10
PENGARUH PEMIJATAN TERHADAP PENINGKATAN KUANTITAS TIDUR BAYI USIA 4-6 BULAN DI KELURAHAN SUMBERSARI KECAMATAN LOWOKWARU KOTA MALANG Roekistiningsih *, M. Fathoni**, Laviana N.L*** Abstrak Tidur merupakan kebutuhan yang harus terpenuhi terutama pada fase perkembangan karena selama tidur akan terjadi perkembangan otak maupun tubuh, sehingga gangguan tidur merupakan masalah yang akan menimbulkan dampak buruk terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi. Kuantitas tidur bayi yang adekuat dapat ditingkatkan dengan memberikan pemijatan bayi secara rutin. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa pemijatan dapat meningkatkan kuantitas tidur bayi usia 4-6 bulan. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasy Eksperimental dengan metode pretest-posttest pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Sampel terdiri dari 14 subyek yang dipilih dengan Teknik Purpossive Sampling dan dibagi dalam 2 kelompok, yaitu kelompok perlakuan (n=7) dan kelompok kontrol (n=7). Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah peningkatan kuantitas tidur bayi. Penelitian ini menggunakan uji statistik Independent t-test dengan tingkat signifikansi 0,05. hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara bayi yang diberi perlakuan pemijatan dan yang tidak diberi pemijatan (t hitung < t tabel ). Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan untuk melakukan pengukuran kualitas tidur bayi dengan menggunakan parameter yang lebih tepat dan akurat, menambah jumlah sampel dan pemijatan dilakukan oleh orang yang sama. Kata kunci: bayi usia 4-6 bulan, peningkatan kuantitas tidur, pemijatan. Abstract Sleep is a requirement which must be fulfilled especially at growth phase because growth and development happened during sleep. Sleep disorder is a problem that causes bad effect to infant’s growth and development. Quantity of infant sleep can be improved by massaging routinely. The purpose of this research to prove that massaging can increase quantity of infant sleep 4-6 month age. This research used Quasy Experimental Design with pretest-posttest method at treatment group and control group. Sample consisted of 14 subjects selected with Purposive Sampling Technique and divided into 2 group, treatment group ( n=7) and control group( n=7). Variable measured in this research was the quantity of infant sleep. This research used statistical test of Independent T-Test with 0,05 significance level. The result of this research indicated that there was no significant difference between treatment group and control group ( t count < t table ). According to this result, it is suggested to measure the quality of infant sleep with proper and accurate parameter, add amount of samples and the massaging is done by the same person. Keyword: 4-6 month age babies, increase sleep quantity, massaging * Lab. Mikrobiologi FKUB ** Program Studi Ilmu Keperawatan FKUB *** Mahasiswa PSIK FKUB

jurnal pijat bayi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

JURNAL

Citation preview

Page 1: jurnal pijat bayi

PENGARUH PEMIJATAN TERHADAP PENINGKATAN KUANTITAS TIDUR BAYI USIA 4-6 BULAN DI KELURAHAN SUMBERSARI

KECAMATAN LOWOKWARU KOTA MALANG

Roekistiningsih *, M. Fathoni**, Laviana N.L***

Abstrak

Tidur merupakan kebutuhan yang harus terpenuhi terutama pada fase perkembangan karena selama tidur akan terjadi perkembangan otak maupun tubuh, sehingga gangguan tidur merupakan masalah yang akan menimbulkan dampak buruk terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi. Kuantitas tidur bayi yang adekuat dapat ditingkatkan dengan memberikan pemijatan bayi secara rutin. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa pemijatan dapat meningkatkan kuantitas tidur bayi usia 4-6 bulan. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasy Eksperimental dengan metode pretest-posttest pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Sampel terdiri dari 14 subyek yang dipilih dengan Teknik Purpossive Sampling dan dibagi dalam 2 kelompok, yaitu kelompok perlakuan (n=7) dan kelompok kontrol (n=7). Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah peningkatan kuantitas tidur bayi. Penelitian ini menggunakan uji statistik Independent t-test dengan tingkat signifikansi 0,05. hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara bayi yang diberi perlakuan pemijatan dan yang tidak diberi pemijatan (thitung < ttabel). Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan untuk melakukan pengukuran kualitas tidur bayi dengan menggunakan parameter yang lebih tepat dan akurat, menambah jumlah sampel dan pemijatan dilakukan oleh orang yang sama. Kata kunci: bayi usia 4-6 bulan, peningkatan kuantitas tidur, pemijatan.

