredit modal kerja (KMK)
terhadap total kredit tercatat mencapai 70%. Pertumbuhan KI
masih tercatat cukup tinggi sebesar 29,8% (yoy) atau meningkat
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 29,1%
(yoy), sedangkan kredit modal kerja tumbuh melambat menjadi
23,2% (yoy) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang
mencapai 28,2% (yoy). Sementara itu, di sisi kredit nonproduktif
3 Data per Agustus 2012
Suku Bunga (%) Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep
Tabel 3.3
Perkembangan Berbagai Suku Bunga
BI Rate 6,75 6,75 6,75 6,50 6,00 6,00 6,00 5,75 5,75 5,75 5,75 5,75 5,75 5,75 5,75
Penjaminan Deposito 7,25 7,25 7,25 7,00 6,75 6,75 6,50 6,00 5,50 5,50 5,50 5,50 5,50 5,50 5,50
Dep 1 bulan (Weighted Average) 6,86 6,80 6,83 6,75 6,56 6,35 6,26 5,97 5,66 5,42 5,35 5,39 5,39 5,42 n,a
Base Lending Rate 12,08 12,17 12,07 12,05 11,94 11,88 11,92 11,24 11,12 n,a n,a n,a n,a n,a n,a
Kredit Modal Kerja (KMK) 12,55 12,50 12,39 12,36 12,31 12,16 12,09 12,11 12,01 11,86 11,78 11,79 11,78 11,73 n,a
Kredit Investasi (KI) 12,11 12,10 12,06 12,02 11,97 12,04 11,73 11,69 11,62 11,56 11,51 11,46 11,42 11,35 n,a
Kredit Konsumsi (KK) 14,32 14,30 14,25 14,02 14,18 14,15 14,19 14,15 14,13 14,10 14,03 13,90 13,92 13,69 n,a
Trw III-2011 Trw IV-2011 Trw I-2012 Trw II-2012 Trw III-2012
Grafik 3.25
Selisih Suku Bunga Perbankan
Grafik 3.26
Suku Bunga Kredit per Jenis Penggunaan
�����
���
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
��
��
��
������������������ ��������������� �����������������
������� ������������
�
��������������
�
�������������������������������������������������������������������������������
��� ��� �������
��� �������
��� �������
��� ��� �������
��� �������
��� �������
��� �������
��� �������
�
��
��
��
��
��
��
������ ������������ ������
����
����
�
����
�
����
�
������ ����� �����
����
����
�
����
�
����
�
����
�
����
�
����
�
����
�
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
34Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III 2012
atau kredit konsumsi tumbuh sedikit meningkat dari triwulan
sebelumnya. Kredit konsumsi tercatat tumbuh 19,9% (yoy) pada
triwulan laporan atau sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya sebesar 19,6% (yoy).
Dilihat berdasarkan jenis valutanya, pertumbuhan kredit dalam
valuta asing (valas) berada dalam tren melambat. Pada triwulan
III 2012,4 kredit valas hanya tumbuh sebesar 22,6% (yoy) atau
melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang
mencapai 29,3% (yoy). Sementara itu, kredit rupiah masih
tumbuh cukup kuat meskipun sedikit melambat dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya. Kredit rupiah tumbuh sebesar
23,8% (yoy) sedikit menurun dari triwulan sebelumnya sebesar
25,1% (yoy). Hal tersebut ditengarai terkait dengan kondisi
eksternal yang kurang kondusif.
Secara sektoral, pertumbuhan kredit terutama disokong
oleh kredit sektor perdagangan, sektor industri pengolahan
dan sektor jasa dunia usaha. Pada triwulan III 2012,5 pangsa
penyaluran kredit terbesar terjadi pada sektor perdagangan
sebesar 19,6%. Pertumbuhan kredit di ketiga sektor tersebut
(perdagangan, industri pengolahan dan jasa dunia usaha) masih
tinggi yaitu masing-masing mencapai 34% (yoy), 29% (yoy)
dan 29% (yoy). Sementara itu, pertumbuhan sektor konstruksi
(bangunan) dan sektor pengangkutan (transportasi) juga tercatat
tinggi sebesar 30% (yoy) dan 29% (yoy). Sektor pertanian yang
hanya memiliki pangsa 5% dari total kredit juga mulai tumbuh
tinggi sejak awal tahun 2012 dan pada akhir triwulan III 2012
pertumbuhannya mampu mencapai 33% (yoy) (Grafik 3.29).
Selama triwulan III 2012, pertumbuhan uang primer
mengalami penurunan. Pada akhir triwulan III 2012,6
pertumbuhan uang primer tercatat sebesar 13,0% (yoy)
atau menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
sebesar 15,8% (yoy). Penurunan pertumbuhan uang primer
tersebut disebabkan oleh pertumbuhan uang kartal (currency
outside bank) yang menurun signifikan menjadi 15,5% (yoy),
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 21,1% (yoy).
Hal tersebut terkait dengan pola konsumsi masyarakat terkait
hari raya Idul Fitri dan Ramadhan. Pada tahun 2011, pola belanja
masyarakat hanya terkonsentrasi pada Agustus 2011, sedangkan
pada tahun 2012 pola belanja masyarakat bergeser ke bulan
Juli dan pertengahan Agustus 2012. Hal tersebut menyebabkan
perbedaan dasar (base) perhitungan yang cukup besar pada 4 Data per Agustus 20125 Data per Agustus 20126 Data per September 2012
Grafik 3.27
Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK)
Grafik 3.28
Pertumbuhan Kredit per Jenis Penggunaan
Grafik 3.29
Pertumbuhan Kredit per Sektor Ekonomi
��
�����������������������������������������
�
���������
������������
�������������������
��������������������
����������
�����������
������������
����������������
�����������
���������
�� �� ��
������
������
����
����
����
������
������
����
����
����
����
����
����������
����
����
����
����
����
�
�
��
��
��
��
��
���������������� �������������������������������������� �������������������
������
�
�
��
��
��
��
��� ��� ��� �������
��� ��� ��� ��� ��� �������
��� ��� ��� ��� ��� �������
������
����
����
����
���
�
��
��
��
��
�������������� ���������������
������������� ������������
�������
����������������
������
������
����
������
������
������
����
������
������
������
����
������
������
������
����
������
���
�������
������
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
35Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III 2012
Agustus, dari yang semula sangat tinggi di tahun 2011 menjadi
berkurang signifikan pada tahun 2012 mengikuti pergeseran
hari raya Idul Fitri-nya.
Sejalan dengan perkembangan pada uang primer, likuiditas
perekonomian (M1 dan M2) juga menurun. Pada triwulan
III 2012,7 pertumbuhan M1 dan M2 masing-masing tercatat
hanya sebesar 16,5% (yoy) dan 17,8% (yoy), jauh menurun
dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar
22,5% (yoy) dan 20,9% (yoy) (Grafik 3.30). Pertumbuhan M1
yang menurun terutama terkait dengan pergeseran hari raya Idul
Fitri serta pencairan gaji ke-13 yang pada tahun 2012 dilakukan
pada Juni, sedangkan pada tahun 2011 dilakukan pada Juli.
Pergeseran pola konsumsi dan pencairan gaji ke-13 PNS tersebut
membuat pertumbuhan tahunan uang kartal pada Juli 2012
menurun dibandingkan dengan Juni 2012. Pertumbuhan M2 menurun sejalan dengan
pertumbuhan M1 dan deposito. Dari sisi faktor, penurunan pertumbuhan M2 didorong
oleh penurunan sumbangan Net Domestic Asset (NDA) khususnya dari sisi penurunan
sumbangan NCG terkait pembayaran gaji ke-13 dan penyaluran kredit.
Pasar Saham
Sejumlah sentimen positif baik eksternal maupun domestik berdampak
kondusif terhadap kinerja bursa saham domestik. IHSG mampu membukukan
kinerja positif dengan mencatat kenaikan selama triwulan III2012 sebesar 7,8% ke
level 4.262,56 (Grafik 3.33). Positifnya pergerakan pasar saham domestik terutama
dipicu oleh meningkatnya optimisme pelaku pasar terhadap hasil pertemuan bank
sentral Eropa dalam menanggulangi krisis (Euro Summit), kebijakan Quantitative Easing
(QE) 3 yang dikeluarkan The Fed dalam bentuk pembelian obligasi berbasis mortgage
backed, adanya rencana pemerintah Spanyol untuk melakukan reformasi ekonomi
dan menyetujui penurunan defisit, serta sentimen positif global lainnya. Selain itu,
penguatan indeks juga ditopang oleh kondisi makro ekonomi domestik yang kondusif
dan kebijakan perekonomian yang akomodatif serta kinerja emiten domestik yang
positif. Namun, sejumlah sentimen negatif global8 antara lain kekhawatiran terhadap
perlambatan ekonomi global dan perlambatan ekonomi China menahan penguatan
indeks lebih lanjut.
