114
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1 KAJIAN DEGRADASI AIR TANAH DANGKAL AKIBAT AIR LINDI (LEACHATE) DI LINGKUNGAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR PUTRI CEMPO SURAKARTA TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Ilmu Lingkungan Oleh: Trisna Kusumawati A131008013 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

KAJIAN DEGRADASI AIR TANAH DANGKAL AKIBAT

AIR LINDI (LEACHATE) DI LINGKUNGAN TEMPAT

PEMBUANGAN AKHIR PUTRI CEMPO SURAKARTA

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat

Magister Program Studi Ilmu Lingkungan

Oleh:

Trisna Kusumawati

A131008013

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 2: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Page 3: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Page 4: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa:

1. Tesis yang berjudul: “KAJIAN DEGRADASI AIR TANAH DANGKAL

AKIBAT AIR LINDI (LEACHATE) DI LINGKUNGAN TEMPAT

PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH PUTRI CEMPO SURAKARTA”

adalah karya penelitian saya sendiri dan bebas plagiat, serta tidak terdapat

karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar

akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau

diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan

dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber acuan serta daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini,

maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-

undangan (Permendiknas No. 17 tahun 2001).

2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah

lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs-

UNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu

semester (enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan

publikasi dari sebagian atau keseluruhan Tesis ini, maka Prodi Ilmu

Lingkungan PPs-UNS berhak mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang

diterbitkan oleh Prodi Ilmu Lingkungan. Apabila saya melakukan

pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan

sanksi akademik yang berlaku.

Surakarta, Juni 2012

Trisna Kusumawati

Page 5: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa dipanjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan tesis dengan judul “Kajian Degradasi Air Tanah

Dangkal Akibat Lindi (Leachate) di Lingkungan Tempat Pembuangan Akhir

Sampah Putri Cempo Surakarta”.

Tesis ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mencapai

derajat Magister Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Ucapan terima kasih Penulis sampaikan kepada Dr. M. Masykuri, M.Si.

selaku pembimbing utama dan Prof. Dr. Totok Gunawan, MS. selaku pembimbing

anggota yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran di sela-sela

kesibukannya untuk membimbing dan mengarahkan Penulis mulai dari

penyusunan proposal, penelitian, ujian, dan penyusunan Tesis.

Tidak lupa pada kesempatan ini pula Penulis juga menyampaikan terima

kasih kepada:

1. Dr. Prabang Setyono, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Lingkungan

UNS yang sudah memberikan ijin penelitian.

2. Prof. Dr. Ir. MTh. Budiastuti, M.Si selaku Sekretaris S3 dan Dr. Sunarto, MS

selaku Sekretaris S2 Program Studi Ilmu lingkungan yang telah memberikan

saran dan motivasi selama penyusunan Tesis, serta mbak Dhina Silvia yang

sudah membantu administrasi dalam menyelesaikan Tesis.

Page 6: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

3. Ayahanda Drs. H. Mawardi dan Ibunda Hj. Kusrini, S.Pd yang selalu

memberikan doa, nasihat, kasih sayang, dan dukungan baik moril maupun

materiil yang tidak ternilai harganya sehingga Penulis dapat menyelesaikan

pendidikan ini.

4. Kepala dan staf Laboratorium Pusat, Sub Laboratorium Kimia dan Biologi

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah mengijinkan dan membantu

Penulis untuk melakukan penelitian di laboratorium.

5. Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik, Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah, serta Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surakarta yang telah

memberikan ijin dan akses data pendukung dalam penyusunan Tesis.

6. Warga Desa Sulurejo dan Randusari yang telah memberikan ijin kepada

Penulis untuk mengambil sampel penelitian.

7. Kakakku, Iwan Prihantoro, S.Pt. M.Si (sekeluarga) dan Totok Harjanto,

S.Kep,Ns. M.Kes (sekeluarga), dan Sertu Munajab, terima kasih atas doa,

nasihat dan dukungannya.

8. Teman-teman seperjuangan Ilmu Lingkungan 2010 atas dukungan dan

kebersamaannya selama ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas

dukungannya.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh

karena itu dengan kerendahan hati Penulis menerima masukan berupa saran dan

Page 7: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

kritik membangun dari para pembaca. Besar harapan Penulis, semoga Tesis ini

bermanfaat bagi kita semua dan pihak-pihak terkait.

Surakarta, Juni 2012

Penyusun

Page 8: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

Trisna Kusumawati. 2012. Kajian Degradasi Air Tanah Dangkal Akibat Air

Lindi (Leachate) di Lingkungan Tempat Pembuangan Akhir Putri Cempo

Surakarta. TESIS. Pembimbing I: Dr. M. Masykuri, M.Si Pembimbing II: Prof.

Dr. Totok Gunawan, M.S. Program Studi Ilmu Lingkungan, Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

ABSTRAK

Karakteristik sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Putri Cempo

sebagian besar adalah sampah organik, yaitu terdiri dari 81% sampah organik

basah yang biodegradable. Kandungan sampah organik yang tinggi

mengakibatkan jumlah air lindi (leachate) hasil peluruhan sampah juga semakin

tinggi. Sistem open dumping dan tidak adanya penanganan air lindi

mengakibatkan air lindi langsung merembes ke lapisan tanah di bawahnya dan

mencemari air tanah di sekitar TPA. Penelitian ini bertujuan mengetahui kualitas

air tanah dangkal di sekitar TPA Putri Cempo Surakarta ditinjau dari parameter

pencemaran Fisika (Bau, Rasa, Warna, Suhu, TSS), Kimia (pH, DO, BOD, COD,

Nitrat, Sulfat, Besi, Timbal, Klorida) dan Biologi (Colliform fecal), mengetahui

tingkat degradasi kualitas air tanah dangkal di sekitar TPA Putri Cempo Surakarta

berdasarkan Indeks Pencemaran (IP) dan STORET, dan memberikan alternatif

rekomendasi pengelolaan air tanah di sekitar TPA Putri Cempo.

Pengambilan sampel air tanah (air sumur) dilakukan di Desa Sulurejo

(sebelah Timur TPA) dan Desa Randusari (sebelah Selatan TPA) pada jarak 50-

300 meter. Masing-masing Desa di ambil 4 titik lokasi air sumur. Uji kualitas air

tanah dilakukan secara in-situ dan diuji di laboratorium berdasarkan parameter

Fisika, Kimia, dan Biologi. Data kualitas air tanah dangkal (air sumur) dianalisis

secara destruktif komparatif dengan Baku Mutu Air Kelas I ditetapkan oleh PPRI

No. 82 tahun 2001 dan penentuan tingkat degradasi kualitas air tanah dangkal

ditentukan menggunakan metode Indeks Pencemaran (IP) dan STORET.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa air tanah di Desa Sulurejo dan

Randusari sudah tercemar dan tidak layak dikonsumsi. Parameter kualitas air

tanah yang melebihi baku mutu air kelas I PPRI No.82 tahun 2001 dan

PerMenKes No. 416 Tahun 1990 di antaranya adalah padatan total terlarut (71,00-

76,00 mg/L), BOD (4,06-48,54 mg/L), COD (13,03-86,79 mg/L), besi (0,87

mg/L), dan Coliform fecal (1750-2400 MPN/100 mL), dan nilai DO kurang dari

baku mutu air kelas I (< 6 mg/L). Tingkat degradasi kualitas air tanah dangkal

ditentukan dengan Metode Indeks Pencemaran (IP) dan STORET. Analisis

berdasarkan IP diketahui bahwa air tanah di Desa Sulurejo dan Randusari

tergolong tercemar ringan dan sedang, sedangkan analisis dengan metode

STORET diketahui bahwa air tanah di Desa Sulurejo dan Randusari tergolong

tercemar sedang dan buruk/berat dengan tingkat degradasi kualitas air mencapai

43%.

Kata kunci : TPA Putri Cempo, air lindi (leachate), kualitas air tanah dangkal,

PPRI No. 82 Tahun 2001 & PerMenKes No. 416 Tahun 1990,

Indeks Pencemaran (IP) dan STORET.

Page 9: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Trisna Kusumawati. 2012. Study of Degradation Water Shallow Groundwater

by Leachate in the Final Relocation Place Area of Waste Putri Cempo

Surakarta. Tesis. Supervised by Dr. M. Masykuri, M.Si and Prof. Dr. Totok

Gunawan, M.S. Environmental Science Program, Post Graduate Program of

Sebelas Maret University Surakarta.

ABSTRACT

Characteristics of the waste at Final Relocation Place Area (TPA) Putri

Cempo mostly organic waste, which is composed of 81% of wet organic waste is

biodegradable. High content of organic waste resulting in the amount of leachate

(leachate) products is also increasing. Open dumping system and the absence of

leachate treatment resulted in a direct leachate seeping into the soil layer below it

and contaminate the ground water around the landfill. This study aims to

determine the quality of shallow groundwater around the TPA Putri Cempo

Surakarta in terms of pollution parameters Physics (smell, taste, color,

temperature, TSS), chemical (pH, DO, BOD, COD, Nitrate, Sulfate, Iron, Lead,

Chloride ) and Biology (Colliform fecal), to know the level of degradation of the

quality of shallow groundwater around the TPA Putri Cempo Surakarta based

Pollution Index (IP) and STORET and Provide alternative recommendations in

the management of groundmater around at TPA Putri Cempo.

Sampling of groundwater (well water) is done in the Village Sulurejo

(East of TPA) and Randusari Village (South of TPA) at a distance of 50-300

meters. Each village was taken 4 point locations of water wells. Ground water

quality testing performed by in-situ and laboratory based on the parameters tested

in Physics, Chemistry, and Biology. Data quality of shallow ground water (well

water) were analyzed with the comparative destructive Class I Air Quality

Standards set by the PPRI No. 82 in 2001 and the determination of the level of

degradation of the quality of shallow ground water is determined using the

method of Pollution Index (IP) and STORET.

The results showed that ground water in the village and Randusari

Sulurejo was contaminated and unfit for consumption. Ground water quality

parameters that exceeded water quality class I PPRI No. 82 in 2001 and

PerMenKes No. 907 Tahun 2002 include total dissolved solids (71,00-76,00

mg/L), BOD (4,06-48,54 mg/L), COD (13,03-86,79 mg/L), iron (0,87 mg/L), and

fecal coliform (1750-2400 MPN/100 mL), and the DO water quality standard of

less than Class I Air Quality Standards (<6 mg / L). Rate of degradation of the

quality of shallow ground water is determined by the method of Pollution Index

(IP) and STORET. Analysis with IP showed that the ground water in Sulurejo and

Randusari relatively polluted mild and moderate, while the analysis by the method

of STORET known that ground water in the Sulurejo and Randusari are classified

as polluted and heavy with the degradation of water quality at 43%.

Keyword : TPA Putri Cempo, leachate, the quality of shallow ground water, PPRI

82/2001 and PerMenKes 416/1990, Pollution Index (IP) and

STORET.

Page 10: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ……………………………………………….…………… i

HALAMAN PERSETUJUAN …………………………………………………. ii

HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………….. iii

PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI TESIS ………………… iv

KATA PENGANTAR …………………………………………………………. v

ABSTRAK …………………………………………………………………….. viii

ABSTRACT ……………………………………………………………..……. ix

DAFTAR ISI …………………………………………………………………… x

DAFTAR TABEL …………………………………………………………….. xiii

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………. xiv

DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………….. xvi

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………….… 1

A. Latar Belakang Masalah …………………………………….. 1

B. Rumusan Masalah ………...……………………………….... 5

C. Tujuan Penelitian …………………………………………..... 5

D. Manfaat Penelitian …………………………………………... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………… 7

A. Kajian Teori …………………………….………………....... 7

1. Pengertian Air Tanah …….……………………………... 7

2. Gerakan Air Tanah ……………………………………... 12

3. Kualitas Air Tanah ……………………………………... 13

Page 11: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

4. Pencemaran Air Tanah ………………………………..... 27

a. Degradasi Air Tanah ……………………………….. 27

b. Penentuan Tingkat Degradasai Air Tanah …………. 29

5. Air Lindi …………..…………….…………………........ 34

6. Tempat Pembuangan Akhir Putri Cempo Surakarta ….... 37

7. Tata Guna Lahan ………………………………….…..... 40

B. Kerangka Berpikir …………………………………………. 42

C. Hipotesis ……………………………………………………. 44

BAB III METODE PENELITIAN ………………………………………. 45

A. Waktu dan Tempat Penelitian …………………………….... 45

B. Alat dan Bahan …………………………………………….. 45

C. Metode Penelitian …………………………………………... 46

D. Teknik Pengambilan Sampel ……………………………….. 46

E. Pengukuran Parameter Fisika, Kimia, dan Biologi Air ……. 47

F. Analisis Data ………………………………………………. 56

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………... 58

A. Kondisi TPA Putri Cempo Surakarta ………………….…… 58

B. Kondisi Air Tanah di Desa Sulurejo dan Randusari ………. 62

C. Kualitas Air Tanah di Sulurejo dan Randusari …………….. 67

D. Tingkat Degradasi Kualitas Air Tanah di Sulurejo dan

Randusari.………………………………………………….. 92

E. Rekomendasi Pengelolaan Air Tanah di Sekitar TPA Putri

Cempo ……………………………………………….……... 94

Page 12: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ………………..... 96

A. Kesimpulan …………………………………………….…... 96

B. Implikasi Kebijakan …...…………………………………... 97

C. Saran ………………………………………………………. 97

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………. 99

LAMPIRAN ………………………………………………………………….. 104

Page 13: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Klasifikasi Mutu Air menurut PPRI No. 82 Tahun 2001 …………………. 17

2. Klasifikasi Mutu Air menurut KepMenKes No. 416 Tahun 1990 …………18

3. Penentuan Status Mutu Air dengan Indeks Pencemaran (IP) ……………... 31

4. Komposisi Sampah Kota Surakarta ……………………………………….. 37

5. Jumlah Sampah di TPA Putri Cempo selama 5 Tahun Terakhir ………….. 38

6. Parameter Fisika, Kimia, dan Biologi Air …………….…………………... 47

7. Data Kedalaman Sumur Artesis di Kota Surakarta ………………………... 62

8. Data Sumur sebagai Tempat Penelitian …………………………..…….…. 64

9. Hasil Analisis Air Lindi TPA Putri Cempo ……………………………….. 67

10. Hasil Pengukuran Kualitas Air Tanah di Sulurejo dan Randusari ………...69

11. Rekapitulasi Kualitas Air Tanah dengan Indeks Pencemaran (IP) ………... 92

12. Rekapitulasi Kualitas Air Tanah dengan Metode STORET ………………. 93

13. Contoh Perhitungan Indeks Pencemaran pada Sumur S1 ………………... 112

Page 14: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Akuifer Tidak Tertekan dan Akuifer Tertekan …………………………..... 12

2. Pernyataan Indeks untuk suatu Peruntukan (j) …………………………….. 33

3. Kondisi TPA Putri Cempo Surakarta ………………………………..….… 39

4. Skema Kerangka Pemikiran ……...……………………………………….. 43

5. Diagram Alir Penelitian …………………………………………………… 57

6. Kegiatan di TPA Putri Cempo Surakarta ……………………………….…. 58

7. Kegiatan Para Pemulung di TPA Putri Cempo ……………………………. 59

8. Air Lindi Hasil Luruhan Sampah di TPA Putri Cempo …………………… 61

9. Profil Tanah Secara Umum ………………………………….………….…. 65

10. Sampel Air Sumur (S1-S7) …………………………………………...…… 68

11. Kondisi Suhu Air Sumur pada Jarak Tertentu ….………………………… 71

12. Kondisi Kadar TSS Air Sumur pada Jarak Tertentu ……………….……… 73

13. Kondisi Kadar pH Air Sumur pada Jarak Tertentu ………………...……… 75

14. Kondisi Kadar DO Air Sumur pada Jarak Tertentu ………………………. 77

15. Kondisi Kadar BOD Air Sumur pada Jarak Tertentu …………..………..... 78

16. Kondisi Kadar COD Air Sumur pada Jarak Tertentu ………………...…… 80

17. Kondisi Kadar Nitrat Air Sumur pada Jarak Tertentu …..…..…………….. 82

18. Kondisi Kadar Sulfat Air Sumur pada Jarak Tertentu ……..……………... 84

19. Kondisi Kadar Klorida Air Sumur pada Jarak Tertentu ……………….….. 86

20. Kondisi Kadar Besi Air Sumur pada Jarak Tertentu .……………………... 87

21. Kondisi Kadar Timbal Air Sumur pada Jarak Tertentu ………………...…. 89

Page 15: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

22. Kondisi Kadar total Coliform fecal Air Sumur pada Jarak Tertentu ……… 90

Page 16: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Peta lokasi TPA Putri Cempo Surakarta ……………………………........ 105

2. Peta lokasi pengambilan air sumurdi Sulurejo dan Randusari …………… 106

3. Peta kontur TPA Putri Cempo Surakarta ………………………………... 107

4. Foto-foto sumur tempat pengambilan sampel ……………………………. 108

5. Data Perhitungan Kualitas Air dengan Indeks Pencemaran ……………... 112

6. Zonasi Pencemaran Air Tanah ……………………………………………

7. Data Pengujian Parameter Kimia Air Sumur S1 …………………………. 113

8. Data Pengujian Parameter Kimia Air Sumur S2 …………………………. 115

9. Data Pengujian Parameter Kimia Air Sumur S3 …………………………. 116

10. Data Pengujian Parameter Kimia Air Sumur S4 …………………………. 117

11. Data Pengujian Parameter Kimia Air Sumur S5 …………………………..118

12. Data Pengujian Parameter Kimia Air Sumur S6 …………………………. 119

13. Data Pengujian Parameter Kimia Air Sumur S7 ………………………… 120

14. Data Pengujian Parameter Biologi Air Sumur S1-S7 ……………………. 121

15. Biodata Penulis ……………………………………………………..……. 123

Page 17: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu masalah lingkungan hidup yang dihadapi saat ini adalah

masalah sampah. Pertambahan jumlah penduduk, perubahan pola konsumsi, dan

gaya hidup masyarakat telah meningkatkan jumlah timbunan sampah, jenis, dan

keragaman karakteristik sampah. Peningkatan daya beli masyarakat terhadap

berbagai jenis bahan pokok dan hasil teknologi serta peningkatan usaha atau

kegiatan penunjang pertumbuhan ekonomi suatu daerah juga memberikan

kontribusi yang besar terhadap kualitas dan kuantitas sampah yang dihasilkan.

Kota Surakarta merupakan salah satu Kota terbesar kedua di Propinsi Jawa

Tengah yang dikenal sebagai kota Wisata Budaya dan Pembelanjaan di Indonesia.

Kota Surakarta juga berkembang sebagai kawasan Industri yang cukup besar.

Menurut data statistik terakhir (tahun 2010), jumlah penduduk Kota Surakarta

adalah 529.421 jiwa dengan segala aktifitasnya sebagai kota wisata yang banyak

dikunjungi para wisatawan. Tingginya jumlah penduduk dan segala aktifitas yang

ada, sudah tentu banyak sampah yang akan dihasilkan. Dengan demikian, Kota

Surakarta dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang baik bagi warga kota

maupun pihak-pihak yang mempunyai kepentingan dengan kunjungannya di Kota

ini, salah satunya adalah penanganan sampah.

Page 18: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Kota Surakarta hanya memiliki satu lokasi Tempat Pembuangan Akhir

(TPA), yaitu TPA Putri Cempo, di Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres,

Kota Surakarta. TPA Putri Cempo telah beroperasi sejak tahun 1987 dengan luas

total area 17 Ha. Undang-undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan

Sampah di Indonesia mengamanatkan bahwa pengelolaan sampah yang ramah

lingkungan merupakan tanggung jawab pemerintah, sehingga pengelolaan sampah

di Kota Surakarta harus mengikuti segala aturan yang ada dalam Undang-undang

tersebut. Saat ini penanganan sampah masih sebatas pada penanganan yang

konvensional yaitu sampah diletakkan di tempat terbuka untuk dibiarkan

membusuk dengan sendirinya. Meskipun sudah diusahakan bahwa tempat

pembuangan ini disentralisasi di satu kawasan tertentu dengan metode sanitary

landfill. Namun kenyataannya permasalahan sampah masih tidak kunjung selesai,

sampah tersebut masih menjadikan sumber polusi udara karena bau dan polusi air

yang dikarenakan penanganan air lindinya kurang memadai sehingga air lindi

merembes ke lapisan tanah di bawahnya, serta menjadi penyebab terjadinya

wabah penyakit dan juga sebagai salah satu penyebab terjadinya banjir. Inilah

salah satu bentuk masalah yang ditimbulkan apabila penanganannya terlambat dan

tidak sistematis (Widyatmoko, 2002).

Air lindi (leachate) atau air luruhan sampah merupakan tirisan cairan

sampah hasil ekstrasi bahan terlarut maupun tersuspensi. Pada umumnya leachate

terdiri atas senyawa-senyawa kimia hasil dekomposisi sampah dan air yang masuk

dalam timbulan sampah. Air tersebut dapat berasal dari air hujan, saluran

drainase, air tanah atau dari sumber lain di sekitar lokasi TPA. Pada saat terjadi

Page 19: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

hujan, air hujan akan masuk dan meresap ke dalam tumpukan sampah yang

kemudian membawa zat-zat berbahaya dengan kepekatan zat pencemar yang

tinggi melimpah atau keluar dari timbunan. Pada TPA yang masih beroperasi,

BOD leachate dapat mencapai antara 2000–30.000 mg/L, COD antara 3000–

60.000 mg/L, dan PH antara 4,5–7,5. Namun pada TPA yang sudah beroperasi

lebih dari 15 tahun, pada umumnya akan terjadi penurunan kandungan BOD,

COD, bahkan pH dari leachate cenderung mendekati netral dan mempunyai

kandungan karbon organik dan mineral yang relatif menurun (Arbain, 2008).

Prihastini (2006) menyatakan bahwa kandungan air lindi di TPA Winongo

di Dusun Gembel, Kota Madiun di antaranya nilai pH 8.7, total suspended solid

(TSS) 530 mg/L, biological oxygen demand (BOD) sebesar 740 mg/L, dan

chemical oxygen demand (COD) 7000 mg/L. Adanya air lindi dari efek

dekomposisi sampah pada mengakibatkan kualitas air sumur di Dusun Gembel

ditinjau dari parameter DO, BOD, COD, Mn, dan NO2 melampaui baku mutu

yang dipersyaratkan menurut PP Nomor 82 Tahun 2001 untuk air Kelas I, sedang

untuk parameter kesadahan, Fe, Cd, dan Pb masih memenuhi syarat baku mutu.

