51
ISSN 2442-5699 1 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2013 KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA TULIS ARTIKEL ILMIAH Asrofi *) *) Guru SMP NU KaranggenengLamongan Abstrak Penggunaan ragam bahasa dalam penulisan karya tulis ilmiah harus mengikuti kaidah tata bahasa Indonesia dan pedoman ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan. Tujuan dalam penulisan ini adalah mendeskripsikan ciri-ciri bahasa ilmiah dalam karya tulis ilmiah, khususnya artikel ilmiah, serta melihat implementasi penggunaan tata bahasa Indonesia dalam artikel ilmiah. Kaidah penggunaan bahasa Indonesia dalam karya tulis artikel ilmiah pada tulisan ini dilakukan dengan metode tinjauan pustaka. Sebagai alat bantu untuk mendeskripsikan bahasa ilmiah, digunakan kaidah tata bahasa Indonesia sesuai dengan aturan berbahasa yang ditetapkan oleh Pusat Bahasa Indonesia, yaitu Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, dan Kamus Besar Bahasa Indonesia. Standar berbahasa yang perlu diperhatikan dalam ragam bahasa ini meliputi pemilihan kata yang tepat, kalimat efektif, kepaduan paragraf, dan pedoman penulisan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa dalam artikel ilmiah, masih dapat ditemui penggunaan bahasa yang tidak sesuai dengan standar aturan berbahasa Indonesia. Kata Kunci :Kaidah, bahasa Indonesia, artikel ilmiah. 1. PENDAHULUAN Penggunaan bahasa dalam kehidupan sehari-hari akan menyesuaikan dengan kebutuhan penggunanya. Kesesuaian antara bahasa dan pemakaiannya ini disebut ragam bahasa. Bahasa yang digunakan saat seorang guru mengajar di dalam kelasakan berbeda dengan bahasa yang digunakannya saat mengobrol atau bercengkrama dengan keluarganya. Bahasa itu akan berubah lagi saat ia mengikuti rapat rutin di tingkat RT (RukunTetangga). Dalam penggunaan bahasa (Indonesia) dikenal berbagai macam ragam bahasa dengan pembagiannya masing-masing, seperti ragam formal-semi formal-nonformal; ujaran tulisan; jurnalistik; iklan; populer dan ilmiah. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001) dijelaskan bahwa ilmiah adalah bersifat ilmu secara ilmu pengetahuan; memenuhi syarat (kaidah) ilmu pengetahuan. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa karya tulis ilmiah adalah karya tulis yang bersifat keilmuan. Sifat keilmuan ini terlihat pula dalam penggunaan bahasanya. Ragam bahasa yang digunakan dalam sebuah karya tulis ilmiah adalah ragam bahasa ilmiah.Ragam bahasa ilmiah merupakan bahasa dalam dunia pendidikan. Karena penutur ragam bahasa ini adalah orang yang berpendidikan, bahasa yang digunakan adalah bahasa yang dipelajari di sekolah/institusi pendidikan. Ragam bahasa ini dikenal pula dengan istilah ragam bahasa baku/standar. Menurut Hasan Alwi dkk. (2003: 1314), ragam bahasa ini memiliki dua ciri, yaitu kemantapan dinamis dan kecendikiawan. Kemantapan dinamis berarti aturan dalam ragam bahasa ini telah berlaku dengan mantap, tetapi bahasa ini tetap terbuka terhadap perubahan (terutama dalam kosakata dan istilah). Ciri kecendikiawan terlihat dalam penataan penggunaan bahasa secara teratur danlogis. Ragam bahasa ini bersifat kaku dan terikat pada aturan-aturan bahasa yang berlaku. Sebagai bahasa baku, terdapat standar tertentu yang harus dipenuhi dalam penggunaan ragam bahasa ilmiah. Standar tersebut meliputi penggunaan tata bahasa dan ejaan bahasa Indonesia baku. Tata bahasa Indonesia yang baku meliputi penggunaan kata, kalimat, dan paragraf yang sesuai dengan kaidahbaku. Kaidah tata bahasa Indonesia yang baku adalah kaidah tata bahasa Indonesia sesuai dengan aturanberbahasa yang ditetapkan oleh Pusat Bahasa Indonesia. Sementara itu, kaidah ejaan bahasa Indonesia yang baku adalah kaidah ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan. Sesuai dengan ragam bahasanya, aturan-aturan ini mengikat penggunaan bahasa dalam karya tulis ilmiah.

KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA … · 1 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2013 KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA TULIS ARTIKEL ILMIAH Asrofi

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA … · 1 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2013 KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA TULIS ARTIKEL ILMIAH Asrofi

ISSN 2442-5699

1 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2013

KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM

KARYA TULIS ARTIKEL ILMIAH

Asrofi *)

*)

Guru SMP NU KaranggenengLamongan

Abstrak

Penggunaan ragam bahasa dalam penulisan karya tulis ilmiah harus mengikuti kaidah tata

bahasa Indonesia dan pedoman ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan. Tujuan dalam penulisan

ini adalah mendeskripsikan ciri-ciri bahasa ilmiah dalam karya tulis ilmiah, khususnya artikel ilmiah,

serta melihat implementasi penggunaan tata bahasa Indonesia dalam artikel ilmiah. Kaidah

penggunaan bahasa Indonesia dalam karya tulis artikel ilmiah pada tulisan ini dilakukan dengan

metode tinjauan pustaka.

Sebagai alat bantu untuk mendeskripsikan bahasa ilmiah, digunakan kaidah tata bahasa

Indonesia sesuai dengan aturan berbahasa yang ditetapkan oleh Pusat Bahasa Indonesia, yaitu Tata

Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, dan Kamus Besar

Bahasa Indonesia. Standar berbahasa yang perlu diperhatikan dalam ragam bahasa ini meliputi

pemilihan kata yang tepat, kalimat efektif, kepaduan paragraf, dan pedoman penulisan.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa dalam artikel ilmiah, masih dapat ditemui

penggunaan bahasa yang tidak sesuai dengan standar aturan berbahasa Indonesia.

Kata Kunci :Kaidah, bahasa Indonesia, artikel ilmiah.

1. PENDAHULUAN

Penggunaan bahasa dalam kehidupan

sehari-hari akan menyesuaikan dengan

kebutuhan penggunanya. Kesesuaian antara

bahasa dan pemakaiannya ini disebut ragam

bahasa. Bahasa yang digunakan saat seorang

guru mengajar di dalam kelasakan berbeda

dengan bahasa yang digunakannya saat

mengobrol atau bercengkrama dengan

keluarganya. Bahasa itu akan berubah lagi saat

ia mengikuti rapat rutin di tingkat RT

(RukunTetangga). Dalam penggunaan bahasa

(Indonesia) dikenal berbagai macam ragam

bahasa dengan pembagiannya masing-masing,

seperti ragam formal-semi formal-nonformal;

ujaran tulisan; jurnalistik; iklan; populer dan

ilmiah.

Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (2001) dijelaskan bahwa ilmiah

adalah bersifat ilmu secara ilmu pengetahuan;

memenuhi syarat (kaidah) ilmu pengetahuan.

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan

bahwa karya tulis ilmiah adalah karya tulis

yang bersifat keilmuan. Sifat keilmuan ini

terlihat pula dalam penggunaan bahasanya.

Ragam bahasa yang digunakan dalam sebuah

karya tulis ilmiah adalah ragam bahasa

ilmiah.Ragam bahasa ilmiah merupakan

bahasa dalam dunia pendidikan. Karena

penutur ragam bahasa ini adalah orang yang

berpendidikan, bahasa yang digunakan adalah

bahasa yang dipelajari di sekolah/institusi

pendidikan. Ragam bahasa ini dikenal pula

dengan istilah ragam bahasa baku/standar.

Menurut Hasan Alwi dkk. (2003: 13—14),

ragam bahasa ini memiliki dua ciri, yaitu

kemantapan dinamis dan kecendikiawan.

Kemantapan dinamis berarti aturan dalam

ragam bahasa ini telah berlaku dengan mantap,

tetapi bahasa ini tetap terbuka terhadap

perubahan (terutama dalam kosakata dan

istilah). Ciri kecendikiawan terlihat dalam

penataan penggunaan bahasa secara teratur

danlogis. Ragam bahasa ini bersifat kaku dan

terikat pada aturan-aturan bahasa yang

berlaku.

Sebagai bahasa baku, terdapat standar

tertentu yang harus dipenuhi dalam

penggunaan ragam bahasa ilmiah. Standar

tersebut meliputi penggunaan tata bahasa dan

ejaan bahasa Indonesia baku. Tata bahasa

Indonesia yang baku meliputi penggunaan

kata, kalimat, dan paragraf yang sesuai dengan

kaidahbaku. Kaidah tata bahasa Indonesia

yang baku adalah kaidah tata bahasa Indonesia

sesuai dengan aturanberbahasa yang

ditetapkan oleh Pusat Bahasa Indonesia.

Sementara itu, kaidah ejaan bahasa Indonesia

yang baku adalah kaidah ejaan bahasa

Indonesia yang disempurnakan. Sesuai dengan

ragam bahasanya, aturan-aturan ini mengikat

penggunaan bahasa dalam karya tulis ilmiah.

Page 2: KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA … · 1 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2013 KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA TULIS ARTIKEL ILMIAH Asrofi

ISSN 2442-5699

2 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2013

Karya tulis ilmiah terdiri dari beberapa

macam yaitu skripsi, tesis, disertasi (tugas

akhir dalam pendidikan tinggi); laporan

penelitian; makalah seminar; artikel ilmiah;

dan laporan eksekutif. Pembahasan karya tulis

ilmiah dalam tulisan ini akan difokuskan pada

artikel ilmiah. Pemilihan ini dilakukan dengan

dasar pemikiran artikel ilmiah yang dimuat

dalam jurnal/ majalah ilmiah merupakan salah

satu bentuk karya tulis ilmiah yang sudah

dipublikasikan.

II. KAJIAN TEORI

Dari Wikipedia bahasa Indonesia

kaidah merupakan patokan atau ukuran

sebagai pedoman bagi manusia dalam

bertindak. Kaidah juga dapat dikatakan

sebagai aturan yang mengatur prilaku manusia

dan prilaku kehidupan bermasyarakat.

Sedangkan kaidah penggunaan bahasa

Indonesia merupakan pedoman dalam

penulisan bahasa Indonesia agar sesuai dengan

tata bahasa yang baku sehingga menjadi

penulisan bahasa Indonesia yang baik dan

benar.

Pengertian dari karya ilmiah sendiri

adalah laporan tertulis dan dipublikasi yang

memaparkan hasil penelitian atau pengkajian

yang telah dilakukan oleh seseorang atau

sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika

keilmuan. Terdapat berbagai jenis karangan

ilmiah, antara lain laporan penelitian, makalah

seminar atau simposium , artikel jurnal, yang

pada dasarnya kesemuanya itu merupakan

produk dari kegiatan ilmuwan.

Karya ilmiah atau akademik menuntut

kecermatan dalam penalaran dan bahasa.

Dalam hal bahasa, karya tulis semacam itu

(termasuk laporan penelitian) harus memenuhi

ragam bahasa standar (formal) atau bukan

bahasa informal atau pergaulan.Ragam bahasa

karya tulis ilmiah atau akademik hendaknya

mengikuti ragam bahasa yang penuturnya

adalah terpelajar dalam bidang ilmu tertentu.

Ragam bahasa ini mengikuti kaidah bahasa

baku untuk menghindari ketaksaan atau

ambigiutas makna karena karya tulis ilmiah

tidak terikat oleh waktu. Dengan demikian,

ragam bahasa karya ilmiah sedapat-dapatnya

tidak mengandung bahasa yang sifatnya

kontekstual seperti ragam bahasa jurnalistik.

Tujuannya agar karya tersebut dapt tetap

dipahami oleh pembaca yang tidak berada

dalam situasi atau konteks saat karya tersebut

diterbitkan. Masalah ilmiah biasanya

menyangkut hal yang sifatnya abstrak atau

konseptual yang sulit dicari alat peraga atau

analoginya dengan keadaan nyata. Untuk

mengungkapkan hal semacam itu, diperlukan

struktur bahasa keilmuan adalah

kemampuannya untuk membedakan gagasan

atau pengertian yang memang berbeda dan

strukturnya yang baku dan cermat. Dengan

karakteristik ini, suatu gagasan dapat

terungkap dengan cermat tanpa kesalahan

makna bagi penerimanya.

Dalam suatu karya ilmiah,

penggunaan bahasa memiliki arti yang sangat

penting. Bahasa adalah alat komunikasi lingual

manusia, baik secara lisan maupun tertulis.

Bahasa juga merupakan salah satu faktor

pendukung kemajuan suatu bangsa karena

bahasa merupakan sarana untuk membuka

wawasan bangsa (khususnya pelajar dan

mahasiswa) terhadap ilmu pengetahuan dan

teknologi yang berkembang. Dengan kata lain,

bahasa merupakan sarana untuk menyerap dan

mengembangkan pengetahuan. Pada

umumnya, negara maju mempunyai struktur

bahasa yang sudah modern dan mantap.

Untuk penggunaan bahasa dalam suatu

karya ilmiah berarti menitikberatkan suatu

bahasa sebagai alat komunikasi berupa tulisan.

Karena itu, penggunaan bahasa dalam karya

ilmiah sangatlah penting. Pemenuhan kaidah

kebahasaan merupakan ciri utama dari bahasa

keilmuan. Oleh karena itu, aspek kebahasaan

dalam karya ilmiah sebenarnya adalah

memanfaatkan kaidah kebahasaan untuk

mengungkapkan gagasan secara cermat.

Kaidah ini menyangkut struktur kalimat, diksi,

perangkat peristilahan, ejaan, dan tanda baca.

Dalam menulis karya ilmiah sebaiknya

menggukan kata-kata atau kalimat yang sesuai

dengan kaidah dan bahasa yang penuturannya

terpelajar dengan bidang tertentu, ini berguna

untuk menghindari ketaksaan atau ambigu

makna karna karya ilmiah tidak terikat oleh

waktu. Dengan demikian, ragam bahasa

penulisan karya ilmiah tidak mengandung

bahasa yang sifatnya konstektual,

III. METODOLOGI

Kaidah penggunaan bahasa Indonesia

dalam artikel ilmiah pada tulisan ini dilakukan

dengan tinjauan pustaka dan observasi

terhadap penggunaan bahasa dalam majalah-

majalah ilmiah. Sebagai alat bantu untuk

mendeskripsikan bahasa ilmiah, digunakan

kaidah tata bahasa Indonesia sesuai dengan

Page 3: KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA … · 1 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2013 KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA TULIS ARTIKEL ILMIAH Asrofi

ISSN 2442-5699

3 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2013

aturan berbahasa yang ditetapkan oleh Pusat

Bahasa Indonesia, yaitu Tata Bahasa Baku

Bahasa Indonesia, EjaanBahasa Indonesia

yang Disempurnakan, dan Kamus Besar

Bahasa Indonesia. Implementasi penggunaan

bahasa dalam artikel ilmiah dilihat secara acak

dalam beberapa artikel ilmiah berbahasa

Indonesia.

Pembahasan mengenai kaidah penggunaan

bahasa dalam karya tulis artikel ilmiah ini

meliputi pendahuluan, menjelaskan dasar

pemikiran tulisan ini secara sederhana, kajian

teori, metodologi, pembahasan dan penutup

yang terdiri kesimpulan dan saran.

IV. PEMBAHASAN

a. Format Penulisan

Artikel ilmiah merupakan tulisan

ilmiah yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah.

Setiap jurnal memiliki syarat penyajian tulisan

yang berbeda-beda. Walaupun begitu, unsur-

unsur tulisan yang biasa dapat ditemui adalah

abstrak, kata kunci, pendahuluan (latar

belakang, rumusan masalah,tujuan dan

manfaat penelitian, sertametode penelitian),

batang tubuh (hasil dan pembahasan

penelitian), dan kesimpulan. Karena

keterbatasan tempat dalam jurnal ilmiah,

pembatasan jumlah halaman dalam artikel

ilmiah berlaku ketat.

Tiap bidang ilmu mempunyai konvensi naskah

yang berbeda-beda. Namun secara umum,

pembagian dalamsebuah kerangka pikiran

(tulisan maupun ujaran) terdiri atas

pendahuluan, isi, dan penutup. Setiap bagian

tersebut berkaitan satu sama lain sehingga

membangun satu kepaduan yang utuh.

Secara tradisional, bidang ilmu dibagi

menjadi ilmu alam dan sosial. Jika

diperhatikan, ada perbedaan format penulisan

pada karya tulis ilmiah dua bidang ilmu ini.

Ilmu alam menggunakan alam sebagai objek

penelitiannya. Dalam penulisan karya tulis

ilmiah bidang ilmu alam, langkah-langkah

penelitian dicantumkan secara terperinci

sehingga keteraturan/ urutan penulisan terlihat

secara eksplisit. Berbeda dengan ilmu alam,

ilmu sosial menggunakan perilaku manusia

sebagai objek penelitiannya. Oleh karena itu,

dalam karya tulis ilmiah bidang sosial,

pembahasan penelitian disajikan dalam bentuk

penggambaran (deskriptif).

b. Pilihan Kata (Diksi)

Pilihan kata atau diksi dalam sebuah

karya tulis ilmiah akan mempengaruhi kesan

dan makna yang ditimbulkan. Hal ini

merupakan salah satu unsur dalam artikel

ilmiah. Pemilihan kata dalam satu ragam

bahasa berkaitan dengan ketepatan pemilihan

kata dan kesesuaian pemilihan kata.

Menurut Gorys Keraf (2005: 87),

ketepatan pemilihan kata berkaitan dengan

menggunakan kata secara tepat yang berarti

menggunakan kata sesuai dengan makna yang

ingin dicapai. Sementara itu, kesesuaian

pemilihan kata berkaitan dengan suasana dan

lingkungan berbahasa. Dalam artikel ilmiah,

suasana dan lingkungan bahasa yang

digunakan adalah formal dengan bahasa

standar/baku. Dalam makalah ini, dibahas

beberapa hal yang berkaitan dengan ketepatan

dan kesesuaian pemilihan kata dalam artikel

ilmiah, yaitu:

1. Sinonim

a. pekerja-buruh-pegawai-karyawan

Semua pekerja wajib bekerja dengan

jujur.

Semua buruh wajib bekerja dengan

jujur.

Semua pegawai wajib bekerja dengan

jujur.

Semua karyawan wajib bekerja dengan

jujur.

Sinonim merujuk pada kata-kata dengan

makna yang (hampir) serupa. Pada

contoh penggunaan sinonim di atas,

bahasa yang standar (baku) adalah

pegawai dan atau karyawan.

b. menerangkan—menjelaskan—

menuturkan

Seorang guru menerangkan nilai-nilai

moral

Seorang guru menjelaskan nilai-nilai

moral

Seorang guru menuturkan nilai-nilai

moral

Untuk menghindari kebosanan karena

menggunakan kata yang itu-itu saja,

dapat

dipilih sinonim yang penggunaannya

tepat (sesuai konteks)

2. Kata umum—kata khusus

Kendaraan—Kendaraan bermotor—

Kendaraan (bermotor) umum—Angkot

a. kendaraan yang berbahan bakar bensin

menimbulkan polusi udara.

Page 4: KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA … · 1 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2013 KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA TULIS ARTIKEL ILMIAH Asrofi

ISSN 2442-5699

4 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2013

b. kendaraan bermotor yang berbahan

bakar bensin menimbulkan polusi udara.

c. kendaraan umum yang berbahan bakar

bensin menimbulkan polusi udara.

d. angkot yang berbahan bakar bensin

menimbulkan polusi udara.

Setiap kata yang digunakan pada kalimat-

kalimat di atas, semakin lama semakin

khusus. Hal ini terlihat dari semakin khusus

(sempit) makna yang digunakan pada kata-

kata di atas (sesuai urutannya). Kata yang

semakin sempit tujuannya itulah yang

disebut dengan kata khusus.

3. Kata indria

Kata indria merupakan kata yang

menunjukkan perasaan/ pengalaman

dengan pancaindra, seperti panas, manis,

keras, apak, desing, dan mengilat.

Penggunaan kata-kata indria ini dapat

saling tumpang tindih. Gejala seperti ini

disebut dengan sinestesia. Perhatikan

contoh berikut.

a. Bicaranya tajam menusuk hati.

b. Mata pisau itu tajam

4. Kelangsungan pilihan kata

Kelangsungan pilihan kata berkaitan kata

demi kata yang dipilih sehingga dapat

menyampaikan gagasan secara tepat,

efektif, dan efisien. Hal ini menyangkut

penghamburan kata, ambiguitas makna,

kesalahan ejaan, dsb. Perhatikan contoh-

contoh berikut:

SALAH BENAR

Selebriti Selebritas

Resiko Risiko

Terlanjur Telanjur

Walikota Wali kota

Dia punya nama Namanya

Banyak para ibu Banyak ibu/para

ibu

5. Istilah dan jargon

Istilah adalah kata atau gabungan kata yang

secara cermat mengungkapkan makna

konsep, proses, keadaan, atau sifat yang

khas dalam bidang ilmu tertentu. Sementara

itu, jargon adalah kata-kata teknis atau

rahasia dalam suatu bidang ilmu tertentu,

dalam bidang seni, perdagangan, kumpulan

rahasia, atau kelompok-kelompok khusus

lainnya (Keraf, 2005: 107). Antara istilah

dan jargon, terdapat ketumpangtindihan

makna. Pada dasarnya, jargon merupakan

bahasa atau kata yang khusus sekali.

6. Kata populer dan ilmiah

Kata populer adalah kata yang lazim

digunakan oleh masyarakat luas dalam

kegiatan sehari-hari. Kata ini tentu berbeda

dengan kata ilmiah yang merujuk pada

bahasa ilmiah. Untuk lebih jelasnya,

perhatikan contoh berikut:.

a. air kencing—urin (kata populer—kata

ilmiah)

b. daftar—register (kata populer—kata

ilmiah)

c. acara—program (kata populer—kata

ilmiah)

7. Kata slang

Kata slang adalah kata yang digunakan

pada ragam percakapan yang khas.

Misalnya, bahasa gaul. Bahasa seperti ini

tidak bisa digunakan dalam karya tulis

ilmiah karena merupakan bahasa

nonstandar.

8. Idiom

Idiom adalah pola-pola struktural yang

menyimpang dari kaidah-kaidah bahasa

yang umum, biasanya berbentuk frase,

sedangkan artinya tidak bisa diterangkan

secara logis atau gramatikal dengan

bertumpu pada makna-makna yang

membentuknya (Keraf, 2005: 109)

Contohnya, makan garam, banting

tulang.Selain itu, dalam menulis karya tulis

ilmiah perhatikan pula penggunaan kata

depan yang dilekatkan secara idiomatis

pada kata kerja tertentu, seperti berbahaya

bagi, selaras dengan, terdiri atas.

c. Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang

dapat mengungkapkan gagasan penutur/

penulisnya dengan baik sehingga pendengar/

pembaca akan menangkap gagasan di balik

kalimat tersebut dengan tepat. Karena tujuan

seseorang menulis adalah mengkomunikasikan

gagasan yang dimilikinya, kalimat efektif

merupakan sarana yang tepat untuk mencapai

tujuan tersebut. Dalam kegiatan menulis,

populer maupun ilmiah, laporan maupun

artikel, kalimat yang digunakan berupa kalimat

efektif. Menurut Gorys Keraf (1993) syarat-

syarat kalimat efektif adalah sebagai berikut.

Page 5: KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA … · 1 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2013 KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA TULIS ARTIKEL ILMIAH Asrofi

ISSN 2442-5699

5 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2013

1. Kesatuan Gagasan

Kesatuan gagasan mengacu pada

bagaimana perilaku fungsi-fungsi kalimat

dalam satu kalimat. Syarat utama untuk

membentuk sebuah kalimat lengkap adalah

adanya fungsi subjek dan predikat. Jika

dirasa perlu, fungsi-fungsi ini dapat

ditambahkan dan diperluas dengan fungsi

lainnya.

Contoh:

a. Pada pembiayaan mudhabarah tidak

berpartisipasi dalam manajemen bisnis

yang dibiayainya. Kalimat di atas

tidak menunjukkan kesatuan gagasan

karena subjek dalam kalimat di atas

tidak ada. Siapakah yang tidak

berpartisipasi dalam manejemen bisnis

yang dibiayainya? Mengacu kepada

siapakah partikel –nya pada kata

dibiayainya? Bandingkan dengan

kalimat berikut. Pada

pembiayaanmudhabarah, konsumen

tidak berpartisipasi dalam manajemen

bisnis yang dibiayainya.

b. Karena asam amino ini merupakan

faktor pembatas pada pakan nabati.

Kata karena merupakan konjungsi

yang menunjukkan hubungan

alasan/sebab. Konjungsi ini berfungsi

menghubungkan anak kalimat

(alasan/sebab) dengan induk kalimat

dalam kalimat majemuk bertingkat.

Pada kalimat di atas, penyebab (induk

kalimat) tidak nampak.

2. Koherensi yang baik dan kompak.

Koherensi yang baik dan kompak mengacu

pada hubungan antarunsur pembentuk

kalimat. Dalam hal ini, urutan kata menjadi

hal yang perlu diperhatikan. Perhatikan

contoh berikut:

a. Tes tersebut dibuat oleh guru bidang

studi yang berjumlah 25 item.

b. Tes yang berjumlah 25 item tersebut

dibuat oleh guru bidang studi.

3. Penekanan

Dalam sebuah kalimat, umumnya terdapat

satu hal/topik yang ingin ditekankan.

Melalui beberapa cara, penekanan tersebut

akan terasa nyata. Coba perhatikan contoh

berikut ini.

a. Beberapa daerah sudah mencapai TFR

kurang dari dua dan angka prevelensi

kontrasepsi yang cukup tinggi.

b. TFR kurang dari dua dan angka

prevelensi kontrsepsi yang cukup tinggi

sudah dicapai beberapa daerah.

c. Beberapa daerah pun sudah mencapai

kurang dari dua angka prevelensi

kontrasepsi yang cukup tinggi.

Dari contoh di atas, terlihat cara untuk

memberi penekanan adalah meletakkan

topik di awal kalimat atau menggunakan

partikel penekan (pun). Selain cara di atas,

dapat pula digunakan pertentangan atau

repetisi (pengulangan).

4. Variasi

Untuk menghindari kebosanan karena

menggunakan kata atau pola kalimat yang

itu-itu saja,digunakan variasi. Dalam

kosakata, variasi berkaitan erat dengan

sinonim. Untuk lebih jelasnya,perhatikan

kembali pembahasan mengenai pilihan kata

(sinonim).

5. Paralelisme

Paralelisme menekankan pada

penggunakan jenis dan pola yang sama

dalam kalimat. Fungsi-fungsi dalam satu

kalimat terbentuk dari pola yang sama.

Misalnya, jika dalam sebuah kalimat

terdapat predikat lebih dari satu, imbuhan

dalam predikat-predikat tersebut sama.

Perhatikan kalimat-kalimat berikut.

a. Fungsi enzim di antaranya adalah

membantu proses metabolisme dan

dapat digunakan mencegah infeksi.

b. Fungsi enzim di antaranya adalah

membantu proses metabolisme dan

mencegah infeksi.

6. Penalaran atau Logika

Salah satu ciri bahasa ilmiah adalah logis.

Hal ini berarti pernyataan dalam kalimat

yangdigunakan dalam karya tulis ilmiah

sesuai dengan logika. Perhatikan contoh

berikut.

Secara umum, pendekatan kultural lebih

optimis daripada kedua pendekatan

sebelumnya.

Pertanyaan yang muncul dari kalimat di

atas adalah, siapa yang merasa lebih

optimis? Apakah mungkin, sebuah

pendekatan (dalam hal ini pendekatan

kultural) dapat merasakan optimisme?

