Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
JOURNAL READING
“Can the First Web Space Angle Be Predictive of Carpal Tunnel
Syndrome?”
Disusun Oleh :
Farida Nurhayati 1820221093
Pembimbing :
dr. Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp. S, M.Sc
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT SARAF
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
2019
2
LEMBAR PENGESAHAN
Telah dipresentasikan dan disetujui jurnal yang berjudul
“Can the First Web Space Angle Be Predictive of Carpal Tunnel Syndrome?”
Diajukan untuk memenuhi syarat mengikuti ujian Kepaniteraan Klinik di bagian Ilmu
Penyakit saraf di RSUD Ambarawa
Disusun Oleh :
Farida Nurhayati 1820221093
Telah disetujui
Ambarawa, Agustus 2019
Mengetahui,
Dokter Pembimbing
dr. Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp. S, M.Sc
3
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan ridhoNya penulis
dapat menyelesaikan journal reading yang berjudul “Can the First Web Space Angle Be
Predictive of Carpal Tunnel Syndrome?”. Journal reading ini dibuat dengan maksud dan
tujuan untuk memenuhi penilaian pada kepaniteraan klinik Ilmu Penyakit Saraf di Rumah
Sakit Umum Daerah Ambarawa.
Terima kasih penulis sampaikan kepada dr. Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp. S,
M.Sc., selaku dokter pembimbing yang banyak memberikan masukan dan saran. Serta
teman-teman sejawat yang telah mendukung dalam penyelesaian journal reading ini.
Penulis menyadari bahwa journal reading ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik
dan saran sangat penulis harapkan demi perbaikan penulisan berikutnya. Akhir kata,
semoga journal reading ini dapat bermanfaat dan menambah ilmu pengetahuan bagi
penulis dan pembaca.
Ambarawa, Agustus 2019
Penulis
4
Can the First Web Space Angle Be Predictive of Carpal Tunnel Syndrome?
Cuma UZ, Ebru Umay, Ibrahim Gundogdu, and Aytul Cakci
Physical Medicine and Rehabilitation Clinic, Ankara Diskapi Yildirim Beyazit Education
and Research Hospital, University of Health Science, Ankara, Turkey
Abstrak
Latar Belakang : Carpal tunnel syndrome (CTS) merupakan neuropati kompresif yang
paling sering terjadi di ekstremitas atas. Meskipun metode penilaian yang lebih objektif
telah dilaporkan dalam literatur, ada kekurangan bukti mengenai metode terbaik untuk
penilaian CTS. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki apakah terdapat perbedaan
pada first web space angle pada pasien CTS dengan tingkat keparahan yang berbeda
dalam kaitannya pada kelompok kontrol yang sehat sebagai metode screening yang
mudah.
Metode : Penelitian ini menggunakan uji coba terkontrol prospektif, dilakukan pada 126
pasien di Klinik Rehabilitasi Medik, Rumah Sakit Pendidikan dan Penelitian Ankara
Diskapi Yildirim Beyazit, Turki, dimulai pada Januari 2016 hingga Januari 2018.
Pegangan tangan dan kekuatan cubitan pasien ditentukan. First web angle diukur dengan
goniometer. Pasien dibagi menjadi 3 kelompok secara elektrofisiologis yaitu kelompok
ringan, sedangm dan berat". Kelompok sakit dan kelompok sehat dibandingkan kemudian
dievaluasi.
Hasil : Terdapat penurunan yang signifikan dalam kekuatan tangan dan first web angle
pada kelompok sakit dibandingkan dengan kelompok sehat (P <0,05). Selain itu, first web
angle secara signifikan berbeda antara kelompok CTS (P = 0,001). Nilai cut-off untuk
CTS adalah <38.5º.
Kesimpulan : Kemungkinan CTS dapat dievaluasi dengan mengukur first web angle
dengan goniometer sederhana sebagai metode yang mudah dan murah di klinik rawat
jalan.
