75
KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan I-2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL · 2018-12-26 · sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sedangkan apabila termasuk sektor pertambangan maka kinerja perekonomian NTB mengalami kontraksi

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

KAJIAN EKONOMI REGIONALProvinsi Nusa Tenggara Barat

Triwulan I-2012

KAJIAN EKONOMI REGIONALPROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Triwulan I-2012

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Penerbit :KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARATUnit Kajian Statistik dan SurveiJl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara BaratTelp. : 0370-623600Fax : 0370-631793E-mail : [email protected]

[email protected] [email protected]

Visi Bank Indonesia

Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun

internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian

inflasi yang rendah dan stabil.

Misi Bank Indonesia

Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan

moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional

jangka panjang yang berkesinambungan.

Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia

Nilai-nilai yang menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen dan pegawai untuk

bertindak atau berperilaku yaitu kompetensi, integritas, transparansi, akuntabilitas dan

kebersamaan.

Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat

Menjadi Kantor Perwakilan Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui

peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan.

Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat

Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang moneter, perbankan dan

sistem pembayaran secara efisien dan optimal serta memberikan saran kepada

Pemerintah Daerah dan lembaga terkait lainnya di daerah dalam rangka mendukung

pembangunan ekonomi daerah.

i

KATA PENGANTAR

Pada Triwulan I-2012, kinerja perekonomian Nusa Tenggara Barat (NTB) tanpa

sektor pertambangan menunjukkan perlambatan yang tercatat sebesar 4,23% (yoy).

Dari sisi permintaan, kegiatan konsumsi tampil sebagai komponen utama penggerak

perekonomian NTB. Dari sisi penawaran, pencapaian tersebut didukung oleh kinerja

sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sedangkan apabila termasuk sektor

pertambangan maka kinerja perekonomian NTB mengalami kontraksi mencapai 2,95%

(yoy) akibat rendahnya produksi konsentrat tembaga.

Hingga Triwulan I-2012, perkembangan harga barang dan jasa di NTB

menunjukkan kecenderungan yang meningkat. Secara tahunan, laju inflasi di NTB

mencapai 8,84% (yoy), berada lebih tinggi dari laju inflasi Nasional yang tercatat

sebesar 3,97% (yoy).

Di sisi pembiayaan, dukungan pembiayaan kegiatan ekonomi melalui

intermediasi perbankan di Nusa Tenggara Barat menunjukkan kinerja yang baik,

tercermin dari pertumbuhan kredit pada posisi Triwulan I-2012 yang mencapai 24,68%

(yoy). Kinerja positif intermediasi perbankan tersebut turut disertai dengan terjaganya

kualitas kredit yang tercemin dari tingkat rasio Non Performing Loan (NPL) dibawah

batas indikatif.

Di samping ulasan di atas, buku ini juga mengupas perkembangan keuangan

daerah, sistem pembayaran, kesejahteraan masyarakat serta prospek ekonomi ke

depan yang dapat menjadikan masukan bagi Kantor Pusat Bank Indonesia maupun

stakeholders di daerah. Bank Indonesia memiliki kepedulian tinggi dalam mendorong

pertumbuhan ekonomi regional yang akan berdampak terhadap pertumbuhan

ekonomi nasional, antara lain dengan melakukan penelitian dan kajian serta

memberikan rekomendasi kepada pemerintah daerah dalam mendorong terjadinya

pertumbuhan ekonomi termasuk pengendalian harga barang dan jasa.

Ucapan terima kasih dan penghargaan atas kerjasamanya kepada semua pihak

terutama jajaran Pemerintah Daerah baik Provinsi, Kabupaten maupun Kota,

dinas/instansi terkait, perbankan, akademisi dan pihak lainnya yang telah membantu

penyediaan data sehingga buku ini dapat dipublikasikan. Semoga buku ini bermanfaat

dan kiranya Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya

bagi kita semua.

Mataram, 9 Mei 2012KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI NUSA TENGGARA BARATKepala Perwakilan,

M. JunaifinDeputi Direktur

ii

2012

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1

EKONOMI MAKRO REGIONAL

Indeks Harga Konsumen 123.00 125.93 129.81 132.51 132.61 133.27 138.09 141.19 144.33

-Kota Mataram 122.29 126.00 129.78 132.74 132.65 133.09 138.52 141.21 142.67

-Kota Bima 125.66 127.04 129.93 131.63 132.46 133.94 136.47 141.10 144.77

Laju Inflasi Tahunan (yoy %) 3.59 7.52 7.43 10.08 7.83 5.85 6.38 6.55 8.84

-Kota Mataram 3.70 8.04 7.89 11.07 8.47 5.97 6.73 6.38 9.14

-Kota Bima 3.19 5.55 5.72 6.35 5.41 5.38 5.03 7.19 7.71

PDRB-harga konstan (miliar Rp) 4,737.13 4,845.98 5,314.53 5,172.24 4,644.84 4,591.86 5,226.19 4,969.39 4,507.99

-Pertanian 1,001.94 1,090.38 1,290.34 1,162.72 1,106.57 1,102.08 1,320.13 1,197.90 1,092.27

-Pertambangan dan Penggalian 1,369.25 1,296.71 1,449.77 1,375.38 1,021.66 872.06 1,162.80 975.52 734.60

-Industri Pengolahan 231.14 229.39 252.67 231.05 235.36 244.42 256.44 237.55 245.30

-Listrik, gas dan air bersih 17.43 17.73 18.05 18.50 18.57 19.20 19.63 20.22 20.09

-Bangunan 361.34 363.24 378.05 406.96 361.08 386.64 407.25 432.25 378.74

-Perdagangan, Hotel dan Restoran 674.89 710.77 761.00 792.83 739.82 761.61 808.66 841.84 802.52

-Pengangkutan dan Komunikasi 352.59 370.13 387.49 397.97 378.27 394.24 417.73 432.64 407.81

-Keuangan, Persewaan dan Jasa 249.59 260.58 259.18 256.59 278.85 282.74 285.93 283.35 291.54

-Jasa 478.97 507.05 517.99 530.24 504.65 528.89 547.62 548.14 535.12

Pertumbuhan PDRB (yoy %) 23.10 9.61 5.88 (7.31) (1.95) (5.24) (1.66) (3.92) (2.95)

Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) 600.67 474.39 673.76 220.43 277.09 158.07 476.54 174.56 158.82

Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 217.54 196.35 266.79 76.15 100.52 55.03 143.73 72.96 78.09

Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) 105.58 31.47 41.04 47.28 160.28 91.34 76.89 67.53 72.24

Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 22.60 11.82 16.89 13.99 46.68 34.81 68.76 21.78 25.60

PERBANKAN

Bank umum :

Total Aset (Rp triliun) 11.06 11.65 12.08 12.89 13.28 14.16 14.95 15.82 16.46

Dana Pihak Ketiga (Rp triliun) 7.26 7.80 7.90 8.47 8.66 9.38 10.02 10.87 11.00

-Tabungan (%) 51.55 50.96 54.37 59.99 52.84 52.15 52.80 61.46 53.01

-Giro (%) 23.56 24.42 21.42 15.93 21.38 22.26 22.55 16.07 22.57

-Deposito (%) 24.88 24.62 24.21 24.08 25.78 25.59 24.65 22.47 24.43

Kredit (Rp triliun) - berdasarkan bank pelapor 7.75 8.41 8.86 9.40 9.87 10.62 11.20 11.77 12.32

-Modal Kerja 2.20 2.41 2.58 2.72 2.73 2.88 3.13 3.41 3.69

-Investasi 0.46 0.49 0.46 0.53 0.58 0.65 0.83 1.17 1.37

-Konsumsi 5.09 5.52 5.83 6.15 6.56 7.08 7.24 7.18 7.26

Kredit Mikro (< atau = Rp50 juta) (Rp triliun) 2.95 2.95 2.95 2.95 2.94 2.86 2.83 2.81 2.73

-Kredit Modal Kerja 0.50 0.53 0.54 0.55 0.56 0.56 0.60 0.65 0.67

-Kredit Investasi 0.07 0.08 0.07 0.07 0.07 0.07 0.08 0.12 0.12

-Kredit Konsumsi 2.37 2.33 2.34 2.33 2.31 2.23 2.15 2.04 1.94

Kredit Kecil (Rp 50 < x < Rp500 juta) (Rp triliun) 3.56 4.06 4.42 4.85 5.29 5.94 6.35 6.82 7.29

-Kredit Modal Kerja 0.78 0.83 0.89 0.93 0.96 1.01 1.11 1.30 1.50

-Kredit Investasi 0.20 0.21 0.20 0.23 0.26 0.30 0.36 0.61 0.75

-Kredit Konsumsi 2.59 3.02 3.33 3.69 4.07 4.63 4.88 4.91 5.04

Kredit Menengah (Rp 500 juta < x < Rp5 miliar) (Rp triliun)1.06 1.19 1.21 1.28 1.30 1.44 1.55 1.63 1.78

-Kredit Modal Kerja 0.82 0.92 0.94 0.99 0.99 1.09 1.12 1.17 1.26

-Kredit Investasi 0.16 0.17 0.15 0.17 0.17 0.17 0.22 0.23 0.24

-Kredit Konsumsi 0.09 0.10 0.11 0.13 0.15 0.18 0.21 0.23 0.28

Total Kredit MKM (Rp triliun) 7.57 8.20 8.57 9.08 9.53 10.24 10.74 11.26 0.52

Loan to Deposit Ratio 106.72 107.91 112.14 110.93 113.88 113.20 111.83 108.24 111.98

NPL gross (%) 1.96 1.89 1.84 1.76 1.90 2.01 1.99 1.68 1.80

2010INDIKATOR

2011

Provinsi Nusa Tenggara BaratINDIKATOR EKONOMI DAN MONETER

iii

2012

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1

Bank Perkreditan Rakyat :

Total Aset (Rp triliun) 0.70 0.71 0.76 0.84 0.87 0.89 0.95 1.06 1.11

Dana Pihak Ketiga (Rp triliun) 0.35 0.35 0.35 0.41 0.41 0.42 0.43 0.51 11.00

-Tabungan (%) 49.47 47.92 51.26 50.77 52.09 52.65 54.04 58.34 56.87

-Giro (%) 47.35

-Deposito (%) 50.53 52.08 48.74 49.23 47.91 47.35 45.96 41.66 43.13

Kredit (Rp triliun) - berdasarkan bank pelapor 0.47 0.48 0.49 0.51 0.53 0.55 0.58 0.60 0.64

-Modal Kerja 0.27 0.28 0.29 0.29 0.31 0.33 0.35 0.36 0.39

-Investasi 0.03 0.02 0.03 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.03

-Konsumsi 1.76 0.18 0.17 0.19 0.19 0.20 0.21 0.22 0.22

Loan to Deposit Ratio 134.30 138.94 137.08 125.02 127.84 132.84 134.56 119.31 118.53

Rasio NPL Gross (%) 12.30 12.15 12.92 12.97 13.90 13.43 12.45 11.65 12.02

SISTEM PEMBAYARAN

Nominal Transaksi RTGS (Rp miliar) 882.70 1,274.29 1,602.76 1,264.40 1,212.88 1,806.74 2,471.46 1,955.42 2,402.87

Volume Transaksi RTGS (lembar) 3,161 4,060 4,701 3,839 2,324 2,397 2,511 2,818 2,694

Rata-rata Harian Nominal Transaksi RTGS (Rp miliar) 14.47 20.55 25.85 20.07 19.88 28.68 38.02 30.55 37.54

Rata-rata Harian Volume Transaksi RTGS (lembar) 51.82 65.48 75.82 60.94 38.10 38.05 38.63 44.03 42.09

Nominal Kliring Kredit (Rp miliar) 923.51 886.31 846.42 1,010.18 1,019.47 969.26 1,144.39 1,369.43 1,331.04

Volume Kliring Kredit (lembar) 27,666 26,447 23,579 28,778 28,020 28,129 29,331 32,452 32.247

Rata-rata Harian Nominal Kliring Kredit (Rp miliar) 15.14 14.30 13.65 16.03 16.71 15.39 17.61 21.40 20.80

Rata-rata Harian Volume Kliring Kredit (lembar) 453.54 426.56 380.31 456.79 459.34 446.49 451.25 507.06 0.50

INDIKATOR20112010

KAJIAN EKONOMI REGIONAL NTB TRIWULAN I-2012

iv

DAFTAR ISI

Kata Pengantar..........................................................................................................................i

Indikator Ekonomi dan Moneter ............................................................................................ii

Daftar Isi................................................................................................................................... iv

Daftar Grafik............................................................................................................................vi

Daftar Tabel............................................................................................................................. ix

Ringkasan Eksekutif .................................................................................................................x

Bab 1 Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat.........................................................1

1.1. Kondisi Umum.............................................................................................................1

1.2. Sisi Permintaan............................................................................................................1

1.3. Sisi Penawaran ............................................................................................................6

Boks 1 Minyak Tanah dan Gas Elpiji Pemicu Laju Inflasi Kota Mataram ...........................16

Bab 2 Perkembangan Inflasi Nusa Tenggara Barat .............................................................18

2.1. Kondisi Umum...........................................................................................................18

2.2. Inflasi Triwulanan .....................................................................................................19

2.3. Inflasi Tahunan..........................................................................................................20

2.4. Inflasi Berdasarkan Kota ..........................................................................................21

2.5. Disagregasi Inflasi .....................................................................................................22

Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran ................................................25

3.1. Intermediasi Perbankan ...........................................................................................25

3.2. Perkembangan Bank Umum ....................................................................................26

3.3. Perkembangan Kredit UMKM .................................................................................32

3.4. Kredit Usaha Rakyat (KUR).......................................................................................34

3.5. Perkembangan Bank Umum Syariah.......................................................................35

3.6. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) .....................................................37

3.7. Perkembangan Sistem Pembayaran........................................................................38

Bab 4 Perkembangan Keuangan Daerah .............................................................................45

4.1. Realisasi Pendapatan Daerah...................................................................................45

4.2. Realisasi Belanja ........................................................................................................45

Bab 5 Kesejahteraan Masyarakat..........................................................................................48

5.1. Ketenagakerjaan.......................................................................................................48

5.2. Kesejahteraan Masyarakat.......................................................................................50

Boks 2 Perkembangan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Asal Nusa Tenggara Barat.............52

Bab 6 Prosoek Ekonomi Dan Harga ......................................................................................55

6.1. Prospek Ekonomi Nusa Tenggara Barat..................................................................55

6.2.Perkiraan Inflasi Nusa Tenggara Barat.....................................................................56

KAJIAN EKONOMI REGIONAL NTB TRIWULAN I-2012

vi

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1 Perkembangan Konsumsi Listrik Rumah Tangga.................................................3

Grafik 1.2 Penyaluran Kredit Konsumsi..................................................................................3

Grafik 1.3 Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor......................................................3

Grafik 1.4 Indeks Keyakinan Konsumen.................................................................................3

Grafik 1.5 Perkembangan Pembentukan Modal Tetap Bruto..............................................4

Grafik 1.6 Perkembangan Volume Penjualan Semen............................................................4

Grafik 1.7 Penyaluran Kredit Investasi....................................................................................4

Grafik 1.8 Realisasi Investasi Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal

Dalam Negeri...........................................................................................................4

Grafik 1.9 Perkembangan Volume Ekspor (Dalam Ribu) ......................................................5

Grafik 1.10 Perkembangan Volume Impor (Dalam Ribu) .....................................................5

Grafik 1.11 Struktur Perekonomian Nusa Tenggara Barat Periode Triwulan IV 2011

Dan Triwulan I 2012..............................................................................................7

Grafik 1.12 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Nusa Tenggara Barat.........................7

Grafik 1.13 Perkembangan Pertumbuhan di Sektor Utama Nusa Tenggara Barat ............7

Grafik 1.14 Perkembangan Luas Lahan Tanam Padi .............................................................8

Grafik 1.15 Perkembangan Luas Lahan Panen Padi ..............................................................8

Grafik 1.16 Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor Pertanian ...........................................9

Grafik 1.17 Jumlah Produksi dan Ekspor Konsentrat Tembaga Nusa Tenggara Barat.....10

Grafik 1.18 Penyaluran Kredit Perbankan di Nusa Tenggara Barat

ke Sektor Pertambangan....................................................................................10

Grafik 1.19 Tingkat Hunian Kamar dan Lama Tinggal Tamu .............................................11

Grafik 1.20 Perkembangan Tamu Hotel Berbintang...........................................................11

Grafik 1.21 Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor Perdagangan Hotel

Dan Restoran .......................................................................................................11

Grafik 1.22 Perkembangan Volume Penjualan Semen........................................................12

Grafik 1.23 Penyaluran Kredit Perbankan Ke Sektor Bangunan........................................12

Grafik 1.24 Perkembangan Kondisi Perbankan...................................................................13

Grafik 1.25 Perkembangan Laba Perbankan........................................................................13

Grafik 1.26 Perkembangan Arus Penumpang Domestik Angkutan Udara .......................13

Grafik 1.27 Perkembangan Arus Penumpang Internasional Angkutan Udara.................13

Grafik 1.28 Perkembangan Arus Bongkar Muat Angkutan Laut Barang..........................13

Grafik 1.29 Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor Transportasi dan Komunikasi ........13

Grafik 1.30 Perkembangan Konsumsi Listrik Industri..........................................................14

Grafik 1.31 Perkembangan Kredit Perbankan Ke Sektor Industri Pengolahan ................14

Grafik 1.32 Perkembangan Konsumsi Listrik........................................................................15

Grafik 1.33 Penyaluran Kredit Perbankan Ke Sektor Listrik, Air dan Gas..........................15

Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Bulanan dan Tahunan ....................................................18

KAJIAN EKONOMI REGIONAL NTB TRIWULAN I-2012

vii

Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Triwulanan.......................................................................18

Grafik 2.3 Inflasi Triwulanan .................................................................................................19

Grafik 2.4 Sumbangan Inflasi Triwulanan............................................................................19

Grafik 2.5 Inflasi Tahunan......................................................................................................20

Grafik 2.6 Sumbangan Inflasi Tahunan ................................................................................20

Grafik 2.7 Disagregasi Inflasi Secara Bulanan (%, mtm) .....................................................22

Grafik 2.8 Disagregasi Inflasi Secara Tahunan (%, yoy) ......................................................22

Grafik 2.9 Perkembangan Harga Beras (Rp/Kg)...................................................................23

Grafik 2.10 Perkembangan Harga Cabai, Gula Pasir dan Minyak Goreng ........................23

Grafik 2.11 Perkembangan Harga Pangan di Pasar Internasional .....................................24

Grafik 2.12 Perkembangan Harga Emas dan Minyak Mentah di Pasar Dunia ..................24

Grafik 3.1 Perkembangan Aset Bank Umum.......................................................................26

Grafik 3.2 Pertumbuhan Aset Bank Umum Menurut Kegiatan Usaha .............................26

Grafik 3.3 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum................................................27

Grafik 3.4 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Bank Umum..................................................27

Grafik 3.5 Pangsa Dana Pihak Ketiga per Kepemilikan Dana

Pihak Ketiga Bank Umum....................................................................................28

Grafik 3.6 Pangsa Dana Pihak Ketiga Menurut Jenis Simpanan Bank Umum ..................28

Grafik 3.7 Perkembangan Kredit Bank Umum ....................................................................29

Grafik 3.8 Pangsa Kredit Bank Umum Menurut Jenis Penggunaan...................................29

Grafik 3.9 Pertumbuhan Kredit Bank Umum Menurut Jenis Penggunaan .......................30

Grafik 3.10 Pertumbuhan Kredit Bank Umum Menurut Jenis Penggunaan .....................30

Grafik 3.11 Perkembangan Suku Bunga Bank Umum ........................................................31

Grafik 3.12 Pangsa Kredit Bank Umum Secara Sektoral .....................................................31

Grafik 3.13 Pangsa Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Terhadap Total

Kredit Bank Umum..............................................................................................33

Grafik 3.14 Perkembangan Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.............................33

Grafik 3.15 Perkembangan Rasio Non Performing Loan Kredit Usaha Mikro, Kecil

dan Menengah Bank Umum .............................................................................33

Grafik 3.16 Perkembangan Bank Umum Syariah.................................................................35

Grafik 3.17 Pangsa Bank Umum Syariah Terhadap Perbankan..........................................35

Grafik 3.18 Perkembangan Aset Bank Umum Syariah ........................................................36

Grafik 3.19 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Syariah ................................36

Grafik 3.20 Perkembangan Pembiayaan Bank Umum Syariah...........................................36

Grafik 3.21 Perkembangan Finance to Deposit Ratio dan Non Performing Finance

Bank Umum Syariah...........................................................................................36

Grafik 3.22 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat ........................................37

Grafik 3.23 Perkembangan Kredit Bank Perkreditan Rakyat Menurut

Jenis Penggunaan ...............................................................................................37

Grafik 3.24 Pangsa Penyaluran Kredit Bank Perkreditan Rakyat Menurut

Sektor Ekonomi ...................................................................................................38

Grafik 3.25 Perkembangan Penyaluran dan Kualitas Kredit Bank Perkreditan Rakyat ...38

Grafik 3.26 Perkembangan Inflow, Outflow dan Netflow .................................................39

KAJIAN EKONOMI REGIONAL NTB TRIWULAN I-2012

viii

Grafik 3.27 Perkembangan Penukaran Uang Kecil .............................................................40

Grafik 3.28 Komposisi Penukaran Uang Kertas Keluar Berdasarkan Jenis Pecahan.........40

Grafik 3.29 Rasio Pemberian Tanda Tidak Berharga terhadap Cash Inflow .....................41

Grafik 3.30 Perkembangan Transaksi Non Tunai.................................................................42

Grafik 3.31 Perkembangan Transaksi Kliring.......................................................................43

Grafik 3.32 Perkembangan Transaksi Real Time Gross Settlement ....................................43

Grafik 3.33 Temuan Uang Palsu Pada Perbankan ...............................................................44

Grafik 4.1 Saldo Keuangan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat di Perbankan.....47

Grafik 5.1 Tingkat Pengangguran Terbuka di Nusa Tenggara Barat.................................48

Grafik 5.2 Perkembangan Lapangan Kerja di Nusa Tenggara Barat .................................48

Grafik 5.3 Negara Tujuan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia .......................................49

Grafik 5.4 Penerimaan Remitansi Tenaga Kerja Indonesia.................................................49

Grafik 5.5 Indeks Penghasilan Saat Ini dan Ekspektasi Penghasilan .................................50

Grafik 5.6 Perkembangan Nilai Tukar Petani.......................................................................50

Grafik 6.1 Ekspektasi Situasi Bisnis........................................................................................55

Grafik 6.2 Indeks Ekspektasi Konsumen...............................................................................55

Grafik 6.3 Ekspektasi Harga 3 Bulan Yang Akan Datang ...................................................57

KAJIAN EKONOMI REGIONAL NTB TRIWULAN I-2012

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi dari Sisi Permintaan.........................................................2

Tabel 1.2 Pertumbuhan dan Sumbangan Pertumbuhan Sisi Penawaran ............................6

Tabel 1.3 Perkembangan Produksi Padi Nusa Tenggara Barat.............................................8

Tabel 2.1 Inflasi Tahunan (yoy) .............................................................................................20

Tabel 2.2 Komoditas Dominan Penyumbang Inflasi Triwulan I-2012 di Kota

Mataram dan Bima ...............................................................................................21

Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Perbankan ...................................................................29

Tabel 3.2 Pertumbuhan Kredit Bank Umum ........................................................................30

Tabel 3.3 Perkembangan Kredit Bank Umum......................................................................31

Tabel 3.4 Perkembangan Kualitas Kredit Bank Umum .......................................................32

Tabel 3.5 Perkembangan Kredit Usaha Rakyat Berdasarkan Plafon Kredit .....................34

Tabel 4.1 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Provinsi NTB Tahun 2012 ....................46

x

RINGKASAN EKSEKUTIF

1. Perkembangan Ekonomi dan Perbankan

Makro Ekonomi Regional

Pada triwulan I-2012, perekonomian Nusa Tenggara Barat (NTB)

tanpa sektor pertambangan menunjukkan kinerja melambat dibanding

triwulan sebelumnya yaitu dari 5,21% (yoy) menjadi 4,23% (yoy).

