Upload
haphuc
View
217
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL
Provinsi Nusa Tenggara Timur
Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Nusa Tenggara Timur
Triwulan III - 2014
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014
ii
KKKAAATTTAAA PPPEEENNNGGGAAANNNTTTAAARRR
Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia, Kantor Perwakilan
Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat
penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi
kebijakan moneter. Secara triwulanan KPw BI Provinsi NTT melakukan pengkajian
dan penelitian terhadap perkembangan perekonomian daerah sebagai masukan
kepada Kantor Pusat Bank Indonesia dalam kaitan perumusan kebijakan moneter
tersebut. Selain itu kajian/analisis ini dimaksudkan untuk memberikan informasi yang
diharapkan dapat bermanfaat bagi eksternal stakeholder setempat, yaitu Pemda,
DPRD, akademisi, serta masyarakat lainnya.
Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Nusa Tenggara Timur ini mencakup
Makro Ekonomi Regional, Perkembangan Inflasi, Perkembangan Perbankan dan
Sistem Pembayaran, serta Prospek Perekonomian Daerah pada periode mendatang.
Dalam menyusun kajian ini digunakan data yang berasal dari internal Bank Indonesia
maupun dari eksternal, dalam hal ini dinas/instansi terkait.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan kajian ini masih terdapat
kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan masukan dari semua pihak untuk
meningkatkan kualitas isi dan penyajian laporan. Akhirnya kami mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, baik dalam bentuk
penyampaian data maupun dalam bentuk saran, kritik, dan masukan sehingga kajian
ini dapat diselesaikan. Kami mengharapkan kerjasama yang telah terjalin dengan
baik selama ini, kiranya dapat terus berlanjut di masa yang akan datang.
Kupang, November 2014
Kepala Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Nusa Tenggara Timur
Naek Tigor Sinaga
Deputi Direktur
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014
iii
DDDAAAFFFTTTAAARRR IIISSSIII
Halaman Judul ------------------------------------------------------------------------------- i
Kata Pengantar ------------------------------------------------------------------------------ ii
Daftar Isi --------------------------------------------------------------------------------------- iii
Daftar Grafik -------------------------------------------------------------------------------- v
Daftar Tabel --------------------------------------------------------------------------------- vii
Ringkasan Umum --------------------------------------------------------------------------- x
Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Provinsi Nusa Tenggara Timur ----------------- xiv
BAB I EKONOMI MAKRO REGIONAL
1.1 Kondisi Umum ------------------------------------------------------------------------- 1
1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan ---------------------------------------- 2
1.3 Perkembangan Ekonomi Sisi Sektoral --------------------------------------------- 7
BOKS 1. DAYA TARIK INVESTASI DI NTT --------------------------------------------- 15
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI
2.1 Kondisi Umum ------------------------------------------------------------------------- 19
2.2 Perkembangan Inflasi NTT ----------------------------------------------------------- 21
2.3 Disagregasi Inflasi ---------------------------------------------------------------------- 24
2.4 Inflasi NTT Berdasarkan Kota -------------------------------------------------------- 26
2.4.1 Inflasi Kota Kupang ------------------------------------------------------------ 26
2.4.2 Inflasi Kota Maumere --------------------------------------------------------- 28
BOKS 2. PENGUATAN KERJASAMA ANTAR DAERAH
DALAM PENANGGULANGAN INFLASI ------------------------------------- 30
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
3.1 Kondisi Umum ------------------------------------------------------------------------- 33
3.2 Perkembangan Bank Umum -------------------------------------------------------- 35
3.2.1 Intermediasi Perbankan ------------------------------------------------------- 35
3.2.2 Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) --------------------- 40
3.2.3 Kinerja Perbankan Umum Berdasarkan Sebaran Pulau ----------------- 42
3.3 Sistem Pembayaran -------------------------------------------------------------------- 43
3.3.1 Transaksi Non Tunai------------------------------------------------------------ 43
3.3.2 Transaksi Tunai ------------------------------------------------------------------ 44
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014
iv
BAB IV KEUANGAN PEMERINTAH
4.1 Kondisi Umum -------------------------------------------------------------------------- 47
4.2 Pendapatan Daerah -------------------------------------------------------------------- 48
4.2.1 Anggaran Pendapatan Daerah ---------------------------------------------- 48
4.2.2 Realisasi Pendapatan Daerah ------------------------------------------------ 50
4.3 Belanja Daerah ------------------------------------------------------------------------- 51
4.3.1 Anggaran Belanja Daerah ---------------------------------------------------- 51
4.3.2 Realisasi Belanja Daerah ------------------------------------------------------ 52
BAB V KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
5.1 Kondisi Umum -------------------------------------------------------------------------- 54
5.2 Perkembangan Ketenagakerjaan --------------------------------------------------- 55
5.2.1 Kondisi Ketenagakerjaan Umum ------------------------------------------- 55
5.2.2 Pengangguran ------------------------------------------------------------------ 57
5.3 Perkembangan Kesejahteraan ------------------------------------------------------- 57
5.3.1 Kondisi Kesejahteraan Umum ----------------------------------------------- 57
5.3.2 Tingkat Kemiskinan ------------------------------------------------------------ 59
5.3.3 Indeks Pembangunan Manusia --------------------------------------------- 61
BAB VI OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DI DAERAH
6.1 Pertumbuhan Ekonomi --------------------------------------------------------------- 64
6.1.1 Sisi Sektoral --------------------------------------------------------------------- 65
6.1.2 Sisi Penggunaan ---------------------------------------------------------------- 66
6.2 Inflasi -------------------------------------------------------------------------------------- 68
BOKS 3. RENCANA KENAIKAN BBM, AKANKAH
SETINGGI TAHUN LALU? ------------------------------------------------------ 71
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014
v
DDDAAAFFFTTTAAARRR GGGRRRAAAFFFIIIKKK
Grafik 1.1 Perkembangan PDRB NTT -------------------------------------------------- 2
Grafik 1.2 Perkembangan Struktur PDRB NTT -------------------------------------- 2
Grafik 1.3 Sumbangan Pertumbuhan Sisi Penggunaan Triwulan III-2014 ---- 2
Grafik 1.4 Indeks Pembelian Barang Tahan Lama ---------------------------------- 3
Grafik 1.5 Indeks Tendensi Konsumen dan Pendapatan RT --------------------- 3
Grafik 1.6 Konsumsi Listrik Bisnis ------------------------------------------------------ 3
Grafik 1.7 Kredit Konsumsi ------------------------------------------------------------- 3
Grafik 1.8 Perkembangan IKE ---------------------------------------------------------- 4
Grafik 1.9 Perkembangan Listrik RT -------------------------------------------------- 4
Grafik 1.10 Konsumsi Semen ------------------------------------------------------------ 5
Grafik 1.11 Negara Tujuan Ekspor ----------------------------------------------------- 6
Grafik 1.12 PDRB Ekspor Impor ------------------------------------------------------- 6
Grafik 1.13 Perkembangan Bongkar Muat ------------------------------------------- 7
Grafik 1.14 Pertumbuhan Subsektor Pertanian -------------------------------------- 8
Grafik 1.15 Andil Subsektor Pertanian ------------------------------------------------ 8
Grafik 1.16 Perkembangan Pengiriman Ternak ------------------------------------- 8
Grafik 1.17 Kapasitas Produksi Pertanian --------------------------------------------- 9
Grafik 1.18 Pertumbuhan Kredit Pertanian ------------------------------------------- 9
Grafik 1.19 Share Sektor Jasa-Jasa ----------------------------------------------------- 10
Grafik 1.20 Hasil SKDU Sektor Jasa ----------------------------------------------------- 10
Grafik 1.21 Pertumbuhan Subsektor PHR --------------------------------------------- 11
Grafik 1.22 Perkembangan Peti Kemas ----------------------------------------------- 11
Grafik 1.23 Perkembangan Subsektor Perdagangan ------------------------------- 11
Grafik 1.24 Perkembangan Omzet dan Penjualan ----------------------------------- 12
Grafik 1.25 Jumlah Tamu dan Hunian Kamar ---------------------------------------- 12
Grafik 1.26 Arus Penumpang ------------------------------------------------------------ 12
Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi di NTT --------------------------------------------- 20
Grafik 2.2 Inflasi Triwulanan NTT ----------------------------------------------------- 22
Grafik 2.3 Inflasi Bulanan Triwulan III-2014 NTT ----------------------------------- 22
Grafik 2.4 Struktur Inflasi Bulanan NTT ----------------------------------------------- 23
Grafik 2.5 Disagregasi Inflasi NTT ----------------------------------------------------- 24
Grafik 2.6 Ekspektasi Konsumen ------------------------------------------------------ 25
Grafik 2.7 Ekspektasi Pedagang ------------------------------------------------------- 25
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014
vi
Grafik 2.8 Perkembangan Inflasi Kupang ------------------------------------------- 26
Grafik 2.9 Inflasi Triwulanan Kupang ------------------------------------------------ 27
Grafik 2.10 Perkembangan Inflasi Maumere ----------------------------------------- 28
Grafik 2.11 Inflasi Triwulanan Maumere ---------------------------------------------- 29
Grafik 3.1 Perkembangan LDR --------------------------------------------------------- 35
Grafik 3.2 Perkembangan Undisbursed Loan -------------------------------------- 35
Grafik 3.3 Komposisi DPK -------------------------------------------------------------- 36
Grafik 3.4 DPK Menurut Golongan Pemilik ----------------------------------------- 36
Grafik 3.5 Perkembangan NPL Bank Umum ---------------------------------------- 39
Grafik 3.6 NPL Konsumsi dan Modal Kerja Bank Umum ------------------------- 39
Grafik 3.7 Perkembangan Transaksi Kliring ----------------------------------------- 43
Grafik 3.8 Perkembangan Cek/BG Kosong ----------------------------------------- 43
Grafik 3.9 Nilai Transaksi RTGS -------------------------------------------------------- 44
Grafik 3.10 Volume Transaksi RTGS --------------------------------------------------- 44
Grafik 3.11 Perkembangan Transaksi Tunai ------------------------------------------ 45
Grafik 4.1 APBD Provinsi NTT ---------------------------------------------------------- 47
Grafik 4.2 Persentase Pendapatan Transfer ------------------------------------------ 49
Grafik 4.3 Persentase Dana Perimbangan -------------------------------------------- 49
Grafik 4.4 Persentase Anggaran Belanja Operasi ----------------------------------- 52
Grafik 4.5 Persentase Belanja Transfer ----------------------------------------------- 52
Grafik 5.1 Indeks Ketenagakerjaan NTT --------------------------------------------- 57
Grafik 5.2 Perkembangan UMP NTT ------------------------------------------------- 58
Grafik 5.3 Perkembangan Indeks Penghasilan ------------------------------------- 58
Grafik 5.4 Perkembangan NTP NTT --------------------------------------------------- 58
Grafik 6.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Nusa Tenggara Timur ------------- 64
Grafik 6.2 Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen --------------------------- 67
Grafik 6.3 Perkembangan Ekspektasi Konsumen ---------------------------------- 67
Grafik 6.4 Ekspektasi Kondisi Usaha Provinsi NTT Triwulan IV-2014 ----------- 67
Grafik 6.5 Proyeksi Inflasi Tahunan NTT ---------------------------------------------- 70
Grafik 6.6 Ekspektasi Harga Konsumen ---------------------------------------------- 70
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014
vii
DDDAAAFFFTTTAAARRR TTTAAABBBEEELLL
Tabel 1.1 Penanaman Modal di NTT -------------------------------------------------- 5
Tabel 1.2 Kinerja Perbankan di NTT -------------------------------------------------- 13
Tabel 1.3 Perkembangan PDRB Sisi Sektoral ---------------------------------------- 13
Tabel 1.4 Pertumbuhan Tahunan PDRB Sisi Sektoral ----------------------------- 14
Tabel 1.5 Perkembangan PDRB Sisi Penggunaan ---------------------------------- 14
Tabel 1.6 Pertumbuhan Tahunan PDRB Sisi Penggunaan ------------------------ 14
Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi di NTT ---------------------------------------------- 20
Tabel 2.2 Inflasi NTT per Kelompok Komoditas ------------------------------------ 21
Tabel 2.3 Inflasi Kupang per Kelompok Komoditas ------------------------------- 27
Tabel 2.4 Inflasi Maumere per Kelompok Komoditas ---------------------------- 28
Tabel 3.1 Perkembangan Kinerja Perbankan NTT (Bank Umum dan BPR) ---- 33
Tabel 3.2 Perkembangan Transaksi Non Tunai ------------------------------------- 34
Tabel 3.3 Perkembangan Transaksi Tunai -------------------------------------------- 34
Tabel 3.4 Perkembangan Kinerja DPK Bank Umum ------------------------------- 36
Tabel 3.5 Perkembangan Kredit Bank Umum -------------------------------------- 37
Tabel 3.6 Perkembangan Kredit Modal Kerja Bank Umum ---------------------- 37
Tabel 3.7 Perkembangan Kredit Investasi Bank Umum --------------------------- 38
Tabel 3.8 Perkembangan Penyaluran Kredit Sektoral Bank Umum ------------- 39
Tabel 3.9 Perkembangan Komponen Kredit UMKM Bank Umum -------------- 40
Tabel 3.10 Perkembangan Kredit UMKM Sektoral Bank Umum------------------ 41
Tabel 3.11 Indikator Perbankan Berdasarkan Sebaran Pulau ---------------------- 42
Tabel 3.12 Perkembangan Indikator Sistem Pembayaran Lain ------------------- 46
Tabel 4.1 Anggaran Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi NTT ------------ 49
Tabel 4.2 Realisasi Pendapatan Daerah ----------------------------------------------- 50
Tabel 4.3 Anggaran Belanja Pemerintah Daerah Provinsi NTT ------------------- 51
Tabel 4.4 Realisasi Anggaran Belanja Pemerintah Provinsi NTT ----------------- 52
Tabel 5.1 Jumlah Penduduk Usia 15+ Menurut Kegiatan ------------------------ 55
Tabel 5.2 Jumlah Penduduk Usia 15+ yang Bekerja
Menurut Lapangan Pekerjaan Utama ----------------------------------- 56
Tabel 5.3 Jumlah Penduduk Usia 15+ Menurut Status Pekerjaan Utama ---- 56
Tabel 5.4 Pendapat Konsumen Mengenai Penghasilan Saat Ini
Dibandingkan 6 Bulan yang Lalu ------------------------------------------ 58
Tabel 5.5 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di NTT
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014
viii
tahun 2005 s.d. Maret 2014 ----------------------------------------------- 59
Tabel 5.6 Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin
Menurut Daerah tahun 2005 s.d. Maret 2014 ------------------------- 60
Tabel 5.7 Indeks Keparahan dan Kedalaman Kemiskinan ------------------------ 61
Tabel 5.8 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi NTT ---------------------------- 62
Tabel 5.9 Indeks Pembangunan Manusia Indonesia Tahun 2012 -------------- 63
Tabel 6.1 Ekspektasi Kondisi Usaha Provinsi NTT
Triwulan IV-2014 (Indeks) -------------------------------------------------- 65
Tabel 6.2 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Global ------------------------ 68
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014
ix
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi
Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan
KPw BI Provinsi NTT
Jl. Tom Pello No. 2 Kupang NTT
[0380] 832-047 ; fax : [0380] 822-103
www.bi.go.id
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014
x
Ringkasan Umum
KER Provinsi Nusa Tenggara Timur
Triwulan III-2014
EEEKKKOOONNNOOOMMMIII MMMAAAKKKRRROOO RRREEEGGGIIIOOONNNAAALLL
Pertumbuhan ekonomi NTT pada triwulan III tercatat sebesar 4,97% (yoy)
mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai
5,03% (yoy). Dari sisi penggunaan, melambatnya perekonomian NTT disebabkan
oleh perlambatan kinerja konsumsi. Namun demikian, perlambatan kinerja konsumsi
masih dapat ditekan dengan peningkatan kinerja investasi.
Dari sisi sektoral, perlambatan ekonomi bersumber dari perlambatan sektor
pertanian dan jasa-jasa. Sektor pertanian dan sektor jasa-jasa yang memiliki andil
terbesar yakni masing-masing sebesar 32,42% dan 27,29% memberikan dampak
signifikan terhadap perlambatan perekonomian NTT pada triwulan laporan.
Sementara itu, sektor PHR yang yang memiliki andil terbesar setelah sektor
pertanian dan sektor jasa-jasa mengalami peningkatan.
Secara triwulanan, perkonomian NTT mengalami perlambatan menjadi
sebesar 3,66% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
4,84% (qtq). Dari sisi penggunaan, kinerja ekspor di NTT mengalami perlambatan
sementara impor meningkat. Aktivitas ekspor NTT melambat yakni dari 15,18% (qtq)
menjadi sebesar 12,05% (qtq). Dari sisi sektoral, sektor pertanian NTT mengalami
perlambatan cukup dalam yakni dari 2,46% (qtq) menjadi sebesar -1,77% (qtq),
kemudian diikuti sektor bangunan yang mengalami perlambatan pada triwulan
laporan yakni dari 6,59% (qtq) menjadi sebesar 3,90% (qtq) dan sektor PHR yang
mengalami perlambatan yakni dari sebesar 8,54% (qtq) pada triwulan laporan
menjadi sebesar 7,90% (qtq).
PPPEEERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNN IIINNNFFFLLLAAASSSIII RRREEEGGGIIIOOONNNAAALLL
Inflasi pada triwulan III-2014 tercatat lebih rendah bila dibandingkan
triwulan sebelumnya maupun capaian inflasi nasional. Rendahnya pencapaian
inflasi pada periode laporan terutama disebabkan oleh hilangnya faktor teknikal
kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) tahun 2013 dengan andil terhadap tekanan
inflasi mencapai 2,73% (yoy). Selanjutnya, koreksi harga pada semua kelompok
terutama kelompok administered prices dan bergejolak (volatile foods) turut
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014
xi
memberikan dorongan terhadap rendahnya pencapaian inflasi NTT. Selesainya
momen Hari Raya Idul Fitri dan musim liburan sekolah juga memberikan insentif laju
inflasi kelompok administered prices ke angka yang lebih rendah.
Berdasarkan kota pembentuk inflasi, Kota Kupang yang memiliki bobot
terbesar terhadap pembentukan inflasi NTT mengalami penurunan dibandingkan
triwulan sebelumnya yakni dari sebesar 8,31% (yoy) menjadi sebesar 4,27% (yoy).
Pasca musim liburan sekolah dan Hari Raya Idul Fitri yang disertai dengan kondisi
cuaca yang kondusif memberikan dorongan cukup signifikan terhadap rendahnya
laju inflasi Kota Kupang. Kondisi yang sama terjadi di Kota Maumere yang mencatat
inflasi sebesar 3,19% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang
sebesar 6,70% (yoy). Rendahnya inflasi tersebut didorong oleh penurunan terutama
pada kelompok bahan makanan dan kelompok transportasi, keuangan & jasa
keuangan.
PPPEEERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNN PPPEEERRRBBBAAANNNKKKAAANNN DDDAAANNN SSS IIISSSTTTEEEMMM PPPEEEMMMBBBAAAYYYAAARRRAAANNN
Kinerja perbankan pada triwulan laporan relatif melambat. Dari sisi
kinerja keuangan, gabungan aset bank umum dan BPR tercatat Rp27,11 triliun atau
melambat sebesar 22,94% (yoy) dari 23,98% (yoy) pada triwulan sebelumnya.
Penyaluran kredit melambat sebesar 13,48% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang
mencapai 15,04% (yoy) dengan outstanding mencapai Rp16,53 triliun. Perlambatan
ini pun diiringi dengan memburuknya risiko kredit (non performing loans/NPL) ke
level 1,64% dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya 1,50%. Di sisi lain,
penghimpunan DPK tumbuh positif sebesar 19,90% (yoy) dengan nominal Rp19,09
triliun. Fungsi intermediasi perbankan di NTT juga relatif baik yang tercermin dari
rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) yang sebesar 86,59%, meningkat dibandingkan
triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 84,86%. Kinerja positif kredit konsumsi
yang memiliki andil paling besar terhadap total kredit menyebabkan laju
pertumbuhan kredit secara triwulanan lebih besar dibandingkan penghimpunan
DPK. Sesuai dengan hal tersebut LDR mengalami peningkatan dibandingkan
triwulan sebelumnya.
Dari sisi sistem pembayaran, aktivitas transaksi non tunai melalui fasilitas
Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) tercatat sebesar Rp607,52 miliar.
Sedangkan transaksi melalui fasilitas Real Time Gross Settlement (RTGS) tercatat
sebesar Rp24,09 triliun selama triwulan laporan. Sementara dari sisi transaksi tunai,
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014
xii
terjadi net outflow dimana jumlah uang yang keluar dari Bank Indonesia lebih besar
dibandingkan dengan uang yang masuk. Kondisi ini diperkirakan sebagai akibat
meningkatnya aktivitas pembayaran non-tunai selama triwulan laporan seiring
dengan pencairan proyek-proyek pemerintah.
KKKEEEUUUAAANNNGGGAAANNN PPPEEEMMMEEERRRIIINNNTTTAAAHHH
Realisasi pendapatan sampai dengan triwulan laporan mencapai Rp2,07
triliun atau sebesar 76,29% dibandingkan dengan anggaran pendapatan yang
sebesar Rp 2,72 triliun. Realisasi PAD Provinsi NTT sampai dengan triwulan laporan
tercatat sebesar Rp527,79 miliar atau 75,90% dari target PAD akhir tahun.
Sumbangan realisasi terbesar PAD berasal dari pos pendapatan pajak daerah sebesar
Rp332,87 miliar sampai dengan triwulan III-2014, sedangkan pada triwulan laporan
sendiri sebesar Rp153,55 miliar atau meningkat 34,96% (yoy) dibandingan
pencapaian triwulan III-2013 yang sebesar Rp113,77 miliar.
Sementara itu, realisasi belanja daerah pemerintah Provinsi NTT adalah
sebesar Rp1,70 triliun atau 62,16% rencana anggaran belanja tahun 2014. Realisasi
tersebut masih lebih rendah dibandingkan realisasi tahun lalu yang sebesar Rp1,57
triliun atau 65,51% dari rencana anggaran belanja 2013. Realisasi tertinggi berada
pada kelompok Belanja Operasi dengan persentase 67,82% yaitu sebesar Rp1,39
triliun. Realisasi ini lebih rendah dibandingkan realisasi Belanja Operasi tahun lalu
yang sebesar Rp1,40 triliun atau 69,15% dibandingkan rencana anggaran.
KKKEEETTTEEENNNAAAGGGAAAKKKEEERRRJJJAAAAAANNN DDDAAANNN KKKEEESSSEEEJJJAAAHHHTTTEEERRRAAAAAANNN
Perkembangan ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat NTT pada
triwulan laporan secara umum menunjukkan kondisi yang positif. Berdasarkan
data BPS, kondisi ketenagakerjaan di Nusa Tenggara Timur pada Agustus 2014
memperlihatkan peningkatan yang tergambar dari bertambahnya kelompok
penduduk yang bekerja disertai meningkatnya Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK). Jumlah angkatan kerja pada bulan Agustus 2014 mencapai 2.174.228 jiwa,
meningkat sebesar 69.721 jiwa atau 3,31% (yoy) dibandingkan Agustus 2013.
