Upload
udayalaksmanakartiyasa-halim
View
77
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
Kajian Aspek Spasial dan Transportasi Pembangunan Jembatan Selat Sunda
Azrar Hadi
Staf Pengajar
Departemen Arsitektur
Fakultas Teknik
Kampus Baru UI Depok 16424
Tri Tjahjono
Staf Pengajar
Departemen Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Kampus Baru UI Depok 16424
Universitas Indonesia
Pendahuluan
Sumber : Badan Perencana dan Pembangunan Nasional (2010)
Parameter pengukuran tingkatkesejahteraan rakyat dipantau
dari pendapatan per kapitasetiap daerah di Indonesia
Dari data yang ada, dapatdisimpulkan bahwa kondisi
kesejahteraan di Indonesia belum merata di seluruh wilayah
Perencanaan program untuk percepatan perluasan pembangunan untuk
mengingkatkan kesejahteraan raykat Indonesia dalam MP3EI
Meningkatkanpembangunan
ekonomibangsa
Menyediakaninfrastrukturyang memadai
MembangunJembatan
Selat Sunda(JSS)
Sumber : Badan Pusat Statistik (2012)
Peranan Wilayah/Pulau dalam Pembentuk Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional
Peraturan Presiden RI Nomor 86 Tahun 2011 tentang Pengembangan Kawasan
Strategis dan Infrastruktur Selat Sunda
Adanya sebuah Badan Pengembangan yang terdiri atasDewan Pengarah dan Badan Pelaksana.
Dewan Pengarah yang terdiri dari menteri-menteri dandiketuai oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomianbertanggung jawab langsung kepada Presiden dengan salahsatu tugasnya adalah mengoordinasikan dan mengendalikankebijakan pemberian ijin oleh Pemerintah Pusat dan/atauPemerintah Daerah mengenai pengadaan tanah, pengelolaanlahan, kelautan, kehutanan dan pertambangan dalam areaKawasan Strategis dan Infrastruktur Selat Sunda
Peraturan Presiden RI Nomor 86 Tahun 2011 tentang Pengembangan Kawasan
Strategis dan Infrastruktur Selat Sunda
Badan Pelaksana memiliki tugas yang antara lain, sebagaiberikut :
(a) menyusun dan menetapkan rencana pengembanganKawasan Strategis dan Infrastruktur Selat Sunda; dan
(b) menyusun program serta menetapkan pengaturanpengembangan Kawasan Strategis Selat Sunda danpembangunan Infrastruktur Selat Sunda sesuai denganperaturan perundang-undangan.
Metodologi Analisis terkait dengan “isu dan dampak” rencana
pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS) tidak mudahdan sangat tergantung pada data yang dimiliki
Data
PRIMER SEKUNDER
Karena waktu penyiapan makalah ini sangat terbatassementara potensi isu dan masalah yang dibahas cukup luasmaka makalah ini lebih bertumpu pada data sekunder
Data dari BPS dan dokumen seperti RTRWP
Data Sekunder
Diolah dan dianalisis secara deskriptif dengan pendekatan yang terintegrasi
Pembuatan synthesis
Kesimpulan & Rekomendasi
Kawasan Strategis Nasional dan Pusat Kegiatan Nasional
Menurut Masterplan Percepatan dan PerluasanPembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025, diIndonesia saat ini terjadi kesenjangan pembangunan antaraKawasan Barat dan Kawasan Timur Indonesia
Dalam naskah Masterplan Percepatan dan PerluasanPembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) disebutkan bahwatantangan dari negara besar seperti Indonesia adalahpenyediaan infrastruktur untuk mendukung aktivitasekonomi. Hal yang harus mendapatkan perhatian utamaadalah infrastruktur yang mendorong konektivitas antar-wilayah sehingga dapat mempercepat dan memperluaspembangunan ekonomi Indonesia.
Kawasan Strategis Nasional dan Pusat Kegiatan Nasional
Penyediaan infrastruktur yang mendorong konektivitas akanmenurunkan biaya transportasi dan biaya logistik sehinggadapat meningkatkan daya saing produk, dan mempercepatgerak ekonomi. Termasuk dalam infrastruktur konektivitasini adalah pembangunan jalur transportasi dan teknologiinformasi dan komunikasi (TIK), serta seluruh regulasi danaturan yang terkait dengannya.
Pola pikir yang sering diusulkan untuk mengganti pola yangmengatakan bahwa penyediaan infrastruktur dilakukanpemerintah adalah melalui model kerjasama pemerintah danswasta atau Public-Private Partnership (PPP).
