jurnal IR (2)

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/19/2019 jurnal IR (2)

    1/16

    Pengaruh Iradiasi Gamma dan Konsentrasi Polivinilpirolidon pada PembuatanHidrogel serta Kemampuan Imobilisasi dan Pelepasan Kembali Propranolol HCl ISSN 1411 - 3481(Swasono R. Tamat)

    1

    PENGARUH IRADIASI GAMMA DAN KONSENTRASI POLIVINILPIROLIDON PADAPEMBUATAN HIDROGEL SERTA KEMAMPUAN IMOBILISASI DAN PELEPASAN

    KEMBALI PROPRANOLOL HCl

    Swasono R. Tamat1,3)

    , Erizal2)

    , Hendriyanto3)

    1) Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka-BATAN2) Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi-BATAN

    3) Fakultas Farmasi Universitas Pancasila Jakarta

     ABSTRAK

    PENGARUH IRADIASI GAMMA DAN KONSENTRASI POLIVINILPIROLIDONPADA PEMBUATAN HIDROGEL SERTA KEMAMPUAN IMOBILISASI DANPELEPASAN KEMBALI PROPRANOLOL HCl. Hidrogel adalah polimer tidak larutnamun mengembang dan mencapai kesetimbangan dalam air. Hidrogel kompatibeldengan cairan tubuh, darah dan jaringan hidup. Telah dilakukan sintesis hidrogel dari5%; 7,5%; dan 10 % polivinilpirolidon (PVP) dengan dosis iradiasi gamma 10, 20 ,30,dan 40 kGy pada laju dosis 5 kGy/jam. Nilai fraksi hidrogel ditetapkan. Pengaruh pH,suhu, dan waktu perendaman pada rasio swelling hidrogel diperiksa, kemudianhidrogel diuji kemampuannya mengimobilisasi dan melepaskan kembali obat,propranolol HCl sebagai model. Hasil menunjukkan bahwa fraksi gel meningkatdengan besarnya dosis iradiasi dan konsentrasi PVP, namun rasio swelling hidrogelmenurun. Rasio swelling hidrogel tidak peka terhadap perbedaan pH atau suhu, danperendaman dalam air menunjukkan bahwa swelling  maksimum tercapai dalam 24 jam. Uji imobilisasi propranolol HCl dalam hidrogel menunjukkan bahwa persentaseobat yang terabsorpsi oleh hidrogel tidak dipengaruhi oleh dosis obat awal, tetapidipengaruhi oleh kemampuan swelling  hidrogel. Jumlah obat yang terabsorpsi olehhidrogel rata-rata 86,51%. Pengujian lain menunjukkan bahwa pelepasan kembalipropranolol HCl dari hidrogel ke larutan HCl 0,1N dipengaruhi oleh kemampuanswelling hidrogel. Jumlah obat yang dilepaskan kembali sampai jam ke-8 adalah ±80%.

    Disimpulkan bahwa hidrogel-PVP terbaik disintesis dari 10% PVP menggunakaniradiasi gamma dengan dosis 40 kGy, serta hidrogel-PVP dapat digunakan sebagaimatriks imobilisasi dan pelepasan kembali obat. 

    Kata kunci: hidrogel, polivinilpirolidon, iradiasi gamma, imobilisasi, propranolol HCl

     ABSTRACT

    EFFECT OF GAMMA IRRADIATION AND POLYVYNILPYROLLIDONCONCENTRATION ON HYDROGEL FORMATION AND THE ABILITY TOIMMOBILIZE AND RELEASE OF PROPRANOLOL HCl. Hydrogel is a non-solublepolymer but swelling and reach equilibrium in water. Hydrogel is compatible with body-fluid, blood, and tissue. Synthesis of hydrogel has been carried out from 5%; 7,5%; and10 % polyvynilpyrollidon, using gamma irradiation with doses of 10, 20 ,30, and 40 kGy

    at dose rate of 5 kGy/hour. Hydrogel fraction values were determined. The effect of pH,temperature, and immersion in water, on the hydrogel swelling ratio were investigated;the hydrogel then was tested for its ability to immobilize and to release drug,propranolol HCl as a model. Result showed that the gel fraction value increasing withthe increase of PVP concentration and gamma irradiation dose, while the swelling ratiodecreasing. Hydrogel swelling ratio was not sensitive to pH, nor to temperature.Immersion of hydrogel in water showed that swelling has reached maximum in 24hours. Immobilization test showed that the quantity of propranolol HCl absorbed intohydrogel was not influenced by the initial drug concentration, but by the swelling ability

  • 8/19/2019 jurnal IR (2)

    2/16

    Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir IndonesiaIndonesian Journal of Nuclear Science and Technology ISSN 1411 - 3481Vol. VIII, No.1, Februari 2007:1-16

    2

    of hydrogel. The average amount of drug absorbed by the hydrogel was 86,51%.Different tests showed that the release of propranolol HCl from hydrogel into 0,1Nhydrochloric acid solution (±80% in 8 hours) was influenced by the hydrogel swellingability. It can be concluded that PVP-hydrogel can be best synthesized from 10% PVP

    by 40 kGy gamma irradiation. The PVP-hydrogel is promising to be used for drugimmobilization and controlled-released matrix. 

