21
JURNAL KOMUNIKASI POLITIK DALAM PILKADA JAWA TIMUR 2018 (Studi Kasus Strategi Kampanye Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur pada Pemilihan Kepala Daerah Jawa Timur 2018 di Kota Madiun) Disusun Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Diajukan oleh : Ferani Agustin Kusumaningrum D1216021 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2018

JURNAL KOMUNIKASI POLITIK DALAM PILKADA JAWA TIMUR … D1216021.pdf · 2018. 12. 17. · menerima pesan. Pengaruh dapat terjadi pada tingkat pengetahuan, sikap, maupun perilaku (Cangara,

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 0

    JURNAL

    KOMUNIKASI POLITIK DALAM PILKADA JAWA TIMUR 2018

    (Studi Kasus Strategi Kampanye Calon Gubernur dan Calon Wakil

    Gubernur pada Pemilihan Kepala Daerah Jawa Timur 2018

    di Kota Madiun)

    Disusun Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

    Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

    Universitas Sebelas Maret

    Diajukan oleh :

    Ferani Agustin Kusumaningrum

    D1216021

    FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET

    SURAKARTA

    2018

  • 1

    KOMUNIKASI POLITIK DALAM PILKADA JAWA TIMUR 2018

    ( Studi Kasus Strategi Kampanye Calon gubernur dan Calon Wakil

    Gubernur pada Pemilihan Kepala Daerah Jawa Timur 2018

    di Kota Madiun )

    Ferani Agustin Kusumaningrum

    Pawito

    Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

    Universitas Sebelas Maret Surakarta

    Abstract

    In Regional Head Election, political communication plays an important

    role in attracting sympathy and influence behavior of a community to elect certain

    candidates during the election. Candidates and their campaign teams as political

    communicators persuade with various political messages to influence the attitudes

    and behavior of society. To create campaign activities affecting the society,

    effective campaign strategies must be carried out. Positioning, branding,

    segmenting and media strategy (campaign forums) are part of the political team

    concerns in regional head election according to principles of the participants. The

    purpose of this study was to determine campaign strategy conducted by the

    candidate pairs of Khofifah Indar Parawangsa - Emil Elestianto Dardak and

    Saifullah Yusuf - Puti Guntur Soekarno in Regional Head Election of East Java

    2018 in Madiun City in terms of positioning, branding, segmenting and media

    strategy (campaign forums). This research is a qualitative - type which uses case

    study methods. Data collection techniques use interview techniques as main data

    source. The samples used in this study are informants from the Political Team of

    mentioned Candidate pairs above, and representatives of various Community

    Groups. Purposive sampling technique is used because it takes samples based on

    the characteristics have been made so that the selected sample should be able to

    provide information in accordance with the research intent. Meanwhile, the data

    analysis used are Miles and Huberman data analysis techniques starting from

    data reduction, data presentation to conclusions. The results of this research are

    both governor and his deputy candidate pairs have different campaign strategies

    to win the votes of society in Madiun City. Candidates positioning was always

    used as reference by the society because it would make society distinguish one

    candidate from another easier. Positioning does not exist by itself.

    Communication media business is needed to systematically and continuously

    publishes achievements to support the positioning strategies which have been

    determined. In principle, campaign strategy adjusts to conditions of the society

    where the campaign takes place.

    Keywords: Positioning, Branding, Segmenting, Media Strategy, Campaign

    Strategy, Regional Head Election

    1

  • 2

    Pendahuluan

    Tahun 2018 ini Indonesia melaksanakan Pemilihan Kepala Daerah

    (PILKADA) serentak yang merupakan proses Pemilihan Kepala Daerah Tingkat

    Provinsi yaitu Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, tingkat Kabupaten yaitu

    pemilihan Bupati dan Wakil Bupati dan Tingkat Kota yaitu pemilihan Walikota

    dan Wakil Walikota yang dilaksanakan secara bersama-sama atau berbarengan

    secara serentak dipilih secara langsung dan demokratis oleh rakyat. Salah satu

    daerah yang mengikuti PILKADA Serentak tanggal 27 Juni 2018 tersebut adalah

    Provinsi Jawa Timur. Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur 2018

    akan diikuti oleh dua pasang calon, yaitu pasangan Khofifah Indar Parawangsa

    bersama pendampingnya yaitu Emil Elestianto Dardak diusung oleh 6 partai

    politik yaitu Partai Demokrat, Partai Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN),

    Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Nasdem, dan Partai Hanura

    mendapat nomer urut satu dan pasangan Saifullah Yusuf alias Gus Ipul yang

    didampingi oleh Puti Guntur Soekarno diusung oleh 4 partai politik yaitu Partai

    Kebangkitan Bangsa (PKB), PDI Perjuangan, Partai Keadilan Sejahtera (PKS),

    dan Partai Gerindra mendapat nomer urut dua, hal itu menjadi lebih menarik

    dibandingkan dengan Provinsi lain yang memiliki lebih dari dua pasangan calon.

    Seperti PEMILU pada umumnya, pada Pemilihan Gubernur, komunikasi

    politik berperan penting untuk menarik simpati dan mempengaruhi perilaku

    masyarakat untuk memilih calon tertentu pada saat pemilihan. Kandidat dan tim

    kampanye selaku komunikator politik melemparkan berbagai pesan politik untuk

    mempengaruhi sikap dan perilaku khalayak. Terkait hal ini, Stuart dan Jamias

    menyatakan bahwa pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang

    dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh seseorang sebelum dan sesudah

    menerima pesan. Pengaruh dapat terjadi pada tingkat pengetahuan, sikap, maupun

    perilaku (Cangara, 2009: 411).

