15
 KAJIAN SISTEM E-VOTE UI 2014 Disusun oleh : Tim Kajian (PEMIRA CSUI 2014 dan PEMILU FHUI 2014)

Kajian E-Vote UI 2014

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Kajian E-Vote UI 2014

Citation preview

  • KAJIAN SISTEM E-VOTE UI 2014

    Disusun oleh :

    Tim Kajian

    (PEMIRA CSUI 2014 dan PEMILU FHUI 2014)

  • 1

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena tanpa

    kehendak-Nya, kami takkan bisa menyelesaikan Kajian Sistem E-Vote UI 2014 ini.

    Penulisan kajian ini tentunya takkan selesai tanpa adanya bantuan dari beberapa pihak. Maka

    dari itu, kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada beberapa pihak yang telah

    membantu penyusunan kajian ini, antara lain :

    1. Bapak Gladdy Guardhin, selaku penggagas dan pembuat sistem E-Vote UI yang telah

    memberikan kami pencerahan atas beberapa jawaban dari masalah-masalah yang

    tertulis dalam kajian ini

    2. Tim Pengembang sistem E-Vote UI, yang juga telah memberikan jawaban atas

    beberapa jawaban dari masalah-masalah yang tertulis dalam kajian ini

    3. Muhammad Rifki, selaku Ketua DPM UI 2014 yang telah membantu untuk

    menginventarisasi permasalahan pada sistem E-Vote UI dalam 2 tahun belakangan

    4. Pihak lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu

    Kajian ini tentunya masih memiliki kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran akan

    sangat diharapkan penulis agar di tahun depan kajian ini bisa menjadi salah satu alat yang dapat

    mempertahankan keberlangsungan pemakaian sistem E-Vote UI yang merupakan produk riset

    yang bermanfaat dan bisa menjadi inspirasi dalam pemilihan yang terjadi di Indonesia.

    Depok, 16 November 2014

    Tim Kajian

  • 2

    DAFTAR ISI

    Kata Pengantar___________________________________________________________ 1

    Daftar Isi_______________________________________________________________ 2

    BAB I : Pendahuluan______________________________________________________ 3

    BAB II : Landasan Teori___________________________________________________ 5

    BAB III : Pembahasan_____________________________________________________ 6

    BAB IV : Penutup________________________________________________________ 12

    Referensi_______________________________________________________________ 13

    Profil Tim Kajian_________________________________________________________ 14

  • 3

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Universitas Indonesia memiliki visi menjadi Universitas Riset Kelas Dunia. Dalam

    hal ini diharapkan civitas academica Universitas Indonesia mampu berkarya dan menghasilkan

    riset yang bermanfaat. Salah satu riset yang coba diciptakan oleh Pak Gladhi Guarddin dan

    timnya adalah membuat sistem E-Vote yang kemudian dipakai untuk keberlangsungan

    PEMIRA IKM UI. Hal ini dilaksanakan sejak PEMIRA IKM UI 2012.

    Namun begitu, masalah yang muncul adalah ketika mahasiswa merasa sistem E-Vote

    ini menyalahi apa yang sudah berlangsung dalam pemira-pemira sebelumnya yang sebelumnya

    menggunakan manual vote (kertas). Banyak yang menganggap sistem E-Vote ini tidak aman,

    E-Vote ini biang keladi kekalahan kandidat, E-Vote dianggap berpotensi menimbulkan

    berbagai bentuk kecurangan, dll. Akibatnya, keberlangsungan sistem E-Vote dalam PEMIRA

    IKM UI ini pun semakin dipertanyakan.

    Padahal sebenarnya, hal tersebut tidak perlu dipertanyakan karena pada dasarnya E-

    Vote dibuat untuk memudahkan kita dalam kegiatan Pemira, mengurangi biaya, ramah

    lingkungan, dan argumen lainnya. Karenanya, kami Tim Kajian E-Vote UI yang terdiri atas

    panitia PEMIRA CSUI 2014 dan panita PEMILU FHUI 2014 mencoba untuk memberikan

    argumen secara formal yang diharapkan menjadi awal langkah mahasiswa UI untuk yakin

    terhadap E-Vote. Akan sangat sayang apabila perkembangan sistem E-Vote ini tidak lagi

    berjalan akibat ketidakmauan mahasiswa dalam mendukung sistem ini, apalagi jika

    disangkutkan dengan kepentingan-kepentingan politik kampus.

