Jurnal Kepuasan Kerja

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/20/2019 Jurnal Kepuasan Kerja

    1/17

    BAB 2

    LANDASAN TEORI

    2.1 Kepuasan Kerja (Job Satisfaction)

    2.1.1 Pengertian Kepuasan Kerja (Job Satisfaction)

    Robbins (2003) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai sikap umum

    individu pada pekerjaannya, selisih antara banyaknya ganjaran yang diterima

    seorang pekerja dengan banyaknya yang pekerja yakini seharusnya diterima.

    Definisi lain dikemukakan oleh Church (1995) yang menyatakan bahwa

    kepuasan kerja merupakan hasil dari berbagai macam sikap (attitude) yang

    dimiliki oleh karyawan. Dalam hal ini dimaksud dengan sikap tersebut adalah hal-

    hal yang berhubungan dengan pekerjaan beserta faktor-faktor yang spesifik

    seperti pengawasan atau supervisi, gaji dan tunjangan, kesempatan untuk

    mendapatkan promosi dan kenaikan pangkat, kondisi kerja, pengalaman

    terhadap kecakapan, penilaian kerja yang adil dan tidak merugikan, hubungan

    sosial di dalam pekerjaan yang baik, penyelesaian yang cepat terhadap keluhan-

    keluhan dan perlakuan yang baik dari pimpinan terhadap karyawan.

    Sementara Mc Nesse Smith (1996) menyatakan bahwa kepuasan kerja

    merupakan perasaan pekerja atau karyawan terhadap pekerjaannya, hal ini

    merupakan sikap umum terhadap pekerjaan yang didasarkan penilaian aspek

    yang berada dalam pekerjaan. Jürges (2003) berpendapat bahwa kepuasan

    kerja adalah hasil yang penting dalam aktivitas pasar tenaga kerja. Berdasarkan

    pendapat yang dinyatakan oleh beberapa ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa

    kepuasan kerja atau  job satisfaction  ialah perasaan yang dirasakan oleh

    karyawan terhadap pekerjaannya dan juga karena faktor-faktor yang mendukung

    dalam menyelesaikan pekerjaannya, seperti supervisi, gaji dan tunjangan,

  • 8/20/2019 Jurnal Kepuasan Kerja

    2/17

    10 

    kesempatan untuk mendapatkan promosi dan kenaikan pangkat, kondisi kerja,

    pengalaman terhadap kecakapan, penilaian kerja yang adil dan tidak merugikan,

    hubungan sosial didalam pekerjaan yang baik, penyelesaian yang cepat

    terhadap keluhan-keluhan dan perlakuan yang baik dari pimpinan terhadap

    karyawan.

    2.1.2 Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja (Job Satisfaction)

    Menurut Rivai (2006, p.478) “Faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan

    kerja karyawan pada dasarnya secara praktis dapat dibedakan menjadi dua

    kelompok, yaitu: faktor intrinsik dan faktor ektrinsik. Faktor intrinsik ialah faktor

    yang berasal dari diri karyawan dan dibawa oleh setiap karyawan sejak mulai

    bekerja ditempat pekerjaannya. Faktor ekstrinsik ialah menyangkut hal-hal yang

    berasal dari luar diri karyawan, antara lain kondisi fisik, lingkungan kerja, interaksi

    dengan karyawan lain, sistem penggajian, dan lain sebagainya”.

    Hasibuan (2003) mengungkapkan bahwa kepuasan kerja di pengaruhi

    oleh beberapa faktor sebagai berikut:

    1. Balas jasa yang adil dan layak

    2. Penempatan yang tepat dan sesuai dengan keahlian

    3. Suasana dan lingkungan pekerjaan

    4. Berat ringannya pekerjaan

    5. Peralatan yang menunjang

    6. Sikap pemimpin dalam kepemimpinannya

    2.1.3 Teori Kepuasan Kerja (Job Satisfaction)

    Berikut beberapa teori kepuasan kerja yang dikemukakan oleh beberapa

    ahli:

  • 8/20/2019 Jurnal Kepuasan Kerja

    3/17

    11 

     A. Teori Pemenuhan Kebutuhan (Need Fulfillment Theory)

    Konsep Maslow tentang hierarki kebutuhan berasumsi bahwa kebutuhan

    yang lebih rendah tingkatannya harus dipuaskan terlebih dahulu sebelum

    kebutuhan yang lebih tinggi. Lima kebutuhan yang membentuk hirarki

    kebutuhan ini merupakan kebutuhan-kebutuhan konotatif, artinya bercirikan

    motivasi. Kebutuhan ini sering kali disebut kebutuhan dasar (Maslow dalam

    Feist & Feist, 2008).

