118
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan IV Tahun 2013 Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Bengkulu dipublikasikan secara triwulanan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, untuk menganalisis perkembangan perekonomian Provinsi Bengkulu secara komprehensif. Analisis dalam buku ini mencakup perkembangan makro, inflasi, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah dan prospek perekonomian Provinsi Bengkulu. Penerbitan buku ini bertujuan sebagai : (1) Laporan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia tentang kondisi perkembangan ekonomi dan keuangan di Provinsi Bengkulu, dan (2) Informasi kepada stakeholders di daerah mengenai perkembangan ekonomi dan keuangan terkini. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu Yuwono : Kepala Kantor Perwakilan H.M. Azhar Achlusyani : Deputi Kepala Perwakilan Sarwoto : Analis Ekonomi Neva Andina : Analis Ekonomi Royes Otpin Saragih : Analis Ekonomi Softcopy buku ini dapat di-download dari website Bank Indonesia dengan alamat www.bi.go.id/web/id/Publikasi/Ekonomi_Regional/KER/Bengkulu/

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU - bi.go.id · keuangan daerah dan prospek perekonomian Provinsi Bengkulu. Penerbitan buku ini ... alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat

Embed Size (px)

Citation preview

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

PROVINSI BENGKULU

Triwulan IV Tahun 2013 Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Bengkulu dipublikasikan secara triwulanan oleh

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, untuk menganalisis

perkembangan perekonomian Provinsi Bengkulu secara komprehensif. Analisis dalam

buku ini mencakup perkembangan makro, inflasi, perbankan, sistem pembayaran,

keuangan daerah dan prospek perekonomian Provinsi Bengkulu. Penerbitan buku ini

bertujuan sebagai : (1) Laporan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia tentang kondisi

perkembangan ekonomi dan keuangan di Provinsi Bengkulu, dan (2) Informasi kepada

stakeholders di daerah mengenai perkembangan ekonomi dan keuangan terkini.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu

Yuwono : Kepala Kantor Perwakilan

H.M. Azhar Achlusyani : Deputi Kepala Perwakilan

Sarwoto : Analis Ekonomi

Neva Andina : Analis Ekonomi

Royes Otpin Saragih : Analis Ekonomi

Softcopy buku ini dapat di-download dari website Bank Indonesia dengan alamat

www.bi.go.id/web/id/Publikasi/Ekonomi_Regional/KER/Bengkulu/

Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Misi Bank Indonesia Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan

moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.

Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional.

Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional.

Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.

Nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu Trust (kepercayaan), Integrity (integritas), Professionalism (profesionalisme), Excellence (kesempurnaan), Public Interest (kepentingan publik), Coordination & Teamwork (koordinasi & kerjasama)

Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu Menjalankan kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai rupiah, stabilitas sistem keuangan, efektivitas pengelolaan uang rupiah dan kehandalan sistem pembayaran untuk mendukung pembangunan ekonomi daerah maupun nasional jangka panjang yang inklusif dan berkesinambungan.

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya Kajian Ekonomi Regional

Provinsi Bengkulu Triwulan IV-

kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi Regional diterbitkan secara

triwulanan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu untuk

memenuhi kebutuhan informasi mengenai keadaan ekonomi makro, moneter,

perbankan dan prospek ekonomi Provinsi Bengkulu kedepan.

Kami sampaikan bahwa perekonomian Provinsi Bengkulu pada triwulan IV-

2013 tumbuh meningkat menjadi 7,83% (yoy). Secara akumulatif sepanjang 2013,

pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar 6,21% (yoy). Sementara itu, dari sisi harga,

inflasi Provinsi Bengkulu tercatat cukup tinggi yaitu 9,94% (yoy). Terkait kajian

dimaksud kami berharap informasi yang kami sajikan ini dapat menjadi salah satu

referensi dalam pembelajaran dan/atau proses pengambilan kebijakan beberapa

pihak terkait.

Kami menyadari bahwa cakupan serta kualitas data dan informasi yang

disajikan dalam buku ini masih perlu terus disempurnakan. Oleh karena itu, kami

mengharapkan kritik dan saran membangun dari pengguna/pembaca demi

penyempurnaan di masa yang akan datang.

Akhirnya, besar harapan kami semoga buku ini dapat bermanfaat bagi

pembaca. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan ridha-Nya dan

melindungi setiap langkah kita.

Bengkulu, 17 Februari 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI BENGKULU

Yuwono

Kepala Perwakilan

iv

halaman ini sengaja dikosongkan

v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR Iii

DAFTAR ISI V

DAFTAR TABEL Vii

DAFTAR GRAFIK Ix

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH PROVINSI BENGKULU Xi

RINGKASAN EKSEKUTIF 1

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO 5

1.1. PDRB Sisi Penggunaan 6

1.1.1. Konsumsi 7

1.1.2. Investasi 12

1.1.3. Ekspor dan Impor 13

1.2. PDRB Sisi Sektoral 17

1.2.1. Sektor Pertanian 19

1.2.2. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 20

1.2.3. Sektor Jasa-Jasa 22

1.2.4. Sektor-Sektor Lainnya 23

Boks 1 Hasil Liaison Triwulan IV-2013 26

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 29

2.1. Inflasi Menurut Kelompok Barang/Jasa 31

2.2. Perkembangan Inflasi Fundamental 39

2.3. Perbandingan Inflasi antar Kota di Sumatera 41

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH DAN SISTEM PEMBAYARAN 43

3.1. Bank Umum 43

3.1.1. Kelembagaan 44

3.1.2. Perkembangan Aset 44

3.1.3. Perkembangan Dana Masyarakat 45

3.1.4. Perkembangan Penyaluran Kredit/Pembiayaan 47

3.1.5. Perkembangan Kredit/Pembiayaan UMKM 50

vi

3.2. Bank Umum Syariah 52

3.3. Bank Perkreditan Rakyat/Bank Pembiayaan Rakyat Syariah 54

3.4. Sistem Pembayaran 55

3.4.1. Sistem Pembayaran Tunai 55

3.4.2. Sistem Pembayaran Non Tunai 58

Boks 2 Penelitian Lending Model Usaha Lempok Durian 60

BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 63

4.1. Realisasi Sisi Penerimaan 63

4.1.1 Realisasi Sisi Penerimaan Provinsi Bengkulu 63

4.2. Realisasi Sisi Pengeluaran 65

4.2.1 Realisasi Sisi Pengeluaran Provinsi Bengkulu 66

BAB V KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN DAERAH 69

5.1. Perkembangan Kesejahteraan 69

5.2 Perkembangan Kemiskinan 70

BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH 73

6.1. Prospek Ekonomi Makro 73

6.2. Prakiraan Inflasi Daerah 75

Boks 3 Focus Group Discussion

Meningkatkan Daya Saing Daerah Menyongsong berlakunya Komunitas

Ekonomi ASEAN

77

LAMPIRAN 81

DAFTAR ISTILAH 85

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 PDRB Provinsi Bengkulu Berdasarkan Jenis Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan

7

Tabel 1.2. Perkembangan Ekspor dan Impor Regional dalam pembentukan PDRB menurut Harga Konstan Provinsi Bengkulu

14

Tabel 1.3. Perkembangan Ekspor Barang-Barang Non-Migas Utama Menurut Jenis Barang di Provinsi Bengkulu

15

Tabel 1.4. Perkembangan Ekspor Barang-Barang Non-Migas Utama Menurut Negara Pembeli di Provinsi Bengkulu

17

Tabel 1.5. Porsi PDRB Atas Dasar Harga Konstan Lapangan Usaha Provinsi Bengkulu

18

Tabel 1.6. PDRB Provinsi Bengkulu Menurut Sektoral 19

Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Menurut Kelompok Barang/jasa Provinsi

Bengkulu

31

Tabel 2.2. Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan Provinsi

Bengkulu

32

Tabel 2.3. Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan

Jadi/Minuman/Rokok & Tembakau Provinsi Bengkulu

34

Tabel 2.4. Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas &

Bahan Bakar Provinsi Bengkulu

35

Tabel 2.5. Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang Provinsi Bengkulu 36

Tabel 2.6. Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan Provinsi Bengkulu 36

Tabel 2.7. Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan

Olahraga Provinsi Bengkulu

37

Tabel 2.8. Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi dan

Jasa Keuangan Provinsi Bengkulu

38

Tabel 2.9. Sumbangan Beberapa Komoditas terhadap Inflasi/Deflasi

Bulanan di Provinsi Bengkulu

39

Tabel 3.1. Jaringan Kantor Pelayanan Bank Umum Provinsi Bengkulu 44

Tabel 3.2. Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Bengkulu 45

Tabel 3.3. Perkembangan Penghimpunan Dana Bank Umum Provinsi Bengkulu

47

Tabel 3.4. Perkembangan Kredit/Pembiayaan Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan, Sektor Ekonomi dan Kelompok Bank di Provinsi Bengkulu

48

Tabel 3.5. Perkembangan NPL/F Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan di Provinsi Bengkulu

49

Tabel 3.6. Perkembangan Kredit/Pembiayaan UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaan dan Sektor Ekonomi di Provinsi Bengkulu

50

viii

Tabel 3.7. Perkembangan Non Performing Loan/Financing (NPL/F) Sektor

UMKM di Provinsi Bengkulu 51

Tabel 3.8. Perkembangan Kegiatan Usaha BPR/BPRS di Provinsi Bengkulu 54

Tabel 3.9. Perkembangan Inflow-Outflow Uang Kartal Provinsi Bengkulu 55

Tabel 3.10. Perkembangan Kliring dan Penolakan Cek/Bilyet Provinsi Bengkulu

58

Tabel 3.11. Perkembangan Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) Provinsi Bengkulu

59

Tabel 4.1. Realisasi Penerimaan APBD 2013 Pemerintah Provinsi Bengkulu 64

Tabel 4.2. Realisasi Belanja APBD 2013 Pemerintah Provinsi Bengkulu 66

Tabel 5.1. Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Bengkulu 70

Tabel 5.2. Tingkat Kedalaman Dan Keparahan Kemiskinan Provinsi

Bengkulu

71

ix

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1. Perkembangan PDRB dan Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Bengkulu (harga konstan 2000)

5

Grafik 1.2. Konsumsi Rumah Tangga Menurut PDRB Harga Konstan dan Perkembangan Inflasi di Provinsi Bengkulu

8

Grafik 1.3. Hasil Survei Konsumen di Provinsi bengkulu 8

Grafik 1.4. Konsumsi Listrik Rumah Tangga dan Perkembangan Kendaraan Milik Swasta di Provinsi Bengkulu

9

Grafik 1.5. Kredit Konsumsi Perbankan di Provinsi Bengkulu 10

Grafik 1.6. Konsumsi Pemerintah dan Lembaga Nirlaba Menurut PDRB Harga Konstan di Provinsi Bengkulu

10

Grafik 1.7. Perkembangan Dana Pemerintah di Bank Umum 11

Grafik 1.8. Perkembangan Kredit Investasi dan Konsumsi Semen di Provinsi Bengkulu

13

Grafik 1.9. Perkembangan Harga Beberapa Komoditas Ekspor Bengkulu 16

Grafik 1.10. Sumbangan Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV-2013 Sektoral

18

Grafik 1.11. Indikator Sektor Pertanian Provinsi Bengkulu 20

Grafik 1.12. Indikator Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Provinsi Bengkulu

21

Grafik 1.13. Indikator Sektor Jasa-Jasa di Provinsi Bengkulu 23

Grafik 1.14. Indikator Sektor Bangunan di Provinsi Bengkulu 23

Grafik 1.15. Indikator Sektor Listrik, Gas dan Air di Provinsi Bengkulu 25

Grafik 1.16. Indikator Sektor Pertambangan dan Penggalian di Provinsi Bengkulu

25

Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi IHK Provinsi Bengkulu 30

Grafik 2.2. Realisasi Inflasi Tahun 2013 (Tahun Kalender, ytd) 31

Grafik 2.3. Inflasi Kelompok Bahan Makanan di Provinsi Bengkulu (Tahunan, yoy)

34

Grafik 2.4. Sumbangan Inflasi Triwulan IV-2013 Per Kelompok Barang/Jasa

39

Grafik 2.5. Disagregasi Inflasi Kota Bengkulu 40

Grafik 2.6. Nilai Saldo Ekspektasi Konsumen Terhadap Kondisi 3 Bulan Mendatang

41

Grafik 2.7. Inflasi Tahunan (yoy) Desember 2013 Kota-Kota di Sumatera 41

Grafik 2.8. Inflasi Tahunan (yoy) Kota-Kota di Sumatera Bagian Selatan 42

Grafik 3.1. Perkembangan Loan/Financing to Deposit Ratio (L/FDR) dan Non-Performing Loan/Financing (NPL/F) Bank Umum Provinsi Bengkulu

43

x

Grafik 3.2. Distribusi Aset Bank Umum di Provinsi Bengkulu 45

Grafik 3.3. Perkembangan Dana Pihak Ketiga di Provinsi Bengkulu 46

Grafik 3.4. Porsi DPK Per Jenisnya 46

Grafik 3.5. Perkembangan Kredit/Pembiayaan Perbankan di Provinsi Bengkulu

47

Grafik 3.6. Perkembangan Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Non Performing Financing (NPF) Perbankan Syariah di Bengkulu

52

Grafik 3.7. Pembiayaan Perbankan Syariah di Bengkulu 53

Grafik 3.8. DPK Perbankan Syariah di Bengkulu 53

Grafik 3.9. Perkembangan Net Interest Margin/Net Margin BPR/S di Provinsi Bengkulu

55

Grafik 3.10. Perkembangan Inflow-Outflow Uang Kartal Provinsi Bengkulu

56

Grafik 3.11. Perkembangan Rasio PTTB terhadap Inflow Provinsi Bengkulu 57

Grafik 3.12. Perkembangan Jumlah Lembar Uang Palsu yang Ditemukan di Provinsi Bengkulu

57

Grafik 3.13. Perkembangan TUKAB di Provinsi Bengkulu di Provinsi 60

Grafik 4.1 Perkembangan Kendaraan Bermotor di Provinsi Bengkulu 65

Grafik 4.2 Perkembangan Dana Milik Pemerintah di Provinsi Bengkulu 67

Grafik 5.1. Perkembangan Indeks Nilai Tukar Petani di Provinsi Bengkulu 69

Grafik 6.1. Perkembangan Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bengkulu

73

Grafik 6.2. Hasil Survei SK dan SKDU di Provinsi Bengkulu dan Kredit Konsumsi Perbankan di Provinsi Bengkulu

74

Grafik 6.3. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha Provinsi Bengkulu 75

Grafik 6.4. Perkembangan Laju Inflasi Tahunan di Kota Bengkulu 76

Grafik 6.5. Hasil Survei Konsumen dan SKDU di Provinsi Bengkulu 76

Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

xi

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH PROVINSI BENGKULU

a. Inflasi dan PDRB

INDIKATOR 2012 2013

Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw. III Tw.IV

MAKRO IHK Kota Bengkulu 137,82 141,97 142,35 146,43 148,69 155,51 156,50 Laju Inflasi (y-o-y) 4,80 4,14 4,61 7,68 7,89 9,54 9,94 PDRB-Harga Konstan (miliar Rp) 2.344 2.397 2.419 2,434 2,477 2,541 2,600 - Pertanian 878 883 880 891 904 918 945 - Pertambangan & Penggalian 87 85 86 85 85 83 86 - Industri Pengolahan 102 107 109 108 110 114 117 - Listrik, Gas dan Air Bersih 12 12 12 12 12 12 12 - Bangunan 74 76 79 77 76 78 83 - Perdagangan, Hotel&Restoran 461 482 483 493 506 523 527 - Pengangkutan & Komunikasi 195 198 200 202 206 213 215 - Keuangan, Persewaan dan

Jasa 119 120 125 123 126 128 131

- Jasa 417 434 445 443 452 471 485 Pertumbuhan PDRB (y-o-y, %) 6,63 7,00 5,99 5,65 5,66 6,00 7,83 Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta)

132 109 110 85 102 60 74

Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton)

1.240 1.066 1.306 862 1.058 511 927

Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) - 0,43 2,31 - 0,66 1,34 3,76 Volume Impor Nonmigas (ribu ton)

- 0,78 1,94 - 8,42 16,88 21,84

Sumber : SEKD Provinsi Bengkulu & BPS Provinsi Bengkulu, angka sementara;

Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

xii

b. Perbankan

INDIKATOR 2012 2013

Tw.II Tw.III Tw. IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw. IV

PERBANKAN

Bank Umum Total Aset (Triliun Rp) 10,93 10,81 11,40 11,77 12,54 13,02 13,23 DPK (Triliun Rp) 7,11 7,49 7,37 7,57 8,07 8,38 7,68 - Tabungan (Triliun Rp) 3,69 3,80 4,18 3,69 3,93 4,38 4,83 - Giro (Triliun Rp) 2,12 2,35 1,78 2,28 2,42 2,41 1,39 - Deposito (Triliun Rp) 1,29 1,34 1,41 1,60 1,71 1,59 1,46

Kredit (Triliun Rp) Lokasi Proyek 1) 11,11 11,59 12,08 12,36 13,41 13,65 13,97

- Modal Kerja 3,46 3,45 3,67 3,96 3,92 3,95 3,95 - Konsumsi 5,97 6,39 6,58 6,40 7,22 7,41 7,67 - Investasi 1,68 1,76 1,83 1,80 2,27 2,29 2,35 - LDR (%) 156,26 154,74 163,85 169,71 162,62 162,89 181,90 Kredit (triliun Rp) Lokasi Kantor 8,42 8,78 9,36 9,74 10,53 11,03 11,29 - Modal Kerja 3,11 3,00 3,16 3,28 3,41 3,51 3,56 - Konsumsi 4,30 4,78 5,22 5,47 5,91 6,24 6,39 - Investasi 1,01 1,00 0,98 1,00 1,21 1,28 1,34 - LDR (%) 115,16 117,17 127,04 128,78 130,46 131,59 146,99 Kredit MKM Bank Umum Menurut

Lokasi Proyek 1)

Kredit MKM (Triliun Rp) 3,40 3,34 3,56 2,84 3,83 3,97 4,03 Kredit Mikro (Triliun Rp) 0,75 0,71 0,78 0,72 1,00 1,06 1,14 - Kredit Modal Kerja 0,66 0,61 0,65 0,55 0,83 0,79 0,82 - Kredit Investasi 0,09 0,10 0,13 0,14 0,17 0,28 0,32

- Kredit Konsumsi2) na na na na na na na

Kredit Kecil (Triliun Rp) 1,35 1,31 1,35 1,41 1,42 1,45 1,46 - Kredit Modal Kerja 1,11 1,08 1,13 1,10 1,17 1,16 1,15 - Kredit Investasi 0,24 0,23 0,22 0,21 0,24 0,29 0,31

- Kredit Konsumsi2) na na na na na na Na

Kredit Menengah (Triliun Rp) 1,30 1,31 1,43 1,45 1,43 1,45 1,43 - Kredit Modal Kerja 0,82 0,85 0,97 0,72 1,09 1,08 1,08 - Kredit Investasi 0,49 0,46 0,46 0,59 0,32 0,37 0,35

- Kredit Konsumsi2) na na na na na na na

NPL MKM gross (%) na na na na na na na BPR/BPRS Total Aset (Miliar Rp) 146 149 162 161 158 160 157 DPK (Miliar Rp) 90 93 99 104 102 105 94 - Tabungan (Miliar Rp) 29 30 31 32 31 32 23 - Deposito (Miliar Rp) 61 65 68 71 71 73 71

Kredit (Miliar Rp) Lokasi Proyek1) 32,6 33,1 32,2 32,3 33,7 32,7 30,62

- Modal Kerja 18,3 18,3 17,8 18,2 18,5 17,8 15,86 - Konsumsi 9,2 9,2 8,9 8,8 10,4 10,6 10,9 - Investasi 5,1 5,6 5,5 5,4 4,8 4,3 3,8

Kredit UMKM (Miliar Rp) 3) na na na na na na na

LDR 135,93 137,70 134,66 135,37 134,86 124,32 134,59

1) Data sampai dengan November 2013 2) Publikasi Statistik Keuangan Daerah Bank Indonesia Provinsi Bengkulu sejak bulan Januari 2011

mencantumkan kredit berdasarkan jenis penggunaan berdasarkan lokasi proyek yang terdiri dari kredit modal kerja, kredit investasi dan kredit yang tidak teridentifikasi.

3) Publikasi Statistik Keuangan Daerah Bank Indonesia Provinsi Bengkulu sejak bulan Januari 2011 tidak mencantumkan data kredit MKM BPR

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum & BPR, SEKD Provinsi Bengkulu, Bank Indonesia Bengkulu

Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

xiii

c. Bank Umum Syariah

INDIKATOR 2012 2013

Tw.II Tw.III Tw. IV Tw.I Tw.II Tw. III Tw. IV

Total Aset (Miliar Rp) 526 552 641 671 711 762 847 DPK (Miliar Rp) 272 303 384 349 374 400 446 - Tabungan (Miliar Rp) 171 193 216 219 230 262 301 - Giro (Miliar Rp) 18 22 34 25 24 31 32 - Deposito (Miliar Rp) 83 88 134 106 121 107 112 Pembiayaan (Miliar Rp) Lokasi Kantor

486 511 546 590 665 714 773

- FDR (%) 178,94 168,51 142,05 168,72 177,63 178,63 173,44

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum, Bank Indonesia Bengkulu

d. Sistem Pembayaran

Nominal dalam triliun Rp kecuali kliring dalam miliar, volume dalam lembar

INDIKATOR 2012 2013

Tw.II Tw.III Tw. IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw. IV

SISTEM PEMBAYARAN Inflow 0,07 0,44 0,26 0,65 0,11 0,54 0,19 Outflow 1,02 0,71 0,89 0,40 0,75 1,09 1,02 Pemusnahan Uang 0,03 0,03 0,06 0,01 0,12 0,13 0,16 Nominal Transaksi RTGS 50 42 36 24 50 40 40 Volume Transaksi RTGS 21.539 21.051 22.650 16.946 19.775 19.244 21.601 Rata-rata Harian Nominal Transaksi RTGS

0,82 0,69 0,58 0.55 0,80 0,62 0,64

Rata-rata Harian Volume Transaksi RTGS

347 345 371 477 314 296 343

Nominal Kliring Kredit 241 236 165 97 99 103 146 Volume Kliring Kredit 22.588 23.144 15.305 4.907 4.759 4.441 5.830 Rata-rata Harian Nominal Kliring Kredit

3,89 3,87 2,70 1,61 1,6 1,67 2,39

Rata-rata Harian Volume Kliring Kredit

364 379 251 82 76 73 96

Nominal Kliring Debet 722 721 564 692 707 845 865 Volume Kliring Debet 25.349 24.915 18.430 25.154 26.335 29.505 31.846 Rata-rata Harian Nominal Kliring Debet

11,65 11,82 9,24 11,53 11,22 13,85 14,18

Rata-rata Harian Volume Kliring Debet

409 408 302 419 418 484 522

Nominal Kliring Pengembalian 26 26 20 30 26 30 27 Volume Kliring Pengembalian 975 976 674 813 851 933 769 Rata-rata Harian Nominal Kliring Pengembalian

0,45 0,43 0,32 0,50 0,41 0,50 0,44

Rata-rata Harian Volume Kliring Pengembalian

16 16 11 14 14 15 13

Nominal Tolakan Cek/BG Kosong

21 23 16 27 23 26 24

Volume Tolakan Cek/BG Kosong

854 849 556 722 757 844 674

Rata-rata Harian Nominal Cek/BG Kosong

0,34 0,38 0,27 0,45 0,36 0,43 0,40

Rata-rata Harian Volume Cek/BG Kosong

14 14 9 12 12 14 11

Sumber : Bank Indonesia Bengkulu

Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

xiv

halaman ini sengaja dikosongkan

Ringkasan Eksekutif Triwulan IV 2013 1

BANK INDONESIA

RINGKASAN EKSEKUTIF

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Perekonomian

Provinsi Bengkulu

tahun 2013

membaik

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu pada tahun 2013

melambat. Laju pertumbuhan ekonomi sebesar 6,21% (yoy), lebih rendah

dibandingkan pertumbuhan ekonomi tahun 2012 yang mencapai 6,60 %

(yoy). Perlambatan ekonomi pada tahun 2013 dipengaruhi oleh

terbatasnya permintaan domestik, terutama investasi. Selain itu, belum

pulihnya perekonomian global, terutama negara-negara mitra dagang

seperti China dan India mendorong semakin merosotnya kinerja ekspor.

Namun demikian, pada triwulan IV-2013, pertumbuhaan ekonomi

Provinsi Bengkulu mencapai 7,83% (yoy), meningkat dibandingkan

pertumbuhan triwulan sebelumnya yang hanya 6,19% (yoy) maupun

triwulan IV-2012 yang tumbuh 5,67% (yoy). Dari sisi penggunaan,

pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2013 terutama didorong oleh

pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan investasi di tengah masih

berlanjutnya pelemahan kinerja ekspor. Konsumsi rumah tangga tumbuh

tinggi melebihi perkiraan sebelumnya. Hal ini cukup menggembirakan

mengingat inflasi akhir tahun yang mencapai 9,94% (yoy). Sementara itu,

percepatan proyek-proyek pemerintah terkait persiapan pelaksanaan Hari

Pers Nasional pada bulan Februari 2014 mendorong peningkatan realisasi

investasi. Dari sisi sektoral, pertumbuhan perekonomian Provinsi Bengkulu

pada triwulan laporan didorong oleh pertumbuhan sektor-sektor utama,

yaitu sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, dan

sektor jasa-jasa. Bahkan, sektor pertanian mengalami pertumbuhan

tertinggi dalam lima tahun terakhir.

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Inflasi Provinsi

Bengkulu tercatat

tinggi mencapai

9,94% (yoy)

Inflasi Provinsi Bengkulu pada triwulan IV-2013 meningkat. Secara

tahunan, inflasi Provinsi Bengkulu pada triwulan IV-2013 mencapai 9,94%

(yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 9,54%

(yoy). Tingginya realisasi inflasi pada pertengahan tahun, kenaikan harga

Ringkasan Eksekutif Triwulan IV 2013 2

BANK INDONESIA

bahan makanan pada bulan Oktober, dan meningkatnya harga jasa

transportasi pada bulan Desember mendorong inflasi ke tingkat yang lebih

tinggi pada akhir tahun 2013.

Secara musiman, perilaku inflasi masih sama dibandingkan tahun-

tahun sebelumnya. Inflasi triwulanan pada triwulan laporan sebesar

0,63% (qtq), lebih rendah dibandingkan inflasi triwulan III-2013 yang

mencapai 4,59% (qtq). Namun demikian, jika dilihat secara triwulanan

(qtq), inflasi triwulan IV-2014 lebih tinggi dibandingkan inflasi pada

periode yang sama tahun lalu sebesar 0,27% (qtq) maupun rata-rata

inflasi triwulan IV lima tahun terakhir yang sebesar 0,28%.

Menurut kelompok barang dan jasa, peningkatan inflasi tahunan

terutama terjadi pada kelompok bahan makanan dan kelompok transpor,

komunikasi, dan jasa keuangan masing-masing sebesar 15,04% (yoy) dan

16,37% (yoy). Tingginya kenaikan harga beberapa komoditas pangan

utama seperti beras, cabai merah, dan bawang merah pada triwulan

sebelumnya sebagai dampak keterbatasan pasokan menyebabkan

pencapaian inflasi akhir tahun kelompok bahan makanan cukup tinggi.

Selaras dengan itu, pencapaian inflasi kelompok transpor, komunikasi dan

jasa keuangan yang tinggi juga disebabkan tingginya inflasi triwulan

sebelumnya sebagai dampak kenaikan BBM bersubsidi dan faktor

musiman kenaikan tarif angkutan udara pada akhir tahun. Namun, secara

triwulanan, inflasi tertinggi terjadi pada kelompok transpor, komunikasi,

dan jasa keuangan, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan

bakar, dan kelompok kesehatan. Pemicu utama inflasi triwulanan pada

triwulan laporan adalah peningkatan tarif jasa penerbangan pada akhir

tahun, naiknya tarif tenaga listrik pada bulan November 2013 yang

mendorong inflasi subkelompok penerangan, dan pelemahan nilai tukar

rupiah yang mendorong pelaku usaha untuk menaikkan harga jual obat-

obatan impor.

Berdasarkan disagregasi inflasi, peningkatan inflasi tahunan pada

triwulan laporan terutama terjadi pada kelompok volatile food yaitu dari

13,45% (yoy) pada triwulan III-2013 menjadi 15,49% (yoy). Sementara

inflasi komoditas core dan administered prices relatif stabil. Inflasi core

pada triwulan laporan sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan

sebelumnya yaitu dari 5,87% (yoy) menjadi 5,52% (yoy). Selaras dengan

Ringkasan Eksekutif Triwulan IV 2013 3

BANK INDONESIA

itu, inflasi administered prices juga turun dari 12,70% (yoy) menjadi

12,64% (yoy).

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

Fungsi intermediasi

perbankan dan

sistem pembayaran

Provinsi Bengkulu

berada dalam

kondisi yang cukup

kondusif

Kinerja intermediasi perbankan di Provinsi Bengkulu pada triwulan

IV-2013 berjalan baik tercermin dari Loan/Financing to Deposit Ratio

(L/FDR) sebesar 146,99% disertai dengan tingkat Non Performing

Loan/Finanicng (NPL/F) yang rendah yaitu 1,80%. Aset bank umum

meningkat sebesar 16,08% (yoy) menjadi Rp13,23 triliun. Penyaluran

kredit/pembiayaan tumbuh sebesar 20,60% (yoy), sementara Dana Pihak

Ketiga (DPK) tumbuh 4,23% (yoy). Kinerja BPR/BPRS menunjukkan

penurunan, tercermin dari penurunan jumlah aset, DPK, dan kredit pada

triwulan laporan dibandingkan triwulan IV-2012.

Perkembangan sistem pembayaran di Provinsi Bengkulu pada

triwulan IV-2013 secara umum menunjukkan perlambatan pertumbuhan

dibandingkan triwulan sebelumnya. Sistem pembayaran non tunai melalui

kliring mengalami peningkatan sehingga tercatat sebesar Rp881,24 miliar,

sedangkan transaksi RTGS mengalami peningkatan sebesar 0,58% (qtq)

menjadi Rp40,49 triliun. Pembayaran tunai mengalami net outflow

sebesar Rp834,87 miliar, meningkat dibandingkan net outflow triwulan

sebelumnya.

