6
No.1 EpidemiologiPenyakitKardiovaskuler di Indonesia danHubunganjeniskelamin, umurdengankeluhan pasien. Penyebab kematian nomor satu setiap tahunnya adalah penyakit kardiovaskuler. Penyakit kardiovaskuler adalah penyakit yang disebabkan gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah, antara lain: Penyakit Jantung Koroner, Penyakit Gagal Jantung atau Payah Jantung, Hipertensi dan Stroke. Pada tahun 2008 diperkirakan sebanyak 17,3 juta kematian disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler. Lebih dari 3 juta kematian tersebut terjadi sebelum usia 60 tahun dan seharusnya dapat dicegah. Kematian “dini” yang disebabkan oleh penyakit jantung terjadi berkisar sebesar 4% di negara berpenghasilan tinggi sampai dengan 42% terjadi di negara berpenghasilan rendah. Komplikasi hipertensi menyebabkan sekitar 9,4 kematian di seluruh dunia setiap tahunnya. Hipertensi menyebabkan setidaknya 45% kematian karena penyakit jantung dan 51% kematian karena penyakit stroke. Kematian yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler, terutama penyakit jantung koroner dan stroke diperkirakan akan terus meningkat mencapai 23,3 juta kematian pada tahun 2030. Faktor risiko penyakit jantung terdiri dari faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi dan yang dapat dimodifikasi, yaitu : Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi : 1. Riwayat Keluarga 2. Umur 3. Jenis kelamin 4. Obesitas Risiko terjadinya CDV ( Cardio Vascular Dissease ) pada pria lebih tinggi dibandingkan pada wanita sebelum menopause, namun ketika wanita tersebut menopause, resiko ini perlahan – lahan sama dengan pria. Hal itu dipengaruhi oleh hormon estrogen dimana pada wanita

JUMP 7a

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jump 777

Citation preview

Page 1: JUMP 7a

No.1

EpidemiologiPenyakitKardiovaskuler di Indonesia danHubunganjeniskelamin,

umurdengankeluhan pasien.

Penyebab kematian nomor satu setiap tahunnya adalah penyakit kardiovaskuler. Penyakit

kardiovaskuler adalah penyakit yang disebabkan gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah, antara

lain: Penyakit Jantung Koroner, Penyakit Gagal Jantung atau Payah Jantung, Hipertensi dan Stroke.

Pada tahun 2008 diperkirakan sebanyak 17,3 juta kematian disebabkan oleh penyakit

kardiovaskuler. Lebih dari 3 juta kematian tersebut terjadi sebelum usia 60 tahun dan seharusnya dapat

dicegah. Kematian “dini” yang disebabkan oleh penyakit jantung terjadi berkisar sebesar 4% di negara

berpenghasilan tinggi sampai dengan 42% terjadi di negara berpenghasilan rendah.

Komplikasi hipertensi menyebabkan sekitar 9,4 kematian di seluruh dunia setiap tahunnya.

Hipertensi menyebabkan setidaknya 45% kematian karena penyakit jantung dan 51% kematian karena

penyakit stroke. Kematian yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler, terutama penyakit jantung

koroner dan stroke diperkirakan akan terus meningkat mencapai 23,3 juta kematian pada tahun 2030.

Faktor risiko penyakit jantung terdiri dari faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi dan yang

dapat dimodifikasi, yaitu :

Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi :

1. Riwayat Keluarga

2. Umur

3. Jenis kelamin

4. Obesitas

Risiko terjadinya CDV ( Cardio Vascular Dissease ) pada pria lebih tinggi dibandingkan pada

wanita sebelum menopause, namun ketika wanita tersebut menopause, resiko ini perlahan – lahan sama

dengan pria. Hal itu dipengaruhi oleh hormon estrogen dimana pada wanita sebelum menopause kadar

estrogen tinggi. Estrogen mempunyai fungsi sebagai antioksidan, menurunkan LDL, meningkatkan

HDL, menstimulasi ekspresi serta aktivasi oksidasi tratsintase, menyebabkan vasodilatasi dan

meningkatkan produksi plasminogen sehingga CVD lebih rendah risikonya pada wanita sebelum

menopause.

