k. safawi.rtf

Embed Size (px)

Citation preview

18

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Alhamdulillah selalu kami panjatkan kehadirat Ilahi Robbi yang telah senantiasa melimpahkan rahmat, nimat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kita semua sehingga kita dapat menjadi seperti saat ini, bisa merasakan nikmatnya mencari ilmu di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.Shalawat serta Salam tetap dan selalu kami hadiahkan kepada sang Revolusioner dunia sekaligus sebagai Khotamul Ambiya yang telah membawa nilai nilai, pemikiran dan prinsip prinsip dalam pendidikan yang unik dan kreatif sehingga benar benar menjadikan agama islam sebagai agama yang Rahmatan Lil Alamin (rahmat bagi semua alam)Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada seluruh pihak yang telah banyak membantu kami dalam proses pembuatan dan penyusunan makalahyang berjudul Kerajaan Safawiini, khususnya kepada Dosen Mata kuliyah pemikiran pendidikan islam yang senantiasa dengan sabar dan ikhlas membimbing kami.Dengan segala kerendahan hati kami mengharapkan kritikdansaran yang bersifat membangun (konstruktif) dari semua pembaca, karena kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tentulah masih terdapat banyak sekali kekurangan kekurangan sehingga benar pepatah mengatakan tiada gading yang tak retak. Mungkin bisa dikatakan bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.Akhir kata, semoga karya makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin ya Robbal Alamin.

Malang, 29 Oktober 2012

Penyusun

DAFTAR ISICOVERKATA PENGANTAR................... 2DAFTAR ISI.............. 3BAB I PENDAHULUANLatar Belakang . 4Rumusan Masalah 4Tujuan .............. 4

BAB II PEMBAHASANSejarah Berdirinya Kerajaan Safawi dan Perkembangannya .. 5Wujud dan Kemajuan Kejaraan Safawi... 10Kemunduran Kerajaan Safawi . 12Corak dan Sistem pendidikan Safawi14

BAB III PENUTUPKesimpulan ...... 19

DAFTAR PUSTAKA

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Dalam setiap dekade kehidupan, waktu terus berputar bagai roda, bagian yang bawah kadang keatas dan sebaliknya. Bagitu juga dengan perjalanan sejarah kerajaan-kerajaan Islam.Sepeninggalan Rasulullah Islam sudah tersebar di seantero jazirah Arab, Islam terus melakukan expansi di bawah kendali pada khalifah Ar-Rasyidin dan selanjutnya dilanjutkan oleh rezim Umayyah kemudian rezim Abbasyiah. Cemerlangnya peradaban Islam, berjaya pada masa Dinasti Umayyah dan Abbasiyah. Sekian abad kejayaan Islam, berakhir setelah serangan Mongol terhadap seljuk pada tahun 1300 M, kekuatan politik Islam mengalami kemunduran secara drastis. Wilayah kekuasaannya tecabik-cabik dalam beberapa kerajaan kecil yang satu sama lain bahkan saling memerangi. Beberapa peninggalan budaya dan peradaban Islam banyak yang hancur akibat serangan bangsa Mongol itu. Namun, kamalangan tidak berhenti sampai di situ. Timur Lenk, pemimpin bangsa mongol saat itu, juga menghancurkan pusat-pusat kekuasaan Islam yang lain.Ditengah-tengah keterpurukan umat Islam karena Dinasti Abbasiyah mengalami kehancuran, muncullah tiga kerajaan besar yaitu kerajaan Turki Usmani ( Ottoman ) di Turki, kerajaan Safawiyah di Persia dan kerajaan Mughal di India yang membuat kondisi politik umat Islam secara keseluruhan mengalami kemajuan dan umat Islam saat itu bangkit kembali.Kerajaan Usmani di samping yang pertama berdiri, juga yang terbesar dan paling lama bertahan dibanding kedua kerajaan lainnya. Turki Usmani dianggap sebagai dinasti yang mampu menghimpun kembali umat Islam setelah beberapa lama mengalami kemunduran politik.Pada waktu kerajaan Turki Usmani mencapai puncak kejayaan, kerajaan Safawi di Persia masih baru berdiri. Gerakan Safawiyah memprakarsai penaklukan Iran dan mendirikan sebuah kerajaan baru yang berkuasa dari 1501 sampai 1722. Sang pendiri mengawali gerakannya dengan seruan untuk memburnikan dan memulihkan kembali ajaran Islam.Namun pada kenyataannya, kerajaan ini dapat berkembang dengan cepat. Nama Safawi ini terus dipertahankan sampai tarekat Safawiyah menjadi gerakan politik dan menjadi sebuah kerajaan yang disebut kerajaan Safawi.Kerajaan ini mampu mempersatukan seluruh daerah Persia sebagai satu negara yang besar dan independen.Kerajaan Mughal berdiri, setelah seperempat abad berdirinya kerajaan Safawi, kerajaan Mughal di India dengan Delhi sebagai ibu kotanya. kerajaan Mughal bukanlah kerajan Islam pertama di anak Benua India. Awal kekuasaan Islam di wilayah India terjadi pada masa khalifah al-Walid dari Dinasti Bani Umayyah. Akan tetapi Kerajaan Mughal termasuk salah satu kerajaan yang sangat berperan penting dalam membangun peradaban Islam.Dalam makalah ini penulis akan mengangkat pembahasan tentang Kerajaan Safawiyah, dari awal berdirinya hingga akhir pemerintahannya..B. Rumusan Masalah1. Bagaimana sejarah berdirinya kerajaan Safawi dan perkembangannya ?2. Bagaimana Corak Sosio-Pendidikan dan sistemnya pada masa dinasti safawi? C. TujuanUntuk megetahui sejarah berdirinya Kerajaan Safawiyah dan mempelajari kemajuan dan kemunduran kerajaan tersebut.Untuk mengetahui arah dan corak kependidikan yang terefleksi dalam seluruh kehidupan masyarakat safawi.