Davis dan Cornwell (1991) menyatakan bahwa air lindi dari TPA dengan sistem

sanitary landfill mengandung pH 5.3 – 8.3, TSS 200-1000 mg/L, BOD 2000-

30.000 mg/L, dan COD 3000-45.000 mg/L. Sabahi et al (2009) menyatakan air

lindi dari TPA kota Ibb, Yaman mengandung pH 8.24, BOD5/COD masih normal,

tetapi kandungan senyawa logam seperti Pb, Ni, Cu, Cl, Ca, Mg, NH3, kesadahan,

dan DO melampaui batas normal yang ditetapkan oleh Yemen’s Ministry of Water

and Environment (YMWE). Talalaj IA dan L. Dzienis (2007) juga menyatakan

Page 20: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

bahwa keberadaan air lindi mempengaruhi kualitas air tanah. Pada penelitiannya,

Talalaj dan Dzienis hanya mengukur kandungan senyawa logam dan hasilnya

menunjukkan bahwa air tanah yang terkena air lindi mengandung senyawa logam

Sn, Cd, Cu, dan Fe yang tinggi. Ogundiran dan Afolabi (2008) menyatakan

kandungan logam berat seperti Pb, Cd, Zn, Cu, dan Cr yang dihasilkan dari

timbulan sampah (lindi) pada pembuangan sampah dengan sistem Open Dumping

di Lagos merusak kondisi lingkungan sekitar.

Keberadaan air lindi sangat membahayakan kesehatan dan lingkungan

karena air lindi mengandung mikroba patogen, logam berat dan jenis lainnya. Air

limbah yang dibiarkan akan mempunyai efek samping yang merugikan manusia,

yaitu membahayakan kehidupan manusia karena dapat membawa penyakit,

merugikan dari segi ekonomi karena dapat menimbulkan kerusakan pada benda

atau bangunan, tanaman maupun peternakan, serta merusak ekosistem, yakni

membunuh kehidupan yang ada pada perairan.

TPA Putri Cempo merupakan salah satu TPA yang ada di kota Surakarta

dengan proses pengolahan air lindi yang kurang memadai, sehingga perlu

dilakukan suatu kajian mengenai kualitas air tanah dan tingkat degradasi air tanah

dangkal akibat air lindi (leachate) di lingkungan TPA Putri Cempo. Kualitas air

tanah dangkal di lingkungan TPA diuji berdasarkan parameter Fisika (Bau, Rasa,

Warna, Suhu, TSS), Kimia (pH, DO, BOD, COD, Nitrat, Sulfat, Besi, Timbal,

Klorida) dan Biologi (Colliform fecal). Tingkat degradasi kualitas air tanah

dangkal di sekitar TPA Putri Cempo Surakarta ditentukan berdasarkan Indeks

Pencemaran (IP) dan STORET.

Page 21: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka perlu dilakukan

perumusan masalah secara detail untuk diteliti. Permasalahan yang akan dikaji

sebagai berikut:

1. Bagaimana kualitas air tanah dangkal yang ada di sekitar TPA Putri Cempo

Surakarta ditinjau dari parameter Fisika (Bau, Rasa, Warna, Suhu, TSS), Kimia

(pH, DO, BOD, COD, Nitrat, Sulfat, Besi, Timbal, Klorida) dan Biologi

(Colliform fecal) ?

2. Bagaimana tingkat degradasi kualitas air tanah dangkal di sekitar TPA Putri

Cempo Surakarta berdasarkan Indeks Pencemaran (IP) dan STORET ?

3. Bagaimana alternatif rekomendasi pengelolaan air tanah di sekitar TPA Putri

Cempo ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:

1. Mengetahui kualitas air tanah dangkal di sekitar TPA Putri Cempo Surakarta

ditinjau dari parameter pencemaran Fisika (Bau, Rasa, Warna, Suhu, TSS),

Kimia (pH, DO, BOD, COD, Nitrat, Sulfat, Besi, Timbal, Klorida) dan Biologi

(Colliform fecal).

2. Mengetahui tingkat degradasi kualitas air tanah dangkal di sekitar TPA Putri

Cempo Surakarta berdasarkan Indeks Pencemaran (IP) dan STORET.

3. Memberikan alternatif rekomendasi pengelolaan air tanah di sekitar TPA Putri

Cempo.

Page 22: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya:

1. Menambah khasanah keilmuan bagi peneliti di bidang lingkungan, khususnya

mengenai kualitas air tanah di lingkungan TPA Putri Cempo Surakarta ditinjau

dari parameter Fisika, Kimia, dan Biologi.

2. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang kondisi air tanah, sehingga

masyarakat diharapkan lebih berhati-hati dalam hal penggunaan air tanah/air

sumur.

3. Memberikan informasi kepada pemerintahan Kota Surakarta dan Stake holder

mengenai kondisi air tanah, sehingga dapat segera dilakukan pengelolaan

sampah khususnya pengolahan air lindi sehingga tidak mencermari air tanah di

lingkungan sekitar TPA tersebut.

Page 23: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pengertian Air Tanah

Air merupakan bagian terbesar di dunia dan diperlukan untuk semua

kehidupan. Air yang berada di wilayah jenuh di bawah permukaan tanah disebut

air tanah. Secara global, dari keseluruhan air tawar yang berada di planet bumi ini

lebih dari 97% terdiri atas air tanah. Air tanah merupakan sumber air yang paling

banyak dimanfaatkan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, hal ini

dikarenakan ketersediaan air tanah yang melimpah dan kualitasnya relatif lebih

baik di banding sumber air lainnya. Selain itu, air tanah juga mengandung

mineral-mineral yang dibutuhkan oleh tubuh (Asdak, 1995). Air tanah merupakan

sumber air yang berasal dari air hujan atau air permukaan yang meresap ke dalam

tanah dan bergabung membentuk lapisan yang disebut akuifer. Sebagian dari air

hujan yang jatuh ke tanah mengalami infiltrasi mengisi rongga lapisan tanah dan

bila air tersebut melebihi kapasitas infiltrasi, maka air akan mengalir ke

permukaan tanah yang selanjutnya masuk ke sungai atau laut (Matahelumual,

2007).

Todd (1989) mengemukakan bahwa air tanah adalah air yang terdapat di

bawah permukaan tanah dalam lajur jenuh air. Lajur jenuh air ini merupakan

lapisan batuan yang mempunyai celahan di dalamnya dan celahan tersebut saling

terhubung, sehingga air yang berada di dalamnya dapat bergerak atau mengalir.

Page 24: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Air tanah dangkal adalah air tanah yang terkandung dalam akuifer bebas atau

tidak tertekan (unconfined aquifer), yaitu akuifer jenuh air (saturated) yang

berada di bagian atas dibatasi oleh muka air tanah (water table) bebas dan dibatasi

oleh lapisan kedap air (impermeable layer) di bagian bawahnya (Kondoatie,

1996).

Lokasi air tanah di bawah permukaan memiliki distribusi ruang yang tidak

seragam, sehingga potensi keterdapatan air tanah di muka bumi ini berbeda dari

satu lokasi ke lokasi lain. Air tanah ditemukan pada formasi geologi permeable

(tembus air) yang dikenal dengan aquifer (reservoir tanah, formasi pengikat air,

dasar-dasar tembus air) yang merupakan formasi pengikat air yang

memungkinkan jumlah air yang cukup besar untuk bergerak melaluinya pada

kondisi lapisan yang biasa (Seyhan, 1993). Todd (1989) juga mengemukakan

bahwa air tanah merupakan air yang ada di bawah permukaan bumi, yang berarti

air tersebut menempati suatu tempat yang dikenal dengan lapisan pembawa

air/akuifer.

Akuifer adalah formasi geologi yang mempunyai struktur sehingga

memungkinkan air dapat masuk dan bergerak di dalamnya dalam kondisi normal.

Formasi geologi adalah formasi batuan atau material lain yang berfungsi

menyimpan air tanah dalam jumlah besar, sehingga akuifer merupakan bagian dari

formasi geologi yang mempunyai karakteristik sebagai lapisan pembawa air.

Karakteristik tersebut meliputi kesarangan (porositas), batuan penyusun akuifer

yang sebagian besar terdiri dari batuan yang belum mengeras (unconsolidated)

berupa pasir dan kerikil, hasil jenis (specific yield), koefisien transmobilitas,

Page 25: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

koefisien permeabilitas, dan debit aliran tanah (Lindsley, 1996). Akuifer ialah

suatu lapisan, formasi, atau kelompok formasi satuan geologi yang permeable

baik yang terkonsolidasi (misalnya lempung) maupun yang tidak terkonsolidasi

(pasir) dengan kondisi jenuh air dan mempunyai suatu besaran konduktivitas

hidraulik (K) sehingga dapat membawa air atau air dapat diambil dalam jumlah

kuantitas yang ekonomis. Akuifer juga sering disebut sebagai lapisan batuan

dibawah permukaan tanah yang mengandung air dan dapat dirembesi air.

Hadian (2006) mengemukakan bahwa air yang kita gunakan sehari-hari

telah menjalani siklus meteorik, yaitu telah melalui proses penguapan

(precipitation) dari laut, danau, maupun sungai, mengalami kondensasi di

atmosfer, dan kemudian menjadi hujan yang turun ke permukaan bumi. Air hujan

yang turun ke permukaan bumi tersebut ada yang langsung mengalir di

permukaan bumi (surface) dan ada yang meresap ke bawah permukaan bumi

(infiltration). Air yang langsung mengalir di permukaan bumi tersebut ada yang

mengalir ke sungai, sebagian mengalir ke danau, dan akhirnya sampai kembali ke

laut. Sementara itu, air yang meresap ke bawah permukaan bumi melalui dua

sistem, yaitu sistem air tidak jenuh (vadous zone) dan sistem air jenuh. Sistem air

jenuh adalah air bawah tanah yang terdapat pada suatu lapisan batuan dan berada

pada suatu cekungan air tanah. Sistem ini dipengaruhi oleh kondisi geologi,

hidrogeologi, dan gaya tektonik, serta struktur bumi yang membentuk cekungan

air tanah tersebut. Air ini dapat tersimpan dan mengalir pada lapisan batuan yang

kita kenal dengan akuifer (aquifer).

Page 26: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Mengingat bahwa air tanah berada pada zona atau lapisan dekat

permukaan tanah yang meloloskan air disebut dengan akuifer, Todd (1989)

membagi keberadaan air tanah dalam zona aerasi menjadi tiga bagian, di

antaranya zona kelengasan tanah (zona yang berupa tanah atau berbagai material

yang berada di dekat permukaan bumi dan dapat memberikan air ke atmosfer

melalui evapotranspirasi), zona antara (zona yang berada di antara zona

kelengasan tanah dan zona kapiler, zona antara tebalnya tidak tetap dan air yang

terkandung di dalamnya mempunyai daya serap ke bawah atau disebut air

gravitasi dan air pellikuler), dan zona kapiler (zona yang terjadi di atas lapisan

jenuh air yang tebalnya terbatas setinggi naiknya air secara kapiler).

Menurut Todd (1989) akuifer dibagi menjai 4 macam, yaitu:

1. Akuifer Tidak Tertekan (Unconfined Aquifer) merupakan akuifer yang berada

di bagian atas dibatasi oleh muka air tanah, sedang di bagian bawah dibatasi

oleh lapisan batuan yang mempunyai sifat impermeabel atau kedap air.

2. Akuifer Tertekan (Confined Aquifer) merupakan akuifer yang di bagian atas

dan bawah dibatasi oleh lapisan batuan yang mempunyai sifat

impermeabel/kedap air.

3. Akuifer Setengan Tertekan (Semi Confined Aquifer) merupakan akuifer yang di

bagian atas dilapisi oleh batuan yang semi permeabel, sedang di bagian bawah

dilapisi oleh lapisan batuan yang impermeabel/kedap air.

4. Akuifer Setengah Bebas (Semi Unconfined Aquifer) merupakan akuifer yang di

bagian atas dibatasi oleh lapisan batuan yang permeabilitasnya antara semi-

Page 27: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

confined dan confined, sedang di bagian bawah dibatasi oleh lapisan

impermeabel/kedap air.

Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Seyhan (1993). Tipe akuifer

dibagi menjadi 4, antara lain:

1. Akuifer Tidak Tertekan, disebut juga akuifer bebas, freatik atau non artesis.

Batas-batasnya adalah muka air tanah. Kelengkungan dan kedalaman muka air

tanah beragam tergantung pada kondisi-kondisi permukaan.

2. Akuifer Tertekan, disebut juga akuifer artesis atau akuifer tertekan yaitu

akuifer air tanah tertutup antara dua strata yang relatif kedap air.

3. Akuifer Melayang, merupakan akuifer tak terbatas karena tubuh air tanah

dipisahkan dari tunuh utama air tanah oleh stratum yang relatif kedap air

dengan luas yang kecil.

4. Akuifer Semi Tertekan, merupakan akuifer yang bertekanan yang dibatasi oleh

lapisan-lapisan semi permeabel.

Asdak (1995) berpendapat bahwa akuifer pada dasarnya adalah kantong

pembawa air yang berada di dalam tanah dan dibedakan menjadi dua, yaitu:

akuifer Bebas (akuifer bebas terbentuk ketika tinggi permukaan air tanah (water

table) menjadi batas atas zona tanah jenuh dan akuifer Terkekang (akuifer

terkekang dikenal sebagai artesis, terbentuk ketika air tanah dalam dibatasi oleh

lapisan kedap air sehingga tekanan di bawah lapisan kedap air tersebut lebih besar

daripada tekanan atmosfer).

Page 28: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Gambar 1. Akuifer Tidak Tertekan dan Akuifer Tertekan

Sumber: Asdak, 1995.

2. Gerakan Air Tanah

Perbedaan potensi kelembaban total dan kemiringan antara dua titik/lokasi

dalam lapisan tanah dapat menyebabkan gerakan air dalam tanah. Air bergerak

dari tempat dengan potensi kelembaban tinggi ke tempat dengan potensi

kelembaban yang lebih rendah. Selanjutnya air akan bergerak mengikuti lapisan

(lempengan) formasi geologi sesuai dengan arah kemiringan lapisan formasi

geologi tersebut. Kelembaban tanah tidak selalu mengakibatkan gerakan air dari

tempat basah ke tempat kering. Air dapat bergerak dari tempat kering ke daerah

basah seperti terjadi pada proses perkolasi air tanah. Oleh pengaruh energi panas

matahari, air juga dapat bergerak ke arah permukaan tanah, sampai tiba gilirannya

menguap ke udara (proses evaporasi) (Asdak, 1995).

Akuifer tertekan

Sumur Artesis

Akuifer tak

tertekan

Muka air tanah

Aliran sumur

artesis Permukaan

Piezometrik

Lapisan atas

akuifer tertekan

Lapisan kedap

air

Page 29: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Todd (1996) mengemukakan bahwa gerakan air tanah dipengaruhi oleh

prinsip-prinsip hidrolika yang telah tersusun rapi. Pada umumnya aliran air tanah

melewati akuifer yang merupakan media tiris. Permeabilitas merupakan ukuran

kemudahan aliran yang melewati akuifer tersebut, dan merupakan konstanta

penting dalam persamaan aliran. Wilson EM (1993) berpendapat bahwa aliran air

tanah berlangsung dalam zat antara sarang, pori-pori tanah yang dilaluinya benar-

benar sangat kecil dan umumnya berkisar antara 2 – 0.02 mm.

Soemarto (1987) mengungkapkan bahwa gerak air tanah dibedakan

menjadi 2, yaitu gerak air tanah vertikal (gerakan ini disebabkan oleh adanya

gravitasi bumi yang menimbulkan gerakan air ke bawah dan gaya kapilaritas air

dalam pori-pori tanah yang menyebabkan gerakan ke atas, kelebihan air tanah

merupakan air gravitasi yang mengalir ke bawah akibat gaya gravitasi dan air

yang tidak bergerak ditahan oleh gaya kapiler sampai berat air akan naik) dan

gerak air tanah horisontal (gerakan yang disebabkan oleh adanya perbedaan

ketinggian antara muka air tanah di satu tempat dengan tempat yang lainnya. Air

tanah akan bergerak secara lateral melalui akuifer dengan sifat poros yang mudah

dilalui air sebagai medianya yaitu peresapan ke daerah pelepasan. Gerakan ini

juga dipengaruhi oleh permeabilitas batuan dan gradient hidrolik).

3. Kualitas Air Tanah

Kualitas air adalah mutu air yang memenuhi standar untuk tujuan tertentu.

Syarat yang ditetapkan sebagai standar mutu air berbeda-beda tergantung tujuan

penggunaan, sebagai contoh, air yang digunakan untuk irigasi memiliki standar

Page 30: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

mutu yang berbeda dengan air untuk dikonsumsi. Kualitas air dapat diketahui

nilainya dengan mengukur peubah Fisika, Kimia dan Biologi (Trisnawulan,

2007). Arsyad (1989) menerangkan bahwa kualitas air merupakan tingkat

kesesuaian air untuk dipergunakan bagi pemenuhan tertentu kehidupan manusia,

seperti untuk air minum, mengairi tanaman, minuman ternak dan sebagainya.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 20 tahun 1990, tentang

Pengendalian Pencemaran Air mendefinisikan peristilahan-peristilahan yang

berkaitan dengan terminologi, karakteristik dan interkoneksi parameter-parameter

kualitas air, antara lain: Kualitas air adalah sifat air dan kandungan mahluk hidup,

zat, energi, atau komponen lain di dalam air. Kualitas air dinyatakan dengan

beberapa parameter, yaitu parameter fisika (suhu, kekeruhan, padatan terlarut, dan

sebagainya), parameter kimia (pH, oksigen terlarut, BOD, COD, kadar logam, dan

sebagainya), dan parameter biologi (keberadaan plankton, bakteri, dan

sebagainya) (Effendi, 2003).

Mason (2003) mengemukakan bahwa pemantauan kualitas air suatu

perairan memiliki tiga tujuan utama, yaitu 1) Environmental Surveillance,

bertujuan mendeteksi dan mengukur pengaruh yang ditimbulkan oleh suatu

pencemar terhadap kualitas lingkungan dan mengetahui perbaikan kualitas

lingkungan setelah pencemar tersebut dihilangkan. 2) Establishing Water Quality

Criteria, bertujuan mengetahui hubungan sebab akibat antara perubahan variabel-

variabel ekologi perairan dengan parameter fisika dan kimia untuk mendapatkan

baku mutu kualitas air, dan 3) Apprasial of Resources, bertujuan mengetahui

gambaran kualitas air pada suatu tempat secara umum.

Page 31: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Kriteria mutu air adalah nilai-nilai yang didasarkan pada pengalaman dan

kenyataan ilmiah yang dapat dipergunakan oleh pemakainya untuk menetapkan

manfaat relatif dari air tertentu. Menurut Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun

2001, mutu air adalah kondisi kualitas air yang diukur atau diuji berdasarkan

parameter dan metode tertentu berdasarkan pada peraturan perundang-undangan

yang berlaku. Sedangkan baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhluk

hidup, zat, energi dan unsur-unsur pencemar yang ditenggang keberadaannnya

dalam air.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang

pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air dibagi menjadi empat

kelas, yaitu:

1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air

minum dan atau peruntukan lain yang mensyaratkan mutu air yang sama

dengan kegunaan tersebut.

2. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk sarana/prasarana

rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi

pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mensyaratkan mutu air yang sama

dengan kegunaan tersebut.

3. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan

ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau

peruntukan lain yang menpersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan

tersebut.

Page 32: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

4. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi,

pertanaman dan atau untuk peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air

yang sama dengan kegunaan tersebut.

Kualitas air yang dinilai masih layak untuk dimanfaatkan oleh bagi

peruntukkan tertentu dengan ketentuan syarat dapat dilihat pada pada table 1.

Parameter penentuan kualitas air di antaranya adalah:

1) Bau, Rasa, dan Warna

Bau dan rasa umumnya disebabkan karena adanya zat organik tertentu

yang dapat menyebabkan rasa tertentu. Selain itu, kandungan zat sulfida juga

dapat menyebabkan air menjadi berbau seperti telur busuk. Air yang normal

umumnya tidak berasa. Rasa yang menyimpang umumnya dihubungkan dengan

bau. Rasa yang menyimpang disebabkan oleh adanya zat-zat kimia tertentu.

Warna merupakan salah satu indikator pencemaran yang ditunjukkan oleh air

limbah. Warna air yang tidak normal biasanya menunjukkan adanya polusi.

Warna pada air dapat disebabkan adanya penguraian zat organik alami seperti

humus, lignin, tannin, dan asam organi lainnya. Selain itu, pasir, tanah,

mikroorganisme (alga dan lumut) dan warna hasil industri (tekstil, kertas, dan

pewarna makanan) juga dapat membuat air menjadi berwarna. Berdasarkan baku

mutu air minum, air minum yang baik adalah tidak berbau, berasa, dan berwarna

(Fardiaz, 1992).

