133

Kajian Fiskal Regional Tahunan · 2018. 3. 22. · mendorong laju perekonomian Kepri melalui penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR). Penyaluran KUR pada tahun 2017 mencapai Rp390,69

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • Kajian Fiskal Regional Tahunan (Annual Regional Fiscal Report)

    Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2017

  • KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU i

    KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah, kita panjatkan kepada Allah SWT

    atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kita dapat menyelesaikan Kajian

    Fiskal Regional Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2017 dengan baik.

    Kajian Fiskal Regional diterbitkan oleh Kantor Wilayah Direktorat Jenderal

    Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau berdasarkan Peraturan Direktorat Jenderal

    Perbendaharaan Nomor 30/PB/2013 dan Surat Edaran Direktorat Jenderal

    Perbendaharaan Nomor SE-61/PB/2017 sebagai sarana untuk membangun komunikasi

    dua arah dalam pertukaran data dan informasi baik dengan stakeholders internal

    maupun eksternal.

    Dengan demikian, diharapkan para pemangku kepentingan dalam hal ini

    Pemerintah Daerah, Satuan Kerja Pemerintah Pusat, pelaku usaha, serta akademisi di

    lingkup Provinsi Kepulauan Riau dapat memperoleh masukan dalam merumuskan

    kebijakan pengembangan ekonomi daerah, sehingga bisa memberikan manfaat untuk

    pembangunan daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat di masa mendatang.

    Adapun beberapa aspek yang menjadi bahasan utama dalam kajian adalah

    perkembangan ekonomi regional, perkembangan keuangan pemerintah pusat dan

    daerah, keunggulan dan potensi daerah, serta tantangan fiskal yang dihadapi daerah.

    Dalam penyusunan Kajian Fiskal Regional Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2017

    ini kami banyak memperoleh dukungan dari Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan

    Riau, Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau, dan Seluruh Pemerintah

    Daerah Lingkup Provinsi Kepulauan Riau. Oleh karena itu, kami menyampaikan

    apresiasi yang sebesar-besarnya kepada semua pihak, semoga kerjasama yang telah

    terjalin selama ini dapat lebih ditingkatkan di masa yang akan datang.

    Kami menyadari penyusunan Kajian Fiskal Regional ini masih jauh dari

    sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dalam meningkatkan kualitas

    Kajian Fiskal Regional ini agar dapat memberikan manfaat yang optimal, terutama untuk

    kemakmuran masyarakat Kepulauan Riau.

    Tanjungpinang, Februari 2017 Kepala Kantor

    Heru Pudyo Nugroho NIP 19721112 199803 1 002

  • BIDANG PEMBINAAN PELAKSANAAN ANGGARAN II ii

    TIM PENYUSUN

    KAJIAN FISKAL REGIONAL PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2017

    KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN PROVINSI

    KEPULAUAN RIAU

    Penanggungjawab: Kepala Kanwil DItjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau

    Heru Pudyo Nugroho

    Ketua Kepala Bidang PPA II

    Edy Sutriono

    Wakil Ketua: Haryando Anil

    Penulis:

    Dhika Habibi Zakaria Haryando Anil

    Desain Cover dan Layout: Dhika Habibi Zakaria

    Kontributor: Jaruli Simanullang

    Mas Nursanto Benjamin Franklin Marudur Manurung

  • KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU iii

    RINGKASAN EKSEKUTIF Kondisi laju pertumbuhan ekonomi Kepri mengalami perlambatan semenjak 5

    (lima) tahun terakhir. Pertumbuhan ekonomi Kepri berada pada angka 2,01 persen (yoy)

    dan yang merupakan angka terendah dibandingkan dengan angka pertumbuhan

    ekonomi pada periode yang sama selama kurun waktu 2012-2017. Melambatnya

    pertumbuhan ekonomi Kepri di dorong oleh lesunya sektor industri pengolahan (43,91

    persen), konstruksi (20,42 persen) dan pertambangan (18,08 persen) yang merupakan

    sektor dominan dari sisi penawaran. Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Kepri

    dipengaruhi oleh Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PDRB) (38,13 persen)

    dan Konsumsi Rumah Tangga (37,45 persen). Inflasi Kepri 2017 terjaga di 3,61 persen

    (target 4±1%), penyumbangan inflasi tertinggi ada pada kelompok bahan makanan yang

    sangat sensitif terhadap kondisi cuaca dan gelombang laut (menghambat jalur

    distribusi).