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Kinerja keuangan

pemerintah

membaik

Kinerja keuangan Pemerintah Provinsi Bengkulu 2013

menunjukkan perbaikan dibandingkan dengan tahun 2012 baik dari sisi

pendapatan maupun belanja. Hal tersebut terlihat dari realisasi

pendapatan dan belanja Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(APBD) Provinsi Bengkulu tahun 2013 yang lebih tinggi dibandingkan

dengan tahun sebelumnya. Pendapatan mencatatkan persentase realisasi

sebesar 100,85% dari total anggaran dengan nilai Rp1.695, 23 miliar.

Sementara belanja mencatatkan persentase realisasi sebesar 89,86% dari

total anggaran dengan nilai Rp1.727,48 miliar.

Ringkasan Eksekutif Triwulan IV 2013 4

BANK INDONESIA

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN DAERAH

Tingkat

kesejahteraan

masyarakat

membaik

Tingkat kesejahteraan masyarakat Provinsi Bengkulu secara umum

membaik dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini tercermin dari

menurunnya tingkat kemiskinan pada periode Maret hingga September

2013 dan adanya perbaikan Nilai Tukar Petani (NTP) dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya Nilai Tukar Petani (NTP) triwulan laporan meningkat

1,23% (qtq) dibandingkan triwulan III-2013, sementara tingkat

kemiskinan tercatat sebesar 17,75%. Namun demikian, kondisi

kemiskinan dan NTP tidak lebih baik dibandingkan dengan kondisi pada

akhir tahun 2012 lalu.

PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

Perekonomian

Provinsi Bengkulu

optimis pada

triwulan I-2014

Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu pada triwulan I-

2014 diperkirakan melambat. Perlambatan pertumbuhan ekonomi

terutama dipengaruhi oleh terbatasnya investasi menjelang Pemilu 2014

dan belum membaiknya kinerja ekspor sebagai dampak penurunan harga

batubara di pasar internasional. Di sisi lain, konsumsi rumah tangga

diperkirakan meningkat seiring dengan pelaksanaan Hari Pers Nasional.

Dari sisi sektoral, cuaca ekstrim diperkirakan menekan kinerja sektor

pertanian, terutama produksi tabama dan perkebunan. Namun,

pelaksanaan Hari Pers Nasional diperkirakan mampu mendorong

pertumbuhan ekonomi dari sektor perdagangan, hotel, dan restoran.

Perekonomian Provinsi Bengkulu diperkirakan akan tumbuh pada kisaran

5,9-6,1% (yoy).

Tekanan inflasi pada triwulan I-2013 diprediksi mereda. Meskipun

demikian, faktor risiko seperti keterbatasan pasokan beberapa komoditas

bahan makanan akibat curah hujan yang tinggi dapat memicu inflasi lebih

tinggi. Inflasi Provinsi Bengkulu pada triwulan I-2014 diperkirakan akan

berada pada kisaran 8,52±1% (yoy).

   

BAAB I PEKERKEMKONO

MBANGMI MA

GAN AKRO

halaman ini sengaja dikosongkan

Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan IV-2013 5

BANK INDONESIA

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu pada tahun 2013 melambat. Laju

pertumbuhan ekonomi sebesar 6,21% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan

ekonomi tahun 2012 yang mencapai 6,60 % (yoy). Perlambatan ekonomi pada tahun

2013 dipengaruhi oleh terbatasnya permintaan domestik, terutama investasi. Selain itu,

belum pulihnya perekonomian global, terutama negara-negara mitra dagang seperti China

dan India mendorong semakin merosotnya kinerja ekspor.

Namun demikian, pada triwulan IV-2013, pertumbuhaan ekonomi Provinsi

Bengkulu mencapai 7,83% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan

sebelumnya yang hanya 6,19% (yoy) maupun triwulan IV-2012 yang tumbuh 5,67% (yoy).

Dari sisi penggunaan, pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2013 terutama didorong

oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan investasi di tengah masih berlanjutnya

pelemahan kinerja ekspor. Konsumsi rumah tangga tumbuh tinggi melebihi perkiraan

sebelumnya. Hal ini cukup menggembirakan mengingat inflasi akhir tahun yang mencapai

9,94% (yoy). Sementara itu, percepatan proyek-proyek pemerintah terkait persiapan

pelaksanaan Hari Pers Nasional pada bulan Februari 2014 mendorong peningkatan

realisasi investasi. Dari sisi sektoral, pertumbuhan perekonomian Provinsi Bengkulu pada

triwulan laporan didorong oleh pertumbuhan sektor-sektor utama, yaitu sektor pertanian,

sektor perdagangan, hotel, dan restoran, dan sektor jasa-jasa. Bahkan, sektor pertanian

mengalami pertumbuhan tertinggi dalam lima tahun terakhir.

Grafik 1.1. Perkembangan PDRB dan Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Bengkulu (harga konstan 2000)

Sumber : BPS Provinsi Bengkulu, angka sementara

Perekonomian Provinsi Bengkulu pada triwulan IV-2013 tumbuh lebih

tinggi dibandingkan triwulan III-2013. Pada triwulan laporan, pertumbuhan ekonomi

7.83%

2.33%

-2%

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

Q-1 Q-2 Q-3 Q-4 Q-1 Q-2 Q-3 Q-4 Q-1 Q-2 Q-3 Q-4 Q-1 Q-2 Q-3 Q-4 Q-1 Q-2 Q-3 Q4

2009 2010 2011 2012 2013

Mili

ar R

p

PDRB (skala kiri) LPE (yoy; skala kanan)

LPE (qtq; skala kanan)

Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan IV-2013 6

BANK INDONESIA

Provinsi Bengkulu tercatat sebesar 7,83% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya yang hanya sebesar 6,19% (yoy). Pertumbuhan ekonomi pada triwulan

laporan juga lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. Dengan

pencapaian triwulan IV-2013 yang cukup baik, pertumbuhan ekonomi kumulatif Provinsi

Bengkulu tahun 2013 mencapai 6,21% (yoy), berada di atas pertumbuhan ekonomi

nasional yang hanya sebesar 5,78% (yoy). Namun, pertumbuhan ekonomi Provinsi

Bengkulu tahun 2013 ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan tahun 2012 yang

mencapai 6,61% (yoy).

Secara triwulanan, pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu lebih tinggi

dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan

ekonomi triwulan IV-2013 tercatat sebesar 2,23% (qtq), sedangkan triwulan IV-2012

hanya tumbuh sebesar 0,78% (qtq). Pertumbuhan ini terutama didorong oleh

peningkatan konsumsi, baik rumah tangga maupun pemerintah yang cukup besar. Hal ini

sejalan dengan perkembangan sektor-sektor utama di Provinsi Bengkulu, yaitu pertanian,

PHR, dan jasa-jasa yang tumbuh tinggi. Sektor PHR tumbuh paling tinggi sebesar 9,45%

(yoy), disusul sektor jasa-jasa yang tumbuh 9,17% (yoy). Sedangkan sektor pertanian yang

berkontribusi paling besar terhadap pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan tumbuh

7,63% (yoy).

1.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sisi Penggunaan

Dari sisi penggunaan, pertumbuhan ekonomi secara tahunan didorong

oleh membaiknya pertumbuhan konsumsi dan peningkatan investasi. Konsumsi

secara keseluruhan tumbuh sebesar 6,05% (yoy), lebih tinggi dibandingkan perumbuhan

triwulan sebelumnya yang sebesar 5,45% (yoy). Percepatan pertumbuhan konsumsi

terutama disebabkan oleh membaiknya konsumsi rumah tangga dari 5,99% (yoy) pada

triwulan III-2013 menjadi 6,25% (yoy) pada triwulan laporan. Konsumsi rumah tangga

menyumbang sebesar 3,94% terhadap pembentukan pertumbuhan ekonomi secara

keseluruhan. Selaras dengan itu, konsumsi pemerintah tumbuh 5,62% (yoy), membaik

dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 3,97% (yoy) (Tabel 1.1).

Investasi yang direpresentasikan oleh Pembentukan Modal Tetap

Domestik Bruto (PMTDB) tumbuh lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya.

PMTDB tumbuh sebesar 10,43% (yoy), meningkat dari triwulan III-2013 yang tumbuh

sebesar 9,77% (yoy). Pertumbuhan ini juga lebih baik jika dibandingkan dengan periode

yang sama tahun 2012 yang hanya tumbuh 8,19% (yoy). Membaiknya investasi

Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan IV-2013 7

BANK INDONESIA

berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi ke depan. Sementara itu, kinerja

ekspor Provinsi Bengkulu masih lemah, meskipun terlihat adanya tren peningkatan.

Pertumbuhan ekspor Provinsi Bengkulu dalam pembentukan PDRB turun sebesar 0,44%

(yoy), lebih baik dibandingkan triwulan lalu yang turun lebih dalam sebesar 0,98% (yoy).

Tabel 1.1. PDRB Provinsi Bengkulu Berdasarkan Jenis Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan

miliar rupiah (kecuali dinyatakan lain)

Jenis Penggunaan Q-IV 2012 Q-I 2013 Q-II 2013 Q-III 2013 Q-IV 2013

Nilai Pertumb.

Tahunan Nilai

Pertumb.

Tahunan Nilai

Pertumb.

Tahunan Nilai

Pertumb.

Tahunan Nilai

Pertumb.

Tahunan

Konsumsi Rumah Tangga 1.521 6,02% 1.537 6,21% 1.555 6,20% 1.596 5,99% 1.616 6,25%

Konsumsi Lembaga Nirlaba 25 9,21% 23 -1,84% 24 -1,12% 24 -3,67% 26 0,91%

Konsumsi Pemerintah 417 8,63% 379 2,71% 392 1,76% 414 3,97% 440 5,62%

Pembentuk Modal Tetap

Domestik Bruto 293 8,19% 282 5,26% 294 7,31% 308 9,77% 324 10,43%

Perubahan stok -115 -24,46% -40 -47,44% -3 -95,89% 11 -114,80% -22 -82,26%

Ekspor 749 2,09% 744 6,94% 739 1,14% 725 -0,98% 746 -0,44%

Impor 479 16,19% 492 17,19% 523 17,84% 537 13,42% 529 10,47%

PDRB 2.411 5,67% 2.434 5,44% 2.477 5,32% 2.541 6,19% 2.600 7,83%

Sumber : BPS Provinsi Bengkulu, angka sementara

1.1.1. Konsumsi

Konsumsi rumah tangga pada triwulan IV-2013 meningkat. Konsumsi rumah

tangga tumbuh sebesar 6,25% (yoy), lebih baik dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya yang hanya sebesar 5,99% (yoy). Laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga

pada triwulan laporan juga lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan periode yang sama

tahun 2012 yang sebesar 6,02% (yoy). Hal ini merupakan sinyal positif terhadap

perbaikan perekonomian masyarakat, sebab di tengah inflasi tinggi Provinsi Bengkulu

yang mencapai 9,94% (yoy), konsumsi masyarakat masih tumbuh tinggi. Kondisi ini

memang selaras dengan kinerja sektor utama perekonomian Bengkulu yang membaik

pada triwulan laporan. Kinerja sektor pertanian, PHR, dan jasa-jasa tumbuh lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya yang berdampak pada peningkatan daya beli

masyarakat. Di samping itu, beberapa even daerah pada triwulan IV-2013 juga diprediksi

mendorong peningkatan konsumsi masyarakat, diantaranya Bengkulu Expo dan Festival

Tabot, disamping faktor musiman akhir tahun, Natal, dan libur sekolah. Secara triwulanan

konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 1,26% (qtq), lebih tinggi dibanding

pertumbuhan triwulanan pada periode yang sama tahun 2012 yang sebesar 1,01% (qtq).

Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan IV-2013 8

BANK INDONESIA

Grafik 1.2. Konsumsi Rumah Tangga Menurut PDRB Harga Konstan dan Perkembangan Inflasi di Provinsi Bengkulu

miliar rupiah kecuali dinyatakan lain

Sumber : Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu, angka sementara, diolah

Grafik 1.3. Hasil Survei Konsumen di Provinsi Bengkulu

Sumber : Survei Konsumen, Bank Indonesia

Perbaikan daya beli masyarakat terindikasi dari hasil Survei Konsumen (SK)

triwulan IV-2013. Nilai Saldo (NS) Penghasilan saat ini pada Indeks Kondisi Ekonomi (IKE)

masih di atas 100 yang berarti penghasilan masyarakat masih cukup baik, hal ini

berbanding terbalik dengan pandangan masyarakat yang pesimis terhadap kondisi

ekonomi saat (Grafik 1.3). Di sisi lain, Nilai Saldo (NS) Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)

masih di atas 100. Hal ini menyatakan bahwa masyarakat optimis terhadap kondisi

ekonomi kedepan. Namun, masyarakat masih tidak yakin terhadap ketersediaan lapangan

pekerjaan, hal ini terlihat Nilai Saldo (NS) ketersediaan lapangan kerja 6 (enam) bulan yang

akan datang yang dibawah 100. Secara keseluruhan, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

6.25%

3.00%

4.00%

5.00%

6.00%

7.00%

-100

100

300

500

700

900

1,100

1,300

1,500

1,700

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012 2013

Konsumsi RT

g(yoy)

9.94%

0.0%

2.0%

4.0%

6.0%

8.0%

10.0%

12.0%

6789101112123456789101112123456789101112123456789101112

2010 2011 2012 2013

Inflasi yoy (%)

101.00

86.22

115.78

45

60

75

90

105

120

135

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

2010 2011 2012 2013

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)

Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)

Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan IV-2013 9

BANK INDONESIA

mengalami penurunan dibandingkan triwulan III-2013, namun masih dalam tingkat yang

optimis (NS IKK >100).

Indikasi peningkatan konsumsi rumah tangga juga terlihat dari

peningkatan laju pertumbuhan konsumsi listrik PLN. Pada triwulan IV-2013 (data

sampai November 2013), konsumsi listrik rata-rata untuk segmen rumah tangga tercatat

sebesar 43 juta Kwh/bulan atau tumbuh sebesar 14% (yoy), lebih tinggi dibandingkan

dengan konsumsi listrik rata-rata pada triwulan sebelumnya yang sebesar 13% (yoy). Di

sisi lain, jumlah pelanggan listrik rumah tangga PLN meningkat sebesar 13,04% (yoy)

(Grafik 1.4). Kondisi ini selaras dengan kinerja sektor bangunan yang tumbuh cukup baik

pada triwulan laporan.

Selain itu, pertumbuhan konsumsi rumah tangga juga dapat terindikasi

melalui peningkatan pembelian kendaraan baru (Grafik 1.4). Berdasarkan data

jumlah kendaraan baru triwulan IV-2013, terlihat adanya tren peningkatan rata-rata

bulanan jumlah pendaftaran kendaraan baru, meskipun masih lebih rendah dibandingkan

triwulan sebelumnya. Pada triwulan IV-2013, jumlah pendaftaran kendaraan baru roda

dua tercatat sebesar 13.102 unit, sementara jumlah pendaftaran kendaraan baru roda

tiga/lebih tercatat sebesar 1.776 unit.

Grafik 1.4. Konsumsi Listrik Rumah Tangga dan Perkembangan Kendaraan Milik Swasta di Provinsi Bengkulu

Sumber : Dispenda Provinsi Bengkulu dan PLN Bengkulu, diolah

Peningkatan konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan tidak diikuti

oleh peningkatan kredit konsumsi yang disalurkan perbankan. Secara tahunan,

kredit konsumsi pada triwulan laporan justru mengalami perlambatan. Kredit konsumsi

hanya tumbuh sebesar 22,38% (yoy) menjadi sebesar Rp6,4 triliun, lebih rendah

14%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

-

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

2009 2010 2011 2012 2013

Juta

Kw

h

Konsumsi Listrik Rumah Tangga

g (yoy)

4131

716

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2012 2013

Jumlah Kendaraan Baru

Roda 2 (kiri)

Roda 3 & lebih (kanan)

Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan IV-2013 10

BANK INDONESIA

dibandingkan pertumbuhan kredit konsumsi triwulan sebelumnya yang mencapai 30,34%

(yoy) Rp6,4 triliun (Grafik 1.5). Peningkatan suku bunga kredit seiring dengan kebijakan

Bank Indonesia yang menaikkan BI-Rate sampai 7,5% diperkirakan menjadi faktor utama

masyarakat menahan konsumsi melalui fasilitas kredit perbankan. Pada bulan Desember

2013, Suku Bunga Tertimbang (SBT) kredit konsumsi sebesar 14,08%.

Grafik 1.5. Kredit Konsumsi Perbankan di Provinsi Bengkulu

Sumber : Laporan Bank Umum

Grafik 1.6. Konsumsi Pemerintah dan Lembaga Nirlaba Menurut PDRB Harga Konstan di Provinsi Bengkulu

miliar rupiah kecuali dinyatakan lain

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu, angka sementara, diolah

Konsumsi pemerintah tumbuh lebih baik pada triwulan laporan. Konsumsi

pemerintah pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar 5,62% (yoy), lebih tinggi dibandingkan

triwulan III-2013 yang hanya tumbuh sebesar 3,97% (yoy) (Grafik 1.6). Namun, realisasi

pertumbuhan konsumsi pemerintah pada triwulan IV-2013 masih lebih rendah

dibandingkan pertumbuhan konsumsi pemerintah pada periode yang sama tahun 2012

22.38%

0.00%

5.00%

10.00%

15.00%

20.00%

25.00%

30.00%

35.00%

40.00%

45.00%

50.00%

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112

2011 2012 2013

Juta

Rp

g(yoy)

5.62%

0.00%

2.00%

4.00%

6.00%

8.00%

10.00%

12.00%

14.00%

-

50

100

150

200

250

300

350

400

450

500

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2009 2010 2011 2012 2013

Kons. Pemerintah

g(yoy)

0.91%

-20.0%

-10.0%

0.0%

10.0%

20.0%

30.0%

40.0%

17

19

20

22

23

25

26

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2009 2010 2011 2012 2013

Kons. Lemb. Nirlaba

g(yoy)

Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan IV-2013 11

BANK INDONESIA

yang mencapai 8,63% (yoy). Secara triwulanan, konsumsi pemerintah naik sebesar 6,38%

(qtq). Hal ini sesuai dengan pola serapan belanja pemerintah yang tinggi pada triwulan IV

setiap tahun. Namun, jika dibandingkan dengan pertumbuhan triwulanan triwulan IV

tahun sebelumnya, pencapaian pada triwulan laporan lebih baik. Di samping belanja

operasional, peningkatan konsumsi pemerintah diprediksi terkait dengan persiapan

pelaksanaan Hari Pers Nasional yang jatuh pada tanggal 1-10 Februari di Provinsi

Bengkulu. Persiapan tersebut antara lain pembangunan sarana dan prasara jalan raya,

fasilitas umum, dan bandara. Proyek-proyek pemerintah ini masih berlanjut sampai

dengan awal tahun 2014.

Peningkatan konsumsi pemerintah juga terindikasi dari turunnya giro milik

pemerintah yang berada di perbankan. Giro milik pemerintah tercatat turun sebesar

22,06% (yoy) pada triwulan laporan (Grafik 1.7), berbeda dengan triwulan sebelumnya

yang masih tumbuh sebesar 2,39% (yoy) dan triwulan IV-2012 yang tumbuh 49,60%

(yoy). Secara nominal, giro pemerintah berkurang dari Rp1,87 triliun pada triwulan III-

2013 menjadi Rp629 miliar pada akhir triwulan IV-2013 atau turun 66,38% (qtq).

Grafik 1.7. Perkembangan Dana Pemerintah di Bank Umum

dalam juta rupiah kecuali dinyatakan lain

Sumber : Laporam Bank Umum, diolah

Konsumsi lembaga nirlaba mengalami peningkatan sebesar 0,91% (yoy)

pada triwulan laporan, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang

mencatat penurunan sebesar 3,67% (yoy). Secara triwulanan, konsumsi lembaga

nirlaba tumbuh sebesar 5,75% (qtq), melambat dibandingkan pertumbuhan pada

triwulan III-2012 yang hanya 0,95% (qtq).

-22.06%

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

100,000

350,000

600,000

850,000

1,100,000

1,350,000

1,600,000

1,850,000

2,100,000

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

2009 2010 2011 2012 2013

Giro Milik Pemerintah

g(yoy)

Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan IV-2013 12

BANK INDONESIA

1.1.2. Investasi

Investasi di Provinsi Bengkulu pada triwulan IV-2013 mengalami

peningkatan. Investasi yang tercermin dari Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto

(PMTDB) tumbuh sebesar 10,43% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan

triwulan III-2013 yang sebesar 9,77% (yoy). Pertumbuhan investasi pada triwulan IV-2013

diperkirakan masih terkait persiapan pemerintah daerah menyelenggarakan hari Pers

Nasional di Bengkulu pada Februari 2014. Beberapa proyek jalan raya dan fasilitas umum

dilaksanakan pada triwulan IV-2013. Selain proyek pemerintah, peningkatan investasi juga

tercermin dari bertambahnya pembangunan perumahan/konstruksi yang ditandai dengan

peningkatan laju kredit perumahan/konstruksi pada triwulan IV-2013.

Pertumbuhan investasi juga dikonfirmasi oleh hasil liasion yang

menyatakan ada peningkatan investasi, meskipun terbatas. Berdasarkan liaison,

investasi yang dilakukan berupa pembangunan sarana dan prasarana pendukung

usaha,misalnya pembangunan pembangkit listrik sebagai pemasok energi di sektor

industri pengolahan, dan penambahan kantor baru di sektor jasa keuangan. Sementara

itu, dari sektor perkebunan kelapa sawit yang merupakan komoditas unggulan Provinsi

Bengkulu, investasi dilakukan dalam bentuk replanting pada lahan yang telah tersedia.

Namun demikian, kondisi perekonomian global dan nasional yang belum sepenuhnya

pulih mendorong pelaku usaha lebih berhati-hati dalam melakukan investasi pada triwulan

laporan, mengingat tibanya masa Pemilu 2014.

Investasi di bidang bangunan mengalami peningkatan. Hal ini tercermin dari

konsumsi semen pada triwulan laporan yang meningkat dibandingkan dengan kondisi

pada triwulan sebelumnya. Secara tahunan (Grafik 1.8), konsumsi semen meningkat

sebesar 40,84% (qtq) menjadi 162 ribu ton, lebih tinggi dibandingkan konsumsi triwulan

sebelumnya yang hanya 115 ribu ton. Namun jika dibandingkan dengan periode yang

sama pada tahun 2013, konsumsi semen mengalami penurunan sebesar 8,99% (yoy).

Selaras dengan itu, penyaluran kredit investasi meningkat pada triwulan

laporan. Secara tahunan, kredit investasi yang disalurkan perbankan di Provinsi Bengkulu

tumbuh 36,30% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan

sebelumnya yang hanya sebesar 27,94% (yoy) maupun triwulan IV-2012 yang tumbuh

16,06% (yoy). Sampai dengan akhir triwulan IV-2013, kredit investasi yang disalurkan oleh

perbankan mencapai Rp1,34 triwulan atau meningkat sebesar 5,12% (qtq) dibandingkan

triwulan sebelumnya. Kredit investasi yang disalurkan oleh perbankan sebagian besar

ditujukan kepada debitur UMKM mencapai 83% dari total kredit investasi.

Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan IV-2013 13

BANK INDONESIA

Grafik 1.8. Perkembangan Kredit Investasi dan Konsumsi Semen di Provinsi Bengkulu

juta rupiah kecuali dinyatakan lain `

Sumber : Laporan Bank Umum dan Asosiasi Semen Indonesia, diolah

1.1.3. Ekspor dan Impor

Kinerja ekspor/impor pembentuk PDRB yang mencakup kegiatan

ekspor/impor antar provinsi maupun antar negara mulai menunjukkan perbaikan

(Tabel 1.2). Walaupun secara tahunan kinerja ekspor masih mengalami penurunan,

namun pencapaian triwulan IV-2013 lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya. Ekspor

turun sebesar -0,44% (yoy) pada triwulan laporan, lebih baik dibandingkan triwulan III-

2013 yang turun lebih dalam mencapai -0,98% (yoy). Porsi ekspor pembentukan PDRB

pada triwulan IV-2013 masih didominasi oleh ekspor antar daerah yang mencapai

75,84%. Ekspor antar daerah ini turun sebesar 1,46% (yoy), berbanding terbalik

dibanding ekspor luar negeri yang tercatat tumbuh 2,89% (yoy). Peningkatan ekspor luar

negeri diperkirakan sebagai respon positif membaiknya perekonomian global dan

didukung oleh peningkatan harga-harga komoditas ekspor utama Provinsi Bengkulu.

Di sisi lain, lemahnya ekspor antar daerah merupakan dampak rendahnya

produktivitas sektor pertanian pada triwulan sebelumnya, disamping permasalahan

distribusi akibat curah hujan yang tinggi sepanjang triwulan IV-2013. Sementara itu,

kinerja impor masih tertekan, terutama impor luar negeri yang turun 1,59% (yoy) dari

sebelumnya yang masih tumbuh positif 2,33% (yoy). Pelemahan nilai tukar rupiah

diperkirakan menjadi faktor utama tertekannya kinerja ekspor. Di sisi lain, impor antar

daerah tetap tumbuh sebesar 10,62% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya

yang mencapai 13,56% (yoy). Ketergantungan Provinsi Bengkulu dari daerah lain terkait

kebutuhan bahan pangan dan barang konsumsi lainnya menjadi pendorong tetap

tumbuhnya impor antar daerah. Dengan demikian, ekspor netto Provinsi Bengkulu pada

36.30%

-10%

5%

20%

35%

50%

65%

80%

350,000

500,000

650,000

800,000

950,000

1,100,000

1,250,000

1,400,000

6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112

2012 2013

Kredit Investasi

g(yoy)

-8.99%

-45%

-30%

-15%

0%

15%

30%

45%

60%

25,000

32,500

40,000

47,500

55,000

62,500

6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112

2011 2012 2013

Kons. Semen (ton)g(yoy)

Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan IV-2013 14

BANK INDONESIA

triwulan laporan mencatatkan penurunan sebesar 19,80% (yoy), lebih baik dibandingkan

triwulan sebelumnya yang turun sampai 27,32% (yoy).

Tabel 1.2. Perkembangan Ekspor dan Impor Regional dalam pembentukan PDRB menurut Harga Konstan Provinsi Bengkulu

miliar rupiah, %

Nominal 2012 2013

Q-I Q-II Q-III Q-IV Q-I Q-II Q-III Q-IV

Ekspor 696 730 732 749 744 739 725 746

Impor 420 444 473 479 492 523 537 529

% yoy 2012 2013

Q-I Q-II Q-III Q-IV Q-I Q-II Q-III Q-IV

Ekspor 3.97% 4.61% 3.00% 2.09% 6.94% 1.14% -0.98% -0.44%

Impor 21.06% 21.58% 19.68% 16.19% 17.19% 17.84% 13.42% 10.47%

Sumber : BPS Provinsi Bengkulu, angka sementara

Sementara itu, berdasarkan Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB), ekspor

komoditas Provinsi Bengkulu pada triwulan IV-2013 meningkat (Tabel 1.3). Nilai

ekspor luar negeri pada triwulan laporan mencapai USD73,8 juta atau tumbuh 24% (qtq),

sedangkan pada triwulan sebelumnya nilai ekspor Provinsi Bengkulu hanya USD59,56 juta

atau turun 42% (qtq). Mulai membaiknya negara-negara tujuan ekspor utama seperti

China, India, Amarika Serikat, dan beberapa negara Eropa menjadi pendorong utama

peningkatan ekspor. Selain itu, harga komoditas unggulan dari Provinsi Bengkulu, yaitu

batubara, CPO, dan karet mulai membaik. Bergeraknya harga komoditas tersebut

mendorong para pelaku usaha untuk meningkatkan produksi dan volume ekspornya.

Secara keseluruhan tahun 2013, nilai ekspor Provinsi Bengkulu mencapai USD322 juta,

masih lebih rendah dibandingkan pencapaian tahun 2012 yang mencapai USD443 juta.

Selaras dengan peningkatan nilai ekspor, volume ekspor pada triwulan

laporan juga meningkat. Secara tahunan, volume ekspor pada triwulan IV-2013

mencapai 928 ribu ton atau tumbuh sebesar 82% (qtq), lebih tinggi dibandingkan

triwulan sebelumnya yang hanya melakukan ekspor sebanyak 511 ribu ton. Secara

keseluruhan tahun 2013, Provinsi Bengkulu melakukan ekspor sebanyak 3,4 juta ton,

masih lebih rendah dibandingkan volume ekspor tahun 2012 yang mencapai 4,1 juta ton.

Jika dilihat dari nilai dan volume ekspor, batubara masih mendominasi ekspor Provinsi

Bengkulu sepanjang tahun 2013, diikuti karet dan CPO.

Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan IV-2013 15

BANK INDONESIA

Tabel 1.3. Perkembangan Ekspor Barang-Barang Non-Migas Utama Menurut Jenis Barang di Provinsi Bengkulu

nilai dalam ribu dollar, volume dalam ton

Komoditas Ket. 2012 2013 Proporsi

(%) Q-II Q-III Q-IV Q-I Q-II Q-III Q-IV

CPO Nilai 16.215 13.100 12.386 9.150 14.059 13.433 13.323 15.53

Volume 15.250 12.750 15.400 12.500 17.500 22.811 16.500 3.01

Kakao Nilai - 261 262 146 - - - 0.05

Volume - 100 100 50 - - - 0.00

Batubara Nilai 71.297 61.001 66.910 49.069 56.863 28.649 44.758 55.73

Volume 1.178.335 1.000.527 1.254.493 822.652 1.006.358 480.807 855.846 93.84

Karet Nilai 42.499 32.123 29.571 26.171 29.834 17.478 11.956 26.55

Volume 11.832 11.179 10.702 8.956 11.259 7.512 5.187 1.43

Lainnya Nilai 1.519 2.645 1.720 1.417 1.711 - 3.763 2.14

Volume 25.382 41.084 25.935 17.880 23.105 - 50.312 3.97

Total Nilai 131.530 109.129 110.849 85.954 102.467 59.559 73.801 100

Volume 1.230.800 1.065.640 1.306.630 862.039 1.058.222 511.129 927.846 100

Sumber : Dirjen Bea dan Cukai berdasarkan Harmonised System

Peningkatan nilai ekspor pada triwulan IV-2013 terutama didorong oleh

membaiknya harga komoditas CPO ditengah masih terbatasnya peningkatan

harga komoditas batubara dan karet. Nilai ekspor CPO secara tahunan mengalami

peningkatan sebesar 7,57% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang

hanya tumbuh sebesar 2,54% (yoy). Sementara itu, nilai ekspor batubara secara tahunan

turun sebesar 33,11% (yoy), masih lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang

turun lebih tajam sebesar 53,04% (yoy). Di sisi lain, tekanan ekspor karet masih berlanjut,

nilai ekspor turun semakin dalam dari -45,59% (yoy) menjadi -59,57% (yoy). Kondisi ini

tidak lepas dari harga karet internasional yang terus turun sampai dengan akhir tahun

2013, berbeda dengan harga komoditas CPO yang mulai bergerak naik dan harga

komoditas batubara yang cenderung stabil.

