Upload
dangnhi
View
218
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KAJIAN EKONOMI DANKEUANGAN REGIONAL
PROVINSI KALIMANTAN BARATTRIWULAN III 2014
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIAPROVINSI KALIMANTAN BARAT
Penanggung Jawab:
Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan (UAEK)Kantor Perwakilan Bank IndonesiaProvinsi Kalimantan BaratJl. Ahmad Yani No.2, PontianakTelp : 0561 - 734134 ext 8207, 8203, 8238Faks : 0561 – 732033
Versi softcopy buku ini dapat diunduh melalui www.bi.go.id
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 i
KATA PENGANTAR
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014
merupakan gambaran tentang kondisi perekonomian dan sistem keuangan Provinsi Kalimantan
Barat pada triwulan III 2014. Kajian ini meliputi perkembangan ekonomi, keuangan pemerintah,
inflasi, sistem keuangandan pengembangan akses keuangan, sistem pembayaran dan
pengelolaan uang, ketenagakerjaan dan kesejahteraan, serta prospek perekonomian daerah
pada triwulan mendatang.
Kami menyadari penyusunan kajian ini masih belum sempurna, dan menjadi tekad kami
untuk terus berupaya memperbaikinya. Oleh karena itu, segala masukan, sumbangan
pemikiran, dan koreksi dari pembaca merupakan sebuah sumbangan yang besar bagi kami di
masa mendatang. Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah
Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah membantu dalam penyediaan
data, seperti Badan Pusat Statistik, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pertanian
Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Perkebunan, Dinas Pendapatan Daerah, Dinas Tenaga
Kerja, Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Gapkindo, PT. Pelindo II
Cabang Pontianak, PLN Wilayah Kalimantan Barat, PDAM Tirta Khatulistiwa serta pihak lain
yang tidak dapat kami sebutkan disini, kami mengucapkan terima kasih.
Selamat membaca dan semoga bermanfaat.
Pontianak, November2014
KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Hilman Tisnawan
ii Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014
Halaman ini sengaja dikosongkan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GRAFIK ix
RINGKASAN UMUM 1
Perkembangan Perekonomian Daerah 1
Perkembangan Inflasi Daerah 1
Perkembangan Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan 2
Perkembangan Keuangan Pemerintah 3
Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 3
Prospek Perekonomian Daerah 4
I. PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH 7
1.1 Kajian Umum 7
1.2 PDRB Menurut Penggunaan 7
1.2.1 Konsumsi 8
1.2.2 Investasi 9
1.2.3 Ekspor - Impor 10
1.3 PDRB Sektoral 12
1.3.1 Sektor Pertanian 13
1.3.2 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 15
1.3.3 Sektor Angkutan dan Komunikasi 17
1.3.4 Sektor Industri Pengolahan 17
1.3.5 Sektor Lainnya 19
Boks: Inkubator Bisnis UMKM Sebagai Dukungan Bank Indonesia Dalam Mencetak WirausahaMandiri 21
II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 23
2.1. Gambaran Umum 23
2.2. Inflasi Tahunan 24
2.3. Inflasi Triwulanan 25
2.4. Inflasi Kelompok Komoditas 26
2.4.1. Kelompok Bahan Makanan 26
2.4.2. Kelompok Perumahan, Air, Listrik dan Bahan Bakar 28
2.4.3. Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 29
iv Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014
2.4.4. Kelompok Makanan Jadi 30
2.5. Disagregasi Inflasi 32
2.5.1. Faktor Fundamental 33
2.5.2. Faktor Non Fundamental 35
Boks : Dampak Kenaikan BBM terhadap Inflasi 37
III. SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN 41
3.1 Perkembangan Indikator Umum Perbankan 41
3.2 Perkembangan Penghimpunan Dana Pihak Ketiga 41
3.3 Penyaluran Kredit Sektor Produktif 44
3.4 Penyaluran Kredit Rumah Tangga 47
3.5 Pengembangan Akses Keuangan dan Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil danMenengah (UMKM) 50
3.6 Perkembangan Sistem Pembayaran 51
3.6.1 Perkembangan Transaksi Melalui BI-RTGS 52
3.6.2 Perkembangan Transaksi Melalui Kliring 53
3.6.3 Perkembangan Penyelenggaraan Transfer Dana Non Bank dan Pedagang ValutaAsing (PVA) 54
3.6.4 Perkembangan Pengelolaan Uang 55
3.6.4.1 Perkembangan Aliran Uang Kartal Melalui BI 55
3.6.4.2 Pelaksanaan Kebijakan Penyediaan Uang Layak Edar 56
3.6.4.3 Pemusnahan 59
3.6.4.4 Perkembangan Temuan Uang Rupiah Palsu 60
IV. PERKEMBANGAN KEUANGAN PEMERINTAH 63
4.1 Realisasi Penyerapan APBN di Daerah 63
4.2 Kinerja Keuangan Pemerintah (APBD) 64
4.2.1 Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalimantan Barat 65
4.2.2 Realisasi Belanja Daerah 68
V. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 71
5.1 Ketenagakerjaan 71
5.2 Kesejahteraan 73
5.2.1 Nilai Tukar Petani (NTP) 73
5.2.1.1 Pergerakan NTP 74
5.2.1.2 Perbandingan Dengan Provinsi Lain di Kalimantan 76
5.2.2 Inflasi Pedesaan 77
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 v
VI. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH 79
6.1 Prospek Perekonomian Daerah 79
6.2 Perkiraan Inflasi Daerah 81
LAMPIRAN xi
DAFTAR ISTILAH xiii
vi Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014
Halaman ini sengaja dikosongkan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 PDRB Penggunaan Provinsi Kalimantan Barat (miliar Rp)............................................. 7
Tabel 1.2 Perkembangan Investasi di Kalimantan Barat ............................................................. 9
Tabel 1.3 Perkembangan Realisasi Investasi di Kalimantan Barat (Rp miliar) .............................. 10
Tabel 1.4 Nominal Ekspor Luar Negeri Kalimantan Barat Berdasarkan HS2 (ribu USD) .............. 11
Tabel 1.5 Nominal Impor Kalimantan Barat Berdasarkan HS2 (ribu USD) .................................. 12
Tabel 1.6 Pertumbuhan PDRB Sektoral (%-yoy) ...................................................................... 12
Tabel 1.7Pertumbuhan PDRB Sektor Pertanian (yoy) ............................................................... 13
Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Umum Perbankan Kalimantan Barat (Rp miliar) .................. 41
Tabel 3.2 Jumlah DPK dan Pangsa DPK Bank Umum Menurut Kabupaten/Kota di KalimantanBarat (Miliar Rupiah) ........................................................................................... 43
Tabel 3.3 Jumlah Kredit dan Pangsa Kredit Bank Umum Menurut Kabupaten/Kota diKalimantan Barat (Lokasi Proyek) ........................................................................ 46
Tabel 3.4 Perkembangan Persentase NPLs Gross Kota/Kabupaten di Kalimantan Barat ............. 47
Tabel 3.5 Perkembangan Penyaluran Kredit Rumah Tangga (Rp miliar) .................................... 48
Tabel 3.6 Jumlah dan Pangsa Kredit Sektor Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota diKalimantan Barat ................................................................................................ 49
Tabel 3.7 Transaksi Melalui Real Time Gross Settlement (RTGS) ............................................... 52
Tabel 3.8 Transaksi Melalui Kliring ......................................................................................... 53
Tabel 3.9 Kegiatan Penukaran Uang Melalui Loket Penukaran Bank Indonesia (Uang Masuk) ... 57
Tabel 3.10 Kegiatan Kas Keliling ............................................................................................ 58
Tabel 3.11 Penemuan Uang Palsu di Kalimantan Barat............................................................ 60
Tabel 4.1 Realisasi APBD Provinsi Kalimantan Barat Tahun Anggaran 2014 (Rp miliar).............. 64
Tabel 5.1 Indikator Ketenagakerjaan Kalimantan Barat (ribu jiwa) ........................................... 71
Tabel 5.2 Nilai Tukar Petani Per Sektor ................................................................................... 75
Tabel 5.3 Perbandingan NTP dengan Provinsi Lain di Kalimantan ............................................ 77
Tabel 5.4 Perkembangan Inflasi Pedesaan (yoy) ...................................................................... 77
viii Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014
Halaman ini sengaja dikosongkan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 ix
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. 1 PDRB Provinsi Kalimantan Barat .............................................................................. 7
Grafik 1. 2 Indeks Harga Yang Dibayar Petani – Konsumsi Rumah Tangga................................. 9
Grafik 1. 3 Tingkat Konsumsi Barang Tahan Lama dan Penyaluran Kredit Perlengkapan ............. 9
Grafik 1. 4 Ekspor Karet ........................................................................................................ 11
Grafik 1. 5 Harga Internasional Karet (USD Cent/kg) ............................................................... 11
Grafik 1. 6 Kontribusi Terhadap Pertumbuhan ........................................................................ 13
Grafik 1. 7 Pangsa Tiap Sektor Terhadap PDRB ....................................................................... 13
Grafik 1. 8 Luas Panen Padi ................................................................................................... 14
Grafik 1. 9 Curah Hujan ........................................................................................................ 14
Grafik 1. 10 Produksi Tandan Buah Segar Sawit ..................................................................... 14
Grafik 1. 11 Volume Petikemas .............................................................................................. 15
Grafik 1. 12 Perolehan Pajak Restoran .................................................................................... 16
Grafik 1. 13 Perkembangan Jumlah Wisatawan Mancanegara ................................................ 16
Grafik 1. 14 Tingkat Hunian Hotel.......................................................................................... 16
Grafik 1. 15 Perkembangan Jumlah Penumpang .................................................................... 17
Grafik 1. 16 Produksi CPO Kalimantan Barat .......................................................................... 18
Grafik 1. 17 Harga Internasional Karet dan CPO ..................................................................... 18
Grafik 1. 18 Produksi Karet Kalimantan Barat ......................................................................... 19
Grafik 1. 19 Perolehan Pajak Hiburan ..................................................................................... 19
Grafik 1. 20 Pengadaan Semen di Kalimantan Barat ............................................................... 20
Grafik 1. 21 Penyaluran Kredit Sektor Konstruksi Kalimantan Barat ......................................... 20
Grafik 2. 1 Inflasi Tahunan Kalimantan Barat dan Nasional ..................................................... 23
Grafik 2. 2 Inflasi Triwulanan Kalimantan Barat dan Nasional .................................................. 23
Grafik 2. 3 Inflasi Bulanan Kalimantan Barat dan Nasional ...................................................... 24
Grafik 2. 4 Inflasi Tahunan dan Andil Inflasi Kalimantan Barat Kelompok Barang dan Jasa ...... 24
Grafik 2. 5 Inflasi Triwulanan dan Andil Inflasi Kalimantan Barat Kelompok Barang dan Jasa .... 25
Grafik 2. 6 Inflasi dan Andil Inflasi Kelompok Bahan Makanan Kalimantan Barat ..................... 26
Grafik 2. 7 Inflasi Kelompok Bahan Makanan Kota Pontianak dan Singkawang ....................... 27
Grafik 2. 8 Inflasi dan Andil Inflasi Kelompok Perumahan Kalimantan Barat ............................. 28
Grafik 2. 9 Inflasi Kelompok Perumahan Kota Pontianak dan Singkawang ............................... 29
Grafik 2. 10 Inflasi dan Andil Inflasi Kelompok Transpor Kalimantan Barat ............................... 30
Grafik 2. 11 Inflasi Kelompok Transpor Kota Pontianak dan Singkawang ................................ 30
Grafik 2. 12 Inflasi dan Andil Inflasi Kelompok Makanan Jadi Kalimantan Barat ....................... 30
x Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014
Grafik 2. 13 Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Kota Pontianakdan Singkawang ................................................................................................. 31
Grafik 2. 14 Inflasi di Kalimantan Barat Menurut Faktor Penyebabnya (%,yoy)......................... 32
Grafik 2. 15 Harga Tiket Angkutan Udara (Rp) di Kota Pontianak ............................................ 33
Grafik 2. 16 Perkembangan Inflasi dan Ekspektasi Harga menurut Konsumen di KalimantanBarat .................................................................................................................. 33
Grafik 2. 17 Perkembangan Inflasi dan Ekspektasi Harga Konsumen Menurut KelompokKomoditas di Kalimantan Barat ............................................................................ 34
Grafik 2. 18 Perkembangan Inflasi Negara Mitra Dagang ........................................................ 35
Grafik 2. 19 Perkembangan Nilai Tukar .................................................................................. 35
Grafik 2. 20 Perkembangan Harga Komoditas Emas Internasional ........................................... 35
Grafik 2. 21 SPH Beras, Minyak Goreng dan Gula Pasir ........................................................... 36
Grafik 2. 22 SPH Bumbu ........................................................................................................ 36
Grafik 2. 23 SPH Daging dan Telur ......................................................................................... 36
Grafik 2. 24 SPH Komoditas Ikan ........................................................................................... 36
Grafik 2. 25 Perkembangan Rata-rata Harga Beras di Kota Pontianak ...................................... 36
Grafik 2. 26 Perkembangan Rata-rata Harga Bumbu di Kota Pontianak ................................... 36
Grafik 3.1 Perkembangan Jenis DPK Bank Umum di Kalimantan Barat (miliar Rupiah) .............. 42
Grafik 3.2 Perkembangan Suku Bunga Deposito Kalimantan Barat terhadap BI Rate ................ 42
Grafik 3.3 Struktur DPK Menurut Golongan Pemilik di Kalimantan Barat ................................. 42
Grafik 3.4 Sebaran DPK Bank Umum Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat ............... 43
Grafik 3.5 Perkembangan Kredit Modal Kerja dan Investasi di Kalimantan Barat ...................... 44
Grafik 3.6 Pangsa Kredit Menurut Sektor Ekonomi di Kalimantan Barat .................................. 45
Grafik 3.7 Penyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek dan lokasi kantor bank (Rp Miliar) ....... 45
Grafik 3.8 Perkembangan Rasio NPL Gross Kredit Produktif Kalimantan Barat ......................... 46
Grafik 3.9 Perkembangan Pertumbuhan Kredit Konsumsi di Kalimantan Barat ........................ 48
Grafik 3.10 Perkembangan NPL Gross Kredit Sektor Rumah Tangga di Kalimantan Barat ......... 49
Grafik 3.11 Perkembangan Kredit UMKM Kalimantan Barat ................................................... 50
Grafik 3.12 Perkembangan Kredit UMKM Menurut Jenis Penggunaan di Kalimantan Barat (RpMiliar) ................................................................................................................. 50
Grafik 3.13 Perkembangan Rasio NPL Gross Kredit UMKM ..................................................... 51
Grafik 3.14Perkembangan Jumlah Outflow Uang Kertas Pecahan Kecil ................................... 55
Grafik 3.15 Perkembangan Inflow dan Outflow Kalimantan Barat ........................................... 56
Grafik 3.16 Perkembangan Inflow dan Outflow melalui Kas Titipan ........................................ 58
Grafik 3.17 Perkembangan Inflow, Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar dan RasioPemusnahan Uang Tidak Layak Edar Terhadap Inflow........................................... 60
Grafik 4. 1 Realisasi Belanja APBN Provinsi Kalbar ................................................................... 63
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 xi
Grafik 4. 2 Pangsa Realisasi Belanja APBN .............................................................................. 63
Tw III 2014 per Kota .............................................................................................................. 63
Grafik 4. 3 Pangsa Realisasi Belanja APBN Kalbar .................................................................... 64
Triwulan III 2014 berdasar Fungsi ........................................................................................... 64
Grafik 4. 4 Realisasi Belanja dan Pendapatan .......................................................................... 64
Grafik 4. 5 Realisasi Pendapatan Daerah (Rp miliar) ................................................................ 65
Grafik 4. 6 Realisasi Pendapatan Daerah (Rp miliar) ................................................................ 65
Grafik 4. 7 Pangsa Pajak (Rp Miliar) ........................................................................................ 66
Grafik 4. 8 Realisasi Komponen Dana Perimbangan (Rp miliar) ................................................ 67
Grafik 4. 9 Kapasitas Fiskal ................................................................................................... 67
Grafik 4. 10 Pangsa Realisasi Belanja Per Komponen............................................................... 68
Grafik 4. 11 Realisasi Belanja Tidak Langsung (Rutin) .............................................................. 68
Grafik 4. 12 Realisasi Belanja Langsung (Non Rutin) ................................................................ 69
Grafik 5.1Pertumbuhan Penduduk Angkatan Kerja Berdasarkan Pendidikan ........................... 71
Grafik 5.2 Pertumbuhan Jumlah Penduduk Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan ................ 72
Grafik 5.3 Pertumbuhan Penyerapan Tenaga Kerja Kalimantan Barat Berdasarkan Sektor (%,yoy) .................................................................................................................... 72
Grafik 5.4 NTP Petani Kalimantan Barat.................................................................................. 73
Grafik 5.5 Indeks Dibayar dan Indeks Diterima Petani ............................................................. 73
Grafik 5.6 Inflasi Pedesaan (yoy) ............................................................................................. 77
Grafik 6.1 Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Barat (yoy) ....................................... 79
Grafik 6.2 Harga Internasional Karet dan Crude Palm Oil ....................................................... 80
Grafik 6.3 Perkembangan Ekspektasi Harga Konsumen .......................................................... 81
Grafik 6.4 SPH Bumbu .......................................................................................................... 81
Grafik 6.5 SPH Daging dan Telur .......................................................................................... 81
Grafik 6.6 SPH Tarif Tiket Pesawat ........................................................................................ 82
xii Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014
Halaman ini sengaja dikosongkan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 1
RINGKASAN UMUM
Perkembangan Perekonomian Daerah
Sejalan dengan perlambatan perekonomian nasional, perekonomian Kalimantan Barat pada
triwulan III 2014 juga tercatat mengalami perlambatan.Perekonomian Kalimantan Barat tercatat
tumbuh relatif rendah sebesar 4,45% (yoy), lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tercatat sebesar 4,53% (yoy). Pertumbuhan Kalimantan Barat tersebut juga tercatat lebih rendah
dibandingkan pertumbuhan pada triwulan yang sama di tahun sebelumnya yang mampu mencapai
6,70% (yoy). Pada sisi permintaan, perlambatan perekonomian Kalimantan Barat pada periode
laporan terutama dipengaruhi oleh kontraksi kinerja ekspor.
Di sisi sectoral, kinerja perekonomian ditandai dengan kontraksi pada sektor pertanian
sebagai salah satu sektor perekonomian utama Kalimantan Barat.Sektor perekonomian utama
lainnya, yaitu sektor industri pengolahan juga menunjukkan perlambatan dibandingkan triwulan
sebelumnya. Kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat pada triwulan III
2014 bersumber dari sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), sektor angkutan dan komunikasi,
serta sektor jasa, dimana ketiganya memberikan kontribusi sebesar 3,28% dari angka pertumbuhan
secara keseluruhan sebesar 4,45% (yoy). Sementara itu, struktur perekonomian Provinsi Kalimantan
Barat masih didominasi oleh sektor pertanian, sektor PHR dan sektor industri pengolahan, yang
membentuk pangsa 59,80%
Perkembangan Inflasi Daerah
Tekanan harga barang dan jasa di Kalimantan Barat pada triwulan III 2014 secara tahunan
relatif terkendali, tercermin dari tingkat inflasi yang lebih rendah dari triwulan II 2014.
Tercatat tekanan inflasi Kalimantan Barat pada periode laporan mencapai 6,67% (yoy), lebih rendah
jika dibandingkan inflasi pada triwulan II 2014 yang mencapai 8,69% (yoy). Meskipun mengalami
penurunan dan relatif searah dengan tren inflasi nasional, namun tekanan inflasi Kalimantan Barat
pada periode laporan tersebut lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional yang mencapai 4,53% (yoy).
Salah satu pemicu tekanan inflasi pada triwulan III 2014 adalah pelaksanaan hari raya keagamaan
puasa dan lebaran yang mendorong peningkatan permintaan masyarakat terutama di awal triwulan
yang kemudian relatif mereda di akhir triwulan. Namun apabila dicermati lebih lanjut, pengaruh puasa
dan lebaran yang terjadi pada triwulan III 2014 relatif lebih kecil dibandingkan triwulan III 2013,
tercermin dari penurunan tekanan inflasi yang terjadi pada triwulan laporan. Kondisi tersebut
2 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014
dikarenakan pada triwulan III 2013 juga terjadi kenaikan harga BBM Bersubsidi bersamaan dengan
pelaksanaan hari raya keagamaan puasa dan lebaran.
Perkembangan Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan
Perkembangan volume usaha perbankan di Kalimantan Barat pada triwulan III 2014 tercatat
mencapai Rp49,80 triliun, atau tumbuh 18,61% (yoy), melambat dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tumbuh sebesar 19,10% (yoy). Perlambatan perkembangan aset tersebut
terutama dipengaruhi oleh perlambatan pada sisi aktiva, dimana penyaluran kredit yang dilakukan
oleh perbankan Kalimantan Barat tumbuh melambat 14,82% (yoy), dibandingkan triwulan II 2014
yang mampu tumbuh 16,70% (yoy). Perlambatan juga terjadi pada penghimpunan dana pihak ketiga
yang tercatat tumbuh 14,19% (yoy) pada triwulan laporan. Perlambatan yang terjadi baik pada sisi
penyaluran kredit maupun penghimpunan dana menyebabkan rasio tingkat intermediasi perbankan,
yang ditandai dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) atau rasio penyaluran kredit terhadap
penghimpunan DPK, cenderung stabil di level 83,30% pada triwulan laporan. Sementara itu, risiko
kredit Kalimantan Barat yang diindikasikan oleh rasio Non Performing Loans (NPLs) menunjukkan
sedikit peningkatan dari 1,31% menjadi 1,37% pada triwulan laporan.
Secara triwulanan, perkembangan sistem pembayaran non tunai di Provinsi Kalimantan
Barat pada triwulan II 2014 meningkat pada transaksi kliring, namun mengalami kontraksi
pada transaksi melalui BI-RTGS.Transaksi kliring selama triwulan II 2014relatif meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya. Total nilai transaksi kliring penyerahan di Kalimantan Barat
tercatat sebesar Rp10,16 triliun atau meningkat0,85% (qtq).Selama triwulan II 2014, transaksi RTGS
mengalamikontraksi di sisi nominal transaksi namun mengalami peningkatan di sisi jumlah transaksi.
Nilai transkasi RTGS mengalami kontraksi 19,27% (qtq) dibandingkan nilai transaksi triwulan
sebelunya menjadi sebesar Rp52,51 triliun. Sedangkan jumlah transaksi melalui BI-RTGS sebanyak
86.245 transaksi atau meningkat 74,32% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar 49.474 transaksi.
Dari sisi sistem pembayaran tunai di Provinsi Kalimantan Barat, selama triwulan II 2014
nominal transaksi mengalami peningkatan pada sisi jumlah uang yang diedarkan (outflow),
namun mengalami kontraksi pada sisi jumlah uang masuk (inflow).Jumlah uang yang beredar
mengalami peningkatan 137,99% (qtq) menjadi sebesar Rp1,50 triliun. Sementara itu, jumlah uang
yang masuk ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat mengalami kontraksi
35,77% (qtq) menjadi sebesar Rp1,20 triliun. Perkembangan aliran uang kartal tersebut menunjukkan
posisi net outflow, dimana jumlah uang yang diedarkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Kalimantan Barat lebih besar dibandingkan jumlah uang yang masuk. Jika ditinjau secara
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 3
tahunan, transaksi sistem pembayaran tunai di Kalimantan Barat mengalami kenaikan baik di sisi
inflow maupun outflow masing-masing sebesar 40,70% (yoy) dan 55,33% (yoy).
Perkembangan Keuangan Pemerintah
Penyerapan belanja APBN pada triwulan III 2014 di Kalimantan Barat terutama didominasi
oleh belanja modal. Tercatat penyerapan belanja APBN secara umum di wilayah Kalimantan Barat
hingga triwulan laporan mencapai Rp4,24 triliun atau 59,11% dari pagu belanja APBN tahun 2014
yang sebesar Rp7,175 triliun. Berdasarkan komponennya, belanja modal mendominasi realisasi belanja
secara keseluruhan.
Berdasarkan daerahnya, realisasi penyerapan secara umum terkonsentrasi pada Pemerintah Provinsi
Kalimantan Barat, Kota Pontianak dan Kabupaten Pontianak, dengan pangsa masing-masing
mencapai 39,53%, 28,19% dan 9,55%. Kondisi tersebut sejalan dengan pelaksanaan beberapa
proyek pembangunan yang dikelola oleh pemerintah daerah. Sementara itu berdasarkan fungsinya,
realisasi penyerapan belanja APBN di Kalimantan Barat terutama dialokasikan pada fungsi Pelayanan
Umum. Tercermin dari pangsa belanja APBN yang mencapai 29,73%. Selain itu, beberapa fungsi lain
yang memiliki relaisasi anggaran belanja APBN yang relatif besar antara lain Ekonomi dan Pendidikan
dengan pangsa masing-masing mencapai 26,41% dan 18,38%.
Realisasi kinerja keuangan Pemerintah (APBD) Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan III
2014 menunjukkan perkembangan yang positif, terutama dari sisi belanja. Berdasarkan
nilainya, realisasi anggaran pemerintah pada triwulan III 2014 mengalami kenaikan dibandingkan
triwulan III 2013, baik dari sisi pendapatan maupun belanja.
Realisasi pendapatan Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan III 2014 tercatat sebesar Rp2.818,60
miliar, lebih besar dari realisasi triwulan III 2013 yang mencapai Rp1.693,25 miliar. Sejalan dengan
perkembangan realisasi pendapatan, penyerapan belanja pada triwulan III 2014 menunjukkan
perkembangan realisasi yang positif.
Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) BPS bulan Agustus 2014, jumlah
penduduk usia kerja (usia 15 tahun ke atas) Provinsi Kalimantan Barat adalah sebanyak
3.318 ribu orang, atau mengalami peningkatan sebesar 8,14% (yoy) dibandingkan hasil
survei pada Bulan Agustus 2013. Sementara jumlah angkatan kerja tercatat meningkat sebesar
8,40% (yoy) menjadi sebanyak 2.320 ribu orang. Berdasarkan dari status pekerjaan, penyerapan
tenaga kerja pada sektor informal mengalami peningkatan sebesar 7,51% (yoy) pada Agustus 2014
apabila dibandingkan Agustus 2013 yang tercatat sebanyak 1.355 ribu orang. Ditinjau dari sisi
4 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014
sektoral, tingkat penyerapan tenaga kerja tertinggi terjadi di sektor pertanian, dengan pangsa sebesar
57,76% dari total penduduk yang bekerja di Kalimantan Barat.
Secara tahunan, pergerakan NTP gabungan di Kalimantan Barat menunjukkan
kecenderungan yang meningkat dibandingkan tahun 2013. NTP bulan September 2014
mengalami peningkatan sebesar 1,55% (yoy) dibandingkan NTP bulan September 2013 yang tercatat
sebesar 95,19. Dari sisi pendapatan, indeks yang diterima petani di Kalimantan Barat pada bulan
September 2014 meningkat 0,75% (qtq). Peningkatan tersebut juga diikuti oleh peningkatan pada
indeks yang dibayar petani, relatif lebih besar dari peningkatan indeks yang diterima petani. Pada
bulan September 2014 indeks yang dibayar petani tercatat meningkat 1,15% (qtq.
Prospek Perekonomian Daerah
Perekonomian Kalimantan Barat pada triwulan IV 2014 diperkirakan relatif meningkat jika
dibandingkan triwulan III 2014 yang tumbuh cukup rendah di level 4,45% (yoy).
Perekonomian Kalimantan Barat pada triwulan mendatang diperkirakan tumbuh pada
kisaran 4,4 – 4,8% (yoy). Di sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan terutama didorong oleh
konsumsi, baik konsumsi rumah tangga maupun konsumsi pemerintah.Konsumsi rumah tangga
diperkirakan meningkat seiring dengan peningkatan kebutuhan pada periode hari raya, baik Idul
Adha, Natal dan memasuki Tahun Baru. Namun demikian, kinerja sisi eksternal diperkirakan masih
belum optimal, antara lain akibat indikasi pelemahan ekonomi Tiongkok sebagai negara konsumen
utama serta masih belum pulihnya harga komoditas internasional. Dari sisi sektoral, akselerasi
perekonomian Kalimantan Barat diperkirakan masih bersumber dari sektor perekonomian utama
Kalimantan Barat, khususnya sektor pertanian dan sektor industri pengolahan. Sektor pertanian
diperkirakan akan tumbuh moderat, didorong oleh peningkatan produksi tanaman perkebunan,
khususnya sawit. Sejalan dengan hal tersebut, sektor industri pengolahan diperkirakan akan
mengalami akselerasi.
Secara umum, kinerja perekonomian Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2014
diperkirakan relatif melambat dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu dalam kisaran4,4%-
4,8% (yoy). Dari sisi penggunaan, perlambatan diperkirakan dipengaruhi oleh perlambatan di sisi
ekspor, akibat kontraksi pada ekspor komoditas utama Kalimantan Barat, yaitu bauksit sebagai
dampak dari implementasi UU Minerba, dan karet seiring dengan masih adanya potensi perlambatan
permintaan dari negara Tiongkok. Dari sisi sektoral, perlambatan diperkirakan dipengaruhi oleh sektor
pertanian dan pertambangan.
Inflasi Kalimantan Barat pada triwulan IV 2014 diperkirakan mengalami kenaikan. Tekanan
inflasi yang relatif tinggi diperkirakan terjadi di akhir triwulan IV 2014, seiring berlangsungnya
perayaan Natal dan Tahun Baru. Pada awal hingga pertengahan triwulan, tekanan inflasi diperkirakan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 5
relatif mereda sejalan dengan tidak terdapatnya even musiman yang berpotensi memberikan koreksi
harga pada sebagian besar komoditas. Faktor lain yang juga berpotensi menjadi pemicu kenaikan
inflasi salah satunya adalah rencana kenaikan tarif tiket batas atas angkutan udara yang mengacu
pada Peraturan Menteri Perhubungan No. 51/2014 tentang Mekanisme Formulasi Perhitungan dan
Penetapan Tarif Batas Atas Penumpang Pelayanan Kelas Ekonomi Angkutan Udara Niaga Berjadwal
Dalam Negeri yang mulai berlaku pada bulan November 2014.
Berdasarkan kondisi tersebut dan jika pemerintah menunda kenaikan harga BBM bersubsidi,
inflasi Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan IV 2014 atau menjadi inflasi keseluruhan
tahun 2014 diperkirakan berada pada kisaran 6,32%-7,32% (yoy).
