58
LAPORAN PENGANTAR AMDAL KERANGKA ACUAN PT. NUTRIFOOD INDONESIA (NFI) Oleh: Kelompok 1 Dedy Setyadhi J3M108009 Listyo Priardani J3M208077 Miftah Fatmasari J3M108014 Silvi Asti Malia J3M108032 Wulan Maharan J3M108056 TEKNIK DAN MANAJEMEN LINGKUNGAN

Ka Amdal Kelompok 1 (Nfi)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

amdal

Citation preview

LAPORAN PENGANTAR AMDALKERANGKA ACUAN PT. NUTRIFOOD INDONESIA (NFI)

Oleh:

Kelompok 1Dedy Setyadhi

J3M108009

Listyo Priardani

J3M208077

Miftah Fatmasari

J3M108014

Silvi Asti Malia

J3M108032

Wulan Maharan

J3M108056

TEKNIK DAN MANAJEMEN LINGKUNGAN

DIREKTORAT PROGRAM DIPLOMA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

I. PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat mendorong semakin pesatnya perkembangan indusri agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Sisi negatif dari perkembangan industri ini adalah kerusakan lingkungan akibat eksploitasi sumber daya yang ada dan limbah yang dihasilkan dari industri. Nutrifood Indonesia (NFI) merupakan perusahaan yang akan dibangun sebagai penghasil produk minuman dan makanan kesehatan yang kaya akan vitamin, mineral serta mampu memenuhi kebutuhan asupan gizi bagi konsumen.

Produksi minuman dan makanan tersebut berbahan dasar gula, sari buah serbuk, dan tepung susu (skim dan krim), serta mengunakan bahan-bahan kimia dalam proses produksi, di mana dapat menghasilkan limbah dengan karakteristik fisik, kimia, dan biologi. Perusahaan ini memerlukan tenaga kerja dan lokasi pabrik yang cukup luas, karena didalamnya akan terdapat proses produksi, packaging, serta administrasi. Saat ini sudah dipilih lokasi yang strategis untuk menjalankan usaha ini dengan luasan 5 Ha. Lokasi terletak di Jl. Raya Ciawi No.280 A Desa Sindangsari Kecamatan Bogor Selatan, Bogor-Jawa Barat.

Pembangunan pabrik NFI ini akan menimbulkan dampak yang memerlukan penanggulangan baik meningkatkan dampak positifnya maupun meminimalisasi dampak ngatif yang ditimbulkan. Penyusunan dokumen AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) merupakan upaya pengelolaan lingkungan. Kerangka acuan merupakan salah satu bagian dari dokumen AMDAL yang membahas kegiatan pengelolaan ingkungan yang akan dilakukan pada studi ANDAL. Bagian penting dari kerangka acuan adalah tahapan-tahapan proyek, rona lingkungan awal, dampak besar dan penting dan metode studi.I.2Tujuan dan Manfaat Kegiatan

Rencana pembangunan pabrik Nutrifood Indonesia (NFI) bertujuan untuk memenuhi kebutuhan asupan gizi masyarakat. Manfaat yang diperoleh dari pembangunan pabrik Nutrifood Indonesia (NFI) di Ciawi-Bogor adalah membuka lapangan kerja, berpartisipasi dalam mengurangi dan mengentaskan kemiskinan, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama masyarakat di sekitar pabrik. Penyusunan KA dilakukan untuk mengetahui seberapa besar dampak yang ditimbulkan dari pembangunan pabrik NFI agar dapat dilakukan pengelolaan lingkungan

I.3Peraturan Perundangan

Peraturan perundang-undangan yang menjadi acuan dalam pembuatan KA PT.Nutrifood Indonesia adalah Undang-Undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengolahan Lingkungan Hidup, Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 tahun 2006 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi Analisis Mengenai Dampak lingkungan Hidup, serta Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. II. RUANG LIGKUP INDUSTRI2.1Lingkup Rencana Usaha dan/atau Kegiatan 2.1.1 Deskripsi Kegiatan PT. Nutrifood Indonesia Ciawi-Bogor

1.Nama Proyek : PT.Nutrifood Indonesia (NFI)

2.Lokasi Proyek : Jalan Raya Ciawi Nomor 280A 16720,

desa Sindang Sari, kecamatan Bogor

Selatan, kotamadya Bogor.

3.Luasan

: luas arel 49.909 m2 atau sekitar 5 ha.

Luasan tersebut terdiri dari gedung atas dan gedung bawah. Gedung atas meliputi gedung Tropicana slim terdiri dari gedung A (1402 m2), gedung B (134,82 m2), gedung C (1152 m2). Sedangkan gedung bawah adalah gedung Nutrisari Indonesia terdiri dari gedung D (888 m2), gedung E (261,03 m2), gedung F (390,53 m2), gedung G (1056 m2), gedung H (2592 m2), gedung I (1087,20 m2), gedung J (247,35 m2, mushola (156 m2), Instalasi Pengolahan Air Limbah (187 m2), incinerator (12 m2), ruang terbuka hijau 2025,65 m2).

2.2.2Tahapan Pembangunan

PT. nutrifood indonesia merupakan industri pengolahan makanan dan minuman kesehatan. Perusahaan ini memproduksi produk dengan brand Nutrisari, Tropicana Slim, Nutri Tea, WRP, L-Men, dan Hilo. Kegiatan pembangunan pabrik NFI meliputi tiga tahap yakni :2.1.1 Pra Konstruksi (Persiapan)1.Pengadaan lahan, diantaranya Pembebasan lahan, pengukuran lahan, dan pembuatan batas. Lahan yang akan dibangun pabrik merupakan lahan milik warga sehingga rawan terhadap konflik sosial. Oleh karena itu perlu ada pendekatan dari perusahaan sendiri agar lahan tersebut dijual kepada pihak perusahaan untuk pembangunan pabrik. 2.Perencanaan, penyusunan studi ANDAL kelayakan usaha dan dampaknya terhadap lingkungan. 3.Perizinan, termasuk penyusunan dokumen AMDAL jika wajib AMDAL atau RKL/RPL jika tidak wajib AMDAL yang telah diatur dalam Permen LH No.11 Tahun 2006 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi AMDAL.4.Pembersihan lahan (pembukaan lahan). Kegiatan ini meliputi pembukaan lahan warga yang dijadikan sebagai agroekosistem.5.Pembuatan jalan masuk dan keluar pabrik terutama untuk alat-alat berat serta pembatas untuk membatasi areal yang akan dibangun pabrik.2.1.2 Konstruksi (Pembangunan)1.Penyiapan Lahan, pada saat pembangunan pabrik dibutuhkan fasilitas-fasilitas penunjang bagi para pekerja seperti toilet, tempat istirahat. Kegiatan ini juga meliputi perataan tanah yang miring dan pemadatan agregat tanah agar stabil sehingga dapat mengganggu system hidrologi, dalam hal ini siklus air serta bentang alam. 2.Rencana penyerapan tenaga kerja, harus dipersiapkan bagaimana fasilitas tenaga kerja selama proses pembangunan pabrik. Dari mulai tempat tinggalnya, penggunaan air, dan pembuangan limbahnya. Hal ini akan menjadi masalah apabila jumlah pekerja yang banyak dan berasal dari luar daerah. Sehingga solusi yang dapat ditawarkan, yaitu merekrut tenaga kerja yang tempat tinggalnya tidak jauh dari lokasi pembangunan pabrik yang masih bisa dijangkau. Warung- warung disekitar lokasi pabrik mendapatkan peningkatan penghasilan karena aktivitas pembangunan pabrik.3.Mobilisasi Bahan Bangunan.

Aktivitas pembangunan membutuhkan bahan baku dan alat-alat berat untuk membangun konstruksi fisik yang dapat menimbulkan dampak negatif termasuk dari mobilisasi bahan bangunan. Bahan bangunan dapat berupa semen, pasir, pondasi, dll., bahan-bahan tersebut dapat menimbulkan peningkatan keberadaan partikulat di udara. 4.Pembangunan gedung-gedung produksi.

