100
JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MADURA Analisis Perencanaan Dan Pengendalian Bahan Baku Pada Perusahaan Rokok Pahalaku Sampang Fena Ulfa Aulia dan Indrawati, Fakultas Ekonomi Universitas Madura Analisis Pengakuan Pendapatan Dan Beban Pada CV. Muara ’99 Pamekasan Rosy Aprieza Puspita Zandra dan Zulzilatul Karima, Fakultas Ekonomi Universitas Madura Analisis Kinerja Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Pada Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Slamet Martodirdjo Kabupaten Pamekasan Rika Syahadatina, Fakultas Ekonomi Universitas Madura Pengaruh Earning per Share, Return on Equity dan Debt to Equity Ratio Terhadap Harga Saham Siti Salama Amar dan Achmad Fauzi, Fakultas Ekonomi Univesitas Madura Dampak Sosial Ekonomi Lembaga Keuangan Mikro dalam Kelompok Pengajian di Kelurahan Kangenan Rachman Hakim, Fakultas Ekonomi Universitas Madura Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Subhan dan Fauziyah, Fakultas Ekonomi Universitas Madura Analisis Pendapatan Pajak Parkir Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Mohammad Herman Djaja, Fakultas Ekonomi Universitas Madura Makro Vol. 1 No. 17 Hlm 1-94 Pamekasan 08 Mei 2014 ISSN 1412 - 2936 ISSN 1412 - 2936

JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

  • Upload
    dodang

  • View
    248

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MADURA

Analisis Perencanaan Dan Pengendalian Bahan Baku Pada Perusahaan Rokok Pahalaku Sampang Fena Ulfa Aulia dan Indrawati, Fakultas Ekonomi Universitas Madura Analisis Pengakuan Pendapatan Dan Beban Pada CV. Muara ’99 Pamekasan Rosy Aprieza Puspita Zandra dan Zulzilatul Karima, Fakultas Ekonomi Universitas Madura Analisis Kinerja Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Pada Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Slamet Martodirdjo Kabupaten Pamekasan Rika Syahadatina, Fakultas Ekonomi Universitas Madura Pengaruh Earning per Share, Return on Equity dan Debt to Equity Ratio Terhadap Harga Saham Siti Salama Amar dan Achmad Fauzi, Fakultas Ekonomi Univesitas Madura Dampak Sosial Ekonomi Lembaga Keuangan Mikro dalam Kelompok Pengajian di Kelurahan Kangenan Rachman Hakim, Fakultas Ekonomi Universitas Madura Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Subhan dan Fauziyah, Fakultas Ekonomi Universitas Madura Analisis Pendapatan Pajak Parkir Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Mohammad Herman Djaja, Fakultas Ekonomi Universitas Madura

Makro Vol. 1 No. 17 Hlm 1-94 Pamekasan 08 Mei 2014

ISSN 1412 - 2936

ISSN 1412 - 2936

Page 2: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN

Penanggung Jawab : DEKAN Fakultas Ekonomi Universitas Madura, UNIRA Ketua Penyunting : ZEF RISAL, SE, MM Wakil Ketua Penyunting : Drs. Ec. Zainal Mahfud, MM Penyunting Pelaksana : Drs. Ec. Adriani Kusuma, MM H. M Fauzi Hosni, MM Drs. Ec. Isnain Bustaram, MM Penyunting Ahli : Drs. Ec. Noer Sudrajat, MM Ahmarul Fajar, SE, MM Pelaksana Tata Usaha : Wahdi, SH Agus Sugiantoro, SH Alamat Penyunting : Fakultas Ekonomi Universitas Madura FE (UNIRA) Jl. Raya Panglegur Telp. (0324) 322231, Fax (0324) 327418 Pamekasan – Madura

Makro adalah jurnal ilmiah yang diterbitkan dua kali dalam setahun oleh Fakultas Ekonomi Universitas Madura. Jurnal ini merupakan media untuk mensosialisasikan ide atau gagasan dari sejumlah studi pustaka dan riset empiris yang mengkaji masalah manajemen, kewirausahaan, akuntansi dan bidang ekonomi lainnya. Secara terbuka jurnal ini menerima kontribusi artikel dari manapun yang sesuai dengan ilmu manajemen, kewirausahaan, akuntansi atau bidang ekonomi secara umum. Artikel yang dapat diterbitkan dalam jurnal ini meliputi : Artikel konseptual : artikel hasil

pemikiran Artikel hasil penelitian Artikel ulasan atas artikel lain Artikel terjemah Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

Current Issue

Page 3: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

KEBIJAKAN EDITORIAL JURNAL MAKRO

Makro merupakan jurnal yang diterbitkan secara berkala setiap bulan Mei dan November atau sebanyak dua kali dalam setahun. Tujuannya untuk menyebarluaskan hasil penelitian khususnya di bidang manajemen, kewirausahaan, akuntansi dan bidang ekonomi lainnya. Makro sudah tercatat sebagai jurnal yang terdaftar (ISSN 1412–2936). Untuk penyerahan artikel bisa dikirim ke email [email protected] atau diserahkan langsung ke alamat penyunting. Artikel yang masuk akan diseleksi dan hasil seleksi akan diinformasikan ke setiap penulis. Selanjutnya, artikel yang sudah terseleksi akan dipublikasikan dalam jurnal makro. PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL 1. Sistimatika Penulisan

a. Judul Judul ditulis secara singkat, maksimum 12 kata dalam Bahasa Indonesia, ditulis dengan huruf kapital, jenis huruf arial ukuran 12, rata tengah tanpa diakhiri dengan tanda titik.

b. Nama Penulis dan Institusi Nama penulis diketik tanpa gelar akademik. Penulis utama ada di baris atas, kemudian setelahnya penulis pendukung (jika artikel ditulis oleh tim). Nama institusi ditulis setelah nama penulis.

c. Abstrak Abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia dengan kisaran jumlah kata antara 150-200, berisi penjelasan ringkas mengenai masalah penelitian, tujuan, metode, hasil dan kesimpulan.

d. Pendahuluan Uraian mengenai latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan penelitian.

e. Kajian Pustaka Berisi uraian tentang teori-teori pendukung dan penelitian terdahulu yang menjadi landasan pengembangan kerangka pikir atau model penelitian.

f. Metode Penelitian

Menguraikan tentang jenis penelitian, objek penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

g. Analisis dan Pembahasan Berisi uraian tentang analisis hasil penelitian dan pembahasan lebih lanjut dari hasil penelitian tersebut.

h. Kesimpulan dan Saran Berisi tentang kesimpulan hasil penelitian dan saran dari penulis.

i. Daftar Pustaka Berisi sumber bacaan yang digunakan untuk mendukung penulisan artikel.

2. Format Penulisan a. Artikel diketik dengan huruf arial

ukuran 11 dengan jarak baris satu spasi pada kertas A4.

b. Marjin kertas; 3 cm untuk sisi kiri, dan masing-masing 2,5 cm di sisi kanan, atas dan bawah.

c. Panjang artikel secara keseluruhan berkisar antara 6-25 halaman.

3. Tabel dan Gambar Tabel diberi nomor urut dan judul diletakkan di atas tabel. Sedangkan untuk gambar, nomor urut dan judul diletakkan di bawah gambar, disertai sumber kutipan yang diketik dengan menggunakan tipe huruf arial ukuran 10 dan dicetak tebal.

4. Kutipan a. Sumber kutipan dalam teks dikutip di

antara kurung buka dan kurung tutup yang menyebutkan nama belakang (akhir) penulis, tahun, dan nomor halaman. Contoh: 1) Satu sumber kutipan dengan satu

penulis: (Ayu, 2007), jika disertai dengan halaman: (Ayu, 2009: 96).

2) Satu sumber kutipan dengan dua penulis: (Diah dan Ayu, 2009: 96)

3) Satu sumber kutipan lebih dari dua penulis: (Ayu et al., 2004)

b. Jika penulis lebih dari dua orang, hanya nama penulis pertama yang disebutkan pada teks. Contoh: Ayu et al. (2010: 19).

c. Sumber kutipan tidak menyebut nama penulis, tetapi menyebut suatu lembaga atau badan tertentu. Contoh: Bank Indonesia (2013).

Page 4: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

5. Daftar Pustaka

Setiap artikel harus memuat daftar pustaka (hanya yang menjadi sumber kutipan) yang disusun berurutan berdasarkan huruf pertama dari nama belakang penulis atau nama institusi. Berikut ini tata cara penulisannya: a. Buku

Nama belakang, inisial nama depan (jika ada), tahun penerbitan, judul buku (cetak miring), nama penerbit, kota tempat buku diterbitkan. Contoh: 1) Satu penulis:

Kasmir. 2002. Dasar-dasar Perbankan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

2) Dua penulis: Yamin, S. dan H. Kurniawan. 2009. SPSS Complete Teknik Analisis Statistik Terlengkap dengan Software SPSS. Salemba Infotek. Jakarta.

b. Jurnal Nama belakang, inisial nama depan (jika ada), tahun penerbitan, judul artikel, nama jurnal (cetak miring), volume jurnal, halaman artikel dalam jurnal. Contoh: 1) Satu penulis:

Ayu, D. 2006. An Optimizing IS-LM Specification for Monetary Policy and Business Cycle Analysis. Journal of Money, Credit, and Banking: 296–316.

2) Dua penulis: Neuenkirch, M. and P. Tillmann. 2012. Inflation Targeting, Credibility, and Non-Linear Taylor Rules. Joint Discussion Paper Series in Economics 35: 1-15.

3) Lebih dari dua penulis: Harmanta, M. B. Bathaludin, dan J. Waluyo. 2011. Inflation Targeting Under Imperfect Credibility: Lessons from Indonesian Experience. Bulletin of Monetary, Economics and Banking: 271-306.

c. Prosiding Nama belakang, inisial nama depan (jika ada), tahun penerbitan, nama prosiding (cetak miring), penerbit (cetak miring), halaman. Contoh: Ayu, D. 2004. Learning About Belief About Inflation Target and Stabilisation

Policy. Prosiding Simposium II Jakarta: 1-27.

d. Skripsi/Tesis/Disertasi Nama belakang, inisial nama depan (jika ada), tahun, judul skripsi/tesis/disertasi, skripsi/tesis/disertasi (cetak miring, pilih salah satu), nama penerbit, kota penerbit. Contoh: Alamsyah, Halim. 2008. Persistensi Inflasi dan Dampaknya Terhadap Pilihan dan Respon Kebijakan Moneter di Indonesia. Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Indonesia. Depok.

e. Internet Nama belakang, inisial nama depan (jika ada), tahun, judul, alamat web (cetak miring), tanggal akses. Contoh: Andi, R. 2008. BPR Tak Sekedar Sehat dan Berkelanjutan. http://www.AdInfoOnline.com. Diakses tanggal 30 Oktober 2010.

Page 5: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

MAKRO

JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN

ISSN 1412-2936

Vol 1 No 17, 8 Mei 2014

DAFTAR ISI Fena Ulfa Aulia dan Indrawati Analisis Perencanaan Dan Pengendalian Bahan Baku Pada Perusahaan Rokok Pahalaku Sampang ...................................................... 1 - 16 Rosy Aprieza Puspita Zandra dan Zulzilatul Karima Analisis Pengakuan Pendapatan Dan Beban Pada CV. Muara ’99 Pamekasan ................................................................................... ............................................................................................................................ 17 - 35 Rika Syahadatina Analisis Kinerja Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Pada Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Slamet Martodirdjo Kabupaten Pamekasan ..................... ............................................................................................................................ 36 - 50

Siti Salama Amar dan Achmad Fauzi Pengaruh Earning per Share, Return on Equity dan Debt to Equity Ratio Terhadap Harga Saham ............................................................................ ............................................................................................................................ 51 - 68 Rachman Hakim Dampak Sosial Ekonomi Lembaga Keuangan Mikro dalam Kelompok Pengajian di Kelurahan Kangenan ................................................................ ............................................................................................................................ 69 - 76 Subhan dan Fauziyah Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI .................................... ............................................................................................................................ 77 - 89 Mohammad Herman Djaja Analisis Pendapatan Pajak Parkir Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah ................................................................................................ ............................................................................................................................ 90 - 95

Page 6: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 1

Analisis Perencanaan Dan Pengendalian Bahan Baku Pada Perusahaan Rokok PAHALAKU Sampang

Fena Ulfa Aulia Indrawati

Universitas Madura

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan pada Perusahaan Rokok Pahalaku Sampang yang dibatasi pada bahan baku cengkeh, dengan menggunakan data Persediaan Bahan Baku dan data pembelian bahan baku) Periode 2009 sampai dengan periode 2011 dan yang mengacu pada data tahun 2011. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Analisis Perencanaan Dan Pengendalian Bahan Baku yang ada di perusahaan rokok pahalaku sampang dapat disimpulkan Dengan menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ) diketahui bahwa pembelian bahan baku yang paling ekonomis adalah 1.806 kg cengkeh per tahun dan dalam satu tahun perusahaan melakukan 6 kali pesan dan 152 kg merupakan kuantitas pembelian bahan baku cengkeh yang paling optimum dan persediaan minimum yaitu sebesar 76 kg per tahun, sebelum mencapai persediaan minimum perusahaan sudah melakukan pemesanan supaya perusahaan tidak kekurangan bahan baku sedangkan persediaan maksimum perusahaan sebesar 1.882 kg, dalam hal ini jangan sampai melampaui supaya persediaan yang ada di gudang tidak berlebihan sehingga terjadi over stock. Setelah dilakukan perencanaan dan pengendalian telah diketahui bahwa biaya yang akan dikeluarkan perusahaan sebesar Rp 2.704.500 selama ini perusahaan rokok pahalaku sampang hanya berpatok pada hasil penjualan tahun-tahun sebelumnya, dan belum menggunakan alat analisis khusus. Kata kunci: Analisis, Perencanaan, Pengendalian, Economic Order Quantity (EOQ)

PENDAHULUAN

Istilah globalisasi sudah merebak keseluruh dunia pada saat ini. Globalisasi sendiri menyebabkan perdagangan semakin bebas dan persaingan antara perusahaan lain semakin ketat untuk merebut pangsa pasar. Persaingan yang semakin ketat antar perusahaan mendorong untuk setiap perusahaan menetapkan pengendalian terhadap persediaan bahan baku secara tepat sehingga Perusahaan dapat tetap eksis untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

Krisis moneter yang masih melanda Indonesia saat ini sangat berpengaruh terhadap perekonomian negara. Pengaruh yang besar juga dirasakan oleh beberapa perusahaan, yang mengakibatkan perusahaan-perusahaan harus dapat mempertahankan usahanya. Hal ini tentunya diikuti oleh pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki perusahaan secara efektif dan efisien. Dampak krisis ekonomi juga

berpengaruh terhadap naiknya harga bahan baku untuk proses produksi, sehingga perusahaan berupaya keras agar tetap dapat berproduksi meskipun harga bahan baku naik. Kelangsungan proses produksi ini adalah untuk mempertahankan kelangsungan usaha perusahaan itu sendiri. Untuk mempertahankan kelangsungan usaha tidaklah mudah apalagi dalam keadaan perekonomian saat ini, diperlukan usaha yang keras untuk mencapai hasil yang maksimal. Pihak manajemen sangat diperlukan kemampuannya untuk menyusun suatu rencana yang matang. Perencanaan dan pengendalian akan membantu untuk mengoptimalkan faktor produksi yang ada. Hal ini membutuhkan berbagai kebijaksanaan dan strategi yang tepat sehingga dapat mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan. Dengan pengelolaan faktor produksi yang efektif dan efesien akan bermanfaat dalam pencapaian tujuan

Page 7: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 2

awal perusahaan yaitu tercapainya target laba.

Perusahaan Rokok Pahalaku adalah salah satu jenis perusahaan yang mengolah bahan baku menjadi bahan jadi. Permasalahan yang biasanya timbul dalam perusahaan pabrikasi adalah bahan baku. Ketiadaan bahan baku dalam suatu perusahaan akan mengakibatkan terhentinya proses produksi pada perusahaan yang bersangkutan. Namun demikian, adanya persediaan yang terlalu banyak bukan berarti akan menguntungkan perusahaan yang bersangkutan karena hal tersebut berarti membutuhkan dana yang besar pula, sehingga biaya-biaya produksi yang harus ditanggung oleh perusahaan akan semakin membengkak. Oleh karena itu, sehubungan dengan persediaan bahan baku ini, perusahaan rokok pahalaku seharusnya dapat menentukan suatu jumlah persediaan yang tepat agar di samping dapat menghindari terjadinya gangguan dalam proses produksi, juga dapat melakukan penghematan dalam penyediaan bahan baku yang dipergunakan dalam perusahaan. Perusahaan Pahalaku menghasilkan rokok sebagai hasil produksinya, yang bahan bakunya adalah tembakau dan cengkeh. Perusahaan Pahalaku merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang industri rokok. Maka dari itu dalam usahanya tidak mengejar keuntungan perusahaan semata, tetapi juga bertujuan untuk ikut serta dalam pembangunan terutama disektor pertanian dimana penduduk sampang sebagian besar hidupnya adalah bertani. Sehingga diharapkan dengan adanya perusahaan pahalaku tersebut maka pendapatan hasil pertanian dapat meningkat yang selanjutnya kesejahteraan para petani meningkat. Suatu manajemen yang baik harus mempunyai suatu pengendalian yang memadai dan efektif, dapat mengestimasi aktivitas-aktivitas dalam perusahaan berjalan sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya. Untuk itu diperlukan perencanaan yang baik, serta suatu pengendalian yang standar yang dapat

dijadikan ukuran pelaksanaan dari rencana yang dilakukan. Tujuan perencanaan dan pengendalian bahan baku sangat penting untuk berusaha menyediakan bahan baku yang diperlukan agar proses produksi dapat berjalan dengan lancar tidak terjadi kekurangan persediaan bahan baku, maupun kelebihan persediaan bahan baku yang dapat meningkatkan biaya penyimpanan, kerusakan, dan kehilangan bahan baku, tetapi untuk diperolehnya biaya persediaan seminimal mungkin. Untuk itu Perusahaan Pahalaku yang bergerak dalam bidang produksi rokok perlu dilaksanakan perencanaan dan pengendalian bahan bakunya agar pelaksanaan proses produksi dapat berjalan lancar.

Bahan baku yang dibutuhkan hendaknya cukup tersedia sehingga dapat menjamin kelancaran produksi. Jumlah persediaan itu hendaklah jangan terlalu besar sehingga modal yang tertanam dalam persediaan dan biaya-biaya yang ditimbulkannya dengan adanya persediaan juga tidak terlalu besar. Penting bagi setiap jenis perusahaan mengadakan pengawasan atau pengendalian atas persediaan, karena kegiatan ini dapat membantu agar tercapainya suatu tingkat efisiensi penggunaan dalam persediaan. Perlu ditegaskan bahwa hal ini tidak akan dapat melenyapkan sama sekali resiko yang timbul akibat adanya persediaan yang terlalu besar atau terlalu kecil, melainkan hanya mengurangi resiko tersebut. Hal ini pengawasan atau pengendalian persediaan dapat membantu mengurangi resiko sekecil mungkin.

Pengendalian persediaan merupakan masalah yang sangat penting, karena jumlah persediaan akan menentukan atau mempengaruhi kelancaran proses produksi serta keefektifan dan efisiensi perusahaan tersebut. Jumlah atau tingkat persediaan bahan baku yang dibutuhkan oleh usaha berbeda-beda untuk setiap perusahaan tergantung dari volume produksinya, jenis prosesnya.

Pada dasarnya semua perusahaan mengadakan perencanaan dan pengendalian bahan baku dengan tujuan menekan ( meminimumkan ) biaya dan

Page 8: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 3

untuk memaksimumkan laba dalam waktu tertentu. Dalam perencanaan dan pengendalian bahan baku yang terjadi masalah utama adalah menyelenggarakan persediaan bahan baku yang paling tepat agar kegiatan produksi tidak terganggu dan dana yang ditanam dalam persediaan bahan baku tidak berlebihan.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti melakukan penelitian dengan judul Analisis Perencanaan Dan Pengendalian Bahan Baku Pada Perusahaan Rokok Pahalaku Sampang.

KAJIAN PUSTAKA Pengertian Analisis

Analisis menurut kamus besar Bahasa Indonesia oleh Prastowo dan Julianty (2005:52) adalah analisis merupakan penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan. Sedangkan menurut Harahap (2004:207) Analisis adalah memecahkan atau menguraikan sesuatu unit menjadi berbagai unit kecil.

Dari pendapat-pendapat diatas maka penulis bisa menyimpulkan bahwa analisis adalah merupakan penguraian suatu pokok masalah atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian dari permasalahan yang ada untuk ditelaah menjadi bagian-bagian yang fokus pada pokok permasalahan, atau dengan kata lain analisis merupakan pemecahan permasalahan yang besar meenjadi permasalahan yang kecil.

Pengertian Perencanaan

Salah satu dari fungsi manajemen adalah perencanaan (planning). Sebagaimana di ketahui sebelum suatu perusahaan melaksanakan kegiatan proses produksi dalam perusahaan tersebut, maka pimpinan perusahaan yang bersangkutan akan mengadakan penyusunan perencanaan produksi yang akan di pergunakan sebagai pedoman pelakasanaan proses produksi dalam perusahaan yang bersangkutan. Menurut Matz dan Usry (1992:04) bahwa perencanaan dapat di artikan sebagai “Proses atas kesempatan dan ancaman

dari luar, penetapan tujuan yang diinginkan, dan pemanfaatan sumber-sumber daya guna mencapai tujuan, kebijakan utamanya, penentuan waktu dalam tahapan besar dan faktor-faktor lain yang ada kaitannya dengan rencana jangka panjang. Dalam hal ini di pilih cara yang paling tepat dari beberapa alternatif.”

Handoko (2000:40) mengemukakan bahwa “Perencanaan adalah proses penyusunan tujuan-tujuan prusahaan dan pemilihan tindakan-tindakan yang akan di lakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.”

Perencanaan meliputi penetapan tujuan-tujuan perusahaan, penyusunan dasar-dasar pemikiran, pemilihan tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan, menciptakan kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk menterjemahkan rencana menjadi tindakan-tindakan dan merencanakan kembali untuk mengoreksi.

Sedangkan menurut Indrajit (2003:08) ada dua jenis utama dalam perencanaan manajemen, yaitu: 1. Perencanaan strategis (Strategic Plan)

Adalah perencanaan jangka panjang yang di susun oleh seorang Top Manajemen.

2. Perencanaan Taktis (Tactical/Operational plan)

Adalah perencanaan jangka pendek yang di susun berdasarkan partisipasi semua tindakan manajemen.

Menurut Kusuma (2004:51) ada dua unsur utama penyusunan perencanaan produksi, yaitu: 1. Peramalan produksi (Production

forecasting) Adalah merupakan peralaman tentang produk apa dan berupa yang segera diproduksikan oleh perusahaan yang bersangkutan. Dari peramalan produksi yang disusun dalam perusahaan ini akan dapat memberikan data produk apa saja yang akan diproduksikan, sekaligus memberikan data tentang jumlah unit yang diproduksi pada periode yang akan dating.

2. Perkiraan produksi ( Produktion estimating) Adalah merupakan perkiraan tentang komponen yang dipergunakan dalam pelaksanaan proses produksi , yaitu mengenai jumlah dan jenis bahan baku

Page 9: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 4

yang diperlukan, jumlah dan jenis tenaga kerja yang dibutuhkan, lama penggunaan jam mesin, serta apa saja yang akan dipergunakan untuk pelaksanaan proses produksi.

Pengertian Pengendalian Pengendalian merupakan aktivitas

yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengetahui sejauh mana aktivitas operasional perusahaan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan semula. Jika terdapat penyimpangan-penyimpangan yang mungkin timbul serta menyimpang dari perencanaan, maka fungsi pengendalian membantu untuk mengatasi penyimpangan yang terjadi.

Pengendalian adalah untuk menjamin terciptanya kinerja yang efisien, memungkinkan tercapainnya tujuan tersebut. Kegiatan tersebut mencakup penetapan tujuan dan standar, membandingkan kinerja yang diukur dengan tujuan dan standar yang telah ditetapkan, menekankan pencapaian sukses dan upaya untuk memperbaiki kesalahan. Sedangkan Nafarin (2000:43) menambahkan bahwa pengendalian (controlling) adalah proses untuk menjamin bahwa pelaksanaan kerja yang efisien akan dapat mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan. Menurut Mulyono (2000:05) pengendalian merupakan usaha sistematis perusahaan untuk mencapai tujuan dengan cara membandingkan prestasi kerja dengan rencana.

Pengendalian merupakan suatu aktivitas atau tindakan yang diperlukan dalam perusahaan, mempunyai tujuan untuk menjamin dan mengarahkan agar pelaksanaan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana awal.

Sedangkan Rangkuti (2004:150-151) menyebutkan tujuan pengendalian, yaitu: 1. Untuk mengetahui apakah sesuatu

berjalan sesuai dengan rencana yang ditetapkan.

2. Untuk mengetahui apakah segala sesuatu dilaksanakan sesuai dengan instruksi serta asas-asas yang telah ditetapkan.

3. Untuk mengetahui kesulitan, kelemahan, serta kekurangan yang mungkin timbul dalam palaksanaan pekerjaan.

4. Untuk mengetahui segala sesuatu apakah berjalan secara efisien.

5. Untuk mengetahui jalan keluar bila ternyata dijumpai kesulitan, kelemahan, atau kegagalan kearah perbaikan.

Pengendalian merupakan salah satu kegiatan perusahaan yang dilakukan untuk mengetahui dan mendapat informasi untuk menilai aktivitas. Pengendalian dapat digunakan sebagai alat untuk menemukan, mengoreksi adanya penyimpangan-penyimpangan dari hasil yang telah dicapai dibandingkan dengan rencana yang telah ditetapkan. Hendaknya setiap tahap kegiatan perlu dilakukan pengendalian, sebab bila terjadi penyimpangan akan lebih cepat diadakan tindakan koreksi.

Pengertian Persediaan Bahan Baku

Persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan/proses produksi, ataupun persediaan bahan baku yang masih menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi (Rangkuti, 2004 dalam Ruaum 2011:1).

Setiap perusahaan yang menyelenggarakan kegiatan produksi akan memerlukan bahan baku. Dengan Tersedianya bahan baku maka diharapkan perusahaan industri dapat melakukan proses produksi sesuai kebutuhan atau permintaan konsumen. Selain itu dengan adanya bahan baku yang cukup tersedia di gudang juga diharapkan dapat memperlancar kegiatan produksi/ pelayanan kepada konsumen perusahaan dari dapat menghindari terjadinya kekurangan bahan baku. Keterlambatan jadwal pemenuhan produk yang dipesan kosumen dapat merugikan perusahaan.

Menurut Mulyono (2000: 118) Bahan baku adalah bahan yang membentuk bagian integral produk jadi. Bahan baku yang diolah dalam perusahaan manufaktur dapat diperoleh dari pembelian lokal, pembelian import atau dari pengolahan sendiri. Adapun jenis-jenis bahan baku menurut Riyanto (2001:185) terdiri dari: 1. Bahan baku langsung (direct material)

Page 10: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 5

Bahan baku langsung adalah semua bahan yang merupakan bagian dari pada Bahan yang dihasilkan. Biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan mentah langsung ini mempunyai hubungan yang erat dan sebanding dengan jumlah Bahan jadi yang dihasilkan.

2. Bahan baku tak langsung (indirect material) Bahan baku tak lngsung adalah bahan baku yang ikut berperanan dalam proses produksi, tetapi tidak secara langsung tampak pada Bahan jadi yang dihasilkan.

Pentingnya Perencanaan dan Pengendalian Bahan Baku

Proses Perencanaan merupakan unsur paling penting dalam sistem secara keseluruhan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Menurut Kusuma (2004:1) tujuan dari perencanaan dan pengendalian merencanakan dan mengendalikan aliran material kedalam dan keluar pabrik sehingga posisi keuntungan optimal. Peranan perencanaan sangat besar dengan adanya perencanaan semua kegiatan perusahaan dapat terkoordinasi dan memungkinkan perusahaan untuk menarik tenaga kerja, peralatan dan dana yang paling efektif dan efisien yang semuanya telah diperhitungkan dari awal.

Pengendalian mempunyai arti penting karna bisa membantu perusahaan untuk mengetahui masalah yang ada dalam perusahaan sebelum menjadi luas dan rumit. Dengan adanya pengendalian maka penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dapat ditekan seminimal mungkin terhadap bahan baku, sehingga seawal mungkin dapat diambil tindakan yang dibutuhkan untuk memperbaiki situasi.

Adanya pengendalian maka pelaksanaan kegiatan perusahaan yang sesuai dengan perencanaan serta untuk mencapai tujuan dapat lebih terjamin pentingnya perencanaan dan pengendalian persedianna bahan baku, diharapkan dapat: 1. Menjaga jangan sampai terjadi

kehabisan persediaan bahan baku yang bisa mengakibatkan bertambahnya biaya kekurangan bahan (stock out cost).

2. Menjaga agar tidak terjadi kelebihan bahan yang dapat mennimbulkan bertambahnya biaya penyimpanan (carriying cost).

3. Menjaga agar tidak sampai terjadi pembelian dalam jumlah terlalu kecil yang nantinya bisa berakibat bertambahnya besarnya biaya pemesanan (ordering cost).

Beberapa pemikiran diatas dapat dipakai sebagai dasar dalam permasalahan persediaan bahan baku dan perlu juga diperhatikan karena baik kekurangan maupun pemilihan Bahan atau bahan dapat menimbulkan biaya persediaan (inventory cost). Perencanaan dan Pengendalian Pemakaian Bahan Baku

Menurut Handoko (2000:100) Bahwa untuk menjamin ketersediaan bahan baku dalam kuantitas yang tepat, dan untuk merencanakan biayanya, maka rencana tersebut harus mencakup beberapa anggaran, yaitu: 1. Anggaran-anggaran terperinci yang menunjukkan kuantitas dan biaya bahan baku yang dibutuhkan. 2. Anggaran yang berkaitan dengan

pembelian-pembelian bahan baku. Jadi perencanaan bahan baku biasanya membutuhkan empat macam sub-anggaran, antara lain: a. Anggaran kebutuhan bahan baku Anngaran ini di susun sebagai

perencanaan jumlah bahan baku yang dibutuhkan untuk keperluan produksi pada periode yang akan datang. Kebutuhan bahan aku ini di perinci menurut jenis, menurut macam-macam Bahan jadi yang akan di hasilkan, serta menurut bagian-bagian dalam pabrik yang menggunakan bahan baku tersebut.

b. Anggaran pembelian bahan baku Anggaran ini disusun sebagai perencanaan jumlah bahan bau yang harus di beli pada periode yang akan datang. Bahan baku yang di beli di perhitungkan dengan mempertimbangkan faktor-faktor persediaan dan kebutuhan bahan baku.

c. Anggaran persediaan bahan baku

Page 11: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 6

Anggaran ini merupakan suatu perencanaan yang terperinci atas kuantitas bahan baku yang di simpan sebagai persediaan, sehingga jumlah pembelian dapat di rencanakan dengan mempertimbangkan persedian awal dan persedian akhir. d. Anggaran biaya biaya bahan baku Anggaran ini merinci jumlah pemakaian bahan baku yang di gunakan dalam proses produksi dan di nyatakan dalam satuan uang. Metode Pengendalian Bahan Baku - Metode Pengendalian Bahan Baku

Dengan Model EOQ (Economic Order Quantity)

Menurut Nafarin (2000:57) Economic order quantity atau kuantitas pesanan ekonomi adalah kuantitas barang yang dapat diperoleh dengan biaya yang minimal atau yang sering dikatakan sebagai jumlah pembelian yang optimal. Handoko (2000:339) mengemukakan bahwa model EOQ digunakan untuk menentukan kuantitas pesanan persediaan yang meminimalkan biaya langsung penyimpanan persediaan dan biaya kebalikannya (invers cost) pemesanan persediaan.

Kebanyakan pendapat menyatakan bahwa metode EOQ sangat mudah untuk

di terapkan apabila asumsi-asumsi dasar dalam model EOQ telah dipenuhi. yamit (1999: 294) mengemukakan bahwa paling sedikit ada 5 asumsi yang harus di pengaruhi dalam penerapan konsep EOQ, yaitu:

1. Permintaan dapat ditentukan secara pasti dan konstan

2. Item yang dipesan independent dengan item lain

3. Pesanan diterima dengan segera dan pasti

4. Tidak terjadi stok-out (biaya kekurangan persediaan)

5. Harga item konstan Tujuan penggunaan model EOQ

menurut Handoko (2000:339) adalah untuk menghitung kuantitas pemesaan yang dapat di minimalisasi total cost stock serta untuk menjawab pertanyaan mengenai (beberapa yang akan di produksi berjalan), serta untuk mengetahui kapan pesenan harus dilakukan (set up production), yang kesemuanya itu merupakan bagian penting dari kebijakan dan menejemen persediaan.

Menurut Indrayati (2007:148) Perhitungan Economic Order Quantity (EOQ) dapat di formulasikan sebagai berikut:

PxI

xRxSEOQ

2

Keterangan: R= Kuantitas yang diperlukan selama periode tertentu S= Biaya pesanan setiap kali (procurement cost) P= Harga bahan baku per unit I= Biaya penyimpanan atau carrying cost sebagai persentase pertahun dari harga Beli

- Re-Order Point

Menurut pendapat Indrayati (2007:324) titik pemesanan ulang adalah tingkat persedian dimana harus dilakukan pemesanan kembali. Model persediaan sederhana mengasumsikan bahwa suatu perusahaan akan menunggu sampai tingkat persediaannya mencapai nol sebelum perusahaan melakukan

pemesanan kembali dan dengan seketika pesanan akan diterima.

Rumus Re-Orderpoint yaitu

ROP = d x L

Keterangan rumus:

ROP = Re-order Point

d = Permintaan pertahun

Page 12: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 7

L = Leadtime untuk pemesanan baru dalam tahun

METODE PENELITIAN - Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang di gunakan adalah jenis penelitian deskriptif (deskriptive reseach). Menurut Arikunto (2010:53) penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejernih mungkin tanpa ada perlakuan terhadap obyek yang di teliti.

- Jenis Data dan Sumber Data

Jenis data menurut Arikunto (2010:12) dapat dibedakan menjadi dua yaitu data kualitatif dan kuantitatif. Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah jenis data kuantitatif merupakan jenis data yang berbentuk angka-angka.

Adapun sumber data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Menurut Sugiyono (2010:69) data sekunder merupakan data primer yang telah di olah lebih lanjut dan di sajikan baik oleh pihak pengumpul data primer maupun oleh pihak lain misalnya dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-diagram.

Dalam hal ini data yang di peroleh meliputi arsip-arsip perusahaan, data tentang gambaran umum perusahaan, struktur organisasi, data produksi,data persediaan, jumlah tenaga kerja, jam kerja, serta yang di peroleh dari literatur lain.

- Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi. Dokumentasi yaitu merupakan Teknik pengumpulan data dengan mempelajari, mengklasifikasi data perusahaan dengan menggunakan data sekunder yang ada di perusahaan berupa laporan-laporan dan catatan-catatan yang yang berhubungan dengan penelitian.

- Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjelasan dari istilah-istilah yang ada dalam judul penelitian, untuk menghindari

timbulnya perbedaan dalam menafsirkan hasil penelitian. Istilah yang perlu diberi penegasan adalah istilah-istilah yang berhubungan dengan konsep-konsep yang terdapat pada suatu penelitian: 1. Analisis

Analisis yaitu pemeriksaan dan penaksiran mengenai hakekat dan makna sesuatu, misalnya data riset, dalam penelitian ini yang dimaksud dengan analisis yaitu suatu penyelidikan tentang keadaan persediaan bahan baku perusahaan rokok pahalaku Sampang

2. Perencanaan Proses penyusunan tujuan-tujuan perusahaan dan pemilihan tindakan-tindakan yang akan di lakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berusaha merencanakan bahan baku seefisien mungkin agar tidak terjadi kekurangan maupun kelebihan bahan baku yang dapat meningkatkan biaya biaya penyimpanan.

3 . Pengendalian Dengan adanya pengendalian maka penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dapat ditekan seminimal mungkin terhadap bahan baku sehingga seawal nungkin dapat diambil tindakan yang dibutuhkan untuk memperbaiki situasi.

4 Bahan Baku Bahan baku yang menjadi bagian produk jadi dan dapat diidentifikasikan ke produk jadi. Bahan baku yang sedang diteliti adalah cengkeh.

