Upload
lycong
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
ii
JURNAL ILMIAH SATYA NEGARA INDONESIA merupakan Jurnal Ilmiah yang
menyajikan artikel original tentang pengetahuan dan informasi penelitian atau
aplikasi penelitian dan pengembangan terkini yang berhubungan dengan bidang
yang ada di Universitas Satya Negara Indonesia yang memiliki empat Fakultas yaitu
Fakultas Teknik, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Fakultas Ekonomi dan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Jurnal ini merupakan sarana publikasi dan ajang
berbagi karya riset dan pengembangannya di Universitas Satya Negara Indonesia
(USNI).
Pemuatan artikel di Jurnal ini dapat dikirim ke alamat Penerbit. Informasi lebih
lengkap untuk pemuatan artikel dan petunjuk penulisan artikel tersedia pada
halaman terakhir yakni pada Pedoman Penulisan Jurnal Ilmiah atau dapat dibaca
pada setiap terbitan. Artikel yang masuk akan melalui proses seleksi editor atau
mitra bestari.
Jurnal ini terbit secara berkala sebanyak dua kali dalam setahun yakni Juni dan
Desember. Pemuatan naskah tidak dipungut biaya. Jurnal Ilmiah Satya Negara
Indonesia merupakan peningkatan dari Jurnal USNI sebelumnya.
Alamat Penerbit / Redaksi
Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LPPM)
Universitas Satya Negara Indonesia
Jl. Arteri Pondok Indah No.11 Kebayoran Lama Utara
Jakarta Selatan 12240 – Indonesia
Telp. (021) 7398393/7224963. Hunting, Fax 7200352/7224963
Homepage : http://www.usni.ac.id
E-mail : [email protected]
Frekuensi Terbit
2 kali setahun : Juni dan Desember
iii
Vol. 9 No. 1 Juni 2016 ISSN : 1979-5246
JURNAL ILMIAH
SATYA NEGARA INDONESIA
Pelindung
Prof. Dr. Lijan P. Sinambela, MM, M.Pd
(Rektor)
Penanggung Jawab
Dr. Yusriani Sapta Dewi, MSi
(Ketua LPPM)
Penasehat
Prof. Dr. Ir. Supriyono Eko Wardoyo, M.Aq
Dewan Redaksi
Dr. Yusriani Sapta Dewi,M.Si
Teguh Budi Santoso,S.Kom,.M.Kom
Prionggo Hendradi,S.Kom,.M.Kom
Ir. Riena F. Talussa,.M.Si
Bertha Komala Sinambela,S.Sos,.M.Si
Gustom Sitorus,SE,.MM
Mitra Bestari
Prof. Dr. Irwan Abdullah, M.Sc (UGM)
Dr. Ir. Rofiq Sunaryanto (BPPT)
Prof. Dr. Ir. Rosmawati Paranginangin, M.S (Balai Riset DKP)
Dr. Dedi Setia Permana, M.Sc (LIPI)
Penyunting Pelaksana
Nurul Chafid, S.Kom,. M.Kom
Mulyana Adnan, SE.
iv
DAFTAR ISI
Analisis Perbedaan Pasir Aktif dan Arang Untuk Menurunkan Kadar Fe Dalam Air 1-9 Charles Situmorang
Analisis dan Penerapan Algoritma C45Untuk Mengklasifikasikan Instrumen Kepuasan
Pengguna Sistem Informasi Akademik (SIA) 10-20
Hernalom Sitorus
Perancangan Aplikasi Data Mahasiswa Untuk Menganalisa Produk Komestik dan Kecantikan
Menggunakan Algoritma Apriori Pada PT. Rajawali Mutiara Sejahtera 21-30
Bayu Dedy Irwanto, Kiki Kusumawati
Efektifitas Reaktor BioFilm Media Krikil dan Reaktor Saringan Pasir Terhadap Penurunan
Kadar Surfaktan Limbah Cair Loundry 31-41
Nurhayati, Widi
Penerapan Sistem Electronic Customer Relationship Management (E-CRM) Dengan Metode
Zachman Framwork Pada Lembaga Bimbingan Al-Amzad 42-51
Nurul Chafid, Muslim
Penerapan Metode IPSEC Untuk Optimalisasi Koneksi Jaringan di PT. OTO MULTIARTHA 52-58 Prionggo Hendradi, Braja Santoso
Referensi Memilih Rumah TInggal Dengan Analisis Konjoin
(Studi Kasus : Perumahan Parung, Graha Griya Kabupaten Bogor) 59-66 Riama Sibarani
Analisis Kelembagaan Pengelolaan Waduk Cirata 67-73 Urip Rahmani
Penurunan COD, TSS Pada Penyaringan Air Limbah Tahu Menggunakan Media Pasir Kuarsa
Karbon Aktif,Sekam Padi dan Ziolit 74-80 Yusriani Sapta Dewi, Yanti Buchori
Evaluasi Kinerja Karyawan Universitas Satya Negara Indonesia Dengan Metode Fuzzy C-Mean 81-86 Bosar Panjaitan
31
EFEKTIFITAS REAKTOR BIOFILM
MEDIA KERIKIL DAN REAKTOR SARINGAN PASIR TERHADAP PENURUNAN
KADAR SURFAKTAN LIMBAH CAIR LAUNDRY
Nurhayati dan Widi Prastianto
Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Satya Negara Indonesia
Abstract
laundry business has no Installation Wastewater Treatment Plant (WWTP . Detergents are difficult to be degraded
by microorganisms. The potential for bacteria to degrade the surfactant would be maximized if it is in a special
environment that form biofilms by adding the bacterium Pseudomonas putida proceed with the filtration sand
filter by passing the water on a porous medium . the results with biofilm reactor , combined with active sand filters
are effective in lowering levels of surfactant , BOD , COD , scaling back surfactant levels of 47.43 mg / l to 14.24
mg / l with the effectiveness of the instruments of 69.98 % , BOD levels decreased from 205.95 mg / l decreased
to 45.88 mg / l with a reduction in the effectiveness of the tools of 77.72 % , while the COD fell from from 487.33
mg / l to 94 mg / l with a reduction in the effectiveness of the tool amounting to 80.71 % while decreasing the
turbidity levels decreased from 192.50 mg / l to 18.70 mg / l with a reduction in the effectiveness of the tools of
90.29 % .
