36
CHRIST CATHEDRAL MONTHLY DEVOTION JULY 2019

JULY 2019 - ccmychurch.com fileTugas kita sebagai anak dan rekan kerja Tuhan hanya mempercayai Dia dan meletakan kehidupan kita sepenuhnya bagiNya. Akui Dia sebagai Pemimpin, mengakui

  • Upload
    lythuan

  • View
    225

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

CHRIST CATHEDRAL MONTHLY DEVOTION

J U L Y 2 0 1 9

“ M y l o v e f o r Y o u r h o u s e b u r n s i n m e l i k e a f i r e . . . ”( P s a l m s 6 9 : 9 — C E V )

“HEART FOR THE HOUSE” adalah tema Gereja di tahun 2019. Melalui tema

tahunan “Heart For The House”, Gereja mengajak seluruh Jemaat untuk bersama-

sama menggali dan memahami kebenaran Alkitab tentang kecintaan, dedikasi dan

komitmen terhadap Rumah Tuhan sebagai Keluarga Allah/Keluarga Rohani dan

Tubuh Kristus, sesuai dengan FirmanNya.

Selama tahun 2019 kita bersama-sama akan belajar bahwa:

Kita dipanggil bukan hanya untuk mengasihi Tuhan, namun untuk mengasihi

Rumah Tuhan.

Bukti kita mencintai Tuhan adalah kita mengasihi hal-hal yang Tuhan cintai,

yaitu umat dan GerejaNya (His people and His church).

Peranan Gereja dalam kehidupan sebagai sumber kehidupan.

Gereja yang sehat menghasilkan keluarga yang sehat.

Kiranya tema 2019 ini akan memberkati dan memberikan wawasan baru bagi

Jemaat. Firman Tuhan senantiasa menjadi panduan dalam hidup kita di tahun 2019,

dan juga di tahun-tahun mendatang. Tuhan memberkati.

On behalf of the Pastoral Team,

Dr. Riza Casidy

KITA WAJIB MENGELOLA DAN MENGEMBALIKAN TALENTA KITA BAGI KEMULIAAN NAMA TUHAN

Senin, 01 Juli 2019

PENGELOLA YANG BAIK

Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia:

Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!

Roma 11:36

Pernahkah Anda membandingkan apa yang Anda miliki baik itu harta, waktu,

talenta, karunia dll dengan orang lain? Sebagai orang percaya kita harus menyadari

bahwa setiap orang sudah dipercayakan oleh Tuhan sesuai dengan kapasitasnya

masing-masing.

Dalam Roma 11:36 dikatakan bahwa segala sesuatu adalah dari Dia, oleh Dia,

dan kepada Dia yang berarti bahwa semua hal-hal dalam kehidupan kita adalah

milik Tuhan. Lalu, kalau memang semua hal adalah milik Tuhan, apa yang harus kita

lakukan? Jawabannya adalah dengan menjadi pengelola (steward) yang baik.

Kehidupan kita ini adalah seperti kapal barang dengan berbagai muatan dalam

perjalanan ke berbagai tempat dan berbagai orang. Tuhan adalah pemilik kapal

dan semua barang-barang yang ada di dalamnya. Sebagai pengelola yang baik kita

bertugas sebagai kapten kapal yang bertanggung-jawab untuk mendistribusikan

barang-barang tersebut ke suatu tujuan yang diinginkan oleh Sang Pemilik.

Sebagai seorang pengelola yang baik yang telah dipercayakan oleh Tuhan

semua karunia, talenta, waktu, harta, dan lain-lain; kita wajib mengembangkan agar

nama Tuhan dimuliakan.

Ketika kita berhasil dalam mengelola hal-hal yang telah dipercayakan kepada

kita, maka Tuhan sendiri yang akan semakin mempercayakan perkara-perkara yang

lebih besar lagi dalam kehidupan kita. Semakin besar perkara yang dipercayakan

kepada kita, semakin besar pula dampak yang kita berikan kepada lingkungan kita.

KITA BUKANLAH MILIK KITA SENDIRI. KITA TELAH DIBELI DAN LUNAS DIBAYAR OLEH DARAH KRISTUS

Selasa, 02 Juli 2019

SANG PEMILIK

Tuhanlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang

diam di dalamnya.

Mazmur 24:1

“Kamu bukan bosku!” Pernahkah mendengar seorang anak berkata demikian

kepada temannya yang ingin berkuasa dalam sebuah permainan? Ini merupakan

upaya seorang anak yang menuntut kebebasannya tanpa ada seorang pun yang

bisa mengganggu yang anak tersebut lakukan. Namun ini bukanlah hanya terjadi

pada anak-anak, melainkan ini sering terjadi kepada orang dewasa.

Kita tidak ingin orang lain mendikte setiap hal yang kita lakukan atau

ditempatkan dalam situasi yang tidak kita inginkan. Terkadang sebagai manusia

lupa siapa pemilik kehidupan kita. Karena kita takut Tuhan mengambil alih semua

apapun yang kita lakukan.

Ketakutan itulah yang membuat kita tidak mempercayai Tuhan sebagai Pemilik

masa depan kita, takut bermimpi, takut berserah, takut menaruh seluruh kehidupan

kita kepada Tuhan. Mazmur 24:1 mengatakan bahwa Tuhan adalah pemimpin dari

“mereka yang berdiam” di dalamnya, yang berarti kita semua umat manusia. Kita

bukanlah milik kita sendiri, kita sepenuhnya sudah dibayar lunas oleh darahNya

yang kudus untuk menebus kesalahan dan dosa kita (1 Korintus 6:19-20).

Tugas kita sebagai anak dan rekan kerja Tuhan hanya mempercayai Dia dan

meletakan kehidupan kita sepenuhnya bagiNya. Akui Dia sebagai Pemimpin,

mengakui kepemilikanNya, dan mau bekerja sama menyempurnakan rancangan

Tuhan sesuai dengan kehendakNya.

Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah

diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih

karunia Allah.

1 Petrus 4:10

Rabu, 03 Juli 2019

GAYA HIDUP

Alan Barnhart adalah seorang pengusaha sukses di Amerika Serikat. Ketika

kuliah ia mendengar tentang Yesus Kristus dan akhirnya menyerahkan hidupnya.

Ia berkomitmen pada saat ia memulai berbisnis, ia tidak akan membiarkan uang

menjauhkan dirinya dari Tuhan. Singkat cerita, akhirnya usahanya menjadi sangat

diberkati dan ia tidak pernah lupa untuk memberikan sebagian hartanya kepada

gereja dan orang-orang yang membutuhkan. Ketika ditanya alasan ia sangat suka

memberi maka jawabnya “Memberi itu menyenangkan!”

Dari kisah ini kita belajar bahwa untuk menjadi seorang pengelola (steward)

yang baik, harus ada tindakan yang kita ambil dan hal itu bukan hanya sekali atau

dua kali tetapi terus menerus sampai menjadi suatu gaya hidup. Tuhan sudah

mempercayakan kepada kita segala hal yang kita miliki dan tugas kita adalah untuk

mengelola sesuai dengan apa yang Tuhan inginkan.

Ketika kita berbicara tentang gaya hidup Kristus berarti semua yang kita

lakukan memiliki motivasi untuk menyenangkan hati Tuhan, karena semua yang kita

punya adalah milik Tuhan dan tugas kita hanyalah sebagai pengelola. Kunci dari

motivasi yang benar adalah memiliki kerendahan hati di hadapan Tuhan dan tunduk

pada Firman Tuhan.

Mari jadikan kehidupan sebagai pengelola yang baik menjadi sebuah gaya

hidup yang tidak pernah lepas dari setiap aspek kehidupan kita.

JADIKAN STEWARDSHIP SEBAGAI GAYA HIDUP BUKAN BEBAN

Yang pertama-tama dituntut dari pelayan yang demikian adalah bahwa ia

setia kepada tuannya.

1 Korintus 4:2 (BIMK)

Kamis, 04 Juli 2019

TAAT DAN SETIA

Seorang bankir dipercayakan untuk mengelola uang dari setiap nasabah yang

mempercayakan uang mereka kepada bankir tersebut. Ketika nasabah itu memilih

orang ini, dia pasti sudah mempercayai penuh kepada setiap pengelolaan yang

ada di bank tersebut. Uang yang diterima oleh bankir tersebut bukanlah miliknya,

melainkan hanya dititipkan oleh sang nasabah. Apabila bankir ini menggunakan

uang milik nasabah seakan-akan miliknya, pastilah itu merupakan pelanggaran.

