20
15 BAB II PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KELUARGA A. Pengertian Pendidikan Akhlak dalam Keluarga 1. Pengertian Pendidikan Akhlak Sebelum dijelaskan tentang pengertian pendidikan akhlak maka terlebih dahulu akan dikemukakan tentang pengertian pendidikan yaitu sebagai berikut : Ditinjau secara etimologi, dalam bahasa Arab pendidikan diterjemahkan dengan kata at-Tarbiyah. Menurut Abdur-rahman An-Nahlawi kata at-Tarbiyah berasal dari kata, yaitu : Pertama : raba-yarbu, yang artinya bertambah dan tumbuh. Kedua : rabiya--yarba, yang artinya menjadi besar Tiga : rabba- yarubbu, yang artinya memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, menjaga dan memelihara. 1 Pendidikan ditinjau secara terminologi menurut ahli pendidikan adalah : a. Sir Godfrey Thomson mengemukakan bahwa : “By education I mean the influence of the environment upon the individual to produce a parmanent change in his habits of behaviour of thought, and of attitude”. 2 “Yang saya maksudkan dengan pendidikan adalah pengaruh lingkungan kepada individu untuk menghasilkan suatu perubahan yang tetap di dalam kebiasaannya bertingkah laku, berpikir, dan bersikap”. 1 Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip-prinsip dan Pendidikan Islam dalam Keluarga, di Sekolah dan di Masyarakat, terj. Sihabuddin, (Bandung: Diponegoro, 1992), hlm. 30 – 31 2 Sir. Godfrey Thompson, A Modern Philosophy of Education, (London: George Allen and Unwin Ltd, 1959), p. 19.

jtptiain-gdl-s1-2004-nurrohmah3-681-BAB2_319-3.pdf

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jtptiain-gdl-s1-2004-nurrohmah3-681-BAB2_319-3.pdfjtptiain-gdl-s1-2004-nurrohmah3-681-BAB2_319-3.pdfjtptiain-gdl-s1-2004-nurrohmah3-681-BAB2_319-3.pdfjtptiain-gdl-s1-2004-nurrohmah3-681-BAB2_319-3.pdfjtptiain-gdl-s1-2004-nurrohmah3-681-BAB2_319-3.pdf

Citation preview

  • 15

    BAB II PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KELUARGA

    A. Pengertian Pendidikan Akhlak dalam Keluarga

    1. Pengertian Pendidikan Akhlak Sebelum dijelaskan tentang pengertian pendidikan akhlak maka

    terlebih dahulu akan dikemukakan tentang pengertian pendidikan yaitu sebagai berikut :

    Ditinjau secara etimologi, dalam bahasa Arab pendidikan diterjemahkan dengan kata at-Tarbiyah.

    Menurut Abdur-rahman An-Nahlawi kata at-Tarbiyah berasal dari kata, yaitu :

    Pertama : raba-yarbu, yang artinya bertambah dan tumbuh. Kedua : rabiya--yarba, yang artinya menjadi besar Tiga : rabba- yarubbu, yang artinya memperbaiki,

    menguasai urusan, menuntun, menjaga dan memelihara.1 Pendidikan ditinjau secara terminologi menurut ahli pendidikan

    adalah : a. Sir Godfrey Thomson mengemukakan bahwa :

    By education I mean the influence of the environment upon the individual to produce a parmanent change in his habits of behaviour of thought, and of attitude.2 Yang saya maksudkan dengan pendidikan adalah pengaruh lingkungan kepada individu untuk menghasilkan suatu perubahan yang tetap di dalam kebiasaannya bertingkah laku, berpikir, dan bersikap.

    1 Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip-prinsip dan Pendidikan Islam dalam Keluarga, di

    Sekolah dan di Masyarakat, terj. Sihabuddin, (Bandung: Diponegoro, 1992), hlm. 30 31 2 Sir. Godfrey Thompson, A Modern Philosophy of Education, (London: George Allen and

    Unwin Ltd, 1959), p. 19.

