35
JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan Emosional (EQ) dengan Kinerja Perawat pada Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta-Selatan Meta Nurita D.S Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma Februari 2012 ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya pengendalian emosi bagi perawat khususnya perawat rawat inap, dikarenakan kesulitan yang dihadapi dalam melaksanakan pekerjaan serta kemampuannya dalam menyesuaikan diri dengan tempat pekerjaannya. Dengan kemampuan tersebut individu akan lebih mampu mengatasi berbagai masalah yang timbul selama dalam proses menuju manusia dewasa sehingga mereka akan lebih mampu mengatasi tantangan-tantangan emosional dalam kehidupan modern yang semakin kompleks. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional (EQ) dengan kinerja perawat pada Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta-Selatan, dengan subjek penelitian yang digunakan sebanyak 85 sampel. Adapun pengambilan sampel menggunakan teknik Purposive Sampling. Untuk mengukur kecerdasan emosional dengan menggunakan skala yang didasarkan dari komponen-komponen kecerdasan emosional, sedangkan untuk mengukur kinerja perawat menggunakan hasil berupa data kinerja perawat pada Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta-Selatan. Hasil analisis validitas item dalam penelitian ini untuk skala kecerdasan emosional bergerak dari 0,362 sampai 0,861 dengan reliabilitas sebesar 0,965. Sedangkan untuk pengujian reliabilitas kinerja perawat, dilakukan dengan jalan atau mengkonsultasikan data dengan ahli dalam bentuk penilaian. Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi pearson (1 – tailed) diketahui bahwa nilai koefisien korelasi antara kecerdasan emosional (EQ) dengan kinerja perawat menghasilkan nilai r sebesar 0.229 dengan p sebesar 0.046 (p<0,05). Hal ini berarti bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan anatara kecerdasan emosional (EQ) dengan kinerja perawat. Semakin tinggi tingkat kecerdasan emosional (EQ) yang dimiliki subjek, maka semakin tinggi pula tingkat kinerja perawatnya. Sebaliknya semakin rendah kecerdasan emosional (EQ) yang dimiliki subjek maka akan semakin rendah pula kinerja perawatnya. Adapun saran yang diajukan berdasarkan hasil penelitian ini agar para perawat dapat menentukan keberhasilan diri sendiri sehingga dapat meningkatkan kinerjanya. Kata kunci : Kecerdasan Emosional (EQ), Kinerja, Kinerja Perawat

JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan ...publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1140/1/...JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan Emosional (EQ) dengan Kinerja Perawat

  • Upload
    votu

  • View
    283

  • Download
    5

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan ...publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1140/1/...JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan Emosional (EQ) dengan Kinerja Perawat

JURNAL PSIKOLOGI

Hubungan Antara Kecerdasan Emosional (EQ) dengan Kinerja Perawat pada Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta-Selatan

Meta Nurita D.S

Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma Februari 2012

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya pengendalian emosi bagi perawat khususnya perawat rawat inap, dikarenakan kesulitan yang dihadapi dalam melaksanakan pekerjaan serta kemampuannya dalam menyesuaikan diri dengan tempat pekerjaannya. Dengan kemampuan tersebut individu akan lebih mampu mengatasi berbagai masalah yang timbul selama dalam proses menuju manusia dewasa sehingga mereka akan lebih mampu mengatasi tantangan-tantangan emosional dalam kehidupan modern yang semakin kompleks. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional (EQ) dengan kinerja perawat pada Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta-Selatan, dengan subjek penelitian yang digunakan sebanyak 85 sampel. Adapun pengambilan sampel menggunakan teknik Purposive Sampling. Untuk mengukur kecerdasan emosional dengan menggunakan skala yang didasarkan dari komponen-komponen kecerdasan emosional, sedangkan untuk mengukur kinerja perawat menggunakan hasil berupa data kinerja perawat pada Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta-Selatan. Hasil analisis validitas item dalam penelitian ini untuk skala kecerdasan emosional bergerak dari 0,362 sampai 0,861 dengan reliabilitas sebesar 0,965. Sedangkan untuk pengujian reliabilitas kinerja perawat, dilakukan dengan jalan atau mengkonsultasikan data dengan ahli dalam bentuk penilaian. Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi pearson (1 –tailed) diketahui bahwa nilai koefisien korelasi antara kecerdasan emosional (EQ) dengan kinerja perawat menghasilkan nilai r sebesar 0.229 dengan p sebesar 0.046 (p<0,05). Hal ini berarti bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan anatara kecerdasan emosional (EQ) dengan kinerja perawat. Semakin tinggi tingkat kecerdasan emosional (EQ) yang dimiliki subjek, maka semakin tinggi pula tingkat kinerja perawatnya. Sebaliknya semakin rendah kecerdasan emosional (EQ) yang dimiliki subjek maka akan semakin rendah pula kinerja perawatnya. Adapun saran yang diajukan berdasarkan hasil penelitian ini agar para perawat dapat menentukan keberhasilan diri sendiri sehingga dapat meningkatkan kinerjanya.

Kata kunci : Kecerdasan Emosional (EQ), Kinerja, Kinerja Perawat

Page 2: JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan ...publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1140/1/...JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan Emosional (EQ) dengan Kinerja Perawat

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kinerja sumber daya manusia

yang baik merupakan hal terpenting

bagi kelangsungan hidup perusahaan.

Bila sebuah perusahaan ingin

berkembang dengan pesat, perusahaan

tersebut haruslah memiliki sumber

daya manusia yang mampu

menampilkan kinerja yang baik.

Padahal kinerja seseorang dipengaruhi

oleh berbagai hal antara lain

keterampilan kognitif, kemampuan

teknis, dan kecerdasan emosional. Di

antara kemampuan-kemampuan

tersebut hanya kecerdasan emosional

yang tidak didapatkan dari bangku

pendidikan formal sehingga tidak

semua orang yang mempunyai

keterampilan kognitif dan kemampuan

teknis memiliki juga kecerdasan

emosional ini.

Berangkat dari pengamatan

Goleman (1999) bahwa orang yang

pandai atau berhasil dalam prestasi

akademik sewaktu pendidikan formal

ternyata banyak yang gagal mencapai

puncak prestasi sewaktu menempuh

karir profesional, penelitian Daniel

Goleman menunjukkan bahwa

kecerdasan emosional ini adalah

kemampuan yang sangat dibutuhkan

dalam dunia kerja saat ini yaitu sekitar

75-96 persen. Sedangkan peran IQ

atau keterampilan kognitif dalam

keberhasilan di dunia kerja hanya

menempati posisi kedua sesudah

kecerdasan emosi dalam menentukan

peraihan prestasi puncak dalam

pekerjaan, yaitu sekitar 4-25 persen.

Kecerdasan emosional ini

sangat mempengaruhi kehidupan

seseorang secara keseluruhan mulai

dari kehidupan dalam keluarga,

pekerjaan, sampai interaksi dengan

lingkungan sosialnya. Oleh karena itu

kecerdasan emosional berpengaruh

pada cara seseorang menyelesaikan

masalah dalam kehidupan sehari-hari,

baik dalam kehidupan keluarga,

pekerjaan, maupun interaksi dengan

lingkungan sosialnya. Goleman (1995)

menyebutkan bahwa seseorang yang

mempunyai kecerdasan emosi yang

Page 3: JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan ...publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1140/1/...JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan Emosional (EQ) dengan Kinerja Perawat

tinggi adalah mereka yang mampu

mengelola emosinya dengan baik.

Menurut Bar-On (dalam

Setiadi, 1999) kemampuan mengatur

perasaan dengan baik, mampu

memotivasi diri sendiri, berempati,

ketika menghadapi gejolak emosi dari

diri maupun dari orang lain. Manusia

juga harus dapat memecahkan suatu

masalah, fleksibel dalam situasi dan

kondisi yang kerap berubah (Setiadi,

1999). Hal ini merupakan kemampuan

yang seharusnya dimiliki oleh setiap

sumber daya manusia untuk dapat

berprestasi di bidang pekerjaannya.

Pada pekerjaan-pekerjaan

tertentu, sifat-sifat kepribadian

seseorang sangat berhubungan dengan

kesuksesan dalam bekerja. Hampir

semua interaksi antarmanusia yang

dimulai sejak kanak-kanak hingga

dewasa, individu selalu dianjurkan

untuk dapat mengontrol emosinya.

Konteks kesehatan adalah konteks

yang sangat dipengaruhi oleh

kecerdasan emosi para pelakunya.

Pelaku dalam hal kesehatan yang

dimaksud adalah para eksekutif dalam

kesehatan, dokter, perawat dan petugas

administrasi kesehatan pasien dan

keluarga pasien. Pekerjaan seperti

perawat yang harus selalu berinteraksi

langsung dengan pasien, diperlukan

kemampuan mengenali emosi,

kemampuan mengelola emosi,

kemampuan memotivasi diri sendiri,

kemampuan mengenali emosi orang

lain dan kemampuan membina

hubungan dengan orang lain, sehingga

akan terjalin hubungan saling percaya

dan saling membantu antara perawat

dengan pasien, perawat dengan

keluarga, perawat dengan dokter,

perawat dengan tim kesehatan yang

lainnya.