Keynote:
Limbah laudry, surfaktan, Pseudomonas putida, biofilm dan filter
LATAR BELAKANG MASALAH
Pada saat ini jasa pencucian pakaian atau
laundry sangat berkembang di mana-mana
terutama di daerah pemukiman seiring
bertambahnya jumlah penduduk dengan tingkat
kebutuhan akan barang dan jasa yang tinggi.
Limbah laundry mengandung deterjen
yang digunakan untuk mencuci pakaian. Deterjen
merupakan pembersih yang terbuat dari bahan-
bahan turunan minyak bumi. Deterjen mengandung
berbagai tambahan bahan kimia seperti surfaktan,
fosfat, silikat, bahan pewarna, dan bahan pewangi.
Jenis deterjen yang banyak digunakan sebagai bahan
pencuci pakaian adalah deterjen yang mengandung
Alkyl Benzene Sulphonate (ABS) yang merupakan
deterjen golongan keras dan Lauril Alkyl Sulphonate
(LAS).
Dengan tingginya tingkat bahaya yang
ditimbulkan oleh limbah cair laundry ini, maka
diperlukan suatu teknologi alternatif atau rancangan
suatu sistem pengolahan air limbah yang dapat
meminimalisir tingkat bahaya yang ditimbulkan
oleh limbah cair laundry tersebut. Salah satu
teknologi yang dapat digunakan adalah sistem
biofilm dan saringan pasir. Dalam penelitian ini
digunakan reaktor biofilm dengan media kerikil dan
reaktor saringan pasir yang merupakan suatu proses
penyaringan atau penjernihan air limbah, di mana
limbah cair laundry yang akan diolah didiamkan
atau dijenuhkan dengan waktu tertentu pada reaktor
biofilm media kerikil (system batch) dan selanjutnya
dilewatkan pada reaktor saringan pasir dengan
kecepatan tertentu. Dalam penelitian ini, dilakukan
penanaman bakteri (seeding) dengan menambahkan
bakteri anggota genus Pseudomonas, yaitu
Pseudomonas putida.
Proses filtrasi yang terjadi pada saringan
pasir, yaitu memisahkan air dari kandungan
kontaminan berupa partikel tersuspensi, koloid, dan
bakteri dengan cara melewatkan air pada suatu
media berpori. Pada prinsipnya material ini dapat
berupa material apa saja seperti lapisan granular
pasir, batu yang dihancurkan, antrasit, kaca, sisa
arang, dan lain-lain. Pada penelitian ini digunakan
pasir sebagai media filtrasi. Media pasir digunakan
karena pasir mudah ditemui dalam jumlah banyak,
biaya yang murah, dan hasil pengolahan yang
diberikan juga sangat memuaskan (Longsdon et al.,
2002).
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka
perumusan masalah yang akan dibahas dalam
penelitian ini adalah seberapa besar efektifitas
reaktor biofilm media kerikil dan reaktor saringan
terhadap penurunan kadar surfaktan, Kebutuhan
Oksigen Biologis (BOD), Kebutuhan Oksigen
Kimiawi (COD), dan kekeruhan pada limbah cair
laundry serta bagaimana pengaruh perbedaan masa
inkubasi bakteri pada reaktor dalam pengolahan
limbah cair laundry.
Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui efektifitas reaktor biofilm media kerikil
dan reaktor saringan pasir terhadap penurunan kadar
32
surfaktan, Kebutuhan Oksigen Biologis (BOD),
Kebutuhan Oksigen Kimiawi (COD), dan
kekeruhan pada limbah cair laundry serta
bagaimana pengaruh perbedaan masa inkubasi
bakteri pada reaktor dalam pengolahan limbah cair
laundry.
Batasan Masalah Berdasarkan rumusan masalah yang
ditentukan dan agar penelitian dapat berjalan secara
sistematis, maka perlu adanya batasan-batasan pada
penelitian ini, antara lain:
1. Sumber limbah yang digunakan berasal
dari kegiatan industri laundry.
2. Metode penelitian menggunakan reaktor
biofilm dengan komposisi media kerikil,
kemudian dilanjutkan menggunakan
reaktor saringan pasir.
3. Bakteri yang ditambahkan untuk
penumbuhan biofilm pada media kerikil
adalah bakteri Pseudomonas putida.
4. Parameter yang diukur adalah surfaktan,
Kebutuhan Oksigen Biologis (BOD),
Kebutuhan Oksigen Kimiawi (COD), dan
kekeruhan.
LANDASAN TEORI
Pencemaran Air
Pencemaran air adalah suatu perubahan
keadaan di suatu tempat penampungan air seperti
danau, sungai, laut, dan tanah yang diakibatkan oleh
aktifitas manusia. Walaupun fenomena alam seperti
gunung berapi, badai, gempa bumi, atau lainnya
juga mengakibatkan perubahan yang besar terhadap
kualitas air, tetapi hal ini tidak dianggap sebagai
pencemaran. Pencemaran air dapat disebabkan oleh
berbagai hal dan memiliki karakteristik yang
berbeda-beda. Zat-zat yang terdapat di dalam air
limbah adalah unsur-unsur organik tersuspensi
maupun terlarut, unsur-unsur anorganik, dan
mikroorganisme. Unsur-unsur tersebut memberi
corak kualitas air buangan dalam sifat fisik,
kimiawi, maupun biologis.
Surfaktan Surfaktan merupakan molekul ampifilik
yang terdiri atas bagian kepala hidrofilik yang
mempunyai afinitas tinggi terhadap air dan bagian
ekor hidrofobik yang mempunyai afinitas tinggi
terhadap minyak (Dickinson & Mc Clements, 1996).
Gambar 1 Molekul Surfaktan(Gervasio,1996)
Surfaktan sebagai bahan aktif dalam deterjen
memiliki fungsi tertentu dalam proses pencucian.
Surfaktan berperan untuk menurunkan tegangan
permukaan, peristiwa adsoprsi, dan deterjensi.
Tegangan permukaan dirumuskan sebagai
energi yang harus digunakan untuk memperbesar
permukaan suatu cairan sebesar 1 cm2. Tegangan
permukaan disebabkan oleh adanya gaya tarik
menarik dari molekul cairan. Tegangan permukaan
antara lain dapat diukur dengan menggunakan
Tensiometer du Nouy dan dinyatakan dalam satuan
dyne/cm. Apabila surfaktan ditambahkan ke suatu
cairan pada konsentrasi rendah, maka dapat
mengubah karakteristik tegangan permukaan dan
antar muka cairan tersebut. Antar muka adalah
bagian di mana dua fase saling bertemu atau kontak,
sedangkan permukaan adalah antar muka di mana
satu fase kontak dengan udara. Sebagian besar
surfaktan pada tingkat konsentrasi 0,1% akan
mengurangi tegangan permukaan air dar 72 dyne/cm
menjadi 32 dyne/cm. Hal ini terjadi karena molekul-
molekul dalam sebagian besar cairan akan saling
tarik menarik satu sama lain oleh gaya Van der
Walls yang menggantikan ikatan hidrogen air.
