22
KUALITAS AIR RANU LAMONGAN (RANU KLAKAH) LUMAJANG BERDASARKAN INDEKS KEANEKARAGAMAN dan FAMILY-LEVEL BIOTIC INDEX MAKROINVERTEBRATA BENTIK Aditya Rachmaputra, Hadi Suwono dan Sofia Ery Rahayu Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang. e-mail: [email protected] ABSTRAK Ranu Lamongan merupakan suatu badan air tergenang yang digunakan oleh masyarakat sekitar untuk berbagai macam kegiatan sehari- hari. Budidaya ikan air tawar menggunakan metode keramba jaring apung adalah kegiatan yang utama dilakukan oleh masyarakat sekitar. Keanekaragaman makroinvertebrata Bentik yang terdapat pada Ranu Lamongan dapat digunakan untuk mengetahui kualitas air Ranu Lamongan. Analisis data berupa kepadatan makroinvertebrata bentik dengan indeks Shannon dan family-level biotic index guna mengetahui kualitas air Ranu Lamongan. . Penelitian ini menggunakan metode purposive random sampling dengan membagi Ranu Lamongan menjadi 5 rona lingkungan dan 12 stasiun. Hasil analisis dengan indeks keanekaragaman dan FBI (Family- level Biotic Index) yang hasilnya menyatakan bahwa kualitas air Ranu Lamongan dalam kondisi yang cukup buruk dengan keadaan tercemar bahan organik. Kata kunci : polutan, bioindikator, makroinvertebrata bentik, keanekaragaman, kualitas air. ABSTRACT Ranu Lamongan is a standing water used by surrounding communities for a variety of everyday activities . Freshwater fish farming using floating cages are the main activities carried out by the surrounding community . Diversity of benthic macroinvertebrates found in Lamongan Ranu can be used to determine the water quality Ranu Lamongan . Analysis of the data in the form of the density of benthic macroinvertebrates with Shannon index and family - level biotic index to determine water quality Ranu Lamongan . , This research used purposive random sampling by dividing Ranu

jurnal-online.um.ac.idjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel7E40504A4191E... · Web viewKeanekaragaman hayati tidak hanya sekedar jumlah spesies/jenis, tetapi meliputi varietas

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

KUALITAS AIR RANU LAMONGAN (RANU KLAKAH) LUMAJANG

BERDASARKAN INDEKS KEANEKARAGAMAN dan FAMILY-LEVEL

BIOTIC INDEX MAKROINVERTEBRATA BENTIK

Aditya Rachmaputra, Hadi Suwono dan Sofia Ery Rahayu Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Malang. e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Ranu Lamongan merupakan suatu badan air tergenang yang digunakan oleh masyarakat sekitar untuk berbagai macam kegiatan sehari-hari. Budidaya ikan air tawar menggunakan metode keramba jaring apung adalah kegiatan yang utama dilakukan oleh masyarakat sekitar. Keanekaragaman makroinvertebrata Bentik yang terdapat pada Ranu Lamongan dapat digunakan untuk mengetahui kualitas air Ranu Lamongan. Analisis data berupa kepadatan makroinvertebrata bentik dengan indeks Shannon dan family-level biotic index guna mengetahui kualitas air Ranu Lamongan. . Penelitian ini menggunakan metode purposive random sampling dengan membagi Ranu Lamongan menjadi 5 rona lingkungan dan 12 stasiun. Hasil analisis dengan indeks keanekaragaman dan FBI (Family-level Biotic Index) yang hasilnya menyatakan bahwa kualitas air Ranu Lamongan dalam kondisi yang cukup buruk dengan keadaan tercemar bahan organik.Kata kunci : polutan, bioindikator, makroinvertebrata bentik, keanekaragaman, kualitas air.

ABSTRACT

Ranu Lamongan is a standing water used by surrounding communities for a variety of everyday activities . Freshwater fish farming using floating cages are the main activities carried out by the surrounding community . Diversity of benthic macroinvertebrates found in Lamongan Ranu can be used to determine the water quality Ranu Lamongan . Analysis of the data in the form of the density of benthic macroinvertebrates with Shannon index and family - level biotic index to determine water quality Ranu Lamongan . , This research used purposive random sampling by dividing Ranu Lamongan into 5 environmental setting and 12 stations . Results of the analysis of the diversity index and the FBI ( Family - level Biotic Index) which states that the results of water quality Ranu Lamongan in pretty bad with the polluted state of the organic material .Key words : pollutant, bioindicator, macroinvertebrate, diversitity, water quality.