Komponen lingkungan yang terkena dampak pada tahap konstruksi paling banyak diakibatkan dari proses pembnagunan gedung-gedung produksi. Rencana pembangunan gedung produksi yang cukup banyak meliputi gedung tropicana slim terdiri dari gedung A, gedung B, dan gedung. Serta gedung Nutrisari Indonesia terdiri dari gedung D, gedung E , gedung F , gedung G , gedung H , gedung I , dan gedung J. 5.Pembangunan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah).

Pembangunan IPAL termasuk di dalam pembangunan konstruksi fisik yang dapat menimbulkan kebisingan, debu, maupun getaran. Luas lahan yang akan dibangun IPAL yaitu 187 m2, pembangunan IPAL ini sangat penting untuk menanggulangi dampak pencemaran badan air akibat limbah industri yang dihasilkan.6.Pengadaan Energi Listrik.

Energi listrik yang dibutuhkan untuk keperluan proses pembangunan dan proses produksi ini akan mempengaruhi pendapatan daerah, tetapi besarnya energi listrik yang dibutuhkan juga akan berdampak terhadap konsumsi energi listrik sehingga sangat diperlukan penghematan untuk mencapai efisiensi energi.7.Pembangunan Pondasi.

Pemabangunan pondasi merupakan tahap awal dalam proses pembangunan konstruksi fisik. Pada tahap ini bahan bangunan dan alat berat akan menimbulkan kebisingan.8.Pembangunan Fasilitas Penunjang.

Fasilitas penunjang yang dibangun NFI terdiri dari mushola, kantin, IPAL dan Insenerator. 9.Transportasi.

Lahan yang akan dibangun pabrik NFI berada dekat dengan jalan raya, sehingga akses menunju pabrik ini akan mempengaruhi kondisi jalan raya yang tidak memiliki lebar yang luas. Dampak yang ditimbulkan diantarnya adalah kemacetan sehingga pencemaran udara akibat transportasi akan meningkat.10.Penyediaan air bersih.

Kebutuhan air bersih pada proses produksi cukup besar, lokasi pembanggunan pabrik merupakan daerah yang terdapat akuifer sehingga sebagian kebutuhan tersebut selain dari PDAM juga dipenuhi oleh air yang berasal dari sumur artesis. 11.Pembangunan sistem penanggulangan bahaya. Aktivitas ini berkaitan dengan penanggulangan K3 (Keselamatan kerja) baik untuk pekerja maupun system pemadam kebakaran. 12.Pembersihan sisa konstruksi dan pembuangan limbahnya.

Puing-puing sisa konstruksi perlu dibersihkan agar tidak mengganggu lingkungan dan estetika. Hal tersebut berkaitan dengan penataan ruang dan perlu dipikirkan pembuangannya serta penanganan yang efektif serta tidak merusak lingkungan.2.1.3 Paska Konstruksi1. Teknologi yang digunakan

Desain dan Spesifikasi teknologi yang di berikan seperti :

1.Mesin mixing

2.Eurbin mixing

3.Mesin filling

4.Mesin Penggilingan

5.Container (giling, granuasi, mixing, filling packing)

6.IPAL

7.Water fresah treatment

8.Incinerator

9.Vacum cleaner

10.Glass wool (lapisan bising)

11.Pompa hydrofor

12.Hoop mixer (pencampur bahan baku)

13.corong feeding

14.Feeding pump

15.Multiline

16.Air compression (pengering)2.Bahan baku dan bahan penolong yang digunakan.

Jenis bahan baku dalam proses produksi terdiri bahan baku mayor dan minor, diantaranya :

1.Mayor

-Susu skim

-Susu full cream

-Maltisol

-Citric acid

-Gula

-Sorbitol Padat dan Cair

-Oat

-Inulin

2.Minor

-Bahan pewarna

-Premix vitamin

-Baking soda

-Bubuk cokelat

-NaCl

-Omega 3

-Jenis mentega

-Vitamn (K&A)

-CL

2. Penyimpanan dan pengangkutan bahan baku yang akan dibangun PT.NFI, terdiri dari :-Gudang baku terdiri dari AC mayor, AC minor, Non- AC.

-Gudang Kemas, untuk menyimpan kemasan. Kemasan ada yang menggunakan pallet kayu,Botol, alumunium foil, dus dan box.

-Gudang Jadi, untuk menyimpan produk yang sudah jadi.4.Penyerapan tenaga kerja.

Pabrik NFI membutuhkan 777 pekerja untuk berjalannya proses produksi. Pekerja sebesar itu tentunya akan menimbulkan dampak bagi lingkungan dari mulai tempat tinggalnya dan limbah yang dihasilkan.5.Aktivitas produksi.

Aktifitas produksi dapat mengancam keselamatan pekerja. Dalam melakukan aktifitasnya para pekerja dilengkapi APD (alat pelindung diri), selain fisik secara psikologi pekerja harus diperlakukan baik agar tidak stress dan harus terjalin komunikasi yang baik. Proses produksi yang dilakukan dalam menghasilkan produk minuman dan makanan kesehatan, diantaranya adalah :1.PROSES GRANULASI

a.Tahap Giling gula

Bahan baku berupa gula digiling denngan menggunakan mesin penggiling (borne mister) dan hasil penggiligannya berupa tepung gula yang ditampung dalam container.

b.Tahap Granulasi

Granulasi adalah suau pross di mana tepung gula diubah menjadi gula dalam bentuk granul. container tepung (glatt container) gula dari ruang penampungan di dorong ke mesin granul (glatt), untuk kemudian dicampur dengan larutan pewarna dan digranulasi. hasil granulasi yang berupa gula dalam bentuk granul diperiksa oleh bagian quality control untuk mengetahui layak atau tidaknya sesuai dengan spesifikasi.produk yang lolos ditampung dalam container untuk persiapan selanjutnya.

c.Tahap Mixing

Tahap mixing merupakan proses pencampuran antara gula granul dan bahan bakku minor. gula granul dicampur dengan air dan bahan baku minor dengan jenis produk yang diinginkan. bahan baku minor ini diayak terebih dahulu dengan mesin pengayak kemudian dicampur dengan flavor dan air lalu diproses atau dimixing. hasilnya ditampung di bin.

d.tahap Filling

Pada tahapan ini dilakukan pengemasan dngan bahan kemas primer atau bahan kemas yang bersentuh langsung dengan produk sachet dan botol.

e.tahap picking

Tahapan ini adalah tahap pengemasan sekunder di mana kemasan2 primer dikemas menjadi kemasan yang lebi besar seperi dus atau box. 2.Proses Non-Granulasi

Proses ini sama dengan tahap granulasi hanya tidak mengalami proses granulasi. produk non granulasi adalah semua produk susu dan syrup.6.Pengoperasian IPAL.

Kualitas limbah yang dihasilkan dari proses produksi mengandung bahan-bahan kimia sehingga diperlukan IPAL sebelum dibuang ke lingkungan. Karakteristik limbah yang dihasilkan cukup kompleks sehingga dibutuhkan IPAL yang lengkap dari mulai diolah secara fisika, kimia, dan biologi Karakteristik limbah yang dihasilkan dari proses produksi bersifat toksik, mengandung bahan kimia, dan bahan organik. Air limbah yang dihasilkan juga berasal dari domestik rumah tangga yang berasal dari kantin. Selain itu terdapat limbah laboratorium, limbah produksi dan limbah pencucian botol. Sifat dan karakteristik limbah tersebut dapat mempengaruhi pengoperasian IPAL, sehingga jika IPAL tersebut bocor dapat menimbulkan pencemaran sungai Cibalok yang berada di sekitar pabrik NFI.

Limbah yang dihasilkan diantaranya adalah : 1.limbah produksi :

-pencucian tangki produksi (mixing tank) dan dari mesin-mesin proses.

-pencucian peralatan produksi

-pembersihan lantai

2.limbah non-produksi

-laundry : pencucian seragam karyawan.

-laboratorium: pembersihan lantai, pencucian peralatan laboratorium, sisa penggunaan air dengan pengukuran sampel, misalnya sterilisasi alat dan media, pecucin kemasan botol. 3.limbah domestik

-kantin , pencucian peralatan minum dan makan

-pembersiha selokan

-MCK.

