100
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

  • Upload
    dangnhi

  • View
    218

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

KAJIAN EKONOMI DANKEUANGAN REGIONAL

PROVINSI KALIMANTAN BARATTRIWULAN III 2014

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIAPROVINSI KALIMANTAN BARAT

Page 2: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

Penanggung Jawab:

Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan (UAEK)Kantor Perwakilan Bank IndonesiaProvinsi Kalimantan BaratJl. Ahmad Yani No.2, PontianakTelp : 0561 - 734134 ext 8207, 8203, 8238Faks : 0561 – 732033

Versi softcopy buku ini dapat diunduh melalui www.bi.go.id

Page 3: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 i

KATA PENGANTAR

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014

merupakan gambaran tentang kondisi perekonomian dan sistem keuangan Provinsi Kalimantan

Barat pada triwulan III 2014. Kajian ini meliputi perkembangan ekonomi, keuangan pemerintah,

inflasi, sistem keuangandan pengembangan akses keuangan, sistem pembayaran dan

pengelolaan uang, ketenagakerjaan dan kesejahteraan, serta prospek perekonomian daerah

pada triwulan mendatang.

Kami menyadari penyusunan kajian ini masih belum sempurna, dan menjadi tekad kami

untuk terus berupaya memperbaikinya. Oleh karena itu, segala masukan, sumbangan

pemikiran, dan koreksi dari pembaca merupakan sebuah sumbangan yang besar bagi kami di

masa mendatang. Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah

Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah membantu dalam penyediaan

data, seperti Badan Pusat Statistik, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pertanian

Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Perkebunan, Dinas Pendapatan Daerah, Dinas Tenaga

Kerja, Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Gapkindo, PT. Pelindo II

Cabang Pontianak, PLN Wilayah Kalimantan Barat, PDAM Tirta Khatulistiwa serta pihak lain

yang tidak dapat kami sebutkan disini, kami mengucapkan terima kasih.

Selamat membaca dan semoga bermanfaat.

Pontianak, November2014

KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Hilman Tisnawan

Page 4: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

ii Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 5: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iii

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GRAFIK ix

RINGKASAN UMUM 1

Perkembangan Perekonomian Daerah 1

Perkembangan Inflasi Daerah 1

Perkembangan Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan 2

Perkembangan Keuangan Pemerintah 3

Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 3

Prospek Perekonomian Daerah 4

I. PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH 7

1.1 Kajian Umum 7

1.2 PDRB Menurut Penggunaan 7

1.2.1 Konsumsi 8

1.2.2 Investasi 9

1.2.3 Ekspor - Impor 10

1.3 PDRB Sektoral 12

1.3.1 Sektor Pertanian 13

1.3.2 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 15

1.3.3 Sektor Angkutan dan Komunikasi 17

1.3.4 Sektor Industri Pengolahan 17

1.3.5 Sektor Lainnya 19

Boks: Inkubator Bisnis UMKM Sebagai Dukungan Bank Indonesia Dalam Mencetak WirausahaMandiri 21

II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 23

2.1. Gambaran Umum 23

2.2. Inflasi Tahunan 24

2.3. Inflasi Triwulanan 25

2.4. Inflasi Kelompok Komoditas 26

2.4.1. Kelompok Bahan Makanan 26

2.4.2. Kelompok Perumahan, Air, Listrik dan Bahan Bakar 28

2.4.3. Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 29

Page 6: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

iv Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014

2.4.4. Kelompok Makanan Jadi 30

2.5. Disagregasi Inflasi 32

2.5.1. Faktor Fundamental 33

2.5.2. Faktor Non Fundamental 35

Boks : Dampak Kenaikan BBM terhadap Inflasi 37

III. SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN 41

3.1 Perkembangan Indikator Umum Perbankan 41

3.2 Perkembangan Penghimpunan Dana Pihak Ketiga 41

3.3 Penyaluran Kredit Sektor Produktif 44

3.4 Penyaluran Kredit Rumah Tangga 47

3.5 Pengembangan Akses Keuangan dan Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil danMenengah (UMKM) 50

3.6 Perkembangan Sistem Pembayaran 51

3.6.1 Perkembangan Transaksi Melalui BI-RTGS 52

3.6.2 Perkembangan Transaksi Melalui Kliring 53

3.6.3 Perkembangan Penyelenggaraan Transfer Dana Non Bank dan Pedagang ValutaAsing (PVA) 54

3.6.4 Perkembangan Pengelolaan Uang 55

3.6.4.1 Perkembangan Aliran Uang Kartal Melalui BI 55

3.6.4.2 Pelaksanaan Kebijakan Penyediaan Uang Layak Edar 56

3.6.4.3 Pemusnahan 59

3.6.4.4 Perkembangan Temuan Uang Rupiah Palsu 60

IV. PERKEMBANGAN KEUANGAN PEMERINTAH 63

4.1 Realisasi Penyerapan APBN di Daerah 63

4.2 Kinerja Keuangan Pemerintah (APBD) 64

4.2.1 Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalimantan Barat 65

4.2.2 Realisasi Belanja Daerah 68

V. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 71

5.1 Ketenagakerjaan 71

5.2 Kesejahteraan 73

5.2.1 Nilai Tukar Petani (NTP) 73

5.2.1.1 Pergerakan NTP 74

5.2.1.2 Perbandingan Dengan Provinsi Lain di Kalimantan 76

5.2.2 Inflasi Pedesaan 77

Page 7: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 v

VI. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH 79

6.1 Prospek Perekonomian Daerah 79

6.2 Perkiraan Inflasi Daerah 81

LAMPIRAN xi

DAFTAR ISTILAH xiii

Page 8: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

vi Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 9: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 PDRB Penggunaan Provinsi Kalimantan Barat (miliar Rp)............................................. 7

Tabel 1.2 Perkembangan Investasi di Kalimantan Barat ............................................................. 9

Tabel 1.3 Perkembangan Realisasi Investasi di Kalimantan Barat (Rp miliar) .............................. 10

Tabel 1.4 Nominal Ekspor Luar Negeri Kalimantan Barat Berdasarkan HS2 (ribu USD) .............. 11

Tabel 1.5 Nominal Impor Kalimantan Barat Berdasarkan HS2 (ribu USD) .................................. 12

Tabel 1.6 Pertumbuhan PDRB Sektoral (%-yoy) ...................................................................... 12

Tabel 1.7Pertumbuhan PDRB Sektor Pertanian (yoy) ............................................................... 13

Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Umum Perbankan Kalimantan Barat (Rp miliar) .................. 41

Tabel 3.2 Jumlah DPK dan Pangsa DPK Bank Umum Menurut Kabupaten/Kota di KalimantanBarat (Miliar Rupiah) ........................................................................................... 43

Tabel 3.3 Jumlah Kredit dan Pangsa Kredit Bank Umum Menurut Kabupaten/Kota diKalimantan Barat (Lokasi Proyek) ........................................................................ 46

Tabel 3.4 Perkembangan Persentase NPLs Gross Kota/Kabupaten di Kalimantan Barat ............. 47

Tabel 3.5 Perkembangan Penyaluran Kredit Rumah Tangga (Rp miliar) .................................... 48

Tabel 3.6 Jumlah dan Pangsa Kredit Sektor Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota diKalimantan Barat ................................................................................................ 49

Tabel 3.7 Transaksi Melalui Real Time Gross Settlement (RTGS) ............................................... 52

Tabel 3.8 Transaksi Melalui Kliring ......................................................................................... 53

Tabel 3.9 Kegiatan Penukaran Uang Melalui Loket Penukaran Bank Indonesia (Uang Masuk) ... 57

Tabel 3.10 Kegiatan Kas Keliling ............................................................................................ 58

Tabel 3.11 Penemuan Uang Palsu di Kalimantan Barat............................................................ 60

Tabel 4.1 Realisasi APBD Provinsi Kalimantan Barat Tahun Anggaran 2014 (Rp miliar).............. 64

Tabel 5.1 Indikator Ketenagakerjaan Kalimantan Barat (ribu jiwa) ........................................... 71

Tabel 5.2 Nilai Tukar Petani Per Sektor ................................................................................... 75

Tabel 5.3 Perbandingan NTP dengan Provinsi Lain di Kalimantan ............................................ 77

Tabel 5.4 Perkembangan Inflasi Pedesaan (yoy) ...................................................................... 77

Page 10: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

viii Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 11: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 ix

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. 1 PDRB Provinsi Kalimantan Barat .............................................................................. 7

Grafik 1. 2 Indeks Harga Yang Dibayar Petani – Konsumsi Rumah Tangga................................. 9

Grafik 1. 3 Tingkat Konsumsi Barang Tahan Lama dan Penyaluran Kredit Perlengkapan ............. 9

Grafik 1. 4 Ekspor Karet ........................................................................................................ 11

Grafik 1. 5 Harga Internasional Karet (USD Cent/kg) ............................................................... 11

Grafik 1. 6 Kontribusi Terhadap Pertumbuhan ........................................................................ 13

Grafik 1. 7 Pangsa Tiap Sektor Terhadap PDRB ....................................................................... 13

Grafik 1. 8 Luas Panen Padi ................................................................................................... 14

Grafik 1. 9 Curah Hujan ........................................................................................................ 14

Grafik 1. 10 Produksi Tandan Buah Segar Sawit ..................................................................... 14

Grafik 1. 11 Volume Petikemas .............................................................................................. 15

Grafik 1. 12 Perolehan Pajak Restoran .................................................................................... 16

Grafik 1. 13 Perkembangan Jumlah Wisatawan Mancanegara ................................................ 16

Grafik 1. 14 Tingkat Hunian Hotel.......................................................................................... 16

Grafik 1. 15 Perkembangan Jumlah Penumpang .................................................................... 17

Grafik 1. 16 Produksi CPO Kalimantan Barat .......................................................................... 18

Grafik 1. 17 Harga Internasional Karet dan CPO ..................................................................... 18

Grafik 1. 18 Produksi Karet Kalimantan Barat ......................................................................... 19

Grafik 1. 19 Perolehan Pajak Hiburan ..................................................................................... 19

Grafik 1. 20 Pengadaan Semen di Kalimantan Barat ............................................................... 20

Grafik 1. 21 Penyaluran Kredit Sektor Konstruksi Kalimantan Barat ......................................... 20

Grafik 2. 1 Inflasi Tahunan Kalimantan Barat dan Nasional ..................................................... 23

Grafik 2. 2 Inflasi Triwulanan Kalimantan Barat dan Nasional .................................................. 23

Grafik 2. 3 Inflasi Bulanan Kalimantan Barat dan Nasional ...................................................... 24

Grafik 2. 4 Inflasi Tahunan dan Andil Inflasi Kalimantan Barat Kelompok Barang dan Jasa ...... 24

Grafik 2. 5 Inflasi Triwulanan dan Andil Inflasi Kalimantan Barat Kelompok Barang dan Jasa .... 25

Grafik 2. 6 Inflasi dan Andil Inflasi Kelompok Bahan Makanan Kalimantan Barat ..................... 26

Grafik 2. 7 Inflasi Kelompok Bahan Makanan Kota Pontianak dan Singkawang ....................... 27

Grafik 2. 8 Inflasi dan Andil Inflasi Kelompok Perumahan Kalimantan Barat ............................. 28

Grafik 2. 9 Inflasi Kelompok Perumahan Kota Pontianak dan Singkawang ............................... 29

Grafik 2. 10 Inflasi dan Andil Inflasi Kelompok Transpor Kalimantan Barat ............................... 30

Grafik 2. 11 Inflasi Kelompok Transpor Kota Pontianak dan Singkawang ................................ 30

Grafik 2. 12 Inflasi dan Andil Inflasi Kelompok Makanan Jadi Kalimantan Barat ....................... 30

Page 12: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

x Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014

Grafik 2. 13 Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Kota Pontianakdan Singkawang ................................................................................................. 31

Grafik 2. 14 Inflasi di Kalimantan Barat Menurut Faktor Penyebabnya (%,yoy)......................... 32

Grafik 2. 15 Harga Tiket Angkutan Udara (Rp) di Kota Pontianak ............................................ 33

Grafik 2. 16 Perkembangan Inflasi dan Ekspektasi Harga menurut Konsumen di KalimantanBarat .................................................................................................................. 33

Grafik 2. 17 Perkembangan Inflasi dan Ekspektasi Harga Konsumen Menurut KelompokKomoditas di Kalimantan Barat ............................................................................ 34

Grafik 2. 18 Perkembangan Inflasi Negara Mitra Dagang ........................................................ 35

Grafik 2. 19 Perkembangan Nilai Tukar .................................................................................. 35

Grafik 2. 20 Perkembangan Harga Komoditas Emas Internasional ........................................... 35

Grafik 2. 21 SPH Beras, Minyak Goreng dan Gula Pasir ........................................................... 36

Grafik 2. 22 SPH Bumbu ........................................................................................................ 36

Grafik 2. 23 SPH Daging dan Telur ......................................................................................... 36

Grafik 2. 24 SPH Komoditas Ikan ........................................................................................... 36

Grafik 2. 25 Perkembangan Rata-rata Harga Beras di Kota Pontianak ...................................... 36

Grafik 2. 26 Perkembangan Rata-rata Harga Bumbu di Kota Pontianak ................................... 36

Grafik 3.1 Perkembangan Jenis DPK Bank Umum di Kalimantan Barat (miliar Rupiah) .............. 42

Grafik 3.2 Perkembangan Suku Bunga Deposito Kalimantan Barat terhadap BI Rate ................ 42

Grafik 3.3 Struktur DPK Menurut Golongan Pemilik di Kalimantan Barat ................................. 42

Grafik 3.4 Sebaran DPK Bank Umum Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat ............... 43

Grafik 3.5 Perkembangan Kredit Modal Kerja dan Investasi di Kalimantan Barat ...................... 44

Grafik 3.6 Pangsa Kredit Menurut Sektor Ekonomi di Kalimantan Barat .................................. 45

Grafik 3.7 Penyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek dan lokasi kantor bank (Rp Miliar) ....... 45

Grafik 3.8 Perkembangan Rasio NPL Gross Kredit Produktif Kalimantan Barat ......................... 46

Grafik 3.9 Perkembangan Pertumbuhan Kredit Konsumsi di Kalimantan Barat ........................ 48

Grafik 3.10 Perkembangan NPL Gross Kredit Sektor Rumah Tangga di Kalimantan Barat ......... 49

Grafik 3.11 Perkembangan Kredit UMKM Kalimantan Barat ................................................... 50

Grafik 3.12 Perkembangan Kredit UMKM Menurut Jenis Penggunaan di Kalimantan Barat (RpMiliar) ................................................................................................................. 50

Grafik 3.13 Perkembangan Rasio NPL Gross Kredit UMKM ..................................................... 51

Grafik 3.14Perkembangan Jumlah Outflow Uang Kertas Pecahan Kecil ................................... 55

Grafik 3.15 Perkembangan Inflow dan Outflow Kalimantan Barat ........................................... 56

Grafik 3.16 Perkembangan Inflow dan Outflow melalui Kas Titipan ........................................ 58

Grafik 3.17 Perkembangan Inflow, Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar dan RasioPemusnahan Uang Tidak Layak Edar Terhadap Inflow........................................... 60

Grafik 4. 1 Realisasi Belanja APBN Provinsi Kalbar ................................................................... 63

Page 13: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 xi

Grafik 4. 2 Pangsa Realisasi Belanja APBN .............................................................................. 63

Tw III 2014 per Kota .............................................................................................................. 63

Grafik 4. 3 Pangsa Realisasi Belanja APBN Kalbar .................................................................... 64

Triwulan III 2014 berdasar Fungsi ........................................................................................... 64

Grafik 4. 4 Realisasi Belanja dan Pendapatan .......................................................................... 64

Grafik 4. 5 Realisasi Pendapatan Daerah (Rp miliar) ................................................................ 65

Grafik 4. 6 Realisasi Pendapatan Daerah (Rp miliar) ................................................................ 65

Grafik 4. 7 Pangsa Pajak (Rp Miliar) ........................................................................................ 66

Grafik 4. 8 Realisasi Komponen Dana Perimbangan (Rp miliar) ................................................ 67

Grafik 4. 9 Kapasitas Fiskal ................................................................................................... 67

Grafik 4. 10 Pangsa Realisasi Belanja Per Komponen............................................................... 68

Grafik 4. 11 Realisasi Belanja Tidak Langsung (Rutin) .............................................................. 68

Grafik 4. 12 Realisasi Belanja Langsung (Non Rutin) ................................................................ 69

Grafik 5.1Pertumbuhan Penduduk Angkatan Kerja Berdasarkan Pendidikan ........................... 71

Grafik 5.2 Pertumbuhan Jumlah Penduduk Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan ................ 72

Grafik 5.3 Pertumbuhan Penyerapan Tenaga Kerja Kalimantan Barat Berdasarkan Sektor (%,yoy) .................................................................................................................... 72

Grafik 5.4 NTP Petani Kalimantan Barat.................................................................................. 73

Grafik 5.5 Indeks Dibayar dan Indeks Diterima Petani ............................................................. 73

Grafik 5.6 Inflasi Pedesaan (yoy) ............................................................................................. 77

Grafik 6.1 Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Barat (yoy) ....................................... 79

Grafik 6.2 Harga Internasional Karet dan Crude Palm Oil ....................................................... 80

Grafik 6.3 Perkembangan Ekspektasi Harga Konsumen .......................................................... 81

Grafik 6.4 SPH Bumbu .......................................................................................................... 81

Grafik 6.5 SPH Daging dan Telur .......................................................................................... 81

Grafik 6.6 SPH Tarif Tiket Pesawat ........................................................................................ 82

Page 14: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

xii Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 15: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 1

RINGKASAN UMUM

Perkembangan Perekonomian Daerah

Sejalan dengan perlambatan perekonomian nasional, perekonomian Kalimantan Barat pada

triwulan III 2014 juga tercatat mengalami perlambatan.Perekonomian Kalimantan Barat tercatat

tumbuh relatif rendah sebesar 4,45% (yoy), lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tercatat sebesar 4,53% (yoy). Pertumbuhan Kalimantan Barat tersebut juga tercatat lebih rendah

dibandingkan pertumbuhan pada triwulan yang sama di tahun sebelumnya yang mampu mencapai

6,70% (yoy). Pada sisi permintaan, perlambatan perekonomian Kalimantan Barat pada periode

laporan terutama dipengaruhi oleh kontraksi kinerja ekspor.

Di sisi sectoral, kinerja perekonomian ditandai dengan kontraksi pada sektor pertanian

sebagai salah satu sektor perekonomian utama Kalimantan Barat.Sektor perekonomian utama

lainnya, yaitu sektor industri pengolahan juga menunjukkan perlambatan dibandingkan triwulan

sebelumnya. Kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat pada triwulan III

2014 bersumber dari sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), sektor angkutan dan komunikasi,

serta sektor jasa, dimana ketiganya memberikan kontribusi sebesar 3,28% dari angka pertumbuhan

secara keseluruhan sebesar 4,45% (yoy). Sementara itu, struktur perekonomian Provinsi Kalimantan

Barat masih didominasi oleh sektor pertanian, sektor PHR dan sektor industri pengolahan, yang

membentuk pangsa 59,80%

Perkembangan Inflasi Daerah

Tekanan harga barang dan jasa di Kalimantan Barat pada triwulan III 2014 secara tahunan

relatif terkendali, tercermin dari tingkat inflasi yang lebih rendah dari triwulan II 2014.

Tercatat tekanan inflasi Kalimantan Barat pada periode laporan mencapai 6,67% (yoy), lebih rendah

jika dibandingkan inflasi pada triwulan II 2014 yang mencapai 8,69% (yoy). Meskipun mengalami

penurunan dan relatif searah dengan tren inflasi nasional, namun tekanan inflasi Kalimantan Barat

pada periode laporan tersebut lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional yang mencapai 4,53% (yoy).

Salah satu pemicu tekanan inflasi pada triwulan III 2014 adalah pelaksanaan hari raya keagamaan

puasa dan lebaran yang mendorong peningkatan permintaan masyarakat terutama di awal triwulan

yang kemudian relatif mereda di akhir triwulan. Namun apabila dicermati lebih lanjut, pengaruh puasa

dan lebaran yang terjadi pada triwulan III 2014 relatif lebih kecil dibandingkan triwulan III 2013,

tercermin dari penurunan tekanan inflasi yang terjadi pada triwulan laporan. Kondisi tersebut

Page 16: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

2 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014

dikarenakan pada triwulan III 2013 juga terjadi kenaikan harga BBM Bersubsidi bersamaan dengan

pelaksanaan hari raya keagamaan puasa dan lebaran.

Perkembangan Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan

Perkembangan volume usaha perbankan di Kalimantan Barat pada triwulan III 2014 tercatat

mencapai Rp49,80 triliun, atau tumbuh 18,61% (yoy), melambat dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tumbuh sebesar 19,10% (yoy). Perlambatan perkembangan aset tersebut

terutama dipengaruhi oleh perlambatan pada sisi aktiva, dimana penyaluran kredit yang dilakukan

oleh perbankan Kalimantan Barat tumbuh melambat 14,82% (yoy), dibandingkan triwulan II 2014

yang mampu tumbuh 16,70% (yoy). Perlambatan juga terjadi pada penghimpunan dana pihak ketiga

yang tercatat tumbuh 14,19% (yoy) pada triwulan laporan. Perlambatan yang terjadi baik pada sisi

penyaluran kredit maupun penghimpunan dana menyebabkan rasio tingkat intermediasi perbankan,

yang ditandai dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) atau rasio penyaluran kredit terhadap

penghimpunan DPK, cenderung stabil di level 83,30% pada triwulan laporan. Sementara itu, risiko

kredit Kalimantan Barat yang diindikasikan oleh rasio Non Performing Loans (NPLs) menunjukkan

sedikit peningkatan dari 1,31% menjadi 1,37% pada triwulan laporan.

Secara triwulanan, perkembangan sistem pembayaran non tunai di Provinsi Kalimantan

Barat pada triwulan II 2014 meningkat pada transaksi kliring, namun mengalami kontraksi

pada transaksi melalui BI-RTGS.Transaksi kliring selama triwulan II 2014relatif meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya. Total nilai transaksi kliring penyerahan di Kalimantan Barat

tercatat sebesar Rp10,16 triliun atau meningkat0,85% (qtq).Selama triwulan II 2014, transaksi RTGS

mengalamikontraksi di sisi nominal transaksi namun mengalami peningkatan di sisi jumlah transaksi.

Nilai transkasi RTGS mengalami kontraksi 19,27% (qtq) dibandingkan nilai transaksi triwulan

sebelunya menjadi sebesar Rp52,51 triliun. Sedangkan jumlah transaksi melalui BI-RTGS sebanyak

86.245 transaksi atau meningkat 74,32% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat

sebesar 49.474 transaksi.

Dari sisi sistem pembayaran tunai di Provinsi Kalimantan Barat, selama triwulan II 2014

nominal transaksi mengalami peningkatan pada sisi jumlah uang yang diedarkan (outflow),

namun mengalami kontraksi pada sisi jumlah uang masuk (inflow).Jumlah uang yang beredar

mengalami peningkatan 137,99% (qtq) menjadi sebesar Rp1,50 triliun. Sementara itu, jumlah uang

yang masuk ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat mengalami kontraksi

35,77% (qtq) menjadi sebesar Rp1,20 triliun. Perkembangan aliran uang kartal tersebut menunjukkan

posisi net outflow, dimana jumlah uang yang diedarkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Kalimantan Barat lebih besar dibandingkan jumlah uang yang masuk. Jika ditinjau secara

Page 17: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 3

tahunan, transaksi sistem pembayaran tunai di Kalimantan Barat mengalami kenaikan baik di sisi

inflow maupun outflow masing-masing sebesar 40,70% (yoy) dan 55,33% (yoy).

Perkembangan Keuangan Pemerintah

Penyerapan belanja APBN pada triwulan III 2014 di Kalimantan Barat terutama didominasi

oleh belanja modal. Tercatat penyerapan belanja APBN secara umum di wilayah Kalimantan Barat

hingga triwulan laporan mencapai Rp4,24 triliun atau 59,11% dari pagu belanja APBN tahun 2014

yang sebesar Rp7,175 triliun. Berdasarkan komponennya, belanja modal mendominasi realisasi belanja

secara keseluruhan.

Berdasarkan daerahnya, realisasi penyerapan secara umum terkonsentrasi pada Pemerintah Provinsi

Kalimantan Barat, Kota Pontianak dan Kabupaten Pontianak, dengan pangsa masing-masing

mencapai 39,53%, 28,19% dan 9,55%. Kondisi tersebut sejalan dengan pelaksanaan beberapa

proyek pembangunan yang dikelola oleh pemerintah daerah. Sementara itu berdasarkan fungsinya,

realisasi penyerapan belanja APBN di Kalimantan Barat terutama dialokasikan pada fungsi Pelayanan

Umum. Tercermin dari pangsa belanja APBN yang mencapai 29,73%. Selain itu, beberapa fungsi lain

yang memiliki relaisasi anggaran belanja APBN yang relatif besar antara lain Ekonomi dan Pendidikan

dengan pangsa masing-masing mencapai 26,41% dan 18,38%.

Realisasi kinerja keuangan Pemerintah (APBD) Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan III

2014 menunjukkan perkembangan yang positif, terutama dari sisi belanja. Berdasarkan

nilainya, realisasi anggaran pemerintah pada triwulan III 2014 mengalami kenaikan dibandingkan

triwulan III 2013, baik dari sisi pendapatan maupun belanja.

Realisasi pendapatan Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan III 2014 tercatat sebesar Rp2.818,60

miliar, lebih besar dari realisasi triwulan III 2013 yang mencapai Rp1.693,25 miliar. Sejalan dengan

perkembangan realisasi pendapatan, penyerapan belanja pada triwulan III 2014 menunjukkan

perkembangan realisasi yang positif.

Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) BPS bulan Agustus 2014, jumlah

penduduk usia kerja (usia 15 tahun ke atas) Provinsi Kalimantan Barat adalah sebanyak

3.318 ribu orang, atau mengalami peningkatan sebesar 8,14% (yoy) dibandingkan hasil

survei pada Bulan Agustus 2013. Sementara jumlah angkatan kerja tercatat meningkat sebesar

8,40% (yoy) menjadi sebanyak 2.320 ribu orang. Berdasarkan dari status pekerjaan, penyerapan

tenaga kerja pada sektor informal mengalami peningkatan sebesar 7,51% (yoy) pada Agustus 2014

apabila dibandingkan Agustus 2013 yang tercatat sebanyak 1.355 ribu orang. Ditinjau dari sisi

Page 18: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

4 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014

sektoral, tingkat penyerapan tenaga kerja tertinggi terjadi di sektor pertanian, dengan pangsa sebesar

57,76% dari total penduduk yang bekerja di Kalimantan Barat.

Secara tahunan, pergerakan NTP gabungan di Kalimantan Barat menunjukkan

kecenderungan yang meningkat dibandingkan tahun 2013. NTP bulan September 2014

mengalami peningkatan sebesar 1,55% (yoy) dibandingkan NTP bulan September 2013 yang tercatat

sebesar 95,19. Dari sisi pendapatan, indeks yang diterima petani di Kalimantan Barat pada bulan

September 2014 meningkat 0,75% (qtq). Peningkatan tersebut juga diikuti oleh peningkatan pada

indeks yang dibayar petani, relatif lebih besar dari peningkatan indeks yang diterima petani. Pada

bulan September 2014 indeks yang dibayar petani tercatat meningkat 1,15% (qtq.

Prospek Perekonomian Daerah

Perekonomian Kalimantan Barat pada triwulan IV 2014 diperkirakan relatif meningkat jika

dibandingkan triwulan III 2014 yang tumbuh cukup rendah di level 4,45% (yoy).

Perekonomian Kalimantan Barat pada triwulan mendatang diperkirakan tumbuh pada

kisaran 4,4 – 4,8% (yoy). Di sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan terutama didorong oleh

konsumsi, baik konsumsi rumah tangga maupun konsumsi pemerintah.Konsumsi rumah tangga

diperkirakan meningkat seiring dengan peningkatan kebutuhan pada periode hari raya, baik Idul

Adha, Natal dan memasuki Tahun Baru. Namun demikian, kinerja sisi eksternal diperkirakan masih

belum optimal, antara lain akibat indikasi pelemahan ekonomi Tiongkok sebagai negara konsumen

utama serta masih belum pulihnya harga komoditas internasional. Dari sisi sektoral, akselerasi

perekonomian Kalimantan Barat diperkirakan masih bersumber dari sektor perekonomian utama

Kalimantan Barat, khususnya sektor pertanian dan sektor industri pengolahan. Sektor pertanian

diperkirakan akan tumbuh moderat, didorong oleh peningkatan produksi tanaman perkebunan,

khususnya sawit. Sejalan dengan hal tersebut, sektor industri pengolahan diperkirakan akan

mengalami akselerasi.

Secara umum, kinerja perekonomian Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2014

diperkirakan relatif melambat dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu dalam kisaran4,4%-

4,8% (yoy). Dari sisi penggunaan, perlambatan diperkirakan dipengaruhi oleh perlambatan di sisi

ekspor, akibat kontraksi pada ekspor komoditas utama Kalimantan Barat, yaitu bauksit sebagai

dampak dari implementasi UU Minerba, dan karet seiring dengan masih adanya potensi perlambatan

permintaan dari negara Tiongkok. Dari sisi sektoral, perlambatan diperkirakan dipengaruhi oleh sektor

pertanian dan pertambangan.

Inflasi Kalimantan Barat pada triwulan IV 2014 diperkirakan mengalami kenaikan. Tekanan

inflasi yang relatif tinggi diperkirakan terjadi di akhir triwulan IV 2014, seiring berlangsungnya

perayaan Natal dan Tahun Baru. Pada awal hingga pertengahan triwulan, tekanan inflasi diperkirakan

Page 19: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 5

relatif mereda sejalan dengan tidak terdapatnya even musiman yang berpotensi memberikan koreksi

harga pada sebagian besar komoditas. Faktor lain yang juga berpotensi menjadi pemicu kenaikan

inflasi salah satunya adalah rencana kenaikan tarif tiket batas atas angkutan udara yang mengacu

pada Peraturan Menteri Perhubungan No. 51/2014 tentang Mekanisme Formulasi Perhitungan dan

Penetapan Tarif Batas Atas Penumpang Pelayanan Kelas Ekonomi Angkutan Udara Niaga Berjadwal

Dalam Negeri yang mulai berlaku pada bulan November 2014.

Berdasarkan kondisi tersebut dan jika pemerintah menunda kenaikan harga BBM bersubsidi,

inflasi Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan IV 2014 atau menjadi inflasi keseluruhan

tahun 2014 diperkirakan berada pada kisaran 6,32%-7,32% (yoy).