Page 33: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Tabel 1. Klasifikasi mutu air menurut PP No. 82 Tahun 2001

PARAMETER SATUAN KELAS

KETERANGAN

I II III IV

FISIKA

Suhu ⁰C Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi 5 Deviasi suhu dari keadaan ilmiah

Residu Terlarut mg/L 1000 1000 1000 2000

Residu Tersuspensi mg/L 50 50 400 400

Bagi pengolahan air minum secara konvensional, residu tersuspensi < 5000

mg/L

KIMIA

pH - 6-9 6-9 6-9 6-9

Apabila secara ilmiah di luar rentang

tsb, maka ditentukan berdasarkan

kondisi alamiah

BOD mg/L 2 3 6 12 -

COD mg/L 10 20 50 100 -

DO mg/L 6 4 3 0 Angka batas minimum

Total fosfat sbg P mg/L 0,2 0,2 1 5 -

NO3 sbg N mg/L 10 10 20 20 -

NH3-N mg/L 0,5 - - -

Bagi perikanan, kandungan amonia

bebas untuk ikan yang peka < 0.02 mg/L sbg NH3

Arsen mg/L 0,05 1 1 1 -

Kobalt mg/L 0,2 0,2 0,2 0,2 -

Barium mg/L 1 - - - -

Boron mg/L 1 1 1 1 -

Selenium mg/L 0,01 0,05 0,05 0,05 -

Kadmium mg/L 0,01 0,01 0,01 0,01 -

Krom (IV) mg/L 0,5 0,05 0,05 0,01 -

Tembaga mg/L 0,02 0,02 0,02 0,2

Bagi pengolahan air minum secara

konvensional, Cu < 1 mg/L

Besi mg/L 0,3 - - -

Bagi pengolahan air minum secara

konvensional, Fe < 5 mg/L

Timbal mg/L 0,03 0,03 0,03 1 Bagi pengolahan air minum secara konvensional, Pb < 0.1 mg/L

Mangan mg/L 1 - - - -

Air Raksa mg/L 0,001 - - - -

Seng mg/L 0,3 0,05 0,05 5

Bagi pengolahan air minum secara

konvensional, Zn < 5 mg/L

Khlorida mg/L 600 - - - -

Sianida mg/L 0,02 0,02 0,02 - -

Fluorida mg/L 0,5 1,5 1,5 - -

Nitrit sbg N mg/L 0,06 0,06 0,06 -

Bagi pengolahan air minum secara

konvensional, NO2N < 1 mg/L

Sulfat mg/L 400 - - - -

Khlorin bebas mg/L 0,03 0,03 0,03 - Bagi ABAM tidak dipersyaratkan

Belerang sbg H2S mg/L 0,002 0,002 0,002 - -

MIKROBIOLOGI

E. coli jml/100 mL 100 1000 2000 2000 Bagi pengolahan air minum secara konvensional, fecal coliform < 2000

jml/100mL dan total coliform < 10000

jml/100mL Total coliform jml/100 mL 1000 5000 10000 10000

Page 34: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Tabel 2. Daftar persyaratan kualitas air bersih (PerMenKes RI No. 416/1990)

PARAMETER Satuan Kadar Maksimum

yang diperbolehkan Keterangan

FISIKA

Bau - - Tidak berbau

Jumlah zat padat terlarut (TDS) mg/L 1500 -

Kekeruhan Skala NTU 25 -

Rasa - - Tidak berasa

Suhu ⁰C dev 3 -

Warna skala TCU 50 -

KIMIA

Air Raksa mg/L 0,001 -

Arsen mg/L 0,05 -

Besi mg/L 1,0 -

Fluorida mg/L 1,5 -

Kadmium mg/L 0,005 -

Kesadahan mg/L 500 -

Klorida mg/L 600 -

Kromium mg/L 0,05 -

Mangan mg/L 0,5 -

Nitrat sbg N mg/L 10 -

Nitrit sbg N mg/L 1,0 -

pH - 6,5-9,0 batas min & maks, khusus air hujan pH min 5,5

Selenium mg/L 0,01 -

Seng mg/L 15 -

Sianida mg/L 0,1 -

Sulfat mg/L 400 -

Timbal mg/L 0,05 -

Aldrin & Dieldrin mg/L 0,0007 -

Benzena mg/L 0,01 -

Benzo (a) pyrene mg/L 0,00001 -

Chlordane mg/L 0,007 -

Cloroform mg/L 0,003 -

2,4 D mg/L 0,10 -

DDT mg/L 0,03 -

Detergen mg/L 0,5 -

1,2 Discloroethane mg/L 0,01 -

1,1 Discloroethane mg/L 0,0003 -

Heptaclor mg/L 0,003 -

Hexachlorobenzene mg/L 0,00001 -

Gemma-HCH mg/L 0,004 -

Methoxychlor mg/L 0,10 -

Pentachlorophanol mg/L 0,01 -

Pestisida Total mg/L 0,10 -

2,4,6 urichlorophenol mg/L 0,01 -

zat organik (KMnO4) mg/L 10 -

BIOLOGI

Total koliform jml/100mL 50 Bukan air pipaan

jml/100mL 10 air pipaan

Page 35: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

2) Suhu

Suhu suatu badan perairan dipengaruhi oleh musim, posisi lintang,

ketinggian dari permukaan laut, waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan

awan, dan aliran serta kedalaman badan air. Suhu merupakan salah satu karakter

yang sangat penting karena perubahan suhu dapat memberikan perubahan kualitas

air. Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses Fisika, Kimia dan Biologi badan

air. Peningkatan suhu dapat mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi kimia,

evaporasi dan volatilisasi. Peningkatan suhu juga dapat menyebabkan penurunan

kelarutan gas dalam air, seperti O2, CO2, N2 dan sebagainya (Effendi, 2003).

3) TSS (Total Suspended Solid )

Padatan adalah bahan yang masih tetap tinggal sebagai sisa selama

penguapan dan mengalami pemanasan pada suhu 103-105 ºC. Bahan-bahan yang

masih mempunyai tekanan uap kecil di bawah suhu 103-105 ºC akan hilang

selama penguapan dan pemanasan (Smith, 2005). Padatan tersuspensi merupakan

padatan dengan ukuran lebih besar dari satu mikron, dapat mengendap sendiri

tanpa bantuan koagulan, meskipun dalam waktu agak lama (Rubiyah, 2007).

Penentuan padatan tersuspensi sangat berguna dalam analisis perairan tercemar

dan buangan, dan dapat digunakan untuk mengevaluasi kekuatan air buangan.

Selain itu dapat menentukan efisiensi unit-unit pengolahan. Pengendapan bahan

ini dapat dilakukan dengan proses biologis dan flokulasi kimia (Saeni, 1989).

Page 36: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

4) pH (derajat keasaman)

Nilai derajat keasaman (pH) dapat didefinisikan sebagai ukuran dari

aktivitas ion hidrogen (H+) yang menunjukkan suasana asam atau basa. Pescod

(1973) menyatakan bahwa nilai pH menunjukkan tinggi rendahnya konsentrasi

ion hidrogen dalam air. Kemampuan air untuk mengikat atau melepaskan

sejumlah ion hidrogen akan menunjukkan apakah perairan tersebut bersifat asam

atau basa. Air limbah dengan kondisi yang tidak netral akan menyulitkan proses

biologis, sehingga mengganggu proses penjernihan. Semakin kecil nilai pH nya,

maka air tersebut bersifat asam. Air buangan yang bersifat asam atau basa dapat

menurunkan daya pembersih (Sugiarto, 2006). Nilai pH perairan dapat

berfluktuasi karena dipengaruhi oleh aktivitas fotosintesis, respirasi organisme

akuatik, suhu dan keberadaan ion-ion di perairan tersebut. Nilai pH air lindi pada

tempat pembuangan sampah perkotaan berkisar antara 1.5 – 9.5 (Barus, 2002).

5) DO (Dissolved oxygen/oksigen terlarut)

Oksigen terlarut (dissolved oxygen) merupakan konsentrasi gas oksigen

yang terlarut dalam air. Oksigen yang terlarut dalam air berasal dari hasil

fotosintesis oleh fitoplankton atau tumbuhan air dan proses difusi dari udara.

Faktor yang mempengaruhi jumlah oksigen terlarut di dalam air adalah jumlah

kehadiran bahan organik, suhu, aktivitas bakteri, kelarutan, fotosintesis dan

kontak dengan udara. Kadar oksigen terlarut juga berfluktuasi secara harian dan

musiman tergantung pada percampuran (mixing) dan (turbulence) massa air,

aktivitas fotosintesis, respirasi, dan keadaan limbah yang masuk ke badan air,

Page 37: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

sehingga akan mempengaruhi kelarutan dan keberadaan unsur-unsur nutrien di

perairan (Fardiaz, 1992).

7) BOD (Biochemical Oxygen Demand )

BOD adalah jumlah oksigen yang diperlukan oleh mikroorganisme untuk

menguraikan bahan organik yang terdapat dalam air pada keadaan aerobik yang

diinkubasi pada suhu 20°C selama 5 hari, sehingga sering disebut BOD5. Nilai

BOD5 perairan dapat dipengaruhi oleh suhu, densitas plankton, keberadaan

mikroba, serta jenis dan kandungan bahan organik (Effendi, 2003). Nilai BOD5 ini

juga digunakan untuk menduga jumlah bahan organik di dalam air limbah yang

dapat dioksidasi dan akan diuraikan oleh mikroorganisme melalui proses biologi.

Berbeda dengan COD yang memberikan gambaran jumlah total bahan organik

yang mudah terurai maupun yang sulit terurai (non biodegradable), BOD

memberikan gambaran jumlah bahan organik yang dapat terurai secara biologis

(bahan organik mudah urai, biodegradable organic matter) dan umumnya nilai

BOD lebih rendah dari COD (Hariyadi, 2001).

8) COD (Chemical Oxygen Demand )

COD menyatakan jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk

mengoksidasi semua bahan organik yang terdapat di perairan menjadi CO2 dan

H2O. Pada prosedur penentuan COD, oksigen yang yang dikonsumsi setara

dengan jumlah dikromat yang diperlukan dalam mengoksidasi air sampel. Bila

BOD memberikan gambaran jumlah bahan organik yang dapat terurai secara

Page 38: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

biologis (bahan organik mudah urai, biodegradable organic matter), maka COD

memberikan gambaran jumlah total bahan organik yang mudah terurai maupun

yang sulit terurai (non biodegradable ) (Hariyadi, 2001). Angka COD merupakan

ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara alamiah dapat

dioksidasikan melalui proses mikrobiologis, dan mengakibatkan berkurangnya

oksigen terlarut dalam air (Fardiaz, 1992). Umumnya nilai COD lebih tinggi

dibandingkan dengan uji BOD, hal ini dikarenakan bahan-bahan yang stabil

terhadap reaksi biologi dan mikroorganisme dapat ikut teroksidasi dalam uji COD

(Achmad, 2004).

9) Nitrat

Nitrat adalah bentuk nitrogen utama dalam perairan dan merupakan

nutrien utama bagi tumbuhan dan algae. Nitrat sangat mudah larut dalam air dan

bersifat stabil, dihasilkan dari proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen di

perairan (Effendi, 2003). Senyawa ini dihasilkan dari proses oksidasi sempurna

senyawa nitrogen di perairan. Nitrifikasi yang merupakan proses oksidasi amonia

menjadi nitrit dan nitrat adalah proses yang penting dalam siklus nitrogen dan

berlangsung dalam kondisi aerob.

2 NH3 + 3 O2 Nitrosomonas → 2 NO2-

+ 2 H+ + 2 H2O

2 NO2-

+ O2Nitrobacter → 2 NO3-

Effendi (2003) juga menyatakan bahwa kadar nitrat yang melebihi 5 mg/L

menggambarkan terjadinya pencemaran antropogenik yang berasal dari aktivitas

manusia (pencucian dan pengolahan makanan) serta tinja hewan. Kadar nitrat-

Page 39: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

nitrogen yang lebih dari 2 mg/L dapat mengakibatkan terjadinya eutrofikasi

perairan yang selanjutnya memacu pertumbuhan algae serta tumbuhan air lain

menjadi pesat (blooming).

10) Sulfat

Sulfat adalah bentuk sulfur utama dalam perairan dan tanah. Di perairan

yang diperuntukkan bagi air minum sebaiknya tidak mengandung senyawa

natrium sulfat (Na2SO4) dan magnesium sulfat (MgSO4) (Hariyadi, 1992). Di

perairan, sulfur berikatan dengan ion hidrogen dan oksigen. Reduksi

(pengurangan oksigen dan penambahan hidrogen) anion sulfat menjadi hidrogen

sulfida pada kondisi anaerob dalam proses dekomposisi bahan organik

menimbulkan bau yang kurang sedap dan meningkatkan korosivitas logam.

SO42-

+ bahan organik bakteri S2-

+ H2O + CO2 → S2-

+ 2 H+ anaerob H2S

Pada perairan alami yang mendapat cukup aerasi biasanya tidak ditemukan

H2S karena telah teroksidasi menjadi sulfat. Kadar sulfat pada perairan tawar

alami berkisar antara 2 – 80 mg/L. Kadar sulfat air minum sebaiknya tidak

melebihi 400 mg/L (Effendi, 2003).

11) Besi (Fe)

Besi adalah salah satu elemen kimiawi yang dapat ditemui pada hampir

setiap tempat di bumi, pada semua lapisan geologis dan semua badan air. Pada

umumnya, besi yang ada di dalam air dapat bersifat terlarut sebagai Fe 2+

(ferro)

atau Fe3+

(ferri), tersuspensi sebagai butiran koloidal (diameter <1μm) atau lebih

Page 40: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

besar, seperti Fe2O3, FeO, Fe(OH)3 dan sebagainya, serta tergabung dengan zat

organik atau zat padat yang anorganik (Alaerts, 1984). Besi dalam bentuk ferro

maupun ferri tergantung pada nilai pH dan kandungan oksigen terlarut. Pada pH

normal dan terdapat oksigen yang cukup, kandungan besi ferro yang terlarut akan

dioksidasi menjadi ferri yang mudah terhidrolisa membentuk endapan ferri

hidroksida yang tidak larut dan mengendap di dasar perairan sehingga membentuk

warna kemerahan pada substrat dasar. Kadar besi yang tinggi terdapat pada air

yang berasal dari air tanah dalam yang bersuasana anaerob atau dari lapisan dasar

perairan yang sudah tidak mengandung oksigen. Kadar besi pada perairan alami

berkisar antara 0.05 – 0.2 mg/L (Boyd, 1988 in Effendi, 2003) pada air tanah

dalam dengan kadar oksigen yang rendah kadar besinya dapat mencapai 10–100

mg/L. Kadar besi > 1,0 mg/L dianggap membahayakan kehidupan organisme

akuatik. Sedangkan bagi perairan yang diperuntukkan bagi keperluan pertanian

sebaiknya memiliki kadar besi yang tidak lebih dari 20 mg/L (McNeely et al,

1979 in Effendi, 2003).

12) Timbal (Pb)

Keberadaan logam-logam di dalam air selain dapat mengganggu proses

enzimatik juga menyebabkan polusi khususnya logam Pb. Logam ini sangat

reaktif terhadap ikatan ligan dengan sulfur dan nitrogen sehingga mengganggu

sistem fungsi metaloenzim (bersifat racun) terhadap metabolisme sel itu sendiri.

Apabila sitoplasma mengikat logam yang salah (non-esensial) atau sitoplasma

mengikat logam lain yang bukan semestinya maka akan dapat menyebabkan

Page 41: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

rusaknya kemampuan katalitik (detoksikasi) dari sel tersebut. Hal ini sering terjadi

pada sel-sel respirasi yaitu epitel insang yang menjadi rusak karena beberapa

logam terikat sebagai ligan. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju absorpsi

logam dalam air yaitu kadar garam (air laut), alkalinitas (air tawar), hadirnya

senyawa kimia lain, temperatur, pH, besar kecilnya organisme dan kondisi

kelaparan dari organisme (Darmono, 1995).

13) Klorida (Cl-)

Tingkat konsentrasi kelarutan khusus garam dapur (NaCl), dimana

disamping sebagai akibat pelarutan mineral yang mengandung Na dan Cl-, unsur

garam ini dapat terjadi sebagai hasil dari ikatan-ikatan residu dari penggunaan

pupuk kimia pertanian dan limbah cair dari industri dan rumah tangga.

Kandungan garam dalam air tawar adalah < 0.05%. Hampir semua perairan alami

mengandung klorida (Cl-). Konsentrasinya sangat bervariasi, dari konsentrasi

yang rendah sampai konsentrasi yang besar (seperti yang terkandung dalam air

laut). Perubahan konsentrasi klorida dalam air dipengaruhi beberapa faktor, antara

lain pencemaran dari perairan lain (sungai dan danau), limbah industri dan rumah

tangga, serta intrusi air laut. Dampak yang mungkin timbul dengan tingkat klorida

dalam garam yang tinggi adalah dapat mematikan biota/tumbuhan air sehingga

berpengaruh terhadap sistem rantai makanan serta dapat terjadi peningkatan nilai

DHL dan kelarutan beberapa logam yang terdapat dalam batuan dimana

sumberdaya air berada (Mulyana dkk, 2007).

Page 42: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

14) Bakteri Coliform fecal

Air merupakan media yang baik untuk kehidupan bakteri, baik yang

bersifat patogen maupun non-patogen. Mikroorganisme yang terdapat di dalam air

berasal dari sumber seperti udara, tanah, sampah, lumpur, tanaman hidup atau

mati, hewan hidup atau mati, kotoran manusia atau hewan serta bahan organik

lainnya. Pencemaran air oleh bakteri, biasanya tercermin pada kandungan

coliform dalam air (Fardiaz, 1992 ).

Smittle (1992) mendefinisikan bakteri indikator sebagai sekumpulan

jenis bakteri yang ditemukan dalam suatu sampel tertentu dan dapat digunakan

untuk mendeteksi atau mengindikasikan adanya bakteri patogen di sekitarnya.

Sedangkan menurut Pelczar dan Chan (1988) bakteri indikator merupakan

sejenis mikroorganisme yang kehadirannya dalam air merupakan bukti bahwa

air tersebut tercemari oleh bahan tinja dari manusia atau hewan berdarah panas.

Artinya, terdapat peluang bagi berbagai macam mikroorganisme patogenik

yang secara berkala terdapat dalam saluran pencernaan untuk masuk ke dalam

air. Alaerts dan Santika (1984) menyatakan bahwa bakteri yang sering

digunakan sebagai indikator untuk menilai kualitas suatu perairan adalah

bakteri Coliform fecal (yang di dalamnya terkandung Escherichia coli),

Streptococcus fecal, dan Clostridium perfringers. Bakteri Coliform merupakan

bakteri yang berasal dari tinja manusia, hewan berdarah panas, hewan berdarah

dingin, dan dari tanah. Bakteri Coliform mudah dideteksi, sehingga jika bakteri

tersebut ditemui dalam sampel air berarti air tersebut tercemar oleh tinja dan

kemungkinan besar perairan tersebut mengandung bakteri patogen.

Page 43: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Koliform dibagi menjadi dua kelompok yang dibedakan berdasar

kemampuan bakteri koliform pada masing-masing kelompok untuk

memfermentasikan laktosa dan memproduksi asam dan gas. Kelompok kedua

selain koliform fekal adalah koliform non fekal yang terdiri dari bakteri koliform

yang biasa banyak ditemukan pada hewan atau tanaman yang telah mati (Fardiaz,

1992). Menurut Peraturan Pemerintah (PP) No. 82 tahun 2001, kadar maksimum

total koliform yang diperbolehkan pada perairan umum yang diperuntukkan untuk

mengairi pertanaman dan peternakan sebesar 1.000 MPN/100ml. Semakin sedikit

kandungan Coliform, maka kandungan air semakin baik.

4. Pencemaran Air Tanah

Pencemaran air adalah peristiwa masuknya zat, energi, unsur, atau

komponen lainnya ke dalam air sehingga menyebabkan kualitas air terganggu.

Kualitas air yang terganggu ditandai dengan perubahan bau, rasa, dan warna

(Sastrawijaya, 2000). Menurut PP No.82 tahun 2001, pencemaran air adalah

masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen

lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air turun sampai ke

tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan

peruntukannya.

a. Degradasi Air Tanah

Degradasi air tanah merupakan tingkat penurunan kualitas air tanah akibat

zat-zat pencemar yang masuk ke dalam lapisan tanah sehingga air tanah tidak

dapat dimanfaatkan sebagaimana fungsinya. Aktivitas manusia merupakan faktor

Page 44: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

yang paling berpengaruh terhadap penurunan kualitas air tanah dan tidak jarang

menimbulkan pencemaran. Sumber-sumber yang dapat menimbulkan penurunan

kualitas air tanah adalah intrusi air laut, limbah kota, limbah industri, dan limbah

pertanian. Apabila air yang tercemar masuk ke dalam tanah dan di dalam tanah

belum mengalami pembersihan alami, maka akan mengakibatkan penurunan

kualias air dari aslinya. Penurunan tersebut ditandai dengan naiknya unsur-unsur

kimia air, bakteri, perubahan keadaan fisika air (Fardiaz, 1992).

Air dapat merembes melalui tanah yang bersifat permeabel namun tidak

dapat menembus lapisan lempung yang kedap air yang disebut lapisan

impermeabel. Proses kontaminasi air tanah atau masuknya kontaminan ke dalam

air tanah tidak dapat lepas dari dua proses, yaitu infiltrasi dan dispersi (perkolasi)

(Asdak, 1995). Infiltrasi merupakan proses masuknya air beserta bahan-bahan

yang terlarut di dalamnya ke dalam lapisan tanah. Infiltrasi dipengaruhi oleh gaya

kapiler disebut infiltrasi terbuka, sedangkan ilfiltrasi yang dipengaruhi oleh gaya

gravitasi disebut infiltrasi tertutup. Besarnya infiltrasi tergantung dsari sifat tanah,

semakin kecil pori-pori tanah makin sedikit infiltasi yang terjadi. Dispersi

merupakan hasil simultan dari gerakan bahan-bahan yang tercampur di dalam air

secara mekanis dan fisika-kimia untuk menghasilkan suatu bentuk campuran yang

homogen (Wilson EM, 1993).

Proses pencemaran juga dapat diakibatkan oleh keadaan fisik atau

konstruksi sumur yang buruk. Pemilihan lokasi sumur yang berdekatan dengan

daerah buangan akan mempengaruhi resiko resapan bahan pencemar. Sumur

dengan kondisi tanah yang lebih berpori akan lebih terpengaruh oleh air di

Page 45: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

sekitarnya daripada tanah yang berpori lebih kedap. Jarak genangan air terhadap

sumur juga berpengaruh dalam suatu lingkungan dengan rumah yang padat,

kualitas air sumur dapat terpengaruh oleh pengelolaan air buangan kamar mandi

dan septik tank. Selain itu, tanah dengan kemiringan besar (derajat kemiringan

yang besar) akan mudah mengalirkan air sehingga lokasi sumur yang berdekatan

dengan sungai dengan kemiringan yang besar dapat menjadi penyebab penurunan

kualitas air sumur (Kartasapoetra dkk, 1985).

b. Penentuan Tingkat Degradasi Air Tanah

Sampah merupakan salah satu permasalahan yang selalu menyebabkan

pencemaran di samping limbah pertanian dan limbah industri. Menurut Undang-

Undang No. 18 Tahun 2008, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia

dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Pembuangan sampah secara rutin ke

dalam TPA dapat menimbulkan pencemaran terhadap perairan baik di permukaan

maupun di dalam tanah. Sampah yang bertambah secara terus-menerus akan

mempengaruhi tingkat degradasi dari sampah sehingga akan lebih berpotensi

mencemari lingkungan. Penguraian sampah organik bisa menghasilkan zat hara,

zat-zat kimia yang bersifat toksik dan bahan-bahan organik terlarut. Semua zat

tersebut akan mempengaruhi kualitas air, baik air permukaan maupun air tanah

dan perubahan tersebut berpengaruh terhadap sifat Fisik, Kimia, dan Biologi

perairan (Boyd, 1982).

Mengacu pada ketentuan Pasal 14 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor

82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran

Page 46: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Air maka Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup menetapkan adanya

Pedoman Penentuan Status Mutu Air. Status mutu air adalah tingkat kondisi mutu

air (kualitas air) yang menunjukkan kondisi cemar atau kondisi baik pada suatu

sumber air dalam waktu tertentu dengan membandingkan dengan baku mutu air

yang ditetapkan. Penentuan status mutu air dapat menggunakan Metode STORET

atau Metode Indeks Pencemaran.

i. Penentuan Status Mutu Air dengan Metode STORET

Metoda STORET merupakan salah satu metoda untuk menentukan status

mutu air yang umum digunakan. Dengan metoda STORET ini dapat diketahui

parameter-parameter yang telah memenuhi atau melampaui baku mutu air. Secara

prinsip metoda STORET adalah membandingkan antara data kualitas air dengan

baku mutu air yang disesuaikan dengan peruntukannya guna menentukan status

mutu air.

