32
JURNAL ILMIAH ILMU HUKUM JURUSAN HUKUM PIDANA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS HASANUDDIN PENERAPAN PASAL 288 UU NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DALAM MENANGGULANGI PELANGGARAN LALU LINTAS DI KOTA MAKASSAR NUR FITRIYANI B11108326 Universitas Hasanuddin Dibimbing Oleh H. M. Imran Arief, S.H., M.S Universitas Hasanuddin Hj. Nur Azisa, S.H., M.H ABSTRAK Nur Fitriyani (B 111 08 326) Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin : Penerapan Pasal 288 UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dalam Menanggulangi Pelanggaran Lalu Lintas di Kota Makassar di bawah bimbingan M.Imran Arief selaku dosen pembimbing I dan Nur Azisa selaku dosen pembimbing II. Penelitian ini adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui Apakah Penerapan Pasal 288 UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas

Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jurnal

Citation preview

Page 1: Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum

JURNAL ILMIAH ILMU HUKUM

JURUSAN HUKUM PIDANA

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS HASANUDDIN

PENERAPAN PASAL 288 UU NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN

ANGKUTAN JALAN DALAM MENANGGULANGI PELANGGARAN LALU LINTAS

DI KOTA MAKASSAR

NUR FITRIYANI

B11108326

Universitas Hasanuddin

Dibimbing Oleh

H. M. Imran Arief, S.H., M.S

Universitas Hasanuddin

Hj. Nur Azisa, S.H., M.H

ABSTRAK

Nur Fitriyani (B 111 08 326) Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas

Hasanuddin : Penerapan Pasal 288 UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan dalam Menanggulangi Pelanggaran Lalu Lintas di Kota Makassar di bawah bimbingan

M.Imran Arief selaku dosen pembimbing I dan Nur Azisa selaku dosen pembimbing II.

Penelitian ini adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui Apakah Penerapan Pasal

288 UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angukatan Jalan telah efektif

menanggulangi pelanggaran lalu lintas di Kota Makassar, yang dilihat dari jumlah pelanggar lalu

lintas per tahun dan dilihat dari penerapan sanksi pidana denda bagi pelanggar, serta peran

aparat kepolisisan Polrestabes Makassar.

Page 2: Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum

Penelitian ini dilakukan di dua tempat yaitu di Polrestabes Makassar dan pengadilan Negeri

Makassar dengan melakukan wawancara dengan petugas serta membagikan daftar pertanyaaan

kepada 50 orang pelanggar lalu lintas.

Dari hasil penelitian lapangan diketahui bahwa Penerapan Pasal 288 UU Nomor 22 Tahun

2009 yang dilihat dari jumlah pelanggar lalu lintas per tahun dan dilihat dari penerapan sanksi

pidana denda bagi pelanggar, belum efektif menanggulangin pelanggaran lalu lintas di Kota

Makassar. Ini dapat dilihat dari semakin meningkatnya jumlah pelanggar lalu lintas di setiap

tahunnya yang disebabkan oleh sikap apatis dari para pengemudi kendaraan bermotor, sering

mengabaikan peraturan berlalu lintas, ketidakdisiplinan dan faktor lupa. Sedangkan dari segi

penerapan sanksi pidana denda terhadap pelanggara dapat dikatakan belum efektif, karena

sanksi pidana denda dapat dibayar atau ditangguhkan oleh pihak ketiga, sehingga pidana yang

dijatuhkan tidak secara langsung dirasakan oleh si pelanggar sendiri, pidana denda lebih

menguntungkan bagi orang-orang yang mampu serta pidana denda tidak menimbulkan cap atau

stigma sebagai penjahat bagi pelanggar. Upaya-upaya yang dilakukan pihak kepolisian

Polrestabes Makassar dalam menanggulangi pelanggaran lalau lintas di kota Makassar yaitu

terdiri dari upaya preventif dan upaya represif. Upaya preventif berupa mengadakan penyuluhan

hukum, pembagian brosur tertib lalau lintas, pelatihan berlalu lintas dan sebagainya. Upaya

represif berupa pemberian surat teguran dan surat tilang kepada pelanggar lalu lintas.

Page 3: Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum

JURNAL ILMIAH ILMU HUKUM

JURUSAN HUKUM PIDANA

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS HASANUDDIN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Negara Kesatuan Republik Indonesia telah

dianugrahi sebagai negara kepulauan yang terdiri atas beribu pulau, terletak memanjang digaris

khatulistiwa, serta diantara dua benua dan dua samudera, mempunyai posisi dan peran yang

sangat penting dan strategis untuk mendukung pembangunan ekonomi. Pembangunan yang

dilaksanakan Indonesia adalah pembangunan disegala bidang yang merupakan suatu bagian dari

proses modernisasi untuk mencip0takan kesejahteraan dan ketentraman bagi masyarakat

Indonesia. Lalu lintas merupakan salah satu sarana komunikasi masyarakat yang memegang

peranan vital dalam memperlancar pembangunan yang kita laksanakan. Permasalahan lalu lintas

merupakan salah satu permasalahan yang berskala nasional yang berkembang seirama dengan

perkembangan masyarakat.

