6
Artikel Penelitian J Indon Med Assoc, Volum: 61, Nomor: 4, April 2011 Determinan Nyeri Pinggang pada Tenaga Paramedis di Beberapa Rumah Sakit di Jakarta Lusianawaty Tana, Frans Xaverius Suharyanto Halim Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta Abstrak: Nyeri pinggang merupakan masalah kesehatan utama pada paramedis di seluruh dunia. Beberapa faktor risiko nyeri pinggang antara lain adalah memindahkan pasien secara manual, peregangan fisik, faktor psikologi, dan umur. Penelitian ini bertujuan menganalisis determinan nyeri pinggang pada tenaga paramedis di beberapa rumah sakit di Jakarta. Desain penelitian adalah potong lintang dengan sampel tenaga paramedis dibagian perawatan dari 3 rumah sakit di Jakarta. Nyeri pinggang ditegakkan berdasarkan diagnosis klinis oleh dokter umum dan dokter spesialis neurologi. Kriteria inklusi penelitian adalah berusia 20-45 tahun, telah bekerja selama minimal 1 tahun, tidak cacat bawaan tulang belakang, dan tidak hamil. Jumlah sampel yang memenuhi kriteria 382 orang. Didapatkan persentase nyeri pinggang 28,5 %. Determinan nyeri pinggang adalah riwayat trauma, praktek terhadap pencegahan nyeri pinggang, merokok, umur, dan gangguan mental emosional (p<0,05). Peningkatan praktik pencegahan nyeri pinggang penting dilakukan untuk mencegah nyeri pinggang. Kata kunci: pekerjaan, nyeri pinggang, determinan, tenaga paramedis 155

Jurnal Tentang Penyakit Nyeri Pinggang

Embed Size (px)

DESCRIPTION

sains of nursing

Citation preview

Page 1: Jurnal Tentang Penyakit Nyeri Pinggang

Artikel Penelitian

J Indon Med Assoc, Volum: 61, Nomor: 4, April 2011

Determinan Nyeri Pinggang padaTenaga Paramedis di Beberapa

Rumah Sakit di Jakarta

Lusianawaty Tana, Frans Xaverius Suharyanto Halim

Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Abstrak: Nyeri pinggang merupakan masalah kesehatan utama pada paramedis di seluruh

dunia. Beberapa faktor risiko nyeri pinggang antara lain adalah memindahkan pasien secara

manual, peregangan fisik, faktor psikologi, dan umur. Penelitian ini bertujuan menganalisis

determinan nyeri pinggang pada tenaga paramedis di beberapa rumah sakit di Jakarta. Desain

penelitian adalah potong lintang dengan sampel tenaga paramedis dibagian perawatan dari 3

rumah sakit di Jakarta. Nyeri pinggang ditegakkan berdasarkan diagnosis klinis oleh dokter

umum dan dokter spesialis neurologi. Kriteria inklusi penelitian adalah berusia 20-45 tahun,

telah bekerja selama minimal 1 tahun, tidak cacat bawaan tulang belakang, dan tidak hamil.

Jumlah sampel yang memenuhi kriteria 382 orang. Didapatkan persentase nyeri pinggang 28,5

%. Determinan nyeri pinggang adalah riwayat trauma, praktek terhadap pencegahan nyeri

pinggang, merokok, umur, dan gangguan mental emosional (p<0,05). Peningkatan praktik

pencegahan nyeri pinggang penting dilakukan untuk mencegah nyeri pinggang.