Page 6: KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA … · 1 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2013 KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA TULIS ARTIKEL ILMIAH Asrofi

ISSN 2442-5699

6 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2013

Perasaan (optimis) tentunya dapat

dirasakan oleh manusia, bukan pendekatan.

Selain syarat di atas, ada pula satu hal lagi

yang perlu diperhatikan, yaitu panjang

kalimat. Logikanya, semakin kompleks dan

panjang kalimat, maka semakin sulit pula

kalimat tersebut dipahami.Perhatikan

kalimat berikut.

Salah satu sistem yang sangat mungkin

dikembangkan di Indonesia yang mayoritas

penduduknya beragama islam adalah

dengan mengoptimalkan fungsi zakat, di

antaranya dengan menciptakan akumulasi

modal yang diharapkan dapat menciptakan

dunia usaha baru, terutama pada sektor

ekonomi kerakyatan dalam bentuk industri

skala kecil sehingga dari sektor ekonomi

yang dibentuk akan dapat menyerap

banyak tenaga kerja yang pada akhirnya

akan berdampak kepada ekonomi rakyat.

Dalam makalah yang disampaikan Felicia

N. Utorodewo dalam seminar ‖Sejarah

Bahasa

Melayu/Bahasa Indonesia dalam

Jurnalistik‖ di FIB UI disebutkan penelitian

Mencher mengenai panjang kalimat, yaitu:

Tabel 1. Hubungan Antara Panjang Kalimat

dan Keterbacaan

Panjang

Kalimat

Keterbacaan

8 kata atau

kurang

Sangat mudah

dipahami

11 kata Mudahdipahami

14 kata Agak mudah

dipahami

17 kata Standar

21 kata Agak sulit dipahami

25 kata Sulit dipahami

29 kata atau lebih Sangat sulit dipahami

Dalam bahasa Indonesia belum diadakan

penelitian yang dipublikasikan mengenai

keefektifan kalimat berdasarkan jumlah

kata. Namun, penelitian di atas dapat

memberikan sedikit gambaran mengenai

hubungan antara keefektifan kalimat dan

jumlah kata dalam satu kalimat. Walaupun

begitu, adapengecualian untuk kalimat

panjang dengan pembagian yang jelas.

Perhatikan pula contoh berikut:

Berdasarkan rumusan masalah seperti

yang telah diungkapkan sebelumnya, maka

tujuan studi yang ingin dicapai adalah

menganalisis derajat desentralisasi fiskal

pada awal otonomi daerah pemerintah

kabupaten dan kota di Provinsi Jawa

Timur; menganalisis tingkat kemandirian

pemerintahan kabupaten dan kota pada

awal otonomi daerah di Provinsi Jawa

Timur; menganalisis elasitisas Pendapat

Asli Daerah (PAD) pada awal otonomi

daerah di Provinsi Jawa Timur;

mengetahui jenjang posisi pemerintahan

kabupaten dan kota pada awal otonomi

daerah di Provinsi Jawa Timur.

d. Paragraf

Dalam buku Komposisi (Keraf, 1997:

62—66) dikatakan bahwa paragraf

merupakan himpunan dari kalimat-kalimat

yang bertalian dalam suatu rangkaian untuk

membentuk sebuah gagasan. Paragraf

merupakan perluasan pikiran dari kalimat.

Pembagian paragraf berdasarkan fungsinya

dalam satu karangan akan mempermudah

pembaca memahami struktur karangan.

Sebuah karangan yang dalam studi

kasus ini berupa artikel ilmiah minimal

terdiri atas tiga pembagian, yaitu

pendahuluan, isi, penutup. Hal ini berlaku

pula dalam penulisan paragraf. Dalam

sebuah paragraf, terdapat kalimat pembuka,

isi, dan penutup. Oleh karena itu, sebuah

paragraf yang standar minimal terdiri atas

tiga kalimat.

Dalam sebuah paragraf, terdapat

kalimat yang menunjukkan gagasan

utamanya. Kalimat tersebut disebut kalimat

topik. Dari kalimat topik inilah sebuah

paragraf kemudian dikembangkan. Dalam

mengembangkan satu kalimat topik

menjadi paragraf, perlu pula diperhatikan

masalah urutan yang logis dan kepaduan

bahasa. Kepaduan bahasa ini akan terlihat

dari penggunaan kata-kata yang merujuk

padabagian sebelumnya sehingga topik

yang dibahas dalam sebuah paragraf tidak

meluas tak terarah.

e. Pedoman Penulisan

Dalam setiap bahasa, terdapat

pedoman penulisan yang perlu

diperhatikan. Pedoman ini dibuat untuk

mempermudah penggunaan dan

pemahaman terhadap suatu bahasa. Dalam

Page 7: KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA … · 1 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2013 KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA TULIS ARTIKEL ILMIAH Asrofi

ISSN 2442-5699

7 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2013

bahasa Indonesia, terdapat dua panduan

yang dijadikan acuan, yaitu Kamus Besar

Bahasa Indonesia (KBBI) dan

PedomanUmum Ejaan Bahasa Indonesia

yang Disempurnakan (EyD). KBBI

merupakan pedoman mengenai tata cara

penulisan dan makna kata. Hal ini berbeda

dengan EyD yang berisi aturan-aturan

mengenai pungtuasi (tanda baca).

Pedoman penulisan yang terdapat

dalam KBBI dan EyD bersifat mengikat

penggunanya. Makalah ini tidak akan

membahas aturan dalam kedua pedoman

tersebut satu per satu. Apabila dibutuhkan,

seorang peneliti/penulis tidak perlu merasa

ragu atau malu untuk membuka-buka

kembali kedua pedoman ini. Apa yang akan

dibahas dalam makalah ini hanyalah

aturan-aturan yang lebih bersifat khusus.

Setiap bidang ilmu mempunyai

kekhasan dalam tata cara penulisan. Ada

aturan-aturan khusus yang berlaku

mengikat penggunanya. Berikut ini

beberapa aturan khusus kebidangan

1. Penggunaan istilah asing

Dalam buku Pedoman Ejaan

Bahasa Indonesia yang Disempurnakan

(2003) telah

Dijelaskan bahwa huruf miring dalam

cetakan dipakai untuk menuliskan nama

ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang

telah disesuaikan ejaannya Hal ini

menujukkan bahwa penggunaan kata

atau ungkapan asing dalam artikel

ataupun karya tulis lainnya

diperbolehkan. Namun, apabila kata

atau ungkapan yang digunakan tersebut

belum banyak digunakan, ada baiknya

diberikan penjelasan. Dengan begitu,

pembaca tidak bingung. Perhatikan

contoh berikut:

a. Pengambilan keputusan strategik

sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai

(value) atau harapan (expectation).

b. Investasi (pembiayaan)

2. Lambang

Ada banyak karya tulis yang

menggunakan satuan. Mien E. Rifai

(1995) menyatakan, ―Satuan dasar yang

dianut secara universal memakai Satuan

Sistem Internasional (biasa disingkat SI

dari Systeme international d’unites).‖

Contoh SI adalah:

kilogram—kg→ 5 kg

meter—m→ 10 m

ampere—A→ 2 A

Penulisan satuan tidak diawali dengan

huruf kapital. Namun, jika satuan tersebut

diambil dari nama orang, penulisan dalam

bentuk singkatnya menggunakan huruf

kapital. Penulisan satuan dalam bentuk

singkat tidak menggunakan titik.

Sama seperti satuan dasar, penulisan

satuan mata uang tidak diawali dengan

huruf kapital. Namun, penulisan satuan

mata uang dalam bentuk singkat,

menggunakan lambang dan huruf kapital.

Perhatikan contoh berikut.

10.000 rupiah→ Rp10.000,00

80.5 dolar Amerika→ US$80.5

25 yen→Y25

catatan: dalam bahasa Indonesia, desimal

ditunjukkan dengan penggunaan koma.

Sebaliknya dalam bahasa Inggris, desimal

ditunjukkan dengan penggunaan titik.

Lambang usur zat (kimia) dituliskan

berdasarkan aturan yang sudah berlaku

internasional. Penulisan unsur zat dalam

bahasa Indonesia tidak ditulis dalam cetak

miring kecuali jika tidak menggunakan

ejaan Indonesia. Contoh:

karbon—carbon→C

kuprum→Cu

Selain satuan dan lambang kimia, dalam

bidang-bidang ilmu tertentu, terdapat pula

rumus. Rumus ini ―bahasa‖ tersendiri

yang tidak boleh diubah-ubah

penulisannya.

f. Penulisan nama Latin

Dalam bidang keilmuan tertentu,

penggunaan nama Latin tidak bisa

dihindarkan. Penggunaan nama Latin akan

menjelaskan spesies makhluk hidup secara

spesifik. Lalu, bagaimanakah cara

penulisannya?

Dalam Pedoman Umum Ejaan

Bahasa Indonesia yang Disempurnakan

(2003:21) disebutkan, ―Huruf kapital

digunakan sebagai huruf pertama unsur-unsur

nama orang.‖ Namun, bagaimana dengan

unsur-unsur nama hewan atau tumbuhan?

Selain itu, disebutkan pula, ―Huruf miring

dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama

ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah

disesuaikan ejaannya.‖ (2003:26) Penjelasan

lebih lanjut mengenai penulisan nama Latin ini

Page 8: KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA … · 1 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2013 KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA TULIS ARTIKEL ILMIAH Asrofi

ISSN 2442-5699

8 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2013

dijelaskan Mien A. Rifai (1995:14), huruf

miring digunakan pada nama ilmiah, marga,

jenis, anak jenis, varietas, dan forma makhluk.

Akan tetapi, nama ilmiah takson di atas tingkat

marga tidak ditulis dengan huruf miring.

Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh-

contoh berikut:

Oryza sativa Linnaeus

Oryza sativa Linn.

Oryza sativa merupakan nama Latin untuk

padi. Sebagaimana dijelaskan pada EyD,

penulisan nama diawali dengan huruf kapital.

Oleh karena itu, huruf O pada Oryza kapital.

Namun, berbeda dengan tata cara penulisan

nama orang, huruf kapital hanya dipakai pada

huruf pertama kata pertama. Jadi, huruf spada

kata sativa tidak kapital. Huruf L pada kata

Linnaeus dan Linn. mengacu pada nama orang

(penemu). Oleh karena itu, tidak ditulis dengan

huruf miring.

Felis domesticus strain Himalaya

Pada contoh di atas, kata Himalaya tidak

menunjuk pada penemu jenis kucing tersebut.

Kata himalaya mengacu pada tempat/ daerah

asal kucing tersebut. Petunjuk mengenai hal

itu adalah adanya kata

strain sebelum himalaya.

Oryza sp.

Felis sp.

Pongo spp.

Untuk menyingkat penulisan nama Latin,

dapat dituliskan sp. atau spp. di belakang kata

pertama nama Latin. Penulisan sp. dan spp. ini

merujuk pada spesies dan subspesies. Tata

cara penulisannya tidak dalam cetak miring.

g. Antara Bahasa Indonesia dan Bahasa

Inggris

Bahasa Inggris diakui sebagai bahasa

internasional. Begitu pula dalam karya tulis

ilmiah. Agar dapat mempublikasikan hasil

penelitiannya pada masyarakat luas (dalam hal

ini masyarakat internasional), ada banyak

peneliti yang menggunakan bahasa Inggris

sebagai bahasa pengantar dalam karya tulis

ilmiahnya.

Jika karya tulis ilmiah menggunakan

bahasa pengantar Inggris (atau bahasa asing

lainnya), pedoman dan aturan yang digunakan

sesuai dengan bahasa yang digunakan. Jadi,

jika bahasa pengantar yang digunakan adalah

bahasa Inggris, pedoman dan aturan yang

digunakan adalah pedoman dan aturan bahasa

Inggris. Oleh karena itu, penggunaan bahasa di

luar bahasa Inggris (bahasa Indonesia atau

Latin) ditulis dalam cetak miring.

V. PENUTUP

Kesimpulan

Ragam bahasa yang digunakan dalam

karya tulis ilmiah adalah ragam bahasa ilmiah

atau disebut juga bahasa standar (baku).

Sebagai salah satu jenis dari karya tulis ilmiah,

artikel ilmiah pun ditulis dengan menggunakan

ragam bahasa ilmiah. Bahasa standar ini

adalah bahasa yang dipelajari dalam institusi

pendidikan. Sebagai bahasa standar, ada

aturan-aturan tata bahasa dan pedoman ejaan

yang perlu diikuti. Standar berbahasa yang

perlu diperhatikan dalam ragam bahasa ini

meliputi pemilihan kata yang tepat, kalimat

efektif, kepaduan paragraf, dan pedoman

penulisan.

Berdasarkan pengamatan dapat

diketahui bahwa dalam artikel ilmiah masih

dapat ditemui penggunaan bahasa yang tidak

sesuai dengan standar aturan berbahasa

Indonesia. Penggunaan bahasa yang tidak

sesuai tersebut dapat ditemukan berupa

ketidaktepatan dalam penggunaan/

penyusunan kata, kalimat, danparagraf.

Saran

Penulisan bahasa dalam karya tulis

ilmiah yang berupa artikel ilmiah harus tetap

sesuai dengan kaedah penulisan bahasa

Indonesia yang sudah ditetapkan dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan

PedomanUmum Ejaan Bahasa Indonesia yang

Disempurnakan (EyD) baik dalam

penggunaan/penyusunan kata, kalimat,

maupun paragraf.

Perlunya diadakan sosialisasi tentang

kaedah penggunaan bahasa Indonesia dalam

karya tulis ilmiah agar penulisan artikel ilmiah

sesuai dengan standar aturan berbahasa

Indonesia baik dalam penggunaan/penyusunan

kata, kalimat, maupun paragrafnya.

DAFTAR PUSTAKA

Literatur

Alwi, Hasan, dkk (2003): Tata Bahasa Baku

Bahasa Indonesia. Jakarta, PT Balai Pustaka.

Keraf, Gorys (1997): Komposisi: Sebuah

Pengantar Kemahiran Bahasa.

Ende—Flores, Penerbit Nusa Indah.

Keraf, Gorys (2005): Diksi dan Gaya Bahasa.

Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama.

Page 9: KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA … · 1 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2013 KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA TULIS ARTIKEL ILMIAH Asrofi

ISSN 2442-5699

9 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2013

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,

Diknas RI. (1989): Pedoman Umum

Pembentukan Istilah.Jakarta, Balai

Pustaka.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,

Diknas RI. (2001): Kamus Besar

Bahasa Indonesia. Jakarta, Balai

Pustaka.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,

Diknas RI. (2003): Pedoman Umum

Ejaan Bahasa Indonesia yang

Disempurnakan. Jakarta, Balai

Pustaka.

Rifai, Mien A. (1995): Pegangan Gaya

Penulisan, Penyuntingan, dan

Penerbitan Karya Ilmiah Indonesia.

Yogyakarta, Gadjah Mada University

Press.

Utorodewo, Felicia N. (2003): Makalah Materi

Bahasa Indonesia: Sebuah Pengantar

Penulisan Ilmiah.

Utorodewo, Felicia N. (2003): Bahasa

Jurnalistik dalam seminar Sejarah

Bahasa Melayu/Bahasa Indonesia

dalam Jurnalistik. Proram Studi

Indonesia Fakultas Ilmu Pengetahuan

Budaya, Jakarta, Fakultas Ilmu

Pengetahuan Budaya Universitas

Indonesia.

Internet

http://hasanahrainism.blogspot.com/2011/12/p

eranan-dan-pentingnya-bahasa-dalam.html

Page 10: KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA … · 1 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2013 KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA TULIS ARTIKEL ILMIAH Asrofi

ISSN 2442-5699

10 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2014

ANALISIS FAKTOR HARGA DAN PELAYANAN TERHADAP KEPUTUSAN

PEMBELIAN DI RUMAH MAKAN BEBEK JENDRAL LAMONGAN

Ratna Handayati *)

*)Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Lamongan

Abstrak

Aspek kepuasan konsumen akan menentukan seberapa besar kemampuan perusahaan bertahan

di tengah persaingan. Konsumen sebagai pelanggan merasa puas atau tidak puas tergantung dari

kualitas pelayanannya.selain kualitas harga juga berpengaruh terhadap keputusan pembelian karena

melihat dari segi ekonomis setiap konsumen berbeda-beda sesuai tingkat golongan atau kemampuan

konsumen membeli suatu prodak yang diinginkan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahi besarnya pengaruh harga dan pelayanan

terhadap keputusan pembelian di Rumah Makan Bebek Jendral Lamongan dan Untuk mengetahui

faktor mana yang lebih dominan antara harga dan pelayanan terhadap keputusan pembelian di Rumah

Makan Bebek Jendral Lamongan.

Hubungan antara harga dan pelayanan peneliti menggunakan metode Uji Validitas Uji

Reliabilitas, Analisis Regresi Linier Berganda dan Uji – t. Dari analisis regresi berganda diperoleh Y

= 4,5 + 0,35 X1 + - 0,04 X2 karena nilai X1 positif,sedangkan X2 negatif maka pengaruh yang

dihasilkan adalah cukup baik. Besarnya pengaruh harga terhadap keputusan pembelian di Rumah

makan bebek jendral Lamongan adalah 16% dan besarnya pengaruh pelayanan terhadap keputusan

pembelian di Rumah makan bebek jendral adalah 3%. Dari hasil uji t diperoleh thitung X1 (1,13) dan X3

(0,21) maka harga dan pelayanan mempunyai pengaruh terhadap keputusan pembelian di rumah

makan bebek jendral Lamongan. Variabel Harga mempunyai pengaruh yang lebih besar dibandingkan

dengan pelayanan, itu dapat dilihat dari besarnya pengaruh harga terhadap keputusan pembelian

adalah sebesar 1,13 sedangkan variabel pelayanan mempengaruhi keputusan konsumen di Rumah

Makan Bebek Jendral Lamongan sebesar 0,21.

Kata kunci: Harga, pelayanan dan keputusan pembelian

PENDAHULUAN

Penerapan strategi yang tepat

merupakan salah satu faktor penting guna

kemajuan suatu usaha dalam menghadapi

persaingan. Aspek kepuasan konsumen akan

menentukan seberapa besar kemampuan

perusahaan bertahan di tengah persaingan.

Konsumen sebagai pelanggan merasa puas

atau tidak puas tergantung dari kualitas

pelayanannya (Kotler dan Kevin 2009:177).

Alasan dipilihnya kepuasan karena banyak

perusahaan memfokuskan pada kepuasan

konsumen, karena menciptakan kedekatan

secara emosional. Kepuasan dan

ketidakpuasan konsumen atas produk

berpengaruh terhadap pola perilaku

selanjutnya. Apabila konsumen merasa puas,

maka besar kemungkinan membeli produk

yang sama. Menurut Wahyudin dan Muryati

(2001:192) bagi perusahaan-perusahaan yang

berkawasan konsumen, kepuasan adalah

sasaran sekaligus kiat pemasaran.

Dalam era persaingan bisnis saat ini

yang semakin ketat dibidang usaha makanan,

rumah makan bebek jendral berupaya untuk

mempertahankan pelanggannya. Hal ini

dilakukan dengan berusaha memberikan

kualitas layanan yang terbaik kepada para

konsumen atau pelanggannya. Alasan

dipilihnya bebek jendral dalam penelitian ini

dikarenakan rumah makan ini memiliki

keunikan yakni mengusung menu khas

tradisional dan pengunjung menikmati

makanan.

Permasalahannya kemudian adalah

bagaimana tingkat kepuasan konsumen atau

pelanggan rumah makan bebek jendral

berdasarkan kualitas layanan yang diberikan.

Untuk mengetahui hal tersebut maka harus

dilakukan analisis dalam kerangka penelitian

agar tingkat kepuasan konsumen atau

pelanggan dapat diketahui. Dengan demikian

perusahaan akan mendapatkan fakta yang

sangat besar perannya sebagai dasar

menentukan kebijakan dan mengambil

keputusan yang berkaitan dengan

konsumennya. Oleh karena itu, dalam rangka

mengetahui adanya kemungkinan

Page 11: KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA … · 1 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2013 KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA TULIS ARTIKEL ILMIAH Asrofi

ISSN 2442-5699

11 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2014

ketiadakpuasan konsumen atau pelanggan

dengan layanan yang diberikan oleh rumah

makan bebek jendral, maka perlu dikaji

kepuasan para konsumen atau pelanggannya

setelah mendapat layanan dari restoran

tersebut.

Perumusan masalah adalah : 1)

Apakah faktor harga dan pelayanan

berpengaruh terhadap keputusan pembelian

konsumen ; 2) Faktor manakah diantara

harga dan pelayanan yang lebih dominan

berpengaruh terhadap keputusan pembelian

di Rumah Makan Bebek Jendral Lamongan?

Tujuan Penelitian ini adalah : 1)

Mengetahui besarnya pengaruh harga dan

pelayanan terhadap keputusan pembelian di

Rumah Makan Bebek Jendral Lamongan ; 2)

Untuk mengetahui faktor mana diantara

harga dan pelayanan yang lebih dominan

berpengaruh terhadap keputusan pembelian

di Rumah Makan Bebek Jendral Lamongan.

Pemasaran menurut Kotler (1972 : 7)

merupakan sekumpulan aktifitas manusia

yang ditujukan untuk memfasilitasi dan

melaksanakan pertukaran. Sedangkan

Pemasaran menurut Alma adalah : proses

perencanaan dan pengembangan produk,

distribusi, penetapan harga dan strategi

komunikasi yang memungkinkan perusahaan

mendapatkan keuntungan.

Dari beberapa definisi diatas dapat

disimpulkan bahwa pemasaran adalah

kegiatan untuk memuaskan kebutuhan

konsumen dengan melaksanakan kegiatan-

kegiatan perencanaan strategi, penentuan

harga, promosi dan distribusi terhadap suatu

produk.

Bauran pemasaran terdiri dari 7

variabel yaitu 1) Price (harga), pada

umumnya menetapkan harga terdapat

beberapa tujuan yang hendak dicapai

menurut Kotrler (1998:109) dalam bukunya

manajemen pemasaran menyebutkan bahwa

tujuan dari penetapan harga adalah: a)

Bertahan hidup. Agar perusahaan dapat

bertahan hidup lama maka dalam pembuatan

harga pokok yang dihasilkan harus benar-

benar fleksibel, agar perusahaan dapat

menjual produknya sesuai dengan kondisi

pasar. b) Memaksimumkan pendapatan

jangka pendek. Dengan menentukan tingkat

harga yang nantinya dapat memaksimumkan

pendapatan dari penjualan. c) Pertumbuhan

penjualan maksimum. Penetapan harga bagi

sebagian perusahaan merupakan upaya untuk

meraih pertumbuhan penjualan sebesar-

besarnya. d) Menyaring pasar secara

maksimum. Disini perusahaan ingin meraih

segmen pasar yang ada, mulai dari atas

sampai yang bawah. e) Unggul dalam mutu

produk. Suatu peusahaan yang selalu

menjaga mutu produknya akan

membebankan biaya-biaya penelitian pada

harga jual produknya, sehingga harga jual

selalu tinggi. 2) Product (produk). Menurut

Kotler (2000:394) produk adalah segala

sesuatu yang dapat di tawarkan dipasar,

untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan

konsumen. Sedangkan menurut W.J.Stanton

produk adalah seperangkat atribut baik

berwujud maupun tidak berwujud, termasuk

didalamnya masalah warna, harga, nama baik

pabrik, nama baik toko yang menjual

(pengecer) dan pelayanan pabrik serta

pelayanan pengecer, yang diterima oleh

pembeli guna memuaskan keinginannya. 3)

Place (Tempat / Distribusi) Definisi

menurut Philip Kotler mengenai tempat

adalah : ―The various the company

undertakes to make the product accessible

and available to target customer‖. Berbagai

kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk

membuat produknya mudah diperoleh dan

tersedia untuk konsumen sasaran. 4)

Promotion (Promosi). Menurut Alma

(2003:37) promosi adalah kombinasi strategi

yang paling baik dari variable-variabel

periklanan, personal selling dan direct

selling, yang kesemuanya direncanakan

untuk memperoleh dan mencapai target

penjualan. 5) People (Orang). Menurut

Alma (2003:37) People berarti orang yang

melayani ataupun merencanakan pelayanan

terhadap para konsumen karena sebagian

besar jasa dilayani oleh orang lain, maka

orang tersebut perlu diseleksi, dilatih,

dimotivitasi, sehingga member kepuasaan

terhadap pelanggan. Setiap karyawan harus

berlomba-lombaberbuat kebaikan terhadap

konsumen dengan sikap perhatian,

responsive, inisiatif, pandai memecahkan

masalah, sabar dan ikhlas. 6) Process

(Proses). Proses ini terjadi diluar pandangan

konsumen. Konsumen tidak tahu bagaimana

proses yang terjadi, berkat dukungan

karyawan. Yang penting semua proses

operasional, apalagi yang berhubungan

dengan konsumen harus betul-betul

memuaskan. Semua nilai rantai, yang ikut

dalam proses tersebut, harus bekerjasama

Page 12: KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA … · 1 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2013 KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA TULIS ARTIKEL ILMIAH Asrofi

ISSN 2442-5699

12 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2014

dengan penampilan yang prima (Alma,

2003:38). 7) Service (Pelayanan atau Jasa).

Swasta (2001:21) menyatakan bahwa

pelayanan adalah perihal atau cara melayani

yang semestinya atau kemudahan-

kemudahan yang diberikan sehubungan

dengan jual beli barang dan jasa. Sedangkan

menurut Kotler (1997:476) merumuskan

bahwa pelayanan adalah setiap tindakan atau

unjuk kerja yang ditawarkan oleh salah satu

pihak ke pihak lain yang secara prinsip

intangibel dan tidak menyebabkan

perpindahan kepemilikan apapun. Dari

definisi di atas dapat disimpulkan

pelayanan/jasa adalah proses interaksiantar

pelanggan dan penyedia jasa untuk dapat

dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan

pelanggan sehingga pelanggan merasa puas.

Kualitas Layanan merupakan output

dari industri jasa yang tidak kelihatan, tidak

memilikiwujud sehingga sulit untuk di ukur

kualitasnya. Untuk mengukur kualitas layan

dibutuhkan suatu metode untuk dapat

menyeimbangkan antara persepsi dan

harapan dari pengguna jasa itu sendiri.

Dimensi Kualitas Layanan/Jasa

melalui serangkaian penelitian terhadap

berbagai macam industri jasa Parasuraman,

Zeithaml, dan Berry (1985) berhasil

mengidentifikasi sepuluh dimensi pokok

kualitas jasa, yaitu : 1) Reliabilitas, meliputi

dua aspek utama, yaitu kosistensi kinerja

(performance) dan sifat dapat dipercaya

ependability). Hal ini berarti perusahaan

mampumenyampaikan jasanya secara benar

sejak awal (right from the first

time),memenuhi janjinya secara akurat dan

andal (misalnya, menyampaikan jasa

sesuaidengan janji yang disepakati),

menyampaikan data (record) secara tepat,

danmengirimkan tagihan yang akurat 2)

Responssivitas atau daya tanggap, yaitu

kesediaan dan kesiapan para karyawan untuk

membantu para pelanggan dan

menyampaikan jasa secara cepat. Beberapa

contoh diantaranya : ketepatan waktu

pelayanan, pengiriman slip transaksi

secepatnya, kecepatan menghubungi kembali

pelanggan, dan penyampaian layanan secara

cepat. 3) Kompetensi, yaitu penguasaan

keterampilan dan pengetahuan yang

dibutuhkan agar dapat menyampaikan jasa

sesuai dengan kebutuhan pelanggan.

