124
NALAR FIQH Jurnal Hukum Islam Volume 1, Nomor 1, Juni 2009 ISSN : 2086-5058 Penanggung Jawab: Muhamad Hasb Umar Dewan Redaksi Ketua: Illyant Penyunting Pelaksana: Sucpto Anggota: Tata Usaha: Alamat Redaksi: Fakultas Syar’ah Instut Agama Islam Neger Sulthan aha Safuddn Jamb Jl. Jamb-muara Bulan Smp. Sunga Duren Mendalo Muaro Jamb Telf/fak. 0741 5802021 Emal: Nalarfi[email protected]

Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

Embed Size (px)

DESCRIPTION

FAKULTAS SYARIAH IAIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

Citation preview

Page 1: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

�Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Masnidar, Analisis Perkembangan...

NALAR FIQHJurnal Hukum Islam

Volume 1, Nomor 1, Juni 2009 ISSN : 2086-5058

Penanggung Jawab:Muhamad Hasb� Umar

Dewan RedaksiKetua:Ill�yant�

Penyunting Pelaksana:Suc�pto

Anggota:

Tata Usaha:

Alamat Redaksi:Fakultas Syar�’ah Ins�tut Agama Islam Neger�

Sulthan Thaha Sa�fudd�n Jamb�Jl. Jamb�-muara Bul�an S�mp. Sunga� Duren Mendalo Muaro Jamb�

Telf/fak. 0741 5802021 Ema�l: Nalarfiq�[email protected]

Page 2: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

�� Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Volume 1, Nomor 1, Juni 2009

DAFTAR ISI

Daftar Isi .................................................................................... ii

Anal�s�s Perkembangan Investas� Syar�ah pada Pasar Modal Indones�aMasnidar .................................................................................... 1-17

Perbankan Islam dan Peranannya sebaga� Intermed�as� KeuanganAgustina Mutia, SE .................................................................... 18-34

Per�laku Konsums� dalam Perspekt�f Ekonom� IslamRafidah , SE,MEI ........................................................................ 35-49

Rekonstruks� Sejarah Pem�k�ran Ekonom� Islam(Menggugat Anakron�sme Sejarah Ma�nstream Ekonom�)M. Nazori Majid ......................................................................... 50-78

Tanah Terlantar dalam Hukum dan KemaslahatanAmbok Pangiuk ......................................................................... 79-92

Zakat Has�l Perkebunan (Sebaga� Upaya Pen�ngkatan Ekonom� Umat)Masburiyah,S.Ag, M.Fil.I .......................................................... 93-108

Praktek Monopol� dan Persa�ngan Usaha t�dak Sehat (Stud� Terhadap Et�ka B�sn�s Islam)Rahmi Hidayati ......................................................................... 109-122

Page 3: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

1Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Masnidar, Analisis Perkembangan...

ANALISIS PERKEMBANGAN INVESTASI SYARIAH PADA PASAR MODAL INDONESIA

MASNIDAR

ABSTRAKToday, the development of financial investments (financial investment) all emerging Sharia in the world, particularly in countries with majority Muslim population, including in Indonesia. Observing the development of Islamic banking industry in Indonesia is in the last years is so exciting, it also brings a positive impact on the development of the investment system in accordance with basic principles of Sharia in the capital markets sector in Indonesia or better known as the Islamic capital market. Through a review of the literature, this paper will further highlight the application of Shariah principles in Islamic investment activities in Indonesia and the capital market development.

Kata Kunci : Investasi Syariah, Pasar Modal.

PendahuluanD� tengah pertumbuhan keg�atan ekonom� Syar�ah d� Indones�a

yang semak�n marak sejak berd�r�nya Bank Muamalat Indones�a tahun 1992, keg�atan �nvestas� Syar�ah d� pasar modal Indones�a justru belum mengalam� kemajuan yang cukup s�gn�fikan. Walaupun keg�atan �nvestas� Syar�ah telah mula� dan d�perkenalkan sejak pertengahan tahun 1997 melalu� �nstrumen reksa dana Syar�ah dan sejumlah fatwa DSN-MUI berka�tan dengan keg�atan �nvestas� Syar�ah d� pasar modal juga telah d�terb�tkan, h�ngga saat �n� p�hak-p�hak yang melakukan keg�atan �nvestas� Syar�ah d� pasar modal mas�h tergolong m�n�m.

Has�l stud� T�m Penel�t�an Investas� Syar�ah pada Badan Pengawas Pasar Modal Departemen Keuangan RI tahun 2004 mens�nyal�r bahwa kendala utama lambatnya perkembangan �nvestas� Syar�ah d� pasar modal Indones�a tersebut adalah mas�h belum meratanya pemahaman dan atau pengetahuan masyarakat Indones�a tentang �nvestas� d� pasar modal yang

Page 4: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

2 Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Volume 1, Nomor 1, Juni 2009

berbas�s Syar�ah. Sela�n �tu ada juga anggapan bahwa untuk melakukan �nvestas� d� pasar modal Syar�ah d�butuhkan b�aya yang leb�h mahal apab�la d�band�ngkan dengan �nvestas� pada sektor keuangan la�nnya.1

D�samp�ng hal d� atas, beberapa Em�ten/Perusahaan Publ�k juga menyatakan bahwa kewaj�ban penggunaan dana yang d�batas� hanya untuk keg�atan yang sesua� dengan pr�ns�p Syar�ah merupakan hal yang menghambat perkembangan �nvestas� Syar�ah. Sementara dar� p�hak Penjam�n Em�s� Efek (PEE) terdapat kendala dalam hal t�ngkat kemampuan pengembangan keg�atan �nvestas� Syar�ah d� pasar modal. Sedangkan pada s�s� perm�ntaan (demand) dar� p�hak Manajer Investas� mengalam� kendala dengan ketersed�aan efek yang terbatas untuk d�jad�kan portofol�o.2

Sementara �tu, dalam dun�a usaha, �nvestas� merupakan unsur pent�ng yang t�dak b�sa d�nafikan, termasuk dalam perekonom�an Islam. Investas� sangat berperan untuk men�ngkatkan kesejahteraan ekonom� masyarakat, karena dana t�daklah boleh mengendap dan harus terus berputar. Set�ap orang yang mem�l�k� keleb�han dana harus d��nvestas�kan agar menjad� produkt�f, seh�ngga dapat member�kan kese�mbangan ekonom� d� masyarakat dan kesejahteraan dapat merata. J�ka dana tersebut mengendap, maka dapat men�mbulkan efek perekonom�an yang t�dak sehat.�

Oleh karena �tu, mesk�pun h�ngga tahun 2004 �kl�m �nvestas� Syar�ah d� Indones�a mengalam� cukup banyak hambatan, namun para pelaku dan pem�k�r ekonom� Islam d� Indones�a terus mengupayakan untuk mendorong �nvestas� Syar�ah, termasuk �nvestas� Syar�ah d� pasar modal.

Tul�san �n� akan menyorot� permasalahan seputar pandangan Islam tentang �nvestas�, khususnya mengena� penerapan pr�ns�p Syar�ah dalam keg�atan �nvestas� Syar�ah d� pasar modal Indones�a dan perkembangan �nvestas� Syar�ah d� pasar modal Indones�a pada akh�r-akh�r �n�.

Prinsip Syariah Dalam InvestasiPr�ns�p Syar�ah sebenarnya cukup jelas dan berkead�lan, seh�ngga

sangat sesua� untuk men�ngkatkan kesejahteraan manus�a dalam menjaga ke�manan, keh�dupan, akal, keturunan dan harta benda mereka. Sayangnya banyak konsep yang ba�k dar� Solus� Syar�ah �n� belum d�faham� oleh

1 T�m Stud� Investas� Syar�ah, Investasi Syariah di Pasar Modal Indonesia, Badan Pengawas Pasal Modal Departemen Keuangan RI, 2004, h. 84

2 Ib�d.� Jusmal�an�, dkk., Investasi Syari’ah; Implementasi Konsep pada Kenyataan Empirik, Jakarta:

Kreas� Wacana, 2008, h. �

Page 5: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

�Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Masnidar, Analisis Perkembangan...

masyarakat. Aqad-aqad Syar�ah penunjang transaks� ekonom� juga mempunya� rentang cakupan yang cukup luas dan layak d�terapkan. Dalam hal �nvestas� pada Efek berupa Saham maupun Obl�gas� pada hakekatnya juga sesua� dengan pr�ns�p Syar�ah, kecual� pada hal-hal tertentu yang memerlukan penyesua�an, khususnya pada keg�atan usaha dan has�l usaha Em�ten yang harus memenuh� pr�ns�p halal dan ba�k (thoyib).

Meng�ngat hutang menurut Syar�ah t�dak berhak atas tambahan atau has�l dar� pengembal�an hutang, maka kewaj�ban dalam Syar�ah dapat t�mbul dar� perdagangan yang t�dak tuna� atau ak�bat keg�atan �nvestas�. Ist�lah Obl�gas� sebenarnya b�sa menyesatkan karena menurut ketentuan yang umum berlaku Obl�gas� adalah surat hutang jangka panjang. Karena �tu, untuk pengembangan Obl�gas� Syar�ah d�perlukan �novas� aqad yang tetap harus dalam kor�dor Syar�ah Islam. Obl�gas� Syar�ah sangat d�perlukan untuk memb�na semangat �nvestas� Syar�ah karena s�fat kepast�an has�l dan kemungk�nan pengembal�an modal awal �nvestas�.

Mekan�sme perdagangan Bursa Efek melalu� s�stem lelang menerus (continuous auction) juga sesua� dengan pr�ns�p Syar�ah. Namun ketentuan yang ada mas�h memungk�nkan terc�ptanya kond�s� gharar dan maysir dengan praktek tadlis (ket�dak sempurnaan �nformas�), ikhtikar (gangguan pada penawaran) dan najasy (gangguan pada perm�ntaan). Oleh karena �tu perlu d�terapkan tambahan ketentuan bag� Efek yang d�catat meng�kut� pr�ns�p Syar�ah (Efek Syar�ah). Ketentuan �n� akan berlaku ba�k bag� Em�ten maupun bag� Investor. Dengan dem�k�an sebenarnya t�dak perlu d�bentuk bursa efek terp�sah sebaga� Bursa Efek Syar�ah. Namun b�la dapat d�d�r�kan bursa efek terp�sah sebaga� Bursa Efek Syar�ah tentunya penerapan pr�ns�p Syar�ah d� Pasar Modal dapat leb�h mudah d�laksanakan.4

D� Indones�a, fatwa ulama mengena� transaks� keuangan Syar�ah d�ber�kan oleh Majel�s Ulama Indones�a melalu� Dewan Syar�ah Nas�onal (DSN) dan penerapannya d�laksanakan dengan bantuan Dewan Pengawas Syar�ah (DPS). Dan karena sebag�an besar ulama t�dak mem�l�k� pengetahuan prakt�s mengena� keuangan dan �nvestas�, sementara jen�s usaha, kond�s� usaha dan kond�s� keuangan perusahaan dapat berubah dengan cepat, maka d�perlukan kerjasama antara ulama, prakt�s� dan lembaga �ndependen, sepert�: self regulating organization (SRO) maupun organ�sas� prakt�s� dan akadem�s� sepert� Masyarakat Ekonom� Syar�ah. Ulama –melalu� Dewan Syar�ah Nas�onal– akan menentukan fatwa yang

4 Igg� H. Achs�en, Investasi Syaiah di Pasar Modal, Jakarta: Graed�a, 200�, h. 49 fd.

Page 6: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

4 Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Volume 1, Nomor 1, Juni 2009

berlaku umum berdasarkan masukkan dar� prakt�s�. Prakt�s�, khususnya un�t r�set dan anal�s, akan member�kan data dan anal�s�s. Sementara lembaga �ndependen akan mengolah data dan mengadakan mon�tor�ng berdasarkan fatwa DSN dan �nformas� dar� prakt�s�.5

Pengawasan pelaksanaan untuk keg�atan �nvestas� dalam pasar modal seba�knya d�lakukan melalu� DPS yang d�tempatkan d� Manajer Investas� (untuk pengelolaan �nvestas� Syar�ah dan Reksa Dana Syar�ah) dan d� Bursa Efek (untuk pencatatan dan perdagangan Efek Syar�ah). Pendanaan operas� DPS dan DSN dapat d�peroleh berupa: bag�an dar� �mbal jasa pengelolaan (management fee) Manajer Investas�, b�aya pencatatan dan perdagangan (listing fee dan transaction fee) untuk Bursa Efek, serta hak fisab�l�llah dar� zakat yang d�pungut dar� pener�ma manfaat atas keg�atan yang berka�tan dengan Efek dan Reksa Dana Syar�ah.

Keg�atan �nvestas� keuangan menurut Syar�ah pada pr�ns�pnya adalah keg�atan yang d�lakukan oleh Pem�l�k Harta (Investor) terhadap Pem�l�k Usaha (Em�ten), guna memberdayakan Em�ten dalam melakukan keg�atan usahanya, d�mana Investor berharap untuk memperoleh manfaat tertentu. Karena �tu, keg�atan pemb�ayaan dan �nvestas� keuangan adalah termasuk keg�atan usaha dar� pem�l�k harta namun secara pas�f. Seh�ngga pr�ns�p Syar�ah dalam pemb�ayaan dan �nvestas� keuangan pada dasarnya sama dengan pada keg�atan usaha la�nnya ya�tu pr�ns�p kehalalan dan kead�lan. Secara umum pr�ns�p tersebut adalah:1. Pemb�ayaan dan �nvestas� hanya dapat d�lakukan pada aset atau keg�atan

usaha yang halal, d�mana keg�atan usaha tersebut adalah spes�fik dan bermanfaat seh�ngga atas manfaat yang t�mbul dapat d�lakukan bag� has�l.

2. Karena uang adalah alat bantu pertukaran n�la� dan Pem�l�k Harta akan mener�ma bag� has�l dar� manfaat yang t�mbul dar� keg�atan usaha, maka pemb�ayaan dan �nvestas� harus pada mata uang yang sama dengan pembukuan keg�atan usaha.

�. Aqad yang terjad� antara Pem�l�k Harta (Investor) dengan Pem�l�k Usaha (Em�ten), dan t�ndakan maupun �nformas� yang d�ber�kan Pem�l�k Usaha (Em�ten), serta mekan�sme pasar (Bursa dan Self Regulating Organization la�nnya) t�dak boleh men�mbul kond�s� keraguan yang dapat menyebabkan kerug�an.

5 Ib�d.

Page 7: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

5Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Masnidar, Analisis Perkembangan...

4. Pem�l�k Harta (Investor) dan Pem�l�k Usaha (Em�ten) t�dak boleh mengamb�l r�s�ko yang meleb�h� kemampuan (maysir) yang dapat men�mbulkan kerug�an yang sebenarnya dapat d�h�ndar�.

5. Pem�l�k Harta (Investor), Pem�l�k Usaha (Em�ten) maupun Bursa dan Self Regulating Organization la�nnya t�dak boleh melakukan hal-hal yang menyebabkan gangguan yang d�sengaja atas mekan�sme pasar, ba�k dar� seg� penawaran (supply) maupun dar� seg� perm�ntaan (demand).�

Penerapan Prinsip Syariah Di Pasar ModalBentuk �deal dar� pasar modal dapat d�capa� dengan terpenuh�nya

empat p�lar pasar modal, ya�tu:1. Em�ten dan efek7 yang d�terb�tkannya memenuh� ka�dah kead�lan,

kehat�-hat�an dan transparans�; 2. Pelaku pasar (�nvestor) yang telah mem�l�k� pemahaman yang ba�k

tentang r�s�ko dan manfaat transaks� d� pasar modal; �. Infrastruktur �nformas� bursa efek yang transparan dan tepat waktu

yang merata d� publ�k yang d�tunjang oleh mekan�sme pasar yang wajar;

4. Pengawasan dan penegakan hukum oleh otor�tas pasar modal dapat d�selenggarakan secara efis�en, efekt�f dan ekonom�s.8

Dar� penjelasan tersebut d� atas, terl�hat bahwa pr�ns�p-pr�ns�p Syar�ah sudah mel�put� semua pr�ns�p dar� pasar modal yang �deal. Namun pr�ns�p-pr�ns�p Syar�ah juga member�kan penekanan (emphasis) pada:1. Kehalalan produk/jasa dar� keg�atan usaha, karena menurut

pr�ns�p Syar�ah manus�a hanya boleh memperoleh keuntungan atau penambahan harta dar� hal-hal yang halal dan ba�k.

2. Adanya keg�atan usaha yang spes�fik dengan manfaat yang jelas, seh�ngga t�dak ada keraguan akan has�l usaha yang akan menjad� obyek dalam perh�tungan keuntungan yang d�peroleh.

�. Adanya mekan�sme bag� has�l yang ad�l ba�k dalam untung maupun rug� menurut penyertaan mas�ng-mas�ng p�hak.

� Anon�m, Kebijakan Umum Pasar Modal Syariah, www.�nvestas�Syar�ah.com 7 Ist�lah-�st�lah seputar Pasar Modal merujuk H. Karnaen, Dok Investasi Syariah (ppt), Bahan

Kul�ah PPs IAIN STS Jamb� Tahun 2009 8 Ib�d.

Page 8: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

� Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Volume 1, Nomor 1, Juni 2009

4. Penekanan pada mekan�sme pasar yang wajar dan pr�ns�p kehat�-hat�an ba�k pada em�ten maupun �nvestor.9

Namun sesua� dengan ka�dah dasar atau hukum asal dar� muamalah, maka penerapan ketentuan halal �n� harus sesua� dengan kond�s� aktualnya. Pada s�tuas� yang t�dak mempengaruh� kond�s� halal dan thoyib dar� has�l, maka s�tuas� tersebut t�dak b�sa menggagalkan kehalalan has�l.

Emiten Yang Sesuai Dengan Prinsip SyariahInvestas� keuangan yang sesua� dengan pr�ns�p-pr�ns�p Syar�ah

hanya dapat d�ber�kan kepada perusahaan yang keg�atan usahanya t�dak bertentangan dengan pr�ns�p-pr�ns�p Syar�ah. Keg�atan perdagangan dan usaha yang sesua� dengan Syar�ah Islam adalah keg�atan yang t�dak berka�tan dengan produk atau jasa yang haram (m�salnya makanan haram, perjud�an, maks�at) dan mengh�ndar� cara perdagangan dan usaha yang d�larang (termasuk riba, gharar, maysir). Karena �tu t�dak semua perusahaan dapat memenuh� kual�fikas� sebaga� em�ten Syar�ah, seh�ngga d�perlukan fatwa ulama untuk memast�kan pemenuhan kual�fikas� tersebut.

Secara umum dapat d�katakan bahwa Syar�ah menghendak� keg�atan ekonom� yang halal, ba�k dar� produk yang menjad� obyek, dar� cara perolehannya, serta dar� cara penggunaannya. Seh�ngga ketentuan umum mengena� Em�ten yang sesua� dengan pr�ns�p-pr�ns�p Syar�ah adalah:1. Halal Produk (dan jasa). Em�ten d�larang mempunya� obyek usaha

yang haram sepert� makanan-m�numan yang tergolong haram, hal-hal yang berka�tan dengan maks�at dan pornografi, narkoba, beg�tu juga yang leb�h banyak mudharat d�band�ng dengan manfaatnya m�salnya senjata dan rokok. Bahkan Em�ten yang bergerak pada dun�a h�buran serta perusahaan jasa hosp�tal�ty yang memudahkan terjad�nya maks�at juga umumnya d�h�ndar� oleh Investor. Setelah menerb�tkan efek Syar�ah dan selama efek Syar�ah tersebut mas�h efekt�f, Em�ten d�larang melakukan penggabungan, peleburan atau pengamb�l al�han usaha yang mengak�batkan produk (dan jasa) Em�ten t�dak lag� memenuh� ketentuan halal.

2. Halal Cara Perolehan (terh�dar dar� r�ba). Em�ten harus mendapat penghas�lan usaha dar� usaha ekonom� secara r�dho sama r�dho serta t�dak bert�ndak zhol�m dan t�dak boleh d�perlakukan zhol�m. R�ba adalah salah satu hal yang d�larang oleh Syar�ah, karena bunga bank 9 Ib�d.

Page 9: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

7Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Masnidar, Analisis Perkembangan...

adalah salah satu bentuk r�ba, maka bank umum konvens�onal t�dak b�sa menjad� Em�ten. Tetap� meng�ngat kond�s� r��l dar� keg�atan usaha d� Indones�a, maka perusahaan non lembaga keuangan yang mem�l�k� pendapatan bunga dalam prosentase yang marj�nal terhadap pendapatan usaha mas�h dapat menjad� Em�ten.

�. Halal Cara Perolehan (pr�ns�p keterbukaan). Em�ten harus menjalankan keg�atan usaha dengan cara yang ba�k, memenuh� pr�ns�p keterbukaan. Dalam penawaran perdana, Em�ten harus menyatakan dengan jelas pada keg�atan usaha spes�fik yang mana has�l em�s� akan d�gunakan. Kemud�an Em�ten harus member�kan �nformas� yang jelas dan t�dak menyesatkan –ba�k dalam bentuk prospektus ataupun bentuk la�nnya- mengena� fakta mater�al termasuk peluang has�l dan kemungk�nan r�s�ko yang ada, seh�ngga Investor dapat mengadakan anal�s�s dan menentukan apakah peluang has�l sesua� dengan harapannya dan kemungk�nan r�s�ko mas�h dalam batas kemampuannya untuk mengatas�.

4. Halal Cara Pemaka�an (Manajemen Usaha). Em�ten harus mempunya� manajemen yang berper�laku Islam�, menghormat� hak azaz� manus�a, menjaga l�ngkungan h�dup, melaksanakan good corporate governance, serta t�dak spekulat�f dan memegang teguh pr�ns�p kehat�-hat�an. Em�ten d�larang melakukan t�ndakan yang mengganggu mekan�sme pasar dalam memasarkan produknya, ba�k gangguan dalam penawaran (ikhtikar) maupun dalam perm�ntaan (najasy). Em�ten juga harus mencegah adanya benturan antara kepent�ngan Em�ten dengan kepent�ngan pr�bad� pengurus dan pemegang saham mayor�tas. Em�ten juga d�larang mengamb�l r�s�ko yang berleb�han, termasuk r�s�ko mengamb�l pemb�ayaan eksternal terhadap modal maupun ras�o p�utang terhadap pendapatan, yang berleb�han d�band�ngkan dengan kelayakan pada �ndustr�.

5. Halal Cara Pemaka�an (Hubungan dengan Investor). Em�ten harus mempunya� pembukuan yang jelas –dan seba�knya terp�sah- mengena� keg�atan usaha yang d�b�aya�, seh�ngga dapat d�nyatakan dengan transparan dan ad�l dar� manfaat atau has�l usaha yang d�peroleh pada keg�atan usaha yang d�b�aya�. Em�ten juga t�dak boleh terl�bat dalam keg�atan yang dapat mengganggu mekan�sme pembentukan harga dar� efek yang d�terb�tkannya, ba�k dar� seg� penawaran maupun perm�ntaan. Juga d�larang membuat gangguan pada pengamb�lan keputusan para pemegang efek dalam rapat umum pemegang efek.

Page 10: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

8 Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Volume 1, Nomor 1, Juni 2009

Kegiatan Pasar Modal Menurut Syariah1. Investasi Saham

Investas� menurut defin�s� adalah menanamkan atau menempatkan aset, ba�k berupa harta maupun dana, pada sesuatu yang d�harapkan akan member�kan has�l pendapatan atau akan men�ngkat n�la�nya d� masa mendatang. Sedangkan �nvestas� keuangan adalah menanamkan dana pada suatu surat berharga yang d�harapkan akan men�ngkat n�la�nya d� masa mendatang.

Investas� keuangan menurut Syar�ah dapat berka�tan dengan keg�atan perdagangan atau keg�atan usaha, d�mana keg�atan usaha dapat berbentuk usaha yang berka�tan dengan suatu produk atau aset maupun usaha jasa. Namun �nvestas� keuangan menurut Syar�ah harus terka�t secara langsung dengan suatu aset atau keg�atan usaha yang bers�fat spes�fik dan menghas�lkan manfaat, karena hanya atas manfaat tersebut dapat d�lakukan bag� has�l. Karena �tu salah satu bentuk �nvestas� yang sesua� dengan Syar�ah adalah membel� saham perusahaan, ba�k perusahaan non publ�k (private equity) maupun perusahaan publ�k/terbuka.

Untuk perusahaan publ�k, pem�l�kan saham dapat d�lakukan secara langsung dengan menempatkan modal ke dalam perusahaan pada saat penawaran perdana, maupun melalu� transaks� perdagangan sekunder d� bursa saham. Ba�k dalam hal penawaran perdana ataupun pasar sekunder, para pemegang saham secara kelompok bert�ndak sebaga� Pem�l�k Harta sedangkan perusahaan bert�ndak sebaga� Mudharib karena sebag�an besar pemegang saham t�dak �kut akt�f dalam pengelolaan perusahaan. Walaupun dem�k�an, �katan atau aqad yang terjad� bukanlah aqad Mudharabah murn� karena pemegang saham selaku Pem�l�k Harta t�dak dapat sewaktu-waktu menar�k dananya dar� perusahaan.

Dalam hal �nvestas� keuangan melalu� penempatan modal pada perusahaan non publ�k, jumlah pemegang saham d�batas� maks�mal 50 p�hak. Oleh karena �tu sebag�an besar pemegang saham umumnya �kut terl�bat dalam pengurusan perusahaan. Seh�ngga �katan yang terjad� antar pemegang saham dapat d�katakan sebaga� aqad Musyarakah.

Pada penawaran perdana untuk perusahaan publ�k, �nvestor menempatkan dana secara langsung ke dalam perusahaan dan mendapat saham sebaga� bukt� kepem�l�kan pada perusahaan. Seh�ngga pada penawaran perdana, dana has�l penjualan saham d�ter�ma oleh perusahaan dan d�catatkan sebaga� modal. Sedangkan pada pasar sekunder, Investor

Page 11: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

9Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Masnidar, Analisis Perkembangan...

pembel� adalah p�hak yang menjad� pemegang saham dengan cara mengamb�l al�h saham perusahaan yang d�m�l�k� oleh Investor penjual. Dengan dem�k�an t�dak terdapat penempatan dana ke dalam perusahaan dan harga transaks� pengal�han hak atas perusahaan –dalam bentuk saham- t�dak harus berka�tan secara langsung dengan n�la� perusahaan.

2. Investasi Reksa DanaD�samp�ng �nvestas� secara mand�r� atau secara langsung, Investor juga

dapat mem�nta p�hak la�n yang d�percaya dan d�pandang leb�h mem�l�k� kemampuan untuk mengelola �nvestas�. Seh�ngga t�mbul kebutuhan akan Manajer Investas� yang memaham� �nvestas� secara Syar�ah dan kebutuhan akan Reksa Dana Syar�ah. Manajer Investas�, dengan aqad Wakalah, akan menjad� wak�l dar� Investor untuk kepent�ngan dan atas nama Investor. Sedangkan Reksa Dana Syar�ah akan bert�ndak dalam aqad Mudharabah sebaga� Mudharib yang mengelola dana/harta m�l�k bersama dar� para Pem�l�k Harta. Sebaga� bukt� penyertaan, Pem�l�k Dana akan mendapat Un�t Penyertaan dar� Reksa Dana Syar�ah. Tetap� Reksa Dana Syar�ah sebenarnya t�dak bert�ndak sebaga� Mudharib murn� karena Reksa Dana Syar�ah akan menempatkan kembal� dana ke dalam keg�atan Em�ten melalu� pembel�an Efek Syar�ah. Dalam hal �n� Reksa Dana Syar�ah berperan sebaga� Mudharib dan Em�ten berperan sebaga� Mudharib. Oleh karena �tu hubungan �n� d�sebut sebaga� �katan Mudharabah Bert�ngkat.

Dalam kedua s�tuas� tersebut Manajer Investas� akan member�kan jasa secara langsung atau t�dak langsung kepada Pem�l�k Harta (Investor) yang �ng�n melakukan �nvestas� meng�kut� pr�ns�p Syar�ah. Oleh karena �tu, d�samp�ng harus memaham� �nvestas� yang meng�kut� pr�ns�p Syar�ah, Manajer Investas� juga harus mampu melakukan keg�atan pengelolan yang sesua� dengan Syar�ah. Seh�ngga d�perlukan adanya panduan mengena� norma-norma yang harus d�penuh� oleh Manajer Investas� agar �nvestas� dan has�lnya t�dak melanggar ketentuan Syar�ah, termasuk ketentuan yang berka�tan dengan gharar dan maysir.

3. ObligasiPemb�ayaan usaha berjangka panjang dalam bentuk bukan eku�tas

dalam pasar modal d�kenal sebaga� pemb�ayaan dengan menerb�tkan Obl�gas�. Menurut defin�s�, Obl�gas� adalah surat berharga (efek) hutang jangka panjang yang d�terb�tkan oleh sebuah perusahaan atau pemer�ntah (em�ten) dengan ketentuan suku bunga dan tanggal jatuh tempo tertentu.

Page 12: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

10 Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Volume 1, Nomor 1, Juni 2009

Pr�ns�p Syar�ah melarang untuk mem�nta atau member� tambahan (�mbalan) atas pember�an hutang karena hutang d�kategor�kan sebaga� keg�atan tolong menolong yang leb�h sarat unsur sos�alnya. Seh�ngga dalam transaks� ekonom� Syar�ah t�dak d�kenal adanya hutang. Namun pr�ns�p Syar�ah mengenal Kewaj�ban yang hanya t�mbul ak�bat adanya transaks� atas aset/produk (maal) atau jasa (amal) yang t�dak tuna�, seh�ngga terjad� transaks� pemb�ayaan. Kewaj�ban �n� umumnya berka�tan dengan transaks� pern�agaan d�mana kond�s� t�dak tuna� tersebut dapat terjad� karena penundaan pembayaran atau penundaan penyerahan obyek transaks� (maal atau amal).

Dalam hal keg�atan �nvestas� �n� dapat meng�kut� �katan atau aqad Mudharabah, kewaj�ban akan t�mbul b�la (1) Investor berhak atas pembag�an has�l yang pos�t�f, atau b�la (2) Investor �ng�n menar�k kembal� (s�sa) dana yang telah d��nvestas�kan. Keg�atan �nvestas� �n� juga dapat meng�kut� aqad Ijarah d�mana kewaj�ban akan t�mbul atas (1) pembayaran sewa/upah atas pemaka�an manfaat dar� obyek pemb�ayaan serta (2) pembayaran n�la� jual obyek pemb�ayaan pada akh�r masa sewa atas eksekus� aqad jaiz dar� Em�ten untuk membel� obyek pemb�ayaan pada akh�r masa pemb�ayaan. Ba�k dalam hal pemb�ayaan untuk memfas�l�tas� transaks� perdagangan maupun pemb�ayaan �nvestas�, �katan dan mekan�sme pemb�ayaan harus meng�kut� pr�ns�p Syar�ah.

Perkembangan Investasi Syariah Di Pasar Modal IndonesiaSecara umum, Pasar Modal dapat d��dent�kkan dengan sebuah tempat

d�mana modal d�perdagangkan antara p�hak yang mem�l�k� keleb�han modal (�nvestor) dengan orang yang membutuhkan modal (issuer) untuk mengembangkan �nvestas�. Dalam Undang-Undang No. 8 tahun 1995, pasar modal d�defin�s�kan sebaga� “keg�atan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publ�k yang berka�tan dengan Efek yang d�terb�tkannya, serta lembaga dan profes� yang berka�tan dengan Efek”.

Keberadaan pasar modal d� Indones�a merupakan salah satu faktor terpent�ng dalam membangun perekonom�an nas�onal, terbukt� telah banyak �ndustr� dan perusahaan yang menggunakan �nst�tus� pasar modal �n� sebaga� med�a untuk menyerap �nvestas� dan med�a untuk memperkuat pos�s� keuangannya. Secara faktual, pasar modal telah menjad� financial nerve centre (saraf finans�al dun�a) pada dun�a ekonom� modern dewasa

Page 13: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

11Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Masnidar, Analisis Perkembangan...

�n�, bahkan perekonom�an modern t�dak akan mungk�n b�sa eks�s tanpa adanya pasar modal yang tangguh dan berdaya sa�ng global serta terorgan�s�r dengan ba�k.

Sebaga� upaya dalam mendukung terwujudnya Pasar Modal Indones�a menjad� penggerak ekonom� nas�onal yang tangguh dan berdaya sa�ng global sebaga�mana tertuang dalam cetak b�ru pasar modal Indones�a, perlu d�lakukan secara terus menerus untuk menyempurnakan dan mengembangkan �nfrastruktur pasar modal menuju ke arah yang leb�h ba�k lag�. Salah satu faktor bag� terc�ptanya pasar modal Indones�a yang tangguh dan berdaya sa�ng global d�maksud adalah dengan tersed�anya fas�l�tas dan �nstrumen pasar modal Indones�a yang mampu bersa�ng dengan �nstrumen pasar modal negara-negara la�n. Sehubungan dengan �tu, d�tengah kemerosotan t�ngkat pertumbuhan ekonom� nas�onal, yang juga ber�mbas ke sektor pasar modal selaku subs�stem dar� perekonom�an nas�onal Indones�a, k�n� �ndustr� pasar modal Indones�a mula� mel�r�k pengembangan penerapan pr�ns�p-pr�ns�p Syar�ah Islam sebaga� alternat�f �nstrumen �nvestas� dalam keg�atan pasar modal.

Bangk�tnya ekonom� Islam d� Indones�a dewasa �n� menjad� fenomena yang menar�k dan menggemb�rakan terutama bag� penduduk Indones�a yang mayor�tas beragama Islam. Perbedaan secara umum antara pasar modal konvens�onal dengan pasar modal Syar�ah dapat d�l�hat pada �nstrumen dan mekan�sme transaks�nya, sedangkan perbedaan n�la� �ndeks saham Syar�ah dengan n�la� �ndeks saham konvens�onal terletak pada kr�ter�a saham em�ten yang harus memenuh� pr�ns�p-pr�ns�p dasar Syar�ah. Secara umum konsep pasar modal Syar�ah dengan pasar modal konvens�onal t�dak jauh berbeda mesk�pun dalam konsep pasar modal Syar�ah d�sebutkan bahwa saham yang d�perdagangkan harus berasal dar� perusahaan yang bergerak dalam sektor yang memenuh� kr�ter�a Syar�ah dan terbebas dar� unsur r�baw�, serta transaks� saham d�lakukan dengan mengh�ndarkan berbaga� prakt�k spekulas�. Langkah awal perkembangan pasar modal Syar�ah d� Indones�a d�mula� dengan d�terb�tkannya Reksa Dana Syar�ah pada 25 Jun� 1997 d��kut� dengan had�rnya Jakarta Islamic Index (JII) pada Jul� 2000, kemud�an d��kut� pula dengan d�terb�tkannya obl�gas� Syar�ah pada akh�r 2002. Instrumen-�nstrumen �nvestas� Syar�ah tersebut kemud�an mengalam� perkembangan sejalan dengan maraknya pertumbuhan bank-bank nas�onal yang membuka “w�ndow” Syar�ah.10

10 Anon�m, Kebijakan Umum Pasar Modal Syariah, www.�nvestas�Syar�ah.com

Page 14: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

12 Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Volume 1, Nomor 1, Juni 2009

Sesua� dengan peraturan Bapepam dan LK No. IX.A.1� tanggal 2� November 200�, efek Syar�ah d� Indones�a mencakup Saham Syar�ah, Sukuk, Reksa Dana Syar�ah, Efek Beragunan Aset Syar�ah. Perkembangan �nvestas� Syar�ah dapat d��lustras�kan dar� perkembangan n�la� obl�gas� Syar�ah. Pada awal penerb�tan obl�gas� Syar�ah d� tahun 2002 (Indosat Syar�ah Mudharabah) n�la� em�s�nya sebesar Rp. 175 M�l�ar. Namun pada Me� 2009 n�la� outstanding obl�gas� Syar�ah (sampa� dengan akh�r Me� 2009) tercatat sebesar Rp. 14,9 Tr�l�un, terd�r� dar� 2� obl�gas� Syar�ah/sukuk korporas� sen�la� Rp. 4,�7 Tr�l�un dan � sukuk negara sen�la� Rp. 10,25 Tr�l�un. T�ngkat Perkembangannya dapat d�gambarkan pada grafik ber�kut:11

Nilai Emisi Obligasi Syariah/Sukuk (s.d Mei 09)

0.00

2,000.00

4,000.00

6,000.00

8,000.00

10,000.00

12,000.00

14,000.00

16,000.00

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

(Rp.

mili

ar)

Nilai Emisi Obligasi Syariah/Sukuk

Sementara sukuk korporas� d� Indones�a telah mencapa� 2� buah, dengan gambaran perkembangan sebaga� ber�kut:12

11 Agus Sal�m, CFA, Invstasi Syariah: Tren Produk, Tantangan dan Peluang, Jakarta: Paramad�na, 2009

12 Ad�warman A. Kar�m, Tren Produk Keuangan dan Investasi Syariah di Indonesia, Jakarta: Paramad�na, 2009.

Page 15: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

1�Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Masnidar, Analisis Perkembangan...

No. Name Issuer Year Amount (Rp.) Tenor Rating

1 OS Subordinasi I Bank Muamalat PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk 2003 200 miliar 7 tahun idBBB+2 OS Mudharabah PTPN VII PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) 2004 75 miliar 5 tahun idBBB+3 OS Ijarah I Matahari Putra Prima PT. Matahari Putra Prima Tbk 2004 100 miliar 5 tahun A+4 OS Ijarah Sona Topas Tourism PT. Sona Topas Tourism Industry Tbk 2004 50 miliar 5 tahun A+5 OS Ijarah Indorent I PT. CSM Corporatama 2004 100 miliar 5 tahun Baa2.id6 OS Ijarah Berlina I PT. Berlina Tbk 2004 75 miliar 5 tahun A7 OS Ijarah I Humpuss Intermoda Transportasi PT. Humpuss Intermoda Transportasi Tbk 2004 100 miliar 5 tahun A+8 OS Ijarah Apexindo Pratama Duta I PT. Apexindo Pratama Duta 2005 240 miliar 5 tahun idA-9 OS Ijarah Indosat PT. Indosat Tbk 2005 285 miliar 5 tahun idAA+10 OS Ijarah Ricky Putra Globalindo PT. Ricky Putra Globalindo 2005 125 miliar 5 tahun idBBB+11 OS Ijarah PLN I PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) 2006 200 miliar 10 tahun BB-12 Sukuk Ijarah Indosat II PT. Indosat Tbk 2007 400 miliar 7 tahun idAA+(sy)13 Sukuk Ijarah Berlian Laju Tanker PT. Berlian Laju Tanker Tbk 2007 200 miliar 5 tahun idAA-(sy)14 Sukuk Mudharabah I Adhi PT. Adhi Karya (Persero) Tbk 2007 125 miliar 5 tahun idA-(sy)15 Sukuk Ijarah PLN II PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) 2007 300 miliar 10 tahun A1.id16 Sukuk Ijarah Indosat III PT. Indosat Tbk 2008 570 miliar 5 tahun idAA (sy)17 Sukuk Mudharabah I Mayora Indah PT. Mayora Indah Tbk 2008 200 miliar 5 tahun idA+(sy)18 Sukuk Ijarah I Summarecon Agung PT. Summarecon Agung Tbk 2008 200 miliar 5 tahun idA-(sy)19 Sukuk Ijarah Metrodata Electronics I PT. Metrodata Electronics 2008 90 miliar 5 tahun A3.id20 Sukuk Ijarah Aneka Gas Industri I PT. Aneka Gas Industri 2008 160 miliar 5 tahun A3.id21 Sukuk Subordinasi Bank Muamalat PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk 2008 314 miliar 10 tahun A-(idn)22 Sukuk Ijarah PLN III seri A PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) 2009 293 miliar 5 tahun idAA-(sy)23 Sukuk Ijarah PLN III seri B PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) 2009 467 miliar 7 tahun idAA-(sy)24 Sukuk Ijarah Matahari Putra Prima II seri A PT. Matahari Putra Prima Tbk 2009 90 miliar 3 tahun idA+(sy)25 Sukuk Ijarah Matahari Putra Prima II seri B PT. Matahari Putra Prima Tbk 2009 136 miliar 5 tahun idA+(sy)26 Sukuk Ijarah Berlian Laju Tanker II PT. Berlian Laju Tanker Tbk 2009 100 miliar 5 tahun idA+(sy)

Hal tersebut menunjukan tren perkembangan yang pada tahun-tahun terakh�r �n� beg�tu menggemb�rakan bag� pertumbuhan pasar modal Syar�ah. Pasar modal Syar�ah d�kembangkan guna rangka mengakomod�r kebutuhan umat Islam Indones�a yang �ng�n ber�nvestas� pada produk-produk pasar modal yang sesua� dengan pr�ns�p dasar Syar�ah. Dengan semak�n beragamnya sarana dan produk �nvestas� d� Indones�a, d�harapkan masyarakat akan mem�l�k� alternat�f �nvestas� yang sesua� dengan ke�ng�nannya, d�samp�ng �nvestas� yang selama �n� sudah d�kenal dan berkembang d� sektor perbankan.

Tren perkembangan tersebut semak�n kuat berkat terb�tnya Fatwa DSN Nomor: 40/DSN-MUI/X/200� tanggal 4 Oktober 200� tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan Pr�ns�p Syar�ah d� B�dang Pasar Modal,1� seh�ngga polem�k tentang keabsahan �nvestas� Syar�ah relat�f dapat d�atas�.

Tantangan - TantanganD� tengah perkembangan tersebut, pengembangan �nvestas� Syar�ah

pada pasar modal d� Indones�a mengalam� problemat�ka sebaga� ber�kut:1. Arus uang dan modal sebenarnya d�perlukan untuk transaks�

perdagangan �nternas�onal dan kebutuhan modal untuk �nvestas� 1� Dewan Syar�ah Nas�onal, H�mpunan Fatwa Dewan Syar�ah Nas�onal, Jakarta (Bank

Indones�a-Dewan Syar�ah Nas�onal: 200�, Ed�s� 2) h 2��

Page 16: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

14 Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Volume 1, Nomor 1, Juni 2009

jangka panjang. Tetap� d� pasar uang dan modal sekarang ternyata hanya d�paka� sebaga� sarana �nvestas� jangka pendek yang bers�fat spekulat�f guna mendapatkan keuntungan (gain) yang cepat dan besar.

