54

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia … telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004, laporan ini berfungsi untuk dua maksud utama, yaitu: (i) sebagai perwujudan nyata dari kerangka

Embed Size (px)

Citation preview

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesiahttp://www.bi.go.id

BANK INDONESIA

Untuk informasi lebih lanjut hubungi:Divisi Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi KebijakanGrup Kebijakan MoneterDepartemen Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter

Telepon : +62 61 3818163 +62 21 3818206 (sirkulasi)Fax. : +62 21 3452489E-mail : [email protected] : http://www.bi.go.id

i

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I 2013

Laporan Kebijakan Moneter dipublikasikan secara triwulanan oleh Bank Indonesia setelah

Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada bulan Desember, April, Juli, dan Oktober. Selain

dalam rangka memenuhi ketentuan pasal 58 UU Bank Indonesia No. 23 Tahun 1999

sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004, laporan ini berfungsi untuk dua

maksud utama, yaitu: (i) sebagai perwujudan nyata dari kerangka kerja antisipatif yang

mendasarkan pada prakiraan ekonomi dan inflasi ke depan dalam perumusan kebijakan

moneter, dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan

kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan kebijakan yang

melandasi keputusan kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.

Dewan Gubernur

Darmin Nasution Gubernur

Hartadi A. Sarwono Deputi Gubernur

Halim Alamsyah Deputi Gubernur

Ronald Waas Deputi Gubernur

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERTRIwuLAN I 2013

ii

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I 2013

iii

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I 2013

strategi Kebijakan Moneter

Prinsip Dasar

Kebijakan moneter dengan ITF menempatkan sasaran inflasi sebagai tujuan utama (overriding objective) dan jangkar nominal (nominal anchor) kebijakan moneter. Dalam hubungan ini, Bank Indonesia menerapkan strategi antisipatif (forward looking) dengan mengarahkan respon kebijakan moneter saat ini untuk pencapaian sasaran inflasi jangka menengah ke depan.

Penerapan ITF tidak berarti bahwa kebijakan moneter tidak memperhatikan pertumbuhan ekonomi. Paradigma dasar kebijakan moneter untuk menjaga keseimbangan (striking the optimal balance) antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi tetap dipertahankan, baik dalam penetapan sasaran inflasi maupun respon kebijakan moneter, dengan mengarahkan pada pencapaian inflasi yang rendah dan stabil dalam jangka menengah-panjang.

Sasaran Inflasi

Pemerintah setelah berkoordinasi dengan Bank Indonesia telah menetapkan dan mengumumkan sasaran inflasi IHK setiap tahunnya. Berdasarkan PMK No.143/PMK.011/2010 sasaran inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk periode 2010 – 2012, masing-masing sebesar 5,0%, 5,0%, dan 4,5% dengan deviasi ±1%.

Untuk tahun 2013, 2014, dan 2015, sasaran inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk periode 2013-2015 berdasarkan PMK no.66/PMK.011/2012 masing-masing sebesar 4,5%, 4,5%, dan 4% dengan deviasi +1%.

Instrumen dan Operasi Moneter

BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI Rate merupakan suku bunga sinyaling dalam rangka mencapai sasaran inflasi jangka menengah panjang, yang diumumkan oleh Bank Indonesia secara periodik untuk jangka waktu tertentu.

Dalam rangka implementasi penyempurnaan kerangka operasional kebijakan moneter, terhitung sejak tanggal 9 Juni 2008 Bank Indonesia melakukan perubahan sasaran operasional dari suku bunga SBI 1 bulan menjadi suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N).

BI Rate diimplementasikan dalam operasi moneter melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter yang tercermin pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Untuk meningkatkan efektivitas pengendalian likuiditas di pasar, operasi moneter harian dilakukan dengan menggunakan seperangkat instrumen moneter dan koridor suku bunga (standing facilities).

Proses Perumusan Kebijakan BI Rate ditetapkan oleh Dewan Gubernur melalui mekanisme Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan. Dalam hal

terjadi perkembangan di luar prakiraan semula, penetapan stance kebijakan moneter dapat dilakukan sebelum RDG Bulanan melalui RDG mingguan. Perubahan dalam BI Rate pada dasarnya menunjukkan respons kebijakan moneter Bank Indonesia untuk mengarahkan prakiraan inflasi ke depan agar tetap berada dalam lintasan sasaran inflasi yang telah ditetapkan.

Transparansi

Kebijakan moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada pers dan pelaku pasar, website, maupun penerbitan Laporan Kebijakan Moneter (LKM). Transparansi dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman dan sekaligus pembentukan ekspektasi masyarakat atas prakiraan ekonomi dan inflasi ke depan serta respon kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.

Koordinasi dengan Pemerintah Untuk koordinasi dalam penetapan sasaran, pemantauan dan pengendalian inflasi, Pemerintah dan Bank Indonesia telah

membentuk Tim yang melibatkan pejabat-pejabat dari berbagai instansi terkait. Dalam pelaksanaan tugasnya, Tim membahas dan merekomendasikan kebijakan-kebijakan yang diperlukan baik dari sisi Pemerintah maupun Bank Indonesia untuk mengendalikan tekanan inflasi dalam rangka pencapaian sasaran inflasi yang telah ditetapkan.

Langkah-langkah Penguatan Kebijakan Moneter dengan sasaran Akhir Kestabilan Harga

(Inflation Targeting Framework)

Mulai Juli 2005 Bank Indonesia telah mengimplementasikan penguatan kerangka kerja kebijakan moneter konsisten dengan Inflation Targeting Framework (ITF), yang mencakup empat elemen dasar: (1) penggunaan suku bunga BI Rate sebagai policy reference rate, (2) proses perumusan kebijakan moneter yang antisipatif, (3) strategi komunikasi yang lebih transparan, dan (4) penguatan koordinasi kebijakan dengan Pemerintah. Langkah-langkah dimaksud ditujukan untuk meningkatkan efektivitas dan tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

iv

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I 2013

v

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I 2013

Kata Pengantar

Perekonomian Indonesia pada triwulan I 2013 tetap tumbuh kuat di tengah masih lemahnya kondisi ekonomi global. Konsumsi rumah tangga dan investasi diprakirakan masih tumbuh kuat dan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi. Kinerja ekspor diprakirakan mulai berangsur pulih sejalan dengan prospek pemulihan ekonomi global. Merespons permintaan domestik yang masih kuat, kinerja impor diprakirakan juga akan mengalami peningkatan. Di sisi sektoral, sumber utama pertumbuhan diperkirakan masih didominasi oleh sektor-sektor pengolahan, perdagangan, hotel dan restoran, serta pengangkutan dan komunikasi.

Kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) diprakirakan akan mengalami defisit yang lebih rendah pada triwulan II 2013. Hal tersebut didukung oleh perbaikan di sisi neraca transaksi modal dan finansial. Arus masuk dana nonresiden mengalami peningkatan, terutama investasi portofolio, sejalan dengan kondisi fundamental ekonomi domestik yang masik baik. Namun, kita tetap harus mewaspadai kondisi defisit neraca transaksi berjalan yang diprakirakan meningkat akibat impor yang masih cukup tinggi. Berdasarkan perkembangan tersebut, cadangan devisa sampai dengan akhir Maret 2013 mencapai 104,8 miliar dolar AS atau setara dengan 5,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah.

Nilai tukar rupiah selama triwulan I 2013 masih terdepresiasi, walaupun relatif moderat sejalan dengan mengalirnya arus modal masuk. Relatif stabilnya pergerakan rupiah merupakan hasil dari kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga kestabilan nilai tukar rupiah sesuai dengan kondisi fundamentalnya. Secara umum, volatilitas rupiah selama triwulan I 2013 masih terjaga.

Laju inflasi IHK pada triwulan I 2013 tercatat cukup tinggi yang didorong oleh gejolak harga pada kelompok volatile food. Hal tersebut disebabkan oleh terbatasnya pasokan komoditas pangan strategis akibat gangguan produksi maupun permasalahan terkait kebijakan impor. Di sisi lain, inflasi inti dan administered prices tercatat masih stabil.

Stabilitas sistem keuangan tetap terjaga dengan fungsi intermediasi perbankan yang semakin membaik. Kinerja industri perbankan yang solid tercermin dari tingginya rasio kecukupan modal dan terjaganya rasio kredit bermasalah. Kegiatan intermediasi perbankan berupa penyaluran kredit masih tumbuh baik sejalan dengan kondisi perekonomian nasional yang masih cukup solid.

Gubernur Bank Indonesia

vi

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I 2013

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 11 April 2013 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada level 5,75%. Tingkat BI Rate tersebut dinilai masih konsisten dengan sasaran inflasi tahun 2013 dan 2014, sebesar 4,5% ± 1%. Mencermati meningkatnya tekanan inflasi jangka pendek harga bahan pangan (volatile foods) akhir-akhir ini dan masih berlanjutnya tekanan terhadap keseimbangan eksternal, Bank Indonesia akan memperkuat operasi moneter melalui penyerapan ekses likuiditas yang lebih besar ke tenor yang lebih jangka panjang. Bank Indonesia juga tetap mewaspadai sejumlah risiko terhadap tekanan inflasi tersebut dan akan menyesuaikan respons kebijakan moneter sesuai kebutuhan. Kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan kondisi fundamental yang selama ini dilakukan akan dilanjutkan, diperkuat dengan percepatan upaya-upaya pendalaman pasar valuta asing. Bank Indonesia juga memperkuat koordinasi bersama Pemerintah dengan fokus pada upaya menekan defisit transaksi berjalan dan meminimalkan potensi tekanan inflasi dari sisi volatile foods, termasuk kebijakan impor hortikultura.

Demikianlah gambaran perekonomian Indonesia pada triwulan I 2013 serta prospek ke depannya. Saya berharap laporan ini dapat menjadi bahan referensi yang mampu memberikan manfaat bagi kita semua.

Gubernur Bank Indonesia

Dr. Darmin Nasution

vii

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

daftar Isi

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I 2013

Daftar Isi

1. Respons Kebijakan Moneter Triwulan I 2013 ............................. 1

2. Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan ................. 3

Asumsi Yang Mendasari Perkiraan Ekonomi ................................... 3

Prospek Pertumbuhan Ekonomi ....................................................... 4

Prakiraan Inflasi ............................................................................... 12

Faktor Risiko.................................................................................... 13

3. Perkembangan Ekonomi Makro dan Moneter Terkini ............. 15

Perkembangan Ekonomi Dunia ........................................................ 16

Pertumbuhan Ekonomi ................................................................... 18

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) ................................................ 24

Nilai Tukar Rupiah ........................................................................... 25

Inflasi .............................................................................................. 26

Disagregasi Inflasi ............................................................................ 27

Perkembangan Pasar Keuangan ...................................................... 28

Kondisi Perbankan........................................................................... 34

Tabel Statistik .................................................................................. 35

viii

LAPORAN KEBIJAKAN MONETERBANK INdONEsIA

daftar Isi

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I 2013

1Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I 2013

Respons Kebijakan Moneter Triwulan IV 2012

1. Respons Kebijakan Moneter Triwulan I 2013

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 11 April 2013 memutuskan

untuk mempertahankan BI Rate pada level 5,75%. Tingkat BI Rate tersebut dinilai masih

konsisten dengan sasaran inflasi tahun 2013 dan 2014, sebesar 4,5% ± 1%. Mencermati

meningkatnya tekanan inflasi jangka pendek harga bahan pangan (volatile foods) akhir-akhir

ini dan masih berlanjutnya tekanan terhadap keseimbangan eksternal, Bank Indonesia akan

memperkuat operasi moneter melalui penyerapan ekses likuiditas yang lebih besar ke tenor

yang lebih jangka panjang. Bank Indonesia juga tetap mewaspadai sejumlah risiko terhadap

tekanan inflasi tersebut dan akan menyesuaikan respons kebijakan moneter sesuai kebutuhan.

Kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan kondisi fundamental yang selama ini

dilakukan akan dilanjutkan, diperkuat dengan percepatan upaya-upaya pendalaman pasar

valuta asing. Bank Indonesia juga memperkuat koordinasi bersama Pemerintah dengan fokus

pada upaya menekan defisit transaksi berjalan dan meminimalkan potensi tekanan inflasi

dari sisi volatile foods, termasuk kebijakan impor hortikultura.

Pemulihan ekonomi global tidak seoptimis prakiraan sebelumnya dan masih

dibayangi ketidakpastian. Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) diprakirakan

tertahan akibat permasalahan fiskalnya, meskipun kegiatan produksi dan konsumsi mulai

menunjukkan perbaikan. Di sisi lain, resesi perekonomian Eropa masih berlanjut terkait

lambatnya implementasi program austerity di beberapa negara. Kondisi berbeda ditunjukkan

perekonomian di beberapa negara Asia, terutama China, yang membaik sebagaimana

tercermin dari indikator konsumsi dan produksi. Harga komoditas dunia juga masih cenderung

menurun, kecuali harga minyak. Sejalan dengan itu, respons kebijakan bank sentral dunia

secara umum masih tetap akomodatif dengan mempertahankan suku bunga rendah maupun

quantitative easing.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2013 diprakirakan lebih rendah yaitu

menjadi 6,2%-6,6% dari prakiraan sebelumnya 6,3%-6,8%. Pada triwulan II 2013,

pertumbuhan ekonomi diprakirakan tidak jauh berbeda dari triwulan sebelumnya yaitu

sekitar 6,2%. Permintaan domestik masih tumbuh cukup kuat, meskipun terjadi moderasi,

di tengah perbaikan pertumbuhan dari sisi eksternal. Kuatnya konsumsi swasta didukung

oleh perbaikan daya beli masyarakat dan kepercayaan konsumen. Sementara itu, di tengah

investasi bangunan yang tetap tumbuh kuat, investasi nonbangunan cenderung melambat.

Di sisi lain, volume ekspor mengalami peningkatan sejalan dengan perbaikan ekonomi di

beberapa negara mitra dagang utama, khususnya China. Masih cukup baiknya pertumbuhan

ekonomi nasional juga didukung oleh pertumbuhan ekonomi daerah yang masih cukup

tinggi dan semakin merata. Untuk tahun 2014, sejalan dengan permintaan domestik yang

tetap kuat dan ekonomi global yang semakin baik, pertumbuhan ekonomi diprakirakan

akan mencapai kisaran 6,6%-7,0%, atau lebih rendah dari prakiraan sebelumnya sekitar

6,7%-7,2%.

2Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I 2013

Respons Kebijakan Moneter Triwulan IV 2012

Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II 2013

diprakirakan mengalami defisit yang lebih rendah dari triwulan sebelumnya seiring

membaiknya transaksi modal dan finansial (TMF). Membaiknya TMF terutama didorong

oleh arus investasi portofolio, termasuk penerbitan global bond oleh Pemerintah, yang

meningkat sejalan dengan masih kuatnya fundamental ekonomi Indonesia dan dampak

kebijakan ekonomi global yang masih akomodatif. Namun, defisit transaksi berjalan

diprakirakan meningkat terutama karena impor yang masih cukup tinggi, antara lain terkait

masih tingginya konsumsi BBM (Bahan Bakar Minyak). Cadangan devisa pada akhir Maret

2013 mencapai 104,8 miliar dolar AS atau setara dengan 5,7 bulan impor dan pembayaran

utang luar negeri Pemerintah, di atas standar kecukupan internasional.

Nilai tukar rupiah masih mengalami tekanan depresiasi pada triwulan I 2013,

meskipun lebih moderat sejalan dengan berlanjutnya aliran modal masuk. Hal itu

sebagai hasil dari kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah sesuai

dengan kondisi fundamental, baik melalui penguatan mekanisme intervensi valas, penerapan

term deposit (TD) valas maupun pendalaman pasar valas. Nilai tukar rupiah secara rata-rata

melemah sebesar 0,7% (qtq) mencapai Rp9.680 per dolar AS dengan volatilitas pada triwulan

I 2013 yang masih terjaga. Ke depan, dengan mempertimbangkan kondisi NPI pada triwulan

II 2013, tekanan depresiasi nilai tukar rupiah diprakirakan juga akan moderat.

Gejolak harga bahan pangan mendorong tingginya inflasi IHK pada Maret 2013.

Inflasi IHK Maret 2013 mencapai 0,63% (mtm) atau 5,90% (yoy) di atas rata-rata historisnya.

Inflasi kelompok volatile foods tercatat sangat tinggi yaitu 2,44% (mtm) atau 14,20% (yoy),

khususnya pada komoditas bawang putih, bawang merah dan cabai akibat gangguan

pasokan terkait dengan kebijakan impor yang diterapkan oleh Pemerintah. Di sisi lain, inflasi

inti masih stabil sebesar 4,21% (yoy) sejalan dengan ekspektasi inflasi masyarakat yang masih

terjaga dan kapasitas produksi yang masih memadai. Ke depan, tekanan inflasi diharapkan

mereda seiring dengan langkah-langkah Pemerintah untuk mengatasi gangguan pasokan

bahan pangan dan datangnya musim panen. Langkah-langkah koordinasi melalui Tim

Pengendali Inflasi (TPI) dan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) diperkuat untuk pengendalian

inflasi baik di pusat maupun daerah.

Stabilitas sistem keuangan dan fungsi intermediasi perbankan tetap terjaga dengan

baik. Kinerja industri perbankan yang solid tercermin pada tingginya rasio kecukupan

modal (CAR/Capital Adequacy Ratio) yang berada jauh di atas minimum 8% dan terjaganya

rasio kredit bermasalah (NPL/Non Performing Loan) gross di bawah 5%. Sementara itu,

pertumbuhan kredit hingga akhir Februari 2013 mencapai 23,4% (yoy), meningkat

dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Kredit modal kerja dan kredit investasi masih

tumbuh cukup tinggi sebesar 24,5% (yoy) dan 25,4% (yoy). Sementara itu, kredit konsumsi

tumbuh 20,3% (yoy). Ke depan, Bank Indonesia meyakini stabilitas sistem keuangan akan

tetap terjaga dengan fungsi intermediasi perbankan yang akan meningkat seiring dengan

peningkatan kinerja perekonomian nasional.

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

3Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I 2013

2. Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2013 diprakirakan mencapai 6,2%-

6,6% dan pada tahun 2014 diprakirakan meningkat mencapai 6,6%-7,0%. Sumber

pertumbuhan ekonomi pada tahun 2013 terutama disumbang oleh permintaan domestik.

Ekspor diprakirakan akan tumbuh lebih baik dari tahun sebelumnya sejalan dengan prospek

meningkatnya permintaan eksternal akibat perbaikan perekonomian global. Konsumsi

rumah tangga diprakirakan tetap menjadi penopang utama pertumbuhan dari sisi domestik

seiring dengan terjaganya optimisme konsumen dan kegiatan persiapan penyelenggaraan

PEMILU. Sementara itu, peranan investasi dalam pertumbuhan ekonomi akan meningkat

ditunjang oleh prospek ekonomi yang lebih baik, kinerja ekonomi makro yang stabil, dan

iklim investasi yang membaik. Berdasarkan lapangan usaha, sektor-sektor utama seperti

industri pengolahan, perdagangan-hotel-restoran, serta pengangkutan dan komunikasi

diprakirakan masih tetap menjadi mesin pertumbuhan ekonomi.

Pada tahun 2014, sejalan dengan perkiraan semakin meningkatnya pertumbuhan

perekonomian dunia, kinerja perekonomian domestik diprakirakan akan lebih baik

dibandingkan tahun 2013 melalui peningkatan ekspor dan permintaan domestik. Dari sisi

lapangan usaha, pada tahun 2014, sektor-sektor utama yakni sektor industri pengolahan;

sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR); serta sektor pengangkutan dan komunikasi

diprakirakan masih akan mendominasi perkembangan perekonomian nasional. Secara umum,

perkembangan sektor-sektor usaha akan membaik seiring dengan membaiknya kondisi

perekonomian domestik dan global.

Inflasi tahun 2013 diprakirakan berada dalam kisaran target 4,5% ± 1%. Prakiraan tersebut

sudah memperhitungkan dampak kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) dan Tarif Tenaga

Listrik (TTL). Pada tahun 2014, dengan membaiknya respons sisi penawaran serta dukungan

kebijakan, inflasi diprakirakan tetap berada dalam rentang sasaran sebesar 4,5% ± 1%.

Namun, prospek perekonomian tahun 2013 dan 2014 dipengaruhi oleh berbagai faktor

ketidakpastian yang berasal dari dalam negeri dan luar negeri. Dari sisi eksternal, faktor

risiko antara lain berasal dari potensi lebih lambatnya pertumbuhan perekonomian dunia

dari yang diasumsikan semula. Dari sisi domestik, kemungkinan adanya kebijakan terkait

subsidi bahan bakar minyak dan barang/jasa yang bersifat strategis dapat mendorong

peningkatan inflasi.