Bakteri Pseudomonas Putida
Salah satu bakteri yang memiliki
kemampuan mendegradasi deterjen adalah
Pseusomonas putida. Strain bakteri anggota
Pseudomonas fluorescens, Pseudomonas putida,
Pseudomonas aeruginosa, dan Bacillus cereus
mampu mendegradasi 90% Lauril Alkyl Benzene
Sulfonate (LAS) dalam waktu delapan hari
(Widyakusuma, 2007).
Pseudomonas putida merupakan salah satu
bakteri genus Pseudomonas yang berbentuk batang
atau melengkung tetapi tidak berbentuk heliks dan
tergolong dalam bakteri gram negatif yang
umumnya tumbuh pada medium yang mengandung
oksigen (aerobik), sehingga dikenal pula dengan
istilah aerobic sporeformers. Kebanyakan anggota
genus Pseudomonas dapat membentuk endospora
yang dibentuk secara intraseluler sebagai respon
terhadap lingkungan yang kurang menguntungkan,
oleh karena itu anggota genus Pseudomonas
memiliki toleransi yang tinggi terhadap kondisi
lingkungan yang berubah-ubah. Pseudomonas
putida merupakan bakteri gram negatif, aerobik,
umumnya berukuran 0,5-1 µm, suhu pertumbuhan
antara 30-35⁰C, dan pH pertumbuhan 5,5-8,5.
Sistem metabolisme Pseudomonas putida adalah
respirasi dan tidak pernah melakukan metabolisme
fermentatif. Bakteri Pseudomonas putida banyak
terdapat di tanah atau di perairan dan berfungsi
33
sebagai katalis untuk pemecah bahan organik dan
proses oksidasi reduksi. Energi yang dihasilkan dari
reaksi kimia ini digunakaan untuk pertumbuhan dan
metabolisme bakteri tersebut (Krieg & Hall, 1984).
Biofilm Biofilm adalah suatu istilah yang
digunakan untuk menggambarkan suatu lingkungan
kehidupan yang khusus dari sekelompok
mikroorganisme yang melekat ke suatu permukaan
padat dalam lingkungan perairan. Hal ini menjadi
mikrolingkungan yang unik, di mana
mikroorganisme dalam biofilm berbeda secara
struktural maupun fungsional yang dapat hidup
bebas (Donlan, 2002).
Biofilm akan terbentuk pada permukaan
yang lembab, hal ini disebabkan mikroba dapat
bertahan hidup jika mendapatkan kelembaban yang
cukup. Pada prosesnya biofilm mengeksresikan
suatu bahan yang licin (berlendir) pada sebuah
permukaan, kemudian akan menempel dengan baik
di permukaan tersebut jika keadaan minimum
bakteri tersebut terpenuhi.
Melihat keunggulan biofilm, teknologi ini
telah banyak diterapkan pada pengendalian
pencemaran lingkungan, terutama untuk
menguraikan senyawa organik menjadi senyawa
anorganik. Biofilm juga dapat untuk memurnikan air
dengan cara menguraikan senyawa-senyawa
berbahaya dalam perairan. Biofilm mempunyai
keunggulan dibandingkan dengan sel plantonik, di
mana biofilm lebih tahan terhadap bahan antiseptik,
temperatur, dan pH. Pengendalian pencemaran di air
dengan memanfaatkan bakteri pembentuk biofilm
akan menjadi sangat efektif.
Saringan Pasir
Filtrasi adalah suatu proses pemisahan zat
padat dari fluida (cair maupun gas) yang
menggunakan suatu medium berpori atau bahan
berpori lain untuk menghilangkan sebanyak
mungkin zat padat halus yang tersuspensi dan
koloid. Di samping mereduksi kandungan zat padat,
filtrasi dapat pula mereduksi kandungan bakteri,
menghilangkan warna, rasa, bau, besi, dan mangan.
Saringan pasir cukup efektif digunakan untuk
menghilangkan kandungan bahan organik dan
organisme patogen pada air yang mempunyai
kekeruhan relatif rendah. Saringan pasir banyak
digunakan untuk pengolahan air dengan kekeruhan
di bawah 50 NTU. Efektifitas penyaringan
tergantung pada distribusi ukuran partikel pasir,
rasio luas permukaan filter terhadap kedalaman, dan
kecepatan fitrasi.
Saringan pasir bekerja dengan cara
pembentukan lapisan biofilm di beberapa milimeter
bagian atas lapisan media pasir yang disebut
hypogeal atau schmutzdecke. Lapisan ini
mengandung bakteri, fungi, protozoa, rotifera, dan
larva serangga air. Schmutzdecke adalah lapisan
yang melakukan pemurnian efektif dalam
pengolahan air. Selama air melewati schmutzdecke,
partikel akan terperangkap dan organik terlarut akan
teradsorpsi, diserap, dan dicerna oleh bakteri, fungi,
dan protozoa. Proses ini terjadi sangat kompleks dan
bervariasi, tetapi yang utama adalah mechanical
straining terhadap kebanyakan bahan tersuspensi
dalam lapisan tipis yang berpori-pori sangat kecil.
METODE PENELITIAN Lokasi penelitian dilakukan di industri
laundry yang berada di daerah Bintaro, Jakarta
Selatan, sebagai tempat sumber limbah cair laundry,
sebagai tempat preparasi alat dan bahan serta
analisis sampel limbah cair laundry untuk
mengetahui kadar surfaktan, Kebutuhan Oksigen
Biologis (BOD), Kebutuhan Oksigen Kimiawi
(COD), dan kekeruhan yang terkandung.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah
penelitian eksperimental dengan mengolah limbah
cair laundry menggunakan rancangan yang telah
disusun, yaitu reaktor biofilm media kerikil dan
reaktor saringan pasir. Pengolahan dilakukan
dengan cara menjenuhkan limbah cair laundry pada
reaktor biofilm media kerikil (system batch) dengan
waktu yang telah ditentukan, selanjutnya dilewatkan
pada reaktor saringan pasir dengan kecepatan alir
sebesar 0,02 L/dtk, kemudian menganalisis limbah
cair laundry terhadap parameter surfaktan,
Kebutuhan Oksigen Biologis (BOD), Kebutuhan
Oksigen Kimiawi (COD), dan kekeruhan.