Sementara tingkat partisipasi angkatan kerja tercatat sebesar 68,91% atau sedikit di
atas tahun sebelumnya yang sebesar 68,15%. Di sisi lain, tren perbaikan kondisi
ketenagakerjaan juga tercermin dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang
dilakukan KPw BI Provinsi NTT. Hasil SKDU triwulan III-2014 menunjukkan indeks
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014
xiii
ketenagakerjaan tercatat mengalami ekspansi sebesar 2,76 setelah pada triwulan
sebelumnya mengalami kontraksi sebesar -9,42.
Sementara itu, kondisi kesejahteraan masyarakat NTT per posisi Maret 2014
menunjukkan kondisi yang positif tercermin dari penurunan persentase penduduk
miskin dari 20,03% pada periode yang sama tahun sebelumnya menjadi 19,82%.
Indeks keparahan dan kedalaman kemiskinan serta tingkat optimisme masyarakat
perkotaan juga membaik.
Di sisi lain, berdasarkan hasil Survei Konsumen bulan September 2014, terlihat
adanya kenaikan tingkat optimisme, khususnya pada masyarakat dengan
penghasilan menengah ke atas terhadap tingkat kesejahteraan saat ini dibandingkan
enam bulan yang lalu. Indikator kesejahteraan di daerah pedesaan yang tercermin
dari Nilai Tukar Petani (NTP) turut mengalami peningkatan dibandingkan triwulan
sebelumnya.
PPPRRROOOSSSPPPEEEKKK PPPEEERRREEEKKKOOONNNOOOMMMIIIAAANNN
Pada triwulan IV-2014, pertumbuhan ekonomi NTT diperkirakan tumbuh
positif sedikit lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya. Berdasarkan berbagai
indikator ekonomi terakhir serta hasil survei maupun liaison mengindikasikan bahwa
pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT triwulan IV-2014 diperkirakan akan berada pada
rentang 4,85% - 5,25% (yoy). Pertumbuhan ekonomi pada triwulan mendatang
diperkirakan berasal dari sektor PHR (terutama subsektor perdagangan) yang
diprediksi meningkat seiring momen Natal & Tahun Baru.
Pada triwulan IV atau akhir tahun 2014, inflasi diperkirakan meningkat.
Berdasarkan perkembangan harga terkini, inflasi NTT di akhir tahun diperkirakan
berada pada kisaran sebesar 4,23% - 4,63% (yoy). Adapun tekanan inflasi
diperkirakan bersumber dari meningkatnya permintaan pada perayaan Natal &
Tahun Baru. Sementara itu, inflasi pada kelompok pangan berpotensi meningkat
sebagai dampak dari penurunan produksi sektor pertanian akibat kekeringan. Inflasi
Administered Prices (AP) diperkirakan meningkat sejalan dengan diberlakukannya
kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) tahap akhir untuk beberapa kelompok termasuk
kelompok rumah tangga serta peningkatan tarif batas atas angkutan udara sebesar
20%. Terkait wacana kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi, setiap
kenaikan harga BBM bersubsidi sebesar Rp 1.000,00/liter berpotensi untuk
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014
xiv
menambah angka inflasi sebesar 1% dari kondisi normal dan begitu pula
kelipatannya.
I. EKONOMI MAKRO REGIONAL
I II III IV I II III IV I II III
Produk Domestik Regional Bruto (yoy %) 5.44 4.87 5.86 5.47 5.38 5.58 5.64 5.62 5.02 5.03 4.97
Berdasarkan Sektor / Lapangan Usaha
1. Pertanian 2.8 3.0 3.7 3.1 2.7 2.7 2.4 2.8 3.2 2.9 2.0
2. Pertambangan & Penggalian 6.5 5.8 7.3 6.7 6.0 6.4 3.7 4.1 5.0 4.9 6.1
3. Industri Pengolahan 5.0 3.9 5.6 5.4 1.5 3.0 3.3 3.5 4.6 3.9 3.2
4. Listrik,Gas & Air Bersih 6.2 4.9 5.5 4.8 9.1 7.1 7.0 7.0 6.1 8.8 -1.2
5. Bangunan 8.5 5.1 8.4 8.3 6.5 6.1 4.1 4.4 5.7 4.0 4.0
6. Perdagangan, Hotel & Restoran 7.2 6.3 7.5 7.6 6.8 7.7 8.8 8.8 5.4 5.8 8.6
7. Angkutan & Komunikasi 6.8 5.2 5.6 4.9 6.1 4.1 5.6 6.2 3.4 5.1 4.0
8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 7.3 8.1 7.9 7.4 8.1 7.7 9.9 9.9 7.4 7.4 6.0
9. Jasa - jasa 6.7 5.9 6.8 6.3 7.6 8.2 7.7 6.7 7.2 7.2 6.7
Berdasarkan Permintaan / Penggunaan
1. Konsumsi Rumah Tangga 2.65 5.53 6.74 7.87 3.64 5.08 1.90 1.70 7.72 2.70 3.25
2. Konsumsi Swasta Nirlaba 7.64 8.66 7.18 7.53 4.77 4.12 3.41 0.52 7.86 6.64 7.24
3. Konsumsi Pemerintah 4.10 6.25 1.06 5.10 9.01 6.72 12.23 4.10 4.30 7.12 0.71
4. PMTB/Investasi 15.75 12.30 7.09 8.61 6.63 7.50 10.99 6.37 7.46 4.41 14.58
5. Perubahan Stock -69.22 -40.21 -13.21 -14.57 1.68 0.43 -2.44 39.78 75.22 -18.01 18.72
6. Ekspor & Antar Pulau Keluar 6.80 9.31 0.62 3.64 8.08 7.83 9.26 3.32 2.03 6.23 11.54
7. Impor & Antar Pulau Masuk -4.80 2.11 0.04 5.60 5.43 6.24 4.63 2.74 11.19 0.60 9.04
Ekspor
Nilai Ekspor Nonmigas (ribu USD) 4,271 4,240 2,823 4,731 2,650 9,987 3,379 5,587 3,260 4,365 4,523
Volume Ekspor Nonmigas (ton) 10,731 7,093 8,454 10,558 12,759 9,172 13,951 16,478 9,475 16,477 17,274
Impor
Nilai Impor Nonmigas (ribu USD) 60,866 2,287 2,529 95 2,730 525 1 12,125 14,361 0 1,766
Volume Impor Nonmigas (ton) 200,167 28,308 46,424 141 46,044 147 45 2,476 45,010 9,579 20,003
Indeks Harga Konsumen
NTT 140.80 143.05 144.66 146.72 150.80 150.64 156.78 159.15 112.52 113.27 113.15
- Kota Kupang 139.94 141.74 143.21 145.43 149.82 149.62 155.92 158.28 112.91 113.63 113.50
- Maumere 146.43 151.64 154.19 155.17 157.23 157.29 162.40 164.85 110.00 110.93 110.85
Laju Inflasi Tahunan (yoy %)
NTT 3.60 5.02 5.21 5.33 7.11 5.26 8.29 8.41 7.78 8.10 4.13
- Kota Kupang 3.11 4.37 4.66 5.10 7.06 5.56 8.88 8.84 7.99 8.31 4.27
- Maumere 6.21 8.45 8.07 6.49 7.38 3.73 5.32 6.24 6.39 6.70 3.19
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
INDIKATOR2012 2013 2014
II. PERBANKAN
I II III IV I II III IV I II III
A. Bank Umum Konvensional (dalam Rp. Miliar kecuali dinyatakan lain)
1. Total Aset 17,479 17,836 18,809 19,439 20,408 20,496 21,310 22,057 22,933 25,968 26,738
2. DPK 13,177 14,192 14,646 14,729 15,238 15,788 15,799 16,249 16,946 18,672 18,966
- Giro 3,393 3,419 3,381 2,869 3,765 3,983 3,880 2,903 4,119 5,506 5,072
- Tabungan 6,206 6,896 7,194 8,444 7,514 7,678 7,968 9,842 8,511 8,500 8,979
- Deposito 3,578 3,876 4,070 3,417 3,959 4,053 3,951 3,503 4,315 4,665 4,916
3. Kredit Berdasarkan Lokasi Proyek 10,316 11,228 11,862 12,298 12,604 13,594 14,294 14,626 14,790 15,665 16,264
- Investasi 2,636 3,136 3,135 3,269 3,341 3,785 4,060 4,211 4,193 4,670 4,939
- Modal Kerja 575 621 674 763 753 913 1,001 1,056 1,114 1,169 1,201
- Konsumsi 7,106 7,471 8,053 8,265 8,510 8,895 9,234 9,359 9,483 9,827 10,124
3. Kredit Berdasarkan Lokasi Kantor Cabang 10,316 11,228 11,862 12,298 12,604 13,594 14,294 14,626 14,790 15,665 16,264
- Investasi 2,636 3,136 3,135 3,269 3,341 3,785 4,060 4,211 4,193 4,670 4,939
- Modal Kerja 575 621 674 763 753 913 1,001 1,056 1,114 1,169 1,201
- Konsumsi 7,106 7,471 8,053 8,265 8,510 8,895 9,234 9,359 9,483 9,827 10,124
LDR (%) 78.3% 79.1% 81.0% 83.5% 82.7% 86.1% 90.5% 90.0% 87.3% 83.9% 85.8%
Kredit UMKM 2,628 3,065 3,039 3,229 3,290 3,737 3,885 3,998 4,174 4,665 4,913
B. Bank Umum Syariah
Total Aset 289 285 689 461 610 795 745 377 383 429 375
Dana Pihak Ketiga 252 104 106 155 113 117 124 153 132 119 126
Pembiayaan berdasarkan Lokasi Kantor Cabang 162 169 190 229 240 268 274 286 133 282 268
FDR (%) 64.3% 162.7% 178.4% 147.8% 213.0% 228.4% 220.7% 187.3% 101.0% 236.3% 213.3%
C. Grand Total (A+B)
1. Total Aset 17,767 18,121 19,497 19,901 21,017 21,291 22,055 22,434 23,316 26,398 27,114
2. Dana Pihak Ketiga 13,430 14,296 14,752 14,884 15,351 15,906 15,923 16,402 17,078 18,791 19,092
3. Pembiayaan berdasarkan Lokasi Kantor Cabang 10,478 11,397 12,052 12,527 12,844 13,862 14,568 14,912 14,923 15,947 16,532
D. Pangsa Bank Umum Syariah Terhadap Grand Total
1. Total Aset (%) 1.6% 1.6% 3.5% 2.3% 2.9% 3.7% 3.4% 1.7% 1.6% 1.6% 1.4%
2. Dana Pihak Ketiga (%) 1.9% 0.7% 0.7% 1.0% 0.7% 0.7% 0.8% 0.9% 0.8% 0.6% 0.7%
3. Pembiayaan berdasarkan Lokasi Kantor Cabang (%) 1.5% 1.5% 1.6% 1.8% 1.9% 1.9% 1.9% 1.9% 0.9% 1.8% 1.6%
INDIKATOR2012 2013 2014
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014
xv
III. SISTEM PEMBAYARAN
I II III IV I II III IV I II III
Transaksi Tunai
Inflow (Rp. Triliun) 1.1 0.5 0.7 0.5 1.4 0.6 0.8 0.4 1.4 0.7 0.8
Outflow (Rp. Triliun) 0.3 1.2 1.2 1.7 0.4 1.0 1.4 1.9 0.3 0.8 1.3
Transaksi Non Tunai
BI-RTGS
Nominal Transaksi BI-RTGS (Rp. Triliun) 14 20 21 25 23 22 21 25 17 21 24
Volume Transaksi BI-RTGS 9,221 12,276 13,341 16,141 9,704 9,333 12,630 15,327 10,696 10,475 10,707
Kliring
Nominal Kliring Penyerahan (Rp. Triliun) 0.43 0.45 0.51 0.61 0.53 0.57 0.64 0.67 0.54 0.62 0.61
Volume Perputaran Kliring Penyerahan 16,782 16,843 17,192 17,639 17,275 18,431 19,000 19,113 16,971 18,456 18,119
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
INDIKATOR2012 2013 2014
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014 |
1
EEEKKKOOONNNOOOMMMIII MMMAAAKKKRRROOO RRREEEGGGIIIOOONNNAAALLL
Kinerja pertumbuhan ekonomi sedikit melambat
Dari sisi penggunaan, perlambatan kinerja konsumsi menjadi faktor utama
sementara Dari sisi sektoral, sektor pertanian dan sektor jasa-jasa
mengalami perlambatan.
11..11 KKoonnddiissii UUmmuumm
Perekonomian NTT pada triwulan III tumbuh positif namun tidak
setinggi triwulan lalu. Ekonomi NTT tumbuh sebesar 4,97% (yoy) melambat
dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar sebesar 5,03% (yoy).
Perlambatan ekonomi juga dialami sebagian provinsi lainnya, sehingga
perekonomian nasional sedikit melambat dari 5,12% (yoy) menjadi sebesar 5,11%
(yoy). Sementara secara triwulanan perkonomian NTT tercatat sebesar 3,66%
(qtq), melambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yakni sebesar
4,83% (qtq).
Faktor penghambat kinerja ekonomi pada triwulan III-2014 adalah
melambatnya kinerja konsumsi. Kegiatan konsumsi, terutama konsumsi
pemerintah melambat signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya. Meski
demikian membaiknya kinerja investasi dan kinerja konsumsi rumah tangga &
swasta sedikit membantu perekonomian secara umum sehingga tidak melambat
terlalu dalam.
Dari sisi sektoral, perlambatan sektor pertanian dan sektor jasa-jasa yang
memiliki andil cukup besar menjadi penyebab perlambatan perekonomian secara
umum. sementara itu, kinerja sektor perdagangan, hotel, dan restoran mengalami
peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya dan mampu menahan
perlambatan perekonomian secara keseluruhan.
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014 |
2
Sumber : BPS Provinsi NTT, diolah
-8.00%
-6.00%
-4.00%
-2.00%
0.00%
2.00%
4.00%
6.00%
8.00%
-
500.00
1,000.00
1,500.00
2,000.00
2,500.00
3,000.00
3,500.00
4,000.00
4,500.00
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
PDRB (HK-miliar)Pertumbuhan Ekonomi (yoy-axis kanan)Pertumbuhan Ekonomi (qtq-axis kanan)
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
Pertambangan
Industri
Listrik, Gas, Air
Bangunan
PHR
Pengakutan &Komunikasi
Keuangan, Persewaan,Jasa Perusahaan
Jasa-Jasa
Pertanian
11..22 PPeerrkkeemmbbaannggaann EEkkoonnoommii SSiissii PPeenngggguunnaaaann
Perekonomian NTT melambat
terutama disebabkan oleh perlambatan
kinerja konsumsi. Pada triwulan laporan,
kinerja konsumsi secara umum mengalami
perlambatan, yakni dari 3,69% (yoy) pada
triwulan II menjadi sebesar 2,87% (yoy).
Namun demikian, perlambatan kinerja
konsumsi masih dapat ditekan dengan
peningkatan kinerja investasi dan
konsumsi rumah tangga & swasta yakni
masing-masing mengalami peningkatan
sebesar 15,98% (yoy) dan 3,45% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yakni
sebesar -1,54% (yoy) dan 2,90% (yoy). Meskipun secara umum kinerja konsumsi
mengalami perlambatan, dilihat dari andilnya, kinerja konsumsi masih menjadi
penopang bagi perekonomian NTT terutama kinerja konsumsi rumah tangga dan
swasta.
1. Konsumsi
Musim libur sekolah, tahun ajaran baru dan perayaan Idul Fitri
meningkatkan konsumsi rumah tangga di NTT. Laju pertumbuhan konsumsi
rumah tangga pada periode laporan tumbuh sebesar 3,25% (yoy), meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 2,70% (yoy). Cukup baiknya
konsumsi rumah tangga tersebut disebabkan tiga faktor yang terjadi dalam waktu
berdekatan yakni musim libur sekolah, tahun ajaran baru, dan perayaan Idul Fitri.
Hal tersebut salah satunya terkonfirmasi dari peningkatan indeks ketepatan waktu
Grafik 1.1 Perkembangan PDRB NTT
Grafik 1.3 Sumbangan Pertumbuhan
Sisi Penggunaan Triwulan III-2014
Grafik 1.2 Perkembangan Struktur PDRB NTT
Sumber : BPS, diolah
Sumber : BPS, diolah
0.00% 5.00% 10.00% 15.00% 20.00%
Perubahan Stok ImporEkspor PMTBKonsumsi Pemerintah Konsumsi NirlabaKonsumsi RT
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014 |
3
pembelian barang tahan lama (grafik 1.4). Konsumen juga merasakan adanya
kenaikan penghasilan rumah tangga serta peningkatan daya beli karena rendahnya
inflasi di triwulan laporan (grafik 1.5).
Sementara itu, konsumsi rumah tangga secara triwulanan mengalami
peningkatan cukup signifikan yakni 4,04% (qtq) dibandingkan triwulan
sebelumnya yang sebesar -7,25% (qtq). Peningkatan tersebut terjadi pada seluruh
subkomponen dengan peningkatan tertinggi berasal dari subkomponen konsumsi
pemerintah yang mencapai 16,21% (qtq). Mulai optimalnya realisasi anggaran
pemerintah (34,78%) menjadi salah satu faktor utama peningkatan tersebut.
Sementara secera triwulanan, konsumsi rumah tangga mengalami peningkatan,
yakni dari 1,28% (qtq) menjadi sebesar 1,48% (qtq).
85.00
90.00
95.00
100.00
105.00
110.00
115.00
120.00
I II III IV I II III
2013 2014
92
94
96
98
100
102
104
106
108
110
112
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
Indeks
Sumber : BPS Provinsi Nusa Tenggara Timur
Pendapatan RT ITK
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
25.00%
30.00%
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
Kredit Konsumsi (miliar Rp) y-o-y konsumsi
Sumber : PLN Wilayah NTT, diolah
Grafik 1.6 Konsumsi Listrik Bisnis Grafik 1.7 Kredit Konsumsi
Grafik 1.4 Indeks Pembelian Barang Tahan Lama Grafik 1.5 Indeks Tendensi Konsumen &
Pendapatan RT
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014 |
4
Komponen konsumsi swasta nirlaba mengalami peningkatan pada
triwulan laporan. Pertumbuhan konsumsi swasta nirlaba meningkat pada triwulan
III-2014 yakni dari 6,64% (yoy) menjadi sebesar 7,24% (yoy). Kegiatan yang
dilakukan oleh swasta nirlaba (antara lain dari partai politik) terkait Pemilihan
Presiden (Pilpres) memberikan dorongan terhadap konsumsi swasta nirlaba. Secara
triwulanan, pertumbuhan konsumsi swasta nirlaba masih tumbuh positif namun
tidak setinggi triwulan lalu yakni dari 5,35% (qtq) menjadi sebesar 3,46% (qtq).
Perlambatan tersebut dikarenakan konsumsi swasta nirlaba terkait Pilpres
mayoritas terjadi di awal triwulan III. Sedangkan dipertengahan dan akhir triwulan
III merupakan masa tenang Pemilu. Peningkatan konsumsi listrik sektor bisnis
triwulan III secara keseluruhan sebesar 13,89% (yoy) namun kondisi tersebut
mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai
21,27%.
Konsumsi pemerintah mengalami perlambatan cukup dalam pada
triwulan laporan. Konsumsi pemerintah tercatat hanya tumbuh 0,71% (yoy), jauh
lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,12%
(yoy). Hal ini terkonfirmasi dari hasil liaison bahwa realisasi pembayaran gaji ke-13
yang terjadi di triwulan sebelumnya menjadi salah satu penyebabnya.
Melambatnya konsumsi juga tercermin dari peningkatan giro pemerintah di
perbankan, menunjukkan pencairan yang masih terbatas di triwulan III-2014. Data
realisasi APBD Provinsi NTT sampai dengan triwulan III-2014, menunjukkan
pendapatan telah terealisasi sebesar 76,29% dan realisasi belanja mencapai
62,16%.
Grafik 1.8 Perkembangan IKE Grafik 1.9 Perkembangan Listrik RT
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014 |
5
2. Investasi
Kinerja investasi pada
periode laporan mengalami
peningkatan cukup signifikan.
Secara tahunan, Pembentukan
Modal Tetap Bruto (PMTB)
mengalami peningkatan secara
signifikan yakni dari 4,41% (yoy)
pada triwulan sebelumnya menjadi
sebesar 14,58% (yoy). Peningkatan
kinerja investasi di NTT terindikasi dari pertumbuhan ekonomi sektor bangunan
yakni dari 3,97% (yoy) menjadi sebesar 4,05% (yoy). Hal ini juga terkonfirmasi dari
tingkat konsumsi semen pada triwulan III yang meningkat cukup signifikan yakni
sebesar 37,63% (yoy) lebih tinggi dbandingkan triwulan lalu yang sebesar 2,81%
(yoy) (grafik 1.10). Secara triwulanan pun kinerja investasi mengalami peningkatan
cukup signifikan yakni dari 14,49% (qtq) menjadi sebesar 19,15% (qtq). Indikasi
peningkatan investasi juga terkonfirmasi dari Badan Koordinasi Penanaman Modal
Daerah (BKPMD) Provinsi NTT yang menyatakan realisasi investasi hingga
September 2014 hampir mencapai target sebesar Rp 2 triliun melalui realisasi
beberapa proyek swasta seperti rumah sakit, hotel dan pabrik garam.
Sementara itu, realisasi investasi bentuk Penanaman Modal Asing (PMA)
sampai dengan triwulan laporan adalah sebesar Rp 390 miliar dan US$59,17 juta.
Sedangkan realisasi investasi dalam bentuk Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN) di triwulan laporan tercatat sebesar Rp 678 miliar dan US$41 ribu.
Tabel 1.1. Penanaman Modal di NTT
Nilai PMA PMDN Total
RP 390,257,958,604 678,678,198,241 1,068,936,156,845
US$ 59,165,580 41,216 59,206,796
Sumber : KBI Kupang
Grafik 1.10 Konsumsi Semen
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
-
50
100
150
200
250
300
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2011 2012 2013 2014
Rib
u t
on
Konsumsi Semen yoy (axis kanan)
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014 |
6
Grafik 1.12 PDRB Ekspor - Impor
Grafik 1.11 Negara Tujuan Ekspor
-20.00%
-15.00%
-10.00%
-5.00%
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
25.00%
30.00%
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2011 2012 2013 2014
Net Ekspor (Impor)
Ekspor-yoy
Impor-yoy
3. Net Ekspor
Kondisi perdagangan dari dan ke Provinsi NTT lebih baik dari triwulan
sebelumnya. Peningkatan kinerja ekspor yang lebih baik dibandingkan kinerja
impor menyebabkan terjadinya net ekspor secara umum. Pada triwulan laporan,
net ekspor tercatat sebesar 6,78% (yoy) mengalami peningkatan dibandingkan
triwulan sebelumnya yang mencatatkan net impor sebesar -5,07% (yoy).