Eksposur investor asing di pasar domestik meningkat. Membaiknya sentimen
positif global mendorong investor asing kembali menempatkan dananya ke pasar saham
domestik. Kepemilikan asing di pasar domestik bergerak positif dengan membukukan
beli neto selama triwulan III 2012 sebesar Rp14,36 triliun dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya yang mengalami jual neto sebesar Rp8,20 triliun.
7 Data per Agustus 2012 dari LBU8 Sentimen negatif global antara lain (1) meningkatnya kekhawatiran perkembangan krisis Eropa dan perlambatan ekonomi global,
(2) meningkatnya ketegangan politik antara China dan Jepang yang dikhawatirkan akan berdampak buruk terhadap perekonomian kedua negara, (3) adanya kekhawatiran akan perlambatan ekonomi di China, (4) rilis data manufaktur China dan data ekspor Jepang yang melemah, (5) meningkatnya kekhawatiran akan perkembangan krisis Eropa, serta (6) meningkatnya aksi profit taking.
Grafik 3.30
Pertumbuhan Likuiditas Perekonomian
����
����
�
�
�
��
��
��
�
�
��
��
��
��
��
�� �� ������������������
������ �
���������������������������������������������������������������������������������������
�����
�����
������
������
����
������
������
������
������
������
������
����
������
������
������
������
������
������
����
������
������
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
36Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III 2012
Secara sektoral, sebagian besar indeks sektoral mengalami
penguatan. Selama triwulan III 2012, sebagian besar indeks
sektoral mengalami penguatan kecuali sektor pertambangan.
Sektor infrastruktur mengalami penguatan tertinggi sebesar
13,0%, diikuti oleh sektor properti sebesar 12,7%, sedangkan
sektor lainnya menguat pada kisaran 2,4%-10,3%. Pelemahan
yang dialami oleh sektor pertambangan terutama dipicu oleh
penurunan harga komoditas internasional ditengah melimpahnya
pasokan batu bara dan menurunnya permintaan China (Grafik
3.34).
Pasar Surat Berharga Negara
Pada triwulan III 2012, kinerja di pasar surat berharga
negara mengalami sedikit tekanan. Hal tersebut tercermin
pada imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara (SBN) yang
secara keseluruhan meningkat sebesar 1,46 bps dari triwulan
sebelumnya menjadi 5,86% (Grafik 3.35). Berdasarkan tenornya,
imbal hasil SBN jangka pendek tercatat mengalami peningkatan,
sedangkan imbal hasil jangka menengah dan panjang mengalami
penurunan. Imbal hasil SBN untuk tenor pendek meningkat
sebesar 27,25 bps, sedangkan imbal hasil jangka menengah
dan panjang mengalami penurunan masing-masing sebesar
7,62 bps dan 14,90 bps (Grafik 3.33). Imbal hasil jangka pendek
meningkat akibat masih tingginya ketidakpastian global seiring
dengan adanya kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi
China dan ekonomi global. Kekhawatiran tersebut mendorong
pelaku pasar cenderung wait and see terhadap perkembangan
ke depan. Namun, perkembangan terakhir menunjukkan kinerja
pasar SBN yang berangsur membaik meski masih sangat terkait
dengan dinamika penyelesaian krisis Eropa dan permasalahan
eksternal lainnya.
Fundamental makro dan fiskal yang terjaga mampu
menahan tekanan lebih lanjut di pasar SBN. Faktor
fundamental yang cukup terjaga tersebut antara lain (i) risiko
fiskal yang terkendali, (ii) penurunan harga komoditas termasuk
minyak, serta (iii) risiko inflasi yang relatif rendah. Persepsi positif
dari faktor-faktor fundamental tersebut mampu mengimbangi
tekanan yang berasal dari memburuknya pasar keuangan global
sehingga koreksi yang terjadi di pasar SBN relatif terbatas.
Dalam perkembangannya, momentum positif dari sisi teknikal
yang berinteraksi dengan faktor fundamental serta meredanya
sentimen krisis Eropa menjadi penopang utama perbaikan kinerja SBN dalam beberapa
periode terakhir.
Grafik 3.31
IHSG dan Beli/Jual Asing Neto
Grafik 3.32
IHSG dan Perkembangan Sektoral
����
�������������
������������
��������
������������������
��������
�����������
���������
��������
��������������
�����
����
�����
����
����
����
����
�����
����
����� �����������������
��� ����� ������
Grafik 3.33
Imbal Hasil SBN dan BI Rate
�����
����������������������������������� ����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
���
�
��
��
��
�
�
��
���� �� ��� ��
����� �� ��� ��
����� �� ��� ��
����� ��
����
������ ��������������
���
�
��
��
��
�
����������������� ��������������� �������������������������������� �������
����
��
���
���
����
��
����
��
���
���
����
��
����
��
���
���
����
��
����
��
���
���
����
��
����
��
���
���
����
��
����
��
���
���
����
��
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
37Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III 2012
Aliran modal investor asing meningkat di pasar SBN. Selama
triwulan III 2012, investor asing mencatat beli neto sebesar Rp16,6
triliun dibandingkan dengan triwulan II 2012 yang mengalami jual
neto sebesar Rp0,3 triliun. Aksi beli investor asing terjadi pada tenor
menengah dan panjang seiring dengan fundamental ekonomi
domestik yang membaik dengan pertumbuhan ekonomi dan inflasi
yang stabil serta imbal hasil yang cukup menarik dibandingkan
dengan imbal hasil di negara kawasan (Grafik 3.34).
Pasar Reksadana
Kinerja reksadana sampai dengan triwulan III 20129
menunjukkan pelemahan. Secara umum, kinerja reksadana
yang tercermin dalam Nilai Aktiva Bersih (NAB) turun sebesar
2,5% dibandingkan dengan triwulan II 2012. Sampai dengan Agustus 2012, produk
reksadana yang tercatat mengalami pertumbuhan positif ialah reksadana pasar uang,
pendapatan tetap dan terproteksi, masing-masing tumbuh sebesar 16,2%, 3,5%, dan
0,3%. Sementara itu, reksadana saham dan reksadana campuran justru mengalami
penurunan kinerja dengan tumbuh melambat dari triwulan sebelumnya.
9 Data per Agustus 2012
Grafik 3.34
Imbal Hasil di Negara Kawasan
PeriodeJenis Reksadana
58,04 59,35 58,46 58,64 58,23 62,15 63,36 59,82 -5,59% -3,74% -2,23% 10,19 11,07 11,92 12,67 12,03 11,15 12,23 12,95 5,92% 16,16% 31,74% 20,69 21,43 21,33 21,97 21,01 21,31 21,70 20,58 -5,16% -3,44% -1,42% 31,69 33,44 33,32 33,62 31,40 31,67 32,97 32,79 -0,55% 3,54% 13,35% 42,16 41,44 40,64 41,31 41,50 42,06 42,18 42,17 -0,02% 0,27% 0,81% 0,24 0,25 0,29 0,33 0,30 0,31 0,32 0,30 -5,63% -3,17% 24,80% 0,03 0,06 0,05 0,05 0,05 0,06 0,08 0,07 -13,57% 5,56% 98,00% 0,56 0,60 0,60 1,13 1,10 1,13 1,12 1,10 -2,41% -2,68% 106,52% 0,92 0,97 1,02 1,14 1,10 1,17 1,17 1,96 68,02% 68,11% 110,95% 1,71 1,83 1,79 1,88 1,80 1,89 2,10 1,50 -28,72% -20,84% -9,66% 0,68 0,69 0,69 0,73 0,74 0,66 0,67 0,71 6,76% 8,69% 17,48% 0,55 0,54 0,48 0,48 0,19 0,18 0,18 0,18 -1,29% -0,97% -68,31% 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00% 0,00% 0,00% 0,17 0,17 1,06 0,17 0,17 1,11 0,17 0,17 0,13% -84,85% -83,85% 0,82 13,52 16,13 13,90 13,23 4,32 0,79 0,69 -12,44% -84,02% -95,71% 0,14 8,99 9,24 8,99 8,52 0,31 0,28 0,00 -100,00% -100,00% -100,00% 168,60 194,34 197,01 196,99 191,36 179,49 179,32 175,00 -2,41% -2,50% -9,66%
MarFebJan Apr Mei Jun Jul Ags Bulanan Tw - III Ytd
2012
Tabel 3.4.