BAB IIPEMBAHASAN

A. Sejarah Muncul dan Berkembang Dinasti Safawi 1. Proses Pembentukan Dinasti Safawi Kerajaan Safawi berdiri secara resmi di Persia pada 1501 M. Namun dinasti ini tidak berdiri sendiri. Peristiwa tersebut berkaitan dengan peristiwa-peristiwa sebelumnya dalam rentang waktu yang cukup panjang. Yakni kurang lebih 2 abad, waktu yang hampir sama dengan usia kerajaan Safawi. Cikal bakal Safawi tumbuh lambat laun, tapi pasti menuju zaman yang penuh dengan muatan historis yang sangat penting.Secara etimologis nama dinasti Safawi berasal dari kata Safi yang diambil nama seorang sufi bernama Safi Al-din Ishaq Al-Ardabili lahir pada tahun 1252 M pendiri tarekat Safawiyah dan bukan dari kata sufi. 6 tahun sebelum Hulagu Khan menghancurkan Baghdad, ia lahir di kota Ardabil sebuah kota paling Timur dari Azerbaijan. Sejak kecil ia sudah menggemari amalan keagamaan dan kehidupan sufistik.Pada usia 25 tahun ia belajar pada seorang sufi bernama Zahid Tajuddin, di Jailan dekat laut Kaspia. Kurang lebih selama 25 tahun, kemudian beliau diangkat menjadi menantu, setelah gurunya wafat ia mengantikan kedudukan gurunya sebagai guru tarekat, tarekat ini kemudian dikenal Tarekat Safawi yang berpusat di Ardabil. Kafrawi Ridwan dkk, Ensiklopedi Islam jil.4 ,(PT Ichtiar Van Hoeve: Jakarta, 1994), 176.Adapun mengenai asal usul keturunan Safi Al-din masih menjadi problematika kontroversial. Menurut keluarga Safawi Safi Al-din Ishaq Al-Ardabili adalah keturunan dari Musa Al-Kazim imam ketujuh dari Syiah Imam yang dua belas. Oleh karena itu, ia termasuk keturunan Rasulullah SAW dari garis puterinya Fatimah. Namun menurut pendapat yang lain Safi Al-din adalah penduduk asli Iran dari Kurdistan yang berbahasa Turki yang di pakai di wilayah Azerbaijan, ia dianggap beraliran syiah tetapi juga sunni yang bermazhab Syafii sedangkan penggantinya yang kedua Khawaja Ali merupakan penganut syiah moderat. Ajid Tohir, Perkembangan Peradaban Di Kawasan Islam, (Rajawali Pers: Jakarta, 2009), 168.Sebelum menjadi dinasti, Safawi mengalami 2 fase pertumbuhan pertama fase dimana safawi bergerak dibidang keagamaan (cultural) dan kedua sebagai gerakan politik (struktural).Pada tahun 1301 - 1447 M gerakan Safawi masih murni gerakan keagamaan dengan tarekat Safawiyah sebagai sarana, tarekat ini mempunyai pengikut yang sangat besar hal ini terjadi karena pada saat itu, umat umumnya hidup dalam suasana apatis dan pasrah melihat anarki politik yang berkecamuk. Hanya dengan kehidupan keagamaan lewat sufisme, mereka mendapat persaudaraan tarekat, dan mereka merasa aman dalam menjalin persaudaraan antar muslim.Pada fase pertama ini gerakan tarekat Safawi tidak mencampuri masalah politik sehingga dia berjalan dengan aman dan lancar baik pada masa Ilkhan maupun pada masa penjarahan Timur Lenk. Dan dalam fase ini gerakan Safawi mempunyai dua corak, pertama bernuansa Sunni yaitu pada masa pimpinan Safiuddin Ishaq ( 1301 - 1344) dan anaknya Sadruddin Musa (1344 - 1399), kedua berubah menjadi Syiah pada masa Khawaja Ali (1399 - 1427). Perubahan ini terjadi karena ada kemungkinan bertambahnya pengikut Safawi di kalangan syiah sehingga kepemimpinannya berusaha menyusuaian diri dengan aliran manyoritas pendukungnya. 