2. Pasar modal (stock market) sebenarnya d�d�r�kan dengan tujuan agar terjad� pertemuan antara orang yang membutuhkan modal dengan para �nvestor yang �ng�n menanamkan modalnya dalam suatu perusahaan yang d�m�nat�nya. Mesk�pun d�sebut pasar modal (stock market), ternyata segala transaks� yang terjad� d� bursa efek t�dak merupakan pertemuan antara orang yang membutuhkan modal dengan para �nvestor yang �ng�n menanamkan modalnya dalam suatu perusahaan yang d�m�nat�nya.

�. Pertemuan antara p�hak yang memerlukan modal dengan p�hak yang member�kan modal hanya terjad� sekal� d� pasar perdana yakn� pada saat IPO (Initial Public Offering). Setelah IPO ternyata para �nvestor mempunya� kebebasan mem�l�h apakah memegang saham yang d�bel�nya sebaga� suatu bentuk �nvestas� jangka panjang atau kemud�an menjualnya d� pasar sekunder ket�ka mel�hat pergerakan harga saham menunjukkan adanya margin.

4. Setelah IPO para �nvestor seharusnya tetap memegang saham yang d�bel�nya sebaga� suatu bentuk �nvestas� jangka panjang. T�ndakan umum yang secara terus menerus terjad� d� pasar modal adalah ke�ng�nan untuk mera�h capital gain dalam jumlah yang besar dan dalam waktu yang s�ngkat.14 Sela�n �tu terdapat pula tantangan dalam hal pengembangan produk

menyangkut hal-hal sebaga� ber�kut:1. Perkembangan produk-produk �nvestas� Syar�ah yang mas�h

d�dom�nas� oleh “conventional alike product”. Hal �n� t�dak lepas dar� kebutuhan masyarakat yang mas�h dalam tahapan tersebut (mas�h mengamb�l perband�ngan utama dengan jasa, layanan & keunggulan produk konvens�onal).

2. Pur�fikas� produk, baga�mana mengkonstruks� produk yang d�gal� dar� khazanah perbendaharaan fiqh Islam dan bukan semata-mata hanya repl�kas� produk konvens�onal belaka.

�. Menyelaraskan perbedaan penafs�ran, ba�k atas aspek regulas� hukum pos�t�f, maupun aspek fiqh.14 H. Karnaen, Kajian Kritis terhadap Pasar Modal: Dok Investasi Syariah (ppt), Bahan Kul�ah

PPs IAIN STS Jamb� Tahun 2009

Page 17: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

15Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Masnidar, Analisis Perkembangan...

4. Baga�mana men�ngkatkan daya tar�k produk berbas�s Syar�ah melalu� strateg� sos�al�sas� dan edukas� publ�k yang �ntens�f.

5. Ketersed�aan tenaga prakt�s� yang kompeten dan mem�l�k� penguasaan yang unggul, ba�k pada aspek Syar�ah maupun dalam aspek tekn�s keuangan.

�. Baga�mana mendorong terobosan produk yang mampu member�kan maslahat yang leb�h besar bag� umat.

Solusi Dan Prospek Berp�jak dar� tantangan d� atas, maka pengembangan produk �nvestas�

Syar�ah pada gar�s besarnya dapat d��mplementas�kan melalu� dua pendekatan utama :1. Memajukan penafs�ran baru atas praktek keuangan komers�al yang ada

saat �n� dengan berbas�s pada sumber hukum Islam. Dengan kata la�n, pendekatan �n� akan memfokuskan pada perba�kan terhadap produk konvens�onal yang telah ada, mengel�m�n�r hal-hal yang bertentangan dengan Syar�ah, serta member�kan n�la� tambah seh�ngga mampu menghas�lkan manfaat yang leb�h besar dengan mudharat yang leb�h m�n�mal.

2. Melakukan telaah kr�t�s atas produk konvens�onal yang ada, dengan mempertanyakan dan men�la� aspek kesyar�ahannya. Pendekatan �n� mem�l�k� tujuan akh�r berupa pur�fikas�, melah�rkan suatu alternat�f/terobosan produk atau konsep baru yang berbeda dar� existing product.Sedangkan peluang pengembangannya mas�h sangat besar berdasarkan

empat faktor, ya�tu:1. Captive market yang mas�h luas dan terus bertumbuh se�r�ng dengan

kebutuhan masyarakat;2. Produk yang semak�n var�at�f;�. Dukungan regulas�; dan4. Semak�n bertambahnya sumber daya �nsan� yang ba�k.

Keempat faktor tersebut d�harapkan dapat mendorong pertumbuhan �nvestas� Syar�ah d� Indones�a sebaga� sumber pengembangan sektor r��l dem� kemasalahatan yang leb�h besar bag� umat. Oleh karena �tu, menurut Mulya E. S�regar, pengembangan produk seba�knya fokus pada pengembangan sektor r��l, seh�ngga perlu pembatasan pada �nvestas� yang

Page 18: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

1� Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Volume 1, Nomor 1, Juni 2009

beror�entas� pada mot�f liquidity management, sepert� sukuk, SIMA & SBIS. Sementara �nvestas� yang hanya real sector camouflage (Conventional Mimicry) sepert� Bay’ Bithaman Ajil, Bay’ Al Innah, Bay’ Ad Dayn dan Commodity Murabaha/Tawarruq, seba�knya d�h�ndar�.15

PenutupInvestas� merupakan �nstrumen perekonom�an yang amat v�tal bag�

kesejahteraan suatu bangsa dan kemajuannya. Oleh karena �tu, keg�atan �nvestas� tak terh�ndarkan dalam semua s�stem perekonom�an, termasuk Islam. Terka�t dengan �tu, ekonom Islam telah mengembangkan berbaga� produk �nvestas� yang d�terapkan sesua� dengan pr�ns�p-pr�ns�p Syar�ah, agar dapat d�prakt�kkan umat Islam dalam keg�atan pasar modal, tanpa harus melanggar ajaran agamanya. Keabsahan �nvestas� Syar�ah �tu pun sudah d�fatwakan Dewan Syar�ah Nas�onal MUI pada tahun 200�.

Terh�tung sejak terb�tnya fatwa tersebut, meng�kut� kr�s�s global yang melanda pasar modal dun�a, keg�atan �nvestas� Syar�ah d� Indones�a berkembang cukup pesat. Namun dem�k�an, berbaga� tantangan untuk pengembangannya d� masa depan tetap ada menyangkut s�stem dan mekan�sme produknya dalam konteks perekonom�an global. Oleh karena �tu, mas�h d�perlukan upaya-upaya lanjutan untuk memperkuat regulas�nya sesua� dengan pr�ns�p Syar�ah, tanpa ter�solas� dar� tren perkembangan ekonom� dun�a.

DAFTAR PUSTAKA

Achs�en, Igg� H., Investasi Syaiah di Pasar Modal, Jakarta: Gramed�a, 200�Anon�m, Kebijakan Umum Pasar Modal Syariah, www.�nvestas�Syar�ah.

comDewan Syar�ah Nas�onal, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional,

Jakarta: Bank Indones�a-Dewan Syar�ah Nas�onal: 200�, Ed�s� 2Jusmal�an�, dkk., Investasi Syari’ah; Implementasi Konsep pada Kenyataan

Empirik, Jakarta: Kreas� Wacana, 2008Kar�m, Ad�warman A., Tren Produk Keuangan dan Investasi Syariah di

Indonesia, Jakarta: Paramad�na, 200915 Mulya E. S�regar, Tren Produk Perbankan Syariah, Jakarta: Paramad�na, 2009

Page 19: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

17Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Masnidar, Analisis Perkembangan...

Perwataatmadja, Karnaen Anwar, Kajian Kritis terhadap Pasar Modal: Dok Investasi Syariah (ppt), Bahan Kul�ah PPs IAIN STS Jamb� Tahun 2009

----, Dok Investasi Syariah (ppt), Bahan Kul�ah PPs IAIN STS Jamb� Tahun 2009

Sal�m, Agus, CFA, Invstasi Syariah: Tren Produk, Tantangan dan Peluang, Jakarta: Paramad�na, 2009

S�regar, Mulya E., Tren Produk Perbankan Syariah, Jakarta: Paramad�na, 2009

T�m Stud� Investas� Syar�ah, Investasi Syariah di Pasar Modal Indonesia, Badan Pengawas Pasal Modal Departemen Keuangan RI, 2004

Page 20: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

18 Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Volume 1, Nomor 1, Juni 2009

PERBANKAN ISLAM DAN PERANANNYA SEBAGAI INTERMEDIASI KEUANGAN

Oleh : Agustina Mutia, SE

Abstrak :Islamic financial institutions like Islamic banking, the financial intermediaries in money markets in a way different from conventional banks, because he had more features PLS (profit and loss sharing) in trade and investment financing. Intermediaries facilitate peedagangan goods and services by acting as intermediaries for the principals of financial transactions. Financial intermediaries can be equated with a company that mediates between borrowers and lenders.

Keywords: Intermediation, profit and loss sharing.

PendahuluanEks�stens� lembaga keuangan khususnya sektor perbankan menempat�

pos�s� sangat strateg�s dalam menjembatan� kebutuhan modal kerja dan �nvestas� d� sektor r��l dengan pem�l�k dana (agent of economic development). Dengan dem�k�an, fungs� utama sektor perbankan dalam �nfrastruktur keb�jakan makro ekonom� memang d�arahkan dalam konteks how to make money effective and efficient to increase economic value.1

Perkembangan sektor perbankan d� Indones�a t�dak terlepas dar� penerapan strateg� pembangunan ekonom� Indones�a yang d�kemas dalam formulas� Tr�log� Pembangunan, yang mel�put� Pertumbuhan Ekonom�, Stab�l�tas nas�onal dan Pemerataan. Doktr�n tr�log� tersebut menjad� acuan utama d�luncurkannya berbaga� keb�jakan pemer�ntah, ba�k d� b�dang ekonom� maupun pol�t�k. Peluncuran keb�jakan deregulas� 10 Oktober 1988 (Pakto 88) menjad� momentum besar bag� perkembangan sektor perbankan. Sedangkan d� sektor r��l, berbaga� keb�jakan deregulas� �nvestas� sepert� pemangkasan per�z�nan, kemudahan dan �ntens�f, batas waktu �nvestas� dan penurunan daftar negat�f �nvestas� menjad� landasan pertumbuhan �ndustr�-�ndustr� baru.

1 Muhammad, Bank Syari’ah Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman, Yogyakarta, Penerb�t Ekonos�a, 2004, h. �5.

Page 21: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

19Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Agustina Mutia, SE., Perbankan Islam...

D�gul�rkannya Pakto 1988 telah mempercepat pen�ngkatan jumlah bank dar� tahun ke tahun. Pesatnya perkembangan perbankan telah berhas�l mempercepat s�rkulas� tabungan masayarakat dan usaha. Tersed�anya sumber dana untuk dun�a usaha dan d�dukung oleh kemudahan �nvestas� mendorong ekspans� usaha khususnya oleh grup-grup berskala besar. Dampaknya, perm�ntaan kred�t terus men�ngkat, khususnya untuk sektor per�ndustr�an, perdagangan dan jasa-jasa. Sela�n �tu, perkembangan usaha tersebut d�percepat oleh relokas� �ndustr�-�ndustr� (export of company) dar� negara-negara maju yang sudah t�dak ekonom�s lag� untuk beroperas�.

Dalam s�stem perbankan konvens�onal, sela�n berperan sebaga� jembatan antara pem�l�k dana dan dun�a usaha, perbankan juga mas�h menjad� penyekat antara keduanya karena t�dak adanya transferability risk and return. T�dak dem�k�an halnya dengan s�stem perbankan syar�’ah d�mana perbankan syar�’ah menjad� manajer �nvestas�, wak�l atau pemegang amanat (custodian) dar� pem�l�k dana atas �nvestas� d� sektor r��l. Dengan dem�k�an, seluruh keberhas�lan dan res�ko dun�a usaha atau pertumbuhan ekonom� secara langsung d�d�tr�bus�kan kepada pem�l�k dana seh�ngga menc�ptakan suasana harmon�.

Berdasarkan hal-hal tersebut maka penul�s mencoba untuk mengkaj� baga�mana lembaga keuangan dalam hal �n� perbankan, bekerja sebaga� �ntermed�ator keuangan d� pasar uang, yang membedakan cara kerjanya dengan perbankan konvens�onal.

Pasar dan Intermediasi KeuanganIntermed�ator keuangan merupakan p�hak yang memfas�l�tas�

perdagangan barang dan jasa dan bert�ndak sebaga� perantara bag� para pelaku transaks�.2 Intermed�as� keuangan dapat d�samakan dengan perusahaan yang menengah� antara pem�njam dan pember� p�njaman dan �a send�r� ser�ng terl�bat dalam proses aku�s�s� serta penjualan sekur�tas finans�al (surat berharga).

Pasar juga harus mengatas� kebutuhan terhadap l�ku�d�tas apab�la �nvestas� r��lnya berumur panjang dan para pember� kred�t menghadap� perm�ntaan konsums� yang tak terduga. Para �ntermed�ator keuangan memasok �nformas� dan layanan l�ku�d�tas �n�. Dengan beg�tu mereka mem�l�k� kedudukan yang pent�ng dalam kelancaran operas� pasar uang yang efis�en.

2 Mervyn K Lew�s & Lat�fa M. Algoud, Perbankan Syari’ah : Prinsip, Praktik dan Prospek, Jakarta, Seramb�, 2001, h. 87

Page 22: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

20 Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Volume 1, Nomor 1, Juni 2009

Kadang-kadang �ntermed�as� keuangan d�bedakan dar� pemb�ayaan langsung lewat pasar uang. Perbedaan sepert� �tu menyebabkan pertukaran dana antara penabung dan �nvestor d�laksanakan dengan cara pertukaran kred�t langsung antara pem�njam dan pember� p�njaman atau dengan cara pertukaran t�dak langsung melalu� sebuah �nst�tus� keuangan.

Ada perbedaan la�n antara �ntermed�as� keuangan yang t�dak memerlukan perubahan pada �nstrumen yang d�pertukarkan dan �ntermed�as� keuangan yang mel�batkan perubahan portofol�o. Intermed�as� jen�s pertama d�lakukan oleh para bank�r dan p�alang �nvestas�, yang member�kan konsultas�, mengolah �nformas� untuk menjual kembal� dan mengevaluas� res�ko kred�t tanpa mengubah aset yang d�al�hkan. Sebal�knya �ntermed�ator yang kedua mengubah portofol�o dengan menggant� l�ab�l�tas (utang) mereka dengan utang para pem�njam terakh�r dalam portofol�o pember� p�njaman.

Dasar perbedaan antara dua kelompok �ntermed�ator keuangan �n� adalah konseps� tentang pasar uang yang terd�r� dar� dua kategor�� : pasar terorgan�sas�, ya�tu pasar yang semua kontrak dan transaks� perdagangannya relat�f telah terstandar�sas� (m�salnya untuk obl�gas�, saham, valuta as�ng, p�njaman s�ngkat antar bank/call money) dan pasar �nformal atau pasar berbas�s bank la�nnya.

Teori Intermediasi KeuanganAnal�s�s trad�s�onal terhadap bank berpusat pada perannya sebaga�

perantara d� antara berbaga� p�l�han berbeda yang berka�tan dengan batas waktu dan l�ku�d�tas para pember� p�njaman dan pem�njam, serta pada kemampuannya sebaga� �ntermed�ator khusus untuk mendapatkan keuntungan dar� economies of scale (perekonom�an skala).

Menurut Gurley dan Shaw dalam kaj�an mereka tentang �ntermed�as� keuangan, memb�carakan eks�stens� bank dan menyebut economies of scale dalam manajemen �nvestas�, pengurangan res�ko melalu� d�vers�fikas� dan kemampuan bank bertumpu pada hukum jumlah besar (law of large numbers) ket�ka mengelola l�ku�d�tas sebaga� faktor penyokong operas� mereka.4

� Ib�d, h. 90.a4 Gurley, J.G. dan E.S. Shaw, Intermediator Keuangan dan Proses Investasi Tabungan,

Journal of Finance, Cetak Ulang dalam M.K. Lew�s (ed.), Financial Intermediaries;The Internat�onal L�brary of Cr�t�cal Wr�t�ngs �n Econom�cs, Aldershot, UK dan Brookfield, As, Edward Elgar, 195�, h. 11.

Page 23: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

21Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Agustina Mutia, SE., Perbankan Islam...

Pada perkembangan ber�kutnya, muncul kecenderungan baru dalam kaj�an perbankan yang secara khusus menganal�sa alasan keberadaan bank atau kond�s� sepert� apa yang d�perlukan agar �ntermed�as� dapat berjalan dan baga�mana bentuknya. Menurut teor� �n� yang d�sebut Teor� Intermed�as� Keuangan, beberapa faktor sepert�; b�aya transaks�, masalah �nformas� yang t�dak lengkap, dan �syarat pasar merupakan faktor yang sangat pent�ng. Maksudnya, kehad�ran bank dan perannya sebaga� �ntermed�ator harus d�jelaskan dan kedudukannya termasuk dalam b�aya transaks� atau yang d�sebut b�aya �nformas�.5

Asal mula teor� “eks�stens�” �n� dapat d�telusur� dar� Coase yang mempertanyakan; j�ka mekan�sme harga d�anggap pal�ng efis�en untuk mengalokas�kan sumber daya dalam sebuah perekonom�an pasar, lantas mengapa perusahaan-perusahaan tetap eks�s ? Menurutnya bahwa agen-agen ekonom� mengeluarkan b�aya transaks� ket�ka menggunakan mekan�sme harga dan perusahaan dapat d�anggap sebaga� alternat�f untuk transaks� pasar yang mengorgan�s�r berbaga� akt�v�tas, karena sebag�an prosedur sepert� pembag�an tugas dan kord�nas� kerja berdasarkan per�ntah (peraturan) ket�mbang berdasarkan harga.�

Agen anal�s�s atau koal�s� para agen d�kenal sebaga� bank atau �ntermed�ator keuangan muncul sebaga� reaks� terhadap ket�daksempurnaan pasar dengan cara member�kan layanan �nformas�. Fungs� pent�ng dar� �ntermed�as� keuangan adalah untuk mengetahu� has�l n�la� proyek dan n�la� aset, serta berusaha mengetahu� �ntegr�tas dan kemampuan kl�en.

Ada beberapa macam b�aya �nformas� yang ser�ngkal� menghambat pember�an dana ya�tu :a) b�aya pencar�an, para calon pelaku transaks� harus mencar�, memperoleh

dan mem�l�h �nformas�, kemud�an bertemu dan bernegos�as� dengan p�hak la�n yang terl�bat kontrak.

b) B�aya pembukt�an, ya�tu penguj�an proposal p�njaman apab�la pember� p�njaman t�dak dapat men�la� secara akurat prospek seorang pem�njam.

c) B�aya mon�tor�ng, yang d�keluarkan untuk mengawas� kons�stens� per�laku s� pem�njam terhadap �s� kontrak dan memast�kan set�ap kegagalan untuk member�kan suatu komod�tas yang d�janj�kan d�sebabkan oleh alasan yang benar.

5 Ib�d, h. 4�.� Coase, R.H.,Alam Perusahaan, Economica, (NS), 19�7, h. 4.

Page 24: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

22 Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Volume 1, Nomor 1, Juni 2009

d) B�aya pelaksanaan, akan na�k j�kan pem�njam t�dak mampu memenuh� kontrak dan harus d�car�kan solus� sepert� memunculkan aspek la�n dalam kontrak (m�salnya keharusan adanya agunan).7

Keberadaan bank/lembaga keuangan �n� memungk�nkan para pemegang sekur�tas potens�al mengetahu� �nformas� yang d�sed�akan para agen pen�la�an. Tetap� �nformas� yang terper�nc� tentang prospek perusahaan sul�t d�peroleh dan b�ayanya terlalu mahal .

Monitoring yang DiwakilkanKarena bank punya akses terhadap sumber �nformas� t�ngkat t�ngg�

menjad�kan bank leb�h unggul dar� part�s�pan pasar la�nnya, seh�ngga dapat member�kan kred�t atau jam�nan pen�ngkatan pasar (market enhancing) untuk akt�v�tas-akt�v�tas yang ak�bat mahalnya b�aya perolehan �nformas�. Dengan �kut serta dalam pendanaan t�dak langsung, penabung t�dak perlu mengawas� kond�s� dan k�nerja keuangan pem�njam karena tugas �n� d�wak�lkan kepada �ntermed�ator (bank).

Kontrak perjanj�an yang opt�mal antara deposan dan bank meng�kut� model skrinning (penyar�ngan) yang d�delegas�kan yang mel�batkan bank dalam pemb�ayaan kepada para deposan yang tak mungk�n lala�. Mereka t�dak akan lala� karena bank telah melakukan skr�nn�ng dan mon�tor�ng yang seksama terhadap p�njaman dan �nvestas� dan mengurang� kemungk�nan bangkrut dengan memanfaatkan keuntungannya dar� s�s� ukuran dan d�vers�fikas�.8

Verifikasi yang MahalVer�fikas� atau mon�tor�ng yang mahal men�scayakan opt�mal�sas�

kontrak utang yang d�antaranya mengatur bahwa pem�njam mest� membayar secara tetap (fixed payment) kepada pember� p�njaman j�ka has�l usahanya ba�k. Namun pem�njam harus menyerahkan seluruh pendapatan j�ka has�l usahanya buruk atau j�ka t�dak mampu mengembal�kan p�njaman atau bangkrut.

Mesk�pun pengusaha dapat mel�hat has�l �nvestas� tanpa mengorbankan apapun, pember� p�njaman dapat mel�hat has�lnya hanya dengan cara menyatakan kebangkrutan s� pem�njam yang akan merug�kan p�hak

7 D�amond, D, Intermediasi Keuangan dan Monitoring Yang Didelegasikan, Review of Economic Studies, 1984, h. 51.

8 Ib�d, h.4�.

Page 25: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

2�Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Agustina Mutia, SE., Perbankan Islam...

pember� p�njaman (sepert� jatuhnya n�la� b�sn�s karena keh�langan reputas�). Berdasarkan asums� �n� muncul kontrak yang opt�mal dengan �nsent�f yang layak.

Dengan dem�k�an model perjanj�an Gale dan Hellw�g menuntut beberapa syarat ber�kut :9

a) Pembayaran suatu jumlah tertentu apab�la perusahaannya solvent (sanggup membayar hutangnya)

b) Perusahaan akan d�nyatakan bangkrut j�ka t�dak sanggup membayar jumlah yang d�tetapkan

c) B�la perusahaan bangkrut, pember� p�njaman mener�ma actual revenue (pendapatan aktual) perusahaan dan aset-aset s�sa d�kurang� b�aya kebangkrutan.

Adverse Selection (Seleksi yang Merugikan)Dalam kond�s� tertentu, kontrak utang berperan sangat opt�mal ket�ka

ada problem seleks� proyek yang merug�kan. Problem muncul apab�la ada hal pent�ng dar� proyek t�dak d�perhat�kan oleh �nvestor. Adverse select�on dapat terjad� juga pada t�ngkat res�ko proyek �nvestas� dan dalam hal �n� kontrak utang tak lag� opt�mal. Perjanj�an eku�tas banyak menggunakan kontrak utang untuk menghapus (set�daknya mengurang�) peluang pengusaha untuk men�mpakan kerug�an kepada �nvestor. Melalu� kontrak eku�tas, �nvestor mendapat propors� tertentu dar� pendapatan bers�h proyek seh�ngga pengusaha t�dak b�sa memperma�nkan laba atau rug� dengan mem�l�h suatu proyek untuk memaks�malkan laba. Jad� kontrak eku�tas dapat mengatas� problem yang d�t�mbulkan oleh adverse selection dan member�kan has�l yang terba�k.

Untuk mengurang� res�ko adverse selection dan moral hazard, bank�r berusaha mengevaluas� n�la� proyek dan kemampuan s� pem�njam untuk membayar utang selama per�ode tertentu dengan menggunakan pengetahuan pr�bad� dan catatan masa lampau.

Perbankan Islam dan Problem InsentifDar� sudut pandang Islam, keseluruhan faktor-faktor d� atas bukanlah

suatu keadaan yang menggemb�rakan. Sebab, perjanj�an utang (r�ba)

9 Gale, D dan M. Hellw�g, Perjanjian Utang dengan Insentif yang Kompatibel; Problem Suatu Periode, Rev�ew of Econom�c Stud�es, 1985, h. 52.

Page 26: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

24 Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Volume 1, Nomor 1, Juni 2009

standar, persyaratan agunan, kontrak p�njaman, pekerjaan yang d�paksakan atau langkah-langkah la�n untuk mengh�ndar� adverse selection dan moral hazard semuanya d�larang dalam Islam. Pada saat yang sama bank Islam bekerja melampau� �ntermed�as� keuangan murn�, serta berpart�s�pas� langsung dalam b�sn�s dan �nvestas� dengan pr�ns�p Profit and Loss Sharing (PLS) untuk seluruh eku�tas (modal). Baga�mana bank Islam mengatas� problem �nsent�f dan teor� mana yang d�anjurkan untuk d��kut� ?

A. Karakteristik MudharabahBank Islam pada hakekatnya adalah m�tra bag� para deposannya

kecual� dalam hal reken�ng lancar dan layanan-layanan bank yang t�dak d�dana�, d�satu s�s� dan juga m�tra bag� para nasabahnya, d�s�s� la�n sebaga� pengelola dana para deposan. Bank mengh�mpun dana dar� masyarakat melalu� kontrak mudharabah yang dapat d�batas� oleh waktu, atau tujuan dan dengan dem�k�an menjad� m�tra kelola selama berlakunya perjanj�an.

Beg�tu bank Islam menjal�n kontrak mudharabah dengan deposan, �a akan menggunakan dana-dana �tu melalu� berbaga� macam perjanj�an yang d�bolehkan syar�’ah : mudharabah, musyarakah, murabahah, ijarah dan sebaga�nya. Dalam perjanj�an mudharabah berlaku sayarat-syarat ber�kut 10:1. Bank menyed�akan seluruh modal yang d�perluakn untuk menjalankan

suatu proyek.2. Pengusaha hanya menyed�akan tenaga dan usaha. Kekayaannya

t�dak d�h�tung sama sekal� seh�ngga �a tak dapat member�kan agunan apapun.

�. Perjanj�an antara bank dan pengusaha merupakan perjanj�an ekslus�f, yakn� pengusaha t�dak d�bolehkan terl�bat dalam akt�v�tas la�nnya.

4. Kompensas� yang d�bayarkan kepada pengusaha adalah bag�an dar� laba bers�h (net profit0 proyek yang d�jalankan. Ras�o pembag�an �n� telah d�tetapkan sebelumnya.

5. Kalau terjad� has�l negat�f (kerug�an) bank keh�langan sebag�an atau seluruh modalnya dan pengusaha t�dak mener�ma �mbalan apa pun atas kerja dan usahanya.

�. Segera setelah perjanj�an d�sepakat� kedua belah p�hak, bank t�dak b�sa memon�tor atau memaksa pengusaha lewat perangkat hukum untuk melakukan t�ndakan la�n apa pun.

10 Mervyn and Lat�fah, Log. C�t. h. 107.

Page 27: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

25Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Agustina Mutia, SE., Perbankan Islam...

7. Terakh�r, perjanj�an secara otomat�s batal b�la salah satu p�hak men�nggal, g�la atau keluar dar� Islam.Ada perbedaan pent�ng antara perjanj�an �n� dan perjanj�an uang

standar, yang dapat d�rumuskan sebaga� ber�kut :11

r = P1 - P0

P0 adalah jumlah modal yang d�p�njamkan kepada pem�njam selama t0 dan P1 adalah jumlah modal d�setuju� yang harus d�kembal�kan pada t1. J�ka P1 > P0 maka sel�s�h antara P1 dan P0 adalah jumlah tambahan (r�ba) atau bunga menurut pengert�an Islam ortodoks.

Profits dan losses (PL-laba dan rug�) mel�put� unsur ket�dakpast�an (uncertainty). T�ap-t�ap m�tra (partner) dalam b�sn�s mudharabah sama-sama mendapatkan bag�an φ yang d�setuju� dar� sel�s�h antara pendapatan total (total revenue [R] dan total b�aya/total cost [C]). Maka laba yang d�harapkan dar� part�s�pas� dalam sebuah usaha bersama adalah :

Π = φ E ( R – C ) = φ E ( PL )

E adalah n�la� yang d�harapkan. Pendapatan dapat d�bag� secara pro rata d�antara berbaga� un�t produks� setelah d�kurang� b�aya. D�str�bus� keuntungan d�tentukan lewat proses tawar menawar antara �nvestor (pem�njam) dan bank, dan pada g�l�rannya, antara penabung dan bank d� bawah s�stem mudharabah “dua deret” atau “t�ga deret”. Tetap� berbeda dengan bunga, keuntungan t�dak d�tetapkan atau d�past�kan sebelumnya, mela�nkan berubah-ubah, bahkan b�sa jad� negat�f (rug�).

B. Persoalan InsentifKarakter�st�k kontrak mudharabah vis-à-vis kontrak p�njaman

berbunga menc�ptakan atau set�daknya berpotens� men�mbulkan t�ga problem �nsent�f pada kedua s�s� neraca dan dapat d��nterpretas�kan dar� s�s� problem principal-agent (pemodal-agen/wak�l) sebaga� ber�kut 12:1. T�dak adanya kemest�an agunan semak�n memperburuk problem

adverse selection. Menurut teor� perbankan Islam, dana yang d�sed�akan berdasarkan s�stem bag� has�l harus d�ber�kan tanpa agunan apapun. 11 Karsten, I, Islam dan Intermediasi Keuangan, IMF Staff Papers, 1982, h. 29.12 Mervyn and Lat�fah, Log. C�t. h. 109.

Page 28: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

2� Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Volume 1, Nomor 1, Juni 2009

Kontrak �nvestas� tanpa agunan sepert� �n� tentu saja beres�ko t�ngg�. Untuk mengatas� problem adverse select�on dan d�skr�m�nas� antara proyek beres�ko t�ngg� dan proyek beres�ko rendah, ket�adaan agunan mengharuskan sebuah bank Islam untuk menjatah persed�aan dana bag� permodalan semacam �n�.

2. Kontrak mudharabah men�t�kberatkan pada masalah moral hazard, karena bank tak b�sa memaksa pengusaha untuk mengamb�l t�ndakan yang sesua� (atau t�ngkat usaha yang d�butuhkan). Menurut kontrak mudharabah, pengusaha akan mendapatkan kompensas� berupa bag�an (saham) yang telah d�tetapkan sebelumnya.

�. Karena pengeluaran perusahaan seluruhnya d�tanggung oleh bank, kontrak �n� mendorong pengusaha untuk mengeluarkan b�aya leb�h banyak dar� yang d�butuhkan guna memaks�malkan laba. Kontrak �n� mendorong pengusaha untuk men�ngkatkan konsums� seh�ngga mendapatkan sel�s�h keuntungan mesk� t�dak berupa uang. Pengusaha melakukan �tu karena sebag�an dar� kena�kan konsums� d�tanggung oleh bank, sedangkan keuntungan seluruhnya d�hab�skan oleh pengusaha. Pengusaha punya peluang untuk men�ngkatkan konsums� samb�l bekerja dan mendapatkan has�l tambahan yang menguntungkannya, sepert� mengurang� atau menambah pegawa�, memperluas ruang kantor, member�kan layanan eksekut�f dan la�n sebaga�nya.Banyak pengeluaran yang sama muncul d� s�s� l�ab�l�tas (utang), tetap�

dalam kasus �n� bank merupakan wak�l (mudharib) dan deposan adalah pem�l�k modal (pr�ns�pal). J�ka bank mencetak laba, deposan pemegang saham berhka mener�ma sebag�annya. D�la�n p�hak, j�ka bank merug�, deposan pun mest� sama-sama menanggung kerug�an �tu, dan mener�ma pengembal�an negat�f. Jad�, dar� perspekt�f deposan, bertransaks� dengan bank Islam dalam banyak hal sama dengan ber�nvestas� dalam kontrak dana-bersama (mutual fund) atau perwak�lan �nvestas� (investment trust).

C. Sistem Perbankan Dana- Bersama (Mutual Fund)Dar� berbaga� seg�, k�ta dapat menar�k perbedaan yang s�gn�fikan

antara pemb�ayaan bank Islam dan mutual fund. Mesk�pun dalam beberapa hal d�anggap sebaga� peny�mpangan, patut d�ketahu� bahwa model dana-bersama, dalam konteks s�stem perbankan konvens�onal, d�anggap sebaga� satu solus� untuk mengatas� kegagalan yang d�sebabkan oleh bank runs (penar�kan dana tabungan secara massal).

Page 29: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

27Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Agustina Mutia, SE., Perbankan Islam...

Menurut D�amond dan Dybv�g yang mencontohkan ketentuan bank tentang “jam�nan l�ku�d�tas” dan berbaga� kesul�tan yang d�hadap� bank dalam penar�kan awal saldo-saldo tabungan. Namun, dalam model mereka �tu t�dak ada satu hal pun yang mencegah bank untuk mengadakan perjanj�an jen�s-eku�tas (equity-type) dan perjanj�an depos�to jen�s utang benar-benar d�tentukan secara semaunya. Perjanj�an jen�s eku�tas b�sa jad� sepert� mutual fund dan telah d�bukt�kan b�sa mem�cu terjad�nya bank runs. Alasannya, bank akan men�la� dan menebus depos�to-depos�to d� bawah s�stem akuntans� n�la� pasar dan pada n�la� pasar lancar aset-aset mereka (yang b�sa leb�h atau kurang dar� nom�nal)1�.

W.M. Khan, M.S. Khan dan M�rakhor dan Iqbal menyatakan bahwa s�stem perbankan Islam secara efekt�f d�bangun meng�kut� gagasan �n� karena res�ko portofol�o bank d�p�kul oleh para pemegang depos�to dan juga pemegang saham14. Dengan beg�tu, s�stem �n� kemungk�nan besar leb�h stab�l d�band�ng s�stem perbankan konvens�onal. Argumen mereka adalah sebaga� ber�kut ; j�ka ada penurunan dalam n�la� aset bank maka hal �tu t�dak akan menjad� kesempatan bag� deposan untuk menar�k uang mereka, karena akan menjatuhkan saham mereka. Juga, pos�s� keuangan seorang deposan t�dak bergantung pada sepak terjang para deposan la�n karena mas�ng-mas�ng mendapat bag�annya dalam n�la� bank yang t�dak tergantung pada apakah sebag�an orang memutuskan untuk menar�k saldo mereka dan sebag�an la�nnya t�dak.

Argumen �n� sama dengan argumen pendukung s�stem mutual fund, tetap� sangat bergantung pada s�fat portofol�o �nvestas� bank. J�ka portofol�onya merupakan aset-aset jangka pendek yang beres�ko kec�l, sepert� treasury bill (surat utang jangka pendek), ada batas-batas yang jelas terhadap res�ko samp�ngan dar� konvers�-konvers� awal. Ket�ka ada aset-aset jangka panjang atau aset-aset yang sul�t d�perjualbel�kan, mas�h ada dorongan untuk “memukul pasar” pada saat menghadap� penurunan harga. Sepanjang d�lakukan transformas� yang matang (pember�an modal jangka pendek, penanaman modal jangka panjang), res�ko bank-runs akan tetap ada.

1� D�amond, D., dan P. Dybv�g, Bank Runs, Asuransi Deposito dan Likuiditas, Journal of Pol�t�cal Economy, 198�, h. 91.

14 Khan, M.S., dan A. M�rakhor, Theoretical Studies in Islamic Banking and Finance, Houston: Inst�tute for Research and Islam�c Stud�es, 1987, dan Khan, WM., Toward and Interest-Free Islamic Economic System, Le�cester: The Islam�c Foundat�on. And Iqbal, Sistem Keuangan Islam : Finance and Development, 1997, h. �4.

Page 30: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

28 Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Volume 1, Nomor 1, Juni 2009

D. Sistem Berdasarkan Ekuitas ?Dalam persoalan �nsent�f, antara bank Islam dan s�stem dana-bersama

atau agen �nvestas� (investment trust) bers�fat �nstrukt�f. D� samp�ng kesamaan, ada beberapa perbedaan mendasar d� antara dua bentuk �nvestas� �n�. Pada perusahaan �nvestas�, para pemegang saham punya bag�an modal eku�tas perusahaan yang seband�ng dan patut mendapatkan beberapa hak, termasuk termasuk mener�ma arus �nformas� berskala tentang perkembangan b�sn�s perusahaan dan punya hak suara, sesua� dengan daham mereka, terhadap hal-hal pent�ng, sepert� perubahan dalam keb�jakan �nvestas�. Dengan dem�k�an mereka berada dalam pos�s� untuk mengamb�l keputusan �nvestas�, memon�tor k�nerja perusahaan dan mempengaruh� keputusan-keputusan strateg�s. J�ka mereka merasa t�dak puas dengan k�nerja perusahaan, mereka b�sa keluar dengan menjual saham d� bursa saham.

Bank-bank Islam, sebal�knya mener�ma s�mpanan dar� masyarakat, bukan menerb�tkan dan menjual saham (mesk�pun mereka menerb�tkan “prospektus” yang ber�s� syarat-syarat pengaturan �nvestas�). Para deposan berhak mendapat bag�an laba sesua� dengan ras�o PLS yang d�tetapkan dalam kontrak, tetap� t�dak punya hak suara karena mereka t�dak mem�l�k� modal eku�tas bank sed�k�tpun, dan d� bawah kontrak mudharabah mereka t�dak dapat mempengaruh� keb�jakan �nvestas� bank. Depos�to �nvests� t�dak dapat d�tar�k kembal� set�ap saat, tetap� hanya pada saat jatuh tempo. Dalam depos�sto Islam� yang menjad� masalah bukanlah n�la� pasar, dalam s�stem Islam t�dak ada n�la� pasar karena depos�to t�dak d�perjual bel�kan. N�la� pasar pun t�dak sama dengan n�la� pokok aset yang d�modal� bank, kecual� kalau aset-aset �n� berupa depos�to. Po�n pent�ng dalam depos�to Islam� adalah probab�l�tas �nvestas�.15

S�ngkatnya, s�stem perbankan Islam pada dasarnya d�dasarkan atas eku�tas (modal send�r�); para deposan d�perlakukan seolah-olah mereka merupakan pemegang saham bank.1� Namun para deposan adalah pemegang saham spes�al, yakn� pemegang saham yang t�dak punya hak suara. B�asanya orang yang punya hak kepem�l�kan dalam sebuah perusahaan dapat mengungkapkan kekecewaannya terhadap k�nerja perusahaan dengan cara menar�k saham mereka, atau kalau t�dak mengungkapkannya dengan cara tertentu. H�rschman menyebutnya sebaga� d�kotom� antara “jalan keluar” dan “suara”. Maksudnya, para deposan Islam� bersama para

15 Mervyn and Lat�fah, Log. C�t. h 11�.1� Khan, M.S.,Perbankan Bebas Bunga Islami: Sebuah Analisis Teoritis, IMF Staff

Papers, 198�, h. ��.

Page 31: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

29Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Agustina Mutia, SE., Perbankan Islam...

pemegang saham yang t�dak punya suara hanya punya sed�k�t “jalan keluar” dan “t�dak punya suara”.17

Yang jelas, para deposan bank Islam punya leb�h banyak �nsent�f untuk memon�tor k�nerja bank d�band�ngkan para deposan bank konvens�onal. Dan yang leb�h pent�ng, dalam l�ngkup perbankan Islam adalah transparans� �nformas�.

E. Praktik Perbankan IslamBerbaga� masalah �nsent�f yang d�ahdap� bank Islam dan atau para

deposannya, d�apndang dar� teor� �ntermed�as� keuangan konvens�onal, memunculkan pertanyaan pent�ng : “Apakah s�stem sepert� �n� dapat berjalan ?” Untuk menjawab pertanyaan �tu, maka akan d�coba untuk mengkaj� mengena� perbankan Islam dan merumuskan berbaga� hal yang berhubungan dengan hal �n�.

1. Biaya intermediasiPertama, untuk mengh�ndar� problem adverse selection, bank

Islam mungk�n harus menguj� secara ekstens�f dan mengh�mpun berbaga� �nformas� yang d�butuhkan mengena� suatu proyek yang hendak d�dana�. Ak�batnya, �a butuh b�aya �ntermed�as� yang leb�h t�ngg� d�band�ng perbankan konvens�onal karena b�aya mon�tor�ng menjad� leb�h besar.

Evaluas� dan mon�tor�ng yang �ntens�f sepert� �tu tentu saja sangat bagus. Seanda�nya bank konvens�onal melakukan langkah �n� secara leb�h ser�us, sebag�an besar bencana ak�bat pember�an p�njaman pada beberapa dasawarsa �n� mungk�n dapat d�h�ndar�.

Dalam l�ngkungan perekonom�an yang kurang berkembang, yang men�t�kberatkan pada pemb�ayaan pedesaan, beberapa efek eksternal kemungk�nan akan mengal�r dar� akt�v�tas evaluas� yang leb�h �ntens�f, yang member�kan semacam penggant� kerug�an untuk b�aya mon�tor�ng. Namun, d� l�ngkunag sepert� �tu, b�asanya jarang d�temukan keahl�an tekn�s dan ekonom�s. Kelangkaan �n�, d�tambah b�aya �nformas� yang t�ngg�, b�sa menyebabkan lemahnya k�nerja pada banyak proyek. Untuk men�la� kelangsungan h�dup proyek, bank harus mempekerjakan para ahl�. Keahl�an mereka dapat d�gunakan t�dak hanya untuk men�la� proyek, tetap� juga untuk memb�mb�ng dan

17 H�rschman, A.O., Exit, Voice and Loyalty, Cambr�dge, Mass: Harvard Un�vers�ty Press, 1970

Page 32: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

�0 Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Volume 1, Nomor 1, Juni 2009

menasehat� manajemen proyek, apakah langsung melalu� part�s�pas� atau melalu� pel�mpahan (spillover).18

M.A. Khan menggambarkan sejumlah model pemb�ayaan pedesaan melalu� tekn�k-tekn�k yang Islam�, yang menunjukkan baga�mana bank-bank Islam dapat member�kan bantuan dalam bentuk perencanaan kelayakan, manajemen proyek dan pelat�han keahl�an. Ia juga mengemukakan pendapat yang menar�k bahwa hukum aud�t�ng dapat d�rubah menjad� per�ntah kepada perusahaan yang mener�ma dana dar� bank Islam untuk mengadakan “aud�t�ng kerja” sebelum menuntaskan laporan mereka, ba�k untuk memperba�k� k�nerja manajemen maupun untuk mengurang� b�aya mon�tor�ng bank. Melalu� berbaga� langkah �n� d�harapkan b�aya adm�n�stras� yang leb�h mahal dapat d��mbang� dengan k�nerja yang leb�h ba�k.19

2. Resiko Para DeposanKedua, kemest�an bank Islam untuk melakukan mon�tor�ng

secara leb�h ekstens�f berdampak pada per�laku para deposan j�ka fokus perhat�annya d�al�hkan dar� hubungan bank-pem�njam kepada hubungan deposan bank. Fakta bahwa bank-bank Islam t�dak member�kan secara langsung pembayaran yang b�sa d�samakan dengan bunga tetap kepada para deposannya, tetap� menjalankan kontrak bag�-res�ko dengan para pem�njam, menunjukkan bahwa para deposan harus menanggung leb�h banyak kesul�tan untuk mem�l�h dan memon�tor ak�v�tas bank mereka, dan t�dak hanya mengh�ndar� jangan sampa� meny�mpan dana mereka d� bank yang gagal tetap� juga baga�mana mendapatkan keuntungan yang leb�h besar.