Kinerja Reksadana (Pertumbuhan NAB per produk)
SahamPasar UangMixedFixed IncomeTerproteksiIndeksETF-SahamETF-Fixed IncomeSyariah-MixedSyariah-MixedSyariah-Fixed IncomeSyariah-TerproteksiSyariah-IndeksRDPT-SahamRDPT-MixedRDPT-Fixed Income
���
����
���
���
���
�
�
�
�
��
��
�������� ������� �������� �������� ���������
�������������� ��������
�
�
Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini
38Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III 2012
KONDISI PERBANKAN
Kondisi perbankan pada triwulan laporan tetap stabil dengan kinerja fungsi
intermediasi perbankan yang tetap positif. Industri perbankan menunjukkan kinerja
yang semakin solid sebagaimana tercermin pada tingginya rasio kecukupan modal
(CAR/Capital Adequacy Ratio) yang berada jauh di atas minimum 8% dan terjaganya
rasio kredit bermasalah (NPL/Non Performing Loan) gross di bawah 5%. Sementara itu,
intermediasi perbankan juga terus membaik, tercermin dari pertumbuhan kredit yang
hingga akhir Agustus 2012 mencapai 23,6% (yoy). Kredit investasi (KI) masih mencatat
pertumbuhan yang tinggi, sampai dengan Agustus 2012 KI tumbuh mencapai 29,8%
(yoy). Kondisi tersebut diharapkan dapat meningkatkan kapasitas perekonomian.
Sementara itu, kredit modal kerja dan kredit konsumsi mulai melambat yang masing-
masing tumbuh sebesar 23,2% (yoy) dan 19,9% (yoy).
Suku Bunga (%) Jun Sep Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt
Tabel 3.5
Kondisi Umum Perbankan
Total Aset (T Rp) 3.195,1 3.371,5 3.651,8 3.598,7 3.628,1 3.708,7 3.745,1 3.827,5 3.891,1 3.902,5 3.923,8
DPK (T RP) 2.438,0 2.544,9 2.784,1 2.742,3 2.763,9 2.826,0 2.841,4 2.909,0 2.955,8 2.961,4 2.984,1
Kredit* (T Rp) 1.950,7 2.079,3 2.199,1 2.160,2 2.203,0 2.266,2 2.317,2 2.386,1 2.452,9 2.470,1 2.510,6
LDR* (%) 80,0 81,7 79,0 78,8 79,7 80,2 81,6 82,0 83,0 83,4 84,1
NPLs Gross* (%) 2,7 2,7 2,2 2,4 2,3 2,3 2,3 2,3 2,2 2,2 2,2
NPLs Net* (%) 0,6 0,6 0,4 0,5 1,0 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,7
CAR (%) 17,0 16,7 16,1 18,4 18,5 18,3 18,0 17,9 17,5 17,3 17,2
NIM (%) 0,5 0,5 0,5 0,5 0,4 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
ROA (%) 3,1 3,1 3,0 3,7 3,4 3,1 3,0 3,0 3,2 3,1 3,0
2011 2012
* tanpa channeling
Tabel Statistik
39Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III 2012
Tabel Statistik
Tabel 1
Suku Bunga Pasar Uang, Deposito Berjangka, dan Kredit
(Persen per Tahun)
PeriodeSuku Bunga Pasar UangAntarbank*
Tingkat Diskonto
SBI
Suku Bunga Deposito Berjangka * Suku Bunga Kredit*
1bulan
3bulan
6bulan
12bulan
24bulan
ModalKerja
Investasi
2007Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV
2008Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV
2009Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV
2010Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV
2011Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV
2012Trw. ITrw. IITrw. III*
10,28 12,73 11,61 12,19 12,10 12,02 12,64 16,35 15,90 10,23 12,50 11,34 11,70 12,09 12,28 12,61 16,15 15,94 8,90 11,25 10,47 11,05 11,52 12,36 12,47 15,82 15,66 5,97 9,75 8,96 9,71 10,70 11,63 11,84 15,07 15,10 7,52 9,00 8,13 8,52 9,29 10,17 11,73 14,49 14,53 5,58 8,75 7,46 7,87 8,40 9,54 11,73 13,88 13,99 6,83 8,25 7,13 7,44 7,80 8,91 11,24 13,31 13,45 4,33 8,00 7,19 7,42 7,65 8,24 10,83 13,00 13,01 8,01 7,96 6,88 7,26 7,57 7,79 10,06 12,88 12,59 8,43 8,73 7,19 7,49 7,79 7,78 9,91 12,99 12,51 9,37 9,71 9,26 9,45 9,14 9,34 9,83 13,93 13,32 9,40 10,83 10,75 11,16 10,34 10,43 8,62 15,22 14,40 8,04 8,21 9,42 10,65 10,45 11,31 8,33 14,99 14,05 6,96 6,95 8,52 9,25 9,75 11,37 9,03 14,52 13,78 6,30 6,48 7,43 8,35 8,71 10,80 9,14 14,17 13,20 6,28 6,46 6,87 7,48 7,87 9,55 9,10 13,69 12,96 6,20 6,72 6,83 6,91 7,10 7,15 7,95 12,32 12,18 6,03 7,36 6,82 6,95 7,15 7,08 7,27 12,24 12,13 5,40 6,28 6,83 7,05 7,39 7,04 6,61 12,39 12,06 4,55 5,04 6,35 6,81 7,19 7,06 6,33 12,18 12,04 3,76 3,83 5,66 6,31 6,69 6,71 6,31 12,01 11,62 3,95 4,32 5,39 5,76 6,14 6,42 6,00 11,79 11,46 4,16 4,54 5,42 5,61 5,87 6,20 5,90 11,73 11,35
* Data Agustus -2012
Tabel Statistik
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III 201240
Tabel 2
Perkembangan Transaksi di Pasar Uang
(Miliar Rupiah)
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 2)
Periode Transaksi antarbank1) Penerbitan Pelunasan Posisi
2007Trw. I
Trw. II
Trw. III
Trw.IV
2008Trw. I
Trw. II
Trw. III
Trw. IV
2009Trw. I
Trw. II
Trw. III
Trw. IV
2010Trw. I
Trw. II
Trw. III
Trw. IV
2011Trw. I
Trw. II
Trw. III
Trw. IV
2012Trw. I
Trw. II
Trw. III*
* data s.d Agustus 2012 1) Transaksi pagi & sore hari seluruh tenor 2) Termasuk SBIS (SBI Syariah)
37.341 774.867 740.952 243.671
38.323 846.655 832.325 258.002
36.615 895.563 887.770 266.152
32.061 777.250 795.475 247.926
37.482 871.303 906.767 212.463
23.510 496.338 543.656 165.145
27.115 389.140 437.315 116.969
14.029 404.072 340.913 180.128
22.897 448.505 394.904 232.700
30.656 324.806 324.776 232.731
29.038 375.134 387.188 220.676
24.566 631.235 592.048 259.864
26.907 648.324 607.933 300.255
30.615 322.322 351.475 271.103
28.553 199.589 218.152 252.540
23.142 153.809 203.835 203.110
30.401 86.480 56.066 233.524
36.788 51.790 96.325 188.988
30.061 19.822 57.593 151.217
30.262 51.641 79.605 123.253
16.541 26.600 51.790 98.064
34.559 14.607 19.822 92.849
23.786 15.472 24.349 83.972
Tabel Statistik
41Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III 2012
III IV I II III IV I II III IV I II III*
* Data Jul-121) Tidak termasuk pemerintah pusat, bukan penduduk, nilai lawan valas, RDI dan kredit kelolaan
Tabel 3
Posisi Kredit Perbankan dalam Rupiah dan Valuta Asing menurut Kelompok Bank dan Sektor Ekonomi1)
(Miliar Rupiah)
1 Bank Pemerintah - Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas dan Air Bersih - Konstruksi - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi - Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan - Jasa-jasa - Lain-lain