    Dalam upaya kampanye tersebut, tiap pasangan Calon Gubernur dan

    Calon Wakil Gubernur biasanya membentuk tim sukses untuk memperoleh

    dukungan suara dari masyarakat. Berbagai cara dilakukan oleh tim sukses,

    misalnya dengan berkampanye di media, berkampanye di ruang publik,

  • 3

    memasang iklan politik, melakukan seminar politik, dan masih banyak lagi cara

    lainnya. Para Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur tentunya memiliki ciri

    khas tersendiri dalam melakukan komunikasi politik kepada masyarakat.

    Dalam terciptanya kegiatan kampanye yang langsung mempengaruhi

    masyarakat, harus dilakukan strategi kampanye yang tepat. Positioning, branding,

    segmentasi target serta strategi media menjadi bagian yang diperhitungkan setiap

    tim sukses peserta pemilihan kepala daerah sesuai dengan asas mereka.

    Penempatan serta penggunaan keempat unsur tersebut jika salah, tidak menutup

    kemungkinan akan menyebabkan kekalahan dalam pemilihan. Oleh karena itu,

    jika penempatan keempat unsur tersebut tepat dan menarik akan menjadi daya

    tarik setiap pemilih.

    Kota Madiun adalah salah satu kota yang mengikuti Pemilihan Gubernur

    Provinsi Jawa Timur dalam PILKADA Serentak 2018. Kota yang dijuluki sebagai

    Kota Pecel ini adalah salah satu kota di bagian Barat Jawa Timur. Meski berada di

    wilayah Jawa Timur, secara budaya Madiun lebih dekat dengan budaya Jawa

    Tengahan yaitu Mataraman (Surakarta – Yogyakarta) hal tersebut dikarenakan

    Madiun lama berada di bawah kekuasaan Kesultanan Mataram. Nuansa Abangan

    dan Nasionalis yang kuat harus di catatat oleh para tim sukses masing-masing

    bakal Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur Jawa Timur untuk bekal

    merancang strategi kampanye yang akan di lakukan di Kota Madiun.

    Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka peneliti tertarik untuk

    mengetahui Komunikasi Politik yang dilakukan oleh kedua pasang Calon

    Gubernur dan Calon Wakil Gubernur pada saat kampanye untuk mendapatkan

    suara rakyat. Fokus perhatian yang sejatinya menjadi titik perhatian peneliti

    adalah strategi kampanye dilihat dari sisi positioning, branding, segmentasi target

    serta strategi media (forum-forum kampanye). Berkaitan dengan hal tersebut

    maka peneliti mengangkat judul penelitian “Strategi Kampanye Calon Gubernur

    dan Wakil Gubernur Pemilihan Kepala Daerah Jawa Timur 2018 di Kota

    Madiun”.

  • 4

    Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas, maka dalam

    jurnal ditarik rumusan masalah sebagai berikut :

    “Bagaimana strategi kampanye yang dilakukan pasangan Khofifah Indar

    Parawangsa & Emil Elestianto Dardak dan Saifullah Yusuf & Puti Guntur

    Soekarno pada Pemilihan Kepala Daerah Jawa Timur 2018 di Kota Madiun?”

    Tinjauan Pustaka

    1. Komunikasi Politik

    Komunikasi politik, menurut Dahlan (1999) ialah suatu bidang atau

    disiplin yang menelaah perilaku dan kegiatan komunikasi yang bersifat

    politik, mempunyai akibat politik, atau berpengaruh terhadap perilaku politik.

    Dengan demikian pengertian komunikasi politik dapat dirumuskan sebagai

    suatu proses pengoperan lambang-lambang atau simbol-simbol komunikasi

    yang berisi pesan-pesan politik dari seseorang atau kelompok kepada orang

    lain dengan tujuan untuk membuka wawasan atau cara berpikir, serta

    mempengaruhi sekap dan tingkah laku khalayak yang menjadi target politik

    (Cangara, 2009; 35).

    Rush dan Althoff (1997; 24) mengatakan, komunikasi politik

    memainkan peran yang amat penting di dalam suatu sistem politik. Ia

    merupakan elemen dinamis, yang menjadi bagian yang menentukan dari

    proses-proses sosialisasi politik, Graber (1984; 137-138) memandang

    komunikasi politik ini sebagai proses pembelajaran, penerimaan, dan

    persetujuan atas kebiasaan-kebiasaan (customs) atau aturan-aturan (rules),

    struktur dan faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kehidupan

    politik. Ia menempati posisi penting dalam kehidupan sosial-politik karena

    dapat mempengaruhi kualitas interaksi antara masyarakat dan penguasa.

    Komunikasi politik menyalurkan aspirasi dan kepentingan politik rakyat yang

    menjadi input sistem politik. Dan pada waktu yang bersamaan komunikasi

    politik juga menyalurkan kebijakan yang diambil atau output dari sistem

    politik. Dengan demikian melalui komunikasi politik maka rakyat dapat

  • 5

    memberikan dukungan, menyampaikan aspirasi dan melakukan pengawasan

    terhadap sistem politik.

    Sebagai suatu proses, komunikasi politik dapat dipahami dengan

    melibatkan setidaknya lima unsur, yakni pelibat (aktor atau partisipan), pesan,

    saluran, situasi atau konteks, dan pengaruh atau efek (Pawito, 2009 : 6-15).

