22
TUGAS 2 PPGD & TEKNIK EVAKUASI TRANSPORTASI OLEH: KELOMPOK ARU 1. MUHAMMAD RIDWAN M 111.120.039 2. MUFLICHATUL MARDZIAH 111.130.027 3. TEUKU GHASSAN 111.130.062 4. IMAM VARVIANTO 111.130.125 5. A. LATIF SUBEKTI 111.130.194

K3LL ARU 12345 P5.pptx

Embed Size (px)

Citation preview

TUGAS 2PPGD & TEKNIK EVAKUASI

TRANSPORTASI

OLEH: KELOMPOK ARU

1. MUHAMMAD RIDWAN M 111.120.0392. MUFLICHATUL MARDZIAH 111.130.0273. TEUKU GHASSAN 111.130.0624. IMAM VARVIANTO 111.130.1255. A. LATIF SUBEKTI 111.130.194

DEFINISI GAWAT DARURAT

Gawat darurat (emergency care) adalah bagian dari pelayanan kedokteran yang dibutuhkan oleh penderita dalam waktu segera untuk menyelamatkan kehidupannya (life saving). (Azrul, 1997)

Gawat darurat adalah Suatu keadaan yang terjadinya mendadak mengakibatkan seseorang atau banyak orang memerlukan penanganan / pertolongan segera dalam arti pertolongan secara cermat, tepat dan cepat. Apabila tidak mendapatkan pertolongan semacam itu maka korban akan mati atau cacat / kehilangan anggota tubuhnya seumur hidup.

DEFINISI PPGD

PPGD adalah serangkaian usaha-usaha pertama yang dapat dilakukan pada kondisi gawat darurat dalam rangka menyelamatkan pasien dari kematian.

Pertolongan pertama adalah perlakuan sementara yang diberikan pada seseorang yang mengalami kecelakaan atau sakit mendadak sebelum pertolongan definitif oleh dokter dapat diberikan / dilakukan pencegahan agar tidak terjadi cedera yang lebih parah yang diberikan oleh orang awam bukan dimasukkan dalam tindakan medis.

PRINSIP UTAMA PPGD

Prinsip: menyelamatkan pasien dari kematian pada kondisi gawat darurat.

“Time Saving is Life Saving”. Artinya bahwa seluruh tindakan yang dilakukan pada saat kondisi gawat darurat haruslah benar-benar efektif dan efisien, karena pada kondisi tersebut pasien dapat kehilangan nyawa dalam hitungan menit saja.

Algortima Dasar PPGD

1.Ada pasien tidak sadar2.Pastikan kondisi tempat pertolongan aman bagi pasien dan penolong3.Beritahukan kepada lingkungan kalau anda akan berusaha menolong4.Cek kesadaran pasien

a. Lakukan dengan metode AVPUb. A (Alert): Korban sadar jika tidak sadar lanjut ke

poin Vc. V (Verbal): Cobalah memanggil-manggil korban

dengan berbicara keras di telinga korban (pada tahap ini jangan sertakan dengan menggoyang atau menyentuh pasien), jika tidak merespon lanjut ke P

d. P (Pain): Cobalah beri rangsang nyeri pada pasien, yang paling mudah adalah menekan bagian putih dari kuku tangan (di pangkal kuku), selain itu dapat juga dengan menekan bagian tengah tulang dada (sternum) dan juga areal diatas mata (supra orbital)

e. U (Unresponsive): Setelah diberi rangsang nyeri tapi pasien masih tidak bereaksi maka pasien berada dalam keadaan unresponsive.5.Call for Help, mintalah bantuan kepada masyarakat di sekitar untuk menelpon ambulans (118) dengan memberitahukan :

a. Jumlah korbanb. Kesadaran korbanc. Perkiraan usia dan jenis kelamin

d. Tempat terjadi kegawatan (alamat yang lengkap)6.Bebaskan korban dari pakaian di daerah dada (buka kancing baju bagian atas)7.Posisikan diri di sebelah korban, usahakan posisi kaki yang mendekati kepala sejajar dengan bahu pasien8.Cek apakah ada tanda-tanda berikut :

a. Luka-luka dari bagian bawah bahu ke atas (supra clavicula)

b. Pasien mengalami tumbukan di berbagai tempatc. Berdasarkan saksi pasien mengalami cedera di

tulang belakang bagian leher9.Tanda-tanda tersebut adalah tanda-tanda kemungkinan terjadinya cedera pada tulang belakang bagian leher (cervical), a. Jika tidak ada tanda-tanda tersebut maka lakukanlah Head Tilt and Chin Lift

b.Jika ada tanda-tanda tersebut, maka lakukanlah Jaw Thrust

10. Sambil melakukan a atau b di atas, lakukan lah pemeriksaan kondisi Airway (jalan napas) dan Breathing (Pernapasan) pasien.