Metode penelitian ini terdiri dari beberapa
tahapan, yaitu persiapan reaktor biofilm media
kerikil dan reaktor saringan pasir, preparasi limbah
cair laundry, pengukuran kadar limbah cair laundry,
dan pengolahan data.
Gambar 1. Sketsa Desain Reaktor Biofilm Media
Kerikil
dan Reaktor Saringan Pasir
Pengolahan Data Untuk mengetahui efektifitas reaktor
biofilm media kerikil dan reaktor saringan pasir
terhadap penurunan kadar surfaktan, Kebutuhan
34
Oksigen Biologis (BOD),Kebutuhan Oksigen
Kimiawi (COD),dan kekeruhan, maka dihitung
menggunakan uji efektifitas dengan
membandingkan hasil pengujian kadar surfaktan,
(BOD), COD, dan kekeruhan sebelum pengolahan
dan setelah pengolahan yang dinyatakan dalam
persen (%).
Perhitungan efektifitas reaktor:
E = C0−𝐶1
𝐶1𝑋 100%
Dimana :
E = Uji Efektifitas
C0 = Kadar Sebelum Pengolahan
C1 = Kadar Setelah Pengolahan
Selain itu digunakan analisis sidik ragam
atau Analysis of Variance (ANOVA) dengan tingkat
kepercayaan 5% yang digunakan untuk melihat
perbedaan nyata atau tidak berbeda nyata saat
perlakuan pada reaktor terhadap waktu inkubasi
bakteri yang telah ditentukan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah melakukan pengujian awal, hasil yang
diketahui dari kadar surfaktan dalam limbah cair
laundry tersebut adalah sebesar 47,43 mg/L, kadar
Kebutuhan Oksigen Biologis (BOD) sebesar 205,95
mg/L, kadar Kebutuhan Oksigen Kimiawi (COD)
sebesar 487,33 mg/L, dan kadar kekeruhan adalah
sebesar 192,50 NTU. Berdasarkan Peraturan
Gubernur Propinsi DKI Jakarta No.122 Tahun 2005
tentang Baku Mutu Limbah Cair Domestik, maka
dari hasil di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
konsentrasi surfaktan, Kebutuhan Oksigen Biologis
(BOD), Kebutuhan Oksigen Kimiawi (COD), dan
kekeruhan pada limbah cair laundry tersebut telah
melampaui nilai baku mutu yang telah ditetapkan,
sehingga perlu dilakukan pengolahan terlebih
dahulu terhadap limbah cair laundry tersebut.
Untuk mengetahui efektifitas dari reaktor
biofilm media kerikil dan reaktor saringan pasir
dalam mereduksi kadar surfaktan, Kebutuhan
Oksigen Biologis (BOD),Kebutuhan Oksigen
Kimiawi (COD),dan kekeruhan di dalam limbah cair
laundry, maka perlu dilakukan pengujian dan
pemeriksaan kadar sampel sebelum pengolahan
kemudian membandingkannya dengan hasil dari
keluaran limbah cair laundry setelah melewati
proses pengolahan dengan menggunakan reaktor
biofilm media kerikil dan reaktor saringan pasir.
Berdasarkan hasil penelitian dan
pengolahan data, maka diperoleh hasil kadar
surfaktan, Kebutuhan Oksigen Biologis
(BOD),Kebutuhan Oksigen Kimiawi (COD),dan
kekeruhan pada limbah cair laundry dengan
menggunakan reaktor biofilm dan reaktor saringan
pasir sebagai berikut:
Surfaktan Limbah Cair Laundry Pada penelitian ini, pengujian kadar
surfaktan dilakukan pada hari ke-0 (sebelum
pengolahan), ke-2, ke-4, ke-6, dan ke-8. Titik
sampling dilakukan pada sebelum pengolahan
(inlet), outlet reaktor biofilm dan outlet reaktor
saringan pasir. Pengujian kadar surfaktan dalam
limbah cair laundry pada laboratorium, diperoleh
hasil yang dapat dilihat pada Tabel 1. dan nilai
efektifitas reaktor biofilm media kerikil dan
reaktor saringan pasir terhadap penurunan
kadar surfaktan dapat dilihat pada Tabel 2.
35
Tabel 1. Hasil Pengujian Kadar Surfaktan
SURFAKTAN Ulangan Hasil Pengamatan Hari Ke-
0 2 4 6 8
Biofilm
1 48,60 16,83 10,24 6,90 2,16
2 46,26 15,62 9,36 5,35 1,60
Rata-rata (mg/L) 47,43 16,22 9,80 6,12 1,88
Biofilm + Pasir
1 48,60 14,46 8,22 5,62 0,92
2 46,26 14,02 7,89 4,40 0,84
Rata-rata (mg/L) 47,43 14,24 8,06 5,01 0,88
Tabel 2. Nilai Efektifitas Reaktor terhadap Penurunan Kadar Surfaktan
SURFAKTAN Hasil Pengamatan Hari Ke-
0 2 4 6 8
Biofilm 47,43 16,22 9,80 6,12 1,88
Efektifitas (%) 65,80 79,34 87,10 96,04
Biofilm + Pasir 47,43 14,24 8,06 5,01 0,88
Efektifitas (%) 69,98 83,01 89,44 98,14
Tabel 1. hasil pengujian kadar surfaktan
sebelum dilakukan pengolahan (inlet), diperoleh
kadar sebesar 47,43 mg/L. Setelah dilakukan
pengolahan terhadap limbah cair laundry
menggunakan reaktor biofilm pada masa inkubasi
hari ke-2, diperoleh kadar surfaktan sebesar 16,22
mg/L dengan efektifitas reaktor sebesar 65,80%,
pada masa inkubasi hari ke-4, diperoleh kadar
surfaktan sebesar 9,80 mg/L dengan efektifitas
reaktor sebesar 79,34%, pada masa inkubasi hari ke-
6, diperoleh kadar surfaktan sebesar 6,12 mg/L
dengan efektifitas reaktor sebesar 87,10%, dan pada
masa inkubasi hari ke-8, diperoleh kadar surfaktan
sebesar 1,88 mg/L dengan efektifitas reaktor sebesar
96,04%.