Page 20: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

6 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III

Ekonomi Makro Regional

Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy) 6.67 5.43 5.87 5.29 4.48 6.73 6.70 6.37 4.76 4.53 4.45

Berdasarkan Sektor (Miliar Rp) : 8,311 8,115 8,618 8,963 8,684 8,661 9,196 9,534 9,097 9,053 9,605

- Pertanian 2,299 1,776 2,037 2,117 2,364 1,978 2,210 2,281 2,461 1,982 2,178

- Pertambangan & Penggalian 146 146 152 162 153 153 159 169 152 160 170

- Industri Pengolahan 1,302 1,313 1,387 1,399 1,351 1,384 1,435 1,463 1,420 1,475 1,455

- Listrik, Gas & Air Bersih 35 36 36 37 37 37 38 39 38 39 40

- Bangunan 701 730 784 857 768 770 802 911 826 859 876

- Perdagangan, Hotel & Restoran 1,750 1,794 1,846 1,871 1,816 1,879 1,985 1,974 1,905 1,981 2,111

- Pengangkutan & Komunikasi 783 823 841 870 825 877 909 941 870 935 999

- Keuangan, Persewaan & Jasa 463 481 489 498 487 520 524 523 501 546 555

- Jasa 834 1,016 1,046 1,152 882 1,063 1,136 1,233 924 1,076 1,222

Berdasarkan Permintaan (Miliar Rp) : 8,311 8,115 8,618 8,963 8,684 8,661 9,196 9,534 9,097 9,053 9,605- Konsumsi Rumah Tangga 4,401 4,427 4,552 4,615 4,676 4,715 4,813 4,893 4,988 5,070 5,215- Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 78 79 83 85 81 85 88 90 91 95 98- Konsumsi Pemerintah 941 979 1,047 1,238 1,013 1,073 1,163 1,303 1,093 1,157 1,247- PMTB 2,300 2,346 2,436 2,465 2,357 2,392 2,491 2,655 2,590 2,602 2,713- Perubahan Stok 348 (44) 453 445 213 (17) 476 350 278 293 320- Ekspor 2,581 2,651 2,577 2,697 2,645 2,723 2,710 2,861 2,695 2,307 2,317- Impor 2,337 2,324 2,530 2,583 2,301 2,310 2,545 2,619 2,638 2,471 2,305

Ekspor- Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta) 336 365 261 346 326 339 346 351 210 151 147- Volume Ekspor Non Migas (ribu ton) 3,313 2,724 2,156 4,381 3,340 4,356 4,910 4,218 750 137 194

Impor- Nilai Impor Non Migas (USD Juta) 44 88 80 123 63 47 81 50 74 65 50- Volume Impor Non Migas (ribu ton) 32 58 47 65 54 58 83 91 134 90 101

Indeks Harga Konsumen- Kota Pontianak 97.54 98.96 101.32 101.84 103.98 105.99 110.48 111.74 113.94 115.88 117.72- Kota Singkawang 99.13 100.1062 100.30 100.67 103.26 103.92 106.46 107.31 110.67 110.69 114.32

Laju Inflasi Tahunan (%,yoy)- Kota Pontianak 5.72 6.83 5.82 6.75 6.61 7.10 9.05 9.71 9.58 9.33 6.55- Kota Singkawang 6.34 7.77 3.90 4.21 4.17 3.81 6.14 6.59 7.17 6.52 7.38

Perbankan

Dana Pihak Ketiga (Rp Miliar) 28,856 30,352 31,060 32,000 32,407 33,509 34,720 36,273 36,407 38,648 39,648- Tabungan 15,709 16,669 17,492 19,824 18,676 18,465 19,438 22,004 20,213 19,728 20,372- Giro 5,663 6,345 6,206 4,628 5,970 6,780 6,688 4,873 6,368 8,120 8,060- Deposito 7,485 7,337 7,362 7,548 7,761 8,264 8,595 9,396 9,826 10,800 11,216

Kredit (Rp Miliar) - Berdasarkan Lokasi Proyek 19,217 21,071 21,918 23,826 24,757 26,390 27,452 28,923 28,108 29,606 30,346- Modal Kerja 6,704 7,620 7,699 8,811 8,569 9,369 9,501 10,135 9,969 10,517 10,791- Investasi 4,221 4,536 4,646 4,993 5,791 6,076 6,471 7,034 6,180 6,758 6,893- Konsumsi 8,292 8,915 9,572 10,022 10,397 10,945 11,480 11,753 11,959 12,330 12,662

Kredit UMKM (Rp Miliar) 6,108 6,629 6,759 7,368 7,649 8,696 9,011 9,624 10,039 11,243 11,014- Modal Kerja 4,106 4,595 4,861 5,380 5,609 6,141 6,365 6,763 6,910 7,510 7,479- Investasi 1,970 2,001 1,870 1,961 2,018 2,538 2,634 2,851 3,128 3,733 3,535- Konsumsi 32 34 28 28 22 17 13 10 1 0 0

Loan to Deposit Ratio (%) 69.42 72.23 73.48 77.30 79.49 82.34 82.84 83.55 84.33 83.32 83.30NPL Gross (%) 0.98 0.96 0.94 0.80 1.44 1.45 1.47 1.12 1.24 1.31 1.37

Sistem Pembayaran

Transaksi RTGS- Rata-rata Harian Nominal Transaksi (Rp Miliar) 897 1,142 1,160 1,399 1,093 1,175 1,167 1,197 1,084 1,462 1,531- Rata-rata Harian Volume Transaksi (Lembar) 790 918 987 1,180 965 972 886 938 825 890 878Transaksi Kliring- Rata-rata Harian Nominal Transaksi (Rp Miliar) 122 141 188 157 139 142 160 183 170 174 197- Rata-rata Harian Volume Transaksi (Lembar) 3,745 4,227 4,937 5,383 3,859 3,982 4,018 4,412 3,944 4,334 4,067

Indikator20142012 2013

Page 21: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 7

I. PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH

1.1 Kajian Umum

Pertumbuhan ekonomi nasional triwulan III

2014 tercatat sebesar 5,01% (yoy),

melambat dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar 5,12% (yoy). Untuk tiga

triwulan pertama tahun 2014 pertumbuhan

ekonomi tercatat 5,11%. Sejalan dengan

perlambatan tersebut, perekonomian

Kalimantan Barat pada triwulan III 2014 juga

tercatat mengalami perlambatan.

Perekonomian Kalimantan Barat tercatat

tumbuh relatif rendah sebesar 4,45% (yoy),

lebih lambat dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 4,53% (yoy). Pertumbuhan Kalimantan Barat tersebut juga tercatat

lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan yang sama di tahun sebelumnya yang mampu

mencapai 6,70% (yoy). Pada sisi permintaan, perlambatan perekonomian Kalimantan Barat pada

periode laporan terutama dipengaruhi oleh kontraksi kinerja ekspor.Sementara itu, di sisi sektoral,

perlambatan terutama dipengaruhi oleh kontraksi pada sektor pertanian serta perlambatan pada

sektor industri pengolahan dan sektor bangunan.

1.2 PDRB Menurut Penggunaan

Tabel 1.1 PDRB Penggunaan Provinsi Kalimantan Barat (miliar Rp)

Sumber : Data BPS Prov. Kalimantan Barat

Pada sisi permintaan, komponen yang dominan dalam pembentukan PDRB Kalimantan Barat

bersumber dari permintaan domestik, yaitu konsumsi dan investasi, yang memiliki pangsa mencapai

96,55% dari total PDRB. Konsumsi mencatat kinerja yang lebih baik dibandingkan triwulan

sebelumnya, khususnya pada konsumsi rumah tangga.Investasi juga menunjukkan akselerasi pada

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3Konsumsi Rumah Tangga 4,401 4,427 4,552 4,615 4,676 4,715 4,813 4,893 4,988 5,070 5,215

Konsumsi Nirlaba 78 79 83 85 81 85 88 90 91 95 98

Konsumsi Pemerintah 941 979 1,047 1,238 1,013 1,073 1,163 1,303 1,093 1,157 1,247

PMTB 2,300 2,346 2,436 2,465 2,357 2,392 2,491 2,655 2,590 2,602 2,713

Perubahan Stok 348 (44) 453 445 213 (17) 476 350 278 293 320

Ekspor 2,581 2,651 2,577 2,697 2,645 2,723 2,710 2,861 2,695 2,307 2,317

Dikurangi Impor 2,337 2,324 2,530 2,583 2,301 2,310 2,545 2,619 2,638 2,471 2,305

PDRB 8,311 8,115 8,618 8,963 8,684 8,661 9,196 9,534 9,097 9,053 9,605

2014Jenis Penggunaan

2012 2013

Sumber : Data BPS Provinsi Kalimantan Barat

Grafik 1. 1 PDRB Provinsi Kalimantan Barat

0

1

2

3

4

5

6

7

8

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2012 2013 2014

%

Mil

iar

Rp

Nilai g Nasional (yoy)g Kalbar (yoy)

Page 22: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

8 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014

triwulan laporan.Pada sisi lain, kontraksi yang cukup dalam ditunjukkan oleh perdagangan luar negeri

Provinsi Kalimantan Barat, khususnya ekspor.

1.2.1 Konsumsi

Pada triwulan III 2014, konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh 8,36% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 7,53% (yoy). Sementara itu, konsumsi pemerintah

menunjukkan perlambatan dari 7,81% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 7,25% (yoy) pada triwulan

laporan. Terjaganya konsumsi rumah tangga di Kalimantan Barat antara lain didorong oleh

peningkatan permintaan masyarakat seiring dengan periode perayaan Idul Fitri dan Sembahyang

Kubur. Selain itu, pelaksanaan Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden pada awal triwulan juga

turut mendorong permintaan pada triwulan laporan.Dari sisi pendapatan, pencairan gaji ke-13

pegawai negeri sipil yang secara nominal meningkat 6% berdampak pada terjaganya konsumsi

masyarakat pada triwulan III 2014.

Peningkatan konsumsi masyarakat juga diindikasikan oleh hasil Survei Konsumen Bank Indonesia,

dimana indeks pembelian barang konsumsi tahan lama tercatat sebesar 149,50 pada triwulan

laporan, atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 141,00.

Peningkatan konsumsi rumah tangga tersebut terutama pada jenis barangelektronik dan peralatan

rumah tangga.Hal tersebut juga sejalan dengan akselerasi penyaluran kredit rumah tangga di

Kalimantan Barat untuk pembelian perlengkapan sebesar 14,10% (yoy) pada triwulan laporan setelah

mengalami kontraksi pada triwulan sebelumnya. Peningkatan konsumsi juga tercermin dari data nilai

tukar petani BPS Provinsi Kalimantan Barat, dimana terdapat peningkatan indeks harga yang dibayar

petani, khususnya untuk konsumsi rumah tangga dari 112,45 menjadi 113,85 pada triwulan laporan.

Sementara itu, meskipun konsumsi pemerintah pada triwulan III 2014 didorong oleh pencairan gaji

ke-13 PNS serta realisasi anggaran pemerintah pusat terkait pelaksanaan Pemilu Presiden, konsumsi

pemerintah tercatat mengalami perlambatan sebesar 7,25% (yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya

yang tumbuh 7,81% (yoy). Perlambatan tersebut diperkirakan dipengaruhi oleh masih belum

optimalnya penyerapan APBD di sejumlah kota/kabupaten di Kalimantan Barat. Hal tersebut antara

lain diindikasikan oleh outstanding giro pemerintah di perbankan Kalimantan Barat pada triwulan

laporan yang relatif tidak mengalami perubahan dibandingkan triwulan sebelumnya. Selain itu,

perlambatan pada konsumsi pemerintah juga diperkirakan merupakan dampak dari pemotongan

anggaran kementerian dan lembaga di pemerintah pusat sebagai akibat cukup tingginya defisit

anggaran.

Page 23: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 9

Sumber : BPS Kalimantan Barat, diolah

Grafik 1. 2 Indeks Harga Yang Dibayar Petani –Konsumsi Rumah Tangga

Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia, diolah

Grafik 1. 3 Tingkat Konsumsi Barang Tahan Lama danPenyaluran Kredit Perlengkapan

1.2.2 Investasi

Investasi Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan III 2014 tercatat mengalami akselerasi sebagaimana

tercermin pada pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 8,90% (yoy), relatif

lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 8,78% (yoy). Peningkatan investasi

tersebut diindikasikan antara lain oleh data realisasi investasi di provinsi Kalimantan Barat, khususnya

penanaman modal dalam negeri (PMDN) yang tercatat mencapai Rp1,42 triliun, atau mengalami

akselerasi mencapai 700,86% (yoy) dibandingkan pertumbuhan di triwulan sebelumnya sebesar

124,60% (yoy). Sementara itu, penanaman modal asing (PMA) tercatat tumbuh relatif rendah sebesar

8,33% (yoy) menjadi sebesar 142 juta USD.

Tabel 1.2 Perkembangan Investasi di Kalimantan Barat

Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal

Data total realisasi investasi Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPMPTSP)

Provinsi Kalimantan Barat menunjukkan total realisasi investasi di Kalimantan Barat sampai triwulan

laporan mencapai Rp8,99 triliun atau meningkat jika dibandingkan periode yang sama di tahun

sebelumnya yang tercatat mencapai Rp7,63 triliun. Investasi PMDN terbesar merupakan investasi

pada subsektor perkebunan kelapa sawit dan industri pengolahan minyak kelapa sawit.Sementara itu,

investasi PMA sebagian besar merupakan investasi pada sektor industri pengolahan logam dasar,

khususnya untuk bijih bauksit dan bijih besi.Selain investasi dimaksud, berlanjutnya penyelesaian

96

98

100

102

104

106

108

110

112

114

116

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2012 2013 2014

Indeks Harga Yang Dibayar Petani

Konsumsi Rumah Tangga

-80.00%

-60.00%

-40.00%

-20.00%

0.00%

20.00%

40.00%

60.00%

80.00%

100.00%

95.00

105.00

115.00

125.00

135.00

145.00

155.00

Indeks Pembelian Barang KonsumsiTahan LamagKredit Perlengkapan (yoy)

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3PMDN (Miliar Rp) 903.4 754.4 564.0 589.2 202.7 172.3 177.2 1,970.0 1,570.4 386.9 1,419.1

PMA (US$ Juta) 120.7 92.1 78.7 106.0 116.8 134.7 131.1 267.7 237.3 274.1 142.0

20142012Keterangan

2013

Page 24: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

10 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014

proyek-proyek pemerintah, khususnya dalam rangka realisasi proyek MP3EI di Kalimantan Barat, juga

mendorong pertumbuhan investasi di Kalimantan Barat pada triwulan laporan.

Tabel 1.3 Perkembangan Realisasi Investasi di Kalimantan Barat (Rp miliar)1

Sumber : BPMPTSP Provinsi Kalimantan Barat

1.2.3 Ekspor - Impor

Kinerja ekspor luar negeri Kalimantan Barat pada triwulan III 2014 menunjukkan kontraksi yang cukup

dalam meskipun tidak sedalam triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, ekspor mengalami

kontraksi sebesar 14,50% (yoy), sementara pada triwulan sebelumnya ekspor mengalami kontraksi

mencapai 15,31% (yoy). Sementara itu, impor Kalimantan Barat juga mengalami kontraksi sebesar

9,44% (yoy), setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh 6,97% (yoy).

Penurunan kinerja ekspor diindikasikan oleh penurunan ekspor Kalimantan Barat ke luar negeri,

dimana pada triwulan laporan nominal ekspor hanya tercatat sebesar 146,81 juta USD atau

mengalami kontraksi 57,37% (yoy). Dari sisi volume, data ekspor juga menunjukkan penurunan yang

signifikan, dimana pada triwulan laporan volume ekspor Kalimantan Barat ke luar negeri tercatat

sebesar 193,96ribu ton atau mengalami kontraksi hingga mencapai 96,05% (yoy). Kontraksi tersebut

terutama terjadi akibat kontraksi pada ekspor komoditas utama Kalimantan Barat, yaitu karet seiring

dengan masih belum pulihnya permintaan. Selain itu, dampak dari optimalisasi ekspor bauksit pada

tahun 2013 juga berdampak pada kontraksi ekspor di triwulan laporan pasca implementasi UU

Minerba terkait pembatasan ekspor barang tambang mentah. Sementara itu, ekspor komoditas utama

lainnya, yaitu kayu, menunjukkan peningkatan sebesar 8,56% (yoy), setelah mengalami kontraksi

sejak tahun 2013.

1 PMDN : Penanaman Modal Dalam Negeri, PMA : Penanaman Modal Asing, PDKPM : Perangkat DaerahKab/Kota di Bidang Penanaman Modal

Akumulasi(Q1-Q3)

TargetAkhir Tahun

Realisasi AkhirTahun

Akumulasi(Q1-Q3)

TargetAkhir Tahun

PMDN 3,614.43 6,190.00 6,300.00 1,922.34 2,480.00PMA 4,017.23 6,190.00 4,080.00 3,423.50 11,060.00PDKPM**) - - 2,230.00 3,648.51TOTAL 7,631.66 12,380.00 12,610.00 8,994.35 17,988.70

Keterangan

2013 2014

Page 25: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 11

Tabel 1.4 Nominal Ekspor Luar Negeri Kalimantan Barat Berdasarkan HS2 (ribu USD)

Sumber : Bank Indonesia, diolah

Sumber : Bank Indonesia, diolah

Grafik 1. 4 Ekspor Karet

Sumber : Bloomberg

Grafik 1. 5 Harga Internasional Karet (USD Cent/kg)

Pada triwulan laporan, nominal ekspor karet mengalami kontraksi sebesar 38,94% (yoy), atau lebih

dalam dibandingkan kontraksi pada triwulan sebelumnya yang tercatat mencapai 37,57% (yoy).

Kontraksi ekspor karet dipengaruhi oleh masih belum pulihnya permintaan dunia yang antara lain

dipengaruhi oleh perekonomian di negara Tiongkok yang tumbuh relatif terbatas akibat menurunnya

aktivitas produksi di negara tersebut. Tingginya stok karet di negara tersebut juga berpengaruh

terhadap tren penurunan harga karet, dimana pada triwulan III 2014 harga internasional karet masih

berada pada tren penurunan dimana tercatat sebesar 219,56 USD Cent/kg, lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 237,02 USD Cent/kg.

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

Karet dan Barang dari Karet (HS40) 167,815 224,422 131,103 144,527 155,725 136,685 124,495 153,081 127,473 85,329 76,021

Kayu, Barang dari Kayu (HS44) 62,092 49,225 46,006 46,548 50,039 45,869 41,360 46,907 39,454 44,546 44,899

Lemak dan minyak dari hewan/nabati (HS15) 731 1,823 3,880 5,567 4,301 6,724 4,039 - 11,839 8,943 8,511

Ampas/Sisa Industri Makanan (HS23) 1,647 1,723 2,441 2,248 2,492 2,283 2,784 3,547 3,822 4,133 4,092

Biji-bijian berminyak (HS12) 805 385 527 707 774 604 615 443 1,026 1,438 651

Ikan dan Udang (HS03) 3,445 2,697 2,283 3,245 2,126 3,057 2,174 2,782 2,866 1,416 2,619

Buah-buahan dan kacang-kacangan (HS08) 359 482 546 92 162 290 179 383 530 1,355 972

Perabot, penerangan rumah (HS94) 263 771 717 1,003 540 357 490 690 646 821 498

Olahan dari Tepung (HS19) 779 356 379 838 472 611 239 476 393 547 291

Bijih, Kerak, dan Abu Logam (HS26) 111,589 84,116 70,221 136,281 105,872 138,295 163,950 137,140 18,880 103 -

Total 10 Golongan 349,524 366,001 258,104 341,056 322,503 334,774 340,324 345,451 206,929 148,631 138,555

Total Ekspor 351,261 375,792 260,315 345,926 326,599 338,795 344,414 350,014 210,622 150,620 146,809

2012 2013Komoditas

2014

-60%

-50%

-40%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

-

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2012 2013 2014

NominalGrowth (yoy)

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

Page 26: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

12 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014

Tabel 1.5 Nominal Impor Kalimantan Barat Berdasarkan HS2 (ribu USD)

Sumber : Bank Indonesia, diolah

Dari sisi impor, kontraksi impor terindikasi oleh kontraksi pada impor luar negeri Kalimantan Barat,

dimana pada triwulan laporan, nominal impor luar negeri mengalami kontraksi cukup dalam sebesar

38,95% (yoy) menjadi sebesar 49,61 juta USD. Penurunan tersebut dipengaruhi oleh kontraksi pada

impor komoditas kapal pada triwulan laporan.Dari sisi volume, impor luar negeri Kalimantan Barat

tercatat sebesar 101,21 ribu ton atau melambat 22,39% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya

yang tumbuh 55,64% (yoy). Impor Kalimantan Barat didominasi oleh impor komoditas garam,

belerang dan kapur, serta pupuk.

1.3 PDRB Sektoral

Tabel 1.6 Pertumbuhan PDRB Sektoral (%-yoy)

Sumber : Data BPS Provinsi Kalimantan Barat

Kinerja perekonomian Provinsi Kalimantan Barat secara sektoral pada triwulan III 2014

ditandai dengan kontraksi pada sektor pertanian sebagai salah satu sektor perekonomian

utama Kalimantan Barat. Sektor perekonomian utama lainnya, yaitu sektor industri pengolahan

juga menunjukkan perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Kontribusi terbesar terhadap

pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat pada triwulan III 2014 bersumber dari sektor perdagangan,

hotel dan restoran (PHR), sektor angkutan dan komunikasi, serta sektor jasa, dimana ketiganya

memberikan kontribusi sebesar 3,28% dari angka pertumbuhan secara keseluruhan sebesar 4,45%

(yoy). Sementara itu, struktur perekonomian Provinsi Kalimantan Barat masih didominasi oleh sektor

pertanian, sektor PHR dan sektor industri pengolahan, yang membentuk pangsa 59,80%.

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

Mesin-mesin/pesawat mekanik (HS84) 18,250 47,661 44,939 52,642 28,616 13,399 13,782 11,432 10,524 16,376 15,485

Kapal Laut dan Bangunan Terapung (HS89) 3,827 9,824 22,518 39,232 4,457 17,491 44,933 17,780 33,122 13,347 4,493

Pupuk (HS31) 4,746 5,097 2,758 5,793 1,084 206 1,228 1,153 4,281 6,150 9,561

Benda-benda dari Besi dan Baja (HS73) 2,072 4,169 1,234 4,940 1,825 455 299 795 3,171 5,680 1,715

Kendaraan dan Bagiannya (HS87) 586 424 1,137 887 1,331 639 856 580 1,357 3,365 1,715

Besi dan Baja (HS72) 2,638 4,302 1,447 5,889 353 2,082 3,530 1,808 1,780 2,666 2,627

Garam, Belerang, Kapur (HS25) 979 1,252 1,727 2,796 2,652 3,147 3,614 3,833 4,299 2,611 3,377

Bahan Ampas/Sisa Industri Makanan (HS23) 310 222 674 515 5,003 1,135 809 1,334 2,720 2,429 2,855

Biji-bijian berminyak (HS12) 1,479 905 3,260 1,075 1,741 1,207 814 1,542 678 2,181 1,473

Perlengkapan rumah tangga (HS94) 248 273 96 632 210 157 1,381 317 865 1,877 340

Total 10 Golongan Barang 35,137 74,129 79,791 114,402 47,272 39,917 71,246 40,574 62,796 56,681 43,641

Total Impor 43,761 88,315 87,695 122,893 62,715 47,262 81,255 50,351 74,061 65,309 49,604

Komoditas2012 2013 2014

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q31. Pertanian 4.82% 0.96% 5.28% 4.06% 2.84% 11.39% 8.45% 7.76% 4.10% 0.18% -1.42%2. Pertambangan & Penggalian 6.47% 4.48% 4.73% 4.99% 5.33% 4.92% 4.32% 4.28% -1.09% 4.80% 7.21%3. Industri Pengolahan 6.03% 2.16% 3.30% 1.78% 3.82% 5.37% 3.41% 4.59% 5.06% 6.59% 1.42%4. Listrik,Gas & Air Bersih 5.32% 4.52% 3.78% 4.85% 4.13% 3.89% 4.85% 5.02% 2.69% 3.78% 5.31%5. Bangunan 12.07% 8.64% 8.94% 9.72% 9.57% 5.42% 2.31% 6.39% 7.58% 11.60% 9.23%6. Perdagangan, Hotel & Restoran 6.91% 6.70% 6.59% 6.23% 3.79% 4.79% 7.56% 5.46% 4.93% 5.40% 6.36%7. Angkutan & Komunikasi 6.49% 9.44% 5.61% 4.91% 5.44% 6.45% 8.07% 8.14% 5.40% 6.71% 9.83%8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 6.96% 7.35% 7.29% 5.50% 5.28% 8.18% 7.17% 5.02% 2.78% 5.01% 5.88%9. Jasa - jasa 8.20% 9.85% 6.79% 7.62% 5.76% 4.58% 8.54% 7.05% 4.85% 1.23% 7.62%

PDRB 6.67% 5.43% 5.87% 5.29% 4.48% 6.73% 6.70% 6.37% 4.76% 4.53% 4.45%

Sektor20132012 2014

Page 27: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 13

1.3.1Sektor Pertanian

Tabel 1.7Pertumbuhan PDRB Sektor Pertanian (yoy)

Sumber : BPS Prov. Kalbar, diolah

Pada triwulan III 2014, sektor pertanian mengalami kontraksi mencapai 1,42% (yoy), sementara pada

triwulan sebelumya sektor pertanian pun hanya mampu tumbuh 0,18% (yoy). Kontraksi tersebut

terutama dipengaruhi kontraksi pada subsektor tanaman bahan makanan (tabama) dan subsektor

tanaman perkebunan.Sementara subsektor lainnya yang mengalami kontraksi adalah subsektor

kehutanan.

Kinerja subsektor tabama pada periode laporan menunjukkan kontraksi 0,58% (yoy), relatif tidak

sedalam triwulan sebelumnya dimana subsektor tabama mengalami kontraksi mencapai 10,76%

(yoy). Kontraksi tersebut antara lain diindikasikan oleh luas panen padi yang pada triwulan laporan

tercatat sebesar 57,98 ribu Ha, atau mengalami kontraksi 26,25% (yoy). Rendahnya luas panen

tersebut antara lain dipengaruhi oleh kondisi cuaca kering yang tidak mendukung pertumbuhan

tanaman padi sehingga menyebabkan gagal panen di beberapa daerah Kalimantan Barat. Beberapa

daerah, antara lain Kabupaten Sambas dan Singkawang, mengalami gagal panen akibat tidak

tersedianya sumber air yang memadai di tengah cuaca panas yang berkepanjangan. Sementara itu,

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

PERTANIAN 4.82% 0.96% 5.28% 4.06% 2.84% 11.39% 8.45% 7.76% 4.10% 0.18% -1.42%

a. Tanaman Bahan Makanan 5.86% -8.34% 6.33% 1.18% -0.08% 26.14% 9.58% 12.80% 3.48% -10.76% -0.58%

b. Tanaman Perkebunan 5.12% 7.08% 5.09% 7.46% 9.01% 7.35% 11.38% 5.53% 5.93% 7.16% -5.08%

c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 3.73% 4.49% 5.14% 4.03% -0.41% 3.47% 3.36% 4.97% 5.38% 5.77% 6.09%

d. Kehutanan -2.21% 1.15% 1.21% 1.53% -0.20% -2.55% -3.24% -0.95% -0.93% -1.67% -2.86%

e. Perikanan 2.29% 2.44% 4.20% 4.21% 2.05% 1.94% 3.56% 2.72% 1.03% 2.81% 3.22%

Sektor2012 2013 2014

Sumber : Data BPS Prov. Kalbar, diolah

Grafik 1. 6 Kontribusi Terhadap Pertumbuhan

Sumber : Data BPS Prov. Kalbar, diolah

Grafik 1. 7 Pangsa Tiap Sektor Terhadap PDRB

-0.34%

0.12%

0.22%

0.02%

0.80%

1.37%

0.97%

0.34%

0.94%

Pertanian

Pertambangan

Industri

LGA

Bangunan

PHR

Angkutan

Keuangan

Jasa

Pertanian22.68%

Pertambangan1.77%

Industri15.15%

LGA0.41%

Bangunan9.12%

PHR21.98%

Angkutan &Komunikasi

10.40%

Keuangan5.78%

Jasa - jasa12.72%

Lainnya,36.08%

Page 28: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

14 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014

cuaca panas juga mempengaruhi populasi hama belalang di Ketapang yang menyebabkan gagal

panen di daerah tersebut.

Sumber : Distan Prov. Kalbar, diolah

Grafik 1. 8 Luas Panen Padi

Sumber : BMKG Supadio Pontianak, diolah

Grafik 1. 9 Curah Hujan

Sementara itu, subsektor tanaman

perkebunan menunjukkan kontraksi sebesar

5,08% (yoy) pada triwulan III 2014,

meskipun mampu tumbuh mencapai 7,16%

(yoy) pada triwulan sebelumnya. Kontraksi

tersebut antara lain dipengaruhi oleh kinerja

subsektor perkebunan kelapa sawit, dimana

produksi tandan buah segar (TBS) tercatat

sebesar 1,23 juta ton, atau tumbuh

melambat sebesar 38,85% (yoy)

dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tumbuh cukup tinggi sebesar 61,45% (yoy).

Cuaca kering berdampak pada penurunan

produktivitas tanaman sawit di beberapa perusahaan sawit terbesar di Kalimantan Barat pada triwulan

laporan. Dari sisi harga, pergerakan harga TBS juga penurunan cukup besar, dimana pada triwulan

laporan harga rata-rata TBS tercatat pada level Rp1.591/kg, lebih rendah dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tercatat pada level Rp1.757/kg.

Di sisi lain, produksi tanaman karet terusmengalami penurunan akibat rendahnya aktivitas petani

menoreh getah karet. Rendahnya aktivitas petani tersebut antara lain dipengaruhi oleh kurang

bergairahnya petani akibat harga karet yang belum berangsur membaik. Harga karet di tingkat petani

terus menurun berada pada kisaran Rp5.000–Rp6.000 per kg pada periode laporan. Di tingkat

-80%

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

-

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2012 2013 2014

Hek

tar

Luas PanenPertumbuhan-yoy (RHS)

0

100

200

300

400

500

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2012 2013 2014

mm

Sumber : Disbun Prov. Kalbar, diolah

Grafik 1. 10 Produksi Tandan Buah Segar Sawit

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

-

200,000

400,000

600,000

800,000

1,000,000

1,200,000

1,400,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2012 2013 2014

Ton

Produksi gProduksi-RHS (yoy)

Page 29: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 15

internasional, harga karet masih menunjukkan tren penurunan. Pada triwulan laporan, harga

internasional karet tercatat pada level 219,56USD cent/kg, lebih rendah dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tercatat di level 237,02 USD cent/kg. Selain itu, berdasarkan informasi pelaku usaha,

penurunan produksi karet antara lain dipengaruhi oleh semakin banyaknya konversi lahan perkebunan

karet menjadi lahan perkebunan sawit, serta rendahnya produktivitas tanaman karet akibat usia

tanaman yang sudah tua. Menyikapi hal tersebut, kiranya peran pemerintah dapat lebih dioptimalkan,

misalnya dalam pemberian bantuan baik berupa bibit unggul maupun tenaga penyuluh perkebunan

yang dapat membina petani dalam peremajaan dan perawatan tanaman karet.

