7
Pengukuran Tinggi Pohon di Arboretum Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor Tree Height Measurement In Forestry Faculty Arboretum , Bogor Agricultural University 1 Aditya Bagus Sujati (E34130004) 2 ABSTRAK Pengukuran merupakan hal yang paling penting dilakukan, karena dapat mengetahui atau menduga potensi suatu tegakan ataupun suatu komunitas tertentu. Pengukuran tinggi pohon dengan menggunakan beberapa alat yang berbeda akan menghasilkan data yang berbeda pula. Terdapat perbedaan dari keakuratan yang diperoleh antara alat yang satu dengan yang lain. Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah christen meter dan tongkat 4 meter, walking stick,spiegel releskop bitterlich, haga clinometer, dan suunto. Alat-alat yang digunakan merupakan alat-alat inventarisasi dimensi pohon yang digunakan untuk mengukur tinggi pohon. Pengambilan data secara langsung ini dilakukan dengan mengambil data tinggi total pohon dan tinggi bebas cabang. Kata Kunci : Tinggi total pohon,Tinggi bebas cabang , Alat-alat Inventarisasi dimensi pohon. Pendahuluan Menurut Husch et al. (2003), dimensi pohon terdiri dari umur, diameter, luas bidang dasar, tinggi, bentuk batang, dan kerapatan tajuk. Sedangkan menurut Van Laar & Acka (2007), suatu individu pohon memiliki beberapa parameter yang dapat diukur antara lain; umur, diameter, luas bidang dasar, tinggi total, tinggi kayu pertukangan, volume total, volume kayu pertukangan, bentuk batang, ketebalan batang, dan riap. Secara 1 Tugas Jurnal Mata Kuliah Inventarisasi dan Pemantuan Tumbuhan Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, IPB 2 Mahasiswa Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, mata kuliah Inventerisasi dan Pemantauan Tumbuhan kelompok 2

Jurnal inventum 3

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jurnal

Citation preview

Pengukuran Tinggi Pohon di Arboretum Fakultas Kehutanan Institut Pertanian BogorTree Height Measurement In Forestry Faculty Arboretum , Bogor Agricultural University[footnoteRef:1] [1: Tugas Jurnal Mata Kuliah Inventarisasi dan Pemantuan Tumbuhan Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, IPB]

Aditya Bagus Sujati (E34130004)[footnoteRef:2] [2: Mahasiswa Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, mata kuliah Inventerisasi dan Pemantauan Tumbuhan kelompok 2]

ABSTRAKPengukuran merupakan hal yang paling penting dilakukan, karena dapat mengetahui atau menduga potensi suatu tegakan ataupun suatu komunitas tertentu. Pengukuran tinggi pohon dengan menggunakan beberapa alat yang berbeda akan menghasilkan data yang berbeda pula. Terdapat perbedaan dari keakuratan yang diperoleh antara alat yang satu dengan yang lain. Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah christen meter dan tongkat 4 meter, walking stick,spiegel releskop bitterlich, haga clinometer, dan suunto. Alat-alat yang digunakan merupakan alat-alat inventarisasi dimensi pohon yang digunakan untuk mengukur tinggi pohon. Pengambilan data secara langsung ini dilakukan dengan mengambil data tinggi total pohon dan tinggi bebas cabang.

Kata Kunci : Tinggi total pohon,Tinggi bebas cabang , Alat-alat Inventarisasi dimensi pohon.