    Dengan IPM sebesar 73,99, Kepri berada pada peringkat IPM ke-empat tertinggi

    di Indonesia. Hal tersebut mengindikasikan keberhasilan percepatan pembangunan di

    Kepri khususnya dalam bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Namun bila dilihat

    secara parsial, masih terdapat 3 Kabupaten/Kota yang memiliki IPM di bawah Nasional

    (70.18) yakni Kabupaten Karimun (69,84), Kabupaten Lingga (62,44), dan Kabupaten

    Kepulauan Anambas (66,30). Tingkat kemiskinan (6,13 persen) dan Tingkat

    Pengangguran Terbuka (TPT) (7,16 persen) mengalami peningkatan, diduga

    merupakan dampak dari lesunya pertumbuhan ekonomi di Kepri yang sangat

    dipengaruhi oleh kondisi perekonomian global.

    Tren negatif pertumbuhan ekonomi Kepri dianggap sebagai penyebab mayor

    turunnya pendapatan Pemerintah Pusat. Realisasi pendapatan Pemerintah Pusat tahun

    2017 sebesar 7,43 triliun, turun -4,65 persen dari tahun 2016 yang sebesar Rp7,78

    triliun. Penambahan basis pajak dari hasil program Tax Amnesty 2016-2017 belum

    mampu memperbaiki penerimaan pajak di akhir 2017. Namun terjadi peningkatan

    belanja Pemerintah Pusat sebesar Rp1,08 triliun dari belanja Pemerintah Pusat tahun

    2016 sebesar Rp5,22 triliun. Kondisi ini menyebabkan melebarnya celah defisit APBN

    Kepri sebesar 7,80 persen (yoy) dengan nominal Rp5,63 triliun. Defisit APBN Kepri

    tersebut belum memperhitungkan PNBP Sumber Daya Alam (SDA) yang dicatat

    langsung sebagai penerimaan di Pusat. Selanjutnya, Alokasi Dana Transfer ke Daerah

    dan Dana Desa untuk Kepri pada tahun 2017 mencapai Rp7,55 triliun, turun -7,65

    persen dibandingkan tahun 2016. Harga migas yang terus terkoreksi turun di tahun

    2017 merupakan salah satu satu faktor pendorong anjloknya total penerimaan Transfer

    ke Daerah dan Dana Desa pada tahun 2017.

  • BIDANG PEMBINAAN PELAKSANAAN ANGGARAN II iv

    Selain penggunaan instrumen dana APBN, pemerintah pusat berupaya

    mendorong laju perekonomian Kepri melalui penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR).

    Penyaluran KUR pada tahun 2017 mencapai Rp390,69 triliun mengalami penurunan

    37,89 persen dari penyaluran tahun lalu. Penurunan tersebut diduga karena gaung

    rencana kebijakan pemerintah yang akan menurunkan suku bunga KUR menjadi 7

    persen, sehingga masyarakat menahan diri untuk melakukan peminjaman KUR di tahun

    2018. Berdasarkan sektor ekonomi, penyaluran KUR 2017 didominasi oleh sektor

    perdagangan dengan 65,24%, sedangkan berdasarkan skema penyaluran didominasi

    oleh KUR Mikro dengan porsi 58.02%. Jika dilihat letak geografis Kepri yang

    bertetangga dengan Malaysia dan Singapura, seharusnya penyaluran KUR skema TKI

    menjadi skema yang dominan di salurkan di Kepri. Namun di tahun 2017 tidak terdapat

    penyaluran KUR TKI di Kepri. Rendahnya penyaluran ditengarai bersumber dari

    maraknya praktek TKI ilegal sehingga calon TKI, TKI dan Purna TKI tidak memiliki

    dokumen resmi dan untuk mengajukan pinjaman KUR.

    Alokasi dan realisasi APBD lingkup Kepri dalam tren membaik pada tahun 2017.

    Capaian realisasi pendapatan APBD turun 2,43 persen dari tahun 2016, namun secara

    nominal realisasi tahun 2017 yang lebih tinggi Rp55,96 miliar dari tahun 2016. Kebijakan

    penyaluran DAK Fisik Tambahan Penyelesaian Tahun 2016 yang di- carry over ke

    tahun 2017 membawa dampak positif pada celah fiskal APBD lingkup Kepri. Dari sisi

    pelaksanaan APBD, kinerja pendapatan asli daerah pada tahun 2017 dapat dikatakan

    cukup baik dengan indikasi peningkatan PAD sebesar 27,11 persen dari tahun 2016.