Ekspor pada triwulan laporan meningkat signifikan. Pertumbuhan ekspor
NTT tumbuh sebesar 11,54% (yoy) mengalami peningkatan dibandingkan triwulan
sebelumnya yang sebesar 6,23% (yoy). Peningkatan tersebut terutama disebabkan
oleh peningkatan aktivitas ekspor antar daerah yakni dari sebesar 8,74% (yoy)
menjadi sebesar 13,12% (yoy). Hal tersebut terkonfirmasi dari aktivitas muat di
pelabuhan tenau (grafik 1.13) yang tumbuh sebesar -69,01% (yoy) meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar -70,49% (yoy).
Dari sisi ekspor antar negara,
Kinerja ekspor luar negeri pada
triwulan laporan mengalami
peningkatan yakni dari semula
-56,30% (yoy) menjadi sebesar
33,85% (yoy) Timor Leste menjadi
tujuan utama ekspor NTT pada
triwulan laporan dimana komoditas
ekspor yang dominan adalah
komoditas semen. Volume ekspor luar
negeri pada triwulan laporan mencapai
17,27 ribu ton atau meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya
yang mencapai 16,60 ribu ton.
Sumber : BPS Provinsi NTT, diolah
Sumber : KPw BI Prov. NTT
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014 |
7
-100.00%
-80.00%
-60.00%
-40.00%
-20.00%
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
120.00%
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
Net Loading - yoyUnloading - yoyLoading - yoy
Kinerja impor pada triwulan laporan mengalami peningkatan. Kinerja
impor tumbuh sebesar 9,04% (yoy) meningkat signifikan dibandingkan triwulan
lalu yang hanya sebesar 0,60% (yoy). Peningkatan kinerja impor terutama
didorong oleh impor antar daerah yang seiring momen libur sekolah, tahun ajaran
baru dan kegiatan keagamaan (Ramadhan). Hal ini terkonfirmasi dari peningkatan
jumlah peti kemas di pelabuhan tenau (grafik 1.17) yang mengalami peningkatan
yakni dari 2,57% (yoy) menjadi sebesar 12,75% (yoy).
Secara triwulanan, kinerja ekspor di NTT mengalami perlambatan
sementara impor meningkat. Aktivitas ekspor NTT melambat yakni dari 15,18%
(qtq) menjadi sebesar 12,05% (qtq). Hal tersebut terutama disebabkan oleh
perlambatan ekspor antar daerah yakni dari 15,87% (qtq) menjadi sebesar
12,01% (qtq). Sementara kinerja impor mengalami peningkatan cukup signifikan
yakni dari 15,11% (qtq) menjadi sebesar 22,06% (qtq) terutama impor antar
daerah yang tumbuh sebesar 22,31% (qtq) pada periode laporan.
11..33 PPeerrkkeemmbbaannggaann EEkkoonnoommii SSiissii SSeekkttoorraall
Perlambatan ekonomi NTT triwulan III-2014 sisi sektoral bersumber dari
perlambatan sektor pertanian dan jasa-jasa. Sektor pertanian dan sektor jasa-
jasa yang memiliki andil terbesar yakni masing-masing sebesar 32,42% dan
27,29% memberikan dampak signifikan terhadap perlambatan perekonomian NTT
pada triwulan laporan. Sementara itu, sektor PHR yang yang memiliki andil
terbesar setelah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengalami peningkatan.
-20%
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
-
2,500
5,000
7,500
10,000
12,500
15,000
17,500
20,000
22,500
25,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2011 2012 2013 2014Bo
x
Peti kemas yoy (axis kanan)
Grafik 1.13 Perkembangan Bongkar Muat
Sumber : PT Pelindo Tenau
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014 |
8
1. Sektor Pertanian
Gangguan panen tanaman
bahan makanan sebagai akibat
adanya El-Nino menjadi faktor
utama perlambatan sektor
pertanian. Pada periode laporan
tercatat pertumbuhan sektor
pertanian sebesar 2,00% (yoy)
melambat dibanding kinerja
triwulan sebelumnya yang sebesar
2,93% (yoy). Berdasarkan
subsektor pembentuknya, andil
cukup tinggi terhadap sektor pertanian berasal dari subsektor tanaman bahan
makanan (tabama) dan subsektor peternakan yakni masing-masing tercatat
sebesar 44,51% dan 31,59% pada triwulan III-2014 (grafik 1.18). Pada triwulan
laporan, subsektor tabama mengalami perlambatan cukup signifikan yakni dari
semula 1,37% (yoy) menjadi sebesar -0,07% (yoy). Selain itu, subsektor
peternakan pun turut mengalami perlambatan yakni dari 4,55% (yoy) menjadi
sebesar 3,73% (yoy). Perlambatan subsektor peternakan salah satunya disebabkan
oleh pembatasan penjualan sapi antar pulau yang hampir memenuhi kuota tahun
ini sebesar 60 ribu ekor per tahun. Hal ini terkonfirmasi dari perkembangan
pengiriman ternak pada triwulan III tercatat turun sebesar 55,63% (yoy)
dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Selain itu, kekeringan yang
berkepanjangan sebagai dampak El-Nino menyebabkan banyak ternak mati.
44.51%
12.03%
31.59%
0.71%
11.15%
Tanaman Bahan Makanan Tanaman PerkebunanPeternakan KehutananPerikanan
-80%
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
-
2,500
5,000
7,500
10,000
12,500
15,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2011 2012 2013 2014
Ek
or
Loading Ternak yoy (axis kanan)
Grafik 1.16 Perkembangan Pengiriman Ternak Grafik 1.15 Andil Subsektor Pertanian
Grafik 1.14 Pertumbuhan Subsektor Pertanian
Sumber : BPS Provinsi NTT, diolah
1.37%
3.95%
4.55%
3.82%
4.52%
-0.07%
3.12%
3.73%3.40%
4.42%
Tanaman BahanMakanan
TanamanPerkebunan
Peternakan Kehutanan Perikanan
Q2-14 Q3-14
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014 |
9
Grafik 1.18 pertumbuhan Kredit Pertanian
Perlambatan sektor pertanian terkonfirmasi juga dari kacamata pelaku
usaha. Hasil SKDU pada triwulan III mengkonfirmasi perlambatan sektor pertanian.
Menurut pelaku usaha, kapasitas produksi sektor pertanian pada triwulan III
sebesar 56,63% atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang
mencapai 61,50% (grafik 1.20). Begitu pula dari sisi perkembangan kredit sektor
pertanian, pada triwulan III mengalami perlambatan dibandingkan triwulan
sebelumnya, yakni dari semula 132,52% (yoy) menjadi sebesar 89,86% (yoy)
akibat mundurnya musim tanam. Meskipun demikian, porsi kredit sektor pertanian
di NTT masih mengalami trend peningkatan sejak triwulan II-2012 sampai sekarang
(grafik 1.18).
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
Tw I Tw II Tw IIITw IV Tw I Tw II Tw IIITw IV Tw I Tw II Tw III
2012 2013 2014 0.00%
0.20%
0.40%
0.60%
0.80%
1.00%
1.20%
1.40%
1.60%
1.80%
-100.00%
0.00%
100.00%
200.00%
300.00%
400.00%
500.00%
600.00%
700.00%
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
Kredit Pertanian-yoy
Kredit pertanian terhadaptotal (distribusi)
Secara triwulanan sektor pertanian juga mengalami perlambatan. Pada
triwulan III-2014, sektor pertanian NTT mengalami perlambatan cukup dalam yakni
dari 2,46% (qtq) menjadi sebesar -1,77% (qtq). Perlambatan tersebut terutama
disebabkan oleh perlambatan subsektor tabama yakni dari semula 2,19% (qtq)
pada triwulan II menjadi sebesar -8,71% (qtq). Gangguan panen sebagai dampak
El-Nino menjadi faktor utama berkurangnya produksi subsektor tabama di triwulan
ini. Namun demikian, subsektor lainnya hampir semuanya mengalami peningkatan
dengan peningkatan tertinggi berasal dari subsektor perikanan. Pada triwulan III
kinerja subsektor perikanan tercatat sebesar 6,85% (qtq), meningkat dibandingkan
triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 4,78% (qtq). Meningkatnya aktivitas
nelayan paska Ramadhan di awal triwulan III serta kondusifnya kondisi cuaca
menjadi faktor penyebabnya. Subsektor peternakan terutama sapi pun meningkat
pada triwulan laporan yakni dari 2,32% (qtq) menjadi sebesar 4,00% (qtq).
Grafik 1.17 Kapasitas Produksi Pertanian
Sumber : SKDU Bank Indonesia NTT
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014 |
10
Sumber: BPS Diolah
Berdasarkan informasi dari peternak di Kabupaten Malaka dan Kota Kupang
bahwa produksi sapi tahun ini mengalami peningkatan.
2. Sektor Jasa-jasa
Sektor jasa-jasa tumbuh
lebih rendah pada triwulan
laporan. Pertumbuhan sektor jasa-
jasa tercatat sebesar 6,69% (yoy)
melambat dibandingkan triwulan
sebelumnya yang sebesar 7,15%
(yoy). Secara subsektornya,
perlambatan terjadi disemua
subsektor. Subsektor pemerintah
yang memiliki share tertinggi
melambat dari 7,66% (yoy) menjadi sebesar 7,38% (yoy). Tahun ajaran baru yang
terjadi di awal triwulan belum mampu mendongkrak kinerja subsektor jasa
pemerintahan. Bagitu pula subsektor jasa swasta turut mengalami perlambatan
yakni dari 5,55% (yoy) menjadi sebesar 4,47% (yoy). Musim liburan sekolah yang
juga terkonsentrasi di triwulan II menjadi faktor utama perlambatan.
Secara triwulanan, sektor jasa-jasa
tumbuh sebesar 6,35% (qtq), meningkat bila
dibandingkan triwulan lalu yang tercatat
sebesar 5,59% (qtq). Berdasarkan
subsektornya, jasa pemerintahan mengalami
peningkatan cukup signifikan yakni dari
5,98% (qtq) menjadi sebesar 7,28% (qtq).
Sementara subsektor jasa swasta melambat
dari 4,38% (qtq) menjadi sebesar 3,28% (qtq). Perlambatan subsektor jasa swasta
terkonfirmasi dari hasil SKDU triwulan III yang melambat dari 19,40 poin menjadi
18,76 poin (grafik 1.20).
Grafik 1.19 Share Sektor Jasa-jasa
76.75%Pemerinta
han
15,35%Sosial Kemasyarakatan
7,78%Perorangan
0,11%Hiburan & Rekreasi
23,25%Swasta
-5.00
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
Tw I Tw II Tw IIITw IV Tw I Tw II Tw IIITw IV Tw I Tw II Tw III
2012 2013 2014
Grafik 1.20 Hasil SKDU Sektor Jasa
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014 |
11
3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)
Musim liburan sekolah dan
momen keagamaan (Ramadhan)
mendorong peningkatan sektor PHR.
Laju pertumbuhan sektor PHR pada
periode laporan sebesar 8,57% (yoy),
meningkat dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 5,84%
(yoy). Peningkatan kinerja sektor PHR
terjadi hanya pada subsektor
perdagangan yakni dari sebesar 5,77%
(yoy) menjadi sebesar 8,60% (yoy). Sementara subsektor hotel dan restoran justru
melambat yakni masing-masing dari 8,45% (yoy) dan 8,30% (yoy) menjadi sebesar
7,03% (yoy) dan 7,84% (yoy). Peningkatan pada subsektor perdagangan terutama
didorong oleh musim liburan sekolah, tahun ajaran baru, dan juga momen
keagamaan yang terjadi berdekatan. Hal ini terkonfirmasi dari perkembangan peti
kemas di pelabuhan Tenau yang pada triwulan laporan meningkat 12,75% (yoy)
lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 2,57% (yoy)
(grafik 1.22). Begitu pula dengan perkembangan kredit subsektor perdagangan,
mengalami peningkatan yakni dari 18,96% (yoy) menjadi 20,63% (yoy) dengan
porsi kredit sebesar 24,75%.
-20%
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
-
2,500
5,000
7,500
10,000
12,500
15,000
17,500
20,000
22,500
25,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2011 2012 2013 2014Bo
x
Peti kemas yoy (axis kanan)
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
25.00%
30.00%
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
Kredit Perdagangan - yoy Distribusi Perdagangan
Secara triwulanan, laju pertumbuhan sektor PHR mengalami perlambatan
yakni dari sebesar 8,54% (qtq) pada triwulan laporan menjadi sebesar 7,90%
(qtq). Perlambatan tersebut secera umum disebabkan oleh melambatnya subsektor
Grafik 1.23 Perkembangan Subsektor Perdagangan
Sumber PT Pelindo Tenau
Grafik 1.22 Perkembangan Peti Kemas
5.77%
8.45% 8.30%8.60%
7.03%7.84%
0.00%
2.00%
4.00%
6.00%
8.00%
10.00%
PerdaganganBesar & Eceran
Hotel Restoran
Yo
Y
Q2-14 Q3-14
Grafik 1.21 Petumbuhan Subsektor PHR
Sumber BPS diolah
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014 |
12
perdagangan pada triwulan laporan yakni dari 8,67% (qtq) menjadi sebesar
7,93% (qtq). Hal tersebut terkonfirmasi dari hasil Survei Penjual Eceran (SPE)
triwulan III mengalami perlambatan baik dari sisi omset maupun penjualan (grafik
1.24). Sementara itu, subsektor hotel dan restoran mengalami peningkatan pada
triwulan III yakni masing-masing sebesar 8,10% (qtq) dan 5,82% (qtq).
Pelaksanaan Meeting, Incentive, Conference, Exhibition (MICE) menjadi salah satu
faktor pendorong peningkatan subsektor tersebut.
-25.00%
-20.00%
-15.00%
-10.00%
-5.00%
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
25.00%
30.00%
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
Omset (qtq)
Penjualan (qtq)
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
2,000
7,000
12,000
17,000
22,000
27,000
32,000
37,000
42,000
47,000
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
Jumlah Tamu(orang)
Tingkat HunianKamar (%)
4. Sektor Lainnya
Sektor pengangkutan dan
komunikasi mengalami perlambatan.
Laju pertumbuhan sektor pengangkutan
dan komunikasi sebesar 3,97% (yoy),
melambat dibandingkan triwulan
sebelumnya yang mencapai 5,14% (yoy).
Perlambatan tersebut terutama
disebabkan oleh perlambatan subsektor
pengangkutan yang melambat dari 4,37%
(yoy) menjadi sebesar 3,42% (yoy) dengan
porsi terbesar terhadap sektor tersebut sebesar 75,93%. Sementara secara
triwulanan, pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami
peningkatan cukup tinggi yakni sebesar 5,49% (qtq) dari sebelumnya yang hanya
sebesar 2,15% (qtq). Peningkatan tersebut terutama berasal dari subsektor
pengangkutan yang meningkat sebesar 5,24% (qtq). Hal tersebut terkonfirmasi
Sumber BPS diolah
Grafik 1.25 Jumlah Tamu & Hunian Kamar Grafik 1.24 Perkembangan Omzet dan Penjualan
Grafik 1.26 Arus Penumpang
Sumber : BPS Provinsi NTT
-
100
200
300
400
500
600
700
Tw
IV
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
Tw
II
2011 2012 2013 2014
rib
u o
ra
ng
Datang Pergi Total
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014 |
13
dari arus penumpang yang mengalami peningkatan yang sebesar 19,72% (qtq)
(grafik 1.26).
Sektor bangunan mengalami peningkatan. Laju pertumbuhan sektor
bangungan meningkat dibanding kinerja triwulan sebelumnya yakni dari 3,97%
(yoy) menjadi sebesar 4,05% (yoy). Hal tersebut terkonfirmasi dari peningkatan
konsumsi semen (1.10) dan konsumsi listrik industri & swasta (grafik 1.6). Namun
demikian, secara triwulanan, sektor bangunan mengalami perlambatan pada
triwulan laporan yakni dari 6,59% (qtq) menjadi sebesar 3,90% (qtq).
Indikator
Utama I II III IV I II III IV I II III
Aset (miliar) 17,971 18,334 19,719 20,151 21,271 21,555 22,357 22,771 23,660 26,753 27,487
y-o-y aset 28.59% 21.22% 20.61% 19.35% 18.36% 17.56% 13.38% 13.00% 11.23% 24.12% 22.94%
Kredit (miliar) 10,632 11,564 12,222 12,702 13,025 14,074 14,810 15,174 15,341 16,241 16,838
y-o-y kredit 27.47% 27.02% 24.32% 22.88% 22.51% 21.70% 21.18% 19.46% 17.79% 15.40% 13.69%
DPK (miliar) 13,575 14,452 14,914 15,070 15,533 16,020 16,134 16,649 17,328 19,115 19,367
y-o-y DPK 24.49% 25.23% 24.77% 16.84% 14.42% 10.85% 8.18% 10.48% 11.56% 19.32% 20.04%
LDR 78.32% 80.02% 81.95% 84.29% 83.85% 87.85% 91.80% 91.14% 88.54% 84.97% 86.94%
NPL 1.68% 1.54% 1.63% 1.43% 1.64% 1.49% 1.56% 1.39% 1.53% 1.42% 1.63%
20142012 2013
(dalam miliar)
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
1. PERTANIAN 1,204.36 1,236.67 1,229.20 1,239.65 1,236.52 1,270.10 1,258.99 1,274.61 1,275.94 1,307.30 1,284.19
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 43.05 45.41 49.42 50.15 45.62 48.32 51.25 52.20 47.88 50.70 54.40
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 46.50 48.26 51.18 52.52 47.21 49.71 52.85 54.34 49.41 51.67 54.52
4. L ISTRIK, GAS & AIR BERSIH 14.61 15.02 16.08 16.88 15.93 16.09 17.20 18.07 16.91 17.50 16.99
5. BANGUNAN 201.68 219.19 232.02 236.30 214.69 232.54 241.43 246.69 226.82 241.78 251.20
6. PERDAGANGAN, RESTORAN, HOTEL 573.04 614.31 639.65 654.54 612.01 661.48 695.83 712.28 645.05 700.13 755.43
7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 250.59 256.46 269.79 273.67 265.83 267.05 284.88 290.63 274.86 280.78 296.19
8. KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PRSHN 125.32 134.23 143.67 151.66 135.41 144.55 157.96 166.66 145.46 155.25 167.41
834.65 876.61 941.24 982.21 897.67 948.65 1,013.26 1,047.55 962.69 1,016.50 1,081.04
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 3,293.80 3,446.15 3,572.27 3,657.56 3,470.90 3,638.49 3,773.66 3,863.01 3,645.03 3,821.61 3,961.38
LAPANGAN USAHA20142012 2013
Tabel 1.3 Perkembangan PDRB Sisi Sektoral
Sumber : BPS diolah
Tabel 1.2 Kinerja Perbankan NTT
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014 |
14
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
1. PERTANIAN 2.78% 2.99% 3.70% 3.10% 2.67% 2.70% 2.42% 2.82% 3.19% 2.93% 2.00%
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 6.54% 5.78% 7.35% 6.70% 5.97% 6.41% 3.69% 4.10% 4.97% 4.92% 6.15%
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 4.96% 3.90% 5.57% 5.44% 1.53% 3.02% 3.26% 3.48% 4.65% 3.94% 3.16%
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 6.25% 4.91% 5.49% 4.82% 9.07% 7.10% 6.96% 7.02% 6.13% 8.77% -1.23%
5. BANGUNAN 8.52% 5.08% 8.38% 8.25% 6.45% 6.09% 4.05% 4.39% 5.65% 3.97% 4.05%
6. PERDAGANGAN, RESTORAN, HOTEL 7.22% 6.34% 7.50% 7.60% 6.80% 7.68% 8.78% 8.82% 5.40% 5.84% 8.57%
7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 6.82% 5.19% 5.58% 4.86% 6.08% 4.13% 5.59% 6.20% 3.39% 5.14% 3.97%
8. KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PRSHN 7.32% 8.15% 7.85% 7.36% 8.05% 7.69% 9.95% 9.89% 7.42% 7.41% 5.98%
6.75% 5.93% 6.77% 6.34% 7.55% 8.22% 7.65% 6.65% 7.24% 7.15% 6.69%
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 5.44% 4.87% 5.86% 5.47% 5.38% 5.58% 5.64% 5.62% 5.02% 5.03% 4.97%
LAPANGAN USAHA20142012 2013
(angka dalam milyar)
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
1. KONSUMSI RUMAH TANGGA 2,713.11 2,842.13 2,958.40 3,036.34 2,811.76 2,986.59 3,014.68 3,087.95 3,028.69 3,067.32 3,112.64
2. KONSUMSI SWASTA NIRLABA 138.99 149.03 154.37 163.91 145.62 155.17 159.63 164.76 157.07 165.46 171.20
3. KONSUMSI PEMERINTAH 590.45 682.47 764.50 870.05 643.67 728.31 858.02 905.74 671.33 780.14 864.12
4. PMTB/ INVESTASI 472.90 552.71 581.23 621.11 504.24 594.18 645.09 660.71 541.84 620.35 739.15
5. EKSPOR & ANTAR PULAU KELUAR 875.66 970.88 1,022.61 1,101.46 946.44 1,046.94 1,117.30 1,138.02 965.60 1,112.20 1,246.23
6. IMPOR & ANTAR PULAU MASUK 1,555.95 1,964.51 2,246.21 2,404.60 1,640.45 2,087.04 2,350.21 2,470.58 1,823.96 2,099.60 2,562.72
7. PERUBAHAN STOK* 58.63 213.43 337.37 269.29 59.62 214.35 329.14 376.41 104.47 175.73 390.76
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 3,293.80 3,446.15 3,572.27 3,657.56 3,470.90 3,638.49 3,773.66 3,863.01 3,645.03 3,821.61 3,961.38
PENGGUNAAN2012 2013 2014
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
1. KONSUMSI RUMAH TANGGA 2.65% 5.53% 6.74% 7.87% 3.64% 5.08% 1.90% 1.70% 7.72% 2.70% 3.25%
2. KONSUMSI SWASTA NIRLABA 7.64% 8.66% 7.18% 7.53% 4.77% 4.12% 3.41% 0.52% 7.86% 6.64% 7.24%
3. KONSUMSI PEMERINTAH 4.10% 6.25% 1.06% 5.10% 9.01% 6.72% 12.23% 4.10% 4.30% 7.12% 0.71%
4. PMTB/ INVESTASI 15.75% 12.30% 7.09% 8.61% 6.63% 7.50% 10.99% 6.37% 7.46% 4.41% 14.58%
5. EKSPOR & ANTAR PULAU KELUAR 6.80% 9.31% 0.62% 3.64% 8.08% 7.83% 9.26% 3.32% 2.03% 6.23% 11.54%
6. IMPOR & ANTAR PULAU MASUK -4.80% 2.11% 0.04% 5.60% 5.43% 6.24% 4.63% 2.74% 11.19% 0.60% 9.04%
7. PERUBAHAN STOK* -69.22% -40.21% -13.21% -14.57% 1.68% 0.43% -2.44% 39.78% 75.22% -18.01% 18.72%
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 5.44% 4.87% 5.86% 5.47% 5.38% 5.58% 5.64% 5.62% 5.02% 5.03% 4.97%
PENGGUNAAN2012 2013 2014
Tabel 1.4 Pertumbuhan Tahunan PDRB Sisi Sektoral
Sumber : BPS diolah
Tabel 1.5 Perkembangan PDRB Sisi Penggunaan
Sumber : BPS diolah
Tabel 1.6 Pertumbuhan Tahunan PDRB Sisi Penggunaan
Sumber : BPS diolah
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014 |
15
DAYA TARIK INVESTASI DI NTT
Salah satu program yang dicanangkan oleh Pemerintah adalah Masterplan
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025.