  • 16

    b. Pendidikan menurut Syeikh Mustafa Al Ghulayani adalah :

    !"#$%&'()*+,- *./.*.012+3452

    /6789:; 4

  • 17

    Untuk mengetahui pengertian akhlak menurut istilah (terminologi), di bawah ini terdapat beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut :

    1) Menurut Imam Al-Ghazali :

    >?>"@:AB2+C5- !/CD1CE%?*AFG4$/.

  • 18

    pertimbangan terlebih dahulu dan yang sesuai dengan pandangan akal dan syara.

    Pengertian akhlak mempunyai dua sinonim kata, yaitu etika dan moral. Secara garis besar ketiga kata (akhlak, etika dan moral) itu berasal dari tiga bahasa yang berbeda. Akhlak berasal dari bahasa Arab yang berarti budi pekerti, etika berasal dari kata ethos (Yunani) yang berarti adat kebiasaan, sedangkan moral berasal dari kata mores (bahasa Latin) yang berarti adat kebiasaan.9

    Etika dan akhlak itu memang ada persamaannya, yaitu keduanya membahas tentang baik buruknya tingkah laku manusia. Akan tetapi secara implisit terdapat perbedaan di antara keduanya. Etika merupakan cabang dari ilmu filsafat, etika lebih bertitik tolak dari akal pikiran manusia dan bukan dari agama seperti halnya akhlak.

    Namun istilah etika yang lazim dipergunakan untuk akhlak sebagai etika Islam. Menurut Hamzah Yaqub, etika Islam mempunyai karakteristik tertentu yang membedakannya dengan etika filsafat, di antara perbedaan itu adalah:

    a) Etika Islam menetapkan bahwa yang menjadi sumber ukuran baik dan buruknya perbuatan itu didasarkan pada ajaran Allah (al-Quran) dan Rasul-Nya (sunnah).

    b) Etika Islam bersifat universal dan komprehensif, dapat diterima oleh seluruh manusia dalam segala waktu dan tempat.

    c) Ajaran-ajarannya praktis dan tepat, cocok dengan fitrah dan akal pikiran manusia, sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman bagi seluruh manusia.10

    Sedang moral berasal dari bahasa Latin (Mores) yang berarti adat kebiasaan. Yang dimaksud dengan moral adalah tindakan manusia yang sesuai dengan ide-ide yang umum diterima. Mana yang baik dan wajar. Namun moral ini juga mempunyai beberapa persamaannya. Di anatara perbedaan

    9 Hamzah Yaqub, Etika Islam, (Bandung: Diponegoro, 1993), hlm. 13.

    10 Ibid., hlm. 14.

  • 19

    etika dengan moral adalah etika lebih banyak bersifat teori, sedangkan moral lebih banyak bersifat praktis.11

    Akan tetapi dalam hal moral ini ada juga yang berpendapat bahwa akhlak itu adalah moral Islam. Sebagaimana dikemukakan oleh Abul Ala Al Madudi yang dikutip oleh Humaidi Tatapangarsa sebagai berikut: Dilihat dari sumber dan sifatnya, moral itu dapat dibedakan menjadi moral keagamaan dan moral tanpa agama (moral sekuler).12 (1). Moral keagamaan adalah moral yang berdasarkan kepercayaan kepada

    Tuhan dan kehidupan akhirat. Dan moral keagamaan ini terbagi atas moral politheistik, moral zuhud, moral monotheistik. Sedangkan moral Islam termasuk dalam monetheistik, sebab Islam adalah agama tauhid, moral Islam itu berdasarkan bimbingan dan petunjuk Allah dalam al-Quran.13

    (2). Moral sekuler Dalam moral sekuler ini, Tuhan dan kehidupan akhirat tidak

    dikenal sama sekali, karena moral ini menolak bimbingan Tuhan ataupun ajaran-ajaran agama. Moral sekuler ini bersumber dari pikiran dan prasangka manusia yang beraneka ragam.14

    Dari penjelasan ketiga kata tersebut (akhlak, etika dan moral), dapat kita fahami bahwa ketiga kata tersebut secara harfiyah memang tidak ada perbedaannya, karena ketiga kata itu mempunyai arti yang sama dan ketiganya berbicara masalah baik dan buruk. Di samping itu sumber asalnya juga berasal dari bahasa yang berbeda.