Abstract Sleep is a requirement which must be fulfilled especially at growth phase because growth and development happened during sleep. Sleep disorder is a problem that causes bad effect to infant’s growth and development. Quantity of infant sleep can be improved by massaging routinely. The purpose of this research to prove that massaging can increase quantity of infant sleep 4-6 month age. This research used Quasy Experimental Design with pretest-posttest method at treatment group and control group. Sample consisted of 14 subjects selected with Purposive Sampling Technique and divided into 2 group, treatment group ( n=7) and control group( n=7). Variable measured in this research was the quantity of infant sleep. This research used statistical test of Independent T-Test with 0,05 significance level. The result of this research indicated that there was no significant difference between treatment group and control group ( tcount < ttable). According to this result, it is suggested to measure the quality of infant sleep with proper and accurate parameter, add amount of samples and the massaging is done by the same person. Keyword: 4-6 month age babies, increase sleep quantity, massaging

* Lab. Mikrobiologi FKUB ** Program Studi Ilmu Keperawatan FKUB *** Mahasiswa PSIK FKUB

Page 2: jurnal pijat bayi

PENDAHULUAN

Tidur merupakan kebutuhan mental dan juga kebutuhan fisik bagi manusia, karena pada saat tidur akan memberikan kesempatan bagi otot untuk beristirahat. Tidur juga merupakan waktu saat segala pengalaman yang dirasakan oleh manusia setiap harinya diproses dan diintegrasikan oleh pikiran. Hal ini benar-benar sangat berpengaruh pada bayi dan anak, namun segala sesuatunya tergantung pada seberapa nyenyak mereka tidur (Graham dan Schaefer, 2004).

Menurut Joesoef dalam Yudana (2003), selama fase bayi, pertumbuhan sel-sel syaraf belum sempurna sehingga diperlukan waktu tidur lebih lama untuk perkembangan syaraf, pembentukan sinaps, dan sebagainya. Otak bayi tumbuh tiga kali lipat dari keadaan saat lahir atau 80% dari otak orang dewasa di tahun pertamanya. Kondisi ini hanya terjadi satu kali saja seumur hidup. Sehingga untuk tumbuh kembang yang maksimal bayi membutuhkan istirahat yang cukup (Atmaji, 2005).

Tujuh puluh persen bayi mempunyai kebiasaan untuk tidur ”sepanjang malam ” pada umur tiga bulan, 85% pada umur 6 bulan dan 95% di akhir tahun pertama (Rudolph, 2002). Pola tidur bayi biasanya muncul pada usia 3 atau 4 bulan. Pada usia 4 sampai 6 bulan bayi akan lebih terpengaruh oleh lingkungan sekitar daripada sebelumnya dan akan tetap terjaga jika sedang marah dan kelelahan (Dowshen, 2001). Tidur dengan kualitas dan kuantitas yang baik akan banyak membantu perkembangan bayi. Biasanya anak-anak dengan usia yang sama akan mempunyai rentang waktu tidur yang kurang lebih sama. Tetapi harus

diingat bahwasannya setiap orang adalah individu yang unik dengan kebutuhan yang berbeda-beda, termasuk juga kebutuhan akan waktu tidur (Anonim, 2006).

Menurut hasil penelitian Sekartini tahun 2004, di Indonesia, dari 80 anak yang berusia kurang dari tiga tahun, 41 diantaranya atau 51,3% mengalami gangguan tidur. Berdasarkan penelitian dengan 385 responden di 5 kota, Jakarta, Bandung, Medan, Palembang dan Batam, 44,2% jam tidur malamnya kurang dari 9 jam, terbangun malam hari lebih dari tiga kali dan lama terbangun pada malam hari lebih dari satu jam (Widianto, 2005).