Kata kunci: pekerjaan, nyeri pinggang, determinan, tenaga paramedis

155

Page 2: Jurnal Tentang Penyakit Nyeri Pinggang

J Indon Med Assoc, Volum: 61, Nomor: 4, April 2011156

Determinan Nyeri Pinggang pada Tenaga Paramedis

Determinant of Back Pain among Several Hospitals Paramedics in Jakarta

Lusianawaty Tana, Frans Xaverius Suharyanto Halim

Center of Applied Health Research and Clinical Epidemiology National Institute of Health Research and

Development, Ministry of Health, Republic of Indonesia, Jakarta

Abstract: Back pain is a major health problem for workers in the world. Many risk factors are

related to backpain, such as manual handling of the patient, physical stretching, psychological

factor, and age. The purpose of this study was to analyze determinants of the back pain among

paramedics who are working in several hospitals in Jakarta. A cross sectional study was con-

ducted to paramedics who are working in medical care unit in three hospitals in Jakarta. Backpain

was diagnosed based on clinical diagnosis by general practitioner and neurologist. The inclusion

criterias were age 20-45 years old, have been working in the hospital for at least 1 year, without

spinal congenital disorder, and not pregnant. There were 382 samples that fulfilled the study

criteria. The percentage of back pain is 28.5%. Determinant factors of backpain among para-

medics were trauma history, back pain prevention practice, smoking habit, age, and psychologi-

cal distress (p<0.05). Increasing back pain prevention practice is important to prevent back pain.

Keywords: occupation, back pain, determinant, paramedics

Pendahuluan

Berbagai jenis pekerjaan dapat menimbulkan berbagai

permasalahan kesehatan bagi para pekerjanya.1 Pada tahun

2002 WHO menempatkan risiko pekerjaan pada urutan

kesepuluh penyebab terjadinya kesakitan dan kematian.2

Faktor pekerjaan dilaporkan berkontribusi pada beberapa

penyakit otot rangka.2,3 Pada tahun 2003 WHO memperkirakan

prevalensi gangguan otot rangka mencapai hampir 60% dari

semua penyakit akibat kerja.4 Berbagai bagian tubuh dapat

mengalami gangguan otot rangka dengan lokasi tersering

pada pinggang.4,5

Gangguan otot rangka dapat menimbulkan nyeri dan

terbatasnya gerakan pada daerah yang terkena, sebagai

akibat aktivitas fisik dan/atau posisi kerja.6 Gangguan otot

rangka dapat menyebabkan seseorang memerlukan pengo-

batan yang rutin, absen dalam bekerja, hingga kecacatan.4,7

Nyeri pinggang pada paramedis, khususnya perawat meru-

pakan masalah kesehatan bagi paramedis di seluruh dunia,

namun di beberapa negara informasi tentang prevalensi

gangguan nyeri pinggang masih terbatas.8

Lorusso et al.9 melaporkan prevalensi nyeri pinggang

sebesar 33-86%. Penelitian oleh Cunningham et al.10 pada

246 tenaga pelayanan kesehatan di Irlandia, mendapatkan

prevalensi nyeri pinggang seumur hidup, dalam 1 tahun, dan

pada saat penelitian sebesar 46%, 30%, dan 15,5%. Selain itu

dilaporkan adanya perbedaan bermakna persentase nyeri

pinggang berdasarkan kelompok umur (antara umur kurang

40 tahun dan umur lebih 40 tahun) dan pada jenis pekerjaan

(secara manual atau tidak secara manual). Namun tidak di-

dapatkan perbedaan bermakna pada jenis kelamin, kepuasan

dalam bekerja, stres mental, dan jenis pekerjaan.10 Pada

penelitian lain terhadap perawat rumah sakit di Surabaya,

didapatkan 45,5% dari 46 orang yang diteliti pernah mengalami

keluhan nyeri pinggang.11

Banyak faktor dihubungkan sebagai penyebab nyeri

pinggang, seperti pekerjaan yang memerlukan posisi duduk

lama dan pekerjaan yang berhubungan dengan memindahkan

dan mengangkat pasien. Faktor terakhir dihubungkan dengan

posisi mengangkat yang tidak baik akibat kurangnya pela-

tihan cara mengangkat yang benar.11-12 Selain itu, Shiri et al.13

melaporkan merokok juga merupakan salah faktor yang

berhubungan dengan nyeri pinggang.