Dari sisi volume ekspor, hanya komoditas batubara yang tercatat tumbuh

lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya. Walaupun masih lebih rendah

dibanding periode yang sama tahun 2012, volume ekspor batubara hanya turun 31,78%

(yoy), lebih baik dibandingkan triwulan III-2013 yang turun tajam sampai 51,94% (yoy).

Perbaikan ekspor ini terutama dipengaruhi membaiknya perekonomian India dan China

sebagai importir utama batubara dari Provinsi Bengkulu. Kebutuhan yang besar kedua

negera tersebut untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga uap mendorong

peningkatan permintaan. Namun, secara keseluruhan, volume ekspor batubara sepanjang

2013 masih lebih rendah dibandingkan tahun 2012. Berdasarkan hasil liasion, banyak

pertambangan batubara yang telah menghentikan penambangan. Beberapa faktor yang

Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan IV-2013 16

BANK INDONESIA

menyebabkan penutupan tambang tersebut antara lain : maraknya pencurian, penolakan

masyrarakat sekitar, dan harga batubara yang terus menggerus margin perusahaan.

Sementara itu, volume ekspor karet dan CPO turun sepanjang triwulan IV-

2013. Tingginya curah hujan pada triwulan IV-2013 mengakibatkan panen getah karet

tidak maksimal, disamping harga komoditas karet yang masih belum stabil sehingga ada

kecenderungan pelaku usaha membatasi proses penyadapan. Di sisi lain, perbaikan harga

CPO belum mampu mendorong volume ekspor CPO ke tingkat yang lebih tinggi. Ekspor

CPO hanya tumbuh 7,14% (yoy), jauh lebih kecil dibandingkan pertumbuhan triwulan

sebelumnya yang mencapai 78,91% (yoy).

Grafik 1.9. Perkembangan Harga Beberapa Komoditas Ekspor Bengkulu dalam US$/100 kg untuk karet.

US$/metric ton untuk CPO & batubara

Sumber : DSM Bank Indonesia dan Bloomberg, diolah

India, Belgia dan China merupakan negara-negara tujuan ekspor dengan

jumlah nilai pembelian terbesar komoditas dari Provinsi Bengkulu pada triwulan

laporan (Tabel 1.4). Jumlah transaksi ketiga negara tersebut sebesar USD38,81 juta atau

sekitar 52,59% dari total nilai ekspor pada triwulan IV-2013. Nilai ekspor kepada tiga

negara tersebut meningkat sebesar 42,48% (qtq) dibandingkan triwulan III-2013. Mulai

pulihnya krisis ekonomi di Eropa, China, dan India diprediksi sebagai penyebab naiknya

permintaan dari negera-negara utama tujuan ekspor tersebut. Dari negara-negara tujuan

ekspor pada triwulan IV-2013, India tercatat sebagai negara tujuan ekspor dengan

pertumbuhan nilai ekspor tertinggi, yaitu sebesar 31,42% (qtq), diikuti oleh ekspor ke

Jepang yang tumbuh 25,28% (qtq).

263

792

63

(100)

100

300

500

700

900

1,100

1,300

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112

2010 2011 2012 2013

Karet CPO Batubara

Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan IV-2013 17

BANK INDONESIA

Tabel 1.4. Perkembangan Ekspor Barang-Barang Non-Migas Utama Menurut Negara Pembeli di Provinsi Bengkulu

nilai dalam ribu dollar. volume dalam ton

Negara Pembeli Ket. 2012 2013

Q-II Q-III Q-IV Q-I Q-II Q-III Q-IV

Amerika Serikat Nilai 15.933 14.935 15.551 13.292 5.945 4.441 5.208

Volume 4.486 5.302 5.662 4.527 2.230 1.955 2.265

Philipina Nilai 2.021 2.645 1.634 1.227 160 5.507 5.785

Volume 34.045 41.084 24.257 17.417 2.460 81.335 86.211

Singapura Nilai 10.498 4.714 11.118 4.690 16.621 5.312 710

Volume 2.940 1.492 58.489 1.676 6.308 2.230 302

Malaysia Nilai 4.385 7.477 5.583 7.888 6.136 4.640 4.897

Volume 55.184 94.416 80.379 118.195 72.227 73.088 82.321

Hongkong Nilai 2.970 - - - - - -

Volume 53.439 - - - - - -

Belgia Nilai 17.473 14.098 13.152 10.538 14.644 14.095 13.920

Volume 15.573 13.073 15.662 12.944 17.702 16.943 16.742

India Nilai 25.693 18.633 12.276 11.541 28.089 13.146 17.276

Volume 448.536 374.514 289.010 223.894 532.551 241.844 375.047

Jepang Nilai 10.766 11.664 5.881 5.450 6.830 3.582 4.487

Volume 34.103 40.772 40.413 58.777 58.713 18.544 31.564

China Nilai 21.539 13.731 26.098 8.287 5.924 - 7.618

Volume 386.440 259.084 519.150 155.221 99.978 - 149.267

Lainnya Nilai 20.251 21.232 19.555 23.042 18.118 8.835 13.900

Volume 196.055 235.903 273.609 269.389 166.047 75.191 184.127

Total Nilai 131.530 109.129 110.849 85.954 102.467 59.559 73.801

Volume 507.226 1.230.800 1.065.640 1.306.630 862.039 511.130 927.846

Sumber : Dirjen Bea dan Cukai; diolah

1.2. PDRB Sisi Sektoral

Berdasarkan sektoral, pertumbuhan ekonomi triwulan IV-2013 ditopang

oleh percepatan pertumbuhan sektor pertanian, jasa-jasa, dan perdagangan,

hotel, dan restoran (PHR) (Tabel 1.5). Sektor pertanian berkontribusi paling besar

terhadap pembentukan pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan dengan sumbangan

2,78% atau 35,50% dari pertumbuhan ekonomi. Disusul sektor PHR yang berkontribusi

sebesar 24,14% dan sektor jasa-jasa yang berkontribusi 21,58% (Grafik 1.10).

Secara tahunan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran tumbuh paling

tinggi pada triwulan laporan. Pertumbuhan sektor PHR mencapai 9,45% (yoy), lebih

tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 8,83% (yoy) maupun

terhadap triwulan IV-2013 yang sebesar 7,87% (yoy). Sementara itu, peningkatan

pelayanan pemerintahan umum mendorong percepatan pertumbuhan sektor jasa-jasa

lebih tinggi dari triwulan sebelumnya. Sektor jasa-jasa tumbuh sebesar 9,17% (yoy), lebih

Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan IV-2013 18

BANK INDONESIA

baik dibandingkan pencapaian pertumbuhan triwulan III-2013 yang sebesar 8,73% (yoy).

Selaras dengan itu, perbaikan kinerja subsektor tanaman bahan pangan mendorong laju

pertumbuhan sektor pertanian lebih tinggi dari perkiraan. Sektor pertanian tumbuh

7,63% (yoy), meningkat cukup tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan III-2013 dan

triwulan IV-2012 yang masing-masing hanya tumbuh sebesar 3,71% (yoy) dan 3,02%

(yoy). Di sisi lain, kinerja sektor pertambangan dan penggalian paling rendah dibanding

sektor-sektor lainnya. Namun, walaupun masih tumbuh negatif sebesar -0,25% (yoy),

kinerja sektor ini masih lebih baik jika dibandingkan dengan triwulan III-2013 yang turun

lebih tajam sebesar -0,67% (yoy). Kondisi ini selaras dengan membaiknya kinerja ekspor

batubara pada triwulan laporan.

Tabel 1.5. PDRB Provinsi Bengkulu Menurut Sektoral Atas Dasar Harga Konstan 2000

miliar rupiah (kecuali dinyatakan lain)

Lapangan Usaha

Q- IV 2012 Q- I 2013 Q- I I 2013 Q- I I I 2013 Q- IV 2013

Nilai Pertumb.

Tahunan Nilai

Pertumb.

Tahunan Nilai

Pertumb.

Tahunan Nilai

Pertumb.

Tahunan Nilai

Pertumb

.

Tahunan

Pertanian 878 3,02% 891 2,40% 904 3,06% 918 3,71% 945 7,63%

Pertambangan dan

Penggalian 86 5,25% 85 5,72% 85 -0,52% 83 -0,67% 86 -0,25%

Industri Pengolahan 108 7,11% 108 8,45% 110 7,56% 114 7,04% 117 7,60%

Listrik, Air dan Gas 12 5,66% 12 5,84% 12 4,84% 12 5,13% 12 4,49%

Bangunan 79 6,41% 77 7,83% 76 3,04% 78 4,64% 83 4,85%

Perdagangan, Hotel dan

Restoran 482 7,87% 493 6,46% 506 7,35% 523 8,83% 527 9,45%

Angkutan dan

Komunikasi 200 3,14% 202 5,88% 206 5,45% 213 7,52% 215 7,09%

Keuangan dan Persewaan 122 7,58% 123 8,43% 126 8,23% 128 7,77% 131 7,30%

Jasa-jasa 444 9,10% 443 8,50% 452 7,94% 471 8,73% 485 9,17%

PDRB 2.411 5,67% 2.434 5,44% 2.477 5,32% 2.541 6,19% 2.600 7,83%

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu; angka sementara

Grafik 1.10. Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV-2013 Sektoral

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu

35.50%

-0.13%

4.34%

0.26%

2.04%

24.14%

7.54%

4.73%

21.58%

Pertanian

Pertambangan & Penggalian

Industri Pengolahan

Listrik, Gas dan Air Bersih

Bangunan

Perdagangan, Hotel & Restoran

Pengangkutan & Komunikasi

Keuangan, Persewaan & Jasa Persh.

Jasa-JasaKeterangan : porsi sumbangan

Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan IV-2013 19

BANK INDONESIA

Struktur perekonomian Provinsi Bengkulu masih sama dibandingkan

periode-periode sebelumnya. Perekonomian pada triwulan IV-2013 masih didominasi

oleh sektor pertanian dengan porsi 36,33%, diikuti oleh sektor perdagangan, hotel, dan

restoran 20,28%, dan sektor jasa-jasa sebesar 18,66% (Tabel 1.5). Porsi sektor pertanian

mengalami sedikit peningkatan dibandingkan periode sebelumnya. Tingginya

pertumbuhan sektor pertanian, baik tabama maupun perkebunan, merupakan faktor

pendorong peningkatan porsi sektor pertanian dalam struktur perekonomian Provinsi

Bengkulu.

Tabel 1.6. Struktur PDRB Atas Dasar Harga Konstan Lapangan Usaha Provinsi Bengkulu dalam %

Lapangan Usaha 2012 2013

Q-III Q-IV Q-I Q-II Q-III Q-IV

1. Pertanian 36,98% 36,40% 36,61% 36,50% 36,11% 36,33%

2. Pertambangan dan Penggalian 3,50% 3,57% 3,50% 3,44% 3,28% 3,30%

3. Industri Pengolahan 4,47% 4,49% 4,42% 4,42% 4,50% 4,48%

4. Listrik. Gas dan Air 0,49% 0,50% 0,50% 0,50% 0,49% 0,48%

5. Bangunan 3,13% 3,27% 3,15% 3,07% 3,08% 3,18%

6. Perdagangan. Hotel dan Restoran 20,10% 19,98% 20,24% 20,43% 20,60% 20,28%

7. Pengangkutan dan Komunikasi 8,27% 8,31% 8,31% 8,31% 8,38% 8,26%

8. Keuangan dan Persewaan 4,95% 5,05% 5,07% 5,07% 5,03% 5,03%

9. Jasa jasa 18,11% 18,43% 18,19% 18,26% 18,54% 18,66%

PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu; angka sementara

1.2.1. Sektor Pertanian

Sektor pertanian tumbuh tertinggi dalam lima tahun terakhir. Pada triwulan

IV-2013 sektor pertanian tumbuh sebesar 7,63% (yoy), lebih baik dibandingkan

pertumbuhan triwulan sebelumnya maupun triwulan IV-2012 yang masing-masing hanya

tumbuh 3,71% (yoy) dan 3,02% (yoy). Peningkatan produksi tabama pada triwulan

laporan diperkirakan menjadi salah satu pendorong membaiknya sektor pertanian.

Komoditas tabama tumbuh tinggi mencapai 7,90% (yoy), lebih baik dibandingkan

triwulan sebelumnya yang turun 0,15% (yoy). Peningkatan kinerja subsektor tabama

ditandai dengan pencapaian produksi beras yang mencapai 127 ribu ton pada triwulan

laporan atau naik 19,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Peran pemerintah

daerah dalam pembinaan, pengawasan, dan bantuan sarana/prasarana seperti pengadaan

bibit dan pengendalian hama merupakan salah satu faktor tercapainya peningkatan

produksi padi tersebut. Hal yang sama terjadi pada subsektor perkebunan yang secara

tahunan tumbuh 10,66% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang

Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan IV-2013 20

BANK INDONESIA

tumbuh sebesar 9,59% (yoy). Pencapain ini juga masih lebih baik dibandingkan periode

triwulan IV-2012 yang naik 7,14% (yoy).

Membaiknya sektor pertanian tidak selaras dengan pandangan pelaku usaha

terhadap sektor ini. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan IV-2013

menunjukkan adanya penurunan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) kegiatan usaha sektor

pertanian triwulan IV-2013 dari 3,77 menjadi 2,83. Angka tersebut menggambarkan

realisasi kinerja sektor pertanian menurut pelaku usaha pada triwulan laporan lebih

rendah dibandingkan sebelumnya.

Percepatan pertumbuhan sektor pertanian sejalan dengan dukungan

perbankan Provinsi Bengkulu melalui penyaluran kredit di sektor pertanian

(Grafik 1.11). Walaupun sedikit lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan

sebelumnya, penyaluran kredit di sektor pertanian masih tumbuh sebesar 57,03% (yoy).

Kondisi ini cukup menggembirakan bagi perkembangan pertanian di Bengkulu di tengah

kebijakan pengetatan suku bunga acuan kredit oleh bank sentral. Kredit pertanian yang

disalurkan perbankan sampai triwulan IV-2013 tercatat sebesar Rp808 miliar, dimana

93,25% disalurkan pada pertanian Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Dilihat dari

komoditasnya, kredit kepada perkebunan kelapa sawit dan karet merupakan yang

terbesar mencapai Rp638 miliar atau 79% dari total kredit di sektor ini. Sedangkan kredit

kepada pertanian padi hanya Rp2,5 miliar.

Grafik 1.11. Indikator Sektor Pertanian Provinsi Bengkulu

Sumber : Laporan Bank Umum Bank Indonesia dan Bea Cukai, diolah

1.2.2. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran

Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) tumbuh paling tinggi pada

triwulan IV-2013. Sektor PHR secara tahunan tumbuh sebesar 9,45% (yoy), lebih baik

57.03%

-40%

10%

60%

110%

160%

210%

175,000

275,000

375,000

475,000

575,000

675,000

775,000

875,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2011 2012 2013

Kredit Pertanian (Rp Juta)

g(yoy)

-23%-155%

-80%

-5%

70%

145%

220%

295%

370%

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

16000

18000

20000

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112

2011 2012 2013

Realisasi Ekspor Perkebunan (Ton)

g(yoy)

Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan IV-2013 21

BANK INDONESIA

dibandingkan pertumbuhan triwulan III-2013 yang tumbuh sebesar 8,83% (yoy).

Percepatan pertumbuhan sektor PHR ini didorong oleh peningkatan subsektor

perdagangan besar dan eceran yang mampu tumbuh 9,66% (yoy). Peningkatan

pendapatan masyarakat sebagai seiring perbaikan sektor pertanian diprediksi mendorong

membaiknya daya beli masyarakat. Selain itu, pelaksanaan beberapa event daerah di

Bengkulu seperti Bengkulu Expo dan Festival Tabot berkontribusi terhadap peningkatan

aktivitas perdagangan pada triwulan laporan. Di sisi lain, subsektor hotel dan restoran

terus tumbuh pada triwulan laporan. Penyelenggaraan event tersebut juga secara

langsung berdampak pada subsektor hotel dan restoran, hal ini selaras dengan hasil

liaison yang menyatakan tingkat hunian hotel saat penyelenggaraan event cenderung

meningkat. Secara triwulanan, sektor PHR tumbuh sebesar 0,77% (qtq), lebih tinggi jika

dibandingkan dengan pertumbuhan triwulanan pada triwulan IV-2012 yang sebesar

0,19% (qtq).

Namun, hasil Survei Konsumen (SK) triwulan IV-2013 Bank Indonesia

Provinsi Bengkulu menunjukkan arah pertumbuhan yang berbeda. Masyarakat

cenderung membatasi konsumsinya sehingga berdampak pada sektor PHR secara

keseluruhan. Penurunan konsumsi ini tercermin dari pendapat responden yang

menyatakan bahwa triwulan laporan adalah bukan saat yang tepat untuk melakukan

konsumsi barang tahan lama (durable goods). Selaras dengan itu, berdasarkan hasil Survei

Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan-IV Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, realisasi

kegiatan usaha subsektor perdagangan tercatat lebih rendah dibandingkan realisasi

triwulan III-2013 dan ekspektasi pelaku usaha sebelumnya.

Grafik 1.12. Indikator Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Provinsi Bengkulu

Sumber : Laporan Bank Umum, Bank Indonesia

20.51%

-23%

-3%

17%

37%

57%

77%

150,000

650,000

1,150,000

1,650,000

2,150,000

2,650,000

3,150,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2010 2011 2012 2013

Kredit PHR (Rp Juta)

g(yoy)

Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan IV-2013 22

BANK INDONESIA

Percepatan pertumbuhan sektor PHR berbanding terbalik dengan

pertumbuhan penyaluran kredit PHR pada triwulan laporan yang cenderung

melambat. Secara tahunan, penyaluran kredit sektor PHR pada triwulan IV-2013 tumbuh

sebesar 20,51% (yoy), turun dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 23,94%

(yoy). Secara triwulanan, penyaluran kredit sektor PHR pada triwulan laporan tumbuh

sebesar 2,20% (qtq) menjadi Rp2,87 triliun, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan

pada triwulan III-2013 yang mencapai 2,77% (qtq). Kenaikan suku bunga acuan (BI Rate)

yang sampai Desember 2013 mencapai 7,5% diprediksi menjadi faktor tertahannya

pertumbuhan kredit.

1.2.3. Sektor Jasa - Jasa

Sektor jasa-jasa tumbuh lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya.

Pertumbuhan sektor jasa-jasa lebih tinggi dibandingkan triwulan III-213 mencapai 9,17%

(yoy). Pertumbuhan disektor ini ditopang oleh subsektor jasa pemerintahan umum yang

menyumbang 6,90% terhadap pertumbuhan sektor jasa-jasa. Percepatan pembangunan

proyek-proyek pemerintah terkait persiapan sebagai tuan rumah Hari Pers Nasional pada

bulan Februari 2014 menjadi salah satu pendorong tingginya pertumbuhan sektor jasa-

jasa pada triwulan laporan. Beberapa proyek pemerintah yang terlihat dilakukan pada

triwulan IV-2013 antara lain: perbaikan jalan raya, bandara Fatmawati Soekarno, dan

fasilitas umum lainnya. Secara triwulanan sektor jasa-jasa mencatatkan pertumbuhan

sebesar 2,97% (qtq), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan IV-2012 yang

sebesar 2,56% (qtq).

Pertumbuhan sektor jasa-jasa sejalan dengan pertumbuhan penyaluran

kredit perbankan kepada sektor jasa-jasa. Secara tahunan, penyaluran kredit untuk

sektor jasa pada triwulan IV-2013 meningkat sebesar 28,92% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 25,04% (yoy). Secara

triwulanan, penyaluran kredit sektor jasa tumbuh sebesar 4,45% (qtq), lebih tinggi

dibandingkan triwulan III-2013 yang sebesar 4,22% (yoy). Namun, peningkatan

pertumbuhan sektor jasa berbeda dengan persepsi pelaku usaha di sektor ini yang terlihat

dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan IV-2013. Hasil SKDU menunjukkan

adanya penurunan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) realisasi kegiatan usaha sektor jasa-jasa

dibandingkan dengan kondisi triwulan sebelumnya (Grafik 1.13).

Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan IV-2013 23

BANK INDONESIA

Grafik 1.13. Indikator Sektor Jasa-jasa di Provinsi Bengkulu

Sumber : Bank Indonesia Bengkulu & BPS Provinsi Bengkulu. diolah & angka sementara

1.2.4. Sektor-Sektor Lainnya

Pada triwulan IV-2013, sektor bangunan tumbuh sebesar 4,85% (yoy),

lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,64%

(yoy). Perkembangan sektor bangunan mengindikasikan peningkatan proyek-proyek

pemerintah dan swasta pada triwulan laporan. Pembangunan infrastruktur milik

pemerintah terlihat dari proyek-proyek jalan dan sarana publik, sedangkan pembangunan

oleh swasta terindikasi dari bertambahnya pembangunan perumahan baru di Bengkulu.

Pembangunan infrastruktur jalan salah satunya merupakan rangkaian persiapan Hari Pers

Nasional di Bengkulu pada Februari 2014. Secara triwulanan, sektor bangunan tumbuh

sebesar 5,71% (qtq), lebih baik dibandingkan triwulan IV-2012 yang tumbuh 5,49% (qtq).

Grafik 1.14. Indikator Sektor Bangunan di Provinsi Bengkulu

Sumber : Bank Indonesia dan Asosiasi Semen Indonesia. diolah

50,000

125,000

200,000

275,000

350,000

425,000

500,000

575,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012 2013

Kredit Sektor Jasa (juta Rp)

PDRB Sektor Jasa (juta Rp)

2.94

-11.00

-6.00

-1.00

4.00

9.00

14.00

19.00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012 2013

Realisasi Sektor Jasa (Hasil SKDU)

-8.99%

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112

2011 2012 2013

Kons. Semen (ton)

g(yoy)

179

1,251

-

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2011 2012 2013

Penyaluran Kredit (miliar Rp)

KonstruksiPerumahan

Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan IV-2013 24

BANK INDONESIA

Pertumbuhan sektor bangunan juga tercermin dari peningkatan tingkat

konsumsi semen (Grafik 1.14). Konsumsi semen sepanjang Oktober-Desember 2013

tercatat sebesar 162 ribu ton, sedangkan pada triwulan III-2013 konsumsi semen hanya

115 ribu ton. Dengan demikian, konsumsi semen pada triwulan laporan tercatat naik

40,8% (qtq). Namun, bila dilihat dari penyaluran kredit perbankan pada sektor bangunan

yang meliputi kredit konstruksi dan kredit perumahan, terlihat adanya tren penurunan

pertumbuhan kredit. Kredit konstruksi turun 12,39% (qtq), sedangkan kredit perumahan

hanya tumbuh 5,92% (qtq) setelah pada triwulan sebelumnya dapat tumbuh 6,29% (qtq).

Terbatasnya pertumbuhan kredit sejalan dengan kenaikan BI Rate yang dilakukan oleh

bank sentral sepanjang tahun 2013.

Pada triwulan IV-2013, sektor listrik, gas dan air bersih secara tahunan

tumbuh sebesar 4,49% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tumbuh 5,13% (yoy). Perlambatan sektor ini didorong oleh melemahnya kinerja

subsektor air bersih sepanjang triwulan laporan. Pada triwulan III-2013, subsektor air

bersih mampu tumbuh 3,25% (yoy), sedangkan pada triwulan IV-2013 hanya tumbuh

1,23% (yoy). Penyelesaian permasalahan distribusi air oleh PDAM Tirta Darma Bengkulu

merupakan hal penting yang harus dilakukan untuk meningkatkan kinerja subsektor air

bersih. Pada triwulan laporan PDAM Tirta Darma telah melakukan perbaikan saluran

distribusi utama air di beberapa titik yang mengalami kerusakan. Di sisi lain, kinerja

subsektor listrik meningkat. Subsektor listrik tumbuh 7,68% (yoy), lebih baik dibandingkan

pertumbuhan triwulan sebelumnya yang hanya 6,96% (yoy). Perkembangan subsektor

listrik terindikasi dari tingkat konsumsi listrik rata-rata yang cenderung meningkat sejak

akhir triwulan III-2013. Selaras dengan itu, jumlah pelanggan listrik ikut meningkat dari

362 ribu pelanggan pada triwulan III-2013 menjadi 366 ribu pelanggan pada triwulan

laporan atau naik 12,8%(yoy). Hal ini sejalan dengan pertumbuhan sektor bangunan,

terutama peningkatan pembangunan perumahan tempat tinggal.

Pertumbuhan sektor listrik, air dan gas tidak diikuti peningkatan

pertumbuhan penyaluran kredit di sektor ini. Kredit perbankan yang disalurkan

kepada sektor listrik, gas dan air bersih turun sebesar 3,30% (qtq), lebih dalam

dibandingkan penurunan triwulan sebelumnya yang hanya turun sebesar 0,43% (qtq).

Secara tahunan, kredit sektor ini hanya tumbuh 22,95% (yoy), melambat dibandingkan

triwulan III-2013 yang mampu tumbuh 25,66% (yoy) (Grafik 1.15). Sama seperti

Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan IV-2013 25

BANK INDONESIA

penyaluran kredit di sektor-sektor lainnya, naiknya BI Rate diperkirakan menjadi faktor

terbatasnya penyaluran kredit pada triwulan laporan.

Grafik 1.15. Indikator Sektor Listrik, Gas dan Air di Provinsi Bengkulu

Sumber : PLN Bengkulu dan Bank Indonesia. diolah

Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan IV-2013 perlahan

membaik. Walaupun tercatat masih turun sebesar 0,25% (yoy), lebih baik dibandingkan

triwulan sebelumnya yang turun lebih dalam sebesar 0,67% (yoy). Pertumbuhan ini

terutama disumbang oleh peningkatan volume produksi pertambangan batubara dan

berdampak pada membaiknya ekspor batubara ke mancanegara. Peningkatan permintaan

dari negara-negara importir utama seperti China dan India diperkirakan mendorong

pertumbuhan subsektor pertambangan batubara. Namun, harga internasional batu bara

yang belum membaik membatasi pertumbuhan sektor pertambangan ke level yang lebih

tinggi. Secara triwulanan, kinerja sektor pertambangan dan penggalian tumbuh sebesar

3,11% (qtq).

Grafik 1.16. Indikator Sektor Pertambangan dan Penggalian di Provinsi Bengkulu

Sumber : Laporan Bank Umum, Bank Indonesia. Diolah

367

42

15

20

25

30

35

40

45

50

55

200

220

240

260

280

300

320

340

360

380

6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

2011 2012 2013Ju

taRib

u

Konsumsi Listrik

Jml. Pelanggan (orang, axis kiri)

Konsumsi (KWh, axis kanan)

22.95%

-40.0%

-20.0%

0.0%

20.0%

40.0%

60.0%

80.0%

100.0%

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2012 2013

Kredit Sektor Listrik, Gas, Air (juta Rp)

gYOY

-40.85%

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

-

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

140,000

160,000

180,000

200,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2011 2012 2013

Kredit Sektor Pertambangan dan penggalian(juta Rp)

gYOY

-4.20 -5

-4

-3

-2

-1

-

1

2

3

4

5

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012 2013

Realisasi Sektor Pertambangan (Hasil SKDU)

Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan IV-2013 26

BANK INDONESIA

Membaiknya sektor pertambangan dan penggalian juga terindikasi dari

pertumbuhan penyaluran kredit perbankan kepada sektor tersebut (Grafik 1.16).

Secara tahunan, penyaluran kredit sektor pertambangan dan penggalian tercatat turun

sebesar 40,85% (yoy), masih lebih baik dibandingkan triwulan III-2013 yang turun

42,18% (yoy). Namun, banyaknya perusahan pertambangan yang menutup usaha

mendorong perlambatan penyaluran kredit secara triwulanan. Dibandingkan triwulan III-

2013, kredit ke sektor ini turun 9,26% (qtq). Hal ini selaras dengan hasil Survei Kegiatan

Dunia Usaha (SKDU) triwulan IV-2013 yang menunjukkan adanya penurunan Saldo Bersih

Tertimbang (SBT) realisasi kegiatan usaha sektor pertambangan dibandingkan dengan

kondisi triwulan III-2013.

Bo

ks

1

Hasil Liaison KPw BI Provinsi Bengkulu Triwulan IV 2013

Kegiatan Liaison selama Triwulan IV-20131 dilakukan melalui kunjungan wawancara

terhadap 5 (lima) contact yang bergerak dalam subsektor jasa perhotelan, lembaga keuangan

bank, industri pengolahan, dan jasa angkutan. Secara umum, hasil liaison kepada pelaku usaha

menunjukkan bahwa kondisi perekonomian Provinsi Bengkulu sedang menuju arah perbaikan

meskipun belum signifikan. Perekonomian menghadapi tantangan seiring dengan terbatasnya

daya konsumsi masyarakat serta tingkat inflasi yang tinggi. Ketidakpastian kondisi ekonomi

mendorong pelaku usaha untuk membatasi ekspansi usahanya.

Peningkatan penjualan domestik (Tabel 1) terjadi pada sektor perdagangan, hotel &

restoran (PHR) dan sektor keuangan, persewaan & jasa perusahaan. Sementara itu, volume

penjualan sektor industri pengolahan, terutama CPO, serta sektor pengangkutan dan

komunikasi mengalami penurunan. Peningkatan pada sektor PHR dan keuangan didorong oleh

ekspansi kedua sektor ini yang cukup kuat sepanjang dua tahun terakhir. Sementara

penurunan pada sektor pengangkutan lebih disebabkan karena tekanan pada daya beli

masyarakat sehingga membatasi pengeluaran yang terkait dengan transportasi, khususnya

transportasi jarak jauh. Sektor industri pengolahan masih terdampak oleh kondisi harga jual

yang rendah. Meskipun demikian, pelemahan rupiah memberikan angin segar bagi

peningkatan omzet perusahaan yang berbasis ekspor. Pada tahun 2014, para pelaku usaha

secara umum menunjukkan optimisme terhadap peningkatan volume penjualan seiring dengan

1 Hasil Diary Notes per individual contact diakses terbatas

Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan IV-2013 27

BANK INDONESIA

perbaikan harga jual komoditas pertanian, tingkat inflasi yang diperkirakan akan lebih moderat

serta adanya konsumsi menjelang perhelatan politik. Namun, sektor pengangkutan

kemungkinan masih akan tertekan karena adanya kemungkinan terbatasnya mobilitas

masyarakat pada masa Pemilu.

