Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KAJIAN EKONOMI REGIONALPROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Triwulan I-2012
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Penerbit :KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARATUnit Kajian Statistik dan SurveiJl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara BaratTelp. : 0370-623600Fax : 0370-631793E-mail : [email protected]
Visi Bank Indonesia
Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun
internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian
inflasi yang rendah dan stabil.
Misi Bank Indonesia
Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan
moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional
jangka panjang yang berkesinambungan.
Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia
Nilai-nilai yang menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen dan pegawai untuk
bertindak atau berperilaku yaitu kompetensi, integritas, transparansi, akuntabilitas dan
kebersamaan.
Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat
Menjadi Kantor Perwakilan Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui
peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan.
Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat
Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang moneter, perbankan dan
sistem pembayaran secara efisien dan optimal serta memberikan saran kepada
Pemerintah Daerah dan lembaga terkait lainnya di daerah dalam rangka mendukung
pembangunan ekonomi daerah.
i
KATA PENGANTAR
Pada Triwulan I-2012, kinerja perekonomian Nusa Tenggara Barat (NTB) tanpa
sektor pertambangan menunjukkan perlambatan yang tercatat sebesar 4,23% (yoy).
Dari sisi permintaan, kegiatan konsumsi tampil sebagai komponen utama penggerak
perekonomian NTB. Dari sisi penawaran, pencapaian tersebut didukung oleh kinerja
sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sedangkan apabila termasuk sektor
pertambangan maka kinerja perekonomian NTB mengalami kontraksi mencapai 2,95%
(yoy) akibat rendahnya produksi konsentrat tembaga.
Hingga Triwulan I-2012, perkembangan harga barang dan jasa di NTB
menunjukkan kecenderungan yang meningkat. Secara tahunan, laju inflasi di NTB
mencapai 8,84% (yoy), berada lebih tinggi dari laju inflasi Nasional yang tercatat
sebesar 3,97% (yoy).
Di sisi pembiayaan, dukungan pembiayaan kegiatan ekonomi melalui
intermediasi perbankan di Nusa Tenggara Barat menunjukkan kinerja yang baik,
tercermin dari pertumbuhan kredit pada posisi Triwulan I-2012 yang mencapai 24,68%
(yoy). Kinerja positif intermediasi perbankan tersebut turut disertai dengan terjaganya
kualitas kredit yang tercemin dari tingkat rasio Non Performing Loan (NPL) dibawah
batas indikatif.
Di samping ulasan di atas, buku ini juga mengupas perkembangan keuangan
daerah, sistem pembayaran, kesejahteraan masyarakat serta prospek ekonomi ke
depan yang dapat menjadikan masukan bagi Kantor Pusat Bank Indonesia maupun
stakeholders di daerah. Bank Indonesia memiliki kepedulian tinggi dalam mendorong
pertumbuhan ekonomi regional yang akan berdampak terhadap pertumbuhan
ekonomi nasional, antara lain dengan melakukan penelitian dan kajian serta
memberikan rekomendasi kepada pemerintah daerah dalam mendorong terjadinya
pertumbuhan ekonomi termasuk pengendalian harga barang dan jasa.
Ucapan terima kasih dan penghargaan atas kerjasamanya kepada semua pihak
terutama jajaran Pemerintah Daerah baik Provinsi, Kabupaten maupun Kota,
dinas/instansi terkait, perbankan, akademisi dan pihak lainnya yang telah membantu
penyediaan data sehingga buku ini dapat dipublikasikan. Semoga buku ini bermanfaat
dan kiranya Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
bagi kita semua.
Mataram, 9 Mei 2012KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI NUSA TENGGARA BARATKepala Perwakilan,
M. JunaifinDeputi Direktur
ii
2012
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1
EKONOMI MAKRO REGIONAL
Indeks Harga Konsumen 123.00 125.93 129.81 132.51 132.61 133.27 138.09 141.19 144.33
-Kota Mataram 122.29 126.00 129.78 132.74 132.65 133.09 138.52 141.21 142.67
-Kota Bima 125.66 127.04 129.93 131.63 132.46 133.94 136.47 141.10 144.77
Laju Inflasi Tahunan (yoy %) 3.59 7.52 7.43 10.08 7.83 5.85 6.38 6.55 8.84
-Kota Mataram 3.70 8.04 7.89 11.07 8.47 5.97 6.73 6.38 9.14
-Kota Bima 3.19 5.55 5.72 6.35 5.41 5.38 5.03 7.19 7.71
PDRB-harga konstan (miliar Rp) 4,737.13 4,845.98 5,314.53 5,172.24 4,644.84 4,591.86 5,226.19 4,969.39 4,507.99
-Pertanian 1,001.94 1,090.38 1,290.34 1,162.72 1,106.57 1,102.08 1,320.13 1,197.90 1,092.27
-Pertambangan dan Penggalian 1,369.25 1,296.71 1,449.77 1,375.38 1,021.66 872.06 1,162.80 975.52 734.60
-Industri Pengolahan 231.14 229.39 252.67 231.05 235.36 244.42 256.44 237.55 245.30
-Listrik, gas dan air bersih 17.43 17.73 18.05 18.50 18.57 19.20 19.63 20.22 20.09
-Bangunan 361.34 363.24 378.05 406.96 361.08 386.64 407.25 432.25 378.74
-Perdagangan, Hotel dan Restoran 674.89 710.77 761.00 792.83 739.82 761.61 808.66 841.84 802.52
-Pengangkutan dan Komunikasi 352.59 370.13 387.49 397.97 378.27 394.24 417.73 432.64 407.81
-Keuangan, Persewaan dan Jasa 249.59 260.58 259.18 256.59 278.85 282.74 285.93 283.35 291.54
-Jasa 478.97 507.05 517.99 530.24 504.65 528.89 547.62 548.14 535.12
Pertumbuhan PDRB (yoy %) 23.10 9.61 5.88 (7.31) (1.95) (5.24) (1.66) (3.92) (2.95)
Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) 600.67 474.39 673.76 220.43 277.09 158.07 476.54 174.56 158.82
Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 217.54 196.35 266.79 76.15 100.52 55.03 143.73 72.96 78.09
Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) 105.58 31.47 41.04 47.28 160.28 91.34 76.89 67.53 72.24
Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 22.60 11.82 16.89 13.99 46.68 34.81 68.76 21.78 25.60
PERBANKAN
Bank umum :
Total Aset (Rp triliun) 11.06 11.65 12.08 12.89 13.28 14.16 14.95 15.82 16.46
Dana Pihak Ketiga (Rp triliun) 7.26 7.80 7.90 8.47 8.66 9.38 10.02 10.87 11.00
-Tabungan (%) 51.55 50.96 54.37 59.99 52.84 52.15 52.80 61.46 53.01
-Giro (%) 23.56 24.42 21.42 15.93 21.38 22.26 22.55 16.07 22.57
-Deposito (%) 24.88 24.62 24.21 24.08 25.78 25.59 24.65 22.47 24.43
Kredit (Rp triliun) - berdasarkan bank pelapor 7.75 8.41 8.86 9.40 9.87 10.62 11.20 11.77 12.32
-Modal Kerja 2.20 2.41 2.58 2.72 2.73 2.88 3.13 3.41 3.69
-Investasi 0.46 0.49 0.46 0.53 0.58 0.65 0.83 1.17 1.37
-Konsumsi 5.09 5.52 5.83 6.15 6.56 7.08 7.24 7.18 7.26
Kredit Mikro (< atau = Rp50 juta) (Rp triliun) 2.95 2.95 2.95 2.95 2.94 2.86 2.83 2.81 2.73
-Kredit Modal Kerja 0.50 0.53 0.54 0.55 0.56 0.56 0.60 0.65 0.67
-Kredit Investasi 0.07 0.08 0.07 0.07 0.07 0.07 0.08 0.12 0.12
-Kredit Konsumsi 2.37 2.33 2.34 2.33 2.31 2.23 2.15 2.04 1.94
Kredit Kecil (Rp 50 < x < Rp500 juta) (Rp triliun) 3.56 4.06 4.42 4.85 5.29 5.94 6.35 6.82 7.29
-Kredit Modal Kerja 0.78 0.83 0.89 0.93 0.96 1.01 1.11 1.30 1.50
-Kredit Investasi 0.20 0.21 0.20 0.23 0.26 0.30 0.36 0.61 0.75
-Kredit Konsumsi 2.59 3.02 3.33 3.69 4.07 4.63 4.88 4.91 5.04
Kredit Menengah (Rp 500 juta < x < Rp5 miliar) (Rp triliun)1.06 1.19 1.21 1.28 1.30 1.44 1.55 1.63 1.78
-Kredit Modal Kerja 0.82 0.92 0.94 0.99 0.99 1.09 1.12 1.17 1.26
-Kredit Investasi 0.16 0.17 0.15 0.17 0.17 0.17 0.22 0.23 0.24
-Kredit Konsumsi 0.09 0.10 0.11 0.13 0.15 0.18 0.21 0.23 0.28
Total Kredit MKM (Rp triliun) 7.57 8.20 8.57 9.08 9.53 10.24 10.74 11.26 0.52
Loan to Deposit Ratio 106.72 107.91 112.14 110.93 113.88 113.20 111.83 108.24 111.98
NPL gross (%) 1.96 1.89 1.84 1.76 1.90 2.01 1.99 1.68 1.80
2010INDIKATOR
2011
Provinsi Nusa Tenggara BaratINDIKATOR EKONOMI DAN MONETER
iii
2012
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1
Bank Perkreditan Rakyat :
Total Aset (Rp triliun) 0.70 0.71 0.76 0.84 0.87 0.89 0.95 1.06 1.11
Dana Pihak Ketiga (Rp triliun) 0.35 0.35 0.35 0.41 0.41 0.42 0.43 0.51 11.00
-Tabungan (%) 49.47 47.92 51.26 50.77 52.09 52.65 54.04 58.34 56.87
-Giro (%) 47.35
-Deposito (%) 50.53 52.08 48.74 49.23 47.91 47.35 45.96 41.66 43.13
Kredit (Rp triliun) - berdasarkan bank pelapor 0.47 0.48 0.49 0.51 0.53 0.55 0.58 0.60 0.64
-Modal Kerja 0.27 0.28 0.29 0.29 0.31 0.33 0.35 0.36 0.39
-Investasi 0.03 0.02 0.03 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.03
-Konsumsi 1.76 0.18 0.17 0.19 0.19 0.20 0.21 0.22 0.22
Loan to Deposit Ratio 134.30 138.94 137.08 125.02 127.84 132.84 134.56 119.31 118.53
Rasio NPL Gross (%) 12.30 12.15 12.92 12.97 13.90 13.43 12.45 11.65 12.02
SISTEM PEMBAYARAN
Nominal Transaksi RTGS (Rp miliar) 882.70 1,274.29 1,602.76 1,264.40 1,212.88 1,806.74 2,471.46 1,955.42 2,402.87
Volume Transaksi RTGS (lembar) 3,161 4,060 4,701 3,839 2,324 2,397 2,511 2,818 2,694
Rata-rata Harian Nominal Transaksi RTGS (Rp miliar) 14.47 20.55 25.85 20.07 19.88 28.68 38.02 30.55 37.54
Rata-rata Harian Volume Transaksi RTGS (lembar) 51.82 65.48 75.82 60.94 38.10 38.05 38.63 44.03 42.09
Nominal Kliring Kredit (Rp miliar) 923.51 886.31 846.42 1,010.18 1,019.47 969.26 1,144.39 1,369.43 1,331.04
Volume Kliring Kredit (lembar) 27,666 26,447 23,579 28,778 28,020 28,129 29,331 32,452 32.247
Rata-rata Harian Nominal Kliring Kredit (Rp miliar) 15.14 14.30 13.65 16.03 16.71 15.39 17.61 21.40 20.80
Rata-rata Harian Volume Kliring Kredit (lembar) 453.54 426.56 380.31 456.79 459.34 446.49 451.25 507.06 0.50
INDIKATOR20112010
KAJIAN EKONOMI REGIONAL NTB TRIWULAN I-2012
iv
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..........................................................................................................................i
Indikator Ekonomi dan Moneter ............................................................................................ii
Daftar Isi................................................................................................................................... iv
Daftar Grafik............................................................................................................................vi
Daftar Tabel............................................................................................................................. ix
Ringkasan Eksekutif .................................................................................................................x
Bab 1 Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat.........................................................1
1.1. Kondisi Umum.............................................................................................................1
1.2. Sisi Permintaan............................................................................................................1
1.3. Sisi Penawaran ............................................................................................................6
Boks 1 Minyak Tanah dan Gas Elpiji Pemicu Laju Inflasi Kota Mataram ...........................16
Bab 2 Perkembangan Inflasi Nusa Tenggara Barat .............................................................18
2.1. Kondisi Umum...........................................................................................................18
2.2. Inflasi Triwulanan .....................................................................................................19
2.3. Inflasi Tahunan..........................................................................................................20
2.4. Inflasi Berdasarkan Kota ..........................................................................................21
2.5. Disagregasi Inflasi .....................................................................................................22
Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran ................................................25
3.1. Intermediasi Perbankan ...........................................................................................25
3.2. Perkembangan Bank Umum ....................................................................................26
3.3. Perkembangan Kredit UMKM .................................................................................32
3.4. Kredit Usaha Rakyat (KUR).......................................................................................34
3.5. Perkembangan Bank Umum Syariah.......................................................................35
3.6. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) .....................................................37
3.7. Perkembangan Sistem Pembayaran........................................................................38
Bab 4 Perkembangan Keuangan Daerah .............................................................................45
4.1. Realisasi Pendapatan Daerah...................................................................................45
4.2. Realisasi Belanja ........................................................................................................45
Bab 5 Kesejahteraan Masyarakat..........................................................................................48
5.1. Ketenagakerjaan.......................................................................................................48
5.2. Kesejahteraan Masyarakat.......................................................................................50
Boks 2 Perkembangan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Asal Nusa Tenggara Barat.............52
Bab 6 Prosoek Ekonomi Dan Harga ......................................................................................55
6.1. Prospek Ekonomi Nusa Tenggara Barat..................................................................55
6.2.Perkiraan Inflasi Nusa Tenggara Barat.....................................................................56
KAJIAN EKONOMI REGIONAL NTB TRIWULAN I-2012
vi
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1 Perkembangan Konsumsi Listrik Rumah Tangga.................................................3
Grafik 1.2 Penyaluran Kredit Konsumsi..................................................................................3
Grafik 1.3 Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor......................................................3
Grafik 1.4 Indeks Keyakinan Konsumen.................................................................................3
Grafik 1.5 Perkembangan Pembentukan Modal Tetap Bruto..............................................4
Grafik 1.6 Perkembangan Volume Penjualan Semen............................................................4
Grafik 1.7 Penyaluran Kredit Investasi....................................................................................4
Grafik 1.8 Realisasi Investasi Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal
Dalam Negeri...........................................................................................................4
Grafik 1.9 Perkembangan Volume Ekspor (Dalam Ribu) ......................................................5
Grafik 1.10 Perkembangan Volume Impor (Dalam Ribu) .....................................................5
Grafik 1.11 Struktur Perekonomian Nusa Tenggara Barat Periode Triwulan IV 2011
Dan Triwulan I 2012..............................................................................................7
Grafik 1.12 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Nusa Tenggara Barat.........................7
Grafik 1.13 Perkembangan Pertumbuhan di Sektor Utama Nusa Tenggara Barat ............7
Grafik 1.14 Perkembangan Luas Lahan Tanam Padi .............................................................8
Grafik 1.15 Perkembangan Luas Lahan Panen Padi ..............................................................8
Grafik 1.16 Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor Pertanian ...........................................9
Grafik 1.17 Jumlah Produksi dan Ekspor Konsentrat Tembaga Nusa Tenggara Barat.....10
Grafik 1.18 Penyaluran Kredit Perbankan di Nusa Tenggara Barat
ke Sektor Pertambangan....................................................................................10
Grafik 1.19 Tingkat Hunian Kamar dan Lama Tinggal Tamu .............................................11
Grafik 1.20 Perkembangan Tamu Hotel Berbintang...........................................................11
Grafik 1.21 Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor Perdagangan Hotel
Dan Restoran .......................................................................................................11
Grafik 1.22 Perkembangan Volume Penjualan Semen........................................................12
Grafik 1.23 Penyaluran Kredit Perbankan Ke Sektor Bangunan........................................12
Grafik 1.24 Perkembangan Kondisi Perbankan...................................................................13
Grafik 1.25 Perkembangan Laba Perbankan........................................................................13
Grafik 1.26 Perkembangan Arus Penumpang Domestik Angkutan Udara .......................13
Grafik 1.27 Perkembangan Arus Penumpang Internasional Angkutan Udara.................13
Grafik 1.28 Perkembangan Arus Bongkar Muat Angkutan Laut Barang..........................13
Grafik 1.29 Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor Transportasi dan Komunikasi ........13
Grafik 1.30 Perkembangan Konsumsi Listrik Industri..........................................................14
Grafik 1.31 Perkembangan Kredit Perbankan Ke Sektor Industri Pengolahan ................14
Grafik 1.32 Perkembangan Konsumsi Listrik........................................................................15
Grafik 1.33 Penyaluran Kredit Perbankan Ke Sektor Listrik, Air dan Gas..........................15
Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Bulanan dan Tahunan ....................................................18
KAJIAN EKONOMI REGIONAL NTB TRIWULAN I-2012
vii
Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Triwulanan.......................................................................18
Grafik 2.3 Inflasi Triwulanan .................................................................................................19
Grafik 2.4 Sumbangan Inflasi Triwulanan............................................................................19
Grafik 2.5 Inflasi Tahunan......................................................................................................20
Grafik 2.6 Sumbangan Inflasi Tahunan ................................................................................20
Grafik 2.7 Disagregasi Inflasi Secara Bulanan (%, mtm) .....................................................22
Grafik 2.8 Disagregasi Inflasi Secara Tahunan (%, yoy) ......................................................22
Grafik 2.9 Perkembangan Harga Beras (Rp/Kg)...................................................................23
Grafik 2.10 Perkembangan Harga Cabai, Gula Pasir dan Minyak Goreng ........................23
Grafik 2.11 Perkembangan Harga Pangan di Pasar Internasional .....................................24
Grafik 2.12 Perkembangan Harga Emas dan Minyak Mentah di Pasar Dunia ..................24
Grafik 3.1 Perkembangan Aset Bank Umum.......................................................................26
Grafik 3.2 Pertumbuhan Aset Bank Umum Menurut Kegiatan Usaha .............................26
Grafik 3.3 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum................................................27
Grafik 3.4 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Bank Umum..................................................27
Grafik 3.5 Pangsa Dana Pihak Ketiga per Kepemilikan Dana
Pihak Ketiga Bank Umum....................................................................................28
Grafik 3.6 Pangsa Dana Pihak Ketiga Menurut Jenis Simpanan Bank Umum ..................28
Grafik 3.7 Perkembangan Kredit Bank Umum ....................................................................29
Grafik 3.8 Pangsa Kredit Bank Umum Menurut Jenis Penggunaan...................................29
Grafik 3.9 Pertumbuhan Kredit Bank Umum Menurut Jenis Penggunaan .......................30
Grafik 3.10 Pertumbuhan Kredit Bank Umum Menurut Jenis Penggunaan .....................30
Grafik 3.11 Perkembangan Suku Bunga Bank Umum ........................................................31
Grafik 3.12 Pangsa Kredit Bank Umum Secara Sektoral .....................................................31
Grafik 3.13 Pangsa Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Terhadap Total
Kredit Bank Umum..............................................................................................33
Grafik 3.14 Perkembangan Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.............................33
Grafik 3.15 Perkembangan Rasio Non Performing Loan Kredit Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah Bank Umum .............................................................................33
Grafik 3.16 Perkembangan Bank Umum Syariah.................................................................35
Grafik 3.17 Pangsa Bank Umum Syariah Terhadap Perbankan..........................................35
Grafik 3.18 Perkembangan Aset Bank Umum Syariah ........................................................36
Grafik 3.19 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Syariah ................................36
Grafik 3.20 Perkembangan Pembiayaan Bank Umum Syariah...........................................36
Grafik 3.21 Perkembangan Finance to Deposit Ratio dan Non Performing Finance
Bank Umum Syariah...........................................................................................36
Grafik 3.22 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat ........................................37
Grafik 3.23 Perkembangan Kredit Bank Perkreditan Rakyat Menurut
Jenis Penggunaan ...............................................................................................37
Grafik 3.24 Pangsa Penyaluran Kredit Bank Perkreditan Rakyat Menurut
Sektor Ekonomi ...................................................................................................38
Grafik 3.25 Perkembangan Penyaluran dan Kualitas Kredit Bank Perkreditan Rakyat ...38
Grafik 3.26 Perkembangan Inflow, Outflow dan Netflow .................................................39
KAJIAN EKONOMI REGIONAL NTB TRIWULAN I-2012
viii
Grafik 3.27 Perkembangan Penukaran Uang Kecil .............................................................40
Grafik 3.28 Komposisi Penukaran Uang Kertas Keluar Berdasarkan Jenis Pecahan.........40
Grafik 3.29 Rasio Pemberian Tanda Tidak Berharga terhadap Cash Inflow .....................41
Grafik 3.30 Perkembangan Transaksi Non Tunai.................................................................42
Grafik 3.31 Perkembangan Transaksi Kliring.......................................................................43
Grafik 3.32 Perkembangan Transaksi Real Time Gross Settlement ....................................43
Grafik 3.33 Temuan Uang Palsu Pada Perbankan ...............................................................44
Grafik 4.1 Saldo Keuangan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat di Perbankan.....47
Grafik 5.1 Tingkat Pengangguran Terbuka di Nusa Tenggara Barat.................................48
Grafik 5.2 Perkembangan Lapangan Kerja di Nusa Tenggara Barat .................................48
Grafik 5.3 Negara Tujuan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia .......................................49
Grafik 5.4 Penerimaan Remitansi Tenaga Kerja Indonesia.................................................49
Grafik 5.5 Indeks Penghasilan Saat Ini dan Ekspektasi Penghasilan .................................50
Grafik 5.6 Perkembangan Nilai Tukar Petani.......................................................................50
Grafik 6.1 Ekspektasi Situasi Bisnis........................................................................................55
Grafik 6.2 Indeks Ekspektasi Konsumen...............................................................................55
Grafik 6.3 Ekspektasi Harga 3 Bulan Yang Akan Datang ...................................................57
KAJIAN EKONOMI REGIONAL NTB TRIWULAN I-2012
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi dari Sisi Permintaan.........................................................2
Tabel 1.2 Pertumbuhan dan Sumbangan Pertumbuhan Sisi Penawaran ............................6
Tabel 1.3 Perkembangan Produksi Padi Nusa Tenggara Barat.............................................8
Tabel 2.1 Inflasi Tahunan (yoy) .............................................................................................20
Tabel 2.2 Komoditas Dominan Penyumbang Inflasi Triwulan I-2012 di Kota
Mataram dan Bima ...............................................................................................21
Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Perbankan ...................................................................29
Tabel 3.2 Pertumbuhan Kredit Bank Umum ........................................................................30
Tabel 3.3 Perkembangan Kredit Bank Umum......................................................................31
Tabel 3.4 Perkembangan Kualitas Kredit Bank Umum .......................................................32
Tabel 3.5 Perkembangan Kredit Usaha Rakyat Berdasarkan Plafon Kredit .....................34
Tabel 4.1 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Provinsi NTB Tahun 2012 ....................46
x
RINGKASAN EKSEKUTIF
1. Perkembangan Ekonomi dan Perbankan
Makro Ekonomi Regional
Pada triwulan I-2012, perekonomian Nusa Tenggara Barat (NTB)
tanpa sektor pertambangan menunjukkan kinerja melambat dibanding
triwulan sebelumnya yaitu dari 5,21% (yoy) menjadi 4,23% (yoy).
