Upload
romi-kurniawan
View
396
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
sains of nursing
Citation preview
Artikel Penelitian
J Indon Med Assoc, Volum: 61, Nomor: 4, April 2011
Determinan Nyeri Pinggang padaTenaga Paramedis di Beberapa
Rumah Sakit di Jakarta
Lusianawaty Tana, Frans Xaverius Suharyanto Halim
Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Abstrak: Nyeri pinggang merupakan masalah kesehatan utama pada paramedis di seluruh
dunia. Beberapa faktor risiko nyeri pinggang antara lain adalah memindahkan pasien secara
manual, peregangan fisik, faktor psikologi, dan umur. Penelitian ini bertujuan menganalisis
determinan nyeri pinggang pada tenaga paramedis di beberapa rumah sakit di Jakarta. Desain
penelitian adalah potong lintang dengan sampel tenaga paramedis dibagian perawatan dari 3
rumah sakit di Jakarta. Nyeri pinggang ditegakkan berdasarkan diagnosis klinis oleh dokter
umum dan dokter spesialis neurologi. Kriteria inklusi penelitian adalah berusia 20-45 tahun,
telah bekerja selama minimal 1 tahun, tidak cacat bawaan tulang belakang, dan tidak hamil.
Jumlah sampel yang memenuhi kriteria 382 orang. Didapatkan persentase nyeri pinggang 28,5
%. Determinan nyeri pinggang adalah riwayat trauma, praktek terhadap pencegahan nyeri
pinggang, merokok, umur, dan gangguan mental emosional (p<0,05). Peningkatan praktik
pencegahan nyeri pinggang penting dilakukan untuk mencegah nyeri pinggang.
Kata kunci: pekerjaan, nyeri pinggang, determinan, tenaga paramedis
155
J Indon Med Assoc, Volum: 61, Nomor: 4, April 2011156
Determinan Nyeri Pinggang pada Tenaga Paramedis
Determinant of Back Pain among Several Hospitals Paramedics in Jakarta
Lusianawaty Tana, Frans Xaverius Suharyanto Halim
Center of Applied Health Research and Clinical Epidemiology National Institute of Health Research and
Development, Ministry of Health, Republic of Indonesia, Jakarta
Abstract: Back pain is a major health problem for workers in the world. Many risk factors are
related to backpain, such as manual handling of the patient, physical stretching, psychological
factor, and age. The purpose of this study was to analyze determinants of the back pain among
paramedics who are working in several hospitals in Jakarta. A cross sectional study was con-
ducted to paramedics who are working in medical care unit in three hospitals in Jakarta. Backpain
was diagnosed based on clinical diagnosis by general practitioner and neurologist. The inclusion
criterias were age 20-45 years old, have been working in the hospital for at least 1 year, without
spinal congenital disorder, and not pregnant. There were 382 samples that fulfilled the study
criteria. The percentage of back pain is 28.5%. Determinant factors of backpain among para-
medics were trauma history, back pain prevention practice, smoking habit, age, and psychologi-
cal distress (p<0.05). Increasing back pain prevention practice is important to prevent back pain.