1.3.2 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

Pada triwulan III 2014, sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh 6,36% (yoy), atau

menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,40% (yoy). Berdasarkan

subsektornya, akselerasi kinerja terjadi terutama pada subsektor perdagangan dan restoran,

sementara subsektor hotel menunjukkan perlambatan.

Kinerja subsektor perdagangan tumbuh 6,39%

(yoy), atau lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tumbuh 5,40% (yoy).

Peningkatan tersebut tercermin dari peningkatan

volume petikemas melalui pelabuhan Kota

Pontianak. Impor dan bongkar petikemas pada

triwulan laporan tercatat mencapai 451,74 ribu

ton atau tumbuh meningkat 37,01% (yoy)

dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tumbuh 32,10% (yoy). Peningkatan kinerja

subsektor perdagangan antara lain didorong

oleh peningkatan konsumsi masyarakat pada

triwulan laporan terutama seiring dengan penyelenggaraan Pemilihan Umum Presiden pada awal

triwulan serta kegiatan perayaan masyarakat, yaitu Idul Fitri dan Sembahyang Kubur.

Sumber : PT. Pelindo II Cab. Pontianak, diolah

Grafik 1. 11 Volume Petikemas

0

100000

200000

300000

400000

500000

600000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2012 2013 2014

TonDlm Negeri Luar Negeri

Page 30: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

16 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014

Sementara itu, subsektor restoran juga

menunjukkan kinerja yang meningkat, dimana

pada triwulan laporan tumbuh 5,84% (yoy),

atau lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2014

yang tumbuh 5,19% (yoy). Peningkatan

pertumbuhan tersebut antara lain

diindikasikan oleh peningkatan pertumbuhan

perolehan pajak restoran oleh Pemerintah

Kota Pontianak, yang tercatat mencapai

Rp8,82 miliar atau tumbuh 15,78% (yoy),

lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya

yang tumbuh 12,10% (yoy). Akselerasi pada

subsektor restoran antara lain didorong oleh

peningkatan konsumsi masyarakat seiring dengan kegiatan perayaan pada triwulan laporan.

Sumber: BPS Prov. Kalimantan Barat

Grafik 1. 13 Perkembangan Jumlah WisatawanMancanegara

Sumber : BPS Provinsi Kalbar, diolah

Grafik 1. 14 Tingkat Hunian Hotel

Di sisi lain, subsektor hotel menunjukkan perlambatan kinerja, dimana pada triwulan laporan hotel

tumbuh 5,12% (yoy), lebih rendah dibandingkan pada triwulan II 2014 dimana hotel tumbuh 6,35%

(yoy). Perlambatan tersebut antara lain terjadi seiring dengan perlambatan yang terjadi pada

kunjungan wisatawan ke Kalimantan Barat yang mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 3,47%

(yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya yang cenderung tumbuh stabil 0,60% (yoy). Perlambatan

pada subsektor hotel tercermin pada penurunan rata-rata tingkat hunian hotel di Kalimantan Barat

pada triwulan III 2014 sebesar 49,28%, lebih rendah dibandingakn triwulan II 2014 sebesar 51,58%

(yoy).

-15%

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2012 2013 2014

Orang Jumlah WismanPertumbuhan (% yoy)

0

10

20

30

40

50

60

70

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2012 2013 2014

%

Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Pontianak

Grafik 1. 12 Perolehan Pajak Restoran

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

9,000

10,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2012 2013 2014

Pajak RestoranPertumbuhan-RHS (yoy)

Page 31: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 17

1.3.3 Sektor Angkutan dan Komunikasi

Pada triwulan III 2014, kinerja sektor angkutan dan

komunikasi mengalami akselerasi cukup tinggi

sebesar 9,83% (yoy), dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 6,71% (yoy).

Akselerasi terjadi baik pada subsektor angkutan

maupun subsektor komunikasi. Subsektor

angkutan tercatat tumbuh 6,14% (yoy) atau

mengalami akselerasi dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tumbuh 3,34% (yoy).

Peningkatan pertumbuhan tersebut antara lain

diindikasikan dengan meningkatnya mobilitas

penumpang di Kalimantan Barat pada triwulan

laporan seiring dengan perayaan Idul Fitri dan

Sembahyang Kubur. Jumlah penumpang yang berangkat dari Kalimantan Barat pada triwulan III 2014

tercatat mencapai 359,29 ribu orang atau tumbuh 1,04% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya yang mengalami kontraksi mencapai 5,42% (yoy). Peningkatan jumlah penumpang

terutama terjadi pada penumpang dengan moda transportasi udara yang tercatat tumbuh 7,97%

(yoy) mencapai 323,10 ribu penumpang, dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami

penurunan pertumbuhan jumlah penumpang sebesar 1,01% (yoy).

1.3.4 Sektor Industri Pengolahan

Kinerja sektor industri pengolahan Kalimantan Barat pada triwulan III 2014 tumbuh 1,42% (yoy),

atau mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya dimana sektor tersebut mampu

tumbuh mencapai 6,59% (yoy). Perlambatan tersebut terutama dipengaruhi oleh perlambatan

kinerja pada subsektor industri utama di Kalimantan Barat, yaitu industri pengolahan minyak kelapa

sawit (CPO) dan industri pengolahan karet.Sementara itu, belum beroperasinya smelter secara

komersil juga cenderung menahan pertumbuhan sektor industri pengolahan di Kalimantan Barat.

Pada triwulan III 2014, perkembangan industri CPO mengalami perlambatan, yang diindikasikan

oleh melambatnya pertumbuhan produksi CPO yang tercatat mencapai 268,04 ribu ton atau

tumbuh 40,63% (yoy), lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh

64,81% (yoy). Perlambatan produksi tersebut dipengaruhi oleh penurunan bahan baku seiring

dengan turunnya produksi TBS di Kalimantan Barat. Sementara itu, dari sisi permintaan, permintaan

dari Tiongkok masih belum pulih akibat kondisi perekonomian negara tersebut yang masih

terindikasi melemah, namun demikian permintaan impor dari India relatif meningkat.Pada sisi pasar

domestik, pemerintah meyakini bahwa program mandatori biodiesel 10% yang akan diterapkan

Sumber:PT. Pelindo II Cab. Pontianak BPS Prov. Kalimantan Barat

Grafik 1. 15 Perkembangan Jumlah Penumpang

-

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

350,000

400,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2012 2013 2014

Orang

Pesawat Kapal

Page 32: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

18 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014

pada kuartal terakhir 2014 akan mendorong peralihan dari bahan baku tujuan ekspor menjadi CPO

untuk memenuhi pasokan dalam negeri.

Dari sisi harga, harga komoditas CPO internasional tercatat terus mengalami pelemahan, dimana pada

triwulan III 2014, harga CPO tercatat pada level 692,93 USD/metric ton atau menurun dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tercatat pada level 796,50 USD/metric ton. Seiring dengan hal tersebut,

harga rata-rata CPO di Kalimantan Barat juga menunjukkan penurunan dimana pada triwulan laporan

tercatat sebesar Rp7.974/kg, sementara pada triwulan II 2014 berada pada level Rp8.586/kg. Tekanan

harga CPO di level internasional dipengaruhi oleh kenaikan persediaan CPO di Malaysia diiringi

dengan kebijakan pengetatan pembiayaan terhadap perdagangan komoditi di Tiongkok. Selain itu,

tingginya produksi minyak biji-bijian dan minyak kelapa sampai beberapa waktu yang akan datang,

antara lain seiring dengan puncak produksi minyak kedelai di Amerika Serikat, turut memberikan

tekanan pada harga CPO.

Sumber : Dinas Perkebunan Kalbar, diolah

Grafik 1. 16 Produksi CPO Kalimantan Barat

Sumber : Bloomberg

Grafik 1. 17 Harga Internasional Karet dan CPO

Sementara itu, kinerja sektor industri karet masih belum menunjukkan pemulihan. Hal tersebut

diindikasikan oleh produksi karet pada triwulan laporan yang tercatat sebesar 44,37 ribu ton atau

mengalami kontraksi lebih dalam dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu 17,12% (yoy). Kontraksi

tersebut selain dipengaruhi oleh relatif rendahnya produksi karet pada periode laporan, juga

dipengaruhi oleh pertumbuhan permintaan yang terbatas seiring dengan potensi pelemahan ekonomi

Tiongkok dan tingginya stok karet di negara tersebut.

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

-

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

350,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2012 2013 2014

Produksi (ton) gProduksi-RHS (yoy)

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

0

200

400

600

800

1000

1200

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2012 2013 2014

USDcent/kg

USD/metricton

CPO Karet

Page 33: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 19

Dari sisi harga, harga internasional karet pada

triwulan laporan tercatat pada level 219,56 USD

Cent/kg, lebih rendah dibandingkan triwulan

sebelumnya dimana harga internasional karet tercatat

sebesar 237,02 USD Cent/kg. Koreksi harga karet

dipengaruhi oleh masih lemahnya permintaan

sementara pasokan karet tercatat tinggi.Berdasarkan

informasi pelaku usaha, pasokan karet di Qingdao

(daerah penyimpanan stok karet di Tiongkok)

mengalami oversupply seiring dengan tingginya

produksi dari beberapa negara di Asia Tenggara,

khususnya Vietnam dan Kamboja. Harga komoditas

diperkirakan akan mengalami tekanan lebih lanjut

seiring dengan potensi kenaikan suku bunga Amerika

Serikat. Sejumlah perusahaan di industri pengolahan karet Kalimantan Barat menempuh strategi

menahan ekspor menunggu peningkatan harga karet.

Belum optimalnya kinerja sektor industri pengolahan karet juga dipengaruhi oleh adanya regulasi

pemerintah yang berdampak pada meningkatnya biaya produksi perusahaan.Selain itu, persaingan

usaha yang semakin ketat seiring dengan adanya kemudahan pemberian izin, juga berpengaruh

terhadap kinerja industri tersebut.

1.3.5 Sektor Lainnya

Pada triwulan III 2014, kinerja sektor jasa

menunjukkan akselerasi yang cukup tinggi,

dimana sektor jasa tumbuh 7,62% (yoy), atau

lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 1,23%

(yoy). Peningkatan pertumbuhan pada sektor

jasa antara lain ditandai dengan perolehan

pajak reklame dan hiburan di Kota Pontianak

yang mencapai Rp5,05 miliar atau tumbuh

18,42% (yoy), lebih tinggi dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,45%

(yoy). Peningkatan tersebut antara lain

didorong oleh penyelenggaraan beberapa kegiatan perayaan masyarakat pada triwulan laporan,

termasuk Idul Fitri, Sembahyang Kubur dan Pemilihan Umum Presiden.

Sumber : Gapkindo Prov. Kalbar

Grafik 1. 18 Produksi Karet Kalimantan Barat

Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Pontianak

Grafik 1. 19 Perolehan Pajak Hiburan

-40%

-20%

0%

20%

40%

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2012 2013 2014

Ton Volume gVolume-RHS (yoy)

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2012 2013 2014

Rp juta Pajak Hiburan dan ReklamePertumbuhan-RHS (yoy)

Page 34: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

20 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014

Di sisi lain, kinerja sektor konstruksi di Kalimantan Barat pada triwulan laporan tercatat tumbuh

9,23% (yoy), atau relatif melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 11,60% (yoy).

Perlambatan tersebut antara lain diindikasikan oleh perlambatan penyaluran semen di Kalimantan

Barat, dimana pada triwulan III 2014 tercatat sebesar 245,58 ribu ton atau tumbuh 15,29% (yoy),

lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 26,80% (yoy). Perlambatan juga

diindikasikan oleh melambatnya penyaluran kredit ke sektor konstruksi sebesar 6,99% (yoy) , lebih

rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh 14,31% (yoy).

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia

Grafik 1. 20 Pengadaan Semen di Kalimantan Barat

Sumber : LBU Bank Indonesia

Grafik 1. 21 Penyaluran Kredit Sektor KonstruksiKalimantan Barat

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

-

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

350,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2012 2013 2014

Ton

VolumePertumbuhan (yoy)

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

-100200300400500600700800900

1,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2012 2013 2014

%

Mili

ar R

p

Kredit KonstruksiPertumbuhan (yoy)

Page 35: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 21

Boks: Inkubator Bisnis UMKM Sebagai Dukungan Bank Indonesia DalamMencetak Wirausaha Mandiri

Program Inkubator Bisnis UMKM merupakan program pelatihan inisiatif dari Bank Indonesia dan

Lembaga Swa Bina Prakarsa sebagai upaya untuk menciptakan wirausaha baru yang mandiri.

Walaupun selama ini program pelatihan serta seminar kewirausahaan telah banyak diselenggarakan,

namun dalam pelaksanaannya terdapat beberapa kelemahan dari program pelatihan kewirausahaan

yang ada. Keterbatasan waktu pelatihan serta tidak komprehensifnya materi yang disampaikan

menjadi dua tantangan utama yang menyebabkan sebagian besar UMKM seringkali tidak

mendapatkan bekal pengetahuan yang lengkap/ menyeluruh dalam mengelola usaha mereka.

Program inkubator bisnis dirancang untuk dapat memenuhi kriteria tersebut yaitu dengan

memberikan pengetahuan kewirausahaan secara lengkap, menyediakan waktu belajar (masa

inkubasi) yang cukup untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan yang kuat, serta memiliki sarana

belajar yang memadai (layaknya sekolah).

Pelatihan Inkubator Bisnis UMKM tidak hanya diharapkan akan dapat membekali pelaku usaha

mikro dan kecil dalam mengembangkan usaha yang dimiliki, namun konsep inkubator bisnis

diharapkan juga akan dapat menopang pemerintah dalam mengembangkan perekonomian rakyat

melalui pengembangan sektor riil, membantu menciptakan lapangan kerja mandiri, mengurangi

kelemahan-kelemahan yang ada pada pelaku usaha mikro dan kecil, serta mengurangi

pengangguran. Program pelatihan ini dilakukan selama enam bulan secara berkesinambungan,

dimana pada setiap minggunya, yaitu pada hari Sabtu, peserta akan mendapatkan materi teori

mengenai kewirausahaan di dalam kelas, dan praktek lapangan di pasar pada hari Minggu. Selain

itu, sepanjang hari Senin hingga Jumat peserta inkubator akan mencoba praktek di rumah dan

melaporkan hasilnya kemudian. Melalui mekanisme inkubator peserta pelatihan/UMKM diharapkan

akan dapat mengatasi permasalahan mendasar yang dihadapi dalam pengembangan usaha,

diantaranya: basic mentality, Manajemen Organisasi, Manajemen Produksi, Manajemen Keuangan,

Pemasaran, Pengetahuan Perbankan, Komputasi UMKM, hingga Teknologi Informasi.

Proses pelatihan inkubator bisnis terbagi menjadi tujuh fase pelatihan yang berkesinambungan

dan diakhiri dengan fase Wisuda pada akhir masa program. Berikut adalah ketujuh fase pelatihan

kewirausahaan pada program Inkubator Bisnis.

Page 36: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

22 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014

Selain fokus dalam pengembangan

kemampuan pelaku UMKM dalam

mengelola usaha, melalui pelatihan

inkubator bisnis para pelaku UMKM

diharapkan dapat lebih eligible dan

bankable dalam mengakses kredit ke

perbankan. Pasalnya, melalui

program inkubator bisnis terutama

pada Fase 5 yakni Penataan

Administrasi Keuangan, pelaku usaha

akan dilatih untuk dapat mencatat

transaksi harian yang terjadi secara

lebih sistematis, kemudian

memasukkannya ke dalam software sederhana. Kemampuan dalam mendokumentasian transaksi

keuangan melalui pencatatan dan laporan keuangan yang memadai serta usaha yang sehat pada

akhirnya akan dapat meningkatkan kapasitas dan elijibilitas UMKM dalam mengakses pembiayaan

perbankan.

Program inkubator bisnis telah dilakukan sejak tahun 2012, dan hingga saat ini terdapat lima

angkatan wirausaha mandiri yang telah lulus dalam program pelatihan inkubator bisnis, dengan

rata-rata peserta mencapai 20 hingga 30 pelaku usaha mikro dan kecil. Rata-rata peserta berasal

dari berbagai latar belakang usaha, dengan persentase terbesar adalah pengusaha makanan (60%),

diikuti oleh usaha jasa (20%), dan sisanya adalah bidang usaha kreatif. Saat ini program inkubator

bisnis juga telah membuka cabang (replikasi) di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II-A

Pontianak pada bulan Februari 2014, dan selanjutnya akan direplikasi kembali di Kecamatan Kakap

yang bekerjasama dengan PNPM. Harapannya program inkubator bisnis tidak hanya diterapkan

terbatas pada wilayah Provinsi Kalimantan Barat namun pengembangan inkubator bisnis dapat pula

diterapkan secara luas di seluruh Indonesia sebagai upaya dalam menopang pengembangan dan

penguatan ekonomi rakyat melalui UMKM yang mandiri sekaligus sebagai langkah dalam

menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Melalui program pelatihan inkubator bisnis

UMKM diharapkan dapat meningkatkan daya saing hasil produksinya melalui peningkatan kapasitas

produksi, inovasi, dan adopsi teknologi serta sistem penataan administrasi keuangan yang baik.

Tidak menutup kemungkinan bahwa kedepannya UMKM akan dapat memperoleh sumber modal

yang lebih luas apabila proses pencatatan keuangan yang diterapkan telah sesuai dengan standar

akuntansi internasional yang berlaku.

Grafik Fase Pelatihan

Page 37: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 23

II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

2.1. Gambaran Umum2

Tekanan harga barang dan jasa di Kalimantan Barat pada triwulan III 2014 secara

tahunan relatif terkendali, tercermin dari tingkat inflasi yang lebih rendah dari

triwulan II 2014. Kondisi tersebut terutama disebabkan oleh pengaruh base effect3 akibat

kenaikan harga BBM Bersubsidi yang memicu tingginya Indeks Harga Konsumen (IHK) pada

pertengahan 2013 dan membuat inflasi tahunan di triwulan III 2014 relatif lebih rendah.

Tercatat tekanan inflasi Kalimantan Barat pada periode laporan mencapai 6,67% (yoy), lebih

rendah jika dibandingkan inflasi pada triwulan II 2014 yang mencapai 8,69% (yoy). Meskipun

mengalami penurunan dan relatif searah dengan tren inflasi nasional, namun tekanan inflasi

Kalimantan Barat pada periode laporan tersebut lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional yang

mencapai 4,53% (yoy).

Di sisi lain, even musiman keagamaan puasa dan lebaran di awal triwulan serta realisasi

kebijakan pemerintah dalam melakukan penyesuaian harga beberapa komoditas, seperti LPG,

Tarif Tenaga Listrik (TTL) dan PDAM memicu kenaikan laju inflasi triwulanan Kalimantan Barat

pada triwulan III 2014 yang mencapai 1,88% (qtq) relatif lebih tinggi dari triwulan II 2014 yang

mencapai 1,41% (qtq) (Grafik 2.1 dan 2.2).

Sumber: BPS Kalbar, diolahGrafik 2. 1 Inflasi Tahunan Kalimantan Barat dan

Nasional

Sumber: BPS Kalbar, diolahGrafik 2. 2 Inflasi Triwulanan Kalimantan Barat

dan Nasional

2 Mulai 2014, BPS melakukan perubahan tahun dasar dari 2007 menjadi 2012.Dikarenakan data IHK dengan tahundasar 2012 belum sepenuhnya tersedia setiap bulan, maka analisis inflasi pada periode laporan berdasarkanperhitungan yang dilakukan secara mandiri.

3 Base effect terjadi karena pengaruh nilai/level yang tinggi pada periode yang sama tahun sebelumnya sehinggamemicu angka perubahan tahunan, seperti inflasi atau pertumbuhan (growth), menjadi relatif tinggi pada periodetersebut. Selanjutnya, apabila nilai/level yang terjadi saat ini tidak mengalami lonjakan yang signifikan, maka akanmembuat angka perubahan tahunan pada saat ini menjadi lebih kecil dibanding periode sebelumnya. Sebagaiilustrasi sederhana dari base effect, misalkan IHK pada tahun 2012 sebesar 100 dan menjadi 200 pada 2013, makaakan terjadi kenaikan sebesar 100% (yoy). Kemudian IHK 2014 menjadi 250, sehingga kenaikan pada 2014 sebesar25% (yoy). Persentase kenaikan 25% yang lebih kecil dari 100% tersebut menunjukkan adanya pengaruh baseeffect.

5,536,15

8,53 8,90 8,98 8,69

6,67

5,02 5,41

7,90 8,087,32

6,70

4,53

I II III IV I II III

2013 2014

%-yoy Kalbar Nasional

2,091,69

3,81

1,05

2,17

1,41

1,882,13

1,17

3,78

0,80

1,41

0,57

1,68

I II III IV I II III

2013 2014

%-qtq Kalbar Nasional

Page 38: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

24 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014

Dinamika inflasi bulanan pada

triwulan III 2014 terlihat bahwa

laju inflasi bulanan mencapai

puncaknya di awal triwulan

(bulan Juni 2014) sebesar 1,44%

(mtm) (Grafik 2.3). Tekanan inflasi

Kalimantan Barat pada bulan Juli

2014 terutama dipicu oleh kenaikan

tarif angkutan udara seiring

tingginya permintaan masyarakat

menjelang lebaran dalam menggunakan moda transportasi angkutan udara. Tercatat inflasi

angkutan udara pada bulan Juli 2014 sebesar 32,71% (mtm) dengan sumbangan terhadap

inflasi total mencapai 0,43% (mtm).

Di sisi lain, penurunan laju inflasi bulanan terendah terjadi pada bulan Agustus 2014 yang

tercatat mencapai 0,22% (mtm). Berlalunya kegiatan keagamaan puasa dan lebaran menjadi

salah satu faktor yang menyebabkan penurunan inflasi.

2.2. Inflasi Tahunan

Secara Secara tahunan, tekanan inflasi kelompok komoditas pada triwulan III 2014

mengalami penurunan.

Meskipun secara umum inflasi mengalami

penurunan, namun tekanan pada beberapa

komoditas masih relatif tinggi, seperti

Bahan Makanan, Perumahan, Makanan Jadi

dan Transportasi.

Tercatat sumbangan inflasi tahunan

tertinggi di triwulan III 2014 diberikan oleh

kelompok Bahan Makanan mencapai

2,06% (yoy) dengan tekanan inflasi sebesar

8,47% (yoy) lebih rendah dibandingkan

inflasi triwulan II 2014 yang mencapai

10,33% (yoy). Selain komoditas Bahan

Makanan, sumbangan inflasi yang relatif

tinggi terjadi pada komoditas Perumahan,

Makanan Jadi dan Transpor. Andil inflasi

Sumber: BPS Kalbar, diolah

Grafik 2. 3 Inflasi Bulanan Kalimantan Barat dan Nasional

Sumber: BPS Kalbar, diolah

Grafik 2. 4 Inflasi Tahunan dan Andil InflasiKalimantan Barat Kelompok Barang dan Jasa

-1,0

-0,5

0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

3,0

3,5

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep

2013 2014

% yoy

Kalbar

Nasional

3,74

9,77

10,71

8,89

5,87

9,76

10,33

8,69

1,86

3,14

9,06

4,99

6,82

7,84

8,47

6,67

0,11

0,18

0,40

0,89

1,23

1,85

2,06

6,67

0 2 4 6 8 10 12

Sandang

Pendidikan

Kesehatan

Transpor

Makanan jadi

Perumahan

Bahan Makanan

Umum

% (yoy)

Andil III-2014

III-2014

II-2014

Page 39: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 25

masing-masing kelompok tersebut pada triwulan III 2014 mencapai 1,85%, 1,23%, dan 0,89%

(yoy). Tekanan inflasi tahunan pada ketiga kelompok komoditas tersebut juga relatif besar,

masing-masing mencapai 7,84%, 6,82%, dan 4,99% (yoy). Bahkan tekanan inflasi kelompok

Makanan Jadi pada triwulan laporan relatif lebih tinggi dibanding triwulan II 2014 yang

mencapai 5,87% (yoy).

Salah satu pemicu tekanan inflasi pada triwulan III 2014 adalah pelaksanaan hari raya

keagamaan puasa dan lebaran yang mendorong peningkatan permintaan masyarakat terutama

di awal triwulan. Namun apabila dicermati lebih lanjut, pengaruh puasa dan lebaran yang

terjadi pada triwulan III 2014 relatif lebih kecil dibandingkan triwulan III 2013, tercermin dari

penurunan tekanan inflasi yang terjadi pada triwulan laporan. Kondisi tersebut dikarenakan

pada triwulan III 2013 juga terjadi kenaikan harga BBM Bersubsidi bersamaan dengan

pelaksanaan hari raya keagamaan puasa dan lebaran.

2.3. Inflasi Triwulanan

Meskipun tekanan inflasi tahunan pada

triwulan III 2014 mengalami penurunan

akibat pengaruh base effect, namun laju

inflasi triwulanan cenderung mengalami

kenaikan.

Kondisi tersebut tercermin dari laju inflasi

triwulanan yang mencapai 1,88% (qtq) lebih

tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang

mencapai 1,41% (qtq). Berdasarkan kelompok

komoditas, terlihat bahwa mayoritas kelompok

komoditas mengalami kenaikan laju inflasi

dibandingkan triwulan sebelumnya.

Sumbangan laju inflasi triwulanan yang

tertinggi diberikan oleh kelompok komoditas

Bahan Makanan dan Perumahan yang masing-masing mencapai 0,69% dan 0,60% (qtq)

dengan laju inflasi sebesar 2,86% dan 2,57% (qtq). Kondisi pasokan yang terbatas seiring

terjadinya gagal panen di sejumlah daerah sentra produksi, khususnya beras memicu kenaikan

inflasi Bahan Makanan pada triwulan laporan. Selain itu, realisasi kebijakan penyesuaian

beberapa komoditas seperti TTL, LPG dan PDAM menjadi pemicu tingginya inflasi kelompok

Perumahan.

Sumber: BPS Kalbar, diolahGrafik 2. 5 Inflasi Triwulanan dan Andil InflasiKalimantan Barat Kelompok Barang dan Jasa

3,95

0,81

0,64

3,80

1,48

0,84

-0,05

1,41

0,85

1,02

1,10

0,89

1,49

2,57

2,86

1,88

0,05

0,07

0,07

0,15

0,26

0,60

0,69

1,88

-1 0 1 2 3 4 5

Kesehatan

Sandang

Pendidikan

Transpor

Makanan Jadi

Perumahan

Bahan Makanan

Umum

% (qtq)

Andil III-2014

III-2014

II-2014

Page 40: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

26 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014

2.4. Inflasi Kelompok Komoditas

2.4.1. Kelompok Bahan Makanan

Tekanan inflasi yang terjadi pada

komoditas Sayur menjadi salah satu

penyebab tingginya inflasi bahan

makanan pada triwulan III 2014.

Tingginya tekanan inflasi tahunan

kelompok komoditas Sayuran salah satunya

disebabkan oleh keterbatasan pasokan

seiring produksi yang kurang optimal akibat

cuaca yang cenderung kering. Kondisi

tersebut memicu terjadinya gagal panen

disejumlah sentra produksi. Berdasarkan

data BMKG, tercatat bahwa rata-rata curah

hujan di wilayah Kalimantan Barat pada

triwulan III 2014 berkisar 165 mm, lebih

rendah dari triwulan III 2013 yang mencapai

kisaran 238 mm. Berdasarkan kondisi

tersebut, tekanan inflasi tahunan kelompok

komoditas Sayuran pada triwulan III 2014

mencapai 52,18% (yoy) dengan sumbangan sebesar 1,09% (yoy).

Sementara itu, tekanan inflasi kelompok komoditas Padi-padian masih berada di level yang

relatif tinggi. Tercatat tekanan inflasi kelompok komoditas Padi-padian pada triwulan III 2014

mencapai 4,21% (yoy) dengan sumbangan mencapai 0,26% (mtm). Kenaikan harga beras

terutama disebabkan gagal panen di sejumlah daerah sentra produksi. Berdasarkan data Dinas

Pertanian Prov. Kalbar, tercatat 8.630 ha lahan padi mengalami puso selama triwulan III 2014,

lebih tinggi dari triwulan III 2013 yang sebesar 385 ha. Berdasarkan daerahnya, luas lahan puso

terbesar pada triwulan laporan terjadi di Singkawang dan Sambas, masing-masing mencapai

1.683 dan 6.064 ha. Kondisi tersebut menyebabkan penurunan luas panen padi, dimana pada

triwulan III 2014 mencapai 57.978 ha, lebih rendah dari luas panen padi pada triwulan III 2013

yang mencapai 78.620 ha (lihat Bab I).

Sementara itu, tekanan inflasi yang relatif terkendali terjadi pada kelompok komoditas Daging

dan Bumbu yang masing-masing mengalami deflasi sebesar 8,97% dan 3,90% (yoy). Selain itu,

tekanan inflasi kelompok komoditas Telur juga relatif terkendali. Kondisi pasokan yang relatif

Sumber: BPS Kalbar, diolah

Grafik 2. 6 Inflasi dan Andil Inflasi Kelompok BahanMakanan Kalimantan Barat

10,63

3,75

15,11

14,04

5,69

19,64

12,85

5,72

5,94

8,77

17,18

10,33

-8,97

-3,90

17,18

7,91

13,21

9,19

4,29

8,85

4,21

11,07

52,18

8,47

-0,30

-0,05

0,01

0,06

0,10

0,11

0,12

0,13

0,26

0,48

1,09

2,06

-15 -5 5 15 25 35 45 55 65

Daging

Bumbu

Bahan Makanan Lain

Kacang

Ikan Diawetkan

Buah

Telur, Susu

Lemak dan Minyak

Padi

Ikan Segar

Sayur

BAHAN MAKANAN

% (yoy)

Andil III 2014

III-2014

II-2014

Page 41: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 27

terjaga seiring tekanan permintaan yang terkendali menjadi salah satu faktor koreksi harga

kelompok komoditas tersebut yang kemudian dapat menjadi peredam tekanan inflasi Bahan

Makanan pada triwulan III 2014. Komoditas yang memberikan pengaruh koreksi harga relatif

besar dalam kelompok komoditas Daging dan Telur adalah daging ayam ras dan telur ayam ras.

Sementara bawang merah menjadi salah satu komoditas yang memberikan pengaruh deflasi

yang dominan dalam kelompok komoditas Bumbu.

Berdasarkan daerahnya, tekanan inflasi

di Kota Pontianak relatif lebih terkendali

dibandingkan Kota Singkawang. Tercatat

tekanan inflasi bahan makanan di Kota

Pontianak pada triwulan III 2014 mencapai

6,17% (yoy), lebih rendah dibandingkan

triwulan II 2014 yang mencapai 9,18% (yoy).

Di sisi lain, tekanan inflasi Kota Singkawang

pada triwulan III 2014 mencapai 8,86%

(yoy), lebih tinggi dari triwulan II 2014 yang mencapai 5,77% (yoy).