2. Perubahan dari Sistem Sosial-Organik ke Sistem Religio-PolitikPada masa 1447 - 1501 M, gerakan Safawi memasuki fase kedua yaitu sebagai gerakan politik. Kecenderungan memasuki dunia politik terwujud pada masa kepemimpinan Juned (1447 - 1501 M). Juned mengubahnya menjadi gerakan politik revolusioner dengan tarekat Safawi sebagai sarananya.Gerakan ini mulai terlibat dalam konflik politik antara dua kerajaan Turki yang berkuasa saat itu. Kara Koyunlu ( Black Sheep) beraliran syiah berkuasa dibagian Timur dan Ak Koyunlu (White sheep) beraliran Sunni berkuasa dibagian Barat di bawah imperum Usmani. Tarekat Safawi memperluas tarekatnya dengan menambahkan kegiatan politik pada kegiatan keagamaan. Perluasan ini menimbulkan konflik dengan Jahansyah penguasa Kara Koyunlu pada tahun 1447 M Juned kalah dan diasingkan dari Ardabil.Juned kemudian meminta suaka politik pada raja Ak Koyunlu sekaligus mengadakan aliansi politik untuk bersama-bersama menghadapi Kara Koyonlu. Hal ini dilakukannya untuk mendapatkan wilayah sebagai baris gerakan Safawi.Perubahan Safawi dari gerakan keagamaan menjadi gerakan politik cukup menarik, karena sebagai tarekat sufi yang lebih bersifat Ukhrawi kemudian menjadi duniawi (profan), faktor utama yang menyebabkan adanya perubahan tersebut ada pada ajaran tarekat itu sendiri yaitu hubungan antara pemimpin tarekat dengan pengikut-pengikutnya. Pemimpin tarekat yang disebut Mursyid mempunyai wakil di daerah-daerah tertentu tempat pengikut-pengikutnya berada, anggota tarekat harus tunduk secara mutlak kepada Mursyid dan wakilnya itu. Oleh karena itu, ikatan antara pemimpin dengan pengikutnya sangat kuat sehingga semacam ada hierarki spiritual. Dalam tarekat Safawi pemimpin yang meninggal dunia selalu digantikan oleh anaknya seperti dalam kepemimpinan dinasti, ini menjadi modal dasar yang mendorong perubahan tersebut jika pemimpin seperti Juned memiliki ambisi politik para pengikutnya dapat disulap menjadi tentara yang fanatik dan mendukung ambisi politik pemimpinnya. Ibid,171.Selama dalam suaka Ak Koyunlu baik Juned maupun Haidar bin Juned telah melakukan kegiatan politik seperti Juned menikahi saudara Uzun Hasan (Raja Ak Kayunlu). Aliansi politik ini diperkuat lagi dengan pernikahan Haidar bin Juned dengan Putri Uzun Hasan sendiri, dari istrinya sendiri Despin Katrina, puteri Kaloo Juhannis, seorang raja Kristen dipantai Timur Laut Hitam. Tapi menurut buku Munawiyah, dkk, Sejarah Peradaban Islam, dikatakan bahwa Haidar menikah dengan cucu Uzun Hasan bukan dengan putri Uzun Hasan sendiri, dari perkawinan Haidar lahir Ali, Ismail dan Ibrahim, Ismail-lah yang kemudian hari menjadi pendiri Kerajaan Safawi dan menetapkan syiah sebagai mazhab negara.Pada tahun 1459 M Juned berusaha menyerang Ardabil tetapi gagal kemudian pada tahun 1460 M, ia mencoba merebut Sircassia dan juga daerah Utara yang didiami orang Kristen Georgia tetapi pasukan yang di pimpinnya di hadang oleh tentara Sirwan dan ia terbunuh dalam pertumpuran tersebut.Haidar pun mengikuti jejak ayahnya ia membantu Ak Koyunlu menyerang Kara Koyunlu setelah Ak Koyunlu menumbangkan Kara koyunlu pada tahun 1467 M, aliansi Safawi dengan Ak Koyunlu menjadi guncang. Ak Koyunlu menganggap Safawi sebagai lawan politik yang dapat membahayakan Ak Koyunlu.Ketika Haidar mencoba merebut Sisilia ( Sirkasia ) daerah-daerah Kristen di Utara dan Sirwan, Ak Koyunlu mengirimkan bantuan militer kepada Sirwan. Pasukan Haidar kalah ia pun terbunuh. Kecenderungan Haidar menyerang daerah-daerah Kristen di Utara di mungkinkan untuk memperoleh daerah pijakan yang akan memperkuat basis politik yang independen karena selama ini Safawi hanya merupakan dinasti politik spiritual tanpa tanah air. Ibid,172.Meskipun Haidar belum mewujudkan cita-cita gerakan Safawi namun ia sempat memberikan atribut kepada pendukung-pendukungnya berupa serban merah yang berumbai 12, sehingga mereka terkenal dengan sebutan Qizilbas (kepala merah). Rumbai 12 yang menjadi lambang Syiah isna asyar (12 imam) mempunyai pengaruh yang besar dalam menanamkan fanatisme dan militansi para pengikut syiah. Munawiyah dkk, Sejarah Peradaban Islam,( PSW IAIN Ar-Raniry:Banda Aceh, 2009),181.3.Berdirinya Kerajaan Safawi Secara ResmiSetelah kematian Haidar, Ali menggantikan ayahnya, ia didesak bala tentara untuk menuntut