57
JONG ISLAMIETEN BOND 1925 – 1942 SEBAGAI GERAKAN PEMUDA ISLAM DI INDONESIA Disusun Oleh: Jamaludin 0033218880 JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2008

Jong Islamieten Bond 1925 – 1942 sebagai Gerakan Pemuda ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7536/1/JAMALU... · kebijaksanaan kolonial Belanda tentang Goeroe Ordonantie

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Jong Islamieten Bond 1925 – 1942 sebagai Gerakan Pemuda ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7536/1/JAMALU... · kebijaksanaan kolonial Belanda tentang Goeroe Ordonantie

JONG ISLAMIETEN BOND 1925 – 1942 SEBAGAI

GERAKAN PEMUDA ISLAM DI INDONESIA

Disusun Oleh:

Jamaludin

0033218880

JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2008

Page 2: Jong Islamieten Bond 1925 – 1942 sebagai Gerakan Pemuda ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7536/1/JAMALU... · kebijaksanaan kolonial Belanda tentang Goeroe Ordonantie

JONG ISLAMIETEN BOND 1925 – 1942 SEBAGAI GERAKAN PEMUDA ISLAM DI INDONESIA

Skripsi

Diajukan kepada fakultas Ushuluddin dan Filsafat

Untuk Memenuhi Prasyarat Mencapai Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.)

Oleh: Jamaludin 0033218880

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing

Dra. Haniah Hanafie, M.Si

NIP: 150 299 932

JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2008

Page 3: Jong Islamieten Bond 1925 – 1942 sebagai Gerakan Pemuda ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7536/1/JAMALU... · kebijaksanaan kolonial Belanda tentang Goeroe Ordonantie

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT., yang telah

melimpahkan Rahmat, Karunia, Taufik dan Hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi

ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam tidak lupa penulis panjatkan kepada

junjungan kita Nabi Muhammad SAW., beserta keluarga dan sahabatnya yang telah

membawa umat manusia menuju jalan kebaikan.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial

Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu,

penulis mengucapkan terima kasih. Ucapan terima kasih disampaikan kepada:

1. Bapak Prof. DR. Komaruddin Hidayat, M.A, Rektor UIN Syarif Hidayatulah Jakarta.

2. Bapak DR. M. Amin Nurdin, MA, dekan fakultas Ushuluddin dan Filsafat

3. Bapak Drs. Agus Darmaji, M.Fils, ketua jurusan Pemikiran Politik Islam Fakultas

Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Dra. Wiwi Siti Sajaroh, M.Ag, sekretaris jurusan Pemikiran Politik Islam

Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 4: Jong Islamieten Bond 1925 – 1942 sebagai Gerakan Pemuda ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7536/1/JAMALU... · kebijaksanaan kolonial Belanda tentang Goeroe Ordonantie

5. Ibu Dra. Haniah Hanafie, M.Si, dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu,

tenaga dan pikirannya untuk memberikan bimbingan dan selalu memberikan saran

dan motivasi serta pengarahan kepada penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.

6. Bapak dan ibu dosen Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah mendidik dan membina selama perkuliahan berlangsung.

7. Bapak kepala dan para karyawan perpustakaan utama dan fakultas ushuluddin dan

Filsafat UIN Syarif Hidayatullah yang telah memberikan pelayanan dan fasilitas serta

buku-buku yang penulis perlukan.

8. Ayahanda H. Misar dan ibunda Hj. Nini, kakanda, adinda dan keponakan-keponakan

yang telah memberikan dorongan moril dan materiil kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman-teman seperjuangan jurusan Pemikiran Politik Islam Umar Fauzi, Irvan Ali

Fauzi, Liyus Oktari, dan Ipad Badru. Mereka adalah orang-orang hebat yang

senantiasa memberikan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan

skripsi ini.

10. Seluruh angkatan 2000 yang selalu setia mendukung dan memotifasi saya untuk terus

berjuang melawan rasa malas sampai brakhirnya saya lulus.

Akhirnya hanya kepada Allah semua itu diserahkan. Semoga amal baik mereka

diterima oleh Allah SWT., Amin.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb

Jakarta, Juni 2008

Jamaludin

Page 5: Jong Islamieten Bond 1925 – 1942 sebagai Gerakan Pemuda ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7536/1/JAMALU... · kebijaksanaan kolonial Belanda tentang Goeroe Ordonantie

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah......................................................................1

B. Batasan dan Rumusan Masalah...........................................................5

C. Tujuan Penulisan .................................................................................5

D. Metode Penulisan ................................................................................6

E. Sistematika Penulisan..........................................................................7

BAB II PENGERTIAN GERAKAN PEMUDA ISLAM .................................9

A. Pengertian gerakan..............................................................................9

1. Arti Gerakan secara Umum.............................................................9

2. Arti Gerakan Islam ........................................................................11

B. Pengertian Pemuda Islam..................................................................13

1. Arti Kata Pemuda ..........................................................................13

2. Arti kata Pemuda Islam .................................................................15

BAB III SEKILAS TENTANG JONG ISLAMIETEN BOND (JIB) ............16

A. Latar Belakang Berdirinya Jong Islamieten Bond (JIB)...................16

B. Asas dan Tujuan JIB .........................................................................18

BAB IV JONG ISLAMIETEN BOND SEBAGAI GERAKAN PEMUDA ISLAM

DI INDONESIA....................................................................................23

Page 6: Jong Islamieten Bond 1925 – 1942 sebagai Gerakan Pemuda ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7536/1/JAMALU... · kebijaksanaan kolonial Belanda tentang Goeroe Ordonantie

A. Ideologi-Ideologi dalam JIB..............................................................23

1. Ideologi Islam...............................................................................24

2. Ideologi Nasionalis .......................................................................26

3. Ideologi Sosialis ...........................................................................31

B. Tantangan JIB sebagai Gerakan Pemuda Islam ................................35

1. Tantangan Ideologi .......................................................................36

2. Tantangan Modernitas ..................................................................39

3. Tantangan Invasi Kebudayaan......................................................41

C. Peran JIB sebagai Gerakan Pemuda Islam...................... ..................42

1. Merebut Kemerdekaan Indonesia.................................................43

2. Partisipasi dalam Memajukan Rakyat Indonesia..........................47

D. Posisi Perjuangan Pemuda Islam: Sebuah Prestasi atau Kegagalan..48

BAB V PENUTUP.............................................................................................51

A. Kesimpulan........................................................................................52

B. Saran-saran ........................................................................................54

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................64

Page 7: Jong Islamieten Bond 1925 – 1942 sebagai Gerakan Pemuda ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7536/1/JAMALU... · kebijaksanaan kolonial Belanda tentang Goeroe Ordonantie

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara kepulauan, memiliki karakter dan budaya yang

beragam. Tak ayal lagi, pengaruh budaya, menyikapi pola hidup masyarakatnya.

Selain itu, Indonesia memiliki letak geografis yang sangat strategis, diapit dua benua

dan dua samudera, menyebabkan unsur-unsur budaya asing masuk ke Indonesia

begitu cepatnya.

Islam memiliki norma-norma khusus dan jelas, tentang bagaimana manusia

melakukan komunikasi dengan manusia lainnya, bagaimana menempatkan

kedudukan seseorang pada kedudukannya yang tepat, bagaimana memimpin

masyarakat, dan bagaimana menyelenggarakan sebuah pemerintahan. Indonesia yang

mayoritas penduduknya beragama Islam, kiranya dapat menerapkan norma-norma ke-

Islaman yang pastinya tidak bertentangan dengan keyakinan (agama) lainnya.

Pemuda merupakan potensi yang dapat menentukan perjalanan sejarah umat

manusia dan menggerakkan mereka ke arah cita-cita tinggi. Mampu meraih periode

kebudayaan yang penuh ilmu pengetahuan dan semangat zaman. Bila kita menyibak

sejarah pergerakan Islam mutakhir di tanah air niscaya dalam politik akan ditemukan

organisasi tertua yaitu Syarekat Islam. Di bidang dakwah dan kemasyarakatan adalah

Muhammadiyah, Persatuan Islam (Persis), Nahdlatul Ulama (NU), dan sebagainya.

Page 8: Jong Islamieten Bond 1925 – 1942 sebagai Gerakan Pemuda ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7536/1/JAMALU... · kebijaksanaan kolonial Belanda tentang Goeroe Ordonantie

Sedang di dalam bidang intelektual-kepemudaan organisasi Jong Islamiten Bond

(JIB) dan Jong Java.1

Pemuda Islam bukanlah suatu bagian yang terpisah dari golongan Islam

sebagai kelompok sosial dan politik dalam masyarakat, pemuda Islam merupakan

bagian yang tak terpisahkan dari golongan Islam atau ummat Islam sebagai kelompok

kepentingan. Di dalam perjalanan sejarah peranan yang dibawakan oleh pemuda

Islam sebagai “ujung tombak” seringkali begitu menonjol sehingga merupakan alur

tersendiri dalam gelombang arus sejarah Islam di Indonesia.

Munculnya Jong Islamiten Bond (JIB) merupakan suatu fenomena yang

menarik. Anggota-anggotanya secara intelektual mulai menyadari Islam sebagai suatu

cara hidup yang sempurna berkat tersebarnya gagasan-gagasan modern tentang Islam

di kalangan mereka. Menurut Roem – dikatakan bahwa dua tujuan yang hendak diraih

JIB adalah : 1. Mempelajari Islam dan menganjurkan agar ajaran-ajarannya

dilaksanakan; 2. Mengembangkan rasa simpati terhadap Islam dan para pengikutnya,

di samping menunjukkan sikap toleran positif terhadap pemeluk agama lain. Dengan

menyebut sikap toleran positif terhadap pemeluk agama lain, JIB ingin menunjukkan

bahwa Islam bukanlah agama sempit dan dangkal; dan kaum muslimin memang sama

sekali tidak punya niat untuk memaksa pihak lain untuk memeluk Islam karena hal itu

berlawanan dengan ajaran al-Qur’an sendiri.2

Tantangan-tantangan terhadap Islam khususnya dalam dunia kepemudaan

mempunyai kekhususan tersendiri, respons yang diberikan oleh pemuda Islam untuk

1 Ridwan Saidi, Pemuda Islam dalam Dinamika Politik Bangsa 1925-1984, (Jakarta : Rajawali

Press, 1984), cet. Ke-1, h. 26-27 2 Lihat, Ahmad Syafi’i Ma’arif, Islam dan Pancasila Sebagai Dasar Negara, (Jakarta: LP3ES,

2006), edisi revisi, h. 94

Page 9: Jong Islamieten Bond 1925 – 1942 sebagai Gerakan Pemuda ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7536/1/JAMALU... · kebijaksanaan kolonial Belanda tentang Goeroe Ordonantie

menyahut tantangan tersebut juga merupakan fase-fase sejarah meski tak dapat

dilepaskan dari konteks sejarah dalam lingkup yang lebih luas, baik itu lingkup

kerangka Islam maupun kerangka nasional. Tantangan-tantangan terhadap Islam sejak

kolonialisme Belanda, terlihat ditujukan kepada bagian yang paling strategis dari

tubuh umat Islam yaitu pemudanya.3 Serangan-serangan yang dilancarkan umumnya

mempunyai target degenerasi Islam, pelumpuhan kaderisasi Islam. Kebijaksanaan-

kebijaksanaan kolonial Belanda tentang Goeroe Ordonantie dan Wilde Schoolen

Ordonantie, mempunyai arah yang jelas yaitu lumpuhnya pembangunan generasi-

generasi muda Islam.

Hubungan antar generasi di kalangan Islam dapat dikatakan cukup serasi,

meski kebanyakan organisasi-organisasi pemuda Islam yang cukup menonjol dalam

sejarah adalah organisasi pemuda Islam yang independen dalam pengertian bukan

merupakan underbouw suatu partai politik atau organisasi kemasyarakatan, tetapi di

dalam sejarah terlihat bahwa organisasi pemuda Islam itu tidak meninggalkan begitu

saja kalangan tuanya. Hubungan yang akrab antara tokoh Islam Haji Agus Salim

dengan JIB dan Studenten Islam Studie-Club merupakan contoh yang nyata.

Jong Islamieten Bond (JIB) adalah organisasi pemuda Islam tertua di

Indonesia (berdiri sejak 1925) yang lahir dalam keadaan tekanan atau pun penindasan

pada masa penjajahan Belanda. Hal ini dapat ditafsirkan sebagai jawaban pemuda

Islam terhadap tantangan sejarah yang dihadapinya, dan sekaligus sangat jelas

mencerminkan kesinambungan organisasi pemuda Islam.

3 Dalam Pendahuluan, Pemuda Islam dalam Dinamika Politik Bangsa 1925-1984, (Jakarta :

Rajawali Press, 1984), cet. Ke-1, h.xi

Page 10: Jong Islamieten Bond 1925 – 1942 sebagai Gerakan Pemuda ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7536/1/JAMALU... · kebijaksanaan kolonial Belanda tentang Goeroe Ordonantie

Terlihat gerakan yang dilakukan oleh pemuda Islam di Indonesia, adanya

kecenderungan nyata bahwa gerakan-gerakan yang dilakukan oleh pemuda Islam

adalah sebuah titik nadir peran pemuda Islam di Indonesia untuk suatu kemajuan.

Semua gejala-gejala dan kenyataan-kenyataan itu nampak sebagai dinamika arus

sejarah.

Sejauh pengamatan penulis bahwa Jong Islamieten Bond (JIB) adalah sebuah

gerakan pemuda Islam yang sangat menarik untuk dibahas. Oleh karena Jong

Islamieten Bond (JIB) telah memberikan warna atau pun corak terhadap perjalan

bangsa. JIB merupakan organisasi yang berjuang merebut kemerdekaan Indonesia

dari penjajahan Belanda. Di samping itu JIB banyak melahirkan tokoh-tokoh yang

beraliran nasionalis dan sosialis, padahal JIB secara tegas mengakui dirinya sebagai

organisasi pemuda yang beraliran Islam.Oleh karena itu penulis tertarik untuk

mengkaji “Jong Islamieten Bond 1925 – 1942 sebagai Gerakan Pemuda Islam di

Indonesia”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dengan mengajukan skripsi ini maka peneliti memperoleh kesempatan untuk

melakukan tinjauan sejarah. Fokus bahasannya menitik beratkan kepada gerakan JIB

sebagai pemuda Islam di Indonesia pada tahun 1925 – 1942.