Untuk mencegah terjadinya gangguan otot rangka yang

berhubungan dengan pekerjaan, perlu dilakukan penerapan

prinsip-prinsip kesehatan dan keselamatan kerja di tempat

kerja, melalui tindakan promotif, preventif, kuratif dan

rehabilitatif. 4

Berdasarkan permasalahan tingginya nyeri pinggang

pada paramedis, termasuk juga paramedis di Indonesia, maka

perlu dilakukan suatu penelitian tentang nyeri pinggang dan

determinannya. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi

determinan nyeri pinggang pada tenaga paramedis di

beberapa rumah sakit di Jakarta. Penelitian ini diharapkan

dapat memberi masukan dalam rangka pencegahan nyeri

pinggang bagi program kesehatan kerja di Indonesia

Metode

Desain penelitian adalah potong lintang, dengan sampel

merupakan seluruh paramedis (perawat, bidan) yang bekerja

di bagian perawatan dari 3 rumah sakit tipe B di Jakarta pada

Page 3: Jurnal Tentang Penyakit Nyeri Pinggang

Determinan Nyeri Pinggang pada Tenaga Paramedis

J Indon Med Assoc, Volum: 61, Nomor: 4, April 2011 157

tahun 2010. Besar sampel ditentukan dengan rumus:

n = Za2 pq

d2

Nilai a= 0,05; p = perkiraan proporsi nyeri pinggang dari

kepustakaan=22%,10 d=margin of error =4,4% dan nilai drop

out=10%. Didapatkan jumlah sampel minimal 34 orang,

ditambah 10% kemungkinan drop out, maka dibutuhkan

sebanyak 375 orang.

Kriteria inklusi penelitian adalah umur 20-45 tahun, lama

kerja minimal 1 tahun, dan bersedia berpartisipasi pada

penelitian dengan menandatangani informed consent. Kriteria

eksklusi adalah sedang hamil atau memiliki cacat bawaan

pada tulang belakang. Pengumpulan data dasar dilakukan

Tabel 1. Karakteristik Dasar Sampel

Karakteristik Jumlah Persentase

Umur (tahun)

• 35-45 179 46,9

• 22-34 203 53,1

Jenis kelamin

• Laki-laki 37 9,7

• Perempuan 345 90,3

Lama kerja (tahun)

• 1-10 168 44,0

• 11-27 214 56,0

Riwayat trauma

• Ya 26 6,8

• Tidak 356 93,2

Merokok

• Ya 29 7,7

• Tidak pernah 353 92,4

Pengetahuan

• Baik 337 88,2

• Kurang 45 11,8

Sikap

• Baik 378 99,0

• Kurang 4 1,0

Praktek

• Baik 296 77,5

• Kurang 86 22,5

Gangguan mental emosional

• Ya 76 19,9

• Tidak 306 80,1

Nyeri pinggang

• Ya 109 28,5

• Tidak 273 71,5

melalui wawancara dan pemeriksaan fisik. Wawancara di-

lakukan dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner meliputi

karakteristik individu, riwayat trauma, riwayat merokok,

pengetahuan, sikap, dan praktik pencegahan nyeri pinggang.

Riwayat trauma adalah riwayat trauma pada daerah tulang

belakang.

Data pengetahuan, sikap, dan praktik pencegahan nyeri

pinggang dikumpulkan berdasarkan pertanyaan-pertanyaan

yang terkait dengan prinsip cara mengangkat beban yang

benar pada saat bekerja dan kebiasaan berolahraga. Kategori

pengetahuan, sikap, dan praktik dikelompokkan sebagai

kategori baik dan kurang. Responden dinilai baik apabila

>75% dari jawaban benar. Untuk pengetahuan terdapat 19

pertanyaan, antara lain penyebab nyeri pinggang, cara

mengangkat/memindahkan benda yang benar, dan pence-

gahan nyeri pinggang. Pertanyaan untuk sikap ada 6

pertanyaan, antara lain pekerjaan mengangkat dan memin-

dahkan benda, perlunya pelatihan, perlunya SOP. Pertanyaan

untuk praktik ada 7 pertanyaan, antara lain praktik sebelum

mengangkat beban, pada saat mengkat beban, olah raga.