Prinsip dari metode ini adalah membandingkan antara data kualitas dengan

baku mutu yang disesuaikan dengan peruntukkannya guna menentukan status

mutu air (Kepmen LH No. 115 Tahun 2003). Tahapan analisis data untuk

menentukan indeks STORET adalah sebagai berikut : (1) Data hasil pengukuran

untuk tiap parameter dibuat tabulasi nilai kadar maksimum, minimum maupun

rata-rata yang kemudian dibandingkan dengandata hasil pengukuran dan nilai

baku mutu yang sesuai dengan peruntukannya. (2) Jika hasil pengukuran

memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran ≤ bakumutu) maka diberi skor

0. (3) Jika hasil pengukuran tidak memenuhi nilai baku mutu air (hasil

pengukuran > baku mutu) maka diberi skor sebagaimana ditunjukkan pada Tabel

Page 47: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

3. (4) Jumlah negatif dari seluruh parameter dihitung dan ditentukan status

mutunyadari jumlah skor yang diperoleh dengan menggunakan Sistem EPA

(Environmental Protection Agency).

Tabel 3. Penentuan status mutu air dengan Indeks Pencemaran (IP)

Jumlah contoh Nilai Parameter

Fisika Kimia Biologi

< 10

Minimum -1 -2 -3

Maksimum -1 -2 -3

Rata-rata -3 -6 -9

10

Minimum -2 -4 -6

Maksimum -2 -4 -6

Rata-rata -6 -12 -18

Sumber: Kepmen LH No. 115 Tahun 2003

Cara untuk menentukan status mutu air adalah dengan menggunakan

sistem nilai dari “US-EPA (Environmental Protection Agency)” dengan

mengklasifikasikan mutu air dalam empat kelas, yaitu :

(1) Kelas A : baik sekali, skor = 0 memenuhi baku mutu

(2) Kelas B : baik, skor = -1 s/d -10 cemar ringan

(3) Kelas C : sedang, skor = -11 s/d -30 cemar sedang

(4) Kelas D : buruk, skor ≥ -31 cemar berat

ii. Penentuan Status Mutu Air dengan Metode Indeks Pencemaran (IP)

Indeks Pencemaran (Pollution Index) digunakan untuk menentukan tingkat

pencemaran relatif terhadap parameter kualitas air yang diizinkan. Indeks ini

memiliki konsep yang berlainan dengan Indeks Kualitas Air (Water Quality

Index). Indeks Pencemaran (IP) ditentukan untuk suatu peruntukan, kemudian

dapat dikembangkan untuk beberapa peruntukan bagi seluruh bagian badan air

atau sebagian dari suatu sungai.

Page 48: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Pengelolaan kualitas air atas dasar Indeks Pencemaran (IP) ini dapat

memberi masukan pada pengambil keputusan agar dapat menilai kualitas badan

air untuk suatu peruntukan serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kualitas

jika terjadi penurunan kualitas akibat kehadiran senyawa pencemar. IP mencakup

berbagai kelompok parameter kualitas yang independent dan bermakna.

Lij menyatakan konsentrasi parameter kualitas air yang dicantumkan dalam Baku

Peruntukan Air (j), dan Ci menyatakan konsentrasi parameter kualitas air (i) yang

diperoleh dari hasil analisis cuplikan air pada suatu lokasi pengambilan cuplikan

dari suatu alur sungai, maka PIj adalah Indeks Pencemaran bagi peruntukan (j)

yang merupakan fungsi dari Ci/Lij.

PIj = _ (C1/L1j, C2/L2j,…,Ci/Lij) ……………………….……... (2-1)

Tiap nilai Ci/Lij menunjukkan pencemaran relatif yang diakibatkan oleh

parameter kualitas air. Nisbah ini tidak mempunyai satuan. Nilai Ci/Lij = 1,0

adalah nilai yang kritik, karena nilai ini diharapkan untuk dipenuhi bagi suatu

Baku Mutu Peruntukan Air. Jika Ci/Lij >1,0 untuk suatu parameter, maka

konsentrasi parameter ini harus dikurangi atau disisihkan, kalau badan air

digunakan untuk peruntukan (j). Jika parameter ini adalah parameter yang

bermakna bagi peruntukan, maka pengolahan mutlak harus dilakukan bagi air itu.

Pada model IP digunakan berbagai parameter kualitas air, maka pada

penggunaannya dibutuhkan nilai rata-rata dari keseluruhan nilai Ci/Lij sebagai

tolok-ukur pencemaran, tetapi nilai ini tidak akan bermakna jika salah satu nilai

Ci/Lij bernilai lebih besar dari 1. Jadi indeks ini harus mencakup nilai Ci/Lij yang

maksimum

Page 49: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

PIj = _ {(Ci/Lij)R,(Ci/Lij)M} …………………..…….…..(2-2)

Dengan (Ci/Lij)R : nilai ,Ci/Lij rata-rata (Ci/Lij)M : nilai ,Ci/Lij maksimum

Jika (Ci/Lij)R merupakan ordinat dan (Ci/Lij)M merupakan absis maka PIj

merupakan titik potong dari (Ci/Lij)R dan (Ci/Lij)M dalam bidang yang dibatasi

oleh kedua sumbu tersebut.

Gambar 2. Pernyataan Indeks untuk suatu Peruntukan (j)

Perairan akan semakin tercemar untuk suatu peruntukan (j) jika nilai

(Ci/Lij)R dan atau (Ci/Lij)M adalah lebih besar dari 1,0. Jika nilai maksimum

Ci/Lij dan atau nilai rata-rata Ci/Lij makin besar, maka tingkat pencemaran suatu

badan air akan makin besar pula. Jadi panjang garis dari titik asal hingga titik Pij

diusulkan sebagai faktor yang memiliki makna untuk menyatakan tingkat

pencemaran.

…………………………………………...(2-3)

Dimana m = faktor penyeimbang

Keadaan kritik digunakan untuk menghitung nilai m

PIj = 1,0 jika nilai maksimum Ci/Lij = 1,0 dan nilai rata-rata Ci/Lij = 1,0 maka

, maka persamaan 3-3 menjadi

Page 50: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

……………………………………………..(2-4)

Metoda ini dapat langsung menghubungkan tingkat ketercemaran dengan dapat

atau tidaknya sungai dipakai untuk penggunaan tertentu dan dengan nilai

parameter-parameter tertentu. Evaluasi terhadap nilai PI adalah :

0 ≤ PIj ≤ 1,0 memenuhi baku mutu (kondisi baik)

1,0 < PIj ≤ 5,0 cemar ringan

5,0 < PIj ≤ 10 cemar sedang

PIj > 10 cemar berat

5. Air Lindi

Air lindi (leachate) atau air luruhan sampah merupakan tirisan cairan

sampah hasil ekstrasi bahan terlarut maupun tersuspensi. Air lindi merupakan air

dengan konsentrasi kandungan organik yang tinggi yang terbentuk dalam landfill

akibat adanya air hujan yang masuk ke dalam landfill (Priyono, 2008). Air lindi

merupakan cairan yang sangat berbahaya karena selain kandungan organiknya

tinggi, juga dapat mengandung unsur logam (seperti Zn, Hg). Jika tidak ditangani

dengan baik, air lindi dapat merembes ke dalam tanah sekitar landfill kemudian

dapat mencemari air tanah di sekitar landfill. Air lindi memerlukan perlakuan

awal, yaitu dengan menghilangkan kandungan inorganik dalam air lindi. Setelah

kandungan inorganik dalam air lindi dapat dihilangkan atau dikurangi, kemudian

air lindi dapat diolah lebih lanjut untuk menghilangkan kadar kandungan

organiknya. Pada umumnya leachate terdiri atas senyawa-senyawa kimia hasil

dekomposisi sampah dan air yang masuk dalam timbulan sampah (Satyani, 2005).

Page 51: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Air lindi dapat digolongkan sebagai senyawa yang sulit didegradasi, yang

mengandung bahan-bahan polimer (makromolekul) dan bahan organik sintetik.

Pada umumnya air lindi memiliki nilai rasio BOD5/COD sangat rendah (<0.4).

Nilai rasio yang sangat rendah ini mengindikasikan bahwa bahan organik yang

terdapat dalam air lindi bersifat sulit untuk didegradasi secara biologis. Angka

perbandingan yang semakin rendah mengindikasikan bahan organik yang sulit

terurai tinggi (Alaerts dan Santika, 1984). Komposisi air lindi sangat bervariasi

karena proses pembentukannya dipengaruhi oleh karakteristik sampah (organik-

anorganik), mudah tidaknya penguraian (larut -tidak larut), kondisi tumpukan

sampah (suhu, pH, kelembaban, umur), karakteristik sumber air (kuantitas dan

kualitas air yang dipengaruhi iklim dan hidrogeologi), komposisi tanah penutup,

ketersediaan nutrien dan mikroba, dan kehadiran in hibitor (Fardiaz, 1992). Selain

itu, Effendi (2003) menyatakan bahwa proses penguraian bahan organik menjadi

komponen yang lebih sederhana oleh mikroorganisme aerobik dan anaerobik pada

lokasi pembuangan sampah dapat menjadi penyebab terbentuknya gas dan air

lindi.

Kuantitas dan kualitas air lindi juga dapat dipengaruhi oleh iklim. Infiltrasi

air hujan dapat membawa kontaminan dari tumpukan sampah dan memberikan

kelembaban yang dibutuhkan bagi proses penguraian biologis dalam pembentukan

air lindi. Meskipun sumber dari kelembabannya mungkin dibawa oleh sampah

masukkannya, tetapi sumber utama dari pembentukkan air lindi ini adalah adanya

infiltrasi air hujan. Jumlah hujan yang tinggi dan sifat timbunan yang tidak solid

akan mempercepat pembentukkan dan meningkatkan kuantitas air lindi yang

Page 52: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

dihasilkan (Pohland dan Harper, 1985). Boyd (1982) menyatakan bahwa umur

tumpukan sampah juga bisa mempengaruhi kualitas air lindi dan gas yang

terbentuk. Perubahan kualitas air lindi dan gas menjadi parameter utama dalam

mengetahui tingkat stabilisasi tumpukan sampah.

Beberapa penelitian yeng membahas mengenai air lindi, di antaranya

Prihastini (2006) menyatakan bahwa kandungan air lindi di TPA Winongo di

Dusun Gembel, Kota Madiun di antaranya nilai pH 8.7, total suspended solid

(TSS) 530 mg/L, biological oxygen demand (BOD5) sebesar 740 mg/L, dan

chemical oxygen demand (COD) 7000 mg/L. Adanya air lindi dari efek

dekomposisi sampah pada mengakibatkan kualitas air sumur di Dusun Gembel

ditinjau dari parameter DO, BOD, COD, Mn, dan NO2 melampaui baku mutu

yang dipersyaratkan menurut PP Nomor 82 Tahun 2001 untuk air Kelas I, sedang

untuk parameter kesadahan, Fe, Cd, dan Pb masih memenuhi syarat baku mutu.

Davis dan Cornwell (1991) menyatakan bahwa air lindi dari TPAS dengan sistem

sanitary landfill mengandung pH 5.3–8.3, TSS 200-1000 mg/L, BOD5 2000-

30.000 mg/L, dan COD 3000-45.000 mg/L. Sabahi et al (2009) menyatakan air

lindi dari TPA kota Ibb, Yaman mengandung pH 8.24, BOD5/COD masih normal,

tetapi kandungan senyawa logam seperti Pb, Ni, Cu, Cl, Ca, Mg, NH3, kesadahan,

dan DO melampaui batas normal yang ditetapkan oleh Yemen’s Ministry of Water

and Environment (YMWE, 1999). Talalaj IA dan L. Dzienis (2007) juga

menyatakan bahwa keberadaan air lindi mempengaruhi kualitas air tanah. Pada

penelitiannya, Talalaj dan Dzienis hanya mengukur kandungan senyawa logam

dan hasilnya menunjukkan bahwa air tanah yang terkena air lindi mengandung

Page 53: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

senyawa logam Bo, Sn, Cd, Cu, dan Fe yang tinggi. Ogundiran dan Afolabi

(2008) menyatakan kandungan logam berat seperti Pb, Cd, Zn, Cu, dan Cr yang

dihasilkan dari timbulan sampah (lindi) pada pembuangan sampah dengan sistem

Open Dumping di Lagos merusak kondisi lingkungan sekitar.

6. Tempat Pembuangan Akhir Putri Cempo Surakarta

Pertambahan penduduk dengan segala aktivitasnya telah mengakibatkan

peningkatan jumlah sampah. Peningkatan sampah yang sangat besar akan

menyebabkan proses dekomposisi alamiah berlangsung secara besar-besaran pula.

Proses dekomposisi akan mengubah sampah menjadi bahan organik dan

menimbulkan adanya hasil samping yaitu air lindi yang dapat mencemari air tanah

jika dibuang ke lingkungan tanpa dilakukan pengolahan air lindi terlebih dahulu.

Tabel 4. Komposisi Sampah Kota Surakarta

Komposisi Sampah TOTAL

% ton/hari

Input sampah 100 225,00

Plastic film 3,33 7,48

Plastic rigrid 0,64 1,44

Metal non-ferro 0,04 0,10

Ferro 0,00 0,00

Textile 5,03 11,32

Rubber 0,90 2,01

Leather 0,00 0,00

Glass 0,43 0,96

Wood, Bamboo 5,50 12,38

Paper 2,99 6,72

Others 0,00 0,00

Total Dry Waste 18,85 42,21

Food & Yard Waste 81,15 182,59

Moisture content 70,00 127,81

Dry content 30,00 54,78

Blotong 0,00 0,00

Total 100 225,00

Sumber: Dokumen Feasibility Study Pengelolahan Sampah Kota Solo, 2011.

Page 54: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) adalah tempat untuk memproses dan

mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan

lingkungan (UU RI No. 18 tahun 2008). TPA Putri Cempo sebagai satu-satunya

TPA yang ada di Kota Surakarta telah berdiri sejak tahun 1987. TPA ini

bertempat di kelurahan Mojosongo, di Surakarta bagian utara berbatasan dengan

kabupaten Karanganyar. TPA Putri Cempo di Mojosongo memiliki data teknis

sebagi berikut: luas : 17 Ha, tempat sarana/prasarana : 4 Ha, penimbunan sampah:

13 Ha, usia teknis : +/- 15 tahun (DKP Kota Surakarta, 2012). Pada TPA ini, total

timbunan sampah di Kota Surakarta adalah 225 ton/hari dengan komposisi

berdasarkan sumbernya ditunjukkan pada Tabel 4. Jumlah sampah yang dibuang

di TPA Putri Cempo mengalami kenaikan setiap tahunnya yang ditunjukkan pada

Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah sampah di TPA Putri Cempo Surakarta selama lima tahun

terakhir (ribu ton/tahun)

Sumber

sampah

Jenis

sampah

Tahun

2007 2008 2009 2010 2011

Domestik Total 68.072 67.445 67.791 68.519 68.806

Organik 43.444 43.043 43.582 43.611 44.045

Pasar Total 11.007 10.956 10.051 10.217 10.894

Organik 9.159 9.116 8.981 8.802 9.015

Umum Total 2.402 2.091 2.151 2.043 2.296

Organik 1.622 1.412 1.488 1.509 1.571

Total Organik 54.225 53.571 54.051 53.922 54.631

Sumber: DKP Kota Surakarta (2012)

Page 55: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Pembuangan sampah di TPA Putri Cempo masih menggunakan metode

open dumping, metode ini kurang menguntungkan bagi kualitas air tanah. Cara

kerja sistem tersebut cukup sederhana yaitu dengan menggali tanah dan

melapisinya dengan tanah liat yang dihubungkan ke sarana lain, yaitu saluran gas

dan air lindi (leachate) pada instalasi pengolahan. Sistem pengolahan ini dapat

mencemari air tanah karena pelindihan air sampah atau air lindi. Air sampah akan

mencemari air tanah ketika air dari pembusukan sampah organik merembes ke

dalam tanah atau terbawa bersama air hujan yang menginfiltrasi ke dalam tanah

(Fardiaz, 1992).

Gambar 3. Kondisi TPA Putri Cempo Surakarta (Bappenas, 2012)

Saat ini kondisi saluran pengumpul air lindi yang ada di TPA Putri Cempo

kemungkinan besar sudah tidak berfungsi karena area tumpukan sampah sudah

melebihi areal sel penumpukan yang pernah dibangun, sehingga air lindi meresap

Page 56: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

langsung ke dalam atau mengalir langsung ke saluran air hujan ke sungai terdekat.

Penanganan air lindi dengan eksisting yang ada masih cukup memadai, hanya

diperlukan perbaikan konstruksi kolam yang ada. Untuk penyalurannya

menggunakan parit/saluran drainase yang dibangun di sekitar area penumpukan

dan dialirkan kolam lindi yang ada. Kolam lindi dapat diberikan tumbuhan Eceng

Gondok dan tumbuhan lainnya yang dapat berfungsi menetralisir dan

mendegradasi kandungan pencemar pada air lindi.

7. Tata Guna Lahan

Permukaan bumi mempunyai lingkungan fisik yang beragam dengan

berbagai unsur dan variasi pembentuknya. Unsur-unsur pembentuk lingkungan

fisik tersebut meliputi faktor relief, litologi, stratigrafi, dan struktur perlapisan

batuan atau keadaan geologinya. Keadaan unsur-unsur pembentuk permukaan

bumi yang beragam tersebut bekerja dalam suatu proses geomorfologi yang

menghasilkan aspek bentuk lahan. Bentuk lahan adalah bentukan alam di

permukaan bumi, khususnya di daratan yang terjadi karena proses pembentukan

tertentu atau melalui serangkaian evolusi tertentu pula (Ardyansyah, 2003).

Pendekatan geomorfologi yang dikaitkan dengan kajian air tanah dangkal

dikemukakan oleh Todd (1989) bahwa faktor litologi, struktur geologi dan

stratigrafi merupakan informasi penting dalam evaluasi sumberdaya air tanah.

pendapat yang sama juga disampaikan oleh Sutikno (1992) bahwa faktor-faktor

yang berpengaruh terhadap ketersediaan air sebagai sumber penyedia air bersih

adalah iklim, geomorfologi, hidrologi, hidrologi, vegetasi, dan penggunaan lahan.

Page 57: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Topografi merupakan gejala kenampakan bumi karena adanya gaya alam

dari luar bumi yang terdapat dalam suatu daerah. Kelurahan Mojosongo

merupakan dataran yang berombak sehingga mengakibatkan adanya kemiringan.

Distribusi kemiringan lahan di Mojosongo tergolong 25-40 %. Areal TPA Putri

Cempo merupakan lokasi tandus, pegunungan berbukit dan tebing yang terjal,

merupakan tanah kosong, tidak subur, dan bukan kawasan lindung flora dan fauna

(Badan Pusat Statistik Surakarta, 2012). Irma (1998) mengemukakan bahwa sifat

tanah di sekitar TPA Putri Cempo tergolong dalam jenis tanah alluvial yang

berwarna coklat keabu-abuan, tekstur lempung, konsistensi teguk (lembab),

plastis (basah), dan kering (keras), selain itu tingkat permeabilitasnya rendah dan

kepekaan terhadap erosi besar.

Kelurahan Mojosongo terletak pada ketinggian 92 meter dari permukaan

air laut dengan luas wilayahnya 532.927 Ha (DKP Kota Surakarta, 2012). Kondisi

hidrologi di daerah TPA Putri Cempo terdiri dari air permukaan dan air tanah. Air

permukaan berupa air sungai yang airnya berasal dari mata air maupun dari air

hujan serta air saluran. Aliran air permukaan di sekitar TPA Putri Cempo berasal

dari air hujan dan mengalir pada sungai-sungai kecil dimana sungai tersebut pada

musim kemarau kering. Di musim penghujan, sungai kecil menampung air hujan

dari permukaan dan diteruskan mengalir ke sungai Bengawan Solo. Sedangkan

saluran kecil airnya berasal dari hasil pembuangan dan bekas cucian yang berasal

dari rumah tangga (domestic) maupun warung-warung makan dan toko. Kondisi

air tanahnya tergolong dalam. Kedalaman air tanah di sekitar TPA Putri Cempo

mencapai 35 meter (Indarto, 2007).

Page 58: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

B. Kerangka Berpikir

Sampah adalah suatu bahan terbuang atau dibuang dari sumber hasil

aktivitas manusia maupun proses alam yang belum mempunyai nilai ekonomis.

Selain itu, sampah merupakan bahan buangan yang berpotensi menimbulkan

pencemaran terhadap lingkungan, khususnya pencemaran air tanah. Pembuangan

akhir merupakan tahap terakhir dalam pengelolaan sampah. Tempat Pembuangan

Akhir (TPA) Putri Cempo Surakarta masih menggunakan sistem pembuangan

terbuka, sistem ini banyak menimbulkan pengaruh negatif terhadap lingkungan

terutama pada pemukiman sekitar TPA. Jenis sampah yang dibuang ke TPA

berupa sampah organik maupun anorganik. Sampah organik yang tertimbun akan

mengalami proses dekomposisi, salah satu hasil dekomposisi yang berupa cairan

disebut air lindi (leachate) yang dapat menimbulkan pencemaran air tanah

maupun air permukaan.

Air lindi merupakan salah satu hasil dekomposisi sampah di sekitar TPA.

Keberadaan air lindi yang tidak dikelola dengan baik dapat mencemari akuifer dan

sumber air minum, serta membahayakan kesehatan dan lingkungan karena air

lindi mengandung mikroba patogen, logam berat dan jenis lainnya. Air limbah

yang dibiarkan akan mempunyai efek samping yang merugikan manusia, yaitu

membahayakan kehidupan manusia karena dapat membawa penyakit, merugikan

dari segi ekonomi karena dapat menimbulkan kerusakan pada benda atau

bangunan, tanaman maupun peternakan, serta merusak ekosistem, yakni

membunuh kehidupan yang ada pada perairan. Air lindian dari sampah cepat atau

lambat akan mencapai akuifer tanah dan menyebar mengikuti pola penyebaran air

Page 59: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

tanah di sekitar lokasi TPA. Mengingat TPA Putri Cempo merupakan salah satu

TPA yang ada di kota Surakarta dimana proses pengolahan air lindinya masih

kurang memadai, maka perlu dilakukan analisis kualitas air tanah dangkal akibat

air lindi (leachate) di lingkungan TPAS Putri Cempo. Analisis kualitas air tanah

yang dilakukan mengacu pada ketetapan baku mutu air kelas I yang ditetapkan

oleh PPRI No. 82 tahun 2001 dan PerMenKes RI No. 416/Menkes/PER/IX/1990

tentang persyaratan kualitas air bersih.