Kawasan Strategis Nasional dan Pusat Kegiatan Nasional
Perlu juga dikembangkan metode pembangunaninfrastruktur sepenuhnya oleh dunia usaha yang dikaitkandengan kegiatan produksi. Peran Pemerintah adalahmenyediakan perangkat aturan dan regulasi yang memberiinsentif bagi dunia usaha untuk membangun kegiatanproduksi dan infrastruktur tersebut secara paripurna.
Insentif tersebut dapat berupa kebijakan (sistem maupuntarif) pajak, bea masuk, aturan ketenagakerjaan, perizinan,pertanahan, dan lainnya, sesuai kesepakatan dengan duniausaha. Perlakuan khusus diberikan agar dunia usaha memilikiperspektif jangka panjang dalam pembangunan pusatpertumbuhan ekonomi baru.
Kawasan Strategis Nasional dan Pusat Kegiatan Nasional
Konektivitas Nasional merupakan pengintegrasian 4 (empat)elemen kebijakan nasional yang terdiri dari
Sistem Logistik Nasional (Sislognas)
Sistem Transportasi Nasional (Sistranas)
Pengembangan wilayah (RPJMN/RTRWN)
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK/ICT)
Upaya ini perlu dilakukan agar dapat diwujudkan konektivitasnasional yang efektif, efisien, dan terpadu.
Kawasan Strategis Nasional dan Pusat Kegiatan Nasional
Terkait dengan Jembatan Selat Sunda maka SistemLogistik Nasional atau Sislognas (jaringan infrastruktur)dan Sistem Transportasi Nasional atau Sistranas (jaringantransportasi) lebih merupakan domain Pemerintah Pusat
Pengembangan wilayah (pengembangan infrastruktur) bukansaja harus menjadi fokus Pemerintah Pusat tetapi harusmenjadi fokus Pemerintah Daerah yang terkait secaralangsung.
Konektivitas nasional Indonesia merupakan bagian darikonektivitas global
Perwujudan penguatan konektivitas nasional perlumempertimbangkan keterhubungan Indonesia dengandengan pusat-pusat perekonomian regional dan dunia(global) dalam rangka meningkatkan daya saing nasional.
Kawasan Strategis Nasional dan Pusat Kegiatan Nasional
Hal ini sangat penting dilakukan guna mengoptimalkankeuntungan dari keterhubungan regional danglobal/internasional.
Beberapa isu lingkungan hidup strategis yang perlu untukmenjadi perhatian dalam pengembangan Kawasan StrategisNasional (KSN) Selat Sunda :
masalah hidrodinamika
kualitas air dan udara
konflik guna lahan antara daerah konservasi dengan potensipertumbuhan ekonomi
antisipasi perubahan kondisi sosial ekonomi
Kawasan Strategis Nasional dan Pusat Kegiatan Nasional
sumber: http://www.mm-industri.com/ diakses 22 Maret 2012
Simpul Kelapa Sawit di Lampung Timur dan Simpul Industri di Cilegon
Pusat Ekonomi terkait denganJembatan Selat Sunda adalahKota Bandar Lampung danKabupaten Serang sehinggapintu jembatan ada di keduakota tersebut.
Kawasan Strategis Nasional dan Pusat Kegiatan Nasional
Terkait dengan Jembatan Selat Sunda, Kota Bandar Lampungditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) karenaberupa kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensisebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayanibeberapa provinsi (Rencana Tata Ruang Wilayah ProvinsiLampung 2009 – 2029) dengan fungsi utama sebagai :
(a) pusat pemerintahan provinsi
(b) pusat perdagangan dan jasa regional
(c) pusat distribusi dan koleksi
(d) pusat pendukung jasa pariwisata
(e) pusat pendidikan tinggi
Transportasi dan Simpul Kegiatan
Kota-kota Metro, Kotabumi, Liwa, Kalianda, Menggala dan KotaAgung Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Lampungditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) denganmemiliki kriteria sebagai kawasan perkotaan yang berfungsiatau berpotensi sebagai
(a) simpul kedua kegiatan ekspor-impor untuk mendukungPusat Kegiatan Nasional (PKN);
(b) pusat pemerintahan Kabupaten/Kota, pusat kegiatanindustri dan jasa yang melayani skala provinsi ataubeberapa kabupaten; dan
(c) simpul transportasi yang melayani skala provinsi ataubeberapa kabupaten.
Transportasi dan Simpul Kegiatan
Strategi operasionalisasi perwujudan struktur ruang nasional di Pulau
Jawa akan ditekankan pada pengembangan jaringan jalan bebas
hambatan, pengembangan jaringan jalan Lintas Selatan Pulau Jawa,
serta pengembangan jaringan jalan pengumpan yang meningkatkan
keterkaitan antara kawasan di Pantai Selatan dengan kawasan atau
perkotaan di Bagian Tengah dan Pantai Utara Pulau Jawa (Pasal 9 dan
Pasal 10 Rancangan Peraturan Presiden RI Rencana Tata Ruang (RTR)
Pulau Jawa-Bali).