balas atas kematian ayahnya, tapi Ali di tangkap oleh Yakub (Raja Ak Koyunlu), lalu dibuang ke Fars bersama ibu dan dua orang saudaranya Ibrahim dan Ismail selama 4 tahun setengah (1589 1593 M).Situasi itu mendorong pengikut-pengikut Safawi di Persia, Armenia, Anatolia dan Syiria mengonsolidasikan kekuatan sendiri, hingga Ali di lepaskan. Tetapi ketika penguasa Ak koyunlu di pegang oleh Rustam, Ali di tangkap dan dibuang ke Ray sampai akhirnya dibunuh. Sebelum meninggal Ali sempat mengangkat adik bungsunya Ismail bin Haidar yang waktu itu berusia tujuh tahun untuk menjadi pemimpin Safawi.Dalam waktu lima tahun, Ismail berhasil menghimpun kekuatan yang cukup besar dan bermarkas di Gilan. Pada tahun 1501 M, pecah pertempuran antara Ak koyunlu dengan Safawi di Sahrur dekat Nakhiwan dengan kemenangan di pihak Safawi. Ismail memasuki kota Tabris dengan penuh kebanggaan dan memproklamasikan berdirinya Kerjaan Safawi. Ia sendiri menjadi raja pertamanya dan menjadikan Syiah sebagai ideologi negara.4.Perkembangan Kerajaan SafawiIsmail memerintah selama 23 tahun (1501 1524). Selama sepuluh tahun pertama pemerintahannya, Ismail berhasil memperluas wilayah pemerintahan sampai mencakup seluruh wilayah Persia dan sebelah Timur Fertile Creshen. Pada tahun 1502 M, Ismail telah menduduki Sirwan, Azerbaijan dan Irak. Pada 1503 M, ia menghancurkan sisa-sisa tentara Ak Koyunlu di Hamadzan. Pada tahun 1504 Ismail menduduki Provinsi Kaspia dari Mazandaran dan Curgan. Diyar Bakr ditaklukkan pada tahun 1505 M, dan Baghdad jatuh ketangannya pada tahun 1508 M. Pada tahun 1510 M ia menguasai Khurasan setelah terlibat dalam pertempuran dengan Syaibani Khan, raja Uzbek. Kemenangan beruntun itu merupakan sukses mewujudkan kerajaan Safawi yang membentang dari Heart (Harat) di Timur sampai Diyar Bark di Barat.Bahkan tidak sampai di situ saja, ambisi politik mendorongnya untuk terus mengembangkan wilayah kekuasaan ke daerah-daerah lainnya seperti Turki Usmani. Ismail Berusaha merebut dan mengadakan expansi ke wilayah kerajaan Usmani (1514 M) tapi dalam peperangan ini Ismail mengalami kekalahan, Turki di bawah pimpinan Sultan Salim dapat menduduki Tabris. Kerajaan Safawi terselamatkan dengan pulangnya Sultan Usmani ke Turki, karena terjadi perpecahan di kalangan militer Turki di negerinya kekalahan ini membuat Ismail I berubah, ia lebih sering menyendiri, menempuh kehidupan hura-hura dan berburu. Keadaan ini berdampak negatif pada Kerajaan Safawi, hingga akhirnya terjadi persaingan dalam merebut pengaruh untuk dapat memimpin, antara pimpinan suku-suku Turki, pejabat, keturunan Persia dan Qizilbash. Penyebab utama terjadi peperangan antara Safawi dan Usmani menurut Syalabi adalah pemaksaan faham Syiah terhadap mayoritas faham Sunni, dan lebih kejam Ismail I telah membunuh ulama Sunni di daerah Irak. Sehingga turki merasa terpanggil dengan kebiadaban Syiah. Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II,(PT. Raja Grafindo Persada:Jakarta,, 2008),142.Sepeninggal Ismail I, permusuhan dengan Kerajaan Usmani terus berlanjut, terjadi beberapa perang antara keduanya yaitu pada masa Tahmasp 1 (1524-1576), Isamail II (1576-1577) dan Muhammad Khudabanda (1577-1587) pada masa tiga Raja Safawi mengalami kelemahan, karena sering berperang dengan kerajaan Usmani yang lebih kuat, dan juga sering terjadi pertentangan antara kelompok dari dalam kerajaan Safawi sendiri.Dinasti Safawi bertahan lebih 2 abad dengan pemimpin sebagai berikut:1) Ismail I (1501-1524 M)2) Tahmasap I (1524-1576 M)3) Ismail II (1576-1577 M)4) Muhammad Khudabanda ( 1577-1587 M)5) Abbas I ( 1587-1628 M)6) Safi Mirza (1628-1642 M)7) Abbas II (1642-1667 M)8) Sulaiman (1667-1694 M)9) Husein I (1694-1722 M)10) Tahmasap II (1722-1732 M)11) Abbas III (1732-1736 M)

