27
JUMLAH SEL SOMATIK SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWAH SETELAH VAKSINASI DENGAN VAKSIN IRADIASI Streptococcus agalactiae UNTUK PENCEGAHAN MASTITIS SUBKLINIS NOVAN EKO KURNIAWAN FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

JUMLAH SEL SOMATIK SUSU KAMBING PERANAKAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/83207/1/B16nek.pdf · jumlah sel somatik susu kambing peranakan etawah setelah vaksinasi

  • Upload
    phamnhu

  • View
    247

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: JUMLAH SEL SOMATIK SUSU KAMBING PERANAKAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/83207/1/B16nek.pdf · jumlah sel somatik susu kambing peranakan etawah setelah vaksinasi

JUMLAH SEL SOMATIK SUSU KAMBING PERANAKAN

ETAWAH SETELAH VAKSINASI DENGAN VAKSIN

IRADIASI Streptococcus agalactiae UNTUK

PENCEGAHAN MASTITIS SUBKLINIS

NOVAN EKO KURNIAWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

Page 2: JUMLAH SEL SOMATIK SUSU KAMBING PERANAKAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/83207/1/B16nek.pdf · jumlah sel somatik susu kambing peranakan etawah setelah vaksinasi
Page 3: JUMLAH SEL SOMATIK SUSU KAMBING PERANAKAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/83207/1/B16nek.pdf · jumlah sel somatik susu kambing peranakan etawah setelah vaksinasi

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Jumlah Sel Somatik

Susu Kambing Peranakan Etawah setelah Vaksinasi dengan Vaksin Iradiasi

Streptococcus agalactiae untuk Pencegahan Mastitis Subklinis adalah benar karya

saya dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun

kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip

dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

karya tulis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2016

Novan Eko Kurniawan

NIM B04100090

Page 4: JUMLAH SEL SOMATIK SUSU KAMBING PERANAKAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/83207/1/B16nek.pdf · jumlah sel somatik susu kambing peranakan etawah setelah vaksinasi

ABSTRAK

NOVAN EKO KURNIAWAN. Jumlah Sel Somatik Susu Kambing Peranakan

Etawah setelah Vaksinasi dengan Vaksin Iradiasi Streptococcus agalactiae untuk

Pencegahan Mastitis Subklinis Dibimbing oleh SRI ESTUNINGSIH dan BOKY

JEANNE TUASIKAL.

Kambing Peranakan Etawah (PE) merupakan kambing yang dipelihara

untuk memenuhi kebutuhan susu dan daging. Sebagai ternak penghasil susu,

kambing PE juga rentan terhadap mastitis subklinis. Mastitis subklinis sebagian

besar disebabkan oleh Streptococcus agalactiae. Banyak metode yang

dikembangkan untuk melawan mastitis subklinis (meningkatkan higiene sanitasi,

teat dipping, dan vaksinasi). Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui

pengaruh vaksin iradiasi Streptococcus agalactiae terhadap jumlah sel somatik

pada susu kambing PE. Kambing yang digunakan adalah kambing sehat usia

kebuntingan empat sampai lima bulan yang divaksin tiga kali dengan interval 2

minggu. Volume vaksin yang digunakan adalah 2 mL dan mengandung 108

cfu/mL Streptococcus agalactiae yang diiradiasi dengan sinar gamma dengan laju

dosis 112.504 krad/jam dan dosis 17 Gy. Sampel susu yang digunakan diambil

dua kali setelah vaksinasi dengan pengambilan sampel pada minggu kedua setelah

kelahiran. Sampel susu yang diperoleh dilakukan penghitungan Jumlah Sel

Somatik (JSS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa JSS dari sampel 1 lebih

rendah dari sampel 2 dan JSS< 1500000 sel/mL. Meskipun terjadi peningkatan

JSS namun masih berada dalam status normal. Hal ini menunjukkan bahwa vaksin

iradiasi Streptococcus agalactiae berpotensi untuk mencegah kejadian mastitis

subklinis pada kambing yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus agalactiae.

Kata kunci: Vaksin iradiasi, kambing peranakan etawah (PE), Jumlah sel somatik

(JSS), Streptococcus agalactiae.

ABSTRACT

NOVAN EKO KURNIAWAN. Somatic Cell Count of Etawah Cross Breed Goat Post Vaccination with Irradiated Vaccine of Streptococcus agalactiae to Prevent

Subclinical Mastitis, Supervised by SRI ESTUNINGSIH and BOKY JEANNE

TUASIKAL.

Etawah cross breed goat was domesticated to full fill human necessity on

meat and milk. As a dairy milk producer etawah cross breed goat are susceptible

to subclinical mastitis. Subclinical mastitis mostly caused by Streptococcus

agalactiae. Several methode had been developed to combat subclinical mastitis

(promoting sanitation and hygiene, teat dipping, including vaccination). Objective

of this reseach is to know the efectiveness of irradicated vaccine to prevent

subclinical mastitis through somatic cell count. This research used healthy goat in

four to five months pregnancy and were vaccinated three times with interval 2

weeks. The vaccine volume was 2 mL contain 108

cfu/mL Streptococcus agalactiae

iradiated with gamma radiaton with dose rate 112.504 krad/h and doses 17 Gy.

Milk samples in this research were taken twice, two weeks after parturation and

Page 5: JUMLAH SEL SOMATIK SUSU KAMBING PERANAKAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/83207/1/B16nek.pdf · jumlah sel somatik susu kambing peranakan etawah setelah vaksinasi

twelve weeks after parturation. The results showed that the SCC (Somatic Cell

Count) from sample 1 lower than the sample 2 and SCC< 1.5 million cells / mL .

This indicates that irradiation of Streptococcus agalactiae vaccine is potencial in

preventing the incidence of subclinical mastitis in goats caused by the bacterium

S. agalactiae by preventing somatic cell desquamation.

Keywords: Irradiation vaccine, etawah cross breed goat, Somatic Cell Count

(SCC), Streptococcus agalactiae.

