15
PEMANFAATAN MEDIA AUDIO VISUAL DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LEMPAR CAKRAM GAYA MENYAMPING (Penelitian pada siswa kelas VIII) Ahmad zaki, Muammar Afif Magister Pendidikan Olahraga Program Pasca Sarjana Unimed [email protected] Abstrak Latar belakang penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar lempar cakram gaya menyamping yang belum baik dan benar, untuk menumbuhkan sikap aktif, kreatif, inovatif, dan kompetitif dari siswa tidaklah mudah. Fakta yang terjadi adalah guru dianggap sumber belajar yang paling benar. Proses pembelajaran yang terjadi memposisikan siswa sebagai pendengar ceramah guru. Akibatnya proses belajar mengajar cenderung membosankan dan menjadikan siswa malas belajar. Sikap anak didik yang pasif tersebut ternyata tidak hanya terjadi pada mata pelajaran tertentu saja tetapi pada hampir semua mata pelajaran termasuk penjas siswa. Salah satu adalah dengan menerapkan pembelajaran dengan menggunakan bantuan media. Media pembelajaran merupakan salah satu strategi mengajar yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam hal ini salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah tersebut adalah dengan meningkatkan kualitas pembelajaran seperti melalui penggunaan media pembelajaran yang tepat. Melalui penggunaan media pembelajaran yang tepat, proses pembelajaran lempar cakram terutama dalam melakukan gerakan lempar cakram gaya menyamping diharapkan akan dapat berjalan lebih optimal. Penggunaan media ini akan membantu siswa dalam memahami lempar cakram karena dalam pembelajaran ini siswa diajak untuk memahami lempar cakram melalui keterangan–keterangan dari guru dibantu dengan petunjuk berupa gambar-gambar bergerak serta video yang baik. Hasil penelitian menyimpulkan : (1) dari tes hasil belajar siklus I diperoleh sebanyak 23 orang siswa dengan nilai setelah dikonfersikan (63,90%) telah mencapai tingkat ketuntasan belajar, sedangkan 13 orang siswa (36,10%) belum mencapai tingkat ketuntasan belajar. Dengan nilai rata – rata 1

JURNAL KELOMPOK

Embed Size (px)

DESCRIPTION

b

Citation preview

Page 1: JURNAL KELOMPOK

PEMANFAATAN MEDIA AUDIO VISUAL DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LEMPAR CAKRAM GAYA MENYAMPING

(Penelitian pada siswa kelas VIII)

Ahmad zaki, Muammar AfifMagister Pendidikan Olahraga Program Pasca Sarjana Unimed

[email protected]

Abstrak

Latar belakang penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar lempar cakram gaya menyamping yang belum baik dan benar, untuk menumbuhkan sikap aktif, kreatif, inovatif, dan kompetitif dari siswa tidaklah mudah. Fakta yang terjadi adalah guru dianggap sumber belajar yang paling benar. Proses pembelajaran yang terjadi memposisikan siswa sebagai pendengar ceramah guru. Akibatnya proses belajar mengajar cenderung membosankan dan menjadikan siswa malas belajar. Sikap anak didik yang pasif tersebut ternyata tidak hanya terjadi pada mata pelajaran tertentu saja tetapi pada hampir semua mata pelajaran termasuk penjas siswa. Salah satu adalah dengan menerapkan pembelajaran dengan menggunakan bantuan media. Media pembelajaran merupakan salah satu strategi mengajar yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam hal ini salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah tersebut adalah dengan meningkatkan kualitas pembelajaran seperti melalui penggunaan media pembelajaran yang tepat. Melalui penggunaan media pembelajaran yang tepat, proses pembelajaran lempar cakram terutama dalam melakukan gerakan lempar cakram gaya menyamping diharapkan akan dapat berjalan lebih optimal. Penggunaan media ini akan membantu siswa dalam memahami lempar cakram karena dalam pembelajaran ini siswa diajak untuk memahami lempar cakram melalui keterangan–keterangan dari guru dibantu dengan petunjuk berupa gambar-gambar bergerak serta video yang baik. Hasil penelitian menyimpulkan : (1) dari tes hasil belajar siklus I diperoleh sebanyak 23 orang siswa dengan nilai setelah dikonfersikan (63,90%) telah mencapai tingkat ketuntasan belajar, sedangkan 13 orang siswa (36,10%) belum mencapai tingkat ketuntasan belajar. Dengan nilai rata – rata hasil belajar setelah dikonfersikan adalah 65,78. Namun belum memenuhi kriteria ketuntasan secara klasikal yang diharapkan yaitu 85%. (2) dari tes hasil belajar siklus II diperoleh data sebanyak 32 orang siswa dengan nilai setelah dikonfersikan sebesar (88,90%) yang telah mencapai ketuntasan dalam belajar dan 4 orang siswa (11,10%) masih belum tuntas. Dengan nilai rata – rata hasil belajar setelah dikonfersikan adalah 76,89.

