Upload
lytram
View
237
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
GEREJA
St. Anselm’s Church
1 MacNaughton Rd. (Bayview & Millwood)
Toronto
ON M4G 3H3
Ph: (416) 485-1792
Subway Stn:
Davisville
Redaksi:
Angelina Hanapie
Julian Wibowo
Novius Handy
Randy Danurahardja
Yusup Yusup
Penasehat:
Rm. A. Purwono SCJ
Alamat Redaksi:
c/o Priests of the
Sacred Heart
58 High Park Blvd.
Toronto
ON M6R 1M8
Email:
Bersambung ke halaman 9,
ada waktu itu, adalah malam hari.
Pancaran lampu minyak berkedip
menerobos celah-celah dinding di
setiap rumah desa itu. Maklum belum ada
listrik. Suara jangkrik dan binatang lain
meramaikan suasana malam. Malam justru
semakin hening, mana kala suara binatang
kian ramai. Dan
ini menjadi salah
satu ironi yang
disuguhkan alam.
Dalam
keheningan kita
bisa
mendengarkan
suara lain. Suara
mereka bersahut-
sahutan, seolah
mereka sedang
memainkan
sebuah irama
musik tanpa
judul, namun
merdunya menelusup ke jiwa yang tak
mungkin dipenuhi oleh lagu-lagu berjudul
sekelas apapun. Sekitar lima puluhan orang
berkumpul mengelilingi tumpukan kayu
yang disusun di depan sebuah bangunan tua,
seperti tak berpenghuni. Bangunan itu
adalah sebuah gereja stasi di ujung desa.
Perpaduan antara lampu minyak yang
menerobos malam, nyanyian merdu
binatang dan kumpulan orang berkeliling di
tumpukan kayu depan gereja, menandai
sebuah malam istimewa, yakni malam
Paska.
Di situlah kami mengawali liturgi cahaya.
Jangan bayangkan liturgi yang kami rayakan
maha sempurna, meski dikatakan istimewa.
Liturgi cahaya kami rayakan dalam
kesederhanaan dan keterbatasan. Perarakan
dimulai dari rumah dekat gereja. Sesekali
petugas penerangan menyalakan lampu kecil
untuk menerangi jalan kami. Umat yang
sudah berkumpul
memberi kami jalan
untuk mendekat ke
tumpukan kayu. Api
unggun dinyalakan.
Kemudian, dengan suara
lantang kuserukan,
“saudara-saudari, malam
ini kita merayakan
malam kemenangan,
kegelapan dan kematian
oleh dosa dihalau oleh
terang kebangkitan
Kristus. Kita rayakan
bersama seluruh gereja
semesta, MISTERI
AGUNG ini dengan khidmat.
Aku mendekat ke misdinar yang paling
besar yang membawa lilin paska. Di tengah
lilin paska ada hiasan salib terdapat huruf
“A” di bagian atas dan simbol “Ω” di bagian
bawah. Di setiap sisi salib terhadap empat
digit angka yang menunjukkan tahun
(current year). Lalu saya menorehkan
goresan pada setiap simbol itu dengan
berkata; “Kristus dahulu dan sekarang, awal
dan akhir, Alpha dan Omega, milik-Nyalah
segala masa dan segala abad, kepada-Nyalah
kemuliaan dan kekuasaan, sepanjang segala
masa”. Kalimat ini mengalir lancar dari
P K E G I A T A N
D I B U L A N
M E I
Misa Minggu II,
11 May 2014
Misa Minggu IV,
25 May 2014
W W W . U K I . C A A P R I L 2 0 1 4 / N O . 2 6 3
BERITA U.K.I M e w a r t a k a n I m a n d a n K a s i h
Misteri
Paska Misteri Suka Cita | Oleh Romo Antonius Purwono SCJ |
Pastor Pamong
Rm. Antonius Purwono SCJ, (647) 896.5945
Deacon
Deacon Val Danukarjanto, (416) 497.2274
DEWAN PENGURUS
UMAT KATOLIK INDONESIA
Koordinator
Christine Budihardjo, (647) 895.7089 [email protected]
Wakil Koordinator
Albert Tee, (905) 824.1168 [email protected]
Sekretaris
Christianita Kuswoyo, (647) 774.3801 [email protected]
Bendahara
Janto Solichin, (416) 587.2362 [email protected]
WILAYAH TIMUR
Ketua Wilayah
Nani Widjaja, (416) 890.0894 [email protected]
Seksi Liturgi
Jeffrey Susilo, (416) 388.6169 [email protected]
Seksi Bina Iman
Reza Aguswidjaya, (647) 863.0030 [email protected]
Seksi Sosial
Sofjan “Chopi” Suhadi, (416) 949.3900 [email protected]
Seksi Rumah Tangga
Selvie Widjaja, (647) 896.6121 [email protected]
Usher
Harty Doyle, (647) 533.6246
WILAYAH BARAT
Ketua Wilayah
Ben Dijong, (905) 997.5765
Seksi Liturgi
Raymond Wirahardja, (905) 812.9491
Seksi Bina Iman
Maya Adisuria, (905) 814.8475 [email protected]
Seksi Sosial
Lucas Noegroho, (416) 859.0222 [email protected]
Seksi Rumah Tangga
Ribkah Mesach, (905) 286.9081 [email protected]
Usher
Joyo Sudardi, (905) 785.6379 [email protected]
BIDANG KHUSUS
Mudika, Yoanitha [email protected]
PELAKSANA KHUSUS
Ketua Lektor
Lilian Tjokro, (905) 887.9546
Ketua Sakristi
Hendry Wijaya, (416) 450.6536
Warga UKI yang terkasih…..