Hasil kadar surfaktan terhadap limbah cair
laundry menggunakan reaktor biofilm dan reaktor
saringan pasir pada masa inkubasi hari ke-2,
diperoleh kadar surfaktan sebesar 14,24 mg/L
dengan efektifitas reaktor sebesar 69,98%, pada
masa inkubasi hari ke-4, diperoleh kadar surfaktan
sebesar 8,06 mg/L dengan efektifitas reaktor sebesar
83,01%, pada masa inkubasi hari ke-6, diperoleh
kadar surfaktan sebesar 5,01 mg/L dengan
efektifitas reaktor sebesar 89,44%, dan pada masa
inkubasi hari ke-8, diperoleh kadar surfaktan sebesar
0,88 mg/L dengan efektifitas reaktor sebesar
98,14%.
Dari hasil pengujian kadar surfaktan pada
limbah cair laundry, diperoleh hasil penurunan
kadar surfaktan yang berbanding lurus terhadap
perbedaan masa inkubasi (waktu degradasi).
Semakin lama waktu degradasi pada reaktor biofilm,
maka semakin kecil pula kadar surfaktan yang
diperoleh. Dengan demikian, perbedaan masa
inkubasi (waktu degradasi) sangat berpengaruh
terhadap penurunan kadar surfaktan pada limbah
cair laundry. Menurut Wulan dan Gozan
(2006), inti pendegradasian surfaktan adalah
pemecahan struktur molekul surfaktan. Pengolahan
senyawa surfaktan secara biologis dengan
memanfaatkan aktifitas bakteri genus Pseudomonas
dengan waktu tinggal 24 jam mampu menyisihkan
senyawa surfaktan jenis LAS sebesar 85%.
Penguraian senyawa surfaktan oleh aktifitas
mikroorganisme secara sempurna dirubah menjadi
karbon dioksida, air, dan garam organik.
Nilai efektifitas penurunan kadar surfaktan
berbanding lurus terhadap masa inkubasi (waktu
degradasi), semakin lama masa inkubasi (waktu
degradasi) yang berarti masa kontak antara beban
surfaktan dengan mikroorganisme, maka semakin
tinggi nilai efektifitasnya. Surfaktan LAS
merupakan sumber karbon dan energi yang
potensial untuk pertumbuhan beberapa strain bakteri
anggota Genus Pseudomonas meskipun senyawa
tersebut toksik bagi strain-strain bakteri yang lain.
Strain-strain anggota Genus Pseudomonas yang
sudah terdaptasi dengan pencemaran deterjen
memiliki potensi yang lebih tinggi dalam
mendegradasi LAS di bandingkan strain-strain dari
genus tersebut yang berasal dari ekosistem sungai
yang tidak tercemar (Suharjono, 2008).
36
Tabel 3. Hasil Analisis Sidik Ragam Surfaktan
Sumber Keragaman db JK KT FHitung
FTabel
1% 5%
Masa Inkubasi 4 2799,2465 699,8116 963,40** 11,39 5,19
Galat 5 3,6321 0,7264
Total 9 2802,8786
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam
perlakuan masa inkubasi terhadap kadar surfaktan,
maka perlakuan masa inkubasi mempengaruhi atau
berbeda nyata terhadap penurunan hasil kadar
surfaktan dalam limbah cair laundry tersebut. Hal
ini dapat dilihat karena pada perlakuan reaktor
FHitung (963,40) > FTabel (5,19). Semakin lama masa
inkubasi, maka semakin besar pula persentase
penurunan kadar surfaktan. Analisis ragam ini
dilakukan pada selang kepercayaan 95%.
Kebutuhan Oksigen Biologis (BOD) Limbah
Cair Laundry Pada penelitian ini, pengujian kadar BOD
dilakukan pada hari ke-0 (sebelum pengolahan), ke-
2, ke-4, ke-6, dan ke-8. Titik sampling dilakukan
pada keluaran reaktor biofilm dan keluaran reaktor
saringan pasir. Pengujian kadar (BOD) dalam
limbah cair laundry pada laboratorium, diperoleh
hasil yang dapat dilihat pada Tabel 4. dan nilai
efektifitas reaktor biofilm media kerikil dan reaktor
saringan pasir terhadap penurunan kadar (BOD)
dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 4. Hasil Pengujian Kadar Kebutuhan Oksigen Biologis (BOD)
(BOD) Ulangan Hasil Pengamatan Hari Ke-
0 2 4 6 8
Biofilm
1 203,59 46,32 36,80 32,74 21,64
2 208,31 47,83 38,78 25,78 20,67
Rata-rata (mg/L) 205,95 47,08 37,79 29,26 21,16
Biofilm + Pasir
1 203,59 44,81 35,57 29,72 18,96
2 208,31 46,95 37,26 24,50 19,16
Rata-rata (mg/L) 205,95 45,88 36,42 27,11 19,06
37
Tabel 5. Nilai Efektifitas Reaktor terhadap Penurunan Kadar (BOD)
(BOD) Hasil Pengamatan Hari Ke-
0 2 4 6 8
Biofilm 205,95 47,08 37,79 29,26 21,16
Efektifitas (%) 77,14 81,65 85,79 89,73
Biofilm + Pasir 205,95 45,88 36,42 27,11 19,06
Efektifitas (%) 77,72 82,32 86,84 90,74
Pada hasil pengujian kadar (BOD) sebelum
dilakukan pengolahan, diperoleh kadar sebesar
205,95 mg/L. Setelah dilakukan pengolahan
terhadap limbah cair laundry menggunakan reaktor
biofilm pada masa inkubasi hari ke-2, diperoleh
kadar (BOD) sebesar 47,08 mg/L dengan efektifitas
reaktor sebesar 77,14%, pada masa inkubasi hari ke-
4, diperoleh kadar (BOD) sebesar 37,79 mg/L
dengan efektifitas reaktor sebesar 81,65%, pada
masa inkubasi hari ke-6, diperoleh kadar (BOD)
sebesar 29,26 mg/L dengan efektifitas reaktor
sebesar 85,79%, dan pada masa inkubasi hari ke-8,
diperoleh kadar (BOD) sebesar 21,16 mg/L dengan
efektifitas reaktor sebesar 89,73%.
