If you can't read please download the document
Upload
vuongphuc
View
231
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
JURNAL KEPENDIDIKAN INTERAKSI Volume 9, Nomor 2, Juli 2014
Seger Penerapan Teknik X-Pector untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Bahasa Inggris
76-83
Sri Irawati Perbedaaan Prestasi Belajar Matematika Siswa yang Diajari Menggunakan Strategi Inkuiri dengan Strategi Ekspositori pada
Materi Pokok Turunan Fungsi Siswa Kelas IPA SMAN I Galis 84-87
Shamrah Upaya Peningkatan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas VIII SMPN I Waru melalui Pendekatan Learning Community Tahun Pelajaran
2013-2014 88-92
Agus Subaidi
dan Sri Indriati
Hasanah
Prestasi Belajar Matematika antara Siswa yang Diajar
Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dengan
Model Pengajaran Langsung 93-96
Maswiyanto Peningkatan Kreativitas dan Hasil Belajar Kimia Pokok Materi Sistem Koloid dengan Model Pembelajaran NHT di Kelas XI
Semester 2 SMAN I Sumenep 97-104
Hasan
Basri
Kesuitan Mahasiswa Calon Guru Matematika dalam Menyelesaikan
Soal Geometri Non Rutin Berdasarkan Perbedaan Gender 105-110
Mohammad
Sahril
Penggunaan Metode Demontrasi dalam Upaya Meningkatkan
Pemahaman tentang Otonomi Daerah Pada siswa Kelas IXD
Semester I SMPN 2 Pamekasan 111-118
Rohmah
Indahwati
Profil Penalaran Mahasiswa calon Guru SD dalam Membuktikan
Rumus Luas Bangun datar Ditinjau dari Perbedaan Gaya Belajar
Visualiser dan Verbaliser 119-129
M. Tauhed
Supratman
Kemiskinan dalam Novel Indonesia 130-133
Sri Indriati
Hasanah dan
Yuni Hidayati
Pembelajaran Matematika Realistik Bernuansa Islami pada Pokok
Bahasan Bangun Sisi Datar Kelas VIII MTs 134-138
Moh. Zayyadi Perbandingan Prestasi Belajar antara Siswa yang Diajar Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing dengan Metode
Tugas dan Resitasi 139-142
Ukhti Raudhatul
Jannah
Hubungan Limit Fungsi dan Limit Barisan Pada Topologi Real 143-149
76
PENERAPAN TEKNIK X-PECTOR UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA INGGRIS
Seger
Guru Bahasa Inggris SMP Negeri 2 Pamekasan
Email:
Abstract :
Speaking is one of the most important skills to gain in learning language. The crusial problem
of the teaching is that the students are not dare to sepak English. Mpst of them ara afraid to fall
into mistake in speaking. The most dominat faktor is that they do not have enough chance to
practice spekaing English. Most of the time in the class they use to do paper-exercises. It is
important to overcome this problem by implementing a teaching technique which gives the
students more chances to practice spekaing English. X-Pector is one technique which is
considered effective to fulfill what the sdtudents need in learning English. This technique is
addopted from one of the TV program with a litle modification so that it will be suitable with
the class condition. The implementation of the stechnique is expected; 1) the students get
enough chance to practice speaking, 2) it persuasively motivate the students to speak English,
3) the students get joyful learning in the class. To reach the goals, this technique is
implemented in the following procedures; 1) make a group of four; 2) each group prepare a
song and a singer; Each group present one song by a singer and the other three members give a
comments after the song; dan 4) The next comments comments come from all audiens of other
groups. The conclussion of implementng htis tcechnique is that ; 1) This technique is simple
and practice to apply so the calss to be more active; 2) This technique also persuasively
motivate students to practice speaking English; and 3) It creates a joyful leraning for the
stuents in the class.
Key words : X-Pector
PENDAHULUAN
Kemampuan berbicara bahasa
Inggris merupakan salah satu kompetensi
dari empat kompetensi penting, yaitu
menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis, yang menjadi target pencapaian
dalam pembelajaran bahasa Inggris.
Pencapaian kompetensi berbicara
memberikan kesan yang sangat kuat terhadap
kemampuan berbahasa Inggris seseorang.
Dibanding dengan tiga kemampuan lainnya,
kemampuan berbicara sangat dominan dalam
mewakili penguasaan kecakapan berbahasa
Inggris.
Kenyataan menunjukkan bahwa
perkembangan pembelajaran bahasa Inggris
di kelas cenderung lebih banyak didominasi
dengan kegiatan tulis menulis. Disamping itu
dominasi guru dalam berbicara selalu
mewarnai kelas sehingga peserta didik belum
mendapat kesempatan yang cukup untuk
berlatih berbicara. Situasi kelas yang terlalu
formal, kurang rileks, menjadi bagian yang
menghambat perkembangan bahasa peserta
didik. Ketakutan membuat kesalahan
menyebabkan perkembangan bahasa
terhambat, padahal perkembangan bahasa
akan berkembang cepat jika anak terbebas
dari rasa takut.
Temuan peneliti sebagai guru
membuktikan bahwa dari waktu ke waktu
ketika proses pembelajaran belum
memberikan porsi berlatih berbicara yang
cukup kepada peserta didik. Suasana kelas
juga terlalu formal sehingga anak kurang
mendapatkan rasa senang dalam
pembelajaran. Tidak lebih dari enam peserta
didik yang merespon pertanyaan-pertanyaan
guru dengan menggunakan bahasa Inggris
secara lisan ketika pembelajaran
berlangsung. Peserta didik hanya menjawab
pertanyaan dan belum menunjukkan
kemampuan menjelaskan jawabannya.
Kegiatan berbicara bahasa Inggris
didominasi oleh guru dengan memberikan
penjelasan dan contoh. Peserta didik kurang
mendapat kesempatan untuk berekspresi
dengan mengungkapkan ide-idenya.
Kegiatan peserta didik lebih banyak diisi
dengan menyelesaikan latihan-latihan dalam
bentuk tulis, seperti: menjawab pertanyaan
77 | INTERAKSI , Volume 9, N0 2. Juli 2014, hlm 76-83
dan mengisi lembar kerja dsb. Padahal
kemampuan berkomunikasi lisan sangat
diperlukan, selain mengatasi kejenuhan,
komunikasi lisan memberikan pengalaman
berharga untuk memngembangkan potensi
bahasa Inggris seseorang.
Hasil identifikasi menunjukkan
bahwa terdapat tiga masalah dalam
pembelajaran: 1) penerapan teknik
pembelajaran secara praktis belum dapat
menciptakan aktivitas berbicara bahasa
Inggris; 2) teknik pembelajaran belum secara
persuasif memotivasi untuk berani berbicara
agar dapat meningkatkan kecakapan
bicaranya; dan 3) kegiatan pembelajaran
berlangsung terlalu formal yang tidak
menyenangkan.
Peneliti berasumsi bahwa penerapan
teknik X-Pector merupakan salah satu teknik
yang diharapakan dapat memotivasi peserta
didik untuk berlatih berbicara, memberi
kesempatan peserta didik seluas-luasya untuk
menyampaikan pendapatnya dan mereka
mendapatkan rasa senang dalam
pembelajaran. Penampilan sesama teman
sebaya diharap juga dapat memotivasi
peserta didik untuk lebih santai berbicara.
Akan tetapi melalui lagu, dalam
pembelajaran mereka mendapatkan rasa
senang.
Dari latar belakang tersebut, rumusan
masalah disusun sebagai sebrikut; 1)
bagaimana menerapkan teknik X-Pector
dalam pembelajaran bahasa Inggris?;
2) bagaimana teknik X-Pector secara
persuasif dapat memotivasi peserta didik
untuk berbicarar sehingga dapat
meningkatkan kecakapan bicaranya?; dan 3)
bagaimana respon peserta didik terhadap
penerapan teknik X-Pector dalam
pembelajaran?
Sedangkan tujuan penerapan teknik
X-Pector pada materi teks fungsional
berbentuk lagu adalah sebagai berikut; 1)
mendiskripsikan penerapan teknik promosi
dalam pembelajaran bahasa Inggris, 2)
mendiskripsikan peningkatan kecakapan
berbicara bahasa Inggris peserta didik, dan 3)
mendiskripsikan respon peserta didik
terhadap penerapan teknik X-Pector dalam
pembelajaran.
METODE
Secara garis besar, penerapan teknik
X-Pector untuk meningkatkan kemampuan
berbicara bahasa Inggris dilakukan dengan
membagi kelas menjadi 6 kelompok dengan
4 orang anggota dan satu kelompok
beranggota 3 orang.. Pembagian kelompok
bersifat hiterogen. Artinya setiap kelompok
memiliki anggota dengan tingkat
kemampuan beragam dari yang rendah
sampai yang tinggi.
Setiap kelompok menyiapkan
seorang penyanyi untuk menyanyikan sebuah
lagu bahasa Inggris dan 3 orang lainnya
menjadi komentator. Masing-masing
kelompok tampil boleh dengan iringan musik
atau alat lainnya. Setelah satu orang
menyanyi, kesempatan berkomentar pertama
diberikan kepada anggota dalam satu
kelompok. Komentar selanjutnya diberikan
kepada audiens dari anggota kelompok lain.
Penampilan kelompok dilakukan
secara acak dengan undian. Setelah selesai
tampilan, masing-masing komentar
kelompok lain dirangkum dalam laporan
komentar tertulis sebagai laporan masing-
masing kelompok.
Disediakan waktu 15 menit kepada
setiap anggota keompok untuk tampil
menyanyi dan memberikan komentar,
termasuk tanya jawab serta refleksi. Anggota
kelompok lain dapat memberikan saran dan
pertanyaan menyangkut lagu yang
ditampilkan termasuk gaya dan cara
menyanyikan lagu.
Penilaian terhadap penampilan
kelompok dilakukan oleh guru peneliti pada
aspek: kemampuan penampilan kelompok
mengajak kelas mengikuti lagu bahasa
Inggris dan banyaknya komentar. Sedang
penilaian pada komentar dilakukan dengan
banyak ide dan tepat sasaran aspek yang
dikomentari.
Kegiatan penilitan sejak persiapan
sampai dengan penyusunan laporan ini
dilakukan pada kelas VIIIH SMP Negeri 2
Pamekasan, semester 1, yaitu sejak 25
Oktober s.d 12 Nopember 2013. Kelas ini
terdiri dari 23 peserta didik. Materi
pembahasan pada penelitian ini adalah teks
fungsional berbentuk lagu.
Seger, Penerapan Teknik X-Pector | 78
Kriteria Keberhasilan
Penelitian ini berlangsung satu siklus.
Penerapan satu siklus ini karena hasil
penelitian telah menunjukkan tercapainya
kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan.