Ketika hidup kita mengalami kesusahan,
kekalutan bahkan kehancuran….masihkah
kita ingat akan kebangkitan-Nya? Menurut
Paus Fransiskus, di saat kita tidak
menemukan jalan keluar dari permasalahan
kita, ketika kita makin jatuh dalam
kegelapan……itulah saat penghinaan total
yang kita terima, saat di mana kita
mengalami kerapuhan dan berdosa. Justru
pada saat itulah kita tidak boleh
menyembunyikan kegagalan kita, kita harus
membuka diri dan hati kita akan
kepercayaan pada pengharapan di dalam
Allah, seperti yang dilakukan Yesus.
Saya pribadi juga sering lupa bahwa “Jesus
Christ loves you; He gave His life to save
you; and now He is living at your side every
day to enlighten, strengthen and free you.”
Di saat saya menghadapi masalah pelik, atau
menerima caci-maki dan fitnah, di saat saya
merasa tiada seorangpun yang dapat saya
percaya atau tiada lagi panutan yang dapat
saya ikuti, saat itu saya sering bertanya
mengapa saya mau mengambil jalan ini?
Bukankah semua masalah akan berakhir bila
saya tidak memberikan “commitment” saya?
Apa yang saya dapatkan kalau sudah begini?
Saya hanya mengenal Yesus yang ada di dalam kitab suci, Yesus yang
menopang tangan Petrus di saat dia hampir tenggelam, Yesus yang
memanggul salib dan nantinya akan bangkit pada hari ketiga.
Kita, yang telah dipilih dan dicintai Yesus lewat pembaptisan, harus
mengenal dan mencintai Dia dengan hati dan secara pribadi. Iman katolik
menuntun kita berjalan bersama Yesus dan dalam jalan-Nya, bukan berjalan
secara asal-asalan saja.
Kebangkitan Yesus adalah karya Allah yang berkuasa atas hidup dan mati.
Kebangkitan bukan suatu akhir, melainkan suatu peringatan bagi kita bahwa
di dalam kegelapan, Allah masih berkarya untuk menerbitkan terang.
Dalam pelayanan bagi sesama, kita juga sering mengalami
‘kegelapan’….namun kita harus percaya bahwa bersama Yesus hidup kita
akan semakin kaya dan dalam Yesus kita akan menemukan apa yang
diinginkan Bapa bagi kita.
Selamat Paskah bagi saudara-saudari se-iman!
Christine Budihardjo - Koordinator UKI
(Markham Apr 16/14)
Paskah
mengingatkan
kita pada Yesus
yang bangkit
dengan
mengalahkan
maut dan
membawa
kemenangan.
Lalu apa artinya
semua itu bagi
kita?
H A L A M A N 3 A P R I L 2 0 1 4 / N O . 2 6 3
ntah karena badan yang letih
atau karena begitu nyamannya
tidur di kapal Louis Olympia
Cruise perjalanan yang menempuh
waktu kurang lebih 6 jam dari
Mykonos ke Kusadasi-Turki tidak
terasa sama sekali. Kami turun dari
kapal (tentu setelah sarapan, biar ada
tenaga untuk jalan) jam 7 pagi untuk
mengunjungi sebuah rumah yang
diyakini sebagai “The House of
Virgin Mary” yang berada di
Kusadasi dan Ephesus.
Kusadasi adalah kota resor
di pantai Aegean dan masuk dalam
propinsi Aydin-Turki. Kota ini
terletak 95 km di sebelah selatan
kota Metropolitan Izmir dan 71 km
dari ibukota propinsi Aydin. Kota ini
juga bersebelahan dengan district
Germencik (di sebelah timur laut),
dengan district Soke (di sebelah
tenggara), dengan laut Aegea (di
sebelah barat), dan district Selcuk (di
sebelah utara).
Penduduk kota ini hanya 64.359 jiwa
(statistic 2013), akan tetapi sebagai
kota pariwisata jumlah penduduk
akan meningkat sangat tajam
menjadi sekitar 500.000 jiwa di
musim summer ketika kota ini
dipenuhi oleh para wisatawan
(umumnya dari Turki, Eropa utara
dan Balkan), staf hotel-bar-restorant-
pekerja konstruksi- dan driver.
Kusadasi sendiri berasal
dari kata Kus (burung)
dan Ada (pulau). Pulau
semanjung ini kalau
dilihat dari laut seperti
kepala burung. Kota ini
dikenal sebagai Ephesus
Neopolis pada jaman
Bizantium dan kemudian
sebagai Scala Nova atau
Scala Nuova pada
pemerintahan Genovese dan
Venesia. Akan tetapi sekarang ini
warga Kusadasi lebih suka
mempersingkat kota mereka dengan
sebutan Ada.