    B. Tujuan

    Berikut adalah tujuan dalam pembuatan kajian yang disusun dengan kolaborasi antara

    panitia PEMIRA CSUI 2014 dengan panitia PEMILU FHUI 2014 :

    1. Meyakinkan pembaca (utamanya mahasiswa) agar mau mendukung keberlangsungan

    sistem E-Vote UI pada PEMIRA IKM UI

    2. Mempertahankan keberlangsungan riset yang bermanfaat (E-Vote adalah produk riset)

    3. Mengkritisi dan menguatkan sistem E-Vote UI dan IKM UI (baik itu untuk PEMIRA

    IKM UI sebagai sarana regenerasi IKM UI ataupun saran terhadap AD-ART IKM

    Fakultas atau UI)

    4. Menjalankan visi Tri Dharma Perguruan Tinggi

  • 4

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Sistem E-Vote UI

    Pada PEMIRA IKM UI 2012, ide untuk memakai sistem E-Vote mulai digagas dan

    akhirnya diinisiasi dan dicanangkan oleh Bapak Gladhi Guarddin dan tim. Pada tahun awal ini,

    masih ada beberapa hal yang belum terimplementasi. Pada sistem ini, digunakan RSA

    Cryptosystem sebagai pengaman. Pada PEMIRA IKM UI 2013, ada beberapa pengembangan

    sistem E-Vote seperti Log in pada aplikasi e-vote dapat menggunakan KTM selain

    menggunakan akun SIAK serta terdapat passphrase untuk mengakses private key. Sistem E-

    Vote UI 2014 merupakan pengembangan lebih lanjut dari sistem E-Vote dari tahun

    sebelumnya. Pengembangan dilakukan pada sektor keamanan sistem dimana keamanan

    diperkuat dengan 3 lapis server security serta admin pemira di setiap hanya menjalankan fungsi

    insert data suara ke dalam database. Selain itu, ada print audit yang akan membackup dan

    menjadi bukti sebuah surat suara masuk.

    Untuk mengakses server setiap komputer yang digunakan untuk E-Vote di TPS

    dipasangkan Sistem Operasi khusus yang mempunyai kode unik sebagai tanda pengenal. Tanda

    pengenal TPS digunakan sebagai enkriptor data suara, di mana jika suatu data tanpa tanda

    pengenal, maka data akan ditolak oleh server. Berikut adalah alur data (selanjutnya disebut

    data flow) :

    1. Data suara masuk dari pemilih setelah berhasil menyelasaikan tahapan pemilih

    2. Data suara lalu dienkripsi menggunakan public key, public key adalah suatu kunci yang

    digunakan untuk menggembok data suara dalam sebuah enkripsi.

    3. Ketika memasuki server, data akan disimpan di database

    4. Data akan tersimpan dalam bentuk enkripsi dan baru bisa diakses ketika penghitungan

    suara dilakukan

    Penghitungan suara hanya dapat dilakukan sekali saja, setelah penghitungan suara

    dilakukan maka data yang tersimpan di database tidak dapat diubah lagi. Untuk menghitung

    suara maka data-data suara perlu didekripsi terlebih dahulu, dekripsi dilakukan dengan

    menggunakan private key. Tetapi, untuk dapat mengakses private key dibutuhkan private

    passphrase. Private passphrase perlu diinput ke dalam sistem pada saat penghitungan suara

    sehingga private key dapat digunakan untuk mendekripsi data suara menjadi bentuk suara yang

  • 5

    sah dan dapat dihitung. Kriptosistem ini disebut dengan RSA Standard, RSA Standard

    digunakan sebagai pengaman pada sistem-sistem jaringan pada dunia perbankan.

    B. Mekanisme Memilih pada Sistem E-Vote UI

    Masih ada beberapa orang yang kebingunan dalam menggunakan sistem E-Vote UI ini.