Kriteria keberhasilan sebagaimana dimaksud
adalah sebagai berikut: 1) keberhasilan
rumusan masalah pertama, yaitu menyangkut
penerapan teknik X-Pector, yang praktis atau
mudah diterapkan dan mampu membuat
proses pembelajaran berpusat pada peserta
didik (bukan pada guru). Disamping praktis,
teknik ini juga tidak memerlukan biaya
mahal. 2) keberhasilan rumusan masalah ke
dua, yaitu menyangkut peningkatan
kemampuan berbicara diukur dari dua hal;
yaitu banyak peserta didik yang berbicara
bahasa Inggris dan kegiatan berbicara bahasa
Inggris didominasi oleh peserta didik, bukan
oleh guru. Jumlah peserta didik yang
berbicara lebih banyak dari jumlah siswa
sebelum teknik ini diterapkan yang hanya
enam orang (26%); dan 3) rumusan masalah
ke tiga, yaitu menyangkut respon peserta
didik terhadap penerapan teknik ini, yaitu
sebanyak 80% peserta didik mendapatkan
rasa senang dalam belajar.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pertemuan 1 Pada Selasa, 29 Oktober 2013, guru
peneliti memberikan penjelasan materi
bahasan teks fungsional. Penjelasan
dimulai dengan pengertian (definisi)
teks fungsional, termasuk lagu.
Kemudian dilanjutkan dengan struktur
teks dan contoh-contohnya. Kegiatan
selanjutnya diteruskan dengan
mengamati sebuah lagu lewat slide
projector. Pada tahap ini lagu yang
ditampilkan berjudul Love of MY
Life oleh Clauseman, Grup Slowrock
Scorpion. Setelah ditampilkan, peserta
didik diminta untuk memberikan
komentar dan hasil komentar
selanjutnya ditulis sebagai laporan.
Kegiatan dilanjutkan dengan
membagi kelas menjadi enam kelompok
dengan satu kelompok empat anggota.
Diskusi oleh masing-masing kelompok
untuk membagi tugas dan
merencanakan jadwal pertemuan yang
dilakukan di luar jam sekolah.
Pertemuan dilakukan untuk; 1)
membagi tugas siapa yang mennaynyi
dan siapa yang menjadi komentator. 2)
menentukan judul lagu yang akan
dinyanyikan. dan 3) pesrsiapan tampil
menyanyi.
B. Pertemuan ke 2, 3, dan 4
Pertemuan ke 2 (31 Oktober 2013)
Pada pertemuan ini kegiatan
diawali dengan menyampaikan aturan
main penampilan kelompok. Kemudian
diambil 3 kelompok secara acak. Hasil
undi, kelompok C, D, dan F tampil lebih
dahulu. Sesuai dengan aturan main,
kegiatan tampil bernyanyi dibagi menjadi
dua bagian, 1) salah seorang anggota
kelompok menyanyikan satu lagu bahasa
Inggris; dan 2) selesai satu lagu,
kesempatan berkomentar diberikan
kepada anggota dalam satu kelompok dan
diteruskan komentar yang berasal dari
audiens dari kelompok lain.
Pada penampilan kelompok C,
dengan lagu berjudul Im yours peserta
antusias untuk mendengar dan ikut
manyanyikan lagu.. Pada bagian ini
muncul 4 pertanyaan dan 6 komentar.
Pada penampilan kelompok D dengan
judul lagu Just Give Me a Reason
muncul 4 dan 8 komentar. Penampilan
selanjutnya yaitu kelompok F, dengan
judul lagu You Raise Me Up. Pada
penampilan kelompok ini muncul 4
pertanyaan dan 9 komentar.
Setelah diinventarisisr dan
dianalisa, pertanyaan-pertanyaan yang
muncul masih berkisar pada alasan
pemilihan lagu dan pesan lagu yang
ditampilkan. Komentar selanjuynya
menyangkut gaya menyanyi, dan alas an
memilih lagu. Setelah masing-masing
satu anggota kelompok menyanyikan
lagu, selalau diringi dengan pertanyaan
dan komentar. Kegiatan dilanjutkan
dengan refleksi kelas untuk memberikan
kritik dan masukan. Setelah diinventarisir,
jenis komentar ditujukan pada tiga hal,
yaitu 1) gaya menjanyi kurang rileks, 2)
komunikasi emosional dengan audiens,
dan 3) kemampuan mengajak audiens ikut
terlibat dalam menyanyikan lagu
79 | INTERAKSI , Volume 9, N0 2. Juli 2014, hlm 76-83
Pertemuan ke 3, 5 Nopember 2013
Pada pertemuan promosi ke 3, guru
peneliti mengawali pertemuan dengan
mereviw kembali hasil refleksi dari
kegiatan X-Pector pertemuan
sebelumnya. yaitu , gaya menjanyi kurang
rileks, 2) komunikasi emosional dengan
audiens, dan 3) kemampuan mengajak
audiens ikut terlibat dalam menyanyikan
lagu .Pada kegiatan X-Pector kali ini,
undian jatuh pada; kelompok A, E dan B.
Pada penampilan kelompok A
penampilan dengan membawakan lagu
berjudul Lucky sudah ada perbaikan
pada aspek gaya menyanyi yang sudah
rileks, sedikit ada peningkatan pada
komunikasi emosional, hanya masih
belum secara optimal dapat membawa
audiens ikut bersama-sama menyanyi.
Perubahan gaya menyanyi yang rileks dan
kominikasi emosional telah menunjukkan
adanya peningkatan. Pada bagian ini
muncul 5 pertanyaan dan 8 komentar.
Pertanyaan masih banyak berkisar pada
alasan pemilihan lagu dan pesan lagu
yang ditampilkan.
Pada penampilan kelompok E
dengan lagu berjudul: A Thousand Years:
terdapat perubahan yang cukup menonol,
dimana penyanyi yang bernama Ati,
dengan gaya yang menarik semua anggota
kelompok di kelas untuk ikut bernyanyi
dan begembira. Kemampuan emosional
dalam benyanyi membuat suasana kelas
semakin hidup. Pada bagian ini muncul 4
pertanyaan dan 14 komentar. Pertanyaan
masih banyak berkisar pada alasan
pemilihan lagu dan pesan lagu yang
ditampilkan. Komentar selanjuynya
menyangkut gayabernyanyi, dan lagu
yang dinyanyikan.
Pada penampilan kelompok B
dengan lagu berjudul Fly to Your Heart,
sedikit agak berbeda dengan kelompok E,
dimana ditinjau dari kemampuan
emosional, penampilan penyanyi dari
kelompo B masih dibawah penampilan
kelompok E. Pada penampilan kelompok
ini muncul 5 pertanyaan dan 8 komentar.
Karena pertimbangan waktu, maka
kegiatan refleksi dilakukan untuk
pertemuan berikutnya, yaitu pada
pertemuan ke 4, tanggal 7 Nopember
2013
Pertemuan ke 4, 7 Nopember 2013
Suasana pembelajaran menjadi
semakin menarik saat masing-masing
peserta menyampaikan komentar pada
kegiatan refleksi. Arus komunikasi multi
arah semakin membuat suasana
komunikasi bahasa Inggris di kelas
semakin hidup. Peserta didik sering
terlibat saling komentar memberikan
pendapat masing-masing. ide-ide semakin
beragam. Walaupun disampaikan dengan
bahasa yang berbeda, dan bahasa yang
belum sempurna tetapi ide-ide yang
mereka bisa pahami. Jika dikelompokkan,
komentar audiens masih berputar pada
tiga hal, yaitu; 1) gaya menjanyi kurang
rileks, 2) komunikasi emosional dengan
audiens, dan 3) kemampuan mengajak
audiens ikut terlibat dalam menyanyikan
lagu.
Adapun hasil secara keseluruhan
kegiatan pembelajaran dengan teknik X-
Pector adalah sebagai berikut:
1. Penerapan Teknik Promosi dan Peningkatan Kemampuan
Berbicara Bahasa Inggris Teknik ini mudah diterapkan
dalam pembelajaran di kelas
khususnya untuk meningkatkan
aktivitas berbicara bahasa Inggris.
Dari 23 orang peserta didik, semuanya
mendapat kesempatan untuk berbicara
bahasa Inggris. Secara klasikal, total
waktu kegiatan pembelajaran 1 kali
pertemuan 80 menit, dimana 10 menit
untuk pengantar dan 5 menit untuk
kegiatan penutup sehingga proses
kegiatan inti berlangsung 65 menit.
Dibanding pembelajaran biasa
yang sebelumnya hanya 6 orang (26%)
yang tampil berbicara bahasa Inggris,
pada penerapan tekhnik ini, dapat kita
rinci sebagai berikut:
Seger, Penerapan Teknik X-Pector | 80
Tabel 1 Judul Lagu Love of MyLife
Catatan:
Prosentase kenaikan hanya dihitung pada
kemampuan berkomentar lisan
Tabel 2: Judul Lagu
Keterangan:
1. Im Yours, 2. Just Give Me a Reason, dan 3. You Raise Me Up.
Tabel 3: Judul Lagu
Keterangan:
1. Lucky, 2. A Thousand Years, dan 3. Fly to Your Heart
a. Pertemuan I, 29 Oktober 2013 (perhatikan tabel 1)
Terjadinya kenaikan 21%
disebabkan oleh beberapa hal: 1) Lagu
merupakan topik yang disenangi oleh
peserta didik, 2) Lagunya sederhana dan
diserta dengan teks lagu yang tampil pada
layar sehingga mudah diikuti; 3)
Kelompok pembawa sangat popular, yaitu
scorpion, 4) langkah pembelajaran sangat
sederhana, 5) proses pembelajaran relatif
tidak membutuhkan biaya mahal karena
peserta didik melihat tayangan lagu
melalui projector dan memberikan
komentar lewat lisan yang dibuktikan
dengan laporan tertulis pada selembar
kertas.
b. Pertemuan II, 31 Oktober 2013 (perhatikan tabel 2)
Terjadinya kenaikan 24%
disebabkan oleh beberapa hal: 1) Lagu
merupakan topik yang disenangi oleh
peserta didik, 2) Lagunya merupakan lagu
pilihan peserta didik yang pada umumnya
anak usia sebaya menyukainya, 3)
Penyanyinya adalah teman kelas, jadi
peserta didik lebih berani berkomentar, 4)
langkah pembelajaran sangat sederhana.
c. Pertemuan III, 5 Nopember 2013(perhatikan tabel 3)
Terjadinya kenaikan 37%
disebabkan oleh beberapa hal: 1) Lagu
merupakan topik yang disenangi oleh
peserta didik, 2) Lagu A Tahosand Years
merupakan lagu yang sangt popular untuk
No Komentar Lisan Komentar Tertulis Prosentase (%)
Keterangan Lisan Tulis
1 11 23 47% 100% Naik 21%
No Komentar
Lisan
Pertanyaan
Lisan Komentar
Tertulis
Prosentase (%) Keterangan
Lisan Tulis
1 6 4 Kelompok 43% 6 (100%) Naik 17%
2 8 4 Kelompok 52% 6 (100%) Naik 26%
3 9 4 Kelompok 56% 6 (100%) Naik 30%
Rata-rata kenaikan Naik 24%
No Komentar
Lisan
Pertanyaan
Lisan Komentar
Tertulis
Prosentase (%) Keterangan
Lisan Tulis
1 8 5 Kelompok 56% 6 (100%) Naik 30%
2 14 4 Kelompok 78% 6 (100%) Naik 52%
3 8 5 Kelompok 56% 6 (100%) Naik 30%
Rata-rata kenaikan Naik 37%
81 | INTERAKSI , Volume 9, N0 2. Juli 2014, hlm 76-83
anak-anak. 3) Kemampuan penyanyi (Ati)
berkomunikasi secara emosional dengan
audiens sangat baik sehingga mereka ikut
bernyanyi bersama sambil tepuk tangan,
dan 5) langkah pembelajaran relative
sederhana dan mudah dilakukan, yaitu :
mendengar lagu (bisa sambil ikut
bernyanyai), emberikn pertanyaan atau
komentar, dan terakhir merangkum hasil
komentar sebagai bukti laporan tertulis.
d. Pertemuan 4, 7 Nopember 2013 Pada pertemuan ke empat, kegiatan
hanya diisi dengan kegiatan refleksi untuk
memberikan catan dan masukan. Pada
kegiatan ini dilakukan melalui tiga tahap
1) pengarahan oleh guru peneliti terkait
temuan, 2) refleksi diri kelompok, dan 3)
komentar dari kelompok lain. Selanjutnya
kegiatan diteruskan dengan penyebaran
angket peserta didik yang diberikan oleh
guru peneliti untuk mengetahui sejauh
mana respon peserta didik terhadap
penerapan tekhnik ini.