Sementara itu, laju pertumbuhan ekonomi NTB dengan sektor pertambangan

masih berada pada tren pertumbuhan negatif yang mengalami kontraksi

sebesar 2,95% (yoy), lebih baik dibanding triwulan lalu yang terkontraksi

sebesar 3,92% (yoy).

Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Nusa Tenggara Barat

kembali dipengaruhi oleh penurunan kegiatan perdagangan luar negeri baik

pada kegiatan ekspor maupun impor. Selain itu, relatif minimnya konsumsi

pemerintah turut memberikan sumbangan negatif terhadap perekonomian

NTB. Sementara itu, kegiatan konsumsi rumah tangga mampu menunjukkan

pertumbuhan yang signifikan dan mampu tampil sebagai komponen utama

penggerak perekonomian NTB.

Dari sisi penawaran, kinerja perekonomian NTB tanpa sektor

pertambangan menunjukkan perlambatan yang dipengaruhi oleh menurunnya

kinerja sektor pertanian yang mengalami kontraksi. Perlambatan terbesar

dialami oleh sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yang turut

menahan laju pertumbuhan ekonomi. Sementara itu, sektor perdagangan, hotel

dan restoran mampu tampil sebagai sektor yang memiliki pertumbuhan

ekonomi tertinggi dan memberikan kontribusi (andil) positif terbesar terhadap

pembentukan pertumbuhan ekonomi. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi

NTB termasuk sektor pertambangan masih berada pada tren pertumbuhan

negatif yang disebabkan menurunnya kinerja sektor pertambangan.

Perkembangan Inflasi

Sepanjang triwulan I-2012 perkembangan harga barang dan jasa

di Nusa Tenggara Barat cenderung mengalami peningkatan. Secara

tahunan, pada triwulan I-2012 laju inflasi NTB tercatat sebesar 8,84% (yoy),

meningkat dibanding triwulan lalu yang tercatat sebesar 6,55% (yoy). Laju

inflasi tahunan NTB tersebut memiliki arah yang sama dengan pergerakan

inflasi nasional yang berada pada tren peningkatan yang tercatat sebesar 3,97%

(yoy) (Desember 2011: 3,79%, yoy).

Berdasarkan pergerakan harga barang dan jasa secara bulanan, laju

inflasi NTB sepanjang triwulan I-2012 cenderung mengalami peningkatan.

RINGKASAN EKSEKUTIF

xi

Memasuki awal tahun yakni pada bulan Januari dan Februari 2012, laju inflasi

NTB mengalami lonjakan yang cukup tinggi masing-masing tercatat sebesar

1,24% (mtm) dan 1,48% (mtm). Sementara pada Maret 2012 pergerakan harga

barang mengalami penurunan yang tercatat mengalami deflasi sebesar 0,50%

(mtm).

Secara triwulanan, laju inflasi NTB pada triwulan I-2012 menunjukkan

kecenderungan menurun yang tercatat sebesar 2,22% (qtq), sedikit lebih rendah

dibanding triwulan lalu yang tercatat mencapai 2,24% (qtq). Kondisi tersebut

disebabkan oleh menurunnya tekanan inflasi triwulanan utamanya pada

kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. Di sisi lain,

sumbangan laju inflasi utamanya berasal dari kelompok perumahan, air, listrik,

gas dan bahan bakar, kemudian diikuti oleh kelompok bahan makanan.

Secara umum, terbentuknya kecenderungan peningkatan harga tersebut

disebabkan adanya gangguan pasokan yang berasal dari kegiatan produksi dan

distribusi barang-barang. Pada awal tahun, belum berlangsungnya kegiatan

panen padi dan semakin menipisnya ketersediaan beras mendorong kenaikan

harga kelompok bahan makanan. Selain itu, peningkatan laju inflasi juga turut

dipengaruhi oleh kelangkaan pada komoditas bahan bakar rumah tangga

akibat terbatasnya pasokan minyak tanah dan gangguan pasokan elpiji.

Berdasarkan kota perhitungan inflasi, pada triwulan I-2012 laju inflasi

tahunan tertinggi dialami oleh kota Mataram yang tercatat sebesar 9,14% (yoy).

Sedangkan pada kota Bima, laju inflasi tahunannya tercatat lebih rendah yaitu

sebesar 7,71% (yoy). Secara disagregasi inflasi, peningkatan laju inflasi NTB

kembali didorong oleh laju inflasi pada kelompok inflasi administered price dan

kelompok volatile food. Sementara itu, kelompok inflasi inti bergerak stabil

namun menunjukkan pergerakan harga yang relatif meningkat.

Kinerja Perbankan

Pada triwulan I-2012, kinerja intermediasi perbankan Nusa

Tenggara Barat berada pada tren peningkatan dan tumbuh dalam level

yang tinggi. Kegiatan pembiayaan meningkat yang diikuti oleh risiko kredit

yang terjaga. Sedangkan penghimpunan dana masyarakat oleh industri

perbankan Nusa Tenggara Barat cenderung mengalami perlambatan.

Hingga akhir triwulan I-2012, rasio Loan to Deposit Ratio (LDR)

perbankan NTB berada pada level yang cukup tinggi hingga mencapai 112,29%,

lebih tinggi endah dibanding triwulan lalu yang tercatat mencapai 108,71%.

Kondisi tersebut diakibatkan oleh laju pertumbuhan kegiatan penghimpunan

dana yang relatif melambat khususnya pada bank umum dibandingkan dengan

kegiatan penyaluran kredit.

Secara gabungan, total outstanding kredit perbankan (Bank Umum dan

Bank Perkreditan Rakyat) terus meningkat mencapai Rp12,96 triliun atau

RINGKASAN EKSEKUTIF

xii

tumbuh sebesar 24,68% (yoy). Sementara itu, jumlah dana pihak ketiga (DPK)

yang berhasil dihimpun dari masyarakat meningkat mencapai Rp11,54 triliun

atau tumbuh sebesar 27,25% (yoy), melambat dibandingkan dengan

pertumbuhan triwulan lalu yang tercatat sebesar 28,16% (yoy).

Dari sisi risiko kredit, tingginya laju pertumbuhan penyaluran kredit

perbankan NTB diikuti oleh risiko kredit yang tetap terjaga. Kondisi tersebut

tercermin dari rasio Non Performing Loans (NPL) sebesar 2,30%.

Perkembangan Sistem Pembayaran

Pada triwulan I-2012 perkembangan transaksi keuangan secara

tunai di Nusa Tenggara Barat kembali berada pada tren net inflow.

Kondisi tersebut tercermin dari peningkatan jumlah aliran uang keluar (cash

outflow) yang lebih kecil dibandingkan aliran uang masuk (cash inflow), atau

dengan kata lain jumlah penarikan uang tunai lebih kecil dibandingkan jumlah

setoran uang tunai yang dilakukan oleh perbankan NTB melalui Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Pada triwulan I-2012, jumlah aliran uang tunai yang masuk ke kas Bank

Indonesia yang berasal dari setoran perbankan di NTB masih berada pada tren

peningkatan yang tercatat sebesar Rp1,21 triliun atau tumbuh signifikan

sebesar 307,53% (yoy), jauh lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan lalu

yang tumbuh hingga 85,86% (yoy) dengan nominal tercatat sebesar Rp594,42

miliar.

Di sisi lain, jumlah aliran uang tunai yang keluar (cash outflow) yang

berasal dari kas Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat

tercatat mencapai Rp684,18 miliar yang tumbuh sebesar 34,94% (yoy), jauh

lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang tercatat tumbuh tinggi

sebesar 89,91% (yoy) atau sebanyak Rp931,02 miliar. Jumlah aliran uang keluar

yang lebih kecil dibanding aliran jumlah uang masuk menyebabkan terjadinya

net inflow dengan jumlah mencapai Rp523,16 miliar.

Perkembangan kegiatan transaksi non tunai di Nusa Tenggara Barat

sepanjang triwulan IV-2011 relatif menunjukkan peningkatan dibanding

triwulan lalu. Kondisi tersebut didorong oleh meningkatnya transaksi keuangan

secara non tunai melalui sarana Real Time Gross Settlement (RTGS), dari sebesar

Rp1,96 triliun pada triwulan lalu menjadi Rp2,40 triliun pada triwulan I-2012.

Sementara itu, pada triwulan I-2012 transaksi secara secara kliring menunjukkan

penurunan yang tercatat mencapai Rp1,33 triliun (triwulan IV-2011: Rp1,37

triliun).

Kinerja Keuangan Daerah

Penerimaan pendapatan Pemprov. NTB sepanjang Tahun 2012

direncanakan mengalami peningkatan. Anggaran pendapatan direncanakan

RINGKASAN EKSEKUTIF

xiii

mampu menyerap pendapatan hingga Rp2,24 triliun atau tumbuh 28,98%

dibandingkan anggaran Tahun 2011 yang ditargetkan sebesar Rp1,74 triliun

(APDB-P 2011). Alokasi anggaran pendapatan daerah masih didominasi dana

perimbangan dengan perbandingan terhadap pendapatan asli daerah (PAD)

dan pendapatan lain-lain yang sah masing-masing sebesar 32,19% : 67,28% :

0,54%. Hingga akhir triwulan I-2012, realisasi penyerapan pendapatan daerah

Pemerintah Provinsi NTB tercatat mencapai Rp583,95 triliun atau sebesar

26,05% dari target sepanjang Tahun 2012. Pencapaian tersebut, lebih tinggi

dibanding pencapaian triwulan I-2011 yang tercatat sebesar Rp399,46 miliar

atau mencapai 24,97% dari total anggaran pendapatan Tahun 2011.

Berdasarkan kinerjanya, komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD)

menunjukkan pencapaian sebesar 20,09%, lebih rendah dibanding kinerja

komponen Dana Perimbangan yang mencapai 29,11%. Tingginya pencapaian

dana perimbangan didorong oleh tingginya realisasi penerimaan Dana Alokasi

Umum (DAU) yang mampu melebihi target triwulanan yang mencapai 33,33%

yang juga merupakan sumber utama dana perimbangan. Sementara di sisi PAD,

belum adanya penerimaan dari komponen pendapatan hasil pengelolaan

kekayaan yang dipisahkan dan pendapatan retribusi daerah menahan kinerja

penyerapan PAD.

Pada sisi komponen belanja, jumlah belanja pada Tahun 2012

dianggarkan meningkat hingga Rp2,25 triliun atau tumbuh 28,81%

dibandingkan rencana belanja Tahun 2011 yang mencapai Rp1,75 triliun.

Berdasarkan alokasinya, sebagian besar belanja pemerintah dialokasikan pada

belanja operasional khususnya pada belanja hibah dan belanja pegawai.

Peningkatan anggaran belanja daerah didorong oleh meningkatnya anggaran

belanja hibah sebesar 296,42% dari Rp143,73 miliar pada tahun lalu menjadi

Rp569,79 miliar pada Tahun 2012.

Kesejahteraan Masyarakat

Pada Februari 2012, kondisi ketenagakerjaan di Nusa Tenggara

Barat menunjukkan perkembangan yang membaik. Hal ini terlihat dari

tingkat penyerapan jumlah angkatan kerja yang terus mengalami peningkatan.

Pada Februari 2012, jumlah penduduk yang bekerja di NTB mencapai 2,07 juta

orang, tumbuh 0,49% (yoy) dibanding periode yang sama tahun lalu yang

tercatat sebesar 2,06 juta orang (Sakernas BPS Prov. NTB). Sementara itu, tingkat

pengangguran terbuka (TPT) di NTB juga mengalami perbaikan, menjadi 5,21%

atau sebanyak 113,63 ribu orang yang lebih rendah dibanding periode yang

sama tahun lalu yang mencapai 5,35% (116,41 ribu orang).

Berdasarkan jenis lapangan kerja, penyerapan tenaga kerja masih

didominasi oleh sektor pertanian yang pangsanya mencapai 45,34%.

Selanjutnya diikuti oleh sektor perdagangan dan jasa-jasa yang pangsanya

RINGKASAN EKSEKUTIF

xiv

masing-masing tercatat sebesar 21,17% dan 14,57%, sedangkan pangsa sektor

lainnya berkisar antara 3,05% hingga 6,62%. Sebagian besar jumlah penduduk

yang bekerja tersebut berada pada lapangan kerja informal yang pangsanya

mencapai 76,58%. Sementara yang bekerja pada sektor formal pangsanya

hanya mencapai 23,42%.

Pada triwulan I-2012, perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakat

di NTB diperkirakan tidak lebih baik dari triwulan sebelumnya yang terindikasi

oleh melemahnya tingkat pendapatan dan daya beli masyarakat. Kondisi

tersebut sejalan dengan penurunan pendapatan masyarakat yang tercermin

melalui indeks penghasilan saat ini dibandingkan kondisi enam bulan lalu dan

indeks ekspektasi penghasilan yang menunjukkan penurunan, namun masih

berada di atas level optimis (indeks = 100).

2. Prospek Ekonomi dan Perkembangan Harga Triwulan II-2012

Prospek Ekonomi

Pada triwulan II-2012, pertumbuhan ekonomi Nusa Tenggara

Barat diprediksi mampu menunjukkan kinerja yang positif dan berada

pada kisaran 1,00% - 2,00% (yoy). Dari sisi permintaan, pertumbuhan

ekonomi pada triwulan II-2012 diyakini masih ditopang oleh kegiatan konsumsi

rumah tangga yang akan tampil sebagai sumber utama pendorong

pertumbuhan ekonomi NTB yang didukung oleh semakin membaiknya daya beli

masyarakat akibat tibanya musim panen. Kondisi tersebut terindikasi oleh nilai

Indeks Ekspekstasi Konsumen (IEK) yang relatif meningkat dan berada di atas

level optimis (100) yang mencerminkan keoptimisan masyarakat dalam

melakukan konsumsi. Seperti pola periode tahun-tahun sebelumnya, kegiatan

konsumsi pemerintah diperkirakan akan mengalami akselerasi, setelah pada

triwulan I-2012 mengalami kontraksi cukup dalam. Sementara itu, kegiatan

investasi diperkirakan mengalami perlambatan setelah tumbuh tinggi pada

triwulan I-2012.

Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat, sebagian besar

pelaku usaha di NTB mempersepsikan kegiatan usaha pada triwulan II-2012

akan mengalami peningkatan. Hal ini tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang

(SBT) ekspektasi situasi bisnis yang sedikit meningkat menjadi sebesar 29,27%

dari triwulan lalu yang tercatat sebesar 28,66%.

Dari sisi penawaran, kinerja sektor pertanian diperkirakan akan

mengalami peningkatan dan mampu tumbuh positif setelah mengalami

kontraksi pada triwulan I-2012. Kondisi tersebut terindikasi oleh peningkatan

luas lahan tanam pada awal tahun 2012 sehingga diperkirakan akan terjadi

pergeseran musim panen padi ke triwulan II-2012 yang membawa sektor

RINGKASAN EKSEKUTIF

xv

pertanian tampil sebagai penopang utama pertumbuhan ekonomi. Kinerja

sektor perdagangan, hotel & restoran (PHR) diperkirakan menunjukkan

pertumbuhan yang melambat setelah tumbuh tinggi pada triwulan I-2012,

namun demikian pertumbuhan tersebut akan ditopang oleh kinerja sub sektor

perdagangan (hasil bumi) seiring dengan dengan pergeseran musim panen ke

triwulan II-2012. Pada sektor andalan lainnya, sektor pertambangan

diperkirakan masih berada pada tren penurunan produksi akibat masih

berlangsungnya kegiatan perluasan tambang dan diperkirakan kembali

memberikan kontribusi negatif terbesar dan menahan pertumbuhan ekonomi

NTB.

Dari sisi pembiayaan, pada triwulan II-2012 dukungan perbankan dalam

mengembangkan kegiatan ekonomi berupa penyaluran kredit kepada pelaku

usaha diprediksi masih berada pada tren meningkat. Kondisi tersebut terindikasi

dari hasil Survei Opini Pimpinan/Pejabat Bank Umum yang menunjukkan

peningkatan permintaan kredit baru yang didukung oleh tingkat permodalan

perbankan dan prospek usaha nasabah yang semakin membaik.

Prospek Inflasi

Laju inflasi Nusa Tenggara Barat pada triwulan II-2012

diperkirakan mengalami tekanan yang cukup tinggi dan diprediksi

berada pada kisaran 9,00% ± 1% (yoy). Sumber tekanan inflasi terbesar

diperkirakan berasal dari kelompok administered price yang berada pada tren

peningkatan. Permintaan komoditas minyak tanah (mitan) yang masih tinggi

terkendala oleh terbatasnya pasokan mitan di NTB terkait program konversi

minyak tanah ke tabung gas elpiji. Tekanan juga berasal dari kenaikan tarif

penyeberangan pelabuhan yang direncanakan mengalami kenaikan sebesar 7%

yang akan diikuti oleh kenaikan tarif angkutan darat. Perkembangan harga

kelompok volatile food diperkirakan memberikan tekanan yang cukup besar

pada laju inflasi. Dampak kenaikan harga pembelian pemerintah (beras) dan

terbatasnya pasokan kelompok aneka bumbu diperkirakan mendorong

kenaikan harga kelompok volatile food. Sementara itu, ketidakpastian

pemerintah dalam menetapkan kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak

ditengah peningkatan harga minyak dunia diyakini menimbulkan ekspektasi

yang tinggi akan kenaikan harga pada masyarakat. Kondisi tersebut terindikasi

dari indeks ekspektasi harga konsumen untuk tiga bulan yang akan datang

yang menunjukkan peningkatan.

1

BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL

NUSA TENGGARA BARAT

1.1. KONDISI UMUM

Pada triwulan I-2012, perekonomian Nusa Tenggara Barat

(NTB) tanpa sektor pertambangan menunjukkan kinerja melambat

dibanding triwulan sebelumnya yaitu dari 5,21% (yoy) menjadi

4,23% (yoy). Sementara itu, laju pertumbuhan ekonomi NTB dengan sektor

pertambangan masih berada pada tren pertumbuhan negatif yang

mengalami kontraksi sebesar 2,95% (yoy), lebih baik dibanding triwulan lalu

yang terkontraksi sebesar 3,92% (yoy).

Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Nusa Tenggara Barat

kembali dipengaruhi oleh penurunan kegiatan perdagangan luar negeri baik

pada kegiatan ekspor maupun impor. Selain itu, relatif minimnya konsumsi

pemerintah turut memberikan sumbangan negatif terhadap perekonomian

NTB. Sementara itu, kegiatan konsumsi rumah tangga mampu menunjukkan

pertumbuhan yang signifikan dan mampu tampil sebagai komponen utama

penggerak perekonomian NTB.

Dari sisi penawaran, kinerja perekonomian NTB tanpa sektor

pertambangan menunjukkan perlambatan yang dipengaruhi oleh

menurunnya kinerja sektor pertanian yang mengalami kontraksi.

Perlambatan terbesar dialami oleh sektor keuangan, persewaan dan jasa

perusahaan yang turut menahan laju pertumbuhan ekonomi. Sementara itu,

sektor perdagangan, hotel dan restoran mampu tampil sebagai sektor yang

memiliki pertumbuhan ekonomi tertinggi dan memberikan kontribusi (andil)

positif terbesar terhadap pembentukan pertumbuhan ekonomi. Sementara

itu, pertumbuhan ekonomi NTB termasuk sektor pertambangan masih

berada pada tren pertumbuhan negatif yang disebabkan menurunnya

kinerja sektor pertambangan.

1.2. SISI PERMINTAAN

Dari sisi permintaan, kinerja pertumbuhan ekonomi NTB yang

mengalami penurunan utamanya disebabkan oleh kinerja ekspor dan

konsumsi pemerintah yang mengalami penurunan. Berdasarkan

sumbangannya, komponen perdagangan luar negeri yaitu impor dan ekspor

memberikan sumbangan pertumbuhan negatif terbesar yaitu sebesar -

8,42%, kemudian disusul konsumsi pemerintah yang dengan sumbangan

BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NTB

sebesar -3,36%. Di sisi lain, kegiatan konsumsi rumah tangga memberikan

sumbangan positif terbesar terhadap pembentukan laju pertumbuhan

ekonomi NTB. Berdasarkan komposisi struktur ekonomi, kegiatan konsumsi

rumah tangga dan pembentukan modal bruto tetap (investasi) menjadi

komponen utama pembentuk struktur perekonomian NTB dengan pangsa

masing-masing sebesar 53,15% dan 31,13%.

a. Konsumsi

Pada triwulan I-2012, kegiatan konsumsi rumah tangga meningkat

sebesar 7,80% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tumbuh

sebesar 5,01% (yoy). Pencapaian tersebut ditopang oleh terjaganya daya beli

masyarakat yang didukung oleh tingkat pendapatan yang semakin membaik

dan meningkatnya ekspektasi masyarakat akan kondisi ekonomi sehingga

mendorong kegiatan konsumsi masyarakat. Kondisi tersebut tercermin oleh

hasil survei konsumen Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa

Tenggara Barat yang menunjukkan optimisme masyarakat yang meningkat

sepanjang triwulan I-2012.

