4
Perilaku pekerja Menurut teori yang dikemukakan oleh Henrich bahwa kecelakaan kerja terjadi karena adanya unsafe act dan unsafe condition. Unsafe act atau tindakan tidak aman merujuk pada tindakan atau perilaku dari manusia atau pekerja. Perilaku tidak aman dari pekerja sangat dipengaruhi oleh faktor pribadi dari pekerja itu sendri. Menurut Ramsey,ada beberapa faktor pribadi yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan akibat dari unsafe act tersebut. Berikut akan dijelaskan secara ringkas faktor-faktor pribadi yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja. 1. Pengamatan terhadap bahaya Faktor yang pertama adalah kemampuan dari pekerja untuk mengamati ada tidaknya bahaya di tempat mereka melakukan pekerjaan. Tidak semua pekerja memiliki kemampuan untuk mengetahui adanya bahaya di area kerja mereka. Kemampuan untuk mengamati bahaya tersebut sangat tergantung dari pengetahuan atau pengalaman pekerja terhadap area atau proses kerja yang mereka lakukan. Pada umumnya pekerja baru yang belum mendapatkan training atau pengalaman yang cukup tidak akan mampu mengamati atau mengidentifikasi bahaya dari pekerjaan yang akan mereka lakukan. Ketidak mampuan pekerja dalam mengamati atau mengidentifikasi bahaya ditempat kerja merupakan faktor yang dapat memicu terjadinya kecelakaan kerja. 2. Pengenalan terhadap bahaya Setelah pekerja mampu mengamati atau mengidentifikasi adanya potensi bahaya ditempat kerja mereka,maka selanjutnya mereka harus mengenali bahaya tersebut. Banyak pekerja yang mampu mengidentifikasi bahaya ditempat kerja mereka,akan tetapi tidak mampu mengenali jenis bahaya yang dapat terjadi. Sebagai contoh sederhana,diarea kerja terdapat solven atau bahan kimia pelarut,pada label terdapat simbol hazards (toxic) dan nama bahan kimia tersebut. Dari simbol hazard hampir dipastikan bahwa semua pekerja dapat mengamati bahwa bahan kimia tersebut berbahaya. Namun tidak semua pekerja dapat mengenali jenis bahaya diceritakan oleh simbol hazard tersebut. Bisa jadi beberapa dari pekerja mengenali jenis hazard yang ada secara umum,misalnya beracun,namun secara detil mereka bisa jadi tidak mengetahui efek racun dan jalur masuk racun dari bahan kimia tersebut. Dalam hal ini pekerja perlu mendapatkan training yang cukup untuk mengenali jenis bahaya ditempat kerja mereka masing-masing. Ketidak mampuan pekerja dalam mengenali jenis bahaya yang mereka hadapi akan dapat menimbulkan kecelakaan yang lebih fatal. 3. Keputusan untuk menghindar Meskipun pekerja sudah dapat mengamati dan mengenali bahaya,kecelakan masih bisa terjadi jika pekerja tidak mengambil keputusan yang tepat untuk mencegah terjadinya kecelakaan. Kemampuan untuk mengambil keputusan yang tepat untuk menghindari terjadinya kecelakaan sangat dipengaruhi oleh culture,iklim dan perilaku keselamatan. Jika budaya,iklim dan perilaku keselamatan yang berkembang didalam organisasi merupakan budaya,iklim dan perilaku berisiko maka pekerja akan cendrung untuk mengambil risiko dari pada menghindari risiko. Apalagi mereka sudah melakukan pekerjaan tersebut berulang-ulang dan tidak pernah terjadi kecelakaan atau adanya perasaan macho,takut dikatakan banci dan lain sebagainya yang dapat menyebabkan pekerja mengambil keputusan untuk tidak menghindari potensi bahaya yang dapat terjadi. Kesadaran akan besarnya kerugian yang dapat ditimbulkan dari bahaya yang ada akan sangat menentukan keputusan yang diambil. 4. Kemampuan menghindar Faktor yang terakhir yang berpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan adalah kemampuan

K3 keselamatan dan kecelakaan kerja

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: K3 keselamatan dan kecelakaan kerja

Perilaku pekerja

Menurut teori yang dikemukakan oleh Henrich bahwa kecelakaan kerja terjadi karena adanya unsafe act

dan unsafe condition. Unsafe act atau tindakan tidak aman merujuk pada tindakan atau perilaku dari

manusia atau pekerja. Perilaku tidak aman dari pekerja sangat dipengaruhi oleh faktor pribadi dari

pekerja itu sendri. Menurut Ramsey,ada beberapa faktor pribadi yang mempengaruhi terjadinya

kecelakaan akibat dari unsafe act tersebut. Berikut akan dijelaskan secara ringkas faktor-faktor pribadi

yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja.