Berikut pertanyaan yang hendak dijawab dari penelitian ini adalah

“Bagaimanakah Jong Islamieten Bond (JIB) sebagai gerakan pemuda Islam di

Indonesia?”

C. Tujuan Penelitian

Page 11: Jong Islamieten Bond 1925 – 1942 sebagai Gerakan Pemuda ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7536/1/JAMALU... · kebijaksanaan kolonial Belanda tentang Goeroe Ordonantie

Ada dua tujuan dilakukannya penelitian ini, yaitu: tujuan akademis dan tujuan

khusus.

Secara akademis tujuannya adalah sebagai salah satu syarat dan tugas akhir

akademis untuk meraih gelar sarjana (S1). Adapun secara khusus penelitian ini

bertujuan untuk mengkaji sejauh mana gerakan politik Jong Islamieten Bond (JIB)

sebagai pemuda Islam di Indonesia.

Tujuan penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis dan praktis.

Secara teoritis penelitian ini diharapkan akan menjadi sumbangsih sederhana

mengenai informasi yang berkaitan dengan gerakan politik pemuda Islam di

Indonesia. Adapun secara praktis diharapkan penelitian ini akan menambah khazanah

kepustakaan, khususnya mengenai Jong Islamieten Bond (JIB) sebagai gerakan

pemuda Islam di Indonesia.

D. Metode Penelitian

Setelah penulis menetapkan dan menentukan objek pembahasan, yaitu Jong

Islamieten Bond (JIB) sebagai gerakan pemuda Islam di Indonesia, maka untuk

menyusun skripsi ini penulis menggunakan metode penelitian yang terdiri dari

metode pengumpulan data, analisis data dan teknik penulisan.

1. Metode Pengumpulan Data

Ada dua metode yang penulis gunakan untuk mengumpulkan data-data

penelitian ini, yakni pertama, kepustakaan. Dalam penelitian kepustakaan (library

research), seluruh data diperoleh dengan menggali data-data tertulis berupa buku-

buku, majalah, jurnal dan sumber-sumber lain yang mendukung yang berkaitan,

Page 12: Jong Islamieten Bond 1925 – 1942 sebagai Gerakan Pemuda ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7536/1/JAMALU... · kebijaksanaan kolonial Belanda tentang Goeroe Ordonantie

langsung atau tidak, dengan pokok bahasan. Bahan pustaka tersebut menjadi

sumber primer dan sekunder. Kedua, metode wawancara, yakni teknik

memperoleh informasi secara lisan melalui percakapan dan tanya jawab langsung

dengan sumbernya yang dalam hal ini Ridwan Saidi.

2. Metode Analisis Data

Data-data terkumpul kemudian penulis analisis dengan metode deskriptif-

analitis. Dengan metode ini, penulis pertama-tama menggambarkan pokok

persoalan dengan seluruh data pendukungnya secara apa adanya (deskriptif).

Selanjutnya, setelah seluruh data disajikan, penulis memberikan analisis, pendapat

interpretasi dan terakhir penilaian pribadi (analitis).

3. Teknik Penulisan

Sedangkan untuk teknik penulisan penelitian ini, penulis merujuk pada

“Teknik Penulisan Makalah dan Skripsi” yang terlampir (lampiran 2) dalam buku

Pedoman Akademik Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta tahun 2006/2007.

E. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan dan keteraturan dalam penulisan ini, maka

penulis membagi materinya menjadi lima (5) bab dan pada setiap bab dibagi lagi

menjadi beberapa sub-sub yang terperinci, dengan sistematika sebagai berikut :

Page 13: Jong Islamieten Bond 1925 – 1942 sebagai Gerakan Pemuda ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7536/1/JAMALU... · kebijaksanaan kolonial Belanda tentang Goeroe Ordonantie

Bab I dimulai dengan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, dan

sistematika penulisan.

Bab II, merupakan gambaran tentang pengertian gerakan secara umum dan

gerakan Islam, kemudian dilanjutkan dengan menerangkan pengertian kata pemuda

dan pemuda Islam.

Bab III disini penulis akan menjelaskan selintas tentang sejarah berdirinya

Jong Islamieten Bond (JIB), kemudian menerangkan tentang asas dan tujuan JIB serta

perkembangannya

Bab IV di sini penulis akan menjelaskan tentang JIB sebagai gerakan pemuda

Islam di Indonesia, diawali dengan menerangkan ideologi-iddeologi dalam JIB, yaitu

ideologi Islam, nasionalis dan sosialis, kemudian menerangkan tentang munculnya

perlawanan dalam wacana politik, tantangan yang dihadapi pemuda Islam dengan

adanya tantangan ideologi, tantangan modernitas dan tantangan invasi kebudayaan,

terakhir penulis ingin menjelaskan tentang perjuangan pemuda Islam (suatu

keberhasilan atau suatu kegagalan).

Bab V adalah penutup berisi tentang kesimpulan dan saran-saran, bab ini

merupakan jawaban dari pokok masalah yang akan dibahas dalam skripsi.

Page 14: Jong Islamieten Bond 1925 – 1942 sebagai Gerakan Pemuda ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7536/1/JAMALU... · kebijaksanaan kolonial Belanda tentang Goeroe Ordonantie

BAB II

PENGERTIAN GERAKAN PEMUDA ISLAM

Pada bab ini penulis akan membahas mengenai pengertian gerakan pemuda

Islam. Sebelum melangkah lebih jauh mengenai JIB sebagai gerakan pemuda Islam,

ada baiknya sedikit melihat secara selintas tentang pengertian gerakan pemuda Islam,

agar lebih jelas nantinya memahami tentang Jong Islamieten Bond (JIB) sebagai

gerakan pemuda Islam.

A. Pengertian Gerakan

1. Arti Gerakan secara Umum

Dalam bahasa Indonesia, kata gerakan berasal dari kata dasar gerak. Dalam

bahasa Inggris : motion, dari latin : motio, movere (menggerakkan, memindahkan).

Satu pendapat mengatakan bahwa gerak berarti peralihan tempat atau kedudukan.

Dan gerak memang berpindah dari satu tempat ke tempat lain atau dari satu

kedudukan ke kedudukan lain.4

Ada lagi pendapat yang mengatakan bahwa gerak secara umum berarti

perubahan. Dalam arti klasik, gerakan (kinetis) mencakup semua bentuk perubahan,

seperti perubahan dalam kualitas, posisi, bentuk, dan potensi. Sedangkan secara

khusus gerak adalah perubahan lokasi special dari benda yang berhubungan satu

sama lain. Proses (tindakan atau keadaan) perubahan tempat (posisi).5

4 Desi Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya : Amelia, 2003), cet. Ke-1, h. 157 5 Lorens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta : Gramedia, 1996), cet. Ke-1, h. 277

Page 15: Jong Islamieten Bond 1925 – 1942 sebagai Gerakan Pemuda ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7536/1/JAMALU... · kebijaksanaan kolonial Belanda tentang Goeroe Ordonantie

Pendapat lain mengatakan bahwa gerak berarti kegiatan atau tingkah laku.

Dan gerak memang berkaitan dengan kegiatan atau tingkah laku manusia baik

secara individu maupun kelompok. Jadi gerak merupakan hal-hal yang

mengandung tindakan manusia yang sesuai dengan kebutuhan.6

Soerjono Soekanto mendefinisikan gerakan merupakan suatu organisasi yang

bertujuan mencapai tujuan-tujuan tertentu biasanya tujuan yang diharapkan berupa

perubahan. Dengan demikian gerakan diartikan sebagai kegiatan dari suatu

kelompok yang senantiasa bergerak menuju tujuan idealnya.7

Gerakan (movement) dalam kamus oxford : group of people with a shared set

of aims or principles : the peace. Gerakan adalah sekelompok orang yang

berkumpul dengan tujuan-tujuan dan prinsip-prinsip yang sama, seperti keadilan.8

Gerakan dapat juga diartikan sebagai wadah kegiatan bagi para anggotanya

untuk bekerja, berinovasi, berinteraksi, dan saling berhubungan atau dinamika dari

hamba yang senantiasa bergerak menuju tujuan idealnya memberikan rahmat bagi

alam sekitarnya.9

Kata gerakan mengacu pada perubahan sesuatu dari satu tempat atau

kedudukan, baik dari segi kualitas, kuantitas, posisi, bentuk, maupun potensi dan

mempunyai tujuan tertentu. Intisari yang terkandung dari istilah-istilah di atas

bahwa gerakan mencakup perubahan dan berbentuk kegiatan yang dilakukan

manusia, baik secara individu maupun kelompok.

6 Ananda Santoso, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya : Alumni, tt), h.134 7 Soerjono Soekanto, Kamus Sosiologi, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1993), cet. Ke-3, h.283 8 Oxford Learnear’s Pocket Dictionary, (UK : Oxford University Press, 2003), third edition, page.

280 9 Buku Panduan Mapaba PMII, (Ciputat : Fakultas Ushuluddin dan Perguruan Tinggi Umum,

2000), h.7

Page 16: Jong Islamieten Bond 1925 – 1942 sebagai Gerakan Pemuda ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7536/1/JAMALU... · kebijaksanaan kolonial Belanda tentang Goeroe Ordonantie

Dengan demikian, gerakan secara umum dapat diartikan sebagai kegiatan

manusia secara individu maupun kelompok dalam organisasi yang bertujuan ideal

dengan tujuan-tujuan tertentu dan mengharapkan perubahan dalam kualitas,

kuantitas, bentuk, dan potensi.

2. Arti Gerakan Islam

Menurut A. Ezzati gerakan Islam adalah gerakan yang disebabkan oleh Islam.

Adapun gerakan Islam tersebut meliputi beberapa bidang, di antaranya adalah

bidang teologi, seperti : Mu’tazilah, Asy’ariyah tadisionalis, Wahabiyah, gerakan-

gerakan puritanisme dan fundamental Islam, kemudian gerakan dalam bidang

politik, seperti gerakan konstitusi Iran. Lalu gerakan dalam bidang ekonomi, seperti

gerakan Islam dalam nasionalisasi minyak Iran 1984, dan terakhir adalah gerakan

pembebasan, seperti gerakan-gerakan rakyat Afganistan, Aljazair, Pattani, Moro,

Khasmir, dan lain-lain.10

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan gerakan

pemuda Islam adalah gerakan yang dilakukan oleh pemuda Islam dalam bidang

teologi, politik, ekonomi, dan pembebasan.

Menurut Endang Saifudin Anshari bahwa gerakan umat Islam dalam sejarah

Nasional Indonesia dapat dilihat dari empat kategori.11 Pertama adalah gerakan

sosial, dakwah dan pendidikan, seperti Sarekat Dagang Islam (SDI), Budi Utomo,

Muhammadiyah, al-Irsyad, Mathlaul Anwar, Persatuan Islam (PERSIS), Nahdlatul

Ulama (NU), Persatuan Tarbiyah Islam, Jami’atul Wasliyah, Persatuan Ulama

Seluruh Aceh, dan Persatuan Ulama Indonesia.

10 A. Ezzatti, Gerakan Islam ; Sebuah Analisis, (Jakarta : Pustaka Hidayah, 1990), cet. Ke-1, h. 12 11 Endang Saifudin Anshari, Wawasan Islam, (Jakarta : Rajawali Press, 1991), cet.ke-3, h.247-255

Page 17: Jong Islamieten Bond 1925 – 1942 sebagai Gerakan Pemuda ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7536/1/JAMALU... · kebijaksanaan kolonial Belanda tentang Goeroe Ordonantie

Kedua adalah gerakan politik, seperti Partai Sarekat Islam (PSI), Persatuan

Muslim Indonesia (PERMI), Majelis Syura Muslimin Indonesia (MASYUMI),

Partai NU, Muslimin Indonesia dan partai lainnya.

Ketiga adalah gerakan pemuda Islam yang dibagi menjadi empat. (1).

Gerakan pelajar; Pelajar Islam Indonesia (PII, Independen), Ikatan Pelajar

Nahdlatul Ulama (IPNU, bawahan NU), Serikat Pelajar Muslimin Idonesia

(SEPMI, bawahan PSII), Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IMM, bawahan

Muhammadiyah). (2) Gerakan mahasiswa ; Himpunan Mahasiswa Islam (HMI,

independen), Pergerakan Mahasiswa Indonesia (PMII, bawahan NU), Serikat

Mahasiswa Muslim Indonesia (SEMMI, bawahan PSII), Gerakan Mahasiswa Islam

Indonesia (GERMAHI, bawahan PERTI), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah

(IMM, bawahan Muhammadiyah), dan lain-lain. (3) Gerakan pemuda ; Gerakan

Pemuda Islam (GPI, independen), Gerakan Pemuda Anshor (bawahan NU),

Pemuda Persatuan Islam (bawahan Persatuan Islam), Badan Koordinasi Pemuda

Masjid Indonesia, dan lain sebagainya. (4) Gerakan sarjana ; Persatuan Sarjana

Muslimin Indonesia (PERSAMI, independen), Ikatan Sarjana Islam Indonesia (ISII,

bawahan NU), dan lain sebagainya.

Keempat adalah gerakan-gerakan lainnya, biasanya masing-masing organisasi

terutama partai politik mempunyai organisasi bawahan secara khusus menggarap

masalah-masalah tertentu ; wanita, buruh, tani, mahasiswa, pelajar, dan lain-lain. Di

samping organisasi “kekaryaan” bawahan partai ada organisasi “kekaryaan” yang

independen, seperti Serikat Tani Islam Indonesia (STII), Gabungan Serikat Buruh

Islam Indonesia (GASBINDO), Kongres Buruh Islam Merdeka (KBIM), Serikat

Page 18: Jong Islamieten Bond 1925 – 1942 sebagai Gerakan Pemuda ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7536/1/JAMALU... · kebijaksanaan kolonial Belanda tentang Goeroe Ordonantie

Nelayan Islam Indonesia (SNII), Persatuan Guru Islam Indonesia (PGII), dan lain-

lain.