Kata kunci : Carpal tunnel syndrome, elektrofisiologi, antropometri
5
A. Latar Belakang
Carpal tunnel syndrome (CTS) adalah salah satu gangguan pada tangan karena
terjadi penyempitan pada terowongan karpal, baik akibat edema fasia pada terowongan
tersebut maupun akibat kelainan pada tulang-tulang kecil tangan sehingga terjadi
penekanan terhadap nervus medianus dipergelangan tangan1. Jika terjadi kompresi saraf
berkepanjangan di terowongan karpal, pasien akan mengalami gejala sensorik seperti
paresthesia (kesemutan atau sensasi gatal), mati rasa, nyeri dan gejala motorik seperti
kekakuan, dan juga kelemahan kekuatan tangan2,3
. Terjadinya gejala-gejala di atas akan
mempengaruhi kinerja dan efisiensi kemampuan pasien dalam melakukan tugas sehari-
hari4. Tugas terkait tangan yang paling sehari-hari membutuhkan kemampuan untuk
menghasilkan, memelihara, dan mengatur jepitan untuk memanipulasi objek secara
rumit5. Intervensi pada CTS diperlukan sebelum memburuknya gejala, perkembangan
atrofi otot dan penurunan fungsi6
Meskipun ada banyak faktor seperti metabolik atau endokrin, penyakit struktural
inflamasi, non-inflamasi dan trauma sebagai etiologi CTS, sebagian besar kejadiannya
idiopatik7,8
. Kelompok idiopatik CTS terlibat dalam etiologi kegiatan berulang atau
repetitif dan posisi yang menetap. Karena banyak faktor dalam kelompok idiopatik,
keragaman pengobatan tinggi sedangkan respons terhadap pengobatan rendah. Oleh
karena itu, CTS adalah gangguan muskuloskeletal ekstremitas atas paling mahal ketika
memperkirakan biaya perawatan medis terutama karena pembedahan9. Maka dari itu,
penting untuk mengidentifikasi faktor-faktor terkait diagnosis CTS.
Meskipun metode penilaian yang lebih objektif seperti elektrofisiologi, evaluasi
klinis, metode ultrasonografi dan antropometrik telah dilaporkan dalam literatur, ada
kekurangan bukti mengenai metode terbaik untuk penilaian CTS3,6,10-13
. Meskipun studi
ini memberikan informasi yang berharga, dalam sebagian besar praktik klinis penilaian
tersebut rumit, mahal, membutuhkan peralatan dan memakan waktu. Dalam hal dapat
dipertanyakan apakah di klinik rawat jalan dapat memprediksi kemungkinan CTS dengan
metode sederhana?.
Untuk mencari jawaban atas pertanyaan ini, kami menyelidiki apakah terdapat
perbedaan dalam first web angle pada pasien CTS dengan berbagai keparahan dan
dibandingkan dengan kelompok kontrol yang sehat.
6
B. Bahan dan Metode
Penelitian menggunakan Uji coba prospektif terkontrol yang dilakukan pada 126
pasien di klinik rehabilitasi medik di Rumah Sakit Pendidikan dan Penelitian Ankara
Diskapi Yildirim Beyazit, Turki, antara Januari 2016 dan Januari 2018. Kriteria inklusi
pada kelompok sakit merupakan pasien yang berusia antara 18 dan 65 tahun, dengan
diagnosis CTS yang dikonfirmasi menggunakan electroneuromyography (EMG) dengan
gejala nyeri, paresthesia dan kelemahan di tangan. Sedangkan jenis kelamin, usia,
dominansi tangan, dan sukarelawan yang sehat yang sesuai indeks massa tubuh (BMI) (n
= 104) dengan EMG normal dan tanpa gejala dan temuan CTS, yang melibatkan kerabat
pasien dan staf rumah sakit, termasuk dalam kelompok kontrol.