2 Bank Umum Swasta Nasional - Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas dan Air Bersih - Konstruksi - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi - Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan - Jasa-jasa - Lain-lain 3 Bank Pemerintah Daerah - Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas dan Air Bersih - Konstruksi - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi - Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan - Jasa-jasa - Lain-lain 4 Bank Asing & Campuran - Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas dan Air Bersih - Konstruksi - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi - Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan - Jasa-jasa - Lain-lain 5 Bank Perkreditan Rakyat - Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas dan Air Bersih - Konstruksi - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi - Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan - Jasa-jasa - Lain-lain
6 Sub jumlah (1 s.d. 5) - Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas dan Air Bersih - Konstruksi - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi - Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan - Jasa-jasa - Lain-lain
504.649 533.945 536.273 578.525 595.131 630.148 644.289 698.315 732.981 761.373 776.340 837.231 833.662 41.313 45.091 42.832 46.878 49.215 48.438 47.383 50.807 54.201 64.679 65.447 75.401 76.918 14.205 16.795 17.812 21.118 20.736 25.560 25.067 29.661 29.793 32.732 29.174 31.581 27.058 92.634 92.485 93.920 99.944 93.060 93.695 93.217 97.836 102.021 107.849 107.349 119.518 121.602 14.101 14.523 8.885 10.379 13.483 17.326 17.127 22.057 33.700 20.433 33.357 28.496 28.594 24.537 25.372 19.330 20.374 21.096 20.384 22.125 24.441 26.864 27.536 29.098 33.887 33.871 118.580 129.497 109.766 111.038 114.918 110.981 107.948 110.903 121.305 131.263 128.238 166.246 169.337 28.685 28.358 29.287 29.310 24.856 26.826 27.732 29.955 28.579 33.166 32.427 35.743 34.691 20.793 21.447 14.597 12.962 13.413 18.598 18.459 20.566 27.092 29.788 33.208 37.991 38.198 3.416 3.620 37.752 47.795 57.597 73.129 77.552 91.101 85.628 79.941 79.043 66.331 63.476 146.385 156.757 162.093 178.727 186.758 195.211 207.678 220.989 223.797 233.987 238.998 242.037 239.918 549.349 593.400 611.724 672.726 715.217 775.323 801.246 864.006 926.563 1.001.042 1.032.022 1.115.711 1.125.233 19.112 21.359 20.429 25.254 26.403 30.199 31.246 32.635 32.589 36.114 37.417 41.093 40.500 10.861 15.013 14.721 18.435 19.827 21.247 24.580 25.692 28.560 32.877 32.140 30.430 29.389 86.575 92.738 92.197 97.471 103.688 114.203 118.350 131.180 141.472 154.543 160.581 170.221 172.081 6.422 7.493 8.191 9.014 9.984 10.646 11.459 12.017 13.356 17.470 18.462 19.497 19.950 24.421 26.551 24.598 27.084 29.701 29.811 30.969 31.502 32.781 34.552 38.072 40.751 41.418 124.949 134.434 144.298 160.841 164.959 185.508 182.418 199.463 211.302 228.294 233.391 261.329 264.408 30.473 33.043 35.358 35.394 36.756 35.841 38.252 41.482 44.124 48.506 50.792 56.639 56.240 80.377 85.260 64.168 78.847 63.336 71.266 74.634 84.593 89.819 95.767 100.916 107.475 110.240 9.588 10.188 22.833 35.565 62.127 62.394 62.318 65.667 69.748 73.021 72.978 76.577 76.416 156.571 167.321 184.932 184.821 198.437 214.209 227.020 239.774 262.813 279.899 287.274 311.700 314.592 119.552 120.701 123.087 132.512 138.961 143.067 149.005 161.201 169.764 175.489 181.837 198.114 202.341 3.749 3.706 3.595 3.639 4.359 4.488 4.910 5.389 5.633 6.113 9.005 10.498 7.683 615 675 645 712 755 992 947 1.076 1.247 1.279 1.571 2.168 2.217 1.082 1.146 2.100 2.373 2.751 2.890 2.869 3.326 3.493 3.687 3.634 4.267 4.255 723 787 890 1.188 1.243 1.408 1.548 1.689 1.810 2.204 2.740 2.837 2.910 9.783 7.693 7.137 8.611 9.983 9.145 8.264 9.561 11.679 10.258 8.360 10.734 11.851 14.898 15.278 15.686 16.047 16.263 17.337 17.962 19.732 20.618 21.077 20.707 22.260 21.992 1.832 1.887 1.685 1.745 1.686 1.832 1.934 2.311 2.571 2.832 2.840 3.120 3.190 4.647 5.264 2.471 2.411 2.049 2.088 2.179 2.151 1.965 2.516 2.653 3.315 3.337 1.805 1.934 5.061 5.809 6.546 6.476 6.519 6.199 6.231 6.254 5.934 5.893 9.221 80.418 82.331 83.816 89.977 93.326 96.411 101.873 109.766 114.516 119.268 124.393 133.022 135.684 168.509 170.748 170.328 189.463 195.410 201.368 204.704 211.713 231.851 244.699 257.789 282.402 289.946 5.535 5.236 5.423 6.712 6.803 6.797 7.062 6.764 7.478 6.173 6.381 8.294 7.575 6.235 9.076 8.579 10.633 11.567 12.660 13.503 12.616 16.945 18.579 23.202 26.267 27.724 58.833 59.314 55.649 62.401 58.905 63.065 62.023 64.710 75.612 76.340 85.688 92.253 96.558 1.860 1.091 1.252 2.447 3.930 4.230 3.513 4.437 4.953 5.404 5.513 6.194 6.375 4.050 4.149 3.572 3.735 3.183 3.828 3.306 3.229 3.164 2.547 3.187 4.745 4.355 13.364 12.873 16.417 18.921 20.176 21.848 20.166 24.469 22.659 21.450 27.829 33.051 33.990 10.452 9.714 10.122 10.534 11.184 10.415 9.566 10.004 11.108 10.081 11.432 13.407 14.088 38.428 37.036 34.547 39.673 42.591 44.534 49.916 48.834 52.370 52.096 57.078 60.208 61.350 536 838 2.339 3.708 5.475 3.982 5.136 4.530 4.732 19.064 4.291 4.348 4.331 29.216 31.421 32.429 30.699 31.596 30.010 30.513 32.120 32.829 32.965 33.188 33.635 33.600 27.434 28.014 29.476 31.491 32.832 33.695 35.566 38.018 39.650 41.082 43.552 46.571 47.554 1.934 2.002 2.125 2.302 2.390 2.602 2.714 2.967 2.985 3.132 3.453 3.635 3.698 0 0 0 0 0 36 39 48 46 65 70 66 90 486 505 531 545 589 476 517 561 575 584 621 635 672 0 0 0 0 0 14 18 20 23 26 27 38 32 0 0 0 0 0 257 344 416 478 617 708 840 912 9.746 9.801 10.255 10.845 11.233 10.553 11.193 11.815 12.085 12.426 13.238 14.052 14.284 0 0 0 0 0 575 680 705 897 901 983 995 1.088 2.935 3.054 0 0 0 96 161 166 211 250 275 283 287 0 0 3.247 3.561 3.823 4.011 4.020 4.205 3.981 3.911 4.139 3.994 4.218 12.333 12.652 13.317 14.238 14.795 15.072 15.879 17.115 18.369 19.169 20.039 22.033 22.273 1.369.493 1.446.808 1.470.888 1.604.717 1.677.551 1.783.601 1.834.810 1.973.253 2.100.808 2.223.685 2.291.541 2.480.029 2.498.737 71.643 77.394 74.404 84.786 89.170 92.525 93.315 98.562 102.886 116.210 121.704 138.922 136.374 31.916 41.559 41.758 50.898 52.885 60.495 64.136 69.093 76.592 85.532 86.157 90.512 86.478 239.610 246.188 244.397 262.735 258.993 274.330 276.975 297.613 323.174 343.002 357.873 386.893 395.167 23.106 23.894 19.218 23.028 28.640 33.625 33.667 40.221 53.842 45.538 60.099 57.062 57.861 62.791 63.765 54.636 59.804 63.962 63.426 65.009 69.150 74.966 75.510 79.427 90.956 92.407 281.537 301.883 296.423 317.691 327.549 346.226 339.688 366.382 387.969 414.509 423.402 496.937 504.011 71.442 73.002 76.452 76.984 74.482 75.488 78.163 84.457 87.279 95.486 98.474 109.906 109.297 147.180 152.061 115.782 133.893 121.389 136.582 145.349 156.310 171.456 180.418 194.129 209.272 213.413 15.345 16.580 71.232 96.438 135.568 149.992 155.546 171.702 170.320 182.191 166.385 157.143 157.662 424.923 450.482 476.586 498.461 524.913 550.913 582.963 619.763 652.325 685.288 703.891 742.428 746.066