Kata kunci : audio visual, menyamping,peningkatan hasil.

PENDAHULUANLatar belakangPendidikan jasmani yang merupakan bagian tak terpisahkan dari sistem pendidikan menjadi jalan yang tepat untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan dalam gerak dan kebugaran jasmani. Selain itu, pendidikan jasmani di sekolah harus dapat berfungsi dalam

mengemangkan kompetensi interpersonal dan sosial anak melalui pembelajaran - pembelajaran yang dilakukan.Berbagai model pembelajaran pun telah digunakan untuk diperolehnya orang yang kompeten secara sosial dimasyarakat.

1

Page 2: JURNAL KELOMPOK

Pendidikan jasmani yang diajarkan di sekolah adalah bertujuan untuk mengembangkan intelektual, emosional dan keterampilan motorik siswa. Kemampuan motorik ini diharapkan akan dapat mendukung kondisi fisiknya. Dengan kondisi fisik yang baik, akan dapat menunjang proses belajar mengajar setiap mata pelajaran. Pendidikan jasmani memberikan kesempatan pada siswa untuk terlibat langsung dalam aneka pengalaman belajar melalui aktvitas jasmani, bermain dan berolahraga yang dilakukan secara sistematis, terarah dan terencana. Pembekalan belajar melalui proses pembelajaran pendidikan jasmani dengan mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan olahraga, internalisasi nilai-nilai (sportifitas, kerja sama, dan lain-lain). Pelaksanaan pendidikan jasmani bukan melalui pengajaran di dalam kelas yang bersifat kajian teoritis, namun melibatkan unsur fisik, mental, intelektual, emosional dan sosial.Akrivitas yang diberikan dalam pengajaan harus mendapatkan sentuhan psikologis, sehingga aktifitas yang dilakukan dapat mencapai tujuan pendidikan. Agar standar kompetensi pembelajaran jasmani dapat terlaksanakan sesuai dengan pedoman maksud dan juga tujuan sebagaimana yang ada kurikulum, maka guru pendidikan jasmani harus mampu merancang mempelajari sesuai dengan kemampuan dan perkembangan peserta didik, sehingga proses mempelajari pelajaran dapat berjalan dengan lancar. Salah satu materi mempelajari yang di ajarkan pada siswa SMP adalah Lempar cakram. Untuk menunjang pelaksanaan mempelajari lempar cakram, kretivitas seorang guru sangat di butuhkan sehingga proses pembelajarannya dapat memberi pengalaman belajar yang baik secara lengkap kepada anak didik. Fenomena ini merupakan sebuah masalah akibatnya kurangnya kemampuan sebagian guru penjas dalam memanfaatkan perannya sebagai guru yang memiliki potensi sesuai