    Key words: hydrogel, polyvynilpyrollidon, gamma irradiation, immobilization,propranolol HCl

    PENDAHULUAN

    Berbagai modifikasi produk obat telah dikembangkan untuk pelepasan obat

    dalam tubuh pada suatu laju yang terkendali. Produk obat pelepasan terkendali

    dirancang dengan tujuan terapetik tertentu yang didasarkan atas sifat fisikokimia,

    farmakologi, dan farmakokinetik obat. Produk-produk tersebut dibuat dengan

    memanfaatkan bahan plastik, elastomer, atau polimer sebagai matriks pelepasan obat.

    Salah satu bahan yang dapat digunakan adalah hidrogel (1,2).

    Hidrogel adalah bahan polimer hidrofilik yang mempunyai kemampuan

    mengembang dalam air dan membentuk keadaan kesetimbangan (disebut swelling),

    serta memiliki permeabilitas air yang tinggi sehingga hidrogel dapat digunakan sebagai

    matriks pelepasan obat, pembalut luka bakar, imobilisasi enzim atau obat, membran

    hemodialisis, dan tulang rawan tiruan (2,3).  Sifat hidrofilik hidrogel dipengaruhi oleh

    gugus -OH, -COOH, -CONH2, NH2  dan -SO3H. Sifat tidak larut dan kemampuan

    mempertahankan bentuk dipengaruhi oleh struktur tiga dimensi hidrogel.

    Hidrogel yang pertama kali diperkenalkan sebagai biomaterial adalah

    polihidroksi metakrilat yang digunakan untuk lensa kontak. Sejak itu hidrogel sebagai

    biomaterial semakin menarik perhatian para peneliti karena hidrogel mempunyai

    biokompatibilitas yang baik dengan darah, cairan tubuh, dan jaringan tubuh (4).

    Hidrogel sebagai biomaterial digunakan di bidang kesehatan dalam diagnostik, terapi

    dan implantasi. Penggunaan dalam terapi antara lain: penyalutan absorben pada

    perfusi darah dan membran hemodialisis, sistem terapi terdegradasi, dan sistem

    pelepasan obat. Selain itu sebagai lensa intraokuler, kornea tiruan, saluran kapiler

    mata, penggantian cairan tubuh, pembalut luka bakar, uretra tiruan, laring tiruan,

    bedah plastik, dan pelepasan obat transdermal (5,6). 

    Hidrogel dapat disintesis dengan metode fisika, kimia atau iradiasi. Metode

    iradiasi mempunyai keunggulan di antaranya tidak membutuhkan katalisator sehingga

    tidak meninggalkan residu, reaksi dapat dikontrol dan berlangsung pada suhu rendah,

  • 8/19/2019 jurnal IR (2)

    3/16

    Pengaruh Iradiasi Gamma dan Konsentrasi Polivinilpirolidon pada PembuatanHidrogel serta Kemampuan Imobilisasi dan Pelepasan Kembali Propranolol HCl ISSN 1411 - 3481(Swasono R. Tamat)

    3

    pelarut dapat menginduksi reaksi, serta shaping, fabrikasi, dan sterilisasi dapat

    dilakukan secara serentak (2,7).

    Polivinilpirolidon (PVP) adalah polimer yang sudah banyak digunakan di

    bidang farmasi dan kesehatan, antara lain sebagai pengikat dalam tablet, suspending

    agent, dan pendispersi. Selain itu PVP bersifat nontoksik, murah dan mudah diperoleh

    (8).

    Pada penelitian ini dilakukan pembuatan hidrogel dengan variasi konsentrasi

    polivinilpirolidon (PVP) dan variasi dosis iradiasi gamma. Diharapkan semakin besar

    dosis iradiasi dan konsentrasi polivinilpirolidon, nilai fraksi gel dan nilai rasio swelling 

    hidrogel hasil sintesis dapat ditingkatkan. Hidrogel yang dihasilkan diuji meliputi:

    penetapan fraksi gel, pengaruh pH, suhu, dan waktu perendaman terhadap rasio  

    swelling  hidrogel, serta pengujian kemampuan hidrogel dalam mengimobilisasi dan

    melepaskan kembali suatu obat dengan menggunakan propranolol HCl sebagai model. 

    TATA KERJA 

    Sintesis hidrogel polivinilpirolidon

    Larutan PVP disiapkan pada tiga konsentrasi 5%, 7,5%, dan 10% dalam air

    suling. Larutan didiamkan selama 24 jam agar PVP terlarut sempurna. Sejumlah

    10,0 mL volume masing-masing larutan dimasukkan ke dalam vial, sehingga berat

    PVP awal (Wa) di dalam vial bervariasi. Kemudian vial digetarkan dalam alat ultrasonikselama lebih kurang 1 jam untuk menghilangkan gelembung udara. Setelah ditutup,

    larutan di-iradiasi gamma dengan dosis 10 ,20, 30, dan 40 kGy dengan laju dosis 5

    kGy/jam. Hidrogel hasil sintesis kemudian diuji sebagaimana tersebut di bawah ini.

    Pengujian Hidrogel : Fraksi gel

    Hidrogel hasil sintesis dimasukkan ke wadah terbuat dari kawat kasa yang

    sudah diketahui beratnya. Hidrogel dicuci dalam shaker -inkubator pada suhu 700C

    selama 24 jam untuk menghilangkan sisa PVP yang tidak bereaksi. Kemudian hidrogel

    dikeringkan dalam oven pada suhu 700C dan ditimbang sampai bobot tetap (Wk).

    Fraksi gel adalah persentase bagian berat PVP awal (Wa) yang menjadi berat hidrogel

    kering (Wk); Wk  / Wa  x 100%. Perhitungan berdasarkan stoikiometri tidak dapat

    dilakukan karena tingkat polimerisasi pada hidrogel-PVP sangat bervariasi.