Pendahuluan

Menurut Husch et al. (2003), dimensi pohon terdiri dari umur, diameter, luas bidang dasar, tinggi, bentuk batang, dan kerapatan tajuk. Sedangkan menurut Van Laar & Acka (2007), suatu individu pohon memiliki beberapa parameter yang dapat diukur antara lain; umur, diameter, luas bidang dasar, tinggi total, tinggi kayu pertukangan, volume total, volume kayu pertukangan, bentuk batang, ketebalan batang, dan riap. Secara umum terdapat dua parameter yang paling sering diukur, yaitu diameter dan tinggi pohon. Pengukuran merupakan hal yang paling penting dilakukan, karena dapat mengetahui atau menduga potensi suatu tegakan ataupun suatu komunitas tertentu. Dalam memperoleh data pengukuran, jenis dan cara penggunaan alat merupakan faktor penentu utama yang mempengaruhi kebenaran data yang diperoleh. Semakin bagus alat yang dipergunakan maka semakin baik pula hasil pengukuran yang akan didapat. Demikian pula halnya dengan kemampuan pengamat dalam pengukuran, semakin baik dalam penggunaan suatu alat maka semakin baik pula data yang dikumpulkan.Pengukuran tinggi pohon dengan adalah hal dasar dalam dari dimensi pohon. Sayangnya banyak pengukuran yang berdasarkan penglihatan visual, dan hampir semuanya selalu menghasilkan bias. Kesulitan dalam melakukan pengukuran tinggi pohon yaitu kesulitan dalam mengakses ukuran vertical dari pohon yang memiliki ketinggian 10-40 m. Salah satu cara untuk mengurangui bias dari pengukuran dilakukanlah metode yang menggunkan jarak secara trigonometri. Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk melihat perbedaan pengukuran tinggi pohon yang menggunakan metode geometri dan yang menggunakan metode trigonometri.Metode PenelitianPraktikum mengenai pengukuran diameter menggunakan alat ini adalah hari Senin, 11 Mei 2015 di Arboretum Fakultas Kehutanan IPB. Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah christen meter dan tongkat 4 m, walking stick, haga clinometer, spiegel releskop bitterlich, dan suunto. Alat-alat yang digunakan merupakan alat-alat inventarisasi dimensi pohon yang digunakan untuk mengukur tinggi pohon. Cara pengambilan data yaitu dengan mengukur langsung di lapang. Praktikum ini menggunakan data primer, karena pengambilan data dilakukan dengan mengukur tinggi pohon yang ada di Arboretum Fahutan secara langsung menggunakan alat ukur yang ada. Pengambilan data secara langsung ini dilakukan dengan mengukur tinggi total pohon dn tinggi bebas cabang dari pohon tersebut. Data yang telah didapatkan kemudian diolah dengan melihat perbedaan tinggi pohon yang terjadi dari setiap alat ukur yang digunakan.HasilBerdasarkan hasil pengukuran tinggi pohon yang praktikan lakukan dilapangan dengan menggunakan lima alat ukur yang berbeda yaitu Christen meter, Haga Clinometer, spiegel relekop bitterlich, walking stick dan suunto didapatkan data seperti pada tabel 1.Tabel. 1. Hasil Perhitungan Tinggi Sepuluh Pohon di Arboretum Fakultas Kehutanan NONama PohonChristen MeterWalkng StickHaga SRBSuunto

TTTBCTTTBCTTTBCTTTBCTTTBC

1Kayu Naga14,115,5417,8256,219,5617613,3911,54

2Meranti24,5313,2312,410,8519,510201123,669,15

3Damar2410,439,34,6521,510,520928,395,18

4Kayu Naga21,8149,37,754,5324428,399,15

5Ulin602010,859,323,513,2517,59,519,8219,15

6Rasamala24159,945,6819,561892510,47

7Pinus21,81208,5211,362113,5131223,665,18

8Nangka18,463,526,528,3927710,5518,537,1

9Pinus51,7417,4212,410,853210128,525,3614,68

10Pinus21,87,517,0510,8522,512,5251928,389,15

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pengukuran tinggi total pohon menggunakan christen meter, walking stick, haga, SRB, dan Suunto berturut-turut yaitu 60 m pada pahon ulin, 17,825 m pada pohon kayu naga, 23,5 m pada pohon Ulin, 25 m pada pohon pinus, dan 28,38 pada pohon pinus. Dari data ini terlihat bahwa pegukuran pohon untuk ke-lima alat ini menghasilkan data yang berbeda beda.