Mengingat akan pentingnya waktu tidur bagi perkembangan bayi, maka kebutuhan tidurnya harus benar-benar terpenuhi agar tidak berpengaruh buruk terhadap perkembangannya. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah dengan pijatan. Bayi yang dipijat akan dapat tidur dengan lelap, sedangkan pada waktu bangun, daya konsentrasinya akan lebih penuh (Roesli, 2001). Pijat telah dipraktekkan hampir di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Seni pijat telah diajarkan secara turun temurun walaupun tidak diketahui dengan jelas bagaimana pijat dan sentuhan dapat berpengaruh demikian positif pada tubuh manusia (Roesli, 2001).

Menurut Field (1998) dalam Harley (2003) selain dapat membuat tidur lebih lelap, terapi pemijatan sebagai bagian dari pengobatan alternatif, kini diterima secara empiris sebagai sarana untuk membantu pertumbuhan, mengurangi rasa sakit, meningkatkan kesiagaan,

Page 3: jurnal pijat bayi

mengurangi depresi dan meningkatkan fungsi sistem imun pada bayi yang baru lahir. Pemijatan ini akan memberikan keuntungan yang lebih besar jika dilakukan setiap hari sejak kelahirannya sampai usia 6-7 bulan. Keuntungan dari pemijatan ini selain dapat dilakukan dengan mudah karena pada umumnya ilmu pijat bayi ini mudah dilakukan dengan beberapa kali latihan. Selain itu juga tidak memerlukan biaya yang mahal.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemijatan terhadap peningkatan kuantitas tidur bayi usia 4-6 bulan di Kelurahan Sumbersari Kecamatan Lowokwaru Kota Malang. METODE PENELITIAN Desain penelitian adalah Quasy Eksperiment yang menggunakan dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Sampel dalam penelitian adalah bayi usia 4-6 bulan di wilayah RW.01, 02 dan 03 Kelurahan Sumbersari Kecamatan Lowokwaru Kota Malang yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 14 bayi yang dibagi dalam 2 kelompok. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik Non Probability Sampling-Purpossive Sampling Type yaitu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan/masalah dalam penelitian), sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam, 2003). Kriteria inklusi : Bayi berumur 4-6 bulan, orang tua dari bayi bersedia dijadikan responden, bayi dalam keadaan sehat, bayi dengan jumlah tidur

kurang dari kebutuhan normal atau bangun lebih dari 3 kali dalam semalam atau terbangun malam hari lebih dari satu jam, orang tua dari bayi bersedia melakukan pemijatan, berada dalam wilayah kerja/ tempat yang ditentukan untuk penelitian. Teknik pengumpulan data Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi. Wawancara dengan menggunakan lembar pedoman wawancara yang dilakukan pada awal penelitian untuk mengetahui tentang identitas responden, kebiasaan minum susu bayi, keadaan bayi, dan kesediaan ibu untuk melakukan pemijatan. Data dikumpulkan melalui observasi pada responden yang diteliti. Pada kelompok yang mendapat perlakuan pemijatan dan yang tidak mendapat perlakuan pemijatan, diobservasi dan dicatat lamanya tidur bayi selama 24 jam sebelum dilakukan pemijatan pada lembar observasi yang dilakukan oleh ibu bayi. Kemudian pada kelompok eksperimen, setelah diberi perlakuan pemijatan dicatat lama waktu tidurnya, demikian pula pada kelompok yang tidak diberi pemijatan juga dicatat. HASIL PENELITIAN Penyajian data karakteristik responden meliputi: usia, jenis kelamin, pendidikan ibu, pekerjaan ibu dan tempat tinggal.