Setiap jawaban yang benar diberikan skor 1, sedangkan yang

salah diberi skor 0. Pada penelitian ini tidak dilakukan uji

validasi untuk tiap pertanyaan. Uji coba kuesioner yang

dilakukan sebelum penelitian hanya untuk mendapatkan

waktu yang dibutuhkan untuk pengumpulan data dan untuk

mengetahui apakah pertanyaan dapat dimengerti.

Untuk menilai gangguan mental emosional digunakan

kuesioner SRQ (self resporting questionnaire). Adanya

gangguan mental emosional ditentukan apabila terdapat >6

jawaban ya dari 20 butir pertanyaan.14 Diagnosis nyeri

pinggang ditentukan berdasarkan anamnesis dan peme-

riksaan fisik oleh dokter umum atau dokter spesialis saraf.

Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat, dan

multivariat dengan program piranti lunak komputer. Uji

statistik bivariat dilakukan dengan menggunakan uji chi-

square dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik.

Tingkat kemaknaan yang digunakan adalah p<0,05 dan con-

fidence interval 95%.

Hasil

Jumlah responden yang memenuhi kriteria 382 orang.

Karakteristik dasar sampel dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 2. Hubungan antara Karakteristik Individu dengan Nyeri Pinggang

Karakteristik Jumlah Nyeri pinggang (%) O R 95%CI p

f % Ya Tidak

Umur (tahun)

• 35-45 179 46,9 38,0 62,0 2,42 1,53-3,82 0,0001

• 20-34 203 53,1 20,2 79,8

Jenis kelamin

• Perempuan 345 90,3 28,7 71,3 0,92 0,43-1,97 0,83

• Laki-laki 37 9,7 27,0 73,0

Lama kerja (tahun)

• 11-27 214 56 34,6 65,4 2,01 1,26-3,20 0,003

• 1-10 168 44 20,8 79,2

Page 4: Jurnal Tentang Penyakit Nyeri Pinggang

Determinan Nyeri Pinggang pada Tenaga Paramedis

J Indon Med Assoc, Volum: 61, Nomor: 4, April 2011158

Tabel 2 memperlihatkan hubungan bivariat antara

karakteristik individu dengan nyeri pinggang. Pada tabel 2

terlihat persentase nyeri pinggang pada responden dengan

umur 35 tahun ke atas lebih tinggi dibandingkan dengan

kurang 35 tahun, dan lebih tinggi pada responden dengan

masa kerja di atas 10 tahun dibandingkan 1-10 tahun. Di-

dapatkan persentase nyeri pinggang tidak berbeda ber-

dasarkan jenis kelamin.

Tabel 3 menyajikan hubungan bivariat antara riwayat

trauma, merokok, gangguan mental emosional pengetahuan

dan praktik pencegahan nyeri pinggang dengan nyeri

pinggang.

Hubungan multivariat antara beberapa variabel dengan

nyeri pinggang disajikan pada tabel 4. Dari beberapa faktor

yang berhubungan dengan nyeri pinggang, maka riwayat

trauma merupakan faktor yang paling berperan terhadap

terjadinya nyeri pinggang, diikuti faktor praktik terhadap

pencegahan nyeri pinggang, merokok, umur, dan gangguan

mental emosional.

Tabel 3. Hubungan Bivarat Antara Riwayat Trauma, Merokok, Gangguan Mental Emosional, Pengetahuan