    (Maslow, 1970: Feist & Feist, 2008) mendata kebutuhan-kebutuhan

    berikut berdasarkan potensinya:

    1. Kebutuhan fisio logis

    Kebutuhan paling dasar setiap orang adalah kebutuhan-kebutuhan

    fisiologis seperti makanan, air, oksigen, mempertahankan suhu tubuh,

    dan sebagainya.

    2. Kebutuhan akan rasa aman

    Setelah kebutuhan dasar terpenuhi, mereka mulai termotivasi oleh

    kebutuhan akan rasa aman. Kebutuhan rasa aman diantarnya: rasa aman

    dari perang, terorisme, penyakit, rasa takut, rasa cemas, bahaya,

    kerusuhan, dan bencana alam. Kebutuhan terhadap hukum, aturan dan

    struktur juga menjadi bagian dari kebutuhan akan rasa aman.

    3. Kebutuhan untuk dicintai

    Setelah terpenuhi kebutuhan fisiologis dan rasa aman, manusia mulai

    termotivasi oleh kebutuhan untuk dicintai dan dimiliki, seperti: dorongan

    untuk bersahabat, keinginan memiliki pasangan dan memiliki keturunan,

    kebutuhan untuk melekat pada sebuah keluarga, lingkungan bertetangga

    dan berbangsa.

  • 8/20/2019 Jurnal Kepuasan Kerja

    4/17

    12 

    4. Kebutuhan untuk dihargai

    Setelah kebutuhan dimiliki dan dicintai, manusia akan bebas mengejar

    kebutuhan untuk dihargai yang mencakup penghargaan diri, keyakinan,

    kompetensi, dan pengetahuan bahwa orang lain memandang mereka

    dengan perasaan menghargai.

    5. Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri

    Kebutuhan aktualisasi diri mencakup pemenuhan diri (self-fulfillment),

    realisasi semua potensi, dan keinginan untuk menjadi kreatif dalam

    makna-kata sepenuhnya.

    B. Teori dua faktor Herzberg (Herzberg’s two factor theory)

    Teori dua faktor (two factor theory) dikemukakan oleh seorang psikolog

    yang bernama Frederick Herzberg. Keyakinan bahwa hubungan seorang individu

    dengan pekerjaan adalah mendasar dan bahwa sikap seorang terhadap

    pekerjaan bisa sangat baik menentukan keberhasilan atau kegagalan (Herzberg,

    1996). Dua faktor yang dapat menyebabkan timbulnya rasa puas atau tidak puas

    menurut Herzberg, yaitu faktor pemeliharaan (maintenance factors) dan faktor

    pemotivasian (motivativational factors)  karena kondisi itu diperlukan untuk

    memelihara tingkat kepuasan yang layak (Herzberg, 1996). Faktor pemeliharaan

    disebut pula dissatisfiers, hygiene factors, job context, extrinsic factors,

    sedangkan faktor pemotivasian disebut juga dengan satisfiers, motivators, job

    content, intrinsic factors.

    Herzberg menyebutkan faktor pemeliharaan atau hygiene factor   sebagai

    berikut (Herzberg et al 1959, Schwab dan Heneman 3, 1970; Whittset and

    Winslow, 1967; Gibson et al, 1997; Gerstmann, 2001):

  • 8/20/2019 Jurnal Kepuasan Kerja

    5/17

    13 

    1. Kebijakan perusahaan dan administrasi (company policies). Kebijakan

    yang dilakukan adil bagi karyawan. Yang termasuk dalam kebijakan

    perusahaan dan administrasi ialah semua yang berkaitan dengan

    prosedur yang dilakukan perusahaan dalam mengatur jalannya pekerjaan

    diperusahaan.