dengan tuntutan target kurikulum dan sebagai tenaga pendidik yang berperan dalam mengaktifkan pembelajaran pendidikan jasamani di sekolah. Dengan diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di sekolah, menuntut guru dan siswa untuk bersikap aktif, kreatif, inovatif, dan kompetitif dalam menanggapi setiap pelajaran yang di ajarkan. Setiap siswa harus dapat memanfaatkan ilmu yang peroleh nya dalam kehidupan sehari – hari untuk itu setiap pelajaran selalu dikaitkan dengan manfaatnya dalam lingkungan sosial masyarakat.Sikap aktif, kreatif, inovatif, dan kompetitif terwujud dengan menempatkan siswa sebagai subyek pendidikan.Peran guru adalah sebagai fasilitator dan bukan sumber utama pembelajaran. Untuk menumbuhkan sikap aktif, kreatif, inovatif, dan kompetitif dari siswa tidaklah mudah. Fakta yang terjadi adalah guru dianggap sumber belajar yang paling benar. Proses pembelajaran yang terjadi memposisikan siswa sebagai pendengar ceramah guru. Akibatnya proses belajar mengajar cenderung membosankan dan menjadikan siswa malas belajar. Sikap anak didik yang pasif tersebut ternyata tidak hanya terjadi pada mata pelajaran tertentu saja tetapi pada hampirsemua mata pelajaran termasuk penjas siswa. Salah satu adalah dengan menerapkan pembelajaran dengan menggunakan bantuan media. Media pembelajaran merupakan salah satu strategi mengajar yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Rendahnya hasil belajar pendidikan jasmani bergantung pada pembelajaran yang dihadapi oleh siswa. Dalam pembelajaran penjas guru harus menguasai materi yang diajarkan dan cara menyampaikannya. Cara penyampaian pelajaran dengan cara satu arah akan membingungkan siswa,karena siswa akan menjadi pasif (bersifat menerima saja) tentang apa yangdipelajarinya, materi

2

Page 3: JURNAL KELOMPOK

abstrak tidak bermakna,sehingga proses belajar penjas membosankan. Untuk itu penggunaan media dalam suatu proses belajar-mengajar sangat diperlukan, karena media mempunyai kelebihan kemampuan teknis yang mampu menyajikan suatu peristiwa secara terpadu akan menyajikan konsep secara utuh dan benar serta menjadi saluran atau perantaraan dalam menyampaikan pesan. Pesan tersebut hendaknya telah diubah kedalam bentuk yang dapat dipahami oleh siswa. Sehingga pesan yang diterima siswa dapat dipahami dengan jelas dan tidak bersifat abstrak. Berdasarkan hasil observasi awal yang peniliti lakukan di SMP Muhammadiyah 43 Kaban jahe mengenai proses belajar lempar cakram yang di lakukan siswa, terutama dalam melakukan gerakan lempar cakram gaya menyamping,ternyata masih banyak siswa dalam melakukan gerakan lempar cakram gaya menyamping adalah sering melakukan kesalahan yaitu pada sikap melakukan gerakan lempar cakram, siswa sering salah melakukannya, sarana dan prasarana yang kurang memadai yang tidak optimal nya pembelajaran, kurang nya pengulangan pembelajaran terhadap siswa. Selain kesalahan – kesalahan tersebut media pembelajaran juga belum optimal dilakukan guru pendidikan jasmani di sekolah tersebut, sementara media pembelajaran sangat mendukung dalam pencapaian hasil pembelajaran yang maksimal. Dari 36 orang siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 43 Kabanjahe, ternyata sebagian besar siswa 27orang memiliki nilai dibawah nilai KKM dan hanya 9 orang siswa memiliki nilai di atas nilai KKM. Nilai KKM Pendidikan JasmaniOlahraga dan Kesehatan di sekolah ini adalah 75. Dalam hal ini salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah tersebut adalah dengan meningkatkan kualitas pembelajaran seperti melalui penggunaan media pembelajaran yang tepat. Melalui penggunaan media pembelajaran yang