  • 8/19/2019 jurnal IR (2)

    4/16

    Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir IndonesiaIndonesian Journal of Nuclear Science and Technology ISSN 1411 - 3481Vol. VIII, No.1, Februari 2007:1-16

    4

    Pengujian Hidrogel : Pengaruh pH pada swelling 

    Rasio swelling menjadi ukuran utama kinerja suatu hidrogel dan dalam hal ini

    untuk menguji jumlah air yang terserap ke dalam hidrogel, dan dengan demikian

     jumlah zat terlarut di dalam air dapat dihitung (9,10). Rasio swelling hidrogel adalah

    persentase perubahan berat hidrogel setelah mencapai kesetimbangan dengan air.

    Larutan untuk pengujian pH adalah: a) larutan asam hidroklorida pH 1,2 (11); b)

    larutan dapar fosfat pH 7,4 (11); dan c) larutan dapar borat pH 9,0 (12). Hidrogel hasil

    sintesis dikeringkan dalam oven pada suhu 700C, dan ditimbang sampai bobot tetap

    (Wk). Hidrogel kering kemudian dimasukkan ke dalam gelas piala berisi 25 ml larutan

    pengujian selama 24 jam. Hidrogel yang telah swelling kemudian dikeluarkan, dan

    setelah tidak ada yang menetes lagi lalu ditimbang (Ws  = berat hidrogel swelling).

    Rasio swelling hidrogel dalam berbagai pH larutan dibandingkan.Rasio swelling hidrogel = Ws / Wk x 100%

    Pengujian Hidrogel : Pengaruh suhu pada swelling  

    Hidrogel hasil sintesis dikeringkan dalam oven pada suhu 700C, dan ditimbang

    sampai bobot tetap (Wk). Hidrogel kering kemudian dimasukkan ke dalam dua gelas

    piala berisi 25 mL air suling, pertama suhu 250C dan kedua suhu 370C selama 24 jam.

    Hidrogel yang telah swelling kemudian dikeluarkan, dan setelah tidak ada yang

    menetes lagi lalu ditimbang (Ws). Rasio swelling hidrogel pada kedua suhu larutan

    dibandingkan. Rasio swelling hidrogel = Ws / Wk x 100%

    Pengujian Hidrogel : Pengaruh waktu perendaman pada swelling  

    Hidrogel hasil sintesis dikeringkan dalam oven pada suhu 700C, dan ditimbang

    sampai bobot tetap (W1). Hidrogel kering kemudian dimasukkan ke dalam gelas piala

    berisi 25-ml air suling selama waktu tertentu (1, 2, 3, 4, 5, 7, 24, atau 48 jam). Hidrogel

    yang telah direndam selama waktu tersebut dan swelling, kemudian dikeluarkan, dan

    setelah tidak ada yang menetes lagi lalu ditimbang (Ws). Rasio swelling hidrogel pada

    masing-masing waktu perendaman dibandingkan.

    Pemeriksaan Hidrogel dengan Spektrofotometer Inframerah

    Hidrogel hasil sintesis dikeringkan dalam oven pada suhu 700C dan ditimbang

    sampai bobot tetap, kemudian hidrogel digerus halus. Sejumlah serbuk digerus dengan

    serbuk halus kalium bromida kering dengan perbandingan (1:200). Kemudian dibuat

  • 8/19/2019 jurnal IR (2)

    5/16

    Pengaruh Iradiasi Gamma dan Konsentrasi Polivinilpirolidon pada PembuatanHidrogel serta Kemampuan Imobilisasi dan Pelepasan Kembali Propranolol HCl ISSN 1411 - 3481(Swasono R. Tamat)

    5

    spektrum serapan cahaya infra merah pada panjang gelombang 4000cm -1 - 500cm -1.

    Dengan cara yang sama dibuat spektrum serapan cahaya infra merah oleh PVP

    sebelum iradiasi sebagai kontrol, kemudian pola serapan cahaya infra merah PVP dan

    semua hidrogel dibandingkan.

    Uji Imobili sasi Propranolol HCl ke dalam matriks hidrogel (6, 8)

     A. Tahap pendahuluan

    Tahap pendahuluan tidak dirinci dalam makalah ini adalah: a) penetapan

    panjang gelombang serapan maksimum baku pembanding propranolol HCl secara

    spektrofotometri cahaya tampak-ultraviolet, dan b) kestabilan serapan propranolol HCl

    pada λ     = 292 nm selama 60 menit.

    B. Kurva kalibrasi propranolol HCl

    Kurva kalibrasi dibuat dengan larutan baku pembanding propranolol HCl

    konsentrasi 10 ppm; 20 ppm; 30 ppm; 40 ppm; dan 50 ppm dalam larutan asam

    hidroklorida 0,1N. Serapan diukur secara spektrofotometri ultraviolet pada λ     = 292 nm,

    menggunakan larutan HCl 0,1N sebagai blangko. Pengujian imobilisasi dilakukan

    dengan tiga konsentrasi larutan propranolol HCl, yaitu 100 mg/10,0 mL; 120 mg / 10,0

    mL; dan 140 mg / 10,0 ml.