Page 6: JUMLAH SEL SOMATIK SUSU KAMBING PERANAKAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/83207/1/B16nek.pdf · jumlah sel somatik susu kambing peranakan etawah setelah vaksinasi
Page 7: JUMLAH SEL SOMATIK SUSU KAMBING PERANAKAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/83207/1/B16nek.pdf · jumlah sel somatik susu kambing peranakan etawah setelah vaksinasi

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan

JUMLAH SEL SOMATIK SUSU KAMBING PERANAKAN

ETAWAH SETELAH VAKSINASI DENGAN VAKSIN

IRADIASI Streptococcus agalactiae UNTUK

PENCEGAHAN MASTITIS SUBKLINIS

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

NOVAN EKO KURNIAWAN

Page 8: JUMLAH SEL SOMATIK SUSU KAMBING PERANAKAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/83207/1/B16nek.pdf · jumlah sel somatik susu kambing peranakan etawah setelah vaksinasi
Page 9: JUMLAH SEL SOMATIK SUSU KAMBING PERANAKAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/83207/1/B16nek.pdf · jumlah sel somatik susu kambing peranakan etawah setelah vaksinasi
Page 10: JUMLAH SEL SOMATIK SUSU KAMBING PERANAKAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/83207/1/B16nek.pdf · jumlah sel somatik susu kambing peranakan etawah setelah vaksinasi

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas segala

rahmat-Nya sehingga penelitian ini dapat diselesaikan. Judul yang dipilih dalam

penelitian ini adalah Jumlah Sel Somatik Susu Kambing Peranakan Etawah

setelah Vaksinasi dengan Vaksin Iradiasi Streptococcus agalactiae untuk

Pencegahan Mastitis Subklinis.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Drh Sri Estuningsih, MSi, APVet

dan Dr Drh Boky Jeane Tuasikal, MSi selaku pembimbing. Ungkapan terima

kasih juga disampaikan kepada bapak Mulyono, ibu serta seluruh keluarga, atas

doa dukungan dan kasih sayangnya. Teman teman seperjuangan. Terimakasih

dukungan serta bantuannya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2016

Novan Eko Kurniawan

Page 11: JUMLAH SEL SOMATIK SUSU KAMBING PERANAKAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/83207/1/B16nek.pdf · jumlah sel somatik susu kambing peranakan etawah setelah vaksinasi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

LEMBAR PENGESAHAN ii

PRAKATA iii

DAFTAR ISI iv

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Kambing Peranakan Etawah (PE) 2

Mastitis 3

Vaksin Iradiasi Sinar Gamma 4

Jumlah Sel Somatik pada Susu Kambing PE 5

METODE 6

Waktu dan Tempat 6

Alat dan Bahan 6

Pelaksanaan Penelitian 7

Persiapan Bahan 7

Persiapan Hewan 7

Pengambilan Sampel 7

Penghitungan Jumlah Sel Somatik 8

Prosedur Analisis Data 8

HASIL DAN PEMBAHASAN 9

SIMPULAN DAN SARAN 12

Simpulan 12

Saran 12

DAFTAR PUSTAKA 12

RIWAYAT HIDUP 15

Page 12: JUMLAH SEL SOMATIK SUSU KAMBING PERANAKAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/83207/1/B16nek.pdf · jumlah sel somatik susu kambing peranakan etawah setelah vaksinasi

DAFTAR TABEL

1 Perbandingan komposisi susu kambing dan susu sapi 3 2 Faktor faktor penyebab peningkatan jumlah sel somatik susu kambing 6 3 Hasil pemeriksaan jumlah sel somatik dalam susu kambing PE 9 4 Hasil CMT pada susu kambing PE 11

DAFTAR GAMBAR

1 Kambing Peranakan Etawah 3

2 Fotomikrograf Streptococcus agalactiae 4 3 Hasil uji CMT sampel D 11

Page 13: JUMLAH SEL SOMATIK SUSU KAMBING PERANAKAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/83207/1/B16nek.pdf · jumlah sel somatik susu kambing peranakan etawah setelah vaksinasi

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kambing Peranakan Etawah (PE) merupakan persilangan antara kambing

Kacang dengan kambing Etawah (Sudono dan Abdulgani 2002). Kambing ini

memiliki keunggulan berupa produksi susu yang tinggi (1.5–3.5 liter per ekor per

hari). Susu yang dihasilkan oleh kambing PE memiliki kandungan gizi yang tidak

kalah dengan susu sapi. Keunggulan susu kambing adalah kandungan protein,

kalsium, fosfor, vitamin A, E, dan B kompleks yang tinggi, globul lemak kecil

sehingga mudah tercerna, serta dapat dikonsumsi oleh orang yang alergi susu sapi

(Blakely dan Bade 1991).

Kesehatan ambing penting untuk diperhatikan pada ternak karena berperan

sebagai pabrik yang memproduksi susu. Kambing PE rentan terhadap kejadian

mastitis seperti halnya sapi perah. Berdasarkan temuan klinis, mastitis dibedakan

menjadi dua yaitu mastitis klinis dan subklinis. Mastitis pada kambing

mengakibatkan penurunan produksi susu sekitar 10–25%, peningkatan biaya

pengobatan, penolakan susu di pasaran karena jumlah sel somatik (JSS) lebih

tinggi dari normal dan mengandung patogen (Leitner et al. 2004).

Sel yang melapisi alveol bervariasi penampilannya, tergantung aktivitas

fungsionalnya. Sel berbentuk kuboid saat tidak laktasi dan berbentuk silindris

ketika aktif menghasilkan susu. Sel-sel sekretoris alveol kaya akan ribosom,

kompleks golgi dan droplet lemak serta banyak memiliki vakuol sekretoris (Russo

dan Russo 1996). Sel epitel alveol ini akan terbawa ke dalam susu saat diperah.

Sel epitel yang sehat akan dapat bertahan lebih lama. Reruntuhan sel epitel ini

dalam susu dapat dihitung dan dinyatakan sebagai jumlah sel somatik (JSS) yang

merupakan salah satu parameter kesehatan ambing dan berkaitan dengan mastitis

subklinis (Schalm et al. 1971). Kambing menderita mastitis subklinis apabila JSS

lebih dari 1.500.000 sel/mL (Paape et al. 2001).