Keywords: occupation, back pain, determinant, paramedics
Pendahuluan
Berbagai jenis pekerjaan dapat menimbulkan berbagai
permasalahan kesehatan bagi para pekerjanya.1 Pada tahun
2002 WHO menempatkan risiko pekerjaan pada urutan
kesepuluh penyebab terjadinya kesakitan dan kematian.2
Faktor pekerjaan dilaporkan berkontribusi pada beberapa
penyakit otot rangka.2,3 Pada tahun 2003 WHO memperkirakan
prevalensi gangguan otot rangka mencapai hampir 60% dari
semua penyakit akibat kerja.4 Berbagai bagian tubuh dapat
mengalami gangguan otot rangka dengan lokasi tersering
pada pinggang.4,5
Gangguan otot rangka dapat menimbulkan nyeri dan
terbatasnya gerakan pada daerah yang terkena, sebagai
akibat aktivitas fisik dan/atau posisi kerja.6 Gangguan otot
rangka dapat menyebabkan seseorang memerlukan pengo-
batan yang rutin, absen dalam bekerja, hingga kecacatan.4,7
Nyeri pinggang pada paramedis, khususnya perawat meru-
pakan masalah kesehatan bagi paramedis di seluruh dunia,
namun di beberapa negara informasi tentang prevalensi
gangguan nyeri pinggang masih terbatas.8
Lorusso et al.9 melaporkan prevalensi nyeri pinggang
sebesar 33-86%. Penelitian oleh Cunningham et al.10 pada
246 tenaga pelayanan kesehatan di Irlandia, mendapatkan
prevalensi nyeri pinggang seumur hidup, dalam 1 tahun, dan
pada saat penelitian sebesar 46%, 30%, dan 15,5%. Selain itu
dilaporkan adanya perbedaan bermakna persentase nyeri
pinggang berdasarkan kelompok umur (antara umur kurang
40 tahun dan umur lebih 40 tahun) dan pada jenis pekerjaan
(secara manual atau tidak secara manual). Namun tidak di-
dapatkan perbedaan bermakna pada jenis kelamin, kepuasan
dalam bekerja, stres mental, dan jenis pekerjaan.10 Pada
penelitian lain terhadap perawat rumah sakit di Surabaya,
didapatkan 45,5% dari 46 orang yang diteliti pernah mengalami
keluhan nyeri pinggang.11
Banyak faktor dihubungkan sebagai penyebab nyeri
pinggang, seperti pekerjaan yang memerlukan posisi duduk
lama dan pekerjaan yang berhubungan dengan memindahkan
dan mengangkat pasien. Faktor terakhir dihubungkan dengan
posisi mengangkat yang tidak baik akibat kurangnya pela-
tihan cara mengangkat yang benar.11-12 Selain itu, Shiri et al.13
melaporkan merokok juga merupakan salah faktor yang
berhubungan dengan nyeri pinggang.
Untuk mencegah terjadinya gangguan otot rangka yang
berhubungan dengan pekerjaan, perlu dilakukan penerapan
prinsip-prinsip kesehatan dan keselamatan kerja di tempat
kerja, melalui tindakan promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif. 4
Berdasarkan permasalahan tingginya nyeri pinggang
pada paramedis, termasuk juga paramedis di Indonesia, maka
perlu dilakukan suatu penelitian tentang nyeri pinggang dan
determinannya. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi
determinan nyeri pinggang pada tenaga paramedis di
beberapa rumah sakit di Jakarta. Penelitian ini diharapkan
dapat memberi masukan dalam rangka pencegahan nyeri
pinggang bagi program kesehatan kerja di Indonesia
Metode
Desain penelitian adalah potong lintang, dengan sampel
merupakan seluruh paramedis (perawat, bidan) yang bekerja
di bagian perawatan dari 3 rumah sakit tipe B di Jakarta pada
Determinan Nyeri Pinggang pada Tenaga Paramedis
J Indon Med Assoc, Volum: 61, Nomor: 4, April 2011 157
tahun 2010. Besar sampel ditentukan dengan rumus:
n = Za2 pq
d2
Nilai a= 0,05; p = perkiraan proporsi nyeri pinggang dari
kepustakaan=22%,10 d=margin of error =4,4% dan nilai drop
out=10%. Didapatkan jumlah sampel minimal 34 orang,
ditambah 10% kemungkinan drop out, maka dibutuhkan
sebanyak 375 orang.
Kriteria inklusi penelitian adalah umur 20-45 tahun, lama
kerja minimal 1 tahun, dan bersedia berpartisipasi pada
penelitian dengan menandatangani informed consent. Kriteria
eksklusi adalah sedang hamil atau memiliki cacat bawaan
pada tulang belakang. Pengumpulan data dasar dilakukan
Tabel 1. Karakteristik Dasar Sampel
Karakteristik Jumlah Persentase
Umur (tahun)
• 35-45 179 46,9
• 22-34 203 53,1
Jenis kelamin
• Laki-laki 37 9,7
• Perempuan 345 90,3
Lama kerja (tahun)
• 1-10 168 44,0
• 11-27 214 56,0
Riwayat trauma
• Ya 26 6,8
• Tidak 356 93,2
Merokok
• Ya 29 7,7
• Tidak pernah 353 92,4
Pengetahuan
• Baik 337 88,2
• Kurang 45 11,8
Sikap
• Baik 378 99,0
• Kurang 4 1,0
Praktek
• Baik 296 77,5
• Kurang 86 22,5
Gangguan mental emosional
• Ya 76 19,9
• Tidak 306 80,1
Nyeri pinggang
• Ya 109 28,5
• Tidak 273 71,5
melalui wawancara dan pemeriksaan fisik. Wawancara di-
lakukan dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner meliputi
karakteristik individu, riwayat trauma, riwayat merokok,
pengetahuan, sikap, dan praktik pencegahan nyeri pinggang.