Ephesus sendiri mempunyai peranan
yang penting bagi kekristenan awal
di tahun 50 an. Pada tahun 52-54,
St.Paulus diketahui tinggal di
Ephesus. Ia bersama dengan
penduduk setempat aktif
mengadakan penginjilan, yang
menyebabkan banyak orang Ephesus
bertobat menjadi murid Paulus. Hal
ini menimbulkan kekhawatiran bagi
Demetrius dan karyawannya yang
membuat kuil-kuilan dewi Artemis
dari perak, sebab dengan banyaknya
orang yang bertobat dan menjadi
Hari ke II Bersama
Louis Olympia Cruise
Kusadasi-Ephesus Oleh Rm Aegidius Warsito SCJ
E
Foto atas, mendarat di pelabuhan Kusadasi-Turky. Foto bawah, Altar di dalam The House of Virgin Mary
H A L A M A N 4 Sambungan dari halaman 1,
murid Paulus dengan sendirinya semakin sedikit orang
menyembah dewi Artemis dan dengan demikian usaha
peraknya akan gulung tikar. Demetris bersama dengan
karyawannya mengadakan demonstrasi besar-besaran yang
nyaris menimbulkan kekacauan pada saat itu. Peristiwa ini
bisa kita baca di dalam Kisah Para Rasul 19:23-41. Di
ketahui juga bahwa Paulus menulis surat 1 Korintus dari
Ephesus antara tahun 53 dan 57, kemungkinan dari “Paul
Tower” dekat pelabuhan (pada saat dia dipenjarakan untuk
jangka waktu yang singkat). Akan tetapi surat kepada jemaat
di Ephesus ditulis ketika ia berada di penjara Roma sekitar tahun
62.
Kota Ephesus tidak hanya dihubungkan dengan keberadaan St.
Paulus saja, akan tetapi kota ini diyakini menjadi tempat bagi St.
Yohanes Rasul/Pengarang Injil menuliskan Injilnya (Injil
Yohanes) sekitar tahun 90-100. Kota ini juga menjadi salah satu
dari 7 kota yang disebut di dalam Kitab Wahyu (Wahyu 2:1-7).
Hal ini memberikan gambaran kepada kita bahwa jemaat Kristen
di Ephesus sangat kuat saat itu.
Sebuah legenda, yang pertama kali disebutkan oleh Epiphanius
dari Salamis pada abad ke-4 Masehi, diakui bahwa Maria
mungkin telah menghabiskan tahun-tahun terakhir hidupnya di
Efesus. Argumen Epiphanius berangkat dari kehadiran Yohanes
Rasul di kota ini, dan instruksi Yesus kepada Yohanes untuk
mengurus Maria setelah kematian-Nya (Yohanes 19:25-27).
Epiphanius ingin menunjukkan bahwa di dalam Alkitab dikatakan
Yohanes berangkat ke Asia, walau memang secara khusus tidak
dikatakan bahwa Maria pergi bersamanya. Dia kemudian
menyatakan bahwa Maria dikuburkan di Yerusalem.
Sejak abad ke-19, The House of Virgin Mary, sekitar 7 km
(4 mil) dari Selçuk, konon telah menjadi rumah terakhir dari
Bunda Maria, berdasarkan visi Suster Anne Catherine
Emmerich. Ini adalah tempat peziarahan populer bagi orang
-orang Katolik yang juga telah dikunjungi oleh tiga Paus,
yaitu: Paus Paulus VI pada tanggal 26 Juli 1967, dan Paus
Yohanes Paulus II pada tanggal 30 November 1979, dan
Paus Benediktus XVI pada tanggal 29 November 2006.
Rombongan UKI turun dari kapal langsung menuju ke The
House of Virgin Mary. Lokasinya ada di atas bukit dan saya
hanya membayangkan bagaimana Yohanes dan Bunda
Maria bisa sampai di lokasi ini karena pasti sangat sulit,
apalagi transportasi saat itu hanya mengandalkan keledai
atau kuda. Dari satu sisi, tempat ini memang sangat tepat untuk
bersembunyi dari pengejaran orang-orang anti Kristus pada jaman
itu. Bangunan The House of Virgin Mary sendiri tidak besar B E R I T A U . K . I
Foto dari atas ke bawah: Tempat pembatisan di sebelah The House of Virgin Mary, The House of Virgin Mary, The Wishing Wall, Misa di
kapel Bruder samping The House of Virgin Mary.
H A L A M A N 5 A P R I L 2 0 1 4 / N O . 2 6 3
dan sangat sederhana, yang bahan bangunannya berasal dari
batu. Begitu masuk rumah/kapel ini, kita akan menjumpai
satu ruang agak besar mungkin ukuran 5x6 meter kosong
dan hanya ada altar dan patung Bunda Maria di tengahnya.
Di sebelah kanan ada sebuah kamar kecil yang diyakini
sebagai tempat Bunda Maria beristirahat. Di luar Shrine ada
tempat yang disebut "Wishing Wall" di mana para peziarah
bisa menuliskan segala keinginannya atau intensinya di
secarik kertas dan diselipkan di Wishing Wall ini. Di dekat
bangunan The House of Virgin Mary juga ada kolam
pembaptisan, yang juga diyakini sebagai tempat pembaptisan
pada jaman Yohanes Rasul tinggal di tempat ini.