Termasuk didalamnya adalah pengetahuan

dan keterampilan karyawan kontak,

pengetahuandan keterampilan personil

dukungan operasional, dan kapabilitas riset

organisasi. 4) Akses, meliputi kemudahan

untuk dihubungi atau ditemui

(approachability) dankemudahan kontak. Hal

ini berarti lokasi fasilitas jasa mudah

dijangkau, waktumengantri atau menunggu

tidak terlalu lama, saluran komunikasi

perusahaanmudah dihubungi (contohnya,

telepon, surat, email, fax, dan seterusnya),

dan jamoperasi nyaman. 5) Kesopanan

(courtesy), meliputi sikap santun, respek,

atensi, dan keramahan parakaryawan kontak

(seperti resepsionis, operator telepon, bell

person, teller bank,kasir, dan lain-lain). 6)

Komunikasi, artinya menyampaiakan

informasi kepada pelanggan dalam

bahasayang mudah mereka pahami, serta

selalu mendengarkan saran dan

keluhanpelanggan. Termasuk didalamnya

adalah penjelasan mengenai jasa/layanan

yangditawarkan, biaya jasa, trade off antara

jasa dan biaya, serta proses penanganan

masalah potensial yang mungkin timbul. 7)

Kredibilitas, yaitu sifat jujur dan dapat

dipercaya. Kredibilitas mencangkup

namaperusahaan, reputasi perusahaan,

karakter pribadi karyawan kontak, dan

interaksi dengan pelanggan (hard selling

versus soft selling approach). 8) Keamanan

(security), yaitu bebas dari bahaya, risiko

atau keragu-raguan. Termasukdidalamnya

adalah keamanan secara fisik (physical

safety), keamanan finansial(financial

security), privasi, dan kerahasiaan

(confidentiality). 9) Kemampuan memahami

pelanggan, yaitu berupaya memahami

pelanggan dankebutuhan spesifik mereka,

memberikan perhatian individual, dan

mengenalpelanggan regular. 10) Bukti fisik

(tangibles), meliputi penampilan fasilitas

fisik, peralatan, personil, danbahan-bahan

komunikasi perusahaan (seperti kartu bisnis,

kop surat, dan lain-lain).

Keputusan Pembelian Konsumen

dengan tujuan pemasaran untuk memenuhi

dan memuaskan kebutuhan serta keinginan

dari pelanggan sasaran. Untuk meraih

keberhasilan, pemasar harus melihat lebih

jauh bermacam-macam faktor yang

mempengaruhi pembeli dan mengembangkan

pemahaman mengenai bagaimana konsumen

melakukan keputusan pembelian. Menurut

Craven, Hills dan Woodruff (2002:137),

keputusan pembelian adalah suatu keputusan

Page 13: KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA … · 1 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2013 KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA TULIS ARTIKEL ILMIAH Asrofi

ISSN 2442-5699

13 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2014

yang dibuat untuk memuaskan kebutuhan

dan keinginan konsumen dengan cara

mengevaluasi lebih dari satu alternatif yang

dipengaruhi oleh alasan utama melakukan

pembelian yang meliputi cara pembelian,

produk dan situasi. Sedangkan menurut

kotler (2000:201) keputusan pembelian

adalah suatu proses pengambilan keputusan

yang dilakukan oleh konsumen sebelum

membeli suatu produk.

Berdasarkan pengertian diatas dapat

disimpulkan bahwa, keputusan pembelian

adalah suatu proses pengambilan keputusan

ang dilakukan oleh konsumen sebelum

membeli suatu produk dimana hal ini

konsumen terlebih dahulu mengevaluasi

berbagai alternatif yang ada sebelum

memutuskan untuk membeli suatu produk

tertentu yang dianggap paling sesuai dengan

kebutuhan dan keinginan konsumen tersebut.

METODE PENELITIAN

Sebelum melakukan penelitian harus

diketahui terlebih dahulu jenis penelitian apa

yang dilakukan. Hal ini tersebut untuk

memudahkan dalam menentukan cara

pemecahan masalah yang dihadapi. Dalam

penyusunan skripsi ini penelitian yang

dilakukan adalah penelitian explanator

research yaitu penelitian yang menyoroti dan

menguji hubungan antara variable sekaligus

menguji kebenaran hipotesis yang

dirumuskan. (Sudjana, 1996:160).

HASIL ANALISIS

Hasil analisisnya adalah 1) Uji

Validitas diperoleh hasil untuk variabel X1

(Harga) dan X2 (Pelayanan) > r tabel (0,279).

Jadi dapat disimpulkan bahwa semua

instrument yang digunakan dalam penelitian

ini bersifat valid. 2) Uji reliabilitas diperoleh

r9 sebesar (0,686), karena r9 lebih besar

daripada (0,60) maka instrument yang

digunakan dalam penelitian ini reliable dan

dapat digunakan dalam pengambilan data. 3)

Koefisien Korelasi diatas menunjukkan hasil

sebagai berikut : a) Besarnya pengaruh harga

terhadap keputusan pembelian pada Rumah

makan Bebek jendral Lamongan diketahui

dari nilai korelasi (r2) sebesar 0,16 (16%).

Dengan demikian menunjukkan bahwa harga

berpengaruh terhadap keputusan pembelian

pada Rumah makan Bebek jendral

Lamongan sebesar 16%. b) Besarnya

pengaruh pelayanan terhadap keputusan

pembelian pada Rumah makan Bebek jendral

Lamongan diketahui dari nilai korelasi (r2)

sebesar 0,03 (3%). Dengan demikian

menunjukkan bahwa pelayanan berpengaruh

terhadap keputusan pembelian pada Rumah

makan Bebek jendral Lamongan sebesar 3%.

Mengacu pada pendapat Sugiyono tentang

interpretasi nilai r dapat diketahui bahwa

nilai rx1 sebesar 0,16 (16%), rx2 sebesar 0,03

(3%) mempunyai hubungan (pengaruh) yang

sangat rendah terhadap keputusan pembelian.

4) Uji t, dari uji secara parsial yang

dilakukan, diperoleh hasil uji yang dilihat

dari nilai t hitung menunjukkan bahwa : a)

Variabel Harga (X1) dari hasil analisa uji t

(uji parsial) didapat nilai thitung sebesar 1,13

dengan penanganan signifikan 5% didapat

ttabel sebesar 2,00. Karena thitung < ttabel.

Kesimpulan yang dapat diambil adalah

bahwa H0 diterima dan H1 ditolak , yang

berarti terdapat pengaruh yang signifikan

secara parsial antara variabel harga (X1)

terhadap keputusan pembelian (Y). b)

Variabel Pelayanan (X2) dari hasil analisa uji

t (uji parsial) didapat nilai thitung sebesar 0,21

dengan penanganan signifikan 5% didapat

ttabel sebesar 2,00. Karena thitung < ttabel.

Kesimpulan yang dapat diambil adalah

bahwa H0 diterima dan H1 ditolak , yang

berarti terdapat pengaruh yang signifikan

secara parsial antara variabel pelayanan (X1)

terhadap keputusan pembelian (Y).

PENUTUP

Simpulan

Dari analisis didapatkan bahwa : 1)

Dari analisis regresi berganda diperoleh Y =

4,5 + 0,35 X1 + - 0,04 X2 karena nilai X1

positif,sedangkan X2 negatif maka pengaruh

yang dihasilkan adalah cukup baik. Besarnya

pengaruh harga terhadap keputusan

pembelian di Rumah makan bebek jendral

Lamongan adalah 16% dan besarnya

pengaruh pelayanan terhadap keputusan

pembelian di Rumah makan bebek jendral

adalah 3%. Dari hasil uji t diperoleh thitung X1

(1,13) dan X3 (0,21) maka harga dan

pelayanan mempunyai pengaruh terhadap

keputusan pembelian di Rumah makan bebek

jendral Lamongan. 2) Variabel Harga

mempunyai pengaruh yang lebih besar

dibandingkan dengan pelayanan, itu dapat

dilihat dari besarnya pengaruh harga

terhadap keputusan pembelian adalah sebesar

1,13 sedangkan variabel pelayanan

Page 14: KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA … · 1 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2013 KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA TULIS ARTIKEL ILMIAH Asrofi

ISSN 2442-5699

14 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2014

mempengaruhi keputusan konsumen di

Rumah makan Bebek jendral Lamongan

sebesar 0,21

Saran

Beberapa yang dapat disarankan

adalah : 1) Bagi pemilik Rumah Makan Bebek

jendral Lamongan hendaknya untuk

senantiasa melengkapi fasilitas yang teradapat

di Warung Apung Rahmawati Lamongan dan

mempertimbangkan kebijakan penentuan

harga yang ditetapkan oleh Warung Apung

Rahmawati Lamongan. 2) Bagi karyawan

Rumah Makan Bebek jendral hendaknya

berusaha untuk senantiasa meningkatkan

pelayanan. 3) Bagi peneliti selanjutnya,

hendaknya memperluas obyek penelitian, tidak

hanya pada variabel harga, produk dan

pelayanan tetapi juga variabel-variabel lain

seperti promosi, tempat dan lain-lain sehingga

diperoleh informasi yang lebih lengkap

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

keputusan konsumen pada Rumah Makan

Bebek jendral Lamongan.

DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchori. 2009. Manajemen

Pemasaran dan Pemasaran Jasa.

Cetakan Kedelapan. Bandung :

Alfabeta.

Assauri, S. 1999. Manajemen Pemasaran:

Dasar, Konsep, Strategi: Jakarta:

RajaGrafindo Persada

Craven,D. 1996.Pemasaran Strategi. Edisi

Empat. Terjemahan oleh Lina Salim.

Jakarta Erlangga

Http://repository.usu.ac.id/handle/123456789

/17381

Http://rajapresentasi.com/feed/com

Kotler dan Armstrong,2001. Prinsip-Prinsip

Pemasaran . Terjemahan oleh Damus

Sihombing. Jakarata. Erlangga.

Kotler, P,dan Amstrong, G. 1997. Dasar-

Dasar Pemasaran. Terjemahan oleh

Wilhelmus, W. Bakowatun. Jakarta.

Intermedia

Kotler, Philip dan Keller, Kevin Lane. 2009.

Manajemen Pemasaran. EdisiDua

Belas. Jakarta : PT . Index

Munif, Ahmad. 2008. Pengaruh keragaman

Penawaran Barang Dan Pelayanan

Terhadap Loyalitas Konsumen Pada

Swalayan Tiara Banjaranyar.

Fakultas Ekonomi Universitas Islam

Lamongan

Philip Kotler, 1997. Manajemen pemasaran,

Jakarta, PT.Prenhallindo.

Philip Khotler, 1988. Manajemen

Pemasaran, Yogyakarta, BPFE.

Tjiptono, Fandy. 2001. Pemasaran

Strategis. Yogyakarta : Andi Offset.

Tjiptono, Fandy. 2005. Pemasaran Jasa.

Malang : Bayu Media Publishing

Tjiptono,Fandy. 1997. Strategi Pemasaran,

Andi - Yogyakarta,

Williams, Lesley. 2007. Manajemen

Pemasaran. Cetakan Pertama. Jakarta

: PPM

Yazid. Pemasaran Jasa. Edisi Kedua.

Cetakan Keempat. 2008. Yogyakarta

Page 15: KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA … · 1 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2013 KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA TULIS ARTIKEL ILMIAH Asrofi

ISSN 2442-5699

15 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2014

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DALAM

PERJANJIAN FIDUSIA KENDARAAAN BERMOTOR

Dhevi Nayasari Sastradinata *)

*)

Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Lamongan

Abstrak Perjanjian fidusia merupakan perjanjian yang timbul dalam praktek berdasarkan

kebutuhan masyarakat akan adanya suatu perjanjian yang dianggap aman bagi para pihak,

yaitu pelaku usaha dapat memberikan barang yang dipakai oleh konsumen,tanpa

mengalihkan hak kepemilikan atas barang obyek kepada konsumen,sampai dengan harga

(angsuran) dibayar lunas dengan menggunakan metode yuridis normatif.

Perjanjian fidunsia kendaraan bermotor berbentuk perjanjian baku dan merupakan

bentuk perjanjian jual beli dengan cicilan. Untuk memastikan adanya perlindungan hukum

bagi kreditur pada jaminan perjanjian fidusia perlu di pahami tentang jaminan fidusia, benda

jaminan fidusia dan latar belakang timbulnya perjanjian jaminan fidusia. Pada ahirnya untuk

mempertegas perlindungan hukum krediturdalam perjanjian jaminan fidusia, perlu diimbangi

dalam pembentukan lembaga eksekusi jaminan dan sosial tentang pelaksanaan fidusia.

Kata Kunci : Perlindungan Hukum, Perjanjian Fidunsia

PENDAHULUAN

Dalam dunia perdagangan kita mengenal

berbagai macam perjanjian, salah satu

diantaranya adalah ―Perjanjian Fidusia―.

Perjanjian ini timbul dalam praktek karena

adanya tuntutan kebutuhan yang semakin

berkembang dalam masyarakat. Stabilitas

ekonomi dan keuangan merupakan salah satu

persyaratan penting dalam membangun dan

menggerakkan roda perekonomian.

Dengan memenuhi persyaratan ini,

masyarakat dapat membuat perjanjian apa saja.

Pasal 1320 KUHPerdata disebut sebagai

ketentuan yang mengatur asas konsesualisme,

yaitu perjanjian adalah sah apabila ada kata

sepakat mengenai hal-hal yang pokok dari

perjanjian. Klausula-klausula dalam perjanjian

tersebut telah dibuat sebelumnya oleh salah satu

pihak tanpa melibatkan pihak yang lain, dan

pihak yang lain tersebut tinggal

menandatangani saja perjanjian yang sudah

disediakan. Penyewa beli atau konsumen

menerima dan memenuhi klausula-klausula

yang telah dipersiapkan dengan risiko tidak

akan memperoleh barang yang menjadi obyek

perjanjian, apabila ia tidak menandatangani

perjanjian. Lembaga sewa beli merupakan

lembaga hukum perjanjian yang

perkembangannya didasarkan pada asas

kebebasan berkontrak sebagai asas pokok dari

hukum perjanjian, yang diatur dalam Pasal

1338 Juncto Pasal 1320 KUHPerdata. Secara

harfiah lembaga sewa beli dilandasi oleh

lembaga jual beli dan sewa menyewa. Secara

khusus perundang-undangan yang melandasi

jual beli tunai dan sewa menyewa adalah sama,

keduanya memiliki dasar hukum yang diatur

dalam KUHPerdata dan dikelompokkan sebagai

perjanjian bernama, sementara sewa beli ini

termasuk dalam perjanjian tidak bernama yang

timbul dalam praktek. Dalam praktek perjanjian

sewa beli menggunakan perjanjian baku atau

standar, yaitu dituangkan dalam bentuk

formulir. Dari segi biaya dan waktu bentuk

perjanjian memang lebih hemat karena penjual

tinggal menyodorkan formulir yang sudah

dipersiapkan sebelumnya, sedang calon pembeli

tinggal menyatakan kehendaknya untuk

menerima atau menolak isi perjanjian tersebut.

Perjanjian baku yang ditetapkan sepihak

tersebut, menunjukkan bahwa, lembaga sewa

beli dalam praktek memiliki ciri tersendiri,

yaitu upaya memperkuat hak penjual dari

berbagai kemungkinan yang terburuk, selama

masa kontrak atau sebelum waktu pelunasan

angsuran, untuk menjamin kepentingan penjual.

Hal ini yang membuat perjanjian baku yang

dipergunakan dalam pranata fidusia sering

Page 16: KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA … · 1 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2013 KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA TULIS ARTIKEL ILMIAH Asrofi

ISSN 2442-5699

16 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2014

merupakan penyebab utama bagi timbulnya

masalah di pihak pembeli dari pada leasing.

Adanya salah satu contoh persoalan yang

timbul dalam perjanjian sewa beli, adalah

klausula-klausula yang memberikan hak kepada

penjual untuk menuntut dan penarikan barang

menurut perjanjian yang dilakukannya. Jika

terjadi persoalan, umumnya yang ditarik adalah

obyek dari perjanjian. Penarikan menurut

Undang-Undang akan memerlukan waktu yang

relatif lama, karena harus melalui perintah

Hakim. Untuk menghindari risiko tersebut,

sering pihak penjual menempuh jalan pintas

dengan penarikan barang obyek sewa beli

(otomotif) secara langsung. Adanya

ketidakseimbangan dalam perjanjian tersebut

memberi dampak pada perlindungan hak yang

sepihak pada penjual dari pada pembeli,

sehingga lebih banyak resiko atau kerugian

yang harus dipikul oleh pembeli. Tentu hal ini

tidak dikehendaki dan tidak dibenarkan oleh

hukum, karena hukum bertujuan untuk

memberi keadilan dan mengayomi semua

pihak. Penentuan isi atau klausula-klausula

yang layak, termasuk yang diakui dan

diwajibkan perlu dituangkan dalam suatu

perundang-undangan atau peraturan bagi

pranata fidusia. Seperti halnya suatu perjanjian

antara pelaku usaha yang pada umumnya lebih

kuat, dihadapkan dengan pihak konsumen yang

cenderung mempunyai posisi lemah, bagi pihak

yang lemah hanya terdapat dua pilihan, yaitu

apabila mereka membutuhkan jasa atau barang

yang ditawarkan kepadanya, maka ia harus

menyetujui semua syarat-syarat yang diajukan

kepadanya, tanpa menghiraukan apakah

konsumen mengetahui dan atau memahami

urusan perjanjian tersebut atau tidak, dan

sebaliknya, apabila mereka tidak menyetujui

syarat-syarat yang diajukan kepadanya, maka

mereka harus meninggalkan atau tidak

mengadakan perjanjian dengan pelaku usaha

tersebut (take it or leave it contract).

Dengan memberikan perlindungan

hukum kepada konsumen maka lahirlah

Undang-Undang Perlindungan Konsumen

(UUPK), yaitu Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen,

yang diundangkan pada tanggal 20 April 1999

yang efektif mulai berlaku sejak tanggal 20

April 2000, yang dapat membatasi kebebasan

penerapan klausula baku, sehingga dapat

tercipta suatu perjanjian baku yang didasari

oleh asas kebebasan berkontrak yang tidak

bertentangan dengan Pasal 18 UUPK. Pasal 1

ayat (10) UUPK menyebutkan bahwa:

“Klausula Baku adalah setiap aturan atau

ketentuan dan syarat-syarat yang telah

dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu

secara sepihak oleh pelaku usaha yang

dituangkan dalam suatu dokumen dan/atau

perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi

oleh konsumen”.

METODE PENELITIAN

Tipe Penelitian hukum yang di lakukan

adalah yuridis normatif (hukum normatif).

Metode Penelitian Hukum normatif adalah

suatu prosedur penelitian ilmiah untuk

menemukan kebenaran berdasarkan logika

keilmuan hukum dari sisi normatifnya. Oleh

karena itu penelitian hukum ini di fokuskan

untuk mengkaji penelitian hukum tentang

kaidah – kaidah atau norma – norma dalam

hukum positif, yakni norma hukum positif,

yakni norma hukum yang terkait dengan

Perlindungan hukum terhadap konsumen dalam

perjanjian Sewa beli kendaraan bermotor di

lamongan.

HASIL PENELITIAN

Fidusia dalam bahasa Indonesia dapat

di sebut juga dengan istilah ―penyerahan hak

milik secara penguasaan‖. Sedangkan

pengertian fidusia dalam pasal 1 anka 1 UUF

adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda

atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa

benda hak kepemilikanya di alihkan tetap dalam

penguasaan pemilik benda. Hubungan hukum

antara dua orang atau dua pihak atau lebih

didahului oleh perbincangan-perbincangan di

antara para pihak dan adakalanya mewujudkan

suatu perjanjian atau perikatan, tetapi

adakalanya tidak mewujudkan perjanjian atau

perikatan.1 Hubungan hukum yang timbul

karena perjanjian itu mengikat kedua belah

pihak yang membuat perjanjian, sebagaimana

daya mengikat Undang-Undang. Hal ini sesuai

dengan Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata yang

1 Ibid., hlm. 9-10.

Page 17: KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA … · 1 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2013 KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA TULIS ARTIKEL ILMIAH Asrofi

ISSN 2442-5699

17 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2014

berbunyi: ―Semua persetujuan yang dibuat

secara sah berlaku sebagai Undang-Undang

bagi mereka yang membuatnya‖.

Ikatan yang lahir dari perjanjian yang

demikian dinamakan perikatan. Jadi dapat

dikatakan bahwa perikatan menimbulkan suatu

perikatan antara dua orang yang membuat.

Perjanjian merupakan sendi yang penting dari

Hukum Perdata, karena Hukum Perdata banyak

mengandung peraturan-peraturan hukum yang

berdasarkan atas janji seseorang. Perjanjian

menerbitkan suatu perikatan antara para pihak

yang membuatnya. Dengan demikian hubungan

hukum antara perikatan dan perjanjian adalah

bahwa perjanjian menerbitkan perikatan.

Perjanjian adalah sumber perikatan di samping

sumber lain, yaitu Undang- Undang. Hal ini

dapat dilihat dari Pasal 1233 KUHPerdata yang

menyatakan bahwa Tiap-tiap perikatan

dilahirkan baik karena persetujuan, baik karena

Undang-Undang. Dari definisi yang

dikemukakan oleh Subekti, dapat disimpulkan

bahwa perikatan memiliki unsur-unsur sebagai

berikut, yaitu:2

1. Adanya hubungan hukum, yaitu

hubungan yang akibatnya diatur oleh

hukum.

2. Adanya pihak kreditur dan debitur,

yaitu pihak yang aktif berpiutang

(kreditur) dan berhak atas prestasi

tertentu, sedangkan debitur adalah

pihak yang diwajibkan memberikan

prestasi tertentu.

3. Adanya prestasi, yaitu hal yang

dijanjikan untuk dilaksanakan baik oleh

kreditur maupun oleh debitur

sebagaimana diatur dalam Pasal 1234

KUH Perdata yang menyatakan bahwa

Tiap perikatan adalah untuk berbuat

sesuatu atau tidak berbuat sesuatu.

Perikatan untuk memberikan sesuatu

berupa menyerahkan sesuatu barang

atau memberikan kenikmatan atas suatu

barang, misalnya pihak yang

menyewakan berkewajiban

memberikan barang atau kenikmatan

dari obyek sewamenyewa kepada

2 Hardi Kartono, op.cit., hlm. 34-35.

penyewa. Perikatan untuk berbuat

sesuatu berupa perjanjian.

Perjanjian adalah sesuatu yang kongkrit

yang dapat dilihat dengan pancaindera. Dalam

praktek, perjanjian disebut juga kontrak yang

menentukan hubungan hukum antara para

pihak, sedangkan perikatan bersifat abstrak

namun diberi akibat oleh hukum, karena para

pihak harus mematuhi hubungan hukum yang

terjadi di antara para pihak. Perjanjian dapat

melahirkan lebih dari satu perikatan, seperti

dalam perjanjian jual beli, akan lahir perikatan

untuk membayar, menyerahkan barang,

menjamin dari cacat tersembunyi, menjamin

barang yang dijual dari tuntutan pihak ketiga

dan lain-lain. Perikatan yang bersumber dari

Undang-Undang pada umumnya perikatan yang

dilahirkan dan ditentukan secara khusus oleh

Undang- Undang, seperti ganti rugi, kewajiban

mendidik anak, pekarangan yang berdampingan

dan lain-lain.

Tujuan dari penggunaan barang atau

jasa tersebut menentukan termasuk konsumen

kelompok mana pengguna tersebut. Dalam

pasal 1 angka 2 UUPK No. 8 Tahun 1999

disebutkan bahwa:

―Konsumen adalah setiap orang pemakai

barang, dan jasa yang tersedia dalam

masyarakat baik lagi kepentingan diri sendiri,

keluarga, orang lain maupun mahluk hidup lain

dan tidak untuk diperdagangkan‖.

Pada penjelasan pasal tersebut

disebutkan bahwa konsumen dalam istilah

ekonomi terdiri dari konsumen ahir dan

konsumen antara. Konsumen ahir adalah

pengguna atau pemakai suatu produk,

sedangkan konsumen antara adalah konsumen

yang menggunakan suatu produk sebagai

bagian dari proses produksi suatu produk

lainya. Pengertian konsumen yang dimaksud

dalam UUPK adalah konsumen ahir. Pasal 1

angka 3 menjelaskan bahwa:

―Pelaku uasaha adalah pelaku setiap orang

perorangan atau badan usaha baik yang

berbentuk badan hokum maupun badan bukan

hokum yang didirikan dan berkedudukan atau

melakukan kegiatan dalam wilayah Republik

Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama

melalui perjanjian penyelenggaraan kegiatan

usaha dalam berbagai bidang ekonomi‖

Sebagaimana tujuan dari UUPK yaitu untuk

Page 18: KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA … · 1 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2013 KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA TULIS ARTIKEL ILMIAH Asrofi

ISSN 2442-5699

18 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2014

memberikan perlindungan terhadap konsumen

melalui segala upaya yang menjamin adanya

kepastian hokum, pada Pasal 4 UUPK diatur

mengenai hak konsumen yang seharusnya

dipenuhi oleh pelaku usaha. Menurut Pasal 4

UUPK, hak konsumen adalah:

a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan

keslamatan dalam mengkonsumsi

barang dan/atau jasa;

b. Hak untuk memilih barang dan/atau

jasa serta mendapatkan barang dan/atau

jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar

dan kondisi serta jaminan yang

diajukan;

c. Hak atas informassi yang benar, jelas,

dan jujur mengenai kondisi dan

jaminan barang dan/atau jasa;

d. Hak untuk didengar pendapat atau

keluhanya atas barang dan/atau jasa

yang digunakan;

e. Hak untuk mendapatkan advokasi,

perlindungan, dan upaya penyelesaian

sengketa perlindungan konsumen

secara patut;

f. Hak untuk mendapatkan pembinaan

dan pendidikan konsumen;

g. Hak untuk diperlakukan dan dilayani

secara benar dan jujur serta tidak

diskriminatif berdasarkan suku, agama,

budaya, daerah, pendidikan, kaya,

miskin, dan status social lainya;

h. Hak untuk mendapatkan kompensasi

ganti rugi dan/atau penggantian, apabila

barang dan/atau jasa yang diterima

tidak sesuai dengan perjanjian atau

tidak sesuai dengan perjanjian atau

tidak sebagaimana mestinya;

i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan

perundang-undangan lainya.

Konsumen juga dilindungi dari

kemungkinan timbulnya kerugian berdasarkan

pemanfaatan posisi yang tidak seimbang dari

pelaku usaha dengan adanya larangan

pencantuman klausula baku sebagaimana di

atur dalam pasal UUPK. Terhadap pelanggaran

dari ketentuan ini, UUPK menentukan ancaman

batal demi hokum atas klausula tersebut, dan

sanksi pidana paling lama lima (5) tahun atau

denda paling banyak dua miliar rupiah kepada

pelaku usaha (Pasal 62 ayat (1) UUPK). Dalam

upaya memberikan perlindungan kepada

knsumen, konsumen tidak hanya dihadapkan

pada persoalan ketidak mengertian dirinya

ataupun kejelasan akan pemanfaatan,

penggunaan maupun pemakaian barang

dan/atau jasa yang disediakan oleh pelaku

usaha, karena kurang atau terbatasnya suatu

informasi yang disediakan, melainkan juga

terhadap bargaining position yang kdang kala

tidak sangat seimbang, yang pada umumnya

tercermin dalam perjanjian baku yang tidak

informatif, serta tidak dapat ditawar-tawar lagi

oleh konsumen. Ketentuan-ketentuan dalam

KUHPerdata yang berlaku dalam menentukan

tanggung jawab perdata dari pelaku usaha

berdasarkan kontrak adalah ketentuan tentang

keabsahan suatu perjanjian sebagaimana diatur

dalam pasal 1320 KUHPerdata dan ketentuan-

ketentuan tentang ganti rugi akibat breach of

contract/non performance atau wanprestasi

sebagaimana diatur dalam pasal 1243

KUHPerdata.