Sementara itu, laju pertumbuhan ekonomi NTB dengan sektor pertambangan
masih berada pada tren pertumbuhan negatif yang mengalami kontraksi
sebesar 2,95% (yoy), lebih baik dibanding triwulan lalu yang terkontraksi
sebesar 3,92% (yoy).
Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Nusa Tenggara Barat
kembali dipengaruhi oleh penurunan kegiatan perdagangan luar negeri baik
pada kegiatan ekspor maupun impor. Selain itu, relatif minimnya konsumsi
pemerintah turut memberikan sumbangan negatif terhadap perekonomian
NTB. Sementara itu, kegiatan konsumsi rumah tangga mampu menunjukkan
pertumbuhan yang signifikan dan mampu tampil sebagai komponen utama
penggerak perekonomian NTB.
Dari sisi penawaran, kinerja perekonomian NTB tanpa sektor
pertambangan menunjukkan perlambatan yang dipengaruhi oleh menurunnya
kinerja sektor pertanian yang mengalami kontraksi. Perlambatan terbesar
dialami oleh sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yang turut
menahan laju pertumbuhan ekonomi. Sementara itu, sektor perdagangan, hotel
dan restoran mampu tampil sebagai sektor yang memiliki pertumbuhan
ekonomi tertinggi dan memberikan kontribusi (andil) positif terbesar terhadap
pembentukan pertumbuhan ekonomi. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi
NTB termasuk sektor pertambangan masih berada pada tren pertumbuhan
negatif yang disebabkan menurunnya kinerja sektor pertambangan.
Perkembangan Inflasi
Sepanjang triwulan I-2012 perkembangan harga barang dan jasa
di Nusa Tenggara Barat cenderung mengalami peningkatan. Secara
tahunan, pada triwulan I-2012 laju inflasi NTB tercatat sebesar 8,84% (yoy),
meningkat dibanding triwulan lalu yang tercatat sebesar 6,55% (yoy). Laju
inflasi tahunan NTB tersebut memiliki arah yang sama dengan pergerakan
inflasi nasional yang berada pada tren peningkatan yang tercatat sebesar 3,97%
(yoy) (Desember 2011: 3,79%, yoy).
Berdasarkan pergerakan harga barang dan jasa secara bulanan, laju
inflasi NTB sepanjang triwulan I-2012 cenderung mengalami peningkatan.
RINGKASAN EKSEKUTIF
xi
Memasuki awal tahun yakni pada bulan Januari dan Februari 2012, laju inflasi
NTB mengalami lonjakan yang cukup tinggi masing-masing tercatat sebesar
1,24% (mtm) dan 1,48% (mtm). Sementara pada Maret 2012 pergerakan harga
barang mengalami penurunan yang tercatat mengalami deflasi sebesar 0,50%
(mtm).
Secara triwulanan, laju inflasi NTB pada triwulan I-2012 menunjukkan
kecenderungan menurun yang tercatat sebesar 2,22% (qtq), sedikit lebih rendah
dibanding triwulan lalu yang tercatat mencapai 2,24% (qtq). Kondisi tersebut
disebabkan oleh menurunnya tekanan inflasi triwulanan utamanya pada
kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. Di sisi lain,
sumbangan laju inflasi utamanya berasal dari kelompok perumahan, air, listrik,
gas dan bahan bakar, kemudian diikuti oleh kelompok bahan makanan.
Secara umum, terbentuknya kecenderungan peningkatan harga tersebut
disebabkan adanya gangguan pasokan yang berasal dari kegiatan produksi dan
distribusi barang-barang. Pada awal tahun, belum berlangsungnya kegiatan
panen padi dan semakin menipisnya ketersediaan beras mendorong kenaikan
harga kelompok bahan makanan. Selain itu, peningkatan laju inflasi juga turut
dipengaruhi oleh kelangkaan pada komoditas bahan bakar rumah tangga
akibat terbatasnya pasokan minyak tanah dan gangguan pasokan elpiji.
Berdasarkan kota perhitungan inflasi, pada triwulan I-2012 laju inflasi
tahunan tertinggi dialami oleh kota Mataram yang tercatat sebesar 9,14% (yoy).
Sedangkan pada kota Bima, laju inflasi tahunannya tercatat lebih rendah yaitu
sebesar 7,71% (yoy). Secara disagregasi inflasi, peningkatan laju inflasi NTB
kembali didorong oleh laju inflasi pada kelompok inflasi administered price dan
kelompok volatile food. Sementara itu, kelompok inflasi inti bergerak stabil
namun menunjukkan pergerakan harga yang relatif meningkat.
Kinerja Perbankan
Pada triwulan I-2012, kinerja intermediasi perbankan Nusa
Tenggara Barat berada pada tren peningkatan dan tumbuh dalam level
yang tinggi. Kegiatan pembiayaan meningkat yang diikuti oleh risiko kredit
yang terjaga. Sedangkan penghimpunan dana masyarakat oleh industri
perbankan Nusa Tenggara Barat cenderung mengalami perlambatan.
Hingga akhir triwulan I-2012, rasio Loan to Deposit Ratio (LDR)
perbankan NTB berada pada level yang cukup tinggi hingga mencapai 112,29%,
lebih tinggi endah dibanding triwulan lalu yang tercatat mencapai 108,71%.
Kondisi tersebut diakibatkan oleh laju pertumbuhan kegiatan penghimpunan
dana yang relatif melambat khususnya pada bank umum dibandingkan dengan
kegiatan penyaluran kredit.
Secara gabungan, total outstanding kredit perbankan (Bank Umum dan
Bank Perkreditan Rakyat) terus meningkat mencapai Rp12,96 triliun atau
RINGKASAN EKSEKUTIF
xii
tumbuh sebesar 24,68% (yoy). Sementara itu, jumlah dana pihak ketiga (DPK)
yang berhasil dihimpun dari masyarakat meningkat mencapai Rp11,54 triliun
atau tumbuh sebesar 27,25% (yoy), melambat dibandingkan dengan
pertumbuhan triwulan lalu yang tercatat sebesar 28,16% (yoy).
Dari sisi risiko kredit, tingginya laju pertumbuhan penyaluran kredit
perbankan NTB diikuti oleh risiko kredit yang tetap terjaga. Kondisi tersebut
tercermin dari rasio Non Performing Loans (NPL) sebesar 2,30%.
Perkembangan Sistem Pembayaran
Pada triwulan I-2012 perkembangan transaksi keuangan secara
tunai di Nusa Tenggara Barat kembali berada pada tren net inflow.
Kondisi tersebut tercermin dari peningkatan jumlah aliran uang keluar (cash
outflow) yang lebih kecil dibandingkan aliran uang masuk (cash inflow), atau
dengan kata lain jumlah penarikan uang tunai lebih kecil dibandingkan jumlah
setoran uang tunai yang dilakukan oleh perbankan NTB melalui Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Pada triwulan I-2012, jumlah aliran uang tunai yang masuk ke kas Bank
Indonesia yang berasal dari setoran perbankan di NTB masih berada pada tren
peningkatan yang tercatat sebesar Rp1,21 triliun atau tumbuh signifikan
sebesar 307,53% (yoy), jauh lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan lalu
yang tumbuh hingga 85,86% (yoy) dengan nominal tercatat sebesar Rp594,42
miliar.
Di sisi lain, jumlah aliran uang tunai yang keluar (cash outflow) yang
berasal dari kas Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat
tercatat mencapai Rp684,18 miliar yang tumbuh sebesar 34,94% (yoy), jauh
lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang tercatat tumbuh tinggi
sebesar 89,91% (yoy) atau sebanyak Rp931,02 miliar. Jumlah aliran uang keluar
yang lebih kecil dibanding aliran jumlah uang masuk menyebabkan terjadinya
net inflow dengan jumlah mencapai Rp523,16 miliar.
Perkembangan kegiatan transaksi non tunai di Nusa Tenggara Barat
sepanjang triwulan IV-2011 relatif menunjukkan peningkatan dibanding
triwulan lalu. Kondisi tersebut didorong oleh meningkatnya transaksi keuangan
secara non tunai melalui sarana Real Time Gross Settlement (RTGS), dari sebesar
Rp1,96 triliun pada triwulan lalu menjadi Rp2,40 triliun pada triwulan I-2012.
Sementara itu, pada triwulan I-2012 transaksi secara secara kliring menunjukkan
penurunan yang tercatat mencapai Rp1,33 triliun (triwulan IV-2011: Rp1,37
triliun).
Kinerja Keuangan Daerah
Penerimaan pendapatan Pemprov. NTB sepanjang Tahun 2012
direncanakan mengalami peningkatan. Anggaran pendapatan direncanakan
RINGKASAN EKSEKUTIF
xiii
mampu menyerap pendapatan hingga Rp2,24 triliun atau tumbuh 28,98%
dibandingkan anggaran Tahun 2011 yang ditargetkan sebesar Rp1,74 triliun
(APDB-P 2011). Alokasi anggaran pendapatan daerah masih didominasi dana
perimbangan dengan perbandingan terhadap pendapatan asli daerah (PAD)
dan pendapatan lain-lain yang sah masing-masing sebesar 32,19% : 67,28% :
0,54%. Hingga akhir triwulan I-2012, realisasi penyerapan pendapatan daerah
Pemerintah Provinsi NTB tercatat mencapai Rp583,95 triliun atau sebesar
26,05% dari target sepanjang Tahun 2012. Pencapaian tersebut, lebih tinggi
dibanding pencapaian triwulan I-2011 yang tercatat sebesar Rp399,46 miliar
atau mencapai 24,97% dari total anggaran pendapatan Tahun 2011.
Berdasarkan kinerjanya, komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD)
menunjukkan pencapaian sebesar 20,09%, lebih rendah dibanding kinerja
komponen Dana Perimbangan yang mencapai 29,11%. Tingginya pencapaian
dana perimbangan didorong oleh tingginya realisasi penerimaan Dana Alokasi
Umum (DAU) yang mampu melebihi target triwulanan yang mencapai 33,33%
yang juga merupakan sumber utama dana perimbangan. Sementara di sisi PAD,
belum adanya penerimaan dari komponen pendapatan hasil pengelolaan
kekayaan yang dipisahkan dan pendapatan retribusi daerah menahan kinerja
penyerapan PAD.
Pada sisi komponen belanja, jumlah belanja pada Tahun 2012
dianggarkan meningkat hingga Rp2,25 triliun atau tumbuh 28,81%
dibandingkan rencana belanja Tahun 2011 yang mencapai Rp1,75 triliun.
Berdasarkan alokasinya, sebagian besar belanja pemerintah dialokasikan pada
belanja operasional khususnya pada belanja hibah dan belanja pegawai.
Peningkatan anggaran belanja daerah didorong oleh meningkatnya anggaran
belanja hibah sebesar 296,42% dari Rp143,73 miliar pada tahun lalu menjadi
Rp569,79 miliar pada Tahun 2012.
Kesejahteraan Masyarakat
Pada Februari 2012, kondisi ketenagakerjaan di Nusa Tenggara
Barat menunjukkan perkembangan yang membaik. Hal ini terlihat dari
tingkat penyerapan jumlah angkatan kerja yang terus mengalami peningkatan.
Pada Februari 2012, jumlah penduduk yang bekerja di NTB mencapai 2,07 juta
orang, tumbuh 0,49% (yoy) dibanding periode yang sama tahun lalu yang
tercatat sebesar 2,06 juta orang (Sakernas BPS Prov. NTB). Sementara itu, tingkat
pengangguran terbuka (TPT) di NTB juga mengalami perbaikan, menjadi 5,21%
atau sebanyak 113,63 ribu orang yang lebih rendah dibanding periode yang
sama tahun lalu yang mencapai 5,35% (116,41 ribu orang).
Berdasarkan jenis lapangan kerja, penyerapan tenaga kerja masih
didominasi oleh sektor pertanian yang pangsanya mencapai 45,34%.
Selanjutnya diikuti oleh sektor perdagangan dan jasa-jasa yang pangsanya
RINGKASAN EKSEKUTIF
xiv
masing-masing tercatat sebesar 21,17% dan 14,57%, sedangkan pangsa sektor
lainnya berkisar antara 3,05% hingga 6,62%. Sebagian besar jumlah penduduk
yang bekerja tersebut berada pada lapangan kerja informal yang pangsanya
mencapai 76,58%. Sementara yang bekerja pada sektor formal pangsanya
hanya mencapai 23,42%.
Pada triwulan I-2012, perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakat
di NTB diperkirakan tidak lebih baik dari triwulan sebelumnya yang terindikasi
oleh melemahnya tingkat pendapatan dan daya beli masyarakat. Kondisi
tersebut sejalan dengan penurunan pendapatan masyarakat yang tercermin
melalui indeks penghasilan saat ini dibandingkan kondisi enam bulan lalu dan
indeks ekspektasi penghasilan yang menunjukkan penurunan, namun masih
berada di atas level optimis (indeks = 100).
2. Prospek Ekonomi dan Perkembangan Harga Triwulan II-2012
Prospek Ekonomi
Pada triwulan II-2012, pertumbuhan ekonomi Nusa Tenggara
Barat diprediksi mampu menunjukkan kinerja yang positif dan berada
pada kisaran 1,00% - 2,00% (yoy). Dari sisi permintaan, pertumbuhan
ekonomi pada triwulan II-2012 diyakini masih ditopang oleh kegiatan konsumsi
rumah tangga yang akan tampil sebagai sumber utama pendorong
pertumbuhan ekonomi NTB yang didukung oleh semakin membaiknya daya beli
masyarakat akibat tibanya musim panen. Kondisi tersebut terindikasi oleh nilai
Indeks Ekspekstasi Konsumen (IEK) yang relatif meningkat dan berada di atas
level optimis (100) yang mencerminkan keoptimisan masyarakat dalam
melakukan konsumsi. Seperti pola periode tahun-tahun sebelumnya, kegiatan
konsumsi pemerintah diperkirakan akan mengalami akselerasi, setelah pada
triwulan I-2012 mengalami kontraksi cukup dalam. Sementara itu, kegiatan
investasi diperkirakan mengalami perlambatan setelah tumbuh tinggi pada
triwulan I-2012.
Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat, sebagian besar
pelaku usaha di NTB mempersepsikan kegiatan usaha pada triwulan II-2012
akan mengalami peningkatan. Hal ini tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang
(SBT) ekspektasi situasi bisnis yang sedikit meningkat menjadi sebesar 29,27%
dari triwulan lalu yang tercatat sebesar 28,66%.
Dari sisi penawaran, kinerja sektor pertanian diperkirakan akan
mengalami peningkatan dan mampu tumbuh positif setelah mengalami
kontraksi pada triwulan I-2012. Kondisi tersebut terindikasi oleh peningkatan
luas lahan tanam pada awal tahun 2012 sehingga diperkirakan akan terjadi
pergeseran musim panen padi ke triwulan II-2012 yang membawa sektor
RINGKASAN EKSEKUTIF
xv
pertanian tampil sebagai penopang utama pertumbuhan ekonomi. Kinerja
sektor perdagangan, hotel & restoran (PHR) diperkirakan menunjukkan
pertumbuhan yang melambat setelah tumbuh tinggi pada triwulan I-2012,
namun demikian pertumbuhan tersebut akan ditopang oleh kinerja sub sektor
perdagangan (hasil bumi) seiring dengan dengan pergeseran musim panen ke
triwulan II-2012. Pada sektor andalan lainnya, sektor pertambangan
diperkirakan masih berada pada tren penurunan produksi akibat masih
berlangsungnya kegiatan perluasan tambang dan diperkirakan kembali
memberikan kontribusi negatif terbesar dan menahan pertumbuhan ekonomi
NTB.
Dari sisi pembiayaan, pada triwulan II-2012 dukungan perbankan dalam
mengembangkan kegiatan ekonomi berupa penyaluran kredit kepada pelaku
usaha diprediksi masih berada pada tren meningkat. Kondisi tersebut terindikasi
dari hasil Survei Opini Pimpinan/Pejabat Bank Umum yang menunjukkan
peningkatan permintaan kredit baru yang didukung oleh tingkat permodalan
perbankan dan prospek usaha nasabah yang semakin membaik.
Prospek Inflasi
Laju inflasi Nusa Tenggara Barat pada triwulan II-2012
diperkirakan mengalami tekanan yang cukup tinggi dan diprediksi
berada pada kisaran 9,00% ± 1% (yoy). Sumber tekanan inflasi terbesar
diperkirakan berasal dari kelompok administered price yang berada pada tren
peningkatan. Permintaan komoditas minyak tanah (mitan) yang masih tinggi
terkendala oleh terbatasnya pasokan mitan di NTB terkait program konversi
minyak tanah ke tabung gas elpiji. Tekanan juga berasal dari kenaikan tarif
penyeberangan pelabuhan yang direncanakan mengalami kenaikan sebesar 7%
yang akan diikuti oleh kenaikan tarif angkutan darat. Perkembangan harga
kelompok volatile food diperkirakan memberikan tekanan yang cukup besar
pada laju inflasi. Dampak kenaikan harga pembelian pemerintah (beras) dan
terbatasnya pasokan kelompok aneka bumbu diperkirakan mendorong
kenaikan harga kelompok volatile food. Sementara itu, ketidakpastian
pemerintah dalam menetapkan kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak
ditengah peningkatan harga minyak dunia diyakini menimbulkan ekspektasi
yang tinggi akan kenaikan harga pada masyarakat. Kondisi tersebut terindikasi
dari indeks ekspektasi harga konsumen untuk tiga bulan yang akan datang
yang menunjukkan peningkatan.
1
BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL
NUSA TENGGARA BARAT
1.1. KONDISI UMUM
Pada triwulan I-2012, perekonomian Nusa Tenggara Barat
(NTB) tanpa sektor pertambangan menunjukkan kinerja melambat
dibanding triwulan sebelumnya yaitu dari 5,21% (yoy) menjadi
4,23% (yoy). Sementara itu, laju pertumbuhan ekonomi NTB dengan sektor
pertambangan masih berada pada tren pertumbuhan negatif yang
mengalami kontraksi sebesar 2,95% (yoy), lebih baik dibanding triwulan lalu
yang terkontraksi sebesar 3,92% (yoy).
Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Nusa Tenggara Barat
kembali dipengaruhi oleh penurunan kegiatan perdagangan luar negeri baik
pada kegiatan ekspor maupun impor. Selain itu, relatif minimnya konsumsi
pemerintah turut memberikan sumbangan negatif terhadap perekonomian
NTB. Sementara itu, kegiatan konsumsi rumah tangga mampu menunjukkan
pertumbuhan yang signifikan dan mampu tampil sebagai komponen utama
penggerak perekonomian NTB.
Dari sisi penawaran, kinerja perekonomian NTB tanpa sektor
pertambangan menunjukkan perlambatan yang dipengaruhi oleh
menurunnya kinerja sektor pertanian yang mengalami kontraksi.
Perlambatan terbesar dialami oleh sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan yang turut menahan laju pertumbuhan ekonomi. Sementara itu,
sektor perdagangan, hotel dan restoran mampu tampil sebagai sektor yang
memiliki pertumbuhan ekonomi tertinggi dan memberikan kontribusi (andil)
positif terbesar terhadap pembentukan pertumbuhan ekonomi. Sementara
itu, pertumbuhan ekonomi NTB termasuk sektor pertambangan masih
berada pada tren pertumbuhan negatif yang disebabkan menurunnya
kinerja sektor pertambangan.
1.2. SISI PERMINTAAN
Dari sisi permintaan, kinerja pertumbuhan ekonomi NTB yang
mengalami penurunan utamanya disebabkan oleh kinerja ekspor dan
konsumsi pemerintah yang mengalami penurunan. Berdasarkan
sumbangannya, komponen perdagangan luar negeri yaitu impor dan ekspor
memberikan sumbangan pertumbuhan negatif terbesar yaitu sebesar -
8,42%, kemudian disusul konsumsi pemerintah yang dengan sumbangan
BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NTB
sebesar -3,36%. Di sisi lain, kegiatan konsumsi rumah tangga memberikan
sumbangan positif terbesar terhadap pembentukan laju pertumbuhan
ekonomi NTB. Berdasarkan komposisi struktur ekonomi, kegiatan konsumsi
rumah tangga dan pembentukan modal bruto tetap (investasi) menjadi
komponen utama pembentuk struktur perekonomian NTB dengan pangsa
masing-masing sebesar 53,15% dan 31,13%.
a. Konsumsi
Pada triwulan I-2012, kegiatan konsumsi rumah tangga meningkat
sebesar 7,80% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tumbuh
sebesar 5,01% (yoy). Pencapaian tersebut ditopang oleh terjaganya daya beli
masyarakat yang didukung oleh tingkat pendapatan yang semakin membaik
dan meningkatnya ekspektasi masyarakat akan kondisi ekonomi sehingga
mendorong kegiatan konsumsi masyarakat. Kondisi tersebut tercermin oleh
hasil survei konsumen Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa
Tenggara Barat yang menunjukkan optimisme masyarakat yang meningkat
sepanjang triwulan I-2012.
Peningkatan kinerja konsumsi tersebut sejalan dengan perkembangan
data prompt indicator penjualan kendaraan bermotor dan tingkat konsumsi
listrik yang berada pada tren peningkatan. Sepanjang triwulan I-2012
penjualan kendaraan bermotor tumbuh negatif sebesar 6,47% (yoy), lebih
baik dibanding triwulan lalu yang tumbuh negatif sebesar 8,37% (yoy).