B. Pengertian Pemuda Islam

1. Arti Kata Pemuda

Pemuda di manapun mereka berada, ia ikut mempengaruhi kehidupan

bermasyarakat ataupun bernegara, tetapi kita tidak paham atau sulit mengerti

tentang arti kata pemuda bahkan ada yang mempersalahkan kebijakan

mendefinisikan pemuda, seperti pendapat yang mengatakan bahwa pemuda adalah

pemuda, tergantung pandangan kita tentang pemuda itu sendiri. Jadi terserah kita

bagaimana agar paham dan mengerti tentang pemuda, dengan prinsip yang benar

tentunya. Oleh karena itu, penulis akan mencoba memberikan definisi pemuda

secara mendasar.

Secara umum pemuda dapat dikatakan sebagai seorang yang belum luas

kemajuannya dalam hidup, belum tua umurnya, masih penuh semangat, belum

dewasa, dan belum berpengalaman.12

Sedikitnya ada tiga pendekatan untuk mendefinisikan istilah pemuda.

Pendekatan-pendekatan tersebut adalah ; pendekatan biologis, psikologis dan

organisatoris. Pertama, pemuda berdasarkan pendekatan biologis bahwa yang

disebut pemuda adalah yang berumur 14 sampai 29 tahun dan kemudian diperluas

menjadi 35 tahun.13 Kedua, pemuda dari pendekatan psikologis adalah seorang

yang secara individu dalam proses kematangan jiwa dan kedawasaan diri. Lebih

12 H.W. Fowler dan F.G. Fowler, The Concise Oxford Dictionary, (London : Oxford Univercity

Press, 1956), cet. Ke-4, h. 1494 13 Wimpie Pangkahila, Kabut Kehidupan, (Jakarta : Gaya Favorit Press, 1998), cet. Ke-1, h. 9-10

Page 19: Jong Islamieten Bond 1925 – 1942 sebagai Gerakan Pemuda ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7536/1/JAMALU... · kebijaksanaan kolonial Belanda tentang Goeroe Ordonantie

lanjut dikatakan bahwa yang disebut pemuda adalah seseorang yang belum

memasuki alam perkawinan. Ada pendapat yang mengatakan pemuda yaitu kondisi

di antara anak-anak dan dewasa.14 Dan yang ketiga, pemuda secara organisatoris

adalah pelajar, mahasiswa, pemuda dan sarjana.

Intisari yang terkandung dalam istilah di atas adalah pemuda mengandung arti

mereka yang berumur 14 sampai 29 tahun atau sampai 35 tahun, dan dalam proses

pematangan jiwa dan kedewasaan diri serta mempunyai atribut pelajar, mahasiswa,

pemuda dan sarjana.

2. Arti Kata Pemuda Islam

Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada

masyarakat manusia melalui Nabi Muhammad sebagai rasul. Adapun sumber

utama dalam Islam adalah al-Qur’an dan Hadits.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa arti kata pemuda Islam adalah

mereka yang berumur 14 sampai 29 tahun atau sampai 35 tahun, dan dalam proses

pematangan jiwa dan kedewasaan diri serta mempunyai atribut pelajar, mahasiswa,

pemuda dan sarjana yang beragama Islam, tentunya berpegang pada al-Qur’an dan

Hadits.

Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa gerakan pemuda Islam

meliputi gerakan pelajar, gerakan mahasiswa, gerakan pemuda, dan gerakan sarjana

dalam bidang teologi, politik, ekonomi, dan pembebasan. Dengan demikian, jelas

bahwa gerakan pemuda Islam mempunyai bentuk tertentu dan mempunyai tujuan

tertentu sesuai dengan kebutuhan gerakan tersebut.

14 R. Soeprapto, Citra Pemuda Indonesia, (DKI Jakarta : Pemda DKI Jakarta, 1984), cet. Ke-2, h.6

Page 20: Jong Islamieten Bond 1925 – 1942 sebagai Gerakan Pemuda ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7536/1/JAMALU... · kebijaksanaan kolonial Belanda tentang Goeroe Ordonantie

BAB III

SEKILAS TENTANG JONG ISLAMIETEN BOND (JIB)

C. Latar Belakang Berdirinya Jong Islamieten Bond (JIB)

Dalam perjalanan sejarah bahwa gerakan pemuda Islam pertama berideologi

Islam adalah Jong Islamieten Bond (JIB) yang didirikan pada tanggal 1 Januari 1925

oleh R. Syamsurizal (Raden Syam) di Jakarta.

Pada awalnya JIB dicetuskan oleh pemuda-pemuda muslim yang berasal dari

Jawa dan Madura yang umumnya bergabung di dalam Jong Java. Di mana di antara

anggota-anggota Jong Java merasa bahwa banyak organisasi pelajar atau pemuda

waktu itu terbagi-bagi dalam wadah dan perasaan kedaerahan (primordialisme), seperti

Jong Sumatera, Jong Batak Bond, Jong Selebes/ Minahasa, Jong Ambon, Sekar

Roekoen, dan Jong Java sendiri, dan lain-lain. Sehingga di antara angota-anggota Jong

Java berpikiran bahwa melalui agama Islam dapat membuat persatuan antara

organisasi-organisasi pelajar dan pemuda. Islam adalah agama umum rakyat di seluruh

nusantara. Oleh karena itu, organisasi-organisasi pelajar dan pemuda yang bernama

Jong Java, Jong Sumatera, dan sebagainya, anggota-anggotanya adalah putra-putri

nusantara kita juga.15

Menurut Raden Syamsurizal sebagai ketua Jong Java pada waktu itu (kelak

ketua JIB) berpendapat bahwa barang siapa yang hendak mengenal roh bangsa

Indonesia harus mempelajari dengan sungguh-sungguh agama Islam. Sehingga

diperlukan bagi anggota Jong Java untuk diajarkan pendidikan Islam. Di samping itu,

15 Ridwan Saidi, Kebangkitan Islam Era Orde Baru ; Studi Kepeloporan Cendikiawan Islam Sejak Zaman Belanda Sampai ICMI, (Jakarta : LSIP, 1993), cet. Ke-1, h. 25

Page 21: Jong Islamieten Bond 1925 – 1942 sebagai Gerakan Pemuda ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7536/1/JAMALU... · kebijaksanaan kolonial Belanda tentang Goeroe Ordonantie

keperluan tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa baik di MULO maupun AMS

tatkala itu tidak diberikan pelajaran agama Islam.16

Namun banyak reaksi yang timbul terhadap pendapat Raden Syamsurizal

tersebut. Ada yang menganggap Jong Java bukanlah perkumpulan agama dan hal-hal

yang berhubungan dengan agama menunjukkan pada keterbelakangan, kekolotan dan

sebagainya. Dan ada pula yang setuju dengan pendapat Syam.

Dengan demikian pada kongres Jong Java ke-7 di bulan Desember tahun 1924

pendapat Syam dibawa dalam kongres, namun pendapat Syam ditolak lewat

pemungutan suara. Penolakan ini menurut Mr. Moh. Roem, merupakan blessing in

disgue, karena apabila usul itu diterima kemungkinan organisasi terpelajar Islam tidak

akan pernah hadir.

Dan akhirnya pada Desember itu juga Syam berangkat ke Jakarta bertemu

dengan H. Agus Salim untuk menyampaikan niatnya membentuk Jong Islamiten Bond

(JIB). Dan kemudian sejumlah formulir keanggotaan diedarkan, diluar dugaan 200

pemuda Islam, baik pelajar MULO maupun AMS ataupun tamatan sekolah-sekolah

tersebut yang sudah bekerja menyatakan bersedia menjadi anggota JIB. Dan pada

tanggal 1 Januari 1925 JIB diproklamirkan berdirinya di Jakarta dengan agama Islam

sebagai dasar perjuangannya.17

Perlu diketahui bahwa berdirinya JIB bukan karena penolakan atas usul Syam

mengenai klasifikasi keanggotaan yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan

persoalan keislaman, tetapi semata-mata bermaksud memajukan Islam. Karena kendati

16 Ridwan Saidi, Kebangkitan Islam Era Orde Baru ; Studi Kepeloporan Cendikiawan Islam Sejak

Zaman Belanda Sampai ICMI, h. 26 17 Ridwan Saidi, Pemuda Islam dalam Dinamika Politik Bangsa 1925-1984, h. 28

Page 22: Jong Islamieten Bond 1925 – 1942 sebagai Gerakan Pemuda ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7536/1/JAMALU... · kebijaksanaan kolonial Belanda tentang Goeroe Ordonantie

JIB telah berdiri tetapi para pemuda Jawa yang muslim tidak menanggalkan

keanggotaannya dalam Jong Java.

B. Asas dan Tujuan JIB

Terdapat dua asas dan tujuan yang hendak diraih JIB sebagai wadah gerakan

pemuda Islam. Pertama adalah mempelajari agama Islam dan menganjurkan agar

ajaran-ajarannya diamalkan. Kedua adalah menumbuhkan simpati umat Islam dan

pengikutnya, dan perlunya toleransi yang positif terhadap orang-orang yang berlainan

agama. Bahkan JIB juga sangat menaruh perhatian pada persamaan hak dan kewajiban

di antara laki-laki dan wanita, sesuai dengan ajaran Islam.18

JIB membangun dua prasarana yang kelak mempunyai nilai strategis dalam

pembinaan generasi muda. Pertama adalah Dua bulan setelah JIB berdiri, yaitu Maret

1925, majalah bulanan dengan nama Het Licht (an-Noer) terbit. Majalah ini menjadi

media komunikasi yang sangat efektif, tidak saja untuk kalangan anggota JIB tetapi

juga di luar JIB. Tujuan dibentuknya majalah JIB adalah untuk menyebar luaskan ide

dan gagasan JIB, tidak saja di kalangan anggota tetapi juga kaum intelek Indonesia

lain yang masih menuntut ilmu di sekolah.

Tulisan yang dinuat dalam Het Licht mencerminkan pemikiran dan ungkapan

perasaan para penulisnya vis a vis situasi zaman kolonial. Para cendikiawan Islam

yaang umumnya masih berusia 20-an tahun itu membawakan suara anak zaman, sebut

saja misalnya artikel yang ditulis oleh Wiwoho Purbohadidjojo tentang “Islam dan

18 Ridwan Saidi, Cendikiawan Islam Zaman Belanda Studi Pergerakan Intelektual JIB dan SIS

(1925-1942), (Jakarta : Piranti Ilmu, 1990), cet. Ke-1, h. 16

Page 23: Jong Islamieten Bond 1925 – 1942 sebagai Gerakan Pemuda ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7536/1/JAMALU... · kebijaksanaan kolonial Belanda tentang Goeroe Ordonantie

Pendidikan di Hindia Belanda”, menggambarkan sikap protes terhadap pemerintah

jajahan, juga artikel “Menggugat Goeroe Ordonantie”.

Kedua adalah didirikannya NATIPIJ (National Indonesiche Padvinderij),

organisasi kepanduan nasional Indonesia yang untuk kurun waktu itu merupakan

langkah bersejarah, mengingat penggunaan nama Indonesia masih langka. Sebagai

perbandingan, PPPI (Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia) di Jakarta berdiri pada

tahun 1926. dan Indonesia sebagai konsepsi kesatuan tanah air, bangsa dan bahasa,

dicetuskan pada tanggal 28 oktober 1928, melalui Sumpah Pemuda.

Pada perkembangan berikutnya JIB berkembang sedemikian luas dan lebar,

sehingga menimbulkan akibat sulitnya koordinasi. JIB tidak hanya mengkhususkan

diri pada pembinaan pemuda, pelajar, dan mahasiswa, melainkan bergerak menjadi

semacam organisasi sosial, sampai-sampai JIB mendirikan sekolah, badan usaha, dan

percetakan.

Hal di atas membuat anggota JIB berkeinginan untuk melepaskan diri dari JIB,

karena JIB dipandang tidak lagi menaruh perhatian lagi pada kegiatan kepemudaan,

terutama JIB tidak dapat diandalkan untuk “menjamah kampus”, JIB dapat dikatakan

sebagai organisasi di luar kampus.Walaupun JIB mencoba untuk mengembangkan

kegiatannya yang melampaui “porsinya”, namun JIB tetaplah organisasi yang

mengarahkan perhatiannya pada kegiatan pembinaan dan pendidikan Islam terhadap

anggota-anggota dan pengurus-pengurusnya.

Keadaan demikian di atas membuat dua kader JIB yang memasuki pendidikan

tinggi Rechts Hoge School (RHS), yaitu Yusuf Wibisono dan Mohammad Roem

menyadari betapa di lingkungan pendidikan tinggi tidak terdapat wadah khusus untuk

Page 24: Jong Islamieten Bond 1925 – 1942 sebagai Gerakan Pemuda ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7536/1/JAMALU... · kebijaksanaan kolonial Belanda tentang Goeroe Ordonantie

mengembangkan intelektualitas para mahasiswa Islam. Maka mereka berdua

bersepakat untuk membentuk wadah baru yang pada bulan Desember 1934 diberi

nama Studenten Islam Studies Club (disingkat SIS, baca sis).19

Menurut Muhammad Roem SIS adalah wadah yang melanjutkan JIB di

universitas, sedangkan Yusuf Wibisono mengatakan bahwa SIS didirikan untuk

menampung hasrat debat ilmiah yang tak tertampung lagi pada JIB. Lebih lanjut

dikatakan bahwa asas dan tujuan SIS adalah mempelajari dan menanamkan

pengetahuan Islam dalam pengertian yang seluas-luasnya, karena Islam akan banyak

sekali membantu dalam menciptakan tata tertib atau kestabilan di dunia.20

Ada beberapa kegiatan SIS dalam pengembangan Islam. Pertama adalah

kegiatan yang menjadi titik berat SIS, yaitu mempersiapkan secara teratur penerbitan

majalah bulanan yang untuk pertama kali diberi nama “Orgaan Van de Studentent

Islam Studie Club” terbit pada bulan Maret 1935 dan pada terbitan ke-5 tahun II

berganti nama menjadi “Moslimse Reveil” diambil dari bahasa Perancis yang berarti

“kebangkitan jiwa orang-orang Islam” dan Moslimse Reveil berisi tulisan-tulisan atau

pemikiran-pemikiran tentang Islam atau dengan kata lain Moslimse Reveil sebagai

pembawa misi SIS yang bertekad untuk menyebar luaskan pengetahuan Islam di

kalangan intelektualitas. Masih dengan kegiatan SIS yang berorientasi kepada

pengembangan intelektualitas adalah usaha membangun perpustakaan. Untuk itu SIS

pada bulan September 1936 menugaskan Prawoto untuk mengelola perpustakaan SIS.