tepat, proses pembelajaran lempar cakram terutama dalam melakukan gerakan lempar cakram gaya menyamping diharapkan akan dapat berjalan lebih optimal. Hambatan dan rintangan yang terdapat pada proses pembelajaran selama ini diharapkan akan dapat diatasi. Salah satu media pengajaran yang peneliti anggap sesuai dalam proses pembelajaran lempar cakram yaitu dengan menggunakan media audio visual. Penggunaan media ini akan membantu siswa dalam memahami lempar cakram karena dalam pembelajaran ini siswa diajak untuk memahami lempar cakram melalui keterangan–keterangan dari guru dibantu dengan petunjuk berupa gambar-gambar bergerak serta video yang baik. Tujuan Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penilitian ini adalah untuk mengetahui pemanfaatan media audio visual dalam meningkatkan hasil belajar Lempar Cakram gaya menyamping pada siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 43 Kaban Jahe ajaran 2012/2013.

KAJIAN PUSTAKASejarah Atletik Atletik adalah gabungan dari beberapa jenis olahraga yang secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi lari, lempar, dan lompat.Kata ini berasal dari bahasa Yunani “athlon” yang berarti “kontes”.Atletik merupakan cabang olahraga yang diperlombakan pada olimpiade pertama pada 776 SM. Induk untuk olahraga atletik di Indonesia adalah PASI (Persatuan Atletik Seluruh Indonesia). Atletik adalah event asli dari Olimpiade pertama di tahun 776 sebelum masehi dimana satu – satunya event adalah perlombaan lari atau stade. Ada beberapa “Games” yang digelar selama era klasik Eropa: Panhellenik Games The Pythian Game (dimulai 6 sebelum masehi) digelar di Isthmus dari Corinth setiap dua tahun. The Roman Games berasal dari akar

3

Page 4: JURNAL KELOMPOK

Yunani murni, Roman game memakai perlombaan lari dan melempar. Bukannya berlomba kereta kuda dan bergulat seperti di Yunani, olahraga Etruscan memakai pertempuran galiatorial, yang juga sama – sama 527 sebelum masehi digelar di Delphi tiap empat tahun. The Nemean Games (dimulai 15 memakai panggung). Masyarakat lain menggemari kontes atletik, seperti bangsa Kelt, Teutonik, dan Goth yang juga digemari orang Roma. Tetapi, olahraga ini sering dihubungkan dengan pelatihan.Media pembelajaran Audio visual Kata media berasal dari bahasa latin yaitu: “medium” yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar pesan dari seseorang yang mengirim pesan pada orang menerima pesan tersebut. Arsyad (2003: 3) menjelaskan: “Media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi intruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar”. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan alat bantu yang tepat yang dapat memudahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan baik. Hal tersebut dilandasi dengan keyakinan bahwa proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dengan bantuan media untuk meningkatkan kualitas saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Jadi media adalah salah satu alat untuk memudahkan penyampaian pesan, yang dapat mendorong atau memotivasi siswa saat belajar. Dalam penggunaan media,seorang guru harus mempertimbangkan beberapa hal antara lain: guru harus menyesuaikan media dengan tujuan pelajaran yang akan disampaikan pada siswa. Media yang telah disediakan atau disesuaikan dengan mata pelajaran yang akan dilaksanakan agar tujuan pembelajaran sesuai dengan yang diinginkan. Jika media yang di pergunakan