    Menurut Arifin (2011; 125), bentuk kegiatan komunikasi politik yang

    sudah lama dikenal dan diterapkan para politikus, aktivis dan komunikator

    politik lain adalah sebagai berikut :

    a. Retorika Politik

    Retorika berasal dari bahasa Yunani rhetorica, yang berarti seni

    berbicara. Retorika menurut Plato adalah kemampuan untuk

    mempengaruhi jiwa manusia secara positif kearah kebenaran. Plato

    menekankan bahwa orator atau komunikator dalam mengucapkan kata

    atau kalimat, baik secara implisit maupun eksplisit senantiasa harus

    berpedoman pada dasar-dasar yang di dalamnya terdapat kebenaran dan

    kebijakan

    b. Agitasi Politik

    Agitasi berasal dari bahasa Latin agitare (bergerak, menggerakkan)

    atau dalam bahasa Inggris yaitu agitation. Menurut Herbert Blumer (1996)

    agitasi adalah beroperasi untuk membangkitkan rakyat ke gerakan tertentu

    terutama gerakan politik. Dengan kata lain, agitasi adalah upaya

    menggerakkan massa dengan lisan atau tulisan, dengan cara merangsang

    dan membangkitkan emosi khalayak.

    c. Propaganda Politik

    Propaganda yang berasal dari bahasa Latin propagare (menyemai

    tunas tanaman) merupakan salah satu bentuk kegiatan komunikasi politik

    yang dilakukan secara terencana dan sistemik, untuk tujuan mempengaruhi

    seseorang atau kelompok orang, khalayak, atau komunitas yang lebih

    besar (bangsa) agar melaksanakan atau menganut ide (ideologi, gagasan,

    sampai sikap) atau kegiatan tertentu dengan kesadarannya sendiri tanpa

    merasa dipaksa/terpaksa.

  • 6

    d. Lobi politik

    Lobi politik merupakan forum pembicaraan politik yang bersifat

    dialogis. Dalam lobi politik, pengaruh pribadi seperti kom-petensi,

    penguasaan masalah, jabatan, dan kepribadian (charisma) politikus amat

    penting, karena lobi politik merupakan gelanggang terpenting pembicaraan

    para politikus atau kader partai politik tentang kekuasaan, pengaruh,

    otoritas, konflik, dan konsensus.

    e. Tindakan Politik

    Tindakan yang dapat dipandang sebagai komunikasi dalam

    paradigma pragmatis, merupakan juga sebuah bentuk seni dan teknik

    dalam berkomunikasi yang selalu digunakan dalam kegiatan politik. Lobi

    politik, retorika politik dan kampanye politik dapat juga disebut sebagai

    tindakan politik, dan merupakan salah satu bentuk komunikasi politik.

    Tidakan politik dalam peristiwa komunikasi politik bertujuan untuk

    membentuk citra (image) politik bagi khalayak (masyarakat), yaitu

    gambaran mengenai realitas politik yang memiliki makna, Robert (1977)

    menjelaskan bahwa citra menunjukkan keseluruhan informasi menurut

    teori informasi tentang dunia ini yang telah diolah, diorganisasikan dan

    disimpan oleh individu.

    f. Public Relations Politik

    Public relations adalah usaha atau kegiatan untuk mengadakan

    hubungan dengan masyarakat oleh badan/ organisasi secara sadar dan

    sistemis. Kegiatan public relations menujukkan ciri demokrasi, dengan

    faktor tekanan pada komunikasi timbal balik, dan memberi penghargaan

    kepada khalayak atau masyarakat. Khalayak tidak hanya dipandang

    sebagai objek semata melainkan juga subjek. Jadi, public relations politik

    bukan haya mempengaruhi pendapat umum, tetapi juga memupuk

    pendapat umum yang sudah terbangun, artinya memelihara tindakan-

    tindakan terhadap pendapat tersebut. Dalam komunikasi politik, usaha

    membentuk atau membina citra dan pendapat umum yang positif

  • 7

    dilakukan dengan persuasif positif, yaitu dengan metode komunikasi dua

    arah dalam arti menghargai pendapat dan keinginan khalayak.

    g. Kampanye Politik

    Kotler dan Roberto (1989) mendefinisikan kampanye sebagai

    berikut:

    “Campaign is an organized effort conducted by one group (to

    change agent) which intends to persuade others (the target

    adopters), to accept, to modify, or abandon certain ideas,

    attitudes,practices and behavior.”

    [Kampanye adalah sebuah upaya yang dikelola oleh suatu

    kelompok (agen perubahan) yang ditujukan untuk mempersuasi

    target sasaran agar bisa menerima, memodifikasi atau membuang

    ide, sikap, dan perilaku tertentu (Cangara, 2009;284)]

    Kampanye politik merupakan salah satu agenda dalam keseluruhan

    proses PEMILU, PEMILUKADA, PILPRES yang memiliki peraturan

    tersendiri yang didalamnya terdapat jadwal, tata caranya, pengawasan dan

    sanksi-sanksi jika terjadi pelanggaran (Arifin, 2011; 153).

    Selanjutnya Arifin (2011; 244) menguraikan bahwa kampanye

    politik adalah bentuk aplikasi komunikasi politik yang dilakuka oleh

    seseorang, sekelompok orang atau organisasi politik untuk membentuk

    dan membina citra dan opini publik yang positif, agar terpilih dalam suatu

    pemilihan (PEMILU, PEMILUKADA dan PILPRES). Pada umumnya

    kampanye politik diatur dengan peraturan tersendiri, baik waktu, tata

    caranya, pengawasan dan sanksi-sanksnya, jika terjadi pelanggaran oleh

    penyelenggara kampanye. Jadi, kampanye politik merupakan kegiatan

    yang bersifat formal dalam sebuha perebutan “jabatan-jabatan” tertentu

    (Arifin, 2011;154).

    Komunikasi politik harus dilakukan dengan intensif dan persuasif

    agar komunikasi dapat berhasil dan efektif. Adapun faktor yang

    mempengaruhi keberhasilan dari komunikasi politik yaitu; status

    komunikator, kredibilitas komunikator, dan daya pikat komunikator. Carl

    Hoveland, seorang ahli komunikasi mengatakan bahwa terbentuknya sikap

    suatu proses komunikasi selalu berhubungan dengan penyampaian stimuli

  • 8

    yang biasanya dalam bentuk lisan oleh komunikator kepada komunikan

    guna mengubah perilaku orang lain (Dan Nimmo, 1993; 125). Pendapat

    Hoveland ini menyangkut efek dari suatu proses komunikasi persuasif.