Hasil kadar (BOD) terhadap limbah cair
laundry menggunakan reaktor biofilm dan reaktor
saringan pasir pada masa inkubasi hari ke-2,
diperoleh kadar (BOD) sebesar 45,88 mg/L dengan
efektifitas reaktor sebesar 77,72%, pada masa
inkubasi hari ke-4, diperoleh kadar (BOD) sebesar
36,42 mg/L dengan efektifitas reaktor sebesar
82,32%, pada masa inkubasi hari ke-6, diperoleh
kadar (BOD) sebesar 27,11 mg/L dengan efektifitas
reaktor sebesar 86,84%, dan pada masa inkubasi hari
ke-8, diperoleh kadar (BOD) sebesar 19,06 mg/L
dengan efektifitas reaktor sebesar 90,74%.
Dari hasil pengujian kadar (BOD) pada
limbah cair laundry, diperoleh hasil penurunan
kadar (BOD) yang berbanding lurus terhadap
perbedaan masa inkubasi (waktu degradasi).
Semakin lama waktu degradasi pada reaktor biofilm,
akibatnya waktu kontak antara biomassa dengan
substrat di dalam reaktor juga semakin lama.
Dengan demikian proses degradasi biologis aerob
berlangsung semakin baik yang artinya semakin
kecil pula kadar (BOD) yang diperoleh. Dengan
demikian, perbedaan masa inkubasi (waktu
degradasi) sangat berpengaruh terhadap penurunan
kadar (BOD) pada limbah cair laundry.
Semakin tinggi kadar (BOD), maka
semakin besar jumlah substrat organik yang
terkandung dalam limbah cair tersebut, dengan
demikian beban organik yang harus diuraikan oleh
mikroba juga seakin besar. Suatu sistem pengolahan
limbah cair dengan biofilm yang melekat, proses
degradasi substrat organik secara biologis sebagian
besar berlangsung pada antar muka biofilm dengan
limbah cair dan sebagain kecil lagi di dalam biofilm
tersebut (MetCalf & Eddy, 2003)
Nilai efektifitas penurunan kadar (BOD)
berbanding lurus terhadap masa inkubasi (waktu
degradasi), semakin lama masa inkubasi (waktu
degradasi), maka semakin tinggi nilai efektifitasnya.
Nilai efektifitas menunjukkan seberapa besar
penurunan kadar yang terjadi pada limbah terhadap
kadar pencemar tertentu. Semakin besar nilai
persentase yang diperoleh, maka semakin tinggi
nilai efektifitasnya.
Tabel 6. Hasil Analisis Sidik Ragam Kebutuhan Oksigen Biologis (BOD)
Sumber Keragaman db JK KT FHitung
FTabel
1% 5%
Perlakuan
Masa Inkubasi (M) 4 49155,9728 12288,9932 2155,89** 11,39 5,19
Galat 5 28,5012 5,7002
Total 9 49184,4740
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam
tabel 6 perlakuan masa inkubasi terhadap kadar
(BOD), maka perlakuan masa inkubasi
mempengaruhi atau berbeda nyata terhadap
penurunan hasil kadar (BOD) dalam limbah cair
laundry tersebut. Hal ini dapat dilihat karena pada
perlakuan reaktor FHitung (963,40) > FTabel (5,19).
Semakin lama masa inkubasi, maka semakin besar
pula persentase penurunan kadar (BOD). Analisis
ragam ini dilakukan pada selang kepercayaan 95%.
Kebutuhan Oksigen Kimiawi (COD) Limbah
Cair Laundry
38
Pada penelitian ini, pengujian kadar COD
dilakukan pada hari ke-0 (sebelum pengolahan), ke-
2, ke-4, ke-6, dan ke-8. Titik sampling dilakukan
pada keluaran reaktor biofilm dan keluaran reaktor
saringan pasir. Pengujian kadar COD dalam limbah
cair laundry pada laboratorium, diperoleh hasil yang
dapat dilihat pada Tabel 7. dan nilai efektifitas
reaktor biofilm media kerikil dan reaktor saringan
pasir terhadap penurunan kadar COD dapat dilihat
pada Tabel 8.
Tabel 7. Hasil Pengujian Kadar Kebutuhan Oksigen Kimiawi (COD)
COD Ulangan Hasil Pengamatan Hari Ke-
0 2 4 6 8
Biofilm
1 492,33 102,33 89,00 72,33 52,33
2 482,33 115,67 85,67 62,33 45,67
Rata-rata (mg/L) 487,33 109,00 87,34 67,33 49,00
Biofilm + Pasir
1 492,33 99,00 85,67 65,67 45,67
2 482,33 89,00 82,33 59,00 42,33
Rata-rata (mg/L) 487,33 94,00 84,00 62,34 44,00
Tabel 8. Nilai Efektifitas Penurunan Kadar Kebutuhan Oksigen Kimiawi (COD)
COD Hasil Pengamatan Hari Ke-
0 2 4 6 8
Biofilm 487,33 109,00 87,34 67,33 49,00
Efektifitas (%) 77,63 82,08 86,18 89,94
Biofilm + Pasir 487,33 94,00 84,00 62,34 44,00
Efektifitas (%) 80,71 82,76 87,21 90,97
Pada hasil pengujian kadar COD sebelum
dilakukan pengolahan, diperoleh kadar sebesar
487,33 mg/L. Setelah dilakukan pengolahan
terhadap limbah cair laundry menggunakan reaktor
biofilm pada masa inkubasi hari ke-2, diperoleh
kadar COD sebesar 109,00 mg/L dengan efektifitas
reaktor sebesar 77,63%, pada masa inkubasi hari ke-
4, diperoleh kadar COD sebesar 87,34 mg/L dengan
efektifitas reaktor sebesar 82,08%, pada masa
inkubasi hari ke-6, diperoleh kadar COD sebesar
67,33 mg/L dengan efektifitas reaktor sebesar
86,18%, dan pada masa inkubasi hari ke-8,
diperoleh kadar COD sebesar 49,00 mg/L dengan
efektifitas reaktor sebesar 89,94%.
Hasil kadar COD terhadap limbah cair
laundry menggunakan reaktor biofilm dan reaktor
saringan pasir pada masa inkubasi hari ke-2,
diperoleh kadar COD sebesar 94,00 mg/L dengan
efektifitas reaktor sebesar 80,71%, pada masa
inkubasi hari ke-4, diperoleh kadar COD sebesar
84,00 mg/L dengan efektifitas reaktor sebesar
82,76%, pada masa inkubasi hari ke-6, diperoleh
kadar COD sebesar 62,34 mg/L dengan efektifitas
reaktor sebesar 87,21%, dan pada masa inkubasi hari
ke-8, diperoleh kadar COD sebesar 44,00 mg/L
dengan efektifitas reaktor sebesar 90,97%.