Banyak sekali dijumpai permasalahan yang berkaitan dengan pelanggaran hukum, mulai

dari yang ringan hingga yang berat khususnya di Kota Makassar yang merupakan Ibu Kota

Provinsi Sulawesi selatan. Pelanggaran ringan yang kerap kali terjadi salah satunya adalah

pelanggaran lalu lintas tertentu atau yang lebih dikenal dengan tilang Permasalahan ini sudah

tidak asing lagi dikalanagan masyarakat khususnya dikota Makassar. Pelanggaran lalu lintas

sudah membudaya dimasyarakat, sehingga setiap kali dilakukan operasi tertib lalu lintas dijalan

raya yang dilakukan oleh polantas pasti banyak terjaring kasus pelanggaran lalu lintas. Menurut

pihak kepolisisan, tidak sedikit pengendara yang mengabaikan keselamatan dan kenyaman saat

di jalan raya serta tidak menyadari bahwa kecelakaan bermula dari pelanggran lalu lintas.

Page 4: Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum

Selama ini secara implisit muncul pendirian dan anggapan yang sangat menyesatkan dan

mungkin juga berbahaya disebagian masyarakat bahwa melakukan pelanggaran lalu lintas itu

tidak apa-apa dan boleh-boleh saja asal tidak ketahuan polisi, dan tidak perlu menaati rambu-

rambu lalu lintas, kalau tidak ada polisis. Akibat pemikiran yang menyesatkan itu maka dengan

sangat muda dijumpai berbagai pelanggaran lalu lintas seperti menerobos lampu merah,

berkeendaraan melawan arus, dengan seenaknya memasuki jalan dan rambu/tanda dilarang

masuk, memarkir kendaraan ditempat yang memiliki rambu-rambu dilarang parkir, dan lain-

lainnya. Pelanggaran-pelanggaran seperti ini sebenarnya tidak perlu terjadi apabila telah ada

kesadaran hukum masyarakat berlalu lintas.

Mengingat pentingnya ketertiban lalu lintas demi kelancaran dan keamanan para pengguna

jalan pada umumnya, maka perlu terus diupayakan tumbuhnya semangat menaati aturan,

semangat untuk menjaga ketertiban, dan menghormati hak orang lain dalam berlalu lintas. Selain

itu, dengan langkah-langkah penegakan hukum oleh polri diharapkan akan tercipta keadaan tertib

hukum dibidang lalu lintas dan angkutan jalan raya sehingga berbagai pelanggaran lalu linta dapat

ditekan jumlahnya seminimal mungkin. Oleh karena itu penting pula kiranya bahwa kepolisian pun

perlu meningkatkan kedisiplinan anggotanya. Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan

penulis di atas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul “Penerapan Pasal 288 UU Nomor

22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dalam Menanggulangi Pelanggaran

Lalu Lintas di Kota Makassar”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan yang sebagai

berikut:

1. Apakah Penerapan Pasal 288 UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan telah efektif Menanggulangi Pelanggaran Lalu Lintas di Kota Makassar ?

2. Bagaimanakah Peran Aparat Kepolisian Polrestabes Makassar dalam Menanggulangi

Pelanggaran Lalu Lintas di Kota Makassar ?

Page 5: Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum

JURNAL ILMIAH ILMU HUKUM

JURUSAN HUKUM PIDANA

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS HASANUDDIN

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Efektivitas

Secara etimologi kata efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti ada efeknya

(akibatnya, pengaruh, kesannya); manjur atau mujarab (tentang obat); dapat membawa hasil;

berhasil guna (tentang usaha atau tindakan); hal mulai berlakunya (tentang undang-undang,

peraturan).

Efektivitas adalah perbandingan positif antara hasil yang dicapai dengan masukan yang

digunakan dalam menyelesaikan pekerjaan tepat waktunya untuk mencapai tujuan atau sasaran

yang ditetapkan.

Adapun kriteria atau ukuran mengenai pencapaian tujuan secara efektif atau tidak yaitu

antara lain :

1. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai

2. Kejelasan strategi pencapaian tujuan

3. Kejelasan analisa dan perumusan kebijaksanaan yang mantap

4. Perencanaan yang mantap

5. Penyusunan program yang mantap

6. Tersedianya sarana dan prasarana

7. Pelaksanaan yang secara efektif dan efisien

8. Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik.

Sementara dalam konteks penegakkan hukum, efektivitas merupakan tolak ukur dalam

menilai efektivitas penegakan hukum, dimana pendekatan tolak ukur efektivitas tersebut dapat

Page 6: Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum

dilihat dari : faktor hukumya sendiri, faktor penegak hukum, faktor sarana dan prasarana, faktor

masyarakat dan faktor kebudayaan.