Faktor risiko yang dapat dimodifikasi :

1. Hipertensi

2. Diabetes Melitus

3. Dislipidemia

4. Kurang aktivitas fisik

5. Diet tidak sehat

6. Stres

Page 2: JUMP 7a

Data Penyakit Kardiovaskuler

Estimasi Penderita Penyakit Jantung Koroner pada Umur ≥15 Tahun Menurut Provinsi Tahun 2013

Sumber: Diolah berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar 2013, Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan RI dan Data

Penduduk Sasaran, Pusdatin Kementerian Kesehatan RI.

Berdasarkan diagnosis dokter, prevalensi penyakit jantung koroner di Indonesia tahun 2013

sebesar 0,5% atau diperkirakan sekitar 883.447 orang, sedangkan berdasarkan diagnosis dokter/gejala

sebesar 1,5% atau diperkirakan sekitar 2.650.340 orang. Berdasarkan diagnosis dokter, estimasi jumlah

penderita penyakit jantung koroner terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Barat sebanyak 160.812 orang

(0,5%), sedangkan Provinsi Maluku Utara memiliki jumlah penderita paling sedikit, yaitu sebanyak

1.436 orang (0,2%). Berdasarkan diagnosis/gejala, estimasi jumlah penderita penyakit jantung koroner

terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Timur sebanyak 375.127 orang (1,3%), sedangkan jumlah penderita

paling sedikit ditemukan di Provinsi Papua Barat, yaitu sebanyak 6.690 orang (1,2%).

Estimasi Penderita Penyakit Jantung Koroner Umur ≥ 15 Tahun Menurut Kelompok Umur Tahun 2013

Page 3: JUMP 7a

Sumber: Diolah berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar 2013, Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan RI dan Data

Penduduk Sasaran, Pusdatin Kementerian Kesehatan RI.

Estimasi Penderita Penyakit Jantung Koroner Umur ≥ 15 Tahun

Menurut Jenis Kelamin Tahun 2013

Sumber: Diolah berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar 2013, Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan RI dan Data

Penduduk Sasaran, Pusdatin Kementerian Kesehatan RI.

Daftar Pustaka: Rilantono LI (2013). Penyakit Kardiovaskular (PKV) Edisi Pertama Cetakan II. Jakarta:

Badan Penerbit FK UI

Page 4: JUMP 7a

No.2

Interpretasi ekg

Gelombang Q abnormal adalah ciri dari infark miokard yang berlangsung >0,04 detik dan voltasenya >

25% dari keseluruhan voltase QRS. Gelombang Q abnormal terjadi dalam jangka waktu satu hari, akibat

miokardium yang mengalami nekrosis tidak memberikan sinyal listrik sehingga saat segmen

miokardium ini harus terdepolarisasi (dalam 0,04 detikpertama), vektor eksitasi dari bagian jantung yang

normal dan bersebrangan akan mendominasi vektor penjumlahan. Karenaitu “vektor 0,04” ini akan

“menunjuk keluar” dari tempat infark, misalnya pada infark dinding anterior, sehingga akan tercatat

terutama pada V5, V6, I, dana VL sebagai gelombang Q yang besar dan gelombang R yang kecil).

Segmen ST elevasi pada EKG merupakan tanda iskemia, namun bukan (belum) tanda kematian jaringan

miokardium. Segmen ST kembali normal dalam waktu satu hingga dua hari setelah infark miokardium

(MI), namun beberapa minggu kemudian akan timbul gelombang T terbalik.

Gambar 1. Perubahan gambaran EKG pada infark miokard akut.

Interpretasi CTR

CTR (Cardiothoracic Ratio) adalah perhitungan yang digunakan untuk menentukan apakah jantung

tersebut mengalami cardiomegaly atau tidak. Rumus yang digunakan untuk mengukur CTR adalah:

CTR=A+B/C

Keterangan :

A : jarak MSP dengan dinding kanan terjauh jantung.

B : jarak MSP dengan dinding kiri terjauh jantung.

C : jarak titik terluar bayangan paru kanan dan kiri.

Page 5: JUMP 7a

Jika CTR >0.5 maka dikategorikan sebagai Cardiomegaly

Page 6: JUMP 7a