Kondisi tersebut didorong oleh penjualan kendaraan jenis mobil yang
Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Dari Sisi Permintaan (%,yoy)
Sumber: BPS, diolah, Keterangan: *) angka sementara, **) angka sangat sementara
Pertumbuhan Sisi Permintaan Nusa Tenggara Barat2012
Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV* FY* Tw.I** Tw.II** Tw.III** Tw.IV** FY** Tw.I**
Konsumsi Rumah Tangga 4.95 5.36 5.08 5.16 5.14 5.38 5.30 5.06 5.01 5.19 7.80
Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 5.95 3.95 3.70 4.87 4.60 6.10 5.05 5.92 4.71 5.44 8.29
Konsumsi Pemerintah 6.56 9.63 10.87 11.97 9.80 5.03 5.19 7.13 4.74 5.53 (22.74)
Pembentukan Modal Tetap Bruto 32.89 8.75 (4.11) (2.31) 6.47 0.69 4.97 8.10 5.83 4.97 22.90
Ekspor 18.96 18.60 23.14 (10.20) 11.75 (14.18) (17.21) (11.16) (3.17) (11.62) (32.30)
Impor 5.60 1.43 (3.80) (2.53) 0.04 9.11 17.54 6.59 11.23 11.10 (17.30)
Produk Domestik Regional Bruto 22.93 9.55 5.97 (7.35) 6.33 (1.95) (5.24) (1.66) (3.92) (3.18) (2.95)
Sumbangan Pertumbuhan Sisi Permintaan Nusa Tenggara Barat
2012
Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV* FY* Tw.I** Tw.II** Tw.III** Tw.IV** FY** Tw.I**
Konsumsi Rumah Tangga 2.78 2.66 2.31 2.12 2.43 2.58 2.53 2.28 2.33 2.43 4.02
Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 0.07 0.04 0.04 0.05 0.05 0.07 0.05 0.06 0.05 0.06 0.10
Konsumsi Pemerintah 1.04 1.34 1.37 1.40 1.31 0.69 0.72 0.94 0.67 0.76 (3.36)
Pembentukan Modal Tetap Bruto 8.98 2.48 (1.25) (0.68) 1.88 0.20 1.40 2.23 1.82 1.44 6.94
Ekspor 5.83 5.09 5.98 (2.63) 3.20 (4.22) (5.10) (3.35) (0.79) (3.32) (8.42)
Impor (1.48) (0.34) 0.84 0.50 (0.01) (2.06) (3.81) (1.32) (2.35) (2.36) 4.36
Produk Domestik Regional Bruto 22.93 9.55 5.97 (7.35) 6.33 (1.95) (5.24) (1.66) (3.92) (3.18) (2.95)
Uraian
Uraian2011
2010
2010
2011
BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NTB
tumbuh signifikan mencapai 53,55% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan
sebelumnya yang tumbuh sebesar 34,94%(yoy). Sementara itu, pemakaian
listrik untuk kategori rumah tangga di NTB meningkat mencapai 152,31 juta
kwh yang tumbuh sebesar 26,12% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan
sebelumnya yang tumbuh sebesar 24,49% (yoy).
Dari sisi pembiayaan, kegiatan penyaluran kredit perbankan untuk
kegiatan konsumsi berada pada tren perlambatan. Pada triwulan I-2012,
penyaluran kredit konsumsi tercatat mencapai Rp7,48 triliun yang tumbuh
sebesar 10,79% (yoy) atau mencapai 57,75% dari total kredit yang disalurkan
perbankan di NTB. Pertumbuhan tersebut melambat dibanding pertumbuhan
triwulan sebelumnya yang mencapai 16,67% (yoy). Grafik 1.1
Perkembangan Konsumsi ListrikRumah Tangga
Grafik 1.2Penyaluran Kredit Konsumsi
Sumber: PLNSumber : Laporan Bulanan Bank, BI
Grafik 1.3Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor
Sumber: Dispenda NTB
Grafik 1.4Indeks Keyakinan Konsumen
Sumber: Survei Konsumen, KPw BI Prov. NTB
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
-
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
140.00
160.00
180.00
I II III IV I II III IV I
2010 2011 2012
Konsumsi Listrik RT (juta kwh)g-kons. listrik RT (%)-kanan
(30.00)(20.00)(10.00)-10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
I II III IV I II III IV I
2010 2011 2012
Mobil (unit) Motor (unit)
growth kendaraan total (%,yoy)-kanan growth motor (%,yoy)-kanan
growth mobil (%,yoy)-kanan
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
0.00
1,000.00
2,000.00
3,000.00
4,000.00
5,000.00
6,000.00
7,000.00
8,000.00
I II III IV I II III IV I
2010 2011 2012
Kredit Konsumsi (Rp miliar)-KiriPertumbuhan (%)-Kanan
0
20
40
60
80
100
120
140
160
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2010 2011 2012
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)Level optimis
BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NTB
b. Investasi
Pada triwulan I-2012, kegiatan investasi (pembentukan modal tetap
bruto) mengalami pertumbuhan yang signifikan hingga 22,90% (yoy), jauh
lebih tinggi dibanding kinerja triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar
5,83% (yoy). Kondisi tersebut tercermin dari data prompt indicator yaitu
pertumbuhan tingkat pemakaian semen di wilayah NTB yang mengalami
peningkatan. Sepanjang triwulan I-2012, tingkat pemakaian semen tercatat
meningkat mencapai 195,07 ribu ton atau tumbuh signifikan sebesar 40,87%
(yoy), jauh lebih tinggi dibanding kinerja triwulan lalu yang tumbuh sebesar
6,30% (yoy). Dari sisi pembiayaan, kegiatan penyaluran kredit perbankan
kembali menunjukkan pertumbuhan yang fantastis mencapai 133,83% (yoy)
atau sebesar Rp1,40 triliun, lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan lalu
yang tumbuh tinggi mencapai 115,77% (yoy).
Grafik 1.5Perkembangan Pembentukan Modal Tetap Bruto
Grafik 1.6Perkembangan Volume Penjualan Semen
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia, diolahSumber : BPS Provinsi NTB, diolah
Grafik 1.7Penyaluran Kredit Investasi
Sumber : Laporan Bulanan Bank, BI
Grafik 1.8Realisasi Investasi Penanaman Modal Asing
dan Penanaman Modal Dalam Negeri
Sumber : BKPM
-10
-5
0
5
10
15
20
25
30
35
-200 400 600 800
1,000 1,200 1,400 1,600 1,800 2,000
Tw1* Tw2* Tw3* Tw4* Tw1** Tw2** Tw3** Tw4** Tw1**
2010 2011 2012
PMTB (Rp miliar)-Kiri Pertumbuhan (%)-Kanan
(20)
(10)
-
10
20
30
40
50
0
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
I II III IV I II III IV I
2010 2011 2012
Volume Penjualan Semen (ton)
Pertumbuhan (%,yoy)-Kanan
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
140%
160%
0.00
200.00
400.00
600.00
800.00
1,000.00
1,200.00
1,400.00
1,600.00
I II III IV I II III IV I
2010 2011 2012
Kredit Investasi (Rp miliar)-Kiri)Pertumbuhan (%)-Kanan
30.8
407.1
20.9
6.3
357.427.9
2.6
11.7
0.2
31.9
0
5
10
15
20
25
30
35
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1
2011 2012
PMA (US$ juta) PMDN (Rp miliar)
BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NTB
c. Ekspor Impor
Seperti pada periode sebelumnya, kegiatan perdagangan barang
antar negara asal NTB (ekspor) masih berada pada tren penurunan. Pada
triwulan I-2012, kegiatan ekspor menunjukkan kontraksi sebesar 32,30%
(yoy), turun tajam dibanding triwulan lalu yang terkontraksi sebesar 3,176%
(yoy). Kondisi tersebut menyebabkan kegiatan ekspor menjadi komponen
yang memberikan sumbangan negatif mencapai -8,42% terhadap
pembentukan pertumbuhan ekonomi NTB dari sisi permintaan.
Penurunan kinerja ekspor tersebut dikonfirmasi oleh data prompt
indicator yaitu volume ekspor NTB di sepanjang triwulan I-2012 yang
mengalami kontraksi yang signifikan. Total ekspor NTB pada triwulan I-2012
tercatat mencapai 78,09 ribu ton yang tumbuh negatif sebesar 22,31% (yoy),
turun tajam dibanding triwulan lalu yang tumbuh negatif hingga 4,19%
(yoy). Kondisi tersebut sejalan dengan rendahnya produksi komoditas
tambang yang merupakan komoditas utama ekspor NTB.
Di sisi lain, kegiatan impor barang tujuan NTB relatif menunjukkan
penurunan. Pada triwulan I-2012, kegiatan impor menunjukkan negatif
sebesar 17,30% (yoy), turun tajam dibanding triwulan lalu yang tumbuh
hingga 11,23% (yoy). Berdasarkan volumenya, total impor pada triwulan I-
2012 juga menunjukkan penurunan yang tercatat mencapai 25,60 ribu ton
atau tumbuh negatif sebesar 45,15% (yoy) penurunan tersebut diakibatkan
oleh berkurangnya barang impor jenis konsumsi (consumer goods).
Sumber: BI Sumber: BI
Grafik 1.9Perkembangan Volume Ekspor (dlm ribu)
Grafik 1.10Perkembangan Volume Impor (dlm ribu)
-
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
-
200
400
600
800
1,000
1,200
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2010 2011 2012
Cons Goods (kg)-kanan
Cap Goods (kg)-kanan
Raw Mat (kg)
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2010 2011 2012
Raw Mat (kg)
Cap Goods (kg)
Cons Goods (kg)-kanan
BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NTB
1.3. SISI PENAWARAN
Pada sisi penawaran, kinerja sektor-sektor perekonomian NTB
cenderung menunjukkan penurunan khususnya dialami oleh sektor
pertambangan dan pertanian sehingga membawa pertumbuhan
ekonomi NTB berada pada tren penurunan. Di sisi lain, sumbangan
pertumbuhan positif diberikan oleh sektor perdagangan, hotel, restoran dan
jasa-jasa yang tampil sebagai sektor yang menahan kinerja perekonomian NTB
terkontraksi lebih dalam.
Berdasarkan sumbangannya, sektor pertambangan masih menjadi
penyebab utama terkontraksinya laju pertumbuhan ekonomi NTB dengan
sumbangan mencapai -6,18%, kemudian disusul oleh sektor pertaniandengan
sumbangan sebesar -0,31%. Sedangkan sektor perdagangan, hotel, restoran
menjadi sektor yang memberikan kontribusi positif terbesar dengan
sumbangan sebesar 1,35%.
Secara terpisah, pertumbuhan ekonomi NTB tanpa sektor
pertambangan menunjukkan perlambatan. Pada triwulan I-2012
pertumbuhannya tercatat mencapai 4,23% (yoy), melambat dibandingkan
triwulan IV-2012 yang tumbuh sebesar 5,21% (yoy). Kondisi tersebut
utamanya dipengaruhi oleh menurunnya kinerja sektor pertanian yang
mengalami kontraksi pertumbuhan.
Tabel 1.2 Pertumbuhan dan Sumbangan Pertumbuhan Sisi Penawaran (%,yoy)
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah, Keterangan: *) angka sementara, **) angka sangat sementara
Pertumbuhan Sisi Penawaran Nusa Tenggara Barat2012
Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV* FY* Tw.I** Tw.II** Tw.III** Tw.IV** FY** Tw.I**Pertanian 4.51 1.51 (0.27) 0.32 1.91 10.44 1.07 2.31 3.03 3.99 (1.29) Pertambangan dan Penggalian 90.97 22.78 13.50 (25.87) 11.93 (25.39) (32.75) (19.79) (29.07) (26.57) (28.10)
Industri Pengolahan 11.05 2.63 7.98 (5.42) 3.77 1.83 6.55 1.49 2.81 3.13 4.22 Listrik,Gas dan Air Bersih 13.09 7.92 4.78 4.55 6.16 6.56 8.29 8.79 9.27 8.25 8.20 Bangunan 9.24 7.49 3.48 (3.99) 3.54 (0.07) 6.44 7.73 6.21 5.14 4.89 Perdagangan, Hotel dan Restoran 14.18 9.31 4.49 1.57 6.91 9.62 7.15 6.26 6.18 7.23 8.48 Transportasi dan Komunikasi 8.14 9.45 5.33 5.35 7.19 7.28 6.51 7.80 8.71 7.61 7.81 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 7.70 4.13 3.08 7.25 5.60 11.73 8.51 10.32 10.43 10.23 4.55 Jasa-jasa 0.93 6.34 8.01 9.45 4.89 5.36 4.31 5.72 3.38 4.67 6.04 PDRB Seluruh Sektor 22.93 9.55 5.97 (7.35) 6.33 (1.95) (5.24) (1.66) (3.92) (3.18) (2.95)PDRB Non Pertambangan 7.39 5.21 3.27 1.79 4.27 7.29 4.78 5.16 5.21 5.57 4.23
Sumbangan Pertumbuhan Sisi Penawaran Nusa Tenggara Barat2012
Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV* FY* Tw.I** Tw.II** Tw.III** Tw.IV** FY** Tw.I**Pertanian 1.12 0.37 (0.07) 0.07 0.45 2.21 0.24 0.56 0.68 0.90 (0.31) Pertambangan dan Penggalian 16.93 5.44 3.44 (8.60) 3.10 (7.34) (8.76) (5.40) (7.73) (7.27) (6.18) Industri Pengolahan 0.60 0.13 0.37 (0.24) 0.18 0.09 0.31 0.07 0.13 0.15 0.21 Listrik,Gas dan Air Bersih 0.05 0.03 0.02 0.01 0.02 0.02 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 Bangunan 0.79 0.57 0.25 (0.30) 0.27 (0.01) 0.48 0.55 0.49 0.39 0.38 Perdagangan, Hotel dan Restoran 2.18 1.37 0.65 0.22 1.01 1.37 1.05 0.90 0.95 1.06 1.35 Transportasi dan Komunikasi 0.69 0.72 0.39 0.36 0.54 0.54 0.50 0.57 0.67 0.57 0.64 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 0.46 0.23 0.15 0.31 0.29 0.62 0.46 0.50 0.52 0.52 0.27 Jasa-jasa 0.11 0.68 0.77 0.82 0.50 0.54 0.45 0.56 0.35 0.47 0.66 PDRB Seluruh Sektor 22.93 9.55 5.97 (7.35) 6.36 (1.95) (5.24) (1.66) (3.92) (3.18) (2.95)
2011
2011
2010
2010
Uraian
Uraian
BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NTB
Grafik 1.11Struktur Perekonomian Nusa Tenggara Barat periode
Triwulan IV 2011 (kiri) dan Triwulan I 2012 (kanan)
Sumber : BPS Provinsi NTB
Struktur perekonomian NTB pada triwulan I-2012 masih didominasi
oleh 3 (tiga) sektor andalan dengan pangsa mencapai 61,09% dari
keseluruhan PDRB Provinsi NTB. Pangsa sektor terbesar mengalami pergeseran
menjadi sektor pertanian akibat menurunnya kinerja sektor pertambangan
yang masing-masing tercatat sebesar mencapai 24,39% dan 20,16%, diikuti
sektor perdagangan, hotel dan restoran yang tercatat sebesar 16,54%.
Berdasarkan penggolongannya, struktur perekonomian NTB
didominasi oleh sektor primer (pertanian dan pertambangan) sebesar 44,54%.
Kemudian diikuti oleh sektor tersier yang meliputi sektor perdagangan, hotel
dan restoran, sektor jasa-jasa, sektor pengangkutan dan komunikasi dan
sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dengan kontribusi sebesar
43,05%. Sementara, sektor sekunder memberikan kontribusi paling rendah
mencapai 12,41% yang meliputi sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas
dan air bersih dan sektor bangunan.
Grafik 1.12Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi
Nusa Tenggara Barat
Sumber : BPS Provinsi NTB
Grafik 1.13Perkembangan Pertumbuhan di Sektor Utama
Nusa Tenggara Barat
Sumber : BPS Provinsi NTB, diolah
Pertanian; 23.80%Pertambangan dan Penggalian; 24.27%
Industri Pengolahan; 3.47%
Listrik,Gas & Air Bersih; 0.48%
Bangunan; 7.78%
Perdagangan, Hotel & Restoran ;
15.43%
Transportasi & Komunikasi; 7.46%
Keuangan, Persewaan & Jasa
Perusahaan; 5.09%
Jasa-jasa; 12.22%
Pertanian; 24.39%
Pertambangan dan Penggalian;
20.16%
Industri Pengolahan; 3.99% Listrik,Gas & Air
Bersih; 0.52%Bangunan; 7.90%
Perdagangan, Hotel & Restoran ;
16.54%
Transportasi & Komunikasi; 7.68%
Keuangan, Persewaan & Jasa
Perusahaan; 5.88%
Jasa-jasa; 12.95%
-10.00
-5.00
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1
2010 2011 2012
Growth-PDRB NTB non tambang (%,yoy)
Growth-PDRB NTB (%,yoy)
-40.00
-20.00
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
Tw1* Tw2* Tw3* Tw4* Tw1** Tw2** Tw3** Tw4** Tw1**
2010 2011 2012
Pertanian (%)
PHR (%)
Pertambangan (%)
BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NTB
a. Pertanian
Pada triwulan I-2012, kinerja sektor pertanian tumbuh negatif sebesar
1,29% (yoy), jauh lebih rendah dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar
3,03% (yoy). Berdasarkan data Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
Hortikultura Provinsi NTB kinerja produksi pertanian pada triwulan I-2012
cenderung menunjukkan penurunan. Sepanjang triwulan I-2012, areal luas
lahan panen komoditas padi di NTB tumbuh negatif sebesar 14,06% (yoy) atau
seluas 172,14 ribu hektar, lebih rendah dibanding kinerja triwulan lalu yang
tumbuh negatif sebesar 2,37% (yoy).
Berkurangnya luas lahan panen ditengarai dipengaruhi oleh
pergeseran musim tanam dari akhir tahun ke awal tahun sehingga
mempengaruhi jumlah luas panen di triwulan I-2012. Pada musim tanam di
triwulan I-2012, jumlah luas tanam komoditas padi di NTB mengalami
peningkatan signifikan yang tumbuh sebesar 22,90% (yoy) dengan luas
mencapai 125,50 ribu hektar, jauh lebih tinggi dibanding dengan
pertumbuhan triwulan lalu yang tumbuh negatif sebesar 17,10% (yoy).
Tabel 1.3Perkembangan Produksi Padi Nusa Tenggara Barat
PeriodeLuas Lahan Panen (Ha)
Produktivitas (Kuintal/Ha)
Produksi (Ton)
2004 325,984 44.99 1,466,757
2005 300,394 45.54 1,367,869
2006 341,418 45.48 1,552,627
2007 331,916 45.99 1,526,347
2008 359,714 48.67 1,750,677
2009 374,279 49.98 1,870,775
2010 374,284 47.41 1,774,499
2011* 418,062 49,45 2,067,137
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Prov. NTBKet: *) Angka Ramalan (ARAM) III-2011
Grafik 1.14Perkembangan Luas Lahan Tanam Padi
Sumber : Dinas Pertanian TPH Provinsi NTB
Grafik 1.15Perkembangan Luas Lahan Panen Padi
Sumber : Dinas Pertanian TPH Provinsi NTB
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
140000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3
2010 2011 2012
Luas lahan tanam padi (ha)
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
140000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3
2010 2011 2012
Luas lahan panen padi (ha)
BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NTB
Dari sisi pembiayaan, kegiatan penyaluran kredit pada sektor pertanian
berada pada tren peningkatan. Pada triwulan I-2012, outstanding kredit yang
disalurkan pada sektor pertanian tercatat mencapai Rp315,30 miliar atau
tumbuh signifikan sebesar 210,33% (yoy), jauh lebih tinggi dibanding triwulan
lalu yang tumbuh hingga 141,65%% (yoy).
b. Pertambangan
Kinerja sektor pertambangan masih berada dalam tren penurunan
produksi. Pada triwulan I-2012, kinerja sektor pertambangan kembali
mengalami pertumbuhan negatif mencapai 28,10% (yoy), sedikit lebih baik
dibanding triwulan lalu yang tumbuh negatif hingga 29,07% (yoy). Kondisi
tersebut dikonfirmasi oleh data prompt indicator komoditas utama sektor
pertambangan yaitu produksi konsentrat tembaga yang terus menunjukkan
penurunan.
Sepanjang triwulan I-2012, total produksi konsentrat tembaga tercatat
sebesar 85,43 ribu ton yang tumbuh negatif sebesar 53,07% (yoy), lebih
rendah dibanding kinerja triwulan lalu yang tumbuh negatif hingga sebesar
27,08% (yoy). Seperti pada periode sebelumnya, rendahnya produksi
konsentrat tembaga disebabkan masih berlangsungnya kegiatan perluasan
area eksploitasi wilayah pertambangan sesuai dengan rencana kerja dan siklus
proses tambang. Sementara itu, untuk memenuhi permintaan, kegiatan
produksi konsentrat tembaga menggunakan material batuan cadangan (stock
pile) dengan kadar mineral rendah.
Grafik 1.16Penyaluran Kredit Perbankan
ke Sektor Pertanian
Sumber : Laporan Bulanan Bank, BI
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
250%
0.00
50.00
100.00
150.00
200.00
250.00
300.00
350.00
I II III IV I II III IV I
2010 2011 2012
Kredit Sektor Pertanian (Rp miliar)-KiriPertumbuhan (%)-Kanan
BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NTB
Dari sisi pembiayaan, outstanding kredit perbankan yang disalurkan pada
sektor pertambangan juga menunjukkan tren perlambatan. Pada triwulan I-
2012, outstanding credit untuk sektor ini mencapai Rp9,17 miliar yang tumbuh
negatif sebesar 12,35% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan lalu yang
tumbuh negatif sebesar 1,57% (yoy).
c. Perdagangan, Hotel dan Restoran
Kinerja sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) mengalami
peningkatan setelah sebelumnya mengalami tren perlambatan. Pada triwulan
I-2012, sektor PHR tercatat tumbuh sebesar 8,48% (yoy), lebih tinggi
dibanding kinerja triwulan lalu yang tumbuh mencapai 6,18% (yoy). Kondisi
tersebut ditengarai oleh meningkatnya kinerja sub sektor perdagangan
terutama komoditas hasil bumi dan penjualan eceran. Sementara itu, kinerja
sub sektor hotel dan restoran menunjukkan perlambatan. Kondisi tersebut
dipengaruhi oleh berakhirnya musim liburan (low season), namun masih
didukung oleh penyelenggaran event-event MICE1 di NTB.