Dari analogi di atas, kita adalah bankir dan Tuhan adalah Pemilik uang

tersebut. Sebagai pengelola yang baik, kita harus terlebih dulu sadar bahwa segala

sesuatu yang diberikan kepada kita bukanlah milik kita. Ketika kita sadar bahwa kita

hanyalah seorang pengelola, kita seharusnya akan melakukan yang terbaik untuk

menjaga dan memaksimalkan apa yang sudah dipercayakan kepada kita. Hal ini

tentunya membutuhkan kesetiaan dan ketaatan kita kepada Tuhan sebagai Pemilik

segalanya.

Dalam Lukas 16:10 dikatakan apabila kita setia dalam hal-hal kecil, maka

kitapun akan setia dalam hal yang lebih besar yang Tuhan percayakan kepada kita.

Kesetiaan dan ketaatan adalah bentuk kasih kita kepada Tuhan.

Saat mengelola milik Tuhan, harus punya kesadaran bahwa kita melakukannya

bukan karna paksaan tetapi karena kita mengasihi Dia. Apakah kita sudah setia

dan taat dalam mengelola setiap hal yang Tuhan percayakan kepada kita (keluarga,

pasangan, materi, tubuh, dan sebagainya)?

KESETIAAN DAN KETAATAN ADALAH BENTUK KASIH KITA KEPADA TUHAN

MEMPERSEMBAHKAN TUBUH KITA MENJADI PERSEMBAHAN YANG HIDUP MERUPAKAN BENTUK IBADAH KITA YANG SEJATI

Jumat, 05 Juli 2019

TUBUHMU ADALAH BAITNYA

Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu

muliakanlah Allah dengan tubuhmu!

1 Korintus 6:20

Ada seorang anak kecil menghampiri seorang bapak yang sedang merokok dan

meminta satu puntung rokok untuk dirinya sendiri. Namun, sang bapak menolak

permintaan anak itu dan berkata “Kamu masih kecil dan merokok itu tidak baik

untuk tubuhmu.” Anak kecil itu akhirnya pergi dan bapak itu melanjutkan merokok.

Berapa banyak dari kita yang terkadang memperlakukan diri sendiri seperti

bapak di atas? Kita sering melupakan dan tidak menjaga diri sendiri walaupun kita

tahu itu tidak baik untuk diri kita. Hal-hal yang bisa jadi menyenangkan kedagingan

kita, tapi sebenarnya tidak baik untuk kesehatan tubuh, jiwa atau roh kita.

Dalam ayat renungan hari ini mengingatkan kita bahwa tubuh kita telah dibeli

dan dibayar oleh pengorbanan Tuhan Yesus di kayu salib. Oleh karena itu, tubuh

kita adalah kepunyaan Tuhan dan Roh Kudus tinggal di dalam kita (1 Korintus 6:19).

Karena Roh Kudus sudah tinggal di dalam setiap orang percaya, kita harus dengan

sungguh-sungguh menjaga tubuh kita yang adalah BaitNya Allah. Namun, sering

iblis mencobai kita untuk merusak tubuh kita sendiri dengan mengonsumsi obat-

obatan terlarang, makanan/minuman yang tidak sehat, tidak berolahraga, merokok

dan lain-lain.

Maukah kita mengambil komitmen untuk menolak keinginan daging dan

menjaga kekudusan tubuh kita karena Tuhan mati tidak hanya untuk menebus roh

dan jiwa kita tetapi juga tubuh kita?

Karena itu, perhatikanlah dengan saksama bagaimana kamu hidup,

janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah

waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.

Efesus 5:15-16

Sabtu, 06 Juli 2019

WAKTU ADALAH MILIKNYA

Seorang anak muda, walaupun ini bisa disebut kasus khusus, berhasil

mematahkan pernyataan tentang pandangan Your Only Live Once (YOLO) menjadi

Your Only Live Twice (YOLT). Anak muda ini pernah mengalami kecelakaan yang

mengakibatkan fisiknya jauh dari kata normal, kehidupannya berbalik menjadi 180

derajat. Karena anugerah Tuhan, anak muda itu mengalami pemulihan total secara

signifikan dan kini dia mendedikasikan kehidupan kembali kepada Tuhan. YOLT

pada intinya bukan tentang kehidupan yang kedua, melainkan adanya kesempatan

kedua dalam berbagai aspek hidup kita.

Janganlah ada talenta yang disia-siakan atau digunakan untuk memuaskan diri,

melainkan digunakan menjadi berkat bagi orang lain. Salah satunya adalah waktu di

mana Allah mengaruniakan waktu untuk kemuliaanNya. Bilamana digunakan untuk

kesenangan sendiri waktu akan hilang untuk selama-lamanya.

Waktu kita adalah milik Dia. Setiap saat adalah milikNya dan pada harinya nanti

kita akan di pertanyakan pengelolaan waktu dan talenta kita. Apakah kita sudah

melakukan apa yang Tuhan mau atau kita sudah menyia-nyiakan untuk kepentingan

diri sendiri?

Waktu kita sangatlah berharga, dan semua yang kita hidupi akan berdampak

dalam kekekalan. Jangan seperti orang bebal yang menggunakan waktu mereka

untuk kepentingan diri sendiri (Efesus 5:15, 16).

MENYIA-NYIAKAN WAKTU UNTUK KEPENTINGAN DIRI TIDAK SEBANDING DENGAN PENGORBANAN KRISTUS DI KAYU SALIB

Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan

memakan buahnya.

Amsal 18:21

PERKATAAN NEGATIF MENGHANCURKAN KEHIDUPAN

Minggu, 07 Juli 2019

HIDUP DAN MATI DIKUASAI LIDAH

Segala hal yang kita miliki semuanya adalah milik Tuhan. Tugas kita sebagai

orang yang telah dipercayakan oleh Tuhan adalah untuk mengelola hal-hal

tersebut. Salah satu hal yang Tuhan percayakan kepada kita adalah lidah, artinya

perkataan kita.

Kesaksian seorang muda: “Ketika saya kuliah, saya memiliki teman yang

sangat saya tidak suka karena sikapnya. Ternyata, banyak teman saya yang juga

tidak suka dengannya. Suatu saat, saya sedang berkumpul dengan teman-teman

saya dan tiba-tiba kami mulai membicarakan ketidaksukaan kami mengenai dia.

Saya mulai ‘menjelek-jelekkan’ dia. Lalu, ada teman saya yang tidak mengenal dia

dan berkata kepada saya ‘Ko dia orangnya begitu banget ya? Denger cerita kamu,

aku jadi ga mau kenal sama dia ah.’ Di situ saya merasa sangat tertegur, betapa

negatifnya perkataan saya ditambah saya tidak berusaha menegur tetapi malah

berkata negatif di belakang teman saya tersebut. Disitulah saya berdoa dan minta

maaf kepada Tuhan dan belajar bahwa saya harus berhati-hati dalam berbicara.”

Perkataan kita dapat memberikan dampak yang positif ataupun negatif

terhadap orang lain. Terkadang kita berpikir bahwa perkataan kita tidak memiliki

dampak apa-apa sehingga kita dapat berkata seenaknya.

Kata-kata negatif yang kita katakan, seperti gossip, makian, kata-kata kotor dll,

akan dapat menyakiti perasaan orang-orang, dan bersifat melukai. Kita harus sadar

bahwa kata-kata yang keluar dari mulut kita itu mampu membangun dan menjadi

berkat bagi orang lain.

Mulut orang benar adalah sumber kehidupan, tetapi mulut orang fasik

menyembunyikan kelaliman.

Amsal 10:11

PERKATAAN POSITIF MENJADI BERKAT BAGI YANG MENDENGAR

Senin, 08 Juli 2019

PERKATAAN YANG MEMBANGUN

Perkataan dan cara kita berbicara itu tidak berwujud. Namun, dampak yang

dihasilkan dari perkataan kita itu sangatlah besar. Seperti di dalam Alkitab, bahwa

setiap kata sia-sia yang diucapkan harus dipertanggungjawabkan (Matius 12:36).

Ketika kita mengucapkan perkataan yang membangun, tidak hanya orang yang

mendengar yang terberkati, tetapi kita juga. Tuhan juga pasti senang karena kita

telah mengelola dengan baik perkataan kita. Perkataan yang membangun bisa

berupa pujian ataupun kritikan dengan tujuan yang baik.