Mastitis subklinis secara dini dapat dicegah dengan penerapan manajemen

kesehatan ambing seperti teat dipping, pemerahan secara aseptik, dan penggunaan

antibiotik. Lindahl et al. (2005) menyatakan bahwa pencegahan juga dapat

dilakukan melalui vaksinasi agen penyebab mastitis. Pengembangan terkini

vaksin anti-mastitis subklinis menggunakan vaksin iradiasi sinar gamma. Radiasi

merupakan emisi (pancaran) dan perambatan energi melalui materi atau ruang

dalam bentuk gelombang elektromagnetik atau partikel. Menurut Badan Tenaga

Nuklir Nasional (BATAN) (2008), iradiasi merupakan istilah yang digunakan

untuk aplikasi radiasi. Vaksin iradiasi mampu melemahkan agen patogen tanpa

menghilangkan daya imunogeniknya dan mampu meningkatkan kekebalan pada

hewan yang coba (Tuasikal et al. 2012).

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang maka rumusan masalah yang mendasari

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana gambaran jumlah sel somatik pada susu kambing PE yang

divaksinasi dengan vaksin iradiasi Streptococcus agalactiae?

Page 14: JUMLAH SEL SOMATIK SUSU KAMBING PERANAKAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/83207/1/B16nek.pdf · jumlah sel somatik susu kambing peranakan etawah setelah vaksinasi

2

2. Apakah vaksin yang digunakan dapat mencegah kejadian mastitis subklinis

yang disebabkan oleh Streptococcus agalactiae pada kambing PE?

Tujuan Penelitian

Mengetahui pengaruh vaksin iradiasi Streptococcus agalactiae terhadap

jumlah sel somatik pada susu kambing PE.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang

keberhasilan vaksin iradiasi Streptococcus agalactiae untuk mencegah kejadian

mastitis subklinis.

TINJAUAN PUSTAKA

Kambing Peranakan Etawah (PE)

Kambing Peranakan Etawah (PE) merupakan kambing hasil persilangan

antara kambing Kacang dan kambing Etawah. Kambing Etawah berasal dari

Etawah yaitu daerah di antara sungai Yamuna dan Chambal di Provinsi Uttar

Pradesh, India (Sudono dan Abdulgani 2002). Kambing PE (Gambar 1) dapat

melahirkan hingga tiga ekor dalam satu tahun dengan masa kebuntingan antara

150–154 hari dan dewasa kelamin dapat dicapai pada usia empat bulan (Kartinaty

dan Gufroni 2010). Karakteristik kambing PE jantan adalah berbadan besar

dengan tinggi gumba 90–127 cm, bobot mencapai 91 kg sedangkan pada betina

tinggi gumba sekitar 92 cm, bobot lebih ringan daripada jantan (63 kilogram).

Telinga kambing PE terkulai ke bawah dengan panjang berkisar 18–30 cm.

Konformitas dahi dan hidung berbentuk cembung. Menurut Linnaeus (1758)

kambing PE dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mammalia

Ordo : Artiodactyla

Famili : Bovidae

Subfamili : Caprinae

Genus : Capra

Spesies : Capra aegagrus

Subspecies : Capra aegagrus hircus

Page 15: JUMLAH SEL SOMATIK SUSU KAMBING PERANAKAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/83207/1/B16nek.pdf · jumlah sel somatik susu kambing peranakan etawah setelah vaksinasi

3

Gambar 1 Kambing Peranakan Etawah

Karakteristik susu kambing PE berwarna putih, globul lemak susu lebih

kecil, protein yang lebih lunak, kandungan kalsium, fosfor, vitamin A, B

kompleks, dan E yang tinggi. Karakteristik paling spesial adalah susu kambing

dapat dikonsumsi oleh orang yang alergi laktosa susu sapi (Blakely and Bade

1991). Laktosa pada susu kambing lebih rendah jika dibandingkan dengan susu

sapi, seperti tertulis pada Tabel 1.

Tabel 1Perbandingan komposisi susu kambing dan susu sapi

Sumber : (Blakely dan Bade 1991)

Mastitis

Mastitis atau radang ambing adalah penyakit yang sering menyerang ternak

penghasil susu. Berdasarkan gejala klinisnya, mastitis dibedakan menjadi mastitis

klinis dan subklinis. Mastitis klinis ditandai dengan pembengkakan ambing (panas

dan mengeras), penurunan produksi, bahkan terkadang susu yang dihasilkan

mengandung darah. Mastitis subklinis tidak menunjukkan gejala klinis yang khas

namun ditandai dengan peningkatan jumlah sel somatik dan ditemukan agen

patogen (Leitner et al. 2004). Kambing menderita mastitis subklinis apabila JSS

lebih dari 1.500.000 sel/mL (Paape et al. 2001).

Mastitis dapat disebabkan oleh berbagai macam jenis agen seperti bakteri,

cendawan, dan virus. Jenis bakteri yang banyak berperan sebagai penyebab

mastitis adalah Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis,

Streptococcus agalactiae, Streptococcus dysgalactiae, Escherichia coli,

Aerobacter aerogenes, dan Klebsiella pneumoniae (Poeloengan 2012). Sementara

itu jenis cendawan yang sering menyebabkan mastitis adalah Candida spp.

(Gholib dan Kusumaningtyas 2008).

Hewan

Air

(%)

Lemak

(%)

Protein

(%)

Laktosa

(%)

Mineral

(%)

Bahan Padat

Tanpa Lemak

(%)

Total

Bahan

Padat (%)

Kambing 87,0 4,25 3,52 4,27 0,86 8,75 13,00

Sapi 87,2 3,70 3,50 4,90 0,70 9,10 12,80

Page 16: JUMLAH SEL SOMATIK SUSU KAMBING PERANAKAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/83207/1/B16nek.pdf · jumlah sel somatik susu kambing peranakan etawah setelah vaksinasi

4

S. agalactiae memiliki ciri diplokokus, Gram positif, non-motil, non-spora,

mampu memproduksi kapsul polisakarida, dan mampu bertahan pada inang dalam

temperatur tinggi (Lehmann dan Neumann 1896). S. agalactiae, seperti

ditunjukkan Gambar 2, diklasifikasikan sebagai berikut;

Kingdom : Bacteria

Filum : Firmicutes

Kelas : Bacilli

Ordo : Lactobacillales

Famili : Streptococcaceae

Genus : Streptococcus

Spesies : Streptococcus agalactiae

Sifat antigenik S. agalactiae berasal dari produk ekstraseluler yakni kapsul

polisakarida, protein permukaan, dan protein yang disekresikannya. Komponen

lainnya adalah hemaglutinin yang berperan sebagai adhesin (Wahyuni et al. 2006)

sehingga S. agalactiae dapat menempel pada permukaan epitel mamae.