    2. Supervisi (supervision). Bimbingan dan bantuan teknis yang diberikan

    atasan kepada karyawan, diantaranya: bimbingan, dorongan, semangat,

    bantuan teknis, komunikasi informasi.

    3. Hubungan interpersonal dengan rekan kerja. Derajat kesesuaian yang

    dirasakan dalam berinteraksi dengan tenaga kerja lainnya. Bagi

    kebanyakan karyawan, kerja juga mengisi kebutuhan akan interaksi sosial

    oleh karena itu mempunyai rekan kerja yang ramah, membina hubungan,

    mendukung pelaksanaan tugas, dapat diajak bekerja sama, mempunyai

    rasa kesatuan yang kuat akan menghantarkan seorang karyawan kepada

    kepuasan kerja yang meningkat.

    4. Hubungan interpersonal dengan atasan. Perilaku atasan juga merupakan

    unsur utama dari kepuasan kerja pada umumnya. Kepuasan kerja

    karyawan akan meningkat apabila pimpinan bersifat ramah, dapat

    memahami, memberikan pujian untuk kinerja yang baik, mendengarkan

    pandapat pegawai, menunjukkan suatu pribadi pada karyawan,

    memberikan kebebasan karyawan untuk berpendapat, mengkritik atau

    memberi saran, kerja sama, cara komunikasi.

    5. Gaji (salary). Imbalan yang sesuai dengan hasil kerja karyawan.

    Karyawan menginginkan sistem upah yang dipersepsikan sebagai adil,

    tidak meragukan, segaris dengan pengharapan karyawan. Upah

    dipandang adil apabila didasarkan pada tuntutan pekerjaan, tingkat

  • 8/20/2019 Jurnal Kepuasan Kerja

    6/17

    14 

    keterampilan individu, standar pengupahan komunitas kemungkinan

    besar akan menghasilkan kepuasan.

    6. Keamanan kerja (security). Rasa aman yang dirasakan karyawan

    terhadap lingkungan kerja, suasana kerja yang aman baik berupa materil

    maupun nonmaterial.

    7. Kondisi kerja (working conditions). Lingkungan kerja yang baik dan

    nyaman akan memudahkan karyawan untuk mengerjakan tugas dengan

    baik. Lingkungan kerja yang nyaman dapat dinilai dari fasilitas yang

    bersih dan modern, peralatan atau perlengkapan kantor yang memadai,

    lingkungan kerja yang tenang dan aman.

    Herzberg menjelaskan faktor motivator (Herzberg et al 1959, Schwab dan

    Heneman 3, 1970; Whittset and Winslow, 1967; Gibson et al, 1997; Gerstmann,

    2001):

    1. Prestasi  (achievement). Keberhasilan menyelesaikan tugas, besar

    kecilnya karyawan mencapai prestasi kerja yang tinggi, melakukan

    pekerjaan yang terbaik, berprestasi, penilaian prestasi kerja dilakukan

    secara konsisten, adil, objektif, komitmen terhadap prestasi yang di capai

    selama bekerja.

    2. Penghargaan  (recognition). Besar kecilnya penghargaan atau

    penghormatan, pujian, pengakuan dari atasan yang diberikan kepada

    karyawan atas kinerjanya.

    3. Kenaikan pangkat (advancement). Kesempatan untuk maju yang dicapai

    selama bekerja. Yang termasuk dalam kenaikan pangkat ialah kebijakan

    promosi yang adil. Karyawan berusahan mendapatkan kebijakan praktek

    promosi yang adil. Promosi memberikan kesempatan untuk pertumbuhan

  • 8/20/2019 Jurnal Kepuasan Kerja

    7/17

    15 

    pribadi, tanggung jawab yang lebih banyak, status sosial yang meningkat

    dan kesempatan untuk maju.