Menurut Prawirosentono

(dalam Hermawan, 2003) bahwa

kinerja atau performance adalah hasil

kerja yang dapat dicapai seseorang

atau kelompok dalam suatu organisasi,

sesuai wewenang dan tanggung jawab

masing-masing dalam rangka upaya

untuk mencapai tujuan organisasi

bersangkutan secara legal, tidak

melanggar hukum dan sesuai dengan

moral dan etika.

Menurut Karsinah (dalam

Wirawan, 1998) perawat adalah salah

Page 4: JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan ...publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1140/1/...JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan Emosional (EQ) dengan Kinerja Perawat

satu unsur vital dalam rumah sakit,

perawat, dokter, dan pasien merupakan

satu kesatuan yang paling

membutuhkan dan tidak dapat

dipisahkan. Tanpa perawat tugas

dokter akan semakin berat dalam

menangani pasien. Tanpa perawat,

kesejahteraan pasien juga terabaikan

karena perawat adalah penjalin kontak

pertama dan terlama dengan pasien

mengingat pelayanan keperawatan

berlangsung terus menerus selama 24

jam sehari dan 7 hari dalam seminggu

untuk merawat dan melayani

masyarakat (Hamid, 2008).

Perawat dalam pekerjaan

sehari-hari hampir selalu melibatkan

perasaan dan emosi, sehingga setiap

memberikan perawatan kepada pasien

dituntut untuk memiliki kecerdasan

emosi yang tinggi. Seorang perawat

yang tidak mempunyai kecerdasan

emosi yang tinggi dapat ditandai

dengan sikap emosi yang tinggi, cepat

bertindak berdasarkan emosinya, dan

tidak sensitif dengan perasaan dan

kondisi orang lain. Pelayanan

keperawatan sangat memerlukan sosok

perawat yang memiliki kecerdasan

emosi yang tinggi untuk memenuhi

kebutuhan pasien yang mencakup

kebutuhan biologis, psikologis,

sosiologis dan spiritual (Rudyanto,

2010).

Masalah yang dihadapi

seseorang, termasuk yang dihadapi

seorang perawat, biasanya disertai oleh

emosi-emosi negatif. Perawat yang

secara cerdas emosional akan cepat

mendapatkan insight mengenai emosi

yang dialaminya dan dengan segera

dapat mengelola emosi yang muncul.

Keberhasilan mengelola emosi ini

akan membuat perawat yang

bersangkutan menjadi lebih fokus

dalam menjalankan tugas dan

tanggung jawabnya (Rudyanto, 2010).

Menurut Gillies (dalam

Armiyanti, 2001) pekerjaan yang

dilakukan di Rumah Sakit terutama di

perawatan intensif termasuk rawat inap

adalah pekerjaan yang membutuhkan

kemampuan yang tinggi untuk

merawat pasien. Scheier (dalam

Soejitno, 2002) mengungkapkan

bahwa perawat yang mengalami

tingkat stres paling tinggi adalah

perawat bagian rawat inap dan unit

Page 5: JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan ...publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1140/1/...JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan Emosional (EQ) dengan Kinerja Perawat

gawat darurat. Tingkat stres yang

tinggi tersebut timbul karena keadaan

pekerjaan yang mengharuskan perawat

melakukan tindakan terhadap pasien

yang harus segera dibuat dan

dilakukan secara tepat dan cepat

karena tingkat kesibukan yang tinggi

dan keadaan gawat darurat

menyangkut kehidupan dan kematian

pasien dan diri mereka sendiri

(Sarafino, 2002).

Seorang perawat adalah profesi

yang diharapkan selalu care (peduli)

terhadap pasiennya (pasien yang tidak

hanya sebagai objek, tapi juga subjek

yang ikut menentukan keputusan akan

pengobatan atau terapi atau perawatan

terhadap dirinya dan terlibat secara

aktif). Seorang perawat memandang

seseorang pasien secara holistic atau

menyeluruh. Perawat tidak

memandang pasien hanya sebagai

individu yang sedang sakit secara fisik

atau bio, tetapi juga memperhatikan

kondisi mental atau psikis atau

kejiwaan, sosial, spiritual, dan kultural.

Oleh karena itu, untuk memberikan

asuhan keperawatan, seorang perawat

harus mengkaji aspek yang holistic

tersebut (bio, psiko, sosio, spiritual,

dan kultural). Asuhan yang dilakukan

perawat adalah memberikan

perawatan. Perawat sering pula

ditugaskan secara bergiliran di ruangan

lain dan dalam shift kerja yang

berbeda.

Selain harus memiliki sikap

telaten serta penuh perhatian, perawat

harus selalu bersedia menolong dengan

penuh semangat, maka diperlukan pula

kesediaan untuk selalu mengikuti

segala yang ada hubungannya dengan

masalah pelayanan kesehatan pada

umumnya. Menurut Perawat Klinik St

Carolus (dalam Ali, 1999) perawat

berfungsi untuk membantu individu,

keluarga dan masyarakat baik sehat

maupun sakit dalam melaksanakan

kegiatan yang menunjang kesehatan,

penyembuhan atau menghadapi

kematian. Jika perawat memiliki

intensi untuk memberikan pelayanan

kepada pasien dengan baik, maka hal

ini akan berdampak pada kinerjanya

yang tinggi. Sebaliknya, jika perawat

tidak memiliki intensi atau niat untuk

memberikan pelayanan kepada pasien,

maka kinerja yang mereka tampilkan

Page 6: JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan ...publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1140/1/...JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan Emosional (EQ) dengan Kinerja Perawat

cenderung rendah. Kecerdasan

emosional ini jelas sangat dibutuhkan

oleh perawat sebab, perawat selalu

berhubungan dengan pasien yang latar

belakang budaya dan sifatnya berbeda.

Perbedaan ini menuntut perawat untuk

mengenali perasaan dirinya maupun

orang lain dalam hal ini pasien dan

keluarganya. Sehingga perawat secara

profesional akan bersikap asertif

(ketegasan, keberanian menyatakan

pendapat).

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dilakukan

untuk mengetahui gambaran mengenai

kinerja perawat. Di samping itu

penelitian ini juga bertujuan untuk

mengetahui hubungan antara

kecerdasan emosional (EQ) dengan

kinerja perawat pada RSUP Fatmawati

Jakarta-Selatan.

C. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan

memiliki dua manfaat, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini

diharapkan dapat memberikan

masukan yang bermanfaat untuk

perkembangan ilmu psikologi,

khususnya psikologi sosial tentang

kecerdasan emosional (EQ),

psikologi industri dan organisasi

tentang kinerja, dan biopsikologi

tentang perawat.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini

diharapkan dapat memberikan

informasi serta gambaran kepada

perawat mengenai pentingnya

mengenali emosi diri sendiri dan

orang lain, mampu mengendalikan

emosi yang mempengaruhi

keharmonisan dengan lingkungan

dan dapat menentukan

keberhasilan diri sendiri sehingga

dapat meningkatkan kinerja yang

lebih baik serta berharap penelitian

ini dapat bermanfaat bagi peneliti

lain yang ingin lebih

mengembangkan mengenai

pembahasan penelitian ini.

Page 7: JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan ...publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1140/1/...JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan Emosional (EQ) dengan Kinerja Perawat

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kinerja Perawat

1. Pengertian Kinerja Perawat

Menurut definisi yang

diberikan Prawirosentono (dalam

Hermawan, 2003) yang

mengatakan bahwa kinerja atau

performance adalah hasil kerja

yang dapat dicapai seseorang atau

kelompok dalam suatu organisasi,

sesuai wewenang dan tanggung

jawab masing-masing dalam upaya

untuk mencapai tujuan organisasi

bersangkutan secara legal, tidak

melanggar hukum dan sesuai

dengan moral dan etika.

Hasibuan (1994) mengatakan

bahwa prestasi kerja adalah suatu

hasil kerja yang dicapai seseorang

dalam melaksanakan pekerjaan

atas kecakapan, pengalaman,

kesungguhan dan waktu, dimana

prestasi kerja merupakan gabungan

dari 3 (tiga) faktor penting, yaitu:

kemampuan dan minat pekerja,

kemampuan member dan

menerima atas penjelasan delegasi

tugas, tingkat motivasi kerja.

Sedangkan Irawan (dalam

Hermawan, 2003) dalam buku

Analisi Kerja mendefinisikan kerja

sebagai hasil kerja seorang pekerja,

sebuah proses manajemen, atau

suatu organisasi keseluruhan,

dimana hasil kerja harus dapat

ditunjukkan bukti secara konkret

dan dapat diukur dengan tolak ukur

yang telah ditentukan.

Dari berbagai definisi yang

diuraikan sebelumnya dapat ditarik

beberapa kata kunci, yaitu hasil

kerja, pekerja, proses atau

organisasi, terbukti secara konkret,

dapat diukur, dibandingkan dengan

standar yang telah ditentukan.

Namun tidak semua kinerja mudah

diukur, mudah dibandingkan

dengan standar atau dibuktikan

secara konkret.

Selanjutnya Irawan (dalam

Hermawan, 2003) membagi kinerja

dalam organisasi menjadi 3 (tiga

macam), yaitu: kinerja organisasi,

kinerja proses (proses manajemen

administrasi) dan kinerja pegawai.