Dan kemudian Prawoto bersama dengan (antara lain) M. Zan Djombek, H. Rasidi dan

19 Ridwan Saidi, Kebangkitan Islam Era Orde Baru ; Studi Kepeloporan Cendikiawan Islam Sejak

Zaman Belanda Sampai ICMI,h. 41 20 Ridwan Saidi, Kebangkitan Islam Era Orde Baru ; Studi Kepeloporan Cendikiawan Islam Sejak

Zaman Belanda Sampai ICMI,h. 42

Page 25: Jong Islamieten Bond 1925 – 1942 sebagai Gerakan Pemuda ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7536/1/JAMALU... · kebijaksanaan kolonial Belanda tentang Goeroe Ordonantie

Sulaiman Rasyid membentuk badan “Perpustakaan Kebudayaan Islam” disingkat

“Perpustakaan Islam” di Jakarta, pada tahun 1946 yang kemudian pindah ke

Yogyakarta karena situasi dan kondisi Jakarta yang tidak memungkinkan pada waktu

itu.21

Kedua adalah kegiatan SIS yang bersifat rutin dan kuantitatif yaitu

memperbanyak anggota dengan cara membujuk para mahasiswa untuk ikut serta

dalam organisasi SIS pada saat dimulainya tahun ajaran baru. Dan ketiga adalah

kegiatan yang dilakukan pada masa-masa liburan, yaitu dengan menyelenggarakan

kursus bahasa Arab untuk para anggota. Adapun tujuan diselenggarakannya kursus

bahasa Arab adalah untuk mempelajari Islam dari sumbernya (al-Qur’an dan Hadits)

dan memperkaya sarana anggota dalam mendalami Islam.22

Sumbangsih SIS yang paling bermakna dalam rangka perjuangan Islam adalah

keberhasilannya dalam melakukan “konservasi” sumber daya manusia muslim yang

berpendidikan tinggi, meski di tengah goncangan yang dialami masyarakat Islam,

kalaupun hendak dikatakan perlakuan diskriminatif dari pemerintah Belanda.23

Akhirnya JIB dan SIS di bubarkan oleh setalah Jepang masuk pada 7 maret

1942, di mana organisasi-organisasi yang yang berdiri pada masa penjajahan Belanda

tidak di izinkan keberadaannya.

21 Ridwan Saidi, Cendikiawan Islam Zaman Belanda Studi Pergerakan Intelektual JIB dan SIS

(1925-1942), h. 41 22 Ridwan Saidi, Kebangkitan Islam Era Orde Baru ; Studi Kepeloporan Cendikiawan Islam Sejak

Zaman Belanda Sampai ICMI,h. 44-46 23 Ridwan Saidi, Cendikiawan Islam Zaman Belanda Studi Pergerakan Intelektual JIB dan SIS

(1925-1942), h. 47

Page 26: Jong Islamieten Bond 1925 – 1942 sebagai Gerakan Pemuda ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7536/1/JAMALU... · kebijaksanaan kolonial Belanda tentang Goeroe Ordonantie

BAB IV

JONG ISLAMIETEN BOND

SEBAGAI GERAKAN PEMUDA ISLAM DI INDONESIA

D. Ideologi-Ideologi dalam JIB

Pada bahasan ini penulis akan membahas tentang JIB Sebagai gerakan pemuda

Islam di Indonesia dari segi ideologis gerakan pemuda Islam, dilanjutkan tentang

tantangan gerakan pemuda Islam, kemudian dilanjutkan dengan membahas tentang

tujuan gerakan pemuda Islam dan diakhiri dengan membahas tentang posisi

perjuangan pemuda Islam; sebuah prestasi atau kegagalan.

Sebelum melangkah lebih jauh memasuki pembicaraan mengenai ideologi

gerakan pemuda Islam, ada baiknya sedikit melihat secara selintas tentang pengertian

ideologi itu sendiri. Agar lebih jelas nantinya memahami masalah ideologi gerakan

pemuda Islam.

Ideologi merupakan kata majemuk gabungan dari idea (cita-cita) dan logie

(ilmu, teori, dalil). Ideologi adalah ilmu (pelajaran dan ajaran) tentang idea, yaitu ilmu

(formulasi sistematik ilmiah) seseorang atau sekelompok manusia tertentu, pada waktu

tertentu, di tempat tertentu, mengenai tujuan yang akan dicapai dan pedoman tentang

cara-cara mencapai tujuan termaksud berdasarkan suatu asas teori ajaran tertentu.24

Jadi secara ringkas dapat dikatakan bahwa ideologi itu ialah keseluruhan

kompleks daripada idea-idea (faham / cita-cita), teori-teori, doktrin strategi dan taktis

yang khas pada suatu gerakan atau umum dikatakan : tujuan, prinsip-prinsip kerja dan

nilai-nilai dasar sesuatu gerakan.

24 Endang Saifuddin Anshari, Wawasan Islam, (Jakarta : Rajawali Press, 1991), cet. Ke-3, h. 206

Page 27: Jong Islamieten Bond 1925 – 1942 sebagai Gerakan Pemuda ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7536/1/JAMALU... · kebijaksanaan kolonial Belanda tentang Goeroe Ordonantie

Dengan demikian, ideologi gerakan pemuda Islam adalah faham, prinsip-prinsip,

nilai-nilai dasar dan tujuan yang dianut oleh gerakan pemuda Islam. Terdapat tiga

ideologi yang dianut gerakan pemuda Islam ; pertama ideologi Islam, kedua ideologi

nasionalis, dan ketiga ideologi sosialis.

Pada bahasan ini penulis akan banyak menyinggung tentang Jong Islamieten

Bond (JIB) dan SIS dalam pembahasan ideologi gerakan pemuda Islam di Indonesia.

Sebab JIB merupakan wadah pemuda Islam yang melahirkan tokoh-tokoh gerakan,

baik yang beraliran Islam, nasionalis, maupun sosialis.

1. Ideologi Islam

Berdasarkan keterangan di atas, dapat dikatakan bahwa ideologi Islam adalah

Ideologi yang berdasarkan ajaran Islam, bersumberkan al-Qur’an dan Sunnah,

tegasnya ideologi Islam adalah ideologi yang Islam-oriented, ideologi yang

berorientasi pada al-Qur’an dan as-Sunnah.

JIB adalah gerakan pemuda pertama di Indonesia yang dengan tegas

menggunakan identitas Islam. Hal itu bisa dilihat dari peralihan organisasi “Jong

Java” yaitu ikatan pemuda Jawa menjadi “Jong Islamiten Bond” dari sekedar

lingkaran kedaerahan yaitu pemuda jawa ke suatu horison yang lebih bersifat luas,

yaitu pemuda Islam.25

Selain JIB, ada juga organisasi pemuda Islam yang beraliran Islam yaitu SIS

sebagai gerakan pemuda Islam (mahasiswa) yang berideologi Islam pada masa

kolonial Belanda, selain JIB. Hal tersebut wajar karena SIS merupakan wadah

bentukan tokoh JIB yang sama-sama bertujuan mengembangkan Islam di kalangan

25 Alamsyah Ratu Perwiranegara, Islam dan Pembangunan Politik di Indonesia, (Jakarta : Haji

Mas Agung, 1987), cet. Ke-1, h. 158

Page 28: Jong Islamieten Bond 1925 – 1942 sebagai Gerakan Pemuda ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7536/1/JAMALU... · kebijaksanaan kolonial Belanda tentang Goeroe Ordonantie

pemuda Islam. Namun terdapat perbedaan antara JIB dan SIS dalam penerimaan

anggota. JIB mengkhususkan anggotanya beragama Islam, sedangkan SIS terbuka

untuk agama apapun. Walaupun secara realitas tidak ada seorang pun yang

beragama non Islam masuk SIS.

Di samping JIB dan SIS masih terdapat beberapa organisasi ekstra mahasiswa

di Indonesia yang berasaskan Islam. Pertama HMI. Kedua PMII yang berafiliasi ke

NU, anggotanya umumnya berasal dari lembaga-lembaga pendidikan milik

pemerintah, semacam IAIN atau swasta, dan sedikit dari mereka dari universitas-

universitas seperti : UI, ITB, IPB, dan lain-lain. Hubungan antara HMI dan PMII

seperti halnya hubungan kelompok pembaharu dengan tradisional di kalangan

komunitas muslim. Ketiga adalah IMM, yang disponsori langsung Muhammadiyah.

IMM dan HMI mempunyai pandangan yang sama secara ideologi, bedanya HMI

bersifat independen dan tidak berpihak kepada suatu organisasi Islam manapun,

tidak seperti kedua organisasi di atas.26

Sementara di kalangan pemuda organisasi yang berasaskan Islam adalah

Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII), dan di kalangan pelajar adalah Pelajar

Islam Indonesia (PII), di kalangan sarjana adalah Persatuan Sarjana Muslim

Indonesia (PERSAMI).

Seperti halnya JIB dan SIS yang berideologi Islam, mempunyai Buletin

Intern untuk media penyumbangan ajaran Islam. PII dan HMI juga mempunyai dan

menerbitkan majalah, namun tidak bersifat intern. PII menerbitkan Tunas,

sedangkan HMI sejak Agustus 1954 menerbitkan majalah “Media”.

26 Masykur Hakim, Pergolakan Reformasi & Strategi HMI, (Jakarta : al-Ghazali, 2001) cet. Ke-1,

h. 33

Page 29: Jong Islamieten Bond 1925 – 1942 sebagai Gerakan Pemuda ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7536/1/JAMALU... · kebijaksanaan kolonial Belanda tentang Goeroe Ordonantie

2. Ideologi Nasionalis

Ideologi nasionalis atau nasionalisme secara etimologi berasal dari bahasa

Inggris (nation) yang berarti bangsa, sedangkan menurut istilah adalah suatu paham

yang menyatakan bahwa kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan kepada

negara kebangsaan (Nation State).27

Faham nasionalis atau kebangsaan sebagai asas atau pergerakan / perjuangan

pada umumnya sering dilandasi dengan penggunaan nama bangsa sebagai pengenal

rasa nasionalisme.

Di Indonesia ideologi nasionalis secara sederhana dapat dilihat dengan

penggunaan nama Indonesia sebagai nama pengenal bagi agregat kebangsaan. Pada

awalnya penggunaan nama Indonesia untuk organisasi kepemudaan digunakan oleh

para pelajar dan mahasiswa di negeri Belanda yang berasal dari kawasan nusantara

pada tahun 1917, yaitu “Indonesich Verbond Van Studerenden”. Kemudian Ki

Hajar Dewantara ketika diasingkan ke negeri Belanda pada 1918 di Den Haag

mendirikan Indonesich Persbureau (kantor berita Indonesia). Lalu bung Hatta juga

menggunakan nama Indonesia dalam pledoinya, Indonesie Vrij (Indonesia

merdeka). Pada Maret 1928, nama Indonesia dikukuhkan dalam salah satu

peristiwa amat menentukan bagi sejarah bangsa kita, yaitu sumpah pemuda, 28

Oktober 1928, dan dikobarkan lagi oleh bung Karno dalam pidato “Indonesia

Menggugat” (Indonesie Klag Aan) 1930.28

Seperti kita ketahui bersama, bahwa pada awalnya penggunaan kata

“Indonesia” dalam perkumpulan kepemudaan masih langka digunakan, mereka

27 Hans Kohn, Nasionalisme, Arti dan Sejarahnya, (Jakarta : Erlangga, 1984), h. 11 28 Nurcholis Madjid, Indonesia Kita, (Jakarta : Universitas Paramadina, 2004), cet. Ke-3, h. 34-35

Page 30: Jong Islamieten Bond 1925 – 1942 sebagai Gerakan Pemuda ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7536/1/JAMALU... · kebijaksanaan kolonial Belanda tentang Goeroe Ordonantie

lebih menggunakan nama perkumpulan kepemudaan dalam batas kesukuan atau

kepulauan atau kedaerahan, seperti Jong Java, Jong Sumatera, Jong Ambon, Jong

Celebes, dan lain-lain.

Jong Islamieten Bond (JIB) merupakan wadah kepemudaan yang flatform

komitmennya lebih tinggi dan lebih luas daripada kesukuan atau kedaerahan. Hal

itu dapat ditegaskan ketika JIB pada tahun 1927 mendirikan National Indonesische

Pad Vinderij (NATIPIJ), kepanduan nasional Indonesia.29

Fakta di atas menerangkan kepada kita bahwa komitmen JIB kepada cita-cita

kebangsaan Indonesia, memang sebelumnya sudah ada satu-dua organisasi yang

menggunakan nama “ Indonesia”, misalnya Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia

(PPPI) yang berdiri pada tahun 1926, dan di negeri Belanda pada tahun 1928

Indische Vereenigig mengubah namanya menjadi Indonesich Vereenigig, ketika

perhimpunan pelajar di negeri Belanda itu di bawah kepemimpinan Sukiman

Wirjosandjojo.