Gambar 2 Fotomikrograf Streptococcus agalactiae

Sumber: Centers for Disease Control and Prevention (2008)

Vaksin Iradiasi Sinar Gamma

Vaksin adalah suatu suspensi atau substansi mikroorganisme yang

digunakan untuk menginduksi terbentuknya respon imun. Vaksinasi merupakan

suatu usaha untuk meningkatkan imunitas terhadap infeksi mikroorganisme

patogen atau toksinnya. Jenis vaksin yang tersedia di pasaran yakni live vaccine,

killed vaccine, vaksin toxoid, vaksin rekombinan, dan vaksin DNA. Vaksin yang

ideal berasal dari bagian bakteri yang mengandung faktor virulensi seperti kapsul

polisakarida dan protein permukaan yang mampu menggertak sistem imun.

Vaksin yang ideal adalah vaksin dengan imunogenitas yang tidak mudah hilang

(stabil), diperoleh dengan harga yang sesuai, dan harus memenuhi kualitas

keamanan yang telah ditentukan (Radji 2010).

Radiasi adalah suatu emisi (pancaran) dan perambatan energi melalui materi

atau ruang dalam bentuk gelombang elektromagnetik atau partikel. Ada tiga jenis

radiasi yang ada yakni radiasi partikel bermuatan (alpa, beta, proton, dan

elektron), radiasi partikel tidak bermuatan (neutron), dan radiasi gelombang

Page 17: JUMLAH SEL SOMATIK SUSU KAMBING PERANAKAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/83207/1/B16nek.pdf · jumlah sel somatik susu kambing peranakan etawah setelah vaksinasi

5

elektromagnetik (sinar X dan sinar gamma). Radiasi yang tidak terkontrol dapat

menyebabkan ionisasi DNA, sehingga memicu mutasi, abortus, peningkatan

resiko terkena penyakit terutama kanker, dan dapat memperpendek umur

(BATAN 2008).

Vaksin iradiasi adalah agen patogen yang dilemahkan menggunakan radiasi

dan masih memiliki faktor virulensi yang tidak membahayakan guna merangsang

kekebalan terhadap agen patogen tersebut. Sinar gamma sedang dikembangkan

untuk membuat vaksin iradiasi. Sinar gamma memiliki efek langsung berupa

pemutusan ikatan antara penyusun sel dan efek tidak langsung yang menyebabkan

gangguan DNA akibat hidrolisis air dan radikal bebas sehingga mengganggu kerja

sel (BATAN 2008).

Jumlah Sel Somatik pada Susu Kambing PE

Kelenjar ambing tersusun dari jaringan parenkim dan stroma (connective

tissue). Parenkim ambing merupakan jaringan sekretori berbentuk kelenjar tubulo-

alveolar yang mensekresikan susu ke dalam lumen alveol. Lumen alveol dibatasi

oleh selapis sel epitel kuboid. Lapisan sel epitel ini dikelilingi oleh sel-sel

myoepitel yang bersifat kontraktil sebagai respon terhadap hormon oksitosin dan

selanjutnya dikelilingi oleh stroma berupa jaringan ikat membrana basalis.

Pembuluh darah dan kapiler terdapat pada jaringan ikat di antara alveol-alveol ini.

Beberapa alveol bersatu membentuk suatu struktur lobulus dan beberapa lubulus

bergabung dalam suatu lobus yang lebih besar. Penyaluran susu dari alveol

sampai ke glandula sisterna melalui suatu sistem duktus yang disebut ductus

lactiferus (Hurley 2000).

Sel-sel sekretoris alveol kaya akan ribosom, kompleks golgi dan droplet

lemak serta banyak memiliki vakuol sekretoris (Russo dan Russo 1996). Alveol

ambing memiliki sel epitel yang bervariasi. Sel akan berbentuk kuboid ketika

tidak laktasi dan akan berbentuk silindris ketika aktif menghasilkan susu. Sel

epitel alveol ini akan terbawa ke dalam susu saat diperah. Sel epitel yang sehat

akan dapat bertahan lebih lama. Reruntuhan sel epitel ini dalam susu dapat

dihitung dan dinyatakan sebagai jumlah sel somatik (JSS) yang merupakan salah

satu parameter kesehatan ambing dan berkaitan dengan mastitis subklinis (Schalm

et al. 1971). Kambing menderita mastitis subklinis apabila JSS lebih dari

1.500.000 sel/mL (Paape et al. 2001). Jumlah sel somatik sering terjadi sebagai

akibat adanya infeksi dari luar saat pemerahan berlangsung (Garnado et al. 2014).

Penyebab peningkatan jumlah sel somatik yaitu inflamasi, non-inflamasi, dan

faktor lain yang dapat dilihat lebih lanjut pada Tabel 2.

Page 18: JUMLAH SEL SOMATIK SUSU KAMBING PERANAKAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/83207/1/B16nek.pdf · jumlah sel somatik susu kambing peranakan etawah setelah vaksinasi

6

Tabel 2 Faktor faktor penyebab peningkatan jumlah sel somatik susu kambing Inflamasi Infeksius Bakteri

Virus

Non-infeksius Agen fisik

Agen kimiawi

Non- inflamasi Intrinsik Fraction of milking

Waktu laktasi

Fekuensi laktasi

Fase laktasi

Angka laktasi

Proliferasi

Breed

Tingkat produksi

Panas

Ekstrinsik Cara pemerahan

Pakan

Stress

Musim

Sistem pemeliharaan

Fasilitas

Faktor lain Metode penghitungan

Penanganan dan penyimpanan sampel

Sumber : (Garnado et al. 2014)

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 14 November 2012 sampai 21 Maret

2013. Tempat perlakuan dan pengambilan sampel penelitian dilakukan di

peternakan kambing PE Bangun Dioro Farm, Desa Cijeruk, Kabupaten Bogor.

