View
128
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
PARASITOLOGI
Citation preview
Hemma Yulfi 1
REDUVIIDAE
Reduviidae merupakan famili dari klas Insecta, order Hemiptera, dan filum Arthropoda. Triatoma termasuk serangga penghisap darah (blood sucking insect) yang merupakan vektor bagi Trypanosoma cruzi, flagellata penyebab penyakit Chagas (American trypanosomiasis). Triatoma dikenal juga dengan nama assassin bugs, kissing bugs atau conenosed bugs dikarenakan ujung kepalanya yang menonjol. Salah satu genusnya yang paling dikenal adalah Triatoma.
Gambar Triatoma dewasa (diunduh dari http://www.hastingsreserve.org/)
Triatoma dewasa berukuran mencapai 4cm. Kepalanya memanjang dilengkapi dengan ujung berupa pipa bersegmen yang berfungsi untuk menghisap makanan, disebut rostrum. Sepasang antena masing‐masing bersegmen empat. Kebanyakan spesies memiliki warna gelap dengan garis‐garis coklat, hitam, merah, atau jingga.
Umumnya famili Reduviidae marupakan
Telah dibuktikan bahwa semua spesies dari Triatoma dapat bersifat sebagai vektor bagi penyakit Chagas,
pada
Daftar Pustaka:
Dunston PA (1999) Assassin Bugs. Science Publishers Inc., Enfield, New Hampshire.
Roberts LS, Janovy Jr. J (2005). Gerald D. Schmidt & Larry S. Roberts’ Foundation of Parasitology 7th
Schofield CJ (1994) Triatominae: biology & control. Eurocommunica Publications. West Sussex. UK.
n predator, sehingga mereka disebut dengan istilah assassin bugs. Mereka menghisap darah dari beragam jenis vertebrata, saat menghisap mereka menyemprotkasaliva yang mengandung racun melalui rostrum. Istilah kissing bugs diberikan karena kebanyakan serangga ini menggigit bibir manusia yang menjadi korbannya saat sedang tidur.
namun Triatoma infestans adalah salah satu yang paling dikenal. Penyakit Chagas terutama terdistribusi di Amerika Selatan dan Tengah. Penularan T cruzi berlangsung bukan melalui salivanya, melainkan fesesnya. Saat menghisap darah, serangga ini biasanya juga defekasi di kulit hospes. Feses yang mengandung Trypanosoma bentuk metasiklik akan masuk ke dalam luka gigitan melalui garukanbagian yang luka. Selain melalui gigitan Triatoma, chagas juga dapat menular melalui transfusi darah, transplantasi organ, dari dari ibu ke janin. Penyakit chagas dan trypanosoma cruzi akan dibahas lebih detil pada pokok bahasan Protozoa.
edition, McGraw Hill‐Higher Education.
Hemma Y
Trombicufilum Arthtsutsugam
chelicerae
sikGambar l
Awalnya karena gterinfeksi diketahui hidupnyamanusia membuktsengkenitberikutnybakteri dmenularkmanusia ynamun se
Scrub typborok (esleukopenikepala, baperdarahadan dapat
Yulfi
lidae adalah shropoda. Salamushi (dulu d
e—terlalu pen
lus hidup Leptot
diperkirakangigitan chiggoleh O tsutsbahwa ch
. Jadi penulatidak mun
tikan bahwat dan diwariskya. Hal ini bi dalam tubuan bakteri keyang digigitnyekaligus hospe
phus merupakschar), splenia (penurunaatuk, dan gaan dan koagut menyebabk
salah satu famah satu genusisebut Ricket
Gam
Lepgolticklarvchigpas
Padmabuk
ndek untuk m
trombidium (diu
n penularan gers setelah sugamushi. Nhiggers hanyaran denganngkin terjada bakteri bekan s cara treberarti chigguhnya setelaepada keturuya. Dengan des reservoir b
kan penyakit nomegali dann jumlah leukngguan gastrulasi intravaskan kematian.