Tabel 1. Liaison : Volume Penjualan

Sub Sektor

Likert Scale

Saat Ini Proyeksi

Domestik Ekspor Domestik Ekspor

Industri Tanpa Migas: Makanan, Minuman dan Tembakau

-2 2 1 1

Lembaga Keuangan Bank 2 - 2 -

Jasa perhotelan 1 - 2 -

Jasa Transportasi -2 - 0 -

Tingkat kapasitas utilisasi usaha meningkat dibandingkan dengan tahun lalu pada

dua contact, yaitu pada sektor PHR (terutama pada subsektor perhotelan) dan sektor keuangan,

persewaan & jasa perusahaan. Dari subsektor perhotelan, kapasitas utilisasi hotel rata-rata

berkisar 72%, meningkat dibanding tahun lalu sebesar 10 %. Pada sektor keuangan,

persewaan & jasa perusahaan, peningkatan kapasitas utilisasi tercermin dari peningkatan LDR

perbankan yang meningkatkan dibandingkan tahun lalu. Tahun depan diperkirakan tingkat

hunian hotel mengalami kenaikan sehingga berkisar pada angka 78%. Sementara itu, dua

sektor lainnya menyatakan bahwa tingkat kapasitas utilisasi usaha akan relatif sama

dibandingkan dengan tahun ini.

Peningkatan jumlah tenaga kerja hanya terjadi pada sektor PHR, yang diwakili oleh

subsektor perhotelan. Peningkatan jumlah tenaga kerja didorong oleh kebutuhan

pengembangan perusahaan sehingga membutuhkan SDM tambahan. Sementara itu, jumlah

tenaga kerja di sektor keuangan, persewaan & jasa perusahaan relatif stabil dibandingkan

tahun lalu. Subsektor angkutan menyatakan adanya penurunan jumlah tenaga kerja

dibandingkan dengan tahun lalu, dimana hal tersebut merupakan dampak dari kebijakan

perusahaan untuk melakukan efisiensi serta meningkatkan penggunaan teknologi. Contact

pada semua sektor menyatakan belum ada rencana penambahan jumlah tenaga kerja yang

signifikan pada tahun depan. Namun, jika perekonomian membaik dan perusahaan mengalami

perkembangan, tidak menutup kemungkinan dilakukan penambahan tenaga kerja.

Sebagian besar contact menyatakan bahwa harga jual produk meningkat dibandingkan

dengan tahun sebelumnya, yaitu contact yang berasal dari subsektor perhotelan, subsektor

Perkembangan Ekonomi Makro Triwulan IV-2013 28

BANK INDONESIA

lembaga keuangan bank, dan subsektor angkutan. Peningkatan harga jual terutama didorongn

oleh kenaikan biaya operasional perusahaan. Sedangkan dari subsektor industri pengolahan,

harga jual komoditas belum menunjukkan perbaikan yang signifikan.

Margin subsektor keuangan dan industri pengolahan karet menunjukkan peningkatan.

Dari subsektor lembaga keuangan bank, peningkatan margin terutama disumbangkan oleh

perkembangan penyaluran kredit. Kenaikan margin perusahaan juga dicatatkan oleh subsektor

industri pengolahan yang berorientasi ekspor akibat depresiasi rupiah. Sementara itu, subsektor

perhotelan dan jasa angkutan menyatakan tidak ada perubahan margin. Kenaikan harga jual

dianggap tidak meningkatkan margin karena biaya operasional yang juga meningkat.

Pada tahun 2013 contact yang melakukan realisasi investasi berasal dari subsektor

lembaga keuangan bank dan subsektor industri pengolahan. Investasi tersebut meliputi

pembangunan pembangkit listrik, replanting, dan penambahan jaringan kantor baru.

Sementara itu, contact subsektor perhotelan menyatakan tidak melakukan investasi pada tahun

2013. Di sisi lain, sektor pengangkutan dan komunikasi menyatakan bahwa tingkat investasi

tahun 2013 lebih rendah dibandingkan tahun 2012. Untuk tahun depan, secara umum pelaku

usaha cukup optimis dalam melakukan investasi, terutama sektor perhotelan. Prospek

perhotelan yang semakin tinggi setiap tahun mendorong perusahaan untuk meningkatkan

investasinya untuk memenuhi permintaan yang masih sangat besar. Sementara contact dari

subsektor industri pengolahan dan pengangkutan menyatakan tidak akan meningkatkan

investasi pada tahun depan. Hal ini dilakukan oleh perusahaan mengingat tahun 2014 sebagai

tahun politik sehingga kestabilan ekonomi masih belum dapat diprediksi.

Ditinjau dari strukturnya, biaya untuk semua sektor yang menjadi contact didominasi

oleh biaya pembelian bahan baku. Biaya operasional lainnya seperti biaya upah dan biaya

energi merupakan komponen kedua dalam komposisi biaya perusahaan/pelaku usaha. Secara

umum, biaya yang dikeluarkan masing-masing contact mengalami peningkatan

dibandingkan dengan tahun lalu. Menurut contact, kenaikan biaya bahan baku terutama

didorong oleh peningkatan inflasi dan persaingan perolehan bahan baku. Sedangkan dari sisi

biaya upah, kenaikan dinilai wajar mengingat adanya kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP)

dari tahun ke tahun, disamping adanya peningkatan jumlah tenaga kerja. Kenaikan Bahan

Bakar Minyak (BBM) subsidi dan Tarif Tenaga Listrik (TTL) juga mendorong kenaikan biaya

energi.

   

BAAB II PINERKEMNFLASI

MBANG DAER

GAN RAH 

halaman ini sengaja dikosongkan

Perkembangan Inflasi Daerah Triwulan IV-2013 29

BANK INDONESIA

Inflasi Provinsi Bengkulu pada triwulan IV-2013 meningkat. Secara tahunan, inflasi

Provinsi Bengkulu pada triwulan IV-2013 mencapai 9,94% (yoy), lebih tinggi dibandingkan

triwulan sebelumnya yang sebesar 9,54% (yoy). Tingginya realisasi inflasi pada

pertengahan tahun, kenaikan harga bahan makanan pada bulan Oktober, dan

meningkatnya harga jasa transportasi pada bulan Desember mendorong inflasi ke tingkat

yang lebih tinggi pada akhir tahun 2013.

Secara musiman, perilaku inflasi masih sama dibandingkan tahun-tahun

sebelumnya. Inflasi triwulanan pada triwulan laporan sebesar 0,63% (qtq), lebih rendah

dibandingkan inflasi triwulan III-2013 yang mencapai 4,59% (qtq). Namun demikian, jika

dilihat secara triwulanan (qtq), inflasi triwulan IV-2014 lebih tinggi dibandingkan inflasi

pada periode yang sama tahun lalu sebesar 0,27% (qtq) maupun rata-rata inflasi triwulan

IV lima tahun terakhir yang sebesar 0,28%.

Menurut kelompok barang dan jasa, peningkatan inflasi tahunan terutama terjadi

pada kelompok bahan makanan dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan

masing-masing sebesar 15,04% (yoy) dan 16,37% (yoy). Tingginya kenaikan harga

beberapa komoditas pangan utama seperti beras, cabai merah, dan bawang merah pada

triwulan sebelumnya sebagai dampak keterbatasan pasokan menyebabkan pencapaian

inflasi akhir tahun kelompok bahan makanan cukup tinggi. Selaras dengan itu,

pencapaian inflasi kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan yang tinggi juga

disebabkan tingginya inflasi triwulan sebelumnya sebagai dampak kenaikan BBM

bersubsidi dan faktor musiman kenaikan tarif angkutan udara pada akhir tahun. Namun,

secara triwulanan, inflasi tertinggi terjadi pada kelompok transpor, komunikasi, dan jasa

keuangan, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar, dan kelompok

kesehatan. Pemicu utama inflasi triwulanan pada triwulan laporan adalah peningkatan

tarif jasa penerbangan pada akhir tahun, naiknya tarif tenaga listrik pada bulan November

2013 yang mendorong inflasi subkelompok penerangan, dan pelemahan nilai tukar rupiah

yang mendorong pelaku usaha untuk menaikkan harga jual obat-obatan impor.

Berdasarkan disagregasi inflasi, peningkatan inflasi tahunan pada triwulan laporan

terutama terjadi pada kelompok volatile food yaitu dari 13,45% (yoy) pada triwulan III-

2013 menjadi 15,49% (yoy). Sementara inflasi komoditas core dan administered prices

relatif stabil. Inflasi core pada triwulan laporan sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan

sebelumnya yaitu dari 5,87% (yoy) menjadi 5,52% (yoy). Selaras dengan itu, inflasi

administered prices juga turun dari 12,70% (yoy) menjadi 12,64% (yoy).

Perkembangan Inflasi Daerah Triwulan IV-2013 30

BANK INDONESIA

Inflasi Provinsi Bengkulu1 pada triwulan IV-2013 meningkat dibandingkan

triwulan sebelumnya. Secara tahunan, inflasi Provinsi Bengkulu pada triwulan IV-2013

mencapai 9,94% (yoy), meningkat dari triwulan III-2013 yang sebesar 9,54% (yoy).

Pencapaian inflasi Provinsi Bengkulu tercatat berada di atas inflasi nasional triwulan IV-

2013 yang sebesar 8,38% (Grafik 2.1). Selain itu, tingkat inflasi pada tahun 2013 lebih

tinggi dibandingkan inflasi pada tahun sebelumnya yang hanya sebesar 4,30% (yoy),

bahkan yang tertinggi dalam tiga tahun terakhir.

Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi IHK Provinsi Bengkulu

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu

Pencapaian inflasi triwulanan pada triwulan IV-2013 lebih tinggi

dibandingkan rata-rata inflasi triwulanan tiga tahun terakhir. Secara triwulanan,

inflasi triwulan laporan mencapai 0,64% (qtq), lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulanan

pada periode yang sama pada tahun 2012 yang sebesar 0,27% (qtq). Kenaikan tarif

tenaga listrik (TTL) sebesar 4,3% pada bulan Oktober 2013 mendorong inflasi listrik

sebesar 3,41% (qtq). Kenaikan tarif tenaga listrik telah disepakati untuk dilakukan secara

bertahap per triwulan sesuai Peraturan Menteri ESDM Nomor 30 Tahun 2012 yang

berlaku untuk seluruh pelanggan baik dari kelompok rumah tangga, sosial, bisnis, industri,

dan publik dengan daya mula 1.300 volt ampere (VA). Sementara itu, harga obat-obatan

yang banyak didatangkan melalui impor mulai meningkat pada triwulan laporan sebagai

dampak berlanjutnya pelemahan nilai tukar rupiah. Kondisi ini mendorong inflasi pada

subkelompok kesehatan yang mencapai 1,01% (qtq).

1 Inflasi yang terjadi di kota Bengkulu diasumsikan dapat mewakili inflasi Provinsi Bengkulu secara keseluruhan

9.94%

8.38%

0.64%

0.75%

-2%

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

2010 2011 2012 2013

Bengkulu (yoy) Nasional (yoy) Bengkulu (qtq) Nasional (qtq)

Perkembangan Inflasi Daerah Triwulan IV-2013 31

BANK INDONESIA

Grafik 2.2. Realisasi Inflasi Tahun 2013 (Tahun Kalender, ytd)

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu

Inflasi pada keseluruhan tahun 2013 terutama didorong oleh kenaikan

harga pada komoditas bahan makanan dan transportasi. Tingginya inflasi bahan

makanan pada akhir tahun 2013 merupakan dampak dari inflasi triwulan sebelumnya

yang sangat tinggi. Hal ini disebabkan terbatasnya pasokan beberapa bahan makanan

utama di Provinsi Bengkulu pada puncak konsumsi bulan Agustus 2013. Selain itu,

kenaikan harga BBM bersubsidi pada triwulan II-2013 mempengaruhi pencapaian inflasi

pada subkelompok transportasi pada akhir tahun 2013. Secara keseluruhan tahun 2013,

subkelompok transportasi berkontribusi sebesar 2,51% terhadap pencapaian inflasi 2013.

2.1. Inflasi Menurut Kelompok Barang/Jasa

Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Menurut Kelompok Barang/Jasa Provinsi

Bengkulu

Kelompok Barang/Jasa Tw II-2013 Tw III-2013 Tw IV-2013

IHK Inflasi

(% yoy)

Inflasi

(% qtq) IHK

Inflasi

(% yoy)

Inflasi

(% qtq)

IHK Inflasi

(% yoy)

Inflasi

(% qtq)

Bahan makanan 181,29 11,40 2,73 190,70 13,14 5,19 190,70 15,04 0,00

Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau

159,28 5,75 0,43 165,87 8,49 4,13 167,12 6,36 0,75

Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

144,20 5,57 2,14 145,04 5,61 0,58 146,58 6,54 1,06

Sandang 145,50 0,66 (3,14 ) 154,28 1,10 6,03 154,11 2,09 -0,11

Kesehatan 132,70 7,71 3,71 135,49 7,05 2,10 136,86 6,92 1,01

Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga

145,75 12,47 0,35 150,12 4,18 3,00 150,12 3,11 0,00

Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

112,31 8,41 3,78 122,85 15,66 9,38 124,84 16,37 1,62

Inflasi Umum 148,69 7,89 1,80 155,51 9,54 4,59 156,50 9,94 0,64%

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu

9.94%

8.83%

-2%

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2011 2012 2013

Bengkulu ytd Nasional ytd

Perkembangan Inflasi Daerah Triwulan IV-2013 32

BANK INDONESIA

Pada triwulan IV-2013, inflasi terjadi pada seluruh kelompok barang dan

jasa (Tabel 2.1). Secara tahunan, inflasi tertinggi terjadi pada komoditas kelompok

transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 16,37% (yoy), diikuti oleh komoditas

kelompok bahan makanan yang naik 15,04% (yoy). Sementara itu, kelompok sandang

mencatatkan inflasi paling rendah sebesar 2,09% (yoy). Kondisi ini sama dengan triwulan

sebelumnya dimana inflasi komoditas kelompok bahan makanan dan kelompok

transportasi/komunikasi/jasa keuangan naik paling tinggi. Namun, jika dibandingkan

dengan periode yang sama tahun lalu, terdapat pergeseran kelompok komoditas dengan

inflasi tertinggi. Pada triwulan IV-2012, inflasi kelompok bahan makanan dan kelompok

transportasi/komunikasi/jasa keuangan relatif rendah. Berkurangnya pasokan bahan

makanan utama karena permasalahan produksi di sentra pertanian Bengkulu dan kendala

distribusi dari daerah lain diperkirakan menjadi faktor utama inflasi bahan makanan pada

triwulan laporan. Sementara itu, kenaikan harga BBM bersubsidi secara langsung

mendorong inflasi subsektor transportasi.

Tabel 2.2. Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan Provinsi Bengkulu

Subkelompok

Barang/Jasa Tw IV-2012 Tw I-2013 Tw II-2013 Tw III-2013 Tw IV-2013

% yoy

% qtq

% yoy

% qtq

% yoy

% qtq

% yoy

% qtq

% yoy

% qtq

Padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya

3,67 0,31 5,09 2,85 5,32 (2,28) 4,08 3,24 10,52 6,51

Daging-dan hasil-hasilnya

10,82 1,34 1,07 (6,82) 5,95 20,84 23,50 8,23 1,43 (16,77)

Ikan segar 13,15 (11,89) 10,42 5,10 12,24 5,37 6,32 8,97 12,73 (6,58)

Ikan diawetkan 7,29 1,22 7,82 1,29 14,69 7,97 19,87 8,29 14,24 (3,53)

Telur, susu dan hasil-hasilnya

(0,82) (0,53) (0,39) 3,07 3,53 0,15 6,07 3,30 9,70 2,87

Sayur-sayuran 1,64 (1,77) 14,70 7,65 17,49 0,47 31,03 23,32 31,46 (1,44)

Kacang-kacangan 14,95 (0,02) 10,73 (3,55) 10,70 0,08 3,55 7,29 0,34 (3,11)

Buah-buahan 16,19 0,92 21,07 9,16 29,23 7,28 23,96 4,90 38,28 12,58

Bumbu-bumbuan (22,79) 3,90 75,82 49,84 29,57 (0,59) 37,12 (11,40

) 39,48 5,69

Lemak dan minyak 7,18 (1,91) 4,62 (0,82) 2,61 0,22 (5,01) (2,58) (1,22) 2,00

Bahan makanan lainnya

(2,50) 1,87 (2,68) (0,66) 2,98 1,76 6,11 3,04 4,64 0,45

Inflasi Bahan Makanan

3,35 (1,65) 12,48 6,46 11,40 2,73 13,14 5,19 15,04 0,00

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu

Inflasi tahunan kelompok bahan makanan pada triwulan IV-2013 tertinggi

dalam tiga tahun terakhir. Hal ini mencerminkan semakin berkurangnya pasokan bahan

makanan di tengah permintaan yang semakin meningkat. Hampir semua subkelompok

komoditas bahan makanan mengalami inflasi, kecuali subkelompok lemak dan minyak.

Namun, secara triwulanan, harga kelompok bahan makanan relative stabil. Hal ini

Perkembangan Inflasi Daerah Triwulan IV-2013 33

BANK INDONESIA

menggambarkan bahwa pencapaian inflasi bahan makanan yang tinggi pada akhir tahun

merupakan dampak dari tingginya inflasi pada triwulan sebelumnya. Secara tahunan,

subkelompok bumbu-bumbuan tercatat mengalami inflasi tertinggi sebesar 39,48% (yoy),

diikuti oleh buah-buahan sebesar 38,28% (yoy). Kondisi ini sama dengan inflasi triwulan

sebelumnya. Sementara itu, inflasi subkelompok padi-padian, umbi-umbian, dan hasilnya

sebagai komoditas konsumsi terbesar tercatat sebesar 10,52%, lebih tinggi dibandingkan

triwulan sebelumnya dan periode yang sama tahun 2012. Realisasi inflasi subkelompok

padi-padian, umbi-umbian, dan hasilnya berbanding terbalik dengan capaian produksi

padi 2013 di Provinsi Bengkulu yang justru naik sebesar 7,6% dibandingkan tahun 2012.

Inflasi komoditas subkelompok bumbu-bumbuan terutama disebabkan

oleh berkurangnya produksi cabai merah dan bawang merah sebagai dampak

curah hujan yang tinggi sejak pertengahan tahun. Selain itu, terbatasnya produksi

lokal Bengkulu mengharuskan pemasok mendatangkan pasokan dari daerah lain seperti

Pulau Jawa dan Padang. Sehingga kenaikan harga cabai merah dan bawang merah di

daerah pemasok mempengaruhi harga jual di Bengkulu. Pada triwulan IV-2013, inflasi

cabai merah telah mencapai 77,02% (yoy), sedangkan bawang merah naik 60,25% (yoy).

Tingginya tingkat inflasi kedua komoditas tersebut merupakan kontribusi inflasi triwulan

sebelumnya. Sehingga walaupun, kenaikan harga cabai merah pada triwulan laporan

relatif kecil dan bawang merah bahkan mencatatkan deflasi, pencapaian inflasi pada

triwulan IV-2013 tetap tinggi.

Secara umum, hampir seluruh komoditas buah-buahan dan sayur-sayuran

mengalami inflasi pada triwulan IV-2013. Inflasi subkelompok sayur-sayuran lebih

disebabkan pada keterbatasan pasokan sebagai dampak cuaca ekstrim yang terjadi pada

pertengahan tahun. Komoditas yang mengalami inflasi tertinggi adalah kacang panjang

dan kentang masing-masing sebesar 156,19% (yoy) dan 102,07% (yoy). Di sisi lain, inflasi

pada subkelompok buah-buahan didorong kenaikan harga buah impor seperti apel dan

jeruk seiring dengan pelemahan nilai tukar rupiah. Inflasi subkelompok buah-buahan

mencapai 38,28% (yoy), lebih tinggi dibandingkan inflasi pada periode yang sama tahun

lalu sebesar 16,18% (yoy).

Perkembangan Inflasi Daerah Triwulan IV-2013 34

BANK INDONESIA

Grafik 2.3. Inflasi Kelompok Bahan Makanan di Provinsi Bengkulu (Tahunan, yoy)

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu

Inflasi subkelompok daging dan hasilnya relatif rendah, sedangkan

subkelompok ikan segar meningkat. Inflasi subkelompok daging dan hasilnya

hanya sebesar 1,43% (yoy). Pasokan yang mencukupi dan permintaan yang turun

menyebabkan beberapa komoditas daging mengalami deflasi pada triwulan IV-2013

sehingga inflasi akhir tahun cukup rendah. Di sisi lain, harga komoditas subkelompok ikan

segar mengalami peningkatan sebagai dampak cuaca ekstrim yang memicu gelombang

tinggi di perairan tangkapan ikan.

Tabel 2.3. Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi/Minuman/Rokok & Tembakau Provinsi Bengkulu

Subkelompok

Barang/Jasa

Tw IV-2012 Tw I-2013 Tw II-2013 Tw III-2013 Tw IV-2013

% yoy

% qtq

% yoy

% qtq

% yoy

% qtq

% yoy

% qtq

% yoy

% qtq

Makanan jadi 6,56 2,98 6,34 1,52 6,75 0,63 10,34 4,88 8,46 1,23

Minuman tidak

beralkohol 6,77 0,55 8,57 (0,34) 5,18 0,34 1,69 1,13 1,16 0,03

Tembakau dan

minuman beralkohol 4,31 3,47 3,77 0,29 3,77 0,00 7,87 3,95 4,25 0,00

Inflasi Makanan Jadi/Minuman/Rokok & Tembakau

7,31 2,77 5,95 0,94 5,75 0,43 8,49 4,13 6,36 0,76

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu

Tekanan inflasi komoditas kelompok makanan jadi/minuman/rokok dan

tembakau mereda. Inflasi tahunan tercatat sebesar 6,36% (yoy), lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 8,49% (yoy). Pencapaian inflasi

subkelompok makanan jadi/minuman/rokok dan tembakau triwulan laporan juga lebih

rendah dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. Koreksi harga terjadi pada

beberapa komoditas minuman seperti gula pasir dan air kemasan yang mengalami deflasi

12.7%

39.5%

10.5%

-80%

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2012 2013

Ikan SegarBumbu-bumbuanPadi, Umbi dan hasilnya

1.4%

31.5%

38.3%

-20.0%

-10.0%

0.0%

10.0%

20.0%

30.0%

40.0%

50.0%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2012 2013

Daging dan hasilnya Sayur-sayuran Buah-buahan

Perkembangan Inflasi Daerah Triwulan IV-2013 35

BANK INDONESIA

masing-masing sebesar 4,93% (yoy) dan 3,35% (yoy). Keputusan pemerintah yang

melakukan penambahan kuota impor gula diprediksi menekan laju inflasi gula pada akhir

triwulan IV-2013. Namun, beberapa komoditas subkelompok makanan jadi masih

mengalami inflasi cukup tinggi seperti makanan olahan. Kenaikan tarif tenaga listrik pada

Oktober 2013 diperkirakan menjadi salah satu faktor para pelaku usaha menaikkan harga

jual. Secara triwulanan, inflasi kelompok makanan jadi/minuman/rokok dan tembakau

relatif stabil. Hanya subkelompok makanan jadi yang sedikit mengalami inflasi sebesar

1,23% (qtq).

Tabel 2.4. Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Provinsi Bengkulu

Subkelompok

Barang/Jasa

Tw IV-2012 Tw I-2013 Tw II-2013 Tw III-2013 Tw IV-2013

% yoy

% qtq

% yoy

% qtq

% yoy

% qtq

% yoy

% qtq

% yoy

% qtq

Biaya tempat tinggal 1,17 0,31 4,48 3,77 6,60 2,88 7,54 0,42 8,22 0,94 Bahan bakar,

penerangan dan air 1,92 0,17 3,32 1,32 4,78 1,41 4,70 1,73 6,04 1,46

Perlengkapan rumah

tangga 1,07 0,00 1,21 0,18 2,15 1,02 1,54 0,33 2,46 0,91

Penyelenggaraan

rumah tangga 2,78

(0,36 )

4,64 2,23 5,06 1,15 1,21 (1,76) 2,29 0,70

Inflasi Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar

1,53 0,18 3,89 2,62 5,57 2,14 5,61 0,58 6,54 1,07

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu

Pada kelompok perumahan/air/listrik/gas dan bahan bakar, inflasi tahunan

tercatat sebesar 6,54% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya

yang sebesar 5,61% (yoy). Peningkatan inflasi terutama didorong oleh tekanan inflasi

pada subsektor biaya tempat tinggal berupa sewa rumah dan tukang. Semakin tingginya

permintaan terhadap rumah sewaan dengan ketersediaan yang terbatas mendorong

kenaikan harga sewa. Sementara itu, inflasi jasa tukang merupakan inflasi pada triwulan

awal 2013 sebagai realisasi UMP 2013. Hal ini tercermin dari tidak terjadinya inflasi

triwulanan baik pada triwulan III-2013 maupun triwulan IV-2013. Selain itu, inflasi

kelompok perumahan/air/listrik/gas dan bahan bakar juga didorong oleh inflasi subsektor

bahan bakar/penerangan/air dengan naiknya tarif tenaga listrik pada Oktober 2013.

Kenaikan tarif tenaga listrik pada triwulan IV-2013 merupakan tahapan kenaikan TTL

keseluruhan tahun 2013 yang direncanakan pemerintah sebesar 15%. Selaras dengan itu,

subkelompok bahan bakar/penerangan/air tercatat mengalami inflasi triwulanan tertinggi

pada kelompok ini sebesar 1,46% (qtq).

Perkembangan Inflasi Daerah Triwulan IV-2013 36

BANK INDONESIA

Tabel 2.5. Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang Provinsi Bengkulu

Subkelompok

Barang/Jasa

Tw IV-2012 Tw I-2013 Tw II-2013 Tw III-2013 Tw IV-2013

% yoy

% qtq

% yoy

% qtq

% yoy

% qtq

% yoy

% qtq

% yoy

% qtq

Sandang laki-laki 5,42 1,10 3,90 0,23 3,34 0,00 4,15 2.77 5,72 2,63

Sandang wanita 5,61 0,41 5,73 0,12 7,46 1,89 6,17 3.65 7,20 1,38

Sandang anak-anak 6,29 0,18 6,29 0,00 6,17 0,34 6,92 6.37 6,83 0,10

Barang pribadi dan

sandang lainnya 3,01 ( 4,20) 0,57 (1,67) (9,04) (10,98) (7,49) 10.32 (6,70) (3,39)

inflasi Sandang 4.80 (1.09) 3.64 (0.48) 0,66 (3,14)

1,10

6.03

2,09 (0,11)

sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu

Inflasi tahunan kelompok sandang tercatat sebesar 2,09% (yoy), lebih

tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 1,10% (yoy) (Tabel 2.5).

Peningkatan inflasi kelompok sandang didorong inflasi pada sebagian besar komponen

kelompok sandang sebagai dampak musimam belanja akhir tahun dan libur panjang.

Namun jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, inflasi

tahunan kelompok sandang pada triwulan laporan mengalami penurunan. Hal ini

disebabkan koreksi harga emas perhiasan sehingga mengalami deflasi sebesar 8,47%

(yoy). Penurunan harga emas perhiasan dipengaruhi oleh koreksi harga emas dunia

sebagai dampak positif membaiknya perekonomian global.

Tabel 2.6. Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan Provinsi Bengkulu

Subkelompok

Barang/Jasa

Tw IV-2012 Tw I-2013 Tw II-2013 Tw III-2013 Tw IV-2013

% yoy

% qtq

% yoy

% qtq

% yoy

% qtq

% yoy

% qtq

% yoy

% qtq

Jasa Kesehatan 1,81 - 2,29 0,91 14,07 11,52 14,36 1,62 14,36 0,00

Obat-obatan 1,02 0,18 - 1,39 - 2,11 -1,22 0,17 (1,62) 0,15 1,38 3,23

Jasa Perawatan Jasmani 13,28 12,64 13,28 - 17,65 3,84 17,34 0,31 4,17 0,00

Perawatan Jasmani dan kosmetika

9,42 0,67 7,68 0,30 6,39 0,35 4,98 3,61 5,22 0,90

Inflasi Kesehatan 5,67 1,14 4,57 (0,04) 7,71 3,71 7,05

2,10 6,92 1,01

sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu

Inflasi tahunan kelompok komoditas kesehatan pada triwulan laporan

lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Inflasi triwulan IV-2013 tercatat

sebesar 6,92% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan III-2013 yang sebesar 7,05%

(yoy) (Tabel 2.6). Secara umum, hanya subkelompok obat-obatan yang mengalami

pergerakan harga pada triwulan IV-2013. Harga obat-obatan naik sebesar 3,23% (qtq)

sehingga inflasi tahunan sebesar 1,38% (yoy). Pelemahan nilai tukar rupiah yang masih

berlanjut mendorong kenaikan harga obat-obatan impor. Di sisi lain, walaupun tidak ada

Perkembangan Inflasi Daerah Triwulan IV-2013 37

BANK INDONESIA

pergerakan pada triwulan IV-2013, inflasi subkelompok jasa kesehatan, jasa perawatan

jasmani, dan kosmetika meningkat cukup tinggi. Pada subkelompok jasa kesehatan,

peningkatan tarif yang signifikan terjadi pada tarif rumah sakit dan dokter spesialis yang

naik masing-masing sebesar 25,30% (yoy) dan 24,66% (yoy). Di sisi lain, parfum

merupakan komoditas kelompok kosmetika yang mengalami inflasi cukup tinggi. Hal ini

diperkirakan masih terkait dengan pelemahan nilai tukar rupiah, sebab bahan baku

maupun produk parfum banyak didatangkan melalui impor.

Tabel 2.7. Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Provinsi Bengkulu

SubKelompok

Barang/Jasa Tw IV-2012 Tw I-2013 Tw II-2013 Tw III-2013 Tw IV-2013

% yoy

% qtq

% yoy

% qtq

% yoy

% qtq

% yoy

% qtq

% yoy

% qtq

Jasa pendidikan 21,05 1,76 21,05 0,00 21,06 0,00 6,37 4,53 4,53 0,00 Kursus-kursus /

pelatihan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,04 0,03 0,03 0,00 0,03 0,00

Perlengkapan /

peralatan pendidikan 3,89 0,00 3,89 0,00 2,89 (0,23) 1,62 1,85 1,62 0,00

Rekreasi 0,41 0,03 1,56 0,00 2,17 0,73 0,80 0,03 0,77 0,00

Olahraga 0,41 0,41 2,74 2,32 1,99 (0,73) 1,99 0,00 1,78 0,21

Inflasi Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga

12,32 1,04 12,60 0,05 12,47 0,06 4,18 3,00 3,11 0,00

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu

Inflasi kelompok pendidikan/rekreasi dan olahraga relatif stabil. Inflasi

tahunan sebesar 3,11% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya

yang mencapai 4,18% (yoy) (Tabel 2.7). Realisasi inflasi triwulan IV-2013 juga lebih

rendah dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu yang mencapai 12,32% (yoy).

