1
Jurnal Vulkanologi Indonesia, 7 April 2013 Analisis Pola dan Arah serta Sumber relatif Gunung Sunda purba; study kasus rekonstruksi Paleo Vulkanik Burangrang, Sebagai dasar prediksi bencana geologi untuk meminimalisir human error Pada desa ciwangun kec. Parongpong Kab, Bandung barat,Jawa barat RISAL ZULFIKAR, GANTA PUTRA, FLOREN FALEN AWOM, DAN YADIL AHMAD Himpunan Mahasiswa Teknik Geologi - Sekolah Tinggi Teknologi Mineral Indonesia. Jalan R.A.A. Martanegara No. 64. Bandung SARI Indonesia Pada hamparan horizontal secara alamiah memang berada pada zona batas lempeng atau lebih umum dikatakan Zona Subduksi, dimana efek dari adanya aktivitas lempeng – lempeng tersebut selain intensitas gempa yang cukup tinggi yang dikarenakan proses injeksi dari lempeng samudra dengan komposisi batuan relatif lebih padat/berat (Basaltik) terhadap kerak benua dengan komposisi batuan lebih ringan atau granitik, aktivitas gesekan lempeng – lempeng tersebut juga berpotensi lain, yaitu karena proses menunjamnya lempeng samudra dibawah lempeng benua maka dalam kondisi normal akan terjadi proses peleburan batuan yang saling bergesek satu sama lain sehingga berakibat batuan padat tersebut pada proses selanjunya akan meleleh atau dengan istilah lain “partial mellting”. Partial melting yang bisa kita artikan sebagai meleburnya batuan - batuan disekitar proses gesekan lempeng terjadi, maka setelah batuan tersebut meleleh, batuan yang telah berubah fase dari padat ke cair lalu akan terus mendesak kepermukaan, hal tersebut yang membuat liquid pijar ini terus menerus mencari bidang-bidang lemah dari lapisan kerak bumi untuk sampai ke permukaan. Berdasarkan Dari data Vulkanologi, Dari sekitar 512 gunung api di lingkar pasifik (Ring of fire Pasifik) ternyata indonesia bekontribusi besar dengan distribusi gunung api sekitar 129 gunung api tersebar dari sepanjang garis pantai di indonesia paling barat sampai timur dengan mengikuti pola tubrukan tiga buah lempeng yaitu eurasia, pasifik dan indo-australia (distribusi gunung api terbanyak didunia) yang semuanya masih bisa dikategorikan gunung api tipe “A”. Berawal dari dasar fikiran diatas penulis berusaha mengangkat sebuah studi kasus untuk lebih mengembangkan teori-teori yang ada serta untuk mengukur dan membuktikan sejauh mana relevansi dari konsep atau teori tektonik lempeng secara global kedalam pendekatan yang lebih lokal atau skala kecil yang dalam hal ini mengambil satu sumber berupa daerah penelitian di wilayah kabupaten bandung barat. Gunung Burangrang atau yang bisa dikategorikan kedalam salah satu gunung sunda purba, dari beberapa pendekatan literatur yang ada serta kondisi fisik di sekitar areal penelitian memang sangat jelas memperlihatkan ciri berupa jejak – jejak dari aktivitas gunung sunda purba, terbukti dari ditemukannya material-material piroklastik baik berupa piroklastik aliran maupun piroklastik jatuhan, namun yang sangat menggugah penulis salah satunya adalah terdapatnya lapisan tanah (soil) yang cukup tebal diantara material proklastik tersebut tadi, penemuan tersebut yang akan membuat kita untuk mengembalikan dasar pemikiran kepada kondisi awal pada saat belum terjadi aktivitas vulkanik maupun saat aktivitas tersebut sedang berlangsung, dan lapisan tanah tersebut sebagai bukti bahwa ada jedah dari aktivitas vulkanik dengan jedah waktu cukup panjang, pemikiran tersebut sangat mendasar mengingat jika kita kembalikan pada prinsip dasar bahwa tanah hanya terbentuk pada permukaan bumi dengan kedalaman hanya sekitar beberapa meter saja karena tipe pelapukan dari tanah murni pelapukan kimia. Dari penemuan tersebut penulis menyimpulkan bahwa tanah tersebut dikategorikan paleo Soil, hal ini membuktikan jika areal tersebut pernah terjadi aktivitas vulkanisme lalu mengalami jedah yang cukup lama, lalu terjadi lagi aktivitas baru, dari kesemuanya itulah menjadi ide utama dikatakannya buranggrang sebagai Gunung api tua atau “Gunung Sunda Purba”. Kata kunci : Gunung Sunda Purba, Piroklastik Aliran, piroklastik Jatukan, Kekar melembar, Kekar kolom, Setting Tektonik Indonesia, partial Mellting, daerah parongpong.