Banyak orang yang gambar dirinya rusak dan merasa mereka tidak memiliki

hal positif sama sekali. Sebaliknya, ada orang yang tidak pernah mendapatkan

kritikan sehingga mereka tidak menyadari jika hal yang mereka lakukan itu salah.

Sebagai sesama, dapat membantu menguatkan, mengingatkan, menyadarkan hal-

hal positif yang mereka miliki atau memberikan nasehat/kritikan yang membangun

melalui perkataan kita.

Perkataan kita harus berlandaskan dengan ketulusan hati. Kata-kata dapat

dikatakan membangun jika memiliki intensi orang yang mendengarnya menjadi

lebih baik namun dibutuhkan juga cara penyampaian yang baik dan benar.

Sangat penting untuk kita menyadari akan kata-kata yang kita ucapkan dan

cara kita menyampaikannya. Ketika berkata-kata, dibutuhkan hikmat dari Tuhan

untuk berkata hal yang sesuai dengan kehendakNya dengan cara yang benar, dan

hal ini bisa terjadi jika kita menyediakan waktu untuk membaca dan merenungkan

Firman Tuhan serta berdoa.

Pernahkah Anda mendengar: “Hati-hati, karma itu nyata!”? Dunia percaya

bahwa dalam hidup ini ada beberapa hukum yang mengatur hidup manusia, salah

satunya adalah hukum karma. Secara umum, hukum karma mengajarkan bahwa

tindakan seseorang di masa lalu berakibat bagi kehidupannya di masa kini. Dengan

kata lain, dalam hidup ini, selalu ada balasan untuk segala sesuatu. Seperti dalam

Kekristenan, ada pula prinsip sebab-akibat, yaitu hukum tabur-tuai.

Konsep tabur-tuai berlaku di dalam seluruh aspek kehidupan manusia,

termasuk dalam hal memberi, di mana salah satunya Allah mengajarkan kepada

bangsa Israel untuk memberikan Persembahan Persepuluhan: “Ujilah Aku, apakah

Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat

kepadamu.” Dengan kata lain, Allah menyediakan balasan kepada mereka yang

memberi, yaitu berkat sampai berkelimpahan.

Seringkali, faktor yang menghalangi kita untuk memberi adalah ketakutan

bahwa yang kita miliki saat ini tidak cukup, “Jangankan memberi, untuk hidup

sendiri saja masih pas-pasan.” Ketakutan itulah yang menjadi excuse untuk kita

tidak memberi. Firman Tuhan berbicara dengan sangat jelas: “Ujilah Aku!” Jangan

takut memberi. Jangan takut apa yang kita miliki akan berkurang. Ujilah Tuhan, dan

buktikan berkatNya menyertaimu sampai berkelimpahan.

Namun kita juga jangan salah tafsirkan prinsip tabur-tuai, dalam arti jika

kita sudah banyak memberi tapi sampai sekarang sepertinya hidup kita tidak

berkelimpahan harta, ini adalah prinsip yang salah. Tuhanlah sumber berkat kita.

Dia yang akan mencukupi kehidupan kita sesuai kehendakNya.

Ujilah Aku, Firman Tuhan semesta alam, apakah Aku tidak membukakan

bagimu tingkap- tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu

sampai berkelimpahan.

Maleakhi 3:10

TIDAK AKAN ADA YANG BERKEKURANGAN KARENA MEMBERI

Selasa, 09 Juli 2019

UJILAH AKU!

Kita tahu bahwa semua yang kita miliki adalah anugerah, pemberian dari Allah.

Baik itu hidup, makanan yang kita nikmati, hingga gaji yang kita terima. Tidak ada

yang kita miliki adalah hasil usaha kita, semuanya adalah pemberian Allah. Oleh

sebab itu, untuk semua harta yang kita miliki, kita bukan owner (pemilik) tetapi

steward (pengurus). Kita mengurus berkat yang Tuhan percayakan kepada kita,

dengan cara tidak menyimpan berkat Tuhan untuk diri kita sendiri.

Dalam ayat bacaan hari ini, Yesus menyuruh murid-muridNya supaya menjual

segala milik mereka dan memberikan sedekah. Dalam terjemahan aslinya, kata

sedekah di sini bukan hanya berupa pemberian untuk orang-orang miskin saja, tapi

juga mengandung makna kontribusi. Yaitu sebuah pemberian/sumbangan yang

diberikan untuk alasan penting dan memberikan dampak positif bagi penerimanya.

Ada suatu kontradiksi yang kita lihat dalam ayat bacaan ini. Waktu Yesus

menyuruh supaya murid-muridNya memberikan segala milik mereka, Yesus juga

mengatakan bahwa pemberian yang mereka lakukan akan menjadi pundi-pundi

harta yang tidak akan habis.

Waktu kita memberikan apa yang kita miliki, kita tidak akan pernah kehilangan.

Sebaliknya apa yang kita miliki justru bertambah. Dan apa yang ditambahkan itu

tidak akan habis, tidak bisa dicuri, dan tidak bisa dirusak. Berilah dengan sukacita

dan penuh kasih, Allah menyimpan semuanya di Sorga.

Juallah segala milikmu dan berikanlah sedekah! Buatlah bagimu pundi-

pundi yang tidak dapat menjadi tua, suatu harta di sorga yang tidak akan

habis, yang tidak dapat didekati pencuri dan yang tidak dirusakkan ngengat.

Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.

Lukas 12:33-34

BUKAN SEBERAPA BANYAK YANG KITA BERIKAN, TAPI SEBERAPA BANYAK CINTA YANG KITA MASUKKAN KE DALAM SEBUAH PEMBERIAN

Rabu, 10 Juli 2019

MENYIMPAN HARTA DI SORGA

Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka,

kataNya: “Hal Kerajaan Sorga itu seumpama orang yang menaburkan

benih yang baik di ladangnya.

Matius 13:24

BENIH YANG KITA TABURMENENTUKAN KUANTITAS DAN KUALITAS TUAIAN

Kamis, 11 Juli 2019

BENIH YANG BAIK

Salah satu hal terpenting dalam proses menanam tanaman adalah pemilihan

benih. Pemilihan benih yang baik dan berkualitas sangat penting karena benih yang

ditanam akan menentukan kualitas tanaman dan kuantitas buah yang dihasilkan.

Alkitab mencatat bahwa yang kita tabur itulah yang akan kita tuai kelak.

Setiap kita pasti ingin menuai sesuatu yang baik dalam hidup ini. Tapi sekarang

pertanyaannya adalah benih seperti apa yang akan kita tabur? Apakah benih yang

biasa-biasa saja? Atau benih terbaik yang mau kita tabur? Karena benih yang kita

tabur akan menentukan kuantitas dan kulitas tuaian kita.

Oleh sebab itu jika ingin menuai sesuatu yang baik dalam hidup kita maka

pastikanlah benih yang akan kita tabur juga merupakan benih terbaik yang sudah

kita pilih. Selain itu untuk mendapatkan hasil yang terbaik, kita bukan hanya harus

menyiapkan benih yang baik tapi kita juga harus tahu di mana kita menabur benih

yang baik tersebut. Firman Tuhan berkata taburlah benih yang baik itu di tanah

yang baik juga supaya benih itu dapat terus bertumbuh dan mengahasilkan buah

yang berlipat kali ganda.

Jadi, sudahkah kita menyiapkan benih yang terbaik hari ini untuk kita tabur di

tanah yang baik, supaya kelak pada waktunya kita akan menuai buah yang terbaik?

Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat

secara luar biasa, namun selalu berkekurangan. Siapa banyak memberi

berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi

minum.

Amsal 11:24-25

MEMBERI ITU ADALAH SIKAP HATIBUKAN TENTANG SEBERAPA BANYAK JUMLAHNYA!

Jumat, 12 Juli 2019

SEMAKIN BANYAK

Ada sebuah kisah di Alkitab tentang seorang janda miskin yang memberikan

persembahan. Ketika itu Yesus sedang duduk dan memperhatikan banyak orang

yang memasukkan uang mereka ke dalam peti persembahan. Ada banyak orang

kaya yang memberi dalam jumlah yang besar. Tidak lama, datanglah seorang

janda miskin dan ia memasukkan dua peser uang. Kemudian Yesus berkata kepada

murid-muridNya “Sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada

semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan.”