MP3EI mensyaratkan pemerintah menjadi motor penciptaan konektivitas antar
wilayah yang diwujudkan dalam bentuk: 1) Merealisasikan sistem yang terintegrasi
antara logistik nasional, sistem transportasi nasional, pengembangan wilayah, dan
sistem komunikasi dan informasi; 2) Identifikasi simpul-simpul transportasi
(transportation hubs) dan distribution centers untuk memfasilitasi kebutuhan logistik
bagi komoditi utama dan penunjang; 3) Penguatan konektivitas intra dan antar
koridor dan konektivitas internasional (global connectivity); 4) Peningkatan jaringan
komunikasi dan teknologi informasi untuk memfasilitasi seluruh aktifitas
ekonomi,aktivitas pemerintahan, dan sektor pendidikan nasional.
Dalam program MP3EI, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) bersama NTB
dan Bali termasuk salah satu dari 5 (lima) Koridor Ekonomi (KE). Koridor Ekonomi
NTT memiliki tema pembangunan sebagai pintu gerbang pariwisata dan pendukung
pangan Nasional melalui kegiatan-kegiatan ekonomi utama pada sektor pariwisata,
peternakan dan perikanan. Apabila melihat kontribusi sektoral terhadap PDRB
Provinsi NTT beberapa tahun terakhir, terlihat bahwa sektor pertanian masih
mendominasi kemudian disusul sektor jasa dan sektor perdagangan, hotel dan
restoran seperti pada tabel dibawah ini:
Tabel Struktur PDRB Menurut Sektor Ekonomi
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014*
Pertanian 39.89% 39.52% 38.74% 37.56% 35.92% 35.15% 34.18% 33.88%
Pertambangan & Penggalian 1.31% 1.30% 1.29% 1.35% 1.33% 1.35% 1.34% 1.34%
Industri Pengolahan 1.58% 1.51% 1.50% 1.46% 1.43% 1.42% 1.38% 1.36%
Listrik, Gas & Air Bersih 0.39% 0.39% 0.40% 0.42% 0.45% 0.45% 0.46% 0.45%
Bangunan 6.45% 6.34% 6.30% 6.20% 6.24% 6.37% 6.34% 6.30%
Perdagangan, Restoran &
Hotel16.33% 16.42% 16.55% 17% 17.47% 17.76% 18.19% 18.36%
Pengangkutan & Komunikasi 7.13% 7.31% 7.36% 7.44% 7.51% 7.52% 7.52% 7.45%
Keuangan, Persewaan & Jasa
Perusahaan3.59% 3.52% 3.66% 3.77% 3.89% 3.97% 4.10% 4.09%
Jasa-Jasa 23.33% 23.58% 24.19% 24.80% 25.77% 26.02% 26.50% 26.77%
TahunSektor
*Data PDRB Triwulan III-2014
Sumber: BPS diolah
BOKS 1
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014 |
16
Kontribusi sektor pertanian merupakan yang terbesar dalam pembentukan
PDRB Provinsi NTT dengan mencapai 33,88% dari total PDRB Provinsi NTT sampai
Triwulan III-2014, diikuti dengan sektor jasa-jasa sebesar 26,77% dan sektor
Perdagangan, Restoran dan Hotel sebesar 18,36%.
Terkait dengan perkembangan investasi di Provinsi NTT, Kantor Perwakilan
Bank Indonesia Provinsi NTT bersama dengan Universitas Nusa Cendana telah
melakukan penelitian terkait Daya Tarik Investasi di Provinsi NTT. Berdasarkan
penelitian tersebut, diketahui bahwa Penanaman Modal Asing (PMA) di wilayah
Provinsi NTT terus mengalami kenaikan seiring dengan gencarnya promosi segitiga
emas (NTT; Indonesia RDTL Australia). Sektor yang mendominasi mendominasi
adalah sektor tersier dan sekunder, sedangkan rumpun sektor primer kurang
diminati investor asing. Di sisi lain, proyek investasi oleh Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN) mendominasi rumpun sektor primer dan sebagian kecil rumpun
sektor tersier, sedangkan rumpun sektor sekunder tidak diminati PMDN. Artinya,
sektor pertanian beserta sub-sektornya yang merupakan sektor unggulan sesuai
potensi SDA dan SDM di Provinsi NTT bukan menjadi daya tarik investor asing dalam
menanamkan modalnya di NTT, PMA lebih dominan menanamkan modalnya pada
sektor jasa dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Bila dikaitkan dengan
angka pertumbuhan ekonomi dan PDRB NTT maka terlihat dampak PMA pada
rumpun sektor tersier dimaksud. PEningkatan investasi dapat terlihat pada gambar
berikut:
Grafik Jumlah Proyek Investasi di Provinsi NTT Tahun 2011-2014
Keterangan :
Tahun 2010 BKPM baru
terbentuk sehingga belum
terdata
Tahun 2014 adalah data
triwulan II
Data tidak termasuk 10
kabupaten (TTU, Malaka,
Sabu Raijua, Nagekeo,
Ngada, Manggarai,
Manggarai Timur, Sumba
Timur, Sumba Barat dan
Sumba Tengah)
Sumber: BKPM
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014 |
17
Berdasarkan kesimpulan hasil kajian, diketahui pula bahwa faktor utama
yang menentukan daya tarik daerah terhadap investasi berdasarkan persepsi dunia
usaha di NTT adalah faktor kelembagaan dengan nilai persentase terbesar sebagai
daya tarik investasi yakni 22,54% diikuti oleh faktor infrastruktur 20,72%, faktor
sosial politik 20%, faktor keadaan perekonomian 18,41% dan faktor tenaga kerja
18,39%. Dari kondisi ini menunjukkan bahwa iklim investasi di Nusa Tenggara
Timur belum mencapai kondisi yang ideal di mana masih dominanya faktor policy
variable sebagai penentu daya tarik investasi bukannya endowment variabel yang
mestinya dijadikan patokan bertumbuhnya investasi.
Sebagai tindak lanjut kajian, telah pula diadakan Focus Group Discussion
(FGD) Daya Tarik Investasi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang diikuti oleh
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Provinsi NTT, asosiasi pengusaha dan civitas
akademika. Beberapa permasalahan investasi yang teridentifikasi dalam FGD,
diantaranya:
1. Belum adanya standarisasi dan sinkronisasi perizinan di daerah sebagai dampak
dari otonomi daerah seperti regulasi yang berbeda di setiap daerah.
2. Minimnya infrastruktur di NTT, terutama infrastruktur energi. Hal ini menjadi
salah satu pertimbangan investor dalam menanamkan investasinya.
3. Kepastian hukum, khususnya kepemilikan tanah. Status kepemilikan tanah di
NTT terutama tanah milik adat atau milik keluarga masih bias.
4. Minimnya pengetahuan dan kepedulian aparatur daerah terhadap Rencana Tata
Kelola dan Rencana Wilayah (RTRW).
5. Pusat data informasi (database) terkait potensi investasi di NTT yang belum
komprehensif.
Terkait permasalahan tersebut, telah didapatkan beberapa masukan dan solusi
permasalahan investasi di Provinsi NTT, yaitu:
1. Peraturan Presiden (PERPRES) terkait penggabungan pelayanan perizinan antara
Badan Koordinasi & Penanaman Modal (BKPM) dan Lembaga perizinan. Dalam
peraturan tersebut diatur bahwa penggabungan harus dilaksanakan selambat-
lambatnya dalam jangka waktu 6 bulan.
2. Sentralisasi regulasi antar pemerintah daerah, sehingga tidak ada perbedaan
regulasi di setiap daerah.
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014 |
18
3. Wacana pengambilalihan lahan oleh pemerintah daerah. Kebijakan seperti
status tanah yang menjadi potensi untuk berinvestasi.
4. Pemerintah daerah segera melaksanakan analisa RTRW daerah sehingga didapat
sentra-sentra ekonomi baru yang memiliki konektifitas ekonomi antar wilayah
serta melaksanakan sinkronisasi antar pemerintah daerah guna mendukung hal
tersebut.
5. Peningkatan informasi dalam database untuk membantu investor dalam
melakukan investasi. Adapun hal-hal yang dapat diperkaya seperti informasi
infrastruktur, regulasi, sosial, budaya, dan pemetaan potensi daerah.
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014
19
PPPEEERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNN IIINNNFFFLLLAAASSSIII
Hilangnya faktor teknikal kenaikan BBM tahun lalu serta normalnya
permintaan pasca Idul Fitri menyebabkan pencapaian inflasi triwulan III-
2014 cukup rendah.
Kelompok volatile foods dan administered memberikan andil tertinggi
terhadap penurunan inflasi triwulan III-2014.
Komoditas penghambat inflasi tertinggi berasal dari angkutan udara,
sementara pendorong inflasi berasal dari tarif listrik.
22..11 KKoonnddiissii UUmmuumm
Inflasi Nusa Tenggara Timur (NTT) pada triwulan III-2014 tercatat lebih
rendah bila dibandingkan triwulan sebelumnya maupun capaian inflasi
nasional. Inflasi tahunan pada periode laporan tercatat sebesar 4,13% (yoy) lebih
rendah dibandingkan inflasi periode sebelumnya yang sebesar 8,10% (yoy)
maupun inflasi nasional yang mencapai 4,53% (yoy).
Rendahnya pencapaian inflasi pada periode laporan terutama
disebabkan oleh hilangnya faktor teknikal kenaikan Bahan Bakar Minyak
(BBM) tahun 2013 dengan andil terhadap tekanan inflasi mencapai 2,73%
(yoy). Selanjutnya, koreksi harga pada semua kelompok terutama kelompok
administered prices dan bergejolak (volatile foods) turut memberikan dorongan
terhadap rendahnya pencapaian inflasi NTT. Selesainya momen Hari Raya Idul Fitri
dan musim liburan sekolah memberikan insentif laju inflasi kelompok administered
prices ke angka yang lebih rendah. Selain itu, normalnya tingkat permintaan
konsumen komoditas kelompok bergejolak serta pasokan yang mencukupi
terutama komoditas yang berasal dari daerah lain, turut memberikan andil laju
inflasi menjadi lebih rendah. Seiring perlambatan yang terjadi pada kelompok
administered prices dan volatile foods, laju inflasi kelompok inti (core) pun tercatat
lebih rendah.
Berdasarkan kota pembentuk inflasi, Kota Kupang yang memiliki bobot
terbesar terhadap pembentukan inflasi NTT mengalami penurunan
dibandingkan triwulan sebelumnya yakni dari sebesar 8,31% (yoy) menjadi
sebesar 4,27% (yoy). Pasca musim liburan sekolah dan Hari Raya Idul Fitri yang
disertai dengan kondisi cuaca yang kondusif memberikan dorongan cukup
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014
20
signifikan terhadap rendahnya laju inflasi Kota Kupang. Kondisi yang sama terjadi
di Kota Maumere yang mencatat inflasi sebesar 3,19% (yoy), lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 6,70% (yoy). Rendahnya inflasi
tersebut didorong oleh penurunan terutama pada kelompok bahan makanan dan
kelompok transportasi, keuangan & jasa keuangan.
I I I I I I IV I I I I I I
year on year
Nasional 5.90% 5.90% 8.40% 8.38% 7.32% 6.70% 4.53%
NTT 7.11% 5.26% 8.29% 8.41% 7.78% 8.10% 4.13%
Kupang 7.06% 5.56% 8.88% 8.84% 7.99% 8.31% 4.27%
Maumere 7.38% 3.73% 5.32% 6.24% 6.39% 6.70% 3.19%
quarter to quarter
Nasional 2.43% 0.90% 4.08% 0.75% 1.42% 0.57% 1.68%
NTT 2.74% -0.11% 4.06% 1.51% 1.76% 0.66% -0.11%
Kupang 3.02% -0.13% 4.21% 1.51% 1.87% 0.64% -0.11%
Maumere 1.33% 0.04% 3.25% 1.51% 1.06% 0.85% -0.07%
year to date
Nasional 2.43% 3.35% 7.57% 8.38% 1.42% 2.00% 3.71%
NTT 2.74% 2.63% 6.80% 8.41% 1.76% 2.44% 2.33%
Kupang 3.02% 2.88% 7.21% 8.84% 1.87% 2.52% 2.40%
Maumere 1.33% 1.37% 4.66% 6.24% 1.06% 1.91% 1.84%
2013 2014Inflasi
Pencapaian inflasi NTT berada
dibawah pencapaian inflasi nasional.
Inflasi NTT tercatat sebesar 4,13% (yoy)
lebih rendah dibandingkan inflasi
nasional yang sebesar 4,53% (yoy).
Turunnya harga tiket pesawat pasca Hari
Raya Idul Fitri dan Musim liburan sekolah
serta normalnya permintaan barang
yang diiringi pasokan yang mencukupi
secara signifikan mampu mendorong
laju inflasi NTT ke level yang lebih
rendah. Selain itu, ekspektasi masyarakat, baik konsumen maupun pedagang turut
berkontribusi dalam rendahnya laju inflasi NTT. Sementara itu, peningkatan TTL
dan LPG 12 Kg dampaknya tidak terlalu signifikan bila dibandingkan yang terjadi
secara nasional.
Sumber : BPS diolah
Sumber : BPS diolah
Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi di NTT
Sumber : BPS diolah
Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi NTT
Sumber : BPS diolah
0.00%
1.00%
2.00%
3.00%
4.00%
5.00%
6.00%
7.00%
8.00%
9.00%
10.00%
1 2 3 4 5 6 7 8 9
2014
Nasional (yoy) NTT (yoy)
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014
21
2.2 Perkembangan Inflasi NTT
Hilangnya faktor kenaikan BBM tahun lalu secara signifikan
berpengaruh terhadap penurunan inflasi tahunan NTT periode laporan. Inflasi
NTT pada triwulan laporan sebesar 4,13% (yoy), lebih rendah dibandingkan
triwulan sebelumnya yang sebesar 8,10% (yoy). Rendahnya laju inflasi pada
periode laporan dipengaruhi oleh hilangnya faktor teknikal kenaikan BBM tahun
lalu yang memiliki andil terhadap inflasi sekitar 2,73% (yoy). Penurunan hampir
seluruh kelompok komoditas inflasi (kecuali kelompok pendidikan, rekreasi &
olahraga) memberikan faktor dorongan tambahan terhadap rendahnya
pencapaian inflasi NTT Triwulan III. Kelompok bahan makanan dan kelompok
transportasi, komunikasi & jasa keuangan mengalami penurunan inflasi tertinggi
yakni dari 7,03% (yoy) dan 12,79% (yoy) menjadi sebesar 1,08% (yoy) dan 0,08%
(yoy).
Pada kelompok bahan makanan, komoditas yang mengalami
penurunan inflasi tertinggi adalah subkelompok ikan segar dan subkelompok
bumbu-bumbuan yakni dari 17,98% (yoy) dan -0,11% (yoy) menjadi sebesar
4,43% (yoy) dan -14,93% (yoy). Peningkatan aktivitas nelayan yang didukung
kondisi cuaca yang kondusif meningkatkan supply ikan segar di pasaran sehingga
mampu menekan perkembangan harga lebih rendah. Di sisi lain, panen yang
terjadi terutama bagi komoditas yang berasal dari luar daerah seperti panen
bawang merah dari Jawa Tengah dan panen cabai dari Bali menjadi faktor utama
rendahnya inflasi subkelompok bumbu-bumbuan.
I II III IV I II III
UMUM 7.11% 5.26% 8.29% 8.41% 7.78% 8.10% 4.13%
BAHAN MAKANAN 7.80% 2.16% 5.41% 4.57% 1.43% 7.03% 1.08%
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 9.19% 7.89% 10.87% 9.97% 9.46% 8.97% 4.98%
PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 8.27% 6.57% 6.69% 8.89% 10.06% 7.65% 6.86%
SANDANG 7.59% 5.94% 6.48% 5.71% 5.41% 5.31% 4.39%
KESEHATAN 2.40% 2.39% 4.59% 4.33% 4.48% 4.11% 2.36%
PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 6.45% 7.14% 5.31% 7.12% 7.23% 6.55% 8.05%
TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN 2.98% 7.33% 17.20% 16.22% 15.35% 12.79% 0.08%
2014Komoditas
2013
Tabel 2.2 Inflasi NTT per Kelompok Komoditas
Sumber : BPS diolah
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014
22
Selanjutnya, Dari sisi kelompok transportasi, komunikasi & jasa keuangan,
subkelompok transportasi mengalami penurunan paling signifikan yakni dari
17,45% (yoy) menjadi sebesar 0,09% (yoy). Hal ini disebabkan oleh penurunan
tiket pesawat pasca Idul Fitri dan liburan sekolah. Sementara itu, kelompok
pendidikan, rekreasi & olahraga mengalami peningkatan inflasi dari 6,55% (yoy)
menjadi sebesar 8,05% (yoy). Peningkatan tersebut secara dominan disebabkan
oleh peningkatan inflasi subkelompok pendidikan terutama biaya pendidikan
Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) seiring
tahun ajaran baru yang biasanya mengalami peningkatan setiap tahunnya.
-4.00% -3.00% -2.00% -1.00% 0.00% 1.00% 2.00% 3.00% 4.00% 5.00% 6.00%
UMUM
BAHAN MAKANAN
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK &…
PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB
SANDANG
KESEHATAN
PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA
TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K
Tw-III 2014 Tw-II 2014 Tw-III 5 th terakhir
0.96%
-0.71% -0.35%
-0.80%
-0.60%
-0.40%
-0.20%
0.00%
0.20%
0.40%
0.60%
0.80%
1.00%
1.20%
Jul Aug Sep
Inflasi triwulanan pada periode laporan lebih rendah dibandingkan
periode sebelumnya. Tercatat laju inflasi NTT sebesar -0,11% (qtq) atau
mengalami deflasi dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya yang mencapai
0,66% (qtq) dan rata-rata inflasi triwulan III lima tahun terakhir sebesar 2,42%.
Beberapa kelompok yang inflasi triwulanannya tercatat lebih rendah dibandingkan
triwulan sebelumnya maupun rata-rata lima tahun sebelumnya diantaranya
kelompok bahan makanan dan kelompok transportasi, komunikasi, & jasa
keuangan. Sementara kelompok yang inflasinya lebih tinggi berasal dari kelompok
pendidikan, rekreasi & olahraga.
Secara bulanan, inflasi periode laporan tercatat lebih rendah seiring
berakhirnya Idul Fitri. Hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada bulan Juli 2014,
memberikan tekanan cukup signifikan terhadap laju inflasi bulanan NTT. Tercatat
inflasi bulan Juli sebesar 0,96% (mtm) dengan andil tertinggi berasal dari
Grafik 2.2 Inflasi Triwulanan NTT Grafik 2.3 Inflasi Bulanan Triwulan III-2014 NTT
Sumber : BPS diolah Sumber : BPS diolah
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014
23
kelompok transportasi, komunikasi, & jasa keuangan terutama tarif angkutan
udara. Pada bulan Agustus, pasca Hari Raya Idul Fitri, terjadi deflasi cukup
signifikan yang mencapai -0,71% (mtm). Kembali normalnya permintaan
masyarakat terutama terhadap kelompok bahan makanan dan kelompok
transportasi, komunikasi, & jasa keuangan merupakan faktor utama rendahnya
pencapaian inflasi. Trend deflasi terus berlangsung pada bulan September yakni
sebesar -0,35% (mtm) meskipun tidak setinggi pencapaian deflasi bulan Agustus.
Subkelompok transprotasi terutama angkutan udara masih menjadi sumber deflasi
periode laporan disamping subkelompok bumbu-bumbuan dan sayur-sayuran.
-10.00%
-5.00%
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2012 2013 2014
SANDANG KESEHATAN
PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K
BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU
PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB UMUM
Grafik 2.4 Struktur Inflasi Bulanan NTT
Sumber : BPS diolah
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014
24
2.3 Disagregasi Inflasi
Rendahnya pencapaian inflasi NTT pada triwulan laporan disebabkan
oleh penurunan semua kelompok inflasi. Dari ketiga kelompok inflasi, kelompok
administered prices mengalami penurunan inflasi paling tinggi yakni dari 12,58%
(yoy) menjadi sebesar 2,94% (yoy). Sementara kelompok volatile foods dan
kelompok inti berada pada posisi kedua dan ketiga setelah kelompok administered
prices dengan laju masing-masing sebesar -1,76% (yoy) dan 0,25% (yoy).
Hilangnya faktor teknikal kenaikan BBM menjadi penyebab utama rendahnya
pencapaian inflasi periode laporan. Selain itu, penurunan tiket pesawat dan
normalnya permintaan pasca Idul Fitri turut memberikan andil terhadap rendahnya
inflasi.
-6
-1
4
9
14
19
24
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9
2011 2012 2013 2014
%,yoyInflasi IHK (yoy) Core
Adm Price Volatile Foods
Sumber: BPS (diolah menggunakan pendekatan sub kelompok)
(2)
0
2
4
6
8
10
12
14
16
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2011 2012 2013 2014
%,yoy Volatile Foods Adm Price Core
Sumber: BPS (diolah menggunakan pendekatan sub kelompok)
2.3.1 Kelompok Volatile Foods
Laju inflasi volatile foods tercatat lebih rendah dibandingkan periode
sebelumnya. Inflasi volatile foods turun dari 7,32% (yoy) menjadi sebesar 1,46%
(yoy). Rendahnya pencapaian inflasi volatile foods terutama didorong oleh
penurunan harga pada subkelompok ikan segar seiring peningkatan aktivitas
nelayan yang didukung kondisi cuaca kondusif. Selanjutnya, koreksi harga pada
subkelompok bumbu-bumbuan seiring panen yang terjadi terutama berasal dari
daerah lain seperti panen bawang merah di Jawa Tengah dan panen cabai di Bali.
Sementara dari NTT sendiri, panen bawang merah semakin mendorong laju inflasi
kelompok volatile foods lebih rendah.
2.3.2 Kelompok Administered Prices
Inflasi kelompok administered prices tercatat mengalami penurunan inflasi
paling signifikan. Setelah naik pada periode sebelumnya, inflasi kelompok ini pada
Grafik 2.5 Disagregasi Inflasi NTT
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014
25
triwulan III-2014 turun tajam dari 12,58% (yoy) menjadi sebesar 2,94% (yoy).