Kondisi tersebut dikonfirmasi oleh data prompt indicator
perkembangan tingkat hunian kamar (TPK) yang menunjukkan penurunan,
sedangkan rata-rata lama serta jumlah tamu menginap mengalami kenaikan
yang tipis. Sepanjang triwulan I-2012, rata-rata tingkat hunian kamar hotel
berbintang di NTB mencapai 42,64%, lebih rendah dibanding kinerja triwulan
lalu yang tercatat sebesar 55,33%. Sementara itu, rata-rata lama tamu yang
menginap di hotel berbintang meningkat mencapai 2,80 hari, naik tipis
dibanding triwulan IV-2011 yang mencapai 2,76 hari. Perkembangan jumlah
tamu yang menginap di hotel berbintang selama periode laporan
1 Meetings, Incentives, Conferencing, Exhibitions
Grafik 1.18Penyaluran Kredit Perbankan
di Nusa Tenggara Barat ke Sektor Pertambangan
Sumber : Laporan Bulanan Bank, BI
Grafik 1.17Jumlah Produksi dan Ekspor Konsentrat
Tembaga Nusa Tenggara Barat
Sumber : PT Newmont Nusa Tenggara
(60)(50)(40)(30)(20)(10)-10 20 30 40
-
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
700,000
800,000
I II III IV I II III IV I
2010 2011 2012
WMT (ton) PEB (USD .000)g-prod (%,yoy)-rhs
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
I II III IV I II III IV I
2010 2011 2012
Kredit Sektor Pertambangan (Rp miliar)-KiriPertumbuhan (%)-Kanan
BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NTB
menunjukkan penurunan yang tercatat sebanyak 76,58 ribu orang (domestik
80,32%) yang tumbuh sebesar 25,95% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan
lalu yang tercatat sebanyak 93,54 ribu orang yang tumbuh sebesar 20,69%
(yoy).
Dari sisi pembiayaan, pertumbuhan penyaluran kredit perbankan ke
sektor PHR menunjukkan peningkatan. Pada triwulan I-2012, outstanding
credit untuk sektor PHR mencapai Rp3,54 triliun atau tumbuh sebesar 45,98%
(yoy), lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 30,78% (yoy).
Grafik 1.19Tingkat Hunian Kamar dan Lama Tinggal Tamu
Sumber : BPS Provinsi NTB
Grafik 1.20Perkembangan Tamu Hotel Berbintang
Sumber : BPS Provinsi NTB
Grafik 1.21Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor
Perdagangan Hotel dan Restoran
Sumber : Laporan Bulanan Bank KPw BI Prov. NTB
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%40%
45%
50%
0.00
500.00
1,000.00
1,500.00
2,000.00
2,500.00
3,000.00
3,500.00
4,000.00
I II III IV I II III IV I
2010 2011 2012
Kredit Sektor PHR (Rp miliar)-KiriPertumbuhan (%)-Kanan
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
0
10
20
30
40
50
60
70
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3
2010 2011 2012
Tingkat Hunian Kamar (%)-KiriLama Tinggal Tamu (hari)-Kanan
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
010,00020,00030,00040,00050,00060,00070,00080,00090,000
100,000
I II III IV I II III IV I
2010 2011 2012
Org AsingDomestikgrowth total (%,yoy)-kanan
BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NTB
d. Bangunan
Setelah tumbuh dalam level yang yang cukup tinggi, kinerja sektor
bangunan berada pada tren perlambatan. Pada triwulan I-2012, sektor
bangunan tumbuh sebesar 4,89% (yoy), melambat dibanding triwulan lalu
yang tumbuh hingga 6,21% (yoy). Namun disisi lain, berdasarkan
perkembangan data prompt indicator sektor bangunan yaitu tingkat konsumsi
semen di NTB justru menunjukkan peningkatan. Berdasarkan data Asosiasi
Semen Indonesia, pada triwulan I-2012 tingkat konsumsi semen di NTB
tumbuh signifikan mencapai 40,87% (yoy) atau sebesar 195,07 ribu ton, jauh
lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tumbuh hingga 6,30% (yoy).
Sejalan dengan perlambatan pertumbuhan sektor ini, Kinerja
penyaluran kredit pada sektor ini juga mengalami perlambatan meski masih
berada pada tren pertumbuhan yang tinggi. Hingga triwulan I-2012,
outstanding credit pada sektor bangunan tercatat mencapai Rp330,90 miliar
atau tumbuh sebesar 51,72% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih rendah
dibanding kinerja triwulan lalu yang tumbuh hingga 57,95% (yoy).
e. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
Kinerja sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan
mengalami perlambatan. Pada triwulan I-2012, sektor ini tumbuh sebesar
4,55% (yoy), lebih rendah dibanding kinerja triwulan lalu yang tumbuh
sebesar 10,43% (yoy). Pencapaian kinerja tersebut dipengaruhi oleh
menurunnya kinerja sub sektor persewaan dan jasa perusahaan menyusul
berakhirnya musim liburan.
Penurunan kinerja sub sektor keuangan tersebut tercermin dari data
prompt indicator kinerja perkembangan profit perbankan di NTB yang
mengalami perlambatan. Hingga triwulan I-2012, laba kegiatan usaha
Grafik 1.22Perkembangan Volume Penjualan Semen
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, diolah
Grafik 1.23Penyaluran Kredit Perbankan
ke Sektor Bangunan
Sumber : Laporan Bulanan Bank , BI
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
0.00
50.00
100.00
150.00
200.00
250.00
300.00
350.00
I II III IV I II III IV I
2010 2011 2012
Kredit Sektor Bangunan (Rp miliar)-KiriPertumbuhan (%)-Kanan
(20)
(10)
-
10
20
30
40
50
0
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
I II III IV I II III IV I
2010 2011 2012
Volume Penjualan Semen (ton)Pertumbuhan (%,yoy)-Kanan
BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NTB
perbankan NTB tercatat sebesar Rp314,52 miliar atau tumbuh sebesar 15,51%
(yoy), melambat dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 18,59% (yoy).
f. Transportasi dan Komunikasi
Pada triwulan I-2012, sektor transportasi dan komunikasi mengalami
pertumbuhan yang cukup tinggi sebesar 7,81% (yoy), melambat dibanding
kinerja triwulan sebelumnya yang tumbuh mencapai 8,71% (yoy). Tingginya
pencapaian pertumbuhan tersebut ditengarai dipengaruhi oleh kinerja sub
sektor transportasi yang cenderung mengalami peningkatan.
Pada triwulan I-2012, kegiatan angkutan udara yang tercemin melalui
perkembangan penumpang pesawat menunjukkan peningkatan yang tercatat
sebanyak 440,86 ribu penumpang yang tumbuh sebesar 8,49% (yoy), lebih
tinggi dibanding kinerja triwulan lalu yang tumbuh negatif sebesar 1,05%
(yoy). Sementara, kegiatan bongkar muat barang melalui angkutan laut
tumbuh melambat sebesar 34,41% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan
triwulan IV-2011 yang tumbuh mencapai 55,13% (yoy).
Grafik 1.24Perkembangan Kondisi Perbankan
Sumber : Laporan Bulanan Bank , BI
Grafik 1.28Perkembangan Arus Bongkar Muat Angkutan
Laut Barang
Sumber : PT. PELINDO NTB
Grafik 1.29Penyaluran Kredit Perbankan
ke Sektor Transportasi dan Komunikasi
Sumber : Laporan Bulanan Bank , BI
Grafik 1.25Perkembangan Laba Perbankan
Sumber : Laporan Bulanan Bank , BI
Grafik 1.26Perkembangan Arus Penumpang Domestik
Angkutan Udara
Sumber : PT. Angkasa Pura I
Grafik 1.27Perkembangan Arus Penumpang Internasional
Angkutan Udara
Sumber : PT. Angkasa Pura I
-2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 16,000 18,000 20,000
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1
2010 2011 2012
%Aset(Rp miliar)-kanan Kredit(Rp miliar)-kananDPK(Rp miliar)-kanan g-Aset (kiri),yoyg-Kredit (kiri),yoy g-DPK (kiri),yoy
-
5 10
15 20
25 30
35 40
45 50
0
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
I II III IV I II III IV I
2010 2011 2012
%
Rp. J
t
Laba PerbankanGrowth-kanan
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
-80
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
I II III IV I II III IV I
2010 2011 2012
Penumpang Internasional (org) growth (%) - kanan
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
0.0010.0020.0030.0040.0050.0060.0070.0080.0090.00
100.00
I II III IV I II III IV I
2010 2011 2012
Kredit Sektor Transportasi dan Komunikasi (Rp miliar)-KiriPertumbuhan (%)-Kanan
-80
-60
-40
-200
20
40
60
80100
0
50,000
100,000
150,000200,000
250,000
300,000
350,000
400,000450,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2010 2011 2012
Total Bongkar/Muat (ton)growth (%) - kanan
-50,000
100,000 150,000 200,000 250,000 300,000 350,000
400,000 450,000 500,000
0
5
10
15
20
25
30
35
I II III IV I II III IV I
2010 2011 2012
Penumpang Domestik (org) growth (%) - kanan
BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NTB
Dari sisi pembiayaan, kegiatan penyaluran kredit pada sektor
transportasi dan komunikasi cenderung menunjukkan peningkatan. Hingga
akhir triwulan I-2012, kredit yang disalurkan pada sektor ini tercatat sebesar
Rp91,21 miliar yang tumbuh sebesar 89,96% (yoy), lebih tinggi dibanding
triwulan lalu yang tumbuh sebesar 53,24% (yoy).
g. Industri Pengolahan
Pada triwulan I-2012, kinerja sektor industri pengolahan tumbuh sebesar
4,22% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan IV-2011 yang tumbuh sebesar
2,81% (yoy). Kondisi tersebut tercermin dari perkembangan data prompt
indicator yaitu perkembangan konsumsi listrik yang berada pada level
pertumbuhan yang tinggi meski tumbuh melambat. Sepanjang triwulan I-2012,
pemakaian konsumsi listrik industri mencapai 5,98 juta kwh atau tumbuh
sebesar 25,81% (yoy), lebih rendah
dibanding pertumbuhan konsumsi
triwulan IV-2011 yang tercatat tumbuh sebesar 28,09% (yoy).
Dari sisi pembiayaan, sejalan dengan pertumbuhan pada sektor ini
kegiatan pembiayaan perbankan juga menunjukkan peningkatan. Hingga akhir
triwulan I-2012 penyaluran kredit pada sektor industri tercatat sebesar Rp112,34
miliar atau tumbuh sebesar 66,20% (yoy), jauh lebih tinggi dibanding triwulan
lalu yang hanya tumbuh sebesar 4,74% (yoy).
h. Listrik, Gas, dan Air Bersih
Kinerja sektor listrik, gas dan air bersih kembali berada pada tren
perlambatan. Pada triwulan I-2012, sektor listrik, gas dan air bersih tumbuh
mencapai 8,20% (yoy), melambat dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar
Grafik 1.30Perkembangan Konsumsi Listrik Industri
Sumber : PLN
Grafik 1.31Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor Industri Pengolahan
Sumber : Laporan Bulanan Bank, BI
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
I II III IV I II III IV I
2010 2011 2012
Kredit Sektor Industri Pengolahan (Rp miliar)-Kiri
Pertumbuhan (%)-Kanan
(20.00)
(10.00)
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
-
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
I II III IV I II III IV I
2010 2011 2012
Konsumsi Listrik Industri (juta kwh) growth(%)-kanan
BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NTB
9,27% (yoy). Berdasarkan komposisinya, sektor listrik, gas dan air bersih
memiliki pangsa yang paling kecil (0,52%) dalam struktur perekonomian NTB
sehingga tingginya pertumbuhan belum memiliki dampak yang signifikan.
Kondisi tersebut diperkirakan ditopang oleh kinerja sub sektor listrik yang
mengalami peningkatan yang dikonfirmasi melalui perkembangan prompt
indicator data konsumsi listrik NTB yang mengalami peningkatan.
Sepanjang triwulan I-2012 jumlah pemakaian listrik di NTB mencapai
230,42 juta kwh atau tumbuh sebesar 19,92% (yoy), lebih tinggi dibanding
triwulan lalu yang tumbuh sebesar 16,86% (yoy) atau sebesar 232,15 juta kwh.
Berdasarkan komposisinya, konsumsi listrik untuk kebutuhan rumah tangga
masih mendominasi penggunaan konsumsi listrik di NTB dengan pangsa
mencapai 66,10%. Sedangkan pemakaian pada kategori bisnis dan industri,
pangsanya masing-masing sebesar 31,30% dan 2,60%.
Dari sisi pembiayaan, outstanding kredit perbankan yang di salurkan ke
sektor listrik, gas, dan air bersih menunjukkan penurunan. Hingga triwulan I-
2012, outstanding kredit pada sektor ini mengalami penurunan yang tercatat
mencapai Rp1,49 miliar yang tumbuh negatif sebesar 11,99% (yoy), jauh lebih
rendah dibanding triwulan lalu yang tumbuh hingga 26,20% (yoy).
Grafik 1.32Perkembangan Konsumsi Listrik
Sumber : PLN
Grafik 1.33Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor Listrik,
Air dan Gas
Sumber : Laporan Bulanan Bank, BI
-40%-30%
-20%
-10%0%
10%
20%
30%40%
50%
60%70%
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
I II III IV I II III IV I
2010 2011 2012
Kredit Sektor Listrik, Gas dan Air (Rp miliar)-KiriPertumbuhan (%)-Kanan
0
5
10
15
20
25
-
50
100
150
200
250
I II III IV I II III IV I
2010 2011 2012
Total Konsumsi Listrik (juta kwh) growth(%)-kanan
BAB 2PERKEMBANGAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT
2.1. KONDISI UMUM
Sepanjang triwulan I-2012 perkembangan harga barang dan
jasa di Nusa Tenggara Barat cenderung mengalami peningkatan.
Secara tahunan, pada triwulan I-2012 laju inflasi NTB tercatat sebesar 8,84%
(yoy), meningkat dibanding triwulan lalu yang tercatat sebesar 6,55% (yoy).
Laju inflasi tahunan NTB tersebut memiliki arah yang sama dengan
pergerakan inflasi nasional yang berada pada tren peningkatan yang
tercatat sebesar 3,97% (yoy) (Desember 2011: 3,79%, yoy).
Berdasarkan pergerakan harga barang dan jasa secara bulanan, laju
inflasi NTB sepanjang triwulan I-2012 cenderung mengalami peningkatan.
Memasuki awal tahun yakni pada bulan Januari dan Februari 2012, laju
inflasi NTB mengalami lonjakan yang cukup tinggi masing-masing tercatat
sebesar 1,24% (mtm) dan 1,48% (mtm). Sementara pada Maret 2012
pergerakan harga barang mengalami penurunan yang tercatat mengalami
deflasi sebesar 0,50% (mtm).
Secara triwulanan, laju inflasi NTB pada triwulan I-2012 menunjukkan
kecenderungan menurun yang tercatat sebesar 2,22% (qtq), sedikit lebih
rendah dibanding triwulan lalu yang tercatat mencapai 2,24% (qtq). Kondisi
tersebut disebabkan oleh menurunnya tekanan inflasi triwulanan utamanya
pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. Di sisi lain,
sumbangan laju inflasi utamanya berasal dari kelompok perumahan, air,
listrik, gas dan bahan bakar, kemudian diikuti oleh kelompok bahan
makanan.
Grafik 2.1
Perkembangan Inflasi Bulanan dan TahunanGrafik 2.2
Perkembangan Inflasi Triwulanan
Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah
-2
0
2
4
6
8
10
12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2010 2011 2012
yoy -NTB (%) mtm -NTB (%)yoy - Nasional (%) mtm - Nasional (%)
2.22
0.88
-0.50
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
I II III IV I II III IV I
2010 2011 2012
NTB (%,qtq) Nasional (%,qtq)
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NTB
Secara umum, terbentuknya kecenderungan peningkatan harga
tersebut disebabkan adanya gangguan pasokan yang berasal dari kegiatan
produksi dan distribusi barang-barang. Pada awal tahun, belum
berlangsungnya kegiatan panen padi dan semakin menipisnya ketersediaan
beras mendorong kenaikan harga kelompok bahan makanan. Selain itu,
peningkatan laju inflasi juga turut dipengaruhi oleh kelangkaan pada
komoditas bahan bakar rumah tangga akibat terbatasnya pasokan minyak
tanah dan gangguan pasokan elpiji.
Berdasarkan kota perhitungan inflasi, pada triwulan I-2012 laju inflasi
tahunan tertinggi dialami oleh kota Mataram yang tercatat sebesar 9,14%
(yoy). Sedangkan pada kota Bima, laju inflasi tahunannya tercatat lebih
rendah yaitu sebesar 7,71% (yoy). Secara disagregasi inflasi, peningkatan laju
inflasi NTB kembali didorong oleh laju inflasi pada kelompok inflasi
administered price dan kelompok volatile food. Sementara itu, kelompok
inflasi inti bergerak stabil namun menunjukkan pergerakan harga yang
relatif meningkat.
2.2. INFLASI TRIWULANAN
Secara triwulanan, perkembangan harga barang dan jasa di Nusa
Tenggara Barat pada triwulan I-2012 cenderung stabil. Kondisi tersebut
tercermin dari inflasi triwulanan yang mengalami sedikit penurunan dari
sebesar 2,24% (qtq) pada triwulan lalu menjadi sebesar 2,22% (qtq). Namun
demikian, angka tersebut lebih tinggi dibanding laju inflasi triwulanan
nasional yang tercatat sebesar 0,88% (qtq).
Kecenderungan penurunan tersebut disebabkan oleh turunnya
tekanan laju inflasi kelompok bahan makanan dan kelompok makanan jadi,
minuman dan tembakau serta kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga.
Sementara laju inflasi yang paling tinggi dimiliki oleh kelompok perumahan,
air, listrik, gas dan bahan bakar. Berdasarkan sumbangannya, pemicu laju
inflasi pada triwulan I-2012 didorong oleh kelompok perumahan, air, listrik,
gas dan bahan bakar yang memberikan andil terbesar. Kemudian diikuti
kelompok bahan makanan dan makanan jadi, minuman dan tembakau.
Grafik 2.3Inflasi Triwulanan
Grafik 2.4Sumbangan Inflasi Triwulanan
Sumber: BPS Provinsi NTB Sumber: BPS Provinsi NTB
-4.00
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
I II III IV I II III IV I
2010 2011 2012
Bahan Makanan Makanan jadi, MinumanPerumahan, air SandangKesehatan Pendidikan, rekreasiTransportasi, komunikasi
-1.50
-1.00
-0.50
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
I II III IV I II III IV I
2010 2011 2012
Bahan Makanan Makanan jadi, Minuman
Perumahan, air Sandang
Kesehatan Pendidikan, rekreasi
Transportasi, komunikasi
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NTB
2.3. INFLASI TAHUNAN
Secara tahunan, tekanan laju inflasi di Nusa Tenggara Barat pada
triwulan I-2012 mengalami peningkatan yang tercatat sebesar 8,84% (yoy),
lebih tinggi dibanding triwulan IV-2011 yang tercatat sebesar 6,55% (yoy).
Kondisi tersebut searah dengan laju inflasi Nasional yang berada pada tren
peningkatan, dimana inflasi Nasional tercatat mengalami peningkatan
menjadi sebesar 3,97% (yoy).
Berdasarkan kelompok komoditas, seluruh kelompok barang dan jasa
pada triwulan I-2012 mengalami peningkatan dibanding triwulan lalu. Laju
inflasi tahunan tertinggi kembali dialami oleh kelompok perumahan, air,
listrik, gas dan bahan bakar yang tercatat mencapai 18,15% (yoy), kemudian
diikuti oleh kelompok makanan jadi, minuman dan tembakau yang
mencapai 9,66% (yoy). Sementara itu, perkembangan laju inflasi kelompok
barang dan jasa lainnya tercatat pada kisaran 1,23% (yoy) hingga 7,40%
(yoy).
Grafik 2.5Inflasi Tahunan
Grafik 2.6Sumbangan Inflasi Tahunan
Sumber: BPS Provinsi NTB Sumber: BPS Provinsi NTB
Tabel 2.1Inflasi Tahunan (yoy,%)
Sumber: BPS Provinsi NTB
Mar Jun Sept Des Mar Juni Sept Des Jan Feb Mar3.59 7.52 7.43 10.08 7.83 5.85 6.38 6.55 6.32 8.16 8.84
1 Bahan Makanan 2.90 12.95 11.91 21.69 15.46 8.08 7.50 3.67 1.64 4.37 6.172 Makanan jadi, Minuman 7.77 9.72 9.51 9.89 6.49 5.16 5.14 7.52 8.96 9.14 9.663 Perumahan, air 3.38 5.30 5.13 4.47 4.23 6.15 8.58 13.51 14.10 18.34 18.154 Sandang 3.39 6.17 4.65 4.66 4.92 4.68 8.71 6.50 5.99 7.24 7.405 Kesehatan 3.47 3.60 3.00 1.89 1.94 1.97 2.31 2.61 3.08 2.85 2.746 Pendidikan, rekreasi 0.99 1.34 1.63 2.75 2.58 2.91 5.29 4.17 4.13 4.22 4.197 Transportasi, komunikasi 0.66 2.08 4.18 4.93 5.36 4.13 2.50 1.18 1.40 0.99 1.23
20122010Kelompok
Umum
No 2011
-5.00
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2010 2011 2012
Bahan Makanan Makanan jadi, MinumanPerumahan, air SandangKesehatan Pendidikan, rekreasiTransportasi, komunikasi
-1.00
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2010 2011 2012
Bahan Makanan Makanan jadi, MinumanPerumahan, air SandangKesehatan Pendidikan, rekreasiTransportasi, komunikasi
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NTB
Berdasarkan sumbangannya, kelompok perumahan, air, listrik, gas
dan bahan bakar mendominasi pembentukan laju inflasi dengan sumbangan
mencapai 4,14%, kemudian diikuti oleh kelompok bahan makanan sebesar
1,89%. Sedangkan kontribusi kelompok barang dan jasa lainnya yang turut
memicu inflasi berada pada kisaran 0,09% hingga 1,88%.
2.4. INFLASI BERDASARKAN KOTA
Berdasarkan kota perhitungan tingkat inflasi di NTB, pada triwulan I-
2012 perkembangan laju inflasi yang paling tinggi dialami oleh kota
Mataram dibandingkan kota Bima. Secara tahunan, laju inflasi kota Mataram
tercatat mencapai 9,14% (yoy), lebih tinggi dibanding kota Bima yang
tercatat sebesar 7,71% (yoy).