B. Wujud dan Corak Kemajuan Dinasti Safawi1. Kemajuan di Bidang PolitikMasa kemajuan dinasti Safawi tidak langsung terjadi pada masa Ismail, Raja pertama (1501-1524 M) kejayaan Safawi yang gemilang baru di capai pada masa Syah Abbas yang Agung (1587-1628 M) Raja yang kelima. Walaupun begitu, peran Ismail sebagai pendiri Safawi sangat besar sebagai peletak pondasi bagi kemajuan Safawi di kemudian hari. Dia telah memberikan corak yang khas bagi Safawi dengan menetapkan Syiah sebagai mazhab negara. Syah Ismail juga telah memberikan dua karya besar bagi negaranya, yaitu perluasan wilayah dan penyusunan struktur pemerintahan yang unik pada masanya.Seperti di katakan sebelumnya Safawi jaya pada masa Abbas I (1587-1628). Syah Abbas yang Agung naik tahta pada usia 17 tahun. Ketika Abbas memerintah kerajaan Safawi berada dalam keadaan tidak stabil. Syah Abbas menempuh beberapa langkah untuk memperbaiki situasi tersebut, antara lain:a) Menghilangkan dominasi pasukan Qizilbash atas kerajaan Safawi dengan membentuk pasukan baru yang terdiri dari bekas tawanan perang bekas orang-orang Kristen di Georgia dan Circhasia yang sudah mulai di bawa ke Persia sejak Syah Tahmasap I (1524-1576) di beri nama Ghulam.b) Mengadakan perjanjian damai dengan Turki Usmani dengan cara berjanji menyerahkan wilayah Azerbaizan, Georgia dan sebagian wilayah Luristan, dan tidak akan menghina tiga khalifah pertama dalam Islam (Abu Bakar, Umar, Usman) dalam khutbah jumatnya Busman Edyar dkk, Sejarah Peradaban Islam,(Pustaka Asatruss:Jakarta, 2009),152.Secara politik Syah Abbas I sangat maju, karena ia mampu mewujudkan integritas wilayah negara yang luas yang di kawal oleh suatu angkatan bersenjata yang tangguh. Angkatan bersenjata yang di sebut ghulam, dalam proses pembentukannya di katakan bahwa Syah Abbas I mendapat dukungan dari dua orang Inggris yaitu Sir Antoni Sherly dan saudaranya Sir Rodet Sherly. Mereka mengajari tentara Safawi untuk membuat meriam sebagai pelengkapan negara yang modern. Kedatangan kedua orang Inggris itu oleh sebagian sejarawan di pandang sebagai upaya strategi Inggris untuk melemahkan pengaruh Turki Usmani di Eropa yang menjadi musuh besar Inggris saat itu. Bagaimanapun dengan bantuan dua orang Inggris itu Syah Abbas memiliki tentara dapat diandalkan. Hal ini terbukti sekitar 3.000 Ghulam di jadikan Cakrabirawa oleh Syah sendiri.Kemajuan lain di bidang politik yang di tunjukkan Syah Abbas, yaitu keberhasilannya merebut kembali daerah-daerah yang pernah di rebut Turki Usmani.2. Kemajuan di bidang EkonomiDengan angkatan perang ghulam Syah Abbas mampu melakukan expansi pada tahun 1598 M Abbas I menguasai Heart (Harat), Marw dan Balkh. Kemudian pada tahun 1622 M berhasil menguasai Kepulauan Hurmuz, dan pelabuhan Gumrun.Perkembangan pesat di sektor perdagangan terjadi setelah Abbas I menguasai kepulauan Hurmuz dan mengubah Pelabuhan Gumrun menjadi Bandar Abbas. Hal ini di karenakan Bandar ini merupakan salah satu jalur dagang antara Barat dan Timur. Dengan ini, Safawi telah memegang kunci perdagangan Internasional, khususnya di teluk Persia yang ramai, di Utara Safawi menjalin Hubungan perdagangan dengan Rusia. Perdagangan di darat dari sentral Asia melalui kota-kota penting di Safawi seperti Harat, Merf, Nighafur, Tabriz, dan Baghdad. Di bidang pertanian, Safawiyah mengalami kemajuan karena daerah Bulan Sabit yang subur (Fertile Creshen).3. Kemajuan di Bidang Seni ArsitekturIbu kota Safawi adalah kota yang sangat indah. Pembangunan besar-besaran dilakukan Syah Abbas terhadap Ibu kotanya Isfahan.pada saat Syah Abbas I meninggal, terdapat 162 buah Masjid, 48 buah Perguruan tinggi, 1082 Losmen yang luas untuk penginapan tamu syah dan 237 unit pemandian umum. Bangunan yang paling terkenal adalah Mesjid Luthfullah yang di bangun pada 1603 M dan selesai 1618 M, merupakan sebuah Oratorium yang di sediakan sebagai tempat peribadatan pribadi Syah. Pada sisi bagian selatan terdapat mesjid kerajaan yang mulai di bangun pada 1611 M dan selesai pada 1629 M pada sisi bagian Barat berdiri Istina Ali Qapu yang merupakan gedung pusat pemerintahan. Pada sisi bagian Utara berdiri bangunan monumental yang menjadi simbol bagi gerbang menuju bazar kerajaan dan sejumlah pertokoan, tempat pemandian, Caravansaries, mesjid dan perguruan. Ira. M. Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam bagian 1 dan 2, (PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta, 2000), 453. Syah Abbas juga membangun Istana yang megah yang di sebut Chihil Sutun atau Istana empat puluh tiang,sebuah jembatan besar di atas sungai Zende Rud dan Taman Bunga Empat Penjuru.4.Kemajuan di bidang Filsafat dan SainsPada Kerajaan Safawi Filsafat dan Sains bangkit kembali di dunia islam, dan khususnya di kalangan orang Persia yang berminat tinggi pada perkembangan kebudayaan. Perkembangan ini erat kaitannya dengan Aliran Syiah yang di tetapkan Safawi sebagai ideologi resmi Negara.Dalam Syiah terdapat dua golongan, yakni Akbari dan Ushuli. Mereka berbeda dalam memahami ajaran agama. Akbari cenderung berpegang teguh kepada hasil ijtihat para mujtahit syiah yang sudah mapan. Sedangkan ushu;li mengambil langsung vdari Al-quran dan Hadits, tanpa terikat kepada para mujtahid. Golongan Ushuli inilah yang paling berperan pada masa Syafawi. Dibidang teologi mereka mendapat dukungannya dalam mazhab Muktazilah pertemuan kedua elemen kelompok inilah yang berperan pada terwujudnya perkembangan baru dalam bidang filsafat dan ilmu pengetahuan di dunia Islam yang kemudian melahirkan beberapa filosuf dan Ilmuan.Ada dua aliran filsafat yang berkembang pada masa Safawi yaitu aliran filsafat perifatetik seperti yang bdikemukakan oleh Aristoteles dan Al-farabi, dan aliran filsafat israqi yang di bawa oleh Suhrawardi pada abad XII.Beberapa tokoh filsafat yang muncul pada masa Safawi antara lain Mir Damad alias Muhammad Baqir Damad 1631 M yang dianggap sebagai guru ketiga setelah Aristoteles dan Al-farabi, dan Mulla Shadra atau Shadr Al-din Al-Syirazi. Menurut amir Ali ia adalah seorang dialektikus yang paling cakap di zamannya. Ajid Tohir, Perkembangan Peradaban Di Kawasan Islam, (Rajawali Pers: Jakarta, 2009), 177. dan Baha Al-Syerazi seorang generalis Ilmu Pengetahuan. Dalam pengembangan ilmu pengetahuan Syah Abbas sendiri ikut aktif dalam penelitian ilmu-ilmu tersebut, Kota Qumm pada saat itu menjadi pusat pengenbangan kebudayaan dan penyelidikan mazhab Syiah terbesar. Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik, (Kencana: Jakarta, 2007), 253.