    Asumsi dasar dari Hoveland adalah bahwa sikap seseorang maupun

    perubahannya tergantung pada proses komunikasi yang berlangsung

    apakah komunikasi itu diperhatikan, dipahami, dan diterima dengan baik.

    2. Strategi Kampanye

    Strategi kampanye merupakan sebuah taktik yang sangat berperan dalam

    pemenangan pemilihan umum langsung. Strategi pada hakekatnya adalah

    perencanaan dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan, akan tetapi tidak

    mencapai tujuan itu strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan, hanya

    menunjukkan arah saja, melainkan harus mampu menunjukkan bagaimana

    taktik operasionalnya (Effendy, 2003; 32). Upaya memperoleh kemenangan

    yang menjadi tujuan pokok kampanye pemilihan mutlak memerlukan

    pengelolaan atau menajemen yang rapih dan didukung sumber daya yang

    memadai (Pawito, 2009; 211).

    Strategi Kampanye lebih merupakan prinsip pemikiran yang

    dikembangkan untuk mencapai tujuan-tujuan kampanye yang biasanya

    terjabar ke dalam berbagai langkah taktis berdasarkan situasi kondisi

    lapangan. Kenyataan empiris menunjukkan, partai politik atau kandidat

    (melalui tim sukses masing-masing) memiliki strategi kampanye yang

    berbeda-beda dalam upaya meraih dukungan khalayak. Begitu juga strategi

    tertentu biasanya hanya lebih cocok untuk kelompok masyarakat/pemilih

    tertentu dan tidak atau kurang cocok untuk masyarakat /pemilih yang lain

    (Pawito, 2009; 226-227).

    Ada beberapa perinsip pokok yang selayaknya memperoleh perhatian

    serius dalam pengembangan strategi kampanye yakni positioning, branding,

    segmentasi target, dan strategi media (forum-forum kampanye).

  • 9

    a. Positioning

    Partai politik kepada calon pemilih. Pada saat yang sama,

    positioning juga merupakan kalkulasi berkenaan dengan kekuatan dan

    kelemahan seseorang kandidat dibandingkan dengan kandidat lain.

    Persoalannya adalah tidak mungkin menyampaikan kelemahan sendiri

    kepada khalayak. Oleh karena itu, Positioning senantiasa merupakan

    kelebihan seorang kandidat disbandingkan dengan kandidat lain. Setelah

    positioning ditentukan, maka media massa akan segera

    memplifikasikannya kepada publik yang biasanya berupa sebagian dari

    sisi-sisi keunggulan pribadi kandidat atau partai bersangkutan. Sisi-sisi

    tersebut dipastikan dapat dijadikan daya tarik kuat untuk meyakinkan

    publik calon pemilih.

    b. Branding

    Branding dalam konteks pemasaran, termasuk pemasaran politik,

    lebih merupakan upaya strategis mengembangkan identitas untuk menarik

    konsumen atau pendukung. Wujud lebih nyata dari strategi branding

    dalam pemasaran politik adalah penampilan logo, nama, sebutan, atau

    simbol (termasuk simbol atau tanda-tanda partai politik), dan sebutan-

    sebutan pasanga kandidat yang seringkali disingkat. Merek (brand)

    memiliki karakter yang lebih kompleks dari sekedar simbol, merek yang

    lebih dari sekedar simbol, idealnya memberi janji kepada pendukung

    untuk memberikan sesuatu yang istimewa.

    c. Segmentasi target

    Kampanye atau pemasaran politik adalah persoalan meraih

    dukungan khalayak luas yang dalam bahasa bisnis adalah persoalan

    menjual. Strategi kampanye selayaknya dibuat dengan berpijak pada

    kesadaran demikian. Karena luasnya khalayak atau pasar, umumnya

    adalah calon pemilih, maka setiap kegiatan kampanye yang akan

    dilakukan harus disertai dengan keyakinan kuat tentang siapa yang dituju,

    misalnya golongan-remaja-dewasa-tua, golongan atas – menengah -

    bawah, atau kalangan eksekutif – pekerja - petani. Masing - masing dari

  • 10

    golongan ini memiliki karakter yang berbeda-beda, termasuk dalam hal

    tuntutan atau aspirasi, pengetahuan, referensi, kerangka berpikir, corak

    budaya, persepsi, pola-pola kebiasaan, dan perilaku. Tim sukses

    seharusnya mengetahui dengan tepat, bahkan bila perlu melalui penelitian,

    mengenai kebutuhan - kebutuha, harapan - harapan, kecenderungan-

    kecenderungan sikap serta pola-pola perilaku khalayak calon pemilih yang

    hendak menjadi target kampanye.

    d. Strategi Media (Forum-Forum Kampanye)

    Persoalan perencanaan media dalam kampanye dan pemasaran

    politik dalam kontens pemilihan berkenaan dengan upaya memebangun

    keyakinan-keyakinan akan model dan forum media kampanye yang harus

    dipilih. Perencanaan media dalam konteks kampanye dan pemasaran

    politik tidak sekedar persoalan memilih media atau forum kampanye.

    Yang tidak kalah penting adalah ketepatan dalam menjalin dan

    mengintegrasikan berbagai unsur, yakni media (forum, wahana, model

    kampanye), pesan-pesan kampanye (informasi, citra, janji, slogan, tema

    atau isu), penyampaian pesan (bintang iklan, atau endorser, pembicara,

    jurkam, narasumber), dan pemahaman yang memadai mengenai khalayak

    yang dituju (misal kebutuhan dan aspirasi-aspirasi, kebiasaan-kebiasaan,

    pola perilaku, dan nilai-nilai budaya).