TROM
mili dari ordenya adalah Letsia tsutsugam
mbar larva chigg
ptotrombidiumongan acarink). Sengkenit vanya yang digger memiliksang. Warnan
da umumnya nusia. Chiggekan darah. Hamencapai pem
nduh dari http:/
scrub typhia menggi
Namun dari sya makan s cara tikus‐gdi. Penelitiaertahan di ansovarian kers yang telh menggigit unannya, yanemikian, Lepbagi O tsutsug
yang bisa fan limfadenopkosit) dan ganrointestinal. Sskular. Komp.
MBICULIDA
r Prostigmataeptotrombidimushi), bakte
ger (diunduh dar
m spp merupa yang berukini menularkaikenal denganki 3 pasang kanya kuning, jin
chiggers meners menghisaal ini dikarenambuluh darah
//en.wikipedia.o
hus berlangsgit tikus yasiklus hidupnsekali seumgigitan chiggan kemudiadalam tubue ada generp alah mengandtikus terinfe
ng kemudian totrombidiumgamushi.
atal ditandai pati. Pada pngguan fungsStrain O tsutslikasi dapat b
AE
a, klas Arachnium, merupakeri penyebab
i http://www.ca
akan golongakuran kecil (yaan bakteri scrn nama chiggki, berbeda dngga, atau me
nggigit tikus, p cairan yangakan alat hisa.
org/wiki)
ung ang
yaurgersn
‐
uh asi dung eksi akan akan mengin
m spp tidak h
dengan adanpemeriksaan i hati. Pendersugamushi yaberupa pneu
nida dan subkkan vektor dapenyakit scru
a.uky.edu/)
an sengkenit (ang besar adarub typhus mgers. Pada stadengan dewaserah.
namun kadang berada di kuap chiggers in
nfeksi anya bertind
nya ruam malaboratoriumrita mengeluhang ganas damonia, ensef
klas Acari, serari Orientia ub typhus.
(mite), yakni alah tungau aelalui gigitandium ini, seesa yang mem
ng‐kadang puulit mangsanyi—disebut
dak sebagai ve
akulopapularm dapat dijuhkan demam,apat menimbfalitis, mioka
2
rta
tau
kor iliki 4
ula ya,
ektor,
, luka umpai , sakit bulkan rditis,
Hemma Yulfi 3
emudian menyemprotkan enzim ke dalam luka yang akan mencerna isi sel. Kemudian ia akan menghisap jaringan yang telah dicerna tersebut melalui penonjolan di kepala
an onset keluhan, penderita jarang menghubungkan rasa gatal ini dengan gigitan serangga. Gatal yang hebat akan dapat bertahan
n yang hangat. Setelah menggigit, larva kemudian jatuh ke tanah untuk melanjutkan proses pertumbuhan menjadi nimpa, berturut‐turut dalam
ersifat
dengan menghindari habitatnya, yakni semak‐semak yang lebat dan tumbuhan yang rapat. Tempat‐tempat tersebut banyak
ngat
Durden LA (2002). Medical and veterinary entomology (3rd ed.). Academic Press. pp. 458.
Finke DL (1998). University of MD Chigger Fact sheet
Saat menggigit, chiggers melekat pada hospes, menusuk kulit yang diinginkan, yakni bagian yang berpori atau memiliki folikel rambut. Larva k
yang disebut stylostome. Chiggers tidak menggali terowongan di dalam kulit atau menghisap darah karena stylostome tidak cukup panjang untuk mencapai pembuluh darah.
Rasa gatal tidak langsung timbul, melainkan akan berkembang setelah enzim yang disemprotkan larva menimbulkan reaksi 6 jam kemudian. Karena lamanya jarak gigitan deng
hingga seminggu bila tidak diobati. Infeksi sekunder dapat memperparah luka. Luka gigitan larva Leptrotrombidium spp dapat berkembang menjadi borok yang disebut eschar yang bewarna kehitaman. Luka ini akan menimbulkan parut saat sudah sembuh.