Pelaksanaan tanggung jawab yang dapat

dituntut dalam perjanjian fidusia adalah

tanggung jawab berdasarkan kontrak. Hal ini

karena antara pelaku usaha dan konsumen

terjadi hubungan hokum yang di dasarkan

kepada kontrak atau perjanjian. Dengan

demikian apabila terjadi kerugian yang di

sebabkan karena kelalaian, kesalahan atau

wanprestasi yang di sebabkan karena

musnahnya barang yang menjadi obyek

perjanjian, maka konsumen dapat menuntut

tanggung jawab dari penjual dengan

membuktikan bahwa kerugian di deritanya

benar-benar terjadi karena apa yang seharusnya

menjadi tanggung jawab penjual dalam

KUHPerdata, ketentuan tentang tanggung

jawab yang dapat di tuntut dalam hal terjadi

wanprestasi di atur dalam pasal 1243 juncto

1246 KUHPerdata yang mengatur tentang ganti

kerugian yang meliputi penggantian biaya, rugi

dan bunga. Dalam pasal 1553 KUHPerdata,di

nyatakan bahwa apabila barang itu musnah

karena sesuatu peristiwa yang terjadi di luar

kesalahan salah satu pihak, Perjanjian sewa-

menyewa gugur demi hokum.

Dari perkataan ―gugur demi hukum‖ ini

kita simpulkan, masing-masing pihak sudah

tidak dapat memuntut sesuatu apa-apa dari dari

pihak lawanya, yang berarti kerugian akibat

musnahnya barang yang di persewakan harus di

pikul sepenuhnya oleh pihak yang

menyewakan. Namun apabila musnahnya suatu

Page 19: KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA … · 1 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2013 KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA TULIS ARTIKEL ILMIAH Asrofi

ISSN 2442-5699

19 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2014

barang yang di persewakan itu akibat lalainya si

penyewa, maka resiko akan beralih kepadanya.

Adapun sanksi ―peralihan resiko‖ ini di

atur dalam pasal 1247 KUHPerdata, yang

menyatakan bahwa dalam hal adanya perikatan

untuk memberikan suatu kebendaan tertentu,

keberadaan itu semenjak perikatan di lahirkan

adalah atas tanggung jawab si berpiutang. Jika

si berpiutang lalai akan menyerahkanya, maka

semenjak kelalaianya, kebendaan adalah atas

tanggung jawab si berhutang. Dalam praktek

dewasa ini, peralihan resiko yang berhubungan

dengan tanggung jawab atas obyek (barang

otomotif) selalu menggunakan lembaga

asuransi.

PENUTUP

Kesimpulan

1. Pelaksanaan perlindungan hukum bagi

kreditur dalam suatu perjanjian jaminan

fidusia lahir pembuatan atas pembebanan

jaminan fidusia yang dibuat secara notaril,

dan terus dipertegas dengan pendaftaran

dari akta perjanjian tersebut, Undang

Undang Fidusia telah berupaya

memberikan suatu teknis perlindungan bagi

kepentingan kreditur, hanya disayangkan

system tersebut tidak diaplikasikan dengan

menegaskan secara konkrit, dalam suatu

system pelaksanaan perlindungan melalui

eksukusi terhadap jaminan fidusia, yang

pada akhirnya memberikan pilihan bagi

kreditur untuk menempuh jalan damai yang

berarti memberikan tambahan biaya lain,

dan memberikan apresiasi yang buruk dan

tidak maksimal menyangkut perlindungan

hokum bagi kreditur.

2. Adapun kelemahan-kelemahan dalam

pelaksanaan perlindungan hokum bagi

kreditur pada suatu perjanjian perdamaian

antara lain disebabkan baik oleh peraturan

Undang Undang Fidusia yang bemberikan

posisi lemah bagi kreditur seperti tidak

adanya ketegasan dalam eksekusi

menyangkut pelaksananaan eksekusi,

padahal objek jaminan fidusia menyangkut

benda bergerak yang perpindahannya

sangat cepat sehingga rawan terjadi

penggelapan. Selain itu sering dalam suatu

perjanjian jaminan fidusia tidak adanya

penegasan perlu adanya pengawasan oleh

penerima fidusia terhadap benda jaminan

fidusia yang dikuasai oleh debitur.

Saran – Saran

1. Sebaiknya perlu didiskusikan atau

diseminarkan tentang pembentukan lembaga

eksukusi terhadap perjanjian jaminan

fidusia, mengingat bahwa fidusia merupakan

lembaga jaminan atas benda bergerak yang

penguasaan fisiknya oleh pemberi fidusia.

Sehingga secara logika rawan untuk

berpindah tangan.

2. Perlu adanya penyadaran hukum dan

sosialisasi mengenai pelaksanaan fidusia,

sehingga kelemahan-kelemahan yang

terdapat dalam Undang Undang Fidusia

dapat diminimalisasi dalam perjanjian

fidusia. Misalnya dengan pembentukan

kesepakatan pengawasan terhadap objek

fidusia

DAFTAR PUSTAKA Jhony Ibrahim & Metode Penelitian Hukum

Normatif, Bayu Media Publishing

malang, 2006, Hlm 57.

Duma Barurung, Asas Kebebasan Berkontrak

Dan Perlindungan Konsumen Pada

Perjanjian Kredit, makalah pada dialog

Sehari PP-INI dengan Perbanas, Jakarta,

tanggal 29 Mei 2002.

JCT.Simorangkir dan Woerjarno Sastrapranoto,

Pelajaran Hukum Indonesia, Gunung

Agung.

Satrio, Hukum Perikatan, Perikatan Yang Lahir

Dari Perjanjian Buku I, Citra aditya

Bakti, Bandung, 1995.

Sidharta, Hukum Perlindungan Konsumen

Indonesia, Grasindo, Jakarta, 2000.

Subekti, R., Apek-Aspek Hukum Perikatan

Nasional, Alumni, Bandung, 1976.

_______, Hukum Perjanjian, Citra Aditya

Bakti, Bandung, 1979.

_______, Pembinaan Hukum Nasional, Alumni

Bandung, 1981.

_______, Pokok-Pokok Hukum Perdata,

Intermasa, Jakarta, 1984.

_______, Aneka Perjanjian, Citra aditya Bakti,

Bandung, 1989.

Subekti dan Tjitrosudibio, Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata, Cetakan

Kehidupan Lima, Pradnya Paramita,

Jakarta, 1992.

Page 20: KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA … · 1 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2013 KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA TULIS ARTIKEL ILMIAH Asrofi

ISSN 2442-5699

20 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2014

Setiawan. R., Pokok-Pokok Hukum Perikatan,

Binacipta, Badung, 1994.

Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum

Bisnis, Alumni, Bandung, 1994

Satrio, J., HukumPerikatan, Perikatan Ynag

Lahir Dari Perjanjian, Buku I, Citra

Aditya Bakti, Bandung, 1995.

Sri Gambir Melati Hatta, Beli Sewa Sebagai

Perjanjian Tak Bernama : Pandangan

Masyarakat Dan Sikap Mahkamah

Agung, Alumni, Bandung, 1999, hlm.

144

Man Suparman dan Endang, Hukum Asuransi

Pertanggungan Usaha Perasurasian,

Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999

Page 21: KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA … · 1 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2013 KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA TULIS ARTIKEL ILMIAH Asrofi

ISSN 2442-5699

21 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2014

TANGGUNG JAWAB BADAN PERTANAHAN NASIONAL

TERHADAP SERTIFIKAT YANG DIBATALKAN OLEH

PERADILAN TATA USAHA NEGARA

Bambang Eko Muljono*)

*)Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Lamongan

ABSTRAK

Sertifikat adalah surat tanda bukti hak yang terdiri dari salinan buku tanah dan surat

ukur, di beri sampul, dijilid menjadi satu, yang bentuknya ditetapkan oleh Menteri Negara

Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional. Sebagai tanda bukti hak, sertifikat berlaku

sebagai alat pembuktian yang kuat.

Permasalahan tanah yang sering terjadi ada kaitannya dengan legalitas atau bukti

kepemilikan sebut saja sertipikat. Badan Pertanahan Nasional merupakan badan yang

bertanggung jawab dan diberi wewenang untuk menerbitkan dan membatalkan sertipikat.

Banyak putusan pengadilan khususnya Pengadilan Tata Usaha Negara yang dengan jelas

memutuskan pembatalan sertipikat, namun pelaksanaannya belum dilaksanakan. Untuk itu

dengan dilatar belakangi permasalahan ini maka penulis tergerak untuk menulis skripsi yang

berjudul : ―Tanggung Jawab Badan Pertanahan Nasional Terhadap Sertipikat Yang

Dibatalkan Peradilan Tata Usaha Negara‖.

Bedasarkan uraian-uraian dalam pembahasan dari bab ke bab, makadapat ditarik

kesimpulan bahwa, Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional No 3 tahun 2011 tentang

pembatalan sertifikat pada Pasal 2 ayat (2) Peraturan Kepala Badan Pertanahan Naisonal

Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan

Kasus Pertanahan , Pasal 73 ayat (1) Pemutusan hubungan hukum atau pembatalan hak atas

tanah atau pembatalan data pemeliharaan data pendaftaran tanah dilaksanakan oleh Kepala

Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, Pasal 58 ayat (1) tentang Kepala Badan

Pertanahan Nasional Republik Indonesia menerbitkan keputusan, peralihan dan/atau

pembatalan hak atas tanah untuk melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh

kekuatan hukum tetap , Pasal 75 tentang Kakanwil dalam menerbitkan keputusan

pembatalan sebagaimana dimaksud dalam pasal 74 atas nama Kepala Badan Pertanahan

Nasional Republik Indonesia.

PENDAHULUAN

Negara Indonesia kaya akan sumber daya

alamnya, salah satunya adalah tanah. Dalam

hukum tanah, pengertian tanah telah diberi

batasan sebagaimana yang diatur dalam Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan

Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembar Negara

Republik Indonesia Tahun 1960, Nomor 104)

yang selanjutnya disebut Undang-Undang Pokok

Agraria. Menurut Pasal 4 ayat (1) Undang-

Undang Pokok Agraria yang berbunyi , ―Atas

dasar hak menguasai dari negara....adanya

macam-macam hak atas permukaan bumi yang

disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan

dipunyai oleh orang-orang....‖, berarti dalam hal

ini yang dimaksud dengan tanah adalah

permukaan bumi. Tanah merupakan sumber daya

alam yang dikuasai oleh negara, yang perlu

dijaga kelestariannya dan dimanfaat-kan untuk

sebesar-besar kemakmuran rakyat, baik bagi

generasi sekarang maupun bagi generasi yang

akan datang. Tanah yang disebut dengan

permukaan bumi ini dapat digunakan dan

dimanfaatkan oleh orang-orang yaitu dengan

pemberian hak-hak yang telah diatur dalam

Undang-Undang yang disebut dengan hak atas

tanah. Hak atas tanah adalah hak atas sebagian

tertentu permukaan bumi, yang berbatas,

berdimensi dua dengan ukuran panjang dan lebar

Jadi dengan demikian bahwa, hak-hak atas tanah

Page 22: KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA … · 1 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2013 KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA TULIS ARTIKEL ILMIAH Asrofi

ISSN 2442-5699

22 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2014

yang diberikan kepada orang-orang harus sesuai

dengan aturan yang berlaku, mengingat tanah

merupakan kekayaan alam yang harus dikuasai

oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat.

Sertipikat hak atas tanah pada umumnya

merupakan tanda bukti kepemilikan hak atas

tanah sebagaimana yang diatur dalam ketentuan

Pasal 1 angka 20 Peraturan Pemerintah Nomor 24

Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah

menentukan ―Sertipikat adalah surat tanda bukti

hak sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 19

ayat (2) huruf c UUPA untuk hak atas tanah, hak

pengelolaan, tanah wakaf, hak milik atas satuan

rumah susun dan hak tanggungan masing-masing

sudah dibukukan dalam buku tanah yang

bersangkutan‖. Dengan melihat pengertian

sertipikat tersebut, maka dapat diketahui bahwa

Sertipikat hak atas tanah akan memberikan

kepastian hukum bagi pemegang hak atas tanah

tersebut yang berkenaan jenis hak atas tanah,

subyek hak dan obyek hak. Terdapat berbagai

jenis hak atas tanah, sebagaimana yang diatur

dalam Undang-Undang Pokok Agraria, salah

satunya yaitu hak milik. Dengan demikian

sertipikat hak milik atas tanah merupakan surat

tanda bukti hak atas tanah yang berlaku sebagai

alat pembuktian yang kuat. Namun walaupun

sertipikat hak milik atas tanah merupakan tanda

bukti hak atas tanah, namun hal tersebut belum

dapat memberikan kepastian hukum bagi

pemegang haknya. Oleh karena itu bagi pihak

yang merasa memiliki tanah yang telah

diterbitkan sertipikat hak milik atas tanah dapat

mengugugat di pengadilan.

Gugatan terhadap terbit-nya Sertipikat hak

milik atas tanah, selain disebabkan karena

sertipikat merupakan alat bukti kepemilikan hak

atas tanah, sertipikat juga merupakan salah satu

Keputusan Tata Usaha Negara yang bersifat

penetapan (beschiking). Oleh karena itu maka

sertipikat hak atas tanah juga merupakan suatu

keputusan pemerintahan yang bersifat konkret

dan individual, yang merupakan pengakuan hak

atas tanah bagi pemegang hak tersebut.

Selain itu gugatan atas terbitnya sertipikat

hak milik atas tanah disebabkan karena sistem

pendaftaran tanah yang dianut di Indonesia,

adalah sistem publikasi negatif. Sistem publikasi

negatif dapat diartikan bahwa kebenaran data

fisik dan data yuridis yang tercantum didalam

sertipikat harus diterima sepanjang tidak ada alat

bukti lain yang membuktikan sebaliknya, dengan

kata lain bahwa Sertipikat bukan merupakan alat

bukti yang bersifat mutlak. Pendaftaran tanah

dalam sistem publikasi negatif, negara tidak

menjamin kepastian dan kebenaran data yang

disajikan dalam sertipikat, hal inilah yang

menimbulkan peluang bagi pihak lain yang

keberatan atas terbitnya sertipikat hak atas yaitu

sertipikat hak milik atas tanah suatu bidang tanah

tertentu menggugat pihak yang namanya

tercantum dalam sertipikat tersebut, atau

menggugat pejabat yang berwenang menerbitkan

atau mengeluarkan Sertipikat hak milik atas

tanah tersebut. Oleh karena itu apabila suatu

Sertipikat Hak Milik atas tanah terdapat adanya

cacat hukum administrasi atau terdapat putusan

pengadilan yang telah memperoleh kekuatan

hukum tetap/inkracht, maka per-masalahan hak

milik atas tanah dapat diselesaikan oleh

pemerintah (dalam hal ini Badan Pertanahan

Nasional) dengan melakukan pengkajian dan

penanganan kasus pertanahan tersebut.

Pengkajian dan penanga-nan kasus

pertanahan adalah bertujuan untuk memberikan

kepastian hukum kepada para pihak yang

bersengketa, sebagaimana yang diatur dalam

Pasal 2 ayat (2) Peraturan Kepala Badan

Pertanahan Naisonal Republik Indonesia Nomor

3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Pengkajian

dan Penanganan Kasus Pertanahan, yang

menetapkan ―Pengelolaan Pengkajian dan

Penanganan Kasus Pertanahan bertujuan untuk

memberikan kepastian hukum akan penguasaan,

pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah di

Indonesia‖.

Dalam hal penyelesaian kasus pertanahan

terhadap putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap maupun

adanya suatu cacat yuridis dalam penerbitan

suatu Sertipkat Hak Milik Atas Tanah, maka

terhadap sertipikat hak milik atas tanah tersebut

dapat dilakukan suatu tindakan hukum

pemerintah dalam hal ini pejabat yang berwenang

untuk melakukan pembatalan.

Kewenangan untuk me-lakukan pembatalan

terhadap sertipikat hak atas tanah termasuk juga

pembatalan sertipikat hak milik atas tanah adalah

berada pada Kepala Badan Pertanahan Nasional

Page 23: KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA … · 1 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2013 KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA TULIS ARTIKEL ILMIAH Asrofi

ISSN 2442-5699

23 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2014

Republik Indonesia, sebagaimana yang diatur

dalam ketentuan Pasal 73 ayat (1) Peraturan

Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik

Indonesia Nomor 3 Tahun 2011, yang

menetapkan ―Pemutusan hubungan hukum atau

pembatalan hak atas tanah atau pembatalan data

pemeliharaan data pendaftaran tanah

dilaksanakan oleh Kepala BPN RI‖. Selain itu

dalam ketentuan Pasal 58 ayat (1) menetapkan “

Kepala BPN RI menerbitkan keputusan,

peralihan dan/atau pembatalan hak atas tanah

untuk melaksanakan putusan pengadilan yang

telah memperoleh kekuatan hukum tetap”.

Dengan kewenangan yang dimiliki oleh

Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik

Indonesia untuk menerbitkan Keputusan

Pembatalan Hak atas tanah termasuk juga

pembatalan sertipikat hak milik atas tanah,

maka akan menimbulkan tanggungjawab

terhadap penerbitan Keputusan tersebut.

Selanjutnya kewenangan untuk menerbitkan

Keputusan Pembatalan Hak Atas Tanah dapat

dilimpahkan kepada Kepala Kantor Wilayah

Badan Pertanahan Nasional, sebagaimana yang

diatur dalam Pasal 58 ayat (2) yang

menetapkan ―Penerbitan keputusan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

didelegasikan kepada Deputi atau Kakanwil‖.

Selanjutnya pelimpahan kewenangan dalam

pembatalan hak atas tanah dapat dilihat dalam

Pasal 74 menetapkan:

―Kakanwil mempunyai kewenangan untuk

membatalkan:

a. Keputusan Pemberian Hak atas tanah yang

dikeluarkan oleh Kakan yang terdapat cacat

hukum administrasi dalam penerbitannya;

b. Keputusan pemberian hak atas tanah yang

kewenangan pemberiannya dilimpahkan

kepada Kakan dan Kanwil untuk

melaksnaakan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap;

c. Hak milik atas satuan Rumah Susun untuk

melaksanakan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap; dan

d. pendaftaran hak atas tanah asal

penegasan/pengakuan hak yang terdapat cacat

hukum administrasi dalam penerbitannya

dan/atau untuk melaksanakan putusan

pengadilan yang telah memperoleh kekuatan

hukum tetap‖.

Namun dalam ketentuan Pasal 75

Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional

Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2011,

menetapkan ―Kakanwil dalam menerbitkan

keputusan pembatalan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 74 atas nama Kepala Badan

Pertanahan Nasional Republik Indonesia‖. Dari

ketentuan Pasal 58 ayat (2) tersebut bermakna

bahwa adanya pelimpahan ke-wenangan secara

delegasi dari Kepala Badan Pertanahan

Nasional Republik Indonesia kepada Kepala

Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional

dalam hal penerbitan Keputusan Pembatalan,

tetapi apabila dilihat dalam ketentuan Pasal 75

terlihat bahwa ―Kepala Badan Pertanahan

Nasional Republik Indonesia melimpahkan

kewenangan kepada Kepala Kantor Wilayah

Badan Pertanahan Nasional dalam bentuk

mandat”, karena Kepala Kantor Wilayah Badan

Pertanahan Nasional bertindak atas nama Kepala

Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia.

Berarti dalam hal ini telah terjadi inkonsistensi

rumusan norma dalam Peraturan Nomor 3 Tahun

2011, sehingga terlihat adanya

ketidakharmonisan dalam Peraturan Kepala

Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia

Nomor 3 Tahun 2011 tersebut, terutama dalam

hal tanggungjawab apabila terjadi gugatan

terhadap diterbitkannya Keputusan Pembatalan

sertipikat hak milik atas tanah. Ketidak-

harmonisan suatu norma menyebabkan terjadinya

konflik norma. Konflik norma secara luas dapat

dilihat dari pendapat Lars Lindahl yang

menyatakan: ―in a wide, norms are in conflict

when they do not “get on well” together‖. (secara

luas, norma disebut sebagai konflik ketika

mereka tidak dapat ―harmonis‖ bersama-sama).

METODE PENELITIAN

Penelitian merupakan suatu sarana

atau upaya pencarian untuk mengembang-kan

ilmu pengetahuan dan teknologi dengan cara

menemukan, dan mengemuka-kan suatu

kebenaran dengan melakukan suatu analisa.

Menurut Peter mahmud Marzuki, ―penelitian

hukum adalah suatu proses untuk menemukan

aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun

doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu

hukum yang dihadapi. Menurut Morris L. Cohen

dan Kent C. Dalam ilmu hukum teradapat dua

Page 24: KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA … · 1 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2013 KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA TULIS ARTIKEL ILMIAH Asrofi

ISSN 2442-5699

24 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2014

jenis penelitian hukum yaitu penelitian hukum

normatif dan penelitian hukum sosiologis atau

empiris. Penelitian hukum Normatif disebut juga

sebagai penelitian hukum doktrinal dan juga

disebut penelitian hukum perpustakaan.

Penelitian mengenai tanggungjawab Kepala

Kantor Wiayah Badan Pertanahan Nasional yang

digunakan adalah penelitian hukum normatif,

dalam hal ini penelitian terhadap sinkronisasi dari

Pasal-Pasal dalam Peraturan Kepala Badan

Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor

3 Tahun 2011 khususnya tentang pembatalan

sertipikat hak milik atas tanah.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pengertian pendaftaran tanah Dalam pasal

1 angka 20 PP 24/1997 yang dimaksud sertipikat

adalah:

―surat tanda bukti hak sebagaimana dimaksud

dalam pasal 19 ayat (22) huruf c UUPA untuk

hak atas tanah, hak pengelolaan, tanah wakaf,

hak milik atas satuan rumah susun dan hak

tanggungan yang masing-masing sudah di

bukukan dalam buku tanah yang bersangkutan.‖

Pasal 32 PP 24/1997 disebutkan bahwa:

―(1) Sertifikat merupakan tanda bukti yang

berlaku, apabila data fisik dan data yuridis

tersebut sesuai dengan data yang ada

dalam surat ukur dan buku tanah hak yang

bersangkutan‖.

―(2) Dalam hal ada suatu bidang tanah sudah

diterbitkan sertifikat secara sah atas nama

orang atau badan hukum yang memperoleh

tanah tersebut dengan itikad baik dan

secara nyata menguasainya, maka pihak

lain yang merasa mempunyai hak atas

tanah itu tidak dapat menuntut

pelaksanaaan atas hak tersebut apabila

dalam 5 tahun sejak diterbitkannya

sertifikat telah mengajukan keberatan

secara tertulis kepada pemegang hak

sertifikat dan kepala kantor pertanahan

yang bersangkutan ataupun tidak

mengajukan gugatan kepengadilan

melakukan penguasaan atau penerbitan

sertifikat tersebut. ―

Sedangkan dalam pasal 19 ayat (2) huruf c

UUPA disebutkan bahwa:

― pendaftaran tersebut dalam ayat 1 pasal ini

meliputi pemberian surat-surat tanda bukti

hak yang berlaku sebagai alat pembuktian

yang kuat. ―

Berdasarkan Peraturan Kepala Badan

Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor

3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Pengkajian

dan Penanganan Kasus Pertanahan, dalam rangka

penyelesaian kasus pertanahan dilakukan suatu

tindakan hukum dari Badan Pertanahan Nasional

berupa Pembatalan Sertipikat Hak Atas Tanah

termasuk juga Pembatalan Sertipikat Hak Milik

Atas Tanah. Pembatalan Sertipikat Hak Atas

Tanah merupakan suatu bentuk penyelesain

sengketa hak atas tanah yang disebabkan karena

Sertipikat Hak Atas Tanah yang merupakan

Suatu Keputusan (beshickking) menimbulkan

kerugian pihak tertentu.

Bentuk-bentuk pembatalan sertipikat hak

atas tanah

1. Sertifikat cacat hukum

2. Sertifikat palsu

3. Sertifikat asli tapi palsu

4. Sertifikat ganda

Ada 3 (tiga) tata cara pembatalan hak atas tanah,

yaitu:

1. Pembatalan hak atas tanah karena cacat

hukum administrasi yang diterbitkan karena

permohonan.

2. Pembatalan hak atas tanah karena cacat

hukum administrasi yang diterbitkan tanpa

ada permohonan.

3. Pembatalan hak atas tanah karena

melaksanakan putusan pengadilan yang

berkekuatan hukum tetap.

Sertipikat hak atas tanah yang cacat hukum

administrasi, yang telah dialihkan kepada pihak

lain, proses penyelesaiannya sebagai berikut:

a. pencatatan dalam Buku Tanah dan Daftar

Umum lainnya bahwa sertipikatnya terdapat

cacat hukum administrasi sesuai dengan hasil

Risalah Pengolahan Data;

b. pencatatan dalam Buku Tanah bahwa

sertipikat yang terdapat cacat hukum

administrasi tidak dapat dialihkan lagi selama

belum dilakukan pembetulan atas cacat

hukum administrasi yang ditemukan;

c. dilakukan Gelar Istimewa untuk menentukan

dapat tidaknya pembatalan sertipikat yang

terdapat cacat hukum administrasi dengan

putusan:

1) tindakan pembatalan sertipikat tanpa

Page 25: KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA … · 1 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2013 KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA TULIS ARTIKEL ILMIAH Asrofi

ISSN 2442-5699

25 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2014

menunggu putusan pengadilan;

2) tindakan pembatalan sertipikat

dilaksanakan setelah terdapat putusan

pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.

Dalam hal terdapat gugatan ke pengadilan

dengan keputusan pengadilan yang menguatkan

adanya cacat hukum administrasi, BPN RI tidak

melakukan upaya banding atau kasasi dan

langsung melaksanakan putusan pengadilan

berupa pembatalan sertipikat yang cacat hukum

administrasi.‖

Pembatalan Sertipikat Hak Milik Atas

Tanah yang didasarkan putusan pengadilan

adalah putusan pengadilan yang telah mempunyai

kekuatan hukum tetap. Putusan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap mempunyai

makna bahwa terhadap suatu putusan pengadilan

telah tidak ada upaya hukum lagi atau upaya

hukum masih tersedia, namun para pihak yang

berperkara tidak menggunakan upaya hukum

tersebut dan telah lewat tenggang waktu

sebagaimana yang ditentukan oleh Undang-

Undang.

Terdapatnya putusan Pengadilan yang

menyebabkan batalnya suatu suatu Sertipikat Hak

Milik Atas Tanah, tidak serta merta Sertipikat

Hak Milik tersebut menjadi batal, melainkan

pembatalan tersebut harus dilakukan oleh instansi

pemerintah yang memiliki wewennag untuk

melakukan pembatalan terhadap Sertipikat Hak

Atas Tanah dan harus didasarkan atas

permohonan dari pihak yang berkepentingan. Hal

ini dapat dilihat dari Putusan Mahkamah Agung

Nomor 350 K/Sip/1968 tanggal 3 Mei 1969 dan

Putusan Mahkamah Agung Nomor 716

K/Sip/1973 tanggal 5 September 1973.

Peraturan Kepala Badan Pertanahan

Nasional Republik Indonesia Nomor 3 Tahun

2011 merupakaan peraturan yang diterbitkan atas

dasar kekuasaan regulasi yang materi muatannya

bersifat pengaturan. Kekuasaan regulasi

merupakan kekuasaan mengatur yang diberikan

kepada pemerintah untuk melaksanakan

kekuasaan legislatif atau dengan kata lain untuk

menjalankan segala sesuatu hal pokok yang

dituangkan dalam kekuasaan legislasi.