Riwayat trauma adalah riwayat trauma pada daerah tulang
belakang.
Data pengetahuan, sikap, dan praktik pencegahan nyeri
pinggang dikumpulkan berdasarkan pertanyaan-pertanyaan
yang terkait dengan prinsip cara mengangkat beban yang
benar pada saat bekerja dan kebiasaan berolahraga. Kategori
pengetahuan, sikap, dan praktik dikelompokkan sebagai
kategori baik dan kurang. Responden dinilai baik apabila
>75% dari jawaban benar. Untuk pengetahuan terdapat 19
pertanyaan, antara lain penyebab nyeri pinggang, cara
mengangkat/memindahkan benda yang benar, dan pence-
gahan nyeri pinggang. Pertanyaan untuk sikap ada 6
pertanyaan, antara lain pekerjaan mengangkat dan memin-
dahkan benda, perlunya pelatihan, perlunya SOP. Pertanyaan
untuk praktik ada 7 pertanyaan, antara lain praktik sebelum
mengangkat beban, pada saat mengkat beban, olah raga.
Setiap jawaban yang benar diberikan skor 1, sedangkan yang
salah diberi skor 0. Pada penelitian ini tidak dilakukan uji
validasi untuk tiap pertanyaan. Uji coba kuesioner yang
dilakukan sebelum penelitian hanya untuk mendapatkan
waktu yang dibutuhkan untuk pengumpulan data dan untuk
mengetahui apakah pertanyaan dapat dimengerti.
Untuk menilai gangguan mental emosional digunakan
kuesioner SRQ (self resporting questionnaire). Adanya
gangguan mental emosional ditentukan apabila terdapat >6
jawaban ya dari 20 butir pertanyaan.14 Diagnosis nyeri
pinggang ditentukan berdasarkan anamnesis dan peme-
riksaan fisik oleh dokter umum atau dokter spesialis saraf.
Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat, dan
multivariat dengan program piranti lunak komputer. Uji
statistik bivariat dilakukan dengan menggunakan uji chi-
square dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik.
Tingkat kemaknaan yang digunakan adalah p<0,05 dan con-
fidence interval 95%.
Hasil
Jumlah responden yang memenuhi kriteria 382 orang.
Karakteristik dasar sampel dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 2. Hubungan antara Karakteristik Individu dengan Nyeri Pinggang
Karakteristik Jumlah Nyeri pinggang (%) O R 95%CI p
f % Ya Tidak
Umur (tahun)
• 35-45 179 46,9 38,0 62,0 2,42 1,53-3,82 0,0001
• 20-34 203 53,1 20,2 79,8
Jenis kelamin
• Perempuan 345 90,3 28,7 71,3 0,92 0,43-1,97 0,83
• Laki-laki 37 9,7 27,0 73,0
Lama kerja (tahun)
• 11-27 214 56 34,6 65,4 2,01 1,26-3,20 0,003
• 1-10 168 44 20,8 79,2
Determinan Nyeri Pinggang pada Tenaga Paramedis
J Indon Med Assoc, Volum: 61, Nomor: 4, April 2011158
Tabel 2 memperlihatkan hubungan bivariat antara
karakteristik individu dengan nyeri pinggang. Pada tabel 2
terlihat persentase nyeri pinggang pada responden dengan
umur 35 tahun ke atas lebih tinggi dibandingkan dengan
kurang 35 tahun, dan lebih tinggi pada responden dengan
masa kerja di atas 10 tahun dibandingkan 1-10 tahun. Di-
dapatkan persentase nyeri pinggang tidak berbeda ber-
dasarkan jenis kelamin.