Seperti pada triwulan sebelumnya, tekanan inflasi yang relatif tinggi
masih berlangsung pada triwulan I-2012 di kota Mataram. Pada Januari 2012,
secara bulanan perkembangan harga di kota Mataram mengalami inflasi
yang cukup tinggi mencapai 1,29% (mtm). Kemudian kembali melonjak
tajam pada Februari 2012 yang tercatat sebesar 1,73% (mtm), dimana laju
inflasi Kota Mataram merupakan laju inflasi tertinggi diantara 66 kota yang
dihitung dalam inflasi nasional. Sedangkan pada Maret 2012, tekanan inflasi
bulanan kota Mataram mengalami deflasi sebesar 0,5% (mtm).
Tabel 2.2Komoditas Dominan Penyumbang Inflasi Triwulan I-2012 di Kota Mataram dan Bima
Sumber: BPS
Kota Mataram
Jenis Barang Andil Jenis Barang Andil Jenis Barang Andil Nasi 0.26% Bahan Bakar Rumah Tangga 0.96% Beras -0.61%Beras 0.23% Tongkol Pindang 0.12% Tomat Sayur -0.33%Daging Ayam Ras 0.23% Telur Ayam Ras 0.09% Daging Ayam Ras -0.16%Tomat Sayur 0.10% Pisang 0.07% Telur Ayam Ras -0.05%Tongkol Pindang 0.09% Beras 0.06% Pisang -0.03%
Kota Bima
Jenis Barang Andil Jenis Barang Andil Jenis Barang Andil Keramik 0.16% Beras 0.58% Bandeng -0.32%Air Kemasan 0.12% Semen 0.17% Cabe Merah -0.10%Beras 0.11% Teri 0.08% Udang Basah -0.05%Semen 0.09% Emas Perhiasan 0.06% Daging Ayam Ras -0.05%Tenggiri 0.07% Seragam Sekolah Anak 0.06% Cumi-cumi -0.04%
Maret 2012
Maret 2012Januari 2012
Januari 2012
Februari 2012
Februari 2012
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NTB
Sejalan dengan pergerakan laju inflasi di kota Mataram, pada awal
triwulan I-2012 laju inflasi kota Bima juga mengalami tekanan. Pada Januari
2012, laju inflasi bulanan kota Bima tercatat sebesar 1,03% (mtm).
Selanjutnya tekanan inflasi cenderung mengalami penurunan, dimana pada
bulan Februari 2012 tercatat sebesar 0,54% (mtm), kemudian pada Maret
2012 kembali menurun dan tercatat mengalami deflasi sebesar 0,45% (mtm).
Berdasarkan komoditasnya, tekanan laju inflasi baik pada kota
Mataram dan Bima sepanjang triwulan I-2012 didominasi oleh kenaikan
harga komoditas beras (bahan makanan) yang disebabkan semakin
menipisnya ketersediaan beras sehubungan belum berlangsungnya kegiatan
panen padi. Selain itu, tekanan inflasi juga didorong oleh kenaikan harga
pada kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar terutama dari
komoditas bahan bakar rumah tangga khususnya dialami oleh kota Mataram
yang diakibatkan oleh gangguan pasokan pada minyak tanah (pembatasan
kuota) dan gas elpiji (terbatasnya kapasitas stasiun pengisian dan tabung gas
elpiji).
2.5. DISAGREGASI INFLASI
Berdasarkan komponennya, peningkatan laju inflasi NTB sepanjang
triwulan I-2012 utamanya disebabkan oleh menguatnya tekanan inflasi dari
komponen harga yang diatur pemerintah (administered price) dan
komponen barang bergejolak (volatile food). Sementara kelompok inflasi
inti bergerak stabil namun cenderung menunjukkan peningkatan harga.
Pada triwulan I-2012, perkembangan laju inflasi komponen volatile
food tercatat sebesar 10,11% (yoy), jauh lebih tinggi dibanding triwulan
sebelumnya yang mencapai 5,67% (yoy). Berdasarkan sub kelompoknya,
tekanan laju inflasi tersebut masih disebabkan oleh peningkatan laju inflasi
pada sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya dan sub
kelompok sayur-sayuran. Sedangkan kontribusi terbesar penahan laju inflasi
berasal dari sub kelompok ikan segar, bumbu-bumbuan dan kacang-
kacangan.
Grafik 2.8Disagregasi Inflasi Secara Tahunan (%, yoy)
Grafik 2.7Disagregasi Inflasi Secara Bulanan (%,mtm)
Sumber: BPS Sumber: BPS
-5.00
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2010 2011 2012
Inflasi Tahunan
core inflation
administered price
volatile food
-6.00
-4.00
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2010 2011 2012
Inflasi Bulanan core inflation administered price volatile food
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NTB
Sejalan dengan tren harga komoditas di pasar internasional,
perkembangan harga komoditas utama komponen volatile food (beras) di
NTB pada awal triwulan I-2012 cenderung menunjukkan kenaikan dan
kemudian menurun pada akhir triwulan I-2012. Kondisi tersebut utamanya
dipengaruhi oleh kondisi pasokan produksi dan ketersediaan padi. Pada
akhir triwulan I-2012 (Maret) harga beras mulai mengalami penurunan
seiring meningkatnya pasokan padi akibat mulainya kegiatan panen padi.
Berdasarkan informasi dari BULOG Divre NTB, meningkatnya harga
beras pada awal Tahun 2012 disebabkan menipisnya ketersediaan beras
akibat belum tibanya puncak panen padi. Dalam rangka menjaga stabilitas
harga beras dan ketahanan pangan di Provinsi NTB, hingga akhir Maret
2012 BULOG Divre NTB telah menyerap hasil pertanian setara beras sebanyak
16.970 ton. Kondisi tersebut relatif minim bila dibanding dengan total target
Tahun 2012 yang mencapai 196 ribu ton. Dari sisi persediaan, stok beras di
gudang Bulog NTB mencapai 14.637 ton dan akan terus meningkat seiring
mulainya puncak panen padi pada April-Mei 2012 yang diharapkan dapat
terus menjaga stabilitas harga beras di NTB.
Perkembangan laju inflasi dari komponen administered price pada
sepanjang triwulan I-2011 kembali mengalami tren peningkatan khususnya
pada pertengahan periode. Secara tahunan, tekanan inflasi komponen
administered price tercatat mencapai 19,86% (yoy), jauh meningkat
dibanding triwulan IV-2011 yang tercatat sebesar 13,47% (yoy). Sama seperti
triwulan lalu, komoditas bahan bakar rumah tangga kembali menjadi
pendorong utama laju inflasi yang disebabkan berkurangnya kuota jatah
minyak tanah bersubsidi dan gangguan distribusi bahan bakar rumah tangga
baik pada minyak tanah dan gas elpiji di NTB. Masih terbatasnya kapasitas
Stasiun Pengisian Bulk Elpiji (SPBE) untuk isi ulang gas elpiji, menyebabkan
ketergantungan akan pasokan dari luar NTB yang rentan mengalami
gangguan akibat pengaruh cuaca.
Grafik 2.9Perkembangan Harga Beras (Rp/kg)
Sumber: SPH, KBI Mataram
Grafik 2.10Perkembangan Harga Cabai, Gula Pasir dan
Minyak Goreng (Rp/kg)
Sumber: SPH, KBI Mataram
5000550060006500700075008000850090009500
10000
12341234123451234123451234123412345123412341234512341234512341234
Jan 11
Feb 11
Mar 11
Apr 11
Mei 11 Jun 11
Juli 11
Aug 11Sept 11
Okt 11
Nov 11
Des 11
Jan 12 Feb 12
Mar 12
Rp IR I PelitaIR 64 Super IR Zak (pack)
9000
10000
11000
12000
13000
14000
15000
5000
25000
45000
65000
85000
105000
125000
12341234123451234123451234123412345123412341234512341234512341234
Jan 11
Feb 11
Mar 11
Apr 11
Mei 11
Jun 11
Juli 11
Aug 11
Sept 11
Okt 11
Nov 11
Des 11
Jan 12 Feb 12
Mar 12
Cabe Merah Bsr Cabe RawitMinyak Goreng-rhs Gula Pasir Lokal -rhs
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NTB
Perkembangan laju inflasi inti cenderung stabil namun menunjukkan
sedikit peningkatan. Pada triwulan I-2012, laju inflasi inti tercatat sebesar
7,48% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar 6,62% (yoy). Kondisi tersebut dipengaruhi oleh terkoreksinya harga
sub kelompok makanan jadi, minuman tidak beralkohol dan biaya tempat
tinggal yang mengalami peningkatan harga. Di sisi lain, komoditas yang
menjadi penahan laju inflasi inti berasal dari sub kelompok ikan diawetkan,
penyelenggaraan rumah tangga dan barang pribadi dan sandang lain (emas
perhiasan).
Sumber: CEIC, IMF, 1 bushel= 31,5 kg
Grafik 2.11Perkembangan Harga Pangan di Pasar Internasional
Grafik 2.12Perkembangan Harga Emas dan Minyak Mentah di
Pasar Dunia
Sumber: CEIC
0
20
40
60
80
100
120
0200400600800
100012001400160018002000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2010 2011 2012
Gold-kiri $/ozCPO-US$/mtMinyak-kanan US$/barrel0
100
200
300
400
500
600
05
10152025303540
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2010 2011 2012
Jagung-US$/bushelGula-US$/poundBeras-kanan USD/mt
16
Boks 1Minyak Tanah dan Gas Elpiji Pemicu Laju
Inflasi Kota Mataram
Latar Belakang Program Konversi Mitane Elpiji
Perkembangan harga barang dan jasa di kota Mataram berada pada tren
peningkatan. Berdasarkan disagregasinya, tekanan inflasi yang cenderung
meningkat tersebut bersumber dari kelompok administered price yang turut
didorong kenaikan harga bahan makanan (beras dan aneka bumbu). Kondisi
tersebut telah berlangsung sejak Agustus 2011 hingga mencapai puncaknya pada
Februari 2012. Pada Februari 2012, kota Mataram tercatat sebagai kota yang
mengalami laju inflasi bulanan tertinggi (dibandingkan kota-kota lainnya) mencapai
1,73%. Kondisi tersebut jauh berbeda dibandingkan dengan pola historisnya yang
secara rata-rata (4 tahun terakhir) sebesar 0,39%.
Peningkatan tekanan inflasi tersebut didorong oleh kenaikan harga komoditas
bahan bakar rumah tangga (minyak tanah dan gas elpiji) yang disebabkan
kelangkaan pasokan dan meningkatnya permintaan masyarakat. Kondisi tersebut
dipengaruhi oleh adanya pengurangan kuota minyak tanah bersubsidi sebagai
langkah lanjutan program konversi minyak tanah ke gas elpiji yang dilaksanakan
secara nasional dan gangguan pasokan gas elpiji akibat cuaca buruk.
Pelaksanaan program konversi di Nusa Tenggara Barat yang dilaksanakan di
Pulau Lombok telah menyalurkan 679.071 paket elpiji (tabung gas 3 kg dan kompor)
pada Tahun 2011, namun demikian Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben)
Provinsi NTB kemudian mengusulkan penambahan sebanyak 96.870 paket susulan
untuk memenuhi permintaan masyarakat yang mengklaim layak menerima paket.
Sedangkan untuk Pulau Sumbawa, program konversi direncanakan mulai
dilaksanakan pada Mei 2012 sebanyak 350.000 paket.
Tabel Inflasi Bulanan Kota Mataram (%)
Sumber : BPS, diolah
Grafik Disagregasi Inflasi Kota Mataram
Sumber : BPS, diolah
-5.00
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
45.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2010 2011 2012
Inflasi Tahunan Mataram
Core Inflation Administered Price
volatile food
Jan Feb MarSumbangan Bahan Bakar Rumah Tangga
0.07 0.96 0.03
Inflasi Kota Mataram (bulanan)
1.29 1.73 -0.51
Inflasi Gabungan Nusa Tenggara Barat
1.23 1.48 -0.50
Keterangan2012
17
Sementara itu, meningkatnya minat masyarakat dalam menggunakan gas elpiji
belum diimbangi oleh kemampuan kapasitas isi ulang pada Stasiun Pengisian dan
Pengangkutan Bulk Elpiji (SPPBE) sehingga menekan laju inflasi. Pada periode
laporan, SPPBE yang beroperasi hanya berjumlah 2 unit untuk melayani kebutuhan
seluruh Pulau Lombok. Kendala lain yang juga dihadapi adalah kondisi cuaca buruk
di pelabuhan yang mengganggu kegiatan pengiriman gas elpiji dan ketergantungan
pasokan dari Bali. Di sisi lain, seiring berlangsungnya program konversi mitan ke gas
elpiji, pemerintah pusat (Kementerian ESDM) telah melakukan kebijakan
pengurangan pasokan kuota minyak tanah bersubsidi untuk Pulau Lombok dari 275
kilo liter/hari menjadi 105 kilo liter/hari yang menekan harga mitan. Perhatian
khusus Pemerintah daerah dan instansi terkait diperlukan untuk mengantisipasi
kembali terjadinya gejolak harga khususnya pada komoditas mitan dan gas elpiji.
BAB 3PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN
SISTEM PEMBAYARAN
Sepanjang triwulan I-2012, perkembangan perbankan Nusa Tenggara Barat
(NTB) terus menunjukkan kinerja yang positif. Kondisi tersebut tercermin dari
peningkatan kinerja indikator utama perbankan yaitu aset, kegiatan penghimpunan
dana masyarakat dan kredit. Dari sisi fungsi intermediasi, kinerja industri perbankan
cenderung mengalami peningkatan. Kondisi kinerja tersebut didukung oleh
terjaganya risiko kredit yang tercermin dari rasio Non Performing Loan (NPL) masih
dibawah NPL yang ditetapkan yaitu maksimal 5%.
3.1. INTERMEDIASI PERBANKAN
Pada triwulan I-2012, kinerja intermediasi perbankan Nusa
Tenggara Barat berada pada tren peningkatan dan tumbuh dalam
level yang tinggi. Kegiatan pembiayaan meningkat yang diikuti oleh risiko
kredit yang terjaga. Sedangkan penghimpunan dana masyarakat oleh
industri perbankan Nusa Tenggara Barat cenderung mengalami perlambatan.
Hingga akhir triwulan I-2012, rasio Loan to Deposit Ratio (LDR)
perbankan NTB berada pada level yang cukup tinggi hingga mencapai
112,29%, lebih tinggi endah dibanding triwulan lalu yang tercatat mencapai
108,71%. Kondisi tersebut diakibatkan oleh laju pertumbuhan kegiatan
penghimpunan dana yang relatif melambat khususnya pada bank umum
dibandingkan dengan kegiatan penyaluran kredit.
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Tabel 3.1Perkembangan Indikator Perbankan
(Rp miliar)2012
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1
1 Aset 11,757 12,362 12,835 13,726 14,128 15,048 15,897 16,877 17,573Growth % (yoy) 21.16 20.36 21.12 21.29 20.17 21.73 23.86 22.95 24.38
2 Kredit 8,222 8,896 9,351 9,906 10,393 11,171 11,785 12,369 12,958Growth % (yoy) 23.86 25.59 26.13 28.21 26.41 25.58 26.03 24.87 24.68
3 DPK 7,613 8,144 8,259 8,878 9,069 9,796 10,450 11,378 11,540Growth % (yoy) 10.19 14.26 12.75 19.13 19.12 20.29 26.53 28.16 27.25
4 LDR (%) 107.99 109.23 113.22 111.57 114.60 114.04 112.77 108.71 112.29 5 NPL (%) 2.56 2.45 2.41 2.34 2.51 2.58 2.51 2.17 2.30
Indikator2010 2011
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN NTB
Secara gabungan, total outstanding kredit perbankan (Bank Umum
dan Bank Perkreditan Rakyat) terus meningkat mencapai Rp12,96 triliun atau
tumbuh sebesar 24,68% (yoy). Sementara itu, jumlah dana pihak ketiga
(DPK) yang berhasil dihimpun dari masyarakat meningkat mencapai Rp11,54
triliun atau tumbuh sebesar 27,25% (yoy), melambat dibandingkan dengan
pertumbuhan triwulan lalu yang tercatat sebesar 28,16% (yoy).
Dari sisi risiko kredit, tingginya laju pertumbuhan penyaluran kredit
perbankan NTB diikuti oleh risiko kredit yang tetap terjaga. Kondisi tersebut
tercermin dari rasio Non Performing Loans (NPL) sebesar 2,30%.
3.2. PERKEMBANGAN BANK UMUM
3.2.1. Perkembangan Aset
Pada triwulan I-2012, perkembangan total aset1 Bank Umum di
NTB terus berada dalam tren peningkatan dengan nilai mencapai
Rp16,46 triliun atau tumbuh sebesar 24,15% (yoy). Pertumbuhan
tersebut meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
22,71% (yoy). Peningkatan laju pertumbuhan tersebut disebabkan oleh
kinerja pertumbuhan aset pada jenis kegiatan konvensional yang cenderung
meningkat.
Berdasarkan komposisinya, kepemilikan aset bank umum di NTB
masih didominasi oleh bank-bank milik pemerintah yang jumlahnya
mencapai Rp12,13 triliun dengan pangsa mencapai sebesar 73,72% dari total
aset seluruh bank umum di NTB, sedikit meningkat dibanding triwulan lalu
yang mencapai 72,75%. Sementara itu, perkembangan kepemilikan aset
bank-bank lainnya relatif tidak mengalami perubahan yang menonjol.
1 Aset mengacu konsep gross untuk perhitungan antar kantor bagi Bank yang berkantor pusat di NTB.
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Grafik 3.1Perkembangan Aset Bank Umum
Grafik 3.2Pertumbuhan Aset Bank Umum
Menurut Kegiatan Usaha
Sumber : KPw BI Prov. NTB
0 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 16,000 18,000
0
5
10
15
20
25
30
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1
2010 2011 2012
asset-kanan (Rp miliar) growth-aset kiri (%)
0102030405060708090
100
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1
2010 2011 2012
gAset-BU Konv (%) gAset-BU Syariah (%)
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN NTB
Berdasarkan sisi operasional, perkembangan aset bank umum
konvensional mengalami peningkatan yaitu tumbuh sebesar 22,05% (yoy)
dengan nominal sebesar Rp15,32 triliun, meningkat dibanding pertumbuhan
triwulan lalu yang tumbuh sebesar 20,55% (yoy). Sementara, perkembangan
aset bank umum syariah mengalami penurunan dengan level pertumbuhan
lebih tinggi dibanding bank umum konvensional. Pada triwulan I-2012,
total aset bank umum syariah sebesar Rp1,13 triliun atau tumbuh sebesar
61,79% (yoy). Pertumbuhan tersebut sedikit lebih rendah dibanding triwulan
sebelumnya yang tercatat tumbuh hingga 62,14% (yoy).
3.2.2. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK)
Secara umum, kegiatan penghimpunan DPK pada bank umum
di Nusa Tenggara Barat pada triwulan I-2012 berada pada
pertumbuhan tinggi namun cenderung melambat. Jumlah DPK yang
berhasil dihimpun tercatat mencapai Rp11,00 triliun atau tumbuh sebesar
27,02% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan IV-2011
yang tercatat sebesar 28,33% (yoy) atau sebesar Rp10,87 triliun.
Secara keseluruhan, jumlah DPK yang berhasil dihimpun masih
dominan dalam bentuk dana jangka pendek yaitu tabungan dengan pangsa
sebesar 53,01% atau mencapai Rp5,83 triliun dengan jumlah rekening
sebanyak 1,25 juta atau sekitar 63,62% dari jumlah penduduk yang bekerja
di NTB pada Agustus 2011 sebanyak 1,96 juta2. Pangsa tabungan tersebut
menurun dibanding posisi triwulan IV-2011 yang tercatat mencapai 61,46%.
Secara tahunan, jumlah tabungan pada triwulan laporan tumbuh sebesar
27,52% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan lalu yang juga tumbuh
sebesar 31,48% (yoy).
2 Survei Angkatan Kerja BPS Prov. NTB
Sumber : KPw BI Prov. NTB Sumber : KPw BI Prov. NTB
Grafik 3.3Perkembangan DPK Bank Umum
(Rp miliar)
Grafik 3.4Pertumbuhan DPK Bank Umum (yoy)
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1
2010 2011 2012
Deposito Tabungan Giro
(10)
(5)
-
5
10
15
20
25
30
35
40
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1
2010 2011 2012
g-Giro (%) g-Tabungan (%)
g-Deposito (%) g-DPK (%)
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN NTB
Perkembangan jenis simpanan jangka panjang yang ditempatkan
dalam bentuk deposito mengalami peningkatan. Pada triwulan I-2012,
jumlah deposito sebesar Rp2,69 triliun yang tumbuh sebesar 20,53% (yoy).
Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibanding triwulan IV-2011 yang tumbuh
sebesar 19,75% (yoy) atau mencapai Rp2,44 triliun. Berdasarkan
komposisinya, pangsa deposito kembali mengalami peningkatan dari sebesar
22,47% pada triwulan IV-2011, menjadi sebesar 24,43% terhadap
keseluruhan DPK yang dihimpun bank umum di NTB.
Sementara itu jumlah simpanan dalam bentuk giro yang ditempatkan
masyarakat pada triwulan I-2012 menunjukkan peningkatan dana menjadi
sebesar Rp2,48 triliun yang tumbuh sebesar 34,07% (yoy), lebih tinggi
dibanding triwulan IV-2011 yang mencapai Rp1,74 triliun dengan
pertumbuhan sebesar 29,44% (yoy). Berdasarkan komposisi terhadap
keseluruhan DPK bank umum di NTB, pangsa giro mengalami peningkatan
dari 16,07% pada triwulan lalu menjadi 22,57% pada periode laporan.
3.2.3. Perkembangan Kredit Bank Umum
Secara umum kegiatan penyaluran kredit bank umum yang berhasil
disalurkan ke masyarakat meningkat dengan level pertumbuhan yang tinggi.
Hingga triwulan I-2012, total outstanding kredit yang disalurkan ke
masyarakat nilainya mencapai Rp12,32 triliun atau tumbuh sebesar 24,90%
(yoy).