Koreksi harga yang terjadi pada komoditas telur ayam ras dan bawang merah menjadi salah

satu penyebab terkendalinya tekanan inflasi bahan makanan di Kota Pontianak. Berdasarkan

hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan KPwBI Prov. Kalimantan Barat, selama

triwulan III 2014, komoditas telur ayam ras mengalami koreksi harga yang relatif signifikan, dari

kisaran Rp23.100,00/kg pada akhir triwulan II 2014 menjadi Rp18.300,00/kg pada akhir

triwulan III 2014. Demikian juga dengan komoditas bawang merah yang mengalami koreksi

harga selama triwulan III 2014, dari kisaran Rp32.400,00/kg pada akhir triwulan II 2014 menjadi

Rp21.600,00/kg pada akhir triwulan III 2014. Kondisi tersebut diperkuat oleh hasil pantauan

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Kalimantan Barat, dimana harga komoditas telur

ayam ras dan bawang merah di akhir triwulan III 2014 mencapai kisaran Rp16.200,00/kg dan

Rp16.300,00/kg, lebih rendah dari posisi yang sama tahun 2013 yang berkisar Rp19.000,00/kg

dan Rp27.000,00/kg.

Sementara itu, produksi pertanian, khususnya padi dan sayuran, yang kurang optimal seiring

kondisi cuaca yang cenderung kering menjadi salah satu pemicu tingginya tekanan inflasi bahan

makanan di Kota Singkawang. Tercatat, tekanan inflasi kelompok komoditas padi dan sayuran

pada triwulan III 2014 masing-masing mencapai 4,80% dan 37,77% (yoy).

Sumber: BPS Kalbar, diolah

Grafik 2. 7 Inflasi Kelompok Bahan Makanan KotaPontianak dan Singkawang

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

Pontianak 7,28 11,3 8,19 10,0 9,30 6,47 9,67 5,96 7,89 9,18 6,17

Singkawang 7,64 11,1 6,47 7,38 5,66 2,47 9,13 6,23 8,46 5,77 8,86

2

4

6

8

10

12% (yoy)

Page 42: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

28 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014

2.4.2. Kelompok Perumahan, Air, Listrik dan Bahan Bakar

Tekanan inflasi kelompok Perumahan di

Kalimantan Barat pada triwulan III 2014

berada di level yang tinggi meskipun

relatif lebih terkendali dibandingkan

triwulan sebelumnya. Tekanan inflasi

kelompok Perumahan terutama dipicu oleh

kenaikan inflasi sub kelompok komoditas

Bahan bakar, Penerangan dan Air, dari

8,23% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi

12,27% (yoy) pada triwulan III 2014. Secara

umum, tekanan inflasi yang terjadi pada sub

kelompok ini pada triwulan III 2014

terutama dipicu oleh realisasi penerapan

kebijakan penyesuaian tarif/harga oleh

pemerintah, seperti Tarif Tenaga Listrik

(TTL), LPG dan PDAM. Kenaikan TTL pada 2014 dilakukan dalam II tahap dalam kisaran 5,63%-

11,57% yang dikenakan kepada pelanggan golongan industri menengah terbuka (I3)4, industri

besar (I4), industri I3 non terbuka (tbk), pelanggan rumah tangga R3, pelanggan pemerintah

(P2) dengan daya > 200 kVA, rumah tangga (R1) dengan daya 1.300 VA dan 2.200 VA, serta

penerangan jalan umum (P3). Sementara itu, kenaikan tarif PDAM yang diberlakukan pada

triwulan III 2014 sebesar 30%. Kenaikan tersebut baru dilakukan kembali dalam tujuh tahun

terakhir untuk menyesuaikan meningkatnya biaya produksi, seperti bahan bakar minyak, listrik,

dan bahan kimia.

4 Berdasarkan informasi PLN, rincian batas maksimal daya untuk masing-masing golongan tersebutadalah golongan industri menengah terbuka (I3) diatas 200 k VA, industri besar (I4) 30.000 k VAkeatas, pelanggan rumah tangga (R3) 6600 VA keatas, pemerintah (P2) diatas 200 Kva, rumah tangga(R1) mulai 450 VA- 14 k VA.

Sumber: BPS Kalbar, diolah

Grafik 2. 8 Inflasi dan Andil Inflasi KelompokPerumahan Kalimantan Barat

9.76

8.23

10.58

10.62

8.94

7.84

12.27

5.79

10.42

7.09

1.83

0.77

0.74

0.20

0.16

0 5 10 15

PERUMAHAN

Bahan bakar, penerangan dan air

Biaya tempat tinggal

Perlengkapan rumah tangga

Penyelenggaraan rumah tangga

% (yoy)

andil III 2014

III-2014

II-2014

Page 43: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 29

Berdasarkan daerahnya, kenaikan

inflasi kelompok Perumahan terutama

terlihat di Kota Singkawang.

Sementara, tekanan inflasi perumahan

di Kota Pontianak cenderung

menurun. Secara historis, tren kenaikan

inflasi perumahan di Kota Singkawang

mulai terjadi sejak triwulan II 2013 dan

berlanjut hingga triwulan III 2014 yang

mencapai 9,40% (yoy). Selain dipicu oleh

realisasi kenaikan tarif TTL dan LPG,

tekanan inflasi perumahan di Kota Singkawang juga disebabkan oleh kenaikan tarif tukang

bukan mandor. Kondisi tersebut menjadi salah satu indikasi bahwa ekspektasi masyarakat Kota

Singkawang terhadap inflasi cenderung lebih tinggi. Sementara, inflasi kelompok Perumahan di

Kota Pontianak pada triwulan III 2014 mencapai 7,89% (yoy), relatif stabil dibanding triwulan II

2014 yang mencapai 10,40% (yoy). Sejalan dengan kondisi inflasi Kalimantan Barat, komoditas

yang menjadi pemicu inflasi perumahan di Kota Pontianak adalah penyesuaian tarif.

2.4.3. Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan

Pada triwulan III 2014, tekanan inflasi kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa

Keuangan mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya. Tekanan inflasi pada

kelompok ini di triwulan III 2014 tercatat mencapai 4,99% (yoy), lebih rendah dari inflasi

triwulan II 2014 yang mencapai 8,89% (yoy). Sementara andil inflasi kelompok Transpor,

Komunikasi dan Jasa Keuangan di triwulan III 2014 masih berada di level yang cukup tinggi

yaitu sebesar 0,84% (yoy). Penurunan inflasi pada kelompok ini disebabkan oleh penurunan

inflasi pada subkelompok Transpor, dari 15,93% (yoy) di triwulan II 2014 menjadi 10,44% (yoy)

di triwulan laporan. Berdasarkan komoditasnya, koreksi tarif angkutan udara di akhir triwulan,

seiring berlalunya puasa dan lebaran di pertengahan triwulan, menjadi salah satu faktor yang

mempengaruhi penurunan inflasi subkelompok Transpor.

Sumber: BPS Kalbar, diolah

Grafik 2. 9 Inflasi Kelompok Perumahan KotaPontianak dan Singkawang

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

Pontianak 5,27 6,35 7,77 6,86 8,24 7,72 10,6 12,6 10,6 10,4 7,89

Singkawang 7,74 5,05 2,89 2,08 1,79 1,43 2,89 3,60 7,76 8,50 9,40

0

2

4

6

8

10

12

14% (yoy)

Page 44: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

30 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014

Berdasarkan daerahnya, penurunan tekanan inflasi kelompok Transpor, Komunikasi

dan Jasa Keuangan terutama terjadi di Kota Pontianak. Pada triwulan ini, tekanan inflasi

kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan di Kota Pontianak mengalami penurunan,

dari 15,30%(yoy) di triwulan II 2014 menjadi 7,97% (yoy) di triwulan III 2014. Sementara di

Kota Singkawang, inflasi kelompok ini mengalami kenaikan dalam level yang relatif terkendali,

dari 7,36% (yoy) di triwulan II 2014 menjadi 8,91% (yoy) di triwulan III 2014. Sejalan dengan

kondisi di Kalimantan Barat, koreksi tarif angkutan udara pasca perayaan even keagamaan

puasa dan lebaran menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi inflasi kelompok transpor di

kedua kota tersebut.

2.4.4. Kelompok Makanan Jadi

Tekanan inflasi kelompok Makanan Jadi

pada triwulan III 2014 mengalami

kenaikan dibanding triwulan

sebelumnya. Pada triwulan laporan,

sumbangan terhadap inflasi umum yang

diberikan oleh kelompok Makanan Jadi,

Minuman, Rokok dan Tembakau relatif

tinggi mencapai 1,21% (yoy). Selain itu,

tekanan inflasi yang terjadi pada kelompok

ini mengalami kenaikan, mencapai 6,82%

(yoy), lebih tinggi dari triwulan II 2014 yang

mencapai 5,87% (yoy). Kenaikan tekanan inflasi pada kelompok ini terutama disebabkan oleh

inflasi sub kelompok Makanan Jadi dan Tembakau yang masing-masing mencapai 5,83% dan

Sumber: BPS Kalbar, diolah

Grafik 2. 10 Inflasi dan Andil Inflasi KelompokTranspor Kalimantan Barat

Sumber: BPS Kalbar, diolah

Grafik 2. 11 Inflasi Kelompok Transpor Kota Pontianakdan Singkawang

Sumber: BPS Kalbar, diolah

Grafik 2. 12 Inflasi dan Andil Inflasi KelompokMakanan Jadi Kalimantan Barat

0,05

0,13

3,69

8,89

15,93

-0,38

0,12

3,97

4,99

10,44

-0,02

0,00

0,06

0,84

1,02

-5 0 5 10 15 20

Komunikasidan pengiriman

Jasa keuangan

Sarana dan penunjangtranspor

Transport & Komunikasi

Transpor

% (YOY)

Andil III 2014

III-2014

II-2014

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

Pontianak 6,77 5,88 5,72 8,31 3,03 10,8 8,35 16,9 21,6 15,3 7,97

Singkawang -2,1 5,01 1,51 5,00 7,19 7,42 1,06 9,49 7,22 7,36 8,91

-5

0

5

10

15

20

25 % (yoy)

5,87

8,75

6,76

4,77

6,82

7,66

9,20

5,83

1,21

1,36

2,25

3,37

0 2 4 6 8 10

Makanan jadi, minuman, rokokdan tembakau

Minuman tidak beralkohol

Tembakau dan minumanberalkohol

Makanan jadi

% (yoy)

andil III-2014

III-2014

II-2014

Page 45: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 31

9,20% (yoy). Siklus musiman puasa dan lebaran yang berlangsung pada pertengahan triwulan

III 2014 memberikan pengaruh pada inflasi Makanan Jadi. Kondisi tersebut tercermin dari

tingginya ekspektasi masyarakat terhadap inflasi Makanan Jadi di triwulan III 2014. Hasil Survei

Konsumen yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat

menunjukkan bahwa indeks ekspektasi masyarakat terhadap inflasi Makanan Jadi di triwulan III

2014 mencapai puncaknya di awal triwulan, sebesar 177, lebih tinggi dibandingkan akhir

triwulan II 2013 yang mencapai 139,5. Selain itu, kenaikan harga rokok juga menjadi salah satu

faktor pemicu tekanan inflasi pada triwulan III 2014.

Berdasarkan daerahnya, tekanan inflasi

kelompok Makanan Jadi, Minuman,

Rokok dan Tembakau terutama terjadi

di Kota Pontianak. Sementara di Kota

Singkawang, tekanan inflasi cenderung

terkendali. Tercatat inflasi Makanan Jadi,

Minuman, Rokok dan Tembakau di Kota

Pontianak pada triwulan III 2014 mencapai

7,68% (yoy), lebih tinggi dari triwulan II

2014 yang mencapai 6,49% (yoy).

Sementara di Kota Singkawang, inflasi

Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan

Tembakau relatif stabil dari 3,87% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 3,73% (yoy) pada

triwulan III 2014. Berlalunya kegiatan keagamaan puasa dan lebaran pada pertengahan

triwulan menjadi salah satu faktor berpengaruh terhadap inflasi kelompok Makanan Jadi,

Minuman, Rokok dan Tembakau di kedua kota. Meskipun demikian, kenaikan harga rokok

memberikan pengaruh yang relatif besar di kedua kota. Tercatat inflasi sub kelompok

Tembakau dan Minuman Beralkohol di Kota Pontianak mencapai 7,09% (yoy), sementara di

Kota Singkawang mencapai 7,34% (yoy).

Sumber: BPS Kalbar, diolah

Grafik 2. 13 Inflasi Kelompok Makanan Jadi,Minuman, Rokok dan Tembakau Kota Pontianak dan

Singkawang

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

Pontianak 6,44 5,55 3,29 2,61 4,82 5,85 6,15 7,11 7,01 6,49 7,68

Singkawang 10,12 9,84 4,92 2,10 4,90 6,73 7,62 7,41 5,34 3,87 3,73

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11 % (yoy)

Page 46: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

32 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014

2.5. Disagregasi Inflasi

Sejalan dengan kondisi inflasi kelompok komoditas, tekanan inflasi komoditas

fundamental dan non-fundamental di Kalimantan Barat pada triwulan III 2014

cenderung mereda. Berdasarkan disagregasi inflasi, tekanan harga komoditas Volatile Foods

mengalami penurunan, seiring pasokan yang relatif terjaga dan tekanan permintaan yang

terkendali, khususnya pada komoditas Daging dan Bumbu. Tercatat inflasi kelompok Volatile

Foods pada triwulan III 2014 mencapai 8,14% (yoy), turun dari triwulan II 2014 yang mencapai

10,18% (yoy). Inflasi Inti pada triwulan III 2014 juga mengalami penurunan dari 8,53% (yoy)

pada triwulan II 2014 menjadi 6,03% (yoy), sejalan dengan berlalunya even keagamaan puasa

dan lebaran pada pertengahan triwulan. Di sisi lain, inflasi pada kelompok Administered Price

mengalami kenaikan dibandingkan triwulan sebelumnya, dari 7,59% (yoy) menjadi 10,94%

(yoy). Kondisi tersebut seiring penerapan beberapa kebijakan penyesuaian tarif oleh

pemerintah.

Sumber : BPS Kalbar, diolah

Grafik 2. 14 Inflasi di Kalimantan Barat Menurut Faktor Penyebabnya (%,yoy)

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

Umum 5,82 7,00 5,48 6,19 6,12 6,39 8,21 8,90 8,98 8,69 6,67

Inflasi Inti 4,88 5,36 4,84 4,65 5,68 5,76 7,83 8,36 9,06 8,53 6,03

Volatile Foods 7,78 11,80 8,09 9,78 8,75 5,52 9,30 5,36 9,03 10,18 8,14

Adm Prices 6,41 5,72 4,49 6,28 4,52 9,83 8,14 15,18 9,19 7,59 10,94

0

2

4

6

8

10

12

14

16 % yoy

Page 47: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 33

2.5.1. Faktor Fundamental

Perkembangan inflasi pada

kelompok komoditas Inti pada

triwulan III 2014 cenderung

terkendali. Perayaan even keagamaan

puasa dan lebaran yang berlangsung

pada pertengahan triwulan III 2014

menyebabkan tekanan permintaan

terhadap tiket angkutan udara

mencapai puncaknya pada periode

tersebut dan kemudian cenderung

mereda sehingga harga tiket angkutan

udara di akhir triwulan cenderung turun. Hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan

oleh KPwBI Provinsi Kalimantan Barat memperkuat penurunan harga tiket angkutan udara

tersebut, dimana pada triwulan III 2014, harga tiket angkutan udara mengalami penurunan

sebesar 2,56% (qtq) jika dibandingkan triwulan II 2014.

Sementara itu, ekspektasi inflasi

masyarakat relatif terkelola dengan

baik terutama di akhir triwulan. Hasil

Survei Konsumen (SK) yang dilakukan oleh

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Kalimantan Barat menunjukkan bahwa

ekspektasi masyarakat terhadap inflasi,

baik jangka pendek maupun jangka

panjang, di triwulan III 2014 mencapai

puncaknya pada awal triwulan. Kondisi

tersebut terutama dipengaruhi oleh faktor musiman puasa dan lebaran yang mendorong

peningkatan permintaan dan cenderung mereda di akhir triwulan meski indeks masih berada di

level yang relatif tinggi.

Sumber : KPwBI Prov. Kalbar

Grafik 2. 15 Harga Tiket Angkutan Udara (Rp) di KotaPontianak

Sumber: Survei Konsumen BI, diolah

Grafik 2. 16 Perkembangan Inflasi dan EkspektasiHarga menurut Konsumen di Kalimantan Barat

-

200.000

400.000

600.000

800.000

1.000.000

1.200.000

1.400.000

I II III IV V I II III IV I II III IV V I II III IV V I II III IV I II III IV

Apr-14 Mei-14 Jun-14 Jul-14 Agust-14 Sep-14

Rp. Maskapai I Maskapai II

Maskapai III Tren Rata-rata Harga

0

2

4

6

8

10

12

100

110

120

130

140

150

160

170

180

190

200

I-201

3

II-20

13

III-2

013

IV-2

013

I-201

4

II-20

14

III-2

014

% (yoy)Saldo Bersih Ekspektasi Inflasi Jangka PendekEkspektasi Inflasi Jangka PanjangInflasi Aktual (aksis kanan)

Page 48: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

34 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014

Berdasarkan kelompok

komoditasnya, ekspektasi inflasi

di seluruh kelompok komoditas

mencapai puncak di awal

triwulan. Angka indeks

ekspektasi tertinggi terjadi pada

Kelompok Bahan Makanan

yang mencapai 192,5 yang

kemudian mereda di level 168

pada akhir triwulan. Selain itu,

indeks pengeluaran konsumen

pada triwulan III 2014 juga

berada di level yang relatif tinggi mencapai 163,5. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa

pengaruh pelaksanaan kegiatan yang bersifat musiman masih menjadi faktor pemicu inflasi,

seiring tingginya ekspektasi inflasi masyarakat.

Dampak kondisi eksternal terhadap inflasi Kalimantan Barat pada triwulan III 2014

relatif minimal. Laju inflasi negara mitra dagang utama pada triwulan III 2014 relatif

mengalami penurunan dibandingkan triwulan II 2014 (Grafik 2.14). Dari ketiga negara mitra

dagang tersebut, Malaysia merupakan negara yang berbatasan langsung dengan Kalimantan

Barat dan memiliki pengaruh cukup besar terhadap inflasi di Kalimantan Barat, dimana

berdasarkan hasil kajian yang dilakukan oleh Bank Indonesia juga menunjukkan bahwa terdapat

lebih dari 30 jenis komoditi yang masuk ke Kalimantan Barat melalui Lintas Batas. Berdasarkan

data Bank Negara Malaysia, secara lebih mendalam dapat diketahui bahwa penurunan inflasi

tersebut terutama disebabkan oleh penurunan inflasi pada subkelompok komoditas

Transportasi dan Komunikasi, dari 5,50% (yoy) pada triwulan II 2014, menjadi 0,45% (yoy)

pada triwulan laporan. Sementara, tekanan inflasi pangan pada triwulan III 2014 relatif stabil

berada pada level 3,21% (yoy).

Pengaruh tekanan imported inflation pada triwulan ini relatif minimal. Kondisi tersebut

diindikasikan dari harga emas dunia pada triwulan III 2014 yang relatif masih stabil pada kisaran

USD1.290/oz. Sementara itu, rata-rata nilai tukar rupiah selama triwulan III 2014 mengalami

pelemahan, dari Rp11.892,00/USD selama triwulan II 2014 menjadi Rp11.898,00/USD atau

melemah 0,05% (qtq). Dari sisi eksternal, pelemahan rupiah tersebut salah satunya dipengaruhi

oleh normalisasi kebijakan The Fed. Sementara dari sisi domestik, salah satu faktor yang

menyebabkan pelemahan rupiah adalah peningkatan permintaan USD seiring dengan periode

pembayaran hutang luar negeri (ULN). Selain itu, pelaksanaan pemilihan presiden dan rencana

Sumber: Survei Konsumen BI, diolah

Grafik 2. 17 Perkembangan Inflasi dan Ekspektasi Harga KonsumenMenurut Kelompok Komoditas di Kalimantan Barat

0

2

4

6

8

10

12

100

110

120

130

140

150

160

170

180

190

200

I-20

13

II-2

013

III-

2013

IV-2

013

I-20

14

II-2

014

III-

2014

% (yoy)Indeks

Inflasi Aktual (sumbu kanan) Bahan makanan Makanan JadiPerumahan Sandang KesehatanTranspor Pendidikan

Page 49: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 35

penerapan kebijakan pemerintah juga mempengaruhi pergerakan nilai tukar dari sisi sentimen

pasar.

2.5.2. Faktor Non Fundamental

Dari sisi non fundamental, tekanan inflasi kelompok volatile foods pada triwulan III

2014 relatif terkendali. Salah satu peredam inflasi dari sisi non fundamental adalah kondisi

pasokan yang relatif terjaga seiring tekanan permintaan yang terkendali terutama pada

kelompok komoditas Daging dan Bumbu yang masing-masing mengalami deflasi sebesar

8,97% dan 3,90% (yoy). Di sisi lain, keterbatasan pasokan pada komoditas Sayuran dan Padi-

padian memberikan tekanan inflasi yang relatif tinggi. Tercatat kedua kelompok komoditas

tersebut mengalami inflasi masing-masing sebesar 52,18% dan 4,21% (yoy).

Dinamika inflasi komoditas VF diperkuat oleh hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) yang

dilakukan oleh KPwBI Provinsi Kalimantan Barat di empat pasar tradisional dan empat pasar

modern di Kota Pontianak. Berdasarkan hasil pantauan tersebut dapat diketahui bahwa

komoditas khususnya telur dan bawang merah menunjukkan penurunan selama triwulan

laporan. Sementara hasil survei pemantauan harga yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Provinsi Kalimantan Barat di empat pasar utama di Kota Pontianak, menunjukkan

bahwa harga beras mengalami kenaikan pada triwulan III 2014.

Sumber: BloombergGrafik 2. 18 Perkembangan Inflasi Negara Mitra

Dagang

Sumber: Bank IndonesiaGrafik 2. 19 Perkembangan Nilai Tukar

Sumber: Bloomberg

Grafik 2. 20 Perkembangan Harga Komoditas Emas Internasional

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

China 3,6 2,2 1,9 2,5 2,1 2,1 3,1 2,5 2,4 2,3 1,6

Malaysia 2,1 1,6 1,3 1,2 1,6 1,8 2,6 3,2 3,5 3,3 2,6

Singapura 5,2 5,3 4,7 4,3 3,5 1,6 1,6 1,5 1,2 1,8 0,6

0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

6,0 % (yoy)

1200

1300

1400

1500

1600

1700

1800

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

$/OZ

Page 50: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

36 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014

Sementara itu, penerapan kebijakan penyesuaian tarif/harga oleh pemerintah pada

triwulan III 2014 menyebabkan tekanan inflasi kelompok komoditas administered

prices mengalami kenaikan. Terdapat tiga komoditas yang dilakukan penyesuaian harga/tarif

oleh pemerintah dan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap inflasi, yaitu LPG, Tarif

Tenaga Listrik (TTL) dengan kisaran 5,63%-11,57% dan PDAM sebesar 30%. Selain itu,

komoditas rokok juga mengalami kenaikan yang dilakukan secara berkala sebagai respon dari

kenaikan pajak tembakau daerah sebesar 10%.

Sumber: Disperindag Prov. Kalimantan BaratGrafik 2. 21 SPH Beras, Minyak Goreng dan Gula

Pasir

Sumber: Disperindag Prov. Kalimantan BaratGrafik 2. 22 SPH Bumbu

Sumber : KPwBI Prov. KalbarGrafik 2. 23 SPH Daging dan Telur

Sumber : KPwBI Prov. KalbarGrafik 2. 24 SPH Komoditas Ikan

Sumber: Disperindag Prov. Kalimantan BaratGrafik 2. 25 Perkembangan Rata-rata Harga Beras di

Kota Pontianak

Sumber: Disperindag Prov. Kalimantan BaratGrafik 2. 26 Perkembangan Rata-rata Harga Bumbu di

Kota Pontianak

6.000

7.000

8.000

9.000

10.000

11.000

12.000

13.000

14.000

I II III IV V I II III IV V I II III IV I II III IV

Jun-14 Jul-14 Agust-14 Sep-14

Rp/kgBeras Minyak Goreng Gula Pasir

10.00015.00020.00025.00030.00035.00040.00045.00050.00055.00060.000

I II III IV V I II III IV V I II III IV I II III IV

Jun-14 Jul-14 Agust-14 Sep-14

Rp/kg

Cabe Merah Cabe Rawit Bawang Merah

Bawang Putih Tren cabe merah Tren cabe rawit

Tren bawang merah Tren bawang putih

50.000,00

60.000,00

70.000,00

80.000,00

90.000,00

100.000,00

110.000,00

120.000,00

18.000

19.000

20.000

21.000

22.000

23.000

24.000

25.000

26.000

27.000

28.000

I II III IV V I II III IV V I II III IV I II III IV

Jun-14 Jul-14 Agust-14 Sep-14

Sapi (Rp/Kg)Rp/kg

Daging Ayam Ras TelurDaging Sapi (RHS) Tren harga telurTren harga ayam ras Tren harga daging sapi

15.000

20.000

25.000

30.000

35.000

40.000

45.000

50.000

I II III IV V I II III IV V I II III IV I II III IV

Jun-14 Jul-14 Agust-14 Sep-14

Rp/kg Ikan Bawal Ikan Kembung Ikan Tenggiri Ikan Tongkol Udang

8.500

9.000

9.500

10.000

10.500

11.000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2013 2014

Rupiah/Kg

Beras (IR 64)Beras Lokal (Medium)

-

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

70.000

80.000

90.000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2013 2014

Rupiah/KgBawang Merah Bawang Putih

Cabe Merah Keriting Cabe Merah Biasa

Cabe Rawit

Page 51: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 37

Boks : Dampak Kenaikan BBM terhadap Inflasi

Di penghujung tahun 2014, wacana kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Bersubsidi

kembali menguat. Kenaikan harga ini dilakukan salah satunya untuk mengurangi defisit

anggaran pemerintah karena beban subsidi BBM. Selain itu, tingginya konsumsi BBM

berpotensi menyebabkan realisasi penyaluran BBM bersubsidi melewati (over) kuota subsidi

BBM yang telah ditetapkan di tahun 2014. Di Kalimantan Barat, realisasi pasokan BBM

bersubsidi hingga triwulan III 2014 sudah mencapai 70,01% dari kuota yang telah ditetapkan.

Meskipun demikian, diperkirakan realisasi penyaluran BBM di Kalimantan Barat hingga akhir

tahun 2014 diperkirakan masih dalam batas kuota.

Untuk mengatasi permasalahan over kuota BBM bersubsidi, pemerintah melakukan

berbagai upaya untuk mengamankan suplai BBM bersubsidi, antara lain pengaturan jam

pembelian solar di beberapa stasiun pengisian bahan bakar, pembatasan volume pembelian

BBM untuk kendaraan tertentu dan pemberian prioritas pengisian BBM bersubsidi bagi

kendaraan angkut. Selain itu, dalam rangka mengurangi beban subsidi, pemerintah

merencanakan untuk melakukan penyesuaian harga BBM bersubsidi.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan terhadap 63 responden pelaku usaha di Kalimantan

Barat, sebesar 59,20% responden menyatakan setuju terhadap rencana penyesuaian harga

BBM bersubsidi. Waktu yang disarankan oleh responden untuk menyesuaikan harga BBM

tersebut adalah pada bulan Desember 2014. Sebagian besar responden berharap penyesuaian

harga BBM bersubsidi tidak terlalu besar. 51,61% responden menyatakan mampu

mengakomodir kenaikan harga BBM bersubsidi sebesar Rp 500,- dan hanya 1,61% responden

yang mampu mengakomodir kenaikan BBM bersubsidi di atas Rp 3.000,-. Lebih lanjut,

kenaikan BBM bersubsidi sebesar Rp 2.000,- diperkirakan akan meningkatkan komponen biaya

produksi antara 11-20% dan kenaikan harga BBM bersubdisi sebesar Rp 3.000,- diperkirakan

akan meningkatkan komponen biaya produksi antara 16-23%.

Grafik Kenaikan Harga BBM Bersubsidi yang

Dapat Diakomodir

Grafik Kenaikan Komponen Biaya Produksi

Page 52: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

38 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014

Dalam merespon penyesuaian harga BBM bersubsidi, mayoritas responden (53,61%)

menyatakan akan mengambil langkah menaikkan harga jual antara 10-20%.

Penyesuaian harga jual tersebut umumnya akan dilakukan langsung sesaat setelah

penyesuaian harga BBM bersubsidi. Langkah lain yang akan diambil pelaku usaha

adalah melakukan modifikasi peralatan untuk penghematan dan mencari alternatif

bahan baku lebih murah. Lebih lanjut, rencana penyesuaian harga BBM bersubsidi

dipandang para pelaku usaha tidak menurunkan permintaan/penjualan produk.

Grafik Respon Pelaku Usaha Menyikapi Penyesuaian Harga BBM Bersubsidi

Penyesuaian harga BBM bersubsidi memiliki tekanan langsung terhadap inflasi. Pada

akhir Juni 2013, pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi melalui Peraturan

Menteri ESDM Nomor 18 Tahun 2013 sebesar Rp 2.000,- untuk premium dan Rp

1.000,- untuk solar. Secara historis, kenaikan harga BBM bersubsidi akan diikuti dengan

penyesuaian harga pada hampir seluruh komoditas baik barang maupun jasa. Sebagai

contoh, pada tahun 2013, kenaikan harga BBM bersubsidi memberikan dampak kepada

inflasi sebesar 2,26% sehingga inflasi Kalimantan Barat pada saat periode kenaikan

harga BBM (Juli 2013) mencapai 3,02 % (mtm) dan pada Triwulan III 2013 inflasi berada

pada level 8,53% (yoy).

Sumber: BPS, diolah

Grafik Perkembangan Inflasi Saat Terjadi Kenaikan Harga BBM Bersubsidi

Page 53: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 39

Kenaikan harga BBM bersubsidi pada tahun 2013 berdampak terhadap kenaikan

inflasi Kalimantan Barat sebesar 2,26%. Kenaikan harga tersebut memberikan

sumbangan langsung terhadap inflasi umum sebesar 1,39%. Kenaikan tersebut

memberikan dampak kepada tarif angkutan (first round effect) sebesar 0,09% yang

didominasi oleh kenaikan tarif angkutan antar kota dan dalam kota. Lebih lanjut,

dampak kenaikan harga BBM tersebut kepada kenaikan harga barang dan jasa lainnya

(second round effect) sebesar 2,07%. Apabila dicermati lebih lanjut, besarnya dampak

first round effect masih cukup terkendali. Di sisi lain, pengaruh second round effect

kenaikan harga BBM bersubsidi relatif lebih tinggi.