    Terjadi peningkatan pada komponen hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

    dipisahkan sebesar 65,40 persen. Hal ini di dorong oleh penerimaan laba atas

    penyertaan modal pada BUMD yang melebihi target yang telah ditetapkan.

    Dari alokasi belanja APBD, hampir semua urusan mengalami kenaikan

    anggaran dengan rata-rata peningkatan 48,31 persen. Berdasarkan porsinya, urusan

    yang mendapatkan porsi alokasi terbesar merupakan urusan Administrasi

    Pemerintahan (35,38 persen), Pendidikan (19,37 persen), Kesehatan (11,32 persen),

    dan Pekerjaan Umum (10,55 persen). Porsi belanja tersebut menunjukkan bahwa

    kebijakan Pemda menitikberatkan pada pelayanan pada masyarakat, pembangunan

    sumber daya manusia melalui pendidikan dan kesehatan, serta pembangunan

    infrastruktur untuk menunjang perekonomian. Hal tersebut juga tergambar dari,

    pengalokasian belanja berdasarkan jenis belanja. Jeni Belanja Langsung yang

    berhubungan langsung dengan pencapaian program dan kegiatan Pemda memiliki

    porsi terbesar yaitu sebesar 58,34 persen, dibandingkan dengan porsi Belanja Tidak

    Langsung sebesar 42,66 persen. Namun dari sisi eksekusi APBD, Belanja Langsung

  • KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU v

    hanya terealisasi sebesar 88,22 persen lebih kecil dari realisasi Belanja Tidak Langsung

    yang terealisasi sebesar 94,22 persen.

    Kemudian untuk mengukur kesehatan fiskal masing-masing Pemerintah Daerah

    di Kepri, dilakukan Ten Point Test yang dikembangkan oleh Kenneth W. Brown (1993).

    Dalam ten point test, setiap rasio yang digunakan mengarah pada empat aspek

    kesehatan fiskal yaitu pendapatan, pengeluaran, posisi operasi dan struktur utang. Dari

    hasil tes di peroleh bahwa Pemda Kabupaten Bintan memiliki tingkat kesehatan fiskal

    paling baik di Kepri. Pemda Kabupaten Bintan berhasil menggeser Pemda Kota Batam

    yang pada tahun 2016 berada pada posisi terbaik, memperoleh nilai tertinggi di 2 (dua)

    indikator penilaian yaitu: (1) Kemampuan mendanai Belanja Daerah, dan (2)

    Optimalisasi SiLPA.

    Dari sisi Belanja Konsolidasian, komposisi belanja didominasi oleh belanja yang

    bersifat konsumtif. Komposisi belanja barang dan belanja pegawai yang masing-masing

    porsinya sebesar 40,88 persen dan 28,19 persen jauh lebih tinggi dibandingkan belanja

    modal sebesar 21,63 persen. Dari analisis dampak kebijakan fiskal kesejahteraan

    regional, diketahui bahwa laju tingkat kesejahteraan masyarakat tidak linier dengan

    peningkatan alokasi anggaran oleh pemerintah. Ketidaklinearan tersebut menunjukkan

    bahwa peningkatan anggaran yang digunakan oleh pemerintah tidak serta merta

    meningkatkan kesejahteraan masyarakat dilihat dari sisi kesenjangan, penciptaan

    lapangan kerja, pertumbuhan ekonomi, inflasi, pembangunan manusia, dan

    pengentasan kemiskinan. Untuk itu pemerintah perlu mengevaluasi setiap program dan

    kegiatan agar berjalan secara efektif dan menghasilkan outcome sesuai dengan yang

    diharapkan

    Berdasarkan hasil analisis overlay (gabungan dari empat analisis: LQ, MRP, SS-

    EM dan Shift Share) Kepri memiliki dua sektor unggulan yang potensial untuk

    dikembangkan yaitu Sektor Listrik & Gas dan Sektor Konstruksi. Pengembangan sektor

    Listrik & Gas telah menjadi urgensi bagi Kepri karena rasio elektrifikasi Kepri baru

    mencapai 73,53 persen, jauh di bawah rasio elektrifikasi nasional (88,30 persen).