    Secara umum, tahapan memilih pada E-Vote UI adalah sebagai berikut :

    1. Pemilih melakukan verifikasi data diri di stand pengambilan token

    2. Setelah verifikasi berhasil maka pemilih akan mendapatkan token

    3. Pemilih lalu log in di stand TPS dengan menggunakan token dan akun SIAK

    4. Ketika pemilih berhasil log in maka pada layar monitor akan muncul laman pemilihan.

    Pada laman pemilihan, akan terdapat sesi pemilihan yang sesuai dengan hak memilih

    dari pemilih1.

    5. Pemilih lalu memilih calon-calon yang akan dipilih

    6. Setelah berhasil melakukan pemilihan, pemilih akan mendapatkan email yang berisikan

    alamat validasi bahwa pemilih telah berhasil melakukan pemilihan, pemilih juga berhak

    untuk mendapatkan audit jika dibutuhkan.

    1 pada saat memilih , sistem akan mengenali data pemilih melalui NPM, misalkan ketika seorang mahasiswa FH

    memilih di TPS yang terdapat di Vokasi, sistem akan tetap mengenali pemilih sebagai mahasiswa FH dan hak

    memilih dari pemilih telah gunakan sehingga tidak dapat digunakan lagi untuk periode pemilihan yang sama.

  • 6

    BAB III

    PEMBAHASAN

    A. Inventaris Masalah dan Jawaban

    Berikut adalah inventaris masalah yang dikumpulkan oleh tim kajian dan DPM UI

    beserta jawaban dari permasalahan :

    1. Performa E-Vote tidak aman (Security dan Privacy)

    Sistem tahun 2013 masih memungkinkan seorang hacker masuk ke sistem

    untuk memasukkan (sulit untuk menciptakan enkripsi kode untuk sebuah suara),

    mengubah (meski sangat sulit karena suara yang masuk sudah dienkripsi dan sulit untuk

    membuat enkripsinya), dan menghapus data. Untuk tahun 2014, operasi update dan

    delete sudah tidak mungkin dilakukan. Satu-satunya operasi yang bisa dilakukan pada

    sistem E-Vote 2014 adalah adalah insert di mana insert dibutuhkan untuk memasukkan

    suara pemilih. Andai hacker masuk, maka hacker pun tak mudah dalam pembuatan

    enkrispsi sebuah suara yang sah dan tidak rusak. Untuk masalah privasi, suara dijamin

    terjaga kerahasiannya karena sangat sulit untuk memecahkan kode enkripsi tersebut.

    Beberapa mekanisme keamanan dan privasi pun juga terus dikembangkan hingga

    sistem E-Vote 2014 ini luncur. Selain itu, mengupayakan diri untuk menembus sistem

    (hack) ini pun sebenarnya sulit.

    2. Tidak masuknya suara yang telah diberikan oleh sejumlah pemilih ke dalam server E-

    Vote

    Secara resmi masalah pada tahun 2013 di hari pertama terjadi karena memang

    suara tidak masuk akibat kode yang lupa dihidupkan/diuncomment. Hal ini memang

    diakui oleh panitia PEMIRA IKM UI 2013. Namun begitu, jika ada isu bahwa tidak

    masuk suara di hari lain, maka dapat dipastikan bahwa kesalahan bukan terdapat pada

    sistemnya.

    Hal ini bisa terjadi karena saat suara diinput ke sistem, proses yang belum

    selesai itu tiba-tiba terputus (misal koneksi hilang) sehingga suara yang diinput tidak

    masuk. Padahal sudah diperingatkan bahwa suara baru akan masuk ke sistem apabila

    telah ada pemberitahuan seperti Suara anda telah masuk. Masalah ini dapat diatasi

    jika panitia mampu menyediakan koneksi yang baik, kualitas laptop yang digunakan

    (baterai tidak bocor, dsb), dan hal lainnya.

    Ada juga sebagian orang yang mengatakan bahwa suara tidak masuk karena

    jumlah token yang dibuat lebih banyak dibanding jumlah total suara yang masuk.

  • 7

    Padahal, ada kemungkinan seseorang yang sudah membuat token dan masuk ke bilik

    suara, mereka belum membuat pilihan dan membiarkan sesi pilihannya masih belum

    terisi (NULL). Ada solusi yang bisa kami tawarkan untuk mengatasi keisengan ini,

    yaitu dengan menambahkan aturan pada saat sesi pemilihan. Jika seseorang sudah

    masuk ke bilik suara, ia harus membuat pilihan. Jika ia mensubmit dengan kondisi

    belum memilih siapapun, maka suara tersebut akan diubah menjadi TIDAK MEMILIH

    dan mengakibatkan ia tidak bisa memilih lagi.

