Upload
vothuy
View
238
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA
TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA
(Penelitian di MTs Al-Inaayah Rawakalong Bogor)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)
Oleh :
Rizka Azizah 102017024006
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2010 M
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
Skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Tutor Sebaya Terhadap
Hasil Belajar Matematika” (Penelitian di MTs Al-Inaayah Rawakalong Gunung Sindur
Bogor)”, disusun oleh RIZKA AZIZAH Nomer Induk Mahasiswa : 102017024006, Telah
diujikan pada tanggal 28 Desember 2009 dan telah diterima dan disahkan oleh dewan penguji
skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Matematika UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Strata Satu (S-1) pada jurusan Pendidikan Matematika.
Jakarta, 28 Desember 2009
Sidang Munaqosah Tanggal Tanda Tangan
Ketua
Maifalinda Fatra,M.Pd. …………………. …………………. NIP.19700528 199603 2 002
Sekretaris
Otong Suhyanto, M.Si …………………. …………………. NIP.19681104 199903 1 001
Anggota
Penguji I,
Maifalinda Fatra,M.Pd. …………………. …………………. NIP.19700528 199603 2 002
Penguji II,
Dra. Afidah Mas’ud …………………. …………………. NIP.150228775
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. NIP.19571005 1987031 003
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Tutor Sebaya
Terhadap Hasil Belajar Matematika” (Penelitian di MTs Al- Inaayah
Rawakalong Gunung Sindur Bogor), yang disusun oleh Rizka Azizah Nomor
Induk Mahasiswa: 102017024006, Jurusan Pendidikan Matematika telah melalui
bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan
pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan fakultas.
Jakarta, Desember 2009
Yang Mengesahkan
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Ali Hamzah. M. Pd Drs. Bambang Aryan. M.Pd NIP 194803231982031001 NIP 131 974 684
i
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA
TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA
(Penelitian di MTs Al-Inaayah Rawakalong Gunung Sindur Bogor)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)
Oleh :
RIZKA AZIZAH
102017024006
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1430 H / 2010 M
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA
TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA
(Penelitian di MTs Al-Inaayah Rawakalong Gunung Sindur Bogor)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelas Sarjana Pendidikan (S. Pd)
OLEH :
RIZKA AZIZAH
102017024006
Dibawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Ali Hamzah. M. Pd Drs. Bambang Aryan. M.Pd NIP 194803231982031001 NIP 131 974 684
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1430 H / 2009 M
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Rizka Azizah
NIM : 102017024006
Jurusan / Semester : Pendidikan Matematika
Angkatan Tahun : 2002
Alamat : Jl. Tegal Parang Utara VI RT.006/04 No.14 Mampang
Prapatan Jakarta Selatan 12790
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA
Bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Tutor Sebaya
terhadap Hasil Belajar Matematika” (Penelitian di MTs Al-Inaayah
Rawakalong Gunung Sindur Bogor) Adalah benar hasil karya sendiri di bawah
bimbingan dosen:
Nama : 1. Drs. Ali Hamzah. M. Pd
NIP 194803231982031001
2. Drs. Bambang Aryan. M. Pd
NIP 131 974 684
Jurusan : Pendidikan Matematika
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap
menerima segala konsekwensi apabila ternyata skripsi ini bukan hasil karya
sendiri.
Jakarta, Desember 2009
Yang Menyatakan,
Rizka Azizah
ABSTRAK
RIZKA AZIZAH (102017024006) “Pengaruh Model Pembelajaran Tutor Sebaya terhadap Hasil Belajar Matematika” (Penelitian di MTs Al-Inaayah Rawakalong Gunung Sindur Bogor). Skripsi. Jakarta: Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009.
Proses pembelajaran harus memiliki karakteristik melayani keinginan dan
kebutuhan siswa, bukan transformasi pengetahuan menurut selera sekolah maupun pendidik. Model Pembelajaran Tutor Sebaya adalah penggubahan belajar yang meriah, dengan segala nuansanya, juga menyertakan segala kaitan, interaksi, dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar Matematika siswa yang menggunakan pembelajaran Tutor Sebaya dengan pembelajaran Konvensional. Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimen. Sampelnya adalah kelas VII-B dengan jumlah siswa 30 dan VII-C dengan jumlah siswa 29. Hasil penelitian yang dilakukan didapatkan rata-rata hasil belajar matematika kelas eksperimen sebesar 69,55 dan dikelas kontrol sebesar 63, pengujian hipotesisnya menggunakan uji “t” dengan hasil thitung 6,32 > ttabel 1,67 yang sebelumnya diuji prasyarat yaitu uji normalitas dan homogenitas. Dari hasil penelitian ini dapat dibuktikan bahwa Model pembelajaran Tutor Sebaya lebih baik dari pada model pembelajaran Konvensional, artinya terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar yang menggunakan model pembelajaran Tutor Sebaya dibanding model pembelajaran Konvensional. Kata Kunci: Model, Tutor Sebaya, Pembelajaran Matematika
ii
iii
KATA PENGANTAR
حيم الر محن الر اهللا بسم Puja, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para pengikutnya.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu tugas akhir akademis di Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta guna mencapai gelar sarjana pendidikan
matematika. Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat selesai atas bantuan
banyak pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu memberikan dorongan, baik moril maupun materil.
Ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada:
1. Prof. Dr. H. Dede Rosyada, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Maifalinda Fatra, M.Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Matematika, dan
Bpk. Otong Suhyanto, M.Si, sebagai Sekretaris Jurusan Pendidikan
Matematika yang telah memberikan bimbingan, nasihat, dan arahan.
3. Ibu Tita Khalis Maryati, M.Kom, Dosen Penasehat Akademik, yang sudah
memberikan bimbingan, nasehat, serta memotivasi penulis dari awal
semester sampai akhir semester.
4. Bapak Drs. Ali Hamzah. M. Pd, Dosen Pembimbing I, dan Bapak
Bambang Aryan, M.Pd., Dosen Pembimbing II yang sudah memberikan
bimbingan, arahan, nasihat, dan semangat yang takkan terlupakan dan
akan membekas dihati
5. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Matematika, Universitas Islam Negeri
Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada
penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang bapak dan ibu
berikan mendapat keberkahan dari Allah SWT. Amin.
iv
6. Bapak Sukron SH. S.Ag, kepala MTs Al-Inaayah, Guru Bidang Studi
Matematika Bapak Suyatno, M.Pd., dan Bapak Suherman, S.Si, dan
seluruh karyawan dan guru yang telah memperkenankan penulis untuk
penelitian dan memberikan segala fasilitas yang dibutuhkan dalam
penelitian ini.
7. Pimpinan dan staf Perpustakaan fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan perpustakaan
Jurusan Pendidikan Matematika yang telah memberikan fasilitas kepada
penulis untuk menelaah serta memberi pinjaman sumber literatur yang di
perlukan.
8. Teristimewa untuk kedua orang tuaku, Ayahanda tersayang Ma’mun dan
Ibunda tercinta Nadjibah, yang tak henti-hentinya mendoakanku,
mendidik, memotivasi, selalu sabar dan selalu memberikan limpahan kasih
sayang kepadaku, terimakasih atas segalanya, hanya Allah SWT, yang
dapat membalasnya, semoga penulis dapat memberikan yang terbaik untuk
kalian.
9. Untuk Kakandaku Ahmad Subhan yang telah memberikan pinjaman
komputer dan WARNET-nya (laatansa Computer) dalam pencarian bahan
skripsi yang diperlukan, kakanda dan adikku Nurhasri Ainun, Nurul
Inaayah dan yang lainnya yang selalu cerewet memberikan motivasinya
agar cepat dalam penyelesaian skripsi ini.
10. Sahabat-sahabatku yang baik hati tempat curhat dikala duka maupun suka
Ningrum (terima kasih atas bantuannya dalam penyelesaian skripsi ini),
Ayu, Wiyah, Ikam, dan Teman-teman Angkatan 2002 A dan B, Yang
tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih atas kebersamaan dalam
melewati hari-hari kuliah yang penuh suka dan duka, karena kalianlah
hari-hari kuliah menjadi sangat menyenangkan dan berwarna.
Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada semua pihak yang tidak dapat
disebutkan satu persatu, mudah-mudahan bantuan, bimbingan, arahan, dan do’a
yang telah diberikan menjadi amal shaleh dan diterima oleh allah SWT. Serta
v
balasan yang berlipat ganda, amin. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pengembangan ilmu pengetahuan umumnya.
Jakarta, Desember 2009
Penulis
DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH............................................... i
ABSTRAKSI................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR.................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x
BAB I : PENDAHULUAN .................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .......................................................... 8
C. Pembatasan Masalah ......................................................... 8
D. Perumusan Masalah .......................................................... 8
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ....................................... 9
BAB II : LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN
PENGAJUAN HIPOTESIS .................................................. 10
A. Landasan Teori .................................................................. 10
1. Pembelajaran Matematika............................................ 10
2. Model Pembelajaran .................................................... 14
3. Pembelajaran Tutor Sebaya......................................... 16
4. Pembelajaran Konvensional......................................... 21
5. Belajar dan Hasil Belajar Matematika ......................... 23
a. Definisi Belajar ...................................................... 23
b. Tujuan Belajar........................................................ 26
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar 27
vi
d. Hasil Belajar........................................................... 27
6. Pecahan ........................................................................ 31
a. Pecahan dan Lambangnya...................................... 31
b. Perbandingan, Bentuk Desimal dan Persen ........... 34
c. Operasi Pada Pecahan ............................................ 37
B. Kerangka Berpikir.............................................................. 40
C. Pengajuan Hipotesis ........................................................... 41
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN.......................................... 42
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................ 42
B. Metode Penelitian .............................................................. 42
C. Popupasi dan Sampel ........................................................ 43
D. Tehnik Pengumpulan Data................................................. 44
E. Instrumen Penelitian .......................................................... 45
1. Uji Validitas ................................................................. 45
2. Uji Reabilitas................................................................ 46
3. Pengujian Taraf Kesukaran.......................................... 46
F. Tehnik Analisis Data.......................................................... 48
1. Uji Normalitas.............................................................. 48
2. Uji Homogenitas .......................................................... 48
3. Uji Hipotesis Penelitian ............................................... 49
BAB IV : HASIL PENELITIAN .......................................................... 51
A. Deskripsi Data.................................................................... 51
1. Hasil Belajar Matematika............................................. 51
2. Data Hasil Pengamatan ................................................ 55
B. Pengujian Prasyarat............................................................ 56
1. Uji Normalitas.............................................................. 57
2. Uji Homogenitas .......................................................... 57
vii
C. Pengujian Hipotesis............................................................ 58
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN............................................. 61
A. Kesimpulan ........................................................................ 61
B. Saran................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 63
LAMPIRAN – LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Hirarkis pendekatan, Strategi, Metode, Tehnik dan Model
Pembelajaran ................................................................................. 16
Tabel 2 Desain Penelitian............................................................................ 43
Table 3 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian....................................................... 44
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Kelas Eksperimen ................... 52
Tabel 5 Rekapitulasi Hasil Belajar Kelas Eksperimen................................ 53
Tabel 6 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Kelas Kontrol.......................... 54
Tabel 7 Rekapitulasi Hasil Belajar Kelas Kontrol ...................................... 55
Tabel 8 Uji Normalitas Hasil Belajar Matematika Kelas Eks..................... 56
Tabel 9 Uji Normalitas Hasil Belajar Matematika Kelas Kontrol .............. 57
Tabel 10 Uji Validitas Tes Hasil Belajar Siswa............................................ 99
Tabel 11 Uji Validitas Tes Hasil Belajar Siswa (yang valid) ....................... 100
Tabel 12 Uji Reabilitas Tes Kemampuan Siswa........................................... 101
Tabel 13 Taraf Kesukaran Soal..................................................................... 102
Tabel 14 Daya Beda Soal ............................................................................. 103
Tabel 15 Uji Normalitas Kelompok Eksperimen.......................................... 106
Tabel 16 Uji Normalitas Kelompok Kontrol................................................. 106
Tabel 17 Uji Homogenitas ............................................................................ 107
Tabel 18 Nilai- nilai r Product Moment ........................................................ 108
Tabel 19 Nilai Kritis untuk Uji Liliefors....................................................... 109
Tabel 20 Luas dibawah Lengkungan Kurva Normal .................................... 110
Tabel 21 Nilai Persentil untuk Distribusi F................................................... 111
Tabel 22 Nilai Persentil untuk Distribusi t.................................................... 112
Tabel 23 Nilai t untuk berbagai df ............................................................... 113
ix
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen .......... 66
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol................. 80
Lampiran 3 Pembagian Kelompok Belajar Kelas Eksperimen ................... 94
Lampiran 4 Instrumen Penelitian ................................................................ 95
Lampiran 5 Kunci Jawaban ......................................................................... 98
Lampiran 6 Perhitungan Uji Validitas Tes Kemampuan Siswa .................. 99
Lampiran 7 Rekap Hasil Uji Validitas yang Valid...................................... 100
Lampiran 8 Perhitungan Uji Reabilitas ....................................................... 101
Lampiran 9 Perhitungan Taraf Kesukaran Soal........................................... 102
Lampiran 10 Daya Beda Soal ........................................................................ 103
Lampiran 11 Perhitungan Daftar Frekuensi Kelompok Eksperimen ............ 104
Lampiran 12 Perhitungan Daftar Frekuensi Kelompok Kontrol ................... 105
Lampiran 13 Uji Normalitas kelompok Eksperimen dan kontrol ................. 106
Lampiran 14 Uji Homogenitas ...................................................................... 107
Lampiran 15 Surat Bimbingan Skripsi .......................................................... 114
Lampiran 16 Surat Izin Penelitian ................................................................. 115
Lampiran 17 Surat Bukti Penelitian dari Sekolah ......................................... 116
Lampiran 18 Uji Referensi ............................................................................ 117
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan
manusia terlebih pada masa kini, pendidikan merupakan suatu kebutuhan. Dunia
pendidikan dituntut untuk lebih memberikan kontribusi yang nyata dalam upaya
meningkatkan kemajuan bangsa. Selain itu pendidikan juga dituntut untuk
membentuk manusia yang berakhlak mulia, kreatif, mandiri dan bertanggung
jawab, yang semuanya itu berdasarkan atas ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa
Muhibbin Syah mengatakan “Pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah
proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan,
pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan”.1 Bisa
dikatakan bahwa setiap Negara atau bangsa selalu menyelenggarakan pendidikan
demi cita-cita nasional bangsa yang bersangkutan. Hal yang bersangkutan dengan
pendidikan itu tertuang dalam undang-undang system pendidikan nasional bab II
pasal 3 yang berbunyi :
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab.2 “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
1Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung:PT. Rosda Karya, 2003), edisi revisi, h.10 2 Departemen Agama RI Direktorat jenderal Kelembagaan Agama Islam, Memahami
Paradigma Baru Pendidikan Nasional dalam UNDANG-UNDANG SISDIKNAS, (Jakarta : Agustus 2003), hal. 37
2
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.”3 Menurut Ahmad D. Marimba
“Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik
terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya
kepribadian yang utama”.4
Sedangkan dalam Islam pendidikan hal yang sangat urgent karena itu
seseorang yang memiliki pengetahuan atau ilmu mempunyai kedudukan atau
derajat yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak berilmu. Hal ini
sesuai dengan firman Allah SWT :
☺ ☺
) 11 :لة د المجا (
Artinya “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah
Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS:Al-Mujadilah :11)
Begitu pula dalam Hadist Rosulullah SAW bersabda:
ي الهد الي المهدي من مالعل اطلب Artinya :“Tuntutlah ilmu dari buaian hingga ke liang kubur
Sudah menjadi kenyataan bahwa dunia pendidikan adalah dunia yang
penuh kritik. Diakui oleh Mastuhu bahwa debat akademik mengenai masalah
pendidikan tidak pernah selesai. Menurutnya, hal ini disebabkan karena salah satu
keunikan dalam kehidupan manusia tidak pernah sepi dari nilai-nilai luhur yang
3 http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan 4Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu pendidikan, (Jakarta :PT. Raja Grafindo persada, 2001), cet.