Tabel 3 menyajikan hubungan bivariat antara riwayat
trauma, merokok, gangguan mental emosional pengetahuan
dan praktik pencegahan nyeri pinggang dengan nyeri
pinggang.
Hubungan multivariat antara beberapa variabel dengan
nyeri pinggang disajikan pada tabel 4. Dari beberapa faktor
yang berhubungan dengan nyeri pinggang, maka riwayat
trauma merupakan faktor yang paling berperan terhadap
terjadinya nyeri pinggang, diikuti faktor praktik terhadap
pencegahan nyeri pinggang, merokok, umur, dan gangguan
mental emosional.
Tabel 3. Hubungan Bivarat Antara Riwayat Trauma, Merokok, Gangguan Mental Emosional, Pengetahuan
dan Praktik Pencegahan Nyeri dengan Nyeri Pinggang
Karakteristik Jumlah Nyeri pinggang (%) O R 95%CI p
f % Ya Tidak
Trauma
• Pernah 26 6,8 65,4 34,6 5,42 2,34-12,58 0,0001
• Tidak pernah 356 93,2 25,8 74,2
Merokok
• Merokok 29 7,7 48,3 51,7 2,54 1,18-5,45 0,014
• Tidak pernah 353 92,3 26,9 73,1
Gangguan Mental Emosional
• Ya 76 19,9 47,4 52,6 2,87 1,70-4,84 0,0001
• Tidak 306 80,1 23,9 76,1
Pengetahuan
• Kurang 45 11,8 33,3 66,7 1,29 0.66-2,51 0,45
• Baik 337 88,2 27,9 72,1
Praktik
• Kurang 86 22,5 45,3 54,7 2,68 1,62-4,43 0,0001
• Baik 296 77,5 23,6 76,4
Tabel 4. Hubungan Multivariat antara Beberapa Variabel dengan Nyeri Pinggang
Karakteristik Jumlah Nyeri pinggang (%) O R 95%CI p
f Ya Tidak
Trauma
• Ya 26 65,4 34,6 4,88 1,99-12,00 0,001
• Tidak 356 25,8 74,2
Praktek
• Kurang 296 45,3 54,7 3,04 1,76-5,27 0,0001
• Baik 86 23,6 76,4
Merokok
• Ya 29 48,3 51,7 2,53 1,11-5,79 0,028
• Tidak 353 26,9 73,1
Umur (tahun)
• 35-45 tahun1 79 38,0 62,0 2,45 1,49-4,02 0,0001
• 22-34 tahun 203 20,2 79,8
Gangguan Mental Emosional
• Ya 76 47,4 52,6 2,35 1,34-4,13 0,003
• Tidak 306 23,9 76,1
Diskusi
Pada penelitian ini didapatkan riwayat trauma pada masa
lalu merupakan faktor yang paling berperan pada terjadinya
nyeri pinggang. Hal ini diikuti oleh faktor praktik terhadap
pencegahan nyeri pinggang, merokok, umur, dan gangguan
mental emosional. Apabila ditinjau dari faktor trauma, pada
penelitian ini didapatkan peningkatan nyeri pinggang hampir
5 kali lebih tinggi pada responden dengan riwayat trauma
dibandingkan responden yang tidak memiliki riwayat trauma.