    Kembali kepada permasalahan utama yaitu akhlak. Setelah mengetahui masing-masing dari pengertian pendidikan dan akhlak, maka selanjutnya penulis akan menjelaskan pengertian dari pendidikan akhlak. Pendidikan akhlak adalah usaha sadar yang dilakukan manusia dalam rangka mengalihkan, menanamkan pikiran, pengetahuan maupun

    11 Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat, (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), hlm. 512.

    12 Humaidi Tatapangarsa, Pengantar Kuliah Akhlak, (Jakarta: Bina Ilmu, 1992), hlm. 22.

    13 Ibid

    14 Hamzah Yaqub, op.cit., hlm. 15.

  • 20

    pengalamannya dalam hal tata nilai terutama nilai-nilai Islami dan cara bersikap atau berperilaku yang baik kepada generasi penerusnya, supaya mereka dapat melakukan fungsi hidupnya dan mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidup.

    2. Pengertian Keluarga Untuk mengetahui pengertian keluarga yang dimaksud dalam

    penelitian ini, sebelumnya peneliti akan memberikan sedikit gambaran pengertian keluarga baik dari sudut pandang yuridis, sosiologis dan pardagogies. a. Tijauan yuridis formal

    Pengertian keluarga secara yuridis formal adalah suatu ikatan persekutuan hidup bersama atau seorang laki atau perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak-anak, baik anaknya sendiri, adopsi dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.15

    b. Sudut pandang paedagogies Secara paedagogies keluarga diartikan sebagai lembaga pertama dan utama dengan dialami seseorang dimana proses belajar yang terjadi tidak berstruktur dan pelaksanaanya tidak terikat oleh waktu.16

    c. Sudut pandang sosiologis Secara sosiologis keluarga diartikan sebagai unit terkecil atau umat kecil yang memiliki pimpinan dan anggota, mempunyai pembagian tugas dan kerja, serta kewajiban bagi amsing-masing anggotanya.17

    Berkaitan dengan penelitian ini, maka pengertian keluarga yang dimaksud adalah dari perspektif paedagogies. Sebab dalam hal ini peran keluarga sebagai pendidik pertama dan utama bagi anaknya dalam membimbing dan membina generasi mendatang, terutama dalam pendidikan akhlak.

    15 Sayekti Pujosuwarno, Bimbingan Konseling Keluarga, (Yogyakarta: Menara Mas Offsett,

    1994), hlm. 11. 16

    Soelaiman Joesoef, Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hlm. 64.

    17 Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran, (Bandung: Mizan, 1993), hlm. 255.

  • 21

    Dari definisi pendidikan akhlak dan keluarga tersebut, maka yang dimaksud pendidikan akhlak dalam keluarga adalah usaha bimbingan, pengarahan dan atau latihan dengan membiasakan anak didik agar terbiasa melakukan perbuatan-perbuatan terpuji dan menjauhi perbuatan-perbuatan tercela, yang diarahkan kepada pembentukan kepribadian anak, sehingga anak memperoleh sikap dan pengetahuan dari pengalamannya sehari-hari baik secara sadar atau tidak diperoleh dari keluarga.

    Berbicara tentang akhlak tidak akan lepas dengan kepribadian muslim yang pembentukannya Iman, Islam dan Ihsan. Iman seseorang berkaitan dengan akhlaknya. Iman sebagai konsep dasar sedang akhlak adalah aplikasi dari konsep dalam hubungannya dengan sikap dan perilaku sehari-hari. Dalam kaitan ini Nabi saw bersabda:

    @IJCK D?!L/CMNOJCKPOQK@@IMN>4R.ST89UVWX.#Y

  • 22

    pendidikan, pengalaman dan alam sekelilingnya., yang menyatakan diri dalam segala rupa tingkah laku. Kepribadian adalah suatu kesatuan fungsianal antara fisik dan psikis atau jiwa dan raga dalam diri individu yang membentuk karakteristik atau ciri khas unik yang terwujud di dalam tingkah laku secara lahiriah maupun sikap batinnya sebagai bentuk penyesuaian dengan lingkungan.