Peningkatan kinerja konsumsi tersebut sejalan dengan perkembangan

data prompt indicator penjualan kendaraan bermotor dan tingkat konsumsi

listrik yang berada pada tren peningkatan. Sepanjang triwulan I-2012

penjualan kendaraan bermotor tumbuh negatif sebesar 6,47% (yoy), lebih

baik dibanding triwulan lalu yang tumbuh negatif sebesar 8,37% (yoy).

Kondisi tersebut didorong oleh penjualan kendaraan jenis mobil yang

Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Dari Sisi Permintaan (%,yoy)

Sumber: BPS, diolah, Keterangan: *) angka sementara, **) angka sangat sementara

Pertumbuhan Sisi Permintaan Nusa Tenggara Barat2012

Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV* FY* Tw.I** Tw.II** Tw.III** Tw.IV** FY** Tw.I**

Konsumsi Rumah Tangga 4.95 5.36 5.08 5.16 5.14 5.38 5.30 5.06 5.01 5.19 7.80

Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 5.95 3.95 3.70 4.87 4.60 6.10 5.05 5.92 4.71 5.44 8.29

Konsumsi Pemerintah 6.56 9.63 10.87 11.97 9.80 5.03 5.19 7.13 4.74 5.53 (22.74)

Pembentukan Modal Tetap Bruto 32.89 8.75 (4.11) (2.31) 6.47 0.69 4.97 8.10 5.83 4.97 22.90

Ekspor 18.96 18.60 23.14 (10.20) 11.75 (14.18) (17.21) (11.16) (3.17) (11.62) (32.30)

Impor 5.60 1.43 (3.80) (2.53) 0.04 9.11 17.54 6.59 11.23 11.10 (17.30)

Produk Domestik Regional Bruto 22.93 9.55 5.97 (7.35) 6.33 (1.95) (5.24) (1.66) (3.92) (3.18) (2.95)

Sumbangan Pertumbuhan Sisi Permintaan Nusa Tenggara Barat

2012

Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV* FY* Tw.I** Tw.II** Tw.III** Tw.IV** FY** Tw.I**

Konsumsi Rumah Tangga 2.78 2.66 2.31 2.12 2.43 2.58 2.53 2.28 2.33 2.43 4.02

Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 0.07 0.04 0.04 0.05 0.05 0.07 0.05 0.06 0.05 0.06 0.10

Konsumsi Pemerintah 1.04 1.34 1.37 1.40 1.31 0.69 0.72 0.94 0.67 0.76 (3.36)

Pembentukan Modal Tetap Bruto 8.98 2.48 (1.25) (0.68) 1.88 0.20 1.40 2.23 1.82 1.44 6.94

Ekspor 5.83 5.09 5.98 (2.63) 3.20 (4.22) (5.10) (3.35) (0.79) (3.32) (8.42)

Impor (1.48) (0.34) 0.84 0.50 (0.01) (2.06) (3.81) (1.32) (2.35) (2.36) 4.36

Produk Domestik Regional Bruto 22.93 9.55 5.97 (7.35) 6.33 (1.95) (5.24) (1.66) (3.92) (3.18) (2.95)

Uraian

Uraian2011

2010

2010

2011

BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NTB

tumbuh signifikan mencapai 53,55% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan

sebelumnya yang tumbuh sebesar 34,94%(yoy). Sementara itu, pemakaian

listrik untuk kategori rumah tangga di NTB meningkat mencapai 152,31 juta

kwh yang tumbuh sebesar 26,12% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan

sebelumnya yang tumbuh sebesar 24,49% (yoy).

Dari sisi pembiayaan, kegiatan penyaluran kredit perbankan untuk

kegiatan konsumsi berada pada tren perlambatan. Pada triwulan I-2012,

penyaluran kredit konsumsi tercatat mencapai Rp7,48 triliun yang tumbuh

sebesar 10,79% (yoy) atau mencapai 57,75% dari total kredit yang disalurkan

perbankan di NTB. Pertumbuhan tersebut melambat dibanding pertumbuhan

triwulan sebelumnya yang mencapai 16,67% (yoy). Grafik 1.1

Perkembangan Konsumsi ListrikRumah Tangga

Grafik 1.2Penyaluran Kredit Konsumsi

Sumber: PLNSumber : Laporan Bulanan Bank, BI

Grafik 1.3Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor

Sumber: Dispenda NTB

Grafik 1.4Indeks Keyakinan Konsumen

Sumber: Survei Konsumen, KPw BI Prov. NTB

-

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

-

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

140.00

160.00

180.00

I II III IV I II III IV I

2010 2011 2012

Konsumsi Listrik RT (juta kwh)g-kons. listrik RT (%)-kanan

(30.00)(20.00)(10.00)-10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

I II III IV I II III IV I

2010 2011 2012

Mobil (unit) Motor (unit)

growth kendaraan total (%,yoy)-kanan growth motor (%,yoy)-kanan

growth mobil (%,yoy)-kanan

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

0.00

1,000.00

2,000.00

3,000.00

4,000.00

5,000.00

6,000.00

7,000.00

8,000.00

I II III IV I II III IV I

2010 2011 2012

Kredit Konsumsi (Rp miliar)-KiriPertumbuhan (%)-Kanan

0

20

40

60

80

100

120

140

160

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2010 2011 2012

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)Level optimis

BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NTB

b. Investasi

Pada triwulan I-2012, kegiatan investasi (pembentukan modal tetap

bruto) mengalami pertumbuhan yang signifikan hingga 22,90% (yoy), jauh

lebih tinggi dibanding kinerja triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar

5,83% (yoy). Kondisi tersebut tercermin dari data prompt indicator yaitu

pertumbuhan tingkat pemakaian semen di wilayah NTB yang mengalami

peningkatan. Sepanjang triwulan I-2012, tingkat pemakaian semen tercatat

meningkat mencapai 195,07 ribu ton atau tumbuh signifikan sebesar 40,87%

(yoy), jauh lebih tinggi dibanding kinerja triwulan lalu yang tumbuh sebesar

6,30% (yoy). Dari sisi pembiayaan, kegiatan penyaluran kredit perbankan

kembali menunjukkan pertumbuhan yang fantastis mencapai 133,83% (yoy)

atau sebesar Rp1,40 triliun, lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan lalu

yang tumbuh tinggi mencapai 115,77% (yoy).

Grafik 1.5Perkembangan Pembentukan Modal Tetap Bruto

Grafik 1.6Perkembangan Volume Penjualan Semen

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia, diolahSumber : BPS Provinsi NTB, diolah

Grafik 1.7Penyaluran Kredit Investasi

Sumber : Laporan Bulanan Bank, BI

Grafik 1.8Realisasi Investasi Penanaman Modal Asing

dan Penanaman Modal Dalam Negeri

Sumber : BKPM

-10

-5

0

5

10

15

20

25

30

35

-200 400 600 800

1,000 1,200 1,400 1,600 1,800 2,000

Tw1* Tw2* Tw3* Tw4* Tw1** Tw2** Tw3** Tw4** Tw1**

2010 2011 2012

PMTB (Rp miliar)-Kiri Pertumbuhan (%)-Kanan

(20)

(10)

-

10

20

30

40

50

0

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

I II III IV I II III IV I

2010 2011 2012

Volume Penjualan Semen (ton)

Pertumbuhan (%,yoy)-Kanan

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

140%

160%

0.00

200.00

400.00

600.00

800.00

1,000.00

1,200.00

1,400.00

1,600.00

I II III IV I II III IV I

2010 2011 2012

Kredit Investasi (Rp miliar)-Kiri)Pertumbuhan (%)-Kanan

30.8

407.1

20.9

6.3

357.427.9

2.6

11.7

0.2

31.9

0

5

10

15

20

25

30

35

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1

2011 2012

PMA (US$ juta) PMDN (Rp miliar)

BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NTB

c. Ekspor Impor

Seperti pada periode sebelumnya, kegiatan perdagangan barang

antar negara asal NTB (ekspor) masih berada pada tren penurunan. Pada

triwulan I-2012, kegiatan ekspor menunjukkan kontraksi sebesar 32,30%

(yoy), turun tajam dibanding triwulan lalu yang terkontraksi sebesar 3,176%

(yoy). Kondisi tersebut menyebabkan kegiatan ekspor menjadi komponen

yang memberikan sumbangan negatif mencapai -8,42% terhadap

pembentukan pertumbuhan ekonomi NTB dari sisi permintaan.

Penurunan kinerja ekspor tersebut dikonfirmasi oleh data prompt

indicator yaitu volume ekspor NTB di sepanjang triwulan I-2012 yang

mengalami kontraksi yang signifikan. Total ekspor NTB pada triwulan I-2012

tercatat mencapai 78,09 ribu ton yang tumbuh negatif sebesar 22,31% (yoy),

turun tajam dibanding triwulan lalu yang tumbuh negatif hingga 4,19%

(yoy). Kondisi tersebut sejalan dengan rendahnya produksi komoditas

tambang yang merupakan komoditas utama ekspor NTB.

Di sisi lain, kegiatan impor barang tujuan NTB relatif menunjukkan

penurunan. Pada triwulan I-2012, kegiatan impor menunjukkan negatif

sebesar 17,30% (yoy), turun tajam dibanding triwulan lalu yang tumbuh

hingga 11,23% (yoy). Berdasarkan volumenya, total impor pada triwulan I-

2012 juga menunjukkan penurunan yang tercatat mencapai 25,60 ribu ton

atau tumbuh negatif sebesar 45,15% (yoy) penurunan tersebut diakibatkan

oleh berkurangnya barang impor jenis konsumsi (consumer goods).

Sumber: BI Sumber: BI

Grafik 1.9Perkembangan Volume Ekspor (dlm ribu)

Grafik 1.10Perkembangan Volume Impor (dlm ribu)

-

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

140,000

-

200

400

600

800

1,000

1,200

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2010 2011 2012

Cons Goods (kg)-kanan

Cap Goods (kg)-kanan

Raw Mat (kg)

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2010 2011 2012

Raw Mat (kg)

Cap Goods (kg)

Cons Goods (kg)-kanan

BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NTB

1.3. SISI PENAWARAN

Pada sisi penawaran, kinerja sektor-sektor perekonomian NTB

cenderung menunjukkan penurunan khususnya dialami oleh sektor

pertambangan dan pertanian sehingga membawa pertumbuhan

ekonomi NTB berada pada tren penurunan. Di sisi lain, sumbangan

pertumbuhan positif diberikan oleh sektor perdagangan, hotel, restoran dan

jasa-jasa yang tampil sebagai sektor yang menahan kinerja perekonomian NTB

terkontraksi lebih dalam.

Berdasarkan sumbangannya, sektor pertambangan masih menjadi

penyebab utama terkontraksinya laju pertumbuhan ekonomi NTB dengan

sumbangan mencapai -6,18%, kemudian disusul oleh sektor pertaniandengan

sumbangan sebesar -0,31%. Sedangkan sektor perdagangan, hotel, restoran

menjadi sektor yang memberikan kontribusi positif terbesar dengan

sumbangan sebesar 1,35%.

Secara terpisah, pertumbuhan ekonomi NTB tanpa sektor

pertambangan menunjukkan perlambatan. Pada triwulan I-2012

pertumbuhannya tercatat mencapai 4,23% (yoy), melambat dibandingkan

triwulan IV-2012 yang tumbuh sebesar 5,21% (yoy). Kondisi tersebut

utamanya dipengaruhi oleh menurunnya kinerja sektor pertanian yang

mengalami kontraksi pertumbuhan.

Tabel 1.2 Pertumbuhan dan Sumbangan Pertumbuhan Sisi Penawaran (%,yoy)

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah, Keterangan: *) angka sementara, **) angka sangat sementara

Pertumbuhan Sisi Penawaran Nusa Tenggara Barat2012

Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV* FY* Tw.I** Tw.II** Tw.III** Tw.IV** FY** Tw.I**Pertanian 4.51 1.51 (0.27) 0.32 1.91 10.44 1.07 2.31 3.03 3.99 (1.29) Pertambangan dan Penggalian 90.97 22.78 13.50 (25.87) 11.93 (25.39) (32.75) (19.79) (29.07) (26.57) (28.10)

Industri Pengolahan 11.05 2.63 7.98 (5.42) 3.77 1.83 6.55 1.49 2.81 3.13 4.22 Listrik,Gas dan Air Bersih 13.09 7.92 4.78 4.55 6.16 6.56 8.29 8.79 9.27 8.25 8.20 Bangunan 9.24 7.49 3.48 (3.99) 3.54 (0.07) 6.44 7.73 6.21 5.14 4.89 Perdagangan, Hotel dan Restoran 14.18 9.31 4.49 1.57 6.91 9.62 7.15 6.26 6.18 7.23 8.48 Transportasi dan Komunikasi 8.14 9.45 5.33 5.35 7.19 7.28 6.51 7.80 8.71 7.61 7.81 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 7.70 4.13 3.08 7.25 5.60 11.73 8.51 10.32 10.43 10.23 4.55 Jasa-jasa 0.93 6.34 8.01 9.45 4.89 5.36 4.31 5.72 3.38 4.67 6.04 PDRB Seluruh Sektor 22.93 9.55 5.97 (7.35) 6.33 (1.95) (5.24) (1.66) (3.92) (3.18) (2.95)PDRB Non Pertambangan 7.39 5.21 3.27 1.79 4.27 7.29 4.78 5.16 5.21 5.57 4.23

Sumbangan Pertumbuhan Sisi Penawaran Nusa Tenggara Barat2012

Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV* FY* Tw.I** Tw.II** Tw.III** Tw.IV** FY** Tw.I**Pertanian 1.12 0.37 (0.07) 0.07 0.45 2.21 0.24 0.56 0.68 0.90 (0.31) Pertambangan dan Penggalian 16.93 5.44 3.44 (8.60) 3.10 (7.34) (8.76) (5.40) (7.73) (7.27) (6.18) Industri Pengolahan 0.60 0.13 0.37 (0.24) 0.18 0.09 0.31 0.07 0.13 0.15 0.21 Listrik,Gas dan Air Bersih 0.05 0.03 0.02 0.01 0.02 0.02 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 Bangunan 0.79 0.57 0.25 (0.30) 0.27 (0.01) 0.48 0.55 0.49 0.39 0.38 Perdagangan, Hotel dan Restoran 2.18 1.37 0.65 0.22 1.01 1.37 1.05 0.90 0.95 1.06 1.35 Transportasi dan Komunikasi 0.69 0.72 0.39 0.36 0.54 0.54 0.50 0.57 0.67 0.57 0.64 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 0.46 0.23 0.15 0.31 0.29 0.62 0.46 0.50 0.52 0.52 0.27 Jasa-jasa 0.11 0.68 0.77 0.82 0.50 0.54 0.45 0.56 0.35 0.47 0.66 PDRB Seluruh Sektor 22.93 9.55 5.97 (7.35) 6.36 (1.95) (5.24) (1.66) (3.92) (3.18) (2.95)

2011

2011

2010

2010

Uraian

Uraian

BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NTB

Grafik 1.11Struktur Perekonomian Nusa Tenggara Barat periode

Triwulan IV 2011 (kiri) dan Triwulan I 2012 (kanan)

Sumber : BPS Provinsi NTB

Struktur perekonomian NTB pada triwulan I-2012 masih didominasi

oleh 3 (tiga) sektor andalan dengan pangsa mencapai 61,09% dari

keseluruhan PDRB Provinsi NTB. Pangsa sektor terbesar mengalami pergeseran

menjadi sektor pertanian akibat menurunnya kinerja sektor pertambangan

yang masing-masing tercatat sebesar mencapai 24,39% dan 20,16%, diikuti

sektor perdagangan, hotel dan restoran yang tercatat sebesar 16,54%.

Berdasarkan penggolongannya, struktur perekonomian NTB

didominasi oleh sektor primer (pertanian dan pertambangan) sebesar 44,54%.

Kemudian diikuti oleh sektor tersier yang meliputi sektor perdagangan, hotel

dan restoran, sektor jasa-jasa, sektor pengangkutan dan komunikasi dan

sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dengan kontribusi sebesar

43,05%. Sementara, sektor sekunder memberikan kontribusi paling rendah

mencapai 12,41% yang meliputi sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas

dan air bersih dan sektor bangunan.

Grafik 1.12Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi

Nusa Tenggara Barat

Sumber : BPS Provinsi NTB

Grafik 1.13Perkembangan Pertumbuhan di Sektor Utama

Nusa Tenggara Barat

Sumber : BPS Provinsi NTB, diolah

Pertanian; 23.80%Pertambangan dan Penggalian; 24.27%

Industri Pengolahan; 3.47%

Listrik,Gas & Air Bersih; 0.48%

Bangunan; 7.78%

Perdagangan, Hotel & Restoran ;

15.43%

Transportasi & Komunikasi; 7.46%

Keuangan, Persewaan & Jasa

Perusahaan; 5.09%

Jasa-jasa; 12.22%

Pertanian; 24.39%

Pertambangan dan Penggalian;

20.16%

Industri Pengolahan; 3.99% Listrik,Gas & Air

Bersih; 0.52%Bangunan; 7.90%

Perdagangan, Hotel & Restoran ;

16.54%

Transportasi & Komunikasi; 7.68%

Keuangan, Persewaan & Jasa

Perusahaan; 5.88%

Jasa-jasa; 12.95%

-10.00

-5.00

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1

2010 2011 2012

Growth-PDRB NTB non tambang (%,yoy)

Growth-PDRB NTB (%,yoy)

-40.00

-20.00

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

Tw1* Tw2* Tw3* Tw4* Tw1** Tw2** Tw3** Tw4** Tw1**

2010 2011 2012

Pertanian (%)

PHR (%)

Pertambangan (%)

BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NTB

a. Pertanian

Pada triwulan I-2012, kinerja sektor pertanian tumbuh negatif sebesar

1,29% (yoy), jauh lebih rendah dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar

3,03% (yoy). Berdasarkan data Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan

Hortikultura Provinsi NTB kinerja produksi pertanian pada triwulan I-2012

cenderung menunjukkan penurunan. Sepanjang triwulan I-2012, areal luas

lahan panen komoditas padi di NTB tumbuh negatif sebesar 14,06% (yoy) atau

seluas 172,14 ribu hektar, lebih rendah dibanding kinerja triwulan lalu yang

tumbuh negatif sebesar 2,37% (yoy).

Berkurangnya luas lahan panen ditengarai dipengaruhi oleh

pergeseran musim tanam dari akhir tahun ke awal tahun sehingga

mempengaruhi jumlah luas panen di triwulan I-2012. Pada musim tanam di

triwulan I-2012, jumlah luas tanam komoditas padi di NTB mengalami

peningkatan signifikan yang tumbuh sebesar 22,90% (yoy) dengan luas

mencapai 125,50 ribu hektar, jauh lebih tinggi dibanding dengan

pertumbuhan triwulan lalu yang tumbuh negatif sebesar 17,10% (yoy).

Tabel 1.3Perkembangan Produksi Padi Nusa Tenggara Barat

PeriodeLuas Lahan Panen (Ha)

Produktivitas (Kuintal/Ha)

Produksi (Ton)

2004 325,984 44.99 1,466,757

2005 300,394 45.54 1,367,869

2006 341,418 45.48 1,552,627

2007 331,916 45.99 1,526,347

2008 359,714 48.67 1,750,677

2009 374,279 49.98 1,870,775

2010 374,284 47.41 1,774,499

2011* 418,062 49,45 2,067,137

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Prov. NTBKet: *) Angka Ramalan (ARAM) III-2011

Grafik 1.14Perkembangan Luas Lahan Tanam Padi

Sumber : Dinas Pertanian TPH Provinsi NTB

Grafik 1.15Perkembangan Luas Lahan Panen Padi

Sumber : Dinas Pertanian TPH Provinsi NTB

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

140000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3

2010 2011 2012

Luas lahan tanam padi (ha)

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

140000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3

2010 2011 2012

Luas lahan panen padi (ha)

BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NTB

Dari sisi pembiayaan, kegiatan penyaluran kredit pada sektor pertanian

berada pada tren peningkatan. Pada triwulan I-2012, outstanding kredit yang

disalurkan pada sektor pertanian tercatat mencapai Rp315,30 miliar atau

tumbuh signifikan sebesar 210,33% (yoy), jauh lebih tinggi dibanding triwulan

lalu yang tumbuh hingga 141,65%% (yoy).

b. Pertambangan

Kinerja sektor pertambangan masih berada dalam tren penurunan

produksi. Pada triwulan I-2012, kinerja sektor pertambangan kembali

mengalami pertumbuhan negatif mencapai 28,10% (yoy), sedikit lebih baik

dibanding triwulan lalu yang tumbuh negatif hingga 29,07% (yoy). Kondisi

tersebut dikonfirmasi oleh data prompt indicator komoditas utama sektor

pertambangan yaitu produksi konsentrat tembaga yang terus menunjukkan

penurunan.

Sepanjang triwulan I-2012, total produksi konsentrat tembaga tercatat

sebesar 85,43 ribu ton yang tumbuh negatif sebesar 53,07% (yoy), lebih

rendah dibanding kinerja triwulan lalu yang tumbuh negatif hingga sebesar

27,08% (yoy). Seperti pada periode sebelumnya, rendahnya produksi

konsentrat tembaga disebabkan masih berlangsungnya kegiatan perluasan

area eksploitasi wilayah pertambangan sesuai dengan rencana kerja dan siklus

proses tambang. Sementara itu, untuk memenuhi permintaan, kegiatan

produksi konsentrat tembaga menggunakan material batuan cadangan (stock

pile) dengan kadar mineral rendah.

Grafik 1.16Penyaluran Kredit Perbankan

ke Sektor Pertanian

Sumber : Laporan Bulanan Bank, BI

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

0.00

50.00

100.00

150.00

200.00

250.00

300.00

350.00

I II III IV I II III IV I

2010 2011 2012

Kredit Sektor Pertanian (Rp miliar)-KiriPertumbuhan (%)-Kanan

BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NTB

Dari sisi pembiayaan, outstanding kredit perbankan yang disalurkan pada

sektor pertambangan juga menunjukkan tren perlambatan. Pada triwulan I-

2012, outstanding credit untuk sektor ini mencapai Rp9,17 miliar yang tumbuh

negatif sebesar 12,35% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan lalu yang

tumbuh negatif sebesar 1,57% (yoy).

c. Perdagangan, Hotel dan Restoran

Kinerja sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) mengalami

peningkatan setelah sebelumnya mengalami tren perlambatan. Pada triwulan

I-2012, sektor PHR tercatat tumbuh sebesar 8,48% (yoy), lebih tinggi

dibanding kinerja triwulan lalu yang tumbuh mencapai 6,18% (yoy). Kondisi

tersebut ditengarai oleh meningkatnya kinerja sub sektor perdagangan

terutama komoditas hasil bumi dan penjualan eceran. Sementara itu, kinerja

sub sektor hotel dan restoran menunjukkan perlambatan. Kondisi tersebut

dipengaruhi oleh berakhirnya musim liburan (low season), namun masih

didukung oleh penyelenggaran event-event MICE1 di NTB.