    Media dan forum yang dimaksudkan disini adalah berbagai media,

    wahana, forum, atau model yang dapat dipilih untuk kampanye. contohnya

    untuk kategori media massa, seperti media cetak berupa surat kabar,

    majalah, leaflet, dan brosur ataupun media elektronik berupa televisi,

    radio, dan VCD. Untuk media baru bersifat interaktif, bisa digunakan

    internet dan handphone (HP). Untuk forum kampanye, rapat umum di

    stadion atau lapangan luas dan terbuka, rapat terbatas di gedung atau aula

    (dapat juga disertai dengan paket hiburan dan pidato politik), dan berbagai

    forum silaturrahmi dapat dijadikan alternatif forum. Kunjungan ke pasar-

    pasar tradisional dan aksi sosial, seperti donor darah dan pengobatan gratis

    dapat juga dijadikan sebagai media kampanye. berbagai media outdoor

  • 11

    juga dapat dipilih, misalnya spanduk, baliho, dan pamphlet yang terpasang

    di tempat-tempat strategis dan relevan dengan tetap mematuhi segi-segi

    hukum etika.

    Media massa dapat digunakan untuk kepentingan-kepentingan

    kampanye dan pemasaran politik dalam berbagai bentuk kegiatan

    termasuk misalnya, pemasangan iklan kampanye, debat publik, talkshow,

    dan penayangan bentuk acara tertentu untuk promosi. Iklan kampanye

    melalui cetak lebih sesuai untuk lebih dioptimalkan dalam penyampaian

    berbagai persoalan penting, program, posisi partai atau kandidat berkenaan

    dengan berbagai isu penting, dan jejak rekam dalam nuansa positif.

    Sedangkan iklan melalui televisi dan radio akan lebih tepat untuk

    mengedepankan penampilan dan performance partai atau pribadi kandidat

    serta rekam jejak dalam nuansa positif partai atau kandidat demi

    membangun dan menguatkan citra positif.

    Kegiatan jalan santai, sepeda santai, dan aksi-aksi sosial berupa

    donor darah dan pengobatan gratis juga merupakan alternatif kampanye.

    perlu diingat, media atau forum tertentu cocok untuk kelompok sasaran

    tertentu belum tentu cocok untuk sasaran masyarakat lain.

    Metodologi Penelitian

    Jenis penelitian yang dipakai adalah studi kasus, dimana peneliti mengulas

    tentang strategi kampanye kedua pasangan Calon Gubernur dan Calon Wakil

    Gubernur pada Pemilihan Kepala Daerah Jawa Timur 2018 di Kota Madiun

    dengan menggunakan teknik purposive sampling. Dalam purposive sampling,

    peneliti mempunyai kecenderungan untuk memilih dan menentukan sendiri

    informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalah penelitian secara

    mendalam serta dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap (Sutopo,

    2002; 56). Karakteristik informan yang diambil kaitannya dengan strategi

    kampanye Pemilihan Gubernur Jawa Timur 2018 di Kota Madiun adalah seorang

    yang dianggap mengerti segala hal berkaitan dengan proses kampanye di Kota

    Madiun dan dapat mewakili koalisi partai dari masing-masing kandidat untuk

  • 12

    menyampaikan hal tersebut. Sedangkan karakteristik informan untuk mengetahui

    efek strategi kampanye dari kedua pasangan Calon Gubernur dan Calon Wakil

    Gubernur 2018 di Kota Madiun berdasarkan pertimbangan bahwa orang tersebut

    adalah pemilih pada Pemilihan Gubernur Jawa Timur 2018 di Kota Madiun yang

    tercantum dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) Kota Madiun, latar belakang jenis

    kelamin dan pekerjaan yang berbeda. Intinya semua informan yang peneliti pilih

    dalam melakukan penelitian ini memiliki keterkaitan atau menjadi bagian dari

    proses komunikasi politik masyarakat, baik sebagai komunikator maupun

    komunikan, serta memiliki kapabilitas untuk memberikan informasi berkenaan

    dengan permasalahan penelitian. Informan dalam penelitian ini berjumlah 8 orang

    masyarakat Kota Madiun yang terdiri dari 2 (dua) orang tim sukses dari kedua

    kandidat, dan 6 (enam) masyaarakat umum yang memiliki keterlibatan dalam

    proses komunikasi politik, dan perilaku memilih yang berbeda-beda.

    Untuk teknik pengumpulan data, peneliti menggunakan metode

    wawancara mendalam sebagai data primer dan dokumentasi sebagai data

    sekunder. Sedangkan untuk teknik analisis data yang digunakan menggunakan

    teknik analisa data milik Miles dan Huberman, mulai dari reduksi data, penyajian

    data dan penarikan kesimpulan.

    Sajian dan Analisis Data

    Strategi kampanye atau pemasaran politik merupakan prinsip pemikiran

    yang dikembangkan untuk mencapai tujuan-tujuan kampanye yang biasanya

    terjabar ke dalam berbagai langkah taktis berdasarkan situasi dan kondisi

    lapangan. Kenyataan empirik menunjukkan bahwa partai politik atau para Calon

    Gubernur dan Calon Wakil Guberner (melalui tim sukses masing-masing)

    memiliki strategi kampanye yang berbeda-beda dalam upaya meraih dukungan

    khalayak. Oleh karena itu strategi kampanye merupakan langkah-langkah yang

    bersifat taktis maka menurut Pawito (2009; 226-243) ada beberapa prinsip pokok

    yang selayaknya memperoleh perhatian serius dalam pengembangan strategi

    kampanye yakni positioning, branding, segmentasi target, dan strategi media

    (forum-forum kampanye).

  • 13

    1. Strategi Kampanye Khofifah Indar Parawangsa & Emil Elestianto

    Dardak di Kota Madiun

    a. Positioning

    Pawito, dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Politik Media

    Massa dan Kampanye Pemilihan (2009; 227) mengatakan bahwa

    positioning merupakan kelebihan seorang kandidat dibandingkan dengan

    kandidat lain. Sisi-sisi keunggulan pribadi kandidat dipastikan dapat

    dijadikan daya tarik kuat untuk meyakinkan publik calon pemilih.