Bila tidak segera dienyahkan, larva akan tetap melekat pada tubuh hospes hingga 3‐5 hari; larva dapat dilepaskan dengan mencuci luka menggunakan air sabu
sadium protonymph, deutonymph, dan tritonymph. Nimpa kemudian menjadi dewasa yang memiliki 4 pasang kaki (heksapoda). Bentuk dewasa dari Leptotrombidium spp tidak berbahaya dan tidak bvektor penyakit. Makanan sengkenit dewasa adalah tumbuh‐tumbuhan.
Trombiculidae terdistribusi kosmopolitan, yakni dapat dijumpai hampir di semua tempat di dunia, terutama daerah panas. Cara terbaik menghindari gigitan chiggers adalah
dihuni binatang pengerat dan tikus, hospes yang paling disukai chiggers. Gunakan pakaian yang melindungi tubuh bila akan merambah semak‐semak. Selepas itu segeralah mandi dengan air hadan sabun. Cuci pakaian yang digunakan dengan air hangat dan sabun, sebab larva ini mampu bertahan bila direndam dalam air dingin.
Daftar Pustaka:
(PDF). http://www.hgic.umd.edu/_media/documents/hg66.pdf. Retrieved 20‐07‐2010.
Pham XD, Otsuka Y, Suzuki H, Takaoka H (2001). DRickettsiaceae) in unengorged chiggers (Acari: Trombiculidae) from Oita Prefecture, Japan,
etection of Orientia tsutsugamushi (Rickettsiales: by nested
polymerase chain reaction. J Med Entomol 38(2): 308–311.
pp. 1–4. Potter MF, Koehler PG (March 1995. Revised February 2000. Reviewed January 2006.). Invisible Itches: Insect and Non‐Insect Causes. University of Florida, Depart.
Roberts LS, Janovy Jr. J (2005). Gerald D. Schmidt & Larry S. Roberts’ Foundation of Parasitology 7th edition, McGraw Hill‐Higher Education.
Hemma Yulfi 4
dium the vector mites of scrub typhus in Japan (Author abstract).
Ohara Sogo Byoin Nenpo (Japan) 45: 19–30.
pallidum successively reared in the laboratory. Jpn J Exp Med 58: 213–218.
CULICIDAE
Culicidae (nyamuk) adalah famili dari orde Insecta, dan filum Arthropoda. Nyamuk erupakan serangga yang paling dominan bertindak sebagai vektor penyakit, dan penghisap darah yang
paling dikenal.
pupa hanya dilalui di dalam air. Setelah dewasa, nyamuk jantan maupun betina makan dari cairan tumbuh‐tumbuhan atau buah‐buahan. Namun saat akan memproduksi telur, nyamuk
Gambar perbedaan kepala
nyamuk (diunduh dari http://wikieducator.org/images
Takahashi, M; Misumi, H; Urakami, H; Misumi, M; Matsumoto, I (2003). Life cycle of Leptotrombipallidum (Acari: Trombiculidae), one of
Takahashi M, Murata M, Nogami S, Hori E, Kawamura A, Tanaka H (1988). Transovarial transmission of Rickettsia tsutsugamushi in Leptotrombidium
r Diptera, klasm
Secara umum nyamuk melalui siklus metamorfosis yang lengkap yakni telur → larva → pupa → dewasa. Stadium larva dan
betina dewasa memerlukan darah, dan saat itulah nyamuk perlu menggigit manusia atau hewan vertebrata lainnya. Setelah menggigit, lambung nyamuk betina akan mensintesis enzim proteolitik yang dapat menghidrolisis protein darah menjadi asam amino bebas. Protein ini akan digunakan untuk pembentukan protein telur. Nyamuk dewasa dapat hidup selama 4‐8 minggu.