Sementara sikap JIB terhadap nasionalisme / kebangsaan sebagai berikut

“kita pemuda intelektual Islam berpandangan lebih luas terhadap kebangsaan, di

mana kita berasal dari daerah di mana bangsa itu.30

JIB adalah pergerakan yang tidak mendikotomikan antara Islam dan

nasionalisme. Hal tersebut dapat dilihat dalam sejarah, seperti Wilopo S.H (tokoh

PNI) yang pernah menjabat perdana menteri, di masa mudanya pernah ditempa

NATIPIJ, begitu pula tokoh nasionalis lain seperti Chalid Rasyidi yang dikenal

sebagai tokoh pejuang angkatan 45. Ia pernah memimpin JIB cabang Betawi

29 Ridwan Saidi, Islam dan Nasionalisme Indonesia, (Jakarta : LSIP, 1995), cet. Ke-1, h. 3 30 Ridwan Saidi, Cendikiawan Islam Zaman Belanda Studi Pergerakan Intelektual JIB dan SIS

(1925-1942), h. 21

Page 31: Jong Islamieten Bond 1925 – 1942 sebagai Gerakan Pemuda ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7536/1/JAMALU... · kebijaksanaan kolonial Belanda tentang Goeroe Ordonantie

bahkan ketua pengurus besar JIB terakhir (1937-1942) yaitu Sunarjo

Mangunpuspito, di zaman kemerdekaan justru aktif dalam PARINDRA (Partai

Indonesia Raya) yang beraliran nasionalis.31

Fakta lain ketika Bung Karno pada masa mudanya amat populer di kalangan

JIB cabang Bandung, di mana pada kongres JIB II tahun 1926 yang diadakan di

Surakarta, ia dicalonkan JIB Bandung sebagai ketua pengurus besar, meskipun

Bung Karno akhirnya kalah dan yang terpilih adalah Wiwoho Purbohadidjojo.

Kemudian adalah terlibatnya JIB dalam proses penyusunan panitia kongres pemuda

II pada bulan Agustus 1928, yang melahirkan Sumpah Pemuda pada tanggal 28

Oktober 1928. Djohan Mohammad Tjaij, utusan JIB ikut serta menanda tangani

naskah bersejarah itu. Djohan sendiri sebagai aktivis JIB juga aktif mengajar di

sekolah perguruan Rakyat yang didirikan kalangan nasional.32 Ditambah lagi ketika

Burhanuddin Harahap memimpin JIB cabang Yogyakarta di tahun 1939, pada saat

yang sama ia juga menjadi aktivis Perkumpulan Indonesia Muda, organisasi

pemuda beraliran nasionalis.33

Fakta di atas menerangkan kepada kita betapa dekatnya hubungan antara

pemuda-pemuda Islam dengan kalangan nasionalis. Pendek kata amat sulit untuk

membuat polarisasi Islam Vis a Vis Nasionalis, setidaknya di kalangan pemuda

Islam. Atau dengan kata lain JIB bukan organisasi nasionalis, tetapi JIB kelak

melahirkan banyak kelompok intelektual beraliran nasionalis. Sebab pada dasarnya

JIB sebagai organisasi Islam dalam hal ini membawakan aspirasi nasib massa.

31 Ridwan Saidi, Islam dan Nasionalisme Indonesia, (Jakarta : LSIP, 1995), cet. Ke-1, h. 4 32 Ridwan Saidi, Islam dan Nasionalisme Indonesia, (Jakarta : LSIP, 1995), cet. Ke-1, h. 5. 33 Ridwan Saidi, Islam dan Nasionalisme Indonesia, (Jakarta : LSIP, 1995), cet. Ke-1, h. 5

Page 32: Jong Islamieten Bond 1925 – 1942 sebagai Gerakan Pemuda ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7536/1/JAMALU... · kebijaksanaan kolonial Belanda tentang Goeroe Ordonantie

Sehingga Islam menjadi faktor pemersatu dalam perwujudan nasionalisme

Indonesia.

Dalam JIB, Islam dan kebangsaan Indonesia tidak pernah diletakkan sebagai

komponen yang berpisah apalagi berhadap-hadapan, sebagaimana banyak

dituduhkan organisasi kepanduan NATIPIJ dengan tokoh-tokohnya Kasman

Singodimedjo dan Muhammad Roem mengembangkan pelajaran-pelajaran

kewiraan, yang kelak pelajaran tersebut mempunyai manfaat yang besar bagi

pertahanan tanah air. Kasman mendapat kepercayaan untuk menjadi Daidanco

(komandan batalion) PETA (Pembela Tanah Air) Jakarta berkat pengalamannya

dalam NATIPIJ.34

Syamsurizal (Raden Syam) sebagai pendiri JIB mengatakan Islam dan

nasionalisme begitu erat kaitannya. Di dalam agama Islam, bangsa-bangsa

merupakan anggota kesatuan umat manusia. Islam tidak membatasi rasa simpati

seseorang di dalam patokan geografis kelahirannya, melainkan mencakup seluruh

umat manusia sebagai satu keluarga besar itu bertujuan untuk menempa menjadi

satu segala orang tinggi dan rendah, kaya dan miskin, berwarna kulit coklat, hitam,

kuning, menjadi ikatan bangsa universal.35

Bahkan saking eratnya hubungan antara Islam dan nasionalisme, seorang

politisi asal Minangkabau Muchtar Lutfi, membuat kejutan ketika pada 1932

34 Ridwan Saidi, Cendikiawan Islam Zaman Belanda Studi Pergerakan Intelektual JIB dan SIS

(1925-1942), h. 21 35 Ridwan Saidi, Islam dan Nasionalisme Indonesia, (Jakarta : LSIP, 1995), cet. Ke-1, h. 11

Page 33: Jong Islamieten Bond 1925 – 1942 sebagai Gerakan Pemuda ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7536/1/JAMALU... · kebijaksanaan kolonial Belanda tentang Goeroe Ordonantie

mengumumkan berdirinya partai Persatuan Muslim Indonesia (PERMI) di tanah

Minang yang berasaskan Islam dan kebangsaan.36

Hal yang mempertegas JIB memang tetap pada asas Islamnya adalah ketika

JIB ikut serta dalam kongres pemuda II sebagaimana kita ketahui, kongres tersebut

melahirkan Sumpah Pemuda 1928 dan juga menghasilkan kebulatan peleburan

organisasi-organisasi kepemudaan dalam satu wadah yang bernama Indonesia

Muda, namun JIB menolak bergabung (fusi) ke dalam Indonesia Muda karena

menurut Kasman Singodimedjo (ketua JIB) waktu itu mengatakan “kami eman-

eman dengan Islamnya, karena asas Islam itulah”. Tetapi perlu diingat bahwa JIB

turut menandatangi resolusi yang berisikan Sumpah Pemuda.

Dengan demikian, jelas bahwa dalam gerakan pemuda Islam yang terdapat

dalam JIB terdapat ideologi nasionalis atau faham kebangsaan, meskipun tidak

dijadikan sebuah asas pergerakan.

Organisasi pelajar yang berorientasi kepada aliran nasionalisme adalah

Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) yang didirikan September 1926.

Adapun tokoh-tokoh pemuda Islam yang populer adalah Muhammad Yamin, Amir

Syarifuddin dan Wongso Nagoro. Kemudian Indonesia Muda (IM) dan pemuda

Gerindo.

Dengan demikian jelas bahwa JIB terbuka dengan paham nasionalis sebagai

gerakan pemuda Islam di Indonesia.

3. Ideologi Sosialis

36 Ridwan Saidi, Kebangkitan Islam Era Orde Baru ; Studi Kepeloporan Cendikiawan Islam Sejak

Zaman Belanda Sampai ICMI,h. 62

Page 34: Jong Islamieten Bond 1925 – 1942 sebagai Gerakan Pemuda ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7536/1/JAMALU... · kebijaksanaan kolonial Belanda tentang Goeroe Ordonantie

Ideologi sosialis atau sosialisme secara etimologi berasal dari bahasa Latin

“socius” yang berarti teman, sahabat. Jadi ideologi sosialis adalah paham yang

mengutamakan persamaan dan persahabatan sebagai prinsip-prinsip pengikat dalam

pergaulan antar sesama manusia. Sedangkan menurut istilah adalah ajaran atas

paham kenegaraan yang ingin dan berusaha menjadikan harta, industri perusahaan

yang ada menjadi milik negara dan dikuasai negara, atau dapat juga didefinisikan

sebagai suatu sistem ekonomi yang sebagian besar keputusan-keputusan di bidang

ekonomi diambil dalam satuan-satuan yang dikuasai oleh berbagai bagian dari

struktur negara atau oleh pekerja.37

Secara umum bahwa ideologi sosialis adalah suatu faham yang berusaha

untuk meniadakan atau mengurangi ketimpangan ekonomi di tengah-tengah

masyarakat dengan cara pemerataan pendapatan nasional dan ini memerlukan

intervensi negara dalam bidang ekonomi.38

JIB dan SIS secara organisatoris merupakan dua organisasi yang terbuka

terhadap faham sosialis. Hal tersebut wajar, sebab menurut pandangan Ridwan

Saidi bahwa JIB dan SIS mendapatkan pengaruh dari H. Agus Salim, selaku tempat

bertanya, penasihat, dan pembina di mana di dalam forum JIB dan SIS H. Agus

Salim memberikan pandangan tentang Islam dan sosialisme.39

H. Agus Salim pada saat itu menjadi “figur idola” di kalangan pemuda,

karena pandangan-pandangan yang diberikan dilakukan dengan cara pendekatan

ilmiah namun mempunyai dasar-dasar hujjah yang kuat. Dalam menyoroti faham

37 Muhammad Chatib Basri, Antara Marx dan Schindler ; dalam Jurnal Kebudayaan Kalam, 7

September 2001, h. 27-28 38 Mirriam Budiardjo, Simposium Kapitalisme, Sosialisme, Demokrasi, (Jakarta : Gramedia, 1984),

h.3 39 Ridwan Saidi, Pemuda Islam dalam Dinamika Politik Bangsa 1925-1984, h. 101-102

Page 35: Jong Islamieten Bond 1925 – 1942 sebagai Gerakan Pemuda ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7536/1/JAMALU... · kebijaksanaan kolonial Belanda tentang Goeroe Ordonantie

sosialisme dengan ajaran Islam, bersama HOS Cokroaminoto (tokoh sosialisme) ia

mencari sebanyak mungkin persamaan dan menjauhkan perbedaan dalam

diskusinya.

Apabila ideologi sosialis dipandang sebagai faham yang mengutamakan

pertemanan dan persahabatan sebagai prinsip pengikat dalam pergaulan antar

sesama, maka dapat dikatakan bahwa tujuan didirikan JIB terdapat paham

sosialisme, yaitu toleransi terhadap keyakinan agama lain dan menimbulkan serta

memajukan pergaulan antara kaum terpelajar masing-masing dan di antara mereka

dengan rakyat menurut ajaran Islam. Disini terlihat kalau JIB mementingkan /

mengutamakan pertemanan dan persahabatan sebagai prinsip pengikat dalam

pergaulan antar sesama, atau dengan kata lain JIB terbuka terhadap paham

sosialis.40

Di samping itu JIB mendorong organisasi pemuda untuk bersatu. Seperti

telah diuraikan sebelumnya bahwa lahirnya JIB telah menimbulkan kegelisahan

disementara organisasi pemuda kedaerahan, karena JIB mampu mempersatukan

berbagai pemuda dari semua lapisan dan asal kesukuan dan cabang-cabangnya

telah dibuka di luar Jawa, seperti Sumatera, Sulawesi, dan kepulauan lainnya.41

JIB tidak menekankan pada perbedaan yang ada dalam berhubungan dengan

mereka yang berhaluan lain. Bahwa kerja sama yang erat akan melahirkan

kesuksesan, seperti ketika JIB cabang Betawi dan Cristelijk Studenten Vereeginig

(CSV) yang berafiliasi ke kaum Kristen Ambon (Jong Ambon) bekerja sama

40 Ridwan Saidi, Cendikiawan Islam Zaman Belanda Studi Pergerakan Intelektual JIB dan SIS

(1925-1942), h. 22 41 Ridwan Saidi, Cendikiawan Islam Zaman Belanda Studi Pergerakan Intelektual JIB dan SIS

(1925-1942), h. 22

Page 36: Jong Islamieten Bond 1925 – 1942 sebagai Gerakan Pemuda ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7536/1/JAMALU... · kebijaksanaan kolonial Belanda tentang Goeroe Ordonantie

melancarkan kritik terhadap pemerintah Hindia Belanda berkaitan dengan

perlakuan yang berbeda yang diberikan terhadap masing-masing agama, di mana

Islam diperlakukan secara tidak adil, baik dalam pemberian fasilitas maupun

kemudahan dalam penyebaran agama, tidak dengan sendirinya berarti hubungan

sosial antara umat Islam dan umat Kristen berada dalam ketegangan.42

Apabila ideologi sosialis dipahami sebagai suatu sistem ekonomi yang

keputusan-keputusannya diambil oleh para pelaku ekonomi, maka menurut Ridwan

Saidi, sosialisme mempunyai kaitan erat dengan pengembangan kepemimpinan di

Indonesia, tidak hanya alasan historis bahwa pergerakan modern Islam yang

pertama lahir adalah Sarekat Dagang Islam (SDI) pada tahun 1909. tetapi juga

untuk terciptanya komunikasi politik yang efektif memerlukan dana yang kuat.43

Jika ditelusuri bahwa JIB terbuka dengan faham sosialis adalah ketika Yusuf

Wibisono dan Prawoto Mangkusasmita mengantongi kartu anggota Sarekat Islam

(dulunya SDI) yang nota bene bersifat sosialis. Bahkan JIB pada akhir-akhir

periode mengembangkan kegiatan bukan pada porsinya, yaitu membangun badan

usaha dan percetakan.