- Teknik Analisis Data Pengolahan atau analisis data yang

di gunakan adalah metode Analisis Kuantitatif, yaitu analisis yang menyajikan suatu data yang berbentuk angka-angka dan melakukan perhitungan-perhitungan dengan menggunakan berbagai rumus (Indrayati, 2007:10). Teknik yang digunakan untuk menganalisa data adalah:

1. Economic Order Quantity (EOQ) Untuk menghitung Economic Order Quantity (EOQ) dapat dilakukan dengan rumus:

Page 13: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 8

PxI

xRxSEOQ

2

Keterangan rumus: EOQ =Economic Order Quantity, kuantitas pembelian paling ekonomis, dinyatakan dalam

kilogram (kg) R = Jumlah Pembelian bahan baku pada satu tahun S = Biaya pesanan setiap kali pesan (procurement cost) P = Harga bahan baku per unit I = Biaya penyimpanan atau carrying cost sebagai persentase pertahun dari harga beli 2. Menentukan Persediaan Minimum (Safety Stock)

Safety Stock ( SS ) = Lead Time x kebutuhan / hari

3. Menentukan Persediaan maksimal (Maksimal Stock)

Maksimal Stock ( MS ) = Safety Stock + EOQ

4. Re-oder Point (ROP) Untuk menghitung Re-oder Point dapat dilakukan dengan rumus:

ROP = Safety Stock + ( Lead time x kebutuhan / hari)

5. Menentukan Total Cost

TC = Cr + Cc Sedangkan Cr = R : Q x S Cc = Q : 2 x Px i Keterangan: TC = Total biaya ( rupiah/tahun ) Cr = Biaya pemesanan

(rupiah/tahun) R = Jumlah kebutuhan barang

(unit/tahun) Q = Jumlah pemesanan

(unit/pesanan) S = Biaya pesan (rupiah/pesanan)

P = Harga per unit bahan baku i = Biaya penyimpanan dari

prosentase nilai rata-rata persediaan.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN Deskripsi Hasil Penelitian

Proses penelitian ini dilakukan dengan melakukan penggumpulan data-data berupa data-data pembelian bahan baku, data persediaan bahan baku, data kebutuhan bahan baku yang ada di perusahaan Rokok Pahalaku Sampang. Pola produksi pada perusahaan Rokok Pahalaku Sampang dilakukan setiap hari karena pertimbangan faktor pemasaran dan permintaan terhadap produk yang

dalam perbulan dapat memproduksi 2.741 Ball Rokok. Penelitian ini difokuskan pembahasannya pada bahan baku cengkeh karena untuk pemesanannya dilakukan diluar Madura. Sedangkan tidak bisa dipesan secara berkala karena bersifat musiman. Pada tahun 2009-2011 data kebutuhan bahan baku dan laporan harga pokok produksi perusahaan rokok Pahalaku Sampang adalah sebagai berikut:

Page 14: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 9

Tabel 1 Perusahaan Rokok Pahalaku Laporan Harga Pokok Produksi Untuk Per 31 Desember 2009

Keterangan Jumlah

Persediaan awal Bahan dalam Proses Rp 26.500.000

Persediaan awal Tembakau Rp 133.950.000

Pembelian Tembakau Rp 389.500.000

Rp 523.450.000

Persediaan akhir Tembakau Rp 111.910.000

Bahan baku Tembakau digunakan Rp 411.540.000

Pesediaan awal Cengkeh Rp 28.500.000

Pembelian Cengkeh Rp 318.000.000

Rp 346.500.000

Persediaan akhir Cengkeh Rp 21.600.000

Bahan baku Cengkeh digunakan Rp 324.900.000

Tenaga Kerja Langsung Rp 225.000.000

Biaya utama Rp 987.940.000

Biaya Overhead pabrik

Biaya bahan penolong (saus) Rp 1.800.000

Kertas rokok dan lem Rp 540.000

Kertas pembungkus (Dos) Rp 3.600.000 Penerangan pabrik (biaya listrik) Rp 3.000.000 Biaya Penyusutan gedung pabrik Rp 12.500.000 Biaya Penyusutan peralatan pabrik Rp 4.500.000

Jumlah BOP Rp 25.940.000

Biaya dalam proses Rp 1.013.880.000 Persediaan bahan dalam proses Rp 62.500.000

Harga Pokok Produksi Rp 951.380.000

Sumber Data: Perusahaan Rokok Pahalaku Sampang ( diolah )

Page 15: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 10

Tabel 2 Perusahaan Rokok Pahalaku Laporan Harga Pokok Produksi Untuk Per 31 Desember 2010

Keterangan Jumlah

Persediaan awal Bahan dalam Proses Rp 62.500.000

Persediaan awal Tembakau Rp 111.910.000

Pembelian Tembakau Rp 399.000.000

Rp 510.910.000

Persediaan akhir Tembakau Rp 98.002.000

Bahan baku Tembakau digunakan Rp 412.908.000

Pesediaan awal Cengkeh Rp 21.600.000

Pembelian Cengkeh Rp 333.000.000

Rp 354.600.000

Persediaan akhir Cengkeh Rp 28.620.000

Bahan baku Cengkeh digunakan Rp 325.980.000

Tenaga Kerja Langsung Rp 225.000.000

Biaya utama Rp 1.026.388.000

Biaya Overhead pabrik

Biaya bahan penolong (saus) Rp 1.875.000

Kertas rokok dan lem Rp 562.500

Kertas pembungkus (Dos) Rp 3.750.000 Penerangan pabrik (biaya listrik) Rp 3.245.000 Biaya Penyusutan gedung pabrik Rp 12.500.000 Biaya Penyusutan peralatan pabrik Rp 4.500.000

Jumlah BOP Rp 26.432.500

Biaya dalam proses Rp 1.052.820.500 Persediaan bahan dalam proses Rp 68.950.000

Harga Pokok Produksi Rp 983.870.500

Sumber Data: Perusahaan Rokok Pahalaku Sampang ( diolah )

Page 16: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 11

Tabel 3 Perusahaan Rokok Pahalaku Laporan Harga Pokok Produksi Untuk Per 31 Desember 2011

Keterangan Jumlah

Persediaan awal Bahan dalam Proses Rp 68.950.000

Persediaan awal Tembakau Rp 133.950.000

Pembelian Tembakau Rp 389.500.000

Rp 523.450.000

Persediaan akhir Tembakau Rp 111.910.000

Bahan baku Tembakau digunakan Rp 411.540.000

Pesediaan awal Cengkeh Rp 28.500.000

Pembelian Cengkeh Rp 318.000.000

Rp 346.500.000

Persediaan akhir Cengkeh Rp 21.600.000

Bahan baku Cengkeh digunakan Rp 324.900.000

Tenaga Kerja Langsung Rp 225.000.000

Biaya utama Rp 1.030.390.000

Biaya Overhead pabrik

Biaya bahan penolong (saus) Rp 1.800.000

Kertas rokok dan lem Rp 540.000

Kertas pembungkus (Dos) Rp 3.600.000

Penerangan pabrik (biaya listrik) Rp 3.000.000

Biaya Penyusutan gedung pabrik Rp 12.500.000

Biaya Penyusutan peralatan pabrik Rp 4.500.000

Jumlah BOP Rp 25.940.000

Biaya dalam proses Rp 1.056.330.000

Persediaan bahan dalam proses Rp 69.400.000

Harga Pokok Produksi Rp 986.930.000

Sumber Data: Perusahaan Rokok Pahalaku Sampang ( diolah)

Page 17: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 12

Tabel 4 Kebutuhan Bahan Baku Tembakau Dalam KilogramTahun 2009

Bulan Persediaan

Awal Pembelian Pemakaian Persediaan

Akhir

Januari 14.100,0

3.720,0 10.380,0

Februari 10.380,0

3.740,0 6.640,0

Maret 6.640,0 13.000 3.780,0 15.860,0

April 15.860,0 - 3.760,0 12.100,0

Mei 12.100,0

3.748,0 8.352,0

Juni 8.352,0

3.800,0 4.552,0

Juli 4.552,0

3.592,0 960,0

Agustus 960,0 6.000 2.300,0 4.660,0

September 4.660,0 12.000 3.680,0 12.980,0

Oktober 12.980,0 10.000 3.752,0 19.228,0

Nopember 19.228,0

3.720,0 15.508,0

Desember 15.508,0

3.728,0 11.780,0

125.320 41.000 43.320,0

Sumber Data: Perusahaan Rokok Pahalaku Sampang ( Diolah )

Tabel 5 Kebutuhan Bahan Baku Cengkeh Dalam Kilogram Tahun 2009

Bulan Persediaan

awal Pembelian Pemakaian Persediaan

Akhir

Januari 950,0 1.000 930,0 1.020,0

Februari 1.020,0 1.500 935,0 1.585,0

Maret 1.585,0 1.500 945,0 2.140,0

April 2.140,0 - 940,0 1.200,0

Mei 1.200,0 1.600 937,0 1.863,0

Juni 1.863,0 800 950,0 1.713,0

Juli 1.713,0 - 898,0 815,0

Agustus 815,0 - 575,0 240,0

September 240,0 2.000 920,0 1.320,0

Oktober 1.320,0

938,0 382,0

Nopember 382,0 1.200 930,0 652,0

Desember 652,0 1.000 932,0 720,0

13.880 10.600 10.830,0

Sumber Data: Perusahaan Rokok Pahalaku Sampang ( Diolah )

Tabel 6 Kebutuhan Bahan Baku Tembakau Dalam Kilogram Tahun 2010

Bulan Persediaan

awal Pembelian Pemakaian Persediaan Akhir

Januari 11.780,0

3.680,0 8.100,0

Februari 8.100,0

3.708,0 4.392,0

Maret 4,392,0 15.000 3.740,0 15.652,0

April 15.652,0 - 3.352,0 12.300,0

Mei 12.300,0

3.748,0 8.552,0

Juni 8.552,0

3.736,0 4.816,0

Juli 4.816,0 5.000 3.592,0 6.224,0

Agustus 6.224,0 - 3.120,0 3.104,0

September 3.104,0 10.000 3.680,0 9.424,0

Oktober 9.424,0 12.000 3.700,0 17.724,0

Nopember 17.724,0

3.680,0 14.044,0

Desember 14.044,0

3.728,0 10.316,0

116.112,0 42.000 43.464,0

Sumber Data: Perusahaan Rokok Pahalaku Sampang (diolah )

Page 18: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 13

Tabel 7 Kebutuhan Bahan Baku Cengkeh Dalam Kilogram Tahun 2010

Bulan Persediaan

awal Pembelian Pemakaian Persediaan

Akhir

Januari 720,0 1.500 920,0 1.300,0

Februari 1.300,0 1.400 927,0 1.773,0

Maret 1.773,0 - 936,0 838,0

April 838,0 - 838,0 -

Mei

1.500 937,0 563,0

Juni 563,0 1.000 934,0 629,0

Juli 629,0 2.000 898,0 1.731,0

Agustus 1.731,0 - 780,0 951,0

September 951,0 - 920,0 31,0

Oktober 31,0 2.500 925,0 1.606,0

Nopember 1.606,0 1.200 920,0 1.886,0

Desember 1.886,0 - 932,0 954,0

12.028 11.100 10.866,0

Sumber Data: Perusahaan Rokok Pahalaku Sampang ( diolah )

Tabel 8 Kebutuhan Bahan Baku Tembakau Dalam Kilogram Tahun 2011

Bulan Persediaan

awal Pembelian Pemakaian Persediaan

Akhir

Januari 10.316,0

3.720,0 6.596,0

Februari 6.596,0

3.704,0 2.892,0

Maret 2.892,0 18.000 3.660,0 17.232,0

April 17.232,0 - 3.680,0 13.552,0

Mei 13.552,0

3.052,0 10.500,0

Juni 10.500,0

3.640,0 6.860,0

Juli 6.860,0

3.592,0 3.268,0

Agustus 3.268,0 5.000 3.700,0 4.568,0

September 4.568,0 12.000 3.680,0 12.888,0

Oktober 12.888,0 10.000 3.660,0 19.228,0

Nopember 19.228,0

3.688,0 15.540,0

Desember 15.540,0

3.704,0 11.836,0

123.440 45.000 43.480,0

Sumber Data: Perusahaan Rokok Pahalaku Sampang ( diolah )

Page 19: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 14

Tabel 9 Kebutuhan Bahan Baku Cengkeh Dalam Kilogram Tahun 2011

Bulan Persediaan

awal Pembelian Pemakaian Persediaan

Akhir

Januari 954,0 1.000 930,0 1.024,0

Februari 1.024,0 - 926,0 98,0

Maret 98,0 2.500 915,0 1.683,0

April 1.683,0 - 920,0 763,0

Mei 763,0 - 763,0 -

Juni - 2.000 910,0 1.090,0

Juli 1.090,0 - 898,0 192,0

Agustus 192,0 2.000 925,0 1.267,0

September 1.267,0 1.000 920,0 1.347,0

Oktober 1.347,0 - 915,0 432,0

Nopember 432,0 1.000 922,0 510,0

Desember 510,0 1.500 926,0 1.084,0

9.360 11.000 10.870,0

Sumber Data: Perusahaan Rokok Pahalaku Sampang ( diolah)

Pembahasan - Analisis Perencanaan dan Pengendalian Bahan Baku Perusahaan Rokok Pahalaku Sampang. Analisis perencanaan dan pengendalian bahan baku memang peranan penting dalam operasional, manajemen dan strategi untuk mencapai kesuksesan bisnis maupun berorganisasi dan telah menjadi fungsi utama di dalam area administrasi bisnis.

Dalam hal ini perusahaan rokok pahalaku menggunakan analisis pengendalian persediaan analisis pelaksanaan pengendalian persediaan bahan baku perusahaan rokok pahalaku sampang masih sederhana. Dalam menentukan tingkat kebutuhan bahan baku, perusahaan belum menerapkan metode pengendalian persediaan bahan baku, hanya di dasarkan pada perkiraan-perkiraan masa lalu saja.

Untuk menentukan tingkat kebutuhan bahan baku, akan di gunakan metode pengendalian bahan baku Economic Order Quantity (EOQ). Hasil analisis tersebut merupakan data dan informasi dalam penyusunan analisis perencanaan terhadap pengendalian bahan baku, yang di harapkan mampu menentukan tingkat kebutuhan bahan yang optimal/ekonomis, sehingga perusahaan dapat menghemat biaya-biaya persediaan.

1.Menghitung jumlah Pembelian bahan baku yang paling ekonomis Economic Order Quantity (EOQ)

Telah menjelaskan pada bab sebelumnya tujuan penggunaan metode EOQ adalah untuk menghitung kuantitas pemesanan yang dapat meminimalkan biaya persediaan serta untuk menentukan berapa jumlah bahan yang akan dipesan dan kapan pemesanan harus di lakukan. Hal ini dimaksudkan agar jumlah persediaan yang ada di gudang tidak terlalu kecil maupun terlalu besar sehingga pembelian yang dilakukan perusahaan dapat terperinci.

Untuk menentukan nilai Economic Order Quantity (EOQ), hanya bahan baku cengkeh sebagai bahan baku Rokok kretek, adapun model yang di gunakan adalah sebagai berikut:

PxI

xRxSEOQ

2

Keterangan

R = Jumlah pembelian bahan baku satu tahun S = biaya pesanan setiap kali pesan P = harga beli bahan baku per kg I = biaya penyimpanan bahan di gudang yang di nyatakan dalam persentase dari nilai persediaan rata-rata dalam rupiah

Page 20: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 15

EOQ =

=

= =1.806 kg

2. Menentukan Persediaan Minimum (Safety Stock)

Pada perusahaan Rokok Pahalaku Sampang, 1 (satu) minggu bekerja selama 6 (enam) hari dan dalam 1 (satu) tahun ada 288 hari kerja. Dalam menentukan besarnya persediaan minimum menggunakan rumus sebagai berikut:

safety stock (SS) = 2 x 38 kg SS = 76 kg 3. Menentukan PersediaanMaksimal (Maxsimal Stock)

Persediaan maksimal merupakan batas persediaan bahan baku terbesar yang ada di gudang. Hal ini dimaksudkan supaya perusahaan tidak kelebihan persediaan. Untuk menentukan besar persediaan maksimal harus diketahui faktor-faktor pendukung yang mempengaruhinya seperti persediaan minimum (SS) dan jumlah pembelian paling ekonomis (EOQ).

Penentuan jumlah persediaan

maksimal untuk rayon, digunakan dan dihitung dengan rumus sebagai berikut: Maksimal = SS + EOQ = 76kg + 1.806 kg = 1.882 kg 4. Menentukan titik pemesananan kembali

(Re-order Point) Reorder Point merupakan suatu

tingkat persediaan saat perusahaan segera melakukan pemesanan bahan baku. Hal ini bertujuan untuk mengisi kembali bahan baku yang telah digunakan dalam proses produksi agar kelancaran proses produksi terjamin dan tidak terjadi kekurangan bahan baku atau ahkan kehabisan bahan baku. Frekuensi pemesanan untuk bahan baku cengkeh yaitu pembelian bahan baku cengkeh tiap kali pesan sebesar 10.870 kg dibagi dengan kuantitas pembelian

pembelian yang paling ekonomis (Q) sebesar 1.806 kg adalah sebanyak 6 kali dalam satu tahun dan 152 kg merupakan kuantitas pembelian bahan baku cengkeh yang paling optimum. Diharapkan sebelum mencapai pada titik persediaan minimum yaitu sebesar 76 kg perusahaan harus sudah melakukan pemesanan supaya perusahaan tidak kekurangan persediaan bahan baku cengkeh. Dan perlu diperhatikan juga bahwa persediaan maksimum sebesar 1.882 kg, dalam hal ini jangan sampai terlampaui supaya persediaan yang ada di gudang tidak berlebihan sehingga terjadi over stock. 5. Menentukan Total Biaya

Biaya pemesanan (ordering cost) yang ditanggung perusahaan dengan jumlah kebutuhan bahan baku cengkeh sebesar 10.870 kg dan biaya pesan tiap kali pesan sebesar Rp 225.000 serta jumlah pemesanan sebesar 1.806 kg adalah:

Cr = 6 x 225.000 = Rp1.350.000

Biaya simpan (carrying cost) yang

ditanggung perusahaan dengan jumlah pemesanan rayon sebesar 1.806 kg serta cost per kilo sebesar Rp 30.000 adalah: Cc = 903 x 1.500 = Rp 1.354.500

Perhitungan jumlah biaya keseluruhan yang harus dikeluarkan oleh perusahaan berkaitan dengan penyediaan bahan baku tahun 2011 adalah: TC = Cr + Cc = Rp 1.350.000 + Rp 1.354.500 = Rp 2.704.500 Jadi dalam satu tahun dengan 6 (enam) kali pemesanan bahan baku, maka biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan adalah sebesar Rp 2.704.500

KESIMPULAN DAN SARAN

- Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai analisis

2x10.870x225.000 30.000 x5%

4.891.500.000

1500

3.261.000

Page 21: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 16

perencanaan dan pengendalian bahan baku yang ada di perusahaan rokok pahalaku sampang dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut:

1. Dengan menggunakan metode Economic Order Quantity(EOQ) diketahui bahwa pembelian bahan baku yang paling ekonomis adalah 1.806 kg cengkeh per tahun dan dalam satu tahun perusahaan melakukan 6 kali pesan dan 152 kg merupakan kuantitas pembelian bahan baku cengkeh yang paling optimum dan persediaan minimum yaitu sebesar 76 kg per tahun, sebelum mencapai persediaan minimum perusahaan sudah harus melakukan pemesanan supaya perusahaan tidak kekurangan bahan baku sedangkan persediaan maksimum perusahaan sebesar 1.882 kg per tahun, dalam hal ini jangan sampai melampaui supaya persediaan yang ad di gudang tidak berlebihan sehingga terjadi over stock.

2. Setelah dilakukan perencanaan dan pengendalian telah diketahui bahwa biaya yang akan dikeluarkan perusahaan sebesar Rp 2.704.500 dalam satu tahun. selama ini perusahaan rokok pahalaku sampang hanya berpatok pada hasil penjualan tahun-tahun sebelumnya, dan belum menggunakan alat analisis khusus.

- Saran

Berdasarkan kesimpulan mengenai penelitian ini, maka dat diberikan beberapa saran manfaat dari penelitian ini diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Bagi Perusahaan

Perusahaan Rokok Pahalaku Sampang dalam menjalankan aktivitas pembelian bahan baku serta menunjang kelancaran proses produksi perusahaan, maka hendaknya perusahaan menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ). Sehingga tingkat bahan baku yang diperlukan dapat dikendalikan persediaannya dan tingginya biaya-

biaya persediaan yang timbul dapat ditekan serendah mungkin.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan hasil penelitian ini menjadi referensi dan pengetahuan sehingga dapat memahami penerapan metode EOQ, Safety Stock dan ROP dapat digunakan dalam analisis perencanaan dan pengendalian bahan baku pada Perusahaan Pahalaku Sampang dengan baik dan efisien.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Handoko, T.H. 2000. Dasar-dasar

Manajemen Produksi dan Operasi. Yogyakarta: BPFE

Indrajit RE, Djokopranoto R. 2003. Manajemen Persediaan. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia

Indrayati, 2007. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Dengan Metode EOQ (Economic Order Quantity). Semarang: Unsem.

Kusuma, Hendra, 2004, Manajemen Produksi, Perencanaandan Pengedalian Produksi Edisi Ke-tiga, Andi Offset. Yogyakarta

Mulyono, S. 2000. Peramalan Bisnis dan Ekonometrika. Yogyakarta: BPFE.

Nafarin. 2000. Penganggaran Perusahaan Jakarta: Rineke Cipta.

Prastowo, Dwi dan Rifka Julianty. 2005. Analisis Laporan Keuangan, Edisi Revisi. Cetakan Kedua. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Rangkuti, Freddy. 2004. Manajemen Persediaan.Jakarta: Raja GrafindoPersada

Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-dasar Pembelajaran. Usaha Edisi 4. Yogyakarta: BPFE

Ruauw, Eyverson, 2011. Pengendalian Persediaan Bahan Baku. ASE- Volume 7 Nomor 1, Januari 2011:1-11

Sutrisno, 2001. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Ekonisia

Sugioyono. 2010, Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D), Bandung: Alfabeta

Page 22: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 17

ANALISIS PENGAKUAN PENDAPATAN DAN BEBAN PADA CV. MUARA ’99 PAMEKASAN

Rosy Aprieza Puspita Zandra Zulzilatul Karima

Universitas Madura

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menghitung pengakuan pendapatan dan beban serta kebijakan akuntansi yang digunakan oleh CV. Muara ’99 Pamekasan. Penelitian ini dilakukan di CV. Muara ’99 Pamekasan yang berlokasi di Jl. Segara 28B Pamekasan, dengan periode penelitian tahun 2009-2011. Sedangkan yang dijadikan objek penelitian adalah laporan keuangan CV. Muara ’99 Pamekasan (Neraca dan Laporan Laba/Rugi) periode 2011 dan transaksi-transaksi yang berhubungan dengan pendapatan dan beban. Berdasarkan data hasil penelitian dan analisis maka dapat disimpulkan bahwa pengakuan pendapatan dan beban yang dilakukan oleh CV. Muara ’99 Pamekasan masih kurang tepat karena pendapatan dan beban dilaporkan dalam kondisi lebih atau kurang dari yang semestinya diakui. Akibatnya laporan keuangan yang disusun tidak bisa menunjukkan suatu kejadian masa lalu yang masih mempunyai pengaruh untuk menilai laporan keuangan periode akuntansi berikutnya (tidak menjamin pisah batas yang layak). Dengan menggunakan metode accrual basic dalam mencatat setiap kejadian akuntansi terutama dalam mengakui pendapatan dan beban, maka laporan keuangan yang digunakan dapat menyajikan informasi yang tepat dan bermanfaat bagi yang menggunakannya.

Kata Kunci : Pengakuan Pendapatan dan Beban

PENDAHULUAN Secara umum laba optimum

merupakan tujuan setiap perusahaan. Karena itu untuk mencapai tujuan tersebut pada kondisi saat ini sangat diperlukan kecermatan pelaksana atau pengelola perusahaan melakukan sinergi yang kuat antar masing-masing bagian dalam organisasi perusahaan. Sinergi integral dari seluruh bagian-bagian dalam perusahaan akan dapat mendukung kelancaran operasional perusahaan yang pada akhirnya diharapkan akan dapat mencapai tujuan perusahaan.

Di antara berbagai kebijakan perusahaan, salah satu fungsi penting adalah bagaimana pengakuan pendapatan dan beban pada perusahaan. Fungsi ini dikatakan cukup penting karena sumber laba perusahaan berasal dari pendapatan dan beban sehingga perlu diketahui pengakuan atas pendapatan dan beban bagi perusahaan agar tidak terjadi kesalahan pencatatan. Untuk perusahaan kecil dan memiliki jumlah penjualan

terbatas, pengakuan atas pendapatan dan beban bukanlah masalah rumit. Tetapi bagi perusahaan besar dalam skala penjualan besar, pengakuan pendapatan dan beban telah menjadi masalah rumit dan kompleks.

Laba merupakan selisih antara keseluruhan pendapatan dan beban suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu. Dengan kata lain, pendapatan dan beban merupakan unsur penting dalam menyajikan informasi dalam laporan keuangan. Oleh sebab, itu diperlukan adanya pengakuan yang tepat terhadap unsur pendapatan dan beban. Pengakuan pendapatan dan beban dilakukan dengan mencatat dan mencantumkan sesuai dengan nilai yang seharusnya. Bila pendapatan maupun beban yang diakui tidak sama dengan yang seharusnya (terlalu besar atau terlalu kecil), maka informasi yang disajikan dalam laporan laba rugi menjadi tidak tepat.

Setiap perusahaan pada umumnya didirikan dengan tujuan untuk memperoleh laba yang besar guna menjamin

Page 23: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 18

kelangsungan perusahaan. Untuk menunjang kegiatan-kegiatan tersebut maka perusahaan selalu berusaha menghasilkan produk yang dibutuhkan konsumen. Di samping itu kami harus dapat menghitung pendapat dan beban dengan baik, perusahaan CV. Muara ’99 adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang percetakan dan sablon. Perusahaan CV. Muara ’99 nampaknya mengalami kemajuan dalam usahanya, namun hal tersebut hanya nampak pada usahanya/produknya saja. Kemajuan di bidang keuangan belum merupakan cerminan keuntungan yang selalu dihasilkan, dalam artian benar-benar memperoleh laba yang sesuai dengan perlakuan akuntansi.

Dari latar belakang tersebut maka judul dalam penelitian ini adalah “Analisis Pengakuan Pendapatan dan Beban pada CV. Muara ’99 Pamekasan” KAJIAN PUSTAKA Pengertian Pendapatan

Pendapatan sebagai salah satu elemen penentuan laba rugi suatu perusahaan belum mempunyai pengertian yang seragam. Hal ini disebabkan pendapatan biasanya dibahas dalam hubungannya dengan pengukuran dan waktu pengakuan pendapatan itu sendiri. Secara garis besar pengertian pendapatan dapat ditinjau dari dua sisi yaitu: 1. Menurut Ilmu Ekonomi

Pendapatan menurut ilmu ekonomi merupakan nilai maksimum yang dapat dikonsumsi oleh seseorang dalam suatu periode dengan mengharapkan keadaan yang sama pada akhir periode seperti keadaan semula. Pengertian tersebut menitikberatkan pada total kuantitatif pengeluaran terhadap konsumsi selama satu periode. Dengan kata lain, Pendapatan adalah jumlah harta kekayaan awal periode ditambah keseluruhan hasil yang diperoleh selama satu periode, bukan hanya yang dikonsumsi.

Definisi pendapatan menurut ilmu ekonomi menutup kemungkinan perubahan lebih dari total harta kekayaan badan usaha awal periode, dan menekankan pada jumlah nilai statis pada akhir periode. Secara garis

besar pendapatan adalah jumlah harta kekayaan awal periode ditambah perubahan penilaian yang bukan diakibatkan perubahan modal dan hutang.

2. Menurut Ilmu Akuntansi Ilmu akuntansi lebih melihat

pendapatan sebagai suatu yang khusus dalam pengertian yang lebih mendalam dan terarah. Ada dua konsep pendapatan dipandang dari ilmu akuntansi yaitu : a. Konsep arus masuk (inflow concept)

Konsep arus masuk menyatakan bahwa pendapatan didefinisikan sebagai arus masuk atau pertambahan aktiva yang timbul dari hasil kegiatan perusahaan atau dapat dikatakan bahwa pendapatan ada karena hasil kegiatan usaha.

b. Konsep arus keluar (outflow concept)

Konsep arus keluar, pendapatan didefinisikan sebagai arus keluar dari aktiva berupa terjadinya transfer barang atau persediaan pada pihak lain, berarti telah menekankan pada sumber atau sebab terjadinya pendapatan. Untuk memperjelas pengertian

pendapatan tersebut diatas berikut ini dibahas pengertian pendapatan menurut jenis perusahaannya yaitu :

a. Perusahaan Industri Pendapatan yang diperolehnya bersumber dari penjualan atas barang-barang yang diproduksinya sendiri. Besarnya pendapatan tergantung dari beberapa harga jual yang telah ditetapkan oleh pendapatan. Dalam menentukan harga jual, terlebih dahulu akan diperhitungkan estimasi biaya yang diperlukan untuk memproduksi barang tersebut. Biaya yang diestimasi meliputi harga pokok produksi sampai harga pokok penjualan. Jadi setiap jumlah barang yang dijual dan dipasarkan merupakan pendapatan dari perusahaan tersebut.

b. Perusahaan Dagang Pendapatan yang diperoleh dari perusahaan dagang bersumber dari

Page 24: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 19

penjualan barang dagangan yan sifatnya diperdagangkan tanpa melakukan perubahan terhadap fisik barang tersebut. Pendapatan yang diperoleh berasal dari penjualan barang dagangannya sesuai dengan harga jual barang dagangannya ditambah dengan laba yang diharapkan. Perusahaan ini biasanya bertindak sebagai distributor atau penyalur bagi konsumen akhir.

c. Perusahaan Jasa Perusahaan jasa memperoleh pendapatan dari penjualan jasa yang biasanya menyangkut pelaksanaan tugas yang telah disepakati antara perusahaan sebagai penjual dan oleh konsumen sebagai pembeli. Kesepakatan tersebut bisa dalam jangka waktu panjang dan bisa dalam waktu dekat. Pendapatan merupakan sub dari

penghasilan yang diperoleh dari perusahaan melalui aktivitas operasional yang dilakukan oleh manajemen perusahaan yang bersangkutan. Hal – hal yang menyebabkan timbulnya pendapatan itu sendiri tergantung dari objek pendapatan atau sejenis usahanya, subjek yang melaksanakan dan berkeinginan untuk memperoleh pendapatan tersebut.

Pendapatan menurut Skousen,dkk (2004:241) adalah pendapatan menunjukkan nilai penjualan total kepada pelanggan dalam suatu periode dikurangi retur dan potongan penjualan atau diskon penjualan. Definisi yang diberikan oleh Stice, Skousen diatas menyatakan bahwa nilai total tidak boleh mencakup tagihan tambahan dan pajak penjualan yang harus dipungut atas nama pemerintah. (misalnya pajak pertambahan nilai-PPN). Tagihan tambahan ini diakui sebagai kewajiban jangka pendek. Retur dan potongan penjualan serta diskon penjualan harus dikurangkan dari penjualan bruto untuk mendapatkan nilai penjualan bersih. Apabila harga jual meningkat untuk menutupi beban angkut kepada pelanggan dan pelanggan dibebani karenanya, beban angkut yang dibayar perusahaan ini juga harus dikurangkan dari nilai penjualan dalam mendapatkan nilai penjualan bersih. Apabila beban angkut ini tidak dibebankan

kepada pelanggan beban ini diakui sebagai beban penjualan.

Pendapatan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007:23.2) adalah ”Arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal”. Standart akuntansi keuangan memberikan pengertian bahwa pendapatan dan biaya sebagai perubahan kekayaan, bukan sebagai kenaikan atau penurunan kekayaan pemilik atau pemegang saham.

Ikatan akuntan indoneia dalam pernyataan Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 23 mendefinisikan pendapatan sebagai berikut:

“Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama satu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari konstribusi penanaman modal” Pendapatan menurut Skousen, dkk

(2000:123) diartikan sebagai berikut: ”Arus masuk atau peningkatan aktiva lainnya sebuah entitas atau pembentukan utangnya (atau kombinasi keduanya) dan pengantaran barang atau penghasilan barang, memberikan pelayanan, atau melakukan aktivitas lain yang membentuk operasi pokok atau sentral entitas yang terus berlangsung”.

Jika pendapatan dirumuskan dengan cara lain maka pengecualian harus dinyatakan dengan jelas, misalnya pendapatan diakui sebelum arus masuk aktiva benar-benar terjadi konsep dasar pendapatan diungkapkan oleh Patton dan Littleton dinamakan sebagai produk perusahaan yang menekankan bahwa pendapatan merupakan arus yaitu penciptaan barang dan jasa oleh perusahaan. Pendapatan juga mempunyai karakteristik tertentu yang menentukan atau membatasi bahwa kas yang masuk ke perusahaan merupakan pendapatan yang berasal dari operasi perusahaan. Karakteristik ini dapat dilihat berdasarkan : 1. Sumber Pendapatan

Page 25: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 20

Jumlah rupiah perusahaan bertambah melalui berbagai cara tetapi tidak semua cara tersebut mencerminkan pendapatan. Tambahan jumlah rupiah aktiva perusahaan dapat berasal dari transaksi modal, laba dari penjualan aktiva yang bukan barang dagangan seperti aktiva tetap, surat berharga, ataupun penjualan anak atau cabang perusahaan, hadiah, sumbangan atau penemuan, revaluasi aktiva tetap dan penjualan produk perusahaan. Dalam sumber pendapatan, Soemarso (1989) mengatakan pendapatan dalam perusahaan dapat diklasifikasikan sebagai pendapatan operasi dan non operasi. Pendapatan operasi adalah pendapatan yang diperoleh oleh aktivitas utama perusahaan. Sedangkan pendapatan non operasi adalah pendapata yang diperoleh bukan dari kegiatan utama perusahaan. Jumlah nominal aktiva dapat bertambah melalui berbagai transaksi tetapi tidak semua transaksi mencerminkan timbulnya pendapatan. Dalam penentuan laba adalah membedakan kenaikan aktiva yang menunjukkan dan mengukur pendapatan kenaikan jumlah nilai nomnal aktiva dapat terjadi dari : a. Transaksi modal atau pendapatan

yang mengakibatkan adanya tambahan dana yang ditanamkan oleh pemegang saham.

b. Laba dari penjualan aktiva yang bukan berupa barang dagangan seperti aktiva tetap, surat-surat berharga, atau penjualan anak atau cabang perusahaan.

c. Hadiah, sumbangan atau penemuan. d. Revaluasi aktiva. e. Penyerahan produk perusahaan yaitu

aliran penjualan produk Dari lima sumber tambahan aktiva di atas dapat diukur hanya nomor lima yang dapat diakui sebagai sumber pendapatan walaupun laba atau rugi mungkin timbul dalam hubungannya dengan penjualan aktiva selain produk sebagaimana yang disebutkan dalam nomor dua.

2. Produk dan kegiatan utama perusahaan

a. Produk perusahaan mungkin berupa barang ataupun dalam bentuk jasa. b. Perusahaan tertentu mungkin sekali

menghasilkan berbagai macam produk atau baik berupa barang atau jasa atau keduanya yang sangat berlainan jenis maupun arti pentingnya bagi perusahaan.

3. Jumlah rupiah pendapatan dan proses penandingan Pendapatan merupakan jumlah rupiah dari harga jual per satuan kali kuantitas terjual. Perusahaan umumnya akan mengharapkan terjadinya laba yaitu jumlah rupiah pendapatan lebih besar dari jumlah biaya yang dibebankan.

Pengertian Beban Beban dapat diartikan sebagai

pemakaian barang dan jasa dalam proses memperoleh pendapatan. Menurut Carter dan Usry (2002:30) ”Beban adalah penurunan dalam aktiva bersih sebagai akibat dari penggunaan jasa ekonomis dalam menciptakan pendapatan atau pengenaan pajak oleh badan pemerintah”. Disini tersirat dua pengertian yakni adanya pemakaian atau penghabisan barang dan jasa, dan nilai-nilai barang dan jasa ini menjadi habis pada saat produk perusahaan ditransfer kepada pembeli.

Menurut Vernon Kam (1986) beban adalah penurunan nilai aktiva atau peningkatan nilai kewajiban karena menggunakan barang atau jasa dalam operasi besar atau pusat dari entitas.

Beban (expense) dan biaya (cost) seringkali digunakan dalam arti yang sama namun sebenarnya terdapat perbedaan diantara keduanya. Biaya adalah pengeluaran yang belum habis masa manfaatnya dan masih harus dibebankan pada periode berikutnya. Sedangkan beban adalah pengeluaran yang sudah habis masa manfaatnya dan sudah seluruhnya dibebankan pada periode berjalan.

Pengertian beban menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2007:4) dalam buku Akuntansi Biaya : Kajian Teori dan Aplikasi, adalah biaya yang telah memberikan manfaat dan sekarang telah habis. Biaya yang belum dinikmati yang dapat memberi

Page 26: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 21

manfaat di masa yang akan datang dikelompokkan sebagai harta.

Pengertian Beban menurut Carter dan Usry (2002:29) ”Biaya didefenisikan sebagai nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan, untuk memperoleh manfaat. Dalam akuntansi keuangan pengeluaran atau pengorbanan pada saat akuisisi diwakili oleh penyusutan saat ini atau di masa yang akan datang dalam bentuk kas atau aktiva lain”. Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang dapat diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan yang akan terjadi untuk tujuan tertentu. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa biaya merupakan pengorbanan ekonomis untuk memperoleh pendapatan. Pengorbanan ekonomi dapat dibedakan atas :

a. Pengorbanan yang telah terjadi (expired).

b. Pengorbanan yang kemungkinan akan terjadi (unexpired).

Biaya merupakan salah satu masalah yang penting, maka dari itu perusahaan memerlukan informasi biaya yang mengukur apakah masukan yang dikorbankan memiliki nilai ekonomi yang lebih rendah daripada nilai keluarannya.

Pengertian biaya menurut Darsono Prawironegoro dan Ari Purwanti (2008:49) dalam buku “Akuntansi Management” menyatakan bahwa :

“Biaya adalah kas dan setara kas yang dikorbankan untuk memproduksi dan memperoleh barang atau jasa yang diharapkan akan memperoleh manfaat atau keuntungan dimasa mendatang”

Penggolongan biaya meliputi : Organisasi bisnis pada umumnya menggolongkan biaya menurut kebutuhan informasi. Makin besar organisasi bisnis, biasanya makin rumit dan makin banyak informasi akuntansi dibutuhkan oleh manajemen. Menurut Darsono Prawironegoro dan Ari Purwanti (2008:53) dalam buku “Akuntansi Manajemen” penggolongan biaya dalam suatu organisasi bisnis ada umumnya didasarkan pada: 1. Penggolongan dasar terdiri dari biaya produksi dan biaya usaha.

2. Masa akuntansi terdiri dari pengeluaran model dan pengeluaran pendapatan. 3. Volume kegiatan terdiri dari biaya tetap (tidak mengikuti volume kegiatan). 4. Departemen terdiri dari biaya

departemen produksi dan departemen jasa (pembantu produksi).

5. Biaya bersama terdiri dari biaya overhead pabrik atau biaya gabungan (biaya material).

6. Perencanaan dan pengawasan terdiri dari biaya standar dan anggaran.

Beban sama artinya dengan expired cost yang dicantumkan sebagai beban usaha di dalam laporan laba rugi. Sedangkan unexpired cost adalah bagian biaya yang ditunda pembebanannya untuk periode berikutnya karena biaya-biaya tersebut berkaitan dengan pendapatan di masa yang akan datang dan akan dicantumkan sebagai aktiva di neraca.