Bagi rombongan UKI tempat ini juga membawa sebuah mukjizat. Di
dalam jadwal ditulis bahwa Misa akan diadakan di Ephesus sementara
itu tour guide menegaskan bahwa hal itu tidak mungkin karena kota
lama Ephesus hanyalah puing-puing bangunan peninggalan jaman
dulu. Saat kami sedang bingung mengenai di mana kami harus Misa,
kami melihat bahwa ada rombongan dari Canada sedang mengadakan
Misa di samping The House of Virgin Mary dan untuk memakai
tempat itu harus book terlebih dahulu, dan UKI tidak pernah book
tempat ini. Mukjizat terjadi ketika saya keluar dari The House of
Virgin Mary, tiba-tiba ada dorongan yang kuat sekali di dalam diri
saya untuk menyapa seorang Bruder yang menjaga tempat ini. Saya
mendekati, menyapa, serta memperkenalkan diri dan rombongan yang
sedang ada di dalam bangunan The House of Virgin Mary. Tanpa saya
minta, tiba-tiba Bruder ini menawarkan bila rombongan akan
mengadakan Misa bisa menggunakan kapel biaranya yang ada di
sebelah kanan dari The House of Virgin Mary. Pada hal saat itu saya
dan Iwan sedang bingung bagaimana caranya untuk mencari tempat
pengganti Misa karena tidak mungkin Misa di Ephesus. Bunda Maria
mengetahui bahwa kami rindu untuk berdoa dan menyambut
Putranya, Yesus Kristus, di dalam perayaan Ekaristi. Bagi saya ini
sebuah mukjizat.
Selesai Misa rombongan segera cepat turun dari lokasi menuju ke
Ephesus untuk melihat, mengalami, dan membayangkan peradaban
jaman sebelum Jesus lahir sampai jaman Paulus berada saat itu.
Dengan melihat reruntuhan bangunan kota Ephesus, saya
membayangkan betapa tingginya peradaban dan kebudayaan yang
telah mereka ciptakan. Mereka sudah membuat sebuah kota yang
lengkap dengan pasar, tempat orang berorasi, theatre,
perpustakaan, washroom umum, klinik, tempat ibadat bagi dewa-
Foto dari atas ke bawah, Di depam Tempel of Hadrian, Lambang yang
dipakai jaman Paulus di Efesus untuk mengatakan Yesus Kristus,
Reuntuhan Tempel of Domitian, Reruntuhan Market jaman dahulu,
Celus Lebray,
Bersambung ke halaman 8,
H A L A M A N 6
Devosi Kerahiman
Ilahi adalah
pengabdian total
kepada Allah yang
Maharahim, yaitu
keputusan untuk
percaya penuh
kepada-Nya, untuk
menerima belas
kasih-Nya dengan
ucapan syukur dan
untuk berbelas kasih
kepada sesama,
sebab Ia penuh belas
kasih. Bentuk
Devosi Kerahiman
Ilahi ini didasarkan
pada catatan-catatan
St Faustina
Kowalska, seorang biarawati Polandia tak terpelajar yang, dalam
ketaatan kepada pembimbing rohaninya, menuliskan sebuah
Buku Catatan Harian setebal kurang lebih 600 halaman dengan
mana ia mencatat penampakan-penampakan yang dianugerahkan
kepadanya mengenai kerahiman Allah. Bahkan sebelum
wafatnya pada tahun 1938, Devosi kepada Kerahiman Ilahi telah
mulai disebarluaskan.
APA PESAN UTAMA KERAHIMAN ILAHI?
Pesan utama Kerahiman Ilahi adalah bahwa Allah
mengasihi kita - semuanya, tak peduli betapa berat dosa kita.
Tuhan ingin kita tahu bahwa belas kasih-Nya jauh lebih besar
daripada segala dosa kita; Tuhan mengundang kita untuk datang
kepada-Nya dengan penuh kepercayaan, menerima belas kasih-
Nya dan membiarkannya mengalir melalui kita kepada sesama.
Dengan demikian segenap umat manusia akan ikut ambil bagian
dalam sukacita-Nya. Pesan ini dapat dengan mudah kita ingat
melalui ABC Kerahiman:
Ask for His Mercy ~ Mohon Belas Kasih Allah
Tuhan menghendaki kita datang kepada-Nya dalam doa secara
terus-menerus, menyesali dosa-dosa kita dan mohon kepada-Nya
untuk mencurahkan belas kasih-Nya atas kita dan atas dunia.
Be Merciful ~ Berbelas Kasih kepada Sesama
Tuhan menghendaki kita menerima belas kasih-Nya dan
membiarkannya mengalir melalui kita kepada sesama. Tuhan
menghendaki kita memperluas kasih serta pengampunan kepada
sesama seperti yang Ia lakukan kepada kita.
Completely Trust ~ Percaya Penuh kepada-Nya
Tuhan ingin kita tahu bahwa rahmat-rahmat belas kasih-Nya
tergantung pada besarnya kepercayaan kita. Semakin kita
percaya kepada-Nya, semakin berlimpah rahmat yang kita
terima. lebih lanjut tentang ABC Kerahiman Ilahi
APA PESAN KHUSUS LAINNYA DALAM DEVOSI
KERAHIMAN ILAHI?