ASUMSI YANG MENDASARI PRAKIRAAN EKONOMI

Asumsi Perekonomian Internasional

Perekonomian dunia tahun 2013 diprakirakan tumbuh lebih baik dibandingkan

tahun sebelumnya. Walaupun demikian, prakiraan pertumbuhan perekonomian dunia

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

4Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I 2013

saat ini lebih rendah dibandingkan dengan prakiraan sebelumnya

dari 3,4% menjadi 3,3% (yoy) (Tabel 2.1). Penurunan tersebut

disebabkan oleh adanya penurunan prakiraan pertumbuhan ekonomi

AS, Eropa dan India. Di sisi lain, prakiraan pertumbuhan ekonomi

Jepang meningkat menjadi 1,2% (yoy). Pada tahun 2014, prospek

ekonomi dunia diprakirakan membaik menjadi 3,9% (yoy) didukung

oleh asumsi membaiknya kinerja ekonomi Eropa, dan menguatnya

ekonomi AS seiring dengan meredanya efek pemotongan belanja

fiskal. Sementara itu, sejalan dengan koreksi prakiraan pertumbuhan

perekonomian dunia serta rendahnya realisasi volume perdagangan

dunia pada triwulan I 2013, pertumbuhan volume perdagangan

dunia tahun 2013 diprakirakan juga menjadi lebih rendah yakni

dari 4,1% menjadi sebesar 4,0% (yoy). Pada tahun 2014, seiring

dengan perbaikan pertumbuhan perekonomian dunia, volume

perdagangan dunia diprakirakan meningkat secara gradual. Indeks

harga komoditas diprakirakan tumbuh terbatas pada tahun 2013

sejalan dengan masih rendahnya pertumbuhan harga komoditas

internasional pada triwulan I 2013. Prospek harga minyak tahun 2013

diprakirakan masih akan tetap pada level yang tinggi sehubungan

dengan tingginya realisasi pada triwulan I 2013 yang terpengaruh oleh kondisi geopolitik di

kawasan Timur Tengah dan Afrika. Namun, harga minyak diprakirakan akan lebih rendah

pada tahun 2014 sehubungan dengan melimpahnya pasokan dan meningkatnya kapasitas

distribusi minyak di AS.

Berdasarkan perkembangan terkini, indikator perekonomian AS membaik ditopang oleh

sektor produksi, sementara konsumsi rumah tangga masih cukup kuat didukung oleh

perbaikan sektor perumahan dan pasar tenaga kerja. Sementara itu, ekonomi Eropa masih

tertekan sehubungan dengan kondisi ekonomi di Siprus dan Italia. Di Jepang, aktivitas industri

yang berperan sebagai motor ekonomi terindikasi membaik seiring dengan membaiknya

kinerja ekspor. Ekonomi China juga terindikasi menguat ditopang oleh peningkatan produksi,

investasi dan keyakinan konsumen. Secara umum, kinerja pasar keuangan global masih

cukup baik meski disertai dengan meningkatnya indikator risiko global terkait kekhawatiran

pengetatan fiskal di AS, dan tekanan krisis Eropa. Respons kebijakan moneter masih

akomodatif sebagaimana tercermin dari tetap rendahnya suku bunga acuan dan berlanjutnya

kebijakan quantitative easing.

PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI

Pertumbuhan perekonomian domestik tahun 2013 diprakirakan berada dalam

kisaran 6,2% - 6,6% sejalan dengan aktivitas domestik yang tetap kuat dan kinerja

perekonomian dunia yang meningkat secara gradual. Konsumsi rumah tangga

diprakirakan tetap menjadi penopang utama pertumbuhan dari sisi domestik seiring

dengan terjaganya optimisme konsumen dan kegiatan persiapan penyelenggaraan Pemilu.

Tabel 2.1

Proyeksi PDB Dunia (% yoy)

2013 2014

Proyeksi

PDB Dunia 3,3 3,9

Jepang 1,2 1,1

Amerika Serikat 1,7 2,5

Kawasan Eropa -0,3 1,2

Perancis 0,1 1,2

Jerman 0,6 1,4

Italia -1,0 0,5

Spanyol -1,4 0,8

Negara Kawasan Eropa Lainnya -0,7 1,6

China 8,0 8,2

India 5,9 6,4

Negara Lainnya 3,3 3,7

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

5Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I 2013

Sementara itu, peranan investasi dalam pertumbuhan ekonomi akan

meningkat ditunjang oleh prospek ekonomi yang lebih baik, kinerja

ekonomi makro yang stabil, dan iklim investasi yang membaik.

Ekspor diprakirakan akan tumbuh lebih baik dari tahun sebelumnya

sejalan dengan prospek meningkatnya permintaan eksternal akibat

perbaikan perekonomian global khususnya negara-negara mitra

dagang utama. Berdasarkan lapangan usaha, sektor-sektor utama

seperti industri pengolahan; perdagangan, hotel, dan restoran (PHR);

serta pengangkutan dan komunikasi diprakirakan masih tetap menjadi

mesin pertumbuhan ekonomi.

Pada tahun 2014, sejalan dengan semakin meningkatnya

pertumbuhan perekonomian dunia, kinerja perekonomian

domestik diprakirakan akan mencapai kisaran 6,6% - 7,0%

melalui peningkatan ekspor dan permintaan domestik. Dari sisi

lapangan usaha, pada tahun 2014, sektor-sektor utama yakni sektor

industri pengolahan; sektor PHR; serta sektor pengangkutan dan

komunikasi diprakirakan masih akan mendominasi perkembangan

perekonomian nasional. Secara umum, perkembangan sektor-sektor

usaha akan membaik seiring dengan tetap kuatnya permintaan

domestik dan perekonomian global yang membaik.

Prakiraan Pertumbuhan Sisi Penerimaan

Konsumsi rumah tangga diprakirakan tumbuh dalam kisaran

5,6% - 6,0% pada tahun 2013. Pertumbuhan konsumsi tersebut

ditunjang oleh penduduk usia produktif yang semakin besar

proporsinya sehingga akan meningkatkan jumlah angkatan kerja

yang pada gilirannya akan meningkatkan tingkat konsumsi. Keyakinan

konsumen yang masih cukup tinggi tetap terjaga. Hasil Survei

Konsumen Bank Indonesia (SK BI) Maret 2013 menunjukkan bahwa

tingkat keyakinan konsumen bergerak stabil dan masih dalam level

optimis (Grafik 2.1). Relatif stabilnya keyakinan konsumen tersebut

didukung oleh optimisme akan perbaikan ketersediaan lapangan

pekerjaan dan penghasilan dalam 6 bulan mendatang. Pertumbuhan

konsumsi rumah tangga juga ditunjang oleh daya beli yang membaik

karena perbaikan upah di beberapa wilayah, kenaikan gaji pegawai

negeri sipil, TNI/Polri serta pensiunan (Grafik 2.2). Selain itu, dampak

ekonomi dari aktivitas kampanye dan penyelenggaraan Pemilu 2014

diperkirakan akan meningkatkan konsumsi rumah tangga pada

tahun 2013 dan 2014.

Pada tahun 2013, konsumsi pemerintah riil diprakirakan

tumbuh sebesar 5,1%-5,5%. Perkiraan tersebut didasari oleh

Grafik 2.1

Indeks Keyakinan Konsumen

Grafik 2.2

Kondisi Penghasilan Konsumen

Grafik 2.3

Perkembangan Realisasi dan Perkiraan Kegiatan Usaha

������

����

����

�������

��������� ������ ����� ����

��������� ������ ����� ����

��������� ������ ����� ����

����

��������������������������������������

�����

�����

�����

�����

�����

����

����

����

����

��������������������

����������������

�������������������������

�������������������������������������

��������������������������������

�������������������������������

���

����

����

���

���� ���� ���� ���� �������� ����� ������ ����� ���� ����� ������ ����� ���� ����� ������ ����� ���� ����� ������ ����� ����

������

���

���

���

���

���

���

���

���

���

�������

��������� ������ ����� ����

��������� ������ ����� ����

��������� ������ �����

��������� ��� ��� ���

����

�������������������

���������������������

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

6Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I 2013

rancangan operasi keuangan pemerintah tahun 2013 yang

mendukung kesinambungan fiskal disertai dengan peningkatan

kualitas belanja negara. Berdasarkan hal tersebut, kontribusi fiskal

terhadap pertumbuhan ekonomi tahun 2013 diprakirakan lebih besar

dari tahun sebelumnya.

Investasi pada tahun 2013 diprakirakan tumbuh lebih kuat

dibandingkan tahun sebelumnya mencapai 9,8%-10,2%. Hal

tersebut ditopang oleh kuatnya permintaan domestik dan mulai

meningkatnya permintaan eksternal untuk produk ekspor Indonesia.

Prakiraan tersebut sejalan dengan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha

(SKDU) yang mengindikasikan adanya peningkatan kegiatan usaha

dan investasi pada tahun 2013 (Grafik 2.3). Selain itu, berbagai

hasil survei dan indikator menunjukkan bahwa minat investor untuk

menanamkan investasi di Indonesia cukup tinggi. Investasi bangunan

dan nonbangunan diprakirakan meningkat sehubungan dengan

besarnya kebutuhan infrastruktur serta kebutuhan barang-barang

produksi hasil produksi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

(Grafik 2.4). Kinerja investasi juga akan didukung oleh relatif stabilnya

kondisi makroekonomi Indonesia dan pembiayaan investasi dari

perbankan.

Pertumbuhan ekspor diprakirakan lebih baik dibandingkan

tahun sebelumnya dan dapat mencapai kisaran 5,3% - 5,7%.

Pada tahun 2013 pertumbuhan ekspor diprakirakan lebih baik dari

tahun 2012 sejalan dengan membaiknya pertumbuhan perekonomian

global yang diikuti dengan peningkatan harga komoditas (Grafik 2.5).

Beberapa negara tujuan utama ekspor Indonesia diprakirakan akan

mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan

tahun 2012 sehingga berpotensi mendorong permintaan barang

ekspor Indonesia (Grafik 2.6).

Pertumbuhan ekspor yang lebih baik di tengah kinerja

permintaan domestik yang kuat menyebabkan pertumbuhan

impor diprakirakan meningkat mencapai 9,0% - 9,4%

(Grafik 2.7). Sejalan dengan perkiraan pertumbuhan investasi

yang meningkat, impor barang modal dalam bentuk mesin dan

perlengkapan juga akan meningkat. Kegiatan produksi yang

diprakirakan masih tetap kuat mendorong permintaan impor akan

bahan baku impor akan tetap tinggi. Impor barang konsumsi akan

tetap tumbuh sejalan dengan pertumbuhan konsumsi rumah tangga

yang meningkat (Grafik 2.8).

Pada tahun 2014, pertumbuhan perekonomian domestik

diprakirakan akan membaik (Tabel 2.2). Hal tersebut seiring

Grafik 2.4

Indikator Investasi Bangunan

������

��

��

��

��

���

���

���

������

��

��

��

���

���

�������

����

����� ������ ����� ����

����

����� ������ ����� �����

����

���

����

��� ����

����

����������������������������������������������

�������������������������

�����������������������������������������

�����������

�����������������������������

������������������������

���������������������

Grafik 2.5

Pergerakan Ekspor dengan Pertumbuhan PDB Dunia

������

��

��

��

���

���

���

���

��

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

������

���������������������

Grafik 2.6

Prakiraan Pertumbuhan Ekonomi Negara Utama Tujuan Ekspor

������

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

�������� ����� ������ ����� ��

���� ���� ����

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

7Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I 2013

dengan perkiraan semakin menguatnya laju pertumbuhan

perekonomian global dan harga komoditas internasional yang

membaik. Dari sisi domestik, penyelenggaraan Pemilu diprakirakan

akan menjadi faktor pendorong peningkatan permintaan domestik.

Investasi diprakirakan akan tumbuh lebih tinggi dari tahun 2013

sejalan dengan tumbuhnya permintaan eksternal dan domestik.

Prakiraan Pertumbuhan Sisi Penawaran

Dari sisi lapangan usaha, struktur perekonomian tahun 2013

masih didominasi oleh sektor industri pengolahan; sektor

PHR; serta sektor pengangkutan dan komunikasi (Tabel 2.3).

Dominasi ketiga sektor tersebut diperkirakan masih berlanjut pada

tahun 2014. Terkait dengan kegiatan Pemilu tahun 2014 yang

diperkirakan sudah dimulai pada triwulan III 2013, sektor-sektor

usaha yang akan mendapat manfaat tambahan yaitu sektor industri

pengolahan melalui subsektor makanan, minuman dan tembakau

serta sektor keuangan, real estat dan jasa melalui subsektor jasa

perusahaan, terutama jasa periklanan.

Permintaan domestik yang masih kuat dan pertumbuhan

ekonomi dunia yang membaik akan menjadi pendukung

yang cukup kuat bagi kinerja sektor industri pada tahun

2013. Tingginya pertumbuhan sektor industri antara lain terkait

dengan tingginya pertumbuhan investasi di sektor industri pada

beberapa tahun terakhir. Selain itu, kondisi ekonomi makro dan

sistem keuangan yang dapat terjaga kondusif dan stabil beberapa

tahun terakhir diperkirakan masih akan berlanjut pada tahun ini dan

tahun mendatang. Kondisi tersebut mendorong tetap tinggi aktivitas

ekonomi domestik, baik dari sisi rumah tangga maupun dunia usaha.

Daya beli masyarakat yang tetap kuat memungkinkan konsumsi

K o m p o n e n

Tabel 2.2

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan

Sumber : BPS

* Proyeksi Bank Indonesia

Konsumsi Rumah Tangga 4,7 4,9 5,2 5,6 5,4 5,3 5,4 5,5 5,6 - 6,0 5,9 - 6,3

Konsumsi Pemerintah 3,2 6,4 8,6 (-2,8) (-3,3) 1,2 (-4,1) 2,6 5,1 - 5,5 7,2 - 7,6

Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 8,8 10,0 12,5 9,8 7,3 9,8 6,4 7,5 9,8 - 10,2 10,8 - 11,2

Ekspor Barang dan Jasa 13,6 8,2 2,6 -2,6 0,5 2,0 3,8 4,2 5,3 - 5,7 8,6 - 9,0

Impor Barang dan Jasa 13,3 8,9 11,3 -0,2 6,8 6,6 6,8 6,9 9,0 - 9,4 10,1 - 10,5

PDB 6,5 6,3 6,4 6,2 6,1 6,2 6,2 6,2 6,2 - 6,6 6,6 - 7,0

II II*IVIII2011 2012

2012 20132014*2013*

%Y-o-Y, Tahun Dasar 2000

I I*

Grafik 2.7

Pertumbuhan Ekspor dan Impor

Grafik 2.8

Pertumbuhan Impor dan Permintaan Domestik

������

�����

������

��

��

��

���

���

���

���

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

������

�����

�������������������

��

��

��

���

���

���

���

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

8Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I 2013

rumah tangga tumbuh cukup tinggi (Grafik 2.9). Sebagai dampaknya,

permintaan barang dari sisi domestik akan tetap kuat. Membaiknya

pertumbuhan perekonomian dunia, terutama negara-negara

tujuan utama ekspor Indonesia, berpotensi mendorong permintaan

barang-barang ekspor Indonesia. Berbagai perkembangan tersebut

menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi sektor industri

pengolahan untuk melakukan ekspansi. Kegiatan investasi yang tetap

tinggi akan mendukung kemampuan sektor industri pengolahan

melakukan ekspansi usaha dalam rangka merespons peningkatan

permintaan yang terjadi (Grafik 2.10).

Aktivitas terkait Pemilu tahun 2014, yang diperkirakan sudah

dimulai pada triwulan III 2013, akan menjadi faktor pendorong

tambahan bagi kinerja sektor industri pengolahan. Perkiraan

tersebut didasarkan pada kondisi yang terjadi pada masa persiapan

Pemilu tahun 2009. Pada saat perekonomian nasional terkena imbas

krisis ekonomi global, sektor industri pengolahan masih mampu

mencatat pertumbuhan positif, kendati mengalami perlambatan

yang cukup tajam. Pertumbuhan yang positif tersebut ditopang oleh

subsektor makanan, minuman dan tembakau yang tumbuh relatif

tinggi sebagai dampak dari kegiatan Pemilu tahun 2009 (Grafik 2.11).

Peran subsektor makanan, minuman dan tembakau terhadap industri

pengolahan mencapai sekitar 27%. Dengan demikian, pertumbuhan

subsektor makanan, minuman dan tembakau yang cukup tinggi pada

periode Pemilu akan memberikan dorongan positif yang signifikan

bagi kinerja sektor industri pengolahan.

Di sisi lain, subsektor makanan, minuman dan tembakau

menghadapi sejumlah tantangan terkait dengan beberapa

kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Kebijakan

Grafik 2.9

Pertumbuhan Ekspor, Manufaktur & Konsumsi

Grafik 2.10

Perkembangan Investasi

S e k t o r

Tabel 2.3

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran

Sumber : BPS

* Proyeksi Bank Indonesia

Pertanian 3,4 4,3 4,0 5,3 2,0 4,0 2,9 3,4 3,7 - 4,1 3,8 - 4,2

Pertambangan & Penggalian 1,4 2,5 3,3 (-0,3) 0,5 1,5 0,7 0,1 0,8 - 1,2 1,3 - 1,7

Industri Pengolahan 6,1 5,5 5,2 5,9 6,2 5,7 6,4 6,4 6,2 - 6,6 6,4 - 6,8

Listrik, Gas & Air Bersih 4,8 5,7 6,5 6,1 7,3 6,4 7,0 6,5 6,3 - 6,7 6,3 -6,7

Bangunan 6,6 7,2 7,3 7,6 7,8 7,5 7,7 7,8 7,6 - 8,0 7,9 - 8,3

Perdagangan, Hotel & Restoran 9,2 8,7 8,7 7,2 7,8 8,1 7,9 8,0 8,0 - 8,4 8,3 - 8,7

Pengangkutan & Komunikasi 10,7 10,0 9,9 10,4 9,6 10,0 9,5 9,4 9,3 - 9,7 9,5 - 9,9

Keuangan, Persewaan & Jasa 6,8 6,4 7,1 7,5 7,7 7,1 7,6 7,3 7,2 - 7,6 7,5 - 7,9

Jasa-jasa 6,7 5,5 5,8 4,5 5,3 5,2 5,1 5,4 5,5 - 5,9 6,3 - 6,7

PDB 6,5 6,3 6,4 6,2 6,1 6,2 6,2 6,2 6,2- 6,6 6,6 - 70

I I*II II*III IV2011 2012 2013* 2014*

2012 2013

%Y-o-Y, Tahun Dasar 2000

������������

��������������������������

�����������

��������������

���������������

����

����

���

��

��

��

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����� �����

��������������

�����������������������

��

��

��

��

��

��

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����� ���������

����

����

����

����

����

����

��������

���� ����

����

����

����

����

����

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

9Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I 2013

pemerintah tersebut antara lain kebijakan pembatasan impor

hortikultura, terutama terkait komoditas buah-buahan. Pembatasan

impor buah-buahan menyebabkan pasokan bahan baku industri

minuman berkurang. Selain itu Peraturan Pemerintah no.109 tahun

2012 yang mengatur penggunaan bahan-bahan adiktif pada produk

tembakau dan mengatur kegiatan promosi produk tembakau

terkait dengan dampaknya pada kesehatan, diperkirakan akan

mengurangi laju ekspansi industri rokok nasional terutama industri

rokok kretek.

Besarnya potensi pasar yang tersedia di Indonesia, serta

didukung dengan daya beli yang cukup tinggi menjadi faktor

yang menjaga tetap baiknya kinerja sektor perdagangan,

hotel dan restoran (PHR). Potensi yang besar ini dimanfaatkan

dengan baik terutama di sektor ritel. Hal tersebut terlihat dari

perkembangan gerai-gerai mini market serta perkembangan usaha

berdasarkan waralaba yang masih marak. Aturan waralaba terkait toko modern dan restoran

yang dikeluarkan pemerintah untuk membatasi jumlah gerai milik sendiri dan mewajibkan

memenuhi ketentuan porsi minimal barang dagangan lokal sebesar 80%, diperkirakan tidak

akan menghambat ekspansi usaha ritel dengan sistem waralaba secara signifikan.

Kemampuan Indonesia mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi

dan stabil dalam beberapa tahun terakhir dan prospek ekonomi mendatang yang

diprakirakan masih tetap bagus menjadikan Indonesia sebagai pusat perhatian

dunia. Selain itu, kondisi Indonesia yang relatif aman menambah kepercayaan dunia

Internasional untuk menyelenggarakan berbagai pertemuan, konferensi ataupun perhelatan

seni dan budaya di Indonesia. Dengan kondisi ini kegiatan usaha di bidang meeting, incentive,

convention, dan exhibition (MICE) berpotensi berkembang pesat. Sebagai respons atas kondisi

ini, banyak pengusaha berpacu membangun fasilitas yang akan mendukung kegiatan MICE

tersebut atara lain melakukan ekspansi usaha perhotelan dan pembangunan ruang-ruang

pamer (exhibition hall).

Aktivitas ekonomi nasional kini mulai melebar ke beberapa wilayah Indonesia

lainnya di luar pulau Jawa. Dengan semakin luasnya pusat-pusat kegiatan ekonomi

nasional, arus penumpang, arus barang dan arus informasi semakin meningkat. Sejalan

dengan itu, kebutuhan sarana pendukung yang dapat menghubungkan daerah yang

satu dengan daerah yang lain, serta melakukan komunikasi yang lebih cepat pun semakin

meningkat. Sejalan dengan perkembangan kegiatan ekonomi tersebut, sektor pengangkutan

dan komunikasi diprakirakan masih akan mencatat pertumbuhan yang tinggi pada tahun

2013 dan beberapa tahun mendatang.

Peningkatan mobilitas pelaku bisnis dan arus barang menjanjikan optimisme

di subsektor pengangkutan. Untuk merespons perkembangan ini berbagai maskapai

penerbangan melakukan penambahan armada, frekuensi penerbangan dan perluasan rute-

rute penerbangan. Dibandingkan dengan negara-negara emerging market seperti China dan

India, pertumbuhan penumpang pesawat udara Indonesia masih lebih tinggi. Peningkatan

Grafik 2.11

Pertumbuhan, Makanan , Minuman dan Tembakau

������

������

������������������������

���� ���� ���� ���� ���� ����

� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �����

��

��

��

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

10Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I 2013

aktivitas pengangkutan tidak hanya terjadi pada angkutan udara,

angkutan laut juga mengalami peningkatan, terutama terkait

dengan arus peti kemas. Dari tahun ke tahun arus peti kemas terus

meningkat di berbagai pelabuhan di Indonesia, baik pelabuhan besar

maupun kecil (Grafik 2.12). Selain itu, pemerintah juga merencanakan

peningkatan kelancaran transportasi, terutama untuk arus barang

di pulau Jawa dengan mambangun jalur kereta api ganda (double

track). Jalur kereta api ganda yang akan menghubungkan Jakarta

dan Surabaya diperkirakan siap beroperasi pada Desember 2013.