    Jadi watak atau kepribadian itu adalah pribadi jiwa yang telah terbentuk yang menyatakan diri dan bercorak sebagai pekerti atau tingkah laku atau organisasai kepribadian melingkupi kerja rohani dan kerja ragawi dalam kesatuan kepribadian.

    Penegasan bahwa pendidikan akhlak itu merupakan dasar pembentukan watak dan kepribadian, adalah telah digariskan oleh Nabi Muhammad saw dalam sabdanya:

    @I9CK $]"/")9:^/CMJCKPOQK@_ :`NOMB>Aa B>AbB>cd0QbAe&.B>cfO)

    ; !OB>cdVgh1

  • 23

    B. Dasar dan Tujuan Pendidikan Akhlak 1. Dasar Pendidikan Akhlak

    Dasar pendidikan akhlak sebagaimana dasar ajaran Islam, yaitu al-Quran dan hadits. a. Al-Quran

    Al-Quran menurut bahasa ialah bacaan atau yang dibaca.21 Al-Quran merupakan landasan dan sumber ajaran Islam secara keseluruhan sebagai pola hidup dan menetapkan mana yang baik dan mana yang buruk.

    Al-Quran adalah kalam (diktum) Allah swt yang diturunkan oleh-Nya dengan perantaraan Malaikat Jibril ke dalam hati Rasulullah, Muhammad bin Abdullah dengan lafazh (kata) bahasa Arab dan dengan makna yang benar, agar menjadi hujjah Rasul saw dalam pengakuannya sebagai Rasulullah, sebagai undang-undang yang dijadikan pedoman pokok umat manusia dan sebagai amal ibadah bila dibacanya, yang dimulai dengan surat al-Fatikhah dan ditutup surat an-Nas yang diceritakan secara mutawatir.22

    Sebagai sumber utama pendidikan Islam, al-Quran adalah kitab akhlak yang bertujuan mencetak dan membangun manusia seutuhnya. Sepertiga dari kandungan al-Quran, baik secara langsung atau tidak, telah membahas sekitar masalah akhlak.23 Oleh karena itu, al-Quran memuat dasar-dasar yang dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan pendidikan akhlak.

    b. Hadits Di samping al-Quran, hadits juga merupakan sumber pendidikan Islam sehingga hadits di bawah ini juga merupakan dasar pendidikan akhlak. Rasulullah bersabda:

    21 Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al Quran dan

    Tafsir, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2000), hlm. 3. 22

    Abdul Wahab Kallaf, Kaidah-kaidah Hukum Islam, (Jakarta: Raja Grafindo, 1996), hlm. 22.

    23 Husain Mazhahiri, Pintar Mendidik Anak, (Jakarta: Lentera, 2000), hlm. 240.

  • 24

    @INOJCKPQk)JCKlBm/CMn/..E%/>4/..o?/.STB1:)p.f8qrsVWX.#YZ

  • 25

    Menurut Hamzah Yaqub, tujuan dari setiap aktivitas hidup dan aktivitas pendidikan secara implisit adalah jika seorang muslim mencari rizki bukanlah sekedar untuk mengisi perut bagi diri dan keluarganya. Pada hakikatnya ia mempunyai tujuan yang lebih tinggi atau tujuan filosofis. Dia mencari tujuan yang lebih dekat dan masih ada tujuan yang lebih tinggi lagi. Ia mencari rizki untuk mendapatkan makanan guna membina kesehatan rohani dan jasmani, sedangkan tujuan membina kesehatan itu ialah supaya kuat beribadah dan beramal ibadah itulah dia dapat mencapai tujuan terakhir, yakni ridlo Allah swt. Jika dia belajar, bukan hanya sekedar untuk memiliki ilmu. Ilmu itu akan menjadi jembatan emas dalam membina taqwa dan takarrub kepada Allah swt, supaya menjadi insan yang diliputi ridlo ilahi.27