Secara umum keberadaan suatu ekosistem danau memberikan fungsi yang

menguntungkan bagi kehidupan manusia baik untuk rumah tangga, industri dan

pertanian. Beberapa fungsi penting tersebut antara lain: sebagai sumber plasma nutfah

yang berpotensi dalam penyumbang bahan genetik, tempat berlangsungnya siklus

hidup jenis flora dan fauna yang penting, sumber air yang dapat digunakan oleh

masyarakat baik langsung (pertanian, industri, rumah tangga) maupun tidak langsung

(sumber bahan baku air minum dan penghasil energi melalui PLTA), tempat

tampungan air yang berlebih dari air hujan, aliran permukaan maupun sumber –

sumber air bawah tanah sehingga danau berfungsi juga untuk membantu mengatasi

banjir, pengatur tata air, menjaga iklim mikro karena keberadaan ekosistem danau

dapat mempengaruhi kelembaban dan curah hujan setempat, sarana rekreasi dan

obyek pariwisata, keberadaan ekosistem danau memberikan fungsi yang

menguntungkan bagi kehidupan manusia baik untuk rumah tangga, industri dan

pertanian ( Sittadewi, 2008).

Ranu Lamongan adalah danau yang memiliki peranan sebagai penopang

kehidupan masyarakat sekitar danau. Beberapa contoh pemanfaatan dari Ranu

Lamongan oleh masyarakat sekitar adalah budidaya perikanan dengan menggunakan

keramba jaring apung yang berfokus pada budidaya ikan nila, menyewakan sarana

dan prasana bagi wisatawan yang berkunjung dan sebagai sumber air .

Makroinvertebrata bentik umum digunakan dalam dunia limnologi untuk menjadi

biomonitoring karena mudah diambil dan mudah diidentifikasi.

Menurut Chairns Jr dan Pratt (1993) alasan digunakan keanekaragaman

makroinvertebrata bentik dalam biomonitoring adalah makroinertebrata mudah

dikoleksi dan diidentifikasi, serta berperan sebagai makanan ikan. Setiap famili dari

makroinvertebrata bentik memiliki tingkat toleransi yang beragam. Pengukuran

kualitas air Ranu Lamongan dapat menggunakan indeks keanekaragaman atau indeks

Shannon juga dapat menggunakan Family-level Biotic Index (FBI). Family-level

biotic index merupakan suatu perhitungan yang diadaptasi dari biotic index yang

dikemukan oleh Hilsenhoff (1988). Lebih lanjut didapatkan bahwa Family-level

biotic index dapat menghemat waktu indentifikasi, karena identifikasi yang

digunakan sampai tingkatan famili saja, penggunaan dua indeks yakni Indeks

keanekaragaman dan Family-level Biotic Indeks diharapkan dapat mengetahui

kualitas perairan dari Ranu Lamongan.

.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan menggunakan metode Purposive Random Sampling

dengan menentukan 5 rona lingkungan. Purposive random sampling menurut

Teddlie dan Tashakkori (2009) adalah pengambilan sampel dengan berjumlah kecil

dengan tujuan tertentu agar dapat memberikan gambaran yang lebih besar. Tujuan

dari penelitian ini adalah mengetahui kualitas air Ranu Lamongan dengan parameter

yang sudah ditentukan, pengambilan sampel dilakukan pada 5 rona lingkungan di

Ranu Lamongan dengan tujuan mendapatkan data yang represntatif. membagi Ranu

Lamongan menjadi 5 rona lingkungan dan 12 stasiun. Pengambilan 12 stasiun untuk

sampling ditujukan agar mendapatkan data yang representatif untuk lima rona

lingkungan yang ada di Ranu Lamongan, lima rona lingkungan terdiri dari outlet,

inlet, keramba, keramba outlet (berada di dekat outlet) dan perkebunan tebu.