Dengan keberadaan fasilitas ini, kapasitas kargo yang melintas pada

jalur tersebut akan meningkat dari 192.000 TEUs per tahun menjadi

540.000 TEUs per tahun.

Untuk mendukung aktivitas ekonomi yang cukup tinggi,

tuntutan akan ketersediaan informasi yang tepat dan cepat

semakin besar. Dengan kondisi tersebut penggunaan media komunikasi modern, sehingga

memungkinkan memperoleh informasi yang dibutuhkan dengan tepat dan cepat, akan

meningkat. Untuk itu, peningkatan jaringan broadband dan layanan komunikasi lainnya terus

dikembangkan oleh hampir semua operator komunikasi agar dapat memberikan layanan

data yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Keterhubungan antarwilayah dan pusat-pusat kegiatan

ekonomi berperan penting untuk mencapai pertumbuhan

yang tetap tinggi dan lebih meratakan dampak pembangunan

ekonomi kepada masyarakat. Untuk itu, pemerintah telah

merancang program pembangunan ekonomi jangka menengah

yang dikenal dengan program Masterplan Percepatan dan Perluasan

Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Pelaksanaan program

MP3EI untuk menciptakan konektivitas antar koridor-koridor

ekonomi secara fisik difokuskan pada penyediaan infrastruktur.

Pengembangan infrastruktur untuk mendukung penguatan

konektivitas nasional, diperkirakan membutuhkan investasi sekitar

Rp1.786 triliun. Dari total nilai investasi tersebut, 75% di antaranya

akan diperlukan untuk pembangunan pembangkit listrik dan energi,

jalan dan jalur kereta api (Grafik 2.13). Bila pelaksanaan peraturan

pemerintah terkait pembebasan lahan (land acquisition), yang selama

ini menjadi permasalahan klasik, dapat berjalan lebih baik, perkembangan pembangunan

infrastruktur akan menjadi lebih cepat. Dengan perkembangan di atas, pertumbuhan sektor

bangunan diprakirakan akan menunjukkan tren yang meningkat. Tren pertumbuhan yang

meningkat tersebut tidak saja disebabkan oleh maraknya pembangunan infrastruktur, namun

juga didukung oleh maraknya pembangunan properti yang menyediakan baik ruang bisnis

maupun tempat tinggal.

Grafik 2.12

Perkembangan Arus Peti Kemas

Grafik 2.13

Indikasi Investasi Pengembangan Infrastruktur

������������������

����������������������������

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

��

��

��

��

��

��

���� ���� ���� �����

���������������������������������������

��������������

��������������

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

��

���

��

���

��

����� ��������� �������������

������� ���������������

���������� ���������������

�������

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

11Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I 2013

Sektor keuangan, real estat dan jasa perusahaan, diprakirakan juga akan mencatat

pertumbuhan yang cukup tinggi pada tahun 2013. Prospek perekonomian Indonesia

yang cukup baik, memberikan keyakinan bagi lembaga keuangan untuk ikut memberikan

dorongan melalui pembiayaan kegiatan ekonomi Indonesia. Dukungan pembiayaan dari

lembaga keuangan tercermin dari pertumbuhan kredit yang cukup tinggi beberapa tahun

terakhir, terutama kredit kepada sektor-sektor ekonomi yang menunjukkan prospek dan

kinerja yang baik. Aktivitas ekonomi yang meningkat kemudian mendorong meningkatnya

permintaan ruang usaha (perkantoran, mal dan pusat-pusat bisnis), terutama di kota-kota

besar kepada pengusaha real estat. Sejalan dengan itu, aktivitas jasa perusahaan seperti

kegiatan riset komersial, pemasaran, promosi (iklan) dan desain juga ikut menggeliat.

Pertumbuhan sektor keuangan, real estat dan jasa perusahaan yang cukup

tinggi juga didukung oleh aktivitas terkait persiapan Pemilu tahun 2014, melalui

aktivitas subsektor jasa perusahaan, terutama yang terkait dengan jasa periklanan.

Sebagaimana halnya dengan kondisi saat Pemilu 2009, kegiatan pada subsektor jasa

perusahaan menunjukkan pertumbuhan yang tetap tinggi, di

tengah pelemahan ekonomi domestik akibat kondisi global yang

tidak menguntungkan (Grafik 2.14). Tingginya aktivitas subsektor

jasa perusahaan tercermin dari besarnya pengeluaran belanja iklan

terkait dengan aktivitas Pemilu. Kinerja subsektor jasa perusahaan

berperan penting dalam perkembangan kinerja sektor keuangan, real

estat dan jasa perusahaan secara keseluruhan, mengingat pangsanya

yang mencapai sekitar 20% dalam sektor tersebut.

Kinerja di sektor pertambangan dan penggalian pada tahun

2013 diprakirakan tumbuh relatif terbatas. Hal itu disebabkan

karena lifting minyak yang terus mengalami penurunan (Grafik

2.15). Target lifting minyak dalam Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (APBN) ditetapkan rata-rata 900 ribu barel per hari.

Namun, nampaknya kondisi ini juga tidak mudah untuk dicapai

mengingat perkembangan hingga triwulan I 2013 rata-rata lifting

minyak hanya mencapai 840 ribu barel per hari. Angka tersebut

sudah memperhitungkan perolehan minyak dari sejumlah sumur

baru. Sektor pertambangan dan penggalian diprakirakan masih

mampu tumbuh positif sebesar 1% (yoy), terutama didukung oleh

hasil pertambangan nonmigas.

Kondisi ekonomi yang terus membaik akan meningkatkan

aktivitas di berbagai sektor ekonomi dan rumah tangga.

Peningkatan aktivitas tersebut pada akhirnya akan meningkatkan

konsumsi listrik, air dan gas (LAG) oleh para pelaku ekonomi.

Pertumbuhan sektor LAG terutama didukung oleh pertumbuhan

pada subsektor listrik seiring dengan perkembangan aktivitas

berbagai sektor ekonomi yang lebih mengandalkan penggunaan

listrik sebagai sumber energi.

Grafik 2.14 Pertumbuhan Sektor Keuangan, Real Estat

dan Jasa Perusahaan

Grafik 2.15

Perkembangan Lifting Minyak

������

��

��

��

���� ���� ���� ���� ����

� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� ��

���������������������������������������������������������

������

����

����

����

����

���

���

���

���

����� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

�������������

����

���������

����

����

����

���� ����

���

����

���

����

��� ��

����

���

���

���

���

���

��� ���

���

���

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

12Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I 2013

Pada tahun 2014, proses pemulihan kondisi ekonomi global diperkirakan berjalan

lebih baik. Hal tersebut juga akan berdampak positif bagi perekonomian domestik. Kinerja

perekonomian domestik diperkirakan akan lebih baik dari tahun 2013 dan diprakirakan dapat

tumbuh sebesar 6,6%-7,0%. Kinerja ekonomi yang lebih baik tersebut, selain didukung oleh

kondisi global yang membaik juga didukung oleh adanya penyelenggaraan Pemilu. Apabila

kondisi keamanan kondusif, berbagai aktivitas terkait penyelenggaraan Pemilu, mulai dari

persiapan hingga pelaksanaan akan turut mendorong pertumbuhan usaha-usaha yang terkait

dengan kegiatan Pemilu, seperti kegiatan riset komersial, promosi/iklan, usaha makanan,

minumunan dan tembakau. Namun dari sisi struktur, peran pertumbuhan ekonomi masih

akan didominasi oleh sektor industri pengolahan, PHR, pengangkutan dan komunikasi.

PRAKIRAAN INFLASI

Inflasi pada tahun 2013 diprakirakan akan berada dalam kisaran target 4,5% ± 1%.

Prakiraan tersebut telah memperhitungkan realisasi pada triwulan I 2013 berikut dampak

kenaikan TTL serta UMP. Pada tahun 2014, dengan membaiknya respons sisi penawaran

serta dukungan kebijakan, inflasi diprakirakan tetap berada dalam rentang sasaran sebesar

4,5% ± 1%. Namun, beberapa risiko yang dapat menyebabkan lebih tingginya tekanan inflasi

ke depan perlu tetap diwaspadai, khususnya terkait kemungkinan terjadinya penyesuaian

kebijakan terkait BBM bersubsidi.

Intensitas tekanan inflasi diperkirakan mulai menurun memasuki triwulan II 2013.

Tekanan inflasi inti diperkirakan masih moderat, ditopang oleh seluruh determinannya

yang masih kondusif (interaksi permintaan-penawaran, faktor eksternal dan ekspektasi).

Lebih lanjut, relatif meredanya tekanan inflasi ditopang oleh cukup besarnya pasokan beras

seiring dengan panen raya pada bulan April sehingga mendorong terjadinya koreksi harga.

Namun, perkiraan koreksi harga khususnya pada beras tersebut masih dibayangi oleh risiko

tekanan harga pada komoditas pangan lainnya terutama yang diatur pengadaannya pada

semester I 2013.

Tekanan inflasi yang berasal dari sisi eksternal diprakirakan relatif rendah seiring

dengan pertumbuhan ekonomi dunia yang masih relatif rendah dan rendahnya harga

komoditas internasional. Di sisi domestik, tekanan inflasi dari sisi permintaan diprakirakan

relatif moderat seiring dengan masih cenderung meningkatnya pertumbuhan investasi di

tengah masih kuatnya permintaan domestik. Dari sisi volatile food, inflasi diprakirakan lebih

tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya, sejalan dengan berbagai kendala terkait

produksi dan pengadaan bahan pangan. Inflasi administered prices diprakirakan juga lebih

tinggi dibandingkan tahun sebelumnya sehubungan dengan adanya penyesuaian tarif

tenaga listrik (TTL).

Tekanan inflasi inti tahun 2013 diprakirakan terjaga. Terjaganya tekanan inflasi inti dari

sisi eksternal terutama terkait dengan pertumbuhan ekonomi global dan harga komoditas

yang terbatas. Harga minyak internasional pada tahun 2013 dan 2014 diprakirakan relatif

stabil sehingga tekanan dari harga komoditas internasional terhadap inflasi inti relatif rendah.

Dari sisi domestik, meningkatnya permintaan domestik diprakirakan masih dapat direspons

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

13Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I 2013

dengan kapasitas produksi yang ada sejalan dengan pertumbuhan

investasi. Dengan kondisi tersebut tekanan inflasi dari sisi permintaan

diprakirakan relatif minimal. Ekspektasi inflasi di sektor keuangan

dan di level konsumen masih relatif stabil (Grafik 2.16). Berdasarkan

hasil Survei Konsumen Maret 2013 (Grafik 2.17), ekspektasi inflasi

menunjukkan adanya peningkatan, meskipun selanjutnya dalam

6 bulan ke depan terdapat indikasi adanya penurunan ekspektasi

inflasi.

Inflasi dari kelompok volatile food pada tahun 2013 diprakirakan

lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Perkiraan lebih tingginya inflasi

kelompok ini berdasarkan pada realisasi tingkat inflasi volatile

food sampai dengan triwulan I 2013 yang lebih tinggi dari tahun

sebelumnya pada periode yang sama. Lebih tingginya inflasi volatile

food sampai dengan triwulan I 2013 terutama disebabkan oleh

kondisi cuaca ekstrem di awal tahun dan adanya kendala dalam

pengadaan bahan makanan.

Inflasi kelompok administered prices pada tahun 2013 diperkirakan

tercatat lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Faktor utama lebih

tingginya inflasi kelompok ini adalah adanya penyesuaian TTL secara

bertahap tiap triwulan dengan besaran keseluruhan sebesar 15%.

Inflasi administered prices diperkirakan dapat mencapai tingkat

yang lebih tinggi lagi apabila Pemerintah mengambil kebijakan

penyesuaian harga untuk komoditas yang bersifat strategis.

Pada tahun 2014, dengan berbagai kebijakan yang diambil untuk

mengendalikan inflasi, inflasi diprakirakan terkendali dan berada

dalam rentang sasaran inflasi 4,5% + 1%. Sumber tekanan inflasi

diprakirakan berasal dari, antara lain, peningkatan harga komoditas

dan permintaan domestik. Inflasi inti diprakirakan akan terjaga

dengan ekspektasi yang terjangkar, inflasi volatile food juga diprakirakan tidak setinggi tahun

2013 seiring dengan peningkatan produksi bahan makanan dan proses pengadaan yang

antisipatif. Sementara itu, inflasi administered prices diprakirakan stabil pada level yang rendah

apabila tidak ada kebijakan untuk menaikkan harga barang/jasa yang bersifat strategis.

FAKTOR RISIKO

Prakiraan perekonomian tahun 2013 dan 2014 dipengaruhi oleh berbagai faktor

ketidakpastian yang berasal dari dalam negeri dan luar negeri. Dari sisi eksternal,

faktor risiko antara lain berasal dari potensi lebih lambatnya pertumbuhan perekonomian

dunia dari yang diasumsikan semula. Dari sisi domestik, kemungkinan adanya kebijakan

terkait subsidi bahan bakar minyak dan barang/jasa yang bersifat strategis dapat mendorong

peningkatan inflasi.

Grafik 2.16Ekspektasi Inflasi Consensus Forecast

Grafik 2.17

Indeks Ekspektasi Harga 6 Bulan ke Depan – SK BI

������

���

���

���

���

���

���

���

�����������������������

�����������������������

����

� � � � � � � � � �� �� �� � � �

����

����

����

���� ��������

��������

����

�������� ����

�������� ����

��������

����

����

�������������������������������������� �

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

��������������������������������������������������

����������������������������������������������

���� ���� ���� ���� ����

� � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � � � � �

Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan

14Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I 2013

Dampak krisis Eropa yang semakin menyebar dan berkepanjangan memicu

perlambatan ekonomi sehingga target defisit fiskal tidak tercapai di sebagian

besar negara Eropa. Hal tersebut berpotensi menimbulkan gejolak pasar keuangan serta

makin menekan aktivitas perekonomian di berbagai negara. Pemotongan belanja fiskal AS

diprakirakan akan mengakibatkan meningkatnya pengangguran, sementara berlarut-larutnya

penyelesaian pagu utang (debt ceiling) memicu ketidakpastian bagi pelaku bisnis. Kombinasi

berbagai faktor tersebut yang disertai dengan penurunan harga komoditas internasional

berpotensi menekan kinerja perekonomian global secara keseluruhan yang akan berdampak

pada kinerja perekonomian domestik.

Dari sisi domestik, semakin meningkatnya beban subsidi BBM yang membebani

APBN dan meningkatkan tekanan transaksi berjalan memerlukan kebijakan untuk

mengendalikan pemakaian BBM bersubsidi. Selain BBM, terdapat beberapa risiko inflasi

dari kelompok administered prices, a.l. rencana kenaikan harga LPG 12 kg. Selain itu, terdapat

juga risiko dari kelanjutan kenaikan harga gas industri sebesar 15% setelah sebelumnya

meningkat 35% pada September 2012 meski dampaknya terhadap inflasi diperkirakan

minimal. Risiko dari sisi inflasi volatile food dapat berlanjut apabila masalah keterbatasan

pasokan masih berlanjut, terutama impor hortikultura.

Dengan berbagai faktor risiko tersebut, inflasi dapat meningkat lebih tinggi dari yang semula

diprakirakan. Kenaikan harga atau pembatasan konsumsi BBM bersubsidi selain akan

memberikan dampak secara langsung terhadap peningkatan inflasi, juga akan memberikan

dampak lanjutan berupa naiknya harga barang dan jasa lainnya akibat meningkatnya biaya

produksi, transportasi dan ekspektasi peningkatan harga. Dari sisi pertumbuhan ekonomi,

meningkatnya tekanan inflasi lebih tinggi akan membawa pertumbuhan ekonomi yang

lebih rendah terkait menurunnya daya beli masyarakat secara umum serta meningkatnya

biaya produksi.

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

15Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I 2013

3. Perkembangan Ekonomi Makro dan Moneter Terkini

Pemulihan ekonomi global tidak seoptimis prakiraan sebelumnya dan masih

dibayangi ketidakpastian yang cukup tinggi. Pertumbuhan ekonomi AS diprakirakan

tertahan akibat permasalahan fiskalnya, meskipun kegiatan produksi dan konsumsi

mulai menunjukkan perbaikan. Di sisi lain, tekanan terhadap perekonomian Eropa

masih berlanjut terkait lambatnya implementasi program penghematan anggaran di

beberapa negara. Kondisi berbeda ditunjukkan oleh perekonomian di beberapa negara

Asia, terutama China, yang membaik sebagaimana tercermin dari indikator konsumsi

dan produksi. Sejalan dengan itu, respons kebijakan bank sentral dunia secara umum

masih tetap akomodatif dengan mempertahankan suku bunga rendah maupun

quantitative easing.

Perekonomian Indonesia pada triwulan I 2013 diprakirakan masih tumbuh

baik di tengah ketidakpastian pemulihan ekonomi global. Sumber pertumbuhan

ekonomi berasal dari kinerja konsumsi rumah tangga dan investasi yang masih kuat.

Kinerja ekspor mengalami peningkatan sejalan dengan prospek pemulihan ekonomi

global. Di sisi lain, impor juga tumbuh tinggi seiring dengan masih kuatnya permintaan

domestik dan merespons perbaikan kinerja ekspor.

Tekanan depresiasi pada nilai tukar rupiah masih berlanjut pada triwulan I

2013 namun dengan intensitas yang lebih moderat dan tingkat volatilitas

yang terjaga. Sumber tekanan pelemahan rupiah disebabkan oleh masih tingginya

permintaan valuta asing (valas) di pasar valas domestik sejalan dengan masih tingginya

impor di tengah perbaikan ekspor yang masih terbatas. Namun, pelemahan tekanan

depresiasi yang lebih dalam dapat tertahan seiring dengan arus masuk modal yang

meningkat.

Gejolak harga kelompok volatile food yang terjadi sejak awal tahun hingga

Maret 2013 mendorong tingginya tekanan inflasi IHK pada triwulan I 2013.

Sumber pendorong utama inflasi di sepanjang triwulan I berasal dari kelompok volatile

foods akibat terbatasnya pasokan beberapa komoditas pangan strategis. Tekanan pada

inflasi inti relatif stabil seiring dengan melambatnya harga global, terjaganya stabilitas

nilai tukar, kondusifnya kondisi penawaran dan permintaan serta cukup terkendalinya

ekspektasi inflasi. Sementara itu, tekanan inflasi administered price tercatat moderat.

Di pasar keuangan, perkembangan suku bunga PUAB sepanjang triwulan I 2013

masih bergerak stabil di batas bawah koridor. Sementara itu, suku bunga kredit

dan deposito terus menurun meski selisih suku bunga semakin lebar selama 3 tahun

terakhir. Kinerja pasar saham dan pasar Surat Berharga Negara (SBN) masih tumbuh

positif bahkan pasar mencapai level tertinggi sepanjang sejarah bursa domestik didukung

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

16Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I 2013

oleh fundamental ekonomi domestik yang kuat serta meningkatnya optimisme pelaku

pasar terhadap prospek ekonomi Indonesia.

PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA

Pemulihan ekonomi global tidak seoptimis prakiraan sebelumnya dan masih

dibayangi oleh ketidakpastian yang cukup tinggi. Perekonomian dunia tahun 2013

diprakirakan tumbuh lebih rendah dari prakiraan semula menjadi 3,3% (yoy). Prakiraan

pertumbuhan ekonomi dunia yang lebih rendah disebabkan oleh revisi turun pertumbuhan

ekonomi Amerika Serikat (AS), Eropa, dan India. Perekonomian China diprakirakan

tumbuh stabil, sementara ekonomi Jepang diprakirakan tumbuh meningkat didukung

oleh perbaikan di sektor keuangan seiring dengan diluncurkannya stimulus fiskal dan

pembelian surat-surat berharga yang ekspansif oleh Bank of Japan (BoJ). Pertumbuhan

ekonomi AS diprakirakan tertahan akibat permasalahan fiskal, meskipun kegiatan

produksi dan konsumsi mulai menunjukkan perbaikan. Tekanan terhadap perekonomian

Eropa masih berlanjut terkait lambatnya implementasi program penghematan anggaran

di beberapa negara. Di sisi lain, ekonomi Jepang diprakirakan membaik didorong oleh

perbaikan aktivitas sektor industri sejalan dengan kembali meningkatnya kinerja ekspor.

Hal yang sama juga ditunjukkan oleh China, yaitu penguatan ekonomi ditopang oleh

peningkatan aktivitas produksi, investasi, dan keyakinan konsumen. Dari sisi kinerja

pasar keuangan, kendati terjadi peningkatan indikator risiko global terkait kekhawatiran

sequester AS dan tekanan krisis Eropa terutama di Siprus dan Italia, pasar keuangan global

mengalami bullish. Sementara itu, inflasi dunia mengalami peningkatan, khususnya di

negara-negara emerging markets. Namun, respons kebijakan moneter masih akomodatif

terlihat dari tetap rendahnya suku bunga acuan dan berlanjutnya pembelian Surat-surat

Berharga (SSB)/Quantitative Easing.

Perekonomian AS pada tahun 2012 lebih baik dibandingkan dengan tahun

sebelumnya, didukung oleh membaiknya kondisi pasar tenaga kerja dan sektor

perumahan. Pertumbuhan ekonomi AS tahun 2012 tercatat

sebesar 2,2% (yoy), meningkat dibandingkan dengan 1,8%

(yoy) tahun sebelumnya. Konsumsi rumah tangga yang resilien

sejalan dengan meningkatnya harga aset (rumah dan bursa

saham) dan meredanya keketatan di pasar tenaga kerja menjadi

penopang pertumbuhan AS pada tahun 2012. Perbaikan di pasar

tenaga kerja terindikasi dari menurunnya angka pengangguran

AS menjadi 7,7% (yoy) pada Februari 2013 seiring dengan

meningkatnya tingkat penyerapan tenaga kerja (nonfarm payrolls)

(Grafik 3.1). Aktivitas sektor industri juga meningkat yang

ditunjukkan oleh Purchasing Manager Index (PMI) manufaktur

yang berada pada fase ekspansi sepanjang Januari dan Februari

2013 (Grafik 3.2). Namun, adanya penghematan belanja fiskal

diprakirakan akan memberikan dampak melambatnya ekonomi

pada tahun 2013.