Kriteria eksklusi termasuk subjek berusia di bawah 18 atau lebih dari 65 tahun,
dengan keterlibatan tangan yang tidak dominan, adanya inflamasi, autoimun, penyakit
endokrin, metabolisme, penyakit ginjal berat, penyakit sistem saraf pusat, herniasi
serviks, polineuropati, neuropati perifer, riwayat trauma tangan atau pembedahan,
osteoartritis tangan dan jari, variasi anatomi, kista ganglion, tenosinovitis atau tendinitis
pada tangan, kehamilan atau menyusui. Semua subjek telah menyetujui secara tertulis dan
terinformasi sebagai sampel penelitian yang telah disetujui oleh Komite Etika setempat.
C. Evaluasi Elektrofisiologi
Evaluasi elektrofisiologi dilakukan pada semua subjek, oleh satu spesialis
rehabilitasi medik menggunakan Medelec Synergy (Oxford, UK) berupa 10 saluran
perangkat electroneuromyography. Menurut protokol yang didefinisikan oleh Oh et al.
(14), kecepatan konduksi sensorik puncak median yaitu pergelangan tangan ke jari kedua
lebih lambat 41,25 m/detik, kecepatan konduksi puncak saraf campuran yaitu telapak ke
pergelangan tangan lebih lambat 34 m/detik, dan/atau perpanjangan latensi motorik distal
saraf medianus yaitu pergelangan ke otot abductor pollicis brevis (> 3,6 msec) dievaluasi
sebagai CTS.
Perlambatan pada median sensorik dan kecepatan konduksi saraf campuran
dengan potensial aksi sensorik amplitudo dinilai sebagai CTS ringan. Selain temuan ini,
jika latensi motorik saraf distal memanjang, maka dinilai sebagai CTS moderat. Dalam
studi konduksi sensorik dan motorik, dinilai sebagai CTS berat jika potensi aksi sensoris
tidak ada dan / atau gabungan potensial aksi motorik berkurang.
7
D. Demografi dan Karakteristik Penyakit
Karakteristik demografi termasuk usia, jenis kelamin, status pendidikan,
pekerjaan, tangan dominan, tinggi, berat, dan BMI dari semua subjek. Status pendidikan
diklasifikasikan sebagai "buta huruf", kurang dari 5 tahun, 5 tahun, 8 tahun, 11 tahun, dan
lebih dari 11 tahun.
E. Evaluasi Klinis
Pengukuran kekuatan genggaman tangan maksimal ditentukan dengan
menggunakan Jamar-Dynamometer. Untuk menstandarisasi hasil, uji kekuatan
genggaman tangan dilakukan pada posisi yang sama untuk setiap subjek yaitu dalam
posisi duduk, bahu dalam adduksi penuh, siku fleksi pada sudut 90°, serta pergelangan
tangan dalam semipronasi dan ibu jari pada posisi menunjuk ke atas. Penilaian dilakukan
tiga kali berturut-turut dan nilai rata-rata diambil dalam satuan pound. Pegangan jari
dinilai oleh pinchmeter dalam tiga posisi terpisah yitu lateral, palmar, dan ujung jari15
F. Penilaian Antropometri
Tangan subjek diletakkan sehingga dorsum tangan akan menyentuh meja
seluruhnya dan aspek volar tangan menunjuk ke atas. Ibu jari diposisikan dalam abduksi
radial maksimum dan tidak ada peregangan ibu jari secara pasif. Tiga area ditandai yaitui
proses radial styloid, perbatasan radial dari sendi metacarpophalangeal pada jari telunjuk,
dan perbatasan radial di sendi metacarpophalngeal pada ibu jari. Tiga tanda itu terhubung
dengan dua garis yaitu sudut yang dibentuk oleh dua garis diukur dengan menggunakan
goniometer dengan sumbu ditempatkan pada tanda web space dan dua lengan pada indeks
dan tanda ibu jari 16,17.