Andil terbesar penurunan kelompok ini berasal dari subkelompok transportasi
yakni dari 17,45% (yoy) menjadi sebesar 0,09% (yoy). Permintaan akan
transportasi udara yang kembali normal pasca hari raya Idul Fitri dan liburan
sekolah berdampak signifikan terhadap penurunan laju inflasi kelompok
administered prices. Sementara itu, dampak kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) di
bulan Juli belum cukup besar terhadap andil penurunan subkelompok transportasi
sehingga tidak begitu signifikan dampaknya terhadap laju inflasi kelompok ini
secara umum.
2.3.3 Kelompok Inti (core)
Laju inflasi kelompok inti mengalami penurunan namun tidak sebesar
penurunan kelompok lainnya. Pada periode laporan tercatat sebesar 5,12% (yoy)
lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yang sebesar 6,74% (yoy) dengan
andil 2,74% atau penyumbang terbesar diantara kelompok lainnya. Penurunan
tersebut terindikasikan dari subkelompok makanan jadi dan biaya tempat tinggal
yang memiliki bobot terbesar dengan laju inflasi masing-masing sebesar 3,30%
(yoy) dan 6,99% (yoy) lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yang
tercatat sebesar 4,41% (yoy) dan 8,67% (yoy). Sementara itu, dari sisi ekspektasi
relatif terjaga. Hasil survei menunjukkan indeks ekspektasi harga konsumen
cenderung mengalami penurunan. Sementara dari sisi pedagang ekspektasi harga
relatif stabil.
140.00
150.00
160.00
170.00
180.00
190.00
200.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2013 2014
3 Bulan YAD 6 Bulan YAD
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
140.00
160.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2013 2014
3 Bln YAD 6 Bln YAD
Grafik 2.6 Ekspektasi Konsumen Grafik 2.7 Ekspektasi Pedagang
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014
26
2.4 Inflasi NTT Berdasarkan Kota
2.4.1 Inflasi Kota Kupang
Hilangnya faktor teknikal BBM
memberikan dampak signfikan
terhadap rendahnya inflasi Kota
Kupang triwulan III-2014. Inflasi Kota
Kupang tercatat sebesar 4,27% (yoy)
atau lebih rendah dibandingkan
triwulan sebelumnya yang mencapai
8,31% (yoy). Faktor utama rendahnya
pencapaian inflasi Kota Kupang adalah
hilangnya faktor kenaikan BBM tahun
lalu. Berdasarkan kelompok pembentuk inflasi, kelompok bahan makanan dan
kelompok transportasi, komunikasi, & jasa keuangan tercatat mengalami
penurunan inflasi terendah yakni dari 7,01% (yoy) dan 13,17% (yoy) menjadi
sebesar 0,98% (yoy) dan 0,41% (yoy). dari sisi kelompok bahan makanan,
subkelompok ikan segar dan subkelompok bumbu-bumbuan mengalami
penurunan inflasi tertinggi yang pada periode laporan tercatat masing-masing
sebesar 6,21% (yoy) dan 14,00% (yoy). Sementara dari sisi kelompok transportasi,
komunikasi, & jasa keuangan, penurunan inflasi tertinggi berasal dari subkelompok
transportasi yakni dari 17,45% (yoy) menjadi sebesar 0,59% (yoy) terutama
penurunan tarif angkutan udara pasca Idul Fitri dan liburan sekolah.
Berdasarkan faktor ekspektasi, dari sisi konsumen, ekspektasi terhadap
perkembangan harga 3 bulan maupun 6 bulan cenderung lebih rendah bila
dibandingkan ekspektasi periode sebelumnya. Sementara dari sisi pedagang,
cenderung stabil.
Grafik 2.8 Perkembangan Inflasi Kupang
Sumber : BPS diolah
-2.00%
0.00%
2.00%
4.00%
6.00%
8.00%
10.00%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2013 2014
Kupang - mtm
Kupang - yoy
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014
27
I I I I I I IV I I I I I I
UMUM 7.06% 5.56% 8.88% 8.84% 7.99% 8.31% 4.27%
BAHAN MAKANAN 7.81% 2.88% 5.58% 4.90% 0.88% 7.01% 0.98%
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU9.19% 7.64% 11.48% 9.11% 8.88% 8.61% 3.89%
PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 8.61% 6.60% 7.50% 9.80% 11.15% 8.32% 7.53%
SANDANG 8.06% 6.45% 7.13% 6.23% 5.98% 5.60% 4.73%
KESEHATAN 2.21% 2.37% 4.85% 4.30% 4.56% 4.03% 2.30%
PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 3.34% 4.32% 5.61% 7.69% 7.69% 6.73% 9.11%
TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN3.39% 7.82% 17.37% 16.47% 15.60% 13.17% 0.41%
2013KOMODITAS
2014
Secara triwulanan, Kota
Kupang tercatat mengalami deflasi
sebesar -0,11% (qtq), lebih rendah
dibandingkan inflasi triwulan II-2014
yang sebesar 0,64% (qtq). Tekanan
inflasi tertinggi selama periode
laporan terjadi pada kelompok
pendidikan, rekreasi, & olahraga
dengan inflasi sebesar 6,06% (qtq).
Peningkatan pada kelompok tersebut
diakibatkan oleh peningkatan biaya pendidikan seiring memasuki tahun ajaran
baru. Sementara itu, inflasi teredah berasal dari kelompok bahan makanan yang
tercatat sebesar -2,87% (qtq). Pasokan supply yang memadai yang disertai
normalnya permintaan pasca Idul Fitri dan liburan sekolah.
Secara bulanan, inflasi tertinggi terjadi pada bulan Juli yang tercatat sebesar
1,08% (mtm). Tingginya inflasi pada periode tersebut disebabkan oleh
peningkatan inflasi kelompok transportasi, komunikasi, & jasa keuangan terutama
transportasi udara menjelang Hari Raya Idul Fitri dan liburan sekolah. Selanjutnya,
pada bulan Agustus inflasi Kota Kupang tecatat sebesar -0,87% (mtm). Hal ini
disebabkan kembali normalnya permintaan akan angkutan udara pasca Idul Fitri
dan liburan sekolah serta pasokan bahan makanan yang kembali normal. Pada
bulan September trend penurunan inflasi masih terjadi meskipun tidak sebesar
bulan Agustus yakni sebesar 0,32% (mtm). Turunnya tarif angkutan udara dari
subkelompok transportasi masih berlangsung yang diiringi oleh penurunan harga
kelompok bahan makanan terutama subkelompok daging dan subkelompok ikan
diawetkan.
Grafik 2.9 Inflasi Triwulanan Kupang
Sumber : BPS diolah
Tabel 2.3 Inflasi Kupang per Kelompok Komoditas
Sumber : BPS diolah
-1% 1% 3% 5% 7%
umum
bahan makanan
makanan jadi,rokok,tembakau
perumahan,listrik,air
sandang
kesehatan
pendidikan,rekreasi,olah raga
transpor,komunikasi,jasa
-0.11%
-2.87%
1.18%
1.43%
1.17%
0.99%
6.06%
-2.81%
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014
28
2.4.2 Inflasi Kota Maumere
Faktor cuaca yang kondusif
berpengaruh dalam pergerakan laju
inflasi di Kota Maumere. Inflasi
tahunan Kota Maumere pada
triwulan laporan sebesar 3,38% (yoy),
lebih rendah dibandingkan triwulan
sebelumnya yang mencapai 6,70%
(yoy). Kelompok barang dan jasa yang
mengalami penurunan inflasi tertinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya
adalah kelompok bahan makanan
dan kelompok transportasi, komunikasi, & jasa keuangan dengan inflasi masing-
masing sebesar 2,55% (yoy) dan -2,26% (yoy) turun cukup signifikan
dibandingkan sebelumnya yang masing-masing sebesar 7,81% (yoy) dan 9,90%
(yoy). Penurunan inflasi pada kelompok bahan makanan disebabkan oleh cuaca
yang kondusif sehingga hasil panen dapat optimal. Sementara itu, normalnya
permintaan akan angkutan udara pasca liburan sekolah memberikan insentif
terhadap penurunan inflasi kelompok tersebut.
I I I I I I IV I I I I I I
UMUM 7.38% 3.73% 5.32% 6.24% 6.39% 6.70% 3.19%
BAHAN MAKANAN 7.77% -1.20% 4.63% 2.99% 4.07% 7.81% 2.55%
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 9.12% 9.27% 7.50% 14.93% 12.90% 11.09% 11.49%
PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 6.57% 6.45% 2.60% 4.23% 4.02% 3.70% 2.83%
SANDANG 4.84% 2.88% 2.62% 2.60% 1.90% 3.33% 2.06%
KESEHATAN 3.49% 2.52% 3.12% 4.50% 4.01% 4.52% 2.60%
PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 22.77% 21.89% 4.01% 4.58% 5.24% 5.83% 2.11%
TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN 0.24% 4.10% 16.06% 14.57% 13.55% 9.90% -2.26%
2013KOMODITAS
2014
Secara triwulanan, inflasi Kota Maumere tercatat sebesar -0,07% (qtq) lebih
rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,85% (qtq)
namun masih lebih tinggi bila dibandingkan inflasi Kota Kupang yang mencapai -
0,11% (qtq). Tingginya inflasi yang terjadi terutama disebabkan oleh kelompok
makanan jadi dengan inflasi sebesar 1,92% (qtq). Hal ini disebabkan oleh
Grafik 2.10 Perkembangan Inflasi Maumere
Sumber : BPS diolah
Tabel 2.4 Inflasi Maumere per Kelompok Komoditas
Sumber : BPS diolah
-4.00%
-2.00%
0.00%
2.00%
4.00%
6.00%
8.00%
10.00%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2013 2014
Inflasi Bulanan
Inflasi Tahunan
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014
29
peningkatan seluruh subkelompok dengan inflasi tertinggi berasal dari
subkelompok tembakau & minuman beralkohol yakni sebesar 4,40% (qtq).
Sedangkan tekanan inflasi terendah berasal dari kelompok bahan makanan yakni
sebesar -1,53% (qtq) terutama subkelompok sayur-sayuran dan subkelompok
kacang-kacangan masing-masing sebesar -9,76% (qtq) dan -9,38% (qtq).
Secara bulanan, bulan Juli terjadi inflasi yakni sebesar 0,13% (mtm) dengan
sumber inflasi berasal dari kelompok makanan jadi, minuman, rokok, & tembakau
sebesar 0,61% (mtm). Pada bulan Agustus terjadi inflasi tertinggi yakni mencapai
0,35% (mtm). Sumber tekanan inflasi masih berasal dari kelompok makanan jadi,
minuman, rokok, & tembakau terutama subkelompok tembakau & minuman
beralkohol dengan inflasi mencapai 3,22% (mtm). Hal berbeda terjadi pada bulan
September, Kota Maumere mengalami deflasi cukup dalam yakni sebesar -0,55%
(mtm). Kelompok bahan makanan dan kelompok transportasi, komunikasi, & jasa
keuangan mengalami penurunan inflasi terdalam yakni masing-masing sebesar
-1,55% (mtm) dan -1,04% (mtm). Dari kelompok bahan makanan, inflasi terendah
berasal dari subkelompok kacang-kacangan yakni sebesar 5,15% (mtm).
Sementara dari kelompok transportasi, komunikasi, & jasa keuangan berasal dari
subkelompok transportasi yakni mencapai -1,56% (mtm).
-1% 0% 1% 2%
umum
bahan makanan
makanan jadi,rokok,tembakau
perumahan,listrik,air
sandang
kesehatan
pendidikan,rekreasi,olah raga
transpor,komunikasi,jasa
-0.07%
-1.53%
1.92%
1.10%
-0.06%
0.26%
0.01%
-1.15%
Grafik 2.11 Inflasi Triwulanan Maumere
Sumber : BPS diolah
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014
30
PENGUATAN KERJA SAMA ANTAR DAERAH DALAM
PENANGGULANGAN INFLASI
Perkembangan suplai komoditas pangan merupakan salah satu faktor yang
penting dalam menyumbang peningkatan inflasi terutama volatile food di suatu
daerah. Pada tahun 2013, komoditas pangan seperti bawang merah dan sapi,
termasuk dalam komoditas utama penyumbang inflasi di Indonesia.
Pentingnya suplai komoditas dan keanekaragaman produksi komoditas
utama di masing-masing daerah, meningkatkan kesadaran perlunya penguatan
kerja sama antar daerah dalam penanggulangan inflasi, terutama penyediaan
suplai pangan. Hal ini diperkuat dalam salah satu butir kesepakatan pada Rapat
Koordinasi Nasional (Rakornas) V Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) tanggal 21
Mei 2014, di Jakarta, yaitu meningkatkan kerjasama antardaerah di bidang
ketahanan pangan melalui dukungan perencanaan program kerja dan penyediaan
anggaran di daerah.
Sebagai implementasi butir kesepakatan tersebut, Provinsi Nusa Tenggara
Timur telah melakukan kerja sama dengan Provinsi DKI Jakarta dalam hal
penyediaan komoditas sapi. Kerja sama tersebut, diinisiasi pada bulan Oktober
2013 dengan pertemuan antara Gubernur NTT (Frans Lebu Raya) dan Gubernur
DKI Jakarta (Joko Widodo/ Presiden RI saat ini). Inisiasi tersebut ditindaklanjuti
dengan penandatanganan MoU kerja sama bidang peternakan antara Provini NTT
dan Provinsi DKI Jakarta pada tanggal 29 April 2014 di peternakan sapi, Ponain,
Amarisi, Kabupaten Kupang, NTT. Bentuk Kerja sama yang dilakukan bernilai
investasi sebesar Rp 2 triliun untuk kerja sama selama lima tahun ke depan, yang
akan digunakan untuk:
1. Pembangunan pusat pembibitan ternak (breeding center), dan
2. Program penggemukan sapi potong.
Selanjutnya sedang disusun Draft Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara kedua
daerah. Kerja sama tersebut juga didukung dengan Kementerian Perhubungan
yang akan menyiapkan satu unit kapal dengan kapasits angkut 5.000 ekor sapi
disiapkan Kementerian Perhubungan sebagai dukungan sarana transportasi
pengiriman sapi dari NTT ke Jakarta pada tahun 2016. Kebutuhan daging sapi di
BOKS 2
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014
31
Jakarta sebesar 150 ton per hari atau 52.500 ton per tahun dimana 30%-40%
berasal dari impor.
Perkembangan produksi sapi di Provinsi NTT sendiri telah berkembang sejak
tahun 2011 dengan dicanangkan sebagai Provinsi Ternak dalam Program Desa
Mandiri Anggaran Menuju Kesejahteraan (Anggur Merah). Potensi ternak (sapi)
NTT dalam dua tahun terakhir (2012-2013) masing-masing tercatat 814.450 ekor
dan 803.450 ekor. Data terakhir menunjukkan populasi sapi di NTT saat ini :
Tabel Produksi Sapi di Provinsi NTT
No Lokasi Jenis Sapi Jumlah
1 Pulau Timor Sapi Bali 600.000
2 Pulau Flores Sapi Bali 155.195
3 Pulau Sumba Sapi Onggol 60.000
Total 815.195
Sumber : Dinas Peternakan Prov. NTT
Disamping itu, NTT memiliki lahan pengembangbiakkan untuk lima tahun
mendatang seluas 1,5 juta hektar. Produksi daging sapi Provinsi NTT sendiri pada
tahun 2013 mengalami surplus dibandingkan dengan konsumsi lokal dengan
kelebihan produksi diekspor ke Provinsi lain di Indonesia, terutama di DKI Jakarta,
Kalimantan Timur dan Sulawesi Selatan.
Tabel Produksi Daging Sapi di Provinsi NTT
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014
32
Gambar Ekspor Daging Sapi Provinsi NTT
Perkembangan komoditas sapi juga didukung dengan enam program
strategis Provinsi NTT 2015, yang dikenal dengan 6 tekad, yakni Provinsi Ternak,
Provinsi Cendana, Provinsi Jagung, Provinsi Koperasi, Provinsi Pariwisata dan
Provinsi Kelautan.
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014
33
PPPEEERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNN PPPEEERRRBBBAAANNNKKKAAANNN DDDAAANNN
SSSIIISSSTTTEEEMMM PPPEEEMMMBBBAAAYYYAAARRRAAANNN
Kinerja perbankan secara umum mengalami perlambatan.
Perlambatan kredit secara umum didorong perlambatan kredit pada sektor
unggulan yaitu sektor perdagangan, sektor jasa-jasa dan sektor pertanian.
Momen perayaan Idul Fitri pada triwulan laporan mendorong peningkatan
cash outflow.
33..11 KKoonnddiissii UUmmuumm
Kinerja perbankan pada triwulan laporan relatif melambat. Dari sisi
kinerja keuangan, gabungan aset bank umum dan BPR tercatat Rp27,11 triliun
atau melambat sebesar 22,94% (yoy) dari 23,98% (yoy) pada triwulan
sebelumnya. Penyaluran kredit melambat sebesar 13,48% (yoy) dari triwulan
sebelumnya yang mencapai 15,04% (yoy) dengan outstanding mencapai Rp16,53
triliun. Perlambatan ini pun diiringi dengan memburuknya risiko kredit (non
performing loans/NPL) ke level 1,64% dibandingkan triwulan sebelumnya yang
hanya 1,50%. Di sisi lain, penghimpunan DPK tumbuh positif sebesar 19,90%
(yoy) dengan nominal Rp19,09 triliun. Fungsi intermediasi perbankan di NTT juga
relatif baik yang tercermin dari rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) yang sebesar
86,59%, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya sebesar
84,86%. Kinerja positif kredit konsumsi yang memiliki andil paling besar terhadap
total kredit menyebabkan laju pertumbuhan kredit secara triwulanan lebih besar
dibandingkan penghimpunan DPK.
Tabel 3.1 Perkembangan Kinerja Perbankan NTT (Bank Umum dan BPR)
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014
34
Dari sisi sistem pembayaran, aktivitas transaksi non tunai melalui fasilitas
Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) tercatat turun sebesar 5,75% (yoy)
menjadi sebesar Rp607,52 miliar. Kompensasinya, transaksi melalui fasilitas Real
Time Gross Settlement (RTGS) tercatat mengalami peningkatan 16,29% (yoy) yakni
sebesar Rp24,09 triliun selama triwulan laporan.
Sementara dari sisi transaksi tunai, pada triwulan laporan kembali terjadi net
outflow yaitu jumlah uang keluar dari Bank Indonesia (outflow) lebih tinggi
dibandingkan dengan jumlah uang yang masuk (inflow) meski jumlahnya menurun
dibanding tahun sebelumnya. Peningkatan aktivitas pembayaran non-tunai selama
triwulan laporan diperkirakan menjadi penyebab menurunnya arus uang keluar dari
Bank Indonesia.
Tabel 3.3 Perkembangan Transaksi Tunai
Tabel 3.2 Perkembangan Transaksi Non Tunai
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014
35
0%
2%
4%
6%
8%
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
Nominal (Miliar) Rasio thd Kredit
33..22 PPeerrkkeemmbbaannggaann BBaannkk UUmmuumm
33..22..11.. IInntteerrmmeeddiiaassii PPeerrbbaannkkaann
Fungsi intermediasi perbankan yang direpresentasikan oleh rasio LDR
(Loan to Deposit Ratio) meningkat. Pada triwulan III-2014, rasio penyaluran
kredit terhadap penghimpunan dana (LDR) tercatat sebesar 86,59%. Rasio ini
meningkat, namun lebih disebabkan oleh kualitas penghimpunan DPK yang masih
relatif rendah. Hal ini terkonfirmasi dari masih relatif rendahnya nilai DPK
walaupun pada triwulan laporan mengalami peningkatan hampir 20% (yoy). Di
sisi lain, penyaluran kredit hanya mengalami peningkatan sebesar 13,48% (yoy)
atau melambat dibandingkan kinerja periode sebelumnya. Indikator lainnya, rasio
kredit yang belum disalurkan kepada masyarakat (undisbursed loan) terhadap
total kredit juga sedikit meningkat dari 4,35% menjadi 4,57% pada triwulan
laporan dengan nominal mencapai Rp754,94 miliar.
Penghimpunan dana masyarakat (DPK) pada triwulan laporan tumbuh
sebesar 19,90% (yoy). Hal ini melanjutkan tren positif yang terjadi sejak triwulan
IV-2013. Total dana masyarakat yang ada pada Bank Umum di wilayah NTT
mencapai Rp19,09 triliun. Peningkatan laju pertumbuhan dana masyarakat pada
triwulan laporan bersumber dari peningkatan dana pada rekening deposito sebesar
24,31% (yoy). Deposito perorangan masih mendominasi dengan porsi 54,36%
dari total deposito perbankan NTT, diikuti oleh deposito pemerintah sebesar
40,11%. Pertumbuhan deposito perorangan mencapai 24,62% (yoy), sementara
pertumbuhan deposito pemerintah sebesar 2,91% (yoy).
Grafik 3.1 Perkembangan LDR Grafik 3.2 Perkembangan Undisbursed Loan
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014
36
Rekening giro tumbuh melambat sebesar 30,43% (yoy). Pada triwulan
laporan, total dana yang tercatat pada rekening giro Bank Umum sebesar Rp5,09
triliun. Giro milik pemerintah masih mendominasi rekening giro di perbankan NTT
dengan nominal Rp4,37 triliun atau 85,95% dari total giro di wilayah NTT.
Sementara itu, tabungan meningkat dari 10,54% (yoy) pada triwulan
sebelumnya menjadi 12,60% (yoy) pada triwulan laporan. Hal ini terutama
didorong oleh pertumbuhan tabungan perorangan yang tumbuh sebesar 10,59%
(yoy). Tabungan perorangan sendiri masih menjadi penyumbang utama dengan
porsi sebesar 89,05% dari jumlah tabungan perbankan umum di NTT.
Penyaluran kredit Bank Umum kembali melambat dengan pertumbuhan
sebesar 13,48% (yoy) dengan total outstanding kredit mencapai Rp16,53
triliun. Secara struktural, porsi kredit konsumtif terhadap total kredit menurun
pada triwulan laporan. Total 62,24% penyaluran kredit perbankan didominasi oleh
kredit jenis konsumsi, sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang
sebesar 63,73% dari total kredit. Sementara kredit produktif jenis modal kerja dan
investasi menyumbang share masing-masing sebesar 30,29% dan 7,47%.
Tabel 3.4 Perkembangan Kinerja DPK Bank Umum
Grafik 3.4 DPK Menurut Golongan Pemilik Grafik 3.3 Komposisi DPK
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014
37
Melambatnya pertumbuhan ekonomi NTT pada triwulan laporan
menyebabkan perlambatan pada penyaluran kredit, khususnya Kredit Modal
Kerja. Perlambatan pada kredit modal kerja seiring dengan melambatnya
permintaan kredit pada sektor-sektor dominan yaitu sektor perdagangan besar dan
eceran. Pertumbuhan kredit pada sektor tersebut kembali melambat dari 21,94%
(yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 20,04% (yoy). Porsi sektor perdagangan
besar dan eceran dalam penyaluran kredit modal kerja tercatat sebesar 69,36%.
Kondisi tersebut menyebabkan terjadinya perlambatan penyaluran kredit secara
umum apabila terjadi perlambatan pada kinerja penyaluran kredit modal kerja.