Berikut disampaikan pula hasil
angket peserat didik menyangkut
penerapan tekhnik X-Pector: Point angket
dapat dikategorikan menjadi tiga; 1)
tingkat kepraktisan teinik X-Pector, 2)
Tekhnik X-Pector secara memotivasi
peserta didik untuk berbicara bahasa
Inggris, dan 3) dengan teknik X-Pector
pembelajaran memberikan rasa senang.
Sesuai dengan bagian sub bahasan, maka
pada bagian ini hanya dipaparkan respon
peserta didik hasil angket menyangkut
pertanyaan nomor satu dan dua saja.
Semua responden yang berjumlah 23
orang peserta didik (100%) menyatakan
bahwa tekhnik ini mudah diterapkan.
Sedang respon peserta didik menyangkut
tekhnik ini memotivasi untuk berani
berbicara bahasa Innggris sebesar 21 orang
(91%) sedang 2 orang (9%) menyatakan
tidak. Ini artinya teknik ini belum tuntas
membawa peserta didik berani berbicara
bahasa Inggris
2. Respon peserta didik terhadap penerapan tekhnik X-Pector
Hasil rekam tanggapan peserta
didik terhadap penerapan teknik X-
Pector adalah sebagai berikut; terdapat
22 dari 23 orang peserta didik atau
95,6% orang menyatakan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan
teknik X-Pector menarik dan
menyenagkan. Hanya ada 1 orang atau
3,4% menyatakan tidak menarik. Hal
ini berarti bahwa ketika tekhnik X-
Pector ini diterapkan dalam
pembelajaran, peserta didik
mendapatkan rasa senang dalam
belajar.
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan pembahasan, hasil
penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut;
1) Teknik X-Pector merupakan teknik
pembelajaran yang sangat praktis (mudah
dilaksanakan) dalam meningkatkan aktivitas
pembelajaran di kelas, karena kegiatan ini
hamier seluruhnya diisi oleh kegiatan peserta
didik dalam bentuk bernyanyi, berkomentar,
dan bertanya.. Dengan aktifnya peserta didik
berbicara, kegiatan menjadi berpusat pada
peserta didik. Meningkatnya aktivitas belajar
juga tidak lepas dari sederhananya teknik ini
serta tidak perlu biaya banyak unyuk
implementasinya. Ada faktor lain yang
sangat menentukan yaitu, keterlibatan peserta
didik mepersiapkan pembelajaran sebelum
kegiatan duimulai; 2) Menyangkut
peningkatan kemampuan berbicara, kalau
pada pembelajaran biasa, kegiatan beribacara
abahasa Inggris didominasi oleh guru, tetapi
dengan diterapkannya teknik ini, kegiatan
berbicara di kelas didominasi oleh peserta
didik. Sebelum teknik ini diterapkan, hanya
terdapat 6 orang peserta didik berbicara
bahasa Inggris, tetapi sejak teknik promosi
ini diterapkan, dari pertemuan 1 s.d 4, jumlah
peserta didik yang berbicara bahasa Inggris
terus mengalami peningkatakan. Hal ini juga
ditunjukkan oleh hasil angket peserta didik
yang 91% menyatakan bahwa teknik ini
memotivasi utuk berani berbicara bahasa
Inggris. 3) Hasil angket peserta didik
menunjukkan bahwa, terdapat 22 dari 23
orang peserta didik atau 95,6% orang
menyatakan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan teknik X-Pector ini
menyenangkan.
Seger, Penerapan Teknik X-Pector | 82
B. Saran Dari hasil penelitian, disarankan
kepada guru bahasa Inggris agar
menggunakan teknik X-Pector sebagai
salah satu alternatif teknik pembelajaran
untuk meningkatkan kemampuan
berbicara bahasa Inggris. Hal ini karena
beberapa alasan; 1) teknik ini sangt
praktis dan tidak membutuhkan biaya
mahal; 2) teknik ini mampu secara
peseruasif memotivasi peserta didik
untuk melakukan praktik bebribacara
bahasa Inggris, 3) teknik ini juga mudah
menciptakan pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik (bukan pada
guru), 4) karena sifatnya yang persuasif
dan menyenangkan, maka teknik ini
sangat mudah untuk meningkatakan
kemampuan berbicara; 5) Dari sisi
komunikasi, terjadi komunikasi multi
arah, yaitu komunikasi dengan lagu yang
dinyanyikan, komunikasi dengan
penyanyi dalam kondisi gembira
sehingga kegembiraan ini menambah
suasana menjadi menarik dan
menyenangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Ardiana, Leo Idra. 2003. Penelitian Tindakan
Kelas: Pelatihan Terintegrasi Berbasis
Kompetensi Guru Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia. Reviewer oleh
Bambang Yulianto, dkk. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
Brown, H. Douglas. 2001. Teaching by
Principles (2nd
Ed). New York: San
Francisco State University
Latief, Adnan Mohammad. Ph.D. 2004.
Pembelajaran, Penilaian, dan
Penelitian Bahasa Inggris. (Kumpulan
Artikel Ilmiah). Malang. Universitas
Negeri Malang.
.., 2003. Jurnal Ilmu Pendidikan, Juni
2003, Jilid 10, nomor 2.
Kisyani-Laksono.2007. Bahan Pendidikan
dan pelatihan Penelitian Tindakan
Kelas dan karya Ilmiah. Surabaya:
Universitas Surabaya
Ada satu hal penting sebagai
temuan dalam pembelajaran ini, yaitu
keberhasilan teknik ini ditunjang oleh
keikutsertaan semua peserta didik secara
aktif untuk ikut serta mempersiapkan
pembelajaran sebelum dimulai.
Persiapan dimaksud adalah menyiapkan
penampilamn masing-masing kelompok
bersama dengan komentarnya. Oleh
sebab itu, point baru dalam penerapan
teknik ini, yaitu keikutsertaan peserta
didik dalam mempersiapkan
pembelajaran merupakan faktor yang
sangat penting untuk menunjang
keberhasilan pembelajaran.
McNiff, Jean. 1988. Action Research. New
York: Macmillan Education Ltd.
Soedarsono, FX. 1997. Rencana, Desain, dan
Implementasi dalam Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta: BP3SD,
Dirjen Dikti.
Sumarno. 1997. Pemantauan dan Evaluasi
dalam Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: BP3SD, Dirjen Dikti,
Depdikbud.
Susanto. 2002. Developing a Research
Proposal, a practical Guidline.
Surabaya, Fakultas Bahasa dan Seni,
Jurusan bahas Inggris, Universitas
Surabaya.
-------------2010. Konsep Penelitian Tindakan
kelas dan Penerapannya. Surabaya.
Fakultas Bahasa dan Seni, Jurusan
bahas Inggris, Universitas Surabaya.
83 | INTERAKSI , Volume 9, N0 2. Juli 2014, hlm 76-83
Suyanto. 1997. Pedoman Pelaksanaan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Jakarta: BP3SD, Dirjen Dikti,
Depdikbud.
Tim Pelatih Proyek PGSM. 1999. Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia.
84
PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG
DIAJARI MENGGUNAKAN STRATEGI INKUIRI DENGAN STRATEGI
EKSPOSITORI PADA MATERI POKOK TURUNAN FUNGSI SISWA KELAS
XI IPA SMA NEGERI 1 GALIS
Sri Irawati
Program Studi Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Madura
Alamat : Jalan Raya Panglegur 3,5 KM Pamekasan
Abstrak : Seiring perkembangan zaman banyak strategi yang mulai bermunculan, diantaranya
adalah strategi inkuiri dan strategi ekspositori. Strategi inkuiri merupakan pendekatan
pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-centered approaches) sedangkan strategi
ekspositori merupakan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher-centered
approaches. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan perbedaan prestasi belajar matematika
siswa yang diajar menggunakan strategi inkuiri dengan strategi ekspositori pada materi pokok
turunan fungsi siswa kelas XI IPA SMA NEGERI 1 Galis. Penelitian ini termasuk penelitian
kuantitatif jenis komparatif dengan menggunakan dua kelas yaitu kelas eksperimen yang diajar
menggunakan strategi inkuiri dan kelas kontrol yang diajar menggunakan strategi ekspositori.
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes dengan tekhnik analisis data
menggunakan uji-t. Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan prestasi
belajar matematika siswa yang diajari menggunakan strategi inkuiri dengan strategi ekspositori
pada materi pokok turunan fungsi siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Galis.
Kata kunci : prestasi belajar matematika, strategi inkuiri, strategi ekspositori,
PENDAHULUAN
Matematika selama ini dianggap
sebagai salah satu mata pelajaran yang sulit
bagi sebagian siswa karena dalam
pembelajaran matematika sangat kental
hubungannya dengan angka-angka, rumus-
rumus serta simbol-simbol. Dalam keadaan
sulit tersebut kebanyakan siswa sangat minim
pemahamannya terhadap pelajaran matematika
sehinga mengakibatkan siswa tidak dapat
menyelesaikan masalah-maslah matematika.
Sehingga hal ini menjadi masalah bagi seorang
guru untuk kemudian harus dicarikan
solusinya.