Dengan demikian, beban merupakan bagian dari biaya karena beban merupakan pengorbanan yang sudah habis masa manfaatnya. Sedangkan biaya mencakup pengorbanan yang telah dibebankan pada periode berjalan maupun yang akan dibebankan pada periode yang akan datang, jadi masa manfaatnya belum habis. Teori beban meliputi : 1. Beban mencakup baik kerugian maupun

beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa. Beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas yang biasa meliputi, misalnya beban pokok penjualan, gaji dan penyusutan. Beban tersebut biasanya berbentuk arus keluar atau berkurangnya asset seperti kas dan setara kas, persediaan dan asset tetap.

2. Beban diakui dalam laporan laba rugi kalau penurunan manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dengan penurunan asset atau kenaikan kewajiban telah terjadi bersamaan dengan pengakuan kenaikan kewajiban atau penurunan asset (misalnya akrual hak karyawan atau penyusutan aset tetap).

3. Beban dikuai dalam laporan laba rugi atas dasar hubungan langsung antara biaya yang timbul dan pos penghasilan tertentu yang diperoleh.

Page 27: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 22

4. Beban dalam laporan laba rugi atas dasar prosedur alokasi yang rasional dan sistematis. Hal ini sering diperlukan dalam pengakuan beban yang berkaitan dengan penggunaan aset seperti aset tetap, paten dan merek dagang. Dalam kasus semacam ini, beban itu disebut penyusutan atau amortiasi. Prosedur alokasi ini dimaksudkan untuk mengakuti beban dalam periode akuntansi yang menikmati manfaat ekonomi aset yang bersangkutan.

5. Beban segera diakui dalam laporan laba rugi kalau pengeluaran tidak menghasilkan manfaat ekonomi masa depan tidak memenuhi syarat atau tidak lagi memenuhi syarat, untuk diakui dalam neraca sebagai aset.

6. Beban juga diakui dalam laporan laba rugi pada saat timbul kewajiban tanpa adanya pengakuan aset, seperti apabila timbul kewajiban akibat garansi produk.

Jenis-Jenis Pendapatan dan Beban Pendapatan dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Pendapatan usaha (operasional)

Pendapatan usaha adalah pendapatan yang diperoleh perusahaan dalam rangka kegiatan utama. Pendapatan ini bersifat normal dan terjadi secara berulang-ulang.

2. Pendapatan non-usaha (Non Operasional)

Pendapatan non-usaha adalah pendapatan yang tidak diperoleh dari kegiatan utama perusahaan. Pendapatan ini tidak terjadi secara berulang-ulang.

Dengan adanya pembatasan yang jelas atas pendapatan usaha terhadap pendapatan non-usaha, maka diperoleh manfaat sebagai berikut :

a. Memperkecil kemungkinan terjadinya salah saji terhadap laporan keuangan terutama laporan laba rugi.

b. Mengetahui keberhasilan pihak manajemen dalam menghasilkan laba yang berasal dari operasi normal perusahaan.

Beban dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Beban langsung, beban ini diakui

berdasarkan pengakuan pendapatan yang dihasikan secara langsung dan

bersama-sama dari transaksi atau kejadian. Misalnya harga pokok penjualan yang dikaitkan langsung dengan pendapatan.

2. Beban periodik, beban ini diakui selama periode dimana kas dikeluarkan atau kewajiban terjadi untuk barang dan jasa yang digunakan secara serentak pada perolehan atau kemudian. Misalnya gaji bagian penjualan dan administrasi yang tidak dikaitkan secara langsung terhadap pendapatan.

3. Beban alokasi, beban-beban ini dialokasikan pada periode selama aktiva terkait diharapkan akan memberikan manfaat. Misalnya beban penyusutan dan asuransi.

Kriteria Pengakuan Pendapatan dan Beban

Kemampuan dari akuntansi memberi suatu informasi yang baik dapat dilihat dari kemampuannya untuk memberikan konsep pengakuan pendapatan dengan tepat sehingga membantu pemakai dalam mengambil keputusan.

Saat menentkan pendapatan diakui dapat ditinjau dari besar kemungkinan manfaat ekonomi masa depan akan mengalir ke perusahaan dapat diukur dan diprediksikan dengan normal.

Pengukuran Pendapatan Menurut PSAK No. 23 pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima. Jumlah pendapatan yang timbul dari suatu transaksi biasanya ditentukan oleh persetujuan antara perusahaan dengan pembeli. Jumlah tersebut diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima perusahaan dikurangi jumlah diskon dagang dan rabat volume yang diperbolehkan oleh perusahaan. Pada umumnya imbalan tersebut berbentuk kas atau setara kas dan jumlah pendapatan adalah jumlah kas atau setara kas yang diterima atau yang dapat diterima. Namun jika terdapat perbedaan antara nilai wajar dan jumlah nominal, maka imbalan tersebut diakui sebagai pendapatan bunga. Nilai wajar disini dimaksudkan sebagai suatu jumlah dimana kegiatan mungkin ditukarkan atau suatu kewajiban diselesaikan antara pihak yang

Page 28: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 23

memakai dan berkeinginan untuk melakukuan transaksi wajar, kemungkinan kurang dari jumlah nominal kas yang diterima atau dapat diterima. Pengakuan Pendapatan Pendapatan yang timbul dari kegiatan normal perusahaan memiliki identifikasi tertentu. Menurut PSAK No. 23 kriteria pengakuan pendapatan biasanya diterapkan secara terpisah kepada setiap transaksi, namun dalam keadaan tertentu adalah perlu untuk menerapkan pengakuan tersebut kepada komponen-komponen yang dapat diidentifikasi secara terpisah dari suatu transaksi tunggal supaya mencerminkan substansi dari transaksi tersebut. Sebaliknya, kriteria pengakuan diterapkan pada dua atau lebih transaksi bersama-sama bila transaksi tersebut terikat sedemikian rupa sehingga pengaruh komersialnya tidak dapat dimengerti tanpa melihat rangkaian transaksi secara keseluruhan. Pendapatan dari penjualan barang harus segera diakui bila seluruh kriteria berikut ini terpenuhi : 1. Perusahaan telah memindahkan resiko

secara signifikan dan telah memudahkan manfaat kepemilikan barang kepada pembeli.

2. Perusahaan tidak lagi mengelola atau pengendalian efektif atas barang yang dijual.

3. Jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan handal.

4. Besar kemungkinan manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan transaksi akan mengalir ke perusahaan tersebut.

5. Biaya yang akan terjadi atau yang akan terjadi sehubungan dengan transaksi penjualan dapat diukur dengan handal.

Bila salah satu kriteria di atas tidak dipenuhi, maka pengakuan pendapatan harus ditangguhkan. Pendapatan tidak diakui apabila perusahaan tersebut menahan resiko dari kepemilikan, antara lain : 1. Bila perusahaan menahan kewajiban

sehubungan dengan pelaksanaan suatu hal yang tidak memuaskan yang tidak dijamin sebagaimana lazimnya.

2. Bila penerimaan pendapatan dari suatu penjualan tertentu tergantung pada pendapatan pembeli yang bersumber

dari penjualan barang yang bersangkutan.

3. Bila pengiriman barang tergantung pada instalasinya, dan instalasi tersebut merupakan bagian signifikan dari kontrak yang belum diselesaikan oleh perusahaan.

4. Bila pembeli berhak untuk membatalkan pembelian berdasarkan alasan yang ditentukan dalam kontrak dan perusahaan tidak dapat memastikan apakah akan terjadi return.

Pendapatan dan transaksi penjualan jasa dapat diestimasi atas tugas yang disepakati perusahaan. Pendapatan sehubungan dengan transaksi tersebut diakui pada tingkat penyelesaian dari transaksi pada tanggal neraca. Menurut Standar Akuntansi Keuangan, penjualan jasa dapat diakui dengan metode persentase penyelesaian, bila memenuhi seluruh kondisi berikut : 1. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan handal. 2. Besar kemungkinan manfaat ekonomi

sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh perusahaan.

3. Tingkat penyesuaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat diukur dengan handal.

4. Biaya yang terjadi untuk transaksi tersebut dan biaya tidak menyelesaikan transaksi tersebut dapat diukur dengan handal.

Suatu perusahaan dapat membuat estimasi yang andal setelah perusahaan tersebut dapat dipisah dengan kekuatan hukum berkenaan dengan jasa yang diberikan dan diterima oleh pihak-pihak tersebut, antara lain : 1. Hak masing-masing pihak yang

pelaksanaannya dapat dipaksakan dengan kekuatan hukum yang berkenaan dengan jasa yang diberikan dan diterima oleh pihak-pihak tersebut.

2. Imbalan yang harus dipertukarkan. 3. Cara dan persyaratan penyelesaian. Tingkat penyelesaian suatu transaksi dapat ditentukan dengan berbagai metode, tergantung pada sifat transaksi, metode tersebut dapat meliputi : 1. Besar kemungkinan manfaat ekonomi

sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh perusahaan.

Page 29: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 24

2. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan handal.

3. Pendapatan atas bunga, royalty, dan dividen ini diakui dengan menggunakan dasar tersebut.

4. Bunga harus diakui atas dasar proporsi waktu yang diperhitungkan hasil efektif aktiva tersebut.

5. Royalti harus diakui atas dasar akrual sesuai dengan substansi perjanjian yang relevan.

6. Dalam metode biaya (cost method), dividen tunai harus diakui bila hak pemegang saham untuk menerima pembayaran diterapkan.

Pengakuan sebagai pencatatan suatu item dalam akuntansi dan laporan keuangan seperti aktiva, kewajiban, pendapatan, beban, keuntungan, atau kerugian. Pengakuan termasuk penggambaran suatu item baik dalam kata maupun dalam jumlah, dimana jumlah mencakup angka-angka ringkas yang dilaporkan dalam laporan keuangan.

Untuk memenuhi syarat pengakuan, suatu pos harus memenuhi empat kriteria yaitu : 1. Definisi (definition)

Item atau kejadian dalam pertanyaan harus memenuhi definisi salah satu dari tujuh unsur laporan keuangan (aktiva, kewajiban, ekuitas, pendaptan, beban, keuntungan, atau kerugian).

2. Dapat diukur (measurability) Item atau kejadian tersebut harus memiliki atribut relevan yang dapat diukur secara andal, yaitu karakteristik, sifat, atau aspek yang dapat dikuantifikasi dan diukur. Contohnya adalah biaya historis, biaya sekarang, nilai pasar.

3. Relevansi (Relevance) Informasi disebut relevan apabila informasi itu mampu dan berguna dalam mempengaruhi keputusan manajer dengan mengubah atau yang menguatkan pengharapannya tentang hasil dan akibat tindakan atas kejadiannya. Informasi yang relevan akan membantu pemakai membuat prediksi tentang hasil akhir dari kejadian masa lalu, masa kini dan masa depan yaitu memiliki nilai prediktif (predictive value). Informasi yang relevan juga membantu pemakai mengoreksi

harapan masa lalu yaitu memiliki nilai umpan balik (feed-back value). Agar relevan, informasi juga harus tersedia kepada pengambil keputusan sebelum informasi tersebut kehilangan kapasitas untuk mempengaruhi keputusan yang diambil. Jadi ketepatan waktu (timeliness) merupakan kandungan primer lainnya yang harus dimiliki.

4. Keandalan (Realibility) Realibility menyangkut ”kualitas yang menyebabkan pemakai data bergantung pada kepercayaannya pada data yang disajikan dan yang dimaksudkan untuk disajikan. Reliability tergantung pada tingkat kepercayaannya dalam menyajikan informasi tentang suatu kejadian. Biasanya untuk meningkatkan reliability maka laporan keuangan harus dapat diperiksa (verifiability). Suatu informasi dapat dikatakan andal jika relatif bebas dari kesalahan dan memberikan apa yang diharapkan. Informasi yang dilandasi atas keputusan yang meliputi perkiraan, dan taksiran tidak secara total akurat, namun harus handal. Jadi tujuannya, adalah menampilkan informasi yang dapat diandalkan para pemakai.

Sebagai tambahan pada empat kriteria pengakuan umum yang telah dibahas diatas prinsip pendapatan menyatakan bahwa pendapatan harus diakui dalam laporan keuangan ketika : 1. Pendapatan dihasilkan

Pendapatan dihasilkan ketika perusahaan secara mendasar menyelesaikan semua yang harus dilakukannya agar dikatakan menerima manfaat dari pendapatan yang terkait. Secara umum, pendapatan diakui ketika proses menghasilkan laba diselesaikan atau sebenarnya tidak diselesaikan selama biaya-biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proses menghasilkan laba dapat diestimasi secara handal.

2. Pendapatan direalisasi atau dapat direalisasi

Pendapatan direalisasi ketika kas diterima untuk barang atau jasa yang dijual. Pendapatan itu dapat direalisasi ketika klaim atas kas (misalnya aktiva nonkas seperti piutang usaha atau wesel tagih) diterima yang ditentukan

Page 30: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 25

dapat segera dikonversikan ke dalam jumlah kas tertentu.

Pendapatan diakui segera setelah kedua kriteria ini (untuk produksi dan jasa) pada umumnya terpenuhi pada saat penjualan, yaitu ketika barang diserahkan atau jasa diberikan kepada pelanggan. Pengiriman barang atau jasa kepada seorang konsumen adalah kejadian penting yang sesungguhnya terjadi pada semua transaksi yang menghasilkan pendapatan. Dengan fakta ini, ada tiga kategori waktu yang luas dari pengakuan pendapatan dapat diidentifikasikan : 1. Pendapatan diakui pada saat

pengiriman produk atau jasa. 2. Pendapatan diakui setelah pengiriman

produk atau jasa. 3. Pendapatan diakui sebelum pengiriman

produk atau jasa. Ada dua metode akuntansi yang

dipergunakan dalam pengakuan pendapatan yaitu: 1. Metode Akrual

Dalam metode basis akrual, pendapatan dicatat atau diakui pada saat pendapatan dihasilkan tanpa memperhatikan kapan pendapatan itu diterima. Beban diakui dan dicatat pada saat terjadi tanpa memperhatikan kapan beban tersebut dibayarkan. Misalnya pendapatan dilaporkan pada saat jasa diberikan kepada pelanggan tanpa melihat apakah kas telah diterima atau belum dari pelanggan selama periode ini.

2. Basis Kas Dalam basis kas, pendapatan dicatat atau diakui pada saat kas diterima dan beban diakui pada saat kas dibayar. Maka pada basis kas ini pendapatan tidak akan dipertemukan dengan beban sebagaimana mestinya. Hal ini karena pengakuan pendapatan dan beban tergantung pada waktu penerimaan kas dan pembayarannya. Misalnya, penghasilan atau honor dicatat ketika kas diterima dari klien, dan upah dicatat ketika kas dibayarkan kepada karyawan.

Pengukuran Beban Penyelesaian atas permasalahan pengukuran biaya tidaklah mudah untuk dilakukan karena tujuan

pengukuran tersebut tidaklah didefinisikan secara jelas dan pengukuran biaya kebanyakan ditentukan oleh konsep laba yang dipakai. Bagi golongan yang mendefinisikan biaya sebagai penurunan aktiva netto perusahaan, pengukuran yang logis adalah dengan nilai barang dan jasa pada waktu yang digunakan dalam operasi perusahaan. Sedangkan bagi mereka yang menekankan laporan aliran kas perusahaan menganggap bahwa biaya harus diukur atas dasar transaksi yang dilakukan perusahaan dan diukur berdasarkan arus kas masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang. Pengukuran biaya yang paling umum adalah biaya historis dan harga berjalan. 1. Biaya historis

Alasan utama untuk menganut biaya historis adalah karena biaya historis dapat diverifikasi karena mencerminkan pengeluaran kas yang telah dilakukan oleh perusahaan dan juga menekankan nilai tukar dari barang dan jasa pada saat dimiliki oleh perusahaan. Apabila aktiva diperoleh melalui pertukaran dengan aktiva lain tanpa melalui uang, maka untuk menilai aktiva yang diperoleh ini adalah dengan menggunakan historical cost dari asset yang diberikan. Kemungkinan lain adalah penggunaan harga pasar dari aktiva yang diterima atau harga pasar dari aktiva yang diberikan.

2. Harga berjalan Karena pendapatan biasanya diukur berdasarkan harga yang sedang berlaku untuk produk, maka seringkali biaya yang ditandingkan terhadap pendapatan harus diukur berdasarkan harga berjalan dari barang dan jasa yang digunakan. Pengukuran biaya berdasarkan harga berjalan memiliki keuntungan karena membedakan (1) laba yang timbul dari transaksi, dengan (2) keuntungan atau kerugian yang timbul karena menahan aktiva sebelum dipakai. Keuntungan dan atau kerugian yang timbul sebelum penggunaan asset dapat terjadi karena faktor perubahan harga, karena rusak, usang ataupun faktor-faktor lainnya. Apabila asset ini memang harus diperoleh sebelum digunakan dan

Page 31: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 26

kerusakan-kerusakan memang tak dapat dihindarkan serta dapat diantisipasikan sebelumnya, pengurangan nilai ini perlu diperhitungkan dalam pengukuran biaya.

Pengakuan Beban Saat pelaporan beban ditentukan oleh pendekatan yang dipakai erhadap laba. Definisi laba sebagai perubahan dalam nilai umumnya menyarankan bahwa biaya harus dilaporkan apabila terjadi penurunan nilai, atau jika tidak terdapat manfaat atau nilai nyata yang akan diterima dalam masa yang akan datang dari penggunaan barang dan jasa. Pengakuan beban dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu : 1. Penandingan Langsung

Mengaitkan atau menghubungkan beban pada pendapatan tertentu disebut proses pengaitan atau penandingan (matching). Contohnya, harga pokok penjualan jelas merupakan beban langsung yang dapat ditandingkan dengan pendapatan yang dihasilkan dari penjualan barang dan periode pelaporannya akan sama dengan periode pelaporan pendapatan bersangkutan. Demikian pula, biaya pengiriman dan komisi penjualan biasanya berkaitan langsung dengan pendapatan.

2. Pengakuan Segera Banyak beban yang tidak berkaitan dengan pendapatan tertentu, tetapi dikeluarkan untuk memperoleh barang dan jasa yang secara tidak langsung membantu menghasilkan pendapatan. Hal ini disebabkan barang-barang dan jasa ini boleh dikatakan segera digunakan, maka biayanya diakui sebagai beban dalam periode peralihan. Contohnya mencakup hampir semua biaya administrasi, seperti gaji kantor, prasarana, dan beban iklan umum dan penjualan.

3. Alokasi Sistematik dan Rasional Kategori pengakuan beban umum yang

ketiga bersangkut paut dengan aktiva yang bermanfaat lebih dari satu periode akuntansi.

Harga pokok aktiva seperti bangunan, peralatan, paten dan asuransi dibayar

dimuka disebarkan pada sepanjang masa manfaat yang diharapkan dengan beberapa cara yang sistematik dan rasional. Beban-beban ini diperlukan untuk menghasilkan

pendapatan. Contoh beban yang termasuk dalam kategori ini adalah penyusutan dan

amortisasi.

METODOLOGI PENELITIAN Lokasi Penelitian

Perusahaan yang akan menjadi objek peneliti adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang percetakan, yaitu CV. Muara ’99 Pamekasan yang terletak di Jl. Segara No. 28B Pamekasan. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif. Menurut Sugiono (2006:11-12), penelitian deskriptif adalah penelitian tentang fenomena yang terjadi pada masa sekarang. Prosesnya berupa pengumpulan dan penyusunan data, serta analisis dan penafsiran data tersebut. Jenis dan Sumber Data

Jenis data menurut Arikunto (2002:94) dapat dibedakan menjadi dua yaitu data kualitatif dan kuantitatif. Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah jenis data kuantitatif, yaitu berupa laporan keuangan dari perusahaan berupa laporan laba rugi.

Sumber data dibedakan menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Dalam penelitian ini, sumber data yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen perusahaan berupa laporan keuangan perusahaan, gambaran perusahaan dan struktur organisasi perusahaan. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan prosedur penelitian pada umumnya, maka prosedur pengumpulan data untuk penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Survey Pendahuluan

Dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai keadaan perusahaan secara umum termasuk di dalamnya sejarah perusahaan dan kondisi perusahaan pada saat ini.

2. Studi Lapangan

Page 32: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 27

Dilakukan untuk memperoleh secara langsung data-data yang diperlukan dalam penelitian. Dalam penelitian ini pengumpulan data diperoleh dengan cara dokumentasi, yaitu mendapatkan data dari dokumen-dokumen perusahaan berupa laporan keuangan dan catatan akuntansi lainnya yang berhubungan dengan penelitian.

Teknik Analisis

Dalam usaha mencari dan mengumpulkan data untuk penelitian ini, maka penulis menggunakan teknik analisis sebagai berikut: 1. Mengamati dan mengumpulkan data

tentang pendapatan dan beban. 2. Membandingkan data yang diperoleh

dengan teori yang telah diungkapkan dalam landasan teori.

3. Menganalisis data yang ada. 4. Mengambil simpulan dan memberikan

saran. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Aspek Pasar 1. Produk Yang Dihasilkan

Produk yang dihasilkan dari usaha ini khususnya adalah Undangan Penikahan/Khitanan dan Kartu nama. Dan pada umumnya segala jenis cetakan. a. Berbagai Jenis Undangan

Menyediakan layanan jasa cetak (percetakan) berbagai jenis Undangan. Undangan yang akan di cetak akan di desain sebaik mungkin sesuai dengan permintaan konsumen. Dapat juga ditambahkan dengan ide ataupun saran dari karyawan yang bertugas sebagai desain grafis. Maka konsumen akan puas dengan hasil undangan yang akan di cetak, karena didesain dan di cetak dengan baik.

b. Identitas Promosi Perusahaan/Lembaga

Menyediakan layanan jasa cetak (percetakan) berbagai jenis kartu nama yang menunjukkan identitas dan media promosi sebuah perusahaan/lembaga. Disajikan dalam berbagai macam pilihan bahan, ukuran, warna yang dapat di pilih sesuai dengan keinginan

konsumen dengan harga yang terjangkau.

2. Keunggulan Produk • Undangan pernikahan yang selalu berbeda-beda (special design). • Produk yang di hasilkan sesuai dengan permintaan pelanggan. • Pemberian potongan harga (diskon) bagi pelanggan yang memesan banyak. • Perancangan produk yang terus di

kembangkan dengan desain-desain baru yang menarik.

• Penguasaan teknologi produksi sehingga mampu menghasilkan produk dengan kualitas tinggi.

3. Gambaran Pasar Gambaran pasar dari usaha ini

sudah cukup jelas. Mengingat setiap manusia yang hidup di dunia ini pasti ada keinginan untuk melangsungkan pernikahan. Apalagi di zaman modern sekarang, hampir dipastikan dalam setiap melakukan acara resepsi pernikahan memesan undangan untuk mengundang para teman dan saudara. Jadi, selama manusia masih hidup di muka bumi ini dan masih terus melaksanakan acara pernikahan, selama itu pula kebutuhan manusia akan undangan akan tetap ada. Ditinjau dari keadaan ekonomi masyarakat kota Pamekasan yang cenderung mencari dan membeli barang yang murah tetapi tetap berkualitas, maka kami optimis bahwa produk yang dipasarkan akan banyak diminati oleh masyarakat. Kegiatan promosi yang dilakukan adalah sebagai berikut : • Melakukan Direct Marketing atau

Personal Selling kepada masyarakat dengan sikap yang ramah dan bersahabat dan menjelaskan keunggulan produk.

• Pembuatan dan penyebaran brosur dan spanduk di tempat yang strategis dan pusat keramaian.

• Membuat iklan di media cetak dan internet.

4. Target/Segmen Pasar Target adalah sekelompok

pembeli yang mempunyai sifat-sifat yang sama yang membuat pasar itu berdiri sendiri. Target/Segmen Pasar dari suatu usaha merupakan penentuan dari berhasil atau tidaknya pemasaran

Page 33: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 28

yang di lakukan terhadap suatu produk. Cara melakukan segmentasi pasar yang akan dipilih pada usaha ini adalah Static Attribute Segmentation, yaitu cara mamandang pasar berdasarkan geografis dan demografis. Berdasarkan geografis berarti pasar dilihat berdasarkan Negara, wilayah, atau kota. Sedangkan demografis berarti pasar di bagi berdasarkan pada usia, jenis kelamin, penghasilan, daur hidup keluarga dan penghasilan.

Target/Segmen Pasar dari produk usaha ini untuk pembuatan undangan pernikahan/khitanan adalah seluruh lapisan masyarakat kota Pamekasan dan sekitarnya. Mengingat kota Pamekasan terdiri dari berbagai macam budaya dan etnis. Hal ini tidak membuat pasar menjadi hilang, bahkan semakin memperluas pasar karena usaha ini juga mencetak undangan untuk adat dan ada pula undangan untuk etnis Tionghoa. Sedangkan dilihat dari penghasilan, rata-rata penduduk masyarakat kota Pamekasan dan sekitarnya sebagian besar bekerja sebagai pegawai dan buruh. Bisa diperkirakan masyarakat kota Pamekasan dan sekitarnya memiliki kehidupan dengan ekonomi menengah kebawah. Tetapi tidak sedikit pula ada sebagian masyarakat kota Pamekasan memiliki kehidupan dengan ekonomi keatas. Hal ini menyebabkan kebiasaan atau pola pikir yang berbeda-beda pula dalam hal membelanjakan uangnya. Dengan demikian, target/segmentasi pasar yang dituju adalah seluruh masyarakat kota Pamekasan dan sekitarnya. Karena harga undangan pada percetakan ini dapat di jangkau dan dapat disesuaikan dengan keinginan dan kondisi keuangan konsumen.

5. Trend Perkembangan Pasar Masyarakat Indonesia dan

masyarakat kota Pamekasan pada khususnya sangat mengikuti trend suatu produk di pasar saat ini. Penulis sangat yakin ketika usaha ini telah berjalan akan menjadi perusahaan yang dapat berkembang cepat. Hal ini dapat dilihat dari kondisi perekonomian Indonesia yang cukup baik dan selera masyarakat

untuk mencoba suatu produk yang unik, harga yang terjangkau, tetapi tetap berkualitas.

Pertumbuhan ekonomi, inflasi dan tingkat suku bunga mempengaruhi trend perkembangan pasar. Dari segi pertumbuhan ekonomi dapat dilihat bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi di Indonesia sedang membaik dan ini sangat mempengaruhi tingkat pendapatan masyarakat. Dengan tingkat pendapatan yang baik maka masyarakat akan tinggi pula dalam mengkonsumsi suatu produk.Keinginan masyarakat yang tinggi untuk mengkonsumsi suatu produk maka akan tinggi pula hasrat masyarakat untuk memesan undangan yang akan dicetak.

Dari segi inflasi, faktor ini mempengaruhi dalam perkembangan usaha penulis. Dikarenakan ketika inflasi tinggi maka akan berimbas pada bahan baku penolong usaha ini. Dengan tingginya inflasi maka tinggi pula harga bahan baku penolong yang akan berimbas pada harga produk usaha penulis. Namun, ketika inflasi turun maka bahan baku penolong juga akan turun sehingga berimbas pula pada harga produk usaha penulis.

Dari segi tingkat suku bunga, faktor ini juga mempengaruhi akan perkembangan usaha ini. Namun, dapat dilihat bahwa tingkat bunga mempengaruhi ketika usaha yang dijalankan mendapat pinjaman dari pihak ketiga yakni bank. Dalam usaha ini, modal untuk pendirian usaha ini merupakan usaha dari modal sendiri dan usaha ini tidak akan terpengaruh akan naik atau turunnya tingkat suku bunga. Dengan modal sendiri ini kami sangat yakin akan dapat mengembangkan usaha ini menjadi perusahaan yang besar.

6. Strategi Pemasaran Strategi adalah langkah-langkah

yang harus dijalankan oleh suatu perusahaan untuk mencapai tujuan. Strategi pemasaran usaha ini dilakukan berdasarkan analisa 7P yang terdiri atas : a. Product

Strategi ini berbicara mengenai bagaimana produk usaha kita dapat

Page 34: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 29

menarik hati konsumen untuk membelinya. Produk yang ditawarkan Percetakan Makmur Jaya merupakan produk yang yang di cetak sesuai dengan keinginan konsumen. Mulai dari pemilihan jenis kertas, warna undangan, pemakaian polymas (tinta berwarna emas), hingga ukuran undangan yang akan di cetak. Semua didesain serapi dan seindah mungkin, serta pemberian ciri khas tersendiri seperti raster (background) undangan. Hal ini membuat undangan yang dihasilkan tidak akan sama dengan undangan yang lain. Sehingga diusahakan selalu ada model-model undangan baru dan konsumen memiliki banyak pilihan. Dan yang paling penting ialah kualitas dari produk yang dihasilkan selalu dijaga, agar konsumen merasa puas dan tidak dirugikan. Hal ini akan berdampak kepada loyalitas pelanggan dan secara tidak langsung akan terjadi proses pemasaran secara alami. Dimana pelanggan akan memberikan saran kepada orang lain yang ingin menempah undangan agar membuat pada usaha ini.

b. Price

Strategi mengenai bagaimana produk kita lebih menarik konsumen dari segi harga dibandingkan pesaing. Umumnya konsumen lebih tertarik kepada produk dengan harga yang lebih murah. Dalam hal menentukan harga sebuah produk yang dihasilkan pada usaha ini, harus dipertimbangkan beberapa hal. Bukan semata-mata hanya mengambil keuntungan dari biaya produksi ditambah dengan marjin. Melainkan dari sebuah nilai yang mencerminkan nilai proporsi yang sesuai dalam setiap produk. Harga yang tepat akan memiliki ikatan yang erat antara pembeli dan produsen. Harga produk benar-benar disesuaikan dengan kondisi keuangan konsumen, dengan cara pemberian saran dan pilihan-pilihan alternatif lain terhadap bahan pembuatan undangan (jenis kertas)

dan lain sebagainya tanpa mengurangi kualitas produk.

c. Promotion Strategi mengenai bagaimana

produk kita dapat dikenal oleh konsumen melalui cara Personal Selling yaitu promosi melalui penjualan langsung ke tempat konsumen berada dengan menawarkan contoh produk, keunggulan, harga, serta membuat spanduk dan memasangnya di pusat keramaian.

d. Placement Merupakan cara untuk

mendistribusikan produk untuk sampai ke tangan konsumen. Sistem distribusi yang dilakukan secara langsung ke konsumen. Tempat usaha yang kita pilih juga harus strategis, dapat dijangkau dengan mudah, dekat dengan pusat keramaian dan daerahnya yang aman dan bersih agar konsumen dapat dengan mudah mencari dan datang.

e. People Merupakan kriteria sumber

daya manusia yang dimiliki secara umum, yang dapat meningkatkan penjualan produk ke konsumen secara langsung ataupun tidak langsung. Direncanakan, usaha ini dijalankan oleh pemilik sendiri sebagai pemilik aktif. Maka sedapat mungkin pemilik mengutamakan pelayanan dengan sikap yang ramah, sopan dan bersahabat kepada setiap pelanggan yang datang. Dan diterapkan pada semua karyawan yang bekerja pada usaha ini.

f. Process Proses yang dapat ditampilkan

seperti proses produksi yang baik ataupun proses pelayanan terhadap konsumen. Dalam tahap proses pengerjaan, pelanggan dapat melihat secara langsung proses desain undangan. Agar pelanggan tahu dan dapat menentukan apakah undangan yang di desain sudah seperti yang diinginkan atau belum. Disini operasional usaha dituntut untuk menjaga kualitas produksi seperti mengutamakan fokus dalam setiap

Page 35: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 30

pekerjaan, langkah kerja yang efektif dan tangkas menanggapi permintaan.

g. Physical Evidence Building merupakan bagian dari

bukti fisik, karakteristik yang menjadi persyaratan yang bernilai tambah bagi konsumen dalam perusahaan jasa yang memiliki karakter. Perhatian terhadap interior, perlengkapan bangunan, termasuk lighting system, dan tata ruang yang lapang menjadi perhatian penting dan dapat

mempengaruhi mood pengunjung. Bangunan harus dapat menciptakan suasana dengan memperhatikan ambience sehingga memberikan pengalaman kepada pengunjung dan dapat membrikan nilai tambah bagi pengunjung, khususnya menjadi syarat utama perusahaan jasa dengan kelas market khusus.

Berdasarkan perhitungan neraca dan laba rugi dengan menggunakan kas basic adalah sebagai berikut :

Tabel 1

NERACA Tahun 2009-2011 Dalam rupiah

Keterangan 2009 2010 2011

Aktiva Lancar

Kas Rp. 18.496.175 Rp. 17.785.970 Rp. 21.349.675

Piutang usaha Rp. 25.344.116 Rp. 23.462.374 Rp. 27.625.409

Persediaan Rp. 2.125.000 Rp. 1.915.000 Rp. 1.025.000

Total aktiva lancar Rp. 45.965.291 Rp. 43.163.344 Rp. 50.000.084

Aktiva tetap

Gedung Rp. 200.000.000 Rp. 200.000.000 Rp. 200.000.000

Kendaraan Rp. 160.000.000 Rp. 160.000.000 Rp. 160.000.000

Perlengkapan prod Rp. 17.725.000 Rp. 37.725.000 Rp. 57.725.000

Inventaris Rp. 8.100.000 Rp. 8.100.000 Rp. 8.100.000

Akm. Penyusutan (Rp. 38.335.000) (Rp. 76.710.000) (Rp. 95.065.000)

Total aktiva tetap Rp. 347.490.000 Rp. 329.115.000 Rp. 330.760.000

Total aktiva Rp. 393.455.291 Rp. 372.278.344 Rp. 380.760.084

Passive

Hutang Lancar

Hutang Usaha Rp. 33.390.199 Rp. 29.103.004 Rp. 34.804.603

Hutang Bank Rp. 37.246.622 Rp. 23.646.662 Rp. 21.246.661

Total hutang lancar Rp. 70.636.821 Rp. 52.749.666 Rp. 56.051.264

Ekuitas

Modal Rp. 288.903.848 Rp. 288.903.848 Rp. 288.903.848

Laba/Rugi berjalan Rp. 33.914.622 Rp. 30.624.830 Rp. 35.804.972

Total ekuitas Rp. 322.818.470 Rp. 319.528.678 Rp. 324.708.820

Total passive Rp. 393.455.291 Rp. 372.278.344 Rp. 380.760.084

Sumber : CV. Muara ’99 Pamekasan, diolah

Page 36: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 31

Tabel 2 LAPORAN LABA RUGI

Tahun 2009-2011 Dalam rupiah

Tahun 2009 2010 2011

Penjualan Rp. 256.285.000 Rp. 247.853.000 Rp. 284.285.000

Pot.penjualan Rp. 850.286 Rp. 1.287.550 Rp. 1.083.546

Penjualan bersih Rp. 255.434.714 Rp. 246.565.450 Rp. 283.201.454

Harga Pokok Penjualan Rp. 162.041.424 Rp. 158.354.620 Rp. 181.041.424

Laba kotor Rp. 93.393.290 Rp. 88.210.830 Rp. 102.160.030

Biaya-biaya:

Biaya gaji Rp. 10.681.500 Rp. 10.947.000 Rp. 10.186.500

Biaya ATK Rp. 820.000 Rp. 548.750 Rp. 420.000

Biaya telepon dan listrik Rp. 5.053.000 Rp. 3.250.650 Rp. 5.624.650

Biaya tranporatasi Rp. 1.010.000 Rp. 1.585.000 Rp. 270.000

B. Penyusutan Rp. 38.335.000 Rp. 38.335.000 Rp. 38.335.000

B. Pemeliharaan Rp. 220.000 Rp. 428.000 Rp. 220.000

Lain-lain Rp. 560.000 Rp. 495.000 -

Total biaya Rp. 56.679.500 Rp. 55.589.400 Rp. 55.056.150

EBIT Rp. 36.713.790 Rp. 32.621.430 Rp. 47.103.880

Pajak Rp. 1.835.690 Rp. 1.631.072 Rp. 2.355.194

EAT Rp. 34.878.100 Rp. 30.990.358 Rp. 44.748.686

Sumber : CV. Muara ’99 Pamekasan, diolah Data-data yang terdapat dalam tabel di atas, semua beban dan pendapatan diakui sebagai cash basic, sehingga pada laporan keuangan perusahaan tidak terdapat jurnal-jurnal tentang pengakuan pendapatan dan beban yang berbasis cash basic seperti yang dibutuhkan oleh peneliti. Pembahasan Untuk memecahkan masalah yang ada pada CV. Muara ’99 Pamekasan, penulis akan mengubah metode yang digunakan oleh pihak CV. Muara ’99 Pamekasan dalam mengakui pendapatan dan beban, yaitu yang semula menggunakan dasar kas kemudian penulis akan mengubah menjadi accrual basic. Metode accrual basic adalah suatu pedoman dalam penyusunan laporan

keuangan yang didasarkan pada saat waktu kejadian dengan melihat jangka waktu yang dinikmati. Dari sini akan diketahui seberapa besar pengaruh pengakuan pendapatan dan beban dengan menggunakan masing-masing metode terhadap laporan keuangan tahun 2011. Adapun langkah-langkah dalam memecahkan masalah adalah sebagai berikut: Membuat jurnal sesungguhnya sesuai dengan periode accrual basic a. Jurnal untuk mencatat uang muka penjualan angsuran tahun 2011

Kas Rp. 4.360.000 Penjualan Rp. 4.360.000

b. Jurnal untuk mengakui pendapatan atas penjualan angsuran tahun 2011

Page 37: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 32

Piutang usaha Rp. 22.067.000 Penjualan Rp. 22.067.000

c. Jurnal untuk mencatat pembayaran piutang angsuran yang dicatat ke pendapatan tahun 2011. Penjualan Rp. 19.800.000 Piutang usaha Rp. 19.800.000

d. Jurnal untuk mencatat beban gaji karyawan yang seharusnya diakui tahun 2011 B. gaji karyawan Rp. 1.172.000 Utang gaji Rp. 1.172.000

e. Jurnal untuk mencatat beban listrik dan telepon B. listrik dan telepon Rp. 864.600 Utang listrik dan telepon Rp.