    Sedangkan tujuan pendidikan akhlak dijelaskan oleh Barmawie Umary sebagai berikut : pertama, untuk memperoleh irsyad yaitu dapat membedakan antara amal yang baik dan buruk. Kedua, untuk mendapatkan taufik sehingga perbuatannya sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw dan akal yang sehat. Ketiga, untuk mendapatkan hidayah artinya melakukan perbuatan baik dan terpuji dan menghindari perbuatan yang buruk.28

    Apabila dicermati, pendapat Barmawie Umary itu merupakan tujuan yang prosesif, tetapi sebenarnya yang dikehendaki adalah figur setelah diperolehnya tiga unsur tersebut (irsyad, taufik dan hidayah) yaitu insan yang diridloi oleh Allah swt, dan orang yang diridloi adalah insan kamil (yang sempurna).

    Insan kamil adalah tujuan pendidikan akhlak, juga merupakan tujuan pendidikan Islam, namun ini yang bersifat personal. Jangkauan yang lebih luas adalah efek dari perbuatan-perbuatan insan kamil tersebut yang berupa perilaku terpuji dan baik dalam perspektif Islam.

    27 Hamzah Yaqub, op. cit., hlm. 53-54.

    28 Barmawie Umary, Materia akhlak, (Solo: Ramadhani, 1991), hlm. 3

  • 26

    Sehingga dapat disimpulkan bahwa, tujuan pendidikan dalam keluarga adalah terciptanya kesempurnaan akhlak dari masing-masing anggota keluarga, baik akhlak kepada Allah swt, sesama manusia, diri sendiri, maupun makhluk lainnya.

    C. Materi Pendidikan Akhlak

    Dalam siklus kehidupan manusia, masa kanak-kanak merupakan sebuah periode yang paling penting, namun sekaligus juga merupakan suatu periode yang sangat berbahaya dalam artian sangat memerlukan perhatian dalam kesungguhan dari pihak-pihak yang bertanggungjawab mengenai kehidupan anak-anak. Sebab, seorang anak pada hakekatnya telah tercipta dengan kemampuan untuk menerima kebaikan maupun keburukan kedua orang tuanya yang membuatnya cenderung ke arah salah satu dari keduanya.

    Oleh karena itu, penanaman pendidikan pada masa anak sangatlah penting agar anak memiliki bekal dalam hidup selanjutnya. Dan pendidikan yang relevan ditanamkan pada masa ini adalah pendidikan akhlak. Pendidikan akhlak harus dilakukan sejak dini, sebelum kerangka watak dan kepribadian seorang anak yang masih suci diwarnai oleh pengaruh lingkungan yang belum tertentu paralel dengan tuntunan agama.29

    Pendidikan akhlak pada anak usia balita, dapat dilakukan dengan mengajarkan bacaan-bacaan doa ketika akan melalui pekerjaan, perilaku anak kepada orang tua, sikap anak kepada teman, tamu dan sebagainya.

    Al-Quran juga memberikan gambaran yang jelas mengenai pendidikan akhlak pada anak-anak yang tertuang dalam surat Luqman.

    1. Akhlak kepada Allah Q. Surat Luqman ayat 13:

    uNvwxyCuNz{xry|v}]~)wwKw"v|wv]+r y"y?J{xw:y?y!ywJwv"wr)y9z{r@rIzbwyV)9M

  • 27

    Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, diwaktu ia memberi pelajaran kepadanya: Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.(Q.S. Luqman : 13).30

    Ayat tersebut mengisyaratkan bagaimana seharusnya para orang tua mendidik anaknya untuk mengesakan penciptanya dan memegang prinsip tauhid dengan tidak menyekutuan Tuhannya. Kemudian anak-anak hendaklah diajarkan untuk mengerjakan shalat. Sehingga terbentuk manusia yang senantiasa kontak dengan penciptanya. Q. Surat Luqman ayat 17:

    y y"yQry.yPyCvw1vQywr*v9zw/yCyJvyw vv:9rzw"v.zsyrDr2 wNwIr y"y?wv.zwovpyCv/w.y wrb~)wV

  • 28

    telah mereka lakukan untuk anak-anaknya. Bahkan perintah untuk bersyukur kepada orang tua menempati posisi setelah perintah bersyukur kepada Allah.