Dari kisah ini kita dapat merenungkan kebenaran Firman Tuhan bahwa

memberi bukan soal berapa banyak jumlah uang yang kita berikan. Tuhan tidak

pernah melihat seberapa besar atau seberapa banyak pemberian kita, karena

akan menjadi suatu yang sia-sia ketika kita memberi hanya sebagai bagian dari

kewajiban kita sebagai orang percaya.

Tapi yang Tuhan lihat dan Tuhan inginkan adalah sebesar besar sikap hati kita

saat memberi. Ketika kita memberikan apa yang kita miliki, berikanlah itu dengan

hati yang penuh ucapan syukur karena semua yang kita miliki berasal dari Tuhan.

Kita hanya dipercaya sebagai pengelola saja. Taburlah benih yang sudah Tuhan

percayakan dalam hidup kita dengan pemahaman bahwa segala sesuatu yang ada

dalam hidup kita adalah dari Tuhan, oleh Tuhan dan untuk Tuhan.

BENIH YANG KITA TABUR AKAN MENGHASILKAN TUAIAN BESAR YAITU KESELAMATAN JIWA-JIWA

Sabtu, 13 Juli 2019

TELADAN DARI JEMAAT MAKEDONIA

Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga,

dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga.

2 Korintus 9:6

Yerusalem merupakan kota pertama di mana Gereja Tuhan lahir melalui

pekerjaan Roh Kudus pada hari Pentakosta. Setiap hari Tuhan menambah orang-

orang yang bertobat dan percaya kepada Yesus di kota ini. Para rasul membangun

komunitas orang percaya mula-mula di kota Yerusalem.

Hingga sampai pada satu masa, timbul penganiayaan terhadap Gereja Tuhan di

Yerusalem, dan memaksa para rasul untuk membangun komunitas orang percaya

di tempat-tempat lain di luar Yerusalem. Tetapi jemaat Tuhan di Yerusalem hidup

dalam kesusahan karena penganiayaan, sehingga mereka tidak dapat memberi

bantuan bagi pelayanan misi para rasul di tempat-tempat lain.

Kondisi seperti ini diceritakan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus agar

belajar kepada jemaat di Makedonia. Sekalipun jemaat Makedonia hidup dalam

berbagai pencobaan yang begitu berat, jemaat Makedonia tetap ingin terlibat

di dalam pekerjaan Tuhan di Yerusalem. Jemaat Makedonia telah memberi lebih

banyak dari kemampuan mereka untuk suatu pekerjaan yang besar.

Maka benarlah yang dikatakan oleh Rasul Paulus bahwa orang menabur

banyak akan menuai banyak. Jemaat Makedonia telah menabur yang berharga

sehingga orang-orang kudus yang ada di Yerusalem mendapat dukungan untuk

tetap bisa memberitakan Kabar Baik ke seluruh dunia. Benih pemberian dari jemaat

Makedonia, menghasilkan tuaian besar sampai ke ujung bumi, bahkan sampai pada

kita hari ini.

Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan

dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang

memberi dengan sukacita.

2 Korintus 9:7

TUHAN INGIN MELAKUKAN MUJIZAT DENGAN HAL KECIL YANG KITA PERSEMBAHKAN UNTUK TUHAN

Minggu, 14 Juli 2019

LIPAT GANDAKAN YANG SEDIKIT INI

Suatu ketika dalam pelayananNya, Tuhan Yesus harus menyingkir ke suatu

daerah yang sepi dan sunyi. Tetapi tanpa disangka banyak orang berbondong-

bondong mencariNya dan datang untuk mendengar pengajaranNya. Karena

tempat tersebut adalah tempat yang sunyi dan jauh dari perkampungan, maka

sekumpulan orang banyak itu mulai kelaparan karena kehabisan bekal makanan.

Tuhan Yesus bertanya untuk menguji iman dan kerelaan murid-murid, bagaimana

murid-murid harus memberi makan orang sebanyak itu. Pertanyaan Kristus justru

membuat para murid mulai kuatir dan berkata bahwa uang sebesar 200 dinar

tidak akan cukup untuk memberi makan orang sebanyak ini. Mereka lupa tentang

mujizat-mujizat yang telah Kristus lakukan di depan mata mereka. Sampai muncul

seorang anak yang memberikan sisa bekalnya berupa lima roti dan dua ikan.

Diberikannya lima roti dan dua ikan itu kepada Yesus dengan sukacita tanpa

berpikir apakah pemberian ini akan cukup untuk orang sebanyak itu. Pemberian

sederhana dari seorang anak, menuai mujizat besar yang dicatat dalam keempat

Injil. Sering sekali kita berpikir sama seperti para murid dalam situasi seperti itu.

Kadang kita berpikir pemberian kita tidak akan bernilai apa-apa untuk

pekerjaan Tuhan. Dan dengan pikiran seperti itu, sering kita memilih untuk tidak

terlibat dalam pekerjaan Tuhan dan menunggu agar orang lain saja yang terlibat

dalam pekerjaanNya.

Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang

digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu.

Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.

Lukas 6:38

KETULUSAN ADALAH BENIH TERBAIK UNTUK SEMUA HAL BESAR

Senin, 15 Juli 2019

PEMBERIAN SEORANG BUDAK

James Kennedy bercerita dalam khotbahnya tentang seorang wanita Afrika

yang menerima Tuhan Yesus karena mendengar khotbahnya. Suatu kali di dalam

ibadah, wanita ini mempersembahkan satu keping logam emas, persembahan

yang tidak lazim karena seluruh penduduk Afrika kala itu hidup di bawah garis

kemiskinan. Selesai ibadah wanita ini bercerita kepada James, bahwa logam emas

tersebut diperoleh karena dia ingin bekerja seumur hidupnya sebagai budak di

Afrika. Satu hal yang sulit dipahami oleh James kala itu, hingga ada orang yang rela

menyusahkan diri seumur hidupnya mendapatkan uang emas dan diberikan untuk

persembahan kepada Tuhan.

Cerita di atas mengingatkan kita tentang potongan lirik lagu tahun 70an yang

berkata “buah semangka berdaun sirih”. Lagu tersebut ingin menceritakan bahwa

apa yang pernah ditabur tidak selalu menuai kebaikan di masa yang akan datang.

Filosofi yang terkandung dalam lirik lagu tersebut terkadang membuat kita takut

untuk menabur, karena kuatir yang kita tabur tidak akan berbuah manis bagi kita.

Firman Tuhan mengajarkan bahwa ketika kita menabur sesuai prinsip Kerajaan

Allah, maka kita akan menuai sesuatu yang baik bahkan sampai seratus kali lipat.

Apa yang telah ditabur oleh wanita Afrika dalam cerita di atas, telah menolong

James untuk melayani Tuhan di Afrika selama beberapa bulan lamanya, sehingga

Injil dapat diberitakan di beberapa daerah di Afrika.

Tuaian kekal terjadi dari seorang yang membawa persembahan dari hati yang

mencintai Tuhan.

Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan

orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga.... Allah mengasihi

orang yang memberi dengan sukacita.

2 Korintus 9:6-7b

PEMBERIAN YANG MURAH HATI DARI DIRI KITAMENGHASILKAN TUAIAN YANG MELIMPAH DARI TUHAN

Selasa, 16 Juli 2019

BUKAN UDANG DI BALIK BATU

Suatu hari ada seorang kaya yang datang ke sebuah gereja kecil. Dia

menyumbangkan sejumlah besar uang untuk pelayanan di gereja tersebut.

Ketika hari Minggu tiba, setelah selesai ibadah, orang kaya ini keluar dari gereja

dengan muka masam. Istrinya bertanya apa yang membuat suaminya merasa kesal.

Suaminya menjawab “Aku sudah menyumbangkan uang yang banyak ke gereja ini.

Seharusnya mereka menyediakan kursi paling depan untukku dan mengumumkan

kepada jemaat mengenai sumbangan yang aku berikan.”

Seringkali, kita melakukan sesuatu karena ada udang di balik batu, dengan kata

lain, ada tujuan tersembunyi. Mungkin mengharapkan pujian, perlakuan khusus,

atau hal lain. Begitu juga saat kita memberi, seringkali kita memberi karena kita

mengharapkan balasan dari Tuhan – kita memberi banyak supaya diberkati lebih

banyak lagi.