Pengamatan sel somatik susu dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Bagian

Patologi Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran

Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan adalah 5 ekor kambing PE betina bunting yang sehat

menurut pemeriksaan klinis yang berumur 2 tahun, obat cacing, vaksin iradiasi S.

agalactiae, California Mastitis Test (CMT) test kit, Ultrasonography (USG),

kapas, tisu, pewarna trypan blue, NaCl fisiologis 0.9%, alkohol, dan vitamin B

kompleks. Peralatan yang digunakan adalah tabung penampung susu, vortex,

cover glass, Neubauer chamber, kotak preparat, kandang kambing individu

tertutup, pipet tetes, mikroskop Olympus®, mikropipet, sentrifuse, dan komputer.

Page 19: JUMLAH SEL SOMATIK SUSU KAMBING PERANAKAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/83207/1/B16nek.pdf · jumlah sel somatik susu kambing peranakan etawah setelah vaksinasi

7

Pelaksanaan Penelitian

Persiapan Bahan

Penelitian ini menggunakan vaksin iradiasi Streptococcus agalactiae yang

dibuat oleh Balai Tenaga Nuklir Nasional (BATAN). Bahan dasar vaksin adalah

bakteri Streptococcus agalactiae yang berasal dari susu yang menunjukan reaksi

CMT positif. Identifikasi terhadap keberadaan Streptococcus agalactiae

berdasarkan morfologi koloni, morfologi sel bakteri dengan pemeriksaan

makroskopis dan pewarnaan Gram, uji katalase dan keberadaan faktor Cristie,

Atkins dan Muence Petersen (CAMP) pada media agar darah (Quinn et al. 2006;

Tuasikal 2012). Identifikasi Sero-group menggunakan Streptococcal Grouping

Kit (Oxoid®, England). Ekspresi fenotipe Streptokokus Grup B (SGB) in vitro

dilakukan dengan menanam SGB pada media Soft agar (SA) dan media cair Todd

Hewit Broth (THB) untuk diamati pola pertumbuhannya (Wibawan dan Lämmler

1990). Isolat SGB selanjutnya diuji hemaglutinasi menggunakan 1% eritrosit sapi

perah (Wahyuni el al. 2005) kemudian bakteri dengan dosis 108 cfu/mL diiradiasi

dengan sinar gamma dengan laju dosis 112.504 krad/jam dan dosis 17 Gy.

Melalui perlakuan ini diharapkan akan mampu melemahkan S. agalactiae dengan

cara menembus dinding sel bakteri tanpa merusaknya, sehingga bakteri masih

mampu menjalankan metabolisme namun tidak memiliki kemampuan replikasi.

Vaksin yang digunakan sebanyak 2 mL/ekor secara subkutan di daerah gumba

kambing (Tuasikal 2012).

Persiapan Hewan

Kambing yang digunakan dalam penelitian ini adalah kambing PE sebanyak

5 ekor dengan rata-rata umur 2 tahun dan usia kebuntingan 4–5 bulan yang

dibuktikan dengan melalui pemeriksaan kebuntingan menggunakan alat USG.

Kisaran bobot badan kambing yang digunakan adalah 25.5 kg sampai 45.5 kg.

Pretreatment yang dilakukan sebelum perlakuan (pemberian vaksin) adalah

pemberian antibiotik, obat cacing (albendazole 5%), dan vitamin B kompleks.

Pretreatment ini dilakukan sebelum hewan bunting. Hewan diperiksa

kandungannya menggunakan USG dan susu diuji CMT sebelum vaksinasi.

Vaksinasi pertama dilakukan pada minggu ke-15 usia kebuntingan dan dilakukan

booster dengan interval 2 minggu sekali (minggu ke-17 dan minggu ke-19 usia

kebuntingan).

Pengambilan Sampel

Sampel susu diambil dengan teknik pemerahan manual secara aseptis.

Sampel berupa susu dari masing-masing kuartir ambing (kanan dan kiri).

Pengambilan sampel dilakukan 2 kali (minggu ke-2 (sampel 1) dan ke-12 (sampel

2) setelah melahirkan). Volume susu yang diambil sebanyak 10 mL. Susu yang

telah diambil dimasukkan ke dalam tabung penampung sampel susu kemudian

disimpan dalam cooling box. Susu kemudian dibawa ke laboratorium untuk

dilakukan penghitungan sel somatik.

Page 20: JUMLAH SEL SOMATIK SUSU KAMBING PERANAKAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/83207/1/B16nek.pdf · jumlah sel somatik susu kambing peranakan etawah setelah vaksinasi

8

Penghitungan Jumlah Sel Somatik

Teknik penghitungan JSS pada penelitian ini menggunakan teknik

Pappenheim (Sarikaya et al. 2005). Sebanyak 5 mL susu disentrifuse pada

kecepatan 1250 rotation per minute (rpm) selama 10 menit. Selanjutnya

supernatan dibuang dengan mengunakan pipet dan sisanya berupa pellet

ditambahkan NaCl 0.9% sampai mencapai 10 mL dan disentrifuse kembali

dengan kecepatan yang sama selama 5 menit. Tahap ini diulangi sekali lagi lalu

pada sentrifus yang ke-3 supernatan dibuang dan pellet yang tersisa dilarutkan

dengan cara dihomogenkan kembali dengan menambahkan NaCl 0.9% sampai

1000 µL. Untuk menghitung jumlah sel yang terdapat dalam pellet, suspensi sel

sebanyak 20 µL ditambah dengan trypan blue 80 µL kemudian dihomogenkan

dengan vortex. Setelah larutan tercampur, sebanyak 10 µL suspensi sel diletakkan

ke ruang hitung Neubauer chamber. Penghitungan dilakukan melalui pengamatan

mikroskop pada perbesaran 10x40. Hasil penghitungan dinyatakan dengan satuan

sel/mL.

Prosedur Analisis Data

Data yang didapatkan berupa jumlah sel somatik pada kuartir kanan dan kiri

dari setiap sampel. Selanjutnya data dianalisis secara deskriptif kualitatif

dibandingkan dengan nilai normal (JSS < 1.500.000 sel/mL) jumlah sel somatik

(Paape et al. 2001).

Page 21: JUMLAH SEL SOMATIK SUSU KAMBING PERANAKAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/83207/1/B16nek.pdf · jumlah sel somatik susu kambing peranakan etawah setelah vaksinasi

9

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pemeriksaan jumlah sel somatik dalam susu kambing PE ditunjukan

pada Tabel 3.