Grafik 3.1

Nonfarm Payroll dan Tingkat Pengangguran AS

����������

������������������

���

��

��

�������������������������������������

�����������������

������ ������ ������ ������ ������ ������ ������

����

����

����

����

���

���

���

���

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

17Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I 2013

Perekonomian Eropa diprakirakan masih akan mengalami

kontraksi pada tahun 2013. Kebijakan penghematan fiskal yang

diterapkan oleh beberapa negara kawasan Eropa berdampak

pada tertekannya aktivitas ekonomi sehingga berimbas

pada pemutusan hubungan kerja (PHK) dan meningkatnya

pengangguran. Sektor industri Eropa juga mengalami tekanan

yang terlihat dari PMI manufaktur Eropa yang masih berada pada

fase kontraksi, meskipun industri Jerman membaik. Meningkatnya

pengangguran memicu pelemahan kinerja konsumsi meskipun

terdapat tanda perbaikan dari menguatnya keyakinan konsumen

Eropa (Grafik 3.3) dan tertahannya penurunan indeks penjualan

eceran.

Indikasi perbaikan ekonomi China semakin kuat terutama

didukung oleh membaiknya kinerja investasi dan aktivitas

industri. Kinerja investasi sebagai penopang utama pertumbuhan

ekonomi berada dalam tren meningkat sebagaimana ditunjukkan

oleh indikator Fixed Asset Investment (FAI) Februari yang tumbuh

sebesar 21,2% (ytd). Peningkatan investasi tersebut terutama

dikontribusi oleh sektor infrastruktur. Aktivitas produksi juga

menguat yang tercermin dari indikator PMI manufaktur HSBC

China Maret 2013 yang naik menjadi 51,7 (Grafik 3.4). Kenaikan

aktivitas produksi China juga terkonfirmasi dari kinerja ekspor

China yang tumbuh pada kisaran 20% (yoy) sepanjang Januari

dan Februari 2013, lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan

IV 2012. Di sisi lain, konsumsi rumah tangga China terindikasi

mengalami perlambatan. Indikator penjualan eceran China

tumbuh melambat sejalan dengan melambatnya ekspansi kredit

perbankan China.

Harga komoditas global pada triwulan I 2013 diprakirakan

masih tertekan, namun akan berangsur membaik.

Menurunnya permintaan global yang disertai dengan gejolak

di pasar keuangan memicu penurunan harga komoditas. Hal

tersebut ditunjukkan oleh Indeks Harga Komoditas Ekspor

Indonesia (IHEx) sepanjang triwulan I 2013 yang turun sebesar

11,4% (yoy). Penurunan IHEx dikontribusi oleh turunnya IHEx

nonmigas akibat koreksi harga komoditas tambang sejalan

dengan turunnya permintaan dari China. Untuk triwulan

II 2013, IHEx diprakirakan akan kembali meningkat meski

pertumbuhannya masih terkontraksi bila dibandingkan dengan

tahun sebelumnya. Sementara itu, indeks harga komoditas

nonmigas IMF sampai dengan Februari 2013 tumbuh positif

Grafik 3.2

Survey ISM - PMI Manufaktur dan Jasa AS

Grafik 3.3

Indeks Keyakinan Konsumen Eropa

Grafik 3.4

PMI Manufaktur China

������

��

��

��

��

��

��

��

����

����

���

����

����

������������������

������������������������

������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������

������

����������������������������

��

��

��

��

��

��

���

���

���

���

������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������

��������

�������

�����������

�������������

������

������������������

�������������

��

��

��

��

��

��

������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������

�������������

��������������

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

18Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I 2013

dikontribusi oleh kenaikan harga logam dan harga pangan. Di sisi lain, harga minyak

mengalami lonjakan pada triwulan I 2013 akibat sentimen geopolitik di Middle East

and North Africa (MENA) dan menurunnya pasokan minyak dari OPEC. Harga rata-rata

minyak WTI, Minas, dan Brent sepanjang triwulan I 2013 masing-masing mencapai 94

dolar AS/barel, 115 dolar AS/barel, dan 112 dolar AS/barel, meningkat dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 88 dolar AS/barel, 110 dolar AS/

barel, dan 107 dolar AS/barel. Namun ke depan, tekanan harga minyak diprakirakan

akan mereda seiring dengan perbaikan pasokan minyak dunia dan kapasitas distribusi

minyak terutama di AS.

Laju inflasi global pada triwulan I 2013 masih mengalami tekanan yang

disumbang oleh kenaikan harga komoditas internasional. Tekanan inflasi global

(komposit) pada Februari 2013 sedikit meningkat menjadi 3,3% (yoy), bila dibandingkan

posisi Desember 2012 yang sebesar 3,1% (yoy). Kenaikan inflasi IHK terutama terjadi

di negara berkembang seiring dengan meningkatnya harga komoditas dunia pada

awal tahun 2013, sementara inflasi di negara maju relatif stabil. Laju inflasi dunia

untuk keseluruhan tahun 2013 berdasarkan proyeksi Consensus Forecast Maret 2013

diprakirakan mencapai 3,14% (yoy), dengan inflasi IHK di negara maju dan berkembang

masing-masing diprakirakan mencapai 1,7% (yoy) dan 4,9% (yoy).

Respons kebijakan moneter bank sentral negara maju masih akomodatif yang

disertai dengan berbagai kebijakan nonkonvensional. Respons bank sentral di

hampir sebagian besar negara maju masih mempertahankan suku bunga yang rendah

seperti AS, Eropa, Jepang, dan Inggris. Bank sentral di negara maju diprakirakan masih

akan terus menempuh kebijakan moneter yang akomodatif sejalan dengan prospek

inflasi ke depan yang rendah disertai dengan masih tertekannya aktivitas ekonomi. Di sisi

lain, hampir sebagian besar respons suku bunga bank sentral negara-negara emerging

market cenderung mempertahankan suku bunganya pada level yang sama (on hold)

sepanjang triwulan I 2013. Beberapa bank sentral negara-negara emerging market Asia

menahan suku bunganya seiring dengan masih bergejolaknya pasar keuangan global

di tengah tingginya ketidakpastian prospek ekonomi global. Namun, bank sentral India

menurunkan suku bunganya sebanyak dua kali (-50bps) dalam rangka mendorong

aktivitas perekonomian.

PERTUMBUHAN EKONOMI

Permintaan Agregat

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I dan II 2013 diprakirakan

cukup baik mencapai 6,2% (yoy) (Tabel 3.1). Masih tingginya pertumbuhan

ekonomi Indonesia ditopang oleh aktivitas perekonomian domestik yang masih kuat

dan berlanjutnya pemulihan kinerja ekspor sejalan dengan ekspektasi pemulihan

perekonomian dunia. Konsumsi rumah tangga masih tumbuh kuat sejalan dengan

perbaikan daya beli masyarakat. Konsumsi pemerintah diprakirakan tumbuh melambat

sejalan dengan pola serapan awal tahun yang rendah. Kinerja investasi diprakirakan

masih tumbuh kuat ditopang oleh tingginya investasi bangunan di tengah melambatnya

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

19Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I 2013

investasi nonbangunan. Ekspor diprakirakan tumbuh meningkat seiring dengan

membaiknya ekonomi negara mitra dagang Indonesia, termasuk China dan kembali

meningkatnya harga komoditas global. Merespons perbaikan ekspor dan masih kuatnya

permintaan domestik, impor juga diprakirakan tumbuh meningkat.

Konsumsi rumah tangga pada triwulan I dan II 2013 diprakirakan tumbuh

meningkat sejalan dengan potensi peningkatan pendapatan yang dapat

dibelanjakan. Masih kuatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga sejalan dengan

perbaikan daya beli masyarakat yang didorong oleh kenaikan Upah Minimum Provinsi

(UMP) tahun 2013, kenaikan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) efektif pada Januari

2013, serta efek penurunan suku bunga simpanan dan kredit. Selain itu, kinerja konsumsi

yang masih baik juga tercermin pada keyakinan konsumen yang tetap kuat. Indeks

Keyakinan Konsumen Bank Indonesia (IKK BI) stabil pada level optimis sepanjang triwulan

I 2013, meskipun sedikit menurun jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (Grafik

3.5). Dua komponen pembentuk keyakinan yaitu keyakinan terhadap kondisi saat ini

maupun ekspektasi kondisi ke depan masih relatif kuat. Sejalan dengan IKK BI, Indeks

Tendensi Konsumen (ITK) BPS pada triwulan I 2013 juga masih kuat.

Pergerakan indikator-indikator dini konsumsi rumah tangga mengonfirmasi

masih kuatnya kinerja konsumsi rumah tangga. Laju pertumbuhan penjualan

eceran pada Februari 2013 meningkat yang bersumber dari kelompok makanan dan

minuman, suku cadang kendaraan, perlengkapan rumah tangga, komunikasi, dan

barang lainnya (pakaian) (Grafik 3.6). Namun, penjualan mobil pada Februari 2013

tumbuh sedikit melambat. Penjualan sepeda motor juga kembali tertekan yang tercermin

dari kontraksi angka penjualan pada Februari 2013. Adanya ekspektasi kenaikan harga

di masa depan berdasarkan Survei Konsumen BI, diindikasi memberikan insentif pada

konsumen untuk berbelanja lebih awal. Dari sisi pembiayaan, kredit konsumsi riil dari

perbankan sebagai salah satu sumber pendanaan konsumsi tumbuh meningkat. Hal

yang sama juga ditunjukkan oleh pembiayaan konsumsi dari Lembaga Keuangan Bukan

Bank (LKBB).

Indikator

Tabel 3.1

Pertumbuhan Ekonomi – Sisi Permintaan

Sumber :BPS

* Proyeksi Bank Indonesia

Konsumsi Rumah Tangga 4,7 4,9 5,2 5,6 5,4 5,3 5,4 5,5

Konsumsi Pemerintah 3,2 6,4 8,6 (-2,8) (-3,3) 1,2 (-4,1) 2,6

Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 8,8 10,0 12,5 9,8 7,3 9,8 6,4 7,5

Ekspor Barang dan Jasa 13,6 8,2 2,6 -2,6 0,5 2,0 3,8 4,2

Impor Barang dan Jasa 13,3 8,9 11,3 -0,2 6,8 6,6 6,8 6,9

PDB 6,5 6,3 6,4 6,2 6,1 6,2 6,2 6,2

I*III II*III IV2011

2012 2012 2013

%Y-o-Y, Tahun Dasar 2000

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

20Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I 2013

Grafik 3.5

Indeks Keyakinan Konsumen – SK BI

Investasi diprakirakan tumbuh melambat pada triwulan I

dan kembali meningkat pada triwulan II 2013. Perlambatan

tersebut sejalan dengan melambatnya impor barang modal

terkait tingkat penggunaan kapasitas yang moderat (Grafik

3.7). Perlambatan investasi pada triwulan I 2013 sejalan

dengan indikator aktivitas bisnis menurut Survei Kegiatan

Dunia Usaha (SKDU) yang diperkirakan turun pada triwulan I

2013. Optimisme pelaku usaha menurut Indeks Tendensi Bisnis

(ITB) BPS juga diperkirakan turun pada triwulan I 2013 (Grafik

3.8). Namun, investasi diprakirakan meningkat pada triwulan

berikutnya merespons konsumsi rumah tangga yang masih kuat

disertai dengan potensi perbaikan ekspor. Investasi bangunan

menjadi penopang pertumbuhan di tengah melambatnya

investasi nonbangunan. Prospek positif investasi didukung oleh

optimisme pelaku usaha yang masih kuat di tengah iklim usaha

yang kondusif. Hasil SKDU BI menunjukkan nilai investasi yang

diprakirakan masih tinggi pada semester I 2013 dan didominasi

oleh investasi baru.

Sumber pertumbuhan investasi ditopang oleh masih

baiknya pertumbuhan pada sisi bangunan (Grafik 3.8).

Investasi bangunan tumbuh stabil merespons aktivitas ekonomi

yang tetap kuat, tercermin dari penjualan properti baik residensial

maupun komersial. Selain itu, indikator kegiatan konstruksi

seperti penjualan alat berat untuk konstruksi menunjukkan

peningkatan. Namun, penjualan semen dan impor bahan

bangunan menunjukkan perlambatan pada Februari 2013. Di

sisi lain, investasi nonbangunan diprakirakan melambat terutama

investasi mesin. Prakiraan tersebut sejalan dengan indikator impor

barang modal yang menurun pada Februari 2013, terutama impor

mesin dan peralatan transportasi untuk industri. Indikator lainnya

seperti konsumsi listrik industri juga menunjukkan perlambatan

terkait utilisasi kapasitas yang moderat. Sebaliknya, investasi alat

angkutan masih tumbuh baik yang terindikasi dari impor mobil

penumpang (untuk investasi) yang masih baik dan penjualan

kendaraan komersial yang relatif stabil. Namun, impor suku

cadang kendaraan dan impor kendaraan untuk industri melambat

memasuki awal tahun 2013.

Konsumsi pemerintah diprakirakan tumbuh melambat pada

triwulan I 2013, namun meningkat kembali pada triwulan

berikutnya. Melambatnya konsumsi pemerintah pada triwulan

I 2013 disebabkan oleh serapan anggaran pada awal tahun.

Secara nominal, serapan belanja pemerintah sampai dengan

Grafik 3.6

Indeks Penjualan Eceran

Grafik 3.7

Kapasitas Utilisasi

��

��

��

��

��

��

������

��

��

��

��

��

��������������������������������������������

����

� �� ��� ��

����

� �� ��� ��

����

� �� ��� ��

������������������������������������������������������������

����

����

����

����

����

����

����

����

���� ��

��

����

����

������

���

���

���

���

��

��

��

��

��

���������������������������������������

����

���� ����� ������ �����

����

���� ����� ������ �����

����

���� ����� ������ ����� �����

����

���

����

��� ��� ���

����

���������

���

��

������

��

��

��

��

��

���

���

����

���� ����� ������ �����

����

���� ����� ������ ����� �����

����

��� ���� �����

����

���������������

�������

������������

�������

������

��������

������������������

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

21Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I 2013

Februari 2013 lebih rendah dibandingkan dengan serapan pada

periode yang sama tahun sebelumnya, terutama pada belanja

barang dan belanja modal. Sementara belanja pegawai mencatat

penyerapan yang lebih baik dibandingkan periode yang sama

tahun sebelumnya. Kinerja konsumsi pemerintah diprakirakan

akan kembali meningkat pada triwulan berikutnya.

Ekspektasi pemulihan perekonomian global menguatkan

potensi peningkatan ekspor dalam dua triwulan ke depan.

Sinyalemen tersebut didukung oleh meningkatnya volume

perdagangan dunia dan harga komoditas pada awal triwulan I

2013 dari triwulan sebelumnya. Pergerakan indikator penuntun

ekspor juga mengindikasikan fase akselerasi ekspor pada

semester I 2013. Pesanan baru luar negeri menurut Purchasing

Manager Index (PMI) HSBC per Maret 2013 juga mengindikasikan

peningkatan setelah sempat terkoreksi pada bulan sebelumnya.

Meningkatnya ekspor manufaktur hingga pertengahan triwulan

I 2013 berpotensi meredam perlambatan ekspor lebih lanjut

(Grafik 3.9). Perbaikan ekspor manufaktur tersebut didorong

oleh meningkatnya permintaan ekspor Tekstil dan Produk Tekstil

(TPT), CPO, barang elektronik, dan produk karet. Di sisi ekspor

komoditas primer, ekspor tembaga menunjukkan perbaikan.

Impor pada triwulan I dan II 2013 diprakirakan kembali

meningkat sejalan dengan pemulihan ekspor dan masih

kuatnya permintaan domestik. Hal tersebut terindikasi dari

pergerakan indikator penuntun yang masih berada dalam

fase akselerasi pada dua triwulan ke depan. Impor kelompok

bahan baku yang masih tumbuh positif ikut berkontribusi pada

peningkatan impor (Grafik 3.10). Adapun komoditas impor

bahan baku yang mengalami peningkatan di antaranya bahan

baku untuk industri serta komponen untuk barang modal.

Perbaikan juga dialami oleh impor barang modal terutama

pada komoditas barang modal di luar peralatan transportasi.

Sementara itu, impor kelompok barang konsumsi masih berada

dalam tren deselerasi pada hampir seluruh komponennya

terutama kendaraan penumpang. Impor migas diprakirakan

masih berpotensi meningkat seiring dengan masih tingginya

konsumsi minyak domestik.

Penawaran Agregat

Kinerja ekonomi sektoral pada triwulan I dan II 2013

diprakirakan masih baik didukung oleh aktivitas ekonomi

domestik yang masih kuat (Tabel 3.2). Sumber pertumbuhan

Grafik 3.8

Indeks Tendensi Bisnis

������

������������

������

��

��

���

���

���

���

��

��

��

��

���

���

���

���� ���� ���� ����� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� ��

������������������������

�������

���������������

�������������

Grafik 3.9

Nilai Riil Ekspor Nonmigas

Grafik 3.10

Nilai Impor Riil Nonmigas

��������

��

��

��

��

���

���

���

������

��

��

��

���

�����������

����

����� ������ ��������� �����

����

����

����

��� ��� ���

����

���������������������

���������

���������

�����

������������

������

��������

����

����� ������ ��������� �����

����

����

����

��� ��� ���

����

��

��

��

��

��

���

���

���

���������

������������

��������������

�����

������������

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

22Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I 2013

sisi penawaran diprakirakan masih berasal dari sektor industri pengolahan, sektor

perdagangan, hotel, dan restoran (PHR), serta sektor pengangkutan dan komunikasi.

Sektor industri pengolahan dan PHR diprakirakan tumbuh meningkat didukung oleh

pemulihan kinerja ekspor dan masih kuatnya permintaan domestik. Sektor pertambangan

dan penggalian diprakirakan tumbuh membaik seiring dengan perbaikan produksi

migas dan mulai beranjak pulihnya ekspor batubara. Kinerja sektor pengangkutan

dan komunikasi diprakirakan masih tumbuh tinggi didorong oleh masih baiknya

kinerja angkutan udara dan meningkatnya komunikasi data. Sektor konstruksi juga

diprakirakan masih tumbuh tinggi seiring dengan masih maraknya aktivitas konstruksi

dan investasi.

Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan pada triwulan I

dan II 2013 diprakirakan tumbuh meningkat. Peningkatan kinerja ini terutama

didorong oleh meningkatnya produksi tanaman bahan makanan (tabama) karena efek

terlambatnya musim hujan pada triwulan sebelumnya. Kinerja sektor pertanian juga

didukung oleh perkembangan cuaca yang masih pada kisaran normal hingga Maret

2013. Subsektor perikanan dan perkebunan juga diprakirakan masih mencatat kinerja

yang positif. Hal tersebut terindikasi dari membaiknya ekspor perkebunan hingga

Februari 2013. Kinerja sektor perikanan pada tahun 2013 diprakirakan akan terus

meningkat yang didorong oleh sektor perikanan budidaya.

Sektor pertambangan dan penggalian diprakirakan tumbuh lebih baik pada

triwulan I, kemudian melambat pada triwulan II 2013. Perbaikan pertumbuhan

pada triwulan I 2013 berasal dari membaiknya produksi pertambangan minyak. Kinerja

pertambangan nonmigas juga menunjukkan perbaikan yang terindikasi dari mulai

pulihnya ekspor pertambangan khususnya batubara yang didorong membaiknya harga

batu bara acuan. Sementara itu, perlambatan pada triwulan II 2013 lebih merupakan

koreksi sesuai dengan tren penurunan produksi tahunan.

Indikator

Tabel 3.2

Pertumbuhan Ekonomi – Sisi Penawaran

Sumber :BPS

* Proyeksi Bank Indonesia

Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 3,4 4,3 4,0 5,3 2,0 4,0 2,9 3,4

Pertambangan & Penggalian 1,4 2,5 3,3 (-0,3) 0,5 1,5 0,7 0,1

Industri Pengolahan 6,1 5,5 5,2 5,9 6,2 5,7 6,4 6,4

Listrik, Gas & Air Bersih 4,8 5,7 6,5 6,1 7,3 6,4 7,0 6,5

Konstruksi 6,6 7,2 7,3 7,6 7,8 7,5 7,7 7,8

Perdagangan, Hotel & Restoran 9,2 8,7 8,7 7,2 7,8 8,1 7,9 8,0

Pengangkutan & Komunikasi 10,7 10,0 9,9 10,4 9,6 10,0 9,5 9,4

Keuangan, Real Estate & Jasa Perusahaan 6,8 6,4 7,1 7,5 7,7 7,1 7,6 7,3

Jasa-jasa 6,7 5,5 5,8 4,5 5,3 5,2 5,1 5,4

PDB 6,5 6,3 6,4 6,2 6,1 6,2 6,2 6,2

I*III II*III IV2011

2012 2012 2013

%Y-o-Y, Tahun Dasar 2000

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

23Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I 2013

Sektor industri pengolahan pada triwulan I dan II 2013 diprakirakan tumbuh

meningkat sejalan dengan pemulihan kinerja ekspor dan masih kuatnya

permintaan domestik. Pesanan dalam negeri menunjukkan peningkatan yang disertai

dengan mulai pulihnya pesanan luar negeri. Selain itu, indeks produksi BPS pada Januari

2013 masih tumbuh meningkat mencapai 11,6% (yoy). Kinerja subsektor alat angkut

menunjukkan perkembangan yang relatif stabil hingga pertengahan triwulan I 2013.