Memang benar, Allah menjanjikan berkat untuk setiap orang yang menabur.

Tapi besarnya berkat yang Tuhan berikan kepada kita tidak ditentukan oleh besar

atau kecilnya pemberian kita. Ketika Rasul Paulus menulis ayat ini, ia tidak sedang

membahas tentang banyak atau sedikitnya jumlah pemberian melainkan tentang

kemurahan hati.

Jika kita menabur dengan sikap hitung-hitungan, maka kita akan menuai

sedikit. Tapi jika kita menabur dengan murah hati dan sukacita (generous spirit),

kita juga akan menuai banyak.

Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu

dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.

Matius 22:37

MEREKA YANG MENGASIHI ALLAH AKAN HIDUP BAGI KEMULIAANNYA DAN STANDARD-NYA YANG BENAR DI BUMI INI

Rabu, 17 Juli 2019

TUHAN DI TEMPAT YANG TERUTAMA

Yang dikehendaki Allah dari orang yang percaya kepada Kristus ialah kasih

yang setia. Kasih ini menuntut sikap hati yang begitu menghormati dan menghargai

Allah sehingga kita sungguh-sungguh berusaha untuk menaati dan memperdulikan

kehendakNya.

James Cash Penney, pendiri dari toko-toko J.C. Penney, adalah seorang

pebisnis yang menempatkan Tuhan sebagai yang terutama dalam bisnisnya. Ayah-

nya, seorang gembala sidang Baptis, meninggal saat James masih remaja, tetapi

sudah sempat menanamkan ke dalam dirinya prinsip-prinsip hidup yang alkitabiah.

Penney menawarkan produk-produk berkualitas pada harga yang wajar dan

memperlakukan customer dengan hormat. Dia menjaga profit margin yang kecil.

Dia menguji setiap kebijakan dengan bertanya “Apakah ini benar dan adil?” Dia

membuat manajer-manajernya sebagai sesama pemilik toko-toko tersebut untuk

membagikan kekayaan.

Penney memberikan jutaan dolar kepada berbagai badan amal Kristen. Dia

mengatakan bahwa dia ingin lebih dikenal sebagai seorang Kristen, bukan seorang

pebisnis. Dalam sebuah iklan dia berkata: “Jadi, bisnis itu memiliki aspek religius,

sama seperti aspek sekulernya. Jika kita mengikuti nasihat untuk mengasihi Allah,

dan sesama kita, seperti diri kita sendiri, maka itu akan memimpin kita memahami

bahwa, pertama-tama, sukses adalah masalah roh kita.”

Inilah sikap yang akan berlaku di seluruh kerajaan Kristus yang akan datang,

dan seharusnya sikap ini juga yang berkuasa dalam hidup orang-orang yang adalah

milik Kristus.

... supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang

hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu

yang sejati.

Roma 12:1

APAPUN YANG KITA LAKUKAN HARUSLAH UNTUK MENYENANGKAN HATI ALLAH

Kamis, 18 Juli 2019

MENYENANGKAN HATI ALLAH

Orang percaya seharusnya punya keinginan tulus-ikhlas untuk menyenangkan

hati Allah dalam kasih, pengabdian, pujian dan kekudusan, serta punya keinginan

mempersembahkan hidupnya untuk pelayanan.

Henry J. Heinz Company terbentuk di Pittsburgh, Pennsylvania. Henry J. Heinz

adalah pengolah serta penghasil utama makanan di Amerika, yang menyehatkan.

Dia mempromosikan gerakan makanan higienis, sebuah gerakan yang diawali

pada zamannya. Dia mengabdikan diri untuk tujuan mulia. Dia juga pribadi yang

terencana, sehingga dia tahu faktor-faktor yang dapat melipatgandakan penjualan.

Dia memulai usahanya sesuai peraturan kota, negara bagian, dan federasi tentang

produksi, dan penjualan makanan olahan. Seiring berjalannya waktu, dia bekerja

sama dengan Theodore Roosevelt, yang juga pelopor gerakan serupa. Dengan

St. Louis Exposition 1904, dia membuat industri makanan menghasilkan makanan-

makanan higienis. Heinz, adalah seorang Kristen yang saleh. Dia terlibat jauh dalam

promosi Sekolah Minggu di Pittsburgh dan seluruh dunia sebagaimana slogan “57

Varieties” miliknya. Bersama dengan seorang pemilik modal dari Philadelphia, John

Wanamaker, dia adalah pemimpin “Gerakan Sekolah Minggu Dunia”.

Dalam berbagai kegiatan dan perjalanan ini, Heinz berkenalan dengan Andrew

Carnegie, pendukung Sekolah Minggu yang lain dari Pittsburgh. Carnegie mungkin

telah memengaruhi temannya dengan argumentasinya bahwa orang-orang yang

menghasilkan banyak uang, harus menggunakannya untuk kebaikan semua orang.

Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu

seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.

Kolose 3:23

SELURUH PEKERJAAN BAGI ORANG KRISTENADALAH TERUTAMA UNTUK TUHAN

Jumat, 19 Juli 2019

TUHAN YANG TERUTAMA

Rasul Paulus menasihatkan untuk menganggap semua pekerjaan sebagai suatu

pelayanan kepada Tuhan. David Green berasal dari keluarga Kristen sederhana.

Sejak remaja, ia dan seluruh saudara serta orangtuanya tinggal di sebuah kota kecil

di Amerika Serikat bernama Altus. Ayahnya merupakan gembala gereja dengan

jemaat tidak lebih dari 50 orang.

Suatu hari di dalam sebuah obrolan santai dengan ibunya, David Green berkata

kepada ibunya “Suatu hari nanti aku akan mendapatkan pekerjaan dan membawa

pulang sesuatu untukmu.” “Cari saja apa yang dapat kamu lakukan untuk Tuhan,”

ucap ibunya.

Suatu ketika saat SMA, Green melihat ada sebuah kelas bernama Pendidikan

Distributif. “Pendidikan Distributif adalah program yang memungkinkan siswa

bekerja dengan salah seorang pebisnis di kota ini. Selain Anda mendapatkan kredit

kelas, Anda pun dibayar,” jelas sang guru.

David pun mendaftar dan pihak sekolah mengirimnya ke McLellan, perusahaan

yang cukup terkenal di kotanya milik T. Texas Tyler. Hari demi hari, tugas yang

dibebankan pada Green terus dikerjakannya dengan baik. Atas usaha kerjanya di

McLellan, David Green bisa membantu proyek-proyek misi gereja ayahnya.

Setelah dewasa, David memutuskan untuk mendirikan perusahaan sendiri

yang diberi nama Hobby Lobby. Dalam menjalankan perusahaan ritelnya itu, David

selalu menerapkan pesan ibunya yaitu temukan cara untuk melakukan apa yang

bisa dilakukan untuk Tuhan.

Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, Maka semuanya itu

akan ditambahkan kepadamu.

Matius 6:33

KESADARAN AKAN KASIH ALLAH YANG BEGITU BESAR AKAN MEMBEBASAKAN KITA DARI GODAAN UNTUK MENGEJAR HARTA

Sabtu, 20 Juni 2019

SEMUA DITAMBAHKAN KARENA MENGUTAMAKAN TUHAN

Colgate merupakan salah satu pengusaha ternama di New York. Colgate

menikahi Mary Gilbert pada tahun 1811, dan bersamanya terlahir 11 anak. Colgate

menamai anaknya berdasarkan nama Alkitab. Ini menggambarkan cara pandang

Alkitab dalam setiap aspek hidup mereka. Keluarga ini setia beribadah dan juga

membaca Alkitab bersama.

Colgate sangat aktif dalam bermacam kegiatan sosial yang diadakan di

gerejanya. Dia juga meyumbangkan banyak dana untuk lembaga pendidikan,

termasuk Madison College, Hamilton, New York.

Karena kemurahan hati Colgate, sekolah itu berganti nama menjadi Colgate

University. Dia juga adalah pendukung aktif kegiatan misionaris. Pada tahun 1816,

Colgate memegang peranan penting dalam mengelola American Bible Society dan

American and Foreign Bible Society. Dia juga melayani sebagai pengurus American

Tract Society.

Selagi bisnisnya terus berkembang dan diberkati Tuhan, dia memerintahkan

akuntannya untuk meningkatkan jumlah persembahannya, dari 20% menjadi 30%.