2009 2010 2011 2012
`̀ `
Tabel Statistik
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III 201242
* Data Apr-12 1) M1 + uang kuasi + surat berharga selain saham dgn sisa jk.waktu s.d 1 thn 2) Uang Kartal ditambah uang giral 3) Termasuk rekening khusus pemerintah 4) Termasuk derivatif keuangan
Tabel 4
Uang Beredar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
(Miliar Rupiah)
M2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Uang Beredar
AkhirPeriode
Jumlah 1) Jumlah2)
M1
UangKartal
UangGiral
UangKuasi
AktivaLuar
NegeriBersih
TagihanBersih
PemerintahPusat3)
Tagihan Pada
LembagaPemerintah
BUMN
Tagihan Pada
PerusahaanSwasta danPerorangan
LainnyaBersih4)
2008
Trw. I
Trw. II
Trw. III
Trw. IV
2009
Trw. I
Trw. II
Trw. III
Trw. IV
2010
Trw. I
Trw. II
Trw. III
Trw. IV
2011
Trw. I
Trw. II
Trw. III
Trw. IV
2012
Trw. I
Trw. II
Trw. III*
1.594.390 409.768 164.609 245.159 1.181.322 533.323 385.570 33.669 1.053.869 -94.992
1.703.381 453.047 189.040 264.007 1.247.213 550.015 371.647 36.516 1.159.311 -113.902
1.778.139 479.738 222.805 256.934 1.295.292 509.659 360.756 45.375 1.253.456 -93.287
1.895.839 456.787 209.747 247.040 1.435.772 593.137 387.248 47.949 1.314.049 -98.144
1.916.752 448.034 186.119 261.914 1.466.364 691.465 363.536 46.541 1.303.006 -108.550
1.977.533 482.621 203.406 279.215 1.491.950 655.440 399.395 48.996 1.319.240 -102.181
2.018.031 490.022 210.343 279.679 1.525.204 658.645 390.288 55.139 1.347.876 -107.445
2.141.384 515.824 226.006 289.818 1.622.055 679.448 429.406 66.589 1.403.686 -119.293
2.112.083 494.461 205.083 289.378 1.611.373 726.192 370.121 79.813 1.397.656 -153.773
2.231.144 545.405 222.828 322.577 1.680.374 756.588 304.728 97.067 1.511.482 -116.738
2.274.955 549.941 229.825 320.117 1.720.039 824.481 283.694 97.679 1.583.468 -139.665
2.471.206 605.411 260.227 345.184 1.856.720 865.121 368.717 99.369 1.684.207 -121.460
2.451.357 580.601 241.618 338.984 1.862.788 911.389 318.001 91.980 1.727.537 -149.448
2.522.784 636.206 261.504 374.702 1.876.446 970.573 216.791 96.052 1.864.834 -129.049
2.643.331 656.096 279.224 376.872 1.973.573 918.902 237.643 105.744 1.989.000 -81.378
2.877.220 722.991 307.760 415.231 2.139.840 912.174 351.177 102.594 2.118.376 -29.895
2.911.920 714.258 287.046 427.212 2.182.891 926.120 297.113 108.407 2.189.236 1.779
3.050.355 779.416 314.670 464.746 2.254.329 925.568 284.336 116.927 2.361.812 15.087
3.054.836 771.792 315.375 456.417 2.270.112 936.305 279.040 117.305 2.378.914 32.405
Tabel Statistik
43Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III 2012
Tabel 5
Uang Primer dan Faktor-faktor yang mempengaruhi
(Miliar Rupiah)
354.297 402.118 374.406 401.435 423.809 518.447 506.785 541.624 565.149 613.488 586.034 627.359 657.955
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
273.744 279.029 250.612 269.372 288.846 318.575 290.466 315.539 336.521 372.972 340.602 374.431 405.661
210.822 226.382 205.083 222.828 229.871 260.715 242.118 265.196 279.224 307.735 287.046 314.670 336.931
62.923 52.646 45.529 46.544 58.975 57.860 48.349 50.343 57.297 65.237 53.556 59.761 68.730
79.920 89.903 85.666 92.287 93.665 159.106 174.569 183.427 189.546 207.538 209.747 215.349 216.457
633 601 539 578 497 484 460 530 473 116 359 330 722
376.681 403.858 445.181 487.742 537.312 585.097 620.282 675.926 656.574 619.981 629.539 599.058 n.a
-211.887 -183.794 -246.168 -258.716 -314.736 -310.837 -380.067 -453.626 -411.166 -352.386 -395.860 -341.092 -350.274
144.747 200.956 144.792 103.254 72.816 160.777 105.983 23.206 38.676 166.928 94.654 64.873 45.890
8.715 8.665 8.660 8.660 8.659 8.466 8.465 7.965 8.470 8.199 8.199 2.877 2.877
8.458 8.231 8.103 7.932 7.838 7.682 7.739 7.638 7.609 7.364 7.328 7.298 7.299
-117.812 -97.524 -73.835 -61.865 -74.968 -64.702 -62.992 -84.989 -96.336 -120.391 -143.629 -159.388 -182.959
-242.991 -315.420 -322.962 -307.132 -319.912 -417.012 -433.933 -402.578 -362.498 -403.347 -353.429 -254.567 -220.716
-220.676 -226.887 -262.661 -231.905 -211.739 -162.828 -192.235 -146.860 -112.608 -90.391 -62.738 -55.600 -48.733
-22.824 -35.034 -43.845 -27.628 -23.110 -101.256 -49.218 -58.451 -87.835 -169.916 -211.103 -120.703 -103.186
1.203 -24.765 -13.502 -43.758 -76.124 -145.863 -172.167 -168.812 -126.802 -73.974 10.184 -6.638 -7.517
-13.000 11.296 -10.926 -9.566 -9.170 -6.049 -5.329 -4.868 -7.086 -11.139 -8.983 -2.184 -2.665
2009 2010 2011 2012
III IV I II III IV I II III IV I II III*
I. Uang Primer
a. Statutory Reserve Shortfall
b. Uang yang diedarkan
- Uang kartal di masyarakat
- Kas bank umum
c. Saldo Giro Positif Bank
d. Giro Sektor Swasta
II. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Uang Primer
a. Net International Reserve 1)
b. Net Domestic Assets
- Tagihan Bersih pada Pemerintah
- Bantuan Likuiditas
- Kredit Likuiditas
- Tagihan Lainnya
- Operasi Pasar Terbuka
- SBI (net) 2)
- FASBI
- Lain-Lain 3)
- Net Other Items
* Data Agt-12 1) sebelum Juni 1997 menggunakan NFA, setelah Juni 1997 menggunakan NIR dengan kurs tetap Rp. 7.000,- per US $ sejak juni 1998 s.d. Maret 1999 menggunakan kurs tetap Rp. 10.000,- per US $ sejak April 1999 menggunakan kurs tetap Rp. 7.500,- per US $ sejak 21 November 1999 menggunakan kurs Rp. 7.000,- per US $ sejak 25 Mei 2000 untuk perhitungan NIR menggunakan konsep IRFCL(Int’l Reserve and Foreign Currency Liquidity) 2) sejak Maret 2000 termasuk SBI Syariah 3) termasuk di dalamnya adalah SUN dan FTO (Fine Tune Operation)
Tabel Statistik
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III 201244
*) Angka sementara **) Angka sangat sementara R) Revisi 1) Format baru sejak publikasi Januari 2004 2) Tidak termasuk pinjaman IMF 3) Negatif berarti surplus dan positif berarti defisit. Sejak kuartal pertama 2004, perubahan cadangan devisa untuk data realisasi hanya mencakup data transaksi. 4) Sejak 1988, posisi cadangan devisa berdasarkan aktiva luar negeri menggantikan cadangan devisa resmi. Sejak 2000, posisi cadangan devisa memakai konsep Internasional Reserve and Foreign Currency Liquidity (IRFCL). 5) Perbandingan antara pembayaran pokok dan bunga utang luar negeri terhadap ekspor barang dan jasa. 6) Terdiri dari Pemerintah, BUMN di luar bank, dan Bank Indonesia.