Namun, kinerja subsektor makanan dan minuman menunjukkan perlambatan yang

terindikasi dari melambatnya produksi CPO. Hal yang sama juga terlihat pada subsektor

industri semen dan barang galian nonlogam seiring dengan melambatnya produksi

semen pada Februari 2013.

Kinerja sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) pada triwulan I dan II

2013 diprakirakan tumbuh relatif stabil pada level yang tinggi. Masih tingginya

pertumbuhan sektor PHR didukung oleh membaiknya aktivitas perdagangan ekspor

dan impor, serta masih baiknya aktivitas ekonomi domestik. Masih baiknya aktivitas

perdagangan domestik tercermin dari pertumbuhan indeks penjualan eceran pada

Februari 2013. Selain itu, kinerja subsektor hotel terindikasi membaik pada Februari

2013 seiring dengan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara.

Sektor konstruksi masih tumbuh relatif stabil pada level yang cukup tinggi pada

triwulan I dan II 2013. Masih tingginya kinerja sektor konstruksi sejalan dengan masih

maraknya kegiatan pembangunan konstruksi dan investasi. Hingga pertengahan

triwulan I 2013, penjualan alat berat untuk konstruksi tumbuh relatif stabil. Impor kaca

tumbuh meningkat, sedangkan penjualan semen dan impor keramik menunjukkan

penurunan.

Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan I dan II 2013 diprakirakan

masih mampu mencatat pertumbuhan yang relatif tinggi. Pertumbuhan yang

cukup tinggi pada subsektor angkutan udara dan komunikasi mendukung tingginya

pertumbuhan di sektor tersebut. Sampai dengan Februari 2013, kinerja subsektor

angkutan udara masih tumbuh relatif stabil. Sementara itu, kinerja subsektor komunikasi

terindikasi masih baik terutama berasal dari penggunaan internet dan komunikasi

data. Meningkatnya komunikasi data dan internet didorong oleh meningkatnya

penjualan smartphone dan komputer tablet. Lembaga riset Growth for Knowledge

(GfK) memproyeksikan pertumbuhan penjualan smartphone mencapai 44% pada

tahun 2013.

Perekonomian Daerah

Pertumbuhan ekonomi daerah pada triwulan I 2013 diprakirakan cukup kuat

sejalan dengan prakiraan pertumbuhan ekonomi nasional. Pertumbuhan ekonomi

daerah tersebut didorong oleh kegiatan ekonomi kawasan Sumatera dan kawasan

Jawa, serta relatif stabilnya perekonomian kawasan Jakarta. Kawasan Timur Indonesia

(KTI) diprakirakan tumbuh melambat. Prakiraan pertumbuhan ekonomi yang cukup

tinggi tersebut didukung oleh perbaikan kinerja ekspor di sejumlah daerah, khususnya

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

24Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I 2013

Grafik 3.11

Nilai Impor Barang Modal

di kawasan Sumatera dan KTI terutama untuk ekspor berbasis

sumber daya alam (SDA). Namun, masih relatif rendahnya harga

komoditas global menyebabkan perbaikan ekspor di dua kawasan

tersebut relatif terbatas. Membaiknya ekspor berbasis SDA di

KTI dan kawasan Sumatera didorong oleh komoditas tambang,

khususnya batubara di Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan,

dan Sumatera Selatan yang meningkat cukup tinggi pada awal

tahun 2013. Kinerja ekspor kelapa sawit juga turut mendorong

perbaikan ekspor di kawasan Sumatera (Sumatera bagian tengah)

dan KTI pada awal tahun 2013. Sementara itu, konsumsi rumah

tangga diprakirakan masih tumbuh cukup kuat pada awal tahun

2013. Hal tersebut tercermin dari penjualan eceran yang masih

cenderung kuat di kawasan Jawa, kawasan Jakarta, dan KTI

serta didukung juga oleh perbaikan daya beli masyarakat, serta

membaiknya optimisme konsumen. Kinerja investasi diprakirakan masih kuat, meski ada

indikasi perlambatan investasi nonbangunan. Hal tersebut tercermin dari impor barang

modal yang melambat di seluruh kawasan (Grafik 3.11). Sementara itu, konsumsi semen

masih tumbuh kuat di hampir seluruh kawasan, kecuali kawasan Sumatera.

Tekanan inflasi daerah meningkat cukup signifikan pada triwulan I 2013 yang

dipicu oleh bahan makanan. Kenaikan inflasi tertinggi terjadi di kawasan Jawa

dan kawasan Sumatera. Tingginya kenaikan harga beberapa komoditas hortikultura

(terutama bawang putih dan bawang merah) memicu peningkatan inflasi subkelompok

bumbu-bumbuan di seluruh kawasan. Tekanan inflasi volatile food di kawasan Jawa

dan kawasan Jakarta juga bersumber dari subkelompok sayur, buah, daging, dan ikan.

Sementara di KTI, kenaikan inflasi subkelompok bumbu-bumbuan dan buah-buahan

sedikit dapat diredam oleh penurunan harga komoditas ikan seiring dengan pasokan

yang cukup baik pada awal tahun 2013.

NERACA PEMBAYARAN INDONESIA (NPI)

Kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan I dan II 2013

diprakirakan mengalami defisit yang menurun seiring dengan membaiknya

neraca transaksi modal dan finansial (TMF). Membaiknya TMF terutama didorong

oleh arus investasi portofolio yang meningkat sejalan dengan masih kuatnya fundamental

ekonomi Indonesia dan dampak kebijakan ekonomi global yang masih akomodatif.

Namun, defisit transaksi berjalan diprakirakan meningkat terutama disebabkan oleh

impor yang masih cukup tinggi, antara lain terkait masih tingginya konsumsi BBM.

Cadangan devisa pada akhir Maret 2013 mencapai 104,8 miliar dolar AS atau setara

dengan 5,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, di atas standar

kecukupan internasional.

���

��

��

��

��

����

�����

����

� � � � � � � � �� �� �� �

����

� � � � � � � � �� �� �� � �

����

����������

������������

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

25Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I 2013

NILAI TUKAR RUPIAH

Selama triwulan I 2013, nilai tukar rupiah masih mengalami

tekanan depresiasi, meskipun lebih moderat dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya. Moderasi tekanan depresiasi

didorong oleh aliran masuk modal asing ke perekonomian

Indonesia. Secara rata-rata, nilai tukar rupiah terdepresiasi sebesar

0,7% (qtq) menjadi Rp.9.680 per dolar AS dari Rp.9.613 per

dolar AS pada triwulan sebelumnya. Sementara itu secara point-

to-point, rupiah mengalami depresiasi 0,82% (qtq) dan ditutup

di level Rp.9.718 per dolar AS (Grafik 3.12). Meskipun demikian

volatilitas rupiah masih tetap terjaga. Volatilitas rupiah relatif lebih

rendah jika dibandingkan dengan kawasan (Grafik 3.13) .

Berbagai perkembangan ekonomi makro, sentimen

terhadap perekonomian domestik dan global memberikan

pengaruh pada pergerakan nilai tukar rupiah selama

triwulan laporan. Dari sisi domestik, sumber tekanan terhadap

rupiah berasal dari berlanjutnya tekanan defisit neraca berjalan

seiring meningkatnya permintaan valas pelaku domestik. Sentimen

negatif terhadap rupiah datang dari investor yang memperkirakan

bahwa defisit transaksi perdagangan masih akan berlanjut,

sehingga rupiah dipersepsikan masih cenderung melemah.

Selain itu, kekhawatiran meningkatnya tekanan harga di waktu

mendatang, terkait kebijakan pemerintah mengenai harga BBM

dan TTL serta dampak dari kenaikan upah minimum menambah

tekanan terhadap pergerakan rupiah. Dari sisi eksternal, prospek

kebijakan fiskal di AS dan keberlanjutan program stimulus oleh

The Fed, meningkatnya kekhawatiran hasil Pemilu di Italia, proses

penyelamatan ekonomi Siprus, serta perlambatan ekonomi

makro di kawasan Eropa menjadi faktor yang menyebabkan

masih tingginya kekhawatiran di pasar keuangan global. Kondisi

eksternal yang kurang kondusif tersebut memberikan sentimen

negatif terhadap perekonomian domestik yang berdampak pada

pelemahan nilai tukar rupiah. Meskipun demikian, berlanjutnya

aliran dana nonresiden ke aset rupiah dan upaya Bank Indonesia

untuk terus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah menjadi faktor

yang menahan pelemahan rupiah lebih dalam.

Selama triwulan I 2013, indikator risiko domestik

menunjukkan tren yang meningkat. Peningkatan risiko

tersebut tercermin pada perkembangan Credit Default Swap

(CDS) dan premi swap yang meningkat terutama pada awal

dan akhir triwulan (Grafik 3.14 dan 3.15). Peningkatan risiko

domestik (country risk) dipicu oleh meningkatnya kekhawatiran

Grafik 3.12

Perkembangan Nilai Tukar Rupiah

Grafik 3.13

Volatilitas Nilai Tukar Kawasan

�����������

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

���� ��������

��������������

�����������������

������� ��� ��� ��� ��� ��� �

����

����

��������

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

����

����

����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

����

����

����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

���

��

��

��

��

��

���� ��� ��� ��� ��� ��� ���

����

����

�����

����

�����

����

�����

Grafik 3.14

CDS Indonesia & Selisih Imbal Hasil

� ���

������������������

����

��������������� ���������������

�������

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���

�������������������

�������������������������

��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

26Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I 2013

terhadap prospek neraca transaksi berjalan serta dampak dari

meningkatnya faktor risiko. Faktor risiko sempat mereda pada

pertengahan triwulan seiring dengan rilis data pertumbuhan

ekonomi Indonesia tahun 2012 yang ditanggapi positif oleh

pelaku pasar karena mampu tumbuh di atas 6% di tengah

perlambatan perekonomian global.

Imbal hasil investasi pada aset keuangan rupiah relatif

masih tinggi. Imbal hasil aset-aset dalam rupiah yang cukup

tinggi ditambah dengan faktor fundamental ekonomi Indonesia

yang kuat, mampu menarik dana asing mengalir ke perekonomian

domestik, sehingga dapat menahan pelemahan rupiah lebih

lanjut. Imbal hasil yang tercermin pada selisih suku bunga

dalam negeri dengan luar negeri (Uncovered Interest Parity / UIP)

relatif lebih tinggi dibandingkan dengan negara kawasan, yang

mengindikasi bahwa investasi di aset keuangan rupiah relatif

masih kompetitif (Grafik 3.16). Bahkan jika memperhitungkan

faktor risiko perekonomian domestik, investasi pada aset rupiah

masih memberikan keuntungan yang lebih baik dari Korea,

Malaysia dan Filipina (Grafik 3.17).

Kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia

masih terjaga sehingga investor tetap mempercayakan

dananya ditempatkan pada aset-aset rupiah. Kepercayaan

investor tersebut didukung oleh resiliensi perekonomian domestik,

yang diperkuat oleh pencapaian peringkat investment grade.

Masih cukup kokohnya ketahanan perekonomian domestik di

tengah dampak perlambatan ekonomi global tercermin dari

pertumbuhan ekonomi tahun 2012 yang mencapai level 6,23%

(yoy).

INFLASI

Gejolak harga kelompok volatile food mendorong tingginya

inflasi pada Maret 2013. Inflasi IHK Maret 2013 mencapai

0,63% (mtm) atau 5,90% (yoy) di atas rata-rata historisnya

(Grafik 3.18). Hal itu disebabkan terbatasnya pasokan komoditas

pangan strategis, terutama aneka bumbu, baik akibat gangguan

produksi maupun permasalahan terkait kebijakan impor. Di sisi

lain, inflasi inti masih stabil sebesar 4,21% (yoy) sejalan dengan

ekspektasi inflasi masyarakat yang masih terjaga dan kapasitas

produksi yang masih memadai. Sementara itu, inflasi administered

prices masih rendah.

Grafik 3.15

Premi Swap

�������������������������

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

���� ����

���������

���������

���������

����������

Grafik 3.16

Uncovered Interest Parity (UIP)

Grafik 3.17

Covered Interest Parity (CIP)

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

���� ����

���������

�����

��������

��������

����

����

����

����

����

����

����

�����

�����

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

���� ����

���������

�����

��������

��������

����

����

����

����

����

�����

�����

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

27Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I 2013

DISAGREGASI INFLASI

Inflasi inti masih relatif stabil dan cenderung melambat,

meskipun terdapat dampak lanjutan dari tingginya inflasi

volatile food. Inflasi inti pada Maret 2013 mencapai 0,13%

(mtm) atau 4,21% (yoy), menurun dari bulan sebelumnya yang

tercatat sebesar 0,30% (mtm) atau 4,29% (yoy). Kenaikan

inflasi volatile food berdampak pada inflasi inti melalui jalur

biaya sebagaimana tercermin dari kenaikan inflasi inti pangan

(Grafik 3.19). Namun, peningkatan pada inflasi inti pangan dapat

diimbangi oleh menurunnya inflasi inti nonmakanan. Stabilnya

inflasi inti pada level sekitar 4% juga dukungan oleh meredanya

tekanan faktor eksternal, seiring dengan perkembangan harga

global yang menurun, seperti harga pangan dan emas global,

serta nilai tukar yang relatif stabil. Dari sisi domestik terjaganya

inflasi inti didorong pula oleh kemampuan sisi penawaran yang

memadai dalam merespons perkembangan sisi permintaan. Hal

tersebut tercermin dari penggunakan kapasitas produksi yang

masih di level moderat (Grafik 3.20).

Gejolak harga pangan dan terbatasnya pasokan bahan

pangan menyebabkan inflasi volatile food melaju cukup

tinggi. inflasi volatile food pada Maret 2013 tercatat sebesar

8,77% (qtq) atau 14,20% (yoy), melonjak signifikan dari triwulan

sebelumnya sebesar 1,29%(qtq) atau 5,68%(yoy). Kebijakan

impor beberapa komoditas hortikultura di tengah terbatasnya

pasokan akibat gangguan cuaca dan minimalnya produksi

dalam negeri mendorong gejolak harga aneka bumbu, aneka

sayur dan buah. Selain itu mundurnya masa panen beras dan

tren peningkatan harga daging sapi akibat berlarutnya masalah

terbatasnya kuota impor, mendorong inflasi volatile food lebih

tinggi lagi pada triwulan I 2013.

Pada akhir triwulan I 2013, tekanan harga cenderung

mereda. Harga bawang putih bergerak turun dengan adanya

penambahan pasokan dari impor, melalui pelepasan beberapa

kontainer impor bawang putih yang semula tertahan di

pelabuhan. Selain bawang putih, harga pangan lain seperti

daging ayam, telur ayam, beras dan cabai merah juga turun,

seiring adanya panen di beberapa daerah, meski belum merata.

Dari sisi eksternal, perkembangan harga pangan global sepanjang

periode laporan relatif stabil dengan kecenderungan menurun,

di antaranya CPO, jagung, gandum, kedelai dan gula. Namun,

penurunan harga komoditas pangan global tersebut berdampak

minimal pada perkembangan harga domestik. Secara umum

Grafik 3.18

Perkembangan Inflasi

Grafik 3.19

Inflasi Inti, Nilai Tukar dan Harga Komoditas

Grafik 3.20

Kapasitas dan Indeks Produksi

��

��

��

��

���

��

��

��

��

���

���

���

���

���

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

�����������������������������������������������

�����������������������������������������������

� � � � ��� � � � � ��� � � � � ��� � � � � ��� � � � � ��� � � � � ��� � � � � ��� � � � � ��� � � � � ��� � �

������

���

��

��

��

���������������������������������������

����

����

�����

����

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

� � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � �

������ ������

��

����������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������

����������

���������

���� ���� ���� ���� ���� ����

���

���

���

��

��

��

��

���

���

� � � � � � � � �������� � � � � � � � �������� � � � � � � � �������� � � � � � � � �������� � � � � � � � �������� �

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

28Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I 2013

penurunan harga komoditas pangan lainnya ini belum dapat mengimbangi tingginya

kenaikan harga berbagai komoditas hortikultura.

Inflasi administered prices pada Maret 2013 relatif masih terjaga. Inflasi

administered prices tercatat sebesar 1,17% (qtq) atau 2,91% (yoy). Sebagian besar

inflasi administered prices selama triwulan I 2013 disumbang oleh kenaikan tarif tenaga

listrik (TTL) tahap I sebesar 4,3%. Rencana kenaikan harga gas elpiji 12 kg juga telah

mendorong kenaikan harga gas elpiji di tingkat konsumen.

PERKEMBANGAN PASAR KEUANGAN

Suku Bunga

Selama triwulan I 2013, suku bunga PUAB O/N masih bergerak stabil di batas

bawah koridor, di tengah likuiditas perbankan yang relatif menurun. Suku bunga

PUAB O/N pada akhir triwulan I 2013 tercatat sebesar 4,17%, hanya turun sebesar 1 bps

dibandingkan dengan akhir triwulan IV 2012 sebesar 4,18%. Perkembangan tersebut

dipengaruhi oleh pelaksanaan lelang Term Deposit/RR SBN jangka pendek (di bawah 1

bulan) yang relatif terbatas. Simpangan relatif (relative spread) suku bunga PUAB O/N

terhadap BI Rate pada triwulan I 2013 stabil pada level 90,3% dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya sebesar 91,5%. Sementara itu, suku bunga PUAB dengan tenor

lebih panjang bergerak searah dengan suku bunga PUAB O/N dengan volatilitas yang

meningkat akibat terbatasnya volume transaksi.

Dari sisi risiko, persepsi risiko di PUAB relatif terjaga. Hal itu tercermin dari selisih

antara suku bunga PUAB O/N tertinggi dan terendah pada triwulan I 2013 rata-rata

sebesar 6 bps, sedikit lebih rendah dari triwulan sebelumnya sebesar 8 bps. Sementara

itu, volume transaksi di PUAB pada triwulan I 2013 lebih tinggi dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya dan juga lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya

pada periode yang sama. Meningkatnya volume PUAB di tengah suku bunga PUAB

yang stabil dengan risiko yang terjaga merupakan hal positif dan dapat mengindikasikan

pendalaman PUAB.

Melalui penguatan operasi moneter Bank Indonesia mengendalikan tekanan

inflasi jangka pendek dan mendukung stabilisasi nilai tukar rupiah. Bank Indonesia

menerapkan strategi moneter dengan melaksanakan operasi moneter yang lebih bersifat

penyerapan jangka panjang. Hal tersebut tercermin dari menurunnya pangsa instrumen

moneter dengan tenor yang lebih pendek dibandingkan dengan periode sebelumnya.

Dengan strategi tersebut, suku bunga instrumen moneter bergerak sejalan dengan

perubahan suku bunga PUAB O/N yang stabil.

Suku bunga perbankan pada triwulan I 2013 cenderung menurun, baik suku

bunga kredit maupun suku bunga deposito (Tabel 3.3). Pada triwulan I 2013

(sampai dengan Febuari 2013) suku bunga deposito 1 bulan turun sebesar 15 bps

menjadi 5,43%, sementara rata-rata suku bunga kredit turun sebesar 13 bps menjadi

11,45%. Selisih suku bunga kredit dan deposito relatif masih lebar yaitu sebesar

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

29Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I 2013

6,55% (Grafik 3.21). Selisih tersebut semakin besar dibandingkan dengan kondisi

selama 3 tahun terakhir, yaitu pada tahun 2010 dan 2011 masing-masing sebesar

6,38% dan 6,43%. Selisih suku bunga yang masih lebar tersebut

mencerminkan tersedianya ruang bagi penurunan suku bunga

kredit yang cukup besar sejalan dengan perbaikan efisiensi

operasional perbankan (penurunan margin bank) dan efisiensi

penyaluran dana perbankan.

Penurunan suku bunga kredit terutama terjadi pada suku

bunga kredit konsumsi. Pada triwulan I 2013 (sampai dengan

Febuari 2013), suku bunga kredit konsumsi turun sebesar 36

bps menjadi 13,2% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

(Desember 2012) yang sebesar 13,58%. Sementara itu, suku

bunga kredit modal kerja juga menurun namun dengan besaran

yang lebih kecil (turun 4 bps) menjadi 11,45%, sedangkan suku

bunga kredit investasi tetap stabil menjadi 11,27%. Berdasarkan

kelompok bank, meskipun kelompok bank asing dan campuran

mengalami penurunan suku bunga kredit konsumsi paling besar,

suku bunga kreditnya masih merupakan suku bunga tertinggi di

antara kelompok lainnya. Suku bunga kredit konsumsi kelompok

bank asing dan campuran rata-rata turun sebesar 328 bps menjadi

27,64% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (Desember

2012). Sementara itu, rata-rata suku bunga kredit konsumsi pada

kelompok lain hanya sebesar 12,8% (rata-rata turun sebesar 23

bps) (Grafik 3.22).