Tak ada yang baru dalam pesannya, hanya
mengingatkan apa yang telah senantiasa diajarkan Gereja, yaitu
bahwa Allah penuh belas kasih dan pengampunan, sehingga kita
pun harus menunjukkan belas kasih dan pengampunan kepada
sesama.
Namun demikian, dalam Devosi Kerahiman Ilahi, pesan ini
diserukan dengan lebih kuat dan tegas; kita dihantar untuk
sampai pada pemahaman yang lebih mendalam bahwa kasih
Allah tak terbatas dan tersedia bagi setiap orang - teristimewa
mereka yang berdosa, “Semakin berat dosanya, semakin ia
berhak mendapatkan belas kasih-Ku (723).”
MENGAPA DEVOSI KERAHIMAN ILAHI DILARANG
GEREJA?
Catatan-catatan St Faustina Kowalska, seorang
biarawati Polandia dari Kongregasi Suster-suster Santa Perawan
Maria Berbelas Kasih, merupakan sumber pesan dan devosi
kepada Kerahiman Ilahi. Selama masa perang tahun 1939-1945,
Devosi Kerahiman Ilahi berkembang pesat, teristimewa karena
umat beriman di Polandia dan Lithuania yang menderita
berpaling kepada Juruselamat yang berbelas kasih sebagai
sumber penghiburan dan pengharapan. Kemudian, pada tahun
1958 dan 1959, nubuat St Faustina mengenai adanya hambatan
dalam karya Kerahiman Ilahi mulai digenapi.
Akibat banyaknya kekeliruan dalam terjemahan Buku
Catatan Harian St Faustina yang disampaikan ke Tahta Suci,
sementara situasi politik di Polandia selama dan sesudah masa
perang menyulitkan Gereja melakukan verifikasi atas
keotentikan catatan-catatan St Faustina, maka pada tanggal 6
Maret 1959 Vatican mengeluarkan keputusan untuk melarang
disebarluaskannya Devosi Kerahiman Ilahi dalam bentuk seperti
yang diajarkan dalam tulisan-tulisan St Faustina.
BAGAIMANA AKHIRNYA LARANGAN DICABUT?
Duapuluh tahun kemudian, yaitu pada tahun 1978,
larangan tersebut sepenuhnya dicabut; terima kasih atas campur
tangan Uskup Agung Krakow, Kardinal Karol Wojtyla. Melalui
daya upaya beliau, suatu Proses Informatif sehubungan dengan
kehidupan dan keutamaan Sr Faustina dimulai pada tahun 1965.
Hasilnya yang gemilang menghantar pada dibukanya proses
beatifikasi Sr Faustina pada tahun 1968.
Dalam surat “Notifikasi” tertanggal 15 April 1978,
Kongregasi Kudus untuk Ajaran Iman, setelah meninjau kembali
berbagai dokumen asli yang tak tersedia pada tahun 1959,
Devosi Kerahiman Ilahi
H A L A M A N 7 A P R I L 2 0 1 4 / N O . 2 6 3
Warga UKI yang terkasih
Dalam rangka menertibkan penyelenggaraan Misa UKI, permintaan ujud / intensi misa dan
doa umat dapat ditujukan kepada:
Wilayah WEST: Ben Dijong ([email protected] , Tlp: 905-997-5765)
Raymond Wirahardja ([email protected] , Tlp: 905-812-9491)
Wilayah EAST: Nani Widjaja ([email protected] , Tlp: 416-890-0894)
Jeffrey Susilo ([email protected] , Tlp: 416-388-6169)
Permintaan sebaiknya diberikan paling lambat 1 (satu) minggu sebelum Misa UKI, kecuali pada
keadaan mendadak dapat dilakukan sebelum Misa dimulai. Para pengurus akan menyampaikan
permintaan Anda kepada Romo Pamong.
Terima kasih atas perhatian dan kerja sama Anda sekalian. Semoga Misa UKI semakin tertata rapi
sehingga kita semakin dapat menerima kehadiran Yesus dengan lebih khidmat.
Tuhan memberkati.
Segenap warga UKI Toronto yang terkasih, Kami mengundang pasangan yang merayakan wedding anniversary , untuk berkesempatan mengucapkan "Pembaharuan Janji Perkawinan" pada setiap Misa Minggu IV di Gereja St. Anselm. Demi kelancaran persiapan teks yang akan dibaca, kami persilakan untuk mendaftar
ke: [email protected] dengan menyertakan: (1) Nama pasangan, (2) Tanggal perkawinan, (3) Tempat / Gereja tempat menerimakan Sakramen Perkawinan Terima kasih dan Tuhan memberkati.
merevisi keputusan sebelumnya dan memaklumkan bahwa
larangan yang dibuat pada tahun 1959 “tidak berlaku lagi”.
Enam bulan berselang, Kardinal Karol Wojtyla dipilih
menjadi Paus Yohanes Paulus II.
HATI-HATI DENGAN DEVOSI KERAHIMAN ILAHI!