Page 8: JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan ...publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1140/1/...JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan Emosional (EQ) dengan Kinerja Perawat

Ketiga macam kinerja itu tidak

dapat dipisahkan satu dengan yang

lain. Kinerja organisasi tergantung

pada kinerja proses dalam tiap-tiap

unit kerja, sedangkan kinerja

proses tergantung pada baik atau

tidaknya kinerja orang-orang yang

menggerakkan proses tersebut.

Heresy dan Blanchard (dalam

Hermawan, 2003) mendefinisikan

kinerja sebagai hasil-hasil yang

telah dicapai seseorang dengan

menggunakan media tertentu.

Pengertian ini menggambarkan

bahwa seorang pegawai tidak dapat

sukses mencapai kerjanya tanpa

bantuan suatu media berupa sarana

lainnya yang berpengaruh kepada

dirinya, baik ekstrinsik maupun

intrinsik.

Perawat atau nurse berasal

dari bahasa latin yaitu dari kata

Nutrix yang berarti merawat atau

memelihara. Menurut Harlley

(1997) menjelaskan pengertian

dasar seorang perawat yaitu

seseorang yang berperan dalam

merawat atau memelihara,

membantu dan melindungi

seseorang karena sakit, injury dan

proses penuaan. Perawat

profesional adalah perawat yang

bertanggung jawab dan

mempunyai wewenang

memberikan pelayanan

keperawatan secara mandiri dan

atau berkolaborasi dengan tenaga

kesehatan lain sesuai dengan

kewenangannya (Departemen

Kesehatan R.I, 2002). Perawat

menurut Handerson (dalam Ali,

1999) adalah seseorang yang

membantu individu baik yang

sehat maupun yang sakit, dari lahir

hingga meninggal agar dapat

melaksanakan aktivitas sehari-hari

secara mandiri, dengan

menggunakan kekuatan, kemauan,

atau pengetahuan yang dimiliki.

Berdasarkan uraian

sebelumnya, bahwa kinerja

perawat adalah hasil yang dicapai

oleh seseorang yang berperan

dalam merawat atau memelihara,

membantu dan melindungi kepada

individu yang sehat maupun yang

sakit untuk berkembang dan

Page 9: JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan ...publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1140/1/...JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan Emosional (EQ) dengan Kinerja Perawat

mendorong kearah hidup yang

sehat sesuai wewenang dan

tanggung jawab masing-masing

sebagai upaya untuk mencapai

tujuan organisasi bersangkutan

secara legal, tidak melanggar

hukum dan sesuai dengan moral

dan etika.

2. Hak dan Kewajiban Perawat

Dalam melakukan tugasnya,

seorang perawat mempunyai hak

dan kewajiban (Surat Keputusan

Dirjen Pelayanan Medik No.

00.03.2.6.951, 1997) diantaranya

yaitu:

a. Hak-hak perawat:

1) Memperoleh perlindungan

hukum dalam melaksanakan

tugas sesuai dengan

profesinya.

2) Mengembangkan diri

melalui kemampuan

spesialisasi sesuai latar

belakang pendidikannya.

3) Menolak keinginan

klien/pasien yang

bertentangan dengan

peraturan perundangan serta

standar profesi dan kode etik

profesi.

Berikut adalah kewajiban dari

seorang perawat, yaitu:

b. Kewajiban perawat:

1) Mematuhi semua peraturan

RS dengan hubungan hukum

antara perawat dan bidan

dengan pihak RS.

2) Mengadakan perjanjian

tertulis dengan pihak rumah

sakit

3) Memenuhi hal-hal yang

telah disepakati atau

perjanjian yang telah

dibuatnya.

4) Memberikan pelayanan atau

asuhan keperawatan atau

kebidanan sesuai dengan

standar profesi dan batas

kewenangannya atau

otonomi profesi.

3. Fungsi Perawat

Perawat menurut Phaneuf

(dalam Ali, 1999) memiliki tujuh

fungsi yaitu sebagai berikut:

a) Melaksanakan instruksi dokter.

Page 10: JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan ...publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1140/1/...JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan Emosional (EQ) dengan Kinerja Perawat

b) Observasi gejala dan respon

pasien yang berhubungan

dengan penyakit dan

penyebabnya.

c) Memantau pasien, menyusun

dan memperbaiki rencana

keperawatan secara terus-

menerus berdasarkan pada

kondisi dan kemampuan pasien.

d) Supervisi semua pihak yang ikut

terlibat dalam keperawatan

pasien.

e) Mencatat dan melaporkan

keadaan pasien.

f) Melaksanakan prosedur dan

teknik keperawatan.

g) Memberikan pengarahan dan

penyuluhan untuk meningkatkan

kesehatan fisik dan mental.

4. Faktor-fakor Kinerja

Dalam Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia nomor 10

tahun 1979 tentang Daftar

Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan

(DP3) Pegawai Negeri Sipil seperti

dikutip Suprihanto (1998),

disebutkan ada 7 faktor yang

digunakan untuk mengatur kinerja

seorang pegawai negeri sipil, yaitu:

a. Kesetiaan; mengandung muatan

kesetiaan, kesetiaan, dan

pengabdian kepada pancasila,

Undang-Undang Dasar 1945,

negara dan pemerintah.

b. Prestasi kerja, adalah hasil kerja

yang dicapai oleh seorang

Pegawai Negeri sipil dalam

melaksanakan tugas yang

dibebankan kepadanya.

c. Tanggung jawab, adalah

kesanggupan seorang Pegawai

Negeri Sipil menyelesaikan

pekerjaan yang diserahkan

kepadanya dengan sebaik-

baiknya dan tepat pada

waktunya serta berani memikul

resiko atas keputusan yang

diambilnya atau tindakan yang

dilakukannya.

d. Ketaatan, adalah kesanggupan

seseorang Pegawai Negeri Sipil

untuk mentaati segala peraturan

perundang-undangan dan

peraturan kedinasan yang

berlaku, mentaati perintah

kedinasan yang diberikan oleh

Page 11: JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan ...publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1140/1/...JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan Emosional (EQ) dengan Kinerja Perawat

atasan yang berwenang, serta

kesanggupan tidak melanggar

larangan yang ditentukan.

e. Kejujuran, adalah ketulusan hati

seorang Pegawai Negeri Sipil

dalam melaksanakan tugas dan

kemampuan untuk tidak

menyalahgunakan wewenang

yang diberikan kepadanya.

f. Kerjasama, adalah kemampuan

seorang Pegawai Negeri Sipil

untuk bekerja bersama-sama

dengan orang lain dalam

menyelesaikan suatu tindakan

yang diperlukan dalam

melaksanakan tugas pokok

tanpa menunggu perintah dari

atasan.

g. Kepemimpinan, adalah

kemampuan seorang Pegawai

Negeri Sipil untuk meyakinkan

orang lain sehingga dapat

dikerahkan secara maksimal

untuk melaksanakan tugas

pokok.

5. Penilaian Kinerja

Menurut Vroom (dalam

As’ad, 1995), tingkat sejauh mana

keberhasilan seseorang dalam

menyelesaikan pekerjaannya

disebut “level of performance”.

Biasanya individu yang memiliki

level of performance tinggi disebut

sebagai individu yang memiliki

level of performance dibawah

standar dikatakan sebagai individu

yang tidak produktif atau memiliki

kinerja yang rendah.

Schermerhorn (1993)

menyatakan bahwa “performance

appraisal is a process of formally

evaluating performance and

providing feedback on which

performance adjustments can be

mode”. Penilaian kinerja

merupakan proses penilaian yang

dilakukan organisasi terhadap para

pegawai yang dapat memberikan

umpan balik, sehingga organisasi

dapat mengidentifikasi secara tegas

perbaikan atau penyesuaian yang

diperlukan dalam rangka perbaikan

kinerja pegawai.

Teknik penilaian kinerja yang

berorientasi pada masa lalu

diantaranya dapat dilakukan

Page 12: JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan ...publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1140/1/...JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan Emosional (EQ) dengan Kinerja Perawat

dengan cara-cara sebagai berikut

(Suprihanto, 1998):

1) Rating scales

Metode ini memerlukan penilai

untuk memberikan suatu

evaluasi yang subjektif

mengenai penampilan individu

pada skala dari rendah sampai

tinggi. Formulir dilengkapi

dengan mengecek tanggapan

yang paling tepat untuk setiap

penampilan. Tanggapan dapat

diberi nilai menarik untuk

memungkinkan dihitungnya

nilai rata-rata dan

diperbandingkan bagi setiap

pekerja.

2) Checklist

Metode penilaian dengan

checklist memerlukan penilai

untuk menseleksi pernyataan

yang menjelaskan karakteristik

karyawan. Penilaian biasanya

merupakan pengawas dekat.

Tetapi tanpa diketahui penilai,

bagian personalia dapat

memberi bobot pada daftar

yang berbeda. Bobot ini

memungkinkan penilai tersebut

dikualifikasikan sehingga nilai

secara keseluruhan dapat

ditentukan.

3) Critical incident method

Metode ini mengarahkan

pembuat perbandingan untuk

mencatat pernyataan yang

menggambarkan tingkah laku

karyawan baik dan buruk

dihubungkan dengan cara kerja

mereka. Pernyataan-pernyataan

tersebut biasanya disebut

kejadian kritis. Kejadian ini

biasanya dicatat oleh

supervisor atau penyelia selama

periode evaluasi untuk masing-

masing pekerja bawahan.