864.600 Membuat jurnal koreksi atas perubahan metode pengakuan pendapatan dan beban yang dilaksanakan. 1. Jurnal koreksi untuk mengakui

pendapatan atas pendapatan dan penjualan angsuran 2011. Menurut accrual basic Piutang usaha Rp. 22. 067.000 Penjualan Rp. 22.067.000 Karena pihak CV. Muara ’99 Pamekasan mengakui pendapatan pada saat kas diterima, maka tidak ada piutang atas penjualan angsuran yang diakui karena belum diterima per kas, sehingga perlu dibuat jurnal koreksi untuk mengakui piutang usaha (D) dan penjualan (K) sebesar Rp. 22.067.000.

2. Jurnal koreksi atas pembayaran piutang angsuran 2011

Menurut koreksi Kas Rp. 21.058.800 Penjualan Rp. 21.058.800 Menurut accrual basic Kas Rp. 19.800.000 Piutang usaha Rp. 19.800.000 CV. Muara ’99 Pamekasan mengakui penerimaan kas pembayaran angsuran tahun 2010 sebagai pendapatan/penjualan tahun 2011 dengan mengkredit kas sebesar Rp. 4.258.800. jadi jumlah ini harus dikeluarkan dari penjualan tahun 2011 dengan mengkredit akun kas sebesar Rp. 4.258.800.

3. Jurnal koreksi atas biaya gaji karyawan

Menurut CV. Muara ’99 Pamekasan

Desember 2011 : tidak ada pencatatan Januari 2012: B. gaji karyawan Rp. 1.172.000 Kas Rp. 1.172.000 Menurut accrual basic Desember 2011 : B. gaji karyawan Rp. 1.172.000 Utang gaji Rp. 1.172.000 Januari 2011 : Utang gaji Rp. 1.172.000 Kas Rp. 1.172.000 Jurnal Koreksi B. gaji karyawan Rp. 1.172.000 Utang gaji Rp. 1.172.000 Pada bulan Desember 2011 tidak ada beban gaji karyawan yang diakui oleh CV. Muara ’99 Pamekasan karena belum dikeluarkan per kas, sehingga perlu dibuat jurnal koreksi dengan mendebet akun beban gaji karyawan dan mengkredit utang gaji sebesar Rp. 1.172.000.

4. Jurnal koreksi atas biaya listrik dan telepon

Menurut CV. Muara ’99 Pamekasan Desember 2011 : tidak ada pencatatan B. listrik dan telepon Rp. 864.600 Kas Rp. 864.600 Menurut accrual basic B. listrik dan telepon Rp. 864.600 Utang listrik dan telepon Rp. 864.600 Januari 2012: Utang listrik & telepon Rp. 864.600 Kas Rp. 864.600 Jurnal Koreksi B. listrik dan telepon Rp. 864.600 Utang listrik dan telepon Rp. 864.600

Dengan mengakui biaya sedekat mungkin dengan pendapatan yang bersangkutan (biaya pemeliharaan kendaraan dengan pendapatan kendaraan) maka kedua komponen tersebut bisa dipertemukan secara tepat sesuai dengan konsep matching. Dari analisis yang telah dikemukakan bisa disimpulkan bahwa penggunaan dasar kas dalam mengakui pendapatan dan beban kurang tepat. Berikut ini penulis kemukakan beberapa alasan yang berkaitan dengan pendapatan dan beban yang dibahas yaitu antara lain: 1. Pendapatan dan beban tidak diakui

dalam periode yang seharusnya sehingga terjadi pergeseran jumlah yang diakui dalam suatu periode situasi

Page 38: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 33

demikian ini tidak menjamin pisah batas yang layak.

2. Tidak adanya temuan yang tepat antara pendapatan dan beban. Dalam hal ini beban pemeliharaan kendaraan sudah diakui (30 Desember 2011) karena sudah dikeluarkan per kas namun pendapatan kendaraan belum diakui karena belum diterima per kas. Situasi ini menyebabkan pendapatan dan beban kendaraan tidak bisa dibandingkan secara tepat.

3. Tidak diakuinya unsur kewajiban lancar (utang gaji dan utang listrik dan telepon) dalam neraca begitu juga dengan unsur piutang usaha diakui lebih rendah dari yang semestinya.

4. Dari hal tersebut di atas akan menyebabkan laporan laba/rugi tidak dapat memberikan informasi yang akurat.

Menyusun laporan keuangan setelah koreksi Dari daftar saldo akun setelah koreksi seperti pada tabel di atas, maka bisa dibuat laporan keuangan yang baru dengan menggunakan akuntansi accrual basic. Laporan keuangan setelah koreksi bisa dilihat pada di atas dan juga tabel untuk neracanya. Berdasarkan perhitungan neraca dan laba rugi dengan menggunakan Akrual Basic adalah sebagai berikut

: Tabel 3

NERACA Tahun 2011

Dalam rupiah

Keterangan 2011

Aktiva Lancar

Kas Rp. 24.608.475

Piutang usaha Rp. 31.892.409

Persediaan Rp. 1.025.000

Persedian ATK Rp. 189.900

Total aktiva lancar Rp. 56.690.784

Aktiva tetap

Gedung Rp. 200.000.000

Kendaraan Rp. 160.000.000

Perlengkapan prod Rp. 57.725.000

Inventaris Rp. 8.100.000

Akm. Penyusutan (Rp. 95.065.000)

Total aktiva tetap Rp. 330.760.000

Total aktiva Rp. 387.450.784

Passive

Hutang Lancar

Hutang Usaha Rp. 31.804.603

Hutang Gaji Rp. 1.172.000

Hutang Listrik dan telepon Rp. 864.600

Hutang Pajak Rp. 2.202.954

Hutang Bank Rp. 21.436.561

Total hutang lancar Rp. 56.690.810

Ekuitas

Modal Rp. 288.903.848

Laba/Rugi berjalan Rp. 41.856.126

Total ekuitas Rp. 330.759.974

Total passive Rp. 387.450.784

Sumber : Data diolah

Page 39: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 34

Tabel 4 LAPORAN LABA RUGI

Tahun 2011 Dalam rupiah

Tahun 2011

Penjualan Rp. 283.276.800

Pot.penjualan Rp. 1.083.546

Penjualan bersih Rp. 282.193.254

Harga Pokok Penjualan Rp. 181.041.424

Laba kotor Rp. 101.151.830

Biaya-biaya:

Biaya gaji Rp. 11.358.500

Biaya ATK Rp. 420.000

Biaya telepon dan listrik Rp. 6.489.250

Biaya tranporatasi Rp. 270.000

B. Penyusutan Rp. 38.335.000

B. Pemeliharaan Rp. 220.000

Lain-lain -

Total biaya Rp. 57.092.750

EBIT Rp. 44.059.080

Pajak Rp. 2.202.954

EAT Rp. 41.856.126

Sumber : Data diolah

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan uraian pada pembahasan sebelumnya, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Dalam mengakui pendapatan dan beban CV. Muara ’99 menggunakan metode cash basic sehingga berdampak adanya pendapatan dan beban dilaporkan dalam kondisi lebih (over stead) atau kurang (under stead) dari yang semestinya diakui.

2. Laporan keuangan yang disusun dengan menggunakan dasar cash basic tidak bisa menunjukkan suatu kejadian masa lalu yang masih

mempunyai pengaruh untuk menilai laporan keuangan di masa yang akan datang atau periode akuntansi berikutnya.

3. Laporan keuangan yang disusun dengan menggunakan dasar cash basic adalah kurang memuaskan karena metode tersebut tidak menghasilkan laporan keuangan yang dapat menyajikan secara tegas jumlah pendapatan tersebut dengan semua beban yang berkaitan dengan cara dan dasar perbandingan (matching) yang tepat.

Saran

Page 40: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 35

Untuk membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh CV. Muara ’99 Pamekasan. Berdasarkan analisis pada bab sebelumnya, maka berikut ini beberapa saran yang diajukan oleh penulis berkaitan dengan permasalahan tersebut, yaitu sebagai berikut:

1. Agar dapat dihasilkan laporan keuangan yang wajar, maka CV. Muara ’99 Pamekasan hendaknya tidak menggunakan metode cash basic di dalam pengakuan pendapatan dan pembebanan biaya.

2. CV. Muara ’99 Pamekasan hendaknya menggunakan metode accrual basic dalam mencatat setiap transaksi terutama dalam mengakui pendapatan dan beban sehingga dapat menjamin pisah batas yang layak antara pendapatan dan beban yang diakui per periode atau siklus akuntansi.

3. Laporan keuangan yang dibuat harus sesuai dengan pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 1 (revisi 2004) tentang laporan keuangan yang terdiri dari: neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, serta catatan atas laporan keuangan. Karena CV. Muara ’99 Pamekasan hanya membuat neraca dan laporan laba rugi, maka hendaknya juga dibuatkan laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas.

DAFTAR PUSTAKA Bodnar, George H., and William S.

Hopwood. 2006. Sistem Informasi Akuntansi. Terjemahan. Edisi

Kesembilan. Yogyakarta: Penerbit Andi

Carter, William K. dan Milton F. Usry. 2004. Akuntansi Biaya. Terjemahan. Edisi Ketigabelas. Jakarta: Penerbit Salemba Empat

Hansen, Don R. and Maryanne M. Mowen. 2005. Akuntansi Manajemen. Terjemahan. Edisi Ketujuh. Jakarta: Penerbit Salemba Empat

Ikatan Akuntan Indonesia. 2004. Standar Akuntansi Indonesia. Jakarta: Penerbit Salemba Empat

Ikatan Akuntan Indonesia, 2007. Standar Akuntansi Keuangan per 1 September 2007. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

Keiso, et al. 2007. Akunntansi Intermediate. Diterjemahkan oleh Penerbit Erlangga. Indonesia: Jakarta.

Niswonger, C. Rollin, Philip E. Fess. 1992. Prinsip-Prinsip Akuntansi. Terjemahan. Jakarta: Penerbit Erlangga

Suwarjono. 2005. Akuntansi Pengantar 1. Buku Panduan Dosen. Warren, CS., et al. 2008. Pengantar

akuntansi. Diterjemahkan oleh Tim Penerbit Salemba Empat. Indonesia: Jakarta.

Wikipedia Indonesia, Pengertian Akuntansi, 2009, (http://id.wikipedia.org/wiki/Akuntansi, diakses 19 Januari 2010).

Yadiati, Winwin,. 2006. Pengantar Akuntansi I. Penerbit Salemba Empat. Indonesia: Jakarta

Page 41: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 36

ANALISIS KINERJA KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH (BLUD) PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. H. SLAMET MARTODIRDJO KABUPATEN

PAMEKASAN

Rika Syahadatina

Universitas Madura [email protected]

ABSTRAK

Pengukuran kinerja merupakan salah satu elemen penting sistem pengendalian manajemen suatu organisasi, yang dapat digunakan untuk mengendalikan aktivitas- aktivitas. Setiap aktivitas harus terukur kinerjanya agar dapat diketahui tingkat efisiensi dan efektifitasnya. BLUD/Badan Layanan Umum Daerah adalah instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/ atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Kegiatan RSUD Dr. H. slamet Martodirdjo Pamekasan untuk menigkatkan kinerja manajemen khususnya dalam bidang keuangan, yaitu dengan menggunakan rasio keuangan adapun rasio keuangan yang digunakan adalah rasio likuiditas, aktivitas, profitabilitas, solvabilitas dan rentabilitas. Untuk rasio likuiditas dari tahun 2011 ke 2012 mengalami kenaikan sekitar 19.27% dan tahun 2012 ke 2013 mengalami penurunan sekitar 7.73%, Rasio solvabilitas terjadi dari tahun 2011 ke 2012 mengalami penurunan 0.1% dan tahun 2012 ke 2013 mengalami penurunan 0.02% ,rasio aktivitas terjadi kenaikan dari tahun 2011 ke 2012 3.83% dan tahun 2012 ke 2013 mengalami penurunan 2.13%, rasio profitabilitas pada tahun 2012 ke 2012 terjadi kenaikan 20.75% dan tahun 2012 ke 2013 mengalami penurunan 60.18%, dan rasio rentabilitas pada tahun 2011 ke 2012 mengalami kenaikan 5.99% dan tahun 2012 ke 2013 mengalami penurunan 20.62%, tetapi pada dasarnya keuangan RSUD dalam keadaan seimbang (baik) yaitu 1:2 artinya hutang lebih kecil di bandingkan dengan asset yang ada.

Kata kunci: kinerja keuangan

PENDAHULUAN Sejak dua dekade terakhir, pelaksanaan reformasi administrasi publik makin nyata di berbagai negara termasuk Indonesia. Dotrin New Public Management (NPM) / Reinventing Government yang di dasarkan atas pengalaman negara-negara Eropa, Amerika Serikat, Australia, dan Selandia Baru secara berangsur - angsur diadopsi ke dalam manajemen pemerintahan di berbagai negara, termasuk Indonesia. Transformasi manajemen pemerintahan dalam New Public Management mulai dari penataan kelembagaan /Institutional Arrangement, reformasi kepegawaian /Civil Servant Reform, dan reformasi pengelolaan keuangan Negara /New Management Reform (Mahmudi, 2003). Di dalam dotrin NPM tersebut pemerintah dianjurkan untuk

meninggalkan paradigma administrasi tradisional yang cenderung mengutamakan sistem dan prosedur, birokratis yang tidak efisien, pemberian layanan yang lambat serta tidak efektif, dan menggantikannya dengan orientasi pada kinerja dan hasil. Pemerintah dianjurkan untuk melepaskan diri dari birokrasi klasik, dengan mendorong organisasi dan pegawai agar lebih fleksibel, dan menetapkan tujuan, serta target organisasi secara lebih jelas sehingga memungkinkan pengukuran hasil. Melalui reformasi ini pemerintah diharapkan menerapkan praktek managemen strategik melalui sistem anggaran berbasis kinerja dan akuntansi berbasis accrual secara double entry.

Negara Indonesia telah mengadopsi pemikiran NPM dengan melakukan reformasi keuangan negara

Page 42: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 37

yang mulai bergulir sejak akhir tahun 2003, dengan dikeluarkannya tiga paket peraturan keuangan Negara yang baru, yaitu UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang No.1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UU No.15 Tahun 2005 tentang Pemeriksaan Keuangan Negara. Dengan ketiga paket peraturan keuangan negara tersebut telah merubah mindset atau pola pikir yang lebih efisien, profesionalitas, akuntabel, dan transparan, dengan melakukan perubahan dari penganggaran tradisional menjadi penganggaran berbasis kinerja, yang membuka koridor bagi penerapan basis kinerja di lingkungan pemerintah. Dengan basis kinerja ini, arah penggunaan dana pemerintah menjadi lebih jelas dari hanya membiayai input dan proses menjadi berorientasi pada output. Perubahan ini sangat berarti mengingat kebutuhan dana yang semakin tinggi, sedangkan sumber daya yang dimiliki pemerintah terbatas (Ahmad Hag, 2009). Berdasarkan Undang-Undang tersebut, instansi pemerintah yang tugas pokok dan fungsinya memberikan pelayanan kepada masyarakat dapat menerapkan pola pengelolaan keuangan yang fleksibel, berupa keleluasaan untuk menerapkan praktek- praktek bisnis yang sehat dalam rangka memaksimalkan pelayanan kepada masyarakat dengan tetap menonjolkan produktivitas, efisiensi, dan efektifitas melalui Badan Layanan Umum. BLU pada dasarnya adalah alat untuk meningkatkan kinerja pelayanan public melalui penerapan manajemen keuangan yang berbasis pada hasil, profesionalitas, akuntabilitas dan transparansi. Untuk dapat menjadi badan layanan umum daerah (BLUD), suatu instansi harus memenuhi tiga persyaratan pokok, yaitu persyaratan substantif, yang terkait dengan penyelanggaraan layanan umum, persyaratan teknis yang terkait dengan kinerja pelayanan dan kinerja keuangan, serta persyaratan administratif terkait dengan terpenuhinya dokumen seperti pola tata kelola, rencana strategis bisnis, standar layanan minimal, laporan keuangan pokok, dan laporan

audit/bersedia untuk diaudit. Rumah Sakit sebagai salah satu

institusi pelayanan publik memegang peranan penting bagi peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Rumah sakit dituntut untuk dapat melayani masyarakat, dapat berkembang dan mandiri serta harus mampu bersaing dan memberikan pelayanan yang bermutu dan terjangkau bagi masyarakat. Dengan semakin tingginya tuntutan bagi Rumah Sakit untuk meningkatkan pelayanannya, banyak permasalahan yang muncul terkait dengan terbatasnya anggaran yang tersedia bagi operasional Rumah Sakit, alur birokrasi yang terlalu panjang dalam proses pencairan dana, aturan pengelolaan keuangan yang menghambat kelancaran pelayanan dan sulitnya untuk mengukur kinerja, sementara Rumah Sakit memerlukan dukungan sumber daya manusia, teknologi, dan modal yang sangat besar. Melalui konsep pola pengelolaan keuangan BLUD ini Rumah Sakit diharapkan dapat meningkatkan profesionalisme, mendorong enterpreneureship, transparansi, dan akuntabilitas dalam rangka pelayanan publik, sesuai dengan tiga pilar yang diharapkan dari pelaksanaan PPK-BLUD ini, yaitu mempromosikan peningkatan kinerja pelayanan publik, fleksibilitas pengelolaan keuangan dan tata kelola yang baik..

RSUD Dr. H. Slamet Martodirdjo Kabupaten Pamekasan sebagai salah satu sub sistem penyelenggaraan peningkatan kesehatan memiliki peran dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan melalui tenaga dokter yang profesional, peralatan medis, pelayanan laboratorium, farmasi, pelayanan perawatan, penelitian dan pendidikan tenaga dokter dan paramedis. Karena sangat pentingnya peranan Rumah Sakit ini dalam sistem kesehatan masyarakat, Sebagai lembaga yang padat modal, padat karya, dan padat ilmu serta teknologi, rumah sakit ini memerlukan profesionalisme yang handal dalam pengelolaan bisnis modern. Melalui Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, (PPK-BLUD), RSUD Dr. H. Slamet Martodirdjo Kabupaten Pamekasan

Page 43: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 38

diharapkan mampu meningkatkan kinerja pelayanannya kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskaan kehidupan bangsa, dengan memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas, dan penerapan praktek bisnis yang sehat.

Dalam persaingan dunia usaha yang semakin ketat, agar dapat hidup dan berkembang suatu perusahaan harus dapat bekerja secara efisien dan efektif. Persaingan dalam dunia bisnis merupakan inti keberhasilan maupun penyebab kebangkrutan suatu perusahaan. Langkah-langkah strategi yang tepat untuk menuju masa depan sangat dibutuhkan pada saat persaingan. Menurut penelitian Audrey M Siahaan (2005), untuk bertahan hidup, rumah sakit harus memikirkan ulang strategi mereka. Ini disebabkan bahwa rumah sakit pada tahun-tahun belakangan ini mengalami persaingan yang semakin besar, pengendalian-pengendalian biaya yang semakin ketat dan tuntutan yang lebih besar akan akuntabilitas publik. Rumah sakit diberi kewenangan dan otonomi yang luas dalam mengelola sumber daya sehingga pelayanan dapat mencapai tujuan dan sasaran dengan cara yang lebih efektif dan lebih efisien.

Di dalam Rumah Sakit terdapat pergeseran paradigma dari organisasi yang bukan bisnis menjadi bisnis. Perubahan lingkungan secara alamiah akan mendorong rumah sakit menjadi suatu organisasi yang multi produk sehingga membutuhkan penanganan dengan konsep manajemen yang tepat. Rumah sakit secara keseluruhan merupakan organisasi yang mempunyai berbagai unit bisnis strategi.

Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial, sedangkan penganggaran adalah proses atau metoda untuk mempersiapkan suatu anggaran. Anggaran merupakan instrumen akuntabilitas atas pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai dengan uang publik.(Mardiasmo2002;61). Sebagai alat

perencanaan, anggaran merupakan rencana kegiatan yang terdiri dari sejumlah target yang akan dicapai oleh para manajer departemen suatu perusahaan dalam melaksanakan serangkaian kegiatan tertentu pada masa yang akan datang. Anggaran digunakan oleh manajer tingkat atas sebagai suatu alat untuk melaksanakan tujuan-tujuan organisasi kedalam dimensi kuantitatif dan waktu, serta mengkomunikasikannya kepada manajer-manajer tingkat bawah sebagai rencana kerja jangka panjang maupun jangka pendek. Sasaran anggaran dapat dicapai melalui pelaksanaan serangkaian aktifitas yang telah ditetapkan sebelumnya dalam bantuk angggaran.

Dahulu penganggaran dilakukan dengan sistem top-down, dimana rencana dan jumlah anggaran telah ditetapkan oleh atasan atau pemegang kuasa anggaran sehingga bawahan atau pelaksana anggaran hanya melakukan apa yang telah disusun (Krisler Bonardi Omposunggu dan Icuk Rangga Bawono, 2006, h.2). Dalam hal ini jika penyusunan anggaran hanya berdasarkan kehendak atasan tanpa melibatkan partisipasi bawahan maka dapat menimbulkan kesulitan bagi bawahan untuk mencapainya. Sebaliknya jika penyusunan anggaran hanya disusun sesuai kehendak bawahan maka juga dapat menimbulkan rendahnya motivasi bawahan dalam mencapai target-target yang optimal. Keterlibatan bawahan dalam penyusunan anggaran akan sangat memungkinkan mereka untuk memberi informasi lokal yang diketahui. Dengan cara ini, bawahan dapat mengkomunikasikan atau mengungkapkan beberapa informasi pribadi yang mungkin dapat dimasukkan dalam standar atau anggaran sebagai dasar penilaian Partisipasi penyusunan anggaran yaitu suatu proses kerjasama dalam pembuatan keputusan yang melibatkan dua kelompok atau lebih yang berpengaruh pada pembuatan keputusan di masa yang akan datang. Disini partisipasi merupakan salah satu unsur yang sangat penting yang menekankan pada proses kerjasama dari berbagai pihak, baik bawahan maupun

Page 44: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 39

manajer level atas (French et al, 1960 dalam Krisler Bonardi Omposunggu dan Icuk Rangga Bawono, 2006). Partisipasi penyusunan anggaran merupakan sebuah pendekatan manajerial yang umumnya dapat meningkatkan kinerja manajerial. Selama empat dasawarsa terakhir partisipasi penyusunan anggaran serta pengaruhnya terhadap kinerja manajerial telah menarik minat berberapa peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa partisipasi penyusunan anggaran lebih memungkinkan para manajer (sebagai bawahan) untuk melakukan negosiasi dengan pimpinan mereka mengenai kemungkinan target anggaran yang dapat dicapai. Pimpinan yang memperkenankan bawahannya untuk turut terlibat dalam pengambilan keputusan menyangkut pekerjaannya umumnya akan meningkatkan kepuasan kerja bawahannya. Kepuasan kerja di sini merupakan sikap seseorang terhadap pekerjannya.

Anggaran mempunyai fungsi sebagai pedoman untuk memotivasi kinerja individual para manajer (Shields dan Shields, 1998). Di samping itu anggaran menjadi alat untuk memotivasi kinerja anggota organisasi (Mardiasmo 2002;66), alat koordinasi dan komunikasi antara atasan dengan bawahan. Dengan dimilikinya motivasi yang cukup tinggi diharapkan para manajer mempunyai keseriusan yang cukup tinggi ketika berpartisipasi dalam menentukan target anggaran.

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian PPK-BLUD

Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara pada Pasal 1 menyatakan bahwa Badan Layanan Umum Daerah adalah instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/ atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Pengertian ini diadopsi kembali dalam peraturan pelaksanaannya yaitu dalam Pasal 1 Angka 1 PP No.23 Tahun 2005

tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah. Yang termasuk dalam jenis BLUD antara lain Rumah Sakit, lembaga pendidikan, pelayanan lisensi, dan penyiaran.

Sedangkan pola pengelolaan keuangan (PPK-BLUD) diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 Pasal 1 Ayat 1 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) dinyatakan bahwa PPK-BLUD adalah pengelolaan keuangan yang memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktek- praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan dan mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagai pengecualian dari ketentuan pengelolaan keuangan negara pada umumnya.

Tujuan dan Azaz Dibentuknya Badan Layanan Umum Daerah

Dalam PP No.23 Tahun 2005 Pasal 68 ayat 1 disebutkan bahwa BLUD bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan produktifitas dan penerapan praktek bisnis yang sehat. Yang dimaksud dengan dengan praktek bisnis yang sehat adalah penyelenggaraan fungsi organisasi berdasarkan kaidah- kaidah manajemen yang baik dalam rangka pemberian layanan yang bermutu dan manajemen berkesinambungan. Sedangkan azaz Badan Layanan Umum Daerah adalah:

Menyelenggarakan pelayanan umum yang pengelolaannya berdasarkan kewenangan yang didelegasikan, tidak terpisah secara hukum dari instansi induknya. 1. Pejabat BLUD bertanggungjawab

atas pelaksanaan kegiatan layanan umum kepada pimpinan instansi induk.

2. BLUD tidak mencari laba. 3. Rencana kerja, anggaran dan laporan

BLUD dengan instansi induk tidak terpisah.

Page 45: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 40

4. Pengelolaan sejalan dengan praktek bisnis yang sehat.

Karakteristik Badan Layanan Umum Daerah

BLUD memiliki karakteristik tertentu yang membedakannya dengan i n s t a n s i pemerintah lainnya, yaitu (Sie Infokum-Ditama Binbangkum BPK, 2008):

1. Berkedudukan sebagai lembaga pemerintah yang tidak dipisahkan dari kekayaan negara.

2. Menghasilkan barang dan/atau jasa yang diperlukan masyarakat.

3. Tidak bertujuan untuk mencari laba. 4. Dikelola secara otonom dengan prinsip

efisiensi dan produktifitas ala korporasi.

5. Rencana kerja, anggaran, dan pertanggung jawabannya dikonsolidasikan pada instansi induk.

6. Penerimaan baik pendapatan maupun sumbangan dapat digunakan secara langsung.

7. Pegawai dapat terdiri dari pegawai negeri sipil dan bukan pegawai negeri sipil.

8. BLUD bukan subyek pajak. Bentuk keistimewaan/privilese

dalam hal fleksibilitas pengelolaan keuangan yang dimiliki BLUD antara lain (Direktorat Pembinaan Pengelolaan Keuangan BLUD,2010):

1. Pendapatan operasional dapat digunakan langsung sesuai Rencana Bisnis dan Anggaran tanpa terlebih dahulu disetorkan ke rekening kas negara, namun seluruh pendapatan tersebut merupakan PNBP yang wajib dilaporkan dalam Laporan Realisasi Anggaran.

2. Anggaran belanja BLUD merupakan anggaran fleksibel berdasarkan kesetaraan antara volume kegiatan pelayanan dengan jumlah pengeluaran, belanja dapat bertambah/berkurang dari yang dianggarkan sepanjang pendapatan terkait bertambah atau berkurang, setidaknya proporsional.

3. Dalam rangka pengelolaan kas BLUD dapat merencanakan penerimaan dan pengeluaran kas, melakukan pemungutan/tagihan, menyimpan

kas dan mengelola rekening bank, melakukan pembayaran, mendapatkan sumber dana untuk menutup defisit jangka pendek, dan memanfaatkan kas yang menganggur (idle cash) jangka pendek untuk memperoleh pendapatan tambahan.

4. BLUD dapat mengelola piutang dan utang sepanjang dikelola dan diselesaikan secara tertib, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggungjawab serta memberikan nilai tambah sesuai praktik bisnis yang sehat.

5. BLUD dapat melakukan investasi jangka pendek maupun jangka panjang.

6. Pengadaan barang dan jasa BLUD yang sumber dananya berasal dari pendapatan operasional, hibah tidak terikat, hasil kerjasama dengan pihak

7. lainnya dapat dilaksanakan berdasarkan ketentuan pengadaan barang/jasa yang ditetapkan pimpinan BLUD.

8. BLUD dapat mengembangkan kebijakan, sistem, dan prosedur pengelolaan keuangan.

9. BLUD dapat memperkerjakan tenaga profesional non PNS.

10. Pejabat pengelola, dewan pengawas dan pegawai dapat diberikan remunerasi berdasarkan tingkat tanggungjawab dan tuntutan profesionalisme yang diperlukan.

Persyaratan Badan Layanan Umum Daerah

Tidak semua instansi pemerintah mendapatkan peluang untuk menjadi BLUD, karena kesempatan tersebut secara khusus hanya disediakan bagi satuan kerja pemerintah yang melaksanakan tugas operasional pelayanan publik dibidang penyediaan barang dan jasa seperti rumah sakit, lembaga pendidikan, pelayanan lisensi, instansi yang mengelola wilayah atau suatu kawasan seperti kawasan ekonomi terpadu, dan instansi yang mengelola dana khusus seperti dana UKM dan dana bergulir. Kesempatan menjadi BLUD dapat diberikan kepada instansi di lingkungan pemerintah yang telah memenuhi tiga

Page 46: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 41

persyaratan yang diwajibkan, yaitu (PP No. 23 Tahun 2005):

1. Persyaratan Substantif, apabila menyelenggarakan layanan umum yang berhubungan dengan penyediaan barang dan/atau jasa layanan umum, pengelolaan wilayah/ kawasan tertentu untuk tujuan meningkatkan perekonomian masyarakat atau layanan umum, dan pengelolaan dana khusus dalam rangka meningkatkan ekonomi dan/atau pelayanan kepada masyarakat.

2. Persyaratan Teknis, yaitu kinerja pelayanan di bidang tugas pokok dan fungsinya layak dikelola dan ditingkatkan pencapaiannya melalui BLUD sebagaimana direkomendasikan oleh Menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD sesuai dengan kewenangannya, dan kinerja keuangan satuan kerja instansi yang bersangkutan adalah sehat sebagaimana ditunjukkan dalam dokumen usulan penetapan BLUD.

3. Persyaratan Administratif, Persyaratan administratif ini terdiri dari (Dirjen Perbendaharaan Depkeu, 2008): 1) Pernyataan kesanggupan untuk

meningkatkan kinerja pelayanan, keuangan, dan manfaat bagi masyarakat.Pola tata kelola (yang baik) merupakan peraturan internal satker yang menetapkan organisasi dan tata laksana, akuntabilitas, dan transparansi.

2) Rencana Strategis Bisnis (RSB) merupakan suatu proses perencanaan yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu 1 (satu) sampai 5 (lima) tahun, yang disusun secara sistematis dan berkesinambungan dengan memperhitungkan potensi, peluang, dan kendala yang ada atau yang mungkin timbul dan memuat visi, misi, tujuan, sasaran, indikator sasaran, strategi (kebijakan dan program) serta

ukuran keberhasilan dan kegagalan dalam pelaksanaan.

3) Laporan keuangan pokok terdiri atas laporan realisasi anggaran, neraca dan catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan disusun berdasarkan SAP Untuk Satker yang sebelumnya telah memiliki DIPA sendiri, menyusun laporan keuangan berdasarkan SAP yang dihasilkan dari sistem akuntansi instansi (SAI). Sedangkan untuk satker yang baru dibentuk dan belum beroperasi sebelumnya, maka laporan keuangan pokok dapat berupa prognosa laporan keuangan tahun berjalan.

4) Standar pelayanan minimum merupakan ukuran pelayanan yang harus dipenuhi oleh satker, yang ditetapkan oleh menteri/pimpinan lembaga dalam rangka penyelenggaraan kegiatan pelayanan kepada masyarakat yang harus mempertimbangkan kualitas layanan, pemerataan, dan kesetaraan layanan, serta kemudahan memperoleh layanan.

5) Laporan audit terakhir atau pernyataan bersedia untuk diaudit secara independen. Instansi pemerintah yang telah

memenuhi ketiga persyaratan diatas ditetapkan sebagai BLUD oleh Menteri Keuangan/Gubernur/Walikota/Bupati. Penetapan yang diberikan dapat berupa status BLUD secara penuh apabila ketiga persyaratan diatas (substantif, teknis, dan administratif) telah dipenuhi dengan memuaskan, sedangkan status BLUD bertahap diberikan apabila persyaratan subtantif dan teknis telah terpenuhi tetapi persyaratan administratif belum terpenuhi secara memuaskan.

Akuntansi, Pelaporan, dan Pertanggung jawaban Keuangan

Akuntansi dan laporan keuangan BLUD diselenggarakan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK), sesuai dengan jenis layanannya. Dalam hal tidak terdapat standar akuntansi keuangan, BLUD dapat menerapkan standar akuntansi industri yang spesifik

Page 47: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 42

setelah mendapat persetujuan dari menteri keuangan. Dalam rangka pertanggungjawaban atas pengelolaan keuangan dan kegiatan pelayanannya BLUD menyusun dan menyajikan laporan keuangan dan laporan kinerja. Laporan keuangan yang disusun meliputi laporan realisasi anggaran/laporan operasional (dapat dalam bentuk laporan aktivitas/laporan surplus defisit), neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan, disertai laporan mengenai kinerja. Laporan keuangan BLUD merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari laporan pertanggungjawaban keuangan kementrian negara / lembaga / SKPD / pemerintah daerah. Penggabungan laporan keuangan BLUD pada laporan keuangan kementrian negara / lembaga / SKPD / pemerintah daerah dilakukan sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan.

Perbandingan Satuan kerja Non BLUD dengan Satuan kerja BLUD

Untuk melihat perbandingan satuan kerja Non BLUD dengan satuan kerja BLUD dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1 Satuan Kerja Non BLUD dan Satuan Kerja BLUD

No

Uraian Satker Non BLUD Satker BLUD

1 Pengelola PNS PNS dan Non PNS

2 Tarif Layanan Atas dasar adil dan patut Atas dasar biaya per unit layanan

3 Dokumen Perencanaan Jangka Menengah

RPJM RSB

4 Dokumen Penganggaran Rencana Kerja Anggaran (RKA) Rencana Bisnis Anggaran (RBA)

5 Pengeluaran Anggaran Setelah DIPA disahkan Dapat dikeluarkan jika DIPA belum disahkan

6 Keuangan Tidak memiliki rekening bank Memiliki rekening bank

7 Pendapatan Setor langsung ke kas negara

Digunakan langsung

8 Surplus Kas Disetor ke kas negara Dapat digunakan langsung

9 Piutang/Utang Tidak Diperbolehkan melakukan piutang/ utang

Diperbolehkan melakukan piutang/ utang

10 Laporan Keuangan SAP SAK

11 Laporan Keuangan Diaudit oleh BPK selaku entitas Diaudit oleh Auditor Independen

12 Investasi Jangka Panjang

Tidak diperbolehkan Diperbolehkan

13 Pengadaan Barang /Jasa Keppres Dapat menyusun pedoman sendiri

Sumber Data: Kepegawaian RSUD Dr. H. Slamet Martodirdjo Pamekasan

Page 48: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 43

Pengertian Kinerja

Pengukuran kinerja merupakan salah satu elemen penting sistem pengendalian manajemen suatu organisasi, yang dapat digunakan untuk mengendalikan aktivitas- aktivitas. Setiap aktivitas harus terukur kinerjanya agar dapat diketahui tingkat efisiensi dan efektifitasnya. Suatu aktivitas yang tidak memiliki ukuran kinerja akan sulit bagi organisasi untuk menentukan apakah aktivitas tersebut sukses atau gagal (Mahmudi,2005). D Stout (2003) menyatakan bahwa pengukuran kinerja merupakan proses mencatat dan mengukur pencapaian pelaksanaan kegiatan dalam arah pencapaian misi (mission accomplish) melalui hasil-hasil yang ditampilkan berupa produk, jasa atau pun proses. Proses pengukuran kinerja dimaksudkan untuk menilai pencapaian setiap indikator kinerja guna memberikan gambaran tentang keberhasilan dan pencapaian tujuan dan sasaran. Proses pengukuran kinerja suatu organisasi sebaiknya mempergunakan indikator-indikator kinerja yang komprehensif yang mengandung baik indikator-indikator keuangan maupun non keuangan, sehingga diperlukan suatu sistem pengukuran kinerja yang dapat mengakomodasi indikator-indikator yang komprehensif tersebut.

Aspek-Aspek Pengukuran Kinerja

Bastian (2002) mengemukakan bahwa setiap organisasi terlepas dari besar, jenis, sektor atau spesialisasinya memerlukan pengukuran kinerja pada aspek-aspek:

1. Finansial, yang meliputi anggaran rutin dan pembangunan.

2. Kepuasan Pelanggan, dimana pelanggan mempunyai peran dan posisi yang sangat krusial dalam penentuan strategi organisasi.

3. Operasi bisnis internal, dimana informasi operasi bisnis internal diperlukan untuk memastikan bahwa seluruh kegiatan instansi pemerintah sudah seirama untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi.

4. Kepuasan pegawai, dimana dalam setiap organisasi pegawai merupakan asset yang harus dikelola dengan baik.

5. Kepuasan komunitas dan stakeholders, dimana instansi pemerintah di dalam menjalankan kegiatannya berinteraksi dengan berbagai pihak yang menaruh kepentingan terhadap keberadaannya.

6. Waktu, dimana ukuran waktu merupakan variabel yang perlu diperhatikan agar informasi dapat digunakan tepat waktu dan tidak kadaluarsa.

Analisis Rasio Keuangan Untuk melakukan analisis rasio keuangan, diperlukan perhitungan rasio-rasio keuangan yang mencerminkan aspek-aspek tertentu. Rasio-rasio keuangan mungkin dihitung berdasarkan atas angka-angka yang ada dalam neraca saja, dalam laporan rugi laba saja, atau pada neraca dan rugi laba. Setiap analisis keuangan bisa saja merumuskan rasio tertentu yang dianggap mencerminkan aspek tertentu (Mardiasmo 2002;69). Rasio-rasio keuangan

1. Rasio Likuiditas Rasio ini mengukur kemampuan

perusahaan memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek (Mardiasmo 2006;71).

a. Cash Ratio (Rasio Kas). Merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang (Kasmir 2010; 111).

Kas

Total Kewajiban Lancar

b. Current Ratio (Rasio Lancar). Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek/utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan (Kasmir 2010; 111).

Aktiva/Aset Lancar

Utang/Kewajiban Lancar

Page 49: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 44

c. Quick Ratio (rasio cepat). Merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar (utang jangka pendek) dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai persediaan (inventory) (Kasmir 2010; 111).