Sama halnya dengan JIB, SIS juga bersifat sosialis, yaitu melonggarkan

prasyarat keanggotaan tanpa memandang kebangsaan dan keyakinannya dan setiap

mahasiswa dapat diterima menjadi anggota perhimpunan.44

42 Ridwan Saidi, Kebangkitan Islam Era Orde Baru ; Studi Kepeloporan Cendikiawan Islam Sejak

Zaman Belanda Sampai ICMI,h. 62-63 43 Ridwan Saidi, Kebangkitan Islam Era Orde Baru ; Studi Kepeloporan Cendikiawan Islam Sejak

Zaman Belanda Sampai ICMI,h. 111 44 Ridwan Saidi, Cendikiawan Islam Zaman Belanda Studi Pergerakan Intelektual JIB dan SIS

(1925-1942), h. 36

Page 37: Jong Islamieten Bond 1925 – 1942 sebagai Gerakan Pemuda ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7536/1/JAMALU... · kebijaksanaan kolonial Belanda tentang Goeroe Ordonantie

Bukti bahwa SIS terbuka terhadap ideologi sosialis adalah ketika kelak

aktivis SIS mempunyai kecenderungan dalam terjun ke masyarakat, sebut saja

misalnya Hamid Algadri yang aktif dalam Partai Sosialis Indonesia (PSI).45

Berdasarkan hal di atas, dapat disimpulkan bahwa asas Islam bekerja untuk

umat Islam dan juga untuk golongan-golongan orang Islam yang berkeyakinan

(bernaung dalam ideologi lain). Kemudian asas nasionalisme bekerja bagi seluruh

bangsa Indonesia termasuk umat Islam, umat lain, warga Indonesia, juga tidak

melupakan usaha mementingkan keadilan sosial. Sedangkan asas sosialisme

bekerja dan masyarakat yang penuh keadilan sosial dan tidak akan membedakan

golongan dan agama.

E. Tantangan JIB sebagai Gerakan Pemuda Islam

Sebenarnya tantangan-tantangan terhadap pemuda Islam mempunyai

kekhususan tersendiri. Tantangan tersebut seirama dengan babakan sejarah pada

periode tertentu. Hal itu wajar terjadi karena pengaruh situasi dan kondisi mengiringi

pertumbuhan gerakan pemuda Islam pada waktu itu.

Tantangan Islam merupakan tantangan pemuda Islam juga. Sebab sejak zaman

Belanda terlihat bahwa serangan-serangan pada umumnya ditujukan kepada bagian

yang paling strategis dari tubuh umat Islam, yaitu pemuda Islam. Hal tersebut

dilakukan untuk degenerasi Islam dan pelumpuhan kaderisasi Islam, sebut saja

misalnya kebijaksanaan pemerintah Belanda tentang pendidikan, yang mempunyai

arah yang jelas yaitu lumpuhnya pembangunan generasi muda Islam.46

45 Ridwan Saidi, Kebangkitan Islam Era Orde Baru ; Studi Kepeloporan Cendikiawan Islam Sejak

Zaman Belanda Sampai ICMI,h. 54 46 Ridwan Saidi, Pemuda Islam dalam Dinamika Politik Bangsa 1925-1984, h. xii

Page 38: Jong Islamieten Bond 1925 – 1942 sebagai Gerakan Pemuda ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7536/1/JAMALU... · kebijaksanaan kolonial Belanda tentang Goeroe Ordonantie

Berikut adalah tantangan-tantangan yang dihadapi pemuda Islam, baik dari segi

ideologi, modernitas maupun tantangan invansi budaya.

1. Tantangan Ideologi

Tantangan yang sering terjadi dalam gerakan pemuda Islam adalah

tantangan infiltrasi dari kalangan manapun yang berniat negatif terhadap

eksistensi organisasi, seperti yang pernah terjadi / dialami oleh JIB. Di mana

Ahmadiyah melakukan propaganda terselubung kepada organisasi pelajar atau

mahasiswa dengan tujuan menyerang ideologi Islam.47 Hal ini seperti yang

dilakukan oleh Ahmad Beig selaku utusan Ahmadiyah, ia sering kali memberi

ceramah-ceramah dalam forum JIB yang di dalamnya terselubung faham

Ahmadiyah yaitu adanya nabi setelah Nabi Muhammad SAW., yaitu Mirza

Ghulam Ahmad.

Lebih lanjut dikatakan bahwa pemuda Islam harus waspada terhadap

setiap aliran-aliran, kekuatan politik atau sistem yang tidak sesuai dengan Islam,

antara lain kristenisasi sekularisasi di bidang intelektual, gerakan Yahudi

internasional, komunisme internasional.48

Ideologi-ideologi yang tidak sesuai dengan Islam merupakan tantangan

eksternal dan yang harus diwaspadai pemuda Islam adalah tantangan intern, yaitu

menjaga persatuan kesatuan pemuda Islam yang berideologi berbeda, seperti

pemuda Islam yang mempunyai ideologi nasionalis dan sosialis dalam asas

perjuangannyam karena ideologi tersebut masih sesuai dengan Islam.49

47 Ridwan Saidi, Pemuda Islam dalam Dinamika Politik Bangsa 1925-1984, h. 16 48 Ridwan Saidi, Pemuda Islam dalam Dinamika Politik Bangsa 1925-1984, h. 158 49 Ridwan Saidi, Cendikiawan Islam Zaman Belanda Studi Pergerakan Intelektual JIB dan SIS

(1925-1942), h. 3-5

Page 39: Jong Islamieten Bond 1925 – 1942 sebagai Gerakan Pemuda ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7536/1/JAMALU... · kebijaksanaan kolonial Belanda tentang Goeroe Ordonantie

Di samping itu tantangan ideologi pemuda Islam adalah penanaman

pengaruh oleh rupa-rupa aliran dan kekuatan politik yang ada dalam masyarakat

ke dalam perkumpulan pemuda Islam. Menurut Ridwan Saidi penanaman

pengaruh ke dalam perkumpulan pemuda Islam tidak langsung diarahkan kepada

organisasi, tetapi biasanya mereka membina pemuda Islam lainnya dengan

perkumpulan yang bersifat sekular. Sehingga terdapat dua kecenderungan dalam

pemikiran ataupun aliran. Seperti yang terjadi pada zaman kolonial Belanda, di

mana pemerintah Belanda membina pemuda Islam dalam wadah Dienaren Van

Vereenigig, sebuah perkumpulan yang hendak membangun nilai-nilai “supra

agama”, yaitu nilai-nilai yang mengatasi sistem nilai agama. Sedangkan

perkumpulan Islam tidak mendapat pembinaan. Oleh karena itu, nantinya terdapat

dikotomi pemuda Islam (mahasiswa / pelajar) yang santri dan non santri.

Gerakan pemuda Islam sedikitnya berhati-hati terhadap paham-paham

yang coba memberikan kesan bahwa antara Islam dan wawasan kebangsaan

berada dalam posisi yang saling berhadapan, karena hal tersebut dapat memecah

belah persatuan, mungkin yang harus ditentang adalah paham yang sempit tentang

nasionalisme/kebangsaan yang menjurus pada chauvinisme.50

Hendaknya pemuda Islam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.

Karena hal-hal sensitif dapat menimbulkan friksi di antara pemuda Islam, tetapi

juga dengan organisasi kelompok lain. Atau dengan kata lain pemuda Islam tetap

menjaga identitasnya sebagai orang Islam.

Pada hakikatnya tantangan ideologi gerakan pemuda Islam berkaitan erat

dengan eksistensi gerakan tersebut. Apabila organisasi pemuda Islam tidak eksis,

50 Ridwan Saidi, Islam dan Nasionalisme Indonesia, (Jakarta : LSIP, 1995), cet. Ke-1, h. 22

Page 40: Jong Islamieten Bond 1925 – 1942 sebagai Gerakan Pemuda ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7536/1/JAMALU... · kebijaksanaan kolonial Belanda tentang Goeroe Ordonantie

maka dengan sendirinya tantangan ideologi tersebut tidak berhasil dijawab.

Sedangkan organisasi-organisasi kaum muda lainnya siap dengan ideologi dan

eksistensinya.

Bahwa untuk memelihara eksistensi organisasi adalah dengan melakukan

kegiatan-kegiatan yang mendukung eksistensi itu sendiri.51 Kemudian tantangan

ideologi terhadap pemuda Islam adalah dengan diterimanya pancasila sebagai

satu-satunya asas, dan dinyatakan oleh pemerintah sebagai ideologi terbuka, maka

menjadi tantangan dan kewajiban pemuda Islam untuk mengisinya, pemuda Islam

mempunyai kecenderungan untuk menerima Pancasila dan kecenderungan untuk

tidak melakukan isolasi politik pada satu pihak. Karena pada lain pihak tetap

ingin menjaga identitasnya sebagai orang Islam.52

2. Tantangan Modernitas

Biasanya organisasi pemuda Islam memiliki buletin intern, sebut saja

misalnya JIB dengan majalah bulanannya Het Licht (an-Noer) yang terbit bulan

Maret 1925 dan SIS dengan majalah bulanannya Moslimse Reveil (kebangkitan

jiwa orang-orang Islam) yang terbit bulan Maret 1935, tetapi itu agaknya tidak

memadai, walaupun majalah yang diterbitkan dengan kualitas yang dapat

dipertanggungjawabkan, namun terdapat dua faktor yang harus diperhatikan, yaitu

masalah manajemen dan isi yang berwibawa, karena dewasa ini perlu dipikirkan

kembali dalam menghadapai modernitas adalah menerbitkan majalah yang

berkesinambungan, tentunya dengan manajemen yang baik dan isi majalah yang

51 Ridwan Saidi, Pemuda Islam dalam Dinamika Politik Bangsa 1925-1984, h. 58 52 Ridwan Saidi, Cendikiawan Islam Zaman Belanda Studi Pergerakan Intelektual JIB dan SIS

(1925-1942), h. 67

Page 41: Jong Islamieten Bond 1925 – 1942 sebagai Gerakan Pemuda ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7536/1/JAMALU... · kebijaksanaan kolonial Belanda tentang Goeroe Ordonantie

berkualitas. Hal itu agar penyebarluasan pengetahuan Islam dapat diterima dengan

baik oleh umat Islam melalui media.53

Selanjutnya dikatakan bahwa untuk menjawab tantangan modernitas

diperlukan kemantapan iman dan ilmu pengetahuan yang luas, karena tanpa kedua

hal tersebut pemuda Islam tidak sanggup menyahut persoalan yang berhubungan

dengan teknologi dan ideologi-ideologi besar di dunia.54

Kenyataan-kenyataan di atas haruslah diiringi dengan ditegakkannya nilai-

nilai Islam di bidang keilmuan (konsepsi sains dan teknologi), jika tidak hanya

menjadikan mereka (pemuda Islam) hanya bermental Barat.55 Oleh karena itu

kelestarian nilai-nilai Islam bagi kehidupan pelajar harus tetap dijaga, sebab

kelestarian Islam sebagai ajaran terancam dengan adanya kurikulum dan sistem

serta metode didaktik yang berlaku pada dunia pendidikan resmi dewasa ini.

Sementara kompetisi intelektual dengan pelajar yang beragama lain berlangsung

secara “kurang fair”, di dalam pengertian untuk pelajar yang secara ideologis dan

kultural berasal dari lingkungan bukan Islam dirangsang oleh lembaga swasta

untuk meningkatkan kemampuan intelektualnya lewat pembinaan tertentu,

misalnya pemberian beasiswa.56

Bahkan dewasa ini pusat-pusat pendidikan di Kanada dan Amerika Serikat

menjadi tempat yang lebih penting peranannya untuk penggodokan cendikiawan

muda Islam dibanding dengan Madinah dan Kairo, yang pernah berjaya di masa

lalu. “Training grounds” pemuda Islam jauh lebih beragam, tidak saja berbentuk

53 Ridwan Saidi, Pemuda Islam dalam Dinamika Politik Bangsa 1925-1984, h. 57 54 Ridwan Saidi, Pemuda Islam dalam Dinamika Politik Bangsa 1925-1984, h. 59 55 Ridwan Saidi, Pemuda Islam dalam Dinamika Politik Bangsa 1925-1984, h. 158 56 Ridwan Saidi, Cendikiawan Islam Zaman Belanda Studi Pergerakan Intelektual JIB dan SIS

(1925-1942), h. 19

Page 42: Jong Islamieten Bond 1925 – 1942 sebagai Gerakan Pemuda ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7536/1/JAMALU... · kebijaksanaan kolonial Belanda tentang Goeroe Ordonantie

organisasi formal dan media cetak tetapi munculnya lembaga swadaya

masyarakat dan masjid-masjid kampus merupakan gejala baru dalam lima belas

tahun terakhir ini, sudah barang tentu tantangan yang dihadapi dalam bidang

pemikiran jauh berbeda.57

3. Tantangan Invasi Budaya

Dalam menghadapi tantangan invasi budaya yang diperlukan pemuda

Islam adalah melestarikan budaya Islam karena untuk menghayati dan memahami

kebudayaan Islam diperlukan penghayatan terhadap kebudayaan Indonesia,

sehingga mampu mengantisipasi kecenderungan masyarakat dunia. Maka dengan

itu, pemuda Islam hendaknya memacu keterampilan dan potensinya dalam

kerangka penyusunan peradaban dan kebudayaan Islami.58

Dalam sejarah pemuda Islam telah diingatkan oleh penjajahan, di mana

budaya kemiskinan, kemelaratan, ketidakadilan sosial atau kebodohan merupakan

alat yang ampuh terhadap invasi budaya di Indonesia, oleh karena itu pemuda

Islam memerlukan kemampuan intelektual yang lebih, agar tidak menjadi orang

minoritas.59

Hendaknya pemuda Islam menjaga kesinambungan organisasi dalam

dunia intelektual, apabila organisasi tersebut tetap eksis dan bangkit dalam

gelombang pasang surut sejarah maka tantangan tersebut dapat terjawab.60

Dengan demikian bahwa tantangan ideologi, modernitas dan invasi budaya harus

57 Ridwan Saidi, Cendikiawan Islam Zaman Belanda Studi Pergerakan Intelektual JIB dan SIS

(1925-1942), h. 67 58 Ridwan Saidi, Pemuda Islam dalam Dinamika Politik Bangsa 1925-1984, h. 157 59 Ridwan Saidi, Cendikiawan Islam Zaman Belanda Studi Pergerakan Intelektual JIB dan SIS

(1925-1942), h. 24 60 Ridwan Saidi, Pemuda Islam dalam Dinamika Politik Bangsa 1925-1984, h. xii

Page 43: Jong Islamieten Bond 1925 – 1942 sebagai Gerakan Pemuda ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7536/1/JAMALU... · kebijaksanaan kolonial Belanda tentang Goeroe Ordonantie

dijawab dengan gerakan pemuda Islam dengan menjaga eksistensi organisasi

tentunya dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang menjaga eksistensi organisasi

gerakan pemuda Islam tersebut.