    C. Imobilisasi

    Imobilisasi dilakukan untuk hidrogel yang memberikan fraksi gel tertinggi dan

    kemampuan swelling  hidrogel yang rendah, yaitu yang disimpulkan pada percobaan

    sebelumnya. Imobilisasi dimaksudkan untuk memperoleh hidrogel yang mengandung

    obat dengan memanfaatkan kemampuan swelling hidrogel atau kemampuan hidrogel

    dalam mengabsorpsi larutan.

    Hidrogel yang akan diuji dikeringkan dalam oven pada suhu 700C, dan

    ditimbang sampai bobot tetap. Hidrogel kering kemudian dimasukkan ke dalam gelas

    piala yang berisi 25 mL larutan propranolol HCl tersebut di atas, dan dibiarkan selama

    24 jam pada suhu kamar. Hidrogel dikeluarkan dan dicuci dengan 25 mL air suling. Air

    cuci digabung dengan sisa larutan propranolol HCl.

    Campuran larutan propranolol HCl diencerkan hingga 100,0 ml dengan HCl

    0,1N, lalu 1,0 mL larutan diencerkan lagi hingga 10,0 mL dengan HCl 0,1N. Serapan

    kemudian diukur secara spektrofotometri ultraviolet pada 292 nm, untuk menentukan

    kadar sisa propranolol HCl, dengan demikian besarnya propranolol HCl yang

    terabsorpsi ke dalam matriks hidrogel dapat dihitung. Hidrogel yang telah

  • 8/19/2019 jurnal IR (2)

    6/16

    Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir IndonesiaIndonesian Journal of Nuclear Science and Technology ISSN 1411 - 3481Vol. VIII, No.1, Februari 2007:1-16

    6

    mengabsorpsi propranolol HCl ini selanjutnya akan digunakan untuk uji pelepasan

    kembali obat.

    Uji pelepasan kembali Propranolo l HCl dari Hidrogel (10, 12)

    Uji pelepasan kembali propranolol HCl dari hidrogel yang telah mengandung

    obat tersebut dilakukan dalam 250 ml larutan HCl 0,1N pada suhu 370C, dengan alat

    shaker-incubator   pada 100 goyangan per menit. Pengukuran kadar propranolol HCl

    yang dilepaskan ke dalam larutan HCl 0,1N dilakukan setelah 30 menit, 1, 2, 3, 4, 5, 6,

    dan 8 jam pengocokan. Setiap kali dipipet 10,0 mL sampel larutan propranolol HCl,

    ditambahkan 10,0 mL larutan HCl 0,1N sebagai pengganti. Kadar propranolol HCl

    dalam larutan uji ditetapkan secara spektrofotometri ultraviolet pada 292 nm.

     Analisis data (13, 14) 

    Data yang diperoleh dianalisis menggunakan anova satu arah dan dua arah.

     Analisis varian satu arah digunakan untuk melihat adanya perbedaan yang bermakna

    antara hasil satu variabel bebas dengan satu variabel terikat sedang analisis varian 2

    arah digunakan untuk melihat adanya perbedaan yang bermakna antara hasil

    beberapa variabel bebas dengan satu variabel terikat. Keputusan dilakukan dengan

    tingkat kepercayaan 95% (α =0,05), yaitu jika F hitung ≤  F tabel maka hipotesis nol

    (Ho) diterima dan tidak ada perbedaan bermakna. Jika F hitung > F tabel maka

    hipotesis nol (Ho) ditolak dan berarti ada perbedaan yang bermakna. Maka selanjutnya

    dilakukan uji Turkey-Bonferoni untuk menunjukkan nilai-nilai yang berbeda nyata. 

    Tempat penelitian

    Laboratorium Proses Radiasi, Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi

    (PATIR) - Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Pasar Jumat, Jakarta.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Pengujian Hidrogel : Fraksi gel

    Fraksi gel hasil sintesis dari berbagai konsentrasi PVP dan berbagai dosis

    iradiasi gamma dapat dilihat dalam Gambar 1.

    Fraksi gel yang terendah (79,55%) diperoleh dari 5% PVP dan dosis iradiasi 10

    kGy, sedangkan fraksi gel tertinggi (92,58%) diperoleh dari 10% PVP dan dosis radiasi

    40 kGy. Dapat ditunjukkan bahwa besarnya fraksi gel berbanding lurus dengan

  • 8/19/2019 jurnal IR (2)

    7/16

    Pengaruh Iradiasi Gamma dan Konsentrasi Polivinilpirolidon pada PembuatanHidrogel serta Kemampuan Imobilisasi dan Pelepasan Kembali Propranolol HCl ISSN 1411 - 3481(Swasono R. Tamat)

    7

    konsentrasi PVP dan dosis radiasi. Hal ini terjadi karena radiasi pada proses sintesis

    hidrogel berfungsi sebagai pembentuk radikal bebas dan terjadinya proses

    polimerisasi, dan dengan meningkatnya konsentrasi PVP maka jumlah tumbukan

    efektif antar molekul PVP juga meningkat, sehingga fraksi gel yang diperoleh semakin

    tinggi. Penelitian dengan konsentrasi PVP lebih dari 10% maupun dosis iradiasi

    gamma yang lebih tinggi dari 40 kGy tidak dilakukan, karena telah diketahui bahwa

    iradiasi suatu polimer dengan dosis lebih dari 40 kGy dapat menguraikan polimer

    tersebut.