    Kejelasan positioning politic akan memudahkan pemiih dalam

    mengidentifikasi pasangan Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur

    satu dengan pasangan calon yang lainnya. Khofifah Indar Parawangsa dan

    Emil Elestianto Dardak menggunakan positioning yang jelas dan konkrit,

    yakni:

    Khofifah Indar Parawangsa adalah seorang yang Religius (menjabat

    sebagai Ketua Muslimat NU),

    Sekaligus juga seorang yang berpengalaman menjabat sebagai Menteri

    dua kali sebagai Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dalam

    Kabinet Persatuan Nasional dan Menteri Sosial dalam Kabinet Kerja.

    Sedangkan Emil Elestianto Dardak adalah politikus muda yang sudah

    menjadi Bupati Trenggalek

    Sekaligus sosok yang pintar karena memiliki gelar Doktor Ekonomi

    Pembangunan dari Ritsumeikan Asia Pacific University.

    b. Branding

    Branding dalam konteks pemasaran, termasuk pemasaran politik,

    lebih merupakan upaya strategis mengembangkan identitas untuk menarik

    konsumen atau pendukung. Wujud lebih nyata dari strategi branding

    dalam pemasaran branding adalah penampilan logo, sebutan atau simbol

    (termasuk simbol atau tanda-tanda partai politik), dan sebutan-sebutan

    pasangan kandidat yang seringkali disingkat (Pawito, 2009; 229). Wujud

    lebih nyata dari strategi branding pasangan Khofifah Indar Parawangsa

    dan Emil Elestianto Dardak adalah dengan Slogan utama yaitu ‘Kerja

  • 14

    Bersama untuk Jatim Sejahtera’, Slogan ‘Wis Wayahe’, Sebutan ‘Bude’,

    Slogan ‘Jilbab Putih’, Slogan ‘Guyub Rukun Mbangun Jawa Timur’ yang

    tertera pada baliho, leaflet, brosur dan lagu kampanye.

    c. Segmentasi Target

    Sifat masyarakat Jawa Timur yang multikultural memiliki sikap

    politik yang berbeda-beda pula. Keberagaman segmentasi pemilih ini

    membuat banyaknya pendapat yang berbeda dari masyarakat terhadap

    calon yang bertarung di pentas Pemilihan Kepala Daerah Jawa Timur.

    Segmentasi target sangat dibutuhkan untuk dapat mengidentifikasi

    keberagaman karakteristik tersebut. Untuk itu cara terbaik untuk

    membangun hubungan jangka panjang dengan mereka adalah dengan

    metode segmentasi politik (Firmanzah, 2008;150). Target masyarakat

    yang dituju pasangan ini salah satunya adalah Anak Muda, Masyarakat

    Mataraman, Anak-anak panti rehabilitasi sosial, Perempuan, Muslimat,

    Masyarakat Kota Madiun yang lebih luas, Untuk menjangkau masyarakat

    Kota Madiun yang lebih luas lagi Khofifah Indar Parawangsa

    mengunjungi Pasar Besar Kota Madiun. Selain dengan pembeli dan

    penjual, Khofifah Indar Parawangsa juga bertemu dengan tukang becak.

    d. Strategi Media (forump-forum kampanye)

    Perencanaan media dalam konteks kampanye dan pemasaran

    politik tidak sekedar persoalan memilih media atau forum kampanye.

    Yang tidak kalah penting adalah ketepatan dalam menjalin dan

    mengintegrasikan berbagai unsur, yakni media (forum, wahana, model

    kampanye) pesan – pesan kampanye (informasi, citra, janji, slogan, tema

    atau isu), penyampaian pesan (bintang iklan atau endorser, pembicara,

    jurkam, narasumber), dan pemahaman yang memadai mengenai khalayak

    yang dituju (misalnya kebutuhan dan aspirasi – aspirasi, kebiasaan –

    kebiasaan, pola perilaku, dan nilai – nilai budaya) (Pawito, 2009; 231).

    Strategi Media (Forum-forum kampanye): Media massa yang

    digunakan adalah media elektronik (televisi) yang menanyangkan debat

    publik, media cetak (leaflet dan brosur). Sedangkan untuk media baru

  • 15

    pasangan ini menggunakan Instagram dan Youtube. Selain itu forum yang

    digunakan contohnya Acara Rapat Koordinasi pemenangan bersama partai

    Golkar, Apel Siaga Partai Demokrat Provinsi Jawa Timur, mengunjungi

    Pasar Besar Kota Madiun dan IPWL Institusi Peduli Wajib Lapor Yayasan

    Bambu Nusantara tanggal 26 Februari 2018 dan tidak lupa juga

    menggunakan baliho yang terpasang di tempat-tempat yang telah

    diperbolehkan.

    2. Strategi Kampanye Saifullah Yusuf & Puti Guntur Soekarno di Kota

    Madiun

    a. Positioning

    Tim sukses dari para Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur

    harus mampu menempatkan produk politik dan image politik dalam benak

    masyarakat. Untuk dapat tertanam, image politik dari para kandidat harus

    memiliki sesuatu yang berbeda dibandingkan dengan produk-produk

    politik lainnya (Firmanzah. 2011; 218). Sesuatu yang berbeda perlu

    dilakukan dalam positioning politik, agar memudahkan khalayak dalam

    memebedakan kandidat satu dengan kandidat yang lainnya karena

    kejelasan positioning akan dapat digunakan sebagai sumber pembeda di

    mata pemilih yang akan membantu pemilih menentukan pilihan nantinya.