4) Performance test and

observation

Test ini mungkin variasi kertas

dan pensil (tertulis) atau suatu

demonstrasi keterampilan atau

keahlian yang sebenarnya. Tes

tersebut harus benar-benar dan

valid supaya berguna.

5) Field review method

Dalam metode ini seorang

wakil yang ahli dari

departemen personalia ke

Page 13: JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan ...publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1140/1/...JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan Emosional (EQ) dengan Kinerja Perawat

lapangan dan membantu

supervisor mengenal khusus

tentang prestasi kerja

karyawan. Kemudian

menyiapkan suatu informasi

berdasarkan informasi tersebut.

Informasi selanjutnya dikirim

ke supervisor untuk

pengulasan, perubahan dan

berdiskusi dengan para pekerja

yang diperbandingkan.

6) Group evaluation method

Metode ini digunakan untuk

memutuskan pembayaran

kenaikan kompensasi,

menaikkan pangkat atau

jabatan dan mengatur

pemberian penghargaan

lainnya, karena metode ini

menghasilkan rangking dari

yang terbaik sampai yang

terburuk. Ada beberapa teknik

dalam metode ini, seperti

Rangking Method, Forced

Distribution Method, Point

Allocation Method dan Paired

Comparison.

6. Manfaat Penilaian Kinerja

Penilaian kerja merupakan

salah satu tugas penting untuk

dilakukan oleh seorang manajer

atau pimpinan. Walaupun

demikian, pelaksanaan kinerja

yang objektif bukanlah tugas yang

sederhana. Penilaian harus

dihindarkan adanya “like dan

dislike” dari penilai, agar

objektifitas penilai dapat terjaga.

Kegiatan penilaian ini penting,

karena dapat digunakan untuk

memperbaiki keputusan-keputusan

personalia dalam memberikan

umpan balik kepada para karyawan

tentang kinerja mereka.

Handoko (1992)

mengemukakan manfaat penilaian

kinerja, diantaranya:

a. Perbaikan prestasi kerja atau

kinerja

Umpan balik pelaksanaan

kerja memungkinkan

karyawan, manajer dan

departemen personalia dapat

memperbaiki kegiatan-

Page 14: JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan ...publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1140/1/...JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan Emosional (EQ) dengan Kinerja Perawat

kegiatan mereka untuk

meningkatkan prestasi.

b. Penyesuaian-penyesuaian

kompensasi

Evaluasi prestasi kerja

membantu para pengambil

keputusan dalam menentukan

kenaikan upah, pemberian

bonus, dan bentuk kompensasi

lainnya.

c. Keputusan-keputusan

penempatan

Promosi dan transfer biasanya

didasarkan atas prestasi kerja

atau kinerja masa lalu atau

antisipasinya.

d. Perencanaan kebutuhan

latihan dan pengembangan

Prestasi kerja atau kinerja

yang jelek mungkin

menunjukkan perlunya

latihan. Demikian pula

sebaliknya, kinerja yang baik

mungkin mencerminkan

potensi yang harus

dikembangkan.

e. Perencanaan dan

pengembangan karir

Umpan balik prestasi

mengarahkan keputusan-

keputusan karir, yaitu tentang

jalur karir tertentu yang harus

diteliti.

B. Kecerdasan Emosional

1. Pengertian Kecerdasan

Emosional

Istilah kecerdasan emosional

pertama kali diucapkan oleh

psikolog Peter Salovey dari

Harvard University dan John

Mayer dari University of New

Hampshire pada tahun 1990 untuk

menerangkan kualitas-kualitas

emosional yang tampaknya penting

bagi keberhasilan. Salovey dan

Mayer mula-mula mendefinisikan

kecerdasan emosional sebagai

himpunan bagian dari kecerdasan

sosial yang melibatkan

kemampuan memantau perasaan

dan emosi baik pada diri sendiri

maupun pada orang lain (dalam

Saphiro, 1997).

Menurut Goleman (dalam

Melianawati, Prihanto, dan

Page 15: JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan ...publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1140/1/...JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan Emosional (EQ) dengan Kinerja Perawat

Tjahjoanggoro, 2001) kecerdasan

emosional adalah kecakapan

emosional yang meliputi

kemampuan untuk mengendalikan

diri sendiri dan memiliki daya

tahan ketika menghadapi

rintangan, mampu mengendalikan

impuls dan tidak cepat merasa

puas, mampu mengatur suasana

hati dan mampu mengelola

kecemasan agar tidak mengganggu

kemampuan berpikir, mampu

berempati serta berharap. Di

samping itu individu juga mampu

membina hubungan yang baik

dengan orang lain dan mudah

mengenali emosi orang lain dan

penuh perhatian.

Cooper dan Sawaf (dalam

Melianawati, Prihanto, dan

Tjahjoanggoro, 2001) berpendapat

bahwa kecerdasan emosional

adalah kemampuan merasakan,

memahami, dan secara efektif

menerapkan daya dan kepekaan

emosi sebagai sumber energy,

informasi, koneksi, dan pengaruh

yang manusiawi. Karena orang

yang sehat biasanya mampu

mengenal emosi yang dialaminya

dan dapat mengekspresikan sesuai

dengan aturan yang berlaku di

lingkungannya (Martani, dalam

Armiyanti, 2008).

Reuven Bar-On (dalam

Armiyanti, 2008) menyatakan

bahwa kecerdasaan emosional

adalah serangkaian kemampuan,

kompetensi, dan kecakapan non-

kognitif, yang mempengaruhi

kemampuan seseorang untuk

berhasil mengatasi tuntutan dan

tekanan lingkungan. Sedangkan

menurut Patton (2000) kecerdasan

emosi adalah dasar-dasar

pembentukan emosi yang

mencakup keterampilan-

keterampilan seseorang untuk

mengadakan impuls-impuls dan

menyalurkan emosi yang kuat

secara efektif.

Dari uraian di atas dapat

disimpulkan bahwa kecerdasan

emosional adalah dasar-dasar

pembentukan emosi yang

mencakup serangkain keterampilan

atau kemampuan kompetensi,

kecakapan non-kognitif seperti

Page 16: JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan ...publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1140/1/...JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan Emosional (EQ) dengan Kinerja Perawat

kemampuan merasakan,

memahami, dan secara efektif

menerapkan daya dan kepekaan

emosi untuk dapat mengendalikan

diri sendiri dan memiliki daya

tahan ketika mengahadapi

rintangan, mampu mengendalikan

impuls dan tidak cepat puas serta

mampu mengatur suasana hati,

mengelola kecemasan agar tidak

mengganggu kemampuan berpikir.

2. Faktor-faktor Yang

Mempengaruhi Kecerdasan

Emosional

Menurut Goleman (2009)

faktor-faktor yang mempengaruhi

kecerdasan emosional meliputi :

1) Faktor yang bersifat bawaan

genetik

Faktor yang bersifat bawaan

genetik misalnya temperamen.

Ada 4 temperamen, yaitu

penakut, pemberani, periang,

pemurung. Anak yang penakut

dan pemurung mempunyai

sirkuit emosi yang lebih mudah

dibangkitkan dibandingkan

dengan sirkuit emosi yang

dimiliki anak pemberani dan

periang. Temperamen atau pola

emosi bawaan lai1nnya dapat

dirubah sampai tingkat tertentu

melalui pengalaman, terutama

pengalaman pada masa kanak-

kanak. Otak dapat dibentuk

melalui pengalaman untuk

dapat belajar membiasakan diri

secara tepat (anak diberi

kesempatan untuk menghadapi

sendiri masalah yang ada,

kemudian dibimbing

menangani kekecewaannya

sendiri dan mengendalikan

dorongan hatinya dan berlatih

empati.

2) Faktor yang berasal dari

lingkungan

Kehidupan keluarga

merupakan sekolah pertama

kita untuk mempelajari emosi,

dalam lingkungan yang akrab

ini kita belajar begaimana

merasakan perasaan kita sendiri

dan bagaimana orang lain

menanggapi perasaan kita,

bagaimana berfikir tentang

perasaan ini dan pilihan-pilihan

Page 17: JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan ...publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1140/1/...JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan Emosional (EQ) dengan Kinerja Perawat

apa yang kita miliki untuk

bereaksi, serta bagaimana

membaca dan mengungkap

harapan dan rasa takut.

Pembelajaran emosi bukan

hanya melalui hal-hal yang

diucapkan dan dilakukan oleh

orang tua secara langsung pada

anak-anaknya, melainkan juga

melalui contoh-contoh yang

mereka berikan sewaktu

menangani perassaan mereka

sendiri atau perasaan yang

biasa muncul antara suami dan

istri. Ada ratusan penelitian

yang memperhatikan bahwa

cara orang tua memperlakukan

anak-anaknya entah dengan

disiplin yang keras atau

pemahaman yang empatik,

entah dengan ketidakpedulian

atau kehangatan, dan

sebagainya berakibat

mendalam dan permanen bagi

kehidupan emosional anak.

3. Komponen-komponen

Kecerdasan Emosional

Menurut Goleman (2009)

kecerdasan emosional terdiri dari

lima komponen utama yaitu :

1) Mengenali Emosi Diri

Mengenali emosi diri

merupakan suatu kemampuan

untuk mengenali perasaan

sewaktu perasaan itu terjadi.