11. Metode pengecekan menggunakan metode Look, Listen, and Feel

12. Jika ternyata pasien masih bernafas, maka hitunglah berapa frekuensi pernapasan pasien itu dalam 1 menit (Pernapasan normal adalah 12 -20 kali permenit)

13. Jika frekuensi nafas normal, pantau terus kondisi pasien dengan tetap melakukan Look Listen and Feel

14. Jika frekuensi nafas < 12-20 kali permenit, berikan nafas bantuan (detail tentang nafas bantuan dibawah)

15. Jika pasien mengalami henti nafas berikan nafas buatan (detail tentang nafas buatan dibawah)

16. Setelah diberikan nafas buatan maka lakukanlah pengecekan nadi carotis yang terletak di leher

17. Jika tidak ada denyut nadi maka lakukanlah Pijat Jantung, diikuti dengan nafas buatan, ulang sampai 6 kali siklus pijat jantung-napas buatan, yang diakhiri dengan pijat jantung

18. Cek lagi nadi karotis selama 10 detik, jika teraba lakukan Look Listen and Feel lagi. jika tidak teraba ulangi poin nomor 17.

19. Pijat jantung dan nafas buatan dihentikan jikaa.Penolong kelelahan dan sudah tidak kuat lagib.Pasien sudah menunjukkan tanda-tanda kematian c.Bantuan sudah datangd.Teraba denyut nadi karotis

20. Setelah berhasil mengamankan kondisi diatas periksalah tanda-tanda shock pada pasien:a.Denyut nadi >100 kali per menitb.Telapak tangan basah dingin dan pucatc.Capilarry Refill Time > 2 detik (CRT dapat diperiksa dengan cara menekan ujung kuku pasien dg kuku pemeriksa selama 5 detik, lalu lepaskan, cek berapa lama waktu yg dibutuhkan agar warna ujung kuku merah lagi)

21. Jika pasien shock, lakukan Shock Position pada pasien, yaitu dengan mengangkat kaki pasien setinggi 45 derajat dengan harapan sirkulasi darah akan lebih banyak ke jantung

22. Pertahankan posisi shock sampai bantuan datang atau tanda-tanda shock menghilang

23. Jika ada pendarahan pada pasien, coba lah hentikan perdarahan dengan cara menekan atau membebat luka (membebat jangan terlalu erat karena dapat mengakibatkan jaringan yg dibebat mati)

24. Setelah kondisi pasien stabil, tetap monitor selalu kondisi pasien dengan Look Listen and Feel, karena pasien sewaktu-waktu dapat memburuk secara tiba-tiba.

Panduan Resusitasi Jantung Paru (RJP), menurut American Heart Association (AHA) tahun 2010:1. Bukan ABC lagi tapi CAB: CAB (chest compressions,

airway, and breathing). Kompresi dada didahulukan, baru setelah itu buka jalan nafas dan bantuan pernafasan.

2. Tidak ada lagi look, listen dan feel3. Kompresi dada lebih dalam lagi: AHA

merekomendasikan untuk menekan setidaknya 2 inchi (5 cm) pada dada.

4. Kompresi dada lebih cepat lagi: AHA merekomendasikan untuk menekan dada minimal 100 kompresi per menit (30 kompresi/18 detik).

5. Hands only CPR (Cardio Pulmonary Resuscitation)AHA menginginkan agar penolong yang tidak terlatih melakukan Hands only CPR pada korban dewasa yang pingsan di depan mereka. Berikan hands only CPR daripada tidak sama sekali.

6. Kenali henti jantung mendadak7. Jangan berhenti menekan

Setiap penghentian menekan dada berarti menghentikan darah ke otak yang mengakibatkan kematian jaringan otak jika aliran darah berhenti terlalu lama. 

TRANSPORTASI KORBAN

Transportasi korban?

Merupakan kegiatan pemindahan korban dari tempat darurat ke tempat yang fasilitas perawatannya lebih baik, seperti rumah sakit.  

Kapan transportasi (pemindahan) korban perlu dilakukan?Setelah korban diidentifikasi bahwa memelurkan penanganan yang lebih lanjut/korban cedera cukup parah sehingga harus dirujuk ke dokter.

Syarat pemindahan boleh dilakukanSyarat pemindahan korban: 1. jalur aliran pernapasan tidak tersumbat2. pendarahan sudah di atasi 3. luka sudah dibalut4. patah tulang sudah dibidai

Jenis Alat transportasi

Sesuai dengan medan pada daerah tersebut – Laut : kapal laut – Udara : pesawat terbang, helicopter – Darat : ambulance, pick up, truck, dan lain-lain.

Kelengkapan minimal alat transportasi Kelengkapan minimal alat transportasi ketika

dalam keadaan mendesak: – penderita dapat terlentang – cukup luas untuk paling sedikit penderita dan petugas dapat bergerak leluasa – cukup tinggi sehingga infus dapat berfungsi – dapat melakukan komunikasi ke sentral komunikasi/rumah sakit

Kelengkapan standart alat transportasiTersedianya alat medis dan non medis Alat medis seperti: tempat tidur penderita, kursi perawat/dokter, tabung oksigen, alat-alat resusitasi, alat-alat monitor, cairan infuse, alat kesehatan habis pakai, obat-obatan emergency, bidai dsb. Alat non medis seperti: alat komunikasi, bahan bakar cadangan, perkakas, roda cadangan, alat pemadam kebakaran.

Tersedianya/adanya SDM yang terlatih dalam penanganan gawat darurat

Saat dalam perjalanan pemindahan Sepanjang pelaksanaan pemindahan korban perlu

dilakukan pemantauan dari korban tentang: - Keadaan umum korban - Sistem persyarafan (kesadaran) - Sistem peredaran darah (denyut nadi dan tekanan darah) - Sistem pernapasan - Bagian yang mengalami cedera.