    4. Pekerjaan itu sendiri (work it self ). Besar kecilnya tantangan bagi tenaga

    kerja dari pekerjaannya. Karyawan cenderung lebih menyukai pekerjaan

    yang memberi kesempatan untuk menggunakan keterampilan,

    menawarkan beragam tugas, kebebasan, umpan balik mengenai betapa

    baik karyawan bekerja. Pada kondisi tantangan yang sedang,

    kebanyakan karyawan akan mengalami kesenangan dan kepuasan.

    5. Tanggung jawab (responsibility). Tanggung jawab yang diemban atau

    dimiliki seseorang terhadap tugas yang harus diselesaikan, diberi

    kekuasaan, kewenangan untuk melaksanakan dan menyelesaikan

    pekerjaannya sebagai tanggung jawab, sanksi yang tegas atas sikap dari

    pelaksanaan tugas.

    Herzberg (2006) selanjutnya menetapkan bahwa kepuasan dan

    ketidakpuasan kerja adalah dua hal yang berbeda. Teori ini membedakan dua

    kelompok faktor pekerjaan. Kelompok yang pertama berhubungan dengan aspek

    intrinsik pekerjaan yang disebut sebagai faktor motivator atau faktor intrinsik.

    Kelompok kedua berhubungan dengan lingkungan pekerjaan atau faktor ektrinsik

    pekerjaan (Yuen, 1986; Moorhead dan Griffin, 1992).

    Secara ringkas, dinyatakan oleh Herzberg (1996), bahwa hygiene factor  

    atau faktor pemeliharaan menyebabkan banyak ketidakpuasan bila faktor

    tersebut tidak ada, tetapi memberi motivasi jika faktor itu ada. Sebaliknya

    motivator membimbing kearah motivasi yang kuat dan pemuasan bila faktor itu

    ada, tetapi tidak menyebabkan ketidakpuasan jika faktor tersebut tidak ada.

  • 8/20/2019 Jurnal Kepuasan Kerja

    8/17

    16 

    Not Satisfied Satisfied

    Motivators

    Hygienes

    Dissatisfied Not Satisfied

    Gambar 2.1

    Teori Dua Faktor Herzbergs

    Sumber: Leadership: Enhancing The Lessons Of Experience, 2006

    C. Teori ERG Alderfer

     Alderfer hanya melibatkan tiga rangkaian kebutuhan (dalam Ivancevich,

    John M., Robert Konopaske., Michael T. Matteson, 2006) yaitu:

    1. Eksistensi (existance)

    Kebutuhan yang dipuaskan oleh faktor-faktor seperti makanan, udara,

    imbalan dan kondisi kerja.

    2. Hubungan (relatedness)

    Kebutuhan yang dipuaskan oleh hubungan sosial dan interpersonal yang

    berarti.

    3. Pertumbuhan (growth)

    Kebutuhan yang terpuaskan jika individu membuat kontribusi yang

    produktif atau kreatif.

    D. Teori Keseimbangan (Equity Theory)

    Menurut Adam (dalam Donovan, 2001) komponen dari teori ini adalah

    input, outcome, comparison person, dan equity in equity. Wexley dan Yukl dalam

    Mangkunegara (2001), menyatakan bahwa input  adalah semua nilai yang

  • 8/20/2019 Jurnal Kepuasan Kerja

    9/17

    17 

    diterima karyawan yang dapat menunjang pelaksanaan kerja, seperti pendidikan,

    pengalaman, skill, usaha, peralatan pribadi, jumlah jam kerja. Outcome adalah

    semua nilai yang diperoleh yang dirasakan karyawan, seperti upah, keuntungan

    tambahan, status simbol, pengenalan kembali, kesempatan untuk berkembang,

    berprestasi dan mengekspresikan diri. Comparison person adalah seorang

    karyawan dalam organisasi yang sama, seorang karyawan dalam organisasi

    yang berbeda atau dirinya sendiri dalam pekerjaan sebelumnya. Menurut teori

    ini, puas atau tidaknya karyawan merupakan hasil pembanding antara input dan

    outcome dirinya dengan comparison person. Jika input, outcome dan comparison

    person  dirasakan seimbang (equity), maka karyawan itu merasa puas, namun

    apabila terjadi ketidakseimbangan maka karyawan tersebut akan merasa tidak

    puas.