F. Peran JIB sebagai Gerakan Pemuda Islam

Titian sejarah perjuangan pemuda, di manapun mereka berada senantiasa

memberikan petunjuk bahwa mereka adalah merupakan motor penggerak perjuangan.

Potensi pemuda dengan berbagai kemampuan yang dimilikinya, baik yang berupa

kemurnian idealisme, kekuatan fisik, dinamika maupun kobaran pantang menyerah

kesemuanya merupakan faktor penunjang terhadap prakarsanya sebagai penggerak

perjuangan.61

Apabila kita meninjau keadaan organisasi pemuda Islam dewasa ini, niscaya

tidak terlepas hubungan historisnya dengan organisasi pemuda Islam yang bangkit dan

berkembang pada zaman kolonial. Baik tantangan-tantangan yang dihadapinya

maupun suasana dunia kepemudaan tidaklah jauh berbeda, sehingga tujuan pemuda

Islam masa lalu dan masa kini dapat dikatakan sama, kendati redaksinya dapat

dibedakan.

Dengan demikian, secara singkat dapat dikatakan bahwa dalam perjalanan

sejarah gerakan pemuda Islam di Indonesia mempunyai dua tujuan, yaitu pertama

adalah tujuan merebut kemerdekaan Indonesia dan kedua partisipasi dalam

memajukan rakyat Indonesia.

1. Merebut Kemerdekaan Indonesia

61 R. Soeprapto, Citra Pemuda Indonesia, (DKI Jakarta : Pemda DKI Jakarta, 1984), cet. Ke-2,

h.17

Page 44: Jong Islamieten Bond 1925 – 1942 sebagai Gerakan Pemuda ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7536/1/JAMALU... · kebijaksanaan kolonial Belanda tentang Goeroe Ordonantie

Pada awal abad ke dua puluh gerakan pemuda pada umumnya hanya

bertujuan intelektual an sich. Karena memang generasi muda berusaha untuk

mendapatkan pendidikan yang memadai. Seperti diketahui bahwa Belanda berusaha

mendikotomikan pendidikan pemuda, di mana hanya kaum bangsawan (bumi

putera) yang dapat / layak masuk pendidikan yang didirikan pemerintah Belanda,

bahkan gerakan-gerakan atau organisasi-organisasi pemuda pun yang didirikan oleh

pemerintah Belanda, sebut saja misalnya perkumpulan Theosofische Vereenigig

yang didirikan 1905 Order the Servant of Idea didirikan 1920 dan Studentend

Corps (organisasi mahasiswa).

Sementara itu, generasi muda yang telah menamatkan sekolah lanjutan atas

seperti AMS (Algemene Middelbar School) atau HBS (Hogere Burger School)

melanjutkan pendidikan ke negeri Belanda. Penumpukkan para mahasiswa di

negeri Belanda pada gilirannya, di tahun 1922 melahirkan Indische Vereenigig

yang pada tahun 1925, di bawah pimpinan Soekiman (Dr. Soekiman) berubah

menjadi Perhimpunan Indonesia62Perkumpulan-perkumpulan di atas bertujuan

untuk membentuk dan mendidik kader-kader yang tangguh dan terbuka untuk

semua golongan atau dengan kata lain menciptakan intelektual-intelektual muda

yang berkualitas. 63

Baru pada 1926 organisasi pemuda di Indonesia mempunyai kecenderungan

membangun semangat kebangsaan (nasionalisme), yaitu organisasi Perhimpunan

Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) kemudian ada lagi Algemen Studieclub yang

62 Ridwan Saidi, Cendikiawan Islam Zaman Belanda Studi Pergerakan Intelektual JIB dan SIS

(1925-1942), h. 1 63 Ridwan Saidi, Cendikiawan Islam Zaman Belanda Studi Pergerakan Intelektual JIB dan SIS

(1925-1942), h. 5

Page 45: Jong Islamieten Bond 1925 – 1942 sebagai Gerakan Pemuda ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7536/1/JAMALU... · kebijaksanaan kolonial Belanda tentang Goeroe Ordonantie

didirikan pada tahun 1927 oleh Soekarno dan Anwari, yang kelak Algemen

Studieclub menjadi cikal bakal Partai Nasional Indonesia (PNI).64

Hal di atas menunjukkan bahwa PPPI merupakan organisasi radikal yang

memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. PPPI adalah salah satu pelopor konggres

pemuda 1928 dan pada tahun 1929 PPPI menerbitkan majalah “Indonesia Raya”

tokoh-tokohnya antara lain Soegondo Djojo Puspito, Mohammad Yamin, A.K.

Gani, Soemanang dan Amir Syarifuddin.

Lantas di manakah peranan gerakan pemuda Islam dalam memperjuangkan

kemerdekaan Indonesia, padahal Jong Islmieten Bond (JIB) merupakan organisasi

pemuda Islam tertua di Indonesia (berdiri sejak 1925), lebih awal dibandingkan

dengan PPPI (berdiri pada tahun 1926).

Menurut Ridwan Saidi, JIB merupakan organisasi yang tidak hanya berjuang

untuk bangsa dan negara namun juga berjuang untuk umat Islam di seluruh dunia.

Artinya JIB berjuang merebut kemerdekaan Indonesia dari penjajah dan berusaha

menjadikan Islam sebagai identitas diri bangsa.65

Memang JIB tidak pernah secara gamblang dalam asas dan tujuan

perjuangannya, memakai kata berjuang untuk kemerdekaan nasional Indonesia. Hal

itu wajar karena pemerintahan Belanda sangat ketat dalam mengawasi organisasi

pemuda yang mempunyai arah dan tujuan kemerdekaan nasional. Bukti bahwa JIB

bertujuan merebut kemerdekaan adalah dibentuknya NATIPIJ (organisasi

kepanduan) yang di dalamnya terdapat pelajaran kewiraan, yang kelak pelajaran

64 Ridwan Saidi, Cendikiawan Islam Zaman Belanda Studi Pergerakan Intelektual JIB dan SIS

(1925-1942), h. 8 65 Ridwan Saidi, Cendikiawan Islam Zaman Belanda Studi Pergerakan Intelektual JIB dan SIS

(1925-1942), h. 16

Page 46: Jong Islamieten Bond 1925 – 1942 sebagai Gerakan Pemuda ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7536/1/JAMALU... · kebijaksanaan kolonial Belanda tentang Goeroe Ordonantie

tersebut mempunyai manfaat yang besar bagi pertahanan tanah air, sebut saja

misalnya Kasman Singodimedjo (ketua JIB 1929) mendapat kepercayaan untuk

menjadi Daidanco (komandan batalion), PETA (Pembela Tanah Air) Jakarta berkat

pengalamannya dalam NATIPIJ.66

Di samping hal di atas, NATIPIJ yang gencar melakukan pelatihan-pelatihan

membuat kekhawatiran Belanda, terutama pers Belanda yang tergabung dalam

INHEEMSE Pers, yang mencurigai JIB dan NATIPIJnya sebagai organisasi politik

yang memperjuangkan kemerdekaan nasional.67

Jika ditelusuri lebih lanjut memang JIB didirikan untuk mempersatukan

bangsa, tidak secara tegas memakai kata kemerdekaan nasional atau merebut

kemerdekaan Indonesia, tetapi pada hakikatnya gerakan yang mengacu pada

persatuan bangsa pada akhirnya mengarah pada kemerdekaan Indonesia.

Perjuangan JIB dalam partisipasi aktif merebut kemerdekaan Indonesia

diwujudkan dalam proses lahirnya Sumpah Pemuda 1928, kemudian menuangkan

opemikiran-pemikiran nasionalisme dalam Het Licht, begitu pula organisasi

Moslimse Reveil. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pemuda Islam berusaha

menempatkan di dalam orbit perjuangan bangsa Indonesia merebut kemerdekaan.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa JIB dan SIS cenderung menjadi

gerakan yang bersifat menekan (preasure group) kendati dengan penampilan yang

lihai. Secara terbuka JIB dan SIS tidak pernah mengatakan dirinya sebagai

perkumpulan yang hendak merebut kemerdekaan Indonesia, tetapi dengan orgaan

66 Ridwan Saidi, Cendikiawan Islam Zaman Belanda Studi Pergerakan Intelektual JIB dan SIS

(1925-1942), h. 21 67 Ridwan Saidi, Cendikiawan Islam Zaman Belanda Studi Pergerakan Intelektual JIB dan SIS

(1925-1942), h. 24

Page 47: Jong Islamieten Bond 1925 – 1942 sebagai Gerakan Pemuda ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7536/1/JAMALU... · kebijaksanaan kolonial Belanda tentang Goeroe Ordonantie

(media). Het Licht dan Moslemse Reveil dengan jelas diuraikan bahwa JIB dan SIS

menentang kebijakan pemerintah Belanda serta mendukung kemerdekaan

Indonesia.68

Dengan demikian, jelas bahwa gerakan pemuda Islam pada zaman penjajahan

Belanda bertujuan untuk merebut kemerdekaan Indonesia. Sampai pada akhirnya

JIB dan SIS dibubarkan oleh tentara Jepang pada tahun 1942. praktis setelah Jepang

masuk, sejarah tidak mencatat sesuatu tentang gerakan generasi muda yang

berwujud organisasi-organisasi, baru setelah lima tahun tepatnya pada akhir tahun

1946 sampai awal tahun 1947 muncul organisasi-organisasi generasi muda, baik di

kalangan pemuda, pelajar maupun mahasiswa.69

2. Partisipasi Dalam Memajukan Rakyat Indonesia

Seperti telah diketahui bahwa latar belakang berdirinya Jong Islamieten Bond

(JIB) dan Studenten Islam Studieclub (SIS), yaitu dalam rangka membangun

bangsa Indonesia dan merangsang kesadaran kaum muslimin untuk mengejar

ketertinggalannya. Dengan kata lain organisasi tersebut pada hakikatnya bertujuan

memajukan rakyat Indonesia.70

Di samping kegiatan intelektual melalui media “orgaan” yang dilakukan

gerakan pemuda Islam, yang bertujuan menyadarkan masyarakat akan

ketertinggalannya. Pemuda Islam juga rutin mengikuti kegiatan hubungan luar

negeri, berupa konfrensi-konfrensi pelajar atau pun mahasiswa internasional. Dan

dari hubungan internasional tersebut terserap pengalaman-pengalaman yang

68 Ridwan Saidi, Cendikiawan Islam Zaman Belanda Studi Pergerakan Intelektual JIB dan SIS

(1925-1942), h. 56 69 Ridwan Saidi, Pemuda Islam dalam Dinamika Politik Bangsa 1925-1984, h. 41 70 Ridwan Saidi, Pemuda Islam dalam Dinamika Politik Bangsa 1925-1984, h. 109

Page 48: Jong Islamieten Bond 1925 – 1942 sebagai Gerakan Pemuda ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7536/1/JAMALU... · kebijaksanaan kolonial Belanda tentang Goeroe Ordonantie

berguna untuk peningkatan kualitas generasi muda Islam, yang pada akhirnya dapat

memajukan rakyat Indonesia.

Lebih lanjut dikatakan bahwa pengalaman-pengalaman yang didapatkan

pemuda Islam dari organisasi, kelak menghasilkan pelbagai profesi (social group)

dalam masyarakat, sebut saja misalnya Syamsu Rizal (pendiri JIB) menjadi wali

kota Jakarta (1953), kemudian aktifis SIS seperti Dr. Satrio dan Prof. Dr. Hanifah

bergerak dalam bidang kemanusiaan, Hazil Tanzil menjadi budayawan, Artati

Soedirdja sebagai diplomat karir, Prof. Widagdo bergerak dalam dunia perguruan

tinggi, dan lain-lain.71

Berdasarkan hal di atas, dapat disimpulkan bahwa JIB sebagai gerakan

pemuda Islam pada masa penjajahan bertujuan untuk memajukan rakyat Indonesia.

G. Posisi Perjuangan Pemuda Islam : Sebuah Prestasi atau Kegagalan

Pergerakan pemuda Islam yang tumbuh dan berkembang dalam tekanan dan

penindasan, seperti JIB dan SIS yang tumbuh dan berkembang pada masa penjajahan

Belanda merupakan sebuah prestasi.72

Dapat dikatakan bahwa organisasi generasi muda Islam pada umumnya sudah

lebih dari satu dasawarsa, bahkan ada yang lebih dari tiga dasawarsa. Usia yang cukup

lama itu sekurang-kurangnya memberikan modal yang berharga, setidak-tidaknya

pengalaman. Dengan modal pengalaman yang kaya, organisasi generasi muda Islam

hendaknya berhati-hati dengan eksistensinya, karena eksistensi tersebut berkaitan erat

dengan prestasi atau kegagalan.