Untuk membantu siswa memahami
konsep dan memudahkan guru dalam
mengajarkan konsep tersebut diperlukan suatu
pemdekatan pembelajaran yang mengaitkan
materi konteks pelajaran dengan kehidupan
sehari-hari. Dalam pembelajaran ada dua
pendekatan, yaitu pendekatan yang berpusat
pada guru (teacher-centered approaches)
contohnya pembelajaran menggunakan strategi
ekspositori dan pendekatan yang berpusat pada
siswa (student-centered approaches)
contohnya pembelajaran menggunakan strategi
inkuiri. (sanjaya, 2008)
Dalam kegiatan pembelajaran sangat
dituntut keaktifan siswa. Oleh karena itu guru
matematika dituntut menjadi seorang pengajar
profesional yang memiliki kemampuan (skill)
dan bisa menerapkan strategi pembelajaran
yang tepat sesuai materi secara aktif, kreatif
dan inovatif dalam setiap proses pembelajaran.
Hal ini bertujuan untuk mencapai hasil belajar
yang optimal dan dapat meningkatkan
motivasi pada diri siswa. Selain itu
dimaksudkan untuk menciptakan suasana
belajar yang menyenangkan sehingga siswa
tidak merasa jenuh dan semakin tekun belajar
matematika.
Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan perbedaan prestasi belajar
matematika siswa yang diajar menggunakan
strategi inkuiri dengan strategi ekspositori
pada materi pokok turunan fungsi siswa kelas
XI IPA SMA Negeri 1 Galis
METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk penelitian
kuantitatif jenis komparatif, sebab data yang
diperoleh berupa angka dari hasil tes dan dari
hasil tes tersebut diteliti tentang perbedaannya.
Dalam penelitian ini digunakan dua kelas yaitu
mailto:[email protected]
85 | INTERAKSI , Volume 9, N0 2. Juli 2014, hlm 84-87
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas
eksperimen diajari menggunakan strategi
inkuiri sedangkan kelas kontol diajari
menggunakan strategi ekspositori. Pemilihan
kedua kelas ini dilakukan dengan melihat rata-
rata dari nilai matematika, dimana rata-rata
dari kedua kelas haruslah relatif sama.
Berdasarkan rata-rata nilai matematika,
terpilihlah kelas XI IPA 2 sebanyak 35 siswa
sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 1
sebanyak 35 siswa sebagai kelas kontrol.
Pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan tes yang berupa uraian (essay)
sebanyak 4 soal. Namun sebelum digunakan,
tes terlebih dahulu diujicobakan yang
bertujuan untuk mengetahui kelayakan dari
soal tes yang dibuat. Uji coba tes diberikan
kepada 10 siswa SMA Negeri 1 Pademawu.
Hasil uji coba instrumen ini kemudian
dianalisis untuk mengetahui layak tidaknya
dengan menggunakan validitas, reliabilitas,
daya beda, dan tingkat kesukaran. Analisis
data dalam penelitian ini menggunakan
analisis kuantitatif dengan menghitung uji t
dengan taraf singnifikan 5%.
PEMBAHASAN DAN HASIL
1. Prestasi Belajar Menurut Yasa
(http://ipotes.wordpress.com/2008/05/24/prest
asi-belajar/) Prestasi belajar dapat diartikan
sebagai hasil yang dicapai oleh individu
setelah mengalami suatu proses belajar dalam
jangka waktu tertentu. Prestasi belajar juga
diartikan sebagai kemampuan maksimal yang
dicapai seseorang dalam suatu usaha yang
menghasilkan pengetahuan atau nilai nilai
kecakapan. Lebih lanjut dalam situs yang sama
Nurkancana dan Sunartana (1992) mengatakan
bahwa prestasi belajar bisa juga disebut
kecakapan aktual (actual ability) yang
diperoleh seseorang setelah belajar, suatu
kecakapan potensial (potensial ability) yaitu
kemampuan dasar yang berupa disposisi yang
dimiliki oleh individu untuk memcapai
prestasi. Kecakapan aktual dan kecakapan
potensial ini dapat dimasukkan kedalam suatu
istilah yang lebih umum yaitu kemampuan
(ability).
Benjamin S. Bloom mengklasifikasikan
prestasi belajar menjadi 3 ranah yaitu (1) ranah
kognitif: berkaitan dengan
pengetahuan,pemahaman, penerapan, analisis,
sintesis, dan evaluasi (2) ranah afektif :
berkaitan dengan sikap (3) ranah
psikomotorik: berkenaan dengan
keterampilana dan kemampuan bertindak.
2. Strategi Inkuiri Inkuiry yang dalam bahasa Inggris
Inquiry berarti pertanyaan, atau pemeriksaan,
penyelidikan. trategi inkuiri berarti suatu
rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan
secara maksimal seluruh kemampuan siswa
untuk mencari dan menyelidiki secara
sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga
mereka dapat merumuskan sendiri
penemuannya dengan penuh percaya diri.
(Gulo, 2002). Sedangkan menurut Sanjaya
(2008) inkuiri adalah rangkaian kegiatan
pembelajaran yang menekankan pada proses
berpikir secara kritis dan analisis untuk
mencari dan menemukan sendiri jawaban dari
suatu masalah yang dipertanyakan.
Menurut Sanjaya (2008) Prinsip
penggunaan strategi inkuiri adalah : (1)
berorientasi pada pengembangan intelektual
(2) prinsip interaksi (3) prinsip bertanya (4)
prinsip bertanya untuk berpikir (5) prinsip
keterbukaan.
Sedangkan langkah-langkah strategi
inkuiri adalah :
1) Orientasi. Beberapa hal yang dapat guru lakukan dalam tahap ini adalah
menjelaskan topik, tujuan, hasil belajar
yang dapat dicapai siswa, langkah-
langkah inkuiri serta memberikan
motivasi pada siswa
2) Merumuskan masalah. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam tahap ini
adalah masalah dirumuskan sendiri oleh
siswa, masalah yang dikaji adalah
masalah yang mengandung jawaban yang
pasti dan Konsep-konsep dalam masalah
adalah konsep-konsep yang sudah
diketahui terlebih dahulu oleh siswa
3) Merumuskan hipotesis. Dalam langkah ini, guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengemukakan pendapatnya
sesuai dengan permasalahan yang telah
diberikan. Salah satu cara yang dapat
dilakukan guru untuk mengembangkan
kemampuan siswa dalam memberikan
hipotesis adalah dengan mengajukan
berbagai pertanyaan yang dapat
mendorong siswa untuk dapat
mengajukan jawaban sementara.
Irawati, Perbedaan Prestasi Belajar Matematika Siswa | 86
4) Mengumpulkan data. Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi
yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis
yang diajukan
5) Menguji hipotesis. Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang
dianggap diterima sesuai dengan data atau
informasi yang diperoleh berdasarkan
pengumpulan data
6) Merumuskan kesimpulan. Merumuskan kesimpulan adalah proses
mendeskripsikan temuan yang diperoleh
berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
Menurut Sanjaya (2008) Kelebihan dari
strategi inkuiri adalah : (1) strategi inkuiri
merupakan metode pembelajaran yang
menekankan kepada pengembangan aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor, secara
seimbang sehingga pembelajaran akan lebih
bermakna. (2) memberikan ruang kepada
siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar
meraka. (3) merupakan metode yang dianggap
sesuai dengan perkembangan psikologi belajar
modern yang menganggap belajar adalah
proses perudahan tingkah laku berkat adanya
perubahan. (4) metode pembelajaran ini dapat
melayani kebutuhan siswa yang memiliki
kemampuan di atas rata-rata.
Sedangkan kelemahan dari strategi inkuiri
adalah : (1) sulit mengontrol kegiatan dan
keberhasilan siswa. (2) sulit dalam
merencanakan pembelajaran oleh karena
terbentur dengan kebiasaan siswa dalam
belajar. (3) memerlukan waktu yang panjang
sehingga sering guru sulit menyesuaikannya
dengan waktu yang telah ditentukan (4)
Selama kriteria keberhasilan ditentukan oleh
kemampuan siswa menguasai materi pelajaran,
maka strategi inkuiri akan sulit
diimplemintasikan oleh setiap guru.
Cara mengatasi kelemahan strategi inkuiri
adalah (1) guru sebaiknya merencanakan
pembelajaran lebih matang agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai (2) guru
hendaknya memperhatikan dan menggunakan
waktu seefisien mungkin (3) guru diharapkan
lebih aktif untuk memperhatikan aktifitas
siswa secara keseluruhan.
3. Strategi Ekspositori Strategi ekspositori adalah strategi
pembelajaran yang menekankan pada
penyampaian materi secara verbal dari seorang
guru kepada sekelompok siswa dengan
maksud agar siswa dapat menguasai materi
pelajaran secara optimal (sanjaya, 2008).
Menurut Sanjaya (2008) prinsip strategi
ekspositori adalah : (1) Berorientasi pada
tujuan (2) Prinsip komunikasi (3) Prinsip
kesiapan (4) Prinsip berkelanjutan Sedangkan
langkah-langkah strategi ekspositori meliputi :
1) Persiapan. Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan siswa untuk
menerima pelajaran.
2) Penyajian. Penyampaian materi pelajaran sesuai dengan persiapan yang telah
dilakukan.
3) Korelasi. Menghubungkan materi pelajaran dengan pengalaman siswa atau
dengan hal-hal lain yang memungkinkan
siswa dapat menangkap keterkaitannya
dalam struktur pengetahuan yang
dimilikinya
4) Menyimpulkan. Memahami inti (core) dari materi pelajaran yang telah disajikan.
5) Mengaplikasikan. Dalam langkah ini guru akan dapat mengumpulkan informasi
tentang penguasaan dan pemahaman
materi pelajaran oleh siswa.
Adapun kelebihan dari strategi
ekspositori, yaitu: (1) Guru bisa mengontrol
urutan dan keluasan materi pembelajaran,
dengan demikian ia dapat mengetahui sejauh
mana siswa menguasai bahan pelajaran yang
disampaikan. (2) Strategi pembelajaran
ekspositori dianggap sangat efektif apabila
materi pelajaran yang harus dikuasai siswa
cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki
untuk belajar terbatas. (3) Siswa dapat
mendengar melalui penuturan (kuliah) tentang
suatu materi pelajaran juga sekaligus siswa
bisa melihat atau mengobservasi (melalui
pelaksanaan demonstrasi). (4) Strategi
pembelajaran ini bisa digunakan untuk jumlah
siswa dan ukuran kelas yang besar.
Sedangkan kelemahan dari strategi
ekspositori, yaitu: (1) Strategi pembelajaran ini
hanya mungkin dapat dilakukan terhadap
siswa yang memiliki kemampuan mendengar
dan menyimak secara baik (2) Strategi ini
tidak mungkin dapat melayani perbedaan
setiap individu baik perbedaan kemampuan,
pengetahuan, minat, dan bakat, serta
perbedaan gaya belajar. (3) Kemampuan
sosialisasi, hubungan interpersonal, serta
kemampuan berpikir kritis akan kurang. (4)
Keberhasilan strategi pembelajaran
ekspositori sangat tergantung kepada apa yang
87 | INTERAKSI , Volume 9, N0 2. Juli 2014, hlm 84-87
dimiliki guru (5) kesempatan untuk
mengontrol pemahaman siswa sangat terbatas
pula. Di samping itu, komunikasi satu arah
bisa mengakibatkan pengetahuan yang dimiliki
siswa akan terbatas pada apa yang diberikan
guru.