Kas + Piutang Dagang Hutang Lancar

2. Rasio Aktivitas Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya (Kasmir 2010; 113).

a. Asset Turnover (Perputaran Aktiva). Untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan (Kasmir 2010; 114).

Pendapatan

Asset

b. Receivable Turnover ( Perputaran Piutang). Untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode (Kasmir 2010; 113).

Pendapatan

Piutang

3. Rasio Profitabilitas

Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas menejemen suatu perusahaan (Kasmir 2010; 115).

a. Profit Margin (Margin Laba). Rasio ini mengukur seberapa banyak keuntungan operasional bisa diperoleh dari setiap rupiah penjualan (Mardiasmo 2006;74).

Laba Bersih Setelah Pajak

Pendapatan x 100%

b. Return on Asset (pengembalian Asset). Merupakan salah satu rasio profitability yang mengukur kemampuan perusahaan dengan investasi yang ditanamkan dalam total asset yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan.

Laba Bersih Setelah Pajak

Asset x 100%

c. Return on Equity (Perputaran Ekuitas).

Rasio ini mengukur seberapa banyak keuntungan yang menjadi hak pemilik modal sendiri (Mardiasmo 2006;73).

Laba Bersih Setelah Pajak

Ekuitas x 100%

4. Rasio Solvabilitas Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya, berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya (Kasmir 2010; 112).

a. Debt to Asset Ratio (Rasio Total Aset Terhadap Hutang). Merupakan rasio utang yang digunakan yang digunakan untuk mengukur seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Caranya adalah dengan membandingkan antara total utang dengan total aktiva (Kasmir 2010; 112).

Total Hutang

Total Aset x 100%

a. Debt To Equity Ratio (Rasio Total Ekuitas terhadap Hutang). Rasio ini menunjukkan perbandingan antara hutang dengan modal sendiri (Mardiasmo 2006;70).

Total Hutang

Ekuitas/Modal x 100%

5. Rasio Rentabilitas Rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan (S.Munawir 2002;86).

Page 50: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 45

a. Return on Investment (Tingkat Pengembalian Investasi Bersih). Rasio ini mengukur kemampuan aktiva perusahaan memperoleh laba dari operasi perusahaan (Mardiasmo 2006;72).

Surplus Operasional

Total Aset x 100%

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif berupa laporan keuangan dengan sumber data sekunder.

Untuk pengumpulan data menggunakan data dokumentasi. Teknik analisisa data yang digunakan untuk mengetahui kinerja laporan keuangan sesudah diberlakukannya BLUD adalah sebagai berikut:

1. Rasio Likuiditas dengan menggunakan alat ukur rasio kas, rasio lancar, dan rasio cepat.

2. Rasio Aktivitas dengan menggunakan alat ukur perputaran aktiva/Asset turnover dan perputaran piutang/Receivable turnover.

3. Rasio Profitabilitas dengan menggunakan alat ukut margin laba, pengembalian asset/ROA, dan pengembalian ekuitas/ROE.

4. Rasio Solvabilitas dengan menggunakan alat ukur rasio total asset terhadap hutang/DAR dan rasio total asset terhadap hutang/DER.

5. Rasio Rentabilitas dengan menggunakan alat ukur tingkat pengembalian investasi bersih/ROI.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Rasio Likuiditas 1. Current Ratio (Rasio Lancar)

Aset Lancar

Hutang Lancar

41.677.633.740,66

4.497.170.609,00 = 9,27% (Tahun 2013)

32.221.126.898,15

2.671.484.184,00 = 12.06%(Tahun 2012)

22.899.963.244,91

5.094.338.353,00 = 4,50% (Tahun 2011)

Rasio lancar pada tahun 2011 sebesar 4,50% mengalami kenaikan sebesar 12,06 % tahun 2012 dan mengalami penurunan pada tahun 2013 sebesar 9,27%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek/utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan masih dianggap wajar.

2. Cash Ratio (Rasio Kas)

Kas

Hutang Lancar

21.361.572.685,91

4.497.170.609,00 = 4.75% (Tahun 2013)

20.399.160.801,00

2.671.484.184,00 = 7.64% (Tahun 2012)

9.421.794.394,22

5.094.338.353,00 = 1.85% (Tahun 2011)

Merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Pada tahun 2011 sebesar 1.85 % mengalami kenaikan 7.64 % tahun 2012 dan tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 4.75%, hal ini disebabkan tahun 2013 untuk kas mengalami kenaikan tetapi pada hutang lancar mengalami kenaikan juga dibandingkan tahun 2012.

3. Quick Ratio

Kas + Piutang Dagamg

Hutang Lancar

Page 51: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 46

34.611.552.602,914.497.170.609,00

= 7,70 kali (Tahun 2013)

26.056.366.287,75

2.671.484.184,00 = 9,75 kali(Tahun 2012)

19.508.153.945,23

5.094.338.353,00

= 3,83 kali (Tahun 2011)

Rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar (utang jangka pendek) dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai persediaan (inventory. Tahun 2011 sebesar 3,83 kali pembayaran, tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 9,75 kali seiring dengan bertambahnya kas dan piutang tetapi hutang lancar kecil, dan tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 7.70 kali sesuai dengan kemampuan perusahaan sampai batas waktu yang ditentukan.

B. Rasio Aktivitas 1. Asset Turnover (Perputaran Aset)

Pendapatan

Asset

70.843.709.006,66

83.908.601.493,16= 0,84 kali (Tahun 2013)

74.438.735.181,83

74.441.609.807,42= 1,00 kali (Tahun 2012)

62.014.706.336,23

54.731.515.680,08= 1,13 kali (Tahun 2011)

Perputaran aset tahun 2011 sebesar 1.13 kali, tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 1.00 kali dan tahun 2013 kembali mengalami penurunan sebesar 0.84 kali, hal ini menunjukkan bahwa perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan selama tahun 2011 sampai tahun 2013 belum memiliki nilai tambah secara maksimal.

2. Receivable Turnover ( Perputaran Piutang)

Pendapatan

Piutang

70.843.709.006,66

9.453.592.701,88= 7.49 kali (Tahun 2013)

74.438.735.181,83

7.871.782.519,23= 9,46 kali (Tahun 2012)

62.014.706.336,23

10.765.821.749,01= 5,76 kali (Tahun 2011)

Untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode mulai dari tahun 2011 sebesar 5,76 kali,mengalami peningkatan penagihan sebesar 9,46 karena pada pendapatan naik dan tahun 2013 menjadi menurun sebesar 7,49 kali disebabkan karena pendapatan yang diperoleh perusaan turun sedangkan piutang meningkat.

C. Rasio Profitabilitas

1. Net Profit Margin

Laba Bersih Setelah Pajak

Pendapatan

7.641.305.260,74

70.843.709.006,66 = 10,79% (Tahun 2013)

Page 52: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 47

22.132.948.295,65

74.438.735.181,83 = 29,32% (Tahun 2012)

12.995.730.966,08

62.014.706.336,23 = 20,96% (Tahun 2011)

Mengukur seberapa banyak keuntungan operasional bisa diperoleh dari setiap rupiah penjualan. Tahun 2011 sebesar 20,96 %, mengalami peningkatan sebesar 29,32% tahun 2012 hal ini disebabkan pendapatan dan laba bersih setelah pajak mengalami peningkatan. Tahun 2013 mengalami penurunan 10,79% dikarenakan pendapatan dan laba bersih setelah pajak mengalami penurunan dibanding tahun 2012.

2. Return on Asset

Laba Bersih Setelah Pajak

Asset x 100%

7.641.305.260,74

83.908.601.493,16 x 100%

= 9.11% (Tahun 2013)

22.132.948.295,65

74.441.609.807,42 x 100%

= 29.73% (Tahun 2012)

12.995.730.966,08

54.731.515.680,08 x 100%

= 23.74% (Tahun 2011)

Kemampuan perusahaan dengan

investasi yang ditanamkan dalam total asset yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan. Tahun 2011 sebesar 23.74%, tahun 2012 29.73% mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya asset dan laba bersih setelah pajak. Tahun 2013 mengalami penurunan sebesar

9.11% disebabkan asset dan laba bersih setelah pajak menurun drastis terutama pada laba bersih setelah pajak.

3. Return on Equity

Laba Bersih Setelah Pajak

Ekuitas/Modal x 100%

7.641.305.260,74

83.908.601.493,16 x 100%

= 9,11% (Tahun 2013)

22.132.948.295,65

74.441.609.807,42 x 100%

= 29.73% (Tahun 2012)

12.995.730.966,08

54.731.515.680,08 x 100%

= 23.74% (Tahun 2011)

Mengukur seberapa banyak keuntungan yang menjadi hak pemilik modal sendiri,tahun 2011 sebesar 23.74% dan mengalami peningkatan tahun 2012 sebesar 29.73% hal ini disebabkan laba bersih setelah pajak dan ekuitas mengalami peningkatan, namun mengalami penurunan sebesar 9,11% tahun 2013 dikarenakan laba bersih setelah pajak dan ekuitas turun dibandingkan tahun 2012.

D. Rasio Solvabilitas 1. Debt to Asset Ratio (Rasio Total

Aset Terhadap Hutang)

Total Hutang

Total Aset

4.497.170.609,00

83.908.601.493,16 = 0,05 % (Tahun 2013)

2.671.484.184,00

74.441.609.807,42 = 0,04 % (Tahun 2012)

5.094.338.353,00

54.731.515.680,08 = 0,09 % (Tahun 2011)

Seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang tahun 2011 sebesar 0.09%, tahun 2012 mengalami penurunan 0.04% dan tahun 2013 mengalami

Page 53: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 48

peningkatan sebesar 0.05% hal ini disebabkan total hutang dan total aset selalu tidak sama dari tahun 2011 sampai tanun 2013 sehingga mempengaruhi besar kecilnya asset dan utang.

2. Debt To Equity Ratio

Total Hutang

Ekuitas/Modal

4.497.170.609,00

83.908.601.493,16

= 0,05 kali (Tahun 2013)

2.671.484.184,00

74.441.609.807,42

= 0,04 kali (Tahun 2012)

5.094.338.353,00

54.731.515.680,08

= 0,09 kali (Tahun 2011)

Menunjukkan perbandingan antara

hutang dengan modal sendiri mulai tahun 2011 sebesar 0.09 kali, mengalami penurunan tahun 2012 sebesar 0,04 kali dan naik sebesar 0.05 kali tahun 2013, dikarenakan antara total hutang dan modal dari tahun 2011 sampai tahun 2013 mengalami naik turun sehingga mempengaruhi prosentase perhitungan Debt To Equity Ratio. E. Rasio Rentabilitas

1. Return To Investment (Tingkat Pengembalian Investasi Bersih)

Surplus Operasional

Total Aset x 100%

7.641.305.260,74

83.908.601.493,16 x 100%

= 9,11% (Tahun 2013)

22.132.948.296

74.441.609.807,42 x 100%

= 29,73% (Tahun 2012)

12.995.730.966

54.731.515.680,08 x 100%

= 23,74% (Tahun 2011)

Mengukur kemampuan aktiva perusahaan memperoleh laba dari operasi perusahaan tahun 2011 sebesar 23.74%, mengalami peningkatan 29.73% di tahun 2012 karena jumlah dari surplus operasi dan total aset mengalami kenaikan, namun tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 9,11 % disebabkan surplus operasi sangat kecil dibandingkan tahun 2011 dan 2012 walaupun dari total aset mengalami penambahan sehingga akan berperhangur terhadap perolehan prosentase dari tingkat pengembalian investasi bersih.

KESIMPULAN

Berdasarkan dari data-data yang telah diperoleh, peneliti dapat menyimpulkan bahwa RSUD Dr.H.Slamet Martodirdjo secara garis besar cukup siap dan kondisi dapat melaksanakan BLUD. Kinerja Rumah Sakit Dr. H. Slamet Martodirdjo secara umum (keseluruhan) dari sebelum BLUD ke BLUD menunjukkan trend yang baik. Berarti pihak Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Slamet Martodirdjo telah berusaha memperbaiki kinerjanya sesuai dengan yang telah diamanatkan sebagai BLUD penuh serta telah melakukan berbagai upaya untuk mencapai efisiensi dan efektivitas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan status menjadi BLUD telah mempengaruhi kondisi dan kinerja Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Slamet Martodirdjo. Kinerja keuangan juga dapat dihitung dengan rasio keuangan antara lain yaitu rasio likuiditas dari tahun 2011 ke 2012 mengalami kenaikan sekitar 19.27% dan tahun 2012 ke 2013 mengalami penurunan sekitar 7.73%, Rasio solvabilitas terjadi dari tahun 2011 ke 2012 mengalami penurunan 0.1% dan tahun 2012 ke 2013 mengalami penurunan 0.02% ,rasio aktivitas terjadi kenaikan dari tahun 2011 ke 2012 3.83% dan tahun 2012 ke 2013 mengalami penurunan 2.13%, rasio profitabilitas pada tahun 2012 ke 2012 terjadi kenaikan 20.75% dan tahun 2012 ke 2013 mengalami penurunan 60.18%, dan rasio rentabilitas pada tahun 2011 ke 2012 mengalami kenaikan 5.99% dan tahun 2012 ke 2013 mengalami penurunan 20.62%, tetapi pada dasarnya

Page 54: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 49

keuangan RSUD dalam keadaan seimbang (baik) yaitu 1:2 artinya hutang lebih kecil di bandingkan dengan asset yang ada.

DAFTAR PUSTAKA Ahmad, Hardiyansyah, 2009,

Pelaksanaan Prinsip-Prinsip good Governance dan Reinventing Government, Diakses 21 Desember 2013 Jam 12.00, < http://hardiyansyah-ahmad, blogspot.com/2009.

Direktorat Pembinaan PK BLU Direktorat Jenderal Perbendaharaan Departemen Keuangan RI, 2008, Modul Bimbingan Teknis Penyusunan Persyaratan Adminstratif untuk Menerapkan PPK-BLU.

Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik, Kementrian Kesehatan RI, 2010, Pedoman Penyusunan Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) Badan Layanan Umum Rumah Sakit.

Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik, Kementrian Kesehatan RI, 2010, Pedoman Akuntansi BLU Rumah Sakit.

Keputusan Menteri BUMN No. 100/MBU/2002 tanggal 4 Juni 2002 tentang Penilaian Tingkat kesehatan BUMN.

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.63 Tahun 2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik.

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tanggal 6 Februari 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.

Mardiasmo, 2002, Akuntansi Sektor Publik, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Mardiasmo, 2006, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Kasmir,2010, Pengantar Maanajemen Keuangan, Penerbit Kencana Prenada Media Group, Jakarta

Indriantoro dan Supomo, 2002, Metodologi Penelitian Bisnis, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

S.Munawir, 2002, Analisa Laporan Keuangan, Penerbit Liberty, Yogyakarta.

Meidyawati, 2012, Tesis Kajian Implementasi Penerapan Badan Layanan Umum di RS dr Tadjuddin Chalid Makassar

Marsono, 2009, Upaya Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik: Melalui Kebijakan Badan Layanan Umum, Diakses 28 Desember 2013 Jam 9.55, < http;//marsono64.blogspot.com.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 tahun 1997 tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2000 tentang Perusahaan Jawatan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 66.PMK.02/2006 tentang Tata Cara Penyusunan, Pengajuan, Penetapan dan Perubahan RBA serta DPA BLU.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.05/2008 tentang Pedoman Akuntansi Badan Layanan Umum.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 44/PMK.05/2009 tentang Rencana Bisnis Anggaran dan Pelaksanaan Anggaran Badan Layanan Umum.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

Page 55: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 50

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

Page 56: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 51

Pengaruh Earning per Share, Return on Equity dan Debt to Equity Ratio Terhadap Harga Saham

Siti Salama Amar

Achmad Fauzi Universitas Madura

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Earning Per Share (EPS), Return On Equity (ROE) dan Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Yang Masuk Dalam Indeks LQ 45 Di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2011 sampai dengan tahun 2013. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang masuk Perbankan yang masuk dalam indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2011-2013. Metode pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Analisisi statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah asumsi klasik, korelasi, dan regresi linier berganda sedangkan pengujian hipotesis yang digunakan adalah metode statistik uji t dan uji F. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa Earning Per Share (EPS), Return on Equity (ROE) dan Debt to Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Secara simultan Earning Per Share (EPS), Return on Equity (ROE) dan Debt to Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham dan memiliki pengaruh sebesar 0,919% terhadap harga saham, sedangkan sisanya sebesar 99,081% dipengaruhi oleh faktor lain meliputi kondisi perdagangan ekonomi, fluktuasi kurs, volume dan frekuensi transakasi serta kekuatan pasar, kondisi ekonomi, politik dan keamanan negara, tingkat inflasi dan kebijakan moneter. Kata kunci: Harga Saham, Earning Per Share (EPS), Return On Equity (ROE), Debt to

Equity Ratio (DER).

PENDAHULUAN Di era perkembangan

perekonomian Indonesia semakin pesat dapat dilihat dari banyaknya pembangunan di berbagai bidang terutama sektor ekonomi. Untuk melakukan pembangunan suatu negara maka memerlukan tambahan dana. Salah satu alternatif bagi perusahaan untuk mendapatkan dana atau tambahan modal adalah melalui pasar modal. Pasar modal juga dapat diartikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjual belikan, baik surat utang, ekuiti, reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain misalnya pemerintah, dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya.

Di Indonesia yang berperan sebagai pasar modal adalah Bursa Efek Indonesia

(BEI). Perkembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) sangat cepat sehingga menjadi alternatif bagi perusahaan untuk mencari tambahan dana. Perkembangan bursa efek selain dilihat dari semakin banyaknya anggota bursa dapat dilihat juga dari perubahan harga saham yang diperdagangkan. Perubahan harga saham dapat memberikan petunjuk tentang aktivitas yang terjadi di pasar modal serta pemodal dalam melakukan transaksi jual beli. Salah satu indikator pencapaian kinerja suatu perusahaan adalah laba (profit).

Salah satu rasio yang umumnya digunakan sebagai pengukur kinerja keuangan perusahaan Earning Per Share (EPS). Earning Per Share adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberikan kepada para pemegang saham dari setiap lembar saham yang dimiliki, Irham (2012).

Return On Equity (ROE) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan laba bagi para pemegang

Page 57: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 52

saham, Mardiyanto (2009). Sementara itu, terdapat rasio lainnya yaitu Debt to equity ratio(DER) menunjukan komposisi atau struktur modal dari total pinjaman (hutang) terhadap total modal yang dimiliki perusahaan. debt to equity ratio (DER) menunjukan sejauh mana perusahaan dapat menanggung kerugian tanpa harus merugikan kreditor.

Penulis memilih rasio ROE dan DER sebagai faktor yang mempengaruhi harga saham karena ROE dan DER merupakan rasio yang mewakili pengembalian atas seluruh aktifitas perusahaan. Sementara, EPS dipilih karena EPS menunjukan berapa rupiah laba yang diterima investor atas setiap lembar saham. Ketiga variabel tersebut diduga menjadi pertimbangan para investor dalam membeli saham dan memiliki kemungkinan dapat mempengaruhi harga saham.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas maka peneliti bermaksud melakukan penelitian dengan judul: Pengaruh, Earning Per Share (EPS), Return On Equity (ROE) dan Debt To Equity Ratio (DER) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan yang masuk dalam indeks LQ 45 Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2011 – 2013. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Saham Saham menurut Ang (1997;22) adalah surat berharga sebagai tanda kepemilikan atas perusahaan penerbitnya. Saham adalah surat bukti kepemilikan seseorang terhadap suatu perusahaan. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat tersebut. Pemilik saham suatu perusahaan, disebut sebagai pemegang saham. Penilaian Saham

Penilaian terdiri dari beberapa model dan teknik yang dapat digunakan oleh para analis. Model penilaian saham merupakan suatu mekanisme untuk merubah rangkaian variabel ekonomi atau variabel perusahaan yang diramalkan

menjadi perkiraan tentang harga saham. Model penilaian untuk kepentingan analisis pada dasarnya dibagi menjadi dua analisis yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental, analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan dengan mengamati perubahan faktor analisis di masa lalu. Analisis fundamental merupakan analisis yang disusun berdasarkan atas data-data historis berupa laporan keuangan (Ang, 1997;109).

Analisis fundamental juga disebut sebagai company analisis yaitu analisis tentang kekuatan dan kelemahan dari perusahaan bagaimana operasionalnya dan juga prospeknya di masa depan. Harga Saham

Harga Saham merupakan harga yang ditentukan pada saat pasar saham sedang berlangsung dengan berdasarkan kepada permintaan dan penawaran saham. Menurut H.M Jogiayanto (2007;88), harga saham merupakan harga yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar modal. harga saham terbentuk di pasar modal dan ditentukan oleh beberapa faktor seperti laba per lembar saham earning per share, tingkat bunga bebas resiko yang diukur dari tingkat bunga deposito pemerintah dan tingkat kepastian operasi perusahaan. Rasio Keuangan Rasio keuangan dapat memberikan indikasi apakah perusahaan memiliki kas yang cukup untuk memenuhi kewajiban finansialnya, besarnya utang yang cukup rasional, efesiemsi manajemen persediaan, perencanaan pengeluaran prestasi yang baik, dan struktur modal yang sehat sehingga tujuan memaksimalkan kemakmuran pemegang saham dapat dicapai. Analisis keuangan yang mencakup analisis rasio keuangan, analisis kelemahan dan kekuatan di bidang finansial akan sangat membantu dalam menilai prestasi manajemen masa lalu dan prospeknya di masa datang (Agus Sartono 2008:113). Jenis-jenis Rasio Keuangan

Mamduh M. Hanafi (2007:76) mengemukakan bahwa, pada dasarnya analisis rasio bisa dikelompokkan ke dalam lima macam kategori, yaitu: 1. Rasio Likuiditas

Page 58: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 53

Rasio likuiditas mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan degan melihat aktiva lancar perusahaan relatif terhadap hutang lancarnya (hutang dalam hal ini merupakan kewajiban perusahaan). Rasio likuiditas jangka pendek yang sering digunakan adalah rasio lancar dan rasio quick (sering juga disebut acit test ratio). 2. Rasio Aktivitas

Rasio ini melihat pada beberapa aset kemudian menentukan berapa tingkat aktivitas aktiva-aktiva tersebut pada tingkat kegiatan tertentu. Aktivitas yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin besarnya dana kelebihan yang tertanam pada aktiva-aktiva tersebut. Dana kelebihan tersebut akan lebih baik bila ditanamkan pada aktiva lain yang lebih produktif. Empat rasio aktivitas diantaranya adalah rata-rata umur piutang, perputaran persediaan, perputaran aktiva tetap, dan perputaran total aktiva. 3. Rasio Solvabilitas

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Perusahaan yang tidak solvabel adalah perusahaan yang total hutangnya lebih besar dibandingkan total asetnya. Rasio ini mengukur likuiditas jangka panjang perusahaan dan dengan demikian memfokuskan pada sisi kanan neraca. Ada beberapa macam rasio yang bisa dihitung yaitu rasio total hutang terhadap total aset, rasio hutang modal saham, rasio Time Interest Earned, rasio fixed changes coverage. 4. Rasio Profitabilitas

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham yang tertentu. Ada tiga rasio yang sering dibicarakan yaitu profit margin, earning per share (EPS), return on equity (ROE) dan Debt To Equity Ratio (DER). 5. Rasio Pasar

Rasio pasar mengukur harga pasar relatif terhadap nilai buku. Sudut pandang rasio ini lebih banyak berdasar pada sudut investor (atau calon investor), meskipun pihak manajemen juga berkepentingan terhadap rasio-rsio ini. Ada beberapa rasio yang bisa dihitung yaitu Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), Dividend

Yield dan pembayaran dividen Dividend Payout.

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Menurut Iskandar (2009;61) penelitian deskriptif adalah penelitian untuk memberi uraian mengenai fenomena atau gejala sosial yang diteliti dengan mendeskripsikan tentang nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independent). Deskriptif kuantitatif merupakan pencatatan data yang disertai angka-angka yang merupakan nilai dan dapat diberikan gambaran yang objektif dari masalah yang dianalisis. Penelitian ini akan meneliti pengaruh Earning Per Share (EPS), Return on Equity (ROE) dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap harga saham pada perusahaan perbankan yang masuk dalam LQ 45 di Bursa Efek Indonesia. Jenis Dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang diperoleh dalam bentuk angka-angka. Data kuantitatif dalam penelitian ini bersumber dari laporan keuangan perusahaan perbankan pada LQ-45 yang menjadi sampel penelitian dan data harga saham penutupan tahunan periode akuntansi 2011-2013 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Menurut Indriantoro dan Supomo (1999;147) data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data tersebut berupa dokumen yang merupakan data tertulis yang berhubungan dengan objek penelitian yang diterbitkan Bursa Efek Indonesia (BEI) Data tertulis yang dimaksud adalah laporan keuangan tahunan buku 2011-2013.

Populasi dan Sampel

Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002;130). Populasi merupakan segala sesuatu yang dijadikan subjek penelitian dengan memiliki

Page 59: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 54

sifat dan karakteristik yang sama. Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan perbankan pada LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2011-2013. Dengan jumlah populasi sebanyak 45 perusahaan.

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2002) apa yang ditemukan dalam penelitian sampel juga dianggap berlaku bagi populasi. Pada penelitian ini populasi yang ada tidak digunakan seluruhnya sebagai sampel. Peneliti memberi hak yang sama kepada setiap subjek untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel.

Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut:

1. Perusahaan LQ 45 periode pengamatan 2011-2013.

2. Perusahaan LQ 45 yang masuk dalam perusahaan perbankan.

3. Perusahaan LQ 45 yang memiliki data lengkap selama periode 2011-2013.

4. Perusahaan Indeks LQ 45 yang menerbitkan laporan keuangan tahunan selama periode tahun 2011-2013.

Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang

digunakan dengan cara studi dokumentasi, yaitu merupakan suatu cara yang digunakan untuk memperoleh data dengan menganalisis informasi yang di dokumentasikan dalam bentuk tulisan atau bentuk–bentuk lain.

Definisi Operasional Variabel

Penelitian ini dirancang sebagai suatu penelitian empiris yaitu untuk menguji hipotesis yang diajukan penelitian ini menggambarkan pengaruh atau hubungan variabel independen terhadap variabel dependen.

1. Earning Per Share (EPS)

Pengertian laba per lembar saham atau earning per share (EPS) merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan (laba) yang diperoleh investor atau pemegang saham per lembar sahamnya. 2. Return On Equity (ROE)

Return On Equity (ROE) digunakan untuk menunjukkan perbandingan laba bersih terhadap ekuitas. ROE menggambarkan sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang bisa diperoleh. ROE secara eksplisit memperhitungkan bunga dan dividen saham preferen. Semakin tinggi tingkat pengembaliannya, maka semakin baik kedudukan pemegang saham. 3. Debt ToEquity Ratio (DER)

Debt to equity rasio (DER) atau rasio utang atas modal adalah menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi hutang-hutang pada pihak luar. Semakin tinggi rasio DER menunjukkan tingkat pengembalian yang semakin kecil. Risiko yang ditanggung oleh investor akan semakin tinggi karena tingkat hutang yang tinggi berarti beban bungan yang semakin tinggi yang akan mengurangi risiko, dan berakibat menurunkan return saham. Teknik Analisa Data

Metode analisis data adalah cara pengolahan data yang terkumpul untuk kemudian dapat diinterpretasi hasil pengolahan data ini digunakan untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan. Sementara itu, fungsi statistik yang digunakan dalam penelitian ini (Sugiono, 2012:206) meliputi: 1. Earning Per Share (EPS)

Secara matematis EPS dapat dirumuskan sebagai berikut:

EPS = 𝑃𝐸𝑁𝐷𝐴𝑃𝐴𝑇𝐴𝑁 𝑆𝐸𝑇𝐸𝐿𝐴𝐻 𝑃𝐴𝐽𝐴𝐾

𝐽𝑈𝑀𝐿𝐴𝐻 𝑆𝐴𝐻𝐴𝑀 𝑌𝐴𝑁𝐺 𝐵𝐸𝑅𝐸𝐷𝐴𝑅

2. Return On Equity (ROE)

Secara matematis ROE dapat dirumuskan sebagai berikut:

REO = 𝐿𝐴𝐵𝐴 𝐵𝐸𝑅𝑆𝐼𝐻 𝑆𝐸𝐵𝐸𝐿𝑈𝑀 𝑃𝐴𝐽𝐴𝐾

𝑇𝑂𝑇𝐴𝐿 𝐸𝐾𝑈𝐼𝑇𝐴𝑆

3. Debt To Equity Ratio (DER)

Secara matematis DER dapat dirumuskan sebagai berikut:

Page 60: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 55

DER = 𝑇𝑂𝑇𝐴𝐿 𝐻𝑈𝑇𝐴𝑁𝐺

𝑀𝑂𝐷𝐴𝐿

4. Harga Saham

harga pasar merupakan harga dari suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung atau jika pasar sudah ditutup, maka harga saham yang digunakan adalah harga saham rata-rata selama satu tahun yaitu dengan cara menjumlahkan harga saham penutupan (closing price).

Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik digunakan untuk

menilai ada tidaknya bias atas hasil analisis regresi yang telah dilakukan, dimana dengan menggunakan uji asumsi klaisk dapat diketahui sejauh mana hasil analisis regresi dapat diandalkan tingkat keakuratnnya. Uji asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, multikolinearitas, autokorelasi, dan heterokedastisitas. Uji Normalitas

Nugroho (2005:18) menjelaskan bahwa data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal, untuk menguji apakah distribusi normal atau tidak, dapat dilihat melalui normal probability plot dengan membandingkan distribusi kumulatif dan distribusi normal. Data normal akan membentuk suatu garis lurus diagonal, dan ploting data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Ghozali (2009:10) menjelaskan bahwa jika distribusi data adalah normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas diperlukan untuk mengetahui apakah ada tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu model Nugroho (2005:58). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi atau kemiripan di antara variabel independen.

Ghozali (2009:95), mengemukakan bahwa untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi adalah sebagai berikut: a. VIF (Variance Inflation Factor) dan tolerance

Pedoman suatu model regresi yang bebas multiko adalah mempunyai angka tolerance di atas (>) 0,1 dan mempunyai nilai VIF di bawah (<) 10. b. Mengkolerasikan antara variabel independen, apabila memiliki korelasi yang sempurna (lebih dari 0,5), maka terjadi problem multikolinearitas demikian sebaliknya. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.

Singgih Santoso (2000:218) mengemukakan uji autokorelasi dapat dilakukan dengan cara uji Durbin Watson (DW test). Adapun cara mendeteksi terjadinya autokorelasi secara umum dapat diambil patokan sebagai berikut: a. Angka DW di bawah -1 berarti ada autokorelasi positif. b. Angka DW diantara -1 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi. c. Angka DW di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif. Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas.

Singgih Santoso (2000:210) mengemukakan, deteksi adanya heteroskedastisitas, yaitu dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot. Dasar pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut: a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik (point-point) yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka terjadi heteroskedastisitas. b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka

Page 61: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 56

0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif merupakan analisis yang meneliti objek dalam keadaan apa adanya, sesuai dengan data yang diperoleh kemudian disusun dan disampaikan (Sugiyono, 2011:206). Dalam analisis ini akan dilakukan pembahasan mengenai Earning Per Share (EPS), Return on Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (ROE) dan harga saham. Analisis deskriptif yang digunakan adalah nilai maksimum, nilai minimum dan mean (rata-rata). Sedangkan untuk menentukan kategori penilaian setiap nilai rata-rata

(mean) perubahan pada variabel penelitian, maka dibuat tabel distribusi frekuensi dengan langkah sebagai berikut:

a. Menentukan jumlah kriteria yaitu 4 kriteria.

b. Menentukan selisih nilai maksimum dan minimum = (nilai mkas - nilai min)

c. Menentukan range ( jarak interval

kelas ) =𝑁𝐼𝐿𝐴𝐼 𝑀𝐴𝐾𝑆−𝑁𝐼𝐿𝐴𝐼 𝑀𝐼𝑁

4 𝐾𝑅𝐼𝑇𝐸𝑅𝐼𝐴

d. Menentukan nilai rata-rata perubahan pada setiap variabel penelitian.

e. Membuat tabel distribusi frekuensi nilai perubahan untuk setiap variabel penelitian:

Tabel 1

Tabel Kriteria Penilaian

RENDAH Batas bawah ( nilai min ) (range) Batas atas 1

SEDANG ( Batas atas 1 ) +0,01 (range) Batas atas 2

TINGGI (Batas atas 2 ) +0,01 (range) Batas atas 3

SANGAT TINGGI ( Batas atas 3 ) +0,01 (range) Batas atas 4 (nilai maks )

Sumber: data diolah Keterangan: Batas atas 1 = Batas bawah (nilai min) + range Batas atas 2 = (Batas atas 1 + 0,01) + range Batas atas 3 = (Batas atas 2 + 0,01) + range Batas atas 4 = (Batas atas 3 + 0,01) + range = Nilai Maksimum Regresi Linier Berganda Untuk menunjukkan hubungan antara variabel terikat (Y) dengan variabel bebas (X) dan untuk menguji hipotesis pada penelitian ini digunakan metode analisis regresi linier berganda. Analisis regresi digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel-variabel yang diteliti, yaitu:

Y = a+𝛽1X1+𝛽2X2+𝛽3X3+ε Keterangan: Y = harga saham a = konstanta β1,β2,β3 = koefisien regresi dari masing-masing variabel independen X1 = Earing Per Share (EPS) X2 = Return On Equity (ROE)

X3 = Debt To Equity Ratio (DER)

ε = Error

Uji Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan

dengan dan uji statistik t (t-test). Namun sebelum meregresi data dilakukan uji asumsi klasik regresi telebih dahulu, agar model regresi dapat menghasilkan penduga yang bisa.

1. Uji parsial (Uji t) Uji statistik t pada dasarnya menujukkan seberapa berpangaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen.untuk membuktikan dan mengetahui pengaruh variabel independen secara individu terhadap variabel dependen, mekanisme uji-t adalah sebagai berikut: a. Taraf nyata 0,05 b. Jika Sig > α, maka Ho diterima c. Jika Sig < α, maka Ho ditolak

Page 62: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 57

2. Uji Simultan (Uji F) Analisa regresi secara multivariate dengan melakukan uji F dengan taraf signifikansi untuk mengetahui pengaruh seluruh variabel independent secara serentak terhadap variabel dependent. Untuk tujuan pengujian ini, maka digunakan F statistik sebagai berikut :

)/()1(

)1(2

2

knk

kRFhitung

Keterangan :

R2 : koefisien determinasi

n : jumlah sampel

k : jumlah variabel bebas

Nilai Fhitung dibandingkan dengan Ftabel. Apabila Fhitung < Ftabel maka Ho diterima dan Ha ditolak, demikian pula jika Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. 3. Koefisien Determinasi

Untuk melihat seberapa besar tingkat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial

digunakan koefisien determinasi (Kd) dengan rumus sebagai berikut :

KD = r2 x 100% Dimana: KD = Koefisien Determinasi r = Koefisien Regresi

Koefisien determinasi (KD) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Besarnya koefisien determinasi ini adalah 0 sampai dengan 1.

Nilai KD yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2009:49). ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Berikut hasil dari purposive sampling pada perusahaan LQ45, terdapat perusahaan yang memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel sebagai obyek penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 2

No Kriteria Jumlah

1 Perusahaan LQ 45. 45

2 Perusahaan LQ 45 yang tidak masuk dalam perusahaan perbankan. ( 39 )

3 Perusahaan LQ 45 yang tidak memiliki data lengkap selama periode 2011-2013.

( 0 )

4 Perusahaan Indeks LQ 45 yang tidak menerbitkan laporan keuangan tahunan selama periode tahun 2011-2013.

( 0 )

Total Perusahaan yang dapat digunakan sebangai sampel 6

Sumber: data diolah

Dari jumlah populasi yang masuk dalam kriteria diatas terdapat 6 perusahaan

perbankan yang masuk dalam indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia, yang menjadi obyek dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3

No Kode Nama Perusahaan

1 BBCA Bank Central Asia, Tbk.

2 BBNI Bank Negara Indonesia ( Persero ), Tbk.

3 BBRI Bank Rakyat Indonesia ( Persero ),Tbk.

4 BBTN Bank Tabungan Negara ( Persero ), Tbk.

5 BDMN Bank Danamon Indonesia, Tbk.

6 BMRI Bank Mandiri ( rsero ), Tbk.

Sumber: data diolah

Page 63: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 58

Perkembangan Earning Per Share (EPS) pada perusahaan perbankan yang masuk dalam indeks LQ 45.

Hasil perhitungan dan tingkat perkembangan mengenai rasio Earning

Per Share (EPS) pada perusahaan perbankan yang masuk dalam indeks LQ45 di BEI, selama periode tahun 2011-2013 yang menjadi sampel penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4

Perkembangan Rasio Earning Per Share (EPS) Tahun 2011-2013

NO KODE TAHUN RATA-RATA

2011 2012 2013 RASIO EPS

1 BBCA 438,830 475,430 578,130 497,463

2 BBNI 312,400 377,840 485,520 391,920

3 BBRI 611,410 757,260 865,220 744,630

4 BBTN 122,300 131,700 147,860 133,953

5 BDMN 348,080 418,570 421,680 396,110

6 BMRI 524,830 664,460 780,160 656,483

RATA-RATA PER TAHUN 392,975 470,877 546,428

Sumber : Data diolah

Adapun contoh untuk menggetahui

tingkat perkembangan Earning Per Share (EPS) pada perusahaan perbankan Bank BCA tahun 2011 adalah sebangai berikut:

EPS = 10.819.309,00

24.655,00 = 438,83

Berdasarkan tabel 4.3 di atas, rasio Earning Per Share (EPS) pada perusahaan perbankan yang masuk dalam indeks LQ45 selama periode tahun 2011-2013 mengalami perkembangan yang berfluktuasi. Rata-rata rasio EPS yang paling tinggi untuk 6 perusahaan terlihat pada tahun 2013 yaitu sebesar Rp. 546,428/lembar. Sedangkan rata-rata rasio EPS yang paling rendah untuk 11 perusahaan terlihat pada tahun 2011 yaitu sebesar Rp. 392,975/lembar.