2.2 Lingkup Rona Lingkungan Awal2.2.1 Iklim Mikro

Udaranya relatif sejuk dengan suhu udara rata-rata setiap bulannya adalah 26C dan kelembaban udaranya kurang lebih 70%. Suhu rata-rata terendah di Bogor adalah 21,8C, paling sering terjadi pada Bulan Desember dan Januari. Arah mata angin dipengaruhi oleh angin muson. Bulan Mei sampai Maret dipengaruhi angin muson barat.

Bogor terletak pada kaki Gunung Salak dan Gunung Gede sehingga sangat kaya akan hujan orografi. Angin laut dari Laut Jawa yang membawa banyak uap air masuk ke pedalaman dan naik secara mendadak di wilayah Bogor sehingga uap air langsung terkondensasi dan menjadi hujan.

2.2.2 Kualitas Udara

Kerapatan vegetasi di daerah ini masih baik, sehingga kualitas udara di lokasi studi masih terjaga dengan adanya vegetasi. Kerapatan vegetasi yang masih rapat dikaenakan lokasi tersebut berada di daerah hulu yang merupakan arah menuju puncak-Bogor. Parameter kualitas udara yang diukur meliputi: SO2, NO2, NH3, H2S, CO, debu, getaran dan kebisingan. Pengukuran kualitas udara dilakukan di tiga jalur pembangunan BRR yaitu Kedung Halang Simpang Yasmin, Simpang Yasmin Darmaga, dan Sentul Selatan Kedung Halang.

Metode analisis dan peralatan untuk pengukuran tiap parameter kualitas udara disajikan pada Tabel III.1.

NoParameter Metode AnslisisPeralatan

1Sulfur DioksidaPararosanilinSpektrofotometer

2Nitrogen DioksidaSaltzmanSpektrofotometer

3AmoniaNesslerSpektrofotometer

4Hidrogen SulfidaMercurythiocyanateSpektrofotometer

5Karbon MonoksidaNDIRNDIT Analyzer

6DebuGravimetric High Volume Sampler

Tabel III.1. Parameter Kualitas Udara, Metode Analisis dan Peralatan Pengukurannya.

Hasil pengukuran kualitas udara dibandingkan dengan nilai baku mutu untuk mengetahui kualitas udara di areal proyek dan sekitarnya serta untuk memperkirakan dampak pembangunan NFI terhadap kualitas udara. Baku mutu mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41 tahun 1999 untuk parameter SO2, NO2, debu dan CO dan keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-50/MENLH/11/1996 untuk parameter NH3 dan H2S.

Di lokasi pengukuran kualitas udara juga dilakukan pengukuran kebisingan dilakukan dengan pembacaan langsung menggunakan alat Sound Level Meter. Hasil pengukuran dibandingkan dengan baku mutu tingkat kebisingan menurut keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-48/MENLH/11/1996. Kualitas udara di daerah studi masih baik, hal ini berdasarkan kepada frekuensi lalu lintas kendaraan di daerah tersebut yang masih rendah dimana udara yang dihirup terasa segar. Rendahnya frekuensi lalu lintas kendaraan juga merupakan indikator rendahnya tingkat kebisingan di daerah tersebut.

Untuk mengetahui kualitas kebisingan dan untuk memperkirakan dampak kebisingan dari sumber kebisingan di lokasi areal pembangunan BRR ke lokasi sekitarnya khususnya kawasan pemukiman penduduk menggunakan rumus:

SL2 = SL1 - 20 Log Dimana:

SL1 = kebisingan pada jarak R1 dari sumber kebisingan (dBA)

SL2 = kebisingan pada jarak R2 dari sumber kebisingan (dBA)

2.2.3 Kualitas Air

Lokasi perusahaan NFI di ewati oleh suatu sungai Cibalok yang merupakan bagian dari DAS Ciliwung. Sungai ini berair sepanjang tahun dengan wilayah sekitar masih ditumbuhi pepohonan sehingga daya serap air pun masih baik. Air tanah di sekitar wilayah ini pun masih bagus karena pemukimannya masih sedikit. Air tanah merupakan sumber air yang vital bagi penduduk desa Sindangsari dengan memanfaatkan sumur gali atau sumur pantek.2.2.4 Hidrologi

Daerah perusahaan NFI yang dilewati oleh sungai Cibalok dimana sungai ini dipenuhi air sepanjang tahun akibat curah hujan bogor yang tinggi dan keadaan sekitar yang masih banyak pepohonan.

2.2.5 Biologi

Wilayah NFI dibangun di atas lahan pemukiman pnduduk dan kebun-kebun milik penduduk Pada wilayah ini tidak ditemukan flora ataupun fauna yang endemik ataupun langka. Kerapaan dari vegetasinya pun tergolong sedang. Berkurangnya RTH akan membuat fauna-fauna dari lokasi berpindah, penyerapan air berkurag dan penaikkan suhu udara.

2.2.6 Kependudukan

Jumlah, kepadatan, perkembangan dan distribusi penduduk satu wilayah antara lain ditentukan dan sekaligus menentukan kelengkapan fasilitas sosial dan fasilitas ekonomi guna memenuhi kebutuhan dan kelangsungan hidup sehari-hari penduduk tersebut di samping pula dipengaruhi oleh kondisi lingkungan alam yang dapat dinikmati hasilnya. Aspek kependudukan menjadi penting karena faktor penentu terhadap fungsi dan peranan pembangunan suatu daerah.

Penduduk yang berada di pemukiman masih relative sedikit dengan komposisi warga aslinya lebih banyak dibandingkan dengan warga pendatang. Pembangunan NFI dapat menyebabkan pemukiman akan bertambah padat karena akan terjadinya perpindahan penduduk dari warga di luar Desa Sindangsari.2.2.7 Sosial Ekonomi

Kegiatan perekonomian yang menonjol di daerah studi khususnya di Desa Sindang sari adalah perdagangan dan petani. Kawasan sekitar yang telah terdapat industri lain membuat petani berubah profesi menjadi pedagang sekitar kawasan. Lahan pertanian yang selama ini secara turun temurun digarap oleh penduduk setempat, semakin lama semakin menyempit. Kegiatan di sektor jasa yang ditekuni masyarakat sesuai dengan keahlian yang dimiliki pada umumnya bergerak pada pekerjaan sebagai buruh seperti angkut, tukang batu, tukang kayu dan tukang ojek. Selain pekerjaan tersebut ada penduduk yang berdagang sebagai tambahan untuk pangan keluarga dengan membuka toko ataupun warung/kios. Dijumpai pula rumah kontrakan terutama untuk pendatang yang berasal dari wilayah sekitar maupun wilayah lain seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Padang, dan sebagainya.

2.2.8 Sosial Budaya

Masyarakat di sekitar pabrik mayoritas beragama Islam, maka sikap, cara dan budayanya pun sedikit banyak terpengaruhi oleh agama yang dianutnya. Sebagai penganut Islam umumnya tidak fanatik, hubungan dengan agama lainnya terjalin dengan harmonis. Dengan telah berkembangnya masyarakat di sekitar pabrik, hal ini membuktikan bahwa masyarakat di sekitar wilayah tersebut cukup tanggap akan perubahan nilai-nilai yang terus-menerus terjadi. Organisasi sosial yang ada di sekitar pabrik berupa organisasi sosial yang bersifat formal maupun non formal. Organisasi tersebut adalah organisasi kepemudaan seperti Karang Taruna, organisasi keagamaan dan olahraga kesenian2.2.9 Transportasi

Transportasi di sekitar wilayah sudi tidak terlalu padat meskipu sudah terdapat beberapa industri.

2.2.10 Kesehatan Masyarakat

Masyarakat sudah banyak menggunakan fasilitas kesehatan baik fasilitas kesehatan pemerintah maupun fasilitas kesehatan swasta, tetapi tidak sedikit juga masyarakat yang masih mengunakan jasa dukun dikarenakan masih memegang budaya orangtuanya dan masih mempercayai hal-hal yang berbau mistis misalnya masih mempercayai bahwa dirinya sakit dikarekan racun ternyata setelah di lakukan tindakan medis menderita TBC paru.