Tabel Perhitungan Dampak Penyesuaian Harga BBM Bersubsidi Tahun 2013

Langkah pelaku usaha untuk melakukan penyesuaian harga setelah kenaikan harga

BBM bersubsidi merupakan hal wajar namun perlu dikelola dengan baik supaya daya

beli masyarakat dapat dijaga sehingga tidak menimbulkan goncangan konsumsi

masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut, pemerintah dan pelaku usaha perlu

memperhatikan beberapa hal guna mengelola dampak kenaikan harga BBM bersubsidi,

antara lain: menjaga kenaikan tarif angkutan pada level yang wajar, menjaga

kelancaran distribusi barang, menjaga ketersediaan barang, moral suasion, dan

mengantisipasi penimbunan melalui pengawasan dan pengamanan dalam proses

distribusi dan penjualan BBM subsidi di SPBU.

Rincian Dampak Bobot (%) Inflasi (%) Sumbangan (%)Dampak langsung Bobot (%) Inflasi (%) 1.39 - Bensin 3.07 44.44 1.36 - Solar 0.11 22.22 0.02

Dampak tidak langsung ke tarif angkutan Benchmark 2013 0.09 - Angkutan ASDP 0.03 15.13 0.00 - Angkutan Antar Kota 0.28 13.50 0.04 - Angkutan Dalam Kota 0.35 12.56 0.04 - Angkutan Laut 0.06 5.36 0.00 - Kendaraan Carter/Rental 0.04 0.00 0.00

Dampak tidak langsung ke komoditas lainnya 2.07- Komoditas lainnya dalam Core 64.69 2.50 1.62- Komoditas lainnya dalam Volatile Food 19.71 2.32 0.46

Rata-rata Pengaruh Puasa-Lebaran *) 1.29Total dampak ke Inflasi IHK 2.26

Page 54: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

40 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 55: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 41

III. SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN

3.1Perkembangan Indikator Umum Perbankan

Secara umum, perkembangan volume usaha perbankan di Kalimantan Barat pada triwulan III

2014 tercatat mencapai Rp49,80 triliun, atau tumbuh 18,61% (yoy), melambat dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 19,10% (yoy). Perlambatan perkembangan aset

tersebut terutama dipengaruhi oleh perlambatan pada sisi aktiva, dimana penyaluran kredit

yang dilakukan oleh perbankan Kalimantan Barat tumbuh melambat 14,82% (yoy),

dibandingkan triwulan II 2014 yang mampu tumbuh 16,70% (yoy). Perlambatan juga terjadi

pada penghimpunan dana pihak ketiga yang tercatat tumbuh 14,19% (yoy) pada triwulan

laporan. Perlambatan yang terjadi baik pada sisi penyaluran kredit maupun penghimpunan

dana menyebabkan rasio tingkat intermediasi perbankan, yang ditandai dengan Loan to

Deposit Ratio (LDR) atau rasio penyaluran kredit terhadap penghimpunan DPK, cenderung stabil

di level 83,30% pada triwulan laporan. Sementara itu, risiko kredit Kalimantan Barat yang

diindikasikan oleh rasio Non Performing Loans (NPLs) menunjukkan sedikit peningkatan dari

1,31% menjadi 1,37% pada triwulan laporan.

Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Umum Perbankan Kalimantan Barat (Rp miliar)

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

3.2Perkembangan Penghimpunan Dana Pihak Ketiga

Pada triwulan III 2014, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) oleh perbankan Kalimantan

Barat tercatat mencapai Rp39,65 triliun, atau tumbuh 14,19% (yoy), lebih lambat dibandingkan

triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh 15,33% (yoy). Namun demikian, apabila

dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2013, pertumbuhan penghimpunan DPK

tercatat mengalami akselerasi dari 11,78% (yoy).

Berdasarkan strukturnya, dana pihak ketiga perbankan Kalimantan Barat masih didominasi oleh

dana murah, terutama tabungan yang mencapai Rp20,37 triliun. Meskipun demikian, tabungan

tercatat tumbuh melambat sebesar 4,81% (yoy), dibandingkan triwulan II 2014 yang tumbuh

sebesar 6,84% (yoy). Perlambatan tersebut antara lain didorong oleh tingginya konsumsi

Growth (%)

Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III y-o-y1. Total Asset 32,123 33,290 35,654 36,755 38,145 38,321 40,162 41,986 43,997 43,955 47,834 49,799 18.612. DPK 27,857 28,856 30,352 31,060 32,000 32,407 33,509 34,720 36,273 36,407 38,648 39,648 14.19 - Giro 4,530 5,663 6,345 6,206 4,628 5,970 6,780 6,688 4,873 6,368 8,120 8,060 20.53 - Deposito 7,105 7,485 7,337 7,362 7,548 7,761 8,264 8,595 9,396 9,826 10,800 11,216 30.49 - Tabungan 16,222 15,709 16,669 17,492 19,824 18,676 18,465 19,438 22,004 20,213 19,728 20,372 4.813. Kredit (Lokasi Kantor) 19,443 20,031 21,922 22,824 24,735 25,761 27,592 28,762 30,308 30,703 32,200 33,026 14.82 Kredit (Lokasi Proyek) 18,685 19,217 21,071 21,918 23,826 24,757 26,383 27,447 28,917 28,103 29,601 30,346 10.564. LDR (%) 69.79 69.42 72.23 73.48 77.30 79.49 82.34 82.84 83.55 84.33 83.32 83.305. NPLs (%) 0.90 0.98 0.96 0.94 0.80 1.44 1.45 1.47 1.12 1.24 1.31 1.37

INDIKATOR2011 2013 20142012

Page 56: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

42 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014

masyarakat pada triwulan laporan seiring dengan periode perayaan Idul Fitri. Di sisi lain, giro

tercatat mengalami akselerasi sebesar 20,53% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tumbuh 19,75% (yoy) menjadi sebesar Rp8,06 triliun. Meskipun demikian, secara triwulanan,

nominal giro tersebut tercatat menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat

sebesar Rp8,12 triliun. Penurunan tersebut antara lain terjadi seiring penurunan giro salah satu

perusahaan BUMN dalam rangka realisasi investasi pada triwulan laporan. Sementara itu,

pertumbuhan deposito tercatat relatif stabil sebesar 30,49% (yoy) pada triwulan laporan,

dibandingkan triwulan II 2014 sebesar 30,69% (yoy). Deposito yang berhasil dihimpun

perbankan Kalimantan Barat tercatat sebesar Rp11,22 triliun. Masih terjaganya pertumbuhan

deposito antara lain didorong oleh peningkatan rata-rata suku bunga seiring dengan

bertahannya suku bunga acuan BI ratepada level yang relatif tinggi 7,50%.

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 3.1 Perkembangan Jenis DPK Bank Umum diKalimantan Barat (miliar Rupiah)

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 3.2 Perkembangan Suku Bunga DepositoKalimantan Barat terhadap BI Rate

Berdasarkan golongan nasabah pemilik

rekening, DPK yang dihimpun perbankan

Kalimantan Barat didominasi oleh nasabah

perorangan dengan pangsa yang cukup

tinggi mencapai 72,54%, atau sebesar

Rp28,76 triliun. Meskipun demikian, DPK

milik perorangan tersebut tumbuh sebesar

11,78% (yoy) atau lebih lambat

dibandingkan triwulan

sebelumnya.Sementara itu, DPK milik

pemerintah mencatat akselerasi sebesar

20,52% (yoy) menjadi sebesar Rp4,94

5,663 6,3456,206

4,628 5,9706,780 6,688

4,8736,368 8,120

8,0607,485 7,337 7,362 7,548 7,761 8,264 8,5959,396 9,826

10,800

11,216

15,70916,669

17,492

19,82418,676 18,465

19,438

22,00420,213

19,728

20,372

Tw I Tw II Tw III tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III

2012 2013 2014

Giro Deposito Tabungan

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Tw I Tw II TwIII

TwIV

Tw I Tw II TwIII

TwIV

Tw I Tw II TwIII

2012 2013 2014

Rp Miliar%Deposito (RHS) BI Rate SB Deposito

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 3.3 Struktur DPK Menurut Golongan Pemilikdi Kalimantan Barat

PemerintahDaerah12.47%

Perseorangan72.54% Sektor

Swasta10.96%

Lainnya4.03%

Page 57: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 43

triliundibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 16,97% (yoy). Di sisi lain, DPK milik

swasta tumbuh relatif stabil sebesar 18,72% (yoy) menjadi sebesar Rp4,35triliun.

Secara spasial, penghimpunan DPK paling tinggi dilakukan di Kota Pontianak, dengan nilai

mencapai Rp25,23 triliun atau sebesar 63,64% dari total DPK yang dihimpun bank umum di

Kalimantan Barat. Tingginya DPK di Kota Pontianak didorong oleh aktivitas perekonomian di

Kota Pontianak yang relatif lebih tinggi dibandingkan daerah lain dan tingginya dana APBD

yang disimpan pada perbankan di Kota Pontianak. Grafik 3.4 menggambarkan sebaran

penghimpunan DPK oleh bank umum menurut kabupaten/kota di Kalimantan Barat, dimana

warna yang lebih tua menunjukkan tingkat penghimpunan DPK yang lebih tinggi. Daerah lain

dengan DPK yang cukup tinggi adalah Kota Singkawang, Kabupaten Sanggau dan Sekadau,

serta Kabupaten Sintang dan Melawi, masing-masing sebesar Rp3,51triliun, Rp2,16triliun dan

Rp1,98triliun. Dari sisi pertumbuhan penghimpunan DPK, perlambatan terjadi di seluruh

kota/kabupaten di Kalimantan Barat, kecuali Kota Pontianak yang tumbuh relatif stabil dan

Kabupaten Kubu Raya yang tumbuh 11,62% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar

10,02% (yoy). Perlambatan tersebut antara lain dipengaruhi oleh perlambatan perekonomian di

sektor-sektor perekonomian utama daerah-daerah di Kalimantan Barat, khususnya sektor

pertanian, terutama subsektor perkebunan karet dan kelapa sawit.

Tabel 3.2 Jumlah DPK dan Pangsa DPK Bank UmumMenurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat

(Miliar Rupiah)

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 3.4 Sebaran DPK Bank Umum MenurutKabupaten/Kota di Kalimantan Barat

DPK(Rp Miliar)

Kab. Pontianak 1,590 4.01%

Kab. Sambas 982 2.48%

Kab. Ketapang 1,731 4.37%

Kab. Sanggau & Sekadau 2,159 5.45%

Kab. Sintang & Melawi 1,983 5.00%

Kab. Kapuas Hulu 964 2.43%

Kab. Bengkayang 309 0.78%

Kab. Landak 646 1.63%

Kab. Kubu Raya 542 1.37%

Kota Pontianak 25,233 63.64%

Kota Singkawang 3,509 8.85%

Total 39,648 100.00%

PangsaKabupaten

Page 58: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

44 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014

3.3Penyaluran Kredit Sektor Produktif

Sejalan dengan perlambatan kredit secara umum yang disalurkan oleh perbankan Kalimantan

Barat pada triwulan laporan, pertumbuhan penyaluran kredit produktif juga menunjukkan

perlambatan. Penyaluran kredit ke sektor produktif pada triwulan III 2014 tumbuh 17,89%

(yoy) menjadi sebesar Rp20,24 triliun, atau lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya

yang tumbuh 19,36% (yoy). Peranan kredit ke sektor produktif masih tetap dominan dalam

mendukung pertumbuhan sektor riil. Pangsa kredit produktif terhadap total kredit pada

triwulan laporan mencapai 61,28%, relatif stabil dibandingkan pangsa pada triwulan

sebelumnya sebesar 61,34%.

Perlambatan penyaluran kredit

terutama terjadi pada jenis kredit

investasi dari 28,49% (yoy) pada

triwulan II 2014 menjadi 22,07% (yoy)

pada triwulan laporan, dimana

outstanding kredit investasi tercatat

mencapai Rp12,79 triliun. Perlambatan

penyaluran kredit investasi antara lain

dipengaruhi oleh perlambatan

perekonomian Kalimantan Barat pada

triwulan laporan yang lebih rendah

dari perkiraan para pelaku usaha.Di sisi

lain, kredit modal kerja menunjukkan

akselerasi sebesar 14,82% (yoy) menjadi sebesar Rp11,36 triliun pada triwulan III 2014

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 12,99% (yoy). Akselerasi penyaluran kredit

modal kerja terutama didorong oleh masih terjaganya pembiayaan modal kerja di sektor

perekonomian utama Kalimantan Barat, yaitu sektor pertanian, sektor industri dan sektor

perdagangan.

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 3.5 Perkembangan Kredit Modal Kerja dan Investasidi Kalimantan Barat

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

TW I TwII

TwIII

TwIV

Tw I TwII

TwIII

TwIV

Tw I TwII

TwIII

2012 2013 2014

%, yoyRp MiliarModal Kerja InvestasigModal Kerja gInvestasi

Page 59: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 45

Berdasarkan sektor ekonomi, struktur

penyaluran kredit produktif oleh perbankan di

Kalimantan Barat masih didominasi oleh tiga

sektor ekonomi utama, yaitu sektor

Perdagangan Besar dan Eceran (42,97% dari

total kredit yang disalurkan), sektor pertanian

(26,88% dari total kredit yang disalurkan), serta

sektor transportasi, pergudangan dan

komunikasi (9,27% dari total kredit yang

disalurkan). Pertumbuhan kredit sektoral pada

triwulan laporan ditandai dengan akselerasi

pada penyaluran kredit ke sektor industri

pengolahan sebesar 39,60% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar

26,01% (yoy). Akselerasi tersebut didorong oleh peningkatan penyaluran pembiayaan ke

industri pupuk, industri pakan ternak serta industri pengolahan lainnya. Sementara itu,

penyaluran kredit sektor yang mengalami perlambatan cukup dalam adalah sektor konstruksi

yang tumbuh 6,99% (yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh 14,31%

(yoy). Hal tersebut sejalan dengan perlambatan pertumbuhan sektor bangunan di Kalimantan

Barat, dimana pada triwulan laporan tumbuh 9,23% (yoy) dibandingkan triwulan II 2014 yang

tumbuh mencapai 11,61% (yoy).

Outstanding kredit yang disalurkan oleh

perbankan untuk pembiayaan proyek

produktif yang berlokasi di Kalimantan

Barat pada triwulan laporan mencapai

Rp17,68triliun atau tercatat tumbuh

10,72% (yoy), lebih

lambatdibandingkan triwulan

sebelumnya yang mencapai 11,85%

(yoy). Penyaluran kredit untuk lokasi

proyek di Kalimantan Barat tersebut

seluruhnya dilakukan oleh perbankan

yang berlokasi di Kalimantan Barat.

Namun demikian, angka penyaluran

kredit tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan total kredit produktif yang disalurkan

oleh perbankan yang berkantor di Kalimantan Barat (lokasi kantor) yang mencapai

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 3.6 Pangsa Kredit Menurut SektorEkonomi di Kalimantan Barat

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 3.7 Penyaluran kredit berdasarkan lokasi proyekdan lokasi kantor bank (Rp Miliar)

Pertanian26.88%

Industri5.50%

Konstruksi4.87%

Perdagangan42.97%

Akomodasi &Mamin2.90%

Trapsortasi9.27%

Real Estate5.00%

11,675

12,92713,165

14,62015,268

16,54717,167

18,437

16,149

19,751

10,92512,156

12,34513,804

14,360

15,445

15,972

17,170

18,622

17,276

17,684

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

16,000

18,000

20,000

Tw I Tw II TwIII

TwIV

Tw I Tw II TwIII

TwIV

Tw I Tw II TwIII

2012 2013 2014

Lokasi KantorLokasi Proyek

Page 60: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

46 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014

Rp20,24triliun. Hal ini mengindikasikan terdapat kredit dengan lokasi proyek di luar Kalimantan

Barat yang disalurkan oleh perbankan Kalimantan Barat.

Dari sisi spasial, kredit industri perbankan

masih dominan disalurkan untuk proyek-

proyek di Kota Pontianak dengan

outstanding mencapai Rp8,47 triliun atau

mencapai 47,92% dari total kredit sektor

produktif yang disalurkan di Kalimantan

Barat. Hal tersebut didorong oleh pola

bisnis para pelaku usaha yang masih

terpusat di Kota Pontianak. Selain Kota

Pontianak, kabupaten/kota lainnya di

Kalimantan Barat dengan tingkat

penyerapan kredit sektoral yang cukup

tinggi adalah Kabupaten Pontianak,

Kabupaten Sintang, dan Kabupaten

Sanggau. Penyerapan kredit di Kabupaten

Pontianak didominasi oleh sektor usaha Perdagangan Besar dan Eceran, sementara itu

penyaluran kredit di Kabupaten Sintang dan Sanggau terjadi pada sektor usaha Pertanian,

Perburuan dan Kehutanan, khususnya subsektor perkebunan.

Di tengah perlambatan pertumbuhan

kredit, risiko kredit sektor yang

tercermin dari rasio Non Performing

Loans (NPLs) gross perbankan

tercatat sedikit meningkat. Rasio

NPLs gross kredit sektoral pada

triwulan laporan tercatat pada level

1,70%, lebih tinggi dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tercatat

pada level 1,59%. Peningkatan rasio

NPL gross terjadi terutama pada

sektor Pertambangan dan sektor

Konstruksi/Bangunan. NPL pada

sektor pertambangan tercatat mencapai 18,52%, lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya yang mencapai 10,52%. Kenaikan NPL pada sektor tersebut, baik dari sisi nominal

Tabel 3.3 Jumlah Kredit dan Pangsa Kredit Bank UmumMenurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat

(Lokasi Proyek)

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 3.8 Perkembangan Rasio NPL Gross Kredit ProduktifKalimantan Barat

Kab. Pontianak 1,967 11.12

Kab. Sambas 748 4.23

Kab. Ketapang 945 5.34

Kab. Sanggau 1,216 6.88

Kab. Sintang 1,306 7.39

Kab. Kapuas Hulu 497 2.81

Kab. Bengkayang 494 2.79

Kab. Landak 330 1.86

Kab. Sekadau 238 1.35

Kab. Melawi 184 1.04

Kab. Kayong Utara 45 0.26

Kab. Kubu Raya 295 1.67

Kota Pontianak 8,474 47.92

Kota Singkawang 945 5.34

Total 17,684 100.00

Kredit Produktif(Rp Milyar)

Pangsa(%)

Kabupaten

1.700.680.38

6.23

1.95

18.52

-

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

-

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

6.0

7.0

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

Kredit ProduktifPertanianIndustriBangunanPHRPertambangan (RHS)

Page 61: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 47

maupun persentase, masih dipengaruhi oleh tekanan pada debitur sektor pertambangan

seiring dengan implementasi peraturan pemerintah terkait kegiatan pengolahan dan pemurnian

hasil tambang mineral yang mempengaruhi menurunnya repayment capacity debitur.

Sementara itu, NPLs pada sektor bangunan yang meningkat dari 5,26% menjadi 6,23% pada

triwulan laporan antara lain merupakan dampak dari implementasi ketentuan penyempurnaan

loan to value yang dampaknya dirasakan oleh para pengembang properti, khususnya properti

tipe besar untuk masyarakat kelas menengah ke atas.

Tabel 3.4 Perkembangan Persentase NPLs Gross Kota/Kabupaten di Kalimantan Barat

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Berdasarkan sebaran wilayahnya, peningkatan risiko kredit terjadi di hampir semua

kota/kabupaten di Kalimantan Barat, kecuali Kabupaten Pontianak dan Kabupaten Sanggau.

Risiko kredit tertinggi dialami oleh Kota Singkawang, dimana persentase kredit non lancar

(NPLs) tercatat mencapai 3,45%. Hal ini terutama dipengaruhi oleh peningkatan NPLs pada

sektor perekonomian utama di daerah tersebut, yaitu sektor perdagangan, khususnya pada

subsektor penjualan mobil.Selain Singkawang, daerah dengan risiko kredit yang relatif tinggi

adalah Kabupaten Sambas dan Kabupaten Kapuas Hulu, dimana persentase kredit non lancar

(NPLs) tercatat pada level 3,14% dan 2,99%. Risiko kredit di wilayah Sambas dipengaruhi oleh

permasalahan debitur di sektor perdagangan, sementara di Kabupaten Kapuas Hulu,

penyaluran kredit bermasalah terjadi pada sektor jasa.

3.4Penyaluran Kredit Rumah Tangga

Pada triwulan III 2014, penyaluran kredit konsumsi ke debitur rumah tangga di Kalimantan

Barat tercatat mencapai Rp12,79triliun, atau tumbuh 19,95% (yoy). Pertumbuhan penyaluran

kredit tersebut mengalami akselerasi jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh

12,71% (yoy). Akselerasi tersebut sejalan dengan pertumbuhan konsumsi rumah tangga

sebesar 8,42% (yoy) pada triwulan laporan, atau lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2014

I II III IV I II III IV I II IIIKab. Pontianak 0.94% 0.97% 0.73% 0.36% 0.93% 1.22% 0.94% 0.69% 0.58% 0.92% 0.84%

Kab. Sambas 1.75% 2.00% 1.99% 1.34% 1.62% 1.65% 1.81% 0.94% 0.58% 2.97% 3.14%

Kab. Ketapang 1.72% 2.01% 1.98% 2.71% 2.64% 2.40% 2.52% 2.06% 0.84% 1.43% 1.91%

Kab. Sanggau & Sekadau 1.59% 1.64% 1.39% 1.09% 1.74% 1.68% 1.77% 1.52% 1.04% 1.91% 1.84%

Kab. Sintang & Melawi 1.02% 1.33% 1.51% 1.41% 1.36% 1.54% 1.87% 2.01% 1.27% 2.07% 2.10%

Kab. Kapuas Hulu 3.61% 3.58% 3.15% 2.01% 2.61% 2.37% 3.10% 2.49% 1.56% 2.78% 2.99%

Kab. Bengkayang 0.07% 1.76% 0.29% 0.07% 0.15% 0.09% 0.07% 0.04% 0.04% 1.02% 2.80%

Kab. Landak 1.82% 1.46% 1.35% 0.44% 0.81% 0.75% 0.51% 0.26% 0.06% 0.43% 1.27%

Kota Pontianak 1.01% 0.87% 0.88% 0.69% 1.58% 1.61% 1.60% 1.02% 1.16% 1.39% 1.49%

Kota Singkawang 2.32% 2.17% 3.41% 2.77% 7.08% 6.67% 6.86% 5.33% 3.31% 3.10% 3.45%

Total 1.21% 1.13% 1.17% 0.94% 1.95% 1.95% 1.99% 1.42% 1.24% 1.59% 1.70%

Kabupaten2012 2013 2014

Page 62: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

48 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014

yang tumbuh 7,61% (yoy). Peningkatan konsumsi pada triwulan laporan antara lain didorong

oleh kegiatan perayaan Idul Fitri.

Tabel 3.5 Perkembangan Penyaluran Kredit Rumah Tangga (Rp miliar)

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Berdasarkan jenis penggunaannya,

penyaluran kredit rumah tangga di

Kalimantan Barat didominasi oleh

penyaluran kredit untuk tujuan

multiguna dengan outstanding

mencapai Rp7,70triliun. Pada triwulan

laporan, penyaluran kredit multiguna

tersebut menunjukkan akselerasi

sebesar 13,93% (yoy) dibandingkan

triwulan sebelumnya sebesar 6,66%

(yoy). Selain multiguna, penyaluran

kredit rumah tangga juga sebagian

besar merupakan kredit kepemilikan rumah (KPR) mencapai Rp3,48triliun yang tercatat

melambat sebesar 11,17% (yoy) dibandingkan triwulan II 2014 yang mampu tumbuh sebesar

14,63% (yoy). Tren perlambatan pertumbuhan penyaluran KPR tersebut antara lain dipengaruhi

oleh pesimisme masyarakat dan pengembang properti perumahan seiring dengan penurunan

harga komoditas utama Kalimantan Barat, yaitu karet dan CPO, serta menurunnya kinerja

sektor pertambangan yang juga berdampak pada penurunan kinerja di jasa persewaan alat

berat. Selanjutnya, meningkatnya kehati-hatian perbankan dalam penyaluran kredit ke sektor

perumahan seiring dengan penyempurnaan kebijakan Loan to Value (LTV) juga turut menjadi

salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penyaluran KPR tersebut.

I II III IV I II III IV I II IIIKPR 2,111 2,512 2,349 2,438 2,688 3,099 3,361 3,535 3,602 3,553 3,487

KKB 107 123 129 128 134 188 197 195 188 238 206

Perlengkapan 9 10 6 5 7 5 5 4 3 4 4

Multiguna 4,495 4,863 6,438 6,720 6,908 6,736 6,761 6,838 6,878 7,184 7,702

Lainnya 1,634 1,487 738 823 756 1,018 1,271 1,299 1,410 1,471 1,388

Total kredit 8,356 8,995 9,659 10,115 10,492 11,045 11,595 11,871 12,081 12,450 12,787

Jenis KreditRumah Tangga

2012 2013 2014

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 3.9 Perkembangan Pertumbuhan Kredit Konsumsi diKalimantan Barat

10.28%

3.74%4.39%

13.93%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

Total kreditKPRKKBMultiguna

Page 63: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 49

Secara spasial, penyaluran kredit

konsumsi paling banyak disalurkan

kepada rumah tangga di Kota Pontianak

dengan outstanding mencapai

Rp4,12triliun atau mencapai pangsa

32,50% dari total kredit rumah tangga

yang disalurkan di Kalimantan Barat.

Tingginya tingkat konsumsi rumah

tangga di Kota Pontianak mendorong

tingginya penyaluran kredit konsumsi di

daerah tersebut.Daerah lainnya dengan

outstanding penyaluran kredit rumah

tangga yang cukup tinggi adalah

Kabupaten Pontianak dan Kota

Singkawang.Tingginya aktivitas sektor

utama perekonomian di daerah-daerah

tersebut mendorong tingginya konsumsi

masyarakat.

Secara umum, risiko kredit yang tercermin

dari rasio NPL gross kredit rumah tangga

berada di batas aman di bawah 5%. Pada

triwulan laporan, rasio NPL gross kredit

konsumsi tercatat sebesar 0,87% atau

relatif tidak berubah dari triwulan

sebelumnya. Berdasarkan jenis

penggunaannya, kredit rumah tangga

dengan tingkat NPL tertinggi dan

menunjukkan tren peningkatan adalah KPR

dengan tingkat NPL mencapai 1,93%.

Peningkatan NPL KPR antara lain

dipengaruhi oleh kinerja sektor perekonomian utama Kalimantan Barat yang cenderung

melambat sehingga berdampak pada repayment capacity debitur rumah tangga. Selain itu, tren

peningkatan suku bunga kredit perbankan juga berdampak terhadap tingkat NPL KPR.

Tabel 3.6 Jumlah dan Pangsa Kredit Sektor RumahTangga Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 3.10 Perkembangan NPL Gross Kredit SektorRumah Tangga di Kalimantan Barat

Kab. Pontianak 1,936.21 15.29

Kab. Sambas 732.42 5.78

Kab. Ketapang 842.35 6.65

Kab. Sanggau 779.40 6.16

Kab. Sintang 773.75 6.11

Kab. Kapuas Hulu 527.25 4.16

Kab. Bengkayang 349.88 2.76

Kab. Landak 507.05 4.00

Kab. Sekadau 250.21 1.98

Kab. Melawi 338.30 2.67

Kab. Kayong Utara 169.19 1.34

Kab. Kubu Raya 426.79 3.37

Kota Pontianak 4,115.06 32.50

Kota Singkawang 914.36 7.22

Total 12,662.23 100.00

KabupatenKredit Konsumsi

(Rp Milyar)Pangsa (%)

1.93%

0.78%0.48%

0.29%0.40%

0.00%

0.50%

1.00%

1.50%

2.00%

2.50%

3.00%

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

KPR KKBMultiguna LainnyaPerlengkapan

Page 64: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

50 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014

3.5Pengembangan Akses Keuangan dan Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil danMenengah (UMKM)

Seiring dengan perlambatan kredit secara umum, penyaluran kredit kepada Usaha Mikro, Kecil

dan Menengah (UMKM) juga tercatat mengalami perlambatan dibandingkan triwulan

sebelumnya. Pada triwulan laporan, kredit yang disalurkan untuk UMKM tercatat sebesar

Rp11,01triliun atau tumbuh 22,23% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan

sebelumnya yang tercatat mencapai 29,30% (yoy). Meskipun melambat, pangsa kredit UMKM

terhadap total kredit produktif yang disalurkan oleh perbankan Kalimantan Barat tercatat

meningkat menjadi 54,42%.

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 3.11 Perkembangan Kredit UMKMKalimantan Barat

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 3.12 Perkembangan Kredit UMKM MenurutJenis Penggunaan di Kalimantan Barat (Rp Miliar)

Porsi terbesar kredit UMKM disalurkan kepada usaha kecil (nominal antara Rp50 juta sampai

dengan Rp500 juta), yaitu mencapai 44,10% dari total kredit UMKM yang disalurkan oleh

perbankan di Kalimantan Barat atau sebesar Rp4,86 triliun. Sementara itu, kredit untuk usaha

menengah (nominal antara Rp500 juta sampai dengan Rp5 miliar) dan usaha mikro (nominal

kurang dari Rp50 juta), masing-masing tercatat sebesar Rp4,47triliun dan Rp1,69triliun.

Ditinjau dari jenis penggunaannya, sebagian besar kredit UMKM disalurkan untuk tujuan modal

kerja, mencapai Rp7,48triliun. Sementara Rp3,54triliun disalurkan untuk kepentingan investasi.

Penyaluran kredit tersebut sebagian besar disalurkan kepada sektor perdagangan besar dan

eceran serta sektor pertanian, perburuan dan kehutanan, terutama sub sektor perkebunan

karet dan kelapa sawit.

Peningkatan outstandingdan pangsa kredit UMKM terhadap total kredit yang disalurkan oleh

perbankan di Kalimantan Barat mengindikasikan tetap tingginya komitmen perbankan untuk

membiayai UMKM di Kalimantan Barat. Hal ini perlu didukung dengan penguatan UMKM dari

-

5

10

15

20

25

30

35

40

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

%, yoyRp Miliar Nominal Growth

4,106

4,5954,861

5,380

5,609

6,1416,365

6,763

6,910

7,5107,479

1,9702,001

1,870

1,961 2,018

2,538 2,6342,851

3,128

3,733 3,535

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III

2012 2013 2014

Modal Kerja

Investasi

Page 65: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 51

sisi bankability serta percepatan pembentukan Perusahaan Penjaminan Kredit Daerah (PPKD)

oleh pemerintah daerah sehingga akses UMKM terhadap pembiayaan perbankan ke depannya

dapat lebih ditingkatkan.PPKD di Kalimantan sudah dibentuk di Provinsi Kalimantan Selatan,

Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah. Dalam rangka meningkatkan bankability tersebut,

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat juga telah menginisiasi program

Inkubator Bisnis UMKM.

Sejalan dengan tren peningkatan

risiko kredit perbankan umum

Kalimantan Barat, risiko kredit

UMKM juga tercatat menunjukkan

peningkatan pada triwulan laporan.

Pada triwulan III 2014, rasio NPL

gross kredit UMKM tercatat sebesar

2,92% atau lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya

yang tercatat sebesar 2,58%.