tidak sesuai dengan pelajaran yang akan dilakukan maka hasil yang diperoleh tidak akan maksimal. Djamarah (2002: 137) menjelaskan: “Media Pendidikan sebagai salah satu sumber belajar yang ikut membantu guru untuk memperkaya wawasan siswa, dengan aneka macam bentuk dan jenis media yang dipergunakan oleh gurumenjadi sumber ilmu pengetahuan bagi siswa”. Dalam penyampaian pelajaran guru dapat membuat atau menunjukan gambar yang gambar yang harus dilakukan saat proses belajar mengajar berlangsung pada siswa. Dengan penggunaan gambar tersebut maka siswa akan lebih paham dan lebih jelas tentang cara atau gerakan yang akan di lakukan. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa audio visual sesuatu yang berkaitan dengan pendengaran dan penglihatan, dapat didengar dengan telinga dan dapat dilihat dengan mata, kedengaran dan kelihatan, berdasarkan pendengaran dan penglihatan yang diberikan dengan menggunakan suara-suara dan gambar-gambar.Selain itu penerimaan melalui pendengaran dan penglihatan, bunyi dan alat-alat peraga yang dapat didengar dan disaksikan. Audio visual sebenarnya mengacu pada indra yang menjadi sasaran dari media tersebut. Media audio visual mengandalkan pendengaran dan penglihatan dari khalayak sasaran (penonton).Produk audio visual dapat menjadi media dokumentasi tujuan yang utama adalah mendapatkan suatu fakta dari suatu peristiwa atau kejadian.Sedangkan media komunikasi sebuah produk audiou visual melibatkan lebih banyak elemen media dan lebih membutuhkan perencanaan agar dapat mengkomunikasi sesuatu.Contoh media audio visual yang lebih menonjol fungsi komunikasi adalah media dokumentasi.

METODE PENELITIAN Metode penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classromm action

research). Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif yang berguna untuk mengungkapkan kesulitan belajar

4

Page 5: JURNAL KELOMPOK

siswa dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani serta cara mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi tersebut.a. Tahap Perencanaan Tindakan I

Pada tahap ini peneliti dan guru kelas menyusun scenario pembelajaran yang terdiri dari :

1. Tim peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan siswa dalam pembelajaran penjas.

2. Membuat rencana pembelajaran dengan mengacu pada tindakan/treatment yang diterapkan dalam PTK, yaitu pembelajaran lempar cakram dengan menggunakan media audio visual.

3. Menyusun instrument yang digunakan dalam siklus PTK, penilaian teknik dasar dalam pembelajaran lempar cakram dengan menggunakan media audio visual.

4. Menyiapkan media yang diperlukan untuk membantu pengajaran.

5. Mengembangkan materi ajar mengenai lempar cakram gaya menyamping.

HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

Deskripsi Data Penelitian Subjek penelitian Berdasarkan deskripsi hasil pre test lempar cakram gaya menyamping, bahwa kemampuan siswa dalam pembelajaran lempar cakram gaya menyamping masih tergolong rendah. Dari 36 siswa terdapat 9 orang dengan nilai setelah dikonversikan (25%) yang telah mencapai tingkat

ketuntasan belajar, sedangkan 27 orang siswa dengan nilai telah dikonversikan (75%) belum tuntas dengan nilai rata – rata 54.49. Pada pre test nilai tertinggi 81,25 dan nilai terendah 37,5. Kemudian siklus I diberikan perlakuan dan pada akhirnya diberikan tes lempar cakram gaya menyamping terdapat 23 orang siswa dengan nilai setelah dikonversikan sebesar (63,90%) yang telah tuntas dalam belajar, sedangkan 13 orang dengan nilai telah dikonversikan (36.10%) belum tuntas dengan nilai rata – rata 65,78. Pada siklus I nilai tertinggi 81,25 dan nilai terendah 37,5. Maka dilanjutkan ke siklus II. Siklus II terdapat 32 orang siswa dengan nilai setelah dikonversikan sebesar (88,90%) yang telah mencapai ketuntasan belajar. Sedangkan yang 4 orang dengan nilai setelah dikonversikan sebesar (11,10%) belum tuntas dengan nilai rata – rata 76,89. Pada siklus II nilai tertinggi 93,75 dan nilai terendah 50. Dari tes awal sampai dilakukannya siklus I dan siklus II terjadi peningkatan, dalam hal ini dapat dikatakan melalui pemanfaatan media audio visual dalam meningkatkan hasil belajar lempar cakram gaya menyamping. Maka dapat diberikan deskripsi data sebagai berikut :