(a) (c)
(d) (b)
): (a) Culicine betina, (b) Culicine jantan, (c) Anopheline betina, (d) Anopheline jantan
Morfologi nyamuk jantan dan dewasa paling jelas ditandai melalui ukuran dan bentuk antenanya: jantan berukuran lebih kecil dan memiliki sepasang antena yang berbulu lebat (bushy antennae), sementara betina dengan ukuran tubuh yang lebih besar dan rambut‐rambut pada antenanya lebih jarang.
Famili Culicidae terdiri dari 3 subfamili, yakni Anophelinae, Culicinae, dan Toxorhynchitinae. Toxorhynchitinae adalah nyamuk yang tidak menghisap darah, sehingga tidak berpotensi menyebarkan penyakit. Di dalam tulisan ini akan dibahas mengenai 4 genus nyamuk yang paling dominan merupakan vektor penyakit pada manusia, yakni Anopheles (dari subfamili Anophelinae), Culex, Aedes, dan Mansonia, ketiganya termasuk subfamili Culicinae.
Secara mendasar, subfamili Anopheline dan Culicine berbeda dalam beberapa aspek, seperti terlihat pada gambar.
Gambar perbedaan nyamuk Anopheline dan Culicine (diunduh dari http://bahcesel.com/doc/kentsel‐entomoloji_files/)
Anopheline: telur berbentuk seperti perahu dan memiliki pelampung. Telur menetas menjadi larva yang tidak memiliki sifon (alat pernapasan) dan terletak horizontal atau sejajar dengan permukaan air. Nyamuk dewasa memiliki palpi yang sama panjang dengan probosis (alat hisap) (lihat gambar perbedaan kepala nyamuk jantan dan betina), serta beristirahat dengan posisi menungging membentuk sudut 45° dengan tempat bertengger.
Culicine: telur tidak memiliki pelampung, larva memiliki sifon dan terletak membentuk sudut dengpermukaan air. Nyamuk dewasa beristirahat dengan posisi hampir sejajar dengan tempat hinggap,memiliki sepasang palpi yang jauh lebih pendek
an
dibandingkan probosis.
Hemma Yulfi 5
Gambar perbandingan posisi larva dan resting position Anophelinae dan Culicinae (diunduh dari http://www.tpub.com/).
Tubuh larujung segabdomenbagian tho
rva terdiri dargmen ke‐8 ter. Pada kepalorax terdapat
ri kepala, dadrdapat sifon. la terdapat mt tiga pasang
da (thorax) daTubuh nyammasing‐masinkaki dan sep
an perut (abduk dewasa jung sepasang asang sayap.
domen) yang uga terdiri daantena, palpAbdomen te
memiliki 8 bri kepala, thopi, alat hisap rdiri dari seju
uah segmen.orax dan 8 se(proboscis).
umlah segmen
Pada gmen Pada n.
Hemma Y
Gambar lad
Nyamuk bpada maldisebut ceksofagik
Anophele
Genus AnPlasmodiu“binatangmalaria. Syang ditim(Plasmodimasing.
Morfologstadium, sAnophelindi atas peukurannydi air untu
Yulfi
arva (kiri) dan nydari http://en.w
betina memilam hari disecrepuscular. T. Tempat istir
es
opheles meruum spp. Salahg paling berbaSelain malariambulkan oleh ium spp) dan
i subfamili Anseperti telah nae memiliki ermukaan air.a 0.2‐0.5mmuk hidup.
yamuk dewasa (ikipedia.org/wik
iki waktu‐wakebut nokturnaTempat menrahat di dalam
upakan vektoh satu yang paahaya di dunia, Anopheles jcacing nemafilaria akan d
nophelinae bedipaparkan spelampung d Nyamuk bet. Telur menet
kanan), diunduhki/Culex
ktu kesukaanal, siang haringgigit di dam rumah dise
or eksklusif daaling menonja” karena kemjuga dapat betoda Wucherdibahas pada
erbeda dengaecara umum di kedua sisinyina bertelur 5tas setelah 2‐
Gambar telur A
h
n yang berbedi diurnal, danlam rumah but endofilik,
ari parasit maol adalah Anomampuannyaertindak sebareria bancroftpokok bahas
an Culicinae dsebelumnya.ya dan diletak50‐200 telur s‐6 hari dan ha
Anopehelinae (d
da untuk menn saat menjedisebut endo, di luar ruma
alaria pada mopheles gamba yang sangatagai vektor filati. Parasit maan masing‐
dalam keemp. Telur kkan satu persetiap kali, arus selalu be
diunduh dari htt
nggigit. Nyamelang gelap (ofagik, di luaah disebut eks
anusia (humabiae, dikenal t hebat dalamariasis bancrolaria
at
rsatu
erada
tps://tspace.libra
uk yang mensubuh atau sar rumah disofilik.