Nyeri pinggang yang terjadi mungkin disebabkan trauma/
cedera baik pada saat berolahraga, jatuh, terpeleset, tersan-
dung saat sedang berjalan, kecelakaan kendaraan bermotor,
dampak benturan tumpul dari suatu benda atau stres lain
pada tulang dan jaringan spinalis.15 Suatu trauma atau cedera
dapat menyebabkan kerusakan tulang belakang, jaringan
lunak atau struktur saraf yang menyebabkan tulang belakang
menjadi tidak stabil.16
Pada penelitian ini, faktor lain yang mempunyai hu-
bungan dengan nyeri pinggang setelah faktor trauma adalah
J Indon Med Assoc, Volum: 61, Nomor: 4, April 2011
Determinan Nyeri Pinggang pada Tenaga Paramedis
159
faktor praktik pencegahan terhadap nyeri pinggang. Hal ini
sesuai dengan kepustakaan yang melaporkan bahwa banyak
faktor dihubungkan sebagai penyebab nyeri pinggang,
seperti pekerjaan yang memerlukan posisi duduk lama dan
cara mengangkat atau memindahkan pasien yang salah.11
Nyeri pinggang akibat cara mengangkat dan memindahkan
pasien dengan posisi yang salah dihubungkan dengan
kurangnya pelatihan cara mengangkat dan memindahkan
pasien yang benar.11,12,17 Selain itu, tenaga paramedis umum-
nya juga kurang melakukan kegiatan olahraga. Olahraga
bermanfaat untuk meningkatkan kelenturan, kekuatan otot
dan tahanan serta dapat mengurangi perbedaan antara
kekuatan fisik yang dibutuhkan pada pekerjaan dengan
kemampuan yang ada.17
Faktor lain yang berhubungan dengan nyeri pinggang
adalah faktor umur. Pada penelitian ini, ditinjau dari hubungan
antara kelompok umur dengan nyeri pinggang diperoleh
hubungan bermakna antara usia dan nyeri pinggang (usia
35-45 tahun 3 kali lebih tinggi dibandingkan dengan usia
kurang 35 tahun). Hasil penelitian ini sesuai dengan
kepustakaan yang melaporkan bahwa dengan bertambah tua
seseorang, kekuatan tulang dan elastisitas otot cenderung
menurun.15 Diskus vertebra akan kehilangan cairan dan
kelenturannya sehingga menurunkan kemampuannya untuk
melindungi tulang belakang.15 Cunningham et al.10
melaporkan adanya perbedaan bermakna persentase nyeri
pinggang berdasarkan kelompok umur, yaitu antara umur
kurang 40 tahun dengan lebih 40 tahun. Pada penelitian ini
diperoleh perbedaan bermakna nyeri pinggang antara umur
kurang dari 35 tahun dibandingkan dengan umur 35 tahun
keatas.
Dari hubungan antara perilaku merokok dengan nyeri
pinggang diperoleh hasil responden dengan perilaku merokok
lebih banyak yang menderita nyeri pinggang dibandingkan
yang tidak pernah merokok sama sekali. Cunningham et al.10
juga melaporkan bahwa nyeri pinggang (baik nyeri pinggang
sepanjang hidup, nyeri pinggang dalam 1 tahun terakhir, nyeri
pinggang pada saat penelitian dilakukan) berhubungan
dengan merokok. Penelitian meta-analisis yang dilakukan oleh
Shiri et al.13 melaporkan bahwa merokok merupakan salah
faktor yang berhubungan dengan nyeri pinggang. Pada studi
ini ditemukan hasil yang sesuai dengan penelitian-penelitian
tersebut.
Mekanisme merokok sehingga menyebabkan nyeri
pinggang sampai sekarang belum diketahui dengan pasti.
Walaupun sejumlah peneliti telah mengemukakan terdapat
hubungan antara merokok dengan nyeri pinggang, namun
mekanisme pasti belum teruji dalam penelitian prospektif
jangka panjang.18 Eriksen et al.19 melaporkan pada percobaan
menggunakan tikus yang diikuti selama 8 minggu dan
mendapat perlakuan seperti perokok pasif, didapatkan diskus
intervertebralis (intervertebral discs) retak (cracks), sobek
(tears), perubahan (misalignment) anulus fibrosus, dan
peningkatan jaringan fibrosis (fibrous tissue) dalam nukleus
pulposus. Percobaan pada kelinci oleh Iwahashi et al.20
menunjukkan bahwa pemberian nikotin mengakibatkan
hipertrofi dinding pembuluh darah, nekrosis sel endotelial
pembuluh darah, dan penyempitan lumen vaskular. Laporan
hasil pertemuan tahunan American Association of Orthope-
dic Surgeons di San Francisco tahun 2001, mendukung teori
mekanisme cedera pada nyeri pinggang, yaitu adanya
kerusakan struktur pembuluh darah pada diskus dan sendi.21
Pada saat merokok terjadi pelepasan bahan-bahan beracun
yang dapat merusak lapisan dalam dinding pembuluh darah.