6 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
Ekonomi Makro Regional
Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy) 6.67 5.43 5.87 5.29 4.48 6.73 6.70 6.37 4.76 4.53 4.45
Berdasarkan Sektor (Miliar Rp) : 8,311 8,115 8,618 8,963 8,684 8,661 9,196 9,534 9,097 9,053 9,605
- Pertanian 2,299 1,776 2,037 2,117 2,364 1,978 2,210 2,281 2,461 1,982 2,178
- Pertambangan & Penggalian 146 146 152 162 153 153 159 169 152 160 170
- Industri Pengolahan 1,302 1,313 1,387 1,399 1,351 1,384 1,435 1,463 1,420 1,475 1,455
- Listrik, Gas & Air Bersih 35 36 36 37 37 37 38 39 38 39 40
- Bangunan 701 730 784 857 768 770 802 911 826 859 876
- Perdagangan, Hotel & Restoran 1,750 1,794 1,846 1,871 1,816 1,879 1,985 1,974 1,905 1,981 2,111
- Pengangkutan & Komunikasi 783 823 841 870 825 877 909 941 870 935 999
- Keuangan, Persewaan & Jasa 463 481 489 498 487 520 524 523 501 546 555
- Jasa 834 1,016 1,046 1,152 882 1,063 1,136 1,233 924 1,076 1,222
Berdasarkan Permintaan (Miliar Rp) : 8,311 8,115 8,618 8,963 8,684 8,661 9,196 9,534 9,097 9,053 9,605- Konsumsi Rumah Tangga 4,401 4,427 4,552 4,615 4,676 4,715 4,813 4,893 4,988 5,070 5,215- Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 78 79 83 85 81 85 88 90 91 95 98- Konsumsi Pemerintah 941 979 1,047 1,238 1,013 1,073 1,163 1,303 1,093 1,157 1,247- PMTB 2,300 2,346 2,436 2,465 2,357 2,392 2,491 2,655 2,590 2,602 2,713- Perubahan Stok 348 (44) 453 445 213 (17) 476 350 278 293 320- Ekspor 2,581 2,651 2,577 2,697 2,645 2,723 2,710 2,861 2,695 2,307 2,317- Impor 2,337 2,324 2,530 2,583 2,301 2,310 2,545 2,619 2,638 2,471 2,305
Ekspor- Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta) 336 365 261 346 326 339 346 351 210 151 147- Volume Ekspor Non Migas (ribu ton) 3,313 2,724 2,156 4,381 3,340 4,356 4,910 4,218 750 137 194
Impor- Nilai Impor Non Migas (USD Juta) 44 88 80 123 63 47 81 50 74 65 50- Volume Impor Non Migas (ribu ton) 32 58 47 65 54 58 83 91 134 90 101
Indeks Harga Konsumen- Kota Pontianak 97.54 98.96 101.32 101.84 103.98 105.99 110.48 111.74 113.94 115.88 117.72- Kota Singkawang 99.13 100.1062 100.30 100.67 103.26 103.92 106.46 107.31 110.67 110.69 114.32
Laju Inflasi Tahunan (%,yoy)- Kota Pontianak 5.72 6.83 5.82 6.75 6.61 7.10 9.05 9.71 9.58 9.33 6.55- Kota Singkawang 6.34 7.77 3.90 4.21 4.17 3.81 6.14 6.59 7.17 6.52 7.38
Perbankan
Dana Pihak Ketiga (Rp Miliar) 28,856 30,352 31,060 32,000 32,407 33,509 34,720 36,273 36,407 38,648 39,648- Tabungan 15,709 16,669 17,492 19,824 18,676 18,465 19,438 22,004 20,213 19,728 20,372- Giro 5,663 6,345 6,206 4,628 5,970 6,780 6,688 4,873 6,368 8,120 8,060- Deposito 7,485 7,337 7,362 7,548 7,761 8,264 8,595 9,396 9,826 10,800 11,216
Kredit (Rp Miliar) - Berdasarkan Lokasi Proyek 19,217 21,071 21,918 23,826 24,757 26,390 27,452 28,923 28,108 29,606 30,346- Modal Kerja 6,704 7,620 7,699 8,811 8,569 9,369 9,501 10,135 9,969 10,517 10,791- Investasi 4,221 4,536 4,646 4,993 5,791 6,076 6,471 7,034 6,180 6,758 6,893- Konsumsi 8,292 8,915 9,572 10,022 10,397 10,945 11,480 11,753 11,959 12,330 12,662
Kredit UMKM (Rp Miliar) 6,108 6,629 6,759 7,368 7,649 8,696 9,011 9,624 10,039 11,243 11,014- Modal Kerja 4,106 4,595 4,861 5,380 5,609 6,141 6,365 6,763 6,910 7,510 7,479- Investasi 1,970 2,001 1,870 1,961 2,018 2,538 2,634 2,851 3,128 3,733 3,535- Konsumsi 32 34 28 28 22 17 13 10 1 0 0
Loan to Deposit Ratio (%) 69.42 72.23 73.48 77.30 79.49 82.34 82.84 83.55 84.33 83.32 83.30NPL Gross (%) 0.98 0.96 0.94 0.80 1.44 1.45 1.47 1.12 1.24 1.31 1.37
Sistem Pembayaran
Transaksi RTGS- Rata-rata Harian Nominal Transaksi (Rp Miliar) 897 1,142 1,160 1,399 1,093 1,175 1,167 1,197 1,084 1,462 1,531- Rata-rata Harian Volume Transaksi (Lembar) 790 918 987 1,180 965 972 886 938 825 890 878Transaksi Kliring- Rata-rata Harian Nominal Transaksi (Rp Miliar) 122 141 188 157 139 142 160 183 170 174 197- Rata-rata Harian Volume Transaksi (Lembar) 3,745 4,227 4,937 5,383 3,859 3,982 4,018 4,412 3,944 4,334 4,067
Indikator20142012 2013
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 7
I. PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH
1.1 Kajian Umum
Pertumbuhan ekonomi nasional triwulan III
2014 tercatat sebesar 5,01% (yoy),
melambat dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar 5,12% (yoy). Untuk tiga
triwulan pertama tahun 2014 pertumbuhan
ekonomi tercatat 5,11%. Sejalan dengan
perlambatan tersebut, perekonomian
Kalimantan Barat pada triwulan III 2014 juga
tercatat mengalami perlambatan.
Perekonomian Kalimantan Barat tercatat
tumbuh relatif rendah sebesar 4,45% (yoy),
lebih lambat dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 4,53% (yoy). Pertumbuhan Kalimantan Barat tersebut juga tercatat
lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan yang sama di tahun sebelumnya yang mampu
mencapai 6,70% (yoy). Pada sisi permintaan, perlambatan perekonomian Kalimantan Barat pada
periode laporan terutama dipengaruhi oleh kontraksi kinerja ekspor.Sementara itu, di sisi sektoral,
perlambatan terutama dipengaruhi oleh kontraksi pada sektor pertanian serta perlambatan pada
sektor industri pengolahan dan sektor bangunan.
1.2 PDRB Menurut Penggunaan
Tabel 1.1 PDRB Penggunaan Provinsi Kalimantan Barat (miliar Rp)
Sumber : Data BPS Prov. Kalimantan Barat
Pada sisi permintaan, komponen yang dominan dalam pembentukan PDRB Kalimantan Barat
bersumber dari permintaan domestik, yaitu konsumsi dan investasi, yang memiliki pangsa mencapai
96,55% dari total PDRB. Konsumsi mencatat kinerja yang lebih baik dibandingkan triwulan
sebelumnya, khususnya pada konsumsi rumah tangga.Investasi juga menunjukkan akselerasi pada
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3Konsumsi Rumah Tangga 4,401 4,427 4,552 4,615 4,676 4,715 4,813 4,893 4,988 5,070 5,215
Konsumsi Nirlaba 78 79 83 85 81 85 88 90 91 95 98
Konsumsi Pemerintah 941 979 1,047 1,238 1,013 1,073 1,163 1,303 1,093 1,157 1,247
PMTB 2,300 2,346 2,436 2,465 2,357 2,392 2,491 2,655 2,590 2,602 2,713
Perubahan Stok 348 (44) 453 445 213 (17) 476 350 278 293 320
Ekspor 2,581 2,651 2,577 2,697 2,645 2,723 2,710 2,861 2,695 2,307 2,317
Dikurangi Impor 2,337 2,324 2,530 2,583 2,301 2,310 2,545 2,619 2,638 2,471 2,305
PDRB 8,311 8,115 8,618 8,963 8,684 8,661 9,196 9,534 9,097 9,053 9,605
2014Jenis Penggunaan
2012 2013
Sumber : Data BPS Provinsi Kalimantan Barat
Grafik 1. 1 PDRB Provinsi Kalimantan Barat
0
1
2
3
4
5
6
7
8
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2012 2013 2014
%
Mil
iar
Rp
Nilai g Nasional (yoy)g Kalbar (yoy)
8 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014
triwulan laporan.Pada sisi lain, kontraksi yang cukup dalam ditunjukkan oleh perdagangan luar negeri
Provinsi Kalimantan Barat, khususnya ekspor.
1.2.1 Konsumsi
Pada triwulan III 2014, konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh 8,36% (yoy), lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 7,53% (yoy). Sementara itu, konsumsi pemerintah
menunjukkan perlambatan dari 7,81% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 7,25% (yoy) pada triwulan
laporan. Terjaganya konsumsi rumah tangga di Kalimantan Barat antara lain didorong oleh
peningkatan permintaan masyarakat seiring dengan periode perayaan Idul Fitri dan Sembahyang
Kubur. Selain itu, pelaksanaan Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden pada awal triwulan juga
turut mendorong permintaan pada triwulan laporan.Dari sisi pendapatan, pencairan gaji ke-13
pegawai negeri sipil yang secara nominal meningkat 6% berdampak pada terjaganya konsumsi
masyarakat pada triwulan III 2014.
Peningkatan konsumsi masyarakat juga diindikasikan oleh hasil Survei Konsumen Bank Indonesia,
dimana indeks pembelian barang konsumsi tahan lama tercatat sebesar 149,50 pada triwulan
laporan, atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 141,00.
Peningkatan konsumsi rumah tangga tersebut terutama pada jenis barangelektronik dan peralatan
rumah tangga.Hal tersebut juga sejalan dengan akselerasi penyaluran kredit rumah tangga di
Kalimantan Barat untuk pembelian perlengkapan sebesar 14,10% (yoy) pada triwulan laporan setelah
mengalami kontraksi pada triwulan sebelumnya. Peningkatan konsumsi juga tercermin dari data nilai
tukar petani BPS Provinsi Kalimantan Barat, dimana terdapat peningkatan indeks harga yang dibayar
petani, khususnya untuk konsumsi rumah tangga dari 112,45 menjadi 113,85 pada triwulan laporan.
Sementara itu, meskipun konsumsi pemerintah pada triwulan III 2014 didorong oleh pencairan gaji
ke-13 PNS serta realisasi anggaran pemerintah pusat terkait pelaksanaan Pemilu Presiden, konsumsi
pemerintah tercatat mengalami perlambatan sebesar 7,25% (yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya
yang tumbuh 7,81% (yoy). Perlambatan tersebut diperkirakan dipengaruhi oleh masih belum
optimalnya penyerapan APBD di sejumlah kota/kabupaten di Kalimantan Barat. Hal tersebut antara
lain diindikasikan oleh outstanding giro pemerintah di perbankan Kalimantan Barat pada triwulan
laporan yang relatif tidak mengalami perubahan dibandingkan triwulan sebelumnya. Selain itu,
perlambatan pada konsumsi pemerintah juga diperkirakan merupakan dampak dari pemotongan
anggaran kementerian dan lembaga di pemerintah pusat sebagai akibat cukup tingginya defisit
anggaran.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 9
Sumber : BPS Kalimantan Barat, diolah
Grafik 1. 2 Indeks Harga Yang Dibayar Petani –Konsumsi Rumah Tangga
Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia, diolah
Grafik 1. 3 Tingkat Konsumsi Barang Tahan Lama danPenyaluran Kredit Perlengkapan
1.2.2 Investasi
Investasi Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan III 2014 tercatat mengalami akselerasi sebagaimana
tercermin pada pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 8,90% (yoy), relatif
lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 8,78% (yoy). Peningkatan investasi
tersebut diindikasikan antara lain oleh data realisasi investasi di provinsi Kalimantan Barat, khususnya
penanaman modal dalam negeri (PMDN) yang tercatat mencapai Rp1,42 triliun, atau mengalami
akselerasi mencapai 700,86% (yoy) dibandingkan pertumbuhan di triwulan sebelumnya sebesar
124,60% (yoy). Sementara itu, penanaman modal asing (PMA) tercatat tumbuh relatif rendah sebesar
8,33% (yoy) menjadi sebesar 142 juta USD.
Tabel 1.2 Perkembangan Investasi di Kalimantan Barat
Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal
Data total realisasi investasi Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPMPTSP)
Provinsi Kalimantan Barat menunjukkan total realisasi investasi di Kalimantan Barat sampai triwulan
laporan mencapai Rp8,99 triliun atau meningkat jika dibandingkan periode yang sama di tahun
sebelumnya yang tercatat mencapai Rp7,63 triliun. Investasi PMDN terbesar merupakan investasi
pada subsektor perkebunan kelapa sawit dan industri pengolahan minyak kelapa sawit.Sementara itu,
investasi PMA sebagian besar merupakan investasi pada sektor industri pengolahan logam dasar,
khususnya untuk bijih bauksit dan bijih besi.Selain investasi dimaksud, berlanjutnya penyelesaian
96
98
100
102
104
106
108
110
112
114
116
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2012 2013 2014
Indeks Harga Yang Dibayar Petani
Konsumsi Rumah Tangga
-80.00%
-60.00%
-40.00%
-20.00%
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
95.00
105.00
115.00
125.00
135.00
145.00
155.00
Indeks Pembelian Barang KonsumsiTahan LamagKredit Perlengkapan (yoy)
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3PMDN (Miliar Rp) 903.4 754.4 564.0 589.2 202.7 172.3 177.2 1,970.0 1,570.4 386.9 1,419.1
PMA (US$ Juta) 120.7 92.1 78.7 106.0 116.8 134.7 131.1 267.7 237.3 274.1 142.0
20142012Keterangan
2013
10 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014
proyek-proyek pemerintah, khususnya dalam rangka realisasi proyek MP3EI di Kalimantan Barat, juga
mendorong pertumbuhan investasi di Kalimantan Barat pada triwulan laporan.
Tabel 1.3 Perkembangan Realisasi Investasi di Kalimantan Barat (Rp miliar)1
Sumber : BPMPTSP Provinsi Kalimantan Barat
1.2.3 Ekspor - Impor
Kinerja ekspor luar negeri Kalimantan Barat pada triwulan III 2014 menunjukkan kontraksi yang cukup
dalam meskipun tidak sedalam triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, ekspor mengalami
kontraksi sebesar 14,50% (yoy), sementara pada triwulan sebelumnya ekspor mengalami kontraksi
mencapai 15,31% (yoy). Sementara itu, impor Kalimantan Barat juga mengalami kontraksi sebesar
9,44% (yoy), setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh 6,97% (yoy).
Penurunan kinerja ekspor diindikasikan oleh penurunan ekspor Kalimantan Barat ke luar negeri,
dimana pada triwulan laporan nominal ekspor hanya tercatat sebesar 146,81 juta USD atau
mengalami kontraksi 57,37% (yoy). Dari sisi volume, data ekspor juga menunjukkan penurunan yang
signifikan, dimana pada triwulan laporan volume ekspor Kalimantan Barat ke luar negeri tercatat
sebesar 193,96ribu ton atau mengalami kontraksi hingga mencapai 96,05% (yoy). Kontraksi tersebut
terutama terjadi akibat kontraksi pada ekspor komoditas utama Kalimantan Barat, yaitu karet seiring
dengan masih belum pulihnya permintaan. Selain itu, dampak dari optimalisasi ekspor bauksit pada
tahun 2013 juga berdampak pada kontraksi ekspor di triwulan laporan pasca implementasi UU
Minerba terkait pembatasan ekspor barang tambang mentah. Sementara itu, ekspor komoditas utama
lainnya, yaitu kayu, menunjukkan peningkatan sebesar 8,56% (yoy), setelah mengalami kontraksi
sejak tahun 2013.
1 PMDN : Penanaman Modal Dalam Negeri, PMA : Penanaman Modal Asing, PDKPM : Perangkat DaerahKab/Kota di Bidang Penanaman Modal
Akumulasi(Q1-Q3)
TargetAkhir Tahun
Realisasi AkhirTahun
Akumulasi(Q1-Q3)
TargetAkhir Tahun
PMDN 3,614.43 6,190.00 6,300.00 1,922.34 2,480.00PMA 4,017.23 6,190.00 4,080.00 3,423.50 11,060.00PDKPM**) - - 2,230.00 3,648.51TOTAL 7,631.66 12,380.00 12,610.00 8,994.35 17,988.70
Keterangan
2013 2014
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 11
Tabel 1.4 Nominal Ekspor Luar Negeri Kalimantan Barat Berdasarkan HS2 (ribu USD)
Sumber : Bank Indonesia, diolah
Sumber : Bank Indonesia, diolah
Grafik 1. 4 Ekspor Karet
Sumber : Bloomberg
Grafik 1. 5 Harga Internasional Karet (USD Cent/kg)
Pada triwulan laporan, nominal ekspor karet mengalami kontraksi sebesar 38,94% (yoy), atau lebih
dalam dibandingkan kontraksi pada triwulan sebelumnya yang tercatat mencapai 37,57% (yoy).
Kontraksi ekspor karet dipengaruhi oleh masih belum pulihnya permintaan dunia yang antara lain
dipengaruhi oleh perekonomian di negara Tiongkok yang tumbuh relatif terbatas akibat menurunnya
aktivitas produksi di negara tersebut. Tingginya stok karet di negara tersebut juga berpengaruh
terhadap tren penurunan harga karet, dimana pada triwulan III 2014 harga internasional karet masih
berada pada tren penurunan dimana tercatat sebesar 219,56 USD Cent/kg, lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 237,02 USD Cent/kg.
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
Karet dan Barang dari Karet (HS40) 167,815 224,422 131,103 144,527 155,725 136,685 124,495 153,081 127,473 85,329 76,021
Kayu, Barang dari Kayu (HS44) 62,092 49,225 46,006 46,548 50,039 45,869 41,360 46,907 39,454 44,546 44,899
Lemak dan minyak dari hewan/nabati (HS15) 731 1,823 3,880 5,567 4,301 6,724 4,039 - 11,839 8,943 8,511
Ampas/Sisa Industri Makanan (HS23) 1,647 1,723 2,441 2,248 2,492 2,283 2,784 3,547 3,822 4,133 4,092
Biji-bijian berminyak (HS12) 805 385 527 707 774 604 615 443 1,026 1,438 651
Ikan dan Udang (HS03) 3,445 2,697 2,283 3,245 2,126 3,057 2,174 2,782 2,866 1,416 2,619
Buah-buahan dan kacang-kacangan (HS08) 359 482 546 92 162 290 179 383 530 1,355 972
Perabot, penerangan rumah (HS94) 263 771 717 1,003 540 357 490 690 646 821 498
Olahan dari Tepung (HS19) 779 356 379 838 472 611 239 476 393 547 291
Bijih, Kerak, dan Abu Logam (HS26) 111,589 84,116 70,221 136,281 105,872 138,295 163,950 137,140 18,880 103 -
Total 10 Golongan 349,524 366,001 258,104 341,056 322,503 334,774 340,324 345,451 206,929 148,631 138,555
Total Ekspor 351,261 375,792 260,315 345,926 326,599 338,795 344,414 350,014 210,622 150,620 146,809
2012 2013Komoditas
2014
-60%
-50%
-40%
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2012 2013 2014
NominalGrowth (yoy)
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
12 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014
Tabel 1.5 Nominal Impor Kalimantan Barat Berdasarkan HS2 (ribu USD)
Sumber : Bank Indonesia, diolah
Dari sisi impor, kontraksi impor terindikasi oleh kontraksi pada impor luar negeri Kalimantan Barat,
dimana pada triwulan laporan, nominal impor luar negeri mengalami kontraksi cukup dalam sebesar
38,95% (yoy) menjadi sebesar 49,61 juta USD. Penurunan tersebut dipengaruhi oleh kontraksi pada
impor komoditas kapal pada triwulan laporan.Dari sisi volume, impor luar negeri Kalimantan Barat
tercatat sebesar 101,21 ribu ton atau melambat 22,39% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya
yang tumbuh 55,64% (yoy). Impor Kalimantan Barat didominasi oleh impor komoditas garam,
belerang dan kapur, serta pupuk.
1.3 PDRB Sektoral
Tabel 1.6 Pertumbuhan PDRB Sektoral (%-yoy)
Sumber : Data BPS Provinsi Kalimantan Barat
Kinerja perekonomian Provinsi Kalimantan Barat secara sektoral pada triwulan III 2014
ditandai dengan kontraksi pada sektor pertanian sebagai salah satu sektor perekonomian
utama Kalimantan Barat. Sektor perekonomian utama lainnya, yaitu sektor industri pengolahan
juga menunjukkan perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Kontribusi terbesar terhadap
pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat pada triwulan III 2014 bersumber dari sektor perdagangan,
hotel dan restoran (PHR), sektor angkutan dan komunikasi, serta sektor jasa, dimana ketiganya
memberikan kontribusi sebesar 3,28% dari angka pertumbuhan secara keseluruhan sebesar 4,45%
(yoy). Sementara itu, struktur perekonomian Provinsi Kalimantan Barat masih didominasi oleh sektor
pertanian, sektor PHR dan sektor industri pengolahan, yang membentuk pangsa 59,80%.
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
Mesin-mesin/pesawat mekanik (HS84) 18,250 47,661 44,939 52,642 28,616 13,399 13,782 11,432 10,524 16,376 15,485
Kapal Laut dan Bangunan Terapung (HS89) 3,827 9,824 22,518 39,232 4,457 17,491 44,933 17,780 33,122 13,347 4,493
Pupuk (HS31) 4,746 5,097 2,758 5,793 1,084 206 1,228 1,153 4,281 6,150 9,561
Benda-benda dari Besi dan Baja (HS73) 2,072 4,169 1,234 4,940 1,825 455 299 795 3,171 5,680 1,715
Kendaraan dan Bagiannya (HS87) 586 424 1,137 887 1,331 639 856 580 1,357 3,365 1,715
Besi dan Baja (HS72) 2,638 4,302 1,447 5,889 353 2,082 3,530 1,808 1,780 2,666 2,627
Garam, Belerang, Kapur (HS25) 979 1,252 1,727 2,796 2,652 3,147 3,614 3,833 4,299 2,611 3,377
Bahan Ampas/Sisa Industri Makanan (HS23) 310 222 674 515 5,003 1,135 809 1,334 2,720 2,429 2,855
Biji-bijian berminyak (HS12) 1,479 905 3,260 1,075 1,741 1,207 814 1,542 678 2,181 1,473
Perlengkapan rumah tangga (HS94) 248 273 96 632 210 157 1,381 317 865 1,877 340
Total 10 Golongan Barang 35,137 74,129 79,791 114,402 47,272 39,917 71,246 40,574 62,796 56,681 43,641
Total Impor 43,761 88,315 87,695 122,893 62,715 47,262 81,255 50,351 74,061 65,309 49,604
Komoditas2012 2013 2014
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q31. Pertanian 4.82% 0.96% 5.28% 4.06% 2.84% 11.39% 8.45% 7.76% 4.10% 0.18% -1.42%2. Pertambangan & Penggalian 6.47% 4.48% 4.73% 4.99% 5.33% 4.92% 4.32% 4.28% -1.09% 4.80% 7.21%3. Industri Pengolahan 6.03% 2.16% 3.30% 1.78% 3.82% 5.37% 3.41% 4.59% 5.06% 6.59% 1.42%4. Listrik,Gas & Air Bersih 5.32% 4.52% 3.78% 4.85% 4.13% 3.89% 4.85% 5.02% 2.69% 3.78% 5.31%5. Bangunan 12.07% 8.64% 8.94% 9.72% 9.57% 5.42% 2.31% 6.39% 7.58% 11.60% 9.23%6. Perdagangan, Hotel & Restoran 6.91% 6.70% 6.59% 6.23% 3.79% 4.79% 7.56% 5.46% 4.93% 5.40% 6.36%7. Angkutan & Komunikasi 6.49% 9.44% 5.61% 4.91% 5.44% 6.45% 8.07% 8.14% 5.40% 6.71% 9.83%8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 6.96% 7.35% 7.29% 5.50% 5.28% 8.18% 7.17% 5.02% 2.78% 5.01% 5.88%9. Jasa - jasa 8.20% 9.85% 6.79% 7.62% 5.76% 4.58% 8.54% 7.05% 4.85% 1.23% 7.62%
PDRB 6.67% 5.43% 5.87% 5.29% 4.48% 6.73% 6.70% 6.37% 4.76% 4.53% 4.45%
Sektor20132012 2014
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 13
1.3.1Sektor Pertanian
Tabel 1.7Pertumbuhan PDRB Sektor Pertanian (yoy)
Sumber : BPS Prov. Kalbar, diolah
Pada triwulan III 2014, sektor pertanian mengalami kontraksi mencapai 1,42% (yoy), sementara pada
triwulan sebelumya sektor pertanian pun hanya mampu tumbuh 0,18% (yoy). Kontraksi tersebut
terutama dipengaruhi kontraksi pada subsektor tanaman bahan makanan (tabama) dan subsektor
tanaman perkebunan.Sementara subsektor lainnya yang mengalami kontraksi adalah subsektor
kehutanan.
Kinerja subsektor tabama pada periode laporan menunjukkan kontraksi 0,58% (yoy), relatif tidak
sedalam triwulan sebelumnya dimana subsektor tabama mengalami kontraksi mencapai 10,76%
(yoy). Kontraksi tersebut antara lain diindikasikan oleh luas panen padi yang pada triwulan laporan
tercatat sebesar 57,98 ribu Ha, atau mengalami kontraksi 26,25% (yoy). Rendahnya luas panen
tersebut antara lain dipengaruhi oleh kondisi cuaca kering yang tidak mendukung pertumbuhan
tanaman padi sehingga menyebabkan gagal panen di beberapa daerah Kalimantan Barat. Beberapa
daerah, antara lain Kabupaten Sambas dan Singkawang, mengalami gagal panen akibat tidak
tersedianya sumber air yang memadai di tengah cuaca panas yang berkepanjangan. Sementara itu,
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
PERTANIAN 4.82% 0.96% 5.28% 4.06% 2.84% 11.39% 8.45% 7.76% 4.10% 0.18% -1.42%
a. Tanaman Bahan Makanan 5.86% -8.34% 6.33% 1.18% -0.08% 26.14% 9.58% 12.80% 3.48% -10.76% -0.58%
b. Tanaman Perkebunan 5.12% 7.08% 5.09% 7.46% 9.01% 7.35% 11.38% 5.53% 5.93% 7.16% -5.08%
c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 3.73% 4.49% 5.14% 4.03% -0.41% 3.47% 3.36% 4.97% 5.38% 5.77% 6.09%
d. Kehutanan -2.21% 1.15% 1.21% 1.53% -0.20% -2.55% -3.24% -0.95% -0.93% -1.67% -2.86%
e. Perikanan 2.29% 2.44% 4.20% 4.21% 2.05% 1.94% 3.56% 2.72% 1.03% 2.81% 3.22%
Sektor2012 2013 2014
Sumber : Data BPS Prov. Kalbar, diolah
Grafik 1. 6 Kontribusi Terhadap Pertumbuhan
Sumber : Data BPS Prov. Kalbar, diolah
Grafik 1. 7 Pangsa Tiap Sektor Terhadap PDRB
-0.34%
0.12%
0.22%
0.02%
0.80%
1.37%
0.97%
0.34%
0.94%
Pertanian
Pertambangan
Industri
LGA
Bangunan
PHR
Angkutan
Keuangan
Jasa
Pertanian22.68%
Pertambangan1.77%
Industri15.15%
LGA0.41%
Bangunan9.12%
PHR21.98%
Angkutan &Komunikasi
10.40%
Keuangan5.78%
Jasa - jasa12.72%
Lainnya,36.08%
14 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014
cuaca panas juga mempengaruhi populasi hama belalang di Ketapang yang menyebabkan gagal
panen di daerah tersebut.
Sumber : Distan Prov. Kalbar, diolah
Grafik 1. 8 Luas Panen Padi
Sumber : BMKG Supadio Pontianak, diolah
Grafik 1. 9 Curah Hujan
Sementara itu, subsektor tanaman
perkebunan menunjukkan kontraksi sebesar
5,08% (yoy) pada triwulan III 2014,
meskipun mampu tumbuh mencapai 7,16%
(yoy) pada triwulan sebelumnya. Kontraksi
tersebut antara lain dipengaruhi oleh kinerja
subsektor perkebunan kelapa sawit, dimana
produksi tandan buah segar (TBS) tercatat
sebesar 1,23 juta ton, atau tumbuh
melambat sebesar 38,85% (yoy)
dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tumbuh cukup tinggi sebesar 61,45% (yoy).
Cuaca kering berdampak pada penurunan
produktivitas tanaman sawit di beberapa perusahaan sawit terbesar di Kalimantan Barat pada triwulan
laporan. Dari sisi harga, pergerakan harga TBS juga penurunan cukup besar, dimana pada triwulan
laporan harga rata-rata TBS tercatat pada level Rp1.591/kg, lebih rendah dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tercatat pada level Rp1.757/kg.
Di sisi lain, produksi tanaman karet terusmengalami penurunan akibat rendahnya aktivitas petani
menoreh getah karet. Rendahnya aktivitas petani tersebut antara lain dipengaruhi oleh kurang
bergairahnya petani akibat harga karet yang belum berangsur membaik. Harga karet di tingkat petani
terus menurun berada pada kisaran Rp5.000–Rp6.000 per kg pada periode laporan. Di tingkat
-80%
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2012 2013 2014
Hek
tar
Luas PanenPertumbuhan-yoy (RHS)
0
100
200
300
400
500
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2012 2013 2014
mm
Sumber : Disbun Prov. Kalbar, diolah
Grafik 1. 10 Produksi Tandan Buah Segar Sawit
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
-
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
1,400,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2012 2013 2014
Ton
Produksi gProduksi-RHS (yoy)
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 15
internasional, harga karet masih menunjukkan tren penurunan. Pada triwulan laporan, harga
internasional karet tercatat pada level 219,56USD cent/kg, lebih rendah dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tercatat di level 237,02 USD cent/kg. Selain itu, berdasarkan informasi pelaku usaha,
penurunan produksi karet antara lain dipengaruhi oleh semakin banyaknya konversi lahan perkebunan
karet menjadi lahan perkebunan sawit, serta rendahnya produktivitas tanaman karet akibat usia
tanaman yang sudah tua. Menyikapi hal tersebut, kiranya peran pemerintah dapat lebih dioptimalkan,
misalnya dalam pemberian bantuan baik berupa bibit unggul maupun tenaga penyuluh perkebunan
yang dapat membina petani dalam peremajaan dan perawatan tanaman karet.