Jurnal Vulkanologi Indonesia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hanya sebatas judul

Citation preview

Page 1: Jurnal Vulkanologi Indonesia

Jurnal Vulkanologi Indonesia, 7 April 2013

Analisis Pola dan Arah serta Sumber relatif Gunung Sunda purba; study kasus rekonstruksi Paleo Vulkanik Burangrang, Sebagai dasar prediksi bencana geologi

untuk meminimalisir human error Pada desa ciwangun kec. Parongpong Kab, Bandung barat,Jawa barat

RISAL ZULFIKAR, GANTA PUTRA, FLOREN FALEN AWOM, DAN YADIL AHMAD

Himpunan Mahasiswa Teknik Geologi - Sekolah Tinggi Teknologi Mineral Indonesia. Jalan R.A.A. Martanegara No. 64. Bandung

SARI Indonesia Pada hamparan horizontal secara alamiah memang berada pada zona batas lempeng atau lebih

umum dikatakan Zona Subduksi, dimana efek dari adanya aktivitas lempeng – lempeng tersebut selain intensitas gempa yang cukup tinggi yang dikarenakan proses injeksi dari lempeng samudra dengan komposisi batuan relatif lebih padat/berat (Basaltik) terhadap kerak benua dengan komposisi batuan lebih ringan atau granitik, aktivitas gesekan lempeng – lempeng tersebut juga berpotensi lain, yaitu karena proses menunjamnya lempeng samudra dibawah lempeng benua maka dalam kondisi normal akan terjadi proses peleburan batuan yang saling bergesek satu sama lain sehingga berakibat batuan padat tersebut pada proses selanjunya akan meleleh atau dengan istilah lain “partial mellting”.

Partial melting yang bisa kita artikan sebagai meleburnya batuan - batuan disekitar proses gesekan lempeng terjadi, maka setelah batuan tersebut meleleh, batuan yang telah berubah fase dari padat ke cair lalu akan terus mendesak kepermukaan, hal tersebut yang membuat liquid pijar ini terus menerus mencari bidang-bidang lemah dari lapisan kerak bumi untuk sampai ke permukaan.

Berdasarkan Dari data Vulkanologi, Dari sekitar 512 gunung api di lingkar pasifik (Ring of fire Pasifik) ternyata indonesia bekontribusi besar dengan distribusi gunung api sekitar 129 gunung api tersebar dari sepanjang garis pantai di indonesia paling barat sampai timur dengan mengikuti pola tubrukan tiga buah lempeng yaitu eurasia, pasifik dan indo-australia (distribusi gunung api terbanyak didunia) yang semuanya masih bisa dikategorikan gunung api tipe “A”.

Berawal dari dasar fikiran diatas penulis berusaha mengangkat sebuah studi kasus untuk lebih mengembangkan teori-teori yang ada serta untuk mengukur dan membuktikan sejauh mana relevansi dari konsep atau teori tektonik lempeng secara global kedalam pendekatan yang lebih lokal atau skala kecil yang dalam hal ini mengambil satu sumber berupa daerah penelitian di wilayah kabupaten bandung barat.

Gunung Burangrang atau yang bisa dikategorikan kedalam salah satu gunung sunda purba, dari beberapa pendekatan literatur yang ada serta kondisi fisik di sekitar areal penelitian memang sangat jelas memperlihatkan ciri berupa jejak – jejak dari aktivitas gunung sunda purba, terbukti dari ditemukannya material-material piroklastik baik berupa piroklastik aliran maupun piroklastik jatuhan, namun yang sangat menggugah penulis salah satunya adalah terdapatnya lapisan tanah (soil) yang cukup tebal diantara material proklastik tersebut tadi, penemuan tersebut yang akan membuat kita untuk mengembalikan dasar pemikiran kepada kondisi awal pada saat belum terjadi aktivitas vulkanik maupun saat aktivitas tersebut sedang berlangsung, dan lapisan tanah tersebut sebagai bukti bahwa ada jedah dari aktivitas vulkanik dengan jedah waktu cukup panjang, pemikiran tersebut sangat mendasar mengingat jika kita kembalikan pada prinsip dasar bahwa tanah hanya terbentuk pada permukaan bumi dengan kedalaman hanya sekitar beberapa meter saja karena tipe pelapukan dari tanah murni pelapukan kimia.

Dari penemuan tersebut penulis menyimpulkan bahwa tanah tersebut dikategorikan paleo Soil, hal ini membuktikan jika areal tersebut pernah terjadi aktivitas vulkanisme lalu mengalami jedah yang cukup lama, lalu terjadi lagi aktivitas baru, dari kesemuanya itulah menjadi ide utama dikatakannya buranggrang sebagai Gunung api tua atau “Gunung Sunda Purba”.

Kata kunci : Gunung Sunda Purba, Piroklastik Aliran, piroklastik Jatukan, Kekar melembar, Kekar kolom, Setting Tektonik Indonesia, partial Mellting, daerah parongpong.