Pengambilan sampel makroinvertebrata bentik dilakukan 3 kali pengulangan dengan

jeda waktu 2 minggu.

Prosedur kerja terdiri dari 4 tahapan yaitu penentuan stasiun lokasi

pengambilan sampel makroinvertebrata bentik, pengambilan sampel , pengambilan

data faktor abiotik, dan analisis faktor abiotik di laboratorium. Gambar 1 akan

menunjukkan 12 stasiun pengambilan sampel makroinvertebrata bentik.

Gambar 1. 12 stasiun pengambilan sampel

Data akan dianalisis mengunakan indeks keanekaragaman , indeks kemerataan dan

Family-level biotic index. Berikut adalah cara perhitungan ketiga analisis tersebut :

1. Indeks Keanekaragaman (Shannon Wiener) H' = -

H’ = Indeks Shannon WienerPi = Jumlah individu masing masing jenisS = Jumlah jenisLn = Logaritma Natural

(Dodds dan Whiles, 2010)2. Indeks Kemerataan (E) = H’/ ln S

H’ = Indeks Shannon WienerS = Banyaknya spesiesLn = Logaritma Natural

(Dodds dan Whiles, 2010)

3. Family biotic indeks (FBI) =

Ni = Jumlah spesies dalam 1 family

Ti = Angka toleransi family N = Jumlah total

(Hilsenhoff, 1988)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Makroinvertebrata yang ditemukan

Komunitas Makroinvertebrata Bentik yang ditemukan di Ranu Lamongan

terdiri atas terdapat 6 ordo, 10 famili, 12 genus, dan 12 spesies Makroinvertebrata. 8

spesies di antaranya termasuk dalam kelas gastropoda, 2 spesies termasuk kelas

malacostraca dan 2 spesies termasuk dalam kelas insecta yakni Crocothemis servilia

(Nimfa), Hagenius brevistylus (Nimfa)`, Cancer sp, Palaemonetes paludosus, Anentome

helena, Melanoides tuberculata, Pseudocinna columella, Lymnea auricularia, Bellamya

javanica, Pila ampullacea, Ventrosia stagnorum, Littoridina isabelleana.Berikut adalah tabel

1 sampai dengan 5 yang berturut-turut mengambarkan jenis, jumlah individu tiap jenis,

indeks keanekaragaman dan FBI tiap rona lingkungan.

Tabel 1. Data Kepadatan Makroinvertebrata Bentik, Angka H’, Angka E, Angka FBI dan Substrat pada Rona Lingkungan Outlet

Stasiun Spesies (Jumlah Individu) H’ E FBI Substrat

1

Palaemonetes paludosus (6)

0,95 0,87 6,39 PasirPseudocinna columella (4)Bellamya javanica (6)Lymnea auricularia (1)Littoridina isabelleana (5)

2

Palaemonetes paludosus (5)

0,86 0,78 6,43 PasirPseudocinna columella (4)Bellamya javanica (3)Lymnea auricularia (2)Littoridina isabelleana (7)

Tabel 2. Data Kepadatan Makroinvertebrata Bentik, Angka H’, Angka E, Angka FBI dan Substrat pada Rona Lingkungan Keramba Outlet

Stasiun Spesies (Jumlah Individu) H’ E FBI Substrat3 Palaemonetes paludosus (12) 1,24 0,85 6,07 Pasir

Pila ampullacea (3)Bellamya javanica (4)Lymnea auricularia (8)Littoridina isabelleana (4)Anentome helena (10)Ventrosia stagnorum (1)

4

Palaemonetes paludosus (12)

1,29 0,84 6,06 Pasir

Pila ampullacea (3)Bellamya javanica (2)Lymnea auricularia (5)Littoridina isabelleana (3)Anentome helena (9)Ventrosia stagnorum (1)Melanoides tuberculata (1)

Tabel 3. Data Kepadatan Makroinvertebrata Bentik, Angka H’, Angka E, Angka FBI dan Substrat pada Rona Lingkungan Keramba

Stasiun Spesies (Jumlah Individu) H’ E FBI Substrat

5

Anentome helena (9)