Namun, dar� seg� keselamatan, benar j�ka d�katakan bahwa bank Islam mungk�n leb�h stab�l d�band�ng bank konvens�onal. Dalam sebuah s�stem berbas�s bunga, terjad�nya penar�kan uang secara berama�-rama� (bank runs) mungk�n d�sebabkan oleh kenyataan bahwa aset bank dapat berubah-ubah n�lanya sedangkan nom�nal utang mereka tetap. Dalam s�stem perbankan Islam�, kecual� untuk reken�ng lancar, depos�to d�dasarkan atas s�stem PLS dan set�ap penurunan pendapatan bank yang d�sebabkan, m�salnya oleh kegagalan atau kerug�an perusahaan, akan dengan segera d��mbang� (kalau t�dak

18 Mervyn and Lat�fah, Op. C�t. h 115.19 Khan, M.A., Rural Development Throught Islamic Banks,,Lece�ster: The Islam�c

Foundat�on, 1994.

Page 33: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

�1Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Agustina Mutia, SE., Perbankan Islam...

d�lengkap� dengan cadangan yang telah d�s�apkan sebelumnya) oleh penurunan yang sama dalam perolehan laba atas utang-utang bank, dengan n�la� depos�to �nvestas� yang berubah-ubah sebaga� cerm�nan set�ap kerug�an yang d�p�kul oleh bank. Dalam kasus sepert� �n�, bank Islam b�sa d�katakan m�r�p dengan s�stem mutual fund ket�mbang bank konvens�onal yang menawarkan bentuk perjanj�an “berbas�s eku�tas” (equity-based) mesk�pun dar� jen�s yang agak khusus.

3. Resiko para deposanKetiga, k�ta �ngat bahwa dar� sudut pandang efis�ens� sektor

finans�al, kontrak utang yang baku tetap saja bukan merupakan aransemen keuangan yang opt�mal, semua tergantung pada besarnya b�aya mon�tor�ng dan apakah ada economics scale (perekonom�an skala) dalam pengumpulan �nformas�nya. Dan �su �n� telah d�sampa�kan oleh W.M. Khan, d�mana �a memband�ngkan “fixed return scheme” (FRS-skema keuntungan tetap) dalam kontrak utang dengan “variable return scheme” (VRS-skema keuntungan berubah-ubah) dalam s�stem mudharabah. Pada awalnya �a berasums� bahwa b�aya mon�tor�ng sama dengan nol, yakn� ba�k pember� p�njaman maupun pengusaha dapat secara grat�s mengetahu� keuntungan yang d�dapat sebuah proyek dan bahwa keuntungan �tu t�dak tergantung pada baga�mana proyek �tu d�dana�. Sela�n �tu, ada sejumlah besar proyek �nvestas� yang t�dak sal�ng berhubungan dan kemampuan p�hak pember� p�njaman untuk mend�vers�fikas� semua res�ko seh�ngga j�ka t�ngkat bunga dan ras�o bag�-has�l d�tetapkan sedem�k�an rupa seh�ngga has�lnya sama antara FRS dan VRS, tentu para pember� p�njaman t�dak akan mel�hat perbedaan antara keduanya. Kecenderungan para pem�njam, menentukan p�l�han d�antara kedua model pemb�ayaan �tu. Bag� pem�njam yang netral res�ko (risk-neutral) p�l�han t�dak menjad� masalah.20 Namun j�ka bers�kap melawan res�ko (risk-adverse) , maka VRS leb�h unggul dar� FRS dan eku�tas penuh juga leb�h unggul dar� komb�nas� utang dan eku�tas apapun, karena eku�tas menyebarkan res�ko leb�h opt�mal dar�pada utang. VRS leb�h unggul dar� FRS kaena d� bawah VRS pember� p�njaman benar-benar berbag� res�ko yang d� bawah FRS d�tanggung sepenuhnya oleh pengusaha.

Kes�mpulannya, pemband�ngan menyeluruh antara dua skema

20 Mod�gl�an�, F. dan M.H. M�ller, Biaya Modal, Dana Korporasi dan Teori Investasi, Amer�can Econom�c Rev�ew, 1958, h. 48.

Page 34: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

�2 Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Volume 1, Nomor 1, Juni 2009

kontrak �tu mel�put� pertukaran antara b�aya mon�tor�ng yang leb�h rendah menurut syarat-syarat FRS dan bag� res�ko yang leb�h ba�k menurut skema VRS. Tetap� suatu saat past� muncul s�tuas� ket�ka pos�s� �n� terbal�, yang member� alasan teor�t�s untuk menjalankan praktek perbankan Islam pada jen�s proyek tertentu, yang memungk�nkan mon�tor�ng dan evaluas� dengan mudah. Satu cara agar �n� b�sa terjad� adalah dengan pengembangan musyarakah, yang membolehkan bank untuk member�kan bantuan tekn�s dalam bentuk peny�apan stud� kelayakan, perencanaan, pengord�nas�an dan pengelolaan pembangunan proyek. Cara la�nnya adalah dengan meletakkan pada tempatnya prosedur-prosedur aud�t�ng pengaturan yang leb�h cangg�h, m�salnya k�ta mengetahu� proposal awal dar� Khan, mengena� aud�t�ng k�nerja yang bers�fat per�ntah.21

4. Aturan-aturan agamaKeempat, k�ta harus memperhat�kan var�abel agama dan pendapat

bahwa suatu anal�s�s tentang pemb�ayaan Islam� t�dak dapat d�lakukan dar� sudut pandang yang sepenuhnya ekonom�s. Sesungguhnya bebrapa ekonom musl�m telah membukt�kan bahwa dalam l�ngkungan ekonom� Islam yang benar, problem �nsent�f t�dak akan muncul. Sebetulnya, �deolog� keagamaan yang Islam� berlaku sebaga� mekan�sme pelaksanaan �tu send�r� untuk mengurang� �nefis�ens� yang d�ak�batkan oleh �nformas� as�metr�s dan moral hazard. Ada dua argumen, yang pertama; bahwa bank Islam akan mengatas� masalah �n� dengan cara mendapatkan sejumlah �nformas� yang benar sebelum menyepakat� sebuah kontrak mudharabah yang menetapkan langkah-langkah apa yang harus d�amb�l pengusaha.22 Dan karena bank Islam dapat mengatas� problem moral hazard. Kedua; bahwa dalam sebuah masyarakat Islam�, set�ap t�ndakan pengusaha d�tentukan oleh s�stem normat�f Islam yang akan mencegah dar� melakukan t�ndakan yang bertentangan dengan pr�ns�p-pr�ns�p Islam. Sesungguhnya bahwa �deolog� Islam bekerja dengan cara yang dapat mem�n�mal�sas� b�aya transaks� yang muncul dar� problem �nsent�f, karena pengusaha musl�n akan selalu bert�ndak jujur.

21 Khan, M.A, Rural Development Throght Islamic Banks, Le�cester, The Islam�c Foundat�on, 1994.

22 Haque, Nadeem UI dan A. M�rakhor, Perjanjian Bagi Hasil yang Optimal dan Investasi dalam Perekonomian Islam Bebas Bunga, IMF Work�ng Paper, No. 12, Wash�ngton DC: Internat�onal Monetary Fund.

Page 35: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

��Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Agustina Mutia, SE., Perbankan Islam...

F. KesimpulanBerdasarkan keempat �su d� atas, ya�tu b�aya �ntermed�as�, s�kap dan

per�laku deposan, b�aya mon�tor�ng dalam kontrak dan peran ajaran agama dalam mengurang� problem �nsent�f, merupakan hal yang sentral bag� keberhas�lan pemb�ayaan Islam yang khas.

Dalam ket�adaan mekan�sme sepert� �tu, sebuah bank Islam mungk�n membatas� penerapan kontrak mudharabah dan kontrak musyarakah dan sebaga� gant�nya menyed�akan �nstrumen pemb�ayaan la�n yang t�dak beg�tu kental d�warna� masalah �nsent�f. Instrumen keuangan la�n yang dapat d�gunakan bank Islam sepert� ; mark-up (murabahah), leasing (sewa), dan lease-purchase (sewa bel� atau ijarah, ijarah wa iqtina’).

DAFTAR PUSTAKAD�amond, D., dan P. Dybv�g, Bank Runs, Asuransi Deposito dan Likuiditas,

Journal of Pol�t�cal Economy, 198�.D�amond, D, Intermediasi Keuangan dan Monitoring Yang Didelegasikan,

Review of Economic Studies, 1984 D�amond, D, Intermediasi Keuangan dan Monitoring Yang Didelegasikan, Review of Economic Studies, 1984

Gale, D dan M. Hellw�g, Perjanjian Utang dengan Insentif yang Kompatibel; Problem Suatu Periode, Rev�ew of Econom�c Stud�es, 1985

Haque, Nadeem UI dan A. M�rakhor, Perjanjian Bagi Hasil yang Optimal dan Investasi dalam Perekonomian Islam Bebas Bunga, IMF Work�ng Paper, No. 12, Wash�ngton DC: Internat�onal Monetary Fund.

H�rschman, A.O., Exit, Voice and Loyalty, Cambr�dge, Mass: Harvard Un�vers�ty Press, 1970.

Khan, M.S.,Perbankan Bebas Bunga Islami: Sebuah Analisis Teoritis, IMF Staff Papers, 198�.

Khan, M.S., dan A. M�rakhor, Theoretical Studies in Islamic Banking and Finance, Houston: Inst�tute for Research and Islam�c Stud�es, 1987, dan Khan, WM., Toward and Interest-Free Islamic Economic System, Le�cester: The Islam�c Foundat�on. And Iqbal, Sistem Keuangan Islam : Finance and Development, 1997.

Khan, M.A, Rural Development Throght Islamic Banks, Le�cester, The Islam�c Foundat�on, 1994.

Page 36: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

�4 Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Volume 1, Nomor 1, Juni 2009

Muhammad, Bank Syari’ah Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman, Yogyakarta, Penerb�t Ekonos�a, 2004.

Mervyn K Lew�s & Lat�fa M. Algoud, Perbankan Syari’ah : Prinsip, Praktik dan Prospek, Jakarta, Seramb�, 2001.

Page 37: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

�5Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Rafidah, SE, MEI., Perilaku Konsumsi...

PERILAKU KONSUMSI DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM

Oleh : Rafidah , SE,MEI

Studying economics is to learn all matters relating to domestic life. The essence of life does have a lot of philosophies different. Life may be defined as the human ability to survive for any conditions in various situations. Here, the strategy of how to sustain human life dealing with property. Human Penyikapan property characteristic of Islamic economics. In a letter of An-Nisa: 5 God Almighty says: “And do not leave it to people who have not perfect reason, which is used as God’s property as a principal of life ...”

Keyword : perilaku, ekonomi dan Islam

1. Kebutuhan Fitrah Manusia sebagai Dasar Ekonomi IslamiManus�a adalah makhluk mult� d�mens�onal, d� dalam d�r� manus�a

terdapat aspek-aspek yang menggerakkan manus�a bert�ndak dan membutuhkan sesuatu. Beberapa aspek tersebut b�asanya member�kan dasar p�jakan bag� pengembangan sesuatu.

Manus�a �tu terd�r� dar� unsur jasman� dan rohan� yang d�lengkap� dengan akal dan hat�. Unsur – unsur manus�a �tu mem�l�k� kebutuhannya mas�ng-mas�ng. Guna mempertahankan h�dupnya manus�a perlu makan, m�num dan perl�ndungan. Sepert� dalam al-Qur’an surat al-A’raaf : �1

1

Artinya : “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”.

Tetap� manus�a bukanlah semata-mata terd�r� dar� tubuh saja, seh�ngga semua persoalan t�dak dapat dengan hokum-hukum fis�k semata. Manus�a

Page 38: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

�� Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Volume 1, Nomor 1, Juni 2009

juga adalah makhluk b�olog�s, karena �tu juga tunduk pada hukum-hukum b�olog�s. Guna melestar�kan keturunannya manus�a mempunya� alat reproduks� dalam d�r�nya yang d�tanda� oleh kecendrungan berupa seks dan berkembang b�ak. Sebaga�mana tercantum dalam al-Qur’an surat Al� Imran : 14 sebaga� ber�kut :

1

Artinya : ”Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-

apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)”.

Manus�a juga mem�l�k� akal yang membutuhkan sarana berupa �lmu pengetahuan dan kemampuan untuk mem�k�rkan berbaga� rahas�a dar� c�ptaan Allah yang ada d� lang�t dan d�bum�. Sebaga� makhluk ras�onal s�fat akal selalu menuntut kepuasan. Dar� sudut pandang �n� maka �lmu pengetahuan adalah merupakan tuntutan kebutuhannya. Sepert� yang tercantum dalam al-Qur’an surat Al� Imran ayat 189 sebaga�mana ber�kut :

1

Artinya: “Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, dan Allah Maha

Perkasa atas segala sesuatu”.

Manus�a juga makhluk sos�al yang d�dorong oleh watak asl�nya untuk bergaul dengan manus�a la�nnya. Ke�ng�nan alam�ah untuk menjal�n hubungan permanent antara pr�a dan wan�ta, ketergantungan anak manus�a akan perl�ndungan orang tuanya, ke�ng�nan manus�a untuk membela kepent�ngan keturunannya dan mempertahankan kas�h sayang antara saudara sedarah, kesemuanya �tu merupakan kecenderungan alam� yang mengarahkan mereka dalam membangun keh�dupan sos�alnya.

Page 39: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

�7Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Rafidah, SE, MEI., Perilaku Konsumsi...

Agar manus�a selalu terdorong untuk berusaha memenuh� kebutuhannya, Allah mengh�as� pula dengan nafsu dan ke�ng�nan, ba�k untuk memperoleh kesenangan b�olog�s maupun kesenangan la�nnya sepert� kec�ntaan kepada harta yang banyak, dar� jen�s emas dan perak , b�natang ternak dan sawah ladang.

Nafsulah yang merupakan mot�vator bag� manus�a untuk selalu berusaha memenuh� ke�ng�nannya tersebut. Guna memenuh� ke�ng�nannya �tu, sang nafsu lalu mem�nta bantuan akal untuk mencar� cara yang pal�ng cepat dan mudah untuk mendapatkannya. Akal akan menawarkan berbaga� alternat�ve, sesua� dengan kapas�tasnya. Kual�tas akal �n� akan tergantung pada pengetahuan dan pengalaman yang d�m�l�k�nya, sedangkan tawaran alternat�ve metode yang d�sarankan oleh akal tersebut b�sa bers�fat ras�onal atau �rras�onal.

Manus�a juga merupakan makhluk moral sp�r�tual, yang mampu membedakan antara keba�kan dan kejahatan, mem�l�k� dorongan bawaan untuk mencapa� real�tas d� luar pengert�an akal. Fungs� dar� moral sp�r�tual �n� d�perankan oleh hat�. Dalam hal �n�, hat� berfungs� member�kan pert�mbangan kepada nafsu, apakah jen�s kebutuhan yang d��ng�nkannya �tu halal atau haram, bermanfaat ataukah membahayakan d�r�nya, jumlah kebutuhan yang d��ng�nkannya �tu wajar ataukah berleb�han dan cara mendapatkannya �tu layak ataukah t�dak untuk d�perturutkan dan d�laksanakan.

Kual�tas dar� pert�mbagan hat� �tu akan tergantung kepada system n�la� yang d�anutnya dan �ntens�tasnya meng�ngat Illah� yang d��man�nya. Apab�la hat� ber�man kepada Allah dan selalu meng�ngat-Nya dengan �ntens�tas yang t�ngg�, maka n�la� pert�mbangannya pun semak�n ba�k sesua� dengan norma-norma et�ka yang telah d�tetapkan oleh Allah.

Akumulas� �nteraks� antara nafsu, akal dan hat� �n�lah yang akan menentukan kual�tas n�la� d�r� manus�a tersebut. D�r� yang s�mbang hanya akan memenuh� kebutuhan yang sesua� dengan fitrahnya saja, ya�tu kebutuhan yang d�halalkan oleh Allah SWT.

Secara s�ngkat dapat d�katakan bahwa manus�a yang terd�r� dar� keseluruhan s�fat-s�fat tersebut ( fis�k, b�olog�s, �ntelektual, sp�r�tual dan sos�olog�s) mem�l�k� kebutuhan mas�ng-mas�ng yang d�padukan bersama-sama. Kese�mbangan pemenuhan kebutuhan mas�ng-mas�ng unsur tersebut akan sangat bergantung kepada lemah kuatnya dorongan nafsu dan kual�tas pengendal�an yang d�peran� oleh akal dan hat�. Akal dan hat�

Page 40: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

�8 Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Volume 1, Nomor 1, Juni 2009

yang berkual�tas past� akan membatas� konsums�nya sebatas kebutuhan fitrahnya. Konsums� yang meleb�h� kebutuhan fitrah adalah kebutuhan palsu, yang justru akan merusak d�r�nya.

2. Teori perilaku konsumsi konvensionalPer�laku konsumen t�mbul ak�bat adanya kendala keterbatasan

pendapatan d� satu s�s� dan adanya ke�ng�nan untuk mengkonsums� barang dan jasa sebanyak-banyaknya agar d�peroleh kepuasan maks�mal. Teor� t�ngkah laku konsumen dapat d�bedakan dalam dua macam pendekatan ya�tu pendekatan n�la� guna (ut�l�ty) card�nal dan pendekatan n�la� guna ord�nal.

a. Pendekatan nilai guna (utility) kardinal.Pendekatan n�la� guna kard�nal d�anggap manfaat atau ken�kmatan

yang d�peroleh seorang konsumen dapat d�nyatakan secara kuant�tat�f, konsumen akan memaks�mumkan kepuasan yang dapat d�capa�nya. Kalau kepuasan �tu semak�n t�ngg� maka mak�n t�ngg�lah n�la� gunanya atau ut�l�t�nya.1

N�la� guna d�bedakan dengan dua pengert�an ya�tu n�la� guna total dan n�la� guna marg�nal. N�la� guna total dapat d�art�kan sebaga� jumlah seluruh kepuasan yang d�peroleh dar� mengkonsums� sejumlah barang tertentu. Sedangkan n�la� guna marg�nal berart� penambahan (atau pengurangan ) kepuasan sebaga� ak�bat dan pertambahan (atau pengurangan) penggunaan satu un�t barang.

H�potesa utama teor� n�la� guna atau leb�h d�kenal sebaga� hukum n�la� guna marg�nal yang semak�n menurun, menyatakan bahwa tambahan n�la� guna yang akan d�peroleh seseorang dar� mengkonsums�kan suatu barang akan menjad� semak�n sed�k�t apab�la orang tersebut terus menerus menambah konsums�nya ke atas barang tersebut. Pada akh�rnya tambahan n�la� guna akan menjad� negat�ve ya�tu apab�la konsums� ke atas barang tersebut d�tambah satu un�t lag� maka n�la� guna total akan menjad� semak�n sed�k�t.

Asums� dar� pendekatan �n� adalah :2

1 Sadono Suk�rno, M�kro Ekonom� Teor� Pengantar, (Jakarta, PT.RajaGrafindo Persada), h.54

2 Tat� Suhartat� Joesron,DR, Teor� Ekonom� M�kro , ( Jakarta, Salemba Empat,200�), h.45

Page 41: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

�9Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Rafidah, SE, MEI., Perilaku Konsumsi...

1. Konsumen ras�onal. Konsumen bertujuan memaks�malkan kepuasannya dengan batasan pendapatannya.

2. D�m�n�sh�ng Marg�nal Ut�l�ty art�nya tambahan ut�l�tas yang d�peroleh konsumen mak�n menurun dengan bertambahnya konsums� dar� komod�tas tersebut.

�. Pendapatan konsumen tetap.4. Constant Marg�nal Ut�l�ty of Money art�nya uang mempunya� n�la�

subjekt�f yang tetap.Set�ap orang akan berusaha untuk memaks�mumkan n�la�

guna dar� barang-barang yang d�konsums�kannya. Apab�la yang d�konsums�kannya hanya satu barang saja, t�dak sukar untuk menentukan pada t�ngkat mana n�la� guna dar� men�kmat� barang �tu akan mencapa� t�ngkat yang maks�mum. T�ngkat �tu d�capa� pada waktu n�la� guna total mencapa� t�ngkat maks�mum. Tetap� kalau barang yang d�gunakan adalah berbaga�-baga� jen�snya, cara untuk menentukan corak konsums� barang-barang yang akan menc�ptakan n�la� guna yang maks�mum menjad� leb�h rum�t.

Dalam keadaaan d�mana harga-harga berbaga� baranng adalah berbeda syarat yang harus d�penuh� agar barang-barang yang d�konsums�kan akan member�kan n�la� guna yang maks�mum adalah set�ap rup�ah yang d�keluarkan untuk membel� un�t tambahan berbaga� jen�s barang akan member�kan n�la� guna marg�nal yang sama besarnya.

Walaupun teor� �n� telah berhas�l menyusun formulas� fungs� perm�ntaan secara ba�k tetap� pendekatan �n� mas�h d�anggap mempunya� beberapa kelemahan. Kelemahan dan kr�t�k terhadap pendekatan �n� adalah :1. S�fat subjekt�f dar� daya guna dan t�dak adanya alat ukur yang tepat

dan sesua�, maksudnya asums� dasar bahwa kepuasan konsumen dapat d�ukur dengan satuan rup�ah atau ut�l penerapannya akan sul�t d�lakukan. D� samp�ng �tu n�la� dar� daya guna suatu barang sangat bergantung pada pen�la�nya, seh�ngga akan sul�t untuk membuat general�sas� dar� anal�s�s seseorang atau sekelompok orang.

2. Constant Marg�nal Ut�l�ty of money. B�asanya mak�n banyak seseorang mem�l�k� uang maka pen�la�an terhadap satuan uang �tu mak�n rendah. Oleh sebab �tu n�la� uang yang tetap mas�h d�ragukan .

Page 42: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

40 Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Volume 1, Nomor 1, Juni 2009

�. D�m�n�sh�ng marg�nal ut�l�ty sangat sul�t d�ter�ma sebaga� aks�oma sebab pen�la�annya dar� seg� ps�kolog�s yang sangat sukar.

b. Analisis kurva kepuasan sama.( pendekatan ordinal)Pendekatan �n� d�perkenalkan oleh J.H�cks dan R.J.Allen. Dalam

pendekatan �n� daya guna suatu barang t�dak perlu d�ukur, cukup untuk d�ketahu� dan konsumen mampu membuat urutan t�ngg� rendahnya daya guna yang d�peroleh dar� mengkonsums� sekelompok barang.

Pendekatan yang d�apaka� dalam teor� ord�nal adalah Indefernce Curve yakn� kurva yang menunjukkan komb�nas� 2 (dua) macam barang konsums� yang member�kan t�ngkat kepuasan yang sama. Asums� dar� pendekatan �n� adalah :1. Konsumen ras�onal.2. Konsumen mempunya� pola preferens� terhadap barang yang

d�susun berdasarkan urutan besar kec�lnya daya guna.�. Konsumen mempunya� sejumlah uang tertentu.4. Konsumen selalu berusaha mencapa� kepuasan maks�mum.5. Konsumen kons�sten, art�nya b�la A leb�h d�p�l�h dar�pada B karena

A leb�h d�suka� dar�pada B, dan t�dak berlaku sebal�knya B leb�h d�p�l�h dar�pada A;

�. Berlaku hokum trans�t�f, art�nya b�la A leb�h d�suka� dar�pada B, dan B leb�h d�suka� dar�pada C maka A leb�h d�suka� dar�pada C.Dasar pem�k�ran dar� pendekatan �n� adalah semak�n banyak

barang yang d�konsums� semak�n member�kan kepuasan terhadap konsumen. P�l�han konsumen tersebut banyak sekal�, seh�ngga dapat d�bangun �ndefernce curve yang t�dak terh�ngga banyaknya. T�t�k kepuasan konsumen yang pal�ng t�ngg� adalah t�t�k T (bl�ss po�nt) yang menggambarkan bahwa konsumen telah mengkonsums� jumlah barang X dan Y t�dak terh�ngga.

Indefernce Curve mempunya� c�r�-c�r� sebaga� ber�kut :1. Turun dar� k�r� atas ke kanan bawah. Impl�kas�nya apab�la

konsumen �ng�n menambah konsums� barang X harus mengurang barang Y apab�la kepuasannya yang d�peroleh tetap sama. Jad�, antar barang harus terjad� trade off atau sal�ng men�adakan.

2. Cembung kearah t�t�k or�g�n. In� d�sebabkan kesed�aan konsumen untuk melepaskan satu satuan barang X untuk mendapatkan satu satuan barang Y dengan t�ngkat kepuasan yang sama.

Page 43: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

41Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Rafidah, SE, MEI., Perilaku Konsumsi...

�. T�dak sal�ng berpotongan.4. Kurva tersebut menunjukkan komb�nas� barang yang d�konsums�

leb�h banyak seh�ngga member�kan kepuasan yang leb�h t�ngg� dan leb�h d�suka� oleh konsumen ras�onal.Walaupun metode �n� juga telah menghas�lkan kurva perm�ntaan

yang cukup sederhana, ternyata juga mas�h banyak mengandung kelemahan. Kr�t�k terhadap pendekatan ord�nal antara la�n sebaga� ber�kut :1. Adanya asums� convex�ty dar� �ndeference curve mas�h

d�ragukan.2. Ras�onal�ty dar� konsumen dalam membuat rank�ng atau

order dar� kepuasan atau daya guna yang d�peroleh juga mas�h d�pertanyakan.

�. T�dak menganal�s�s efek adanya advert�s�ng, per�laku masa lampau, persed�aan per�laku konsums� yang �rras�onal yang nant�nya akan menambah efek yang d�t�mbulkan permasalahan yang �rras�onal �n� sangat pent�ng bag� para pembuat keputusan, m�salnya dalam penentuan harga dan output dar� produsen.

4. Merupakan pengembangan dar� teor� per�laku konsumen card�nal dengan menggant� asums� yang sangat lemah.

3. Teori konsumsi dalam perspektif ekonomi Islam.

a. Konsep Islam tentang kebutuhanKebutuhan adalah sen�la� dengan ke�ng�nan. D� mana ke�ng�nan

d�tentukan oleh konsep kepuasan. Dalam perspekt�f Islam kebutuhan d�tentukan oleh konsep maslahah.

Teor� ekonom� konvens�onal menjabarkan kepuasan sepert� mem�l�k� barang dan jasa untuk memuaskan ke�ng�nan manus�a. Kepuasan d�tentukan secara subyekt�f. T�ap-t�ap orang mem�l�k� atau mencapa� kepuasannya menurut ukuran atau kr�ter�anya send�r�. Suatu akt�v�tas ekonom� untuk menghas�lkan sesuatu adalah d�dorong karena adanya kegunaan dalam suatu barang. J�ka sesuatu �tu dapat memenuh� kebutuhan maka manus�a akan melakukan usaha untuk mengkonsums� sesuatu �tu.

Menurut Syat�b�, maslahah adalah pem�l�kan atau kekuatan barang dan jasa yang mengandung elemen-elemen dasar dan tujuan

Page 44: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

42 Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Volume 1, Nomor 1, Juni 2009

keh�dupan umat manus�a d� dun�a �n� . Syat�b� membedakan maslahah menjad� t�ga ya�tu : kebutuhan (darur�yah), pelengkap ( haj�yah), perba�kan (tahs�n�yah).

Darur�yah , ya�tu sesuatu yang waj�b adanya yang menjad� pokok kebutuhan h�dup untuk menegakkan kemaslahatan manus�a. Hal-hal yang bers�fat darury bag� manus�a dalam pengert�an �n� berpagkal pada memel�hara l�ma hal ya�tu : agama, j�wa , akal, kehormatan, dan harta. Dalam hal �n� Qardhaw� menambahkan satu hal daarury ya�tu anak atau keturunan . Jad� memel�hara satu dar� l�ma hal �tu merupakan kepent�ngan yang bers�fat pr�mer bag� manus�a.

Haj�yah, �alah suatu yang d�perlukan oleh manus�a dengan maksud untuk membuat r�ngam,lapang dan nyaman dalam menanggulang� kesul�tan-kesul�tan keh�dupan. Faktor eksternal dalam hal �n� berpangkal pada tujuan mengh�langkan kesul�tan dan beban h�dup seh�ngga memudahkan mereka dalam mereal�sas�kan tata cara pergaulan, perubahan zaman dan menempuh keh�dupan.

Tahs�n�yah �alah sesuatu yang d�perlukan oleh normal atau tatanan h�dup serta berper�laku menurut jalan yang lurus. Hal yang bers�fat tahs�n�yah berpangkal dar� trad�s� yang ba�k dan segala tujuan per� keh�dupan manus�a menurut jalan yang pal�ng ba�k.

Jad� semua barang dan jasa yang mem�l�k� kekuatan untuk memenuh� l�ma elemen pokok telah dapat d�katakan mem�l�k� maslahah bag� umat manus�a.

Beberapa keunggulan konsep maslahah adalah sebaga� ber�kut :1. Maslahah adalah obyekt�f karena bertolak dar� pemenuhan need.

Karena need d�tentukan berdasarkan pert�mbangan ras�onal normat�ve dan pos�t�f, maka akan terdapat suatu cr�ter�a yang obyekt�f tentang apakah sesuatu benda ekonom� mem�l�k� maslahah atau t�dak. Sementara dalam ut�l�tas orang mendasarkan pada cr�ter�a yang bers�fat subyekt�f, karenanya dapat berbeda d� antara orang yang satu dengan yang la�n.�

2. Maslahah �nd�v�dual akan ter�s� dengan maslahah soc�al dan t�dak sepert� kepuasan �nd�v�dual yang ser�ngkal� akan men�mbulkan konfl�k kepuasan soc�al.

�. Konsep maslahah d�tekankan pada semua akt�v�tas ekonom� dalam suatu masyarakat. T�dak sepert� pada teor� konvens�onal

� Hendr�e Anto,Pengantar Ekonom� M�kro Islam, ((Yogyakarta, Ekonos�a,200�), h.12�

Page 45: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

4�Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Rafidah, SE, MEI., Perilaku Konsumsi...

d�mana kepuasan hanya berka�tan dengan masalah konsums� dan keuntungan bers�nggungan dengan masalah produks�.

4. Dalam hal �n� t�dak mungk�n memband�ngkan kepuasan yang d�peroleh orang A pada saat mengkonsums� suatu makanan yang ba�k dengan kepuasan yang d�dapat oleh orang B yang mengkonsums� barang yang sama dalam waktu yang sama.

b. Preferensi Konsumsi yang Islami.Dalam ekonom� konvens�onal , pada dasarnya satu jen�s benda

ekonom� merupakan subst�tus� sempurna bag� benda ekonom� la�nnya sepanjang member�kan ut�l�tas yang sama sepanjang ut�l�tasnya maks�mum. T�dak ada benda ekonom� yang leb�h berharga dar�pada benda ekonom� la�nnya, yang membedakan adalah t�ngkat kepuasan d�peroleh ak�bat mengkonsums� benda tersebut. Karenanya, benda yang member�kan ut�l�tas leb�h t�ngg� akan menjad� leb�h berharga d�band�ngkan yang member�kan ut�l�tas yang rendah.

Dalam perspekt�f Islam, antara benda ekonom� yang satu dengan la�nnya bukan merupakan subst�tus� yang sempurna. Terdapat benda ekonom� yang leb�h berharga dan bern�la� seh�ngga akan d�utamakan d�band�ngkan p�l�han konsums� la�nnya. Sebal�knya terdapat benda ekonom� yang kurang/ t�dak bern�la�, bahkan terlarang, seh�ngga akan d�jauh�. Sela�n �tu juga terdapat pr�or�tas-pr�or�tas dalam pemenuhannya berdasarkan t�ngkat kemaslahatan yang d�butuhkan untuk menunjang keh�dupan yang Islam�. Dengan dem�k�an, preferens� konsums� dan pemenuhannya akan mem�l�k� pola sebaga� ber�kut :4

1. Mengutamakan akhirat daripada dunia.Pada tataran pal�ng dasar, seorang musl�m akan d�hadapkan

pada p�l�han d� antara mengkonsums� benda ekonom� yang bers�fat dun�aw� belaka (Cw) dan yang bers�fat �badah (C�). Konsums� untuk �badah bern�la� leb�h t�ngg� d�band�ngkan dengan konsums� untuk dun�aw� seh�ngga keduanya bukan merupakan subst�tus� sempurna. Konsums� untuk �badah bern�la� leb�h t�ngg� karena or�entas�nya kepada falah yang akan mendapatkan pahala dar� Allah, seh�ngga leb�h beror�entas� kepada keh�dupan akh�rat kelak.

Konsums� untuk �badah pada hakekatnya adalah konsums� untuk masa depan, sementara konsums� dun�aw� adalah konsums�

4 Ib�d

Page 46: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

44 Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Volume 1, Nomor 1, Juni 2009

untuk masa sekarang. Semak�n besar konsums� untuk �badah maka semak�n t�ngg� pula falah yang d�capa� , dem�k�anpula sebal�knya. Semak�n besar konsums� dun�aw� maka semak�n rendah falah yang d�capa�nya. Hubungan antara falah dengan kedua jen�s konsums� �n� dapat d�l�hat dalam gambar ber�kut �n� :

1

F

Ci

F

CW

Ket : Terdapat hubungan pos�t�f antara pencapa�an tujuan falah dengan kebutuhan konsums� �badah. Semak�n t�ngg� tujuan falah yang �ng�n d�capa� semak�n d�tuntut untuk memperbesar konsums� kebutuhan �badah.

1

F

Ci

F

CW

Ket : Terdapat hubungan negat�ve antara pencapa�an tujuan falah dengan kebutuhan konsums� dun�aw�. Semak�n t�ngg� tujuan falah yang �ng�n d�capa�, semak�n d�tuntut untuk mengurang� konsums� kebutuhan dun�aw�.

Seorang musl�m yang ras�onal, ya�tu orang yang ber�man,semest�nya akan mengalokas�kan anggaran leb�h banyak dalam konsums� untuk �badah d�band�ngkan dengan konsums� dun�aw� karena tujuan maks�mas� falah. Dengan pencapa�an tujuan falah yang t�ngg� maka akan memperoleh ut�l�tas yang leb�h bern�la� d�band�ngkan dengan ut�l�tas dun�a. Semaka�n

Page 47: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

45Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Rafidah, SE, MEI., Perilaku Konsumsi...

t�dak ras�onal, maka seseorang akan semak�n kufur karena alokas� anggarannya sebag�an besar hanya untuk kepent�ngan dun�a saja dar�pada akh�rat.

Allah membolehkan hambaaNya men�kmat� kekayaan dun�a sebaga� wujud syukur kepadaNya dan sekal�gus sebaga� sarana untuk �badah. Apab�la anggaran seseorang sangat kec�l seh�ngga hanya cukup untuk memenuh� kebutuhan h�dup m�n�mum seh�ngga terpaksa t�dak terdapat alokas� konsums� untuk �badah. D� bawah �n� terl�hat hubungan antara ke�manan dengan pola budget l�ne :

2

CW

Ci

CW

Ci

Ket : Semak�n ras�onal (ber�man) seorang musl�m maka budget l�nenya akan semak�n condong vert�kan (�nelast�s)

2

CW

Ci

CW

Ci

Ket : Semak�n t�dak ras�onal (kufur) seorang musl�m maka budget l�nenya akan semak�n condong har�sontal (elast�s).

2. Konsisten dalam Prioritas Pemenuhannya.Seorang musl�m harus mengalokas�kan anggarannya secara

urut sesua� dengann t�ngkatan pr�or�tasnya secara kons�sten. Kebutuhan pada t�ngkat darur�yah harus d�penuh� terleb�h dahulu, baru kemud�an haj�yah dan terakh�r tahs�n�yah. Konsums� setelah pr�or�tas-pr�or�tas �n� dapat d�perkenankan sepanjang t�dak d�larang oleh syar�ah Islam. Pr�or�tas �n� semest�nya d�terapkan

Page 48: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

4� Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Volume 1, Nomor 1, Juni 2009

pada semua jen�s kebutuhannya, ya�tu keh�dupan, harta, kebenaran, �lmu pengetahuan dan kelangsungan keturunan.

3. Memperhatikan etika dan norma.Syar�ah Islam mem�l�k� seperangkat et�ka dan norma yang

harus d�pegang manakala seseorang berkonsums�. Beberapa et�ka menurut M.A. Manan adalah :1. Pr�ns�p Kead�lan

Berkonsums� t�dak boleh men�mbulkan kedzal�man, berada dalam kor�dor aturan atau hokum agama, serta menjunjung t�ngg� kepantasan atau keba�kan. Islam mem�l�k� berbaga� ketentuan tentang benda ekonom� yang boleh d�konsums� dan yang t�dak boleh d�konsums�.2. Pr�ns�p Kebers�han

Bers�h dalam art� semp�t adalah bebas dar� kotoran atau penyak�t yang dapat merusak fis�k dan mental manus�a, sementara dalam art� luas adalah bebas dar� segala sesuatu yang d�berkah� Allah. Tentu saj benda yang d�konsums� mem�l�k� manfaat bukan kemubaz�ran atau bahkan merusak.�. Pr�ns�p Kesederhanaan

S�kap berleb�h-leb�han (�sraf) sangat d�benc� oleh Allah dan merupakan pangkal dar� berbaga� kerusakan d� muka bum�. S�kap berleb�h-leb�han �n� mengandung makna meleb�h� dar� kebutuhan yang wajar dan cenderung memperturutkan hawa nafsu atau sebal�knya terlampau k�k�r seh�ngga justru meny�ksa d�r� send�r�. Islam menghendak� suatu kuant�tas dan kual�tas konsums� yang wajar bag� kebutuhan manus�a seh�ngga terc�pta pola konsums� yang efes�en dan efekt�f secara �nd�v�dual maupun sos�al.4. Pr�ns�p Kemurahan hat�.

Dengan mentaat� ajaran Islam maka t�dak ada bahaya atau dosa ket�ka mengkonsums� benda-benda ekonom� yang halal yang d�sed�akan Allah karena kemurahanNya. Selama konsums� �n� merupakan upaya pemenuhan kebutuhan yang membawa kemanfaatan bag� keh�dupan dan peran manus�a untuk men�ngkatkan ketaqwaan kepada Allah maka Allah elah member�kan anugrahNya bag� manus�a.

Page 49: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

47Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Rafidah, SE, MEI., Perilaku Konsumsi...

5. Pr�ns�p Moral�tas.Pada akh�rnya konsums� seorang musl�m secara keseluruhan

harus d�b�ngka� oleh moral�tas yang d�kandung dalam Islam seh�ngga t�dak semata – mata memenuh� segala kebutuhan.

Menurut Yusuf Qardhaw�, ada beberaa norma dasar yang menjad� landasan dalam berpr�laku konsums� seorang musl�m antara la�n :1. Membelanjakan harta dalam keba�kan dan menjauh� s�fat

k�k�r.Harta d�ber�kan Allah SWT kepada manus�a bukan untuk

d�s�mpan , d�t�mbun atau sekedar d�h�tung-h�tung tetap� d�gunakan bag� kemaslahatan manus�a send�r� serta sarana ber�badah kepada Allah. Konsekuens�nya, pen�mbunan harta d�larang keras oleh Islam dan memanfaatkannya adalah d�waj�bkan.2. T�dak melakukan kemubadz�ran.

Seorang musl�m senant�asa membelanjakan hartanya untuk kebutuhan-kebutuhan yang bermanfaat dan t�dak berleb�han (boros/�sraf). Sebaga�mana seorang musl�m t�dak boleh memperoleh harta haram, �a juga t�dak akan membelanjakannya untuk hal yang haram. Beberapa s�kap yang harus d�perhat�kan adalah :

a. Menjauh� berutang. Set�ap musl�m d�per�ntahkan untuk menye�mbangkan pendapatan

dengan pengeluarannya. Jad� sberutang sangat t�dak d�anjurkan, kecual� untuk keadaan yang sangat terpaksa.

b. Menjaga asset yang mapan dan pokok. T�dak sepatutnya seorang musl�m memperbanyak belanjanya

dengan cara menjual asset-aset yang mapan dan pokok, m�salnya tempat t�nggal. Nab� meng�ngatkan, j�ka terpaksa menjual asset maka has�lnya hendaknya d�gunakan untuk membel� asset la�n agar berkahnya tetap terjaga.

c. T�dak h�dup mewah dan boros. Kemewahan dan pemborosan ya�tu menenggelamkan d�r� dalam

ken�kmatan dan bermegah-megahangat d�tentang oleh ajaran Islam. S�kap �n� sela�n akan merusak pr�bad�-pr�bad� manus�a juga

Page 50: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

48 Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Volume 1, Nomor 1, Juni 2009

akan merusak tatanan masyarakat. Kemewahan dan pemborosan akan menenggelamkan manus�a dalam kes�bukan memenuh� nafsu b�rah� dan kepuasan perut seh�ngga ser�ngkal� melupakan norma dan et�ka agama karenanya menjauhkan d�r� dar� Allah. Kemegahan akan merusak masyarakat karena b�asanya terdapat golongan m�nor�tas kaya yang men�ndas mayor�tas m�sk�n.�. Kesederhanaan.

Membelanjakan harta pada kuant�tas dan kual�tas secukupnya adalah s�kap terpuj� bahkan penghematan merupakan salah satu langkah yang sangat d�anjurkan pada saat kr�s�s ekonom� terjad�. Dalam s�tuas� �n� s�kap sederhana yang d�lakukan untuk menjaga kemaslahatan masyarakat luas.4. Penutup.

Dengan mel�hat tujuan utama berkonsums� sertametode alokas� preferens� konsums� dan anggaran maka dapat d�s�mpulkan bahwa penggerak awal keg�atan konsums� dalam ekonom� konvens�onal adalah adanya ke�ng�nan (want) . Seseorang berkonsums� karena �ng�n memenuh� ke�ng�nannya seh�ngga dapat mencapa� kepuasan yang maks�mal.