Gambar 4. Skema Kerangka Pemikiran

Sampah TPA Putri

Cempo

Air Sumur

Air lindi (Leachate)

Kandungan air lindi: padatan

tersuspensi, residu terlarut,

BOD, COD, DO, fosfat, boron,

nitrat, amoniak, kadmium, krom,

tembaga, aluminium, timbal,

mangan, sianida, fluorida,

klorida, nitrit, besi, sulfida,

minyak-lemak, & koliform

fekal.

Sampah Anorganik Zat kimia berbahaya

Dekomposisi sampah organik

Sampah Organik

Uji Kualitas Air Sumur

Aspek Fisika:

Bau, Rasa, Warna,

Suhu, TSS

Aspek Kimia:

pH, DO, BOD, COD,

NO3, SO4, Fe, Pb, Cl

Aspek Biologi:

Total Colliform

fecal

Evaluasi Kualitas Air Sumur

Pengelolaan Lingkungan TPA Putri Cempo

Page 60: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

C. Hipotesis

1. Kualitas air tanah dangkal di sekitar TPA Putri Cempo Surakarta diduga

tercemar oleh air lindi ditinjau dari parameter Fisika (Bau, Rasa, Warna, Suhu,

TSS), Kimia (pH, DO, BOD, COD, Nitrat, Sulfat, Besi, Timbal, Klorida) dan

Biologi (Colliform fecal).

2. Terjadi penurunan tingkat degradasi kualitas air tanah dangkal di sekitar TPA

Putri Cempo Surakarta berdasarkan Indeks Pencemaran (IP) dan metode

STORET.

3. Terdapat alternatif rekomendasi pengelolaan air tanah di sekitar TPA Putri

Cempo.

Page 61: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Maret-April 2012. Pengambilan contoh

air dari sumur-sumur yang ada di sekitar TPA Putri Cempo Surakarta, yaitu di

Desa Sulurejo dan Desa Randusari. Air sumur diuji kualitas air berdasarkan

parameter Fisika, Kimia, dan Biologi di Laboratorium Pusat Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

B. Alat dan Bahan

1. Alat-alat yang digunakan di lapangan adalah botol plastik bersih 1000 mL,

tabung gelas ukuran 100 mL, alat tulis, termos es, thermometer, pH meter

Combo HANNA S403006 HI 98129, dan DO meter Lovibond Sensodirect

SN 09/4793.

2. Alat-alat yang digunakan di laboratorium adalah timbangan analitik, tabung

reaksi, erlenmeyer, inkubator, autoklaf, pipet volumetrik, pipet tetes, pipet

ukur, pH meter, gelas piala, labu ukur, cawan petri, penangas uap, desikator,

Spektrofotometer Shimadzu UV-1601 PC, dan Flame Atomic Absorbance

Spectrophotometry (FAAS) Shimadzu AA-6650.

3. Bahan-bahan untuk analisis adalah aquades, larutan induk Fe (1000 ppm) dan

Pb (1000 ppm), larutan baku Fe dan Pb, NaOH (E-merck), HNO3 pekat (E-

merck), FeSO4.7H2O (E-merck), NH4 asetat (E-merck), brusin sulfat (E-

Page 62: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

merck), asam asetat glacial (E-merck), KNO3 (E-merck), H2SO4 (E-merck),

KNO3 (E-merck), Pb(NO3)2 (E-merck), BaCl2 (E-merck), Lauryl Triptose

Broth (LTB), Briliant Green Lactose Bile Broth (BGLB), dan sampel air

sumur di sekitar TPA Putri Cempo Surakarta (desa Sulurejo dan Randusari).

C. Metode Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan

pemeriksaan laboratorium yang hasilnya dianalisis secara deskriptif. Populasi

dalam penelitian ini adalah air sumur di sekitar TPA Putri Cempo Surakarta.

Sampel penelitian berupa air sumur di sekitar TPA, yaitu di desa Sulurejo dan

Randusari. Cara pengambilan sampel dengan metode total sampling.

D. Teknik Pengambilan Sampel

Lokasi pengambilan sampel air lindi (leachate) untuk analisis kualitas air

tanah dilakukan pada 2 (dua) lokasi yaitu di Desa Sulurejo( sebelah Timur dari

TPA) dan di Desa Randusari (sebelah Selatan dari TPA). Teknik sampling air

tanah dangkal dilakukan melaui dua tahap yaitu tahap pertama menentukan

pengelompokan jarak lokasi air tanah dangkal dari TPA Putri Cempo. Tahap

kedua menentukan titik sampel sumur penduduk yang ada di daerah tersebut

dengan teknik random sampling. Pengambilan sampel air dilakukan pada jarak

50-300 meter dari TPA, masing-masing Desa diambil 4 titik lokasi air sumur.

selanjutnya sampel air sumur diuji kualitas air berdasarkan parameter Fisika,

Kimia, dan Biologi.

Page 63: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

E. Pengukuran parameter Fisika, Kimia, dan Biologi air

Pengukuran dan analisa parameter Fisika, Kimia, dan Biologi dilakukan

secara in-situ maupun di Laboratorium. Parameter-parameter yang dianalisa dapat

dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Parameter Fisika, Kimia, dan Biologi Air

Parameter Satuan Metode/Alat Acuan

Parameter Fisika

Suhu ⁰C Pemuaian/Termometer Alkohol SNI 06-6989.23:

2005

Bau, Rasa, Warna Organoleptik

SNI 06-6989.24:

2005

TSS mg/L Gravimetrik/milipore 0.45 μm SNI 06-6989.3:

2004

Parameter Kimia

pH - Potensiometrik/pH-meter SNI 06-6989.11:

2004

DO mg/L Modifikasi Winkler/botol DO SNI 06-6989.14:

2004

BOD mg/L Modifikasi Winkler dan inkubasi 5

hari/botol DO

SNI 6989.72:

2009

COD mg/L Titrimetrik K2Cr2O7/buret titran SNI 6989.2: 2009

Nitrat mg/L Brucine/spektrofotometer 410 nm SNI 6989.79:

2011

Sulfat mg/L Turbidimetrik/spektrofotometer 420 nm SNI 6989.20:

2009

Besi mg/L Phenantroline/spektrofotometer 510 nm SNI 06-6989.4:

2004

Timbal mg/L SSA-nyala

SNI 06-6989.8:

2004

Klorida mg/L Titrimetrik/buret titran SNI 06-6989.19:

2004

Parameter Biologi

Total Coliform

fecal

per 100

mL MPN

SNI 06-4158:

1996

Page 64: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

1. Pengukuran Suhu (SNI 06-6989.23: 2005)

Pengukuran dilakukan menggunakan thermometer dimana air raksa dalam

termometer akan memuai atau menyusut sesuai dengan panas air yang diperiksa,

sehingga suhu air dapat dibaca pada skala termometer (⁰C). Termometer langsung

dicelupkan ke dalam sampel dan biarkan selama 2 sampai 5 menit sampai

termometer menunjukkan nilai yang stabil. Catat pembacaan skala termometer

tanpa mengangkat lebih dahulu thermometer dari air.

2. Pengukuran Organoleptik (Bau, Rasa, dan Warna) (SNI 06-6989.24: 2005)

Pengamatan dilakukan secara langsung dengan organ pembau, perasa, dan

penglihatan yang dilakukan tiga pengulangan oleh tiga orang yang berbeda. Hasil

pengamatan dinyatakan dengan jernih atau tidak jernih untuk pengamatan warna.

Tanda positif (+) atau negatif (-) ditulis sebagai hasil pengamatan terhadap rasa

dan bau, dimana tanda (+) menunjukkan adanya rasa dan bau, sedangkan tanda (-)

menunjukkan tidak ada rasa dan bau pada sampel.

3. Pengukuran Total Padatan Tersuspensi (TSS) (SNI 06-6989.3: 2004)

Kertas saring diletakkan pada alat penyaring dan dibilas tiga kali dengan

akuades masing-masing sebanyak 20 mL. Alat pengisap dinyalakan untuk

menghisap adanya air pada kertas saring. Kertas saring diambil dan dikeringkan

dalam oven dengan suhu 103-105 ˚C selama 1 jam. Kemudian didinginkan dalam

desikator selama 10 menit dan ditimbang. Penimbangan dilakukan sampai

diperoleh bobot konstan. Contoh (filtrat hasil pengendapan optimum) sebanyak

Page 65: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

beberapa ml diaduk sampai homogen dan disaring dengan menggunakan kertas

saring yang telah diketahui bobot konstannya pada cawan Goch dilengkapi

dengan alat pengisap. Kemudian kertas saring dibilas tiga kali dengan akuades

masing-masing sebanyak 10 mL. Setelah itu, kertas saring diambil dan

dikeringkan dalam oven dengan suhu 103-105 ˚C selama 1 jam. Kertas saring

didinginkan dalam desikator selama 10 menit dan kemudian ditimbang.

Penimbangan dilakukan sampai diperoleh bobot konstan.

TSS (mg/L):

4. Pengukuran pH (Derajat Keasaman) (SNI 06-6989.11: 2004)

Metode pengukuran pH berdasarkan pengukuran aktifitas ion hidrogen

secara potensiometri/elektrometri dengan menggunakan pH-meter. Pengukuran

dilakukan dengan kalibrasi alat pH-meter dengan larutan penyangga sesuai

instruksi kerja alat setiap kali akan melakukan pengukuran. Setelah alat

dikeringkan dengan kertas tisu dan elektroda dibilas dengan air suling dan larutan

sampel, elektroda dicelupkan ke dalam larutan sampel hingga menunjukkan nilai

pH yang stabil dan catat hasil pembacaan skala.

5. Pengukuran BOD (SNI 6989.72: 2009)

Pengukuran BOD dilakukan dengan metode Iodometri modifikasi Azida

dimana oksigen terlarut dalam larutan basa kuat mengoksidasi mangan sulfat dan

membentuk endapan mangan oksida hidrat. Sebanyak 300 mL air contoh

dimasukkan ke dalam botol BOD, ditambah 2 mL larutan mangan sulfat, 2 mL

Bobot residu pada kertas saring (mg)

Volume contoh (L)

Page 66: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

larutan azida NaOH-KI, kemudian tutup botol dengan hati-hati dan cepat supaya

udara tidak masuk dan kocok. Diamkan larutan selama 2 menit, tambahkan 2 mL

asam sulfat pekat, tutup kembali botol dengan cepat dan hati-hati, kemudian

larutan dicampur hingga rata. Masukkan sebanyak 50 mL larutan contoh di atas

kemudian titrasi dengan larutan Natrium tiosulfat 0.025 N yang sudah

distandarisasi hingga terjadi perubahan warna dari merah coklat menjadi kuning

muda. Setelah itu larutan ditambah 1-2 mL indikator amilum hingga larutan

berwarna biru. Volume Natrium tiosulfat dicatat sebagai BOD0. Pada tabung BOD

yang lain disimpan selama 5 hari, dengan perlakuan yang sama larutan dititrasi

dengan larutan Natrium tiosulfat dan volume Natrium tiosulfat dicatat sebagai

BOD5.

Banyaknya volume penggunaan Natrium tiosulfat dimasukkan dalam rumus

perhitungan berikut:

BOD0/BOD5 :

BOD5 : (BOD0 – BOD5) x faktor pengenceran

6. Pengukuran Kebutuhan Oksigen Kimia (KOK/COD) (SNI 6989.2: 2009)

Pengukuran KOK dengan prinsip oksidasi secara kimiawi menggunakan

K2Cr2O7 berlebih. Penggunaan zat oksidator kuat (K2Cr2O7) dalam suasana asam

dengan katalis peraksulfat, untuk mengoksidasi zat yang dapat teroksidasi dalam

contoh. Kelebihan K2Cr2O7 kemudian dititrasi dengan larutan Ferro Amonium

Sulfat (FAS). Pertama kali dilakukan standardisasi larutan Ferro Amonium Sulfat

(FAS). Larutan K2Cr2O7 0.025 N sebanyak 10 mL dipipet, dimasukkan ke dalam

(V.N)Na2S2O3 x vol. botol x 1000 x BE O2

Volume contoh (vol botol – 4)

Page 67: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

erlenmeyer 200 ml, ditambahkan 2 mL H2SO4 pekat, dan 3 tetes indikator ferroin.

Kemudian larutan dititrasi dengan larutan FAS dengan perubahan warna dari hijau

menjadi merah kecoklatan. Volume larutan FAS yang terpakai dicatat.

Contoh sebanyak 10 mL dimasukkan ke dalam labu bulat 200 ml,

ditambahkan 0.2 g HgSO4, 10 mL K2Cr2O7 0.25 N, dan beberapa batu didih, lalu

dikocok supaya tercampur. Larutan H2SO4-Ag2SO4 sebanyak 15 mL ditambahkan

ke dalam campuran tersebut dengan hati-hati, dikocok kembali, dan dididihkan

(refluks) selama 90 menit, lalu didinginkan. Indikator ferroin sebanyak 2-5 tetes

ditambahkan ke dalam larutan contoh, lalu dititrasi dengan larutan FAS dengan

perubahan warna dari hijau menjadi merah kecoklatan. Volume larutan FAS yang

terpakai dicatat. Blanko akuades dibuat dengan perlakuan yang sama seperti

contoh. Nilai KOK ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

KOK :

Keterangan :

Vtb = Volume FAS untuk titrasi blanko

Vtc = Volume FAS untuk titrasi contoh

fp = faktor pengenceran

7. Pengukuran Nitrat (SNI 6989.79: 2011)

Pengukuran nitrat (NO3) merujuk pada petunjuk teknis analisis kimia

tanah, tanaman, air, dan pupuk Balai Penelitian Tanah Deptemen Pertanian.

Pengukuran nitrat dilakukan dengan pembuatan kurva kalibrasi, sebanyak 5 mL

contoh air dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 0.5 mL

(Vtb – Vtc) x NFAS x BE O2 x 1000 x fp

Volume contoh (L)

Page 68: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

larutan brucin 2% dan 5 mL larutan H2SO4 pekat ke dalam larutan standard an

contoh uji. Larutan standar dan contoh uji dibiarkan selama satu jam sampai

dingin, kemudian diukur dengan Spektrofotometer pada panjang gelombang 432

nm.

Kadar NO3 :

Keterangan :

ppm kurva : kadar contoh yang di dapat dari kurva hubungan antara deret standar

dengan pembacaannya setelah dikoreksi blanko

bst : bobot setara N (14)

fp : faktor pengenceran (kalau ada)

8. Pengukuran sulfat (SNI 6989.20: 2009)

Prinsip pengukuran sulfat adalah ion sulfat (SO42-

) dalam suasana asam

bereaksi dengan barium klorida (BaCl2) membentuk Kristal barium sulfat

(BaSO4) yang serba sama. Sinar yang diserap oleh suspense barium sulfat diukur

dengan fotometer dan kadar sulfat dihitung secara perbandingan pembacaan

dengan kurva kalibrasi. Pipet 100 mL contoh uji atau sejumlah uji yang telah

diencerkan menjadi 100 mL, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 250 mL atau

gelas piala 250 mL. Tambahkan 20 mL larutan buffer A, aduk dengan alat

pengaduk pada kecepatan konstan. Selama pengadukan tambahkan 1 sendok takar

Kristal BaCl2, pengadukan diteruskan selama 60 ± 2 detik terhitung dari

penambahan BaCl2. Ukur serapannya dengan spektrofotometer pada panjang

ppm kurva

bst x fp

Page 69: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

gelombang 420 nm atau ukur turbiditasnya dengan turbidimeter pada waktu 5 ±

0.5 menit. Catat serapannya atau turbiditasnya.

Kadar sulfat (mg SO42-

/L) = C x fp

Keterangan:

C adalah kadar sulfat yang diperoleh dari kurva kalibrasi, dinyatakan dalam mg/L

fp adalah faktor pengenceran

9. Pengukuran Besi (SNI 06-6989.4: 2004)

Penentuan kandungan besi dalam air contoh dilakukan dengan metode

Spektrofotometri. Besi diubah menjadi Fe3+

dengan penambahan kalium persulfat

sehingga ion Fe3+

dapat bereaksi dengan KSCN membentuk senyawa kompleks

berwarna merah. Pengukuran besi dilakukan dengan pembuatan kurva kalibrasi,

ke dalam labu takar 50 mL dimasukkan 25 mL air contoh yang telah disaring,

tambahkan 2 mL H2SO4 pekat, 3 mL K2S2O8 jenuh, campur sampai semua larut

dan ditambah air hingga tanda tera. Air campuran di atas diambil 10 mL

dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL, kemudian ditambahkan 10 mL air

destilata, 1 mL K2S2O8, 4 mL KSCN. Penyerapan diukur dengan alat Spectronic-

20 pada panjang gelombang 490-510 nm.

10. Pengukuran timbal (Pb) (SNI 6989.8:2004)

Prinsip dari pengukuran timbal adalah analit logam timbal dalam nyala

udara-asetilen diubah menjadi bentuk atomnya, menyerap energi radiasi

elektromagnetik yang berasal dari lampu katoda dan besarnya serapan berbanding

Page 70: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

lurus dengan kadar analit. Homogenkan contoh uji, pipet 50 mL contoh uji dan

masukkan ke dalam gelas piala 100 mL atau Erlenmeyer 100 mL .Tambahkan 5

mL HNO3 pekat, bila menggunakan gelap piala, tutup dengan kaca arloji dan bila

dengan Erlenmeyer gunakan corong sebagai penutup. Panaskan perlahan-lahan

sampai sisa volume 15 – 20 mL. Jika destruksi belum sempurna (tidak jernih),

maka tambahkan lagi 5 mL HNO3 pekat, kemudian tutup gelas piala dengan kaca

arloji atau tutup Erlenmeyer dengan corong dan panaskan lagi (tidak mendidih).

Lakukan proses ini secara berulang sampai semua logam larut, yang terlihat dari

warna endapan dalam contoh uji menjadi agak putih atau contoh uji menjadi

jernih. Bilas kaca arloji dan masukkan air bilasannya ke dalam gelas piala.

Pindahkan contoh uji ke dalam labu ukur 50 mL (saring bila perlu) dan

tambahkan air bebas mineral sampai tepat tanda tera dan dihomogenkan. Contoh

uji siap diukur absorbansinya menggunakan alat SSA-nyala pada panjang

gelombang 283.3 atau 217 nm. Bila perlu, lakukan pengenceran dan catat hasil

pengukuran.

Perhitungan kadar logam timbal (Pb):

Kadar Pb (mg/L) = C x fp

Keterangan:

C adalah kadar yang didapat dari hasil pengukuran, dinyatakan dalam mg/L.

11. Pengukuran Klorida (SNI 06-6989.19: 2004)

Senyawa klorida dalam larutan contoh uji air dapat dititrasi dengan larutan

perak nitrat dalam suasana netral atau sedikit basa (pH 7-10), menggunakan

Page 71: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

larutan indikator kalium kromat. Perak klorida diendapkan secara kuantitatif

sebelum terjadinya titik akhir titrasi yang ditandai dengan mulai terbentuknya

endapan perak kromat yang berwarna merah kecoklatan. Sebanyak 100 mL

contoh uji air secara duplo dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL, serta buat

larutan blanko. Tambahkan 1 mL larutan indikator K2CrO4 5% dan titrasi dengan

larutan baku AgNO3 sampai titik akhir titrasi yang ditandai dengan terbentuknya

endapan berwarna merah kecoklatan dari Ag2CrO4. Lakukan hal yang sama untuk

larutan blanko, ulangi titrasi sebanyak tiga kali dan catat volume dari larutan

AgNO3 yang digunakan. Perhitungan kadar klorida adalah:

Kadar Cl- (mg/L):

Keterangan:

A adalah volume larutan baku AgNO3 untuk titrasi contoh uji (mL)

B adalah volume larutan baku AgNO3 untuk titrasi blanko (mL)

N adalah normalitas larutan baku AgNO3 (mgrek/mL)

V adalah volume contoh uji (mL)

12. Pengukuran Total Coliform fecal (SNI 06-4158: 1996)

Pengukuran total coliform fecal dilakukan dengan menggunakan medium

Lauryl Tryptose Broth (LTB) dan medium Briliant Lactose Bile Broth (BGLB).

Pengujiannya dilakukan dalam tiga tahap yaitu tahap uji pendugaan (Presumtive

test) dengan menyiapkan 9 tabung reaksi yang berisi media LTB steril. Tabung 1-

3 masing-masing diisi 5 mL LTB, tabung 4-9 masing-masing diisi 10 mL LTB.

Selanjutnya tabung 1-3 masing-mamsing ditambah 10 mL sampel air, tabung 4-6

(A-B) x N x 35,450

Volume contoh (L)

Page 72: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

masing-masing ditambah 1 mL sampel air, dan tabung 7-9 masing-masing

ditambah 0.1 mL sampel air. Kemudian seluruh tabung diinkubasi pada suhu

37⁰C selama 24 jam. Tahap selanjutnya adalah tahap uji penegasan (Confirmative

test), adanya gas (positif) yang ditunjukkan dari uji pendugaan dilanjutkan dengan

menanam bahan uji pada medium BGLB yang terdapat pada tabung reaksi dan

berisi tabung durham terbalik dengan ukuran media 10 mL. Kemudian diinkubasi

pada suhu 42⁰C selama 24 jam. Tabung positif ditunjukkan dengan adanya gas

dalam tabung durham. Tahap yang terakhir adalah tahap uji penghitungan

(Completed test), tabung yang dinyatakan positif selanjutnya dihitung dengan

menggunakan table MPN (Most Probable Number) atau angka perkiraan terdekat

tergantung dari kombinasi tabung yang menghasilkan nilai positif dan hasil

negative angka menunjukkan angka yang berlaku sebagai penunjuk coli.

F. Analisis Data

Hasil pengukuran parameter Fisika, Kimia, dan Biologi air tanah dangkal

dianalisis secara destruktif komparatif sebagai berikut :

1. Data kualitas air tanah dangkal (air sumur) dianalisis secara destruktif

komparatif dengan Baku Mutu Air Kelas I ditetapkan oleh PPRI No. 82

tahun 2001 dan PerMenKes No. 416 Tahun 1990.

2. Penentuan kualitas air tanah dangkal akan dihitung menggunakan Indeks

Pencemaran (IP) dan STORET menurut KMNLH No. 115 Tahun 2003.

Page 73: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Gambar 5. Diagram alir penelitian

Proses

administrasi,

Studi literatur

Identifikasi wilayah objek

studi

Pengambilan sampel

Data Primer

- Data eksisting wilayah studi

(pengamatan terhadap lokasi

pengambilan sampel air)

- Data kualitas air sumur

Pengolahan Data

-Uji parameter Fisika, Kimia

dan Biologi

-status mutu air dengan Indeks

Pencemaran (IP) dan STORET

Data Sekunder

- Peta TPA Putri Cempo, zona

TPA, sarana prasarana TPA

- Data komposisi sampah

- Data kedalaman air sumur

dalam

Kualitas air sesuai baku mutu

Pengelolaan Lingkungan TPA Putri Cempo

Page 74: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi TPA Putri Cempo Surakarta

TPA Putri Cempo terletak di Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres,

dengan batas wilayah administrasi di sebelah Utara adalah Kelurahan Plesungan

Kabupaten Karanganyar, sebelah Barat adalah Kelurahan Nusukan dan Kelurahan

Kadipiro, sebelah Timur adalah Kabupaten Karanganyar, dan sebelah Selatan

adalah Kelurahan Jebres. Secara astronomi TPA Putri Cempo terletak antara

7⁰33’21.31” Lintang Selatan dan 110⁰49’41.36” Bujur Timur. Lokasi TPA Putri

Cempo dapat dilihat pada peta yang di presentasikan pada Lampiran 1.

