10
INTERNASIONALISASI PENDIDIKAN BERPERSPEKTIF GLOBAL Oleh : Andri Wicaksono Abstrak Penelitian ini mencoba mengkaji beberapa hal terkait dengan sekolah internasional, meliputi tren di beberapa sekolah di Indonesia yang mengklaim sekolahnya menerapkan sistem pendidikan internasional, adopsi kurikulum asing dan mendatangkan para pengajar dari negara asal kurikulum, mendeskripsikan latar belakang sekolah Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) atau Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) harus dievaluasi, diredefinisi, dan perlu dihentikan. Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2014 ketika gencar-gencarnya isu pembubaran SBI/RSBI di Indonesia. Pengumpulan data dilakukan dengan pencatatan dokumen yang didapat dari studi pustaka yang relevan dan interview dengan ahli pendidikan. Analisis data menggunakan teknik analisis isi Robert Mayring. Hasil penelitian yang didapat adalah: 1) Program sekolah internasional membuat anak didik untuk berpikir secara internasional dengan cara mengajak mereka untuk peduli akan situasi yang ada di dunia luar – Act locally, think globally. Juga dengan cara mengajarkan kepada anak didik adanya perbedaan di antara sesama, dan dengan cara menerapkan profil-profil manusia yang mengarah ke dalam kehidupan yang lebih baik. 2) Pendidikan global memberikan dasar-dasar pemahaman dan kesadaran berupa cara pandang dan cara berpikir terhadap suatu masalah, kejadian atau kegiatan dari sudut pandang kepentingan global. Pendidikan berwawasan global merupakan suatu proses pendidikan yang dirancang untuk menyediakan anak didik dengan kemampuan dasar intelektual dan tanggung jawab guna memasuki kehidupan yang bersifat kompetitif dan dengan derajat saling menggantungkan antarbangsa yang

Junal Fajar Stkip Internasionalisasi Pendidikan Berperspektif Global

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jurnal stkip 2012 -2015

Citation preview

Page 1: Junal Fajar Stkip Internasionalisasi Pendidikan Berperspektif Global

INTERNASIONALISASI PENDIDIKAN BERPERSPEKTIF GLOBAL

Oleh :Andri Wicaksono

AbstrakPenelitian ini mencoba mengkaji beberapa hal terkait dengan sekolah

internasional, meliputi tren di beberapa sekolah di Indonesia yang mengklaim sekolahnya menerapkan sistem pendidikan internasional, adopsi kurikulum asing dan mendatangkan para pengajar dari negara asal kurikulum, mendeskripsikan latar belakang sekolah Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) atau Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) harus dievaluasi, diredefinisi, dan perlu dihentikan.

Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2014 ketika gencar-gencarnya isu pembubaran SBI/RSBI di Indonesia. Pengumpulan data dilakukan dengan pencatatan dokumen yang didapat dari studi pustaka yang relevan dan interview dengan ahli pendidikan. Analisis data menggunakan teknik analisis isi Robert Mayring.

Hasil penelitian yang didapat adalah: 1) Program sekolah internasional membuat anak didik untuk berpikir secara internasional dengan cara mengajak mereka untuk peduli akan situasi yang ada di dunia luar – Act locally, think globally. Juga dengan cara mengajarkan kepada anak didik adanya perbedaan di antara sesama, dan dengan cara menerapkan profil-profil manusia yang mengarah ke dalam kehidupan yang lebih baik. 2) Pendidikan global memberikan dasar-dasar pemahaman dan kesadaran berupa cara pandang dan cara berpikir terhadap suatu masalah, kejadian atau kegiatan dari sudut pandang kepentingan global. Pendidikan berwawasan global merupakan suatu proses pendidikan yang dirancang untuk menyediakan anak didik dengan kemampuan dasar intelektual dan tanggung jawab guna memasuki kehidupan yang bersifat kompetitif dan dengan derajat saling menggantungkan antarbangsa yang sangat tinggi. 3) Sepuluh kegagalan mendasar program SBI yang harus dievaluasi, diredefinisi, dan perlu dihentikan, yaitu: program SBI jelas tidak didahului riset yang lengkap sehingga konsepnya sangat buruk, SBI adalah program yang salah model, program SBI telah salah asumsi, telah terjadi kekacauan dalam proses belajar-mengajar dan kegagalan didaktik, penggunaan bahasa pengantar pendidikan yang salah konsep, SBI dinilai telah menciptakan diskriminasi dan kastanisasi dalam pendidikan, SBI juga telah menjadikan sekolah-sekolah publik menjadi sangat komersial, SBI telah menyebabkan penyesatan pembelajaran, SBI telah menyesatkan tujuan pendidikan. Kesalahan konseptual SBI terutama pada penekanannya terhadap segala hal yang bersifat akademik dengan menafikan segala hal yang nonakademik, SBI adalah sebuah pembohongan publik.