Ada dua ayat Kitab Suci yang perlu kita ingat baik-baik
sementara kita mempraktekkan Devosi Kerahiman Ilahi, ataupun
bentuk-bentuk praktek devosi lainnya:
1. “Bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan
memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari
pada-Ku. ” (Yes 29:13)
2. “Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka
akan beroleh kemurahan.” (Mat 5:7)
Apabila kita memandang lukisan Juruselamat yang
Maharahim, atau berhenti sejenak dari rutinitas untuk berdoa
pada jam tiga siang, atau mendaraskan Koronka - adakah hal-hal
ini mendekatkan kita kepada hidup sakramental Gereja yang
sejati dan membiarkan Yesus mengubah hati kita? Ataukah
devosi tersebut menjadi sekedar kebiasaan religius belaka?
Dalam kehidupan sehari-hari apakah kita semakin dan semakin
bertumbuh menjadi orang-orang yang berbelas kasih? Ataukah
kita hanya menawarkan “doa bibir” kepada Allah yang
Maharahim?
PENTINGNYA MENGAMALKAN PESAN KERAHIMAN
Devosi Kerahiman Ilahi seperti yang dinyatakan Tuhan
kita melalui St Faustina, dianugerahkan kepada kita sebagai
“sarana belas kasih” dengan mana kasih Allah dapat dicurahkan
atas dunia, tetapi devosi itu sendiri tidaklah cukup. Tidak cukup
kita menggantungkan Lukisan Kerahiman di rumah kita,
mendaraskan Koronka setiap hari setiap jam tiga siang, dan
menerima Komuni Kudus pada hari Minggu pertama sesudah
Paskah. Kita juga harus menunjukkan belas kasih kepada
sesama. Mengamalkan belas kasih bukan suatu pilihan dari
praktek Devosi Kerahiman Ilahi ini, melainkan suatu
keharusan!
“Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan
orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan
memuliakan Bapamu yang di sorga.” (Mat 5:16)
TIGA TINGKATAN BELAS KASIH DALAM DEVOSI
KERAHIMAN ILAHI
Pertama-tama: perbuatan belas kasih, apa pun jenisnya.
Kedua: ucapan belas kasih, yaitu belas kasih kata, bila kita tak
dapat mewujudkannya dalam perbuatan. Ketiga: doa; kita selalu
dapat menunjukkan belas kasih dengan doa. “Dalam tiga
tingkatan belas kasih ini,” demikian Yesus mengatakan kepada
St Faustina, “terkandung kepenuhan belas kasih (742).”
Kita semua dipanggil untuk mengamalkan ketiga
tingkatan belas kasih ini, tetapi tidak semua kita dipanggil
dengan cara yang sama. Kita perlu datang dan bertanya kepada
Tuhan, yang memahami pribadi dan situasi kita masing-masing
yang unik, untuk menolong kita mengenali berbagai macam cara
dengan mana kita masing-masing dapat menyatakan belas kasih-
Nya dalam hidup kita sehari-hari.
Baiklah kita melihat kembali apa yang telah diajarkan
Gereja mengenai karya-karya belas kasih kepada sesama.
Karya-karya Belas Kasih Jasmani:
1. memberi makan kepada yang lapar
2. memberi minum kepada yang haus
3. memberi tumpangan kepada tunawisma
4. mengenakan pakaian kepada yang telanjang
5. mengunjungi orang miskin
6. mengunjungi orang tahanan
7. menguburkan orang mati
Karya-karya Belas Kasih Rohani:
1. mengajar
2. memberi nasehat
3. menghibur
4. membesarkan hati
5. mengampuni
6. menanggung dengan sabar hati
7. mendoakan mereka yang hidup dan mati
BAGAIMANA MEMPRAKTEKKAN DEVOSI
KERAHIMAN ILAHI?
Menghormati Lukisan Kerahiman Ilahi
Mendaraskan Koronka Kerahiman Ilahi
Merayakan Minggu Kerahiman Ilahi
Mendoakan Jam Kerahiman Ilahi
Menyebarluaskan Devosi Kerahiman Ilahi [Disarikan dan
diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya]
H A L A M A N 8
dewi mereka. Semua ada dalam satu komplek dan dibangun
dengan seni yang ada dan berkembang saat itu. Bagi saya
pribadi, hal ini menggambarkan tingginya tingkat peradaban
jaman sebelum Masehi, dan saya selalu kagum bagaimana
mereka membangun semuanya ini tanpa didukung dengan
peralatan modern seperti yang kita miliki jaman sekarang yang
lebih mengandalkan mesin sementara mereka lebih
mengandalkan tenaga manusia dan keahlian tangan serta pikiran
mereka. Tuhan sungguh adil dalam hal ini. Dia tidak hanya
memberikan kepintaran pada orang jaman sekarang (dengan
kemajuan tekhnologinya) akan tetapi pada orang jaman dahulu -
pada jaman sebelum Jesus hadir di dunia ini.