Dibentuknya suatu peraturan regulasi bertujuan

untuk melaksanakan kekuasaan legislasi atau

untuk menjalankan segala sesuatu hal pokok

yang dituangkan dalam kekuasaan legislasi,

sehingga Peraturan Kepala Badan Pertanahan

Nasional Republik Indonesia Nomor 3 Tahun

2011 merupakan peraturan regulasi yang

dikeluarkan oleh adanya suatu delegasi

wewenang atau delegated legislation.

Jadi dalam hal dilakukan pembatalan

Sertipikat Hak Milik Atas Tanah baik karena

cacat hukum administrasi maupun sebagai

pelaksanaan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap diterbitkan

suatu Keputusan sebagai bentuk dari tindakan

hukum dari pejabat yang diberikan wewenang

untuk menerbitkan Keputusan pembatalan hak

milik atas tanah. Terkait dengan wewenang

dalam melakukan Pembatalan Sertipikat Hak

Atas Tanah termasuk Sertipikat Hak milik Atas

tanah dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 73 ayat

(1) Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional

Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2011, yang

menetapkan bahwa:

―Pemutusan hubungan hukum atau

pembatalan hak atas tanah atau pembatalan data

pemeliharaan data pendaftaran tanah

dilaksanakan oleh Kepala Badan Pertanahan

Republik Indonesia‖.

Penggunaan wewenang harus berdasarkan

peraturan Perundang-Undangan (asas

wetmatigheid);

1. Larangan menyalahgunakan wewenang;

2. Larangan bertindak sewenang-wenang;

3. Wajib bertindak sesuai dengan norma-norma

kepatutan;

4. Wajib memberikan ganti rugi atas

kerugian yang ditimbulkan oleh

tindakan yang dilakukan.

Peraturan kebijakan dibentuk karena

adanya kewenangan diskresioner atau Freies

ermessen administrasi negara yang mengandung

dan aspek pokok yaitu: pertama, kebebasan

menafsirkan mengenai ruang lingkup wewenang

yang dirumuskan dalam peraturan dasar

wewenangnya, kedua, kebebasan untuk

menentukan sendiri dengan cara bagaimana dan

kapan wewenang yang dimiliki administrasi

negara dilaksanakan. Oleh karena itu wewenang

freis Ermessen ini dilakukan dalam hal-hal

sebagai berikut: Belum ada Peraturan Perundang-

Undangan yang mengatur tentang penyelesaian

secara kongkrit terhadap suatu masalah tertentu,

sedangkan masalah tersebut menuntut

Page 26: KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA … · 1 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2013 KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA TULIS ARTIKEL ILMIAH Asrofi

ISSN 2442-5699

26 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2014

penyelesaian segera.

1. Peraturan Perundang-Undangan yang

menjadi dasar bertindak aparat pemerintah

memberikan kebebasan sepenuhnya untuk

bertindak.

2. Adanya delegasi wewenang dari Perundang-

Undangan, maksudnya aparat pemerintah

diberi kekuasaan untuk mengatur, meninjau

dan menentukan tindakan sendiri atas

tanggungjawabnya sendiri.

3. Tindakan dilakukan dalam hal-hal tertentu

yang mengharuskan untuk bertindak.

Berdasarkan ketentuan Pasal 58 ayat (2)

dan pasal 73 ayat (2) tersebut, kata ―dapat

mendelegasikan‖ dan ―dapat dilimpahkan‖

mengandung makna bahwa Kepala Badan

Pertanahan Nasional sebagai penerima delegasi

kewenangan dari Presiden (delegataris)

melimpahkan lebih lanjut sebagian

kewenangannya kepada Kepala Kantor Wilayah

Badan Pertanahan Nasional, karena Peraturan

dasar yang menjadi dasar penerbitan Keputusan

Pembatalan Sertipikat Hak Atas Tanah

memberikan kewenangan kepada Kepala

Badan Pertanahan Nasional untuk

mendelegasikan sebagian wewenangnya tersebut.

Sebagaimana pendapat dari Mr. H. Mustamin

Daeng Matutu. Al kajangi, dkk yang menyatakan

bahwa:

Jelaslah setiap organisasi, bukan saja

pucuk pimpinan yang boleh mengalihkan

sebagian wewenangnya kepada bawahan-

bawahan langsungnya, tetapi bawahan-bawahan

itu dapat pula mengalihkan sebagian wewenang

yang diperolehnya melalui pengalihan dari atasan

langsungnya kepada bawahan langsungnya juga.

Dengan kata lain, bukan saja ―delegation‖ tetapi

juga ―subdelegation‖ boleh saja dilakukan dalam

setiap organisasi asalkan tidak mendelegasikan

keseluruhan wewenangnya secara total.

Berkaitan dengan tanggungjawab

pribadi tidak dikenal asas ―Superior

Respondeat‖ (atasan ber-tanggungjawab atas

perbuatan bawahan). Jadi tanggungjawab aparat

pemerintah dalam melaksakan tugasnya maupun

dalam memberikan pelayanan publik apabila

terjadi suatu maladministrasi, maka yang

bertanggungjawab adalah aparat pemerintah

sendiri secara pribadi, dalam hal ini

tanggungjawab yang ditimbulkan tidak melihat

sumber wewenang yang diperoleh dari aparat

pemerintah. Sehingga konsekuensi yang

ditimbulkan atas tanggungjawab pribadi atas

tindakan pemerintah berkaitan dengan tanggung

jawab administrasi, tanggungjawab pidana dan

tanggung gugat perdata, karena tanggungjawab

pribadi seorang pejabat atau organ pemerintah

berhubungan dengan adanya maladministrasi.

Selanjutnya dalam tanggungjawab

jabatan organ atau pejabat pemerintah berkaitan

dengan legalitas atau keabsahan tindakan

pemerintah. Ruang Lingkup legalitas tindak

pemerintahan meliputi: wewenang, prosedur,

substansi. Wewenang yang dimaksudkan dalam

hal ini adalah bahwa tindak pemerintah harus

didasarkan pada kewenangan yang sah, dimana

sumber wewenang pemerintah diperoleh melalui

tiga sumber yaitu, atribusi, delegasi dan mandat.

Selanjutnya dalam hal prosedur dikenal tiga asas

umum yang menjadi tumpuan utama prosedur

dalam hukum administrasi yaitu asas negara

hukum, asas demokrasi dan asas instrumental.

Asas negara hukum dapat memberikan

perlindungan hak, asas demokrasi dapa

memberikan keterbukaan informasi, dan asas

instrumental yang dimaksud adalah dapat

berdaya guna bagi masyarakat. Dan Substansi

yang dimaksud yaitu bahwa tindakan pemerintah

dibatasi secara substansial yaitu harus didasari

pada tujuan tertentu yang telah ditetapkan oleh

Peraturan yang menjadi dasanya. Atau dengan

kata lain, aspek substasial menyangkut ―apa dan

―untuk apa‖, cacat substansial menyangkut

―apa‖ merupakan tindakan sewenang-wenang;

cacat substansial menyangkut ―untuk apa‖

merupakan tindakan penyalahgunaan wewenang.

Tanggung jawab jabatan merupakan

tanggungjawab yang timbul dalam kaitannya

dengan tindakan atau perbuatan hukum

pemerintah, dimana tanggungjawab ini

didasarkan pada adanya asas legalitas.

Selanjutnya tanggungjawab jabatan dapat dilihat

dalam legalitas tindakan pejabat harus sesuai

dengan prosedur tertentu, yang dimaksudkan

dengan prosedur yaitu bahwa tindakan

pemerintah harus bertumpu pada asas negara

hukum, asas demokrasi dan asas instrumental.

Dan terhadap legalitas substansi tindakan pejabat

menyebabkan bahwa setiap tindakan pejabat

Page 27: KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA … · 1 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2013 KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA TULIS ARTIKEL ILMIAH Asrofi

ISSN 2442-5699

27 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2014

harus sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan,

apabila legalitas substansial ini tidak dipenuhi

dalam artian bahwa tindakan pejabat yang

didasari suatu wewenang tidak sesuai dengan

tujuan, sehingga menyebabkan terjadi suatu

penyalahgunaan wewenang. Menurut Praktek

―Conseil d’Etat‖ di Perancis, tindakan yang

demikian disebut dengan ―deteurnement de

pouvoir‖.

PENUTUP

1. Faktor-faktor penyebab terjadinya pembatalan

sertifikat Sertipikat Hak Atas Tanah yang

merupakan Suatu Keputusan (beshickking)

menimbulkan kerugian pihak tertentu, dimana

pembatalan Sertipikat hak Atas tanah

termasuk Sertipikat Hak milik Atas tanah

bertujuan untuk memutuskan, menghentikan

atau menghapus hubungan hukum antara

subyek hak atas tanah dengan obyek hak atas

tanah.

2. Kewenangan Kepala Kantor Wilayah Badan

Pertanahan Nasional dalam menerbitkan

Keputusan Pembatalan Hak Milik Atas Tanah

adalah kewenangan yang diperoleh secara

subdelegasi. Hal ini dapat dilihat dari

beberapa pertimbangan, yaitu:

- Kepala Badan Pertanahan Nasional

memperoleh kewenangan delegasi dari

presiden (delegataris) membentuk

Peraturan Kepala Badan Pertanahan

Nasional Republik Indonesia Nomor 3

Tahun 2011 sebagai peraturan dasar dalam

penerbitan Keputusan Pembatalan

Sertipikat Hak Atas Tanah, dimana dalam

rumusan Pasal 58 ayat (2) yang

menetapkan “....dapat didelegasikan

kepada Deputi atau Kakanwil”,

mengandung makna Peraturan Kepala

Badan Pertanahan Nasional Republik

Indonesia Nomor 3 Tahun 2011 sebagai

peraturan dasar untuk menerbitkan

Keputusan Pembatalan Sertipikat Hak Atas

tanah termasuk juga Sertipikat Hak Milik

Atas Tanah menentukan bahwa Kepala

Badan Pertanahan Nasional yang

berkedudukan sebagai delegataris dapat

mendelegasikan lebih lanjut wewenangnya

untuk menerbitkan Keputusan Pembatalan

Sertipikat Hak Milik Atas Tanah kepada

Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan

Nasional.

DAFTAR PUSTAKA

LITERATUR

Dwi Purnama Julianti, 2009, ―Analisis Yuridis

Pembatalan Hak Atas Tanah di Kantor

Pertanahan Kota Medan‖, Sekolah Pascasarjana

Univeistas Sumatera Utara, Medan,, diakses 8

Agustus 2012.

Sriyanti Achmad, 2008, ―Pembatalan dan

Peneribitan Sertipikat Hak Atas Tanah Pengganti

(Studi Kasus Pembatalan Sertipikat Putusan MA

987 K/ PDT/ 2004)‖, Program Pascasarjana

Universitas Diponogoro, Semarang, , 8 Agustus

2012.

Titut Rosawati, 2010, ―Analisis Pembatalan

Sertipikat Hak Milik Atas Oleh Badan

Pertanahan Nasional sebagai Pelaksanaan

Eksekusi Putusan Pengadilan (Studi Kasus

Putusan Mahkamah Agung RI Nomor

2096.K/Pdt/1987 tanggal 28 Desember 1987 dan

Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional

Nomor 4-X.C-2005 tanggal 14 Juli 2005)‖,

Program Kenotariatan Universitas Indonesia,

Depok, , 9 Agustus 2012.

Yulia Darini Triatusi, ―Analisis Yuridis

Pembatalan Keputusan pemberian hak atas tanah

dan/ atau sertipikat hak atas tanah berdasarkan

Putusan Pengadilan‖ , 9 Agustus

BUKU

Harsono, Boedi, Hukum Agraria Indonesia (

Sejarah Pembentukan Undang-undang Pokok

Agraria, Isi dan Pelaksanaaannya ), Edisi Revisi

2005

Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional No

3 Tahun 2011 ( Pengkajian dan Penanganan

Kasus Pertanahan ).

UNDANG-UNDANG

Undang-undang No. 5 Tahun 1960 Tentang

Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

(UUPA ).

Undang-undang No. 5 Tahun 1986 Tentang

Peradilan Tata Usaha Negara

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang

Peradilan Tata Usaha Negara (Lembar

Negara Republik Indonesia Tahun 1986,

Page 28: KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA … · 1 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2013 KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA TULIS ARTIKEL ILMIAH Asrofi

ISSN 2442-5699

28 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2014

Nomor 77) jis .

Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 Tentang

Perubahan atas Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha

Negara (Lembar Negara Republik Indonesia

Tahun 2004, Nomor 35) jis .

Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang

Perubahan Kedua Atas Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata

Usaha Negara (Lembar Negara Republik

Indonesia Tahun 2009, Nomor 160).

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997

tentang Pendaftaran.

Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006

tentang Badan Pertanahan Nasional.

Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional

Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2011

tentang Pengelolaan Pengkajian dan

Penanganan Kasus Pertanahan.

INTERNET

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5

464/1/09E01888.pdf

http://eprints.undip.ac.id/18339/1/SRIYANTI_A

CHMAD.pdf

http://www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/13107

3-T%2027401-Analisis%20pembatalan-HA.pdf

ttp://etd.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_de

tail&sub=

PenelitianDetail&act=view&typ=html&buku_id=

38810&obyek_id=4

CATATAN KAKI

1 Boedi Harsono; 2008, Hukum Agraria

Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-

Undang Pokok Agraria, Isi dan

Pelaksanaannya, Djambatan:Jakarta, hal. 18

2 W. Riawan Tjandra, 2008, Hukum

Administrasi Negara, Universitas Atma Jaya

Yogyakarta: Yogyakarta, hal. 107

3 Ali Achmad Chomzah, Hukum Pertanahan

Seri Hukum Pertanahan I-Pemberian Hak

Atas Tanah Negara dan Seri Hukum

Pertanahan II-Sertifikat dan Permasalahanya

(Jakarta, Prestasi Pustaka, 2002 ), hal 122.

4 Philipus M. Hadjon, et.al, Op.cit, h. 20-21

5 Adrian Sutedi (1), Op. cit, h. 12

6 Indroharto, Usaha Memahami Undang-

Undang Tentang Peradilan Tata Usaha Negara

Buku II, ( Jakarta : Pustaka Sinar

Harapan, 1996), hal.

7 Philipus M. Hadjon, Op.cit, h. 15

8 Lukman Hakim, Op. cit, h. 45

9 Titiek Sri Djatmiati, Op. cit, h. 89

10 Lukman Hakim, Op.cit, h. 46

11 Jimly Asshiddiqie dan M. Ali Safa’at, 2006,

Teori Hans Kelsen Tentang Hukum,

Sekretariat Jendral dan Kepaniteraan

Mahkamah Konstitusi RI, Jakarta, h. 6

12 Titiek Sri Djatmiati, Op. cit, h. 94

.

Page 29: KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA … · 1 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2013 KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA TULIS ARTIKEL ILMIAH Asrofi

ISSN 2442-5699

29 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2014

FUNGSI DAN PERANAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT (LPM) DALAM PEMBANGUNAN DI DESA DI

KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2015

Abid Mukhtarom *)

ABSTRAK Lembaga PembedayaanMasyarakat (LPM)adalahLembaga Kemasyarakatan yang

tumbuhdari,oleh,danuntukmasyarakat,merupakanwahanapartisipasidan aspirasi masyarakat dalam

perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan yang bertumpupadamasyarakat,yang

bertujuanuntukMeningkatnyakesadaran masyarakatdalamkehidupanberbangsadan bernegara

didalamwadahnegara Kesatuan RepublikIndonesia berdasarkan Pancasila danUUD 1945,Sedangkan

fungsi dan perananLembaga PembedayaanMasyarakat (LPM) sebagaimitra kerja Pemerintahanadalah

Penanamandanpemupukanrasapersatuandankesatuan masyarakatdesa/kelurahan. Pengkoordinasian

perencanaan pembangunan.Dalam hal ini, di setiap penyusunan rencana pembangunan desa

diperlukannya sinergisitas atau kerjasama yang baik antara Lembaga Pemberdayaan Masyarakat

(LPM) dengan kepala desa, dengan demikian diharapkan rancangan pembangunan yang dihasilkan

dapat sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki oleh desa tersebut yang pada akhirnya

bermuara pada meningkatnya tingkat kesejahteraan masyarakat desa itu sendiri.

Jenis penelitian yang diambil oleh peneliti adalah termasuk jenis penelitian deskriptif dengan

menggunakan metode analisis kualitatif.LokasiPenelitianAdalah L PMKecamatan Kedungpring: Desa

Sidomlangean, Desa Tlanak; Kecamatan Sugio: Desa Jubellor, Desa Gondanglor; Kecamatan

Sukodadi: Desa Sukodadi; Kecamatan Lamongan: Desa Tanjung, Desa Made; Kecamatan

Karangbinangun: Desa karangbinangun, Desa Mayong ;Kecamatan Kembangbahu: Desa Pelang,

Kecamatan Mantup, Desa Kedungsoko, Desa Sukosari; Kecamatan Deket: Desa Tukkerto; Kecamatan

Sambeng: Desa Ardirejo; Kecamatan Babat: Desa

Kebonagung.Adapunteknikpengumpulandatayangdilakukan adalah Studi literatur,

Studilapangan.Analisisdatayangdigunakandalampenelitianiniadalahtermasuk analisis kualitatif yaitu

dengan mendeskripsikan serta menjelaskan data yang telah diperoleh dan selanjutnya dijabarkan

dalam bentuk penjelasan yang sebenarnya yaitu; Pengumpulandata, Reduksidata, Penyajiandata dan

PenarikanKesimpulanatauVerifikasi.

Dalam merealisasikan tujuan pembangunan, maka segenap potensi alam harus digali,

dikembangkan, dan dimanfaatkan sebaik-baiknya.Begitu pula dengan Potensi manusia berupa

penduduk yang banyak jumlahnya harus ditingkatkan pengetahuan dan keterampilannya sehingga,

mampu menggali, mengembangkan dan memanfaatkan potensi alam secara maksimal, dan

pelaksanaan program pembangunan tercapai.Adanya Tingkat partisipasi masyarakat dalam

memberikan dukungan dan keberhasilandalammemberdayakan masyarakat yang tinggi guna

meningkatkan pembangunan.

Kata kunci : fungsi dan peran LPM, pembangunan

PENDAHULUAN

Masyarakatmerupakan sekumpulan orang

yang mendiamidaerah tertentu. Manusia memiliki

naluri untuk selalu bersama dan berkumpul

dengan sesamanya.Dalamperkembangannya

muncul berbagai kelompok sosial yang lahir dan

terbentuk lembaga-lembaga.Lembaga

kemasyarakatan itu berperan penting dalam

proses kehidupan suatukelompok sosial.Lembaga

kemasyarakatan merupakan suatu sistem norma

khususyang menata suatu rangkaian tindakan

yangberpola guna memenuhikebutuhan manusia

dalamkehidupan bersama, dimana lembaga

kemasyarakatanharusmempunyaisistemnormayan

g mengaturtindakanyang terpolakanserta

tindakannya

bertujuanuntukmemenuhikebutuhanmanusia.

Page 30: KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA … · 1 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2013 KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA TULIS ARTIKEL ILMIAH Asrofi

ISSN 2442-5699

30 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2014

Berdasarkan Undang-undang No 6 pasal

23 Tahun 2014 dijelaskan bahwa pemerintah

daerah diberi wewenang untuk mengatur dan

mengurus sendiri urusan rumah tangganya,

dengan kata lain bahwa pemerintah daerah

mempunyai wewenang untuk mengurus urusan

pemerintahannya sendiri dan kepentingan

masyarakat setmpat menurut prakarsa sendiri

berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pelaksanaan Otonomi Daerah merupakan

sebagian dari cita-cita reformasi untuk

mewujudkan pemerintahan yang berorientasi

kepada politik desentralisasi. Pada dasarnya

otonomi daerah bertujuan untuk mewujudkan

kasejahteraan masyarakat dengan memperhatikan

aspirasi dan kebutuhan masyarakat secara baik,

diharapkan melalui aspirasi dan partisipasi

masyarakat dalam perencanaan sampai dengan

pengawasan akan lebih mudah mengembangkan

sumber daya lokal secara optimal demi

mendukung terwujud-nya welfare state melalui

otonomi daerah.

Desa berdasarkan Undang-Undang

nomer 6 pasal 22 Tahun 2014 adalah Penugasan

dari Pemerintah dan/atau PemerintahDaerah

kepada Desa meliputi

penyelenggaraanPemerintahan Desa, pelaksanaan

Pembangunan Desa,pembinaan kemasyarakatan

Desa, dan pemberdayaanmasyarakat Desa

Lembaga PembedayaanMasyarakat

(LPM)adalahLembaga Kemasyarakatan yang

tumbuhdari,oleh,danuntukmasyarakat,merupakan

wahanapartisipasidan aspirasi masyarakat dalam

perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian

pembangunan yang

bertumpupadamasyarakat,yang

bertujuanuntukMeningkatnyakesadaran

masyarakatdalamkehidupanberbangsadan

bernegara didalamwadahnegara Kesatuan

RepublikIndonesia berdasarkan Pancasila

danUUD 1945,Meningkatnya partisipasi

masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan,

dan pengendali pembangunan, Meningkatnya

kemampuan masyarakat sebagai Sumber Daya

Manusia (SDM) untukmengolah

danmemanfaatkan potensi Sumber Daya Alam

(SDA)terutamadalambidang

AgrobisnisdanPariwisata,Meningkatnyaekonomi

kerakyatan dalam upayapengentasan kemiskinan.

Sedangkan fungsi dan perananLembaga

PembedayaanMasyarakat (LPM) sebagaimitra

kerja Pemerintahanadalah

Penanamandanpemupukanrasapersatuandankesat

uan masyarakatdesa/kelurahan.

Pengkoordinasian perencanaan

pembangunan.Sebagai wadah partisipasi

masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan

pengendalian pembangunan.Menggaliserta

memanfaatkan potensidanmenggerakkanswadaya

gotong royong

masyarakatuntukpembangunan,sebagaimediakom

unikasiantara

masyarakatdenganpemerintahdanantar

masyarakatitusendiri,memberdayakandan

menggerakkanpotensipemudadalampembanguna

n,mendorong mendirikandan memberdayakan

peranan wanita dalam mewujudkan

kesejahteraan keluarga,

membangunkerjasamaantarlembagayangada

dimasyarakat dalamrangka meningkatkan

pembangunan ekonomikerakyatan

untukmeningkatkantarafhidup masyarakat.

Dalam hal ini, di setiap penyusunan

rencana pembangunan desa diperlukannya

sinergisitas atau kerjasama yang baik antara

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM)

dengan kepala desa, dengan demikian diharapkan

rancangan pembangunan yang dihasilkan dapat

sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan yang

dimiliki oleh desa tersebut yang pada akhirnya

bermuara pada meningkatnya tingkat

kesejahteraan masyarakat desa itu sendiri.

Terkaitdenganhaltersebutmakapenelititert

arikuntukmeneliti tentang Fungsidan

PeranLembagaPemberdayaan Masyarakat(LPM)

dalamPembangunan Di Desa Di Kabupaten

Lamongan Tahun 2015.

METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian yang diambil oleh

peneliti adalah termasuk jenis penelitian

deskriptif dengan menggunakan metode analisis

kualitatif.LokasiPenelitianAdalah

L PM Kecamatan Kedungpring: Desa

Sidomlangean, Desa Tlanak; Kecamatan Sugio:

Desa Jubellor, Desa Gondanglor; Kecamatan

Sukodadi: Desa Sukodadi; Kecamatan

Lamongan: Desa Tanjung, Desa Made;

Kecamatan Karangbinangun: Desa

karangbinangun, Desa Mayong ;Kecamatan

Page 31: KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA … · 1 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2013 KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA TULIS ARTIKEL ILMIAH Asrofi

ISSN 2442-5699

31 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2014

Kembangbahu: Desa Pelang, Kecamatan Mantup,

Desa Kedungsoko, Desa Sukosari; Kecamatan

Deket: Desa Tukkerto; Kecamatan Sambeng:

Desa Ardirejo; Kecamatan Babat: Desa

Kebonagung.Adapunteknikpengumpulandatayan

gdilakukan adalah Studi literatur, Studilapangan.

Analisisdatayangdigunakandalampenelitianiniada

lahtermasuk analisis kualitatif yaitu dengan

mendeskripsikan serta menjelaskan data yang

telah diperoleh dan selanjutnya dijabarkan dalam

bentuk penjelasan yang sebenarnya yaitu;

Pengumpulandata, Reduksidata, Penyajiandata

dan PenarikanKesimpulanatauVerifikasi

HASIL DAN PEMBAHASAN PEMBAHASAN

Kedudukan DanWewenang Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat (LPM)

DalamPembangunan di desa dalam

SistemPemerintahan Desa.

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat

yang selanjutnya disingkat LPM adalah wadah

yang dibentuk atas prakarsa masyarakat sebagai

mitra Pemerintah LPM Kecamatan

Kedungpring: Desa Sidomlangean, Desa Tlanak;

Kecamatan Sugio: Desa Jubellor, Desa

Gondanglor; Kecamatan Sukodadi: Desa

Sukodadi; Kecamatan Lamongan: Desa Tanjung,

Desa Made; Kecamatan Karangbinangun: Desa

karangbinangun, Desa Mayong ;Kecamatan

Kembangbahu: Desa Pelang, Kecamatan Mantup,

Desa Kedungsoko, Desa Sukosari; Kecamatan

Deket: Desa Tukkerto; Kecamatan Sambeng:

Desa Ardirejo; Kecamatan Babat: Desa

Kebonagung dan Kelurahan dalam

menampung dan mewujudkan aspirasi dan

kebutuhan masyarakat dibidang

pembangunan. Kedudukan Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat (LPM) merupakan

Lembaga Kemasyarakatan yang bersifat lokal

dan secara organisasi berdiri sendiri dan

berkedudukan di desa.

LPM Kecamatan Kedungpring: Desa

Sidomlangean, Desa Tlanak; Kecamatan Sugio:

Desa Jubellor, Desa Gondanglor; Kecamatan

Sukodadi: Desa Sukodadi; Kecamatan

Lamongan: Desa Tanjung, Desa Made;

Kecamatan Karangbinangun: Desa

karangbinangun, Desa Mayong ;Kecamatan

Kembangbahu: Desa Pelang, Kecamatan Mantup,

Desa Kedungsoko, Desa Sukosari; Kecamatan

Deket: Desa Tukkerto; Kecamatan Sambeng:

Desa Ardirejo; Kecamatan Babat: Desa

Kebonagung membentuk Lembaga

Kemasyarakatan yang namanya Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat disingkat LPM. LPM

yang dibentuk meneruskan yang sudah dibentuk

sebelumnya dan melakukan penyesuaian dari

yang sudah ada sesuai dengan kebutuhan dan

sosial budaya masyarakat DesaLPM Kecamatan

Kedungpring: Desa Sidomlangean, Desa Tlanak;

Kecamatan Sugio: Desa Jubellor, Desa

Gondanglor; Kecamatan Sukodadi: Desa

Sukodadi; Kecamatan Lamongan: Desa Tanjung,

Desa Made; Kecamatan Karangbinangun: Desa

karangbinangun, Desa Mayong ;Kecamatan

Kembangbahu: Desa Pelang, Kecamatan Mantup,

Desa Kedungsoko, Desa Sukosari; Kecamatan

Deket: Desa Tukkerto; Kecamatan Sambeng:

Desa Ardirejo; Kecamatan Babat: Desa

Kebonagung. LPM mempunyai tugas membantu

Kepala LPM Kecamatan Kedungpring: Desa

Sidomlangean, Desa Tlanak; Kecamatan Sugio:

Desa Jubellor, Desa Gondanglor; Kecamatan

Sukodadi: Desa Sukodadi; Kecamatan

Lamongan: Desa Tanjung, Desa Made;

Kecamatan Karangbinangun: Desa

karangbinangun, Desa Mayong ;Kecamatan

Kembangbahu: Desa Pelang, Kecamatan Mantup,

Desa Kedungsoko, Desa Sukosari; Kecamatan

Deket: Desa Tukkerto; Kecamatan Sambeng:

Desa Ardirejo; Kecamatan Babat: Desa

Kebonagung. dalam: Merencanakan

pembangunan berdasarkan

musyawarah, Menggerakan dan meningkatkan

partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan

pembangunan, Menumbuhkan kembangkan

kondisi dinamis masyarakat dalam

meningkatkan ketahanan di Kecamatan

Kedungpring: Desa Sidomlangean, Desa Tlanak;

Kecamatan Sugio: Desa Jubellor, Desa

Gondanglor; Kecamatan Sukodadi: Desa

Sukodadi; Kecamatan Lamongan: Desa Tanjung,

Desa Made; Kecamatan Karangbinangun: Desa

karangbinangun, Desa Mayong ;Kecamatan

Kembangbahu: Desa Pelang, Kecamatan Mantup,

Desa Kedungsoko, Desa Sukosari; Kecamatan

Deket: Desa Tukkerto; Kecamatan Sambeng:

Desa Ardirejo; Kecamatan Babat: Desa

Kebonagung..