Kata kunci: SBI, Pendidikan global, sekolah internasional, kurikulum internasional

Page 2: Junal Fajar Stkip Internasionalisasi Pendidikan Berperspektif Global

IKLAN ROKOK SAMPOERNA MILD

(SEBUAH ANALISIS WACANA KRITIS)

oleh:

Andri Wicaksono

AbstrakSecara ringkas, penelitian ini akan memaparkan pilihan kata yang digunakan

dalam bahasa iklan. Diharapkan melalui penelaahan lebih lanjut dapat ditentukan pola pilihan kata dalam wacana iklan berbahasa Indonesia seperti apa yang dapat menarik perhatian konsumen yang diungkapkan dalam bentuk yang singkat, diketahui makna acuan apa saja yang terkandung dalam wacana iklan berbahasa Indonesi. Penelitian ini adalan kajian singkat terhadap iklan berbahasa Indonesia. 

Pendekatan yang digunakan di dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Sasaran atau objek penelitian ini berupa penggalan wacana yang diambil dari wacana yang berupa wacana tulis dalam iklan. Sumber data dalam penelitian ini adalah wacana tulis dan konteks dalam iklan rokok A Mild edisi ‘Tanya Kenapa’. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode agih, yaitu metode yang alat penentunya merupakan bagian dari bahasa yang bersangkutan, yaitu berupa wacana tulis yang dibentuk dengan menggunakan bahasa.

Hasil penelitian mengenai analisis wacana kritis dalam Iklan A-Mild memperlihatkan suatu fenomena bahwa makna itu sudah mati karena iklan A-Mild menawarkan interpretasi yang sangat terbuka bagi siapa saja yang akan menikmatinya. Makna pada sajian gambar dan teks iklan A-Mild tidak memiliki ikatan-ikatan yang ideologis, stabil dan mapan, bahkan ironis. Efek-efek kelucuan atau absurditas biasanya dihasilkan dari distorsi atau plesetan ungkapan yang ada. Meskipun parodi adalah suatu bentuk imitasi, akan tetapi imitasi yang ditandai oleh kecenderungan ironik. Sampoerna A Mild mengajak konsumennya untuk tidak ragu bersikap kritis terhadap berbagai fenomena yang terjadi di masyarakat.

Kata kunci: analisis wacana kritis, bahasa iklan, Sampoerna Mild

Page 3: Junal Fajar Stkip Internasionalisasi Pendidikan Berperspektif Global

Implementasi Pedagogik Humanistik dalam Pembelajaran Moraldan Budi Bekerti di Sekolah Dasar sebagai Penangkal Fenomena LGBT

(Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender)

Oleh:Yulia Siska

Abstrak

Tujuan implementasi pedagogik humanistik dalam pembelajaran moral dan budi bekerti di Sekolah Dasar sebagai penangkal fenomena LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender) adalah: a) mendeskripsikan pandangan masyarakat terhadap Isu LGBT; b) mendeskripsikan peran dunia pendidikan sebagai penangkal isu LGBT, dan c) mendeskripsikan konsep pedagogik humanistik sebagai upaya menangkal fenomena LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender).

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan metode analisis isi untuk mendeskripsikan temuan dan pengkajian yang komprehensif melalui studi pustaka dan observasi terhadap fenomena yang ada.

Berdasarkan kajian yang telah dibahas pada subbab sebelumnya, berikut simpulan dari penelitian ini. 1) Pandangan masyarakat terhadap Isu LGBT mempunyai dua versi yang berbeda, yaitu pro dan kontra. Bagi pihak yang pro beranggapan bahwa menolak tidak harus membenci dan tidak sepakat pada pilihan orientasi seksual seseorang tidak harus menyakiti. Selain dukungan, terdapat pula hujatan dan cemoohan yang kebanyakan dari itu adalah yang menentang fenomena LGBT dari berbagai pihak. 2) Dunia pendidikan harus menanamkan nilai moral dan akidah yang baik sebagai tameng sekaligus benteng yang kokoh bagi gerusan isu LGBT. Sebagai seorang pendidik, guru idealnya tidak sekadar mentransfer ilmu, namun harus memberikan teladan yang baik sebagai pribadi unggul, berilmu tinggi, dan berakhlak mulia. 3) Konsep pedagogik humanistik dalam pembelajaran moral dan budi bekerti di Sekolah Dasar sebagai penangkal fenomena LGBT adalah: a) mengimplementasikan konsep pedagogik humanistik yang meliputi pengertian, ruang lingkup, prinsip-prinsip, dan contoh penerapan pedagogik secara komprehensif di sekolah dan masyarakat, b) mengupayakan peserta didik melakukan kegiatan bermakna yang akan membentuk diri menjadi pribadi terampil dan sikap-sikap terpuji, c) menggalang kemitraan antara sekolah, guru, orang tua, masyarakat dan stakeholder pendidikan demi terwujudnya pendidikan nasional yang unggul dan bermartabat, dan d) melaksanakan bimbingan, konseling, dan pendampingan sebagai jaminan kemanusiaan, moral, dan sosial bagi subjek atas kasus LGBT yang terindikasi.