Selama periode tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 rata-rata rasio EPS yang paling tinggi dicapai oleh BBRI yaitu dengan rata-rata sebesar Rp.744,630/lembar. Sedangkan rata-rata EPS yang paling rendah dicapai oleh BBTN yaitu dengan rata-rata Rp. 133,953/lembar.

Perkembangan Return On Equity (ROE)

pada perusahaan perbankan yang masuk dalam indeks LQ 45.

Hasil perhitungan dan tingkat perkembangan mengenai rasio Return On Equity (ROE) pada perusahaan perbankan yang masuk dalam indeks LQ45 di BEI, selama periode tahun 2011-2013.

Page 64: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 59

Tabel 5 Perkembangan Rasio Return On Equity (ROE) Tahun 2011-2013

NO KODE TAHUN RATA-RATA

2011 2012 2013 RASIO ROE

1 BBCA 25,740 22,580 22,290 23,537

2 BBNI 15,350 16,190 19,000 16,847

3 BBRI 30,280 28,800 26,920 28,667

4 BBTN 15,280 13,270 13,520 14,023

5 BDMN 13,350 14,330 13,180 13,620

6 BMRI 20,260 20,960 21,210 20,810

RATA-RATA PER TAHUN 20,043 19,355 19,353

Sumber: data diolah Adapun contoh rumus untuk

mengetahui tingkat perkembangan Return On Equity (ROE) pada perusahaan perbankan Bank BCA tahun 2011 adalah sebangai berikut:

ROE = 10.819.309,00

42.027.340,00 𝑥 100% = 25,74

Berdasarkan tabel 4.4 di atas, Return On Equity (ROE) pada perusahaan LQ45 selama periode tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 mengalami perkembangan yang berfluktuasi. Rata-rata ROE yang paling tinggi untuk 6 perusahaan terlihat pada tahun 2011 yaitu sebesar 20,043. Sedangkan rata-rata ROE yang paling rendah untuk 6 perusahaan terlihat pada tahun 2013 yaitu sebesar 19,353.

Selama periode tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 rata-rata ROE yang paling tinggi dicapai oleh BBRI yaitu dengan rata-rata sebesar 28,667. Sedangkan rata-rata ROE yang paling rendah dicapai oleh BDMN yaitu dengan rata-rata 13,620.

Perkembangan Debt To Ratio (DER) pada perusahaan perbankan yang masuk dalam indeks LQ 45.

Hasil perhitungan dan tingkat perkembangan mengenai rasio Debt To Equity (DER) pada perusahaan perbankan yang masuk dalam indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia, selama periode tahun 2011-2013 yang menjadi sampel penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 6 Perkembangan Rasio Debt To Equity Ratio (DER) Tahun 2011-2013

NO KODE TAHUN RATA-RATA

2011 2012 2013 RASIO DER

1 BBCA 8,090 7,520 6,760 7,457

2 BBNI 6,900 6,660 7,110 6,890

3 BBRI 8,430 7,500 6,890 7,607

4 BBTN 11,170 9,870 10,350 10,463

5 BDMN 4,490 4,260 4,840 4,530

6 BMRI 7,810 7,310 7,260 7,460

RATA-RATA PER TAHUN 7,815 7,187 7,202

Sumber : Data diolah

Adapun contoh untuk mengetahui

tingkat perkembangan Debt to Equity Ratio (DER) pada perusahaan perbankan Bank BCA tahun 2011 adalah sebangai berikut:

DER = 339.881.013,00

42.027.340,00 = 8,09

Berdasarkan tabel di atas, Debt to Equty Ratio (DER) pada perusahaan LQ45 selama periode tahun 2011 sampai dengan

Page 65: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 60

tahun 2013 mengalami perkembangan yang berfluktuasi. Rata-rata DER yang paling tinggi untuk 6 perusahaan terlihat pada tahun 2011 yaitu sebesar 7,815. Sedangkan rata-rata DER yang paling rendah untuk 6 perusahaan terlihat pada tahun 2012 yaitu sebesar 7,187.

Selama periode tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 rata-rata DER yang paling tinggi dicapai oleh BBTN yaitu dengan rata-rata sebesar 10,463. Sedangkan rata-rata DER yang paling rendah dicapai oleh BDMN yaitu dengan rata-rata 4,530.

Perkembangan Harga Saham pada Perusahaan Perbankan Yang Masuk Dalam Indeks LQ45.

Harga pasar saham terbentuk melalui mekanisme permintaan dan penawaran di pasar modal. harga pasar merupakan harga dari suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung atau jika pasar sudah ditutup, maka harga saham yang digunakan adalah harga saham rata-rata selama satu tahun yaitu dengan cara menjumlahkan harga saham penutupan (closing price).

Hasil perhitungan dan tingkat perkembangan mengenai rasio Harga Saham pada perusahaan perbankan yang masuk dalam indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia, selama periode tahun 2011-2013 yang menjadi sampel penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 7 Perkembangan Rasio Harga Saham Tahun 2011-2013

NO KODE TAHUN RATA-RATA

2011 2012 2013 RASIO HGS

1 BBCA 6,760 9,100 9,600 8,487

2 BBNI 3,800 3,700 3,950 3,817

3 BBRI 6,750 6,950 7,250 6,983

4 BBTN 1,163 1,450 870,000 290,871

5 BDMN 4,100 5,650 3,775 4,508

6 BMRI 6,750 8,100 7,850 7,567

RATA-RATA PER TAHUN 4,887 5,825 150,404

Sumber : Data diolah

Berdasarkan tabel di atas, harga

saham pada perusahaan LQ45 selama periode tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 mengalami perkembangan yang berfluktuasi. Rata-rata harga saham yang paling tinggi untuk 6 perusahaan terlihat pada tahun 2013 yaitu sebesar Rp. 150,404/lembar. Sedangkan rata-rata harga saham yang paling rendah untuk 6 perusahaan terlihat pada tahun 2011 yaitu sebesar Rp. 4,887/lembar.

Selama periode tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 rata-rata harga saham yang paling tinggi dicapai oleh BBTN yaitu dengan rata-rata sebesar Rp. 290,871/lembar. Sedangkan rata-rata harga saham yang paling rendah dicapai oleh BBNI yaitu dengan rata-rata Rp. 3,817/lembar.

Pembahasan - Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik digunakan untuk menilai ada tidaknya bias atas hasil analisis regresi yang telah dilakukan, dimana dengan menggunakan uji asumsi klaisk dapat diketahui sejauh mana hasil analisis regresi dapat diandalkan tingkat keakuratnnya. Pengujian asumsi klasik dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows. - Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas diperlukan untuk mengetahui apakah ada tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu model. Cara mendeteksi multikoliniearitas dengan pengujian statistik adalah dengan melihat nilai Variance

Page 66: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 61

Inflation Factor (VIF). menjelaskan bahwa model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi atau kemiripan di antara variabel independen. Ghozali (2009:95), mengemukakan bahwa pedoman suatu model regresi yang bebas multiko adalah mempunyai angka tolerance di atas (>) 0,1 dan mempunyai nilai VIF di bawah (<) 10. Model tidak mengalami gejala multikolinearitas karena memiliki tolerance yang lebih besar dari 0,01 dan VIF yang lebih kecil dari 10. - Uji Autokorelasi

Mudyanti (2012) mengemukakan bahwa Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Pendeteksian gejala autokorelasi dilakukan dengan uji Durbin-Watson (DW).

Untuk menilai ada atau tidaknya autokorelasi, nilai Durbin-Watson statistik yang didapatkan menunjukkan nilai sebesar 1.557, nilai tersebut terletak di antara -1 sampai +2. Hal ini berarti dapat disimpulkan bahwa model penelitian ini bebas dari autokorelasi. - Uji Heteroskedastisitas

Uji Heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Singgih Santoso (2000:210) mengemukakan, deteksi adanya heteroskedastisitas, yaitu dengan

melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot. - Analisis Statistik Desktiptif Rasio

Earning Per Share (EPS), Pada Perusahaan LQ 45.

Dari data tabel di bawah dapat dihitung nilai statistik deskriptif rasio Earning Per Share (EPS), dengan menggunakan SPSS 16.0 for windows. Dengan melihat hasil analisis deskriptif, dapat disimpulkan bahwa rata-rata Earning Per Share (EPS) pada 6 perusahaan LQ45 pada periode 2011 sampai dengan 2013 adalah sebesar Rp. 4.6933/lembar. Rasio Earning Per Share (EPS) maksimum terdapat pada perusahaan Bank Rakyat Indonesia (BBRI) pada tahun 2011 sebesar Rp. 745.00/lembar yang artinya bahwa terdapat keuntungan sebesar Rp. 745.00/lembar saham yang beredar. Sedangkan rasio Earning Per Share (EPS) minimum terdapat pada perusahaan Perusahaan Bank Tabungan Negara (BBTN) pada tahun 2011 sebesar Rp. 130.00/lembar yang artinya bahwa hanya terdapat keuntungan sebesar Rp. 130.00/lembar saham yang beredar.

Untuk menentukan penilaian atas rata-rata rasio Earning Per Share (EPS), dapat dilihat dari tabel kriteria penilaian di bawah ini, berikut langkah-langkahnya: 1. Terdapat 4 jenis kriteria yaitu : rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. 2. Nilai rata-rata rasio Earning Per Share (EPS) adalah sebesar 4.6933. 3. Nilai tertinggi rasio Earning Per Share

(EPS) sebesar 745.00 dan nilai terendah sebesar 130.00.

4. Selisih dari nilai tertinggi (745,00) dan terendah (130,00) yang kemudian dibagi 4 didapat hasil sebesar 153,75 yang digunakan sebagai nilai range untuk setiap interval.

Range = 745,00 – 130,00

4 = 153,75

Page 67: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 62

Tabel 8 Kriteria Penilaian

Sumber : (Sugiyono, 2011:206)

5. Dilihat dari nilai rata-rata rasio Earning

Per Share (EPS) sebesar Rp. 153,75/lembar menunjukkan bahwa tingkat rasio EPS perusahaan LQ45 pada tahun 2011 sampai dengan 2013 masuk pada kriteria rendah karena berada pada interval 130,00 – 283,75.

- Analisis Statistik Desktiptif Rasio Return On Equity (ROE) Perusahaan LQ-45. Dari data tabel di bawah dapat

dihitung nilai statistik deskriptif rasio Return On Equity (ROE) dengan menggunakan SPSS 16.0 for windows. Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 9

Hasil Analisis Statistik Deskriptif Rasio Return On Equity (ROE)

Descriptive Statistics

N Range Minimum

Maximum Mean

Std. Deviation

Variance

Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic

Std. Error Statistic Statistic

ROE 6 15.00 13.00 28.00 19.0000 2.36643 5.79655 33.600

Valid N (listwise)

6

Sumber: data diolah

Dengan melihat hasil analisis

deskriptif pada tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa rata-rata Return On Euity (ROE) pada 6 perusahaan LQ45 pada periode 2011 sampai dengan 2013 adalah sebesar 19.0000. Rasio Return On Asset (ROA) maksimum terdapat pada perusahaan Bank Rakyat Indonesia (BBRI) pada tahun 2012 sebesar 28.00 yang artinya bahwa terdapat keuntungan sebesar 28,00% yang dihasilkan oleh setiap 1 satuan aset yang dimiliki perusahaan.

Sedangkan rasio Return On Equity (ROE) minimum terdapat pada Bank Danamon (BDMN) pada tahun 2013 sebesar 13.00 yang artinya bahwa hanya terdapat keuntungan sebesar 13.00% yang

dihasilkan oleh setiap 1 satuan aset yang dimiliki perusahaan.

Untuk menentukan penilaian atas rata-rata rasio Return On Equity (ROE), dapat dilihat dari tabel kriteria penilaian di bawah ini, berikut langkah-langkahnya: 1. Terdapat 4 jenis kriteria yaitu : rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. 2. Nilai rata-rata rasio Return On Equity (ROE) adalah sebesar 14,577. 3. Nilai tertinggi rasio Return On Equity

(ROE) sebesar 62,2 dan nilai terendah sebesar 1,2.

4. Selisih dari nilai tertinggi (62,2) dan terendah (1,2) yang kemudian dibagi 4 didapat hasil sebesar 15,25 yang digunakan sebagai nilai range untuk setiap interval.

Range = 62,2−1,2

4 = 15,25

Kriteria Interval

Rendah 130,00 – 283,75

Sedang 283,76 – 437,5

Tinggi 437,6 – 591,25

Sangat tinggi 591,26 -745,00

Page 68: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 63

Tabel 10 Kriteria Penilaian

Kriteria Interval

Rendah 1,2 – 16,45

Sedang 16,46 – 31,71

Tinggi 31,72 - 46,97

Sangat tinggi 46,98 – 62,2

Sumber : (Sugiyono, 2011:206)

5. Dilihat dari nilai rata-rata rasio Return On

Equity (ROE) sebesar 15,25 menunjukkan bahwa tingkat rasio ROE perusahaan LQ45 pada tahun 2011 sampai dengan 2013 masuk pada kriteria rendah karena berada pada interval 1,2 – 16,45.

- Analisis Statistik Desktiptif Debt to Equity Ratio (DER) Perusahaan Indeks LQ45 Dari data tabel di bawah dapat

dihitung nilai statistik deskriptif Debt to Equity Ratio (DER) dengan menggunakan SPSS 16.0 for windows. Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 11 Hasil Analisis Statistik Deskriptif Debt to Equity Ratio (DER)

Descriptive Statistics

N Range Minimum

Maximum Mean

Std. Deviation Variance

Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic

Std. Error Statistic Statistic

DER 6 6.00 4.00 10.00 6.8333 .79232 1.94079 3.767

Valid N (listwise)

6

Sumber : data diolah

Dengan melihat hasil analisis

deskriptif pada tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa rata-rata Debt to Equity Ratio (DER) pada 6 perusahaan LQ45 pada periode 2011 sampai dengan 2013 adalah sebesar 6.8333 kali. Rasio Debt to Equity Ratio (DER) maksimum Bank Tabungan Negara (BBTN) pada tahun 2013 sebesar 10.00 yang artinya bahwa 10.00 hutang perusahaan ditanggung oleh 1 ekuitas perusahaan. Sedangkan Debt to Equity Ratio (DER) minimum terdapat pada Bank Dananmon (BDMN) pada tahun 2012 sebesar 4.00 yang artinya bahwa hanya terdapat 4.00 hutang perusahaan ditanggung oleh 1 ekuitas perusahaan perusahaan.

Untuk menentukan penilaian atas rata-rata Debt to Equity Ratio (DER), dapat dilihat dari tabel kriteria penilaian di bawah ini, berikut langkah-langkahnya: 1. Terdapat 4 jenis kriteria yaitu : rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. 2. Nilai rata-rata Debt to Equity Ratio (DER) adalah sebesar 6.8333. 3. Nilai tertinggi Debt to Equity Ratio (DER)

sebesar 10.00 dan nilai terendah sebesar 4.00.

4. Selisih dari nilai tertinggi (10.00) dan terendah (4.00) yang kemudian dibagi 4 didapat hasil sebesar 1,5 yang digunakan sebagai nilai range untuk setiap interval.

Range = 10,00−4.00

4 = 1,5

Tabel 12 Kriteria Penilaian

Kriteria Interval

Rendah 4,00 – 5,5

Sedang 5,6 – 7,00

Tinggi 7,01 – 8,5

Sangat tinggi 8,6 – 10,00

Sumber : (Sugiyono, 2011:206)

Page 69: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 64

5. Dilihat dari nilai rata-rata Debt to Equity

Ratio (DER) sebesar 1,5 menunjukkan bahwa tingkat DER perusahaan LQ45 pada tahun 2011 sampai dengan 2013 masuk pada kriteria Rendah karena berada pada interval 4,00 -5,5.

- Analisis Statistik Desktiptif Harga Saham Perusahaan LQ45 Dari data tabel dapat dihitung nilai statistik deskriptif harga saham dengan menggunakan SPSS 16.0 for windows. Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 13 Hasil Analisis Statistik Deskriptif Harga Saham

Descriptive Statistics

N Range Minimum Maximum Mean

Std. Deviation Variance

Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic

Std. Error Statistic Statistic

HGS 6 287.00 3.00 290.00 53.0000 47.40605 116.12063 1.348E4

Valid N (listwise)

6

Sumber: data diolah

Dengan melihat hasil analisis

deskriptif pada tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa rata-rata harga saham pada 6 perusahaan LQ45 pada periode 2011 sampai dengan 2013 adalah sebesar Rp.53.0000 /lembar.

Hal ini mempunyai arti bahwa rata-rata harga saham perusahaan yang diteliti bernilai positif sebesar Rp. 53.0000/lembar. Harga saham maksimum terdapat pada perusahaan Bank Tabungan Negara (BBTN) pada tahun 2011 sebesar Rp. 290.00/lembar. Sedangkan harga saham minimum terdapat pada Bank Negara Indonesia (BBNI) sebesar Rp. 3.00/lembar pada tahun 2012.

Untuk menentukan penilaian atas rata-rata harga saham, dapat dilihat dari tabel kriteria penilaian di bawah ini, berikut langkah-langkahnya: 1. Terdapat 4 jenis kriteria yaitu : rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. 2. Nilai rata-rata harga saham adalah sebesar 53.0000. 3. Nilai tertinggi harga saham sebesar 290.00 dan nilai terendah sebesar 3.00. 4. Selisih dari nilai tertinggi (290.00) dan

terendah (3.00) yang kemudian dibagi 4 didapat hasil sebesar 71,75 yang digunakan sebagai nilai range untuk setiap interval.

Range = 290.00−3.00

𝟒 = 71,75

Tabel 14 Kriteria Penilaian

Kriteria Interval

Rendah 3.00 – 74,75

Sedang 74,76 – 146,5

Tinggi 146,6 – 218,25

Sangat tinggi 218,26 – 290,00

Sumber : (Sugiyono, 2011:206) 5. Dilihat dari nilai rata-rata harga saham

sebesar Rp. 71,75/lembar menunjukkan bahwa tingkat harga saham perusahaan LQ45 pada tahun 2011 sampai dengan 2013 masuk pada kriteria rendah karena berada pada interval 3,00-74,75.

- Analisis Pengaruh Earning Per Share (EPS), Return On Equity (ROE) dan Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Harga Saham Secara Simultan.

Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Earning Per Share (EPS), Return On Equity (ROE) dan Debt to Equity Ratio

Page 70: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 65

(DER) terhadap harga saham, maka langkah-langkah pengujian statistik ini dilakukan sebagai berikut: 1. Analsisi Korelasi Berganda

Analisis korelasi berganda digunakan untuk mengetahui seberapa erat hubungan antara seluruh variabel independen (X) dengan variabel dependen

(Y). Pengukuran koefisien ini dilakukan dengan menggunakan koefisien korelasi antara variabel Earning Per Share (X1), Return On Equity (X2) dan Debt to Equity Ratio (X3) dengan harga saham (Y).

Berdasarkan hasil pengujian data yang telah dilakukan, maka hasil dari korelasi disajikan pada tabel berikut:

Tabel 15

Korelasi Berganda Earning Per Share (EPS), Return On Equity (ROE) dan Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Harga Saham

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the

Estimate

1 .959a .919 .797 52.33635

a. Predictors: (Constant), DER, ROE, EPS

Sumber: data diolah

Untuk mengetahui seberapa kuat

hubungan antar variabel, dapat digunakan tabel interpretasi nilai koefisien sebagai berikut:

Tabel 16 Kategori Koefisien Korelasi

Interval Korelasi Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat kuat

(Sumber: Sugiyono, 2012: 250)

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa tingkat hubungan atau korelasi antara variabel Earning Per Share (X1), Return On Equity (X2) dan Debt to Equity Ratio (X3) secara bersama-sama dengan variabel harga saham (Y) adalah sebesar 0,959 dengan tingkat hubungan korelasi yang sangat kuat. 2. Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi linier berganda digunakan bertujuan untuk mengetahui

pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas (terikat) atas perubahan dari setiap peningkatan atau penurunan variabel bebas yang akan mempengaruhi variabel terikat.

Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan dengan menggunakan SPSS 16.0 for windows, maka hasil regresi akan disajikan pada tabel dibawah ini:

Page 71: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 66

Tabel 17 Regresi Linear Berganda Earning Per Share (EPS), Return On Equity (ROE) dan

Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Harga Saham

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -72.931 120.395 -.606 .606

EPS -.181 .274 -.338 -.658 .578

ROE -4.293 9.729 -.214 -.441 .702

DER 42.769 17.901 .715 2.389 .139

a. Dependent Variable: HGS

Sumber: data diolah

Dari perhitungan regresi yang telah diolah diatas, maka diperoleh persamaan regresi linier sebagai berikut: Y= -72,931 – 0,181 X1 - 4,293 X2 + 42,769

X3 Persamaan regresi linier sederhana di atas, mempunyai arti sebagai berikut : a) Nilai koefisien konstanta -72,931

memiliki arti bahwa pada saat rasio Earning Per Share (EPS), Return On Equity (ROE) dan Debt to Equity Ratio (DER) sama dengan 0 satuan maka harga saham perusahaan adalah menurun sebesar Rp.72.931/lembar.

b) Earning Per Share sebesar -0,181 merupakan koefisien arah regresi linier yang artinya bahwa setiap kenaikan Earning Per Share sebesar 1 satuan sedangkan variabel lainnya dianggap konstan, maka akan diikuti dengan penurunan harga saham sebesar Rp.181/lembar.

c) Return On Equity sebesar -4,293 merupakan koefisien arah regresi linier yang artinya bahwa setiap kenaikan Return On Equity sebesar 1 satuan sedangkan variabel lainnya dianggap konstan, maka akan diikuti dengan penurunan harga saham sebesar Rp.4.293/lembar.

d) Debt to Equity Ratio sebesar 42,769 merupakan koefisien arah regresi linier yang artinya bahwa setiap kenaikan Debt to Equity Ratio sebesar 1 satuan sedangkan variabel lainnya dianggap konstan, maka akan diikuti dengan kenaika harga saham sebesar Rp.42.769/lembar.

KESIMPULAN DAN SARAN - Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil analisis deskriptif dari

variabel-variabel independen yang diteliti pada perusahaan LQ45 selama periode tahun 2011 sampai dengan 2013, menghasilkan kesimpulan bahwa:

a. Kondisi Earning Per Share (EPS) berada pada kriteria rendah yang memiliki nilai rata-rata sebesar Rp. 153,75/lembar, dengan nilai minimum sebesar Rp. 130,00/lembar dan nilai maksimum sebesar Rp745,00/lembar.

b. Kondisi Return On Equity (ROE) berada pada kriteria rendah yang memiliki nilai rata-rata sebesar 15,25 dengan nilai minimum sebesar 1,2 dan nilai maksimum sebesar 62,2.

c. Kondisi Debt to Equty Ratio (DER) berada pada kriteria rendah yang memiliki nilai rata-rata sebesar 1,5 dengan nilai minimum sebesar 4,00 dan nilai maksimum sebesar 10,00.

2. Perubahan harga saham pada perusahaan LQ45 pada periode tahun 2011 sampai tahun 2013 berada pada kriteria rendah. Perubahan harga saham ini memiliki nilai rata-rata sebesar Rp. 71,75 /lembar dengan nilai terendah sebesar Rp. 3.00/lembar dan nilai tertinggi sebesar Rp290.00/lembar.

3. Secara parsial, Earning Per Share (EPS) memiliki hubungan yang positif dan sangat kuat dengan harga saham. Earning Per Share (EPS) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham karena memiliki pengaruh sebesar 0,567% sedangkan sisanya

Page 72: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 67

yang hanya sebesar 99,433% dipengaruhi oleh faktor lain.

4. Secara parsial, Return On Equity (ROE) memiliki hubungan yang positif dan rendah dengan harga saham. Return On Equity (ROE) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham dan memiliki pengaruh sebesar 0,171% sedangkan sisanya sebesar 99,587% dipengaruhi oleh faktor lain.

5. Secara parsial, Debt to Equity Ratio (DER) memiliki hubungan yang negatif dan rendah dengan harga saham. Debt to Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham dan memiliki pengaruh sebesar 0,649% sedangkan sisanya sebesar 99,351% dipengaruhi oleh faktor lain.

6. Secara simultan, Earning Per Share (EPS), Return On Equity (ROE) dan Debt to Equity Ratio (DER) memiliki hubungan yang positif dan sangat kuat terhadap harga saham. Rasio-rasio tersebut secara bersamaan tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham dan karena pengaruh sebesar 0,919% sedangkan sisanya sebesar 99,081% dipengaruhi oleh faktor lain meliputi kondisi perdagangan ekonomi, fluktuasi kurs, volume dan frekuensi transaksi serta kekuatan pasar.

- Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan di atas, maka peneliti mempunyai saran sebagai berikut: 1. Kondisi rasio Earning Per Share (EPS),

Return On Equity (ROE) dan Debt to Equity Ratio (DER) pada perusahaan LQ45 masih tergolong rendah, maka perusahaan perlu meningkatkan kinerja perusahaan agar rasio-rasio tersebut meningkat dan tergolong tinggi.

2. Bagi investor, tidak perlu memperhatikan Earning Per Share (EPS) Retrun On Equity (ROE) dan Debt to Equity Ratio (DER) untuk menilai tingkat harga saham karena ketiga rasio tersebut tidak berpengaruh terhadap harga saham sehingga investor seharusnya melihat faktor lain untuk menganalisa harga saham demi mendapatkan keuntungan serta keputusan menjual dan membeli saham atau investasi saham.

3. Bagi peneliti selanjutnya:

a. Dalam penelitian ini hanya 3 rasio keuangan saja yang digunakan untuk memprediksi harga saham, yaitu rasio Earning Per Share (EPS), Return On Equity (ROE) dan Debt to Equity Ratio (DER). Untuk peneliti selanjutnya diharapkan untuk menambah faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi harga saham. hal ini bertujuan untuk memperkuat hasil penelitian dan pengamatan.

b. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan LQ45 periode tahun 2011-2013 dimana hanya 6 sampel perusahaan yang diteliti, sehingga untuk peneliti selanjutnya diharapkan untuk meneliti jenis perusahaan lain tertentu seperti perusahaan perbankan dan lain-lain atau dapat pula meneliti perusahaan secara heterogen. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan hasil yang lebih kuat.

DAFTAR PUSTAKA Ang,Robert. 1997. Buku pintar pasar modal

Indonesia. Media Staff Indonesia. Jakarta

Arikunto,Suharsimi. 2002. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Rineka Cipta. Jakarta

Anoraga, Pandji. & Piji, Pakarti. 2001. Pengantar Pasar Modal.PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta.

Arifin, Ali. 2002. Membaca Saham. Andi Yogyakarta.

Darmaji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhrudin. 2001. Pasar Modal Di Indonesia. Edisi pertama. Salemba Empat. Jakarta

Fahmi, Irham. 2012. Pengantar Pasar Modal. Bandung: Alfabeta CV.Fredy

Ghozali, Imam, 2005, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Badan Penerbit UNDIP, Semarang.

Ghozali, Imam. 2009. Statistik Multivariat SPSS. Penerbit BP Universitas Diponegoro.

Husnan, Suad. & Pudjiastuti, Enny. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi Kelima.Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Page 73: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 68

Ikatan Akuntan Indonesia. 2012. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.. 1. Salemba Empat. Jakarta

Indriyanto, Nur. Dan Bambang Supomo. 2000. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen, Edisi Pertama, Yogyakarta: Penerbit BPFE UGM

Jogiyanto, HM. 2007. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, penerbit BPFE, Yogyakarta.

Kashmir. 2012. Analisis Laporan Keuangan. PT. Raja Grafindo Persada.

M. Hanafi, Mamduh. & Halim, Abdul. 2009. Analisis Laporan Keuangan. UPP STIM YKPN. yogyakarta

Mutdiyati. 2009. Pengaruh Earning Per Share (EPS), Return On Equity

(ROE) dan Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Harga Saham: Pada perusahaan indeks LQ 45 di BEI”. Jurnal Ilmiah Akuntansi. Universitas Pasundan. Bandung.

Rahardjo, Susilo. 2005. Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham Pada Perusahaan LQ-45 Di Bursa Efek Jakarta. Skripsi. Universitas Islam Indonesia.

Sartono, Agus. 2010. Manajemen keuangan teori dan aplikasi. Edisi empat. BPFE Yogyakarta.

Syamsuddin, L. 2009. Manajaemen Keuangan Perusahaan. Edisi Baru. PT Rajagrafindo Persada, Jakarta.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta

Page 74: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 69

Dampak Sosial Ekonomi Lembaga Keuangan Mikro dalam Kelompok Pengajian di Kelurahan Kangenan

Rachman Hakim Universitas Madura

ABSTRAK

Lembaga keuangan memiliki peranan yang cukup krusial dalam mendukung ekonomi masyarakat. Akan tetapi, selama ini masyarakat cenderung mengalami kesulitan untuk mendapatkan akses dana dari lembaga keuangan. Karena itu, keberadaan lembaga keuangan mikro diharapkan mampu berkontribusi secara lebih nyata khususnya lembaga keuangan mikro seperti dalam kelompok pengajian di Kelurahan Kangenan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi langsung ke lapangan. Dari hasil penelitian di beberapa kelompok pengajian di Kelurahan Kangenan, diperoleh temuan yang beragam. Sebagian menanggapi positif karena lembaga keuangan semacam ini perannya cukup terasa untuk membantu masyarakat yang kurang mampu secara ekonomi. Sebaliknya, ternyata dalam kondisi tertentu ada dampak negatif sosial. Anggota yang tidak mampu mengembalikan pinjaman akan cenderung menghindar bahkan jarang datang ke pengajian. Hal semacam ini juga terjadi pada anggota yang tidak mendapat jatah dana pinjaman dari pengurus. Ternyata dampak lembaga keuangan mikro bisa positif atau negatif secara sosial ekonomi. Ini bisa dijadikan pelajaran berharga untuk keberlangsungan lembaga keuangan mikro dalam kelompok pengajian khususnya di Kelurahan Kangenan.

Kata kunci: Lembaga keuangan, mikro, sosial, ekonomi

PENDAHULUAN Kita tentu sering mendengar

tentang lembaga keuangan. Lembaga keuangan yang banyak dikenal tidak akan jauh dari bank, koperasi, pegadaian, dan sebagainya. Akan tetapi ternyata jenis lembaga keuangan tidak hanya sebatas itu, masih banyak lembaga keuangan lain yang tentunya memiliki fungsi yang tidak jauh berbeda dengan lembaga keuangan pada umumnya. Salah satu contohnya, lembaga keuangan mikro (LKM) yang berada dibawah pengelolaan kelompok pengajian, terutama kelompok pengajian ibu-ibu. Sekarang lembaga keuangan jenis ini cukup menjadi tren. Sebenarnya, lembaga keuangan mikro dalam kelompok pengajian termasuk lembaga yang sifatnya informal. Keberadaannya murni inisiatif masyarakat sendiri.

Cara kerjanya mudah, pengurus pengajian akan menampung uang milik anggota yang memiliki kelebihan dana, biasanya dalam bentuk tabungan.

Kemudian dana yang sudah terkumpul akan ditawarkan kepada anggota yang memerlukan dana, tentunya dengan perjanjian akan ada kompensasi yang harus diberikan oleh si peminjam dana. Artinya lembaga keuangan mikro ini memiliki fungsi intermediasi seperti halnya perbankan.

Sebenarnya penelitian terkait dengan lembaga keuangan sudah banyak dilakukan. Tetapi banyak pula pendapat yang berseberangan mengenai dampak dari lembaga keuangan itu sendiri. Banyak yang berpendapat positif bahwa lembaga keuangan memiliki dampak yang baik dalam membantu masyarakat secara ekonomi. Saleh dan Hidayat (2011) berpendapat bahwa pengembangan LKM dianggap dapat menjadi salah satu solusi efektif dalam pengentasan kemiskinan dengan bantuan peran dan intervensi dari berbagai pihak baik pemerintah, non-pemerintah serta masyarakat. Hasil penelitian Said (2012) menunjukkan bahwa

Page 75: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 70

lembaga keuangan mikro berperan signifikan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya melalui bantuan modal kepada usaha kecil mikro. Di lain pihak, banyak juga yang berpendapat bahwa lembaga keuangan tidak memberikan manfaat secara ekonomi. Terkadang masyarakat merasa kesulitan untuk memperoleh bantuan dana, khususnya dari lembaga keuangan bank.

Lembaga keuangan tentu tidak mau rugi, banyak hal yang harus dipertimbangkan sebelum mereka menyalurkan dananya kepada masyarakat. Oleh karena itu, perlu ada perbaikan akses dana bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (Yunindya, 2014). Inilah yang membedakan lembaga keuangan umum dan lembaga keuangan mikro seperti dalam kelompok pengajian. Akses dana sangat mudah dan tidak berbelit-belit, cukup menjadi anggota pengajian maka seseorang bisa meminjam dana. Memonitor dana yang sudah dicairkan juga mudah karena anggota yang meminjam dana tentunya masih tetangga sendiri. Kelebihan ini tidak dimiliki lembaga keuangan secara umum, sehingga lembaga keuangan mikro dalam kelompok pengajian tentu sangat menarik untuk diteliti. Terutama lembaga keuangan mikro dalam kelompok pengajian di Kelurahan Kangenan.

Pemilihan Kelurahan Kangenan sebagai objek penelitian tentu disertai beberapa alasan. Selain lembaga keuangan mikro memang sedang menjamur disana, Kelurahan Kangenan bisa dibilang merupakan daerah perbatasan antara pedesaan dan perkotaan. Hal ini mengakibatkan Kelurahan Kangenan dihuni oleh berbagai macam tipe penduduk, mulai dari penduduk yang kurang mampu secara keuangan sampai yang berkecukupan. Keberagaman ini penting untuk mendukung penelitian, contohnya dalam penyebaran sampel penelitian.

Artikel ini akan mengkaji secara lebih mendalam bagaimana dampak lembaga keuangan mikro dalam kelompok pengajian secara sosial ekonomi, khususnya di Kelurahan Kangenan. Harapannya, semoga hasil penelitian ini bisa memberi masukan yang berharga

kepada masyarakat atau bahkan pemerintah. KAJIAN PUSTAKA

Lembaga keuangan secara umum terbagi menjadi dua, yaitu bank dan non/bukan bank. Untuk lebih jelasnya, berikut penjabaran dari kedua jenis lembaga keuangan tersebut.

Lembaga Keuangan Bank Lembaga keuangan ini umumnya

menjalankan fungsi intermediasi. Kegiatan pihak perbankan secara sederhana dapat berupa menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana kepada masyarakat umum. Dalam pelaksanaannya, bank dapat dibedakan menjadi bank umum dan bank perkreditan rakyat (Kasmir, 2012). Kegiatan bank umum lebih luas dari bank perkreditan rakyat. Dalam arti produk yang disediakan bank umum lebih banyak dibanding bank perkreditan rakyat. - Bank Umum Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau bedasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya menyediakan jasa transfer atau jasa lalu lintas pembayaran. Jasa yang disediakan bersifat umum, artinya dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Wilayah operasi biasanya sangat luas bahkan ada di hampir setiap wilayah. Bank umum sering juga disebut bank komersil. - Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Bank perkreditan rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau bedasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak menyediakan jasa transfer atau jasa lalu lintas pembayaran. Artinya aktifitas BPR jauh lebih minim dibandingkan dengan bank umum. Bahkan wilayah operasinya pun juga lebih sempit, terkadang hanya ada di satu wilayah tertentu saja.

Lembaga Keuangan Bukan Bank Lembaga keuangan bukan bank

sangat banyak jenisnya. Berikut ini beberapa jenis lembaga keuangan bukan bank: - Pegadaian Pegadaian adalah tempat menjaminkan barang-barang berharga, untuk memperoleh sejumlah dana. Barang yang

Page 76: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 71

sudah dijaminkan bisa ditebus kembali sesuai kesepakatan antara nasabah dan lembaga gadai. Usaha gadai memiliki ciri sebagai berikut:

1. Terdapat barang berharga yang digadaikan

2. Jumlah pinjaman tergantung dari nilai barang yang digadaikan

3. Barang yang digadaikan bisa ditebus kembali

- Leasing Leasing bergerak di bidang pembiayaan untuk keperluan barang-barang modal yang diinginkan oleh nasabah. Secara umum, leasing adalah perjanjian antara perusahaan leasing dengan nasabah dimana perusahaan leasing akan menyediakan barang dengan hak penggunaan oleh nasabah dengan imbalan pembayaran sewa untuk jangka waktu tertentu. - Koperasi Simpan Pinjam Koperasi simpan pinjam melakukan usaha penyimpanan dan peminjaman sejumlah uang untuk keperluan para anggota. Koperasi simpan pinjam sering juga disebut koperasi kredit yang menyediakan dana pinjaman bagi masyarakat yang membutuhkan. - Perusahaan Asuransi Banyak hal yang tidak dapat diprediksi mengenai apa yang akan terjadi di masa mendatang. Perkiraan manusia terkait masa depan seringkali meleset dari apa yang direncanakan. Misalkan kita sudah memperkirakan berapa uang yang akan dikeluarkan setiap bulan. Akan tetapi, perkiraan ini bisa jadi meleset karena adanya kejadian tak terduga seperti kecelakaan, sakit, kehilangan, atau kejadian lainnya. Oleh karena itu, setiap resiko yang akan dihadapi harus ada lembaga keuangan yang menanggulangi untuk menghindari kerugian. Lembaga keuangan tersebut tidak lain adalah perusahaan asuransi. Perusahaan asuransi melakukan pertanggungan terhadap resiko yang akan dihadapi oleh nasabahnya.

Lembaga Keuangan Mikro (LKM) LKM adalah lembaga keuangan

yang khusus didirikan untuk memberikan jasa pengembangan usaha dan pemberdayaan masyarakat, baik melalui

pinjaman atau pembiayaan dalam usaha skala mikro kepada anggota dan masyarakat, pengelolaan simpanan, maupun pemberian jasa konsultasi pengembangan usaha yang tidak semata-mata mencari keuntungan.