    Selain itu, untuk membuktikan suara yang masuk sudah ada email yang terkirim

    ke email UI ([akun_siak_pribadi]@ui.ac.id) dan sudah ada sistem print audit untuk E-

    Vote 2014 ini. Admin/Pengelola sistem E-Vote pun bisa mengecek NPM mahasiswa

    yang sudah membuat pilihan dan mereka takkan bisa mengetahui pilihan yang dibuat

    karena pilihan yang dibuat oleh mahasiswa sudah terenkripsi dan sangat sulit untuk

    didekripsi (dan butuh waktu lama).

    3. Tidak bisa menggunakan hak pilih karena tidak ada dalam DPT

    Permasalahan ini bukan pada sistem, melainkan terjadi karena permasalahan

    pada panitia yang menginput. Dalam hal ini, panitia harus jeli saat memasukkan daftar

    pemilih tetap pada sistem e-vote. Selain itu, panitia perlu memperhatikan dalam AD-

    ART-nya, apakah memang untuk program studi tertentu termasuk sebagai pemilih.

    Dalam kasus di tahun 2013, yang bisa memilih anggota MPM FKM adalah mahasiswa

    S1 reguler saja, bukan mahasiswa S1 ekstensi.

    Lalu ada kasus unik ketika Mahasiswa Abadi, lebih tepatnya mahasiswa UI

    yang belum lulus (angkatan 2005 ke bawah) tidak bisa memilih dalam sistem E-Vote

    ini. Hal ini terjadi karena NPM mereka belum terdaftar dalam sistem SIAK-NG.

    Bahkan NPM yang ada pun belum disesuaikan dengan format yang ada. Untuk kasus

    spesial seperti ini memang disarankan untuk menggunakan manual vote dikarenakan

    untuk menghandling masalah ini cukup merepotkan (sebenarnya bisa) dan hanya

    dilakukan untuk segelintir mahasiswa.

    4. Bisa memilih 2x untuk jenis pemilihan yang sama

    Hal ini jelas tidak mungkin untuk dilakukan. Pada saat dia sudah memilih untuk

    kandidat tertentu (BEM atau DPM), maka saat ia masuk ke sesi memilih lagi untuk

    kandidat tersebut. Jika ia sudah memilih untuk seluruh kandidat (BEM dan DPM), ia

    tidak akan bisa memilih apapun lagi. Secara teknis, hal ini terjadi karena NPM kita

    dijadikan salah satu primary key dari database E-Vote. Secara teoritis, primary key

    bersifat unik (tidak mengijinkan adanya duplikasi primary key). Jika ada kemungkinan

  • 8

    ada 2x pemilihan, itu tidak mungkin untuk kandidat pemilihan yang sama ataupun ia

    memang belum mensubmit pilihannya hingga sah.

    5. Memilih di fakultas manapun

    Memilih di fakultas manapun dapat dilakukan. Misal, pada saat mahasiswa

    Fasilkom memilih di TPS Fakultas Ekonomi, sesi pemilihan yang akan muncul adalah

    hal-hal yang seharusnya dipilih oleh mahasiswa Fasilkom (BEM Fasilkom, DPM

    Fasilkom, BEM UI, dan DPM UI jika ada yang mengajukan dari Fasilkom). Sistem sesi

    didasari oleh pengelompokkan DPT Fakultas, bukan TPS tiap fakultas (Fasilkom

    memilih di FE bukan memilih sesi FE, tapi memilih untuk sesi Fasilkom).

    6. Pencatatan sebuah suara yang masuk

    Sebuah suara masuk dapat dilihat dari dua indikator. Pertama adalah email

    verifikasi yang dikirimkan ke email ui masing-masing ([akun_siak_pribadi]@ui.ac.id).

    Setelah kita memilih, akan dikirim email verifikasi. Dalam email tersebut, kita hanya

    bisa melihat bahwa kita telah memilih beserta data yang kita pilih dalam bentuk hash

    (sudah terenkripsi agar menjaga kerahasiaan apabila diambil orang lain). Kedua adalah

    dengan print audit. Pada E-Vote UI 2014, ada sistem print audit yang menjadi penanda

    sebuah suara masuk.