1.3.2 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pada triwulan III 2014, sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh 6,36% (yoy), atau
menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,40% (yoy). Berdasarkan
subsektornya, akselerasi kinerja terjadi terutama pada subsektor perdagangan dan restoran,
sementara subsektor hotel menunjukkan perlambatan.
Kinerja subsektor perdagangan tumbuh 6,39%
(yoy), atau lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tumbuh 5,40% (yoy).
Peningkatan tersebut tercermin dari peningkatan
volume petikemas melalui pelabuhan Kota
Pontianak. Impor dan bongkar petikemas pada
triwulan laporan tercatat mencapai 451,74 ribu
ton atau tumbuh meningkat 37,01% (yoy)
dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tumbuh 32,10% (yoy). Peningkatan kinerja
subsektor perdagangan antara lain didorong
oleh peningkatan konsumsi masyarakat pada
triwulan laporan terutama seiring dengan penyelenggaraan Pemilihan Umum Presiden pada awal
triwulan serta kegiatan perayaan masyarakat, yaitu Idul Fitri dan Sembahyang Kubur.
Sumber : PT. Pelindo II Cab. Pontianak, diolah
Grafik 1. 11 Volume Petikemas
0
100000
200000
300000
400000
500000
600000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2012 2013 2014
TonDlm Negeri Luar Negeri
16 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014
Sementara itu, subsektor restoran juga
menunjukkan kinerja yang meningkat, dimana
pada triwulan laporan tumbuh 5,84% (yoy),
atau lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2014
yang tumbuh 5,19% (yoy). Peningkatan
pertumbuhan tersebut antara lain
diindikasikan oleh peningkatan pertumbuhan
perolehan pajak restoran oleh Pemerintah
Kota Pontianak, yang tercatat mencapai
Rp8,82 miliar atau tumbuh 15,78% (yoy),
lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya
yang tumbuh 12,10% (yoy). Akselerasi pada
subsektor restoran antara lain didorong oleh
peningkatan konsumsi masyarakat seiring dengan kegiatan perayaan pada triwulan laporan.
Sumber: BPS Prov. Kalimantan Barat
Grafik 1. 13 Perkembangan Jumlah WisatawanMancanegara
Sumber : BPS Provinsi Kalbar, diolah
Grafik 1. 14 Tingkat Hunian Hotel
Di sisi lain, subsektor hotel menunjukkan perlambatan kinerja, dimana pada triwulan laporan hotel
tumbuh 5,12% (yoy), lebih rendah dibandingkan pada triwulan II 2014 dimana hotel tumbuh 6,35%
(yoy). Perlambatan tersebut antara lain terjadi seiring dengan perlambatan yang terjadi pada
kunjungan wisatawan ke Kalimantan Barat yang mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 3,47%
(yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya yang cenderung tumbuh stabil 0,60% (yoy). Perlambatan
pada subsektor hotel tercermin pada penurunan rata-rata tingkat hunian hotel di Kalimantan Barat
pada triwulan III 2014 sebesar 49,28%, lebih rendah dibandingakn triwulan II 2014 sebesar 51,58%
(yoy).
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2012 2013 2014
Orang Jumlah WismanPertumbuhan (% yoy)
0
10
20
30
40
50
60
70
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2012 2013 2014
%
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Pontianak
Grafik 1. 12 Perolehan Pajak Restoran
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000
10,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2012 2013 2014
Pajak RestoranPertumbuhan-RHS (yoy)
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 17
1.3.3 Sektor Angkutan dan Komunikasi
Pada triwulan III 2014, kinerja sektor angkutan dan
komunikasi mengalami akselerasi cukup tinggi
sebesar 9,83% (yoy), dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 6,71% (yoy).
Akselerasi terjadi baik pada subsektor angkutan
maupun subsektor komunikasi. Subsektor
angkutan tercatat tumbuh 6,14% (yoy) atau
mengalami akselerasi dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tumbuh 3,34% (yoy).
Peningkatan pertumbuhan tersebut antara lain
diindikasikan dengan meningkatnya mobilitas
penumpang di Kalimantan Barat pada triwulan
laporan seiring dengan perayaan Idul Fitri dan
Sembahyang Kubur. Jumlah penumpang yang berangkat dari Kalimantan Barat pada triwulan III 2014
tercatat mencapai 359,29 ribu orang atau tumbuh 1,04% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya yang mengalami kontraksi mencapai 5,42% (yoy). Peningkatan jumlah penumpang
terutama terjadi pada penumpang dengan moda transportasi udara yang tercatat tumbuh 7,97%
(yoy) mencapai 323,10 ribu penumpang, dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami
penurunan pertumbuhan jumlah penumpang sebesar 1,01% (yoy).
1.3.4 Sektor Industri Pengolahan
Kinerja sektor industri pengolahan Kalimantan Barat pada triwulan III 2014 tumbuh 1,42% (yoy),
atau mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya dimana sektor tersebut mampu
tumbuh mencapai 6,59% (yoy). Perlambatan tersebut terutama dipengaruhi oleh perlambatan
kinerja pada subsektor industri utama di Kalimantan Barat, yaitu industri pengolahan minyak kelapa
sawit (CPO) dan industri pengolahan karet.Sementara itu, belum beroperasinya smelter secara
komersil juga cenderung menahan pertumbuhan sektor industri pengolahan di Kalimantan Barat.
Pada triwulan III 2014, perkembangan industri CPO mengalami perlambatan, yang diindikasikan
oleh melambatnya pertumbuhan produksi CPO yang tercatat mencapai 268,04 ribu ton atau
tumbuh 40,63% (yoy), lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh
64,81% (yoy). Perlambatan produksi tersebut dipengaruhi oleh penurunan bahan baku seiring
dengan turunnya produksi TBS di Kalimantan Barat. Sementara itu, dari sisi permintaan, permintaan
dari Tiongkok masih belum pulih akibat kondisi perekonomian negara tersebut yang masih
terindikasi melemah, namun demikian permintaan impor dari India relatif meningkat.Pada sisi pasar
domestik, pemerintah meyakini bahwa program mandatori biodiesel 10% yang akan diterapkan
Sumber:PT. Pelindo II Cab. Pontianak BPS Prov. Kalimantan Barat
Grafik 1. 15 Perkembangan Jumlah Penumpang
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
350,000
400,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2012 2013 2014
Orang
Pesawat Kapal
18 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014
pada kuartal terakhir 2014 akan mendorong peralihan dari bahan baku tujuan ekspor menjadi CPO
untuk memenuhi pasokan dalam negeri.
Dari sisi harga, harga komoditas CPO internasional tercatat terus mengalami pelemahan, dimana pada
triwulan III 2014, harga CPO tercatat pada level 692,93 USD/metric ton atau menurun dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tercatat pada level 796,50 USD/metric ton. Seiring dengan hal tersebut,
harga rata-rata CPO di Kalimantan Barat juga menunjukkan penurunan dimana pada triwulan laporan
tercatat sebesar Rp7.974/kg, sementara pada triwulan II 2014 berada pada level Rp8.586/kg. Tekanan
harga CPO di level internasional dipengaruhi oleh kenaikan persediaan CPO di Malaysia diiringi
dengan kebijakan pengetatan pembiayaan terhadap perdagangan komoditi di Tiongkok. Selain itu,
tingginya produksi minyak biji-bijian dan minyak kelapa sampai beberapa waktu yang akan datang,
antara lain seiring dengan puncak produksi minyak kedelai di Amerika Serikat, turut memberikan
tekanan pada harga CPO.
Sumber : Dinas Perkebunan Kalbar, diolah
Grafik 1. 16 Produksi CPO Kalimantan Barat
Sumber : Bloomberg
Grafik 1. 17 Harga Internasional Karet dan CPO
Sementara itu, kinerja sektor industri karet masih belum menunjukkan pemulihan. Hal tersebut
diindikasikan oleh produksi karet pada triwulan laporan yang tercatat sebesar 44,37 ribu ton atau
mengalami kontraksi lebih dalam dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu 17,12% (yoy). Kontraksi
tersebut selain dipengaruhi oleh relatif rendahnya produksi karet pada periode laporan, juga
dipengaruhi oleh pertumbuhan permintaan yang terbatas seiring dengan potensi pelemahan ekonomi
Tiongkok dan tingginya stok karet di negara tersebut.
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
350,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2012 2013 2014
Produksi (ton) gProduksi-RHS (yoy)
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
0
200
400
600
800
1000
1200
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2012 2013 2014
USDcent/kg
USD/metricton
CPO Karet
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 19
Dari sisi harga, harga internasional karet pada
triwulan laporan tercatat pada level 219,56 USD
Cent/kg, lebih rendah dibandingkan triwulan
sebelumnya dimana harga internasional karet tercatat
sebesar 237,02 USD Cent/kg. Koreksi harga karet
dipengaruhi oleh masih lemahnya permintaan
sementara pasokan karet tercatat tinggi.Berdasarkan
informasi pelaku usaha, pasokan karet di Qingdao
(daerah penyimpanan stok karet di Tiongkok)
mengalami oversupply seiring dengan tingginya
produksi dari beberapa negara di Asia Tenggara,
khususnya Vietnam dan Kamboja. Harga komoditas
diperkirakan akan mengalami tekanan lebih lanjut
seiring dengan potensi kenaikan suku bunga Amerika
Serikat. Sejumlah perusahaan di industri pengolahan karet Kalimantan Barat menempuh strategi
menahan ekspor menunggu peningkatan harga karet.
Belum optimalnya kinerja sektor industri pengolahan karet juga dipengaruhi oleh adanya regulasi
pemerintah yang berdampak pada meningkatnya biaya produksi perusahaan.Selain itu, persaingan
usaha yang semakin ketat seiring dengan adanya kemudahan pemberian izin, juga berpengaruh
terhadap kinerja industri tersebut.
1.3.5 Sektor Lainnya
Pada triwulan III 2014, kinerja sektor jasa
menunjukkan akselerasi yang cukup tinggi,
dimana sektor jasa tumbuh 7,62% (yoy), atau
lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 1,23%
(yoy). Peningkatan pertumbuhan pada sektor
jasa antara lain ditandai dengan perolehan
pajak reklame dan hiburan di Kota Pontianak
yang mencapai Rp5,05 miliar atau tumbuh
18,42% (yoy), lebih tinggi dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,45%
(yoy). Peningkatan tersebut antara lain
didorong oleh penyelenggaraan beberapa kegiatan perayaan masyarakat pada triwulan laporan,
termasuk Idul Fitri, Sembahyang Kubur dan Pemilihan Umum Presiden.
Sumber : Gapkindo Prov. Kalbar
Grafik 1. 18 Produksi Karet Kalimantan Barat
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Pontianak
Grafik 1. 19 Perolehan Pajak Hiburan
-40%
-20%
0%
20%
40%
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2012 2013 2014
Ton Volume gVolume-RHS (yoy)
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2012 2013 2014
Rp juta Pajak Hiburan dan ReklamePertumbuhan-RHS (yoy)
20 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014
Di sisi lain, kinerja sektor konstruksi di Kalimantan Barat pada triwulan laporan tercatat tumbuh
9,23% (yoy), atau relatif melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 11,60% (yoy).
Perlambatan tersebut antara lain diindikasikan oleh perlambatan penyaluran semen di Kalimantan
Barat, dimana pada triwulan III 2014 tercatat sebesar 245,58 ribu ton atau tumbuh 15,29% (yoy),
lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 26,80% (yoy). Perlambatan juga
diindikasikan oleh melambatnya penyaluran kredit ke sektor konstruksi sebesar 6,99% (yoy) , lebih
rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh 14,31% (yoy).
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia
Grafik 1. 20 Pengadaan Semen di Kalimantan Barat
Sumber : LBU Bank Indonesia
Grafik 1. 21 Penyaluran Kredit Sektor KonstruksiKalimantan Barat
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
350,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2012 2013 2014
Ton
VolumePertumbuhan (yoy)
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
-100200300400500600700800900
1,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2012 2013 2014
%
Mili
ar R
p
Kredit KonstruksiPertumbuhan (yoy)
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 21
Boks: Inkubator Bisnis UMKM Sebagai Dukungan Bank Indonesia DalamMencetak Wirausaha Mandiri
Program Inkubator Bisnis UMKM merupakan program pelatihan inisiatif dari Bank Indonesia dan
Lembaga Swa Bina Prakarsa sebagai upaya untuk menciptakan wirausaha baru yang mandiri.
Walaupun selama ini program pelatihan serta seminar kewirausahaan telah banyak diselenggarakan,
namun dalam pelaksanaannya terdapat beberapa kelemahan dari program pelatihan kewirausahaan
yang ada. Keterbatasan waktu pelatihan serta tidak komprehensifnya materi yang disampaikan
menjadi dua tantangan utama yang menyebabkan sebagian besar UMKM seringkali tidak
mendapatkan bekal pengetahuan yang lengkap/ menyeluruh dalam mengelola usaha mereka.
Program inkubator bisnis dirancang untuk dapat memenuhi kriteria tersebut yaitu dengan
memberikan pengetahuan kewirausahaan secara lengkap, menyediakan waktu belajar (masa
inkubasi) yang cukup untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan yang kuat, serta memiliki sarana
belajar yang memadai (layaknya sekolah).
Pelatihan Inkubator Bisnis UMKM tidak hanya diharapkan akan dapat membekali pelaku usaha
mikro dan kecil dalam mengembangkan usaha yang dimiliki, namun konsep inkubator bisnis
diharapkan juga akan dapat menopang pemerintah dalam mengembangkan perekonomian rakyat
melalui pengembangan sektor riil, membantu menciptakan lapangan kerja mandiri, mengurangi
kelemahan-kelemahan yang ada pada pelaku usaha mikro dan kecil, serta mengurangi
pengangguran. Program pelatihan ini dilakukan selama enam bulan secara berkesinambungan,
dimana pada setiap minggunya, yaitu pada hari Sabtu, peserta akan mendapatkan materi teori
mengenai kewirausahaan di dalam kelas, dan praktek lapangan di pasar pada hari Minggu. Selain
itu, sepanjang hari Senin hingga Jumat peserta inkubator akan mencoba praktek di rumah dan
melaporkan hasilnya kemudian. Melalui mekanisme inkubator peserta pelatihan/UMKM diharapkan
akan dapat mengatasi permasalahan mendasar yang dihadapi dalam pengembangan usaha,
diantaranya: basic mentality, Manajemen Organisasi, Manajemen Produksi, Manajemen Keuangan,
Pemasaran, Pengetahuan Perbankan, Komputasi UMKM, hingga Teknologi Informasi.
Proses pelatihan inkubator bisnis terbagi menjadi tujuh fase pelatihan yang berkesinambungan
dan diakhiri dengan fase Wisuda pada akhir masa program. Berikut adalah ketujuh fase pelatihan
kewirausahaan pada program Inkubator Bisnis.
22 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014
Selain fokus dalam pengembangan
kemampuan pelaku UMKM dalam
mengelola usaha, melalui pelatihan
inkubator bisnis para pelaku UMKM
diharapkan dapat lebih eligible dan
bankable dalam mengakses kredit ke
perbankan. Pasalnya, melalui
program inkubator bisnis terutama
pada Fase 5 yakni Penataan
Administrasi Keuangan, pelaku usaha
akan dilatih untuk dapat mencatat
transaksi harian yang terjadi secara
lebih sistematis, kemudian
memasukkannya ke dalam software sederhana. Kemampuan dalam mendokumentasian transaksi
keuangan melalui pencatatan dan laporan keuangan yang memadai serta usaha yang sehat pada
akhirnya akan dapat meningkatkan kapasitas dan elijibilitas UMKM dalam mengakses pembiayaan
perbankan.
Program inkubator bisnis telah dilakukan sejak tahun 2012, dan hingga saat ini terdapat lima
angkatan wirausaha mandiri yang telah lulus dalam program pelatihan inkubator bisnis, dengan
rata-rata peserta mencapai 20 hingga 30 pelaku usaha mikro dan kecil. Rata-rata peserta berasal
dari berbagai latar belakang usaha, dengan persentase terbesar adalah pengusaha makanan (60%),
diikuti oleh usaha jasa (20%), dan sisanya adalah bidang usaha kreatif. Saat ini program inkubator
bisnis juga telah membuka cabang (replikasi) di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II-A
Pontianak pada bulan Februari 2014, dan selanjutnya akan direplikasi kembali di Kecamatan Kakap
yang bekerjasama dengan PNPM. Harapannya program inkubator bisnis tidak hanya diterapkan
terbatas pada wilayah Provinsi Kalimantan Barat namun pengembangan inkubator bisnis dapat pula
diterapkan secara luas di seluruh Indonesia sebagai upaya dalam menopang pengembangan dan
penguatan ekonomi rakyat melalui UMKM yang mandiri sekaligus sebagai langkah dalam
menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Melalui program pelatihan inkubator bisnis
UMKM diharapkan dapat meningkatkan daya saing hasil produksinya melalui peningkatan kapasitas
produksi, inovasi, dan adopsi teknologi serta sistem penataan administrasi keuangan yang baik.
Tidak menutup kemungkinan bahwa kedepannya UMKM akan dapat memperoleh sumber modal
yang lebih luas apabila proses pencatatan keuangan yang diterapkan telah sesuai dengan standar
akuntansi internasional yang berlaku.
Grafik Fase Pelatihan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 23
II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
2.1. Gambaran Umum2
Tekanan harga barang dan jasa di Kalimantan Barat pada triwulan III 2014 secara
tahunan relatif terkendali, tercermin dari tingkat inflasi yang lebih rendah dari
triwulan II 2014. Kondisi tersebut terutama disebabkan oleh pengaruh base effect3 akibat
kenaikan harga BBM Bersubsidi yang memicu tingginya Indeks Harga Konsumen (IHK) pada
pertengahan 2013 dan membuat inflasi tahunan di triwulan III 2014 relatif lebih rendah.
Tercatat tekanan inflasi Kalimantan Barat pada periode laporan mencapai 6,67% (yoy), lebih
rendah jika dibandingkan inflasi pada triwulan II 2014 yang mencapai 8,69% (yoy). Meskipun
mengalami penurunan dan relatif searah dengan tren inflasi nasional, namun tekanan inflasi
Kalimantan Barat pada periode laporan tersebut lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional yang
mencapai 4,53% (yoy).
Di sisi lain, even musiman keagamaan puasa dan lebaran di awal triwulan serta realisasi
kebijakan pemerintah dalam melakukan penyesuaian harga beberapa komoditas, seperti LPG,
Tarif Tenaga Listrik (TTL) dan PDAM memicu kenaikan laju inflasi triwulanan Kalimantan Barat
pada triwulan III 2014 yang mencapai 1,88% (qtq) relatif lebih tinggi dari triwulan II 2014 yang
mencapai 1,41% (qtq) (Grafik 2.1 dan 2.2).
Sumber: BPS Kalbar, diolahGrafik 2. 1 Inflasi Tahunan Kalimantan Barat dan
Nasional
Sumber: BPS Kalbar, diolahGrafik 2. 2 Inflasi Triwulanan Kalimantan Barat
dan Nasional
2 Mulai 2014, BPS melakukan perubahan tahun dasar dari 2007 menjadi 2012.Dikarenakan data IHK dengan tahundasar 2012 belum sepenuhnya tersedia setiap bulan, maka analisis inflasi pada periode laporan berdasarkanperhitungan yang dilakukan secara mandiri.
3 Base effect terjadi karena pengaruh nilai/level yang tinggi pada periode yang sama tahun sebelumnya sehinggamemicu angka perubahan tahunan, seperti inflasi atau pertumbuhan (growth), menjadi relatif tinggi pada periodetersebut. Selanjutnya, apabila nilai/level yang terjadi saat ini tidak mengalami lonjakan yang signifikan, maka akanmembuat angka perubahan tahunan pada saat ini menjadi lebih kecil dibanding periode sebelumnya. Sebagaiilustrasi sederhana dari base effect, misalkan IHK pada tahun 2012 sebesar 100 dan menjadi 200 pada 2013, makaakan terjadi kenaikan sebesar 100% (yoy). Kemudian IHK 2014 menjadi 250, sehingga kenaikan pada 2014 sebesar25% (yoy). Persentase kenaikan 25% yang lebih kecil dari 100% tersebut menunjukkan adanya pengaruh baseeffect.
5,536,15
8,53 8,90 8,98 8,69
6,67
5,02 5,41
7,90 8,087,32
6,70
4,53
I II III IV I II III
2013 2014
%-yoy Kalbar Nasional
2,091,69
3,81
1,05
2,17
1,41
1,882,13
1,17
3,78
0,80
1,41
0,57
1,68
I II III IV I II III
2013 2014
%-qtq Kalbar Nasional
24 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014
Dinamika inflasi bulanan pada
triwulan III 2014 terlihat bahwa
laju inflasi bulanan mencapai
puncaknya di awal triwulan
(bulan Juni 2014) sebesar 1,44%
(mtm) (Grafik 2.3). Tekanan inflasi
Kalimantan Barat pada bulan Juli
2014 terutama dipicu oleh kenaikan
tarif angkutan udara seiring
tingginya permintaan masyarakat
menjelang lebaran dalam menggunakan moda transportasi angkutan udara. Tercatat inflasi
angkutan udara pada bulan Juli 2014 sebesar 32,71% (mtm) dengan sumbangan terhadap
inflasi total mencapai 0,43% (mtm).
Di sisi lain, penurunan laju inflasi bulanan terendah terjadi pada bulan Agustus 2014 yang
tercatat mencapai 0,22% (mtm). Berlalunya kegiatan keagamaan puasa dan lebaran menjadi
salah satu faktor yang menyebabkan penurunan inflasi.
2.2. Inflasi Tahunan
Secara Secara tahunan, tekanan inflasi kelompok komoditas pada triwulan III 2014
mengalami penurunan.
Meskipun secara umum inflasi mengalami
penurunan, namun tekanan pada beberapa
komoditas masih relatif tinggi, seperti
Bahan Makanan, Perumahan, Makanan Jadi
dan Transportasi.
Tercatat sumbangan inflasi tahunan
tertinggi di triwulan III 2014 diberikan oleh
kelompok Bahan Makanan mencapai
2,06% (yoy) dengan tekanan inflasi sebesar
8,47% (yoy) lebih rendah dibandingkan
inflasi triwulan II 2014 yang mencapai
10,33% (yoy). Selain komoditas Bahan
Makanan, sumbangan inflasi yang relatif
tinggi terjadi pada komoditas Perumahan,
Makanan Jadi dan Transpor. Andil inflasi
Sumber: BPS Kalbar, diolah
Grafik 2. 3 Inflasi Bulanan Kalimantan Barat dan Nasional
Sumber: BPS Kalbar, diolah
Grafik 2. 4 Inflasi Tahunan dan Andil InflasiKalimantan Barat Kelompok Barang dan Jasa
-1,0
-0,5
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
3,0
3,5
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep
2013 2014
% yoy
Kalbar
Nasional
3,74
9,77
10,71
8,89
5,87
9,76
10,33
8,69
1,86
3,14
9,06
4,99
6,82
7,84
8,47
6,67
0,11
0,18
0,40
0,89
1,23
1,85
2,06
6,67
0 2 4 6 8 10 12
Sandang
Pendidikan
Kesehatan
Transpor
Makanan jadi
Perumahan
Bahan Makanan
Umum
% (yoy)
Andil III-2014
III-2014
II-2014
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 25
masing-masing kelompok tersebut pada triwulan III 2014 mencapai 1,85%, 1,23%, dan 0,89%
(yoy). Tekanan inflasi tahunan pada ketiga kelompok komoditas tersebut juga relatif besar,
masing-masing mencapai 7,84%, 6,82%, dan 4,99% (yoy). Bahkan tekanan inflasi kelompok
Makanan Jadi pada triwulan laporan relatif lebih tinggi dibanding triwulan II 2014 yang
mencapai 5,87% (yoy).
Salah satu pemicu tekanan inflasi pada triwulan III 2014 adalah pelaksanaan hari raya
keagamaan puasa dan lebaran yang mendorong peningkatan permintaan masyarakat terutama
di awal triwulan. Namun apabila dicermati lebih lanjut, pengaruh puasa dan lebaran yang
terjadi pada triwulan III 2014 relatif lebih kecil dibandingkan triwulan III 2013, tercermin dari
penurunan tekanan inflasi yang terjadi pada triwulan laporan. Kondisi tersebut dikarenakan
pada triwulan III 2013 juga terjadi kenaikan harga BBM Bersubsidi bersamaan dengan
pelaksanaan hari raya keagamaan puasa dan lebaran.
2.3. Inflasi Triwulanan
Meskipun tekanan inflasi tahunan pada
triwulan III 2014 mengalami penurunan
akibat pengaruh base effect, namun laju
inflasi triwulanan cenderung mengalami
kenaikan.
Kondisi tersebut tercermin dari laju inflasi
triwulanan yang mencapai 1,88% (qtq) lebih
tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang
mencapai 1,41% (qtq). Berdasarkan kelompok
komoditas, terlihat bahwa mayoritas kelompok
komoditas mengalami kenaikan laju inflasi
dibandingkan triwulan sebelumnya.
Sumbangan laju inflasi triwulanan yang
tertinggi diberikan oleh kelompok komoditas
Bahan Makanan dan Perumahan yang masing-masing mencapai 0,69% dan 0,60% (qtq)
dengan laju inflasi sebesar 2,86% dan 2,57% (qtq). Kondisi pasokan yang terbatas seiring
terjadinya gagal panen di sejumlah daerah sentra produksi, khususnya beras memicu kenaikan
inflasi Bahan Makanan pada triwulan laporan. Selain itu, realisasi kebijakan penyesuaian
beberapa komoditas seperti TTL, LPG dan PDAM menjadi pemicu tingginya inflasi kelompok
Perumahan.
Sumber: BPS Kalbar, diolahGrafik 2. 5 Inflasi Triwulanan dan Andil InflasiKalimantan Barat Kelompok Barang dan Jasa
3,95
0,81
0,64
3,80
1,48
0,84
-0,05
1,41
0,85
1,02
1,10
0,89
1,49
2,57
2,86
1,88
0,05
0,07
0,07
0,15
0,26
0,60
0,69
1,88
-1 0 1 2 3 4 5
Kesehatan
Sandang
Pendidikan
Transpor
Makanan Jadi
Perumahan
Bahan Makanan
Umum
% (qtq)
Andil III-2014
III-2014
II-2014
26 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014
2.4. Inflasi Kelompok Komoditas
2.4.1. Kelompok Bahan Makanan
Tekanan inflasi yang terjadi pada
komoditas Sayur menjadi salah satu
penyebab tingginya inflasi bahan
makanan pada triwulan III 2014.
Tingginya tekanan inflasi tahunan
kelompok komoditas Sayuran salah satunya
disebabkan oleh keterbatasan pasokan
seiring produksi yang kurang optimal akibat
cuaca yang cenderung kering. Kondisi
tersebut memicu terjadinya gagal panen
disejumlah sentra produksi. Berdasarkan
data BMKG, tercatat bahwa rata-rata curah
hujan di wilayah Kalimantan Barat pada
triwulan III 2014 berkisar 165 mm, lebih
rendah dari triwulan III 2013 yang mencapai
kisaran 238 mm. Berdasarkan kondisi
tersebut, tekanan inflasi tahunan kelompok
komoditas Sayuran pada triwulan III 2014
mencapai 52,18% (yoy) dengan sumbangan sebesar 1,09% (yoy).
Sementara itu, tekanan inflasi kelompok komoditas Padi-padian masih berada di level yang
relatif tinggi. Tercatat tekanan inflasi kelompok komoditas Padi-padian pada triwulan III 2014
mencapai 4,21% (yoy) dengan sumbangan mencapai 0,26% (mtm). Kenaikan harga beras
terutama disebabkan gagal panen di sejumlah daerah sentra produksi. Berdasarkan data Dinas
Pertanian Prov. Kalbar, tercatat 8.630 ha lahan padi mengalami puso selama triwulan III 2014,
lebih tinggi dari triwulan III 2013 yang sebesar 385 ha. Berdasarkan daerahnya, luas lahan puso
terbesar pada triwulan laporan terjadi di Singkawang dan Sambas, masing-masing mencapai
1.683 dan 6.064 ha. Kondisi tersebut menyebabkan penurunan luas panen padi, dimana pada
triwulan III 2014 mencapai 57.978 ha, lebih rendah dari luas panen padi pada triwulan III 2013
yang mencapai 78.620 ha (lihat Bab I).
Sementara itu, tekanan inflasi yang relatif terkendali terjadi pada kelompok komoditas Daging
dan Bumbu yang masing-masing mengalami deflasi sebesar 8,97% dan 3,90% (yoy). Selain itu,
tekanan inflasi kelompok komoditas Telur juga relatif terkendali. Kondisi pasokan yang relatif
Sumber: BPS Kalbar, diolah
Grafik 2. 6 Inflasi dan Andil Inflasi Kelompok BahanMakanan Kalimantan Barat
10,63
3,75
15,11
14,04
5,69
19,64
12,85
5,72
5,94
8,77
17,18
10,33
-8,97
-3,90
17,18
7,91
13,21
9,19
4,29
8,85
4,21
11,07
52,18
8,47
-0,30
-0,05
0,01
0,06
0,10
0,11
0,12
0,13
0,26
0,48
1,09
2,06
-15 -5 5 15 25 35 45 55 65
Daging
Bumbu
Bahan Makanan Lain
Kacang
Ikan Diawetkan
Buah
Telur, Susu
Lemak dan Minyak
Padi
Ikan Segar
Sayur
BAHAN MAKANAN
% (yoy)
Andil III 2014
III-2014
II-2014
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 27
terjaga seiring tekanan permintaan yang terkendali menjadi salah satu faktor koreksi harga
kelompok komoditas tersebut yang kemudian dapat menjadi peredam tekanan inflasi Bahan
Makanan pada triwulan III 2014. Komoditas yang memberikan pengaruh koreksi harga relatif
besar dalam kelompok komoditas Daging dan Telur adalah daging ayam ras dan telur ayam ras.
Sementara bawang merah menjadi salah satu komoditas yang memberikan pengaruh deflasi
yang dominan dalam kelompok komoditas Bumbu.
Berdasarkan daerahnya, tekanan inflasi
di Kota Pontianak relatif lebih terkendali
dibandingkan Kota Singkawang. Tercatat
tekanan inflasi bahan makanan di Kota
Pontianak pada triwulan III 2014 mencapai
6,17% (yoy), lebih rendah dibandingkan
triwulan II 2014 yang mencapai 9,18% (yoy).
Di sisi lain, tekanan inflasi Kota Singkawang
pada triwulan III 2014 mencapai 8,86%
(yoy), lebih tinggi dari triwulan II 2014 yang mencapai 5,77% (yoy).