Islam menolak per�laku manus�a untuk selalu memenh� segala ke�ng�nannya, karena pada dasarnya manus�a mem�l�k� kecendrungan terhadap ke�ng�nan yang ba�k dan ke�ng�nan yang buruk sekal�gus. Ke�ng�nan manus�a d�dorong oleh suatu kekuatan dar� dalam d�r� manus�a yang bers�fat pr�bad� dan karenanya ser�ngkal� berbeda dar� satu orang dengan orang la�n. Ke�ng�nan ser�ngkal� t�dak selalu sejalan dengan ras�onal�tas, karenanya ber�fat t�dak terbatas dalam kuant�tas dan kual�tasnya. Kekuatan dar� dalam d�r� d�sebut j�wa atau hawa nafsu yang memang menjad� penggerak utama seluruh per�laku manus�a. Dalam ajaran Islam manus�a harus mengendal�kan dan mengarahkan ke�ng�nannya seh�ngga dapat membawa kemanfaatan dan bukan kerug�an bag� keh�dupan dun�a dan akh�rat.

Ke�ng�nan yang sudah d�kendal�kan dan d�arahkan seh�ngga membawa kemanfaatan �n� dapat d�sebut dengan kebutuhan. Kebutuhan lah�r dar� suatu pem�k�ran secara obyekt�f atas berbaga� sarana yang d�perlukan untuk mendapatkan suatu manfaat bag� keh�dupan. Kebutuhan d�tuntun oleh ras�onal�tas normat�ve dan

Page 51: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

49Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Rafidah, SE, MEI., Perilaku Konsumsi...

pos�t�f ya�tu ras�onal�tas ajaran Islam seh�ngga bers�fat terbatas dan terukur dalam kuant�tas dan kual�tasnya.Hal �n� meruapakan dasar dan tujuan dar� syar�ah Islam ya�tu maslahat al �bad ( kesejahteraan hak�k� bag� manus�a) dan sekal�gus sebaga� cara untuk mendapatkan falah yang maks�mum.

Daftar PustakaHendr� Anto, Pengantar Ekonom�ka M�kro Islam�, Yogyakarta : 200�Kar�m, Ad�warman, Ekonom� M�kro Islam, 200�J.Set�ad�, Nugroho, Per�laku Konsumen, Jakarta : 2005Muhammad, Ekon�m� M�kro dalam Perspekt�f Islam, Yogyakarta : 2004Supray�tno, Eko, Ekonom� Islam :Pendekatan EKonomi Makro Islam dan

Konvensional, Yogyakarta : 2005Suk�rno, Sadono, M�kro Ekonom� Teor� Pengantar, Jakarta : 1994Syahrudd�n, Teor� Ekonom� M�kro, Jakarta : 1989Suhartat�, Tat�, Teor� Ekonom� M�kro, Jakarta 200�

Page 52: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

50 Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Volume 1, Nomor 1, Juni 2009

REKONSTRUKSI SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM

(Menggugat Anakronisme Sejarah Mainstream Ekonomi) Oleh : M. Nazori Majid

Pendahuluan Ket�ka Franc�s Fukuyama1 Anal�s�s Fukuyama t�dak hanya terhent�

pada Kap�tal�sme Karena pembacaan bel�aupun berdasarkan kemunculan Karl Marx (Menggusung Marx�sme kemud�an menjad� b�b�t Sos�al�sme) yang membuat sebuah ”skenar�o” ekonom� masa depan dengan sebuah ketegangan d�alekt�s yang terjad� antar kelas sos�al. Dan �n� selalu berkembang menuju tahap kesempurnaan sepert� perkembangan dar� masayarakat purba menjad� masyarakat feodal yang pada g�l�rannya bermuara pada masyarakat sos�al�s/komun�s.2

Lalu baga�mana dengan Ekonom� Islam setelah fase kemunduran pasca runtuhnya Kh�lafah?. Baga�mana sejarah kebangk�tannya?. Benarkah �slam sebaga� agama memunculkan tokoh pem�k�ran dalam b�dang ekonom�?. Karena dalam beberapa sejarah ekonom� modern tokoh �slam t�dak mempunya� kontr�bus� pem�k�ran dalam b�dang ekonom�. Tul�san �n� akan memuat pemetaan ulang sejarah pem�k�ran ekonom� yang selama �n� cenderung menap�kan kontr�bus� tokoh-tokoh Islam klas�k.

Pada bag�an �n�, saya t�dak akan berd�skus� terlalu lebar tentang persoalan klas�k yang s�mpl�st�s mesk�pun cukup metodolog�s d� tengah perkembangan ekonom� Islam d� Indones�a, Persolan tersebut berputar sek�tar “apakah ekonom� �slam �tu �lmu yang berbeda dengan ekonom�

1 Franc�s Fukuyama adalah seorang akadem�s�, komentator pol�t�k dan penasehat pemer�ntah Amer�ka Ser�kat yang menggemparkan pol�t�k Internas�onal. Pada awal tahun 1990-an bel�au mendeklaras�kan telah berakh�rnya sejarah. Dengan tegas bel�au menyatakan bahwa runtuhnya Un�sov�et dan ambruknya tembok Berl�n adalah dua d�antara sek�an banyak pertanda s�gn�fikans� telah terjad�nya perubahan dramat�s pasca perang d�ng�n yang mempresentas�kan secara akuratkemenangan Kap�tal�sme dan demokras� l�berald�seluruh dun�a. Dengan mendasarkan argument-argumennya pada tul�san Kant, Hegel,dan pembacaan kr�t�s terhadap Marx, bel�au meramalkan bahwa d� penghujung sejarahdan masa depan t�daka akan pernah lag� tesed�a ruang bag� pertarungan antar �deology besar.

2 Pranc�s Fukuyama, of.Cit.Band�ngkan dengan Anthony G�ddens, Kapitalisme dan teori sosial Modern: suatu Analisis karya tulis Marx, Durkheim dan Max Weber Jogjakarta: UI Press, 198�

Page 53: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

51Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

M. Nazori Majid, Rekonstruksi Sejarah...

la�nnya?, Apakah ekonom� Islam �tu hanya kumpulan ajaran-ajaran normat�ve atau juga d� dalamnya menyangkut ekonom� pos�t�f ?. Atau �a hanya mempelajar� gejala-gejala ekonom� masyarakat musl�m?. J�ka dem�k�an apakah �a juga menggunakan metodolog� khusus yang berbeda dengan metodolog� ekonom� pada umumnya ?.

Mesk�pun d�skus� tersebut terus berkembang ke arah status ke�lmuan ekonom� Islam ket�ka kata tersebut d�terapkan untuk �lmu fis�s pada determ�nas� mater� atas fakta objekt�f, atau pada penetapan �lm�ah yang memungk�nkan k�ta untuk memast�kan pred�ks�. Namun ekonom� �slam harus d�sebut sebaga� �lmu j�ka yang k�ta maksud adalah penyel�d�kan s�stemat�k yang d�lakukan dengan aturan ras�onal. Ia juga bukan hanya op�n�, yang d� dalamnya hanya satu pernyataan sebaga� benar atau salah atau t�dak bermakna sama sekal�, atau juga t�dak dapat d�ver�fikas� sepert� pernyataan yang la�n. S�ngkatnya j�ka �lmu yang d�maksud hanya sebaga� penyel�d�kan ras�onal yang bertujuan untuk mencapa� deduks� dan kes�mpulan yang padu dan s�stemat�k, maka ekonom� �slam �tu merupakan suatu �lmu. Ba�k ekonom� �slam d�sebut sebaga� �lmu ataupun bukan, sebaga�mana yang d�tunjukkan d� atas, namun secara luas persoalan s�mant�k k�ranya perlu juga d�pert�mbangkan, karena jawaban yang k�ta ber�kan akan mem�l�k� ak�bat pent�ng pada perkembangan ber�kutnya.

Kilas Balik Terminologi Ekonomi Islam

SM.Hasanuzzaman dalam ”Definition of Islamic Economics” sebaga�mana yang d�kut�p oleh Dawam Raharjo adalah ”Pengetahuan dan penerapan per�ntah-per�ntah dan tatacara yang d�tetapkan oleh syar�’at dengan tujuan mencegah ket�dakad�lan dalam penggal�an dan penggunaan sumberdaya mater�al guna memenuh� kebutuhan manus�a yang memungk�nkan mereka melaksanakan kewaj�ban kepada Allah dan Masyarakat.�

Berbeda dengan Hasanuzzaman, Nejatullah Siddiqie mel�hat ekonom� Islam hanya sebaga� tanggapan pem�k�r-pem�k�r musl�m terhadap tantangan ekonom� pada zamannya d�mana dalam upaya �n� mereka d�bantu oleh al-Qur’an dan Sunnah yang d�serta� dengan argumentas� dan pengalaman yang emp�r�k4

� Dawam raharjo, Of.C�t hal. �4 L�hat, Nejatullah S�dd�q�e, Some Aspects of The Islamic Economy, Del�: Markaz

Maktaba Islam�,1992

Page 54: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

52 Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Volume 1, Nomor 1, Juni 2009

Menurut Akram Khan, Islam�c Economics aims the study of the human falah (well being) achieaved by organizing the resources of the earth on the basic of cooperation and participation. Atau dapat d�paham� sebaga� �lmu yang bertujuan untuk melakukan kaj�an tentang kebahag�aan h�dup manus�a yang d�capa� dengan mengorgan�sas�kan sumberdaya alam atas dasar bekerjasama dan part�s�pas�. Defen�s� Akram khan �n� terkesan leb�h menekankan d�mens� normat�ve (kebahag�aan h�dup dun�a dan akherat) serta d�mens� pos�t�f (mengorgan�sas� sumberdaya alam).

Sementara menurut Muhammad Abdul Mannan, Ekonom� Islam merupakan �lmu pengetahuan yang mempelajar� maslah-masalah ekonom� rakyat yang berazaskan norma dan n�la�-n�la� Islam.5

Defen�s� yang d�kemukakan MA.Mannan t�dak jauh berbeda dengan defen�s� yang d�kemukan Metwally yang men�t�k beratkan pada usaha dalam mempelajar� maslah-masalah masyarakat Islam dalam memenuh� kebutuhannya. Metwally mengatakan: Ekonom� �slam adalah �lmu yang mempelajar� per�laku musl�m yang ber�man dalam suatu masyarakat �slam yang meng�kut� al-Qur’an Had�ts, Ijma’ dan Q�yas.

Sementara Khursid Ahmad, mendefen�s�kan ekonom� Islam sebaga� sebuah usaha s�stemat�s untuk memaham� masalah-masalah ekonom� dan t�ngkah laku manus�a secara ras�onal dalam perspekt�f Islam.�

Pada bag�an la�n Sayyed Nawab Ha�dar Naqv� menyebutkan Islamic Economics is The representative Muslim’s behavior in a typical Muslim Society.7 Ya�tu representas� per�laku musl�m dalam suatu masyarakat musl�m tertentu.

Pada bag�an la�n Louis Cantori dalam Chapra (2001) mengatakan, Ekonom� Islam pada hakekatnya adalah upaya untuk memformulas�kan suatu �lmu ekonom� yang beror�entas� kepada manus�a dan masyarakat yang t�dak mengaku� �nd�v�dual�sme yang berleb�h-leb�han sebaga�mana dalam ekonom� klas�k8

Pada konteks yang sama dalam hal �n� Chapra, mel�hat ekonom� �slam bukan hanya sekedar tanggapan pem�k�r, tap� merupakan cabang �lmu

5 MA.Mannan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam,ed. Terj. Yogyakarta:Dana Bakt� Wakaf,199�

� Dawam raharjo, Of.C�t hal. �7 Sayyed Nawab Haedar Naqv�, Islam, Economics, and Society, NewYork: Keagan Pau

lInternat�onal,1994,p.188 L�hat Umar Chapra, Masa Depan Ekonomi, sebuah tinjauan Islam, Jakarta: Gema

Insan� Press, 2001

Page 55: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

5�Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

M. Nazori Majid, Rekonstruksi Sejarah...

yang membantu mereal�sas�kan kesejahtaraan manus�a melalu� alokas� dan d�str�bus� sumberdaya yang langka dan sejalan dengan syar�’ah �slam tanpa membatas� kreat�v�tas �nd�v�du ataupun menc�ptakan suatu ekonom� makro atau ekolog�s.9

Pengert�an d� atas pada dasarnya berangkat dar� persoalan per�laku manus�a dalam usaha memenuh� kebutuhan-kebutuhan dengan alat pemenuhan kebutuhan yang terbatas dalam kerangka syar�ah. Mesk�pun dua defen�s� pertama mengandung kelemahan karena terkesan menghas�lkan konsep yang t�dak kompet�ble dan un�versal, karena b�as terhadap keputusan yang mest� mener�ma tanpa mengedepankan pert�mbangan benar dan salah (Apriory Judgement), Namun Pengert�an terakh�r yang d�kemukakan Chapra, k�ranya telah mengakomodas�kan sejumlah prasyarat dan karakter�st�k dar� pandangan h�dup Islam. Pada pengert�an tersebut �lmu ekonom� �slam terpos�s�kan sebaga� �lmu sos�al yang tentu saja t�dak bebas n�la� dan moral.

Dar� beberapa pengert�an d� atas dapatlah d�s�mpulkan bahwa �lmu ekonom� merupakan stud� tentang baga�mana �nd�v�du atau masayrakat mem�l�h dan memanfaatkan sumberdaya yang ada sesua� dengan aturan yang d�tetapkan untuk memenuh� kebutuhan jasman� dan rohan� tanpa adanya ekplo�tas�, seh�ngga dapat mewujudkan falah (kesejahteraan) bag� �nd�v�du maupun masyrakat.

Mesk�pun dem�k�an, ekonom� Islam yang belakangan �n� banyak d�m�nat� bayak orang, ser�ngkal� mendapat hujatan dan kr�t�kan sebaga� s�stem ekonom� yang t�dak berd�r� pada akar sejarah yang jelas, karena d�anggap hanya per�laku keberagamaan masyarakat yang terjal�n dalam luapan emos� sesaat dan sebaga� bag�an dar� fenomena masyarakat moderen. Joseph Alo�s Schumpheter (188�-1950) m�salnya yang telah memutarbal�kkan sejarah dengan mengh�langkan peran dan kontr�bus� tokoh �slam dalam perkembangan sejarah dan bangunan ekonom� dun�a. Dalam History of Economic Analysis, yang d�publ�kas�kan �ster�nya pada tahun 1954, Schumpheter memula� kaj�an ekonom� dar� pem�k�ran ekonom� Yunan� kuno h�ngga pem�k�ran – pem�k�ran ekonom� berkembang semasa h�dupnya. Namun yang menjad� petaka bag� sejarah perkembangan ekonom� dalam dun�a �slam adalah pembahasannya ket�ka sampa� pada pem�k�ran ekonom� abad ke VIII, Schumpeter terlalu mengagungkan Summa Theologika St. Thomas Aqu�nas sebaga� kunc�

9 L�hat, Umar Chapra, Islam dan Pembangunan Ekonomi, Malays�a: IIT,199�

Page 56: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

54 Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Volume 1, Nomor 1, Juni 2009

utama pem�k�ran �lm�ah yang d�anggap pal�ng awal dan pal�ng pent�ng dalam kr�t�k metodolog� yang berkembang d� eropa setelah kemerosotan peradaban Yunan�-Romaw�. Bahkan dalam padangannya, sejarah ekonom� modern telah mengalam� lompatan besar (great gap) selama leb�h dar� 500 tahun sebelum masa-masa scolast�k barat, seh�ngga mengalam� k�saran kosong yang mengh�langkan peran dan kontr�bus� tokoh dan �ntelektual d�dalamnya.10

T�dak hanya send�r�an, sela�n schumpheter juga banyak sarjana barat la�n yang �kut-�kutan melestar�kan tes�s great gap tersebut, d�antaranya adalah, Er�c Roll dalam a History of Economic Thought (195�) yang merefleks�kan sepenuhnya tes�s Schumpheter, Spengler dan Allen dalam Essays in conomic Though : Aristotle to Marshall (19�0) yang mengasums�kan The Dark age melanda seluruh dun�a, sepuluh tahun sesudahnya muncul kembal� Hendry Sp�egel dalam The Growth of Economic thought (1971) yang sama sekal� t�dak meny�nggung kontr�bus� khazanah �ntlektual �slam abad pertengahan, Robert Eklund dan Robert Hebert dalam A History of Econ omic Theory and Method (1975) yang melakukan survey menyeluruh sejarah ekonom�, namun t�dak menyentuh sama sekal� pem�k�ran ekonom� Arab (�slam). Pada sepuluh tahun ber�kutnya kembal� muncul penerus generas�nya, Harry landreth dan dav�d Colander dalam The History of Eco nomic Theory (1989) yang menganal�s�s sejarah ekonom� sejak abad ke XII namun juga t�dak mereferens�kan ka�tan arab dengan lat�n.11

Namun semua tud�ngan dan pemutar bal�kan fakta tersebut secara perlahan mentah dengan send�r�nya se�r�ng dengan menjamurnya karya tul�s dan kaj�an �lm�ah tentang ekonom� Islam dar� berbaga� aspeknya yang terus mengalam� proses penyempurnaan.12 Pada beberapa bag�an m�salnya juga d�temukan tokoh sejarawan yang member�kan apres�as� t�ngg� terhadap sumbangan pem�k�ran Islam dalam kaj�an ekonom�. D� antara tokoh tersebut sepert�: Butler, Capelston, Harr�s, Draper, Rescer, Watt, yang semua tokoh �n� menolak tes�s Great Gap model Schumpheter yang d�pertanyakan tersebut.1�

10 Informas� leb�h jauh dalam anal�s�s �n� dapt d�baca; Ar�f Hutoro, Pengantar Analisis Kesejarahan dan Metodologi, Malang: BPFE UNIBRAW

11 L�hat, Ar�f Hutoro, Ib�d, 28-2912 Kr�t�kan terhadap tes�s Schumpheter dan P.Samuelson �n� dapat d�baca, M.Nazor�

Maj�d, Pemikiran Ekonomi Islam Abu Yusuf dan Relevansinya dengan Masyarakat kekinian, Jogjakarta: Islam�c Bank�ng School, 200�. Band�ngkan, Ar�f Hutoro, Pengantar Analisis Kesejarahan dan Metodologi, Malang: BPFE UNIBRAW

1� Of.C�t, 28-29

Page 57: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

55Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

M. Nazori Majid, Rekonstruksi Sejarah...

Mesk�pun belakangan �n� muncul kembal� tul�san terbaru Steven G. Medema dan Warren J. Samuel (200�) dalam The History of Economic Thought: a reader yang sama sekal� t�dak mau mengaku� adanya kontr�bus� pem�k�ran ekonom� musl�m abad pertengahan. Anehnya dalam buku yang sama, Medemma mengangkat p�k�ran-p�k�ran ekonom� yang d�war�skan oleh peradaban Sumer�a, Bab�lon�a, Assyr�a, Mes�r, Pers�a, dan Israel (Yahud�). Karenanya Penguatan tes�s Great Gap semacam �n� dan sekal�gus penafian kontr�bus� pem�k�ran ekonom� d�masa Islam klas�k tersebut dalam pandangan Ar�f Hutoro memang sengaja d�m�toskan secara s�stemat�k.14

Pada bag�an la�n Ar�ef dalam To Ward the shariah Paradigm of islamic Economic: the Beginning of Scientific revolution, sepert� yang d�kut�p oleh Hus�n Saw�t mengkategor�kan kelompok yang mengkr�t�k ekonom� �slam kepada dua al�ran, ya�tu The Adjusted Capitlism School dan The Comventional Scholl. Kelompok pertama cenderung mengkla�m ekonom� �slam hanya sebaga� penyesua�an dar� system ekonom� kap�tal�s yang ada, hanya saja ekonom� �slam meny�ngk�rkan hal-hal yang haram dalam ajaran agama (Islam) dan tetap mempertahankan hal-hal yang halal dar� ekonom� kap�tal�s.15 Kelompok kedua, adalah kelompok yang mengaku� adanya perbedaan antara s�sten Ekonom� Islam dengan Ekonom� Kap�tal�s, akan tetap� mereka ser�ng memandang rendah (look down) terhadap ekonom� �slam1�.

Terlepas dar� semua bentuk tud�ngan dan kr�t�kan tersebut, yang past� dua al�ran besar ekonom�, ba�k �tu Kapitalis maupun Sosialis telah gagal menc�ptakan Negara kesejahteraan sepert� yang mereka �damkan. Bahkan Adam Sm�th dengan laissez faire justeru telah memperbesar mana yang kuat dan menghancur mana yang lemah. Dan �n�lah yang merupakan bag�an dar� kegel�sahan akadem�k Bung Hatta yang selalu bel�au per�ngatkan sejak masa kemerdekaan sampa� masa orde baru.17

14 Ar�f Hutoro, Ib�d, 29 15 Hus�n saw�t, Metodologi Ekonomi Islam Perlukah Berbeda..? Makalah Sem�nar

Nas�onal Metodolog� Ekonom� �slam, Jogjakarta ,PPEI UII Jogjakarta,1997 1� Hus�n Saw�t, Ib�d17 Namun dalam catatan Sr� Ed� Swasono jer�tan Bung Hatta �n� tetap d�aba�kan dan

pemer�ntah Indones�a tetap tunduk pada ma�nstream neo-klas�k barat. Bahkan menurutnya untuk mampu mempercaya� pandangan Hatta �n� sebaga�an ekonom progres�f Indones�a harus menuggu dulu penegasan-penegasan dar� sen, He�l Broner, Etz�on�, Soros, Thurow, St�gl�tz, susan George dan mungk�n mas�h banyak lag� yang la�nnya.

Page 58: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

5� Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Volume 1, Nomor 1, Juni 2009

Pemikiran Ekonomi Pada Masa Pra Klasik Buku Sejarah ekonom� modern hamp�r selalu berangkat dar� The wealth

of Nation karya Adam Sm�th 177�, yang selalu d�nobatkan sebaga� k�tab suc� ekonom�, atau juga ser�ng berangkat pada dua masa sebelumnya ya�tu era merkant�l�s dan fis�okras�. Namun j�ka d�runut leb�h jauh kebelakang, sebenarnya persoalan ekonom� �tu sama tuanya dengan keberadaan manus�a �tu send�r�. Tap� jangkauan study �lm�ah dalam hal �n� hanya sampa� pada masa Yunan� kuno, hal �n� terbukt� dar� �st�lah Ekonom� �tu send�r� yang bersal dar� kata Oikos dan Nomos yang secara et�molog� dapat d�makna� sebaga� pengaturan atau pengelolaan rumah tangga.

Ist�lah Oikos dan Nomos dalam dun�a ekonom� pertama kal� d�cetus oleh seorang tokoh yang bernama Xenophon (440-�55 SM) seorang tokoh ekonom� kepar�w�sataan yang mengemukakan teor� pleyanan pr�ma bag� set�ap pengunjung. Dalam karya utamanya yang berjudul On The Means of Improving the revenue of the state of Athens, Xeneophon mengura�kan bahwa Negara Athena yang mempunya� beberapa keleb�han dapat d�manfaatkan untuk men�ngkatkan pendapatan Negara. Athena waktu �tu sela�n sebaga� salah satu pusat perdagangan yang d�kel�l�ng� dengan laut dan kaya dengan �kan juga mem�lk� pelabuhan laut yang alam� dan mem�l�k� tanah yang subur serta mengandung depos�t emas dan perak yang abanyak.

Sela�n �tu, bukt� la�n yang dapat d�kedapankan dalam upaya menun jukkan adanya �st�lah ekonom� sebelum 177� maupun sebelum era merkant�l�s dan fis�okrat d�atas adalah d�temukannya sebuah buku Reszxpublika yang d�tul�s oleh Plato (427-�47 SM) sek�tar 400 tahun sebelum maseh�, dalam buku tersebut sudah ada bag�an tertentu yang mencer�takan tentang teor� bunga, uang, jasa dan tenaga kerja manus�a mula� dar� perbudakan sampa� perdagangan. Mesk�pun dalam buku �n� Plato t�dak bercer�ta secara khusus tentang kaj�an ekonom�, namun dar� pem�k�ran yang terpenggal tersebut cukup member� �nsp�ras� bahwa c�kal bakal dar� kesejahteraan suatu masyarakat dan negara dalam pandangan bel�au ekonom� memegang peran pent�ng18.

Pada masa-masa awal �n� semua �lmu mas�h dalam w�layah kaj�an filsafat, khususnya filsafat moral. Pem�k�ran spekulat�f muncul belakangan dar� sejarah umat manus�a. Oleh karena �tu pada kesan pertama akan tampak laz�m dan log�s untuk memula� stud� ekonom� dar� penyel�d�kan

18 Del�arnov, Perkembangan Pemikiran Ekonomi , Jakarta: raja Grap�ndo Persada, 1995,h.11

Page 59: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

57Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

M. Nazori Majid, Rekonstruksi Sejarah...

sejarah atau evolus� praktek dan pert�mbangan et�s. Gagasan plato tentang ekonom� dalam hal �n� mesk�pun secara kebetulan, namun dapat d�gar�s bawah� bahwa bel�au berb�cara tentag kead�lan dan tatanan negara �deal. Seh�ngga t�daklah berleb�han kalau belakangan ada juga yang menobatkan �de dan teor� Division of labour tersebut kepada d�r� bel�au.

J�ka pem�k�ran Plato d�turut eskalas�nya leb�h jauh kebelakang, maka akan terkesan t�dak jauh beda dar� apa yang tertuang dalam The Wealth of Nation Adam Sm�t yang juga memuat Division of Labour tersebut. J�ka mel�hat �de awal dar� pola p�k�r d� atas, memang terkesan ada kesamaan �de antara Plato yang memperjuangkan masyarakat sempurna, dan Adam sm�th memperjuangkan masyarakat sejahtera. Hanya saja menurut pandangan plato, untuk menc�ptakan suatu tatanan negara yang sempurna maka yang pertama perlu d�bangun adalah sumberdaya manus�anya, Karena pembangun SDM (moral manus�anya) t�t�k tolaknya adalah ke�ng�nan, p�l�han, preferens�, dan pen�la�an. Namun pengenalan kearah �n� pent�ngnya untuk member� k�ta jalan kearah pembangunan yang leb�h s�stem�k atau merupakan dasar bag� sebuah kebahag�aan atau kesejhteraan. Sementara Adam Sm�th dengan Division of Labour-nya dalam hal �n� leb�h mengedepankan pertumbuhan Output dan pertumbuhan ekonom�.

Mesk�pun dua tokoh �n� sejak awal telah berb�cara tentang konsep kemakmuran Negara, namun secara bersamaan dalam catatan Del�arnov, pada masa �n� juga orang sudah mengenal paham Hedon�sme yang dapat d�katakan c�kal bakal paham mater�al�st�c yang belakangan d�kembangkan dar� eropa pada abad 17 dan 18 dan kemud�an berkembang menjad� mater�al�sme mekan�st�k, yang menganggap ken�kmatan ego�st�c sebaga� tujuan akh�r dar� keh�dupan manus�a.19

Mesk�pun Plato dalam tul�sannya sangat mengecam kekayaan dan kemewahan, dengan harapan agar set�ap orang b�sa h�dup sejahtera secara merata, namun d�karenakan ke�ng�nan manus�a memperoleh barang dan jasa sangat besar dan susah d�kendal�kan maka semangat keserakahan yang tak terkendal� tersebutlah yang pada g�l�rannya menjad� akar munculnya semangat Hedon�sme tersebut.

Pendapat dan teor� Plato d�atas mas�h banyak yang relevan dengan keadaan sekarang, pendapat tersebut d�antaranya berkenaan dengan tentang fungs� uang. bahkan Plato dalam bukunya Politica menjelaskan bahwa sela�n sebaga� alat tukar, uang juga berfungs� sebaga� alat pengukur

19 Del�arnov, Ibid,h.11

Page 60: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

58 Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Volume 1, Nomor 1, Juni 2009

n�la� dan alat untuk men�mbun kekayaan, sesua� dengan keadaan waktu �tu. Plato menganggap uang bers�fat mandul, dan tak boleh untuk d�kembangkan atau d�peranakkan (bunga).20

Itu bukanlah berart� bahwa pem�k�ran Plato hanya berakh�r sampa� d�s�tu, karena Plato sebaga� seorang F�losuf moral pem�k�rannya bahkan bermuara pada kebahag�aan dan keba�kan. Mesk�pun pernyataan tentang kr�ter�a akh�r aturan moral ser�ngkal� meny�sakan persoalan yang susah untuk d�car� jawabannya. Dan hal �n� d�lanjutkan oleh mur�dnya yang sangat terkenal dalam dun�a �lmu pengetahuan ya�tu Ar�stoteles (�84-�22 SM). Yang pem�k�rannya d� b�dang ekonom� bahkan jauh leb�h maju dar� gurunya Plato. Bahkan menurut Del�arnov Ar�stoteleslah orang yang pertama kal� mel�hat bahwa ekonom� merupakan suatu b�dang tersend�r� yang pembahasannya harus d�p�sahkan dengan b�dang-b�dang la�n. Dan dalam �lmu ekonom� Ar�stoteles juga merupakan orang pertama yang meletakkan pem�k�ran tentang teor� n�la�(Value) dan harga (pr�ce).21

T�dak beg�tu sul�t untuk kontr�bus� Ar�stoteles terhadap �lmu ekonom�, set�daknya �a pernah melontarkan pem�k�ran tentang pertukaran barang, (Exchange of Comodities) atau teor� kebutuhan manus�a, menurut bel�au kebutuhan manus�a (man’s need) t�dak terlalu banyak, tetap� ke�ng�nan manus�a,(man’s Des�re) lah yang relata�f tanpa batas. Pada kesempatan yang sama Ar�stoteles juga memandang bahwa keg�atan produks� untuk menghas�lkan barang-barang untuk memenuh� kebutuhan manus�a bukanlah suatu yang salah, namun bel�au mengecam keras j�ka produks� tersebut terjebak pada pemenuhan kebutuhan manus�a tanpa batas. Dan �n�lah yang bel�au maksudkan dengan sesuatu yang t�dak alam� (Unnatural).

Mesk�pun persoalan ekonom� �n� sudah banyak d�b�carakan pada era Yunan� kuno, namun anal�s�s yang mendalam tentang pencapa�an tujuannnya baru d�mula� sejak masyarakat petan� eropa memula� proses �ndustr�al�sas� yang secara bersamaan dengan kemunculan tokoh-tokoh skolast�k (scholast�c�sm) yang berupaya memuat n�la�-n�la� et�ka dan kead�lan dalam ekonom�, dan era �n� dalam sejarah ekonom� ser�ng d�sebut dengan era Skolast�k.

Tokoh utama pem�k�ran al�ran skolast�k �n� adalah St. Albertus Magnus (120�-1280), bel�au adalah seorang fh�losof rel�g�us dar� jerman yang

20 Del�arnov, Ibid, 1221 Del�arNov, Ibid ,12

Page 61: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

59Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

M. Nazori Majid, Rekonstruksi Sejarah...

mengedepankan pem�k�ran tentang harga yang ad�l dan pantas (just price) dengan menggunakan et�ka agama sebaga� filter�sas�nya. Sela�n Tokoh d� atas juga ada St.Thomas Aqu�nas (1225-1274), seorang fh�losof dan theolog dar� Ital�a. Thomas Aqu�nas dalam hal �n� terkesan leb�h luas, sela�n meng�kut� St. Albertus Magnus bel�au juga banyak mempelajar� ajaran Ar�stoteles serta mendalam� n�la�-n�la� dan et�ka ajaran Inj�l. Seh�ngga dalam beberapa tul�sannya bel�au terkesan sangat ant� terhadap bunga dan menganggap bunga �tu sebaga� r�ba dan dosa yang harus d�jauh�. Hal �n� terbukt� dalam Summa theologika yang d�jad�kan ma�nstreem sejarah ekonom� konvens�onal tersebut termuat bahwa membungakan uang yang d� p�njamkan adalah termasuk perbuatan yang t�dak ad�l, karena sama dengan menjual sesuatu yang t�dak ada.22

Setelah melalau� era skolast�k, sejarah ekonom� terus menapak� perkembangannya pada era Merkant�l�sme, hal �n� tandal� dengan d�praktekkannya s�stem perdagangan yang meng�tar� waktu 1500-1750 M. Sesua� dengan namanya Merkant�l�sme berasal dar� kata Merchan yang berart� pedagang. Menurut paham Merkant�l�sme, t�ap negara yang berke�ng�nan untuk maju harus melakukan perdagangan dengan negara la�n, dar� dar� surplus perdagangan tersebutlah negara akan memperoleh kekayaan. Seh�ngga t�dak mengherankan bag� kalangan penganut paham merkant�l�sme mengatakan bahwa sumber kekuasaan terkuat adalah surplus perdagangan.2�

Paham Merkant�l�sme �n� abad ke-1� bayak berkembang d� negara-negara eropa sepert� Portug�s, Spanyol, Inggr�s, Pranc�s dan Blanda. Mereka t�dak hanya melakukan perdangan antara sesama negara eropa, tetap� sampa� juga ke H�nd�a Belanda (�ndones�a waktu �tu).

Pada era Merkant�l�sme �n� t�dak hanya perdagangan dan perekonom�an yang mencuat kepermukaan, tap� perkembangan leteratur pun men�ngkat pesat sekal�, kemajuan dalam tulusan-tul�san ekonom� sangat maju, ba�k dalam jumlah maupun mutu. Bahkan Menurut Launderth dalam Del�arnov (1995), era �n� juga d�tanda� dengan maraknya kemunculan set�ap orang menjad� ahl� ekonom� bag� d�r�nya send�r� (Every man was his own economist). Set�ap orang mengeluarkan pendapat dan pandangan tersend�r� bahkan menul�s tentang persoalan-persolan ekonom� yang mereka hadap�. Mesk�pun tul�san dan �de yang berserakan �n� t�dak d�latarbelakang� dengan pend�d�kan Un�vers�tas, namun tul�san–tul�san

22 Del�ar Nov. Loc.cit, 142� Del�ar Nov.Of.cit.,1�

Page 62: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

�0 Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Volume 1, Nomor 1, Juni 2009

�n� pada g�l�rannya juga member� �nsp�ras� bag� The Wealth of Nation karya besar adam Sm�th tersebut.24

D�antara nama-nama tokoh Merkant�l�sme yang ser�ng mengemuka dalam pem�k�ran ekonom� konvens�aonal adalah Jean Boud�n (15�0-159�) Bel�au adalah �lmuan peranc�s yang pertamakal� berb�cara tentang uang dan harga secara s�temat�s. Bel�au berpendapat bahwa Praktek monopol� dan pola h�dup mewah kalangan bangsawan akan berpengaruh terhadap kena�kan harga, dan beg�tu juga dengan bertambahnya uang ak�bat dar� kontak perdagangan luar neger�, hal �n� dengan send�r�nya juga akan menyebabkan na�knya harga barang. Ter�np�ras� dar� teor� Boud�n �n�lah Irv�ng fr�sher mengembangkan ter� kuant�tas uangnya.

Sela�n Boud�n, juga ada Thomas Mun yang berkebangsaan Inggr�s dan ahl� perdagangan luar neger�, hal �n� tergambar dar� tul�sannya A Discourse of Trade, from englandunto The East-Indies (1�21) serta satu buku yang d�tul�s pada us�a tuanya dengan judul England’s Treasure by foreign Trade or, the Balance of Our forraign Trad is The Rule of Our Treasure (1��4). Kedua buku �n� menggambarkan tentang manfaat dan pent�ngnya perdagangan luar neger�.25

Tokoh ber�kutnya yang juga t�dak d�lupakan sejarah ekonom� adalah Jean Babt�ste Colbert (1�19-1�8�), mesk�pun bel�au bukanlah ahl� ekonom�, namun jabatannya sebaga� menter� utama d� b�dang ekonom� dan keuangan pada masa pemer�ntahan raja Lou�s XIV yang banyak melakukan kontak ekonom� dengan para pedagang dan saudagar telah mengantarkannya sebaga� salah seorang tokoh pem�k�r ekonom�.2�

Berbeda dengan tokoh sebelumnya, S�r W�ll�am Petty (1�2�-1�87) adalah seorang akadem�s� yang mengajar d� Oxford Ubn�vers�ty, dan banyak menul�s tentang ekonom� pol�t�k. Seh�ngga Fre�dr�ch Engels menyebutnya sebaga� The Founder of Modern political Economy.

Sela�n tokoh-tokoh d� atas Dav�d Hume (1711-177�) yang notabenenya leb�h d�kenal sebaga� seorang fh�losof, ternyata juga telah member� kontr�bus� yang sangar besar bag� perkembangan sejarah pem�k�ran ekonom�. Hal �n� terbukt� dar� buku Of the Balance of Trade, yang mengupas tentang harga-harga yang d�pengaruh� oleh unang dan barang.27

24 Del�arnov, Loc.cit. 1725 Del�arnov, Ibid.2� Del�arnov, Ibid.27 Mark Skousen, The Making of Modern Economics, ed Terj. Tr� W�boyo Bud� Santoso,

Sang Maestro teori-teori Ekonomi modern, Jakart: Pranada, 2005

Page 63: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

�1Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

M. Nazori Majid, Rekonstruksi Sejarah...

T�dak hanya terhent� sampa� d� s�tu, perjalanan sejarah pem�k�ran ekonom� ber�kutnya menempuh era fis�okras�, yang berpandangan bahwa sumber kekayaan yagn sebenarnya adalah sumber daya alam. Hal �n� sesua� dengan namanya Phys�c yang berart� alam dan Crata�n, atau cratos yang berart� kekuasaan, art�nya mereka percaya hokum alam (believe in the rule of nature), dan pemer�ntah t�dak perlu campur tangan dan �ntervens� dalam mengatur t�ndakan ekonom�, karena ekonom� akan tetap berjalan harmon�s sesua� dengan keselarasan alam. Dan �de �n�lah belakangan yang belakangan d�kembangkan oleh Adam Sm�t sebaga� fh�losofi ekonom� kap�tal�s yang d�kenal dengan La�ssez fa�re atau juga ser�ng d�sebut dengan Lasses Passer.

Tokoh utama kelompok �n� adalah Franc�s Quesnay (1�94-1774). Quesnay membag� masyarakat ke dalam empat golongan, ya�tu: kelas masyarakat produkt�f, kelas tuan tanah, k�elas yang t�dak produkt�f atau ster�l, dan kelas masyarakat buruh. Dalam pandangannya Quesnay leb�h mengedepankan tanah, pertan�an, peternakan dan pertambangan sebaga� sumber kemakmuran msyarakat.28

Meluruskan Sejarah ekonomi B�la d�telusur� catatan sejarah dan pem�k�ran dalam kaj�an ekonom�,

maka k�ta akan menemukan beberapa kealpaan yang terkesan sangat merug�kan kaj�an hazanah �ntelektual musl�m. Hal �tu d�karenakan sangat langkanya nama para tokoh musl�m yang d�munculkan ke permukaan, padahal kontr�bus� kaum musl�m�n terhadap kelangsungan dan perkembangan pem�k�ran ekonom� dan peradaba musl�m pada umumnya, t�dak b�sa d�lupakan beg�tu saja, d�antara para tokoh tersebut sepert� sepert� Abu Yusuf, Yahya b�n Adham, Muhammad b�n Hasan al-Sya�ban�, Abu Ubayd Qos�m b�n salam, Har�s Ibnu As’ad, Al- Muhad�b�, Juna�d al-Baghdad�, Ibnu Maskawa�h, al-har�r�, al-Maward�, Ibnu Hazm, N�zhamul Mulk, al-Ghazal�, dan tokoh la�nnya, yang kesemuanya h�dup dalam kurun waktu (11� H./ 7�1M. - 450H/1058 M), dan j�ka d�telusur� beberapa pandangan pem�k�ran mereka dalam b�dang ekonom� k�ranya t�dak kalah �st�mewanya dengan has�l pem�k�ran para tokoh la�n sepert� Adam Sm�th, Karl Mark, John Maynar Keynes, F�chte, Lasalle, atau beberapa tokoh la�n yang pernah mendapat had�ah nobel sepert� Paul A. Samuelson, M�lton Fr�edman, James Buchanan, atau Amartya K.Sen dan beberapa tokoh la�n

28 Mark Skousen, Ib�d, 4�

Page 64: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

�2 Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Volume 1, Nomor 1, Juni 2009

yang selama �n� nama mereka sangat mendom�nas� dalam kaj�an ekonom� dewasa �n�.

Namun sejarawan barat telah menul�s sejarah ekonom� dengan sebuah asums� bahwa per�ode yunan� dan Scolasat�k �slam t�dak member�kan kontr�bus� pent�ng dalam kaj�an ekonom�. Hal �n� berawal dar� tul�san ekonom dan sekal�gus sejarawan barat terkemuka Joseph Schumpheter yang mengaba�kan peran kaum musl�m�n selama leb�h dar� 500 tahun dar� start�ng po�nt (Yunan� Kuno) ke zaman Scolast�k dengan kemunculan St. Thomas Aqu�nas (1225-1274 M).

Pada hal j�ka d�amat� leb�h jauh bentuk kaj�an rentang sejarah tersebut, ba�k d� dun�a Islam maupun d� dun�a non-Islam pr�ns�pnya t�dak terlepas dar� sentuhan pem�k�ran tokoh klas�k, kendat�pun harus d�aku� pula bahwa semua bentuk p�k�ran, ba�k �tu filsafat, et�ka, moral, ekonom� maupun la�nnya pada g�l�rannya merupakan has�l s�ntes�s kreat�f antara ajaran Islam dan p�k�ran Yunan� Klas�k yang berkembang pada masanya.