Selesai puas melihat kehebatan orang-orang Ephesus pada
jaman SM (sebelum Masehi) kita diajak oleh tour guide ke
sebuah industri kerajinan tangan membuat karpet. Sebagaimana
kita tahu Turki terkenal dengan kerajinan karpet. Kita diajak
untuk melihat bagaimana proses membuat karpet yang
semuanya dilakukan dengan tangan/tanpa mesin. Karpet-karpet
yang mereka buat sungguh bermutu
tinggi dan tentu harganya pun cukup
tinggi. Dari rombongan UKI tidak
ada yang tertarik untuk membelinya
walau mereka telah memberikan
presentasi yang sangat meyakinkan
dan dijamu dengan teh khas Turki.
Setelah satu jam di tempat ini, kami
diantar pulang ke kapal Louis
Olympia Cruise yang sudah
menunggu kami untuk mengadakan
perjalanan ke pulau Patmos.
Rombongan sedang melintasi Theatre
Ephesus (latar belakang tempat duduk
Roman Street yang menuju ke laut Ephesus
Dengerin jualan Karpet—Turky
Cara buat karpet di Turky
Hasil Penghitungan Suara Pemilu Legislatif 2014
H A L A M A N 9 A P R I L 2 0 1 4 / N O . 2 6 3
bibirku karena membaca teks liturgi
upacara cahaya. Tanpa kusadari,
ternyata ini menjadi bagian dari
misteri agung yang tadi saya ucapkan.
Keagungannya terletak pada
keyakinan Gereja akan siapa Kristus
di sejarah zaman. Ia ada dahulu dan
sekarang. Ia awal dan akhir. Dan Ia
adalah alpha dan omega. Ia berkuasa
atas seluruh waktu, segala masa dan
segala abad. Terhadap Dia yang
demikian, tidak ada hal lain untuk
dihunjukkan kecuali sujud atas
kemuliaan dan kekuasaan-Nya
sepanjang segala masa.
Lalu saya menancapkan lima butir
paku (pentolan lilin) pada setiap
ujung salib dan tengahnya sambil
mengatakan; “Demi luka-luka-Nya
yang kudus dan mulia, semoga kita
dilindungi dan dipelihara oleh
Kristus. Amin”. Ia yang berkuasa
menerobos kemanusiaan yang rapuh
dan berdosa. Dosa dan kerapuhan
manusia menggoreskan luka di
seluruh tubuh-Nya. Namun, luka itu
kudus dan mulia. Inilah misteri agung
-Nya, dengan-Nya kita dilindungi dan
dipelihara oleh-NYA. Karena Ia tidak
berhenti pada luka. Tidak berhenti
pula pada perih pilunya salib dan
gelap pekatnya makam. Ia bangkit.
Kebangkitan-Nya memporak-
porandakan makam dan kematian. Ia
bangkit sebagai cahaya yang
menghalau kegepalan dosa dan maut.
Maka lilin paska segera kunyalakan.
Kuangkat tinggi lilin itu sambil
kunyanyikan; “Kristus cahaya dunia”.
Dan umatpun menjawab dengan
seruan: “Syukur kepada Allah”.
Sungguh, tidak ada jawaban yang
memadai kecuali rasa syukur atas
karya keselamatan Allah yang
dilaksanakan oleh Kristus lewat
peristiwa salib dan kebangkitan-Nya.
Lilin kuarak masuk ke dalam gereja
dan seluruh umat mengikuti. Lilin
paska yang bersinar menerangi jalan.
Seperti dikatakan Paus Fransiskus;
“faith is not a light which scatters all
our darkness, but lamp which guides
our steps in the night and suffices for
the journey (Lumen Fidei June 29,
2013). Lilin paska juga menerangi
perjalanan kami memasuki misteri
keselamatan yang sangat agung.
Karya keselamatan itu
dikumandangkan lewat kidung pujian
paska dan bacaan-bacaan dari kitab
perjanjian lama dan perjanjian baru
dan memuncak pada kisah
kebangkitan Kristus. Lalu dilanjutkan
liturgi baptis dan pembaharuan janji
baptis hingga mencapai puncaknya
pada liturgi ekaristi. Sungguh sebuah
perayaan yang menandai MISTERI
AGUNG yang menimbulkan sukacita.
Perayaan malam paska usai, namun
sukacita tidaklah usai, justru mulai
dinikmati.
Kulihat wajah umat ceria, tersenyum
gembira saling mengucapkan selamat
paska. Dengan ucapan itu, seakan
mau mengatakan;
“jangan takut
menghadapi hidup,
karena kita
dilindungi dan
dipelihara oleh
Kristus yang
hidup”. Ucapan
paska itu terus
menggema dalam
dalam hidup sehari
-hari. Hidup yang
ditandai sukacita.
Sukacita sebagai
orang yang
mengimani
kebangkitan. Usai
makan bersama
saya pulang ke gereja yang
belakangnya dibuat bilik untuk tidur
romo yang bermalam di stasi itu. Dan
saya kembali menjumpai sebuah
keheningan, yang aromanya adalah
kegembiraan akan kebangkitan. Saya
membaringkan diri, dan malam itu
saya tidak membutuhkan mimpi.
Yang saya butuhkan hanyalah
membiarkan alam bernyanyi atas
keselamatan yang terjadi. Dan saya
berjanji untuk bagun pagi untuk
merayakan paska di stasi lain.