Kata kunci: LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender), peran dunia pendidikan, pedagogik humanistik

Page 4: Junal Fajar Stkip Internasionalisasi Pendidikan Berperspektif Global

MULTIPLE INTELLEGENCE, PENDEKATAN INSTRUKSIONAL NEUROSENSORIK, DAN PEMBELAJARAN HOLISTIK INTEGRATIF

SERTA KAITANNYA DENGAN KURIKULUM 2013

oleh:Yulia Siska

Abstrak

Fokus utama dari pembelajaran berbasis Kecerdasan Majemuk adalah memberikan pelajaran yang menyesuaikan dengan gaya belajar murid. Berdasarkan analisis hasil implementasi metode ini, beberapa sekolah di Indonesia mencapai sebuah kesuksesan dalam membantu murid untuk lebih memahami pelajaran. Pertanyaan yang muncul dengan adanya pernyataan di atas adalah, apakah metode Kecerdasan Majemuk ini benar-benar dapat menjadi alternatif yang dapat memajukan pembelajaran di sekolah-sekolah Indonesia dengan segala tantangannya? Indonesia sudah lama terjebak dalam penerapan pembelajaran dengan pola pikir tradisional, di mana guru yang mengajar dan muridnya hanya bertugas untuk menerima. Hal ini berimbas pada munculnya berbagai hambatan dalam penerapan metode pembelajaran baru seperti metode Kecerdasan Majemuk karena para pelaku pendidikan sudah terbiasa dengan pola pikir tradisional.

Proses penerapan pembelajaran berbasis Kecerdasan Majemuk memerlukan perubahan yang signifikan dan persiapan yang matang karena diperlukannya sumberdaya guru yang siap untuk mengetahui kecerdasan masing-masing murid dan memerlukan fasilitas maupun media yang mendukung di setiap sekolah. Pengaplikasian pembelajaran berbasis Kecerdasan Majemuk memerlukan pemahaman terlebih dahulu terkait tujuan utama dari metode Multiple Intellegence. Metode ini sebenarnya bertujuan untuk membuat guru memahami kecerdasan anak didiknya masing masing sehingga setiap elemen pelaku pendidikan mampu memahami kecerdasan utama yang dimiliki dan yang menjadi bakatnya. Pemahaman tersebut akan berdampak pada fokusnya pengembangan kemampuan anak didik pada apa yang menjadi kemampuan utama dan bakatnya sehingga anak didik dapat menjelma menjadi murid yang pandai dibidangnya. Perubahan yang terjadi dari metode belajar-mengajar yang disampaikan oleh guru-guru mereka, buku-buku pegangan hingga perubahan tugas-tugas yang lebih menonjolkan pada orientasi kurikulum 2013, yaitu: attitude, skill dan knowledge.

Kata kunci: kecerdasan majemuk (Multiple Intellegence), holistik integratif kurikulum 2013,

Page 5: Junal Fajar Stkip Internasionalisasi Pendidikan Berperspektif Global

MENCARI KARAKTER PENDIDIK YANG IDEAL BAGI INDONESIA(Dalam Cerita dan Realita, dari Masa ke Masa)

Oleh:

Yulia Siska

AbstrakKajian ini bertujuan untuk mencari definisi pendidikan dan pendidik (guru):

suatu tinjauan filsafat; mendeskripsikan revolusi mental pendidik, perwujudan manusia indonesia berjati diri; mendeskripsikan karakter pendidik, sebuah revolusi mental; dan mendeskripsikan citra guru ideal, antara harapan dan realita kekinian.

Metode kajian dalam penulisan penelitian ini adalah studi pustaka atau analisis dokumen. Analisis data menggunakan teknik analisis isi. Triangulasi data dilakukan dengan triangulasi kolegial.

Hasil penelitian menyatakan bahwa: 1) Guru tidak hanya mengetahui bagaimana siswa memperoleh pengetahuan, melainkan juga bagaimana siswa belajar. Dengan demikian epistemologi memberikan sumbangan bagi teori pendidikan dalam menentukan kurikulum. Pengetahuan apa yang harus diberikan kepada anak dan bagaimana cara untuk memperoleh pengetahuan tersebut, begitu juga bagaimana cara menyampaikan pengetahuan tersebut. 2) Revolusi mental dimulai dari pendidikan, mengingat peran pendidikan sangat strategis dalam membentuk mental anak bangsa. Pengembangan kebudayaan maupun karakter bangsa diwujudkan melalui ranah pendidikan. Pendidikan pengembangan karakter adalah sebuah proses berkelanjutan dan tidak pernah berakhir (never ending process). 3) Aspek yang paling mendasar untuk menjadi seorang guru yang mampu mendidik karakter siswa, yaitu aspek kepribadian (personalitas). 4) Sosok guru ideal memiliki orientasi pemikiran bahwa tugas guru itu tidak hanya sekedar mentransfer ilmu dan pengetahuan kepada siswa, lebih dari itu pemikiran idealismenya mengarahkan pada tiga kewajiban seorang guru, yakni mendidik, mengajar dan membimbing.

Kata kunci: pendidik berkarakter, revolusi mental, citra guru ideal