Ketika kita ingin mengetahui sejauh mana efektivitas dari hukum, maka kita pertama-tama

harus dapat mengukur sejauh mana aturan hukum itu ditaati. Tentu saja, jika suatu aturan hukum

ditaati oleh sebagian besar target yang menjadi sasaran ketaatannya, kita dapat mengatakan

bahwa aturan hukum yang bersangkutan adalah efektif. Namun demikian, sekalipun dapat

dikatakan aturan yang ditaati itu efektif, tetapi kita tetap masih dapat mempertanyakannya lebih

jauh derajat efektivitasnya. Sebagaiamana yang telah diuraikan sebelumnya, seseorang menaati

atau tidak menaati suatu aturan hukum, tergantung pada kepentingannya. Dan itu ada bermacam-

macam, diantaranya yang bersifat compliance, identification, internalization, dan masih banyak

jenis kepentingan lain. Jika ketaatan sebagian besar masyarakat terhadap suatu aturan umum

hanya karena kepentingan yang bersifat compliance atau hanya takut sanksi, maka derajat

ketaatannya sangat rendah, karena membutuhkan pengawasan yang terus-menerus. Berbeda

kalau ketaatannya berdasarkan kepentingan yang bersifat internalization, yang ketaatannya

karena aturan hukum tersebut benar-benar cocok dengan nilai intrinsik yang dianutnya, maka

derajat ketaatannya adalah yang tertinggi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas dari suatu aturan hukum atau perundang-

undangan adalah sebagai berikut :

a. Pengetahuan tentang susbstansi (isi) perundang-undangan.

b. Cara-cara untuk memperoleh pengetahuan tersebut

c. Institusi yang terkait dengan ruang lingkup perundang-undangan di dalam masyarakat.

d. Bagaiamana proses lahirnya suatu perundang-undangan, yang tidak boleh dilahirkan

secara tergesa-gesa untuk kepentingan instansi (sesaat), yang diistilakan oleh Gunnar

Myrdall sebagai sweep legislation (undang-undang sapu), yang memiliki kualitas buruk dan

tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Page 7: Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum

Pada umumnya, faktor yang mempengaruhi efektivitas suatu perundang-undangan adalah

profesional dan optimal pelaksanaan peran, wewenang dan fungsi dari para penegak hukum, baik

didalam menjelaskan tugas yang dibebankan terhadap diri mereka maupun dalam menegakkan

perundang-undangan tersebut, yang jelas bahwa seseorang menaati ketentuan perundang-

undangan adalah karena terpenuhinya suatu kepentingannya (interest) oleh perundang-undangan

tersebut.

B. Perbedaan Kejahatan dan Pelanggaran

Di dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) tidak dijelaskan mengenai arti

pelanggaran. Dalam KUHP menempatkan kejahatan didalam Buku II dan pelanggaran dalam

Buku III, tetapi tidak ada penjelasan mengenai apa yang disebut kejahatan dan pelanggaran.

Semuanya diserahkan kepada ilmu pengetahuan untuk memberikan dasarnya, tetapi tampaknya

tidak ada sepenuhnya memuaskan. Pelanggaran dapat dibedakan dengan kejahatan melalui

sanksi yang diberikan. Pelanggran adalah delik undang-undang yaitu perbuatan yang sifat

melawan hukumnya baru dapat diketahui setelah ada undang-undang yang mengatur.

Kriteria lain yang diajukan, kejahatan ialah delik-delik yang melanggar kepentingan umum

dan juga membahayakan secara konkret, sedangkan pelanggaran itu hanya membahayakan in

abstracto saja. Secara kuantitatif pembuat undang-undang membedakan delik kejahatan dan

pelanggaran itu :

1. Pasal 5 KUHP hanya berlaku bagi perbuatan-perbuatn yang merupakan kejahatan di

Indonesia. Jika seorang Indonesia yang melakukan delik diluar negeri yang digolongkan

sebagai delik pelanggaran di Indonesia, maka dipandang tidak perlu dituntut.

2. Percobaan dan membantu melakaukan delik pelnggaran tidak dipidana.

3. Pada pemidanaan atau pemidanaan terhadap anak dibawah umur tergantung pada

apakah itu kejahatan atau pelanggaran.

Page 8: Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum

Apapun alasan pembenar antara kejahatan dan pelanggaran, yang pasti jenis pelanggran

itu lebih ringan dari pada kejahatan. Hal ini dapat diketahui dari ancaman pidana pada pelanggran

tidak ada yang diancam dengan pidana penjara, tetapi berupa pidana kurungan dan denda,

sedangkan pada kejahatan lebih didominasi dengan ancaman piadana penjara. Dengan

dibedakannya tindak pidana antara kejahatan dan pelanggran secara tajam dalam KUHP,

terdapat konsekuensi berikutnya dalam hukum pidana materil antara lain sebagai berikut :

a. Dalam hal percobaan, yang dapat dipidana hanyalah terhadap percobaan melakukan

kejahatan saja, dan tidak pada percobaan pelanggarn (Pasal 53 dan Pasal 54 KUHP)

b. Mengenai pembantuan, yang dapat dipidana hanyalah pembantuan dalam hal

kejahatan, dan tidak dalam hal pelanggaran ( Pasal 56 KUHP)

c. Asas personaliteit hanya berlaku pada warga negara RI yang melakukan kejahatan

(bukan pelanggaran) diluar wilayah hukum RI yang menurut hukum pidana negara

asing tersebut adalah berupa perbuatan yang diancam pidana (Pasal 5 ayat 1 sub 2

KUHP)

d. Dalam hal melakukan pelanggaran, pengurus atau anggota pengurus atau para

komisaris hanya dipidana apabila pelanggaran itu terejadi adalah atas sepengetahuan

mereka (Pasal 59 KUHP), jika tidak, pengurus, anggota pengurus atau komisaris itu

tidak dipidana. Hal ini tidak berlaku pada kejahatan.

e. Dalam ketentuan perihal syarat pengaduan bagi penuntutan pidana terhadap tindak

pidana (aduan) hanya berlaku pada jenis kejahatan saja, dan tidak pada jenis

pelanggaran.

f. Dalam hal tenggang waktu kadaluarsa hak negara untuk menuntut pidana dan

menjalankan pidana pada pelanggaran relatif lebih pendek dari pada kejahatan (Pasal

78 dan Pasal 84 KUHP).

g. Hapusnya hak negara untuk melakukan penuntutan pidana karena telah dibayarnya

secara sukarela denda maksimum sesuai yang direncanakan serta biaya-biaya yang

telah dikeluarkan jika penuntutan telah dimulai, hanyalah berlaku pada pelanggaran

saja (Pasal 82 ayat 1 KUHP).