Hasil PenelitianHasil penelitian siklus 1 Berikut ini adalah deskripsi data hasil penelitian yang dimulai dari tes siklus I, siklus II. Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam melakukan teknik dasar lempar cakram gaya menyamping, maka peneliti memberikan post test I, ternyata hasil yang diperoleh belum mencapai ketuntasan secara klasikal. Hal tersebut disebabkan karena masih ada siswa yang belum dapat memahami langkah – langkah pelaksanaan teknik lempar cakram dengan benar dan sebagian lagi terdapat kesalahan – kesalahan. Adapun keberhasilan dan kegagalan yang terjadi dalam pelaksanaan dalam pelaksanaan teknik lempar cakram.

5

Page 6: JURNAL KELOMPOK

Berikut hasil post test I yang diperoleh dari siswa. Hasil post test I, dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa dalam pembelajarn materi lempar cakram gaya menyamping sudah mulai meningkat. Dari 36 orang siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini, ternyata ada 23 orang siswa (63,90%) yang memiliki ketuntasan belajar, sedangkan 13 orang siswa (36,10%) masih belum tuntas dalam proses pembelajaran. Nilai rata – rata yang diperoleh pada siklus ini telah mencapai (65,78). Pada siklus I nilai tertinggi 81,25 dan nilai terendah 37,5. Dapat dilihat bahwa analisis hasil belajar lempar cakram siswa pada siklus I ternyata hasilnya lebih baik dari test awal (pre test) walaupun hasilnya belum cukup maksimal, sehingga perlu dilanjutkan ke siklus II, hal ini dapat dilihat dari kesalahan siswa dalam mempraktekkan materi pembelajaran lempar cakram gaya menyamping dan di nilai yang diperoleh masih rendah. Selanjutnya hasil belajar siklus I ini digunakan sebagai acuan dalam memberikan tindakan pada siklus II untuk mengatasi kesulitan siswa dalam mempelajari materi lempar cakram gaya menyamping.

Hasil penelitian siklus II Berdasarkan hasil refleksi peneliti, maka rencana tindakan II akan disusun untuk mengatasi masalah yang ditemukan padak siklus I dan mengatasi permasalahan yang dialami siswa selama pembelajaran lempar cakram gaya menyamping. Adapun langkah – langkah yang ditempuh pada rencana tindakan II adalah:1. Mempersiapkan rencana pembelajaran

pelaksanaan pembelajaran sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan yang terjadi selama siklus I. Dengan memanfaatkan media audio visual yang menjelaskan teknik – teknik lempar cakram gaya menyamping.

2. Memperlihatkan media audio visual yang dipancarkan melalui infokus

mengenai pembelajaran lempar cakram gaya menyamping khusus gerakan pelepasan cakram, sambil mendengarkan penjelasan dari tampilan yang keluar dari infokus.dengan diberikannya pembelajaran tersebut, diharapkan siswa dapat melihat sambil mendengarkan penjelasan dan melakukan rangkaian gerakan lempar cakram gaya menyamping dengan lebih baik lagi, dan apabila ada yang kurang di mengerti dapat ditanyakan langsung oleh tim pembantu peneliti.

3. Mempersiapkan tes hasil belajar IIPemberian tindakan II difokuskan pada proses belajar yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan Adapun langkah – langkah yang

ditempuh pada rencana tindakan II adalah:1. Mengarahkan siswa agar tertib dalam

ruangan 2. Memperlihatkan media audio visual

yang dipancarkan melalui alat infokus mengenai pembelajaran lempar cakram gaya menyamping yang mana pada saat tahap gerakan pelepasan lanjutan yang materinya akan dilaksanakan dilapangan.

3. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan rangkaian lempar cakram gaya menyamping setelah diberikan materi melalui pemanfaatan media audio visual.