Kemampuan ini merupakan

dasar dari kecerdasan

emosional, para ahli psikologi

menyebutkan kesadaran diri

sebagai metamood, yakni

kesadaran seseorang akan

emosinya sendiri. Kesadaran

diri adalah waspada terhadap

suasana hati maupun pikiran

tentang suasana hati, bila

kurang wasapada maka

individu menjadi mudah larut

dalam aliran emosi dan

dikuasai oleh emosi. Kesadaran

diri memang belum menjamin

penguasaan emosi, namun

merupakan salah satu prasyarat

penting untuk mengendalikan

emosi sehingga individu mudah

menguasai emosi.

2) Mengelola Emosi

Page 18: JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan ...publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1140/1/...JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan Emosional (EQ) dengan Kinerja Perawat

Mengelola emosi merupakan

kemampuan individu dalam

menangani perasaan agar dapat

terungkap dengan tepat atau

selaras, sehingga tercapai

keseimbangan dalam diri

individu. Menjaga agar emosi

yang merisaukan tetap

terkendali merupakan kunci

menuju kesejahteraan emosi.

Emosi berlebihan yang

meningkat dengan intensitas

terlampau lama akan mengoyak

kestabilan kita. Kemampuan ini

mencakup kemampuan untuk

menghibur diri sendiri,

melepaskan kecemasan,

kemurungan atau

ketersinggungan dan akibat-

akibat yang ditimbulkannya

serta kemampuan utuk bangkit

dari perasaan-perasaan yang

menekan.

3) Memotivasi Diri

Kemampuan untuk bertahan

dan terus menerus berusaha

menemukan banyak cara demi

mencapai tujuan. Ciri-ciri

individu yang memiliki

kemampuan ini adalah

memiliki kepercayaan diri yang

tinggi, optimis dalam

mengahadapi keadaan yang

sulit, cukup terampil dan

fleksibel dalam menemukan

cara alternative agar sasaran

tercapai, serta cukup mampu

memecahkan tugas yang berat

menjadi tugas kecil yang

mudah dijalankan. Individu

yang memiliki keterampilan ini

cenderung jauh lebih produktif

dan efektif dalam hal apapun

yang mereka kerjakan.

4) Mengenali Emosi Orang Lain

Kemampuan untuk mengenali

emosi orang lain disebut juga

empati. Kemampuan seseorang

untuk mengenali orang lain

atau peduli, menunjukkan

kemampuan empati seseorang.

Inidividu yang memiliki

kemampuan empati lebih

mampu menangkap sinyal-

sinyal sosial yang tersembunyi

yang mengisyaratkan apa-apa

yang dibutuhkan orang lain

sehingga ia lebih mampu

Page 19: JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan ...publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1140/1/...JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan Emosional (EQ) dengan Kinerja Perawat

menerima sudut pandang orang

lain, peka terhadap perasaan

orang lain dan lebih mampu

untuk mendengarkan orang

lain.

5) Membina Hubungan Dengan

Orang Lain

Mampu menangani emosi

orang lain merupakan inti dari

membina hubungan dengan

orang lain yang merupakan

salah satu aspek dari

kecerdasan emosi. Untuk

mengatasi emosi orang lain

dibutuhkan dua keterampilan

emosi yaitu menegemen diri

dan empati. Dengan landasan

ini, keterampilan berhubungan

dengan orang lain akan

menjadi matang. Kemampuan

seseorang seperti ini

memungkinkan seseorang

membentuk suatu hubungan

untuk menggerakkan dan

mengilhami orang lain,

membina kedekatan hubungan,

meyakinkan, mempengaruhi

dan membuat orang lain

merasa nyaman.

4. Ciri-ciri Individu Yang Memiliki

Kecerdasan Emosi Tinggi

Goleman (2009)

mengemukakan ciri-ciri individu yang

memiliki kecerdasan emosi tinggi,

yaitu :

a. Memiliki kemampuan untuk

memotivasi diri sendiri dan

dapat bertahan dalam

menghadapi frustrasi.

b. Dapat mengendalikan

dorongan-dorongan hati

sehingga tidak melebih-

lebihkan suatu kesenangan.

c. Mampu mengatur suasana hati

dan dapat menjaganya agar

beban stress tidak

melumpuhkan kemampuan

berpikir seseorang.

d. Mampu untuk berempati

terhadap orang lain dan tidak

lupa berdoa.

C. Hubungan Antara Kecerdasan

Emosional (EQ) dengan Kinerja

Perawat pada Rumah Sakit

Umum Pusat Fatmawati

Jakarta-Selatan

Page 20: JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan ...publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1140/1/...JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan Emosional (EQ) dengan Kinerja Perawat

Kecerdasan emosional

adalah kecakapan emosional yang

meliputi kemampuan untuk

mengendalikan diri sendiri dan

memiliki daya tahan ketika

menghadapi rintangan, mampu

mengendalikan impuls dan tidak cepat

merasa puas, mampu mengatur

suasana hati dan mampu mengelola

kecemasan agar tidak mengganggu

kemampuan berpikir, mampu

berempati serta berharap. Di samping

itu individu juga mampu membina

hubungan yang baik dengan orang lain

dan mudah mengenali emosi orang lain

dan penuh perhatian.

Seseorang yang mempunyai

kecerdasan emosional yang lebih

tinggi lebih memungkinkan untuk

sukses daripada mereka yang

mempunyai pengalaman relevan

ataupun IQ yang tinggi. Dengan kata

lain kecerdasan emosional merupakan

predictor yang lebih baik dalam

kesuksesan daripada pengalaman

relevan ataupun IQ yang tinggi.

Disadari bahwa kehidupan seseorang

tidak pernah statis melainkan selalu

dinamis dan diwarnai oleh tekanan dan

tantangan. Pada keadaan normal

seseorang yang memiliki IQ dan

kecerdasan emosional yang tinggi

mungkin dapat tetap bertahan dan

berprestasi. Namun ketika menghadapi

masalah, misalnya kegagalan dalam

mendapatkan nilai yang maksimal atau

kehilangan seseorang yang sangat

berarti, tidak semua orang dapat

bertahan dan mengaktualisasikan

dirinya kembali.

Hasibuan (1994) mengatakan

bahwa prestasi kerja adalah suatu hasil

kerja yang dicapai seseorang dalam

melaksanakan pekerjaan atas

kecakapan, pengalaman, kesungguhan

dan waktu, dimana prestasi kerja

merupakan gabungan dari 3 (tiga)

faktor penting, yaitu: kemampuan dan

minat pekerja, kemampuan member

dan menerima atas penjelasan delegasi

tugas, tingkat motivasi kerja.

Schemerhorn (1993) menyatakan

bahwa penilaian kinerja merupakan

proses penilaian yang dilakukan

organisasi terhadap para pegawai yang

dapat memberikan umpan balik,

sehingga organisasi dapat

mengidentifikasi secara tegas

Page 21: JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan ...publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1140/1/...JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan Emosional (EQ) dengan Kinerja Perawat

perbaikan atau penyesuaian yang

diperlukan dalam rangka perbaikan

kinerja pegawai.

Menurut Harlley (1997)

menjelaskan pengertian dasar seorang

perawat yaitu seseorang yang berperan

dalam merawat atau memelihara,

membantu dan melindungi seseorang

karena sakit, pencegahan cidera dan

proses penuaan. Namun dalam proses

menjalankan setiap kewajiban-

kewajibannya sebagai perawat terdapat

masalah yang dapat merintangi

seorang perawat dalam meraih

kesuksesan di dalam pekerjaannya.

Rintangan tersebut sangat beraneka

ragam, baik dari dalam diri perawat itu

sendiri seperti motivasi, dan kesehatan,

ataupun dari luar diri perawat seperti

masalah rumah tangga, ataupun

masalah keuangan.

Gunarsa dan Gunarsa (1995)

menyatakan keberhasilan seorang

perawat tergantung pada pemahaman

diri sendiri, kekuatan dan kelemahan

serta pengaruh orang lain, dengan

mempunyai ciri-ciri sebagai seorang

perawat adalah ramah, mudah kerja

sama, pandai menimbang perasaan,

dan pandai bergaul dengan

menunjukkan perilaku memberi

pertolongan dengan memberikan

layanan yang baik pada pasien.

D. Hipotesis

Berdasarkan tinjauan

pustaka dari hasil penelitian

sebelumnya maka diajukan hipotesis

yaitu ada hubungan positif antara

kecerdasan emosional dengan kinerja

perawat pada Rumah Sakit Umum

Pusat Fatmawati Jakarta-Selatan.

Semakin tinggi kecerdasan

emosional perawat, maka hal ini

akan berdampak pada kinerjanya

yang tinggi. Sebaliknya, semakin

rendah kecerdasan emosional

perawat, maka kinerja yang mereka

tampilkan juga cenderung rendah.