Kedua, Hal. 3
3
dicita-citakan. Sejalan dengan itu, Malik Fajar berpendapat bahwa “pendidikan
dapat dipahami sebagi pemberi corak hitam putihnya perjalanan hidup
seseorang”.5 Oleh karenanya pendidikan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dengan hidup dan kehidupan manusia.
Pendidikan bukanlah suatu hal yang statis atau tetap, melainkan suatu hal
yang dinamis sehingga menuntut adanya suatu perubahan atau perbaikan secara
terus menerus. Perubahan dapat dilakukan dalam hal metode mengajar, buku-
buku, alat-alat laboratorium, maupun materi-materi pelajaran. Matematika
merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam
pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari waktu jam pelajaran sekolah lebih banyak
dibanding pelajaran lain. Pelajaran matematika dalam pelaksanaan pendidikan
diberikan kepada semua jenjang
Matematika dari tahun ke tahun berkembang semakin meningkat sesuai
dengan tuntutan zaman. Tuntutan zaman mendorong manusia untuk lebih kreatif
dalam mengembangkan atau menerapkan matematika sebagai ilmu dasar. Salah
satu hambatan dalam pelajaran matematika adalah bahwa siswa kurang tertarik
pada matematika. Banyak siswa yang mengalami kesulitan bila mengahadapi
soal-soal matematika. Hal ini dapat mengakibatkan prestasi belajar matematika
sangat rendah bila dibandingkan dengan mata pelajaran lain.Keadaan ini sangat
ironis dengan kedudukan dan peran matematika untuk pengembangan ilmu dan
pengetahuan, mengingat matematika merupakan induk ilmu pengetahuan.
Matematika saat ini belum menjadi pelajaran yang difavoritkan. Alih-alih
difavoritkan, mata pelajaran ini kerap dianggap momok bagi sebagian besar
peserta didik.
Tugas pendidik matematika menjadi ganda. Pertama, bagaimana materi
ajar sampai kepada peserta didik sesuai dengan standar kurikulum. Kedua,
bagaimana proses pembelajaran berlangsung dengan pelibatan peserta didik
secara penuh, dalam artian proses pembelajaran yang berlangsung dapat berjalan
dengan menyenangkan. Sebuah tantangan bagi pendidik matematika untuk
senantiasa berpikir dan bertindak kreatif di tengah kegetiran nasib guru. Namun,
5 Suwito, Pendidikan yang Memberdayakan, IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2002, hal.1
4
penulis yakin masih banyak pendidik yang menanggapi kegetiran hidup dengan
sikap optimistik dan penuh tanggung jawab terhadap tugas dan kewajiban sebagai
pendidik.
Pendidikan di Indonesia, khususnya pendidikan Matematika masih
terbilang buruk. Menurut Zulkardi dalam makalahnya beliau mengatakan :
“Masalah utama dalam pendidikan di Indonesia adalah rendahnya hasil belajar
murid di sekolah. Dalam konteks pendidikan matematika hasil belajar tidak hanya
pada aspek kemampuan mengerti matematika sebagai pengetahuan atau kognitif
tetapi juga aspek sikap (attitude) terhadap matematika”.6
Kenyataan menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran masih banyak
para pengajar pelajaran matematika yang menggunakan satu jenis model
pengajaran yang dianggap konvensional, sehingga pola pengajaran matematika
tidak mengalami perubahan apalagi perkembangan. Jika dalam pengajaran
matematika tidak menggunakan metode, strategi, tehnik, dan model pembelajaran
yang tepat, maka materi matematika yang cukup rumit akan bertambah rumit.
Dengan demikian penggunaan metode, strategi, tehnik dan model pembelajaran
dalam pelajaran matematika dipandang cukup penting.
Nilai ujian nasional (UN) oleh mayoritas diasumsikan sebagai tanda
sukses tidaknya seseorang dalam menyelesaikan studinya di sekolah, dan
beberapa yang dinyatakan tidak lulus dikarenakan nilai matematikanya tidak
memenuhi standar kelulusan yang telah ditetapkan. Standar kelulusan UN setiap
tahun akan dinaikkan. Tahun lalu standar kelulusan untuk setiap mata pelajaran
yang diujikan adalah 5,25. Tetapi untuk tahun 2010, Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP) menaikkan standar kelulusan menjadi 5,5.7
Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya nilai UN yang dicapai oleh
siswa SMP. Pertama, kurangnya motivasi siswa didik untuk meraih nilai
akademis yang tinggi. Hal itu disebabkan oleh situasi dan kondisi pendidikan
dalam lingkungan keluarga yang kurang mendukung. Kedua, merebaknya sikap
6 Zulkardi, Peningkatan Mutu Pendidikan Matematika melalui mutu Pembelajaran, diambil
dari sebuah artikel dalam situs www.pmri.or.id, tahun 2003 7http://demosainscreative.wordpress.com/2009/07/31/standar-kelulusan-ujian-nasional-2010-
naik-lagi/
5
instan yang melanda kehidupan kaum remaja. Hal ini disebabkan oleh kuatnya
sikap permisif masyarakat yang cenderung membiarkan berbagai perilaku anomali
sosial berlangsung di tengah-tengah panggung kehidupan sosial. Masyarakat yang
seharusnya menjadi kekuatan kontrol untuk ikut menanggulangi berbagai
persoalan sosial yang kurang sehat cederung bersikap permisif dan masa bodoh.
Sikap instan yang ingin meraih sukses tanpa kerja keras pun dinilai sebagai hal
yang yang wajar terjadi. Ketiga, guru dinilai kurang kreatif dalam melakukan
inovasi pembelajaran, baik dalam pemilihan materi ajar, metode pembelajaran,
maupun media pembelajaran, sehingga siswa didik cenderung pasif dan bosan
dalam menghadapi atmosfer pembelajaran di kelas. Suasana kelas bagaikan
“kerangkeng penjara” yang pengap dan sumpek; tanpa ada celah “kebebasan”
bagi peserta didik untuk menikmati kegiatan pembelajaran yang menarik dan
menyenangkan. Yang lebih mencemaskan, siswa didik diperlakukan bagaikan
“tong sampah” ilmu pengetahuan yang hanya sekadar menjadi penampung ilmu,
tanpa memiliki kesempatan untuk melakukan pendalaman, refleksi dan dialog.
Rendahnya minat belajar matematika disebabkan karena matematika terasa
sulit dan banyak guru matematika mengajarkan materi-materi dengan
menggunakan metode yang tidak menarik, dimana guru menerangkan materi
(Teacher telling) sementara murid mencatat pelajaran.8 Metode yang tidak
menarik tersebut menyebabkan murid menjadi malas dalam belajar dan tidak
memiliki keinginan untuk memperdalam pelajaran tersebut.
Berdasarkan pengalaman empiris, kurang kreatifnya guru dalam
melakukan inovasi pembelajaran memiliki pengaruh yang cukup signifikan
terhadap kemampuan siswa dalam dalam menguasai kompetensi yang seharusnya
dicapai. Metode drill yang dilakukan menjelang pelaksanaan UN, dinilai terlalu
banyak memberikan intervensi dan tekanan psikologis kepada siswa. Akibatnya,
siswa cenderung hanya mampu menjadi penghafal kelas wahid daripada menjadi
seorang pembelajar yang haus ilmu pengetahuan. Mereka diperlakukan secara
8 Sawali, Diskusi kelompok terbimbing model tutor sebaya,
http://sawali.info/2007/12/29/diskusi-kelompok-terbimbing-model-tutor-sebaya/, 29 December
2007
6
mekanis bagaikan robot sehingga tidak memiliki kesempatan untuk melakukan
refleksi dan pendalaman materi ajar.
Matematika diakui penting, tetapi sulit dipelajari. Maka tidak jarang siswa
yang awalnya menyenangi pelajaran matematika, beberapa bulan kemudian
menjadi tidak acuh sikapnya. Mungkin salah satu penyebabnya adalah cara
mengajar guru tidak cocok baginya. Guru hanya mengajar dengan satu metode
yang kebetulan tidak cocok dan sukar dimengerti oleh siswa.
Seorang guru dituntut untuk menguasa berbagai model-model
pembelajaran, di mana melalui model pembelajaran yang digunakannya akan
dapat memberikan nilai tambah bagi anak didiknya. Selanjutnya yang tidak kalah
pentingnya dari proses pembelajarannya adalah hasil belajar yang optimal atau
maksimal. Dalam membelajarkan matematika kepada siswa, apabila guru masih
menggunakan paradigma pembelajaran lama dalam arti komunikasi dalam
pembelajaran matematika cenderung berlangsung satu arah umumnya dari guru ke
siswa, guru lebih mendominasi pembelajaran maka pembelajaran cenderung monoton
sehingga mengakibatkan peserta didik (siswa) merasa jenuh dan tersiksa.
Oleh karena itu dalam membelajarkan matematika kepada siswa, guru
hendaknya lebih memilih berbagai variasi pendekatan, strategi, metode yang sesuai
dengan situasi sehingga tujuan pembelajaran yang direncanakan akan tercapai. Perlu
diketahui bahwa baik atau tidaknya suatu pemilihan model pembelajaran akan
tergantung tujuan pembelajarannya, kesesuaian dengan materi pembelajaran, tingkat
perkembangan peserta didik (siswa), kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran serta mengoptimalkan sumber-sumber belajar yang ada.
Salah satu model pembelajaran di antaranya adalah model pembelajaran
kooperatif yaitu suatu model pembelajaran yang menggunakan kelompok-kelompok,
dengan kekhasan dari model tersebut adalah setiap siswa dalam kelompok-kelompok
yang mempunyai tingkat kemampuan, budaya, etnis, sosial yang berbeda-beda,
mengutamakan kerja sama untuk menyelesaikan permasalahan serta menerapkan
pengetahuan dan keterampilan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
7
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-
tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting.9 Menurut Depdiknas tujuan pertama
pembelajaran kooperatif, yaitu meningkatkan hasil akademik, dengan
meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademiknya. Siswa yang lebih
mampu akan menjadi nara sumber bagi siswa yang kurang mampu, yang memiliki
orientasi dan bahasa yang sama. Sedangkan tujuan yang kedua, pembelajaran
kooperatif memberi peluang agar siswa dapat menerima teman-temannya yang
mempunyai berbagai perbedaan latar belajar. Perbedaan tersebut antara lain
perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial. Tujuan penting
ketiga dari pembelajaran kooperatif ialah untuk mengembangkan keterampilan
sosial siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud antara lain, berbagi tugas, aktif
bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya,
mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.
Pembelajaran tutor sebaya merupakan salah satu model pembelajaran
kooperatif. Pengajaran tutor sebaya ini dapat dipandang sebagai reaksi terhadap
pengajaran klasikal dengan kelas yang terlampau besar dan padat sehingga guru
atau tenaga pengajar tak dapat memberikan bantuan individual, bahkan sering
tidak mengenal para pelajar seorang demi seorang. Selain itu para pendidik
mengetahui bahwa para siswa menunjukkan perbedaan dalam cara-cara belajar.
Pengajaran klasikal yang menggunakan proses belajar-mengajar yang sama bagi
semua siswa tidak akan sesuai bagi kebutuhan dan kepribadian setiap siswa. Maka
karena itu perlu dicari sistem pengajaran yang membuka kemungkinan
memberikan pengajaran bagi sejumlah besar siswa dan di samping itu memberi
kesempatan bagi pengajaran tutor sebaya.
Pada Skripsi ini akan dijelaskan suatu model pembelajaran kooperatif yang
berpotensi membuat siswa sebagai pusat pembelajaran. Salah satunya pembelajaran
kooperatif model tutor sebaya. Dengan diadakannya penelitian tentang pembelajaran
model tutor sebaya diharapkan dapat memberikan motivasi kepada siswa agar
memperoleh hasil belajar yang baik khususnya dalam mata pelajaran matematika.
9http://downloads.ziddu.com/downloadfile/5235567/MetodePembelajarankooperatif.doc.html
8
Berdasarkan permasalahan di atas, penulis sangat tertarik untuk meneliti
dan mengajukannya dengan judul skripsi “Pengaruh Model Pembelajaran Tutor
Sebaya Terhadap Hasil Belajar Matematika”.
B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan
sebagai berikut :
1. Masih rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika.
2. Kurang tepatnya model pembelajaran yang digunakan seorang guru
matematika dalam menyampaikan pokok bahasan tertentu akan
mempengaruhi hasil belajar siswa
3. Pada saat proses balajar matematika, banyak guru yang kurang
memperhatikan apakah siswanya dapat menerima prosedur pembelajaran
yang dilakukan.
C. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini terarah, mendalam dan tidak terlalu luas jangkauannya,
maka penelitian ini difokuskan pada :
1. Subjek penelitian adalah siswa MTs Al-Inaayah Rawakalong Gunung
Sindur Bogor Kelas VII semester 1
2. Model pembelajaran pada penelitian ini menggunakan model tutor sebaya
dalam kelompok. Sedangkan pembelajaran konvensional lebih cenderung
pada ceramah (guru menanamkan pengetahuan kepada siswa)
3. Hasil belajar mata pelajaran Matematika dibatasi pada ranah kognitif pada
pokok bahasan materi pecahan.
9
D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah tersebut di
atas, permasalahan yang dapat dirumuskan adalah : “Apakah Terdapat perbedaan
Hasil belajar Matematika siswa yang diajar dengan pembelajaran tutor sebaya
dengan siswa yang diajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional?”
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, maka penelitian ini bertujuan
untuk:
1) Mengetahui pengaruh dari pada tutor sebaya terhadap hasil belajar
matematika siswa
Adapun kegunaan dari penelitian ini memiliki dua kegunaan. Yaitu :
1) Kegunaan Praktis
Hasil penelitian yang mengungkap pembelajaran matematika dengan
menggunakan metode tutor sebaya terhadap hasil belajar matematika
siswa ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi para guru
ataupun para pemegang kebijakan sekolah untuk diterapkan pada
pembelajaran matematika ataupun pada pelajaran yang lainnya.
2) Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan melengkapi
khasanah dalam dunia pendidikan, khususnya pada pembelajaran
matematika disekolah Madrasah Tsanawiyah Al-Inaayah
10
BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR
DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
1. Pembelajaran Matematika
Istilah pembelajaran merupakan padanan dari kata dalam bahasa inggris
“Intruction” yang berarti proses membuat orang belajar1. Tujuannya ialah
membantu orang belajar atau memanipulasi (merekayasa) lingkungan sehingga
memberi kemudahan bagi orang yang belajar.“Pembelajaran adalah suatu proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar.”2 Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat
terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan
tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata
lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar
dengan baik.
Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan
pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukan
dalam berbagai bentuk, seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan
tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek
lain yang ada pada individu yang belajar. 3 Hakikat belajar sebenarnya adalah
proses pembelajaran, yaitu proses berubahnya tingkah laku siswa melalui berbagai
pengalaman yang dilaluinya. Proses belajar atau proses berubahnya tingkah laku
tersebut dapat berjalan dengan efektif dan efisien apabila didukung oleh faktor-
faktor yang selalu mempengaruhi belajar siswa.
Proses belajar adalah interaksi atau hubungan timbal balik antara siswa
dengan guru dan antara sesama siswa dalam proses pembelajaran. Pengertian
1 Jhon Echols dan Hasan Sadily, Kamus Bahasa Inggris-Indonesia, (Jakarta:
Gramedia,1995) 2 http://id.wikipedia.org/wiki/pembelajaran, diakses tanggal 9 Oktober 2009. 3 Nana Sudjana, Cara Belajar siswa aktif dalam Proses Belajar Mengajar, ( Jakarta:Sinar
Baru,1996 ), cet ke-3, hal.5
11
interaksi mengandung unsur saling memberi dan menerima. Dalam interaksi
belajar mengajar ditandai sejumlah unsur yaitu : tujuan yang hendak dicapai,
siswa, guru, dan sumber belajar lainnya, bahan atau materi pelajaran, metode yang
digunakan untuk menciptakan situasi belajar mengajar.