Gambar 6. Kegiatan di TPA Putri Cempo (foto: 15 Mei 2012)

Page 75: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

TPA Putri Cempo merupakan TPA terbesar kedua di Jawa Tengah setelah

TPA Jatibarang di Kota Semarang. TPA ini telah beroperasi sejak tahun 1987,

memiliki total luas wilayah 17 Ha, dengan pembagian wilayah adalah 14 Ha

sebagai tempat pembuangan sampah secara open dumping dengan luas total

tumpukan sampah mencapai 13 Ha dengan ketinggian sampah mencapai 15

meter, 1 Ha sebagai tempat pengolahan limbah tinja PDAM Kota Surakarta, 2 Ha

berupa infrakstruktur jalan, gudang dan kantor. TPA Putri Cempo memiliki 21

pegawai yang 15 diantaranya sudah diangkat menjadi PNS. Selain itu, TPA Putri

Cempo juga difasilitasi dengan 24 unit truk, 4 unit buldozer, 1 unit Wheel Loader,

Excavator 2 unit, dan jembatan timbang 1 unit yang digunakan untuk mengelola

sampah setiap harinya, dengan jam kerja mulai pukul 08.00-15.00. Jumlah volume

sampah mencapai 1.598.024,77 m3 (Gambar 6).

Gambar 7. Kegiatan para pemulung di TPA Putri Cempo (foto: 15 Mei 2012)

Page 76: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

Sumber Daya Manusia di sekitar TPA didominasi oleh laki-laki (78%).

Hampir 32% penduduknya merupakan lulusan SMP, tingkat pendidikan di daerah

tersebut tergolong sangat rendah karena pengaruh mencari uang di sekitar TPA

sangat mudah (Gambar 7). Selain sebagai pemulung, masyarakat di sekitar TPA

hampir rata-rata merupakan wiraswasta yang banyak membuka warung atau toko-

toko di pasar, bengkel kendaraan bermotor, karyawan pabrik yang ada di sekitar

TPA, dan sebagai kuli. Selain para pemulung, di dalam TPA banyak dijumpai sapi

dan kambing yang digembalakan secara bebas (Gambar 6). Hewan-hewan

tersebut merupakan bantuan dari pemerintahan Surakarta dengan tujuan awal

untuk mengurangi jumlah sampah yang masuk ke TPA, tetapi hasil penelitian

Dinas Pertanian Kota Surakarta (2008) menyebutkan bahwa produk sapi yang

digembalakan di TPA Putri Cempo (daging, ginjal, hati, dan usus) tidak aman dari

kontaminasi Pb, karena kandungan Pb diatas batas toleransi (> 0,3 mg/L).

Karakteristik sampah di TPA Putri Cempo sebagian besar adalah sampah

organik, yaitu terdiri dari 81,15% sampah organik basah yang biodegradabel atau

mudah terurai oleh bakteri mikroba. Kandungan 81,15% sampah organik tersebut

setara dengan 182,59 ton zat organik/hari sehingga dapat diketahui ekuivalensi

lindi yang dihasilkan sebesar 1,296 L/hari. Banyaknya lindi yang langsung

mengalir ke sungai dan merembes ke lapisan tanah akan semakin bertambah

setiap harinya sehingga dapat dipastikan terjadinya akumulasi air lindi yang yang

merembes ke lapisan tanah dan berpotensi mencemari air tanah di sekitar TPA.

Pengelolaan persampahan yang ada di TPA Putri Cempo sangat rendah, hal

tersebut dikarenakan TPA ini masih menggunakan metode open dumping

Page 77: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

(pembuangan terbuka) untuk melayani sampah dari seluruh wilayah Kota

Surakarta.

Gambar 8. Air lindi hasil luruhan sampah di TPA Putri Cempo (foto: 15 Mei

2012)

Penanganan sampah di TPA Putri Cempo masih sebatas pada penanganan

yang konvensional yaitu sampah diletakkan di tempat terbuka untuk dibiarkan

membusuk dengan sendirinya. Meskipun sudah diusahakan bahwa tempat

pembuangan ini disentralisasi di satu kawasan tertentu dengan metode sanitary

landfill. Berdasarkan pengamatan di lapangan, sampah tersebut masih menjadikan

sumber pencemaran, khususnya pencemaran air yang dikarenakan tidak adanya

penanganan air lindinya. Air lindi dibiarkan mengalir di jalan dan langsung

mengalir ke sungai, dapat dipastikan pula air lindi langsung merembes ke lapisan

tanah di bawahnya dan mencemari air tanah di sekitar TPA (Gambar 8).

Page 78: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

B. Kondisi Air Tanah di Desa Sulurejo dan Randusari

Masuknya air hujan ke dalam timbulan sampah akan menghanyutkan

komponen-komponen sampah yang telah proses dekomposisi yang menghasilkan

air lindi sampah (leachate) kemudian merembes keluar dari TPA Sampah

sehingga menimbulkan pencemaran pada air tanah dangkal dan badan air lainnya

di sekitar TPA Sampah (Widyatmoko, 2001).

Tabel 7. Data Kedalaman Sumur Artesis di Kota Surakarta

No Lokasi Kedalaman (m)

1 Mojosongo 1 175

2 Mojosongo 2 195

3 Mojosongo 3 170

4 Kadipiro 1 185

5 Ngadisono 190

6 Randusari 112

7 Jebres 1 200

8 Jebres 2 185

9 Kusuma Sahid 103

10 BBD 68

11 UMS 114

12 Jamu Air Mancur 60

13 Sumber Tirto 40

14 Roti Luwes 90

15 Tyfountex 150

16 Jurug 122

17 Pedaringan 165

18 TPA Mojosongo 85

19 Kusuma Sahid H 105

20 Mangkunegaran H 40

21 Rs. Dr. Oen 90

Sumber: Dokumen ANDAL Pembangunan Hotel Boutique dan Pusat

Perbelanjaan Kawasan Benteng Vastenbirg Surakarta, 2008.

Page 79: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

Pencemaran air lindi sampah akibat air hujan mencuci sampah yang sudah

busuk serta segala kotoran yang terjerap di dalamnya. Air lindi tersebut ada yang

mengalir di permukaan tanah yang dampaknya pada air permukaan dan

menimbulkan bau dan penyakit, sedangkan air lindi yang merembes ke dalam air

tanah akan menimbulkan pencemaran air tanah dangkal di sekitarnya (Sudradjat,

2002).

Penentuan kondisi air tanah dangkal di sekitar lokasi TPA Putri Cempo

Surakarta dilakukan di tujuh (7) sumur pada 2 Desa, yaitu Desa Sulurejo dan Desa

Randusari. Lokasi penelitian dapat dilihat pada peta yang di presentasikan pada

Lampiran 2. Desa Sulurejo merupakan desa yang berada di sebelah Timur dari

TPA dan Desa Randusari berada di sebelah Selatan dari TPA. Secara astronomi,

Desa Sulurejo terletak antara 7⁰32’29.30” Lintang Selatan dan 110⁰51’56.50”

Bujur Timur, sedangkan Desa Randusari terletak antara 7⁰32’40.60” Lintang

Selatan dan 110⁰51’18.00” Bujur Timur.

Penentuan lokasi dilakukan mengikuti arah pola penyebaran air tanah di

sekitar TPA. Ahmad (2004) menyebutkan bahwa pola penyebaran pencemaran

air tanah bergerak memanjang atau mengikuti sistem aliran air tanah yang

membentuk suatu pola dari arah TPA menuju ke Desa Randusari. Adapun data

sumur artesis di sekitar TPA menunjukkan bahwa kedalaman sumur artesis di

desa Randusari (112 m) lebih dalam daripada sumur artesis yang berada di TPA,

salah satunya di desa Jatirejo (85 m) (Tabel 7). Data Sumur-sumur yang

digunakan sebagai tempat penelitian dapat dilihat pada Tabel 8.

Page 80: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

Tabel 8. Data sumur sebagai tempat penelitian

No Nama Alamat

Usia sumur

(th)

Kedalaman

(m)

Jarak dari TPA

(m)

1 Sumur umum Sulurejo 15 15 50

2 Bp. Sariman Sulurejo 21 20 100

3 Bp. Daliman Sulurejo 6 10 200

4 Bp. Bakri Sulurejo 12 25 250

5 Mbah Sonto Randusari 30 30 200

6 Ibu Suwarni Randusari 30 30 300

7 Bp. Sutimin Randusari 25 40 500

Secara umum, sumur-sumur tersebut masih digunakan warga untuk

keperluan sehari-hari. Kedalam sumur-sumur di kedua desa tergolong dalam dan

warga mulai mengalami kesusahan apabila musim kemarau karena jumlah air

berkurang serta adanya keluhan dari warga Randusari bahwa dari dalam sumur

mulai keluar gas metana yang dapat mengganggu kesehatan. Foto sumur-sumur

pengambilan sampel dapat dilihat pada Lampiran 4.

Tekstur tanah di sekitar TPA Puteri Cempo, khususnya di Sulurejo dan

Randusari tergolong dalam jenis tanah alluvial yang berwarna coklat keabu-

abuan, tekstur lempung, konsistensi teguk (lembab), plastis (basah), dan kering

(keras), selain itu tingkat permeabilitasnya rendah dan kepekaan terhadap erosi

besar (Irma, 1998). Struktur tanah dipengaruhi juga oleh tekstur tanah, bahan

organik, tipe mineral dan kegiatan biologis, terutama kegiatan biologis jamur dan

cacing tanah. Tekstur dan struktur tanah mempengaruhi penyebaran pori-pori

tanah yang dapat mempengaruhi laju infiltrasi air, khususnya air lindi,

Page 81: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

kemampuan tanah dalam menampung air, pertumbuhan tanaman, dan proses-

proses biologis dan hidrologis lainnya (Asdak, 2004).

Gambar 9. Profil tanah pada umumnya (Wallwork, 1970)

Berdasarkan gambar 9, Zona eluvial (peluruhan) mengandung lapisan

organik mineral, lapisan mineral terdegradasi, dan lapisan transisi. Pada lapisan

ini, sejumlah air bergerak dalam tanah dan ditahan oleh gaya-gaya kapiler pada

pori-pori kecil atau tarikan molekuler di sekeliling partikel-partikel tanah. Apabila

kapasitas retensi dari tanah tersebut telah dihabiskan, maka air akan bergerak ke

bawah lagi ke dalam pori-pori tanah atau batuan terisi air dan mengalir ke dalam

zona illuvial. Hal yang sama juga akan terjadi ketika air lindi merembes ke dalam

lapisan tanah di sekitar TPA Putri Cempo.

Lindi merupakan limbah cair yang timbul akibat masuknya air eksternal ke

dalam timbunan sampah, melarutkan, dan membilas materi-materi terlarut,

termasuk juga materi organik hasil proses dekomposisi biologis. Dari proses ini

Page 82: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

dapat diramalkan bahwa kualitas dan kuantitas lindi sangat bervariasi dan

berfluktuasi. Dapat dikatakan bahwa kuantitas lindi yang dihasilkan akan banyak

bergantung pada masuknya air dari luar, sebagian besar dari air hujan, di samping

dipengaruhi oleh aspek operasional yang diterapkan seperti aplikasi tanah

penutup, kemiringan permukaan, kondisi iklim, dan sebagainya. Air eksternal

yang masuk ke timbunan sampah melalui dua jenis media, yaitu tanah penutup

dan timbunan sampah itu sendiri. Tanah penutup akan langsung berinteraksi

dengan udara luar dan akan menentukan jumlah infiltrasi ke lapisan bawahnya,

sedangkan lapisan sampah yang mempunyai kemampuan cukup besar dalam

menahan kelembaban akan menentukan jumlah dan waktu pertama kali lindi

timbul.

Air lindi ditemukan pada lapisan tanah yang digunakan sebagai open

dumping, yaitu kira-kira 2 meter di bawah permukaan tanah (zona eluvial, gambar

9). Permukaan tanah akan segera digenangi oleh air lindi yang masuk dengan cara

infiltrasi ke dalam lapisan tanah. Adanya air hujan merupakan salah satu faktor

yang dapat mempercepat laju air lindi yang masuk ke lapisan tanah, yaitu zona

aerasi yang mempunyai kedalaman 10 meter di bawah permukaan tanah (zona

illuvial, gambar 9). Banyaknya air lindi yang terbentuk sebagai hasil luruhan

sampah menyebabkan air lindi masuk ke lapisan air tanah dangkal atau lapisan air

tanah jenuh. Pada lapisan tanah jenuh air yang terkumpul akan bercampur dengan

air lindi, dimana air tanah dangkal tersebut dimanfaatkan sebagai sumber air

minum melalui sumur-sumur dangkal. Zonasi pencemaran air tanah dapat dilihat

pada Lampiran 6.

Page 83: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

C. Kualitas Air Tanah di Sulurejo dan Randusari

Astuti (2008) mengemukakan bahwa air lindi hasil luruhan sampah di

TPA Putri Cempo yang dianalisis berasal dari bak penampungan ke saluran alami

yang diambil pada kondisi musim hujan.

Tabel 9. Hasil Analisis Air Lindi TPA Putri Cempo Surakarta (Astuti, 2008)

Parameter Satuan Hasil

Analisis

Baku Mutu

Air Keterangan

FISIKA

Temperatur - 26 38 Di bawah Baku Mutu

Padatan

Tersuspensi mg/L 549 100 Melebihi Baku Mutu

Residu Terlarut mg/L 15755 2000 Melebihi Baku Mutu

KIMIA

pH - 8,67 6-9 Di bawah Baku Mutu

BOD mg/L 657 50 Melebihi Baku Mutu

COD mg/L 3159 100 Melebihi Baku Mutu

DO mg/L 3,1 - -

Phospat (PO4) mg/L 0,95 - -

Nitrat (NO3) mg/L 900 20 Melebihi Baku Mutu

Boron mg/L 1,97 - -

Amoniak (NH4) mg/L 168 - -

Kadmium (Cd) mg/L 0,36 0,05 Melebihi Baku Mutu

Krom (Cr) mg/L 0.38 0,5 Di bawah Baku Mutu

Tembaga (Cu) mg/L 1,96 2 Di bawah Baku Mutu

Aluminium (Al) mg/L 4,10 - -

Timbal (Pb) mg/L 0,00 0,1 Di bawah Baku Mutu

Mangan (Mn) mg/L 3,10 2 Melebihi Baku Mutu

Seng (Zn) mg/L 0,23 5 Di bawah Baku Mutu

Sianida (CN) mg/L 0,045 0,05 Di bawah Baku Mutu

Fluorida (F) mg/L 0,35 2 Di bawah Baku Mutu

Klorida (Cl) mg/L 837 800 Melebihi Baku Mutu

Nitrit (NO2) mg/L 27 1 Melebihi Baku Mutu

Besi mg/L 16,20 5 Melebihi Baku Mutu

Sisa Klor (Cl2) mg/L 1,41 1 Melebihi Baku Mutu

Sulfida (H2S) mg/L 0,096 0,05 Melebihi Baku Mutu

Phenol mg/L 0,1988 0,5 Di bawah Baku Mutu

Minyak dan Lemak mg/L 1016 10 Melebihi Baku Mutu

Deterjen mg/L 0,1782 - -

BAKTERIOLOGI

Koliform MPN/100

mL 2400 1000 Melebihi Baku Mutu

Page 84: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

Hasil analisis kualitas air lindi pada Tabel 8, dapat diketahui bahwa

67,86% atau sebanyak 20 parameter yang diukur melebiki baku mutu, dan 32,14%

atau 9 parameter masih di bawah baku mutu. Beberapa parameter yang

melampaui baku mutu air adalah Padatan Tersuspensi, Residu Terlarut, BOD,

COD, Nitrat, Kadmium, Mangan, Klorida, Nitrit, Besi, Sisa Klor, Sulfida,

Minyak-Lemak, dan Koliform.

Analisis kualitas air tanah dilakukan berdasarkan parameter Fisika, Kimia,

dan Biologi. Hasil pengukuran parameter kualitas air tanah dangkal dapat dilihat

pada Tabel 10. Hasil analisis air tanah di sekitar TPA menunjukkan bahwa dari 15

parameter yang dianalisis terdapat lima parameter yang melampaui baku mutu air

kelas I yang ditetapkan oleh PPRI No. 82 Tahun 2001 dan PerMenKes No. 416

Tahun 1990, yaitu : padatan total terlarut, BOD, COD, Besi, dan Colliform fecal.

1. Bau, Rasa, dan Warna

Berdasarkan hasil pengukuran parameter Fisika (Tabel 10) diketahui

bahwa air sumur yang dianalisis tidak berbau. Secara keseluruhan air sumur juga

tidak berasa, hanya pada S1 air berasa asin. Air normal pada umumnya tidak

memiliki rasa atau tawar (Fardiaz, 1992).

Gambar 10. Sampel air sumur (S1-S7)

Page 85: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

Tabel 10. Hasil analisis kualitas air tanah di sekitar TPA Putri Cempo

Parameter Satuan

BMAB

(PerMen

Kes

416/1990)

BMAB

(PPRI

82/2001)

kelas I

Stasiun Pengambilan Air Sumur

Desa Sulurejo Desa Randusari

S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7

50 m* 100

m*

200

m*

300

m*

100

m*

200

m*

300

m*

Parameter Fisika

Bau - - - - - - - - - -

Rasa - - - + - - - - - -

Warna - - - kuning jernih jernih jernih kuning jernih jernih

Suhu (°C) ⁰C dev 3⁰C dev 3⁰C 30,10 29,30 28,50 29,80 27,90 28,30 29,80

Residu Tersuspensi

(TSS) mg/L 50 50 76,00 41,00 42,00 39,50 71,00 37,50 38,.00

Parameter Kimia

Derajat keasaman

(pH) - 6,5-9,0 6,0-9,0 6,58 6,50 6,77 6,42 7,38 7,12 6,40

Oksigen terlarut

(DO) mg/L - 6 4,03 5,15 1,57 2,60 3,19 4,56 3,20

BOD mg/L - 2 48,54 1,42 1,94 8,00 4,06 1,97 2,30

COD mg/L - 10 86,79 3,76 5,34 22,76 13,03 5,57 8,28

Nitrat mg/L 10 10 2,03 1,32 2,44 0,92 1,40 1,34 6,66

Sulfat mg/L 400 400 105,00 16,84 17,45 11,94 100,90 10,16 10,50

Klorida mg/L 600 600 349,80 45,17 119,00 112,60 13,97 18,49 110,20

Besi (Fe) mg/L 0,3 0,3 0,26 0,005 0,006 0,006 0,87 0,006 0,006

Timbal (Pb) mg/L 0,05 0,03 0,005 0,005 0,005 0,005 0,005 0,005 0,005

Parameter Biologi

Colliform fecal MPN/100

mL 50 1000 2400 2400 2400 2400 2400 1750 2400

Keterangan: BMAB : Baku Mutu Air Bersih

* adalah jarak sumur dari TPA Putri Cempo

-/+ adalah ada/tidak ada bau, rasa, dan warna

Page 86: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

Warna kuning ditemui pada S1 dan S5, warna kuning pada air umumnya

menunjukkan zat kimia yang terkandung dalam air. Warna pada air dapat

disebabkan adaya bahan organik, anorganik, humus, dan ion-ion logam seperti

besi dan mangan (Setiawan, 2008). Selain zat kimia yang terkandung dalam air,

warna pada air diduga karena tekstur dinding sumur pada S1 dan S5 masih dalam

bentuk batu bata dan tanah (Lampiran 4). Degradasi tanah dan bata juga

berpengaruh terhadap warna air.

Air tanah di sekitar TPA yang diuji secara organoleptik dapat dikatakan

masih layak konsumsi sesuai syarat PPRI No. 82 tahun 2001 dan PerMenKes No.

416 Tahun 1990, tetapi secara kimia dan biologi air tersebut belum tentu layak

untuk dikonsumsi.

2. Suhu

Suhu merupakan suatu ukuran energi kinetik rata-rata dari molekul. Suhu

dapat mempengaruhi sebagian besar proses, khususnya semua reaksi kimia.

Kenaikan suhu pada perairan dapat mengakibatkan kenaikan aktivitas biologi,

sehingga memerlukan lebih banyak oksigen di dalam perairan. Kenaikan suhu

suatu perairan alamiah umumnya disebabkan oleh aktivitas penebangan vegetasi

di sepanjang tebing aliran air tersebut. Dengan adanya penebangan tersebut

mengakibatkan lebih banyak cahaya matahari yang dapat menembus ke

permukaan aliran air dan akhirnya meningkatkan suhu di dalam air (Asdak, 2004).

Page 87: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

Gambar 11. Kondisi suhu air sumur pada jarak tertentu

Keterangan: S1 : Sumur 1 di Sulurejo, berjarak 50 meter dari TPA

S2 : Sumur 2 di Sulurejo, berjarak 100 meter dari TPA

S3 : Sumur 3 di Sulurejo, berjarak 200 meter dari TPA

S4 : Sumur 4 di Sulurejo, berjarak 300 meter dari TPA

S5 : Sumur 1 di Randusari, berjarak 100 meter dari TPA

S6 : Sumur 2 di Randusari, berjarak 200 meter dari TPA

S7 : Sumur 3 di Randusari, berjarak 300 meter dari TPA

Suhu air pada ketujuh sumur (Tabel 10) berkisar antara 27-30 ºC. Suhu

terendah ditemukan pada S7 yaitu 27,90 ºC dan suhu tertinggi pada S1 yaitu 30,10

ºC. Kondisi tersebut masih sesuai dengan suhu yang direkomendasikan oleh baku

mutu air kelas I PPRI No. 82 tahun 2001 dan PerMenKes No. 416 Tahun 1990,

yaitu deviasi 3 ºC yang berarti deviasi suhu dari keadaan normal lingkungan.

Ahmad (2004) menyebutkan bahwa suhu normal lingkungan adalah 27 ºC. Secara

umum, suhu air dipengaruhi oleh kondisi lingkungan saat pengambilan air

berlangsung serta letak sumur yang berada di bawah pohon juga berpengaruh

terhadap air. Suhu air S5 (Gambar 11) lebih rendah dibandingkan suhu air dari

sumur-sumur yang lain, hal ini dikarenakan letak sumur berada di tengah

Sulurejo:

y = 9.10-5x2 – 0,033x + 31,59

R2 = 0,983

Randusari:

y = 0,009x +26,76

R2 = 0,899

Page 88: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

pekarangan belakang rumah dan berada di bawah pohon-pohon (Lampiran 4,

gambar Sumur S5). Berdasarkan gambar 11, jarak sumur di Desa Sulurejo

mempengaruhi suhu air sumur sebesar 98,3% dan di Randusari sebesar 89,9%.