8
G. Protokol Studi
Semua evaluasi dilakukan pada hari yang sama. Evaluasi elektrofisiologis
dilakukan oleh spesialis PMR yang sama yang tidak mengetahui informasi kelompok.
Pengukuran kekuatan dilakukan setelah penilaian antropometrik oleh spesialis PMR lain
yang tidak mengetahui evaluasi ENMG.
H. Perbandingan
Kelompok pasien dan kelompok sehat dibandingkan dalam hal parameter
evaluasi. Pasien dibagi menjadi 3 kelompok sesuai dengan hasil evaluasi ENMG yaitu
CTS ringan : kelompok 1, CTS sedang : kelompok 2 dan CTS berat : kelompok 3.
Perbandingan juga dibuat antara kelompok-kelompok ini.
I. Analisis Statistik
Analisis data menggunakan SPSS 25.0 (Chicago, IL, USA). Dalam statistik
deskriptif, data dinyatakan sebagai rata-rata ± standar deviasi untuk variabel kontinu, dan
frekuensi dan persentase (%) untuk variabel nominal. Tes Kolmogorov-Smirnov
digunakan untuk menentukan distribusi normal atau tidak untuk variabel kontinu.
Signifikansi perbedaan antara kelompok dalam hal variabel kontinu normal tidak
terdistorsi dianalisis dengan uji T dan uji ANOVA, dan signifikansi perbedaan untuk
variabel nominal dianalisis menggunakan uji Fisher exact. Analisis regresi logistik
diterapkan untuk korelasi signifikan. Kurva Receiver Operating Characteristic (ROC)
dibentuk untuk nilai batas sudut antara kelompok sakit dan kelompok sehat. Area di
bawah kurva (AUC), nilai cut-off point, sensitivitas dan spesifisitas dihitung. Hasil
dianggap signifikan secara statistik jika p <0,05.
J. Hasil Penelitian
Usia rata-rata dari 230 subjek dalam penelitian ini adalah 51,37 ± 11,05 tahun,
sebanyak 213 (92,6%) subjek adalah perempuan dan 17 (7,3%) subjek adalah laki-laki
dan 222 (96,5%) subjek memiliki dominasi tangan kanan serta sebagian besar pasien
adalah ibu rumah tangga (n = 194, 84,3%). Distribusi demografi pasien dan kelompok
sehat ditunjukkan pada Tabel 1. Kelompok pasien dan kelompok sehat serupa dalam hal
9
karakteristik demografis. (P> 0,05). Kekuatan cengkeraman dan cubitan kelompok pasien
dan kelompok sehat serta distribusi dan perbandingan evaluasi antropometrik dapat
dilihat pada Tabel 2. Terdapat perbedaan yang signifikan dalam semua kekuatan
cengkeraman dan cubitan dan first web angle antara kelompok pasien dan kelompok sehat
(P <0,05).
Tabel 1. Distribusi demografi pasien dan kelompok sehat
Pasien dibagi menjadi 3 kelompok sesuai dengan hasil EMG yaitu diklasifikasikan
sebagai kelompok 1 yaitu CTS ringan (n = 27, 21,4%), kelompok 2 yaitu CTS sedang (n
= 41, 32,5%) dan kelompok 3 yaitu CTS berat (n = 58, 46,1%). Distribusi kekuatan
cengkeraman dan kekuatan jepitan dan first web angle menurut kelompok disajikan pada
Tabel 3.
Tabel 2. Kekuatan cengkeraman dan cubitan kelompok pasien dan kelompok
sehat serta distribusi dan perbandingan evaluasi antropometrik
10
Hanya first web angle yang berbeda secara signifikan antar kelompok (P = 0,001).
Dalam analisis subkelompok; perbedaan antara semua kelompok adalah signifikan yaitu
P= 0,023 antara kelompok 1 dan 2, P = 0,001 antara kelompok 1 dan 3, dan P = 0,020
antara kelompok 2 dan 3. Analisis regresi menunjukkan bahwa web angle merupakan
faktor yang terkait dengan tingkat keparahan CTS (95% CI: 0,075-0,443, P = 0,001).