Tabel 3 Hasil pemeriksaan jumlah sel somatik dalam susu kambing PE

Nama

Sampel

Kuartir Kiri (sel/mL) Kuartir Kanan (sel/mL) Rataan

Sampel 1 Sampel 2 Sampel 1 Sampel 2

A 398000 384500 235000 315000 333125

B 790000 1100000 540000 940000 842500

C 465000 730000 285000 412000 473000

D 458000 752000 235000 330000 443750

E 382000 800000 560000 720000 615500

Mastitis adalah peradangan kelenjar ambing yang merugikan. Mastitis

mengakibatkan penurunan produksi susu sekitar 10–25%, peningkatan biaya

pengobatan, dan penolakan susu di pasaran karena mengandung patogen (Leitner

et al. 2004). Mastitis ditandai dengan adanya infeksi intramamari (Castel et al.

2010). Jumlah sel somatik (JSS) dapat digunakan sebagai indikator adanya infeksi

intramamari. Sel somatik susu berasal dari sel epitel ambing dan sel darah putih.

Apabila terjadi influx leukosit melalui respon kemotaksis dan diapedesis maka

jumlah sel somatik akan meningkat (Gonzalo et al. 1998).

Mastitis subklinis pada kambing ditandai dengan jumlah sel somatik yang

tinggi. Menurut Paape et al. (2001), mastitis subklinis ditandai dengan JSS >

1.500.000 sel/mL. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum kambing

PE yang telah divaksinasi iradiasi S. agalactiae memiliki nilai JSS < 1.500.000

sel/mL (Tabel 3).

Susu dihasilkan di kelenjar ambing. Kelenjar ambing tersusun dari jaringan

parenkim dan stroma (connective tissue). Parenkim ambing merupakan jaringan

sekretori berbentuk kelenjar tubulo-alveolar yang mensekresikan susu ke dalam

lumen alveol. Lumen alveol dibatasi oleh selapis sel epitel kuboid. Lapisan sel

epitel ini dikelilingi oleh sel-sel myoepitel yang bersifat kontraktil sebagai respon

terhadap hormon oksitosin dan selanjutnya dikelilingi oleh stroma berupa jaringan

ikat membrana basalis. Pembuluh darah dan kapiler terdapat pada jaringan ikat di

antara alveol-alveol ini. Beberapa alveol bersatu membentuk suatu struktur

lobulus dan beberapa lubulus bergabung dalam suatu lobus yang lebih besar.

Penyaluran susu dari alveol sampai ke glandula sisterna melalui suatu sistem

duktus yang disebut ductus lactiferus (Hurley 2000).

Alveol dilapisi oleh bermacam bentuk sel yang disesuaikan dengan keadaan

fungionalnya. Sel akan berbentuk kuboid saat tidak laktasi dan akan berbentuk

silindris ketika aktif menghasilkan susu. Sel epitel alveol ini akan terbawa ke

dalam susu saat diperah. Sel epitel yang sehat akan dapat bertahan lebih lama.

Reruntuhan sel epitel ini dalam susu dapat dihitung dan dinyatakan sebagai

jumlah sel somatik (JSS) yang merupakan salah satu parameter kesehatan ambing

dan berkaitan dengan mastitis subklinis (Schalm et al. 1971). Kambing menderita

mastitis subklinis apabila JSS lebih dari 1.500.000 sel/mL (Paape et al. 2001).

Page 22: JUMLAH SEL SOMATIK SUSU KAMBING PERANAKAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/83207/1/B16nek.pdf · jumlah sel somatik susu kambing peranakan etawah setelah vaksinasi

10

Jumlah sel somatik sering terjadi sebagai akibat adanya infeksi dari luar saat

pemerahan berlangsung (Garnado et al. 2014)

Respon JSS tertinggi berasal dari kambing sampel B dengan JSS sebanyak

1100000 sel/mL sedangkan nilai terendah berasal dari sampel A dengan JSS

sebanyak 235000 sel/mL. Hasil ini menunjukkan respon vaksinasi yang berbeda

untuk setiap individu. Dalam penelitian ini faktor individu yang masih belum

dapat diseragamkan adalah tingkat stres dan waktu pengambilan sampel. Stres

dapat meningkatkan JSS secara spontan (Aleandri et al. 1996). Stres dapat terjadi

karena individu pemerah yang berbeda. Pemerah yang berbeda terjadi karena

terbatasnya pekerja dan banyaknya kambing yang harus dirawat oleh pemerah

karena penelitian dilakukan di peternakan perseorangan. Stres menyebabkan

peningkatan sekresi ACTH yang mengakibatkan peningkatan kortisol di dalam

darah. Kadar kortisol dalam darah yang tinggi menyebabkan jumlah leukosit

utamanya neutrofil meningkat melalui pelepasan neutrofil dari sumsum tulang

masuk ke dalam aliran darah dan menghambat migrasi neutrofil dari sirkulasi

darah menuju jaringan (Colville dan Bassert 2008). Peningkatan jumlah neutrofil

dalam darah juga akan meningkatkan jumlah neutrofil dalam susu sehingga JSS

meningkat. Waktu pengambilan sampel akan mempengaruhi JSS. Susu kambing

pemerahan malam hari memiliki nilai JSS 17-78% lebih tinggi daripada susu dari

pemerahan pagi hari (Cedeen et al. 2008). Hal ini dapat terjadi karena perubahan

tekanan intra-alveolar dan diapedesis leukosit ke dalam lumen asinar. Produksi

susu pagi hari lebih tinggi sehingga tekanan intramamari menyebabkan penurunan

perpindahan leukosit dari pembuluh darah ke susu sehingga nilai JSS lebih

rendah. Pengambilan susu dilakukan pada pagi dan sore hari.

Secara umum nilai JSS semakin meningkat pada sampling 1 dan 2 baik pada

ambing kuartir kiri maupun ambing kuartir kanan. Penurunan hanya terjadi pada

sampel A pada kuartir ambing kiri. Peningkatan nilai JSS terkait dengan periode

laktasi. Secara fisiologi kambing memiliki nilai SCC yang cenderung meningkat

sejalan dengan periode lakstasi (Poutrel et al. 1997). Paape et al. (2007)

menjelaskan bahwa pada periode awal laktasi memiliki volume susu yang tinggi

sehingga JSS yang didapatkan rendah. Pada akhir laktasi susu memiliki

konsentrasi lebih rendah sehingga nilai JSS juga lebih rendah. Hal ini

menunjukkan bahwa produksi susu berbanding terbalik dengan nilai JSS.