Hal ini menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara jarak dan suhu air sumur.

3. Padatan Total Terlarut (TSS)

Padatan total terlarut merupakan padatan yang menyebabkan kekeruhan

pada air. Padatan tersebut tidak terlarut dan tidak dapat mengendap langsung,

contohnya tanah liat, bahan-bahan organik tertentu, sel-sel mikroorganisme, dan

sebagainya. Jika padatan terlarut dalam air tinggi, akan mengurangi penetrasi

cahaya matahari ke dalam air sehingga mempengaruhi regenerasi oksigen pada

proses fotosintesis (Fardiaz, 1992).

Berdasarkan data pengukuran parameter (Tabel 10) diketahui

bahwa nilai TSS pada S1 dan S5 melampaui baku mutu air kelas I yang ditetapkan

oleh PPRI No. 82 tahun 2001 dan PerMenKes No. 416 Tahun 1990, TSS pada S1

sebesar 76,00 mg/L dan TSS pada S5 sebesar 71,00 mg/L. Berdasarkan gambar

12 dapat diketahui bahwa dari S1-S4 dan dari S5-S7 terjadi penurunan nilai TSS,

hal ini dikarenakan padatan yang tersuspensi mulai mengalami pengendapan

sehingga semakin jauh jarak sumur dari TPA maka semakin rendah pula nilai

TSS. Berdasarkan gambar 12 juga diketahui bahwa jarak sumur di Desa Sulurejo

mempengaruhi kadar TSS pada air sumur sebesar 76,5% dan di Randusari sebesar

86,9%. Hal ini menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara jarak dan TSS air

sumur, semakin jauh jarak sumur dari TPA maka kandungan TSS akan menurun.

Page 89: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

Gambar 12. Kondisi kadar TSS air sumur pada jarak tertentu

Keterangan: S1 : Sumur 1 di Sulurejo, berjarak 50 meter dari TPA

S2 : Sumur 2 di Sulurejo, berjarak 100 meter dari TPA

S3 : Sumur 3 di Sulurejo, berjarak 200 meter dari TPA

S4 : Sumur 4 di Sulurejo, berjarak 300 meter dari TPA

S5 : Sumur 1 di Randusari, berjarak 100 meter dari TPA

S6 : Sumur 2 di Randusari, berjarak 200 meter dari TPA

S7 : Sumur 3 di Randusari, berjarak 300 meter dari TPA

Tingginya nilai TSS pada S1 dan S5 disebabkan adanya pengaruh

rembesan air lindi sampah dari TPA karena jarak S1 dan S5 merupakan jarak

sumur pada kedua Desa paling dekat dengan TPA, selain itu juga dipengaruhi

oleh struktur tanah dan agregasi dari dinding sumur yang masih berupa tanah atau

batu bata (Lampiran 4). Komponen padatan yang terlarut dapat berupa mineral,

bahan-bahan organik dan berbagai jenis garam-garaman yang ada di alam atau

terkandung di dalam tanah (ESP, 2007). Tidak semua unsur yang terkandung

dalam padatan terlarut menyebabkan air keruh, tetapi air yang tidak keruh juga

belum tentu bersifat baik untuk dikonsumsi. Oleh karena itu, air tanah juga diuji

berdasarkan parameter Kimia dan Biologi.

Sulurejo:

y = 0,001x2 – 0,544x + 94,21

R2 = 0,765

Randusari:

y = 0,001x2 – 0,845x + 138,5

R2 = 0,869

Page 90: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

Pengukuran parameter Kimia dilakukan karena kandungan kimiawi air

limbah berhubungan erat dengan ion-ion dari suatu senyawa atau logam yang

membahayakan, di samping residu dari senyawa lainnya yang bersifat racun. Air

lindi sampah merupakan dekomposisi dari bahan organik sebagai pencemar

artinya bahan organik dapat mengurangi kandungan oksigen atau bahan anorganik

yang bersifat reduktor dapat mengurangi oksigen di dalam air. Sedangkan

parameter Biologi dilakukan karena karakteristik sampah di TPA Putri Cempo

didominasi oleh zat organik, proses dekomposisi zat organik sudah pasti dibantu

oleh berbagai macam bakteri pengurai. Bakteri tersebut banyak terdapat di dalam

air lindi sampah dan ikut merembes ke lapisan tanah, sehingga dapat mencemari

air tanah dan menyebabkan berbagai macam penyakit.

4. Derajat keasaman (pH)

Derajat keasaman (pH) merupakan salah satu indikator untuk mengetahui

kualitas air. Berdasarkan data, pH air tanah dari ketujuh sampel masih memenuhi

baku mutu air kelas I yang ditetapkan oleh PPRI No. 82 tahun 2001 dan

PerMenKes No. 416 Tahun 1990. Hasil pengukuran (Tabel 10) diketahui bahwa

besarnya pH air pada ketujuh sumur berkisar antara 6,40-7,38. Berdasarkan

gambar 13 juga diketahui bahwa jarak sumur di Desa Sulurejo mempengaruhi pH

air sumur sebesar 52,2% dan di Randusari sebesar 94,7%. Hal ini menjelaskan

bahwa terdapat hubungan antara jarak dan pH air sumur, semakin jauh jarak

sumur dari TPA maka pH air akan menurun.

Page 91: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

Gambar 13. Kondisi pH air sumur pada jarak tertentu

Keterangan: S1 : Sumur 1 di Sulurejo, berjarak 50 meter dari TPA

S2 : Sumur 2 di Sulurejo, berjarak 100 meter dari TPA

S3 : Sumur 3 di Sulurejo, berjarak 200 meter dari TPA

S4 : Sumur 4 di Sulurejo, berjarak 300 meter dari TPA

S5 : Sumur 1 di Randusari, berjarak 100 meter dari TPA

S6 : Sumur 2 di Randusari, berjarak 200 meter dari TPA

S7 : Sumur 3 di Randusari, berjarak 300 meter dari TPA

Berdasarkan gambar 13 diketahui terjadi fluktuasi nilai pH, pH pada S5-

S7 cenderung mengalami penurunan, hal ini dikarenakan semakin jauh jarak

sumur dari TPA maka pH air akan semakin rendah. Nilai pH perairan dapat

berfluktuasi karena dipengaruhi oleh aktivitas fotosintesis, respirasi organism

akuatik, suhu dan keberadaan ion-ion perairan (Barus, 2002). Menurut Pohland

dan Harper (1985), seiring dengan pertambahan umur tumpukan sampah pada

tumpukan sampah akan terjadi fase fermentasi metana sebagai hasil dekomposisi

biologis anaerobik yang hampir sempurna dengan nilai pH yang berfluktuasi

antara 7,5 – 9. Air dengan nilai pH kurang dari 6 dapat menimbulkan rasa tidak

Sulurejo:

y = -10-5x2 + 0,004x + 6,311

R2 = 0,522

Randusari:

y = -2.10-5x2 + 0,004x + 7,18

R2 = 0,947

Page 92: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

enak dan menyebabkan beberapa bahan kimia menjadi racun, sedangkan pH

tinggi (basa) dapat mengganggu pencernaan (Raini, 2004). ESP (2007) juga

menyebutkan bahwa pH air dengan tingkat kebasaan dan keasaman yang tinggi

dapat menyebabkan unsur-unsur logam yang terkandung dalam air larut, sehingga

menyebabkan nilai COD meningkat dan kandungan oksigen terlarut (DO) dalam

air menurun.

5. Oksigen terlarut (DO)

Oksigen terlarut (DO) merupakan kebutuhan dasar untuk kehidupan

tanaman dan hewan di dalam air. Kehidupan mahluk hidup di dalam air sangat

tergantung dari kemampuan air untuk mempertahankan konsentrasi oksigen

minimal yang dibutuhkan untuk kehidupannya, yaitu tidak boleh kurang dari 6

mg/L (Fardiaz, 1992). Berdasarkan Tabel 10 diketahui bahwa besarnya DO dari

ketujuh sumur berada di bawah baku mutu air kelas I yang ditetapkan oleh PPRI

No. 82 tahun 2001, yaitu DO air harus lebih dari 6 mg/L. DO terendah sebesar

1.57 mg/L dan tertinggi sebesar 4.56 mg/L. Nilai Jika konsentrasi DO terlalu

rendah akan mengakibatkan organisme air mengalami kematian. Berdasarkan

gambar 14 juga diketahui bahwa jarak sumur di Desa Sulurejo mempengaruhi DO

air sumur sebesar 63,4% dan di Randusari sebesar 93,5%. Hal ini menjelaskan

bahwa terdapat hubungan antara jarak dan DO air sumur, terjadi kenaikan dan

penurunan kadar DO air sumur pada jarak yang berbeda.

Page 93: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

Gambar 14. Kondisi kadar DO air sumur pada jarak tertentu

Keterangan: S1 : Sumur 1 di Sulurejo, berjarak 50 meter dari TPA

S2 : Sumur 2 di Sulurejo, berjarak 100 meter dari TPA

S3 : Sumur 3 di Sulurejo, berjarak 200 meter dari TPA

S4 : Sumur 4 di Sulurejo, berjarak 300 meter dari TPA

S5 : Sumur 1 di Randusari, berjarak 100 meter dari TPA

S6 : Sumur 2 di Randusari, berjarak 200 meter dari TPA

S7 : Sumur 3 di Randusari, berjarak 300 meter dari TPA

Penyebab utama rendahnya DO adalah adanya bahan-bahan buangan yang

mengkonsumsi oksigen. Bahan-bahan tersebut terdiri dari bahan yang mudah

dibusukkan atau dipecah oleh bakteri dengan adanya oksigen. Oksigen yang

tersedia di dalam air dikonsumsi oleh bakteri yang aktif memecah bahan-bahan

tersebut sehingga semakin tinggi kandungan bahan-bahan tersebut semakin

berkurang konsentrasi oksigen terlarut (Fardiaz, 1992). Nilai DO yang rendah

dapat diindikasikan adanya bahan pencemar organik dalam jumlah yang banyak

yang masuk ke akuifer bebas sehingga air tanah dangkal tercemar (Erini, 1999).

Sulurejo:

y = 5.10-5x2 – 0,028x + 6,067

R2 = 0,634

Randusari:

y = -0,000x2 + 0,054x – 0,91

R2 = 0,935

Page 94: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

Analisis parameter oksigen terlarut secara rinci sebab musababnya dianalisis

dalam pengukuran BOD dan COD.

6. Kebutuhan oksigen biokimia (BOD)

Kebutuhan oksigen biokimia (BOD) menunjukkan jumlah oksigen terlarut

yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk memecah atau mengoksidasi bahan

buangan di dalam air. Organisme hidup yang bersifat aerobik membutuhkan

oksigen untuk beberapa reaksi biokimia, yaitu untuk mengoksidasi bahan organik,

sintesis sel, dan oksidasi sel. Semakin besar angka indeks BOD suatu perairan,

semakin besar pula tingkat pencemaran yang terjadi dimana jumlah oksigen

terlarutnya sedikit. Sistem perairan alamiah umumnya mempunyai angka BOD

berkisar antara 2-3 mg/L (Fardiaz, 1992).

Gambar 15. Kondisi kadar BOD air sumur pada jarak tertentu

Keterangan: S1 : Sumur 1 di Sulurejo, berjarak 50 meter dari TPA

S2 : Sumur 2 di Sulurejo, berjarak 100 meter dari TPA

S3 : Sumur 3 di Sulurejo, berjarak 200 meter dari TPA

S4 : Sumur 4 di Sulurejo, berjarak 300 meter dari TPA

S5 : Sumur 1 di Randusari, berjarak 100 meter dari TPA

S6 : Sumur 2 di Randusari, berjarak 200 meter dari TPA

S7 : Sumur 3 di Randusari, berjarak 300 meter dari TPA

Sulurejo:

y = 0,002x2 – 0,824x + 77,46

R2 = 0,784

Randusari:

y = 0,000x2 - 0,057x + 8,57

R2 = 0,971

Page 95: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

Berdasarkan Tabel 10 diketahui bahwa dari ketujuh sumur terdapat 3 air

sumur dengan nilai BOD yang melebihi baku mutu air adalah pada S1 (48,54

mg/L), S4 (8,00 mg/L), dan (S5 sebesar 4,06 mg/L). Nilai BOD yang tinggi

menandakan tingginya bahan organik biodegradable yang menjadi beban perairan

yang telah dioksidasi secara biologi. BOD yang tinggi juga berarti bahwa

kandungan oksigen terlarut dalam air sedikit, kondisi ini mengakibatkan

terganggunya kehidupan organisme air termasuk mikroorganisme aerobik menjadi

tidak dapat hidup dan berkembang biak, sebaliknya mikroorganisme anaerob akan

aktif memecah bahan-bahan buangan secara anaerob seperti H2S, amin, dan fosfor

(Hariyadi, 2001).

S1 dan S5 merupakan lokasi pengambilan air sumur dengan jarak paling

dekat dengan TPA, sehingga kandungan air lindi yang merembes ke dalam sumur

penduduk masih tinggi. Anomali nilai BOD yang tinggi ditemukan pada S4, ini

merupakan jarak terjauh pengambilan air sumur di Desa Sulurejo (Gambar 15).

Selain faktor air yang tercemar oleh lindi sampah dari TPA, diduga air sumur juga

tercemar dengan adanya rembesan air lindi sampah domestik yang dibuang

dipekarangan rumah dan letak sumur yang berdekatan dengan sungai. Sungai

tersebut merupakan aliran sungai dari dalam TPA Putri Cempo yang mengalirkan

air lindi secara langsung dari tumpukan sampah di TPA menuju ke aliran sungai

Bengawan Solo. Berdasarkan gambar 15 juga diketahui bahwa jarak sumur di

Desa Sulurejo mempengaruhi BOD air sumur sebesar 78,4% dan di Randusari

sebesar 97,1%. Hal ini menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara jarak dan pH

air sumur, semakin jauh jarak sumur dari TPA maka BOD air akan menurun.

Page 96: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

7. Kebutuhan oksigen Kimia (COD)

Kebutuhan oksigen biokimia (COD) menyatakan jumlah oksigen yang

dibutuhkan untuk reaksi kimia di dalam badan air. Menurut Davis dan Cornwell

(1991) bahwa semakin tinggi nilai COD, maka akan semakin banyak kadar

oksigen terlarut yang diperlukan untuk proses kimiawi, akibatnya dapat

mengurangi ketersediaan oksigen terlarut bagi kehidupan organisme perairan.

Gambar 16. Kondisi kadar COD air sumur pada jarak tertentu

Keterangan: S1 : Sumur 1 di Sulurejo, berjarak 50 meter dari TPA

S2 : Sumur 2 di Sulurejo, berjarak 100 meter dari TPA

S3 : Sumur 3 di Sulurejo, berjarak 200 meter dari TPA

S4 : Sumur 4 di Sulurejo, berjarak 300 meter dari TPA

S5 : Sumur 1 di Randusari, berjarak 100 meter dari TPA

S6 : Sumur 2 di Randusari, berjarak 200 meter dari TPA

S7 : Sumur 3 di Randusari, berjarak 300 meter dari TPA

Tingginya kandungan COD pada air tanah sangat dipengaruhi oleh

tingginya BOD. Akan tetapi kandungan COD selalu lebih tinggi dari BOD karena

selain sumbernya dari bahan organik juga berasal dari bahan anorganik hasil

degradasi mikrobia yang terakumulasi dengan air tanah (Sunu, 2004).

Sulurejo:

y = 0,003x2 – 1,505x + 140,1

R2 = 0,786

Randusari:

y = 0,000x2 - 0,227x + 30,66

R2 = 0,989

Page 97: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

Berdasarkan Tabel 10 diketahui bahwa nilai COD pada 3 air sumur dari

ketujuh air sumur yang diuji melebihi baku mutu air kelas I yang ditetapkan oleh

PPRI No. 82 tahun 2001, nilai COD yang tinggi terdapat pada S1 (86,79 mg/L),

S4 (22,76 mg/L), dan S5 (13,03 mg/L). Sama seperti BOD dan mengacu pada

gambar 16 diketahui bahwa jarak sumur di Desa Sulurejo mempengaruhi COD air

sumur sebesar 78,6% dan di Randusari sebesar 98,9%. Hal ini menjelaskan bahwa

terdapat hubungan antara jarak dan COD air sumur, semakin jauh jarak sumur

dari TPA maka COD air akan menurun.

nilai COD yang tinggi pada S1 dan S5 dikarenakan lokasi pengambilan

air sumur yang berdekatan dengan TPA. Selain air lindi dari TPA yang

mencemari air sumur pada S4, diduga adanya rembesan air lindi dari sampah

domestik dan keberadaan sungai yang membawa air lindi dari dalam TPA

merupakan penyebab tingginya nilai COD pada S4.

Nilai COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organik

yang secara alamiah dapat dioksidasikan melalui proses mikrobiologis, dan

mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut dalam air (Fardiaz, 1992). Achmad

(2004) juga mengemukakan bahwa nilai COD yang lebih tinggi dari BOD

dikarenakan bahan-bahan yang stabil terhadap reaksi biologi dan mikroorganisme

dapat ikut teroksidasi dalam uji COD. Akibat kandungan COD yang berlebihan

pada air tanah akan sama halnya dengan kandungan BOD yaitu akan berpengaruh

terhadap menurunnya kandungan oksigen terlarut (DO) sehingga akan

berpengaruh terhadap penurunnya kualitas air tanah (Peavy 1986).

Page 98: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

8. Nitrat

Nitrifikasi, amonifikasi dan denitrifikasi merupakan proses mikrobiologi

oleh karena itu sangat dipengaruhi oleh suhu dan aerasi. Proses nitrifikasi juga

dipengaruhi oleh kadar oksigen terlarut >2 mg/L, pH optimum 8-9, bakteri

nitrifikasi cenderung menempel pada sedimen atau bahan padatan lain,

pertumbuhan bakteri nitrifikasi lebih lambat dari bakteri heterotrof, suhu optimum

20-25 ºC (Novotny dan Olem,1994 dalam Effendi, 2003). Menurut Alaerts dan

Santika (1987), nitrat dalam tubuh manusia direduksi menjadi nitrit yang dapat

bereaksi dengan hemoglobin dalam darah sehingga menyebabkan darah tersebut

tidak dapat lagi mengikat oksigen, dan asam yang dibentuk dari nitrat dapat

bereaksi membentuk nitrosamine (R-R-N-NO) yang dapat menyebabkan kanker.

Gambar 17. Kondisi kadar nitrat air sumur pada jarak tertentu

Keterangan: S1 : Sumur 1 di Sulurejo, berjarak 50 meter dari TPA

S2 : Sumur 2 di Sulurejo, berjarak 100 meter dari TPA

S3 : Sumur 3 di Sulurejo, berjarak 200 meter dari TPA

S4 : Sumur 4 di Sulurejo, berjarak 300 meter dari TPA

S5 : Sumur 1 di Randusari, berjarak 100 meter dari TPA

S6 : Sumur 2 di Randusari, berjarak 200 meter dari TPA

S7 : Sumur 3 di Randusari, berjarak 300 meter dari TPA

Sulurejo:

y = -5.10-5 x2 – 0,013x + 1,103

R2 = 0,519

Randusari:

y = 0,000x2 - 0,081x + 6,831

R2 = 0,977

Page 99: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

Berdasarkan Tabel 10 diketahui bahwa kadar nitrat yang terkandung pada

ketujuh air sumur masih di bawah baku mutu air kelas I yang ditetapkan oleh

PPRI No. 82 tahun 2001 dan PerMenKes No. 416 Tahun 1990, yaitu berkisar

0,92-6,66 mg/L. Pada Gambar 17 diketahui bahwa jarak sumur di Desa Sulurejo

mempengaruhi nitrat air sumur sebesar 51,9% dan di Randusari sebesar 97,7%.

Hal ini menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara jarak dan nitrat air sumur.

Kadar nitrat pada S7 lebih tinggi dari yang lain, hal ini diduga selain kandungan

nitrat dari rembesan air lindi TPA terdapat faktor lain seperti keberadaan kandang

hewan ternak di dekat sumur dan aktivitas sumur yang sebelumnya digunakan

secara bersamaan oleh warga untuk mencuci dan kegiatan lainnya. Kadar nitrat

dipengaruhi oleh aktivitas sumber pencemar, aktivitas penggunaan sumur, dan

tingkat pencucian serta aliran permukaan (Nursyamsi, 2006). Konsentrasi nitrat

yang tinggi dalam air sumur merupakan salah satu indikasi adanya kandungan

bahan-bahan organik yang terlarut dalam air tinggi, nitrat juga merupakan variabel

pencemar dinamis sehingga dapat mengalami reduksi menjadi nitrit atau tereduksi

secara lanjut menjadi amoniak (Trisnawulan, 2007).

9. Sulfat

Sulfat (SO4) merupakan senyawa anorganik yang dapat menyebabkan

iritan pada saluran gastro-intestinal pada kadar yang berlebih (Slamet, 2004).

Umumnya senyawa sulfat berasal dari limbah organik yang mengandung sulfur

dan terdegradasi secara anaerob membentuk H2S. Selanjutnya H2S teroksidasi

menjadi sulfat yang berasal dari aktivitas fotosintesis bakteri.

Page 100: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

Gambar 18. Kondisi kadar sulfat air sumur pada jarak tertentu

Keterangan: S1 : Sumur 1 di Sulurejo, berjarak 50 meter dari TPA

S2 : Sumur 2 di Sulurejo, berjarak 100 meter dari TPA

S3 : Sumur 3 di Sulurejo, berjarak 200 meter dari TPA

S4 : Sumur 4 di Sulurejo, berjarak 300 meter dari TPA

S5 : Sumur 1 di Randusari, berjarak 100 meter dari TPA

S6 : Sumur 2 di Randusari, berjarak 200 meter dari TPA

S7 : Sumur 3 di Randusari, berjarak 300 meter dari TPA

Berdasarkan Tabel 10 diketahui bahwa kadar sulfat pada ketujuh air sumur

masih di bawah baku mutu air kelas I yang ditetapkan oleh PPRI No. 82 tahun

2001 dan PerMenKes No. 416 Tahun 1990. Kandungan sulfat pada sampel

berkisar antara 10.16-105.00 mg/L dan baku mutu sulfat sebesar 400 mg/L. Pada

Gambar 17 diketahui bahwa jarak sumur di Desa Sulurejo mempengaruhi sulfat

air sumur sebesar 78% dan di Randusari sebesar 95,5%. Hal ini menjelaskan

bahwa terdapat hubungan antara jarak dan sulfat air sumur, semakin jauh jarak

sumur dari TPA kadar sulfat cenderung mengalami penurunan.