    Saifullah Yusuf dan Puti Guntur Soekarno menggunakan positioning yang

    jelas dan konkrit, yakni:

    Saifullah Yusuf adalah seorang yang Religius (menjabat sebagai salah

    satu Ketua PBNU)

    Sekaligus juga seorang birokrat yang berpengalaman (Wakil Gubernur

    Jawa Timur inkumben)

    Sedangkan Puti Guntur Soekarno memiliki pengalaman sebagai

    anggota Komisi X DPR RI

    Puti Guntur Soekarno seorang yang memiliki latar belakang

    Nasionalis (Cucu dari proklamator Soekarno).

  • 16

    b. Branding

    Brand adalah simbolisasi dan imajinasi yang diciptakan dan

    ditanamkan dalam benak konsumen. Sedangkan branding yaitu

    menanamkkan konsep brand suatu produk dalam benak setiap anggota

    masyarakat. Memfokuskan pada cara menciptakan brand dan

    menanamkannya dengan mendalam di benak khalayak. Jadi branding

    adalah semua aktivitas untuk menciptakan brand yang unggul . Bagaimana

    kita dapat mendefinisikan siapa diri kita sekaligus membedakan dengan

    yang lain (Firmanzah, 2008; 141). Wujud lebih nyata dari strategi

    branding pasangan Saifullah Yusuf dan Puti Guntur Soekarno adalah:

    Slogan ‘Coblos Kerudung Abang’, Slogan ‘Menang menang menang!!!

    Yess…’, Slogan ‘Kabeh Sedulur Kabeh Makmur’ yang tertera pada

    baliho, leaflet, brosur, yel-yel hingga lagu kampanye.

    c. Segmentasi Target

    Kampanye atau pemasaran politik adalah persoalan meraih

    dukungan khalayak luas. Strategi kampanye selayaknya dibuat dengan

    berpijak pada kesadaran demikian. Karena luasnya khalayak atau pasar ,

    umumnya adalah calon pemilih, maka setiap kegiatan kampanye yang

    akan dilakukan harus disertai dengan keyakinan kuat tentang siapa yang

    dituju. Masing-masing khalayak memiliki karakter yang berbeda-beda,

    termasuk dalam hal tuntutan atau aspirasi, pengetahuan, referensi,

    kerangka berpikir, corak budaya, persepsi, pola-pola kebiasaan, dan

    perilaku. Tim sukses seharusnya mengetahui dengan tepat mengenai

    kebutuhan-kebutuhan, harapan-harapan, kecenderungan-kecenderungan

    sikap serta pola-pola perilaku khalayak calon pemilih yang hendak

    menjadi target kampanye (Pawito, 2009; 230). Maka dari itu diperlukan

    adanya segmentasi target sehingga perolehan suara sesuai dengan target

    yang diharapkan. Target masyarakat yang dituju pasangan ini salah

    satunya adalah Masyarakat Nasionalis dan Soekarnois, Bapak-Bapak,

    Perempuan, Badan Otonom Nahdlatul Ulama (GP Ansor, Muslimat,

    Fatayat), Sentra UMKM, Masyarakan Umum Kota Madiun, Untuk

  • 17

    menjangkau masyarakat Kota Madiun yang lebih luas lagi Puti Guntur

    Soekarno pada tanggal 6 Juni 2018 menghadiri Pasar Besar Kota Madiun

    dan RSI Aisyiyah untuk mengenaklan ‘Kartu Jatim sehat’. Kampanye

    Akbar juga dilaksanakan di Kota Madiun pada tanggal 21 Juni 2018.

    d. Strategi Media (forump-forum kampanye)

    Dalam pelaksanaan kampanye diperlukan perencanaan media yang

    matang. Strategi media bukanlah persoalan memilih media untuk

    kampanye melainkan bagaimana kita menyatukan atau mengintegrasikan

    unsur media, pesan kampanye, penyampaian pesan dan pemahaman yang

    memadai mengenai publik atau khalayak yang dituju. Strategi Media yang

    dilakukan oleh tim sukses dari pasangan Saifullah Yusuf dan Puti Guntur

    Soekarno di Kota Madiun adalah: Media massa yang digunakan adalah

    media elektronik (televisi) yang menanyangkan debat publik, media cetak

    (leaflet dan brosur). Sedangkan untuk media baru pasangan ini

    menggunakan Instagram dan Youtube. Selain itu forum yang digunakan

    contohnya Acara pemantapan saksi dan guraklih di Kota Madiun, Acara

    Silahturahim relawan Nahdliyyin Kabupaten dan Kota Madiun, kunjungan

    ke Pasar Besar Kota Madiun, RSI Aisyiyah dan Sentra UMKM Madu

    Mongso. Kampanye Akbar juga dilaksanakan di Kota Madiun, tidak lupa

    pemasangan media outdoor seperti baliho di tempat-tempat yang telah

    diperbolehkan.

    Kesimpulan

    Seperti yang dikemukakan di bagian awal, penelitian ini bermaksud

    hendak mengetahui tentang strategi kampanye yang dilakukan oleh kedua pasang

    Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur menuju Pemilihan Umum Kepala

    Daerah Jawa Timur 2018. Dari serangkaian data yang diperoleh di lapangan serta

    analisis yang dilakukan, maka penelitian ini berkesimpulan bahwa:

  • 18

    1. Strategi Kampanye Khofifah Indar Parawangsa & Emil Elestianto Dardak

    di Kota Madiun

    a) Positioning: Khofifah Indar Parawangsa menggunakan positioning

    yang jelas dan konkrit, yakni bahwa yang bersangkutan adalah

    seorang yang Religius (menjabat sebagai Ketua Muslimat NU),

    sekaligus juga seorang yang berpengalaman menjabat sebagai

    Menteri dua kali sebagai Menteri Negara Pemberdayaan

    Perempuan dalam Kabinet Persatuan Nasional dan Menteri Sosial

    dalam Kabinet Kerja. Sedangkan Emil Elestianto Dardak adalah

    politikus muda yang sudah menjadi Bupati Trenggalek dan sosok

    yang pintar karena memiliki gelar Doktor Ekonomi Pembangunan

    dari Ritsumeikan Asia Pacific University.