Koreksi harga yang terjadi pada komoditas telur ayam ras dan bawang merah menjadi salah
satu penyebab terkendalinya tekanan inflasi bahan makanan di Kota Pontianak. Berdasarkan
hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan KPwBI Prov. Kalimantan Barat, selama
triwulan III 2014, komoditas telur ayam ras mengalami koreksi harga yang relatif signifikan, dari
kisaran Rp23.100,00/kg pada akhir triwulan II 2014 menjadi Rp18.300,00/kg pada akhir
triwulan III 2014. Demikian juga dengan komoditas bawang merah yang mengalami koreksi
harga selama triwulan III 2014, dari kisaran Rp32.400,00/kg pada akhir triwulan II 2014 menjadi
Rp21.600,00/kg pada akhir triwulan III 2014. Kondisi tersebut diperkuat oleh hasil pantauan
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Kalimantan Barat, dimana harga komoditas telur
ayam ras dan bawang merah di akhir triwulan III 2014 mencapai kisaran Rp16.200,00/kg dan
Rp16.300,00/kg, lebih rendah dari posisi yang sama tahun 2013 yang berkisar Rp19.000,00/kg
dan Rp27.000,00/kg.
Sementara itu, produksi pertanian, khususnya padi dan sayuran, yang kurang optimal seiring
kondisi cuaca yang cenderung kering menjadi salah satu pemicu tingginya tekanan inflasi bahan
makanan di Kota Singkawang. Tercatat, tekanan inflasi kelompok komoditas padi dan sayuran
pada triwulan III 2014 masing-masing mencapai 4,80% dan 37,77% (yoy).
Sumber: BPS Kalbar, diolah
Grafik 2. 7 Inflasi Kelompok Bahan Makanan KotaPontianak dan Singkawang
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
Pontianak 7,28 11,3 8,19 10,0 9,30 6,47 9,67 5,96 7,89 9,18 6,17
Singkawang 7,64 11,1 6,47 7,38 5,66 2,47 9,13 6,23 8,46 5,77 8,86
2
4
6
8
10
12% (yoy)
28 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014
2.4.2. Kelompok Perumahan, Air, Listrik dan Bahan Bakar
Tekanan inflasi kelompok Perumahan di
Kalimantan Barat pada triwulan III 2014
berada di level yang tinggi meskipun
relatif lebih terkendali dibandingkan
triwulan sebelumnya. Tekanan inflasi
kelompok Perumahan terutama dipicu oleh
kenaikan inflasi sub kelompok komoditas
Bahan bakar, Penerangan dan Air, dari
8,23% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi
12,27% (yoy) pada triwulan III 2014. Secara
umum, tekanan inflasi yang terjadi pada sub
kelompok ini pada triwulan III 2014
terutama dipicu oleh realisasi penerapan
kebijakan penyesuaian tarif/harga oleh
pemerintah, seperti Tarif Tenaga Listrik
(TTL), LPG dan PDAM. Kenaikan TTL pada 2014 dilakukan dalam II tahap dalam kisaran 5,63%-
11,57% yang dikenakan kepada pelanggan golongan industri menengah terbuka (I3)4, industri
besar (I4), industri I3 non terbuka (tbk), pelanggan rumah tangga R3, pelanggan pemerintah
(P2) dengan daya > 200 kVA, rumah tangga (R1) dengan daya 1.300 VA dan 2.200 VA, serta
penerangan jalan umum (P3). Sementara itu, kenaikan tarif PDAM yang diberlakukan pada
triwulan III 2014 sebesar 30%. Kenaikan tersebut baru dilakukan kembali dalam tujuh tahun
terakhir untuk menyesuaikan meningkatnya biaya produksi, seperti bahan bakar minyak, listrik,
dan bahan kimia.
4 Berdasarkan informasi PLN, rincian batas maksimal daya untuk masing-masing golongan tersebutadalah golongan industri menengah terbuka (I3) diatas 200 k VA, industri besar (I4) 30.000 k VAkeatas, pelanggan rumah tangga (R3) 6600 VA keatas, pemerintah (P2) diatas 200 Kva, rumah tangga(R1) mulai 450 VA- 14 k VA.
Sumber: BPS Kalbar, diolah
Grafik 2. 8 Inflasi dan Andil Inflasi KelompokPerumahan Kalimantan Barat
9.76
8.23
10.58
10.62
8.94
7.84
12.27
5.79
10.42
7.09
1.83
0.77
0.74
0.20
0.16
0 5 10 15
PERUMAHAN
Bahan bakar, penerangan dan air
Biaya tempat tinggal
Perlengkapan rumah tangga
Penyelenggaraan rumah tangga
% (yoy)
andil III 2014
III-2014
II-2014
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 29
Berdasarkan daerahnya, kenaikan
inflasi kelompok Perumahan terutama
terlihat di Kota Singkawang.
Sementara, tekanan inflasi perumahan
di Kota Pontianak cenderung
menurun. Secara historis, tren kenaikan
inflasi perumahan di Kota Singkawang
mulai terjadi sejak triwulan II 2013 dan
berlanjut hingga triwulan III 2014 yang
mencapai 9,40% (yoy). Selain dipicu oleh
realisasi kenaikan tarif TTL dan LPG,
tekanan inflasi perumahan di Kota Singkawang juga disebabkan oleh kenaikan tarif tukang
bukan mandor. Kondisi tersebut menjadi salah satu indikasi bahwa ekspektasi masyarakat Kota
Singkawang terhadap inflasi cenderung lebih tinggi. Sementara, inflasi kelompok Perumahan di
Kota Pontianak pada triwulan III 2014 mencapai 7,89% (yoy), relatif stabil dibanding triwulan II
2014 yang mencapai 10,40% (yoy). Sejalan dengan kondisi inflasi Kalimantan Barat, komoditas
yang menjadi pemicu inflasi perumahan di Kota Pontianak adalah penyesuaian tarif.
2.4.3. Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan
Pada triwulan III 2014, tekanan inflasi kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa
Keuangan mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya. Tekanan inflasi pada
kelompok ini di triwulan III 2014 tercatat mencapai 4,99% (yoy), lebih rendah dari inflasi
triwulan II 2014 yang mencapai 8,89% (yoy). Sementara andil inflasi kelompok Transpor,
Komunikasi dan Jasa Keuangan di triwulan III 2014 masih berada di level yang cukup tinggi
yaitu sebesar 0,84% (yoy). Penurunan inflasi pada kelompok ini disebabkan oleh penurunan
inflasi pada subkelompok Transpor, dari 15,93% (yoy) di triwulan II 2014 menjadi 10,44% (yoy)
di triwulan laporan. Berdasarkan komoditasnya, koreksi tarif angkutan udara di akhir triwulan,
seiring berlalunya puasa dan lebaran di pertengahan triwulan, menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi penurunan inflasi subkelompok Transpor.
Sumber: BPS Kalbar, diolah
Grafik 2. 9 Inflasi Kelompok Perumahan KotaPontianak dan Singkawang
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
Pontianak 5,27 6,35 7,77 6,86 8,24 7,72 10,6 12,6 10,6 10,4 7,89
Singkawang 7,74 5,05 2,89 2,08 1,79 1,43 2,89 3,60 7,76 8,50 9,40
0
2
4
6
8
10
12
14% (yoy)
30 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014
Berdasarkan daerahnya, penurunan tekanan inflasi kelompok Transpor, Komunikasi
dan Jasa Keuangan terutama terjadi di Kota Pontianak. Pada triwulan ini, tekanan inflasi
kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan di Kota Pontianak mengalami penurunan,
dari 15,30%(yoy) di triwulan II 2014 menjadi 7,97% (yoy) di triwulan III 2014. Sementara di
Kota Singkawang, inflasi kelompok ini mengalami kenaikan dalam level yang relatif terkendali,
dari 7,36% (yoy) di triwulan II 2014 menjadi 8,91% (yoy) di triwulan III 2014. Sejalan dengan
kondisi di Kalimantan Barat, koreksi tarif angkutan udara pasca perayaan even keagamaan
puasa dan lebaran menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi inflasi kelompok transpor di
kedua kota tersebut.
2.4.4. Kelompok Makanan Jadi
Tekanan inflasi kelompok Makanan Jadi
pada triwulan III 2014 mengalami
kenaikan dibanding triwulan
sebelumnya. Pada triwulan laporan,
sumbangan terhadap inflasi umum yang
diberikan oleh kelompok Makanan Jadi,
Minuman, Rokok dan Tembakau relatif
tinggi mencapai 1,21% (yoy). Selain itu,
tekanan inflasi yang terjadi pada kelompok
ini mengalami kenaikan, mencapai 6,82%
(yoy), lebih tinggi dari triwulan II 2014 yang
mencapai 5,87% (yoy). Kenaikan tekanan inflasi pada kelompok ini terutama disebabkan oleh
inflasi sub kelompok Makanan Jadi dan Tembakau yang masing-masing mencapai 5,83% dan
Sumber: BPS Kalbar, diolah
Grafik 2. 10 Inflasi dan Andil Inflasi KelompokTranspor Kalimantan Barat
Sumber: BPS Kalbar, diolah
Grafik 2. 11 Inflasi Kelompok Transpor Kota Pontianakdan Singkawang
Sumber: BPS Kalbar, diolah
Grafik 2. 12 Inflasi dan Andil Inflasi KelompokMakanan Jadi Kalimantan Barat
0,05
0,13
3,69
8,89
15,93
-0,38
0,12
3,97
4,99
10,44
-0,02
0,00
0,06
0,84
1,02
-5 0 5 10 15 20
Komunikasidan pengiriman
Jasa keuangan
Sarana dan penunjangtranspor
Transport & Komunikasi
Transpor
% (YOY)
Andil III 2014
III-2014
II-2014
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
Pontianak 6,77 5,88 5,72 8,31 3,03 10,8 8,35 16,9 21,6 15,3 7,97
Singkawang -2,1 5,01 1,51 5,00 7,19 7,42 1,06 9,49 7,22 7,36 8,91
-5
0
5
10
15
20
25 % (yoy)
5,87
8,75
6,76
4,77
6,82
7,66
9,20
5,83
1,21
1,36
2,25
3,37
0 2 4 6 8 10
Makanan jadi, minuman, rokokdan tembakau
Minuman tidak beralkohol
Tembakau dan minumanberalkohol
Makanan jadi
% (yoy)
andil III-2014
III-2014
II-2014
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 31
9,20% (yoy). Siklus musiman puasa dan lebaran yang berlangsung pada pertengahan triwulan
III 2014 memberikan pengaruh pada inflasi Makanan Jadi. Kondisi tersebut tercermin dari
tingginya ekspektasi masyarakat terhadap inflasi Makanan Jadi di triwulan III 2014. Hasil Survei
Konsumen yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat
menunjukkan bahwa indeks ekspektasi masyarakat terhadap inflasi Makanan Jadi di triwulan III
2014 mencapai puncaknya di awal triwulan, sebesar 177, lebih tinggi dibandingkan akhir
triwulan II 2013 yang mencapai 139,5. Selain itu, kenaikan harga rokok juga menjadi salah satu
faktor pemicu tekanan inflasi pada triwulan III 2014.
Berdasarkan daerahnya, tekanan inflasi
kelompok Makanan Jadi, Minuman,
Rokok dan Tembakau terutama terjadi
di Kota Pontianak. Sementara di Kota
Singkawang, tekanan inflasi cenderung
terkendali. Tercatat inflasi Makanan Jadi,
Minuman, Rokok dan Tembakau di Kota
Pontianak pada triwulan III 2014 mencapai
7,68% (yoy), lebih tinggi dari triwulan II
2014 yang mencapai 6,49% (yoy).
Sementara di Kota Singkawang, inflasi
Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan
Tembakau relatif stabil dari 3,87% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 3,73% (yoy) pada
triwulan III 2014. Berlalunya kegiatan keagamaan puasa dan lebaran pada pertengahan
triwulan menjadi salah satu faktor berpengaruh terhadap inflasi kelompok Makanan Jadi,
Minuman, Rokok dan Tembakau di kedua kota. Meskipun demikian, kenaikan harga rokok
memberikan pengaruh yang relatif besar di kedua kota. Tercatat inflasi sub kelompok
Tembakau dan Minuman Beralkohol di Kota Pontianak mencapai 7,09% (yoy), sementara di
Kota Singkawang mencapai 7,34% (yoy).
Sumber: BPS Kalbar, diolah
Grafik 2. 13 Inflasi Kelompok Makanan Jadi,Minuman, Rokok dan Tembakau Kota Pontianak dan
Singkawang
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
Pontianak 6,44 5,55 3,29 2,61 4,82 5,85 6,15 7,11 7,01 6,49 7,68
Singkawang 10,12 9,84 4,92 2,10 4,90 6,73 7,62 7,41 5,34 3,87 3,73
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11 % (yoy)
32 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014
2.5. Disagregasi Inflasi
Sejalan dengan kondisi inflasi kelompok komoditas, tekanan inflasi komoditas
fundamental dan non-fundamental di Kalimantan Barat pada triwulan III 2014
cenderung mereda. Berdasarkan disagregasi inflasi, tekanan harga komoditas Volatile Foods
mengalami penurunan, seiring pasokan yang relatif terjaga dan tekanan permintaan yang
terkendali, khususnya pada komoditas Daging dan Bumbu. Tercatat inflasi kelompok Volatile
Foods pada triwulan III 2014 mencapai 8,14% (yoy), turun dari triwulan II 2014 yang mencapai
10,18% (yoy). Inflasi Inti pada triwulan III 2014 juga mengalami penurunan dari 8,53% (yoy)
pada triwulan II 2014 menjadi 6,03% (yoy), sejalan dengan berlalunya even keagamaan puasa
dan lebaran pada pertengahan triwulan. Di sisi lain, inflasi pada kelompok Administered Price
mengalami kenaikan dibandingkan triwulan sebelumnya, dari 7,59% (yoy) menjadi 10,94%
(yoy). Kondisi tersebut seiring penerapan beberapa kebijakan penyesuaian tarif oleh
pemerintah.
Sumber : BPS Kalbar, diolah
Grafik 2. 14 Inflasi di Kalimantan Barat Menurut Faktor Penyebabnya (%,yoy)
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
Umum 5,82 7,00 5,48 6,19 6,12 6,39 8,21 8,90 8,98 8,69 6,67
Inflasi Inti 4,88 5,36 4,84 4,65 5,68 5,76 7,83 8,36 9,06 8,53 6,03
Volatile Foods 7,78 11,80 8,09 9,78 8,75 5,52 9,30 5,36 9,03 10,18 8,14
Adm Prices 6,41 5,72 4,49 6,28 4,52 9,83 8,14 15,18 9,19 7,59 10,94
0
2
4
6
8
10
12
14
16 % yoy
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 33
2.5.1. Faktor Fundamental
Perkembangan inflasi pada
kelompok komoditas Inti pada
triwulan III 2014 cenderung
terkendali. Perayaan even keagamaan
puasa dan lebaran yang berlangsung
pada pertengahan triwulan III 2014
menyebabkan tekanan permintaan
terhadap tiket angkutan udara
mencapai puncaknya pada periode
tersebut dan kemudian cenderung
mereda sehingga harga tiket angkutan
udara di akhir triwulan cenderung turun. Hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan
oleh KPwBI Provinsi Kalimantan Barat memperkuat penurunan harga tiket angkutan udara
tersebut, dimana pada triwulan III 2014, harga tiket angkutan udara mengalami penurunan
sebesar 2,56% (qtq) jika dibandingkan triwulan II 2014.
Sementara itu, ekspektasi inflasi
masyarakat relatif terkelola dengan
baik terutama di akhir triwulan. Hasil
Survei Konsumen (SK) yang dilakukan oleh
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Kalimantan Barat menunjukkan bahwa
ekspektasi masyarakat terhadap inflasi,
baik jangka pendek maupun jangka
panjang, di triwulan III 2014 mencapai
puncaknya pada awal triwulan. Kondisi
tersebut terutama dipengaruhi oleh faktor musiman puasa dan lebaran yang mendorong
peningkatan permintaan dan cenderung mereda di akhir triwulan meski indeks masih berada di
level yang relatif tinggi.
Sumber : KPwBI Prov. Kalbar
Grafik 2. 15 Harga Tiket Angkutan Udara (Rp) di KotaPontianak
Sumber: Survei Konsumen BI, diolah
Grafik 2. 16 Perkembangan Inflasi dan EkspektasiHarga menurut Konsumen di Kalimantan Barat
-
200.000
400.000
600.000
800.000
1.000.000
1.200.000
1.400.000
I II III IV V I II III IV I II III IV V I II III IV V I II III IV I II III IV
Apr-14 Mei-14 Jun-14 Jul-14 Agust-14 Sep-14
Rp. Maskapai I Maskapai II
Maskapai III Tren Rata-rata Harga
0
2
4
6
8
10
12
100
110
120
130
140
150
160
170
180
190
200
I-201
3
II-20
13
III-2
013
IV-2
013
I-201
4
II-20
14
III-2
014
% (yoy)Saldo Bersih Ekspektasi Inflasi Jangka PendekEkspektasi Inflasi Jangka PanjangInflasi Aktual (aksis kanan)
34 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014
Berdasarkan kelompok
komoditasnya, ekspektasi inflasi
di seluruh kelompok komoditas
mencapai puncak di awal
triwulan. Angka indeks
ekspektasi tertinggi terjadi pada
Kelompok Bahan Makanan
yang mencapai 192,5 yang
kemudian mereda di level 168
pada akhir triwulan. Selain itu,
indeks pengeluaran konsumen
pada triwulan III 2014 juga
berada di level yang relatif tinggi mencapai 163,5. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa
pengaruh pelaksanaan kegiatan yang bersifat musiman masih menjadi faktor pemicu inflasi,
seiring tingginya ekspektasi inflasi masyarakat.
Dampak kondisi eksternal terhadap inflasi Kalimantan Barat pada triwulan III 2014
relatif minimal. Laju inflasi negara mitra dagang utama pada triwulan III 2014 relatif
mengalami penurunan dibandingkan triwulan II 2014 (Grafik 2.14). Dari ketiga negara mitra
dagang tersebut, Malaysia merupakan negara yang berbatasan langsung dengan Kalimantan
Barat dan memiliki pengaruh cukup besar terhadap inflasi di Kalimantan Barat, dimana
berdasarkan hasil kajian yang dilakukan oleh Bank Indonesia juga menunjukkan bahwa terdapat
lebih dari 30 jenis komoditi yang masuk ke Kalimantan Barat melalui Lintas Batas. Berdasarkan
data Bank Negara Malaysia, secara lebih mendalam dapat diketahui bahwa penurunan inflasi
tersebut terutama disebabkan oleh penurunan inflasi pada subkelompok komoditas
Transportasi dan Komunikasi, dari 5,50% (yoy) pada triwulan II 2014, menjadi 0,45% (yoy)
pada triwulan laporan. Sementara, tekanan inflasi pangan pada triwulan III 2014 relatif stabil
berada pada level 3,21% (yoy).
Pengaruh tekanan imported inflation pada triwulan ini relatif minimal. Kondisi tersebut
diindikasikan dari harga emas dunia pada triwulan III 2014 yang relatif masih stabil pada kisaran
USD1.290/oz. Sementara itu, rata-rata nilai tukar rupiah selama triwulan III 2014 mengalami
pelemahan, dari Rp11.892,00/USD selama triwulan II 2014 menjadi Rp11.898,00/USD atau
melemah 0,05% (qtq). Dari sisi eksternal, pelemahan rupiah tersebut salah satunya dipengaruhi
oleh normalisasi kebijakan The Fed. Sementara dari sisi domestik, salah satu faktor yang
menyebabkan pelemahan rupiah adalah peningkatan permintaan USD seiring dengan periode
pembayaran hutang luar negeri (ULN). Selain itu, pelaksanaan pemilihan presiden dan rencana
Sumber: Survei Konsumen BI, diolah
Grafik 2. 17 Perkembangan Inflasi dan Ekspektasi Harga KonsumenMenurut Kelompok Komoditas di Kalimantan Barat
0
2
4
6
8
10
12
100
110
120
130
140
150
160
170
180
190
200
I-20
13
II-2
013
III-
2013
IV-2
013
I-20
14
II-2
014
III-
2014
% (yoy)Indeks
Inflasi Aktual (sumbu kanan) Bahan makanan Makanan JadiPerumahan Sandang KesehatanTranspor Pendidikan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 35
penerapan kebijakan pemerintah juga mempengaruhi pergerakan nilai tukar dari sisi sentimen
pasar.
2.5.2. Faktor Non Fundamental
Dari sisi non fundamental, tekanan inflasi kelompok volatile foods pada triwulan III
2014 relatif terkendali. Salah satu peredam inflasi dari sisi non fundamental adalah kondisi
pasokan yang relatif terjaga seiring tekanan permintaan yang terkendali terutama pada
kelompok komoditas Daging dan Bumbu yang masing-masing mengalami deflasi sebesar
8,97% dan 3,90% (yoy). Di sisi lain, keterbatasan pasokan pada komoditas Sayuran dan Padi-
padian memberikan tekanan inflasi yang relatif tinggi. Tercatat kedua kelompok komoditas
tersebut mengalami inflasi masing-masing sebesar 52,18% dan 4,21% (yoy).
Dinamika inflasi komoditas VF diperkuat oleh hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) yang
dilakukan oleh KPwBI Provinsi Kalimantan Barat di empat pasar tradisional dan empat pasar
modern di Kota Pontianak. Berdasarkan hasil pantauan tersebut dapat diketahui bahwa
komoditas khususnya telur dan bawang merah menunjukkan penurunan selama triwulan
laporan. Sementara hasil survei pemantauan harga yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Provinsi Kalimantan Barat di empat pasar utama di Kota Pontianak, menunjukkan
bahwa harga beras mengalami kenaikan pada triwulan III 2014.
Sumber: BloombergGrafik 2. 18 Perkembangan Inflasi Negara Mitra
Dagang
Sumber: Bank IndonesiaGrafik 2. 19 Perkembangan Nilai Tukar
Sumber: Bloomberg
Grafik 2. 20 Perkembangan Harga Komoditas Emas Internasional
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
China 3,6 2,2 1,9 2,5 2,1 2,1 3,1 2,5 2,4 2,3 1,6
Malaysia 2,1 1,6 1,3 1,2 1,6 1,8 2,6 3,2 3,5 3,3 2,6
Singapura 5,2 5,3 4,7 4,3 3,5 1,6 1,6 1,5 1,2 1,8 0,6
0,0
1,0
2,0
3,0
4,0
5,0
6,0 % (yoy)
1200
1300
1400
1500
1600
1700
1800
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
$/OZ
36 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014
Sementara itu, penerapan kebijakan penyesuaian tarif/harga oleh pemerintah pada
triwulan III 2014 menyebabkan tekanan inflasi kelompok komoditas administered
prices mengalami kenaikan. Terdapat tiga komoditas yang dilakukan penyesuaian harga/tarif
oleh pemerintah dan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap inflasi, yaitu LPG, Tarif
Tenaga Listrik (TTL) dengan kisaran 5,63%-11,57% dan PDAM sebesar 30%. Selain itu,
komoditas rokok juga mengalami kenaikan yang dilakukan secara berkala sebagai respon dari
kenaikan pajak tembakau daerah sebesar 10%.
Sumber: Disperindag Prov. Kalimantan BaratGrafik 2. 21 SPH Beras, Minyak Goreng dan Gula
Pasir
Sumber: Disperindag Prov. Kalimantan BaratGrafik 2. 22 SPH Bumbu
Sumber : KPwBI Prov. KalbarGrafik 2. 23 SPH Daging dan Telur
Sumber : KPwBI Prov. KalbarGrafik 2. 24 SPH Komoditas Ikan
Sumber: Disperindag Prov. Kalimantan BaratGrafik 2. 25 Perkembangan Rata-rata Harga Beras di
Kota Pontianak
Sumber: Disperindag Prov. Kalimantan BaratGrafik 2. 26 Perkembangan Rata-rata Harga Bumbu di
Kota Pontianak
6.000
7.000
8.000
9.000
10.000
11.000
12.000
13.000
14.000
I II III IV V I II III IV V I II III IV I II III IV
Jun-14 Jul-14 Agust-14 Sep-14
Rp/kgBeras Minyak Goreng Gula Pasir
10.00015.00020.00025.00030.00035.00040.00045.00050.00055.00060.000
I II III IV V I II III IV V I II III IV I II III IV
Jun-14 Jul-14 Agust-14 Sep-14
Rp/kg
Cabe Merah Cabe Rawit Bawang Merah
Bawang Putih Tren cabe merah Tren cabe rawit
Tren bawang merah Tren bawang putih
50.000,00
60.000,00
70.000,00
80.000,00
90.000,00
100.000,00
110.000,00
120.000,00
18.000
19.000
20.000
21.000
22.000
23.000
24.000
25.000
26.000
27.000
28.000
I II III IV V I II III IV V I II III IV I II III IV
Jun-14 Jul-14 Agust-14 Sep-14
Sapi (Rp/Kg)Rp/kg
Daging Ayam Ras TelurDaging Sapi (RHS) Tren harga telurTren harga ayam ras Tren harga daging sapi
15.000
20.000
25.000
30.000
35.000
40.000
45.000
50.000
I II III IV V I II III IV V I II III IV I II III IV
Jun-14 Jul-14 Agust-14 Sep-14
Rp/kg Ikan Bawal Ikan Kembung Ikan Tenggiri Ikan Tongkol Udang
8.500
9.000
9.500
10.000
10.500
11.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2013 2014
Rupiah/Kg
Beras (IR 64)Beras Lokal (Medium)
-
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
70.000
80.000
90.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2013 2014
Rupiah/KgBawang Merah Bawang Putih
Cabe Merah Keriting Cabe Merah Biasa
Cabe Rawit
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 37
Boks : Dampak Kenaikan BBM terhadap Inflasi
Di penghujung tahun 2014, wacana kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Bersubsidi
kembali menguat. Kenaikan harga ini dilakukan salah satunya untuk mengurangi defisit
anggaran pemerintah karena beban subsidi BBM. Selain itu, tingginya konsumsi BBM
berpotensi menyebabkan realisasi penyaluran BBM bersubsidi melewati (over) kuota subsidi
BBM yang telah ditetapkan di tahun 2014. Di Kalimantan Barat, realisasi pasokan BBM
bersubsidi hingga triwulan III 2014 sudah mencapai 70,01% dari kuota yang telah ditetapkan.
Meskipun demikian, diperkirakan realisasi penyaluran BBM di Kalimantan Barat hingga akhir
tahun 2014 diperkirakan masih dalam batas kuota.
Untuk mengatasi permasalahan over kuota BBM bersubsidi, pemerintah melakukan
berbagai upaya untuk mengamankan suplai BBM bersubsidi, antara lain pengaturan jam
pembelian solar di beberapa stasiun pengisian bahan bakar, pembatasan volume pembelian
BBM untuk kendaraan tertentu dan pemberian prioritas pengisian BBM bersubsidi bagi
kendaraan angkut. Selain itu, dalam rangka mengurangi beban subsidi, pemerintah
merencanakan untuk melakukan penyesuaian harga BBM bersubsidi.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan terhadap 63 responden pelaku usaha di Kalimantan
Barat, sebesar 59,20% responden menyatakan setuju terhadap rencana penyesuaian harga
BBM bersubsidi. Waktu yang disarankan oleh responden untuk menyesuaikan harga BBM
tersebut adalah pada bulan Desember 2014. Sebagian besar responden berharap penyesuaian
harga BBM bersubsidi tidak terlalu besar. 51,61% responden menyatakan mampu
mengakomodir kenaikan harga BBM bersubsidi sebesar Rp 500,- dan hanya 1,61% responden
yang mampu mengakomodir kenaikan BBM bersubsidi di atas Rp 3.000,-. Lebih lanjut,
kenaikan BBM bersubsidi sebesar Rp 2.000,- diperkirakan akan meningkatkan komponen biaya
produksi antara 11-20% dan kenaikan harga BBM bersubdisi sebesar Rp 3.000,- diperkirakan
akan meningkatkan komponen biaya produksi antara 16-23%.
Grafik Kenaikan Harga BBM Bersubsidi yang
Dapat Diakomodir
Grafik Kenaikan Komponen Biaya Produksi
38 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014
Dalam merespon penyesuaian harga BBM bersubsidi, mayoritas responden (53,61%)
menyatakan akan mengambil langkah menaikkan harga jual antara 10-20%.
Penyesuaian harga jual tersebut umumnya akan dilakukan langsung sesaat setelah
penyesuaian harga BBM bersubsidi. Langkah lain yang akan diambil pelaku usaha
adalah melakukan modifikasi peralatan untuk penghematan dan mencari alternatif
bahan baku lebih murah. Lebih lanjut, rencana penyesuaian harga BBM bersubsidi
dipandang para pelaku usaha tidak menurunkan permintaan/penjualan produk.
Grafik Respon Pelaku Usaha Menyikapi Penyesuaian Harga BBM Bersubsidi
Penyesuaian harga BBM bersubsidi memiliki tekanan langsung terhadap inflasi. Pada
akhir Juni 2013, pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi melalui Peraturan
Menteri ESDM Nomor 18 Tahun 2013 sebesar Rp 2.000,- untuk premium dan Rp
1.000,- untuk solar. Secara historis, kenaikan harga BBM bersubsidi akan diikuti dengan
penyesuaian harga pada hampir seluruh komoditas baik barang maupun jasa. Sebagai
contoh, pada tahun 2013, kenaikan harga BBM bersubsidi memberikan dampak kepada
inflasi sebesar 2,26% sehingga inflasi Kalimantan Barat pada saat periode kenaikan
harga BBM (Juli 2013) mencapai 3,02 % (mtm) dan pada Triwulan III 2013 inflasi berada
pada level 8,53% (yoy).
Sumber: BPS, diolah
Grafik Perkembangan Inflasi Saat Terjadi Kenaikan Harga BBM Bersubsidi
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 39
Kenaikan harga BBM bersubsidi pada tahun 2013 berdampak terhadap kenaikan
inflasi Kalimantan Barat sebesar 2,26%. Kenaikan harga tersebut memberikan
sumbangan langsung terhadap inflasi umum sebesar 1,39%. Kenaikan tersebut
memberikan dampak kepada tarif angkutan (first round effect) sebesar 0,09% yang
didominasi oleh kenaikan tarif angkutan antar kota dan dalam kota. Lebih lanjut,
dampak kenaikan harga BBM tersebut kepada kenaikan harga barang dan jasa lainnya
(second round effect) sebesar 2,07%. Apabila dicermati lebih lanjut, besarnya dampak
first round effect masih cukup terkendali. Di sisi lain, pengaruh second round effect
kenaikan harga BBM bersubsidi relatif lebih tinggi.
Tabel Perhitungan Dampak Penyesuaian Harga BBM Bersubsidi Tahun 2013
Langkah pelaku usaha untuk melakukan penyesuaian harga setelah kenaikan harga
BBM bersubsidi merupakan hal wajar namun perlu dikelola dengan baik supaya daya
beli masyarakat dapat dijaga sehingga tidak menimbulkan goncangan konsumsi
masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut, pemerintah dan pelaku usaha perlu
memperhatikan beberapa hal guna mengelola dampak kenaikan harga BBM bersubsidi,
antara lain: menjaga kenaikan tarif angkutan pada level yang wajar, menjaga
kelancaran distribusi barang, menjaga ketersediaan barang, moral suasion, dan
mengantisipasi penimbunan melalui pengawasan dan pengamanan dalam proses
distribusi dan penjualan BBM subsidi di SPBU.
