6
Tabel 4 Komplikasi Metabolik pada Sindrom Ovarium Polikistik Toleransi glukosa abnormal (toleransi glukosa yang terganggu atau diabetes tipe 2 30 % wanita obesitas dengan sindrom ovarium polikistik memiliki toleransi glukosa yang terganggu dan 10 % memiliki diabetes tipe 2 saat berumur 40 tahun. Pada wanita kurus dengan sindrom ovarium polikistik, 10 % memiliki toleransi glukosa yang terganggu dan 1,5 % memiliki diabetes tipe 2. Obesitas Prevalensi obesitas sangat bervariasi pada wanita dengan sindrom ovarium polikistik. Sebelumnya, angka prevalensi obesitas diestimasi berdasarkan populas wanita dengan sindrom ovarium polikistik yang mencari perawatan. Penelitian terbaru membandingkan pasien yang datang ke klinik sindrom ovarium polikistik dengan populasi yang tidak terseleksi dievaluasi selama fisik sebelum bekerja memberi kesan bahwa obesitas dan kelebihan berat badan mungkin tidak umum pada sindrom ovarium polikistik. Pada penelitian itu, 63,7 % pasien klinik sindrom ovarium polikistik dengan obesitas, dibandingkan dengan 28 % dari wanita yang tidak terseleksi dengan sindrom ovarium polikistik yang diidentifikasi selama screening, dan 28 % pada kontrol nonpolycystic ovary syndrome. Gejala - gejala sindrom ovarium polikistik meliputi hiperandrogenisme dan obligoovulasi yang dieksaserbasi oleh obesitas. Sindrom metabolik 33%-50% wanita AS dengan sindrom ovarium polikistik memiliki sindrom metabolik jika dibandingkan dengan 12% dengan yang berumur sama populasi National Health and Nutrition Examination Survey. Sebaliknya, hanya 8,2% wanita dengan sindrom ovarium

Jurnaaaal

Embed Size (px)

DESCRIPTION

awdawdawdadw

Citation preview

Tabel 4Komplikasi Metabolik pada Sindrom Ovarium Polikistik

Toleransi glukosa abnormal (toleransi glukosa yang terganggu atau diabetes tipe 230 % wanita obesitas dengan sindrom ovarium polikistik memiliki toleransi glukosa yang terganggu dan 10 % memiliki diabetes tipe 2 saat berumur 40 tahun. Pada wanita kurus dengan sindrom ovarium polikistik, 10 % memiliki toleransi glukosa yang terganggu dan 1,5 % memiliki diabetes tipe 2.

ObesitasPrevalensi obesitas sangat bervariasi pada wanita dengan sindrom ovarium polikistik. Sebelumnya, angka prevalensi obesitas diestimasi berdasarkan populas wanita dengan sindrom ovarium polikistik yang mencari perawatan. Penelitian terbaru membandingkan pasien yang datang ke klinik sindrom ovarium polikistik dengan populasi yang tidak terseleksi dievaluasi selama fisik sebelum bekerja memberi kesan bahwa obesitas dan kelebihan berat badan mungkin tidak umum pada sindrom ovarium polikistik. Pada penelitian itu, 63,7 % pasien klinik sindrom ovarium polikistik dengan obesitas, dibandingkan dengan 28 % dari wanita yang tidak terseleksi dengan sindrom ovarium polikistik yang diidentifikasi selama screening, dan 28 % pada kontrol nonpolycystic ovary syndrome. Gejala - gejala sindrom ovarium polikistik meliputi hiperandrogenisme dan obligoovulasi yang dieksaserbasi oleh obesitas.

Sindrom metabolik33%-50% wanita AS dengan sindrom ovarium polikistik memiliki sindrom metabolik jika dibandingkan dengan 12% dengan yang berumur sama populasi National Health and Nutrition Examination Survey. Sebaliknya, hanya 8,2% wanita dengan sindrom ovarium polikistik di Italia yang memenuhi kriteria sindrom metabolik. Dengan demikian, sindrom metabolik bervariasi berdasarkan lokasi geografis, temuan mungkin berhubungan dengan indeks masa tubuh yang berbeda, meskipun penyebab lainnya, seperti genetik dan diet juga dapat mempengaruhi.

Tekanan darah tinggiDaa telah berlawanan, namun penelitian Kaiser Permanente yang besar menunjukkan bahwa hipertensi atau tekanan darah yang meningkat lebih dari dua kali terdapat pada wanita dengan sindrom ovarium polikistik (27% vs 12%)

DislipidemiaDislipidemia prevalensinya banyak didapat pada wanita dengan sindrom ovarium polikistik dibandingkan dengan kontrol (15% vs 6%). Pada sebuah meta-analisis, nilai trigliserida adalah 26 mg/dl lebih tinggi (95% confidence interval [CI], 17-35), kolesterol low-density lipoprotein adalah 12 mg/dl lebih tinggi (95% CI, 10-16), dan kolesterol high-density lipoprotein adalah 6 mg/dl lebih rendah (95% CI, 4-9) pada wanita dengan sindrom ovarium polikistik dibandingkan dengan kontrol. Wanita dengan sindrom ovarium polikistik juga memiliki konsentrasi dan proporsi dari kolesterol small low-density lipoprotein yang lebih tinggi.

Nonalcoholic fatty liver disease dan nonalcoholic steatohepatitisNonalcoholic fatty liver disease dan nonalcoholic steatohepatitis telah dikenali sebagai komplikasi yang potensial pada wanita dengan sindrom ovarium polikistik. Prevalensi fatty liver disease pada wanita dengan sindrom ovarium polikistik diestimasi sebesar 15%-55% tergantung pada parameter diagnostik yang digunakan (level dari serum alanine aminotransferase atau ultrasound). Individu yang mungkin berisiko tinggi pada nonalcoholic fatty liver disease yang juga termasuk nonalcoholic steatohepatitis yaitu mereka yang dengan sindrom metabolik, resistensi insulin, dan kemungkinan hiperandrogenemia.

Penyakit kardiovaskularBanyak penelitian menunjukkan penanda pengganti penyakit kardiovaskular yang abnormal pada wanita dengan sindrom ovarium polikistik. Namun, data tentang risiko penyakit kardiovaskular berlainan pada penelitian-penelitian, beberapa penelitian menunjukkan peningkatan risiko pada wanita dengan sindrom ovarium polikistik, sedangkan penelitian-penelitian lainnya tidak menemukan perbedaannya pada risiko kardiovaskuler. Saat ini penting untuk mengenali dan menatalaksana faktor risiko kardiovaskuler pada populasi ini, penelitian selanjutnya dari risiko kardiovaskuler dan komplikasi-komplikasi masih dibutuhkan untuk mengklarifikasi risiko jangka panjang.

Beberapa metode dapat digunakan untuk mengelola mens, dan dideskripsikan pada Tabel 3. Pendekatan lini pertama adalah dengan kontrasepsi hormonal, risiko dan keuntungannya didiskusikan dibawah (bagian "Kosmetik"). Karena metformin meningkatkan laju ovulasi, maka obat ini dipertimbangkan sebagai terapi lini kedua untuk kontrol siklus. Namun, apakah laju ovulasi yang meningkat, adekuat untuk mencegah hiperplasia endometrium masih belum diketahui.

Psikososial

Meskipun penelitian-penelitian yang mengevaluasi masalah-masalah psikososial termasuk kecil, wanita dengan sindrom ovarium polikistik tampak memiliki prevalensi gangguan depresi yang tiga kali lebih tinggi dari pada kontrol (35% vs 11%, masing-masing, P