Page 22: JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan ...publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1140/1/...JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan Emosional (EQ) dengan Kinerja Perawat

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel-Variabel

Penelitian

Dalam penelitian ini variabel yang

akan diteliti adalah :

a. Variabel Bebas atau Prediktor :

Kecerdasan Emosional

b. Variabel Terikat atau Kriterium :

Kinerja Perawat

B. Definisi Operasional Variabel

Penelitian

1. Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional

adalah dasar-dasar

pembentukan emosi yang

mencakup serangkain

keterampilan atau kemampuan

kompetensi, kecakapan non-

kognitif seperti kemampuan

merasakan, memahami, dan

secara efektif menerapkan daya

dan kepekaan emosi untuk

dapat mengendalikan diri

sendiri dan memiliki daya

tahan ketika mengahadapi

rintangan, mampu

mengendalikan impuls dan

tidak cepat puas serta mampu

mengatur suasana hati,

mengelola kecemasan agar

tidak mengganggu kemampuan

berpikir. Item tersebut

diperoleh responden dari

dinamika kecerdasan

emosional yang dikembangkan

dari skala Kecerdasan

Emosional yang disusun

berdasarkan komponen

kecerdasan emosi dari

Goleman (2009) yaitu:

mengenali emosi diri,

mengelola emosi, memotivasi

diri, mengenali emosi orang

lain, dan membina hubungan

dengan orang lain.

2. Kinerja Perawat

Kinerja perawat adalah

hasil yang dicapai oleh

seseorang yang berperan dalam

merawat atau memelihara,

membantu dan melindungi

kepada individu yang sehat

maupun yang sakit untuk

berkembang dan mendorong

kearah hidup yang sehat sesuai

Page 23: JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan ...publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1140/1/...JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan Emosional (EQ) dengan Kinerja Perawat

wewenang dan tanggung jawab

masing-masing sebagai upaya

untuk mencapai tujuan

organisasi bersangkutan secara

legal, tidak melanggar hukum

dan sesuai dengan moral dan

etika. Skala Kinerja Perawat

disusun berdasarkan Formulir

Penilaian Kinerja Perawat

RSUP. Fatmawati yang terdiri

dari: kemampuan profesional,

sikap atau perilaku, disiplin

kerja, dan kemampuan

managerial.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian

ini adalah keseluruhan perawat

Rumah Sakit Umum Pusat

Fatmawati Jakarta-Selatan yang

berjumlah 459 perawat rawat

inap.

2. Sampel

Teknik pengambilan

sampel pada penelitian ini

menggunakan teknik Purposive

Sampling. Adapun sampel pada

penelitian ini terdiri atas 85

perawat Rumah Sakit Umum

Pusat Fatmawati Jakarta-Selatan

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data

yang diperlukan dalam penelitian

ini digunakan kuesioner berbentuk

skala Likert yaitu Skala Kinerja

Perawat dan Skala Kecerdasan

Emosional.

1. Skala Kecerdasan Emosional

Skala kecerdasan

emosional disusun berdasarkan

komponen kecerdasan emosi

yaitu mengenali emosi diri,

mengelola emosi, memotivasi

diri, mengenali emosi orang

lain, membina hubungan

dengan orang lain. Skala ini

disusun berdasarkan skala

Likert, item terdiri atas

pernyataan yang bersifat

favourable dan unfavourable,

dengan menggunakan kategori

respon tingkat kesesuaian yang

mempunyai variasi jawaban

sebagai berikut : sangat sesuai

(SS), sesuai (S), agak sesuai

Page 24: JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan ...publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1140/1/...JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan Emosional (EQ) dengan Kinerja Perawat

(AS), agak tidak sesuai (ATS),

tidak sesuai (TS), sangat tidak

sesuai (STS).

2. Skala Kinerja Perawat

Skala kinerja perawat disusun

berdasarkan Formulir Penilaian

Kinerja Perawat RSUP Fatmawati

yang terdiri dari kemampuan

pprofessional, sikap atau perilaku,

disiplin kerja, dan kemampuan

managerial. Skala ini disusun

berdasarkan skala Likert dengan

menggunakan kategori respon

tingkat kesesuaian yang mempunyai

variasi jawaban sebagai berikut :

sangat baik, baik, cukup, dan

kurang.

E. Validitas dan Reliabilitas

Instrumen Pengumpulan Data

1. Validitas

Validitas tes menyangkut apa

yang diukur tes dan seberapa baik

tes tersebut dapat mengukur apa

yang harus diukur dari tes berikut.

Validitas tes memberi informasi

tentang apa yang bisa disimpulkan

dari skor-skor tes. Validitas secara

umum adalah mengukur apa yang

harus diukur. Validitas berasal dari

kata validity yang mempunyai arti

sejauh mana ketepatan dan

kecermatan suatu instrumen

pengukur (tes) dalam melakukan

fungsi ukurnya (Azwar, 1997).

Menurut Azwar (1997), suatu item

dikatakan valid apabila nilai

koefisiennya (pada output SPSS,

dapat dilihat pada kolom Corrected

Item-Total Correlation ≥ 0,300.

2. Reliabilitas

Reliabilitas diterjemahkan dari

kata reliability. Pengukuran yang

memiliki reliabilitas yang tinggi

maksudnya adalah pengukuran yang

dapat menghasilkan data yang

reliabel. Reliabilitas adalah sejauh

mana hasil suatu pengukuran dapat

dipercaya. Hasil ukur dapat

dipercaya apabila dalam beberapa

kali pengukuran terhadap kelompok

subjek yang sama diperoleh hasil

yang relatif sama, jika aspek yang

diukur dalam diri subjek memang

belum berubah. Reliabilitas sangat

erat kaitannya dengan ketepatan dan

ketelitian pengukuran. Pengukuran

Page 25: JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan ...publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1140/1/...JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan Emosional (EQ) dengan Kinerja Perawat

dikatakan stabil jika pengukuran

pada sebuah obyek dilakukan

berulang-ulang pada waktu yang

berbeda, menunjukkan hasil yang

sama, dikatakan ekivalen jika

pengukuran menunjukkan hasil

pengukuran yang sama jika

dilakukan peneliti lain atau

memakai contoh item lain, serta

dikatakan konsisten internal jika

item-item atau indikator yang

digunakan adalah konsisten satu

sama lain. Tinggi rendahnya

reliabilitas, secara empirik

ditunjukkan oleh suatu angka yang

disebut nilai koefisien reliabilitas.

Kesepakatan secara umum,

reliabilitas yang dianggap sudah

cukup memuaskan jika ≥ 0,700

(pada output SPSS, dapat dilihat

pada nilai Alpha) (Azwar, 2008).

F. Teknik Analisis Data

Pengolahan data dalam

penelitian ini adalah dengan

melakukan analisis deskriptif dan

korelasional. Menurut Maman

(dalam Ridwan, 2001) penelitian

korelasional adalah penelitian

dengan melakukan analisis

deskriptif untuk menganalisis data

mengenai gambaran kinerja

perawat. Selanjutnya untuk

menguji hipotesis dilakukan

analisis korelasional. Teknik

statistik yang dipakai untuk

menguji hipotesis dalam penelitian

ini adalah teknik korelasi product

moment dari Pearson dengan

menggunakan program SPSS versi

17.

Page 26: JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan ...publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1140/1/...JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan Emosional (EQ) dengan Kinerja Perawat

BAB IV

PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Persiapan Penelitian

Persiapan dalam penelitian ini

adalah persiapan alat ukur yang

meliputi penyusunan skala kecerdasan

emosinal yang dikembangkan

berdasarkan dinamika kecerdasan

emosional, sedangkan skala kinerja

perawat yang berdasarkan dinamika

kinerja perawat. Untuk mendapatkan

subjek penelitian seperti yang telah

direncanakan (bab III), peneliti

menyebarkan kuesioner kepada

perawat di lingkungan Rumah Sakit

Umum Pusat Fatmawati Jakarta

Selatan, dengan maksud untuk

mendapatkan subjek secara cepat,

dengan tetap berpedoman pada kriteria

subjek penelitian yang sudah

ditentukan sebelumnya.

B. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini menggunakan try

out terpakai, hal ini dilakukan untuk

karakteristik pekerja atau responden,

serta untuk mendapatkan kesesuaian

data uji validitas dan reliabilitas

dengan uji hipotesis. Proses

pengambilan data penelitian

berlangsung pada tanggal 01 – 15

September 2011 bertempat di daerah

Jakarta Selatan. Untuk pengambilan

data penelitian, peneliti meminta

bantuan kepada staff Rumah Sakit

yang sudah diberi penjelasan

bagaimana cara untuk mengisi angket

tersebut, peneliti menyebarkan

sebanyak 85 angket semua kembali

dan terisi dengan lengkap. Pelaksanaan

pengumpulan data penelitian pada

umumnya berjalan dengan lancar.

Namun demikian terdapat beberapa

kendala seperti keengganan subjek

untuk mengisi angket dikarenakan

banyaknya jumlah item yang harus

diisi dan subjek sedang terburu-buru

sehingga tidak memiliki banyak waktu

untuk mengisinya.

C. Hasil Penelitian

1. Hasil Uji Validitas dan

Reliabilitas

a. Skala Kecerdasan

Emosional

Page 27: JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan ...publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1140/1/...JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan Emosional (EQ) dengan Kinerja Perawat

(1) Uji Validitas

Uji validitas untuk

skala kecerdasan emosional

dalam penelitian ini

menggunakan teknik item –

total corelation yaitu

mengkorelasikan skor item

dengan skor total item

dengan korelasi product

moment Pearson dan

dibantu dengan program

SPSS versi 17. Untuk

ambang validitas item yang

digunakan dalam penelitian

ini menggunakan koefisien

validitas sebesar ≥ 0.300

Azwar (1997). Pada

kecerdasan emosional dari

50 item yang dianalisis

diperoleh 43 item yang

valid. Korelasi skor total

pada item-item valid

bergerak antara 0.362

sampai 0.861.