Page 9: Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum

h. Dalam hal menjatuhkan pidana perampasan barang tertentu dalam pelanggaran-

pelanggaran hanya dapat dilakukan jika dalam UU bagi pelanggran tersebut ditentukan

dapat dirampas (Pasal 39 ayat 2).

i. Dalam ketentuan mengenai penyertaan dalam hal tindak pidana yang dilakukan

dengan alat percetakan hanya berlaku bagi kejahatan-kejahatan saja (Pasal 61 dan

Pasal 62 KUHP).

j. Dalam hal penadahan, benda objek penadahan haruslah diperoleh dari kejahatan saja,

dan bukan pada pelanggran (Pasal 480 KUHP).

k. Ketentuan pidana dalam perundang-undangan Indonesia hanya diberlakukan bagi

setiap pegawai negeri yang diluar wilayah Indonesia melakukan kejahatan jabatan

(Pasal 7 KUHP), dan bukan pelanggran jabatan.

C. Pelanggaran Lalu Lintas

1. Pengertian Lalu Lintas

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas lalu lintas,

angkutan jalan, jaringan lalu lintas dan angkutan jalan, prasarana lalu lintas dan angkutan jalan,

kendaraan, pengemudi, pengguna jalan, serta pengelolaannya. Lalu lintas adalah gerak

kendaraan dan orang di Ruang Lalu Lintas Jalan. Ruang lalu lintas jalan adalah prasarana yang

diperuntukkan bagi gerak pindah kendaraan, orang, dan/atau barang yang berupa jalan dan

fasilitas pendukung.

Menurut Perinkins, Lalu lintas (traffic) adalah pertalian dengan angkutan dan harta benda

di jalan dan meliputi perjalanan, gerak dari kendaraan penarikan benda-benda yang dapat

bergerak, angkutan penumpang, arus pejalan kaki, dan ditambah dengan beberapa kegiatan yang

berhubungan penggunaan jalan umum

2. Pengertian Pelanggaran Lalu Lintas

Pelanggaran berasal dari kata “langgar” yang berarti tempat beribadah, tubruk, laga,

landa. “Melanggar” artinya menubruk, menabrak, menumbuk, menyalahi, melawan, menyerang,

Page 10: Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum

atau melanda. Sedangkan pelanggaran merupakan tindak pidana yang ancaman hukumannya

lebih ringan dari pada kejahatan.

Pelanggaran lalu lintas adalah pelangaran-pelangaran yang khusus dilakukan oleh

pengemudi kendaraan bermotor dijalan raya.

Pengertian mengenai pelanggran lalu lintas dapat disimak dalam brosur penyuluhan

hukum VIII tentang pelaksanaan lalu lintas yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pembinaan

Badan Peradilan Umum Departemen Kehakiman edisi 1 Tahun 1993 yang selengkapnya

berbunyi:

“ Pelanggaran lalu lintas adalah setiap pelanggaran yang dilakukan oleh pemakai jalan baik

terhadap rambu-rambu lalu lintas maupun dalam cara mengemudi jalan, orang yang

menggunakan kendaraan bermotor maupun pejalan kaki”.

Page 11: Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum

JURNAL ILMIAH ILMU HUKUM

JURUSAN HUKUM PIDANA

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS HASANUDDIN

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan dalam Wilayah Hukum Kota Makassar, dalam hal ini bertempat di

Kantor Kepolisian Resor Kota Besar (Polrestabes) Makassar dan di Pengadilan Negeri Makassar.

Penelitian dilakukan di kantor Polrestabes Makassar khususnya di bagian Satlantas dengan

pertimbangan bahwa Satlantas Polrestabes Makassar adalah instansi yang berwenang dan

memiliki kompeten dalam memberikan keterangan-keterangan atau pun data-data yang sangat

akurat dalam penelitian untuk penulisan skripsi ini. Di Pengadilan Negeri Makassar, penelitian

bertujuan untuk mewawancarai Hakim dan para pelanggar pada hari jumat.

B. Jenis dan Sumber Data

Data yang terhimpun dari hasil penelitian ini, baik penelitian kepustakaan maupun penelitian

lapangan, dapat digolongkan ke dalam dua jenis data yaitu :

1) Data primer adalah data yang diperoleh dari studi kepustakaan seperti peraturan

perundang-undangan, karya tulis, dan buku-buku yang berkaitan dengan pembahasan

dalam skripsi ini.

2) Data sekunder yakni data yang diperoleh secara langsung dari responden melalui

wawancara langsung dengan pihak-pihak yang terkait sehubungan dengan penulisan

skripsi ini, pada lokasi penelitian.

C. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan

melalui metode :

Page 12: Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum

1) Metode Penelitian Kepustakaan (library research) yakni penelitian yang dilakukan dengan

membaca buku-buku, peraturan perundang-undangan, karya tulis, serta data-data yang

didapatkan dari penulisan melalui media internet atau media lain yang berhubungan dengan

penulisan skripsi ini.

2) Metode Penelitian Lapangan (field research) yakni penelitian yang dilakukan dengan

menggunakan teknik pengumpulan data yakni melalui wawancara langsung dengan pihak-

pihak yang terkait dengan penulisan skripsi ini.

D. Teknik Analisa Data

Setelah penulis memperoleh data primer dan data sekunder seperti yang tersebut diatas,

dianalisis secara kualitatif, kemudian disajikan dalam bentuk deskriptif, yaitu menjelaskan

menguraikan dan mengagambarkan permasalahan yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini

untuk memperoleh sebuah kesimpulan.

Hasil wawancara/studi kepustakaan tersebut kemudian diolah dan dianalisis secara

kualitatif kemudian disajikan secara deskriptif.

1) )

2) )

3) )

Page 13: Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum

JURNAL ILMIAH ILMU HUKUM

JURUSAN HUKUM PIDANA

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS HASANUDDIN

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Efektivitas Penerapan Pasal 288 UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan, dapat ditinjau dari dua aspek yaitu :

1. Efektivitas Penerapan Pasal 288 UU Nomor 22 Tahun 2009 dilihat dari Jumlah

Pelanggar Lalu Lintas Per Tahun.

Untuk mengetahui sejauh mana efektivitas dari suatu aturan hukum atau perundang-

undangan, maka kita pertama-tama harus dapat mengukur sejauh mana aturan hukum itu ditaati.

Tentu saja, jika suatu aturan hukum ditaati oleh sebagian besar target yang menjadi sasaran

ketaatannya, kita dapat mengatakan bahwa aturan hukum yang bersangkutan adalah efektif.

Untuk mengetahui seberapa efektif penerapan Pasal 288 UU Nomor 22 Tahun 2009, penulis

telah melakukan penelitian di Polrestabes Makassar dan Pengadilan Negeri Makassar.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh keterangan bahwa jumlah pelanggar lalu lintas dari januari

2010 – agustus 2012 di Polrestabes Makassar adalah sebanyak 23.840 kasus, dan di Pengadilan

Negeri Makassar adalah sebanyak 30.571 kasus, terdapat perbedaan jumlah kasus karena data

yang ada di Polrestabes merupakan data yang diperoleh dari penyetoran 12 polsek yaitu Polsek

Tallo, Polsek Ujung Pandang, Polsek Mariso, Polsek Makassar, Polsek Mamajang, Polsek

Manggala, Polsek Bontoala, Polsek Panakukkang, Polsek Biringkanaya, Polsek Rappocini, Polsek

Tamalanrea, dan Polsek Tamalate. Sedangkan data yang ada di Pengadilan Negeri Makassar

merupakan data dari Polrestabes Makassar, Polres Pelabuhan, Ditlantas Polda, dan PJR (Polisi

Jalan Raya), dengan rincian sebagaimana terlihat dalam tabel dibawah ini :

4) li

b

r

a

r

y

s

e

a

r

c

h

Page 14: Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum

Tabel 1 : Data Pelanggar Lalu Lintas di Polrestabes Makassar dari Tahun 2010-2012

No. Bulan 2010 2011 2012 Total 1. Januari 253 475 595 1.323

2. Februari 517 348 890 1.7553. Maret 370 800 671 1.8414. April 838 1009 661 2.5085. Mei 575 874 991 2.4406. Juni 1002 957 540 2.4997. Juli 882 905 548 2.3358. Agustus 1175 1005 495 2.6759. September 592 555 - 1.147

10. Oktober 1137 852 - 1.98911. November 750 803 - 1.55312. Desember 457 1318 - 1.775

Total 8.548 9.901 5.391 23.840Sumber : Data Primer Januari 2010-Agustus 2012.

Tabel diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2010 terdapat pelanggaran sebanyak 8.548,

pada tahun 2011 sebanyak 9.901 dan pada tahun 2012 sebanyak 5.391 hingga bulan Agustus.

Jumlah pelanggar lalu lintas pada tahun 2011 mengalami peningkatan dari tahun 2010 yaitu

sebanyak 1.353. Jumlah total pelanggar lalu lintas dari januari 2010 – Agustus 2012 adalah

sebanyak 23.840.

Tabel 2 : Data Pelanggar Lalu Lintas di Pengadilan Negeri Makassar dari Tahun 2010-2012

No. Bulan 2010 2011 2012 Total 1. Januari 440 937 702 2.079

2. Februari 483 570 1060 2.1133. Maret 381 404 1575 2.3604. April 593 906 1062 2.5615. Mei 655 478 1060 2.1936. Juni 825 637 1501 2.9637. Juli 831 1739 916 3.4868. Agustus 1573 1658 958 4.1899. Septembe

r346 1267 - 1.613

10. Oktober 1517 1342 - 2.85911. November 897 1304 - 2.20112. Desember 277 1677 - 1.954

Total 8.818 12.919 8.834 30.571Sumber : Data Primer Januari 2010-Agustus 2012

Page 15: Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum

Tabel diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2010 terdapat pelanggaran sebanyak 8.818,

pada tahun 2011 sebanyak 12.919 dan pada tahun 2012 sebanyak 8.834 hingga bulan Agustus.