Peningkatan NPL terutama terjadi

pada debitur usaha kecil dan

menengah, dimana masing-masing tercatat sebesar 3,49% dan 2,44%. Sementara itu,

penyaluran kredit untuk usaha mikro rasiso NPL yang tidak berubah dibandingkan tirwulan

sebelumnya yaitu 2,56%.

3.6Perkembangan Sistem Pembayaran

Secara triwulanan, perkembangan sistem pembayaran di Provinsi Kalimantan Barat pada

triwulan III 2014 meningkat baik pada sistem pembayaran non tunai maupun tunai. Nilai

transaksi RTGS meningkat 1,99% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya menjadi sebesar

Rp53,56 triliun. Sementara nilai transaksi kliring penyerahan di Kalimantan Barat tercatat

sebesar Rp11,82 triliun atau meningkat 16,33% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Dari

sisi sistem pembayaran tunai di Provinsi Kalimantan Barat, selama triwulan III 2014 jumlah uang

yang diedarkan (outflow) meningkat 64,86% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya menjadi

sebesar Rp2,47 triliun. Sementara itu, jumlah uang yang masuk (inflow) ke khasanah Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat selama triwulan III 2014 tercatat sebesar

Rp2,07 triliun atau meningkat 73,07% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya.

Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 3.13 Perkembangan Rasio NPL Gross Kredit UMKM

2.56

3.49

2.44

2.92

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

Tw I Tw II TwIII

TwIV

Tw I Tw II TwIII

TwIV

Tw I Tw II TwIII

2012 2013 2014

%Mikro Kecil Menengah Kredit UMKM

Page 66: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

52 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014

3.6.1 Perkembangan Transaksi Melalui BI-RTGS

Selama triwulan III 2014, transaksi RTGS cenderung meningkat baik di sisi nominal

transaksi maupun di sisi jumlah transaksi. Nilai transaksi RTGS meningkat 1,99% (qtq)

dibandingkan nilai transaksi triwulan sebelumnya menjadi sebesar Rp53,56 triliun.

Sedangkan jumlah transaksi melalui BI-RTGS sebanyak 93.403 transaksi atau

meningkat 8,30% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar

86.245 transaksi. Berdasarkan perputarannya, transaksi RTGS keluar dan transaksi RTGS

masuk selama triwulan III 2014 di Kalimantan Barat juga meningkat masing-masing sebesar

0,71% (qtq) dan 3,49% (qtq), menjadi sebesar Rp25,42 triliun dan Rp20,29 triliun. Hal yang

sama juga terjadi pada transaksi RTGS lokal Kalimantan Barat yang meningkat 2,40% (qtq)

menjadi sebesar Rp7,85 triliun.

Namun demikian, dilihat dari nominal rata-rata per transaksinya selama triwulan III 2014

mengalami kontraksi sebesar 5,82% (qtq) dengan nilai nominal rata-rata sebesar Rp573,38 juta

per transaksi apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar

Rp608,83 juta per transaksi. Secara tahunan nilai nominal per transaksi juga mengalami

kontraksi sebesar 56,48% (yoy) apabila dibandingkan dengan triwulan III 2013 yang tercatat

sebesar Rp1,32 miliar per transaksi.

Secara tahunan, nominal total transaksi RTGS triwulan III 2014 sebesar Rp53,56 triliun atau

mengalami kontraksi sebesar 27,17% (yoy) jika dibandingkan dengan triwulan III 2013 yang

tercatat mencapai Rp73,54 triliun. Namun demikian, dari sisi volume transaksi terjadi

peningkatan sebesar 67,33% (yoy) dibandingkan dengan triwulan III 2013 menjadi sebesar

93.403 transaksi.

Tabel 3.7 Transaksi Melalui Real Time Gross Settlement (RTGS)

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat

(Miliar Rp)

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw IIIRTGS Keluar- Jumlah Transaksi 22.298 26.242 27.422 30.618 27.745 29.414 26.770 27.865 24.282 31.186 32.736- Nominal 21.513 26.543 25.846 29.806 27.208 30.097 27.685 28.810 26.205 25.239 25.417

RTGS Masuk- Jumlah Transaksi 20.381 22.610 23.014 25.469 21.765 23.018 21.096 21.463 18.301 36.534 40.549- Nominal 23.838 30.295 30.311 32.843 26.182 29.912 31.673 30.264 26.720 19.601 20.285

RTGS Lokal- Jumlah Transaksi 7.102 8.040 8.781 10.008 8.361 8.809 7.954 7.890 6.891 18.525 20.118- Nominal 11.185 13.941 13.414 15.711 12.194 14.036 14.178 13.919 12.116 7.669 7.853

TOTAL- Jumlah Transaksi 49.781 56.892 59.217 66.095 57.871 61.241 55.820 57.218 49.474 86.245 93.403- Nominal 56.536 70.779 69.571 78.360 65.584 74.045 73.536 72.993 65.041 52.509 53.555

Keterangan20132012 2014

Page 67: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 53

3.6.2 Perkembangan Transaksi Melalui Kliring

Transaksi kliring selama triwulan III 2014 meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya di sisi nominal transaksi, namun mengalami kontraksi di sisi jumlah

warkat. Total nilai transaksi kliring penyerahan di Kalimantan Barat tercatat sebesar

Rp11,82 triliun atau meningkat 16,33% (qtq), sementara jumlah warkat kliring

penyerahan tercatat sebanyak 244.323 lembar atau mengalami kontraksi 3,00% (qtq)

dibandingkan triwulan sebelumnya. Ditinjau dari sisi kliring pengembalian atau penolakan

cek dan bilyet giro, nilai transaksi kliring mengalami peningkatan, yaitu sebesar 37,02% (qtq)

menjadi sebesar Rp184,36 miliar. Namun dari sisi jumlah warkat yang ditransaksikan mengalami

kontraksi sebesar 2,81% (qtq) menjadi sejumlah 3.738 lembar warkat. Berdasarkan

penyebabnya, pengembalian/penolakan kliring karena Bilyet Giro kosong sebanyak 2.203

lembar (58,94% dari total jumlah warkat kliring pengembalian), pengembalian/penolakan

kliring karena cek kosong sebanyak 817 lembar (21,86% dari total jumlah warkat kliring

pengembalian), dan sebanyak 718 lembar (19,21% dari total jumlah warkat kliring

pengembalian) dikembalikan/ditolak karena alasan lainnya.

Sementara itu, secara tahunan, total nilai transaksi kliring penyerahan di Kalimantan Barat

selama triwulan III 2014 meningkat 19,06% (yoy) jika dibandingkan dengan triwulan III 2013

yang tercatat sebesar Rp9,93 triliun. Namun demikian, dari sisi jumlah warkat yang

ditransaksikan, terjadi konstraksi sebesar 2,19% (yoy) yang pada triwulan III 2013 tercatat

sebesar 249.803 lembar.

Dilihat dari nominal rata-rata transaksi per warkat, selama triwulan III 2014 nominal rata-rata

transaksi sebesar Rp48,38 juta per warkat atau meningkat 20,20% (qtq) dibandingkan dengan

nominal rata-rata transaksi triwulan sebelumnya sebesar Rp40,25 juta per warkat. Secara

tahunan nilai nominal rata-rata transaksi per warkat tersebut juga mengalami peningkatan

sebesar 21,83% (yoy) dibandingkan dengan triwulan III 2013 sebesar Rp39,71 juta per warkat.

Tabel 3.8 Transaksi Melalui Kliring

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat

(Miliar Rp)

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw IIKliring Penyerahan- Jumlah Warkat (lbr) 234.028 259.685 292.980 298.651 228.669 248.144 249.803 265.717 233.404 251.872- Nominal 7.629 8.566 11.163 8.702 8.262 8.861 9.925 11.027 10.072 10.157- Rata-Rata Warkat/Hari (lbr) 3.715 4.188 4.883 5.333 3.811 3.939 3.965 4.356 3.890 4.198- Rata-Rata Nominal/Hari 121 138 186 155 138 141 158 181 168 169

Kliring Pengembalian- Jumlah Warkat (lbr) 1.910 2.402 3.258 2.785 2.860 2.713 3.310 3.415 3.253 3.846- Nominal 86 196 145 101 101 89 126 133 139 135- Rata-Rata Warkat/Hari (lbr) 30 39 54 50 48 43 53 56 54 64- Rata-Rata Nominal/Hari 1,4 3,2 2,4 1,8 1,7 1,4 2,0 2,2 2,3 2,2TOTAL- Jumlah Warkat (lbr) 235.938 262.087 296.238 301.436 231.529 250.857 253.113 269.132 236.657 255.718- Nominal 7.715 8.762 11.308 8.803 8.363 8.950 10.051 11.160 10.210 10.291

Keterangan2012 2013 2014

Page 68: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

54 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014

3.6.3 Perkembangan Penyelenggaraan Transfer Dana Non Bank dan PedagangValuta Asing (PVA)

Pada triwulan III 2014, jumlah perusahaan Penyelenggaraan Transfer Dana (PTD) Non

Bank di Kalimantan Barat tercatat sebanyak 5 perusahaan atau tidak berubah

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Secara umum, perkembangan PTD di

Kalimantan Barat selama triwulan III 2014 mengalami peningkatan dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya. Dilihat dari sisi pengiriman uang dari luar negeri (incoming), selama

triwulan III 2014 transaksi pengiriman uang dari luar negeri melalui PTD tercatat sebesar

Rp15,59 miliar atau meningkat 12,17% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat

sebesar Rp13,90 miliar. Sementara dilihat dari sisi pengiriman ke luar negeri (outcoming),

selama triwulan III 2014 transaksi pengiriman uang ke luar negeri melalui PTD tercatat sebesar

Rp11,47 miliar atau meningkat 16,32% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat

sebesar Rp9,86 miliar.

Namun demikian, secara tahunan perkembangan PTD di Kalimantan Barat selama triwulan III

2014 cenderung mengalami kontraksi. Dilihat dari sisi incoming, transaksi pengiriman uang

dari luar negeri melalui PTD selama triwulan III 2014 mengalami kontraksi 26,64% (yoy)

dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara di sisi outcoming,

transaksi pengiriman uang ke luar negeri melalui PTD mengalami kontraksi 3,65% (yoy)

dibandingkan dengan triwulan III 2013.

Pada triwulan III 2014, jumlah Pedagang Valuta Asing (PVA) di Kalimantan Barat

tercatat sebanyak 34 perusahaan. Secara umum, perkembangan PVA di Kalimantan Barat

selama triwulan III 2014 mengalami peningkatan yang relatif signifikan apabila dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya. Dilihat dari sisi pembelian, selama triwulan III 2014 jumlah

pembelian valuta asing mencapai sebanyak Rp284,33 miliar atau mengalami peningkatan

sebesar 152,85% (qtq) apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat

sebanyak Rp112,45 miliar. Selanjutnya dari sisi penjualan, jumlah penjualan valuta asing juga

mengalami peningkatan sebesar 155,07% (qtq) menjadi sebanyak Rp288,33 miliar apabila

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebanyak Rp113,04 miliar.

Apabila dilihat secara tahunan, perkembangan PVA di Kalimantan Barat selama triwulan III

2014 juga meningkat signifikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Transaksi

pembelian valuta asing melalui PVA di Kalimantan Barat selama triwulan III 2014 meningkat

154,83% (yoy) jika dibandingkan dengan triwulan III 2013 yang tercatat sebesar Rp111,58

miliar. Sementara, transaksi penjualan valuta asing melalui PVA di Kalimantan Barat selama

Page 69: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 55

triwulan III 2014 meningkat 156,18% (yoy) jika dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya yang tercatat sebesar Rp112,55 miliar.

3.6.4 Perkembangan Pengelolaan Uang

3.6.4.1 Perkembangan Aliran Uang Kartal Melalui BI

Selama triwulan III 2014, jumlah uang yang diedarkan (outflow) oleh Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat mencapai Rp2,47 triliun atau

meningkat 64,86% (qtq) dibandingkan dengan triwulan II 2014 yang tercatat sebesar

Rp1,50 triliun. Secara tahunan, jumlah uang yang diedarkan tersebut juga mengalami

peningkatan sebesar 20,39% (yoy) dibandingkan dengan triwulan III 2013 yang tercatat sebesar

Rp2,05 triliun. Berdasarkan denominasinya, uang yang diedarkan selama triwulan III 2014

didominasi oleh uang pecahan Rp100.000,00 yang mencapai 15,69 juta lembar (29,59% dari

total uang kertas yang diedarkan), diikuti oleh pecahan Rp50.000,00 yang mencapai 15,10 juta

lembar (28,48% dari total uang kertas yang diedarkan).

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat

Grafik 3.14Perkembangan Jumlah Outflow Uang Kertas Pecahan Kecil

Sementara itu, jumlah uang yang masuk (inflow) ke khasanah Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Kalimantan Barat selama triwulan III 2014 tercatat sebesar Rp2,07

triliun atau meningkat 73,07% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Jika dilihat

secara tahunan jumlah uang masuk tersebut meningkat 54,55% (yoy) dibandingkan dengan

triwulan III 2013 yang tercatat sebesar Rp1,34 triliun. Berdasarkan denominasinya, uang masuk

selama triwulan III 2014 didominasi oleh uang pecahan Rp100.000,00 yang mencapai 13,37

0

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

35.000

40.000

Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep

2012 2013 2014

Pecahan Rp10000 Pecahan Rp5000 Pecahan Rp2000

Page 70: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

56 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014

juta lembar (35,83% dari total uang kertas yang masuk), diikuti dengan pecahan Rp50.000,00

yang tercatat sebanyak 13,02 juta lembar (34,87% dari total uang kertas yang masuk).

Jumlah aliran uang yang diedarkan oleh KPwBI Provinsi Kalimantan Barat yang lebih

besar dari aliran uang yang masuk mengakibatkan posisi net outflow sebesar

Rp401,05 miliar. Kondisi net outflow tersebut menunjukkan adanya peningkatan kebutuhan

uang kartal pada triwulan III 2014, antara lain disebabkan perayaan bulan Ramadhan dan Hari

Raya Idul Fitri 1435 H pada triwulan laporan, serta adanya peningkatan perekonomian

menjelang dan setelah pemilihan Presiden pada bulan Juli 2014. Selain itu, adanya perayaan

Sembahyang Kubur (ceng beng) juga berdampak terhadap peningkatan kebutuhan uang kartal

pada periode laporan.

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat

Grafik 3.15 Perkembangan Inflow dan Outflow Kalimantan Barat

3.6.4.2 Pelaksanaan Kebijakan Penyediaan Uang Layak Edar

Dalam rangka pelaksanaan “clean money policy”, KPwBI Provinsi Kalimantan Barat

secara rutin melakukan pendistribusian uang hasil cetak sempurna (HCS) yang layak

edar untuk menggantikan uang lusuh dan sudah tidak layak edar melalui sarana: (1)

penarikan uang oleh perbankan; (2) penukaran uang di loket KPwBI Provinsi Kalimantan Barat;

dan (3) kegiatan kas keliling. Selain itu, KPwBI Provinsi Kalimantan Barat juga melakukan kerja

sama dengan perbankan di Kalimantan Barat, baik bank umum maupun BPR, untuk melayani

penukaran uang Rupiah bagi masyarakat. Kerja sama ini diharapkan dapat memenuhi

kebutuhan masyarakat akan uang layak edar dengan jangkauan yang lebih luas.

-1.500

-1.000

-500

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

Tw I Tw II TwIII

TwIV

Tw I Tw II TwIII

TwIV

Tw I Tw II TwIII

2012 2013 2014

Mili

ar R

p

Inflow Outflow Net Outflow (RHS)

Page 71: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 57

Kegiatan penukaran uang melalui loket penukaran KPwBI Provinsi Kalimantan Barat

selama triwulan III 2014 mencapai Rp33,59 miliar, atau meningkat 20,33% (qtq)

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp27,91 miliar. Berdasarkan

denominasinya, uang yang paling banyak ditukarkan adalah uang kertas dengan denominasi

Rp100.000,00 yang mencapai 221,09 ribu lembar atau senilai Rp22,11 miliar, serta pecahan

Rp50.000,00 yang mencapai 205,54 ribu lembar atau senilai Rp10,28 miliar. Berdasarkan data

penukaran uang keluar, uang pecahan kecil yang paling diminati masyarakat adalah pecahan

Rp2.000,00 yang mencapai 2,17 juta lembar atau senilai Rp4,34 miliar serta pecahan uang

logam Rp500,00 yang mencapai 2,00 juta keping atau senilai Rp1,00 juta. Sementara itu,

secara tahunan jumlah uang yang masuk melalui penukaran langsung pada triwulan III 2014

meningkat 19,33% (yoy) dari triwulan III 2013 yang tercatat sebesar Rp28,15 miliar.

Tabel 3.9 Kegiatan Penukaran Uang Melalui Loket Penukaran Bank Indonesia (Uang Masuk)(Ribu Rp)

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat

Selain melayani penukaran di loket pelayanan KPwBI Provinsi Kalimantan Barat, secara

rutin Bank Indonesia juga melakukan kegiatan kas keliling. Kegiatan kas keliling

bertujuan untuk menyediakan uang Rupiah yang layak edar dengan mekanisme ”jemput bola”

langsung kepada masyarakat khususnya di wilayah kabupaten/kota selain Kota Pontianak.

Kegiatan kas keliling juga bertujuan untuk memenuhi kebutuhan uang Rupiah di wilayah

perbatasan, yang dalam pelaksanaannya KPwBI Provinsi Kalimantan Barat juga bekerja sama

dengan PT. BPD Kalimantan Barat untuk menjangkau sejumlah daerah di wilayah perbatasan

Kalimantan Barat dengan wilayah Sarawak, Malaysia.

Selama triwulan III 2014, jumlah uang yang ditukarkan oleh masyarakat melalui

kegiatan kas keliling mencapai Rp3,00 miliar, atau mengalami kontraksi 84,27% (qtq)

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp19,07 miliar. Secara

tahunan jumlah uang yang ditukarkan melalui kegiatan ini juga mengalami kontraksi sebesar

84,00% (yoy) dari triwulan III 2013 yang tercatat sebesar Rp4,93 miliar. Selama triwulan III

2014, kegiatan kas keliling hanya dilaksanakan di Kabupaten Sambas. Kondisi itu antara lain

Tw I Tw II Tw III Tw IV 2012 Tw I Tw II Tw III Tw IV 2013 Tw I Tw II Tw IIIUang Kertas 21.682.933 20.579.479 28.725.482 21.297.734 92.285.627 25.903.671 22.286.540 28.142.138 25.528.309 101.860.658 29.880.243 27.901.920 33.573.268

100.000 11.453.300 10.696.100 16.982.300 12.546.300 51.678.000 14.503.900 12.299.500 17.089.300 15.878.300 59.771.000 19.555.000 17.722.100 22.109.20050.000 9.423.900 9.230.750 11.017.900 7.911.750 37.584.300 10.160.050 9.091.000 10.328.350 8.464.100 38.043.500 9.275.000 9.201.150 10.276.75020.000 221.960 183.680 202.380 237.060 845.080 361.600 228.120 158.020 206.600 954.340 244.800 244.180 432.52010.000 243.140 158.640 203.440 256.230 861.450 373.680 301.240 239.310 263.880 1.178.110 402.340 329.960 374.240

5.000 118.035 98.830 115.955 115.990 448.810 186.820 115.695 107.465 469.750 879.730 125.205 143.935 155.7752.000 51.816 59.488 72.014 95.242 278.560 152.904 128.912 122.358 154.656 558.830 176.376 162.446 154.8481.000 169.966 151.377 130.971 134.441 586.755 161.468 121.470 97.159 90.673 470.770 101.054 98.068 69.890

500 679 405 351 425 1.859 2.732 357 73 186 3.348 188 64 35100 137 209 171 296 813 517 246 103 164 1.030 280 17 10

Uang Logam 20.610 13.683 4.032 9.287 47.612 2.810 2.142 3.489 6.527 14.968 4.790 10.444 13.0911.000 5.499 4.749 195 2.544 12.987 20 8 60 210 298 225 934 3.115

500 9.274 5.470 2.381 4.956 22.080 1.194 1.002 2.020 3.552 7.768 1.891 5.881 5.736200 2.368 1.555 628 846 5.397 662 273 627 1.230 2.792 838 1.822 2.221100 2.119 1.488 654 903 5.164 694 712 754 1.373 3.533 1.013 942 1.395

50 1.037 362 167 38 1.604 215 147 28 163 553 823 687 62425 314 59 7 0 380 25 0 0 0 25 0 178 0

20142012 2013Pecahan

Page 72: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

58 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014

disebabkan oleh kegiatan Kas Titipan yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Kalimantan Barat.

Tabel 3.10 Kegiatan Kas Keliling(Ribu Rp)

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat

Untuk memenuhi kebutuhan uang tunai terutama di daerah terpencil, Bank Indonesia

bekerja sama dengan bank umum untuk melakukan kegiatan kas titipan. Kegiatan kas

titipan dilaksanakan dalam rangka menjalankan misi Bank Indonesia di bidang pengedaran

uang yaitu memenuhi kebutuhan uang dalam jumlah nominal yang cukup, jenis pecahan yang

sesuai, tepat waktu dan dalam kondisi layak edar. Layanan kas titipan di Provinsi Kalimantan

Barat dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat bekerja sama

dengan PT. Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Barat Cabang Sintang, dan sejak bulan Juli

2014 juga bekerja sama dengan PT. Bank Pembangunan Daerah Cabang Ketapang.

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat

Grafik 3.16 Perkembangan Inflow dan Outflow melalui Kas Titipan

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw IIIUang Kertas 16.770.463 11.599.900 14.572.079 6.491.400 15.400.000 4.932.466 18.750.000 8.993.981 8.565.873 19.070.540 3.000.000

100.000 5.076.900 3.241.700 6.138.199 1.675.500 5.028.000 1.379.300 9.772.700 2.484.000 3.068.900 10.446.300 1.323.70050.000 4.999.200 3.390.650 3.645.500 1.609.300 3.521.200 594.600 3.431.100 3.211.200 3.109.000 4.740.050 828.10020.000 2.328.380 1.317.820 1.802.480 964.240 2.485.980 770.220 1.869.360 1.051.060 803.540 1.282.500 164.92010.000 2.208.620 1.478.080 1.595.600 1.128.880 2.400.280 1.126.090 2.071.590 1.252.100 851.790 1.377.790 403.7005.000 1.397.765 1.215.055 875.555 528.390 1.093.310 726.260 953.670 635.025 394.205 726.770 178.4302.000 265.670 471.798 177.712 316.404 514.880 233.638 362.664 247.456 252.584 401.880 86.3401.000 493.463 484.137 337.030 268.234 356.334 102.234 288.916 113.004 85.815 95.236 14.810

500 327 69 3 378 14 107 0 121 19 10 0100 138 591 0 74 3 18 0 15 20 4 0

Uang Logam 407 100 310 0 0 2.316 0 6.019 27 460 01.000 177 0 100 0 0 0 0 508 0 123 0

500 0 0 150 0 0 999 0 3.808 0 320 0200 0 0 0 0 0 952 0 664 0 10 0100 165 100 50 0 0 350 0 915 27 7 050 65 0 10 0 0 15 0 124 0 0 025 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

2014Kas Keliling

2012 2013

(300)

(200)

(100)

-

100

200

300

400

500

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Juli Agu Sep

2014

Mili

ar R

p

Inflow Outflow Net Outflow

Page 73: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 59

Selama triwulan III 2014, jumlah uang yang masuk melalui kas titipan (inflow)

mencapai Rp335,25 miliar atau meningkat 265,12% (qtq) dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar Rp126,45 miliar. Berdasarkan denominasinya, uang

yang masuk melalui kas titipan selama triwulan III 2014 didominasi oleh uang pecahan

Rp100.000,00 yang mencapai 2,64 juta lembar (52,52% dari total uang kertas yang masuk),

diikuti dengan pecahan Rp50.000,00 yang tercatat sebanyak 1,25 juta lembar (24,80% dari

total uang kertas yang masuk).

Sementara itu, jumlah uang yang keluar melalui kas titipan (outflow) selama triwulan

III 2014 tercatat sebesar Rp716,08 miliar atau meningkat 153,38% (qtq) dari triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar Rp466,86 miliar. Berdasarkan denominasinya, uang

yang keluar melalui kas titipan selama triwulan III 2014 juga didominasi oleh uang kertas

dengan pecahan Rp100.000,00 yang mencapai 5,14 juta lembar (41,65% dari total uang kertas

yang keluar), diikuti dengan pecahan Rp50.000,00 yang tercatat sebanyak 3,55 juta lembar

(28,77% dari total uang kertas yang keluar).

3.6.4.3 Pemusnahan

Dari hasil penukaran uang di loket KPwBI Provinsi Kalimantan Barat, kegiatan kas keliling, dan

setoran uang dari perbankan, secara rutin KPwBI Provinsi Kalimantan Barat melakukan

pemusnahan terhadap uang tidak layak edar melalui peracikan dengan Mesin Racik Uang

Kertas (MRUK). Pelaksanaan pemusnahan uang dilakukan dengan memperhatikan aspek

keamanan, pengawasan melekat dan good governance sehingga dapat

dipertanggungjawabkan hasilnya.

Selama triwulan III 2014, jumlah uang kartal tidak layak edar yang dimusnahkan

KPwBI Provinsi Kalimantan Barat mencapai Rp189,47 miliar atau mengalami kontraksi

21,96% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya dimana pemusnahan tercatat sebesar

Rp242,79 miliar. Berdasarkan denominasinya, pecahan yang paling banyak dimusnahkan

adalah pecahan Rp2.000,00 yang mencapai 2,27 juta lembar (21,60% dari total uang yang

dimusnahkan). Pecahan yang juga banyak dimusnahkan adalah pecahan Rp5.000,00 yang

mencapai 2,20 juta lembar (20,98% dari total uang yang dimusnahkan). Menurunnya jumlah

pemusnahan uang tidak layak edar dan meningkatnya jumlah aliran uang masuk (cash inflow)

menyebabkan rasio pemusnahan uang layak edar terhadap aliran uang masuk turun menjadi

9,15%, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang rasionya tercatat sebesar 20,30%.

Page 74: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

60 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat

Grafik 3.17 Perkembangan Inflow, Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar dan Rasio Pemusnahan UangTidak Layak Edar Terhadap Inflow

3.6.4.4 Perkembangan Temuan Uang Rupiah Palsu

Seiring dengan salah satu upaya Bank Indonesia di bidang sistem pembayaran, yaitu memenuhi

kebutuhan masyarakat akan ketersediaan uang Rupiah yang layak edar, dalam pecahan yang

sesuai serta tepat waktu, muncul permasalahan yang berkembang di masyarakat, yaitu

maraknya peredaran uang palsu. Mengingat kebutuhan masyarakat akan uang yang sangat

tinggi, uang Rupiah kerap dipalsukan dan diedarkan kepada masyarakat, sehingga negara dan

masyarakat mengalami kerugian yang cukup besar. Sebagaimana diamanatkan Undang-

Undang, Bank Indonesia adalah lembaga yang berwenang untuk menentukan keaslian uang

Rupiah. Oleh karena itu, masyarakat dapat meminta klarifikasi kepada Bank Indonesia terkait

uang Rupiah yang diragukan keasliannya. Bank Indonesia juga mewajibkan bank umum untuk

menyampaikan laporan penemuan uang palsu yang ditemukan dalam kegiatan operasional

bank.

Tabel 3.11 Penemuan Uang Palsu di Kalimantan Barat

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III

2012 2013 2014

Mili

ar R

p

Inflow PTTB Rasio PTTB thd Inflow (RHS)

100.000 50.000 20.000 10.000 5.000 2.000 1.0002009 111 596 12 7 2 0 0 7282010 239 531 12 3 7 0 2 7942011 389 286 9 0 1 0 0 6852012 312 322 12 10 6 12 0 6742013 643 264 5 3 2 0 0 9172014 854 135 7 1 0 0 0 997Tw I 522 41 1 1 0 0 0 565Tw II 223 43 2 0 0 0 0 268Tw III 109 51 4 0 0 0 0 164

PERIODEJENIS PECAHAN JUMLAH

(bilyet)

Page 75: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 61

Selama triwulan III 2014, ditemukan 164 lembar uang Rupiah palsu di Kalimantan

Barat, yang sumber pelaporannya sebagian besar (81,77%) dilakukan oleh pihak

perbankan. Dilihat dari denominasinya, penemuan uang palsu didominasi oleh uang pecahan

Rp100.000,00 sebanyak 109 lembar dan uang pecahan Rp50.000,00 sebanyak 51 lembar.

Apabila dibandingkan dengan jumlah uang yang di edarkan (outflow), jumlah uang palsu yang

ditemukan tersebut hanya sebesar 0,0005% (5/10.000 lembar) dari jumlah uang pecahan

Rp100.000,00 dan Rp50.000,00 yang diedarkan. Dalam rangka pencegahan peredaran uang

palsu, Bank Indonesia secara berkesinambungan bekerja sama dengan instansi berwenang

dalam pengungkapan kasus tindak pidana pemalsuan uang dan melakukan kegiatan sosialisasi

ciri-ciri keaslian uang Rupiah secara intensif ke berbagai lapisan masyarakat dan diharapkan

masyarakat dapat lebih cermat dalam mengenal uang.

Page 76: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

62 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 77: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 63

IV. PERKEMBANGAN KEUANGAN PEMERINTAH

4.1 Realisasi Penyerapan APBN di Daerah

Penyerapan belanja APBN pada

triwulan III 2014 di Kalimantan Barat

terutama didominasi oleh belanja

modal. Tercatat penyerapan belanja APBN

secara umum di wilayah Kalimantan Barat

hingga triwulan laporan mencapai Rp4,24

triliun atau 59,11% dari pagu belanja APBN

tahun 2014 yang sebesar Rp7,175 triliun.

Berdasarkan komponennya, belanja modal

mendominasi realisasi belanja secara

keseluruhan. Tercatat pangsa belanja modal

pada triwulan III 2014 mencapai 45,38%

dari pagu anggaran 2014. Sementara

pangsa realisasi belanja barang, pegawai

dan lain-lain yang masing-masing mencapai

21,90%, 17,89% dan 14,83% dari pagu

anggaran 2014.

Berdasarkan daerahnya, realisasi

penyerapan secara umum terkonsentrasi

pada Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat,

Kota Pontianak dan Kabupaten Pontianak, dengan pangsa masing-masing mencapai 39,53%,

28,19% dan 9,55%. Kondisi tersebut sejalan dengan pelaksanaan beberapa proyek

pembangunan yang dikelola oleh pemerintah daerah, seperti pembangunan infrastruktur jalan

Sekadau-Sanggau Tayan-Pontianak sepanjang 263,8 km, jalan Pontianak-Sei Pinyuh-Sei Duri

sepanjang 98,5 km, jembatan tayan sepanjang 1.440 meter, PLTU Parit Baru dengan kapasitas

2x50 MW, PLTU Ketapang dengan kapasitas 2x10 MW, PLTU Putussibau dengan kapasitas 2x4

MW.

Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Prov KalbarGrafik 4. 1 Realisasi Belanja APBN Provinsi Kalbar

Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Prov KalbarGrafik 4. 2 Pangsa Realisasi Belanja APBN

Tw III 2014 per Kota

50.5

13

94.