Adanya persentuhan pem�k�ran d� atas d�aku� dengan jujur oleh Roman A.Ohrenste�n dan Barry Gordon (1992) yang mengatakan bahwa Keberadaan ekonom� modern saat �n� berakar pada perjalanan sejarah yang sangat panjag, mesk�pun keberadaannya d�aku� pada abad ke delapan belas, namun �de pem�k�rannya sudah d�temukan pada masa Yunan� kuno, Ilmuan Musl�m, sarjana-sarjana abad pertengahan, dan tokoh-tokoh merkant�l�s pada abad ke enambelas, juga t�dak terlupakan sumbangan leteratur C�na kuno dan Ind�a yang �kut menyumbangkan contoh-contoh anal�s�s ekonom�.29

Pembukt�an d�atas d�d�lanjutkan Gazanfar dengan memaparkan pendapat Butler, yang mengatakan bahwa t�dak satupun mahas�swa Sejarah Kebudayaan Eropa Barat yang dapat merekonstruks� n�la�-n�la� �ntelektual�tas abad-abad pertengahan akh�r tanpa adanya kesadaran tentang �slam sebaga� latar belakangnya.�0

J�ka para sejarawan barat sepert� Capelston dan Harr�s terkesan menap�kan samasekal� pem�k�ran S�nto Thomas Aqu�nas tentang ekonom� dengan mengatakan sebaga� suatu pem�k�ran yang patut d�ragukan t�ngkat or�s�n�l�tasnya, setelah adanya perentuhan antara Ar�stoteles dan Ibnu

29 Husa�n�, Ham�d, Understanding the Market Mechanism before Adam Smith: Economic though and Medieval Islam dalam Ghazanfar SM. 200�. Medival Islamic Economic Though: Filling the Gradgap in European Economic. London and New York, Routledge Curzon, h.88

�0 Husa�n�,Ham�d, Ib�d, ��

Page 65: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

��Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

M. Nazori Majid, Rekonstruksi Sejarah...

S�na, maka sebaga� tokoh yang sama, Rescher berusaha mendudukan persoalannya dengan pemaparan sejarah abad ke XII dan XIII tul�san filsafat-filsafat arab telah meber� st�smulus dan pengaruh s�gn�fikan terhadap s�ntes�s besar Ar�stotel�an�sme d�kalangan Kr�sten ya�tu St. Albertus magnus dan St. Thomas Aqu�nas.�1

Kenyataan d�atas sebenarnya sudah cukup member� bukt� bahwa ada sesuatu yang aneh dalam penul�san sejarah ekonom� yang d�tul�s oleh Joshep alo�s Schumpheter (188�-1950) dalam Ens�kloped� History of Economic Analysis yang d�publ�kas�kan �ster�nya pada tahun 1954. dalam pemetaan tersebut, Schumpheter memetakan sejarah ekonom� mula� dar� ekonom� Yunan� Kuno sampa� generas� modern, namun amat d�sayangkan setelah Plato dan Ar�stoteles sebaga� perwak�lan generas� pra Kalas�k, dalam catatan bel�au terjad� lompatan sejarah yang sangat jauh sekal� bahkan leb�h dar� 500 tahun dengan memasuk� langsung era skolast�k (120�- 1274) dan men�nggalkan kontr�bus� Islam dalam kaj�an ekonom�.

Pemetaan Schumpheter d� atas pada g�l�rannya mendapat dukungan dar� kelompoknya, landerth (197�) m�salnya yang mengatakan bahwa mesk�pun persoalan ekonom� sudah ada sejak zman purbakala, namun anal�s�s yang r�nc� tentang usaha mencapa� tujuan ekonom� tersebut baru nampak h�ngga abd ke 15, waktu masyarakat petan� eropa memula� proses �ndustr�al�sas�, cabang �lmu soc�al dan yang berhubungan dengan �lmu ekonom� baru muncul dengan lah�rnya pem�k�ran-pem�k�ran ekonom� kaum scolast�k, yang d�tanda� dengan kuatnya hubungan ekonom� dengan masalah et�s serta besarnya perhat�an pada masalah kead�lan.

Pada pernyataan sejarah d� atas jelas sekal� terl�hat adanya upaya kesengajaan untuk mengh�langkan kontr�bus� Islam dalam kaj�an ekonom�. Hal �n� d�karenakan jauh sebelumnya ya�tu pada (abad ke VII M) Islam telah menata keh�dupan ekonom� dengan norma-norma et�s yang termuat dalam al-Qur’an dan ajaran-ajaran nab� Muhammad, SAW. Namun sepert�nya Schumpheter sangat amb�s� mempertahankan trad�s� super�or�tas barat yang sudah d�mula� sejak W�ll�am J. Ashly (1888)�2 dan mengaba�kan sumbangan �ntelektual�tas musl�m pada abad keemasan Islam.

J�ka merujuk pada sejarah perkembangan �ntelektual �slam yang bermula sejak (750-950 M) dan berlanjut dengan masa penerjemahan

�1 Ar�ef Hutoro, Ekonomi Islam: Pengantar Analisis Kesejarahan dan Metodologi, Malang: BPFE UNBRAW, 2007, h. 29-�0

�2 W�ll�am J.Ashly dalam An Introductio to English Economic History and Theory (1888) terlalu mengagungkan super�or�tas barat dan meremehkan sumbagan �slam pada abad pertengahan, anal�s�s leb�h jauh tentang �n� dapat d�baca, Ar�f Hutoro,…Ib�d, h. 27

Page 66: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

�4 Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Volume 1, Nomor 1, Juni 2009

karya-karya Yunan� pada masa khal�fah al-Ma’mun (81�-8�� M) maka akan kel�hatan adanya kontak �slam dengan al�ran filsafat Hellen�sme yang pada g�l�rannya mempos�s�kan pr�or�tas utama keg�atan �ntelektual adalah filsafat dan �lmu pengetahuan �slam, namun bukanlah berart� bahwa pengetahuan �slam baru berkembang setelah adanya persentuhan deanmgan filsafat Yunan�, karena jauh sebelum adanya gelombang Hellen�sme, d�kalangan �slam juga telah muncul banyak pem�k�ran keagamaan yang bersumber dar� ajaran al-Qur’an dan had�ts. Hal �n� dapat d�bukt�kan dengan adanya sejarah terjad�nya perpecahan kelompok dalam �slam yang pada g�l�rannya memunculkan term�nolog� �lmu kalam dalam �slam. Dan d�antara kelompok tersebut adalah Mu’taz�lah yang berupaya memaham� al-Qur’an dengan akal ras�onal, bahkan dalam pandangan al�ran �n� antara akal dan wahyu mempunya� kedudukan yang sama dalam memaham� agama.

Mesk�pun para tokoh �slam pada masa-masa awal t�dak berb�cara secara s�stemat�s tentang kaj�an ekonom�, namun dar� beberapa tul�san tenang ajaran ulama-ulama tersebut sepert� Imam Mal�k�, �mam Hanafi, safi’I, Hambal�, akan terl�hat adanya muatan-muatan ekonom�, terleb�h lag� j�ka d�ka�tkan dengan et�ka dan aturan manus�a memenuh� kenbutuhan h�dupnya sehar�-har�. Hal �n� t�dak dapat d�pungk�r� karena trad�s� �slam abad pertengahan adalah merupakan bangunan �ntelektual�sme yang memadukan pem�k�ran ras�onal dan doktr�n keagamaan atas dasar pr�ns�p pengetahuan, ke�manan, dan kemaslahatan.

Mesk�pun dem�k�an bukanlah berart� bahwa t�dak d�temukannya tul�san-tul�san yang focus terhadap persoalan ekonom�, karena dalam khazanah �ntelektual �slam juga d�temukan sepert� Abu yusuf, Abu ubayd dan al-maqr�z�.

J�ka dalam trad�s� barat Schumpheter terlalu mengagungkan Summa Thelogica St. Thomas Aqu�nas, �tupun bukanlah buku khusus yang berb�cara tentag ekonom�, karena buku tersebut adalah buku teolog� Kr�sten yang memuat tentang rekeons�l�as� filsafat Ar�stotel�an. D� dun�a Islam karya sepert� �n� juga banyak d�temukan, sebaga� contoh adalah Ihya’Ulumudd�n sebaga� magnum opusnya al-Ghazal�, yang memuat tentang banyak aspek keh�dupan, mula� dar� pr�ns�p tauh�d, et�ka, akhlak fiqh dan ekonom�. Yang menjad� persoalan adalah kenapa justru pem�k�ran sepert� �n� oleh Schumpheter t�dak d�anggap sebaga� sumbangan pem�k�ran Islam..? untuk mel�hat leb�h jauh kelemahan tes�s Schumpeter tersebut pada bag�an

Page 67: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

�5Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

M. Nazori Majid, Rekonstruksi Sejarah...

ber�kut akan d�ura�kan sejarah kontak pem�k�ran ekonom� dalam Islam dan dun�a Eropa.

Kontak Pemikiran Islam dan EropaKet�ka kaj�an sa�n dan filsafat mula� d�l�r�k d� dun�a Eropa (abad ke

XI dan XII M). Justeru d� dun�a �slam d�s�pl�n �lmu �n� tengah berada d� puncak kejayaannya, seh�ngga terjad�lah proses transm�s� �lmu pengetahuan antara dun�a Islam dan Barat. Ghazanfar Sepert� yang d�kut�p Ar�p Hutoro (2007), mengangkat l�ma bukt� h�stor�s dar� bentuk transm�s� pengetahuan tersebut.

Pertama, selama abad XI dan XII awal, para sarjana eropa, sepert� Constant�n dan Bath melakukan perjalanan panjang ke neger�-neger� Arab, belajar bahasa dan kebudayaan Arab, serta selanjutnya membawa pulang ke Eropa pengetahuan yang baru saja mereka peroleh.

Kedua, pada per�ode abad XI dan XII tersebut t�dak sed�k�t pula mahas�swa-mahas�swa ba�k dar� Ital�a, Spanyol, dan Pranc�s selatan mendatang� pengaj�an-pengaj�an musl�m untuk belajar matemat�ka, filsafat, kedokteran, kosmografi, dan subyek-subyek pengetahuan la�nnya. Dan �lmu �n� mereka kembangkan pada Un�vers�tas –un�vers�tas yang baru saja d�d�r�kan d� kota-kota pent�ng Eropa, sepert� Naples, Padua,Salerno, Toulouse, Salamanca, Oxford, montpell�er, dan Par�s. Selanjutanya pada tahun 1�11 Counc�l of V�enna mend�r�kan beberapa pusat stud� bahasa-bahasa Or�ental atas perm�ntaan Raymond Lull (12�2-1�15 M) dan pada g�l�rannya banyak menul�s buku dengan bahasa Arab, mek�pun tujuan utamanya adalah menyebarkan m�s� Kr�sten d�kalangan orang-orang Saracen dan yahud�.

Ketiga, Selama Abad ke XIII h�ngga ke XIV M. Muncul adanya keg�atan-keg�atan penerjemahan yang sangat mas�p atas karya Arab ke dalam bahasa Lat�n, dan �n� t�dak hanya d�tul�s dalam bahasa Arab, tap� d�terjemahkan leb�h dahulu dar� bahasa arab ke bahasa Ibran�. Gerakan penerjemahan sepert� �n� memperoleh tempat yang kondus�f d� Spanyol, Ital�a, Pranc�s dan kota-kota utama la�nnya d� Eropa. D�antara mereka yang pal�ng berjasa dalam keg�atan penerjemahan karya-karya sarjana musl�m �tu adalah Adelard of Bart, Constant�ne the Apr�can, M�chael Scot, Herman the German,Gom�n�c Gund�s�lav�, John of Sev�lle, Plato of Tr�voll�, W�ll�am of Luna, Gerard of Cremona, Alfred of Sareshel, dan tokoh-tokoh la�nnya. Mereka �n� tentu saja srjana-sarjana yang b�asa

Page 68: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

�� Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Volume 1, Nomor 1, Juni 2009

membaca dan menul�s arab sefas�h bahasa mereka send�r�, dan termasuk juga d�dalamnya adalah Roger bacon (1214-1294). Bacon ser�ng kal� merujuk kepada �bnu Rusyd, Ibnu S�na, dan al-Ghazal�, seh�ngga t�daklah berleb�han ket�ka Jerem�ah Hackett mengatakan bahwa Fasl al-Maqol-nya Ibnu Rusyd menjad� model bag� opus Ma�us Roger Bacon, yang d�susun sek�tar tahun12��, dan d�k�r�m kepada paus Clementus VI serta d�edarkan secara rahas�a, kemud�an baru d�terb�tkan setelah setelah penundaan yang sangat lama. Oleh karena �tu t�daklah aneh kalau Gordon Leff menyatakan bahwa secara �ntelaktual, perbedaan yang tegas antara abad ke- XII dan ke- XIII M. adalah perbedaan antara �solas� dar� dun�a �slam dan menjal�n hubungan denagannya. Dengan kata la�n, j�ka t�dak bersentuhan dengan dun�a Islam maka besar kemungk�nan Eropa barat tetap ter�solas� dalam kegelapan �ntelektual�tasnya.

Keempat, trans�m�s� l�san. Sela�n melalu� trad�s� tul�s, ternyata trans�m�s� l�san juga telah lama d�lakukan dan merupakan hubungan yang permanen antara Musl�m dan Kr�sten, karena kontak-kontak sepert� �tu bukan merupakan kendala utama, meng�ngat b�l�ngual�sme telah menjad� komun�kas� yang umum d� spanyol. Selama leb�h dar� delapan abad, komun�kas� yang �nt�m tersebut terus berlangsung, seh�ngga wajar untuk menegaskan �nteraks� dan kont�nu�tas cultural d�antara dua suku bangsa tersebut.

Kelima, Transm�s� perdagangan. Transm�s� �n� terjad� melalu� jal�nan perdagangan dar� dun�a Arab melalu� Rus�a ke poland�a, daerah-daerah d� sek�tar laut Balt�k ke skand�nav�a, ke Eropa utara, dan bahkan ke Island�a. Kontak perdangangan �n� d��kut� juga oleh d�fus� proses dan �nst�tus�-�nst�tus� Ekonom� Islam, peredaran bebas mata uang Arab d� eropa pertengahan, serta berbaga� tekhn�k dan metode-metode perdagagngan yang leb�h maju. Leb�h jauh sebaga�mana yang d�temukan dalam Udov�tch (1970; dalam Gazanfar,200�;17) d�masa �tu telah lama berkembang �nst�tus� Commenda, yakn� semacam kontrak-kontrak kerjasama yang bersal dar� dun�a Arab dan menyebar luas ke Eropa lat�n melalu� tul�san-tul�san para sarjana dan ahl� hukum Arab. Dem�k�an pula denagan �nstrumen dan �nst�tus� yang member�kan fas�l�tas bag� perkembagan perdagangan d� Eropa sepert� reken�ng pertukaran (suftajah), surat kred�t (hawala), pusat-pusat perdaganan (Funduk) surat embr�o bank swasta (ma’una). Semua bukt� �n� jelas semak�n menguatkan adanya transm�s� pengetahuan ekonom� dar� dun�a �slam ke Eropa barat selama the Blank Centuries tersebut dan menjad� bukt� betapa dekatnya kerjasama antara kaum musl�m�n dan kr�sten d� masa �tu.

Page 69: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

�7Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

M. Nazori Majid, Rekonstruksi Sejarah...

Dan yang kelima adalah melalu� d�fus� kultural sebelum dan sesudah perang sal�b. Mesk�pun umat �slam memenangkan perang sal�b antara �slasm dan Kr�sten, namun eropa leb�h banyak memperoleh manfaatnya ket�mbang umat �slam, d�karenakan perang dahsat �tu berlangsung d� w�layah-w�layah kaum musl�m�n dengan segala macam kerusakan hebat yang d�t�nggalkannya. Sebab �tulah Henr� P�enne, sejarawan ekonom� peranc�s menyatkan bahwa dengan terjad�nya perang sal�b barat pun mengalam� transformas� dar� per�ode stat�k mereka ke era baru, yakn� r�set dan re-�nterpretas� yang jelas-jelas merupakan has�l utama hubungan barat dengan peradaban Arab �slam.

Transm�s� pengetahuan ekonom� melalu� perang sal�b terjad� d� masa-masa dama�, masa �n� sebenarnya leb�h panjang dar�pada masa pertempuran. Dan selama masa �tu, kaum musl�m�n dan kr�sten sal�ng bekerjasama d�b�dang sos�al, ekonom�, dan akadem�k yang dengan send�r�nya member�kan saluran komun�kas� yang �ntens�f antara barat dan t�mur. Orang-orang sal�b �tupun kemud�an memperoleh manfaat yang besar, t�dak hanya produk-produk komers�al dar� t�mur, tap� juga pem�k�ran-pem�k�ran ekonom� dan �lm�ah dar� para sarjana musl�m. menyadar� pent�ngnya saluran pengetahuan �n�, Pr�bram dalm Hutoro (2007) menyatakan bahwa: proses kons�l�das� pandangan-pandangan ekonom� yang berlangsung selama abad ke XIII M. Adalah sebag�an besar muncul karena orang-orang sal�b (Crusaders) membawa pengetahuan mengena� metode-metode baru yang mem�l�k� keterka�tan dengan pengorgn�sas�an �ndustr� dan perdagangan ke kota-kota utama d� Ital�a dan neger�-neger� la�nnya.��

Pemikiran Ekonomi Islam Pembukt�an terahadap hal tersebut dapat d�l�hat dar� praktek-prakatek

ekonom� pada masa Rasulullah Saw.dan Khulafau al-Ras�d�n yang pada g�l�rannya menjad�kan p�jakan dan bag� cend�k�awan musl�m ber�kutnya dalam melah�rkan teor�-teor� ekonom� �slam. Suatu hal yang jelas bag� S�d�q�e adalah fokus perhat�an mereka saat �tu adalah pemenuhan kebutuhan, efes�ens�, et�ka, kead�lan, keada�lan dan kebebasan yang merupakan sasaran utama kaj�an pem�k�ran ekonom� �slam pada generas� awal�4. Berkenaan dengan hal tersebut, S�dd�q�e sepert� yang d�kut�p oleh

�� L�hat, Ar�f Hutoro, op.c�t.h.�5-�8�4 M. Nejatullah S�dd�q�e, Recent Works on History of Economic Thought in Islam:a

Survey, dalam Abu Hasan M. Sadeq dan A�d�t ghazal� (ed.) Readings in Islamic Thought (selangor Darul Ehsan:Longman Malays�a,1992,h.��

Page 70: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

�8 Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Volume 1, Nomor 1, Juni 2009

Ad�warman Kar�m memetakan sejarah perkembangan pem�k�ran ekonom� Islam dalam t�ga fase, ya�tu fase dasar –dasar ekonom� Islam, fase kemajuan dan fase stagnas�.�5 Berbeda dengan S�dd�q�e, Ar�f Hutoro klas�fikas�kan fase perkembangan pem�k�ran ekonom� �n� kepada empat bag�an, ya�tu:

Fase Pertama, adalah per�ode Start�ng po�n, ya�tu masa keh�dupan nab� Muhammad (5�9-��2)atau d�sebut juga masa kewahyuan.Fase Kedua, adalah per�ode awal formas�, ya�tu per�ode pengembangan pem�k�ran ekonom� pasca wahyu h�ngga masa awal-awal kekhal�fahan setelah para Khulafa al-Rasy�d�n (��2-718 M). Fase Ket�ga, adalah per�ode Penerjemahan pem�k�ran-pem�k�ran d�luar Islam ke dalam bahasa arab yang selanjutnya d� elaboras� oleh sarjana musl�m sebaga� karya �ntelektual yang bercorak �slam (abad VIII-XI M) Mesk�pun dem�k�an, pada fase �n� juga banyak pem�k�r-pem�k�r musl�m yang mend�skus�kan masalah ekonom� tanpa mengacu kepada war�san �ntelektual�sme Yunan�. D�antaranya al-Ghazal� dengan Ihya Ulumudd�n. Fase Keempat, adalah per�ode penerjemahan ulang dan transm�s� oleh sarjana-sarjana eropa Barat, ya�tu ket�ka peradaban barat menjal�n kontakyang �ntens�f dengan peradaban Islam selama abad ke XII h�nga abad ke-XV M. Fase �n� dalam catatan Hutoro muncul setelah barat menyadar� ketert�nggalannya dar� peradaban Islam, seh�ngga memacu mereka untuk mempelajar� karya-karya �lm�ah Islam.��

Fase pertama / starting point (569-632 M) Fase pertama merupakan fase abad awal sampa� dengan fase abad

kel�ma H�jr�ah atau Abad ke sebelas Maseh� yang d�kenal dengan fase dasar Ekonom� Islam. Pada per�ode �n� ekonom� Islam d�mapankan oleh Nab� send�r� terutama setelah peradaban mad�nah berhas�l d�bangun oleh Nab�.

T�mur tengah yang menjad� w�layah kelah�ran nab�, pada kurun sejarah yang berbeda-beda selalu tercatat sebaga� salahsatu pusat perdagangan dun�a, dan �n� berlangsung sejak awal kelah�ran Muhammad abad (ke-VI M) dan terus berlanjut sampa� masa-masa �slam d�perkenalkan sebaga� suatu ajaran agama pada abad (ke-VII M). Pada masa �n� Rasulullah memang t�dak berb�cara ekonom� secara r�nc�, tap� dar� beberapa ajaran yang d�muat dalam k�tab suc� al-Qur’an dan had�ts maupun sunnah rasul telah member�kan suatu ajaran et�ka yang menata keh�dupan manus�a

�5 Baca, Ad�warman A.Kar�m, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Ed.Ket�ga, Jakarta :PT Raja Grap�ndo:200�,h.10

�� Ar�f Hutoro, Op.c�t. 57-58

Page 71: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

�9Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

M. Nazori Majid, Rekonstruksi Sejarah...

dalam segala bentuk per�laku termasuk d�dalamnya yang berkenaan dengan per�laku ekonom�. Dan �n� merupakan suatu landasan yang dapat d�jad�kan sebga� po�n of fiew dalam meny�kap� segala bentuk per�laku perekonom�an yang ada. Hal �n� terbukt� dar� beberapa ungkapan al-Qur’an yang t�dak sed�k�t mangajak manus�a untuk leb�h hat�-hat� dalam segala bentuk keg�atan ekonom�nya, ba�k �tu dalam bn�sn�s, transaks� jual bel�, kred�t, untung rug� maupun �syarat la�n yang memuat kaj�an dalam aspek ekonom�.�7

Walaupun pada masa �n� praktek perekonom�an dan muatan pr�ns�p fundamentalnya semata-mata mengacu kepada al-Qur’an dan per�laku nab� (sunnah), namun �nterpretas� dar� semua t�ndakan pada masa �n� dapat d�kembangkan oleh generas� ber�kutnya tanpa mengaba�kan aspek pol�t�k, sos�al dan budaya. Pada masa �n� hukum �slam (syar�’ah) tetap eks�s untuk berevolus� dan berkembang dalam menghadap� segala bentuk problemat�ka dan tuntutan masyarakat. Gambaran yang leb�h jauh dan mendalam lag� dapat d�l�hat dalam kaj�an sejarah yang telah mencatat bahw Muhammad adalah seorang pedagang, yang tentunya t�dak sed�k�t dar� s�kap, t�ndakan dan per�lakunya yang mencerm�nkan bel�au sebaga� seorang prakt�s� ekonom�.�8

Dalam perjalan h�dupnya, Muhammad telah member� teladan terba�k untuk menjad� pedangang yang berhas�l. Bel�au selalu bers�kap jujur dalam segala akt�v�tass perdagangan, seh�gga �ntegr�tas dan kejujuran yang bel�au m�l�k� telah mengantarkannya sampa� kepada puncak kesuksesan dalam mengelola perekonom�an yang bermula dar� ekonom� rumahtangganya sampa� kepada s�stem perekonom�an negara.

J�ka mel�hat kaj�an dan per�laku ekonom� yang selalu d�ka�tkan dengan untung dan rug�, maka dapatlah d�katakan bahwa perdagangan merupakan bag�an dar� �nduk keuntungan, kedudukannya menjad� leb�h t�ngg� j�ka d�band�ngkan dengan �ndustr� pertan�an dan jasa, seh�nggga hamp�r semua bangsa d� dun�a muncul dar� latar belakang perdagangan dan pern�agaan.

�7 Isyarat-�syarat al-Qur’an tentang ekonom� dapat d�l�hat m�salnya pada QS. �2:20, QS.2:1�8, QS.�5:9, QS. �:141, QS. 17:27, QS.7:�1, QS.5:87, QS.2:17�, QS.1�:-12, QS.�2:27, QS.�9:�0-�2, QS.�5:29, QS.59:7, QS.�:141, QS.2,2�1, QS.2:272, QS.2:274, QS.4:��-�7, QS.11:15, QS.2:29, QS.41:10, QS.1�:71 dan banyak lag� ayat-ayat al-Qur’an yang meber� �syarat ekonom�.

�8 Baca, Afzalurrahman, Muhammad as atreder, dalam Muhammad:Ensycloped�a of seerah,ed.Terj.Dew� Nurjul�ant�,dkk.Muhammad sebaga� seorang pedagang, Vol.II buku ke-�, (Jakarta:Yayasan Swarna Bumu,1995)

Page 72: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

70 Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Volume 1, Nomor 1, Juni 2009

D�awal� dengan kar�r sebaga� seorang pedagang, Muhammad juga telah berhas�l mend�r�kan kerajaan dan negara, maka t�dak terlalu berleb�han kalau d�katakan perdagangan merupakan tulang punggung untuk memperoleh kekayaan. Leb�h jauh, ekonom� dan perdagangan yang d�ajarkan Muhammad pada masa �tu juga �mpl�mentas� dar� ajaran al-Qur’an (QS. 178:11) yang mengajarkan: ”Dan kami jadikan siang untuk mencari kehidupan” serta (QS. �2:20) yang art�nya: ”Tidak ada dosa bagi kamu untuk mendapatkan kekayaan dari Tuhanmu.....Bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah rahmat Allah”. Namun semua �tu d�jalankan Muhammad pada gar�s-gar�s yang d�tentukan Allah dengan memaham� (QS. 2:275) yang art�nya: ”Allah Menghalalkan Jual-beli dan mengharamkan riba” Petunujuk-petunjuk �n�lah yang d�pedoman� Muhammad dalam menjalakan akt�v�tas perdaganan dalam memenuh� kebutuhan h�dup sehar�-har�.

Prestas� yang d�capa� Muhammad sebaga� seorang pedagang �n�, merupakan prestas� yang sangat luar b�asa dengan menata perdaganan dengan norma dan et�ka. Sela�n �tu, prestas� tersebut juga merupakan baga�an dar� serangka�an penegakan s�stem ketuhanan d�dun�a yang d�ka�tkan dengan N�zamul al-Rubub�yyat dalam kaj�an fiq�h.

Kendat�pun dem�k�an, t�dak beg�tu b�jak k�ranya j�ka memperb�ncangkan presatas� yang d�capa� Muhammad dengan mel�hatnya sebaga� has�l perjuangan pr�bad� semata tanpa mel�hat dukungan-dukungan orang-orang d�sek�tarnya. Namun padangan dogmat�s dan agam�s telah membawa pada kes�mpulan bahwa �man dan wahyulah yang memb�mb�ngnya untuk tetap bert�ndak dalam kor�dor kebenaran,et�s dan manus�aw�.

Kalau saja agama Islam t�dak d�turunkan ke dun�a sebaga� penyempurna dar� semua ajaran agama, maka belum tentu kronolog�s perjalanan h�stor�snya akan dem�k�an. Karena Islam dan wahyu lah yang telah membentuk pr�bad� Muhammad, dan al-qur’an lah yang telah menyampa�kan �deolog� terba�k untuk d�yak�n� dan d�terapkan, seh�ngga Muhammad menjad� sosok yang �deal untuk d�teladan� dalam berbaga� aspek.

Islam dan wahyu telah melah�rkan Muhamad d�tengah puak-puak pol�t�k dan kesukuan yang bertentangan, karena mas�ng-mas�ng menganut kepercayaan yang berbeda dan sama sekal� t�dak mem�l�k� pengetahuan d� b�dang pol�t�k, ekonom�, sos�al maupun keagamaan. D� tengah kond�s� sepert� �n�lah Muhammad tamp�l seabga� seorang Nab�, pem�mp�n dan negarawan. Presatas� sebaga� pem�mp�n dapat d�bukt�kan dengan berhas�lnya Muhammad mend�r�kan mad�natu al-Nab�, bel�au telah

Page 73: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

71Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

M. Nazori Majid, Rekonstruksi Sejarah...

meng�r�mkan beberapa gubernur ke berbaga� neger� untuk mereal�sas�kan ajaran-ajaran Islam terutama yang erat ka�tannya denga n ekonom� dan keuangan negara. Hal �n� d�l�hat dar� ketetapan nab� yang yang mewaj�bkan bag� set�ap kaum musl�m�n untuk membayar zakat ke Mad�nah. Zakat pada masa �tu merupakan pajak yang d�kumpulkan oleh para petugas yang d�tunjuk oleh pem�mp�n negara. Pajak �n� kemud�an d�k�r�m ke Mad�nah dan d�nbag�kan oleh rasulullah kepada para pem�mp�n untuk d�belanjakan sesua� dengan ajaran al-Qur’an.

Dalam penataan ekonom�, Muhammad selalu menekan kan azaz kejujuran dalam set�ap transaks�, t�dak boleh ada kebohongan dan pen�puan, ba�k dalam transaks� jual bel� maupun dalam tansaks� la�nnya. Dalam persoalan dagang, Muhammad juga selalu mengh�ndar� sumpah yang berleb�han, bel�au selalu berusaha mencar� kesepakatan anra pedangan dan pembel�, bel�au sangat menekankan ketegasan dalam t�mbangan, melarang monopol� dan dal�n seabga�nya.

Praktek perekonom�an yang d�ajarkan Muhammad �n� sungguh merupakan tatanan n�la� yang dapat d�teladan� bag� seluruh s�tem ekonom� yang ada, mesk�pun bel�au belum sempat member� gambaran terhadap kond�s� perekonom�an negara secara keseluruhan, namun muatan-muatan dar� ajaran sos�al, pol�t�k dan ekonom� tealah termuat dalam dokumen nab� antara kaum Muhaj�r�n, Ansor dan Yahud� tentang Undang-undang dan aturan kenegaraan yang belakangan �n� ser�ng d�sebut dengan P�agam mad�nah.�9 Mesk�pun dalam perjanj�an tersebut t�dak termuat secara utuh, namun set�daknya �de dan pengembangan yang leb�h jauh ke arah keh�dupan dan perekonom�an yang ad�l dan berperadaban telah d�praktekkan nab�, hal �n� dapat d�bukt�kan dar� t�ndalkan nab� yang telah member�kan sebag�an dar� harta ban� Nadh�r kepada para fak�r m�sk�n dar� kalangan Muhaj�r�n.

Gagasan fondamenal ekonom� yang d�bangun nab� d� kota mad�nah adalah ka�atan antara tawh�d dan problemat�ka kead�lan ekonom�.Hal �n� dapat d�l�hat dar� kader�sas� dar� peradaban mad�nah yang telah melah�rkan tokoh-tokoh sepert� Abdul Rahman b�n Auf, Usman b�n Affan seorang saudagara kaya raya dan banyak mendermakan hartanya d� jalan aallah. Sela�n �tu juga d�temukan sahabat sepert� Abuzar al-Gh�far� yang belakangan d�kenal sebaga� per�nt�s gerakan sos�al�s dalam Islam.

�9 Akram D�audd�n Umar�, Madinan Society at The time of The Prophet:Its Characteristic an Organization, Ed. Terj. Mun’Im a.S�rry; Masyarakata Madani: Tinjauan Historis kehidupan zaman nabi, Cet.1 (Jakarta:Gema Insan� Press,1999) hal.118-122

Page 74: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

72 Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Volume 1, Nomor 1, Juni 2009

Pada paroan pertama Muhammad juga telah berhas�l memberantas keb�asaan yahud� yang mencampurkan r�ba dan perdagangan. Hal �n� dapat d�bukt�kan dengan firman Allah dalam QS. Al-Baqorah 275. yang art�nya:

”Keadaan mereka yang dem�k�an �tu d�sebabkan mereka berkata (berpendapat) sesungguhnya jual bel� �tu sama dengan r�ba, padahal allah telah menghalalkan jual bel� dan mengharamkan r�ba”

Gerakan pemberantasan semangat ego�st�k yahud� �n� semak�n har� semak�n d�pertajam dengan j�had memberantas kap�tal�sme, walaupun pada waktu �tu faham kap�tal�sme belum mempunya� bentuk yang tegas dan t�dak terorgan�sas� sebaga�mana 12 abad kemud�an d� tanah eropa, namun jauh sebelum �tu nab� Muhammad telah telah member� �syarat tentang bahanyanya kap�tal�sme tersebut, hal �n� dapat d�l�hat dar� QS. Al-Humazah yang menyebut �st�lah ”Jama’a maalan” yang d�namakan konsentras� kap�tal atau pemusatan modal, dan ”Wa’ddadah” yang art�nya adalah perh�tungan ras�onal dengan sed�k�t tenaga dan sed�k�t ongkos untuk mendapat has�l yang sebesar-besarnya, kemud�an d�kut� ”Yahsabu anna maalahu ahladah” yang maksudnya adalah Usaha yang d�kuasa� send�r� untuk selama-lamanya, dengan menutup kesempatan kepada orang la�n, dan �n� d�sebut dengan monopol�.

Pada la�n ayat al-Qur’an juga menggar�skan dalam QS.al-Takatsur , ”Al-Hakum al-Takatsur, Hatta zurtum al-Maqobir” yang art�nya d�maksudkan bahwa menumpuk-numpukkan harta �tu sangat melala�kan kewaj�ban kemanus�aan dan ketuhanan h�ngga menghadap� kemat�an. Senada dengan hal tersebut Muhammad juga mengecam kap�tal dengan sabdanya: ”Sangat celaka orang-orang yang diperhamba oleh harta (kapital) baik berupa uang mas (dinar) uang perak (dirham) atau lainnya”.

Kesuksesan nab� �n�lah yang menjad� acuan bag� perkembangan ber�kutnya dengan sahabat sebag� perpanjangan tangannya. Untuk menelussur� hal tersebut pada bag�an �n� akan d�jelasakan fase-fase setelah masa Muhammad.

Fase Kedua 113 H /731M s.d 450 H/1058 M Fase �n� d�r�nt�s oleh para fuqoha, d��kut� oleh sufi dan kemud�an

oleh para filosuf. Pada awalnya pem�k�an mereka berasal dar� orang yang berbeda, tetap� d� kemud�an har�, para ahl� harus mempunya� dasar pengetahuan dar� ket�ga d�s�pl�n tersebut. Fokus fiqh adalah apa yang

Page 75: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

7�Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

M. Nazori Majid, Rekonstruksi Sejarah...

d�turunkan oleh syar�ah, dan dalam konteks �n� para fuqoha mend�skus�kan fenomena ekonom�. Tujuan mereka t�dak terbatas pada penggambaran dan penjelasan fenomena �n�. Namun dem�k�an dengan mengacu pada al-Qur’an dan Had�ts mereka mengekploras� konsep Maslahah (utility) dan konsep mafsadah (dis-utility) yang terka�t dengan akt�v�tas ekonom�. Pem�k�ran yang t�mbul terfokus pada apa manfaat sesuatu yang d�anjurkan dan apa kerug�an b�la melaksanakan sesuatu yang d�larang agama. Pemaparan ekonom� fuqoha tersebut mayor�tas bers�fat normat�f dengan wawasan pos�t�f ket�ka berb�cara tentang per�laku yang ad�l, keb�jakan yang ba�k, dan batasan-batasan yang d�peroleh dalam ka�tannya dengan permasalahan dun�a.

Sedangkan kontr�bus� utama tasauf terhadap pem�k�ran ekonom� adalah pada keajegannya dalam mendorong kem�traan yang sal�ng menguntungkan, t�dak rakus dalam memenfaatkan kesempatan yang d�ber�kan oleh Allah, dan secara tetap menolak penempatan tuntutan kekeayaan dun�a yang terlalu t�ngg�. Sementara �tu ph�losof musl�m tetap berasaskan syar�’ah dalam keseluruhan pem�k�rannya, meng�kut� para pendahulunya dar� Yunan�, terutama Ar�stoteles (��7-�22 SM) yang fokus pembahasannya tertuju pada sa’adah (kebahag�aan) dalam art� luas. Pendekatannya global dan ras�onal serta metodolog�nya syarat dengan anal�s�s ekonom� pos�t�f dan cenderung makro ekonom�. Hal �n� berbeda dengan para fuqoha yagn terfokus perhat�annya pada masalah-masalah m�kro ekonom�40.

Pada fase �n� d� ranah eropa t�dak d�temukan para tokoh yang concern terhadap ekonom�, bahkan sebal�knya d�kalangan tokoh musl�m muncul para pem�k�r ekonom� Islam sepert� Za�d b�n Al� (w.80 H/7�8 M) Abu Han�fah (w.150 H/7�7 M) Abu Yusuf (w.182 H/798 M) Al-Sya�ban� (w.189 H/804 M) Abu Ubayd Qos�m b�n Salam (w.224 H/8�8 M) Har�ts b�n As’ad al-Muhas�b� (w.24� H/ 858 M), Juna�d al-Bagdad� (297 H/ 910 M) Ibnu Maskawa�h (w. 421 H/ 10�0 M) dan al-Maward� (450 H/ 1058 M).

Pem�k�ran yang dom�nan berkembang pada masa �tu adalah masalah keb�jakan p�scal dan keuangan negara atau persoalan makro ekonom�.hal �n� dapat d�bukt�kan denagan k�tab al-Kharaj yang d�tul�s oleh Abu Yusuf yang menjelaskan tentang pajak tanah, sela�n �tu juga ada k�tab al-Amwal yang d�tul�s oleh Abu Ubayd Qos�m b�n Salam yang memb�carakan pengelolaan APBN atau Keuangan Negara dalam Islam, kemud�an juga

40 Ad� Warman kar�m, Bulletin MA’AD ed. 1 Jun� 2001, SEF UGM

Page 76: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

74 Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Volume 1, Nomor 1, Juni 2009

d�temukan k�tab al-Ahkam al-Sulthon�yyah yang banyak berb�cara tentang pemer�ntahan dan Adm�n�stras�. Sela�n �tu juga d�kembangkan teor� pasar dalam Islam yang mencakup banyak hal, m�salnya persoalan yang t�dak d�perbolehkan dalam Islam, sepert� mekan�sme pasar dengan berbaga� permasalahannya.

Pase ketiga 450 H/ 1058 M. s.d 850 H/1446 M Pase ket�ga �n� mesk�pun perkembangan pem�k�ran ekonom� Islam

d�hadapkan dengan real�tas pol�t�k yang d�tanda� dengan d�s �ntegras� dar� penguasa sentral Abbas�d dan pembag�an kerajaan Islam menjad� kekuatan reg�onal, namun gel�at �ntelektual t�dak terhent� dan terus berlanjut, hal �n� d�tanda� dengan adanya perluasan kerajaan Islam d� w�layah barat mula� dar� Maroko dan Spanyol sampa� Ind�a d� w�layah t�mur. Dan d�set�ap w�layah pada perluasan �n� juga d�temu� pusat-pusat keg�atan �ntelektual.

Pada pase ket�ga �n� t�dak sed�k�t d�temukan para pem�k�r ekonom� Islam, d� antaranya adalah Abu Ham�d al-Ghazal�, Taq�yudd�n Ibnu Taym�yyah (Damaskus), Ibnu Khaldun (Magr�b�), Ibnu Qoyy�m (mur�d Ibnu Taym�yyah), Para tokoh tersebut set�daknya telah banyak menul�s tentag keb�jakan moneter dan uang. Hal �n� dapat d�bukt�kan dengan tul�san al-Ghazal� yang mengupas tentag r�ba Fadl dan ka�tannya dengan penggunaan dan pen�mbunan uang. Sementara Ibnu Taym�yah leb�h banyak mengupas tentang manajemen uang, peraturan tentang t�mbangan dan ukuran, pengawasan harga dan pada beberapa kesempatan juga memuat tentang pert�mbangan pajak. Namun suatu pem�k�ran yang luar b�asa ket�ka Ibnu taym�yah mengedepankan teor� perm�ntaan (dimand) dan penawaran (supply) yang berma�n pada penentuan harga, karena hal �n� termasuk dalam teor� pasar.41

Dalam pandangannya teor� pasar dalam Islam pada �nt�nya adalah mencar� sebab mengapa terjad� kena�kan harga. Kalau d�sebabkan adanya pergeseran kurva penawaran, maka output nya adalah Market intervention. D� masa Umar b�n Khattab pernah terjad� kena�kan harga gandum karena pecekl�k d� daerah h�jaz, maka d� infor-lah gandum dar� Fuztadz, (mes�r). Keb�jakan yang mereka lakukan adalah menambah jumlah penawaran gandum, seh�ngga harga kembal� pada t�t�k kese�mbangan awal. Akan tetap� j�ka penyebab pergeseran tersebut bukan d�sebakan pergeseran kurva penawaran, maka �slam t�dak memberlakukan cara sepert� d� atas. Ket�ka

41 Ib�d,

Page 77: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

75Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

M. Nazori Majid, Rekonstruksi Sejarah...

d�ketahu� terjada�nya kena�kan harga adalah d�stors� pasar atau sepert� monopol� atau pen�mbunan maka �slam menolak �ntervens� pasar.

Fase ke empat (850 H/1446M- 1350 H/1932M)Mesk�pun pada Fase �n� d� dun�a eropa muncul banyak muncul

para ekonom, namun t�dak berart� d� dun�a musl�m t�dak muncul para tokoh, karena d� dun�a musl�m juga muncul figur sepert� shah wal�yullah, Muhammad Iqbal, dan jamaludd�n al-Afgan�. Hal �n� dapat d�bukt�kan dar� buku Shah wal�yullah yang berjudul Hujjatullah al-Bal�ghah menjelaskan tentang jalan p�k�ran ketentuan syar�’ah un tuk per�lakupr�bad� dan organ�sas� sos�al. D� eropa pada fase �n� muncul para ekonomom sepert� Adam Sm�th (177�),JS. M�ll (1848) W.Marshal (1890) yang membentuk mazhab kap�tal�s dan �lmu ekonom� neo-Klas�k. Kemud�an pada fase �n� juga muncul tokoh sepert� KarlMark (187�) dan V.Len�n (1914) yang membentuk mazhab Sos�al�sme Komun�sme baru, kemud�an ber�kutnya muncul kembal� figur Keynes dkk.(19��) dengan ekonom� neo Klas�knya. Pada fase �n� pengaruh eropa leb�h dom�nan dan pem�k�ran ekonom� �slam terkesan stagnan.

Fase kelima (1932-sekarang)Pada fase �n� pem�k�ran ekonom� �slam kembal� mencuat ke permukaan,

mesk�pun pada per�ode awalnya pola pem�k�ran ekonom� �slam terkesan fiqhian sepert� yang d�pelopor� oleh Sayy�d qutub, al-Maudud�, Yusuf Qordaw�, dll. Pola sepert� �n� terus berlanjut sampa� pada tahun 1975 se�r�ng d�keluarkannya dekleras� mekkah. Namun pada tahun 1980-an ekonom� Islam mula� tamp�l dengan bentuknya yang leb�h real�st�s d�mana pada masa �n� pendekatan yang d�gunakan sudah mula� beranjak dar� pendekatan fiqh kepada pendekatan ekonom�. Hal �n� d�tanda� dengan munculnya t�ga corak pem�k�ran ekonom� Islam yang d�kenal dengan Mazhab Baqir al-sadr, mazhab mainstream, dan mazhab alternatif. Dan pada masa �n� telah kuncul tokoh-tokoh sepert� MA. Mannan, Khursy�d Ahmad, Moh. Anas Zarqo, Nejatullah S�dd�q�e, Hasanuzzaman, Safe’� Anton�o, Ad� warman kar�m, dll.