Ketika dia terus berkomitmen untuk memberi, perusahaannya menjadi semakin

diberkati Tuhan.

Saat ini, Colgate Palmolive adalah salah satu perusahaan tertua di Amerika

Serikat dan telah dinobatkan oleh majalah Fortune sebagai salah satu dari 500

perusahaan paling sukses di Amerika. Angka penjualan revenue-nya mencapai US$

9 miliar dan cabangnya telah berada di 221 negara di seluruh dunia.

Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia:

Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!

Roma 11:36

ORANG YANG MENYADARI BAHWA HARTA ADALAH KEPERCAYAAN TUHAN, HIDUPNYA TIDAK AKAN BERPUSAT KEPADA HARTA

NAMUN UNTUK MENABUR BAGI PEKERJAAN TUHAN

Minggu, 21 Juli 2019

DARI DIA DAN UNTUK DIA

Anthony Talamo Rossi, penemu dari orange juice yang sangat populer di New

York, yang diberi nama Tropicana, adalah seorang imigran dari Italia yang datang

ke Amerika Serikat tanpa mempunyai harta apapun selain baju yang dipakainya.

Ketika Tuhan memberkatinya dengan sebuah ide bisnis yang dimulainya pada

tahun 1947, dia berjanji bahwa dia akan mengelola berkat yang dia dapatkan hanya

untuk kemuliaan Tuhan sebagai Pemilik, atas semua hartanya. Hal ini membuat pen-

garuh pada cara dia mengelola keuangannya, dia selalu setia memberikan kembali

berkat yang dia dapat kepada Tuhan, bukan hanya 10%, namun hingga 50%, bukan

hanya sekali, tapi hingga waktu yang lama yaitu 60 tahun masa hidupnya.

Dia juga memberikan donasi gratis yaitu produk orange juice yang dia buat

kepada kampus-kampus berbasis Kristen di seluruh Amerika. Mulai tahun 1966, dia

juga berkomitmen untuk mendanai gereja dan misi di negara asalnya, yaitu Italia.

Pada tahun 1978, saat perusahaannya sedang menggapai puncak kesuksesan,

dia malah menjualnya kepada Beatrice Foods, Inc. dan pensiun sehingga dia bisa

lebih mendedikasikan waktu dan tenaganya untuk sesuatu yang lebih memuliakan

nama Tuhan sebagai Pemilik hidup dan hartanya, yaitu mendirikan yayasan

non-profit Aurora yang bertujuan untuk mendanai lembaga-lembaga pendidikan

Kristen, lembaga yang bergerak di bidang misi dan juga berbagai badan sosial lain.

Sesungguhnya setiap bisnis, berkat, kekuatan dan berbagai sumber daya yang

kita miliki termasuk keuangan kita semuanya adalah milik Tuhan, yang dititipkan

kepada kita untuk kita kelola.

Untuk mendapat anak inilah aku berdoa, dan TUHAN telah memberikan

kepadaku, apa yang kuminta dari padaNya.

1 Samuel 1:27

DI HADAPAN KEAJAIBAN DIRI ALLAH, HIKMAT DAN KASIH KARUNIANYA, KARYA-KARYANYA YANG AJAIB, KITA HANYA DAPAT TUNDUK BERSYUKUR

MEMULIAKAN ALLAH

Senin, 22 Juli 2019

HATI YANG BERSYUKUR

Kita mengucap syukur karena Allah telah berkarya dalam hidup kita dengan hal

yang tidak dapat dibandingkan atau dibalas dengan cara apapun. Baik keselamatan

dalam Kristus, maupun berbagai kebaikan Tuhan yang kita alami dalam perjalanan

iman kita, semua itu adalah anugerah Tuhan.

Ucapan syukur adalah pengakuan bahwa semua berasal dari Allah, dan tidak

ada satu hal pun yang boleh kita katakan karena jasa atau kekuatan kita. Dengan

sendirinya, persembahan kita berikan bukan karena kebaikan kita melainkan keluar

dari hati yang tulus bersyukur atas kebaikanNya.

Itulah yang dilakukan Hana setelah Tuhan “mengingat” dirinya dan lalu

mengabulkan permintaannya. Ucapan syukur Hana tercermin dari nama putra-

nya, Samuel yang artinya pemberian Allah. Oleh karena itu sebagai persembahan

syukur, Samuel dipersembahkan untuk menjadi pelayan Tuhan. Inilah persembahan

yang berkenan kepadaNya: “Seumur hidup terserahlah ia kiranya kepada Tuhan.”

Banyak keluarga melihat sikap Hana sebagai teladan untuk mempersembahkan

anak sulung sebagai hamba Tuhan. Tentu tidak setiap anak sulung dari keluarga

Kristen, Tuhan pilih dan panggil untuk menjadi hambaNya secara khusus. Jauh lebih

penting bagi kita untuk melihat teladan Hana sebagai respons yang tepat terhadap

anugerah. Berikan yang terbaik, Tuhan ingin kita persembahkan ucapan syukur dan

pengakuan, bahwa semua yang kita miliki berasal dari Tuhan.

Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam

perbuatan baik, suka memberi dan membagi...

1 Timotius 6:18

DALAM HAL INILAH BAPAKU DIPERMULIAKAN, YAITU JIKA KAMU BERBUAH BANYAK DAN DENGAN DEMIKIAN KAMU ADALAH

MURID-MURIDKU (Yohanes 15:8)

Selasa, 23 Juli 2019

TEKUN DAN SETIA DALAM MEMBERI

Cindy Kienow, seorang pegawai sebuah restoran terkenal di Hutchinson,

Kansas, Amerika Serikat, sedang menunggu salah satu pelanggan tetapnya

selama tiga tahun. Ia selalu memberi tips besar kepada Cindy, terkadang hingga

setengah dari uang yang ia belanjakan di situ. Suatu hari, ia memberi Cindy tips

sebanyak 90 juta Rupiah ketika ia membeli makanan seharga Rp 234 ribu. Ia berkata

pada Cindy “Ketahuilah, ini bukan lelucon.”

Rasul Paulus menasihati Timotius supaya ia mendorong orang-orang kaya

dalam jemaatnya untuk menunjukkan kemurahan hati yang radikal (1 Timotius

6:18). Timotius melayani di sebuah kota yang makmur, yaitu Efesus, yang sebagian

jemaatnya orang kaya. Beberapa di antara orang-orang kaya itu tidak memahami

tanggung jawab mereka terhadap kerajaan Allah. Jadi, Rasul Paulus menantang

Timotius supaya ia memperingatkan mereka bahwa kekayaan yang banyak akan

menuntut tanggung-jawab yang besar pula. Termasuk untuk menjadi rendah hati,

untuk mengandalkan Allah dan tidak mengandalkan kekayaan, dan menggunakan

uang untuk melakukan kebaikan. Cara mereka mengurus keuangan mencerminkan

sikap hati mereka.

Walaupun mungkin kita tidak kaya harta, Allah juga memanggil kita untuk

menunjukkan kemurahan hati yang radikal. Kita bisa membagikan sesuatu yang kita

miliki dan banyak melakukan kebaikan.

Jika kita bisa bermurah hati soal keuangan, kita akan lebih bisa bermurah hati

dalam bidang lain yang berkaitan dengan umat Tuhan dan pekerjaanNya.

Aku tahu, ya Allahku, bahwa Engkau adalah penguji hati dan berkenan

kepada keikhlasan, maka akupun mempersembahkan semuanya itu

dengan sukarela dan tulus ikhlas.

1 Tawarikh 29:17a

SEGALA KEMAKMURAN DAN KESEJAHTERAAN BERASAL DARI ALLAH YANG ADALAH PENGUASA SEGALA SESUATU

Rabu, 24 Juli 2019

CINTAKU KEPADA RUMAH ALLAHKU

Daud memuji Tuhan karena ia telah diperkenankan memberikan persembahan

bagi Tuhan, guna pembangunan BaitNya. Ia juga bersyukur karena telah melihat

tangan-tangan rakyatnya yang terulur memberikan persembahan. Ia bersyukur

bukan hanya karena jumlah harta yang telah terkumpul, tetapi persembahan itu

menunjukkan hati umat pada Tuhan dan kerinduan mereka untuk mendukung

pembangunan BaitNya.