Dari sisi kinerja intermediasi bank umum, perlambatan pertumbuhan
penghimpunan DPK yang lebih besar dibanding penyaluran kredit
menyebabkan kinerja intermediasi bank umum di Nusa Tenggara Barat
tumbuh meningkat. Hal ini tercermin dari rasio Loan to Deposit Ratio (LDR)
yang tercatat sebesar 111,98%, lebih tinggi dengan kinerja periode
sebelumnya yang mencapai 108,22%. Tingkat LDR yang berada di atas 100%
mencerminkan bahwa selain menggunakan dana pihak ketiga, bank umum
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Grafik 3.5Pangsa DPK per Kepemilikan DPK Bank Umum
(Rp miliar)
Grafik 3.6Pangsa DPK Menurut Jenis Simpanan
Bank Umum
Sumber : KPw BI Prov. NTB
1.54%
16.02%
68.54%
13.90%Pemerintah PusatPemerintah DaerahPerseoranganLainnya
22.57%
53.01%
24.43%Giro
Tabungan
Deposito
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN NTB
juga memanfaatkan dana lainnya seperti modal sendiri ataupun dana antar
bank dalam melaksanakan kegiatan pembiayaan. Hal ini menandakan masih
terbukanya peluang bagi perbankan lainnya untuk ikut bersaing ke dalam
industri perbankan di NTB.
Berdasarkan jenis penggunaannya, sebagian besar penyaluran kredit
bank umum di NTB masih tertuju pada jenis konsumsi dengan pangsa
mencapai 58,91% terhadap keseluruhan kredit bank umum di NTB atau
sebesar Rp7,26 triliun yang tumbuh sebesar 10,65% (yoy). Pertumbuhan
tersebut lebih rendah dibanding kinerja triwulan IV-2011 yang tumbuh
mencapai 16,78% (yoy). Kemudian disusul oleh kredit modal kerja dengan
pangsa sebesar 29,94% sebagai pangsa terbesar kedua yang tercatat
mencapai Rp3,69 triliun atau tumbuh sebesar 35,10% (yoy), jauh lebih tinggi
dibanding periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 25,65% (yoy).
Sedangkan pangsa kredit investasi kembali mengalami peningkatan, yang
tercatat sebesar 11,15% atau mencapai Rp1,37 triliun yang tumbuh
signifikan hingga 138,99% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi
dibanding kinerja periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 120,45 (yoy)
atau mencapai Rp1,37 triliun.
Secara kuartalan, pada triwulan I-2012 perkembangan kredit investasi
kembali menunjukkan performanya yang tumbuh sebesar 17,54% (qtq).
Kemudian diikuti kredit modal kerja yang tumbuh sebesar 8,11% (qtq).
Sementara kredit konsumsi cenderung tumbuh rendah yang tercatat sebesar
1,06% (qtq).
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Grafik 3.7Perkembangan Kredit Bank Umum
(Rp miliar)
Grafik 3.8Pangsa Kredit Bank Umum Menurut Jenis
Penggunaan (%)
Sumber : KPw BI Prov. NTB
0
5
10
15
20
25
30
35
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1
2010 2011 2012
Kredit BU-kiri (Rp miliar)growth-kredit kanan (%)
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1
2010 2011 2012
Konsumsi Investasi Modal Kerja
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN NTB
Secara sektoral, pertumbuhan kredit tertinggi pada triwulan I-2012
dialami oleh sektor pertanian yang tumbuh signifikan hingga 216,79% (yoy).
Kemudian diikuti oleh kinerja pada jasa sosial dan pengangkutan dan
komunikasi yang juga tumbuh signifikan mencapai 168,81% (yoy) dan
80,01% (yoy). Sementara itu, kredit pada sektor pertambangan masih
mengalami pertumbuhan negatif yang tercatat sebesar -15,28% (yoy).
Berdasarkan pangsanya, penyaluran kredit produktif masih
terkonsentrasi pada sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) yang
pangsanya mencapai 26,29% atau sebesar Rp3,24 triliun (selain kepada
sektor lain-lain). Kemudian penyaluran kredit terbesar disumbangkan oleh
sektor konstruksi dengan pangsa sebesar 2,65% (Rp325,56 miliar), kemudian
diikuti oleh sektor jasa sosial yang pangsanya sebesar 2,57% (Rp316,38
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Tabel 3.2Pertumbuhan Kredit Bank Umum (yoy,%)
Grafik 3.9Pertumbuhan Kredit Bank Umum Menurut
Jenis Penggunaan (qtq,%)
Grafik 3.10Pertumbuhan Kredit Bank Umum Menurut Jenis
Penggunaan (yoy,%)
Sumber : KPw BI Prov. NTB Sumber : KPw BI Prov. NTB
-
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
140.00
160.00
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1
2010 2011 2012
gKMK-BU-(yoy,%)gKInv-BU-(yoy,%)gKKons-BU-(yoy,%)
(14.00)
(4.00)
6.00
16.00
26.00
36.00
46.00
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1
2010 2011 2012
gKMK-BU-(qtq,%)gKInv-BU-(qtq,%)gKKons-BU-(qtq,%)
2012Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1
1 Menurut Jenis Penggunaan - Modal Kerja 9.86 15.16 17.48 27.27 24.30 19.79 21.52 25.65 35.10 - Investasi 50.03 45.02 24.24 32.89 23.81 33.05 82.38 120.45 138.99 - Konsumsi 29.27 30.47 31.91 29.79 28.96 28.36 24.17 16.78 10.65
2 Menurut Sektor Ekonomi - Pertanian -69.52 -66.46 -51.85 -43.33 35.06 3.32 -15.34 102.16 216.79 - Pertambangan 55.71 46.80 -21.07 -17.70 -8.12 -2.05 -2.13 -1.85 -15.28 - Industri Pengolahan 7.13 -0.56 6.23 17.17 -1.54 10.04 6.60 4.61 68.57 - Listrik, Gas dan Air -8.55 17.17 -11.64 -13.05 58.26 -27.10 -14.32 24.26 -14.08 - Konstruksi 18.28 40.80 42.67 90.76 84.63 62.32 95.97 56.54 51.85 - Perdag.Hotel dan Restoran 7.69 9.92 13.85 14.24 16.98 14.56 16.64 34.00 50.73 - Pengangkutan dan Komunikasi 3.04 -0.52 -7.75 -9.65 2.39 10.08 22.46 41.84 80.01 - Jasa dunia usaha 4.30 -3.85 -18.75 -18.49 -10.36 15.23 62.29 72.17 74.20 - Jasa sosial 2.22 93.29 90.88 192.21 159.02 39.18 68.44 170.05 168.81 - Lain-lain 36.86 38.02 36.92 37.13 30.26 29.83 27.42 16.98 10.11
20112010Penyaluran Kredit
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN NTB
miliar). Sementara penyaluran kredit pada sektor-sektor produktif lainnya
pangsanya berada pada kisaran 0,01% hingga 2,17% dari keseluruhan kredit.
Secara umum, perkembangan suku bunga bank umum NTB pada
triwulan I-2012 cenderung menunjukkan penurunan baik pada suku bunga
kredit maupun suku bunga simpanan. Pada sisi kredit, penurunan suku
bunga terbesar dimiliki oleh kredit modal kerja, diikuti kredit investasi dan
konsumsi yang masing-masing tercatat sebesar 15,74% (Des. ’11: 16,05%),
15,65% (Des. ’11: 15,80%) dan 12,97% (Des. ’11: 12,99%). Pada jenis
simpanan, suku bunga mengalami penurunan dari 6,88% pada Desember
2011 menjadi 6,34% pada posisi Maret 2012.
Grafik 3.12Pangsa Kredit Bank Umum Secara Sektoral
Tabel 3.3Perkembangan Kredit Bank Umum (Rp miliar)
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Grafik 3.11Perkembangan Suku Bunga Bank Umum (%)
Sumber : KPw BI Prov. NTB, Cognos
2012 Growth
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 (%,yoy)
1 Menurut Jenis Penggunaan 7,749 8,414 8,864 9,398 9,867 10,616 11,204 11,765 12,323 24.90
- Modal Kerja 2,197 2,408 2,577 2,716 2,731 2,885 3,131 3,412 3,689 35.10 - Investasi 464 489 455 530 575 650 830 1,169 1,374 138.99
- Konsumsi 5,087 5,517 5,833 6,151 6,561 7,081 7,242 7,184 7,260 10.652 Menurut Sektor Ekonomi 7,749 8,414 8,864 9,398 9,867 10,616 11,204 11,765 12,323 24.90
- Pertanian 51.9 60.4 76.5 78.0 70.1 62.4 64.8 157.7 221.9 216.79 - Pertambangan 11.3 9.7 9.5 9.3 10.4 9.5 9.3 9.2 8.8 -15.28 - Industri Pengolahan 66.3 64.9 65.7 69.2 65.3 71.4 70.0 72.4 110.0 68.57 - Listrik, Gas dan Air 1.1 1.9 1.8 1.9 1.7 1.4 1.6 2.4 1.4 -14.08 - Konstruksi 116.5 151.8 161.2 205.4 215.0 246.5 315.96 321.59 326.56 51.85 - Perdag.Hotel & Rest 1,838 1,966 2,195 2,213 2,150 2,252 2,560 2,966 3,240 50.73 - Pengangkt & Komunik 44.4 44.3 41.7 41.9 45.5 48.8 51.0 59.4 81.9 80.01 - Jasa dunia usaha 171.2 162.4 138.0 141.5 153.5 187.1 223.92 243.65 267.39 74.20 - Jasa sosial 45.4 94.0 94.2 110.8 117.7 130.8 158.7 299.3 316.4 168.81 - Lain-lain 5,403 5,858 6,081 6,526 7,038 7,606 7,748 7,634 7,749 10.11
2011Penyaluran Kredit
2010(Rp miliar)
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3
2010 2011 2012
Kredit Modal Kerja Kredit InvestasiKredit Konsumsi DepositoBI Rate
Pertanian
Pertambangan
Industri Pengolahan
Listrik, gas, dan air
Konstruksi
PHR
Transport & KomunikasiJasa-jasa dunia usaha
Jasa-jasa sosial/masyarakatKredit Lain-lain
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN NTB
3.2.4. Risiko Kredit
Pada triwulan I-2012, peningkatan penyaluran kredit bank umum
didukung oleh risiko kredit yang terjaga. Kondisi tersebut ditunjukkan oleh
nilai Non Performing Loan (NPL) yang tercatat sebesar 1,80% pada periode
laporan, sedikit lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tercatat sebesar
1,68% dan masih dibawah target indikatif yang ditetapkan sebesar 5%.
Berdasarkan jenis penggunaan, pada triwulan I-2012, rasio NPL
terbesar dialami oleh kredit modal kerja yang menurun dari 3,62% pada
triwulan lalu menjadi 3,57%. Selanjutnya diikuti oleh kredit investasi yang
menurun dari 1,57% pada triwulan lalu menjadi 1,44% pada triwulan
laporan. Sementara itu, rasio NPL pada kredit konsumsi tercatat meningkat
menjadi 0,97% (Des. ’12:0,78%).
Secara sektoral, meningkatnya risiko kredit pada triwulan I-2012
didorong oleh meningkatnya rasio NPL pada sektor konstruksi,
pertambangan dan lain-lain. Sementara itu, penurunan rasio NPL terbesar
dimiliki oleh sektor pertanian namun masih tampil sebagai sektor yang
memiliki rasio NPL tertinggi mencapai 8,80%.
3.3. PERKEMBANGAN KREDIT UMKM
Sejalan dengan meningkatnya penyaluran kredit pada bank umum,
penyaluran kredit usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Nusa
Tenggara Barat juga menunjukkan peningkatan. Pada triwulan I-2012,
nominal outstanding credit UMKM (plafon kredit < Rp5 miliar) perbankan
NTB (Bank Umum dan BPR) meningkat menjadi Rp12,43 triliun atau tumbuh
sebesar 23,64% (yoy), stabil dibanding triwulan lalu yang juga tumbuh
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Tabel 3.4Perkembangan Kualitas Kredit Bank Umum
2012Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1
1 NPL (Nominal Rp. Jutaan) 152,152 159,203 162,669 165,468 187,825 213,673 223,009 198,124 222,103NPL (%) 1.96 1.89 1.84 1.76 1.90 2.01 1.99 1.68 1.80
2 NPL per jenis penggunaan (%) - Modal Kerja 4.67 4.26 4.29 4.01 4.48 4.99 4.59 3.62 3.57 - Investasi 2.35 3.35 2.86 2.81 2.87 3.07 2.46 1.57 1.44 - Konsumsi 0.76 0.73 0.67 0.68 0.75 0.82 0.81 0.78 0.97
3 NPL per sektor (%) - Pertanian 1.60 5.37 4.74 19.28 23.85 28.84 24.54 10.71 8.80 - Pertambangan 4.80 0.00 0.00 0.39 0.26 0.80 1.09 0.59 1.01 - Industri Pengolahan 1.48 1.94 2.32 4.02 4.53 5.25 4.94 3.64 2.65 - Listrik, Gas dan Air 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 - Konstruksi 1.78 2.96 2.48 1.90 2.17 1.44 1.54 1.42 1.95 - Perdag.Hotel & Rest 5.12 4.64 4.88 4.20 4.80 4.99 4.58 3.40 3.10 - Pengangkt & Komunik 0.33 0.90 0.68 1.60 2.06 2.42 2.17 1.66 1.16 - Jasa dunia usaha 2.45 0.74 0.89 0.78 0.62 1.18 1.40 1.26 1.45 - Jasa sosial 2.54 4.68 4.83 3.94 4.00 6.54 4.16 1.37 1.42 - Lain-lain 0.89 0.91 0.66 0.68 0.76 0.90 0.93 0.85 1.08
20112010Kolektibilitas Kredit
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN NTB
sebesar 23,64% (yoy) yang tercatat sebesar Rp11,86 triliun. Berdasarkan
komposisinya, dibandingkan dengan triwulan sebelumnya pangsa
penyaluran kredit UMKM pada periode laporan mengalami peningkatan
tipis. Pada triwulan I-2012 pangsanya tercatat mencapai 95,96%, sedikit lebih
tinggi dibanding triwulan IV-2011 yang tercatat mencapai 95,91%.
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Perkembangan penyaluran kredit oleh bank umum di NTB masih
didominasi oleh penyaluran pada kredit UMKM yang pangsanya mencapai
95,75% atau mencapai Rp11,80 triliun. Berdasarkan skala kreditnya,
penyaluran kredit UMKM bank umum didominasi oleh kredit kecil (plafon
Rp50 juta s.d Rp500 juta) mencapai Rp7,29 triliun dengan pangsa sebesar
61,76%. Kemudian diikuti oleh kredit mikro (plafon s.d Rp50 juta) mencapai
Rp2,73 triliun dengan pangsa mencapai 23,15%. Sedangkan pangsa kredit
menengah (plafon Rp500 juta s.d Rp5 miliar) hanya sebesar 15,09% atau
secara nominal mencapai sebesar Rp 1,78 triliun.
Berdasarkan jenis penggunaan, penyaluran kredit UMKM bank umum
pada triwulan I-2012 masih didominasi oleh kredit konsumsi dengan nominal
Sumber : KPw BI Prov. NTB Sumber : KPw BI Prov. NTB
Grafik 3.14Perkembangan Kredit UMKM
Grafik 3.15Perkembangan Rasio NPL Kredit UMKM Bank Umum
Grafik 3.13Pangsa Kredit UMKM Terhadap Total Kredit Bank
Umum
38.01 35.01 33.24 31.42 29.77 27.18 25.25 23.85 22.16
45.99 48.31 49.85 51.64 53.60 56.04 56.72 57.97 59.14
13.73 14.12 13.59 13.64 13.22 13.17 13.86 13.88 14.45
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1
2010 2011 2012
Lainnya Kredit Menengah Kredit Kecil Kredit Mikro
19
20
21
22
23
24
25
26
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1
2010 2011 2012
yoykredit UMKM (Rp mil) g-kredit UMKM-kanan (%)
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1
2010 2011 2012
NPL Kredit Mikro (%)
NPL Kredit Kecil (%)
NPL Kredit Menengah (%)
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN NTB
kredit sebesar Rp7,26 triliun dengan pangsa sebesar 61,53% dari total kredit
UMKM bank umum yang telah disalurkan, disusul oleh kredit modal kerja
sebesar Rp3,43 triliun dengan pangsa 29,06% dan kredit investasi sebesar
Rp1,11 triliun dengan pangsa 9,41%.
Dari sisi risiko kredit, perkembangan risiko kredit UMKM pada
triwulan I-2012 cenderung meningkat dibanding triwulan lalu. Rasio NPL
tertinggi dimiliki kredit UMKM skala kredit mikro yang tercatat mencapai
2,28%, lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 2,08%.
Sementara perkembangan NPL kredit UMKM pada skala kecil dan menengah
masing-masing tercatat sebesar 1,74% (Des. 2012: 1,60%) dan 1,31% (Des.
2012: 1,39%).
3.4. KREDIT USAHA RAKYAT (KUR)
Hingga triwulan I-2012, realisasi penyaluran KUR oleh bank
umum di NTB meningkat mencapai Rp733,40 miliar atau tumbuh
sebesar 62,94% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih rendah dibanding
kinerja triwulan lalu yang tumbuh sebesar 93,79% (yoy) atau sebanyak
Rp665,09 miliar. Secara sektoral, penyaluran KUR didominasi oleh sektor
perdagangan hotel dan restoran dengan pangsa mencapai 77,15% atau
sebanyak Rp565,82 miliar. Kemudian diikuti oleh sektor pertanian dan sektor
jasa dunia usaha masing-masing sebesar Rp96,31 miliar dan Rp28,40 miliar.
Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan program dari pemerintah
untuk membantu usaha mikro/kecil produktif yang mengalami kesulitan
akses permodalan ke perbankan karena keterbatasan penyediaan agunan
atau UMKM yang feasible namun belum bankable. Sumber dana penyaluran
KUR adalah 100% (seratus persen) dari bank pelaksana yang dihimpun dari
dana masyarakat berupa tabungan, deposito dan giro.
Tabel 3.5Perkembangan Kredit Usaha Rakyat Berdasarkan Plafon Kredit
Sumber : KPw BI Prov. NTB
2012
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1
1 Pertanian 33.918 38.041 39.622 53.084 63.235 67.461 71.795 85.969 96.3142 Pertambangan 0 0 0 0 0 0 20 20 243 Industri Pengolahan 4.016 4.186 4.831 5.457 5.927 6.616 6.867 7.357 7.8344 Listrik, Gas & Air 0 0 0 0 0 0 3.236 3.403 05 Konstruksi 0 0 6.940 0 0 0 0 0 06 Perdag, Htl & Rstrn 148.682 178.233 194.205 260.028 354.158 410.027 472.753 516.634 565.8237 Angktn & Komuniks 226 1.066 1.457 1.597 1.898 3.282 2.468 2.536 2.8228 Jasa Dunia Usaha 12.427 13.335 13.054 15.789 19.462 21.660 23.586 25.427 28.3399 Jasa Sosial 278 758 837 2.899 1.292 987 1.435 4.301 6.947
10 Lain-lain 3.251 3.846 2.138 4.340 4.129 4.670 9.141 19.443 25.297
202.797 239.464 263.085 343.193 450.100 514.703 591.299 665.090 733.39920,52 18,08 9,86 30,45 31,15 14,35 14,88 12,48 10,2777,51 71,63 63,03 103,95 121,95 114,94 124,76 93,79 62,94Pertumbuhan (%,yoy)
SEKTORNO
TotalPertumbuhan (%,qtq)
2011(Jutaan Rp)
2010
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN NTB
Grafik 3.16Perkembangan Bank Umum Syariah
(Rp mil)
Sementara itu, plafon KUR Mikro yang saat ini dapat disalurkan oleh
seluruh bank penyalur KUR nilainya sampai dengan Rp20 juta dan KUR Ritel
dengan plafon di atas Rp20 juta sampai dengan Rp500 juta. Bank-bank
penyalur KUR di NTB yaitu Bank BRI, Bank BNI, Bank Mandiri, Bank Bukopin,
Bank BTN, Bank Syariah Mandiri dan Bank NTB.
Beberapa kendala yang dihadapi perbankan dalam penyaluran KUR
antara lain dari faktor calon debitur yaitu: usaha debitur belum feasible,
debitur masih memiliki tunggakan kredit program, adanya persepsi dari
masyarakat bahwa KUR adalah bantuan (hibah), sehingga calon debitur
berani menunggak, sebagian besar debitur tidak memiliki NPWP. Sedangkan
dari faktor internal bank, adalah terbatasnya tenaga pemasaran kredit,
keterbatasan jaringan kantor cabang, belum tersedianya data base UMKM
binaan SKPD dan belum adanya perangkat analisa kredit yang lebih
sederhana dan praktis, untuk kredit di bawah Rp50 juta.
3.5. PERKEMBANGAN BANK UMUM SYARIAH
Hingga triwulan I-2012, kinerja indikator bank umum syariah di Nusa
Tenggara Barat masih berada pada tren peningkatan. Hingga Maret 2012,
total aset bank umum syariah meningkat menjadi Rp1,13 triliun atau tumbuh
signifikan sebesar 61,79% (yoy), sedikit lebih rendah dibanding
pertumbuhan triwulan lalu yang tumbuh sebesar 62,14% (yoy). Tingginya
pertumbuhan aset tersebut ditopang oleh peningkatan performa kegiatan
pembiayaan dan penghimpunan dana oleh bank umum syariah pada periode
laporan. Sementara itu, perkembangan pangsa aset bank umum syariah
terhadap total aset perbankan di NTB mengalami penurunan dari 7,47%
pada triwulan lalu menjadi sebesar 6,45% pada periode laporan.
Dari sisi pembiayaan, dana yang berhasil disalurkan bank umum
syariah hingga triwulan I-2012 meningkat mencapai Rp952,92 miliar atau
tumbuh sebesar 51,04% (yoy), lebih rendah dibanding periode sebelumnya
yang tumbuh sebesar 60,37% (yoy). Di sisi lain, jumlah DPK yang dihimpun
Grafik 3.17Pangsa Bank Umum Syariah Terhadap Perbankan (%)
Sumber : KPw BI Prov. NTB Sumber : KPw BI Prov. NTB
0
200
400
600
800
1000
1200
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1
2010 2011 2012
FinancingDPK
Aset
75
80
85
90
95
100
FinancingAset
DPK
92,65 93,55 94,66
7,35 6,45 5,34
Konvensional Syariah
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN NTB
mengalami penurunan menjadi sebesar Rp616,06 miliar yang tumbuh
sebesar 48,44% (yoy), lebih rendah dibanding periode sebelumnya yang
tumbuh hingga 52,97% (yoy).
Percepatan laju pertumbuhan kegiatan penghimpunan DPK yang
lebih rendah dibanding pembiayaan syariah menyebabkan fungsi
intermediasi bank umum syariah mengalami peningkatan. Kondisi tersebut
tercermin dari Financing Deposit Ratio (FDR) yang tercatat sebesar 154,68%,
meningkat dibanding kinerja triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
138,61%.