Pergerakan inflasi pada triwulan laporan umumnya merupakan dampak inflasi triwulan

sebelumnya, tercermin dari realisasi inflasi triwulanan sebesar 0%. Secara umum, hanya

subkelompok jasa pendidikan yang berkontribusi signifikan terhadap inflasi, khususnya

oleh tarif Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), SLTP, dan SMA. Inflasi jasa

pendidikan sebesar 4,53% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya

dan triwulan IV-2012. Penyaluran Bantuan Siswa Miskin (BSM) pasca kenaikan

BBM bersubsidi oleh pemerintah menjadi salah satu pendorong berkurangnya

tekanan biaya yang dikeluarkan masyarakat pada subkelompok jasa pendidikan.

Tekanan inflasi kelompok transportasi/komunikasi dan jasa keuangan

meningkat. Inflasi tahunan tercatat sebesar 16,37% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 15,66% (yoy) (Tabel 2.8).

Perkembangan Inflasi Daerah Triwulan IV-2013 38

BANK INDONESIA

Peningkatan inflasi kelompok ini juga jauh lebih tinggi dibandingkan pencapain inflasi

pada triwulan IV tahun lalu yang hanya sebesar 4,11% (yoy). Subsektor transportasi

merupakan pendorong utama inflasi pada kelompok ini. Meskipun demikian, tekanan

inflasi lebih disebabkan oleh dampak lanjutan inflasi triwulan III-2013 pasca kenaikan

harga BBM bersubsidi, disamping faktor musiman kenaikan tarif angkutan udara. Secara

tahunan, komoditas transportasi yang berkontribusi paling tinggi terhadap pembentukan

inflasi adalah bensin, angkutan dalam kota dan angkutan udara masing-masing sebesar

1,25%, 0,89%, dan 0,50%. Jika dilihat secara triwulanan, hanya komoditas angkutan

udara yang mengalami pergerakan harga. Namun, tingkat inflasi triwulanan komoditas

angkutan udara pada triwulan laporan masih lebih rendah dibanding triwulan III-2013

sesuai dengan pola musimannya.

Tabel 2.8. Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan Provinsi Bengkulu

SubKelompok

Barang/Jasa

Tw IV-2012 Tw I-2013 Tw II-2013 Tw III-2013 Tw IV-2013

% yoy

% qtq

% yoy

% qtq

% yoy

% qtq

% yoy

% qtq

% yoy

% qtq

Transpor 5,73 1,32 7,09 1,20 11,19 4,75 20.38 12.08 21,38 2,16

Komunikasi dan

pengiriman

(

0,38) 0,00 (0,17) 0,00 0,03 0,07 0.07 0,00 0,07 0,00

Sarana dan penunjang

transpor

0,73 0,49 0,67 0,00 3,70 3,19 9.25 5.36 8,71 0,00

Jasa keuangan 1,53 0,00 2,42 0,88 2,42 0,00 0.88 0,00 0,88 0,00

Inflasi Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan

4,11 1,00 5,12 0,88 8,41 3,78 15.66 9.38 16,37 1,62

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu

Pada triwulan laporan, komoditas bahan makanan mengalami pergolakan

harga yang cukup tinggi (Tabel 2.9). Hal ini disebabkan ketersediaan pasokan yang

tidak stabil. Selain permasalahan produksi lokal yang terbatas, pasokan bahan pangan di

Bengkulu masih sangat bergantung dari daerah lain. Sehingga jika terjadi permasalahan

distribusi seperti cuaca ekstrim, harga-harga bahan pangan akan bergolak. Namun, secara

keseluruhan, kelompok transpor/komunikasi/jasa keuangan berkontribusi paling besar

terhadap pembentukan inflasi triwulanan triwulan IV-2013 sebesar 41,1%. Hal ini

disebabkan faktor musiman kenaikan tarif angkutan udara pada bulan Desember. Selain

itu, kenaikan tarif tenaga listrik sebagai tahapan kebijakan pemerintah terkait listrik pada

2013 berkontribusi sebesar 32,6% dari total inflasi triwulanan. Sementara itu, kelompok

bahan makanan dan kelompok pendidikan/rekreasi/olahraga berkontribusi paling kecil

terhadap pembentukan inflasi triwulanan pada akhir triwulan IV-2013 Grafik 2.4.

Perkembangan Inflasi Daerah Triwulan IV-2013 39

BANK INDONESIA

Tabel 2.9. Sumbangan Beberapa Komoditas terhadap Inflasi/Deflasi Bulanan di Provinsi Bengkulu

Persen (%)

No

Oktober 2013 November 2013 Desember 2013

Komoditas Andil*

(%) Komoditas

Andil* (%)

Komoditas Andil*

(%)

1. Cabe merah 0,57 Tarif listrik 0,08 Angkutan udara 0,36

2. Daging ayam ras -0,42 Beras 0,08 Cabe merah -0,33

3. Beras 0,32 Nasi 0,08 Jengkol 0,10

4. Tongkol -0,21 Daging ayam ras -0,07 Tongkol -0,08

5. Semangka 0,16 Jengkol -0,05 Kacang panjang -0,08

6. Bawang merah -0,10 Minyak goreng -0,04 Jeruk 0,07

7. Angkutan udara -0,10 Cabe merah -0,03 Beras 0,06

8. Emas perhiasan -0,09 Sewa rumah 0,03 Daging ayam ras -0,06

9. Senangin 0,05 Tahu mentah -0,02 Bawang merah 0,05

10 Tomat buah -0,05 Bayam 0,02 Minyak goreng 0,04

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu

*Diurutkan dari andil terbesar hingga kecil berdasarkan angka absolut

Keterangan :

Kelompok Bahan Makanan Kelompok Pendidikan/Rekreasi/Olahraga

Kelompok Makanan Jadi/Minuman/Rokok/ Tembakau

Kelompok Transpor/Komunikasi/Jasa Keuangan

Kelompok Perumahan/Air/Listrik/Gas/ Bahan Bakar

Kelompok Kesehatan

Kelompok Sandang

Grafik 2.4. Sumbangan Inflasi Triwulanan Triwulan III-2013 Per Kelompok Barang/Jasa

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu

2.2. Perkembangan Inflasi Fundamental

Berdasarkan pendekatan kelompok disagregasi, inflasi tahunan volatile

food (VF) mengalami peningkatan, sedangkan inflasi core dan administered price

(AP) relatif stabil. Inflasi VF pada triwulan laporan sebesar 15,49% (yoy), lebih tinggi

Bahan Makanan; 0.0% Makanan Jadi,

Minuman, Rokok, Tembakau; 21.6%

Perumahan, Air, Listrik, Gas, Bahan

Bakar; 32.6%Sandang; -1.1%

Kesehatan; 5.9%

Pendidikan, Rekreasi,

Olahraga; 0.0%

Transpor, Komunikasi, Jasa

Keuangan; 41.1%

Keterangan : Kelompok komoditas; % sumbangan

Perkembangan Inflasi Daerah Triwulan IV-2013 40

BANK INDONESIA

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 13,45% (yoy) dan triwulan IV-2012 yang

hanya 3,51% (yoy). Sementara itu, inflasi core relatif stabil sepanjang triwulan IV-2013

sebesar 5,52% (yoy), hampir sama dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar

5,87% (yoy). Selaras dengan itu, inflasi kelompok AP pada triwulan IV-2013 bergerak

turun, yaitu dari 12,70% (yoy) pada triwulan III-2013 menjadi sebesar 12,64% (yoy)

Grafik 2.5.

Keterbatasan pasokan beras dan cabai merah pada triwulan IV-2013

merupakan pendorong utama peningkatan inflasi kelompok VF dan inflasi

keseluruhan triwulan laporan. Keterbatasan pasokan ini disebabkan para petani lokal

pada triwulan IV-2013 baru mulai memasuki musim tanam dan pemupukan. Di sisi lain,

minimnya pergerakan harga pada komoditas-komoditas core mengakibatkan pergerakan

inflasi komoditas ini relatif stabil. Kenaikan tarif tenaga listrik dan transportasi udara pada

triwulan IV-2013 hanya berkontribusi relatif kecil terhadap inflasi kelompok AP. Dengan

demikian, pencapaian inflasi kelompok AP pada akhir tahun lebih disebabkan tingginya

inflasi pada triwulan sebelumnya sebagai dampak kenaikan BBM bersubsidi.

Grafik 2.5. Disagregasi Inflasi Provinsi Bengkulu

5.52

12.64

15,49

-10

-5

0

5

10

15

20

25

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112

2011 2012 2013

%,yoy

Inflasi IHK (yoy) Core Adm Price Volatile Foods

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu (diolah dengan pendekatan sub kelompok)

Peningkatan harga-harga yang terjadi pada triwulan IV-2013 telah

terindikasi sebelumnya melalui hasil Survei Konsumen (SK) triwulan III-2013,

dimana hasil survei menunjukkan adanya peningkatan Nilai Saldo (NS) ekspektasi harga

tiga bulan yang akan datang sebagaimana terlihat pada Grafik 2.6 di bawah. Adanya

peningkatan ekspektasi inflasi/harga di masyarakat disebabkan antara lain oleh faktor

kenaikan tarif tenaga listrik yang naik per triwulan sepanjang tahun 2013, keterbatasan

Perkembangan Inflasi Daerah Triwulan IV-2013 41

BANK INDONESIA

pasokan bahan pangan, dan peningkatan permintaan terhadap barang/jasa pada akhir

tahun.

Grafik 2.6. Nilai Saldo Ekspektasi Konsumen Terhadap Kondisi 3 Bulan

Mendatang

Sumber : Survei Konsumen. Bank Indonesia

2.3. Perbandingan Inflasi Antar Kota di Sumatera

Grafik 2.7. Inflasi Tahunan (yoy) Bulan Desember 2013 Kota-Kota di Sumatera

Sumber : Badan Pusat Statistik

Secara umum, laju inflasi tahunan kota-kota di Sumatera pada triwulan IV-

2013 lebih tinggi dibanding inflasi triwulan III-2013 dan triwulan IV-2012. Tercatat

ada 10 kota dengan inflasi di atas inflasi nasional (8,38% yoy), termasuk Bengkulu. Kota-

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

2009 2010 2011 2012 2013

IEK 99. 99. 101 112 136 132 117 118 95. 117 105 121 105 122 110 115 132 114 109 115

Ekpektasi Harga 3 bln yad (kanan) 143 86.7 88.7 118 160 176 156 176 174 177 154 153 189 177 145 156 164 173 176 177

115.78

176.67

0

25

50

75

100

125

150

175

200

75.0

85.0

95.0

105.0

115.0

125.0

135.0

145.0

IEK Ekpektasi Harga 3 bln yad (kanan)

12.02%

10.87%10.09%

10.08%

10.08% 9.94%Inflasi Nasional =

8,38%

0.0%

1.5%

3.0%

4.5%

6.0%

7.5%

9.0%

10.5%

12.0%

13.5%

Perkembangan Inflasi Daerah Triwulan IV-2013 42

BANK INDONESIA

kota dengan inflasi tahunan tertinggi adalah Pematang Siantar (12,02% yoy), Padang

(10,87% yoy), Medan (10,09% yoy), Tanjung Pinang (10,08% yoy), Sibolga (10,08% yoy),

dan Bengkulu (9,94% yoy). Dengan demikian, Kota Bengkulu berada pada peringkat 6

inflasi tertinggi di Sumatera Grafik 2.7.

Grafik 2.8. Inflasi Tahunan (yoy) Kota-Kota di Sumatera Bagian Selatan

Sumber : Badan Pusat Statistik

Sementara itu bila dibandingkan dengan kota lain di wilayah Sumatera

Bagian Selatan, inflasi tahunan Kota Bengkulu tercatat lebih tinggi dibandingkan

kota lainnya. Kondisi ini masih sama dibandingkan periode sebelumnya. Kota Palembang

mencatatkan inflasi terendah dengan inflasi sebesar 7,04% (yoy), kemudian diikuti oleh

Kota Lampung dan Pangkal Pinang dengan inflasi masing-masing sebesar 7,56% (yoy)

dan 8,71% (yoy).

9.94%

7.04%

7.56%

8.71%

0.0%

2.0%

4.0%

6.0%

8.0%

10.0%

12.0%

14.0%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2011 2012 2013

Bengkulu Palembang Lampung Pangkal Pinang

 

BA

 

AB IIIPPS

PERKEPERBASISTEM

MBANANKANM PEM

NGAN  DAERBAYAR

RAH DARAN 

AN 

halaman ini sengaja dikosongkan

Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan IV-2013 43

BANK INDONESIA

Kinerja intermediasi perbankan di Provinsi Bengkulu pada triwulan IV-2013

berjalan relatif baik yang tercermin dari peningkatan Loan/Financing to Deposit Ratio

(L/FDR) menjadi 146,99% disertai dengan tingkat Non Performing Loan/Finanicng (NPL/F)

yang rendah sebesar 1,80%. Pertumbuhan penyaluran kredit/pembiayaan tercatat sebesar

20,60% (yoy) menjadi Rp11,29 triliun, sementara itu Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh

4,23% (yoy) menjadi Rp7,68 triliun. Aset bank umum meningkat sebesar 16,08% (yoy)

menjadi Rp13,23 triliun. Sementara itu, kinerja BPR/BPRS menunjukkan penurunan,

tercermin dari penurunan jumlah aset, DPK, dan kredit pada triwulan laporan

dibandingkan triwulan IV-2012.

Perkembangan sistem pembayaran di Provinsi Bengkulu pada triwulan IV-2013

secara umum menunjukkan perlambatan pertumbuhan dibandingkan triwulan

sebelumnya. Sistem pembayaran non tunai melalui kliring mengalami peningkatan

sebesar 4,34% (qtq) menjadi Rp881,24 miliar, sedangkan transaksi RTGS mengalami

peningkatan sebesar 0,58% (qtq) menjadi Rp40,49 triliun. Sementara pembayaran tunai

mengalami net outflow sebesar Rp834,87 miliar, meningkat dibandingkan net outflow

triwulan sebelumnya yang sebesar Rp547,06 miliar.

3.1 Bank Umum

Grafik 3.1 Perkembangan Loan/Financing to Deposit Ratio (L/FDR) dan Non-

Performing Loan/Financing (NPL/F) Bank Umum Provinsi Bengkulu.

Sumber : LBU Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu

Pada triwulan IV-2013, kinerja bank umum baik konvensional maupun

syariah di Provinsi Bengkulu berada dalam kondisi baik. Kondisi ini tercermin dari

peningkatan aset bank umum, penyaluran kredit/pembiayaan serta membaiknya rasio

146.99%

1.80%

1.00%

1.20%

1.40%

1.60%

1.80%

2.00%

2.20%

2.40%

80%

90%

100%

110%

120%

130%

140%

150%

160%

III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012 2013

LDR (kiri) NPL (kanan)

Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan IV-2013 44

BANK INDONESIA

penyaluran kredit/pembiayaan terhadap simpanan (Loan/Financing to Deposit Ratio) dan

Non Performing Loan/Financing (NPL/F) dibandingkan triwulan sebelumnya. Namun

demikian, perolehan Dana Pihak Ketiga (DPK) menunjukkan penurunan dibandingkan

triwulan III-2013.

3.1.1 Kelembagaan

Bank umum di wilayah Provinsi Bengkulu berjumlah 19 bank yang terdiri

dari 1 Bank Pembangunan Daerah (BPD), 4 bank pemerintah dan 14 bank swasta

dengan 5 diantaranya merupakan bank syariah. Jaringan kantor pelayanan bank

umum di Provinsi Bengkulu tertera pada Tabel 3.1 dibawah.

Tabel 3.1 Jaringan Kantor Pelayanan Bank Umum Provinsi Bengkulu

KP KC KCP KK Unit PP ATM

Kota Bengkulu 1 21 24 14 12 2 109

Bengkulu Selatan - 2 12 1 7 - 6

Bengkulu Utara - 2 17 5 9 - 11

Rejang Lebong - 2 14 4 6 - 20

Lebong - 1 3 1 3 - 1

Kepahiang - 1 5 2 2 - 7

Kaur - - 4 1 4 - 2

Seluma - - 4 2 3 - 3

Muko-Muko - 1 12 2 4 - 6

Jumlah 1 30 94 33 50 2 162 Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, hingga data Desember 2013

3.1.2 Perkembangan Aset

Aset perbankan umum di Provinsi Bengkulu menunjukkan pertumbuhan

yang melambat. Pada periode laporan, aset perbankan Provinsi Bengkulu tumbuh

sebesar 16,08% (yoy) menjadi sebesar Rp13,23 triliun (Tabel 3.2). Tingkat pertumbuhan

ini melambat dibandingkan pertumbuhan pada tahun sebelumnya yang sebesar 23,18%

(yoy). Bila dilihat dari pergerakan triwulanannya, terlihat adanya perlambatan

pertumbuhan DPK sejak semester II-2013. Pada triwulan IV-2013, pertumbuhan DPK

tercatat sebesar 1,59% (qtq), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh

sebesar 3,86% (qtq). Selain itu, pertumbuhan DPK pada triwulan IV-2013 juga melambat

bila dibandingkan dengan pertumbuhan DPK triwulan IV-2012 yang sebesar 5,42% (qtq).

Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan IV-2013 45

BANK INDONESIA

Tabel 3.2 Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Bengkulu

dalam juta rupiah kecuali disebutkan lain

Kelompok Bank

2012 2013 Pangsa

Pert. yoy Q-3 Q-4 Q-1 Q-2 Q-3 Q-4

Bank Pemerintah

7.918.585 8.330.132 8.675.469 9.270.080 9.568.942 9.659.966 73,00% 15,96%

Bank Swasta 2.894.704 3.069.390 3.099.249 3.270.275 3.455.948 3.572.361 27,00% 16,39%

Bank Umum (Total)

10.813.289

11.399.522 11.774.719 12.540.355 13.024.890 13.232.327 100% 16,08%

Sumber : LBU Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, termasuk bank umum syariah

Berdasarkan pangsanya, aset bank pemerintah mendominasi total aset yang

terdapat di Provinsi Bengkulu dengan pangsa 73%. Sebaran aset bank umum saat ini

masih terkonsentrasi di wilayah Kota Bengkulu dengan porsi sebesar 66,08% (Grafik 3.2).

Sementara aset perbankan terkecil terdapat di Kabupaten Lebong dan Kabupaten

Kepahiang. Pertumbuhan aset perbankan tahunan terbesar terjadi di Kabupaten Bengkulu

Selatan, Seluma dan Kaur yaitu sebesar 31,81% (yoy)

Grafik 3.2 Distribusi Aset Bank Umum di Provinsi Bengkulu

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum Bank Indonesia Bengkulu, termasuk bank umum syariah

3.1.3 Perkembangan Dana Masyarakat

Penghimpunan DPK oleh bank umum di Provinsi Bengkulu pada triwulan

IV-2013 meningkat 4,23% (yoy) atau menjadi Rp7,68 triliun (Grafik 3.3).

Pertumbuhan ini melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai

11,81% (yoy). Kondisi ini didorong oleh penurunan jumlah giro yang cukup signifikan

pada bulan Desember 2013. Bila dibandingkan dengan posisi triwulan sebelumnya, DPK

mengalami penurunan sebesar 8,34% (qtq).

Berdasarkan porsinya, tabungan memiliki porsi terbesar mencapai 62,90%

dari total DPK, sedangkan giro dan deposito memiliki pangsa masing-masing

Kab. Bengkulu Selatan, Seluma, Kaur, 11.63%

Kab. Bengkulu Utara, Mukomuko,

11.17%

Kab. Rejang Lebong, Lebong &

Kepahiang, 11.13%Kota Bengkulu,

66.08%

Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan IV-2013 46

BANK INDONESIA

18,06% dan 19,04% (Grafik 3.4). Tabungan mengalami pertumbuhan tertinggi

mencapai 15,50% (yoy), sedangkan deposito tumbuh sebesar 4,07% (yoy). Giro

mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu sebesar 22,10% (yoy). Bila

dibandingkan dengan triwulanan sebelumnya, giro perbankan pada triwulan laporan turun

sebesar 42,39% (qtq). Penurunan giro pada periode triwulan IV bersifat siklikal, namun

penurunan pada triwulan laporan tercatat lebih tajam dibandingkan dengan triwulan IV-

2012 yang hanya sebesar 24,17% (qtq). Penurunan jumlah giro ini diindikasikan karena

pencairan dana milik pemerintah yang disimpan di perbankan guna percepatan

pembangunan fisik menyambut pelaksanaan Hari Pers Nasional pada awal tahun 2014.

Grafik 3.3 Perkembangan Dana Pihak Ketiga di Provinsi Bengkulu

Grafik 3.4 Porsi DPK per Jenisnya

Triliun Rp % yoy

Sumber : Laporan LBU Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu

Dana Pihak Ketiga (DPK) bank umum di Provinsi Bengkulu pada triwulan

laporan masih terkonsentrasi di bank pemerintah dengan porsi mencapai 78,44%,

sedangkan 21,56% berada di bank swasta. DPK yang berada di bank pemerintah

tumbuh sebesar 1,63% (yoy), sementara DPK pada bank swasta tumbuh sebesar 14,95%

(yoy) (Tabel 3.3). Baik pada bank pemerintah maupun bank swasta, komponen tabungan

mencatatkan pertumbuhan yang tertinggi masing-masing yaitu 13,12% (yoy) dan 23,94%

(yoy). Sementara itu, giro pada bank pemerintah tercatat menurun sebesar 24,68% (yoy)

dan deposito pada bank swasta menurun sebesar 2,82% (yoy).

Jika dilihat dari struktur kepemilikan dana, dana perorangan masih

merupakan komponen terbesar pembentuk DPK perbankan. Porsi kepemilikan dana

perorangan pada periode laporan mencapai 73,54%, diikuti oleh dana milik pemerintah

4.23 0

5

10

15

20

25

30

35

3

4

5

6

7

8

9

10

Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2011 2012 2013

DPK g (yoy)18.06%

62.90%

19.04%

Giro Tabungan Deposito

Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan IV-2013 47

BANK INDONESIA

sebesar 11,21%, dana milik BUMN dan BUMD sebesar 5,33%, dana milik swasta sebesar

9,87%, dan dana milik lainnya sebesar 0,05%.

Tabel 3.3 Perkembangan Penghimpunan Dana Bank Umum Provinsi Bengkulu

dalam juta rupiah

Keterangan 2012 2013 Ptumb.

Q-3 Q-4 Q-1 Q2 Q-3 Q-4 yoy

Bank Umum(Total) 7.494.178 7.367.997 7.569.279 8.070.497 8.378.872 7.679.757 4,23%

Giro 2.347.906 1.780.510 2.280.764 2.424.232 2.407.368 1.386.932 -22,10%

Tabungan 3.797.112 4.182.231 3.686.361 3.931.331 4.378.492 4.830.444 15,50%

Deposito 1.349.159 1.405.255 1.602.154 1.714.934 1.593.012 1.462.381 4,07%

Bank Pemerintah 6.179.038 5.927.289 6.205.890 6.631.787 6.830.516 6.023.618 1,63%

Giro 2.203.314 1.614.587 2.126.284 2.268.467 2.226.813 1.216.059 -24,68%

Tabungan 2.918.773 3.261.316 2.813.932 2.983.582 3.373.007 3.689.073 13,12%

Deposito 1.056.952 1.051.386 1.265.675 1.379.738 1.230.696 1.118.485 6,38%

Bank Swasta 1.315.139 1.440.707 1.363.388 1.438.710 1.548.356 1.656.139 14,95%

Giro 144.592 165.923 154.480 155.765 180.555 170.873 2,98%

Tabungan 878.340 920.915 872.430 947.749 1.005.485 1.141.371 23,94%

Deposito 292.207 353.869 336.479 335.196 362.316 343.895 -2,82%

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, termasuk bank umum

syariah

3.1.4 Perkembangan Penyaluran Kredit/Pembiayaan

Grafik 3.5 Perkembangan Kredit/pembiayaan Perbankan di Provinsi Bengkulu

Sumber : Laporan LBU Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, termasuk bank umum syariah

20.60

0

5

10

15

20

25

30

3 4 5 6 7 8 9

10 11 12 13

II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012 2013

Kredit

Pertumbuhan

Triliun Rp %, yoy

Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan IV-2013 48

BANK INDONESIA

Penyaluran kredit/pembiayaan oleh bank umum di Provisi Bengkulu pada

triwulan IV-2013 mencapai Rp11,29 triliun atau tumbuh 20,60%(yoy) (Grafik 3.5).

Tingkat pertumbuhan ini melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya

yang sebesar 25,57% (yoy). Selain itu, bila dibandingkan dengan pertumbuhan di tahun

2012 yang sebesar 26,51% (yoy), pertumbuhan kredit/pembiayaan menunjukkan

perlambatan yang cukup signifikan. Secara triwulanan, pertumbuhan kredit/pembiayaan

bank umum Provinsi Bengkulu tercatat sebesar 2,39% (qtq), melambat dibandingkan

triwulan IV-2012 yang tumbuh 6,60% (qtq).

Tabel 3.4 Perkembangan Kredit/Pembiayaan Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan, Sektor Ekonomi dan Kelompok Bank di Provinsi Bengkulu

Dalam juta rupiah (kecuali persentase pertumbuhan)

Keterangan 2012 2013 Pertumbuhan yoy

Q-3 Q-4 Q-1 Q-2 Q-3 Q-4 Rp. %

Jenis Penggunaan

8.780.766 9.360.558 9.747.850 10.528.747 11.025.685 11.288.765 1.928.207 20,60%

Modal Kerja 2.997.765 3.155.777 3.278.286 3.409.363 3.512.105 3.558.306 402.529 12,76%

Investasi 997.365 984.172 999.097 1.212.610 1.276.064 1.341.382 357.210 36,30%

Konsumsi 4.785.636 5.220.609 5.470.466 5.906.774 6.237.516 6.389.077 1.168.468 22,38%

Sektor Ekonomi

8.780.766 9.360.558 9.747.850 10.528.747 11.025.685 11.288.765 1.928.207 20,60%

Pertanian 467.892 514.738 588.389 662.287 740.017 808.309 293.571 57,03%

Pertambangan 147.135 130.505 120.144 91.755 85.072 77.194 -53.311 -40,85%

Perindustrian 268.040 299.435 282.239 304.867 300.138 302.474 3.039 1,01%

Listrik, Air, Gas 20.421 20.183 23.238 25.772 25.661 24.815 4.632 22,95%

Konstruksi 159.090 135.003 123.471 184.057 204.235 178.927 43.924 32,54%

Perdagangan 2.267.682 2.383.597 2.445.527 2.734.974 2.810.641 2.872.434 488.837 20,51%

Pengangkutan 69.631 55.553 55.302 49.141 52.038 52.292 -3.261 -5,87%

Jasa dunia usaha

310.968 307.773 339.400 406.046 402.178 406.869 99.096 32,20%

Jasa sosial 134.041 135.780 140.487 160.818 167.599 175.053 39.273 28,92%

Lain-lain 4.935.867 5.377.990 5.629.653 5.909.030 6.238.106 6.390.397 1.012.407 18,82%

Kelompok Bank

8.780.766 9.360.558 9.747.850 10.528.747 11.025.685 11.288.765 1.928.207 20,60%

Bank Pemerintah

6.179.908 6.658.203 6.934.035 7.532.028 7.939.343 8.141.444 1.483.241 22,28%

Bank Swasta 2.600.858 2.702.355 2.813.815 2.996.719 3.086.343 3.147.320 444.965 16,47%

Sumber : Laporan LBU Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, termasuk bank umum syariah

Berdasarkan jenis penggunaannya, pangsa kredit/pembiayaan perbankan

masih didominasi oleh kredit/pembiayaan konsumsi yang mencapai 56,60%,

diikuti kredit/pembiayaan modal kerja 31,52%, dan kredit/pembiayaan investasi

11,88%. Pada triwulan laporan, kredit/pembiayaan konsumsi tumbuh sebesar 22,38%

Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan IV-2013 49

BANK INDONESIA

(yoy) menjadi sebesar Rp6,39 triliun, melambat dibandingkan dengan triwulan III-2013

yang tumbuh 30,34% (yoy). Perlambatan pertumbuhan kredit/pembiayaan konsumsi juga

diikuti oleh kredit/pembiayaan modal kerja yang tumbuh melambat menjadi 12,76% (yoy)

dari 17,16% (yoy) pada triwulan III-2013. Sementara itu, kredit/pembiayaan investasi

tumbuh 36,30% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya yang mencapai 27,94%

(yoy).

Ditinjau dari penyaluran kredit/pembiayaan berdasarkan sektoral,

pertumbuhan kredit/pembiayaan terbesar terjadi pada sektor pertanian yang

tumbuh sebesar 57,03% (yoy) (Tabel 3.4). Sektor lainnya yang mencatatkan

pertumbuhan kredit/pembiayaan yang besar yaitu, sektor konstruksi sebesar 32,54%

(yoy). Meskipun demikian, sebagian besar sektor mengalami perlambatan pertumbuhan

kredit/pembiayaan bila dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan III-2013. Sektor

industri pengolahan mengalami perlambatan penyaluran kredit/pembiayaan tertinggi

yaitu dari 11,97% (yoy) pada triwulan III-2013 menjadi 1,02% (yoy). Berbagai

perlambatan yang terjadi merupakan dampak dari kondisi perekonomian yang masih

belum stabil. Berdasarkan pangsanya, sektor lainnya masih mendominasi penyerapan

kredit/pembiayaan terbesar, diikuti sektor perdagangan dan sektor pertanian.

Tabel 3.5 Perkembangan NPL/F Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan di

Provinsi Bengkulu

Jenis Penggunaan

2012 2013 Pertumbuhan deviasi (%) Q-3 Q-4 Q-1 Q-2 Q-3 Q-4

Modal Kerja 2,72% 2,31% 3,16% 2,93% 3,19% 3,06% 0,26%

Investasi 3,06% 2,69% 5,44% 3,81% 3,50% 3,82% -0,31%

Konsumsi 0,70% 0,61% 0,69% 0,65% 0,71% 0,67 0,06%

Total 1,66% 1,40% 2,01% 1,76% 1,82% 1,80% 0,06%

Sumber : LBU Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu

Kualitas kredit/pembiayaan bank umum di Provinsi Bengkulu

menunjukkan kinerja membaik. Hal ini tercermin dari pengukuran rasio Non

Performing Loan/Financing (NPL/F) yang pada triwulan laporan berada pada level 1,80%.