Menurut analisis kurva ROC dari web angle pasien CTS dan kontrol yang sehat, nilai cut-
off untuk CTS adalah <38,5º, sensitivitas dan spesifisitas dievaluasi masing-masing
didapatkan hasil 82,9% dan 77,3% (AUC 0,792, 95% CI: 0,665-0,919).
Gambar 2. Kurva ROC
Tabel 3. Distribusi kekuatan cengkeraman dan kekuatan jepitan dan first web angle
menurut kelompok
11
K. Diskusi
Meskipun beberapa penyakit seperti rheumatoid arthritis, kista ganglion, tonjolan
tulang, anomali otot dan tendon dimana dapat mengurangi volume dalam terowongan
karpal, kemudian penyakit yang dapat menyebabkan kompresi seperti diabetes mellitus,
hipotiroidisme dan terlalu sering menggunakan tangan dengan gerakan yang repetitif
telah terlibat sebagai penyebab CTS, namun penyebab terbanyak adalah idiopatik 2,7,18
.
Gejala klinis dan temuan pemeriksaan fisik pada pasien dengan CTS diakui secara
luas dan berbagai perawatan ada, termasuk opsi non-bedah dan bedah. Diagnosis dini
CTS dapat meningkatkan respon pengobatan. Terlepas dari itu, masih terdapat
kekurangan bukti tentang pendekatan terbaik untuk penilaian CTS (10). Terdapat metode
objektif untuk penilaian CTS termasuk tes elektrodiagnostik dan nerve imaging yang
memberikan informasi tentang sejauh mana keterlibatan aksonal dan perubahan
struktural, tetapi manfaat pastinya bagi pasien tidak diketahui. Selain itu, dalam praktik
klinis, evaluasi elektrofisiologis pada hampir semua pasien CTS memakan waktu dan
biaya yang banyak. Maka dari itu dalam literatur, terdapat banyak publikasi yang
didasarkan pada evaluasi tanda-tanda klinis, gejala dan kemungkinan faktor risiko untuk
mendiagnosis CTS 19-21
.
Evaluasi antropometrik juga merupakan metode yang telah dipelajari selama
beberapa tahun terakhir dan hubungan antara fitur struktural tangan dan CTS6,11,22-26
.
Menurut penelitian tersebut, dapat memprediksi perubahan patofisiologis dalam
terowongan karpal dalam hal sirkulasi kapiler yang lebih lambat, hipoksia serabut saraf,
edema dan peningkatan tekanan di dalam terowongan karpal, yang akibatnya mengurangi
konduktivitas saraf median. Dalam studi antropometri telah diselidiki apakah faktor
seperti panjang tangan, lebar pergelangan tangan dan rasio pergelangan tangan terkait
dengan CTS dalam kaitannya dengan kontrol yang sehat, hasilnya tidak terdapat
hubungan22-26
. Telah dilaporkan bahwa faktor-faktor pribadi lain seperti status
penggunaan tangan dan usia yang dapat menyebabkan kompresi.
Dalam beberapa tahun terakhir, penelitian telah menunjukkan bahwa ada disfungsi
sensorimotor dari saraf median, khususnya mengenai ibu jari dan jari telunjuk pada
CTS6,11
. Dalam studi ini, dilaporkan bahwa kedua jari ini memiliki perubahan arah
gerakan dan area kontak selama gerakan pada pasien CTS. Selain itu, telah dilaporkan
bahwa kekuatan cubitan kedua jari ini menurun karena keterlibatan cabang motorik.