Kondisi tersebut dikonfirmasi oleh data prompt indicator

perkembangan tingkat hunian kamar (TPK) yang menunjukkan penurunan,

sedangkan rata-rata lama serta jumlah tamu menginap mengalami kenaikan

yang tipis. Sepanjang triwulan I-2012, rata-rata tingkat hunian kamar hotel

berbintang di NTB mencapai 42,64%, lebih rendah dibanding kinerja triwulan

lalu yang tercatat sebesar 55,33%. Sementara itu, rata-rata lama tamu yang

menginap di hotel berbintang meningkat mencapai 2,80 hari, naik tipis

dibanding triwulan IV-2011 yang mencapai 2,76 hari. Perkembangan jumlah

tamu yang menginap di hotel berbintang selama periode laporan

1 Meetings, Incentives, Conferencing, Exhibitions

Grafik 1.18Penyaluran Kredit Perbankan

di Nusa Tenggara Barat ke Sektor Pertambangan

Sumber : Laporan Bulanan Bank, BI

Grafik 1.17Jumlah Produksi dan Ekspor Konsentrat

Tembaga Nusa Tenggara Barat

Sumber : PT Newmont Nusa Tenggara

(60)(50)(40)(30)(20)(10)-10 20 30 40

-

100,000

200,000

300,000

400,000

500,000

600,000

700,000

800,000

I II III IV I II III IV I

2010 2011 2012

WMT (ton) PEB (USD .000)g-prod (%,yoy)-rhs

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

I II III IV I II III IV I

2010 2011 2012

Kredit Sektor Pertambangan (Rp miliar)-KiriPertumbuhan (%)-Kanan

BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NTB

menunjukkan penurunan yang tercatat sebanyak 76,58 ribu orang (domestik

80,32%) yang tumbuh sebesar 25,95% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan

lalu yang tercatat sebanyak 93,54 ribu orang yang tumbuh sebesar 20,69%

(yoy).

Dari sisi pembiayaan, pertumbuhan penyaluran kredit perbankan ke

sektor PHR menunjukkan peningkatan. Pada triwulan I-2012, outstanding

credit untuk sektor PHR mencapai Rp3,54 triliun atau tumbuh sebesar 45,98%

(yoy), lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 30,78% (yoy).

Grafik 1.19Tingkat Hunian Kamar dan Lama Tinggal Tamu

Sumber : BPS Provinsi NTB

Grafik 1.20Perkembangan Tamu Hotel Berbintang

Sumber : BPS Provinsi NTB

Grafik 1.21Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor

Perdagangan Hotel dan Restoran

Sumber : Laporan Bulanan Bank KPw BI Prov. NTB

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%40%

45%

50%

0.00

500.00

1,000.00

1,500.00

2,000.00

2,500.00

3,000.00

3,500.00

4,000.00

I II III IV I II III IV I

2010 2011 2012

Kredit Sektor PHR (Rp miliar)-KiriPertumbuhan (%)-Kanan

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

0

10

20

30

40

50

60

70

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3

2010 2011 2012

Tingkat Hunian Kamar (%)-KiriLama Tinggal Tamu (hari)-Kanan

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

010,00020,00030,00040,00050,00060,00070,00080,00090,000

100,000

I II III IV I II III IV I

2010 2011 2012

Org AsingDomestikgrowth total (%,yoy)-kanan

BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NTB

d. Bangunan

Setelah tumbuh dalam level yang yang cukup tinggi, kinerja sektor

bangunan berada pada tren perlambatan. Pada triwulan I-2012, sektor

bangunan tumbuh sebesar 4,89% (yoy), melambat dibanding triwulan lalu

yang tumbuh hingga 6,21% (yoy). Namun disisi lain, berdasarkan

perkembangan data prompt indicator sektor bangunan yaitu tingkat konsumsi

semen di NTB justru menunjukkan peningkatan. Berdasarkan data Asosiasi

Semen Indonesia, pada triwulan I-2012 tingkat konsumsi semen di NTB

tumbuh signifikan mencapai 40,87% (yoy) atau sebesar 195,07 ribu ton, jauh

lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tumbuh hingga 6,30% (yoy).

Sejalan dengan perlambatan pertumbuhan sektor ini, Kinerja

penyaluran kredit pada sektor ini juga mengalami perlambatan meski masih

berada pada tren pertumbuhan yang tinggi. Hingga triwulan I-2012,

outstanding credit pada sektor bangunan tercatat mencapai Rp330,90 miliar

atau tumbuh sebesar 51,72% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih rendah

dibanding kinerja triwulan lalu yang tumbuh hingga 57,95% (yoy).

e. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

Kinerja sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan

mengalami perlambatan. Pada triwulan I-2012, sektor ini tumbuh sebesar

4,55% (yoy), lebih rendah dibanding kinerja triwulan lalu yang tumbuh

sebesar 10,43% (yoy). Pencapaian kinerja tersebut dipengaruhi oleh

menurunnya kinerja sub sektor persewaan dan jasa perusahaan menyusul

berakhirnya musim liburan.

Penurunan kinerja sub sektor keuangan tersebut tercermin dari data

prompt indicator kinerja perkembangan profit perbankan di NTB yang

mengalami perlambatan. Hingga triwulan I-2012, laba kegiatan usaha

Grafik 1.22Perkembangan Volume Penjualan Semen

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, diolah

Grafik 1.23Penyaluran Kredit Perbankan

ke Sektor Bangunan

Sumber : Laporan Bulanan Bank , BI

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

0.00

50.00

100.00

150.00

200.00

250.00

300.00

350.00

I II III IV I II III IV I

2010 2011 2012

Kredit Sektor Bangunan (Rp miliar)-KiriPertumbuhan (%)-Kanan

(20)

(10)

-

10

20

30

40

50

0

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

I II III IV I II III IV I

2010 2011 2012

Volume Penjualan Semen (ton)Pertumbuhan (%,yoy)-Kanan

BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NTB

perbankan NTB tercatat sebesar Rp314,52 miliar atau tumbuh sebesar 15,51%

(yoy), melambat dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 18,59% (yoy).

f. Transportasi dan Komunikasi

Pada triwulan I-2012, sektor transportasi dan komunikasi mengalami

pertumbuhan yang cukup tinggi sebesar 7,81% (yoy), melambat dibanding

kinerja triwulan sebelumnya yang tumbuh mencapai 8,71% (yoy). Tingginya

pencapaian pertumbuhan tersebut ditengarai dipengaruhi oleh kinerja sub

sektor transportasi yang cenderung mengalami peningkatan.

Pada triwulan I-2012, kegiatan angkutan udara yang tercemin melalui

perkembangan penumpang pesawat menunjukkan peningkatan yang tercatat

sebanyak 440,86 ribu penumpang yang tumbuh sebesar 8,49% (yoy), lebih

tinggi dibanding kinerja triwulan lalu yang tumbuh negatif sebesar 1,05%

(yoy). Sementara, kegiatan bongkar muat barang melalui angkutan laut

tumbuh melambat sebesar 34,41% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan

triwulan IV-2011 yang tumbuh mencapai 55,13% (yoy).

Grafik 1.24Perkembangan Kondisi Perbankan

Sumber : Laporan Bulanan Bank , BI

Grafik 1.28Perkembangan Arus Bongkar Muat Angkutan

Laut Barang

Sumber : PT. PELINDO NTB

Grafik 1.29Penyaluran Kredit Perbankan

ke Sektor Transportasi dan Komunikasi

Sumber : Laporan Bulanan Bank , BI

Grafik 1.25Perkembangan Laba Perbankan

Sumber : Laporan Bulanan Bank , BI

Grafik 1.26Perkembangan Arus Penumpang Domestik

Angkutan Udara

Sumber : PT. Angkasa Pura I

Grafik 1.27Perkembangan Arus Penumpang Internasional

Angkutan Udara

Sumber : PT. Angkasa Pura I

-2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 16,000 18,000 20,000

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1

2010 2011 2012

%Aset(Rp miliar)-kanan Kredit(Rp miliar)-kananDPK(Rp miliar)-kanan g-Aset (kiri),yoyg-Kredit (kiri),yoy g-DPK (kiri),yoy

-

5 10

15 20

25 30

35 40

45 50

0

200,000

400,000

600,000

800,000

1,000,000

1,200,000

I II III IV I II III IV I

2010 2011 2012

%

Rp. J

t

Laba PerbankanGrowth-kanan

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

-80

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

I II III IV I II III IV I

2010 2011 2012

Penumpang Internasional (org) growth (%) - kanan

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

0.0010.0020.0030.0040.0050.0060.0070.0080.0090.00

100.00

I II III IV I II III IV I

2010 2011 2012

Kredit Sektor Transportasi dan Komunikasi (Rp miliar)-KiriPertumbuhan (%)-Kanan

-80

-60

-40

-200

20

40

60

80100

0

50,000

100,000

150,000200,000

250,000

300,000

350,000

400,000450,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2010 2011 2012

Total Bongkar/Muat (ton)growth (%) - kanan

-50,000

100,000 150,000 200,000 250,000 300,000 350,000

400,000 450,000 500,000

0

5

10

15

20

25

30

35

I II III IV I II III IV I

2010 2011 2012

Penumpang Domestik (org) growth (%) - kanan

BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NTB

Dari sisi pembiayaan, kegiatan penyaluran kredit pada sektor

transportasi dan komunikasi cenderung menunjukkan peningkatan. Hingga

akhir triwulan I-2012, kredit yang disalurkan pada sektor ini tercatat sebesar

Rp91,21 miliar yang tumbuh sebesar 89,96% (yoy), lebih tinggi dibanding

triwulan lalu yang tumbuh sebesar 53,24% (yoy).

g. Industri Pengolahan

Pada triwulan I-2012, kinerja sektor industri pengolahan tumbuh sebesar

4,22% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan IV-2011 yang tumbuh sebesar

2,81% (yoy). Kondisi tersebut tercermin dari perkembangan data prompt

indicator yaitu perkembangan konsumsi listrik yang berada pada level

pertumbuhan yang tinggi meski tumbuh melambat. Sepanjang triwulan I-2012,

pemakaian konsumsi listrik industri mencapai 5,98 juta kwh atau tumbuh

sebesar 25,81% (yoy), lebih rendah

dibanding pertumbuhan konsumsi

triwulan IV-2011 yang tercatat tumbuh sebesar 28,09% (yoy).

Dari sisi pembiayaan, sejalan dengan pertumbuhan pada sektor ini

kegiatan pembiayaan perbankan juga menunjukkan peningkatan. Hingga akhir

triwulan I-2012 penyaluran kredit pada sektor industri tercatat sebesar Rp112,34

miliar atau tumbuh sebesar 66,20% (yoy), jauh lebih tinggi dibanding triwulan

lalu yang hanya tumbuh sebesar 4,74% (yoy).

h. Listrik, Gas, dan Air Bersih

Kinerja sektor listrik, gas dan air bersih kembali berada pada tren

perlambatan. Pada triwulan I-2012, sektor listrik, gas dan air bersih tumbuh

mencapai 8,20% (yoy), melambat dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar

Grafik 1.30Perkembangan Konsumsi Listrik Industri

Sumber : PLN

Grafik 1.31Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor Industri Pengolahan

Sumber : Laporan Bulanan Bank, BI

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

I II III IV I II III IV I

2010 2011 2012

Kredit Sektor Industri Pengolahan (Rp miliar)-Kiri

Pertumbuhan (%)-Kanan

(20.00)

(10.00)

-

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

-

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

I II III IV I II III IV I

2010 2011 2012

Konsumsi Listrik Industri (juta kwh) growth(%)-kanan

BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NTB

9,27% (yoy). Berdasarkan komposisinya, sektor listrik, gas dan air bersih

memiliki pangsa yang paling kecil (0,52%) dalam struktur perekonomian NTB

sehingga tingginya pertumbuhan belum memiliki dampak yang signifikan.

Kondisi tersebut diperkirakan ditopang oleh kinerja sub sektor listrik yang

mengalami peningkatan yang dikonfirmasi melalui perkembangan prompt

indicator data konsumsi listrik NTB yang mengalami peningkatan.

Sepanjang triwulan I-2012 jumlah pemakaian listrik di NTB mencapai

230,42 juta kwh atau tumbuh sebesar 19,92% (yoy), lebih tinggi dibanding

triwulan lalu yang tumbuh sebesar 16,86% (yoy) atau sebesar 232,15 juta kwh.

Berdasarkan komposisinya, konsumsi listrik untuk kebutuhan rumah tangga

masih mendominasi penggunaan konsumsi listrik di NTB dengan pangsa

mencapai 66,10%. Sedangkan pemakaian pada kategori bisnis dan industri,

pangsanya masing-masing sebesar 31,30% dan 2,60%.

Dari sisi pembiayaan, outstanding kredit perbankan yang di salurkan ke

sektor listrik, gas, dan air bersih menunjukkan penurunan. Hingga triwulan I-

2012, outstanding kredit pada sektor ini mengalami penurunan yang tercatat

mencapai Rp1,49 miliar yang tumbuh negatif sebesar 11,99% (yoy), jauh lebih

rendah dibanding triwulan lalu yang tumbuh hingga 26,20% (yoy).

Grafik 1.32Perkembangan Konsumsi Listrik

Sumber : PLN

Grafik 1.33Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor Listrik,

Air dan Gas

Sumber : Laporan Bulanan Bank, BI

-40%-30%

-20%

-10%0%

10%

20%

30%40%

50%

60%70%

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

I II III IV I II III IV I

2010 2011 2012

Kredit Sektor Listrik, Gas dan Air (Rp miliar)-KiriPertumbuhan (%)-Kanan

0

5

10

15

20

25

-

50

100

150

200

250

I II III IV I II III IV I

2010 2011 2012

Total Konsumsi Listrik (juta kwh) growth(%)-kanan

BAB 2PERKEMBANGAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT

2.1. KONDISI UMUM

Sepanjang triwulan I-2012 perkembangan harga barang dan

jasa di Nusa Tenggara Barat cenderung mengalami peningkatan.

Secara tahunan, pada triwulan I-2012 laju inflasi NTB tercatat sebesar 8,84%

(yoy), meningkat dibanding triwulan lalu yang tercatat sebesar 6,55% (yoy).

Laju inflasi tahunan NTB tersebut memiliki arah yang sama dengan

pergerakan inflasi nasional yang berada pada tren peningkatan yang

tercatat sebesar 3,97% (yoy) (Desember 2011: 3,79%, yoy).

Berdasarkan pergerakan harga barang dan jasa secara bulanan, laju

inflasi NTB sepanjang triwulan I-2012 cenderung mengalami peningkatan.

Memasuki awal tahun yakni pada bulan Januari dan Februari 2012, laju

inflasi NTB mengalami lonjakan yang cukup tinggi masing-masing tercatat

sebesar 1,24% (mtm) dan 1,48% (mtm). Sementara pada Maret 2012

pergerakan harga barang mengalami penurunan yang tercatat mengalami

deflasi sebesar 0,50% (mtm).

Secara triwulanan, laju inflasi NTB pada triwulan I-2012 menunjukkan

kecenderungan menurun yang tercatat sebesar 2,22% (qtq), sedikit lebih

rendah dibanding triwulan lalu yang tercatat mencapai 2,24% (qtq). Kondisi

tersebut disebabkan oleh menurunnya tekanan inflasi triwulanan utamanya

pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. Di sisi lain,

sumbangan laju inflasi utamanya berasal dari kelompok perumahan, air,

listrik, gas dan bahan bakar, kemudian diikuti oleh kelompok bahan

makanan.

Grafik 2.1

Perkembangan Inflasi Bulanan dan TahunanGrafik 2.2

Perkembangan Inflasi Triwulanan

Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah

-2

0

2

4

6

8

10

12

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2010 2011 2012

yoy -NTB (%) mtm -NTB (%)yoy - Nasional (%) mtm - Nasional (%)

2.22

0.88

-0.50

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

I II III IV I II III IV I

2010 2011 2012

NTB (%,qtq) Nasional (%,qtq)

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NTB

Secara umum, terbentuknya kecenderungan peningkatan harga

tersebut disebabkan adanya gangguan pasokan yang berasal dari kegiatan

produksi dan distribusi barang-barang. Pada awal tahun, belum

berlangsungnya kegiatan panen padi dan semakin menipisnya ketersediaan

beras mendorong kenaikan harga kelompok bahan makanan. Selain itu,

peningkatan laju inflasi juga turut dipengaruhi oleh kelangkaan pada

komoditas bahan bakar rumah tangga akibat terbatasnya pasokan minyak

tanah dan gangguan pasokan elpiji.

Berdasarkan kota perhitungan inflasi, pada triwulan I-2012 laju inflasi

tahunan tertinggi dialami oleh kota Mataram yang tercatat sebesar 9,14%

(yoy). Sedangkan pada kota Bima, laju inflasi tahunannya tercatat lebih

rendah yaitu sebesar 7,71% (yoy). Secara disagregasi inflasi, peningkatan laju

inflasi NTB kembali didorong oleh laju inflasi pada kelompok inflasi

administered price dan kelompok volatile food. Sementara itu, kelompok

inflasi inti bergerak stabil namun menunjukkan pergerakan harga yang

relatif meningkat.

2.2. INFLASI TRIWULANAN

Secara triwulanan, perkembangan harga barang dan jasa di Nusa

Tenggara Barat pada triwulan I-2012 cenderung stabil. Kondisi tersebut

tercermin dari inflasi triwulanan yang mengalami sedikit penurunan dari

sebesar 2,24% (qtq) pada triwulan lalu menjadi sebesar 2,22% (qtq). Namun

demikian, angka tersebut lebih tinggi dibanding laju inflasi triwulanan

nasional yang tercatat sebesar 0,88% (qtq).

Kecenderungan penurunan tersebut disebabkan oleh turunnya

tekanan laju inflasi kelompok bahan makanan dan kelompok makanan jadi,

minuman dan tembakau serta kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga.

Sementara laju inflasi yang paling tinggi dimiliki oleh kelompok perumahan,

air, listrik, gas dan bahan bakar. Berdasarkan sumbangannya, pemicu laju

inflasi pada triwulan I-2012 didorong oleh kelompok perumahan, air, listrik,

gas dan bahan bakar yang memberikan andil terbesar. Kemudian diikuti

kelompok bahan makanan dan makanan jadi, minuman dan tembakau.

Grafik 2.3Inflasi Triwulanan

Grafik 2.4Sumbangan Inflasi Triwulanan

Sumber: BPS Provinsi NTB Sumber: BPS Provinsi NTB

-4.00

-2.00

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

I II III IV I II III IV I

2010 2011 2012

Bahan Makanan Makanan jadi, MinumanPerumahan, air SandangKesehatan Pendidikan, rekreasiTransportasi, komunikasi

-1.50

-1.00

-0.50

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

I II III IV I II III IV I

2010 2011 2012

Bahan Makanan Makanan jadi, Minuman

Perumahan, air Sandang

Kesehatan Pendidikan, rekreasi

Transportasi, komunikasi

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NTB

2.3. INFLASI TAHUNAN

Secara tahunan, tekanan laju inflasi di Nusa Tenggara Barat pada

triwulan I-2012 mengalami peningkatan yang tercatat sebesar 8,84% (yoy),

lebih tinggi dibanding triwulan IV-2011 yang tercatat sebesar 6,55% (yoy).

Kondisi tersebut searah dengan laju inflasi Nasional yang berada pada tren

peningkatan, dimana inflasi Nasional tercatat mengalami peningkatan

menjadi sebesar 3,97% (yoy).

Berdasarkan kelompok komoditas, seluruh kelompok barang dan jasa

pada triwulan I-2012 mengalami peningkatan dibanding triwulan lalu. Laju

inflasi tahunan tertinggi kembali dialami oleh kelompok perumahan, air,

listrik, gas dan bahan bakar yang tercatat mencapai 18,15% (yoy), kemudian

diikuti oleh kelompok makanan jadi, minuman dan tembakau yang

mencapai 9,66% (yoy). Sementara itu, perkembangan laju inflasi kelompok

barang dan jasa lainnya tercatat pada kisaran 1,23% (yoy) hingga 7,40%

(yoy).

Grafik 2.5Inflasi Tahunan

Grafik 2.6Sumbangan Inflasi Tahunan

Sumber: BPS Provinsi NTB Sumber: BPS Provinsi NTB

Tabel 2.1Inflasi Tahunan (yoy,%)

Sumber: BPS Provinsi NTB

Mar Jun Sept Des Mar Juni Sept Des Jan Feb Mar3.59 7.52 7.43 10.08 7.83 5.85 6.38 6.55 6.32 8.16 8.84

1 Bahan Makanan 2.90 12.95 11.91 21.69 15.46 8.08 7.50 3.67 1.64 4.37 6.172 Makanan jadi, Minuman 7.77 9.72 9.51 9.89 6.49 5.16 5.14 7.52 8.96 9.14 9.663 Perumahan, air 3.38 5.30 5.13 4.47 4.23 6.15 8.58 13.51 14.10 18.34 18.154 Sandang 3.39 6.17 4.65 4.66 4.92 4.68 8.71 6.50 5.99 7.24 7.405 Kesehatan 3.47 3.60 3.00 1.89 1.94 1.97 2.31 2.61 3.08 2.85 2.746 Pendidikan, rekreasi 0.99 1.34 1.63 2.75 2.58 2.91 5.29 4.17 4.13 4.22 4.197 Transportasi, komunikasi 0.66 2.08 4.18 4.93 5.36 4.13 2.50 1.18 1.40 0.99 1.23

20122010Kelompok

Umum

No 2011

-5.00

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2010 2011 2012

Bahan Makanan Makanan jadi, MinumanPerumahan, air SandangKesehatan Pendidikan, rekreasiTransportasi, komunikasi

-1.00

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2010 2011 2012

Bahan Makanan Makanan jadi, MinumanPerumahan, air SandangKesehatan Pendidikan, rekreasiTransportasi, komunikasi

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NTB

Berdasarkan sumbangannya, kelompok perumahan, air, listrik, gas

dan bahan bakar mendominasi pembentukan laju inflasi dengan sumbangan

mencapai 4,14%, kemudian diikuti oleh kelompok bahan makanan sebesar

1,89%. Sedangkan kontribusi kelompok barang dan jasa lainnya yang turut

memicu inflasi berada pada kisaran 0,09% hingga 1,88%.

2.4. INFLASI BERDASARKAN KOTA

Berdasarkan kota perhitungan tingkat inflasi di NTB, pada triwulan I-

2012 perkembangan laju inflasi yang paling tinggi dialami oleh kota

Mataram dibandingkan kota Bima. Secara tahunan, laju inflasi kota Mataram

tercatat mencapai 9,14% (yoy), lebih tinggi dibanding kota Bima yang

tercatat sebesar 7,71% (yoy).