1.47 0.84 5.92 Pasir

Crocothemis servilia* (7)Palaemonetes paludosus (22)Pseudocinna columella (5)Hagenius brevistylus* (6)Bellamya javanica (1)Lymnea auricularia (2)Pila ampullacea (3)

6

Anentome helena (13)

1.33 0.78 5,99 Pasir

Crocothemis servilia* (6)Palaemonetes paludosus (25)Pseudocinna columella (2)Hagenius brevistylus* (4)Bellamya javanica (2)Lymnea auricularia (1)Pila ampullacea (1)

7

Anentome helena (11)

1.45 0.80 6,08 Pasir

Crocothemis servilia* (6)Palaemonetes paludosus (23)Pseudocinna columella (4)Hagenius brevistylus* (4)Bellamya javanica (2)Lymnea auricularia (2)Pila ampullacea (2)

8

Anentome helena (12)

1.42 0.75 6,05 Pasir

Crocothemis servilia* (5)Palaemonetes paludosus (23)Pseudocinna columella (1)Hagenius brevistylus* (3)Bellamya javanica (7)Lymnea auricularia (1)Ventrosia stagnorum (3)Melanoides tuberculata (1)Cancer sp (1)

Keterangan :* = ditemukan pada fase nimfa

Tabel 4. Data Kepadatan Makroinvertebrata Bentik, Angka H’, Angka E, Angka FBI dan Substrat pada Rona Lingkungan Inlet.

Stasiun Spesies (Jumlah Individu) H’ E FBI Substrat

9

Anentome helena (4)

1.77 0.89 5.81 Pasir

Crocothemis servilia* (6)Palaemonetes paludosus (5)Pseudocinna columella (4)Hagenius brevistylus* (6)Bellamya javanica (5)Lymnea auricularia (1)Pila ampullacea (1)Ventrosia stagnorum (1) Littoridina isabelleana (1)Melanoides tuberculata (2)

10

Anentome helena (5)

1.93 0.95 5,90 Pasir

Crocothemis servilia* (3) Palaemonetes paludosus (3)Pseudocinna columella (1)Hagenius brevistylus* (3)Bellamya javanica (6)Lymnea auricularia (2)Pila ampullacea (3)Ventrosia stagnorum (2)Littoridina isabelleana (2)Melanoides tuberculata (3)

Keterangan :* = ditemukan pada fase nimfa Tabel 5. Data Kepadatan Makroinvertebrata Bentik, Angka H’, Angka E,

Angka FBI dan Substrat pada Rona Lingkungan Perkebunan Tebu.Stasiun Spesies (Jumlah Individu) H’ E FBI Substrat

11

Anentome helena (4)

1.13 0,80 6.46 Batu

Crocothemis servilia* (6)Palaemonetes paludosus( 5)Hagenius brevistylus* (6)Bellamya javanica (5)Pila ampullacea (1)Ventrosia stagnorum (1)

12

Anentome helena (5)

1.17 0,81 6,39 Batu

Crocothemis servilia* (3) Palaemonetes paludosus (3)Hagenius brevistylus* (3)Bellamya javanica (6)Pila ampullacea (3)Ventrosia stagnorum (2)

Kualitas Air Ranu Lamongan pada Rona Lingkungan Outlet

Berdasarkan hasil analisis indeks keanekaragaman rona lingkungan diwakili

oleh 2 stasiun yakni stasiun 1 dan 2 yang memiliki angka indeks keanekaragaman

dibawah satu yakni 0,95 dan 0,86. Angka indeks keanekaragaman dibawah 1

mengambarkan bahwa keadaan air Ranu Lamongan dengan rona lingkungan outlet

berada dalam kondisi yang tercemar berat. Lee et al (1978) dalam Wijayanti, H

(2007) menjelaskan bahwa indeks keanekaragaman < 1 ditafsirkan kondisi perairan

tercemar berat, 1 – 1,5 tercemar sedang, 1,5 – 2 tercemar ringan, 2 – 3 tercemar

sangat ringan, >3 tidak tercemar. Berdasarkan perhitungan taksa yang diwakili oleh

perhitungan family-level biotic index (FBI) menyatakan bahwa nilai FBI dari stasiun

1 dan 2 berada pada tingkatan fairly poor atau cukup buruk dengan kemungkinan

besar tercemar bahan organik berdasarkan tabel klasifikasi kualitas air miliki

HIlsenhoff (1988). Sumber yang sama menyatakan bahwa semakin tinggi angka FBI

mengindikasikan bahwa suatu perairan semakin buruk kualitasnya.