Selain itu, kinerja penyaluran kredit modal kerja pada sektor pertanian, termasuk di
dalamnya sektor perikanan, melambat cukup dalam dari 157,82% pada triwulan
sebelumnya menjadi sebesar 103,11%.
Tabel 3.5 Perkembangan Kredit Bank Umum
Tabel 3.6 Perkembangan Kredit Modal Kerja Bank Umum
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014
38
Kondisi yang sama terjadi pada pertumbuhan penyaluran kredit
investasi. Melambatnya laju pertumbuhan kredit investasi relatif dalam
dibandingkan kredit modal kerja. Perlambatan penyaluran kredit investasi didorong
oleh perlambatan penyaluran kredit pada sektor perdagangan besar dan sektor
konstruksi yang mempunyai share cukup besar terhadap total kredit investasi.
Demikian pula pada sektor penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum
serta sektor transportasi, pergudangan dan komunikasi. Berdasarkan hasil liaison
kepada kontak selama triwulan laporan, kondisi ini terjadi akibat sikap menunggu
yang dilakukan para pengusaha sebelum memutuskan melakukan investasi. Hal ini
terkait dengan kepastian ekonomi dan politik sehubungan dengan
penyelenggaraan pemilihan presiden.
Secara sektoral, penyaluran kredit produktif masih didominasi sektor
perdagangan. Secara umum, share sektor perdagangan besar dan eceran masih
menjadi sektor unggulan dalam penyaluran kredit perbankan terutama untuk
kredit produktif. Pangsa sektor perdagangan besar dan eceran sebesar 23,19%
dari total penyaluran kredit pada triwulan laporan. Perlambatan masih terjadi pada
sektor ini yaitu dari 19,90% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 19,22% (yoy)
pada triwulan laporan. Sementara kredit konsumtif yang tercermin dari sektor
penerima kredit bukan lapangan usaha juga masih melambat dari 11,59% (yoy)
pada triwulan lalu menjadi 10,62% pada triwulan laporan.
Tabel 3.7 Perkembangan Kredit Investasi Bank Umum
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014
39
Grafik 3.6 NPL Konsumsi dan Modal Kerja Bank
Umum
Grafik 3.5 Perkembangan NPL Bank Umum
Penyaluran kredit bank umum diimbangi dengan risiko kredit yang
tetap terkendali pada level rendah, meski terjadi peningkatan rasio Non
Performing Loan (NPL) perbankan pada triwulan III-2014 ke level 1,64%
dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 1,50%. Rasio NPL kredit investasi
tercatat naik menjadi 2,92% dari sebelumnya 2,51%, sementara rasio NPL kredit
modal kerja naik menjadi 3,29% dari sebelumnya 2,97%. Di sisi lain, rasio NPL
kredit konsumsi relative stabil dengan angka sebesar 0,68%.
Kenaikan BI Rate menjadi 7,50% masih mempengaruhi perbankan di
NTT untuk menaikkan suku bunga kredit pada triwulan laporan. Suku bunga
Tabel 3.8 Perkembangan Penyaluran Kredit Sektoral Bank Umum
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014
40
kredit tertimbang perbankan pada triwulan III-2014 untuk kredit modal kerja naik
ke level 14,15% dari sebelumnya 14,11%. Kenaikan suku bunga kredit juga terjadi
pada jenis kredit modal investasi dari 15,17% pada triwulan sebelumnya menjadi
15,19% pada triwulan laporan. Meski demikian, penurunan suku bunga
tertimbang kredit konsumsi dari 14,69% menjadi 14,62% cukup mampu
membuat penurunan suku bunga tertimbang secara umum ke angka 14,65% dari
sebelumnya 14,66%.
33..22..22.. KKrreeddiitt UUssaahhaa MMiikkrroo KKeecciill ddaann MMeenneennggaahh ((UUMMKKMM))
Penyaluran kredit kepada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
tumbuh sebesar 28,58% (yoy). Pertumbuhan kredit UMKM meningkat
dibandingkan dengan pertumbuhan kredit secara keseluruhan, terutama kredit
produktif yang menunjukkan tendensi melambat. Hal tersebut mengindikasikan
bahwa sektor UMKM masih menjadi primadona bagi perbankan dalam penyaluran
kredit produktifnya. Hal tersebut terkonfirmasi dari meningkatnya rasio kredit
UMKM terhadap total kredit produktif ke angka 80,10%. Rasio kredit UMKM
terhadap total kredit pada triwulan laporan juga meningkat menjadi 30,25%.
Peningkatan laju pertumbuhan penyaluran kredit UMKM triwulan
laporan terjadi pada kategori usaha kecil dan menengah. Penyaluran kredit
untuk UMKM jenis kecil tumbuh sebesar 17,29% (yoy) dengan outstanding kredit
mencapai Rp2,32 triliun dan jumlah debitur sebanyak 10.462 unit usaha.
Tabel 3.9 Perkembangan Komponen Kredit UMKM Bank Umum
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014
41
Penggunaan kredit untuk usaha kecil didominasi untuk keperluan modal kerja yaitu
sebesar 83,30% dibandingkan untuk investasi yang hanya sebesar 16,70%.
Penyaluran kredit pada usaha jenis menengah juga tumbuh sebesar 34,16%
(yoy) dengan outstanding kredit sebesar Rp1,43 triliun dan jumlah debitur
mencapai 1.925 unit usaha. Penggunaan kredit untuk kebutuhan modal kerja
sebesar 83,32% dan investasi sebesar 16,68%.
Sementara kredit UMKM pada usaha jenis mikro mengalami perlambatan
pertumbuhan dari 56,27% (yoy) menjadi 47,82% (yoy) dengan outstanding kredit
sebesar Rp1,26 triliun dan jumlah debitur sebesar 71.149 unit usaha. Penggunaan
kredit untuk kebutuhan modal kerja mencapai 80,84% dan investasi sebesar
19,16%.
Secara sektoral, sektor yang dominan dibiayai oleh perbankan adalah sektor
perdagangan besar dan eceran dengan proporsi sebesar 66,54% dari total
penyaluran kredit UMKM. Sektor lain yang memiliki pangsa cukup besar adalah
sektor jasa kemasyarakatan, sosial budaya, hiburan dan perorangan lainnya dengan
proporsi sebesar 10,62%. Risiko penyaluran kredit (NPLs) kepada UMKM juga
cukup terjaga dengan rasio sebesar 3,47%.
Tabel 3.10 Perkembangan Kredit UMKM Sektoral Bank Umum
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014
42
Rp Miliar % yoy Rp Miliar % yoy Rp Miliar % yoy LDR NPL
Pulau Timor 17.773 25,07% 10.960 16,74% 9.317 -0,76% 85,00% 1,80%
Pulau Flores 7.280 17,42% 6.390 23,76% 5.637 9,18% 88,22% 1,57%
Pulau Sumba 2.061 25,27% 1.741 27,01% 1.578 15,08% 90,61% 0,95%
NTT 27.114 22,94% 19.092 19,90% 16.532 3,83% 86,59% 1,64%
WILAYAH
ASET DPK KREDIT RASIO
33..22..33.. KKiinneerrjjaa PPeerrbbaannkkaann UUmmuumm BBeerrddaassaarrkkaann SSeebbaarraann PPuullaauu
Secara geografis, kinerja perbankan umum di Provinsi NTT masih
terkonsentrasi di Pulau Timor. Pusat pemerintahan dan ekonomi yang dominan
di Pulau Timor, khususnya Kota Kupang menjadi faktor utama terpusatnya
kegiatan perbankan di Pulau Timor. Aset bank umum di Pulau Timor sebesar
Rp17,77 triliun atau 65,55% dari total aset bank umum di Provinsi NTT. Sementara
di Pulau Flores sebesar Rp7,28 triliun atau 26,85% dari total aset, dan aset bank
umum di Pulau Sumba sebesar Rp2,06 triliun atau 7,60% dari total aset bank
umum di Provinsi NTT.
Walaupun masih terkonsentrasi di Pulau Timor, namun tidak semua
perkembangan indikator di pulau lainnya berada di bawah Pulau Timor. Pada
triwulan laporan, perkembangan penghimpunan DPK terbesar terdapat di Pulau
Sumba yaitu sebesar 27,01% (yoy) dengan nominal Rp1,74 triliun, diikuti dengan
Pulau Flores sebesar 23,76% (yoy) dengan nominal Rp6,39 triliun. Sisi intermediasi
yang tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) tercatat Pulau Sumba masih
menunjukkan nilai tertinggi, yaitu sebesar 90,61% diikuti oleh Pulau Flores sebesar
88,22%.
Di sisi lain, perkembangan penyaluran kredit tertinggi pada triwulan laporan
juga terdapat di Pulau Sumba yaitu sebesar 15,08% (yoy). Sementara dari risiko
kredit yang tercermin dari rasio NPL, perbankan di Pulau Sumba kembali
menunjukkan kinerja terbaik dengan angka NPL sebesar 0,95%.
Tabel 3.11 Indikator Perbankan Berdasarkan Sebaran Pulau
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014
43
33..33 SSiisstteemm PPeemmbbaayyaarraann
33..33..11.. TTrraannssaakkssii NNoonn TTuunnaaii
aa.. TTrraannssaakkssii KKlliirriinngg
Aktivitas transaksi non tunai melalui SKNBI pada triwulan
laporan turun sebesar 5,75% (yoy) dibandingkan triwulan
sebelumnya. Transaksi kliring pada triwulan laporan tercatat sebesar
Rp607,52 miliar dengan jumlah warkat sebanyak 18.456 lembar.
Peningkatan transaksi melalui SKNBI diikuti dengan peningkatan
kualitas yang tercermin dari penurunan jumlah cek/BG kosong. Jumlah
nominal cek/BG kosong di wilayah Kantor Bank Indonesia Provinsi NTT
pada triwulan laporan sebesar Rp5,85 miliar. Meski begitu, angka ini
turun sebesar 54,62% (yoy). Namun jumlah warkat kosong naik hingga
21,13% (yoy) menjadi 258 lembar pada bulan laporan mengindikasikan
penurunan kualitas pembayaran cek/BG, meski jumlah tolakan per
lembar secara rata-rata turun menjadi Rp22,69 juta dari sebelumnya
sebesar Rp33,65 juta.
0
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
0
100.000
200.000
300.000
400.000
500.000
600.000
700.000
800.000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2011 2012 2013 2014
Lem
ba
r
Rp
Ju
ta
Nominal Kliring
Lembar Kliring
0
50
100
150
200
250
300
0
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
14.000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2011 2012 2013 2014
Lem
ba
r
Rp
Ju
ta
Nominal Cek/BG Kosong (Juta)
Lembar Cek/BG Kosong
bb.. TTrraannssaakkssii RRTTGGSS
Transaksi menggunakan sistem RTGS meningkat. Pada triwulan
laporan, transaksi RTGS yang berasal dari (from) NTT naik sebesar
16,29% (yoy) dengan jumlah nominal Rp24,09 triliun yang berasal dari
10.707 transaksi. Secara volume, terjadi penurunan transaksi RTGS yang
Grafik 3.7 Perkembangan Transaksi Kliring
Sumber : KBI Kupang
Grafik 3.8 Perkembangan Cek/BG Kosong
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014
44
-
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
14.000
16.000
18.000
III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014Lem
ba
r
From NTT To NTT
-
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
35.000
III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
Rp
mili
ar
From NTT To NTT
berasal dari (from) NTT sebesar 15,23% (yoy). Sementara transaksi RTGS
menuju (to) NTT juga naik signifikan sebesar 67,84% (yoy) dengan
jumlah nominal Rp29,84 triliun yang berasal dari 8.776 transaksi. Secara
volume, pertumbuhan transaksi RTGS menuju (to) NTT melambat dari
28,10% (yoy) menjadi 6,91% (yoy).
Transaksi melalui sistem RTGS pada triwulan laporan lebih
didominasi oleh transaksi menuju Provinsi NTT. Secara rerata, transaksi
RTGS dari (from) NTT tercatat sebesar Rp2,25 miliar per transaksi,
sementara transaksi RTGS menuju (to) NTT sebesar Rp3,40 miliar per
transaksi.
33..33..22.. TTrraannssaakkssii TTuunnaaii
Aktivitas perekonomian dari sisi transaksi tunai menunjukkan
penurunan. Data yang tercatat di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT
menunjukkan bahwa transaksi uang tunai yang masuk ke Bank Indonesia (inflow)
dan yang keluar dari Bank Indonesia (outflow) sebesar Rp2.110,62 miliar. Angka
ini turun sebesar 0,88% (yoy). Pada triwulan laporan terjadi net outflow dimana
jumlah uang yang keluar dari Bank Indonesia lebih besar dibandingkan dengan
uang yang masuk. Jumlah uang yang masuk ke Bank Indonesia pada triwulan
laporan sebesar Rp766,83 miliar atau turun 0,51% (yoy). Sementara jumlah uang
yang keluar dari Bank Indonesia tercatat sebesar Rp1.343,79 miliar atau turun
sebesar 1,09% (yoy). Penurunan jumlah uang yang keluar dari Bank Indonesia
pada triwulan laporan menunjukkan bahwa kebutuhan uang kartal menurun yang
terindikasi dari stagnannya pertumbuhan ekonomi triwulan laporan. Meski begitu,
Grafik 3.9 Nilai Transaksi RTGS Grafik 3.10 Volume Transaksi RTGS
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014
45
arus uang keluar meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya mengingat
momen bulan puasa dan Idul Fitri pada triwulan laporan. Di sisi lain, penurunan
aktivitas penggunaan uang kartal menunjukkan preferensi masyarakat yang mulai
beralih menggunakan alat pembayaran non-tunai seperti APMK (Alat Pembayaran
Menggunakan Kartu) hingga transaksi melalui SKNBI dan RTGS, seiring gencarnya
sosialisasi penggunaan APMK oleh perbankan.
Volume pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) meningkat
signifikan pada triwulan laporan. Pada triwulan laporan, nominal UTLE yang
terserap di wilayah Provinsi NTT naik dengan nominal sebesar Rp233,33 miliar
atau meningkat signifikan sebesar 106,44% (yoy) dibandingkan tahun
sebelumnya. Setoran dari perbankan masih merupakan sarana utama dalam
menjaring UTLE di masyarakat. Selain itu, peningkatan kegiatan kas keliling
merupakan salah satu upaya dalam menjaring UTLE di masyarakat agar terwujud
clean money policy di Provinsi NTT. Hal tersebut sudah mulai memperlihatkan
hasil, yang dapat dilihat dari semakin tingginya jumlah UTLE yang dimusnahkan
oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT. Di sisi lain, harus diakui
bahwa hal tersebut belumlah optimal mengingat kondisi geografis wilayah NTT
yang berpulau-pulau menjadi kendala. Upaya untuk mewujudkan clean money
policy pun terus dilakukan, terutama di wilayah-wilayah terpencil.
Grafik 3.11 Perkembangan Transaksi Tunai
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014
46
Sementara itu, jumlah uang palsu (upal) yang dilaporkan ke Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur pada triwulan
laporan sebesar Rp3.600.000. Jumlah uang palsu yang tercatat pada triwulan
laporan masih didominasi oleh uang dengan nominal besar yaitu denominasi
Rp100.000,00.
Bank Indonesia terus berusaha menekan jumlah uang palsu yang beredar di
masyarakat dengan memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai ciri-ciri
keaslian uang rupiah dengan metode 3D (Dilihat, Diraba dan Diterawang) serta
mengeluarkan desain uang baru denominasi Rp 20.000,00, Rp 50.000,00, dan Rp
100.000,00 dengan penambahan features pengaman. Sosialisasi ciri-ciri keaslian
uang Rupiah ini terus dilakukan ke berbagai kalangan masyarakat, mulai dari
masyarakat umum, anak sekolah hingga instansi pemerintah dan swasta, baik
secara langsung maupun tidak langsung melalui selebaran (leaflet) yang diberikan.
Tabel 3.12 Perkembangan Indikator Sistem Pembayaran Lain
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014 |
47
KKKEEEUUUAAANNNGGGAAANNN PPPEEEMMMEEERRRIIINNNTTTAAAHHH
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) mengalami peningkatan
cukup signifikan dibandingkan tahun sebelumnya.
Realisasi pendapatan pada triwulan III-2014 mencapai 76,29%.
Pada periode yang sama, realisasi belanja mencapai 62,16%.
4.1. Kondisi Umum
Seiring dengan peningkatan pertumbuhan daerah, Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT)
terus menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Rencana anggaran
pendapatan daerah tahun 2014 mencapai Rp 2,72 triliun atau meningkat
sebesar 16,16% (yoy) dari rencana anggaran pendapatan daerah tahun 2013
yang sebesar Rp 2,34 triliun. Selain pendapatan, anggaran belanja pun tercatat
meningkat. Rencana anggaran belanja daerah tahun 2014 mencapai Rp 2,74
triliun atau meningkat sebesar 14,05% (yoy) dibandingkan tahun 2013 yang
sebesar Rp 2,40 triliun.
Grafik 4.1. APBD Provinsi NTT
-
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014Rp
Mili
ar
Pendapatan Belanja
Sumber: Biro Keuangan Pemprov. NTT
Berdasarkan data Ditjen Perimbangan Keuangan Kementerian
Keuangan, hingga bulan Agustus 2014 realisasi belanja daerah Pemerintah
Provinsi NTT diestimasikan berada di bawah rata-rata. Estimasi rata-rata
persentase realisasi seluruh provinsi di Indonesia adalah 24,6%, lebih rendah
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014 |
48
dibandingkan realisasi tahun lalu dengan persentase 27%. Besarnya estimasi
realisasi belanja 34 provinsi sampai dengan bulan Agustus 2014 mencapai
Rp200,66 triliun, lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi pada periode yang
sama pada tahun 2013 dan 2012 yang hanya sebesar Rp190,85 triliun dan
Rp155,99 triliun.
4.2. Pendapatan Daerah
4.2.1 Anggaran Pendapatan Daerah
Anggaran Pendapatan Daerah Pemerintah Provinsi NTT pada tahun
anggaran 2014 mencapai RP 2,72 triliun atau meningkat sebesar 16,16% (yoy)
dari anggaran pendapatan daerah tahun 2013 yang sebesar Rp 2,34 triliun.
Peningkatan tertinggi adalah pada Pendapatan Retribusi Daerah dengan
kontribusi sebesar 163,66%. Selain itu, posisi tertinggi selanjutnya adalah Dana
Bagi hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam), Penerimaan dari Pihak Ketiga, dan
Pendapatan Hibah yang masing-masing memiliki persentase peningkatan
sebesar 100%. Sementara itu, pada tahun 2014 tidak terdapat anggaran
pendapatan Dana Bagi Hasil Pajak. Penurunan anggaran juga terjadi pada
angaran Dana Alokasi Khusus yang turun menjadi sebesar Rp 74,23 miliar
dibandingkan tahun 2013 yang sebesar Rp 77,82 miliar dengan persentase
4,61%.
Struktur pendapatan daerah di Provinsi NTT didominasi Pendapatan
Transfer yang dianggarkan pada tahun 2014 sebesar 74% dari rencana
pendapatan yang mayoritas bersumber dari Transfer Pemerintah Pusat (Dana
Perimbangan). Sementara itu, proporsi Pendapatan Asli Daerah untuk mengisi
celah fiscal (fiscal gap) adalah 26% dari rencana pendapatan. Tidak terdapat
pendapatan anggaran Pendapatan Lain-lain Yang Sah.
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014 |
49
Tabel 4.1. Anggaran Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi NTT
Uraian
Rencana Rencana
%
2014 2013
PENDAPATAN 2,720,974 2,342,342 16.16%
PENDAPATAN ASLI DAERAH 695,416 433,414 60.45%
Pendapatan Pajak Daerah 528,048 295,488 78.70%
Pendapatan Retribusi Daerah 29,712 11,269 163.66%
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan 55,817 45,050 23.90%
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 81,840 81,607 0.28%
PENDAPATAN TRANSFER 2,013,685 1,901,949 5.87%
Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan 1,290,418 1,187,411 8.67%
Dana Bagi Hasil Pajak - 105,596 -100.00%
Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam) 84,495 - 100.00%
Dana Alokasi Umum 1,131,688 1,003,992 12.72%
Dana Alokasi Khusus 74,236 77,823 -4.61%
Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 723,266 714,538 1.22%
Dana Otonomi Khusus & Dana Penyesuaian 717,288 714,538 0.38%
Penerimaan dari Pihak Ketiga 5,979 - 100.00%
LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 11,873 100.00%
Pendapatan Hibah 11,873 - 100.00%
Pendapatan Dana Darurat/Pihak ketiga - - 0.00%
Pendapatan lainnya - 0.00%
- 0%
Sumber: Biro Keuangan Pemprov. NTT
Berdasarkan grafik, Dana Perimbangan masih menjadi sumber
pendapatan terbesar dengan proporsi sebesar 64,08% dibandingkan total
Pendapatan Transfer yang direncanakan tahun 2014, sisanya sebesar 35,92%
merupakan persentase Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya. Proporsi tersebut
meningkat dibandingkan tahun 2013 sebesar 5,87%. Di dalam Dana
Perimbangan, proporsi yang terbesar berada pada Dana Alokasi Umum dengan
persentase sebesar 87,70% dari total Dana Perimbangan.
Grafik 4.2. Persentase Pendapatan Transfer Grafik 4.3. Persentase Dana Perimbangan
Sumber: Biro Keuangan Pemprov. NTT
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014 |
50
4.2.2 Realisasi Pendapatan Daerah
Realisasi pendapatan sampai dengan triwulan laporan mencapai Rp2,07
triliun atau sebesar 76,29% dibandingkan dengan anggaran pendapatan yang
sebesar Rp 2,72 triliun. Realisasi PAD Provinsi NTT sampai dengan triwulan
laporan tercatat sebesar Rp527,79 miliar atau 75,90% dari target PAD akhir
tahun. Sumbangan realisasi terbesar PAD berasal dari pos pendapatan pajak
daerah sebesar Rp332,87 miliar sampai dengan triwulan III-2014, sedangkan
pada triwulan laporan sendiri sebesar Rp153,55 miliar atau meningkat 34,96%
(yoy) dibandingan pencapaian triwulan III-2013 yang sebesar Rp113,77 miliar.
Realisasi pendapatan transfer dari Pemerintah Pusat sampai dengan
triwulan laporan tercatat sebesar Rp1,54 triliun atau 76,71% dari rencana
pendapatan transfer. Sumbangan terbesar berasal dari pos dana perimbangan
dengan realisasi mencapai Rp931,79 miliar atau sebesar 76,71% dari rencana
pendapatan. Untuk realisasi dana otonomi khusus dan dana penyesuaian
adalah sebesar Rp549,44 miliar atau sebesar 75,97% dari rencana 2014 yang
sebesar Rp723,27 miliar.