Page 32: KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA … · 1 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2013 KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA TULIS ARTIKEL ILMIAH Asrofi

ISSN 2442-5699

32 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2014

Wewenang Lembaga Pemberdayaan

Masyarakat (LPM) DalamPembangunan

DiDesaDalamSistemPemerintahanDesa adalah

(1) Merencanakan pembangunan berdasarkan

musyawarah,(2) Mengerakan dan menigkatkan

partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan

pembagunan,(3) Menumbuh kembangkan kondisi

dinamis masyarakat dan menigkatkan ketahanan

di Kecamatan Kedungpring: Desa Sidomlangean,

Desa Tlanak; Kecamatan Sugio: Desa Jubellor,

Desa Gondanglor; Kecamatan Sukodadi: Desa

Sukodadi; Kecamatan Lamongan: Desa Tanjung,

Desa Made; Kecamatan Karangbinangun: Desa

karangbinangun, Desa Mayong ;Kecamatan

Kembangbahu: Desa Pelang, Kecamatan Mantup,

Desa Kedungsoko, Desa Sukosari; Kecamatan

Deket: Desa Tukkerto; Kecamatan Sambeng:

Desa Ardirejo; Kecamatan Babat: Desa

Kebonagung.

Dalam merencanakan pembangunan

berdasarkan musyawarah di LPM Desa

Kebonagung Kecamatan Babat, LPM Kelurahan

Sidokumpul Kecamatan Kedungpring: Desa

Sidomlangean, Desa Tlanak; Kecamatan Sugio:

Desa Jubellor, Desa Gondanglor; Kecamatan

Sukodadi: Desa Sukodadi; Kecamatan

Lamongan: Desa Tanjung, Desa Made;

Kecamatan Karangbinangun: Desa

karangbinangun, Desa Mayong ;Kecamatan

Kembangbahu: Desa Pelang, Kecamatan Mantup,

Desa Kedungsoko, Desa Sukosari; Kecamatan

Deket: Desa Tukkerto; Kecamatan Sambeng:

Desa Ardirejo; Kecamatan Babat: Desa

Kebonagung, dibutuhkan adanya aspirasi dan

dukungan dari masyarakat dalam hal ini seluruh

warga dan perangkat desa agar pelaksanaan

pembangunan dapat terlaksana dengan baik. Hal-

hal yang dapat dilakukan agar aspirasi dan

dukungan dari masyarakat dapat berjalan adalah

Pertama dengan memberikan informasi yang

jelas kepada masyarakat tentang kondisi nyata

dari pembangunan desa. Yang kedua bersikap

Jujur dan menghindari dari praktek KKN, hal ini

berguna untuk memberikan rasa percaya dan

aman dengan kondisi Kecamatan Kedungpring:

Desa Sidomlangean, Desa Tlanak; Kecamatan

Sugio: Desa Jubellor, Desa Gondanglor;

Kecamatan Sukodadi: Desa Sukodadi;

Kecamatan Lamongan: Desa Tanjung, Desa

Made; Kecamatan Karangbinangun: Desa

karangbinangun, Desa Mayong ;Kecamatan

Kembangbahu: Desa Pelang, Kecamatan Mantup,

Desa Kedungsoko, Desa Sukosari; Kecamatan

Deket: Desa Tukkerto; Kecamatan Sambeng:

Desa Ardirejo; Kecamatan Babat: Desa

Kebonagung.Yang ketiga adanya perencanaan

yang baik, sistimatis dan berkelanjutan.

Mengerakan dan menigkatkan partisipasi

masyarakat dalam pelaksanaan pembagunan

adalah cara dimana memberikan motifasi dan

dorongan kepada masyarakat Kecamatan

Kedungpring: Desa Sidomlangean, Desa Tlanak;

Kecamatan Sugio: Desa Jubellor, Desa

Gondanglor; Kecamatan Sukodadi: Desa

Sukodadi; Kecamatan Lamongan: Desa Tanjung,

Desa Made; Kecamatan Karangbinangun: Desa

karangbinangun, Desa Mayong ;Kecamatan

Kembangbahu: Desa Pelang, Kecamatan Mantup,

Desa Kedungsoko, Desa Sukosari; Kecamatan

Deket: Desa Tukkerto; Kecamatan Sambeng:

Desa Ardirejo; Kecamatan Babat: Desa

Kebonagung, untuk berpartisipasi dalam proses

pembangunan dan LPM disini sebagai wadahnya.

Dengan dukungan aparatur desa dan warga LPM

Kecamatan Kedungpring: Desa Sidomlangean,

Desa Tlanak; Kecamatan Sugio: Desa Jubellor,

Desa Gondanglor; Kecamatan Sukodadi: Desa

Sukodadi; Kecamatan Lamongan: Desa Tanjung,

Desa Made; Kecamatan Karangbinangun: Desa

karangbinangun, Desa Mayong ;Kecamatan

Kembangbahu: Desa Pelang, Kecamatan Mantup,

Desa Kedungsoko, Desa Sukosari; Kecamatan

Deket: Desa Tukkerto; Kecamatan Sambeng:

Desa Ardirejo; Kecamatan Babat: Desa

Kebonagung adalah harga mutlak dari

pembangunan di desa Gondangjero.

Menumbuh kembangkan kondisi dinamis

masyarakat dan menigkatkan ketahanan di LPM

Kecamatan Kedungpring: Desa Sidomlangean,

Desa Tlanak; Kecamatan Sugio: Desa Jubellor,

Desa Gondanglor; Kecamatan Sukodadi: Desa

Sukodadi; Kecamatan Lamongan: Desa Tanjung,

Desa Made; Kecamatan Karangbinangun: Desa

karangbinangun, Desa Mayong ;Kecamatan

Kembangbahu: Desa Pelang, Kecamatan Mantup,

Desa Kedungsoko, Desa Sukosari; Kecamatan

Deket: Desa Tukkerto; Kecamatan Sambeng:

Desa Ardirejo; Kecamatan Babat: Desa

Kebonagung dengan adanya pembangunan yang

Page 33: KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA … · 1 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2013 KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA TULIS ARTIKEL ILMIAH Asrofi

ISSN 2442-5699

33 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2014

sistemstis dan berkelanjutan,juga adanya

dukungan dari masyarakat Kecamatan

Kedungpring: Desa Sidomlangean, Desa Tlanak;

Kecamatan Sugio: Desa Jubellor, Desa

Gondanglor; Kecamatan Sukodadi: Desa

Sukodadi; Kecamatan Lamongan: Desa Tanjung,

Desa Made; Kecamatan Karangbinangun: Desa

karangbinangun, Desa Mayong ;Kecamatan

Kembangbahu: Desa Pelang, Kecamatan Mantup,

Desa Kedungsoko, Desa Sukosari; Kecamatan

Deket: Desa Tukkerto; Kecamatan Sambeng:

Desa Ardirejo; Kecamatan Babat: Desa

Kebonagung.kondisi dinamis pasti akan dapat

terlaksana. Hal ini dapat memberikan ketahanan

di desa sehingga masyarakat menjadi

berkembang.

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat(LPM)

dalam menjalankan fungsi dan perannya

dalam Pembangunan di Desa. Untuk menjalankan fungsi dan Perannya

dalam pembangunan LPM Kecamatan

Kedungpring: Desa Sidomlangean, Desa Tlanak;

Kecamatan Sugio: Desa Jubellor, Desa

Gondanglor; Kecamatan Sukodadi: Desa

Sukodadi; Kecamatan Lamongan: Desa

Tanjung, Desa Made; Kecamatan

Karangbinangun: Desa karangbinangun, Desa

Mayong ;Kecamatan Kembangbahu: Desa

Pelang, Kecamatan Mantup, Desa Kedungsoko,

Desa Sukosari; Kecamatan Deket: Desa

Tukkerto; Kecamatan Sambeng: Desa Ardirejo;

Kecamatan Babat: Desa Kebonagung, harus

sesuai dengan peraturan desa dan kelurahan

yang sudah dibuat. Namun ada beberapa fungsi

yang baik untuk dijalakan guna menigkatkan

pembangunan LPM Kecamatan Kedungpring:

Desa Sidomlangean, Desa Tlanak; Kecamatan

Sugio: Desa Jubellor, Desa Gondanglor;

Kecamatan Sukodadi: Desa Sukodadi;

Kecamatan Lamongan: Desa Tanjung, Desa

Made; Kecamatan Karangbinangun: Desa

karangbinangun, Desa Mayong ;Kecamatan

Kembangbahu: Desa Pelang, Kecamatan

Mantup, Desa Kedungsoko, Desa Sukosari;

Kecamatan Deket: Desa Tukkerto; Kecamatan

Sambeng: Desa Ardirejo; Kecamatan Babat:

Desa Kebonagung, yaitu (1) Sebagai wadah

partisipasi masyarakat dalam merencanakan dan

melaksanakan pembangunan;(2) Menanamkan

pengertian dan kesadaran akan penghayatan

dan pengamalan Pancasila; (3) Menggali,

memanfaatkan, potensi dan menggerakan

swadaya gotong royong masyarakat untuk

membangun; (4) Sebagai sarana

komunikasi antara Pemerintah dan

masyarakat serta antar warga masyarakat itu

sendiri;(5)Meningkatkan pengetahuan dan

ketrampilan masyarakat; (6)Membina dan

menggerakkan potensi pemuda dalam

pembangunan; (7) Membina kerjasama

antar lembaga yang ada dalam

masyarakat untuk pembangunan;(8)

Pelaksanaan tugas-tugas lain dalam

rangka membantu Pemerintah Desa untuk

menciptakan ketahanan yang mapan.

Sebagai wadah partisipasi masyarakat

dalam merencanakan dan melaksanakan

pembangunan. Adanya wadah yang baik guna

menigkatkan pembangunan desa sehingga

aspirasi masyarakat dapat tersampaikan dengan

baik dan juga dukungan dari pemerintah desa

untuk menerima aspirasi masyarakat akan

mempermudah merencanakan dan melaksanakan

pembangunan di Kecamatan Kedungpring: Desa

Sidomlangean, Desa Tlanak; Kecamatan Sugio:

Desa Jubellor, Desa Gondanglor; Kecamatan

Sukodadi: Desa Sukodadi; Kecamatan

Lamongan: Desa Tanjung, Desa Made;

Kecamatan Karangbinangun: Desa

karangbinangun, Desa Mayong ;Kecamatan

Kembangbahu: Desa Pelang, Kecamatan

Mantup, Desa Kedungsoko, Desa Sukosari;

Kecamatan Deket: Desa Tukkerto; Kecamatan

Sambeng: Desa Ardirejo; Kecamatan Babat:

Desa Kebonagung.

Menanamkan pengertian dan kesadaran

akan penghayatan dan pengamalan Pancasila

adalah sebagai dasar Desa dalam pembangunan.

Adanya pembahaman yang baik dan

penghayatan Pancasila menjadikan

pembangunan mempunyai arah dan

tujuan.Karena desa tidak mungkin lepas dari

NKRI sebagai Negara kesatuan dan

pembangunan yang berkesinambungan.

Menggali, memanfaatkan, potensi dan

menggerakan swadaya gotong royong

masyarakat untuk membangun adalah

mengetahui potensi LPM Kecamatan

Page 34: KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA … · 1 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2013 KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA TULIS ARTIKEL ILMIAH Asrofi

ISSN 2442-5699

34 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2014

Kedungpring: Desa Sidomlangean, Desa Tlanak;

Kecamatan Sugio: Desa Jubellor, Desa

Gondanglor; Kecamatan Sukodadi: Desa

Sukodadi; Kecamatan Lamongan: Desa

Tanjung, Desa Made; Kecamatan

Karangbinangun: Desa karangbinangun, Desa

Mayong ;Kecamatan Kembangbahu: Desa

Pelang, Kecamatan Mantup, Desa Kedungsoko,

Desa Sukosari; Kecamatan Deket: Desa

Tukkerto; Kecamatan Sambeng: Desa Ardirejo;

Kecamatan Babat: Desa Kebonagung, hal ini

diharapkan terjadi karena masyarakat harus

memahami potensi yang ada. Masyakarat LPM

Kecamatan Kedungpring: Desa Sidomlangean,

Desa Tlanak; Kecamatan Sugio: Desa Jubellor,

Desa Gondanglor; Kecamatan Sukodadi: Desa

Sukodadi; Kecamatan Lamongan: Desa

Tanjung, Desa Made; Kecamatan

Karangbinangun: Desa karangbinangun, Desa

Mayong ;Kecamatan Kembangbahu: Desa

Pelang, Kecamatan Mantup, Desa Kedungsoko,

Desa Sukosari; Kecamatan Deket: Desa

Tukkerto; Kecamatan Sambeng: Desa Ardirejo;

Kecamatan Babat: Desa Kebonagung, sebagian

besar mata pencarihanya adalah Petani, Namun

tidak sertamerta mereka menjadi Petani,

masyarakat desa dapat meningkatkan

penghasilanya dengan adanya LPM yaitu

mengenali, memanfaatkan,potensi dan

mengerakan swadaya gotong-royong. Contohnya

petani dengan beternak ayam atau sapi.

Sebagai sarana komunikasi antara

Pemerintah dan masyarakat serta antar warga

masyarakat itu sendiri, adanya jembatan

penghubung antara pemerintah dan masyarakat

desa menjadikan tolak ukur keberhasilan dari

pembangunan Desa LPM Kecamatan

Kedungpring: Desa Sidomlangean, Desa Tlanak;

Kecamatan Sugio: Desa Jubellor, Desa

Gondanglor; Kecamatan Sukodadi: Desa

Sukodadi; Kecamatan Lamongan: Desa

Tanjung, Desa Made; Kecamatan

Karangbinangun: Desa karangbinangun, Desa

Mayong ;Kecamatan Kembangbahu: Desa

Pelang, Kecamatan Mantup, Desa Kedungsoko,

Desa Sukosari; Kecamatan Deket: Desa

Tukkerto; Kecamatan Sambeng: Desa Ardirejo;

Kecamatan Babat: Desa Kebonagung. Karena

tidak adanya kerjasama dari kedua belah pihak

maka sulit rasanya pembangunan akan dapat

terlaksana. LPM sebagai wadah atau perwakilan

dari rakyat di desa.

Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan

masyarakat adanya LPM di desa dapat menjadi

sarana pengetahuan dan meningkatkan

ketrampilan di masyarakat Desa LPM

Kecamatan Kedungpring: Desa Sidomlangean,

Desa Tlanak; Kecamatan Sugio: Desa Jubellor,

Desa Gondanglor; Kecamatan Sukodadi: Desa

Sukodadi; Kecamatan Lamongan: Desa

Tanjung, Desa Made; Kecamatan

Karangbinangun: Desa karangbinangun, Desa

Mayong ;Kecamatan Kembangbahu: Desa

Pelang, Kecamatan Mantup, Desa Kedungsoko,

Desa Sukosari; Kecamatan Deket: Desa

Tukkerto; Kecamatan Sambeng: Desa Ardirejo;

Kecamatan Babat: Desa Kebonagung.Hal ini

tidak lepas dari partisipasi dari pengurus LPM

sendiri. Jika Masyarakat LPM Kecamatan

Kedungpring: Desa Sidomlangean, Desa Tlanak;

Kecamatan Sugio: Desa Jubellor, Desa

Gondanglor; Kecamatan Sukodadi: Desa

Sukodadi; Kecamatan Lamongan: Desa

Tanjung, Desa Made; Kecamatan

Karangbinangun: Desa karangbinangun, Desa

Mayong ;Kecamatan Kembangbahu: Desa

Pelang, Kecamatan Mantup, Desa Kedungsoko,

Desa Sukosari; Kecamatan Deket: Desa

Tukkerto; Kecamatan Sambeng: Desa Ardirejo;

Kecamatan Babat: Desa Kebonagung., diikutkan

andil dalam pembangunan Desa. Namun akan

berlaku sebaliknya jika hanya orang tertentu

maka tidak mungkin pengetahuan dan

ketrampilan tersebut tidak dapat tersalurkan

dengan baik pada masyarakat Desa LPM

Kecamatan Kedungpring: Desa Sidomlangean,

Desa Tlanak; Kecamatan Sugio: Desa Jubellor,

Desa Gondanglor; Kecamatan Sukodadi: Desa

Sukodadi; Kecamatan Lamongan: Desa

Tanjung, Desa Made; Kecamatan

Karangbinangun: Desa karangbinangun, Desa

Mayong ;Kecamatan Kembangbahu: Desa

Pelang, Kecamatan Mantup, Desa Kedungsoko,

Desa Sukosari; Kecamatan Deket: Desa

Tukkerto; Kecamatan Sambeng: Desa Ardirejo;

Kecamatan Babat: Desa Kebonagung.

Membina dan menggerakkan potensi

pemuda dalam pembangunan yang harus

dilakukan LPM dan pemerintah Desa adalah

Page 35: KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA … · 1 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2013 KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA TULIS ARTIKEL ILMIAH Asrofi

ISSN 2442-5699

35 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2014

mengerakan potensi pemuda setempat sebagai

generasi yang akan datang. Karena dengan

pemuda LPM Kecamatan Kedungpring: Desa

Sidomlangean, Desa Tlanak; Kecamatan Sugio:

Desa Jubellor, Desa Gondanglor; Kecamatan

Sukodadi: Desa Sukodadi; Kecamatan

Lamongan: Desa Tanjung, Desa Made;

Kecamatan Karangbinangun: Desa

karangbinangun, Desa Mayong ;Kecamatan

Kembangbahu: Desa Pelang, Kecamatan

Mantup, Desa Kedungsoko, Desa Sukosari;

Kecamatan Deket: Desa Tukkerto; Kecamatan

Sambeng: Desa Ardirejo; Kecamatan Babat:

Desa Kebonagung yang ikut langsung dapat

menigkatkan pembangunan desa. Banyak

dukungan dan kesempatan yang diberikan dapat

membuat pemuda LPM Kecamatan

Kedungpring: Desa Sidomlangean, Desa Tlanak;

Kecamatan Sugio: Desa Jubellor, Desa

Gondanglor; Kecamatan Sukodadi: Desa

Sukodadi; Kecamatan Lamongan: Desa

Tanjung, Desa Made; Kecamatan

Karangbinangun: Desa karangbinangun, Desa

Mayong ;Kecamatan Kembangbahu: Desa

Pelang, Kecamatan Mantup, Desa Kedungsoko,

Desa Sukosari; Kecamatan Deket: Desa

Tukkerto; Kecamatan Sambeng: Desa Ardirejo;

Kecamatan Babat: Desa Kebonagung lebih

kreatif dan inovatif. Namun hal ini tidak boleh

lepas dari pengawasan dan motivasi pemerintah

Kecamatan Kedungpring: Desa Sidomlangean,

Desa Tlanak; Kecamatan Sugio: Desa Jubellor,

Desa Gondanglor; Kecamatan Sukodadi: Desa

Sukodadi; Kecamatan Lamongan: Desa

Tanjung, Desa Made; Kecamatan

Karangbinangun: Desa karangbinangun, Desa

Mayong ;Kecamatan Kembangbahu: Desa

Pelang, Kecamatan Mantup, Desa Kedungsoko,

Desa Sukosari; Kecamatan Deket: Desa

Tukkerto; Kecamatan Sambeng: Desa Ardirejo;

Kecamatan Babat: Desa Kebonagung.

Adanya Membina kerjasama antar

lembaga yang ada dalam masyarakat untuk

pembangunan dapat dilakukan dengan cara

kerjasama antar lembaga yang terkoordinasi dan

terkoordinir sesuai dengan visi dan Misi Desa

LPM Kecamatan Kedungpring: Desa

Sidomlangean, Desa Tlanak; Kecamatan Sugio:

Desa Jubellor, Desa Gondanglor; Kecamatan

Sukodadi: Desa Sukodadi; Kecamatan

Lamongan: Desa Tanjung, Desa Made;

Kecamatan Karangbinangun: Desa

karangbinangun, Desa Mayong ;Kecamatan

Kembangbahu: Desa Pelang, Kecamatan

Mantup, Desa Kedungsoko, Desa Sukosari;

Kecamatan Deket: Desa Tukkerto; Kecamatan

Sambeng: Desa Ardirejo; Kecamatan Babat:

Desa Kebonagung. Semakin banyak bantuan

antar lembaga yang terkoordinasi dengan baik

maka program pembangunan yang digalakan

LPM dan pemerintah LPM Kecamatan

Kedungpring: Desa Sidomlangean, Desa Tlanak;

Kecamatan Sugio: Desa Jubellor, Desa

Gondanglor; Kecamatan Sukodadi: Desa

Sukodadi; Kecamatan Lamongan: Desa

Tanjung, Desa Made; Kecamatan

Karangbinangun: Desa karangbinangun, Desa

Mayong ;Kecamatan Kembangbahu: Desa

Pelang, Kecamatan Mantup, Desa Kedungsoko,

Desa Sukosari; Kecamatan Deket: Desa

Tukkerto; Kecamatan Sambeng: Desa Ardirejo;

Kecamatan Babat: Desa Kebonagung maka

dapat terlaksana dengan baik.

Pelaksanaan tugas-tugas lain dalam

rangka membantu Pemerintah Desa untuk

menciptakan ketahanan yang mapan, dengan

cara memberikan penyuluhan dan pengetahuan

terbaru tentang perkembangan LPM dan

pemerintah LPM Kecamatan Kedungpring: Desa

Sidomlangean, Desa Tlanak; Kecamatan Sugio:

Desa Jubellor, Desa Gondanglor; Kecamatan

Sukodadi: Desa Sukodadi; Kecamatan

Lamongan: Desa Tanjung, Desa Made;

Kecamatan Karangbinangun: Desa

karangbinangun, Desa Mayong ;Kecamatan

Kembangbahu: Desa Pelang, Kecamatan

Mantup, Desa Kedungsoko, Desa Sukosari;

Kecamatan Deket: Desa Tukkerto; Kecamatan

Sambeng: Desa Ardirejo; Kecamatan Babat:

Desa Kebonagung, sehingga dapat memberikan

informasi dan kebijakan yang terbaru. Adanya

dukungan dari semua warga dan pemerintah

desa dapat menihkatkan ketahanan yang mapan.

Dan juga bisa dengan melakukan kebijakan-

kebijakan lain yang menunjang pembangunan

Kecamatan Kedungpring: Desa Sidomlangean,

Desa Tlanak; Kecamatan Sugio: Desa Jubellor,

Desa Gondanglor; Kecamatan Sukodadi: Desa

Sukodadi; Kecamatan Lamongan: Desa

Tanjung, Desa Made; Kecamatan

Page 36: KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA … · 1 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2013 KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA TULIS ARTIKEL ILMIAH Asrofi

ISSN 2442-5699

36 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2014

Karangbinangun: Desa karangbinangun, Desa

Mayong ;Kecamatan Kembangbahu: Desa

Pelang, Kecamatan Mantup, Desa Kedungsoko,

Desa Sukosari; Kecamatan Deket: Desa

Tukkerto; Kecamatan Sambeng: Desa Ardirejo;

Kecamatan Babat: Desa Kebonagung.

1. Kendala-kendala yangtimbul dalam

pelaksanaan fungsi dan peranannya

dalamrangkapemberdayaan masyarakat. Adapun Kendala-kendala yangtimbul dalam

pelaksanaan fungsi dan peranannya

dalamrangkapemberdayaan masyarakat dalam

penelitian ini yaitu

a. Tidak adanya Pelaksanaan sistem

manajeman yang baik

PJM setiap tahun terlaksana di

Kecamatan Kedungpring: Desa

Sidomlangean, Desa Tlanak; Kecamatan

Sugio: Desa Jubellor, Desa Gondanglor;

Kecamatan Sukodadi: Desa Sukodadi;

Kecamatan Lamongan: Desa Tanjung,

Desa Made; Kecamatan

Karangbinangun: Desa karangbinangun,

Desa Mayong ;Kecamatan

Kembangbahu: Desa Pelang, Kecamatan

Mantup, Desa Kedungsoko, Desa

Sukosari; Kecamatan Deket: Desa

Tukkerto; Kecamatan Sambeng: Desa

Ardirejo; Kecamatan Babat: Desa

Kebonagung. Namun dalam manajeman

yang dilaksanakan. Suatu organisasi

untuk dapat berkembang dan

mempertahankan eksistensinya

diperlukan kinerja yang baik dan

sungguh-sungguh baik dari pengurus

maupun dari anggota LPM itu sendiri.

Untuk menunjang hal tersebut di

perlukan upaya peningkatan

pengetahuan dan ketrampilan melalui

pemberian latihan dan bimbingan agar

LPM bisa memahami

kemampuanya/potesinya yang di

perlukan untuk berkembang, artinya

suatu penilaian kapasitas kemampuan

kinerja suatu organisasi yang dilakukan

secara bersama-sama oleh pengurus dan

anggota sangat diperlukan sebagai salah

satu cermin pribadi suatu

organisasi,yang hasilnya menjadi

pijakan untuk memperkuat dan

mengembangkan kemampuan dalam

usaha mencapai cita-citanya.

b. Kurang Adanya keterbukaan dalam

informasi.