Berdasarkan anilisis faktor fisiko-kimia mengindikasikan bahwa perairan

Ranu Lamongan pada rona lingkungan outlet sedang tercemar bahan organik, hal ini

ditunjukkan oleh angka BOD yang melebihi baku mutu yakni 2 mg/l (PP No. 82

tahun 2001). Angka BOD pada rona lingkungan outlet berkisar pada 7,67 – 8,90

mg/l. Rona lingkungan outlet pada suatu perairan umunya menjadi tempat bahan

pencemar terkumpul dan mengakibatkan keanekaragaman makroinvertebrata bentik

menjadi kecil, hal ini didukung oleh Zimmerman (1993) yakni semua zat pencemar

akan berkumpul di daerah arus keluar.

Kualitas Air Ranu Lamongan pada Rona Lingkungan Keramba Outlet

Rona lingkungan keramba outlet adalah rona lingkungan yang mewakili

bagian keramba yang berada di dekat bagian outlet, rona lingkungan keramba outlet

diwakili oleh 2 stasiun yakni stasiun 3 dan 4. Berdasarkan angka indeks

keanekaragaman stasiun 3 dan 4 yakni 1,24 dan 1,29 kualitas air Ranu Lamongan

pada rona lingkungan keramba outlet berada pada tingkatan tercemar sedang

berdasarkan Lee et al (1978) dalam Wijayanti, H (2007) menjelaskan bahwa indeks

keanekaragaman < 1 ditafsirkan kondisi perairan tercemar berat, 1 – 1,5 tercemar

sedang, 1,5 – 2 tercemar ringan, 2 – 3 tercemar sangat ringan, >3 tidak tercemar.

Berdasarkan perhitungan taksa yang diwakili oleh perhitungan family-level biotic

index (FBI) menyatakan bahwa nilai FBI dari stasiun 3 dan 4 yang memiliki angka

6,06 dan 6,07 berada pada tingkatan fairly poor atau cukup buruk dengan

kemungkinan besar tercemar bahan organik berdasarkan tabel klasifikasi kualitas air

miliki HIlsenhoff (1988). Sumber yang sama menyebutkan skala 0 – 10 didasarkan

dari toleransi organisme terhadap ketersediaan oksigen terlarut. Skala 0 merupakan

organisme yang sangat tidak toleran terhadap ketersediaan oksigen yang sedikit, skala

selanjutnya 2-9 memiliki tingkat toleransi yang bervariasi. Skala 10 merupakan

organisme yang dapat bertahan dalam kondisi yang sangat buruk.

Faktor fisiko-kimia pada rona lingkungan keramba outlet menunjukkan bahwa

angka BOD berkisar antara 5,10 – 6,22 mg/l. Berdasarkan PP No. 82 tahun 2001

yang menyatakan baku mutu BOD perairan tawar maksimal adalah 2 mg/l

mengindikasikan bahwa perairan Ranu Lamongan pada rona lingkungan keramba

outlet mengalami pencemaran bahan organik. Bahan organik dan BOD berbanding

lurus didukung dengan pernyataan Agustiningsih et al (2012) menyatakan bahwa

dimana kandungan bahan organik mengalami penurunan yang ditunjukkan dengan

nilai BOD yang menurun.