1. Pengamatan terhadap bahaya

Faktor yang pertama adalah kemampuan dari pekerja untuk mengamati ada tidaknya bahaya di tempat

mereka melakukan pekerjaan. Tidak semua pekerja memiliki kemampuan untuk mengetahui adanya

bahaya di area kerja mereka. Kemampuan untuk mengamati bahaya tersebut sangat tergantung dari

pengetahuan atau pengalaman pekerja terhadap area atau proses kerja yang mereka lakukan. Pada

umumnya pekerja baru yang belum mendapatkan training atau pengalaman yang cukup tidak akan

mampu mengamati atau mengidentifikasi bahaya dari pekerjaan yang akan mereka lakukan. Ketidak

mampuan pekerja dalam mengamati atau mengidentifikasi bahaya ditempat kerja merupakan faktor

yang dapat memicu terjadinya kecelakaan kerja.

2. Pengenalan terhadap bahaya

Setelah pekerja mampu mengamati atau mengidentifikasi adanya potensi bahaya ditempat kerja

mereka,maka selanjutnya mereka harus mengenali bahaya tersebut. Banyak pekerja yang mampu

mengidentifikasi bahaya ditempat kerja mereka,akan tetapi tidak mampu mengenali jenis bahaya yang

dapat terjadi. Sebagai contoh sederhana,diarea kerja terdapat solven atau bahan kimia pelarut,pada

label terdapat simbol hazards (toxic) dan nama bahan kimia tersebut. Dari simbol hazard hampir

dipastikan bahwa semua pekerja dapat mengamati bahwa bahan kimia tersebut berbahaya. Namun tidak

semua pekerja dapat mengenali jenis bahaya diceritakan oleh simbol hazard tersebut. Bisa jadi beberapa

dari pekerja mengenali jenis hazard yang ada secara umum,misalnya beracun,namun secara detil

mereka bisa jadi tidak mengetahui efek racun dan jalur masuk racun dari bahan kimia tersebut. Dalam

hal ini pekerja perlu mendapatkan training yang cukup untuk mengenali jenis bahaya ditempat kerja

mereka masing-masing. Ketidak mampuan pekerja dalam mengenali jenis bahaya yang mereka hadapi

akan dapat menimbulkan kecelakaan yang lebih fatal.

3. Keputusan untuk menghindar

Meskipun pekerja sudah dapat mengamati dan mengenali bahaya,kecelakan masih bisa terjadi jika

pekerja tidak mengambil keputusan yang tepat untuk mencegah terjadinya kecelakaan. Kemampuan

untuk mengambil keputusan yang tepat untuk menghindari terjadinya kecelakaan sangat dipengaruhi

oleh culture,iklim dan perilaku keselamatan. Jika budaya,iklim dan perilaku keselamatan yang

berkembang didalam organisasi merupakan budaya,iklim dan perilaku berisiko maka pekerja akan

cendrung untuk mengambil risiko dari pada menghindari risiko. Apalagi mereka sudah melakukan

pekerjaan tersebut berulang-ulang dan tidak pernah terjadi kecelakaan atau adanya perasaan

macho,takut dikatakan banci dan lain sebagainya yang dapat menyebabkan pekerja mengambil

keputusan untuk tidak menghindari potensi bahaya yang dapat terjadi. Kesadaran akan besarnya

kerugian yang dapat ditimbulkan dari bahaya yang ada akan sangat menentukan keputusan yang

diambil.

4. Kemampuan menghindar

Faktor yang terakhir yang berpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan adalah kemampuan untuk

menghindari dari bahaya yang sudah diidentifikasi,dikenali dan diputuskan untuk dihindari. Pekerja bisa

saja sudah memutuskan untuk menghindar dari potensi kecelakaan yang bisa terjadi,namun kecelakaan

akan bisa dihindari jika pekerja tersebut mampu menghindari bahaya atau risiko tersebut dengan

tepat,mengetahui cara menghindari bahaya atau mengetahui cara melakukan pekerjaan dengan aman.

Kemampuan menghindar akan terlihat dari perilaku yang aman dari pekerja tersebut dalam melakukan

pekerjaannya.

Kemampuan yang dibutuhkan adalah kemampuan secara fisik untuk menghindari bahaya dan

kemampuan secara skill untuk menghindari bahaya. Kedua kemampuan tersebut harus dimiliki pekerja

agar dapat menghindari bahaya yang terdapat diarea kerja mereka. Menghindari bahaya sebelum terjadi

kecelakaan dengan berprilaku aman dalam bekerja dan menghindari bahaya pada saat terjadi

kecelakaan dengan mengetahui cara penanganan bahaya atau keadaan darurat.

Page 2: K3 keselamatan dan kecelakaan kerja

Keempat faktor-faktor pribadi yang berpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan tersebut bisa diperbaiki

dengan cara memberikan pelatihan dan edukasi kepada pekerja,sehingga para pekerja mampu

mengidentifikasi bahaya,mengenali bahaya,mengambil keputusan yang tepat untuk menghindari bahaya

dan mampu menghindari bahaya tersebut dengan cara berperilaku aman dalam pekerjaan mereka.