Informasi menjadi hal yang berharga

dari suatu organisasi khususnya LPM

karena dengan informasi yang baik dan

penyampaian informasi yang sesuai

dengan kenyataan menjadikan sesuatu

yang berharga. Dengan informasi yang

baik dan benar maka kebijakan LPM

dapat dilaksanakan dengan baik pula,

sehingga tidak adanya permasalahan

didalam masyarakat Desa dalam proses

pembangunan. Adapun informasi yang

baik adalah sesuai,baik, dapat

dipahami,sumber dapat dipertangung

jawabkan dan nyata.

c. Adanya unsur politik sektoral dalam

kepengurusan/ Nepotisme Inilah yang

menjadi permasalahan banyak LPM

yang tidak independen dalam

kebijakanya karena ada unsur politik

sektoral dalam kepengurusan /

nepotisme, banyaknya kasus yang

terjadi pengurus LPM sama dengan

pengurus Desa. Karena kasusnya

pengurus LPM yang memihak dalam

pemilihan Kepala desa. Dan lain

sebagainnya. Namun hal ini tidak serta

merta menjadi hal buruk dalam

pemerintahan desa atau LPM karena jika

dijalakan sesuai dengan kepentingan

masyarakat Desa maka akan berjalan

sangat baik.

d. ―LPM di desa yang kami teliti

kelihatannya masih belum maksimal

menjalankan perannya di dalam

menyalurkan aspirasi masyarakat desa

dalam pembangunan desa.Para

anggota/pengurus LPM jarang berdialog

dengan masyarakat sehingga aspirasi

masyarakat tidak dapat mereka ketahui‖

(Informan : warga masyarakat Desa

Kalipang, Kebonagung, Adirejo Dan

Sidokumpul).

e. Hasil penelitian terbuka dengan para

informan juga mengungkapkan bahwa

Page 37: KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA … · 1 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2013 KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA TULIS ARTIKEL ILMIAH Asrofi

ISSN 2442-5699

37 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2014

LPM yang ada di desa-desa di wilayah

10 kecamatan di kabupaten lamongan

sudah berfungsi di dalam penyusunan

rencana pembangunan desa namun

belum optimal. Berikut pernyataan

beberapa informan yang sempat

dipenelitiani. “Setiap rencana

pembangunan desa secara partisipatif

disusun dalam suatu forum/rapat yang

diadakan untuk hal tersebut yang

dilaksanakan oleh LPM dan melibatkan

semua unsur terkait baik pemerintah

desa, pengurus BPD, tokoh masyarakat,

dan warga desa yang dianggap perlu

dilibatkan. Namun harus diakui bahwa

fungsi ini belum optimal dapat

dilaksanakan oleh LPM karena berbegai

kendala seperti keterbatasan SDM dan

minimnya dana operasional kegiatan‖

(Informan : Ketua LPM Desa Sugio,

Kebonagung, Adirejo Dan Sidokumpul).

2. Tingkat partisipasi masyarakat dalam

memberikan dukungandan

keberhasilandalammemberdayakan

masyarakat Dalam merealisasikan tujuan

pembangunan, maka segenap potensi alam

harus digali, dikembangkan, dan

dimanfaatkan sebaik-baiknya.Begitu pula

dengan Potensi manusia berupa penduduk

yang banyak jumlahnya harus ditingkatkan

pengetahuan dan keterampilannya sehingga,

mampu menggali, mengembangkan dan

memanfaatkan potensi alam secara maksimal,

dan pelaksanaan program pembangunan

tercapai.Adanya Tingkat partisipasi

masyarakat dalam memberikan dukungan

dan keberhasilandalammemberdayakan

masyarakat yang tinggi guna meningkatkan

pembangunan.

Berbagai rencana dan program-program

pembangunan sebagai wujud pelaksanaan

pemerintahan telah dibuat dan

diimplementasikan di daerah kecamatan,baik

yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat

melalui Instansi-instansi.

Vertikal di daerah,maupun pemerintah

itu sendiri.Salah satu program pemerintah

yaitu pembangunan yang dilaksanakan oleh

masyarakat secara swadaya, atau oleh

lembaga-lembaga non-pemerintah lainnya

yang memiliki program-program

pembangunan berupa pemberdayaan

masyarakat.

Dalam mewujudkan tujuan program

pembangunan pada setiap lembaga

dibutuhkan suatu pola manajerial dalam

pengelolaan pembangunan, pola manajerial

tersebut dimaksudkan agar hasil

pembangunan dan program-program

pemerintahan lainnya dapat dirasakan dan

dinikmati manfaatnya oleh masyarakat.Salah

satu hal yang dibutuhkan adalah kesadaran

dan partisipasi aktif dari seluruh masyarakat

dalam menunjang suksesnya pelaksanaan

program pembangunan.Selain itu juga

diperlukan kebijaksanaan pemerintah untuk

mengarahkan serta membimbing masyarakat

untuk bersama-sama melaksanakan program

pembangunan.

Partisipasi masyarakat merupakan modal

utama dalam upaya mencapai sasaran

program pemerintah diseluruh wilayah

Republik Indonesia.Keberhasilan dalam

pencapaian sasaran pelaksanaan program

pembangunan bukan semata-mata didasarkan

pada kemampuan aparatur pemerintah, tetapi

juga berkaitan dengan upaya mewujudkan

kemampuan dan keamanan masyarakat untuk

berpartisipasi dalam pelaksanaan program

pembangunan. Adanya partisipasi msyarakat

akan mampu mengimbangi keterbatan

Biaya dan kemampuan pemerintah dalam

pencapaian pelaksanaan program

pembangunan tersebut.

Berdasarkan hal di atas, berbagai hal

diusahakan oleh LPM yaitu : penyediaan

bantuan yang menunjang kegiatan

masyarakat, perumusan kebijakan yang dapat

memberikan kesempatan kepada masyarakat

untuk turut serta dalam program pelaksanaan

pembangunan. Pemberian kreatifitas, dan

motivasi bagi tumbuhnya partisipasi

masyarakat dalam pelaksanaan program

pembangunan.

Page 38: KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA … · 1 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2013 KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA TULIS ARTIKEL ILMIAH Asrofi

ISSN 2442-5699

38 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2014

Dalam realitasnya, tidak semua anggota

masyarakat ikut berpartisipasi, dengan

berbagai macam alasan.Hal ini disadari karena

adanya beberapa factor yang

mempengaruhi.Disini diperlukan upaya untuk

meyakinkan masyarakat tentang partisipasi

dalam pembangunan, yaitu adanya

komunikasi antara pemerintah desa dengan

masyarakat atau sebaliknya. Keadaan seperti

ini akan merubah sikap serta tindakan

masyarakat yang selanjutnya menjadi

dukungan untuk berpartisipasi.

Hal ini menunjukkan betapa besar peran

pemerintah dalam meningkatkan partisipasi

masyarakat demi tercapainya pelaksanaan

program pembangunan maksimal.

Sebagai sarana partisipasi masyarakat di

desa telah di bentuk lembaga-lembaga seperti

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM)

dan Lembaga Pemberdayaan kesejahteraan

Masyarakat (LPKM). Melalui lembaga ini

masyarakat di harapkan dapat membantu

mempercepat atau mengefektifkan

pembangunan di Kecamatan dan

Pembangunan Nasional pada Umumnya.

Peningkatan partisipasi masyarakat

dalam pembangunan, selain perhatian di

harapkan pada aspek keadilan dan pemerataan

pembangunan serta hasil-hasil hendaknya

pembangunan juga berorientasi pada

kepentingan masyarakat yang betul-betul

sesuai dengan apa yang di butuhkan dan

dirasakan oleh mereka. Demikian pula halnya

dengan pembangunan di Desa LPM PJM

setiap tahun terlaksana di Kecamatan

Kedungpring: Desa Sidomlangean, Desa

Tlanak; Kecamatan Sugio: Desa Jubellor,

Desa Gondanglor; Kecamatan Sukodadi: Desa

Sukodadi; Kecamatan Lamongan: Desa

Tanjung, Desa Made; Kecamatan

Karangbinangun: Desa karangbinangun, Desa

Mayong ;Kecamatan Kembangbahu: Desa

Pelang, Kecamatan Mantup, Desa

Kedungsoko, Desa Sukosari; Kecamatan

Deket: Desa Tukkerto; Kecamatan Sambeng:

Desa Ardirejo; Kecamatan Babat: Desa

Kebonagung. Namun dalam manajeman yang

dilaksanakan, nampaknya dari tahun ke tahun

mengalami peningkatan terutama

pembangunan sarana-sarana umum seperti

jalan raya, jembatan, pos kamling, sarana

ibadah, sarana pendidikan dan sebagainya.

Keseluruhan dari empat pembahasan

yang berasal dari hasil penelitian yang

dikemukakan di atas memberikan gambaran

bahwa pelaksanaan fungsi LPM dalam

pembangunan desa pada 10 kecamatan lokasi

sampel ternyata dari lima fungsi pokok LPM

yang diteliti ternyata hanya empat fungsi yang

pelaksanaannya sudah cukup efektif namun

juga belum maksimal yaitu fungsi menyusun

rencana pembangunan desa, fungsi

melaksanakan rencana/program pembangunan

desa, fungsi menggerakkan partisipasi, fungsi

swadaya masyarakat dalam pembangunan

desa dan fungsi menampung aspirasi

masyarakat. Tetapi untuk fungsi

menyalurkanaspirasi masyarakat sudah

dapatdilaksanakan namun masih

kurangefektif. Hasil penelitian ini

secarakeseluruhan dapat

memberikangambaran tentang

efektivitaspelaksanaan peran dan fungsi LPM

dalampembangunan desa di Kecamatan

Kedungpring: Desa Sidomlangean, Desa

Tlanak; Kecamatan Sugio: Desa Jubellor,

Desa Gondanglor; Kecamatan Sukodadi: Desa

Sukodadi; Kecamatan Lamongan: Desa

Tanjung, Desa Made; Kecamatan

Karangbinangun: Desa karangbinangun, Desa

Mayong ;Kecamatan Kembangbahu: Desa

Pelang, Kecamatan Mantup, Desa

Kedungsoko, Desa Sukosari; Kecamatan

Deket: Desa Tukkerto; Kecamatan Sambeng:

Desa Ardirejo; Kecamatan Babat: Desa

Kebonagungpada umumnya.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan uraian dan pembahasan atas masalah

yang telah dikemukakan sebelumnya, maka

penulis memberikan kesimpulan sebagai berikut:

a. Wewenang Lembaga Pemberdayaan

Masyarakat (LPM) DalamPembangunan

DiDesaDalamSistemPemerintahanDesa

Page 39: KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA … · 1 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2013 KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA TULIS ARTIKEL ILMIAH Asrofi

ISSN 2442-5699

39 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2014

adalah (1) Merencanakan pembangunan

berdasarkan musyawarah,(2) Mengerakan

dan menigkatkan partisipasi masyarakat

dalam pelaksanaan pembagunan,(3)

Menumbuh kembangkan kondisi dinamis

masyarakat dan menigkatkan ketahanan di

Kecamatan Kedungpring: Desa

Sidomlangean, Desa Tlanak; Kecamatan

Sugio: Desa Jubellor, Desa Gondanglor;

Kecamatan Sukodadi: Desa Sukodadi;

Kecamatan Lamongan: Desa Tanjung, Desa

Made; Kecamatan Karangbinangun: Desa

karangbinangun, Desa Mayong ;Kecamatan

Kembangbahu: Desa Pelang, Kecamatan

Mantup, Desa Kedungsoko, Desa Sukosari;

Kecamatan Deket: Desa Tukkerto;

Kecamatan Sambeng: Desa Ardirejo;

Kecamatan Babat: Desa Kebonagung..

b. Untuk menjalankan fungsi dan Perannya

dalam pembangunan LPM Kecamatan

Kedungpring: Desa Sidomlangean, Desa

Tlanak; Kecamatan Sugio: Desa Jubellor,

Desa Gondanglor; Kecamatan Sukodadi:

Desa Sukodadi; Kecamatan Lamongan:

Desa Tanjung, Desa Made; Kecamatan

Karangbinangun: Desa karangbinangun,

Desa Mayong ;Kecamatan Kembangbahu:

Desa Pelang, Kecamatan Mantup, Desa

Kedungsoko, Desa Sukosari; Kecamatan

Deket: Desa Tukkerto; Kecamatan

Sambeng: Desa Ardirejo; Kecamatan Babat:

Desa Kebonagung. Harus sesuai dengan

peraturan desa dan kelurahan yang sudah

dibuat. Namun ada beberapa fungsi yang

baik untuk dijalakan guna menigkatkan

pembangunan LPM Kecamatan

Kedungpring: Desa Sidomlangean, Desa

Tlanak; Kecamatan Sugio: Desa Jubellor,

Desa Gondanglor; Kecamatan Sukodadi:

Desa Sukodadi; Kecamatan Lamongan:

Desa Tanjung, Desa Made; Kecamatan

Karangbinangun: Desa karangbinangun,

Desa Mayong ;Kecamatan Kembangbahu:

Desa Pelang, Kecamatan Mantup, Desa

Kedungsoko, Desa Sukosari; Kecamatan

Deket: Desa Tukkerto; Kecamatan

Sambeng: Desa Ardirejo; Kecamatan Babat:

Desa Kebonagung, yaitu (1) Sebagai

wadah partisipasi masyarakat dalam

merencanakan dan melaksanakan

pembangunan;(2) Menanamkan pengertian

dan kesadaran akan penghayatan dan

pengamalan Pancasila; (3) Menggali,

memanfaatkan, potensi dan menggerakan

swadaya gotong royong masyarakat untuk

membangun; (4) Sebagai sarana

komunikasi antara Pemerintah dan

masyarakat serta antar warga masyarakat itu

sendiri;(5)Meningkatkan pengetahuan dan

ketrampilan masyarakat; (6)Membina

dan menggerakkan potensi pemuda

dalam pembangunan; (7) Membina

kerjasama antar lembaga yang ada

dalam masyarakat untuk pembangunan;(8)

Pelaksanaan tugas-tugas lain dalam

rangka membantu Pemerintah Desa

untuk menciptakan ketahanan yang

mapan.

c. Adapun Kendala-kendala yangtimbul dalam

pelaksanaan fungsi dan peranannya

dalamrangkapemberdayaan masyarakat

dalam penelitian ini yaitu (1) Tidak adanya

Pelaksanaan sistem manajeman yang baik,

(2) Kurang Adanya keterbukaan dalam

informasi. (3) Adanya unsur politik sektoral

dalam kepengurusan/ Nepotisme, (4)

Keseluruhan dari empat pembahasan yang

berasal dari hasil penelitian yang

dikemukakan di atas memberikan gambaran

bahwa pelaksanaan fungsi LPM dalam

pembangunan desa pada sepuluh kecamatan

lokasi sampel ternyata dari lima fungsi

pokok LPM yang diteliti ternyata hanya

empat fungsi yang pelaksanaannya sudah

cukup efektif namun juga belum maksimal

yaitu fungsi menyusun rencana

pembangunan desa, fungsi melaksanakan

rencana/program pembangunan desa, fungsi

menggerakkan partisipasi, fungsi swadaya

masyarakat dalam pembangunan desa dan

fungsi menampung aspirasi masyarakat.

Tetapi untuk fungsi menyalurkan aspirasi

masyarakat sudah dapat dilaksanakan namun

masih kurang efektif. Hasil penelitian ini

secara keseluruhan dapat memberikan

gambaran tentang efektivitas pelaksanaan

peran dan fungsi LPM dalam pembangunan

desa di kecamatan pada umumnya.

d. Dalam merealisasikan tujuan pembangunan,

maka segenap potensi alam harus digali,

Page 40: KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA … · 1 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2013 KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA TULIS ARTIKEL ILMIAH Asrofi

ISSN 2442-5699

40 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2014

dikembangkan, dan dimanfaatkan sebaik-

baiknya. Begitu pula dengan potensi

manusia berupa penduduk yang banyak

jumlahnya harus ditingkatkan pengetahuan

dan keterampilannya sehingga, mampu

menggali, mengembangkan dan

memanfaatkan potensi alam secara

maksimal, dan pelaksanaan program

pembangunan tercapai. Adanya Tingkat

partisipasi masyarakat dalam memberikan

dukungan dan keberhasilan dalam

memberdayakan masyarakat yang tinggi

guna meningkatkan pembangunan.

Rekomondasi

Setelah kita menyimpulkan hasil analisis, maka

penulis akan mencoba mengemukakan saran-

saran sesuai kegunaan dalam penelitian ini,

yaitu :

a. Bagi Masyarakat Desa, Adanya keterbukaan

dalam informasi. Informasi menjadi hal yang

berharga dari suatu organisasi khususnya

LPM karena dengan informasi yang baik dan

penyampaian informasi yang sesuai dengan

kenyataan menjadikan sesuatu yang berharga.

Sehingga informasi yang ada harus di

sampaikan dengan baik dan benar,melalui

pemerintah Desa dilanjutkan ke rapat

pengurus LPM dan Kemasyarakat Desa.

b. Bagi LPM, Menghilangkan adanya unsur

politik sektoral dalam kepengurusan/

Nepotisme Inilah yang menjadi permasalahan

banyak LPM yang tidak independen dalam

kebijakanya karena ada unsur politik sektoral

dalam kepengurusan / nepotisme maka dari itu

harus dihilangkan. Ke depan, pengurus LPM

harus dipilih dari orang-orang yang punya

kemampuan dalam pengelolaan pembangunan

desa, serta mempunyai kemauan, kepedulian

dan komitmen yang tinggi dalam

pemberdayaan masyarakat. Hal yang bisa

dilakukan adalah dengan pemilihan pengurus

LPM secara pemilu.

c. Bagi Pemerintah, Untuk meningkatkan

efektivitas pelaksanaan fungsi LPM dalam

pembangunan desa maka kualitas SDM para

pengurus LPM harus ditingkatkan melalui

pelatihan di bidang manajemen pembangunan

yang dilakukan lembaga pemerintah/ tim

Pembina atau akademisi.Untuk meningkatkan

efektivitas pelaksanaan fungsi LPM dalam

pembangunan desa maka LPM harus dapat

membangun kerjasama yang baik dan

harmonis dengan Pemerintah Desa dan

dengan BPD. Dengan menyesuaikan PJM

disetiap desa sehingga program pemerintah

desa dan LPM dapat berjalan dengan

bersama/sejalan

Page 41: KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA … · 1 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2013 KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA TULIS ARTIKEL ILMIAH Asrofi

ISSN 2442-5699

41 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2014

TINJAUAN YURIDIS ASAS SUBSIDIARITAS YANG DIUBAH

MENJADI ASAS ULTIMUM REMEDIUM DALAM PENEGAKAN

HUKUM PIDANA LINGKUNGAN

Joejoen Tjahyani *)

Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Lamongan

ABSTRAK

Dalam penyelenggaraan pengelolaan lingkungan hidup sebagai upaya pembangunan

berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup, harus didasarkan pada norma hukum dengan

memperhatikan tingkat kesadaran masyarakat dan perkembangan lingkungan global serta perangkat

hukum internasional yang berkaitan dengan lingkungan hidup. Kesadaran dan kehidupan masyarakat

dalam kaitannya dengan pengelolaan lingkungan hidup telah berkembang sedemikian rupa sehingga

perlu disempurnakan untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan

lingkungan hidup. Penelitian ini bertujuan memahami dan menganalisis secara yuridis asas

subsidiaritas yang di ubah menjadi asas ultimum remedium dalam penegakan hokum pidana

lingkungan.. Tipe penelitian ini adalah penelitian hukum normatif yang bersumber pada data sekunder

dan metode pengumpulan serta pengolahan data dengan studi kepustakaan.

Penyelesaian sengketa lingkungan hidup dapat ditempuh melalui pengadilan atau di luar

pengadilan. Di pengadilan melalui hukum administrasi, hukum perdata dan hukum pidana. Di luar

pengadilan melalui mediasi, litigasi dan arbitrasi.

Asas subsidiaritas yang diatur dalam UU no 23 Tahun1997 (UUPLH) telah diubah menjadi

asas ultimum remedium seperti yang ditegaskan dalam UU No 32 Tahun 2009. Pada dasarnya kedua

asas tersebut sama yaitu tidak langsung menerapkan sanksi pidana dalam penegakan hukum

lingkungan. Perbedaannya asas subsidiaritas merupakan preventif dalam penegakan hukum pidana

lingkungan, tetapi asas ultimum remedium dapat langsung diterapkan apabila pelanggaran dilakukan

lebih dari satu kali terhadap baku mutu air limbah, baku mutu emisi, atau baku mutu gangguan.

Asas ultimum remedium mempunyai kelemahan yaitu dalam penafsiran penegakan hukum

administrasi dianggap tidak berhasil karena sanksi administrasi terdiri dari teguran tertulis, paksaan

pemerintah, pembekuan izin lingkungan, atau pencabutan izin lingkungan.

Akhirnya penegakan hukum lingkungan hendaknya dilakukan secara optimal baik melalui

pengadilan maupun di luar pengadilan ,sehingga kasus penecenaran dan atau perusakan lingkungan

dapat ditekan. Disamping itu asas subsidiaritas dan asas ultimum remedium diperjelas pengertiannya

sehingga tidak salah tafsir.

Kata Kunci : Asas Subsidiaritas, Asas Ultimum Remedium, Penegakan Hukum Pidana Lingkungan

PENDAHULUAN

Negara Kesatuan Republik Indonesia

dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah

provinsi itu dibagi atas kabupaten dan Kota,

yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu

mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur

dengan undang-undang. Hal ini telah tercantum

dalam UUD 1945 pasal 18 ayat (1). Di sisi lain

bahwa kualitas lingkungan hidup (LH) yang

semakin menurun telah mengancam

kelangsungan hidup manusia dan mahluk

hidup lainnya sehingga perlu dilakukan

perlindungan dan pengelolaan LH yang

sungguh-sungguh dan konsisten oleh semua

pemangku kepentingan. Karena itu diperlukan

kewenangan pemerintah daerah dalam

perlindungan dan pengelolaan LH.

Dengan ketentuan dalam UU No 32

Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah,

maka kewenangan pemerintahan daerah akan

sedemikian kuat dan luas sehingga diperlukan

suatu peraturan perundang-undangan yang ketat

untuk menghindari ketidakteraturan dalam

menyusun kebijakan dalam bidang lingkungan

hidup terutama dalam masalah

penanganan penegakan hukum lingkungan

Page 42: KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA … · 1 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2013 KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA TULIS ARTIKEL ILMIAH Asrofi

ISSN 2442-5699

42 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2014

dalam era otonomi daerah. Kewenangan

pemerintah Daerah menurut UU No 32 tahun

2004 tentang Pemerintahan Daerah sangatlah

besar sehingga tuntutan untuk meningkatkan

kinerja dan penerapan kebijakan dalam bidang

lingkungan hidup sangatlah dibutuhkan. Sistem

Pemerintahan Daerah otonom sebelum UU No

32 tahun 2004 terbagi dalam Sistem

Pemerintahan Administratif dan Otonomi.

Dalam Sistem Pemerintahan Administratif

Bahwa kualitas LH yang semakin menurun

telah mengancam kelangsungan hidup manusia

dan mahluk hidup lainnya sehingga perlu

dilakukan perlindungan dan pengelolaan LH

yang sungguh-sungguh dan konsisten oleh

semua pemangku kepentingan Kewenangan

pemerintah dalam perlindungan dan

pengelolaan LH juga diatur dalam UU No 32

Tahun 2009 tentang perlindungan dan

pengelolaan LH (UUPPLH).

Pemerintah Daerah berperan sebagai

pembantu dari penyelenggaraan pemerintah

pusat yang dikenal sebagai azas dekosentrasi.

Sedangkan dalam Sistem Pemerintahan

Otonomi Pemerintahan Daerah adalah mandiri

dalam menjalankan urusan rumah tangganya.

Pemerintahan Daerah memerlukan alat-alat

perlengkapannya sendiri sebagai

pegawai/pejabat daerah dan bukan

pegawai/pejabat pusat. Memberikan wewenang

untuk menyelenggarakan rumah tangga sendiri

berarti pula membiarkan bagi daerah untuk

berinisiatif sendiri dan untuk merealisir itu,

daerah memerlukan sumber keuangan sendiri

dan pendapatan-pendapatan yang diperoleh dari

sumber keuangan sendiri, memerlukan

pengaturan yang tegas agar di kemudian hari

tidak terjadi perselisihan antara pusat dan

daerah mengenai hal tersebut diatas.

Perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup sangatlah penting untuk

dilihat dalam era otonomi daerah sekarang ini

karena lingkungan hidup sudah menjadi isu

internasional yang

mempengaruhi perekonomian suatu negara.

Pemerintahan daerah diberikan kekuasaan yang

sangat besar dalam mengelola daerahnya

terutama sekali pemerintahan kota atau

kabupaten. Dalam penelitian ini akan dibahas

mengenai kewenangan pemerintah daerah

terhadap perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup di era otonomi daerah.

B.. METODOLOGI

Penelitian hukum ini menggunakan

tipe penelitian hukum normatif. "Menurut

Soerjono Soekanto, penelitian hukum normatif

merupakan penelitian hukum kepustakaan,

yaitu dengan meneliti bahan pustaka sebagai

data sekunder. Tipe penelitian hukum normatif

didasari oleh kerangka konsepsional dan

kerangka teoritis, juga terdiri dari penelitian

terhadap asas-asas hukum, sistematik hukum

dan taraf sinkronisasi vertikal maupun

horisontal."

C. LANDASAN TEORI

Dalam UU nomor 32 tahun 2004

memperlihatkan kewenangan pemerintah pusat

yang ingin dibagi kepada daerah. Urusan yang

menjadi kewenangan daerah, meliputi urusan

wajib dan urusan pilihan. Urusan pemerintahan

wajib adalah suatu urusan pemerintahan yang

berkaitan dengan pelayanan dasar seperti

pendidikan dasar, kesehatan, pemenuhan

kebutuhan hidup minimal, prasarana

lingkungan dasar; sedangkan urusan

pemerintahan yang bersifat pilihan terkait erat

dengan potensi unggulan dan kekhasan daerah.

Jika dilihat bunyi pasal 13 ayat (1) huruf (j) dan

pasal 14 ayat (1) huruf (j) UU No 32 Tahun

2004 telah mewajibkan pemerintah daerah

dalam pengendalian LH.

Untuk menjamin berlakunya Undang-

undang Nomor 32 Tahun 2004, tim kerja

Menko Wasbangpan dan Kantor Menteri

Negara Lingkungan Hidup/Bapedal telah

mencoba merumuskan interpretasi kewenangan

pengendalian lingkungan hidup menurut

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, yaitu :

1. Secara umum, kewenangan

perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup dapat dibedakan

menjadi :

a. Kewenangan Pusat

b. Kewenangan Propinsi

c. Kewenangan Kabupaten/Kota.

2. Kewenangan Pusat terdiri dari

kebijakan tentang :

Page 43: KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA … · 1 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2013 KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA TULIS ARTIKEL ILMIAH Asrofi

ISSN 2442-5699

43 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2014

a. Perencanaan nasional dan

pengendalian pembangunan

secaramakro;

b. Dana perimbangan keuangan

seperti menetapkan dan

alokasikhusus untuk mengelola

lingkungan hidup;

c. Sistem administrasi negara seperti

menetapkan sisteminformasi dan

peraturan perundang-undangan di

bidangpengelolaan lingkungan

hidup;

d. Lembaga perekonomian negara

seperti menetapkan kebijakanusaha

di bidang lingkungan hidup;

e. Pembinaan dan pemberdayaan

sumber daya manusia;

f. Teknologi tinggi strategi seperti

menetapkan kebijakan dalam

pemanfaatan teknologi strategi

tinggi yangmenimbulkan dampak;

g. Konservasi seperti menetapkan

kebijakan pengelolaan lingkungan

hidup kawasan konservasi antar

propinsi danantar negara;

h. Standarisasi nasional;

i. Pelaksanaan kewenangan tertentu

seperti pengelolaanlingkungan

dalam pemanfaatan sumber daya

alam lintasbatas propinsi dan

negara, rekomendasi laboratorium

lingkungan dsb.

3. Kewenangan Propinsi terdiri dari :

a. Kewenangan dalam bidang

pemerintahan yang bersifatlintas

Kabupaten/Kota;

b. Kewenangan dalam bidang

tertentu, seperti perencanaan

pengendalian pembangunan

regional secara makro,penentuan

baku mutu lingkungan propinsi,

yang harus sama atau lebih ketat

dari baku mutu lingkungan

nasional, menetapkan pedoman

teknis untuk menjamin

keseimbangan lingkungan yang

ditetapkan dalam rencanatata ruang

propinsi dan sebagainya.

c. Kewenangan dekonsentrasi seperti

pembinaan AMDAL untuk usaha

atau dan kegiatan di luar

kewenangan pusat.