Cara mengatasi kelemahan pada strategi
ekspositori adalah sebaiknya guru
mempersiapkan materi yang akan disampaikan
maupun mengenai hal-hal yang dapat
mempengaruhi kelancaran proses belajar
mengajar.
4. Turunan Fungsi Kajian turunan fungsi yang menjadi fokus
penelitian iniadalah turunan fungsi sub pokok
materi model matematika yang berkaitan
dengan ekstrim fungsi. Langkah-langkah
yangg diperlukan untuk menyelesaikan suatu
permasalahan ekstrim fungsi adalah : (1)
merumuskan fungsi yang akan
dimaksimumkan/minimumkan dalam satu
variabel (2) menentukan maksimum/minimum
dari fungsi yang diperoleh pada langkah
sebelumnya (3) menafsirkan penyelesaian
yang diperoleh.
DAFTAR PUSTAKA
Gulo, W. 2004. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta : PT.Grasindo
Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran.
Jakarta : Kencana Prenada Media
Group
Berdasarkan analisis data diperoleh
= 6,75, selanjutnya dikonsultasikan
dengan dengan taraf singnifikan 5% dan db=34, maka . Dari dua nilai tersebut tampak bahwa 6,75 > 2,032 atau
. Sehingga disimpulkan bahwa
ada perbedaan prestasi belajar matematika
siswa yang diajari menggunakan strategi
inkuiri dengan strategi ekspositori pada materi
pokok turunan fungsi siswa kelas XI IPA
SMA Negeri 1 Galis.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan
penelitian yang dilakukan di kelas XI IPA
SMA Negeri 1 Galis maka disimpulakan
bahwa ada perbedaan prestasi belajar
matematika siswa yang diajari menggunakan
strategi inkuiri dengan strategi ekspositori
pada materi pokok turunan fungsi dengan taraf
singnifikan sebesar 6,75 dan berdasarkan hasil
perhitungan pada analisis data perbedaan hasil
belajar matematika yang menggunakan strategi
inkuiri dan ekspositori sebesar 4,718.
http://ipotes.wordpress.com/2008/05/24/presta
si-belajar/
88
UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS
VIII SMPN 1 WARU PAMEKASAN MELALUI PENDEKATAN
LEARNING COMMUNITY TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Shamrah
Dinas Pendidikan, SMP Negeri 1 Waru
Jalan Raya Tamberu Waru Telp (0324) 510263 Pamekasan
Email:
Abstrak:
Dalam pelaksanaan menilai pembelajaran IPS sangat menjemukan karena penyajiannya bersifat
monoton dan ekspositoris sehingga siswa kurang antusias dan mengakibatkan pelajaran kurang
menarik padahal guru IPS wajib berusaha secara optimum merebut minat siswa karena minat
merupakan modal utama untuk keberhasilan pembelajaran IPS. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil
ulangan harian IPS yang pertama di kelas VIII SMPN 1 Waru Pamekasan pada kompetensi dasar
mendeskripsikan keragaman bentuk muka bumi, proses pembentukan dan dampaknya terhadap
kehidupan mencapai rata rata 57,8 dan hanya 50 % siswa mencapai nilai 70 atau > 70. Untuk itu,
penelitian ini melalui pendekatan learning communityuntuk meningkatkan prestasi belajar IPS
siswa kelas VIII SMPN 1 Waru. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom
action research) dan dilakukan selama dua siklus. Instrumen dalam penelitian berupa angket,
observasi dan wawancara. Hasil penelitian ini adalah prestasi belajar siswa dalam kegiatan
pembelajaran melalui pendekatan learning communitymengalami peningkatan di setiap siklusnya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran learning community sangat cocok
digunakan dalam pembelajaran IPS.
Kata kunci:Learning community, IPS
PENDAHULUAN
Pelaksanaan pembelajaran di dalam
kelas merupakan salah satu tugas utama guru,
dan pembelajaran dapat diartikan sebagai
kegiatan yang ditujukan untuk membelajarkan
siswa. Dalam proses pembelajaran masih
sering ditemui adanya kecenderungan
meminimalkan keterlibatan siswa. Dominasi
guru dalam proses pembelajaran menyebabkan
kecenderungan siswa lebih bersifat pasif
sehingga mereka lebih banyak menunggu
sajian guru dari pada mencari dan menemukan
sendiri pengetahuan, ketrampilan atau sikap
yang mereka butuhkan.
Dalam implementasi materi,
menemukan IPS lebih menekankan aspek
pengetahuan, berpusat pada guru,
mengarahkan bahan berupa informasi yang
tidak mengembangkan berpikir nilai serta
hanya membentuk budaya menghafal dan
bukan berpikir kritis. Dalam pelaksanaan
menilai pembelajaran IPS sangat menjemukan
karena penyajiannya bersifat monoton dan
ekspositoris sehingga siswa kurang antusias
dan mengakibatkan pelajaran kurang menarik
padahal guru IPS wajib berusaha secara
optimum merebut minat siswa karena minat
merupakan modal utama untuk keberhasilan
pembelajaran IPS. Hal tersebut dapat dilihat
dari hasil ulangan harian IPS yang pertama di
kelas VIII SMPN 1 Waru Pamekasan pada
kompetensi dasar mendeskripsikan keragaman
bentuk muka bumi, proses pembentukan dan
dampaknya terhadap kehidupan mencapai rata
rata 57,8 dan hanya 50 % siswa mencapai
nilai 70 atau > 70. Padahal idealnya minimal
harus mencapai 100% siswa mendapat 70 atau
> 70. Diduga bahwa yang menjadi kendala
yang dirasakan adalah masalah proses
pembelajaran yang kurang variasi dan kurang
melibatkan siswa secara aktif. Guru
menggunakanmodel pembelajaran yang
terkesan monoton sehingga siswa menjadi
kurang aktif.
Setelah memperhatikan situasi kelas
yang seperti itu, maka perlu dipikirkan cara
penyajian dan suasana pembelajaran IPS yang
cocok untuk siswa, sehingga siswa dapat
berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
Saat ini pemerintah sudah sering
mensosialisasikan berbagai model
pembelajaran. Salah satu model pembelajaran
89 | INTERAKSI , Volume 9, N0 2. Juli 2014, hlm 88-92
yang disosialisasikan adalah model
pembelajaran learning community.
Learning community merupakan suatu
konsep terciptanya masyarakat belajar di
sekolah, yakni proses belajar membelajarkan
antara guru dengan guru, guru dengan siswa,
siswa dengan siswa, dan bahkan antara
masyarakat sekolah dengan masyarakat di luar
sekolah, agar prestasi belajar siswa dapat
ditingkatkan.Learning community berusaha
menggeser pembelajaran yang bersifat
individual menjadi pembelajaran yang bersifat
sosial. Ini berarti iklim kompetitif dalam kelas
harus diubah menjadi iklim sosial, sehingga
tidak terjadi kesenjangan intelektual dan
pengalaman di antara siswa. Tujuan penelitian
ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar
IPS siswakelas VIII SMPN 1 Waru Pamekasan
melalui pendekatan learning community tahun
pelajaran 2013/2014.
METODE
Penelitian ini menggunakan rancangan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK adalah
penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam
kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan
tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai
guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi
meningkat (Wardani, 2005). Penelitian
Tindakan Kelas sebagaimana dinyatakan oleh
Kemmis dan Mc Taggart (dalam Yatim
Riyanto, 2001) merupakan penelitian yang
bersiklus, yang terdiri dari
perencanaan,pelaksanaan,observasi, dan
refleksi yang dilakukan secara berulang, hal
ini dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Obyek Tindakan
Proses penelitian tindakan kelas ditik
beratkan pada prestasi belajar siswa dalam
proses pembelajaran melalui pendekatan
learning community, melalui strategi ini
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
siswa dalam meraih prestasi belajar.
2. Tempat, waktu dan subyek penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMPN 1
Waru Pamekasan Kecamatan Waru,
Kabupaten Pamekasan. Penelitian
dilaksanakan selama 3 bulan mulai dari
minggu ke 2 bulan Juli 2013 sampai dengan
minggu ke 2 bulan September 2013. Subyek
penelitian adalah siswa kelas VIII A SMPN 1
Waru Pamekasan dengan jumlah siswa di
kelas ini adalah 30 orang yang terdiri dari 14
orang laki laki dan 16 orang perempuan.
3. Sumber Data
Sumber data penelitian adalah data
primer yang diperoleh melalui angket,
wawancara dan observasi pada siswa kelas
VIII A SMPN 1 Waru Pamekasan pada tahun
ajaran 2013/2014
4. Teknik dan alat pengumpulan data
Dalam PTK ini pengumpulan data
dilakukan dengan teknik yaitu :
a. Angket, yaitu untuk memperoleh data secara cepat dari responden dalam
waktu singkat.
b. Observasi, yaitu untuk cross check data yang dikumpulkan dari angket,
tentang sikap dan perilaku guru
selama kegiatan sehingga diharapkan
mendapatkan data yang akurat.
c. Wawancara, yaitu melengkapi data yang diperoleh melalui angket dan
observasi.
5. Validasi Data Untuk memperoleh data yang valid
peneliti melalukan validasi data yang
diperoleh dari angket, observasi dan
wawancara.
6. Analisis data a. Analisis data yang dipergunakan
dalam penelitian ini adalah :
Analisis kuantitatif, yaitu adalah
analisis data yang dinyatakan dengan
angka.
b. Analisis kualitatif adalah analisis data yang dinyatakan dengan kualita atau
keterangan yang dilakukan pada data
hasil angket, observasi, dan
wawancara.
c. Analisis digunakan terhadap data hasil penelitian tahap pra siklus, siklus
pertama, dan siklus ke dua. Teknik
analisis dilakukan dengan
membandingkan seberapa besar selisih
nilai yang diperoleh siswa dalam
mengikuti ulangan harian dan aktifitas
siswa selama proses pembelajaran
pada setiap tahap.
Shamrah, Upaya Peningkatan Prestasi Belajar IPS | 90
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
1. Deskripsi Hasil Belajar Prasiklus
Hasil pembelajaran kondisi awal IPS
Kompetensi Dasar mendeskripsikan
keragaman bentuk muka bumi, proses
pembentukan dan dampaknya terhadap
kehidupan melalui pendekatan learning
community diperoleh data dimana pada masa
pra siklus mencapai rata rata 63,33 dan
hanya 50 % siswa mencapai nilai 70 atau > 70.
Padahal idealnya minimal harus mencapai
100% siswa mendapat 70 atau > 70.
2. Deskripsi Proses pembelajaran
Proses pembelajaran kondisi awal
siswa kelas VIII SMPN 1 Waru Pamekasan
pada mata pelajaran IPS tentang keragaman
bentuk muka bumi , proses pembentukan dan
dampaknya terhadap kehidupan kurang
berhasil karena rata rata kelas mencapai
63,33 dan hanya 50% siswa mencapai
ketuntasan atau nilainya lebih dari 70.Padahal
idealnya ketuntasan klasikal adalah 85% dan
KKM harus 70.