Seperti pada triwulan sebelumnya, tekanan inflasi yang relatif tinggi

masih berlangsung pada triwulan I-2012 di kota Mataram. Pada Januari 2012,

secara bulanan perkembangan harga di kota Mataram mengalami inflasi

yang cukup tinggi mencapai 1,29% (mtm). Kemudian kembali melonjak

tajam pada Februari 2012 yang tercatat sebesar 1,73% (mtm), dimana laju

inflasi Kota Mataram merupakan laju inflasi tertinggi diantara 66 kota yang

dihitung dalam inflasi nasional. Sedangkan pada Maret 2012, tekanan inflasi

bulanan kota Mataram mengalami deflasi sebesar 0,5% (mtm).

Tabel 2.2Komoditas Dominan Penyumbang Inflasi Triwulan I-2012 di Kota Mataram dan Bima

Sumber: BPS

Kota Mataram

Jenis Barang Andil Jenis Barang Andil Jenis Barang Andil Nasi 0.26% Bahan Bakar Rumah Tangga 0.96% Beras -0.61%Beras 0.23% Tongkol Pindang 0.12% Tomat Sayur -0.33%Daging Ayam Ras 0.23% Telur Ayam Ras 0.09% Daging Ayam Ras -0.16%Tomat Sayur 0.10% Pisang 0.07% Telur Ayam Ras -0.05%Tongkol Pindang 0.09% Beras 0.06% Pisang -0.03%

Kota Bima

Jenis Barang Andil Jenis Barang Andil Jenis Barang Andil Keramik 0.16% Beras 0.58% Bandeng -0.32%Air Kemasan 0.12% Semen 0.17% Cabe Merah -0.10%Beras 0.11% Teri 0.08% Udang Basah -0.05%Semen 0.09% Emas Perhiasan 0.06% Daging Ayam Ras -0.05%Tenggiri 0.07% Seragam Sekolah Anak 0.06% Cumi-cumi -0.04%

Maret 2012

Maret 2012Januari 2012

Januari 2012

Februari 2012

Februari 2012

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NTB

Sejalan dengan pergerakan laju inflasi di kota Mataram, pada awal

triwulan I-2012 laju inflasi kota Bima juga mengalami tekanan. Pada Januari

2012, laju inflasi bulanan kota Bima tercatat sebesar 1,03% (mtm).

Selanjutnya tekanan inflasi cenderung mengalami penurunan, dimana pada

bulan Februari 2012 tercatat sebesar 0,54% (mtm), kemudian pada Maret

2012 kembali menurun dan tercatat mengalami deflasi sebesar 0,45% (mtm).

Berdasarkan komoditasnya, tekanan laju inflasi baik pada kota

Mataram dan Bima sepanjang triwulan I-2012 didominasi oleh kenaikan

harga komoditas beras (bahan makanan) yang disebabkan semakin

menipisnya ketersediaan beras sehubungan belum berlangsungnya kegiatan

panen padi. Selain itu, tekanan inflasi juga didorong oleh kenaikan harga

pada kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar terutama dari

komoditas bahan bakar rumah tangga khususnya dialami oleh kota Mataram

yang diakibatkan oleh gangguan pasokan pada minyak tanah (pembatasan

kuota) dan gas elpiji (terbatasnya kapasitas stasiun pengisian dan tabung gas

elpiji).

2.5. DISAGREGASI INFLASI

Berdasarkan komponennya, peningkatan laju inflasi NTB sepanjang

triwulan I-2012 utamanya disebabkan oleh menguatnya tekanan inflasi dari

komponen harga yang diatur pemerintah (administered price) dan

komponen barang bergejolak (volatile food). Sementara kelompok inflasi

inti bergerak stabil namun cenderung menunjukkan peningkatan harga.

Pada triwulan I-2012, perkembangan laju inflasi komponen volatile

food tercatat sebesar 10,11% (yoy), jauh lebih tinggi dibanding triwulan

sebelumnya yang mencapai 5,67% (yoy). Berdasarkan sub kelompoknya,

tekanan laju inflasi tersebut masih disebabkan oleh peningkatan laju inflasi

pada sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya dan sub

kelompok sayur-sayuran. Sedangkan kontribusi terbesar penahan laju inflasi

berasal dari sub kelompok ikan segar, bumbu-bumbuan dan kacang-

kacangan.

Grafik 2.8Disagregasi Inflasi Secara Tahunan (%, yoy)

Grafik 2.7Disagregasi Inflasi Secara Bulanan (%,mtm)

Sumber: BPS Sumber: BPS

-5.00

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2010 2011 2012

Inflasi Tahunan

core inflation

administered price

volatile food

-6.00

-4.00

-2.00

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2010 2011 2012

Inflasi Bulanan core inflation administered price volatile food

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NTB

Sejalan dengan tren harga komoditas di pasar internasional,

perkembangan harga komoditas utama komponen volatile food (beras) di

NTB pada awal triwulan I-2012 cenderung menunjukkan kenaikan dan

kemudian menurun pada akhir triwulan I-2012. Kondisi tersebut utamanya

dipengaruhi oleh kondisi pasokan produksi dan ketersediaan padi. Pada

akhir triwulan I-2012 (Maret) harga beras mulai mengalami penurunan

seiring meningkatnya pasokan padi akibat mulainya kegiatan panen padi.

Berdasarkan informasi dari BULOG Divre NTB, meningkatnya harga

beras pada awal Tahun 2012 disebabkan menipisnya ketersediaan beras

akibat belum tibanya puncak panen padi. Dalam rangka menjaga stabilitas

harga beras dan ketahanan pangan di Provinsi NTB, hingga akhir Maret

2012 BULOG Divre NTB telah menyerap hasil pertanian setara beras sebanyak

16.970 ton. Kondisi tersebut relatif minim bila dibanding dengan total target

Tahun 2012 yang mencapai 196 ribu ton. Dari sisi persediaan, stok beras di

gudang Bulog NTB mencapai 14.637 ton dan akan terus meningkat seiring

mulainya puncak panen padi pada April-Mei 2012 yang diharapkan dapat

terus menjaga stabilitas harga beras di NTB.

Perkembangan laju inflasi dari komponen administered price pada

sepanjang triwulan I-2011 kembali mengalami tren peningkatan khususnya

pada pertengahan periode. Secara tahunan, tekanan inflasi komponen

administered price tercatat mencapai 19,86% (yoy), jauh meningkat

dibanding triwulan IV-2011 yang tercatat sebesar 13,47% (yoy). Sama seperti

triwulan lalu, komoditas bahan bakar rumah tangga kembali menjadi

pendorong utama laju inflasi yang disebabkan berkurangnya kuota jatah

minyak tanah bersubsidi dan gangguan distribusi bahan bakar rumah tangga

baik pada minyak tanah dan gas elpiji di NTB. Masih terbatasnya kapasitas

Stasiun Pengisian Bulk Elpiji (SPBE) untuk isi ulang gas elpiji, menyebabkan

ketergantungan akan pasokan dari luar NTB yang rentan mengalami

gangguan akibat pengaruh cuaca.

Grafik 2.9Perkembangan Harga Beras (Rp/kg)

Sumber: SPH, KBI Mataram

Grafik 2.10Perkembangan Harga Cabai, Gula Pasir dan

Minyak Goreng (Rp/kg)

Sumber: SPH, KBI Mataram

5000550060006500700075008000850090009500

10000

12341234123451234123451234123412345123412341234512341234512341234

Jan 11

Feb 11

Mar 11

Apr 11

Mei 11 Jun 11

Juli 11

Aug 11Sept 11

Okt 11

Nov 11

Des 11

Jan 12 Feb 12

Mar 12

Rp IR I PelitaIR 64 Super IR Zak (pack)

9000

10000

11000

12000

13000

14000

15000

5000

25000

45000

65000

85000

105000

125000

12341234123451234123451234123412345123412341234512341234512341234

Jan 11

Feb 11

Mar 11

Apr 11

Mei 11

Jun 11

Juli 11

Aug 11

Sept 11

Okt 11

Nov 11

Des 11

Jan 12 Feb 12

Mar 12

Cabe Merah Bsr Cabe RawitMinyak Goreng-rhs Gula Pasir Lokal -rhs

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NTB

Perkembangan laju inflasi inti cenderung stabil namun menunjukkan

sedikit peningkatan. Pada triwulan I-2012, laju inflasi inti tercatat sebesar

7,48% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat

sebesar 6,62% (yoy). Kondisi tersebut dipengaruhi oleh terkoreksinya harga

sub kelompok makanan jadi, minuman tidak beralkohol dan biaya tempat

tinggal yang mengalami peningkatan harga. Di sisi lain, komoditas yang

menjadi penahan laju inflasi inti berasal dari sub kelompok ikan diawetkan,

penyelenggaraan rumah tangga dan barang pribadi dan sandang lain (emas

perhiasan).

Sumber: CEIC, IMF, 1 bushel= 31,5 kg

Grafik 2.11Perkembangan Harga Pangan di Pasar Internasional

Grafik 2.12Perkembangan Harga Emas dan Minyak Mentah di

Pasar Dunia

Sumber: CEIC

0

20

40

60

80

100

120

0200400600800

100012001400160018002000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2010 2011 2012

Gold-kiri $/ozCPO-US$/mtMinyak-kanan US$/barrel0

100

200

300

400

500

600

05

10152025303540

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2010 2011 2012

Jagung-US$/bushelGula-US$/poundBeras-kanan USD/mt

16

Boks 1Minyak Tanah dan Gas Elpiji Pemicu Laju

Inflasi Kota Mataram

Latar Belakang Program Konversi Mitane Elpiji

Perkembangan harga barang dan jasa di kota Mataram berada pada tren

peningkatan. Berdasarkan disagregasinya, tekanan inflasi yang cenderung

meningkat tersebut bersumber dari kelompok administered price yang turut

didorong kenaikan harga bahan makanan (beras dan aneka bumbu). Kondisi

tersebut telah berlangsung sejak Agustus 2011 hingga mencapai puncaknya pada

Februari 2012. Pada Februari 2012, kota Mataram tercatat sebagai kota yang

mengalami laju inflasi bulanan tertinggi (dibandingkan kota-kota lainnya) mencapai

1,73%. Kondisi tersebut jauh berbeda dibandingkan dengan pola historisnya yang

secara rata-rata (4 tahun terakhir) sebesar 0,39%.

Peningkatan tekanan inflasi tersebut didorong oleh kenaikan harga komoditas

bahan bakar rumah tangga (minyak tanah dan gas elpiji) yang disebabkan

kelangkaan pasokan dan meningkatnya permintaan masyarakat. Kondisi tersebut

dipengaruhi oleh adanya pengurangan kuota minyak tanah bersubsidi sebagai

langkah lanjutan program konversi minyak tanah ke gas elpiji yang dilaksanakan

secara nasional dan gangguan pasokan gas elpiji akibat cuaca buruk.

Pelaksanaan program konversi di Nusa Tenggara Barat yang dilaksanakan di

Pulau Lombok telah menyalurkan 679.071 paket elpiji (tabung gas 3 kg dan kompor)

pada Tahun 2011, namun demikian Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben)

Provinsi NTB kemudian mengusulkan penambahan sebanyak 96.870 paket susulan

untuk memenuhi permintaan masyarakat yang mengklaim layak menerima paket.

Sedangkan untuk Pulau Sumbawa, program konversi direncanakan mulai

dilaksanakan pada Mei 2012 sebanyak 350.000 paket.

Tabel Inflasi Bulanan Kota Mataram (%)

Sumber : BPS, diolah

Grafik Disagregasi Inflasi Kota Mataram

Sumber : BPS, diolah

-5.00

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

40.00

45.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2010 2011 2012

Inflasi Tahunan Mataram

Core Inflation Administered Price

volatile food

Jan Feb MarSumbangan Bahan Bakar Rumah Tangga

0.07 0.96 0.03

Inflasi Kota Mataram (bulanan)

1.29 1.73 -0.51

Inflasi Gabungan Nusa Tenggara Barat

1.23 1.48 -0.50

Keterangan2012

17

Sementara itu, meningkatnya minat masyarakat dalam menggunakan gas elpiji

belum diimbangi oleh kemampuan kapasitas isi ulang pada Stasiun Pengisian dan

Pengangkutan Bulk Elpiji (SPPBE) sehingga menekan laju inflasi. Pada periode

laporan, SPPBE yang beroperasi hanya berjumlah 2 unit untuk melayani kebutuhan

seluruh Pulau Lombok. Kendala lain yang juga dihadapi adalah kondisi cuaca buruk

di pelabuhan yang mengganggu kegiatan pengiriman gas elpiji dan ketergantungan

pasokan dari Bali. Di sisi lain, seiring berlangsungnya program konversi mitan ke gas

elpiji, pemerintah pusat (Kementerian ESDM) telah melakukan kebijakan

pengurangan pasokan kuota minyak tanah bersubsidi untuk Pulau Lombok dari 275

kilo liter/hari menjadi 105 kilo liter/hari yang menekan harga mitan. Perhatian

khusus Pemerintah daerah dan instansi terkait diperlukan untuk mengantisipasi

kembali terjadinya gejolak harga khususnya pada komoditas mitan dan gas elpiji.

BAB 3PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN

SISTEM PEMBAYARAN

Sepanjang triwulan I-2012, perkembangan perbankan Nusa Tenggara Barat

(NTB) terus menunjukkan kinerja yang positif. Kondisi tersebut tercermin dari

peningkatan kinerja indikator utama perbankan yaitu aset, kegiatan penghimpunan

dana masyarakat dan kredit. Dari sisi fungsi intermediasi, kinerja industri perbankan

cenderung mengalami peningkatan. Kondisi kinerja tersebut didukung oleh

terjaganya risiko kredit yang tercermin dari rasio Non Performing Loan (NPL) masih

dibawah NPL yang ditetapkan yaitu maksimal 5%.

3.1. INTERMEDIASI PERBANKAN

Pada triwulan I-2012, kinerja intermediasi perbankan Nusa

Tenggara Barat berada pada tren peningkatan dan tumbuh dalam

level yang tinggi. Kegiatan pembiayaan meningkat yang diikuti oleh risiko

kredit yang terjaga. Sedangkan penghimpunan dana masyarakat oleh

industri perbankan Nusa Tenggara Barat cenderung mengalami perlambatan.

Hingga akhir triwulan I-2012, rasio Loan to Deposit Ratio (LDR)

perbankan NTB berada pada level yang cukup tinggi hingga mencapai

112,29%, lebih tinggi endah dibanding triwulan lalu yang tercatat mencapai

108,71%. Kondisi tersebut diakibatkan oleh laju pertumbuhan kegiatan

penghimpunan dana yang relatif melambat khususnya pada bank umum

dibandingkan dengan kegiatan penyaluran kredit.

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Tabel 3.1Perkembangan Indikator Perbankan

(Rp miliar)2012

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1

1 Aset 11,757 12,362 12,835 13,726 14,128 15,048 15,897 16,877 17,573Growth % (yoy) 21.16 20.36 21.12 21.29 20.17 21.73 23.86 22.95 24.38

2 Kredit 8,222 8,896 9,351 9,906 10,393 11,171 11,785 12,369 12,958Growth % (yoy) 23.86 25.59 26.13 28.21 26.41 25.58 26.03 24.87 24.68

3 DPK 7,613 8,144 8,259 8,878 9,069 9,796 10,450 11,378 11,540Growth % (yoy) 10.19 14.26 12.75 19.13 19.12 20.29 26.53 28.16 27.25

4 LDR (%) 107.99 109.23 113.22 111.57 114.60 114.04 112.77 108.71 112.29 5 NPL (%) 2.56 2.45 2.41 2.34 2.51 2.58 2.51 2.17 2.30

Indikator2010 2011

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN NTB

Secara gabungan, total outstanding kredit perbankan (Bank Umum

dan Bank Perkreditan Rakyat) terus meningkat mencapai Rp12,96 triliun atau

tumbuh sebesar 24,68% (yoy). Sementara itu, jumlah dana pihak ketiga

(DPK) yang berhasil dihimpun dari masyarakat meningkat mencapai Rp11,54

triliun atau tumbuh sebesar 27,25% (yoy), melambat dibandingkan dengan

pertumbuhan triwulan lalu yang tercatat sebesar 28,16% (yoy).

Dari sisi risiko kredit, tingginya laju pertumbuhan penyaluran kredit

perbankan NTB diikuti oleh risiko kredit yang tetap terjaga. Kondisi tersebut

tercermin dari rasio Non Performing Loans (NPL) sebesar 2,30%.

3.2. PERKEMBANGAN BANK UMUM

3.2.1. Perkembangan Aset

Pada triwulan I-2012, perkembangan total aset1 Bank Umum di

NTB terus berada dalam tren peningkatan dengan nilai mencapai

Rp16,46 triliun atau tumbuh sebesar 24,15% (yoy). Pertumbuhan

tersebut meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar

22,71% (yoy). Peningkatan laju pertumbuhan tersebut disebabkan oleh

kinerja pertumbuhan aset pada jenis kegiatan konvensional yang cenderung

meningkat.

Berdasarkan komposisinya, kepemilikan aset bank umum di NTB

masih didominasi oleh bank-bank milik pemerintah yang jumlahnya

mencapai Rp12,13 triliun dengan pangsa mencapai sebesar 73,72% dari total

aset seluruh bank umum di NTB, sedikit meningkat dibanding triwulan lalu

yang mencapai 72,75%. Sementara itu, perkembangan kepemilikan aset

bank-bank lainnya relatif tidak mengalami perubahan yang menonjol.

1 Aset mengacu konsep gross untuk perhitungan antar kantor bagi Bank yang berkantor pusat di NTB.

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Grafik 3.1Perkembangan Aset Bank Umum

Grafik 3.2Pertumbuhan Aset Bank Umum

Menurut Kegiatan Usaha

Sumber : KPw BI Prov. NTB

0 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 16,000 18,000

0

5

10

15

20

25

30

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1

2010 2011 2012

asset-kanan (Rp miliar) growth-aset kiri (%)

0102030405060708090

100

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1

2010 2011 2012

gAset-BU Konv (%) gAset-BU Syariah (%)

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN NTB

Berdasarkan sisi operasional, perkembangan aset bank umum

konvensional mengalami peningkatan yaitu tumbuh sebesar 22,05% (yoy)

dengan nominal sebesar Rp15,32 triliun, meningkat dibanding pertumbuhan

triwulan lalu yang tumbuh sebesar 20,55% (yoy). Sementara, perkembangan

aset bank umum syariah mengalami penurunan dengan level pertumbuhan

lebih tinggi dibanding bank umum konvensional. Pada triwulan I-2012,

total aset bank umum syariah sebesar Rp1,13 triliun atau tumbuh sebesar

61,79% (yoy). Pertumbuhan tersebut sedikit lebih rendah dibanding triwulan

sebelumnya yang tercatat tumbuh hingga 62,14% (yoy).

3.2.2. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK)

Secara umum, kegiatan penghimpunan DPK pada bank umum

di Nusa Tenggara Barat pada triwulan I-2012 berada pada

pertumbuhan tinggi namun cenderung melambat. Jumlah DPK yang

berhasil dihimpun tercatat mencapai Rp11,00 triliun atau tumbuh sebesar

27,02% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan IV-2011

yang tercatat sebesar 28,33% (yoy) atau sebesar Rp10,87 triliun.

Secara keseluruhan, jumlah DPK yang berhasil dihimpun masih

dominan dalam bentuk dana jangka pendek yaitu tabungan dengan pangsa

sebesar 53,01% atau mencapai Rp5,83 triliun dengan jumlah rekening

sebanyak 1,25 juta atau sekitar 63,62% dari jumlah penduduk yang bekerja

di NTB pada Agustus 2011 sebanyak 1,96 juta2. Pangsa tabungan tersebut

menurun dibanding posisi triwulan IV-2011 yang tercatat mencapai 61,46%.

Secara tahunan, jumlah tabungan pada triwulan laporan tumbuh sebesar

27,52% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan lalu yang juga tumbuh

sebesar 31,48% (yoy).

2 Survei Angkatan Kerja BPS Prov. NTB

Sumber : KPw BI Prov. NTB Sumber : KPw BI Prov. NTB

Grafik 3.3Perkembangan DPK Bank Umum

(Rp miliar)

Grafik 3.4Pertumbuhan DPK Bank Umum (yoy)

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1

2010 2011 2012

Deposito Tabungan Giro

(10)

(5)

-

5

10

15

20

25

30

35

40

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1

2010 2011 2012

g-Giro (%) g-Tabungan (%)

g-Deposito (%) g-DPK (%)

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN NTB

Perkembangan jenis simpanan jangka panjang yang ditempatkan

dalam bentuk deposito mengalami peningkatan. Pada triwulan I-2012,

jumlah deposito sebesar Rp2,69 triliun yang tumbuh sebesar 20,53% (yoy).

Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibanding triwulan IV-2011 yang tumbuh

sebesar 19,75% (yoy) atau mencapai Rp2,44 triliun. Berdasarkan

komposisinya, pangsa deposito kembali mengalami peningkatan dari sebesar

22,47% pada triwulan IV-2011, menjadi sebesar 24,43% terhadap

keseluruhan DPK yang dihimpun bank umum di NTB.

Sementara itu jumlah simpanan dalam bentuk giro yang ditempatkan

masyarakat pada triwulan I-2012 menunjukkan peningkatan dana menjadi

sebesar Rp2,48 triliun yang tumbuh sebesar 34,07% (yoy), lebih tinggi

dibanding triwulan IV-2011 yang mencapai Rp1,74 triliun dengan

pertumbuhan sebesar 29,44% (yoy). Berdasarkan komposisi terhadap

keseluruhan DPK bank umum di NTB, pangsa giro mengalami peningkatan

dari 16,07% pada triwulan lalu menjadi 22,57% pada periode laporan.

3.2.3. Perkembangan Kredit Bank Umum

Secara umum kegiatan penyaluran kredit bank umum yang berhasil

disalurkan ke masyarakat meningkat dengan level pertumbuhan yang tinggi.

Hingga triwulan I-2012, total outstanding kredit yang disalurkan ke

masyarakat nilainya mencapai Rp12,32 triliun atau tumbuh sebesar 24,90%

(yoy).