Dari diagram 1 diketahui bahwa dalam penelitian ini bayi yang berusia 6 bulan sebanyak 6 orang (43%), berusia 5 bulan sebanyak 2 orang (14%) sedangkan yang berusia 4 bulan sebanyak 6 orang (43%). Dari diagram 2 diketahui bahwa 7 orang (50%) subyek adalah laki-laki dan sebanyak 7 orang (50%) adalah perempuan. Dari diagram 3 diketahui bahwa tingkat

Page 4: jurnal pijat bayi

pendidikan ibu dari bayi tidak ada yang SD, sedangkan yang tingkat pendidikannya SLTP/MTS sebanyak 4 orang (29%), SLTA sebanyak 6 orang (42%) dan PT sebanyak 4 orang (29%).

6 bulan43%

5 bulan14%

4 bulan43%

Diagram 1. Karakteristik bayi berdasarkan

usia

laki-laki50%

perempuan50%

Diagram 2. Karakteristik bayi berdasarkan

jenis kelamin

SD0% SLTP/MTS

29%

SLTA42%

PT29%

Diagram 3. Karakteristik bayi berdasarkan

tingkat pendidikan ibu

swasta57%

ibu rumah tangga43%

Diagram 4. Karakteristik bayi berdasarkan

pekerjaan ibu

RW.0114%

RW.0243%

RW.0343%

Diagram 5. Karakteristik bayi berdasarkan

tempat tinggal

Diagram 4 menunjukkan bahwa pekerjaan dari ibu bayi adalah 6 orang (43%) sebagai ibu rumah tangga dan 8 orang (57%) bekerja swasta. Diagram 5 menunjukkan bahwa bayi yang berasal dari wilayah RW.01 sebanyak 2 orang (14%), RW.02 sebanyak 6 orang (43%) dan RW.03 sebanyak 6 orang (43%).

Tabel 1. Distribusi data kuantitas tidur pre test dan post test pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

Perlakuan Kontrol Responden Pre test

(jam) Post test

(jam) Beda (jam)

Pre test (jam)

Post test (jam)

Beda (jam)

1 10.5 13.2 2.7 12.5 14 1.5 2 10 12.5 2.5 13 13 0 3 11 11 0 10 13.65 3.65 4 12 14.2 2.2 12 13.3 1.3 5 10 14.1 4.1 9.5 11.6 2.10 6 12 13.5 1.5 10 13 3 7 10 11.9 1.9 11 12.25 1.25

Rata-rata 10.79 12.91 2.13 11.14 12.97 1.83

Page 5: jurnal pijat bayi

Dari data tabel 1 dilakukan analisis statistik dengan menggunakan Independent T-Test melalui SPSS 12, dengan tingkat signifikansi 5% (0,05) ditemukan p value = 0,848, karena p value > α, maka dapat disimpulkan adanya penerimaan H0, yang berarti bahwa tidak ada perbedaan kuantitas tidur pada bayi yang diberi perlakuan pemijatan dan yang tidak diberi perlakuan pemijatan. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 20 November-25 Desember 2006 pada kelompok yang mendapatkan perlakuan pemijatan, diperoleh data rata-rata kuantitas tidur bayi adalah 10,79 jam pada pre test dan pada post test rata-ratanya adalah 12,91 jam dengan rata-rata peningkatan sebesar 2,13 jam. Hal ini menunjukkan bahwa dengan memberikan perlakuan pemijatan pada bayi maka dapat meningkatkan kuantitas tidurnya.

Peningkatan kuantitas tidur setelah diberi pemijatan tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Touch Research Institute, Amerika yang menunjukkan bahwa anak-anak yang dipijat selama 2x15 menit setiap minggunya dalam jangka waktu 5 minggu, tidurnya menjadi lebih nyenyak sehingga pada waktu bangun konsentrasinya lebih baik daripada sebelum diberi pemijatan (Roesli, 2001).