Dana, Kredit, dan Uang Beredar

Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) meningkat sejalan

dengan pertumbuhan kredit. Pada triwulan I 2013 (sampai

dengan Februari 2013), pertumbuhan DPK meningkat tipis

Grafik 3.21

Suku Bunga Perbankan

Grafik 3.22

Suku Bunga Kredit per Jenis Penggunaan

Suku Bunga (%) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb

Tabel 3.3

Perkembangan Berbagai Suku Bunga

BI Rate 6,00 5,75 5,75 5,75 5,75 5,75 5,75 5,75 5,75 5,75 5,75 5,75 5,75 5,75

Penjaminan Deposito 6,50 6,00 5,50 5,50 5,50 5,50 5,50 5,50 5,50 5,50 5,50 5,50 5,50 5,50

Dep 1 bulan (Rata-rata Tertimbang) 6,26 5,97 5,66 5,42 5,35 5,39 5,39 5,42 5,40 5,49 5,42 5,58 5,49 5,43

Kredit Modal Kerja (KMK) 12,09 12,11 12,01 11,86 11,78 11,79 11,78 11,73 11,70 11,68 11,61 11,49 11,49 11,45

Kredit Investasi (KI) 11,73 11,69 11,62 11,56 11,51 11,46 11,42 11,35 11,36 11,29 11,24 11,27 11,29 11,27

Kredit Konsumsi (KK) 14,19 14,15 14,13 14,10 14,03 13,90 13,92 13,69 13,67 13,60 13,53 13,58 13,40 13,22

Trw I-2012 Trw II-2012 Trw III-2012 Trw IV-2012 2013

������������������������������

�����������������������������������������������������������������������������

��

��

��

������������ ����������� ������������

������� ������

�����

���

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

��

��

��

��

������ ������ ������

������ ����� �����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

30Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I 2013

Grafik 3.24

Kontribusi Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK)

menjadi 16,0% (yoy) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

(Desember 2012) sebesar 15,8% (yoy) (Grafik 3.23). Peningkatan

ini ditopang oleh sumbangan dari giro valas yang meningkat,

sementara sumbangan giro rupiah cenderung menurun sesuai

dengan pola musiman pajak di awal tahun (Grafik 3.24).

Pada triwulan I 2013 (sampai dengan Februari 2013),

pertumbuhan kredit meningkat tipis dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya. Pada triwulan I 2013, pertumbuhan

kredit sebesar 23,4% (yoy) menjadi Rp2,719 triliun, meningkat

tipis dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (Desember 2012)

sebesar 23,1% (yoy). Secara akumulatif bulanan, pertambahan

kredit pada triwulan I 2013 sejalan dengan pola historis, atau

telah bertambah sebesar Rp10,9 triliun dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya (Desember 2012). Dengan perkembangan

tersebut, pertumbuhan kredit dalam tren yang cukup stabil sejak

akhir tahun 2011 (24,5%, yoy).

Dari sisi jenis penggunaan, pertumbuhan kredit produktif

masih dominan terutama ditopang oleh meningkatnya

sumbangan kredit modal kerja. Pada triwulan I 2013,

pertumbuhan kredit modal kerja (KMK) sebesar 24,5% (yoy),

meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (Desember

2012) sebesar 23,2% (yoy). Sementara itu, pertumbuhan kredit

investasi (KI) menurun menjadi 25,4% (yoy) dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya sebesar 27,4% (yoy). Pertumbuhan KI yang

lebih rendah sejalan dengan pertumbuhan investasi yang sedikit

melambat namun masih kuat. Kredit konsumsi (KK) tumbuh

stabil sebesar 20,3% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya

19,9% (yoy) (Grafik 3.25). Berdasarkan faktornya, peningkatan

pertumbuhan KK disebabkan oleh kenaikan pertumbuhan kredit

mobil dan bukan lapangan usaha lainnya.

Berdasarkan valuta, pertumbuhan kredit terutama

didukung oleh kredit rupiah yang mencatat kenaikan. Pada

triwulan I 2013 (sampai dengan Februari 2013), pertumbuhan

kredit rupiah meningkat menjadi 24,5% (yoy) dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya (Desember 2012) sebesar 24,1%

(yoy). Dengan pangsa kredit rupiah yang mencapai 84% dari total

kredit, maka peningkatan kredit rupiah tersebut cukup signifikan

terhadap total kredit di tengah penurunan pertumbuhan kredit

valas yang menjadi 17,7% (yoy) dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya sebesar 18,2% (yoy). Apabila dihitung dalam dolar

AS, pertumbuhan kredit valas masih stabil sebesar 10,6% (yoy)

dibandingkan triwulan sebelumnya (10,8%, yoy).

Grafik 3.23

Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK)

������

�������������

��

��

��

��

��

��

��

��

��

����������� ��������������������������������������� �������������������

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

���� ���� ���� ����

������������

��������������������������

��

��

��

��

��

��

��

����������������� ��������������������������������������� �������������������

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

���� ���� ���� ����

Grafik 3.25

Pertumbuhan Kredit per Jenis Penggunaan

������

���������������

��

��

��

��

��

����

����

����

���������������

����

����

��� ��� ��� ��� ���

����

��� ���

����

��� ��� ���

����

��� ��� ���

���� ����

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

31Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I 2013

Secara sektoral, peningkatan kredit terutama disebabkan

oleh pertumbuhan kredit sektor lainnya, perdagangan dan

sektor listrik, gas dan air (Grafik 3.26 dan 3.27). Pada sektor

produktif, pertumbuhan kredit sektor perdagangan meningkat

menjadi 38,0% (yoy) pada triwulan I 2013 (sampai dengan

Februari 2013) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

(Desember 2012) sebesar 34,1% (yoy). Sementara itu, kredit

sektor listrik, gas dan air juga meningkat menjadi 34,7% (yoy)

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (Desember 2012)

sebesar 28,9% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan kedua sektor

tersebut di tengah perlambatan pertumbuhan kredit sektor

produktif lainnya cukup mendukung agar pertumbuhan kredit

sektor produktif untuk tetap akseleratif.

Pertumbuhan uang primer pada triwulan I 2013 menunjukkan

perlambatan. Uang primer tumbuh melambat menjadi sebesar

13,5% (yoy) dibandingkan dengan akhir triwulan sebelumnya

sebesar 14,9% (yoy) dengan nominal mencapai Rp664,9 triliun.

Penurunan pertumbuhan uang primer tersebut disebabkan oleh

melambatnya pertumbuhan uang kartal (currency) dibandingkan

dengan akhir triwulan sebelumnya dari sebesar 17,9% (yoy)

menjadi 15,2% (yoy) dengan nominal sebesar Rp392,3 triliun.

Hal tersebut sejalan dengan pola historisnya.

Sejalan dengan perlambatan pada uang primer,

pertumbuhan likuiditas perekonomian berada dalam tren

menurun (Grafik 3.28). Pada triwulan I 2013 (sampai dengan

Februari 2013), pertumbuhan M1 melambat menjadi 15,13% (yoy)

mencapai Rp841,7 triliun dibandingkan dengan akhir triwulan

sebelumnya (Desember 2012) sebesar 16,42% (yoy). Sementara

itu, pertumbuhan M2 juga dalam tren melambat namun relatif

stabil sebesar 15,0% (yoy) mencapai Rp3,304 triliun dibandingkan

dengan akhir triwulan sebelumnya (Desember 2012) sebesar

14,86% (yoy). Perlambatan M1 sejalan dengan perlambatan

pertumbuhan giro rupiah dan pola musiman uang kartal.

Penurunan kontribusi giro rupiah terhadap M1 sejalan dengan

pola historis pajak di awal tahun. Sementara itu, pertumbuhan

M2 sejalan dengan pertumbuhan M1, deposito dan tabungan.

Dari sisi faktor, pertumbuhan M2 terutama dipengaruhi oleh

kinerja pertumbuhan kredit yang sedikit meningkat dibandingkan

dengan triwulan IV 2012. Sementara itu, posisi idle money dalam

perekonomian (deposito dan tabungan) masih besar meski dalam

tren yang menurun.

Grafik 3.26

Pertumbuhan Kredit per Sektor Ekonomi

Grafik 3.27

Pertumbuhan Kredit per Sektor Ekonomi

������������������

���������������

���

��

��

��

��

��

��

��

��

����������� �������������������

���������� ����������������������� ���������

����

��� ��� ��� ���

����

��� ��� ��� ���

����

��� ��� ��� ���

����

��� ��� ��� ���

����

��� ��� ��� ��� ���

����

������������������

������������

���

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

������������������ ����������� �������

������������ ������� ����������������

���

����

������ ��� ��� ��� ���

����

������ ��� ��� ������

����

������ ��� ��� ������

����

������ ��� ��� ������

����

������ ��� ��� ��� ���

����

Grafik 3.28

Pertumbuhan Likuiditas Perekonomian

����

����

������

�������������������������������������������������������������������������������������

������

��

��

��

��

��

��

��

��

����

��� ��� ��� ��� ��� ���

����

��� ��� ��� ��� ��� ���

����

��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

����

�� �� �������������

�����

�����

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

32Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I 2013

Pasar Saham

Sentimen positif dalam bursa saham domestik mampu

membawa IHSG mencapai level tertinggi sepanjang sejarah.

Penguatan bursa domestik selama triwulan I 2013 terutama

dipicu oleh meningkatnya optimisme pelaku pasar terhadap

kondisi perekonomian domestik, rilis laporan keuangan emiten

yang positif, rencana pembagian dividen oleh beberapa emiten

serta hasil penilaian Fitch Ratings yang tetap mempertahankan

peringkat investment grade. Sementara itu, sentimen yang berasal

dari eksternal masih cenderung mixed.1 IHSG mampu mencapai

level tertinggi sepanjang sejarah meski dengan kinerja yang

berada di bawah kinerja bursa saham negara-negara di kawasan

seperti Vietnam dan Filipina. Meski bergerak positif, pelaku pasar

mewaspadai beberapa risiko domestik seperti tekanan inflasi,

kebijakan BBM bersubsidi serta pelemahan rupiah. IHSG ditutup

pada level 4.940,99 (28 Maret 2013) atau naik 14,5% dibandingkan

dengan triwulan IV 2012. Secara bulanan indeks menguat sebesar

3% dibandingkan dengan Februari 2013 (Grafik 3.29)

Pertumbuhan bursa domestik didorong oleh pergerakan di

masing-masing sektor. Selama triwulan I 2013, mayoritas indeks

sektoral mengalami penguatan kecuali sektor pertanian dan

pertambangan. Sektor properti mengalami penguatan tertinggi

sebesar 41,2%, diikuti oleh sektor keuangan sebesar 21,2%,

sementara sektor lainnya menguat di kisaran 3,6%-17,7%.

Tingginya minat investor pada sektor properti dan perolehan

laba perbankan menjadi pendorong peningkatan harga saham

di kedua sektor tersebut. Sektor pertanian dan pertambangan

mengalami penurunan terbesar menyusul penurunan harga

beberapa komoditas global (Grafik 3.30)

Faktor fundamental mendorong kepemilikan investor

nonresiden di pasar saham domestik meningkat cukup tajam. Pelaku nonresiden

mulai melakukan pembelian selektif pada beberapa emiten yang tergolong undervalued

yaitu emiten yang mencatat pertumbuhan kinerja cukup tinggi sementara pertumbuhan

harga selama beberapa periode terakhir relatif terbatas. Tingginya minat investor asing

terhadap aset domestik seiring dengan perekonomian Indonesia yang dinilai masih

kuat dan tahan terhadap gejolak. Sejalan dengan kondisi tersebut, selama triwulan I

1 Sentimen global antara lain berasal dari optimisme terhadap outlook perekonomian dunia yang dipengaruhi oleh (1) rilis data ISM Non-Manufacturing AS yang meningkat dan rilis data initial jobless claims AS yang lebih baik dari ekspektasi, (2) rilis data PMI Services Inggris Februari yang meningkat dan optimisme pelaku pasar bahwa bank-bank sentral dunia akan tetap melanjutkan stimulus moneter dalam rangka mendorong pemulihan ekonomi, (3) rilis beberapa data ekonomi AS yang membaik (data durable goods orders serta new home sales AS yang menunjukkan level tertinggi sejak tahun 2010) sehingga mendorong ekspektasi pemulihan ekonomi global, (4) meredanya kekhawatiran akan krisis di Cyprus setelah disepakatinya term bailout oleh Troika kepada Cyprus. Sentimen negatif yang berasal dari eksternal antara lain terkait dengan (1) meningkatnya ketegangan politik di semenanjung Korea, (2) kekhawatiran terhadap kebijakan yang akan ditempuh The Fed yaitu mengurangi stimulus ekonomi seiring dengan membaiknya data tenaga kerja AS, (3) Penurunan data retail sales dan data industrial production China bulan Februari yang lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya, (4) rilis data unemployment rate bulan Februari di kawasan Eropa yang lebih tinggi dan penurunan data industrial production yang lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya.

Grafik 3.30

IHSG dan Perkembangan Sektoral

������������

��������

����������������

����

��������

����������

�����������

��������

��������������

�������������

���� �� ��� ��� ��� ��� ���

����������������������

�����

�����

�����

�����

����

�����

�����

�����

�����

Grafik 3.29

IHSG dan BI Rate

����

����

����

����

����

����

���

�������

��

��

����

��� ������ ��� ��� ���

����

��� ������ ��� ��� ���

����

��� ������ ��� ��� ���

����

��� ������ ��� ��� ���

����

��� ������ ��� ��� ���

����

��� ������ ��� ��� ��� ��� ���

����

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

33Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I 2013

2013 investor asing mencatat beli neto sebesar Rp18,77 triliun

dibandingkan dengan triwulan IV 2012, sementara secara

bulanan investor asing mencatat beli neto sebesar Rp1,38 triliun

dibandingkan dengan Februari 2013 (Grafik 3.31).

Pasar Surat Berharga Negara

Kinerja Surat Berharga Negara (SBN) mengalami pelemahan

untuk tenor menengah dan panjang. Secara keseluruhan

pergerakan imbal hasil (yield) SBN selama triwulan I 2013

meningkat sebesar 16,39 bps ke level 5,32% dibandingkan

dengan triwulan IV 2012 yang sebesar 5,16%. Imbal hasil SBN

untuk tenor menengah dan panjang masing-masing naik sebesar

25,88 bps dan 24,07 bps menjadi sebesar 5,30% dan 6,42%,

sementara imbal hasil jangka pendek menurun sebesar 3,60 bps

menjadi 4,52%. Imbal hasil SBN 10 tahun meningkat sebesar

38 bps ke level 5,57% dibandingkan dengan triwulan IV 2012

sebesar 5,19% (Grafik 3.32). Pelemahan imbal hasil di pasar

SBN disebabkan oleh kekhawatiran investor terhadap laju inflasi

ke depan yang berasal dari ketidakpastian rencana pemerintah

mengenai pembatasan penggunaan BBM bersubsidi dan kenaikan

harga BBM, kenaikan tarif dasar listrik, serta pelemahan nilai tukar

rupiah. Mengantisipasi hal tersebut, investor melakukan strategi

shortening duration dengan membeli SBN jangka pendek tenor

1-3 tahun dan melepas SBN jangka menengah dan panjang.

Investor nonresiden menambah kepemilikannya di

seluruh tenor. Meski dibayangi oleh risiko ketidakseimbangan

eksternal yang masih tinggi, investor asing terus melakukan aksi

beli SBN di seluruh tenor (Grafik 3.33). Aset domestik dinilai

masih memberikan positif carry yang cukup menarik sehingga

mendorong aksi beli tersebut. Secara triwulanan, kepemilikan

SBN oleh bank, asuransi, dan asing mengalami peningkatan,

sementara kepemilikan SBN oleh dana pensiun mengalami

penurunan. Selama triwulan I 2013, investor nonresiden masih

mencatat beli neto.

Pasar Reksadana

Kinerja reksadana sampai dengan Maret 2013 menunjukkan

peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama

tahun 2012. Secara umum, kinerja reksadana yang tercermin

dalam Nilai Aktiva Berish (NAB) naik sebesar 12,72% dibandingkan

Grafik 3.32

Perubahan Imbal Hasil SBN Bulanan

� ���

�����

���

���

���

�����������������������������������������

���

���

��

��

��

��

��

� � � � � � � � � �� �� �� ��

Grafik 3.33

Imbal Hasil SBN dan Jual/Beli Neto Asing

������������

����

����

���

��

��

���

���

����

����

����

���� ���� ���� ���� ���� ����

��������������������

���������������

� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� �

Grafik 3.31

IHSG dan Beli/Jual Asing Neto

�����

�����

�����

�����

�����

������������������������

����

�������

������

��

����

�����

�����

�����

�����

�������

��� ��� ����������

��� ��� ����������

��� ��� ����������

��� ��� ����������

��� ��� ����������

Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

34Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I 2013

dengan Maret 2012. Secara bulanan, NAB Maret 2013 naik sebesar 2,57% dibandingkan

dengan bulan sebelumnya. Sampai dengan Maret 2013, Peningkatan NAB reksadana

ditopang oleh produk reksadana saham, terproteksi dan pendapatan tetap. Dalam hal

ini, portofolio aset bentukan manajer investasi untuk produk reksadana membukukan

kinerja sejalan dengan kinerja underlying assetnya.

KONDISI PERBANKAN

Stabilitas sistem keuangan dan fungsi intermediasi perbankan tetap terjaga

dengan baik. Kinerja industri perbankan yang solid tercermin pada tingginya rasio

kecukupan modal (CAR/Capital Adequacy Ratio) yang berada jauh di atas minimum 8%

dan terjaganya rasio kredit bermasalah (NPL/Non Performing Loan) gross di bawah 5%.

Sementara itu, pertumbuhan kredit hingga akhir Februari 2013 mencapai 23,4% (yoy)

meningkat dibandingkan bulan sebelumnya. Kredit modal kerja dan kredit investasi

masih tumbuh cukup tinggi sebesar 24,5% (yoy) dan 25,4% (yoy). Sementara itu,

kredit konsumsi tumbuh 20,3% (yoy). Ke depan, Bank Indonesia meyakini stabilitas

sistem keuangan akan tetap terjaga dengan fungsi intermediasi perbankan yang akan

meningkat seiring dengan peningkatan kinerja perekonomian nasional

Suku Bunga (%) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Jan Feb

Tabel 3.4

Kondisi Umum Perbankan

Total Aset (T Rp) 3.598,7 3.628,1 3.708,7 3.745,1 3.827,4 3.891,1 3.902,5 3.923,8 4.009,4 4.028,8 4.103,5 4.262,6 4.211,0 4.232,4

DPK (T RP) 2.770,6 2.763,9 2.826,0 2.841,4 2.909,0 2.955,8 2.961,4 2.984,1 3.050,0 3.070,6 3.130,5 3.225,2 3.204,5 3.207,2

Kredit* (T Rp) 2.160,2 2.203,0 2.266,2 2.317,2 2.386,1 2.452,9 2.470,1 2.510,6 2.555,9 2.585,4 2.631,0 2.707,9 2.687,4 2.718,7

LDR* (%) 78,8 79,7 80,2 81,6 82,0 83,0 83,4 84,1 83,8 84,2 84,0 84,0 83,9 84,8

NPLs Gross* (%) 2,4 2,3 2,3 2,3 2,3 2,2 2,2 2,2 2,1 2,2 2,0 1,9 2,0 2,0

CAR (%) 18,4 18,4 18,3 18,0 17,9 17,5 17,3 17,3 17,4 17,3 17,4 17,4 19,2 19,2

NIM (%) 6,1 5,4 5,2 5,3 5,3 5,4 5,4 5,4 5,5 5,5 5,5 5,5 5,5 5,3

ROA (%) 3,7 3,6 3,1 3,0 3,0 3,2 3,1 3,1 3,1 3,1 3,1 3,1 3,1 2,9

2012

* tanpa channeling

Tabel Statistik

35Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I 2013

Tabel Statistik

Tabel 1

Suku Bunga Pasar Uang, Deposito Berjangka, dan Kredit

(Persen per Tahun)

PeriodeSuku Bunga Pasar UangAntarbank*

Tingkat Diskonto

SBI

Suku Bunga Deposito Berjangka * Suku Bunga Kredit*

1bulan

3bulan

6bulan

12bulan

24bulan

ModalKerja

Investasi

2007Trw. IV

2008Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV

2009Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV

2010Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV

2011Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV

2012Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV

2013Trw. I*

5,97 9,75 8,96 9,71 10,70 11,63 11,84 15,07 15,10 7,52 9,00 8,13 8,52 9,29 10,17 11,73 14,49 14,53 5,58 8,75 7,46 7,87 8,40 9,54 11,73 13,88 13,99 6,83 8,25 7,13 7,44 7,80 8,91 11,24 13,31 13,45 4,33 8,00 7,19 7,42 7,65 8,24 10,83 13,00 13,01 8,01 7,96 6,88 7,26 7,57 7,79 10,06 12,88 12,59 8,43 8,73 7,19 7,49 7,79 7,78 9,91 12,99 12,51 9,37 9,71 9,26 9,45 9,14 9,34 9,83 13,93 13,32 9,40 10,83 10,75 11,16 10,34 10,43 8,62 15,22 14,40 8,04 8,21 9,42 10,65 10,45 11,31 8,33 14,99 14,05 6,96 6,95 8,52 9,25 9,75 11,37 9,03 14,52 13,78 6,30 6,48 7,43 8,35 8,71 10,80 9,14 14,17 13,20 6,28 6,46 6,87 7,48 7,87 9,55 9,10 13,69 12,96 6,20 6,72 6,83 6,91 7,10 7,15 7,95 12,32 12,18 6,03 7,36 6,82 6,95 7,15 7,08 7,27 12,24 12,13 5,40 6,28 6,83 7,05 7,39 7,04 6,61 12,39 12,06 4,55 5,04 6,35 6,81 7,19 7,06 6,33 12,18 12,04 3,76 3,83 5,66 6,31 6,69 6,71 6,31 12,01 11,62 3,95 4,32 5,39 5,76 6,14 6,42 6,00 11,79 11,46 4,07 4,67 5,40 5,69 5,91 6,16 5,97 11,71 11,36 4,17 4,80 5,58 5,76 6,05 6,09 5,47 11,50 11,28 4,17 4,86 5,43 5,92 6,10 5,92 5,37 11,46 11,28

* Data s.d. Feb-13

Tabel Statistik

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I 201336

Tabel 2

Perkembangan Transaksi di Pasar Uang

(Miliar Rupiah)

Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 2)