Pembahasan Sesuai data yang praktikum dapatkan dilapangan , pengukuran tinggi total pohon dan tinggi bebas cabang pohon dengan menggunakan 5 alat inventarisasi yaitu christen meter, walking stick, haga, suunto, dan spiegel releskop biterlich menghasilkan hasil pengukuran yang berbeda-beda. Pada praktikum kali ini praktikan mengukur 10 pohon dengan 6 pohon daun lebar dan 4 pohon daun jarum. Pohon yang praktikan pilih untuk diukur tingginya yaitu pohon kayu naga, meranti, ulin, rasamala, dan nangka untuk pohon dau lebar sedangkan pinus,dan damar untuk pohon daun jarum. Pengukuran tinggi bebas cabang antara pohon daun jarum dan daun lebar berbeda. Pada daun jarum pengguran tinggi bebas cabang didasarkan pada diameter batang yang kurang dari 10 cm, sedangkan pada pohon daun lebar didasarkan pada ranting trendah yang membentuk cabang utama.Pengukuran tinggi total pohon pohon tersebut menggunakan ke-lima alat inventarisasi memberikan hasil yang berbeda-beda. Seperti yang terlihat pada grafik 1 , terdapat nilai pencilan yang dihasilkan oleh christen meter terhadap pengukuran tinggi total pohon ulin yang mencapai tinggi 60 m, padahal pengukuran menggunakan alat ukur lainya memberikan hail yang cenderung tuidak terlalu jauh perbedaanya. Selain pada pohon ulin, nilai pencilan yang dihasilkan olh christen meter juga didapatkan pada pengukuran terhadap pohon pinus yang menunjukan tinggi 51,74 m. Adanya nilai pencilan yang dihasilakn oleh christen meter inimenujukan bahwa christen meter memliki bias yang cukup tinggi. Tingginya bias yang dihasilkan oleh christen meter tidak terlepas dari penggunaanya yang mengandalkan penglihatan pengamat terhadap tongkat 4 meter sebagai pembanding tinggi. Pengukurran menggunakan christen meter ini menggunakan prinsip geometri yaitu menggunakan prinsip segita sebagun dalam melakukan pengukuran, walauouin demukian prinsip ini juga sangat tergantung dair presepsi penglihatan pengamat sehingga bias yang ditimbulkan cukup tinggi. Selain christen meter alat ukur tinggi pohon lainya yang menggunakan perkiraan visual adalah walking stick. Secara umum, prinsip penggunaan walking stick juga sangat dipengaruhi oleh presepsi visual pengamat sehingga bias yang dihasilkan juga cukup tinggi. Namun terlepas dari besarnya nilai bias yang dihasilkan , walking stick masih memberikan hasil yang cukup baik jika dibandingkan dengan christen meter. Dari 10 pengukuran tinggi pohon, data yang dihasilakn oleh walking stick tidak menunjukan nilai pencilan. Sedangkan ketiga alat lainya yaitu suunto, haga hypsometer, dan SRB yang merupakan alat ukur yang sudah modern dan menggunakan prinsip trigonometri. Prinsip trigonometrei ini merupakan pengukuran yang menggunakan perhitungan sudut dan jarak, sehingga dalam penggunaanya jarak datar menjadi faktor yang penting. Pengukuran dengan menggunakan ketiga alat ini secara umum memberikan hasil yang relatif sama. Pengukuran tinggi bebas cabang meghasilkan data yang berbeda dengan pengukuran tinggi total pohon. Christen meter masih memberikan nilai pencilan terhadap pengukuran tinggi bebas cabang, namun alat-alat ukur trigonometri seperti suunto dan SRB juga memberikan hail yang dapat dikatergaorikan sebagai nilai pencilan. Pada pengukuran tinggi bebas cabang kayu naga, ulin,dan pinus pemgukuran menggunakan suunto memberikan nilai yang cukup jauh selangnya dengan pengukuran alat lainya selain christen meter. Sedangkan untuk SRB memberikan nilai pencilan pada pengukuran tinggi bebas cabang pohon pinus. Perbedaan ini disebabkan karena pada pohon daun jarum pengukuran tinngi bebas cabangnya cukup sulit di tentukanm karena tinggi bebas cabangnya ditentukan pada diameter batang 1o cm, sehingga dalam menentukan tinggi bebas cabang ini praktikan cenderung mengira-ngira sehingga hasil yang didapatkan cenderung berbeda-beda juga (lihat grafik 2).Dari perbandingan pengukuran tinngi total dan tinggi bebas cabang dari sepuluh pohon dengan menggunakan 5 alat ukur tinggi pohon dapat diketahui bahwa, alat ukur yang menggunakan prinsip trigonometri cenderung menghsilkan hasil yang sama. Hasil pengukuran yang paling teliti diberikan oleh haga hypsometer. Haga hypsometer lebih menghasilkan data yang paling konstann dan tidak memberikan hasil pencilan baik pada pengukuran tinggi total maupun pengukuran tinngi bebas cabang. Prinsip penggunaan haga hypsometer yang menggunakan prinsip trigonometri merupakan salah satu penyebab alat ini memebrikan hsil yang cenderung teliti. Penggunaan haga cukup mudah , praktikan hanya perlu menentukan jarak datar anatara pohondan pegamat lalu memebidik dn menembak bagian dasar dan bagian atas pohon. grafik 1. Diagram batang Tinggi Total Pohon di arboretum fahutan