Matematika adalah ilmu yang sangat dibutuhkan manusia dan kental
dengan kehidupannya sejak awal kehidupan dunia ini. Sebagai ilustrasi beberapa
pertanyaan ini dapat menjadi perbandingan dan bahan renungan, seperti:
Dapatkah kita membayangkan bagaimana dunia ini sekarang seandainya
matematika tidak ada? Dapatkah kita mendengarkan radio, melihat televisi, naik
kereta api, mobil atau pesawat terbang, berkomunikasi lewat telepon atau
Handphone (HP), dan lain sebagainya? Dapatkah kita membayangkan kacaunya
dunia ini seandainya orang tidak bisa berhitung secara sederhana, tidak bisa
memahami ruang di mana dia tinggal, tidak bisa memahami harga suatu barang di
suatu supermarket? Apa yang terjadi seandainya orang Malang mengatakan 7 + 5
= 12, sedangkan orang Surabaya berpendapat 7 + 5 = 75, atau kejadian-kejadian
yang lain.
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan
teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan
memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi
informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di
bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit.
Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan
matematika yang kuat sejak dini.
Pelaksanaan pembelajaran matematika juga dimulai dari yang sederhana
ke kompleks. Menurut Karso matematika mempelajari tentang pola keteraturan,
tentang struktur yang terorganisasikan. Konsep-konsep matematika tersusun
secara hirarkis, terstruktur, logis, dan sistematis mulai dari konsep yang paling
sederhana sampai pada konsep yang paling kompleks.4 Matematika merupakan
ide-ide abstrak yang diberi simbol-simbol, maka konsep matematika harus
4 Syarifuddin, Pembelajaran Matematika Sekolah, http://syarifartikel.blogspot.com/,
Jumat 10 Juli 2009
12
dipahami lebih dulu sebelum memanipulasi simbol-simbol tersebut. Mempelajari
konsep B yang mendasarkan pada konsep A. Seseorang perlu memahami konsep
A terlebih dahulu. Tanpa memahami konsep A tidak mungkin orang tersebut
dapat memahami konsep B. ini berarti bahwa mempelajari matematika haruslah
bertahap dan berurutan serta mendasarkan pada pengalaman belajar yang lalu.
Seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu didasari pada
apa yang diketahuinya. Karena itu untuk mempelajari suatu materi matematika
yang baru, pengalaman belajar yang lalu dari orang tersebut itu akan
mempengaruhi terjadinya proses belajar matematika.
Matematika sebagai disiplin ilmu memiliki beberapa predikat dalam
jajaran ilmu-ilmu yang lain. Dikalangan pelajar matematika mendapat predikat
tambahan yaitu sebagai suatu mata pelajaran yang tidak disukai, seperti yang
dikatakan oleh Russefendi bahwa matematika bagi anak-anak merupakan
pelajaran yang tidak disenangi.5 Namun menurut Ery Soekresno dan Irwan
Rinaldi, Setiap orang dapat menikmati matematika. Sebab, matematika adalah
ilmu pengetahuan yang dapat dipelajari. Kalaupun menemui kesulitan banyak
faktor yang menjadi penyebabnya. Seperti, faktor psikologis yang ada dalam
benak bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit.6
Karena itu, dalam pembelajaran matematika di sekolah, guru hendaknya
memilih dan mengunakan strategi, pendekatan, metode, tehnik dan model yang
banyak melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik maupun
sosial. Menurut petunjuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di sekolah,
bahwa penerapan strategi yang dipilih dalam pembelajaran matematika haruslah
bertumpu pada dua hal, yaitu: Optimalisasi interaksi semua unsur pembelajaran
dan optimalisasi keterlibatan seluruh indra siswa7.
Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa dari
Sekolah Dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis,
5 E.T. Russefendi, Pengajaran Matematika Modern, (Bandung : Tarsito, 1988), h.134 6 Ery Soekresno dan Irawan Rinaldi, 8 Kiat Anak Mencintai Matematika, (Bandung: Asy
Syaamil, 2001), h.2 7 Erman Suherman, DKK, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Jurusan
Pendidikan Matematika, UPI, Hal. 63
13
sistematis, kritis, dan kreatif, serta berkemampuan bekerja sama. Kompetensi
tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh,
mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang
selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Namun demikian, walaupun
matematika memiliki peran yang sangat besar, matematika masih menjadi
”momok” bagi kebanyakan siswa. Nilai Ujian Akhir Sekolah tahun 2007 di
Kecamatan Wonosobo baru mencapai 7,00. Jika dibandingkan dengan standar
ideal Kurikulum 2006 yang mengidealkan ketercapaian materi 75%, maka nilai ini
masih jauh dari yang diharapkan.8
Agar tujuan pembelajaran Matematika dapat tercapai maksimal, maka
harus diupayakan agar semua siswa lebih mengerti dan memahami materi yang
diajarkan daripada harus mengejar target kurikulum tanpa dibarengi pemahaman
materi. Dalam prakteknya, pembelajaran berorientasi pada siswa ini dapat
dilaksanakan dengan cara pendampingan siswa satu persatu atau per kelompok.
Penjelasan materi dan contoh pengerjaan soal diberikan secara klasikal di depan
kelas. Kemudian ketika siswa mengerjakan latihan soal guru (beserta asistennya)
keliling untuk memperhatikan siswa secara personal. Tugas guru adalah
membantu siswa agar dapat menyelesaikan tugasnya sampai benar. Siswa yang
pandai akan mendapat perhatian yang kurang sementara siswa yang lemah akan
mendapat perhatian yang lebih intensif.9
Penyampain bahan ajar perlu beragam, bahkan mungkin tidak harus terus
menerus dilaksanakan dalam kelas. Disini, kreatifitas guru sangat penting untuk
mengembangkan model-model pembelajaran yang secara khusus cocok dengan
kelas yang dibinanya termasuk segala hal yang berkaitan dengan pembelajaran,
baik sarana maupun prasarana, dalam arti seorang guru jangan memaksa
kehendaknya kepada siswanya.
Ada dua hal penting yang merupakan bagian dari tujuan pembelajaran
matematika yaitu: pembentukan sifat berfikir kritis dan kreatif. Untuk pembinaan
8 Andriana Sutinah, Makalah Pembelajaran Interaktif berbasis multimedia di Sekolah
Dasar, http://media.diknas.go.id/media/document/4271.pdf, 2006 9 Abdul Halim Fathani, Membuat Matematika Lebih Bergairah, 26 April 2008,
http://p4tkmatematika.com/web - p4tkmatematika.com
14
hal tersebut, seorang guru perlu memperhatikan daya imajinasi dan rasa ingin tahu
siswa. Dengan demikian, siswa mendapat kesempatan bertanya dan berpendapat,
sehingga diharapkan proses pembelajaran matematika lebih bermakna.
Tujuan Pembelajaran matematika disekolah mengacu kepada fungsi
matematika serta kepada tujuan pendidikan nasional yang telah dirumuskan dalam
Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) diungkapkan dalam Garis-garis Besar
Program Pengajaran (GBPP) matematika, bahwa tujuan umum diberikan
matematika pada jenjang pendidikan dasar dan menengah meliputi dua hal, yaitu :
Pertama, Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan
didalam kehidupan dan didunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak
atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan efisien.
Kedua, mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola
pokir matematika dalam kehidupan sehari-haridan dalam mempelajari berbagai
ilmu pengetahuan.10
2. Model Pembelajaran
Model dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai “pola,
contoh, acuan dan ragam”.11 Dalam kamus lain dijelaskan bahwa “Model adalah
pola dari sesuatu yang akan dibuat, contoh dari sesuatu yang akan dibuat.”12
Model dalam kamus bahasa inggris adalah “Design or kind of Product.”13
Sedangkan menurut Salamah “Model pembelajaran merupakan suatu rencana
mengajar yang memperhatikan pola pembelajaran tertentu.”14 Dari pengertian
tersebut disimpulkan bahwa model adalah contoh yang akan dilakukan sehingga
menghasilkan sesuatu. Model-model pembelajaran berkembang sesuai dengan
perkembangan kebutuhan peserta didik. Guru yang profesional dituntut mampu
pengembangkan model perbelajaran, baik teoritik maupun praktek, yang meliputi
10 Erman Suherman dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer,……Hal.58 11 http://pusatbahasa.diknas.go.id/diakses tanggal 8 Nov 2009 12Eko Hadi Wiyono, Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, (Jakarta: Palanta, 2007), hal. 410 13 Oxford Leaner’s Pocket Dictionary. 1995, New York, Oxford University Press, Walton
Street, hal. 267 14 http://downloads.ziddu.com
15
aspek-aspek, konsep, prinsip, dan teknik. Memilih model yang tepat merupakan
persyaratan untuk membantu siswa dalam rangka mencapai tujuan pengajaran.
Dikutip dari Shuel oleh Kevin Barry dan Len king, “Learning is enduring
change in behavior, or in the capacity to behave in a given fashion, which results
from practice or other form of experience”. Dari pembelajaran dapat mengubah
tingkah laku atau dalam kapasitas pembentukan karakteryang didapat dari latihan
dan pengalaman.”15 Definisi lain “pembelajaran adalah proses yang disengaja
yang menyebabkan siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk
melakakukan kegiatan pada situasi tertentu.”16
Gunter et al (1990:67) mendefinisikan an instructional model is a step-by-
step procedure that leads to specific learning outcomes. Joyce & Weil (1980)
mendefinisikan model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang digunakan
sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran. Dengan demikian, model
pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar. Jadi model pembelajaran cenderung preskriptif, yang relatif sulit
dibedakan dengan strategi pembelajaran. An instructional strategy is a method for
delivering instruction that is intended to help students achieve alearning objective
(Burden & Byrd, 1999:85).17
Menurut Ahmad Sudrajat “Model pembelajaran pada dasarnya merupakan
bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara
khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau
bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.”18
seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan
15 Kevin Barry dan Len king, Beginning Teaching and Beyond, Third edition, (Australia:
Thomson, 2006), hal. 8 16 Siti Djuwariyah, Penerapan Metode Belajar Aktif sebagai upaya Meningkatkan
Prestasi Belajar pada Siswa kelas 6, (Probolinggo: Diknas Probolinggo, 2007), hal.4 17 www.freewebs.com/.../MODEL_MODEL_PEMBELAJARAN.pdf 18 Akhmad Sudrajat, Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, dan
Model Pembelajaran.12 September 2008, http://www.psb-psma.org/content/blog/pengertian-pendekatan-strategi-metode-teknik-taktik-dan-model-pembelajaran
16
strategi pembelajaran. Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing
istilah tersebut, kiranya dapat divisualisasikan sebagai berikut:
Tabel 1
Hirarkis pendekatan, Strategi, Metode, Tehnik dan Model Pembelajaran
Model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi,
metode atau prosedur pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai 4 ciri
khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode pembelajaran :
1) Rasional teoritis yang logis yang disusun oleh pendidik.
2) Tujuan pembelajaran yang akan dicapai
3) Langkah-langkah mengajar yang duperlukan agar model pembelajaran
dapat dilaksanakan secara optimal.
4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat
dicapai. 19
3. Pembelajaran Tutor Sebaya
Sekolah memiliki banyak potensi yang dapat ditingkatkan efektifitasnya
untuk menunjang keberhasilan suatu program pengajaran. Potensi yang ada
19 nsant.student.fkip.uns.ac.id/files/.../makalah-model-pembelajaran1.doc
17
disekolah, yaitu semua sumber-sumber daya yang dapat mempengaruhi hasil dari
proses belajar mengajar. Keberhasilan suatu program pengajaran tidak disebabkan
oleh satu macam sumber daya, tetapi disebabkan oleh perpaduan antara berbagai
sumber-sumber daya yang saling mendukung menjadi suatu sistim yang integral.
Dalam arti luas sumber belajar tidak harus selalu guru. Sumber belajar
dapat orang lain yang bukan guru, melainkan teman dari kelas yang lebih tinggi,
teman sekelas, atau keluarganya di rumah. Sumber belajar bukan guru dan berasal
dari orang yang lebih pandai disebut tutor. Ada dua macam tutor, yaitu tutor
sebaya dan tutor kakak. Tutor sebaya adalah teman sebaya yang lebih pandai, dan
tutor kakak adalah tutor dari kelas yang lebih tinggi.
Tutor sebaya dikenal dengan pembelajaran teman sebaya atau antar peserta
didik, hal ini bisa terjadi ketika peserta didik yang lebih mampu menyelesaikan
pekerjaannya sendiri dan kemudian membantu peserta didik lain yang kurang
mampu. Caranya, Setiap hari alokasikan waktu khusus agar peserta didik dapat
saling membantu dalam belajar misalnya: matematika atau bahasa, baik satu-satu
maupun dalam kelompok kecil.
Tutor Sebaya merupakan salah satu model pembelajaran untuk membantu
memenuhi kebutuhan peserta didik. Ini merupakan pendekatan kooperatif bukan
kompetitif. Rasa saling menghargai dan mengerti dibina di antara peserta didik
melalui kerja sama. Pembelajaran Kooperatif adalah pembelajaran yang
mengharuskan siswa untuk bekerja dalam suatu tim untuk menyelesaikan
masalah, menyelesaikan tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk tujuan bersama.20
Menurut Slavin (1997), pembelajaran kooperatif, merupakan model
pembelajaran dengan siswa bekerja dalam kelompok yang memiliki kemampuan
heterogen. Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning mengacu pada
model pengajaran, siswa bekerja bersama dalam kelompok kecil saling membantu
dalam belajar (Nur dan Wikandari, 2000:25). Eggen dan Kauchak (1993: 319)
mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai sekumpulan strategi mengajar
yang digunakan guru agar siswa saling membantu dalam mempelajari sesuatu.21
20 zainurie.files.wordpress.com/2007/11/model-model-pembelajaran.ppt 21 nsant.student.fkip.uns.ac.id/files/.../makalah-model-pembelajaran1.doc
18
Tutor sebaya akan merasa bangga atas perannya dan juga belajar dari
pengalamannya. Hal ini membantu memperkuat apa yang telah dipelajari dan
diperoleh atas tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. Ketika mereka
belajar dengan “tutor sebaya”, peserta didik juga mengembangkan kemampuan
yang lebih baik untuk mendengarkan, berkonsentrasi, dan memahami apa yang
dipelajari dengan cara yang bermakna. Penjelasan tutor sebaya kepada temannya
lebih memungkinkan berhasil dibandingkan guru. Dikarenakan, peserta didik
melihat masalah dengan cara yang berbeda dibandingkan orang dewasa dan
mereka menggunakan bahasa yang lebih akrab.
Dede Supriyadi mengemukakan bahwa “Tutor sebaya adalah seorang atau
beberapa orang siswa yang ditunjuk dan ditugaskan untuk membantu siswa yang
mengalami kesulitan belajar, tutor tersebut diambil dari kelompok yang
prestasinya lebih tinggi.” Ischak dan Warji mengemukakan bahwa, “Tutor sebaya
adalah sekelompok siswa yang telah tuntas terhadap bahan pelajaran, memberikan
bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami bahan
pelajaran yang dipelajarinya”. Sedangkan menurut Conny Semiawan, dkk
mengemukakan bahwa tutor sebaya adalah “ Siswa yang pandai dapat
memberikan bantuan kepada siswa yang kurang pandai. Bantuan tersebut dapat
dilakukan kepada teman-teman sekelasnya diluar sekolah”.22
Mengingat bahwa siswa adalah unsur pokok dalam pengajaran maka
siswalah yang harus menerima dan mencapai berbagai informasi pengajaran yang
pada akhirnya dapat mengubah tingkah lakunya sesuai dengan yang diharapkan.
Untuk itu, maka siswa harus dijadikan sebagai sumber pertimbangan didalam
pemilihan sumber pengajaran.
Tutor sebaya dalah sumber belajar selain guru, yaitu teman sebaya yang
lebih pandai memberikan bantuan belajar kepada teman-teman sekelasnya di
sekolah. Bantuan belajar oleh teman sebaya dapat menghilangkan kecanggungan.
Bahasa teman sebaya lebih mudah dipahami. Dengan teman sebaya tidak ada rasa
enggan, rendah diri, malu dan sebagainya untuk bertanya maupun minta bantuan.