539

111

.88

5

112

.49

6

318

.92

0

136.

930 19

2.7

79

163

.39

5

493.

104

247.

667

370

.95

1

119

.60

3

92.

149

126

.89

3

126

.47

2

345

.51

4

131.

090

133.

590

105

.40

4

370

.08

4

150

.81

6

179

.02

6

393.

660

156

.93

7

144.

566

229.

365

530.

868

174

.28

1

143

.58

7

141

.26

7

459.

136

145

.217

146

.25

0

-

100.000

200.000

300.000

400.000

500.000

600.000

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

Rp. Miliar

Belanja Modal

Belanja Barang

Belanja Pegawai

Prov. Kalbar36,26%

Kota Pontianak29,04%

Kab. Pontianak7,79%

Kab. Sintang4,55% Kab. Kapuas Hulu

3,92%Kab. Ketapang

3,59%

Kota Singkawang2,97%

Kab. Sambas2,72%

Kab. Kubu Raya2,66%

Kab. Sanggau1,66%

Kab. Bengkayang1,40%

Kab. Landak0,96%

Kab. Sekadau0,93%

Kab. Melawi0,86%

Kab. Kayong Utara0,70%

Page 78: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

64 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014

Sementara itu berdasarkan fungsinya,

realisasi penyerapan belanja APBN di

Kalimantan Barat terutama dialokasikan

pada fungsi Pelayanan Umum. Tercermin

dari pangsa belanja APBN yang mencapai

29,73%. Selain itu, beberapa fungsi lain

yang memiliki relaisasi anggaran belanja

APBN yang relatif besar antara lain Ekonomi

dan Pendidikan dengan pangsa masing-

masing mencapai 26,41% dan 18,38%.

4.2 Kinerja Keuangan Pemerintah (APBD)

Realisasi kinerja keuangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan III

2014 menunjukkan perkembangan yang positif, terutama dari sisi belanja. Berdasarkan

nilainya, realisasi anggaran pemerintah pada triwulan III 2014 mengalami kenaikan

dibandingkan triwulan III 2013, baik dari sisi pendapatan maupun belanja.

Tabel 4.1 Realisasi APBD Provinsi Kalimantan Barat Tahun Anggaran 2014 (Rp miliar)

Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan Barat

Realisasi pendapatan Provinsi Kalimantan

Barat pada triwulan III 2014 tercatat

sebesar Rp2.818,60 miliar, lebih besar

dari realisasi triwulan III 2013 yang

mencapai Rp1.693,25 miliar. Angka

realisasi pada triwulan III 2014 tersebut

mencapai 75,57% dari target APBD

Tahun Anggaran 2014 yang sebesar

Rp3.729,90 miliar. Sejalan dengan

perkembangan realisasi pendapatan,

penyerapan belanja pada triwulan III

2014 menunjukkan perkembangan

realisasi yang positif. Secara nilai, penyerapan anggaran belanja pada triwulan III 2014

2013 2014 III 2013 III 2014 III 2013 III 2014Pendapatan 3,307.93 3,729.90 2,503.47 2,818.60 75.68 75.57Belanja 3,469.97 3,754.90 1,838.94 2,284.92 53.00 60.85

KeteranganTarget Anggaran Realisasi % Realisasi

Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Prov KalbarGrafik 4. 3 Pangsa Realisasi Belanja APBN Kalbar

Triwulan III 2014 berdasar Fungsi

Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset ProvinsiKalimantan Barat

Grafik 4. 4 Realisasi Belanja dan Pendapatan

PelayananUmum29.73%

Ekonomi26.41%

Pendidikan18.38%

Pertahanan9.85%

KetertibanKeamanan

8.02%Perumahan

Fasilitas Umum2.82%

Lingk. Hidup2.09%

Kesehatan1.54%

Agama0.95%

PerlindunganSosial0.21%Pariwisata

Budaya0.01%

75,68

53,00

75,57

60,85

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Pendapatan Belanja

% III 2013

III 2014

Page 79: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 65

mencapai Rp2.284,92 miliar, lebih besar dibandingkan triwulan III 2013 yang mencapai

Rp1.838,94 miliar. Sejalan dengan peningkatan nilai realisasinya, rasio penyerapan terhadap

target APDB juga mengalami kenaikan. Tercatat rasio realisasi belanja pada triwulan III 2014

mencapai 60,85% lebih tinggi dibandingkan rasio penyerapan triwulan III 2013 yang mencapai

53,00%.

4.2.1 Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalimantan Barat

Berdasarkan komponennya, kenaikan

realisasi pendapatan pada triwulan III

2014 terutama didorong oleh

peningkatan realiasasi Pendapatan

Asli Daerah (PAD) dan Dana

Perimbangan. Tercatat realisasi PAD

pada triwulan III 2014 mencapai

Rp1.183,61 miliar meningkat 15,51%

(yoy) dari triwulan III 2013 yang

mencapai Rp1.024,65 miliar. Selain itu,

realisasi komponen Dana Perimbangan

pada triwulan III 2014 mencapai Rp1.218,41 miliar lebih tinggi dari triwulan III 2013 yang

mencapai Rp1.089,34 miliar atau naik 11,85% (yoy). Kondisi serupa juga terjadi pada

komponen Lain-lain Pendapatan yang Sah yang mengalami kenaikan realisasi pada triwulan III

2014 sebesar 6,96% (yoy). Dibandingkan dengan target APBD 2014, realisasi ketiga komponen

pendapatan tersebut relatif baik, masing-masing mencapai 71,45%, 80,61% dan 74,15%.

Berdasarkan komponennya, kenaikan

realisasi PAD pada triwulan III 2014

terutama didorong oleh realisasi Pajak

Daerah dengan pangsa terhadap PAD

yang relatif besar mencapai 81,19%.

Tercatat realisasi Pajak Daerah pada

triwulan III 2014 mencapai Rp960,99

miliar, lebih tinggi dari triwulan III

2013 yang mencapai Rp830,52 miliar.

Nilai realisasi komponen Pajak Daerah

mencapai 67,20%. Tingginya realisasi

Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset ProvinsiKalimantan Barat

Grafik 4. 5 Realisasi Pendapatan Daerah (Rp miliar)

Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset ProvinsiKalimantan Barat

Grafik 4. 6 Realisasi Pendapatan Daerah (Rp miliar)

PAD1,024.65

PAD1,183.61

DanaPerimbangan

1,089.34

DanaPerimbangan

1,218.41

Lain-lainPendapatan

yang Sah389.48

Lain-lainPendapatan

yang Sah416.58

III 2013 III 2014

830.52960.99

87.25 119.0555.01 62.8751.87 40.70

III 2013 III 2014

Pajak Daerah Retribusi Daerah

Hsl Pengelolaan Kekayaan yg Dipisahkan Lain-lain PAD yg Sah

Page 80: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

66 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014

Pajak Daerah salah satunya ditopang oleh

kenaikan realisasi Bea Perolehan Hak atas

Tanah dan Bangunan (BPHTB)5, seiring

pangsa yang relatif besar dalam

penerimaan pajak daerah mencapai

26,81%. Tercatat, pada triwulan III 2014,

BPHTB mencapai Rp15,987 miliar, naik

11,08% (yoy) dibanding triwulan III 2013

yang mencapai Rp14,39 miliar. Kenaikan

BPHTB tersebut mengindikasikan bahwa

nilai atau jumlah tanah atau bangunan yang ditransaksikan di Kalimantan Barat mengalami

kenaikan. Berdasarkan data sementara Badan Pertanahan Nasional (BPN), jumlah bidang yang

ditransaksikan di wilayah Kalimantan Barat sejak 2010-2014 mencapai 140.304 bidang. Selain

itu, pajak penerangan jalan (PPJ) juga mengalami kenaikan seiring penyesuaian tarif tenaga

listrik6.

Sementara itu, realisasi Dana Perimbangan pada triwulan III 2014 didorong oleh

tingginya realisasi Dana Alokasi Umum (DAU). Pada triwulan laporan, realisasi DAU di

Provinsi Kalimantan Barat tercatat mencapai Rp752,63 miliar, meningkat 12,71% (yoy) dari

realisasi triwulan III 2013. Kenaikan realisasi DAU salah satunya terkait dengan pelaksanaan

pemilihan umum presiden.

5 Tarif pajak yang dikenakan atas objek BPHTB adalah sebesar 5% dari nilai perolehan objek pajak.Berdasarkan Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah(PDRD), mulai 1 Januari 2011, BPHTB dialihkan menjadi pajak daerah yang dipungut oleh pemerintahdaerah.

6 Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Pontianak No. 6 tahun 2010 tentang Pajak Daerah Kota Pontianak,dapat diketahui bahwa pajak penerangan jalan yang dikenakan berdasarkan nilai jual tenaga listrikyang dikonsumsi, baik yang berasal dari PLN maupun yang dihasilkan sendiri. Adapun besaran PPJ yangberasal dari PLN ditetapkan sebesar 9% dari nilai jual listrik, sementara untuk penggunaan tenaga listrikyang berasal dari sumber lain (selain PLN) oleh industri, pertambangan minyak bumi dan gas alam, tarifPPJ ditetapkan sebesar 3% dari nilai jual listrik. Sedangkan Penggunaan tenaga listrik yang dihasilkansendiri, tarif PPJ ditetapkan sebesar 1,5% dari nilai jual.Nilai jual tenaga listrik adalah jumlah tagihanbiaya beban/tetap ditambah dengan biaya pemakaian kWh/variabel yang ditagihkan dalam rekeninglistrik. Apabila tenaga listrik dihasilkan sendiri, Nilai Jual Tenaga Listrik dihitung berdasarkan kapasitastersedia, tingkat penggunaan listrik, jangka waktu pemakaian listrik, dan harga satuan listrik yangberlaku di wilayah Daerah

Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Prov. Kalbar Ket : Tidak termasuk pajak kendaraan bermotor

Grafik 4. 7 Pangsa Pajak (Rp Miliar)

BPHTB26,81%

PajakPeneranganJalan (PPJU)

21,12%

PBB19,96%

Pajak Restoran14,79%

Pajak Hotel6,84%

Pajak Hiburan4,48%

Pajak Reklame3,99%

Pajak Parkir1,14%

Denda Pajak0,86%

Pajak SarangBurung Walet

0,01%

Page 81: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 67

Tingkat kemandirian daerah pada

triwulan III 2014 masih belum

optimal. Kondisi tersebut tercermin

dari realisasi Dana Perimbangan yang

lebih tinggi dibandingkan PAD.

Selain itu, kapasitas fiskal daerah

juga masih perlu ditingkatkan jika

dibandingkan dengan total realisasi

pendapatan dengan rasio berkisar

42,49%. Hal tersebut menunjukkan

bahwa kemampuan riil daerah dalam

memperoleh pendapatan masih dibawah 50%, sehingga kemampuan daerah untuk membiayai

berbagai kebutuhan daerah kurang optimal dan ketergantungan terhadap dana transfer dari

pemerintah pusat menjadi relatif tinggi.

Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan Barat

Grafik 4. 9 Kapasitas Fiskal

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

30

32

34

36

38

40

42

44

46

48

I II III IV I II III

2013 2014

Rp Miliar%

Kapasitas Fiskal Total Pendapatan Rasio Kap Fiskal

Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi KalimantanBaratGrafik 4. 8 Realisasi Komponen Dana Perimbangan (Rp miliar)

Dana Bagi HasilPajak & Non

Pajak113.16

Dana Bagi HasilPajak & Non

Pajak124.27

DAU953.93

DAU1,075.19

DAK22.25

DAK18.96

III 2013 III 2014

Page 82: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

68 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014

4.2.2 Realisasi Belanja Daerah

Realisasi penyerapan belanja

pemerintah Provinsi Kalimantan

Barat pada triwulan III 2014

mengalami peningkatan

dibanding periode sebelumnya.

Tercatat rasio penyerapan anggaran

Provinsi Kalimantan Barat pada

triwulan III 2014 mencapai 60,85%

dari target anggaran belanja 2014.

Rasio tersebut relatif meningkat

dibanding triwulan III 2013 yang

mencapai 53,00%. Berdasarkan komponennya, Belanja Tidak Langsung (Belanja Rutin) masih

mendominasi realisasi belanja secara keseluruhan. Tercatat pangsa Belanja Tidak Langsung pada

triwulan III 2014 mencapai 70,35% dari total belanja, dengan rasio realisasi terhadap target

anggaran 2014 mencapai 76,96%. Sementara pangsa realisasi Belanja Langsung (Belanja Non-

Rutin), yang digunakan untuk membiayai berbagai proyek pemerintah, mencapai 29,65% dari

total realisasi belanja pada triwulan III 2014. Rasio realisasi Belanja Langsung terhadap target

anggaran 2014 mencapai 40,66%.

Secara lebih mendalam, diketahui

bahwa tingginya realisasi Belanja

Tidak Langsung/rutin salah satunya

didorong oleh penyerapan belanja

hibah. Kondisi tersebut relatif

sejalan dengan alokasi DAU, terkait

pelaksanaan pemilihan presiden.

Pada triwulan III 2014, nilai realisasi

belanja hibah mencapai Rp491,51

miliar, atau 73,34% dari target

tahun anggaran 2014. Sementara

itu, realisasi belanja pegawai (gaji)

mencapai Rp388,52 miliar atau 67,38% dari target tahun 2014. Relatif tingginya realisasi

belanja gaji pada triwulan laporan salah satunya dipengaruhi oleh pencairan gaji ke 13 untuk

PNS yang direalisasikan pada Juli 2014.

Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi KalimantanBarat

Grafik 4. 10 Pangsa Realisasi Belanja Per Komponen

Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi KalimantanBarat

Grafik 4. 11 Realisasi Belanja Tidak Langsung (Rutin)

64.97

40.00

76.96

40.66

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung

%

III 2013

III 2014

327.22

435.56388.52

491.51

0

100

200

300

400

500

600

Belanja Pegawai Belanja Hibah

Rp. Miliar

III 2013

III 2014

Page 83: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 69

Sementara itu, realisasi komponen

Belanja Langsung yang digunakan

untuk pelaksanaan proyek masih

belum optimal, mencapai 40,66%

dari target APBD Tahun Anggaran

2014. Realisasi Belanja Langsung

tersebut terutama didorong oleh

penyerapan Belanja Barang dan Jasa

yang secara nilai mencapai Rp436,33

miliar, atau 44,72% dari target tahun

anggaran 2014. Penyerapan Belanja

Barang dan Jasa tersebut salah

satunya didorong oleh realisasi

berbagai proyek pembangunan

infrastruktur transportasi khususnya dalam menghadapi lebaran. Sementara itu, nilai realisasi

belanja Modal pada triwulan III 2014 mencapai Rp158,34 miliar, atau 21,05% dibanding target

2014. Nilai realisasi belanja Modal tersebut relatif mengalami penurunan dibanding triwulan III

2013 yang mencapai Rp179,59 miliar. Berdasarkan kajian DJPK, beberapa hal yang

menyebabkan penurunan realisasi belanja modal di daerah antara lain keterbatasan anggaran

pemerintah daerah dalam pendanaan kegiatan/proyek, terdapat efisiensi biaya pelaksanaan

kegiatan/proyek dan batas waktu pelaksanaan kegiatan yang melebihi target tahun anggaran

berjalan.

Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi KalimantanBarat

Grafik 4. 12 Realisasi Belanja Langsung (Non Rutin)

BelanjaPegawai

81.81

BelanjaPegawai

82.81

BelanjaBarang &

Jasa404.40

BelanjaBarang &

Jasa436.33

BelanjaModal179.59

BelanjaModal158.34

III 2013 III 2014

Rp. Miliar

Page 84: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

70 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 85: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 71

V. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

5.1Ketenagakerjaan

Berdasarkan Survei Angkatan Kerja

Nasional (Sakernas) BPS bulan Agustus

2014, jumlah penduduk usia kerja (usia

15 tahun ke atas) Provinsi Kalimantan

Barat adalah sebanyak 3.318 ribu

orang, atau mengalami peningkatan

sebesar 8,14% (yoy) dibandingkan

hasil survei pada Bulan Agustus 2013.

Sementara jumlah angkatan kerja tercatat

meningkat sebesar 8,40% (yoy) menjadi

sebanyak 2.320 ribu orang. Dengan demikian, rasio jumlah angkatan kerja dengan jumlah

penduduk usia kerja atau Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja sedikit meningkat menjadi 69,93%

pada Agustus 2014 dibandingkan Agustus 2013 yang tercatat sebesar 69,75%. Begitupula

dengan Tingkat Pengangguran Terbuka yang tercatat sebesar 4,04% mengalami peningkatan

relatif kecil sebesar 0,05% terhadap keadaan Agustus 2013 yang tercatat sebesar 3,99%. Hal

tersebut dipengaruhi oleh adanya peningkatan pada jumlah pencari kerja sebesar 8,52% (yoy)

dibandingkan Agustus 2013 menjadi sebanyak 94 ribu orang, sementara jumlah penduduk

yang bekerja mengalami peningkatan yang lebih kecil sebesar 8,43% (yoy) dibandingkan

Agustus 2013 menjadi sebanyak 2.054 ribu orang.

Tabel 5.1 Indikator Ketenagakerjaan Kalimantan Barat (ribu jiwa)

Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Barat, diolah

Feb Ags Feb Ags Feb Ags Feb ' 14 ( %) Ags ' 13 ( %)

J uml ah Penduduk Us i a Ker j a 3. 031 3. 041 3. 228 3. 068 3. 280 3. 318 1, 16 8, 14

Angkat an Ker j a 2. 258 2. 183 2. 349 2. 140 2. 369 2. 320 - 2, 07 8, 40

a . Beker j a 2. 182 2. 107 2. 276 2. 054 2. 309 2. 227 - 3, 55 8, 43

b. Penc ar i Ker j a 76 76 73 86 60 94 56, 17 8, 52

Bukan Angkat an Ker j a 773 858 879 928 911 998

T i ngkat Pa r t i s i pas i Angkat an Ker j a ( %) 74, 50 71, 77 72, 74 69, 75 72, 21 69, 93

T i ngkat Penganggur an Te r buka ( %) 3, 36 3, 48 3, 09 3, 99 2, 53 4, 04

Per ubahan Ags ' 14 Thdp2013 20142012Ket er angan

Sumber : BPS Prov. Kalimantan Barat, diolah

Grafik 5.1Pertumbuhan Penduduk Angkatan KerjaBerdasarkan Pendidikan

0,0%

1,0%

2,0%

3,0%

4,0%

5,0%

2000

2100

2200

2300

2400

Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus

2012 2013 2014

Angkatan Kerja TPT

Page 86: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

72 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014

Berdasarkan dari status pekerjaan,

penyerapan tenaga kerja pada sektor

informal mengalami peningkatan sebesar

7,51% (yoy) pada Agustus 2014 apabila

dibandingkan Agustus 2013 yang tercatat

sebanyak 1.355 ribu orang. Secara

tahunan, seluruh kelompok penduduk yang

bekerja pada sektor informal mengalami

peningkatan. Peningkatan paling tinggi terjadi

pada kelompok penduduk yang berstatus

sebagai pekerja bebas sebesar 25,60% (yoy),

lalu diikuti oleh penduduk yang berstatus

sebagai pekerja keluarga dan pengusaha yang memiliki buruh tidak tetap yang masing-masing

tercatat sebesar 10,41% (yoy) dan 5,66% (yoy). Sementara, kelompok penduduk yang

berusaha sendiri mengalami peningkatan paling rendah sebesar 0,70% (yoy). Pada sisi lain

penduduk yang bekerja di sektor formal mengalami peningkatan sebesar 10,22% (yoy) yang

tercatat sebanyak 770 ribu orang. Peningkatan tenaga kerja di sektor formal terjadi baik pada

kelompok penduduk yang berstatus sebagai pengusaha yang memiliki buruh/karyawan tetap

maupun kelompok penduduk yang berstatus buruh/karyawan, dengan peningkatan yang

masing-masing tercatat sebesar 36,70% (yoy) dan 8,00% (yoy).

Ditinjau dari sisi sektoral, tingkat

penyerapan tenaga kerja tertinggi

terjadi di sektor pertanian, dengan

pangsa sebesar 57,76% dari total

penduduk yang bekerja di Kalimantan

Barat. Berdasarkan wilayahnya,

penyerapan tenaga kerja di sektor

pertanian paling besar yaitu terdapat pada

Kabupaten Sekadau dan Kabupaten

Sanggau yang masing-masing tercatat sebesar 81,75% dan 74,67% dari total penduduk yang

bekerja di sektor pertanian di Kalimantan Barat. Sementara itu, penyerapan paling rendah

terdapat pada Kota Pontianak dan Kota Singkawang yang masing-masing tercatat sebesar

5,65% dan 27,22% dari total penduduk yang bekerja di sektor pertanian di Kalimantan Barat.

Tingginya penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian sejalan dengan struktur perekonomian

Kalimantan Barat yang masih ditopang oleh sektor pertanian, perburuan dan kehutanan.

Sumber : BPS Prov. Kalimantan Barat, diolah

Grafik 5.2 Pertumbuhan Jumlah Penduduk YangBekerja Menurut Status Pekerjaan

Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Barat, diolah

Grafik 5.3 Pertumbuhan Penyerapan Tenaga KerjaKalimantan Barat Berdasarkan Sektor (%, yoy)

-10,00%

-5,00%

0,00%

5,00%

10,00%

15,00%

20,00%

-

300

600

900

1.200

1.500

1.800

Feb Ags Feb Ags Feb Ags

2012 2013 2014

Informal Formal

Informal (growth) Formal (growth)

Pertanian57,76%

Industri3,66%

Perdagangan13,99%

Jasa11,36%

Lainya13,23%

Page 87: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 73

5.2Kesejahteraan

5.2.1 Nilai Tukar Petani (NTP)

Salah satu indikator kesejahteraan adalah Nilai Tukar Petani (NTP) yang menggambarkan

indikator relatif tingkat kesejahteraan petani. Nilai tukar petani diperoleh dengan cara

membandingkan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani.

NTP juga mengukur daya tukar produk pertanian terhadap barang dan jasa yang dikonsumsi

maupun untuk biaya produksi. Dengan demikian, semakin tinggi NTP menunjukkan semakin

tinggi tingkat kesejahteraan petani.

Berdasarkan pemantauan harga di pedesaan pada akhir triwulan III 2014, atau bulan

September 2014, NTP Gabungan Kalimantan Barat tercatat sebesar 96,67. Nilai tersebut

mengalami kontraksi sebesar 0,39% (qtq) dibandingkan NTP gabungan bulan Juni 2014 yang

tercatat sebesar 97,05. Penurunan NTP pada periode laporan dikarenakan oleh peningkatan

indeks harga yang diterima petani lebih kecil dari peningkatan indeks harga yang dibayar

petani. Peningkatan indeks harga yang diterima petani sebesar 0,75% (qtq) dibandingkan

dengan bulan Juni 2014 yang tercatat sebesar 107,91. Sementara indeks harga yang dibayar

petani juga meningkat lebih besar, yaitu sebesar 1,15% (qtq) dibandingkan dengan posisi Juni

2014 yang tercatat sebesar 111,19.

Secara tahunan, pergerakan NTP gabungan di Kalimantan Barat menunjukkan

kecenderungan yang meningkat dibandingkan tahun 2013. NTP bulan September 2014

mengalami peningkatan sebesar 1,55% (yoy) dibandingkan NTP bulan September 2013 yang

tercatat sebesar 95,19.

Sumber : BPS Prov. Kalimantan Barat, diolah

Grafik 5.4 NTP Petani Kalimantan Barat

Sumber : BPS Prov. Kalimantan Barat, diolah

Grafik 5.5 Indeks Dibayar dan Indeks Diterima Petani

92

93

94

95

96

97

98

99

100

101

90

95

100

105

110

115

Mar

Jun

Sep

Des

Mar

Jun

Sep

Des

Mar

Jun

Sep

2012 2013 2014

NTP Indeks Diterima NTP Indeks Dibayar NTP -1,00%

-0,50%

0,00%

0,50%

1,00%

1,50%

2,00%

2,50%

Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep

2012 2013 2014

Pertumbuhan It Pertumbuhan Ib

Page 88: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

74 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014

Dari sisi pendapatan, indeks yang diterima petani di Kalimantan Barat pada bulan

September 2014 sebesar 108,72, atau meningkat 0,75% (qtq) dibandingkan bulan Juni

2014 yang tercatat sebesar 107,91. Peningkatan tersebut juga diikuti oleh peningkatan pada

indeks yang dibayar petani, relatif lebih besar dari peningkatan indeks yang diterima petani.

Pada bulan September 2014 indeks yang dibayar petani tercatat sebesar 112,47, atau

meningkat 1,15% (qtq) dibandingkan dengan indeks yang dibayar petani periode Juni 2014

yang tercatat sebesar 111,19. Jika dilihat dari pertumbuhan indeks yang diterima petani (It) dan

indeks yang dibayar petani (Ib), sebagaimana terlihat pada grafik 5.5, laju pertumbuhan It

cenderung lebih lambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan Ib. Hal ini menunjukkan

bahwa penghasilan yang diterima petani berada pada tren yang menurun dan keseluruhan

penghasilan yang diterima habis digunakan untuk konsumsi dan pembelian barang modal saja.

5.2.1.1 Pergerakan NTP

Sebagaimana telah dipaparkan pada bagian sebelumnya, NTP gabungan Provinsi

Kalimantan Barat pada bulan September 2014 tercatat mengalami kontraksi apabila

dibandingkan dengan bulan Juni 2014. Pada sisi pendapatan, sebagian besar subsektor

Indeks Harga yang Diterima Petani (It) mengalami peningkatan dibandingkan posisi bulan Maret

2014, kecuali It subsektor Perkebunan Rakyat yang tercatat mengalami kontraksi sebesar

2,06% (qtq). It yang mengalami peningkatan terbesar yaitu It subsektor Perikanan Tangkap

yang mengalami peningkatan sebesar 4,46% (qtq), lalu diikuti It subsektor Perikanan sebesar

3,59% (qtq), dan It subsektor Padi Palawija sebesar 3,28% (qtq). Pada sisi penggunaan, secara

keseluruhan subsektor Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) mengalami peningkatan. Ib yang

mengalami peningkatan terbesar yaitu Ib subsektor Perikanan Budidaya sebesar 1,35% (qtq),

lalu diikuti oleh subsektor Perikanan sebesar 1,34% (qtq), dan subsektor Perikanan Tangkap

sebesar 1,32% (qtq). Dilihat dari tujuan penggunaannya, Konsumsi Rumah Tangga mengalami

peningkatan lebih tinggi daripada peningkatan Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang

Modal. Pada bulan September 2014 Konsumsi Rumah Tangga tercatat sebesar 113,85 atau

mengalami peningkatan sebesar 1,24% (qtq) apabila dibandingkan dengan bulan Juni 2014.

Sedangkan Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal tercatat sebesar 108,27 atau

mengalami peningkatan sebesar 0,85% (qtq) apabila dibandingkan dengan bulan Juni 2014.

Seiring dengan menurunnya NTP gabungan, NTP sebagian besar subsektor pada

September 2014 juga mengalami penurunan. Subsektor yang mengalami penurunan paling

tinggi terjadi pada subsektor Perkebunan Rakyat 3,20% (qtq), lalu diikuti oleh subsektor

Hortikultura 0,49% dan subsektor Perikanan Budidaya 0,07% (qtq). Sementara itu, subsektor

yang mengalami peningkatan terjadi pada subsektor Perikanan Tangkap yaitu sebesar 3,09%

Page 89: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 75

(qtq), subsektor Perikanan 2,23% (qtq), subsektor Padi Palawija 2,20% (qtq), dan subsektor

Peternakan 0,18% (qtq).

Tabel 5.2 Nilai Tukar Petani Per Sektor

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Barat, diolah

NTP subsektor Tanaman Padi dan Palawija pada September 2014 sebesar 101,16 atau

mengalami peningkatan sebesar 2,20% (qtq) dibandingkan Juni 2014 yang tercatat

sebesar 98,98. Hal ini dipengaruhi oleh kenaikan indeks harga yang diterima petani tanaman

padi dan palawija lebih besar apabila dibandingkan dengan kenaikan indeks harga yang dibayar

petani. Indeks harga yang diterima petani padi palawija sebesar 114,72 atau meningkat sebesar

3,28% (qtq) dibandingkan Juni 2014 yang tercatat sebesar 111,08. Sementara indeks harga

yang dibayar petani padi palawija mengalami peningkatan sebesar 1,06% (qtq) menjadi

113,41.

NTP subsektor Tanaman Hortikultura pada September 2014 sebesar 104,27 atau

mengalami kontraksi sebesar 0,49% (qtq) dibandingkan Juni 2014 yang tercatat

sebesar 104,78. Hal ini disebabkan oleh adanya peningkatan indeks harga yang diterima

petani hortikultura lebih kecil dari peningkatan yang terjadi pada indeks harga yang dibayar

petani hortikultura. Indeks harga yang diterima petani hortikultura sebesar 118,11 atau

meningkat sebesar 0,69% (qtq) dibandingkan Juni 2014 yang tercatat sebesar 117,30.

Sedangkan indeks harga yang dibayar petani hortikultura mengalami peningkatan sebesar

1,19% (qtq) menjadi 113,28.

NTP subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat pada September 2014 sebesar 90,77 atau

mengalami kontraksi sebesar 3,20% (qtq) dibandingkan dengan Juni 2014 yang

Mar Jun Sep Des Mar Jun Sept Jun 2014 (qtq) Sep 2013 (yoy)

1. 101,08 100,44 102,00 103,99 105,83 107,91 108,72 0,75% 6,59%

1.1. Padi Palawija 103,24 102,72 103,97 103,83 107,39 111,08 114,72 3,28% 10,33%

1.2. Hortikultura 106,20 105,70 111,35 112,11 115,20 117,30 118,11 0,69% 6,07%

1.3. Perkebunan Rakyat 98,28 96,77 97,08 102,71 102,93 103,83 101,69 -2,06% 4,75%

1.4. Peternakan 97,64 98,09 100,68 101,45 102,66 104,36 105,81 1,39% 5,10%

1.5. Perikanan 103,60 104,58 105,90 105,74 108,04 109,67 113,61 3,59% 7,28%

1.5.1. Perikanan Tangkap 107,75 110,37 112,34 117,35 4,46%

1.5.2. Perikanan Budidaya 102,73 104,56 105,68 108,04 2,23%

2. 104,44 104,88 107,15 108,02 109,78 111,19 112,47 1,15% 4,96%

2.1. Padi Palawija 105,05 105,49 108,07 109,08 110,75 112,22 113,41 1,06% 4,94%

2.2. Hortikultura 104,97 105,48 107,78 108,78 110,43 111,95 113,28 1,19% 5,11%

2.3. Perkebunan Rakyat 104,45 104,92 106,64 107,39 109,33 110,72 112,02 1,17% 5,04%

2.4. Peternakan 103,52 103,82 105,89 106,65 108,19 109,43 110,74 1,20% 4,58%

2.5. Perikanan 104,49 105,02 107,62 108,32 109,97 111,43 112,92 1,34% 4,92%

2.5.1. Perikanan Tangkap 108,47 110,24 111,84 113,32 1,32%

2.5.2. Perikanan Budidaya 108,10 109,57 110,83 112,33 1,35%

3. 96,78 95,76 95,19 96,26 96,40 97,05 96,67 -0,39% 1,55%

3.1. Padi Palawija (NTPP) 98,28 97,37 96,22 95,19 96,97 98,98 101,16 2,20% 5,13%

3.2. Hortikultura (NTPH) 101,17 100,22 103,32 103,07 104,33 104,78 104,27 -0,49% 0,92%

3.3. Perkebunan Rakyat (NTPR) 94,09 92,22 91,03 95,64 94,15 93,77 90,77 -3,20% -0,28%

3.4. Peternakan (NTPT) 94,33 94,50 95,09 95,13 94,89 95,37 95,54 0,18% 0,48%

3.5. Perikanan (NTPN) 99,12 99,56 98,38 97,61 98,24 98,42 100,61 2,23% 2,27%

3.5.1. Perikanan Tangkap 99,33 100,12 100,45 103,55 3,09%

3.5.2. Perikanan Budidaya 95,04 95,43 95,36 96,18 -0,07%

No Uraian2013 Pertumbuhan thd2014

Page 90: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

76 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014

tercatat sebesar 93,77. Indeks harga yang diterima petani perkebunan rakyat mengalami

kontraksi sebesar 2,06% (qtq) dari posisi Juni 2014 yang tercatat sebesar 103,83. Sementara

itu, indeks harga yang dibayar petani perkebunan rakyat pada bulan September 2014

mengalami peningkatan sebesar 1,27% (qtq) yang tercatat sebesar 112,02. Penurunan NTP

subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat dipengaruhi oleh harga karet di tingkat internasional

yang masih menunjukkan tren pelemahan.