Pencapaian ini sedikit menurun dibandingkan periode sebelumnya yang mencapai 1,82%

dan masih dalam batasan yang aman (Tabel. 3.5). Relatif rendahnya rasio NPL/F

mengindikasikan keberhasilan perbankan menerapkan prinsip kehati-hatian dalam

menyalurkan kredit/pembiayaan.

Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan IV-2013 50

BANK INDONESIA

3.1.5 Perkembangan Kredit//Pembiayaan UMKM

Kredit/pembiayaan UMKM pada triwulan IV-2013 mengalami perlambatan

dibandingkan periode sebelumnya. Kredit/pembiayaan UMKM tumbuh sebesar

19,22% (yoy) menjadi Rp4,15 triliun. Pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan dengan

pertumbuhan triwulan III-2013 yang mencapai 19,86% (yoy). Bila dibandingkan secara

triwulanan, kredit/pembiayaan UMKM tumbuh sebesar 3,47% (qtq), lebih rendah

dibandingkan pertumbuhan triwulanan pada triwulan IV-2012 yang sebesar 4,03% (qtq).

Tabel 3.6 Perkembangan Kredit/Pembiayaan UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaan dan Sektor Ekonomi di Provinsi Bengkulu

juta rupiah (kecuali persentase pertumbuhan)

Keterangan 2012 2013

Pertumbuhan yoy

Q-3 Q-4 Q-1 Q-2 Q-3 Q-4 Rp. %

Jenis Penggunaan

3.348.880 3.483.674 3.648.159 3.913.451 4.013.811 4.153.146 669.472 19,22%

Modal Kerja 2.557.901 2.688.815

2.836.624 292.7085 2.976.220 3.053.121 364.306 13,55%

Investasi 765.724 758.444 773.416 973.914 1.024.504 1.085.683 327.239 43,15%

Konsumsi 25.256 36.415 38.118 12.452 13.087 14.342 -22.073 -60,62%

Sektor Ekonomi 3.348.880 3.483.674 3.648.159 3.913.451 4.013.811 4.153.146 669.472 19,22%

Pertanian 408.020 458.873 531.207 602.573 683.287 753.756 294.883 64,26%

Pertambangan 86.125 80.791 77.678 55.050 55.121 50.274 -30.517 -37,77%

Perindustrian 71.764 73.959 80.576 79.069 84.785 87.562 13.603 18,39%

Listrik, Air, Gas 20.421 20.183 23.238 25.772 25.661 24.815 4.632 22,95%

Konstruksi 137.203 123.192 113.450 170.433 169.735 148.398 25.206 20,46%

Perdagangan 2.092.261 2.198.086 2.267.072 2.540.076 2.557.326 2.633.947 435.861 19,83%

Pengangkutan 65.434 51.908 51.816 45.034 45.324 47.124 -4.784 -9,22%

Jasa dunia usaha 173.241 171.068 190.786 246.034 240.227 248.194 77.126 45,08%

Jasa social 118.924 111.818 115.031 134702 138.668 143.414 31.596 28,26%

Lain-lain 175.486 193.796 197.304 14.708 13.677 15.661 -178.135 -91,92%

Sumber : LBU Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu

Perlambatan pertumbuhan kredit/pembiayaan UMKM mempengaruhi

perlambatan pertumbuhan kredit/pembiayaan secara keseluruhan, mengingat

kontribusinya yang cukup tinggi yaitu mencapai 36,79% dari total

kredit/pembiayaan/pembiayaan bank umum. Dari jumlah tersebut, sebesar 73,51%

atau Rp3,05 triliun merupakan kredit/pembiayaan modal kerja, sedangkan

kredit/pembiayaan investasi dan kredit/pembiayaan konsumsi masing-masing berkontribusi

sebesar 26,14% dan 0,35%.

Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan IV-2013 51

BANK INDONESIA

Secara sektoral, kredit/pembiayaan UMKM bank umum Provinsi Bengkulu

utamanya disalurkan kepada sektor perdagangan dan pertanian dengan pangsa

masing-masing sebesar 63,42% dan 18,15% (Tabel 3.6). Pada sektor perdagangan,

penyaluran kredit/pembiayaan UMKM utamanya diserap oleh sub sektor perdagangan

eceran. Perdagangan eceran didominasi perdagangan makanan, minuman dan tembakau

sebesar Rp736,53 miliar dan sub sektor perdagangan eceran komoditi lainnya (bukan

makanan, minuman, atau tembakau) sebesar Rp358,17 miliar. Sementara itu, pada sektor

pertanian, sub sektor perkebunan kelapa sawit menyerap kredit/pembiayaan UMKM

terbesar mencapai Rp423,68 miliar, disusul oleh sub sektor perkebunan karet dan

penghasil getah lainnya sebesar Rp213,15 miliar.

Penyaluran kredit/pembiayaan UMKM sektor pertanian tumbuh stabil,

sementara sektor perdagangan mencatatkan perlambatan pertumbuhan.

Kredit/pembiayaan UMKM sektor pertanian tumbuh sebesar 64,26% (yoy), sedikit

melambat dibandingkan triwulan III-2013 yang tumbuh 67,46% (yoy). Sementara itu,

sektor perdagangan tumbuh melambat dari 22,23% (yoy) pada triwulan III-2013, menjadi

19,83% (yoy) pada triwulan laporan. Perlambatan kredit/pembiayaan UMKM yang terjadi

hampir diseluruh sektor ditengarai terjadi karena kondisi perekonomian yang masih belum

stabil sehingga mendorong pelaku usaha membatasi ekspansi usahanya.

Tabel 3.7 Perkembangan Non-Performing Loan/Financing (NPL/F) SektorUMKM

di Provinsi Bengkulu

dalam juta rupiah (kecuali persentase NPL)

KOLEK-TIBILITAS

KETERANGAN 2012 2013

Q-3 Q-4 Q-1 Q-2 Q-3 Q-4

1 Lancar 2.930.011 3.145.814 3.230.970 3.436.791 3,529,801 3,753,231

2 Dalam Perhatian Khusus

321.506 250.590 282.106 341.770 343,197 254,880

3 Kurang Lancar 18.072 18.258 37.923 34.144 34,567 29,911

4 Diragukan 33.589 18.535 40.782 29.605 29,335 25,331

5 Macet 45.703 50.477 56.378 71.140 76,910 89,792

NPL 2,91% 2,51% 3,70% 3,45% 3,51% 3,49%

Sumber : LBU Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu

Kualitas penyaluran kredit/pembiayaan UMKM menunjukkan

kecenderungan yang membaik dibandingkan kondisi pada triwulan III-2013. Hal

ini tercermin dari rasio NPL/F sektor UMKM pada triwulan laporan yang sebesar 3,49%,

sedikit lebih rendah dari triwulan sebelumnya menjadi 3,51% (Tabel 3.7). Rasio NPL/F

kredit UMKM ini masih berada pada batas wajar, namun demikian rasio NPL/F

kredit/pembiayaan/pembiayaan UMKM masih lebih tinggi dibandingkan NPL/F penyaluran

Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan IV-2013 52

BANK INDONESIA

kredit/pembiayaan/pembiayaan secara keseluruhan yang hanya sebesar 1,80%. Pada

triwulan laporan, penyaluran kredit/pembiayaan/pembiayaan UMKM pada sektor

pertambangan mencatatkan NPL/F tertinggi yaitu sebesar 13,25%, kemudian diikuti oleh

sektor perdagangan yang sebesar 4,12%. Sementara NPL/F sektor UMKM terendah

dicatat oleh sektor listrik, gas dan air.

3.2 Bank Umum Syariah & Unit Usaha Syariah Bank Umum

Pada triwulan laporan, kinerja intermediasi perbankan syariah di Provinsi

Bengkulu terbilang baik. Hal ini tercermin dari Financing to Deposit Ratio (FDR) yang

cukup tinggi yaitu sebesar 173,44% (Grafik 3.6). Kondisi FDR yang menurun

dibandingkan triwulan sebelumnya dipicu oleh peningkatan jumlah Dana PIhak Ketiga

(DPK) yang lebih besar dibandingkan dengan jumlah peningkatan pembiayaan. Apabila

dibandingkan dengan nasional, FDR perbankan syariah di Provinsi Bengkulu masih berada

di atas FDR nasional yang sebesar 121,46%. Tingginya FDR perbankan syariah Provinsi

Bengkulu ini didukung dengan kualitas pembiayaan yang baik. Hal ini tercermin dari

tingkat NPF perbankan syariah yang relatif masih rendah pada level 2,78%. Meskipun

demikian, perlu ada perhatian dari pihak perbankan syariah mengingat terdapat indikasi

tren kenaikan NPF pada periode dua tahun terakhir.

Grafik 3.6 Perkembangan Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Non Performing Financing (NPF) Perbankan Syariah di Bengkulu

Sumber : LBUS Bank Pelapor & Statistik Perbankan

Pembiayaan perbankan syariah pada periode laporan mengalami

pertumbuhan sebesar 41,72% (yoy) atau menjadi sejumlah Rp773,31 miliar.

Pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah meningkat bila dibandingkan pertumbuhan

pembiayaan pada triwulan III-2013 yang sebesar 39,72% (yoy). Pembiayaan perbankan

173.44%

121.46%

40%

60%

80%

100%

120%

140%

160%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

I II III IV I II III IV I II III IV

2011 2012 2013

FDR Bengkulu

FDR Nasional

173.44%

2.78%

0.0%

0.5%

1.0%

1.5%

2.0%

2.5%

3.0%

3.5%

4.0%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

I II III IV I II III IV I II III IV

2011 2012 2013

FDR NPF

Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan IV-2013 53

BANK INDONESIA

syariah didominasi oleh pembiayaan modal kerja dengan porsi sebesar 41,06%,

sementara pembiayaan konsumsi dan investasi masing-masing mengambil porsi sebesar

36,66% dan 22,28%. Pembiayaan modal kerja pada triwulan laporan tumbuh sebesar

31,37% (yoy) atau menjadi senilai Rp317,53 miliar, meningkat dibandingkan

pertumbuhan triwulan III-2013 yang sebesar 24,16% (yoy). Peningkatan pertumbuhan

juga terjadi pada jenis pembiayaan investasi yaitu tumbuh sebesar 73,31% (yoy) atau

menjadi senilai Rp172,31 miliar. Sementara pembiayaan untuk konsumsi tumbuh

melambat menjadi 38,58% (yoy) dari 51,80% (yoy) di triwulan sebelumnya.

Secara sektoral, pembiayaan didominasi oleh sektor lainnya sebesar

36,66%, kemudian diikuti oleh sektor jasa dunia usaha sebesar 31,34% dan

sektor perdagangan sebesar 17,32%. Sektor dunia usaha mencatat pertumbuhan

pembiyaan sebesar 55,33% (yoy) atau menjadi senilai Rp242,33 miliar, sementara sektor

perdagangan tumbuh sebesar 25,59% (yoy) atau menjadi senilai Rp133,94 miliar.

Dari sisi aset, perbankan syariah Provinsi Bengkulu mencatatkan

pertumbuhan sebesar 32,10% (yoy), sementara DPK tumbuh sebesar 16,06%

(yoy). Pertumbuhan aset perbankan syariah ini lebih rendah dibandingkan triwulan III-

2013 yang sebesar 37,93% (yoy), sehingga tercatat menjadi senilai Rp846,77 miliar.

Sementara itu, pertumbuhan DPK perbankan syariah melambat signifikan dari 31,80%

(yoy) di triwulan sebelumnya, tercatat menjadi senilai Rp445,86 miliar. DPK perbankan

syariah mengambil porsi 5,81% dari total DPK bank umum.

Grafik 3.7 Pembiayaan Perbankan Syariah di Bengkulu

Grafik 3.8 DPK Perbankan Syariah di Bengkulu

miliar Rp yoy (%) miliar Rp yoy (%)

Sumber : LBUS-Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu

41.72%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

45%

-

100

200

300

400

500

600

700

800

900

III IV I II III IV I II III IV

2011 2012 2013

Pembiayaan

Growth

16.06%

0%5%10%15%20%25%30%35%40%45%50%

-50

100 150 200 250 300 350 400 450 500

III IV I II III IV I II III IV

2011 2012 2013

Dana Pihak KetigaGrowth

Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan IV-2013 54

BANK INDONESIA

3.3 Bank Perkreditan/Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

Jumlah Bank Perkreditan Rakyat/Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

(BPR/BPRS) di Provinsi Bengkulu saat ini sebanyak 5 BPR/BPRS yang terdiri dari 3

BPR konvensional dan 2 BPR syariah. Adapun jumlah kantor BPR/S sebanyak 22 kantor

dengan sebaran kantor di Kota Bengkulu, Kab. Seluma, Kab. Bengkulu Utara, Kab.

Rejang Lebong, Kab. Bengkulu Selatan dan Kab. Kepahiang.

Tabel 3.8 Perkembangan Kegiatan Usaha BPR/BPRS di Provinsi Bengkulu

dalam juta rupiah (kecuali persentase pertumbuhan)

Keterangan 2012 2013 Pertumb.

(yoy) Q-3 Q-4 Q-1 Q-2 Q-3 Q-4

Total Aset 155.337 161.967 161.355 158.224 160.068 157,331 -2,86%

Kredit/pembiayaan/Pembiayaan

129.875 133.934 140.122 137.311 131.077 126,986 -5,19%

DPK 95.763 99.457 103.507 101.817 105.432 94,351 -5,13%

L/FDR (%) 135,62 134,66 135,37 134,86 124,32 134,59 -

Sumber : LBPR/S Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu

Kinerja BPR/BPRS Provinsi Bengkulu pada triwulan IV-2013 menunjukkan

penurunan. Pada periode laporan, aset BPR/BPRS Provinsi Bengkulu mengalami

penurunan dari 3,05% (yoy) pada triwulan III-2013 menjadi -2,86% (yoy). Selain itu, aset

BPR/BPRS turun sebesar 1,71% (qtq) dibandingkan triwulan III-2013. Penurunan yang

serupa juga dialami oleh komponen Dana PIhak Ketiga (DPK) dan penyaluran

kredit/pembiayaan.

Meskipun demikian, intermediasi BPR/BPRS di Provinsi Bengkulu tercatat

meningkat dengan rasio LDR/FDR sebesar 134,59%. Dengan demikian, rasio LDR/FDR

pada periode ini kembali ke tingkat rata-ratanya sepanjang dua tahun terakhir.

Penyaluran kredit/pembiayaan BPR/BPRS turun sebesar 5,19% (yoy) menjadi senilai

Rp126,99 miliar. Kendala pada penyaluran kredit/pembiayaan ini sudah terindikasi sejak

triwulan sebelumnya yang mencatatkan pertumbuhan penyaluran kredit/pembiyaan yang

cukup rendah yaitu 0,93% (yoy). Sementara itu, DPK BPR/BPRS turun sebesar 5,13% (yoy)

atau menjadi senilai Rp94,35 miliar, menurun dibandingkan triwulan III-2013 yang

mencatatkan peningkatan DPK sebesar 10,10% (yoy).

Dari sisi pencapaian laba usaha, laba yang diperoleh masih tergolong

cukup baik. Pencapaian laba didekati melalui perhitungan spread bunga/marjin antara

pendapatan dengan biaya bunga/bagi hasil BPR/BPRS sebagaimana dicerminkan oleh Net

Interest Margin (NIM)/Net Margin. Net Interest Margin (NIM)/Net Margin pada triwulan IV-

Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan IV-2013 55

BANK INDONESIA

2013 tercatat sebesar 12,79%, sedikit meningkat dibandingkan triwulan III-2013 yang

sebesar 12,31%. Kondisi perekonomian, khususnya disektor pertanian, yang belum

membaik sepanjang 2013 mengakibatkan tekanan pada kinerja BPR/BPRS di Provinsi

Bengkulu sebagaimana terlihat pada grafik perkembangan Net Interest Margin/Net

Margin BPR/S (Grafik 3.9).

Grafik 3.9 Perkembangan Net Interest Margin/Net Margin BPR/S di Provinsi Bengkulu

Sumber : LBPR/S Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu; diolah

3.4 Sistem Pembayaran

3.4.1 Sistem Pembayaran Tunai

Pada triwulan IV-2013, posisi pengedaran uang kartal di Bank Indonesia

Bengkulu mengalami net cash outflow. Net cash outflow mencapai Rp834,89 miliar,

lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatatkan net cash outflow

sebesar Rp547,01 miliar (Tabel 3.9).

Tabel 3.9 Perkembangan Inflow-Outflow Uang Kartal Provinsi Bengkulu juta rupiah

Keterangan 2012 2013 Pert.

q-t-q Q-3 Q-4 Q-1 Q-2 Q-3 Q-4

Inflow 453.572 259.622 653.052 107.185 543.719 188.814 -65,27%

Outflow (717.724 ) (890.057 ) ( 404.585) (754.227) 1.090.781 1.023.700 -6,15%

Netflow (264.152) (630.435) 248.467 (647.043) (547.062) (834.886) 52,61% Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu;

Net cash outflow yang cukup tinggi pada triwulan laporan mencerminkan

peningkatan kebutuhan uang kartal di masyarakat menjelang akhir tahun. Jika

dilihat pertumbuhannya, cash outflow tumbuh hingga 52,61% (qtq), berlawanan arah

dengan triwulan sebelumnya yang mencatatkan penurunan cash outflow sebesar -

12.79%

10%

14%

17%

21%

24%

28%

31%

III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012 2013

Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan IV-2013 56

BANK INDONESIA

15,45% (qtq) . Di sisi lain cash inflow mengalami penurunan sebesar 65,27% (qtq),

sementara pada triwulanan sebelumnya tumbuh sebesar 402,27% (qtq). Peningkatan

aliran uang kartal yang keluar dari kas Bank Indonesia yang terbesar terjadi di bulan

Desember 2013 yaitu mencapai 70,82% (mtm) atau naik Rp213,20 miliar dibandingkan

bulan sebelumnya (Grafik 3.10). Peningkatan aliran uang kartal pada periode triwulan IV,

khususnya pada bulan Desember, bersifat siklikal. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh

percepatan realisasi proyek-proyek pemerintah maupun swasta sehingga meningkatkan

kebutuhan uang kartal pada periode tersebut. Pertumbuhan triwulanan net cash outflow

pada triwulan VI-2013 lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan IV-

2012 yang sebesar 138,70% (qtq). Sementara itu, secara keseluruhan tahun 2013

mencatatkan net cash outflow sebesar Rp1,78 triliun, turun dibandingkan tahun 2012

sebesar 5,25% (yoy).

Grafik 3.10 Perkembangan Inflow-Outflow Uang Kartal Provinsi Bengkulu

juta rupiah

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu

i. Penyediaan Uang Kartal Layak Edar

Rasio jumlah PTTB terhadap inflow pada triwulan laporan sebesar 86,10%,

mengindikasikan meningkatnya kelusuhan uang yang masuk ke Bank Indonesia.

Dalam rangka menjaga kualitas uang yang beredar di masyarakat (clean money policy),

maka Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu melakukan kegiatan

pemusnahan Uang yang Tidak Layak Edar (UTLE) secara rutin. UTLE selanjutnya akan

dimusnahkan melalui proses peracikan atau Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB)

dengan menggunakan mesin racik. Jumlah PTTB pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar

Rp162,56 miliar, naik 22,59% (qtq) dari triwulan III-2013 yang tercatat Rp132,61 miliar.

53,886

514,257

-

100,000

200,000

300,000

400,000

500,000

600,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112

2011 2012 2013

Inflow Outflow

Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan IV-2013 57

BANK INDONESIA

Namun demikian, peningkatan rasio jumlah PTTB terhadap inflow ini juga didorong oleh

penurunan jumlah inflow pada periode laporan. Berdasarkan data sepanjang 2013, rasio

jumlah PTTB terhadap inflow meningkat menjadi 34,59% dibandingkan rasio pada tahun

2012 yang sebesar 24,90%.

Grafik 3.11 Perkembangan Rasio PTTB terhadap Inflow Provinsi Bengkulu

%

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu:

ii. Penemuan Uang Palsu

Grafik 3.12 Perkembangan Jumlah Lembar Uang Palsu yang Ditemukan di

Provinsi Bengkulu

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu

Jumlah uang palsu yang dilaporkan ke Bank Indonesia Bengkulu pada

triwulan IV-2013 meningkat baik dari jumlah lembar maupun nominal. Bank

Indonesia Bengkulu menerima pelaporan uang palsu sebanyak 112 lembar dengan

nominal Rp10.970.000. Jenis pecahan uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan selama

periode laporan adalah pecahan Rp100.000,00 sejumlah 101 lembar, dan pecahan

68.62

119.33

47.34

99.40

63.70

71.40

35.91

59.99

42.98 39.17

6.81

23.14

15.26

113.39

24.39

86.10

0

20

40

60

80

100

120

140

Q-1 Q-2 Q-3 Q-4 Q-1 Q-2 Q-3 Q-4 Q-1 Q-2 Q-3 Q-4 Q-1 Q-2 Q-3 Q-4

2010 2011 2012 2013

15 22

293

28 23 5 6

37 28 4 6 13 9 18 23

112

0

50

100

150

200

250

300

Q-1 Q-2 Q-3 Q-4 Q-1 Q-2 Q-3 Q-4 Q-1 Q-2 Q-3 Q-4 Q-1 Q-2 Q-3 Q-4

2010 2011 2012 2013

Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan IV-2013 58

BANK INDONESIA

Rp50.000,00 sejumlah 9 lembar. Persentase jumlah uang palsu terhadap jumlah cash

inflow pada triwulan laporan sangat kecil yaitu hanya sebesar 0,0165%. Sepanjang tahun

2013, jumlah uang palsu yang dilaporkan ke Bank Indonesia Bengkulu berjumlah

sebanyak 160 lembar dengan nilai sebesar Rp13.665.000, meningkat dibandingkan tahun

2012.

3.4.2 Sistem Pembayaran Non Tunai

i. Perkembangan Kliring Lokal

Pada triwulan IV-2013, transaksi kliring secara nominal mengalami

peningkatan, yaitu dari Rp844,57 miliar di triwulan sebelumnya menjadi Rp881,24

miliar atau meningkat 4,34% (qtq). Pertumbuhan nominal transaksi kliring triwulan

laporan melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang

sebesar 4,77% (qtq). Sejalan dengan peningkatan nominal kliring, jumlah warkat kliring

meningkat sebesar 9,63% (qtq). Arah yang serupa juga terlihat dari rata-rata kliring per

hari, dimana nominal kliring meningkat 7,65% (qtq) atau senilai Rp13,99 miliar per hari.

Tabel 3.10. Perkembangan Kliring dan Penolakan Cek/Bilyet Provinsi Bengkulu

Keterangan 2012 2013 Ptumb.

qtq Q-3 Q-4 Q-1 Q-2 Q-3 Q-4

Bank Peserta Kliring 15 18 19 19 19 19 %

Perputaran Kliring

Nominal (juta Rp.) 653.406 1.026.779 788.149 806.112 844.566 881.238 4,34%

Warkat (lembar) 32.801 51.416 30.061 31.114 29.505 32.347 9,63%

Rata-Rata Perputaran Kliring per Hari

Nominal (juta Rp.) 10.712 16.832 13.136 12.795 12.993 13.988 7,65%

Warkat (lembar) 538 843 501 494 454 513 13,11%

% Penolakan Cek dan Bilyet Giro

Nominal 2,65% 2,16% 3,82% 3,19% 3,58% 2.76% -

Warkat 2,02% 1,45% 2,70% 2,74% 3,15% 2.08% -

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu

Jumlah penolakan cek dan bilyet giro mengalami penurunan baik dari sisi

jumlah warkat maupun nominal dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan

laporan, jumlah warkat cek dan bilyet giro yang tertolak sebanyak 2,08% dari total

warkat yang ditransaksikan (Tabel 3.10). Jumlah ini lebih rendah dibandingkan

penolakan cek dan bilyet giro pada triwulan sebelumnya yang tercatat 3,15%. Sementara

bila dilihat dari nominal, penolakan cek dan bilyet giro mencapai 2,76% dari total

transaksi kliring. Penolakan transaksi kliring dapat terjadi antara lain karena tidak

Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan IV-2013 59

BANK INDONESIA

dipenuhinya syarat-syarat administrasi bank penerima pada fisik warkat, rekening tutup,

dan saldo tidak cukup.

ii. Perkembangan Real Time Gross Settlement (RTGS)

Perkembangan transaksi pembayaran melalui sistem Real Time Gross

Settlement (RTGS) mengalami peningkatan. Pada triwulan laporan, nominal transaksi

masuk turun sebesar 2,83% (qtq) atau menjadi sebesar Rp24,81 triliun. Namun demikian,

jumlah warkat transaksi RTGS masuk Bengkulu meningkat sebesar 5,35% (qtq). Dilain sisi,

transaksi keluar Provinsi Bengkulu serta antar nasabah di dalam Provinsi Bengkulu

mengalami peningkatan nominal transaksi masing-masing sebesar 3,51% (qtq) dan

22,44% (qtq). Peningkatan ini diperkirakan didorong oleh meningkatnya konsumsi pada

akhir tahun, khususnya yang terkait dengan konsumsi pemerintah maupun swasta.

Sepanjang tahun 2013, seluruh jenis transaksi RTGS menunjukkan arah

pergerakan yang serupa dengan kondisi pada triwulan IV-2013. Transaksi RTGS masuk

Bengkulu tahun 2013 mencatatkan penurunan nominal hingga 21,59% dibandingkan

tahun 2012. Sementara nominal transaksi RTGS keluar dan antar nasabah di Bengkulu

masih tumbuh masing-masing sebesar 30,31% (yoy) dan 121,98% (yoy).

Tabel 3.11 Perkembangan Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) Provinsi Bengkulu

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu

iii. Transaksi Uang Kartal Antar Bank (TUKAB)

Sejak akhir tahun 2007, Bank Indonesia memberlakukan sistem Transaksi Uang

Kartal Antar Bank (TUKAB) dimana melalui sistem ini pemenuhan kebutuhan uang oleh

perbankan yang kekurangan uang kartal (short) tidak lagi langsung melalui kas Bank

Indonesia melainkan terlebih dahulu melalui bank lainnya yang berada dalam kondisi

Keterangan 2012 2013 Ptumb.

qtq Q-3 Q-4 Q-1 Q-2 Q-3 Q-4

Transaksi Keluar Daerah (from)

Nominal (miliar Rp.) 10.604 11.070 7.876 15.275 12.411 12.846 3.51%

Warkat (lembar) 10.483 11.703 8.492 9.172 9.298 11.058 18.93%

Transaksi Masuk Bengkulu (to)

Nominal (miliar Rp.) 30.553 23.224 15.063 30.761 25.528 24.806 -2.83%

Warkat (lembar) 8.104 8.192 6.466 7.843 7.401 7.797 5.35%

Transaksi Antar Nasabah di Dalam Bengkulu (from-to)

Nominal (miliar Rp.) 1.127 1.276 1.127 4.023 2.319 2.839 22.44%

Warkat (lembar) 2.464 2.755 1.988 2.760 2.545 2.746 7.90%

Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan IV-2013 60

BANK INDONESIA

kelebihan uang kartal (long). Selanjutnya, apabila seluruh bank berada dalam posisi short

(atau long) maka akan dipenuhi dari (atau disetorkan ke) kas Bank Indonesia.

Jumlah transaksi TUKAB pada triwulan laporan menunjukkan

kecederungan meningkat (Grafik 3.13). Transaksi uang kartal antar bank pada

triwulan laporan mencapai Rp1,10 triliun, jumlah ini lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya yang hanya sebesar Rp947,96 miliar, meningkat sebesar 16,07% (qtq).

Peningkatan volume TUKAB dapat mencerminkan kebutuhan uang kartal di masyarakat.

Jika volume TUKAB tinggi dan pada waktu yang sama perbankan masih melakukan

penarikan uang kartal dari Bank Indonesia, makamengindikasikan kebutuhan uang tunai

pada periode tersebut sedang tinggi. Sepanjang tahun 2013, transaksi TUKAB meningkat

sebesar 25,74% (yoy) dibandingkan tahun 2012 atau menjadi senilai Rp3,64 triliun.

Grafik 3.13 Perkembangan TUKAB di Provinsi Bengkulu juta rupiah

Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu

Bo

ks

2

Penelitian Lending Model Usaha Lempok Durian

Kajian yang dilakukan oleh KPJU unggulan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

Provinsi Bengkulu menyimpulkan bahwa durian merupakan salah satu unggulan untuk

subsektor tanaman buah-buahan selain pisang, sawo, mangga, dan buah jeruk. Produksi buah

durian ini tersebar di seluruh kabupaten yang ada di Provinsi Bengkulu dengan potensi yang

cukup besar. Data yang dipublikasikan oleh BPS tahun 2012 menunjukkan bahwa total

produksi buah durian mencapai 311.917 kuintal pada tahun 2011. Produksi ini meningkat lebih

dari 600 % dibandingkan produksi tahun sebelumnya, yakni 50.408 kuintal. Peningkatan

produksi tertinggi terjadi di Kabupaten Bengkulu Utara, disusul dengan Kabupaten Lebong,

Seluma, dan Kepahiyang.

128.64%

0%20%40%60%80%100%120%140%160%180%

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

350,000

400,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2012 2013

g (yoy)

Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan IV-2013 61

BANK INDONESIA

Buah durian selain dikonsumsi sebagai buah segar, sebagian juga diolah menjadi

panganan lempok durian. Lempok Durian dianggap sebagai makanan tradisional di Bengkulu

merupakan satu ikon penting, selain batik bersurek dan kulit lantung yang telah lama digeluti

oleh pengrajin dalam skala kecil dan menengah. Usaha lempok durian di Bengkulu meliputi

usaha pengolahan, usaha penyedia pasokan, dan usaha penjualan. Meskipun lempok durian

sebagai panganan khas Bengkulu didukung oleh ketersediaan bahan bakunya yang melimpah,

tidak banyak pengusaha yang berkecimpung dalam usaha panganan ini. Salah satu kendala

yang diduga menghambat pengembangan usaha ini, seperti juga kebanyakan UMKM yang

lain, adalah lemahnya modal atau pembiayaan yang dimiliki oleh pengrajin.

Sulitnya akses bagi pelaku usaha lempok durian ke lembaga keuangan formal, khususnya

perbankan, menjadi permasalahan tersendiri bagi pengrajin untuk mengembangkan usahanya.