    Dari beberapa pendapat teori diatas, peneliti menggunakan teori dua

    faktor milik Herzberg sebagai landasan teori untuk penelitian kali ini. Alasan

    peneliti menggunakan teori dua faktor, karena ada beberapa faktor dan

    pertimbangan yang sesuai dengan kondisi di PT. Panarub Industry. Berdasarkan

    data yang diperoleh dari hasil wawancara dan obeservasi sebelumnya, peneliti

    mendapatkan beberapa alasan utama yang menyebabkan karyawan untuk

    mengundurkan diri, diantaranya:

    1. Gaji

    2. Ketidakpuasan pada atasan

    3. Perkembangan karir

    4. Beban kerja

    5. Wiraswasta

    Selain alasan utama diatas, ada beberapa alasan lain yang menyebabkan

    karyawan mengundurkan diri, alasan lainnya ada dilampiran pada tabel 2.1. Dari

  • 8/20/2019 Jurnal Kepuasan Kerja

    10/17

    18 

    alasan-alasan tersebut dapat diidentifikasi ke dalam hygiene factor   atau

    motivator factor  yang paling berpengaruh terhadap pengunduran diri karyawan.

    Maka dari itu penelitian kali ini menggunakan teori Herzberg untuk mengetahui

    faktor mana yang paling berpengaruh terhadap pengunduran diri karyawan PT.

    Panarub Industry.

    2.1.4 Respon Terhadap Ketidakpuasan Kerja

    Menurut Robbins (2006) ketidakpuasan karyawan dapat dinyatakan

    dalam sejumlah cara, yaitu:

    - Keluar (exit): perilaku yang ditunjukkan untuk meninggalkan organisasi,

    termasuk mencari posisi baru dan mengundurkan diri.

    - Pengabaian (neglect): secara pasif membiarkan kondisi menjadi lebih

    buruk, termasuk ketidakhadiran atau keterlambatan secara terus

    menerus, kurangnya usaha, dan meningkatnya angka kesalahan.

    - Aspirasi (voice): secara aktif dan konstruktif mengusahakan suatu kondisi,

    termasuk menyarankan perbaikan, mendiskusikan masalah dengan

    atasan, dan beberapa bentuk aktifitas serikat kerja.

    - Kesetiaan (loyalty): secara pasif tetapi optimistis menunggu kondisi

    membaik, termasuk membela organisasi ketika berhadapan dengan

    kecaman ekternal serta mempercayai organisasi dan manajemennya

    untuk melakukan hal yang benar.

    2.2 Turnover

    2.2.1 Pengertian Turnover  

    Cascio (1987) mendefinisikan turnover   sebagai berhentinya hubungan

    kerja secara permanen antara perusahaan dengan karyawannya. Maier (dalam

  • 8/20/2019 Jurnal Kepuasan Kerja

    11/17

    19 

    Mobley, 1986) dan Staw (1991) mengartikan turnover sebagai perpisahan antara

    perusahaan dan pekerja. Mobley (1986) menyatakan bahwa turnover adalah

    berhentinya individu sebagai anggota sebuah organisasi yang disertai pemberian

    imbalan uang oleh organisasi yang bersangkutan. Scott (1997) mendefinisikan

    gejala turnover sebagai perpindahan tenaga kerja dari dan ke sebuah

    perusahaan.

    Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan 

    turnover  ialah keluar masuknya pekerja dari suatu organisasi secara permanen.

    Turnover   juga dapat menunjukkan ketidakstabilan karyawan. Semakin tinggi

    turnover , maka akan semakin sering terjadi pergantian karyawan dalam suatu

    perusahaan tersebut. Menurut Flippo (1984, p.547) dalam bukunya “Personal

    Management”, disebutkan bahwa  turnover   dapat ditinjau dari beberapa sudut

    pandang, diantaranya:

    - Dari sudut pandang organisasi

    Turnover  dapat memberikan gambaran mengenai biaya yang tidak kecil,

    yang menyangkut hilangnya nilai perekrutan, pelatihan, investasi

    pemasyarakatan, biaya terjadinya perselisihan dan pergantian karyawan,

    serta berbagai macam biaya yang tidak langsung.