Dari hasil pengujian terlihat bahwa secara
umum efektifitas reduksi COD semakin meningkat
dengan bertambahnya lama masa inkubasi. Hal ini
mengindikasikan bahwa pada saat awal pengolahan,
keaktifan mikroba masih cukup besar karena tempat
kontak antara mikroba dengan limbah cair tersedia
cukup banyak, sedangkan setelah masa inkubasi hari
ke-2 mikroba mulai saling bertumpuk sedemikian
rupa sehingga menghambat kontak antar mikroba
dan limbah cair. Dengan demikian persentase
penurunan COD relatif konstan, di mana jumlah
bakteri yang mati dan yang tumbuh mulai
berimbang dan tercapai kestabilan. Tetapi efektifitas
meningkat saat hari terakhir, yaitu masa inkubasi ke-
8. Hal ini disebabkan bakteri yang tumbuh
menggunakan energi simpanan ATP untuk
pernafasannya disaat nutrisi atau bahan organik
dalam limbah tersebut sudah mulai sedikit
(Sugiharto, 1994).
Dari hasil pengujian kadar COD pada
limbah cair laundry, diperoleh hasil penurunan
kadar COD yang berbanding lurus terhadap
perbedaan masa inkubasi (waktu degradasi).
Semakin lama waktu degradasi pada reaktor biofilm,
maka semakin kecil pula kadar COD yang
diperoleh. Dengan demikian, perbedaan masa
inkubasi (waktu degradasi) sangat berpengaruh
terhadap penurunan kadar COD pada limbah cair
laundry.
39
Nilai efektifitas penurunan kadar COD
berbanding lurus terhadap masa inkubasi (waktu
degradasi), semakin lama masa inkubasi (waktu
degradasi), maka semakin tinggi nilai efektifitasnya.
Nilai efektifitas menunjukkan seberapa besar
penurunan kadar yang terjadi pada limbah terhadap
kadar pencemar tertentu. Semakin besar nilai
persentase yang diperoleh, maka semakin tinggi
nilai efektifitasnya.
Tabel 9. Hasil Analisis Sidik Ragam Kebutuhan Oksigen Kimiawi (COD)
Sumber Keragaman db JK KT FHitung
FTabel
1% 5%
Perlakuan
Masa Inkubasi (M) 4 280221,6134 70055,4034 2625,76** 11,39 5,19
Galat 5 133,4000 26,6800
Total 9 280355,0134
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam
perlakuan masa inkubasi terhadap kadar COD, maka
perlakuan masa inkubasi mempengaruhi atau
berbeda nyata terhadap penurunan hasil kadar COD
dalam limbah cair laundry tersebut. Hal ini dapat
dilihat karena pada perlakuan reaktor FHitung
(2625,76) > FTabel (5,19). Semakin lama masa
inkubasi, maka semakin besar pula persentase
penurunan kadar COD. Analisis ragam ini dilakukan
pada selang kepercayaan 95%.
Kekeruhan Limbah Cair Laundry
Pada penelitian ini, pengujian kadar
kekeruhan dilakukan pada hari ke-0 (sebelum
pengolahan), ke-2, ke-4, ke-6, dan ke-8. Titik
sampling dilakukan pada keluaran reaktor biofilm
dan keluaran reaktor saringan pasir. Pengujian kadar
kekeruhan dalam limbah cair laundry pada
laboratorium, diperoleh hasil yang dapat dilihat pada
Tabel 10. dan nilai efektifitas reaktor biofilm media
kerikil dan reaktor saringan pasir terhadap
penurunan kadar kekeruhan dapat dilihat pada Tabel
11.
Tabel 10. Hasil Pengujian Kadar Kekeruhan
KEKERUHAN Ulangan Hasil Pengamatan Hari Ke-
0 2 4 6 8
Biofilm
1 195,00 25,60 14,40 7,20 2,06
2 190,00 22,30 13,80 6,12 1,72
Rata-rata (NTU) 192,50 23,95 14,10 6,66 1,89
Biofilm + Pasir
1 195,00 19,00 9,27 5,12 0,72
2 190,00 18,40 8,02 4,94 0,64
Rata-rata (NTU) 192,50 18,70 8,64 5,03 0,68
Tabel 11. Nilai Efektifitas Reaktor terhadap Penurunan Kadar Kekeruhan
KEKERUHAN Hasil Pengamatan Hari Ke-
0 2 4 6 8
Biofilm 192,50 23,95 14,10 6,66 1,89
Efektifitas (%) 87,56 92,68 96,54 99,02
Biofilm + Pasir 192,50 18,70 8,64 5,03 0,68
Efektifitas (%) 90,29 95,51 97,39 99,65
Pada hasil pengujian kadar kekeruhan sebelum
dilakukan pengolahan, diperoleh kadar sebesar
192,50 NTU. Setelah dilakukan pengolahan
terhadap limbah cair laundry menggunakan reaktor
40
biofilm pada masa inkubasi hari ke-2, diperoleh
kadar kekeruhan sebesar 23,95 NTU dengan
efektifitas reaktor sebesar 87,56%, pada masa
inkubasi hari ke-4, diperoleh kadar kekeruhan
sebesar 14,10 NTU dengan efektifitas reaktor
sebesar 92,68%, pada masa inkubasi hari ke-6,
diperoleh kadar kekeruhan sebesar 6,66 NTU
dengan efektifitas reaktor sebesar 96,54%, dan pada
masa inkubasi hari ke-8, diperoleh kadar kekeruhan
sebesar 1,89 NTU dengan efektifitas reaktor sebesar
99,02%.
Hasil kadar kekeruhan terhadap limbah cair
laundry menggunakan reaktor biofilm dan reaktor
saringan pasir lambat pada masa inkubasi hari ke-2,
diperoleh kadar kekeruhan sebesar 18,70 NTU
dengan efektifitas reaktor sebesar 90,29%, pada
masa inkubasi hari ke-4, diperoleh kadar kekeruhan
sebesar 8,64 NTU dengan efektifitas reaktor sebesar
95,51%, pada masa inkubasi hari ke-6, diperoleh
kadar kekeruhan sebesar 5,03 NTU dengan
efektifitas reaktor sebesar 97,39%, dan pada masa
inkubasi hari ke-8, diperoleh kadar kekeruhan
sebesar 0,68 NTU dengan efektifitas reaktor sebesar
99,65%.