Daud memahami kebaikan Tuhan sebagai kebaikan yang memampukan umat

untuk mempersiapkan pembangunan BaitNya. Daud sadar benar bahwa jika ia dan

rakyatnya memberi, itu bukanlah karena kemampuan mereka sebab yang mereka

persembahkan itu sesungguhnya berasal dari Tuhan.

Bukti lain betapa kasih Daud kepada Tuhan adalah ketika Salomo hendak

membangun Bait Suci. Ia dengan sukarela dan tulus ikhlas mempersembahkan

harta miliknya untuk membantu pekerjaan Tuhan ini. Daud berkata “... karena

cintaku kepada Rumah Allahku, maka sebagai tambahan pada segala yang telah

kusediakan bagi rumah kudus, aku dengan ini memberikan kepada rumah Allahku

dari emas dan perak kepunyaanku sendiri tiga ribu talenta emas dari emas Ofir dan

tujuh ribu talenta perak murni” (1 Tawarikh 29:3-4). Begitu pula dari pemimpin-

pemimpin lainnya terkumpul 5.000 talenta emas dan 10.000 talenta perak, belum

termasuk persembahan-persembahan lainnya.

Persembahan yang demikian besarnya diserahkan untuk pembangunan Rumah

Tuhan dengan sukarela, tulus ikhlas, bahkan dengan sukacita.

... Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima.

Kisah Para Rasul 20:35

DULU AKU MUDA, SEKARANG AKU TUA, TAPI BELUM PERNAH AKU MELIHAT ORANG BENAR DITINGGALKAN OLEH TUHAN ATAU ANAK CUCUNYA

MEMINTA-MINTA ROTI (Daud, Mazmur 37:25)

Kamis, 25 Juli 2019

DERMAWAN YANG BERBAHAGIA

Memberi akan membuat kita berbahagia. Paul Meyer, pemberi yang sangat

dermawan, milyarder ini berencana untuk meninggal dengan tanpa meninggalkan

kekayaan apapun (karena kekayaannya akan habis disumbangkan), adalah seorang

yang berbahagia, kebahagiannya sangat sulit untuk dirampas orang lain.

Paul Meyer mengatakan: “Saya berbahagia ketika menyelesaikan perjalanan

dengan bersepeda sejauh 75 kilometer. Saya berbahagia saat menerbangkan

pesawat pribadi saya. Saya berbahagia sewaktu menyelam (scuba) di laut. Saya

berbahagia pada waktu melihat teman-teman saya menikmati masa-masa yang

indah. Saya berbahagia mendengar gembala, pengerja dan pemuda-pemudi dari

gereja kami mengadakan retreat. Saya berbahagia setiap kali mengetahui – melalui

surat, telepon, dan mimbar – bahwa hidup banyak orang telah diubahkan melalui

program-program pelayanan kami. Saya berbahagia menyaksikan orang-orang

mengembangkan potensinya secara optimal, bertumbuh-kembang menjadi para

eksekutif di perusahaan-perusahaan kami. Mereka belajar menjadi komunikator

yang lebih baik dan eksekutif-eksekutif yang sukses. Saya berbahagia karena sudah

membantu banyak wanita meniti karir dalam perusahaan, mencapai posisi tinggi

di berbagai perusahaan melebihi impian mereka. Saya cenderung menggunakan

kata-kata yang lebih tepat dari sekedar ‘berbahagia’ yaitu bersukacita, bergairah,

berdebar, dan puas.”

Berbahagia adalah anugerah Tuhan, bukan saja yang terjadi bagi diri sendiri

namun saat kita melihat orang-orang yang kita bantu, layani, doakan dan lain-lain

mendapatkan kebahagiaan.

Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu

memenuhi hukum Kristus.

Galatia 6:2

CARILAH UANG SEBANYAK MUNGKIN, TABUNGLAH SEBANYAK MUNGKIN, BERIKANLAH SEBANYAK MUNGKIN — John Wesley

Jumat, 26 Juli 2019

INVESTASI KEKEKALAN

Ada seorang anak bermain program komputer. Di layar tampil foto seekor ikan.

“Ikan,” kata komputer itu. “I-k-a-n. Ikan. Katakan ikan.”

“Ikan,” kata anak itu.

“Sekarang ketik ‘ikan’.”

Anak itu mengetiknya, tapi ia salah mengetiknya: i-k-a-t.

“Usaha yang bagus,” kata komputer itu. “Coba lagi.”

Program komputer ini adalah salah satu produk perusahaan milik Paul Meyer:

The Creative Education Institute. Program ini menolong pelajar dan orangtuanya,

yang direpotkan dan stres anaknya mengalami kesulitan atau motivasi belajar.

Di Texas, Amerika Serikat, program ini sudah dipakai oleh sekitar 1.000

sekolah dan terus meningkat. Program ini sudah ada sejak tahun 1987 oleh sebuah

perusahaan namun bangkrut. Pada tahun 1991 Paul membeli dan menyelamatkan

perusahaan tersebut dan tetap mempertahankan Presiden Direkturnya yaitu Ferrell

Hunter. Paul memperlengkapi Ferrell dengan keterampilan manajemen dan juga

akuntasi yang lebih efektif.

Kisah ini menggambarkan prinsip Paul berinvestasi. Ia menyelamatkan

perusahaan dari kebangkrutan dan memberikan stabilitas keuangan pelayanan

pendidikan yang dapat membantu jutaan anak. Bukan dengan sumbangan saja

namun dengan membangun suatu perusahaan yang mampu menghasilkan laba

dan kemandirian. Bisnisnya bukan hanya mendukung aktivitas yang berdampak

sosial, namun secara langsung memberi dampak positif kepada masyarakat luas.

Lebih penting lagi, pelayanan ini akan terus berlanjut seumur hidup Paul.

Hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil,

yaitu untuk memperoleh berkat.

1 Petrus 3:9

MEMBERI ITU BUKAN SESUATU YANG MESTI DIHINDARI, MELAINKAN SUATU KEHORMATAN YANG PATUT DIINGINKAN — George Sweeting

Sabtu, 27 Juli 2019

SUKACITA BESAR KARENA MEMBERI

Dr. John Edmund Haggai menyatakan bahwa sesungguhnya saat kita

memberi justru menciptakan rasa aman, dan pandangan bahwa memberi akan

merugikan diri sendiri itu adalah pandangan yang salah.

Ia melukiskan pandangan Paul Meyer tentang memberi bantuan sebagai suatu

kesempatan Paul dapatkan sukacita yang besar. Paul memandang kedermawanan

sebagai solusi atas “kebutuhan” pribadi sehingga konsisten ia merekomendasikan

semua orang bahwa memberi adalah bagian dari filosofi hidup yang berbahagia.

Paul berkata jika bertemu dengan seseorang yang kelihatannya tidak

bahagia, suka cekcok, pemarah, suka mengeluh, sulit bergaul dan pesimis, ia akan

menyarankan agar orang itu mengubah cara pandang dan sikap hidupnya – dari

memikirkan diri sendiri menjadi memikirkan orang lain, hingga perubahan pola pikir

terjadi dalam hidup orang tersebut.

Kebiasaan memberi akan menjadi suatu kesukaan yang luar biasa. Paul

berkata: “Saya memberi bukan untuk menerima. Saya memberi karena saya punya

kebutuhan untuk memberi. Contoh: suatu kali saya melihat seorang ibu tua yang

kesulitan untuk berjalan di airport menuju pesawat terbang. Saya memutuskan

untuk menolongnya dengan mengatur kursi roda untuk ibu itu. Setelah saya duduk

di pesawat, saya bersyukur kepada Tuhan bahwa orang yang berkesempatan untuk

menolong ibu tua tersebut adalah saya.”

Gaya hidup memberi adalah sesuatu yang menyenangkan, membangun

keberhasilan dan bisa dilakukan oleh semua orang.

Dan janganlah kamu lupa berbuat baik dan memberi bantuan, sebab

korban-korban yang demikianlah yang berkenan kepada Allah.

Ibrani 13:16

MEMBERI DAN KEBERHASILAN ITU BERJALAN BERSAMA-SAMA — Dr John Haggai

Minggu, 28 Juli 2019

TERUSLAH MEMBERI

Seorang tokoh Kristen internasional, Dr. Han Kyung Chick, membuat

takjub karena gaya hidupnya yang sangat bersahaja. Ia tinggal di sebuah rumah di

pegunungan Korea bersama dengan anak perempuan dan menantunya. Di rumah

yang kecil itu, ia mengambil satu ruangan kecil di mana ia bekerja, melakukan studi

sekaligus menggunakannya sebagai kamar tidur.