Dari sisi risiko pembiayaan, laju pertumbuhan kegiatan pembiayaan
bank umum syariah yang tinggi turut diikuti oleh meningkatnya risiko kredit.
Hal tersebut tercermin oleh rasio gross Non Performing Financing (NPF) bank
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Grafik 3.20Perkembangan Pembiayaan Bank Umum
Syariah
Grafik 3.19Perkembangan DPK Bank Umum Syariah
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Grafik 3.18Perkembangan Aset Bank Umum Syariah
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Grafik 3.21Perkembangan FDR dan NPF Bank Umum Syariah
-10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
-
200
400
600
800
1.000
1.200
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1
2010 2011 2012
Aset Syariah (Rp mil) Growth (yoy) Aset-kanan (%)
-
10
20
30
40
50
60
-
100
200
300
400
500
600
700
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1
2010 2011 2012
DPK Syariah (Rp mil) Growth (yoy) DPK-kanan (%)
-
10
20
30
40
50
60
70
-
200
400
600
800
1.000
1.200
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1
2010 2011 2012
Financing (Rp mil)
Growth (yoy) Financing-kanan (%)
0,0
0,2
0,4
0,6
0,8
1,0
1,2
1,4
1,6
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1
2010 2011 2012
FDR (%) NPF (%)-kanan
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN NTB
umum syariah yang bergerak meningkat dari sebesar 1,09% pada triwulan
lalu menjadi sebesar 1,48% pada triwulan laporan.
3.6. PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)
Secara umum perkembangan BPR di NTB pada triwulan I-2012
menunjukkan kinerja yang menggembirakan. Kondisi tersebut tercermin dari
peningkatan indikator keuangan BPR yang disertai perbaikan risiko kredit
dibanding triwulan lalu. Secara kelembagaan, perkembangan jumlah kantor
BPR yang beroperasional di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Nusa Tengara Barat belum mengalami perubahan, jumlah
keseluruhan BPR sebanyak 32 bank. Dari jenis kegiatan usahanya, terdiri dari
29 BPR yang beroperasi secara konvensional dan 3 BPR yang beroperasi
secara syariah.
Pada triwulan I-2012, pertumbuhan aset BPR tercatat sebesar Rp1,11
triliun atau tumbuh sebesar 27,897% (yoy), lebih tinggi dibandingkan
pertumbuhan aset triwulan lalu yang mencapai 26,57% (yoy). Dari sisi
penghimpunan dana, kegiatan penghimpunan dana masyarakat masih
berada dalam tren peningkatan. Hingga triwulan I-2012, jumlah dana pihak
ketiga (DPK) yang dihimpun BPR meningkat menjadi Rp536,76 miliar atau
tumbuh sebesar 30,01% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang
tumbuh sebesar 24,53% (yoy).
Dari sisi kegiatan intermediasi, pada triwulan I-2012 jumlah kredit
BPR yang berhasil disalurkan ke masyarakat mencapai Rp635,01 miliar atau
tumbuh sebesar 20,53% (yoy), pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibanding
triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 18,84% (yoy) dengan
nominal sebesar Rp603,79 miliar. Kondisi tersebut diperkirakan dipengaruhi
oleh keunggulan BPR yang memiliki prosedur pemberian kredit yang lebih
cepat dan lebih mengutamakan pendekatan personal.
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Grafik 3.22Perkembangan Indikator BPR
Grafik 3.23Perkembangan Kredit BPR Menurut Jenis
Penggunaaan
Sumber : KPw BI Prov. NTB
-
5
10
15
20
25
30
35
-
200
400
600
800
1.000
1.200
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1
2010 2011 2012
DPK BPR (Rp mil) Aset BPR (Rp mil)Kredit BPR (Rp mil) g-Aset-kanan (%,yoy)g-DPK-kanan (%,yoy) g-Kredit-kanan (%,yoy)
(20)
(10)
-
10
20
30
40
50
-
50
100
150
200
250
300
350
400
450
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1
2010 2011 2012
Kredit MK (Rp mil) Kredit INV (Rp mil)Kredit KONS (Rp mil) g-MK (%)-kanang-INV (%)-kanan g-KONS (%)-kanan
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN NTB
Berdasarkan komposisi penggunaannya, penyaluran kredit pada jenis
modal kerja kembali mendominasi penyaluran kredit BPR dengan pangsa
sebesar 60,74%, kemudian disusul oleh kredit konsumsi dan investasi yang
masing-masing tercatat sebesar 35,19% dan 4,07%. Secara sektoral,
penyaluran kredit pada sektor perdagangan, hotel dan restoran kembali
mendominasi pangsa kredit BPR dengan pangsa sebesar 46,64% atau sebesar
Rp296,16 miliar. Kemudian disusul oleh penyaluran kredit pada sektor lain-
lain dengan pangsa sebesar 33,14% atau mencapai Rp210,41 miliar.
Pada triwulan I-2012, perkembangan kegiatan intermediasi BPR
cenderung menunjukkan perlambatan namun masih berada pada level
kinerja yang tinggi. Kondisi tersebut tercemin dari dari rasio Loan to Deposit
Ratio (LDR) BPR sebesar 118,53% (Des. ’11: 119,31%). Di sisi risiko kredit,
penyaluran kredit BPR diikuti oleh terjaganya risiko kredit meskipun masih
pada level yang cukup tinggi. Pada triwulan I-2012, risiko kredit yang
tercermin dari rasio Non Performing Loan (NPL) tercatat sebesar 12,02%,
sedikit meningkat dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar
11,65%.
3.7. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Salah satu tugas Bank Indonesia adalahu mengatur dan menjaga
kelancaran sistem pembayaran baik tunai dan non tunai, kegiatan lalu
lintas sistem pembayaran di Nusa Tenggara Barat berlangsung dengan
baik dan lancar. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, pada truwlan
laporan tercatat kegiatan transaksi keuangan terus menunjukkan
peningkatan. Transaksi secara tunai kembali mengalami net inflow,
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Grafik 3.25Perkembangan Penyaluran dan Kualitas Kredit BPR
Grafik 3.24Pangsa Penyaluran Kredit BPR Menurut
Sektor Ekonomi
Sumber : KPw BI Prov. NTB
-2 4 6 8 10 12 14 16 18
105
110
115
120
125
130
135
140
145
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1
2010 2011 2012
LDR BPR (%) NPL BPR (%)
14,71%
0,06%
0,01%0,68%
0,36%
46,64%
1,46% 0,43% 2,51%
33,14%
PertanianPertambanganListrik, Gas & AirKonstruksiIndustri PengolahanPHRPengangkutanJasa-jasa dunia usahaJasa-jasa sosialKredit Lain-lain
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN NTB
sedangkan perkembangan transaksi secara non tunai kembali didominasi
layanan transaksi Real Time Gross Settlement.
3.7.1. Transaksi Keuangan Secara Tunai
Pada triwulan I-2012 perkembangan transaksi keuangan
secara tunai di Nusa Tenggara Barat kembali berada pada tren net
inflow. Kondisi tersebut tercermin dari peningkatan jumlah aliran uang
keluar (cash outflow) yang lebih kecil dibandingkan aliran uang masuk
(cash inflow), atau dengan kata lain jumlah penarikan uang tunai lebih
kecil dibandingkan jumlah setoran uang tunai yang dilakukan oleh
perbankan NTB melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa
Tenggara Barat.
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Pada triwulan I-2012, jumlah aliran uang tunai yang masuk ke kas
Bank Indonesia yang berasal dari setoran perbankan di NTB masih berada
pada tren peningkatan yang tercatat sebesar Rp1,21 triliun atau tumbuh
signifikan sebesar 307,53% (yoy), jauh lebih tinggi dibanding
pertumbuhan triwulan lalu yang tumbuh hingga 85,86% (yoy) dengan
nominal tercatat sebesar Rp594,42 miliar.
Di sisi lain, jumlah aliran uang tunai yang keluar (cash outflow) yang
berasal dari kas Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara
Barat tercatat mencapai Rp684,18 miliar yang tumbuh sebesar 34,94%
(yoy), jauh lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang
tercatat tumbuh tinggi sebesar 89,91% (yoy) atau sebanyak Rp931,02
miliar. Jumlah aliran uang keluar yang lebih kecil dibanding aliran jumlah
uang masuk menyebabkan terjadinya net inflow dengan jumlah mencapai
Rp523,16 miliar.
Grafik 3.26Perkembangan Inflow, Outflow dan Netflow (Rp, miliar)
(600)
(450)
(300)
(150)
0
150
300
450
600
750
900
1,050
0
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1,600
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2010 2011 2012
Rp. Miliar
Inflow Outflow Netflow (kanan)
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN NTB
3.7.2. Perkembangan Penukaran Uang Pecahan Kecil
Secara umum, kegiatan penukaran uang pecahan kecil di NTB
menunjukkan peningkatan. Selama triwulan I-2012, penukaran uang
pecahan kecil melalui kegiatan kas keliling yang melingkupi seluruh
wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat dan penukaran langsung ke Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat mencapai
Rp42,24 miliar atau tumbuh sebesar 13,54% (yoy), namun tumbuh lebih
rendah dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang mencapai 36,10%
(yoy) yang tercatat sebesar Rp41,54 miliar.
Berdasarkan lokasi, penukaran uang pecahan kecil secara langsung
melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat
mencapai Rp29,69 miliar atau tumbuh sebesar 20,53% (yoy), melambat
dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 33,33% (yoy). Sementara itu,
penukaran uang pecahan kecil melalui kegiatan kas keliling mengalami
penurunan atau tumbuh negatif sebesar 0,16% (yoy) atau sebanyak
Rp12,55 miliar, lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang
mencapai 42,39% (yoy).
Berdasarkan komposisinya, penukaran uang kertas pecahan kecil (s.d
Rp20.000) sepanjang triwulan I-2012 jumlahnya mencapai Rp28,541 miliar.
Penukaran uang kertas masih didominasi jenis Rp2.000,00 dengan jumlah
mencapai 2,64 juta lembar, disusul pecahan Rp5.000,00 sebanyak 1,36 juta
lembar, pecahan Rp10.000,00 sebanyak 0,81 juta lembar, pecahan
Rp20.000,00 sebanyak 0,41 juta lembar dan pecahan Rp1.000,00 sebanyak
48,60 ribu lembar. Sementara secara nominal, jumlah penukaran tertinggi
dialami uang pecahan Rp20.000,00 yang mencapai Rp8,29 miliar
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Grafik 3.27Perkembangan Penukaran Uang Kecil (Rp, juta)
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Grafik 3.28Komposisi Penukaran Uang Kertas Keluar
Berdasarkan Jenis Pecahan
Rp20.000; 7.86%
Rp10.000; 15.37%
Rp5.000; 25.89%
Rp2.000; 49.96%
Rp1.000; 0.92%
0
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
0
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2010 2011 2012
Penukaran di BI Kas keliling - kanan
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN NTB
kemudian disusul uang pecahan Rp10.000,00 yang mencapai uang
pecahan Rp8,10 miliar.
3.7.3. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Uang Kartal
Sepanjang triwulan I-2012, jumlah uang tidak layak edar yang
dimusnahkan (PTTB) di NTB mencapai Rp497,27 miliar atau rata-rata
sebesar Rp165,76 miliar setiap bulannya. Jumlah tersebut meningkat
dibandingkan triwulan lalu yang jumlahnya mencapai Rp134,52 miliar
perbulannya. Rasio jumlah PTTB terhadap cash inflow pada triwulan
laporan menunjukkan penurunan dari sebesar 67,89% pada triwulan lalu
menjadi sebesar 41,19% pada periode laporan.
Besarnya jumlah PTTB sangat tergantung dengan perilaku masyarakat
dalam menggunakan uang kartal dan kebijakan Bank Indonesia dalam
pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE). Peningkatan jumlah PTTB
mengindikasikan bahwa kesadaran masyarakat untuk menjaga kondisi
fisik uang kartal yang dimiliki masih belum optimal.
Sesuai dengan tugasnya, Bank Indonesia terus berupaya menjaga
kelancaran kegiatan pembayaran masyarakat khususnya yang
menggunakan uang tunai dengan menerapkan kebijakan clean money
policy dengan menjaga terpeliharanya kualitas uang kartal yang beredar
di masyarakat, sehingga Bank Indonesia secara berkesinambungan
melakukan pemusnahan atau kegiatan PTTB. Sementara itu, untuk
mengurangi biaya pencetakan uang baru untuk menggantikan uang yang
dimusnahkan, Bank Indonesia secara berkesinambungan melakukan
sosialisasi kepada masyarakat luas akan pentingnya perlakuan yang tepat
terhadap uang kartal.
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Grafik 3.29Rasio PTTB Terhadap Cash Inflow
0
25
50
75
100
125
-
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2009 2010 2011 2012
%Rp, miliar Inflow PTTB Ratio (%)
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN NTB
3.7.4. Transaksi Pembayaran Secara Non Tunai
Perkembangan kegiatan transaksi non tunai di Nusa Tenggara Barat
sepanjang triwulan IV-2011 relatif menunjukkan peningkatan dibanding
triwulan lalu. Kondisi tersebut didorong oleh meningkatnya transaksi
keuangan secara non tunai melalui sarana Real Time Gross Settlement
(RTGS), dari sebesar Rp1,96 triliun pada triwulan lalu menjadi Rp2,40
triliun pada triwulan I-2012. Sementara itu, pada triwulan I-2012 transaksi
secara secara kliring menunjukkan penurunan yang tercatat mencapai
Rp1,33 triliun (triwulan IV-2011: Rp1,37 triliun).
a. Transaksi Kliring
Sepanjang triwulan I-2012, nilai transaksi kliring mencapai
Rp1,33 triliun atau tumbuh sebesar 30,56% (yoy), lebih rendah
dibanding dengan triwulan IV-2011 yang tumbuh sebesar 35,56% (yoy).
Berdasarkan frekuensi transaksinya, jumlah warkat kliring yang
diproses sepanjang triwulan I-2012 menunjukkan penurunan yang
tercatat sebanyak 32,25 ribu lembar atau tumbuh sebesar 15,10% (yoy),
lebih rendah dibanding triwulan lalu yang tercatat sebanyak 32,453
ribu lembar.
Sumber : KBI Mataram
Grafik 3.30Perkembangan Transaksi Non Tunai
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2009 2010 2011 2012
lbr
Rp, m
iliar
RTGS (kiri) Kliring (kiri)
warkat kliring(ribu) kanan warkat RTGS(ribu) kanan
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN NTB
b. Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS)
Setelah mengalami penurunan pada triwulan lalu, kegiatan
transaksi sarana RTGS kembali mendominasi sistem pembayaran non
tunai pada perbankan di Nusa Tenggara Barat. Sepanjang triwulan I-
2012, jumlah transaksi pembayaran melalui RTGS tercatat sebanyak
Rp2,40 triliun yang tumbuh signifikan sebesar 98,11% (yoy), jauh
meningkat dibanding triwulan IV-2011 ( Rp1,96 triliun) yang tumbuh
sebesar 54,65% (yoy).
Dari sisi volume transaksi, jumlah transaksi RTGS menunjukkan
penurunan, dari 2.818 lembar pada triwulan IV-2011 menjadi 2.694
lembar pada periode laporan. Berbagai keunggulan yang dimiliki sarana
RTGS seperti kecepatan dan ketepatan dalam penyelesaian transaksi
serta rendahnya risiko settlement-nya turut mempengaruhi jumlah
transaksi RTGS di Nusa Tenggara Barat.
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Sumber : KBI Mataram
Grafik 3.31Perkembangan Transaksi Kliring
Grafik 3.32Perkembangan Transaksi Real Time Gross Settlement
0
2
4
6
8
10
12
14
0
100
200
300
400
500
600
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3
2009 2010 2011 2012
Nominal (Rp milyar) Warkat (ribu lembar)-kanan
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
0
200
400
600
800
1000
1200
1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3
2009 2010 2011 2012
lembarRp, miliarRTGS (milyar) kiri Volume (lbr) kanan
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN NTB
3.7.5. Penemuan Uang Palsu
Sepanjang triwulan I-2012, jumlah uang palsu yang terdapat di
perbankan NTB cenderung mengalami penurunan. Jumlah uang palsu
yang berhasil dicatat oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa
Tenggara Barat tercatat sebanyak 189 lembar yang tumbuh sebesar
16,67% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan lalu yang tercatat
sebanyak 399 lembar.
Berdasarkan jenis pecahannya, temuan uang palsu pada triwulan I-
2012 terbesar didominasi uang pecahan Rp100.000,00. Sebagai antisipasi dan
menekan peredaran uang palsu di masyarakat, Bank Indonesia secara
berkelanjutan melakukan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah dengan
menggunakan metode 3D (dilihat, diraba, diterawang) kepada masyarakat
NTB.
Sumber : KPw BI Prov. NTB
Grafik 3.33Temuan Uang Palsu Pada Perbankan
0
50
100
150
200
250
0
2,000,000
4,000,000
6,000,000
8,000,000
10,000,000
12,000,000
14,000,000
16,000,000
18,000,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3
2009 2010 2011 2012
Nominal Uang Palsu (Rp) Jumlah Uang Palsu (lbr)-kanan
45
BAB 4PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Pada Tahun 2012, anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD)
Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat mengalami peningkatan yang cukup
tinggi dibandingkan tahun lalu. Pada sisi penerimaan pendapatan daerah, sumber
utama pendapatan masih bersumber dari komponen dana perimbangan yang
mengalami peningkatan. Sementara penerimaan dari pendapatan asli daerah
mengalami penurunan yang dipengaruhi oleh menurunnya rencana penerimaan dari
retribusi daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Dari sisi
belanja daerah, peningkatan anggaran belanja dialami oleh komponen belanja hibah
yang meningkat signifikan sejalan dengan kegiatan penyaluran Dana Biaya Operasional
Sekolah (BOS) yang pada tahun ini disalurkan oleh pemerintah provinsi.
4.1. REALISASI PENDAPATAN DAERAH
Penerimaan pendapatan Pemprov. NTB sepanjang Tahun 2012
direncanakan mengalami peningkatan. Anggaran pendapatan direncanakan
mampu menyerap pendapatan hingga Rp2,24 triliun atau tumbuh 28,98%
dibandingkan anggaran Tahun 2011 yang ditargetkan sebesar Rp1,74 triliun
(APDB-P 2011). Alokasi anggaran pendapatan daerah masih didominasi dana
perimbangan dengan perbandingan terhadap pendapatan asli daerah (PAD)
dan pendapatan lain-lain yang sah masing-masing sebesar 32,19% : 67,28% :
0,54%. Hingga akhir triwulan I-2012, realisasi penyerapan pendapatan daerah
Pemerintah Provinsi NTB tercatat mencapai Rp583,95 triliun atau sebesar 26,05%
dari target sepanjang Tahun 2012. Pencapaian tersebut, lebih tinggi dibanding
pencapaian triwulan I-2011 yang tercatat sebesar Rp399,46 miliar atau mencapai
24,97% dari total anggaran pendapatan Tahun 2011.
Berdasarkan kinerjanya, komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD)
menunjukkan pencapaian sebesar 20,09%, lebih rendah dibanding kinerja
komponen Dana Perimbangan yang mencapai 29,11%. Tingginya pencapaian
dana perimbangan didorong oleh tingginya realisasi penerimaan Dana Alokasi
Umum (DAU) yang mampu melebihi target triwulanan yang mencapai 33,33%
yang juga merupakan sumber utama dana perimbangan. Sementara di sisi PAD,
belum adanya penerimaan dari komponen pendapatan hasil pengelolaan
kekayaan yang dipisahkan dan pendapatan retribusi daerah menahan kinerja
penyerapan PAD.
4.2. REALISASI BELANJA
Pada sisi komponen belanja, jumlah belanja pada Tahun 2012
dianggarkan meningkat hingga Rp2,25 triliun atau tumbuh 28,81%
BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
46
dibandingkan rencana belanja Tahun 2011 yang mencapai Rp1,75 triliun.
Berdasarkan alokasinya, sebagian besar belanja pemerintah dialokasikan pada
belanja operasional khususnya pada belanja hibah dan belanja pegawai.
Peningkatan anggaran belanja daerah didorong oleh meningkatnya anggaran
belanja hibah sebesar 296,42% dari Rp143,73 miliar pada tahun lalu menjadi
Rp569,79 miliar pada Tahun 2012.
Dari sisi belanja, hingga akhir triwulan I-2012 realisasi belanja Pemprov.
NTB tercatat sebesar 9,59% atau sebesar Rp216,24 miliar dari target belanja
Tabel 4.1 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Provinsi Tahun 2012 (Rp Juta)
Sumber : Biro Keuangan, Setda Provinsi NTB
Rencana Realisasi Tw I-12
Pendapatan Daerah 2,241,557.14 583,951.86 26.05 I Pendapatan Asli Daerah 721,467.38 144,952.40 20.09
1 Pendapatan Pajak Daerah 510,577.01 135,020.78 26.44 2 Pendapatan Retribusi Daerah 15,654.71 1,940.28 12.39 3 77,891.34 - -
4 Lain-lain Pendapatan Asli daerah Yang Sah 117,344.32 7,991.34 6.81
II Pendapatan Transfer 1,508,089.77 438,949.44 29.11 1 Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan 1,046,195.37 315,895.25 30.19 a Dana Bagi Hasil Pajak 138,609.21 31,590.82 22.79 b Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam) 44,642.10 14,431.86 32.33 c Dana Alokasi Umum 809,617.72 269,872.57 33.33 d Dana Alokasi Khusus 53,326.34 - -
2 Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 461,894.40 123,054.18 26.64 a Dana Penyesuaian 461,894.40 123,054.18 26.64
III Lain-lain Pendapatan Yang Sah 12,000.00 50.03 0.42 1 12,000.00 50.03 0.42
Belanja Daerah 2,254,557.14 216,243.00 9.59 I Belanja Operasi 1,673,679.84 215,998.30 12.91
1 Belanja Pegawai 551,617.38 90,961.87 16.49 2 Belanja Barang 390,365.04 15,264.34 3.91 3 Belanja Subsidi 250.00 - - 4 Belanja Hibah 569,794.12 109,772.09 19.27 5 Belanja Bantuan Sosial 92,984.39 - - 6 Belanja Bantuan Keuangan 68,668.91 - -
II Belanja Modal 390,375.68 244.70 0.06 1 Belanja Peralatan dan Mesin 36,403.91 225.72 0.62 2 Belanja Bangunan dan Gedung 87,802.40 - - 3 Belanja Jalan,Irigasi, dan Jaringan 264,820.22 16.84 0.01 4 Belanja Aset Tetap Lainnya 1,349.15 2.14 0.16
III Belanja Tak Terduga 10,000.00 - - 1 Belanja Tak Terduga 10,000.00 - -
IV Transfer 180,501.62 - - 1 Transfer Bagi Hasil ke Kabupaten/Kota/Desa 180,501.62 - - a Bagi Hasil Pajak
(13,000.00) 367,708.86 Pembiayaan
I Penerimaan daerah 62,000.00 (49,891.87) 1 Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) 40,000.00 - 2 Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah 22,000.00 (49,891.87)
II Pengeluaran daerah 49,000.00 - 1 Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 49,000.00 -
Pembiayaan Netto 13,000.00 (49,891.87) 0 367,708.86
UraianAPBD 2012
%
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaaan
Surplus/(Defisit)
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA)
Daerah Yang Dipisahkan
Pendapatan Hibah
BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
47
Tahun 2012. Pencapaian tersebut relatif lebih rendah dibandingkan
dengan pencapaian triwulan I-2011 yang tercatat mencapai 11,19%.