Dari sisi kinerja intermediasi bank umum, perlambatan pertumbuhan

penghimpunan DPK yang lebih besar dibanding penyaluran kredit

menyebabkan kinerja intermediasi bank umum di Nusa Tenggara Barat

tumbuh meningkat. Hal ini tercermin dari rasio Loan to Deposit Ratio (LDR)

yang tercatat sebesar 111,98%, lebih tinggi dengan kinerja periode

sebelumnya yang mencapai 108,22%. Tingkat LDR yang berada di atas 100%

mencerminkan bahwa selain menggunakan dana pihak ketiga, bank umum

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Grafik 3.5Pangsa DPK per Kepemilikan DPK Bank Umum

(Rp miliar)

Grafik 3.6Pangsa DPK Menurut Jenis Simpanan

Bank Umum

Sumber : KPw BI Prov. NTB

1.54%

16.02%

68.54%

13.90%Pemerintah PusatPemerintah DaerahPerseoranganLainnya

22.57%

53.01%

24.43%Giro

Tabungan

Deposito

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN NTB

juga memanfaatkan dana lainnya seperti modal sendiri ataupun dana antar

bank dalam melaksanakan kegiatan pembiayaan. Hal ini menandakan masih

terbukanya peluang bagi perbankan lainnya untuk ikut bersaing ke dalam

industri perbankan di NTB.

Berdasarkan jenis penggunaannya, sebagian besar penyaluran kredit

bank umum di NTB masih tertuju pada jenis konsumsi dengan pangsa

mencapai 58,91% terhadap keseluruhan kredit bank umum di NTB atau

sebesar Rp7,26 triliun yang tumbuh sebesar 10,65% (yoy). Pertumbuhan

tersebut lebih rendah dibanding kinerja triwulan IV-2011 yang tumbuh

mencapai 16,78% (yoy). Kemudian disusul oleh kredit modal kerja dengan

pangsa sebesar 29,94% sebagai pangsa terbesar kedua yang tercatat

mencapai Rp3,69 triliun atau tumbuh sebesar 35,10% (yoy), jauh lebih tinggi

dibanding periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 25,65% (yoy).

Sedangkan pangsa kredit investasi kembali mengalami peningkatan, yang

tercatat sebesar 11,15% atau mencapai Rp1,37 triliun yang tumbuh

signifikan hingga 138,99% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi

dibanding kinerja periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 120,45 (yoy)

atau mencapai Rp1,37 triliun.

Secara kuartalan, pada triwulan I-2012 perkembangan kredit investasi

kembali menunjukkan performanya yang tumbuh sebesar 17,54% (qtq).

Kemudian diikuti kredit modal kerja yang tumbuh sebesar 8,11% (qtq).

Sementara kredit konsumsi cenderung tumbuh rendah yang tercatat sebesar

1,06% (qtq).

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Grafik 3.7Perkembangan Kredit Bank Umum

(Rp miliar)

Grafik 3.8Pangsa Kredit Bank Umum Menurut Jenis

Penggunaan (%)

Sumber : KPw BI Prov. NTB

0

5

10

15

20

25

30

35

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1

2010 2011 2012

Kredit BU-kiri (Rp miliar)growth-kredit kanan (%)

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1

2010 2011 2012

Konsumsi Investasi Modal Kerja

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN NTB

Secara sektoral, pertumbuhan kredit tertinggi pada triwulan I-2012

dialami oleh sektor pertanian yang tumbuh signifikan hingga 216,79% (yoy).

Kemudian diikuti oleh kinerja pada jasa sosial dan pengangkutan dan

komunikasi yang juga tumbuh signifikan mencapai 168,81% (yoy) dan

80,01% (yoy). Sementara itu, kredit pada sektor pertambangan masih

mengalami pertumbuhan negatif yang tercatat sebesar -15,28% (yoy).

Berdasarkan pangsanya, penyaluran kredit produktif masih

terkonsentrasi pada sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) yang

pangsanya mencapai 26,29% atau sebesar Rp3,24 triliun (selain kepada

sektor lain-lain). Kemudian penyaluran kredit terbesar disumbangkan oleh

sektor konstruksi dengan pangsa sebesar 2,65% (Rp325,56 miliar), kemudian

diikuti oleh sektor jasa sosial yang pangsanya sebesar 2,57% (Rp316,38

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Tabel 3.2Pertumbuhan Kredit Bank Umum (yoy,%)

Grafik 3.9Pertumbuhan Kredit Bank Umum Menurut

Jenis Penggunaan (qtq,%)

Grafik 3.10Pertumbuhan Kredit Bank Umum Menurut Jenis

Penggunaan (yoy,%)

Sumber : KPw BI Prov. NTB Sumber : KPw BI Prov. NTB

-

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

140.00

160.00

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1

2010 2011 2012

gKMK-BU-(yoy,%)gKInv-BU-(yoy,%)gKKons-BU-(yoy,%)

(14.00)

(4.00)

6.00

16.00

26.00

36.00

46.00

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1

2010 2011 2012

gKMK-BU-(qtq,%)gKInv-BU-(qtq,%)gKKons-BU-(qtq,%)

2012Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1

1 Menurut Jenis Penggunaan - Modal Kerja 9.86 15.16 17.48 27.27 24.30 19.79 21.52 25.65 35.10 - Investasi 50.03 45.02 24.24 32.89 23.81 33.05 82.38 120.45 138.99 - Konsumsi 29.27 30.47 31.91 29.79 28.96 28.36 24.17 16.78 10.65

2 Menurut Sektor Ekonomi - Pertanian -69.52 -66.46 -51.85 -43.33 35.06 3.32 -15.34 102.16 216.79 - Pertambangan 55.71 46.80 -21.07 -17.70 -8.12 -2.05 -2.13 -1.85 -15.28 - Industri Pengolahan 7.13 -0.56 6.23 17.17 -1.54 10.04 6.60 4.61 68.57 - Listrik, Gas dan Air -8.55 17.17 -11.64 -13.05 58.26 -27.10 -14.32 24.26 -14.08 - Konstruksi 18.28 40.80 42.67 90.76 84.63 62.32 95.97 56.54 51.85 - Perdag.Hotel dan Restoran 7.69 9.92 13.85 14.24 16.98 14.56 16.64 34.00 50.73 - Pengangkutan dan Komunikasi 3.04 -0.52 -7.75 -9.65 2.39 10.08 22.46 41.84 80.01 - Jasa dunia usaha 4.30 -3.85 -18.75 -18.49 -10.36 15.23 62.29 72.17 74.20 - Jasa sosial 2.22 93.29 90.88 192.21 159.02 39.18 68.44 170.05 168.81 - Lain-lain 36.86 38.02 36.92 37.13 30.26 29.83 27.42 16.98 10.11

20112010Penyaluran Kredit

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN NTB

miliar). Sementara penyaluran kredit pada sektor-sektor produktif lainnya

pangsanya berada pada kisaran 0,01% hingga 2,17% dari keseluruhan kredit.

Secara umum, perkembangan suku bunga bank umum NTB pada

triwulan I-2012 cenderung menunjukkan penurunan baik pada suku bunga

kredit maupun suku bunga simpanan. Pada sisi kredit, penurunan suku

bunga terbesar dimiliki oleh kredit modal kerja, diikuti kredit investasi dan

konsumsi yang masing-masing tercatat sebesar 15,74% (Des. ’11: 16,05%),

15,65% (Des. ’11: 15,80%) dan 12,97% (Des. ’11: 12,99%). Pada jenis

simpanan, suku bunga mengalami penurunan dari 6,88% pada Desember

2011 menjadi 6,34% pada posisi Maret 2012.

Grafik 3.12Pangsa Kredit Bank Umum Secara Sektoral

Tabel 3.3Perkembangan Kredit Bank Umum (Rp miliar)

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Grafik 3.11Perkembangan Suku Bunga Bank Umum (%)

Sumber : KPw BI Prov. NTB, Cognos

2012 Growth

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 (%,yoy)

1 Menurut Jenis Penggunaan 7,749 8,414 8,864 9,398 9,867 10,616 11,204 11,765 12,323 24.90

- Modal Kerja 2,197 2,408 2,577 2,716 2,731 2,885 3,131 3,412 3,689 35.10 - Investasi 464 489 455 530 575 650 830 1,169 1,374 138.99

- Konsumsi 5,087 5,517 5,833 6,151 6,561 7,081 7,242 7,184 7,260 10.652 Menurut Sektor Ekonomi 7,749 8,414 8,864 9,398 9,867 10,616 11,204 11,765 12,323 24.90

- Pertanian 51.9 60.4 76.5 78.0 70.1 62.4 64.8 157.7 221.9 216.79 - Pertambangan 11.3 9.7 9.5 9.3 10.4 9.5 9.3 9.2 8.8 -15.28 - Industri Pengolahan 66.3 64.9 65.7 69.2 65.3 71.4 70.0 72.4 110.0 68.57 - Listrik, Gas dan Air 1.1 1.9 1.8 1.9 1.7 1.4 1.6 2.4 1.4 -14.08 - Konstruksi 116.5 151.8 161.2 205.4 215.0 246.5 315.96 321.59 326.56 51.85 - Perdag.Hotel & Rest 1,838 1,966 2,195 2,213 2,150 2,252 2,560 2,966 3,240 50.73 - Pengangkt & Komunik 44.4 44.3 41.7 41.9 45.5 48.8 51.0 59.4 81.9 80.01 - Jasa dunia usaha 171.2 162.4 138.0 141.5 153.5 187.1 223.92 243.65 267.39 74.20 - Jasa sosial 45.4 94.0 94.2 110.8 117.7 130.8 158.7 299.3 316.4 168.81 - Lain-lain 5,403 5,858 6,081 6,526 7,038 7,606 7,748 7,634 7,749 10.11

2011Penyaluran Kredit

2010(Rp miliar)

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3

2010 2011 2012

Kredit Modal Kerja Kredit InvestasiKredit Konsumsi DepositoBI Rate

Pertanian

Pertambangan

Industri Pengolahan

Listrik, gas, dan air

Konstruksi

PHR

Transport & KomunikasiJasa-jasa dunia usaha

Jasa-jasa sosial/masyarakatKredit Lain-lain

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN NTB

3.2.4. Risiko Kredit

Pada triwulan I-2012, peningkatan penyaluran kredit bank umum

didukung oleh risiko kredit yang terjaga. Kondisi tersebut ditunjukkan oleh

nilai Non Performing Loan (NPL) yang tercatat sebesar 1,80% pada periode

laporan, sedikit lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tercatat sebesar

1,68% dan masih dibawah target indikatif yang ditetapkan sebesar 5%.

Berdasarkan jenis penggunaan, pada triwulan I-2012, rasio NPL

terbesar dialami oleh kredit modal kerja yang menurun dari 3,62% pada

triwulan lalu menjadi 3,57%. Selanjutnya diikuti oleh kredit investasi yang

menurun dari 1,57% pada triwulan lalu menjadi 1,44% pada triwulan

laporan. Sementara itu, rasio NPL pada kredit konsumsi tercatat meningkat

menjadi 0,97% (Des. ’12:0,78%).

Secara sektoral, meningkatnya risiko kredit pada triwulan I-2012

didorong oleh meningkatnya rasio NPL pada sektor konstruksi,

pertambangan dan lain-lain. Sementara itu, penurunan rasio NPL terbesar

dimiliki oleh sektor pertanian namun masih tampil sebagai sektor yang

memiliki rasio NPL tertinggi mencapai 8,80%.

3.3. PERKEMBANGAN KREDIT UMKM

Sejalan dengan meningkatnya penyaluran kredit pada bank umum,

penyaluran kredit usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Nusa

Tenggara Barat juga menunjukkan peningkatan. Pada triwulan I-2012,

nominal outstanding credit UMKM (plafon kredit < Rp5 miliar) perbankan

NTB (Bank Umum dan BPR) meningkat menjadi Rp12,43 triliun atau tumbuh

sebesar 23,64% (yoy), stabil dibanding triwulan lalu yang juga tumbuh

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Tabel 3.4Perkembangan Kualitas Kredit Bank Umum

2012Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1

1 NPL (Nominal Rp. Jutaan) 152,152 159,203 162,669 165,468 187,825 213,673 223,009 198,124 222,103NPL (%) 1.96 1.89 1.84 1.76 1.90 2.01 1.99 1.68 1.80

2 NPL per jenis penggunaan (%) - Modal Kerja 4.67 4.26 4.29 4.01 4.48 4.99 4.59 3.62 3.57 - Investasi 2.35 3.35 2.86 2.81 2.87 3.07 2.46 1.57 1.44 - Konsumsi 0.76 0.73 0.67 0.68 0.75 0.82 0.81 0.78 0.97

3 NPL per sektor (%) - Pertanian 1.60 5.37 4.74 19.28 23.85 28.84 24.54 10.71 8.80 - Pertambangan 4.80 0.00 0.00 0.39 0.26 0.80 1.09 0.59 1.01 - Industri Pengolahan 1.48 1.94 2.32 4.02 4.53 5.25 4.94 3.64 2.65 - Listrik, Gas dan Air 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 - Konstruksi 1.78 2.96 2.48 1.90 2.17 1.44 1.54 1.42 1.95 - Perdag.Hotel & Rest 5.12 4.64 4.88 4.20 4.80 4.99 4.58 3.40 3.10 - Pengangkt & Komunik 0.33 0.90 0.68 1.60 2.06 2.42 2.17 1.66 1.16 - Jasa dunia usaha 2.45 0.74 0.89 0.78 0.62 1.18 1.40 1.26 1.45 - Jasa sosial 2.54 4.68 4.83 3.94 4.00 6.54 4.16 1.37 1.42 - Lain-lain 0.89 0.91 0.66 0.68 0.76 0.90 0.93 0.85 1.08

20112010Kolektibilitas Kredit

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN NTB

sebesar 23,64% (yoy) yang tercatat sebesar Rp11,86 triliun. Berdasarkan

komposisinya, dibandingkan dengan triwulan sebelumnya pangsa

penyaluran kredit UMKM pada periode laporan mengalami peningkatan

tipis. Pada triwulan I-2012 pangsanya tercatat mencapai 95,96%, sedikit lebih

tinggi dibanding triwulan IV-2011 yang tercatat mencapai 95,91%.

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Perkembangan penyaluran kredit oleh bank umum di NTB masih

didominasi oleh penyaluran pada kredit UMKM yang pangsanya mencapai

95,75% atau mencapai Rp11,80 triliun. Berdasarkan skala kreditnya,

penyaluran kredit UMKM bank umum didominasi oleh kredit kecil (plafon

Rp50 juta s.d Rp500 juta) mencapai Rp7,29 triliun dengan pangsa sebesar

61,76%. Kemudian diikuti oleh kredit mikro (plafon s.d Rp50 juta) mencapai

Rp2,73 triliun dengan pangsa mencapai 23,15%. Sedangkan pangsa kredit

menengah (plafon Rp500 juta s.d Rp5 miliar) hanya sebesar 15,09% atau

secara nominal mencapai sebesar Rp 1,78 triliun.

Berdasarkan jenis penggunaan, penyaluran kredit UMKM bank umum

pada triwulan I-2012 masih didominasi oleh kredit konsumsi dengan nominal

Sumber : KPw BI Prov. NTB Sumber : KPw BI Prov. NTB

Grafik 3.14Perkembangan Kredit UMKM

Grafik 3.15Perkembangan Rasio NPL Kredit UMKM Bank Umum

Grafik 3.13Pangsa Kredit UMKM Terhadap Total Kredit Bank

Umum

38.01 35.01 33.24 31.42 29.77 27.18 25.25 23.85 22.16

45.99 48.31 49.85 51.64 53.60 56.04 56.72 57.97 59.14

13.73 14.12 13.59 13.64 13.22 13.17 13.86 13.88 14.45

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1

2010 2011 2012

Lainnya Kredit Menengah Kredit Kecil Kredit Mikro

19

20

21

22

23

24

25

26

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1

2010 2011 2012

yoykredit UMKM (Rp mil) g-kredit UMKM-kanan (%)

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1

2010 2011 2012

NPL Kredit Mikro (%)

NPL Kredit Kecil (%)

NPL Kredit Menengah (%)

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN NTB

kredit sebesar Rp7,26 triliun dengan pangsa sebesar 61,53% dari total kredit

UMKM bank umum yang telah disalurkan, disusul oleh kredit modal kerja

sebesar Rp3,43 triliun dengan pangsa 29,06% dan kredit investasi sebesar

Rp1,11 triliun dengan pangsa 9,41%.

Dari sisi risiko kredit, perkembangan risiko kredit UMKM pada

triwulan I-2012 cenderung meningkat dibanding triwulan lalu. Rasio NPL

tertinggi dimiliki kredit UMKM skala kredit mikro yang tercatat mencapai

2,28%, lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 2,08%.

Sementara perkembangan NPL kredit UMKM pada skala kecil dan menengah

masing-masing tercatat sebesar 1,74% (Des. 2012: 1,60%) dan 1,31% (Des.

2012: 1,39%).

3.4. KREDIT USAHA RAKYAT (KUR)

Hingga triwulan I-2012, realisasi penyaluran KUR oleh bank

umum di NTB meningkat mencapai Rp733,40 miliar atau tumbuh

sebesar 62,94% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih rendah dibanding

kinerja triwulan lalu yang tumbuh sebesar 93,79% (yoy) atau sebanyak

Rp665,09 miliar. Secara sektoral, penyaluran KUR didominasi oleh sektor

perdagangan hotel dan restoran dengan pangsa mencapai 77,15% atau

sebanyak Rp565,82 miliar. Kemudian diikuti oleh sektor pertanian dan sektor

jasa dunia usaha masing-masing sebesar Rp96,31 miliar dan Rp28,40 miliar.

Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan program dari pemerintah

untuk membantu usaha mikro/kecil produktif yang mengalami kesulitan

akses permodalan ke perbankan karena keterbatasan penyediaan agunan

atau UMKM yang feasible namun belum bankable. Sumber dana penyaluran

KUR adalah 100% (seratus persen) dari bank pelaksana yang dihimpun dari

dana masyarakat berupa tabungan, deposito dan giro.

Tabel 3.5Perkembangan Kredit Usaha Rakyat Berdasarkan Plafon Kredit

Sumber : KPw BI Prov. NTB

2012

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1

1 Pertanian 33.918 38.041 39.622 53.084 63.235 67.461 71.795 85.969 96.3142 Pertambangan 0 0 0 0 0 0 20 20 243 Industri Pengolahan 4.016 4.186 4.831 5.457 5.927 6.616 6.867 7.357 7.8344 Listrik, Gas & Air 0 0 0 0 0 0 3.236 3.403 05 Konstruksi 0 0 6.940 0 0 0 0 0 06 Perdag, Htl & Rstrn 148.682 178.233 194.205 260.028 354.158 410.027 472.753 516.634 565.8237 Angktn & Komuniks 226 1.066 1.457 1.597 1.898 3.282 2.468 2.536 2.8228 Jasa Dunia Usaha 12.427 13.335 13.054 15.789 19.462 21.660 23.586 25.427 28.3399 Jasa Sosial 278 758 837 2.899 1.292 987 1.435 4.301 6.947

10 Lain-lain 3.251 3.846 2.138 4.340 4.129 4.670 9.141 19.443 25.297

202.797 239.464 263.085 343.193 450.100 514.703 591.299 665.090 733.39920,52 18,08 9,86 30,45 31,15 14,35 14,88 12,48 10,2777,51 71,63 63,03 103,95 121,95 114,94 124,76 93,79 62,94Pertumbuhan (%,yoy)

SEKTORNO

TotalPertumbuhan (%,qtq)

2011(Jutaan Rp)

2010

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN NTB

Grafik 3.16Perkembangan Bank Umum Syariah

(Rp mil)

Sementara itu, plafon KUR Mikro yang saat ini dapat disalurkan oleh

seluruh bank penyalur KUR nilainya sampai dengan Rp20 juta dan KUR Ritel

dengan plafon di atas Rp20 juta sampai dengan Rp500 juta. Bank-bank

penyalur KUR di NTB yaitu Bank BRI, Bank BNI, Bank Mandiri, Bank Bukopin,

Bank BTN, Bank Syariah Mandiri dan Bank NTB.

Beberapa kendala yang dihadapi perbankan dalam penyaluran KUR

antara lain dari faktor calon debitur yaitu: usaha debitur belum feasible,

debitur masih memiliki tunggakan kredit program, adanya persepsi dari

masyarakat bahwa KUR adalah bantuan (hibah), sehingga calon debitur

berani menunggak, sebagian besar debitur tidak memiliki NPWP. Sedangkan

dari faktor internal bank, adalah terbatasnya tenaga pemasaran kredit,

keterbatasan jaringan kantor cabang, belum tersedianya data base UMKM

binaan SKPD dan belum adanya perangkat analisa kredit yang lebih

sederhana dan praktis, untuk kredit di bawah Rp50 juta.

3.5. PERKEMBANGAN BANK UMUM SYARIAH

Hingga triwulan I-2012, kinerja indikator bank umum syariah di Nusa

Tenggara Barat masih berada pada tren peningkatan. Hingga Maret 2012,

total aset bank umum syariah meningkat menjadi Rp1,13 triliun atau tumbuh

signifikan sebesar 61,79% (yoy), sedikit lebih rendah dibanding

pertumbuhan triwulan lalu yang tumbuh sebesar 62,14% (yoy). Tingginya

pertumbuhan aset tersebut ditopang oleh peningkatan performa kegiatan

pembiayaan dan penghimpunan dana oleh bank umum syariah pada periode

laporan. Sementara itu, perkembangan pangsa aset bank umum syariah

terhadap total aset perbankan di NTB mengalami penurunan dari 7,47%

pada triwulan lalu menjadi sebesar 6,45% pada periode laporan.

Dari sisi pembiayaan, dana yang berhasil disalurkan bank umum

syariah hingga triwulan I-2012 meningkat mencapai Rp952,92 miliar atau

tumbuh sebesar 51,04% (yoy), lebih rendah dibanding periode sebelumnya

yang tumbuh sebesar 60,37% (yoy). Di sisi lain, jumlah DPK yang dihimpun

Grafik 3.17Pangsa Bank Umum Syariah Terhadap Perbankan (%)

Sumber : KPw BI Prov. NTB Sumber : KPw BI Prov. NTB

0

200

400

600

800

1000

1200

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1

2010 2011 2012

FinancingDPK

Aset

75

80

85

90

95

100

FinancingAset

DPK

92,65 93,55 94,66

7,35 6,45 5,34

Konvensional Syariah

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN NTB

mengalami penurunan menjadi sebesar Rp616,06 miliar yang tumbuh

sebesar 48,44% (yoy), lebih rendah dibanding periode sebelumnya yang

tumbuh hingga 52,97% (yoy).

Percepatan laju pertumbuhan kegiatan penghimpunan DPK yang

lebih rendah dibanding pembiayaan syariah menyebabkan fungsi

intermediasi bank umum syariah mengalami peningkatan. Kondisi tersebut

tercermin dari Financing Deposit Ratio (FDR) yang tercatat sebesar 154,68%,

meningkat dibanding kinerja triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar

138,61%.