Tabel 4.2. Realisasi Pendapatan Daerah
Sumber: Biro Keuangan Pemprov. NTT
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014 |
51
4.3. Belanja Daerah
4.3.1 Anggaran Belanja Daerah
Anggaran Belanja Daerah Pemerintah Provinsi NTT pada tahun 2014
tercatat sebesar Rp 2,74 triliun atau meningkat 14,05% dibandingkan
anggaran belanja tahun 2013 yang tercatat Rp 2,4 triliun. Berdasarkan
kelompoknya, Transfer mencatat peningkatan tertinggi yaitu 114,04%, diikuti
Belanja Modal (77,15%) dan Belanja Operasi (1,11%). Untuk belanja tidak
terduga, anggaran diturunkan sebesar 3,47% dari Rp 18,13 miliar di tahun
2013 menjadi Rp 17,5 miliar di tahun 2014.
Tabel 4.3. Anggaran Belanja Pemerintah Daerah Provinsi NTT
Uraian
Rencana Rencana
%
2014 2013
BELANJA 2,738,061 2,400,818 14.05%
BELANJA OPERASI
2,053,459 2,030,871 1.11%
Belanja Pegawai 564,111 581,347 -2.96%
Belanja Barang 490,392 421,322 16.39%
Belanja Bunga - - -
Belanja Subsidi - - -
Belanja Hibah 923,508 973,099 -5.10%
Belanja Bantuan Sosial 40,940 42,801 -4.35%
Belanja Bantuan Keuangan 34,508 12,302 180.50%
BELANJA MODAL 412,577 232,901 77.15%
BELANJA TIDAK TERDUGA 17,500 18,130 -3.47%
Belanja Tidak Terduga - 18,130 -100.00%
TRANSFER 254,525 118,916 114.04%
Bagi Hasil Pajak - 118,916 -100.00%
Bagi Hasil Retribusi - - 0.00%
Bagi Hasil Pendapatan Lainnya - - 0.00%
- - 0.00%
Sumber: Biro Keuangan Pemprov. NTT
Untuk, proporsinya Anggaran Belanja Operasi masih didominasi oleh
Belanja Operasi dengan persentase sebesar 74,99% dari rencana anggaran
belanja di tahun 2014. Persentase terbesar selanjutnya adalah Belanja Modal
dengan persentase 15,07%, diikuti Transfer (9,29%) dan Belanja Tak Terduga
(0,65%).
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014 |
52
Grafik 4.4. Persentase Anggaran Belanja Operasi Grafik 4.5. Persentase Belanja Transfer
Sumber: Biro Keuangan Pemprov. NTT
4.3.2 Realisasi Belanja Daerah
Sampai dengan Triwulan III 2014, realisasi belanja daerah pemerintah
Provinsi NTT adalah sebesar Rp1,70 triliun atau 62,16% rencana anggaran
belanja tahun 2014. Realisasi tersebut masih lebih rendah dibandingkan
realisasi tahun lalu yang sebesar Rp1,57 triliun atau 65,51% dari rencana
anggaran belanja 2013.
Tabel 4.4. Realisasi Anggaran Belanja Pemerintah Provinsi NTT
Sumber: Biro Keuangan Pemprov. NTT
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014 |
53
Realisasi tertinggi berada pada kelompok Belanja Operasi dengan
persentase 67,82% yaitu sebesar Rp1,39 triliun. Realisasi ini lebih rendah
dibandingkan realisasi Belanja Operasi tahun lalu yang sebesar Rp1,40 triliun
atau 69,15% dibandingkan rencana anggaran.
Komponen realisasi Belanja Operasi dengan realisasi tertinggi adalah
Belanja Hibah dengan persentase 75,88% sebesar Rp700,78 miliar dari rencana
anggaran sebesar Rp923,51 miliar. Realisasi ini lebih rendah dibandingkan
realisasi triwulan III-2013 yang sebesar 77,70% dengan nilai Rp756,13 juta
rupiah.
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014
54
KKKEEETTTEEENNNAAAGGGAAAKKKEEERRRJJJAAAAAANNN &&& KKKEEESSSEEEJJJAAAHHHTTTEEERRRAAAAAANNN
Perkembangan ketenagakerjaan dan kesejahteraan menunjukkan kondisi
positif.
Jumlah angkatan kerja naik 3,31% (yoy) sehingga menjadi 2.174.228 jiwa
pada triwulan laporan.
Partisipasi angkatan kerja meningkat dari 68,15% menjadi 68,91%.
Angka kemiskinan turun menjadi 19,82% (yoy).
55..11.. KKoonnddiissii UUmmuumm
Perkembangan ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat NTT
pada triwulan laporan secara umum menunjukkan kondisi yang positif.
Berdasarkan data BPS, kondisi ketenagakerjaan di Nusa Tenggara Timur pada
Agustus 2014 memperlihatkan peningkatan yang tergambar dari bertambahnya
kelompok penduduk yang bekerja disertai meningkatnya Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK). Jumlah angkatan kerja pada bulan Agustus 2014 mencapai
2.174.228 jiwa, meningkat sebesar 69.721 jiwa atau 3,31% (yoy) dibandingkan
Agustus 2013. Sementara tingkat partisipasi angkatan kerja tercatat sebesar
68,91% atau sedikit di atas tahun sebelumnya yang sebesar 68,15%. Di sisi lain,
tren perbaikan kondisi ketenagakerjaan juga tercermin dari hasil Survei Kegiatan
Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan KPw BI Provinsi NTT. Hasil SKDU triwulan III-
2014 menunjukkan indeks ketenagakerjaan1
tercatat mengalami ekspansi sebesar
2,76 setelah pada triwulan sebelumnya mengalami kontraksi sebesar -9,42.
Sementara itu, kondisi kesejahteraan masyarakat NTT per posisi Maret 2014
menunjukkan kondisi yang positif tercermin dari penurunan persentase penduduk
miskin dari 20,03% pada periode yang sama tahun sebelumnya menjadi 19,82%.
Indeks keparahan dan kedalaman kemiskinan serta tingkat optimisme masyarakat
perkotaan juga membaik. Berdasarkan hasil Survei Konsumen bulan September
2014, terlihat adanya kenaikan tingkat optimisme, khususnya pada masyarakat
dengan penghasilan menengah ke atas terhadap tingkat kesejahteraan saat ini
dibandingkan enam bulan yang lalu. Indikator kesejahteraan di daerah pedesaan
1 angka indeks dihitung dengan metode SBT (Saldo Bersih Tertimbang) yang merupakan selisih dari
disesuaikan dengan bobot masing-masing
sektor.
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014
55
yang tercermin dari Nilai Tukar Petani (NTP) turut mengalami peningkatan
dibandingkan triwulan sebelumnya.
55..22.. PPeerrkkeemmbbaannggaann KKeetteennaaggaakkeerrjjaaaann
55..22..11 KKoonnddiissii KKeetteennaaggaakkeerrjjaaaann UUmmuumm
Kondisi ketenagakerjaan di Nusa Tenggara Timur pada Agustus 2014
memperlihatkan peningkatan yang tergambar dari bertambahnya kelompok
penduduk yang bekerja. Dari total angkatan kerja, jumlah penduduk yang bekerja
tercatat sebesar 2.174.228 jiwa, bertambah 69.721 jiwa atau 3,31% (yoy). Namun
kondisi ini diiringi sedikit naiknya angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dari
3,25% menjadi 3,26%.
Ditinjau dari lapangan pekerjaan utama, komposisi ketenagakerjaan menurut
sektor ekonomi relatif sama dengan kondisi tahun-tahun sebelumnya, dengan
sebagian besar penduduk (60,77%) bekerja di sektor pertanian. Hal ini disebabkan
karena sektor pertanian merupakan salah satu sektor ekonomi utama di NTT
sehingga mayoritas penduduk memiliki mata pencaharian pada sektor tersebut.
Jumlah pekerja di sektor pertanian tercatat meningkat dibandingkan dengan
Agustus 2013 sebesar 36.683 jiwa atau naik 2,86% (yoy).
Jumlah tenaga kerja di sektor industri juga mengalami peningkatan. Tenaga
kerja di sektor industri tercatat naik sebesar 15.196 jiwa atau 10,06% (yoy)
dibandingkan bulan Agustus 2013. Selain di sektor industri, sektor jasa-jasa juga
menunjukkan peningkatan. Jumlah tenaga kerja di sektor jasa-jasa tercatat
meningkat sebesar 17.820 jiwa atau 6,51% (yoy) dibandingkan dengan Agustus
2013.
Tabel 5.1 Jumlah Penduduk Usia 15+ Menurut Kegiatan
Sumber : BPS Provinsi NTT
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014
56
Dari 7 (tujuh) klasifikasi status pekerjaan yang terekam pada Survei Angkatan
Kerja Nasional (Sakernas), diidentifikasikan dua kelompok utama terkait kegiatan
ekonomi yaitu formal dan informal. Kegiatan formal terdiri dari mereka yang
berstatus berusaha dibantu buruh tetap dan buruh/karyawan. Sementara kelompok
kegiatan informal adalah mereka yang berstatus di luar itu. Melihat status pekerjaan
berdasarkan klasifikasi formal dan informal, sebanyak 78,91% tenaga kerja di NTT
pada bulan Agustus 2014 bekerja pada kegiatan informal.
Kondisi ini diperkuat oleh hasil SKDU, dimana daya serap tenaga kerja pada
triwulan laporan tercatat meningkat dibanding triwulan sebelumnya. Hal ini
dipengaruhi oleh peningkatan penyerapan tenaga kerja di sektor pengangkutan
dan komunikasi serta sektor keuangan. Sementara, sektor pertanian yang
merupakan sektor penyerap tenaga kerja paling besar di Provinsi NTT tak berubah
Sumber : BPS Provinsi NTT
Tabel 5.3 Jumlah Penduduk Usia 15+ yang Bekerja
Menurut Status Pekerjaan Utama
Tabel 5.2 Jumlah Penduduk Usia 15+ yang Bekerja
Menurut Lapangan Pekerjaan Utama
Sumber : BPS Provinsi NTT
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014
57
dibandingkan trwulan sebelumnya. Faktor ini mempengaruhi penyerapan tenaga
kerja secara umum pada hasil SKDU.
55..22..22 PPeennggaanngggguurraann
Pengangguran merupakan salah satu indikator utama pada bidang
ketenagakerjaan. Klasifikasi penduduk yang menganggur adalah penduduk yang
sedang mencari pekerjaan ditambah penduduk yang sedang mempersiapkan usaha
(tidak bekerja), yang mendapatkan pekerjaan tetapi belum mulai bekerja serta yang
tidak mungkin mendapatkan pekerjaan.
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh BPS Provinsi NTT, jumlah
pengangguran pada bulan Agustus 2014 sebanyak 73.210 jiwa, meningkat
sebanyak 2.546 jiwa atau 3,60% dibandingkan dengan bulan Agustus 2013. Meski
demikian, meningkatnya partisipasi angkatan kerja menyebabkan angka Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) hanya naik sedikit dari 3,25% menjadi 3,26% pada
Agustus 2014.
55..33 PPeerrkkeemmbbaannggaann KKeesseejjaahhtteerraaaann
55..33..11 KKoonnddiissii KKeesseejjaahhtteerraaaann UUmmuumm
Kondisi kesejahteraan secara umum sedikit membaik berdasarkan hasil
Survei Konsumen (SK) yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi NTT. Pada triwulan laporan terlihat adanya kenaikan tingkat optimisme,
Grafik 5.1 Indeks Ketenagakerjaan NTT
Sumber : SKDU Triwulan III-2014 KPw BI Provinsi NTT
-15
-10
-5
0
5
10
15
20
25
30
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV*
2011 2012 2013 2014
ind
eks
*Perkiraan
Indeks Ekspektasi Jumlah Kary. Indeks Jumlah Kary.
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014
58
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
140,00
160,00
180,00
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
Penghasilan saat ini dibandingkan 6 bln yang lalu
2001 2003 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
KHL 274 350 403 671 735 785 880 935 932 1,16 1,36 1,49
UMP 275 350 450 550 600 650 775 800 850 925 1,01 1,15
-
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1,600
Rp
rib
u
khususnya pada masyarakat perkotaan dengan penghasilan menengah ke atas
terhadap tingkat kesejahteraan. Hal ini tercermin dari indeks penghasilan saat ini
dibandingkan 6 (enam) bulan yang lalu hasil SK bulan Juli sampai dengan
September 2014. Berdasarkan hasil survei, indeks SBT mengalami sedikit kenaikan
pada triwulan laporan. Momen bulan puasa dan hari raya Idul Fitri yang jatuh pada
triwulan laporan, dan umumnya diiringi pembayaran insentif tunjangan hari raya
(THR), diperkirakan menjadi pendorong peningkatan optimisme responden
terhadap penghasilan mereka. Namun, pengaruh kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL)
masih cukup berpengaruh menahan optimisme masyarakat.
Di wilayah pedesaan, ukuran
daya beli masyarakat diukur melalui
Nilai Tukar Petani (NTP). Pada triwulan
laporan, angka NTP pun meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya.
Pada akhir triwulan laporan, dengan
menggunakan tahun 2012 sebagai tahun
dasar menggantikan tahun dasar 2007,
Grafik 5.2 Perkembangan UMP NTT
Sumber : BPS Provinsi NTT
Grafik 5.4 Perkembangan NTP NTT
Sumber : Survei Konsumen KPw BI Provinsi NTT
Grafik 5.3 Perkembangan Indeks Penghasilan
Sumber : BPS Provinsi NTT
Tabel 5.4 Pendapat Konsumen Mengenai Penghasilan Saat
Ini Dibandingkan 6 Bulan yang Lalu
Sumber : SK Triwulan III-2014 KPw BI Provinsi NTT
Pengeluaran
per Bulan Lebih Baik Sama Lebih Buruk Jumlah
1-2 Juta 49.50% 44.55% 5.94% 100.00%
2.1-3 Juta 49.15% 45.76% 5.08% 100.00%
3.1-4 Juta 50.00% 45.00% 5.00% 100.00%
4.1-5 Juta 58.33% 33.33% 8.33% 100.00%
5Juta ke atas 75.00% 25.00% 0.00% 100.00%
Jumlah 51.00% 43.50% 5.50% 100.00%
Penghasilan Saat Ini Dibanding 6 Bulan yll
95,00
96,00
97,00
98,00
99,00
100,00
101,00
102,00
103,00
104,00
100
102
104
106
108
110
112
114
116
1 2 3 4 5 6 7 8 9
2014
NTP - axis kanan Indeks yang dibayar Indeks yang diterima
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014
59
indeks yang diterima (IT) tercatat sebesar 114,27. Sementara, indeks yang dibayar
(IB) tercatat sebesar 111,26 sehingga angka NTP tercatat sebesar 102,71 atau
meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya dimana nilai NTP tercatat sebesar
99,65. Akselerasi peningkatan pendapatan petani selama triwulan laporan melebihi
akselerasi peningkatan pengeluaran yang menyebabkan NTP pada triwulan laporan
berada di atas 100. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat kesejahteraan petani
mulai membaik karena penghasilan dari penjualan produk pertanian berada di atas
pengeluaran kebutuhan harian mereka, baik untuk kebutuhan pokok maupun
kebutuhan produksi seperti pupuk/pangan maupun bibit.
55..33..22 TTiinnggkkaatt KKeemmiisskkiinnaann
Jumlah penduduk miskin atau penduduk yang berada di bawah garis
kemiskinan pada bulan Maret 2014 tercatat sebesar 994,67 ribu jiwa atau 19,82%
dari jumlah penduduk NTT. Angka tersebut meningkat sebesar 1,11 ribu jiwa atau
0,11% dibandingkan dengan bulan Maret 2013 (yoy), yang tercatat sebesar 993,56
ribu jiwa atau 20,03% dari total penduduk NTT. Namun angka tersebut menurun
sebesar 14,48 ribu jiwa atau -1,43% dibandingkan bulan September 2013.
Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa
2005 133.50 1,037.70 1,171.20 17.85 30.46 28.19
2006 148.00 1,125.90 1,273.90 18.77 31.68 29.34
2007 124.90 1,038.70 1,163.60 16.41 29.95 27.51
2008 119.30 979.10 1,098.40 15.50 27.88 25.65
2009 109.40 903.70 1,013.10 14.01 25.35 23.31
2010 107.40 906.70 1,014.10 13.57 25.10 23.03
2011 117.04 895.87 1,012.91 12.50 23.36 21.23
Maret 2012 115.50 897.10 1,012.60 12.22 22.98 20.88
Sept 2012 117.40 882.90 1,000.30 12.21 22.41 20.41
Maret 2013 113.57 879.99 993.56 11.54 22.13 20.03
Sept 2013 98.05 911.10 1,009.15 10.10 22.69 20.24
Maret 2014 100.34 894.33 994.67 10.23 22.15 19.82
Tahun
Jumlah Penduduk Miskin (000) Persentase Penduduk Miskin
Garis kemiskinan juga mengalami peningkatan dalam kurun waktu satu
tahun terakhir sebesar 12,79% dari Rp235.805,00 per kapita/bulan menjadi
Rp265.955,00 per kapita/bulan. Berdasarkan pembagian kelompok kemiskinan
antara perkotaan dan pedesaan, garis kemiskinan di perkotaan dalam setahun
terakhir tercatat mengalami peningkatan sebesar 9,51% dari Rp308.060,00 per
Tabel 5.5 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di
NTT tahun 2005 s.d. Maret 2014
Sumber : BPS Provinsi NTT
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014
60
kapita/bulan menjadi Rp337.367,00 per kapita/bulan. Sementara garis kemiskinan
di pedesaan mengalami peningkatan sebesar 14,08% dari Rp217.918,00 per
kapita/bulan menjadi Rp248.607,00 per kapita/bulan.
Jumlah Persentase
Bukan Penduduk Penduduk
Makanan Miskin (ribu) Miskin
Perkotaan
Maret 2012 201,314 80,968 282,282 115.50 12.22
Sept 2012 209,582 84,325 293,907 117.40 12.21
Maret 2013 218,807 89,253 308,060 113.57 11.54
Sept 2013 226,641 94,522 321,163 98.05 10.10
Maret 2014 240,824 96,543 337,367 100.34 10.23
Perdesaan
Maret 2012 159,990 34,732 194,722 897.10 22.98
Sept 2012 167,986 37,097 205,083 882.90 22.41
Maret 2013 177,215 40,703 217,918 879.99 22.13
Sept 2013 192,038 42,104 234,142 911.10 22.69
Maret 2014 203,864 44,743 248,607 894.33 22.15
Kota + Desa
Maret 2012 168,044 43,743 211,787 1,012.60 20.88
Sept 2012 176,145 46,361 222,506 1,000.30 20.41
Maret 2013 185,468 50,337 235,805 993.56 20.03
Sept 2013 198,773 52,307 251,080 1,009.15 20.24
Maret 2014 211,088 54,867 265,955 994.67 19.82
Daerah/Tahun
Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln)
Makanan Total
Secara besaran, peranan komoditas makanan meningkat sebesar 13,81%
dari Rp185.468,00 per kapita/bulan menjadi Rp211.088,00 per kapita/bulan.
Kondisi ini dipertegas dengan peranan komoditas makanan pada garis kemiskinan
berdasarkan komponen yang mengalami kenaikan dari 78,65% pada Maret 2013
menjadi 79,37% pada Maret 2014. Sementara itu, pada komponen bukan
makanan peningkatan tercatat hanya sebesar 9,00% dari Rp50.337,00 per
kapita/bulan menjadi Rp54.867,00 per kapita/bulan. Peranannya pun menurun
sedikit dari 21,35% pada Maret 2013 menjadi 20,63% pada Maret 2014.
Persoalan kemiskinan tidak hanya sekadar jumlah dan persentase penduduk
miskin saja. Ada dimensi lain yang perlu diperhatikan selain upaya memperkecil
jumlah penduduk miskin, terutama dalam kebijakan penanggulangan kemiskinan.
Dimensi tersebut adalah tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Badan
Pusat Statistik mengukur dua hal tersebut menggunakan indeks kedalaman
kemiskinan (P1) dan indeks keparahan kemiskinan (P
2). Indeks Kedalaman
Kemiskinan (P1) merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-
masing penduduk miskin terhadap batas miskin. Semakin tinggi nilai indeks ini
maka semakin besar rata-rata kesenjangan pengeluaran penduduk miskin terhadap
Tabel 5.6 Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk
Miskin Menurut Daerah tahun 2012 s.d. Maret 2014
Sumber : BPS Provinsi NTT
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014
61
garis kemiskinan atau dengan kata lain semakin tinggi nilai indeks menunjukkan
kehidupan ekonomi penduduk miskin semakin terpuruk. Sedangkan Indeks
Keparahan Kemiskinan (P2) memberikan gambaran mengenai penyebaran
pengeluaran diantara penduduk miskin, dan dapat juga digunakan untuk
mengetahui intensitas kemiskinan.
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
September 2012 2.588 3.680 3.466
Maret 2013 1.411 3.884 3.393
September 2013 1.908 3.308 3.035
Maret 2014 1.820 3.707 3.338
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
September 2012 0.809 0.933 0.908
Maret 2013 0.453 0.980 0.875
September 2013 0.500 0.734 0.689
Maret 2014 0.555 0.892 0.826
Tahun Kota Desa Kota+Desa
Berdasarkan tabel 5.7, indeks kedalaman dan indeks keparahan kemiskinan
di NTT pada Maret 2014 menurun dibandingkan Maret 2013. Hal ini
mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin semakin
mendekati garis kemiskinan, dengan kesenjangan pengeluaran yang juga tidak
selebar sebelumnya.
55..33..33 IInnddeekkss PPeemmbbaanngguunnaann MMaannuussiiaa
Pembangunan manusia adalah sebuah proses pembangunan yang bertujuan
agar manusia, dalam hal ini penduduk, mampu memiliki lebih banyak pilihan
khususnya dalam pendapatan, kesehatan dan pendidikan. Pembangunan manusia
sebagai ukuran kinerja pembangunan secara keseluruhan dibentuk melalui tiga
dimensi dasar. Dimensi tersebut mencakup umur panjang dan sehat, pengetahuan
serta kehidupan yang layak, dan masing-masing dimensi direpresentasikan oleh
indikator. Dimensi umur panjang dan sehat direpresentasikan oleh indikator angka
harapan hidup. Dimensi pengetahuan direpresentasikan oleh angka melek huruf
dan rata-rata lama sekolah, sementara dimensi kehidupan yang layak
direpresentasikan oleh indikator kemampuan daya beli. Semua indikator yang
merepresentasikan ketiga dimensi pembangunan manusia ini terangkum dalam
satu nilai tunggal yaitu Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Sumber : BPS Provinsi NTT
Tabel 5.7 Indeks Keparahan dan Kedalaman Kemiskinan
Tabel 5.8 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi NTT
Keterangan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012*
IPM (Indeks Pembangunan Manusia) 63.60 64.83 65.36 66.15 66.60 67.26 67.75 68.28
- Angka harapan hidup (tahun) 64.90 66.50 66.70 67.00 67.25 67.50 67.76 68.04
- Angka melek huruf (persen) 85.60 86.50 87.25 87.66 87.96 88.59 88.74 89.23
- Rata-rata lama sekolah (tahun) 6.30 6.40 6.42 6.55 6.60 6.99 7.05 7.09
- Pengeluaran Riil/Kapita disesuaikan (Rp. 000) 598.80 591.20 594.28 599.93 602.60 603.75 607.31 610.29
*) data sementara
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014
62
IPM Provinsi Nusa Tenggara Timur, mengacu pada rilis yang dikeluarkan oleh
Badan Pusat Statistik, terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada
tahun 2005, angka IPM Provinsi NTT hanya sebesar 63,60 dengan angka harapan
hidup selama 64,90 tahun, angka melek huruf sebanyak 85,60% dari total
penduduk, rata-rata lama sekolah 6,30 tahun serta pengeluaran riil per kapita
sebesar Rp598,80 ribu. Menurut data terakhir tahun 2012, angka IPM Provinsi NTT
telah mencapai 68,28 dengan angka harapan hidup selama 68,04 tahun, angka
melek huruf sebanyak 89,23% dari total penduduk, rata-rata lama sekolah 7,09
tahun serta pengeluaran riil per kapita sebesar Rp610,29 ribu. Meskipun masih
menempati peringkat 31 dari 33 provinsi yang ada (data tahun 2012), namun
Provinsi NTT merupakan provinsi dengan perkembangan IPM terbaik ketiga di
Indonesia dengan kenaikan IPM sebesar 4,68 poin.