Karakteristik Kepribadian

Friedman dan Rosenman membedakan tipe kepribadian menjadi 2 (dua), yaitu:

1. Tipe Kepribadian A

Ciri-ciri orang yang memiliki tipe kepribadian A:

a. Selalu bergerak, berjalan dan makan dengan cepat

b. Merasa tidak sabar dengan nilai di mana kebanyakan kejadian terjadi

c. Berjuang untuk berpikir atau melakuan dua hal atau lebih secara terus menerus

d. Tidak dapat mengatasi waktu untuk bersantai

e. Terobsesi dengan angka-angka; kesuksesan diukur dengan cara seberapa banyak hasil yang telah dicapai

Orang-orang pada tipe A dianggap lebih memiliki kecenderungan untuk mengalami tingkat stres yang lebih tinggi, sebab mereka menempatkan diri mereka sendiri pada suatu tekanan waktu dengan menciptakan suatu batas waktu tertentu untuk kehidupan mereka. Hasilnya kepribadian ini menghasilkan beberapa karakteristik perilaku tertentu.

Sebagai contoh: orang-orang tipe A adalah pekerja cepat, mereka lebih mementingkan kuantitas daripada kualitas. Dalam posisi manajerial, orang-orang tipe A memperlihatkan daya saing mereka dengan cara memiliki waktu kerja yang panjang, dan seringkali membuat keputusan yang terbatas, sebab orang-orang ini kurang memiliki kreativitas.

2. Tipe Kepribadian B

Kebalikan dari orang berkepribadian A adalah tipe kepribadian B.

Ciri-ciri dari orang tipe B:

a. Tidak pernah merasa tertekan dengan perasaan terburu-buru karena keterbatasan waktu, dengan ketidaksabaran yang selalu menyertai.

b. Merasa tidak perlu memperlihatkan atau mendiskusikan keberhasilan mereka kecuali dalam keadaan yang terpaksa, karena adanya permintaan dari situasi yang ada.

c. Bermain untuk bersenang-senang dan bersantai, dibandingkan memperlihatkan superioritas mereka dengan pengorbanan yang seperti apapun.

d. Dapat bersantai tanpa merasa bersalah.

Alat pelindung diri

Perlindungan keselamatan pekerja melalui upaya teknis pengamanan tempat,mesin,

peralatan dan lingkungan kerja wajib diutamakan. Namun kadang-kadang risiko

Page 3: K3 keselamatan dan kecelakaan kerja

tejadinya kecelakaan masih belum sepenuhnya dapat dikendalikan, sehingga digunakan

alat pelindungdiri (alat proteksi diri) (personal protecrive device). Jadi penggunaan APD

adalah alternatifterakhir yaitu kelengkapan dari segenap upaya teknis pencegahan

kecelakaan. APD harus memenuhi pesyaratan:

1. Enak (nyaman) dipakai

2. Tidak menganggu pelaksanaan pekerjaan

3. Memberikan oerlindungan efektif terhadap macam bahaya yang dihadapi

Pakaian ketja harus dianggap suatu alat perlindungan terhadap bahaya kecelakaan.

Pakaian pekerja pria yang bekerja melayani mesin seharusnya berlengan pendek, pas

(tidak longgar) pada dada atau punggung, tidak berdasi dan tidak ada lipatan atau pun

kerutan yang mungkin mendatangkan bahaya. Wanita sebaiknya memakai celana

panjang, jala atau ikat rambut, baju yang pas dan tidak mengenakan perhiasan. Pakaian

kerja sintetis hanya baik terrhadap bahan kimia korosif, tet pi justru berbahaya pada

lingkungan kerja dengan bahan yang dapat meledak oleh aliran listrik statis.

Alat proteksi diri beraneka ragam. Jika digolongkan menurut bagian tubuh yang

dilindunginya, maka jenis alat proteksi diri dapat dilihat pada daftar berikut :

1. Kepala : pengikat rambut, penutup rambut, topi dari berbagai jenis yaitu topi

pengaman(safety helmet), topi atau tudung kepala, tutup kepala

2. Mata : kacamata pelindung (protective goggles)

3. Muka : pelindung muka (face fields)

4. Tangan dan jari : sarung tangan (sarung tangan dengan ibu jari terpisah, sarung

tangan biasa (gloves); pekindung telapak tangan (hand pad), dan sarung tangan

yang menutupi pergelangan tangan sampai lengan (sleeve)

5. Kaki : sepatu pengaman (safety shoes)

6. Alat pernapasan : respirator, masker, alat bantu pernapasan

7. Telinga : sumbat telinga, tutup telinga

8. Tubuh : pakaian kerja menurut keperluan yaitu pakaian kerja tahan panas, pakaian

kerja tahan dingin, pakaian kerja lainnya

9. Lainnya : sabuk pengaman