    75.00

    80.00

    85.00

    90.00

    95.00

    0 10 20 30 40 50

    Dosis radiasi (k Gy)

       F  r  a   k  s   i

      g  e   l   (   %   )

    PVP 5%

    PVP 7,5%

    PVP 10%

     

    Gambar 1. Kurva hubungan antara dosis radiasi dan konsentrasi PVPdengan fraksi gel

    Uji anova menunjukkan bahwa: 1) ada perbedaan yang bermakna pada hasil

    fraksi gel dengan variasi dosis iradiasi, ditunjukkan dengan F hitung (234,397) > F

    tabel (3,01); 2) ada perbedaan yang bermakna pada hasil fraksi gel dengan variasi

    konsentrasi PVP, ditunjukkan dengan F hitung (165,456) > F tabel (3,40); dan 3) tidak

    ada interaksi antara dosis iradiasi dan konsentrasi PVP, ditunjukkan dengan F hitung

    (0,938) < F tabel (2,51).

    Pengaruh pH pada rasio swelling  hidrogel 

    Dalam penelitian ini digunakan larutan dengan pH 1,2; 7,4; dan pH 9,0 untuk

    mengetahui swelling hidrogel pada pH yang berbeda, menggambarkan tubuh manusia

    yang mempunyai beberapa daerah pH, yaitu pH asam pada lambung, pH netral pada

    kulit, dan pH agak basa pada usus. Gambar 2 dan 3 menunjukkan bahwa tidak ada

    perbedaaan yang bermakna pada rasio swelling hidrogel dalam lingkungan pH 1,2; 7,4

    maupun 9,0. Hal ini dapat dipahami mengingat PVP bersifat nonionik dan tidak

    mempunyai gugus fungsi yang peka terhadap ion H+ atau OH-.

  • 8/19/2019 jurnal IR (2)

    8/16

    Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir IndonesiaIndonesian Journal of Nuclear Science and Technology ISSN 1411 - 3481Vol. VIII, No.1, Februari 2007:1-16

    8

    Konfirmasi dengan uji anova satu arah menunjukkan F hitung (0,0935) < F tabel (3,09),

    sehingga dapat dinyatakan bahwa tidak ada perbedaan bermakna pada rasio swelling 

    hidrogel dalam lingkungan pH 1,2; 7,4 maupun 9,0.

    10

    11

    12

    13

    14

    15

    16

    17

    18

    - 2.0 4.0 6.0 8.0 10.0

    pH

       R

       a   s   i   o    s

       w

       e   l   l   i   n   g

    PVP 5%, 10 kGy

    PVP 5%, 20 kGy

    PVP 5%, 30 kGy

    PVP 5%, 40 kGy

    8

    9

    10

    11

    12

    13

    14

    15

    16

    - 2.0 4.0 6.0 8.0 10.0

    pH

       R

       a   s   i   o

        s   w

       e   l   l   i   n   g

    PVP 7,5%, 10 kGy

    PVP 7,5%, 20 kGy

    PVP 7,5%, 30 kGy

    PVP 7,5%, 40 kGy

     

    Gambar 2. Kurva hubungan antara pH dengan rasio swelling hidrogel;dengan (A) 5% PVP, dan (B) 7,5% PVP

    8

    9

    10

    11

    12

    13

    14

    15

    16

    - 2.0 4.0 6.0 8.0 10.0pH

       R

       a   s   i   o     S

       w

       e   l   l   i   n   g

    PVP 10 %, 10 kGy

    PVP 10%, 20 kGy

    PVP 10%, 30 kGY

    PVP 10%, 40 kGy

     

    Gambar 3. Kurva hubungan antara pH dengan rasio swelling hidrogel;dengan (C) 10% PVP

    Pengaruh suhu pada rasio swelling  hidrogel 

    Uji pengaruh suhu terhadap rasio swelling hidrogel dilakukan dalam air suling

    suhu 250 C dan 370 C, sebagai simulasi keadaan penyimpanan dan suhu tubuh

    manusia normal. Rasio swelling hidrogel pada suhu 250 C dan 370 C dapat dilihat pada

    Gambar 4.

    Gambar 4 menunjukkan bahwa rasio swelling hidrogel pada suhu 250C hanya

    sedikit lebih besar dari pada suhu 370 C. Hal ini mungkin karena suhu lebih tinggi dapat

    menyebabkan terjadinya penciutan ukuran pori hidrogel. Sebagaimana diketahui

    bahwa PVP bersifat nonionik, sehingga PVP-hidrogel yang dihasilkan juga bersifat

    nonionik dan tidak peka terhadap perubahan pH dan suhu (8). 

    A B

    (C)

  • 8/19/2019 jurnal IR (2)

    9/16

    Pengaruh Iradiasi Gamma dan Konsentrasi Polivinilpirolidon pada PembuatanHidrogel serta Kemampuan Imobilisasi dan Pelepasan Kembali Propranolol HCl ISSN 1411 - 3481(Swasono R. Tamat)

    9

    Pengaruh waktu perendaman terhadap rasio swelling  hidrogel

    Gambar 5 menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi PVP dan semakin

    tinggi dosis radiasi yang digunakan, maka kemampuan swelling hidrogel semakin

    rendah, dan dengan demikian rasio swelling hidrogel berbanding terbalik dengan nilai

    fraksi gel. Gambar 5 menunjukkan dari jam ke-1 hingga jam ke-3 terjadi absorpsi air

    yang cepat, karena saat hidrogel kering mulai direndam, air segera berpenetrasi ke

    dalam pori hidrogel dan hidrogel swelling  dengan cepat. Laju absorpsi air menurun

    setelah jam ke-4, saat jaringan hidrogel telah banyak terisi oleh air. Setelah jam ke-24

    hingga jam ke-48 tambahan air yang diabsorpsi sangat kecil, sehingga dapat

    dinyatakan bahwa hidrogel sudah jenuh atau mencapai kesetimbangan dengan air . 