dan Praktik Pencegahan Nyeri dengan Nyeri Pinggang

Karakteristik Jumlah Nyeri pinggang (%) O R 95%CI p

f % Ya Tidak

Trauma

• Pernah 26 6,8 65,4 34,6 5,42 2,34-12,58 0,0001

• Tidak pernah 356 93,2 25,8 74,2

Merokok

• Merokok 29 7,7 48,3 51,7 2,54 1,18-5,45 0,014

• Tidak pernah 353 92,3 26,9 73,1

Gangguan Mental Emosional

• Ya 76 19,9 47,4 52,6 2,87 1,70-4,84 0,0001

• Tidak 306 80,1 23,9 76,1

Pengetahuan

• Kurang 45 11,8 33,3 66,7 1,29 0.66-2,51 0,45

• Baik 337 88,2 27,9 72,1

Praktik

• Kurang 86 22,5 45,3 54,7 2,68 1,62-4,43 0,0001

• Baik 296 77,5 23,6 76,4

Tabel 4. Hubungan Multivariat antara Beberapa Variabel dengan Nyeri Pinggang

Karakteristik Jumlah Nyeri pinggang (%) O R 95%CI p

f Ya Tidak

Trauma

• Ya 26 65,4 34,6 4,88 1,99-12,00 0,001

• Tidak 356 25,8 74,2

Praktek

• Kurang 296 45,3 54,7 3,04 1,76-5,27 0,0001

• Baik 86 23,6 76,4

Merokok

• Ya 29 48,3 51,7 2,53 1,11-5,79 0,028

• Tidak 353 26,9 73,1

Umur (tahun)

• 35-45 tahun1 79 38,0 62,0 2,45 1,49-4,02 0,0001

• 22-34 tahun 203 20,2 79,8

Gangguan Mental Emosional

• Ya 76 47,4 52,6 2,35 1,34-4,13 0,003

• Tidak 306 23,9 76,1

Diskusi

Pada penelitian ini didapatkan riwayat trauma pada masa

lalu merupakan faktor yang paling berperan pada terjadinya

nyeri pinggang. Hal ini diikuti oleh faktor praktik terhadap

pencegahan nyeri pinggang, merokok, umur, dan gangguan

mental emosional. Apabila ditinjau dari faktor trauma, pada

penelitian ini didapatkan peningkatan nyeri pinggang hampir

5 kali lebih tinggi pada responden dengan riwayat trauma

dibandingkan responden yang tidak memiliki riwayat trauma.