Dar� beberapa pemetaan fase perkembang tersebut, set�daknya �lmu ekonom� �slam telah melalu� proses perkembangan yang d�mula� dar� masa awal ke�slaman, ya�tu dasar-dasar muamalat yang d�letakkan oleh rasulullah SAW. Kemud�an formas� pembentukan oleh para fuqoha masa klas�k,

Page 78: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

7� Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Volume 1, Nomor 1, Juni 2009

yang menul�s persoalan-persoalan ekonom� dalam menjawab persoalan-persoalan agama yang kemud�an d�kenal sebaga� fiqh muamalat, sepert� hukum jual bel�, larangan r�ba, zakat, pajak dan urusan-urusan la�n yang terka�t dengan urusan keagamaan umat �slam. Mesk�pun tul�san-tul�san tersebut belum ters�st�mat�sas�kan dan terbentuk secara final sebga� �lmu ekonom�, namun sumbangan pem�k�rannya sangat kaya dengan muatan-muatan ekonom�. Setelah �tu proses tersebut melalu� musl�m modern�s, yang berupaya mengh�dupkan kembal� kejayaan �slam masa lalu d� alam pem�k�ran modern, dan terus berkembang pada masa musl�m yang terd�d�k dengan trad�s� ekonom� barat, yang berupaya memadukan pengetahuan yang mereka dapat� d� dun�a barat dengan ajaran-ajaran �slam. Dan proses tersebut sampa� kepada ekonom-ekonom yang terd�d�k dalam trad�s� pend�d�kan �slam modern.

Kesimpulan Sejarah pem�k�ran ekonom� yang t�dak meng�kut sertakan peran

tokoh �slam abad klas�k dengan alasan adanya Dark age yang melanda Eropa abad tengah merupakan suatu pemetaan sejarah yang kel�ru dan t�dak mempunya dasar yang kuat, bahkan terkesan menghapus jejak pem�k�ran ekonom� Islam, karena pada masa-masa yang kontr�bus� tokoh �slam d�anggap kosong dar� pem�k�ran ekonom� tersebut, dun�a �slam telah banyak melah�rkan pem�k�r-pem�k�r ekonom� yang genune yang sampa� saat �n� mas�h dapat d�semukan jejak-jejaknya.

Penul�san ulang sejarah pem�k�ran ekonom� sangat urgen untuk d�lakukan, karena sejarah pem�k�ran ma�nstream ekonom� terlalu eurocentr�s dan d�dekat� dar� perspekt�f barat, serta terkesan leb�h mengedepankan super�or�tas peradaban barat, seh�ngga terkesan �ng�n menjad�kan teor� ekonom� barat berlaku secara un�versal.

DAFTAR PUSTAKAChapra,Umar, Masa Depan Ekonomi, sebuah tinjauan Islam, Jakarta: Gema

Insan� Press, 2001Chapra,Umar, Islam dan Pembangunan Ekonomi, Malays�a: IIT,199�Del�arnov, Perkembangan Pemikiran ekonomi Islam, Jakarta: Raja Grafindo

peersada, cet.I 1995Fukuyama, Franc�s, The End of History and The LastMan;Kemenangan

Kapitalisme dan Demokrasi Liberal, ed.Terj.

Page 79: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

77Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

M. Nazori Majid, Rekonstruksi Sejarah...

MH.Amrullah,Jogjakarta:Qolam,200�Ghazanfar SM.. Medival Islamic Economic Though: Filling the Gradgap in

European Economic. London and New York, Routledge Curzon, 200�

G�ddens,Anthony, Kapitalisme dan teori sosial Modern: suatu Analisis karya tulis Marx, Durkheim dan Max Weber Jogjakarta: UI Press, 198�

Hutoro, Ar�f, Pengantar Analisis Kesejarahan dan Metodologi, Malang: BPFE UNIBRAW

Kar�m, Ad�warman A. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Ed.Ket�ga, Jakarta :PT Raja Grap�ndo:200�.

Kar�m, Ad� Warman, Bulletin MA’AD ed. 1 Jun� 2001, SEF UGMMannan, MA., Teori dan Praktek Ekonomi Islam,ed. Terj. Yogyakarta:Dana

Bakt� Wakaf,199� Maj�d, M.Nazor�, Pemikiran Ekonomi Islam Abu Yusuf dan Relevansinya

dengan Masyarakat kekinian, Jogjakarta: Islam�c Bank�ng School, 200�.

Saw�t Hus�n, Metodologi Ekonomi Islam Perlukah Berbeda..? Makalah Sem�nar Nas�onal Metodolog� Ekonom� �slam, Jogjakarta ,PPEI UII Jogjakarta,1997

S�dd�q�e, Nejatullah, Some Aspects of The Islamic Economy, Del�: Markaz Maktaba Islam�,1992

Mark, The Making of Modern Economics, ed Terj. Tr� W�boyo Bud� Santoso, Sang Maestro teori-teori Ekonomi modern, Jakart: Pranada, 2005

Rahman, Afzalur, Muhammad as atreder, dalam Muhammad:Ensyclopedia of seerah,ed.Terj.Dew� Nurjul�ant�,dkk.Muhammad sebagai seorang pedagang, Vol.II buku ke-�, (Jakarta:Yayasan Swarna Bumu,1995)

Raharjo, Dawam, Proceed�ngs Seminar Nasional Sistem Ekonomi Islami: Perlukah ekonomi Islam Menggunakan metodologi yang berbeda?. PPPEI UII,Yogyakarta:1997

Raharjo, Dawam, Metodologi Ekonomi Islam , Makalah sem�nar Nas�onal Metodolog� penel�t�an ekonom� Islam untuk mengembangkan praktek B�sn�s, PPPEI Fakultas Ekonom� UII Jogjakarta;1997

S�dd�q�e, M. Nejatullah, Recent Works on History of Economic Thought in Islam:a Survey, dalam Abu Hasan M. Sadeq dan A�d�t ghazal� (ed.) Readings in Islamic Thought (selangor Darul Ehsan:Longman Malays�a,1992.

Page 80: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

78 Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Volume 1, Nomor 1, Juni 2009

Umar�, Akram D�audd�n, Madinan Society at The time of The Prophet:Its Characteristic an Organization, Ed. Terj. Mun’Im a.S�rry; Masyarakata Madani: Tinjauan Historis kehidupan zaman nabi, Cet.1 (Jakarta:Gema Insan� Press,1999)

Page 81: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

79Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Ambok Pangiuk, Tanah Terlantar...

TANAH TERLANTAR DALAM HUKUM DAN KEMASLAHATANOleh: Ambok Pangiuk*

Abstract:Some of problem dissatisfaction to discus land which this dichotomy are neglect land. With this too narrow conception of tradition assumed an equivalence between Islamic law and bases constitution of land. Aspect the first and fundamental affect of Islamic law views upon the condut of live an therefore upon economy activity was generally about neglect land of human streteoping.

Kata Kunci: Tanah Terlantar, Hukum Agraria, Hukum Islam.

Kepem�l�kan tanah terutama yang terlantar adalah salah satu persoalan pent�ng yang harus mendapat perhat�an ser�us d� zaman sekarang. Ser�ng terjad� tumpang t�nd�h antara satu kepem�l�kan dengan kepem�l�kan la�nnya, �n� d�sebabkan dua bukt� sert�fikat yang sama-sama kuat dan d�m�l�k� oleh dua orang dengan satu lahan. Hal �n� d�sebabkan t�dak la�n adalah mas�h terdapatnya b�dang-b�dang tanah yang d�telantarkan, seh�ngga ada kecenderungan bag� masyarakat yang t�dak mem�l�k� lahan untuk menggarapnya. J�ka t�dak d�tangan� dengan penuh perhat�an, hal �n� pada g�l�rannya akan mengganggu jalannya pembangunan, meng�ngat persed�aan tanah yang semak�n terbatas dan kebutuhan tanah untuk pembangunan yang semak�n men�ngkat. B�la berada d� pedesaan tanah terlantar akan mengganggu kelestar�an swasembada d� b�dang pangan, sedangkan d� daerah perkotaan, keberadaan tanah terlantar akan menyebabkan tumbuhnya daerah-daerah kumuh yang mengurang� ke�ndahan perkotaan dan mengurang� efis�ens� penggunaan tanah serta dapat menyebabkan masalah-masalah sos�al.

D� samp�ng �tu keberadaan kepem�l�kan tanah yang terlantar ba�k d� daerah pedesaan maupun d� daerah perkotaan akan mengurang� art� dan peran tanah yang berfungs� sos�al. Hukum pertanahan d� Indones�a d�kenal hukum agrar�a, adalah keseluruhan ka�dah-ka�dah hukum yang mel�put� bum�, tanah, a�r dar� bangsa Indones�a. Pada awalnya (sebelum

Page 82: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

80 Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Volume 1, Nomor 1, Juni 2009

tahun 19�0) d�berlakukan 2 hukum, hukum adat dan hukum barat. Kedua hukum tersebut satu sama la�n sangat berbeda, satu hukum d�bangun berdasarkan pada n�la� yang d�adops� dar� hukum yang berlaku d� negara-negara Barat, sedangkan hukum adat d�bangun berdasarkan keb�asaan yang berlaku d� Indones�a sejak dahulu.1

D�bentuknya undang-undang agrar�a memperl�hatkan beberapa hal pertama, adanya koherens� antara manus�a dengan Tuhan, bahwa bum�, a�r, ruang angkasa dar� bangsa Indones�a adalah karun�a dar� Tuhan yang maha Esa kedua, hukum agrar�a yang berlaku sebelum tahun 19�0 (pra UUPA) adalah hukum agrar�a yang d�sadur dar� hukum adat, seh�ngga t�dak sesua� dengan c�ta-c�ta bangsa Indones�a dan t�dak menjam�n kepast�an hukum, dan hukum agrar�a yang berdasarkan hukum adat.2

D� samp�ng hukum perdata dan hukum adat, hukum Islam pun berlaku d� Indones�a dalam b�dang keperdataan yang berka�tan dengan perkaw�nan, kewar�san, zakat dan perwakafan, sepert� UU No. �8 Tahun 1999 dan Komp�las� Hukum Islam. Masalah pertanahan �n� pun termasuk ke dalam UU No. �8 Tahun 1999 dan ke dalam Komp�las� Hukum Islam. Islam mengaturnya melalu� dua sumber utama ajaran Islam, al-Qur’an dan al-had�s. Salah satu bentuk pengaturan dalam Islam ya�tu kepem�l�kan tanah terlantar.

Dalam hukum Islam tanah terlantar leb�h d�kenal dengan al-mawat atau tanah mat�. Menurut Lou�s Ma’luf, al-mawat mempunya� 2 art�. Pertama, sesuatu yang t�dak mempunya� roh. Kedua, tanah yang t�dak berpenduduk dan tanah yang t�dak d�manfaatkan.�

Sedangkan dalam Hukum Agar�a kepem�l�kan tanah terlantar adalah tanah yang d�telantarkan oleh pemegang atas tanah. Pemegang hak pengelolaan atau p�hak yang t�dak memperoleh dasar penguasaan atas tanah tetap� belum memperoleh hak atas tanah sesua� peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Tanah Terlantar Dalam Konteks WacanaTanah terlantar dalam Islam d�kenal dengan tanah mat� atau �hya al-

mawat. Al-Mawat secara et�molog� berart� yang mat� atau lawan dar� h�dup. 1 Bud� Harsono., Hukum Agraria Indonesia, Jakarta: Jembatan, 1988, hlm. 2.2 A. P. Parl�dungan., Komentar Atas Undang-undang Pokok Agraria, Bandung: Mandar

Maju, 1991, hlm. 20.� Lou�s Ma’luf., Al-Munjid: Fiy al-Lughah wa al-A ‘lam, Be�rut: Dar al-Musyr�q, 198�,

hlm. 779.

Page 83: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

81Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Ambok Pangiuk, Tanah Terlantar...

Al-mawat mem�l�k� art� ya�tu sesuatu yang t�dak mempunya� roh atau tanah yang t�dak berpenghun� atau t�dak seorangpun memanfaatkannya). Al-Mawat berart� sesuatu yang t�dak mempunya� roh dan tanah t�dak berpenghun� atau berart� sesuatu yang t�dak mempunya� roh, juga berart� tanah yang t�dak d�m�l�k� serta t�dak d�manfaatkan. Dalam buku Nataij al-Afkar, tanah mat� ya�tu tanah yang t�dak d�manfaatkan karena ket�dakadaan a�r, serta susah pula memanfaatkannya, t�dak d�m�l�k�, atau terdapat atas tanah tersebut hak m�l�k, tetap� t�dak d�ketahu� pem�l�knya serta jauh dar� perkampungan. �

Secara term�nolog� terdapat beberapa pengert�an al-mawat yang drkemukakan para ulama fik�h, ulama Syafi’�yah, Mal�k�yah dan Hambal�ah mengemukakan defin�s� al-mawat dalam perseps� tentang tanah yang t�dak d�m�l�k� dan t�dak d�manfaatkan oleh seseorang. Ulama Syafi’�yah mendefin�s�kan sebaga� lahan yang belum d�garap orang dan t�dak pula terlarang untuk d�garap ba�k lahan �tu jauh dar� pemuk�man maupun dekat). �

Peng�kut mazhab Hambal� menyebutkan bahwa al-mawat adalah lahan yang t�dak d�ketahu� pem�l�knya). D� kalangan mazhab Hanafi, tanah al-mawat t�dak hanya d�art�kan sebaga� tanah yang t�dak d�m�l�k� dan t�dak d�manfaatkan, tetap� tanah �tu d�syaratkan berada d� luar perkampungan penduduk. Sebaga�mana pengert�an al-mawat yang d�ungkapkan oleh Hanafiyah bahwa tanah yang berada d� luar perkampungan, t�dak d�m�l�k� oleh s�apapun, t�dak pula terdapat hak khusus atasnya.�

Berdasarkan defin�s� al-mawat yang d�kemukakan oleh fuqaha d� atas, kr�ter�a tanah yang tergolong al-mawat ya�tu:a. Tanah yang t�dak d�m�l�k� oleh seseorang atau tanah yang t�dak terdapat

hak m�l�k atasnya, ba�k hak m�l�k orang Islam maupun hak m�l�k non nusl�m.Dalam suatu had�ts yang pernah d�jelaskan oleh rasul tentang s�apa

yang mengh�dupkan tanah (lahan) mat�, maka tanah tersebut menjad� m�l�knya.” (D�r�wayatkan oleh Ahmad dan al-Tarm�z�y).7

4 Ibid.5 Al-Ibrah�m Bajur�y., Hasyiyah al-Bajuriy Ala’ Ibnu al-Ghazali, Juz II, Semarang:

Maktabah Matbu’ah Thaha Putra, t.th, hlm. �7.� Al-Kasan�y ‘Ala al-D�n Ab� Bakar �bn Mas’ud., Kitab Bada‘i al-Shana’i, Be�rut: Dar

al-Kutub al-Alam�yah, t.th., Juz VI, hlm. 194.7 Ab� Abd Allah Muhammad Ibn Mufl�h, Kitab al-Furu’, Mes�r: Allm al-Kutub, 19�8,

Juz IV, hlm. 552.

Page 84: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

82 Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Volume 1, Nomor 1, Juni 2009

b. Tanah yang t�dak d�garapLahan yang t�dak d�garap dapat d�bukt�kan dengan tanda-tanda pada

lahan tersebut sepert� pemagaran, bekas penggarapan dan tanda-tanda la�nnya yang b�asa d�paka� oleh masyarakat setempat.c. Tanah yang berada jauh d� luar perkampungan

Menurut Hanafiyah bahwa lahan yang berada d� kawasan masyarakat musl�m adalah hak kaum musl�m.

Tanah terd�r� dar� banyak jen�s, tanah l�at, tanah tandus, tanah basah, dan la�n-la�n. D�s�n akan d�ura�kan penbag�an tanah menurut Fuqaha yang terdapat dalam k�tab-k�tab fiqh dan peraturan-peraturan yang pernah berlaku dar� zaman Rasulullah sampa� zaman Khal�fah Rasy�d�n. Pembag�an tanah d�s�n� bukan dar� zat tanahnya, tap� dar� seg� hukum yang melekat pada tanah.

Pembag�an tanah dapat d�l�hat dar� beberapa seg�, ya�tu, d�t�njau dar� seg�: 1. Kepem�l�kannya terbag� dua, pertama, tanah yang terdapat atasnya

hak m�l�k (ardh mamlukah). Tanah yang terdapat hak m�l�k atasnya ada dua macam, tanah yang telah d�garap dan bekas d�garap. Tanah yang sudah d�garap t�dak d�bolehkan orang la�n untuk mengolahnya kecual� ada �z�n dar� pem�l�k hak, kedua, tanah yang t�dak d�m�l�k� (ardh ghair al-mamlukah). Tanah yang t�dak d�m�l�k� terd�r� dar� tanah untuk kepent�ngan umum dan tanah yang belum d�garap serta t�dak d�ketahu� pem�l�knya atau tanah t�dak d�ketahu� pem�l�knya d�kenal dengan �st�lah al-mawat.8

2. Tanah pember�an khal�fah kepada rakyat.Terd�r� dar� pertama, tanah taklukkan, kedua, tanah kontrak ketiga,

tanah m�l�k kaum musl�m�n, keempat, tanah negara.

Cikal Bakal Munculnya Hak Atas TanahAl-Qur’an dan Had�st serta buku-buku fiqh klas�k maupun modern,

t�dak memper�nc� bentuk-bentuk hak atas tanah menurut hukum Islam. Namun dalam pembahasan mengena� hak dan kewaj�ban menus�a terhadap harta benda, terdapat beberapa bentuk hak manus�a terhadap harta benda yang d�kuasa�nya, sepert� hak m�l�k, hak manfaat, hak sewa.

8 M. Rasy�d R�dha., al-Manar, Mes�r: al-Bab al-Halab�y wa Awladuh, 1987, Juz VII, hlm. 1�1.

Page 85: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

8�Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Ambok Pangiuk, Tanah Terlantar...

Bert�t�k tolak dar� macam-macam hak seseorang terhadap benda yang d�kuasa�nya tersebut, penel�t� akan mengura�kan beberapa bentuk hak atas tanah menurut hukum Islam, sebaga� ber�kut: 1. Hak m�l�k atas tanah secara et�molog� berasal dar� bahasa Arab al-

milk yang berart� penguasaan terhadap sesuatu. Hak m�l�k atas tanah d�defin�s�kan sebaga� wewenang atau kekuasaan yang d�tetapkan oleh syara’.

2. Hak manfaat atas tanah adalah secara hak manfaat atas tanah dalam bahasa Arab d�kenal dengan haq al-intifa’. Kewenangan �tu terjad� d�sebabkan oleh beberapa hal yang d�syar�’atkan dalam ajaran Islam ya�tu terd�r� dar� p�njam-mem�njam, sewa menyewa, wakaf, was�at atas tanah, pembolehan atas tanah,9hak bag� has�l atas tanah.

�. Hak bag� has�l atas tanah menurut hukum Islam terjad� dar� beberapa bentuk, d�antaranya: al-muzara’ah dan al-musaqah. Sedangkan Mal�k�yyah, Hanab�lah, Syafi’�yah dan sebag�an Fuqaha’ Hanab�lah membolehkan transaks� dalam bentuk musaqah.10

4. Hak sewa atas tanah atau �jarah merupakan salah satu bentuk dar� hak manfaat atas tanah atau hak m�l�k t�dak sempurna atas tanah.Dalam pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemer�ntah RI No. �� Tahun 1998

hal 81�, tanah terlantar �tu adalah tanah yang d�b�arkan terbengkala� oleh pemegang hak atas tanah, atau p�hak yang telah memperoleh dasar penguasaan atas tanah tetap� belum memperoleh hak atas tanah sesua� dengan perundang-undangan yang berlaku. Hal �n� juga d�atur d� dalam UU No. 5 Tahun 19�0 tentang Peraturan Dasar Pokok Agrar�a (UUPA), tanah hak m�l�k, hak guna usaha, hak guna bangunan dan hak paka� dapat d�nyatakan sebaga� tanah terlantar apab�la tanah tersebut dengan sengaja t�dak d�pergunakan oleh pemegang haknya sesua� dengan keadaannya atau s�fat dan tujuan haknya atau t�dak d�pel�hara dengan ba�k.

Tanah terlantar dapat menghapuskan hak atas tanah yang telah d�m�l�k� seseorang, lalu tanah tersebut d�kuasa� kembal� oleh negara. Hal �n� sesua� dengan pasal 27 UUPA yang menyatakan bahwa hak atas tanah akan hapus apab�la tanah tersebut jatuh kepada negara karena d�telantarkan. Dalam hukum agrar�a tersebut d�kenal tanah tak bertuan/tanah mat�. Sejalan dengan pengert�an tanah mat� dalam Islam, dalam hukum agrar�a d�art�kan

9 Nasrun Harun., Fiqh Muamalah, Jakarta: Gaya Med�a Pratama, 2000, hlm. 2�.10 Ibn Rusyd., Bidayah al-Mujtahid wa Nihayah al-Muqtasid, Semarang: Usaha

Keluarga, tth, J�l�d II, hlm. 18�.

Page 86: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

84 Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Volume 1, Nomor 1, Juni 2009

dalam Kamus Besar Bahasa Indones�a ya�tu tanah mat� sebaga� tanah yang t�dak d�usahakan lag�. Adapun tanah yang telah d�peroleh penguasaan atasnya tetap� belum d�peroleh hak atasnya sesua� dengan perundang-undangan yang berlaku.11

Dalam buku “Sed�k�t Sejarah Perkembangan Hak-hak Suku Melayu atas Tanah d� Sumatra T�mur”, mengart�kan tanah mat� sebaga� tanah hutan yang d�b�arkan menghutan, t�dak d�jamah oleh manus�a. Dalam art� bahwa tanah yang d�kerjakan tad�nya tap� kemud�an d�t�nggalkan tanpa ada suatu tanda bahwa orang yang bersangkutan berhajat kembal� ke tanah �tu.

D�l�hat dar� kr�ter�a tanah mat� yang d�ungkapkan oleh Mahad� ya�tu tanah hutan/tanah l�ar, t�dak terdapat hak atas tanah dan t�dak d�garap. Defen�s� tanah mat� yang d�ungkapkan d� atas, membatas� pengert�an tanah mat� hanya kepada dua pembag�an, ya�tu:a. Tanah hutan yang d�b�arkan menghutan, t�dak d�jamah oleh manus�a. b. Tanah yang pernah d�garap kemud�an d�t�nggalkan oleh

penggarapnya.12

Sela�n tanah terlantar, tanah tak bertuan, tanah bebas, tanah mat� dan tanan l�ar d� atas juga terdapat tanah gunta� (abstantee), ya�tu tanah yang pem�l�knya berada d� luar kecamatan d� mana tanah �tu berada.1�

Pengklas�fikas�an terhadap tanah dalam UUPA d�bedakan berdasarkan penguasaan terhadap tanah. Penguasaan tanah Dalam UUPA Terklas�fikas�kan dalam t�ga kelompok besar, pertama, tanah adat adalah tanah yang d�m�l�k� oleh adat atau tanah yang d�kuasa� oleh adat. Tanah adat d� Indones�a telah ada sebelum berlakunya UUPA tanggal 4 September 19�0. Oleh karena �tu, Pengert�an tentang tanah adat, d�jelaskan dalam hukum Agrar�a yang berlaku sebelum d�keluarkan Undang-undang no 5 tahun I9�0 (UUPA), karena sebelum Undang-undang No 5 tahun 19�0, ada dua hukum pertanahan yang berlaku d� Indones�a, Hukum Adat dan Hukum Barat. Dual�sme hukum pertanahan �n� melah�rkan dua macam tanah ya�tu tanah adat yang d�sebut dengan tanah Indones�a, dan tanah Barat yang d�kenal dengan tanah Eropa. Tanah Adat atau tanah Indones�a yang sepenuhnya tunduk pada hukum (Agrar�a) adat, sepanjang t�dak d�adakan ketentuan yang khusus atau hak-hak tertentu. M�salnya Tanah

11 WJS Poerwadarm�nta., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Bala� Pustaka, 1991, hlm. 1289.

12 Mahad�., Sejarah Perkembangan Hak-hak Suku Melayu atas Tanah di Sumatra Timur (Tahun 1800-1975), Medan, Skr�ps� Usu, 1987, hlm. 102.

1� Ad�w�nata., Status Hak dan Pembebasan Tanah. Jakarta: S�nar Grafika, 1984, hlm. 1�.

Page 87: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

85Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Ambok Pangiuk, Tanah Terlantar...

Ulayat, Tanah Kaum, Tanah Gada�, dan Ia�n-la�n. Sedangkan tanah Barat ya�tu Tanah yang tunduk pada hukum Eropa, m�salnya Tanah Grand, Tanah E�gendom, dan la�n-la�n, kedua, tanah negara adalah tanah yang negara berkuasa penuh terhadap semua jen�s tanah sebaga�mana tercantum dalam pasal �� ayat (�) UUD 1945 ya�tu bum�, a�r. dan ruang angkasa dan kekayaan yang terkandung d�dalamnya pada t�ngkatan tert�ngg� d�kuasa� oleh negara. Pasal 2 ayat (1) UUPA menyebutkan atas ketentuan pasal �� ayat (�) UUD 1945, dan ketiga, tanah hak adalah hak atas tanah yang d�atasnya terdapat hak orang atau badan bukum. Hak yang terdapat pada tanah d�namakan hak atas tanah.

Sebaga� penjelasan dar� pasal 1� tersebut, pada pasal 5� ayat (1), d�sebutkan bahwa “hak-hak yang s�fatnya sementara sebaga�mana yang d�maksud pasal 1� ayat (1) huruf h �alah hak gada�, hak usaha bag� has�l, hak menumpang, dan hak sewa tanah pertan�an, d�atur dan d�batas� s�fatnya yang bertentangan dengan undang-undang �n� dan hak-hak tersebut d�usahakan hapusnya dalam waktu yang s�ngkat”. Hak atas tanah dalam pasal 1� ayat (1) dan pasal 5� (1), secara umum dapat d�bag� menjad� dua kategor�, ya�tu pertama, semua hak yang d�peroleh langsung dar� negara, d�sebut hak pr�mer. Hak yang tergolong ke dalam kategor� �n� ada enam macam hak, d�antaranya hak paka�, hak m�l�k, hak guna usaha, hak guna bangunan, hak membuka tanah dan memanfaatkan has�l hutan. Kedua, semua hak yang berasal dar� pemegang hak atas tanah orang la�n berdasarkan perjanj�an bersama, d�sebut hak sekunder. Hak sekunder �n� d�jelaskan oleh UUP A dalam pasal 5� ayat(l) ya�tu, hak gada�, hak guna usaha bag� has�l, hak menumpang, dan hak sewa tanah pertan�an. Kedua macam hak tersebut mempunya� persamaan, d�mana pemegangnya berhak untuk menggunakan tanah yang d�kuasa�nya untuk d�r�nya atau mendapatkan keuntungan dar� orang la�n melalu� perjanj�an, d�mana satu p�hak member�kan hak-hak sekunder kepada p�hak la�n.14

Pembukaan Lahan Dalam Konteks KekinianPendayagunaan lahan terlantar dalam bahasa Arab d�gunakan �st�lah

ihya al-mawat atau immar al-ardh sebaga�mana yang jelaskan dalam defen�s� lahan terlantar yang d�jad�kan tanah �tu menjad� m�l�knya sepanjang umur.15 Menurut fuqaha pendayagunaan tanah terlantar dapat d�lakukan dengan

14 Ibid, hlm, 10-14.15 Al-Sy�hab al-D�n dan Am�rah Qalyub�., Qalyubiy wa Amirah, Semarang: Maktabah

Thoha Putra, tth., Juz III, 88.

Page 88: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

8� Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Volume 1, Nomor 1, Juni 2009

berbaga� cara ya�tu d�mula� dengan jalan member� tanah, ba�k berbentuk pagar, tembok, bangunan dan la�n sebaga�nya. Sela�n �tu pendayagunaan terhadap tanah dapat pula d�lakukan dengan jalan menga�r� lahan tersebut, serta menjad�kannya sebaga� sawah, ladang, perkebunan, atau mend�r�kan bangunan atasnya.1� Mendayagunakan tanah terlantar antara la�n pertama, d�urus send�r�, kedua, member�kan lahan tersebut kepada orang la�n untuk mengurusnya, ketiga, pengelola pertama tanah terlantar d�kelola seh�ngga �a menjad� m�l�knya.17

Penggarapan tanah terlantar t�dak b�sa d�lakukan dengan sewenang-wenang sebab, tanah terlantar adalah tanah yang t�dak d�m�l�k�, sedangkan tanah yang t�dak ada pem�l�knya d�kuasa� oleh negara. Penggarapan tanah yang d�kuasa� oleh negara harus ada �z�n dar� negara. Dengan kata la�n, pendayaan tanah terlantar boleh d�lakukan setelah mendapat �z�n dar� negara (pemer�ntah).

Menurut ayat 2 pasal 12 PP tentang pendayagunaan tanah terlantar, tanah yang telah d�amb�l haknya oleh pemer�ntah dan d�serahkan tanah orang la�n, maka pendayagunaannya d�laksanakan oleh pemegang hak dengan b�mb�ngan �nstans� tekn�s yang berwenang d� b�dang penggunaan tanah. Pendayagunaan tanah �n� d�laksanakan melalu� program keg�atan �nstans�/d�nas yang bertujuan untuk men�ngkatkan daya guna dan has�l guna tanah tersebut.

Menurut pasal 1� ayat 1 setelah pemegang hak d�ber�kan hak penguasaan untuk mendayagunakan d�keluarkan maka pemegang hak d�ber�kan waktu 1 tahun sejak d�ter�manya surat tersebut yang bersangkutan telah mula� menggunakan tanahnya. Apab�la d�a t�dak mengelola dan mendayagunakan tanah tersebut setelah d�keluarkannya surat per�ngatan maka pemer�ntah mengeluarkan surat per�ngatan kedua dengan member� jangka waktu yang sama ya�tu 1 tahun. Apab�la s� pemegang hak belum mendayagunakan juga tanah tersebut, maka pemer�ntah mengeluarkan lag� surat per�ngatan ket�ga dengan jangka waktu yang sama pula. Apab�la jangka waktu yang telah d�tentukan ya�tu � tahun berturut-turut tanah tersebut t�dak d�dayagunakan, maka pemer�ntah berhak mengamb�l dan menguasa� tanah �tu kembal� karena tanah tersebut telah masuk ke dalam kategor� tanah terlantar.18

1� Al-As-Sayy�d Ab� al-Nashr Husn�y., Al-Milkiyyah Fi al-lslam, Ca�ro: Dar al-Kutub Al-Had�tsah, tth, hlm. 4�.

17 Yusuf Qardhaw�, Norma dan Etika Ekonomi Islam, Jakarta: Gema Insan� press, 1995, hlm, 122.

18 Harsono, Ibid, 48.

Page 89: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

87Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Ambok Pangiuk, Tanah Terlantar...

Untuk mendayagunakan tanah terlantar oleh p�hak la�n, maka �z�n dar� pemer�ntah sangatlah d�perlukan, karena pendayagunaan tanah t�dak b�sa d�lakukan dengan sewenang-wenang karena sudah ada peruntukannya sebaga�mana yang d�sebut dalam pasal 14 ayat (2) UUPA yang berbuny� bahwa pemer�ntah daerah mengatur kesed�aan, peruntukan dan penggunaan a�r serta ruang angkasa untuk daerahnya mas�ng-mas�ng”.

Tanah menurut pasal � UUPA, mempunya� fungs� sos�al dan pemanfaatannya harus men�ngkatkan kesejahteraan rakyat. Oleh karena �tu, sebelum penggarapan terhadap lahan d�lakukan, seorang penggarap harus mengetahu� untuk apa tanah �tu d�sed�akan oleh pemer�ntah agar t�dak terjad� tumpang t�nd�h kepent�ngan terhadap pendayagunaannya.19

Pendayagunaan tanah terlantar harus sesua� dengan kemampuan lahannya berdasarkan beberapa ketentuan antara la�n, pertama, ya�tu berdasarkan hak tata guna tanah. Tata guna tanah �n� dapat d�ketahu� dengan adanya keg�atan pembuatan peta topografi. Keadaan tata guna tanah proyek apa yang berlaku akan menentukan metode pembukaan tanah yang baga�mana perlu d�lakukan. Penggarap yang akan mendayagunakan lahan terlanlar harus mengetahu� untuk apa lahan tersebut akan d�kembangkan oleh pemer�ntah seh�ngga sesua� dengan perencanaan pembangunan nas�onal, kedua, berdasarkan luas lahannya ya�tu lahan akan mempengaruh� skala usaha, d�mana skala usaha �n� pada akh�rnya akan mempengaruh� efis�en atau t�daknya usaha suatu pertan�an. Oleh karena �tu UUPA mengatur luasnya lahan yang akan d�dayagunakan untuk mengh�ndar� monopol� pertan�an, ketiga, berdasarkan kewarganegaraan ya�tu yang mengelola adalah warga negara Indones�a dan kepem�l�kannya pun m�l�k masyarakat Indones�a dan status kewarganegaraan Indones�a menjad� syarat mutlak mendayagunakan tanah mat�.20

Ada pendapat yang menyatakan berdasarkan keumuman had�s tentang ihya al-mawat yang d�r�wayatkan oleh al-Tsalasah yang d�r�wayatkan dar� Jab�r bahwa Nab� saw. bersabda bahwa s�apa yang mengh�dupkan lahan (tanah mat�) terlantar, maka tanah tersebut menjad� m�l�knya. (D�r�wayatkan oleh Ahmad dan al-T�rm�dz�). T�njauan atas pasal 2 ayat (1) UUPA d�katakan bahwa atas dasar ketentuan dalam pasal �� ayat (�) UUD dan hal-hal sebaga�mana yang dmaksud dalam pasal 1, bum�, a�r dan

19 G. Kertasapoetra dkk., Hukum Tanah: Jaminan UUPA bagi Keberhasilan Pendayagunaan Tanah, Jakarta: R�neka C�pta, 1985, hlm. 14.

20 Soekartaw�, Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian: Teori dan Aplikasi, Jakarta: Rajawal� Pers, 1989, hlm, 14.

Page 90: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

88 Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Volume 1, Nomor 1, Juni 2009

ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung d� dalamnya �tu pada t�ngkat tert�pgg� d�kuasa� oleh negara sebaga� organ�sas� seluruh rakyat Indones�a.21 Kata “d�kuasa� oleh negara” dalam pasal 2 ayat (1) �n� d�jelaskan dalam pasal 2 ayat (2) UUPA yang mengatakan bahwa wewenang hak menguasa� dar� negara �n� dalam t�ngkat tert�ngg�, mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan persed�aan dan pemel�haraan, mengatur dan menentukan hak-hak yang dapat d�punya� (bag�an dar�) bum�, a�r dan ruang angkasa.22

Bag� orang yang mengh�dupkan tanah terlantar dalam komentar atas UUPA d�ber�kan kemungk�nan untuk memperoleh hak atas tanah setelah jangka waktu d�tentukan (sampa� � tahun berturut-turut setelah �tu d�usahakan). Hak membuka tanah �n� berasal dar� hukum hukum adat kedalam UUPA. Pembukaan tanah terlantar dalam hukum adat d�lakukan dengan mem�nta �z�n dar� kepada suku, kemud�an tanah �tu bam b�sa. Anda�kata tanah yang sudah d�garapnya �tu d�b�arkan terbengkala�, maka s�penggarap harus menyerahkan tanah tersebut kembal� agar dapat d�garap oleh orang la�n.2�

Dalam hukum agrar�a, �z�n pendayagunaan tanah terlantar merupakan syarat mutlak. Iz�n akan d�keluarkan oleh pejabat yang benvenang dan apab�la pendayagunaan tanah terlantar sesua� dengan perencanaan pemer�ntah. Iz�n dar� pemer�ntah Indones�a �n� bertujuan pertama, untuk menjam�n kepast�an hukum, sebaga�mana yang telah d�ungkapkan oleh pasal 19 ayat (1) UUPA, “untuk menjam�n kepast�an hukum oleh pemer�ntah d�adakan �dent�fikas�/pendaftaran tanah d� seluruh w�layah Republ�k Indones�a menurut ketentuan-ketentuan yang d�atur dengan peraturan pemer�ntah kedua, mencegah terjad�nya sengketa atas tanah, ketiga, mencegah terjad�nya monopol� atas tanah keempat, agar pemanfaatan tanah dapat d�lakukan secara efekt�f.

Setelah mendapat �z�n dar� penguasa, dalam hukum Islam penggarap lahan terlantar dapat memula�nya dengan melakukan pemugaran a�as tanah, members�hkan lahan, menga�r�nya, menanam b�b�t dan Ia�n-la�n. Beg�tupun dalam hukum agrar�a pendayagunaan lahan terlantar dapat d�laksanakan berdasarkan tata guna tanah, art�nya pemanfaatan tanah harus sesua� dengan tata guna tanah apakah untuk areal pertan�an, pembangunan, �ndustr�, dan Ia�n-la�n. Seh�ngga dalam hukum Islam, pemer�ntah dapat

21 Harsono, Ibid., �-722 Ibid.2� A.P. Parl�ndungan., Ibid.

Page 91: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

89Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Ambok Pangiuk, Tanah Terlantar...

menar�k kembal� tanah yang d�ber�kan kepada penggarap, b�la �a t�dak mengusahakan tanah tersebut. Beg�tu pula dengan hukum agrar�a yang member�kan batasan waktu � tahun kepada penggarap.

Perbedaan dan Persamaan antara UUPA dan hukum Islam tentang ak�bat hukum dar� pendayagunaan kepem�l�kan terhadap tanah terlantar mayor�tas ulama mengatakan bahwa pendayagunaan tanah terlantar melah�rkan hak m�l�k bag� penggarapnya. Dengan kata la�n, penggarap lahan terlantar akan mendapatkan hak m�l�k atas tanah garapannya. Dalam UUPA penggarapan lahan terlantar atau membuka lahan terlantar t�dak langsung mendapatkan hak m�l�k atas tanah. Hak atas tanah terlantar d�ber�kan setelah � tahun berturut-turut penggarapan d�lakukan. Hak atas tanah �n� t�dak hanya hak m�l�k, juga terdapat hak guna bangunan, hak guna usaha, hak paka� dan Ia�n-la�n.

Perbedaan antara kemaslahatan hukum Islam dan hukum agrar�a tentang hak atas tanah yang d�peroleh lahan terlantar �n� akan men�mbulkan konsekuens� hukum yang berbeda pula, apab�la d�tetapkannya hak m�l�k bag� penggarapnya, �a dapat menjual, mengh�bahkan, bahkan mewar�skannya. Berbeda dengan UUPA yang member�kan pada penggarap untuk member�kan hak apa yang d��ng�nkannya dar� berbaga� macam hak atas tanah dalam UUPA. Bag� penggarap mem�l�h hak m�l�k, maka hukum yang berka�tan dengan hak m�l�klah yang berlaku bag�nya. Namun j�ka �a mem�l�h hak paka�, maka �a t�dak dapat mengh�bahkannya atau mengal�htangankan kepada orang la�n. Penggarapnya hanya b�sa memanfaatkannya serta mengamb�l has�l dar�nya.

Sedangkan menurut hukum agrar�a, penggarap lahan terlantar t�dak berhak mendapatkan lahan d� sek�tar tanah terlantar. Batasan-batasan dalam mendayagunakan tanah terlantar d�tentukan melalu� �z�n pemer�ntah. Batasan-batasan tersebut membatas� areal tanah yang boleh d�dayagunakan. Tanah yang berada d� luar batasan �tu d�kuasa� oleh negara apab�la t�dak ada hak orang la�n d� atasnya. Pembatasan tanah yang telah d�tentukan oleh UUPA �n� telah termasuk ke dalamnya sarana penunjang untuk mendayagunakan lahan �n�. Sepert� tanah untuk bangunan, penggarap boleh membuat bangunan termasuk sarana pcnunjangnya sepert� halaman rumah, pekarangan lahan pemugaran dan la�n-la�n, seh�ngga pada pasal 5 UUPA menyatakan bahwa UUPA yang berlaku sekarang adalah hukum adat. Walaupun UUPA t�dak membolehkan adanya hak atas tanah har�m, bukan berart� UUPA menyalah� hukum adat tentang tanah har�m yang berlaku dalam hukum Islam. Ketentuan batasan-batasan bag�

Page 92: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

90 Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Volume 1, Nomor 1, Juni 2009

tanah terlantar yang d�maksud untuk mengh�ndar� terjad�nya monopol� atas penggunaan tanah, men�ngkatkan efis�ens� pendayagunaan lahan, member�kan kepast�an hukum batas tanah yang t�dak boleh d�gunakan orang la�n, mengh�ndar� sengketa tanah.

Ura�an d� atas menunjukkan bahwa hak yang d�peroleh penggarap lahan berupa hak m�l�k, hak guna bangunan, hak guna usaha, hak paka�, dan la�n-la�n, yang d�ungkapkan oleh UUPA t�dak bertentangan dengan hukum, mesk�pun dalam hukum Islam hanya menyebutkan hak yang d�peroleh penggarap tanah terlantar hanya hak m�l�k. Karena hak m�l�k dalam UUPA adalah hak terpenuh dan terkuat. Beg�tu pula dengan ketetapan UUPA yang t�dak menentukan batasan tanah yang berada d� sek�tar lahan terlantar (har�m) yang boleh d�gunakan penggarap sebaga� lahan penunjang keberhas�lan pendayagunaan tanah terlantar, juga t�dak bertentangan dengan hukum Islam. Karena batasan tanah mat� yang boleh d�dayagunakan oleh penggarap, sebaga�mana yang telah d�tetapkan oleh UUPA, telah tercakup ke dalamnya tanah sebaga� sarana penunjang pendayagunaan tanah terlantar.

Banyak permasalahan yang t�dak memuaskan dalam pembahasan tentang perbedaan sudut pandang tanah terlantar. Konsep yang d�tujukan �n� pada anggapan trad�s� yang menganggap sama antara pandangan hukum Islam dan undang-undang pokok agrar�a. Aspek yang pertama dan sangat mendasar tersebut sangat mempengaruh� terhadap pandangan hukum Islam yang d�hubungkan dalam keh�dupan yang kemud�an membentuk secara umum masalah tanah terlantar dalam segala akt�v�tas ekonom� manus�a.