C. Kemunduran dan Kehancuran Dinasti SafawiSepeninggal Abbas I, dinasti Safawi berturut-turut dipimpin oleh enam raja, yaitu Safi Mirja (1628 - 1642 M), Abbas II (1642 1667 M), Sulaiman (1667 1694 M), Husein (1694 1722 M), Tahmasap II (1722 1732 M) dan Abbas III (1733 1736 M). Pada masa raja-raja tersebut kondisi kerajaan Safawi tidak menunjukkkan grafik naik dan berkembang, tapi justru memperlihatkan yang akhirnya membawa kepada kehancuran. Raja Safi Mirza (cucu Abbas I) juga menjadi penyebab kemunduran Safawi karena dia seorang raja yang lemah dan sangat kejam terhadap pembesar-pembesar kerajaan. Di lain sisi dia juga seorang pencemburu yang akhirnya mengakibatkan mundurnya kemajuan-kemajuan yang diperoleh pemerintahan sebelumnya (Abbas I).Kota Qandahar lepas dari kekuasaan Safawi, diduduki oleh kerajaan Mughal yang ketika itu diperintah oleh Syah Jehan, sementara Baghdad direbut oleh kerajaan Turki Usmani. Syah Abbas II adalah raja yang suka minum-minuman keras hingga ia jatuh sakit dan meninggal. Sebagaimana Abbas II, Sulaiman juga seorang pemabuk. Ia bertindak kejam terhadap para pembesar yang dicurigainya. Akibatnya rakyat bersikap masa bodoh terhadap pemerintahan. Ia diganti oleh Syah Husein yang alim. Ia memberi kekuasaan yang besar kepada para ulama Syiah yang sering memaksakan pendapat penganut aliran Sunni. Sikap ini membangkitkan kemarahan golongan sunni Afghanistan,. Pemberontakan bangsa Afgan tersebut terjadi pertama kali pada tahun 1709 M di bawah pimpinan Mir Vais yang berhasil merebut wilayah Qandahar.Pemberontakan lainnya terjadi di Heart, suku Ardabil Afghanistan berhasil merebut masyad. Mir Vais di gantikan oleh Mir Mahmud dan ia dapat mempersatukan pasukannya dengan pasukan Ardabil, sehingga ia mampu merebut Afghan dari kekuasaan Safawi. Karena desakan dan ancaman dari Mir Mahmud, Syah Husein akhirnya mengakui kekuasaan Mir Mahmud dan mengangkatnya menjadi gubernur di Qandahar dengan gelar Husein Quli Khan (budak Husein).dengan pengakuan ini, Mir Mahmud makin leluasa bergerak sehingga tahun 1721 M, ia merebut Qirman dan tak lama kemudian ia menyerang Isfahan dan memaksa Syah Husein menyerah tanpa syarat. Pada tahun 1722 M Syah Husein menyerah dan Mir Mahmud memasuki kota Isfahan dengan penuh kemenangan.Salah seorang putra Husein yang bernama Tahmasap II, mendapat dukungan penuh dari suku Qazar dari Rusia, memproklamasikan dirinya sebagai raja yang sah atas Persia dengan pusat kekuasaan di kota Astarabat. Tahun 1726 M, Tahmasap II bekerjasama dengan Nadir Khan dari suku Afshar untuk memerangi dan mengusir bangsa Afghan yang menduduki Isfahan. Asyraf, pengganti Mir Mahmud, yang berkuasa di Isfahan digempur dan dikalahkan oleh pasukan Nadir Khan tahun 1729 M. Asyraf sendiri terbunuh dalam peperangan itu dengan demikian Kerajaan Safawi kembali berkuasa. Namun pada tahun 1732 M, Tahmasap II di pecat oleh Nadir Khan dan di gantikan oleh Abbas III (anak Tahmasap II) yang ketika itu masih sangat kecil. Empat tahun setelah itu 1736 M, Nadir Khan mengangkat dirinya sebagai raja menggantikan Abbas III, dengan demikian berakhirlah kekuasaan Kerajan Safawi di Persia. Adapun sebab-sebab kemunduran dan kehancuran Kerajaan Safawi yaitu:1. Adanya konflik yang berkepanjangan dengan Kerajaan Usmani berdirinya Kerajaan Safawi yang bermazhab Syiah merupakan sebuah Ancaman Bagi Kerajaan Usmani sehingga tidak pernah ada perdamaian antara kedua kerajaan besar ini.2. Terjadinya dekandensi moral yang melanda sebagian pemimpin kerajaan Safawi, yang juga ikut mempercepat proses kehancuran kerajaan ini. Kerajaan Sulaiman pecandu narkotik dan menyenangi kehidupan malam selama tujuh tahun tidak pernah sekalipun menempatkan diri menangani pemerintahan, begitu pula dengan Syah Husein.3. Pasukan Ghulam yang di bentuk Abbas I ternyata tidak memiliki semangat perjuangan yang tinggi seperti QizilBash. Hal ini di karenakan mereka tidak memiliki ketahanan mental kerena tidak di persiapkan secara terlatih dan tidak memiliki bekal rohani. Kemorosotan aspek kemiliteran ini sangat besar pengaruhnya terhadap lenyapnya ketahanan dan pertahanan kerajaan Safawi.4. Sering terjadinya konflik internal dalam bentuk perebutan kekuasaan di kalangan keluarga Islam.5. ulama mulai meragukan otoritas Syah yang berlangsung secara turun temurun, sebagai penanggung jawab pertama atas ajaran Islam syiah. Ira. M. Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam bagian 1dan 2, (PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta, 2000), 465.