    - Dari sudut pandang individual

    Turnover  dapat ditinjau bahwa keputusan karyawan untuk berhenti dapat

    berarti keinginannya untuk meningkatkan karir diluar perusahaan atau

    dapat pula kehilangan kesempatan kerja yang diperoleh diperusahaan

    yang lama, yang tidak akan diperoleh diperusahaan barunya.

    - Dari sudut pandang masyarakat

    Turnover   dapat dikaitkan dengan mobilitas dan perpindahan ke industri

    dan organisasi baru yang penting bagi perkembangan ekonomi atau

  • 8/20/2019 Jurnal Kepuasan Kerja

    12/17

    20 

    sebaliknya dapat mengakibatkan produktivitas yang rendah dan

    perkembangan kerja yang tidak wajar atau semestinya.

     Abelson (1987) juga menyatakan bahwa sebagian besar karyawan yang

    meninggalkan organisasi karena alasan sukarela dapat dikategorikan atas

    perpindahan kerja sukarela yang dapat dihindarkan (avoidable voluntary

    turnover ) dan perpindahan kerja sukarela yang tidak dapat dihindarkan

    (unavoidable voluntary). Avoidable voluntary turnover dapat disebabkan karena

    alasan berupa gaji, kondisi kerja, atasan atau ada organisasi lain yang dirasakan

    lebih baik. Unavoidable voluntary turnover dapat disebabkan oleh perubahan

     jalur karir atau faktor keluarga.

    2.2.2 Pengukuran TurnOver

    Beberapa cara pengukuran tingkat turnover menurut Mowdey dkk (dalam

    Sunarso, 2000) adalah sebagai berikut:

    1. Rata-rata masa kerja, yakni jumlah masa kerja tiap karyawan dibagi

     jumlah karyawan

    2. Tingkat pertambahan adalah jumlah karyawan baru pada satu periode

    dibagi rata-rata jumlah karyawan pada periode tersebut

    3. Tingkat pemisahan diri, adalah jumlah karyawan yang memisahkan diri

    dari perusahaan untuk satu periode dibagi rata-rata karyawan pada

    periode tersebut.

    4. Tingkat stabilitas adalah jumlah karyawan yang tetap menjadi anggota

    yang tetap menjadi anggota perusahaan itu dari awal hingga akhir satu

    periode dibagi jumlah karyawan pada awal periode tersebut.

  • 8/20/2019 Jurnal Kepuasan Kerja

    13/17

    21 

    5. Tingkat ketidakstabilan adalah banyaknya karyawan yang keluar dari

    perusahaan itu dari awal hingga satu periode dibagi jumlah karyawan

    pada awal periode tersebut.

    6. Tingkat ketahanan adalah jumlah karyawan baru yang tetap menjadi

    karyawan dalam satu periode dibagi jumlah karyawan baru.

    7. Tingkat kehilangan adalah jumlah karyawan baru yang keluar dalam satu

    periode dibagi jumlah karyawan baru.

    Formulasi yang paling sering digunakan menurut Mobley dan Seashore,

    dkk (1986) adalah rumus pengukuran karyawan sebagai berikut:

    LSP =

    Keterangan:

    LSP = Laju seluruh pergantian karyawan

    P = Jumlah keseluruhan pengunduran diri pada jarak yang berbeda,

    misalnya bulan dan tahun

    J = Jumlah rata-rata karyawan dalam daftar gaji yang telah ditelaah

    2.2.3 Manfaat dan Kerug ian Turnover  

    2.2.3.1 Manfaat Turnover  

    Menurut Yoder dan Paul Staudohar (1986, p.304) dalam bukunya

    “Personnel Management & Industrial Relations” berpendapat bahwa:

    “Bagaimanapun, disisi lain turnover juga dapat memberikanmanfaat. Dengan adanya turnover, maka terbukalah kesempatan dalammembawa orang baru dalam segala kemampuan dan ide-ide baru dalamsuatu organisasi. Keuntungan finansial juga dapat diperoleh dari turnovertersebut. Misalnya dalam beberapa jenis pekerjaan, produktivitas yangdihasilkan tidak sesuai dengan tingkat kemampuan karyawan. Bilakaryawan tersebut keluar, dapat digantikan dengan karyawan barudengan gaji yang lebih rendah dan sesuai dengan produktifitas yang