Kualitas Air Ranu Lamongan pada Rona Lingkungan Keramba

Rona lingkungan keramba adalah rona lingkungan yang mewakili bagian

keramba yang berada hampir sekeliling Ranu Lamongan dengan panjang area sekitar

1048 m, rona lingkungan keramba diwakili oleh 4 stasiun yakni stasiun 5, 6, 7 dan 8

karena memiliki luas rona lingkungan terbesar. Angka indeks keanekaragaman dari 4

stasiun yang mewakili rona lingkungan berkisar antara 1,33 – 1,47 yang berarti

bahwa kualitas air Ranu Lamongan pada rona lingkungan keramba berada pada

tingkatan tercemar sedang berdasarkan Lee et al (1978) dalam Wijayanti, H (2007)

menjelaskan bahwa indeks keanekaragaman < 1 ditafsirkan kondisi perairan tercemar

berat, 1 – 1,5 tercemar sedang, 1,5 – 2 tercemar ringan, 2 – 3 tercemar sangat ringan,

>3 tidak tercemar.. Berdasarkan perhitungan taksa yang diwakili oleh perhitungan

family-level biotic index (FBI) menyatakan bahwa nilai FBI dari rona lingkungan

keramba berkisar antara 5,92 – 6,02 mengindikasikan bahwa perairan Ranu

Lamongan di rona lingkungan keramba pada tingkatan fairly poor atau cukup buruk

dengan kemungkinan besar tercemar bahan organik berdasarkan tabel klasifikasi

kualitas air miliki HIlsenhoff (1988). Sumber yang sama mengatakan bahwa FBI

digunakan untuk mempercepat kerja biomonitoring karena hanya perlu

mengidentifikasi sampai tingkatan famili dan penggunaan FBI cocok untuk perairan

yang tercemar bahan organik, Penggunaan FBI pada penelitian ini sangat cocok

karena hasil analisis fisiko-kimia menunjukkan angka BOD tinggi yang

mengindikasikan bahwa adanya bahan organik yang mencemari,.

Faktor fisiko-kimia pada rona lingkungan keramba menunjukkan bahwa

angka BOD berkisar antara 6,42 – 11,05 mg/l. Berdasarkan PP No. 82 tahun 2001

yang menyatakan baku mutu BOD perairan tawar maksimal adalah 2 mg/l

mengindikasikan bahwa perairan Ranu Lamongan pada rona lingkungan keramba

mengalami pencemaran bahan organik. Angka BOD memiliki arti pengunaan oksigen

yang dibutuhkan oleh mikroba untuk memecah bahan organik. Nilai BOD yang

melebihi baku mutu menunjukkan bahwa keadaan perairan sedang tercemar dan

dengan angka BOD yang tinggi menafsirkan angka DO yang rendah. Prayitno dan

Sabarudin (2010) menyatakan bahwa makin tinggi nilai BOD5 dari suatu air

permukaan, maka kualitas air permukaan tersebut makin buruk. BOD yang tinggi

menggambarkan defisit (berkurangnya) oksigen terlarut pada air permukaan.

Kualitas Air Ranu Lamongan pada Rona Lingkungan Inlet

Rona lingkungan inlet adalah rona lingkungan yang mewakili bagian inlet

yang memiliki 3 sumber, rona lingkungan inlet diwakili oleh 2 stasiun yakni stasiun

9 dan 10. Angka indeks keanekaragaman dari 4 stasiun yang mewakili rona

lingkungan berkisar antara 1,77 – 1,93 yang berarti bahwa kualitas air Ranu

Lamongan pada rona lingkungan inlet berada pada tingkatan tercemar sedang

berdasarkan Lee et al (1978) dalam Wijayanti, H (2007) menjelaskan bahwa indeks

keanekaragaman < 1 ditafsirkan kondisi perairan tercemar berat, 1 – 1,5 tercemar

sedang, 1,5 – 2 tercemar ringan, 2 – 3 tercemar sangat ringan, >3 tidak tercemar.

Indeks keanekaragaman makroinvertebrata bentik pada rona lingkungan inlet

merupakan yang tertinggi dari rona lingkungan lainnya. Beberapa jenis bentos

memiliki sifat yang tidak toleran terhadap suatu kondisi yang tercemar.