    7. Mengetahui hasil suara sebelum penghitungan dimulai (bahkan sudah mengetahui

    ketika proses pemungutan suara masih berlangsung)

    Hal ini dapat dijamin salah. Pertama, suara baru akan bisa dilihat fluktuasi

    grafiknya ketika private key pada QR code dimasukkan ke sistem. Pemasukkan ini

    hanya bisa dilakukan sebanyak 1 kali, setelah itu data akan mengalami freeze atau tidak

    akan mungkin bergerak lagi (tidak akan mengalami penambahan data). Cara ini adalah

    satu-satunya cara untuk melihat fluktuasi data. Jika ini dilakukan oleh seseorang pada

    saat pemungutan suara, maka suara akan berhenti dan suara sisanya takkan masuk.

    Faktanya, suara masih terinput hingga detik terakhir masa pemungutan suara (setelah

    tim melakukan pengecekkan database tahun lalu).

    Kedua, suara yang ada di database adalah suara yang sudah dienkripsi dengan

    algoritma tertentu. Kita takkan mungkin melihat dengan tersurat seseorang memilih

    siapa karena suaranya diubah menjadi kode yang dienkripsi. Satu-satunya mengubah

    kode enkripsi (didekripsi) dengan memasukkan private key dengan QR code. Suara

    akan terdekripsi dan berubah menjadi poin suara untuk kandidat.

  • 9

    8. Kasus Tukar Nomor

    Ini bukanlah kesalahan yang dibuat oleh sistem, melainkan kesalahan yang

    dibuat oleh panitia. Dalam hal ini, panitia salah menginput data. Kandidat A-B yang

    seharusnya diberikan nomor 1, malah diberikan nomor 2. Hal ini diperparah dengan

    kondisi beberapa mahasiswa yang hanya mengetahui nomor urut yang ingin ia pilih,

    bukan nama calon. Solusi dari permasalahan ini adalah panitia harus lebih berhati-hati

    dan teliti saat menginput data.

    9. Pemenuhan Asas Langsung, Umum, Bebas, Rahasia, Jujur, dan Adil

    "Langsung" berarti pemilih diharuskan memberikan suaranya secara langsung

    dan tidak boleh diwakilkan. Hal ini sangat didukung oleh sistem evote dimana terdapat

    sistem verifikasi biometrik (verifikasi foto yang terpampang berdasarkan NPM dan

    pemilih yang datang). Pemilih juga diharuskan login mengunakan ID dan Password

    SIAK sehingga sifatnya sangat personal dan tidak boleh diwakilkan. "Umum" berarti

    pemilihan umum dapat diikuti seluruh warga negara yang sudah memiliki hak

    menggunakan suara, sama halnya dengan menginput DPT sesuai dengan UU PD IKM

    FHUI tentang IKM yang memiliki hak pilih. "Bebas" berarti pemilih diharuskan

    memberikan suaranya tanpa ada paksaan dari pihak manapun.

    "Rahasia" berarti suara yang diberikan oleh pemilih bersifat rahasia hanya

    diketahui oleh si pemilih itu sendiri. Sistem evote sudah memfasilitasi hal ini sama

    halnya seperti sistem pemungutan suara konvensional. Untuk mengecek apakah suara

    pemilih benar-benar telah masuk dan diterima server, pemilih dapat membuka webmail

    UI yang telah terintegrasi dengan akun SIAK. Bahkan suara yang ada pun sudah

    dienkripsi untuk menjaga kerahasiaan suara jika ada yang mencoba mengintip pilihan

    anda. Intinya, hanya eksekusi private key akhir, Tuhan, dan andalah yang tahu siapakah

    yang anda pilih. "Jujur dan Adil", terlepas dari apapun sistem yang dipakai, asas jujur

    dan adil murni komitmen dari panitia penyelenggara pemilu.