(2) Uji Reliabilitas

Untuk mengetahui

konsistensi alat ukur, maka

digunakan uji reliabilitas.

Reliabilitas alat pengumpul

data dalam penelitian ini

diuji dengan Koefisien

Alpha Cronbach dengan

kesepakatan secara umum,

reliabilitas yang dianggap

sudah cukup memuaskan

jika > 0.700. Dari hasil uji

reliabilitas alat ukur

tersebut, diperoleh nilai

reliabilitas sebesar 0.965.

b. Skala Kinerja Perawat

(1) Uji Validitas

Uji validitas untuk

skala kinerja perawat dalam

penelitian ini menggunakan

teknik item – total

corelation yaitu

mengkorelasikan skor item

dengan skor total item

dengan korelasi product

moment Pearson dan

dibantu dengan program

SPSS versi 17. Untuk

ambang validitas item yang

digunakan dalam penelitian

ini menggunakan koefisien

Page 28: JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan ...publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1140/1/...JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan Emosional (EQ) dengan Kinerja Perawat

validitas sebesar ≥ 0.300

Azwar (1997). Pada kinerja

perawat dari 16 item yang

dianalisis diperoleh 16 item

yang valid. Korelasi skor

total pada item-item valid

bergerak antara 0.599

sampai 0.944.

(2) Uji Reliabilitas

Untuk mengetahui

konsistensi alat ukur, maka

digunakan uji reliabilitas.

Reliabilitas alat pengumpul

data dalam penelitian ini

diuji dengan Koefisien

Alpha Cronbach dengan

kesepakatan secara umum,

reliabilitas yang dianggap

sudah cukup memuaskan

jika > 0.700. Dari hasil uji

reliabilitas alat ukur

tersebut, diperoleh nilai

reliabilitas sebesar 0.974.

2. Deskripsi Subjek Penelitian

Pada subjek yang berjumlah 85

orang yang dilakukan dengan

pembagian berdasarkan beberapa

kelompok dari identitas diri yaitu

usia dan jenis kelamin

3. Uji Hipotesis

Berdasarkan hasil uji hipotesis

dalam penelitian ini dilakukan dengan

teknik korelasi product moment

dengan program SPSS versi 17.

Berdasarkan analisis data yang

dilakukan diketahui bahwa koefisien

korelasi antara kecerdasan emosional

dan kebutuhan kinerja perawat

menghasilkan nilai r sebesar 0,229

dengan taraf signifikasi sebesar 0.046

(p < 0.05). Dari hasil tersebut, dapat

dilihat bahwa ada hubungan positif

yang signifikan antara kecerdasan

emosional dan kinerja perawat pada

perawat yang menjadi subjek

penelitian ini.

D. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk

menguji hipotesis : “terdapat hubungan

positif yang signifikan antara

kecerdasan emosional dengan kinerja

perawat pada Rumah Sakit Umum

Pusat Fatmawati Jakarta-Selatan”.

Page 29: JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan ...publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1140/1/...JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan Emosional (EQ) dengan Kinerja Perawat

Hasil analisis setelah dilakukan uji

product moment diketahui bahwa

hipotesis diterima, dengan nilai

koefisien korelasi menghasilkan nilai r

sebesar 0.229 dengan taraf signifikasi

sebesar 0.046 (p<0.05). Hal ini

menunjukkan bahwa terdapat korelasi

positif yang signifikan antara

kecerdasan emosional dengan kinerja

perawat pada Rumah Sakit Umum

Pusat Fatmawati Jakarta-Selatan, maka

semakin tinggi tingkat kecerdasan

emosional yang dimiliki subjek, maka

semakin tinggi pula tingkat kinerja

perawatnya. Sebaliknya jika semakin

rendah tingkat kecerdasan emosional

yang dimiliki subjek maka akan

semakin rendah pula tingkat kinerja

perawatnya.

Hal ini sesuai dengan pernyataan

Goleman (dalam Armiyanti, 2008)

bahwa ada banyak faktor yang

mempengaruhi keberhasilan dan

kegagalan seseorang dalam

menghadapi permasalahannya,

diantaranya adalah faktor kecerdasan

emosional. Kecerdasan bila tidak

disertai dengan pengolahan emosi

yang baik tidak akan menghasilkan

seorang yang sukses dalam hidupnya.

80% penopang kesuksesan seseorang

ditentutkan oleh faktor kecerdasan

emosional, hal ini disebabkan karena

kecerdasan akademik saja tidak

memberikan kesiapan untuk

menghadapi gejolak yang ditimbulkan

oleh kesulitan-kesulitan hidup.

Kecerdasan emosional adalah suatu

kemampuan untuk mengindra,

memahami dan menerapkan kekuatan

dan ketajaman emosi sebagai sumber

energi, informasi dan pengaruh.

Kemampuan ini dicirikan dengan

adanya kemampuan yang bersifat

kedalam diri sendiri dan keluar diri.

Subjek dalam penelitian ini terdiri

dari 8 subjek pria dengan persentase

9.41% dan 77 subjek wanita dengan

persentase 90.59%. Hasil perhitungan

deskripsi subjek penelitian berdasarkan

jenis kelamin diketahui rata-rata

kecerdasan emosional lebih tinggi

pada subjek wanita (R=197.38)

dibandingkan pada pria (R=178.12).

Hal ini sesuai dengan yang

dikatakan oleh Leslie Brody dan Judith

Hall (dalam Goleman, 2007)

meringkas penelitian tentang

Page 30: JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan ...publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1140/1/...JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan Emosional (EQ) dengan Kinerja Perawat

perbedaan-perbedaan emosi antara pria

dan wanita, menyebutkan bahwa

karena perempuan lebih cepat terampil

berbahasa dari pada laki-laki, maka

mereka lebih berpengalaman dalam

mengutarakan perasaannya dan lebih

cakap daripada laki-laki dalam

memanfaatkan kata-kata untuk

menjelajahi dan untuk menggantikan

reaksi-reaksi emosional seperti

perkelahian fisik.

Subjek dalam penelitian ini terdiri

dari 44 subjek berusia 21-30 tahun

dengan persentase 51.76%, 33 subjek

berusia 31-40 tahun dengan persentase

38.82% dan 8 subjek berusia 41-50

tahun dengan persentase 9.41%. Hasil

perhitungan deskripsi subjek penelitian

berdasarkan usia diketahui rata-rata

kecerdasan emosional lebih tinggi

pada subjek berusia 41-50 tahun

(R=198.87). sedangkan pada subjek

usia 21-30 tahun (R=195.77) dan

subjek 31-40 tahun (R=194.51).

Hal tersebut dikarenakan bila usia

subjek lebih tua akan mempengaruhi

pula perkembangan kecerdasan

emosionalnya. Hal ini sesuai dengan

hasil penelitian Fariselli, Ghini dan

Freedman (2006) bahwa orang yang

lebih tua mungkin lebih tinggi dalam

kecerdasan emosional, penemuan ini

menunjukkan kecerdasan emosional

adalah kemampuan berkembang, ada

kemungkinan bahwa pengalaman

hidup akumulasi berkontribusi pada

EQ.

Berdasarkan hasil perhitungan

perbandingan mean empirik dan mean

hipotetik pada penelitian ini juga

diketahui bahwa secara umum subjek

penelitian memiliki kecerdasan

emosional yang baik. Mean empirik

skala kecerdasan emosional yaitu

107.16 berada pada posisi tinggi yang

berarti secara umum subjek penelitian

memiliki kecerdasan emosional yang

tinggi. Menurut Cherniss (2000)

mereka yang mempunyai kecerdasan

emosional yang lebih tinggi lebih

memungkinkan untuk sukses daripada

mereka yang mempunyai pengalaman

relevan ataupun IQ tinggi. Dengan

kata lain kecerdasan emosional

merupakan predictor yang lebih baik

dalam kesuksesan daripada

pengalaman relevan ataupun IQ yang

tinggi.

Page 31: JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan ...publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1140/1/...JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan Emosional (EQ) dengan Kinerja Perawat

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini dapat

disimpulkan bahwa terdapat hubungan

positif yang signifikan antara

kecerdasan emosional (EQ) dengan

kinerja perawat pada Rumah Sakit

Umum Pusat Fatmawati Jakarta-

Selatan. Hal ini berarti semakin tinggi

tingkat kecerdasan emosional yang

dimiliki subjek, maka semakin tinggi

pula tingkat kinerja perawatnya.

Sebaliknya jika semakin rendah

tingkat kecerdasan emosional yang

dimiliki subjek maka akan semakin

rendah pula tingkat kinerja

perawatnya.

Berdasarkan hasil perhitungan

deskripsi subjek penelitian berdasarkan

jenis kelamin diketahui rata-rata

kecerdasan emosional lebih tinggi

pada subjek wanita yaitu 197.38,

dibandingkan pada subjek pria yaitu

178.12. Hasil perhitungan deskripsi

subjek berdasarkan usia diketahui

bahwa rata-rata kecerdasan emosional

pada subjek usia 41-50 tahun lebih

tinggi dibandingkan subjek usia 21-30

tahun dan 31-40 tahun yaitu sebesar

198.87.