Nyeri pinggang yang terjadi mungkin disebabkan trauma/

cedera baik pada saat berolahraga, jatuh, terpeleset, tersan-

dung saat sedang berjalan, kecelakaan kendaraan bermotor,

dampak benturan tumpul dari suatu benda atau stres lain

pada tulang dan jaringan spinalis.15 Suatu trauma atau cedera

dapat menyebabkan kerusakan tulang belakang, jaringan

lunak atau struktur saraf yang menyebabkan tulang belakang

menjadi tidak stabil.16

Pada penelitian ini, faktor lain yang mempunyai hu-

bungan dengan nyeri pinggang setelah faktor trauma adalah

Page 5: Jurnal Tentang Penyakit Nyeri Pinggang

J Indon Med Assoc, Volum: 61, Nomor: 4, April 2011

Determinan Nyeri Pinggang pada Tenaga Paramedis

159

faktor praktik pencegahan terhadap nyeri pinggang. Hal ini

sesuai dengan kepustakaan yang melaporkan bahwa banyak

faktor dihubungkan sebagai penyebab nyeri pinggang,

seperti pekerjaan yang memerlukan posisi duduk lama dan

cara mengangkat atau memindahkan pasien yang salah.11

Nyeri pinggang akibat cara mengangkat dan memindahkan

pasien dengan posisi yang salah dihubungkan dengan

kurangnya pelatihan cara mengangkat dan memindahkan

pasien yang benar.11,12,17 Selain itu, tenaga paramedis umum-

nya juga kurang melakukan kegiatan olahraga. Olahraga

bermanfaat untuk meningkatkan kelenturan, kekuatan otot

dan tahanan serta dapat mengurangi perbedaan antara

kekuatan fisik yang dibutuhkan pada pekerjaan dengan

kemampuan yang ada.17

Faktor lain yang berhubungan dengan nyeri pinggang

adalah faktor umur. Pada penelitian ini, ditinjau dari hubungan

antara kelompok umur dengan nyeri pinggang diperoleh

hubungan bermakna antara usia dan nyeri pinggang (usia

35-45 tahun 3 kali lebih tinggi dibandingkan dengan usia

kurang 35 tahun). Hasil penelitian ini sesuai dengan

kepustakaan yang melaporkan bahwa dengan bertambah tua

seseorang, kekuatan tulang dan elastisitas otot cenderung

menurun.15 Diskus vertebra akan kehilangan cairan dan

kelenturannya sehingga menurunkan kemampuannya untuk

melindungi tulang belakang.15 Cunningham et al.10

melaporkan adanya perbedaan bermakna persentase nyeri

pinggang berdasarkan kelompok umur, yaitu antara umur

kurang 40 tahun dengan lebih 40 tahun. Pada penelitian ini

diperoleh perbedaan bermakna nyeri pinggang antara umur

kurang dari 35 tahun dibandingkan dengan umur 35 tahun

keatas.

Dari hubungan antara perilaku merokok dengan nyeri

pinggang diperoleh hasil responden dengan perilaku merokok

lebih banyak yang menderita nyeri pinggang dibandingkan

yang tidak pernah merokok sama sekali. Cunningham et al.10

juga melaporkan bahwa nyeri pinggang (baik nyeri pinggang

sepanjang hidup, nyeri pinggang dalam 1 tahun terakhir, nyeri

pinggang pada saat penelitian dilakukan) berhubungan

dengan merokok. Penelitian meta-analisis yang dilakukan oleh

Shiri et al.13 melaporkan bahwa merokok merupakan salah

faktor yang berhubungan dengan nyeri pinggang. Pada studi

ini ditemukan hasil yang sesuai dengan penelitian-penelitian

tersebut.

Mekanisme merokok sehingga menyebabkan nyeri

pinggang sampai sekarang belum diketahui dengan pasti.

Walaupun sejumlah peneliti telah mengemukakan terdapat

hubungan antara merokok dengan nyeri pinggang, namun

mekanisme pasti belum teruji dalam penelitian prospektif

jangka panjang.18 Eriksen et al.19 melaporkan pada percobaan

menggunakan tikus yang diikuti selama 8 minggu dan

mendapat perlakuan seperti perokok pasif, didapatkan diskus

intervertebralis (intervertebral discs) retak (cracks), sobek

(tears), perubahan (misalignment) anulus fibrosus, dan

peningkatan jaringan fibrosis (fibrous tissue) dalam nukleus

pulposus. Percobaan pada kelinci oleh Iwahashi et al.20

menunjukkan bahwa pemberian nikotin mengakibatkan

hipertrofi dinding pembuluh darah, nekrosis sel endotelial

pembuluh darah, dan penyempitan lumen vaskular. Laporan

hasil pertemuan tahunan American Association of Orthope-

dic Surgeons di San Francisco tahun 2001, mendukung teori

mekanisme cedera pada nyeri pinggang, yaitu adanya

kerusakan struktur pembuluh darah pada diskus dan sendi.21

Pada saat merokok terjadi pelepasan bahan-bahan beracun

yang dapat merusak lapisan dalam dinding pembuluh darah.