Dari sisi risiko pembiayaan, laju pertumbuhan kegiatan pembiayaan

bank umum syariah yang tinggi turut diikuti oleh meningkatnya risiko kredit.

Hal tersebut tercermin oleh rasio gross Non Performing Financing (NPF) bank

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Grafik 3.20Perkembangan Pembiayaan Bank Umum

Syariah

Grafik 3.19Perkembangan DPK Bank Umum Syariah

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Grafik 3.18Perkembangan Aset Bank Umum Syariah

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Grafik 3.21Perkembangan FDR dan NPF Bank Umum Syariah

-10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

-

200

400

600

800

1.000

1.200

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1

2010 2011 2012

Aset Syariah (Rp mil) Growth (yoy) Aset-kanan (%)

-

10

20

30

40

50

60

-

100

200

300

400

500

600

700

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1

2010 2011 2012

DPK Syariah (Rp mil) Growth (yoy) DPK-kanan (%)

-

10

20

30

40

50

60

70

-

200

400

600

800

1.000

1.200

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1

2010 2011 2012

Financing (Rp mil)

Growth (yoy) Financing-kanan (%)

0,0

0,2

0,4

0,6

0,8

1,0

1,2

1,4

1,6

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1

2010 2011 2012

FDR (%) NPF (%)-kanan

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN NTB

umum syariah yang bergerak meningkat dari sebesar 1,09% pada triwulan

lalu menjadi sebesar 1,48% pada triwulan laporan.

3.6. PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)

Secara umum perkembangan BPR di NTB pada triwulan I-2012

menunjukkan kinerja yang menggembirakan. Kondisi tersebut tercermin dari

peningkatan indikator keuangan BPR yang disertai perbaikan risiko kredit

dibanding triwulan lalu. Secara kelembagaan, perkembangan jumlah kantor

BPR yang beroperasional di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Nusa Tengara Barat belum mengalami perubahan, jumlah

keseluruhan BPR sebanyak 32 bank. Dari jenis kegiatan usahanya, terdiri dari

29 BPR yang beroperasi secara konvensional dan 3 BPR yang beroperasi

secara syariah.

Pada triwulan I-2012, pertumbuhan aset BPR tercatat sebesar Rp1,11

triliun atau tumbuh sebesar 27,897% (yoy), lebih tinggi dibandingkan

pertumbuhan aset triwulan lalu yang mencapai 26,57% (yoy). Dari sisi

penghimpunan dana, kegiatan penghimpunan dana masyarakat masih

berada dalam tren peningkatan. Hingga triwulan I-2012, jumlah dana pihak

ketiga (DPK) yang dihimpun BPR meningkat menjadi Rp536,76 miliar atau

tumbuh sebesar 30,01% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang

tumbuh sebesar 24,53% (yoy).

Dari sisi kegiatan intermediasi, pada triwulan I-2012 jumlah kredit

BPR yang berhasil disalurkan ke masyarakat mencapai Rp635,01 miliar atau

tumbuh sebesar 20,53% (yoy), pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibanding

triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 18,84% (yoy) dengan

nominal sebesar Rp603,79 miliar. Kondisi tersebut diperkirakan dipengaruhi

oleh keunggulan BPR yang memiliki prosedur pemberian kredit yang lebih

cepat dan lebih mengutamakan pendekatan personal.

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Grafik 3.22Perkembangan Indikator BPR

Grafik 3.23Perkembangan Kredit BPR Menurut Jenis

Penggunaaan

Sumber : KPw BI Prov. NTB

-

5

10

15

20

25

30

35

-

200

400

600

800

1.000

1.200

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1

2010 2011 2012

DPK BPR (Rp mil) Aset BPR (Rp mil)Kredit BPR (Rp mil) g-Aset-kanan (%,yoy)g-DPK-kanan (%,yoy) g-Kredit-kanan (%,yoy)

(20)

(10)

-

10

20

30

40

50

-

50

100

150

200

250

300

350

400

450

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1

2010 2011 2012

Kredit MK (Rp mil) Kredit INV (Rp mil)Kredit KONS (Rp mil) g-MK (%)-kanang-INV (%)-kanan g-KONS (%)-kanan

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN NTB

Berdasarkan komposisi penggunaannya, penyaluran kredit pada jenis

modal kerja kembali mendominasi penyaluran kredit BPR dengan pangsa

sebesar 60,74%, kemudian disusul oleh kredit konsumsi dan investasi yang

masing-masing tercatat sebesar 35,19% dan 4,07%. Secara sektoral,

penyaluran kredit pada sektor perdagangan, hotel dan restoran kembali

mendominasi pangsa kredit BPR dengan pangsa sebesar 46,64% atau sebesar

Rp296,16 miliar. Kemudian disusul oleh penyaluran kredit pada sektor lain-

lain dengan pangsa sebesar 33,14% atau mencapai Rp210,41 miliar.

Pada triwulan I-2012, perkembangan kegiatan intermediasi BPR

cenderung menunjukkan perlambatan namun masih berada pada level

kinerja yang tinggi. Kondisi tersebut tercemin dari dari rasio Loan to Deposit

Ratio (LDR) BPR sebesar 118,53% (Des. ’11: 119,31%). Di sisi risiko kredit,

penyaluran kredit BPR diikuti oleh terjaganya risiko kredit meskipun masih

pada level yang cukup tinggi. Pada triwulan I-2012, risiko kredit yang

tercermin dari rasio Non Performing Loan (NPL) tercatat sebesar 12,02%,

sedikit meningkat dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar

11,65%.

3.7. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Salah satu tugas Bank Indonesia adalahu mengatur dan menjaga

kelancaran sistem pembayaran baik tunai dan non tunai, kegiatan lalu

lintas sistem pembayaran di Nusa Tenggara Barat berlangsung dengan

baik dan lancar. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, pada truwlan

laporan tercatat kegiatan transaksi keuangan terus menunjukkan

peningkatan. Transaksi secara tunai kembali mengalami net inflow,

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Grafik 3.25Perkembangan Penyaluran dan Kualitas Kredit BPR

Grafik 3.24Pangsa Penyaluran Kredit BPR Menurut

Sektor Ekonomi

Sumber : KPw BI Prov. NTB

-2 4 6 8 10 12 14 16 18

105

110

115

120

125

130

135

140

145

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1

2010 2011 2012

LDR BPR (%) NPL BPR (%)

14,71%

0,06%

0,01%0,68%

0,36%

46,64%

1,46% 0,43% 2,51%

33,14%

PertanianPertambanganListrik, Gas & AirKonstruksiIndustri PengolahanPHRPengangkutanJasa-jasa dunia usahaJasa-jasa sosialKredit Lain-lain

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN NTB

sedangkan perkembangan transaksi secara non tunai kembali didominasi

layanan transaksi Real Time Gross Settlement.

3.7.1. Transaksi Keuangan Secara Tunai

Pada triwulan I-2012 perkembangan transaksi keuangan

secara tunai di Nusa Tenggara Barat kembali berada pada tren net

inflow. Kondisi tersebut tercermin dari peningkatan jumlah aliran uang

keluar (cash outflow) yang lebih kecil dibandingkan aliran uang masuk

(cash inflow), atau dengan kata lain jumlah penarikan uang tunai lebih

kecil dibandingkan jumlah setoran uang tunai yang dilakukan oleh

perbankan NTB melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa

Tenggara Barat.

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Pada triwulan I-2012, jumlah aliran uang tunai yang masuk ke kas

Bank Indonesia yang berasal dari setoran perbankan di NTB masih berada

pada tren peningkatan yang tercatat sebesar Rp1,21 triliun atau tumbuh

signifikan sebesar 307,53% (yoy), jauh lebih tinggi dibanding

pertumbuhan triwulan lalu yang tumbuh hingga 85,86% (yoy) dengan

nominal tercatat sebesar Rp594,42 miliar.

Di sisi lain, jumlah aliran uang tunai yang keluar (cash outflow) yang

berasal dari kas Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara

Barat tercatat mencapai Rp684,18 miliar yang tumbuh sebesar 34,94%

(yoy), jauh lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang

tercatat tumbuh tinggi sebesar 89,91% (yoy) atau sebanyak Rp931,02

miliar. Jumlah aliran uang keluar yang lebih kecil dibanding aliran jumlah

uang masuk menyebabkan terjadinya net inflow dengan jumlah mencapai

Rp523,16 miliar.

Grafik 3.26Perkembangan Inflow, Outflow dan Netflow (Rp, miliar)

(600)

(450)

(300)

(150)

0

150

300

450

600

750

900

1,050

0

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1,600

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2010 2011 2012

Rp. Miliar

Inflow Outflow Netflow (kanan)

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN NTB

3.7.2. Perkembangan Penukaran Uang Pecahan Kecil

Secara umum, kegiatan penukaran uang pecahan kecil di NTB

menunjukkan peningkatan. Selama triwulan I-2012, penukaran uang

pecahan kecil melalui kegiatan kas keliling yang melingkupi seluruh

wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat dan penukaran langsung ke Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat mencapai

Rp42,24 miliar atau tumbuh sebesar 13,54% (yoy), namun tumbuh lebih

rendah dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang mencapai 36,10%

(yoy) yang tercatat sebesar Rp41,54 miliar.

Berdasarkan lokasi, penukaran uang pecahan kecil secara langsung

melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat

mencapai Rp29,69 miliar atau tumbuh sebesar 20,53% (yoy), melambat

dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 33,33% (yoy). Sementara itu,

penukaran uang pecahan kecil melalui kegiatan kas keliling mengalami

penurunan atau tumbuh negatif sebesar 0,16% (yoy) atau sebanyak

Rp12,55 miliar, lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang

mencapai 42,39% (yoy).

Berdasarkan komposisinya, penukaran uang kertas pecahan kecil (s.d

Rp20.000) sepanjang triwulan I-2012 jumlahnya mencapai Rp28,541 miliar.

Penukaran uang kertas masih didominasi jenis Rp2.000,00 dengan jumlah

mencapai 2,64 juta lembar, disusul pecahan Rp5.000,00 sebanyak 1,36 juta

lembar, pecahan Rp10.000,00 sebanyak 0,81 juta lembar, pecahan

Rp20.000,00 sebanyak 0,41 juta lembar dan pecahan Rp1.000,00 sebanyak

48,60 ribu lembar. Sementara secara nominal, jumlah penukaran tertinggi

dialami uang pecahan Rp20.000,00 yang mencapai Rp8,29 miliar

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Grafik 3.27Perkembangan Penukaran Uang Kecil (Rp, juta)

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Grafik 3.28Komposisi Penukaran Uang Kertas Keluar

Berdasarkan Jenis Pecahan

Rp20.000; 7.86%

Rp10.000; 15.37%

Rp5.000; 25.89%

Rp2.000; 49.96%

Rp1.000; 0.92%

0

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

0

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2010 2011 2012

Penukaran di BI Kas keliling - kanan

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN NTB

kemudian disusul uang pecahan Rp10.000,00 yang mencapai uang

pecahan Rp8,10 miliar.

3.7.3. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Uang Kartal

Sepanjang triwulan I-2012, jumlah uang tidak layak edar yang

dimusnahkan (PTTB) di NTB mencapai Rp497,27 miliar atau rata-rata

sebesar Rp165,76 miliar setiap bulannya. Jumlah tersebut meningkat

dibandingkan triwulan lalu yang jumlahnya mencapai Rp134,52 miliar

perbulannya. Rasio jumlah PTTB terhadap cash inflow pada triwulan

laporan menunjukkan penurunan dari sebesar 67,89% pada triwulan lalu

menjadi sebesar 41,19% pada periode laporan.

Besarnya jumlah PTTB sangat tergantung dengan perilaku masyarakat

dalam menggunakan uang kartal dan kebijakan Bank Indonesia dalam

pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE). Peningkatan jumlah PTTB

mengindikasikan bahwa kesadaran masyarakat untuk menjaga kondisi

fisik uang kartal yang dimiliki masih belum optimal.

Sesuai dengan tugasnya, Bank Indonesia terus berupaya menjaga

kelancaran kegiatan pembayaran masyarakat khususnya yang

menggunakan uang tunai dengan menerapkan kebijakan clean money

policy dengan menjaga terpeliharanya kualitas uang kartal yang beredar

di masyarakat, sehingga Bank Indonesia secara berkesinambungan

melakukan pemusnahan atau kegiatan PTTB. Sementara itu, untuk

mengurangi biaya pencetakan uang baru untuk menggantikan uang yang

dimusnahkan, Bank Indonesia secara berkesinambungan melakukan

sosialisasi kepada masyarakat luas akan pentingnya perlakuan yang tepat

terhadap uang kartal.

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Grafik 3.29Rasio PTTB Terhadap Cash Inflow

0

25

50

75

100

125

-

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2009 2010 2011 2012

%Rp, miliar Inflow PTTB Ratio (%)

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN NTB

3.7.4. Transaksi Pembayaran Secara Non Tunai

Perkembangan kegiatan transaksi non tunai di Nusa Tenggara Barat

sepanjang triwulan IV-2011 relatif menunjukkan peningkatan dibanding

triwulan lalu. Kondisi tersebut didorong oleh meningkatnya transaksi

keuangan secara non tunai melalui sarana Real Time Gross Settlement

(RTGS), dari sebesar Rp1,96 triliun pada triwulan lalu menjadi Rp2,40

triliun pada triwulan I-2012. Sementara itu, pada triwulan I-2012 transaksi

secara secara kliring menunjukkan penurunan yang tercatat mencapai

Rp1,33 triliun (triwulan IV-2011: Rp1,37 triliun).

a. Transaksi Kliring

Sepanjang triwulan I-2012, nilai transaksi kliring mencapai

Rp1,33 triliun atau tumbuh sebesar 30,56% (yoy), lebih rendah

dibanding dengan triwulan IV-2011 yang tumbuh sebesar 35,56% (yoy).

Berdasarkan frekuensi transaksinya, jumlah warkat kliring yang

diproses sepanjang triwulan I-2012 menunjukkan penurunan yang

tercatat sebanyak 32,25 ribu lembar atau tumbuh sebesar 15,10% (yoy),

lebih rendah dibanding triwulan lalu yang tercatat sebanyak 32,453

ribu lembar.

Sumber : KBI Mataram

Grafik 3.30Perkembangan Transaksi Non Tunai

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2009 2010 2011 2012

lbr

Rp, m

iliar

RTGS (kiri) Kliring (kiri)

warkat kliring(ribu) kanan warkat RTGS(ribu) kanan

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN NTB

b. Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS)

Setelah mengalami penurunan pada triwulan lalu, kegiatan

transaksi sarana RTGS kembali mendominasi sistem pembayaran non

tunai pada perbankan di Nusa Tenggara Barat. Sepanjang triwulan I-

2012, jumlah transaksi pembayaran melalui RTGS tercatat sebanyak

Rp2,40 triliun yang tumbuh signifikan sebesar 98,11% (yoy), jauh

meningkat dibanding triwulan IV-2011 ( Rp1,96 triliun) yang tumbuh

sebesar 54,65% (yoy).

Dari sisi volume transaksi, jumlah transaksi RTGS menunjukkan

penurunan, dari 2.818 lembar pada triwulan IV-2011 menjadi 2.694

lembar pada periode laporan. Berbagai keunggulan yang dimiliki sarana

RTGS seperti kecepatan dan ketepatan dalam penyelesaian transaksi

serta rendahnya risiko settlement-nya turut mempengaruhi jumlah

transaksi RTGS di Nusa Tenggara Barat.

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Sumber : KBI Mataram

Grafik 3.31Perkembangan Transaksi Kliring

Grafik 3.32Perkembangan Transaksi Real Time Gross Settlement

0

2

4

6

8

10

12

14

0

100

200

300

400

500

600

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3

2009 2010 2011 2012

Nominal (Rp milyar) Warkat (ribu lembar)-kanan

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

0

200

400

600

800

1000

1200

1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3

2009 2010 2011 2012

lembarRp, miliarRTGS (milyar) kiri Volume (lbr) kanan

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN NTB

3.7.5. Penemuan Uang Palsu

Sepanjang triwulan I-2012, jumlah uang palsu yang terdapat di

perbankan NTB cenderung mengalami penurunan. Jumlah uang palsu

yang berhasil dicatat oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa

Tenggara Barat tercatat sebanyak 189 lembar yang tumbuh sebesar

16,67% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan lalu yang tercatat

sebanyak 399 lembar.

Berdasarkan jenis pecahannya, temuan uang palsu pada triwulan I-

2012 terbesar didominasi uang pecahan Rp100.000,00. Sebagai antisipasi dan

menekan peredaran uang palsu di masyarakat, Bank Indonesia secara

berkelanjutan melakukan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah dengan

menggunakan metode 3D (dilihat, diraba, diterawang) kepada masyarakat

NTB.

Sumber : KPw BI Prov. NTB

Grafik 3.33Temuan Uang Palsu Pada Perbankan

0

50

100

150

200

250

0

2,000,000

4,000,000

6,000,000

8,000,000

10,000,000

12,000,000

14,000,000

16,000,000

18,000,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3

2009 2010 2011 2012

Nominal Uang Palsu (Rp) Jumlah Uang Palsu (lbr)-kanan

45

BAB 4PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Pada Tahun 2012, anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD)

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat mengalami peningkatan yang cukup

tinggi dibandingkan tahun lalu. Pada sisi penerimaan pendapatan daerah, sumber

utama pendapatan masih bersumber dari komponen dana perimbangan yang

mengalami peningkatan. Sementara penerimaan dari pendapatan asli daerah

mengalami penurunan yang dipengaruhi oleh menurunnya rencana penerimaan dari

retribusi daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Dari sisi

belanja daerah, peningkatan anggaran belanja dialami oleh komponen belanja hibah

yang meningkat signifikan sejalan dengan kegiatan penyaluran Dana Biaya Operasional

Sekolah (BOS) yang pada tahun ini disalurkan oleh pemerintah provinsi.

4.1. REALISASI PENDAPATAN DAERAH

Penerimaan pendapatan Pemprov. NTB sepanjang Tahun 2012

direncanakan mengalami peningkatan. Anggaran pendapatan direncanakan

mampu menyerap pendapatan hingga Rp2,24 triliun atau tumbuh 28,98%

dibandingkan anggaran Tahun 2011 yang ditargetkan sebesar Rp1,74 triliun

(APDB-P 2011). Alokasi anggaran pendapatan daerah masih didominasi dana

perimbangan dengan perbandingan terhadap pendapatan asli daerah (PAD)

dan pendapatan lain-lain yang sah masing-masing sebesar 32,19% : 67,28% :

0,54%. Hingga akhir triwulan I-2012, realisasi penyerapan pendapatan daerah

Pemerintah Provinsi NTB tercatat mencapai Rp583,95 triliun atau sebesar 26,05%

dari target sepanjang Tahun 2012. Pencapaian tersebut, lebih tinggi dibanding

pencapaian triwulan I-2011 yang tercatat sebesar Rp399,46 miliar atau mencapai

24,97% dari total anggaran pendapatan Tahun 2011.

Berdasarkan kinerjanya, komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD)

menunjukkan pencapaian sebesar 20,09%, lebih rendah dibanding kinerja

komponen Dana Perimbangan yang mencapai 29,11%. Tingginya pencapaian

dana perimbangan didorong oleh tingginya realisasi penerimaan Dana Alokasi

Umum (DAU) yang mampu melebihi target triwulanan yang mencapai 33,33%

yang juga merupakan sumber utama dana perimbangan. Sementara di sisi PAD,

belum adanya penerimaan dari komponen pendapatan hasil pengelolaan

kekayaan yang dipisahkan dan pendapatan retribusi daerah menahan kinerja

penyerapan PAD.

4.2. REALISASI BELANJA

Pada sisi komponen belanja, jumlah belanja pada Tahun 2012

dianggarkan meningkat hingga Rp2,25 triliun atau tumbuh 28,81%

BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

46

dibandingkan rencana belanja Tahun 2011 yang mencapai Rp1,75 triliun.

Berdasarkan alokasinya, sebagian besar belanja pemerintah dialokasikan pada

belanja operasional khususnya pada belanja hibah dan belanja pegawai.

Peningkatan anggaran belanja daerah didorong oleh meningkatnya anggaran

belanja hibah sebesar 296,42% dari Rp143,73 miliar pada tahun lalu menjadi

Rp569,79 miliar pada Tahun 2012.

Dari sisi belanja, hingga akhir triwulan I-2012 realisasi belanja Pemprov.

NTB tercatat sebesar 9,59% atau sebesar Rp216,24 miliar dari target belanja

Tabel 4.1 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Provinsi Tahun 2012 (Rp Juta)

Sumber : Biro Keuangan, Setda Provinsi NTB

Rencana Realisasi Tw I-12

Pendapatan Daerah 2,241,557.14 583,951.86 26.05 I Pendapatan Asli Daerah 721,467.38 144,952.40 20.09

1 Pendapatan Pajak Daerah 510,577.01 135,020.78 26.44 2 Pendapatan Retribusi Daerah 15,654.71 1,940.28 12.39 3 77,891.34 - -

4 Lain-lain Pendapatan Asli daerah Yang Sah 117,344.32 7,991.34 6.81

II Pendapatan Transfer 1,508,089.77 438,949.44 29.11 1 Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan 1,046,195.37 315,895.25 30.19 a Dana Bagi Hasil Pajak 138,609.21 31,590.82 22.79 b Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam) 44,642.10 14,431.86 32.33 c Dana Alokasi Umum 809,617.72 269,872.57 33.33 d Dana Alokasi Khusus 53,326.34 - -

2 Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 461,894.40 123,054.18 26.64 a Dana Penyesuaian 461,894.40 123,054.18 26.64

III Lain-lain Pendapatan Yang Sah 12,000.00 50.03 0.42 1 12,000.00 50.03 0.42

Belanja Daerah 2,254,557.14 216,243.00 9.59 I Belanja Operasi 1,673,679.84 215,998.30 12.91

1 Belanja Pegawai 551,617.38 90,961.87 16.49 2 Belanja Barang 390,365.04 15,264.34 3.91 3 Belanja Subsidi 250.00 - - 4 Belanja Hibah 569,794.12 109,772.09 19.27 5 Belanja Bantuan Sosial 92,984.39 - - 6 Belanja Bantuan Keuangan 68,668.91 - -

II Belanja Modal 390,375.68 244.70 0.06 1 Belanja Peralatan dan Mesin 36,403.91 225.72 0.62 2 Belanja Bangunan dan Gedung 87,802.40 - - 3 Belanja Jalan,Irigasi, dan Jaringan 264,820.22 16.84 0.01 4 Belanja Aset Tetap Lainnya 1,349.15 2.14 0.16

III Belanja Tak Terduga 10,000.00 - - 1 Belanja Tak Terduga 10,000.00 - -

IV Transfer 180,501.62 - - 1 Transfer Bagi Hasil ke Kabupaten/Kota/Desa 180,501.62 - - a Bagi Hasil Pajak

(13,000.00) 367,708.86 Pembiayaan

I Penerimaan daerah 62,000.00 (49,891.87) 1 Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) 40,000.00 - 2 Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah 22,000.00 (49,891.87)

II Pengeluaran daerah 49,000.00 - 1 Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 49,000.00 -

Pembiayaan Netto 13,000.00 (49,891.87) 0 367,708.86

UraianAPBD 2012

%

Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaaan

Surplus/(Defisit)

Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA)

Daerah Yang Dipisahkan

Pendapatan Hibah

BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

47

Tahun 2012. Pencapaian tersebut relatif lebih rendah dibandingkan

dengan pencapaian triwulan I-2011 yang tercatat mencapai 11,19%.