Perbandingan nilai JSS pada kuartir ambing kiri dan kanan menunjukkan

nilai JSS kuartir ambing kiri lebih tinggi dibanding kuartir ambing kanan.

Perbedaan ini menunjukkan adanya perbedaan respon pada kuartir ambing.

Kuartir disekat oleh ligamentum suspensorium yang tidak memungkinkan

perpindahan agen penyebab mastitis secara langsung tanpa perantara luar. Nilai

JSS kuartir ambing kiri dan kanan masih berada pada nilai normal mastitis

subklinis (Tabel 3). Pengambilan sampel pada kuartir ambing kiri dan kanan

dimaksudkan untuk melihat kejadian mastitis per kuartir (Sori et al. 2005).

Secara keseluruhan hasil menunjukkan vaksin iradiasi S. agalactiae mampu

untuk mencegah infeksi agen tersebut dalam menyebabkan mastitis. Hal ini

ditunjukkan dengan nilai JSS < 1.500.000 sel/mL (Paape et al. 2001). Penelitian

ini sejalan dengan penelitian Tuasikal et al. (2012) yang menunjukkan konsentrasi

Ig-G pada kambing PE yang divaksin lebih tinggi daripada kambing PE yang

tidak divaksin.

Page 23: JUMLAH SEL SOMATIK SUSU KAMBING PERANAKAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/83207/1/B16nek.pdf · jumlah sel somatik susu kambing peranakan etawah setelah vaksinasi

11

Penghambatan kejadian mastitis subklinis juga dilakukan dengan pengujian

mastitis menggunakan uji California Mastitis Test (CMT). Hasil uji CMT dapat

dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Hasil CMT pada susu kambing PE

Nama Sampel Hasil Uji CMT

Sebelum Vaksinasi Setelah Vaksinasi

A Negatif Negatif

B Negatif Negatif

C Negatif Negatif

D Negatif Negatif

E Negatif Negatif

Hasil uji CMT pada penelitiannya menunjukkan hasil negatif mastitis

subklinis. Salah satu contoh hasil uji CMT dapat dilihat pada Gambar 3. Selain

itu, kondisi fisik hewan setelah vaksinasi secara umum tidak menunjukkan

kelainan yang didukung dengan nafsu makan yang tidak berkurang, lincah, dan

mampu menyusui anaknya. Hasil perlakuan penelitian ini dibandingkan dengan

data menurut Paape et al. (2001) bahwa kambing yang mengalami mastitis

subklinis memiliki JSS ≥ 1.500.000 sel/mL karena hewan kontrol mengalami

keguguran dan kematian karena mengandung lebih dari 2 anak.

Gambar 3 Hasil uji CMT sampel D

Page 24: JUMLAH SEL SOMATIK SUSU KAMBING PERANAKAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/83207/1/B16nek.pdf · jumlah sel somatik susu kambing peranakan etawah setelah vaksinasi

12

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Jumlah sel somatik pada susu kambing PE yang divaksinasi iradiasi S.

agalactiae memiliki rataan 541.575 sel/mL yang berada di nilai normal (JSS <

1.500.000 sel/mL). Pengujian susu menggunakan CMT menunjukan hasil negatif.

Hal ini menunjukkan bahwa vaksin iradiasi S. agalactiae berpotensi untuk

mencegah kejadian mastitis subklinis pada kambing yang disebabkan oleh bakteri

S. agalactiae.

Saran

Perlu dilakukan diferensiasi sel somatik susu untuk mengetahui jenis sel

somatik dalam susu, penyeragaman waktu pengambilan sampel, dan pengukuran

kadar kortisol darah untuk mengetahui tingkat stres ternak.

DAFTAR PUSTAKA

Aleandri MA, Fagiolo P, Calderini R, Colafrancesco G, Giangolini R, Rosati, De

Michelis F. 1996. Studies conducted on somatic cells counts of goats milk.

In: Somatic cells and milk of small ruminants (Rubino R, ed). Wageningen

Pr.77: 65-70.

[BATAN] Badan Tenaga Nuklir Nasional (ID). 2008. Dasar–dasar Fisika

Radiasi. Jakarta (ID): Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga

Nuklir Nasional.

Blakely J, Bade D. 1991. The Science of Animal Husbandary. U.S.A: Prantice-

Hall

Castel JM, Ruiz FA, Mena Y, Sánchez-Rodríguez M, 2010. Present situation and

future perspectives for goat production systems in Spain. Small Rumin Res

89(2-3): 207-210.

Cedeen F, Kaya SO, Daskiran I, 2008. Somatic cell, udder and milk yield in goat.

Rev Med Vet 159(4): 237-242.

Centers for Disease Control and Prevention [CDC]. Diseases Agents: Photos and

Illustraions. Tersedia pada: http://www.cdc.gov/media/subtopic/library/

DiseaseAgents/img39.jpg.

Colville TP, Bassert JM. 2008. Clinical Anatomy and Physiology Laboratory

Manual for Veterinary Technicians. St. Louis (US): Elsevier.

Gholib D, Kusumaningtyas E. 2008. Mastitis Mikotik. Semiloka Nasional

Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas – 2020 Balai

Besar Penelitian Veteriner, Bogor.

Granado RJ, Rodriguez MS, Arce C, Estevez VR. 2014. Factors affecting somatic

cell count in dairy goats: a review. Spanish Journal of Agricultural

Research 2014. 12(1): 133-150

Page 25: JUMLAH SEL SOMATIK SUSU KAMBING PERANAKAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/83207/1/B16nek.pdf · jumlah sel somatik susu kambing peranakan etawah setelah vaksinasi

13

Gonzalo C, Martínez JR, San Primitivo F. 1998. Significación y métodos de

valoración del recuento celular en la leche de oveja. Ovis 56: 13-25.