Pembuluh darah yang mengalami kerusakan terlebih dahulu

adalah pembuluh darah kecil, yang berperan menyalurkan

zat nutrisi dan oksigen ke diskus intervertebralis. Selain itu

karbonmonoksida juga akan terbawa ke dalam aliran darah

dan mengakibatkan kurangnya jumlah asupan oksigen ke

jaringan. Semua hal di atas menyebabkan jaringan keku-

rangan nutrisi, terjadi proses degenerasi dan dapat berakibat

kepada kematian jaringan. Degenerasi diskus kemudian

menimbulkan kelemahan dinding diskus dan dapat menim-

bulkan rasa sakit serta hernia. 21

Dari hasil penelitian ini didapatkan gangguan mental

emosional merupakan salah satu faktor penentu nyeri ping-

gang. Hasil penelitian ini ditunjang oleh kepustakaan yang

melaporkan stres berkontribusi pada nyeri pinggang.15

Linton22 menyimpulkan dari hasil telaah sistematis bahwa

faktor psikologi kerja mempunyai peran yang bermakna dalam

masalah nyeri pinggang di masa mendatang. Faktor psikologi

kerja yang berperan antara lain adalah kepuasan kerja, tugas

yang monoton, dan stres. Hasil penelitian Yip23 di Hongkong

juga menunjukkan adanya hubungan antara stres kerja

dengan nyeri pinggang. Gangguan psikologi pada pasien

nyeri pinggang sukar diketahui dengan pasti kapan terja-

dinya. Gangguan ini dapat timbul sebelum terjadi nyeri

pinggang atau sesudahnya. Gangguan psikologi yang terjadi

setelah timbul nyeri pinggang dapat merupakan respons

akibat kelainan fisik yang ada.24 Penelitian lain yang dilakukan

oleh Cunningham et al.10 tidak mendapatkan adanya hubu-

ngan bermakna antara stres mental dengan nyeri pinggang.

Kesimpulan

Didapatkan prevalensi nyeri pinggang pada tenaga

paramedis di Jakarta sebesar 28,5%. Determinan nyeri ping-

gang pada tenaga paramedis usia 22-45 tahun di beberapa

rumah sakit di Jakarta adalah riwayat trauma, praktik terhadap

pencegahan nyeri pinggang, merokok, umur, dan gangguan

mental emosional.

Saran

Berbagai upaya perlu dilakukan untuk mencegah nyeri

pinggang pada paramedis di RS, yaitu menghindari trauma

dan stres, serta melakukan penyuluhan untuk meningkatkan

praktek pencegahan nyeri pinggang yang baik. Selain itu,

berbagai upaya diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan

mengenai dampak merokok terhadap nyeri pinggang.

Page 6: Jurnal Tentang Penyakit Nyeri Pinggang

Determinan Nyeri Pinggang pada Tenaga Paramedis

J Indon Med Assoc, Volum: 61, Nomor: 4, April 2011160

Ucapan Terima Kasih

Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada Drs. Ondri

Dwi Sampurno, Apt, MSi selaku Kepala Puslitbang Biomedis

dan Farmasi Badan Litbangkes Kemenkes RI, kepada Dr.

Emiliana Tjitra, MSc, PhD selaku Ketua Panitia Pembina Ilmiah

Puslitbang Biomedis dan Farmasi Badan Litbangkes

Kemenkes RI. Ucapan terimakasih dan penghargaan setinggi-

tingginya kami sampaikan pula kepada Dr. Jofizal Jannis,

SpS(K) selaku narasumber, atas bimbingan, masukan, dan

saran yang sangat bermanfaat. Ucapan terimakasih kami

sampaikan kepada para pimpinan rumah sakit atas kerja sama

yang diberikan untuk penelitian ini.

Daftar Pustaka

1. Departemen Kesehatan RI, Direktorat Bina Kesehatan Kerja,

Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat 2007. Strategi

nasional kesehatan kerja di Indonesia. Jakarta: Depkes RI; 2007.

2. Barientos MC, Nelson DI, Driscoll T, Steenland NK, Punnett L,

Fingerhut MA. Chapter 21. Selected occupational risk factors.

In: Ezzati M, Lopez AD, Rodgers A, Murray CJL, editors. World

Health Organization. Comparative quantification of health risks.

Global and regional burden of disease. Attributable to selected

major risk factors. Vol 1. Geneva. 2004.p.1651-2.

3. Picavet HS, Schouten JS: Musculoskeletal pain in The Nether-

lands: prevalences, consequences and risk groups, the DMC(2)-

study. Pain. 2003;102:167-78.

4. Departemen Kesehatan RI, Direktorat Bina Kesehatan Kerja

2007. Seri pedoman tatalaksana penyakit akibat kerja bagi petugas

kesehatan. Penyakit otot rangka akibat kerja. Jakarta; 2007.