D. Corak dan Sistem Pendidikan SafawiCorak Sosio-Pendidikan Dinasti Safawiah

Untuk segera dapat mengetahui dinamika kehidupan serta kecenderungan masyarakat dan kebudayaan yang di hasilkan pada suatu kurun waktu tertentu,cara paling cepat adalah dengan memerhatikan kecenderungan pola hidup para penguasanya. Metode ini akan memperoleh validitas lebih tinggi jika dipergunakan pada model-model perkembangan masyarakat dibawah pemerintahan yang bersifat monarki. Dalam konteks kajian ini,untuk melihat dinamika kehidupan pada aspek sosio-pendidikan akan dimulai dengan melihat sikap para syah sebagai kepala pemerintahan dinasti Safawi,terhadap pendidikan dan pengembangan keilmuan secara umum.Ismail,Syah pertama sekaligus deklarator safawi digambarkan oleh Prof.Masudul Hasan dalam bukunya History of islam bahwa dia bukan sekadar sebagai seorang raja dan jendral panglima perang melainkan sebagai seorang terpelajar yang sangat menyukai ilmu pengetahuan,bahkan memiliki kebiasan menulis puisi dengan menggunakan bahasa Turki. Masudul Hasan,History of Islam,(Adam Publishers & Distributers:Delhi,1995),281. Pada periode Syah Abbas 1 merupakan puncak kejayaan Dinasti safawi. Sejarah mencatatnya sebagai bangkitnya lagi kejayaan lama persia. Sikap Syah Abbas 1 terhadap pengembangan keilmuan dan pendidikan dapat dilihat dari fisik-material,keberhasilanya di tunjukkan dengan dibangunnya 162 masjid dan 48 pusat pendidikan. Versi lain menyebutkan 162 masjid dan 446 sekolah.Catatan lain menunjukkan bahwa jumlah sekolah/perguruan tersebut sebagian didirikan atas inisiatif (atau perintah) para kerabat kerajaan. Beberapa di antaranya adalah Dilaram khanum (nenek dari Syah Abbas 2) yang mendirikan madrasah nenek kecil (Small grandmother) pada tahun 1645-46 dan madrasah nenek besar (Large grandmother) pada tahun 1647-48. Kedua madrasah ini diwakafkan sebagai dedikasinya pada dunia pendidikan. Terdapat pula putri syah safi yakni Maryam Begum yang mendirikan madrasah pada tahun 1703-04. Shahr Banu,adik perempuan Syah Husain mendirikan madrasah bagi para pangeran pada tahun 1694-1722.Disamping didirikan oleh para kerabat kerajaan juga didirikan oleh para kerabat kerajaan juga didirikan oleh para hartawan Dinasti Safawi, dua di antaranya adalah Zinat Begum,istri seorang fisikiawan Hakim al-Mulk Ardistani,mendirikan madrasah Nim Avard pada tahun 1705-06. Izzat al-nisa Khanun,putri pedagang dari Qum Mirza Khan dia juga istri Mirza Muhammad Mahdi yang mendirikan madrasah Mirza Husin pada tahun 1687-88. Suwito, Sejarah Sosial Pendidikan Islam, (Kencana: Jakarta, 2005), 140.Tidak di peroleh keterangan lebih lanjut mengenai sikap para Syah dinasti Safawi yang lain terhadap pengembangan keilmuan dan pendidikan,tetapi setelah mecemati berbagai data yang diperoleh,ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa kini khusus pada bidang pemikiran teosofi dan filsafat dan bukan ilmu pengetahuan dalam pengertian sains secara umum. Pemikiran tosofis dan filsuf tersebut lebih ditunjukan sebagai penyatuan antara Sufisme Gnostik dengan beberapa kepercayaan Syii. Proses penyatuan tersebut berlangsung dalam rentang abad 16 dan 17 tersebut. Hal tersebut dapat dipahami manakala Syah Ismail pada mula pembentukan dinastinya, yang menjadikan teologi Syii sebagai teologi negara. Dengan demikian pembangunan pusat-pusat pendidikan yang dilakukan tentu juga dalam tujuan yang sama,yakni pendidikan yang diarahkan sebagai penguasaan akidah dan desiminasi ajaran syiah khususnya Syiah dua belas.Dan manakala Syah Ismail menyadari diri bahwa pengikut alirannya merupakan golongan minoritas di lingkup wilayah daulat islamiyah, dia tidak segan-segan mendatangkan para sarjana dan ulama yang akan berperan sebagai guru/ pendidik sekaligus propagandis dan penanam credo Syiah dua belas. Mereka dari wilayah-wilayah Syiah yakni dari bagian selatan Libanon. Untuk melengkapi sistem pendidikan Syiah dua belas ini, maka buku-buku referensi sebagai kurikulum sekolah juga diimpor dari berbagai daerah-daerah tersebut.Lengkaplah sistem pendidikan pada masa dinasti Safawi ini sebagai prototipe sistem pendidikan Syiah. Terdapat dugaan bahwa upaya tersebut ternyata tidak hanya berhenti hingga terpenuhinya komponen pendidik dan sumber pembelajaran bagi generasi dinasti ini,tetapi untuk menanamkan lebih dalam prinsip-prinsip Syiah dua belas,Ismail perlu juga disusun sebuah sistem filsafat Syiah. Dugaan yang di lontarkan oleh Ira Lapidus hal tersebut dialamatkan kepada filsuf muslim: Mir damad dan muridnya Mulla Sadra:Sebuah aliran filsafat baru di bawah kepemimpinan Mir damad dan muridnya Mulla Sadra memadukan antara keterangan kitab suci,teologi dan refleksi untuk merumuskan sebuah versi SyiI tentang sufisme dan untuk membangun sebuah basis filsafat terhadap kesadaran keagamaan secara individual dan untuk membangun loyalitas umat SyiI terhadap para imam. Aliran baru ini Menggabungkan antara iluminnasionisme Suhrawardi dengan perkatan Ali dan paran imam,unsur-unsur filsafat yunani, dan beberapa ajaran ibn farabi. Kebijaksanaan baru ini cenderung pada tradisi neo-platonik dari pada aristotelian yunani dan filsafat muslim. Ira M.Lapidus, A History of Islam, (PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta, 2002), 460.Kendatipun demikian kerasnya indoktrinasi padaa masa Dinasti Safawi, tetapi pada periode Syah Abbas II kemerdekaan berpipkir atau liberalitas untelektual perbah memperoleh memperoleh momentum. Liberalis Abbas II ditunjukkan saat kemerdekaan kebijakan tolerasi yakni toleransi bukan hanya antar sek-te Syiah melainkan juga toleransi antar agama. Adanya seluruh perbedaan paham yang terdapat di masyarakatnya diletakkan dibawah supremasi keadilan. Hal tersebut justru sangat bersesuaian dengan salah satu prinsip dasar dalam ajaran mazhab Syiah yakni prinsip A-Adl.Pada masa Abbas II ini, wanita memperoleh kebebasan dalam berekspresi/memainkan perannya dalam segala bidang. Di dunia pendidikan terdapat beberapa wanita kerabat kerajaan dan bangsawan yang turut berperan aktif dalam memajukan dunia pendidikan dengan membangun beberapa pusat pendidikan seperti telah dikemukakan sebelumnya.Akhirnya pada periode di mana tarekat lebih dominan mewarnai kehidupan umat, maka hal tersebut dapat dipahami sebagai salah satu alasan mengapa masa ini perhatian terhadap ilmu pengetahuan sangat rendah. Meskipun secara umum menurut Harun Nasution dunia islam secara umum pada masa-masa tersebut juga tengah merosot perhayiannya terhadap ilmu pengetahuan. Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspek, (UI Press: Jakarta, 2001), 83. Meskipun demikian, apabila dibandingkan dengan dua kerajaan semasanya, kerajaan Dinasti Safawiyah lebih unggul dalam hal pengembangan keilmuan. Sistem Pendidikan masa dinasti Safawi