22 Erman Suherman, DKK, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer …. hal. 276
19
Diskusi kelompok terbimbing dengan model tutur sebaya merupakan
kelompok diskusi yang beranggotakan 5-6 siswa pada setiap kelas di bawah
bimbingan guru mata pelajaran dengan menggunakan tutor sebaya. Tutur sebaya
adalah siswa di kelas tertentu yang memiliki kemampuan di atas rata-rata
anggotanya yang memiliki tugas untuk membantu kesulitan anggota dalam
memahami materi ajar. Dengan menggunakan model tutor sebaya diharapkan
setiap anggota lebih mudah dan leluasa dalam menyampaikan masalah yang
dihadapi sehingga siswa yang bersangkutan terpacu semangatnya untuk
mempelajari materi ajar dengan baik.
Model pembelajaran Tutor Sebaya akan menghidupkan suasana yang
kompetitif, sehingga setiap kelompok akan terus terpacu untuk menjadi kelompok
yang terbaik. Oleh karena itu, selain aktivitas anggota kelompok, peran ketua
kelompok atau tutor sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan kelompok
dalam mempelajari materi ajar yang disajikan. Ketua kelompok dipilih secara
demokratis oleh seluruh siswa. Misalnya, jika di suatu kelas terdapat 46 siswa,
berarti ada 9 kelompok dengan catatan ada satu kelompok yang terdiri atas 6
siswa. Sebelum diskusi kelompok terbentuk, siswa perlu mengajukan calon tutor.
Seorang tutor hendaknya memiliki kriteria: (1) memiliki kemampuan akademis di
atas rata-rata siswa satu kelas; (2) mampu menjalin kerja sama dengan sesama
siswa; (3) memiliki motivasi tinggi untuk meraih prestasi akademis yang baik; (4)
memiliki sikap toleransi dan tenggang rasa dengan sesama; (5) memiliki motivasi
tinggi untuk menjadikan kelompok diskusinya sebagai yang terbaik; (6) bersikap
rendah hati, pemberani, dan bertanggung jawab; dan (7) suka membantu
sesamanya yang mengalami kesulitan.
Tutor memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: (1) memberikan
tutorial kepada anggota terhadap materi ajar yang sedang dipelajari; (2)
mengkoordinir proses diskusi agar berlangsung kreatif dan dinamis; (3)
menyampaikan permasalahan kepada guru pembimbing apabila ada materi ajar
yang belum dikuasai; (4) menyusun jadwal diskusi bersama anggota kelompok,
baik pada saat tatap muka di kelas maupun di luar kelas, secara rutin dan
insidental untuk memecahkan masalah yang dihadapi; (5) melaporkan
20
perkembangan akademis kelompoknya kepada guru pembimbing pada setiap
materi yang dipelajari.23
Muntasir dalam bukunya “Pengajaran Terprogram” mengemukakan bahwa
Tutor berfungsi sebagai tukang atau pelaksana mengajar, cara mengajarnya telah
disiapkan secara khusus dan terperinci. Fungsi lainnya adalah dengan adanya tutor
sebaya siswa yang kurang aktif menjadi aktf karena tidak malu lagi untuk
bertanya dan mengeluarkan pendapat secara bebas, sebagaimana diungkapkan
oleh M. Saleh Muntasir bahwa dengan pergaulan antara para tutor dengan murid-
muridya mereka dapat mewujudkan apa yang terpendam dalam hatinya, dan
khayalannya.24
Peran guru dalam metode diskusi kelompok terbimbing model tutor
sebaya hanyalah sebagai fasilitator, mediator dan pembimbing terbatas. Artinya,
guru hanya melakukan intervensi ketika betul-betul diperlukan oleh siswa.
Sebagai mediator gurupun menjadi perantara dalam hubungan manusia. Untuk
keperluan itu guru harus trampil mempergunakan pengetahuan tentang bagaimana
orang berinteraksi dan berkomunikasi.25
Tutor sebaya merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif.
Menurut Arends (1997: 111), pembelajaran yang menggunakan model kooperatif
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menyelesaikan
materi belajar,
kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi,
sedang dan rendah,
jika mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis
kelamin yang berbeda-beda,
23 Sawali, Diskusi Kelompok Terbimbing Model Tutor Sebaya,
http://sawali.info/2007/12/29/diskusi-kelompok-terbimbing-model-tutor-sebaya/, 29 Desember 2007
24 Smkswadayatmg weblog, Penerapan Metode Tutor Sebaya dalam Upaya Mengoptimalkan Pembelajaran Mata Pelajaran KKPI, http://smkswadayatmg.wordpress.com/2007/09/27/penerapan-metode-tutor-sebaya-dalam-upaya-mengoptimalkan-pemebelajaran-mata-pelajaran-kkpi/, 27 September 2007
25 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Edisi kedua, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), hal.11
21
penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada individu.
Melalui model pembelajaran kooperatif ini diharapkan tidak cuma
kemampuan akademik yang dimiliki siswa tetapi juga ketrampilan yang lain.
Keterampilan-keterampilan itu menurut Ibrahim, dkk. (2000:47-55), antara lain26:
1 Keterampilan-keterampilan Sosial
2 Keterampilan Berbagi
3 Keterampilan Berperan Serta
4 Keterampilan-keterampilan Komunikasi
5 Pembangunan Tim
6 Keterampilan-keterampilan Kelompok
4. Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional bisa disebut dengan pembelajaran tradisional.
Pengajaran tradisional adalah pengajaran yang umumnya dilakukan oleh guru-
guru di sekolah-sekolah.
Pendekatan pembelajaran konvensional atau konservatif saat ini adalah
pendekatan pembelajaran yang paling banyak dikritik. Namun pendekatan
pembelajaran ini pula yang paling disukai oleh para guru. Terbukti dari observasi
yang lakukan di sekolah-sekolah di Jawa Tengah, hampir 80% guru masih
menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional. Sebagaimana dikatakan oleh
Philip R. Wallace tentang Pendekatan konservatif, pendekatan konvensional memandang
bahwa proses pembelajaran yang dilakukan sebagai mana umumnya guru mengajarkan
materi kepada siswanya. Guru mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa, sedangkan
siswa lebih banyak sebagai penerima.27
Pembelajaran konvensional yang dimaksud adalah pembelajaran secara
klasikal dimana pada prosesnya lebih berpusat pada guru atau instruktur.28 Pada
proses pembelajaran ini keaktifan siswa tidak optimal. Dalam pelaksanaannya
juga, pembelajaran ini menitikberatkan pada metode ceramah dan Tanya jawab.
26 nsant.student.fkip.uns.ac.id/files/.../makalah-model-pembelajaran1.doc
27Sunartombs, http://sunartombs.wordpress.com/2009/03/02/pembelajaran-konvensional-banyak-dikritik-namun-paling-disukai/
28 Erman Suherman, dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, ….. hal. 255
22
Metode ceramah seperti yang kita ketahui cara pembelajarannya lebih besar
kepada dominasi guru, sementara kedudukan siswa hanya penerima pelajaran
secara pasif. Dalam hal ini guru seolah-olah bertugas memindahkan atau
mentransfer pengetahuan yang dimilikinya kepada siswa.
Menurut Nasution metode ini banyak digunakan oleh guru dengan
menyamaratakan semua murid dalam kemampuan, latar belakang kecepatan, dan
cara belajar, dan juga mengharapkan hasil belajar yang sama dari semua anak.29
Metode mengajar yang lebih banyak digunakan guru dalam pembelajaran
konvensional adalah metode ekspositori. Guru biasanya mengajar dengan
berpedoman pada buku teks atau LKS, dengan mengutamakan metode ceramah
dan kadang-kadang tanya jawab. Siswa harus mengikuti cara belajar yang dipilih
oleh guru, dengan patuh mempelajari urutan yang ditetapkan guru, dan kurang
sekali mendapat kesempatan untuk menyatakan pendapat. Banyak kita temukan di
lapangan bahwa selama ini pembelajaran matematika didominasi oleh guru
melalui metode ceramah dan ekspositorinya.
Andrias Harefa menyebutkan pembelajaran konvensional sebagai
pendidikan ‘gaya bank’ dimana guru mengajar, murid belajar, guru tahu
segalanya, murid tidak tahu apa-apa, guru berpikir, murid dipikirkan, guru
mengatur, murid diatur, guru memilih dan memaksakan pilihannya, murid
menuruti, guru bertindak, murid membayangkan bagaimana bertindak sesuai
dengan tindakan gurunya, guru memilih apa yang akan diajarkan, murid
menyesuaikan diri, guru adalah sumber belajar, murid adalah obyeknya.30 Dengan
detidak pernah ada dialog, yang ada hanya monolog, tidak ada kreativitas yang
ada hanya hafalan, tidak ada orisinilitas yang ada hanyalah peniruan dan
pembajakan.
Dalam pembelajaran konvensional biasanya guru menyampaikan
informasi mengenai bahan pelajaran dalam bentuk penjelasan dan penuturan
secara lisan, yang dikenal dengan metode ceramah. Pembelajaran ini cenderung
membuat siswa pasif dalam belajar, karena komunikasi yang digunakan oleh guru
29Nasution, Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), H. 45 30 Andrian Harefa, Menjadi Manusia Pembelajar, (Jakarta: Kompas, 2000) h. 11-12
23
dalam interaksinya dengan siswa adalah satu arah. Siswa hanya mendengar,
mencatat dan sekali-kali bertanya mengenai hal-hal apa yang disampaikan oleh
guru.
Beberapa karakteristik pola pembelajaran konvensional antara lain
menyadarkan kepada hapalan, pimilihan informasi ditentukan oleh guru,
cenderung terfokus pada satu bidang tertentu, memberikan sekumpulan informasi
kepada siswa tanpa menindaklanjuti apakah siswa tersebut paham ataupun tidak.
Seperti yang disampaikan Erman, kelemahan metode ini adalah :
1. Pelajaran berjalan membosankan, siswa-siswi menjadi pasif, karena
tidak berkesempatan menemukan sendiri konsep yang diajarkan.
Siswa aktif membuat catatan saja.
2. Kepadatan konsep-konsep yang diberikan dapat berakibat siswa
tidak mampu menguasai bahan yang diajarkan.
3. Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ceramah lebih cepat
terlupakan
4. Ceramah memyebabkan belajar siswa menjadi belajar menghapal
(rote learning) yang tidak mengakibatkan timbulnya pengertian.31
Ciri pendidikan yang baik adalah pendidikan yang berorentasi kepada
siswa dan disajikan melalui sumber belajar yang menantang, merangsang daya
cipta untuk menemukan dan diselenggarakan dengan penuh kasih sayang.32
5. Belajar dan Hasil Belajar Matematika
1) Definisi belajar
Kehidupan sehari-hari, dalam prosesnya kita banyak sekali melakukan
berbagai macam kegiatan yang mana kegiatan tersebut merupakan gejala atau
hasil dari belajar bahkan merupakan proses dalam belajar. Misalnya kita
berkomunikasi satu sama lain dalam bahasa nasional, makan dan minum dengan
menggunakan alat-alat makan, menulis dan lain sebagainya.
31 Erman Suherman, Strategi Pembelajaan Matematika Kontemporer, …….h. 202 32 Sudjarwo S. MSc., Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar, (Jakarta,: PT. Mediyatama,
1989), cet. Pertama, hal.160
24
Kata belajar telah lama dan banyak dikenal dalam kehidupan sehari-hari
sejak manusia melakukan aktivitas belajar, karena belajar merupakan salah satu
dari kebutuhan manusia, bahkan ada yang mengatakan bahwa manusia adalah
makhluk belajar.33
Jakob Sumardjo pernah mengingatkan bahwa manusia “hidup untuk
belajar” dan bukan “belajar untuk hidup”.34 Bila seseorang belajar untuk hidup,
untuk mendapatkan pekerjaan, memperoleh jabatan dana sebagainya, maka ia
akan menjadi pemburu gelar dan atribut-atribut simbolis, mereka akan merasa
puas bila sudah diwisuda dan sudah merasa tamat belajar. Ini membuat mereka
berhenti membaca dan menulis usai lulus. Sebaliknya, bila orang menyadari
bahwa hidup untuk belajar, maka ia tidak mementingkan gelar atau simbol-simbol
gelar, yang terpenting adalah mengeluarkan potensi dirinya dan membuat dirinya
menjadi nyata bagi sesamanya.
Ada dua jenis belajar yang perlu dibedakan, yakni belajar konsep dan
belajar proses. Belajar konsep lebih menekankan hasil belajar kepada pemehaman
fakta dan prinsip, banyak bergantung pada apa yang diajarkan guru, yakni bahan
atau isi pelajaran, dan lebih bersifat kognitif. Sedangkan belajar proses atau
keterampilan proses lebih menekankan pada masalah bagaimana bahan pelajaran
itu diajarkan dan dipelajari.35
Banyak sekali pengertian tentang belajar. Untuk lebih memahami apa itu
belajar, ada beberapa pendapat tentang pengertian belajar
a) Hilgard dan Bower dalam bukunya Theories of Learning
mengemukakan “ Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku
seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh
pengalamanya yang berulang-ulang dalam situasi tersebut, dimana
perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar
33 Ali Imron, belajar dan pembelajaran, (Jakarta:pustaka jaya, 1996), hal.2 34 Andrias Harefa, Menjadi Manusia Pembelajar, Penerbit Harian Kompas, (Jakarta:
2000), hal. 53 35 Abu Ahmadi. Drs. JokoTri Prasetya, Strategi Belajar mengajar untuk Fakultas
Tarbiyah komponen MKDK, (Bandung : Pustaka Setia, 2005), cet ke-2, hal. 35-35
25
kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan
sesaat seseorang.36
b) Menurut Croncbach yang diterjemahkan oleh Sumadi bahwa “belajar
yang sebaikya adalah dengan mengalami dan dalam mengalami itu
sipelajar menggunakan panca indranya.” 37
Pendapat di atas menunjukkan bahwa belajar merupakan suatu proses
usaha yang dilakukan sesorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari latihan dan pengalaman dalam
arti perubahan-perubahan tersebut, yang disebabkan pertumbuhan dan
kematangan berbagai aspek kepribadian baik fisik maupun psikis dalam interaksi
dengan lingkungan dan masyarakat. Belajar dikatakan bermakna jika siswa
mampu menghubungkan informasi baru dengan konsep yang relevan yang
terdapat dalam struktur kognitifnya.
Menurut Chaplin dalam Dictionary of Psychology ia membatasi belajar
dengan dua rumusan yaitu: 1) “…Acquisition of any relatively permanent change
in behavior as a result of practice and experience”.( belajar adalah perolehan
perubahan tingkah laku yang relative menetap sebagai sebab latihan dan
pengalaman). 2) “Process of acquiring responses as result of special partice”
(belajar iyalah proses memperoleh respon-pespon sebagai akibat adanya latihan
khusus).38
Selanjutnya Slameto mengatakan bahwa proses belajar yang bermakna
untuk mencapai pengertian-pengertian baru dan retensi yang baik, materi-materi
belajar slalu dan hanya dapat dipelajari bila dihubungkan dengan konsep-konsep,
prinsip-prinsip serta informasi-informasi yang relevan yang telah dipelajari
sebelumnya. Substansi serta sifat organisasi latar belakang pengetahuan ini
mempengaruhi ketepatan serta kejelasan pengertian-pengertian baru yang
36 Ngalim Purwanto, Psikologi pendidikan, (Bandung: PT. Ramaja Rosdakarya, 1991),
hal 85 37 Sumadi Surya Brata, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2004), hal. 231 38 Muhibbib Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999), H. 60-61
26
ditimbulkan kemampuan memperoleh kembali pengertian-pengertian baru yang
terorganisasi struktur kognitif siswa.39
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
2) Tujuan Belajar
Belajar adalah suatu aktifitas yang bertujuan. Tujuan belajar ini ada yang
benar-benar disadari dan ada pula yang kurang begitu disadari oleh orang yang
belajar. Tujuan belajar tersebut erat kaitannya dengan perubahan atau
pembentukan tingkah laku tertentu. Dan tujuan belajar yang positif serta dapat
dicapai secara efektif hanyalah mungkin terjadi dalam proses belajar mengajar di
sekolah.