Misteri Paska sungguh misteri
sukacita, yang bisa didapat dengan
cara yang sangat sederhana. Saya
menghaturkan selamat Paska pada
seluruh umat (UKI), moga sukacita
yang baru kita rayakan abadi.
“Every Precious Gift Comes From Above” (James 1:17)
Jacob Daniel Catallo April 6, 2014
at 8:03 pm, in Barrie, Ontario 6 lbs 15 0z, 20”
Born to Wendy Danukarjanto & Dave Catallo
Proud Grandparents
Deacon Val & Wies Danukarjanto
Rejoicing with you on the arrival of
your precious baby boy
“ Umat Katolik Indonesia “
Sambungan dari halaman 1,
H A L A M A N 1 0
Pemberkatan dan Perarakan Palma. Minggu, 13 April 2014
Lukas 2: 29-30 “Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam dalam sejahtera, sesuai dengan firman-Mu,
sebab mataku telah melihat keselamatan yang daripada-Mu”
Umat Katolik Indonesia di Toronto dan sekitarnya,
TURUT BERDUKA CITA, atas berpulangnya:
Ibu Josepha Susanti Surjapranata (Bong Swanty)
Meninggal 21 Maret 2014 Di Toronto
Istri dari Alm. Johan Surjapranata
Ibu / Ibu Mertua dari
Juliarti dan Hidayat Soelistio Wies dan Deacon Val Danukarjanto
Eliani dan Wahyu Widayat Oma dari
Yustinus Eko dan Frieda Soelistio Inez dan Paul Park, Luki dan Clara Danukarjanto, Wendy dan Dave Catallo, Nicholas Danukarjanto,
Claire Danukarjanto, Monica Widayat, Christian Widayat. Great Grandma
Micah Danukarjanto Park, Taya Danukarjanto Park,
Abree Danukarjanto Park, Mia Isabella Catallo, Cayden Alexander Catallo, Keane Lee Danukarjanto,
Benjamin Matthew Soelistio.
Ibu Ignatia Soemarni (95 thn) Meninggal 28 Maret 2014
Jam 3:40 WIB di Indonesia
Istri dari Alm. Soegito Tanojo
Ibu/Ibu Mertua dari Fransiska Handajani dan Soekotjo Santoso
Lucy Setijawati dan Indradjaya Ninik Hartati dan Oei Pik Ming
Jani Hermanto dan Almh. Yuniastuti Tanti Irawati dan Ir. Budi Koesnadi
Wiwik Widiastuti dan LB Setio Budiono Sugianto Tanojo dan Lissy Boediman
Bambang Poerwanto dan Ina
Bapak Phinardy Wijaya Oey (62 thn) Meninggal 10 April 2014
Jam 4:22 pagi, di RS Royal Taruma, Jakarta
Suami dari Lim Sioe Lan
Ayah/Ayah Mertua dari
Hendrik Iriawan Saputra Oey dan Thjia Tjie Fun Hendra Iriawan Saputra dan Jong Yoek Phing
Henki Iriawan Saputra Oey Fiefie Juniaty Oey dan Jimmy Nur Kencana
Opa dari Joanne Anastasia, Jason, Jeannettee, Theodore Oey, William Oey, Samuel Oliver Lim.
Semoga Tuhan Yang Maha Rahim memberi keselamatan kekal dan tempat peristirahatan yang indah di rumah Bapa
di sorga. Dan bagi keluarga yang ditinggalkan diberi rahmat, kekuatan, ketabahan serta penghiburan dariNya.
UCAPAN TERIMA KASIH
Kami sangat berterima kasih dan menghargai segala
bantuan, doa-doa, perhatiannya yang diberikan kepada mami dan kami
dalam masa sulit ini.
Dengan diiringi begitu banyak doa kami percaya mami/Tante/Oma
Swanty telah bersama Bapa, Yesus dan Bunda Maria.
Kepergian mami diiringi dengan tiga kali penerimaan
Sakramen Pengurapan Orang Sakit oleh tiga pastor yang berbeda
selama sembilan hari di rumah sakit.
Juga Misa Kudus yang tak henti-hantinya dipersembahkan oleh pastor-
pastor yang mengenal mami, dan doa-doa dari saudara-saudara dan
teman-teman.
Sampai saat ini kami menerima lima belas Mass Cards, dan
doa-doa yang tak kunjung henti. Ini menunjukkan kasih Tuhan yang
luar biasa melalui begitu banyak orang.
Terima kasih Tuhan, terima kasih semuanya.
Kami percaya mami sudah menerima pahalanya dan bertemu dengan
Bapa, Yesus, Bunda Maria dan berkumpul dengan papi, saudara-
saudara dan teman-teman yang sudah lebih dahulu meninggalkan dunia
ini.
Begitu pula kami mendapat kekuatan dan penghiburan atas
bantuan, doa-doa dan perhatian yang diberikan pada seluruh keluarga
kami.
Semoga Tuhan membalas kebaikan Anda dengan berkat
melimpah.
Tuhan memberkati,
Salam dan doa,
Wies & Deacon Val
Seluruh keluarga besar Oma Swanty
WARGA UKI DAN INDONESIA HUBUNGI GREG ATAU SONELA HOXA
TELEPHONE # 905-695-1745