    3. Akhlak kepada orang lain Q. Surat Luqman ayat 18:

    @y#vh.~8{U; w5?rK~)w4yy.w vrzPwAw v9y+rywwy|Byv}:y2+ryvhrAV

  • 29

    Demikianlah Allah swt. Telah memberikan contoh yang konkrit mendidik akhlak anak-anak. Jika setiap orang tua dapat melaksanakannya dengan baik, maka besar harapan anak-anak akan tumbuh menjadi manusia muslim yang berakhlak luhur.

    D. Metode Pendidikan Akhlak Metode pendidikan yang dimaksud disini adalah cara yang digunakan

    dalam upaya mendidik.35 Jadi metode pendidikan akhlak adalah cara yang dilakukan dalam upaya mendidik akhlak.

    Menurut Abdur Rahman an- Nahlawi, metode pendidikan yang dapat digunakan adalah metode hiwar (percakapan), metode kisah, metode amtsal (perumpamaan), metode teladan, metode pembiasaan diri dan pengalaman, metode pengambilan pelajaran dan peringatan, metode targhib dan tarhib (janji dan ancaman).36

    A. Nasikh Ulwan membagi metode pendidikan menjadi : metode keteladanan, metode nasehat, metode pengawasan, metode hukuman atau sanksi.37

    Sedangkan menurut M. Qutb metode pendidikan yang dapat dipakai adalah : metode teladan, metode nasehat, metode hukuman, metode cerita, metode kebiasaan, metode penyaluran kekuatan, metode mengisi kekosongan, metode hikmah suatu peristiwa.38

    Dari beberapa pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa metode pendidikan akhlak yang dapat digunakan adalah : 1. Metode Keteladanan

    35 Asnelly Ilyas, Mendambakan Anak Saleh : Prinsip-prinsip Pendidikan Anak dalam Islam,

    (Bandung: Al-Bayan, 1996), hlm. 31. 36

    Abdurrahman An Nahlawi, op. cit., hlm. 282-284. 37Abdullah Nasikh Ulwan, Pendidikan Anak menurut Islam Kaidah-kaidah Dasar,

    (Bandung: Remaja Rodakarya, 1992), hlm. 2. 38

    Muhammad Quthb, Sistem Pendidikan Islam, Terj. Salman Harun, (Bandung: Al Maarif, 1993), hlm. 7.

  • 30

    Pendidikan dengan teladan berarti pendidikan dengan memberi contoh, baik berupa tingkah laku, sifat, cara berfikir dan sebagainya.39 Keteladanan merupakan metode yang paling baik dalam rangka bimbingan orang tua kepada anaknya. Setiap anak yang akan menjalani proses kehidupannya, mereka memerlukan keteladanan yang baik dan saleh. Keteladanan dapat diperoleh dari orang tuanya. Manusia itu memiliki kebutuhan psikologis untuk menyerupai dan mencontoh orang yang dicintai dan dihargainya.40 Apabila anak dibesarkan dengan bimbingan akhlak yang baik dari orang tua serta lingkungan muslim yang baik, maka ia akan mendapatkan banyak contoh atau keteladanan yang baik untuk perkembangan jiwanya.41 Yang berarti bahwa orang tua haruslah dapat memberi contoh yang baik bagi anaknya. Kedudukan orang tua merupakan sentral figur bagi anak-anaknya. Apabila orang tua memberi contoh yang kurang baik dalam perilakunya, maka seorang anak akan sulit berbuat yang baik.

    Di dalam rumah tangga muslim, moral, tata krama, dan tata cara keagamaan yang paling baik adalah diajarkan dengan percontohan atau keteladanan. Teladan dari orang tua akan jauh lebih membekas dari pada semua kata yang mereka ajarkan. Sebagaimana firman Allah dalam surat al- Baqarah ayat 44 :

    r)v{wv:y+rrArsy y#w*zr)v#y+vN#vrsyvN{*y>{vrsr)vy>vy+y}w1zw"yr)v.zy+rs