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014
63
IPM Harapan Hidup Melek Huruf Lama Sekolah Pengeluaran
1 DKI JAKARTA 78.33 73.49 99.21 10.98 635.29
2 SULAWESI UTARA 76.95 72.44 99.53 9.00 643.20
3 RIAU 76.90 71.69 98.45 8.64 654.48
4 D I YOGYAKARTA 76.75 73.33 92.02 9.21 653.78
5 KALIMANTAN TIMUR 76.71 71.58 97.55 9.22 649.85
6 KEPULAUAN RIAU 76.20 69.91 97.80 9.81 648.92
7 KALIMANTAN TENGAH 75.46 71.41 97.88 8.15 644.21
8 SUMATERA UTARA 75.13 69.81 97.51 9.07 643.63
9 SUMATERA BARAT 74.70 70.02 97.23 8.60 641.85
10 SUMATERA SELATAN 73.99 70.05 97.50 7.99 637.47
11 BENGKULU 73.93 70.39 95.69 8.48 634.74
12 JAMBI 73.78 69.44 96.20 8.20 640.82
12 KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 73.78 69.21 95.88 7.68 648.49
14 BALI 73.49 70.84 90.17 8.57 640.86
15 JAWA TENGAH 73.36 71.71 90.45 7.39 643.53
16 JAWA BARAT 73.11 68.60 96.39 8.08 638.90
17 JAWA TIMUR 72.83 70.09 89.28 7.45 651.04
18 SULAWESI SELATAN 72.70 70.45 88.73 7.95 643.59
19 NANGGROE ACEH DARUSSALAM 72.51 68.94 96.99 8.93 618.79
20 LAMPUNG 72.45 70.05 95.13 7.87 625.52
21 MALUKU 72.42 67.84 98.17 9.15 620.08
22 SULAWESI TENGAH 72.14 67.11 96.16 8.13 637.34
23 BANTEN 71.49 65.23 96.51 8.61 636.73
24 GORONTALO 71.31 67.47 96.16 7.49 630.01
25 KALIMANTAN SELATAN 71.08 64.52 96.43 7.89 643.66
26 SULAWESI TENGGARA 71.05 68.21 92.04 8.25 625.81
27 SULAWESI BARAT 70.73 68.27 88.79 7.32 639.56
28 KALIMANTAN BARAT 70.31 66.92 91.13 7.14 638.82
29 PAPUA BARAT 70.22 69.14 93.74 8.45 601.56
30 MALUKU UTARA 69.98 66.65 96.43 8.71 606.22
31 NUSA TENGGARA TIMUR 68.28 68.04 89.23 7.09 610.29
32 NUSA TENGGARA BARAT 66.89 62.73 83.68 7.19 645.72
33 PAPUA 65.86 69.12 75.83 6.87 611.99
INDONESIA 73.29 69.87 93.25 8.08 641.04
No. Provinsi2012
Tabel 5.9 Indeks Pembangunan Manusia Indonesia Tahun 2012
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014 |
64
OOOUUUTTTLLLOOOOOOKKK PPPEEERRRTTTUUUMMMBBBUUUHHHAAANNN EEEKKKOOONNNOOOMMMIII DDDAAANNN
IIINNNFFFLLLAAASSSIII DDDIII DDDAAAEEERRRAAAHHH
Peningkatan kinerja konsumsi dan sektor PHR menjelang akhir tahun
menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi NTT.
Laju perekonomian NTT pada triwulan IV-2014 diperkirakan mengalami
perlambatan seiring melambatnya kinerja sektor Pertanian dan sektor
Jasa-jasa.
Tekanan Inflasi pada triwulan mendatang diperkirakan meningkat
menjelang momen akhir tahun dan kekeringan sebagai dampak dari El-
Nino.
66..11.. PPeerrttuummbbuuhhaann EEkkoonnoommii
Pada triwulan IV-2014, pertumbuhan ekonomi NTT diperkirakan
tumbuh positif sedikit lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya.
Berdasarkan berbagai indikator ekonomi terakhir serta hasil survei maupun
liaison mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT triwulan IV-
2014 diperkirakan akan berada pada rentang 4,85% - 5,25% (yoy).
Dari sisi sektoral, kinerja sektor Pertanian dan Jasa-jasa diperkirakan
mengalami perlambatan sementara sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (PHR)
diperkiran meningkat. Pada sektor pertanian, kekeringan yang melanda NTT
akibat adanya El-Nino berdampak terhadap mundurnya musim tanam
2014/2015. Selanjutnya, realisasi APBD yang tidak setinggi pada triwulan III
diperkirakan menjadi penyebab utama perlambatan pada sektor Jasa-jasa.
Grafik 6.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Nusa Tenggara Timur
Sumber : BPS dan Bank Indonesia diolah
0.00%
1.00%
2.00%
3.00%
4.00%
5.00%
6.00%
7.00%
8.00%
9.00%
10.00%
0.00%
1.00%
2.00%
3.00%
4.00%
5.00%
6.00%
7.00%
I II III IV I II III IV I II III IV*
2012 2013 2014
PDRB Pertanian
PHR Jasa-Jasa
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014 |
65
Sementara sektor PHR (terutama subsektor perdagangan) diperkirakan
meningkat seiring momen Natal & Tahun Baru.
Dari sisi penggunaan, konsumen masih cukup optimis atas kondisi
ekonomi kedepan dan diikuti membaiknya ekspektasi pelaku usaha menjelang
akhir tahun. Sementara kinerja investasi diperkirakan melambat seiring realisasi
investasi pemerintah yang telah terealisasi pada triwulan sebelumnya. Begitu
pula kinerja net ekspor yang diperkirakan masih dalam trend perlambatan seiring
pelemahan nilai tukar.
66..11..11 SSiissii SSeekkttoorraall
Musim kering sebagai dampak El-Nino merupakan salah satu
penyebab melambatnya kinerja sektor pertanian. Musim kering yang lebih
buruk dibandingkan tahun lalu menyebabkan kegagalan panen di beberapa
sentra produksi terutama subsektor tabama dan perkebunan. Berdasarkan
informasi dari BMKG Kota Kupang, musim kering sebagai dampak El-Nino
diperkirakan berlangsung sampai akhir November 2014. Hal ini menyebabkan
mundurnya musim tanam 2014/2015 yang semula diperkirakan pada minggu I-II
November 2014. Sementara itu, dalam rangka mengdongkrak hasil produksi
pertanian pada musim tanam 2014-2015, Dinas Pertanian dan Perkebunan
Provinsi NTT mengucurkan dana Rp1,7 miliar untuk pengadaan alat mesin
pertanian (alsintan) bagi para petani di wilayah NTT. Saat ini Pemerintah Provinsi
NTT melalui Dinas Pertanian sedang melakukan penangkaran benih untuk
memenuhi kebutuhan pada saat musim tanam.
No Sektor Kegiatan Usaha Harga Jual
Realisasi Tw III-14
Ekspektasi Tw IV-14
Fluktuasi Realisasi Tw III-14
Ekspektasi Tw IV-14
Fluktuasi
1 Pertanian 10.64 23.53 121.17% 16.72 16.66 -0.34%
2 Pertambangan
3 Industri Pengolahan 0.24 0.47 97.92% 0.72 0.96 32.98%
4 Listrik, Gas dan Air Bersih
0.53 0.53 0.00% 0.53 0.53 0.00%
5 Bangunan 1.35 1.35 0.00% 0.00 0.00 0.00%
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran
5.67 6.39 12.71% 3.88 6.19 59.28%
7 Pengangkutan dan Komunikasi
3.01 3.01 0.00% 3.01 2.42 -19.69%
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Keuangan
0.55 1.09 100.00% 2.25 0.00 -100.00%
9 Jasa-jasa 18.76 19.26 2.64% 0.00 0.00 -100.00%
TOTAL 40.75 10.64 36.53% 27.12 26.76 -1.32%
Sumber: Survey Kegiatan Dunia Usaha diolah
Tabel 6.1 Ekspektasi Kondisi Usaha Provinsi NTT Triwulan IV-2014 (Indeks)
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014 |
66
Untuk subsektor perternakan diperkirakan turut mengalami
perlambatan. Meskipun informasi yang didapat dari peternak di Kabupaten
Malaka dan Kota Kupang bahwa produksi sapi tahun ini mengalami
peningkatan, namun terkendala dengan pembatasan penjualan sapi antar pulau
yang hampir memenuhi kuota tahun ini sebanyak 60 ribu ekor per tahun.
Sementara kinerja subsektor perikanan diperkirakan mengalami peningkatan
dengan adanya El-Nino menyebabkan kondisi perairan cenderung kondusif dan
ikan yang melimpah. Namun demikian, musim hujan yang diperkirakan muncul
pada bulan Desember 2014 yang biasanya diiringi dengan gelombang tinggi dan
angin kencang perlu diwaspadai. Hasil Survey Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)
menunjukkan bahwa kinerja sektor pertanian pada triwulan IV diperkirakan
meningkat cukup signifikan (tabel 6.1).
Menjelang Hari Raya Natal & Tahun Baru menjadi stimulus bagi
peningkatan sektor PHR. Momen Natal & Tahun Baru diperkirakan cukup
signifikan dampaknya terhadap peningkatan kinerja subsektor perdagangan.
Dimana pada perayaan tersebut biasanya tingkat konsumsi masyarakat NTT
meningkat. Hasil SKDU pun menunjukkan bahwa subsektor perdagangan
mengalami peningkatan. Sementara itu, subsektor Hotel & Restoran diperkirakan
stabil. Musim liburan yang cukup panjang pada akhir tahun dimanfaatkan oleh
sebagian besar masyarakat NTT untuk berkunjung ke rumah kerabat atau pun ke
luar NTT. Namun demikian, hal tersebut masih terkompensasi oleh kedatangan
wisatawan.
Realisasi APBD yang tidak setinggi triwulan sebelumnya
menyebabkan kinerja sektor Jasa-jasa mengalami perlambatan. Berdasarkan
pola historis dan komposisi pembentuk sektor Jasa-jasa yang mayoritas berasal
dari subsektor jasa pemerintahan, pada triwulan IV biasanya realisasi anggaran
APBD tidak terlalu tinggi karena realisasi tersebut telah dimaksimalkan pada
triwulan sebelumnya.
66..11..22 SSiissii PPeenngggguunnaaaann
Dari sisi penggunaan, kinerja konsumsi rumah tangga tercermin dari
hasil Survey Konsumen (SK) dan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU).
Peningkatan kinerja tingkat konsumsi triwulan IV distimulasi oleh momen akhir
tahun seperti perayaan Natal & Tahun Baru. Hasil SK pun menunjukkan
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014 |
67
peningkatan indeks pembelian barang tahan lama dibandingkan triwulan
sebelumnya.
Perkembangan kinerja komponen investasi diperkirakan akan
mengalami perlambatan. Berdasarkan SKDU, perkiraan perkembangan
kegiatan usaha mengalami perlambatan pada Triwulan IV. Hal ini dikarenakan
adanya dampak kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) tahap IV pada bulan
November yang merupakan salah satu komponen biaya utama dalam dunia
usaha. Begitu pula investasi subsektor pemerintahan diperkirakan turut
melambat. Mayoritas investasi yang terealisasi pada triwulan III menjadi faktor
utama perlambatan tersebut.
Grafik 6.2 Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen Grafik 6.3 Perkembangan Ekspektasi Konsumen
85
90
95
100
105
110
115
I II III IV I II III IV I II III IV*
2012 2013 2014
Indeks
Sumber : BPS Provinsi Nusa Tenggara Timur
ITK Pendapatan RT Rencana Pembelian Barang Tahan Lama
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
140.00
160.00
I II III IV I II III IV I II III IV*
2012 2013 2014
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
Sumber: SK diolah
-30.00
-20.00
-10.00
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
-8.00%
-6.00%
-4.00%
-2.00%
0.00%
2.00%
4.00%
6.00%
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III TwIV*
2012 2013 2014
Indeks
PDRB (qtq) SKDU - Kegiatan Usaha
SKDU - Harga Jual
Sumber : SKDU diolah
Grafik 6.4 Ekspektasi Kondisi Usaha Provinsi NTT Triwulan IV-2014
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014 |
68
Berdasarkan Realisasi Pertumbuhan Ekonomi Global, perkembangan
kinerja ekspor-impor pada triwulan IV-2014 diperkirakan masih mengalami
perlambatan. Meskipun saat ini perkembangan ekonomi global mulai
menunjukkan hal positif, namun perlambatan perkembangan ekonomi negara-
negara tujuan ekspor terutama negara Tiongkok masih terus berlanjut.
Berdasarkan consensus forecast, Negara Tiongkok diproyeksikan masih dalam
trend perlambatan. Selain itu, kondisi nilai tukar rupiah yang masih berada di
level Rp 12.000,00 atau trend peningkatan.
Tabel 6.2 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Global
2013
Proyeksi
2014 2015
PDB Dunia 3.1 3.4 3.8
Negara Maju 1.4 2.0 2.4
Amerika Serikat 2.2 2.1 3.0
Kawasan Eropa -0.4 1.1 1.5
Jepang 1.5 1.6 1.1
Negara Emerging Market dan berkembang 4.7 4.6 5.0
Tiongkok 7.7 7.4 7.1
India 4.6 5.4 6.4
Negara Emerging Market Lainnya 3.1 3.1 3.6
Sumber: Recent Economic Development Indonesia, Edisi Oktober 2014
66..22.. IInnffllaassii
Pada triwulan IV atau akhir tahun 2014, inflasi diperkirakan
meningkat. Berdasarkan perkembangan harga terkini, inflasi NTT di akhir tahun
diperkirakan berada pada kisaran sebesar 4,23% - 4,63% (yoy). Adapun tekanan
inflasi diperkirakan bersumber dari meningkatnya permintaan pada perayaan
Natal & Tahun Baru. Sementara itu, inflasi pada kelompok pangan berpotensi
meningkat sebagai dampak dari penurunan produksi sektor pertanian akibat
kekeringan. Inflasi Administered Prices (AP) diperkirakan meningkat sejalan
dengan diberlakukannya kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) tahap akhir untuk
beberapa kelompok termasuk kelompok rumah tangga serta peningkatan tarif
batas atas angkutan udara sebesar 20%. Terkait wacana kenaikan harga Bahan
Bakan Minyak (BBM) bersubsidi, setiap kenaikan harga BBM bersubsidi sebesar
Rp 1.000,00/liter berpotensi untuk menambah angka inflasi sebesar 1% dari
kondisi normal dan begitu pula kelipatannya.
Realisasi Pertumbuhan Ekonomi Global
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014 |
69
Komoditas bahan makanan diperkirakan masih mendominasi andil
tertinggi terhadap laju inflasi NTT. Secara spasial, berdasarkan data historis
selama 3 tahun terakhir (2011-2013), tingginya inflasi Kota Kupang terutama
berasal dari komoditas beras, bawang merah dan tomat sayur. Sementara Kota
Maumere, andil terbesar sebagian besar berasal dari kelompok ikan segar.
Kekeringan yang berkepanjangan sebagai dampak dari El-Nino
memberikan tekanan terhadap laju inflasi Volatile Foods. Beberapa daerah
sentra produksi pangan terutama padi terancam gagal panen sebagai dampak
kekeringan yang terjadi. Apabila hal ini terus berlanjut, tekanan harga terutama
komoditas beras dengan andil cukup tinggi sebesar 6,54% dapat memicu
peningkatan inflasi NTT secara umum. Begitu pula risiko eksternal diperkirakan
turut menekan inflasi NTT seiring gagal panen di sentra produksi di Indonesia.
Meskipun base effect kenaikan BBM telah hilang, namun adanya
kenaikan TTL dan peningkatan tarif batas atas angkutan udara diperkirakan
mampu menekan inflasi administered prices ke level lebih tinggi. Selain itu,
faktor musiman menjelang akhir tahun akan mendorong peningkatan harga
transportasi terutama transportasi udara. Sama seperti komoditas beras, shock
dari transportasi udara dampaknya sangat signifikan terhadap perkembangan
inflasi administered prices. Selain itu, rencana pemerintah mengurangi subsidi
BBM turut memperburuk shock inflasi administered prices.
Inflasi inti (core) cenderung meningkat. Menjelang akhir tahun,
diperkirakan permintaan terhadap subkelompok sandang, rekreasi, dan
makanan jadi meningkat seiring perayaan Natal & Tahun Baru. Selain itu,
tekanan cost push inflation sebagai dampak peningkatan TTL meningkatkan
risiko inflasi inti terutama subkelompok biaya tempat tinggal dan makanan jadi.
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014 |
70
0.00%
1.00%
2.00%
3.00%
4.00%
5.00%
6.00%
7.00%
8.00%
9.00%
10.00%
I II III IV I II III IV*
2013 2014
year on year NTT
150
160
170
180
190
200
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2013 2014
Ekspektasi konsumen terhadap harga 3 bulan yang akan datangEkspektasi konsumen terhadap harga 6 bulan yang akan datang
Sumber: BPS dan Proyeksi BI Sumber: SK diolah
Dari sisi konsumen, ekspektasi inflasi diperkirakan meningkat. Hasil
Survei Konsumen terhadap perkembangan Harga 3 Bulan yang Akan datang
menunjukkan peningkatan indeks yakni dari 182 menjadi 185. Peningkatan
ekspektasi konsumen didorong oleh momen akhir tahun seperti Natal & Tahun
Baru.
Beberapa program TPID di NTT diperkirakan mampu meredam inflasi
menjelang akhir tahun. P
keterjangkauan harga, kelancaran distribusi, dan komunikasi publik, yang
diperkirakan mampu menjaga stabilitas harga antara lain:
a. Melaksanakan operasi pasar.
b. Tinjauan langsung ke gudang-gudang sembako dalam rangka mengantisipasi
kelangkaan persediaan.
c. Pengendalian ekspektasi masyarakat melalui media informasi.
Grafik 6.5 Proyeksi Inflasi Tahunan NTT Grafik 6.6 Ekspektasi Harga Konsumen
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014 |
71
RENCANA KENAIKAN BBM, AKANKAH SETINGGI TAHUN LALU?
Secara umum, terjadinya peningkatan peningkatan kebutuhan energi
mempunyai keterkaitan erat dengan semakin berkembangnya kegiatan ekonomi
dan bertambahnya jumlah penduduk. Di Indonesia, dengan jumlah penduduk yang
setiap tahunnya terus mengalami peningkatan serta tingginya dinamika aktivitas
ekonomi, maka peningkatan kebutuhan energi adalah sesuatu hal yang tidak bisa
dihindari. Untuk saat ini, jenis energi yang paling banyak dikonsumsi oleh
masyakarat Indonesia yaitu Bahan Bakar Minyak (BBM). BBM merupakan unsur vital
dalam proses produksi dan distribusi barang & jasa.
Pemerintah baru di era Presiden Joko Widodo berencana menaikkan harga
BBM bersubsidi. Langkah yang diambil pemerintah bukan berarti tanpa
perhitungan. Subsidi BBM yang dari tahun ke tahun mengalami peningkatan,
tentunya membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Tahun
2014 saja, subsidi BBM yang dipikul oleh negara mencapai Rp246 triliun dengan
kuota BBM 46 juta Kilo liter atau lebih besar dibandingkan tahun 2013 yang hanya
Rp199 triliun. Menilik hal tersebut, bagaimanakah dampak rencana kenaikan harga
BBM di Provinsi NTT?
Berdasaran karakteristiknya, inflasi NTT salah satunya amat dipengaruhi
faktor eksternal. Pemenuhan permintaan akan barang yang masih mengandalkan
daerah lain, menyebabkan inflasi NTT rentan terhadap tekanan dari luar (imported
inflation). Selain faktor eksternal, kondisi geografis di NTT yang merupakan
kepulauan dan kondisi iklim yang bersifat kering turut mempengaruhi pergerakan
inflasi.
Rencana pemerintah meningkatkan harga BBM tentu akan berdampak
terhadap naiknya inflasi NTT secara signifikan. Berkaca dari pengalaman
sebelumnya, kenaikan harga BBM yang terjadi pada tahun 2013 menyebabkan
inflasi tahunan NTT naik cukup tinggi sebesar 2,74%(yoy). Laju inflasi yang tinggi
terutama dipengaruhi oleh kelompok transportasi dimana kelompok tersebut
terkena dampak langsung dari kenaikan BBM. Tidak hanya disitu saja, dampak
lanjutan dari kenaikan BBM adalah peningkatan harga bahan makanan dan harga
barang jadi (cost push).
BOKS 3
KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN III – 2014 |
72
Gambar Event Analysis Inflasi NTT
Skema rencana kenaikan BBM tahun 2014 memiliki berbagai opsi antara lain
kenaikan sebesar Rp1.000/L, kenaikan Rp2.000/L, dan yang tertinggi sebesar
Rp3000,-/L. Berikut analisa terkait kenaikan BBM bersubsidi masing-masing skema:
Tabel Simulasi kenaikan BBM
Rp 3000 Rp 2000 Rp 1000
Dampak Langsung 1.24% 0.83% 0.41%
Bensin 1.14% 0.76% 0.38%
Solar 0.10% 0.07% 0.03%
Tak Langsung 1.77% 1.18% 0.59%
Angkutan dalam kota 1.68% 1.12% 0.56%
Angkutan luar kota 0.08% 0.05% 0.03%
Angkutan laut 0.00% 0.00% 0.00%
Angkutan SDP 0.00% 0.00% 0.00%
Tarif Taksi 0.00% 0.00% 0.00%
Total Dampak 3.01% 2.01% 1.00%
Kenaikan Harga BBMItem
Berdasarkan skema di atas, kenaikan tertinggi memberikan andil terhadap
inflasi tahunan sebesar 3,01%(yoy). Andil tersebut apabila dibandingkan dengan
kenaikan tahun lalu tidak terlalu tinggi. Namun demikian, apabila kenaikan BBM
terjadi pada awal bulan Desember yang bertepatan dengan momen akhir tahun
(Natal & tahun Baru), diperkirakan inflasi NTT tahun 2014 mencapai 7,44%.