Jumlah pelanggar lalu lintas pada tahun 2011 mengalami peningkatan dari tahun 2010 yaitu

sebanyak 4.101. Jumlah total pelanggar lalu lintas di Pengadilan Negeri Makassar dari Januari

2010 – Agustus 2012 adalah sebanyak 30.571.

Jenis pelanggaran ini terjadi karena pengemudi kendaraan bermotor sering mengabaikan

peraturan dalam berlalu lintas dan adanya sikap apatis (acuh) serta Kebiasaan melanggar

peraturan lalu lintas yang anggap biasa kemudian menjadi budaya melanggar peraturan. Salah

satu contohnya yaitu ketika seseorang pengendara yang ingin menuju kesuatu tempat yang

jaraknya tidak terlalu jauh dari kediamannya, maka rata-rata pengendara tidak membawa Surat

Tanda Nomor Kendaraan (STNK) atau Surat Ijin Mengemudi (SIM) atau tidak menggunakan helm.

Faktor lain yang menjadi penyebab adalah faktor ketidakdisiplinan dan faktor lupa

2. Efektivitas Penerapan Pasal 288 UU Nomor 22 Tahun 2009 dilihat dari Pemberian

Sanksi Pidana Denda.

Untuk mengetahui kasus-kasus pelanggaran lalu lintas khususnya terhadap pelanggaran

Pasal 288 UU Nomor 22 tahun 2009 yang diselesaikan melalui persidangan atau pemeriksaan

cepat di Pengadilan Negeri Makassar, maka penulis melakukan penelitiaan dan memperoleh data

sebagai berikut :

Tabel 3: Data Jumlah Denda Pelanggaran lalu Lintas di PN Makassar Tahun 2010

No Bulan Jumlah kasus

Hadir sidang

Verstek (putusan

tanpa hadir)

Jumlah Denda

1. Januari 440 101 339 Rp.7.050.0002. Februari 483 237 246 Rp.3.050.003. Maret 381 171 210 Rp.8.650.0004. April 593 203 390 Rp.8.565.0005. Mei 655 245 410 Rp.9.525.0006. Juni 825 321 504 Rp.13.256.000

Page 16: Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum

7. Juli 831 330 501 Rp.13.850.0008. Agustus 1573 670 903 Rp.15.261.0009. September 346 106 240 Rp.11.426.000

10. Oktober 1517 710 807 Rp.14.559.00011. November 897 396 501 Rp.8.461.00012. Desember 277 107 170 Rp.1.745.000

Total 8.818 3.597 5.221 Rp.115.362.000Sumber : Data Primer tahun 2010

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 8.818 pelanggaran lalu lintas khususnya Pasal 288

UU Nomor 22 Tahun 2009 yang diputus oleh Pengadilan Negeri Makassar, terdapat 3.597 yang

mengikuti persidangan dan 5.221 yang tidak mengikuti persidangan (verstek/putusan tanpa hadir),

jumlah total denda selama tahun 2010 adalah sebanyak Rp.115.362.000.

Table 4: Data Jumlah Denda Pelanggaran lalu Lintas di PN Makassar Tahun 2011

No. Bulan Jumlah kasus

Hadir sidang

Verstek (putusan

tanpa hadir)

Jumlah Denda

1. Januari 937 507 430 Rp.11.452.0002. Februari 570 209 361 Rp.5.260.0003. Maret 404 200 204 Rp.3.765.0004. April 906 406 500 Rp.11.741.0005. Mei 478 172 306 Rp.4.334.0006. Juni 637 307 330 Rp.14.462.0007. Juli 1739 709 1030 Rp.86.210.0008. Agustus 1658 808 850 Rp.98.500.0009. September 1267 607 660 Rp.88.660.000

10. Oktober 1342 541 801 Rp.81.800.000 11. November 1304 603 701 Rp.67.830.000 12. Desember 1677 670 1007 Rp.146.260.000

Total 12.919 5.739 7.180 Rp.620.364.000Sumber : Data Primer Tahun 2011.

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 12.919 pelanggaran lalu lintas khususnya Pasal 288

UU Nomor 22 Tahun 2009 yang diputus oleh Pengadilan Negeri Makassar, terdapat 5.739 yang

mengikuti persidangan dan 7.180 yang tidak mengikuti persidangan (verstek/putusan tanpa hadir),

jumlah total denda selama tahun 2011 adalah sebanyak Rp.620.364.000.

Table 5 :Data Jumlah Denda Pelanggaran lalu Lintas di PN Makassar Tahun 2012

No. Bulan Jumlah

kasus

Hadir

sidang

Verstek

(putusan

Jumlah Denda

Page 17: Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum

tanpa hadir)

1. Januari 702 401 301 Rp.33.450.000

2. Februari 1060 459 601 Rp.60.952.000

3. Maret 1575 626 950 Rp.98.070.000

4. April 1062 562 500 Rp.31.800.000

5. Mei 1060 544 516 Rp.42.370.000

6. Juni 1501 700 801 Rp.54.320.000

7. Juli 916 516 400 Rp.32.420.000

8. Agustus 958 375 601 Rp.36.100.000

Total 8.834 4.165 4.470 Rp.389.482.000

Sumber : Data Primer 2012.