Peningkatan kuantitas tidur pada bayi yang diberi pemijatan tersebut disebabkan oleh adanya peningkatan kadar sekresi serotonin yang dihasilkan pada saat pemijatan (Roesli, 2001). Menurut Guyton (1990), serotonin merupakan zat transmitter utama yang menyertai

pembentukan tidur dengan menekan aktivitas sistem pengaktivasi retikularis maupun aktivitas otak lainnya. Menurut Mas’ud (2001), serotonin yang disintesis dari asam amino tripthophan akan diubah menjadi 5-hidroksitriptophan (5HTP) kemudian menjadi N-asetil serotonin yang pada akhirnya berubah menjadi melatonin. Melatonin mempunyai peran dalam tidur dan membuat tidur lebih lama dan lelap pada saat malam hari (Pierpoli dan Regerson, 1995). Hal ini disebabkan karena melatonin lebih banyak diproduksi pada keadaan gelap saat cahaya yang masuk ke mata berkurang (Mas’ud, 2001).

Berdasarkan data yang diperoleh pada penelitian, pada bayi yang diberi perlakuan pemijatan, tidurnya lebih lama dengan frekuensi bangun yang lebih sedikit. Pada kelompok ini, rata-rata frekuensi bangun malam harinya sebanyak 2x dan frekuensi tidur siangnya sebanyak 2x. Menurut Roesli (2001), pada pemijatan terdapat perubahan gelombang otak yaitu terjadinya penurunan gelombang alpha dan peningkatan gelombang beta serta theta yang dapat dilihat melalui penggunaan EEG (Elektroensefalografi). Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh pada kelompok kontrol, rata-rata kuantitas tidur bayi pada saat pre test adalah 11,14 jam dan rata-rata post testnya adalah 12,97 jam dengan rata-rata peningkatan sebesar 1.83 jam. Dari data yang diperoleh dapat diketahui bahwa sebagian besar bayi pada kelompok kontrol mengalami peningkatan kuantitas tidurnya, meskipun rata-rata peningkatannya lebih kecil daripada kelompok perlakuan. Ada 85,7% bayi yang mengalami peningkatan kuantitas tidur, 14,3% kuantitas tidurnya tetap

Page 6: jurnal pijat bayi

dan 0% (tidak ada) bayi yang mengalami penurunan kuantitas tidurnya. Pada kelompok ini, frekuensi bangun pada malam hari rata-ratanya adalah 3x dan frekuensi tidur siangnya adalah 4x yang masing-masing siklus tidurnya terjadi dalam waktu yang singkat. Berdasarkan data kuantitas tidur dan frekuensi tidur siang serta frekuensi bangun malamnya dapat disimpulkan bahwa bayi pada kelompok kontrol ini mengalami tidur yang singkat pada setiap siklusnya dan kurang lelap dalam tidurnya karena sering terbangun. Dari hasil wawancara dengan ibu dari bayi juga didapatkan data bahwa bayi sering rewel dan tidurnya tidak tenang.

Pada kelompok perlakuan didapatkan data bahwa siklus tidur bayi lebih lama dengan frekuensi bangun yang lebih sedikit daripada kelompok kontrol. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pada kelompok perlakuan bayi tidur lebih lelap daripada kelompok kontrol. Meskipun pada kelompok perlakuan terdapat 85,7% bayi mengalami peningkatan kuantitas tidur, 14,3% kuantitas tidurnya tetap dan 0% bayi yang mengalami penurunan kuantitas tidur akan tetapi berdasarkan hasil uji statistiknya menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara bayi yang diberi perlakuan pemijatan dengan bayi yang tidak diberi perlakuan pemijatan. Hasil uji statistik Independent t-test dengan menggunakan SPSS 12 terhadap rata-rata peningkatan kuantitas tidur didapatkan nilai thitung=0.456 ( signifikansi 2-tailed=0.656) dan ttabel= 1,782. Berdasarkan thitung< ttabel, maka hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan peningkatan kuantitas tidur secara bermakna

pada bayi yang diberi perlakuan pemijatan dengan bayi yang tidak diberi perlakuan pemijatan, karena pada kelompok kontrol juga mengalami peningkatan kuantitas tidur.