Deskripsi Hasil Siklus I
1. Perencanaan Tindakan Pelaksanaan pembelajaran Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) siklus I dilaksanakan
dalam tiga kali pertemuan. Pertemuan pertama
dilaksanakan tanggal 26 Nopember 2013 ,
pertemuan kedua tanggal 28 Nopember 2013
dan pertemuan ketiga tanggal 30 Nopember
2013.
Sebelum melaksanakan tindakan
pembelajaran, dilakukan persiapan terakhir.
Langkah awal dalam perencanaan adalah
peneliti memeriksa Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang telah disusun,
dibaca ulang, mencermati setiap butir yang
akan direncanakan.
Peneliti memeriksa skenario
pembelajaran yang terdapat dalam RPP yang
akan diimplementasikan melalui kegiatan
pembelajaran dari kegiatan awal sampai
kegiatan akhir.
a. Kegiatan Awal
Pertemuan pertama dilaksanakan
tanggal 26 Nopember 2013. Kegiatan awal
dilaksanakan kurang lebih 10 menit, yaitu
memberikan salam, memeriksa kehadiran
siswa, mengkondisikan siswa agar siap
menerima pelajaran, memotivasi siswa,
memberikan apersepsi untuk memusatkan
perhatian siswa pada materi
pembelajaran.Peneliti menyampaikan materi
dan tujuan pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
b. Kegiatan Inti
Kegiatan inti siklus I pertemuan
pertama dilaksanakan selama 40 menit. Guru
membentuk kelompok diskusi
berdasarkanlokasi tempat duduk siswa, untuk
melaksanakan diskusi sesuai permaslahan
yang ada.Ketua kelompok mengambil lembar
kerja siswa yang telah disiapkan untuk di
diskusikan secara bersama sama di dalam
kelompok.
Guru mengawasi siswa yang sedang
melakukan diskusi. Setelah kerja kelompok
selesai, dilanjutkan dengan diskusi kelas untuk
saling mencocokkan hasil kerjanya. Setiap
kelompok diberi kesempatan untuk
menyampaikan hasil diskusi dan kelompok
lain memberikan tanggapan.
Setelah semua kelompok selesai
presentasi, guru mengulas materi dan hasil
kerja siswa. Dengan bimbingan guru, siswa
membuat kesimpulan dari kegiatan yang telah
dilaksanakan.
c. Kegiatan Akhir
Guru memberikan saran dan tindak
lanjut untuk pelajaran berikutnya. Guru
memberi tugas pekerjaan rumah pada siswa
untuk menyelasaikan yang akan dibahas pada
pertemuan selanjutnya.
2. Pelaksanaan Tindakan
Siswa dengan bimbingan guru
mengkaji dan menelaah masalah yang ada
pada materi tentang keragaman bentuk
bentuk muka bumi, kemudian dilanjutkan
dengan menjawab pertanyaan pada lembar
kerjasiswa.Siswa mengerjakan LKS, beberapa
siswa melaporkan hasil kerjanya di depan
kelas bergantian dan siswa lain yang belum
maju memberikan tanggapan, sanggahan,
91 | INTERAKSI , Volume 9, N0 2. Juli 2014, hlm 88-92
pertanyaan dan pendapat yang berbeda kepada
siswa yang sedang melaporkan hasil kerjanya.
Selama kegiatan pembelajaran yang
berlangsung selama 3 kali pertemuan, semua
kegiatan berjalan lancar dan tidak ada kendala
yang menganggu proses belajar mengajar.
3. Hasil Pengamatan
a. Hasil Belajar
Hasil belajar pada siklus I terdapat
kenaikan prestasi belajar berupa rata rata
kelas menjadi 69,89 dan sebanyak 65 % siswa
memperoleh nilai tuntas. Nilai terendah adalah
50 dan nilai tertinggi adalah 90.
b. Proses Pembelajaran
Dalam pembelajaran IPS siswa mulai
tertarik untuk mengikuti diskusi walaupun
masih ada yang bermain main, pasif dalam
diskusi.Dengan model pembelajaran learning
community mulai ada perubahan prestasi
belajar siswa kea rah peningkatan.
4. Refleksi
Dengan memperhatikan hasil
pengamatan terhadap siswa diperoleh hal-hal
sebagai berikut:
a. Dalam proses pembelajaran IPS di Kelas VIII A terdapat peningkatan prestasi
belajar dari nilai rata rata 63,33 menjadi
69,89 dan jumlah siswa yang tuntas dari
50% menjadi 75%.
b. Tetap meningkatkan prestasi belajar siswa
dengan menggunakan model pembelajaran
learning community.
Deskripsi Hasil Siklus II
1. Perencanaan Tindakan
Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan
pada tanggal 3, 5, dan 7 Desember 2013
Sebelum melaksanakan tindakan perbaikan,
dilakukan persiapan terakhir. Langkah awal
dalam perencanaan adalah peneliti memeriksa
RPP yang telah disusun, dibaca ulang,
mencermati setiap butirnya.Yang tidak kalah
pentingnya adalah semua perencanaan harus
dimatangkan dan saran prasarana dipersiapkan
dengan baik agar kegiatan PBM tidak
menemukan hambatan yang dapat menganggu
proses penyusunan PTK ini.
a. Kegiatan Awal
Kegiatan awal dilaksanakan kurang
lebih 10 menit, yaitu memberikan salam,
memeriksa kehadiran siswa, mengkondisikan
siswa agar siap menerima pelajaran,
memotivasi siswa, memberikan apersepsi
untuk memusatkan perhatian siswa pada
materi pembelajaran.Peneliti menyampaikan
materi dan tujuan pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
b. Kegiatan Inti
Kegiatan inti siklus II pertemuan
pertama dilaksanakan selama 40 menit. Guru
membentuk kelompok diskusi berdasarkan
lokasi tempat duduk siswa, untuk
melaksanakan diskusi sesuai permaslahan
yang ada.Ketua kelompok mengambil lembar
kerja siswa yang telah disiapkan untuk di
diskusikan secara bersama sama di dalam
kelompok. Guru mengawasi siswa yang
sedang melakukan diskusi. Setelah kerja
kelompok selesai, dilanjutkan dengan diskusi
kelas untuk saling mencocokkan hasil
kerjanya. Setiap kelompok diberi kesempatan
untuk menyampaikan hasil diskusi dan
kelompok lain memberikan tanggapan.
Setelah semua kelompok selesai
presentasi, guru mengulas materi dan hasil
kerja siswa. Dengan bimbingan guru, siswa
membuat kesimpulan dari kegiatan yang telah
dilaksanakan.
c. Kegiatan Akhir
Guru memberikan saran dan tindak
lanjut untuk pelajaran berikutnya. Guru
memberi tugas pekerjaan rumah pada siswa
untuk menyelasaikan yang akan dibahas pada
pertemuan selanjutnya.
2. Pelaksanaan Tindakan
Siswa dengan bimbingan guru
mengkaji dan menelaah masalah yang ada
pada materi tentang keragaman bentuk-bentuk
muka bumi, kemudian dilanjutkan dengan
menjawab pertanyaan pada lembar
kerjasiswa.Siswa mengerjakan LKS, beberapa
siswa melaporkan hasil kerjanya di depan
kelas bergantian dan siswa lain yang belum
maju memberikan tanggapan, sanggahan,
pertanyaan dan pendapat yang berbeda kepada
siswa yang sedang melaporkan hasil kerjanya.
Selama kegiatan pembelajaran yang
berlangsung selama 3 kali pertemuan, semua
kegiatan berjalan lancar dan tidak ada kendala
yang menganggu proses belajar mengajar.
Shamrah, Upaya Peningkatan Prestasi Belajar IPS | 92
3. Hasil Pengamatan
a. Hasil Belajar
Hasil belajar pada siklus II terdapat
kenaikan prestasi belajar berupa rata rata
kelas menjadi 83.3 dan sebanyak 90 %
siswa memperoleh nilai tuntas. Nilai
terendah adalah 70 dan nilai tertinggi adalah
100
b. Proses Pembelajaran
Dalam pembelajaran IPS siswa sangat
tertarik untuk mengikuti diskusi, siswa yang
suka bermain main tidak ada, siswa sangat
aktif dalam diskusi.Dengan model
pembelajaran learning community
perubahan prestasi belajar siswa kea rah
peningkatan sangat dirasakan.
4. Refleksi
Dengan memperhatikan hasil
pengamatan terhadap siswa diperoleh hal-
hal sebagai berikut:
a. Dalam proses pembelajaran IPS di Kelas VIII A terdapat peningkatan
prestasi belajar dari nilai rata rata
69,89 menjadi 83,3 dan jumlah siswa
yang tuntas dari 75% menjadi 90%.
b. Tetap meningkatkan prestasi belajar siswa dengan menggunakan model
pembelajaran learning community.
KESIMPULAN
1. Hasil pembelajaran kondisi awal IPS Kompetensi Dasar mendeskripsikan
keragaman bentuk muka bumi, proses
pembentukan dan dampaknya terhadap
kehidupan melalui pendekatan learning
community diperoleh data dimana pada
masa prasiklus mencapai rata rata 63,33
dan hanya 50 % siswa mencapai nilai 70
atau > 70. Padahal idealnya minimal harus
mencapai 100% siswa mendapat 70 atau >
70.
2. Hasil belajar pada siklus I terdapat kenaikan prestasi belajar berupa rata rata
kelas menjadi 69,89dan sebanyak 65 %
siswa memperoleh nilai tuntas. Nilai
terendah adalah 50 dan nilai tertinggi
adalah 90.
3. Hasil belajar pada siklus II terdapat kenaikan prestasi belajar berupa rata rata
kelas menjadi 83.3 dan sebanyak 90 %
siswa memperoleh nilai tuntas. Nilai
terendah adalah 70 dan nilai tertinggi
adalah 100
4. Karena dalam penelitian ini terjadi peningkatan prestasi belajar siswa , maka
peneliti berkesimpulan bahwa model
pembelajaran learning community sangat
cocok digunakan dalam pembelajaran IPS.
SARAN
1. Guru hendaknya selalu mencari dan menyesuaikan model pembelajaran
dengan materi yang disampaikan, guru
sebagai pendidik hendaklah juga
memahami karakteristik dan kemampuan
siswa, karena masing-masing siswa pada
dasarnya mempunyai karakter dan
kemampuan yang berbeda-beda.
2. Karena kegiatan ini sangat bermanfaat khususnya bagi guru dan siswa, maka
diharapkan kegiatan ini dapat dilakukan
secara berkesinambungan dalam
pembelajaran IPS.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi,dkk. 2006. Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi
Aksara
Hisyam Zaini, Bermawy Munthe, Sekar Ayu
Aryani. 2004. Strategi Pembelajaran
Aktif. Yogyakarta: CTSD.
Mulyasa, E.. 2005. Menjadi Guru Profesional,
Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan. Bandung: PT
RemajaRosdakarya Offset.