Penurunan kadar sulfat yang signifikan di kedua Desa tempat pengambilan

air sumur, semakin jauh jarak sumur dari TPA kadar sulfat yang terkandung

semakin menurun. Diduga semakin jauh sumur dari TPA maka rembesan air lindi

Sulurejo:

y = 0,003 x2 – 1,398x + 152,4

R2 = 0,780

Randusari:

y = 0,004x2 – 2,273x + 282,7

R2 = 0,955

Page 101: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

yang merembes ke lapisan tanah sudah menjadi lebih encer, sehingga kandungan

besi dalam air juga menurun. Umumnya, sulfat merupakan variable pencemar

dinamis sehingga dapat mengalami reduksi menjadi sulfit yang merupakan hasil

reaksi alami yang terjadi di dalam tanah. Sulfit selain menyebabkan air tercemar

juga menyebabkan munculnya bau yang tidak sedap.

Hariyadi (2001) mengemukakan bahwa di perairan yang diperuntukkan

bagi air minum tidak boleh mengandung senyawa natrium sulfat (Na2SO4) dan

magnesium sulfat (MgSO4) karena bersifat iritan. Pada perairan alami yang

mendapat cukup aerasi biasanya tidak ditemukan H2S karena telah teroksidasi

menjadi sulfat. Kadar sulfat pada perairan tawar alami berkisar antara 2–80 mg/L.

Kadar sulfat air minum sebaiknya tidak melebihi 400 mg/L (Effendi, 2003).

Kondisi dinding sumur pada S1 dan S5 juga menjadi penyebab tingginya kadar

sulfat yang terkandung dalam air. Pada dinding sumur S1 berupa batu bata dan

sumur S5 berupa tanah, sehingga sulfat yang terkandung dalam lindi dapat

mencemari air sumur dengan mudah melalui pori-pori tanah pada dinding sumur.

10. Klorida (Cl-)

Unsur garam Cl- terjadi sebagai hasil dari ikatan-ikatan residu dari

penggunaan pupuk kimia pertanian dan limbah cair dari industri dan rumah

tangga. Kandungan klorida umumnya dihasilkan dari mineral/garam-garaman

tanah dan penggunaan detergen atau sabun dalam keperluan sehari-hari.

Page 102: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

Gambar 19. Kondisi kadar klorida air sumur pada jarak tertentu

Keterangan: S1 : Sumur 1 di Sulurejo, berjarak 50 meter dari TPA

S2 : Sumur 2 di Sulurejo, berjarak 100 meter dari TPA

S3 : Sumur 3 di Sulurejo, berjarak 200 meter dari TPA

S4 : Sumur 4 di Sulurejo, berjarak 300 meter dari TPA

S5 : Sumur 1 di Randusari, berjarak 100 meter dari TPA

S6 : Sumur 2 di Randusari, berjarak 200 meter dari TPA

S7 : Sumur 3 di Randusari, berjarak 300 meter dari TPA

Berdasarkan Tabel 10 diketahui bahwa kadar klorida pada ketujuh air

sumur masih di bawah baku mutu air kelas I yang ditetapkan oleh PPRI No. 82

tahun 2001 dan PerMenKes No. 416 Tahun 1990. Kandungan klorida pada air

sumur berkisar antara 13,97-349,80 mg/L. Pada gambar 19 diketahui bahwa jarak

sumur di Desa Sulurejo mempengaruhi kadar klorida dalam air sumur sebesar

68,1% dan di Randusari sebesar 96,1%. Hal ini menjelaskan bahwa terdapat

hubungan antara jarak dan klorida air sumur.

Kadar klorida pada S1 (Gambar 19) jauh lebih tinggi dibandingkan kadar

klorida yang lain, hal ini dikarenakan S1 merupakan sumur Desa Sulurejo dengan

Sulurejo:

y = 0,010 x2 – 4,183x + 473,7

R2 = 0,681

Randusari:

y = 0,004x2 – 1,262x + 96,64

R2 = 0,961

Page 103: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

jarak paling dekat dari TPA, yaitu 50 meter dari TPA. Selain itu S1 juga

merupakan umum yang masih digunakan warga desa Sulurejo, salah satunya

adalah untuk mencuci (Lampiran 4). Air bilasan yang mengandung detergen akan

masuk melalui pori-pori tanah dan menyebabkan kandungan klorida menjadi

semakin tinggi.

11. Besi (Fe)

Besi yang ada di dalam air dapat bersifat terlarut sebagai Fe 2+

(ferro) atau

Fe3+

(ferri), tersuspensi sebagai butiran koloidal (diameter <1μm) atau lebih besar,

seperti Fe2O3, FeO, Fe(OH)3 dan sebagainya, serta tergabung dengan zat organik

atau zat padat yang anorganik (Alaerts, 1984).

Gambar 20. Kondisi kadar besi air sumur pada jarak tertentu

Keterangan: S1 : Sumur 1 di Sulurejo, berjarak 50 meter dari TPA

S2 : Sumur 2 di Sulurejo, berjarak 100 meter dari TPA

S3 : Sumur 3 di Sulurejo, berjarak 200 meter dari TPA

S4 : Sumur 4 di Sulurejo, berjarak 300 meter dari TPA

S5 : Sumur 1 di Randusari, berjarak 100 meter dari TPA

S6 : Sumur 2 di Randusari, berjarak 200 meter dari TPA

S7 : Sumur 3 di Randusari, berjarak 300 meter dari TPA

Sulurejo:

y = 10-5 x2 – 0,004x + 0,402

R2 = 0,783

Randusari:

y = 4.10-5 x2 – 0,021x + 2,595

R2 = 0,987

Page 104: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

Berdasarkan Tabel 10 diketahui bahwa kadar besi secara keseluruhan yang

terkandung pada ketujuh air sumur masih berada di bawah baku mutu air kelas I

yang ditetapkan oleh PPRI No. 82 tahun 2001 dan PerMenKes No. 416 Tahun

1990, hanya pada S5 diketahui bahwa kadar besi yang terkandung melebihi baku

mutu, yaitu sebesar 0,87 mg/L. Pada gambar 20 diketahui bahwa jarak sumur di

Desa Sulurejo mempengaruhi kadar besi dalam air sumur sebesar 78,3% dan di

Randusari sebesar 98,7%. Hal ini menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara

jarak dan besi air sumur, semakin jauh jarak sumur dari TPA maka kadar besi

cenderung menurun. Penurunan kadar besi terjadi pada S1 dan S5 (Gambar 20),

semakin jauh jarak sumur dari TPA kadar sulfat yang terkandung semakin

menurun. Diduga semakin jauh sumur dari TPA maka rembesan air lindi yang

merembes ke lapisan tanah sudah menjadi lebih encer, sehingga kandungan besi

dalam air juga menurun.

Tekstur dinding sumur yang belum diplester juga berpengaruh terhadap

kualitas air sumur, kandungan besi dari air lindi dapat mencemari air sumur

tersebut. Pada kondisi pH yang rendah dan air bersifat asam, air dapat dengan

mudah melarutkan besi dan logam lainnya. pH air yang rendah dapat

mengakibatkan besi dalam air berbentuk ferro dan ferri, dimana bentuk ferri akan

mengendap dan tidak larut dalam air serta tidak dapat dilihat dan mata sehingga

menyebabkan air menjadi berwarna, berbau, dan berasa. Kadar besi yang tinggi

terdapat pada air yang berasal dari air tanah yang bernuansa anaerob atau pada

perairan yang sudah tidak mengandung oksigen (Effendi (2003). Mengacu pada

Page 105: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

kandungan DO pada S5 sebesar 3,19 mg/L, sehingga kandungan besinya relatif

lebih tinggi dari yang lain.

12. Timbal (Pb)

Timbal merupakan salah satu pencemar yang dipermasalahkan karena

bersifat sangat toksik dan tergolong tergolong sebagai bahan buangan beracun dan

berbahaya (Muchyiddin dan Purnomo, 2007). Paparan bahan pencemar timbal

pada manusia dapat menyebabkan gangguan pada fungsi ginjal, sistem

reproduksi, neurologi, dan sistem syaraf (Sudarmaji dkk, 2006).

Gambar 21. Kondisi kadar timbal air sumur pada jarak tertentu

Keterangan: S1 : Sumur 1 di Sulurejo, berjarak 50 meter dari TPA

S2 : Sumur 2 di Sulurejo, berjarak 100 meter dari TPA

S3 : Sumur 3 di Sulurejo, berjarak 200 meter dari TPA

S4 : Sumur 4 di Sulurejo, berjarak 300 meter dari TPA

S5 : Sumur 1 di Randusari, berjarak 100 meter dari TPA

S6 : Sumur 2 di Randusari, berjarak 200 meter dari TPA

S7 : Sumur 3 di Randusari, berjarak 300 meter dari TPA

Berdasarkan Tabel 10 diketahui bahwa kadar dalam air tanah pada ketujuh

air sumur yang diuji masih jauh di bawah baku mutu air kelas I yang ditetapkan

oleh PPRI No. 82 tahun 2001 dan PerMenKes No. 416 Tahun 1990, yaitu kurang

Page 106: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

dari 0.005 mg/L. Pada gambar 21 tidak terlihat fluktuasi kadar timbal dan

besarnya kadar timbal adalah sama, sehingga jarak sumur dari TPA tidak

berpengaruh terhadap kadar timbale dalam air sumur. Beberapa faktor yang

mempengaruhi laju absorpsi logam dalam air yaitu kadar garam (air laut),

alkalinitas (air tawar), hadirnya senyawa kimia lain, temperatur, pH, besar

kecilnya organisme dan kondisi kelaparan dari organisme (Darmono, 1995).

13. Bakteri Coliform fecal

Bakteri Coliform fecal umumnya digunakan sebagai indikator pencemaran

yang berasal dari limbah rumah tangga. Angka konsentrasi fecal coliform dalam

perairan dianggap berbahaya bagi kesehatan jika lebih besar dari 1000

MPN/100mL. Coliform di dalam air terdiri dari Coliform fecal yang berasal dari

kotoran hewan dan manusia, serta koliform nonfekal.yang berasal dari hewan

dan tanaman mati.

Gambar 22. Kondisi total Coliform fecal air sumur pada jarak tertentu

Keterangan: S1 : Sumur 1 di Sulurejo, berjarak 50 meter dari TPA

S2 : Sumur 2 di Sulurejo, berjarak 100 meter dari TPA

S3 : Sumur 3 di Sulurejo, berjarak 200 meter dari TPA

Sulurejo:

y = 3.10-13 x + 2400

R2 = -

Randusari:

y = 0,065 x2 – 26x + 4350

R2 = 0,973

Page 107: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

S4 : Sumur 4 di Sulurejo, berjarak 300 meter dari TPA

S5 : Sumur 1 di Randusari, berjarak 100 meter dari TPA

S6 : Sumur 2 di Randusari, berjarak 200 meter dari TPA

S7 : Sumur 3 di Randusari, berjarak 300 meter dari TPA

Berdasarkan Tabel 10 diketahui bahwa kandungan Coliform fecal dalam

air tanah pada ketujuh air sumur sangat tinggi, yaitu lebih dari 2400 MPN/100mL.

Kandungan Coliform fecal tersebut telah melampaui baku mutu air kelas satu

yang ditetapkan oleh PPRI No. 82 tahun 2001 dan PerMenKes No. 416 Tahun

1990. Pada gambar 22 diketahui bahwa jarak sumur di Desa Sulurejo tidak

mempengaruhi kandungan koliform fekal dalam air sumur sedangkan jarak sumur

di Desa Randusari mempengaruhi kadar koliform fekal dalam air sumur sebesar

97,3 %. Tingginya kandungan Coliform fecal mengindikasikan bahwa pada air

tanah tersebut mengandung bakteri patogen yang cukup banyak dan apabila

digunakan untuk keperluan sehari-hari akan sangat membahayakan bagi kesehatan

penduduk sekitarnya.

Tingginya kandungan Coliform fecal diduga karena adanya sapi-sapi dan

kambing yang ada di lingkungan TPA. Hewan-hewan tersebut mencari makan

langsung ditumpukan sampah, padahal sampah-sampah yang masuk isinya

beraneka ragam. Semakin banyak hewan yang mencari makan di tumpukan

sampah, maka semakin tinggi pula kemungkinan hewan membuang kotorannya

langsung di tumpukan sampah-sampah. Hal ini dapat menyebabkan tingginya

kandungan Coliform fecal, sehingga air sumur tidak layak untuk diminum karena

dapat menyebabkan penyakit.

Page 108: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

D. Tingkat Degradasi Kualitas Air Tanah di Sulurejo dan Randusari

Berdasarkan KepMenLH No. 115 Tahun 2003, Status mutu air adalah

tingkat kondisi mutu air (kualitas air) yang menunjukkan kondisi cemar atau

kondisi baik pada suatu sumber air dalam waktu tertentu dengan membandingkan

dengan baku mutu air yang ditetapkan. Penentuan status mutu air dilakukan untuk

mengetahui tingkat degradasi air tanah di Desa Sulurejo dan Desa Randusari

dengan menggunakan Metode Analisis Indeks Pencemaran (IP) dan STORET.

Pengelolaan kualitas air diharapkan dapat memberikan masukan pada pengambil

keputusan agar dapat menilai kualitas badan air untuk suatu peruntukan serta

melakukan tindakan untuk memperbaiki kualitas jika terjadi penurunan kualitas

akibat kehadiran senyawa pencemar.

Tabel 11. Rekapitulasi kualitas air tanah dengan Indeks Pencemaran (IP)

Lokasi sampel Nilai IP kualitas air

Sumur S1 6.115 cemar sedang

Sumur S2 3.184 cemar ringan

Sumur S3 3.257 cemar ringan

Sumur S4 5.075 cemar sedang

Sumur S5 5.631 cemar sedang

Sumur S6 3.143 cemar ringan

Sumur S7 3.364 cemar ringan

Penentuan kualitas air berdasarkan rekapitulasi nilai Indeks Pencemaran

(IP) di Desa Sulurejo dan Randusari tergolong tercemar ringan dan sedang.

Terdapat tiga sampel air sumur yang bersifat tercemar sedang, yaitu sumur di

Sulurejo 1, Sulurejo 4, dan Randusari 1. Berdasarkan data di atas (Tabel 11)

cukup menjelaskan bahwa keberadaan air lindi hasil luruhan sampah dari TPA

Putri Cempo yang merembes ke dalam lapisan tanah telah mencemari air tanah

Page 109: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

dangkal (air sumur) di sekitar TPA. Adanya zat pencemar tersebut menyebabkan

penurunan tingkat kualitas air tanah sehingga air tanah tersebut tidak layak lagi

untuk di konsumsi.

Tabel 12. Rekapitulasi kualitas air tanah dengan metode STORET

No Parameter BM

Air

Skor

S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7

Fisika

1 Bau - - - - - - - -

2 Rasa - - - - - - - -

3 Warna - - - - - - - -

4 Suhu (°C) dev 3 0 0 0 0 0 0 0

5 Padatan total 50 -4 0 0 0 -4 0 0

Kimia

6 pH 6.0-9.0 0 0 0 0 0 0 0

7 DO 6 -2 -2 -4 -4 -4 -2 -4

8 BOD 2 -20 0 0 -4 -2 0 0

9 COD 10 -8 0 0 -4 -2 0 0

10 Nitrat 10 0 0 0 0 0 0 0

11 Sulfat 400 0 0 0 0 0 0 0

12 Klorida 600 0 0 0 0 0 0 0

13 Besi (Fe) 0.30 0 0 0 0 -2 0 0

14 Timbal (Pb) 0.03 0 0 0 0 0 0 0

Biologi

15 Coliform fecal 100 -20 -20 -20 -20 -20 -20 -20

jumlah -54 -22 -24 -32 -34 -22 -24

buruk sedang sedang buruk buruk sedang sedang

Analisis lain yang dapat digunakan untuk menganalisis tingkat degradasi

air tanah adalah metode STORET. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui

tingkat pencemaran air akibat masuknya air lindi pada saluran perairan umum.

Penggunaan metode STORET memberikan keuntungan dalam mengetahui baik

buruknya kualitas badan air untuk suatu peruntukkan, serta dapat diketahui pula

parameter yang tidak memenuhi persyaratan baku mutu tertentu (Canter, 1977).

Berdasarkan hasil rekapitulasi kualitas air tanah dengan metode STORET

(Tabel 12) diketahui bahwa kualitas air di Desa Sulurejo dan Randusari tergolong

Page 110: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

tercemar buruk/berat dan tercemar sedang. Terdapat tiga dari tujuh sampel air

sumur yang diuji tergolong tercemar buruk/berat. Hasil penentuan kualitas air

antara Indeks Pencemaran dan STORET diketahui tidak jauh berbeda, tetapi

dengan dua metode ini dapat diketahui bahwa telah terjadi penurunan kualitas air

tanah di sekitar TPA Putri Cempo, khususnya di Desa Sulurejo dan Randusari.

Secara umum, air tanah di Desa Sulurejo dan Randusari pada jarak 50-300 dari

TPA sudah tidak layak untuk dikonsumsi. Hal ini juga dapat diketahui dari data

analisis Lab (Tabel 10) bahwa semua sumur mengandung coliform fekal yang

sangat tinggi dan berpotensi menyebabkan terjadinya penyakit.

E. Rekomendasi Pengelolaan Air Tanah di Sekitar TPA Putri Cempo

Berdasarkan data analisis laboratorium serta penentuan kualitas air dengan

metode IP dan STORET terhadap tujuh sampel air sumur di Desa Sulurejo dan

Randusari diketahui bahwa air sumur yang diuji tidak layak untuk dikonsumsi,

tetapi masih dapat digunakan untuk kegiatan mencuci. Rekomendasi yang

diberikan dalam hal pengelolaan air tanah di sekitar TPA Putri Cempo, khususnya

Desa Sulurejo dan Randusari adalah : (1) warga hendaknya tidak menggunakan

air sumur untuk konsumsi sehari-hari. (2) warga hendaknya pindah ke tempat lain

dengan kualitas air yang lebih bersih. (3) apabila warga enggan untuk pindah,

hendaknya warga mengkonsumsi air selain air sumur, misalnya dengan

menggunakan air ledeng/PDAM. (4) diupayakan penutupan lapisan dinding

sumur dengan semen, sehingga distribusi air lindi yang akan mencemari air sumur

dapat diminimalisir. (5) serta dilakukan penanaman pohon dalam jumlah yang

Page 111: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

besar, penanaman pohon dapat menyerap zat kimiawi yang terkandung dalam zat

pencemar seperti air lindi TPA sehingga hanya air bersih saja yang masuk ke

dalam sumur.

Page 112: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Kualitas air sumur di sekitar TPA Putri Cempo, khususnya di desa Sulurejo

dan Randusari tidak layak digunakan sebagai baku mutu air minum sebab

telah melampaui nilai ambang baku mutu air kelas I yang ditetapkan PPRI

No.82 tahun 2001. Parameter pengukuran kualitas air tanah yang melebihi

baku mutu air kelas I di antaranya adalah padatan total terlarut (71,00 mg/L-

76,00 mg/L), BOD (4,06 mg/L-54 mg/L), COD (13,03 mg/L-86,79 mg/L),

besi (0,87 mg/L), dan Coliform fecal (lebih dari 2400 MPN/100 mL). Selain

itu, nilai DO diketahui kurang dari baku mutu air kelas I, yaitu kurang dari 6

mg/L pada ketujuh sumur.

2. Penentuan Status Mutu Air dilakukan untuk mengetahui tingkat kualitas air

tanah. Analisis dilakukan dengan Metode Indeks Pencemaran (IP) dan

STORET. Analisis berdasarkan IP diketahui bahwa air tanah di Desa Sulurejo

dan Randusari tergolong tercemar ringan dan sedang, sedangkan analisis

dengan metode STORET diketahui bahwa air tanah di Desa Sulurejo dan

Randusari tergolong tercemar sedang dan buruk/berat. Dua metode yang

digunakan mengindikasikan bahwa air tanah di sekitar TPA Putri Cempo

telah mengalami penurunan kualitas air hingga 43% sehingga tidak layak

untuk dikonsumsi.

Page 113: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

3. Rekomendasi alternatif yang bisa disampaikan di antaranya adalah (1) warga

hendaknya tidak menggunakan air sumur untuk konsumsi sehari-hari. (2)

warga hendaknya pindah ke tempat lain dengan kualitas air yang lebih bersih.

(3) apabila warga enggan untuk pindah, hendaknya warga mengkonsumsi air

selain air sumur, misalnya dengan menggunakan air ledeng/PDAM. (4)

diupayakan penutupan lapisan dinding sumur dengan semen, sehingga

distribusi air lindi yang akan mencemari air sumur dapat diminimalisir. (5)

serta dilakukan penanaman pohon dalam jumlah yang besar, penanaman

pohon dapat menyerap zat kimiawi yang terkandung dalam zat pencemar

seperti air lindi TPA sehingga hanya air bersih saja yang masuk ke dalam

sumur.

B. Implikasi

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi kepada semua

pihak bahwa air tanah dangkal di sekitar TPA Putri Cempo telah tercemar

sehingga diharapkan ada pengolahan air lindi di TPA, upaya perbaikan sumur,

dan warga sekitar hendaknya tidak menggunakan air sumur untuk memasak

melainkan menggunakan air ledeng.

C. Saran

1. Perlu dilakukan pengolahan yang lebih lanjut (secara Fisika, Kimia dan

Biologis) terhadap air lindi yang dihasilkan TPA Putri Cempo sehingga

Page 114: kajian degradasi air tanah dangkal akibat air lindi (leachate)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

dampak dari pencemaran yang diakibatkan dari pembuangan lindi dapat

dikurangi.

2. Perlu dilakukan pengontrolan yang sifatnya berkelanjutan terhadap kualitas air

lindi yang dihasilkan, maupun dampak terhadap masyarakat akibat adanya

TPA Putri Cempo ini.

3. Perlu dilakukan sosialisasi kepada warga di sekitar TPA mengenai kualitas air

sumur yang sudah tidak layak dikonsumsi. Menghimbau warga supaya tidak

menggunakan air sumur, bisa beralih menggunakan air ledeng. Apabila warga

tetap ingin menggunakan air sumur hendaknya dilakukan pengelolaan terhadap

sumur seperti pelapisan dinding sumur dengan semen.

4. Hendaknya Pemerintah Daerah membuatkan air kran umum untuk keperluan

warga sehari-hari, sehingga warga tidak mengkonsumsi air sumur yang telah

tercemar oleh rembesan lindi sampah dari TPA.

5. Perlu dilakukan penanaman pohon yang banyak supaya air lindi dapat diserap

oleh pohon, sehingga air tanah dapat tercuci oleh air hujan yang meresap ke

lapisan tanah.