Menurut Winarno, tujuan belajar disekolah itu ditunjukan untuk mencapai:
Pengumpulan pengetahuan, penanaman konsep dan kecekatan atau keterampilan,
dan pembentukan sikap dan perbuatan. Tujuan belajar tersebut dalam sunia
pendidikan sekarang lenih dikenal dengan tujuan pendidikan menurut Taksonomi
Bloom yaitu tujuan belajar siswa diarahkan untuk mencapai ketiga ranah yaitu
kognitif, afektif dan psikomotorik.40
Tujuan belajar kognitif untuk memperoleh pengetahuan fakta atau ingatan,
pemahaman, aplikasi dan kemampuan analisis dan evaluasi. Tujuan belajar efektif
untuk memperoleh sikap, apresisi, karakterisasi dan tujuan psikomotorik untuk
memperoleh keterampilan fisik yang berkaitan dengan keterampilan gerak
maupun keterampilan ekspresi verbal dan non verbal.
39 Slameto, Belajar dan fakto-faktornya yang mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta,
1996), hal.123 40 M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya,1996), Cet
ke-2, hal. 58-59
27
3) Faktor- faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa
disekolah yang secara garis besarnya dapat dibagi dalam dua bagaian yaitu faktor
internal dan faktor eksternal siswa. Faktor-faktor yang berasal dari luar siswa
(eksternal) tersiri dari faktor lingkungan dan faktor instrumental. Sedangkan
faktor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa (internal) adalah faktor berupa
faktor fisiologis dan faktor psikologis.
a) Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan siswa ini dapat dibagi menjadi dua bagian: factor
lingkungan alam atau non social dan factor social. Yang termasuk factor
lingkungan non social seperti: suhu, kelembaban udara, waktu (pagi,
siang, malam), letak dan gedung sekolah. Factor lingkungan social baik
berwujud manusia dan representasinya termasuk budayanya.
b) Faktor Instrumental
Factor instrumental ini terdiri dari gedung atau sarana fisik kelas, alat
pengajaran, media pengajaran, metode pengajaran, kurikulum, serta
strategi belajar mengajar yang digunakan dalam pembelajaran.
c) Faktor Kondisi Internal Siswa
Faktor internal siswa ini terbagi atas dua yaitu kondisi fisiologis dan
psikologis siswa. Kondisi fisiologis terdiri atas kondisi kesehatan dan
kebugaran fisik dan kondisi panca indranya terutama penglihatan dan
pendengaran. Adapun kondisi psikologisnya seperti: minat, bakat,
intelegensi, motivasi dan lain-lain.
4) Hasil Belajar
Setiap anak yang melakukan kegiatan belajar akan mengharapkan
memperoleh hasil belajar yaitu berupa kemampuan tertentu. Belajar merupakan
suatu proses perubahan tingkah laku, maka perubahan tingkah laku yang
diharapkan dikuasai individu disebut hasil belajar. Belajar adalah proses
mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman,
pemahaman menjadi kearifan dan kearifan menjadi tindakan.
28
Hasil belajar yang diugkapkan Sudjana bahwa pada hakekatnya “ hasil
belajar merupakan perubahan tingkah laku yang mencangkup aspek kognitif,
afektif dan psikomotor.41 Aspek kognitif berkenaan dengan masalah pengetahuan
dan kecakapan intelektual. Aspek afektif berkenaan dengan sikap, nilai-nilai serta
apresiasi. Dan aspek psikomotor berkenaan dengan ketrampilan-ketrampilan
terutama kelincahan tubuh dan koordinasinya. Proses pengajaran disekolah
diarahkan untuk mencapai tiga aspek tersebut. Namun lebih ditekankan pada
aspek kognitif berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguasai materi
pelajaran.
Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi
dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor.
Perinciannya adalah sebagai berikut:
1. Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.
2. Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang
kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi
dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.
3. Ranah Psikomotor
Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi
neuromuscular (menghubungkan, mengamati).
Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor
karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus
menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah.
Hasil belajar merupakan proses kedewasaan manusia yang hidup dan
berkembang sehingga mengakibatkan manusia selalu berubah. Dengan belajar
manusia mengalami perubahan –perubahan dan perkembangan dalam proses
kedewasaan yang mungkin terjadi. Winarno menjelaskan bahwa hasil belajar
41 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar mengajar, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1990), hal.3
29
merupakan proses kedewasaan manusia yang hidup dan berkembang sehingga
mengakibatkan manusia selalu berubah.42 Dengan belajar manusia mengalami
perubahan-perubahan dan perkembangan dalam proses kedewasaan yang mungkin
terjadi.
Hasil belajar pada hakekatnya adalah perubahan tingkah laku, dalam
pengertian luas mencangkup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik.43 Hasil
belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya.
Horward kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yaitu: keterampilan
dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita. Hasil belajar
dalam kecakapan kognitif mempunyai hirarki, yaitu: informasi non verbal,
informasi fakta dan pengetahuan verbal, konsep dan prinsip, pemecahan masalah
dan kreatifitas. Informasi non verbal dipelajari dengan cara pengindraan terhadap
obyek-obyek dan peristiwa secara langsung. Informasi fakta dan pengetahuan
verbal dipelajari dengan cara mendengarkan orang lain dengan cara membaca.
Semua itu penting untuk memperoleh konsep-konsep dan konsep-konsep itu
penting untuk membentuk prinsip. Kemudian prinsip-prinsip itu penting didalam
pemecahan masalah dan kreaktivitas.44
Matematika timbul karena fikiran-fikiran manusia yang berhubungan
dengan ide, proses dan penalaran.45 Kalimat tersebut sesuai dengan apa yang
dinyatakan Suherman, bahwa matematika mengandung arti ilmu pengetahuan
yang diperoleh dengan nalar.46 Hal ini bukan berarti ilmu lain diperoleh tidak
melalui penalaran, akan tetapi dalam matematika lebih menekankan aktifitas
dalam dunia rasio (penalaran) sedangkan dalam ilmu lain lebih menekankan hasil
observasi / eksperimen disamping penalaran.
42 Joula Ekaningsih Paormin, Agar anak pintar matematika, ( Jakarta: Pusps Swara, 1998), hal.31
43 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya), H.3
44 Slameto, Proses Belajar Mengajar dalam system Kredit semester, ( Jakarta: Bumi Aksara, 1991), H. 131
45 E.T.Ruseffendi, Dasar-dasar Matematika Modern dan Komputer, ( Bandung : Tarsito, 1980), H.148
46 Erman Suherman dan Udin S.W., Strategi Belajar Mengajar Matematika, (Jakarta : UT, Depdikbud), H. 119
30
Oleh karena itu bahwa tercapainya hasil belajar matematika akan
dipengaruhi oleh adanya transfer belajar. Transfer belajar dapat diamati melalui
struktur kognitif yang telah dimiliki siswa tentang konsep dan teorema yang telah
dipelajari dan di ingat oleh siswa sebelumnya.47
Jadi siswa dapat dikatakan telah belajar matematika, bila ia telah mampu
memahami suatu konsep matematika dan kemudian ditransformasikan dalam
bentuk yang lebih luas, sehingga ia dapat mengembangkan cara berfikir untuk
memecahkan masalah yang baru berdasarkan konsep yang ada.
Menurut Romiszowski hasil belajar dikelompokkan menjadi dua macam
yaitu: pengetahuan dan ketrampilan.48Pengetahuan terdiri dari empat katagori
yaitu fakta, prosedur, konsep dan prinsip. Ketrampilan terdiri dari empat katagori
juga yaitu: berfikir atau kognitif, bertindak atau motorik, bereaksi atau bersikap
dan interaksi. Penilaian hasil belajar diperoleh melalui tes dan non tes.
Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu
tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok
anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak
tersebut yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain
atau dengan nilai standar yang ditetapkan.49
Sebuah tes dapat dikatakan baik sebagai alat ukur jika memenuhi syarat-
syarat tertentu yaitu: validitas, reabilitas, objektivitas, praktikabilitas dan
ekonomis.50selain itu tes juga dibedakan atas dua bentuk tes yaitu tes subjektif
yang pada umumnya berbentuk esai atau uraian dan tes objektif seperti tes benar
salah (true-false), tes pilihan ganda (multiple choice test), menjodohkan (matching
test), dan tes isian (completion test).51
47 Ratna Willis Dahar, Teori-teori Belajar, (Jakarta: Erlangga, 1989), H.112 48 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan bagi anak yang berkesulitan belajar, (Jakarta:
Debdikbud dan Rineka Cipta, 1998), hal.183 49 Wayan Nurkancana, Drs. P.P.N Sumartana, Evaluasi Pendidikan Usaha Nasional,
(Surabaya: 1986), cet. IV, hal.25 50Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Ed. Revisi, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2007), cet.7, h.57-58 51 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Ed. Revisi, H. 162-175
31
6. Pecahan
1. Pecahan dan Lambangnya
a. Arti Pecahan
Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita menerapkan konsep pecahan.
Sebagai contoh pizza yang kita pesan direstoran telah dipotong menjadi beberapa
bagian, sebuah semangka dipotong menjadi dua bagian sama besar (2
1 ), kemudian
masing-masing semangka ini dibagi lagi menjadi empat bagian sama besar
sehingga besar setiap bagian adalah seperdelapan (8
1 ). Bilangan 2
1 , 8
1 tersebut
merupakan bilangan pecahan. Maka dapat juga dikatakan pecahan adalah satu
bagian utuh yang dibagi menjadi beberapa bagian yang sama besar.
Pecahan adalah bilangan yang menggambarkan bagian dari suatu
keseluruhan, bagian dari suatu daerah, bagian dari suatu benda, atau bagian dari
suatu himpunan. Contoh : apabila daerah lingkaran A dibagi dalam 8 bagian yang
sama, maka setiap bagian adalah seperdelapan dari seluruh daerah.52
Pada pecahan 2
1 , 1 disebut pembilang dan 2 disebut penyebut, sedangkan
pada pecahan 8
1 , 1 disebut pembilang dan 8 disebut penyebut. Jika pembilang = a
dan penyebut = b maka pecahan itu adalah b
a , dari bentuk b
a , perlu diperhatikan
bahwa jika b=0 maka pecahan itu tidak ada nilainya atau tidak terdefinisi. Hal ini
mengisyaratkan bahwa penyebut pecahan tidak boleh nol.
Dalam pecahan sering dikenal istilah pecahan senama, yaitu pecahan-
pecahan yang penyebutnya sama. Perhatikan bahwa 8
1 dan 8
3 adalah pecahan
senama karena penyebutnya sama yaitu 8. sedangkan 8
1 dan 7
3 bukan pecahan
senama karena penyebutnya berbeda, yaitu 8≠ 7.
52 ST. Negoro, B. Harahab, Ensiklopedia Matemetika, ( Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998),
cet-2, h.260
32
b. Pecahan Senilai
Perhatikan gambar disamping. Bagian yang diarsir pada masing-
masing gambar tersebut adalah sama besar, yaitu 2
1=
4
2
8
4=
Pecahan senilai dapat diperoleh dengan cara mengalikan atau
membagi pembilang dan penyebut dengan bilangan asli yang
sama.
Contoh :
1518
3536
56
15?
56
=××
=⇒= (dikali)
23
510515
1015
2?
1015
=÷÷
=⇒=
Dapat disimpulkan bahwa pecahan yang senilai dengan pecahan ba dengan b ≠ 0
dapat dicari dengan aturan berikut : mbma
baatau
mbma
ba
÷÷
=××
= dengan m
bil.asli
c. Penyederhanaan Pecahan
Faktor Persekutuan Terbesar (FPB)
Sebuah pecahan dapat disederhanakan asalkan penyebut dan pembilang dari
pecahan itu mempunyai faktor persekutuan. Menyederhanakan sebuah pecahan
berarti mencari pecahan yang lebih sederhana dari pecahan tersebut. Sebuah
pecahan dapat disederhanakan dengan cara membagi terus-menerus pembilang
dan penyebut suatu pecahan dengan faktor pembagi dari pembilang dan
penyebut.dan sebuah pecahan dikatakan dalam bentuk paling sederhana apabila ia
hanya mempunyai faktor pembagi 1.
Contoh: 1812
236224
3624
=÷÷
= (di bagi : 2 pembagian ke 1)
96
218212
236224
3624
=÷÷
=÷÷
= (dibagi : 2 pembagian ke 2)
32
3936
218212
236224
3624
=÷÷
=÷÷
=÷÷
= (dibagi :3, pembagian ke 3)
Ternyata pecahan paling sederhana dari 3624 adalah
32
33
Proses penyederhanaan tersebut terlalu sulit, hal ini dapat diatasi dengan membagi
pembilang dan penyebut pecahan itu dengan factor persekutuan terbesar (FPB).
Contoh : Sederhanakanlah pecahan ini : 7236 (FPB dari 36 dan 72 adalah 36,
sehingga 21
36723636
7236
=÷÷
=
KPK Penyebut Suatu Pecahan
Untuk menjadikan dua atau lebih pecahan menjadi pecahan senama
(berpenyebut sama), caranya adalah dengan mencari Kelipatan Persekutuan
Terkecil (KPK) dari penyebut pecahan-pecahan tersebut. Hal ini dinamakan
proses KPK Penyebut. Contoh KPK penyebut dari pecahan 32 dan
41 adalah 12.
d. Membandingkan Dua Pecahan
Jika membandingkan dua pecahan yang penyebutnya sama (pecahan
senama) maka bandingkanlah pembilangnya. Contoh : 81
83> , 3 lebih dari satu
maka 8
3 lebih dari8
1 . Namun bila membandingkan dua pecahan tak senama, maka
pecahan itu harus diubah kepecahan senama dengan proses KPK penyebut lalu
bandingkan pecahan itu dengan melihat pembilangnya. Contoh : 83 dengan
21 .
KPK dari pecahan tersebut adalah 8 jadi pecahan senamanya adalah
84....
83
21....
83
= jadi 84
83<
e. Pecahan di Antara Dua Pecahan
Diantara dua pecahan selalu dapat ditentukan sebuah pecahan diantara
keduanya. Hal ini dilakukan dengan cara mengurutkan pecahan itu secara naik
(dari kecil ke besar) atau secara turun (dari besar ke kecil). Langkah awal yang
harus dilakukan adalah mengubah kedua pecahan itu menjadi pecahan senama,
setelah itu melihat urutan pembilang dari pecahan senama tersebut, kemudian
menentukan letaknya pada garis bilangan.
34
Contoh : Sisipkan tepat dua pecahan diantara dua pecahan berikut, 5
2
3
1dan
Jawab : Pecahan senama dari 5
2
3
1dan adalah
15
6
15
5dan
Perubahan pertama :
30
12
215
26
15
6
30
10
215
25
15
5
=×
×=
=×
×=
Ternyata antara 10 dan 12 hanya ada 1 bilangan, maka harus ada perubahan kedua
Perubahan kedua :
45
18
315
36
15
6
45
15
315
35
15
5
=×
×=
=×
×=
Antara 15 dan 18 terdapat 2 angkat yang dapat disisipkan, yaitu : 16 dan 17
Jadi antara 5
2
3
1dan dapat disisipkan tepat dua pecahan yaitu
45
17
45
16dan
2. Perbandingan, Bentuk Desimal dan Persen
a. Perbandingan
Perbandingan pada bilangan bulat yang penyebutnya tidak nol ditentukan
dengan membandingkan suatu bagian terhadap keseluruhan ataupun
membandingkan suatu bagian terhadap bagian yang lainnya.
Contoh perbandingan bagian dari keseluruhan:
Misalkan penduduk suatu kota terdiri atas 65.000 wanita dan 35.000 pria.
Tentukan perbandingan banyaknya wanita terhadap seluruh penduduk kota.
Jawab : a = 65.000 dan b = 35.000
Perbandingan wanita terhadap seluruh penduduk kota adalah ba
a
+, yaitu :
20
13
100
65
000.100
000.65
000.35000.65
000.65===
+ jadi perbandingannya adalah : 13 : 20
Contoh perbandingan suatu bagian terhadap bagian lainnya :
Didalam kotak terdapat 25 kelereng merah dan 15 kelereng putih.
Tentukan perbandingan kelereng merah terhadap putih .