4. Melaksanakan tes hasil belajar II Observasi dan evaluasi dilakukan untuk melihat kekurangan – kekurangan yang terjadi dan apakah kondisi belajar mengajar sudah terlaksana sesuai dengan program ketika tindakan dilakukan. Pada tahap ini guru pendidikan jasmani juga membantu penilaian. Berdasarkan hasil belajar siklus post test II atas dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa dalam pembelajaran teknik lempar cakram gaya menyamping ternyata sudah meningkat. Dari 36 orang siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini, ternyata telah ada 32 orang siswa (88,90%)

6

Page 7: JURNAL KELOMPOK

yang memiliki ketuntasan belajar, dan ada 4 orang siswa (11,10%) yang belum tuntas dalam belajar teknik lempar cakram. Nilai rata – rata kelas yang diperoleh pada siklus II ini mencapai (76,89). Pada siklus II nilai tertinggi 93,75 dan nilai terendah 50. Dengan memperhatikan tabel di atas dapat dilihat bahwa analisis hasil belajar lempar cakram pada post test II di siklus ternyata hasilnya lebih baik dari post test I, peningkatan ketuntasan belajar siswa tergolong tinggi. Dari pengamatan dapat dilihat bahwa siswa sudah dapat melakukan teknik lempar cakram gaya menyamping dengan baik dan sudah maksimal. Walaupun masih ada beberapa siswa yang belum mencapai ketuntasan namun secara klasikal jumlah siswa sudah mencapai ketuntasan belajar jadi penelitian ini tidak perlu dilakukan ke siklus berikutnya.

Pembahasan Hasil Penelitian

Dari analisis data yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwasanya dengan memanfaatkan media audio visual dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dimana terlihat hasil belajar siswa dari tes hasil belajar I dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan lempar cakram khususnya teknik lempar cakram gaya menyamping. Dimana pada siklus I didapat hasil penelitian belum memenuhi kriteria ketuntasan secara klasikal yang diharapkan yaitu 85%. Dikarenakan ada beberapa faktor siswa tersebut belum bisa mencapai tingkat ketuntasan belajar yaitu kurang pahamnya siswa dengan proses melakukan teknik melempar dengan baik dan kurang aktif nya siswa dalam kegiatan latihan mandiri. Untuk selanjutnya perlu diadakannya perbaikan pada tindakan pada siklus II. Pada siklus I guru menemukan banyak kesulitan yang dialami siswa dalam pembelajaran diantaranya :1. Masih ada siswa yang belum

memahami teknik melempar dengan baik yaitu pada teknik memposisikan badan saat akan melempar dan pelepasan melempar

masih kurang baik. Dan cara mengatasinya pada siklus II siswa diberikan lagi pembelajaran dengan pemanfaatan media audio visual, yang diharapkan mampu memberi dalam memahami teknik dasar lempar cakram gaya menyamping. Untuk memperbaiki kesalahan dan kekurangan siswa pada tes hasil belajar I khususnya kesalahan pada teknik melempar tersebut.

2. Siswa kurang aktif dalam latihan mandiri dan cara mengatasinya guru memberikan waktu yang lebih lama untuk latihan mandiri sambil diarahkan agar siswa mau berlatih untuk memperbaiki kesalahan yang dilakukannya pada tes hasil belajar I.

3. Siswa masih banyak yang bigung bagaimana cara agar cakram dapat berputar searah jarum jam. Maka pada siklus II guru menjelaskan dan menekankan kembali teknik dasar lempar cakram gaya menyamping yang baik sehingga hasil lemparan juga baik.

Kemudian pada pembelajaran di siklus II dapat dilihat bahwa telah terjadi peningkatan aktifitas siswa dari siklus sebelumnya. Dari tes hasil analisis yang dilakukan disimpulkan bahwa telah terjadi peningkatan kemampuan siswa. Peningkatan ini terjadi setelah diberikan pembelajaran dengan pemanfaatan media audio visual yang dirancang pada siklus II yang beracuan pada refleksi dan pengalaman di siklus I. Pada siklus II diperoleh hasil peningkatan ketuntasan belajar klasikal siswa sebesar 88,90%, yang mana hasil ini lebih besar dari ketuntasan secara klasikal yaitu 85% berarti terlihat ada peningkatan dari siklus ke siklus. Pada siklus II siswa sudah terjadi peningkatan dan siswa lebih memahami teknik melempar dengan baik dimana guru memberikan perlakuan antara lain :1. Pada siklus II guru juga peneliti