Periode Transaksi antarbank1) Penerbitan Pelunasan Posisi

2007Trw.IV

2008Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV

2009Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV

2010Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV

2011Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV

2012Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV

2013Trw. I*

* Data s.d. Feb-13 1) Transaksi pagi & sore hari seluruh tenor 2) Termasuk SBIS (SBI Syariah)

32.061 777.250 795.475 247.926 37.482 871.303 906.767 212.463 23.510 496.338 543.656 165.145 27.115 389.140 437.315 116.969 14.029 404.072 340.913 180.128 22.897 448.505 394.904 232.700 30.656 324.806 324.776 232.731 29.038 375.134 387.188 220.676 24.566 631.235 592.048 259.864 26.907 648.324 607.933 300.255 30.615 322.322 351.475 271.103 28.553 199.589 218.152 252.540 23.142 153.809 203.835 203.110 30.401 86.480 56.066 233.524 36.788 51.790 96.325 188.988 30.061 19.822 57.593 151.217 30.262 51.641 79.605 123.253 16.541 26.600 51.790 98.064 34.559 14.607 19.822 92.849 32.241 29.475 51.641 70.682 28.769 38.246 26.601 82.328 17.929 29.134 14.607 96.855

Tabel Statistik

37Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I 2013

I II III IV I II III IV I II III IV I*

* Data s.d. Feb-131) Tidak termasuk pemerintah pusat, bukan penduduk, nilai lawan valas, RDI dan kredit kelolaan

Tabel 3

Posisi Kredit Perbankan dalam Rupiah dan Valuta Asing menurut Kelompok Bank dan Sektor Ekonomi1)

(Miliar Rupiah)

1 Bank Pemerintah - Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas dan Air Bersih - Konstruksi - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi - Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan - Jasa-jasa - Lain-lain

2 Bank Umum Swasta Nasional - Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas dan Air Bersih - Konstruksi - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi - Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan - Jasa-jasa - Lain-lain 3 Bank Pemerintah Daerah - Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas dan Air Bersih - Konstruksi - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi - Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan - Jasa-jasa - Lain-lain 4 Bank Asing & Campuran - Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas dan Air Bersih - Konstruksi - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi - Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan - Jasa-jasa - Lain-lain 5 Bank Perkreditan Rakyat - Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas dan Air Bersih - Konstruksi - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi - Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan - Jasa-jasa - Lain-lain

6 Sub jumlah (1 s,d, 5) - Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas dan Air Bersih - Konstruksi - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi - Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan - Jasa-jasa - Lain-lain

536.273 578.525 595.131 630.148 644.289 698.315 732.981 761.373 776.340 837.231 871.892 942.253 939.581 42.832 46.878 49.215 48.438 47.383 50.807 54.201 64.679 65.447 75.401 78.497 88.397 88.657 17.812 21.118 20.736 25.560 25.067 29.661 29.793 32.732 29.174 31.581 30.448 38.155 35.880 93.920 99.944 93.060 93.695 93.217 97.836 102.021 107.849 107.349 119.518 131.156 140.696 136.999 8.885 10.379 13.483 17.326 17.127 22.057 33.700 20.433 33.357 28.496 37.445 27.322 37.483 19.330 20.374 21.096 20.384 22.125 24.441 26.864 27.536 29.098 33.887 36.559 37.482 35.891 109.766 111.038 114.918 110.981 107.948 110.903 121.305 131.263 128.238 166.246 162.221 179.095 183.746 29.287 29.310 24.856 26.826 27.732 29.955 28.579 33.166 32.427 35.743 37.211 40.316 40.274 14.597 12.962 13.413 18.598 18.459 20.566 27.092 29.788 33.208 37.991 37.978 40.673 40.438 37.752 47.795 57.597 73.129 77.552 91.101 85.628 79.941 79.043 66.331 54.480 64.733 58.599 162.093 178.727 186.758 195.211 207.678 220.989 223.797 233.987 238.998 242.037 265.898 285.385 281.613 611.724 672.726 715.217 775.323 801.246 864.006 926.563 1.001.042 1.032.022 1.115.711 1.155.306 1.217.835 1.224.287 20.429 25.254 26.403 30.199 31.246 32.635 32.589 36.114 37.417 41.093 41.266 41.241 42.504 14.721 18.435 19.827 21.247 24.580 25.692 28.560 32.877 32.140 30.430 30.191 29.893 29.761 92.197 97.471 103.688 114.203 118.350 131.180 141.472 154.543 160.581 170.221 179.911 194.244 194.404 8.191 9.014 9.984 10.646 11.459 12.017 13.356 17.470 18.462 19.497 21.494 22.139 22.613 24.598 27.084 29.701 29.811 30.969 31.502 32.781 34.552 38.072 40.751 43.513 40.861 40.595 144.298 160.841 164.959 185.508 182.418 199.463 211.302 228.294 233.391 261.329 270.478 294.462 295.410 35.358 35.394 36.756 35.841 38.252 41.482 44.124 48.506 50.792 56.639 57.758 61.050 60.772 64.168 78.847 63.336 71.266 74.634 84.593 89.819 95.767 100.916 107.475 112.204 117.867 119.204 22.833 35.565 62.127 62.394 62.318 65.667 69.748 73.021 72.978 76.577 79.032 84.561 83.822 184.932 184.821 198.437 214.209 227.020 239.774 262.813 279.899 287.274 311.700 319.460 331.516 335.203 123.087 132.512 138.961 143.067 149.005 161.201 169.764 175.489 181.837 198.114 207.693 218.435 222.578 3.595 3.639 4.359 4.488 4.910 5.389 5.633 6.113 9.005 10.498 8.458 8.942 9.062 645 712 755 992 947 1.076 1.247 1.279 1.571 2.168 2.173 1.931 1.919 2.100 2.373 2.751 2.890 2.869 3.326 3.493 3.687 3.634 4.267 4.417 5.436 5.322 890 1.188 1.243 1.408 1.548 1.689 1.810 2.204 2.740 2.837 2.611 2.599 2.952 7.137 8.611 9.983 9.145 8.264 9.561 11.679 10.258 8.360 10.734 13.555 11.827 9.161 15.686 16.047 16.263 17.337 17.962 19.732 20.618 21.077 20.707 22.260 22.341 23.171 23.787 1.685 1.745 1.686 1.832 1.934 2.311 2.571 2.832 2.840 3.120 3.256 3.422 3.338 2.471 2.411 2.049 2.088 2.179 2.151 1.965 2.516 2.653 3.315 3.235 3.315 3.667 5.061 5.809 6.546 6.476 6.519 6.199 6.231 6.254 5.934 5.893 9.027 9.718 10.687 83.816 89.977 93.326 96.411 101.873 109.766 114.516 119.268 124.393 133.022 138.620 148.074 152.682 170.328 189.463 195.410 201.368 204.704 211.713 231.851 244.699 257.789 282.402 300.980 309.969 310.867 5.423 6.712 6.803 6.797 7.062 6.764 7.478 6.173 6.381 8.294 7.545 8.075 8.035 8.579 10.633 11.567 12.660 13.503 12.616 16.945 18.579 23.202 26.267 28.536 31.591 29.405 55.649 62.401 58.905 63.065 62.023 64.710 75.612 76.340 85.688 92.253 102.704 103.099 107.523 1.252 2.447 3.930 4.230 3.513 4.437 4.953 5.404 5.513 6.194 6.552 6.749 6.823 3.572 3.735 3.183 3.828 3.306 3.229 3.164 2.547 3.187 4.745 4.492 4.909 4.318 16.417 18.921 20.176 21.848 20.166 24.469 22.659 21.450 27.829 33.051 38.093 43.392 43.520 10.122 10.534 11.184 10.415 9.566 10.004 11.108 10.081 11.432 13.407 13.613 14.214 14.211 34.547 39.673 42.591 44.534 49.916 48.834 52.370 52.096 57.078 60.208 61.907 60.203 59.644 2.339 3.708 5.475 3.982 5.136 4.530 4.732 19.064 4.291 4.348 4.162 4.685 4.871 32.429 30.699 31.596 30.010 30.513 32.120 32.829 32.965 33.188 33.635 33.376 33.052 32.518 29.476 31.491 32.832 33.695 35.566 38.018 39.650 41.082 43.552 46.571 48.408 49.562 51.616 2.125 2.302 2.390 2.602 2.714 2.967 2.985 3.132 3.453 3.635 3.739 3.745 3.796 0 0 0 36 39 48 46 65 70 66 96 99 98 531 545 589 476 517 561 575 584 621 635 670 674 693 0 0 0 14 18 20 23 26 27 38 31 29 30 0 0 0 257 344 416 478 617 708 840 950 1.010 974 10.255 10.845 11.233 10.553 11.193 11.815 12.085 12.426 13.238 14.052 14.480 14.683 14.998 0 0 0 575 680 705 897 901 983 995 1.094 1.139 1.144 0 0 0 96 161 166 211 250 275 283 302 335 350 3.247 3.561 3.823 4.011 4.020 4.205 3.981 3.911 4.139 3.994 4.221 4.265 4.489 13.317 14.238 14.795 15.072 15.879 17.115 18.369 19.169 20.039 22.033 22.826 23.583 25.043 1.470.888 1.604.717 1.677.551 1.783.601 1.834.810 1.973.253 2.100.808 2.223.685 2.291.541 2.480.029 2.584.278 2.738.054 2.748.930 74.404 84.786 89.170 92.525 93.315 98.562 102.886 116.210 121.704 138.922 139.505 150.399 152.054 41.758 50.898 52.885 60.495 64.136 69.093 76.592 85.532 86.157 90.512 91.443 101.669 97.062 244.397 262.735 258.993 274.330 276.975 297.613 323.174 343.002 357.873 386.893 418.857 444.149 444.941 19.218 23.028 28.640 33.625 33.667 40.221 53.842 45.538 60.099 57.062 68.133 58.838 69.902 54.636 59.804 63.962 63.426 65.009 69.150 74.966 75.510 79.427 90.956 99.069 96.089 90.939 296.423 317.691 327.549 346.226 339.688 366.382 387.969 414.509 423.402 496.937 507.613 554.802 561.461 76.452 76.984 74.482 75.488 78.163 84.457 87.279 95.486 98.474 109.906 112.932 120.142 119.741 115.782 133.893 121.389 136.582 145.349 156.310 171.456 180.418 194.129 209.272 215.626 222.393 223.303 71.232 96.438 135.568 149.992 155.546 171.702 170.320 182.191 166.385 157.143 150.922 167.963 162.468 476.586 498.461 524.913 550.913 582.963 619.763 652.325 685.288 703.891 742.428 780.180 821.611 827.059

2010 2011 2012 2013

`̀ `

Tabel Statistik

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I 201338

* Data s.d. Feb-13 1) M1 + uang kuasi + surat berharga selain saham dgn sisa jk.waktu s.d 1 thn 2) Uang Kartal ditambah uang giral 3) Termasuk rekening khusus pemerintah 4) Termasuk derivatif keuangan

Tabel 4

Uang Beredar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

(Miliar Rupiah)

M2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Uang Beredar

AkhirPeriode

Jumlah 1) Jumlah2)

M1

UangKartal

UangGiral

UangKuasi

AktivaLuar

NegeriBersih

TagihanBersih

PemerintahPusat3)

Tagihan Pada

LembagaPemerintah

BUMN

Tagihan Pada

PerusahaanSwasta danPerorangan

LainnyaBersih4)

2009

Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2010

Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2011

Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2012

Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. Iv

2013

Trw. I*

1.916.752 448.034 186.119 261.914 1.466.364 691.465 363.536 46.541 1.303.006 -108.550

1.977.533 482.621 203.406 279.215 1.491.950 655.440 399.395 48.996 1.319.240 -102.181

2.018.031 490.022 210.343 279.679 1.525.204 658.645 390.288 55.139 1.347.876 -107.445

2.141.384 515.824 226.006 289.818 1.622.055 679.448 429.406 66.589 1.403.686 -119.293

2.112.083 494.461 205.083 289.378 1.611.373 726.192 370.121 79.813 1.397.656 -153.773

2.231.144 545.405 222.828 322.577 1.680.374 756.588 304.728 97.067 1.511.482 -116.738

2.274.955 549.941 229.825 320.117 1.720.039 824.481 283.694 97.679 1.583.468 -139.665

2.471.206 605.411 260.227 345.184 1.856.720 865.121 368.717 99.369 1.684.207 -121.460

2.451.357 580.601 241.618 338.984 1.862.788 911.389 318.001 91.980 1.727.537 -149.448

2.522.784 636.206 261.504 374.702 1.876.446 970.573 216.791 96.052 1.864.834 -129.049

2.643.331 656.096 279.224 376.872 1.973.573 918.902 237.643 105.744 1.989.000 -81.378

2.877.220 722.991 307.760 415.231 2.139.840 912.174 351.177 102.594 2.118.376 -29.895

2.911.920 714.258 287.046 427.212 2.182.891 926.120 297.113 108.407 2.189.236 1.779

3.050.355 779.416 314.670 464.746 2.254.329 925.568 284.336 116.927 2.361.812 15.087

3.125.533 795.518 325.566 469.952 2.318.559 975.633 298.898 116.428 2.471.071 15.597

3.304.645 841.722 361.967 479.755 2.452.503 965.442 389.833 158.382 2.584.819 10.716

3.277.426 786.606 321.541 465.065 2.479.959 937.714 361.348 163.915 2.571.080 37.452

Tabel Statistik

39Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I 2013

Tabel 5

Uang Primer dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya

(Miliar Rupiah)

374.406 401.435 423.809 518.447 506.785 541.624 565.149 613.488 586.034 627.359 638.869 704.843 655.486

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

250.612 269.372 288.846 318.575 290.466 315.539 336.521 372.972 340.602 374.431 384.840 439.720 387.678

205.083 222.828 229.871 260.715 242.118 265.196 279.224 307.735 287.046 314.670 325.566 361.966 319.547

45.529 46.544 58.975 57.860 48.349 50.343 57.297 65.237 53.556 59.761 59.274 77.754 68.131

85.666 92.287 93.665 159.106 174.569 183.427 189.546 207.538 209.747 215.349 219.865 239.957 229.284

539 578 497 484 460 530 473 116 359 330 912 133 317

-246.168 -258.716 -314.736 -310.837 -380.067 -453.626 -411.166 -352.386 -395.860 -341.092 -384.146 -351.241 -327.702

144.792 103.254 72.816 160.777 105.983 23.206 38.676 166.928 94.654 64.873 78.161 200.520 142.052

8.660 8.660 8.659 8.466 8.465 7.965 8.470 8.199 8.199 2.877 2.877 2.088 2.088

8.103 7.932 7.838 7.682 7.739 7.638 7.609 7.364 7.328 7.298 7.286 6.976 6.977

-73.835 -61.865 -74.968 -64.702 -62.992 -84.989 -96.336 -120.391 -143.629 -159.388 -200.354 -212.554 -202.303

-322.962 -307.132 -319.912 -417.012 -433.933 -402.578 -362.498 -403.347 -353.429 -254.567 -269.416 -344.565 -274.964

-262.661 -231.905 -211.739 -162.828 -192.235 -146.860 -112.608 -90.391 -62.738 -55.600 -37.430 -57.294 -54.457

-43.845 -27.628 -23.110 -101.256 -49.218 -58.451 -87.835 -169.916 -211.103 -120.703 -69.536 -84.622 -51.632

-13.502 -43.758 -76.124 -145.863 -172.167 -168.812 -126.802 -73.974 10.184 -6.638 -69.754 102.496 -68.507

-10.926 -9.566 -9.170 -6.049 -5.329 -4.868 -7.086 -11.139 -8.983 -2.184 -2.701 -3.705 -1.552

2010 2011 2012 2013

I II III IV I II III IV I II III IV I*

I. Uang Primer

a. Statutory Reserve Shortfall

b. Uang yang diedarkan

- Uang kartal di masyarakat

- Kas bank umum

c. Saldo Giro Positif Bank

d. Giro Sektor Swasta

II. Faktor-faktor yang mempengaruhi

Uang Primer

a. Net Domestic Assets

- Tagihan Bersih pada Pemerintah

- Bantuan Likuiditas

- Kredit Likuiditas

- Tagihan Lainnya

- Operasi Pasar Terbuka

- SBI (net) 2)

- FASBI

- Lain-Lain 3)

- Lainnya Bersih

* Data s.d. Feb-13 1) sebelum Juni 1997 menggunakan NFA, setelah Juni 1997 menggunakan NIR dengan kurs tetap Rp. 7.000,- per US $ sejak juni 1998 s.d. Maret 1999 menggunakan kurs tetap Rp. 10.000,- per US $ sejak April 1999 menggunakan kurs tetap Rp. 7.500,- per US $ sejak 21 November 1999 menggunakan kurs Rp. 7.000,- per US $ sejak 25 Mei 2000 untuk perhitungan NIR menggunakan konsep IRFCL(Int’l Reserve and Foreign Currency Liquidity) 2) sejak Maret 2000 termasuk SBI Syariah 3) termasuk di dalamnya adalah SUN dan FTO (Fine Tune Operation)

Tabel Statistik

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I 201340

1.891 1.342 1.043 870 5.144 2.947 273 766 -2.301 1.685 -3.105 -7.979 -5.336 -7.763 -24.183 6.954 6.848 7.593 9.232 30.627 9.264 9.223 9.700 6.596 34.783 3.810 818 3.198 591 8.417 35.088 37.444 39.712 45.830 158.074 45.901 51.810 52.376 50.701 200.788 48.353 47.538 45.549 46.706 188.146 -28.134 -30.596 -32.119 -36.598 -127.447 -36.637 -42.587 -42.676 -44.105 -166.005 -44.543 -46.720 -42.351 -46.115 -179.729 -2.106 -2.275 -2.155 -2.787 -9.324 -1.822 -3.133 -2.562 -3.115 -10.632 -2.075 -2.893 -2.480 -3.322 -10.770 -4.038 -4.329 -5.547 -6.876 -20.790 -5.525 -6.776 -7.416 -6.959 -26.676 -5.898 -6.801 -6.915 -6.225 -25.839 1.080 1.098 1.151 1.301 4.630 1.029 960 1.045 1.176 4.211 1.058 898 861 1.193 4.009 5.662 3.767 7.464 9.728 26.620 4.835 11.626 -3.110 216 13.567 2.256 5.225 6.015 11.415 24.911 18 2 4 26 50 1 4 5 23 33 5 3 8 22 37 5.644 3.765 7.460 9.702 26.571 4.834 11.622 -3.115 193 13.534 2.250 5.222 6.007 11.393 24.873 2.556 2.368 1.764 4.419 11.106 3.782 2.507 2.119 3.120 11.528 1.586 4.020 4.289 4.535 14.430 -427 -982 -1.191 -64 -2.664 -1.529 -2.526 -1.350 -2.307 -7.713 -2.932 452 -1.674 -1.268 -5.423 2.983 3.350 2.955 4.483 13.771 5.311 5.034 3.469 5.428 19.241 4.518 3.568 5.964 5.803 19.853 6.159 1.089 4.517 1.437 13.202 2.920 5.213 -4.571 245 3.806 2.628 3.872 2.516 180 9.196 -409 -152 -1.597 -353 -2.511 -829 -508 91 57 -1.189 -457 -186 31 -4.852 -5.465 6.569 1.241 6.114 1.789 15.713 3.749 5.721 -4.662 188 4.996 3.085 4.058 2.485 5.032 14.661 -3.072 308 1.179 3.846 2.262 -1.868 3.902 -663 -3.172 -1.801 -1.963 -2.670 -798 6.679 1.248 -2.764 552 -1.960 2.447 -1.725 -1.002 2.303 -3.255 -4.800 -6.755 -3.363 -2.816 -580 1.883 -4.876 -308 -244 3.139 1.400 3.987 -865 1.599 2.592 1.628 4.954 1.400 146 -218 4.795 6.123 7.552 5.108 8.507 10.597 31.765 7.781 11.899 -2.344 -2.085 15.252 -850 -2.754 679 3.652 728 -932 312 -1.552 692 -1.480 -115 -23 -1.616 -1.641 -3.395 -184 -57 155 -476 -563 6.621 5.421 6.955 11.289 30.285 7.666 11.876 -3.960 -3.726 11.857 -1.034 -2.811 834 3.176 165 -6.621 -5.421 -6.955 -11.289 -30.285 -7.666 -11.876 3.960 3.726 -11.857 1.034 2.811 -834 -3.176 -165 -6.621 -5.421 -6.955 -11.289 -30.285 -7.666 -11.876 3.960 3.726 -11.857 1.034 2.811 -834 -3.176 -165 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 71.824 76.322 86.551 96.207 96.207 105.709 119.655 114.503 110.123 110.123 110.493 106.502 110.172 112.781 112.781 6.7 6.0 6.9 7.2 7.2 7.5 7.9 7.1 6.5 6.5 6.2 5.8 6.0 6.1 6.1 1.2 0.8 0.6 0.5 0.7 1.49 0.13 0.34 -1.07 0.2 -1.42 -3.61 -2.38 -3.56 -2.7 21.2 23.2 20.3 23.7 21.7 18.4 21.9 19.8 26.2 21.7 30.3 36.7 34.9 39.5 35.3 5.0 7.2 4.8 6.2 5.8 2.1 4.0 2.0 4.0 3.0 2.1 4.2 2.1 4.4 3.2

*) Angka sementara **) Angka sangat sementara R) Revisi 1) Format baru sejak publikasi Januari 2004 2) Tidak termasuk pinjaman IMF 3) Negatif berarti surplus dan positif berarti defisit. Sejak kuartal pertama 2004, perubahan cadangan devisa untuk data realisasi hanya mencakup data transaksi. 4) Sejak 1988, posisi cadangan devisa berdasarkan aktiva luar negeri menggantikan cadangan devisa resmi. Sejak 2000, posisi cadangan devisa memakai konsep Internasional Reserve

and Foreign Currency Liquidity (IRFCL). 5) Perbandingan antara pembayaran pokok dan bunga utang luar negeri terhadap ekspor barang dan jasa. 6) Terdiri dari Pemerintah, BUMN di luar bank, dan Bank Indonesia.