PenutupBerdasarkan ura�an-ura�an d� atas maka penel�t� baru mengungkapkan

sebag�an kec�l tentang proses kepem�l�kan tentang tanah terlantar melalu� t�njauan perband�ngan hukum Islam, hukum pos�t�f, dan kemaslahatan. Karena �tu belum mewak�l� untuk d�general�s�r secara utuh sebaga� konsep hukum Islam yang sempuma. Penul�s menyarankan d�lakukan suatu kaj�an mendalam (futher research sugesstion) dengan harapan penel�t�an terus d�lakukan oleh para penel�t� ber�kutnya dengan tema dan konteks hukum yang berbeda.

Kepada �nstans� terka�t, d� b�dang Badan Pertanahan Nas�onal (BPN) d� daerah maupun pusat untuk melakukan kons�l�das� dengan masyarakat

Page 93: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

91Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Ambok Pangiuk, Tanah Terlantar...

yang akan mengh�dupkan tanah agar t�dak lag� terdapat tanah-tanah terlantar yang akan mengancam kesejahteraan masyarakat d� pedesaan leb�h-leb�h kepem�l�kan tanah terlantar d� perkotaan yang belum terjamah namun mem�l�k� patok ukur batu yang jelas, banyak tersebar d�daerah perkotaan dan ser�ng men�mbulkan permasalahan. In� menjad� perhat�an ser�us bag� semua orang khususnya pemer�ntah agar masalah pertanahan t�dak menjad� kepent�ngan tertentu dan membuat masyarakat merasa tenang dan merasa mem�l�k� hak atas tanah tersebut.

DAFTAR PUSTAKAAd�w�nata (1984). Status Hak dan Pembebasan Tanah. Jakarta: S�nar

GrafikaBajur�y, Ibrah�m, (tt), Hasyiyah al-Bajuriy Ala’ Ibnu al-Ghazali, Juz II,

Semarang: Maktabah Matbu’ah Thaha Putra.Harun, Nasrun, (2000). Fiqh Muamalah, Jakarta: Gaya Med�a Pratama.Harsono, Bud�, (1988), Hukum Agraria Indonesia, Jakarta, Djambatan.Husn�y, As-Sayy�d Ab�y al-Nashr, (tt), Al-Milkiyyah Fi al-lslam, Ka�ro : Dar

al-Kutub Al-Had�tsah.Ibn Mufl�h, Ab� Abd Allah Muhammad, (19�8) Kitab al-Furu’, Mes�r: Allm

al-Kutub, Juz IVKartasaputra, G., dkk, (1991) Hukum Tanah: Jaminan UUPA Bagi

Keberhasilan Pendayagunaan Tanah, Jakarta: R�neka C�pta,Kasan�y, Ala al-D�n Ab� Bakar �bn Mas’ud, Kitab Bada’i al-Shana’i, Be�rut:

Dar al-Kutub al-Alam�yah, t.th., Juz VIKhat�b, Al-Sya�ban�y, (1998), Mughniy al-Muhtaj, Be�rut: Dar al-F�kr, J�l�d

II.Ma’luf, Lou�s, (198�) Al-Munjid: Fi al-Lughah wa al-A’lam, Be�rut: Dar al-

Musyr�q.Mahad�, (1987). Sejarah Perkembangan Hak-hak Suku Melayu atas Tanah

di Sumatra Timur (Tahun 1800-1975), Skr�ps� USU Medan.Parl�dungan, A. P., (1998), Komentar Atas Undang-undang Pokok Agraria,

Bandung: Mandar Maju.Poerwadarm�nta, WJS., (1991), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:

Bala� Pustaka.Qardhaw�, Yusuf, (1995), Etika dan Norma Ekonomi Islam, Jakarta: Gema

Page 94: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

92 Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Volume 1, Nomor 1, Juni 2009

Insan� Press.R�dha, M. Rasy�d, (1987) al-Manar, Mes�r: Al-Bab al-Halab�y wa Awladuh,

Juz VII.Rusyd, Ibn, (tt), Bidayah al-Mujtahid wa Nihayah al-Muqtasid, Semarang:

Usaha Keluarga.Shan’an�y, Al-Muhammad Isma’�l al-Am�r al-Yumna, (1991) Subul al-

Salam, Be�rut: Dar al-F�kr. Juz III.Soekartaw�, (1989), Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian: Teori dan Aplikasi,

Jakarta: Rajawal� Pers.

Page 95: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

9�Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Masburiyah, S.Ag, M.Fil.I., Zakat Hasil...

ZAKAT HASIL PERKEBUNAN(Sebagai Upaya Peningkatan Ekonomi Umat)

Oleh : Masburiyah,S.Ag, M.Fil.I

AbstrakZakat adalah Perintah Allah yang wajib dilaksanakan oleh semua Umat Islam dan termasuk kedalam rukun Islam. Namun Zakat ini banyak, bermacama-macam, ada yang disebut dengan zakat Fitrah, Zakat mal (harta), Zakat emas, zakat, perak, Zakat pertanian, zakat perkebunan dan lain-lain, dan itu semua dikeluarkan berdasarkan aturan-aturan syari’at.Kata Kunci: Zakat Fardhu, Zakat Perkebunan, Pendapat Para Ulama

A. PendahuluanZakat telah d�fardlukan Allah sejak permulaan Islam, sebelum Nab�

SAW berh�jrah ke kota Mad�nah. T�dak heran urusan �n� amat cepat d�perhat�kan Islam, karena termasuk urusan tolong-menolong yang sangat d�perlukan oleh pergaulan h�dup segala lap�san masyarakat.

Pada awalnya zakat d�fardukan tanpa d�tentukan kadarnya dan tanpa pula d�terangkan dengan jelas harta-harta yang d�kenakan zakatnya. Syara hanya menyuruh mengeluarkan zakat. Banyak sed�k�tnya terserah kepada kemanuan dan keba�kan para pember� zakat. Hal �n� berjalan h�ngga tahun kedua H�jr�ah. Mereka yang mener�ma pada masa �tu, dua golongan saja, ya�tu fak�r dan m�sk�n.

Pada tahun kedua H�jr�ah, barulan syara’ menentukan harta-harta yang d�zakatkan, serta kadarnya mas�ng-mas�ng.

Setengah ulama berpendapat “Sesungguhnya zakat �tu d�fardukan sejak dar� tahun kedua H�jr�ah”. Tampaknya �n� d�amb�l dar� firman Allah SWT , Surat Al-Baqoroh ayat 29Art�nya : “Jika kamu menampakkan sedekahmu maka itu adalah bak

sekali dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada fakir , maka menyembunyikan itu lebih baik kamu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-

Page 96: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

94 Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Volume 1, Nomor 1, Juni 2009

kesalahanmu dan Allah maha mengetahu terhadap apa yang kamu kerjakan”.1

Ayat �n� d�turunkan dalam tahun kedua H�jr�ah. Dengan memperhat�kan tahun turunya, k�ta mendapat kesan bahwa secara umum, zakat �tu d�per�ntahkan dalam tahun kedua H�jr�ah.

Pada beberapa tahun ber�kutnya, zakat telah mendapatkan aturan-aturan yang leb�h ter�nc� dengan sunnah Rasul sebaga� penjelas bag� ketetapan-ketetapan umum yang d�gar�skan Al-Quran sesua� dengan s�tuas� dan kond�s� Arab saat �tu. Mesk�pun k�ta ketahu� bahwa penjelasan yang d�ber�kan Rasul �tu pun hanya sebaga� gambaran yang mas�h dan perlu untuk d�jabarkan dalam bentuk yang leb�h luas sesua� dengan perkembangan zaman.

Pada pr�ns�pnya, Rasulullah t�dak meng�ng�nkan umatnya h�dup dalam ruang kefak�ran dan kem�sk�nan dar� s�s� ekonom�, terleb�h bag� dalam hal �badah, �n� terl�hat dar� sabdanya : “ Sesungguhnya kefakiran itu lebih mendekatkan kepada kekafiran”. Dengan had�rnya s�stem zakat yang d�tandaskan oleh Islam, sebenarnya, merupakan suatu s�stem yang mengandung berbaga� tujuan un�versal yang j�ka d�laksanakan secara ba�k, sangat memungk�nkan untuk terjad�nya keh�dupan yang mapan dengan dan dapat menjar�ng segala lap�san untuk berbaga� rasa dan mengangkat harkat serta martabat ba�k secara �nd�v�dual maupun segenap umat Islam secara keseluruhan d� atas dun�a �n�.

Pada masa Rasulullah, d� neger� Arab hanya terdapat beberapa jen�s barang atau harta yang waj�b d�zakat�, maka setelah meluasnya Islam ke daerah-daerah la�n, tentunya berbaga� jen�s harta dan jen�s-jen�s la�nnuya yang sebenarnya termasuk dalam kategor� waj�b zakat. Dalam hal �n�, k�ta l�hat bahwa pada masa Rasul mas�h banyak jen�s tumbuh-tumbuhan yang t�dak terkena waj�b zakat. Yang mungk�n saat �tu belum mem�l�k� n�la� ekonom�s yang berart� bag� masyarakat.

Banyaknya jen�s tumbuh-tumbuhan yang h�dup d� luar daerah Arab, melah�rkan berbaga� probl�mat�ka baru yang membutuhkan jawaban untuk d�apl�kas�kan d� tengah masyarakat. Hal �n�, membuat para mujtah�d merasa perlu untuk menggal� hukum yang berkenaan dengan hal tersebut sejalan dengan kebutuhan umat.

Kalau sebelumnya, orang hanya berkebun dengan berbaga� pohon yang buahnya dapat d�konsums� oleh masyarakat, maka saat �n�, d� era

1 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, CV. Jaya Sakt� Surabaya , 1971. h. �8

Page 97: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

95Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Masburiyah, S.Ag, M.Fil.I., Zakat Hasil...

modern �n� perkebunan berkembang menjad� salah pusat sentral yang dapat member�kan masukan dana yang sangat besar bag� negara. K�ta l�hat has�l kayu yang d�ber�kan oleh perkebunan “Kayu Kal�mantan” Saw�t Jamb�, Kelapa Kopra, dan berbaga� perkebunan la�nnya yang telah menghas�lkan �ncome daerah beg�tu besar yang dapat men�ngkatkan ekonom� masyarakat “Menengah Kebawah” j�ka pengelolaan zakatnya d�lakukan dengan ba�k dan benar yakn� yang sesua� dengan petunjuk agama.

In� menunjukkan bahwa produkt�v�tas dan ekonom�nya perkebunan menjad� salah satu hal pent�ng sebaga� bahan kaj�an d� dalam zakat perkebunan. Karena d�s�s� �n� akan men�mbulkan kesenjangan ekonom� d�kalangan umat apalag� j�ka pemanfaatan atau pendayagunaan zakat hanya d�tunjukakn pada kalangan tertentu atau hanya bers�fat belaka. Penggalangan penanaman komod�tas perkebunan d� kalangan umat Islam yang bern�la� strateg�s, d�harapkan dapat men�ngkatkan penghas�lan para pekerja kebun dan menambah dev�sa negara dar� ekspor proeduks� perkebunan, kewaj�ban mengeluarkan zakat bag� para pengelola perkebunan tentunya akan men�ngkatkan perolehan zakat, dan pendayagunaan zakat dalam berbaga� keg�atan yang bers�fat produkt�f d� kalangan fak�r m�sk�n seh�ngga dapat mengentaskan kem�sk�nan d�kalangan umat Islam.

D�samp�ng beberpa hal d�atas, penul�s k�ra rendahnya kesadaran pengamalan ajaran agama yang berkenaan dengan zakat yang d�sebabkan oleh kurangnya pemahaman orang tentang konsep zakat secara un�versal yang mem�l�k� tujuan-tujuan sos�al yang t�ngg� d�serta� dengan j�wa kead�lan dalam h�dup bermasyarakat. In� menjad� salah satu sebab terjad�nya kemelaratan dan kem�sk�nan d� tengah umat Islam, khususnya d� Indones�a dewasa �n�.

Pada s�s� la�n, Allah SWT telah menjelaskan segala c�ptaannya yang ada d� muka bum� dan mengharuskan manus�a untuk mengelolanya dengan ba�k ya�tu dengan segenap �lmu dan pengalamannya agar dapat bermanfaat bag� l�ngkungan sek�tarnya. D�s�n�lah sebenarnya fungs� manus�a terleb�h umat Islam yang bersyukur atas segala c�ptaan Allah, sebaga�mana firman-Nya : Al-Baqoroh ayat 29Art�nya : “Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada dibumi untuk

kamu dan dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit, dan dia maha mengetahui segala sesuatu”.2

2 Anon�m. h. �8

Page 98: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

9� Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Volume 1, Nomor 1, Juni 2009

Kemud�an dalam surat Luqman ayat 20 Allah BerfirmanArt�nya : “Tidaklah kamu perhatikan sesungguhn ya Allah telah

menundukkan untuk (Kepentingan) mu apa yang di langit dan apa yang dibumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Diantara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa kitab yang memberi penerangan”.�

Dar� beberapa �nformas� d� atas, tentunya dapat d�ketahu� berapa banyak n�kmat Allah yang d�ber�kan kepada manus�a, yang d�antaranya c�ptaan-c�ptaan yang berka�tan dengan sumber alam. Beg�tu pula dengan has�l perkebunan yang dapat d�manfaatkan dengan cara yang tepat dan benar sebaga� man�festas� rasa syukur terhadap Allah Ta’la.

Karena Allah yang telah menc�ptakan segalanya serta mengharuskan manus�a untuk mengelola dan men�kmat� has�lnya. Maka tentunya cara yang pal�ng log�s dalam mensos�al�sas�kan n�kmat tersebut adalah dengan meng�kut� apa yang telah d�tetapkan-Nya. Dan d� antara cara tesebut adalah dengan mengeluarkan zakat sebaga� satu bentuk kesadaran j�wa yang t�ngg�, ba�k d�pandang dar� s�s� sos�al kemanus�aan dan s�s� mana k�ta sebaga� hamba yang bersukur.

Bert�t�k tolak dar� �tu semua, penul�s mencoba membahas hal-hal yang berkenaan dengan zakat perkebunan yang d�t�njau dar� berbaga� aspek serta keterka�tannya dengan upaya pengentasan kem�sk�nan dalam kalangan umat Islam.

B. Pengertian ZakatD�t�njau dar� seg� bahasa, kata zakat merupakan kata dasar dar� zaka

yang berart� berkah, tumbuh, bers�h dan ba�k.4

Sayy�d Sab�q menjelaskan bahwa zakat adalah nama/�st�lah bag� sesuatu yang d�keluarkan seseorang yang termasuk dalam kategor� hak Allah Ta’la kepada segenap fuqara’. D�namakan zakat, karena mengandung makna berkembang, suc�, dan keberkahan. In� terl�hat dar� F�rman Allah Ta’ala dalam surart At Taubah ayat 10� Art�nya : “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu

kamu membersihkan dan mensucikan mereka….. “5

� Anon�m. h. �554 Muhammad Yusuf Al-Qardaw�, Fighu Al-Zakah, Penerjemah Salman Harun : PT.

M�zan, Bandung, 199�. h. �45 Anon�m, 1971. h. 207

Page 99: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

97Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Masburiyah, S.Ag, M.Fil.I., Zakat Hasil...

Al-Imam Al-Nawaw� mengatakan, bahwa zakat mengandung kamna kesuburan. Kata zakat d�paka� untuk dua art� : subur dan suc�. Zakat d�gunakan untuk sedekah yang waj�b. Sedekah sunnat, nafakah, kemaafan dan kebenaran. Dem�k�anlah Ibnu Arab� menjelaskan pengert�an kata zakat�

Abu Muhammad Ibnu Quta�bah mengatakan, bahwa : lafadz zakat d�amb�l dar� kata zakah yang berart� nama’ kesuburan dan penambahan”. Harta yang d�keluarkan d�sebut zakat, karena menjad� sebab bag� kesuburan harta.7

Abul Hasan Al-Wah�d� mengatakan bahwa zakat adalah mensuc�kan harta dan memperba�k�nya, serta menyuburkannya. Menurut pendapat yang leb�h nyata, zakat �tu bermakna kesuburan dan penambahan serta perba�kan. Asal maknanya, penambahan kebaj�kan.

Sedangkan menurut �st�lah syara’ terdapat beragam pernyataan ulama tentang zakat, d�antaranya :

Zamakhsyar� menjelaskan, sebaga�mana yang d�kut�p oleh Yusuf Al-Qardlawy, bahwa zakat sepert� halnya sedekah, berwazan fa’alah, dan merupakan kata benda bermakna ganda, d�paka� untuk pengert�an benda tertentu ya�tu sejumlah benda yang menzakatkan �tu.8 Dengan kata la�n, bahwa zakat �tu mem�l�k� dua pengert�an sebaga� kata benda yang mel�put� kekayaan harta dan benda dab sebaga� kata kerja yang mel�put� segala akt�v�tas pelaksanaan zakat �tu send�r�.

Al-Maward� dalam k�tab Al-Haw� mengatakan “ Zakat itu sebutan untuk pengambilan tertentu dari harta yang tertentu menurut sifat-sifat yang tertentu umtuk diberikan kepada golongan yang tertentu.”9

Al-Syaukan� menjelaskan : “ Memberi suatu bagian dari harta yang sudah sampai hisab kepada orang fakir dan sebagainya. Yang tidak bersifat dengan sesuatu halangan syara’ yang tidak membolehkan kita memberikan kepadanya.10

� Muhammad Isma�l Al-Sa’an�, Subul al-Salam, Cet. IV Darul Ihya Al Turats Al-Arab�, Ba�rut 1�79. h. 120

7 Abdullah b�n Ahmad Al Qudamah, Al Mughny Jilid II, Darul F�kr, Be�rut, 1405. h. 4��

8 Muhammad Yufuf Al-Qardlawy, Hukum Zakat, Studi Komperatif Mengenai Status dan Filsafat Zakat berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits. L�tera Antar Nusa Pustaka M�zan 1999 h. �4

9 Muhammad Yusuf Al-Qordaw�, Op C�t, h. �2510 Muhammad Al-Syaukan�, Nailul Author, Darul J��l, Be�rut, 197� . h. 170

Page 100: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

98 Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Volume 1, Nomor 1, Juni 2009

Al-Zarqan� dalam syarah Al-Muwatha’ menerangkan bahwa zakat �tu mempunya� rukun dan syarat. Rukunnya �alah khas dan syaratnya �alah sebab. Cukup setahun d�m�l�k�. Zakat d�terapkan kepada orang-orang tertentu dan d�a mengandung sanks� hukum terlepas dar� kewaj�ban dun�a dan mempunya� pahala d�akh�rat dan menghas�lkan suc� dar� kotoran dosa.11

Zakat �n� mempunya� beberapa �st�lah :a. Zakat yang terdapat dalam surat Al-baqoroh ayat 4�.b. Shadaqah yang terdapat dalam surat Attaubah ayat 104.c. Haq yang terdapat dalam surat Al-An’am ayat �4.d. Nafaqah yang terdapat dalam surat At taubah ayat �4e. ‘Afw yang terdapat dalam surat Al-A’rof ayat 199.

Dan Perlu pula d�perhat�kan bahwa kata sedekah kerap kal� d�pergunakan Al-Quran dan Al-Sunnah dengan makna zakat. Sebaga�mana yang d�tegaskan oleh Al-Maward�. Hanya saja ‘urf telah mengurang� n�la� kata sedekah karena d�gunakan untuk pember�an yang d�ber�kan kepada perm�nta-m�nta. Sebenarnya kata sedekah melembangkan kebenaran �man dan melambangkan pula bahwa orang yang member� sedekah �tu membenarkan adanya har� pembalasan.12

C. Harta Yang Wajib DizakatiD� dalam Al-Quran hanya d�jumpa� beberapa bentuk kekayaan yang

secara umum d�kenalkn zakat, namun t�dak d�temukan adanya ketegasan yang dapat mer�nc� berbaga� hal yang berka�tan dengan zakat, sepert� mengena� harta benda yang waj�b d�zakat� serta syarat-syarat yang harus d�penuh� dan jumlah harta yang harus d�zakatkan. D� s�n�lah Allah member� leg�l�tas bag� Rasulnya untuk member� gambaran ketetapan penzakatan melalu� sunnahnya.

Zakat �tu menurut gar�s besarnya terbag� dua :a. Zakat Mal (harta), Emas, Perak, B�natang, tumbuh-tumbuhan (Buah-

buahan dan b�j�-b�j�an) dan barang pern�agaan.b. Zakat nafs, zakat j�wa yang d�sebut juga “zakat fithrah”.1�

11 Muhammad B�n Abdul Baq� Al-Zarkan�, Syarah Al Zaqani, Darul Khutub Al-Ilm�ah, Be�rut 1411. h. 41

12 Hasb� Asy-Sh�dd�eqy, Pedoman Zakat, Semarang PT. Pustaka R�zk� Putra 1999. h. 5

1� Ib�d. h. 9

Page 101: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

99Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Masburiyah, S.Ag, M.Fil.I., Zakat Hasil...

Namun dengan t�dak akan berkomentar panjang, penul�s mencoba membahas salah satu bentuk zakat d� atas, ya�tu zakat tumbuh-tumbuhan yang mas�h termasuk dalam jen�s zakat mal.

D. Landasan Wajibnya Zakat Hasil Perkebunan

1. Firman Allah, Al Baqoroh ayat 267Art�nya : “Hai oranr-orang yang beriman nafkahkanlah hartamu

dijalan Allah sebagian dari seabgian dari usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kamu keluarkan dari dari buni untu kamu, dan janganlah kamu memilih yang buruk buruk lamu kamu nafkahkan dari padanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengammbilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya . Dan ketahuilah bahwa Allah maha mengetahui dan lagi terpuji14

Per�ntah berart� waj�b d�laksanakan, pengeluaran sebag�an dar� perolehan �tu d�tetapkan oleh Allah sebaga� konsekuens� �man, sedangkan Al-Quran banyak sekal� mengungkapkan zakat dengan ungkapan “Mengeluarkan sebaga�an dar� perolehan” �tu. Jashash mengatakan bahwa makna “Sebag�an dar� perolehan” �tu adalah zakat, landasanya adalah firman Allah, “Menafkahkan” d�atas yang maksudnya adalah “Menzakatkan”. Dalam hal �tu t�dak ada perbedaan pendapat antara para ulama terdahulu dan para ulama yang datang kemud�an, ya�tu yang d�maksudkan adalah “zakat”.15

Al-Qurtub� menjelaskan bahwa atau d�atas d�tunjukan kepada segenap umat Muhammad SAW, para ulama berbeda pendapat dalam memaham� kata “anfiqu”. Al� b�n Ab� Thal�b, Uba�dah Al-Salman�, dan Ibnu S�r�n menjelaskan bahwa �tu adalah “waj�b zakat”.

D�antara kata “ “ adalah tumbuh-tumbuhan, sebaga�mana yang d�r�wayatkan oleh Al-Daruqutnh� dar� A�syah ra. Berkata : D�antara sunnah Rasul adalah “T�dak ada sedekah (zakat) pada b�j� dan kurma, kecual� apab�la mencapa� l�ma wasaq…

……..Mesk�pun Ab� Han�fah berpendapat ayat tersebut bers�fat umum yang berart� set�ap yang keluar (tumbuh) dar� muka bum� ba�k sed�k�t maupun banyak adalah waj�b untuk d�zakatkan.1�

14 Anon�m, h. �7 15 Al-Jashas, Ahkamul Qur’an. Jilid I Darul Ihya Al-Turats Arabi, Be�rut. tt. h. 54�1� Abu Abd�llah Al-Qurtub�, Tasfsir Al-Qurtubi Jilid III, Cet. II. Darul As-Saab. Ka�ro

1�72. h. �20-�21

Page 102: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

100 Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Volume 1, Nomor 1, Juni 2009

Adapun perbedaan pandangan d� kalangan ulama mengena� status ayat tersebut, d�antara mereka ada yang menganggap batal (nasakh) dan ada yang menyatakan t�dak, maka Al-Qardlaw� menganggap bahwa ayat tersebut t�daklah d�batalkan oleh had�s shah�h yang mewaj�bkan zakat 10 % atau 5 %, mela�nkan adanya hubungan antara yang mujmal “samar” dengan mufassal “tegas” atau yang mebham “global” dengan mufassar “terper�nc�”.17

Al-Sayuth� menjelaskan bahwa pada ayat �n�, Allah memer�ntahkan untuk berzakat pada dua hal : ya�tu zakat mal dan zakat b�j�-b�j�an dan tumbuh-tumbuhan (hubb dan ts�mar).18

D�tempat la�n, Allah berfirman dalam surat Al-An’ am ayat 14 art�nya : “Katakanlah apakah akan aku jadikan pelindung selain Allah yang menjadikan langit dan bumi, padahal Dia memberi makan dan tidak diberi makan. Dan katakanlah sesungguhnya aku diperintah supaya aku menjadi orang yang pertama sekali menyerahkan diri kepada Allah dan jangan sekali-kali kamu masuk kedalam golongan orang musyrik.19

Banyak ulama terdahulu berpendapat bahwa yang d�maksud dengan “hak”nya dalam ayat tersebut d� atas adalah “zakat waj�b” : 10 % atau 5 %.

Ja’far Al-Thabar� berpendapat, yang bersumber dar� anas b�n Mal�k, dalam menafs�rkan ayat tersebut, bahwa maksudnya adalah “zakat waj�n” “ Ibnu Abbas yang d�laporkan dar� berbaga� sumber juga berpendapat bahwa maksudnya adalah “zakat sebesar 10 % atau 5 %, dan maksud panen �tu d�t�mbang dan d�ketahu� berapa banyaknya.20

2. Hadis:D�r�wayatkan dar� Jab�r, bahwa Rasulullah SAW bersabda :21

“Sesungguhnya Rasul berkata : “Yang diairi dengan sungai atau hujan, zakatnya 10 % sedangkan yang diairi penyiraman zakatnya 5%.Had�s yang sejalan dengan �n� had�ts Bukhar� yang art�nya

“……Tanaman yang diairi dengan air hujan, mata air, atau 17 Muhammad Yusuf Al-Qardhaw�, Op C�t. h. �2918 Muhammad Ahmad b�n Sayut�, Tafsir Jalalain. Jilid I. Darul Hadis. Kairo. tt.5919 Anon�m, 20 Muhammad Yusuf Al-Qardhaw�, Op C�t. h. �2721 CD, Al-Mausu’ah Al-Had�s Al-Syar�f, Global Islamic Sofware Company 1991-1997

Page 103: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

101Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Masburiyah, S.Ag, M.Fil.I., Zakat Hasil...

air tanah, zakatnya 10 % dan yang diairi dengan penyiraman, zakatnya 5%/.D�samp�ng had�s d�atas, mas�h terdapat beberapa kontek had�s la�n

yang berka�tan dengan perh�tungan waktu zakat.

3. Ijma’Para ulama sepekat tentang waj�bnya zakat sebesar 10 % atau 5 %

keseluruhan has�l tan�. Sekal�pun mereka berbeda pendapat tentang ketentuan-ketentuan la�n.

E. Hasil Pertanian Yang Wajib ZakatSetelah d�paparkan tentang dasar-dasar yang mewaj�bkan zakat

tanaman dan buah-buahan, maka selanjutnya akan d�jelaskan apa saja yang termasuk dalam kategor� waj�b zakat 10% atau 5% tersebut.1. Ibnu Umar dan sebag�an Tab�’�n serta sebag�an ulama setelah mereka

berpendapat bahwa zakat hanya waj�b atas dua jen�s b�j�-b�j�an ya�tu gandum (h�nthah0 dan sejen�s gandum la�n (sya�r dan dua jen�s buah-buahan ya�tu kurma dan anggur.

2. Ahmad mem�l�k� pendapat yang beragam, yang terkenal dan terpent�ng adalah pandagannya yang terdapat dalam k�tab Al-Mughn�, zakat waj�b atas b�j�an dan buahan yang mem�l�k� s�fat-s�fat d�t�mbang, tetap, dan ker�ng yang menjad� perhat�an manus�a b�la tumbuh d� tanahnya, tahan d�s�mpan lama :- Berupa makanan pokok sepert� gandum, sorgum, jagung, pad�- Berupa kacang-kacangan- Berupa bumbu-bumbuan- Berupa b�j�-b�j�an- Berupa buah-buahan yang kesemuanya mem�l�k� s�fat-s�fat d�atas.

�. Mal�k dan Syafi’I berpendapat bahwa zakat waj�b atas segala makanan yang d�makan dan d�s�mpan, b�j�an dan buahan ker�ng sepert� gandum, b�j�nya, jagung, pad�, dan sejen�snya.22 dengan kata la�n, adalah semua makanan pokok adalah waj�b d�zakat� dan sela�n �tu t�dak termasuk waj�b zakat.

4. Abu Han�fah berpendapat bahwa semua has�l tanaman, ya�tu yang d�maksudkan untuk mengeksplo�tas� dan memperoleh penghas�lan 22 Muhammad Yusuf Al-Qardlaw�,. Op C�t. h. ���

Page 104: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

102 Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Volume 1, Nomor 1, Juni 2009

dar� penanamannya, waj�b zakatnya sebesar 10 % atau 5 %.2�

Bahwa Al-Ghazal� yang berd�r� dalam mazhab Syafi’�, menjelaskan bahwa :

Waj�b d�keluarkan sepersepuluh (10%) dar� set�ap has�l b�j�-b�j�an yang mengenyang�, apab�la telah mencapa� delapan ratus mann. Kurang dar� �tu, t�dak ada zakat padanya. Juga t�dak d�waj�bkan zakat atas buah-buahan dan kapas, sela�n b�j�-b�j�an yang mengenyangkan (makanan pokok) serta kurma dan k�sm�s (anggur yang d�ker�ngkan). N�shabnya, sebanyak delapan ratus mann d�h�tung dar� kurma yang telah masak dan buah anggur yang telah d�ker�ngkan.24

Selanjutnya �a menyatakan bahwa hendaknya orang yang membayar zakat telah menggant�kannya dengan memperh�tungkan harganya, mela�nkan mengeluarkannya dar� jen�s harta �tu send�r�. Maka t�dak boleh mengeluarkan uang untuk zakat emas sebaga�mana t�dak boleh mengeluarkan emas untuk zakat uang, mesk� mungk�n n�lanya leb�h besar. Mungk�n saja orang t�dak mengert� tujuan Imam Syafi’I dalam menetapkan hukum sepert� �tu, akan menganggap enteng ketentuan tersebut. D�k�ranya bahwa yang pent�ng adalah mengh�langkan kebutuhan s� pener�ma zakat saja.25

Sementara Muhammad R�fa’I menjelaskan bahwa h�sab bum� yang sudah d�bers�hkan �alah l�ma wasaq ( 700 kg), sedangkan yang mas�h berkul�t �alah sepuluh wasaq (1.400 kg), zakatnya 10 % (sepuluh persen) j�ka d�a�r� dengan a�r hujan, a�r sunga� dan la�nnya yang t�dak mengeluarkan b�aya produks�. J�ka d�a�r� dengan a�r yang d�peroleh dengan pembel�an, maka zakatnya 5 % (l�ma persen)..2�

Penul�s memandang bahwa pendapat Abu Han�fah dalam masalah �n�, adalah cukup relevan dengan perkembangan masa dan kemajuan yang ada dewasa �n�. In� d�l�hat dar� keumuman nash yang menegaskan tentang zakat tersebut, d� samp�ng sejalan dengan tujuan syara’ d� tengah arus kemajuan peradaban manus�a d� segala b�dang keh�dupan.

2� Ib�d. h. ���24 Muhammad Ham�d, Al-Gazal�, Rahasia Puasa dan Zakat. Penerjemah Kharisma

Bandung 1998.h. 53-5425 Ib�d. h. �1 2� Muhammad R�fa’, Fiqih Islam Lengkap. CV. Thoha Putra Semarang 1978. h. �58

Page 105: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

10�Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Masburiyah, S.Ag, M.Fil.I., Zakat Hasil...

F. Pandangan Ulama Tentang Besar Nishab dan WaktunyaJumhur ulama sepakat bahwa tanaman dan buah-buahan t�dak akan

terkena waj�b zakat j�ka belum sampa� l�ma wasaq. �n� d�dasarkan pada konteks had�s shah�h yang d�r�wayatkan oleh jama’ah muhad�s�n27

Sementara Abu Han�fah mem�l�k� pandangan yang la�n bahwa tanaman dan buahan �tu waj�b d�zakat� tanpa mel�hat sed�k�t atau banyaknya. Ia mendasarkan pandangan �n� dengan keumuman pengert�ahad�s “ ….” Tanaman yang d�a�r� dengan a�r hujan, mata a�r, atau a�r tanah, zakatnya 10 % dan yang d�a�r� dengan peny�raman zakatnya 5 %. (HR. Bukhar�) �n� d�sebabkan t�dak adanya persyaratan yang menyatakan masa pemberlakuannya.28

Sehubungan dengan waktu pelaksanaan zakat �n�, sebaga�mana yang d�jelaskan dalam surat Al-Baqarah ayat 141 :Art�nya : “Dan dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung

dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya), dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan dikeluarkan zakatnya) dan janganlah kamu berlebih-lebihan, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”.29

Ayat d� atas leb�h banyak d�paka� jumhur ulama dalam menjelaskan waktu pelaksanaan zakat perkebunan, ya�tu pada saat memet�k atau memanen has�l perkebunan.

G. Peranan Zakat Perkebunan Dalam Upaya Meningkatkan EkonomiMampukah zakat menjad� salah satu faktor penopang men�ngkatkan

perekonom�an umat ?

a. Zakat Dapat Mengembangkan HartaAl-Quran telah membuat �barat tentang tujuan zakat, d�hubungkan

dengan orang-orang kaya yang d�amb�l dar� padanya zakat, ya�tu

27 CD. Al-Mausu’ah Al-Had�s Al-Syar�f, 1991 -1997. Op.C�t28 Abdullah b�n Ahmad Al-Qudamah, Al-Mughni, J�l�d II Dar Al-F�kr Be�rut 1405.

h. �9229 Anon�m. h.

Page 106: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

104 Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Volume 1, Nomor 1, Juni 2009

d�s�mpulkan pada dua kal�mat yang terd�r� dar� beberapa huruf, akan tetap� keduanya mengandung aspek yang banyak dar� rahas�a-rahas�a zakat dan tujuan-tujuan yang agung. F�rman Allah dalam surat At Taubah ayat 10�Art�nya : “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat

itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka….. “�0

Dua kal�mat tersebut adalah tathth�r (members�hkan) dan tazk�yah (mensuc�kan) yang mel�put� segala bentuk pembers�han dan pensuc�an, bag� harta dan kekayaannya.�1

Pada s�s� la�n, zakat dapat pula membebaskan manus�a dar� sesuatu yang mengh�nakan martabat mul�a manus�a dan merupakan keg�atan tolong-menolong yang ba�k, dalam menghadap� problemat�ka keh�dupan dan perkembangan zaman.

Pada pr�ns�pnya, zakat dapat mengembangkan dan memberkahkan harta. Terkadang orang menganggap aneh, zakat yang secara lah�r�ah mengurang� harta, dengan mengeluarkan sebag�annya, baga�mana mungk�n akan berkembang dan bertambah banyak. Tetap� sebenarnya d� bal�k pengurangan yang bers�fat zah�r �n�, hak�katnya akan berkembang, akan menambah harta secara keseluruhan yang beredar dar� berbaga� kalangan masyarakat dan pada g�l�rannya dapat membangk�tkan usaha d� berbaga� sektor.

K�ta dapat mel�hat sebag�an pemer�ntahan yang kaya, member�kan sebag�an hartanya kepada sebag�an pemer�ntahan yang m�sk�n, bukan karena Allah, tetap� karena �ng�n menumbuhkan kekuatan yang mendukungnya..�2

Zakat sebaga� �badah prakt�s yang langsung d�rasakan manfaatnya oleh masyarakat golongan ekonom� lemah, dem�k�an halnya kead�lan sos�al secara prakt�s obyek utamanya men�ngkatkan kesejahteraan dan status golongan dhua’fa dalam masyarakat.

Zakat yang d�nyatakan seabga� hak fak�r m�sk�n, juga merupakan hak masyarakat. Orang kaya yang berhas�l mengumpulkan harta kekayaan, sebenarnya hal �n� t�dak mungk�n terwujud tanpa and�l saham, bantuan dan part�s�pas� orang la�n, ba�k langsung maupun t�dak langsung terutama dar� golongan dhua’afa, sebaga�mana had�s Nab� yang berbuny� :�0 Anon�m. h. 297 �1 Muhammad Yusuf Al Qardlaw�, Op C�t. h. 848�2 Ib�d. h. 8��

Page 107: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

105Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Masburiyah, S.Ag, M.Fil.I., Zakat Hasil...

Art�nya : “Sesungguhnya keberhasilan dan kecukupan yang diperoleh orang kaya itu adalah berkat orang-orang yang lemah diantara kamu”.��

Pada pr�ns�pnya, zakat has�l perkebunan mem�l�k� perbedaan dengan zakat kekayaan la�nnya. In� terl�hat pada pengeluaran zakatnya yang t�dak tergantung dar� berlalunya tempo satu tahun, oleh karena benda yang d�zakatkan �tu merupakan produks� atau has�l yang d�ber�kan oleh tanah, art�nya kewaj�ban zakat terjad� b�la produks� �tu d�peroleh. Dalam �st�lah modern sekarang, zakat �tu merupakan pajak produks� yang d�peroleh dar� eksplo�tas� tanah. Sedangkan zakat atas kekayaan-kekayaan yang la�n merupakan pajak yang d�kenakan atas modal atau pokok kekayaan �tu send�r�, berkembang atau t�dak berkembang.�4

b. Zakat Dapat Meningkatkan Perekonomian UmatSebenarnya, j�ka d�t�njau dar� berbaga� sudut betapa hebatnya

sumbangan yang dapat d�ber�kan oleh pelembagaan zakat, j�ka dapat d�laksanakan sebaga�mana mest�nya.

Negara Indones�a yang dem�k�an luas dengan daerah-daerah daratan merupakan saham terbesar bag� tumbuhnya berbaga� komod�t� perkebunan ba�k ekspor maupun �mpor yang past� akan memasukkan pendapatan daerah dan bangsa dengan skala besar. K�ta dapat bayangkan baga�mana seanda�nya perekonom�an Indones�a �n� d�pegang oleh umat Islam. Pada konglomerat dan pengusaha yang bergerak d�b�dang perkebunan dan pertan�an, pertanahan dan sebaga�nya mem�l�k� j�wa dan kesadaran agama yang t�ngg� tentunya alangkah besar angka-angka yang dapat d� ura� menjad� sumber dana bag� segala aspek keh�dupan masyarakat, khususnya d�b�dang perekonom�an umat dar� has�l zakat perkebunan yang d�keluarkan.

Pada kenyataannya perekonom�an Indones�a berada d� tangan non musl�m d�mana mereka t�dak mengenal zakat dengan segala konsepnya. Oleh karenanya perlu adanya campur tangan pemer�ntah dan masyarakat. Yang secara bersama menegakkan s�stem zakat yang benar dan sesua� dengan syar�at Islam yang h�dup d� alam kem�sk�nan umat Islam Indones�a.

�� Imam Ahmad b�m Hanbal, Musnad. Juz I. Mu’ass�sah Qurtubah. Mes�r. tt. h. 91 �4 Muhammad Yusuf Al-Qardlaw�, Op.C�t. h. �25

Page 108: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

10� Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Volume 1, Nomor 1, Juni 2009

Mesk�pun dem�k�an, sebenarnya cukup banyak juga para pengusaha perkebunan yang beragama Islam dan waj�b mengeluarkan zakat dalam set�ap penghas�lan produks�nya. J�ka �n� dapat d�kelola secara profes�onal oleh suatu lembaga yang d�dukung oleh pemer�ntah dan segenap masyarakat, maka tentunya akan sangat bermanfaat bag� perekonom�an umat d�mana jumlah dana yang cukup besar tersebut akan dapat d�ber�kan kepada para mustah�q yang dengan suatu s�stem seh�ngga dapat menjad� sektor-sektor ekonom� kerakyatan yang leb�h mantap dan berkembang serta dapat men�ngkatkan �ncome daerah yang pada g�l�rannya dapat d�rasakan oleh masyarakat secara keseluruhan. In� sejalan dengan pandangan Dr. Had� Purnomo yang menyatakan bahwa pembag�an zakat harus bers�fat edukat�f produkt�f dan ekonom�s, seh�ngga pada akh�rnya pener�ma zakat menjad� t�dak memerlukan zakat lag�, bahkan menjad� waj�b zakat.�5

Penul�s berpendapat bahwa untuk menerapkan s�stem zakat d� Indones�a saat �n� adalah dengan kembal� kepada firman Allah dalam surat At taubah ayat 10� yang berbuny� Art�nya : “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat

itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka….”��

Per�ntah �n� d�tujukan kepada para am�l/pengurus badan zakat untuk memungut zakat dar� mereka yang d�waj�bkan untuk mengeluarkan zakat. Namun dalam hal �n� kekuasaan terletak pada pemer�ntah oleh karenanya pemer�ntah pun d�haruskan untuk membentuk serta member� wewenang yang kuat kepada badan tersebut, ba�k secara hukum maupun berbaga� kebutuhan la�nnya. Badan tersebut harus terd�r� dar� mereka yang terpercaya dan memenuh� persyaratan serta representat�f, seh�ngga d�harapkan mampu melaksanakan dengan penuh tanggun jawab kepada masyarakat dan Allah SWT.

Sebenarnya, keberadaan lembaga pengelola zakat merupakan hal terpent�ng d�l�hat dar� eks�stens�nya sebaga� lembaga yang dapat d�pegang dar� keseluruhan aspeknya sebaga� suatu lembaga yang benar-benar berjalan d� bawah bendera keberadaan dan kead�lan dalam melaksanakan dan menjabarkan konsep zakat yang d�per�ntahkan Allah dan Rasulnya.

�5 Had� Purnomo Pendayagunaan Zakat, Panj� Mas. Ed�s� Agustus 198�. No. �19�� Anon�m. h. 297

Page 109: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

107Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Masburiyah, S.Ag, M.Fil.I., Zakat Hasil...

Dengan dem�k�an, pr�ns�p zakat sebaga� salah satu faktor yang pent�ng dalam memberdayakan umat untuk men�ngkatkan taraf h�dup menuju umat yang makmur akan terlaksana.

Suatu konsep (zakat) yang benar t�dak dapat berjalan ba�k mencapa� tujuannya j�ka t�dak d�laksanakan oleh suatu s�stem (Penzakatan) yang benar dan dukungan dar� kalangan dar� berbaga� faktor �nternal dan eksternal la�nnya.