4. Kewenangan Kabupaten/Kota terdiri

dari :

a. Perencanaan pengelolaan

lingkungan hidup;

b. Pengendalian pengelolaan

lingkungan hidup;

c. Pemantauan dan evaluasi kualitas

lingkungan;

d. Konservasi seperti pelaksanaan

pengelolaan kawasanlindung dan

konservasi, rehabilitasi lahan dsb.

e. Penegakan hukum lingkungan

hidup

f. Pengembangan SDM pengelolaan

lingkungan hidup.

Kewenangan pemerintah daerah dalam

perlindungan dan pengelolaan LH juga diatur

dalam UU No 32 Tahun 2009 tentang

perlindungan dan pengelolaan LH pasal 63

mengenai tugas dan wewenang pemerintah dan

pemerintah daerah yaitu :

1. Dalam perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup, pemerintah bertugas

dan berwenang :

a. Menetapkan kebijakan nasional;

b. Menetapkan norma, standar,

prosedur, dan kriteria;

c. Menetapkan dan melaksanakan

kebijakan mengenai RPPLH

nasional;

d. Menetapkan dan melaksanakan

kebijakan mengenai KLHS;

e. Menetapkan dan melaksanakan

kebijakan mengenai amdal dan

UKL-UPL;

f. Menyelenggarakan inventarisasi

sumber daya alam nasional dan

emisi gas rumah kaca;

g. Mengembangkan standar kerja

sama;

h. Mengoordinasikan dan

melaksanakan pengendalian

pencemaran dan/atau kerusakan

LH;

i. Menetapkan dan melaksanakan

kebijakan mengenai sumber daya

alam hayati dan nonhayati,

keanekaragaman hayati, sumber

Page 44: KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA … · 1 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2013 KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA TULIS ARTIKEL ILMIAH Asrofi

ISSN 2442-5699

44 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2014

daya genetik, dan keamanan hayati

produk rekayasa genetik;

j. Menetapkan dan melaksanakan

kebijakan mengenai pengendalian

dampak perubahan iklim dan

perlindungan lapisan ozon;

k. Menetapkan dan melaksanakan

kebijakan mengenai B3, limbah,

serta limbah B3;

l. Menetapkan dan melaksanakan

kebijakan mengenai perlindungan

lingkungan laut;

m. Menetapkan dan melaksanakan

kebijakan mengenai pencemaran

dan/atau kerusakan LH lintas batas

Negara;

n. Melakukan pembinaan dan

pengawasan terhadap pelaksanaan

kebijakan nasional, peraturan

daerah, dan peraturan kepala

daerah;

o. Melakukan pembinaan dan

pengawasan ketaatan penanggung

jawab usaha dan/atau kegiatan

terhadap ketentuan perizinan

lingkungan dan peraturan

perundang-undangan;

p. Mengembangkan dan menerapkan

instrument LH;

q. Mengoordinasikan dan

memfasilitasi kerjasama dan

penyelesaian perselisihan

antardaerah serta penyelesaian

sengketa;

r. Mengembangkan dan

melaksanakan kebijakan

pengelolaan pengaduan

masyarakat;

s. Menetapkan standar pelayanan

minimal;

t. Menetapkan kebijakan mengenai

tata cara pengakuan keberadaan

masyarakat hukum adat, kearifan

local, dan hak masyarakat hokum

adat yang terkait dengan

perlindungan dan pengelolaan LH

u. Mengelola informasi lingkungan

hidup nasional

v. Mengoordinasikan,

mengembangkan, dan

menyosialisasikan pemanfaatan

teknologi ramah LH;

w. Memberikan pendidikan, pelatihan,

pembinaan, dan penghargaan;

x. Mengembangkan sarana dan

standar laboratorium LH;

y. Menerbitkan izin lingkungan;

z. Menetapkan wilayah ekoregion,

dan;

aa. Melakukan penegakan hukum LH.

2. Dalam perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup, pemerintah provinsi

bertugas dan berwenang :

a. Menetapkan kebijakan tingkat

provinsi;

b. Menetapkan dan melaksanakan

KLHS tingkat provinsi;

c. Menetapkan dan melaksanakan

kebijakan mengenai RPPLH

;provinsi;

d. Menetapkan dan melaksanankan

kebijakan mengenai amdal dan

UKL-UPL;

e. Menyelenggarakan inventarisasi

sumber daya alam dan emisi gas

rumah kaca pada tingkat provinsi;

f. Mengembangkan dan

melaksanakan kerja sama

kemitraan;

g. Mengoordinasikan dan

melaksanakan pengendalian

pencemaran dan/atau kerusakan

lingkungan hidup lintas

kabupaten/kota;

h. Melakukan pembinaan dan

pengawasan terhadap pelaksanaan

kebijakan, peraturan daerah, dan

peraturan kepala daerah

kabupaten/kota;

i. Melakukan pembinaan dan

pengawasan ketaatan penanggung

jawab usaha dan/atau kegiatan

terhadap ketentuan perizinan

lingkungan dan peraturan

perundang-undangan di bidang

perlindungan dan

pengelolaanlingkungan hidup;

j. Mengembangkan dan menerapkan

instrument lingkungan hidup;

Page 45: KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA … · 1 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2013 KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA TULIS ARTIKEL ILMIAH Asrofi

ISSN 2442-5699

45 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2014

k. Mengoordinasikan dan

memfasilitasi kerja sama dan

penyelesaian perselisihan antar

kabupaten/antar kota serta

penyelesaian sengketa;

l. Melakukan pembinaan, bantuan

teknis, dan pengawasan kepada

kabupaten/kota di bidang program

kegiatan;

m. Melaksanakan standar pelayanan

minimal;

n. Menetapkan kebijakan mengenai

tata cara pengakuan keberadaan

masyarakat hokum adat, kearifan

local, dan hak masyarakat hokum

adat yang terkait dengan

perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup pada tingkat

provinsi;

o. Mengelola informasi lingkungan

hidup tingkat provinsi;

p. Mengembangkan dan

menyosialisasikan pemanfaatan

teknologi ramah lingkungan hidup;

q. Memberikan pendidikan, pelatihan,

pembinaan, dan penghargaan;

r. Menerbitkan izin lingkungan pada

tingkat provinsi; dan

s. Melakukan penegakan hokum

lingkungan hidup pada tingkat

provinsi.

(3) Dalam perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup, pemerintah

kabupaten/kota bertugas dan berwenang:

a. Menetapkan kebijakan tingkat

kabupaten/kota;

b. Menetapkan dan melaksanakan

KLHS tingkat kabupaten/kota;

c. Menetapkan dan

melaksanakankebijakan mengenai

RPPLH kabupaten/kota;

d. Menetapkan dan melaksanakan

kebijakan mengenai amdal dan

UKL-UPL;

e. Menyelenggarakan inventarisasi

sumber daya alam dan emisi gas

rumah kaca pada

tingkatklabupaten/kota;

f. Mengembangkan dan

melaksanakan kerja sama dan

kemitraan;

g. Mengembangkan dan menerapkan

instrument lingkungan hidup;

h. Memfasilitasi penyelesaian

sengketa;

i. Melakukan pembinaan dan

pengawasan ketaatan penanggunng

jawab usaha dan/atau kegiatan

terhadap ketentuan perizinan

lingkungan dan peraturan

perundang-undangan;

j. Melaksanakan standar pelayanan

minimal;

k. Menetapkan kebijakan mengenai

tata cara pengakuan keberadaan

masyarakat hokum adat, kearifan

local, dan hak masyarakat hokum

adat yang terkait dengan

perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup pada tingkat

kabupaten/kota;

l. Mengelola informasi lingkungan

hidup tingkat kabupaten/kota;

m. Mengembangkan dan

melaksanakan kebijakan system

informasi linkungan hidup tingkat

kabupaten/kota;

n. Memberikan pendidikan, pelatihan,

pembinaan, dan penghargaan;

o. Menerbitkan izin lingkungan pada

tingkat kabupaten/kota; dan

p. Melakukan penegakan hokum

lingkungan hidup pada tingkat

kabupaten/kota.

Dengan adanya kewenangan

pemerintah baik dalam UU No 32 Tahun 2004

maupun UU No 32 Tahun 2009, maka harus

terdapat kesesuaian dalam pelaksanaan

kewenangan di bidang lingkungan hidup.

D. PEMBAHASAN

Menurut Menteri Negara

Lingkungan Hidup Sonny Keraf, bahwa

desentralisasi adalah mendelegasikan secara

bertahap wewenang pemerintah pusat kepada

pemerintah daerah dalam pelaksanaan

pengelolaan sumber daya alam secara selektif.

Dalam penerapan desentralisasi itu, menurut

Page 46: KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA … · 1 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2013 KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA TULIS ARTIKEL ILMIAH Asrofi

ISSN 2442-5699

46 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2014

Sonny harus tercakup pula pemeliharaan

lingkungan hidup sehingga kualitas ekosistem

tetap terjaga dan lestari. Dengan demikian,

kendati desentralisasi ala Indonesia tersebut

pada awalnya merupakan reaksi politik untuk

mempertahankan stabilitas dan integritas

teritorial, namun paradigma otonomi demi

kesejahteraan masyarakat lokal tetap bisa

diwujudkan tanpa merusak kualitas lingkungan

hidup setempat.

Permasalahan yang dihadapi oleh

Pemerintah Daerah sekarang adalah

Pemerintahan daerah harus meningkatkan

Pendapatan Asli Daerah mereka untuk

memenuhi target APBD (Anggaran Penerimaan

dan Belanja Daerah) sehingga jalan termudah

untuk memenuhi itu semua adalah

mengeksploitasi kembali lingkungan hidup

karena cara tersebut adalah cara yang biasa

dilakukan pemerintah pusat untuk memenuhi

APBN, dan cara ini akan terus dilakukan oleh

Pemerintah daerah dengan baik.

Sehingga jika waktu yang lalu

pemusatan eksploitasi lingkungan hidup hanya

di daerah-daerah tertentu seperti Daerah

Istimewa Aceh, Riau, Irian Jaya/ Papua,

Kalimantan dan sebagian Proponsi di Pulau

Jawa maka sekarang semua pemerintah daerah

di Indonesia akan mengekspoitasi lingkungan

hidup sebesar-besarnya untuk memenuhi target

APBD untuk daerah-daerah yang mempunyai

sumber kekayaan lingkungan hidup yang besar,

sehingga akan dapat terbayang semua daerah

kota dan kabupaten di Indonesia akan

melakukan eksploitasi lingkungan hidup secara

besar-besaran. Karena desentralisasi dalam UU

No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

dipunyai oleh daerah kota dan kabupaten.

Permasalahan yang timbul adalah

antisipasi dari pemerintah pusat sebagai

pemegang kewenangan tertinggi dalam

penyelenggaraan pemerintahan. Karena seperti

kita ketahui kewenangan Pemerintah Pusat

adalah:

Perencanaan nasional dan pengendalian

pembangunan secaramakro;

Dana perimbangan keuangan seperti

menetapkan dan alokasi khusus untuk

mengelola lingkungan hidup;

Sistem administrasi negara seperti

menetapkan system informasi dan

peraturan perundang-undangan di

bidang pengelolaan lingkungan hidup;

Lembaga perekonomian negara seperti

menetapkan kebijakan usaha di bidang

lingkungan hidup;

Pembinaan dan pemberdayaan sumber

daya manusia;

Teknologi tinggi strategi seperti

menetapkan kebijakan dalam

pemanfaatan teknologi strategi tinggi

yang menimbulkan dampak;

Konservasi seperti menetapkan

kebijakan pengelolaan lingkungan

hidup kawasan konservasi antar

propinsi dan antar negara;

Standarisasi nasional;

Pelaksanaan kewenangan tertentu

seperti pengelolaan lingkungan dalam

pemanfaatan sumber daya alam

lintasbatas propinsi dan negara,

rekomendasi laboratorium lingkungan

dsb.

Kewenangan yang diberikan

pemerintah pusat kepada pemerintah daerah

dalam pengelolaan lingkungan tidak bisa

dijadikan suatu kesempatan untuk

mengeksploitasi lingkungan sehingga

lingkungan menjadi rusak dan tidak bisa

dipergunakan lagi bagi kelangsungan bangsa ini

dan hal ini dilakukan hanya untuk mengejar

Anggaran dan Pendapatan dan Belanja Daerah

sehingga hanya untuk hal yang jangka pendek

investasi jangka panjang dikuras habis.

Jika dilihat Kewenangan Pemerintah

Pusat juga besar dalam hal ini sehingga perlu

diberdayakan peran pemerintah dalam

pengelolaan lingkungan dan juga fungsi dari

pemerintah sebagai suatu instansi pengawas

jika terjadi pengelolaan lingkungan yang tidak

baik pada pemerintah daerah.Dalam hal ini

perlu dikaji kembali berbagai kebijakan yang

ada pada pemerintah daerah sehingga tidak ada

kebijakan-kebijakan yang berupa peraturan

daerah yang merugikan lingkungan dan tidak

memperhatikan keadaan masyarakat.

Oppenheim mengatakan dalam

Nederlands Gemeenterecht bahwa kebebasan

bagian-bagian negara sama sekali tidak boleh

Page 47: KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA … · 1 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2013 KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA TULIS ARTIKEL ILMIAH Asrofi

ISSN 2442-5699

47 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2014

berakhir dengan kehancuran hubungan negara.

Di dalam pengawasan tertinggi letaknya

jaminan, bahwa selalu terdapat keserasian

anatara pelaksanaan bebas dari tugas

pemerintah daerah dan kebebasan pelaksanaan

tugas negara oleh penguasa negara itu.

Van Kempen juga menulis dalam

Inleiding tot het Nederlandsch Indisch

Gemeenterecht´ bahwa otonomi mempunyai

arti lain daripada kedaulatan( souvereniteit),

yang merupakan atribut dari negara, akan tetapi

tidak pernah merupakan atribut dari bagian-

bagiannya seperti Gemeente, Provincie dan

sebagainya, yang hanya dapat memiliki hak-hak

yang berasal dari negara, bagian-bagian mana

justru sebagai bagian-bagian dapat berdiri

sendiri( zelfstandig) akan tetapi tidak mungkin

dapat dianggap merdeka (onafhnjelijk), lepas

dari, ataupun sejajar dengan negara.

Dapatlah ditambahkan, bahwa

pengawasan itu dimaksudkan pula agar daerah

selalu melakukan kebijakannya dengan sebaik-

baiknya sehingga produk kebijakan berupa

peraturan daerah tidak bertentangan dengan

peraturan perundang-undangan yang berada

diatasnya. Hal ini juga memerlukan peran

penting dan koordinasi yang baik antara Meteri

Negara Lingkungan Hidup dengan aparat

Pemerintahan Daerah sehingga dapat

terjalinnya kerjasama yang baik antara pusat

dan daerah dalam pengelolaan lingkungan.

Pengawasan oleh Pemerintah Pusat dapat

dibenarkan untuk membangun negara Indonesia

karena Pemerintah Pusat yang bertanggung

jawab secara keseluruhan terhadap

penyelenggaraan Pemerintah Negara dan

Daerah. Pengawasan terhadap segala tindakan

Pemerintah Daerah termasuk juga Keputusan-

keputusan Kepala Daerah terutama Peraturan-

peraturan Daerah yang ada dapat diawasi, jika

menilik sifatnya bentuk pengawasan bisa dibagi

dalam:

1. Pengawasan preventif

2. Pengawasan represif

3. Pengawasan umum

Dan pemerintah Pusat juga harus

diawasi oleh lembaga negara yang lain terutama

lembaga perwakilan yang fungsinya berupa

pengawasan, karena Pemrintah Pusat juga

mempunyai kebijakan yang menyangkut

pengelolaan lingkungan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari uraian diatas maka kewenangan

pemerintah pusat dalam melaksanakan

pengawasan otonomi daerah sangatlah penting

dalam lingkungan hidup. Sehingga jika terjadi

berbagai masalah maka pemerintahan pusat

harus menanganinya secara baik karena

pemerintah pusat masih mempunyai

kewenangan untuk mengadakan berbagi

evaluasi kebijakan yang dilakukan oleh

pemerintah daerah sehingga pemerintah daerah

dapat menjalankan kewenanganya secara

proporsional dalam bidang pengelolaan

lingkungan hidup.

Pemerintah Pusat dalam melakukan

kewenangannya di bidang pengelolaan

lingkungan hidup harus mengikuti kebijakan

yang telah diterapkan oleh Menko Wasbangpan

dan Menteri Negara Lingkungan Hidup. Jangan

sampai pengurangan kewenangan pemerintah

Pusat di bidang lingkungan hidup tidak bisa

mencegah kesalahan pengelolaan lingkungan

hidup demi mengejar Pemasukan APBD

khususnya dalam pos Pendapatan Asli Daerah.

Kesesuaian kewenangan pemerintah di

bidang LH tidak hanya antara pusat dan daerah

saja, tetapi juga antara UU pemerintah daerah

dengan UU perlindungan dan pengelolaan LH.

Saran

Kewenangan Pemerintah Pusat dan

Daerah dalam pengelolaan lingkungan

sangatlah besar sehingga perlu adanya

pembatasan yang jelas dalam pengelolaan

lingkungan tersebut. Juga perlunya kesesuaian

dalam menjalankan kewenangan.

Yang perlu dicermati adalah kewenangan

Pemerintah Daerah yang sangat besar sehingga

perlu adanya bentuk pengawasan yang baik

yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat sehingga

jangan sampai terjadi berbagai kebijakan yang

merusak lingkungan yang terjadi di setiap

kabupaten atau kota yang ada di Indonesia.

Pemerintah Pusat harus aktif dalam melakukan

pengawasan sehingga pembangunan yang

Page 48: KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA … · 1 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2013 KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA TULIS ARTIKEL ILMIAH Asrofi

ISSN 2442-5699

48 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2014

berwawasan lingkungan dapat dijalankan

dengan baik oleh Pemerintah Indonesia baik

oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah

Daerah.

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU-BUKU

Andi Hamzah, Penegakan Hukum Lingkungan,

Sinar Grafika, Jakarta, 2005

Barda Nawawi, Kebijakan Hukum Pidana,

Kencana Prenada Media Group,

Jakarta, 2008

Joni Emirzon, Alternatif Penyelesaian Sengketa

Di Luar Pengadilan, PT Gramedia

Pustaka Utama, Jakarta, 2001

Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Kencana

Prenada Media Grup, 2005

Philipus M. Hadjon, (Koordinator Tim),

Pengantar Hukum Administrasi

Indonesia, Gajah Mada University

Press, Yogyakarta, 2005

Satjipto Rahardjo, Masalah Penegakan Hukum,

Suatu Tinjauan Sosiologis, Sinar

Baru, Bandung.

Syahrul Machmud, Penegakan Hukum

Lingkungan Indonesia, Graha Ilmu,

Yogyakarta, 2012.

B. PERATURAN DAN PERUNDANG-

UNDANGAN.

Undang-Undang No 23 Tahun 1997 tentang

Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup

Page 49: KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA … · 1 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2013 KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA TULIS ARTIKEL ILMIAH Asrofi

ISSN 2442-5699

34 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2014

Petunjuk bagi (Calon) Penulis Jurnal Karya Pendidikan

1. Artikel yang ditulis untuk Jurnal Karya

Pendidikan meliputi hasil pemikiran dan hasil penelitian atau kajianpustaka yang mempunyai kontribusi baru di bidang Teknik. Naskah diketik degan huruf TimesNew Roman, ukuran 11 pts, dengan spasi ganda, dicetak pada kertas HVS kuarto sepanjang maksimum15 halaman, dan diserahkan dalam bentuk print-out sebanyak 3 eksemplar beserta disketnya. Berkas(file) dibuat dengan Microsoft word. Pengiriman file juga dapat dilakukan sebagai attacment e-mail kealamat: [email protected]

2. Nama penulis artikel dicantumkan tanpa gelar akademik dan ditempatkan dibawah judul artikel. Jikapenulis terdiri 4 orang atau lebih, yang dicantumkan di bawah judul artikel adalah nama penulis utama;nama penulis-penulis lainnya dicantumkan pada catatan kaki halaman pertama naskah. Dalam halnaskah ditulis oleh tim, penyunting hanya berhubungan dengan penulis utama atau penulis yangnamanya tercantum pada urutan pertama. Penulis dianjurkan mencantumkan alamat e-mail untukmemudahkan komunikasi.

3. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia atau Inggris dengan format esai, disertai judul pada masingmasingbagian artikel, kecuali bagian pendahuluan yang disajikan tanpa judul bagian. Judul artikeldicetak dengan huruf besar ditengah-tengah, dengan huruf sebesar 14 poin. Peringkat judul bagian dinyatakan dengan jenis huruf yang berbeda (semua judul bagian dan sub-bagian dicetak tebal atautebal dan miring), dan tidak menggunakan angka/nomor pada judul bagian:PERINGKAT 1 (HURUF BESAR SEMUA, TEBAL, RATA TEPI KIRI)Peringkat 2 (Huruf Besar Kecil, Tebal, Rata Tepi Kiri)Peringkat 3 (Huruf Besar Kecil, Tebal-Miring, Rata Tepi Kiri)

4. Sistematika artikel hasil pemikiran adalah: judul; nama penulis (tanpa gelar akademik); abstrak(maksimum 200 kata); kata kunci; pendahuluan (tanpa judul) yang berisi latar belakang dan tujuan atauruang lingkup tulisan; bahasan utama (dapat dibagi ke dalam beberapa sub-bagian); penutup ataukesimpulan; daftar rujukan (hanya memuat sumber-sumber yang dirujuk).

5. Sistematika artikel hasil penelitian adalah: judul; nama penulis (tanpa gelar akademik); abstrak(maksimum 200 kata) yang berisi tujuan, metode dan hasil penelitian; kata kunci; pendahuluan (tanpajudul) yang berisi latar belakang, sedikit kajian pustaka, dan tujuan penelitian; metode; hasil dan pembahasan; kesimpulan dan saran; daftar rujukan (hanya memuat sumber-sumber yang dirujuk)

6. Sumber rujukan sedapat mungkin merupakan pustaka-pustaka terbitan 10 tahun terakhir.

Rujukan yangdiutamakan adalah sumber-sumber primer berupa laporan penelitian (termasuk skripsi, tesis, disertasi)atau artikel-artikel penelitian dalam jurnal dan/atau majalah ilmiah.

7. Perujukan dan pengutipan menggunakan teknik rujukan berkurang (nama, tahun). Pencantuman sumberpada kutipan langsung hendaknya disertai keterangan tentang nomor halaman tempat asal kutipan.Contoh: (Davis, 2003: 47).

8. Daftar Rujukan disusun dengan tata cara seperti contoh berikut dan diurutkan secara alfabetis dankronologis. Buku:

Anderson, D, W., Vault, V. D. & Dickson, C. E.

1999. Problem and Prospects for the Decades Ahead:

Competency Based Teacher Education. Berkeley:

McCutchan Publising Co.

Buku kumpulan artikel:

Saukah, A. & Waseso, M.G. (Eds.). 2002. Menulis

Artikel untuk Jurnal Ilmiah (Edisi ke-4, cetakan ke-

1). Malang: UM Press.

Artikel dalam buku kumpulan artikel:

Russel, T. 1998. An Alternative Conception:

Representing Represensation. Dalam P.J. Black &

A.

Lucas (Eds), Children’s Informal Ideas in Science

(hlm. 62-84). London: Routledge.

Artikel dalam jurnal atau majalah:

Kansil, C.L. 2002. Orientasi Baru Penyelenggaraan

Pendidikan Program Profesional dalam

Memenuhi

kebutuhan Dunia Industri. Transpor, XX (4): 57-61.

Artikel dalam koran:

Pitunov, B. 13 Desember, 2002. Sekolah Unggulan

ataukah Sekolah Pengunggulan? Majapahit Pos,

hlm. 4 & 11.

Tulisan/berita dalam koran (tanpa nama

pengarang):

Jawa Pos. 22 April, 1995. Wanita Kelas Bawah Lebih

Mandiri, hlm. 3.

Dokumen resmi:

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

1978. Pedoman Penulisan Laporan Penelitian. Jakarta:

Depdikbud. Undang-undang Republik Indonesia

Nomor 2 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

1990. Jakarta: PT. Armas Duta Jaya.

Buku terjemahan:

Ary, D., Jacobs, L.C. & Razavieh, A. 1976.

Pengantar Penelitian Pendidikan. Terjemahan oleh

Arief

Furchan. 1982. Surabaya: Usaha Nasional.

Skripsi, Tesis, Disertasi, Laporan Penelitian:

Page 50: KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA … · 1 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2013 KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA TULIS ARTIKEL ILMIAH Asrofi

ISSN 2442-5699

36 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2014

Kuncoro, T. 1996. Pengembangan Kurikulum

Pelatihan Magang di STM Nasional Malang Jurusan

Bangunan, Program Studi Bangunan Gedung: Suatu

Studi Berdasarkan Kebutuhan Dunia

Usaha Jasa Konstruksi. Tesis tidak diterbitkan.

Malang: PPS IKIP MALANG.

Makalah seminar, lokakarya, penataran:

Waseso, M.G 2001. Isi dan Format Jurnal Ilmiah.

Makalah disajikan dalam Seminar Lokakarya

Penulisan Artikel dan Pengelolaan Jurnal Ilmiah,

Universitas Lambungmangkurat, Banjarmasin,

9-11 Agustus.

Internet (karya individual)

Hitchcock, S., Carr, L. & Hall, W. 1996. A Survey of

STM Online Journals, 1990-1995 : The Calm

before the Storm, (Online),

(http://journal.ecs.soton.ac.uk/survey/survey.ht

ml, diakses 12 Juni

1996)

Internet (artikel dalam jurnal online):

Kumaidi. 1998. Pengukuran Bekal Awal Belajar

dan Pengembangan Tesnya. Jurnal Ilmu Pendidikan.

(Online), jilid 5,No. 4,(http://www.malang.ac.id,

diakses 20 Januari 2000).

Internet (bahan diskusi):

Wilson, D. 20 November 1995. Summary of Citing

Internet sites. NETTRAIN Discussion List,

(Online), ([email protected],

diakses 22 November 1995).

Internet (e-mail pribadi):

Naga, D.S ([email protected]). 1 Oktober 1997.

Artikel Untuk JIP. E-mail kepada Ali Saukah

([email protected]).

9. Tata cara penyajian kutipan, table, dan gambar mencontoh langsung tata cara yang digunakan dalam artikel yang telah dimuat. Artikel berbahasa Indonesia menggunakan Pedoman Umum Ejaan BahasaIndonesia yang Disempurnakan (Depdikbud, 1987). Artikel bahasa Inggris menggunakan ragam baku.

10. Semua naskah ditelaah secara anonim oleh mitra bestari reviewers yang ditunjuk oleh penyunting menurut bidang kepakarannya. Penulis artikel diberi kesempatan untuk melakukan perbaikan (revisi) naskah atas dasar rekomendasi/saran dari mitra bestari atau penyunting, kepastian pemuatan atau penolakan naskah akan diberitahukan secara tertulis.

11. Pemeriksaan dan penyuntingan cetak-coba dikerjakan oleh penyunting dan/atau dengan melibatkan penulis. Artikel yang sudah dalam bentuk cetak-coba dapat dibatalkan pemuatannya oleh penyunting jika diketahui bermasalah. Segala sesuatu yang menyangkut perjanjian pengutipan atau penggunaan software komputer untuk pembuatan naskah atau ihwal lain yang terkait dengan HAKI yang dilakukan oleh penulis artikel, berikut konsekuensi hukum yang mungkin timbul

karenanya, menjadi tanggung jawab penuh penulis artikel tersebut.

Page 51: KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA … · 1 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2013 KAIDAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA TULIS ARTIKEL ILMIAH Asrofi

ISSN 2442-5699

37 Jurnal Karya Pendidikan Vol 1 No 3 September 2014