Pembuluh darah yang mengalami kerusakan terlebih dahulu
adalah pembuluh darah kecil, yang berperan menyalurkan
zat nutrisi dan oksigen ke diskus intervertebralis. Selain itu
karbonmonoksida juga akan terbawa ke dalam aliran darah
dan mengakibatkan kurangnya jumlah asupan oksigen ke
jaringan. Semua hal di atas menyebabkan jaringan keku-
rangan nutrisi, terjadi proses degenerasi dan dapat berakibat
kepada kematian jaringan. Degenerasi diskus kemudian
menimbulkan kelemahan dinding diskus dan dapat menim-
bulkan rasa sakit serta hernia. 21
Dari hasil penelitian ini didapatkan gangguan mental
emosional merupakan salah satu faktor penentu nyeri ping-
gang. Hasil penelitian ini ditunjang oleh kepustakaan yang
melaporkan stres berkontribusi pada nyeri pinggang.15
Linton22 menyimpulkan dari hasil telaah sistematis bahwa
faktor psikologi kerja mempunyai peran yang bermakna dalam
masalah nyeri pinggang di masa mendatang. Faktor psikologi
kerja yang berperan antara lain adalah kepuasan kerja, tugas
yang monoton, dan stres. Hasil penelitian Yip23 di Hongkong
juga menunjukkan adanya hubungan antara stres kerja
dengan nyeri pinggang. Gangguan psikologi pada pasien
nyeri pinggang sukar diketahui dengan pasti kapan terja-
dinya. Gangguan ini dapat timbul sebelum terjadi nyeri
pinggang atau sesudahnya. Gangguan psikologi yang terjadi
setelah timbul nyeri pinggang dapat merupakan respons
akibat kelainan fisik yang ada.24 Penelitian lain yang dilakukan
oleh Cunningham et al.10 tidak mendapatkan adanya hubu-
ngan bermakna antara stres mental dengan nyeri pinggang.
Kesimpulan
Didapatkan prevalensi nyeri pinggang pada tenaga
paramedis di Jakarta sebesar 28,5%. Determinan nyeri ping-
gang pada tenaga paramedis usia 22-45 tahun di beberapa
rumah sakit di Jakarta adalah riwayat trauma, praktik terhadap
pencegahan nyeri pinggang, merokok, umur, dan gangguan
mental emosional.
Saran
Berbagai upaya perlu dilakukan untuk mencegah nyeri
pinggang pada paramedis di RS, yaitu menghindari trauma
dan stres, serta melakukan penyuluhan untuk meningkatkan
praktek pencegahan nyeri pinggang yang baik. Selain itu,
berbagai upaya diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan
mengenai dampak merokok terhadap nyeri pinggang.
Determinan Nyeri Pinggang pada Tenaga Paramedis
J Indon Med Assoc, Volum: 61, Nomor: 4, April 2011160
Ucapan Terima Kasih
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada Drs. Ondri
Dwi Sampurno, Apt, MSi selaku Kepala Puslitbang Biomedis
dan Farmasi Badan Litbangkes Kemenkes RI, kepada Dr.
Emiliana Tjitra, MSc, PhD selaku Ketua Panitia Pembina Ilmiah
Puslitbang Biomedis dan Farmasi Badan Litbangkes
Kemenkes RI. Ucapan terimakasih dan penghargaan setinggi-
tingginya kami sampaikan pula kepada Dr. Jofizal Jannis,
SpS(K) selaku narasumber, atas bimbingan, masukan, dan
saran yang sangat bermanfaat. Ucapan terimakasih kami
sampaikan kepada para pimpinan rumah sakit atas kerja sama
yang diberikan untuk penelitian ini.
Daftar Pustaka
1. Departemen Kesehatan RI, Direktorat Bina Kesehatan Kerja,
Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat 2007. Strategi
nasional kesehatan kerja di Indonesia. Jakarta: Depkes RI; 2007.
2. Barientos MC, Nelson DI, Driscoll T, Steenland NK, Punnett L,
Fingerhut MA. Chapter 21. Selected occupational risk factors.
In: Ezzati M, Lopez AD, Rodgers A, Murray CJL, editors. World
Health Organization. Comparative quantification of health risks.
Global and regional burden of disease. Attributable to selected
major risk factors. Vol 1. Geneva. 2004.p.1651-2.
3. Picavet HS, Schouten JS: Musculoskeletal pain in The Nether-
lands: prevalences, consequences and risk groups, the DMC(2)-
study. Pain. 2003;102:167-78.