71 Ridwan Saidi, Pemuda Islam dalam Dinamika Politik Bangsa 1925-1984, h. 109 72 Ridwan Saidi, Cendikiawan Islam Zaman Belanda Studi Pergerakan Intelektual JIB dan SIS

(1925-1942), h. 48

Page 49: Jong Islamieten Bond 1925 – 1942 sebagai Gerakan Pemuda ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7536/1/JAMALU... · kebijaksanaan kolonial Belanda tentang Goeroe Ordonantie

Dewasa ini amat jarang kita dapatkan organisasi pemuda Islam memiliki

“organ” (media) yang terbit secara teratur, sehingga agak sulit untuk mengerti dan

mengenal secara lebih akrab sifat, sikap, pandangan dan keyakinan organisasi yang

bersangkutan melainkan kita harus mencari dari sumber lain, misalnya lewat

wawancara kepada nara sumber yang bersangkutan, atau lewat kliping surat kabar di

mana terdapat wawancara tokoh-tokoh dengan wartawan. Tokoh pemuda masa kini

juga amat jarang menulis buku, mereka lebih suka mengkomunikasikan ide-idenya

secara lisan.73

Namun pemikiran keagamaan yang dimuat Het Licht dan Moslimse Reveil

tentulah belum mendalam dibandingkan dengan pemikiran keagamaan angkatan

Nurcholis Madjid, tetapi untuk kurun waktu itu sudah dapat dikatakan amat maju.

Perlu diketahui, bahwa pada kepengurusan JIB, kriteria pemuda telah

dirumuskan, yaitu memberikan batasan secara biologis yang disebut pemuda atau

mereka yang boleh menjadi anggota JIB adalah yang berumur 14 sampai 29 tahun dan

kemudian diperluas menjadi 35 tahun. Batasan ini penting sekali oleh karena dewasa

ini kita menjumpai pengurus organisasi pemuda, mahasiswa kadang-kadang pelajar

usianya sudah melebihi 35 tahun dan bahkan ada yang 40-an.74

Kenyataan tersebut di atas, bagi generasi muda Islam cukup sulit untuk dinalar

dalam kaca mata prestasi atau kegagalan. Karena pada hakikatnya JIB telah

dibubarkan tentara Jepang pada tahun 1942, atau dengan kata lain kaderisasi putus.

Namun organisasi pemuda Islam, dewasa ini seperti PMII dan HMI yang pengurusnya

73 Ridwan Saidi, Cendikiawan Islam Zaman Belanda Studi Pergerakan Intelektual JIB dan SIS

(1925-1942), h. 54-55 74 Ridwan Saidi, Pemuda Islam dalam Dinamika Politik Bangsa 1925-1984, h. 34

Page 50: Jong Islamieten Bond 1925 – 1942 sebagai Gerakan Pemuda ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7536/1/JAMALU... · kebijaksanaan kolonial Belanda tentang Goeroe Ordonantie

tidak lagi muda, tetapi tetap eksis, atau kaderisasi berjalan dengan pengurus-pengurus

yang tidak muda lagi.

Amin Rais berpendapat bahwa dewasa ini generasi muda Islam makin terpelajar

dan kritis dalam menanggapi perkembangan sosial politik dan ekonomi dalam

masyarakat mereka akan menaruh simpati besar kepada kejujuran, keadilan dan

keterbukaan.75

Namun pemikiran, gerakan dan strategi pemuda Islam secara keseluruhan belum

mempunyai ketajaman visi yang memadai. Mereka lebih cenderung untuk bisa

meneguhkan identitas kelompoknya atau kepeloporannya di antara kelompok-

kelompok yang lain, dan bukannya mencari jalan yang sinergis dan visioner bagi

perbaikan bangsa.76

Berdasarkan hal di atas, dapat disimpulkan bahwa menurut Ridwan Saidi posisi

perjuangan pemuda Islam adalah sebuah prestasi. Karena secara umum gerakan

pemuda Islam dapat tetap eksis dalam gelombang tekanan pasang surut sejarah. Dan

tidak dapat disebut kegagalan hanya apabila terdapat kekurangan dalam

perjuangannya, yang pasti keberhasilan adalah proses yang tiada henti dari waktu ke

kurun waktu lain.

75 Amin Rais, Cakrawala Islam, (Bandung : Mizan, 1994), cet. Ke-10, h. 153-154 76 Idris Thoha, Pergulatan Partai Politik di Indonesia, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004),

cet. Ke-1, h. 45

Page 51: Jong Islamieten Bond 1925 – 1942 sebagai Gerakan Pemuda ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7536/1/JAMALU... · kebijaksanaan kolonial Belanda tentang Goeroe Ordonantie

BAB V

PENUTUP

H. Kesimpulan

Setelah mendeskripsikan serta menganalisa pandangan Ridwan Saidi tentang

gerakan pemuda Islam di Indonesia, maka penulis mencoba menarik bebarapa

kesimpulan sebagai berikut :

1. Ideologi JIB sebagai gerakan pemuda Islam terbagi menjadi tiga bagian. Pertama

adalah ideologi Islam, kedua ideologi nasionalis, dan ketiga adalah ideologi

sosialis. Bahwa Ideologi Islam adalah sebagai asas gerakan JIB, sedangkan ideologi

nasionalis dan sosialis dipahami sebagai ajaran-ajaran atau paham-paham yang

berkembang dalam JIB. Ketiga ideologi tersebut menurutnya bekerja untuk umat

Islam pada khususnya dan seluruh bangsa Indonesia secara umum.

2. Bahwa ada tiga tantangan sebagai gerakan pemuda Islam. Pertama adalah

tantangan ideologi, berupa infiltrasi kelompok lain, sistem yang tidak sesuai dengan

Islam, seperti sekularisme, komunisme dan rupa-rupa aliran dan kekuatan politik

dalam masyarakat. Kedua adalah tantangan modernitas, berupa eksistensi gerakan

pemuda Islam terhadap konsepsi sains dan teknologi yang semakin modern,

modernisasi pendidikan dan modernisasi struktur organisasi pemuda Islam. Dan

ketiga adalah tantangan invansi budaya, berupa menjaga atau melestarikan budaya

Islam terhadap invasi budaya lain.

Page 52: Jong Islamieten Bond 1925 – 1942 sebagai Gerakan Pemuda ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7536/1/JAMALU... · kebijaksanaan kolonial Belanda tentang Goeroe Ordonantie

3. Bahwa ada dua tujuan JIB sebagai gerakan pemuda Islam. Pertama adalah merebut

kemerdekaan Indonesia, seperti yang dilakukan JIB dan SIS pada zaman kolonial

Belanda. Dan kedua adalah partisipasi dalam memajukan rakyat Indonesia.

4. Bahwa posisi perjuangan pemuda Islam merupakan sebuah prestasi. Karena

pergerakan-pergerakan yang tumbuh dan berkembang dalam tekanan ataupun

penindasan merupakan prestasi sejarah tersendiri. Seperti JIB dan SIS yang tumbuh

pada masa penjajahan Belanda.

5. JIB sebagai gerakan pemuda Islam mempunyai relevansi yang kuat dengan gerakan

pemuda masa kini, karena tantangan yang dihadapi, suasana dunia kepemudaan

tidaklah jauh berbeda, karena tujuan-tujuan organisasi pemuda Islam masa lalu dan

masa kini dapat dikatakan sama, kendati redaksinya dapat dibedakan.

I. Saran-saran

1. Bahwa gerakan pemuda Islam merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam

perjalanan sejarah, mereka berfungsi sebagai preseur group dalam negara, mereka

juga elemen penting dalam tubuh umat Islam. Sungguh ironis negara yang tidak

didukung oleh pemudanya begitupun Islam tidak akan berkembang tanpa didukung

oleh pemudanya. Menurut hemat penulis salah satu hal yang membuat agama Islam

dan bangsa maju karena faktor pemudanya. Pandangan Ridwan Saidi tentang

gerakan pemuda Islam yang telah penulis tuangkan dalam skripsi ini kiranya dapat

dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan ini untuk menuju pada kehidupan yang

lebih baik terutama kepada pemuda-pemuda Islam yang ada di tanah air.

2. JIB sebagai gerakan pemuda Islam di Indonesia memang berbeda dengan gerakan

pemuda Islam masa kini yang lebih modern. Akan tetapi prinsip-prinsip perjuangan

Page 53: Jong Islamieten Bond 1925 – 1942 sebagai Gerakan Pemuda ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7536/1/JAMALU... · kebijaksanaan kolonial Belanda tentang Goeroe Ordonantie

pemuda Islam yang telah diungkapkan Ridwan Saidi menurut hemat penulis

merupakan prinsip-prinsip yang universal. Dengan kata lain tidak terhadang oleh

tempat dan waktu. Dengan demikian di seluruh dunia Islam sekarang, gerakan

pemuda Islam perlu didukung eksistensinya, semata-mata untuk mengembangkan

ajaran Islam dan memajukan bangsa Indonesia.

Page 54: Jong Islamieten Bond 1925 – 1942 sebagai Gerakan Pemuda ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7536/1/JAMALU... · kebijaksanaan kolonial Belanda tentang Goeroe Ordonantie

DAFTAR PUSTAKA

Alfian, Pemikiran dan Perubahan Politik di Indonesia, (Jakarta : Gramedia, 1980)

Anshari, Endang Saifudin, Wawasan Islam, (Jakarta : Rajawali Press, 1991), cet.ke-3

Anwar, Desi, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya : Amelia, 2003),cet.Ke-1

Bagus, Lorens, Kamus Filsafat, (Jakarta : Gramedia, 1996), cet. Ke-1

Basri, Muhammad Chatib, Antara Marx dan Schindler ; dalam Jurnal Kebudayaan Kalam, 7 September 2001

Budiardjo, Mirriam, Simposium Kapitalisme, Sosialisme, Demokrasi, (Jakarta :

Gramedia, 1984) Buku Panduan Mapaba PMII, (Ciputat : Fakultas Ushuluddin dan Perguruan Tinggi

Umum, 2000) Ezzatti, A, Gerakan Islam ; Sebuah Analisis, (Jakarta : Pustaka Hidayah, 1990), cet. Ke-1 Hakim, Masykur, Pergolakan Reformasi & Strategi HMI, (Jakarta : al-Ghazaly, 2001),

cet. Ke-1 Hussein Badjerei dan Ridwan Saidi (ed), Sketsa Kehidupan dan Surat-surat Pribadi Sang

Pendekar Pena Mahbub Djunaidi, (Jakarta: LSIP, 1996) Kohn, Hans, Nasionalisme, Arti dan Sejarahnya, (Jakarta : Erlangga, 1984)

Ma’arif, Ahmad Syafi’i, Islam dan Pancasila Sebagai Dasar Negara, (Jakarta: LP3ES, 2006), edisi revisi

Madjid, Nurcholis, Indonesia Kita, (Jakarta : Universitas Paramadina, 2004),cet.Ke-3

Moeliono, Anto, dkk., Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), cet. Ke-2

Noer, Deliar, Gerakan Modern Islam di Indonesia, (Jakarta : LP3ES, 1980)

Page 55: Jong Islamieten Bond 1925 – 1942 sebagai Gerakan Pemuda ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7536/1/JAMALU... · kebijaksanaan kolonial Belanda tentang Goeroe Ordonantie

Oxford Learnear’s Pocket Dictionary, (UK : Oxford University Press, 2003), third edition Perwiranegara, Alamsyah Ratu, Islam dan Pembangunan Politik di Indonesia, (Jakarta :

Haji Mas Agung, 1987), cet. Ke-1 Pringgidigdo, A.K, Sejarah Pergerakan Rakyat, (Jakarta : Dian Rakyat, 1977)

Propinsi DKI Jakarta, Ragam Budaya Betawi, buku bacaan penunjang Mulok, (Jakarta: Pemerintah Propinsi DKI Jakarta Dinas Kebudayaan dan Permuseuman, 2002), jilid 1-6

Rais, Amin, Cakrawala Islam, (Bandung : Mizan, 1994), cet. Ke-10

Saidi, Ridwan, Babad Tanah Betawi, (Jakarta: Gria Media, 2002), cet. 1

-------------------, Cendikiawan Islam Zaman Belanda Studi Pergerakan Intelektual JIB dan SIS (1925-1942), (Jakarta : Piranti Ilmu, 1990), cet. Ke-1

-------------------, Diburu Mossad, (Jakarta: LSIP, 1996)

-------------------, Islam dan Nasionalisme Indonesia, (Jakarta : LSIP, 1995), cet. Ke-1

-------------------, Kebangkitan Islam Era Orde Baru ; Studi Kepeloporan Cendikiawan Islam Sejak Zaman Belanda Sampai ICMI, (Jakarta : LSIP, 1993), cet. Ke-1

-------------------, Lakon Politik, “Che Guevara Melayu” Dokumentasi Teror PKI 1955-

1960, (Jakarta: Institue Policy Studies (IPS), 2006), cet, I -------------------, Orang Betawi dan Modernisasi Jakarta, (Jakarta: LSIP, 1994)

-------------------, Pemuda Islam dalam Dinamika Politik Bangsa 1925-1984, (Jakarta : Rajawali Press, 1984), cet. Ke-1

-------------------, Profil Orang Betawi Asal-Muasal Kebudayaan dan Adat Istiadat,

(Jakarta: PT. Gunara Kata, 1997), cet. Ke-1 -------------------, Warisan Budaya Betawi, (Jakarta: LSIP, 2000)

Sanit, Arbi, Sistem Politik Indonesia ; Kestabilan Politik dan Pembangunan, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2007), cet. Ke-1

Santoso, Ananda, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya : Alumni, tt)

Soekanto, Soerjono, Kamus Sosiologi, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1993), cet. Ke-3 Soeprapto, R., Citra Pemuda Indonesia, (DKI Jakarta : Pemda DKI Jakarta, 1984), cet.

Ke-2

Page 56: Jong Islamieten Bond 1925 – 1942 sebagai Gerakan Pemuda ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7536/1/JAMALU... · kebijaksanaan kolonial Belanda tentang Goeroe Ordonantie

Toha, Idris, Pergulatan Partai Politik di Indonesia, (Jakarta : Raja Grafindo Persada,

2004), cet. Ke-1

Majalah dan Artikel

Noel, “Sekarang Lebih Sabar, Meski Tak Seideal Yang Diarepin”, Tabloit Ben’s, No. 011/26 Juli-09 Agustus 2006

Apa dan Siapa, Google.com, 22 Agustus 2007

Page 57: Jong Islamieten Bond 1925 – 1942 sebagai Gerakan Pemuda ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7536/1/JAMALU... · kebijaksanaan kolonial Belanda tentang Goeroe Ordonantie