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 8.835 pelanggaran lalu lintas khususnya Pasal 288

UU Nomor 22 Tahun 2009 yang diputus oleh Pengadilan Negeri Makassar, terdapat 4.165 yang

mengikuti persidangan dan 4.470 yang tidak mengikuti persidangan (verstek/putusan tanpa hadir),

jumalh total denda dari Januari 2012- Agustus 2012 adalah sebanyak Rp.389.482.000.

Dari ke tiga tabel di atas, dapat dilihat bahwa jumlah kasus pelanggar lalu lintas dari Januari

2010 – Agustus 2012 di Pengadilan Negeri Makassar sebanyak 30.571 kasus. Jumlah Denda

pelanggaran Lalu Lintas juga mengalami peningkatan. Kasus-kasus ini disidangkan dengan

pemeriksaan cepat. Kasus-kasus yang diterima tersebut seluruhnya dijatuhi sanksi pidana denda

tanpa ada satupun kasus yang divonis dengan pidana kurungan.

Dari segi efektivitas penjatuhan pidana denda terhadap pelanggar, terdapat 17 orang yang

takut melakukan pelanggaran lalu lintas dan 33 orang yang tidak takut melakukan pelanggaran

lalu lintas kembali. Alasanya bahwa sanksi denda mempunyai kelemahan-kelemahan antara lain :

1. Pidana denda dapat dibayar atau ditangguhkan oleh pihak ketiga, sehingga pidana yang

dijatuhkan tidak secara langsung dirasakan oleh si pelanggar sendiri.

2. Bahwa pidana denda itu lebih menguntungkan bagi orang-orang yang mampu.

3. Pidana denda tidak menimbulkan stigma atau cap sebagai penjahat bagi pelanggar.

Page 18: Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum

B. Peran Aparat Kepolisian Polrestabes Makassar dalam Menanggulangi Pelanggaran Lalu

Lintas di Kota Makassar.

1. Upaya Preventif

Upaya preventif (pencegahan) dimaksudkan sebagai usaha untuk mengadakan perubahan-

perubahan yang bersifat positif terhadap kemungkinan terjadinya gangguan-gangguan dalam

ketertiban dan keamana (stabilitas hukum).

Upaya preventif yang telah dilakukan oleh Kesatuan Lalu Lintas Polrestabes Makassar

antara lain :

1. Penyuluhan tentang berlalu lintas

2. Polisi menyapa masyarakat yang dilaksanakan secara rutin tiap hari minggu di sekitar

anjungan pantai losari Makassar.

3. Pelatihan berlalu lintas

Pelatihan ini ditujukan kepada seluruh tukang parker yang ada di kota Makassar.

4. Pelayanan pembuatan SIM

Pelayanan pembuatan SIM telah dilaksanakan dengan baik, misalnya saja pelayanan

pembuatan SIM juga telah hadir di beberapa mall Makassar sehingga mempermudah

warga dalam pengurusan SIM, seperti contoh mall panakukkang.

5. Pemasangan spanduk, baliho, pamphlet, dan penyebaran brosur

Hal ini dapat kita lihat disepanjang jalan di kota Makassar seperti anjuran untuk

memakai helm standar.

6. Pemasangan rambu-rambu peringatan dengan bekerja sama dengan jasa raharja.

2. Upaya Represif

Upaya represif (penindakan) merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh aparat

penegak hukum sesudah terjadinya kejahatan atau perlanggaran. Seiring dengan palaksanaan

Page 19: Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum

penanggulangan pelanggaran lalu lintas di kota Makassar yang bersifat preventif, maka perlu

dilaksanakan upaya penangulangan yang bersifat represif. Upaya represif yang dilakukan adalah :

a. Penindakan dengan pemberian surat teguran atau lisan

Penindakan dengan teguran hanya diberikan kepada palanggar yang tidak terlalu fatal

seperti mengendarai kendaraan dengan membawa anak atau diberikan bagi anak

sekolah dibawah umur yang melakukan pelanggaran.

b. Penindakan dengan pemberian surat tilang

Setiap pengendara kendaraan bermotor yang kedapatan melanggar lalu lintas maka

akan ditindaki dengan tilang. Hal ini dapat kita lihat ketika ada operasi/sweping yang

dilakukan oleh polisi lalu lintas dimana banyak terjaring pelaku pelanggaran lalu lintas,

baik itu mengenai perlengkapan kendaraan, surat-surat, maupun marka/rambu.

Page 20: Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum

JURNAL ILMIAH ILMU HUKUM

JURUSAN HUKUM PIDANA

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS HASANUDDIN

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab

sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Penerapan pasal 288 UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,

belum efektif menanggulangi pelanggran lalu lintas di kota Makassar. Hal ini dapat dilihat

dari jumlah pelanggar lalu lintas yang mengalami peningkatan pada setiap tahunnya baik

data di Polrestabes Makassar maupun di Pengadilan Negeri Makassar. Pelanggaran ini

terjadi karena pengemudi kendaraan bermotor sering mengabaikan peraturan dalam

berlalu lintas dan adanya sikap apatis (acuh) yang sudah menjadi kebiasaan.