12
Namun, penelitian tersebut hanya mengungkapkan fitur antropometrik yang tetap
dan tidak menunjukkan karakteristik tangan masing-masing orang, seperti perubahan kulit
dan otot yang mungkin timbul karena penggunaan tangan seseorang. Selain itu, penelitian
tersebut tidak dapat mengungkapkan perbedaan tekanan variabel dalam terowongan
karpal karena terlalu serin g digunakan. Perubahan pada tangan atau bahkan kulit tangan
dapat terjadi dengan peningkatan penggunaan tangan27
.
Tangan adalah organ yang terlibat dalam hampir semua kegiatan kita sehari-hari,
sehingga menghadirkan berbagai fungsi, dan agar berfungsi dengan sempurna, diperlukan
keselarasan penuh antara dan di antara berbagai jaringan penyusunnya. Berdasarkan studi
ini, kami menyelidiki apakah terdapat perbedaan dalam first web angle yang merupakan
metode sederhana yang dapat diterapkan di klinik rawat jalan pada pasien dengan tingkat
keparahan CTS yang berbeda. Sebagai hasil dari penelitian ini, ditunjukkan bahwa sudut
ruang ini menurun secara signifikan dibandingkan dengan orang sehat. Selain itu, ketika
keparahan CTS meningkat, sudut ruang tersebut terus menurun secara signifikan. Pada
penelitian ini ditemukan bahwa sensitivitas web space 38,5º adalah 82,9% dan spesifisitas
77,3% untuk mendiagnosis CTS.
The first web antara ibu jari dan jari telunjuk terbentuk oleh abduksi jari pertama.
Abduksi ibu jari dibentuk oleh kontraksi otot abductor pollicis brevis (APB), yang
dipersarafi oleh saraf median, dan adduksi ibu jari merupakan kontraksi dari otot adductor
pollicis (AP) yang dipersarafi oleh saraf ulnaris28,29
. Konduksi saraf dari cabang motorik
saraf median diperantarai oleh otot APB. Kompresi pada saraf median mempengaruhi
cabang sensorik pertama, kemudian serat motorik juga dipengaruhi oleh peningkatan
kompresi. Dalam hal ini, baik reduksi kekuatan abduksi, maupun ketidakseimbangan otot
antara otot abduksi dan adduksi karena persarafan saraf yang berbeda yang cenderung
mengarah pada pengurangan ruang jaringan. Untuk alasan-alasan ini; kami perpendapat
bahwa peningkatan keparahan dalam CTS dapat menjelaskan penurunan web space. Hal
tersebut didukung oleh fakta bahwa kekuatan cengkeraman dan cubitan lebih rendah pada
kelompok CTS daripada pada kelompok normal. Tetapi yang menarik, pada pasien
dengan CTS ringan yang hanya memengaruhi saraf sensorik, terdapat penurunan sedikit
web space daripada kontrol yang sehat.
Dalam penelitian ini, selama gerakan jari kedua yang berulang-ulang atau reptitif
dan berkepanjangan, bahkan jika tidak ada aktivitas paksa, otot-otot lumbrical dari jari
13
telunjuk telah terbukti mampu menempati bagian dari terowongan karpal pada pasien
CTS dan melaporkan bahwa otot-otot lumbrical dapat menekan saraf medianus11, 28
. Otot
lumbrical pertama yang memfasilitasi gerakan mencubit antara ibu jari dan jari telunjuk,
telah terbukti bertanggung jawab atas peningkatan tekanan dalam terowongan karpal saat
fleksi jari meningkat29
.
Sebagian besar subjek penelitian kami adalah ibu rumah tangga setengah baya
yang hanya menggunakan tangan mereka sepanjang hari dan karena ini mungkin ada
peningkatan tekanan yang intermiten tetapi konstan. Dalam studi sebelumnya, tingkat
keparahan dan tingkat perubahan neuropatik berkorelasi tidak hanya dengan tingkat dan
durasi kompresi, tetapi juga dengan ketajaman peningkatan tekanan3,6
. Selain itu,
beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa kompresi saraf median yang disebabkan
oleh peningkatan tekanan intermiten dapat mengurangi kekuatan koordinasi genggaman
dan cubitan, efek neuropati terhadap kemampuan gerakan jari secara terampil juga dapat
membatasi manipulasi benda secara tangkas. Artinya, fungsi otot dapat diperngaruhi pada
periode awal11
.