Tabel 6
Neraca Pembayaran Indonesia 1)
(Juta US$)
2009 2010 2011* 2012**
III IV Total I II III IV Total I II III IV Total I II
I. Transaksi Berjalan A. Barang bersih (Neraca Perdagangan) 1. Ekspor f.o.b 2. Impor f.o.b B. Jasa-jasa (bersih) C. Pendapatan (bersih) D. Transfer Berjalan II. Transaksi Modal dan Finansial A. Transaksi Modal B. Transaksi Finansial 1. Investasi Langsung a. Ke Luar Negeri (bersih) b. Di Indonesia/FDI (bersih) 2. Investasi Portfolio a. Aset (bersih) b. Kewajiban (bersih) 3. Investasi Lainnya a. Aset (bersih) b. Kewajiban (bersih) 2) III. Jumlah (I + II) IV. Selisih Perhitungan V. Neraca Keseluruhan (III + IV) VI. Lalu Lintas Moneter 3) a. Perubahan Cadangan Devisa b. IMF: Penarikan Pembayaran Memorandum: Posisi Cadangan Devisa 4) (dalam bulan impor dan pembayaran utang luar negeri) Transaksi Berjalan (% PDB) Rasio Pembayaran Utang (%) 5) a.l. Sektor Terkait Pemerintah dan Otoritas Moneter 6)
1.781 3.781 10.628 1.891 1.342 1.043 870 5.144 2.872 339 686 -2.185 1.713 -3.188 -6.941 6.931 10.455 30.932 6.954 6.848 7.593 9.232 30.627 9.193 9.293 9.624 6.672 34.782 3.794 1.564 31.289 36.004 119.646 35.088 37.444 39.712 45.830 158.074 45.901 51.810 52.376 50.701 200.788 48.353 47.857 -24.358 -25.549 -88.714 -28.134 -30.596 -32.119 -36.598 -127.447 -36.708 -42.516 -42.752 -44.028 -166.005 -44.558 -46.292 -2.249 -3.344 -9.741 -2.106 -2.275 -2.155 -2.787 -9.324 -1.825 -3.129 -2.567 -3.110 -10.631 -2.075 -2.883 -4.072 -4.551 -15.140 -4.038 -4.329 -5.547 -6.876 -20.790 -5.525 -6.784 -7.416 -6.923 -26.649 -5.898 -6.459 1.171 1.221 4.578 1.080 1.098 1.151 1.301 4.630 1.029 960 1.045 1.177 4.211 990 836 2.924 2.414 4.852 5.662 3.767 7.464 9.728 26.620 4.813 11.641 -3.294 285 13.444 2.479 5.482 34 14 96 18 2 4 26 50 1 4 5 23 33 0 1 2.891 2.399 4.756 5.644 3.765 7.460 9.702 26.571 4.813 11.636 -3.299 262 13.412 2.479 5.481 647 779 2.628 2.556 2.368 1.764 4.419 11.106 3.781 2.508 2.119 3.120 11.528 1.706 3.882 -340 239 -2.249 -427 -982 -1.191 -64 -2.664 -1.529 -2.526 -1.350 -2.308 -7.713 -2.812 185 987 540 4.877 2.983 3.350 2.955 4.483 13.771 5.311 5.034 3.469 5.428 19.241 4.518 3.697 2.972 3.521 10.336 6.159 1.089 4.517 1.437 13.202 3.325 4.936 -4.650 337 3.947 2.705 3.789 -331 -307 -144 -409 -152 -1.597 -353 -2.511 -311 -731 154 -110 -998 -408 80 3.303 3.828 10.480 6.569 1.241 6.114 1.789 15.713 3.636 5.667 -4.804 446 4.946 3.113 3.709 -728 -1.900 -8.208 -3.072 308 1.179 3.846 2.262 -2.294 4.192 -768 -3.195 -2.064 -1.932 -2.190 -6.083 -2.735 -12.002 -2.764 552 -1.960 2.447 -1.725 -1.479 2.548 -3.211 -4.896 -7.037 -2.946 -3.325 5.355 834 3.794 -308 -244 3.139 1.400 3.987 -815 1.644 2.442 1.701 4.973 1.014 1.135 4.705 6.195 15.481 7.552 5.108 8.507 10.597 31.765 7.685 11.980 -2.608 -1.900 15.157 -709 -1.459 -1.159 -2.241 -2.975 -932 312 -1.552 692 -1.480 -19 -104 -1.352 -1.826 -3.301 -325 -1.352 3.546 3.954 12.506 6.621 5.421 6.955 11.289 30.285 7.666 11.876 -3.960 -3.726 11.857 -1.034 -2.811 -3.546 -3.954 -12.506 -6.621 -5.421 -6.955 -11.289 -30.285 -7.666 -11.876 3.960 3.726 -11.857 1.034 2.811 -3.546 -3.954 -12.506 -6.621 -5.421 -6.955 -11.289 -30.285 -7.666 -11.876 3.960 3.726 -11.857 1.034 2.811 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 62.287 66.105 66.105 71.824 76.322 86.551 96.207 96.207 105.709 119.655 114.503 110.123 110.123 110.493 106.502 6.1 6.5 6.5 6.7 6.0 6.9 7.2 7.2 7.6 7.4 7.3 6.5 6.5 6.2 5.7 1,2 2,5 2,0 1,2 0,8 0,6 0,5 0,7 1,45 0,16 0,30 -1,02 0,2 -1,46 -3,14 19,8 24,6 23,2 21,2 23,2 20,3 23,7 21,7 18,4 21,9 19,8 24,8 21,3 30,3 30,5 5,3 8,5 7,5 5,0 7,2 4,8 6,2 5,8 2,1 4,0 2,0 4,0 3,0 2,1 4,2
Tabel Statistik
45Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III 2012
Keterangan :
1) Perubahan indeks pada akhir triwulan yang bersangkutan dibandingkan dengan indeks pada akhir triwulan sebelumnya (QTQ)
Perhitungan IHK menggunakan tahun dasar 2007 (2007 = 100).
Sumber : Badan Pusat Statistik (diolah)
Tabel 7
Perkembangan Perubahan Indeks Harga Konsumen Menurut Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa
(Persen)1)
Kelompok/Sub Kelompok
4,94 -0,67 1,67 4,05 5,65 3,46 -0,12 -0,94 2,83 1,86 0,77 1,55 2,23 1,06 3,17 6,90 1,24 9,78 6,81 -2,42 0,83 7,77 4,27 2,74 -0,82 1,26 6,47 -4,14 0,72 2,02 12,83 -7,24 -1,71 2,18 4,66 -0,62 0,41 2,03 3,27 4,63 -3,25 0,09 -1,92 7,47 -1,67 3,91 1,31 3,45 -1,75 3,24 0,45 3,35 1,60 0,14 0,44 0,55 1,41 0,74 4,05 3,23 2,11 -0,92 2,32 2,06 1,80 1,57 -0,51 0,01 1,12 2,71 0,55 1,89 0,95 0,74 1,53 1,63 -0,02 0,83 6,34 -0,97 4,13 8,96 1,08 4,47 -2,92 1,67 5,48 0,48 -1,62 0,65 7,02 1,18 0,47 -18,67 24,27 3,27 0,66 3,83 -0,39 2,81 -0,63 0,25 1,54 11,01 8,14 -1,81 0,34 4,43 3,46 1,41 1,70 1,01 2,21 1,57 -0,33 1,39 6,64 23,17 0,07 -4,89 30,95 -1,06 20,90 -4,32 -19,05 -12,71 12,43 -7,83 15,55 -9,81 -1,30 -1,57 0,85 -0,63 2,05 6,59 5,85 -0,05 1,13 -1,34 2,33 -0,62 1,23 2,37 -1,40 0,67 1,14 2,96 0,62 0,44 1,39 4,77 0,32 1,46 1,98 1,40 2,12 1,90 2,62 1,00 1,86 1,31 1,28 0,83 1,36 0,96 1,46 1,51 2,14