5. Buckle PW, Devereux JJ. The Nature of work-related neck and

upper limb musculoskeletal disorders. Appl Ergon. 2002;33(3):

207-17.

6. Staal JB, De Bie RA, Hendriks EJ. Aetiology and management of

work-related upper extremity disorders. Best Pract Res Clin

Rheumatol. 2007;21(1):123-33.

7. Van Tulder MW, Koes BW, Bouter LM. A cost-of-illness study of

back pain in The Netherlands. Pain. 1995;62:233-40.

8. Feng Ck, Chen ML, Mao IF. Prevalence of and risk factors for

different measures of low back pain among female nursing aides

in Taiwanese nursing homes. BMC Musculoskelet Disord.

2007;8:52.

9. Lorusso A, Bruno S, L’Abbate N. A review of low back pain and

musculoskeletal disorders among Italian nursing personnel. Ind

Health. 2007;45(5):637-44.

10. Cunningham C, Flynn T, Blake C. Low back pain and occupation

among Irish health service workers. Occup Med. 2006;56:447-

54.

11. Dyah NE, Hidayat S, Widajati N. Factors related to low back pain

among nurses at Dr. Soetomo district hospital-Surabaya. [Disitasi:

3 November 2009. Diunduh dari: http://journal.unair. ac.id/detail

jurnal.php?id=1989&med=4&bid=3.

12. Van Nieuwenhuyse A, Fatkhutdinova L, Verbeke G, Pirenne D,

Johan-nik K, Somville PR, et al. Risk factors for first-ever low

back pain among workers in their first employment. Occup Med.

2004;54:513-9.

13. Shiri R, Karppinen J, Leino-Arjas P, Solovieva S, Viikari-Juntura

E. The association between smoking and low back pain: a meta-

analysis. Am J Med. 2010;123(1):87.e7-35.

14. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen

Kesehatan RI. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar 2007.

Jakarta. 2008.

15. National Institute of Neurological Disorders and Stroke. Fact

sheet 15. Low Back Pain Fact Sheet. [Disitasi: 17 Februari 2011].

Diunduh dari: Skip secondary menu http://www.ninds.nih.gov/

disorders/backpain/detail_backpain.htm#167493102

16. Injuries and Trauma and Back Pain. [Disitasi: 10 Februari 2011].

Diunduh dari: http://www.backpainexpert.co.uk/InjuriesAnd

Trauma.html

17. Blue CL. Preventing back injury among nurses. Orthop Nurs.

1996;15(6):9-20.

18. Frisco DJ. Does Smoking Cause Low Back Pain? [Disitasi: 1 Mei

2011]. Diunduh dari: http://rehabauthority.com/back-neck-pain/

smoking-and-low-back-pain

19. Eriksen W, Natvig B, Bruusgaard D. Histological changes in in-

tervertebral discs after smoking ang cessation: experimental study

using a rat passive smoking model. Occup Med.1999;49(3):155-

60.

20. Iwahashi M, Matsuzaki H, Tokuhashi Y, Wakabayashi K, Uematsu

Y. Mechanism of intervertebral disc degeneration caused by nico-

tine in rabbits to explicate intervertebral disc disorders caused by

smoking. Spine.2002;27(13):1396-401.

21. Smoking and pain. [Disitasi: 16 Mei 2011]. Diunduh dari: http:/

/www.ncpainmanagement.com/smoking&pain.htm

22. Lincon SJ. Occupational psychological factors increase the risk

for back pain: A systematic review. J Occup Rehabil. 2001;11:53-

66.

23. Yip Y. A study of work stress, patient handling activities and the

risk of low back pain among nurses in Hong Kong. J Adv Nurs.

2001;36(6):794-804.

24. Andersson GBJ, Fine LJ, Silverstein BA. Musculoskeletal disor-

ders. In: Levy BS, Wegman DH, editors. Occupational Health.

3rd ed. New York: Little Brown; 1994.p.455-70.

FA