Hal ini dapat disebabkan oleh faktor teknis maupun non teknis. Faktor teknis ini antara lain

adalah tidak adanya jaminan, kalaupun ada jumlahnya kurang sehingga tidak mencukupi

persyaratan yang diminta. Pengrajin juga menghadapi kendala terbatasnya akses informasi ke

lembaga keuangan perbankan, termasuk diantaranya adalah terbatasnya informasi mengenai

pola pembiayaan untuk komoditas tertentu. Sementara itu, pihak perbankan juga memiliki

informasi yang kurang ataupun terbatas terkait dengan komoditi, produk atau jasa UMKM

yang berpotensi atau layak untuk dibiayai. Akibatnya, aksesibilitas UMKM ke perbankan juga

terkendala dan semakin terbatas.

Guna menutup kesenjangan informasi ini, maka Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Bengkulu bekerjasama dengan Laboratorium Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas

Pertanian Universitas Bengkulu (Lab. Sosektan FP UNIB) telah melakukan penelitian Pola

Pembiayaan Usaha (Lending Model) untuk komoditas pengolahan lempok durian. Diharapkan

dengan penelitian ini akan dapat diperoleh pola pembiayaan yang dapat menjadi rujukan atau

informasi bagi pihak perbankan untuk dapat memperluas dan memperbesar akses bagi

pengrajin lempok durian. Dengan demikian, pengrajin dapat melakukan perluasan dan

pengembangan usahanya dimana tidak saja dapat meningkatkan kesejahteraan pengrajin dan

keluarganya, tetapi juga menyerap tenaga kerja yang dapat berkontribusi pada pengembangan

ekonomi Provinsi Bengkulu.

Kesimpulan dan saran dari penelitian tersebut antara lain yaitu :

Kesimpulan

1. Usaha lempok durian di Provinsi Bengkulu berjalan baik, ketersediaan produk juga terjaga

dengan baik sepanjang tahun, sehingga secara potensial dapat disampaikan bahwa usaha

lempok durian memiliki prospek pengembangan yang baik dan dapat diunggulkan.

2. Perkembangan usaha pengolahan lempok durian merupakan faktor pendukung terbesar

Perkembangan Perbankan Daerah & Sistem Pembayaran Triwulan IV-2013 62

BANK INDONESIA

bagi usaha penjualan lempok durian agar dapat memasok lempok durian sebagai komoditi

usaha penjualan dengan jaminan kontinuitas, harga yang kompetitif, dan kualitas yang

baik.

3. Dua faktor terpenting bagi keberhasilan usaha lempok durian selain faktor bahan baku

adalah tingkat kemasakan proses pengolahan dan kualitas pengemasan produk. Tingkat

kemasakan lempok pada proses pengolahan akan menjadi faktor pembeda satu produsen

dengan produsen lainnya, dimana akan timbul keterikatan antara konsumen dengan

produsen lempok durian tertentu.

4. Total biaya investasi untuk usaha penjualan lempok durian sebesar Rp 3.371,05 juta dan

biaya modal kerja adalah sebesar Rp 752,43 juta, sementara untuk pemasok investasinya

sebesar Rp 3,02 juta dan biaya modal kerja sebesar Rp 1.743,32 juta

5. Analisis keuangan dan kelayakan proyek usaha penjualan lempok durian sesuai asumsi yang

digunakan adalah layak untuk dilaksanakan dengan nilai NPV Rp 4.777.052,06 juta, IRR 1,8

%, Net B/C 2,52, BEP Rp 59,53 juta dan PBP 3,5 tahun. Industri ini juga mampu melunasi

kewajiban angsuran kredit kepada bank.

6. Kelayakan usaha pemasok juga ditunjukkan oleh kriteria yang digunakan yakni NPV Rp.

3.266,66 juta, IRR 1,8 %, Net B/C 2,08; BEP Rp. 6,54 juta; dan PBP 0,5 tahun.

7. Industri lempok durian ini sangat tahan terhadap kenaikan biaya variabel maupun

penurunan produksi dan harga jual produk, karena usaha ini masih dianggap layak

walaupun kenaikan biaya variabel atau penurunan pendapatan terjadi lebih dari 10%.

8. Pengembangan industri lempok durian memberikan manfaat yang positif dari aspek sosial

ekonomi wilayah dengan terbukanya peluang kerja serta peningkatan pendapatan

masyarakat, namun dari sisi dampak lingkungan, masalah limbah dan hygiene sanitasi

produk masih sangat perlu diperhatikan.

Saran

1. Berdasarkan potensi bahan baku, prospek pasar, tingkat teknologi proses, dan aspek

finansial, industri lempok durian ini, layak untuk dibiayai.

2. Untuk menjamin kelancaran pengembalian kredit, pihak perbankan seyogyanya juga turut

berpartisipasi dalam pembinaan usaha ini, khususnya pada aspek perencanaan produksi

dan manajemen persediaan.

3. Perlu adanya informasi mengenai pendampingan/pembinaan kepada kelompok/pengrajin

dalam rangka menjaga keberlanjutan usaha, terutama bagi UMKM.

4. Perlu adanya informasi alternatif pembiayaan dengan menggunakan 2 (dua) pola, yaitu

pembiayaan kepada kelompok dan kepada individu untuk penyesuaian kebijakan pada

masing-masing bank/lembaga keuangan.

 

BA

 

AB IVVPKPERKEKEUAN

MBANNGAN 

NGAN  DAERAAH 

halaman ini sengaja dikosongkan

Perkembangan Keuangan Daerah Triwulan IV 2013 63

BANK INDONESIA

Kinerja keuangan Pemerintah Provinsi Bengkulu 2013 menunjukkan perbaikan

dibandingkan dengan tahun 2012 baik dari sisi pendapatan maupun belanja. Hal tersebut

terlihat dari realisasi pendapatan dan belanja Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(APBD) Provinsi Bengkulu tahun 2013 yang lebih tinggi dibandingkan dengan tahun

sebelumnya. Pendapatan mencatatkan persentase realisasi sebesar 100,85% dari total

anggaran dengan nilai Rp1.695, 23 miliar. Sementara belanja mencatatkan persentase

realisasi sebesar 89,86% dari total anggaran dengan nilai Rp1.727,48 miliar.

4.1 Realisasi Sisi Penerimaan

4.1.1 Realisasi Sisi Penerimaan Provinsi Bengkulu

Realisasi pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Bengkulu pada tahun

2013 lebih tinggi dibandingkan tahun 2012. Total pendapatan mencapai Rp1.695,23

miliar atau 100,85% dari anggaran yang ditetapkan pada APBD-P sebesar Rp1.681,00

miliar. Dilihat dari strukturnya, porsi komponen Dana Perimbangan/Transfer mendominasi

penerimaan APBD sebesar 68,96%, diikuti Pendapatan Asli Daerah (30,91%) dan Lain-lain

Pendapatan Daerah Yang Sah (0,12%). Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) tercatat

sebesar 102,16% dari target, lebih tinggi dibandingkan realisasi pendapatan transfer yang

sebesar 99,84%.

Realisasi pendapatan terbesar berasal dari pendapatan dana bagi hasil

pajak yaitu sebesar 148,914% dari target APBD-P dengan nilai Rp53,93 miliar.

Realisasi dana bagi hasil pajak ini lebih tinggi dibandingkan dengan realisasinya pada

tahun 2012 yang hanya sebesar 100,45% dari APBD-P. Realisasi penerimaan Dana

Alokasi Umum (DAU) dari Pemerintah Pusat menjadi sumber utama penerimaan untuk

komponen Dana Perimbangan yang mencapai Rp854,65 miliar dengan realisasi sebesar

100%. Proporsi DAU yang tinggi menggambarkan keuangan pemerintah daerah masih

sangat bergantung dari transfer dana pemerintah pusat.

Secara umum, realisasi komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) lebih

tinggi dibandingkan dengan realisasi tahun 2012. Realisasi Pendapatan Asli Daerah

(PAD) mencapai Rp524,07 miliar atau terealisasi 102,16% dari anggaran yang ditetapkan.

Realisasi PAD tersebut terutama bersumber dari Pendapatan Pajak Daerah sebesar

Rp394,14 miliar dan pendapatan yang berasal dari pos Lain-lain Pendapatan Asli Daerah

Yang Sah yang tercatat sebesar Rp105,53 miliar. Bila dibandingkan dengan pencapaian

tahun 2012 lalu, realisasi PAD mengalami peningkatan sebesar 8,33% (yoy), sementara

pendapatan transfer meningkat sebesar 8,64% (yoy). Berimbangnya pertumbuhan

Perkembangan Keuangan Daerah Triwulan IV 2013 64

BANK INDONESIA

realisasi PAD dan pendapatan transfer serta besarnya pangsa pendapatan transfer

terhadap pendapatan daerah, mencerminkan masih belum adanya perbaikan tingkat

ketergantungan keuangan daerah terhadap pemerintah pusat.

Tabel 4.1 Realisasi Penerimaan APBD Triwulan IV-2013 Pemerintah Provinsi

Bengkulu

Dalam juta rupiah (kecuali dinyatakan lain)

Uraian APBD Realisasi % Realisasi

2012 2013 2012 2013 2012 2013

Pendapatan Asli Daerah 477.029 512.962 483.768 524.066 101,41 102,16

1. Pendapatan Pajak Daerah 362.692 393.560 370.248 394.142 102,08 100,15

2. Pendapatan Retribusi Daerah 8.432 9.315 7.656 12.326 90,79 132,32

3. Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yg dipisahkan

7.602 12.146 7.636 12.069 100,45 99,36

4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

98.303 97.941 98.229 105.529 99,92 107,75

Pendapatan Transfer 1.076.965 1.163.714 1.076.080 1.169.073 99,92 99,84

1. Dana Bagi Hasil Pajak 61.571 54.018 61.848 53.934 100,45 148,91

2. Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam)

7.942 11.537 17.217 17.179 216,77 100

3. Dana Alokasi Umum 775.311 854.648 775.311 854.648 100,00 100

4. Dana Alokasi Khusus 28.621 51.587 28.621 51.587 100,00 99,9

5. Dana Penyesuaian 203.519 191.924 193.083 191.725 94,87 99,84

Lain-lain Pendapatan yang Sah 4.326 4.326 2.677 2.089 61,89 48,3

Total Pendapatan 1.558.320 1.681.002 1.562.525 1.695.228 100,27 100,85

Sumber : Pemerintah Daerah Provinsi Bengkulu

Pendapatan Pajak Daerah memiliki porsi sebesar 75,21% dari total realisasi

PAD 2013, kemudian diikuti oleh Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah

dengan porsi 20,14% dari realisasi PAD. Pendapatan Pajak Daerah salah satunya

bersumber dari Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Pajak Kendaraan Bermotor.

Berdasarkan data jumlah kendaraan bermotor sepanjang 2013 terdapat tren penurunan

pembelian kendaraan bermotor roda dua, baik kendaraan baru maupun mutasi masuk

kendaraan bermotor ke Provinsi Bengkulu. Kondisi ini selaras dengan hasil liaison yang

dilakukan kepada pelaku usaha finance untuk kendaraan bermotor yang menyatakan

adanya penurunan volume penjualan jasa pada tahun 2013. Penurunan ini selain

diakibatkan oleh peraturan mengenai batas uang muka kredit kendaraan dan kondisi

pendapatan yang cukup tertekan, juga disebabkan karena mulai jenuhnya pasar

kendaraan roda dua di Provinsi Bengkulu. Namun demikian, jumlah kendaraan roda

Perkembangan Keuangan Daerah Triwulan IV 2013 65

BANK INDONESIA

empat/truk/bus terlihat mengalami peningkatan. Selain itu pajak kendaraan , pemerintah

daerah masih dapat memporoleh pemasukan dari pajak lainnya dan retribusi.

Grafik 4.1 Perkembangan Kendaraan Bermotor di Provinsi Bengkulu

Sumber : Dinas Pendapatan Provinsi Bengkulu

4.2 Realisasi Sisi Pengeluaran

4.2.1 Realisasi Sisi Pengeluaran Provinsi Bengkulu

Realisasi Belanja Pemerintah Daerah Provinsi Bengkulu pada 2013 lebih

baik dibandingkan tahun 2012 yaitu sebesar 88,86% dari total anggaran yang

ditetapkan. Realisasi belanja pemerintah daerah tercatat sebesar Rp1.727,48 miliar.

Realisasi tertinggi tercatat pada belanja operasi yaitu sebesar 92,48% dengan nilai

Rp1.305,76 miliar. Kemudian, diikuti oleh belanja modal sebesar 84,46% dengan nilai

Rp277,28 miliar. Belanja operasi mengambil porsi sebesar 75,59% dari total anggaran,

sementara belanja modal mengambil porsi sebesar 16,05% dan sisanya merupakan

belanja tidak terduga dan transfer.

Realisasi belanja pegawai dan belanja barang merupakan pos dengan nilai

belanja tertinggi, masing-masing yaitu Rp517,13 miliar dan Rp563,49 miliar.

Belanja pegawai dan belanja barang masing-masing mengambil porsi 29,94% dan

32,62% dari total belanja daerah. Realisasi nilai belanja pegawai tahun 2013 meningkat

sebesar 7,63%, sementara belanja barang meningkat tajam sebesar 52,85%

dibandingkan realisasi 2012. Bila dilihat secara keseluruhan anggaran belanja operasi, nilai

realisasi belanja operasi meningkat 21,54% dibandingkan tahun 2012. Persentase realisasi

keseluruhan pos belanja operasional tahun 2013 lebih tinggi dibandingkan dengan tahun

2012 lalu.

13,102

167

90

110

130

150

170

190

210

230

250

270

290

2,000

7,000

12,000

17,000

22,000

27,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012 2013

Roda 2

Kendaraan Baru (kiri)

Mutasi Masuk (kanan)

1754

815

150250350450550650750850950

105011501250135014501550165017501850195020502150

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012 2013

Roda 4 & Bus/Truk

Kendaraan Baru (kiri)Mutasi Masuk (kanan)

Perkembangan Keuangan Daerah Triwulan IV 2013 66

BANK INDONESIA

Tabel 4.2 Realisasi Belanja APBD 2013 Pemerintah Provinsi Bengkulu

Dalam juta rupiah (kecuali dinyatakan lain)

Uraian APBD Realisasi % Realisasi

2012 2013 2012 2013 2012 2013

Belanja Operasi 1.114.576 1.411.973 1.074.350 1.305.755 90,16 92,48

1. Belanja Pegawai 496.799 550.347 480.477 517.128 92,98 93,88

2. Belanja Barang 379.462 633.673 368.722 563.492 85,02 88,92

3. Belanja Bunga - - - - - 0

4. Belanja Subsidi - - - - - 0

5. Belanja Hibah 234.409 210.575 221.706 209.508 93,46 99,49

6. Belanja Bantuan Sosial - - - - - 0

7. Belanja Bantuan Keuangan 3.904 17.378 3.445 15.628 88,24 89,93

Belanja Modal 321.610 328.434 290.265 277.279 79,06 84,46

1. Belanja Tanah 4.830 4.280 1.240 1.943 9,82 45,39

2. Belanja Peralatan dan Mesin 89.844 62.224 81.984 58.768 81,00 94,44

3. Belanja Gedung dan Bangunan

87.710 61.409 67.324 59.144 67,86 96,31

4. Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan

129.185 195.589 128.458 153.746 90,44 78,61

5. Belanja Aset Tetap Lainnya 10.041 4.932 11.259 3.779 93,45 76,62

6. Belanja Aset Lainnya - - - - - 0

Belanja Tidak Terduga 11.936 5.156 - 1.821 - 35,32

Transfer 138.032 176.850 153.838 142.627 83,96 80,65

Total Belanja 1.586.155 1.922.414 1.518.453 1.727.482 86,49 89,86

Sumber : Pemerintah Provinsi Bengkulu

Belanja modal terealisasi sebesar Rp66,88 miliar, lebih rendah 4,47% (yoy)

dibandingkan tahun 2012. Realisasi tertinggi pas pos belanja modal tercatat pada pos

belanja gedung dan bengunan yang sebesar 96,31% dari total anggarannya, kemudian

diikuti oleh pos belanja peralatan dan mesin sebesar 94,44%. Bila dilihat dari porsi

anggaran, anggaran belanja jalan, irigasi dan jaringan menyumbang porsi realisasi terbesar

yaitu 55,45% dari total anggaran belanja modal. Pos belanja tanah mencatatkan

persentase realisasi anggaran yang terendah yaitu hanya sebesar 45,39% dari total yang

dianggarkan atau senilai Rp1,94 miliar.

Sebagian besar pos-pos belanja modal mencatatkan nilai realisasi yang

lebih rendah dibandingkan tahun 2012. Pertumbuhan nilai realisasi hanya terjadi pada

pos belanja tanah dan belanja jalan, irigasi dan jaringan, masing-masing yaitu sebesar

56,59% (yoy) dan 19,69% (yoy). Turunnya realisasi pada pos belanja peralatan dan mesin,

belanja gedung dan bangunan, dan pos belanja asset tetap lainnya disebabkan oleh

Perkembangan Keuangan Daerah Triwulan IV 2013 67

BANK INDONESIA

turunnya anggaran tahun 2013 untuk pos-pos belanja tersebut. Minimnya belanja modal

bila dibandingkan dengan belanja operasional mengindikasikan minimnya pertumbuhan

sarana dan prasarana pendukung kegiatan perekonomian. Kondisi ini dapat mengganggu

pertumbuhan perekonomian daerah karena tingkat daya dukung pemerintah terhadap

infrastruktur merupakan hal yang vital dalam mendorong laju perekonomian daerah.

Grafik 4.2 Perkembangan Dana Milik Pemerintah di Provinsi Bengkulu

Sumber : LBU Bank Umum, BI Bengkulu

Bila dilihat dari dana milik pemerintah yang terdapat di perbankan daerah,

dana milik pemerintah pusat pada triwulan IV-2013 terlihat mengalami

penurunan sebesar 39,11% (qtq) atau menjadi Rp77,71 miliar. Seiring dengan itu,

dana milik pemerintah daerah mengalami penurunan sebesar 63,69% (qtq) atau menjadi

Rp770,50 miliar. Penurunan dana pemerintah di perbankan disebabkan

peningkatan belanja pada triwulan IV-2013, ditengarai karena peningkatan

pembangunan infrastruktur seperti pembangunan bandar udara dan perbaikan

jalan menjelang pelaksanaan Hari Pers Nasional pada awal 2014.

-39.11%-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

-

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

140,000

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

2010 2011 2012 2013

Pemerintah Pusat

g(QTQ)

-63.69%-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

-

500,000

1,000,000

1,500,000

2,000,000

2,500,000

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

2010 2011 2012 2013

Pemerintah Daerah

g(QTQ)

Perkembangan Keuangan Daerah Triwulan IV 2013 68

BANK INDONESIA

halaman ini sengaja dikosongkan

 

B

 

BABB VKETDANDAE

TENAGAN KESEERAH

AKERJAEJAHTE

AAN ERAAN 

halaman ini sengaja dikosongkan

Perkembangan Kesejahteraan Triwulan IV 2013 69

BANK INDONESIA

Tingkat kesejahteraan masyarakat Provinsi Bengkulu secara umum membaik dibandingkan

triwulan sebelumnya. Hal ini tercermin dari menurunnya tingkat kemiskinan pada periode

Maret hingga September 2013 dan adanya perbaikan Nilai Tukar Petani (NTP)

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya Nilai Tukar Petani (NTP) triwulan laporan

meningkat 1,23% (qtq) dibandingkan triwulan III-2013, sementara tingkat kemiskinan

tercatat sebesar 17,75%. Namun demikian, kondisi kemiskinan dan NTP tidak lebih baik

dibandingkan dengan kondisi pada akhir tahun 2012 lalu.

5.1 Perkembangan Kesejahteraan

Daya beli petani yang tercermin dari Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan

laporan menunjukkan perbaikan namun belum memenuhi standar (NTP 100).

Secara triwulanan, NTP mengalami peningkatan sebesar 1,23% (qtq). Peningkatan ini

terjadi sejak triwulan III-2013 sebagai dampak dari berkurangnya tekanan terhadap kinerja

sektor pertanian. Peningkatan yang signifikan terjadi pada periode Desember 2013.

Kondisi NTP triwulan laporan mengindikasikan tingkat kesejahteraan petani yang semakin

membaik dibandingkan triwulan sebelumnya. Nilai NTP menggambarkan indeks harga

hasil produksi pertanian yang diterima petani lebih rendah dibandingkan dengan indeks

harga yang dibayar petani berupa barang dan jasa, baik untuk dikonsumsi rumah tangga

maupun untuk keperluan produksi pertanian (NTP dibawah 100).

Grafik 5.1 Perkembangan Indeks Nilai Tukar Petani di Provinsi Bengkulu

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu, diolah

Secara tahunan NTP Provinsi Bengkulu pada triwulan IV-2013 mengalami

penurunan sebesar -1,26% (yoy). Penurunan tahunanan ini menggambarkan tingkat

kesejahteraan hidup petani masih lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Nilai NTP yang

1.35%

-2%

-2%

-1%

-1%

0%

1%

1%

2%

2%

93

94

95

96

97

98

99

100

101

102

103

104

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011 12

2011 2012 2013

NTP g (mtm)

Perkembangan Kesejahteraan Triwulan IV 2013 70

BANK INDONESIA

berada di bawah 100 menunjukkan penerimaan petani lebih kecil dari pengeluarannya. Di

sisi lain, indeks Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) pada Desember 2013 tercatat sebesar

102,31. Indeks tersebut menggambarkan adanya keuntungan yang diperoleh petani dari

selisih antara indeks harga pengeluaran yang terkait dengan keperluan produksi dan

penambahan barang modal (BPPBM) dengan indeks harga yang diterimanya.

Secara umum indeks yang diterima petani mengalami peningkatan

dibandingkan triwulan III-2013 sebesar 1,69% (qtq). Peningkatan indeks diterima

petani yang tertinggi terjadi pada subkelompok tanaman perkebunan rakyat yaitu sebesar

2,67% (qtq). Di sisi lain, indeks yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,45%

(qtq), dengan kenaikan tertinggi terjadi pada subkelompok tanaman perkebunan rakyat

sebesar 0,53% (qtq). Pencapaian NTP Provinsi Bengkulu ini masih lebih rendah

dibandingkan dengan NTP Nasional yang mencapai 101,96.

5.2 Perkembangan Kemiskinan

Jumlah penduduk miskin pada bulan September 2013 di Provinsi Bengkulu

berjumlah 320.410 jiwa. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk di Provinsi

Bengkulu, penduduk miskin mencapai 17,75%. Persentase ini lebih tinggi dibandingkan

dengan persentase jumlah penduduk miskin pada bulan September tahun 2012 sebesar

17,51%. Namun bila dibandingkan dengan kondisi pada awal tahun 2013, jumlah dan

persentase penduduk miskin menunjukkan penurunan.

Jumlah penduduk miskin meningkat terutama di daerah perkotaan. Jumlah

penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret 2013 sebanyak 91,91 ribu jiwa atau

16,64% dari total penduduk miskin, naik menjadi 17,29% atau 97,66 ribu jiwa pada

September 2013. Peningkatan kemiskinan diperkotaan ditengarai karena tekanan

kenaikan harga-harga yang cukup kuat pada periode Maret hingga September 2013.

Sementara jumlah penduduk miskin di daerah pedesaan pada September 2013 menurun,

yaitu dari 235,44 ribu jiwa pada Maret 2013 menjadi 222,75 ribu jiwa atau turun menjadi

17,97% dari total penduduk.

Tabel 5.1 Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Bengkulu

Kemiskinan 2011 2012 2013

Mar Mar Sep Mar Sep

Jumlah Penduduk Miskin

Jumlah (orang) 303,60 311.660 310.470 327.350 320.410

%* 17,5 17,70 17,51 18,34 17,75

*Persentase terhadap jumlah penduduk Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu

Perkembangan Kesejahteraan Triwulan IV 2013 71

BANK INDONESIA

Garis Kemiskinan naik sebesar 10,53% dari Rp296.171/kapita/bulan pada

bulan Maret 2013 menjadi Rp327.358/kapita/bulan pada bulan September 2013.

Naiknya Garis Kemiskinan terutama bersumber dari pengeluaran makanan yang terlihat

dari besaran nilai Garis Kemiskinan Makanan (GKM) yang berkontribusi sebesar 78,02%.

Sedangkan pengeluaran bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan

kesehatan) yang diindikasikan oleh Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM)

berkontribusi sebesar 28,58%. Peningkatan GKM ditingkat pedesaan (11,77%) lebih

tinggi dibandingkan dengan peningkatan di daerah perkotaan (7,90%).

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

mengalami peningkatan dibandingkan dengan data Maret 2013. P1 meningkat dari

3,00 pada Maret 2013menjadi 3,24. Sementara P2 meningkan dari 0,74 menjadi 0,89

pada bulan September 2013. Peningkatan nilai kedua indeks ini mengindikasikan bahwa

rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin menjauh dari Garis Kemiskinan

dan ketimpangan pengeluaran antar penduduk miskin juga makin melebar.

Tabel 5.2 Tingkat Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan di Provinsi Bengkulu

Daerah

2011 2012 2013

Mar Mar Sep Mar Sep

P1 P2 P1 P2 P1 P2 P1 P2 P1 P2

Perkotaan 2,83 0,73 3,14 0,86 2,72 0,66 2,29 0,51 3,11 0,82

Pedesaan 2,49 0,56 4,63 1,65 3,20 0,87 3,32 0,84 3,30 0,92

Perkotaan+Pedesaan 2,59 0,62 4,17 1,40 3,05 0,80 3,00 0,74 3,24 0,89

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu

Perkembangan Kesejahteraan Triwulan IV 2013 72

BANK INDONESIA

halaman ini sengaja dikosongkan

 

BA

 

AB VI PROSPEREK

PEK KONOMMIAN DAERAAH 

halaman ini sengaja dikosongkan

Prospek Perekonomian Daerah Triwulan IV-2013 73

BANK INDONESIA

Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu pada triwulan I-2014 diperkirakan

melambat. Perlambatan pertumbuhan ekonomi terutama dipengaruhi oleh terbatasnya

investasi menjelang Pemilu 2014 dan belum membaiknya kinerja ekspor sebagai dampak

penurunan harga batubara di pasar internasional. Di sisi lain, konsumsi rumah tangga

diperkirakan meningkat seiring dengan pelaksanaan Hari Pers Nasional. Dari sisi sektoral,

cuaca ekstrim diperkirakan menekan kinerja sektor pertanian, terutama produksi tabama

dan perkebunan. Namun, pelaksanaan Hari Pers Nasional diperkirakan mampu

mendorong pertumbuhan ekonomi dari sektor perdagangan, hotel, dan restoran.

Perekonomian Provinsi Bengkulu diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 5,9-6,1% (yoy).

Tekanan inflasi pada triwulan I-2013 diprediksi mereda. Meskipun demikian, faktor

risiko seperti keterbatasan pasokan beberapa komoditas bahan makanan akibat curah

hujan yang tinggi dapat memicu inflasi lebih tinggi. Inflasi Provinsi Bengkulu pada triwulan

I-2014 diperkirakan akan berada pada kisaran 8,52±1% (yoy).

6.1. Prospek Ekonomi Makro

Grafik 6.1. Perkembangan Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bengkulu

PDRB dalam juta Rp, LPE dalam persen yoy

Sumber : BPS Provinsi Bengkulu dan Bank Indonesia Bengkulu, angka sementara dan perkiraan

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu pada triwulan I-2014

diperkirakan lebih rendah dibandingkan triwulan IV-2013. Perekonomian Bengkulu

pada triwulan I-2014 diprediksi hanya tumbuh pada kisaran 5,9-6,1% (yoy). Perlambatan

ini didorong oleh minimnya realisasi investasi, baik pemerintah maupun swasta menjelang

Pemilu 2014. Selain itu, kinerja ekspor masih tumbuh terbatas di tengah belum

membaiknya harga batubara internasional. Dari sektoral, cuaca ekstrim dengan curah

hujan yang tinggi akan berpengaruh terhadap kinerja sektor pertanian. Sektor jasa-jasa

Proyeksi 5,9-6,1%

1.00%

3.00%

5.00%

7.00%

9.00%

11.00%

1,650,000

1,800,000

1,950,000

2,100,000

2,250,000

2,400,000

2,550,000

2,700,000

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1p

2010 2011 2012 2013 2014

PDRB Konstan (axis kiri)LPE (axis kanan)

Prospek Perekonomian Daerah Triwulan IV-2013 74

BANK INDONESIA

dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran diprediksi tumbuh paling tinggi pada

triwulan I-2014.

Dari sisi penggunaan, pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2014

diperkirakan ditopang oleh menguatnya konsumsi rumah tangga. Pelaksanaan

Pemilu 2014 dan meredanya tekanan inflasi diperkirakan mendorong peningkatan

konsumsi masyarakat. Selain itu, tingginya pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan

sebelumnya mencerminkan adanya perbaikan daya beli rumah tangga, terutama para

petani. Kondisi ini terlihat dari optimisme masyarakat terhadap perekonomian ke depan

sebagaimana ditunjukkan oleh hasil SK dan SKDU (Grafik 6.2).

Grafik 6.2. Hasil Survei SK dan SKDU di Provinsi Bengkulu dan Kredit Konsumsi Perbankan di Provinsi Bengkulu

Sumber : Hasil SK & SKDU, BI Bengkulu

Sumber : Laporan Bank Umum

Peningkatan konsumsi dikonfirmasi oleh hasil Survei Konsumen (SK)

triwulan IV-2013 yang menunjukkan optimisme masyarakat akan kondisi

penghasilan enam bulan mendatang serta adanya indikasi peningkatan

pengeluaran masyarakat 3 bulan mendatang. Hal tersebut terlihat dari Nilai Saldo

(NS) kedua indikator tersebut yang masih berada diatas 100 yaitu masing-masing 136,67

dan 161,33. Namun, konsumsi masyarakat melalui fasilitas perbankan diperkirakan akan

terbatas, hal ini tercermin dari semakin melambatnya penyaluran kredit konsumsi (Grafik

6.2). Kebijakan bank sentral dengan menaikkan BI Rate sepanjang tahun 2013

diperkirakan akan direspon oleh perbankan dengan menaikkan suku bunga kredit.