Berdasarkan hasil perhitungan

perbandingan mean empirik dan mean

hipotetik pada penelitian ini juga

diketahui bahwa secara umum subjek

penelitian memiliki kecerdasan

emosional yang baik. Mean empirik

skala kecerdasan emosional yaitu

107.16 berada pada posisi tinggi yang

berarti secara umum subjek penelitian

memiliki kecerdasan emosional yang

tinggi. Menurut Goleman (1999)

seseorang yang memiliki tingkat

kecerdasan emosi yang tinggi memiliki

lebih besar kemungkinan untuk merasa

bahagia dan berhasil dalam hidupnya,

dan ditandai juga dengan adanya

kemampuan untuk menguasai pikiran

dan emosinya yang dapat mendorong

produktivitas mereka.

B. Keterbatasan Penelitian

Dalam melakukan penelitian

masih terdapat berbagai kelemahan

 

Page 32: JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan ...publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1140/1/...JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan Emosional (EQ) dengan Kinerja Perawat

dan kekurangan, walaupun penulis

telah berupaya semaksimal mungkin

dengan berbagai usaha untuk membuat

hasil penelitian ini bisa menjadi

sempurna. Penulis menyadari bahwa

keterbatasan penelitian ini adalah

sampel penelitian yang digunakan

terbatas pada perawat Ruang Paviliun

Anggrek, Ruang Eksekutif atau VIP

lantai IV GPSE, dan Gedung Prof.

Sularto Ortopedi lantai I. Hal ini

dikarenakan alasan prosedural

sehingga hasilnya kurang mendapatkan

gambaran komprehensif.

C. Saran

Dari hasil penelitian yang

dilakukan maka peneliti akan

memberikan saran-saran untuk peneliti

selanjutnya. Adapun saran-saran

tersebut adalah :

1. Bagi Subjek Penelitian

Hendaknya bagi perawat dapat

membantu perawat lain

mendapatkan pengetahuan agar

lebih mampu mengenali emosi

diri sendiri dan orang lain, mampu

mengendalikan emosi yang

mempengaruhi keharmonisan

dengan lingkungan dan dapat

menentukan keberhasilan diri

sendiri sehingga dapat

meningkatkan kinerjanya.

2. Bagi Rumah Sakit

Dikarenakan penelitian ini

terbukti bahwa ada hubungan

antara kecerdasan emosional (EQ)

dengan kinerja perawat pada

Rumah Sakit Umum Pusat

Fatmawati Jakarta-Selatan maka

diharapkan para perawat

mempersiapkan diri sejak dini

dalam melatih kecerdasan emosi,

lebih mengenali dan mengelola

emosi diri, memotivasi, dan

meningkatkan relasi sosial agar

dapat memahami konsep atau

aspek-aspek tentang kecerdasan

emosional sebagai pola pikir yang

konstruktif dalam kehidupannya.

3. Bagi Peneliti selanjutnya

Diharapkan pada penelitian

selanjutnya dapat

mengembangkan penelitian

dengan sampel yang lebih

beragam. Hasil penelitian ini

hanya mencakup ruang lingkup

yang terbatas, agar penelitian ini

Page 33: JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan ...publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1140/1/...JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan Emosional (EQ) dengan Kinerja Perawat

dapat digeneralisasikan secara

luas, maka perlu melakukan

penelitian lebih lanjut dengan

lebih memperhatikan variabel-

variabel lain yang mungkin dapat

berpengaruh dalam penelitian ini,

seperti motivasi kerja, komunikasi

interpersonal, stress kerja, tipe

kepemimpinan demokratis, dan

lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Z. (1999). Dasar-dasar keperawatan professional. Jakarta: Widya Medika.

Armiyanti, E.O. (2008). Pengaruh kecerdasan emosional terhadap kecenderungan perilaku delinkuen pada remaja. Psikovidya, Volume: 12. 1-10.

As’ad, M. (1995). Psikologi industri “Seri ilmu sumber daya manusia”. Edisi ke 4. Yogyakarta: Liberty.

Azwar, S. (1997). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Cherniss, C. (2000). The business case for emotional intelligence: Prepared for the consortium for research on emotional intelligence in organizations. Rutgers University.

Departemen Kesehatan R.I. (2002). Studi pengkajian pengembangan manajemen

kinerja klinik perawat dan bidan, Direktorat keperawatan dan keteknisian medik direktorat jendral pelayanan medik Depkes RI. Jakarta.

Fariselli, L., Ghini, M. dan Freedman, J. (2006). Emotional intelligence and age. http://www.6seconds.org/sei/wp-age.php (Diakses tanggal 31 Desember 2010).

Furtwenger, D. (2002). Penilaian kinerja. Yogyakarta: Andi.

Goleman, D. (1999). Kecerdasan emosi untuk mencapai puncak prestasi (working with emotional intelligence). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Goleman, D. (2009). Kecerdasan emosional : Mengapa EI lebih penting daripada IQ. Terjemahan: Hermaya, T. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Page 34: JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan ...publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1140/1/...JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan Emosional (EQ) dengan Kinerja Perawat

Gottman, J., & Claire, D.J. (2003). Kiat-kiat membesarkan anak yang memiliki kecerdasan emosional. Terjemahan: Hermaya, T. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Gunarsa & Gunarsa. (1995). Psikologi perawatan. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.

Hadi, S. (2004). Metode research: Jilid 1. Yogyakarta: Andi.

Hamid, S.A. (2008). Asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: EGC.

Handoko, H.T. (1992). Manajemen personalia dan sumber daya manusia. Yogyakarta: BPFE.

Harlley. (1997). Keperawatan profesional. http://fahrizal89.wordpress.com (Diakses tanggal 04 Mei 2011).

Hasibuan, M.S.P. (1994). Manajemen sumber daya manusia. Jakarta: CV. Haji Mas Agung.

Hermawan. (2003). Pengaruh kepemimpinan dan iklim organisasi terhadap kinerja penyusunan anggaran di biro keuangan dan perlengkapan departemen perindustrian dan perdagangan jakarta. Tesis (tidak diterbitkan). Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Lanawati, S. (1999). Hubungan antara emotional intelligence (EI) dan intelligensi (IQ) dengan prestasi belajar siswa SMU Methodist di Jakarta. Tesis (tidak diterbitkan). Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Lumenta, B. (1998). Perawat, citra, peran, dan fungsi: Tujuan fenomena sosial. Yogyakarta: Kanisius.

Melianawati, F.X., Prihanto, S., & Tjahjoanggoro, A.J. (2001). Hubungan antara kecerdasan emosional dengan kinerja karyawan. Anima, 17 (1). 57-62.

Molan (1998). Perilaku organisasi. Jakarta: Prentice Hall, Inc.

Niven, N. (2002). Psikologi kesehatan: Pengantar untuk perawat dan profesional kesehatan lain. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.

Patton, P. (2000). EQ: Pengembangan sukses lebih bermakna. Jakarta: Media Publishers.

Prabowo, H., & Suhendra, E.S. (2008). Diktat kursus SPSS. Jakarta : Universitas Gunadarma.

Ridwan, D. (2001). Tradisi baru penelitian agama Islam: tinjauan antardisiplin ilmu. Bandung: Yayasan Nusantara Cendikia.

Page 35: JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan ...publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1140/1/...JURNAL PSIKOLOGI Hubungan Antara Kecerdasan Emosional (EQ) dengan Kinerja Perawat

Rudyanto, E. (2010). Hubungan antara kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual dengan perilaku prososial pada perawat. Skripsi (tidak diterbitkan). Solo: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

Sarafino, E.P. (2002). Health psychology: Biopsychosocial interactions. New York: John Wiley & Sons, Inc.

Schemerhorn, et. Al. (1993). Managing organizational behavior. New York: John Wiley & Sons, Inc.

Setiadi, A. V. A. (1999). Hubungan antara kecerdasan emosional dengan keberhasilan bermain game . Skripsi (tidak diterbitkan). Fakultas Psikologi Universitas Surabaya, Surabaya.

Shapiro, L. (1997). Mengajarkan emotional intelligence pada anak. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum.

Smet, B. (2004). Psikologi kesehatan. Jakarta: Grasindo.

Soejitno, S. (2002). Reformasi perumahsakitan Indonesia.

Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Srimulyo (1999). Industrial psychology. Sixth Edition. New Delhi: Prentice – Hall.

Suprihanto, J. (1998). Pengantar bisnis ”Dasar-dasar ekonomi perusahaan”. Yogyakarta: Liberty.

Swansburg, R.C. (1999). Introductory management and leadership for nurses. Canada: Jones and Barlett Publishers.

Surat Keputusan Dirjen Pelayanan Medik. (1997). Pedoman hak dan kewajiban pasien, dokter, dan rumah sakit. Jakarta.

Tjiptono (1997). Service, quality, and satisfaction. Yogyakarta: Andi Offset

Wirawan (1998). Kualitas pelayanan keperawatan. http://semayarsismd.blogspot.com (Diakses tanggal 04 Februari 2011).