Saiful Rachman, Yoto, Syarif Suhartadi,
Suparti. 2006. Penelitian Tindakan
Kelas dan Penulisan Karya Ilmiah.
Surabaya: SIC Bekerjasama Dengan
Dinas P dan K Provinsi Jawa Timur.
Sumadi. 2002. Prestasi dalam Belajar.
Pustaka Widyamara : Jakarta
93
PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA ANTARA SISWA YANG
DIAJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN MODEL
PENGAJARAN LANGSUNG
Agus Subaidi
Sri Indriati Hasanah
Program Studi Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Madura
Alamat Jalan Raya Panglegur 3,5 KM Pamekasan
Abstract: cooperative learning model of Numbered Head Together (NHT) or numbering think
with the type of cooperative learning is designed to influence the pattern of student interaction
and as an alternative to the traditional classroom structure. While the direct instruction model is
one approach to teaching that is designed specifically to support students' learning process
related to declarative knowledge and procedural knowledge are well structured that can be
taught with the pattern of activity gradually, step by step. Both models have a different syntax
that needs to be investigated whether there are differences of learning achievement when used
in learning. Apparently after research showed that there was no difference in math achievement
between students taught using cooperative learning model of Numbered Head Together (NHT)
is taught by using the model of Direct Instruction.
Keywords: cooperative learning model of Numbered Head Together (NHT), direct instruction
model, achievement.
PENDAHULUAN
Dalam rangka pembangunan
manusia Indonesia seutuhnya, pembangunan
di bidang pendidikan merupakan sarana dan
wahana yang sangat penting dan menentukan
dalam pembinaan sumber daya manusia. Maka
dari itu bidang pendidikan memerlukan
perhatian yang sungguh-sungguh dari
pemerintah, masyarakat pada umumnya dan
para pengelola pendidikan pada khususnya.
Sejalan dengan perkembangan
masyarakat dewasa ini pendidikan banyak
mengalami berbagai tantangan. Salah satu
tantangan yang sangat menarik adalah
berkenaan dengan peningkatan mutu
pendidikan. Upaya Peningkatan mutu
pendidikan dilakukan dikarenakan masih
rendahnya prestasi belajar. Berbagai usaha
telah dilakukan oleh pengelola pendidikan
dalam rangka meningkatkan prestasi belajar
siswa, salah satunya dengan melakukan
perubahan kurikulum sekolah. Langkah ini
merupakan langkah awal untuk meningkatkan
mutu pendidikan.
Kurikulum adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
kompetensi dasar, materi standar dan hasil
belajar serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai kompetensi
dasar dan tujuan pendidikan (Mulyasa, 2007).
Sedangkan tujuan pendidikan tersebut dapat
dicapai melalui prestasi belajar dalam proses
pembelajaran.
Dalam rangka meningkatkan prestasi
belajar siswa, guru mempunyai peranan yang
penting. Guru mempunyai tugas dan tanggung
jawab yang luas. Selain sebagai pengajar, guru
dituntut berlaku sebagai pembimbing dan
pendidik siswa. Kemampuan penguasaan
materi yang dimiliki oleh guru, kemampuan
dalam memilih dan menggunakan model
pembelajaran serta ketrampilan dalam
menyampaikan materi pelajaran sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan belajar.
Berbagai model pembelajaran dapat
guru gunakan dalam kegiatan belajar
mengajar. Namun tidak semua dari model
pembelajaran tersebut dapat digunakan. Guru
perlu menyeleksi model pembelajaran yang
mana yang paling baik untuk mengajarkan
suatu materi tertentu khususnya mata pelajaran
matematika sehingga diperoleh prestasi belajar
yang lebih baik.
Salah satu model pembelajaran yang
dapat digunakan adalah model pembelajaran
Subaidi dan Hasanah, Prestasi Belajar Matematika | 94
kooperatif tipe Numbered Head Together
(NHT). Numbered Head Together (NHT) atau
penomoran berfikir bersama adalah jenis
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa dan
sebagai alternatif terhadap struktur kelas
tradisional. Numbered Head Together (NHT)
pertama kali dikembangkan oleh Spenser
Kagen (1993) untuk melibatkan lebih banyak
siswa dalam menelaah materi yang tercakup
dalam suatu pelajaran dan mengecek
pemahaman mereka terhadap isi pelajaran
tersebut (Trianto, 2007: 62).
Sedangkan model pengajaran
langsung adalah salah satu pendekatan
mengajar yang dirancang khusus untuk
menunjang proses belajar siswa yang berkaitan
dengan pengetahuan deklaratif dan
pengetahuan prosedural yang terstruktur
dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola
kegiatan yang bertahap, selangkah demi
selangkah (Trianto, 2007: 41). Singkatnya
dengan model pengajaran langsung ini guru
bisa mengontrol urutan dan keluasan materi
pembelajaran. Dengan demikian guru bisa
mengetahui sejauh mana siswa menguasai
bahan pelajaran yang disampaikan.
Dari uraian tersebut model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT) dan model pengajaran
langsung tentunya memiliki perbedaan sebab
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Head Together (NHT) lebih menempatkan
siswa sebagai subjek belajar yang aktif dalam
proses pembelajaran, sedangkan model
pengajaran langsung lebih menempatkan siswa
sebagai objek belajar yang menerima apa yang
disampaikan guru. Namun, peneliti ingin
mengetahui apakah ada perbandingan jika
diterapkan pada pembelajaran matematika sub
pokok bahasan sifat-sifat turunan fungsi.
Pemilihan pokok bahasan turunan
fungsi pada sub pokok bahasan sifat-sifat
turunan fungsi dalam penelitian ini
dikarenakan berdasarkan kenyataan
menunjukkan bahwa siswa mengalami
kesulitan dalam menurunkan suatu fungsi,
misalkan suatu fungsi yang berbentuk
perkalian atau pembagian. Sementara itu sifat-
sifat turunan fungsi tersebut juga menjadi
prasyarat terhadap sub pokok bahasan
berikutnya sehingga siswa perlu memahami
lebih intensif.
Sementara itu di lokasi penelitian
yakni di SMA Negeri 1 Pamekasan sebagian
tenaga pendidik masih ada yang menggunakan
model pembelajaran yang berpusat pada siswa
atau model pengajaran langsung sehingga
siswa merasa jenuh dan ini bisa berakibat pada
prestasi belajar siswa yang rendah. Untuk itu
peneliti ingin mencoba menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT) untuk mengetahui perbedaan
prestasi belajar siswa yang diajar dengan
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Head Together (NHT) dan model pengajaran
langsung. Dan diharapkan dengan adanya
penelitian ini dapat diketahui model
pembelajaran mana yang lebih baik untuk
diterapkan di SMA Negeri 1 Pamekasan
sehingga siswa mampu berpikir kritis dan
ilmiah serta dapat meningkatkan prestasi
belajar yang sudah baik menjadi lebih baik
dari sebelumnya, khususnya pada pokok
bahasan turunan fungsi.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk penelitian
kuantitatif dan komparatif sebab data yang
diperoleh berupa angka dari hasil tes dan dari
hasil tes tersebut diteliti tentang perbedaannya.
Penelitian ini yang dijadikan populasi adalah
semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1
Pamekasan sebanyak 6 kelas, dengan teknik
pengambilan sampel menggunakan random
sampling terpilih kelas XI IPA-E sebagai kelas
eksperimen yang diberi model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together
(NHT) dan kelas XI IPA-C sebagai kelas
kontrol yang menggunakan model Pengajaran
Langsung.
Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan teknik pengumpulan data
dengan tes. Tes ini digunakan untuk
memperoleh data prestasi belajar matematika
siswa yang menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together
(NHT) dengan model pembelajaran langsung
kelas XI-IPA. Bentuk soal dalam teknik tes ini
adalah soal uraian. Sebelum dilakukan
penelitian, diperlukan uji coba terhadap
instrumen penelitian dimana uji coba
instrumen dilaksanakan di SMA Negeri 3
Pamekasan yang bertujuan untuk mengetahui
layak tidaknya tes di berikan. Setelah data
95 | INTERAKSI , Volume 9, N0 2. Juli 2014, hlm 93-96
terkumpul maka dilakukan pengolahan data
atau analisis data. Selanjutnya, untuk
memperoleh data hasil tes tersebut
menggunakan uji parametrik yaitu uji
statistik. Pengujian ini dilakukan untuk
mengetahui apakah terdapat perbedaan
prestasi belajar matematika siswa di kelas
eksperimen dengan prestasi belajar
matematika siswa di kelas kontrol berdasarkan
hasil tes yang telah dilakukan, sehingga dapat
menunjukkan apakah hipotesis yang diajukan
diterima atau ditolak.
HASIL
Berdasarkan hasil penelitian dan
analisis data hasil tes akhir kedua kelas,
diperoleh rata-rata prestasi belajar matematika
siswa kelas XI IPA E sebagai kelas
eksperimen sebesar 84,48 dan rata-rata
prestasi belajar matematika siswa kelas XI
IPA C sebagai kelas kontrol sebesar 82,91.
Dari data tersebut dapat diketahui harga thitung
= 0,39 dan berdasarkan tabel dengan dk = (34
+ 33 2) = 65, pada taraf signifikan 5%
diperoleh harga tkritik = 2,00. Artinya thitung <
tkritik, maka hipotesis nol (H0) diterima dan
hipotesis kerja (H1) ditolak.
PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
hipotesis yang diharapkan peneliti tidak
diterima. Dari hasil penelitian diperoleh rata-
rata prestasi belajar yang hampir sama. Hal itu
mempengaruhi terhadap hipotesis yang
diharapkan agar diterima. Jika selisih rata-rata
yang dihasilkan cukup besar maka
kemungkinan hipotesis yang diharapkan
diterima.
Dengan demikian tidak ada
perbedaan prestasi belajar matematika antara
siswa yang diajar menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT) dengan model Pengajaran
Langsung.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan yang telah diuraikan di atas dapat
ditarik kesimpulan yaitu prestasi belajar
matematika antara siswa yang diajar
menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe Numbered Head Together (NHT) dengan
model Pengajaran Langsung tidak ada
perbedaan.
Proses pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe Numbered Head Together (NHT) dan
model Pengajaran Langsung yang diterapkan
dalam penelitian ini nantinya diharapkan akan
memberi manfaat. Untuk itu peneliti
memberikan saran sebagai berikut: Dengan
mengacu pada hasil penelitian yang dilakukan
peneliti menganjurkan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together
(NHT) dan model Pengajaran Langsung
diterapkan dalam proses belajar dan
pengajaran matematika.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Prestasi Belajar, (Online).
(http://www.sarjanaku.com/2011/02/
prestasi-belajar.html, diakses 10
Maret 2012).
Anonim. ______. Tingkat Kesukaran,
(Online).
(http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._P
END._FISIKA/196406061990031-
MUSLIM/BAHAN_AJAR__MINGGU_KE_13_
_ANALISIS_INSTRUMEN__TK-DP-
ANALISIS_PENGECOH__Muslim.pdfLUCKY
BLOG, diakses 10 April 2012).
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.