  • 8/20/2019 Jurnal Kepuasan Kerja

    14/17

    22 

    dihasilkan. Turnover juga dapat mengurangi biaya pendanaan pensiundalam suatu organisasi atau perusahaan”

    2.2.3.2 Kerugian Turnover

    Kerugian yang ditimbulkan akibat turnover   menurut Winterton (2004),

    ialah:

    1. Menghabiskan biaya yang cukup banyak untuk proses pergantian

    karyawan

    2. Perusahaan mempertahankan pengetahuan dan keahlian bagi karyawan

    yang meninggalkan perusahaan

    3. Perusahaan perlu mengeluarkan biaya untuk pendidikan dan

    pengembangan.

    2.3 Hubungan Kepuasan Kerja dengan Turnover  

    Mitchell (1982), menyebutkan ada empat hal yang merupakan akibat dari

    ketidakpuasan kerja, yaitu turnover , absensi, kesehatan, produktivitas. Turnover

    dan absensi merupakan akibat langsung yang muncul karena tidak adanya

    kepuasan kerja pada karyawan suatu perusahaan. Karyawan yang melakukan

    turnover pada umumnya ditemukan sebabnya kerena mereka tidak puas dengan

    manajemen perusahaan, kualitas dan sifat dari kondisi kerja, besarnya upah,

    perasaan diperlakukan secara tidak adil oleh perusahaan dan mutu pengawasan

    yang tidak memadai. Kondisi tersebut akan membuat karyawan merasa

    dikecewakan dan tidak dihargai (Sunarso, 2000). Trevor (2001) dalam San

    Hwang dan Huei Kuo (2006, p.255) menguatkan pendapat serupa dengan hasil

    yang nyata mengenai hubungan antara kepuasan kerja dengan turnover yang

    menunjukkan bahwa adanya hubungan yang negatif antara kepuasan kerja dan

    turnover.

  • 8/20/2019 Jurnal Kepuasan Kerja

    15/17

    23 

    Menurut Hamdia Mudor dan Phadet Tooksoon (2011, p.41 – 49), hasil

    penelitiannya menunjukkan bahwa kepuasan kerja secara langsung berpengaruh

    pada turnover  dengan hubungan negatif. Dengan kata lain, kepuasan kerja dapat

    mengurangi perilaku pengunduran diri karyawan begitu juga sebaliknya.

    Organisasi perlu mengambil pertimbangan tentang kepuasan kerja dan

    menerapkan praktek HRM ditempat kerja untuk mengurangi turnover   dan

    mendapatkan tujuan organisasi. Berdasarkan uraian diatas menunjukkan bahwa,

     jika karyawan memiliki kepuasan kerja ( job satisfaction) yang tinggi maka

    semakin kecil kemungkinan karyawan untuk resign dan begitu juga sebaliknya.

    2.4 Penelit ian Terdahulu

    Beberapa penelitian telah dilakukan terkait dengan intensi turnover   dan

    kepuasan kerja. Narwisan (2008), melakukan penelitian dengan judul “Hubungan

    antara kepuasan kerja dengan intensi turnover  pada karyawan PT. PG. Kebon

     Agung Malang”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara

    kepuasan kerja dengan intensi turnover. Sedangkan metode penelitian dalam

    penelitian ini adalah dengan menggunakan skala likert. Hasil dari penelitian ini

    didapatkan koefisien korelasi r = -0,473 dan p = 0,001. Ini berarti bahwa ada

    hubungan negatif yang sangat signifikan antara kepuasan kerja dengan intensi

    turnover . Artinya bahwa apabila kepuasan kerja karyawan tinggi, maka akan

    diikuti dengan intensi turnover   karyawan yang rendah. Dan sebaliknya, jika

    kepuasan kerja karyawan rendah, maka akan diikuti dengan intensi turnover  

    karyawan yang tinggi.