an malaria), ydengan sebut
m menularkanofti, yaitu pen
ary.utoronto.ca/
nggigit senja) sebut
yakni tan n nyakit
6
/html/)
Telur menetas menjadi larva yang memiliki karakteristik tidak memiliki sifon pada bagian posterior tubuhnya, sehingga posisi larva adalah mendatar sejajar dengan permukaan air. Sifon merupakan alat pernapasan yang dijumpai pada larva subfamili Culicinae. Sebagai penggantinya, larva Anopheles bernapas melalui spirakel (spiracles) yang terdapat pada segmen ke‐8 abdomen. Dengan demikian larva
harus muncul ke permukaan air secara berkala untuk bernapas. Makanannya adalah tumbuhan air atau mikroorganisme di dalam air. Larva melalui 4 stadium instars. Pada akhir instar keempat larva menjadi 5‐8mm panjangnya, kemudian berubah menjadi pupa setelah 2 minggu.
Gambar larva Anopheles (diunduh dari http://www.2classnotes.com/)
Habitat larva Anopheles sangat beragam, namun kebanyakan hidup pada air yang bersih dan bebas polusi. Larva dijumpai baik pada air tawar maupun air asin, rawa‐rawa hutan bakau, sawah, sungai berarus lambat, kolam atau genangan air hujan. Sebagian spesies menyukai habitat yang teduh, sebagian menyukai daerah terbuka. Sebagian kecil larva Anopheles hidup di lubang pohon atau ketiak tanaman.
Pupa berbentuk koma dan bernapas melalui alat berupa pipa (breathing trumpets) yang terletak pada cephalothorax. Setelah 3 hari pupa akan menjadi nyamuk dewasa. Keseluruhan waktu yang diperlukan bagi telur untuk menjadi dewasa adalah 3‐4 minggu.
Nyamuk dewasa memiliki bentuk yang ramping, palpi yang hampir sama panjang dengan probosis, dan posisi istirahatnya membentuk sudut 45° dengan tempat hinggapnya (lihat gambar perbandingan nyamuk dewasa sebelumnya). Nyamuk dewasa dapat hidup hingga 2 minggu di alam bebas. Kebanyakan nyamuk Anopheles aktif pada saat senja atau subuh (crepuscular) atau pada malam hari (nokturnal), sebagian menggigit di luar, sebagian di dalam rumah.
Aedes
Aedes adalah genus dari subfamili Culicinae. Aedes aegypti dan Ae albopictus merupakan dua spesies yang dikenal sebagai vektor virus dengue. Selain itu, nyamuk Aedes juga dapat bertindak sebagai vektor virus chikungunya, yellow fever, dan cacing filarias penyebab filariasis.
Hemma Yulfi 7
Beberapa spesies dari Aedes bertelur di lubang pohon dan ketiak daun atau di air yang diam, dan telah beradaptasi untuk mampu bertelur di kontainer artifisial yang lazim dijumpai di daerah perkotaan. Dengan demikian sebagian spesies Aedes tersebut banyak dijumpai di wilayah urban. Aedes aegypti berasal dari Afrika, namun kemudian dijumpai pula di seluruh dunia, terutama daerah tropis dan subtropis. Nyamuk ini terutama menggigit pada subuh atau senja, namun dapat juga menggigit pada siang hari, lebih sering di dalam rumah (indoor biters atau endophagic) atau di tempat‐tempat yang teduh.