    0.0

    2.0

    4.0

    6.0

    8.0

    10.0

    12.0

    14.0

    16.0

    18.0

    25 37

    Suhu (C)

       R  a  s   i  o   S  w  e   l   l   i  n  g

    10 kGy

    20 kGy

    30 kGy

    40 kGy

    0.0

    2.0

    4.0

    6.0

    8.0

    10.0

    12.0

    14.0

    16.0

    18.0

    25 37

    Suhu (C)

       R  a  s   i  o   S  w  e   l   l   i  n  g

    10 kGy

    20 kGy

    30 kGy

    40 kGy

     

    0.0

    2.0

    4.0

    6.0

    8.0

    10.0

    12.0

    14.0

    16.0

    18.0

    25 37

    Suhu (C)

       R  a  s   i  o   S  w  e   l   l   i  n  g

    10 kGy

    20 kGy

    30 kGY

    40 kGy

     

    Gambar 4. Kurva hubungan antara suhu air dengan rasio swelling hidrogel;

    dengan (A) 5% PVP; (B) 7,5% PVP; dan (C) 10% PVP

    A B

    C

  • 8/19/2019 jurnal IR (2)

    10/16

    Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir IndonesiaIndonesian Journal of Nuclear Science and Technology ISSN 1411 - 3481Vol. VIII, No.1, Februari 2007:1-16

    10

    -

    2.00

    4.00

    6.00

    8.0010.00

    12.00

    14.00

    16.00

    18.00

    0 10 20 30 40 50

    Waktu (jam)

       R   a   s   i   o

       s   w

       e   l   l   i   n   g

    10 kGy20 kGy30 kGy40 kGY

    -

    2.00

    4.00

    6.00

    8.00

    10.00

    12.00

    14.00

    16.00

    0 10 20 30 40 50

    Waktu (jam)

       R   a   s   i   o

       s   w

       e   l   l   i   n   g

    10 kGy20 kGy30 kGy

    40 kGy

     

    -

    2.00

    4.00

    6.008.00

    10.00

    12.00

    14.00

    16.00

    0 10 20 30 40 50

    Waktu (jam)

       R  a  s   i  o  s

      w  e   l   l   i  n  g

    10 kGy

    20 kGy

    30 kGy

    40 kGy

     

    Gambar 5. Kurva hubungan antara waktu perendaman dengan rasio swelling hidrogel;dengan (A) 5% PVP; (B) 7,5% PVP; dan (C) 10% PVP

    Pemeriksaan Hidrogel dengan Spektrofotometer Inframerah

    Pemeriksaan secara spektrofotometri inframerah dilakukan pada

    polivinilpirolidon (Gambar 6) dan semua PVP-hidrogel hasil sintesis untuk mengetahui

    perubahan pola spektrum serapan inframerah, atau perubahan gugus fungsi yang

    disebabkan oleh perlakuan iradiasi gamma. Perbandingan spektrum inframerah PVP

    dan PVP-hidrogel (Gambar 7) ternyata tidak menunjukkan perbedaan spektrum secara

    nyata di antara kedua senyawa. Hal tersebut menunjukkan bahwa sampai dosis

    iradiasi 40 kGy tidak terjadi perubahan gugus fungsi secara nyata, sesuai dengan

    prediksi struktur PVP-hidrogel pada Gambar 8.

    A B

    C

  • 8/19/2019 jurnal IR (2)

    11/16

    Pengaruh Iradiasi Gamma dan Konsentrasi Polivinilpirolidon pada PembuatanHidrogel serta Kemampuan Imobilisasi dan Pelepasan Kembali Propranolol HCl ISSN 1411 - 3481(Swasono R. Tamat)

    11

     

    Gambar 6. Spektrum inframerah polivinilpirolidon sebelum iradiasi

    Gambar 7. Spektrum inframerah PVP-hidrogel (10% PVP iradiasi pada 40 kGy)

    N

    CHH2C

    O N

    CHH2C

    ON

    CHH2C

    O

    n nn

    radiasi

     

    PVP Hidrogel PVP

    Gambar 8. Postulasi sintesis dan struktur PVP-hidrogel hasil sintesis

  • 8/19/2019 jurnal IR (2)

    12/16

    Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir IndonesiaIndonesian Journal of Nuclear Science and Technology ISSN 1411 - 3481Vol. VIII, No.1, Februari 2007:1-16

    12

    Imobilisasi Propranolol HCl ke dalam matriks hidrogel

    Kurva kalibrasi baku pembanding propranolol HCl yang ditampilkan dalam

    Gambar 9 menunjukkan bahwa ada hubungan linear yang baik antara konsentrasi

    propranolol HCl dengan besarnya serapan pada 292 nm, dengan persamaan garis y =

    0,059 + 0,0188x dan koefisien korelasi (r) sebesar 1,000.