    Heni Triastuti dan B. Anggun Hilendri. L (2007), dengan judul “Faktor-

    faktor yang berpengaruh terhadap turnover intention  auditor dengan locus of

    control sebagai variable moderator”. Ada beberapa tujuan dari penelitian ini,

  • 8/20/2019 Jurnal Kepuasan Kerja

    16/17

    24 

    salah satunya ialah untuk menganalisis dan mendapatkan bukti empiris tentang

    pengaruh kepuasan kerja terhadap turnover intention. Metode yang digunakan

    dalam penelitian ini adalah dengan metode kuesioner dengan cara mail survey.

    Kuesioner terdiri dari 38 pertanyaan dengan jawaban seberapa jauh responden

    setuju atau tidak setuju terhadap pertanyaan‐pertanyaan yang diajukan dalam

    kuesioner. Hasil peneltian ini adalah terdapat pengaruh negatif antara kepuasan

    kerja (job Satisfaction JSC) terhadap keinginan untuk berpindah (turnover

    intention TI). Sedangkan penelitian Noermijati (2008) yang berjudul “Aktualisasi

    teori Herzberg, suatu kajian terhadap kepuasan kerja manajer operasional

    penelitian di perusahaan kecil yang memproduksi rokok sigaret kretek tangan di

    wilayah Malang”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sumber kepuasan

    manajer operasional dengan menggunakan teori dua faktor Herzberg. Metode

    dalam penelitian ini eksplanatoris. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa teori dua

    faktor Herzberg tidak bisa sepenuhnya diterapkan atau diaktualisasikan bagi para

    manajer operasional di perusahaan kecil yang memproduksi rokok SKT.

    2.5 Kerangka Berpikir

    PT. Panarub Industry sudah berdiri selama 36 tahun dan mendapatkan

    kepercayaan dari perusahaan asing seperti perusahaan Adidas. PT. Panarub

    Industry dipercaya memproduksi sepatu untuk pertandingan-pertandingan besar

    dunia. Dengan mempertahankan kepercayaan dari perusahaan asing, maka PT.

    Panarub Industry harus meningkatkan kepercayaan dan hasil produktivitasnya.

    Hal tersebut dapat diatasi dengan adanya sumber daya manusia yang cukup

    besar di Indonesia. Namun pada tiga tahun terakhir PT. Panarub Industry

    menunjukkan tingkat turnover yang cukup tinggi.

  • 8/20/2019 Jurnal Kepuasan Kerja

    17/17

    25 

    Turnover mempengaruhi keefektifan perusahaan dan juga berakibat pada

    meningkatnya biaya investasi pada sumber daya manusia (SDM). Selain itu

    dapat menyebabkan ketidakstabilan dan ketidakpastian terhadap kondisi tenaga

    kerja karyawan. Hal ini dapat berimplikasi pada kinerja perusahaan.

    Di PT. Panarub Industry angka turnover dari bulan Januari sampai Juni

    tahun 2011 mencapai 8%, jika diestimasikan menjadi satu tahun, maka angka

    turnover menjadi 16%. Harapan perusahaan pada tingkat turnover ialah 2,4%.

    Dari selisih angka turnover, terlihat masih ada gap yang terjadi. Pada penelitian

    kali peneliti menggunakan teori dua faktor milik Herzberg. Tujuannya untuk

    melihat variabel-variabel yang rendah pada hygiene factor dan motivator factor.

    2.6 Hipotesis

    Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Herzberg, hygiene factor  

    menyebabkan ketidakpuasan bila faktor tersebut tidak ada, tetapi memberikan

    kepuasan kerja yang kuat jika faktor itu ada. Sebaliknya, motivator factor  

    membimbing kearah kepuasan kerja yang kuat dan pemuasan bila faktor itu ada,

    tetapi tidak menyebabkan ketidakpuasan jika faktor tersebut tidak ada.

    Berikut hipotesis untuk penelitian kali ini:

    Ha: Ada variabel-variabel yang rendah pada hygiene factor dan variabel

    motivator factor

    H0: Tidak ada variabel-variabel yang rendah pada hygiene factor   dan variabel

    motivator factor