Mirip dengan Ae aegypti adalah Ae albopictus cenderung paling aktif menggigit pada siang hari dan berisitirahat pada pagi dan malam hari. Mereka menggigit baik di dalam maupun di luar rumah, namun terutama di luar rumah. Ae albopictus dapat berkembang biak di daerah perkotaan maupun pedesaan. Spesies ini disebut juga Asian tiger mosquito.
Telur Aedes diletakkan satu persatu, baik di dalam air maupun di permukaan yang kering. Telurnya tahan akan kekeringan hingga 12 bulan, sehingga pada saat musim hujan atau ada air yang menggenangi, telur‐telur ini pun dapat menetas. Larva membutuhkan waktu sekitar 2 minggu untuk berubah menjadi pupa, kemudian dewasa. Usia nyamuk dewasa sekitar 2‐ 4 minggu.
Gambar Ae aegypti dewasa jantan (kiri) dan betina (kanan) (diunduh dari http://en.wikipedia.org/)
Nyamuk Aedes dewasa dapat ditandai oleh gambaran garis‐garis hitam putih pada tubuh dan kakinya. Pada punggung (scutum) Aedes terdapat gambaran garis melengkung di sisi kiri dan kanan. Pada Ae aegypti terdapat 2 garis vertikal pada scutum midline, sementara satu garis vertikal pada Ae albopictus.
Virus dengue dan chikungunya terbukti dapat ditularkan secara transovarian, yakni dari induk kepada keturunannya. Penelitian menunjukkan bahwa virus dengue dapat bertahan hingga 5 generasi.
Culex
Culex juga termasuk genus dari subfamili Culicinae. Sebagian nyamuk betina meletakkan telur satu persatu, sebagian lainnya berkelompok di air. Sebagaimana nyamuk lainnya, telur Culex membutuhkan air untuk menetas. Telur menetas menjadi larva (4 stadium instars). Dalam 14 hari larva akan berubah menjadi pupa. Satu hingga dua hari kemudian pupa akan berubah menjadi nyamuk dewasa. Larva Culex tumbuh di air tergenang atau yang mengalir lambat.
Culex bertindak sebagai vektor beberapa penyakit penting, di antaranya virus Japanese encephallitis, filariasis, West Nile virus, dan avian malaria.
Mansonia
Spesies Mansonia yang terpenting di Asia Tenggara adalah Mansonia uniformis sebagai vektor filariasis yakni Brugia malayi. Mansonia menempatkan telurnya berkelompok‐kelompok. Larvanya makan dari akar tanaman air sehingga alih‐alih mengambang seperti larva nyamuk lainnya, larva Mansonia hidup di dekat akar tumbuhan air. Betina terutama menggigit pada malam hari, tapi dapat pula pada siang hari di tempat‐tempat yang gelap dan teduh.
Gambar telur Mansonia uniformis (diunduh dari http://medent.usyd.edu.au/)
Hemma Yulfi 8
Hemma Yulfi 9
Pengendalian Nyamuk
Pengendalian nyamuk adalah upaya mengatur populasi nyamuk sehingga mengurangi bahayanya bagi kesehatan manusia, ekonomi, dan kenyamanan. Hal ini merupakan tindakan kesehatan masyarakat yang penting terutama di daerah tropis karena nyamuk merupakan vektor bagi banyak jenis penyakit sebagaimana telah disebutkan di atas.
Ada beberapa metode yang digunakan dalam upaya pengendalian nyamuk. Tergantung dari situasinya, dapat digunakan beragam cara seperti mengurangi tempat perindukan nyamuk secara mekanik, pengendalian biologis (biocontrol), serta insektisida untuk membunuh larva dan dewasa.