    0

    0.2

    0.4

    0.6

    0.8

    1

    0 10 20 30 40 50 60

    Konsentrasi (ppm)

       S  e  r  a  p  a  n   (   A   )

     

    Gambar 9. Kurva hubungan linier antara konsentrasi propranolol HCl denganserapan pada 292 nm; y = 0,059 + 0,0188x; r = 1,000

    Imobilisasi propranolol HCl hanya dilakukan dengan hidrogel yang memberikan

    fraksi gel tertinggi dan kemampuan swelling  hidrogel yang terendah, yaitu hidrogel

    hasil sintesis (10% PVP dan iradiasi 40 kGy). Imobilisasi obat dimaksudkan untuk

    memperoleh hidrogel yang mengandung obat dengan memanfaatkan kemampuan

    swelling hidrogel atau kemampuan hidrogel dalam mengabsorpsi larutan suatu obat.

    Dosis terapi propranolol HCl 100 mg, 120 mg, dan 140 mg digunakan dalam

    penelitian ini, dimaksudkan untuk menguji pengaruh perbedaan dosis terhadap jumlah

    propranolol HCl yang diabsorpsi oleh matriks hidrogel. Pada dosis 100 mg, jumlah

    propranolol HCl yang terabsorpsi sebesar 86,82%, pada dosis 120 mg sebesar

    86,96%, dan pada dosis 140 mg sebesar 85,77%; sehingga jumlah rata-rata

    propranolol HCl yang terabsorpsi oleh matriks hidrogel adalah 86,51%. Hasil

    menunjukkan bahwa variasi dosis atau bobot propranolol HCl tidak mempengaruhi

     jumlah propranolol HCl yang terabsorpsi, dan hanya dipengaruhi oleh kemampuan

    swelling hidrogel.

    Uji anova satu arah menghasilkan F hitung (1,15) < F tabel (5,14), yang

    berarti tidak ada perbedaan bermakna pengaruh variasi dosis propranolol HCl pada

  • 8/19/2019 jurnal IR (2)

    13/16

    Pengaruh Iradiasi Gamma dan Konsentrasi Polivinilpirolidon pada PembuatanHidrogel serta Kemampuan Imobilisasi dan Pelepasan Kembali Propranolol HCl ISSN 1411 - 3481(Swasono R. Tamat)

    13

     jumlah obat yang terabsorpsi ke dalam matriks hidrogel, atau tidak ada peningkatan

     jumlah obat yang terabsorpsi ke dalam hidrogel dengan meningkatnya dosis obat.

    Uji pelepasan propranolol HCl dari matriks h idrogel

    Hasil uji pelepasan kembali propranolol HCl dari matriks hidrogel dapat dilihat

    pada Gambar 10 (A), yang disejajarkan dengan Gambar 10 (B) kurva hubungan antara

    waktu perendaman dengan rasio swelling hidrogel yang sama.

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    0 2 4 6 8 10

    Waktu (jam)

       %    P   e   l   e   p   a   s   a   n

    Proprano lol 100 mg

    Proprano lol 120 mg

    Proprano lol 140 mg

    0.00

    2.00

    4.00

    6.00

    8.00

    10.00

    0 2 4 6 8

    Waktu (jam)

        R

       a   s

        i   o

         S

       w

       e

        l    l    i   n

     

    Gambar 10. Kurva hubungan antara (A) waktu perendaman dengan % pelepasankembali propranolol HCl; dan (B) waktu perendaman dengan rasioswelling hidrogel

    Dari Gambar 10 seolah terlihat bahwa peningkatan dosis propranolol HCl

    memberikan jumlah propranolol HCl yang dilepaskan sedikit meningkat. Namun uji

    anova dua arah menghasilkan F hitung (0,03) < F tabel (3,47), yang berarti bahwa

    tidak ada perbedaan yang bermakna pengaruh dosis obat terhadap persen pelepasan

    kembali propranolol HCl. Maka disimpulkan bahwa variasi dosis obat tidak

    berpengaruh pada persentase pelepasan kembali propranolol HCl.

    Kemiripan kurva Gambar 10 (A) dan Gambar 10 (B) dapat menunjukkan bahwa

    pelepasan propranolol HCl dari matriks hidrogel dipengaruhi oleh kemampuan

    swelling hidrogel. Kurva pengaruh waktu perendaman terhadap rasio swelling hidrogel

    menunjukkan dari jam ke-4 menuju jam ke-5 terjadi penurunan laju swelling, dandemikian juga dengan laju pelepasan propranolol HCl dari jam ke-4 menuju jam ke-5

    yang juga menurun.

    Uji pelepasan propranolol HCl dari matriks hidrogel menunjukkan bahwa

     jumlah propranolol HCl yang dilepas dari hidrogel sampai jam ke-8 telah mencapai ±

    80%. Hasil uji pelepasan kembali propranolol HCl dibandingkan dengan persyaratan

    pelepasan sediaan lepas lambat propranolol HCl menurut USP 28 (Tabel 2)

    A B

  • 8/19/2019 jurnal IR (2)

    14/16

    Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir IndonesiaIndonesian Journal of Nuclear Science and Technology ISSN 1411 - 3481Vol. VIII, No.1, Februari 2007:1-16

    14

    menunjukkan bahwa pada jam pertama pelepasan propranolol HCl dari matriks

    hidrogel dapat memenuhi persyaratan pelepasan sediaan lepas lambat, yaitu tidak

    lebih dari 30%. Akan tetapi pada jam ke-4 dan ke-8 jumlah propranolol HCl yang

    dilepaskan lebih besar dari nilai persyaratan USP 28. Dengan demikian dapat

    dinyatakan bahwa matriks hidrogel-PVP dapat mengimobilisasi dan melepaskan

    kembali obat, namun belum memenuhi persyaratan “pelepasan sediaan lepas lambat”

    menurut USP 28, sehingga uji pada jam-jam berikutnya tidak dilanjutkan. Secara teori,

    peningkatan jumlah ikatan silang dalam matriks hdrogel mungkin dapat memperlambat

    pelepasan obat dari matriks.