Tjokrokusumo (2006) menyebutkan makroinvertebrata bentik memilki preferensi

terhadap habitatnya dan juga mobilitasnya yang relative rendah menyebabkan mahluk

hidup ini dapat digunakan sebagai mahluk hidup yang keberadaannya sangat

dipengaruhi secara langsung oleh semua bahan yang masuk kedalam lingkungan

lahan perairan

Berdasarkan perhitungan taksa yang diwakili oleh perhitungan family-level

biotic index (FBI) menyatakan bahwa nilai FBI dari rona lingkungan inlet berkisar

antara 5,81 – 5,90 mengindikasikan bahwa perairan Ranu Lamongan di rona

lingkungan inlet pada tingkatan fairly poor atau cukup buruk dengan kemungkinan

besar tercemar bahan organik berdasarkan tabel klasifikasi kualitas air miliki

HIlsenhoff (1988). Sumber yang sama mengatakan bahwa FBI digunakan untuk

mempercepat kerja biomonitoring karena hanya perlu mengidentifikasi sampai

tingkatan famili dan penggunaan FBI cocok untuk perairan yang tercemar bahan

organik, Penggunaan FBI pada penelitian ini sangat cocok karena hasil analisis

fisiko-kimia menunjukkan angka BOD tinggi yang mengindikasikan bahwa adanya

bahan organik yang mencemari,

Faktor fisiko-kimia pada rona lingkungan inlet menunjukkan bahwa angka

BOD berkisar antara 6,55 – 7,11 mg/l. Berdasarkan PP No. 82 tahun 2001 yang

menyatakan baku mutu BOD perairan tawar maksimal adalah 2 mg/l

mengindikasikan bahwa perairan Ranu Lamongan pada rona lingkungan inlet

mengalami pencemaran bahan organik. Hasil analisis BOD yang cukup tinggi dimana

BOD yang tinggi menandakan bahwa oksigen terlarut dalam jumlah yang sedikit atau

BOD dan DO saling terbalik , didukung dengan pendapat Goltenboth et al (2012)

oksigen dan karbon dioksida keduanya berada pada posisi timbal balik , maka

konsentrasi oksigen dan karbon dioksida merupakan faktor penting yang

memengaruhi produksi biologi, sedangkan perhitungan indeks biotik didasari oleh

toleransi mahkluk hidup terhadap kadar oksigen. Secara keseluruhan rona lingkungan

inlet memiliki nilai yang paling bagus untuk nilai indeks keanekaragaman dan FBI

Kualitas Air Ranu Lamongan pada Rona Lingkungan Perkebunan Tebu

Berdasarkan hasil analisis indeks keanekaragaman rona lingkungan diwakili

oleh 2 stasiun yakni stasiun 11 dan 12 yang memiliki angka indeks keanekaragaman

dibawah satu yakni 0,80 dan 0,81. Angka indeks keanekaragaman dibawah 1

mengambarkan bahwa keadaan air Ranu Lamongan dengan rona lingkungan

perkebunan tebu berada dalam kondisi yang tercemar berat. Lee et al (1978) dalam

Wijayanti, H (2007) menjelaskan bahwa indeks keanekaragaman < 1 ditafsirkan

kondisi perairan tercemar berat, 1 – 1,5 tercemar sedang, 1,5 – 2 tercemar ringan, 2 –

3 tercemar sangat ringan, >3 tidak tercemar. Keanekaragaman hayati tidak hanya

sekedar jumlah spesies/jenis, tetapi meliputi varietas dan karagaman dan keunikan

gen, jenis dan ekosistem (Goltenboth et al (2012). Sumber yang sama menyatakan

bahwa danau di Indonesia adalah salah satu pusat keanekaragaman dunia. . Kondisi

suatu lingkungan yang terpolusi akan menurunkan angka keanekaragaman , didukung

oleh pernyataan Zimmerman (1993) bahwa pada keadaan tercemar keanekaragaman

spesies menjadi sedikit.dan keanekaragaman spesies menjadi sedikit.

Berdasarkan perhitungan taksa yang diwakili oleh perhitungan family-level

biotic index (FBI) yakni 6,46 dan 6,39 menyatakan bahwa nilai FBI dari stasiun 1 dan

2 berada pada tingkatan fairly poor atau cukup buruk dengan kemungkinan besar

tercemar bahan organik berdasarkan tabel klasifikasi kualitas air miliki HIlsenhoff

(1988). Sumber yang sama menyatakan bahwa semakin tinggi angka FBI

mengindikasikan bahwa suatu perairan semakin buruk kualitasnya.