Selain jalan raya, konektivitas jaringan transportasi juga diperkuat
dengan tersedianya jaringan jalan rel di sepanjang Jembatan Selat
Sunda sebagai salah satu sarana angkutan barang dan jasa.
Transportasi dan Simpul Kegiatan
Namun, hal ini belum dapat dilaksanakan seiring dengan perencanaan
pembangunan Jembatan Selat Sunda pada tahun 2014. Jaringan jalan
rel di Pulau Jawa tidak mencapai ujung barat pulau Jawa sedangkan
jaringan jalan rel di Pulau Sumatera juga tidak mencapai ujung selatan
pulau Sumatera.
Selain masalah aksesibilitas jaringan jalan rel tersebut, secara kualitas
juga belum mampu mendukung operasional Jembatan Selat Sunda
karena sistem double track belum dapat diimplementasikan di Pulau
Jawa dan Pulau Sumatera.
Transportasi dan Simpul Kegiatan
Selain secara kuantitas masih kurang memungkinkan, secara kualitas
juga patut mendapatkan perhatian. Jaringan konektivitas antara Pulau
Jawa dengan Sumatera merupakan jaringan nasional bahkan
direncanakan sebagai bagian dari Asian Highway Network.
Oleh karena itu, mutu pelayanan jalan raya maupun jalan rel harus
optimal, misalnya dengan menggunakan high grade highway atau high
grade railway.
Perencanaan Spasial dan Perubahan Iklim
Isu mengenai perubahan iklim yang sangat penting untukdimitigasi terkait dengan rencana pembangunan JembatanSelat Sunda adalah naiknya permukaan laut dan terjadinyadeforestasi.
Menurut Kementerian Lingkungan Hidup, pada tahun 2025mendatang bila kebijakan Rencana Tata Ruang (RTR) PulauJawa - Bali yang fokus pada pembangunan jalan tol akandibuat tanpa mempertimbangkan ekologi akan ada sekitar126 daerah aliran sungai (DAS) di Jawa yang mengalamideforestasi khususnya terkait dengan daerah aliran sungai(DAS) yang prioritas untuk dikendalikan tingkatdeforestasinya.
Perencanaan Spasial dan Perubahan Iklim
Oleh karena itu, perhatian lebih banyak untuk menjaga keberlanjutan
kawasan hutan lindung (HL) dan kawasan hutan konservasi (HK),
deforestasi atau perubahan penutupan hutan dengan intensitas tinggi
berlangsung di areal penggunaan lain (APL) seperti untuk perkebunan
dan tambang, di areal hutan produksi (HP) dan hutan produksi
terbatas (HPT) yang kurang mendapat perhatian.
Perencanaan Spasial Terintegrasi
Perencanaan sektoral (transportasi, pertanian, pariwisata,pertambangan, infrastruktur, dll) yang selama ini digunakansudah harus ditinggalkan karena tidak mempertimbangkanisu di sektor yang berbeda dan seringkali mengakibatkankonflik kepentingan antara penentuan/perencanaanpenggunaan lahan.
Pendekatan perencanaan yang harus dilakukan adalahperencanaan spasial terintegrasi yang diharapkan dapatmengurangi berbagai isu dampak negatif perencanaansektoral.
Perencanaan Spasial Terintegrasi
Isu yang harus diperhatikan adalah membuat perencanaan yang
terintegrasi antara kota dan desa-desa di sekitarnya, mengingat
perbedaan antara pendapatan sebagian besar desa di Lampung Selatan
misalnya hanya sepertiga dari pendapatan kota Bandar Lampung. Hal
ini akan menyebabkan terjadinya urbanisasi dan menyulitkan
perencanaan Propinsi Lampung secara keseluruhan. Kekuatiran
urbanisasi juga terjadi di kawasan Banten Selatan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah dengan mengeluarkan rencana penetapan
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata.
Dampak keberadaan Jembatan Selat Sunda (JSS) yang sangat mungkin
terjadi dan harus diantisipasi adalah berpindahnya sebagian penduduk
Lampung yang muda ke Serang untuk mengadu nasib di industri
pengolahan maupun di sektor informal sementara penduduk dari
berbagai kabupaten di Lampung yang sebelumnya bekerja di sektor
pertanian akan migransi ke Bandar Lampung maupun ke Kalianda
untuk mengadu nasib di sektor informal.