4. Departemen Kesehatan RI, Direktorat Bina Kesehatan Kerja
2007. Seri pedoman tatalaksana penyakit akibat kerja bagi petugas
kesehatan. Penyakit otot rangka akibat kerja. Jakarta; 2007.
5. Buckle PW, Devereux JJ. The Nature of work-related neck and
upper limb musculoskeletal disorders. Appl Ergon. 2002;33(3):
207-17.
6. Staal JB, De Bie RA, Hendriks EJ. Aetiology and management of
work-related upper extremity disorders. Best Pract Res Clin
Rheumatol. 2007;21(1):123-33.
7. Van Tulder MW, Koes BW, Bouter LM. A cost-of-illness study of
back pain in The Netherlands. Pain. 1995;62:233-40.
8. Feng Ck, Chen ML, Mao IF. Prevalence of and risk factors for
different measures of low back pain among female nursing aides
in Taiwanese nursing homes. BMC Musculoskelet Disord.
2007;8:52.
9. Lorusso A, Bruno S, L’Abbate N. A review of low back pain and
musculoskeletal disorders among Italian nursing personnel. Ind
Health. 2007;45(5):637-44.
10. Cunningham C, Flynn T, Blake C. Low back pain and occupation
among Irish health service workers. Occup Med. 2006;56:447-
54.
11. Dyah NE, Hidayat S, Widajati N. Factors related to low back pain
among nurses at Dr. Soetomo district hospital-Surabaya. [Disitasi:
3 November 2009. Diunduh dari: http://journal.unair. ac.id/detail
jurnal.php?id=1989&med=4&bid=3.
12. Van Nieuwenhuyse A, Fatkhutdinova L, Verbeke G, Pirenne D,
Johan-nik K, Somville PR, et al. Risk factors for first-ever low
back pain among workers in their first employment. Occup Med.
2004;54:513-9.
13. Shiri R, Karppinen J, Leino-Arjas P, Solovieva S, Viikari-Juntura
E. The association between smoking and low back pain: a meta-
analysis. Am J Med. 2010;123(1):87.e7-35.
14. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen
Kesehatan RI. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar 2007.
Jakarta. 2008.
15. National Institute of Neurological Disorders and Stroke. Fact
sheet 15. Low Back Pain Fact Sheet. [Disitasi: 17 Februari 2011].
Diunduh dari: Skip secondary menu http://www.ninds.nih.gov/
disorders/backpain/detail_backpain.htm#167493102
16. Injuries and Trauma and Back Pain. [Disitasi: 10 Februari 2011].
Diunduh dari: http://www.backpainexpert.co.uk/InjuriesAnd
Trauma.html
17. Blue CL. Preventing back injury among nurses. Orthop Nurs.
1996;15(6):9-20.
18. Frisco DJ. Does Smoking Cause Low Back Pain? [Disitasi: 1 Mei
2011]. Diunduh dari: http://rehabauthority.com/back-neck-pain/
smoking-and-low-back-pain
19. Eriksen W, Natvig B, Bruusgaard D. Histological changes in in-
tervertebral discs after smoking ang cessation: experimental study
using a rat passive smoking model. Occup Med.1999;49(3):155-
60.
20. Iwahashi M, Matsuzaki H, Tokuhashi Y, Wakabayashi K, Uematsu
Y. Mechanism of intervertebral disc degeneration caused by nico-
tine in rabbits to explicate intervertebral disc disorders caused by
smoking. Spine.2002;27(13):1396-401.
21. Smoking and pain. [Disitasi: 16 Mei 2011]. Diunduh dari: http:/
/www.ncpainmanagement.com/smoking&pain.htm
22. Lincon SJ. Occupational psychological factors increase the risk
for back pain: A systematic review. J Occup Rehabil. 2001;11:53-
66.
23. Yip Y. A study of work stress, patient handling activities and the
risk of low back pain among nurses in Hong Kong. J Adv Nurs.
2001;36(6):794-804.
24. Andersson GBJ, Fine LJ, Silverstein BA. Musculoskeletal disor-
ders. In: Levy BS, Wegman DH, editors. Occupational Health.
3rd ed. New York: Little Brown; 1994.p.455-70.
FA