Rincian Dampak Bobot (%) Inflasi (%) Sumbangan (%)Dampak langsung Bobot (%) Inflasi (%) 1.39 - Bensin 3.07 44.44 1.36 - Solar 0.11 22.22 0.02
Dampak tidak langsung ke tarif angkutan Benchmark 2013 0.09 - Angkutan ASDP 0.03 15.13 0.00 - Angkutan Antar Kota 0.28 13.50 0.04 - Angkutan Dalam Kota 0.35 12.56 0.04 - Angkutan Laut 0.06 5.36 0.00 - Kendaraan Carter/Rental 0.04 0.00 0.00
Dampak tidak langsung ke komoditas lainnya 2.07- Komoditas lainnya dalam Core 64.69 2.50 1.62- Komoditas lainnya dalam Volatile Food 19.71 2.32 0.46
Rata-rata Pengaruh Puasa-Lebaran *) 1.29Total dampak ke Inflasi IHK 2.26
40 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014
Halaman ini sengaja dikosongkan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 41
III. SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN
3.1Perkembangan Indikator Umum Perbankan
Secara umum, perkembangan volume usaha perbankan di Kalimantan Barat pada triwulan III
2014 tercatat mencapai Rp49,80 triliun, atau tumbuh 18,61% (yoy), melambat dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 19,10% (yoy). Perlambatan perkembangan aset
tersebut terutama dipengaruhi oleh perlambatan pada sisi aktiva, dimana penyaluran kredit
yang dilakukan oleh perbankan Kalimantan Barat tumbuh melambat 14,82% (yoy),
dibandingkan triwulan II 2014 yang mampu tumbuh 16,70% (yoy). Perlambatan juga terjadi
pada penghimpunan dana pihak ketiga yang tercatat tumbuh 14,19% (yoy) pada triwulan
laporan. Perlambatan yang terjadi baik pada sisi penyaluran kredit maupun penghimpunan
dana menyebabkan rasio tingkat intermediasi perbankan, yang ditandai dengan Loan to
Deposit Ratio (LDR) atau rasio penyaluran kredit terhadap penghimpunan DPK, cenderung stabil
di level 83,30% pada triwulan laporan. Sementara itu, risiko kredit Kalimantan Barat yang
diindikasikan oleh rasio Non Performing Loans (NPLs) menunjukkan sedikit peningkatan dari
1,31% menjadi 1,37% pada triwulan laporan.
Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Umum Perbankan Kalimantan Barat (Rp miliar)
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
3.2Perkembangan Penghimpunan Dana Pihak Ketiga
Pada triwulan III 2014, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) oleh perbankan Kalimantan
Barat tercatat mencapai Rp39,65 triliun, atau tumbuh 14,19% (yoy), lebih lambat dibandingkan
triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh 15,33% (yoy). Namun demikian, apabila
dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2013, pertumbuhan penghimpunan DPK
tercatat mengalami akselerasi dari 11,78% (yoy).
Berdasarkan strukturnya, dana pihak ketiga perbankan Kalimantan Barat masih didominasi oleh
dana murah, terutama tabungan yang mencapai Rp20,37 triliun. Meskipun demikian, tabungan
tercatat tumbuh melambat sebesar 4,81% (yoy), dibandingkan triwulan II 2014 yang tumbuh
sebesar 6,84% (yoy). Perlambatan tersebut antara lain didorong oleh tingginya konsumsi
Growth (%)
Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III y-o-y1. Total Asset 32,123 33,290 35,654 36,755 38,145 38,321 40,162 41,986 43,997 43,955 47,834 49,799 18.612. DPK 27,857 28,856 30,352 31,060 32,000 32,407 33,509 34,720 36,273 36,407 38,648 39,648 14.19 - Giro 4,530 5,663 6,345 6,206 4,628 5,970 6,780 6,688 4,873 6,368 8,120 8,060 20.53 - Deposito 7,105 7,485 7,337 7,362 7,548 7,761 8,264 8,595 9,396 9,826 10,800 11,216 30.49 - Tabungan 16,222 15,709 16,669 17,492 19,824 18,676 18,465 19,438 22,004 20,213 19,728 20,372 4.813. Kredit (Lokasi Kantor) 19,443 20,031 21,922 22,824 24,735 25,761 27,592 28,762 30,308 30,703 32,200 33,026 14.82 Kredit (Lokasi Proyek) 18,685 19,217 21,071 21,918 23,826 24,757 26,383 27,447 28,917 28,103 29,601 30,346 10.564. LDR (%) 69.79 69.42 72.23 73.48 77.30 79.49 82.34 82.84 83.55 84.33 83.32 83.305. NPLs (%) 0.90 0.98 0.96 0.94 0.80 1.44 1.45 1.47 1.12 1.24 1.31 1.37
INDIKATOR2011 2013 20142012
42 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014
masyarakat pada triwulan laporan seiring dengan periode perayaan Idul Fitri. Di sisi lain, giro
tercatat mengalami akselerasi sebesar 20,53% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tumbuh 19,75% (yoy) menjadi sebesar Rp8,06 triliun. Meskipun demikian, secara triwulanan,
nominal giro tersebut tercatat menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar Rp8,12 triliun. Penurunan tersebut antara lain terjadi seiring penurunan giro salah satu
perusahaan BUMN dalam rangka realisasi investasi pada triwulan laporan. Sementara itu,
pertumbuhan deposito tercatat relatif stabil sebesar 30,49% (yoy) pada triwulan laporan,
dibandingkan triwulan II 2014 sebesar 30,69% (yoy). Deposito yang berhasil dihimpun
perbankan Kalimantan Barat tercatat sebesar Rp11,22 triliun. Masih terjaganya pertumbuhan
deposito antara lain didorong oleh peningkatan rata-rata suku bunga seiring dengan
bertahannya suku bunga acuan BI ratepada level yang relatif tinggi 7,50%.
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 3.1 Perkembangan Jenis DPK Bank Umum diKalimantan Barat (miliar Rupiah)
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 3.2 Perkembangan Suku Bunga DepositoKalimantan Barat terhadap BI Rate
Berdasarkan golongan nasabah pemilik
rekening, DPK yang dihimpun perbankan
Kalimantan Barat didominasi oleh nasabah
perorangan dengan pangsa yang cukup
tinggi mencapai 72,54%, atau sebesar
Rp28,76 triliun. Meskipun demikian, DPK
milik perorangan tersebut tumbuh sebesar
11,78% (yoy) atau lebih lambat
dibandingkan triwulan
sebelumnya.Sementara itu, DPK milik
pemerintah mencatat akselerasi sebesar
20,52% (yoy) menjadi sebesar Rp4,94
5,663 6,3456,206
4,628 5,9706,780 6,688
4,8736,368 8,120
8,0607,485 7,337 7,362 7,548 7,761 8,264 8,5959,396 9,826
10,800
11,216
15,70916,669
17,492
19,82418,676 18,465
19,438
22,00420,213
19,728
20,372
Tw I Tw II Tw III tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
2012 2013 2014
Giro Deposito Tabungan
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Tw I Tw II TwIII
TwIV
Tw I Tw II TwIII
TwIV
Tw I Tw II TwIII
2012 2013 2014
Rp Miliar%Deposito (RHS) BI Rate SB Deposito
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 3.3 Struktur DPK Menurut Golongan Pemilikdi Kalimantan Barat
PemerintahDaerah12.47%
Perseorangan72.54% Sektor
Swasta10.96%
Lainnya4.03%
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 43
triliundibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 16,97% (yoy). Di sisi lain, DPK milik
swasta tumbuh relatif stabil sebesar 18,72% (yoy) menjadi sebesar Rp4,35triliun.
Secara spasial, penghimpunan DPK paling tinggi dilakukan di Kota Pontianak, dengan nilai
mencapai Rp25,23 triliun atau sebesar 63,64% dari total DPK yang dihimpun bank umum di
Kalimantan Barat. Tingginya DPK di Kota Pontianak didorong oleh aktivitas perekonomian di
Kota Pontianak yang relatif lebih tinggi dibandingkan daerah lain dan tingginya dana APBD
yang disimpan pada perbankan di Kota Pontianak. Grafik 3.4 menggambarkan sebaran
penghimpunan DPK oleh bank umum menurut kabupaten/kota di Kalimantan Barat, dimana
warna yang lebih tua menunjukkan tingkat penghimpunan DPK yang lebih tinggi. Daerah lain
dengan DPK yang cukup tinggi adalah Kota Singkawang, Kabupaten Sanggau dan Sekadau,
serta Kabupaten Sintang dan Melawi, masing-masing sebesar Rp3,51triliun, Rp2,16triliun dan
Rp1,98triliun. Dari sisi pertumbuhan penghimpunan DPK, perlambatan terjadi di seluruh
kota/kabupaten di Kalimantan Barat, kecuali Kota Pontianak yang tumbuh relatif stabil dan
Kabupaten Kubu Raya yang tumbuh 11,62% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar
10,02% (yoy). Perlambatan tersebut antara lain dipengaruhi oleh perlambatan perekonomian di
sektor-sektor perekonomian utama daerah-daerah di Kalimantan Barat, khususnya sektor
pertanian, terutama subsektor perkebunan karet dan kelapa sawit.
Tabel 3.2 Jumlah DPK dan Pangsa DPK Bank UmumMenurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat
(Miliar Rupiah)
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 3.4 Sebaran DPK Bank Umum MenurutKabupaten/Kota di Kalimantan Barat
DPK(Rp Miliar)
Kab. Pontianak 1,590 4.01%
Kab. Sambas 982 2.48%
Kab. Ketapang 1,731 4.37%
Kab. Sanggau & Sekadau 2,159 5.45%
Kab. Sintang & Melawi 1,983 5.00%
Kab. Kapuas Hulu 964 2.43%
Kab. Bengkayang 309 0.78%
Kab. Landak 646 1.63%
Kab. Kubu Raya 542 1.37%
Kota Pontianak 25,233 63.64%
Kota Singkawang 3,509 8.85%
Total 39,648 100.00%
PangsaKabupaten
44 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014
3.3Penyaluran Kredit Sektor Produktif
Sejalan dengan perlambatan kredit secara umum yang disalurkan oleh perbankan Kalimantan
Barat pada triwulan laporan, pertumbuhan penyaluran kredit produktif juga menunjukkan
perlambatan. Penyaluran kredit ke sektor produktif pada triwulan III 2014 tumbuh 17,89%
(yoy) menjadi sebesar Rp20,24 triliun, atau lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya
yang tumbuh 19,36% (yoy). Peranan kredit ke sektor produktif masih tetap dominan dalam
mendukung pertumbuhan sektor riil. Pangsa kredit produktif terhadap total kredit pada
triwulan laporan mencapai 61,28%, relatif stabil dibandingkan pangsa pada triwulan
sebelumnya sebesar 61,34%.
Perlambatan penyaluran kredit
terutama terjadi pada jenis kredit
investasi dari 28,49% (yoy) pada
triwulan II 2014 menjadi 22,07% (yoy)
pada triwulan laporan, dimana
outstanding kredit investasi tercatat
mencapai Rp12,79 triliun. Perlambatan
penyaluran kredit investasi antara lain
dipengaruhi oleh perlambatan
perekonomian Kalimantan Barat pada
triwulan laporan yang lebih rendah
dari perkiraan para pelaku usaha.Di sisi
lain, kredit modal kerja menunjukkan
akselerasi sebesar 14,82% (yoy) menjadi sebesar Rp11,36 triliun pada triwulan III 2014
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 12,99% (yoy). Akselerasi penyaluran kredit
modal kerja terutama didorong oleh masih terjaganya pembiayaan modal kerja di sektor
perekonomian utama Kalimantan Barat, yaitu sektor pertanian, sektor industri dan sektor
perdagangan.
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 3.5 Perkembangan Kredit Modal Kerja dan Investasidi Kalimantan Barat
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
TW I TwII
TwIII
TwIV
Tw I TwII
TwIII
TwIV
Tw I TwII
TwIII
2012 2013 2014
%, yoyRp MiliarModal Kerja InvestasigModal Kerja gInvestasi
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 45
Berdasarkan sektor ekonomi, struktur
penyaluran kredit produktif oleh perbankan di
Kalimantan Barat masih didominasi oleh tiga
sektor ekonomi utama, yaitu sektor
Perdagangan Besar dan Eceran (42,97% dari
total kredit yang disalurkan), sektor pertanian
(26,88% dari total kredit yang disalurkan), serta
sektor transportasi, pergudangan dan
komunikasi (9,27% dari total kredit yang
disalurkan). Pertumbuhan kredit sektoral pada
triwulan laporan ditandai dengan akselerasi
pada penyaluran kredit ke sektor industri
pengolahan sebesar 39,60% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar
26,01% (yoy). Akselerasi tersebut didorong oleh peningkatan penyaluran pembiayaan ke
industri pupuk, industri pakan ternak serta industri pengolahan lainnya. Sementara itu,
penyaluran kredit sektor yang mengalami perlambatan cukup dalam adalah sektor konstruksi
yang tumbuh 6,99% (yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh 14,31%
(yoy). Hal tersebut sejalan dengan perlambatan pertumbuhan sektor bangunan di Kalimantan
Barat, dimana pada triwulan laporan tumbuh 9,23% (yoy) dibandingkan triwulan II 2014 yang
tumbuh mencapai 11,61% (yoy).
Outstanding kredit yang disalurkan oleh
perbankan untuk pembiayaan proyek
produktif yang berlokasi di Kalimantan
Barat pada triwulan laporan mencapai
Rp17,68triliun atau tercatat tumbuh
10,72% (yoy), lebih
lambatdibandingkan triwulan
sebelumnya yang mencapai 11,85%
(yoy). Penyaluran kredit untuk lokasi
proyek di Kalimantan Barat tersebut
seluruhnya dilakukan oleh perbankan
yang berlokasi di Kalimantan Barat.
Namun demikian, angka penyaluran
kredit tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan total kredit produktif yang disalurkan
oleh perbankan yang berkantor di Kalimantan Barat (lokasi kantor) yang mencapai
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 3.6 Pangsa Kredit Menurut SektorEkonomi di Kalimantan Barat
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 3.7 Penyaluran kredit berdasarkan lokasi proyekdan lokasi kantor bank (Rp Miliar)
Pertanian26.88%
Industri5.50%
Konstruksi4.87%
Perdagangan42.97%
Akomodasi &Mamin2.90%
Trapsortasi9.27%
Real Estate5.00%
11,675
12,92713,165
14,62015,268
16,54717,167
18,437
16,149
19,751
10,92512,156
12,34513,804
14,360
15,445
15,972
17,170
18,622
17,276
17,684
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
18,000
20,000
Tw I Tw II TwIII
TwIV
Tw I Tw II TwIII
TwIV
Tw I Tw II TwIII
2012 2013 2014
Lokasi KantorLokasi Proyek
46 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014
Rp20,24triliun. Hal ini mengindikasikan terdapat kredit dengan lokasi proyek di luar Kalimantan
Barat yang disalurkan oleh perbankan Kalimantan Barat.
Dari sisi spasial, kredit industri perbankan
masih dominan disalurkan untuk proyek-
proyek di Kota Pontianak dengan
outstanding mencapai Rp8,47 triliun atau
mencapai 47,92% dari total kredit sektor
produktif yang disalurkan di Kalimantan
Barat. Hal tersebut didorong oleh pola
bisnis para pelaku usaha yang masih
terpusat di Kota Pontianak. Selain Kota
Pontianak, kabupaten/kota lainnya di
Kalimantan Barat dengan tingkat
penyerapan kredit sektoral yang cukup
tinggi adalah Kabupaten Pontianak,
Kabupaten Sintang, dan Kabupaten
Sanggau. Penyerapan kredit di Kabupaten
Pontianak didominasi oleh sektor usaha Perdagangan Besar dan Eceran, sementara itu
penyaluran kredit di Kabupaten Sintang dan Sanggau terjadi pada sektor usaha Pertanian,
Perburuan dan Kehutanan, khususnya subsektor perkebunan.
Di tengah perlambatan pertumbuhan
kredit, risiko kredit sektor yang
tercermin dari rasio Non Performing
Loans (NPLs) gross perbankan
tercatat sedikit meningkat. Rasio
NPLs gross kredit sektoral pada
triwulan laporan tercatat pada level
1,70%, lebih tinggi dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tercatat
pada level 1,59%. Peningkatan rasio
NPL gross terjadi terutama pada
sektor Pertambangan dan sektor
Konstruksi/Bangunan. NPL pada
sektor pertambangan tercatat mencapai 18,52%, lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya yang mencapai 10,52%. Kenaikan NPL pada sektor tersebut, baik dari sisi nominal
Tabel 3.3 Jumlah Kredit dan Pangsa Kredit Bank UmumMenurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat
(Lokasi Proyek)
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 3.8 Perkembangan Rasio NPL Gross Kredit ProduktifKalimantan Barat
Kab. Pontianak 1,967 11.12
Kab. Sambas 748 4.23
Kab. Ketapang 945 5.34
Kab. Sanggau 1,216 6.88
Kab. Sintang 1,306 7.39
Kab. Kapuas Hulu 497 2.81
Kab. Bengkayang 494 2.79
Kab. Landak 330 1.86
Kab. Sekadau 238 1.35
Kab. Melawi 184 1.04
Kab. Kayong Utara 45 0.26
Kab. Kubu Raya 295 1.67
Kota Pontianak 8,474 47.92
Kota Singkawang 945 5.34
Total 17,684 100.00
Kredit Produktif(Rp Milyar)
Pangsa(%)
Kabupaten
1.700.680.38
6.23
1.95
18.52
-
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
-
1.0
2.0
3.0
4.0
5.0
6.0
7.0
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
Kredit ProduktifPertanianIndustriBangunanPHRPertambangan (RHS)
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 47
maupun persentase, masih dipengaruhi oleh tekanan pada debitur sektor pertambangan
seiring dengan implementasi peraturan pemerintah terkait kegiatan pengolahan dan pemurnian
hasil tambang mineral yang mempengaruhi menurunnya repayment capacity debitur.
Sementara itu, NPLs pada sektor bangunan yang meningkat dari 5,26% menjadi 6,23% pada
triwulan laporan antara lain merupakan dampak dari implementasi ketentuan penyempurnaan
loan to value yang dampaknya dirasakan oleh para pengembang properti, khususnya properti
tipe besar untuk masyarakat kelas menengah ke atas.
Tabel 3.4 Perkembangan Persentase NPLs Gross Kota/Kabupaten di Kalimantan Barat
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Berdasarkan sebaran wilayahnya, peningkatan risiko kredit terjadi di hampir semua
kota/kabupaten di Kalimantan Barat, kecuali Kabupaten Pontianak dan Kabupaten Sanggau.
Risiko kredit tertinggi dialami oleh Kota Singkawang, dimana persentase kredit non lancar
(NPLs) tercatat mencapai 3,45%. Hal ini terutama dipengaruhi oleh peningkatan NPLs pada
sektor perekonomian utama di daerah tersebut, yaitu sektor perdagangan, khususnya pada
subsektor penjualan mobil.Selain Singkawang, daerah dengan risiko kredit yang relatif tinggi
adalah Kabupaten Sambas dan Kabupaten Kapuas Hulu, dimana persentase kredit non lancar
(NPLs) tercatat pada level 3,14% dan 2,99%. Risiko kredit di wilayah Sambas dipengaruhi oleh
permasalahan debitur di sektor perdagangan, sementara di Kabupaten Kapuas Hulu,
penyaluran kredit bermasalah terjadi pada sektor jasa.
3.4Penyaluran Kredit Rumah Tangga
Pada triwulan III 2014, penyaluran kredit konsumsi ke debitur rumah tangga di Kalimantan
Barat tercatat mencapai Rp12,79triliun, atau tumbuh 19,95% (yoy). Pertumbuhan penyaluran
kredit tersebut mengalami akselerasi jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh
12,71% (yoy). Akselerasi tersebut sejalan dengan pertumbuhan konsumsi rumah tangga
sebesar 8,42% (yoy) pada triwulan laporan, atau lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2014
I II III IV I II III IV I II IIIKab. Pontianak 0.94% 0.97% 0.73% 0.36% 0.93% 1.22% 0.94% 0.69% 0.58% 0.92% 0.84%
Kab. Sambas 1.75% 2.00% 1.99% 1.34% 1.62% 1.65% 1.81% 0.94% 0.58% 2.97% 3.14%
Kab. Ketapang 1.72% 2.01% 1.98% 2.71% 2.64% 2.40% 2.52% 2.06% 0.84% 1.43% 1.91%
Kab. Sanggau & Sekadau 1.59% 1.64% 1.39% 1.09% 1.74% 1.68% 1.77% 1.52% 1.04% 1.91% 1.84%
Kab. Sintang & Melawi 1.02% 1.33% 1.51% 1.41% 1.36% 1.54% 1.87% 2.01% 1.27% 2.07% 2.10%
Kab. Kapuas Hulu 3.61% 3.58% 3.15% 2.01% 2.61% 2.37% 3.10% 2.49% 1.56% 2.78% 2.99%
Kab. Bengkayang 0.07% 1.76% 0.29% 0.07% 0.15% 0.09% 0.07% 0.04% 0.04% 1.02% 2.80%
Kab. Landak 1.82% 1.46% 1.35% 0.44% 0.81% 0.75% 0.51% 0.26% 0.06% 0.43% 1.27%
Kota Pontianak 1.01% 0.87% 0.88% 0.69% 1.58% 1.61% 1.60% 1.02% 1.16% 1.39% 1.49%
Kota Singkawang 2.32% 2.17% 3.41% 2.77% 7.08% 6.67% 6.86% 5.33% 3.31% 3.10% 3.45%
Total 1.21% 1.13% 1.17% 0.94% 1.95% 1.95% 1.99% 1.42% 1.24% 1.59% 1.70%
Kabupaten2012 2013 2014
48 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014
yang tumbuh 7,61% (yoy). Peningkatan konsumsi pada triwulan laporan antara lain didorong
oleh kegiatan perayaan Idul Fitri.
Tabel 3.5 Perkembangan Penyaluran Kredit Rumah Tangga (Rp miliar)
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Berdasarkan jenis penggunaannya,
penyaluran kredit rumah tangga di
Kalimantan Barat didominasi oleh
penyaluran kredit untuk tujuan
multiguna dengan outstanding
mencapai Rp7,70triliun. Pada triwulan
laporan, penyaluran kredit multiguna
tersebut menunjukkan akselerasi
sebesar 13,93% (yoy) dibandingkan
triwulan sebelumnya sebesar 6,66%
(yoy). Selain multiguna, penyaluran
kredit rumah tangga juga sebagian
besar merupakan kredit kepemilikan rumah (KPR) mencapai Rp3,48triliun yang tercatat
melambat sebesar 11,17% (yoy) dibandingkan triwulan II 2014 yang mampu tumbuh sebesar
14,63% (yoy). Tren perlambatan pertumbuhan penyaluran KPR tersebut antara lain dipengaruhi
oleh pesimisme masyarakat dan pengembang properti perumahan seiring dengan penurunan
harga komoditas utama Kalimantan Barat, yaitu karet dan CPO, serta menurunnya kinerja
sektor pertambangan yang juga berdampak pada penurunan kinerja di jasa persewaan alat
berat. Selanjutnya, meningkatnya kehati-hatian perbankan dalam penyaluran kredit ke sektor
perumahan seiring dengan penyempurnaan kebijakan Loan to Value (LTV) juga turut menjadi
salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penyaluran KPR tersebut.
I II III IV I II III IV I II IIIKPR 2,111 2,512 2,349 2,438 2,688 3,099 3,361 3,535 3,602 3,553 3,487
KKB 107 123 129 128 134 188 197 195 188 238 206
Perlengkapan 9 10 6 5 7 5 5 4 3 4 4
Multiguna 4,495 4,863 6,438 6,720 6,908 6,736 6,761 6,838 6,878 7,184 7,702
Lainnya 1,634 1,487 738 823 756 1,018 1,271 1,299 1,410 1,471 1,388
Total kredit 8,356 8,995 9,659 10,115 10,492 11,045 11,595 11,871 12,081 12,450 12,787
Jenis KreditRumah Tangga
2012 2013 2014
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 3.9 Perkembangan Pertumbuhan Kredit Konsumsi diKalimantan Barat
10.28%
3.74%4.39%
13.93%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
Total kreditKPRKKBMultiguna
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 49
Secara spasial, penyaluran kredit
konsumsi paling banyak disalurkan
kepada rumah tangga di Kota Pontianak
dengan outstanding mencapai
Rp4,12triliun atau mencapai pangsa
32,50% dari total kredit rumah tangga
yang disalurkan di Kalimantan Barat.
Tingginya tingkat konsumsi rumah
tangga di Kota Pontianak mendorong
tingginya penyaluran kredit konsumsi di
daerah tersebut.Daerah lainnya dengan
outstanding penyaluran kredit rumah
tangga yang cukup tinggi adalah
Kabupaten Pontianak dan Kota
Singkawang.Tingginya aktivitas sektor
utama perekonomian di daerah-daerah
tersebut mendorong tingginya konsumsi
masyarakat.
Secara umum, risiko kredit yang tercermin
dari rasio NPL gross kredit rumah tangga
berada di batas aman di bawah 5%. Pada
triwulan laporan, rasio NPL gross kredit
konsumsi tercatat sebesar 0,87% atau
relatif tidak berubah dari triwulan
sebelumnya. Berdasarkan jenis
penggunaannya, kredit rumah tangga
dengan tingkat NPL tertinggi dan
menunjukkan tren peningkatan adalah KPR
dengan tingkat NPL mencapai 1,93%.
Peningkatan NPL KPR antara lain
dipengaruhi oleh kinerja sektor perekonomian utama Kalimantan Barat yang cenderung
melambat sehingga berdampak pada repayment capacity debitur rumah tangga. Selain itu, tren
peningkatan suku bunga kredit perbankan juga berdampak terhadap tingkat NPL KPR.
Tabel 3.6 Jumlah dan Pangsa Kredit Sektor RumahTangga Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 3.10 Perkembangan NPL Gross Kredit SektorRumah Tangga di Kalimantan Barat
Kab. Pontianak 1,936.21 15.29
Kab. Sambas 732.42 5.78
Kab. Ketapang 842.35 6.65
Kab. Sanggau 779.40 6.16
Kab. Sintang 773.75 6.11
Kab. Kapuas Hulu 527.25 4.16
Kab. Bengkayang 349.88 2.76
Kab. Landak 507.05 4.00
Kab. Sekadau 250.21 1.98
Kab. Melawi 338.30 2.67
Kab. Kayong Utara 169.19 1.34
Kab. Kubu Raya 426.79 3.37
Kota Pontianak 4,115.06 32.50
Kota Singkawang 914.36 7.22
Total 12,662.23 100.00
KabupatenKredit Konsumsi
(Rp Milyar)Pangsa (%)
1.93%
0.78%0.48%
0.29%0.40%
0.00%
0.50%
1.00%
1.50%
2.00%
2.50%
3.00%
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
KPR KKBMultiguna LainnyaPerlengkapan
50 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014
3.5Pengembangan Akses Keuangan dan Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil danMenengah (UMKM)
Seiring dengan perlambatan kredit secara umum, penyaluran kredit kepada Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah (UMKM) juga tercatat mengalami perlambatan dibandingkan triwulan
sebelumnya. Pada triwulan laporan, kredit yang disalurkan untuk UMKM tercatat sebesar
Rp11,01triliun atau tumbuh 22,23% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan
sebelumnya yang tercatat mencapai 29,30% (yoy). Meskipun melambat, pangsa kredit UMKM
terhadap total kredit produktif yang disalurkan oleh perbankan Kalimantan Barat tercatat
meningkat menjadi 54,42%.
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 3.11 Perkembangan Kredit UMKMKalimantan Barat
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 3.12 Perkembangan Kredit UMKM MenurutJenis Penggunaan di Kalimantan Barat (Rp Miliar)
Porsi terbesar kredit UMKM disalurkan kepada usaha kecil (nominal antara Rp50 juta sampai
dengan Rp500 juta), yaitu mencapai 44,10% dari total kredit UMKM yang disalurkan oleh
perbankan di Kalimantan Barat atau sebesar Rp4,86 triliun. Sementara itu, kredit untuk usaha
menengah (nominal antara Rp500 juta sampai dengan Rp5 miliar) dan usaha mikro (nominal
kurang dari Rp50 juta), masing-masing tercatat sebesar Rp4,47triliun dan Rp1,69triliun.
Ditinjau dari jenis penggunaannya, sebagian besar kredit UMKM disalurkan untuk tujuan modal
kerja, mencapai Rp7,48triliun. Sementara Rp3,54triliun disalurkan untuk kepentingan investasi.
Penyaluran kredit tersebut sebagian besar disalurkan kepada sektor perdagangan besar dan
eceran serta sektor pertanian, perburuan dan kehutanan, terutama sub sektor perkebunan
karet dan kelapa sawit.
Peningkatan outstandingdan pangsa kredit UMKM terhadap total kredit yang disalurkan oleh
perbankan di Kalimantan Barat mengindikasikan tetap tingginya komitmen perbankan untuk
membiayai UMKM di Kalimantan Barat. Hal ini perlu didukung dengan penguatan UMKM dari
-
5
10
15
20
25
30
35
40
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
%, yoyRp Miliar Nominal Growth
4,106
4,5954,861
5,380
5,609
6,1416,365
6,763
6,910
7,5107,479
1,9702,001
1,870
1,961 2,018
2,538 2,6342,851
3,128
3,733 3,535
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
2012 2013 2014
Modal Kerja
Investasi
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 51
sisi bankability serta percepatan pembentukan Perusahaan Penjaminan Kredit Daerah (PPKD)
oleh pemerintah daerah sehingga akses UMKM terhadap pembiayaan perbankan ke depannya
dapat lebih ditingkatkan.PPKD di Kalimantan sudah dibentuk di Provinsi Kalimantan Selatan,
Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah. Dalam rangka meningkatkan bankability tersebut,
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat juga telah menginisiasi program
Inkubator Bisnis UMKM.
Sejalan dengan tren peningkatan
risiko kredit perbankan umum
Kalimantan Barat, risiko kredit
UMKM juga tercatat menunjukkan
peningkatan pada triwulan laporan.
Pada triwulan III 2014, rasio NPL
gross kredit UMKM tercatat sebesar
2,92% atau lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya
yang tercatat sebesar 2,58%.