Jawab : perbandingan kelereng merah terhadap putih 3
5
15
25=
35
Jadi perbandingannya adalah : 5 : 3
b. Menuliskan Bilangan Bulat sebagai Bilangan Pecahan Campuran
Untuk mengubah bilangan bulat menjadi bilangan pecahan dengan cara
menuliskan bilangan bulat dengan penyebut 1. kemudian kalikan pembilang dan
penyebut dengan angka yang sama (bukan 0).
Contoh : ubah angka 2 menjadi pecahan
1
22 = kemudian dikalikan
4
8
41
42=
×
× jadi, 4
82 =
Dan untuk mengubah bilangan campuran menjadi pecahan dapat dilakukan
dengan cara mengalikan penyebut dengan bagian bilangan bulat (bukan pecahan)
kemudian jumlahkan hasilnya dengan pembilang.
Contoh : ubah 4
32 menjadi pecahan biasa
4
32 2 × 4 + 3 = 11 jadi
4
11
4
32 =
+
×
c. Menuliskan Pecahan Sebagai Bilangan Bulat dan Bilangan Campuran
Untuk mengubah bilangan pecahan menjadi sebuah bilangan bulat dengan
cara membagi pembilang dengan penyebut.
Contoh : ubahlah 4
20 menjadi sebuah bilangan bulat.
−
=
0
20
52044
20 Jadi,
420 sama dengan bilangan bulat 5
Dan untuk mengubah bilangan pecahan menjadi bilangan pecahan campuran
dengan cara membagi pembilang dengan penyebutnya.
Contoh : Ubahlah 4
11 menjadi bilangan pecahan campuran
2
3
8114
411
−
= jadi 432
411
= 3 diperoleh dari sisa pembagian
36
d. Menuliskan Pecahan dan Bilangan Campuran sebagai Bilangan
Desimal
Bilangan decimal merupakan cara lain untuk menuliskan pecahan. Penulisan
bentuk pecahan menjadi bentuk desimal dapat dilakukan dengan cara membagi
pembilangan dengan penyebut. Untuk pecahan campuran (bilangan campuran)
harus diubah dahulu menjadi pecahan biasa kemudian lakukan pembagian
pembilang dengan penyebut.
Contoh : 75,0
0
2020
2800,34
43
−
−
= jadi, 75,043= merupakan bilangan decimal dengan
dua angka dibelakang koma
e. Menuliskan Bilangan Desimal sebagai Pecahan atau Bilangan
Campuran
Sebuah bilangan decimal tidak semuanya dapat ditulis sebagai bilangan
pecahan atau bilangan campuran. Hal ini berarti hanya bilangan-bilangan decimal
tertentu saja yang dapat ditulis sebagai bilangan pecahan. Bilangan decimal yang
dapat ditulis sebagai pecahan atau bilangan campuran mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut:
1. Banyak angka dibelakang koma terbatas
Contoh : 0,75 = 4
3
25:100
25:75
100
75==
2. Banyak angka dibelakang koma tidak terbatas, tetapi angka-angkanya
dibelakang koma selalu berulang dengan teratur.
Jika banyak angka yang berulang 1 buah maka pecahannya diperoleh dari
angka yang berulang dibagi 9. Contoh : pecahan dari 0,7777777….. = 97
Jika banyak angka yang berulang 2 buah maka pecahannya diperoleh dari
angka yang berulang dibagi 99. contoh : pecahan dari 0,27272727… =
113
9:999:27
9927
==
37
Jika banyak angka yang berulang ada 3 buah maka pecahannya diperoleh
dari angka yang berulang di bagi 999, dan seterusnya.
f. Menuliskan Pecahan sebagai Bentuk Persen dan Permil
bentuk persen adalah bentuk pecahan yang penyebutnya 100 dan bentuk
permil merupakan bentuk pecahan yang penyebutnya 1000. persen berarti
perseratus dan permil berarti per seribu. Persen dilambangkan dengan % dan
permil dilambangkan dengan ‰.
Contoh : Ubahlah pecahan berikut menjadi persen dan permil !
1. 5
2 Bentuk persen
2. 4
11
a. Operasi Pada Pecahan
a. Penjumlahan
Operasi penjumlahan pada pecahan dapat dilakukan asalkan penyebut dari
pecahan yang akan dijumlahkan bernilai sama. Berikut beberapa pola
penjumlahan pada bilangan pecahan.
1. Penjumlahan pecahan-pecahan senama.
Pecahan ini dapat langsung dijumlahkan dikarenakan penyebutnya sama.
2. Penjumlahan pecahan-pecahan tak senama
Untuk menjumlahkan pecahan ini maka penyebut dari kebua pecahan tersebut
diubah agar menjadi senama dengan cara mencari KPK dari kedua penyebut
tersebut kemudian jumlahkan
3. Penjumlahan antar pecahan campuran
Untuk menjumlahkan pecahan ini dengan cara menjumlahkan bilangan
bulatnya kemudian, kedua pecahan tersebut disamakan penyebutnya lalu
jumlahkan bilangan bulat dengan bilangan bulat dan pecahan dengan pecahan.
1. %40% = 10055×=
22
2. %125%1004
5
4
11 =×=
Bentuk permil
1. 10002×= ‰ = 400‰
55
2
2. 10005×= ‰ = 1250 ‰
44
11
38
b. Pengurangan
Operasi penjumlahan pada pecahan dapat dilakukan asalkan penyebut dari
pecahan yang akan dijumlahkan bernilai sama. Berikut beberapa pola
penjumlahan pada bilangan pecahan
1. Pengurangan pecahan-pecahan senama.
Pecahan ini dapat langsung dikurangkan dikarenakan penyebutnya sama.
2. Pengurangan pecahan-pecahan tak senama
Untuk mengurangkan pecahan ini maka penyebut dari kedua pecahan tersebut
diubah agar menjadi senama dengan cara mencari KPK dari kedua penyebut
tersebut kemudian kurangkan.
3. Pengurangan bilangan campuran tanpa peminjaman
Untuk mengurangkan pecahan ini maka penyebut dari kedua pecahan tersebut
diubah agar menjadi senama kemudian kurangkan masing-masing bagian
pecahan dan bagian bilangan bulat
Contoh : =−2
14
4
368
Kurangkan masing-masing bagian pecahan dan bilangan bulat
4
1
4
2
4
3
64468
=−
=−
41
642
14
4
368 =−
Disamakan penyebutnya
=−2
14
4
368
4
24
4
368 −
c. Perkalian
Perkalian antar pecahan dapat langsung dilakukan dengan mengalikan
masing-masing pembilang dan penyebutnya. Begitu pula dengan perkalian antar
bilangan pecahan campuran, hanya saja jika perkalian antar bilangan pecahan
campuran harus diubah dahulu menjadi pecahan biasa, lalu kalikan masing-
masing pembilang dan penyebutnya dan sederhanakan.
d. Pemangkatan
Untuk sembarang pecahan ba dan
dc dan b≠ 0 dan d≠ 0,
maka berlaku : dbca
dc
ba
××
=×
Suatu bilangan pecahan yang dipangkatkan dengan bilangan bulat n,
hasilnya sama dengan perkalian berulang pecahan tersebut sebanyak n kali
39
Contoh: 278
32
32
32
32 3
=××=⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ atau
278
32
32
3
33
==⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
3. Kerangka Berfikir 0b real,
e. Bentuk Baku Bilangan Besar
Telah dipelajari :
000.000.110000.101010101010
100010101010100101010
6
4
3
2
=
=×××=
=××=
=×=
Dan seterusnya.
Dengan menggunakan arti perpangkatan dengan bilangan pokok 10seperti
diatas, maka bilangan-bilangan besar, yaitu bilangan yang lebih dari atau sama
dengan 10 dapat dinyatakan dalam bentuk baku.
f. Bentuk baku bilangan kecil
Perhatikan dua barisan bilangan berikut.
,.......10 ,10 ,10 ,10 ,10 , ,10 10
.,.........1000
1 ,100
1 ,101 1, 10, 100, 1.000,
3210123 −−−
Kedua barisan diatas adalah sama, yang berbeda hanyalah cara
penulisannya. Barisan bilangan yang kedua dinyatakan dalam bentuk bilangan
berpangkat dengan bilangan pokok 10, dari contoh tersebut, maka diperoleh
hubungan sebagai berikut.
bilaadalah n m,a, dengan ngan ≠
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛=⎟
⎠⎞
⎜⎝⎛×⎟
⎠⎞
⎜⎝⎛
=⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
+
ba
ba
ba
ba
ba
nmnm
n
nn
Bentuk baku Bilangan besar dinyatakan dengan a dengan
1≤ dan n adalah bilangan asli
n10×
10<a
40
nn
10
110 =−
Kesimpulan diatas dapat digunakan untuk menyatakan bilangan-bilangan
kecil, yaitu bilangan antara 0dan 1 dalam bentuk baku.
Bentuk baku Bilangan kecil dinyatakan dengan a dengan
1
n−×10
10<≤ dan n adalah bilangan asli a
B. Kerangka Berpikir
Salah satu masalah dalam pembelajaran di sekolah adalah rendahnya hasil
belajar siswa. Hasil belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor dari
dalam (internal) maupun faktor dari luar (eksternal). Menurut Suryabrata yang
termasuk faktor internal adalah faktor fisiologis dan psikologis (misalnya
kecerdasan motivasi berprestasi dan kemampuan kognitif), sedangkan yang
termasuk faktor eksternal adalah faktor lingkungan dan instrumental (misalnya
guru, kurikulum, dan model pembelajaran). Bloom mengemukakan tiga faktor
utama yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu kemampuan kognitif, motivasi
berprestasi dan kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran adalah kualitas
kegiatan pembelajaran yang dilakukan dan ini menyangkut model pembelajaran
yang digunakan.53
Akhir-akhir ini makin banyak perhatian terhadap pengajaran model tutor
sebaya yang pada dasarnya sama dengan program bimbingan, yang bertujuan
memberikan bantuan dari dan kepada siswa dapat mencapai prestasi belajar secara
optimal.
Pengajaran tutor sebaya ini dapat dipandang sebagai reaksi terhadap
pengajaran klasikal dengan kelas yang terlampau besar dan padat sehingga guru
atau tenaga pengajar tak dapat memberikan bantuan individual, bahkan sering
tidak mengenal para pelajar seorang demi seorang. Selain itu para pendidik
mengetahui bahwa para siswa menunjukkan perbedaan dalam cara-cara belajar.
53 Nurita Putranti, Tutor Sebaya, http://nuritaputranti.wordpress.com/2007/08/02/tutor-sebaya/, 2 Agustus 2007
41
Pengajaran klasikal yang menggunakan proses belajar-mengajar yang sama bagi
semua siswa tidak akan sesuai bagi kebutuhan dan kepribadian setiap siswa. Maka
karena itu perlu dicari sistem pengajaran yang membuka kemungkinan
memberikan pengajaran bagi sejumlah besar siswa dan di samping itu memberi
kesempatan bagi pengajaran tutor sebaya.
Kelebihan tutor sebaya dalam pembelajaran yaitu dalam penerapan tutor
sebaya, anak-anak diajar untuk mandiri, dewasa dan punya rasa setia kawan yang
tinggi. Artinya dalam penerapan tutor sebaya itu, anak yang dianggap pintar bisa
mengajari atau menjadi tutor temannya yang kurang pandai atau ketinggalan. Di
sini peran guru hanya sebagai fasilitator atau pembimbing saja.
Jadi, kita dapat menugaskan siswa pandai untuk memberikan penjelasan
kepada siswa kurang pandai (tutor sebaya). Demikian juga, anjurkan siswa kurang
pandai untuk bertanya kepada atau meminta penjelasan dari siswa pandai terlebih
dahulu sebelum kepada gurunya. Hal ini untuk menanamkan kesan bahwa belajar
itu bisa dari siapa saja, tidak selalu dari guru yang akibatnya tergantung kepada
guru.
C. Pengajuan Hipotesis
Bedasarkan kerangka berfikir diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis
penelitian sebagai berikut:
Ho = Tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar
Matematika antara siswa yang diberikan metode pembelajaran
Tutor sebaya dengan siswa yang diberi metode konvensional
Ha = Terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar
Matematika antara siswa yang diberikan metode pembelajaran
Tutor sebaya dengan siswa yang diberi metode konvensional
42
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian
a. Tempat Penelitian
Sekolah Madrasah Tsanawiyah Al-Inaayah Rawakalong Gunung Sindur
Bogor.
b. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 23 Maret – 23 April 2009
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah Quasi Eksperimen (eksperimen semu),
yaitu penelitian yang tidak dapat memberikan kontrol penuh. Dalam penelitian ini
sampel yang sudah diambil dikelompokkan menjadi dua yaitu kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen diberikan perlakuan
dengan menggunakan metode tutor sebaya, sedangkan kelompok kontrol tidak
diberi pembelajaran tutor sebaya.
Setelah selesai mempelajari pokok bahasan pecahan, kedua kelompok
diberikan tes dengan soal yang sama. Hasil tes tersebut kemudian diolah untuk
dapat mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar Matematika dari kedua
kelompok tersebut yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Dalam mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.
Guru membuat kelompok-kelompok yang terdiri dari siswa yang memiliki
kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Siswa bekerja dalam kelompok secara
kooperatif untuk menyelesaikan materi belajar. Siswa yang pintar (Tutor)
memberi penjelasan kepada temannya yang kurang pintar, terlebih dahulu tutor
diberi petunjuk, pengarahan bahkan pelatihan oleh guru tentang apa dan
bagaimana yang harus dilakukan tutor di depan siswa yang lain.
43
Adapun rancangan penelitian dinyatakan sebagai berikut:
Tabel 2.
Desain penelitian
Kelompok Treatment Post test
(R)E XE Y
(R)C - Y
Keterangan:
E : kelompok eksperimen
C : kelompok kontrol
XE : perlakuan pada kelompok eksperimen, yaitu
pembelajaran dengan menggunakan Metode Tutor
Sebaya
Y : tes akhir yang sama pada kedua kelompok
(R) : proses pemilihan subjek secara random (acak)
C. Populasi dan Sampel
Populasi yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah seluruh
siswa kelas 1 Madrasah Tsanawiyah Al-Inaayah Rawakalong Gunung
Sindur Bogor. Yang terdiri dari 3 kelas.
Sampel yang diambil secara acak terhadap kelompok belajar. Yaitu
kelas VII B sebagai kelompok Kontrol yang berjumlah 30 siswa dan kelas
VII C sebagai kelompok Eksperimen yang berjumlah 29
D. Tehnik Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes yang digunakan
untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar matematika. Tes hasil
belajar matematika ini merupakan tes tulis yang berbentuk tes pilihan
44
ganda (multiple choice) dengan empat pilihan. Setiap jawaban benar diberi
nilai 1 dan untuk jawaban salah diberi nilai 0. materi tes yang diberikan
kepada siswa mencakup pokok bahasan bilangan.
Adapun kisi-kisi instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Tabel 3
Kisi-kisi Instrumen Hasil Belajar Matematika
No. Kompetensi Dasar Nomor Soal Jumlah
1 Memberikan contoh berbagai bentuk
dan jenis bilangan pecahan: biasa,
campuran, decimal, persen, dan permil
9*, 10, 13, 14,
15*, 16, 18, 21,
23, 28
10
2 Mengubah bentuk pecahan kebentuk
lain
7*,8*, 11, 12,
17*, 25, 27,
7
3 Menyelesaikan operasi hitung, tambah,
kurang, kali, bagi, bilangan pecahan
1*, 2, 3, 4, 5, 6,
19, 20*, 22, 24,
26, 29, 30*
13
Jumlah 30
Ket: * kategori soal tidak valid
E. Instrument Penelitian
Untuk mengumpulkan data dari penelitian, penulis terjun langsung
kelapangan atau kelas yaitu dengan cara memberikan materi dan
pembelajaran dengan metode tutor sebaya kepada kelas eksperimen dan
tidak menggunakan pembelajaran tutor sebaya kepada kelas kontrol dalam
beberapa kali pertemuan.
Setelah kedua kelas tersebut menyelesaikan proses belajar
mengajar, maka dibuatlah tes sebagai alat pengumpulan data yang terdiri
dari 22 soal. Kemudian hasil tes tersebut diolah untuk dijadikan sebagai
data penelitian.