Perencanaan Spasial Terintegrasi
Untuk itu masalah yang akan muncul baik di Bandar Lampung,
Kalianda maupun Serang selain terkait dengan perumahan adalah
penyediaan infrastruktur, fasiltas persampahan, kesehatan dan produk
kota.
(Foo 2001 dalam Ibrahim and Ying 2003; Taleshi dan Bishehii 2012;Widiantono dan Soepriadi 2009
dalam http://www.bulletin.penataanruang.net diakses 29 Maret 2012)
Intervensi yang Perlu Dilakukan
Intervensi yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengurangikesenjangan ekonomi antara desa dengan kota adalahmengintervensi kegiatan penduduk dengan melakukanberbagai upaya yang dapat meningkatkan ekonomi pendudukyang menggantungkan hidupnya dari bertani (Siciliano 2012).Di banyak propinsi di Indonesia, PemerintahPusat/Pemerintah Kota telah melakukan berbagai upayadengan misalnya memberikan pelatihan, pemberian bantuanpupuk dan obat anti hama penyakit.
Simpulan dan Saran Pendekatan perencanaan secara sektoral mengakibatkan
tumpang tindih yang sering meresahkan masyarakatsehingga sudah selayaknya ditinggalkan
Perencanaan yang hanya fokus pada peningkatanpertumbuhan ekonomi penduduk kota akan menimbulkankesenjangan yang lebih besar dan rawan menimbulkankonflik.
Pendekatan perencanaan harus dilakukan dengan pendekatanintegrasi dan dilakukan secara komprehensif yangmelibatkan masyarakat akademik dan penduduk yang secaralangsung terkait dengan perencanaan.
Perencanaan pembuatan jalan tol sebagai kepanjangan Jembatan SelatSunda agar pembangunan dapat terpusat pada Pusat Kegiatan Wilayah(PKW) atau Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang telah ditetapkanharus memperhatikan keterkaitan dengan area yang sensitif sepertidaerah aliran sungai (DAS) dan deforestasi Areal Penggunaan Lain.
Simpulan dan Saran Perencanaan spasial dibuat tidak hanya pada ruang kota tetapi juga
pada desa dan khususnya pada areal yang terkait dengan mulut
jembatan dan pada wilayah pesisir yang dekat dengan Jembatan Selat
Sunda.
Penentuan mulut jembatan harus terintegrasi dengan ketetapan lain
yang sudah ditentukan seperti misalnya dekat dengan Pusat Kegiatan
Wilayah (PKW) atau bahkan Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
Pembuatan rencana Kawasan Strategis Nasional (KSN) dengan
pendekatan KLHS harus dikaitkan dengan rencana wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil di sekitar jembatan yang mengintegrasikan aspek
sosial, ekonomi dan spasial lingkungan.
RujukanBadan Perencana dan Pembangunan Nasional, Buku Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, diunduh dari
http://www.bappenas.go.id/node/0/2518/buku-rpjmn-2010-2014/ pada tanggal 20 April 2012, 2010
Badan Pusat Statistik, Berita Resmi Statistik Nomor 13/02/Th. XV tanggal 6 Februari 2012 diunduh darihttp://www.bps.go.id/brs_file/pdb_banner1.pdf pada tanggal 2 Mei 2012, 2012
Christudason, A., Optimisation of land use through innovative legislation in Singapore, undated
Ibrahim M.F and YING W.S., Public Housing Choices in Singapore: Planning Implications, paper for 39th IsoCaRP Congress,2003.
Jabareen, Y.R., Sustainable Urban Forms, Their Typologies, Models, and Concepts, Journal of Planning Education andResearch 26, 2006 pp. 38-52.
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011 – 2025, Kementerian Koordinator BidangPerekonomian
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera
Rancangan Peraturan Presiden, Rencana Tata Ruang Pulau Jawa dan Bali, tidak bertanggal
Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Lampung 2009 – 2029
Renstra Propinsi Banten 2002 – 2006
Siciliano, G., Urbanization strategies, rural development and land use changes in China: A multiple-level integratedassessment, Journal Land Use Policy 29, 2012 pp. 165-178.
Susantono, B., Manajemen Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah, UI-Press, 2012
Taleshi M and Bishehii S., Land Use, Zoning and Urban Design, Case Study Vardavard near Tehran Metropolis, OIDAInternational Journal of Sustainable Development, 03:04, 2012 pp. 51-58
Internet
http://www.mm-industri.com diakses 22 Maret 2012
http://www.penataanruang.net diakses 23 Maret 2012
http://www.trcdc.com.org/summaries/indonesia/indonesia.html diakses 29 Maret 2012
http://www.bulletin.penataanruang.net diakses 29 Maret 2012
http://regionalinvestment.bkpm.go.id diakses 7 April 2012