Berdasarkan data pendukung dari hasil wawancara dengan ibu masing-masing bayi didapatkan data bahwa bayi mereka tidurnya lebih tenang, bayi tidak rewel dan nafsu makannya juga meningkat. Hal ini sesuai dengan pendapat Roesli (2002) bahwa pemijatan dapat meningkatkan kadar serotonin yang akan menghasilkan melatonin yang berperan dalam tidur dan membuat tidur lebih lama dan lelap pada malam hari. Serotonin juga akan meningkatkan kapasitas sel reseptor yang berfungsi mengikat glukokortikoid (adrenalin, suatu hormon stress). Proses ini menyebabkan terjadinya penurunan kadar hormon adrenalin (hormon stress) sehingga bayi yang diberi perlakuan pemijatan akan tampak lebih tenang dan tidak rewel. Pemijatan juga meningkatkan mekanisme penyerapan makanan oleh nervus vagus sehingga nafsu makan bayi juga meningkat.

Namun pada penelitian ini terdapat beberapa faktor yang ikut berpengaruh dalam peningkatan kuantitas tidur bayi sehingga menyebabkan hasil penelitian yang tidak berbeda secara bermakna. Faktor-faktor tersebut mencakup faktor internal dan faktor eksternal. Faktor eksternal diantaranya adalah faktor lingkungan. Lingkungan yang ramai dan tidak kondusif akan mempengaruhi kuantitas tidur bayi tersebut. Pada penelitian ini faktor lingkungan tidak dikendalikan secara ketat, sehingga menimbulkan pengaruh pula terhadap kuantitas tidurnya. Sedangkan faktor internal diantaranya adalah kondisi

Page 7: jurnal pijat bayi

kesehatan bayi. Pada kelompok perlakuan ada satu bayi (no.6) yang mengalami sakit influenza dan batuk pada saat diberi perlakuan pemijatan sehingga pemijatan dihentikan dan dilanjutkan ketika bayi sudah sehat kembali.

Kebiasaan minum susu sebelum tidur juga akan berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas tidur bayi. Susu mengandung alfa protein yang dapat meningkatkan kadar triptophan. Triptophan merupakan prekursor dari hormon melatonin dan serotonin yang bertugas sebagai penghubung antar syaraf (neurotransmitter) serta pengatur kebiasaan (neurobehavioral). Sehingga selain berpengaruh pada pola kesadaran, persepsi dan rasa sakit juga akan berpengaruh terhadap pola tidur (Widianto, 2006). Pada penelitian ini sebagian bayi mempunyai kebiasaan minum susu sebelum tidur. Hal ini tentunya juga mempengaruhi kuantitas tidurnya.

Faktor usia juga berpengaruh terhadap peningkatan kuantitas tidur bayi. Semakin bertambah usianyamaka kuantitas tidurnya semakin berkurang. Dalam penelitian ini pada kelompok perlakuan, bayi yang berusia 6 bulan sebanyak 4 orang, sedangkan pada kelompok kontrol hanya 2 orang. Hal ini bisa menjadi penyebab bahwa pada kelompok kontrol kuantitas tidurnya juga lebih banyak daripada kelompok perlakuan, karena bayi yang berusia 4 bulan lebih banyak.

, 2. Keterbatasan pengambilan sampel dengan purposive sampling

Sebagian ibu dari masing-masing bayi pada kelompok perlakuan juga mengemukakan bahwa bayinya banyak bergerak pada saat dilakukan pemijatan. Hal ini sesuai dengan tahap tumbuh kembang bayi yang terjadi pada setiap tahap usia seperti yang diungkapkan dalam tahap

perkembangan menurut Wong (2003). Sehingga pemijatan yang dilakukan menjadi kurang efektif dan berpengaruh terhadap peningkatan kuantitas tidur bayi. Oleh sebab itu ibu dari bayi harus menenangkan bayi terlebih dahulu sampai bayi merasa nyaman kemudian dilakukan pemijatan lagi agar pemijatan yang dilakukan benar-benar efektif.

Keterbatasan penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan yang dihadapi oleh peneliti yaitu sebagai berikut. 1. Keterbatasan waktu, tenaga dan

biaya Karena keterbatasan

waktu, tenaga dan biaya yang dimilki peneliti, maka jumlah sampel yang diambil tidak banyak. Sehubungan dengan waktu pemberian pemijatan yang dilakukan setiap hari selama 10 hari pada pagi hari atau malam hari sebelum tidur, peneliti tidak bisa memberikan perlakuan pemijatan langsung kepada bayi.

Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan purposive sampling pada penelitian ini menjadikan jumlah sampel tidak terlalu banyak karena dalam teknik ini sampel dipilih diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (sesuai tujuan/masalah penelitian). Biasanya dibatasi jumlah dan waktu tertentu.

3. Keterbatasan desain penelitian Quasy Eksperimen

Dalam penelitian ini, desain penelitian yang digunakan adalah Quasy Eksperimen dengan melihat adanya akibat dari suatu perlakuan, tapi tidak

Page 8: jurnal pijat bayi

secara murni karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi dan tidak dapat dikontrol oleh peneliti, meskipun ada kelompok kontrolnya.

4. Perlakuan pemijatan dilakukan oleh ibu

Pemberian perlakuan pemijatan dalam penelitian ini dilakukan oleh ibu dari masing-masing responden, sehingga banyak faktor yang mempengaruhinya. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan tekanan (kualitas pemijatan) yang dilakukan oleh masing-masing ibu dari bayi pada saat diberikan pemijatan.

5. Pengukuran kuantitas tidur bayi Pengukuran kuantitas

tidur bayi dilakukan oleh ibu dari masing-masing bayi. Hal ini disebabkan karena tidak memungkinkan bagi peneliti untuk mengobservasi dan mengukur kuantitas tidur bayi setiap hari baik siang dan malam. Akan tetapi peneliti mengobservasi pencatatan kuantitas tidur yang dilakukan oleh ibu setiap harinya.

6. Pengukuran kualitas tidur bayi Pada penelitian ini tidak

dilakukan pengukuran kualitas tidur bayi tetapi hanya dilihat frekuensi bangun bayi dan lamanya tidur bayi, yang bisa sedikit mewakili pengukuran kualitas tidur bayi. Dengan demikian peneliti tidak bisa mengukur dengan akurat seberapa nyenyak bayi tersebut tidur, karena kualitas tidur hanya dapat diukur dengan tepat melalui pengukuran dengan menggunakan EEG ( Elektro Ensefalograf).

KESIMPULAN Tidak ada perbedaan yang

bermakna pada kuantitas tidur antara bayi yang diberi perlakuan pemijatan dan bayi yang tidak diberi perlakuan pemijatan namun pada kelompok perlakuan tidurnya lebih tenang dan siklus tidurnya lebih lama dengan frekuensi bangun yang lebih sedikit daripada kelompok kontrol. Saran

1. Penelitian selanjutnya sebaiknya

menggunakan sampel dengan jumlah yang lebih besar dengan mengurangi dan mengendalikan faktor biasnya.

2. Pemberian perlakuan pemijatan hendaknya dilakukan oleh peneliti sendiri agar pemijatan yang dilakukan dapat sama antara bayi yang satu dengan yang lainnya.

3. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan menghitung kualitas tidurnya dengan menggunakan parameter yang lebih tepat dan akurat.

4. Petugas kesehatan perlu mengembangkan upaya lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas tidur bayi.

5. Pengetahuan dan tatacara pemijatan yang baik dan benar sebaiknya diberikan kepada masyarakat terutama bagi orang tua yang mempunyai bayi usia 0-3 tahun melalui tindakan penyuluhan, demonstrasi dan pemberian leaflet yang dapat dilakukan melalui posyandu-posyandu oleh petugas kesehatan.

Page 9: jurnal pijat bayi

DAFTAR PUSTAKA Ahmad, Ibnu. 2006. Pijat Bayi,

Seberapa Penting?. http://zigma.wordpress.com/2006/12/15/pijat-bayi-seberapa-penting/. diakses tanggal 12 Februari 2006.

Anonim. 2003. Pagi Amat Sih, Bangunnya?.http://cyberwomen.cbn.net.id/detil=asp?kategori=Mother&newsno=658.