Lingkungan pemukiman penduduk diluar lokasi pabrik sangat menyebar dengan tingkat kesehatan yang beragam pula, karena terkait dengan kepemilikan rumah (ex. rumah kontrakan). Masih banyaknya pemukiman penduduk yang tidak memiliki jamban keluarga serta sarana air bersih yang memadai, serta tidak memiliki tempat pembuangan sampah.

2.3Pelingkupan

-Proses Pelingkupan

Proses pelingkupan dampak penting yang ditimbulkan dari aktivitas pembangunan PT.Nutrifood Indonesia terdiri dari identifikasi dampak potensial, evaluasi dampak hipotetik, dan karakterisasi dampak

-Hasil Proses Pelingkupan

a.Dampak Penting Hipotetik

b.Lingkup Wilayah Studi dan Batas Waktu Kajian

BAB III. METODE STUDI

3.1Metode Pengumpulan dan Analisis Data

Metode studi pada pembuatan pabrik NFI (Nurifood Indonesia) dengan menggunakan pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan metode-metode yang sesuai tetapi memberikan hasil yang baik agar memberikan gambaran terwakilkan dari keadaan setiap komponen/variabel yang diukur atau dianalisis. Selain itu pada pengumpulan data primer dilakukan wawancara dengan masyarakat sekitar, dan penggunaan daftar isian (literatur) dari tugas akhir untuk menambah informasi dan juga untuk pengumpulan data dari setiap komponen-komponen lingkungan yang dianggap penting namun sulit dikumpulkan melalui metode-metode seperti dikemukaan di atas.

Pengumpulan data primer dalam studi ANDAL pembangunan pabrik NFI (Nurifood Indonesia) di Kabupaten Bogor dilakukan secara langsung di lapangan melalui pengamatan, wawancara, dan pengukuran dengan tujuan untuk mendapatkan data secara akurat tentang keadaan lingkungan pada saat studi dilakukan. Pengumpulan data ini dilakukan dengan sampling melalui plot-plot pengamatan untuk setiap parameter lingkungan yang diamati di lapang yang meliputi komponen fisika kimia (seperti: iklim mikro, kualitas udara, hidrologi, kualitas air, dan transportasi), biologi (seperti: vegetasi darat, fauna, biota perairan, dan kesehatan masyarakat), serta sosial ekonomi budaya masyarakat yang ada disekitar pembangunan pabrik NFI (Nurifood Indonesia).

Penentuan lokasi plot pengamatan tersebut didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

Keterwakilan karakteristik komponen lingkungan di wilayah studi Penentuan plot pengamatan didasarkan atas kesamaan sifat dan ciri dari suatu komponen.

Jenis rencana kegiatan pembangunan NFI (Nurifood Indonesia) yang secara hipotetik menimbulkan dampak penting

Penentuan plot didasarkan pada lokasi dimana rencana kegiatan yang akan dilaksanakan secara hipotetik merupakan sumber dampak. Metode penentuan plot pengamatan tersebut ditujukan untuk menentukan keterkaitan antara pengaruh kegiatan pembangunan dengan komponen lingkungan yang ada.

Waktu dan lokasi rencana kegiatan pembangunan kawasan

Penentuan plot pengamatan berdasarkan pada waktu dan lokasi pelaksanaan rencana kegiatan pengembangan kawasan ditujukan untuk mengetahui perkiraan perubahan-perubahan terhadap komponen lingkungan yang akan timbul akibat pengaruh waktu dan lokasi pelaksanaan rencana kegiatan tersebut.

Selain pengumpulan data primer juga dilakukan pengumpulan data sekunder dalam pendirian pabrik NFI (Nurifood Indonesia) yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran keadaan umum areal pengembangan kawasan serta untuk menunjang hasil pengumpulan data primer yang diperoleh. Data sekunder yang diperoleh berupa literatur (tabel, gambar, peta, dan laporan-laporan) dari beberapa Dinas/Instansi terkait antara lain: Pemerintahan Daerah Kota Bogor, Dinas Pekerjaan Umum, Badan Pertanahan Nasional (BPN) tingkat kabupaten, Dinas Tata Ruang dan Lingkungan Hidup, Kantor Statistik, Stasiun Pengamatan Badan Meteorologi dan Geofisika setempat, Kantor Pemerintahan serta Dinas/Instansi terkait lainnya.

3.1.1Komponsen Fisik-Kimia 3.1.1.1Iklim dan Kualitas Udara

3.1.1.1.1 Iklim mikro

Data iklim mikro diperoleh dari stasiun klimatologi yang terdekat dengan lokasi studi. Data iklim yang dikumpulkan sebagai data sekunder merupakan hasil pengamatan jangka panjang, yang meliputi unsur-unsur iklim: curah hujan, suhu udara, kelembaban nisbi udara, radiasi surya dan angin (arah dan kecepatan). Berdasarkan data suhu dan curah hujan periode tahun 1990 1999 dari Stasiun Pengamatan Cuaca BMG Darmaga Bogor yang berdekatan dari daerah studi, dapat diketahui tipe iklim di Bukit Sentul adalah tipe Af menurut Klasifikasi Schmidt dan Ferguson. Suhu udara rata-rata bulanan antara 24,7 oC 27,5 oC dan suhu minimum rata-rata 24,8 oC. Curah hujan bulanan rata-rata adalah 25,8 mm dengan 8 bulan basah, antara bulan Oktober hingga bulan September selama setahunnya. Kelembaban udara dilokasi studi tersebut antara 72% - 91%.

Terhadap data pengamatan jangka panjang tiap unsur iklim (kecuali data iklim) dihitung nilai rata-rata bulanan yang disajikan dalam bentuk grafik atau blok diagram sehingga diketahui fluktuasinya atau pola musimannya. Terhadap data arah dan kecepatan angin akan dilakukan analisis frekuensinya, yang digambarkan dalam bentuk mawar angin (wind rose). Dengan demikian dapat diketahui pola angin terutama kecepatan dan arah yang terbesar frekuensinya untuk tiap bulan dan pola musimannya.

III.1.1.1.2. Kualitas Udara

Parameter kualitas udara yang diukur meliputi: SO2, NO2, NH3, H2S, CO, debu, getaran dan kebisingan. Pengukuran kualitas udara dilakukan di tiga jalur pembangunan BRR yaitu Kedung Halang Simpang Yasmin, Simpang Yasmin Darmaga, dan Sentul Selatan Kedung Halang.

Metode analisis dan peralatan untuk pengukuran tiap parameter kualitas udara disajikan pada Tabel III.1.

NoParameter Metode AnslisisPeralatan

1Sulfur DioksidaPararosanilinSpektrofotometer

2Nitrogen DioksidaSaltzmanSpektrofotometer

3AmoniaNesslerSpektrofotometer

4Hidrogen SulfidaMercurythiocyanateSpektrofotometer

5Karbon MonoksidaNDIRNDIT Analyzer

6DebuGravimetric High Volume Sampler

Tabel III.1. Parameter Kualitas Udara, Metode Analisis dan Peralatan Pengukurannya.

Hasil pengukuran kualitas udara dibandingkan dengan nilai baku mutu untuk mengetahui kualitas udara di areal proyek dan sekitarnya serta untuk memperkirakan dampak pembangunan BRR terhadap kualitas udara. Baku mutu mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41 tahun 1999 untuk parameter SO2, NO2, debu dan CO dan keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-50/MENLH/11/1996 untuk parameter NH3 dan H2S.

Di lokasi pengukuran kualitas udara juga dilakukan pengukuran kebisingan dilakukan dengan pembacaan langsung menggunakan alat Sound Level Meter. Hasil pengukuran dibandingkan dengan baku mutu tingkat kebisingan menurut keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-48/MENLH/11/1996. Kualitas udara di daerah studi masih baik, hal ini berdasarkan kepada frekuensi lalu lintas kendaraan di daerah tersebut yang masih rendah dimana udara yang dihirup terasa segar. Rendahnya frekuensi lalu lintas kendaraan juga merupakan indikator rendahnya tingkat kebisingan di daerah tersebut.