    10. Prinsip Scalable, Accuracy, dan Auditable

    Maksud dari prinsip scalable adalah segala suara yang masuk terukur. Dalam

    hal ini, ketika kita sudah melakukan pemasukkan private key ke sistem, suara yang

    masuk akan ditampilkan dan kuantitasnya dapat diukur dari hasil akhir grafik. Accuracy

    adalah keakuratan data yang masuk dan yang keluar sebagai output pada grafik. Dalam

    hal ini, 1 suara yang masuk untuk kandidat x akan bernilai 1 suara pula untuk kandidat

    x (enkripsi dan dekripsi adalah algoritma kebalikannya sehingga dijamin tidak akan ada

    modifikasi data, hanya wujudnya saja yang diubah nilainya tidak). Auditable adalah

  • 10

    segala suara yang masuk tercatat dan terbackup. Dalam hal ini, ada dua mekanisme

    backup yaitu print audit (secara fisik) dan pengiriman ke email UI masing-masing

    (secara digital).

    11. E-Vote hanyalah untuk orang yang memiliki password SIAK dan KTM

    Hanya mereka yang terdaftar sebagai DPT yang dapat memilih dan hal tersebut

    diatur oleh kebijakan BPM/DPM masing-masing fakultas dan juga DPM UI pada

    tingkat universitas atau Pemira UI. Sebagai contoh pada tataran negara Indonesia,

    hanya warga negara Indonesia yang memiliki KTP yang dapat memilih, sama halnya

    dalam tataran UI, hanya mahasiswa yang memiliki KTM ataupun ID beserta password

    SIAK yang dapat memilih. Tidak memiliki password SIAK maupun KTM berarti dapat

    disimpulkan bahwa dia bukan mahasiswa yang memiliki hak memilih. Urusan

    kemahasiswaan seperti kehilangan KTM maupun lupa password SIAK akan lebih

    bijaksana jika diurus terlebih dahulu ke PPSI karena hal tersebut murni tanggung jawab

    pribadi mahasiswa untuk menjaga identitas dan bukti legalnya sebagai mahasiswa UI

    dan lebih lanjut lagi sebagai pemilih yang sah dan terdaftar dalam DPT Pemira, dan

    kehilangan atau lalai dalam mengurus hal tersebut tidak ada kaitannya dengan Pemira

    UI sebagai penyelenggara yang mengakomodir hak-hak konstitusional mahasiswa.

    Pemira UI hanya menjamin hak mahasiswa yang terdaftar sebagai DPT, sedangkan

    KTM maupun ID dan password SIAK sebagai sarana pembuktian legalitasnya.

    B. Perbandingan E-Vote dengan Manual-Vote

    Berikut adalah perbandingan kualitatif dan kuantitatif dari sistem pemilihan E-Vote

    dengan Manual Vote :

    Jenis Perbandingan Parameter E-Vote Manual

    Kualitatif

    Mekanisme

    Distribusi Surat

    Suara

    Sistem mudah

    dibagikan, cukup

    dengan flashdisk

    Kertas perlu

    dibagikan secara

    terstruktur, hati-hati

    agar tidak sobek

    Asas Global

    Warming

    Menghemat

    penggunaan kertas

    Boros dalam

    penggunaan kertas

    Proses Penghitungan

    Terbukti sesuai

    kajian di atas, sistem

    aman saat

    menghitung dan

    sangat mudah

    dilakukan. Ada

    resiko hilang QR

    Code

    Ada kemungkinan

    salah hitung, bisa

    karena kelalaian

    ataupun kelelahan

    panitia yang

    bertugas

  • 11

    Proses Pemungutan

    Suara

    Berdasarkan kajian

    di atas, terbukti

    pemungutan suara

    dapat berlangsung

    aman. Ada

    kemungkinan

    buruknya koneksi

    saat entry suara ke

    database

    Ada kemungkinan

    panitia bisa langsung

    colok dengan

    verifikasi yang

    sangat simpel (ttd

    saja), meski

    prosesnya sangat

    sederhana

    Kebutuhan SDM

    Cukup mengerti

    bagaimana

    mekanisme

    pemilihan dengan E-

    Vote, tidak harus

    mengerti hal-hal

    yang sangat teknis

    (meski disarankan

    juga tetap mengerti)

    Harus mencari SDM

    yang kuat dan sabar,

    dalam arti

    penghitungan akan

    membutuhkan

    tenaga yang besar

    Kuantitatif

    Waktu Penghitungan

    Suara

    Waktu penghitungan

    suara sangat cepat,

    bahkan bisa tanpa

    delay langsung

    keluar

    Menghitung kertas

    satu per satu butuh

    waktu yang sangat

    lama, bisa sampai

    semalaman (bahkan

    lebih)

    Waktu Pemungutan

    Suara

    Lebih lama karena

    didasari oleh

    kecepatan koneksi di

    TPS

    Lebih cepat karena

    langsung

    coblos/contreng

    Biaya

    Developer tidak

    dibayar untuk

    membuat sistem ini.