Berdasarkan komponennya, tingkat realisasi anggaran belanja didominasi

realisasi komponen Belanja Hibah dengan nilai Rp109,77 miliar atau mencapai

19,27% terhadap rencana anggaran 2012. Kemudian disusul oleh komponen

Belanja Pegawai dengan tingkat realisasi mencapai Rp90,96 miliar (16,49% dari

rencana belanja).

Dari sisi saldo keuangan pemerintah Provinsi NTB, relatif tingginya

realisasi penerimaan daerah pada awal Tahun 2012 menyebabkan dana

pemerintah mengalami peningkatan. Hingga triwulan I-2012, jumlah dana

simpanan milik Pemerintah Provinsi NTB naik signifikan yang tercatat sebesar

Rp403,65 miliar atau naik sebesar 48,24% (yoy) dibanding periode yang sama

tahun lalu yang tercatat sebesar Rp272,29 miliar.

Grafik 4.1Saldo Keuangan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat

di Perbankan(Rp miliar)

Sumber : Laporan Bulanan Bank, KBI Mataram

-

50

100

150

200

250

300

350

400

450

3 6 9 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2010 2011 2012

Deposito Tabungan Giro

BAB 5KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Perkembangan indikator kesejahteraan masyarakat di Nusa Tenggara Barat

cenderung menunjukkan perkembangan yang membaik. Dari sisi ketenagakerjaan,

pertambahan jumlah angkatan kerja turut diikuti oleh penurunan tingkat

pengangguran. Namun demikian, jumlah pengiriman TKI ke luar negeri relatif lebih

sedikit dibanding triwulan lalu. Dari sisi kesejahteraan, perkembangan tingkat

pendapatan masyarakat dan daya beli masyarakat di NTB relatif tidak lebih baik

dibanding triwulan lalu.

5.1. KETENAGAKERJAAN

Pada Februari 2012, kondisi ketenagakerjaan di Nusa Tenggara

Barat menunjukkan perkembangan yang membaik. Hal ini terlihat dari

tingkat penyerapan jumlah angkatan kerja yang terus mengalami peningkatan.

Pada Februari 2012, jumlah penduduk yang bekerja di NTB mencapai 2,07 juta

orang, tumbuh 0,49% (yoy) dibanding periode yang sama tahun lalu yang

tercatat sebesar 2,06 juta orang (Sakernas BPS Prov. NTB). Sementara itu, tingkat

pengangguran terbuka (TPT) di NTB juga mengalami perbaikan, menjadi 5,21%

atau sebanyak 113,63 ribu orang yang lebih rendah dibanding periode yang

sama tahun lalu yang mencapai 5,35% (116,41 ribu orang).

Berdasarkan jenis lapangan kerja, penyerapan tenaga kerja masih

didominasi oleh sektor pertanian yang pangsanya mencapai 45,34%.

Selanjutnya diikuti oleh sektor perdagangan dan jasa-jasa yang pangsanya

masing-masing tercatat sebesar 21,17% dan 14,57%, sedangkan pangsa sektor

lainnya berkisar antara 3,05% hingga 6,62%. Sebagian besar jumlah penduduk

yang bekerja tersebut berada pada lapangan kerja informal yang pangsanya

mencapai 76,58%. Sementara yang bekerja pada sektor formal pangsanya

hanya mencapai 23,42%.

Grafik 5. 1Tingkat Pengangguran Terbuka di NTB

Grafik 5. 2Perkembangan Lapangan Kerja di NTB

Sumber: BPS Prov. NTB

5.20

6.13 6.12 6.255.78

5.29 5.35 5.33 5.21

-

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

Feb-08 Aug-08 Feb-09 Aug-09 Feb-10 Aug-10 Feb-11 Aug-11 Feb-12

Tingkat Pengangguran Terbuka (%)

45.34%

6.62%

4.88%

21.17%

4.37% 14.57%

3.05% Pertanian

Industri

Perdagangan

Jasa kemasyarakatan

Lainnya

BAB 5 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Sepanjang triwulan I-2012, perkembangan jumlah pengiriman Tenaga

Kerja Indonesia (TKI) asal Nusa Tenggara Barat ke luar negeri berada pada tren

penurunan. Jumlah TKI asal NTB yang dikirim sepanjang periode laporan

tercatat sebanyak 7.816 orang, turun hingga 44,71% (yoy) dibanding dengan

periode yang sama tahun lalu yang mencapai 14.152 orang.

Berdasarkan negara tujuan penempatan TKI, Malaysia merupakan

negara tujuan utama tujuan TKI bekerja dengan pangsa mencapai 99,88% atau

sebanyak 7.807 orang (Data BP3TKI Mataram), kemudian disusul Brunei

Darussalam sebesar 0,12% atau sebanyak 9 orang. Kebijakan pemerintah

mengeluarkan moratorium (penghentian sementara) pengiriman TKI khusus

untuk sektor informal yang bekerja sebagai penatalayan rumah tangga ke

Kuwait, Uni Emirat Arab, Syria dan Yordania sebagai faktor yang

mempengaruhi menurunnya jumlah pengiriman TKI sebagai upaya untuk

melindungi hak-hak TKI.

Dari sisi jenis lapangan kerja, penempatan TKI pada triwulan laporan

seluruhnya berada pada sektor formal, lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang

tercatat sebesar 86,74%. Sejalan dengan negara tujuan penempatan, sebagian

besar TKI memilih profesi sebagai pekerja ladang dengan pangsa hingga

95,94%. Relatif rendahnya latar belakang pendidikan dan minimnya tingkat

keterampilan para TKI asal NTB menjadi faktor utama yang mempengaruhi

penempatan lapangan kerja TKI pada jenis profesi tersebut. Berdasarkan daerah

asal TKI, sebanyak 48,08% berasal dari Lombok Timur, kemudian diikuti oleh

Lombok Tengah yang pangsanya sebesar 31,37%.

Dari sisi pengiriman dana, seiring dengan penurunan jumlah TKI,

kegiatan money remittance dengan tujuan NTB yang tercatat melalui

perbankan juga menunjukkan penurunan. Pada triwulan I-2012, jumlah dana

yang dikirim ke NTB tercatat sebesar Rp125,55 miliar atau tumbuh negatif

Grafik 5. 3Negara Tujuan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia

Sumber: BP3TKI Mataram

Grafik 5. 4Penerimaan Remitansi Tenaga Kerja Indonesia

Sumber: KBI Mataram

Malaysia99.88%

Lainnya0.12% -

5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000 40,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 32010

2011

2012

Rp. JutaKuwait Jepang Jordania

Asia Timur Malaysia Negara Lainnya

Saudi Arabia

Sumber: BPS Prov. NTB Mataram

BAB 5 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

sebesar 2,93% (yoy), turun dibanding jumlah pada periode yang sama tahun

lalu yang tercatat sebesar Rp129,34 miliar.

Berdasarkan wilayah asal pengiriman, negara utama yang mendominasi

asal pengiriman dana remitansi ke NTB pada triwulan I-2012 masih didominasi

Saudi Arabia dengan pangsa mencapai 59,82% atau sebesar Rp75,10 miliar.

Sedangkan daerah utama tujuan pengiriman dana remitansi didominasi Kab.

Lombok Barat (termasuk kota Mataram) dengan pangsa mencapai 54,86% atau

sebesar Rp68,88 miliar.

5.2. KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Pada triwulan I-2012, perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakat

di NTB diperkirakan tidak lebih baik dari triwulan sebelumnya yang terindikasi

oleh melemahnya tingkat pendapatan dan daya beli masyarakat. Kondisi

tersebut sejalan dengan penurunan pendapatan masyarakat yang tercermin

melalui indeks penghasilan saat ini dibandingkan kondisi enam bulan lalu dan

indeks ekspektasi penghasilan yang menunjukkan penurunan, namun masih

berada di atas level optimis (indeks = 100).

Sepanjang triwulan I-2012, secara rata-rata indeks-indeks tersebut

tercatat sebesar 130,00% dan 139,83% (Survei Konsumen, Bank Indonesia

Mataram), lebih rendah dibanding triwulan lalu yang tercatat masing-masing

sebesar 139,17% dan 145,83%.

Sementara itu, tingkat kesejahteraan petani yang tercermin dari Nilai

Tukar Petani (NTP) menunjukkan penurunan. Sepanjang triwulan I-2012, rata-

rata indeks NTP Nusa Tenggara Barat tercatat sebesar 95,65, turun 0,63 point

dibanding triwulan lalu yang mencapai 96,28. NTP merupakan indikator yang

mencerminkan kemampuan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian

dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi

Grafik 5 .6Perkembangan Nilai Tukar Petani

Sumber: BPS

Grafik 5.5Indeks Penghasilan Saat Ini dan Ekspektasi

Penghasilan

Sumber: Survei Konsumen, KBI Mataram

80.00

85.00

90.00

95.00

100.00

105.00

110.00

115.00

120.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2010 2011 2012

Nilai Tukar Petani NTPP (Padi & Plwj)

NTPH (Horti) NTPR (Kebun)

NTPT (Ternak) NTN (Nelayan)

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2010 2011 2012

Indeks Penghasilan Saat Ini vs 6 Bulan Lalu

Indeks Ekspektasi Penghasilan 6 Bulan YAD

Level Optimis

BAB 5 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

51

pertanian. Rendahnya pencapaian angka NTP yang dibawah angka 100

menunjukkan bahwa kemampuan daya beli petani NTB relatif masih rendah.

Harga jual hasil pertanian yang rendah dan meningkatnya harga-harga yang

dibayar petani untuk biaya produksi dan barang-barang yang dikonsumsi

mengakibatkan berkurangnya daya beli petani.

52

Boks 2Perkembangan Tenaga Kerja Indonesia (TKI)

Asal Nusa Tenggara Barat

I. Latar Belakang

Sebagai salah satu cara untuk memperbaiki kondisi ekonomi, tidak sedikit

masyarakat yang bekerja ke luar negeri dengan harapan dapat meningkatkan tingkat

kesejahteraannya. Kuatnya daya tarik bekerja di luar negeri dengan jaminan pendapatan

yang lebih baik dibanding di daerah asal umumnya menjadi alasan utama tingginya minat

masyarakat menjadi TKI. Selain itu, beberapa faktor lain yang mendorong tingginya minat

masyarakat untuk bekerja menjadi TKI antara lain; (i) rendahnya kesempatan kerja di

daerah, (ii) jumlah penduduk dan jumlah pengangguran yang tinggi, (iii) minimnya

keahlian yang dimiliki, (iv) upah/gaji yang minim di daerah asal, (v) success story para

eks/purna TKI.

Berdasarkan data BNP2TKI, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan salah

daerah pengirim TKI terbesar di luar jawa. Pada Tahun 2011 jumlah pengiriman TKI asal NTB

jumlahnya mencapai 72.846 orang atau mencapai 12,54% dari total jumlah penempatan TKI

yang mencapai 581.081 orang. Pada kondisi di lapangan, diyakini jumlah TKI tersebut dapat

bertambah pesat mengingat banyaknya TKI yang berangkat dengan cara-cara yang tidak

sah, yang pada gilirannya berpotensi menimbulkan permasalahan-permasalahan.

II. Profil TKI

Berdasarkan negara penempatan kerjanya, sebagian besar TKI asal NTB memilih

Malaysia sebagai negara tujuan utama tempat bekerja dimana pada Tahun 2011 pangsanya

mencapai 86,32%. Budaya yang tidak jauh berbeda dan jarak yang relatif dekat menjadi

magnet tersendiri bagi TKI asal NTB untuk bekerja di Malaysia. Sementara itu, bila dilihat

dari pangsa negara tujuan pengiriman, terjadi pergeseran pangsa penempatan TKI

khususnya terjadi pada negara tujuan Saudi Arabia dari 27.90% pada Tahun 2010 menjadi

0,26% pada Tahun 2011. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah yang

mengeluarkan peraturan penghentian sementara (moratorium) pengiriman TKI yang

berprofesi sebagai penatalayan rumah tangga ke Saudi Arabia.

Saudi Arabia0.26%

UEA6.36%

Qatar1.75%

Malaysia86.32%

Lainnya5.31%

Saudi Arabia27.90%

UEA1.16%Qatar

0.29%

Malaysia68.24%

Lainnya2.41%

Grafik Negara Tujuan PenempatanTKI Asal NTB 2010

Grafik Negara Tujuan PenempatanTKI Asal NTB 2011

53

Permintaan tenaga kerja dari negara Malaysia dan Saudi Arabia pada umumnya

berada pada kategori pekerjaan yang tidak membutuhkan keahlian dan keterampilan

khusus. Dengan harapan dapat meningkatkan kesejahteraan, peluang tersebut banyak

dimanfaatkan oleh masyarakat NTB untuk menjadi TKI. Kondisi tersebut sejalan dengan

latar belakang pendidikan TKI dimana pada Tahun 2011 sebesar 93,96% TKI asal NTB

merupakan lulusan sekolah dasar. Minimnya tingkat latar belakang pendidikan TKI tersebut

mendorong tingginya jenis pekerjaan TKI yang bekerja di ladang (formal), kemudian di

susul oleh jenis pekerjaan penatalayanan rumah tangga (informal). Menurut jenis

kelaminnya, jumlah TKI asal NTB didominasi oleh laki-laki yang mencapai 44.088 orang

(75,71%), sedangkan wanita mencapai 14.142 orang (24,29%). Berdasarkan daerah asal,

Kabupaten Lombok Timur dan Lombok Tengah mendominasi pengiriman TKI dengan

pangsa masing-masing sebesar 37,78% dan 31,17%.

III. Permasalahan-permasalahan TKI

Jarak dengan negara tetangga yang relatif minim dan hubungan keagamaan

dengan Saudi Arabia dan negara-negara di Timur Tengah diperkirakan menjadi faktor yang

mempengaruhi tingginya minat TKI bekerja di luar negeri. Namun demikian, dalam

perkembangannya kerap timbul permasalahan-permasalahannya antara lain:

a. Kasus kekerasan fisik dan seksual (pemerkosaan)

b. Trafiking/perdagangan orang

c. Wanprestasi perjanjian kerja oleh majikan dan agency

78.10%

18.40%3.50%

Ladang PLRT Lainnya

89

7,694

18,148

22,001

3,928

960

1,507

2,172

356

1,375

0 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000

Mataram

Lobar

Loteng

Lotim

Sumbawa

KSB

Dompu

Bima

Kota Bima

KLU Jumlah TKI NTB Menurut Asal Kab/Kota

93.96%4.83%

1.21%

0.00%

SD SMP SMA > D1

Grafik Latar Belakang Pendidikan TKI Asal NTB Tahun 2011

Grafik Jenis Lapangan Kerja TKI Asal NTB Tahun 2011

Grafik Jumlah TKI Asal NTB Menurut Kab/Kota Tahun 2011

54

d. Pemalsuan dokumen/umur dan pungutan/pemotongan/pemerasan gaji

Kasus-kasus permasalahan yang dialami para TKI didominasi kasus-kasus yang terjadi

pada wanita, minimnya wawasan TKI dari sisi keterampilan dan komunikasi serta jabatan

pekerjaan yang rawan merupakan hal yang harus menjadi perhatian pemerintah

IV. Upaya-upaya Pemerintah Dalam Penyelesaian PermasalahanTKI

1. Melakukan moratorium (penghentian sementara) pengiriman TKI dengan jenis

pekerjaan Penatalayan Rumah Tangga pada beberapa negara.

2. Mempersiapkan mekanisme penempatan TKI melalui payung hukum dengan negara

penempatan TKI.

3. Bekerjasama dengan lembaga internasional sebagai upaya memperkuat posisi tawar

Indonesia dalam melindungi TKI di negera-negara penempatan.

4. Pelaksanaan Pembekalan Akhir Pemberangkatan (PAP) yang dibiayai oleh APBN.

5. Penyelesaian/mediasi kasus-kasus dan perlindungan TKI di luar negeri.

Sumber: BNP2TKI dan BP3TKI Mataram

55

BAB 6PROSPEK EKONOMI DAN HARGA

6.1. PROSPEK EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT

Pada triwulan II-2012, pertumbuhan ekonomi Nusa Tenggara

Barat diprediksi mampu menunjukkan kinerja yang positif dan berada

pada kisaran 1,00% - 2,00% (yoy). Dari sisi permintaan, pertumbuhan

ekonomi pada triwulan II-2012 diyakini masih ditopang oleh kegiatan konsumsi

rumah tangga yang akan tampil sebagai sumber utama pendorong

pertumbuhan ekonomi NTB yang didukung oleh semakin membaiknya daya beli

masyarakat akibat tibanya musim panen. Kondisi tersebut terindikasi oleh nilai

Indeks Ekspekstasi Konsumen (IEK) yang relatif meningkat dan berada di atas

level optimis (100) yang mencerminkan keoptimisan masyarakat dalam

melakukan konsumsi. Seperti pola periode tahun-tahun sebelumnya, kegiatan

konsumsi pemerintah diperkirakan akan mengalami akselerasi, setelah pada

triwulan I-2012 mengalami kontraksi cukup dalam. Sementara itu, kegiatan

investasi diperkirakan mengalami perlambatan setelah tumbuh tinggi pada

triwulan I-2012.

Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat, sebagian besar

pelaku usaha di NTB mempersepsikan kegiatan usaha pada triwulan II-2012

akan mengalami peningkatan. Hal ini tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang

(SBT) ekspektasi situasi bisnis yang sedikit meningkat menjadi sebesar 29,27%

dari triwulan lalu yang tercatat sebesar 28,66%.

Dari sisi penawaran, kinerja sektor pertanian diperkirakan akan

mengalami peningkatan dan mampu tumbuh positif setelah mengalami

Grafik 6.1Ekspektasi Situasi Bisnis

Grafik 6.2Indeks Ekspektasi Konsumen

Sumber: SKDU, KPw BI Prov. NTB Sumber: SK, KPw BI Prov. NTB

0

20

40

60

80

100

120

140

160

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2010 2011 2012

Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)

05

10152025303540

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2

2010 2011 2012

Ekspektasi situasi bisnis

BAB 6 PROSPEK EKONOMI DAN HARGA

56

kontraksi pada triwulan I-2012. Kondisi tersebut terindikasi oleh peningkatan

luas lahan tanam pada awal tahun 2012 sehingga diperkirakan akan terjadi

pergeseran musim panen padi ke triwulan II-2012 yang membawa sektor

pertanian tampil sebagai penopang utama pertumbuhan ekonomi. Kinerja

sektor perdagangan, hotel & restoran (PHR) diperkirakan menunjukkan

pertumbuhan yang melambat setelah tumbuh tinggi pada triwulan I-2012,

namun demikian pertumbuhan tersebut akan ditopang oleh kinerja sub sektor

perdagangan (hasil bumi) seiring dengan dengan pergeseran musim panen ke

triwulan II-2012. Pada sektor andalan lainnya, sektor pertambangan

diperkirakan masih berada pada tren penurunan produksi akibat masih

berlangsungnya kegiatan perluasan tambang dan diperkirakan kembali

memberikan kontribusi negatif terbesar dan menahan pertumbuhan ekonomi

NTB.

Dari sisi pembiayaan, pada triwulan II-2012 dukungan perbankan dalam

mengembangkan kegiatan ekonomi berupa penyaluran kredit kepada pelaku

usaha diprediksi masih berada pada tren meningkat. Kondisi tersebut terindikasi

dari hasil Survei Opini Pimpinan/Pejabat Bank Umum yang menunjukkan

peningkatan permintaan kredit baru yang didukung oleh tingkat permodalan

perbankan dan prospek usaha nasabah yang semakin membaik. Berdasarkan

sektornya, permintaan kredit baru tersebut sebagian besar ditujukan untuk

kegiatan usaha pada sektor perdagangan, hotel dan restoran. Berdasarkan

tingkat suku bunga, penyaluran kredit pada triwulan II-2012 diperkirakan

mengalami penurunan, sejalan dengan menurunnya tingkat suku bunga BI rate.

6.2. PERKIRAAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT

Laju inflasi Nusa Tenggara Barat pada triwulan II-2012

diperkirakan mengalami tekanan yang cukup tinggi dan diprediksi

berada pada kisaran 9,00% ± 1% (yoy). Sumber tekanan inflasi terbesar

diperkirakan berasal dari kelompok administered price yang berada pada tren

peningkatan. Permintaan komoditas minyak tanah (mitan) yang masih tinggi

terkendala oleh terbatasnya pasokan mitan di NTB terkait program konversi

minyak tanah ke tabung gas elpiji. Tekanan juga berasal dari kenaikan tarif

penyeberangan pelabuhan yang direncanakan mengalami kenaikan sebesar 7%

yang akan diikuti oleh kenaikan tarif angkutan darat. Perkembangan harga

kelompok volatile food diperkirakan memberikan tekanan yang cukup besar

pada laju inflasi. Dampak kenaikan harga pembelian pemerintah (beras) dan

terbatasnya pasokan kelompok aneka bumbu diperkirakan mendorong

kenaikan harga kelompok volatile food.

BAB 6 PROSPEK EKONOMI DAN HARGA

57

Sementara itu, ketidakpastian pemerintah dalam menetapkan kebijakan

kenaikan harga bahan bakar minyak ditengah peningkatan harga minyak dunia

diyakini menimbulkan ekspektasi yang tinggi akan kenaikan harga pada

masyarakat. Kondisi tersebut terindikasi dari indeks ekspektasi harga konsumen

untuk tiga bulan yang akan datang yang menunjukkan peningkatan (Grafik 6.3).

Grafik 6.3Ekspektasi Harga 3 Bulan Yang Akan Datang

Sumber : Survei Konsumen, diolah

100.00

110.00120.00130.00

140.00150.00160.00

170.00180.00190.00

200.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2010 2011 2012

Indeks Ekspektasi Harga Konsumen-3 bln yad