Pengendalian mekanik dapat dilakukan dengan menyingkirkan tempat‐tempat genangan air baik dengan menutup, menimbun, ataupun menguras. Penimbunan daerah rawa‐rawa atau kolam yang kosong juga akan sangat efektif untuk mengurangi populasi nyamuk. Namun bila keadaan tidak memungkinkan untuk menghindari penimbunan air (semisal di kolam atau bak air), maka dapat dilakukan dengan pemberian larvasida ke dalam tempat‐temapat penampungan air tersebut.
Larvasida ada yang bekerja dengan meracuni saat berkontak dengan larva, penghambat pertumbuhan larva, menutup permukaan air agar larva tidak dapat bernapas, racun bila dimakan, dan biolgical agents seperti jamur, cacing nematoda, copepods dan ikan pemangsa jentik. Anopheles gambiae yang merupakan vektor penting malaria dapat bertahan beberapa hari di lumpur yang basah, oleh sebab itu pemberian larvasida juga harus dilakukan hingga mencapai tanah di pinggiran genangan air.
Adulticides adalah upaya yang bersifat kimiawi yakni dengan penggunaan insektisida, yakni membunuh nyamuk dewasa. Insektisida yang paling sering digunakan adalah DDT (dichlorodiphenyltrichloroethane), tergolong organoklorin. DDT di banyak negara sudah dilarang karena membahayakan bagi manusia dan resistensi yang sudah banyak dijumpai. Namun penyemprotan DDT masih banyak dilakukan di negara berkembang dalam bentuk pengasapan (fogging). DDT tidak larut dalam air dan hanya mampu membunuh nyamuk dewasa, bukan larva.
Pengendalian biologis (biocontrol) dilakukan oleh predator alami seperti capung untuk memangsa nyamuk dewasa, maupun memelihara hewan pemangsa jentik seperti ikan gambusia (mosquitofish), ikan mas, larva nyamuk Toxorynchitis, bakteri Bacillus thuringiensis israelensis (BTI), copepoda (plankton), nematoda, dan jamur.
Cara‐cara lain termasuk mencegah gigitan nyamuk dengan penggunaan kelambu, kasa nyamuk, atau pendingin udara (air conditioner), memakai pakaian tertutup, repellent, perangkap nyamuk, dan lain‐lain.
Daftar Pustaka:
Singh RK, Dhiman RC, Singh SP (2003). Laboratory studies on the predatory potential of dragon‐fly nymphs on mosquito larvae. Journal of Communicable Diseases 35(2): 96–101.
Durden, Lance A.; Mullen, Gary L. (2002). Medical and veterinary entomology. Boston: Academic Press.
Hemma Yulfi 10
Estrada‐Franco RG & Craig GB (1995) Biology, disease relationship and control of Aedes albopictus. Pan American Health Organization, Washington DC: Technical Paper No. 42.
Fakoorziba MR, vijayan A (2008). Breeding Habitats of Culex tritaeniorhynchus (Diptera: Culicidae), A Japanese Encephalitis Vector, and Associated Mosquitoes in Mysore, India. Journal of the Entomological Research Society 10(3)
Hochedez P, et al. (2006). Chikungunya Infection in Travelers. Emerging Infectious Diseases 12(10): 1565–1567
Marten GG & Reid JW (2007). Cyclopoid copepods. Journal of the American Mosquito Control Association 23(2 Suppl): 65–92.
Nene V, Wortman JR, Lawson D, et al. (2007). Genome sequence of Aedes aegypti, a major arbovirus vector. Science 316(5832): 1718–23.
Reinert JF et al. (2004) Phylogeny and classification of Aedini (Diptera: Culicidae), based on morphological characters of all life stages. Zool. J. of the Linnean Societ 142: 289–368
Roberts LS, Janovy Jr. J (2005). Gerald D. Schmidt & Larry S. Roberts’ Foundation of Parasitology 7th edition, McGraw Hill‐Higher Education.
Walker K (2002). A review of control methods for African malaria vectors. Activity Report 108. U.S. Agency for International Development.
Walker K, Lynch M (2007). Contributions of Anopheles larval control to malaria suppression in tropical Africa: review of achievements and potential. Med. Vet. Entomol 21(1): 2–21.