45
Sebelum digunakan soal (tes) tersebut diuji coba untuk mengetahui
apakah soal-soal tersebut memenuhi standar persyaratan validitas,
reliabilitas dan taraf kesukaran.
1. Uji Validitas
Karena tes hasil belajar terdiri atas tes objektif, maka dalam
pengujian validitas item soal digunakan tehnik korelasi point biserial
dengan rumus:
= pbirSDt
MtMp −qP
rpbi = Koefisien korelasi point biserial yang dianggap sebagai
koefisien validitas item
Mp = Skor rata-rata hitung yang dijawab benar
Mt = Skor rata-rata dari skor total
SDt = Standar Deviasi dari skor total
p = Proporsi siswa yang menjawab betul terhadap butir soal /
item
q = Proporsi siswa yang menjawab salah terhadap butir soal
yang di uji validitas itemnya
Untuk mengetahui valid tidaknya butir soal, maka r hitung
dibandingkan dengan r tabel produc moment dengan α = 0,05. jika r
hitung r tabel, maka soal tersebut dinyatakan tidak valid dan jika r
hitung > r tabel, maka soal tersebut dinyatakan valid tetap
dipertahankan dalam instrumen yang selanjutnya digunakan untuk
proses pengolahan data dalam penelitian yang sebenarnya.
≤
46
2. Uji Reliabilitas
Suatu instrument (tes) dapat dipercaya untuk digunakan
sebagai alat pengumpul data, jika tes tersebut telah diuji
kereliabilitasnya. Untuk mencari reliabilitas terhadap tes, perlu
dilakukan analisis pada butir-butir soal dari tes tersebut. Rumus yang
digunakan dalam mencari reliabilitas butir-butir soal adalah K- R 20
= 11r ⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛ −⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
−∑2
2
1 StpqSt
KK
=11r Reliabilitas seluruh instrument
K = Jumlah item dalam Instrumen
St = Varians total
p = proporsi banyaknya subyek yang menjawab benar pada item
soal
q = 1- p
3. Pengujian Taraf Kesukaran
Pengujian taraf kesukaran bertujuan untuk mengetahui soal-
soal yang berkatagori mudah, sedang dan sukar. Setelah berhasil
melakukan identifikasi terhadap pengujian taraf kesukaran, maka butir-
butir soal tersebut di tindak lanjuti, supaya kegiatan evaluasi ini tidak
sia-sia. Tindak lanjut yang perlu dilakukan oleh seorang guru adalah
sebagai berikut
Pertama, untuk butir-butir item yang berkatagori cukup atau
sedang dikumpulkan dalam bank soal yang selanjutnya butir soal
tersebut dapat dikeluarkan lagi dalam tes hasil belajar pada waktu-
waktu yang akan datang.
Kedua, untuk butir-butir soal yang termasuk terlalu sukar, ada
tiga kemungkinan tindak lanjut, yaitu :
1. Butir soal tersebut dibuang atau di drop dan tidak akan
dikeluarkan lagi dalam tes yang akan datang.
47
2. diteliti ulang sehingga dapat diketahui faktor yang
menyebabkan butir soal tersebut sulit dijawab oleh siswa.
3. Butir soal tersebut sewaktu-waktu dapat digunakan dalam tes
yang bersifat sangat ketat terutama tes selektif
Ketiga, untuk butir-butir soal yang termasuk dalam katagori
terlalu mudah, ada tiga kemungkinan tindak lanjut, yaitu :
1. Butir soal tersebut dibuang atau di drop dan tidak akan
dikeluarkan lagi dalam tes yang akan datang.
2. diteliti ulang sehingga dapat diketahui faktor yang
menyebabkan butir soal tersebut sulit dijawab oleh siswa.
3. Butir soal tersebut sewaktu-waktu dapat digunakan dalam tes
yang bersifat sangat longgar. Dalam arti bahwa sebagian besar
akan dinyatakan lulus.
Adapun rumus yang digunakan untuk mengetahui taraf
kesukaran adalah :
JsBp =
Dalam klasifikasi indeks kesukarang sebagai berikut :
IK = 0,00 : Soal terlalu sukar
0,00 < IK < 0,30 : Soal sukar
0,30 < IK < 0,70 : Soal sedang
0,70 < IK < 1,00 : Soal mudah
IK = 1,00 : Soal terlalu mudah
P = Indeks Kesukaran
B = Banyak siswa yang menjawab benar
Js = Jumlah seluruh siswa
48
F. Tehnik Analisis Data
Untuk penganalisian data dalam penelitian ini memakai uji statistik
dengan menggunakan uji-t, tetapi sebelumnya dilakukan uji normalitas
dan uji homogenitas sebagai syarat dapat dilakukannya analisis data.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang
diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan
dalam penelitian ini adalah uji liliefors.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas data antara kelas eksperimen dan kelas kontrol
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kesamaan antara dua
populasi yang akan diteliti. Uji homogenitas yang dilakukan adalah
dengan uji-t, tetapi terlebih dahulu menentukan normalitas Ho dan Ha.
Ho : = xμ yμ
Ha : xμ ≠ yμ
=xμ Varian kelompok x, kelompok data hasil belajar kelompok
eksperimen
=yμ Varian kelompok y, kelompok data hasil belajar kelompok
kontrol
Untuk menguji homogenitas data digunakan rumus
kecilvarian terbesarvarian ter
=F
kriteria pengujian adalah terima Ho dimana Ho adalah sampel dengan
varian yang homogen dengan F-hitung < Fα (na-1 , nb-1)
3. Uji Hipotesis Penelitian
Uji hipotesis penelitian yang digunakan adalah uji-t dengan syarat :
49
a. Jika kedua kelompok homogen, uji statistik yang digunakan adalah
:
21
21
11nn
S
XXt
gab +
−=
Dimana 2
)1()1(
21
222
211
−+−+−
== nnSnSn
S gab
b. Jika kedua kelompok heterogen, uji statistik yang digunakan
adalah :
2
22
1
21
21
nS
nS
XXt
+
−=
=t Harga uji statistik
=1X Rata-rata hasil belajar matematika siswa kelompok
eksperimen
=2X Rata-rata hasil belajar matematika siswa kelompok kontrol
=1n Jumlah sample kelompok eksperimen
=2n Jumlah sample kelompok kontrol
=12S Varian data kelompok eksperimen
=22S Varian data kelompok kontrol
=gabS Nilai deviasi standar gabungan
Untuk pengujian hipotesis pada dua kelompok yang homogen ada
beberapa tahap yang harus ditempuh, antara lain :
50
1) Mencari standar deviasi gabungan ( gabS )
2) Menentukan harga t hitung
3) Menentukan derajat kebebasan ( )db dengan rumus
221 −+= nndb
4) Menentukan −t tabel
5) Pengujian hipotesis
Hipotesis yang diuji : 21: μμ =Ho
21: μμ ≠Ha
Kriteria pengujiannya : “Tolak Ho, jika thitung > dalam
hal lain Ho diterima
tabelt
51
BAB IV
HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data
Setelah penulis melakukan perlakuan (treatment) yang berbeda terhadap
kelas eksperimen dan kelas kontrol, kemudian penulis memberikan tes berupa soal
pilihan ganda.
Berdasarkan hasil tes yang telah diberikan, dapat diperoleh nilai kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Soal tes yang diberikan kepada dua kelompok
tersebut terdiri dari 22 Soal pilihan ganda yang telah diuji validitas dan
reabilitasnya.
1. Hasil Belajar Matematika
a. Hasil belajar matematika siswa yang diajar menggunakan metode tutor sebaya
( kelompok eksperimen)
Dari data hasil belajar matematika kelompok siswa yang menggunakan
model pembelajaran teman sebaya (kelompok eksperimen) diperoleh rentangan
nilai antara 41 sampai dengan 96 dengan skor rata-rata (X) sebesar 69,5,
simpangan baku (Sx) sebesar 13,40 dan variansnya (s2x) sebesar 179,6 dengan
jumlah sampel (n) sebanyak 29 siswa.
Penyajian data dalam bentuk distribusi frekuensi hasil belajar matematika
kelompok eksperimen (X) dapat dilihat sebegai berikut:
52
Tabel 4
Distribusi frekuensi Hasil Belajar Matematika siswa kelompok eksperimen (X)
Frakuensi No Interval kelas Absolut Relatif
1 41 – 49 2 6,89
2 50 – 58 4 13,79
3 59 – 67 4 13,79
4 68 – 76 10 34,48
5 77 – 85 5 17,24
6 86 - 97 4 13,79
Dari tabel 3 di atas, dapat diketahui bahwa nilai terbanyak yaitu 72 pada
interval kelas 68-76 dengan frekuensi absolut 10. sedangkan nilai terendah yaitu
45 pada interval 41-49 dengan frekuensi absolut 2.
Penyajian data dalam bentuk grafik histogram dan poligon hasil belajar
matematika siswa kelompok eksperimen (X) dapat dilihat sebagai berikut:
Grafik 1
Histogram dan Poligon Hasil B matika Kelompok Eksperimen elajar Mate
53
Berikut adalah tabel rekapitulasi hasil belajar matematika siswa kelas
eksperi
Tabel 5
Rekapitulasi Hasil Belajar M a siswa Kelas Eksperimen
ari tabel 4 di atas, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata siswa kelas
eksperi
b. Hasil Belajar matematika siswa yang diajar menggunakan model
a kelompok siswa yang menggunakan
odel
ta dalam bentuk distribusi frekuensi hasil belajar matematika
kelomp
men (x):
atematik
Statistik Tes akhir
Jumlah siswa (n) 29
Nilai Minimum 41
Nilai Maksum 96
Range 55
Mean 6 9,55
Modus 72,4
Median 62,5
Varians 179,6
Simpang
an baku 13,40
D
men yaitu 69,55. Nilai yang paling sering muncul Yaitu 72,4 dan nilai
tengah 62,5. dengan nilai Varians 179,6 dan simpangan baku 13,40
Konvensional ( kelompok kontrol).
Dari data hasil belajar matematik
m konvensional (kelompok kontrol) diperoleh rentangan nilai antara 32
sampai dengan 86 dengan skor rata-rata (X) sebesar 63, simpangan baku (Sx)
sebesar 16,4 dan variansnya (s2x) sebesar 270,5 dengan jumlah sampel (n)
sebanyak 30 siswa.
Penyajian da
ok kontrol (Y) dapat dilihat sebegai berikut:
54
Tabel 6
Distribusi frekuensi Hasil Belajar pok Kontrol (Y) Matematika siswa kelom
Frakuensi No Interval kelas
Absolut Relatif
1 32-40 4 13,3
2 41-49 3 10
3 50-58 2 6.6
4 59-67 4 13,3
5 68-76 9 30
6 77-86 8 26,6
Dari tabel 5 di atas, dapat diketahui bahwa nilai terbanyak yaitu 72 pada
interva
ogram dan poligon hasil belajar
matema
Histogram dan Poligon Hasil Be matika Kelompok Kontrol (Y)
l kelas 59-67 dengan frekuensi absolut 9. sedangkan nilai terendah yaitu 36
pada interval 32-40 dengan frekuensi absolut 4.
Penyajian data dalam bentuk grafik hist
tika siswa kelompok Kontrol (Y) dapat dilihat sebagai berikut:
Grafik 2
lajar Mate
55
Berikut adalah tabel rekapitulasi hasil belajar matematika siswa kelas
eksperi
Tabel 7
Rekapitulasi Hasil Belaja tika siswa Kelas Kontrol
men (x):
r Matema
Statistik Tes akhir
Jumlah siswa (n) 30
Nilai Minimum 32
Nilai Maksimum 86
Range 54
Mean 63
Modus 66
Median 62
Varians 2 70,5
Simpangan baku 16,4
Dari tabel 6 di atas, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata siswa kelas
eksperi
2. Data Hasil Pengamatan
dilakukan beberapa kali pertemuan pembelajaran,
penu
alah hal-hal yang berlangsung:
a. P lkan kepada siswa, siswa terlihat
men yaitu 63 . Nilai yang paling sering muncul Yaitu 66 dan nilai tengah
62. dengan nilai Varians 270,5 dan simpangan baku 16,4.
Hasil pengamatan yang
lis memberikan perlakuan yang berbeda di dua kelas MTs Al-Inaayah
Rawakalong Gunung Sindur Bogor yang dipilih sebagai kelas penelitian. Kelas
VII B sebagai kelas eksperimen mendapat perlakuan pengajaran berupa
pembelajaran menggunakan model Tutor sebaya, dan kelas VII A sebagai kelas
kontrol mendapat perlakuan pengajaran berupa pembelajaran menggunakan model
konvensional.
Berikut ad
ada awal model teman sebaya diperkena
antusias karena ini merupakan hal yang baru bagi mereka.
b. Semua siswa aktif dalam setiap pembelajaran.
56
c. Siswa terlihat menikmati suasana belajar dan terlihat berminat mengikuti
i langsung antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa
l tutor sebaya dapat memotivasi siswa untuk belajar matematika dan
B. Pengujian Prasyarat
pengujian hipotesis, terlebih dahulu diadakan
penguj
as Kelompok Eksperimen
fors pada taraf signifikan 5%,
al
rmal
ar terdapat dalam lampiran.
Dengan
Tabel 8
Hasil Uji Normalitas Variabel Ha r Matematika Siswa Kelompok
Variabel Banyak Sampel b Kesimpulan Data
pembelajaran.
d. Terjadi interaks
lain.
e. Mode
siswa terlihat bersemangat, dan antusias untuk belajar Matematika
Sebelum dilakukan
ian prasyarat analisis yang harus dipenuhi, yaitu:
1. Uji Normalitas
a. UJi Normalit
Uji Normalitas ini menggunakan uji Lilie
adapun criteria nya dalah sebagai berikut:
L hit < Ltab : data bersistribusi Norm
L hit > L tab : data berdistribusi tidak no
Hasil perhitungan uji normalitas hasil belaj
hasil sebagai berikut:
sil Belaja
Eksperimen
Lhit Lta
Hasil
B
0 0 berdistribusi l
elajar
29 ,0853 ,1498 Norma
Dari tabel 7, untuk n = 29 dan α 0,05 didapatkan harga Ltabel = 0,1498.
Untuk
=
data sampel tes hasil belajar matematika siswa yang diajarkan
menggunakan metode pembelajaran teman sebaya (kelompok eksperimen)
sebanyak 29 orang siswa, maka diperoleh hasil perhitungan uji liliefors Lhitung =
57
0,0853 < Ltabel = 0,1498, maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima. Dan data
pada kelompok eksperimen (X) berdistribusi normal.
b. Uji Normalitas kelompok Kontrol
Uji Normalitas ini menggunakan uji Liliefors pada taraf signifikan 5%,
adapun criteria nya dalah sebagai berikut:
L hit < Ltab : data bersistribusi Normal
L hit > L tab : data berdistribusi tidak normal
Hasil perhitungan uji normalitas hasil belajar terdapat dalam lampiran.
Dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 9
Hasil Uji Normalitas Variabel Hasil Belajar Matematika Siswa Kelompok
Kontrol
Variabel Banyak Sampel Lhit Ltab Kesimpulan Data
Hasil
Belajar
30 0,0666 0,256 berdistribusi Normal
Dari tabel 8, untuk n = 30 dan α=0,05 didapatkan harga Ltabel = 0,256.
Untuk data sampel tes hasil belajar matematika siswa yang diajarkan
menggunakan model konvensional. Dari hasil perhitungan uji normalitas
diperoleh Lhitung = 0,0666< Ltabel = 0,256, maka dapat disimpulkan bahwa Ho
diterima. Dengan demikian data pada kelompok kontrol (Y) berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan dengan uji fisher. Dari hasil pengujian
diperoleh Fhitung =1,22 dan Ftabel = 1,85. Pada taraf signifikan α= 0,05 dengan
derajat kebebasan pembilang = 30 dan derajat kebebasasan penyebutnya = 29.