Baskara (2013) menyatakan bahwa lembaga keuangan mikro terdapat beberapa jenis di Indonesia. Berikut ini penjabarannya: - Badan Kredit Desa (BKD) BKD merupakan salah satu LKM formal yang pertama kali berdiri di Indonesia. Berdirinya BKD tidak dapat dipisahkan dari berdirinya AVB (Algemene Volkerediet Bank) yang kemudian menjadi BRI pada sekitar tahun 1896. Sejarah BKD diawali dengan berdirinya Lumbung Desa di daerah Banyumas karena terjadinya paceklik dan gagal panen. LKM ini mengalami sejarah yang panjang dengan berbagai perubahan nama dan regulasi. Saat ini BKD hanya tersisa di pulau Jawa, walaupun sempat tersebar ke wilayah lain di Indonesia. BKD merupakan sebuah lembaga keuangan milik desa dengan pejabat desa berperan dalam manajemennya. - Lembaga Dana Kredit Pedesaan (LDKP) Istilah Lembaga Dana Kredit Pedesaan (LDKP) dicetuskan sejak era tahun 1980an oleh Pemerintah Indonesia dalam upaya mengelompokkan lembaga keuangan mikro non-bank yang banyak beroperasi di seluruh wilayah Indonesia, khususnya Pulau Jawa sejak masa tahun 1970an. Kebijakan ini juga dimaksudkan guna membedakan lembaga kredit berbasis desa dengan bank unit desa serta lembaga perkreditan berbasis desa yang sudah lama ada di Jawa. LDKP ini mengacu pada banyak jenis lembaga keuangan mikro dengan nama berbeda di berbagai wilayah Indonesia. Data RENDEV Project tahun 2009 menyebutkan jumlah LDKP di Indonesia sebanyak 2.001 buah lembaga dengan yang terbanyak ada di Propinsi Bali berupa Lembaga Perkreditan Desa (LPD) (Adra et al., 2009) - Badan Kredit Kecamatan (BKK) Badan Kredit Kecamatan (BKK) di Jawa Tengah dan Kalimantan Selatan, Lembaga Perkreditan Kecamatan (LPK) di Jawa Barat serta Lumbung Pitih Nagari (LPN) di Sumatera Barat, merupakan beberapa

Page 77: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 72

LDKP awal yang berdiri sekitar tahun 1970an. Setelah pertemuan yang digelar oleh Menteri Dalam Negeri pada tahun 1984, barulah mulai bermunculan lembaga sejenis di daerah lain, semisal Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Bali, BKK di Bengkulu, Riau, Kalimantan Selatan, dan Aceh. Badan Kredit Kecamatan beroperasi pada wilayah kecamatan, dengan supervisi dan pengelolaan berada dibawah pemerintah provinsi. Pada tahun 1990 banyak BKK yang berubah menjadi BPR, dengan adanya peraturan dari Menteri Keuangan dan Bank Indonesia. Namun saat ini masih terdapat banyak BKK yang masih beroperasi sesuai dengan keberadaan awalnya. BKK merupakan lembaga keuangan dengan status Perusahaan Daerah sesuai dengan Perda Jateng No.19 tahun 2002. Pengawasan juga dilakukan oleh Bank Pembangunan Daerah di tiap Propinsi. Pengelolaan BKK dilakukan oleh Pemerintah Propinsi dan approval pinjaman harus melalui Camat. - Lembaga Perkreditan Kecamatan (LPK) Lembaga Perkreditan Kecamatan terdapat di Jawa Barat. Wilayah Operasional lembaga ini sama dengan BKK, dengan pola kepemilikan yang sedikit berbeda. Kepemilikan LPK adalah 55% Pemerintah Provinsi dan 45% Pemerintah Kabupaten. LPK memiliki sejarah yang panjang, dimana pendiriannya dimulai tahun 1973 dengan peraturan pemerintah No.446 tahun 1973. Pada tahun 1992 regulasi Perbankan mengharuskan LDKP berubah menjadi BPR dengan tenggang waktu hingga tahun 1997. Pada saat itu banyak LPK yang berubah menjadi BPR dengan dukungan dana dari pemerintah Provinsi, Kabupaten serta Bank Pembangunan Daerah. Namun tidak semua LPK bisa ditingkatkan menjadi BPR karena masih banyak LPK yang terkendala masalah permodalan dan manajemen. - Lumbung Pitih Nagari (LPN) Lembaga ini terdapat di Propinsi Sumatera Barat. LPN merupakan lembaga keuangan milik desa adat yang disebut nagari dan hanya ada di daerah Padang Pariaman.

Pada jaman kolonial Belanda sebenarnya sudah terdapat sebuah lembaga keuangan di daerah tersebut yakni Bank Nagari, namun keberadaannya tidaklah lama. - Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Lembaga ini juga merupakan sebuah lembaga keuangan milik desa adat, sama dengan LPN yang ada di Sumatera Barat. Lembaga ini berdiri sejak tahun 1985, dan hingga saat ini sudah mencapai jumlah 1.422 buah. Lembaga Perkreditan Desa di Bali merupakan lembaga keuangan mikro yang paling sukses di Indonesia. Keberhasilan program ini karena dukungan penuh dari Pemerintah Propinsi Bali dan kuatnya kesatuan masyarakat adat di Bali. - Lembaga Dana Kredit Pedesaan lain di Indonesia Sebenarnya, masih terdapat banyak LDKP di Indonesia yang keberadaannya tidak tercatat secara resmi atau bisa dikategorikan lembaga keuangan mikro yang bersifat informal. Lembaga keuangan mikro yang berada di bawah naungan kelompok pengajian merupakan salah satunya. Tidak ada data pasti mengenai kapan awal mula munculnya lembaga keuangan mikro ini. Keberadaannya memang tidak tercatat secara resmi tapi perannya tidak bisa disepelekan, mengingat akses dana dalam lembaga keuangan ini cukup mudah. METODE PENELITIAN - Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian kualitatif. Isinya lebih pada penjabaran terkait data atau hasil penelitian yang menjadi temuan di lapangan. - Objek Penelitian Kelompok pengajian yang ada di Kelurahan Kangenan berjumlah dua kelompok, yaitu Kelompok Pengajian Malam Kamisan dan Kelompok Pengajian Tim Penggerak PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga). Semuanya akan dijadikan objek penelitian. Mengingat jumlahnya yang sedikit, tentunya hal ini cukup mudah untuk dilakukan. Berikut ini tabel kepengurusan kedua kelompok pengajian tersebut:

Page 78: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 73

Tabel 1 Kepengurusan Kelompok Pengajian

Jabatan Kelompok Pengajian Malam

Kamisan Kelompok Pengajian Tim Penggerak

PKK

Ketua Munimmah Rosshanty Dewi Trisnawati

Sekretaris Marbuah Siti Khodijah

Bendahara Supatma Kurriyah Busar

Sumber: data diolah

- Teknik Pengumpulan Data

Data diperoleh dengan melakukan observasi langsung. Bentuknya seperti wawancara atau meminta data yang diperlukan kepada pihak terkait.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Ada dua lembaga keuangan mikro (dalam kelompok pengajian) yang tercatat di Kelurahan Kangenan, yaitu Kelompok Pengajian Malam Kamisan dan Kelompok Pengajian Tim Penggerak PKK. Terdapat perbedaan mendasar diantara keduanya. Perbedaan tersebut seperti yang dijelaskan. Ibu Supatma (Bendahara Kelompok Pengajian Malam Kamisan/Anggota Kelompok Pengajian Tim Penggerak PKK).

“Selama ini, sistem yang digunakan dalam lembaga keuangan mikro ini (Kelompok Pengajian Malam Kamisan) cukup mudah. Kami mengumpulkan uang dari ibu-ibu yang sudah berkecukupan secara keuangan dalam bentuk tabungan. Tentunya akan ada balas jasa disana. Nantinya dana yang sudah terkumpul akan disalurkan kepada anggota yang membutuhkan dana. Berbeda dengan Kelompok Pengajian Malam Kamisan, Kelompok Pengajian Tim Penggerak PKK memperoleh bantuan langsung dari pemerintah provinsi Jawa Timur. Pengelolaan dananya dalam bentuk pendirian koperasi wanita.”

Perbedaan mendasarnya terdapat pada sumber pendanaan kedua kelompok pengajian tersebut. Kelompok Pengajian Malam Kamisan memperoleh sumber dana dari anggota kelompok pengajiannya

sendiri dalam bentuk tabungan. Dana yang terkumpul bisa sampai sekitar 10 juta. Tentunya akan ada keuntungan yang diperoleh setiap anggota yang menabung. Biasanya dalam bentuk bagi hasil keuntungan yang diperoleh pada akhir periode.

Dana yang terkumpul akan disalurkan kepada anggota yang membutuhkan, bentuknya berupa pinjaman. Ketika mengembalikan dananya, peminjam juga ditarik biaya tambahan dalam bentuk bunga. Dari bunga inilah akan diperoleh keuntungan yang nantinya akan dibagikan kepada pemilik dana (anggota yang menabung). Dana tabungan akan dikembalikan sebelum bulan puasa kepada setiap anggota yang menabung. Demikian juga anggota yang meminjam dana harus mengembalikan pinjamannya sebelum bulan puasa (ramadhan). Alasannya tentu kebutuhan dana yang cukup banyak menjelang bulan puasa terutama menjelang hari raya. Ini sudah menjadi aturan baku yang berlaku sejak kelompok pengajian ini berdiri.

Sumber pendanaan Kelompok Pengajian Tim Penggerak PKK berbeda dengan Kelompok Pengajian Malam Kamisan. Jika Kelompok Pengajian Malam Kamisan memperoleh dana dari anggota, ternyata sumber pendanaan Kelompok Pengajian Tim Penggerak PKK berasal dari pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam bentuk dana bantuan. Said (2012) menyatakan bantuan semacam ini sangat dibutuhkan lembaga keuangan mikro. Dananya berjumlah sekitar 25 juta. Dana tersebut dikelola dalam wadah koperasi wanita oleh Kelompok Pengajian Tim Penggerak PKK. Koperasi wanita ini masih bergerak di bidang simpan pinjam. Tidak hanya anggota pengajian yang boleh meminjam di koperasi tersebut, masyarakat di luar anggota juga boleh

Page 79: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 74

meminjam asalkan memang penduduk asli Kelurahan Kangenan. Ini bertujuan agar pengurus mudah dalam melakukan pengawasan atau pun pemantauan.

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa pada dasarnya lembaga keuangan mikro semacam ini (dalam kelompok pengajian) cukup membantu perekonomian masyarakat. Kontribusi positif ini seperti yang diutarakan oleh Ibu Munimmah (Ketua Kelompok Pengajian Malam Kamisan).

“Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa lembaga keuangan itu perlu, utamanya dalam kelompok pengajian. Dampaknya tidak perlu dipertanyakan lagi. Banyak sekali masyarakat yang terbantu. Bu Enni itu dulu tidak punya usaha tetapi berkat bantuan dana dari kelompok pengajian sekarang dia punya usaha bahkan suaminya juga demikian. Hal ini tentu sangat positif. Tetapi harapan saya, ke depannya saya ingin agar sistem simpan pinjam dalam kelompok pengajian ini menganut sistem syariah. Kami berada dalam naungan sebuah kelompok pengajian, agak menggelikan kalau sistem yang dipakai tidak syariah.”

Selama ini, sistem simpan pinjam yang dianut tidak jauh beda dengan lembaga keuangan konvensional. Setiap peminjam dana diharuskan memberikan uang tambahan ketika mengembalikan dana yang dipinjam, atau kita mengenalnya dengan sistem riba. Ini dirasa agak janggal karena terjadi dalam sebuah kelompok pengajian.

Pengurus kelompok pengajian berkeinginan mengubah sistem tersebut dan mulai menerapkan sistem seperti dalam lembaga keuangan syariah. Ada kekhawatiran bahwa nantinya anggota menjadi enggan meminjam dana jika sistemnya tetap demikian. Akan sangat disayangkan apabila hal itu terjadi mengingat kontribusi lembaga keuangan mikro ini yang cukup signifikan terhadap perekonomian masyarakat Kelurahan Kangenan. Ibu Enni (Penjual makanan di

depan SDN Kangenan) merupakan contoh sukses dibalik keberadaan lembaga keuangan mikro ini. Berikut petikan wawancara terhadap Ibu Enni.

“Sebelumnya saya tidak punya cukup dana untuk usaha. Untung ada bantuan pinjaman dana dari kelompok pengajian Tim Penggerak PKK. Awalnya dana yang diperoleh hanya cukup untuk satu usaha, saya menjual makanan seperti sosis dan dikelola bersama suami. Lama-lama usaha kami cukup maju dan keuntungannya lumayan. Bahkan sekarang suami saya sudah mulai keliling menjajahkan makanan yang sejenis. Artinya kami sudah punya dua usaha. Ini sangat membantu ekonomi keluarga.”

Ibu Enni hanya sebuah contoh kecil dari keberhasilan lembaga keuangan makro sejenis ini. Masih banyak lagi masyarakat yang merasa terbantu berkat keberadaannya. Masalahnya, banyak masyarakat yang membutuhkan dana tetapi persediaan dana yang dikumpulkan oleh kelompok pengajian sangat terbatas. Ibu Marbuah (Sekretaris Kelompok Pengajian Malam Kamisan) mengatakan bahwa hal ini merupakan masalah yang cukup pelik dan belum ada solusi dari pihak pengurus sendiri.

“Kami cukup kesulitan dalam pengumpulan dana. Dalam artian, dana yang bisa kami kumpulkan cukup terbatas padahal anggota yang membutuhkan dana pinjaman cukup banyak. Ini menjadi dilema tersendiri bagi kami. Karena terkadang kami harus menentukan siapa yang berhak mendapat dana pinjaman. Sementara itu, di lain pihak akan ada anggota yang tidak kebagian dana. Disinilah repotnya, sering ada anggota yang merasa dianaktirikan karena tidak kebagian dana. Efeknya, mereka sering bolos pengajian. Hal seperti ini tentu tidak kami inginkan.”

Keterbatasan dana membuat pengurus harus sangat selektif ketika ingin menyalurkan dana. Tidak semua anggota

Page 80: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 75

yang membutuhkan bisa mendapatkan dana pinjaman. Ternyata ada dampak negatif yang ditimbulkan. Anggota yang tidak mendapatkan dana pinjaman terkadang merasa dianaktirikan dan dampaknya mereka menjadi malas datang ke pengajian. Tidak hanya kasus seperti itu yang terjadi. Ibu Siti Khodijah (Sekretaris Kelompok Pengajian Tim Penggerak PKK) memaparkan sebagai berikut.

“Terkadang anggota sering bolos pengajian bukan hanya tidak kebagian dana. Ada juga anggota yang menjadi demikian karena belum mampu mengembalikan dana yang sudah dipinjam. Menurut saya, pengurus harus turun tangan. Bukan maksudnya pengurus harus memaksakan anggota yang bersangkutan untuk mengembalikan uangnya. Tapi lebih pada mendatangi anggota tersebut kemudian mencoba memberikan kelonggaran atau tambahan jangka waktu pelunasan. Saya sebagai anggota dan pemberi dana (maksudnya uang yang bersangkutan ditabung di kelompok pengajian) tidak merasa keberatan samasekali. Setahu saya, hal itu kan hitungannya sedekah dalam agama Islam.”

Dalam prakteknya pengurus merasa ada kesalahan mendasar dalam proses seleksi dalam pemberian dana pinjaman. Seperti yang dijelaskan Ibu Kurriyah Busar (Sekretaris Kelompok Pengajian Tim Penggerak PKK).

“Ada kesalahan mendasar yang selama ini dilakukan oleh pengurus. Kami kurang selektif dalam memberikan dana pinjaman. Seringkali kami memberikan kredit kosumtif kepada anggota. Artinya dana tersebut akan digunakan untuk keperluan konsumsi oleh anggota yang besangkutan. Padahal, seharusnya kami lebih mengutamakan anggota yang memang memerlukan dana untuk keperluan usaha. Proses seleksi ini akan lebih kami perhatikan lagi.

Tentunya dengan tujuan agar dananya diberikan kepada pihak yang memang membutuhkan.”

Kesalahan yang dimaksud Ibu Kurriyah Busar adalah kurang selektifnya pengurus dalam memutuskan siapa yang berhak mendapatkan dana pinjaman. Anggota yang ingin meminjam dana biasanya dilatarbelakangi oleh dua hal, yaitu untuk keperluan konsumsi dan keperluan usaha. Banyak sekali anggota yang meminjam untuk keperluan konsumsi. Ini bisa dibilang sejalan dengan hasil penelitian Ihwan (2007) mengenai lembaga keuangan mikro, yaitu BKD di Sukoharjo. Dari hasil penelitiannya ditemukan bahwa 87,57% BKD di Sukoharjo tidak efisien dalam kinerja keuangannya. Kedepannya, pengurus memiliki keinginan untuk lebih mengutamakan anggota yang meminjam dana untuk keperluan usaha. Ini tentu sangat positif karena pada dasarnya lembaga keuangan mikro ingin membantu masyarakat yang membutuhkan dana untuk usaha, bukan hanya untuk konsumsi semata. Keunggulan LKM terletak pada komitmen yang kuat dalam memberdayakan usaha mikro (Saleh dan Hidayat, 2011).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan yang bisa diambil dari hasil penelitian, ternyata lembaga keuangan mikro dalam kelompok pengajian dampaknya cukup efektif dalam mensejahterakan masyarakat. Artinya, efek yang ditimbulkan cukup positif secara ekonomi, terutama bagi masyarakat Kelurahan Kangenan. Banyak masyarakat yang bisa terbantu karena keberadaannya. Proses peminjamannya pun tidak rumit, cukup menjadi anggota maka dana pinjaman bisa diperoleh dengan mudah. Akan tetapi, dana yang terkumpul di pengurus jumlahnya tidak terlalu banyak sehingga terkadang anggota yang tidak memperoleh dana pinjaman.

Secara sosial, dampak yang ditemukan ternyata cukup negatif. Anggota yang tidak mampu mengembalikan pinjaman akan cenderung menghindar bahkan jarang datang ke pengajian. Hal

Page 81: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 76

semacam ini juga terjadi pada anggota yang tidak mendapat jatah dana pinjaman dari pengurus. Dampak negatif ini harus dijadikan pelajaran berharga agar tidak terjadi lagi dikemudian hari.

DAFTAR PUSTAKA

Adra, Nadine., Turpin, Jeremy., and Reuze, Blanche. 2009. Identification of Microfinance Institution-Indonesia, Development of a Financial Model to Enable Renewable Energy Service Provision Through Microfinance, The RENDEV Project, Inteligent Energy-Europe (IEE).

Baskara, I. G. K. 2013. Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia. Jurnal Buletin Studi Ekonomi, Vol. 18, No. 2, Agustus 2013: 114-125.

Ihwan, Susila. 2007. Analisis Efisiensi Lembaga Keuangan Mikro. Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 8 No. 2: 223-242

Kasmir. 2012. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Edisi Revisi. Rajawali Pers. Jakarta.

Said, Salmah. 2012. Lembaga Keuangan Mikro Syariah dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat di Makassar. Conference Proceedings: Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS XII).

Saleh, Y. dan Y. Hidayat. 2011. Strategi Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro Mendukung Pengentasan Kemiskinan Di Perdesaan. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Vol. 7 No. 1: 66-81.

Yunindya, Fitri. 2014. Analisis Landasan Operasinal Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) di Indonesia Berdasarkan Undang-Undang Terkait. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 82: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 77

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETEPATAN WAKTU PELAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR

DI BEI

Subhan Fauziyah

Universitas Madura

Penelitian ini bertujuan untuk memeberikan bukti empiris mengenai pengaruh laba bersih, nilai bukuekuitas, dan arus kas operasi dengan menguji masing-masing variable. Melalui penelitian ini, dapat diketahui seberapa besar variable independen mempengaruhi variable dependen, sehingga akan berguna bagi pihak yang bersagkutan dalam pengambilan keputusan. Objek penelitian ini adalah perusahaan plastik dan kemasan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2012 yang berjumlah 11 perusahaan. Setiap perusahaan yang diabil adalah perusahaan yang memiliki data laporan keuangan lengkap berturut-turut selama periode 2010-2012. Adapun sampel penelitian ini diambil dengan menggunakan purposive sampling yaitu pemilihan anggota sampel berdasarkan criteria-kriteria tertentu sehingga dipeeroleh sampel berjumlah 7 perusahaan. Alat anallisis yang digunakan adalah regresi linier berganda yang dilakukan dengan bantuan program computer SPSS versi 16. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial variable laba bersih, nilai buku ekuitas, dan arus kas operasi tidak berpengaruh signifikan terhadap reaksi pasar karena sig t lebih besar dari signifika 5%. Secara simultan variable laba bersih, nilai buku ekuitas, dan arus kas operasi juga tidak berpengaruh terhadap reaksi pasar karena hasil sig t lebih besar dari tingkat signifikan 5%. Kata Kunci: Laba Bersih, Nilai Buku Ekuitas, Arus Kas Operasi, Reaksi Pasar.

PENDAHULUAN

Di era globalisasi sekarang ini dunia bisnis dan usaha menuntut adanya informasi yang bisa digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan bisnis.Untuk mendapatkan informasi yang berguna bagi para pelaku bisnis tersebut, maka akuntansi ikut berperan dalam menyediakan informasi yang diperlukan.Laporan keuangan adalah salah satu informasi penting dan dapat dipercaya oleh pihak internal maupun eksternal perusahaan, karena merupakan informasi mengenai perkembangan perusahaan untuk periode tertentu. Laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan disajikan sebagai informasi yang menyangkut posisi keuangan perusahaan, laporan kinerja, perubahan posisi keuangan dan laporan aliran kas yang bermanfaat bagi pemakainya khususnya investor maupun kreditor dalam pengambilan keputusan.

Standard Akuntansi Keuangan (2012) menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang berguna untuk keputusan

bisnis.Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang secara formal wajib dipublikasikan sebagai sarana pertanggungjawaban pihak manajemen terhadap pengelolaan sumber daya pemilik.Laporan keuangan yang dipublikasikan oleh suatu perusahaan harus dapat mengungkapkan kondisi perusahaan yang sebenarnya, sehingga bermanfaat bagi masyarakat umum. Informasi yang bermanfaat bagi pengambilan keputusan haruslah informasi yang revelan yaitu informasi yang memiliki potensi untuk mempengaruhi keputusan yang diambil, salah satu indikator bahwa suatu informasi akuntansi relevan adalah adanya reaksi pemodal pada saat diumumkannya suatu informasi yang dapat diamati dari adanyapengaruh reaksi pasar dengan return abnormal kumulatif.

Menurut Anissa Amalia (2008;20) laporan keuangan mencerminkan kinerja perusahaan, sehingga laporan keuangan harus dibuat oleh pihak manajemen secarabenar dan sesuai dengan yang terjadi. Saat ini parameter kinerja perusahaan yang mendapatkan perhatian

Page 83: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 78

utama dari investor dan kreditor adalah laba, ekuitas dan arus kas. Koefisien respon laba menunjukkan reaksi pasar terhadap informasi laba yang dipublikasikan oleh perusahaan yang dapat diamati dari pergerakan harga saham disekitar tanggal publikasi laporan keuangan Anissa Amalia (2008;21).

Statement of Financial Accounting Consepts(SFAC) No. 2 menyatakan bahwa informasi laba merupakan unsur utama dalam laporan keuangan dan sangat penting bagi pihak-pihak yang menggunakannya karena memiliki nilai prediktif. Menurut Pernyataan Standart Akuntansi Keuangan No. 1, informasi laba diperlukan untuk menilai perubahan potensi sumberdaya ekonomis yang mungkin dapat dikendalikan dimasa depan, menghasilkan arus kas dari sumber daya yangada, dan untuk perumusan pertimbangan tentang efektivitas perusahaan dalam memanfaatkansumber daya. Anissa Amalia (2008;21) melakukan penelitian tentang analisis relevansi informasi laba, nilai buku ekuitas, dan arus kas operasi dengan harga saham. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa laba juga digunakan sebagai alat untuk mengukur kinerja manajemen perusahaan selama periode tertentu yang pada umumnya menjadi perhatian pihak-pihak tertentu terutama dalam menaksir kinerja atas pertanggungjawaban manajemen dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadapara pemakai laporan keuangan,serta dapat dipergunakan untukmemperkirakan prospeknya di masa depan. Laba merupakan selisih pendapatan dan keuntungan setelah dikurangi beban dan kerugian.Penelitian tersebut menyebutkan bahwa laba berpengaruh positif terhadap harga saham.Laba merupakan ringkasan hasil aktivitas operasi usaha yang dinyatakan dalam istilah keuangan.Laba juga merupakan informasi perusahaan yang paling diminati dalam pasar uang.Laba dapat digunakan sebagai pengukuran atas efisiensi manajemen serta sebagai pengukur keberhasilan dan sebagai pedoman pengambil keputusan manajemen di masa yang akan datang. Secara umum laba juga telah diterima sebagai ukuran pengembalian

investasi.Semakin besar laba yang diperoleh, semakin baik suatu bisnis penanaman modalberdasarkan penelitian yang juga dilakukan oleh Selvy dan Meyti (2012) tentang pengaruh informasi laba dan arus kas terhadap harga saham.Penelitian tersebut menyebutkan bahwa laba berpengaruh positif terhadap harga saham.

Peran nilai buku tidak dapat diabaikan karena nilai buku juga merupakan faktor yang relevan dalam menjelaskan nilai ekuitas. Laba dan nilai buku merupakan dua ukuran yang mengikhtisarkan laporan keuangan.Nilai buku merupakan ukuran neraca atau aset bersih yang menghasilkan laba, sedangkan laba merupakan ukuran laporan laba rugi yang mengikhtisarkan imbal hasil dari aset-aset tersebut. Anissa Amalia (2008;21)berpendapat bahwa sistem akuntansi dapat memberikan informasi yang saling melengkapi tentang nilai buku dan laba. Nilai buku yang berasal dari neraca memberikan informasi tentang nilai bersih sumber daya perusahaan. Apabila nilaibuku ekuitas mengalami peningkatan maka secara signifikan mempunyai hubungan yangpositif dengan harga saham (Almilia dan Sulistyowati, 2009) dalam penelitiannya tentang analisis terhadap relevansi laba, arus kas operasi dan nilai buku ekuitas pada periode disekitar krisis keuangan.

Selain laba perusahaan, informasi akuntansi lain yang juga digunakan olehpara investor untuk pengambilan keputusan adalah laporan arus kas. Menurut Standard akuntansi keuangan (2009) Informasi tentang arus kas suatu entitas berguna bagi parapengguna laporan keuangan sebagai dasar untuk menilaikemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan setara kasserta menilai kebutuhan entitas untuk menggunakan arus kastersebut. Dalam proses pengambilan keputusan ekonomi, parapengguna perlu melakukan evaluasi terhadap kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas serta kepastianperolehannya. Arus kas operasi merupakan arus kas dari transaksi yang mempengaruhi laba bersih seperti pada transaksi dari pembelian dan penjualan barang dagangan (Subagyo, 2009;5)

Page 84: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 79

dalam penelitiannya tentang memprediksi arus kas masa depan. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa arus kas operasi berpengaruh positif terhadap harga saham. Penelitian tentang arus kas operasi juga dilakukan oleh Hartona S dan Meyti (2012) yang menyatakan bahwa arus kas operasi merupakan jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah operasi perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen, dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar. Informasi mengenai unsur tertentu arus kas historis bersama dengan informasi lain berguna dalam memprediksi arus kas masa depan. Arus kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan. Oleh karena itu, arus kas tersebut pada umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi bersih.

Dalam pasar modal yang efisien, pasar akan bereaksi secara cepat terhadap semua informasi yang relevan. Hal ini ditunjukkan oleh perubahan harga saham melebihi kondisi normal, sehingga menimbulkan abnormal return (Cahyusin, 2008).Reaksi pasar yang diberikan tergantung kepada kualitas laba. Menurut Selvy dan Meyti (2012) Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuitas (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya.Budiarto dan Baridwan (1999), menyatakan bahwa reaksi pasar sebagai suatu sinyal terhadap informasi adanya suatu peristiwa tertentu dapat mempengaruhi nilai perusahaan yang tercermin dari perubahan harga dan volume perdagangan saham yang terjadi.

Para`investor juga dapat melakukan pengamatan tentang informasi volume perdagangan dikaitkan dengan harga saham. Saham dengan volume perdagangan tinggi akan menghasilkan return saham yang tinggi.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya dengan topik yang sama mengenai pengaruh laba, dan arus kas terhadap reaksi pasar yang dilakukan oleh Sidik Cahyasuci (2008), Selvy Hartono dan Meyti (2012), dan Almalia dan Sulistyowati (2009). Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah variabel independen dan dependen yaitu lebih mengkhususkan pada arus kas operasi dan menambah satu variabel independen yaitu nilai buku ekuitas dan variabel dependen yaitu reaksi pasar. Selain itu periode yang digunakan dan objek yang menjadi sampel juga berbeda.

Berdasarkan pernyataan diatas makapenulis akan menyusun proposal tentang laba bersih, nilai ekuitas, dan arus kas operasi, dengan demikian penelitian ini berjudul pengaruh laba bersih, nilai ekuitas, dan arus kas operasi terhadap reaksi pasar pada perusahaan plastik dan kemasandi BEI. LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

Laporan Keuangan Slamet dan Riyono (2001;21)

menyatakan bahwa laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses akuntansi. Sebagai hasil akhir dari proses akuntansi, laporan keuangan menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan oleh berbagai pihak pemakai laporan keuangan. Laporan keuangan yang utama terdiri dari neraca, laporan rugi-laba, laporan perubahan modal, dan laporan arus kas.

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1 Par. 05 (2009), tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahanposisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. Menurut Hartono dan Meyti (2012;3) laporan keuangan bertujuan

Page 85: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 80

untuk meringkaskan kegiatan dan hasil dari kegiatan tersebut untuk jangka waktu tertentu. MenurutPernyataan Standar AkuntansiKeuangan No.1 (2009)tentangPenyajianLaporanKeuangan,laporan keuangan yang lengkap terdiri atas Neraca, Laporan Laba/Rugi, Laporan Ekuitas, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas laporan keuangan. Pasar Modal

Pasar modal mempunyai peranan penting dalam perekonomian terutama dalam pengalokasian dana masyarakat. (Cahyusin, 2008)menyatakan bahwa pasar modal merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan obligasi. Pasar modal berfungsi sebagai sarana alokasi dana yang produktif untuk memindahkan dana dari pemberi pinjaman ke peminjam. Alokasi dana yang produktif terjadi jika individu yang mempunyai kelebihan dana dapat meminjamkan ke individu lain yang lebih produktif yang membutuhkan dana.

Di Indonesia pasar modal didirikan pada tahun 1912 oleh pemerintah kolonial Belanda, namun kegiatan pasar modal terhenti pada tahun 1942 ketikainvasi Jepang ke Indonesia. Pasar modal Indonesia mulai dibentuk kembalipada tanggal 10 Agustus 1977 dengan dibentuknyaBadan Pelaksana Pasar Modal dengan hanya memiliki 11 perusahaan yang listing di pasar sampai padatahun 1987.Tahun 1988 hanya sedikit perusahaan yang tercatat di BEJ, yaitu 24 perusahaan selama 4 tahun (mulai tahun 1985-1988 tidak ada perusahaan yang go publik), sehingga periode ini disebut juga dengan periode tidur yang panjang. Kurang

menariknya pasar modal pada periode ini dari segi investor mungkin disebabkan oleh tidak dikenakannya pajak atas bunga deposito, penerimaan dividen dikenakan pajak penghasilan sebesar 15%. Setelah tahun 1988 sampai tahun 1990, jumlah perusahaan yang terdaftar di BEJ meningkat sebanyak 128 perusahaan. Pada tahun 1991, BEJ diswastakan dan sebagai konsekuensinya Badan Pelaksana Pasar Modal bukan lagi pelaksana pasar modal tetapi lebih ke pengawas pelaksanaan pasar modal, sehingga BAPEPAM dari Badan Pelaksana Pasar Modal menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Laba

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 25 (2009),laporan laba rugi merupakan laporan utama untuk melaporkan kinerja dari suatu perusahaan selama suatu periode tertentu. Informasi tentang kinerja perusahaan, terutama profitabilitasdibutuhkan untuk mengambil keputusan tentang sumber ekonomi yang akan dikelola oleh suatu perusahaan di masa depan Hartono dan Meyti (2012;4).

Laba merupakan ringkasan hasil aktivitas operasi usaha yang dinyatakan dalam istilah keuangan.Laba juga merupakan informasi perusahaan yang paling diminati dalam pasar uang (Hartono dan Meyti, 2012;5). Laba adalah hal yang mendasar danpenting dari laporan keuangan dan memiliki banyak kegunaan diberbagai konteks.Laba dapat digunakan sebagai pengukuran atas efisiensi manajemen serta sebagai pengukur keberhasilan danpedoman pengambilan keputusan manajemen dimasa yang akan datang.

laba bersih = laba sebelum pajak − beban pajak penghasilan

Nilai Buku Ekuitas Menurut Almilia dan Sulistyowati

(2007;6) nilai buku ekuitas merupakan ukuran neraca atau aset bersih yang menghasilkan laba.Nilai buku ekuitas per lembar saham menunjukkan aset bersih yang dimiliki oleh pemegang saham dengan memiliki satu lembar saham.

Karena aset bersih adalah sama dengan total ekuitas pemegang saham, maka nilai buku per lembar saham adalah total ekuitas dibagi dengan jumlah saham yang beredar. Nilai buku ekuitas adalah nilai buku aset dikurangi dengan nilai buku kewajiban pada awal tahun dibagi dengan jumlah saham umum yang beredar.

Page 86: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 81

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 =𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 − 𝑘𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟

Arus Kas Operasi

Menurut Hartono dan Meyti (2012;5) jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikatoryang menentukan apakah operasi perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen, dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar. Informasi mengenai unsur tertentu arus kas historis bersama dengan informasi lain berguna dalam memprediksi arus kas masa depan. Arus kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan. Oleh karena itu, arus kas tersebut pada umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi bersih.

Dalam Pernyataan Standart Akuntansi Keuangan No.2 paragraf 1secara emplisit menyatakan bahwa perusahaan harus menyajikan laporan arus kas karena laporan tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan (integral) dari laporan keuangan untuk

setiapperiode penyajian laporan keuangan. Informasi tentang arus kas suatu perusahaan berguna bagi para pemakai laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan menilai kebutuhan perusahaan untuk menggunakan arus kas tersebut. Dalam proses pengambilan keputusan ekonomi, para pemakai perlu melakukan evaluasi terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas serta kepastian perolehannya (Anissa Amalia, 2008;23).

Arus kas sangat penting dalam analisis investasi. Penelitian mengenai manfaat dari kandungan informasi mengenai arus kas lebih berfokus pada kemampuan prediksi terhadap laba dan arus kas masa depan. Banyaknya penelitian mengenai manfaat laporan arus kas dalam hubungannya atau kemampuan prediksinya terhadap berbagai variabel dependen, seperti arus kas masa depan dan laba masa depan membuktikan bahwa laporan arus kas memiliki manfaat tersendiri.

𝐴𝐾𝑂 =𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑟𝑢𝑠 𝑘𝑎𝑠 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟

Reaksi Pasar Cahyasuci (2008) menyebutkan

bahwa dalam pasar modal yang efisien, pasar akan bereaksi secara cepat terhadap semua informasi yang relevan. Hal ini ditunjukkan oleh perubahan harga saham melebihi kondisi normal sehingga menimbulkan abnormal return.Reaksi pasar yang diberikan tergantung pada kualitas laba. Reaksi pasar merupakan suatu sinyal terhadap informasi adanya suatu peristiwa tertentu dapat mempengaruhi nilai perusahaan yang tercermin dari perubahan harga dan volume perdagangan saham yang terjadi serta return abnormal kumulatif.

Study Peristiwa (Event Study) Studi peristiwa (event study)

merupakan studi yang mempelajari reaksipasar terhadap suatu peristiwa yang informasinya dipublikasikan sebagai suatupengumuman dengan menggunakan event window selama 7 hari ( 3 hari sebelum peristiwa, 1 hari peristiwa, dan 3 hari setelah peeristiwa.Event study dapat digunakan untuk menguji kandungan informasidari suatu pengumuman dan dapat juga digunakan untuk menguji efisiensi pasarbentuk setengah kuat. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan hargadari sekuritas bersangkutan, dan dapat diukur dengan

Page 87: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 82

menggunakan returnsebagai nilai perubahan harga Anindhita G (2010).

Pengujian kandungan informasi hanya menguji reaksi pasar, tetapi tidakmenguji seberapa cepat pasar itu bereaksi. Pasar dikatakan efisien bentuk setengahkuat jika investor bereaksi dengan

cepat untuk menyerap abnormal return untukmenuju ke harga keseimbangan yang baru. Peneliti Terdahulu

Penelitian ini berdasarkan pada peneliti terdahulu yaitu antara lain:

Tabel 1 Peneliti Terdahulu

Peneliti (Tahun Penelitian) Variabel yang diteliti Hasil Penelitian

Sidik Cahyusin (2008) Variabel Independen: Laba, Arus kas, Dan Ukuran perusahaan. Variabel Dependen: Cumulatif Abnormal Return.

laba, arus kas, dan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap cumulatif abnormal return.

Selvy H dan Meyti (2102) Variabel Independen: Laba dan Arus Kas. Variabel Dependen: Harga Saham.

laba dan Arus kas berpengaruh secara positif tehadap harga saham.

Amalia M (2008) Variabel Independen: Laba Akuntansi, Nilai Buku Ekuitas, Dan Arus Kas Operasi. Variabel Dependen: Harga Saham.

laba akuntansi, nilai buku ekuitas, dan arus kas operasi berpengaruh secara positif terhadap harga saham.

Dr. Prihantoro dan Taufik (2010)

Variabel Independen: Laba, Arus Kas operasi, dan Nilai Buku Ekuitas. Variabel Dependen: Price In Stock Suspension.

laba, arus kas operasi, dan nilai buku ekuitas berpengaruh terhadap price in stock suspension.