Untuk mengetahui kualitas kebisingan dan untuk memperkirakan dampak kebisingan dari sumber kebisingan di lokasi areal pembangunan BRR ke lokasi sekitarnya khususnya kawasan pemukiman penduduk menggunakan rumus:

SL2 = SL1 - 20 Log Dimana:

SL1 = kebisingan pada jarak R1 dari sumber kebisingan (dBA)

SL2 = kebisingan pada jarak R2 dari sumber kebisingan (dBA)

III.1.1.2. Hidrologi

Air tanah merupakan sumber air yang vital bagi penduduk desa Cipambuan dan desa Citaringgul dengan memanfaatkan sumur gali atau sumur pantek. Pada daerah Bukit Sentul termasuk kedalam DAS Kali Bekasi, Sub DAS Cikeas dan Citeureup. Sungai Cikeas dan Citeureup merupakan sungai utama di daerah ini dan berair sepanjang tahun. Sistem pembuangan air larian yang berasal dari air hujan akan dialirkan ke saluran drainase menuju sungai Citaringgul.

Parameter yang diukur meliputi:

Kecepatan aliran permukaan air sungai

Lebar sungai total

Lebar sungai basah ( yang berisi air pada saat pengukuran )

Dalam sungai, pada tiga titik: dua sisi pinggir sungai dan satu di tengah atau titik terdalam.

Sedangkan data skunder untuk kajian hidrologi adaalah data hujan, yang diambil dari stasiun pengamatan cuaca terdekat. Hasil pengukuran digunakan untuk mengukur debit sungai saat pengukuran, dengan rumus:

Q = V x ADimana:

Q = debit sungai saat pengukuran ( liter. S-1 )

V = kecepatan aliran permukaan ( m. s-1 )

A = luas sungai merupakan hasil perkalian lebar sungai basah dengan kedalaman rata-rata ( m2 )

Debit sungai maksimum akan di duga dari data hujan. Kajian hidrologi juga diarahkan pada tiga keadaan saat tahun normal, tahun El Nino dan tahun La Nina. Kajian hidrologi juga meliputi indicator utama neraca kesetimbangan air wilayah yakni hujan sebagai input air utama dan evapotranspirasi sebagai output utama.

Persamaan umum neraca wilayah sebagai berikut:

CH = ETP + dKAT + R

Dimana:

CH= Curah Hujan

ETP= Evapotranspirasi

dKAT= Perubahan nilai kadar air tanah

R= Run Off ( aliran permukaan )

Dari rumus tersebut dapat dihitung laju permukaan ( R )

R = CH ETP - dKAT

III.1.1.3 Kualitas AirA. Metode Pengumpulan dan Analisi Data

Pengukuran terhadap kualitas air dilakukan dengan dua metode, yaitu dengan pengamtan dan pengukuran secara langsung di lokasi (air sungai dan air tanah) serta pengukuran parameter-parameter kualitas air yang dilakukan pada Laboratorium Mikrobiologi Kampus Diploma IPB.

Analisis kualitas air dilakukan dengan cara membuat penilaian terhadap hasil pengukuran parameter kualitas air yang selanjutnya dibandingkan dengan parameter baku mutu air baku air minum menurut Permenkes No. 173/Men. Kes/Per. VII/1977, baku mutu air bersih menurut Kepmenkes RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002, dan baku mutu air sungai menurut Keputusan Gubernur Jawa Barat Kep. Gub. Jabar No. 38 Tahun 1991.

Lokasi pengumpulan data secara langsung dilakukan pada lokasi sungai yang dijadikan sebagai tempat pengambilan data yang akan dianalisis. Adapun lokasi tersebut adalah DAS Kali Bekasi, Sub DAS Cikeas dan Citeureup.

Tabel Parameter Kualitas Air dan Metode Pengukurannya Serta Alat yang Digunakan.

NoParameterSatuanMetode AnalisisAlatLokasi Analisis

A. Fisika

1TDSMg/lKonduktifitasConductivitimeterIn situ

2DHLuS/cmKonduktifitasConductivitineter

3SuhuoC-Thermometer

4Rasa-OrganaleptikLidah

5Bau-OrganaleptikHidung

6KekeruhanNTUNephelometrikSpektrophotometerLab Mikro

7WarnaTCUKolorimeterSpektrophotometer

B. Kimia

8Ph-PhotensiometrikpH-meterIn situ

9DOMgMetode WinklerPeralatan Titrasi

10BOD5mg/lModifikasi Azide

11CODmg/lTitimetrik

12NH3 bebasmg/lMetode NesslerSpektrophotometerLab. Mikrobiologi

13Nirit (NO2N)mg/lMetode SulfanikPeralatan Titrasi

14Nitrat (NO3N)mg/lMetode Brusin

15Deterjen MBAS)mg/lTitimetrik

16Fenolmg/lTitimetrik

17Zat Organikmg/lPenguapanTanur

18Sulfatmg/lTurbidimetrikSpektrophotometer

19Fluoridamg/lTitrimetrikPeralatan titrasi

20Kloridamg/lTitimetrik merkrinitrat

21Kesadahanmg/lTitimetrik EDTA

22Besi (Fe)mg/lSerapan AtomAAS

23Kadmium (Cd)mg/l

24Cr6+mg/l

25Manganmg/l

26Natriummg/l

27Nikel (Ni)mg/l

28Seng (Zn)mg/l

29Tembaga (Cu)mg/l

30Timbal (Pb)mg/l

III.1.1.4. Transportasi

Pengumpulan data primer mengenai aktifitas transportasi dilakukan antara lain melalui pengamatan secara intensif terhadap sarana dan prasarana transportasi terutama dilakukan pada kawasan sekitar pproyek, yang diperkirakan akan berpengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap berbagai kegiatan penduduk dalam kaitannya dengan tata ruang persoalan yang timbul akibat pembangunan proyek Bogor Ring Road.

Persoalan yang diperkirakan akan timbul karena adanya pembangunan proyek Bogor Ring Road ini adalah kemacetan yang di sepanjang ruas jalan pembangunan proyek Bogor Ring Road. Kemacetan dapat disebabkan karena terhambatnya lalu lintas kendaraan umum maupun pribadi yang disebabkan adanya kendaraan operasional proyek yang melintas pada jalan raya maupun jalan menuju pemukiman penduduk.

A. Pengumpulan Data

1. Penentuan ruas jalan yang terpengaruh

Ruas jalan yang terpengaruh akibat adanya pembangunan proyek Bogor Ring Road, pihak Jasa Marga dan Pemda Kota Bogor menetapkan ruas jalan sekitar lokasi kegiatan adalah Jalan Tol Jagorawi Sentul Selatan-Kedung Halang (Jalan Baru)-Cimanggu-Dramaga.

2. Pengumpulan Data Primer

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah penekanan terhadap kemacetan lalu lintas akibat proyek ini. Pencatatan terhadap tingkat kemacetan dilakukan di masing-masing titik pada setiap titik yang telah dipaparkan di atas. Pengambilan data primer ini dilakukan setiap hari selama satu minggu terutama pada jam puncak (peak hour), yaitu :

Pagi jam 06.00 - 09.00

Siang jam 11.00 14.00

Sore jam 16.00 19.00

Pengambilan data tersebut dilakukan menggunakan bantuan alat untuk menghitung frekuensi kendaraan yang melintas setiap jamnya. Data hasil pengukuran dicatat dan dirata-rata, maka akan diperoleh jumlah kendaraan yang melintas setiap jamnya pada masing-masing titik.

B. Analisis

Kinerja lalu lintas Bogor Ring Road dinilai dengan menggunakan parameter lalu lintas sebagai berikut :

1. Volume lalu lintas atau arus lalu lintas adalah jumlah kendaraan yang melintasi suatu titik pengamatan pada jalan raya per satuan waktu. Volume dan komposisinya merupakan parameter-parameter lainnya seperti tingkat pelayanan, kecepatan, kendaraan dan antrian.

2. Tingkat pelayanan pada suatu ruas jalan menunjukkan kondisi secara keseluruhan. Tingkat pelayanan ditentukan berdasarkan nilai kuantitatif seperti derjat kejenuhan (DS). Kecepatan perjalanan dan berdasarkan nilai kualitatif seperti kebebasan pengemudi dalam bergerak, memilih kecepatan, derajat lalu lintas serta kenyamanan.

III.1.2. Biologi

III.1.2.1 Vegetasi Darat

Dalam pengukuran vegetasi darat yang diamati adalah :

a. Vegetasi kebun campur

Pengamatan pada tanaman budaya dilakukan secara kualitatif, yang meliputi jenis tanaman, pertumbuhan, produksi per hektar serta gangguan hama dan penyakit. Sedangkan pengamatan semak belukar dan tumbuhan bawah menggunakan metode titik menyinggung (Point Intercept)

Metode Titik Menyinggung (Point Intercept)

Frekuensi Mutlak jenis I (FMi)

Frekuensi Mutlak jenis i (FRi)

INP=FM + FR

Untuk mengetahui besarnya nilai Indeks Keanekaragaman Species di wilayah penelitian digunakan rumus sebagai berikut : (Odum,1971; Krebs, 1989; Barbour et al.,1987)

Dimana : pi=ni/N

ni = Jumlah nilai penting suatu species

N = Jumlah nilai penting seluruh species

In = Logaritme natural (bilangan alami)

Agar nilai Indeks Keragaman Species Sahanon-Wiever dapat ditafsirkan maknanya maka digunakan kriteria sebagai berikut : (Barbour et,al.,1987). Nilai H biasanya berkisar dari 0-7.

Jika H = < 1 kategori sangat rendah

Jika H = > 1-2 kategori rendah

Jika H = > 2-3 kategori sedang (medium)

Jika H = > 3-4 kategori tinggi

Jika H = > 4 kategori sangat tinggi

Hal-hal yang akan ditelaah adalah: identifikasi species-species yang dilindungi serta indentifikasi species-species dikaitkan dengan fungsi/hubungannya dengan komponen-komponen fisik-kimia (air-tanah) dan biologi (satwa liar,dan lainnya).

III.1.2.2 Fauna

Pengumpulan data meliputi:

Jenis fauna yang ada di lokasi/kawasan proyek dan sekitarnya

Jenis fauna yang bisa berimigrasi, endemik langka, dilindungi undang-undang dan yang dapt menimbulkan hama tanaman budi daya.

Ada tidaknya habitat fauna yang khas dan spesifik, dan habitat yang serupa antara yang ada didalam dan sekitar proyek.

1. Parameter Pengamatan

Parameter yang diamati adalah jumlah jenis dan habitat penyebaran jenis fauna baik yang dilundungi ataupun tidak dilindungi serta mempunyai sistem ekologis dan ekonomis2. Metode Pengamatan

a. Pengamatan secara tidak langsung

Metode ini dilakukan dengan penjelajahan lapangan untuk mengenali jenis fauna (mamalia,burung, reptil) yang dijumpai dan dengan mencatat tanda-tanda atau jejak yang ditinggalkan seperti: jejak kaki, suara, sarang, bekas cakaran, kotoran, dan bagian-bagian yang ditinggalkan. Wawacara dilakukan terhadap masyarakat di sekitar lokas studi, untuk mendapatkan informasi tentang jenis-jenis satwa, keberadaan, serta bentuk-bentuk pemanfaatan dan gangguan fauna.

b. Pengamatan langsung

Pengamatan langsung khususnya burung dilakukan dengan metode IPA (index Point of Abundance), yaitu untuk mencatat jumlah burung pada suatu tempat selama waktu tertentu (15 menit dengan interval setiap 5 menit). Hasil pengamatan berupa nilai skala pendugaan populasi yang dicatat pada tabel sperti tersebut pada tabel

JenisWaktu (menit)Keteranagan

555

c. Lokasi Pengamatan

Lokasi pengamatan vegetasi dan fauna berada di areal calon lokasi pembangunan jalan tol Bogor Ring Road dan pekarangan penduduk di areal tersebut.

III.1.2.3 Biota Perairan

Lokasi sampling kualitas biota perairan disamakan dengan lokasi sampling hidrologi. Parameter-parameter yang akan dihitung adalah plankton, benthos, dan nekton, dengan aspek-aspek jumlah jenis, kelimpahan, indeks keragaman dan indeks keseragaman.

III.1.2.3.1. Plankton

Plankton dikumpulkan dengan menyaring 100 liter contoh air dengan planktonen no.25. Plankton yang tersaring dimasukan kedalam botol film yang berada di bawah planktonet. Kemudian diawetkan dengan lugol sebanyak 0.5 ml, lalu diidentifikasi di Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IPB. Metode pengukuran kelimpahan plankton (jumlah plankton per liter) dihitung berdasarkan rumus APHA (1975) sebagai berikut:

Dimana : T = Luas gelas penutup (mm2)

L = Luas lapang pandang (mm2)

P = Jumlah plankton pandang diamati

p = Jumlah lapang pandang yang diamati

V = Volume plankton dalam botol penadah (ml)

v = Volume plankton dalam gelas penutup (ml)

W = Volume plankton yang disaring (Lt)

Metode pengukuran keragaman biota plankton dinyatakan dengan Indeks Keragaman (H) menurut Shanon-Wienner dalam Poole (1974) sebagai berikut:

Dimana : H = Penduga keragaman species

s = Jumlah semua species

ni/N = Bagian dari jumlah individu yang termaksuk kedalam species ke-i

N = Jumlah semua species

ni = Jumlah individu yang termaksuk species ke-i

III.1.2.3.2. Benthos

Benthos diambil dengan alat surber di perairan yang dangkal. Bethos disaring dengan surber kemudian diawetkan dengan formalin 10%. Selanjutkan benthos diidentifikasi di Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IPB. Metode pengukuran kelimpahan benthos (ind/l) dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Dimana: X = Kelimpahan rata-rata

ni = Jumlah individu species i

N = Jumlah total individu

Metode pengukuran keragaman benthos (H) dan keseragaman benthos (E) sama dengan rumus Indeks Keragaman (H) dan Indeks Keseragaman (E) yang digunakan untuk plankton.

III.1.2.3.3 Nekton

Keberadaan species ikan (nekton) diteliti dengan cara mengamati species ikan yang ada di lokasi sampling secara langsung dan bertanya kepada masyarakat sekitar.

3.1.2.4 Kesehatan Masyarakat

Parameter yang diamati dalam faktor kesehatan masyarakat adalah dampak ke masyarakat sekitar terhadap pembangunan BRR tersebut. Pengujiaan kesehatan masyarakat dilakukan dengan pemberian kuisioner ke masyarakat yang berada di lingkungan pembangunan BRR.

III.1.3 Sosial Ekonomi dan Budaya

Dalam pengumpulan data social ekonomi dan budaya menggunakan pendekatan yang bertahap yakni :

Pendekatan Participory Rural Appraisal (PRA) yakni untuk memahami kondisi social, ekonomi dan budaya masyarakat secara cepat pada saat ini dan memprediksikannya setelah BRR ini berjalan. Dilakukan dengan cara mewawancarai tokoh masyarakat dan pemuka agama setempat.

Pendekatan survey yaitu dengan melakukan wawancara terstruktur menggunakan kuisioner terhadap responden terpilih.

Populasi dan Sample

Populasi dari studi ini yakni masyarakat yang ada di lingkungan proyek terutama yang berbatsan langsung dengan lokasi proyek Pembangunan jalan Bogor Ring Roads yakni masyarakat desa cipambuan, ciluar, kedungbadak, curugmekar, dll.

Sample rumah tangga dipilih secara acak sederhana (Simple Random Sampling) sejumlah 60 responden rumah tangga yang terdiri dari 50 responden tokoh masyarakat dan 10 responden tokoh agama. Kemudian dilanjutkan dengan wawancara terstruktur meliputi karakteristik kondisi sumber daya alam dan sumber daya manusia, serta kondisi sosial budaya.

Pengumpulan Data dan Lokasi Studi

Data yang dikumpilkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data sekunder terutama data kependudukan yang terlebih dahulu diambil. Sedangkan data primer (terutama karakteristik sumber daya alam dan sumber daya manusia, kondisi social budaya serta persepsi masyarakat) dihimpun setelah data sekunder. Lokasi studi pengambilan data social ekonomi adalah desa cipambuan, ciluar, kedungbadak, curugmekar, dll.

Analisis Data

Untuk memudahkan dan melakukan analisis, maka data yang telah terkumpul baik data kuantitatif maupun data kualitatif disusun dan disederhanakan serta disajikan dalam bentuk tabulasi. Selanjutkan dilakukan data anlisis secara deskriptif kuantitatif.

III.1.3.1 Kependudukan

Data demografi yang dikumpulkan dalam studi ini meliputi :

Kepadatan Penduduk

Rasio beban tanggungan

Rasio spesies dan kelamin

Perkembangan penduduk

Data yang dimaksud adalah data sekunder yang dihimpun dari dinas/instansi terkait seperti Bappeda Kantor Statistik, Kantor Kecamatan, Kantor Desa dan instansi lainnya. Data kuantitatif ini selanjutnya diolah dan dianalisi secara tabulasi dengan teknik analisis spesifik pada bidang tertentu meliputi :

Kepadatan Penduduk (RBT)

Rasio beban tanggungan merupkan perbandingan antara banyaknya penduduk usia tidak produktif dengan banyaknya produk usia produktif, dengan rumus

RBT = PO-14 + P65 : P15-64 x 100%

Keterangan : PO-14 : jumlah penduduk usia 0-14

P65 : jumlah penduduk usia 65 tahun ke atas

P15-64 : jumlah penduduk usia 15 -65 tahun

Rasio Jenis Kelamin

Rasio jenis kelamin adalah perbandingan banyaknya penduduk laki-laki dengan perbandingan banyaknya penduduk perempuan pada suatu daerah dan waktu tertentu, dengan rumus :

RJK = Jumlah penduduk laki-laki : Jimlah penduduk perempuan x 100%

Struktur Penduduk

Struktur penduduk menurut tingkat pendidikan

Struktur penduduk menurut tingkat pendidikan, mayoritas adalah lulus SD/sederajat, lainnya lulus SLTP/sederajat, kemudian lulusan SMA/sederajat.Tingkat pendidikan formal masyarakat dapat diestimasikan dengan rumus

X = B : U x k

Keterangan : X = Tingkat pendidikan formal masyarakat

B = Jumlah penduduk yang tamat SD ke atas (jiwa)

U = Total penduduk (jiwa)

K = Konstanta (100)

Struktur penduduk menurut kewarganegaran dan Latar Belakang

Komposisi kependudukan kelurahan merupakan komunitas dengan latar belakang multiens yang umumnya telah beberapa generasi tinggi menetap di wilayah ini. Berdasarkan hasil wawancara etnis yang merupakan kelompok dominan sunda, jawa, dan etnis lainnya.

Perkembangan Penduduk

Perkembangan penduduk dihitung dengan rumus :

P1 = P0 ( l + r )t

Keterangan : P1 = Jumlah penduduk t tahun

P0 = Jumlah penduduk 0 tahun

R = Tingkat pertumbuhan penduduk

III.1.3.2. Sosial Ekonomi

Pengumpulan data sosial ekonomi terdiri dari :

Kesempatam kerja dan berusaha

Mata pencaharian

Tingkat pendapatan dan pengeluaran

Pola pemikiran

Penguasaan dan pemanfaatan sumber daya serta

Kelembagaan ekonomi.

Pola Mata Pencaharian

Berdasarkan monografi kelurahan pekerjaan/mata pencaharian penduduknya adalah TNI/POLRI, swasta, PNS, dan bermatapencaharian lain.III.1.3.3. Sosial Budaya

Pengumpulan data primer dengan metode wawancara yang berkaitan dengan aspek sosial budaya antara lain :

interaksi/proses sosial (asosiatif-disosiatif) masyarakat terhadap keberadaan proyek dan pengurus/staf/pegawai proyek/pekerja proyek.

Interaksi/proses sosial (asosiatif-disosiatif) masyarakat sekitar proyek dengan sesama warga yang berkaitan dengan proyek.

Norma/adat/sikap-perilaku masyarakat sekitar proyek.

Persepsi masyarakat sekitar proyek terhadap kepemilikan dan kegiatan yang berlangsung di dalam proyek.

III.2 Metode Prakiraan Dampak Besar dan Penting

Prakiraan dampak dimaksudkan sebagai upaya pengkajian terhadap besarnya perubahan kulaitas lingkungan yang mungkin akan timbul akibat kegiatan pembangunan Bogor Ring Road di sepanjang daerah Sentul Selatan Kedung Halang Simpang Yasmin Darmaga oleh Jasa Marga dan PT Marga Sarana Jabar. Dikaitkan dengan kepentingan ekologis, dan kepentingan sosial ekonomi budaya setempat. Dalam pelaksanaannya, besarnya perubahan kualitas lingkungan tersebut diungkapkan dalam bentuk besaran dampak (magnitude) dan pentingnya dampak (importance) berdasarkan Keputusan Kepala Bapedal No. 56 tahun 1994.

Dalam penentuan besaran dampak digunakan metode formal berupa : model matematik, baku mutu lingkungan serta metode informal berupa : analogi dan penilaian para ahli yang dapat digunakan secara terpisah atau gabungan dan baku mutu lingkungan.

III.2.1. Model Matematik

Pendekatan dengan menggunakan model matematik adalah pendekatan yang didasarkan pada penggunaan rumus matematik. Beberapa model matematik yang digunakan adalah sebagai berikut :

III.2.1.1 Prakiraan Dampak Kualitas Udara, Iklim dan Kebisingan

Metode prakiraan da,pak yang digunakan untuk aspek kualitas udara dan kebisingan meliputi metode formal dan informal adalah sebagai berikut:

Model yang digunakan untuk prakiraan dampak kebisingan adalah sebagai berikut:

Model yang digunakan untuk prakiraan dampak kebisingan adalah sebagai berikut ( Rau dan Wooten, 1990 )

SL2 = SL1 - 20 Log Dimana:

SL1 = kebisingan pada jarak R1 dari sumber kebisingan ( dBA )

SL2 = kebisingan pada jarak R2 dari sumber kebisingan ( dBA )

r1 = Jarak dari sumber ke lokasi 1

r2 = Jarak dari sumber ke lokasi 2

Hasil pengukuran dibbandingkan dengan baku mutu lingkungan ( Kep Men LH No. 489 Tahun 1996 tentang Baku Mutu kebisingan )

Penyebaran gas ( SO2, NO2 ) dan debu diprakirakan dengan menggunakan model Gaussian untuk sumber di permukaan tanah:

X ( x,0,0,0) = Dimana:

X: konsentrasi gas/ debu pada jarak x meter dari sumber (g/m3)

Q: laju emisi di sumber pencemaran (g s-1)

y dan z: masing-masing jumalh koefisien distribusi horizontal dan vertical ( m )

: kecepatan angin (m -1)

III.2.1.2 Prakiraan Dampak Hidrologi

Prakiraan dampak untuk aspek hidrologi terutama untuk yang berkaitan dengan laju air larian adalah dengan menghitung perubahan nilai kadar air tanah ( dKAT ) dan aliran permukaan ( R ) dengan rumusnya :

R = CH ETP - dKAT

Dimana :

R= Run Off ( aliran permukaan )

CH= Curah Hujan

ETP= Evapotranspirasi

dKAT= Perubahan nilai kadar air tanah

Pada kondisi normal saat tahun El Nino dan tahun La nina.

Pada saat tahap tahyap konstruksi dan operasional BRR, niali R ( laju air aliran ), niali ETP dan dKAT akan berubah dan berbeda dengan adanya pembangunan BRR. Perbedaan tersebut merupakan dampak yang terjadi akibat adanya pembangunan gedung terhadap air larian. Hal itu akan mempengaruhi laju aliran air semakin besar atau kecil. Jika dampak yang terjadi meningkatkan laju air larian maka akan meningkatkan debit air sungai Citaringgul secara langsung dan ketersediaan air sumur penduduk sekitar menjadi berkurang

III.2.1.1. Prakiraan Dampak Biologi

Prakiraan dampak untuk aspek biologi dapat menggunakan model matematik yaitu dengan menghitung nilai indeks keanekaragaman jenis Shanon-Wiever (H) baik untuk flora maupun fauna dengan kriteria sebagai berikut (Barbour et al, 1987)

Nilai H = < 1 kategori sangat rendah

Nilai H = > 1 2 kategori rendah

Nilai H = > 2 3 kategori sedang (medium)

Nilai H = > 3 4 kategori tinggi

Nilai H = > 4 kategori sangat tinggi

Selisih nilai H atau perbedaan nilai H, sebelum dan sesudah atau antara ada dan tidak ada pembangunan jalan tol merupakan besarnya dampak terhadap komponen Biologi.

III.2.1.5. Prakiraan Dampak Sosial Ekonomi Budaya

a. Prakiraan dampak kesempatan kerja, menggunakan metoda non formal secara kulitatif dan kuantitatif dengan membandingkan:

Jumlah lowongan kerja yang ada di kawasan pembangunan BRR antara sebelum dan sesudah ada pembangunan BRR apakah meningkat, tetap atau menurun.

Jumlah angkatan kerja dan ratio beban tanggungan, masyarakat yang ada di sepanjang daerah pembangunan khususnya daerah Kedung Halang Simpang Yasmin, Simpang YasminDarmaga, Sentul Selatan Kedung Halang pada umumnya setelah dan sesudah ada pembangunan BRR.

a. Prakiraan dampak bangkitan lalu lintas, terutam pada saat tahap konstruksi dan operasional jalan tol.

Pengamatan pada titik pengamatan di jalan dimana mungkin terjadi peningkatan frekuensi dan jumlah kendaraan yaitu pada persimpangan jalan Kedunghalang Jalan Baru ke arah jalan perumahan Bukit Cimanggu dan menuju Dramaga.

Prakiraan dampak dilakukan dengan membandingksn parameter-parameter bangkitan lalu lintas pada saat tidak ada proyek pembangunan jalan tol dengan setelah ada proyek pembangunan jalan tol, apakah terjadi kenaikan, konstan atau penurunan. Parameter bangkitan lalu lintas yang diukur antara lain :

1. Jumlah kendaraan persatuan waktu / persatuan ruas jalan yang melaluia titik persimpangan jalan Kedunghalang-perumahan Bukit Cimanggu-Dramaga.

2. Derajat kejenuhan, sebagai arus maksimum kendaraan per ruas jalan persatuan waktu pada kondisi tertentu.

3. Kecepatan perjalanan kendaraan rata-rata persatuan waktu persatuan ruas jalan, selisih nilai perbandingan antara parameter tersebut merupakan besarnya dampak yang diperkirakan terjadi pada saat tidak ada proyek dan kalau ada proyek pembangunan jalan tol.

Secara dikriptif prakiraan dampak bangkitan lalu lintas dapat digambarkan sebagai berikut :

Ruas jalan :

Sentul Kedunghalang - Dramaga

Pintu Tol Sentul City

Dampak akibat

Proyek

Pembangunan

Jalan Tol

3.2.2. Baku Mutu Lingkungan

Baku mutu lingkungan yang digunakan dalam pendugaan dampak adalah baku mutu yang telah ditetapkan dalam peraturan perundangan yang berlaku. Prakiraan dampak melalui pendekataan menggunakan baku mutu lingkungan dilakukan terhadap parameter kualitas air, kualitas udara dan kebisingan.

3.2.3. Penggunaan Analogi

Pendekatan prakiraan dampak secara analogi dilakukan untuk menduga dampak yang mungkin timbul dari suatu rencana kegiatan yang sejenis. Pendekatan analogi didasarkan pada adanya kesamaan antara kegiatan pembangunan jalan tol yang telah dilaksanakan pada jaringan jalan tol dengan kondisi dan karakteristik lingkungan yang serupa. Pendekatan ini digunakan dalam rangka prakiraan dampak untuk parameter tanah, air, vegetasi, satwa liar, sosial dan budaya.

3.2.4. Penilaian Para Ahli

Dalam pendekatan ini, prakiraan dampak terhadap komponen/sub komponen/ parameter lingkungan ditetapkan berdasarkan pengetahuan dan pengalaman para ahli yang tergabung dalam tim studi yang dikaitkan dengan fenomena di lapangan. Pendekatan ini digunakan jika beberapa kendala untuk mendapatkan data yang ditemukan di lapangan. Pendekatan ini digunakan untuk memprakirakan dampak parameter air, tanah, satwa liar dan sosekbud.

Metode Evaluasi Dampak Besar dan Penting

3.3.1. Telaah Terhadap Dampak Besar dan Penting

Evaluasi dampak dilakukan dengan menelaah secara menyeluruh (holistik) terhadap keterkaitan dan kecenderungan dampak dari komponen dan parameter lingkungan yang merupakan perubahan mendasar. Penilaian ada atau tidaknya dampak penting dari kegiatan pengembangan kawasan didasarkan pada Keputusan Kepala Bapedal No. 056 Tahun 1994 tentang Pedoman Mengenai Dampak Penting, yaitu :

1. Jumlah manusia yang terkena dampak

2. Intensitas dampak

3. Luas persebaran dampak

4. Sifat berbaliktidaknya dampak

5. Sifat kumulatif dampak

6. Banyaknya komponen lingkungan lain yang terkena dampak

7. Lamanya dampak berlangsung

Kriteria penggunaan dampak penting didasarkan atas tujuh kriteria penentuan dampak penting tersebut di atas, dimana apabila suatu rencana kegiatan diprakirakan menimbulkan dampak yang tergolong penting maka dampak yang bersangkutan digolongkan sebagai dampak penting (P), dengan sifat dampak dapat positif (+P) atau negatif (-P).

Untuk melihat interaksi secara langsung antara komponen kegiatan dengan komponen lingkungan terkena dampak penting digunakan Matriks Evaluasi Dampak Penting, sedangkan penelaahan keterkaitan dampak penting menggunakan metode Bagan Alir Dampak Penting yang menggambarkan hubungan antara dampak penting yang satu dengan dampak penting yang lainnya sehingga terlihat dampak primer, sekunder, tertier dan seterusnya atau dampak yang bersifat langsung dan tidak langsung. Selanjutnya nilai kuantitatif dan kualitatif dari besaran nilai kepentingan dampak tersebut akan diuraikan secara deskriptif.

Dari aliran dampak penting, dalam pengelolaan dampak penting yang dapat dilakukan secara tepat dan akurat adalah dengan mengendalikan dampak yang primer, karena kalau dampak primernya teratasi maka dampak ikutannya tidak akan terjadi.

3.2.2. Telaahan Sebagai Dasar Pengelolaan

Penyusunan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) akan mengacu pada hasil ANDAL. Pada prinsipnya RKL bertujuan untuk mencegah, menanggulangi dan menekan dampak negatif penting serta mengembangkan dampak positif penting. Pendekatan pengelolaan langsung yang digunakan melalui pendekatan : Teknologi, Sosial Ekonomi dan Institusi atau kelembagaan penyusunan dokumen RKL disusun dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 08 Tahun 2006.

Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) akan disusun dengan mengacu pada RKL. Pada dasarnya RPL dilakukan guna memantau keberhasilan pengelolaan lingkungan yang tertuang di dalam RKL, disamping itu RPL berfungsi pula sebagai alat untuk mengetahui secara dini adanya bahaya lingkungan dan struktur penyusunan RPL berpedoman pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 08 Tahun 2006.

3.2Metode Perkiraan Dampak Penting

3.3Metode Evaluasi Dampak Penting

BAB IV. PELAKSANAAN STUDI

4.1Pemrakarsa4.2Penyusunan Studi AMDAL4.3Biaya Studi

4.4Waktu Studi

BAB V. DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Selisih

B A

Bangkitan lalu lintas

Jumlah kendaraan dengan adanya Proyek Pembanggunan Jalan Tol Bogor Ring Road (B)

Jumlah kendaraan Kondisi tanpa proyek

(A)

19

_1306556972.unknown

_1306556973.unknown

_1306556970.unknown

_1306556971.unknown

_1306556969.unknown

_1306556968.unknown