    b) Branding: Wujud lebih nyata dari strategi branding pasangan

    Khofifah Indar Parawangsa dan Emil Elestianto Dardak adalah:

    Slogan ‘Kerja Bersama untuk Jatim Sejahtera’, Slogan ‘Wis

    Wayahe’, Sebutan ‘Bude’, Slogan ‘Jilbab Putih’, Slogan ‘Guyub

    Rukun Mbangun Jawa Timur’ yang tertera pada baliho, leaflet,

    brosur dan lagu kampanye.

    c) Segmentasi Target: target masyarakat yang dituju pasangan ini

    salah satunya adalah Anak Muda, masyarakat Mataraman,

    Perempuan, Muslimat, anak-anak Panti Rehabilitasi Sosial dan

    untuk menjangkau masyarakat Kota Madiun yang lebih luas lagi

    Khofifah Indar Parawangsa mengunjungi Pasar Besar Kota

    Madiun.

    d) Strategi Media (Forum-forum kampanye): Media massa yang

    digunakan adalah media elektronik (televisi) yang menanyangkan

    debat publik, media cetak (leaflet dan brosur). Sedangkan untuk

    media baru pasangan ini menggunakan Instagram dan Youtube.

    Selain itu forum yang digunakan contohnya Acara Rapat

    Koordinasi pemenangan bersama partai Golkar, Apel Siaga Partai

    Demokrat Provinsi Jawa Timur, mengunjungi Pasar Besar Kota

  • 19

    Madiun dan IPWL Institusi Peduli Wajib Lapor Yayasan Bambu

    Nusantara tanggal 26 Februari 2018 dan tidak lupa juga

    menggunakan baliho yang terpasang di tempat-tempat yang telah

    diperbolehkan.

    2. Strategi Kampanye Saifullah Yusuf & Puti Guntur Soekarno di Kota

    Madiun

    a) Positioning: Saifullah Yusuf menggunakan positioning yang jelas dan

    konkrit, yakni bahwa yang bersangkutan adalah seorang yang Religius

    (menjabat sebagai salah satu Ketua PBNU), sekaligus juga seorang

    birokrat yang berpengalaman (Wakil Gubernur Jawa Timur inkumben).

    Sedangkan Puti Guntur Soekarno memiliki pengalaman sebagai

    anggota Komisi X DPR RI yang memiliki latar belakang Nasionalis

    (Cucu dari proklamator Soekarno).

    b) Branding: Wujud lebih nyata dari strategi branding pasangan Saifullah

    Yusuf dan Puti Guntur Soekarno adalah dengan Slogan ‘Coblos

    Kerudung Abang’, Slogan ‘Menang menang menang!!! Yess…’,

    Slogan ‘Kabeh Sedulur Kabeh Makmur’ yang tertera pada baliho,

    leaflet, brosur, yel-yel hingga lagu kampanye

    c) Segmentasi target: Target masyarakat yang dituju pasangan ini salah

    satunya adalah Masyarakat Nasionalis dan Soekarnois, Bapak-Bapak,

    Perempuan, Badan Otonom Nahdlatul Ulama (GPAnsor, Muslimat,

    Fatayat), Sentra UMKM. Untuk menjangkau masyarakat Kota Madiun

    yang lebih luas lagi Puti Guntur Soekarno mengunjungi Pasar Besar

    Kota Madiun dan RSI Aisyiyah.

    d) Strategi media (Forum-forum kampanye): Media massa yang digunakan

    adalah media elektronik (televisi) yang menanyangkan debat publik,

    media cetak (leaflet dan brosur). Sedangkan untuk media baru pasangan

    ini menggunakan Instagram dan Youtube. Selain itu forum yang

    digunakan contohnya Acara pemantapan saksi dan guraklih di Kota

    Madiun, Acara Silahturahim relawan Nahdliyyin Kabupaten dan Kota

    Madiun, kunjungan ke Pasar Besar Kota Madiun, RSI Aisyiyah dan

  • 20

    Sentra UMKM Madu Mongso. Kampanye Akbar juga dilaksanakan di

    Kota Madiun, tidak lupa pemasangan media outdoor seperti baliho di

    tempat-tempat yang telah diperbolehkan.

    Daftar Pustaka

    Arifin, Anwar.2011. Komunikasi Politik; Filsafat Paradigma Teori Tujuan

    Strategi dan Komunikasi Politik Indonesia. Yogyakarta; Graha Ilmu.

    Cangara, Hafied. 2009. Komunikasi Politik: Konsep, Teori, dan Strategi. Jakarta;

    Rajawali Pers.

    Effendy, Onong Uchjana.2003. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung:

    PT. Remaja Rosdakarya.

    Firmanzah.2008. Mengelola Partai Politik: Komunikasi dan Positioning Ideology

    Politik di Era Demokrasi. Jakarta; Yayasan Obor Indonesia.

    ________. 2011. Mengelola Partai Politik: Komunikasi dan Positioning Ideology

    Politik di Era Demokrasi Edisi Revisi. Jakarta; Yayasan Obor Indonesia

    Graber, Doris A.1984. Media Power in Politics. Washington DC; Congressional

    Quarterly.

    Nimmo, Dan.1993. Komunikasi Politik, Komunikator, Pesan dan Media.

    Bandung; Remaja Rosdakarya Offset

    Pawito.2009. Komunikasi Politik Media Massa dan Kampanye Pemilihan.

    Yoyakarta; Jalasutra.

    Rush, Michael & Philip Althoff.1997. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta; PT

    Raja Grafindo.

    Sutopo, H.B.2002. Metodologi Penelitian Kualitatif: Dasar Teori dan

    Terapannya dalam Penelitian. Surakarta; Sebelas Maret University

    Press.