    Tabel 2. Perbandingan pelepasan propranolol HCl dari hidrogel dengan persyaratanpelepasan sediaan lepas lambat propranolol HCl menurut USP 28 (11).

    % pelepasan propranolol HClWaktu

    (jam)

    Persyaratan pelepasan

    propranolol HCl USP 28Dosis

    100 mg

    Dosis

    120 mg

    Dosis

    140 mg

    1

    4

    8

    14

    24

    Tidak lebih dari 30%

    35-60%

    55-80%

    70-95%

    81-110%

    24,77

    67,33

    80,54

    -

    -

    28,37

    67,22

    83,47

    -

    -

    26,31

    68,43

    84,52

    -

    -

    - : tidak dilakukan pengambilan data

    Kemampuan hidrogel untuk mengembang dalam air diketahui sebagai hasil dari

    keseimbangan antara kekuatan sebar pada rantai hidrat dengan kekuatan kohesi yang

    tidak mencegah penetrasi air ke dalam hidrogel. Selain itu, derajat dan sifat ikatan

    silang dan kekristalan polimer turut menentukan sifat mengembang dari hidrogel (2,5).

    Kemampuan swelling  hidrogel dipengaruhi oleh fraksi gel hidrogel, semakin tinggi

    fraksi gel maka molekul ikatan silang yang terbentuk semakin rapat sehingga swelling 

    menurun.

    KESIMPULAN

    Fraksi gel hidrogel polivinilpirolidon meningkat dengan meningkatnya dosis

    iradiasi (sampai 40kGy) dan dengan meningkatnya konsentrasi polivinilpirolidon

    (sampai 10%), namun rasio swelling  hidrogel justru menurun secara proporsional.

    Dengan demikian fraksi gel berbanding terbalik dengan rasio swelling. Swelling 

  • 8/19/2019 jurnal IR (2)

    15/16

    Pengaruh Iradiasi Gamma dan Konsentrasi Polivinilpirolidon pada PembuatanHidrogel serta Kemampuan Imobilisasi dan Pelepasan Kembali Propranolol HCl ISSN 1411 - 3481(Swasono R. Tamat)

    15

    hidrogel polivinilpirolidon tidak dipengaruhi oleh perubahan pH maupun oleh

    perbedaan suhu (250C dan 370C). Hidrogel polivinilpirolidon dapat digunakan sebagai

    matriks imobilisasi dan pelepasan kembali obat (dengan propranolol HCl sebagai

    model).

    Ucapan Terima Kasih

    Ucapan terima kasih disampaikan kepada Kepala Pusat Aplikasi Teknologi

    Isotop dan Radiasi BATAN, beserta staf Fasilitas Iradiasi Irpasena dan Laboratotium

    Proses Radiasi yang telah memfasilitasi terlaksananya penelitian ini.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Ansel HC. Pengantar bentuk sediaan farmasi. ed 4. Jakarta: Universitas

    Indonesia Press; 1989. p. 287-98.

    2. Hydrogel as controlled drug delivery system. IJPS 2006: p. 133-40. Diakses 4

    Mei 2006. Diambil dari :

    http://www.Ijpsonline.com/article.asp/issn.html.

    3. Rosiak JM. Hydrogel dressing HDR: radiation effect on polymer. Washington

    DC: ACS; 1991. p. 118-20.

    4. Laughlin WL. Dosimetry for radiation processing. London: Taylor & Francis Ltd;

    1989. p. 19-21.

    5. Kroschwitz J. Polymer: biomaterials and medical application. New York:John

    Willey and Sons Inc; 1992. p. 228-48.

    6. Peppas NA. Hydrogel biomaterials: structure and physical chemistry. 2003. p. 1-

    5. Diakses 9 Juni 2006. Diambil dari:

    http://www.Ocw.mit.edu/NR/rdonlyres.html.

    7. Huglin MB and Mat Z. Swelling properties of copolymer hydrogel preparation by

    gamma irradiation. JAPS. vol. 3, 1986. p. 457

    8. Wade A, Weller PJ. Handbook of Pharmaceutical Excipient. 2nd ed. London: The

    Pharmaceutical Press; 1994. p. 392.

    9. Encyclopedia of Polymer Science and Engineering. vol 7. New York: John Wiley

    and Sons; 1987. p. 783

    10. Erizal. Sintesis hidrogel dengan teknik iradiasi gamma dan karakterisasinya.

    Jakarta: Badan Tenaga Atom Nasional; 1999. p. 7-14.

  • 8/19/2019 jurnal IR (2)

    16/16

    Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir IndonesiaIndonesian Journal of Nuclear Science and Technology ISSN 1411 - 3481Vol. VIII, No.1, Februari 2007:1-16

    16

    11. United States Pharmacopeia Commission. The United States Pharmacopeia 28,

    The National Formulary 23, Rockville: United Stated Pharmacopeia Convention;

    2004. p. 1660, 2855.

    12. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia. edisi 4.

    Jakarta: Direktorat Jenderal Obat dan Makanan; 1995. p. 709, 1008-9, 1061.

    13. Walpole RE. Pengantar statistika. ed. III. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama;

    1990. p. 405-9.

    14. Usman H, Purnomo. R. Pengantar statistik. Jakarta: Bumi Aksara; 1995. p. 150-

    5.