NTP subsektor Peternakan pada September 2014 sebesar 95,54 atau mengalami

peningkatan sebesar 0,18% (qtq) dibandingkan dengan Juni 2014 yang tercatat

sebesar 95,37. Indeks harga yang diterima petani subsektor peternakan pada September 2014

sebesar 105,81 atau meningkat sebesar 1,39% (qtq). Indeks harga yang dibayar petani

subsektor peternakan juga mengalami peningkatan sebesar 1,20% (qtq) dibandingkan dengan

Juni 2014 yang tercatat sebesar 109,43.

NTP subsektor Perikanan pada September 2014 sebesar 100,61 atau mengalami

peningkatan sebesar 2,23% (qtq) dibandingkan Juni 2014 yang tercatat 98,42. Hal ini

disebabkan oleh adanya peningkatan indeks harga yang diterima petani subsektor perikanan

sebesar 3,59% (qtq) yang tercatat 113,61, begitupula dengan indeks harga yang dibayar petani

subsektor perikanan yang juga mengalami peningkatan sebesar 1,34% (qtq) yang tercatat

112,92 dibandingkan dengan Juni 2014.

5.2.1.2 Perbandingan Dengan Provinsi Lain di Kalimantan

Pada bulan September 2014, NTP gabungan sebagian besar wilayah di Kalimantan

mengalami kontraksi kecuali Provinsi Kalimantan Timur yang mengalami peningkatan

sebesar 1,35% (qtq). Kontraksi paling tinggi terjadi pada Provinsi Kalimantan Selatan sebesar

0,72% (qtq), lalu diikuti oleh Provinsi Kalimantan Tengah dan Provinsi Kalimantan Barat yang

masing-masing tercatat sebesar 0,66% (qtq) dan 0,39% (qtq) dibandingkan dengan posisi Juni

2014. Sementara secara tahunan, NTP gabungan sebagian besar wilayah di Kalimantan

mengalami peningkatan kecuali Provinsi Kalimantan Selatan yang mengalami kontraksi sebesar

0,14% (yoy). Peningkatan paling tinggi terjadi pada Provinsi Kalimantan Timur sebesar 1,35%

(yoy), lalu diikuti oleh Provinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah yang masing-masing

tercatat sebesar 1,55% (yoy) dan 0,30% (yoy) dibandingkan dengan posisi September 2013.

Apabila dibandingkan dengan provinsi lainnya di Kalimantan, NTP gabungan Provinsi

Kalimantan Barat masih berada di bawah angka dasar indeks (100) yaitu sebesar 96,67,

bahkan Kalimantan Barat merupakan provinsi dengan NTP gabungan terendah apabila

dibandingkan dengan seluruh provinsi di wilayah Kalimantan. NTP gabungan tertinggi

Page 91: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 77

dimiliki oleh Provinsi Kalimantan Timur yang tercatat sebesar 101,12, diikuti oleh Kalimantan

Tengah sebesar 100,56 dan Kalimantan Selatan sebesar 99,17.

Tabel 5.3 Perbandingan NTP dengan Provinsi Lain di Kalimantan

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Barat, diolah

5.2.2 Inflasi Pedesaan

Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT)

pada akhir triwulan III atau bulan

September 2014 sebesar 113,85 atau

mengalami inflasi 3,68% (yoy), lebih rendah

apabila dibandingkan dengan tahun

sebelumnya pada periode yang sama yang

tercatat sebesar 5,78% (yoy). Inflasi

pedesaan IKRT terutama didorong oleh

inflasi pada kelompok bahan makanan

sebesar 7,02% (yoy), diikuti oleh kelompok

sandang dan kelompok kesehatan yang

masing-masing tercatat sebesar 6,38% (yoy) dan 5,16% (yoy). Sementara itu inflasi terendah

terjadi pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga sebesar 1,69%, diikuti oleh kelompok

transportasi dan komunikasi serta kelompok perumahan masing-masing sebesar 3,36% (yoy)

dan 3,85% (yoy).

Tabel 5.4 Perkembangan Inflasi Pedesaan (yoy)

Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Barat, diolah

Mar Juni Sep Des Mar Juni Sep Jun 2014 (qtq) Sep 2013 (yoy)

1 96,78 95,76 95,19 96,26 96,4 97,05 96,67 -0,39% 1,55%

2 101,25 101,49 100,26 102,41 102,49 101,23 100,56 -0,66% 0,30%

3 101,19 101,29 99,31 100,44 101,21 99,89 99,17 -0,72% -0,14%

4 99,87 99,32 98,14 98,54 99,71 99,77 101,12 1,35% 3,04%

No Uraian2013

Kalimantan Barat

Kalimantan Tengah

Kalimantan Selatan

Kalimantan Timur

Pertumbuhan thd2014

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III1 Bahan Makanan 7,75% 6,76% 7,22% 6,90% 6,31% 7,97% 7,02%2 Makanan Jadi 4,62% 3,93% 3,77% 4,10% 4,01% 5,60% 4,75%3 Perumahan 3,24% 3,40% 3,50% 3,24% 4,13% 3,64% 3,85%4 Sandang 5,02% 4,42% 3,56% 2,79% 4,05% 4,48% 6,38%5 Kesehatan 4,37% 4,43% 4,02% 3,82% 4,83% 5,33% 5,16%6 Pendidikan,Rekreasi & Olah Raga 1,49% 1,83% 2,30% 2,02% 3,10% 3,25% 1,69%7 Transportasi dan Komunikasi 1,42% 1,27% 10,24% 11,05% 12,36% 12,11% 3,36%

Inflasi Pedesaan/IKRT 5,99% 5,34% 5,78% 5,53% 5,37% 6,41% 3,68%

UraianNo2013 2014

Sumber : BPS Prov. Kalimantan Barat, diolah

Grafik 5.6 Inflasi Pedesaan (yoy)

0,00%

1,00%

2,00%

3,00%

4,00%

5,00%

6,00%

7,00%

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III

2013 2014

IKRT/Inflasi Pedesaan

Page 92: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

78 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 93: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 79

VI. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

6.1Prospek Perekonomian Daerah

Perekonomian Kalimantan Barat

pada triwulan IV 2014 diperkirakan

relatif meningkat jika

dibandingkan triwulan III 2014

yang tumbuh cukup rendah di level

4,45% (yoy). Perekonomian

Kalimantan Barat pada triwulan

mendatang diperkirakan tumbuh

pada kisaran 4,4 – 4,8% (yoy).

Optimisme terhadap perkembangan

ekonomi pada triwulan mendatang

antara lain ditunjukkan oleh hasil

Survei Konsumen dimana terdapat

peningkatan optimisme kondisi ekonomi yang akan datang sebesar 146,50 dibandingkan

triwulan sebelumnya sebesar 138,50.

Di sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan terutama didorong oleh konsumsi, baik konsumsi

rumah tangga maupun konsumsi pemerintah.Konsumsi rumah tangga diperkirakan meningkat

seiring dengan peningkatan kebutuhan pada periode hari raya, baik Idul Adha, Natal dan

memasuki Tahun Baru.Selain itu, periode liburan akhir tahun yang lebih panjang diperkirakan

juga mendorong konsumsi rumah tangga pada periode mendatang. Namun demikian,

pertumbuhan konsumsi diperkirakan akan sedikit tertahan apabila pemerintah

mengimplementasi kebijakan pengurangan subsidi harga BBM pada akhir tahun. Sementara itu,

konsumsi pemerintah diperkirakan meningkat sejalan dengan pola realisasi anggaran dan

penyelesaian proyek.Komponen permintaan lainnya, yaitu investasi, juga diperkirakan terjaga

pasca terpilihnya pemerintahan baru dan masih relatif terjaganya optimisme para pelaku usaha,

khususnya di sektor industri pengolahan hasil perkebunan.Namun demikian, kinerja sisi

eksternal diperkirakan masih belum optimal. Indikasi pelemahan ekonomi Tiongkok sebagai

negara konsumen utama serta masih belum pulihnya harga komoditas internasional

diperkirakan berdampak pada rendahnya permintaan akan barang ekspor Kalimantan Barat.

Sumber : BPS Prov. Kalbar, diolah

Grafik 6.1 Perkiraan Pertumbuhan EkonomiKalimantan Barat (yoy)

4.00%

4.50%

5.00%

5.50%

6.00%

6.50%

7.00%

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4P

2012 2013 2014

Page 94: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

80 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014

Dari sisi sektoral, akselerasi

perekonomian Kalimantan Barat

diperkirakan masih bersumber dari

sektor perekonomian utama

Kalimantan Barat, khususnya sektor

pertanian dan sektor industri

pengolahan. Sektor pertanian

diperkirakan akan tumbuh moderat,

didorong oleh peningkatan produksi

tanaman perkebunan, khususnya sawit.

Sejalan dengan hal tersebut, sektor

industri pengolahan diperkirakan akan

mengalami akselerasi. Terjaganya

permintaan dunia akan minyak nabati serta permintaan domestik seiring dengan implementasi

program mandatori biodiesel pada triwulan mendatang turut mendorong terjaganya

pertumbuhan sektor industri pengolahan.Meskipun demikian, masih berlangsungnya tren

pelemahan harga komoditas berpotensi menjadi faktor penahan pertumbuhan sektor industri.

Secara umum, kinerja perekonomian Provinsi Kalimantan Barat sepanjang tahun 2014

diperkirakan melambat relatif signifikan dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu dalam kisaran

4,4%-4,8% (yoy). Dari sisi penggunaan, perlambatan diperkirakan dipengaruhi oleh

perlambatan di sisi ekspor, akibat kontraksi pada ekspor komoditas utama Kalimantan Barat,

yaitu bauksit sebagai dampak dari implementasi UU Minerba, dan karet seiring dengan

terjadinya perlambatan permintaan dari negara Tiongkok sebagai negara konsumen utama.

Sementara itu, faktor pendorong perekonomian diperkirakan bersumber dari konsumsi yang

antara lain didorong oleh pelaksanaan Pemilihan Umum. Kegiatan investasi juga masih tumbuh

seiring dengan pengerjaan proyek-proyek MP3EI dan pembangunan pabrik CPO serta industri

pengolahan logam/smelter. Dari sisi sektoral, perlambatan diperkirakan dipengaruhi oleh sektor

pertanian dan pertambangan. Sementara, faktor pendorong perekonomian Kalimantan Barat

diperkirakan didorong oleh sektor industri pengolahan, yang diperkirakan dipengaruhi oleh

kinerja industri pengolahan minyak kelapa sawit dan pengolahan logam.

Sumber : Bloomberg

Grafik 6.2 Harga Internasional Karet dan Crude Palm Oil

050100150200250300350400450

0

200

400

600

800

1000

1200Q

1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

Q3

Q4P

2012 2013 2014

USDcent/kg

USD/metricton

CPO Karet

Page 95: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 81

6.2Perkiraan Inflasi Daerah

Inflasi Kalimantan Barat pada

triwulan IV 2014 diperkirakan

mengalami kenaikan. Tekanan inflasi

yang relatif tinggi diperkirakan terjadi di

akhir triwulan IV 2014, seiring

berlangsungnya perayaan Natal dan

Tahun Baru. Pada awal hingga

pertengahan triwulan, tekanan inflasi

diperkirakan relatif mereda sejalan

dengan tidak terdapatnya even musiman

yang berpotensi memberikan koreksi harga pada sebagian besar komoditas. Kondisi tersebut

diperkuat oleh hasil Survei Konsumen, dimana pada awal triwulan IV 2014, ekspektasi

masyarakat terhadap inflasi, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang, mengalami

penurunan. Tercatat, indeks ekspektasi inflasi masyarakat dalam jangka pendek (3 bulan ke

depan) mencapai level 161, sementara ekspektasi jangka panjang (6 bulan ke depan) mencapai

level 172,5. Kedua indeks ekspektasi tersebut lebih rendah dibanding triwulan III 2014 yang

masing-masing mencapai 169 dan 179,5. Berdasarkan pengamatan hasil Survei Pemantauan

Harga yang dilakukan oleh KPwBI Provinsi Kalimantan Barat dapat diketahui bahwa di awal

triwulan IV 2014 (Oktober 2014) komoditas Bumbu, khususnya bawang merah dan komoditas

Daging, terutama daging ayam ras mengalami koreksi harga. Di sisi lain, tarif angkutan udara

mulai menunjukkan adanya kenaikan.

Sumber : Survei KonsumenBI, diolah

Grafik 6.3 Perkembangan Ekspektasi Harga Konsumen

Sumber : KPwBI Prov. Kalbar

Grafik 6.4 SPH Bumbu

Sumber : KPwBI Prov. Kalbar

Grafik 6.5 SPH Daging dan Telur

120

130

140

150

160

170

180

190I-

2013

II-2

013

III-

2013

IV-2

013

I-20

14

II-2

014

III-

2014

IV-2

014

Indeks

Ekspektasi Inflasi Jangka PendekEkspektasi Inflasi Jangka Panjang

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

35.000

40.000

45.000

50.000

I II III IV V I II III IV I II III IV I II III

Jul-14 Agust-14 Sep-14 Okt-14

Rp/kg

Cabe Merah Cabe Rawit Bawang Merah

Bawang Putih Tren cabe merah Tren cabe rawit

Tren bawang merah Tren bawang putih

50.000,00

60.000,00

70.000,00

80.000,00

90.000,00

100.000,00

110.000,00

120.000,00

18.000

19.000

20.000

21.000

22.000

23.000

24.000

25.000

26.000

27.000

28.000

I II III IV V I II III IV I II III IV I II III

Jul-14 Agust-14 Sep-14 Okt-14

Sapi (Rp/Kg)Rp/kg

Daging Ayam Ras TelurDaging Sapi (RHS) Tren harga telurTren harga ayam ras Tren harga daging sapi

Page 96: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

82 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014

Selain faktor musiman di akhir tahun,

beberapa faktor lain yang juga berpotensi

menjadi pemicu kenaikan inflasi salah

satunya adalah rencana kenaikan tarif tiket

batas atas angkutan udara yang mengacu

pada Peraturan Menteri Perhubungan No.

51/2014 tentang Mekanisme Formulasi

Perhitungan dan Penetapan Tarif Batas Atas

Penumpang Pelayanan Kelas Ekonomi

Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam

Negeri yang mulai berlaku pada bulan November 2014. Kebijakan tersebut diperkirakan akan

memberikan pengaruh signifikan terhadap inflasi di Kalimantan Barat, mengingat sumbangan

tarif tiket angkutan udara yang relatif dominan dalam keranjang inflasi.

Berdasarkan kondisi tersebut dan jika pemerintah menunda kenaikan harga BBM

bersubsidi, inflasi Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan IV 2014 atau menjadi inflasi

keseluruhan tahun 2014 diperkirakan berada pada kisaran 6,32%-7,32% (yoy).

Sumber : KPwBI Prov. Kalbar

Grafik 6.6 SPH Tarif Tiket Pesawat

-

200.000

400.000

600.000

800.000

1.000.000

1.200.000

1.400.000

I II III IV V I II III IV I II III IV I II III

Jul-14 Agust-14 Sep-14 Okt-14

Rp. Maskapai I Maskapai II

Maskapai III Tren Rata-rata Harga

Page 97: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 xi

LAMPIRANInflasi Triwulanan Menurut Kota

Sumber: Badan Pusat Statistik

Inflasi Triwulanan Kota Pontianak dan Kota Singkawang Menurut Kelompok BahanMakanan

Sumber: Badan Pusat Statistik

Inflasi Triwulanan Kota Pontianak dan Kota Singkawang Menurut Kelompok MakananJadi, Minuman, Rokok dan Tembakau

Sumber: Badan Pusat Statistik

Inflasi Triwulanan Kota Pontianak dan Kota Singkawang Menurut KelompokPerumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

Sumber: Badan Pusat Statistik

Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw

Bahan Makanan 6.61 4.17 7.10 3.81 9.05 6.14 9.71 6.59 9.58 7.17 9.33 6.52 6.17 8.86

Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 9.86 6.92 6.96 3.51 10.17 10.57 6.33 7.20 7.89 8.46 9.18 5.77 7.68 3.73

Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 4.90 4.90 5.96 6.73 6.26 7.62 7.23 7.41 7.01 5.34 6.49 3.87 7.89 9.40

Sandang 8.32 2.72 7.80 2.17 10.79 3.64 12.82 4.39 10.67 7.76 10.47 8.50 1.81 2.43

Kesehatan 3.91 1.50 3.70 0.93 6.44 1.00 2.03 2.46 3.40 2.36 3.90 3.51 11.09 6.78

Pendidikan, rekreasi dan olahraga 11.37 0.01 11.16 0.93 12.14 3.73 10.96 4.34 10.07 8.28 13.42 8.48 7.79 5.45

Transpor, komunikasi dan jasa keuangan 1.10 1.40 1.17 1.51 14.10 8.80 20.29 9.80 21.09 9.12 21.90 8.71 7.97 8.91

Umum 6.01 4.00 14.39 6.28 13.57 3.24 22.70 10.22 21.64 7.22 15.31 7.36 6.55 7.38

III

2014

I III II III

2013

IVKelompok

Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw

Bahan Makanan 9.30 5.66 6.47 2.47 9.67 9.13 5.96 6.23 7.89 8.46 9.18 5.77 6.17 8.86

Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 7.35 0.34 8.99 1.03 7.49 5.33 5.25 8.08 5.72 9.86 5.39 8.62 4.00 4.80

Daging dan Hasil-hasilnya -2.84 -8.69 2.77 -3.98 24.00 10.88 -1.22 2.30 2.75 0.51 14.36 10.38 -8.72 -2.19

Ikan Segar 13.17 27.52 0.42 7.93 6.86 18.04 7.33 -3.35 6.79 3.49 8.26 1.03 8.81 10.26

Ikan Diawetkan 3.98 10.89 16.60 8.39 18.10 10.22 24.27 18.49 27.32 15.41 12.51 1.98 22.26 0.51

Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 5.37 7.26 4.98 3.87 7.05 9.23 6.66 8.89 8.82 -3.26 14.96 5.73 5.79 -1.32

Sayur-sayuran 23.63 5.40 14.75 0.44 3.04 7.65 -0.85 13.78 16.40 32.38 6.97 -1.87 36.95 37.77

Kacang - kacangan 1.99 11.84 4.61 8.32 11.89 6.29 14.04 5.40 16.66 3.29 13.44 3.26 5.00 4.11

Buah - buahan 15.76 9.59 16.51 15.18 8.43 9.38 4.23 12.47 23.35 12.79 23.18 12.25 9.51 12.76

Bumbu - bumbuan 33.79 18.84 9.10 2.89 28.57 10.77 26.72 12.82 16.34 10.25 5.95 2.92 -8.85 13.95

Lemak dan Minyak -3.13 -6.78 -3.60 -5.78 -8.93 -0.43 0.48 3.66 3.83 3.36 6.48 5.75 10.59 3.82

Bahan Makanan Lainnya 8.56 3.64 7.09 3.90 8.54 3.98 9.73 4.77 12.89 7.02 15.14 10.27 17.40 11.33

2013

I IIIV III

2014

Kelompok I II III

Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw

Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 4.90 4.90 5.96 6.73 6.26 7.62 7.23 7.41 7.01 5.34 6.49 3.87 7.68 3.73

Makanan jadi 2.49 3.68 4.13 6.03 4.25 6.68 5.02 6.63 4.56 4.47 4.78 2.28 6.04 2.46

Minuman tidak beralkohol 8.87 6.69 8.95 3.65 10.14 7.16 10.91 6.38 12.54 2.04 11.42 5.08 10.90 0.98

Tembakau dan minuman beralkohol 7.81 5.61 8.15 9.54 8.13 9.36 9.78 9.28 9.21 8.99 7.09 5.87 9.73 7.34

Kelompok

2013

I II III IV I II III

2014

Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw

Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 8.24 1.79 7.72 1.43 10.65 2.89 12.64 3.60 10.67 7.76 10.47 8.50 7.89 9.40

Biaya tempat tinggal 11.38 2.19 10.24 0.99 13.45 2.41 15.26 2.86 11.28 8.40 11.47 9.89 5.78 9.30

Bahan bakar, penerangan dan air 1.46 1.13 2.82 2.30 6.06 3.77 7.46 5.23 8.39 7.89 7.20 6.81 10.62 12.55

Perlengkapan rumah tangga 8.04 2.31 8.55 1.83 9.07 4.93 11.58 3.80 15.19 4.91 12.50 6.13 12.88 3.17

Penyelenggaraan rumah tangga 7.00 0.66 4.94 0.67 7.32 0.51 10.67 2.27 9.47 5.48 11.14 6.51 8.71 7.59

IVKelompok

2013

III

2014

I III II III

Page 98: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

xii Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014

Inflasi Triwulanan Kota Pontianak dan Kota Singkawang Menurut Kelompok Sandang

Sumber: Badan Pusat Statistik

Inflasi Triwulanan Kota Pontianak dan Kota Singkawang Menurut KelompokKesehatan

Sumber: Badan Pusat Statistik

Inflasi Triwulanan Kota Pontianak dan Kota Singkawang Menurut KelompokPendidikan, Rekreasi dan Olahraga

Sumber: Badan Pusat Statistik

Inflasi Triwulanan Kota Pontianak dan Kota Singkawang Menurut Kelompok Transpor,Komunikasi dan Jasa Keuangan

Sumber: Badan Pusat Statistik

Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw

Sandang 3.91 1.50 3.70 0.93 6.44 1.00 2.03 2.46 3.40 2.36 3.90 3.51 1.81 2.43

Sandang laki-laki 4.08 -0.30 2.83 1.11 15.85 1.15 14.38 5.03 15.99 4.27 16.51 4.35 5.83 4.31

Sandang wanita 3.20 1.22 2.91 1.16 3.13 1.33 3.65 2.32 6.06 1.97 6.92 1.48 6.18 1.19

Sandang anak-anak 8.22 1.27 9.09 1.62 104.23 0.97 93.91 3.49 98.85 3.06 97.74 5.64 7.53 4.92

Barang pribadi dan sandang lain 2.09 3.57 2.23 -1.32 40.70 -1.93 27.99 -4.52 27.82 0.55 28.94 1.68 -6.91 -1.69

III

2014

IIKelompok

2013

I II III IV I

Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw

Kesehatan 11.37 1.50 11.16 0.93 12.14 1.00 10.96 2.46 10.07 2.36 13.42 3.51 11.09 6.78

Jasa kesehatan 19.21 -0.30 20.81 1.11 32.84 1.15 24.35 5.03 24.03 4.27 34.24 4.35 15.69 3.94

Obat-obatan 8.13 1.22 6.63 1.16 49.85 1.33 53.15 2.32 45.79 1.97 49.09 1.48 5.95 8.54

Jasa perawatan jasmani 12.37 1.27 13.34 1.62 39.85 0.97 44.37 3.49 51.02 3.06 53.68 5.64 23.48 13.96

Perawatan jasmani dan kosmetik 7.87 3.57 6.87 -1.32 9.00 -1.93 9.15 -4.52 8.02 0.55 7.20 1.68 6.53 7.66

III

2014

II III IV I III

2013

Kelompok

Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw

Pendidikan, rekreasi dan olahraga 1.10 1.40 1.17 1.51 14.10 8.80 20.29 9.80 21.09 9.12 21.90 8.71 7.79 5.45

Jasa pendidikan 0.48 2.76 0.48 2.81 32.11 8.93 53.93 9.82 53.92 7.42 53.93 7.38 16.51 7.98

Kursus-kursus/pelatihan 0.00 -0.89 0.83 1.34 4.92 0.05 8.49 0.20 14.75 1.50 13.81 1.50 9.37 1.22

Perlengkapan/peralatan pendidikan -1.47 4.56 0.97 4.59 2.00 -6.60 3.50 -4.34 5.66 6.58 4.13 6.68 6.65 6.62

Rekreasi 4.72 45.94 3.06 46.68 15.67 -15.77 32.07 -15.77 31.92 15.26 37.89 13.20 20.20 -0.69

Olahraga 6.87 6.37 7.83 4.81 8.25 4.80 6.94 4.80 7.21 -1.48 21.62 0.00 26.38 0.00

III

2014

I II III IV I IIKelompok

2013

Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw

Transpor, komunikasi dan jasa keuangan 3.03 7.19 10.81 7.42 8.35 1.06 16.96 9.49 21.64 7.22 15.31 7.36 7.97 8.91

Transpor 3.75 11.10 15.13 11.28 11.04 1.23 23.46 14.27 32.36 10.75 23.33 11.12 12.02 13.71

Komunikasi dan pengiriman -0.29 0.00 -0.24 0.00 -0.24 0.00 0.53 0.00 0.41 0.00 0.27 0.00 -0.26 0.00

Sarana dan penunjang transpor 4.59 1.13 3.58 1.11 5.30 1.93 3.78 1.82 3.60 1.56 3.77 1.54 4.24 0.73

Jasa keuangan 1.24 2.50 1.24 2.50 0.45 0.91 0.45 0.91 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

III

20142013

IIIVI II IIIKelompok I

Page 99: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014 xiii

DAFTAR ISTILAH

PDB- PDRB Produk Domestik Bruto adalah sebuah analisis perhitungan

pertumbuhan ekonomi dengan menghitung seluruh nilai tambah

yang terjadi di sebuah wilayah tertentu pada waktu tertentu. Untuk

skala nasional disebut PDB dan untuk skala daerah disebut PDRB

(Produk Domestik Regional Bruto).

Inflasi Adalah peningkatan harga barang dan jasa secara umum dalam satu

periode. Umumnya inflasi diukur dengan perubahan harga

sekelompok barang dan jasa yang dikonsumsi oleh sebagian besar

masyarakat, seperti tercermin pada perkembangan Indeks Harga

Konsumen (IHK).

Inflasi month to month adalah perbandingan harga (nisbah) perubahan harga Indeks Harga

Konsumen bulan bersangkutan dibandingkan IHK bulan sebelumnya.

Atau sering disingkat (mtm).

Inflasi Year to Date atau sering disebut inflasi kumulatif, adalah inflasi yang mengukur

perbandingan harga (nisbah) perubahan Indeks Harga Konsumen

bulan bersangkutan dibandingkan IHK bulan Desember tahun

sebelumnya. Atau sering disingkat (ytd).

Inflasi Year over Year atau sering disebut inflasi tahunan, adalah inflasi yang mengukur

perbandingan harga (nisbah) perubahan Indeks Harga Konsumen

bulan bersangkutan dibandingkan IHK bulan yang sama tahun

sebelumnya. Atau sering disingkat (yoy)

Inflasi Quarter to quarter atau sering disebut inflasi secara triwulanan, adalah inflasi yang

mengukur perbandingan harga (nisbah)/perubahan Indeks Harga

Konsumen pada akhir bulan triwulan bersangkutan dibandingkan IHK

akhir bulan triwulan sebelumnya. Atau sering disingkat (qtq).

BI Rate adalah suku bunga yang diumumkan oleh Bank Indonesia secara

periodik untuk jangka waktu tertentu yang berfungsi sebagai sinyal

(stance) kebijakan moneter. BI Rate merupakan tingkat suku bunga

indikatif yang hanya merupakan reference ratesebagai sinyal respon

kebijakan moneter Bank Indonesia.

BOPO Rasio efisiensi bank yang mengukur beban operasional terhadap

pendapatan operasional. Semakin tinggi nilai BOPO maka semakin

tidak efisien operasi bank.

Page 100: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah

xiv Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan BaratTriwulan III 2014

NIM Singkatan dari Net Interest Margin, adalah selisih nominal antara

pendapatan bunga dengan biaya bunga dibagi dengan rata-rata

jumlah asset dalam satu periode.

NII Singkatan dari Net Interest Income, adalah selisih nominal antara

pendapatan bunga dengan biaya bunga yang harus dikeluarkan oleh

bank.

NPLs Singkatan dari: Non Performing Loans, adalah kredit-kredit di

perbankan yang tergolong kolektibilitas non lancar, yaitu kurang

lancar, diragukan dan macet berdasarkan ketentuan Bank Indonesia.

LDR Singkatan dari: Loan to Deposit Ratio, adalah perbandingan antara

jumlah kredit yang disalurkan dengan jumlah dana yang dikumpulkan

bank.

ROA Singkatan dari Return on Assets, adalah perbandingan laba bersih

dengan rata-rata jumlah asset dalam satu periode.

Bilyet Giro Surat perintah pemindah bukuan dari nasabah suatu bank kepada

bank tersebut,untuk memindahkan sejumlah uang dari rekening

nasabah ke rekening penerima yang namanya disebutkan dalam

bilyet, pada bank yang sama atau bank yang lainnya.

Cek Surat perintah tanpa syarat dari nasabah kepada bank yang

memelihara rekening giro nasabah tersebut untuk membayar

sejumlah uang kepada pihak yang disebutkan didalamnya atau

kepada pemegang cek tersebut.

Inflow adalah uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia, misalnya melalui

kegiatan setoran yang dilakukan oleh bank umum.

Outflow adalah uang kartal yang keluar dari Bank Indonesia melalui proses

penarikan tunai bank umum dari Giro di Bank Indonesia atau

pembayaran tunai melalui Bank Indonesia.

Net Flow Adalah selisih antara inflow dan outflow.

PTTB Pemberian Tanda Tak Berharga, adalah kegiatan pemusnahan uang,

sebagai upaya Bank Indonesia untuk menyediakan uang kartal yang

Fit For Circulation untuk bertransaksi.