2. Dari segi penjatuhan pidana denda terhadap pelaku pelanggaran lalu lintas ternyata belum

efektif, karena masih banyak masyarakat yang tidak takut untuk melakukan pelanggaran

lalu lintas kembali. Hal ini disebabkan : (1) Pidana denda dapat dibayar atau ditangguhkan

oleh pihak ketiga, sehingga pidana yang dijatuhkan tidak secara langsung dirasakan oleh

si pelanggar sendiri. (2) Bahwa pidana denda itu lebih menguntungkan bagi orang-orang

yang mampu. (3) Pidana denda tidak menimbulkan stigma atau cap sebagai penjahat bagi

pelanggar.

3. Peran aparat kepolisian polrestabes Makassar dalam menanggulangi pelanggaran lalu

lintas di kota Makassar adalah upaya preventif (pencegahan) dan upaya represif

(penindakan). Upaya preventif yang dilakukan yaitu : penyuluhan hukum, polisi menyapa

masyarakat, pelatihan tentang lalu lintas, pelayanan pembuatan SIM, pemasangan

spanduk, baliho, pamphlet, dan penyebaran brosur. Upaya represif yang dilakukan yaitu :

penindakan dengan teguran dan penindakan dengan tilang

Page 21: Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum

B. Saran

1. Untuk mengurangi tindak pidana pelanggaran lalu lintas di kota Makassar, diharapkan

kepada aparat kepolisian menempatkan personilnya disegala sudut dan perempatan jalan

di kota Makassar supaya pengendara tidak melakukan pelangaran lalu lintas.

2. Penanganan terhadap para pelanggar, memerlukan kemampuan dan ketrampilan

professional. Oleh karena itu, maka para penegak hukum harus mempunyai pendidikan

formal dengan taraf tertentu, serta pengetahuan dan pemahaman hukum yang cukup

besar. Pengutamaan kekuatan fisik, bukanlah sikap professional di dalam menangani

masalah-masalah lalu lintas.

3. Pendidikan bagi pengemudi, juga merupakan salah satu cara dalam menangani para

pelanggar lalu lintas. Pada masyarakat lain di luar Indonesia, sekolah mengemudi

merupakan suatu lembaga pendidikan yang tujuan utamanya adalah menghasilkan

pengemudi-pengemudi yang cakap dan terampil di dalam mencegah terjadinya

kecelakaan lalu lintas. Sekolah-sekolah tersebut dikelola oleh para ahli, yang tidak hanya

melingkupi mereka yang biasa menangani masalah-masalah lalu lintas, akan tetapi

kadang-kadang juga ada psikologinya maupun ahli ilmu-ilmu sosial lainnya. Di dalam

sekolah pendidikan pengemudi tersebut, yang paling pokok adalah sikap dari instruktur.

Instruktur harus mampu menciptakan suatu suasana dimana murid-muridnya dengan

konsentrasi penuh menerima pelajarannya.

4. Diharapkan kepada pemerintah agar memasukkan pelajaran berlalu lintas ke kurikulum

sekolah dan perguruan tinggi agar masyarakat sadar akan pentingnya berlalu lintas.

Page 22: Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum

JURNAL ILMIAH ILMU HUKUM

JURUSAN HUKUM PIDANA

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS HASANUDDIN

DAFTAR PUSTAKA

Alam, A.S. 2010. Pengantar Kriminologi. Makassar : Pustaka Refleksi.

Bentham, Jeremy. 2010. Teori Perundang-undangan (Prinsip-prinsip Legislasi, Hukum Perdata,

dan Hukum Pidana). Bandung : Nuansa.

Ali, Achmad. 2009. Menguak Teori Hukum (legal theory) dan Teori Peradilan (Judiclalprudence).

Jakarta : kencana Prenada Media Group.

Chazawi, Adami. 2007. Pelajaran Hukum Pidana I Bagian I. Jakarta : PT.Rajagrafindo Persada.

Djajoesman. 1996. Polisi dan Lalu Lintas (cetakan kedua). Jakarta: Bina Cipta.

Hamzah,Andi. 2008 .Asas-asas Hukum Pidana (edisi revisi 2008). Jakarta : PT Rineka Cipta.

Moeljatno. 1991. Asas-asas Hukum Pidana Indonesia. Jakarta: Bina Aksara.

Prasetyo, Teguh. 2011. Hukum Pidana Edisi Revisi. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Prodjodikoro, Wirjono. 2009. Asas-asas Hukum Pidinan di Indonesia. Bandung: PT.Refika

Aditama.

Siagi, Sondang. 1991. Filsafat Administrasi. Jakarta : Gunung Agung.

Page 23: Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum

Soekanto, Soerjono .2005. Sosiologi Suatu PengantarI. Jakarta :PT.Raja Grafindo Persada.

Subekti,R,R.Tijtrosoedibio. 2008. Kamus Hukum. Jakarta : Pradnya Paramita.

Perundang-undangan

Kitab Undang-undanng hukum Pidana

Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana ( UU No.8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana)

Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Sumber Lain

Tri Rama K, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Agung Media Mulia,

M. Marwan & Jimmy P. 2009. Kamus Hukum. Surabaya : Reality Publisher.

Michael R.Purba. 2009. Kamus Hukum Internasional & Indonesia. Jakarta : Widyatamma.

www.id.wikipedia.org. 8 september 2010