Berdasarkan anilisis faktor fisiko-kimia mengindikasikan bahwa perairan

Ranu Lamongan pada rona lingkungan perkebunan tebu sedang tercemar bahan

organik, hal ini ditunjukkan oleh angka BOD yang melebihi baku mutu yakni 2 mg/l

(PP No. 82 tahun 2001). Angka BOD pada rona lingkungan perkebunan tebu berkisar

pada 6,14 – 10,25 mg/l. Berikut adalah gambar 5.5. yang mengambarkan rona

lingkungan perkebunan tebu.

KESIMPULAN

1. Komunitas Makroinvertebrata Bentik yang ditemukan di Ranu Lamongan terdiri

atas terdapat 6 ordo, 10 famili, 12 genus, dan 12 spesies Makroinvertebrata. 8

spesies di antaranya termasuk dalam kelas gastropoda, 2 spesies termasuk kelas

malacostraca dan 2 spesies termasuk dalam kelas insecta yakni Crocothemis

servilia (Nimfa), Hagenius brevistylus (Nimfa)`, Cancer sp, Palaemonetes

paludosus, Anentome helena, Melanoides tuberculata, Pseudocinna columella,

Lymnea auricularia, Bellamya javanica, Pila ampullacea, Ventrosia stagnorum,

Littoridina isabelleana

2. Indeks Keanekaragaman komunitas Makroinvertebrata Bentik di Ranu Lamongan

memiliki nilai sedang dan rendah

3. Kualitas air Ranu Lamongan pada setiap rona lingkungan yang dilihat dari

parameter fisiko-kimia dan Makroinvertebrata Bentik mengindikasikan bahwa

kualitas air Ranu Lamongan sedang berada dalam tingkatan cukup buruk dan

tercemar ringan-sedang oleh zat organik.

DAFTAR PUSTAKA

Agustiningsih, D., Sasongko, S., B., dan Sudarno. 2012. Analisis Kualitas Air dan Beban Pencemaran Berdasarkan Penggunaan Lahan di Sungai Blukar Kabupaten Kendal . Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Semarang, 11 September 2012.

Cairns, Jr., J dan Pratt, J. R. 1993. Freshwater Biomonitoring and Benthic Macroinvertebrates, D. M. Roseenberg and V. H. Resh edition. New York : Chapman & Hall..

Doods, W. Dan Whiles, M. 2010. Freshwater Ecology. San Diego : Elsevier..

Hilsenhoff, W. L. 1988. Rapid Field Assessment of Organic Pollution with a Family-level Biotic Index. Journal of the North American Benthological Society. Vol 7, No. 1, 65-68.

Goltenboth, F.. Timotius, K. H., Milan, P. P., Margraf, J. 2012. Ekologi Asia Tenggara : Kepulauan Indonesia. Jakarta : Salemba Teknika.

PP No. 20 Tahun 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air

PP No. 82 tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air.

Prayitno, M. B. dan Sabaruddin. 2010. Potensi Hidrologi Danau Dan Lahan Gambut Sebagai Sumberdaya Air (Studi Kasus: Danau Air Hitam, Pedamaran, Oki). Prosiding Seminar Nasional. ISBN 978-602-98295-0-1 (1582 – 1592).

Sittadewi, E. H. 2008. Fungsi Strategis Danau Tondano, Perubahan Ekosistem dan Masalah yang terjadi. Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 9, No.1 :59-66.

Tjokrokusumo, S., W. 2006. Bentik Makroinvertebrata Sebagai Bioindikator Polusi Lahan Perairan. J.Hidrosfir Vol. 1 (8:20)

Teddlie, C. dan Tashakkori,A. 2009. Foundation of Mixed Methods Research. California : SAGE publisher.

Wijayanti, H. 2007. Kajian Kualitas Perairan Di Pantai Kota Bandar Lampung Berdasarkan Komunitas Hewan Makrobenthos. Tesis. Semarang: Program Pascasarjana Universitas Diponegoro.

Zimmerman, M. C. 1993. The use of the biotic index as an indication of water quality. Tested Studies for laboratory teaching, Vol. 5 : 85-98.