H. KesimpulanSetelah memaparkan berbaga� pembahasan tentang zakat perkebunan,

penul�s berusaha meny�mpulkan sebaga� ber�kut :a. D�t�njau dar� seg� bahasa, kata zakat merupakan kata dasar dar�

zakat yang berart� tumbuh, subur, bers�h, ba�k, berkembang, suc� dan keberkahan. Zakat berwazan fa’alah, dan merupakan kata benda bermakna ganda, sebaga� kata benda yang mel�put� kekayaan harta dan benda dan sebaga� kata kerja yang mel�put� segala akt�v�tas pelaksanaan zakat �tu send�r�. Menurut �st�lah, zakat �tu sebutan untuk pengamb�lan tertentu dar� harta yang tertentu menurut s�fat-s�fat yang tertentu untuk d�ber�kan kepada golongan yang tertentu. Zakat �n� merupakan beberapa �st�lah, shadaqa, haq, nafaqah, dan afuw.

b. Zakat �tu menurut gar�s besarnya terbag� dua : zakat mal (harta) dan zakat nafs (j�wa).

c. Landasan waj�bnya zakat has�l perkebunan d�dasarkan kepada Al-Quran (2 : 2�7, � : 14), had�s Rasulullah, dan �jma.

d. Para ulama berbeda pandangan dalam mengkategor�kan has�l tumbuhan apa saja yang waj�b d�keluarkan zakatnya. Namun menurut penul�s, sesua� dengan keumuman nash yang menegaskan tentang zakat menunjukkan kepada semua has�l tanaman yang bern�la� ekonom�s dan d�maksudkan untuk memperoleh penghas�lan dar� penanamannya,

e. Jumhur ulam sepakat bahwa tanaman dan buah-buahan t�dak akan terkena waj�b zakat j�ka belum sampa� l�ma wasaq. Dan waktu pelaksanannya adalah pada saat memet�k atau memanen has�l perkebunan.

f. Perenan zakat perkebunan dalam upaya men�ngkatkan ekonom� umat dapat d�l�hat dar� pr�ns�p zakat �tu send�r� yang dapat mengembangkan dan memberkahkan harta. Zakat juga dapat men�ngkatkan perekonom�an umat j�ka d�kelola secara profes�onal oleh suatu lembaga

Page 110: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

108 Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Volume 1, Nomor 1, Juni 2009

yang d�dukung oleh pemer�ntah dan segenap masyarakat dengan konsep dan s�stem yang sesua� dengan ketentuan syara’.

DAFTAR BACAANAnon�m, “CD Al-Quran Al-Karim, Keluaran Kel�ma �.50, Perusahaan

Perangkat Lunak Sakt�, 1997.Ahmad b�n Hanbal, Musnad, Juz I, Mu’assisah Qurtubah, Mes�r , II.Al-Ghazal�, Muhammad, Rahasia Puasa dan Zakat. Pen, Kar�sma, Bandung,

1998.Al-Qardlawy, Muhammad Yusuf, Prof. Dr… “Fiqhu al-zakah, penterjemahan,

Dr. Salman Harun, M�zan. Bandung : 199�Al-Qardlawy, Muhammad Yusuf, Hukum Zakat : Studi Komperatif Mengenai

Status Dan Filsafat Zakat Berdasarkan Al-Quran dan AL-Hadis, L�tera Antar Nusa dan Pustaka M�zan. 199�.

Al-Qudamah, Abdullah b�n Ahmad, Al-mughini, J�l�d II, Dar Al-F�kr, Be�rut, 1405.

Al-Qurtub�, Abu Abd�llah, Tafsir Al-Qurtubi. J�l�d III, Cet, II, Dar Al-sa’ab Ka�ro, 1�72.

Al-Sayut�, Muhammad b�n Ahmad, “Tafsir Jalalain, J�l�d I, Dar al-Had�s, Qa�ro, tt.

Al-Shan’any, Muhammad B�n Isma�l, Subul al-Salam. Cet IV, Dar Ihya al-Turats al-Araby, Be�rut, 1�79.

Al-Sh�dd�eqy, Muhammad Hasb�, Pedomn Zakat, Semarang : PT. Pustaka R�zk� Putra, 1999.

Al-Syafi’I, Muhammad B�n Idr�s, Ahkamu Al-Quran, Juz I, Dar al-Kutub al-Ilm�ah, Be�rut, 1400

Al-Syaukan�, Muhammad b�n Al�, Nailu al-Authar, Dar al-J�ll, Be�rut, 197�.

Al-Zarqan�, Muhammad b�n Abdul Baqy, Syarah al-Zarqani, Dar al-Kutub al-Ilm�yah, Be�rut, 1411.

“CD al-Mausu’ah al-Had�s al-Syar�f, Globalisasi Islamic Software Company, 1991-1997.

Purnomo, Drs. Syeh Had�, SH, MA, Pendayagunaan Zakat, Dalam Panjimas, ed�s� Agustus, 1989. No. �19, Pustaka Panj�mas Jakarta.

R�fa’I, Moh,. Drs. .. Fiqh Islam Lengkap, CV. Thoha Putra, Semarang. 1978.

Page 111: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

109Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Rahmi Hidayati, Praktek Monopoli...

PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

(Studi Terhadap Etika Bisnis Islam)Rahmi Hidayati

AbstrakIt is hard to deny that monopoly and unfairness in business bring about any unexpected circumstances. Unfortunately, there are many groups that are always control over some products and commodities in order to monopolize the market. Negative impacts of monopoly is not only to enervate the purchasing power of consumer by taking profit as much as possible, but also to spoil the equilibrium of of market mechanism due to the distortion created by that groups. This article will discuss about monopoly on perspective of Islamic business ethic.

Kata Kunci : Monopoli, Mekanisme Pasar, Persaingan Tidak Sehat dan Distorsi Ekonomi

PendahuluanPersa�ngan harus d�pandang sebaga� hal yang pos�t�f dan sangat

esens�al dalam dun�a usaha. Dengan persa�ngan, para pelaku usaha akan berlomba-lomba untuk terus menerus memperba�k� produk dan melakukan �novas� atas produk yang d�has�lkan untuk member�kan yang terba�k bag� pelanggan.

Dar� s�s� konsumen, mereka akan mempunya� p�l�han dalam membel� produk dengan harga murah dan kual�tas terba�k. Dalam kond�s� dem�k�an, yang harus d�tuntut adalah bentuk persa�ngan yang sehat (fair).

Karena k�ta tahu dalam praktek, banyak terjad� bentuk persa�ngan yang t�dak sehat (unfair), yang akan memat�kan persa�ngan �tu send�r�, dan pada g�l�rannya memunculkan praktek monopol�.

J�ka k�ta menyebutkan kata ‘monopol�’ terbayang dalam benak k�ta adanya seorang atau sekelompok orang yang menguasa� suatu b�dang

Page 112: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

110 Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Volume 1, Nomor 1, Juni 2009

tertentu secara mutlak tanpa member�kan kesempatan kepada p�hak la�n untuk �kut amb�l bag�an.

Dengan monopol� suatu b�dang, berart� terbuka kesempatan untuk mengeruk keuntungan yang sebesar-besarnya bag� kepent�ngan kantong send�r�. D�s�n� monopol� d�art�kan sebaga� kekuasaan menentukan harga, kual�tas dan kuant�tas produk yang d�tawarkan kepada masyarakat. Masyarakat t�dak pernah d�ber� kesempatan untuk menentukan p�l�han, ba�k mengena� harga, mutu maupun jumlah. Kalau mau s�lakan dan kalau t�dak mau t�dak ada p�l�han la�n. Itulah c�tra kurang ba�k yang d�t�mbulkan oleh keserakahan p�hak tertentu yang memonopol� suatu b�dang.

Dengan berlakunya hukum alam survival of the fittest, monopol� akan selalu ada dan muncul. K�ta t�dak dapat mengh�langkan tetap� hanya dapat mengel�m�n�r pengaruhnya. Pendapat tersebut bukan tanpa alasan, karena wabah monopol� selalu mel�ngkup� praktek dun�a usaha d� Negara manapun dalam s�stem ekonom� apapun. M�salnya, dalam s�stem ekonom� kap�tal�s, dengan adanya �nstrument kebebasan pasar, kebebasan keluar masuk tanpa restr�ks�, serta �nformas� dan bentuk pasarnya yang otom�st�k monopol�st�k telah melah�rkan monopol� sebaga� anak kandungnya.

Adanya persa�ngan tersebut mengak�batkan lah�rnya perusahaan-perusahaan yang secara nalur�ah �ng�n mengalahkan pesa�ng-pesa�ngnya agar menjad� yang pal�ng besar, pal�ng hebat dan pal�ng kaya.

Mas�h dalam wacana d� atas, d� Negara dengan s�stem ekonom� sos�al�s dan komun�s, monopol� lah�r dalam bentuknya yang khas. Dengan n�la� �nstrumental perencanaan ekonom� yang sentral�st�k mekan�st�k serta pem�l�kan faktor produks� secara kolekt�f, segalanya d�monopol� Negara dan d�atur dar� pusat.

Sedangkan d� Indones�a, dengan s�stem ekonom� Pancas�la secara �mpl�s�t justru mengaku� adanya monopol� oleh Negara, ya�tu terdapat dalam pasal �� ayat (2) dan (�) UUD 1945. 1.

Suatu pasar d�katakan terjad� monopol� apab�la : pelaku usaha sebaga� price maker mutlak; t�dak ada persa�ngan; adanya entry barrier bag� pelaku usaha la�n yang �ng�n masuk pasar yang sudah d� monopol�.

Dengan dem�k�an, prakt�k monopol� akan menguasa� pangsa pasar secara mutlak seh�ngga p�hak-p�hak la�n t�dak mem�l�k� kesempatan lag� untuk berperan serta.

1 H�kmahanto Yuwono, Sekilas Tentang Hukum Persaingan dan UU No.5 tahun 1999” Jurnal Mag�ster Hukum UII, vol1. No.1, Yogyakarta , 2000, hal. �1

Page 113: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

111Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Rahmi Hidayati, Praktek Monopoli...

Sebuah atau beberapa perusahaan yang melakukan monopol� produk tertentu menentukan harga suatu produk sesuka hat�nya, karena mekan�sme pasar sudah t�dak berjalan lag�.

Apalag� kalau produk yang d�monopol� �tu merupakan kebutuhan pr�mer, dapat d�past�kan mereka akan mengeruk keuntungan yang sebesar-besarnya (Sr� Redjek� Hartono, 2005 : 4).

Dalam kond�s� yang dem�k�an, masyarakat t�dak mempunya� alternat�f la�n kecual� membel� produk yang d�monopol� tersebut dan akan terjad� pula inefisiensi dalam menghas�lkan produk.

Dalam berbaga� kasus, b�asanya praktek monopol� dan persa�ngan usaha t�dak sehat tumbuh karena adanya kolaboras� atau ‘persekongkolan” antara penguasa /b�rokras� dengan pelaku usaha. Pemer�ntah t�dak b�sa mengawas� t�ndakan pelaku usaha dan mengontrol t�ndakannya send�r�. Al�h-al�h pejabat/b�rokrat telah “d�bungkam “atau “d�suap” oleh para pelaku usaha dengan berbaga� fas�l�tas dan kemudahan yang d�dapat karena jabatannya.

Budaya pelaku usaha yang negat�ve �n�, telah mencemar� b�rokras� atau bahkan sebal�knya dan para b�rokrat akh�rnya bert�ndak sepert� seorang pelaku usaha yang mencar� keuntungan dar� jabatannya. Bahkan untuk mendukung kerjasama tersebut, penguasa b�asanya membuat keb�jakan yang t�dak fair dan member� peluang dalam melakukan praktek monopol�, m�salnya : keb�jakan pember�an l�sens� ekslus�f; pember�an subs�d� dan ker�nganan pajak pada perusahaan tertentu; membuat peraturan yang bers�fat adhoc; r�ntangan perdagangan antar daerah; d��j�nkannya merger antar perusahaan sejen�s dan la�n-la�n.

Berangkat dar� pem�k�ran bahwa praktek monopol� t�dak hanya men�mbulkan d�stors� ekonom� yang menggannggu mekan�sme perekonom�an suatu Negara, tetap� juga membawa dampak buruk bag� moral dan mental pejabat sepert� yang telah d�ura�kan d�atas, maka dalam tul�san �n� akan d�bahas mengena� praktek monopol� dan persa�ngan usaha t�dak sehat dalam perspekt�f et�ka b�sn�s Islam.

Sekilas Tentang Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak SehatBerb�cara mengena� monopol� dan persa�ngan usaha t�dak sehat,

maka hal yang perlu menjad� perhat�an adalah s�apa pelaku usaha, s�apa konsumen serta apa produk barang dan jasa. Pelaku usaha adalah set�ap orang atau badan usaha , ba�k yang berbentuk badan hukum maupun

Page 114: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

112 Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Volume 1, Nomor 1, Juni 2009

bukan badan hukum yang d�d�r�kan untuk menyelenggarakan berbaga� keg�atan usaha dalam b�dang ekonom�.

Konsumen adalah set�ap pemaka� dan atau pengguna barang dan atau jasa ba�k untuk kepent�ngan d�r� send�r� maupun orang la�n. Barang adalah set�ap benda yang berwujud maupun t�dak berwujud; bergerak maupun t�dak bergerak, yang dapat d�perdagangkan, d�paka�, d�pergunakan atau d�manfaatkan oleh konsumen atau pelaku usaha. Jasa adalah set�ap layanan yang berbentuk pekerjaan atau prestas� yang d�perdagangkan dalam masyarakat untuk d�manfaatkan oleh konsumen atau pelaku usaha. 2 .

Dalam Black’s Law D�ct�onary, monopol� d�art�kan sebaga� a privilege or peculiar adcantage vested in one or more persons or companies consisting in the exclusive right (or power) to carry on a particular business or trade, manufacture a particular article, or control the sale of the whole supply of a particular commodity (Campbell, 1990 : 12).

Sedangkan pengert�an monopol� dalam peraturan perundangan k�ta adalah bentuk penguasaan atas produks� dan atau pemasaran barang dan atau atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku atau satu kelompok pelaku usaha (pasal 1 ayat (1) UU No.5/1999). Praktek monopol� adalah pemusatan kekuatan ekonom� oleh satu atau leb�h pelaku usaha yang mengak�batkan d�kuasan�nya produks� dan atau pemasaran atas barang dan atau jasa tertentu seh�ngga men�mbulkan persa�ngan usaha t�dak sehat dan merug�kan kepent�ngan umum. (pasal 1 ayat (2) UU No. 5/1999).

Dar� defin�s� yang d�ber�kan d�atas dapat d�ketahu� bahwa pada dasarnya ada empat hal pent�ng yang dapat d�kemukakan terka�t dengan praktek monopol�, antara la�n : pertama, adanya pemusatan kekuatan ekonom�; kedua, pemusatan kekuatan tersebut berada pada satu atau leb�h pelaku usaha; ket�ga, pemusatan kekuatan tersebut men�mbulkan persa�ngan usaha t�dak sehat; keempat, pemusatan kekuatan tersebut merug�kan kepent�ngan umum.

Selanjutnya yang d�maksud dengan persa�ngan usaha t�dak sehat adalah persa�ngan antara para pelaku usaha dalam menjalankan keg�atan produks� dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang d�lakukan dengan cara t�dak jujur atau melawan hukum atau menghambat persa�ngan usaha (pasal 1 (�) UU No.5/1999).

Macam-macam keg�atan yang terka�t dengan monopol� dan persa�ngan usaha t�dak sehat b�asanya berupa : pertama, perjanj�an yang bertujuan untuk melakukan praktek oligopoly, menetapkan harga, membag� w�layah

2 Sr� Redjek� Hartono, Hukum Persaingan, Semarang, UNDIP, 2005. hal. 7

Page 115: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

11�Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Rahmi Hidayati, Praktek Monopoli...

pasar, pembo�kotan, kartel, trust, ologopson�, perjanj�an tertutup dan �ntegras� vert�kal; kedua, keg�atan monopson�, penguasaan pasar dan persekongkolan; ketiga monopol� dan persa�ngan usaha t�dak sehat dapat terjad� juga karena adanya pos�s� dom�nan dar� pelaku usaha dengan tujuan menguasa� pasar.

Monopol� send�r� dapat terjad� atau muncul dalam berbaga� cara. M�salnya, �a dapat terjad� karena memang d�kehendak� oleh hukum, seh�ngga t�mbul apa yang d�sebut dengan monopoly by law. Pasal �� ayat (2) dan (�) yang berbuny� “cabang-cabang produks� yang pent�ng bag� Negara dan yang menguasa� hajat h�dup orang banyak d�kuasa� oleh Negara. Bum� dan a�r dan kekayaan alam yang terkandung d� dalamnya d� kuasa� oleh Negara dan d�pergunakan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. In�lah yang d�sebut dengan �st�lah monopoly by law. �

Kedua adalah monopoly by nature, ya�tu monopol� yang lah�r dan tumbuh secara alam�ah karena d�dukung oleh �kl�m dan l�ngkungan yang cocok. K�ta dapat mel�hat tumbuhnya perusahaan-perusahaan yang karena mem�l�k� keunggulan dan kekuatan tertentu dapat menjad� raksasa b�sn�s yang menguasa� seluruh pangsa pasar yang ada. Mereka menjad� besar karena mem�l�k� s�fat-s�fat yang cocok d�mana mereka tumbuh. Sela�n �tu b�asanya d�dukung oleh b�b�t unggul yang mempunya� pos�s� dom�nant.

Bentuk monopol� yang ket�ga adalah monopoly by licence. Monopol� �n� terjad� karena “superior skill” yang d�peroleh melalu� l�sens� dengan menggunakan mekan�sme kekuasaan. Sela�n �tu ada juga yang d�kenal dengan adanya “trade secref” walaupun t�dak memperoleh ekslus�fitas dar� Negara, namun dengan teknolog� “rahas�a”-nya mampu membuat produk super�or. Monopol� jen�s �n�lah yang pal�ng besar dan ser�ng men�mbulkan d�stors� ekonom� karena kehad�rannya mengganggu kese�mbangan pasar yang sedang berjalan dan bergeser kearah yang d��ng�n� oleh p�hak yang mem�l�k� monopol� tersebut.

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Perspektif Etika Bisnis Islam

Sejak 15 abad yang lalu, Nab� Muhammad saw telah mengharamkan per�laku monopol�. 4 Nab� bersabda : “barang s�apa melakukan monopol�, maka �a bersalah, berdosa” (HR Musl�m dar� Mu’amar b�n Abd�llah).

� Ahmad Yan� dan Gunawan, Anti Monopoli, Jakarta : Radja Grafindo Persada, 2002. hal. 5

4 Abdullah Kel�b, Hukum Ekonomi Islam, Semarang UNDIP, 2005. hal. 1

Page 116: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

114 Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Volume 1, Nomor 1, Juni 2009

Per�laku monopol� termasuk perbuatan sewenang-wenang dalam menggunakan hak (al-ta’ssuf fi al-isti’mal al-haq). Karena untuk mewujudkan keuntungan pr�bad�, seorang pelaku monopol� telah menyebabkan t�mbulnya kerug�an yang besar pada hak publ�k (haq al jama’ah), masyarakat.

Islam, mem�l�k� n�la�-n�la� pr�ns�p�l terhadap semua akt�v�tas keh�dupan, beg�tu juga terhadap akt�v�tas keh�dupan ekonom� k�ta, dus monopol� dan persa�ngan usaha t�dak sehat. Tujuan akt�v�tas ekonom� dalam Islam adalah: mewujudkan kesejahteraan ekonom� dalam kerangka moral Islam (QS 2 : �, 1�8:87, �2:10); mewujudkan persaudaraan dan kead�lan un�versal (QS 7: 158); terwujudnya pendapatan dan kekayaan yang merata dan ad�l (QS � : 1�5, 1� : 71) dan; terwujudnya kebebasan �nd�v�dual dalam konteks kemashlahatan sos�al (QS 1� : ��, �1 : 22).

Dengan dem�k�an akt�v�tas ekonom� dalam Islam harus d�awal� dar� keyak�nan normat�ve terhadap kelangsungan dalam mengolah, memproduks�, memasarkan dan memanfaatkan n�la� ekonom�s dem� pemenuhan kebutuhan hajat h�dup bersama. Keyak�nan normat�ve tersebut adalah : manus�a merupakan khal�fah dan pemakmur bum� (QS 2 : �0); set�ap harta yang d�m�l�k� ada bag�an orang la�n (QS 70: 24-25); penghapusan praktek r�ba dan berbaga� hal yang meracun� keba�kan dan kehalalan harta dan usaha k�ta (QS 2 : 275) dan d�larang memakan harta secara bath�l, kecual� dengan pern�agaan secara suka sama suka (QS, 4 : 29-�0).

Hal tersebut d�pertegas oleh Ha�dar Naqv�, bahwa set�ap akt�v�tas usaha sekal�gus merupakan cerm�nan tujuan untuk �kut memecahkan masalah yang d�hadap� oleh masyarakat secara luas.5 .

Konsep b�sn�s dalam Islam banyak d�jelaskan dalam al Qur’an dengan menggunakan beberapa terma, sepert� : tijarah, al-bai, isytara dan tadayantum. Dar� kesemua term tersebut menunjukkan bahwa b�sn�s dalam perspekt�f Islam pada hak�katnya t�dak semata-mata bers�fat mater�al yang tujuannya hanya semata-mata mencar� keuntungan dun�aw�, tetap� juga bers�fat �mmater�al yang tujuannya mencar� keuntungan dan kebahag�aan ukhraw�.

Untuk �tu b�sn�s dalam Islam d�samp�ng harus d�lakukan dengan cara profess�onal yang mel�batkan ketel�t�an dan kecermatan dalam proses manajemen dan adm�n�stras� agar terh�ndar dar� kerug�an, �a juga harus

5 Shabr� A. Madj�d, Krisis Ekonomi Dalam Perspektif Islam” Makalah Penelusuran Internet, 200�. hal. �

Page 117: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

115Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Rahmi Hidayati, Praktek Monopoli...

terbebas dar� unsur-unsur pen�puan (gharar), kebohongan, r�ba dan praktek-praktek la�n yang d�larang oleh syar�’ah.

Karena pada dasarnya akt�v�tas b�sn�s t�dak hanya d�lakukan antara sesama manus�a tetap� juga d�lakukan antara manus�a dengan Allah. Dalam konteks �n�lah al Qur’an menawarkan keuntungan dengan suatu b�sn�s yang t�dak pernah mengenal kerug�an yang oleh al Qur’an d��st�lahkan dengan “tijaratan lan tabura”. Karena walaupun seanda�nya secara mater�al pelaku b�sn�s Musl�m merug�, tetap� pada hak�katnya �a tetap beruntung karena mendapatkan pahala atas kom�tmennya dalam menjalankan b�sn�s yang sesua� dengan syar�’ah.

B�sn�s dalam Islam bertujuan untuk mencapa� empt hal utama : (1) target has�l : profit-mater� dan benefit-nonmater�, (2) pertumbuhan, (�) keberlangsungan, (4) keberkahan.�

Target hasil : profit-materi dan benefit-nonmateri, art�nya bahwa b�sn�s t�dak hanya untuk mencar� profit (qimah madiyah atau nilai materi) set�ngg� t�ngg�nya, tetap� juga harus dapat memperoleh dan member�kan benefit (keuntungan atau manfaat) non mater� kepada �nternal organ�sas� perusahaan dan eksternal (l�ngkungan), sepert� terc�ptanya suasana persaudaraan, kepedul�an sos�al dan sebaga�nya.

Benefit, yang d�maksudkan t�daklah semata member�kan manfaat kebendaan, tetap� juga dapat bers�fat nonmater�.

Islam memandang bahwa tujuan suatu amal perbuatan t�dak hanya beror�entas� pada qimah madiyah. Mas�h ada t�ga or�entas� la�nnya, yakn� qimah insaniyah, qimah khulqiyah dan qimah ruhiyah. Dengan qimah insaniyah, berart� pengelola berusaha member�kan manfaat yang bers�fat kemanus�aan melalu� kesempatan kerja, bantuan sos�al (sedekah), dan bantuan la�nnya. Qimah khulqiyah, mengandung pengert�an bahwa n�la�-n�la� akhlak mul�a menjad� suatu kemest�an yang harus muncul dalam set�ap akt�v�tas b�sn�s seh�ngga terc�pta hubungan persaudaraan yang Islam�, bukan sekedar hubungan fungs�onal atau profess�onal. Sementara �tu qimah ruhiyah berart� akt�v�tas d�jad�kan sebaga� med�a untuk mendekatkan d�r� kepada Allah swt. 7

Pertumbuhan, j�ka profit mater� dan profit non mater� telah d�ra�h, perusahaan harus berupaya menjaga pertumbuhan agar selalu men�ngkat. Upaya pen�ngkatan �n� juga harus selalu dalam kor�dor syar�’ah, bukan menghalalkan segala cara.

� Muhammad Isma�l Yusanto dan Muhammad Karebet W�djayakusuma, Menggagas Bisnis Islami, Jakarta Gema Insan� Press. 2002. hal. 18

7 Ibid, hal. 19

Page 118: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

11� Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Volume 1, Nomor 1, Juni 2009

Keberlangsungan, target yang telah d�capa� dengan pertumbuhan set�ap tahunnya harus d�jaga keberlangsungannya agar perusahaan dapat ex�s dalam kurun waktu yang lama.

Keberkahan, semua tujuan yang telah tercapa� t�dak akan berart� apa-apa j�ka t�dak ada keberkahan d� dalamnya. Maka b�sn�s Islam menempatkan berkah sebaga� tujuan �nt�, karena �a merupakan bentuk dar� d�ter�manya segala akt�v�tas manus�a. Keberkahan �n� menjad� bukt� bahwa b�sn�s yang d�lakukan oleh pengusaha musl�m telah mendapat r�dha dar� Allah swt dan bern�la� �badah.8

Dalam Islam menekankan empat s�fat sekal�gus yang harus d�emban oleh para pelaku usaha. Pertama, Unity (Keesaan Allah/Tauh�d) adalah suatu �nteraks� sos�al yang bermuara pada Keesaan Allah atau Tauh�d. Art�nya segala upaya yang d�lakukan oleh manus�a berpulang pada fungs� tugas �badah dan tanggungjawab kepada Allah SWT sebaga� Pember� Amanah dan sebaga� Pem�l�k Sumber Daya yang sesungguhnya.

Manus�a sebaga� pemegang amanah akan d�m�nta pertanggungjawabannya atas pengelolaam sumber daya yang ada d�muka bum� kepada Allah swt sebaga� Pem�l�k Sumber Daya;

Konsep tauh�d merupakan d�mens� vert�kal Islam sekal�gus hor�zontal yang memadukan seg� pol�t�k, sos�al ekonom� keh�dupan manus�a menjad� kebulatan yang homogen yang kons�sten dar� dalam dan luas sekal�gus terpadu dengan alam luas. 9

Kedua, equilibrium, kese�mbangan (Kead�lan). Ajaran Islam beror�entas� pada terc�ptanya karakter manus�a yang mem�l�k� s�kap dan pr�laku yang se�mbang dan ad�l dalam konteks hubungan antara manus�a dengan d�r� send�r�, dengan orang la�n (masyarakat) dan dengan l�ngkungan. 10

Kese�mbangan �n� sangat d�tekankan oleh Allah dengan menyebut umat Islam sebaga� ummatan wasathan. Umatan wasathan adalah umat yang mem�l�k� kebersamaan, ked�nam�san dalam gerak, arah dan tujuannya serta mem�l�k� aturan-aturan kolekt�f yang berfungs� sebaga� penengah atau pembenar. Dengan dem�k�an kese�mbangan, kebersamaan, kemodernan merupakan pr�ns�p et�s mendasar yang harus d�terapkan dalam akt�v�tas maupun ent�tas b�sn�s.11

8 Ibid. hal. 209 Nawab Naqv�, Ethict and Economics : An Islamic Syntesis. Terj. Etika dan Ilmu

Ekonomi Suatu Sintesis Islami, Bandung, M�zan. 199�. hal. 50-5110 Musl�ch, Etika Bisnis Islami : Landasan Filosofis, Normatif dan Substansi

Implementatif, Yogyakarta : Ekon�s�a, 2004. hal. �711 Muhammad Isma�l, Op. Cit. hal. 1�

Page 119: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

117Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Rahmi Hidayati, Praktek Monopoli...

Dalam al Qur’an d�jelaskan bahwa pembelanjaan harta benda harus d�lakukan dalam keba�kan atau jalan Allah dan t�dak pada sesuatu yang dapat memb�nasakan d�r�. Harus menyempurnakan takaran dan t�mbangan dengan neraca yang benar. D�jelaskan juga bahwa c�rr�-c�r� orang yang mendapat kemul�aan dalam pandangan Allah adalah mereka yang membelanjakan harta bendanya t�dak secara berleb�han dan t�dak pula k�k�r, t�dak melakukan kemusyr�kan, t�dak membunuh j�wa yang d�haramkan, t�dak berz�na, t�dak member�kan kesaks�an palsu, t�dak tul� dan t�dak buta terhadap ayat-ayat Allah.

Agar kese�mbangan ekonom� dapat terwujud maka harus terpenuh� syarat-syarat ber�kut : (1) produks�, konsums� dan d�str�bus� harus berhent� pada t�t�k kese�mbangan tertentu dem� mengh�ndar� pemusatan kekuasaan ekonom� dan b�sn�s dalam genggaman segel�nt�r orang. (2) set�ap kebahag�aan �nd�v�du harus mempunya� n�la� yang sama d�pandang dar� sudut sos�al, karena manus�a adalah makhluk teomorfis yang harus memenuh� ketentuan kese�mbangan n�la� yang sama antara n�la� soc�al marg�nal dan �nd�v�dual dalam masyarakat. (�) t�dak mengaku� hak m�l�k yang tak terbatas dan pasar bebas yang tak terkendal�.(Nawab Naqv�, 199�: 99)

Ket�ga, free will, (kehendak bebas) member�kan keleluasaan terhadap manus�a untuk menggunakan segala potens� sumber daya yang d�m�l�k�, termasuk kebebasan dalam melaksanakan akt�v�tas usaha. Tetap� kebebasan yang d�m�l�k� manus�a dalam menggunakan potens� sumber daya past�nya mem�l�k� batas-batas tertentu ya�tu kor�dor hukum, norma dan et�ka (Manhaj al-Hayat) yang tertuang dalam al Qur’an dan sunnah rasul;

Berdasarkan aks�oma kehendak bebas �n�, dalam b�sn�s manus�a mempunya� kebebasan untuk membuat suatu perjanj�an atau t�dak, melaksanakan akt�v�tas b�sn�s tertentu, berkreas� mengembangkan potens� b�sn�s yang ada.12

Dalam mengembangkan kreas� terhadap p�l�han-p�l�han, ada dua konsekuens� yang melekat. D� satu s�s� ada n�at dan konsekuens� buruk yang dapat d�lakukan dan d�ra�h, tetap� d� s�s� la�n ada n�at dan konsekwens� ba�k yang dapat d�lakukan dan d�ra�h. Konsekwens� ba�k dan buruk sebaga� bentuk res�ko dan manfaat yang bakal d�ter�manya yang dalam Islam berdampak pada pahala dan dosa.1�

12 Rafik Isa Beekun, Islamic Business Ethict, V�rg�n�a. Internat�onal Inst�tute of Islam�c Thought, 1997. hal. 24

1� Musl�ch, Op. Cit. hal. 42

Page 120: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

118 Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Volume 1, Nomor 1, Juni 2009

Keempat Responsibility, (Pertanggung jawaban). Segala kebebasan dalam melakukan b�sn�s oleh manus�a t�dak lepas dar� pertanggung jawaban yang harus d�ber�kan atas akt�v�tas yang d�lakukan sesua� dengan apa yang ada dalam al Qur’an “Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya”. Kebebasan yang d�m�l�k� manus�a dalam menggunakan potens� sumber daya past�nya mem�l�k� batas-batas tertentu ya�tu kor�dor hukum, norma dan et�ka (Manhaj al-Hayat) yang tertuang dalam al Qur’an dan sunnah rasul yang harus d�patuh� dan d�jad�kan referens� atau acuan dan landasan dalam menggunakan potens� sumber daya yang d�kuasa�.

Pertanggungjawaban �n� secara mendasar akan mengubah perh�tungan ekonom� dan b�sn�s karena segala sesuatunya harus mengacu pada kead�lan. Hal �n� d��mplementas�kan m�n�mal pada t�ga hal, ya�tu : (1) dalam mengh�tung marg�n, keuntungan n�la� upah harus d�ka�tkan dengan upah m�n�mum yang secara sos�al dapat d�ter�ma oleh masyarakat. (2) economic return bag� pember� p�njaman modal harus d�h�tung berdasarkan pengert�an yang tegas bahwa besarnya t�dak dapat d�ramalkan dengan probab�l�tas nol dan tak dapat leb�h dahulu d�tetapkan (sepert� s�stem bunga). (�) Islam melarang semua transaks� alegotoris yang d�contohkan dengan �st�lah gharar.

Berangkat dar� pem�k�ran tersebut, dalam konteks persa�ngan usaha d�kembangkan pr�ns�p bersa�ng yang sehat dan benar. Pr�ns�p persa�ngan yang sehat dan benar menurut Islam, antara la�n : member�kan yang terba�k kepada konsumen; t�dak berlaku curang dan kerjasama pos�t�f.14.

Pr�ns�p member�kan yang terba�k kepada konsumen dapat berupa member�kan kual�tas produk terba�k, member�kan harga yang kompet�t�f d�band�ngkan dengan yang la�n dan member�kan pelayanan terba�k kepada konsumen. Dalam konsep �n�, segala akt�v�tas b�sn�s mula� dar� keg�atan produks� sampa� keg�atan barang t�ba d� pasar, d�tujukan untuk merebut hat� atau membangun �mage konsumen dengan member�kan yang terba�k.

Keuntungan dalam bersa�ng untuk member�kan pelayanan terba�k bag� konsumen dapat d�lakukan dengan cara : bekerja atau beroperas� dengan cara yang leb�h efis�en : membuat barang dan jasa leb�h bermutu dan member�kan pelayanan yang terba�k. Log�kanya, j�ka k�ta beroperas� leb�h efis�en d�past�kan b�aya dapat d�capa� leb�h rendah. Dengan b�aya rendah maka harga b�sa d�tekan. Sesua� dengan ajaran Islam, yang art�nya “berlomba-lombalah kamu sekal�an dalam kebaj�kan” (QS al Baqarah

14 Ibid. hal. 108

Page 121: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

119Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Rahmi Hidayati, Praktek Monopoli...

148 dan al Ma�dah : 48). Oleh karena �tu dalam et�ka b�sn�s Islam t�dak d�perbolehkan melakukan kompet�s� yang t�dak sehat yang akh�rnya menjurus pada praktek monopol�.

Seorang pelaku usaha yang memaksakan kehendak agar t�dak ada yang menjual suatu barang kecual� d�a, maka dengan perbuatan yang d�lakukan tersebut mengandung dua kedzal�man. Pertama, �a melarang orang berdagang sepert� barang yang �a jual; kedua, �a menjual barang tersebut sesua� kehendaknya dengan harga yang t�ngg�. Hal tersebut bertentangan dengan ayat al Qur’an yang art�nya : ‘…. Dan janganlah kamu memakan harta sebag�an dar� yang la�n d�antara kamu dengan jalan yang bath�l”. (QS al Baqarah : 188) Dan juga surat an-N�sa yang art�nya : “Ha� orang-orang yang ber�man, janganlah kamu sal�ng memakan harta sesamamu dengan jalan yang bath�l, kecual� dengan jalan pern�agaan yang berlaku dengan suka sama suka d�antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh d�r�mu, sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu”. (QS An-N�sa : 29).

Kalau d��lustras�kan “dosa-dosa” yang d�lakukan oleh pelaku praktek monopol�, antara la�n : dosa pertama, beberapa perusahaan berkonsp�ras� membentuk s�nd�kat kartel b�sn�s yang t�dak d�perbolehkan oleh agama dan undang-undang; dosa kedua, s�nd�kat perusahaan melakukan pembel�an saham perusahaan secara monopson� (�st�lah monopol� dalam pembel�an) yang juga t�dak d�perbolehkan oleh agama dan undang-undang; dosa ketiga, kalau m�salnya produk yang d�has�lkan perusahaan sejen�s dengan perusahaan pembel� yang berak�bat semak�n dom�nannya pangsa pasar terhadap produk sejen�s tersebut, akan berkembang menjad� monopol� penjualan; dosa keempat, t�mbul j�ka monopol� terjad� terhadap jen�s produk yang terka�t erat dengan pol�cy pemer�ntah tentang proteks� barang dalam neger�. M�salnya terka�t dengan produks� otomot�f. Dengan adanya monopol� dan penyatuan produsen mob�l, harga mob�l akan melambung t�ngg� dan berl�patganda j�ka d�band�ngkan dengan Negara asal mob�l d�produks�; dosa kel�ma, monopol� akan member� akses terhadap perekonom�an secara makro maupun m�kro. Dengan kekuatan ekonom� yang sangat besar mereka dapat mempengaruh� jalannya pemer�ntahan dan mengatur seluk beluk dan send� pemer�ntahan sesua� dengan kepent�ngan mereka.

Secara sep�ntas terl�hat, pelarangan prakt�k monopol� sebaga� t�ndakan semena-mena terhadap hak pr�bad� seseorang yang bebas dalam menggunakan hartanya. Hal tersebut sebaga�mana jawaban dua pelaku monopol� ket�ka d�hadapkan pada Khal�fah Umar b�n Khattab

Page 122: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

120 Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Volume 1, Nomor 1, Juni 2009

yang melarang pelaku monopol� : “Waha� pem�mp�n mengapa engkau melarang kam� sedang kam� hanya melakukan perbuatan jual bel� dengan harta kam� send�r�” ? Tetap�, justru penolakan terhadap prakt�k monopol� d�sebabkan karena hak dan ruang berkarya orang la�n menjad� sul�t dan terbatas. Padahal kekayaan merupakan amanah Allah dan t�dak boleh d�m�l�k� secara mutlak, dan Islam member� ruang gerak yang sangat luas kepada k�ta untuk melakukan akt�v�tas ekonom� selama t�dak melanggar ketentuan syar�’ah, et�ka b�sn�s Islam.

Berangkat dar� pem�k�ran tersebut, �nt� dar� praktek monopol� dalam Islam sebenarnya adalah sebaga� akt�v�tas usaha yang d�penuh� oleh kebath�lan. Kebath�lan tersebut berupa : pen�ndasan (eksplo�tas�) terhadap rakyat kec�l dengan cara mena�kan harga d� luar kewajaran dengan menggunakan kekuatan yang d�m�l�k�nya ; bohong dan t�dak jujur dalam berusaha (b�sn�s). M�salnya : terhadap kual�tas barang, harga barang, perjanj�an dan usaha, berlaku curang terhadap sesama pelaku usaha; dan la�n-la�n.

Oleh karena �tu praktek monopol� merupakan suatu t�ndakan yang t�dak hanya merug�kan d�r� send�r� tetap� juga akan merusak send�-send� keh�dupan ekonom� umat dan tentunya bertentangan dengan pr�ns�p-pr�ns�p syar�’at. Karena set�ap aturan Ilah�ah senant�asa mengandung kemaslahatan bag� umat ba�k d� dun�a maupun d� akh�rat kelak.

Islam memandang bahwa berusaha atau bekerja mencar� r�zk� merupakan bag�an �ntegral dar� ajaran Islam. Tentu mencar� rezek� dalam konteks ajaran Islam bukan untuk semata-mata memperkaya d�r� send�r�.

Karena Islam mengajarkan bahwa kekayaan �tu mempunya� fungs� sos�al. Secara tegas al Qur’an melarang penumpukan harta dalam art� pen�mbunan (hoarding), melarang mencar� kekayaan dengan jalan t�dak benar, dan memer�ntahkan membelanjakan harta secara ba�k.

PenutupBerangkat dar� anal�s�s d�atas, dapat d�tar�k kes�mpulan sebaga� ber�kut:

Dalam et�ka b�sn�s Islam, persa�ngan d�pandang sebaga� hal yang pos�t�f manakala dengan persa�ngan tersebut b�sa d�wujudkan kemashlahatan bag� pen�ngkatan kesejahteraan ekonom� umat. Tetap� apab�la persa�ngan tersebut menjurus kepada per�laku t�dak et�s (t�dak sehat) atau praktek monopol� maka mengkategor�kannya sebaga� perbuatan bath�l, melanggar pr�ns�p ekonom� syar�’ah yang bersumber dar� al Qur’an dan as-Sunnah.

Page 123: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

121Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Rahmi Hidayati, Praktek Monopoli...

Dalam b�sn�s Islam d�samp�ng harus d�lakukan dengan cara profess�onal yang mel�batkan ketel�t�an dan kecermatan dalam proses manajemen dan adm�n�stras� agar terh�dar dar� kebohongan, r�ba dan praktek-praktek la�n yang d�larang oleh syar�’ah

DAFTAR PUSTAKAAbdullah Kel�b, Hukum Ekonomi Islam, Semarang UNDIP, 2005Ahmad Yan� dan Gunawan, Anti Monopoli, Jakarta : Radja Grafindo

Persada, 2002H�kmahanto Yuwono, Sekilas Tentang Hukum Persaingan dan UU No.5

tahun 1999” Jurnal Mag�ster Hukum UII, vol1. No.1, Yogyakarta , 2000.

Musl�ch, Etika Bisnis Islami : Landasan Filosofis, Normatif dan Substansi Implementatif, Yogyakarta : Ekon�s�a, 2004

Muhammad Isma�l Yusanto dan Muhammad Karebet W�djayakusuma, Menggagas Bisnis Islami, Jakarta Gema Insan� Press. 2002

Nawab Naqv�, Ethict and Economics : An Islamic Syntesis. Terj. Etika dan Ilmu Ekonomi Suatu Sintesis Islami, Bandung, M�zan. 199�

Rafik Isa Beekun, Islamic Business Ethict, V�rg�n�a. Internat�onal Inst�tute of Islam�c Thought, 1997

Sr� Redjek� Hartono, Hukum Persaingan, Semarang, UNDIP, 2005Shabr� A. Madj�d, Krisis Ekonomi Dalam Perspektif Islam” Makalah

Penelusuran InternetUndang-Undang No. 5 tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopol�

dan Persa�ngan Usaha T�dak Sehat

Page 124: Jurnal Nalar Fiqh Juni 2009

122 Nalar Fiqh Jurnal Hukum Islam

Volume 1, Nomor 1, Juni 2009