Berdasarkan komponennya, tingkat realisasi anggaran belanja didominasi
realisasi komponen Belanja Hibah dengan nilai Rp109,77 miliar atau mencapai
19,27% terhadap rencana anggaran 2012. Kemudian disusul oleh komponen
Belanja Pegawai dengan tingkat realisasi mencapai Rp90,96 miliar (16,49% dari
rencana belanja).
Dari sisi saldo keuangan pemerintah Provinsi NTB, relatif tingginya
realisasi penerimaan daerah pada awal Tahun 2012 menyebabkan dana
pemerintah mengalami peningkatan. Hingga triwulan I-2012, jumlah dana
simpanan milik Pemerintah Provinsi NTB naik signifikan yang tercatat sebesar
Rp403,65 miliar atau naik sebesar 48,24% (yoy) dibanding periode yang sama
tahun lalu yang tercatat sebesar Rp272,29 miliar.
Grafik 4.1Saldo Keuangan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat
di Perbankan(Rp miliar)
Sumber : Laporan Bulanan Bank, KBI Mataram
-
50
100
150
200
250
300
350
400
450
3 6 9 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2010 2011 2012
Deposito Tabungan Giro
BAB 5KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Perkembangan indikator kesejahteraan masyarakat di Nusa Tenggara Barat
cenderung menunjukkan perkembangan yang membaik. Dari sisi ketenagakerjaan,
pertambahan jumlah angkatan kerja turut diikuti oleh penurunan tingkat
pengangguran. Namun demikian, jumlah pengiriman TKI ke luar negeri relatif lebih
sedikit dibanding triwulan lalu. Dari sisi kesejahteraan, perkembangan tingkat
pendapatan masyarakat dan daya beli masyarakat di NTB relatif tidak lebih baik
dibanding triwulan lalu.
5.1. KETENAGAKERJAAN
Pada Februari 2012, kondisi ketenagakerjaan di Nusa Tenggara
Barat menunjukkan perkembangan yang membaik. Hal ini terlihat dari
tingkat penyerapan jumlah angkatan kerja yang terus mengalami peningkatan.
Pada Februari 2012, jumlah penduduk yang bekerja di NTB mencapai 2,07 juta
orang, tumbuh 0,49% (yoy) dibanding periode yang sama tahun lalu yang
tercatat sebesar 2,06 juta orang (Sakernas BPS Prov. NTB). Sementara itu, tingkat
pengangguran terbuka (TPT) di NTB juga mengalami perbaikan, menjadi 5,21%
atau sebanyak 113,63 ribu orang yang lebih rendah dibanding periode yang
sama tahun lalu yang mencapai 5,35% (116,41 ribu orang).
Berdasarkan jenis lapangan kerja, penyerapan tenaga kerja masih
didominasi oleh sektor pertanian yang pangsanya mencapai 45,34%.
Selanjutnya diikuti oleh sektor perdagangan dan jasa-jasa yang pangsanya
masing-masing tercatat sebesar 21,17% dan 14,57%, sedangkan pangsa sektor
lainnya berkisar antara 3,05% hingga 6,62%. Sebagian besar jumlah penduduk
yang bekerja tersebut berada pada lapangan kerja informal yang pangsanya
mencapai 76,58%. Sementara yang bekerja pada sektor formal pangsanya
hanya mencapai 23,42%.
Grafik 5. 1Tingkat Pengangguran Terbuka di NTB
Grafik 5. 2Perkembangan Lapangan Kerja di NTB
Sumber: BPS Prov. NTB
5.20
6.13 6.12 6.255.78
5.29 5.35 5.33 5.21
-
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
Feb-08 Aug-08 Feb-09 Aug-09 Feb-10 Aug-10 Feb-11 Aug-11 Feb-12
Tingkat Pengangguran Terbuka (%)
45.34%
6.62%
4.88%
21.17%
4.37% 14.57%
3.05% Pertanian
Industri
Perdagangan
Jasa kemasyarakatan
Lainnya
BAB 5 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Sepanjang triwulan I-2012, perkembangan jumlah pengiriman Tenaga
Kerja Indonesia (TKI) asal Nusa Tenggara Barat ke luar negeri berada pada tren
penurunan. Jumlah TKI asal NTB yang dikirim sepanjang periode laporan
tercatat sebanyak 7.816 orang, turun hingga 44,71% (yoy) dibanding dengan
periode yang sama tahun lalu yang mencapai 14.152 orang.
Berdasarkan negara tujuan penempatan TKI, Malaysia merupakan
negara tujuan utama tujuan TKI bekerja dengan pangsa mencapai 99,88% atau
sebanyak 7.807 orang (Data BP3TKI Mataram), kemudian disusul Brunei
Darussalam sebesar 0,12% atau sebanyak 9 orang. Kebijakan pemerintah
mengeluarkan moratorium (penghentian sementara) pengiriman TKI khusus
untuk sektor informal yang bekerja sebagai penatalayan rumah tangga ke
Kuwait, Uni Emirat Arab, Syria dan Yordania sebagai faktor yang
mempengaruhi menurunnya jumlah pengiriman TKI sebagai upaya untuk
melindungi hak-hak TKI.
Dari sisi jenis lapangan kerja, penempatan TKI pada triwulan laporan
seluruhnya berada pada sektor formal, lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang
tercatat sebesar 86,74%. Sejalan dengan negara tujuan penempatan, sebagian
besar TKI memilih profesi sebagai pekerja ladang dengan pangsa hingga
95,94%. Relatif rendahnya latar belakang pendidikan dan minimnya tingkat
keterampilan para TKI asal NTB menjadi faktor utama yang mempengaruhi
penempatan lapangan kerja TKI pada jenis profesi tersebut. Berdasarkan daerah
asal TKI, sebanyak 48,08% berasal dari Lombok Timur, kemudian diikuti oleh
Lombok Tengah yang pangsanya sebesar 31,37%.
Dari sisi pengiriman dana, seiring dengan penurunan jumlah TKI,
kegiatan money remittance dengan tujuan NTB yang tercatat melalui
perbankan juga menunjukkan penurunan. Pada triwulan I-2012, jumlah dana
yang dikirim ke NTB tercatat sebesar Rp125,55 miliar atau tumbuh negatif
Grafik 5. 3Negara Tujuan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia
Sumber: BP3TKI Mataram
Grafik 5. 4Penerimaan Remitansi Tenaga Kerja Indonesia
Sumber: KBI Mataram
Malaysia99.88%
Lainnya0.12% -
5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000 40,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 32010
2011
2012
Rp. JutaKuwait Jepang Jordania
Asia Timur Malaysia Negara Lainnya
Saudi Arabia
Sumber: BPS Prov. NTB Mataram
BAB 5 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
sebesar 2,93% (yoy), turun dibanding jumlah pada periode yang sama tahun
lalu yang tercatat sebesar Rp129,34 miliar.
Berdasarkan wilayah asal pengiriman, negara utama yang mendominasi
asal pengiriman dana remitansi ke NTB pada triwulan I-2012 masih didominasi
Saudi Arabia dengan pangsa mencapai 59,82% atau sebesar Rp75,10 miliar.
Sedangkan daerah utama tujuan pengiriman dana remitansi didominasi Kab.
Lombok Barat (termasuk kota Mataram) dengan pangsa mencapai 54,86% atau
sebesar Rp68,88 miliar.
5.2. KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Pada triwulan I-2012, perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakat
di NTB diperkirakan tidak lebih baik dari triwulan sebelumnya yang terindikasi
oleh melemahnya tingkat pendapatan dan daya beli masyarakat. Kondisi
tersebut sejalan dengan penurunan pendapatan masyarakat yang tercermin
melalui indeks penghasilan saat ini dibandingkan kondisi enam bulan lalu dan
indeks ekspektasi penghasilan yang menunjukkan penurunan, namun masih
berada di atas level optimis (indeks = 100).
Sepanjang triwulan I-2012, secara rata-rata indeks-indeks tersebut
tercatat sebesar 130,00% dan 139,83% (Survei Konsumen, Bank Indonesia
Mataram), lebih rendah dibanding triwulan lalu yang tercatat masing-masing
sebesar 139,17% dan 145,83%.
Sementara itu, tingkat kesejahteraan petani yang tercermin dari Nilai
Tukar Petani (NTP) menunjukkan penurunan. Sepanjang triwulan I-2012, rata-
rata indeks NTP Nusa Tenggara Barat tercatat sebesar 95,65, turun 0,63 point
dibanding triwulan lalu yang mencapai 96,28. NTP merupakan indikator yang
mencerminkan kemampuan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian
dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi
Grafik 5 .6Perkembangan Nilai Tukar Petani
Sumber: BPS
Grafik 5.5Indeks Penghasilan Saat Ini dan Ekspektasi
Penghasilan
Sumber: Survei Konsumen, KBI Mataram
80.00
85.00
90.00
95.00
100.00
105.00
110.00
115.00
120.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2010 2011 2012
Nilai Tukar Petani NTPP (Padi & Plwj)
NTPH (Horti) NTPR (Kebun)
NTPT (Ternak) NTN (Nelayan)
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2010 2011 2012
Indeks Penghasilan Saat Ini vs 6 Bulan Lalu
Indeks Ekspektasi Penghasilan 6 Bulan YAD
Level Optimis
BAB 5 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
51
pertanian. Rendahnya pencapaian angka NTP yang dibawah angka 100
menunjukkan bahwa kemampuan daya beli petani NTB relatif masih rendah.
Harga jual hasil pertanian yang rendah dan meningkatnya harga-harga yang
dibayar petani untuk biaya produksi dan barang-barang yang dikonsumsi
mengakibatkan berkurangnya daya beli petani.
52
Boks 2Perkembangan Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
Asal Nusa Tenggara Barat
I. Latar Belakang
Sebagai salah satu cara untuk memperbaiki kondisi ekonomi, tidak sedikit
masyarakat yang bekerja ke luar negeri dengan harapan dapat meningkatkan tingkat
kesejahteraannya. Kuatnya daya tarik bekerja di luar negeri dengan jaminan pendapatan
yang lebih baik dibanding di daerah asal umumnya menjadi alasan utama tingginya minat
masyarakat menjadi TKI. Selain itu, beberapa faktor lain yang mendorong tingginya minat
masyarakat untuk bekerja menjadi TKI antara lain; (i) rendahnya kesempatan kerja di
daerah, (ii) jumlah penduduk dan jumlah pengangguran yang tinggi, (iii) minimnya
keahlian yang dimiliki, (iv) upah/gaji yang minim di daerah asal, (v) success story para
eks/purna TKI.
Berdasarkan data BNP2TKI, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan salah
daerah pengirim TKI terbesar di luar jawa. Pada Tahun 2011 jumlah pengiriman TKI asal NTB
jumlahnya mencapai 72.846 orang atau mencapai 12,54% dari total jumlah penempatan TKI
yang mencapai 581.081 orang. Pada kondisi di lapangan, diyakini jumlah TKI tersebut dapat
bertambah pesat mengingat banyaknya TKI yang berangkat dengan cara-cara yang tidak
sah, yang pada gilirannya berpotensi menimbulkan permasalahan-permasalahan.
II. Profil TKI
Berdasarkan negara penempatan kerjanya, sebagian besar TKI asal NTB memilih
Malaysia sebagai negara tujuan utama tempat bekerja dimana pada Tahun 2011 pangsanya
mencapai 86,32%. Budaya yang tidak jauh berbeda dan jarak yang relatif dekat menjadi
magnet tersendiri bagi TKI asal NTB untuk bekerja di Malaysia. Sementara itu, bila dilihat
dari pangsa negara tujuan pengiriman, terjadi pergeseran pangsa penempatan TKI
khususnya terjadi pada negara tujuan Saudi Arabia dari 27.90% pada Tahun 2010 menjadi
0,26% pada Tahun 2011. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah yang
mengeluarkan peraturan penghentian sementara (moratorium) pengiriman TKI yang
berprofesi sebagai penatalayan rumah tangga ke Saudi Arabia.
Saudi Arabia0.26%
UEA6.36%
Qatar1.75%
Malaysia86.32%
Lainnya5.31%
Saudi Arabia27.90%
UEA1.16%Qatar
0.29%
Malaysia68.24%
Lainnya2.41%
Grafik Negara Tujuan PenempatanTKI Asal NTB 2010
Grafik Negara Tujuan PenempatanTKI Asal NTB 2011
53
Permintaan tenaga kerja dari negara Malaysia dan Saudi Arabia pada umumnya
berada pada kategori pekerjaan yang tidak membutuhkan keahlian dan keterampilan
khusus. Dengan harapan dapat meningkatkan kesejahteraan, peluang tersebut banyak
dimanfaatkan oleh masyarakat NTB untuk menjadi TKI. Kondisi tersebut sejalan dengan
latar belakang pendidikan TKI dimana pada Tahun 2011 sebesar 93,96% TKI asal NTB
merupakan lulusan sekolah dasar. Minimnya tingkat latar belakang pendidikan TKI tersebut
mendorong tingginya jenis pekerjaan TKI yang bekerja di ladang (formal), kemudian di
susul oleh jenis pekerjaan penatalayanan rumah tangga (informal). Menurut jenis
kelaminnya, jumlah TKI asal NTB didominasi oleh laki-laki yang mencapai 44.088 orang
(75,71%), sedangkan wanita mencapai 14.142 orang (24,29%). Berdasarkan daerah asal,
Kabupaten Lombok Timur dan Lombok Tengah mendominasi pengiriman TKI dengan
pangsa masing-masing sebesar 37,78% dan 31,17%.
III. Permasalahan-permasalahan TKI
Jarak dengan negara tetangga yang relatif minim dan hubungan keagamaan
dengan Saudi Arabia dan negara-negara di Timur Tengah diperkirakan menjadi faktor yang
mempengaruhi tingginya minat TKI bekerja di luar negeri. Namun demikian, dalam
perkembangannya kerap timbul permasalahan-permasalahannya antara lain:
a. Kasus kekerasan fisik dan seksual (pemerkosaan)
b. Trafiking/perdagangan orang
c. Wanprestasi perjanjian kerja oleh majikan dan agency
78.10%
18.40%3.50%
Ladang PLRT Lainnya
89
7,694
18,148
22,001
3,928
960
1,507
2,172
356
1,375
0 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000
Mataram
Lobar
Loteng
Lotim
Sumbawa
KSB
Dompu
Bima
Kota Bima
KLU Jumlah TKI NTB Menurut Asal Kab/Kota
93.96%4.83%
1.21%
0.00%
SD SMP SMA > D1
Grafik Latar Belakang Pendidikan TKI Asal NTB Tahun 2011
Grafik Jenis Lapangan Kerja TKI Asal NTB Tahun 2011
Grafik Jumlah TKI Asal NTB Menurut Kab/Kota Tahun 2011
54
d. Pemalsuan dokumen/umur dan pungutan/pemotongan/pemerasan gaji
Kasus-kasus permasalahan yang dialami para TKI didominasi kasus-kasus yang terjadi
pada wanita, minimnya wawasan TKI dari sisi keterampilan dan komunikasi serta jabatan
pekerjaan yang rawan merupakan hal yang harus menjadi perhatian pemerintah
IV. Upaya-upaya Pemerintah Dalam Penyelesaian PermasalahanTKI
1. Melakukan moratorium (penghentian sementara) pengiriman TKI dengan jenis
pekerjaan Penatalayan Rumah Tangga pada beberapa negara.
2. Mempersiapkan mekanisme penempatan TKI melalui payung hukum dengan negara
penempatan TKI.
3. Bekerjasama dengan lembaga internasional sebagai upaya memperkuat posisi tawar
Indonesia dalam melindungi TKI di negera-negara penempatan.
4. Pelaksanaan Pembekalan Akhir Pemberangkatan (PAP) yang dibiayai oleh APBN.
5. Penyelesaian/mediasi kasus-kasus dan perlindungan TKI di luar negeri.
Sumber: BNP2TKI dan BP3TKI Mataram
55
BAB 6PROSPEK EKONOMI DAN HARGA
6.1. PROSPEK EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT
Pada triwulan II-2012, pertumbuhan ekonomi Nusa Tenggara
Barat diprediksi mampu menunjukkan kinerja yang positif dan berada
pada kisaran 1,00% - 2,00% (yoy). Dari sisi permintaan, pertumbuhan
ekonomi pada triwulan II-2012 diyakini masih ditopang oleh kegiatan konsumsi
rumah tangga yang akan tampil sebagai sumber utama pendorong
pertumbuhan ekonomi NTB yang didukung oleh semakin membaiknya daya beli
masyarakat akibat tibanya musim panen. Kondisi tersebut terindikasi oleh nilai
Indeks Ekspekstasi Konsumen (IEK) yang relatif meningkat dan berada di atas
level optimis (100) yang mencerminkan keoptimisan masyarakat dalam
melakukan konsumsi. Seperti pola periode tahun-tahun sebelumnya, kegiatan
konsumsi pemerintah diperkirakan akan mengalami akselerasi, setelah pada
triwulan I-2012 mengalami kontraksi cukup dalam. Sementara itu, kegiatan
investasi diperkirakan mengalami perlambatan setelah tumbuh tinggi pada
triwulan I-2012.
Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat, sebagian besar
pelaku usaha di NTB mempersepsikan kegiatan usaha pada triwulan II-2012
akan mengalami peningkatan. Hal ini tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang
(SBT) ekspektasi situasi bisnis yang sedikit meningkat menjadi sebesar 29,27%
dari triwulan lalu yang tercatat sebesar 28,66%.
Dari sisi penawaran, kinerja sektor pertanian diperkirakan akan
mengalami peningkatan dan mampu tumbuh positif setelah mengalami
Grafik 6.1Ekspektasi Situasi Bisnis
Grafik 6.2Indeks Ekspektasi Konsumen
Sumber: SKDU, KPw BI Prov. NTB Sumber: SK, KPw BI Prov. NTB
0
20
40
60
80
100
120
140
160
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2010 2011 2012
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
05
10152025303540
Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2
2010 2011 2012
Ekspektasi situasi bisnis
BAB 6 PROSPEK EKONOMI DAN HARGA
56
kontraksi pada triwulan I-2012. Kondisi tersebut terindikasi oleh peningkatan
luas lahan tanam pada awal tahun 2012 sehingga diperkirakan akan terjadi
pergeseran musim panen padi ke triwulan II-2012 yang membawa sektor
pertanian tampil sebagai penopang utama pertumbuhan ekonomi. Kinerja
sektor perdagangan, hotel & restoran (PHR) diperkirakan menunjukkan
pertumbuhan yang melambat setelah tumbuh tinggi pada triwulan I-2012,
namun demikian pertumbuhan tersebut akan ditopang oleh kinerja sub sektor
perdagangan (hasil bumi) seiring dengan dengan pergeseran musim panen ke
triwulan II-2012. Pada sektor andalan lainnya, sektor pertambangan
diperkirakan masih berada pada tren penurunan produksi akibat masih
berlangsungnya kegiatan perluasan tambang dan diperkirakan kembali
memberikan kontribusi negatif terbesar dan menahan pertumbuhan ekonomi
NTB.
Dari sisi pembiayaan, pada triwulan II-2012 dukungan perbankan dalam
mengembangkan kegiatan ekonomi berupa penyaluran kredit kepada pelaku
usaha diprediksi masih berada pada tren meningkat. Kondisi tersebut terindikasi
dari hasil Survei Opini Pimpinan/Pejabat Bank Umum yang menunjukkan
peningkatan permintaan kredit baru yang didukung oleh tingkat permodalan
perbankan dan prospek usaha nasabah yang semakin membaik. Berdasarkan
sektornya, permintaan kredit baru tersebut sebagian besar ditujukan untuk
kegiatan usaha pada sektor perdagangan, hotel dan restoran. Berdasarkan
tingkat suku bunga, penyaluran kredit pada triwulan II-2012 diperkirakan
mengalami penurunan, sejalan dengan menurunnya tingkat suku bunga BI rate.
6.2. PERKIRAAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT
Laju inflasi Nusa Tenggara Barat pada triwulan II-2012
diperkirakan mengalami tekanan yang cukup tinggi dan diprediksi
berada pada kisaran 9,00% ± 1% (yoy). Sumber tekanan inflasi terbesar
diperkirakan berasal dari kelompok administered price yang berada pada tren
peningkatan. Permintaan komoditas minyak tanah (mitan) yang masih tinggi
terkendala oleh terbatasnya pasokan mitan di NTB terkait program konversi
minyak tanah ke tabung gas elpiji. Tekanan juga berasal dari kenaikan tarif
penyeberangan pelabuhan yang direncanakan mengalami kenaikan sebesar 7%
yang akan diikuti oleh kenaikan tarif angkutan darat. Perkembangan harga
kelompok volatile food diperkirakan memberikan tekanan yang cukup besar
pada laju inflasi. Dampak kenaikan harga pembelian pemerintah (beras) dan
terbatasnya pasokan kelompok aneka bumbu diperkirakan mendorong
kenaikan harga kelompok volatile food.
BAB 6 PROSPEK EKONOMI DAN HARGA
57
Sementara itu, ketidakpastian pemerintah dalam menetapkan kebijakan
kenaikan harga bahan bakar minyak ditengah peningkatan harga minyak dunia
diyakini menimbulkan ekspektasi yang tinggi akan kenaikan harga pada
masyarakat. Kondisi tersebut terindikasi dari indeks ekspektasi harga konsumen
untuk tiga bulan yang akan datang yang menunjukkan peningkatan (Grafik 6.3).
Grafik 6.3Ekspektasi Harga 3 Bulan Yang Akan Datang
Sumber : Survei Konsumen, diolah
100.00
110.00120.00130.00
140.00150.00160.00
170.00180.00190.00
200.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2010 2011 2012
Indeks Ekspektasi Harga Konsumen-3 bln yad