Peningkatan NPL terutama terjadi
pada debitur usaha kecil dan
menengah, dimana masing-masing tercatat sebesar 3,49% dan 2,44%. Sementara itu,
penyaluran kredit untuk usaha mikro rasiso NPL yang tidak berubah dibandingkan tirwulan
sebelumnya yaitu 2,56%.
3.6Perkembangan Sistem Pembayaran
Secara triwulanan, perkembangan sistem pembayaran di Provinsi Kalimantan Barat pada
triwulan III 2014 meningkat baik pada sistem pembayaran non tunai maupun tunai. Nilai
transaksi RTGS meningkat 1,99% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya menjadi sebesar
Rp53,56 triliun. Sementara nilai transaksi kliring penyerahan di Kalimantan Barat tercatat
sebesar Rp11,82 triliun atau meningkat 16,33% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Dari
sisi sistem pembayaran tunai di Provinsi Kalimantan Barat, selama triwulan III 2014 jumlah uang
yang diedarkan (outflow) meningkat 64,86% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya menjadi
sebesar Rp2,47 triliun. Sementara itu, jumlah uang yang masuk (inflow) ke khasanah Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat selama triwulan III 2014 tercatat sebesar
Rp2,07 triliun atau meningkat 73,07% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya.
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 3.13 Perkembangan Rasio NPL Gross Kredit UMKM
2.56
3.49
2.44
2.92
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
Tw I Tw II TwIII
TwIV
Tw I Tw II TwIII
TwIV
Tw I Tw II TwIII
2012 2013 2014
%Mikro Kecil Menengah Kredit UMKM
52 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014
3.6.1 Perkembangan Transaksi Melalui BI-RTGS
Selama triwulan III 2014, transaksi RTGS cenderung meningkat baik di sisi nominal
transaksi maupun di sisi jumlah transaksi. Nilai transaksi RTGS meningkat 1,99% (qtq)
dibandingkan nilai transaksi triwulan sebelumnya menjadi sebesar Rp53,56 triliun.
Sedangkan jumlah transaksi melalui BI-RTGS sebanyak 93.403 transaksi atau
meningkat 8,30% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
86.245 transaksi. Berdasarkan perputarannya, transaksi RTGS keluar dan transaksi RTGS
masuk selama triwulan III 2014 di Kalimantan Barat juga meningkat masing-masing sebesar
0,71% (qtq) dan 3,49% (qtq), menjadi sebesar Rp25,42 triliun dan Rp20,29 triliun. Hal yang
sama juga terjadi pada transaksi RTGS lokal Kalimantan Barat yang meningkat 2,40% (qtq)
menjadi sebesar Rp7,85 triliun.
Namun demikian, dilihat dari nominal rata-rata per transaksinya selama triwulan III 2014
mengalami kontraksi sebesar 5,82% (qtq) dengan nilai nominal rata-rata sebesar Rp573,38 juta
per transaksi apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
Rp608,83 juta per transaksi. Secara tahunan nilai nominal per transaksi juga mengalami
kontraksi sebesar 56,48% (yoy) apabila dibandingkan dengan triwulan III 2013 yang tercatat
sebesar Rp1,32 miliar per transaksi.
Secara tahunan, nominal total transaksi RTGS triwulan III 2014 sebesar Rp53,56 triliun atau
mengalami kontraksi sebesar 27,17% (yoy) jika dibandingkan dengan triwulan III 2013 yang
tercatat mencapai Rp73,54 triliun. Namun demikian, dari sisi volume transaksi terjadi
peningkatan sebesar 67,33% (yoy) dibandingkan dengan triwulan III 2013 menjadi sebesar
93.403 transaksi.
Tabel 3.7 Transaksi Melalui Real Time Gross Settlement (RTGS)
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat
(Miliar Rp)
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw IIIRTGS Keluar- Jumlah Transaksi 22.298 26.242 27.422 30.618 27.745 29.414 26.770 27.865 24.282 31.186 32.736- Nominal 21.513 26.543 25.846 29.806 27.208 30.097 27.685 28.810 26.205 25.239 25.417
RTGS Masuk- Jumlah Transaksi 20.381 22.610 23.014 25.469 21.765 23.018 21.096 21.463 18.301 36.534 40.549- Nominal 23.838 30.295 30.311 32.843 26.182 29.912 31.673 30.264 26.720 19.601 20.285
RTGS Lokal- Jumlah Transaksi 7.102 8.040 8.781 10.008 8.361 8.809 7.954 7.890 6.891 18.525 20.118- Nominal 11.185 13.941 13.414 15.711 12.194 14.036 14.178 13.919 12.116 7.669 7.853
TOTAL- Jumlah Transaksi 49.781 56.892 59.217 66.095 57.871 61.241 55.820 57.218 49.474 86.245 93.403- Nominal 56.536 70.779 69.571 78.360 65.584 74.045 73.536 72.993 65.041 52.509 53.555
Keterangan20132012 2014
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 53
3.6.2 Perkembangan Transaksi Melalui Kliring
Transaksi kliring selama triwulan III 2014 meningkat dibandingkan triwulan
sebelumnya di sisi nominal transaksi, namun mengalami kontraksi di sisi jumlah
warkat. Total nilai transaksi kliring penyerahan di Kalimantan Barat tercatat sebesar
Rp11,82 triliun atau meningkat 16,33% (qtq), sementara jumlah warkat kliring
penyerahan tercatat sebanyak 244.323 lembar atau mengalami kontraksi 3,00% (qtq)
dibandingkan triwulan sebelumnya. Ditinjau dari sisi kliring pengembalian atau penolakan
cek dan bilyet giro, nilai transaksi kliring mengalami peningkatan, yaitu sebesar 37,02% (qtq)
menjadi sebesar Rp184,36 miliar. Namun dari sisi jumlah warkat yang ditransaksikan mengalami
kontraksi sebesar 2,81% (qtq) menjadi sejumlah 3.738 lembar warkat. Berdasarkan
penyebabnya, pengembalian/penolakan kliring karena Bilyet Giro kosong sebanyak 2.203
lembar (58,94% dari total jumlah warkat kliring pengembalian), pengembalian/penolakan
kliring karena cek kosong sebanyak 817 lembar (21,86% dari total jumlah warkat kliring
pengembalian), dan sebanyak 718 lembar (19,21% dari total jumlah warkat kliring
pengembalian) dikembalikan/ditolak karena alasan lainnya.
Sementara itu, secara tahunan, total nilai transaksi kliring penyerahan di Kalimantan Barat
selama triwulan III 2014 meningkat 19,06% (yoy) jika dibandingkan dengan triwulan III 2013
yang tercatat sebesar Rp9,93 triliun. Namun demikian, dari sisi jumlah warkat yang
ditransaksikan, terjadi konstraksi sebesar 2,19% (yoy) yang pada triwulan III 2013 tercatat
sebesar 249.803 lembar.
Dilihat dari nominal rata-rata transaksi per warkat, selama triwulan III 2014 nominal rata-rata
transaksi sebesar Rp48,38 juta per warkat atau meningkat 20,20% (qtq) dibandingkan dengan
nominal rata-rata transaksi triwulan sebelumnya sebesar Rp40,25 juta per warkat. Secara
tahunan nilai nominal rata-rata transaksi per warkat tersebut juga mengalami peningkatan
sebesar 21,83% (yoy) dibandingkan dengan triwulan III 2013 sebesar Rp39,71 juta per warkat.
Tabel 3.8 Transaksi Melalui Kliring
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat
(Miliar Rp)
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw IIKliring Penyerahan- Jumlah Warkat (lbr) 234.028 259.685 292.980 298.651 228.669 248.144 249.803 265.717 233.404 251.872- Nominal 7.629 8.566 11.163 8.702 8.262 8.861 9.925 11.027 10.072 10.157- Rata-Rata Warkat/Hari (lbr) 3.715 4.188 4.883 5.333 3.811 3.939 3.965 4.356 3.890 4.198- Rata-Rata Nominal/Hari 121 138 186 155 138 141 158 181 168 169
Kliring Pengembalian- Jumlah Warkat (lbr) 1.910 2.402 3.258 2.785 2.860 2.713 3.310 3.415 3.253 3.846- Nominal 86 196 145 101 101 89 126 133 139 135- Rata-Rata Warkat/Hari (lbr) 30 39 54 50 48 43 53 56 54 64- Rata-Rata Nominal/Hari 1,4 3,2 2,4 1,8 1,7 1,4 2,0 2,2 2,3 2,2TOTAL- Jumlah Warkat (lbr) 235.938 262.087 296.238 301.436 231.529 250.857 253.113 269.132 236.657 255.718- Nominal 7.715 8.762 11.308 8.803 8.363 8.950 10.051 11.160 10.210 10.291
Keterangan2012 2013 2014
54 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014
3.6.3 Perkembangan Penyelenggaraan Transfer Dana Non Bank dan PedagangValuta Asing (PVA)
Pada triwulan III 2014, jumlah perusahaan Penyelenggaraan Transfer Dana (PTD) Non
Bank di Kalimantan Barat tercatat sebanyak 5 perusahaan atau tidak berubah
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Secara umum, perkembangan PTD di
Kalimantan Barat selama triwulan III 2014 mengalami peningkatan dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya. Dilihat dari sisi pengiriman uang dari luar negeri (incoming), selama
triwulan III 2014 transaksi pengiriman uang dari luar negeri melalui PTD tercatat sebesar
Rp15,59 miliar atau meningkat 12,17% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar Rp13,90 miliar. Sementara dilihat dari sisi pengiriman ke luar negeri (outcoming),
selama triwulan III 2014 transaksi pengiriman uang ke luar negeri melalui PTD tercatat sebesar
Rp11,47 miliar atau meningkat 16,32% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar Rp9,86 miliar.
Namun demikian, secara tahunan perkembangan PTD di Kalimantan Barat selama triwulan III
2014 cenderung mengalami kontraksi. Dilihat dari sisi incoming, transaksi pengiriman uang
dari luar negeri melalui PTD selama triwulan III 2014 mengalami kontraksi 26,64% (yoy)
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara di sisi outcoming,
transaksi pengiriman uang ke luar negeri melalui PTD mengalami kontraksi 3,65% (yoy)
dibandingkan dengan triwulan III 2013.
Pada triwulan III 2014, jumlah Pedagang Valuta Asing (PVA) di Kalimantan Barat
tercatat sebanyak 34 perusahaan. Secara umum, perkembangan PVA di Kalimantan Barat
selama triwulan III 2014 mengalami peningkatan yang relatif signifikan apabila dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya. Dilihat dari sisi pembelian, selama triwulan III 2014 jumlah
pembelian valuta asing mencapai sebanyak Rp284,33 miliar atau mengalami peningkatan
sebesar 152,85% (qtq) apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat
sebanyak Rp112,45 miliar. Selanjutnya dari sisi penjualan, jumlah penjualan valuta asing juga
mengalami peningkatan sebesar 155,07% (qtq) menjadi sebanyak Rp288,33 miliar apabila
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebanyak Rp113,04 miliar.
Apabila dilihat secara tahunan, perkembangan PVA di Kalimantan Barat selama triwulan III
2014 juga meningkat signifikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Transaksi
pembelian valuta asing melalui PVA di Kalimantan Barat selama triwulan III 2014 meningkat
154,83% (yoy) jika dibandingkan dengan triwulan III 2013 yang tercatat sebesar Rp111,58
miliar. Sementara, transaksi penjualan valuta asing melalui PVA di Kalimantan Barat selama
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 55
triwulan III 2014 meningkat 156,18% (yoy) jika dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya yang tercatat sebesar Rp112,55 miliar.
3.6.4 Perkembangan Pengelolaan Uang
3.6.4.1 Perkembangan Aliran Uang Kartal Melalui BI
Selama triwulan III 2014, jumlah uang yang diedarkan (outflow) oleh Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat mencapai Rp2,47 triliun atau
meningkat 64,86% (qtq) dibandingkan dengan triwulan II 2014 yang tercatat sebesar
Rp1,50 triliun. Secara tahunan, jumlah uang yang diedarkan tersebut juga mengalami
peningkatan sebesar 20,39% (yoy) dibandingkan dengan triwulan III 2013 yang tercatat sebesar
Rp2,05 triliun. Berdasarkan denominasinya, uang yang diedarkan selama triwulan III 2014
didominasi oleh uang pecahan Rp100.000,00 yang mencapai 15,69 juta lembar (29,59% dari
total uang kertas yang diedarkan), diikuti oleh pecahan Rp50.000,00 yang mencapai 15,10 juta
lembar (28,48% dari total uang kertas yang diedarkan).
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat
Grafik 3.14Perkembangan Jumlah Outflow Uang Kertas Pecahan Kecil
Sementara itu, jumlah uang yang masuk (inflow) ke khasanah Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Kalimantan Barat selama triwulan III 2014 tercatat sebesar Rp2,07
triliun atau meningkat 73,07% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Jika dilihat
secara tahunan jumlah uang masuk tersebut meningkat 54,55% (yoy) dibandingkan dengan
triwulan III 2013 yang tercatat sebesar Rp1,34 triliun. Berdasarkan denominasinya, uang masuk
selama triwulan III 2014 didominasi oleh uang pecahan Rp100.000,00 yang mencapai 13,37
0
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
35.000
40.000
Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep
2012 2013 2014
Pecahan Rp10000 Pecahan Rp5000 Pecahan Rp2000
56 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014
juta lembar (35,83% dari total uang kertas yang masuk), diikuti dengan pecahan Rp50.000,00
yang tercatat sebanyak 13,02 juta lembar (34,87% dari total uang kertas yang masuk).
Jumlah aliran uang yang diedarkan oleh KPwBI Provinsi Kalimantan Barat yang lebih
besar dari aliran uang yang masuk mengakibatkan posisi net outflow sebesar
Rp401,05 miliar. Kondisi net outflow tersebut menunjukkan adanya peningkatan kebutuhan
uang kartal pada triwulan III 2014, antara lain disebabkan perayaan bulan Ramadhan dan Hari
Raya Idul Fitri 1435 H pada triwulan laporan, serta adanya peningkatan perekonomian
menjelang dan setelah pemilihan Presiden pada bulan Juli 2014. Selain itu, adanya perayaan
Sembahyang Kubur (ceng beng) juga berdampak terhadap peningkatan kebutuhan uang kartal
pada periode laporan.
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat
Grafik 3.15 Perkembangan Inflow dan Outflow Kalimantan Barat
3.6.4.2 Pelaksanaan Kebijakan Penyediaan Uang Layak Edar
Dalam rangka pelaksanaan “clean money policy”, KPwBI Provinsi Kalimantan Barat
secara rutin melakukan pendistribusian uang hasil cetak sempurna (HCS) yang layak
edar untuk menggantikan uang lusuh dan sudah tidak layak edar melalui sarana: (1)
penarikan uang oleh perbankan; (2) penukaran uang di loket KPwBI Provinsi Kalimantan Barat;
dan (3) kegiatan kas keliling. Selain itu, KPwBI Provinsi Kalimantan Barat juga melakukan kerja
sama dengan perbankan di Kalimantan Barat, baik bank umum maupun BPR, untuk melayani
penukaran uang Rupiah bagi masyarakat. Kerja sama ini diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat akan uang layak edar dengan jangkauan yang lebih luas.
-1.500
-1.000
-500
-
500
1.000
1.500
2.000
2.500
-
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
Tw I Tw II TwIII
TwIV
Tw I Tw II TwIII
TwIV
Tw I Tw II TwIII
2012 2013 2014
Mili
ar R
p
Inflow Outflow Net Outflow (RHS)
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 57
Kegiatan penukaran uang melalui loket penukaran KPwBI Provinsi Kalimantan Barat
selama triwulan III 2014 mencapai Rp33,59 miliar, atau meningkat 20,33% (qtq)
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp27,91 miliar. Berdasarkan
denominasinya, uang yang paling banyak ditukarkan adalah uang kertas dengan denominasi
Rp100.000,00 yang mencapai 221,09 ribu lembar atau senilai Rp22,11 miliar, serta pecahan
Rp50.000,00 yang mencapai 205,54 ribu lembar atau senilai Rp10,28 miliar. Berdasarkan data
penukaran uang keluar, uang pecahan kecil yang paling diminati masyarakat adalah pecahan
Rp2.000,00 yang mencapai 2,17 juta lembar atau senilai Rp4,34 miliar serta pecahan uang
logam Rp500,00 yang mencapai 2,00 juta keping atau senilai Rp1,00 juta. Sementara itu,
secara tahunan jumlah uang yang masuk melalui penukaran langsung pada triwulan III 2014
meningkat 19,33% (yoy) dari triwulan III 2013 yang tercatat sebesar Rp28,15 miliar.
Tabel 3.9 Kegiatan Penukaran Uang Melalui Loket Penukaran Bank Indonesia (Uang Masuk)(Ribu Rp)
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat
Selain melayani penukaran di loket pelayanan KPwBI Provinsi Kalimantan Barat, secara
rutin Bank Indonesia juga melakukan kegiatan kas keliling. Kegiatan kas keliling
bertujuan untuk menyediakan uang Rupiah yang layak edar dengan mekanisme ”jemput bola”
langsung kepada masyarakat khususnya di wilayah kabupaten/kota selain Kota Pontianak.
Kegiatan kas keliling juga bertujuan untuk memenuhi kebutuhan uang Rupiah di wilayah
perbatasan, yang dalam pelaksanaannya KPwBI Provinsi Kalimantan Barat juga bekerja sama
dengan PT. BPD Kalimantan Barat untuk menjangkau sejumlah daerah di wilayah perbatasan
Kalimantan Barat dengan wilayah Sarawak, Malaysia.
Selama triwulan III 2014, jumlah uang yang ditukarkan oleh masyarakat melalui
kegiatan kas keliling mencapai Rp3,00 miliar, atau mengalami kontraksi 84,27% (qtq)
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp19,07 miliar. Secara
tahunan jumlah uang yang ditukarkan melalui kegiatan ini juga mengalami kontraksi sebesar
84,00% (yoy) dari triwulan III 2013 yang tercatat sebesar Rp4,93 miliar. Selama triwulan III
2014, kegiatan kas keliling hanya dilaksanakan di Kabupaten Sambas. Kondisi itu antara lain
Tw I Tw II Tw III Tw IV 2012 Tw I Tw II Tw III Tw IV 2013 Tw I Tw II Tw IIIUang Kertas 21.682.933 20.579.479 28.725.482 21.297.734 92.285.627 25.903.671 22.286.540 28.142.138 25.528.309 101.860.658 29.880.243 27.901.920 33.573.268
100.000 11.453.300 10.696.100 16.982.300 12.546.300 51.678.000 14.503.900 12.299.500 17.089.300 15.878.300 59.771.000 19.555.000 17.722.100 22.109.20050.000 9.423.900 9.230.750 11.017.900 7.911.750 37.584.300 10.160.050 9.091.000 10.328.350 8.464.100 38.043.500 9.275.000 9.201.150 10.276.75020.000 221.960 183.680 202.380 237.060 845.080 361.600 228.120 158.020 206.600 954.340 244.800 244.180 432.52010.000 243.140 158.640 203.440 256.230 861.450 373.680 301.240 239.310 263.880 1.178.110 402.340 329.960 374.240
5.000 118.035 98.830 115.955 115.990 448.810 186.820 115.695 107.465 469.750 879.730 125.205 143.935 155.7752.000 51.816 59.488 72.014 95.242 278.560 152.904 128.912 122.358 154.656 558.830 176.376 162.446 154.8481.000 169.966 151.377 130.971 134.441 586.755 161.468 121.470 97.159 90.673 470.770 101.054 98.068 69.890
500 679 405 351 425 1.859 2.732 357 73 186 3.348 188 64 35100 137 209 171 296 813 517 246 103 164 1.030 280 17 10
Uang Logam 20.610 13.683 4.032 9.287 47.612 2.810 2.142 3.489 6.527 14.968 4.790 10.444 13.0911.000 5.499 4.749 195 2.544 12.987 20 8 60 210 298 225 934 3.115
500 9.274 5.470 2.381 4.956 22.080 1.194 1.002 2.020 3.552 7.768 1.891 5.881 5.736200 2.368 1.555 628 846 5.397 662 273 627 1.230 2.792 838 1.822 2.221100 2.119 1.488 654 903 5.164 694 712 754 1.373 3.533 1.013 942 1.395
50 1.037 362 167 38 1.604 215 147 28 163 553 823 687 62425 314 59 7 0 380 25 0 0 0 25 0 178 0
20142012 2013Pecahan
58 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014
disebabkan oleh kegiatan Kas Titipan yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Kalimantan Barat.
Tabel 3.10 Kegiatan Kas Keliling(Ribu Rp)
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat
Untuk memenuhi kebutuhan uang tunai terutama di daerah terpencil, Bank Indonesia
bekerja sama dengan bank umum untuk melakukan kegiatan kas titipan. Kegiatan kas
titipan dilaksanakan dalam rangka menjalankan misi Bank Indonesia di bidang pengedaran
uang yaitu memenuhi kebutuhan uang dalam jumlah nominal yang cukup, jenis pecahan yang
sesuai, tepat waktu dan dalam kondisi layak edar. Layanan kas titipan di Provinsi Kalimantan
Barat dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat bekerja sama
dengan PT. Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Barat Cabang Sintang, dan sejak bulan Juli
2014 juga bekerja sama dengan PT. Bank Pembangunan Daerah Cabang Ketapang.
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat
Grafik 3.16 Perkembangan Inflow dan Outflow melalui Kas Titipan
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw IIIUang Kertas 16.770.463 11.599.900 14.572.079 6.491.400 15.400.000 4.932.466 18.750.000 8.993.981 8.565.873 19.070.540 3.000.000
100.000 5.076.900 3.241.700 6.138.199 1.675.500 5.028.000 1.379.300 9.772.700 2.484.000 3.068.900 10.446.300 1.323.70050.000 4.999.200 3.390.650 3.645.500 1.609.300 3.521.200 594.600 3.431.100 3.211.200 3.109.000 4.740.050 828.10020.000 2.328.380 1.317.820 1.802.480 964.240 2.485.980 770.220 1.869.360 1.051.060 803.540 1.282.500 164.92010.000 2.208.620 1.478.080 1.595.600 1.128.880 2.400.280 1.126.090 2.071.590 1.252.100 851.790 1.377.790 403.7005.000 1.397.765 1.215.055 875.555 528.390 1.093.310 726.260 953.670 635.025 394.205 726.770 178.4302.000 265.670 471.798 177.712 316.404 514.880 233.638 362.664 247.456 252.584 401.880 86.3401.000 493.463 484.137 337.030 268.234 356.334 102.234 288.916 113.004 85.815 95.236 14.810
500 327 69 3 378 14 107 0 121 19 10 0100 138 591 0 74 3 18 0 15 20 4 0
Uang Logam 407 100 310 0 0 2.316 0 6.019 27 460 01.000 177 0 100 0 0 0 0 508 0 123 0
500 0 0 150 0 0 999 0 3.808 0 320 0200 0 0 0 0 0 952 0 664 0 10 0100 165 100 50 0 0 350 0 915 27 7 050 65 0 10 0 0 15 0 124 0 0 025 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2014Kas Keliling
2012 2013
(300)
(200)
(100)
-
100
200
300
400
500
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Juli Agu Sep
2014
Mili
ar R
p
Inflow Outflow Net Outflow
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 59
Selama triwulan III 2014, jumlah uang yang masuk melalui kas titipan (inflow)
mencapai Rp335,25 miliar atau meningkat 265,12% (qtq) dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar Rp126,45 miliar. Berdasarkan denominasinya, uang
yang masuk melalui kas titipan selama triwulan III 2014 didominasi oleh uang pecahan
Rp100.000,00 yang mencapai 2,64 juta lembar (52,52% dari total uang kertas yang masuk),
diikuti dengan pecahan Rp50.000,00 yang tercatat sebanyak 1,25 juta lembar (24,80% dari
total uang kertas yang masuk).
Sementara itu, jumlah uang yang keluar melalui kas titipan (outflow) selama triwulan
III 2014 tercatat sebesar Rp716,08 miliar atau meningkat 153,38% (qtq) dari triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar Rp466,86 miliar. Berdasarkan denominasinya, uang
yang keluar melalui kas titipan selama triwulan III 2014 juga didominasi oleh uang kertas
dengan pecahan Rp100.000,00 yang mencapai 5,14 juta lembar (41,65% dari total uang kertas
yang keluar), diikuti dengan pecahan Rp50.000,00 yang tercatat sebanyak 3,55 juta lembar
(28,77% dari total uang kertas yang keluar).
3.6.4.3 Pemusnahan
Dari hasil penukaran uang di loket KPwBI Provinsi Kalimantan Barat, kegiatan kas keliling, dan
setoran uang dari perbankan, secara rutin KPwBI Provinsi Kalimantan Barat melakukan
pemusnahan terhadap uang tidak layak edar melalui peracikan dengan Mesin Racik Uang
Kertas (MRUK). Pelaksanaan pemusnahan uang dilakukan dengan memperhatikan aspek
keamanan, pengawasan melekat dan good governance sehingga dapat
dipertanggungjawabkan hasilnya.
Selama triwulan III 2014, jumlah uang kartal tidak layak edar yang dimusnahkan
KPwBI Provinsi Kalimantan Barat mencapai Rp189,47 miliar atau mengalami kontraksi
21,96% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya dimana pemusnahan tercatat sebesar
Rp242,79 miliar. Berdasarkan denominasinya, pecahan yang paling banyak dimusnahkan
adalah pecahan Rp2.000,00 yang mencapai 2,27 juta lembar (21,60% dari total uang yang
dimusnahkan). Pecahan yang juga banyak dimusnahkan adalah pecahan Rp5.000,00 yang
mencapai 2,20 juta lembar (20,98% dari total uang yang dimusnahkan). Menurunnya jumlah
pemusnahan uang tidak layak edar dan meningkatnya jumlah aliran uang masuk (cash inflow)
menyebabkan rasio pemusnahan uang layak edar terhadap aliran uang masuk turun menjadi
9,15%, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang rasionya tercatat sebesar 20,30%.
60 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat
Grafik 3.17 Perkembangan Inflow, Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar dan Rasio Pemusnahan UangTidak Layak Edar Terhadap Inflow
3.6.4.4 Perkembangan Temuan Uang Rupiah Palsu
Seiring dengan salah satu upaya Bank Indonesia di bidang sistem pembayaran, yaitu memenuhi
kebutuhan masyarakat akan ketersediaan uang Rupiah yang layak edar, dalam pecahan yang
sesuai serta tepat waktu, muncul permasalahan yang berkembang di masyarakat, yaitu
maraknya peredaran uang palsu. Mengingat kebutuhan masyarakat akan uang yang sangat
tinggi, uang Rupiah kerap dipalsukan dan diedarkan kepada masyarakat, sehingga negara dan
masyarakat mengalami kerugian yang cukup besar. Sebagaimana diamanatkan Undang-
Undang, Bank Indonesia adalah lembaga yang berwenang untuk menentukan keaslian uang
Rupiah. Oleh karena itu, masyarakat dapat meminta klarifikasi kepada Bank Indonesia terkait
uang Rupiah yang diragukan keasliannya. Bank Indonesia juga mewajibkan bank umum untuk
menyampaikan laporan penemuan uang palsu yang ditemukan dalam kegiatan operasional
bank.
Tabel 3.11 Penemuan Uang Palsu di Kalimantan Barat
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
-
500
1.000
1.500
2.000
2.500
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
2012 2013 2014
Mili
ar R
p
Inflow PTTB Rasio PTTB thd Inflow (RHS)
100.000 50.000 20.000 10.000 5.000 2.000 1.0002009 111 596 12 7 2 0 0 7282010 239 531 12 3 7 0 2 7942011 389 286 9 0 1 0 0 6852012 312 322 12 10 6 12 0 6742013 643 264 5 3 2 0 0 9172014 854 135 7 1 0 0 0 997Tw I 522 41 1 1 0 0 0 565Tw II 223 43 2 0 0 0 0 268Tw III 109 51 4 0 0 0 0 164
PERIODEJENIS PECAHAN JUMLAH
(bilyet)
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 61
Selama triwulan III 2014, ditemukan 164 lembar uang Rupiah palsu di Kalimantan
Barat, yang sumber pelaporannya sebagian besar (81,77%) dilakukan oleh pihak
perbankan. Dilihat dari denominasinya, penemuan uang palsu didominasi oleh uang pecahan
Rp100.000,00 sebanyak 109 lembar dan uang pecahan Rp50.000,00 sebanyak 51 lembar.
Apabila dibandingkan dengan jumlah uang yang di edarkan (outflow), jumlah uang palsu yang
ditemukan tersebut hanya sebesar 0,0005% (5/10.000 lembar) dari jumlah uang pecahan
Rp100.000,00 dan Rp50.000,00 yang diedarkan. Dalam rangka pencegahan peredaran uang
palsu, Bank Indonesia secara berkesinambungan bekerja sama dengan instansi berwenang
dalam pengungkapan kasus tindak pidana pemalsuan uang dan melakukan kegiatan sosialisasi
ciri-ciri keaslian uang Rupiah secara intensif ke berbagai lapisan masyarakat dan diharapkan
masyarakat dapat lebih cermat dalam mengenal uang.
62 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014
Halaman ini sengaja dikosongkan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 63
IV. PERKEMBANGAN KEUANGAN PEMERINTAH
4.1 Realisasi Penyerapan APBN di Daerah
Penyerapan belanja APBN pada
triwulan III 2014 di Kalimantan Barat
terutama didominasi oleh belanja
modal. Tercatat penyerapan belanja APBN
secara umum di wilayah Kalimantan Barat
hingga triwulan laporan mencapai Rp4,24
triliun atau 59,11% dari pagu belanja APBN
tahun 2014 yang sebesar Rp7,175 triliun.
Berdasarkan komponennya, belanja modal
mendominasi realisasi belanja secara
keseluruhan. Tercatat pangsa belanja modal
pada triwulan III 2014 mencapai 45,38%
dari pagu anggaran 2014. Sementara
pangsa realisasi belanja barang, pegawai
dan lain-lain yang masing-masing mencapai
21,90%, 17,89% dan 14,83% dari pagu
anggaran 2014.
Berdasarkan daerahnya, realisasi
penyerapan secara umum terkonsentrasi
pada Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat,
Kota Pontianak dan Kabupaten Pontianak, dengan pangsa masing-masing mencapai 39,53%,
28,19% dan 9,55%. Kondisi tersebut sejalan dengan pelaksanaan beberapa proyek
pembangunan yang dikelola oleh pemerintah daerah, seperti pembangunan infrastruktur jalan
Sekadau-Sanggau Tayan-Pontianak sepanjang 263,8 km, jalan Pontianak-Sei Pinyuh-Sei Duri
sepanjang 98,5 km, jembatan tayan sepanjang 1.440 meter, PLTU Parit Baru dengan kapasitas
2x50 MW, PLTU Ketapang dengan kapasitas 2x10 MW, PLTU Putussibau dengan kapasitas 2x4
MW.
Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Prov KalbarGrafik 4. 1 Realisasi Belanja APBN Provinsi Kalbar
Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Prov KalbarGrafik 4. 2 Pangsa Realisasi Belanja APBN
Tw III 2014 per Kota
50.5
13
94.
539
111
.88
5
112
.49
6
318
.92
0
136.
930 19
2.7
79
163
.39
5
493.
104
247.
667
370
.95
1
119
.60
3
92.
149
126
.89
3
126
.47
2
345
.51
4
131.
090
133.
590
105
.40
4
370
.08
4
150
.81
6
179
.02
6
393.
660
156
.93
7
144.
566
229.
365
530.
868
174
.28
1
143
.58
7
141
.26
7
459.
136
145
.217
146
.25
0
-
100.000
200.000
300.000
400.000
500.000
600.000
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
Rp. Miliar
Belanja Modal
Belanja Barang
Belanja Pegawai
Prov. Kalbar36,26%
Kota Pontianak29,04%
Kab. Pontianak7,79%
Kab. Sintang4,55% Kab. Kapuas Hulu
3,92%Kab. Ketapang
3,59%
Kota Singkawang2,97%
Kab. Sambas2,72%
Kab. Kubu Raya2,66%
Kab. Sanggau1,66%
Kab. Bengkayang1,40%
Kab. Landak0,96%
Kab. Sekadau0,93%
Kab. Melawi0,86%
Kab. Kayong Utara0,70%
64 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014
Sementara itu berdasarkan fungsinya,
realisasi penyerapan belanja APBN di
Kalimantan Barat terutama dialokasikan
pada fungsi Pelayanan Umum. Tercermin
dari pangsa belanja APBN yang mencapai
29,73%. Selain itu, beberapa fungsi lain
yang memiliki relaisasi anggaran belanja
APBN yang relatif besar antara lain Ekonomi
dan Pendidikan dengan pangsa masing-
masing mencapai 26,41% dan 18,38%.
4.2 Kinerja Keuangan Pemerintah (APBD)
Realisasi kinerja keuangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan III
2014 menunjukkan perkembangan yang positif, terutama dari sisi belanja. Berdasarkan
nilainya, realisasi anggaran pemerintah pada triwulan III 2014 mengalami kenaikan
dibandingkan triwulan III 2013, baik dari sisi pendapatan maupun belanja.
Tabel 4.1 Realisasi APBD Provinsi Kalimantan Barat Tahun Anggaran 2014 (Rp miliar)
Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan Barat
Realisasi pendapatan Provinsi Kalimantan
Barat pada triwulan III 2014 tercatat
sebesar Rp2.818,60 miliar, lebih besar
dari realisasi triwulan III 2013 yang
mencapai Rp1.693,25 miliar. Angka
realisasi pada triwulan III 2014 tersebut
mencapai 75,57% dari target APBD
Tahun Anggaran 2014 yang sebesar
Rp3.729,90 miliar. Sejalan dengan
perkembangan realisasi pendapatan,
penyerapan belanja pada triwulan III
2014 menunjukkan perkembangan
realisasi yang positif. Secara nilai, penyerapan anggaran belanja pada triwulan III 2014
2013 2014 III 2013 III 2014 III 2013 III 2014Pendapatan 3,307.93 3,729.90 2,503.47 2,818.60 75.68 75.57Belanja 3,469.97 3,754.90 1,838.94 2,284.92 53.00 60.85
KeteranganTarget Anggaran Realisasi % Realisasi
Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Prov KalbarGrafik 4. 3 Pangsa Realisasi Belanja APBN Kalbar
Triwulan III 2014 berdasar Fungsi
Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset ProvinsiKalimantan Barat
Grafik 4. 4 Realisasi Belanja dan Pendapatan
PelayananUmum29.73%
Ekonomi26.41%
Pendidikan18.38%
Pertahanan9.85%
KetertibanKeamanan
8.02%Perumahan
Fasilitas Umum2.82%
Lingk. Hidup2.09%
Kesehatan1.54%
Agama0.95%
PerlindunganSosial0.21%Pariwisata
Budaya0.01%
75,68
53,00
75,57
60,85
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Pendapatan Belanja
% III 2013
III 2014
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 65
mencapai Rp2.284,92 miliar, lebih besar dibandingkan triwulan III 2013 yang mencapai
Rp1.838,94 miliar. Sejalan dengan peningkatan nilai realisasinya, rasio penyerapan terhadap
target APDB juga mengalami kenaikan. Tercatat rasio realisasi belanja pada triwulan III 2014
mencapai 60,85% lebih tinggi dibandingkan rasio penyerapan triwulan III 2013 yang mencapai
53,00%.
4.2.1 Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalimantan Barat
Berdasarkan komponennya, kenaikan
realisasi pendapatan pada triwulan III
2014 terutama didorong oleh
peningkatan realiasasi Pendapatan
Asli Daerah (PAD) dan Dana
Perimbangan. Tercatat realisasi PAD
pada triwulan III 2014 mencapai
Rp1.183,61 miliar meningkat 15,51%
(yoy) dari triwulan III 2013 yang
mencapai Rp1.024,65 miliar. Selain itu,
realisasi komponen Dana Perimbangan
pada triwulan III 2014 mencapai Rp1.218,41 miliar lebih tinggi dari triwulan III 2013 yang
mencapai Rp1.089,34 miliar atau naik 11,85% (yoy). Kondisi serupa juga terjadi pada
komponen Lain-lain Pendapatan yang Sah yang mengalami kenaikan realisasi pada triwulan III
2014 sebesar 6,96% (yoy). Dibandingkan dengan target APBD 2014, realisasi ketiga komponen
pendapatan tersebut relatif baik, masing-masing mencapai 71,45%, 80,61% dan 74,15%.
Berdasarkan komponennya, kenaikan
realisasi PAD pada triwulan III 2014
terutama didorong oleh realisasi Pajak
Daerah dengan pangsa terhadap PAD
yang relatif besar mencapai 81,19%.
Tercatat realisasi Pajak Daerah pada
triwulan III 2014 mencapai Rp960,99
miliar, lebih tinggi dari triwulan III
2013 yang mencapai Rp830,52 miliar.
Nilai realisasi komponen Pajak Daerah
mencapai 67,20%. Tingginya realisasi
Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset ProvinsiKalimantan Barat
Grafik 4. 5 Realisasi Pendapatan Daerah (Rp miliar)
Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset ProvinsiKalimantan Barat
Grafik 4. 6 Realisasi Pendapatan Daerah (Rp miliar)
PAD1,024.65
PAD1,183.61
DanaPerimbangan
1,089.34
DanaPerimbangan
1,218.41
Lain-lainPendapatan
yang Sah389.48
Lain-lainPendapatan
yang Sah416.58
III 2013 III 2014
830.52960.99
87.25 119.0555.01 62.8751.87 40.70
III 2013 III 2014
Pajak Daerah Retribusi Daerah
Hsl Pengelolaan Kekayaan yg Dipisahkan Lain-lain PAD yg Sah
66 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014
Pajak Daerah salah satunya ditopang oleh
kenaikan realisasi Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan Bangunan (BPHTB)5, seiring
pangsa yang relatif besar dalam
penerimaan pajak daerah mencapai
26,81%. Tercatat, pada triwulan III 2014,
BPHTB mencapai Rp15,987 miliar, naik
11,08% (yoy) dibanding triwulan III 2013
yang mencapai Rp14,39 miliar. Kenaikan
BPHTB tersebut mengindikasikan bahwa
nilai atau jumlah tanah atau bangunan yang ditransaksikan di Kalimantan Barat mengalami
kenaikan. Berdasarkan data sementara Badan Pertanahan Nasional (BPN), jumlah bidang yang
ditransaksikan di wilayah Kalimantan Barat sejak 2010-2014 mencapai 140.304 bidang. Selain
itu, pajak penerangan jalan (PPJ) juga mengalami kenaikan seiring penyesuaian tarif tenaga
listrik6.
Sementara itu, realisasi Dana Perimbangan pada triwulan III 2014 didorong oleh
tingginya realisasi Dana Alokasi Umum (DAU). Pada triwulan laporan, realisasi DAU di
Provinsi Kalimantan Barat tercatat mencapai Rp752,63 miliar, meningkat 12,71% (yoy) dari
realisasi triwulan III 2013. Kenaikan realisasi DAU salah satunya terkait dengan pelaksanaan
pemilihan umum presiden.
5 Tarif pajak yang dikenakan atas objek BPHTB adalah sebesar 5% dari nilai perolehan objek pajak.Berdasarkan Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah(PDRD), mulai 1 Januari 2011, BPHTB dialihkan menjadi pajak daerah yang dipungut oleh pemerintahdaerah.
6 Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Pontianak No. 6 tahun 2010 tentang Pajak Daerah Kota Pontianak,dapat diketahui bahwa pajak penerangan jalan yang dikenakan berdasarkan nilai jual tenaga listrikyang dikonsumsi, baik yang berasal dari PLN maupun yang dihasilkan sendiri. Adapun besaran PPJ yangberasal dari PLN ditetapkan sebesar 9% dari nilai jual listrik, sementara untuk penggunaan tenaga listrikyang berasal dari sumber lain (selain PLN) oleh industri, pertambangan minyak bumi dan gas alam, tarifPPJ ditetapkan sebesar 3% dari nilai jual listrik. Sedangkan Penggunaan tenaga listrik yang dihasilkansendiri, tarif PPJ ditetapkan sebesar 1,5% dari nilai jual.Nilai jual tenaga listrik adalah jumlah tagihanbiaya beban/tetap ditambah dengan biaya pemakaian kWh/variabel yang ditagihkan dalam rekeninglistrik. Apabila tenaga listrik dihasilkan sendiri, Nilai Jual Tenaga Listrik dihitung berdasarkan kapasitastersedia, tingkat penggunaan listrik, jangka waktu pemakaian listrik, dan harga satuan listrik yangberlaku di wilayah Daerah
Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Prov. Kalbar Ket : Tidak termasuk pajak kendaraan bermotor
Grafik 4. 7 Pangsa Pajak (Rp Miliar)
BPHTB26,81%
PajakPeneranganJalan (PPJU)
21,12%
PBB19,96%
Pajak Restoran14,79%
Pajak Hotel6,84%
Pajak Hiburan4,48%
Pajak Reklame3,99%
Pajak Parkir1,14%
Denda Pajak0,86%
Pajak SarangBurung Walet
0,01%
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 67
Tingkat kemandirian daerah pada
triwulan III 2014 masih belum
optimal. Kondisi tersebut tercermin
dari realisasi Dana Perimbangan yang
lebih tinggi dibandingkan PAD.
Selain itu, kapasitas fiskal daerah
juga masih perlu ditingkatkan jika
dibandingkan dengan total realisasi
pendapatan dengan rasio berkisar
42,49%. Hal tersebut menunjukkan
bahwa kemampuan riil daerah dalam
memperoleh pendapatan masih dibawah 50%, sehingga kemampuan daerah untuk membiayai
berbagai kebutuhan daerah kurang optimal dan ketergantungan terhadap dana transfer dari
pemerintah pusat menjadi relatif tinggi.
Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan Barat
Grafik 4. 9 Kapasitas Fiskal
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
30
32
34
36
38
40
42
44
46
48
I II III IV I II III
2013 2014
Rp Miliar%
Kapasitas Fiskal Total Pendapatan Rasio Kap Fiskal
Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi KalimantanBaratGrafik 4. 8 Realisasi Komponen Dana Perimbangan (Rp miliar)
Dana Bagi HasilPajak & Non
Pajak113.16
Dana Bagi HasilPajak & Non
Pajak124.27
DAU953.93
DAU1,075.19
DAK22.25
DAK18.96
III 2013 III 2014
68 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014
4.2.2 Realisasi Belanja Daerah
Realisasi penyerapan belanja
pemerintah Provinsi Kalimantan
Barat pada triwulan III 2014
mengalami peningkatan
dibanding periode sebelumnya.
Tercatat rasio penyerapan anggaran
Provinsi Kalimantan Barat pada
triwulan III 2014 mencapai 60,85%
dari target anggaran belanja 2014.
Rasio tersebut relatif meningkat
dibanding triwulan III 2013 yang
mencapai 53,00%. Berdasarkan komponennya, Belanja Tidak Langsung (Belanja Rutin) masih
mendominasi realisasi belanja secara keseluruhan. Tercatat pangsa Belanja Tidak Langsung pada
triwulan III 2014 mencapai 70,35% dari total belanja, dengan rasio realisasi terhadap target
anggaran 2014 mencapai 76,96%. Sementara pangsa realisasi Belanja Langsung (Belanja Non-
Rutin), yang digunakan untuk membiayai berbagai proyek pemerintah, mencapai 29,65% dari
total realisasi belanja pada triwulan III 2014. Rasio realisasi Belanja Langsung terhadap target
anggaran 2014 mencapai 40,66%.
Secara lebih mendalam, diketahui
bahwa tingginya realisasi Belanja
Tidak Langsung/rutin salah satunya
didorong oleh penyerapan belanja
hibah. Kondisi tersebut relatif
sejalan dengan alokasi DAU, terkait
pelaksanaan pemilihan presiden.
Pada triwulan III 2014, nilai realisasi
belanja hibah mencapai Rp491,51
miliar, atau 73,34% dari target
tahun anggaran 2014. Sementara
itu, realisasi belanja pegawai (gaji)
mencapai Rp388,52 miliar atau 67,38% dari target tahun 2014. Relatif tingginya realisasi
belanja gaji pada triwulan laporan salah satunya dipengaruhi oleh pencairan gaji ke 13 untuk
PNS yang direalisasikan pada Juli 2014.
Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi KalimantanBarat
Grafik 4. 10 Pangsa Realisasi Belanja Per Komponen
Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi KalimantanBarat
Grafik 4. 11 Realisasi Belanja Tidak Langsung (Rutin)
64.97
40.00
76.96
40.66
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung
%
III 2013
III 2014
327.22
435.56388.52
491.51
0
100
200
300
400
500
600
Belanja Pegawai Belanja Hibah
Rp. Miliar
III 2013
III 2014
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 69
Sementara itu, realisasi komponen
Belanja Langsung yang digunakan
untuk pelaksanaan proyek masih
belum optimal, mencapai 40,66%
dari target APBD Tahun Anggaran
2014. Realisasi Belanja Langsung
tersebut terutama didorong oleh
penyerapan Belanja Barang dan Jasa
yang secara nilai mencapai Rp436,33
miliar, atau 44,72% dari target tahun
anggaran 2014. Penyerapan Belanja
Barang dan Jasa tersebut salah
satunya didorong oleh realisasi
berbagai proyek pembangunan
infrastruktur transportasi khususnya dalam menghadapi lebaran. Sementara itu, nilai realisasi
belanja Modal pada triwulan III 2014 mencapai Rp158,34 miliar, atau 21,05% dibanding target
2014. Nilai realisasi belanja Modal tersebut relatif mengalami penurunan dibanding triwulan III
2013 yang mencapai Rp179,59 miliar. Berdasarkan kajian DJPK, beberapa hal yang
menyebabkan penurunan realisasi belanja modal di daerah antara lain keterbatasan anggaran
pemerintah daerah dalam pendanaan kegiatan/proyek, terdapat efisiensi biaya pelaksanaan
kegiatan/proyek dan batas waktu pelaksanaan kegiatan yang melebihi target tahun anggaran
berjalan.
Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi KalimantanBarat
Grafik 4. 12 Realisasi Belanja Langsung (Non Rutin)
BelanjaPegawai
81.81
BelanjaPegawai
82.81
BelanjaBarang &
Jasa404.40
BelanjaBarang &
Jasa436.33
BelanjaModal179.59
BelanjaModal158.34
III 2013 III 2014
Rp. Miliar
70 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014
Halaman ini sengaja dikosongkan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 71
V. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
5.1Ketenagakerjaan
Berdasarkan Survei Angkatan Kerja
Nasional (Sakernas) BPS bulan Agustus
2014, jumlah penduduk usia kerja (usia
15 tahun ke atas) Provinsi Kalimantan
Barat adalah sebanyak 3.318 ribu
orang, atau mengalami peningkatan
sebesar 8,14% (yoy) dibandingkan
hasil survei pada Bulan Agustus 2013.
Sementara jumlah angkatan kerja tercatat
meningkat sebesar 8,40% (yoy) menjadi
sebanyak 2.320 ribu orang. Dengan demikian, rasio jumlah angkatan kerja dengan jumlah
penduduk usia kerja atau Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja sedikit meningkat menjadi 69,93%
pada Agustus 2014 dibandingkan Agustus 2013 yang tercatat sebesar 69,75%. Begitupula
dengan Tingkat Pengangguran Terbuka yang tercatat sebesar 4,04% mengalami peningkatan
relatif kecil sebesar 0,05% terhadap keadaan Agustus 2013 yang tercatat sebesar 3,99%. Hal
tersebut dipengaruhi oleh adanya peningkatan pada jumlah pencari kerja sebesar 8,52% (yoy)
dibandingkan Agustus 2013 menjadi sebanyak 94 ribu orang, sementara jumlah penduduk
yang bekerja mengalami peningkatan yang lebih kecil sebesar 8,43% (yoy) dibandingkan
Agustus 2013 menjadi sebanyak 2.054 ribu orang.
Tabel 5.1 Indikator Ketenagakerjaan Kalimantan Barat (ribu jiwa)
Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Barat, diolah
Feb Ags Feb Ags Feb Ags Feb ' 14 ( %) Ags ' 13 ( %)
J uml ah Penduduk Us i a Ker j a 3. 031 3. 041 3. 228 3. 068 3. 280 3. 318 1, 16 8, 14
Angkat an Ker j a 2. 258 2. 183 2. 349 2. 140 2. 369 2. 320 - 2, 07 8, 40
a . Beker j a 2. 182 2. 107 2. 276 2. 054 2. 309 2. 227 - 3, 55 8, 43
b. Penc ar i Ker j a 76 76 73 86 60 94 56, 17 8, 52
Bukan Angkat an Ker j a 773 858 879 928 911 998
T i ngkat Pa r t i s i pas i Angkat an Ker j a ( %) 74, 50 71, 77 72, 74 69, 75 72, 21 69, 93
T i ngkat Penganggur an Te r buka ( %) 3, 36 3, 48 3, 09 3, 99 2, 53 4, 04
Per ubahan Ags ' 14 Thdp2013 20142012Ket er angan
Sumber : BPS Prov. Kalimantan Barat, diolah
Grafik 5.1Pertumbuhan Penduduk Angkatan KerjaBerdasarkan Pendidikan
0,0%
1,0%
2,0%
3,0%
4,0%
5,0%
2000
2100
2200
2300
2400
Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus
2012 2013 2014
Angkatan Kerja TPT
72 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014
Berdasarkan dari status pekerjaan,
penyerapan tenaga kerja pada sektor
informal mengalami peningkatan sebesar
7,51% (yoy) pada Agustus 2014 apabila
dibandingkan Agustus 2013 yang tercatat
sebanyak 1.355 ribu orang. Secara
tahunan, seluruh kelompok penduduk yang
bekerja pada sektor informal mengalami
peningkatan. Peningkatan paling tinggi terjadi
pada kelompok penduduk yang berstatus
sebagai pekerja bebas sebesar 25,60% (yoy),
lalu diikuti oleh penduduk yang berstatus
sebagai pekerja keluarga dan pengusaha yang memiliki buruh tidak tetap yang masing-masing
tercatat sebesar 10,41% (yoy) dan 5,66% (yoy). Sementara, kelompok penduduk yang
berusaha sendiri mengalami peningkatan paling rendah sebesar 0,70% (yoy). Pada sisi lain
penduduk yang bekerja di sektor formal mengalami peningkatan sebesar 10,22% (yoy) yang
tercatat sebanyak 770 ribu orang. Peningkatan tenaga kerja di sektor formal terjadi baik pada
kelompok penduduk yang berstatus sebagai pengusaha yang memiliki buruh/karyawan tetap
maupun kelompok penduduk yang berstatus buruh/karyawan, dengan peningkatan yang
masing-masing tercatat sebesar 36,70% (yoy) dan 8,00% (yoy).
Ditinjau dari sisi sektoral, tingkat
penyerapan tenaga kerja tertinggi
terjadi di sektor pertanian, dengan
pangsa sebesar 57,76% dari total
penduduk yang bekerja di Kalimantan
Barat. Berdasarkan wilayahnya,
penyerapan tenaga kerja di sektor
pertanian paling besar yaitu terdapat pada
Kabupaten Sekadau dan Kabupaten
Sanggau yang masing-masing tercatat sebesar 81,75% dan 74,67% dari total penduduk yang
bekerja di sektor pertanian di Kalimantan Barat. Sementara itu, penyerapan paling rendah
terdapat pada Kota Pontianak dan Kota Singkawang yang masing-masing tercatat sebesar
5,65% dan 27,22% dari total penduduk yang bekerja di sektor pertanian di Kalimantan Barat.
Tingginya penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian sejalan dengan struktur perekonomian
Kalimantan Barat yang masih ditopang oleh sektor pertanian, perburuan dan kehutanan.
Sumber : BPS Prov. Kalimantan Barat, diolah
Grafik 5.2 Pertumbuhan Jumlah Penduduk YangBekerja Menurut Status Pekerjaan
Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Barat, diolah
Grafik 5.3 Pertumbuhan Penyerapan Tenaga KerjaKalimantan Barat Berdasarkan Sektor (%, yoy)
-10,00%
-5,00%
0,00%
5,00%
10,00%
15,00%
20,00%
-
300
600
900
1.200
1.500
1.800
Feb Ags Feb Ags Feb Ags
2012 2013 2014
Informal Formal
Informal (growth) Formal (growth)
Pertanian57,76%
Industri3,66%
Perdagangan13,99%
Jasa11,36%
Lainya13,23%
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 73
5.2Kesejahteraan
5.2.1 Nilai Tukar Petani (NTP)
Salah satu indikator kesejahteraan adalah Nilai Tukar Petani (NTP) yang menggambarkan
indikator relatif tingkat kesejahteraan petani. Nilai tukar petani diperoleh dengan cara
membandingkan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani.
NTP juga mengukur daya tukar produk pertanian terhadap barang dan jasa yang dikonsumsi
maupun untuk biaya produksi. Dengan demikian, semakin tinggi NTP menunjukkan semakin
tinggi tingkat kesejahteraan petani.
Berdasarkan pemantauan harga di pedesaan pada akhir triwulan III 2014, atau bulan
September 2014, NTP Gabungan Kalimantan Barat tercatat sebesar 96,67. Nilai tersebut
mengalami kontraksi sebesar 0,39% (qtq) dibandingkan NTP gabungan bulan Juni 2014 yang
tercatat sebesar 97,05. Penurunan NTP pada periode laporan dikarenakan oleh peningkatan
indeks harga yang diterima petani lebih kecil dari peningkatan indeks harga yang dibayar
petani. Peningkatan indeks harga yang diterima petani sebesar 0,75% (qtq) dibandingkan
dengan bulan Juni 2014 yang tercatat sebesar 107,91. Sementara indeks harga yang dibayar
petani juga meningkat lebih besar, yaitu sebesar 1,15% (qtq) dibandingkan dengan posisi Juni
2014 yang tercatat sebesar 111,19.
Secara tahunan, pergerakan NTP gabungan di Kalimantan Barat menunjukkan
kecenderungan yang meningkat dibandingkan tahun 2013. NTP bulan September 2014
mengalami peningkatan sebesar 1,55% (yoy) dibandingkan NTP bulan September 2013 yang
tercatat sebesar 95,19.
Sumber : BPS Prov. Kalimantan Barat, diolah
Grafik 5.4 NTP Petani Kalimantan Barat
Sumber : BPS Prov. Kalimantan Barat, diolah
Grafik 5.5 Indeks Dibayar dan Indeks Diterima Petani
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
90
95
100
105
110
115
Mar
Jun
Sep
Des
Mar
Jun
Sep
Des
Mar
Jun
Sep
2012 2013 2014
NTP Indeks Diterima NTP Indeks Dibayar NTP -1,00%
-0,50%
0,00%
0,50%
1,00%
1,50%
2,00%
2,50%
Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep
2012 2013 2014
Pertumbuhan It Pertumbuhan Ib
74 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014
Dari sisi pendapatan, indeks yang diterima petani di Kalimantan Barat pada bulan
September 2014 sebesar 108,72, atau meningkat 0,75% (qtq) dibandingkan bulan Juni
2014 yang tercatat sebesar 107,91. Peningkatan tersebut juga diikuti oleh peningkatan pada
indeks yang dibayar petani, relatif lebih besar dari peningkatan indeks yang diterima petani.
Pada bulan September 2014 indeks yang dibayar petani tercatat sebesar 112,47, atau
meningkat 1,15% (qtq) dibandingkan dengan indeks yang dibayar petani periode Juni 2014
yang tercatat sebesar 111,19. Jika dilihat dari pertumbuhan indeks yang diterima petani (It) dan
indeks yang dibayar petani (Ib), sebagaimana terlihat pada grafik 5.5, laju pertumbuhan It
cenderung lebih lambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan Ib. Hal ini menunjukkan
bahwa penghasilan yang diterima petani berada pada tren yang menurun dan keseluruhan
penghasilan yang diterima habis digunakan untuk konsumsi dan pembelian barang modal saja.
5.2.1.1 Pergerakan NTP
Sebagaimana telah dipaparkan pada bagian sebelumnya, NTP gabungan Provinsi
Kalimantan Barat pada bulan September 2014 tercatat mengalami kontraksi apabila
dibandingkan dengan bulan Juni 2014. Pada sisi pendapatan, sebagian besar subsektor
Indeks Harga yang Diterima Petani (It) mengalami peningkatan dibandingkan posisi bulan Maret
2014, kecuali It subsektor Perkebunan Rakyat yang tercatat mengalami kontraksi sebesar
2,06% (qtq). It yang mengalami peningkatan terbesar yaitu It subsektor Perikanan Tangkap
yang mengalami peningkatan sebesar 4,46% (qtq), lalu diikuti It subsektor Perikanan sebesar
3,59% (qtq), dan It subsektor Padi Palawija sebesar 3,28% (qtq). Pada sisi penggunaan, secara
keseluruhan subsektor Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) mengalami peningkatan. Ib yang
mengalami peningkatan terbesar yaitu Ib subsektor Perikanan Budidaya sebesar 1,35% (qtq),
lalu diikuti oleh subsektor Perikanan sebesar 1,34% (qtq), dan subsektor Perikanan Tangkap
sebesar 1,32% (qtq). Dilihat dari tujuan penggunaannya, Konsumsi Rumah Tangga mengalami
peningkatan lebih tinggi daripada peningkatan Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang
Modal. Pada bulan September 2014 Konsumsi Rumah Tangga tercatat sebesar 113,85 atau
mengalami peningkatan sebesar 1,24% (qtq) apabila dibandingkan dengan bulan Juni 2014.
Sedangkan Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal tercatat sebesar 108,27 atau
mengalami peningkatan sebesar 0,85% (qtq) apabila dibandingkan dengan bulan Juni 2014.
Seiring dengan menurunnya NTP gabungan, NTP sebagian besar subsektor pada
September 2014 juga mengalami penurunan. Subsektor yang mengalami penurunan paling
tinggi terjadi pada subsektor Perkebunan Rakyat 3,20% (qtq), lalu diikuti oleh subsektor
Hortikultura 0,49% dan subsektor Perikanan Budidaya 0,07% (qtq). Sementara itu, subsektor
yang mengalami peningkatan terjadi pada subsektor Perikanan Tangkap yaitu sebesar 3,09%
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 75
(qtq), subsektor Perikanan 2,23% (qtq), subsektor Padi Palawija 2,20% (qtq), dan subsektor
Peternakan 0,18% (qtq).
Tabel 5.2 Nilai Tukar Petani Per Sektor
Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Barat, diolah
NTP subsektor Tanaman Padi dan Palawija pada September 2014 sebesar 101,16 atau
mengalami peningkatan sebesar 2,20% (qtq) dibandingkan Juni 2014 yang tercatat
sebesar 98,98. Hal ini dipengaruhi oleh kenaikan indeks harga yang diterima petani tanaman
padi dan palawija lebih besar apabila dibandingkan dengan kenaikan indeks harga yang dibayar
petani. Indeks harga yang diterima petani padi palawija sebesar 114,72 atau meningkat sebesar
3,28% (qtq) dibandingkan Juni 2014 yang tercatat sebesar 111,08. Sementara indeks harga
yang dibayar petani padi palawija mengalami peningkatan sebesar 1,06% (qtq) menjadi
113,41.
NTP subsektor Tanaman Hortikultura pada September 2014 sebesar 104,27 atau
mengalami kontraksi sebesar 0,49% (qtq) dibandingkan Juni 2014 yang tercatat
sebesar 104,78. Hal ini disebabkan oleh adanya peningkatan indeks harga yang diterima
petani hortikultura lebih kecil dari peningkatan yang terjadi pada indeks harga yang dibayar
petani hortikultura. Indeks harga yang diterima petani hortikultura sebesar 118,11 atau
meningkat sebesar 0,69% (qtq) dibandingkan Juni 2014 yang tercatat sebesar 117,30.
Sedangkan indeks harga yang dibayar petani hortikultura mengalami peningkatan sebesar
1,19% (qtq) menjadi 113,28.