Karena Fhitung < Ftabel maka Ho diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa varians dari kedua kelompok adalah homogen
58
C. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji–t. Dengan rumusan
Hipotesis sebagai berikut;
Ho = Tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar
Matematika antara siswa yang diberikan model pembelajaran Tutor
sebaya dengan siswa yang diberi model konvensional
Ha = Terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar
Matematika antara siswa yang diberikan model pembelajaran Tutor
sebaya dengan siswa yang diberi model konvensional
Setelah dilakukan pengujian prasyarat analisis, dari kedua kelompok
diperoleh bahwa data berdistribusi normal dan homogen. Maka uji “t” yang
digunakan sebagai berikut:
Untuk pengujian hipotesis penelitian digunakan rumus:
dimana:
1X = 69,5 2X = 63 S12 = 173,6 S2
2 = 270,5
( ) ( )2
11
21
222
211
−+−+−
=nn
SnSnSgab
21
21
11nn
S
XX
gab
hitung
+
−=t
1. Data kelompok eksperimen dan kontrol
N1 = 29 N2 = 30
X1= 69,5 X2 = 63
S12 = 179,6 S2
2 = 270,5
59
2. Menentukan harga t hitung
Untuk pengujian hipotesis penelitian digunakan rumus:
3.
4.
5.
dimana:
21
21
11nn
S
XX
1X = 69,5 2X = 63 S12 = 179,6 S2
2 = 270,5
( ) ( )2
11
21
222
211
−+−+−
=nn
SnSnSgab
( ) ( )57
5,270295,17928 +=
= 3,97
Maka :
Thit 067,097,3635,69 −
=
= 6,32
3. Menentukan harga ttabel
Dalam menentukan harga ttabel digunakan table pada taraf signifikan
α = 0,05 dengan derajat kebebasan (db) = 57 dicari dengan cara
interpolasi, yaitu;
T(0,05)(40) = 1,68
T(0,05)(60)= 1,67
40 50 60
10 10
gab
hitung
+
−=t
60
T table = (10 x 1,68) + (30 x 1,67)
20
= 16,8 + 16,7
20
= 1,67
Kriteria pengujian
Terima Ho jika t hitung < t tabel
Tolak Ho
Tolak Ho Ttabel = 1,67 Ttabel = 1, 67
Dari hasil perhitungan diperoleh t hitung = 6,32 dan t tabel = 1,67. Karena t
hitung lebih besar dari ttabel yaitu 6,32 > 1,67, maka Ho tolak pada taraf
signifikasi α = 0,05 dan db = 57.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan terhadap hasil belajar antara siswa yang diberikan model pembelajaran
Tutor sebaya dengan siswa yang diberi model pembelajaran konvensional pada
pembelajaran Matematika.
61
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data, dapat diambil kesimpulan yaitu adanya
perbedaan hasil belajar matematika pada kelas yang menggunakan model
pembelajaran Tutor Sebaya dibandingkan dengan kelas yang diajarkan dengan
menggunakan model pembelajaran Konvensional. Hal ini dibuktikan dengan hasil
belajar matematika pada pembahasan pecahan. Nilai terendah kelompok control pada
interval 32-40 ada 4 orang, nilai terbanyak pada interval 68-76 sebanyak 9 orang dan
nilai terbesar pada interval 77-86 sebanyak 8 orang. Sedangkan pada kelompok
eksperimen interval terendah pada 41-49 sebanyak 2 orang, nilai terbanyak pada
interval 68-76 sebanyak 10 orang dan nilai tertinggi pada interval 86-97 sebanyak 4
orang.
Selain itu dapat di buktikan dengan perhitungan uji t-test yang diperoleh
dengan nilai thitung = 6,32 dan ttabel = 1, 67 pada taraf signifikan α = 0,05 dengan
demikian, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran model Tutor Sebaya
memberikan hasil belajar yang signifikan dibandingkan dengan menggunakan model
pembelajaran konvensional.
model pembelajaran merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
hasil belajar matematika siswa selain faktor-faktor lainnya dalam pembelajaran yang
dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Pembelajaran dengan
menggunakan model Tutor Sebaya dapat mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki
anak didik. Setiap anak didik berpeluang untuk mengembangkan kemampuannya,
sehingga setiap anak didik dapat meraih pencapaian belajar yang lebih baik.
62
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka hasil belajar matematika siswa yang diajar
menggunakan model Tutor Sebaya lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar
matematika siswa yang diajarkan dengan menggunakan model konvensional, maka
penulis dapat memberikan saran sebagai berikut:
1. Guru dapat menerapkan model Tutor sebaya tersebut dalam proses
pembelajarannya baik untuk pelajaran Matematika maupun pelajaran yang
lainnya.
2. Guru diharapkan dapat mengatur model belajar apa yang akan digunakan agar
proses belajar dapat berjalan lancar dan kelemahan-kelemahan dalam proses
pembelajaran baik pelajaran matematika ataupun pelajaran lainnya tidak terjadi
dan tidak terulang kembali.
3. Guru matematika perlu mendiskusikan, mengembangkan dan menggunakan
model pembelajaran yang dapat mendorong siswa agar mempunyai minat untuk
belajar.
63
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama RI Direktorat jenderal Kelembagaan Agama Islam, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional dalam UNDANG-UNDANG SISDIKNAS, (Jakarta : Agustus 2003)
http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu pendidikan, (Jakarta :PT. Raja Grafindo persada,
2001), cet. Kedua Suwito, Pendidikan yang Memberdayakan, IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2002 Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: 2006, PT. Remaja Rosdakarya http://meilanikasim.wordpress.com/2009/03/08/makalah-masalah-pendidikan-di-
indonesia Sawali, Diskusi kelompok terbimbing model tutor sebaya,
http://sawali.info/2007/12/29/diskusi-kelompok-terbimbing-model-tutor-sebaya/, 29 December 2007
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya Erman Suherman, DKK, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer,
Jurusan Pendidikan Matematika, UPI Jhon Echols dan Hasan Sadily, Kamus Inggris- Indonesia, Jakarta : Gramedia,
1995 http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran Syarifuddin, Pembelajaran Matematika Sekolah,
http://syarifartikel.blogspot.com/, Jumat 10 Juli 2009 Andriana Sutinah, Makalah Pembelajaran Interaktif berbasis multimedia di
Sekolah Dasar, http://media.diknas.go.id/media/document/4271.pdf, 2006 Abdul Halim Fathani, Membuat Matematika Lebih Bergairah, 26 April 2008,
http://p4tkmatematika.com/web - p4tkmatematika.com
64
Akhmad Sudrajat, http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/09/12/pengertian-
pendekatan-strategi-metode-teknik-taktik-dan-model-pembelajaran/, 12 September 2008
Rohani, Ahmad, Pengelolaan pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004) Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP, (Ciputat: Gaung
Persada Press, 2007), cet. Kedua Smkswadayatmg weblog, Penerapan Metode Tutor Sebaya dalam Upaya
Mengoptimalkan Pembelajaran Mata Pelajaran KKPI, http://smkswadayatmg.wordpress.com/2007/09/27/penerapan-metode-tutor-sebaya-dalam-upaya-mengoptimalkan-pemebelajaran-mata-pelajaran-kkpi/, 27 September 2007
Sunartombs, http://sunartombs.wordpress.com/2009/03/02/pembelajaran-
konvensional-banyak-dikritik-namun-paling-disukai/ Nasution, Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999) Andrias Harefa, Menjadi Manusia Pembelajar, Penerbit Harian Kompas, (Jakarta:
2000) Sudjarwo , Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar, (Jakarta,: PT.
Mediyatama, 1989), cet. Pertama Abu Ahmadi. JokoTri Prasetya, Strategi Belajar mengajar untuk Fakultas
Tarbiyah komponen MKDK, (Bandung : Pustaka Setia, 2005), cet ke-2 M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1995) ,
cet. Pertama. Sumadi Surya Brata, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2004) Indra Munawar, http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/hasil-belajar-
pengertian-dan-definisi.html, Rabu 10 Juni 2009 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
persada, 2005) Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Ed. Revisi, (Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2007), cet.7
65
Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2006), cet. Kelima
ST. Negoro, B. Harahab, Ensiklopedia Matemetika, ( Jakarta: Ghalia Indonesia,
1998), cet-2
Nurita Putranti, Tutor Sebaya, http://nuritaputranti.wordpress.com/2007/08/02/tutor-sebaya/, 2 Agustus 2007
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Penerbit Alfabeta,
(Bandung : 2007), cet ke 3.
http://downloads.ziddu.com/downloadfile/5235567/MetodePembelajarankooperatif.doc.html
http://pusatbahasa.diknas.go.id/diakses tanggal 8 Nov 2009
http://downloads.ziddu.com
104
Perhitungan Daftar Distribusi Frekuensi, Mean, Modus, Median, varians,
dan simpangan Baku (kelas eksperimen)
1. Rentang Kelas
R = nilai tertinggi –nilai
terendah
R = 96 -41
R =55
2. Banyaknya interval
I = 1 + 3,3 log n
I = 1 + 3,3 (1,46)
I = 5,88 ≈6
3. Panjang Kelas interval
P =
= 9,16 ≈9
4. Mean
5. Modus
= 58,5 + 9
= 72,4
6. Median
Me = 58,5+9 )
= 62,5
7. Varians dan simpangan baku
Varians =
= 179,6
Sx = 13,40
104
105
Perhitungan Daftar Distribusi Frekuensi, Mean, Modus, Median, varians,
dan simpangan Baku (kelas control)
1. Rentang Kelas
R = nilai tertinggi –nilai terendah
R = 86 - 32
R =54
2. Banyaknya interval
I = 1 + 3,3 log n
I = 1 + 3,3 (1,49)
I = 5,917 ≈6
3. Panjang Kelas interval
P =
P = = 9
4. Mean
=
X =63
5. Modus
mo = 58,5 + 9 ( )
= 66
6. Median
Me = 58,5 + 9 ( )
= 62
7. Varians dan simpangan baku
Varian =
= 270,5
Sx = 16,4
205
UJI REFERENSI
Nama : Rizka Azizah
NIM : 102017024006
Fakultas/Jurusan : Ilmu Pendidikan dan Keguruan / Pendidikan Matematika
Judul Skripsi : Pengaruh Model Pembelajaran Tutor Sebaya terhadap
Hasil Belajar Matematika (Penelitian Di MTs Al-Inaayah
Rawakalong Gunung Sindur bogor)
Judul buku dan nama pengarang Paraf
Pembimbing I
Paraf Pembimbing
II 1. Departemen Agama RI Direktorat jenderal
Kelembagaan Agama Islam, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional dalam UNDANG-UNDANG SISDIKNAS, (Jakarta : Agustus 2003), hal. 37
2. Prof. Dr. Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: 2006), PT. Remaja Rosdakarya, h. 41
3. http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan 4. http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran 5. Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu pendidikan, (Jakarta
:PT. Raja Grafindo persada, 2001), cet. Kedua, Hal. 3
6. Sawali, Diskusi kelompok terbimbing model tutor sebaya, http://sawali.info/2007/12/29/diskusi-kelompok-terbimbing-model-tutor-sebaya/, 29 December 2007
7. Suwito, Pendidikan yang Memberdayakan, IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2002, hal.1
8. Suwito, Pendidikan yang Memberdayakan, IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2002, hal.9
9. Syarifuddin, Pembelajaran Matematika Sekolah, http://syarifartikel.blogspot.com/, Jumat 10 Juli 2009
10. http://meilanikasim.wordpress.com/2009/03/08/makalah-masalah-pendidikan-di-indonesia/
11. Erman Suherman , DKK, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Jurusan Pendidikan Matematika, UPI, Hal. 16
12. Erman Suherman , DKK, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Jurusan Pendidikan Matematika, UPI, Hal. 200
13. Erman Suherman , DKK, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Jurusan Pendidikan Matematika, UPI, Hal. 63
14. Erman Suherman DKK, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Jurusan Pendidikan Matematika, UPI, Hal. 276
15. Erman Suherman , DKK, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Jurusan Pendidikan Matematika, UPI, Hal. 255
16. Erman Suherman , DKK, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Jurusan Pendidikan Matematika, UPI, Hal. 205
17. Sunartombs,http://sunartombs.wordpress.com/2009/03/02/pembelajaran-konvensional-banyak-dikritik-namun-paling-disukai/
18. Akhmad Sudrajat, http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/09/12/pengertian-pendekatan-strategi-metode-teknik-taktik-dan-model-pembelajaran/, 12 September 2008
19. Jhon Echols dan Hasan Sadily, Kamus Inggris- Indonesia (Jakarta : Gramedia, 1995)
20. Rohani, Ahmad, Pengelolaan pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 118
21. Andriana Sutinah, Makalah Pembelajaran Interaktif berbasis multimedia di Sekolah Dasar, http://media.diknas.go.id/media/document/4271.pdf, 2006
22. Abdul Halim Fathani, Membuat Matematika Lebih Bergairah, 26 April 2008, http://p4tkmatematika.com/web - p4tkmatematika.com
23. Smkswadayatmg weblog, Penerapan Metode Tutor Sebaya dalam Upaya Mengoptimalkan Pembelajaran Mata Pelajaran KKPI, http://smkswadayatmg.wordpress.com/2007/09/27/penerapan-metode-tutor-sebaya-dalam-upaya-mengoptimalkan-pemebelajaran-mata-pelajaran-kkpi/, 27 September 2007
24. Drs. H. Martinis Yamin, M.Pd., Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP, (Ciputat: Gaung Persada Press, 2007), cet. Kedua, hal. 132
25. Sunartombs, http://sunartombs.wordpress.com/2009/03/02/pembelajaran-konvensional-banyak-dikritik-namun-paling-disukai/
26. Prof. Dr. Nasution, M.A., Teknologi Pendidikan,
(Jakarta: Bumi Aksara, 1999), hal. 93 27. Prof. Dr. Nasution, M.A., Teknologi Pendidikan,
(Jakarta: Bumi Aksara, 1999), H. 45
28. Andrias Harefa, Menjadi Manusia Pembelajar, Penerbit Harian Kompas, (Jakarta: 2000), hal. 53
29. Andrias Harefa, Menjadi Manusia Pembelajar, Penerbit Harian Kompas, (Jakarta: 2000), hal. 11-12
30. Drs. H. Abu Ahmadi. Drs. JokoTri Prasetya, Strategi Belajar mengajar untuk Fakultas Tarbiyah komponen MKDK, (Bandung : Pustaka Setia, 2005), cet ke-2, hal. 35
31. Ngalim Purwanto, Psikologi pendidikan, (Bandung: PT. Ramaja Rosdakarya, 1991), hal 85
32. Sumadi Surya Brata, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), hal. 231
33. Sudjarwo S. MSc., Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar, (Jakarta,: PT. Mediyatama, 1989), cet. Pertama, hal.160
34. Drs. H. M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya,1996), Cet ke-2, hal. 58-59
35. Drs. H. M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1995) , cet. Pertama, hal. 54
36. Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar mengajar, (bandung: Remaja Rosdakarya, 1990), hal.3
37. Indra Munawar, http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/hasil-belajar-pengertian-dan-definisi.html, Rabu 10 Juni 2009
38. Prof. Drs. Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo persada, 2005), hal. 5
39. Drs. Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2006), cet. Kelima, hal.283
40. Prof.Dr.Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Ed. Revisi, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007), cet.7, h.57-58
41. Prof.Dr.Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Ed. Revisi, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007), cet.7, hal. 53
42. Prof.Dr.Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Ed. Revisi, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007), cet.7, hal. 162-175
43. ST. Negoro, B. Harahab, Ensiklopedia Matemetika, ( Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), cet-2, h.260
44. Muhibbib Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999), Hal.90
45. Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Penerbit Alfabeta, (Bandung : 2007), cet ke 3, hal. 77
46. Oxford Leaner’s Pocket Dictionary. 1995, New York, Oxford University Press, Walton Street, hal. 267
47. Eko Hadi Wiyono, Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, (Jakarta: Palanta, 2007), hal. 410
48. Kevin Barry dan Len king, Beginning Teaching and Beyond, Third edition, (Australia: Thomson, 2006), hal. 8
49. Siti Djuwariyah, Penerapan Metode Belajar Aktif sebagai upaya Meningkatkan Prestasi Belajar pada Siswa kelas 6, (Probolinggo: Diknas Probolinggo, 2007), hal.4
Yang Mengesahkan
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Ali Hamzah. M. Pd Drs. Bambang Aryan. M.Pd NIP 194803231982031001 NIP 131 974 684