Saat kami menganalisis hasil penelitian dengan hasil tersebut, kami berpikir
bahwa ketidakseimbangan otot terjadi bahkan pada tahap awal CTS dan sebagai akibat
dari hal tersebut, first web space menyempit. Selain itu, bahwa ketidakseimbangan otot
dan koordinasi berkembang sejalan dengan keparahan CTS.
L. Keterbatasan Penelitian
Terdapat beberapa keterbatasan dari penelitian ini, salah satunya adalah bahwa
mayoritas kelompok pasien adalah ibu rumah tangga. Karena itu, hasil penelitian ini
dianggap tidak mencakup seluruh populasi. Oleh karena itu, studi skala besar yang
melibatkan pekerjaan seperti pekerja komputer aktif atau pekerja pabrik akan
memberikan pemahaman yang lebih baik.
M. Kesimpulan
Pada pasien CTS perubahan neuropatik terjadi dari tahap awal dan sebagai
refleksi dari ini first web space menyempit. Sebelum tes elektrofisiologi dilakukan,
kemungkinan CTS dapat dievaluasi dengan mengukur first web angle dengan goniometer
sederhana sebagai metode non-invasif dan murah di klinik rawat jalan
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Aroori S, Spence RA (2008). Carpal tunnel syn-drome. Ulster Med J, 77(1): 6-17.
2. Alfonso C, Jann S, Massa R, Torreggiani A (2010). Diagnosis, treatment and follow-
up of the carpal tunnel syndrome: A review. Neurol Sci,31:243–52.
3. Wang L (2013). Electrodiagnosis of Carpal Tun-nel Syndrome. Phys Med Rehabil
Clin N Am, 24:67–77.
4. Jerosch-Herold C, Houghton J, Blake J, Shaikh A, Wilson EC, Shepstone L (2017).
Association of psychological distress, quality of life and costs with carpal tunnel
syndromeseverity: a cross-sectional analysis of the PALMS cohort. BMJ Open,
7(11):e017732.
5. Nazari G, Shah N, MacDermid JC, Woodhouse L (2017). The Impact of Sensory,
Motor and Pain Impairments on Patient- Reported and Performance Based Function
in Carpal Tunnel Syndrome. Open Orthop J, 11:1258-67.
6. Jee KS, Ng PK, Saptari A, Hang TY, Thong LW, et al (2015). Pinch Technique and
Pinch Force: A Brief Literature Review of Their Importance in Carpal Tunnel
Syndrome. Aust. J. Basic Appl Sci, 9(34): 11-17.
7. Uchiyama S, Itsubo T, Nakamura K, Kato H, Yasutomi T, Momose T (2010). Current
con-cepts of carpal tunnel syndrome: pathophysi-ology, treatment, and evaluation. J
Orthop Sci, 15:1-13.
8. Riccò M, Signorelli C (2017). Personal and occu-pational risk factors for carpal
tunnel syn-drome in meat processing industry workers in Northern Italy. Med Pr,
68(2):199-209.
9. Dale AM, Harris-Adamson C, Rempel D et al (2013). Prevalence and incidence of
carpal tunnel syndrome in US working populations: pooled analysis of six prospective
studies. Scand J Work Environ Health, 39(5):495-505.
10. Padua L, Coraci D, Erra C et al (2016). Carpal tunnel syndrome: clinical features,
diagnosis, and management. Lancet Neurol, 15(12):1273-84.
11. Nataraj R, Evans PJ, Seitz JWH, Li ZM (2014). Pathokinematics of Precision Pinch
Move-ment Associated with Carpal Tunnel Syn-drome. J Orthop Res, 32(6): 786–92.