NTP subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat pada September 2014 sebesar 90,77 atau
mengalami kontraksi sebesar 3,20% (qtq) dibandingkan dengan Juni 2014 yang
Mar Jun Sep Des Mar Jun Sept Jun 2014 (qtq) Sep 2013 (yoy)
1. 101,08 100,44 102,00 103,99 105,83 107,91 108,72 0,75% 6,59%
1.1. Padi Palawija 103,24 102,72 103,97 103,83 107,39 111,08 114,72 3,28% 10,33%
1.2. Hortikultura 106,20 105,70 111,35 112,11 115,20 117,30 118,11 0,69% 6,07%
1.3. Perkebunan Rakyat 98,28 96,77 97,08 102,71 102,93 103,83 101,69 -2,06% 4,75%
1.4. Peternakan 97,64 98,09 100,68 101,45 102,66 104,36 105,81 1,39% 5,10%
1.5. Perikanan 103,60 104,58 105,90 105,74 108,04 109,67 113,61 3,59% 7,28%
1.5.1. Perikanan Tangkap 107,75 110,37 112,34 117,35 4,46%
1.5.2. Perikanan Budidaya 102,73 104,56 105,68 108,04 2,23%
2. 104,44 104,88 107,15 108,02 109,78 111,19 112,47 1,15% 4,96%
2.1. Padi Palawija 105,05 105,49 108,07 109,08 110,75 112,22 113,41 1,06% 4,94%
2.2. Hortikultura 104,97 105,48 107,78 108,78 110,43 111,95 113,28 1,19% 5,11%
2.3. Perkebunan Rakyat 104,45 104,92 106,64 107,39 109,33 110,72 112,02 1,17% 5,04%
2.4. Peternakan 103,52 103,82 105,89 106,65 108,19 109,43 110,74 1,20% 4,58%
2.5. Perikanan 104,49 105,02 107,62 108,32 109,97 111,43 112,92 1,34% 4,92%
2.5.1. Perikanan Tangkap 108,47 110,24 111,84 113,32 1,32%
2.5.2. Perikanan Budidaya 108,10 109,57 110,83 112,33 1,35%
3. 96,78 95,76 95,19 96,26 96,40 97,05 96,67 -0,39% 1,55%
3.1. Padi Palawija (NTPP) 98,28 97,37 96,22 95,19 96,97 98,98 101,16 2,20% 5,13%
3.2. Hortikultura (NTPH) 101,17 100,22 103,32 103,07 104,33 104,78 104,27 -0,49% 0,92%
3.3. Perkebunan Rakyat (NTPR) 94,09 92,22 91,03 95,64 94,15 93,77 90,77 -3,20% -0,28%
3.4. Peternakan (NTPT) 94,33 94,50 95,09 95,13 94,89 95,37 95,54 0,18% 0,48%
3.5. Perikanan (NTPN) 99,12 99,56 98,38 97,61 98,24 98,42 100,61 2,23% 2,27%
3.5.1. Perikanan Tangkap 99,33 100,12 100,45 103,55 3,09%
3.5.2. Perikanan Budidaya 95,04 95,43 95,36 96,18 -0,07%
No Uraian2013 Pertumbuhan thd2014
76 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014
tercatat sebesar 93,77. Indeks harga yang diterima petani perkebunan rakyat mengalami
kontraksi sebesar 2,06% (qtq) dari posisi Juni 2014 yang tercatat sebesar 103,83. Sementara
itu, indeks harga yang dibayar petani perkebunan rakyat pada bulan September 2014
mengalami peningkatan sebesar 1,27% (qtq) yang tercatat sebesar 112,02. Penurunan NTP
subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat dipengaruhi oleh harga karet di tingkat internasional
yang masih menunjukkan tren pelemahan.
NTP subsektor Peternakan pada September 2014 sebesar 95,54 atau mengalami
peningkatan sebesar 0,18% (qtq) dibandingkan dengan Juni 2014 yang tercatat
sebesar 95,37. Indeks harga yang diterima petani subsektor peternakan pada September 2014
sebesar 105,81 atau meningkat sebesar 1,39% (qtq). Indeks harga yang dibayar petani
subsektor peternakan juga mengalami peningkatan sebesar 1,20% (qtq) dibandingkan dengan
Juni 2014 yang tercatat sebesar 109,43.
NTP subsektor Perikanan pada September 2014 sebesar 100,61 atau mengalami
peningkatan sebesar 2,23% (qtq) dibandingkan Juni 2014 yang tercatat 98,42. Hal ini
disebabkan oleh adanya peningkatan indeks harga yang diterima petani subsektor perikanan
sebesar 3,59% (qtq) yang tercatat 113,61, begitupula dengan indeks harga yang dibayar petani
subsektor perikanan yang juga mengalami peningkatan sebesar 1,34% (qtq) yang tercatat
112,92 dibandingkan dengan Juni 2014.
5.2.1.2 Perbandingan Dengan Provinsi Lain di Kalimantan
Pada bulan September 2014, NTP gabungan sebagian besar wilayah di Kalimantan
mengalami kontraksi kecuali Provinsi Kalimantan Timur yang mengalami peningkatan
sebesar 1,35% (qtq). Kontraksi paling tinggi terjadi pada Provinsi Kalimantan Selatan sebesar
0,72% (qtq), lalu diikuti oleh Provinsi Kalimantan Tengah dan Provinsi Kalimantan Barat yang
masing-masing tercatat sebesar 0,66% (qtq) dan 0,39% (qtq) dibandingkan dengan posisi Juni
2014. Sementara secara tahunan, NTP gabungan sebagian besar wilayah di Kalimantan
mengalami peningkatan kecuali Provinsi Kalimantan Selatan yang mengalami kontraksi sebesar
0,14% (yoy). Peningkatan paling tinggi terjadi pada Provinsi Kalimantan Timur sebesar 1,35%
(yoy), lalu diikuti oleh Provinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah yang masing-masing
tercatat sebesar 1,55% (yoy) dan 0,30% (yoy) dibandingkan dengan posisi September 2013.
Apabila dibandingkan dengan provinsi lainnya di Kalimantan, NTP gabungan Provinsi
Kalimantan Barat masih berada di bawah angka dasar indeks (100) yaitu sebesar 96,67,
bahkan Kalimantan Barat merupakan provinsi dengan NTP gabungan terendah apabila
dibandingkan dengan seluruh provinsi di wilayah Kalimantan. NTP gabungan tertinggi
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 77
dimiliki oleh Provinsi Kalimantan Timur yang tercatat sebesar 101,12, diikuti oleh Kalimantan
Tengah sebesar 100,56 dan Kalimantan Selatan sebesar 99,17.
Tabel 5.3 Perbandingan NTP dengan Provinsi Lain di Kalimantan
Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Barat, diolah
5.2.2 Inflasi Pedesaan
Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT)
pada akhir triwulan III atau bulan
September 2014 sebesar 113,85 atau
mengalami inflasi 3,68% (yoy), lebih rendah
apabila dibandingkan dengan tahun
sebelumnya pada periode yang sama yang
tercatat sebesar 5,78% (yoy). Inflasi
pedesaan IKRT terutama didorong oleh
inflasi pada kelompok bahan makanan
sebesar 7,02% (yoy), diikuti oleh kelompok
sandang dan kelompok kesehatan yang
masing-masing tercatat sebesar 6,38% (yoy) dan 5,16% (yoy). Sementara itu inflasi terendah
terjadi pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga sebesar 1,69%, diikuti oleh kelompok
transportasi dan komunikasi serta kelompok perumahan masing-masing sebesar 3,36% (yoy)
dan 3,85% (yoy).
Tabel 5.4 Perkembangan Inflasi Pedesaan (yoy)
Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Barat, diolah
Mar Juni Sep Des Mar Juni Sep Jun 2014 (qtq) Sep 2013 (yoy)
1 96,78 95,76 95,19 96,26 96,4 97,05 96,67 -0,39% 1,55%
2 101,25 101,49 100,26 102,41 102,49 101,23 100,56 -0,66% 0,30%
3 101,19 101,29 99,31 100,44 101,21 99,89 99,17 -0,72% -0,14%
4 99,87 99,32 98,14 98,54 99,71 99,77 101,12 1,35% 3,04%
No Uraian2013
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Pertumbuhan thd2014
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III1 Bahan Makanan 7,75% 6,76% 7,22% 6,90% 6,31% 7,97% 7,02%2 Makanan Jadi 4,62% 3,93% 3,77% 4,10% 4,01% 5,60% 4,75%3 Perumahan 3,24% 3,40% 3,50% 3,24% 4,13% 3,64% 3,85%4 Sandang 5,02% 4,42% 3,56% 2,79% 4,05% 4,48% 6,38%5 Kesehatan 4,37% 4,43% 4,02% 3,82% 4,83% 5,33% 5,16%6 Pendidikan,Rekreasi & Olah Raga 1,49% 1,83% 2,30% 2,02% 3,10% 3,25% 1,69%7 Transportasi dan Komunikasi 1,42% 1,27% 10,24% 11,05% 12,36% 12,11% 3,36%
Inflasi Pedesaan/IKRT 5,99% 5,34% 5,78% 5,53% 5,37% 6,41% 3,68%
UraianNo2013 2014
Sumber : BPS Prov. Kalimantan Barat, diolah
Grafik 5.6 Inflasi Pedesaan (yoy)
0,00%
1,00%
2,00%
3,00%
4,00%
5,00%
6,00%
7,00%
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
2013 2014
IKRT/Inflasi Pedesaan
78 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014
Halaman ini sengaja dikosongkan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 79
VI. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
6.1Prospek Perekonomian Daerah
Perekonomian Kalimantan Barat
pada triwulan IV 2014 diperkirakan
relatif meningkat jika
dibandingkan triwulan III 2014
yang tumbuh cukup rendah di level
4,45% (yoy). Perekonomian
Kalimantan Barat pada triwulan
mendatang diperkirakan tumbuh
pada kisaran 4,4 – 4,8% (yoy).
Optimisme terhadap perkembangan
ekonomi pada triwulan mendatang
antara lain ditunjukkan oleh hasil
Survei Konsumen dimana terdapat
peningkatan optimisme kondisi ekonomi yang akan datang sebesar 146,50 dibandingkan
triwulan sebelumnya sebesar 138,50.
Di sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan terutama didorong oleh konsumsi, baik konsumsi
rumah tangga maupun konsumsi pemerintah.Konsumsi rumah tangga diperkirakan meningkat
seiring dengan peningkatan kebutuhan pada periode hari raya, baik Idul Adha, Natal dan
memasuki Tahun Baru.Selain itu, periode liburan akhir tahun yang lebih panjang diperkirakan
juga mendorong konsumsi rumah tangga pada periode mendatang. Namun demikian,
pertumbuhan konsumsi diperkirakan akan sedikit tertahan apabila pemerintah
mengimplementasi kebijakan pengurangan subsidi harga BBM pada akhir tahun. Sementara itu,
konsumsi pemerintah diperkirakan meningkat sejalan dengan pola realisasi anggaran dan
penyelesaian proyek.Komponen permintaan lainnya, yaitu investasi, juga diperkirakan terjaga
pasca terpilihnya pemerintahan baru dan masih relatif terjaganya optimisme para pelaku usaha,
khususnya di sektor industri pengolahan hasil perkebunan.Namun demikian, kinerja sisi
eksternal diperkirakan masih belum optimal. Indikasi pelemahan ekonomi Tiongkok sebagai
negara konsumen utama serta masih belum pulihnya harga komoditas internasional
diperkirakan berdampak pada rendahnya permintaan akan barang ekspor Kalimantan Barat.
Sumber : BPS Prov. Kalbar, diolah
Grafik 6.1 Perkiraan Pertumbuhan EkonomiKalimantan Barat (yoy)
4.00%
4.50%
5.00%
5.50%
6.00%
6.50%
7.00%
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4P
2012 2013 2014
80 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014
Dari sisi sektoral, akselerasi
perekonomian Kalimantan Barat
diperkirakan masih bersumber dari
sektor perekonomian utama
Kalimantan Barat, khususnya sektor
pertanian dan sektor industri
pengolahan. Sektor pertanian
diperkirakan akan tumbuh moderat,
didorong oleh peningkatan produksi
tanaman perkebunan, khususnya sawit.
Sejalan dengan hal tersebut, sektor
industri pengolahan diperkirakan akan
mengalami akselerasi. Terjaganya
permintaan dunia akan minyak nabati serta permintaan domestik seiring dengan implementasi
program mandatori biodiesel pada triwulan mendatang turut mendorong terjaganya
pertumbuhan sektor industri pengolahan.Meskipun demikian, masih berlangsungnya tren
pelemahan harga komoditas berpotensi menjadi faktor penahan pertumbuhan sektor industri.
Secara umum, kinerja perekonomian Provinsi Kalimantan Barat sepanjang tahun 2014
diperkirakan melambat relatif signifikan dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu dalam kisaran
4,4%-4,8% (yoy). Dari sisi penggunaan, perlambatan diperkirakan dipengaruhi oleh
perlambatan di sisi ekspor, akibat kontraksi pada ekspor komoditas utama Kalimantan Barat,
yaitu bauksit sebagai dampak dari implementasi UU Minerba, dan karet seiring dengan
terjadinya perlambatan permintaan dari negara Tiongkok sebagai negara konsumen utama.
Sementara itu, faktor pendorong perekonomian diperkirakan bersumber dari konsumsi yang
antara lain didorong oleh pelaksanaan Pemilihan Umum. Kegiatan investasi juga masih tumbuh
seiring dengan pengerjaan proyek-proyek MP3EI dan pembangunan pabrik CPO serta industri
pengolahan logam/smelter. Dari sisi sektoral, perlambatan diperkirakan dipengaruhi oleh sektor
pertanian dan pertambangan. Sementara, faktor pendorong perekonomian Kalimantan Barat
diperkirakan didorong oleh sektor industri pengolahan, yang diperkirakan dipengaruhi oleh
kinerja industri pengolahan minyak kelapa sawit dan pengolahan logam.
Sumber : Bloomberg
Grafik 6.2 Harga Internasional Karet dan Crude Palm Oil
050100150200250300350400450
0
200
400
600
800
1000
1200Q
1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4P
2012 2013 2014
USDcent/kg
USD/metricton
CPO Karet
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 81
6.2Perkiraan Inflasi Daerah
Inflasi Kalimantan Barat pada
triwulan IV 2014 diperkirakan
mengalami kenaikan. Tekanan inflasi
yang relatif tinggi diperkirakan terjadi di
akhir triwulan IV 2014, seiring
berlangsungnya perayaan Natal dan
Tahun Baru. Pada awal hingga
pertengahan triwulan, tekanan inflasi
diperkirakan relatif mereda sejalan
dengan tidak terdapatnya even musiman
yang berpotensi memberikan koreksi harga pada sebagian besar komoditas. Kondisi tersebut
diperkuat oleh hasil Survei Konsumen, dimana pada awal triwulan IV 2014, ekspektasi
masyarakat terhadap inflasi, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang, mengalami
penurunan. Tercatat, indeks ekspektasi inflasi masyarakat dalam jangka pendek (3 bulan ke
depan) mencapai level 161, sementara ekspektasi jangka panjang (6 bulan ke depan) mencapai
level 172,5. Kedua indeks ekspektasi tersebut lebih rendah dibanding triwulan III 2014 yang
masing-masing mencapai 169 dan 179,5. Berdasarkan pengamatan hasil Survei Pemantauan
Harga yang dilakukan oleh KPwBI Provinsi Kalimantan Barat dapat diketahui bahwa di awal
triwulan IV 2014 (Oktober 2014) komoditas Bumbu, khususnya bawang merah dan komoditas
Daging, terutama daging ayam ras mengalami koreksi harga. Di sisi lain, tarif angkutan udara
mulai menunjukkan adanya kenaikan.
Sumber : Survei KonsumenBI, diolah
Grafik 6.3 Perkembangan Ekspektasi Harga Konsumen
Sumber : KPwBI Prov. Kalbar
Grafik 6.4 SPH Bumbu
Sumber : KPwBI Prov. Kalbar
Grafik 6.5 SPH Daging dan Telur
120
130
140
150
160
170
180
190I-
2013
II-2
013
III-
2013
IV-2
013
I-20
14
II-2
014
III-
2014
IV-2
014
Indeks
Ekspektasi Inflasi Jangka PendekEkspektasi Inflasi Jangka Panjang
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
35.000
40.000
45.000
50.000
I II III IV V I II III IV I II III IV I II III
Jul-14 Agust-14 Sep-14 Okt-14
Rp/kg
Cabe Merah Cabe Rawit Bawang Merah
Bawang Putih Tren cabe merah Tren cabe rawit
Tren bawang merah Tren bawang putih
50.000,00
60.000,00
70.000,00
80.000,00
90.000,00
100.000,00
110.000,00
120.000,00
18.000
19.000
20.000
21.000
22.000
23.000
24.000
25.000
26.000
27.000
28.000
I II III IV V I II III IV I II III IV I II III
Jul-14 Agust-14 Sep-14 Okt-14
Sapi (Rp/Kg)Rp/kg
Daging Ayam Ras TelurDaging Sapi (RHS) Tren harga telurTren harga ayam ras Tren harga daging sapi
82 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014
Selain faktor musiman di akhir tahun,
beberapa faktor lain yang juga berpotensi
menjadi pemicu kenaikan inflasi salah
satunya adalah rencana kenaikan tarif tiket
batas atas angkutan udara yang mengacu
pada Peraturan Menteri Perhubungan No.
51/2014 tentang Mekanisme Formulasi
Perhitungan dan Penetapan Tarif Batas Atas
Penumpang Pelayanan Kelas Ekonomi
Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam
Negeri yang mulai berlaku pada bulan November 2014. Kebijakan tersebut diperkirakan akan
memberikan pengaruh signifikan terhadap inflasi di Kalimantan Barat, mengingat sumbangan
tarif tiket angkutan udara yang relatif dominan dalam keranjang inflasi.
Berdasarkan kondisi tersebut dan jika pemerintah menunda kenaikan harga BBM
bersubsidi, inflasi Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan IV 2014 atau menjadi inflasi
keseluruhan tahun 2014 diperkirakan berada pada kisaran 6,32%-7,32% (yoy).
Sumber : KPwBI Prov. Kalbar
Grafik 6.6 SPH Tarif Tiket Pesawat
-
200.000
400.000
600.000
800.000
1.000.000
1.200.000
1.400.000
I II III IV V I II III IV I II III IV I II III
Jul-14 Agust-14 Sep-14 Okt-14
Rp. Maskapai I Maskapai II
Maskapai III Tren Rata-rata Harga
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 xi
LAMPIRANInflasi Triwulanan Menurut Kota
Sumber: Badan Pusat Statistik
Inflasi Triwulanan Kota Pontianak dan Kota Singkawang Menurut Kelompok BahanMakanan
Sumber: Badan Pusat Statistik
Inflasi Triwulanan Kota Pontianak dan Kota Singkawang Menurut Kelompok MakananJadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
Sumber: Badan Pusat Statistik
Inflasi Triwulanan Kota Pontianak dan Kota Singkawang Menurut KelompokPerumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar
Sumber: Badan Pusat Statistik
Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw
Bahan Makanan 6.61 4.17 7.10 3.81 9.05 6.14 9.71 6.59 9.58 7.17 9.33 6.52 6.17 8.86
Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 9.86 6.92 6.96 3.51 10.17 10.57 6.33 7.20 7.89 8.46 9.18 5.77 7.68 3.73
Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 4.90 4.90 5.96 6.73 6.26 7.62 7.23 7.41 7.01 5.34 6.49 3.87 7.89 9.40
Sandang 8.32 2.72 7.80 2.17 10.79 3.64 12.82 4.39 10.67 7.76 10.47 8.50 1.81 2.43
Kesehatan 3.91 1.50 3.70 0.93 6.44 1.00 2.03 2.46 3.40 2.36 3.90 3.51 11.09 6.78
Pendidikan, rekreasi dan olahraga 11.37 0.01 11.16 0.93 12.14 3.73 10.96 4.34 10.07 8.28 13.42 8.48 7.79 5.45
Transpor, komunikasi dan jasa keuangan 1.10 1.40 1.17 1.51 14.10 8.80 20.29 9.80 21.09 9.12 21.90 8.71 7.97 8.91
Umum 6.01 4.00 14.39 6.28 13.57 3.24 22.70 10.22 21.64 7.22 15.31 7.36 6.55 7.38
III
2014
I III II III
2013
IVKelompok
Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw
Bahan Makanan 9.30 5.66 6.47 2.47 9.67 9.13 5.96 6.23 7.89 8.46 9.18 5.77 6.17 8.86
Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 7.35 0.34 8.99 1.03 7.49 5.33 5.25 8.08 5.72 9.86 5.39 8.62 4.00 4.80
Daging dan Hasil-hasilnya -2.84 -8.69 2.77 -3.98 24.00 10.88 -1.22 2.30 2.75 0.51 14.36 10.38 -8.72 -2.19
Ikan Segar 13.17 27.52 0.42 7.93 6.86 18.04 7.33 -3.35 6.79 3.49 8.26 1.03 8.81 10.26
Ikan Diawetkan 3.98 10.89 16.60 8.39 18.10 10.22 24.27 18.49 27.32 15.41 12.51 1.98 22.26 0.51
Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 5.37 7.26 4.98 3.87 7.05 9.23 6.66 8.89 8.82 -3.26 14.96 5.73 5.79 -1.32
Sayur-sayuran 23.63 5.40 14.75 0.44 3.04 7.65 -0.85 13.78 16.40 32.38 6.97 -1.87 36.95 37.77
Kacang - kacangan 1.99 11.84 4.61 8.32 11.89 6.29 14.04 5.40 16.66 3.29 13.44 3.26 5.00 4.11
Buah - buahan 15.76 9.59 16.51 15.18 8.43 9.38 4.23 12.47 23.35 12.79 23.18 12.25 9.51 12.76
Bumbu - bumbuan 33.79 18.84 9.10 2.89 28.57 10.77 26.72 12.82 16.34 10.25 5.95 2.92 -8.85 13.95
Lemak dan Minyak -3.13 -6.78 -3.60 -5.78 -8.93 -0.43 0.48 3.66 3.83 3.36 6.48 5.75 10.59 3.82
Bahan Makanan Lainnya 8.56 3.64 7.09 3.90 8.54 3.98 9.73 4.77 12.89 7.02 15.14 10.27 17.40 11.33
2013
I IIIV III
2014
Kelompok I II III
Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw
Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 4.90 4.90 5.96 6.73 6.26 7.62 7.23 7.41 7.01 5.34 6.49 3.87 7.68 3.73
Makanan jadi 2.49 3.68 4.13 6.03 4.25 6.68 5.02 6.63 4.56 4.47 4.78 2.28 6.04 2.46
Minuman tidak beralkohol 8.87 6.69 8.95 3.65 10.14 7.16 10.91 6.38 12.54 2.04 11.42 5.08 10.90 0.98
Tembakau dan minuman beralkohol 7.81 5.61 8.15 9.54 8.13 9.36 9.78 9.28 9.21 8.99 7.09 5.87 9.73 7.34
Kelompok
2013
I II III IV I II III
2014
Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw
Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 8.24 1.79 7.72 1.43 10.65 2.89 12.64 3.60 10.67 7.76 10.47 8.50 7.89 9.40
Biaya tempat tinggal 11.38 2.19 10.24 0.99 13.45 2.41 15.26 2.86 11.28 8.40 11.47 9.89 5.78 9.30
Bahan bakar, penerangan dan air 1.46 1.13 2.82 2.30 6.06 3.77 7.46 5.23 8.39 7.89 7.20 6.81 10.62 12.55
Perlengkapan rumah tangga 8.04 2.31 8.55 1.83 9.07 4.93 11.58 3.80 15.19 4.91 12.50 6.13 12.88 3.17
Penyelenggaraan rumah tangga 7.00 0.66 4.94 0.67 7.32 0.51 10.67 2.27 9.47 5.48 11.14 6.51 8.71 7.59
IVKelompok
2013
III
2014
I III II III
xii Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014
Inflasi Triwulanan Kota Pontianak dan Kota Singkawang Menurut Kelompok Sandang
Sumber: Badan Pusat Statistik
Inflasi Triwulanan Kota Pontianak dan Kota Singkawang Menurut KelompokKesehatan
Sumber: Badan Pusat Statistik
Inflasi Triwulanan Kota Pontianak dan Kota Singkawang Menurut KelompokPendidikan, Rekreasi dan Olahraga
Sumber: Badan Pusat Statistik
Inflasi Triwulanan Kota Pontianak dan Kota Singkawang Menurut Kelompok Transpor,Komunikasi dan Jasa Keuangan
Sumber: Badan Pusat Statistik
Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw
Sandang 3.91 1.50 3.70 0.93 6.44 1.00 2.03 2.46 3.40 2.36 3.90 3.51 1.81 2.43
Sandang laki-laki 4.08 -0.30 2.83 1.11 15.85 1.15 14.38 5.03 15.99 4.27 16.51 4.35 5.83 4.31
Sandang wanita 3.20 1.22 2.91 1.16 3.13 1.33 3.65 2.32 6.06 1.97 6.92 1.48 6.18 1.19
Sandang anak-anak 8.22 1.27 9.09 1.62 104.23 0.97 93.91 3.49 98.85 3.06 97.74 5.64 7.53 4.92
Barang pribadi dan sandang lain 2.09 3.57 2.23 -1.32 40.70 -1.93 27.99 -4.52 27.82 0.55 28.94 1.68 -6.91 -1.69
III
2014
IIKelompok
2013
I II III IV I
Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw
Kesehatan 11.37 1.50 11.16 0.93 12.14 1.00 10.96 2.46 10.07 2.36 13.42 3.51 11.09 6.78
Jasa kesehatan 19.21 -0.30 20.81 1.11 32.84 1.15 24.35 5.03 24.03 4.27 34.24 4.35 15.69 3.94
Obat-obatan 8.13 1.22 6.63 1.16 49.85 1.33 53.15 2.32 45.79 1.97 49.09 1.48 5.95 8.54
Jasa perawatan jasmani 12.37 1.27 13.34 1.62 39.85 0.97 44.37 3.49 51.02 3.06 53.68 5.64 23.48 13.96
Perawatan jasmani dan kosmetik 7.87 3.57 6.87 -1.32 9.00 -1.93 9.15 -4.52 8.02 0.55 7.20 1.68 6.53 7.66
III
2014
II III IV I III
2013
Kelompok
Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw
Pendidikan, rekreasi dan olahraga 1.10 1.40 1.17 1.51 14.10 8.80 20.29 9.80 21.09 9.12 21.90 8.71 7.79 5.45
Jasa pendidikan 0.48 2.76 0.48 2.81 32.11 8.93 53.93 9.82 53.92 7.42 53.93 7.38 16.51 7.98
Kursus-kursus/pelatihan 0.00 -0.89 0.83 1.34 4.92 0.05 8.49 0.20 14.75 1.50 13.81 1.50 9.37 1.22
Perlengkapan/peralatan pendidikan -1.47 4.56 0.97 4.59 2.00 -6.60 3.50 -4.34 5.66 6.58 4.13 6.68 6.65 6.62
Rekreasi 4.72 45.94 3.06 46.68 15.67 -15.77 32.07 -15.77 31.92 15.26 37.89 13.20 20.20 -0.69
Olahraga 6.87 6.37 7.83 4.81 8.25 4.80 6.94 4.80 7.21 -1.48 21.62 0.00 26.38 0.00
III
2014
I II III IV I IIKelompok
2013
Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw
Transpor, komunikasi dan jasa keuangan 3.03 7.19 10.81 7.42 8.35 1.06 16.96 9.49 21.64 7.22 15.31 7.36 7.97 8.91
Transpor 3.75 11.10 15.13 11.28 11.04 1.23 23.46 14.27 32.36 10.75 23.33 11.12 12.02 13.71
Komunikasi dan pengiriman -0.29 0.00 -0.24 0.00 -0.24 0.00 0.53 0.00 0.41 0.00 0.27 0.00 -0.26 0.00
Sarana dan penunjang transpor 4.59 1.13 3.58 1.11 5.30 1.93 3.78 1.82 3.60 1.56 3.77 1.54 4.24 0.73
Jasa keuangan 1.24 2.50 1.24 2.50 0.45 0.91 0.45 0.91 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
III
20142013
IIIVI II IIIKelompok I
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 xiii
DAFTAR ISTILAH
PDB- PDRB Produk Domestik Bruto adalah sebuah analisis perhitungan
pertumbuhan ekonomi dengan menghitung seluruh nilai tambah
yang terjadi di sebuah wilayah tertentu pada waktu tertentu. Untuk
skala nasional disebut PDB dan untuk skala daerah disebut PDRB
(Produk Domestik Regional Bruto).
Inflasi Adalah peningkatan harga barang dan jasa secara umum dalam satu
periode. Umumnya inflasi diukur dengan perubahan harga
sekelompok barang dan jasa yang dikonsumsi oleh sebagian besar
masyarakat, seperti tercermin pada perkembangan Indeks Harga
Konsumen (IHK).
Inflasi month to month adalah perbandingan harga (nisbah) perubahan harga Indeks Harga
Konsumen bulan bersangkutan dibandingkan IHK bulan sebelumnya.
Atau sering disingkat (mtm).
Inflasi Year to Date atau sering disebut inflasi kumulatif, adalah inflasi yang mengukur
perbandingan harga (nisbah) perubahan Indeks Harga Konsumen
bulan bersangkutan dibandingkan IHK bulan Desember tahun
sebelumnya. Atau sering disingkat (ytd).
Inflasi Year over Year atau sering disebut inflasi tahunan, adalah inflasi yang mengukur
perbandingan harga (nisbah) perubahan Indeks Harga Konsumen
bulan bersangkutan dibandingkan IHK bulan yang sama tahun
sebelumnya. Atau sering disingkat (yoy)
Inflasi Quarter to quarter atau sering disebut inflasi secara triwulanan, adalah inflasi yang
mengukur perbandingan harga (nisbah)/perubahan Indeks Harga
Konsumen pada akhir bulan triwulan bersangkutan dibandingkan IHK
akhir bulan triwulan sebelumnya. Atau sering disingkat (qtq).
BI Rate adalah suku bunga yang diumumkan oleh Bank Indonesia secara
periodik untuk jangka waktu tertentu yang berfungsi sebagai sinyal
(stance) kebijakan moneter. BI Rate merupakan tingkat suku bunga
indikatif yang hanya merupakan reference ratesebagai sinyal respon
kebijakan moneter Bank Indonesia.
BOPO Rasio efisiensi bank yang mengukur beban operasional terhadap
pendapatan operasional. Semakin tinggi nilai BOPO maka semakin
tidak efisien operasi bank.
xiv Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014
NIM Singkatan dari Net Interest Margin, adalah selisih nominal antara
pendapatan bunga dengan biaya bunga dibagi dengan rata-rata
jumlah asset dalam satu periode.
NII Singkatan dari Net Interest Income, adalah selisih nominal antara
pendapatan bunga dengan biaya bunga yang harus dikeluarkan oleh
bank.
NPLs Singkatan dari: Non Performing Loans, adalah kredit-kredit di
perbankan yang tergolong kolektibilitas non lancar, yaitu kurang
lancar, diragukan dan macet berdasarkan ketentuan Bank Indonesia.
LDR Singkatan dari: Loan to Deposit Ratio, adalah perbandingan antara
jumlah kredit yang disalurkan dengan jumlah dana yang dikumpulkan
bank.
ROA Singkatan dari Return on Assets, adalah perbandingan laba bersih
dengan rata-rata jumlah asset dalam satu periode.
Bilyet Giro Surat perintah pemindah bukuan dari nasabah suatu bank kepada
bank tersebut,untuk memindahkan sejumlah uang dari rekening
nasabah ke rekening penerima yang namanya disebutkan dalam
bilyet, pada bank yang sama atau bank yang lainnya.
Cek Surat perintah tanpa syarat dari nasabah kepada bank yang
memelihara rekening giro nasabah tersebut untuk membayar
sejumlah uang kepada pihak yang disebutkan didalamnya atau
kepada pemegang cek tersebut.
Inflow adalah uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia, misalnya melalui
kegiatan setoran yang dilakukan oleh bank umum.
Outflow adalah uang kartal yang keluar dari Bank Indonesia melalui proses
penarikan tunai bank umum dari Giro di Bank Indonesia atau
pembayaran tunai melalui Bank Indonesia.
Net Flow Adalah selisih antara inflow dan outflow.
PTTB Pemberian Tanda Tak Berharga, adalah kegiatan pemusnahan uang,
sebagai upaya Bank Indonesia untuk menyediakan uang kartal yang
Fit For Circulation untuk bertransaksi.