1,46 1,42 2,69 1,32 1,92 1,08 1,19 0,80 0,96 0,71 1,13 0,94 1,94 5,61 2,46 2,86 -1,59 1,91 1,72 0,55 -0,53 1,13 0,75 1,46 3,03 2,38 1,06 3,13 1,81 2,27 1,48 1,63 2,25 2,23 2,88 1,76 2,33 1,96 2,58 0,47 0,67 0,67 0,43 2,11 0,82 1,18 0,77 0,78 0,71 1,02 0,78 0,77 0,53 0,70 0,83 0,44 0,82 1,12 1,72 0,83 0,96 0,98 1,35 0,95 0,83 0,55 0,83 0,51 0,45 6,03 0,10 0,30 0,47 0,44 0,16 0,55 0,68 -0,04 0,75 0,67 0,31 0,42 0,70 0,47 0,69 0,71 0,78 0,32 0,49 0,43 0,79 -0,21 0,25 0,62 0,32 0,90 1,05 0,99 1,09 0,79 0,73 0,75 0,83 1,92 1,06 2,31 -0,66 2,28 1,05 3,75 0,45 1,97 4,71 0,29 1,29 -0,29 2,53 2,49 0,45 1,02 0,74 1,78 0,56 1,11 1,02 1,78 1,46 1,14 0,57 0,96 1,24 0,49 0,44 0,61 1,20 0,35 0,28 0,69 0,88 1,19 0,84 0,47 1,21 1,67 0,37 0,69 0,98 1,64 0,31 0,25 0,99 1,51 1,49 1,06 0,61 1,20 -0,37 6,13 -2,88 5,39 0,61 9,44 0,31 3,79 11,56 -1,30 1,59 -1,42 4,83 0,77 0,59 0,58 0,33 0,77 0,49 1,54 1,30 0,75 0,60 0,81 0,62 0,80 0,85 0,69 0,52 0,32 0,51 0,50 1,79 1,07 0,72 0,33 0,89 0,52 0,65 0,42 0,86 0,65 0,18 0,41 0,47 1,56 0,98 0,35 0,65 0,69 0,56 0,59 1,38 1,38 0,84 0,34 2,07 0,75 2,35 1,32 0,80 1,17 1,31 0,91 0,86 0,83 0,41 0,57 0,43 1,01 0,50 1,36 1,72 1,00 0,70 0,69 0,68 1,00 2,94 0,48 0,18 0,09 2,39 0,60 0,72 0,28 3,69 0,41 0,30 0,19 3,36 4,86 0,62 0,03 0,02 4,42 0,64 0,51 0,12 6,74 0,63 0,15 0,08 5,27 1,27 0,77 0,77 0,17 0,69 0,73 0,50 1,13 2,32 0,54 0,56 0,27 0,99 0,74 0,19 0,30 0,24 1,06 -0,03 0,39 0,32 1,16 0,13 0,43 0,38 0,72 0,74 0,30 0,37 0,15 -0,03 0,56 1,18 0,23 0,29 0,13 0,55 0,41 0,47 0,52 0,75 0,87 0,23 0,53 0,47 1,89 0,63 0,29 0,69 0,37 0,34 0,23 1,16 -0,44 0,34 0,21 2,45 -0,32 0,55 0,36 1,15 -0,14 0,40 0,31 1,00 1,70 -0,73 0,50 0,27 1,59 -0,51 0,81 0,51 1,81 -0,26 0,47 0,41 1,39 -0,32 -0,23 -0,40 -0,06 -0,10 -0,11 -0,16 -0,37 -0,37 -0,18 -0,10 -0,10 -0,07 0,87 1,07 0,96 0,55 15,77 0,42 0,64 0,84 0,40 0,62 1,01 0,64 0,49 0,65 0,00 0,00 0,04 0,00 0,00 0,09 0,03 0,01 0,00 0,00 0,01 1,48 2,07 0,49 0,99 1,41 2,79 1,59 0,70 0,36 1,89 0,79 0,88 0,90 1,68
2009 2010 2011 2012 III IV I II III IV I II III IV I II III
I. Bahan Makanan A. Padi-padian, umbi-umbian dan hasil-hasilnya B. Daging dan hasil-hasilnya C. Ikan segar D. Ikan diawetkan E. Telur, susu dan hasil-hasilnya F. Sayur-sayuran G. Kacang-kacangan H. Buah-buahan I. Bumbu-bumbuan J. Lemak dan minyak K. Bahan makanan lainnya II. Makanan jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau A. Makanan jadi B. Minuman yang tidak beralkohol C. Tembakau dan minuman beralkohol
III. Perumahan A. Biaya tempat tinggal B. Bahan bakar. penerangan dan air C. Perlengkapan rumah tangga D. Penyelenggaraan rumah tangga
IV. Sandang A. Sandang laki-laki B. Sandang wanita C. Sandang anak-anak D. Barang pribadi dan sandang lainnya
V. Kesehatan A. Jasa kesehatan dan obat-obatan B. Obat-obatan C. Jasa perawatan jasmani D. Perawatan jasmani dan kosmetik VI. Pendidikan. Rekreasi dan Olah Raga A. Biaya pendidikan B. Kursus dan pelatihan C. Perlengkapan/peralatan pendidikan D. Rekreasi E. Olah raga VII. Transpor dan Komunikasi A. Transpor B. Komunikasi dan pengiriman C. Sarana dan penunjang transpor D. Jasa Keuangan U M U M
Tabel Statistik
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III 201246
Tabel 8
Perkembangan Laju Inflasi Menurut Kota
(Persen)1)
K o t a
4,37 0,53 -0,09 1,17 0,05 5,99 0,62 -0,46 2,61 0,76 1,20 1,23 -0,73 4,12 -1,08 0,44 -0,33 1,47 3,01 0,26 -0,15 2,03 1,15 0,16 -0,09 0,44 2,66 0,33 0,38 2,13 0,82 3,92 0,87 -1,07 3,49 1,35 0,36 1,18 0,96 3,45 -1,28 1,21 2,60 2,67 4,89 0,79 -0,90 2,02 1,77 0,82 2,33 -0,09 3,26 -0,41 1,04 2,89 1,08 4,37 1,19 -0,39 2,76 0,64 1,60 1,93 0,98 3,35 0,38 1,05 2,12 1,52 2,76 0,32 0,04 3,46 -0,28 0,52 1,44 0,78 2,79 0,59 1,02 2,41 0,74 3,47 1,46 -0,89 3,17 1,57 0,09 1,25 1,76 1,70 0,30 0,79 1,72 1,83 2,48 1,51 -0,30 2,30 1,50 0,66 1,11 0,89 1,76 -0,09 1,72 1,67 1,76 2,05 0,70 0,50 2,06 0,45 0,23 0,64 0,65 2,37 0,58 1,53 3,22 2,37 3,02 -0,80 -0,16 3,22 0,52 0,31 2,62 0,92 1,57 0,25 0,58 1,18 2,50 1,65 -0,27 1,15 2,00 0,86 -0,23 1,27 0,68 4,06 -0,48 1,35 2,15 3,88 1,43 0,20 0,27 3,66 -0,18 -0,10 1,38 3,01 4,85 -0,25 0,15 2,53 4,39 2,57 1,11 0,15 2,30 0,62 0,31 1,36 1,98 3,16 0,57 1,37 0,41 5,18 2,15 1,92 0,45 4,06 -1,44 2,06 0,76 4,41 3,52 -1,14 0,26 2,60 2,21 3,71 -0,25 -0,31 2,56 1,08 -0,58 1,28 1,66 1,29 0,55 0,80 2,12 1,66 1,45 1,28 -0,61 1,99 0,64 0,71 0,00 2,86 1,73 0,58 0,92 1,21 2,63 1,32 0,68 0,65 1,89 0,70 0,83 0,64 1,75 1,09 1,15 1,33 0,82 1,80 1,48 0,77 0,25 1,62 1,46 1,21 0,55 1,77 2,62 -0,07 0,31 1,87 1,54 2,33 -0,40 0,07 2,07 1,03 0,70 1,38 1,41 2,03 0,19 0,74 1,32 2,46 1,44 0,53 0,66 1,75 0,80 0,73 1,08 1,87 1,89 0,20 0,87 1,60 1,69 1,82 0,30 -0,33 0,95 1,42 0,70 0,96 1,69 1,72 -0,08 1,11 1,44 2,74 1,15 0,50 0,79 0,78 0,75 0,21 0,41 3,04 1,25 0,18 0,61 1,02 2,96 0,75 0,32 0,54 2,31 1,03 0,74 1,08 1,29 1,76 0,41 1,26 2,08 2,85 1,47 0,94 -0,37 1,26 1,58 0,76 0,61 1,95 2,43 -0,03 0,75 2,23 2,52 2,25 0,55 -0,18 1,74 0,81 0,45 1,44 1,84 1,64 0,50 0,84 0,47 2,21 0,93 0,26 0,27 0,69 1,50 1,25 0,50 1,79 2,49 0,62 0,36 1,25 3,52 1,44 -0,31 0,07 2,09 1,34 0,07 0,51 2,32 1,17 0,73 1,11 1,23 2,20 1,37 0,69 0,38 1,43 0,86 1,03 0,85 1,88 1,21 0,14 0,68 1,58 1,91 2,33 -0,83 0,03 1,61 1,14 0,59 1,00 0,43 1,96 0,41 1,02 1,23 3,33 1,37 0,37 0,02 1,76 0,70 1,12 1,19 2,00 3,15 0,47 0,62 1,48 2,65 1,83 0,39 -0,08 1,95 0,31 0,22 1,23 1,70 1,90 0,30 1,00 1,65 2,91 1,63 1,14 0,10 1,73 0,85 0,71 0,91 1,38 1,16 1,35 -0,02 1,99 2,35 2,60 0,80 -0,77 1,39 1,00 0,85 0,83 1,65 1,90 0,42 0,52 1,44 3,69 0,97 0,11 0,87 1,58 1,57 0,98 1,22 2,16 2,04 0,61 0,63 1,95 2,23 1,83 -0,15 0,52 2,19 1,03 0,53 1,21 2,40 1,38 0,54 1,00 1,23 2,57 1,75 0,73 0,24 1,90 1,14 0,45 0,87 2,06 1,84 1,00 0,72 1,82 3,46 0,54 1,20 0,29 1,63 0,61 0,63 1,73 2,49 1,52 0,82 0,83 1,15 2,39 2,02 0,80 0,02 1,75 0,88 0,67 0,58 1,72 1,97 0,74 0,63 1,29 3,93 1,32 1,25 0,34 2,23 0,83 0,73 0,82 1,85 1,77 1,02 1,42 1,26 3,77 1,44 1,26 0,82 0,82 0,80 2,01 0,63 0,87 3,48 -0,65 2,33 2,70 3,34 2,28 -0,07 0,33 4,08 1,94 2,52 -0,01 1,56 2,06 0,71 1,53 1,15 2,23 1,31 0,63 1,12 1,89 3,39 1,11 0,97 1,57 3,47 0,19 2,11 2,52 3,02 0,60 0,86 1,42 2,04 2,12 0,49 3,56 1,68 2,77 2,39 3,25 2,24 3,08 1,06 2,32 0,07 0,75 1,13 1,13 1,29 1,04 3,52 -0,88 2,51 0,03 4,75 1,03 1,42 0,39 3,32 -0,28 2,20 1,45 2,34 2,44 -0,74 3,55 0,11 4,61 -1,24 2,31 -0,05 4,55 -0,19 1,95 1,30 0,80 0,95 1,09 1,62 2,02 2,65 2,91 0,72 0,20 1,64 1,00 2,60 0,26 0,61 1,28 1,66 1,32 2,21 3,64 2,01 0,06 1,36 3,40 0,39 2,25 0,68 1,54 1,77 1,41 1,50 2,87 2,86 1,54 0,47 0,77 1,74 0,95 2,45 0,28 1,37 2,55 0,69 2,55 0,76 4,14 -0,21 2,38 2,15 1,98 -0,18 2,11 0,83 2,82 1,81 0,29 2,07 0,74 3,28 0,75 2,77 1,19 2,36 -0,21 2,13 0,11 2,31
2009 2010 2011 2012
III IV I II III IV I II III IV I II III
1. Lhokseumawe2. Banda Aceh3. Padang Sidempuan4. Sibolga5. Pematang Siantar6. M e d a n7. Padang8. Pekanbaru9. Batam10. Jambi11. Palembang12. Bengkulu13. Bandar Lampung14. Pangkal Pinang15. Dumai16. Tanjung Pinang17. Jakarta18. Tasikmalaya19. Serang20. Tangerang21. Cilegon22. Bogor23. Sukabumi24. Bekasi25. Depok26. Bandung27. Cirebon28. Purwokerto29. Surakarta30. Semarang31. Tegal32. Yogyakarta33. Jember34. Sumenep35. Kediri36. Malang37. Probolinggo38. Madiun39. Surabaya40. Denpasar41. Mataram42. Bima43. Maumere44. Kupang45. Pontianak46. Singkawang47. Sampit48. Palangka Raya49. Banjarmasin50. Balikpapan51. Samarinda
Tabel Statistik
47Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III 2012
Keterangan :
1) Perubahan indeks pada akhir triwulan yang bersangkutan dibandingkan dengan indeks pada akhir triwulan sebelumnya (QTQ)
Perhitungan IHK menggunakan tahun dasar 2007 (2007 = 100).
Sumber : Badan Pusat Statistik (diolah)
Tabel 8
Perkembangan Laju Inflasi Menurut Kota (lanjutan)
(Persen)1)
K o t a
3,52 1,66 2,89 -1,77 5,23 1,47 3,16 -0,77 0,91 3,03 2,17 0,06 2,62 0,74 2,50 0,72 0,20 3,81 1,44 1,31 -1,43 -0,05 0,86 1,59 1,28 1,40 3,35 0,87 -0,64 1,66 4,93 0,37 2,49 -0,69 0,91 1,72 0,56 1,72 2,62 2,85 0,87 1,42 0,47 4,78 -0,04 0,69 1,26 1,91 0,03 2,40 0,04 1,43 2,53 1,00 1,01 0,62 4,09 0,97 0,80 0,60 0,97 0,48 2,00 0,42 1,65 1,85 -0,32 0,48 0,59 3,35 1,27 0,36 -0,19 0,93 0,49 0,75 0,34 2,15 2,00 1,11 0,75 0,02 3,04 0,14 0,72 1,13 1,73 -0,26 1,61 0,86 1,89 2,20 -0,28 -0,20 0,70 3,77 -0,40 2,35 1,65 4,11 -2,97 2,36 1,21 1,50 0,85 0,53 1,59 -0,25 5,63 0,36 0,02 1,01 1,84 1,15 1,78 1,05 1,31 1,45 0,62 0,84 0,60 1,58 2,01 1,60 0,86 1,45 0,91 0,54 0,30 1,91 1,82 4,81 2,84 0,26 4,70 0,76 -1,25 5,58 -0,78 -0,59 4,32 3,26 -0,01 1,32 1,54 1,79 -1,26 2,58 2,15 0,50 1,38 1,12 1,45 0,52 1,15 0,71 2,39 1,07 -0,44 1,58 1,89 1,58 -1,06 1,37 2,48 0,82 -1,24 3,65 0,55 0,42 0,87 1,34 1,84 5,50 -0,69 -1,47 1,77 0,17 0,46 -0,67 3,74 2,37 1,55 0,78 1,31 1,03 1,36 0,71 0,95 0,86 0,28 1,27 -0,46 0,71 1,41 2,07 0,49 0,99 1,41 2,79 1,59 0,70 0,36 1,89 0,79 0,88 0,90 1,68
52. Tarakan53. Manado54. P a l u55. Watampone56. Makassar57. Parepare58. Palopo59. Kendari60. Gorontalo61. Mamuju62. Ambon63. Ternate64. Manokwari65. Sorong66. Jayapura
NASIONAL
2009 2010 2011 2012
III IV I II III IV I II III IV I II III
Tabel Statistik
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III 201248
Keterangan : 1) Perubahan indeks pada akhir triwulan yang bersangkutan dibandingkan dengan indeks pada akhir triwulan sebelumnya (QTQ) Perhitungan IHPB sejak tahun 2009 menggunakan tahun dasar 2005 (2005 = 100). Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS diolah)
Tabel 9
Perubahan Indeks Harga Perdagangan Besar
(Persen) 1)
Akhir Pertanian Pertambangan Industri Impor* Ekspor* Umum*
Periode
6,32 3,39 3,47 3,57 2,63 3,93
2,97 1,64 3,35 5,75 7,05 4,32
7,69 1,61 3,70 3,26 1,80 3,63
7,59 3,70 5,80 11,05 10,00 8,50
7,05 4,08 7,17 6,64 5,88 6,45
7,75 10,78 12,60 15,56 14,14 12,55
4,68 3,54 1,40 -9,23 -5,31 -1,92
0,00 4,27 -4,14 -11,86 -13,55 -6,67
2,93 7,52 -0,26 5,28 2,44 1,80
3,07 -0,40 1,23 0,54 -0,81 0,99
5,19 1,22 1,13 -0,37 -2,86 0,79
1,19 1,05 0,53 0,60 1,88 0,91
2,05 0,60 1,57 0,22 0,27 1,17
2,25 0,80 0,60 0,69 2,70 1,29
3,74 0,52 1,41 0,14 -1,00 1,14
1,75 0,92 1,04 5,17 4,30 2,43
1,16 1,56 1,80 5,13 5,19 2,86
0,22 1,31 0,65 -0,61 3,54 0,65
3,14 0,70 1,18 2,10 1,53 1,81
0,42 1,59 0,85 1,56 1,83 0,94
1,58 1,72 1,40 4,60 4,91 2,65
1,61 0,85 0,58 -4,25 -3,20 -0,81
2,21 -0,36 0,78 n,a n,a n,a
2007
Trw.I
Trw.II
Trw.III
Trw.IV
2008
Trw.I
Trw.II
Trw.III
Trw.IV
2009
Trw.I
Trw.II
Trw.III
Trw.IV
2010
Trw.I
Trw.II
Trw.III
Trw.IV
2011
Trw.I
Trw.II
Trw.III
Trw.IV
2012
Trw.I
Trw.II
Trw.III