    Beberapa peralatan

    pun bisa pinjam

    Pembelian kertas

    dan pencetakkan

    surat suara

    memerlukan biaya

    lebih

    Jumlah SDM (pada

    Penghitungan Suara)

    Untuk penghitungan

    bahkan hanya perlu

    1 SDM, sisanya

    menjadi saksi

    Untuk penghitungan

    perlu banyak SDM

  • 12

    BAB IV

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Dari kajian sistem dan permasalahan yang ada, kami menyimpulkan bahwa pada

    akhirnya sistem E-Vote ini memang layak untuk digunakan pada PEMIRA IKM UI. Segala

    permasalahan E-Vote atau Pemungutan Suara yang sebenarnya merebak di sekitar kita harus

    ditindaki dengan kepala dingin. Karena dalam sebuah pemanfaatan sistem, faktor pemicu

    masalah tidak hanya mungkin terjadi pada sistem, melainkan human error (panitia ataupun

    mahasiswa pemilih) sebagai user ataupun controller dari sistem itu sendiri.

    Pada akhirnya, kami bukan berarti memaksakan bahwa setiap fakultas harus/wajib

    memakai sistem e-vote ini. Karena mungkin ada beberapa fakultas yang secara budaya lebih

    percaya ataupun sepakat terhadap sistem manual yang sudah ada. Akan tetapi, kami berharap

    adanya argumen-argumen ini setidaknya menyadarkan kita semua agar mendukung sebuah

    karya (produk riset) yang memang dibuat demi kebermanfaatan bersama. Oleh karenanya,

    hargai dan jangan jadikan sistem ini tidak berkembang lagi hanya karena kepentingan politik

    tertentu.

    Dalam setiap tahunnya, memang pada akhirnya sistem E-Vote punya beberapa

    kekurangan. Namun, catatan kekurangan tersebut pun akan selalu diperbaiki dan

    dikembangkan lagi setiap tahunnya. Sehingga diharapkan sistem E-Vote ini akan menjadi

    cermin bagi perkembangan sistem serupa di universitas ataupun institusi lain. Harapan

    terbaiknya, bukan tak mungkin Pemilu di Indonesia akan memakai teknologi E-Vote di masa

    yang akan datang.

    B. Saran

    Terkait kajian ini, kami mengharapkan agar jika di waktu yang akan datang kajian ini

    akan dikembangkan, pastikan untuk menyediakan waktu yang lebih agar tulisan yang tertuang

    dalam kajian lebih matang. Terkait dengan sistem E-Vote UI dan beberapa rekomendasi untuk

    dilakukan Judicial Review sudah tertuang dalam pembahasan.

  • 13

    REFERENSI

    Elmasri, et al., Database Systems, 6th Edition, Addison-Wesley, 2011

    Wawancara bersama Bapak Gladdy Guardhin (12-11-2014 dan 13-11-2014)

  • 14

    PROFIL TIM KAJIAN

    1. Nama : Muhammad Gibran

    NPM : 1306382045

    Fakultas : Fasilkom

    Jurusan : Ilmu Komputer

    Angkatan : 2013

    2. Nama : Muhammad Reza

    NPM : 1306382902

    Fakultas : Fasilkom

    Jurusan : Sistem Informasi

    Angkatan : 2013

    3. Nama : Kristoferson Adenuwu S

    NPM : 1306413965

    Fakultas : Fasilkom

    Jurusan : Sistem Informasi

    Angkatan : 2013

    4. Nama : Arief Radityo

    NPM : 1306381875

    Fakultas : Fasilkom

    Jurusan : Ilmu Komputer

    Angkatan : 2013

    5. Nama : Adrianus Eryan

    NPM : 1306402381

    Fakultas : FH

    Jurusan : Ilmu Hukum

    Angkatan : 2013

    Cover.pdfKajian E-Vote_Ver1.0.pdf