Bahwasannya system pendidikan pada masa ini didominasi oleh tiga jenis pendidikan;a. Pendidikan indokritatifYaitu pendidikan yang diarahkan untuk mewujudkan patriotism terhadap Negara. Dalam hal ini doktirin yang digunakan ialah doktrin yang terkait dengan teologi Syiah selaku telogo yang dianut oleh Negara. Diketahui pula rasa ajaran Syiah begitu kentasl memarnai pemerintahan safawi. Karna keberhasilan pemerintahan Safawi banyak ditentukan oleh interistik dan seruan keagamaan. Suwito, Sejarah Social Pendidikan Islam, (Kencana: Jakarta, 2005), 64.b. Pendidikan estetikaPendidikan ini menekankan pada seni karya yang diharapkan mampu menjadi komuditi perdagangan dinastii Safawi. Dalam sejarahnya, dinasti Safawi telah mengenal perdagangan internasional dan bahkan telah melakukan kerjasama perdaganagn dengan bangsa-bangsa eropa semisal Portugis, Perancia dan Inggris. Maka tidak salah jika dinasti Safawi berharap banyak terhada rakyatnya agar mampu mengembangkan aspek perdagangan dengan membekali mereka kemampuan-kemampuan terkait dengan perdaganyan. Ira, Sejarah Social Ummat Islam, (PT Grafindo persada:Jakarta,1999), 40.c. Pendidikan militer dan manajemen pemerintahanSebagai bangsa yang besar dan memiliki tanah kekuasaan yang luas, sudah sewajarnay dinasti safawi mengembangkan kekuatan militer mereka guna memertahankan kekuasaannya. Sedangkan diperlukan pula orang-orang yang ahli dalam bidang pengelolaan pemerintah secara internal. Musyrifa, Sejarah Islam Klasik, (Prenana Media: Jakarta, 2004), 33.

Rekontruksi Kekinian

Dari penjelasan tentang pendidikan masa Safawi, dapat kita berikan upaya rekontruksi kekinian, khususnya pendidikan di Indonesia. Rekontruksi di sini dimaksudkan untuk mengambil nilai-nilai klama yang baik pada masa safawi untuk diterapkan pada masa kini. Dan permasalahan yang harus ditekankan adalah pendidikan nasionalisme, banyak sekali putra bangsa yang tidak lagi mempunyai perhatian terhadap bangsa ini, hal ini dapat dilihat dari banyaknya mereka yang tidak mau lagi memberikan jiwa nya demi bangsa ini, tentunya hal ini tidak aka terjadi bila pendidikan di Indonesia memberikan porsi yang lebih terhadap peanaman rasa nasionalisme ke dalam jiwa pserta didiknya sebagai mana yang telah dilakukan oleh dinasti Safawi. Begitu pula soal pemberian pendidikan yang sesuai dengan kondisi yang ada, dimana pendidikan tidak hanya berkutat dengan keilmuan saja, tetapi perlu juga membekali peserta didik dengan ketrampilan-ktetrampilan yang nantinya akan m,enolong hidup mereka di kemudian hari.

BAB IIIPENUTUP

A. Kesimpulan1) Kerajaan Safari berasal dari sebuah Tarekat Sufi. Nama Safawi di ambil dari nama pendiri tarekat tersebut Safi Al-din Ishak Al-Ardabily.2) Kemajuan kerajaan Safawi terjadi pada masa pemerintahan Syah Abbas I, ia berhasil memperbaiki system politik dan perekonomian kerajaan sehingga banyak gedung-gedung yang di bangun pada masa pemerintahan. Gedung yang di bangun oleh Abbas I antara lain 162 unit Mesjid, 48 unit perguruan tinggi, 1082 unit Losmen untuk tamu syah, 237 unit pemandian umum. Bangunan yang palin terkenal adalah Mesjid Lutfullah, Istana Chihil Sutun, jemabatan besar di atas sungai Zende Rud dan Taman Bunga Empat Penjuru.3) Kemunduran Safawi terjadi karena setelah Abbas I tidak ada lagi pemimpin Safawi yang secakap Abbas I dalam hal kepemimpinan. Dan terjadi konflik internal di dalam Kerajaan Safawi sendiri, di tambah lagi konflik dengan Turki Usmani.4) Pada masa dinasti lebih dominan diwarnai oleh perkembangan bidang kesenian dari pada karya-karya berkaitan dengan pemikiran, sains dan pendidikan. Hal ini dapat dipahami pertama, energy muslim pada masa ini habis terkuras hanya semata-mata memproduk gagasan keagamaan yang ujungnya hanya untuk memperkuat paham syiah. Kedua, kebebasan mengemukakan gagasan pendapat dan gagasan keilmuan sangat dibatasi dengan kecurigaan dari pihak pemerintah jika akan merongrong paham resmi negara.5) Dinasti safawi muncul setelah tenggelamnya masa kejayaan dinasti umaiyah dan Abbasiyah yang kemudian diidentifikasi bahwa masa ini adalah masa kebangkitan islam kedua. Adapun system da praktek pndidikan pada masa itu semata-mata di dominasi oleh tiga jenis pendidikan; pendidikan indroktrinifikasi, pendidikan estetika dan pendidikan militer dan manajemen pemerintahan.

DAFTAR PUSTAKA

Tohir, Ajid. 2000. Perkembangan Peradaban di Kawasan Islam: Melacak Akar-Akar Sejarah Sosial, Politik dan Budaya Umat Islam. Jakarta: Rajawali PersMunawiyah, dkk. 2009. Sejarah Peradaban Islam. Aceh: PSW IAIN Ar-RaniryLapidus. 2000. Sejarah Sosial Umat Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo PersadaRidwan, Kafrawi. 1998. Ensiklopedi Islam. Jakarta PT. IchtiarfanhoevSunanto, Musyrifa. 2007. Sejarah Islam Klasik: Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam. Jakarta: KencanaSuwito, dan Fauzan. 2005. Sejarah Sosial Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana