Kadar Biskuit2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

biokimia

Citation preview

  • Jurnal Kimia Analitik 2

    1

    PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR ABU PADA BISKUIT

    Eka Yulli Kartika1

    1) Mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

    Abstract

    Biskuit adalah sejenis makanan yang terbuat dari tepung terigu dengan penambahan

    bahan makanan lain, dengan proses pemanasan dan pencetakan. Dalam pembuatan biskuit

    terdapat standar mutu yang baik sehingga baik untuk dikonsumsi. Perlu kita ketahui kualitas

    mutu yang baik pada berbagai macam biskuit yang sering sekali kita konsumsi sehari hari.

    Dalam praktikum ini kami sebagai mahasiswi melakukan pengujian kadar air dan abu pada

    biskuit. Metode yang digunakan untuk penentuan kadar air yaitu dengan metode pengeringan.

    Pengeringan merupakan metode pengawetan dengan cara pengurangan kadar air dari bahan

    pangan sehingga daya simpan menjadi panjang. Perpanjangan daya simpan terjadi karena air

    yang dibutuhkan untuk aktivitasnya tidak cukup. Pengeringan selain bertujuan mengawetkan

    juga bertujuan mengurangi volume dan berat produk. Tingginya kadar air pada biskuit akan

    memudahkan bakteri berkembang biak pada biskuit sehingga memungkinkan biskuit tidak akan

    awet(exp). Adapun kadar abu kami menggunakan metode pengabuan kering. Kadar abu dapat

    menunjukkan total mineral dalam suatu bahan pangan. Bahan-bahan organik dalam proses

    pembakaran akan terbakar tetapi komponen anorganiknya tidak. Air yang digunakan harus

    memenuhi syarat jika tidak memenuhi persyaratan maka dapat meningkatkan kadar abu. Kadar

    abu ini bertujuan untuk mengetahui baik atau tidaknya pengelolaan, mengetahui jenis bahan

    yang digunakan, penentuan parameter nilai gizi suatu makanan dan memperkirakan kandungan

    dan keaslian bahan yang digunakan. Pengujian kadar air dan abu dari hasil praktikum didapat

    sebesar 5,8% dan 13,5%. Seharusnya untuk standar kualitas biskuit yang baik yaitu mempunyai

    kadar air dibawah 5% dan kadar abu di bawah 1,6%. Sehingga kita harus lebih bisa memilah dan

    memilih dalam membeli dan memakan biskuit.

    Introduction

    Analisis gravimetrik adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau

    senyawa tertentu. Berat unsur dihitung berdasarkan rumus senyawa dan berat atom unsur-unsur

    yang menyusunnya. Pemisahan unsur-unsur atau senyawa yang dikandung dilakukan dengan

    beberapa cara, seperti : metode pengendapan, metode penguapan, metode elektrolis, atau

    berbagai macam metode lainnya. Metode gravimetrik memakan waktu cukup lama, adanya

  • Jurnal Kimia Analitik 2

    2

    pengotor pada konstituen dapat diuji dan bila perlu faktor-faktor koreksi dapat digunakan

    (Khopkar; 25). Analisis gravimetrik merupakan salah satu divisi dari kimia analitik. Tahap

    pengukuran dalam metode gravimetrik adalah penimbangan. (Underwood; 67)

    Adapun persyaratan yang harus dipenuhi agar metode gravimetrik berhasil, yaitu :

    1. Proses pemisahan hendaknya cukup sempurna sehingga kuantitas analit yang tak

    terendapkan secara analitis tak dapat dideteksi (biasanya 0,1 mg atau kurang, dalam

    menetapkan penyusunan utama dari suatu makro)

    2. Zat yang ditimbang hendaknya mempunyai susunan yang pasti dan hendaknya murni,

    atau sangat hampir murni (Underwood; 68)

    Dalam berbagai prosedur gravimetrik yang melibatkan pengendapan,seorang analis akhirnya

    harus mengubah zat yang dipisahkan menjadi suatu bentuk yang cocok untuk penimbangan. Zat

    yang ditimbang tersebut harus murni, stabil, dan berkomposisi tertentu agar hasil analisisnya

    akurat (Underwood; 78). Faktor yang mempengaruhi proses pengeringan yaitu luas permukaan,

    suhu, kecepatan pergerakan udara, kelembaban udara, tekanan atmosfer, penguapan air, dan lama

    pengeringan ( Teti : 101).

    Pengeringan merupakan metode pengawetan dengan cara pengurangan kadar air dari

    bahan pangan sehingga daya simpan menjadi panjang. Perpanjangan daya simpan terjadi karena

    air yang dibutuhkan untuk aktivitasnya tidak cukup. Pengeringan selain bertujuan mengawetkan

    juga bertujuan mengurangi volume dan berat produk ( Teti, 106). Abu dalam bahan pangan

    ditetapkan dengan menimbang sisa mineral hasil pembakaran bahan organik pada suhu sekitar

    550oC. Untuk perhitungannya :

    Untuk menentukan kandungan mineral bahan makanan, bahan harus dihancurkan/didestruksikan

    dulu. Cara yang biasa dilakukan yaitu pengabuan kering (dry ashing) dan pengabuan basah (wet

    digestion). Pemilihan cara tersebut tergantung pada sifat zat anorganik yang ada dalam bahan.

    Mineral yang ada dalam bahan akan dianalisa serta sensitifitas cara yang digunakan. Pengabuan

    kering membutuhkan sedikit ketelitian dan mampu menganalisa bahan lebih banyak daripada

    pengabuan basah. Pengabuan kering dapat dapat dilakukan untuk menganalisa kandungan Ca, P,

    dan Fe, akan tetapi kehilangan K dapat terjadi apabila suhu yang digunakan terlalu tinggi (Anton

    dkk, 15-16)

  • Jurnal Kimia Analitik 2

    3

    Material and Methods

    Material :

    Biskuit 2 gram

    Krus porselen 1 buah

    Lumpang dan Mortar 1 set

    Spatula 1 buah

    Tang crush 1 buah

    Cawan crush 1 buah

    Oven

    Furnes

    Neraca digital

    Methods :

    1. Haluskan biskuit dengan menggunakan lumpang dan alu

    2. Panaskan krus porselen di dalam oven temperature 105oC selama 5 menit dan dinginkan

    dalam desikator selama 15 menit

    3. Timbang berat kosong krus porselen

    4. Timbang sebanyak 2 gram biskuit kedalam porselen

    5. Panaskan porselen yang sudah berisi sampel selama 1,5 jam pada temperature 105o

    6. Dinginkan dalam desikator selama 15 menit dan timbang

    7. Panaskan kembali porselen selama 10 menit pada temperatur 105o dan dinginkan selama

    5 menit dalam desikator, kemudian timbang dan lakukan pencatatan

    8. Ulangi langkah ke delapan sampai beratnya konstan atau sekurang-kurangnya 3x

    9. Cuci cawan crush menggunakan alcohol

    10. Masukkan cawan crush kedalam oven selama 10 menit dan dinginkan di desikator selama

    5 menit

    11. Timbang berat kosong cawan crush menggunakan neraca digital

    12. Masukkan biskuit (yang telah di oven) tadi kedalam cawan crush

    13. Masukkan kedalam furnes selama 20 menit dengan suhu 500o-600o C dan dinginkan

    dalam desikator selama 10 menit.

  • Jurnal Kimia Analitik 2

    4

    14. Timbang berat cawan dan biskuit yang telah di furnes menggunakan neraca digital untuk

    mengetahui berat abu pada biskuit.

    Result and Discussion

    Perhitungan

    Kadar air = x 100%

    = x 100%

    = 5,8%

    Kadar abu = x 100% = 13,5%

    Table 1

    Berat Porselen Kosong 57,0860 gr

    Berat Porselen + sampel 59,0463 gr

    Berat Pemenasan 1 58,9330 gr

    Berat Pemanasan 2 58,9317 gr

    Table 2

    Berat Cawan Crush 22,9114 gr

    Berat Cawan Crush + Biskuit 24, 8020 gr

    Berat Pemanasan di Furnes

    23,1766

    Pada praktikum kali ini yaitu tentang penentuan kadar air dan biskuit pada abu. Untuk

    dan pengukuran berat suatu unsur atau senyawa tertentu. Berat unsur dihitung berdasarkan rumus

    senyawa dan berat atom unsur- Prinsip penetapan

    kadar air dengan metode pemanasan biasa (gravimetri) adalah menguapkan air yang terkandung

    dalam bahan dengan cara pemanasan. Bahan tersebut dipanaskan sampai memiliki berat yang

    konstan. Berat yang konstan menunjukkan bahwa keadaan air pada bahan telah menguap

    seluruhnya,dan hanya tersisa berat kering bahan itu sendiri.

    Perhitungan hasil praktikum penentuan kadar air di dapat 5,8%, seharusnya syarat mutu

    biskuit yang baik memiliki kadar air dibawah 5% SNI : 1992). Semakin tinggi persen air pada

    biskuit maka semakin jelek kualitas biskuit tersebut, karena tingginya kadar air pada biskuit akan

  • Jurnal Kimia Analitik 2

    5

    memudahkan bakteri berkembang biak pada biskuit sehingga memungkinkan biskuit tidak akan

    awet(exp).

    Kemudian untuk menentukan kadar abu pada biskuit yaitu menggunakan metode

    pengabuan kering. Abu dalam bahan pangan ditetapkan dengan menimbang sisa mineral hasil

    pembakaran bahan organik pada suhu sekitar 545oC. Mineral yang ada dalam bahan, akan

    dianalisa. Pengabuan kering membutuhkan sedikit ketelitian dan mampu menganalisa bahan

    lebih banyak (Anton dkk, 15-16).

    Perhitungan hasil praktikum kadar abu yaitu 13,5%. Seharusnya syarat mutu biskuit

    yang baik memiliki kadar abu di bawah 1,6%SNI : 1992). Kadar abu ini dapat menunjukkan

    total mineral dalam suatu bahan pangan. Bahan-bahan organik dalam proses pembakaran akan

    terbakar tetapi komponen anorganiknya tidak. Air yang digunakan dalam industri makanan pada

    umumnya harus memenuhi persyaratan tidak berwarna, tidak berbau, jernih, tidak mempunyai

    rasa, dan tidak mengganggu kesehatan. Apabila air yang digunakan tidak memenuhi persyaratan

    dalam pembentukkan pati atau tepung maka dapat meningkatkan kadar abu. Kadar abu ini

    bertujuan untuk mengetahui baik atau tidaknya pengelolaan, mengetahui jenis bahan yang

    digunakan, penentuan parameter nilai gizi suatu makanan dan memperkirakan kandungan dan

    keaslian bahan yang digunakan.

    Figure

    Terlampir

    Conclusion

    Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa :

    Analisis gravimetrik adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau

    senyawa tertentu

    Untuk menentukan kadar abu yaitu digunakan dengan cara pengabuan kering,yang

    berguna untuk menentukan kandungan mineral pada bahan makanan

    Syarat mutu kadar air yang baik maksimum 5%. Syarat mutu kadar abu yang baik

    maksimum yaiyu 1,6%.

    Kadar air pada biscuit dari hasil praktikum yaitu 5,8%

    Kadar abu pada biskuit dari hasil praktikum yaitu 13,5%

  • Jurnal Kimia Analitik 2

    6

    Reference List

    Anton dkk. 1989. Analisis Pangan. Departemen pendidikan dan kebudayaan direktorat jendral

    pendidikan tinggi pusat antar universitas pangan dan gizi: IPB

    Estiasih, Teti dan Kgs Ahmadi. 2009. Teknologi Pengelolaan Pangan. PT Bumi Aksara. :

    Jakarta

    Khopkar.1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press: Jakarta

    Underwood dan R.A. Day. 2001. Analisis Kimia Kuantitatif.Erlangga: Jakarta

    SNI 01-2973-1992.doc

    SNI 01-2973

  • Jurnal Kimia Analitik 2

    7

    Lampiran

  • Jurnal Kimia Analitik 2

    8

  • Jurnal Kimia Analitik 2

    9

  • Jurnal Kimia Analitik 2

    10