_______. 2002. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta.
_______. 1992. Dasar-Dasar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Djamarah, Syaiful Bahri 1994. Prestasi
Belajar dan Kompetensi Guru.
Surabaya: Usaha Nasional.
Hudoyo, H. 1988. Mengajar Belajar
Matematika. Jakarta: Depdikbud
Dirjen Dikti Proyek Pengembangan
Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan.
Isjoni, 2010. Cooperatif Learning
Mengembangkan Kemampuan
Prestasihttp://www.sarjanaku.com/2011/02/%20prestasi-belajar.htmlhttp://www.sarjanaku.com/2011/02/%20prestasi-belajar.htmlhttp://file.upi.edu/Direktori/
Subaidi dan Hasanah, Prestasi Belajar Matematika | 96
Belajar Berkelompok. Bandung:
Alfabeta.
Kartini. dkk. 2005. Matematika Program Studi
Ilmu Alam. Klaten: PT Intan
Pariwara.
Mulyasa, E. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Priatna, Nanang dan Darhim. 2003. Problem
Posing dan Problem Solving dalam
Pembelajaran Matematika.
Bandung: Pustaka Ramadhan.
Ratumanan, Tanwey Gerson. 2002. Belajar
dan Pembelajaran. Surabaya: Unesa
University Press.
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung:
Tarsito Bandung
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian
Pendidikan (Pendekatan kuantitatif
kualitatif dan R&D). Bandung:
Alfabeta
________. 2007. Statistika Untuk Penelitian
Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
________. 2006. Metode penelitian
pendekatan kuantitatif, kualitatif,
dan R&D. Bandung. Alfabeta.
Suherman, Erman. dkk. 2003. Strategi
Pembelajaran Matematika
Kontemporer.Bandung: JICA-
Universitas Pendidikan Indonesia
(UPI).
Trianto. 2007. Model Pembelajaran Inovatif
Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka.
Winataputra, Udin S, dkk. 2007. Teori Belajar
dan Pembelajaran. Jakarta:
Universitas Terbuka.
97
PENINGKATAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR KIMIA
POKOK MATERI SISTEM KOLOID DENGAN MODEL
PEMBELAJARAN NHT DI KELAS XI SEMESTER 2 SMA NEGERI 1
SUMENEP
Maswiyanto
Guru Kimia SMAN 1 Sumenep
e-mail : [email protected]
Abstrak : Siswa SMA Negeri 1 Sumenep khususnya kelas XI IA4, pada ulangan blok I banyak
yang tidak mencapai ketuntasan belajar kimia. Sehingga tujuan penulisan PTK ini adalah untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar dan kreativitas siswa SMA Negeri 1 Sumenep setelah
menggunakan model Pembelajaran NHT. Model Pembelajaran NHT adalah model
pembelajaran yang merupakan suatu tipe model pembelajaran kooperatif yang merupakan
struktur sederhana dan terdiri atas beberapa tahapan yang digunakan untuk mereview fakta-
fakta dan informasi dasar yang berfungsi untuk mengatur interaksi diantara para siswa.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri 3 siklus. Masing-masing siklus
meliputi kegiatan perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Adapun fokus dalam
penelitian adalah hasil belajar dan kreativitas siswa kelas XI IA4 SMA Negeri 1 Sumenep
tahun ajaran 2010/2011. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, tes
akhir siklus dan angket. Berdasarkan analisis data hasil penelitian, rata-rata hasil belajar siswa
pada siklus I adalah 75, pada siklus II menjadi 82 dan pada siklus III meningkat menjadi 86.
Sedangkan dalam persentase ketuntasan hasil belajar pada siklus I adalah 44 %, pada siklus II
menjadi 83% dan meningkat lagi pada siklus III menjadi 100%. Sedangkan kreativitas siswa
juga mengalami peningkatan dari 68,5% pada siklus I menjadi 75 % pada siklus II dan
meningkat lagi pada siklus III menjadi 79 %. Berdasarkan pembahasan hasil penelitian
tersebut, disimpulkan bahwa model Pembelajaran NHT dapat meningkatkan hasil belajar dan
kreativitas siswa. Saran yang diajukan adalah model Pembelajaran NHT dapat digunakan oleh
guru dalam pembelajaran.
Kata kunci : kreativitas, hasil belajar, model Pembelajaran NHT
PENDAHULUAN
Dari observasi dan pengamatan
peneliti selama melaksanakan kegiatan belajar
mengajar menunjukan bahwa siswa lebih
banyak mendengarkan informasi guru, bahkan
cenderung pasif, siswa kurang antusias dalam
menyampaikan pendapat/ide, kurang bisa
menanggapi pendapat yang disampaikan guru
atau siswa lain, kurang serius dalam
mengerjakan tugas, tidak bisa mendengarkan
secara aktif dalam proses belajar mengajar,
dan hampir tidak pernah mengajukan
pertanyaan dalam proses belajar mengajar.
Pada hal keterampilan tersebut sangat penting
diperlukan dalam proses belajar mengajar,
agar suasana kelas menjadi hidup dan terjadi
komunikasi dua arah dari guru kepada siswa,
dan siswa kepada guru.
Hasil belajar dipengaruhi oleh
berbagai faktor, baik faktor dari dalam
(internal) maupun faktor dari luar (eksternal).
Menurut Suryabrata (2002:27) yang termasuk
faktor internal adalah faktor fisiologis dan
psikologis (misalnya kecerdasan motivasi
berprestasi dan kemampuan kognitif),
sedangkan yang termasuk faktor eksternal
adalah faktor lingkungan dan instrumental
(misalnya guru, kurikulum, dan model
pembelajaran). Bloom (1982:11)
mengemukakan tiga faktor utama yang
mempengaruhi hasil belajar, yaitu
kemampuan kognitif, motivasi berprestasi dan
kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran
adalah kualitas kegiatan pembelajaran yang
dilakukan dan ini menyangkut model
pembelajaran yang digunakan.
Menurut Arends (1997:111),
pembelajaran kooperatif memiliki
karakteristik yakni (a) siswa bekerja dalam
kelompok kooperatif untuk menguasai materi
akademis, (b) anggota-anggota kelompok
diatur terdiri dari siswa dengan kemampuan
tinggi, sedang dan rendah, (c) jika mungkin
mailto:[email protected]
Maswiyanto,Peningkatan Kreativitas dan Hasil Belajar Kimia | 98
anggota kelompok kooperatif sebaiknya
berbeda suku, budaya, dan jenis kelamin dan
(d) sistem penghargaan lebih berorientasi
pada kelompok dari pada individu. Pendapat
ini menggambarkan bahwa pembelajaran
kooperatif bertujuan untuk mengembangkan
kerjasama dan kolaborasi serta penerimaan
yang luas terhadap orang yang berbeda
menurut ras, budaya, kelas.
Salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang dapat membangun kerjasama
antar siswa dan mendorong partisipasi mereka
dalam kelas adalah model pembelajaran
kooperatif tipe NHT. Model pembelajaran
kooperatif tipe NHT dikembangkan oleh
Kagan (1993). NHT memberikan kesempatan
kepada siswa untuk saling membagikan ide-
ide dan mempertimbangkan jawaban yang
paling tepat. Selain itu juga dapat mendorong
siswa untuk meningkatkan semangat
kerjasama mereka (Arends, 2001: 325).
Model pembelajaran ini dipilih karena
berpendekatan struktural. Dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif
tipe NHT siswa diharapkan tidak hanya
mampu dalam kecakapan akademik saja, akan
tetapi juga dalam kecakapan sosial sehingga
proses pembelajaran yang berlangsung dapat
memenuhi tuntutan kurikulum, serta potensi
siswa yang terpendam dapat berkembang
secara optimal dan tujuan pendidikan yang
dicita-citakan dapat tercapai.
Berdasarkan uraian yang telah
dipaparkan pada latar belakang, dapat diambil
suatu rumusan masalah sebagai berikut:
Apakah pembelajaran melalui model
pembelajaran NHT dapat meningkatkan
kreativitas dan hasil belajar kimia pokok
materi sistem sistem koloid pada siswa kelas
XI SMA Negeri 1 Sumenep tahun ajaran
2010/2011?.
Berdasarkan rumusan masalah
penelitian di atas, maka tujuan dalam
penelitian ini adalah: Untuk mengetahui
peningkatan kreativitas dna hasil belajar siswa
kelas XI SMA Negeri 1 Sumenep setelah
menggunakan model pembelajaran NHT.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di SMA
Negeri 1 Sumenep. Penelitian ini akan
menggunakan seluruh siswa yang ada di kelas
XI-IA4 sebagai subjek penelitian. Sedangkan
sebagai observer adalah salah satu guru mata
pelajaran kimia.
Prosedur kerja dalam penelitian ini
merupakan siklus kegiatan yang minimal
terdiri dari tiga siklus. Masingmasing siklus
meliputi perencanaan, tindakan, observasi,
dan refleksi (Binadja, 2002 :3). Prosedur kerja
tersebut secara garis besar dapat dijelaskan
dengan deskripsi umum penelitian tindakan
kelas.
Penelitian tindakan kelas ini
dilaksanakan secara bertahap, yaitu melalui
siklus 1, 2 dan 3. Bila setelah diberi perlakuan
belum ada peningkatan hasil, maka akan
diadakan perbaikan pada siklus berikutnya.
Penjabaran pelaksanaan kegiatan yang
dilakukan setiap siklus adalah sebagai berikut:
1. Menentukan permasalahan Sebelum dilakukan perlakuan terhadap
siswa, penulis melakukan observasi
situasi dan kondisi siswa dan proses
pembelajaran agar mengetahui akar
permasalahan dan bentuk perlakuan yang
cocok untuk dilaksanakan.
2. Perencanaan tindakan a) dokumentasi kondisi awal meliputi
nilai mata pelajaran kimia sebelum
siklus serta wawancara sesame guru
kimia dan siswa guna member
gambaran permasalahan yang
mendasar dalam penguasaan materi,
yang akan digunakan dalam
merumuskan tindakan yang akan
dilaksanakan
b) merumuskan tindakan sebagai alternatif solusi yaitu melalui model
Pembelajaran NHT
c) membuat media panduan sebagai alat bantu siswa dengan pokok materi
sistem koloid
d) membuat rencana pembelajaran yang berisi ketentuan pembelajaran dengan
model Pembelajaran NHT
e) menyusun rancangan percobaan untuk mengetahui ciri-ciri larutan sistem
koloid dan membuat larutan sistem
koloid
f) menyusun evaluasi dan kisi-kisi soal g) menyusun daftar nilai kognitif dan
psikomotorik
h) menyusun lembar observasi kreativitas dan kinerja guru yang akan
digunakan pada saat pembelajaran
99 | INTERAKSI , Volume 9, N0 2. Juli 2014, hlm 97-104
i) menyusun kuisioner tanggapan siswa terhadap pembelajaran kimia melalui
model Pembelajaran NHT.
3. Pelaksanaan tindakan a) sebelum mengajar, penulis dan siswa
mengadakan kontrak