Sumber: data diolah

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis Penelitian Jenis penelitian ini termasuk dalam

penelitian deskriptif kuantitatif Menurut Iskandar (2009;61) penelitian deskriptif bertujuan untuk menjelaskan aspek-aspek yang relevan dan fenomena yang diamati, menjelaskan krakteristik subjek yang diteliti, mengkaji berbagai aspek dalam fenomena tertentu. Selanjutnya melakukan pengujian data dengan mengembangkan penelitian ini dengan penelitian eksplanasi. Menurut Umar (1999;36) penelitian eksplanasi bertujuan untuk menganalisis hubungan antara suatu variabel dengan variabel lain atau bagaimana variaberl mempengaruhi variabel lainnya. Jenis Data Dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dalam bentuk laporan keuangan yaitu data yang dinyatakan dengan angka-angka yang

menunjukkan nilai atau besaran dari variabel yang diwakili (Umami 2013). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-data historis berupa data sekunder, yang terdiri dari: a. Perusahaanplastik dan kemasan yang listed di BEI pada tahun 2010 sampai 2012. b. Data laporan keuangan publikasian tahunan (annual report), yang terdiri laporan laba rugi, nilai buku ekuitas,dan laporan arus kas selama tahun 2010 sampai dengan tahun 2012. c. Data harga saham tahun 2010 dan 2011. Harga saham yang digunakan adalah harga saham pada saat penutupan (closing price).

Sumber data yang digunakan pada penelitian ini yaitu sumber data sekunderIndriantoro dan Supomo (1999;147).Data diperoleh dan dikumpulkan melalui dokumen-dokumen berupa laporan tahunan perusahaan plastik dan kemasan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Page 88: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 83

Populasi Dan Sampel Populasi penelitian ini adalah

perusahaan-perusahaan dalam kelompok industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2012. Pemilihan sampel penelitian didasarkan pada metode nonprobability sampling tepatnya metode purposive sampling.

Adapun kriteria yang digunakan untuk memilih sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2012 dalam kelompok industri manufaktur sektor plastik dan kemasan.

2. Perusahaan yang menerbitkan laporan tahunan (annual report) secara berturut-turut tahun 2010-2012

3. Perusahaan tersebut mengalami laba selama periode dalam penelitian.

4. Perusahaan yang mempublikasikan laba bersih dengan metode Even Window pendek selama 7 hari.

Tabel 2

Hasil Penentuan Sampel

No Kriteria Jumlah

1. perusahaan plastik dan kemasan yang terdaftar di BEI tahun 2010-2012 11

2. Perusahaan yang tidak menerbitkan annual report tahun 2010-2012 -2

3. Perusahaan yang menerbitkan annual report tahun 2010-2012 9

4. Perusahaan yang tidak mengalami laba selama periode penelitian -2

5. Perusahaan yang mengalami laba selama periode penelitian 7

Jumlah sampel 7

Sumber data: laporan keungan Bursa Efek Indonesia

Tehnik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi. Serta penggunaan berbagai sumber-sumber lain sebagai studi kepustakaan untuk memperoleh data sekunder yang berguna sebagai pedoman teoritis pada saat penelitian, dan untuk mendukung serta menganalisis data.Data ini diperoleh dari buku-buku wajib, jurnal ilmiah dan buku-buku pelengkap. Teknik analisa Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan regresi linier barganda yang bertujuan untuk menguji pengaruh laba akuntansi, nilai ekuitas, dan arus kas operasi terhadap reaksi pasar secara parsial dan simultanpada perusahaan semen yang terdaftar di BEI dan diolah dengan program statistical package for science (SPSS). Statistik Deskriptif

Statistik Deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran mengenai variabel-variabel penelitian, sehingga dapat menjadi patokan analisis lebih lanjut tentang nilai

minimum, nilai maksimum, mean, varian dan standar deviasi. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui penyebaran data dalam pengujian regresi.Selain itu uji normalitas digunakan untuk menguji apakah model regresi, variabel independen dan variabel dependennya memiliki distribusi data normal atau tidak.Pengujian normalitas dilakukan terhadap nilai unstandardized residualdari model regresi dengan menggunakan uji one sample kolmogorov smirnov. Data dikategorikan berdistribusi normal jika menghasilkan nilai asymptotic significance> α=0,05. Analisis Regresi Linier

Pengujian terhadap hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi sederhana. Analisis sederhana digunakan untuk menguji pengaruh antara variabel independen yaitu laba bersih, nilai ekuitas, dan arus kas operasi terhadap reaksi pasar. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Nilai Laba Bersih Laba merupakan ringkasan hasil aktivitas operasi usaha yang dinyatakan

Page 89: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 84

dalam istilah keuangan.Laba juga merupakan informasi perusahaan yang paling diminati dalam pasar uang.Laba adalah hal yang mendasar dan penting dari laporan keuangan dan memiliki banyak kegunaan di berbagai konteks. Laba umumnya dipandang sebagai dasar untuk perpajakan, penentu dari kebijakan

pembayaran dividen, panduan dalam melaksanakan investasi dan pengambilan keputusan, dan satu elemen dalam peramalan (Belkaoui;2007). (Van Horne dan Wachowicz;1997) earning adalah laba bersih, yaitu laba bruto dikurangi biaya operasi.

Tabel 3

Laba Bersih Tahun 2010-2012

No Perusahaan Laba Bersih

2010 2011 2012

1 PT Argha Karya Prima Industry Tbk (AKPI) 0.711 0.092 0.050

2 PT Asiaplast Industries Tbk (APLI) 0.410 0.273 0.070

3 PT Berlina Tbk (BRNA) 0.274 0.317 0.394

4 PT Champion Pacific Indonesia Tbk (IGAR) 0.030 0.034 0.194

5 PT Indopoly Swakarsa Industri Tbk (IPOL) 1.133 1.131 1.162

6 PT Trias Sentosa Tbk (TRST) 21.397 22.727 9.617

7 PT Yana Prima Hasta Persada Tbk (YPAS) 0.311 0.244 0.242

Sumber Data diolah

Nilai Ekuitas

Nilai ekuitas merupakan ukuran neraca atau aset bersih yang menghasilkan laba.Nilai buku per lembar saham menunjukkan aset bersih yang dimiliki oleh pemegang saham dengan memiliki satu lembar saham. Karena aset bersih adalah sama dengan total ekuitas pemegang

saham, maka nilai buku per lembar saham adalah total ekuitas dibagi dengan jumlah saham yang beredar. Nilai buku ekuitas adalah nilai buku aset dikurangi dengan nilai buku kewajiban pada awal tahun dibagi dengan jumlah saham umum yang beredar.

Tabel 4

Nilai Buku Tahun 2010-2012

No Perusahaan Nilai Buku Ekuitas

2010 2011 2012

1 PT Argha Karya Prima Industry Tbk (AKPI) 0.711 0.971 1.280

2 PT Asiaplast Industries Tbk (APLI) 0.877 0.450 0.414

3 PT Berlina Tbk (BRNA) 1.597 1.443 0.531

4 PT Champion Pacific Indonesia Tbk (IGAR) 0.279 0.276 0.230

5 PT Indopoly Swakarsa Industri Tbk (IPOL) 22.047 12.097 10.609

6 PT Trias Sentosa Tbk (TRST) 21.494 6.706 0.520

7 PT Yana Prima Hasta Persada Tbk (YPAS) 0.440 0.500 0.638

Sumber Data diolah

Nilai Arus Kas Operasi

Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah operasi perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup

untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividendan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar. Informasi

Page 90: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 85

mengenai unsur tertentu arus kas historis bersama dengan informasi lain berguna dalam memprediksi arus kas masa depan. Arus kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas penghasil utama

pendapatan perusahaan. Oleh karena itu, arus kas tersebut pada umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi bersih.

Tabel 5

Arus Kas Operasi Tahun 2010-2012

No Perusahaan Nilai Buku Ekuitas

2010 2011 2012

1 PT Argha Karya Prima Industry Tbk (AKPI) 0.184 0.220 0.019

2 PT Asiaplast Industries Tbk (APLI) 0.514 0.294 0.238

3 PT Berlina Tbk (BRNA) 0.437 0.701 0.732

4 PT Champion Pacific Indonesia Tbk (IGAR) 0.049 0.041 0.022

5 PT Indopoly Swakarsa Industri Tbk (IPOL) 3.260 7.763 3.726

6 PT Trias Sentosa Tbk (TRST) 21.132 20.615 11.972

7 PT Yana Prima Hasta Persada Tbk (YPAS) 0.329 0.236 0.414

Sumber Data diolah

Reaksi Pasar Dengan Cumulatif Abnormal Return

Return ubnormal kumulatif merupakan proksi harga saham yang menunjukkan besarnya respon pasar terhadap informasi akuntansi yang dipublikasikan dihitung dengan menggunakan model pasar yang disesuaikan karena dianggap sebagai penduga terbaik adalah model pasar yang disesuaikan. Dalam model ini, yang

dianggap sebagai penduga terbaik untuk mengestimasi return sekuritas adalah return indeks pasar. (Jogiyanto;2005), studi peristiwa menganalisis return tidak normal dari sekuritas yang mungkin terjadi disekitar pengumuman dari suatu peristiwa. Abnormal return atau excess return merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap return normal.

Tabel 6

Reaksi Pasar Tahun 2010-2011

No Perusahaan

Rata-rata Reaksi Pasar

1 PT Argha Karya Prima Industry Tbk (AKPI) 6720

2 PT Asiaplast Industries Tbk (APLI) 638

3 PT Berlina Tbk (BRNA) 11010

4 PT Champion Pacific Indonesia Tbk (IGAR) 1450

5 PT Indopoly Swakarsa Industri Tbk (IPOL) 1825

6 PT Trias Sentosa Tbk (TRST) 1910

7 PT Yana Prima Hasta Persada Tbk (YPAS) 4680

Sumber Data diolah

Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif berguna umtuk mengetahui karakteristik sampel yang digunakan dalam penelitian. Untuk

mengetahui karakteristik sampel yang digunakan lebih rinci dapat dilihat pada tabel. Dari satistik deskriptif ini dapat diketahui jumlah sampel yang digunakan

Page 91: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 86

dalam penelitian, nilai rata-rata (mean) dan tingkat penyimpangan penyebaran

data dari masing-masing variabel peneliti.

Tabel 7

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

LABA BERSIH 7 .00 53.00 8.0000 19.87461

NILAI BUKU EKUITAS

7 .00 44.00 11.2857 17.52821

ARUS KAS OPERASI 7 .00 53.00 9.8571 19.69288

REAKSI PASAR 7 21808.00 75300.00 3.8460E4 17507.82717

Valid N (listwise) 7

Sumber Data diolah

Berdasarkan hasil pengolahan data

tabel diatas tersebut dapat diketahui bahwa tingkat rata-rata selama periode 2010-2012, laba bersih sebesar 8.0000, dengan nilai minimum sebesar .00dan nilai maximum sebesar 53.00. nilai buku ekuitas sebesar 11.2857 dengann nilai minimum sebesar .00 dan nilai maximum sebesar 44.00, arus kas operasi sebesar 9.8571dengan nilai minimum sebesar .00dan nilai maximum sebesar 53.00.dan tingkat rata-rata reaksi pasar sebesar 3.8460dengan nilai minimum sebesar 21808.00,dan nilai maximum sebesar 75300.00.

Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk

mengetahui penyebaran data dalam pengujian regresi.Selain itu uji normalitas digunakan untuk menguji apakah model regresi, variabel independen dan variabel dependennya memiliki distribusi data normal atau tidak.Pengujian normalitas dilakukan terhadap nilai unstandardized residualdari model regresi dengan menggunakan uji one sample kolmogorov smirnov. Data dikategorikan berdistribusi normal jika menghasilkan nilai asymptotic significance> α=0,05. Hasil pengujian disajikan pada tabel berikut:

Tabel 8

Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 7

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 1.57786091E4

Most Extreme Differences Absolute .192

Positive .192

Negative -.130

Kolmogorov-Smirnov Z .508

Asymp. Sig. (2-tailed) .959

a. Test distribution is Normal.

Sumber Data diolah

Berdasarkan perhitungan uji one

sample kolmogorov smirnov menunjukkan bahwa signifikansi adalah sebesar 0,05 apabila hasilnya diatas 0,05 maka akan berdistribusi normal dan Residual data

dikatakan telah berdistribusi normal jika nilai signifikansi uji one sample kolmogorov smirnov lebih besar 0,05 dan tidak berdistribusi normal jika kurang dari 0,05 (Priyatno, 2012;147). hasil perhitungan uji

Page 92: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 87

one sample kolmogorov smirnov menunjukkan bahwa signifikansi sudah di atas 0,05 yaitu 0,959 yang mengindikasikan bahwa residual data telah berdistribusi secara normal karena nilai sig lebih besar dari 0,05. Regresi Linier Berganda Analisis regresi digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen dengan variabel dependen. Dari hasil pengujian statistik regresi linier sederhana, diperoleh persamaan sebagai berikut: Y =42679.326+ 9469.409X1+ 2652.342X2 -11159.235X3

Dari hasil regresi tesebut dapat

disimpulkan bahwa: 1. Nilai koefisien regresi laba bersih (b1)

sebesar 9469.409 hal ini menunjukkan laba bersih berpengaruh positif terhadap reaksi pasar artinya jika laba bersih semakin meningkat maka akan meningkat pula reaksi pasar, karena nilai laba bersih searah dengan nilai constans atau bernilai positif.

2. Nilai koefisien regresi nilai buku ekuitas (b2) sebesar 2652.342 hal ini menunjukkan nilai buku ekuitas berpengaruh positif terhadap reaksi pasar artinya jika nilai buku ekuitas semakin meningkat maka akan meningkat pula reaksi pasar, karena nilai nilai buku ekuitas searah dengan nilai constans atau bernilai positif.

3. Nilai koefisien regresi arus kas operasi (b3) sebesar -11159.235 hal ini menunjukkan nilai arus kas operasi berpengaruh negatif terhadap reaksi pasar artinya jika nilai arus kas oprerasi semakin menurun maka reaksi pasarakan menurun karena nilai buku ekuitas tidak searah dengan nilai constannya.

Pembahasan Hubungan Laba Bersih Dengan Reaksi

Pasar Untuk mengetahui pengaruh secara

parsial antara variabel bebas dan variabel terikat. Uji ini dilakukan dengan cara membandingkan nilai kesighfinikan laba bersih senilai (0,668) > α = 0,05. Hal ini berarti Ha ditolak yaitu laba bersih tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap reaksi pasar. Hasil penelitian ini menolak logika teori bahwa laba bersih berpengaruh terhadap reaksi pasar semakin besar laba yang diperoleh maka reaksi pasar juga akan meningkat. Pada kenyataannya laba yang tinggi tidak menentukan reaksi pasar meningkat karena reaksi pasar juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:

1. EPS (earning per share) juga dapat berpengaruh terhadap reaksi pasar karena EPS yang tinggi maka pasar akan bereaksi secara baik, cepat dan relevan, karena EPS dijadikan sebagai dasar dalam menarik minat investor. EPS yang tinggi menandakan bahwa perusahaan tersebut mampu memberikan tingkat kesejahteraan kepada pemegang saham.

2. DPS (dividend per share) dapat mempengaruhi reaksi pasar, semakin tinggi DPS maka pasar juga akan bereaksi dengan baik. Karena DPS yang tinggi kinerja perusahaan baik dan Laba sehingga reaksi pasar yang terjadi akan menjadi baik.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Sidik Cahyasuci N (2008) kandungan informasi laba bersih, komponen arus kas dan ukuran perusahaan pada perusahaan Food And Beverage yang listed di BEJ, dengan hasil penelitian bahwa laba bersih berpengaruh positif dan sighnifikan terhadap Cumulative Abnormal Return. Laba bersih tidak berpengaruh secara signifikan karena nilai sig dari laba bersih lebih besar dari 0,05. Hubungan Antara Nilai Ekuitas Dengan

Reaksi Pasar Untuk mengetahui pengaruh secara

parsial antara variabel bebas dan variabel terikat. Uji ini dilakukan dengan cara membandingkan nilai kesighfinikan buku ekuitas senilai (0,689) > α = 0,05. Hal ini berarti Ha ditolak yaitu nilai buku ekuitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap reaksi pasar. Hasil penelitian ini menolak logika teori bahwa nilai buku ekuitas berpengaruh terhadap reaksi pasar.

Page 93: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 88

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Sidik Cahyasuci N (2008) kandungan informasi laba bersih, komponen arus kas dan ukuran perusahaan pada perusahaan Food And Beverage yang listed di BEJ, dengan hasil penelitian bahwa laba bersih berpengaruh positif dan sighnifikan terhadap Cumulative Abnormal Return. Nilai buku ekuitas tidak berpengaruh secara signifikan karena nilai sig dari laba bersih lebih besar dari 0,05. Hubungan Antara Arus Kas Operasi

Dengan Reaksi Pasar Untuk mengetahui pengaruh secara

parsial antara variabel bebas dan variabel terikat. Uji ini dilakukan dengan cara membandingkan nilai kesighfinikan arus kas operasi senilai (0,668) > α = 0,05. Hal ini berarti Ha ditolak yaitu arus kas operasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Reaksi pasar. Hasil penelitian ini menolak logika teori bahwa arus kas operasi berpengaruh terhadap reaksi pasar semakin besar arus kas operasi yang diperoleh maka pasar akan bereaksi dengan baik. karena pada dasarnya arus kas operasi yang besar tidak berpengaruh terhadap reaksi pasar. Reaksi pasar dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:

1. ROI rasioyang menunukkan kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari aktiva yang digunakan untuk operasional perusahaan. ROI dapat mempengaruhi reaksi pasar, karena rasio ini menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasi perusahaan dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan.

2. pajak dan keadaan bursa juga dapat menentukan pergerakan reaksi pasar, karena ketika keadaan bursa, permintaan dan penawaran tinggi, maka akan mempengaruhi pasar untuk bereaksi, dengan asumsi bahwa begitu investor mengetahui kondisi fundamental perusahaan mereka akan melakukan

transaksi jual beli, transaksi-transaksi inilah yang akan mempengaruhi reaksi pasar.

Hasil peneilitian ini tidak sesuai dengan penelitianSidik Cahyasuci N (2008) kandungan informasi laba bersih, komponen arus kas dan ukuran perusahaan pada perusahaanfood and beverage yang listed di BEJ, dengan hasil penelitian bahwa arus kas operasi berpengaruh positif dan sighnifikan terhadap Cumulative Abnormal Return. Arus kas operasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap reaksi pasar karena nilai sig dari arus kas operasi lebih besar dari 0,05.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan Berdasarkan dari hasil penelitian ini

memberikan bukti empiris tentang laba bersih, nilai buku ekuitas, dan arus kas operasi terehadap reaksi pasar yang menggunakan 11 sampel Perusahaan Manufaktur plastik dan kemasanyang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2012 dengan hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara laba bersih, nilai buku ekuitas, dan arus kas operasi terhadap reaksi pasar. 1. Hasil uji t atau parsial membuktikan bahwa Laba bersihtidak berpengaruh signifikan terhadap reaksi pasarpada perusahaan plastic dan kemasan di Bursa Efek Indonesia (BEI).Hal ini dikarenakanharga pasar perlembar saham (market price pershare) belum tentu menjadi indikator perkembangan atau pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang (prospects of the firm). 2. Hasil uji t atau parsial membuktikan bahwa tidak berpengaruh signifikan nilai buku ekuitasterhadapreaksi pasar pada perusahaan plastik dan kemasandi Bursa Efek Indonesia (BEI). Hal ini dikarenakan investor dapat mengetahui berapa kelipatan harga pasar terhadap nilai buku per lembar saham yang menjadi investasinya. Semakin tinggi nilai buku per lembar saham maka semakin tinggi pula harga pasar per lembar saham.

Page 94: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 89

3. Hasil uji t atau parsial membuktikan bahwa tidak berpengaruh signifikan arus kas operasiterhadapreaksi pasar pada perusahaan plastic dan kemasandi Bursa Efek Indonesia (BEI). Hal ini dikarenakan perusahaan mampu mengandalkan arus kasnya dalam mempengaruhi laba bersih yang sudah dimiliki. Saran

Hasil penelitian ini mempunyai beberapa kelemahan, antara lain: 1. Pengujian hanya dilakukan pada satu indek pasar saham yaitu LQ-45, sehingga tidak diketahui kecenderungan pengaruh Laba Bersih, Nilai Buku Ekuitas, dan Arus Kas Operasi Terhadap Reaksi Pasar pada indek pasar saham yang lain misalnya Jakarta Islamic Indec, sektoral, kompas 100. 2. Bagi perusahaan diharapkan dapat memberikan informasi secara lengkap, lebih terbuka, sesuai dengan kondisi riil perusahaan dan lebih up to date dalam bentuk laporan keuangan yang akan dipublikasikan. 3. Bagi penelitian berikutnya diharapkan menambah variable independen yang lain, karena sangat dimungkinkan variable lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini berpengaruh terhadap reaksi pasar. 4. Dari hasil penelitian ini diperoleh nilai signifikansi Nilai buku ekuitas sebesar 0,689.Hal ini berarti perusahaan harus menurunkan Nilai buku ekuitas karena semakin besar nilai buku ekuitas maka semakin kecil pula kemungkinan pihak eksternal seperti invesror untuk menanamkan modalnya pada perusahaan, sehingga pasar akan cenderung semakin kecil bereaksi. DAFTAR PUSTAKA Anindhita, Galih. 2010. Analisis Reaksi

Pasar atas Pengumuman Dividen Sebelum dan Sesudah Ex-Dividen Date, Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang.

Cahyusin, S. 2008. Pengaruh Kandungan Informasi Laba, Komponen Arus Kas dan Ukuran Perusahaan Terhadap Cumulatif Abnormal Return, Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya,Malang.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan.Salemba Empat. Jakarta.

Iskandar.2009. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (kuantitatif dan kualitatif).Gaung Persada Press, jakarta.

Indrianto, Nur dan Bambang Supomo.1999. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Manajemen dan Akuntansi. BPFE, Yogyakarta.

Jogianto, HM. 2007.Teori Portofolio dan Analisis Investasi, penerbit BPFE, Yogyakarta.

Hartono, S dan Meyti.2012. Pengaruh Informasi Laba Dan Arus Kas Terhadap Harga Saham, Skripsi, UKM.

Almilia, L.S dan Dwi, S. 2009. Analisa terhadap relevansi nilai laba, arus kas operasi, dan nilai buku ekuitas pada periode disekitar krisis keuangan pada perusahaan manufaktur di Bej,Skripsi, Universitas Trisakti, Jakarta.

Kusrini, Dwi Endah dan Setiawan. 2010. Ekonometrika. Yogyakarta: Andi

Anisa, A.M. 2008. Analisis relevansi informasi laba akuntansi, nilai buku ekuitas dan arus kas operasi dengan harga saham. Skripsi: Jakarta.

Taufik, M dan Prihantoro. 2010. Analysis on the value relevance of cash operating profit and book value of equity shares at the price in stosck suspension listed companies in the index in BEI LQ45.

Susanto dan Ekawati. 2006. Relevansi Nilai Informasi Laba Dan Aliran Kas Terhadap Harga Saham Dalam Kaitannya Dengan Siklus Hidup Perusahaan. SimposiumNasionalAkuntansi 9. Padang.

Subagyo. 2009. Memprediksi Arus Kas Masa Depan. Jurnal Akuntansi, Vol. 9, Nomor 1. Unihversitas kristen krida wacana.

Slamet, S dan Agus, B.R. 2001.Akuntansi Pengantar 1. Edisi ke empat. AMP YKPN, Yogyakarta

Page 95: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 90

ANALISIS PENDAPATAN PAJAK PARKIR DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH

Mohammad Herman Djaja

Universitas Madura

ABSTRAK Tujuan dalam penelitian ini adalah mengukur laju pertumbuhan pajak parkir, mengukur tingkat efektifitas dan efisiensi pajak parkir serta kontribusi pajak parkir terhadap pendapatan asli daerah di Kabupaten Pamekasan. Jenis dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif yaitu laporan realisasi pajak parkir dan realisasi pendapatan asli daerah Kabupaten Pamekasan Tahun 2008-2011. Model analisis yang digunakan yaitu analisis laju pertumbuhan pajak parkir yang didasarkan pada realisasi penerimaan pajak parkir pertahun dan realisasi penerimaan pajak parkir pada tahun sebelumnya. Kemudian perhitungan efektifitas pajak parkir yang didasarkan pada realisasi penerimaan pajak parkir dengan target pajak parkir, efisiensi pajak parkir didasarkan pada biaya pemungutan pajak parkir dan realisasi penerimaan pajak parkir, sedangkan kontribusinya didasarkan pada realisasi pajak parkir dan realisasi pendapatan asli daerah di Kabupaten Pamekasan. Hasil perhitungan laju pertumbuhan pajak parkir selama empat tahun, untuk tahun 2008, 2009, 2010, 2011 tidak berhasil. Efektifitas pajak parkir menunjukkan bahwa realisasi pajak parkir dan target pajak parkir sangat efektif selama empat tahun (2008-2011). Efisiensi pajak parkir menunjukkan bahwa pemungutan pajak parkir dan realisasi pajak parkir belum efisien selama empat tahun (2008-2011). Serta kontribusi pajak parkir menunjukkan bahwa realisasi pajak parkir dan realisasi pendapatan asli daerah sangat baik selama empat tahun (2008-2011) melebihi 100,00%. Kata kunci: Pajak Parkir, Pendapatan Asli daerah PENDAHULUAN

Undang-Undang No. 35 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah disebutkan bahwa sumber pendapatan daerah terdiri dari pendapatan asli daerah, bagi hasil pajak dan bukan pajak. Adapun pendapatan pajak asli daerah meliputi antara lain : 1. Pajak daerah 2. Retribusi daerah 3. Hasil pengelolaan kekayaan daerah 4. Lain-lain PAD yang sah.

Pendapatan asli daerah ditujukan untuk memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah sebagai perwujudan desentralisasi. Dengan kata lain, wujud dari pelaksanaan desentralisasi ditunjukkan oleh kemampuan daerah otonomi mengelola pendapatan asli daerahnya masing-masing.

Kabupaten Pamekasan yang merupakan bagian dari Provinsi Jawa Timur tentunya memerlukan dana yang cukup besar dalam menyelenggarakan

kegiatan pembangunan daerah dibergbagai sektor, bersumber dari penerimaan pemerintah daerah Kabupaten Pamekasan itu sendiri. Sumber penerimaan ini berasal dari pengelolaan sumber daya yang dimiliki daerah yang biasa dikenal dengan pendapatan asli daerah (PAD) upaya untuk meningkatkan pendapatan asli daerah tentu tidak terlepas dari peranan masing-masing komponen untuk meningkatkan pendapatan asli daerah yang meliputi antara lain : penerimaan pajak daerah, retribusi daerah, dan bagian laba milik daerah.

Selanjutnya untuk meningkatkan pendapatan asli daerah kami sangat tertarik untuk meneliti pendapatan sektor parkir Kabupaten Pamekasan dan upaya-upaya peningkatannya. Oleh karena itu, penulis lebih memfokuskan pada upaya-upaya optimalisasi pendapatan asli daerah dari sektor parkir sebagai salah satu komponen pendukung sumber pendapatan asli daerah Kabupaten Pamekasan.

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah: (1). Bagaimana gambaran pelaksanaan pemungutan pajak parkir di

Page 96: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 91

Kabupaten Pamekasan? (2).Apa saja bentuk optimalisasi pendapatan pajak parkir di Kabupaten Pamekasan? (3). Apa dampak optimalisasi pendapatan pajak parkir terhadap pendapatan asli daerah?

Pengertian Pajak Daerah dalam Undang-Undang No. 34 tahun 2000 tentang pajak daerah dan retribusi daerah, pajak daerah didefinisikan sebagai iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah, sedangkan menurut Davey (1988: 39) perpajakan daerah dapat diartikan sebagai: (1). Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dengan pengaturan dari daerah itu sendiri. (2).Pajak yang dipungut berdasarkan peraturan nasional tetapi penetapan tarifnya dilakukan oleh pemerintah daerah. (3).Pajak yang ditetapkan dan/atau dipungut oleh pemerintah daerah. (4). Pajak yang dipungut dan diadministrasikan oleh pemerintah pusat tetapi hasil pungutannya diberikan kepada, dibagihasilkan dengan, dibebani pungutan tambahan oleh pemerintah daerah.

Pajak Parkir menurut Kurniawan (2006: 28) memberikan penjelasan tentang Pajak parkir adalah yang dikenakan atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan oleh orang pribadi atau badan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor dan gerasi kendaraan bermotor yang memungut bayaran. METODE PENELITIAN

Variabel dapat diartikan sebagai sesuatu yang dijadikan objek penelitian sebagai faktor-faktor dari peristiwa gejala yang akan diteliti. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel penelitian adalah Penerimaan Pajak Parkir, Pendapatan Asali Daerah (PAD). Sedangkan pengertian dari masing-masing variabel di atas adalah sebagai berikut : (1) Pajak Parkir adalah pajak atas pelayanan parkir yang objeknya adalah sebagai bentuk

pelayanan yang diberikan dan disediakan parkir dengan pembayaran. Sebagai dimensi penelitiannya yaitu laju pertumbuhan, efektivitas dan efisiensi serta kontribusi pajak parkir terhadap PAD. (2) Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan Peraturan Pemerintah. PAD dalam penelitian ini adalah variabel dependen atau variabel terikat.

Laju pertumbuhan pajak parkir menunjukkan kemampuan pemerintah daerah dalam mempertahankan dan meningkatkan keberhasilannya dalam memungut pajak parkir.

𝐺𝑋 =𝑥𝑡 − 𝑥(𝑡 − 1)

𝑥(𝑡 − 1)× 100%

Efektivitas pajak parkir yaitu perbandingan antara penerimaan pajak parkir dengan target yang ditetapkan atas dasar potensi ril.

=Realisasi Penerimaan Pajak Parkir

Target Penerimaan Pajak Parkir× 100%

Efisiensi yaitu perbandingan antara

penerimaan pajak parkir dengan biaya yang dikeluarkan untuk memungutnya.

=Biaya Pemungutan Pajak Parkir

Realisasi Penerimaan Pajak Parkir× 100%

Kontribusi pajak parkir adalah

sumbangan dari penerimaan pajak parkir terhadap pendapatan asli daerah.

𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖 =𝑋

𝑌× 100%

PEMBAHASAN

Berdasarkan data perhitungan dapat diperoleh bahwa Realisasi Pajak Parkir pada tahun 2009 adalah sebesar Rp 94.556.900 dengan demikian, Laju Pertumbuhan Pajak Parkir adalah :

96.332.500 Rp

96.332.500 Rp - 94.556.900 Rp x 100%

Page 97: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 92

= - 1,84%.

Berdasarkan perhitungan data dapat diperoleh bahwa realisasi pajak Parkir pada tahun 2010 adalah sebesar Rp 94.974.500 dengan demikian, laju pertumbuhan pajak parkir adalah :

94.556.900 Rp

94.556.900 Rp - 94.974.500 RPx100%

= 0,44%.

Berdasarkan perhitungan dapat diperoleh bahwa realisasi pajak parkir pada tahun 2011 adalah sebesar Rp

119.369.000 dengan demikian, laju pertumbuhan pajak parkir adalah:

94.974.500 Rp

94.974.500 Rp - 0119.369.00 Rp x 100%

= 25,68%. Berdasarkan perhitungan laju

pertumbuhan pajak parkir yang diperoleh dari tahun 2008-2011 diketahui bahwa laju pertumbuhan pajak parkir untuk tahun 2009, 2010, 2011 tidak berhasil. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 1

Kriteria Laju Pertumbuhan Pajak Parkir Tahun 2008-2011 Kabupaten Pamekasan

NO Tahun Persentase Laju Pertumbuhan

Kriteria

1. 2. 3.

2009 2010 2011

-1,84% 0,44% 25,68%

Tidak berhasil Tidak berhasil Tidak berhasil

Sumber : Data diolah

Dari data diatas dapat dikatakan (tidak berhasil) disebabkan: a. Kurangnya kesadaran wajib pajak parkir

untuk memenuhi kewajibannya sehingga laju pertumbuhan pajak parkir menurun.

b. Kurangnya sosialisasi tentang pentingnya pungutan pajak parkir.

c. Rendahnya pengetahuan petugas parkir Efektifitas pajak parkir yaitu

perbandingan antara penerimaan pajak parkir dengan target penerimaan pajak parkir.

Tabel 2

Data Realisasi Penerimaan Pajak Parkir dan Target Penerimaan Pajak Parkir Kabupaten Pamekasan Tahun 2008-2011

No Tahun Pajak Parkir

Target (Rp) Realisasi (Rp)

1. 2. 3. 4.

2008 2009 2010 2011

90.820.000 90.820.000 93.000.000 93.000.000

96.332.500 94.556.900 94.974.500 119.369.000

Sumber: Dinas Pendapatan

Dari data diatas, dapat diperoleh

bahwa pada tahun 2008 efektifitas pajak parkir adalah :

90.820.000 Rp

96.332.500 Rp x 100% = 106,06%.

Dari data diatas, dapat diperoleh bahwa pada tahun 2009 efektifitas pajak parkir adalah :

90.820.000 Rp

94.556.900 Rp x 100% = 104,11%.

Page 98: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 93

Dari data diatas, dapat diperoleh bahwa pada tahun 2010 efektifitas pajak parkir adalah :

93.000.000 Rp

94.974.500 Rp x 100% = 102,12%.

Dari data diatas, dapat diperoleh

bahwa pada tahun 2011 efektifitas pajak parkir adalah :

93.000.000 Rp

0119.369.00 Rp x 100%.= 128,35%.

Dari semua perhitungan efektifitas

pajak parkir yang diperoleh dari tahun 2008-2011 diketahui bahwa efektifitas pajak parkir untuk tahun 2008-2011 sangat efektif. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel sebagai berikut :

Tabel 3

Kriteria Efektifitas Pajak Parkir Kabupaten Pamekasan Tahun 2008-2011

No Tahun Rasio Efektifitas Kriteria

1. 2. 3. 4.

2008 2009 2010 2011

106,06% 104,11% 102,12% 128,35%

Sangat Efektif Sangat Efektif Sangat Efektif Sangat Efektif

Sumber : Data diolah Analisis Prospek Pemungutan

Pajak Parkir dalam Peningkatan Kontribusi Pajak Parkir Kabupaten Pamekasan Tahun

2008-2011. Kontribusi yaitu sumbangan dari penerimaan Pajak Parkir terhadap Pendapatan Asli Daerah.

Tabel 4

Data Realisasi Pajak Parkir dan Realisasi PAD Kabupaten Pamekasan Tahun 2008-2011

NO Tahun Realisasi Pajak Parkir Realisasi PAD

1. 2. 3. 4.

2008 2009 2010 2011

96.332.500 94.556.900 94.974.500 119.369.000

27.554.975. 39.428.414. 43.586.039. 54.360.074.

Sumber: Dinas Pendapatan

Dari data diatas, dapat diiperoleh bahwa kontribusi pajak parkir tahun 2008 adalah :

.27.554.975 Rp

96.332.500 Rp x 100%= 349,60 %.

Dari data diatas, dapat diperoleh bahwa kontribusi pajak parkir tahun 2009 adalah :

39.428.414 Rp

94.556.900 Rp x 100% = 239.81%.

Dari data diatas, dapat diperoleh bahwa kontribusi pajak parkir tahun 2010 adalah :

43.586.039 Rp

94.974.500 Rp x 100% = 217.90 %.

Dari dat diatas, dapat diperoleh bahwa kontribusi pajak parkir tahun 2011 adalah :

54.360.074 Rp

0119.369.00 Rp x 100%= 219.58 %.

Dari semua perhitungan kontribusi pajak parkir yang diperoleh dari tahun 2008-2011 diketahui bahwa kontribusi pajak parkir untuk tahun 2008-2011 sangat kurang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Page 99: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 94

Tabel 5 Kriteria Kinerja Keuangan Pajak Parkir Kabupaten Pamekasan Tahun 2008-2011

No Tahun Prestasi Kinerja Keuangan Kriteria

1. 2. 3. 4.

2008 2009 2010 2011

349.60 % 239.81 % 217.90 % 219.58 %

Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik

Sumber : Data diolah

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan yang penulis lakukan, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Pajak Parkir di Pamekasan selam kurun

waktu empat tahun yaitu sejak tahun 2008-2011 untuk laju pertumbuhan pajak parkir yang dikatakan tidak berhasil, proporsinya terhadap pendapatan asli daerah untuk tahun 2008, 2009, 2010, 2011 masih tidak berhasil, walaupun lebih banyak yang tidak berhasil, namun pajak parkir cukup berperan dalam mempengaruhi peningkatan pendapatan asli daerah Kabupaten Pamekasan.

2. Pajak Parkir di Kabupaten Pamekasan untuk tahun 2008-2011 dinilai sangat efektif karena sudah melebihi dari nilai rata-rata 100%, dan inefisien selama empat tahun sebab tidak ada biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan pemungutan pajak parker.

3. Kontribusi pajak parkir terhadap pendapatan asli daerah dapat dikatakan sangat baik karena pada tahun 2008-2011 lebih dari 100,00% atau realisasi pajak parkir lebih besar dibandingkan dengan pendapatan asli daerah, dengan demikian secara keseluruhan sudah mencapai target yang sudah ditetapkan.

Saran Berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Asset Kabupaten Pamekasan serta memperhatikan kesimpulan yang diperoleh maka penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut : 1. Pemerintah Kabupaten Pamekasan atau

petugas mempunyai ketegasan dalam memberikan sanksi ataupun denda bagi wajib pajak maupun pegawai pajak apabila melakukan pelanggaran terhadap pembayaran ataupun penyalahgunaan pajak.

2. Untuk lebih mengoptimalkan penerimaan pajak parkir pada pencapaian target, diupayakan melaksanakan pengawasan untuk meningkatkan lagi kinerja petugas sehingga pencapaian kontribusinya semakin meningkat, mengingat banyaknya perkembangan objek pajak parkir di Pamekasan yang dapat meningkatkan pendapatan asli daerah.

DAFTAR PUSTAKA Davey, Kenneth. 1988. Pembiayan

Pemerintahan Daerah. Jakarta: Salemba Empat.

Kurniawan, Panca dan Agus Purwanto. 2006. Pajak Daerah & Retribusi Daerah di Indonesia. Malang: Bayumedia

Page 100: JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/Mei-2014.pdf · Artikel tinjauan buku (book review) dan Artikel suplemen, yang memuat

ISSN 1412 – 2936

Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No. 17 | Mei 2014 95