Hurley WL. 2000. Mammary tissue organization. Lactation Biology. ANSCI 308.

http://classes aces.uiuc.edu/Ansci 308/. [13-01-2014]

Kartinaty T, Gufroni LM. 2010. Budidaya Kambing Peranakan Etawah.

Kalimantan Barat : Balai Pengkajian Tekhnologi Pertanian Kalimantan

Barat.

Lehmann, KB, Neumann, R. Atlas und Grundriss der Bakeriologie und Lehrbuch

der speziellen bakteriologischen Diagnositk. 1st Ed., (1896) J.F. Lehmann,

Munchen.

Leitner G, Merin U, Silanikove N. 2004. Changes in milk composition as affected

by subclinical mastitis in goats. J Dairy Sci. 87:1719–1726.

Lindahl, Stalhammar-Carlemalm GM, Areschoug T. 2005. Surface protein of

Streptococcus agalactiae and related proteinin other bacterial pathogen.

Clinical microbiologi reviews. [diunduh 2014 Februari 15]; 18(1): 102-

107. Tersedia pada: http://www.microbewiki.kenyon.edu

Paape MJ, Poutrel B, Contreras A, Marco JC, Capuco AV. 2001. Milk somatic

cells and lactation in small ruminants. J Dairy Sci 84: 237-244.

Paape MJ, Wiggans GR, Bannerman DD, Thomas DL, Sanders AH, Contreras A,

Moroni P, Miller RH. 2007. Monitoring goat and sheep milk somatic cell

counts. Small Rumin Res 68(1-2): 114-125.

Poeloengan M. 2012. Aktivitas air perasan dan ekstrak etanol daun encok

terhadap bakteri yang diisolasi dari sapi mastitis subklinis. JITV. 17(4).

Poutrel B, De Crémoux R, Ducelliez M, Verneau D. 1997. Control of

intramammary infections in goats, impact on somatic cell counts. J Anim

Sci 75(2): 566-570.

Quinn PJ, Markey BK, Carter MF, Donnelly WJC, Leonard FC. 2006. Veterinary

Microbiology and Microbial Disease. Section II Pathogenic Bacteria:

Streptococci. pp: 49-54. Blackwell Science Asia Pty.Ltd. Victoria.

Australia

Radji M. 2010. Imunologi dan Virologi. Jakarta (ID): Isfi Penerbitan.

Russo IH, Russo J. 1996. Mammary Gland Neoplasia in Long-term Rodent

Studies. Eviron Health Perpect. 104: 938-967.

Sarikaya H, Werner-Misof C, Atzkern M, Bruckmaier RM. 2005. Distribution of

leucocyte populations, and milk composition in milk fractions of healthy

quarters in dairy cows. J. Dairy Res. 72: 489–492.

Schalm OW, Carroll EJ, Jain NJ. 1971. Bovine Mastitis. Philadelphia(US): Lea &

Febiger.

Sori H, Zerihum A, Abdicho S. 2005. Dairy cattle mastitis in and around Sabeta,

Ethiopia. Int J Appl Res Vet Med. 3:332-338.

Sudono A, Abdulgani I K. 2002. Budidaya Aneka Ternak Perah. Diktat Jurusan

Ilmu Produksi Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.

Tuasikal BJ, Estuningsih S, Pasaribu FH, Wibawan IWT. 2012. Orientasi dosis

iradiasi Sterptococcus agalactiae untuk bahan vaksin mastitis subklinis

pada sapi perah. A Sci Journal for The Applications of Isotopes and

Radiation. 8(2):83–88.

Page 26: JUMLAH SEL SOMATIK SUSU KAMBING PERANAKAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/83207/1/B16nek.pdf · jumlah sel somatik susu kambing peranakan etawah setelah vaksinasi

14

Wahyuni AETH, Wibawan IWT, Wibowo MH. 2005. Karakteristik hemaglutinin

Streptococcus agalactiae penyebab mastitis subklinis sapi perah. J Sain

Vet 23(2): 79-86.

Wahyuni AETH, Wibawan IWT, Pasaribu FH, Priyosoeryanto BP. 2006.

Disyribusi serotipe Streptococcus agalactiae penyebab mastitis subklinis

pada sapi perah di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. J Vet 7(1)

Wibawan IWT, Lammler C. 1990. Properties of group B Streptococci with protein

surface antigens X and R. J Clin Microbiol 28(12): 2834-2836.

Page 27: JUMLAH SEL SOMATIK SUSU KAMBING PERANAKAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/83207/1/B16nek.pdf · jumlah sel somatik susu kambing peranakan etawah setelah vaksinasi

15

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Wonosobo pada tanggal 15 November 1991 dari pasangan

orang tua Mulyono dan Kusminarti. Penulis telah menyelesaikan pendidikan di

SD N 2 Wonosobo tahun 2004, SMP N 2 Wonosobo tahun 2007, dan SMA N 2

Wonosobo tahun 2010. Tahun 2010 penulis masuk sebagai mahasiswa Fakultas

Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi

Mahasiswa IPB (USMI).

Selama masa perkuliahan, penulis aktif menjadi pengurus di Himpunan

Minat dan Profesi Ruminansia sebagai ketua periode 2012-2013, pengurus di

Ikatan Mahasiswa Wonosobo di IPB sebagai ketua periode 2011-2013. Selama

menjadi mahasiswa IPB, penulis aktif menjadi panitia dan berbagai kegiatan

lingkungan hidup. Penulis pernah menjadi panitia dalam acara Ruminers Goes to

Field dengan tema Susu dan Daging Sehat Cerdaskan Rakyat (2013), panitia

(kesekretariatan) dan wakil koordinator wilayah (Jakarta Timur) dalam kegiatan

Pemeriksa Kesehatan Hewan Kurban dalam Rangka Idul Adha 1435 H/ 2014 M,

panitia dalam Pelatihan Penyediaan Hewan dan Daging Kurban yang ASUH serta

Sosialisasi Penyakit Zoonosa pada Hewan Kurban (2014), panitia dalam Focus

Group Discussion (FGD) Membangun Jejaring Informasi Pengendalian Penyakit

Zoonosis pada Satwa Liar (2014), peserta dalam kegiatan IPB Goes to Field 2013

dengan tema Swasembada Daging Melalui Sistem Pertanian Terpadu di

Kabupaten Bondowoso, dan peserta magang di BET Cipelang (2012).