Dari sisi penawaran, sektor jasa-jasa dan sektor perdagangan, hotel, dan

restoran diperkirakan akan berkontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi

triwulan I-2014. Pelaksanaan Hari Pers Nasional (HPN) pada Februari 2014 diperkirakan

115.78

13.14

-

5

10

15

20

25

30

35

-

20

40

60

80

100

120

140

I II III IV I II III IV I II III IV

2011 2012 2013

SK & SKDU

IEK (kiri)

Ekspektasi Kegiatan Usaha- 3 bln ke depan (kanan)

22.38%

-10%

5%

20%

35%

50%

65%

80%

-

1,000,000

2,000,000

3,000,000

4,000,000

5,000,000

6,000,000

7,000,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112

2012 2013

Juta

Rp

Kredit Konsumsi

g(yoy)

Prospek Perekonomian Daerah Triwulan IV-2013 75

BANK INDONESIA

mendorong kinerja perdagangan dengan banyaknya aktivitas jual-beli pada setiap

pameran HPN. Berdasarkan hasil liaison, event ini juga secara langsung mendorong

meningkatnya tingkat hunian hotel 75% lebih tinggi dari sebelumnya. Selaras dengan itu,

jasa pemerintahan diperkirakan ikut tumbuh sebagai dampak persiapan HPN sehingga

mendorong pertumbuhan sektor jasa-jasa. Selain itu, pelaksanaan Pemilu legislatif 2014

pada bulan April diprediksi semakin meningkatkan kinerja kedua sektor ini. Di sisi lain,

sektor pertanian diprediksi tumbuh terbatas. Tingginya curah hujan berdampak pada

produksi tabama maupun perkebunan. Berdasarkan informasi dari BMKG, curah hujan

yang tinggi masih akan terjadi sampai awal bulan Maret 2014.

Grafik 6.3. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha Provinsi Bengkulu

Sumber : Survei Konsumen, Bank Indonesia

Pelaku usaha mengindikasikan adanya optimisme terhadap kondisi

perekonomian Provinsi Bengkulu pada triwulan I-2014 (Grafik 6.3). Hal ini tercermin

pada hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan IV-2013 yang menunjukkan

adanya peningkatan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) ekspektasi kegiatan usaha pada masa

tiga bulan mendatang dibandingkan dengan SBT tingkat realisasi kegiatan usaha pada

triwulan IV-2013 yang hanya sebesar 1,09 (Grafik 6.3). Hasil SKDU juga menunjukkan

hampir seluruh sektor ekonomi mengindikasikan peningkatan ekspektasi kegiatan usaha

dibandingkan realisasi kegiatan usaha pada triwulan IV-2013.

6.2. Perkiraan Inflasi Daerah

Pada triwulan I-2014, tekanan inflasi diperkirakan akan lebih rendah

dibandingkan triwulan IV-2013. Tekanan inflasi pada triwulan I-2014 diperkirakan

terbatas pada kenaikan harga-harga bahan pangan. Produksi bahan pangan diprediksi

akan berkurang karena cuaca ekstrim dengan curah hujan yang tinggi terjadi pada

1.09

15

(30)

(20)

(10)

-

10

20

30

40

50

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

2010 2011 2012 2013

SBT Realisasi Kegiatan Usaha Ekspektasi Kegiatan Usaha

Prospek Perekonomian Daerah Triwulan IV-2013 76

BANK INDONESIA

triwulan I-2014. Di Bengkulu sendiri, beberapa ha sawah terendam banjir dan terancam

gagal panen. Selain itu, pengaruh cuaca akan berdampak pada terhambatnya pasokan

dari daerah-daerah lain yang selama ini memasok kebutuhan barang konsumsi Bengkulu,

seperti Jakarta dan Lampung. Selaras dengan itu, penurunan tingkat inflasi juga

diperkirakan terjadi dengan tidak adanya kebijakan pemerintah yang dapat memicu inflasi

menjelang Pemilu 2014. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, pada

triwulan I-2014 inflasi Bengkulu diperkirakan akan mencapai kisaran 8,52±1% (yoy).

Grafik 6.4. Perkembangan Laju Inflasi Tahunan di Kota Bengkulu

Sumber : BPS Provinsi Bengkulu dan Bank Indonesia Bengkulu

Grafik 6.5. Hasil Survei Konsumen dan SKDU di Provinsi Bengkulu

Sumber : Survei Ekspektasi Konsumen dan Survei Kegiatan Dunia Usaha, BI Bengkulu

Berdasarkan hasil Survei Konsumen (SK) triwulan IV-2013 yang dilakukan

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, menunjukkan penurunan

ekspektasi konsumen mengenai kondisi harga-harga pada tiga bulan mendatang

(Triwulan IV-2013). Hal ini tercermin dari Nilai Saldo kondisi harga-harga tiga bulan ke

depan yang menurun dibandingkan nilai saldo triwulan IV-2013. Dari sisi pelaku usaha

Proyeksi8,52±1%

0%

2%

3%

5%

6%

8%

9%

11%

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1p

2010 2011 2012 2013 2014

12.00

177

-

50

100

150

200

-

5

10

15

20

25

30

35

40

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

2010 2011 2012 2013

Ekspektasi Harga Jual (axis kiri) Inflasi 3 bulan kedepan (axis kanan)

Prospek Perekonomian Daerah Triwulan IV-2013 77

BANK INDONESIA

juga terlihat adanya ekspektasi yang menurun terhadap inflasi sebagaimana terlihat dari

nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) ekspektasi harga jual triwulan IV-2013 (Grafik 6.5).

Bo

ks

3

Focus Group Discussion

Pada tahun 2011 yang lalu, pemerintah menerbitkan Masterplan Percepatan dan

Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). MP3EI dimaksudkan untuk mendorong

terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang tinggi, berimbang, berkeadilan dan berkelanjutan.

Dengan adanya masterplan ini, diharapkan Indonesia (dan Provinsi Bengkulu) mampu

mempercepat pengembangan berbagai program pembangunan yang ada, terutama dalam

mendorong peningkatan nilai tambah sektor-sektor unggulan ekonomi, pembangunan

infrastruktur dan energi, serta pembangunan SDM dan Iptek. Percepatan pembangunan ini

diharapkan akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi kedepannya.

Berdasarkan MP3EI, koridor ekonomi Sumatera memfokuskan diri menjadi sentra

produksi dan pengolahan hasil bumi dan lumbung energi Nasional. Di dalam strategi

pembangunan ekonominya, Koridor Ekonomi Sumatera berfokus pada tiga kegiatan ekonomi

utama, yaitu kelapa sawit, karet, serta batubara yang memiliki potensi yang sangat besar untuk

menjadi mesin pertumbuhan ekonomi koridor ini.

Terkait dengan hal tersebut, KPwBI Bengkulu mengadakan Focus Group Discussion

(FGD) bersama-sama dengan beberapa instansi di Provinsi Bengkulu. FGD mengambil tema

berlakunya Komuni , perwakilan

Bappeda Provinsi Bengkulu dan perwakilan PLN area Bengkulu hadir sebagai narasumber. FGD

juga dihadiri oleh perwakilan Diskoperindag Provinsi Bengkulu, Biro Administrasi Perekonomian

Provinsi Bengkulu, Dinas Pertanian Provinsi Bengkulu, dan PT.Pelindo Cabang Bengkulu.

Beberapa hal yang disampaikan pada kegiatan tersebut yaitu :

1. Terkait prospek perekonomian daerah

Pada RPJMD Provinsi Bengkulu 2010-2015 Pemerintah Provinsi Bengkulu menargetkan

pertumbuhan ekonomi sebesar 6,8-7,0 % tahun 2014. Bappeda Provinsi Bengkulu optimis

target tersebut dapat tercapai dengan kebijakan-kebijakan yang akan dilaksanakan, antara

lain: meningkatkan iklim investasi dan mendorong kinerja ekspor. Kebijakan ini diterapkan

dengan langkah-langkah:

Prospek Perekonomian Daerah Triwulan IV-2013 78

BANK INDONESIA

Menyederhanakan prosedur perijinan

Mengurangi tumpang tindih kebijakan antara pusat dan daerah serta antar sektor

Meningkatkan kepastian hukum terhadap usaha

Menyehatkan iklim ketenagakerjaan

Meningkatkan penyediaan infrastruktur

Menyederhanakan prosedur perpajakan

Mendorong peningkatan fungsi intermediasi perbankan dalam menyalurkan kredit

kepada sektor usaha.

Selain itu, menurut Pelindo II Bengkulu, kinerja ekspor Bengkulu yang melalui Pelabuhan

Pulau Baai terus mengalami peningkatan, dan tahun 2014, tingkat ekspor yang melalui

pelabuhan ini diproyeksikan tetap meningkat. Kapasitas pelabuhan telah memadai untuk

menampung komoditas ekspor Provinsi Bengkulu. Namun demikian, masi terdapat

kendala, terutama masalah infrastruktur jalan dari sentra produksi komoditas ekspor ke

Pelabuhan Pulau Baai.

2. Terkait perkembangan implementasi MP3EI dan tantangan dalam peningkatan

daya saing daerah

Proyek MP3Ei di Provinsi Bengkulu terdiri dari tiga proyek investasi infrastruktur, yaitu

terkait kelistrikan: Pembangunan PLTA Simpang Aur (2 x 6 MW) dan (2 x 9MW),

pembangunan PLTP Hululais Kapasitas 2x55 MW, dan pembangunan transmisi listrik di

Provinsi Bengkulu (6 titik). Namun, dalam perkembangannya, proyek MP3EI di Provinsi

Bengkulu direncanakan akan diperluas menjadi 12 proyek, yang terbagi menjadi: 3 proyek

perbaikan jalan, 1 proyek perhubungan laut, 7 proyek terkait energi, dan 1 proyek terkait

SDA dengan total nilai proyek mencapai Rp17,2 Triliun. Dalam realisasi proyek kelitrikan,

terdapat beberapa kendala yang cukup krusial khususnya terkait dengan proses perizinan

(lahan instalasi), pembebasan lahan dan kendala sosial.

3. Terkait peningkatan daya saing daerah melalui pengendalian dan pengembangan

iklim investasi.

Target realisasi investasi di Provinsi Bengkulu pada tahun 2013 ditetapkan sebesar

Rp.600M, relatif kecil dibandingkan target nasional. Sampai dengan triwulan III-2013,

target realisasi investasi Penanaman Modal dalam Negeri (PMDN) telah mencapai Rp 2,6

triliun yang mencakup puluhan unit usaha. Sementara itu, Penanaman Modal Asing (PMA)

telah terealisasi sebesar USD 514 ribu. Hambatan utama pengembangan investasi di

Provinsi Bengkulu secara umum yaitu masalah pembebasan lahan, pembiayaan, pasokan

energi (terutama listrik), dan infrastruktur yang kurang memadai (terutama jalan) serta

Prospek Perekonomian Daerah Triwulan IV-2013 79

BANK INDONESIA

peraturan daerah yang saling tumpang tindih. Untuk mengatasi ini, dilakukan perbaikan

kebijakan iklim investasi melalui upaya:

Efisiensi perijinan (pelayanan terpadu satu pintu PTSP) Perpres 27/2009.

Pengaturan barrier to entry (tertutup, terbuka, terbuka bersyarat).

Alih teknologi baru.

Insentif fiskal dan non fiscal.

Sistem administrasi pajak dan pabean yang sederhana, efektif & efisien (daftar tertutup,

bukan terbuka).

Klasifikasi proyek investasi (pionir, prioritas tinggi & prioritas).

Mempromosikan dan mencarikan investor yang layak.

4. Terkait persiapan Provinsi Bengkulu menuju era Komunitas Ekonomi Asean (KEA)

2015

Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan daya saing Provinsi

Bengkulu yaitu :

1. Pengembangan kapasitas Sumber Daya Manusia.

2. Penguatan ekonomi internal yaitu dengan mengembangkan dan memberdayakan

UMKM.

3. Meningkatkan peran dan daya saing sektor UMKM dengan melakukan program

penguatan UMKM, pengembangan infrastruktur keuangan. atau sarana dalam rangka

peningkatan akses UMKM kepada keuangan.

4. Penciptaan iklim usaha yang baik bagi para pelaku usaha melalui kebijakan dan regulasi

perdagangan yang berpihak pada pengusaha lokal terutama UMKM tapi juga terbuka

bagi pelaku usaha asing.

5. Meningkatkan pembangunan infrastruktur.

6. Memperkuat standar nasional Indonesia sebagai safeguard terhadap derasnya arus

impor.

Prospek Perekonomian Daerah Triwulan IV-2013 80

BANK INDONESIA

halaman ini sengaja dikosongkan

Lampiran Data Triwulan IV-2013 79

BANK INDONESIA

LAMPIRAN DATA PEREKONOMIAN DAN PERBANKAN PROVINSI BENGKULU

Periode Triwulan II-2012 s.d Triwulan IV 2013

Lampiran Data Triwulan IV-2013 80

BANK INDONESIA

halaman ini sengaja dikosongkan

Lampiran Data Triwulan IV-2013 81

BANK INDONESIA

1. Data Ekonomi Makro

TABEL DATA PDRB

(dalam juta Rp)

Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV

Berdasarkan penggunaan

a. Harga berlaku 5,873,186 6,166,758 6,385,278 6,519,304 6,690,482 6,950,066 7,228,394

3,466,953 3,682,803 3,744,190 3,874,925 3,977,873 4,192,589 4,265,989

54,934 57,681 59,009 55,644 57,444 59,348 63,420

Konsumsi Pemerintah 934,446 998,617 1,054,653 979,059 1,025,105 1,104,958 1,187,914

637,430 662,188 701,080 689,247 728,211 781,401 828,928

Perubahan stok (359,955) (347,288) (348,409) (145,972) (111,244) (145,409) (180,180)

Ekspor 1,930,362 1,969,042 2,054,278 1,982,127 2,000,560 1,991,824 2,094,557

Impor 790,984 856,284 879,523 915,727 987,467 1,034,646 1,032,234

b. Harga konstan 2,332,837 2,397,214 2,418,637 2,433,980 2,477,132 2,541,024 2,600,173

1,463,392 1,505,443 1,520,690 1,536,889 1,554,802 1,595,571 1,615,750

24,130 25,076 25,314 23,421 23,859 24,155 25,544

Konsumsi Pemerintah 375,007 397,932 416,736 379,355 392,215 413,748 440,145

274,116 280,887 293,133 281,789 294,160 308,338 323,693

Perubahan stok (97,318) (80,940) (121,641) (39,702) (3,372) 11,143 (21,581)

Ekspor 737,218 741,424 762,884 744,207 738,718 724,661 745,810

Impor 443,708 472,608 478,479 491,980 523,250 536,592 529,188

Berdasarkan sektor ekonomi

a. Harga berlaku 5,873,186 6,166,758 6,385,278 6,519,304 6,690,482 6,950,066 7,228,394

Pertanian 2,307,825 2,382,992 2,434,714 2,511,291 2,577,907 2,645,512 2,765,265

Pertambangan & Penggalian 249,975 255,969 263,803 261,460 263,187 263,288 275,903

Industri Pengolahan 257,636 275,186 288,647 291,584 297,944 313,893 327,325

Listrik, Gas dan Air 31,929 33,386 35,234 34,856 35,738 36,702 37,692

Bangunan 214,762 234,209 248,909 243,463 244,361 265,346 286,379

1,090,420 1,169,881 1,226,914 1,261,810 1,302,663 1,364,111 1,387,442

Pengangkutan & Komunikasi 492,015 502,428 516,943 526,566 542,382 565,952 576,643

288,691 302,130 317,005 321,828 332,745 341,921 354,496

939,932 1,010,579 1,053,110 1,066,446 1,093,556 1,153,341 1,217,249

b. Harga konstan 2,332,837 2,397,214 2,418,637 2,433,980 2,477,132 2,541,024 2,600,173

Pertanian 855,881 883,263 879,484 890,996 904,133 917,627 944,694

Pertambangan & Penggalian 83,670 85,007 86,057 85,265 85,134 83,251 85,841

Industri Pengolahan 101,896 106,862 108,882 107,642 109,599 114,386 116,527

Listrik, Gas dan Air 11,706 11,818 12,161 12,151 12,273 12,424 12,473

Bangunan 71,627 75,980 78,925 76,733 76,153 78,286 82,754

459,148 482,519 482,683 492,736 506,119 523,360 527,364

Pengangkutan & Komunikasi 202,950 197,993 200,475 202,184 205,808 212,881 214,695

131,635 119,929 124,812 123,410 125,558 127,721 130,755

414,324 433,844 445,158 442,862 452,356 471,089 485,070

Pertumbuhan (%)

Triwulanan (q-t-q) 1.76% 2.25% 0.89% 0.63% 1.77% 2.58% 2.33%

Tahunan (y-o-y) 6.63% 7.00% 5.99% 5.65% 5.66% 6.00% 7.83%

Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perhubungan

2012

Pembentuk Modal Tetap

Domestik Bruto

Pembentuk Modal Tetap

Domestik Bruto

Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perhubungan

Konsumsi Lembaga Swasta

Konsumsi Rumah Tangga

2013

Konsumsi Rumah Tangga

Konsumsi Lembaga Swasta

Perdagangan, Hotel & Restoran

Perdagangan, Hotel & Restoran

Lampiran Data Triwulan IV-2013 82

BANK INDONESIA

TABEL DATA INFLASI

Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV

1. Inflasi

Bulanan (m-t-m) 1.04% -0.14% 0.58% 0.71% 1.72% 0.33% 0.35%

Tahunan (y-o-y) 4.80% 4.14% 4.61% 7.44% 7.89% 9.24% 9.94%

Kumulatif (y-t-d) 1.28% 4.33% 4.61% 2.60% 4.45% 9.54% 9.94%

20132012

TABEL DATA EKSPOR IMPOR

Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV

1.

91,359 109,129 73,611 85,954 102,467 59,559 73,801

- Minyak Sawit 10,428 13,100 5,801 9,150 14,059 13,433 13,323

- Karet 25,767 32,123 19,762 26,171 29,834 17,478 11,956

- Batubara 54,140 61,001 46,066 49,069 56,863 28,649 44,758

- Kakao - 261 262 146 - - -

- Lainnya 1,025 2,645 1,720 1,417 1,711 - 3,763

2.

- 430 2,311 - 664 1,344 3,756

3. Net ekspor 91,359 108,699 71,300 85,954 101,803 58,215 70,045

4. 907,815 1,065,640 910,516 862,039 1,058,222 511,129 927,846

- Minyak Sawit 10,000 12,750 6,900 12,500 17,500 22,811 16,500

- Karet 7,010 11,179 7,230 8,956 11,259 7,512 5,187

- Batubara 873,925 1,000,527 870,350 822,652 1,006,358 480,807 855,846

- Kakao - 100 100 50 - - -

- Lainnya 16,881 41,084 25,935 17,880 23,105 - 50,312

* Data hingga Desember 2013

2012

Realisasi ekspor (Ribu

US$)

Realisasi impor (Ribu

US$)

Realisasi ekspor (Ton)

2013

2. Perbankan

TABEL DATA KELEMBAGAAN, ASET DAN DPK BANK UMUM

(dalam miliar Rp)

Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV

1. Kelembagaan

a.Jumlah Bank Umum (dlm

satuan) 18 19 19 19 19 19 19

b.Jumlah kantor & ATM bank

(dlm satuan) 314 349 350 358 366 398 372

2. Total Asset 10,395 10,813 11,400 11,775 12,540 13,025 13,232

3. 7,108 7,494 7,368 7,569 8,070 8,379 7,680

a. Giro 2,121 2,348 1,781 2,281 2,424 2,407 1,387

b. Tabungan 3,694 3,797 4,182 3,686 3,931 4,378 4,830

c. Deposito Berjangka 1,293 1,349 1,405 1,602 1,715 1,593 1,462

2012

Total Dana yang dihimpun

2013

Lampiran Data Triwulan IV-2013 83

BANK INDONESIA

TABEL DATA PERKREDITAN BANK

(dalam juta Rp)

Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV

1.8,415,019 8,780,766 9,360,558 9,747,850 10,528,747 11,025,685 11,288,765

- Lancar 7,883,430 8,183,773 8,855,288 9,134,358 9,867,520 10,324,414 10,709,057

-

Dalam Perhatian

Khusus 376,882 451,528 373,779 417,678 476,366 500,158 376,942

- Kurang Lancar 54,591 25,260 25,637 53,717 43,463 50,825 41,890

- Diragukan 25,035 45,868 23,793 49,550 36,393 38,455 33,977

- M a c e t 75,081 74,337 82,060 92,546 105,005 111,833 126,898

NPL - nominal 149,830 145,465 131,490 195,814 184,861 201,113 202,766

NPL - % 1.83% 1.66% 1.40% 2.01% 1.76% 1.82% 1.80%

115.16% 117.17% 127.04% 128.78% 130.46% 131.59% 146.99%

2.8,415,019 8,780,766 9,360,558 9,747,850 10,528,747 11,025,685 11,288,765

- Pertanian 482,707 467,892 514,738 588,389 662,287 740,017 808,309

- Pertambangan 171,458 147,135 130,505 120,144 91,755 85,072 77,194

- Industri 264,591 268,040 299,435 282,239 304,868 300,138 302,474

- Listrik, gas & air 14,019 20,421 20,183 23,238 25,772 25,661 24,815

- Konstruksi 133,498 159,090 135,003 123,471 184,057 204,235 178,927

- Perdagangan 2,264,090 2,267,682 2,383,597 2,445,527 2,734,974 2,810,641 2,872,434

- Pengangkutan 84,943 69,631 55,553 55,302 49,141 52,038 52,292

- Jasa dunia usaha 307,399 310,968 307,773 339,400 406,046 402,178 406,869

- Jasa sosial 144,497 134,041 135,780 140,487 160,818 167,599 175,053

- Lainnya 4,547,818 4,935,867 5,377,990 5,629,653 5,909,030 6,238,106 6,390,397

3.8,415,019 8,780,766 9,360,558 9,747,850 10,528,747 11,025,685 11,288,765

- Modal kerja 3,106,088 2,997,765 3,155,777 3,278,286 3,409,363 3,512,105 3,558,306

- Investasi 1,006,205 997,365 984,172 999,097 1,212,610 1,276,064 1,341,382

- Konsumsi 4,302,726 4,785,636 5,220,609 5,470,466 5,906,774 6,237,516 6,389,077

2012 2013

Kredit yang diberikan

per kolektibilitas

Kredit berdasarkan

sektor ekonomi

Kredit berdasarkan jenis

penggunaan

Loan to Deposit Ratio

(LDR)

Lampiran Data Triwulan IV-2013 84

BANK INDONESIA

halaman ini sengaja dikosongkan

Daftar Istilah Triwulan IV 2013 85

BANK INDONESIA

LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH

Administered price Harga barang/jasa yang diatur oleh pemerintah, misalnya harga bahan bakar minyak dan

tarif dasar listrik.

Aktiva Produktif Penanaman atau penempatan yang dilakukan oleh bank dengan tujuan menghasilkan

penghasilan/pendapatan bagi bank, seperti penyaluran kredit, penempatan dana antar

bank, penanaman pada Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan surat-surat berharga lainnya.

Andil inflasi

Sumbangan perkembangan harga suatu komoditas/kelompok barang/kota terhadap

tingkat inflasi secara keseluruhan.

APBD

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Rencana keuangan tahunan pemerintah

daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah yang dibahas dan disetujui

bersama oleh pemerintah daerah dan DPR, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.

Bank Pemerintah

Bank-bank yang sebelum program rekapitalisasi merupakan bank milik pemerintah

(persero) yaitu terdiri dari bank Mandiri, BNI, BTN dan BRI. Dalam buku ini bank

pemerintah daerah (Bank Bengkulu) juga dikelompokkan dalam bank pemerintah.

BI Rate

Suku bunga referensi kebijakan moneter dan ditetapkan dalam Rapat Dewan Gubernur

setiap bulannya.

BI-RTGS

Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement, yang merupakan suatu penyelesaian

kewajiban bayar-membayar (settlement) yang dilakukan secara on-line atau seketika untuk

setiap instruksi transfer dana.

Bobot inflasi

Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komoditas, terhadap tingkat inflasi secara

keseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi masyarakat terhadap

komoditas tersebut.

Cash inflows

Jumlah aliran kas yang masuk ke kantor Bank Indonesia yang berasal dari perbankan dan

penukaran uang masyarakat dalam periode tertentu.

Daftar Istilah Triwulan IV 2013 86

BANK INDONESIA

Cash Outflows

Jumlah aliran kas keluar dari kantor Bank Indonesia kepada perbankan dan penukaran

uang masyarakat dalam periode tertentu.

Clean Money Policy

Merupakan kebijakan untuk menyediakan uang layak edar.

Dana Pihak Ketiga (DPK)

Simpanan masyarakat yang ada di perbankan terdiri dari giro, tabungan, dan deposito.

Dana Perimbangan

Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan

kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi daerah.

Ekspor

Keseluruhan barang yang keluar dari suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil

maupun bukan komersil.

Financing to deposit ratio (FDR) atau loan to deposit ratio (LDR)

Rasio pembiayaan atau kredit terhadap dana pihak ketiga yang diterima oleh bank, baik

dalam rupiah dan valas. Terminologi FDR untuk bank syariah, sedangkan LDR untuk bank

konvensional.

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini

dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang. Dengan skala 1-100.

Indeks Harga Konsumen (IHK)

Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang

dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.

Indeks Kondisi Ekonomi

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunujukkan level keyakinan kensumen

terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100.

Indeks Ekspektasi Konsumen

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap

ekspektasi kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100.

Indeks Pembangunan Manusia

Ukuran kualitas pembangunan manusia, yang diukur melalui pencapaian rata-rata 3 hal

kualitas hidup, yaitu pendidikan, kesehatan, daya beli.

Inflasi

Kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus (persistent).

Daftar Istilah Triwulan IV 2013 87

BANK INDONESIA

Inflasi IHK

Kenaikan harga barang dan jasa dalam satu periode, yang diukur dengan perubahan

indeks harga konsumen (IHK), yang mencerminkan perubahan harga barang dan jasa

yang dikonsumsi oleh masyarakat luas.

Inflasi Inti

Inflasi IHK setelah mengeluarkan komponen volatile foods dan administered price.

Impor

Keseluruhan barang yang masuk dari suatu wilayah /daerah baik yang bersifat komersil

maupun bukan komersil.

Investasi

Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi melalui peningkatan modal.

Kliring

Pertukaran warkat atau Data Keuangan Elektronik (DKE) antar kliring baik atas nama

peserta maupun atas nama nasabah.

Kredit

Adalah penyediaan uang atau tagihan yang sejenis, berdasarkan persetujuan atau

kesepakatan pinjam-meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan

peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian

bunga, termasuk :

1. Pembelian surat berharga nasabah yang dilengkapi dengan note purchase agreement

(NPA)

2. Pengembalian tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang.

Kualitas Kredit

Penggolongan kredit berdasarkan prospek usaha, kinerja debitur dan kelancaran

pembayaran bunga dan pokok. Kredit digolongkan menjadi 5 kualitas yaitu lancar, Dalam

Perhatian Khusus (DPK), kurang lancar, diragukan dan macet.

Liaison Bank Indonesia

Salah satu kegiatan rutin untuk mengumpulkan data dan informasi tentang kondisi aktual

sektor riil/usaha beserta prospeknya melalui wawancara langsung antara Bank Indonesia

dengan pelaku usaha/sumber data.

m-t-m

Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya.

Net Cashflows

Selisih bersih antara jumlah cash inflows dan cash outflows pada periode yang sama terdiri

dari Netcash Outflows bila terjadi cash outlows lebih tinggi dibandingkan cash inflows,

dan Netcash inflows bila terjadi sebaliknya.

Daftar Istilah Triwulan IV 2013 88

BANK INDONESIA

Non Performing Loans (NPL)

Kredit/pembiayaan yang bermasalah atau non-lancar yang terdiri dari kredit dengan

klasifikasi kurang lancar, diragukan dan macet berdasarkan ketentuan Bank Indonesia

tentang kualitas aktiva produktif.

Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB)

Kegiatan pemusnahan uang bagi uang yang sudah tidak layak edar.

Pertumbuhan ekonomi

Perubahan nilai PDRB atas harga konstan dalam suatu periode tertentu (triwulanan atau

tahunan).

Porsi Ekonomi

Konstribusi pangsa sektor atau subsektor terhadap total PDRB.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau

merupakan jumlah seluruh nilai barang yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi suatu

wilayah.

Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku

Merupakan perhitungan PDRB dengan menggunakan harga di periode tersebut sebagai

dasar perhitungan.

Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan

Merupakan perhitungan PDRB dengan menggunakan harga pada satu waktu tertentu

sebagai dasar perhitungan.

Produk Domestik Regional Bruto satu tahun

Jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau

merupakan jumlah seluruh nilai barang yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi suatu

wilayah dalam satu tahun.

Produk Domestik Regional Bruto triwulanan

Jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau

merupakan jumlah seluruh nilai barang yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi suatu

wilayah dalam satu triwulan tertentu.

qtq

Quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya.

Rasio Non Performing Loans/Financing (NPLs/Fs)

Rasio kredit/pembiayaan yang tergolong NPLs/Fs terhadap total kredit/pembiayaan. Rasio

ini juga sering disebut rasio NPLs/Fs, gross. Semakin rendah rasio NPLs/Fs, semakin baik

Daftar Istilah Triwulan IV 2013 89

BANK INDONESIA

kondisi bank ybs. Terminologi NPL untuk bank konvensional, sedangkan NPF untuk bank

syariah.

Rasio Non Performing Loans (NPLs) NET

Rasio kredit yang tergolong NPLs, setelah dikurangi pembentukan Penyisihan

Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP), terhadap total kredit.

Sektor Ekonomi Dominan

Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai pengaruh

dominan pada pembentukan PDRB secara keseluruhan.

Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

Surat berharga atas unjuk yang diterbitkan dengan sistem diskonto oleh Bank Indonesia

sebagai pengakuan utang.

Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS)

Proses penyelesaian akhir transaksi pembayaran yang dilakukan seketika (real time)

dengan mendebet maupun mengkredit rekening peserta pada saat bersamaan sesuai

perintah pembayaran dan penerimaan pembayaran.

Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI)

Sistem kliring Bank Indonesia yang meliputi kliring debet dan kliring kredit yang

penyelesaian akhirnya dilakukan secara nasional.

Uang giral

Uang terdiri atas rekening giro, kiriman uang, simpanan berjangka dan tabungan yang

sudah jatuh waktu, yang seluruhnya merupakan simpanan penduduk dalam rupiah dan

sistem moneter.

Uang kartal

Uang yang terdiri atas uang kertas dan uang logam yang berlaku, tidak termasuk uang

kas pada KPKN dan bank umum.

Volatile foods

Komponen inflasi IHK yang mencakup beberapa bahan makanan yang harganya sangat

fluktuatif.

yoy

Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.

Daftar Istilah Triwulan IV 2013 90

BANK INDONESIA

halaman ini sengaja dikosongkan