Tabel 6

Neraca Pembayaran Indonesia 1)

(Juta US$)

2010 2011* 2012**

I II III IV Total I II III IV Total I II III IV Total

I. Transaksi Berjalan A. Barang bersih (Neraca Perdagangan) 1. Ekspor f.o.b 2. Impor f.o.b B. Jasa-jasa (bersih) C. Pendapatan (bersih) D. Transfer Berjalan II. Transaksi Modal dan Finansial A. Transaksi Modal B. Transaksi Finansial 1. Investasi Langsung a. Ke Luar Negeri (bersih) b. Di Indonesia/FDI (bersih) 2. Investasi Portofolio a. Aset (bersih) b. Kewajiban (bersih) 3. Investasi Lainnya a. Aset (bersih) b. Kewajiban (bersih) 2) III. Jumlah (I + II) IV. Selisih Perhitungan V. Neraca Keseluruhan (III + IV) VI. Lalu Lintas Moneter 3) a. Perubahan Cadangan Devisa b. IMF: Penarikan Pembayaran Memorandum: Posisi Cadangan Devisa 4) (dalam bulan impor dan pembayaran utang luar negeri) Transaksi Berjalan (% PDB) Rasio Pembayaran Utang (%) 5) a.l. Sektor Terkait Pemerintah dan Otoritas Moneter 6)

Tabel Statistik

41Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I 2013

* Data s.d Nov 2012

Keterangan :

1) Perubahan indeks pada akhir triwulan yang bersangkutan dibandingkan dengan indeks pada akhir triwulan sebelumnya (QTQ)

Perhitungan IHK menggunakan tahun dasar 2007 (2007 = 100).

Sumber : Badan Pusat Statistik (diolah)

Tabel 7

Perkembangan Perubahan Indeks Harga Konsumen Menurut Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa

(Persen)1)

Kelompok/Sub Kelompok

1,67 4,05 5,65 3,46 -0,12 -0,94 2,83 1,86 0,77 1,55 2,23 1,03 7,70 6,90 1,24 9,78 6,81 -2,42 0,83 7,77 4,27 2,74 -0,82 1,26 2,67 0,31 0,72 2,02 12,83 -7,24 -1,71 2,18 4,66 -0,62 0,41 2,03 3,27 2,18 3,05 0,09 -1,92 7,47 -1,67 3,91 1,31 3,45 -1,75 3,24 0,45 3,35 0,30 3,50 0,44 0,55 1,41 0,74 4,05 3,23 2,11 -0,92 2,32 2,06 1,80 -0,60 5,25 0,01 1,12 2,71 0,55 1,89 0,95 0,74 1,53 1,63 -0,02 0,83 1,86 0,77 4,13 8,96 1,08 4,47 -2,92 1,67 5,48 0,48 -1,62 0,65 7,02 -0,79 10,59 -18,67 24,27 3,27 0,66 3,83 -0,39 2,81 -0,63 0,25 1,54 11,01 -0,04 0,91 0,34 4,43 3,46 1,41 1,70 1,01 2,21 1,57 -0,33 1,39 6,64 0,01 9,89 -4,89 30,95 -1,06 20,90 -4,32 -19,05 -12,71 12,43 -7,83 15,55 -9,81 3,95 65,15 0,85 -0,63 2,05 6,59 5,85 -0,05 1,13 -1,34 2,33 -0,62 1,23 -3,22 -0,17 0,67 1,14 2,96 0,62 0,44 1,39 4,77 0,32 1,46 1,98 1,40 -0,90 1,31 2,62 1,00 1,86 1,31 1,28 0,83 1,36 0,96 1,46 1,51 2,14 0,88 1,33 2,69 1,32 1,92 1,08 1,19 0,80 0,96 0,71 1,13 0,94 1,94 0,88 1,40 2,86 -1,59 1,91 1,72 0,55 -0,53 1,13 0,75 1,46 3,03 2,38 0,26 0,76 1,81 2,27 1,48 1,63 2,25 2,23 2,88 1,76 2,33 1,96 2,58 1,34 1,69 0,67 0,43 2,11 0,82 1,18 0,77 0,78 0,71 1,02 0,78 0,77 0,74 1,59 0,83 0,44 0,82 1,12 1,72 0,83 0,96 0,98 1,35 0,95 0,83 1,15 1,65 0,51 0,45 6,03 0,10 0,30 0,47 0,44 0,16 0,55 0,68 -0,04 0,11 1,94 0,31 0,42 0,70 0,47 0,69 0,71 0,78 0,32 0,49 0,43 0,79 0,55 0,72 0,62 0,32 0,90 1,05 0,99 1,09 0,79 0,73 0,75 0,83 1,92 0,54 1,25 -0,66 2,28 1,05 3,75 0,45 1,97 4,71 0,29 1,29 -0,29 2,53 1,08 -1,04 1,02 0,74 1,78 0,56 1,11 1,02 1,78 1,46 1,14 0,57 0,96 0,42 0,91 0,44 0,61 1,20 0,35 0,28 0,69 0,88 1,19 0,84 0,47 1,21 0,51 0,65 0,69 0,98 1,64 0,31 0,25 0,99 1,51 1,49 1,06 0,61 1,20 0,36 0,17 -2,88 5,39 0,61 9,44 0,31 3,79 11,56 -1,30 1,59 -1,42 4,83 1,67 -3,39 0,58 0,33 0,77 0,49 1,54 1,30 0,75 0,60 0,81 0,62 0,80 0,64 1,09 0,52 0,32 0,51 0,50 1,79 1,07 0,72 0,33 0,89 0,52 0,65 0,51 1,28 0,65 0,18 0,41 0,47 1,56 0,98 0,35 0,65 0,69 0,56 0,59 0,51 0,56 0,84 0,34 2,07 0,75 2,35 1,32 0,80 1,17 1,31 0,91 0,86 0,87 1,23 0,57 0,43 1,01 0,50 1,36 1,72 1,00 0,70 0,69 0,68 1,00 0,76 1,11 0,18 0,09 2,39 0,60 0,72 0,28 3,69 0,41 0,30 0,19 3,36 0,33 0,36 0,03 0,02 4,42 0,64 0,51 0,12 6,74 0,63 0,15 0,08 5,27 0,48 0,25 0,77 0,17 0,69 0,73 0,50 1,13 2,32 0,54 0,56 0,27 0,99 0,23 1,08 0,30 0,24 1,06 -0,03 0,39 0,32 1,16 0,13 0,43 0,38 0,72 0,15 0,65 0,37 0,15 -0,03 0,56 1,18 0,23 0,29 0,13 0,55 0,41 0,47 0,18 0,34 0,87 0,23 0,53 0,47 1,89 0,63 0,29 0,69 0,37 0,34 0,23 0,56 0,69 0,34 0,21 2,45 -0,32 0,55 0,36 1,15 -0,14 0,40 0,31 1,00 0,47 -0,01 0,50 0,27 1,59 -0,51 0,81 0,51 1,81 -0,26 0,47 0,41 1,39 0,61 -0,07 -0,40 -0,06 -0,10 -0,11 -0,16 -0,37 -0,37 -0,18 -0,10 -0,10 -0,07 -0,09 -0,06 0,96 0,55 15,77 0,42 0,64 0,84 0,40 0,62 1,01 0,64 0,49 0,82 0,32 0,00 0,04 0,00 0,00 0,09 0,03 0,01 0,00 0,00 0,01 1,48 0,00 0,86 0,99 1,41 2,79 1,59 0,70 0,36 1,89 0,79 0,88 0,90 1,68 0,77 2,43

2010 2011 2012 2013 I II III IV I II III IV I II III IV I

I. Bahan Makanan A. Padi-padian. umbi-umbian dan hasil-hasilnya B. Daging dan hasil-hasilnya C. Ikan segar D. Ikan diawetkan E. Telur. susu dan hasil-hasilnya F. Sayur-sayuran G. Kacang-kacangan H. Buah-buahan I. Bumbu-bumbuan J. Lemak dan minyak K. Bahan makanan lainnya II. Makanan jadi. Minuman. Rokok dan Tembakau A. Makanan jadi B. Minuman yang tidak beralkohol C. Tembakau dan minuman beralkohol

III. Perumahan A. Biaya tempat tinggal B. Bahan bakar. penerangan dan air C. Perlengkapan rumah tangga D. Penyelenggaraan rumah tangga

IV. Sandang A. Sandang laki-laki B. Sandang wanita C. Sandang anak-anak D. Barang pribadi dan sandang lainnya

V. Kesehatan A. Jasa kesehatan dan obat-obatan B. Obat-obatan C. Jasa perawatan jasmani D. Perawatan jasmani dan kosmetik VI. Pendidikan. Rekreasi dan Olah Raga A. Biaya pendidikan B. Kursus dan pelatihan C. Perlengkapan/peralatan pendidikan D. Rekreasi E. Olah raga VII. Transpor dan Komunikasi A. Transpor B. Komunikasi dan pengiriman C. Sarana dan penunjang transpor D. Jasa Keuangan U M U M

Tabel Statistik

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I 201342

Tabel 8

Perkembangan Laju Inflasi Menurut Kota

(Persen)1)

K o t a

-0,09 1,17 0,05 5,99 0,62 -0,46 2,61 0,76 1,20 1,23 -0,73 1,29 4,03 0,44 -0,33 1,47 3,01 0,26 -0,15 2,03 1,15 0,16 -0,09 0,44 -0,45 1,39 0,38 2,13 0,82 3,92 0,87 -1,07 3,49 1,35 0,36 1,18 0,96 1,00 1,08 1,21 2,60 2,67 4,89 0,79 -0,90 2,02 1,77 0,82 2,33 -0,09 0,21 3,71 1,04 2,89 1,08 4,37 1,19 -0,39 2,76 0,64 1,60 1,93 0,98 0,14 3,50 1,05 2,12 1,52 2,76 0,32 0,04 3,46 -0,28 0,52 1,44 0,78 1,00 2,45 1,02 2,41 0,74 3,47 1,46 -0,89 3,17 1,57 0,09 1,25 1,76 1,01 2,33 0,79 1,72 1,83 2,48 1,51 -0,30 2,30 1,50 0,66 1,11 0,89 0,66 2,62 1,72 1,67 1,76 2,05 0,70 0,50 2,06 0,45 0,23 0,64 0,65 0,49 1,21 1,53 3,22 2,37 3,02 -0,80 -0,16 3,22 0,52 0,31 2,62 0,92 0,32 2,08 0,58 1,18 2,50 1,65 -0,27 1,15 2,00 0,86 -0,23 1,27 0,68 0,98 2,21 1,35 2,15 3,88 1,43 0,20 0,27 3,66 -0,18 -0,10 1,38 3,01 0,27 2,61 0,15 2,53 4,39 2,57 1,11 0,15 2,30 0,62 0,31 1,36 1,98 0,59 2,73 1,37 0,41 5,18 2,15 1,92 0,45 4,06 -1,44 2,06 0,76 4,41 -0,75 4,20 0,26 2,60 2,21 3,71 -0,25 -0,31 2,56 1,08 -0,58 1,28 1,66 0,82 1,68 0,80 2,12 1,66 1,45 1,28 -0,61 1,99 0,64 0,71 0,00 2,86 0,32 1,84 0,92 1,21 2,63 1,32 0,68 0,65 1,89 0,70 0,83 0,64 1,75 1,24 1,96 1,33 0,82 1,80 1,48 0,77 0,25 1,62 1,46 1,21 0,55 1,77 0,30 2,42 0,31 1,87 1,54 2,33 -0,40 0,07 2,07 1,03 0,70 1,38 1,41 0,85 3,76 0,74 1,32 2,46 1,44 0,53 0,66 1,75 0,80 0,73 1,08 1,87 0,69 2,86 0,87 1,60 1,69 1,82 0,30 -0,33 0,95 1,42 0,70 0,96 1,69 0,51 3,63 1,11 1,44 2,74 1,15 0,50 0,79 0,78 0,75 0,21 0,41 3,04 0,37 2,67 0,61 1,02 2,96 0,75 0,32 0,54 2,31 1,03 0,74 1,08 1,29 0,81 2,28 1,26 2,08 2,85 1,47 0,94 -0,37 1,26 1,58 0,76 0,61 1,95 0,11 2,66 0,75 2,23 2,52 2,25 0,55 -0,18 1,74 0,81 0,45 1,44 1,84 0,33 3,09 0,84 0,47 2,21 0,93 0,26 0,27 0,69 1,50 1,25 0,50 1,79 0,43 2,31 0,36 1,25 3,52 1,44 -0,31 0,07 2,09 1,34 0,07 0,51 2,32 0,45 2,90 1,11 1,23 2,20 1,37 0,69 0,38 1,43 0,86 1,03 0,85 1,88 0,90 2,48 0,68 1,58 1,91 2,33 -0,83 0,03 1,61 1,14 0,59 1,00 0,43 0,82 3,84 1,02 1,23 3,33 1,37 0,37 0,02 1,76 0,70 1,12 1,19 2,00 0,46 2,87 0,62 1,48 2,65 1,83 0,39 -0,08 1,95 0,31 0,22 1,23 1,70 -0,07 1,12 1,00 1,65 2,91 1,63 1,14 0,10 1,73 0,85 0,71 0,91 1,38 1,25 2,70 -0,02 1,99 2,35 2,60 0,80 -0,77 1,39 1,00 0,85 0,83 1,65 1,09 2,80 0,52 1,44 3,69 0,97 0,11 0,87 1,58 1,57 0,98 1,22 2,16 0,61 3,25 0,63 1,95 2,23 1,83 -0,15 0,52 2,19 1,03 0,53 1,21 2,40 0,43 2,52 1,00 1,23 2,57 1,75 0,73 0,24 1,90 1,14 0,45 0,87 2,06 1,15 2,77 0,72 1,82 3,46 0,54 1,20 0,29 1,63 0,61 0,63 1,73 2,49 0,92 2,83 0,83 1,15 2,39 2,02 0,80 0,02 1,75 0,88 0,67 0,58 1,72 0,49 3,14 0,63 1,29 3,93 1,32 1,25 0,34 2,23 0,83 0,73 0,82 1,85 0,92 2,90 1,42 1,26 3,77 1,44 1,26 0,82 0,82 0,80 2,01 0,63 0,87 1,13 3,73 2,33 2,70 3,34 2,28 -0,07 0,33 4,08 1,94 2,52 -0,01 1,56 -0,01 3,33 1,53 1,15 2,23 1,31 0,63 1,12 1,89 3,39 1,11 0,97 1,57 -0,09 3,66 2,11 2,52 3,02 0,60 0,86 1,42 2,04 2,12 0,49 3,56 1,68 0,64 1,33 3,25 2,24 3,08 1,06 2,32 0,07 0,75 1,13 1,13 1,29 1,04 1,55 3,02 2,51 0,03 4,75 1,03 1,42 0,39 3,32 -0,28 2,20 1,45 2,34 0,47 2,08 3,55 0,11 4,61 -1,24 2,31 -0,05 4,55 -0,19 1,95 1,30 0,80 0,11 2,15 1,62 2,02 2,65 2,91 0,72 0,20 1,64 1,00 2,60 0,26 0,61 1,16 3,46 1,32 2,21 3,64 2,01 0,06 1,36 3,40 0,39 2,25 0,68 1,54 2,10 1,98 1,50 2,87 2,86 1,54 0,47 0,77 1,74 0,95 2,45 0,28 1,37 1,74 1,76 2,55 0,76 4,14 -0,21 2,38 2,15 1,98 -0,18 2,11 0,83 2,82 0,52 2,52 2,07 0,74 3,28 0,75 2,77 1,19 2,36 -0,21 2,13 0,11 2,31 0,21 2,91

2010 2011 2012 2013 I II III IV I II III IV I II III IV I

1. Lhokseumawe2. Banda Aceh3. Padang Sidempuan4. Sibolga5. Pematang Siantar6. M e d a n7. Padang8. Pekanbaru9. Batam10. Jambi11. Palembang12. Bengkulu13. Bandar Lampung14. Pangkal Pinang15. Dumai16. Tanjung Pinang17. Jakarta18. Tasikmalaya19. Serang20. Tangerang21. Cilegon22. Bogor23. Sukabumi24. Bekasi25. Depok26. Bandung27. Cirebon28. Purwokerto29. Surakarta30. Semarang31. Tegal32. Yogyakarta33. Jember34. Sumenep35. Kediri36. Malang37. Probolinggo38. Madiun39. Surabaya40. Denpasar41. Mataram42. Bima43. Maumere44. Kupang45. Pontianak46. Singkawang47. Sampit48. Palangka Raya49. Banjarmasin50. Balikpapan51. Samarinda

Tabel Statistik

43Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I 2013

* Data s.d Nov 2012

Keterangan :

1) Perubahan indeks pada akhir triwulan yang bersangkutan dibandingkan dengan indeks pada akhir triwulan sebelumnya (QTQ)

Perhitungan IHK menggunakan tahun dasar 2007 (2007 = 100).

Sumber : Badan Pusat Statistik (diolah)

Tabel 8

Perkembangan Laju Inflasi Menurut Kota (lanjutan)

(Persen)1)

K o t a

2,89 -1,77 5,23 1,47 3,16 -0,77 0,91 3,03 2,17 0,06 2,62 1,04 3,13 0,72 0,20 3,81 1,44 1,31 -1,43 -0,05 0,86 1,59 1,28 1,40 1,64 2,34 -0,64 1,66 4,93 0,37 2,49 -0,69 0,91 1,72 0,56 1,72 2,62 0,85 0,65 1,42 0,47 4,78 -0,04 0,69 1,26 1,91 0,03 2,40 0,04 1,43 -0,25 1,65 1,01 0,62 4,09 0,97 0,80 0,60 0,97 0,48 2,00 0,42 1,65 0,43 2,19 0,48 0,59 3,35 1,27 0,36 -0,19 0,93 0,49 0,75 0,34 2,15 0,21 1,91 0,75 0,02 3,04 0,14 0,72 1,13 1,73 -0,26 1,61 0,86 1,89 -0,30 1,84 -0,20 0,70 3,77 -0,40 2,35 1,65 4,11 -2,97 2,36 1,21 1,50 0,09 0,18 1,59 -0,25 5,63 0,36 0,02 1,01 1,84 1,15 1,78 1,05 1,31 1,07 1,65 0,84 0,60 1,58 2,01 1,60 0,86 1,45 0,91 0,54 0,30 1,91 0,49 1,43 2,84 0,26 4,70 0,76 -1,25 5,58 -0,78 -0,59 4,32 3,26 -0,01 -0,91 0,27 1,79 -1,26 2,58 2,15 0,50 1,38 1,12 1,45 0,52 1,15 0,71 0,88 1,18 -0,44 1,58 1,89 1,58 -1,06 1,37 2,48 0,82 -1,24 3,65 0,55 1,89 0,87 1,34 1,84 5,50 -0,69 -1,47 1,77 0,17 0,46 -0,67 3,74 2,37 -0,36 1,83 1,31 1,03 1,36 0,71 0,95 0,86 0,28 1,27 -0,46 0,71 1,41 2,82 0,84 0,99 1,41 2,79 1,59 0,70 0,36 1,89 0,79 0,88 0,90 1,68 0,77 2,43

52. Tarakan53. Manado54. P a l u55. Watampone56. Makassar57. Parepare58. Palopo59. Kendari60. Gorontalo61. Mamuju62. Ambon63. Ternate64. Manokwari65. Sorong66. Jayapura

NASIONAL

2010 2011 2012 2013 I II III IV I II III IV I II III IV I

Tabel Statistik

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I 201344

Keterangan : 1) Perubahan indeks pada akhir triwulan yang bersangkutan dibandingkan dengan indeks pada akhir triwulan sebelumnya (QTQ)

Perhitungan IHPB sejak tahun 2009 menggunakan tahun dasar 2005 (2005 = 100). Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS diolah)

Tabel 9

Perubahan Indeks Harga Perdagangan Besar

(Persen) 1)

Akhir Pertanian Pertambangan Industri Impor* Ekspor* Umum*

Periode

7,59 3,70 5,80 11,05 10,00 8,50

7,05 4,08 7,17 6,64 5,88 6,45

7,75 10,78 12,60 15,56 14,14 12,55

4,68 3,54 1,40 -9,23 -5,31 -1,92

0,00 4,27 -4,14 -11,86 -13,55 -6,67

2,93 7,52 -0,26 5,28 2,44 1,80

3,07 -0,40 1,23 0,54 -0,81 0,99

5,19 1,22 1,13 -0,37 -2,86 0,79

1,19 1,05 0,53 0,60 1,88 0,91

2,05 0,60 1,57 0,22 0,27 1,17

2,25 0,80 0,60 0,69 2,70 1,29

3,74 0,52 1,41 0,14 -1,00 1,14

1,75 0,92 1,04 5,17 4,30 2,43

1,16 1,56 1,80 5,13 5,19 2,86

0,22 1,31 0,65 -0,61 3,54 0,65

3,14 0,70 1,18 2,10 1,53 1,81

0,42 1,59 0,85 1,56 1,83 0,94

1,58 1,72 1,40 4,60 4,91 2,65

1,61 0,85 0,58 -4,25 -3,20 -0,81

1,85 -0,66 1,04 6,67 2,39 2,35

-0,49 0,74 0,22 -0,07 -1,46 -0,27

5,77 1,40 1,03 n,a n,a n,a

2007Trw.IV

2008Trw.I

Trw.II

Trw.III

Trw.IV

2009Trw.I

Trw.II

Trw.III

Trw.IV

2010Trw.I

Trw.II

Trw.III

Trw.IV

2011Trw.I

Trw.II

Trw.III

Trw.IV

2012Trw.I

Trw.II

Trw.III

Trw.IV

2013Trw.I