memperlihatkan media audio visual yang dipancarkan melalui infokus

7

Page 8: JURNAL KELOMPOK

mengenai pembelajaran lempar cakram gaya menyamping yang mana pada saat tahap gerakan pelepasan lanjutan yang materinya akan dilaksanakan dilapangan.

2. Pada siklus II guru juga peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan rangkaian lempar cakram gaya menyamping setelah diberikan materi melalui pemanfaatan media audio visual.

Namun masih ada beberapa siswa yang belum memperoleh ketuntasan belajar per invidu walaupun nilai yang diperoleh sudah meningkat dibandingkan pada siklus I. Dan untuk memperbaiki masalah siswa tersebut dikembalikan kepada guru pendidikan jasmani untuk meningkatkan hasil belajar siswa tersebut. Peguasaan teknik dalam setiap cabang olahraga merupakan kunci utama dalam meraih keberhasilan, demikian pula halnya dalam lempar cakram gaya menyamping. Untuk lebih dapat menguasai dan memahami teknik lempar cakram gaya menyamping dengan baik diperlukan gaya mengajar sebagai bahan untuk memberikan materi pembelajaran terutama dengan pemanfaatan media audio visual.

KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran dengan Pemanfaatan media audio visual dapat meningkatkan hasil belajar lempar cakram gaya menyamping pada siswa kelas VIII SMP.B. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti memberikan saran – saran sebagai berikut :1. Disarankan kepada guru pendidikan

jasmani SMP untuk mempertimbangkan pemanfaatan media audio visual dengan materi yang disesuaikan karena hal ini dapat membangkit semangat belajar siswa.

2. Pemanfaatan media audio visual merupakan media belajar yang dapat dipergunakan dalam meningkatkan hasil belajar siswa agar lebih menarik.

3. Agar guru memberi perhatian khusus dalam proses pembelajaran kepada siswa – siswi yang belum tuntas.

4. Kepada para pembaca yang mungkin akan melakukan penelitian dengan memanfaatkan media audio visual kiranya dapat mencoba dengan materi pelajaran yang lainnya.

DAFTAR PUSTAKAAqib, Zainal, dkk, (1999). Buku Tindakan

Kelas Untuk SMP, SMA, SMK, Bandung: Yrama Widya.

Arikunto, S. (2006). Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta, Bumi Aksara.

Arsyad, A., (1997), Media Pengajaran, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Arsyad Azhar. 2003. Media Pembelajaran. Penerbit PT.Raja Grafindo Persada.

Dahar, R.W., (2000), Evaluasi Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta.

Dewi, Rosmala. Profesional Guru melalui PTS. Pasca Sarjana Unimed.

E.T. Ruspendi. (1993). Media Pembelajaran.Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Gerry, A.Carr. (1997). Atletik Untuk Sekolah. Jakarta; PT Fajar inter pratama offset www.wikipedia. Org

Harald Muller, (2000). Pedoman Mengajar. Jakarta.

Irwansyah. 2006. Pendidikan jasmani, Bandung , grafindo media utama.

Poerwadarmita (1986).Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Balai Pustaka.

Roji, (2009), Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan untuk SMP/MTs kelas VIII, Jakarta: Erlangga

Sadiman A.S dkk.(2007). Media Pendidikan, Pengertian, PengembangPemanfaatannya.Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada.

8

Page 9: JURNAL KELOMPOK

Sudjana, nana.(2009). Penilian Hasil dan Proses belajar mengajar. Jakarta, Remaja Rosdakarya.

Suryabrata, S., (2005), Psikologi Pendidikan, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

http://id.wikipedia.org/wiki/Atletik

9