Grafik 2. Diagram batang Tinggi bebas cabang pohon di Arboretum fahutanSimpulan Tinggi pohon merupakan salah satu duimensi pohon yang sering diukur. Pengukuran tinggi pohon meliputi pengukuran tinggi total dan tinngi bebas cabang. Pengukuran tingi bebas cabang pada pohon daun lebar dan pohon daun jarum tidak sama. Pada pohon daun lebar pengukuran tinggi bebas cabang dilakukan dengan memperhatikan bagian batang pohon yang bebas dari cabang utama, sedangkan pada pohon daun jarum pengukuran tinggi bebas cabang didasarkan pada batang pohon yang memilki diameter 10 cm. Alat-alat ukur tinggi pohon pada dasarnya dibedakan menjadi 2 menurut prinsip kerjanya yaitu prinsiop geometri dan prinsip trigonometri. Prinsip geomteri lebih pada penggunaan prinsip segita sebangun dan cenderung menghsilkan bias yang cukup tinggi, sedangkan prinsip trigonometri lebih berdasarkan pada perhitungan sudut dan jarak serta sangat tergantung terhadap jarak datar terhadap objek yang akan diukur. Penggunaan prinsip trigonometri ini lebih menghasilkan nilai pengukuran yang memilki nilai bias yang lebih kecil dibanding prinsip geometri. Christen meter dan walking stick merupakan alat ukur tinggi yang menggunakan prinsip geometri sedangkan haga, SRB, dan suunto adalah alat ukur yang menggunakan prisip trigonometri. Haga clinometer adalah alat ukur tinggi yang memebrikan nilai pengukuran yang cukup baik. Selain ketelitiaan yang tinggi, penggunaan yang cukup mudah dan bentuk alat yang sederhana membuat alat ini cocok untuk digunakan pengukuran tinggi pohon.

Daftar Pustaka

Van Laar A, Akca A. 2009. Forest Mensuration. Dordhdretch (NLD) : Springer.Husch B, Beers T, Kershaw JA. 2003. Forest Mensuration. Ney Jersey (USA) : John Willey and Son.Farrar, J.L. 1995. Trees of the northern United States and Canada. Ames, IA: Iowa State University Press. 502 p