12. Arslan H, Yavuz A, Ilgen F et al (2018). The efficiency of acoustic radiation force
impulse (ARFI) elastography in the diagnosis and staging of carpal tunnel syndrome.
J Med Ul-trason (2001), 45(3):453-459.
13. Vögelin E, Mészàros T, Schöni F, Constantinescu MA (2014). Sonographic wrist
measurements and detection of anatom-ical features in carpal tunnel syndrome. Scien-
tificWorldJournal, 2014:657906.
14. Oh S (1998). Principles of clinical electromyography: Normal values for common
nevre conduc-tion tests. In: Oh S (ed). 2 nd ed. Baltimore: Williams and Wilkins
Company. pp.:84-105.
15
15. Mathiowetz V, Weber K, Volland G, Kashman N (1984). Reliability and validity of
grip and pinch strength evaluations. J Hand Surg Am, 9:222-26.
16. Carvalho RMF, Mazzer N, Barbieri CH (2012). Analysis of the reliability and
reproducibility of goniometry compared to hand photo-grammetry. Acta Ortop Bras,
20(3): 139-49.
17. McGee C, Carlson K, Koethe A, Mathiowetz V (2017). Inter-rater and inter-
instrument reliability of goniometric thumb active and passive flexion range of
motion measurements in healthy hands. Hand Therapy, 22(3):110-17.
18. Chaurasia RN, Kawale SS, Pathak A, Mishra VN, Joshi D (2017). Clinical Evaluation
and Diagnostic Utilities of Different Nerve Conduction Tests in 100 Patients with
Carpal Tunnel Syndrome. J Neurosci Rural Pract, 8(4):575-80.
19. Durham CO, VanRavenstein K (2017). It's All in the Wrist: Diagnosis and
Management of Carpal Tunnel Syndrome. Orthop Nurs, 36(5):323-27.
20. Kleopa KA (2015). In the Clinic. Carpal Tunnel Syndrome. Ann Intern Med,
163(5):ITC1.
21. Fernández-de-las-Peñas C, Fernández-Muñoz JJ, Palacios-Ceña M, Navarro-Pardo E,
Ambite-Quesada S, Salom-Moreno J (2015). Direct and Indirect Effects of Function
in Associated Variables Such as Depression and Severity on Pain Intensity in Women
with Carpal Tunnel Syndrome. Pain Med, 16(12):2405-11.
22. Thiese MS, Merryweather A, Koric A et al (2017). Association between wrist ratio
and carpal tunnel syndrome: Effect modification by body mass index. Muscle Nerve,
56(6):1047-53.
23. Tejashree D, Gandhi P, Dabholkar A, Yardi S (2015). Correlation of anthropometry
with in-cidence of carpel tunnel syndrome of hand in dental surgeons. Int J Health Sci
Res, 5(8):356-60.
24. Ažman D, Hrabač P, Demarin V (2018). Use of Multiple Ultrasonographic
Parameters in Confirmation of Carpal Tunnel Syndrome. J Ultrasound Med,
37(4):879-889.
25. Arslan Y, Bülbül I, Öcek L, Şener U, Zorlu Y (2017). Effect of hand volume and
other anthropometric measurements on carpal tunnel syndrome. Neurol Sci,
38(4):605-10.
26. Mondelli M, Farioli A, Mattioli S et al (2016). Severity of Carpal Tunnel Syndrome
and Diagnostic Accuracy of Hand and Body Anthropometric Measures. PLoS One,
11(10):e0164715.
27. Dąbrowska AK, Adlhart C, Spano F et al (2016). In vivo confirmation of hydration-
induced changes in human-skin thickness, roughness and interaction with the
environment. Biointerphases, 11(3):031015.
28. Jones LA, Lederman SJ (2006). Human Hand Function. 1st ed. NewYork,
NY:Oxford Uni-versity press, pp.:25-44