Anonim. Pijat Bayi. http://www.sahabatnestle.co.id/HOMEV2/main/TKSK/TKSK ndnp.asp?id=363,diakses tanggal 8 April 2006.

Anonymous. The Role Of Serotonin In Sleep. http://sulcus.berkeley.edu/mcb/165, diakses tanggal 22 September 2006.

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta.

Atmaji, W. 2005. Kekurangan Alfa Protein Akan Hasilkan Generasi Kurang Tidur. http://www.suaramerdeka.com/harian/0509/05/ragam4.htm, diakses tanggal 8 April 2006.

Brooker, C. 2001. Kamus Saku Keperawatan, Edisi 31, EGC, Jakarta.

Candra, B. 1995. Pengantar Statistik Kesehatan. EGC, Jakarta.

Carpenito, L.J. 1998. Diagnosa Keperawatan : Aplikasi Pada Praktis Klinis, EGC. Jakarta.

Danim, S. 2003. Riset Keperawatan : Sejarah dan Metodologi, EGC, Jakarta.

Dowshen, S.A, Neil I, Elizabeth B. 2001.Kids Health Guide For Parents; Pregnancy To Age 5. Mc.Graw-Hill Companies, USA.

Graham, J dan Charles E.S.2002. Panduan Sehat dan Bijak

Menidurkan Bayi, Prestasi Pustakaraya, Jakarta.

Guyton, A.C.1990. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit, edisi 3, EGC, Jakarta.

Harley, S. 2003. Tangan-Tangan Lembut: Pijatan Sehat untuk Anak, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.

Hurlock, E.B. 1997. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi Kelima, Erlangga, Jakarta.

Kozier, B; Glenora E; Shirley S. 2004. Fundamental Of Nursing : Concepts, Process and Practice. Seventh Edition, Pearson Education, New Jersey.

Mas’ud, I. 2001. Fisiologi: Persepsi Kerja Otak. UM Press Malang, Malang.

Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan, Salemba Medika. Jakarta.

Pierpolli, W; William R. 1995. The Melatonin Miracle. Simon dan Schuster Inc,USA.

Potter, P.A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik. Edisi Keempat. Alih bahasa: Renata Komalasari. EGC. Jakarta.

Prianggoro, H. 2006. Gangguan Tidur : Waspadai Hobi Ngelindur Dan Mendengkur. http://www.tabloid nova.com/articles.asp?id=10755&no=2, diakses tanggal 28 September 2006.

Pudjiraharjo, J.W.1993. Metode Statistik Terapan. University Airlangga Pers,Surabaya.

Page 10: jurnal pijat bayi

Rahayu, T. 2006. Tata Cara Memijat Bayi. http://www.mail-archive.com/[email protected]/msg03221.html, diakses tanggal 8 April 2006.

Roper, N. 2002. Prinsip-Prinsip Keperawatan. Edisi 2, Yayasan Essentia Medica, Yogyakarta.

Roesli, U.2001. Pedoman Pijat Bayi, Edisi Revisi, Trubus Agriwidya, Jakarta.

Rudolph, A M; Robert K. Kamey; Kim J. O. 2002. Rudolph’s : Fundamental of Pediatric. Third Edition, the Mc Graw-Hill Companies, Inc, USA.

Turner, R; Nayakana, S. 2005. Pedoman Praktis: Pemijatan

pada Bayi. Alih bahasa: Sara Kristina. Batam: Karisma Publising Group.

Whaley, Lucille F.;Donna L. Wong. 1983. Nursing Care of Infants and Children, Mosby Company, Missouri.

Widianto, S. 2005. Pentingnya Tidur Nyenyak Bagi Si Kecil. http://www. pikiran-rakyat.com/cetak/2005/0805/28/hikmah/lainnya2.htm.

Wong, D.L. 2003. Pedomam Klinis Keperawatan Pediatric, EGC, Jakarta.

Yudana, I.G.A. 2003. Tidurlah Agar Tak “Hilang” Ingatan. http://www.kompas.com/kesehatan/news/0303/25/005341.htm.