Pengaruh Dr. Han dirasakan oleh banyak orang. Gereja yang digembalakannya

sangat menghormatinya sehingga mereka membangun dan menyediakan sebuah

rumah mewah bagi Dr. Han. Nilai rumah itu pada tahun 1993 adalah sekitar Rp 9

milyar. Namun Dr. Han menolak rumah itu karena penghayatannya akan kebenaran

bahwa “hidup seseorang tidak terdiri dari kelimpahan materi yang dimilikinya.”

Dr. Han sudah mengumpulkan dana senilai puluhan milyar rupiah bagi

pekerjaan Tuhan di banyak tempat di dunia. Ia membangun universitas, fasilitas

yatim-piatu, sekolah menengah, perumahan bagi orang-orang miskin di mana dari

semuanya itu tidak ada yang ia ambil untuk dirinya sendiri.

Ketika terjadi bencana banjir besar yang menewaskan 77 orang di Johnstown,

Pennsylvania, Amerika Serikat, pada Juli 1977, pertolongan yang tiba di sana justru

dari Young Nak Presbyterian Church di Seoul, Korea Selatan, yang dipimpin oleh

Dr. Han. Mengapa mereka begitu antusias menolong korban bencana itu? Karena

orang-orang Pennsylvania menunjukkan kebaikan hatinya kepada Dr. Han waktu

dia bersekolah di Amerika Serikat.

Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan.

Amsal 11:25

STEWARDSHIP ADALAH TENTANG MEMBERI KEPADA ALLAH. TENTANG MENYERAHKAN KONTROL SECARA TOTAL ATAS HIDUP KITA

KEPADA ALLAH — Mark Allan Powell

Senin, 29 Juli 2019

PEMBERIAN KECIL BERDAMPAK BESAR

Pada suatu hari Minggu sekitar tahun 1880, seorang anak perempuan

bernama Hattie Wiatt terpaksa tidak diterima di Sekolah Minggu Gereja Baptis

“Grace” di Philadelphia karena ukuran gereja itu kecil dan kapasitas gedung sudah

penuh sesak. Hattie bertekad untuk menabung dan membangun sebuah Sekolah

Minggu yang baru untuk menampung anak-anak yang ingin ikut Sekolah Minggu.

Tiap minggu Hattie menyisihkan uang jajannya yang ia simpan di sebuah

dompet merah. Tak lama kemudian ia menderita penyakit terminal dan sebelum

meninggal ia cerita kepada ibunya tentang tabungannya di dompet merah. Ia

meminta ibunya memberikan dompet itu kepada Gereja Baptis “Grace” untuk

pembangunan fasilitas Sekolah Minggu. Dompet itu berisi uang 57 sen.

Hari Minggu berikutnya, Gembala dari gereja tersebut, Dr. Russell Conwell,

menyampaikan kisah ini kepada jemaat yang terhenyak mendengarnya.

“Saat mendengar bagaimana Allah sudah memberkati kami dengan warisan

yang dahsyat ini, terjadi suatu keheningan yang mencekam – suatu tangisan dan

ketrenyuhan di hati. Kami merasa suatu batu penjuru gereja sudah diletakkan,” kata

seorang jemaat.

Sumbangan kecil dari Hattie Wiatt telah meninggalkan kesan yang mendalam

dan mendorong gereja itu untuk memutuskan membangun bukan hanya sebuah

fasilitas Sekolah Minggu melainkan sebuah kompleks gereja baru, meskipun hal

ini sangat berat mengingat sebagian besar jemaat adalah pekerja yang kurang

mampu.

Selasa, 30 Juli 2019

GAIRAH BERBAGI BERKAT

Orang benar adalah pengasih dan pemurah.

Mazmur 37:21

GIVE UNTIL IT HURTS (BERILAH SAMPAI TERASA SAKIT) — MOTHER TERESA

Mark adalah seorang penata rambut dari New York yang menghabiskan akhir

pekannya dengan memberi layanan potong rambut gratis bagi para tunawisma.

Kisahnya pun menjadi perbincangan hangat di dunia maya, ketika semua orang

begitu tersentuh dengan kebaikan hatinya.

Mark yang bekerja di sebuah salon kelas atas mengisi waktu luangnya di hari

Minggu berkeliling kota mencari para tunawisma yang membutuhkan bantuan-

nya. Dia akan mendekati tunawisma yang menurutnya perlu dicukur atau dipotong

rambutnya dengan kalimat sederhana: “Saya ingin melakukan sesuatu yang baik

untuk Anda hari ini.” Dalam sehari, dia menargetkan enam orang untuk dicukur

atau dipotong rambutnya. Mark, 30, sendiri melakukan kegiatan ini sejak Mei 2012.

Semua bermula ketika dia melakukan perjalanan ke Filipina untuk mengunjungi

keluarganya. Saat itu, dia menyewa kursi dari seorang tukang cukur lokal untuk

memberikan potongan rambut gratis untuk anak-anak miskin di lingkungannya.

“Rasanya begitu menyenangkan,” kenangnya, “Saya memutuskan untuk membawa

energi positif ini kembali ke NYC.” Mark juga melakukan perjalanan ke Jamaika,

Kosta Rika, dan Los Angeles untuk memberi layanan potong rambut gratis bagi

mereka yang tidak mampu membayar untuk potongan rambut yang layak.

Mark selalu memberikan layanan potong rambut gratis di ruang terbuka,

seperti di sudut-sudut jalan dan trotoar, supaya masyarakat dapat melihatnya dan

mendapatkan inspirasi untuk berbuat baik kepada mereka yang kurang beruntung.

Jadi jangan berhenti memberi dan tebarkan kemurahan hati karena hal ini adalah

suatu kebahagiaan.

Lagipula oleh karena cintaku kepada rumah Allahku, maka sebagai

tambahan pada segala yang telah kusediakan bagi rumah kudus, aku

dengan ini memberikan kepada rumah Allahku dari emas dan perak

kepunyaanku sendiri.

1 Tawarikh 29:3

ORANG YANG SEDIKIT DIAMPUNI, SEDIKIT JUGA IA BERBUAT KASIH (LUKAS 7:47)

Rabu, 31 Juli 2019

MEMBERI KARENA CINTA KASIH

Sangat menarik mencermati yang disampaikan Mother Teresa, pemenang

hadiah Nobel dan pahlawan dunia yang sangat dihormati. Mother Teresa

menyatakan: “Tidak cukup untuk mengatakan “aku mengasihi Tuhan.” Aku juga

harus mengasihi sesamaku. Rasul Yohanes mengatakan engkau pendusta apabila

mengatakan engkau mengasihi Tuhan namun tidak mengasihi sesamamu (I Yohanes

4:20).

Selain itu, penting disadari bahwa kasih sering perlu pengorbanan. Artinya:

aku harus rela memberikan apapun yang kumiliki agar tidak menyakiti orang lain,

bahkan agar membawa kebaikan bagi mereka. Sikap ini mengharuskan aku rela

untuk memberi dan memberi sampai terasa menyakitkan diriku sendiri (Give until

it hurts). Tanpa pengertian dan sikap ini, tidak ada kasih yang sejati di dalamku,

bahkan aku membawa ketidak-adilan, bukan damai sejahtera, bagi semua orang di

sekelilingku.”

Kita diciptakan Allah sesuai peta dan teladanNya untuk sesuatu yang indah,

untuk mengasihi dan untuk dikasihi. Seperti Kristus – telah menanggung banyak

kesakitan – telah mengasihi, demikian juga kita. Sesuai FirmanNya, satu hari kelak

Dia akan menghakimi kita atas apa yang kita telah lakukan dan apa yang kita tidak

lakukan bagi orang lain.

Menurut Kristus, hal terkecil apa pun yang kita lakukan bagi orang lain, kita

dianggap melakukannya bagi Dia; demikian pula yang tidak kita lakukan, kita di-

anggap tidak melakukannya bagi Tuhan (Matius 25:35-40).”

UNTUK KALANGAN SENDIRI DAN TIDAK DIPERJUALBELIKAN

ATAU DIPERBANYAK TANPA IZIN CHRIST CATHEDRAL

C H R I S T C A T H E D R A L , G B I B A S I L E Accmychur ch | ccmych urch.com | 0813 -1060-2060