Hasil pengujian kadar kekeruhan pada
limbah cair laundry, diperoleh hasil penurunan
kadar kekeruhan yang berbanding lurus terhadap
perbedaan masa inkubasi (waktu degradasi).
Semakin lama waktu degradasi pada reaktor biofilm,
maka semakin kecil pula kadar kekeruhan yang
diperoleh. Dengan demikian, perbedaan masa
inkubasi (waktu degradasi) sangat berpengaruh
terhadap penurunan kadar kekeruhan pada limbah
cair laundry.
Nilai efektifitas penurunan kadar
kekeruhan berbanding lurus terhadap masa inkubasi
(waktu degradasi), semakin lama masa inkubasi
(waktu degradasi), maka semakin tinggi nilai
efektifitasnya. Nilai efektifitas menunjukkan
seberapa besar penurunan kadar yang terjadi pada
limbah terhadap kadar pencemar tertentu. Semakin
besar nilai persentase yang diperoleh, maka semakin
tinggi nilai efektifitasnya.
Kekeruhan air limbah cair laundry ini
berasal dari keberadaan zat tersuspensi yang berasal
dari zat organik maupun organik. Selama proses
pengolahan, limbah yang keruh menandakan
banyaknya zat organik yang terkandung dalam
limbah tersebut. Selama pengolahan, hasil pengujian
menunjukkan penurunan hasil yang sangat
signifikan. Hal ini disebabkan karena banyaknya
terdapat zat organik yang terkandung, maka
makanan atau nutrisi untuk mikroorganisme
meningkat yang mengakibatkan kandungan zat
organik berkurang.
Tabel 12. Hasil Analisis Sidik Ragam Kekeruhan
Sumber Keragaman db JK KT FHitung
FTabel
1% 5%
Perlakuan
Masa Inkubasi (M) 4 54662,8554 13665,7138 5069,95** 11,39 5,19
Galat 5 13,4807 2,6961
Total 9 54676,3361
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam
tabel 12. perlakuan masa inkubasi terhadap kadar
kekeruhan, maka perlakuan masa inkubasi
mempengaruhi atau berbeda nyata terhadap
penurunan hasil kadar kekeruhan dalam limbah cair
laundry tersebut. Hal ini dapat dilihat karena pada
perlakuan reaktor FHitung (5069,95) > FTabel (5,19).
Semakin lama masa inkubasi, maka semakin besar
pula persentase penurunan kadar kekeruhan.
Analisis ragam ini dilakukan pada selang
kepercayaan 95%.
KESIMPULAN DAN SARAN
Hasil penelitian efektifitas reaktor biofilm media
kerikil dan reaktor saringan pasir terhadap
penurunan kadar surfaktan, Kebutuhan Oksigen
Biologis (BOD), Kebutuhan Oksigen Kimiawi
(COD), dan kekeruhan pada limbah cair Laundry,
dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Reaktor biofilm yang di kombinasikan
dengan filter pasir aktif lebih efektif dalam
menurunkan kadar surfaktan, BOD, COD,
dan kekeruhan pada limbah cair laundry.
Efektifitas tersebesar yaitu pada waktu
inkubasi di hari ke 2 (dua).
2. Penuruan kadar surfaktan dari 47,43 mg/l
menjadi 14,24 mg/l dengan efektifitas alat
sebesar 69,98%. Kadar BOD menurun dari
205,95 mg/l menurun menjadi 45,88 mg/l
dengan penurunan efektifitas alat sebesar 77,72%. Kadar COD menurun dari dari
487,33 mg/l menjadi 94 mg/l dengan
penurunan efektifitas alat sebesar 80,71%
sedangkan penurunan kadar kekeruhan
menurun dari 192,50 mg/l menjadi 18,70
mg/l dengan penurunan efektifitas alat
sebesar 90,29%.
Saran Kinerja reaktor biofilm media kerikil
menghasilkan nilai persentase penurunan yang
tinggi terhadap parameter yang diuji, namun perlu
41
ada pengolahan lanjut seperti reaktor saringan yang
berfungsi untuk menyaring partikel koloid yang ikut
terbawa effluent dari reaktor biofilm yang berupa
lumut atau lapisan dari mikroorganisme tersebut.
Daftar Pustaka
Center for Biofilm Engineering.2009. A Biofilm
Primer.Center for Biofilm at Montana State
University. Montana.
Dickinson, E., and Mc Clements. 1996. Advance in
Food Colloids. Chapman and Hall. New
York.
Donlan,R. 2002. Biofilm:Microbial Life on
Surfaces.From
http://www.medscape.com/viewartticle/44
1355
Halang, B. 2004 .Toksisitas Air Limbah Deterjen
Terhadap Ikan Mas.Program
StudiBiologi FKIP
UniversitasLambungMangkurat.
Hargreaves, T. 2003. Chemical Formulation: An
Overview of Surfactant-Based
Preparations Used In Everyday Life. RSC
Paperbacks. Cambridge.
http://www.dekindo.com/content/teknologi/Pembua
tan%20Arang%20Aktif%20-
%20Dari%20Tempurung%20Kelapa.htm
Jerabkova, H., B. Kralova, and J. Nahlik.1999.
Biofilm of Pseudomonas C12B on Glass
Suport as Catalitic Agent for Continuous
SDS Removal. International
Biodeterioration and biodegradation.
Krieg, N. R., and J. G. Hall.1984. Bergey’s Manual
of Systematic Bacteriology, Vol 1. Williams
and Wilkins Baltmore.
Sri wahyuni, W. 2002. Efektivitas adsorben dan
koagulan-flokulan pada penjernihan air
wilayah Marunda [skripsi]. Bogor: Fakultas
MIPA, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Tamamushi, B. 1983.Adsorption From
Solutions.Department of Civil Engineering,
University of Birmingham. Birmingham
Tambun, R. 2006. Teknologi Oleokimia. Unisula.
Medan.
Widyakusuma, D. 2007. Potensi Konsorsium
Strain-strain BakteriAnggota
Pseudomonas Pembentuk Biofilm
dalamMendegradasi Linier Alkyl
benzene Sulfonate (LAS).Universitas
Brawijaya. Malang.