    Bahkan, saat ini Kepri berada di peringkat ke-7 terbawah untuk rasio elektrifikasi. Hal

    ini menunjukkan bahwa sektor ini memiliki ruang yang sangat luas untuk berkembang

    karena masih banyak permintaan yang belum terpenuhi. Dan keberhasilan Kepri dalam

    mencapai rasio elektrifikasi akan menjadi daya tawar kepada pihak investor. Sampai

    saat ini perkembangan sektor konstruksi bidang sipil sebagian besar didorong oleh

    belanja infrastruktur pemerintah. Hal tersebut diprioritaskan untuk menciptakan iklim

    investasi yang kondusif dan menarik.

    Pembangunan manusia dengan indikator kesehatan dan pendidikan serta

    membangun kembali potensi Indonesia sebagai negara maritim dan agraris dengan

  • BIDANG PEMBINAAN PELAKSANAAN ANGGARAN II vi

    terwujudnya kedaulatan pangan merupakan program prioritas pemerintah di tahun 2017

    sebagaimana diungkapkan dalam RKP 2017 maupun nota Keuangan APBNP 2017.

    Pemerintah Pusat dan Daerah telah mengalokasikan anggaran yang cukup besar untuk

    3 bidang tersebut dengan pembagian porsi Pemerintah Daerah sebesar 81,52 persen

    (Rp4,91 triliun). Dan porsi yang pada anggaran K/L adalah sebesar 18,48 persen

    (Rp1,11 triliun). Dalam rangka mewujudkan capaian prioritas nasional yang efektif dan

    efisien di 3 bidang tersebut perlu dilakukan sinkronisasi pembangunan dari kedua

    sumber dana tersebut. Sinkronisasi di bidang pendidikan telah berjalan efektif dan

    efisien dengan berdampak pada naiknya partisipasi murni usia sekolah di Kepri. Di

    bidang kesehatan, indikator keluhan kesehatan menunjukkan tren penurunan. Hal

    tersebut merupakan dampak sinergi dari pemisahan fokus pada masing-masing

    instansi, yaitu Instansi daerah fokus pada pemenuhan ketersediaan sarana kesehatan

    sedangkan instansi vertikal fokus pada pengawasan dan pencegahan wabah penyakit.

    Sedangkan di bidang ketahanan pangan perlu dilakukan evaluasi terhadap kegiatan

    yang telah dilaksanakan. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan masih bersifat pasif

    atau hanya sebatas penyediaan sarana dan prasarana, belum menyentuh kepada

    pengembangan kapasitas/kemampuan petani. Pencapaian ketahanan pangan melalui

    produksi pangan mungkin objektifnya dapat diutamakan pada peningkatan pendapatan

    petani dengan lebih terkonsentrasi pada pemberdayaan petani (UU No. 19 tahun 2013

    tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani) melalui koperasi tani khususnya para

    petani kecil, peningkatan kapasitas petani melalui pendidikan lapangan, maupun usaha

    tani yang bersifat korporasi.

    .

  • KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU vii

    DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ----------------------------------------------------------------------------------------------------- I

    TIM PENYUSUN ------------------------------------------------------------------------------------------------------- II

    RINGKASAN EKSEKUTIF ---------------------------------------------------------------------------------------------- III

    DAFTAR ISI ----------------------------------------------------------------------------------------------------------- VII

    DAFTAR GAMBAR ----------------------------------------------------------------------------------------------------- X

    DAFTAR TABEL ------------------------------------------------------------------------------------------------------ XIII

    BAB I PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL ------------------------------------------------------------ 1

    1.1 INDIKATOR MAKROEKONOMI FUNDAMENTAL -------------------------------------------------------- 1

    1.1.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) -------------------------------------------------------------- 1

    1.1.2 Suku Bunga ------------------------------------------------------------------------------------------- 6

    1.1.3 Inflasi ------------------------------------------------------------------------------------------------- 7

    1.1.4 Nilai Tukar -------------------------------------------------------------------------------------------- 8

    1.2 INDIKATOR PEMBANGUNAN ------------------------------------------------------------------------ 9

    1.2.1 Indeks Pembangunan Manusia ------------------------------------------------------------------------ 9

    1.2.2 Kemiskinan ------------------------------------------------------------------------------------------- 10

    1.2.3 Ketimpangan ------------------------------------------------------------------------------------------ 11

    1.2.4 Kondisi Ketenagakerjaan ------------------------------------------------------------------------------ 11

    1.3 EFEKTIVITAS KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI DAN PEMBANGUNAN REGIONAL ---------------------- 13

    BAB II PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN DI TINGKAT REGIONAL -------------------------------- 15

    2.1 APBN TINGKAT PROVINSI KEPULAUAN RIAU ------------------------------------------------------ 15

    2.2 PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT TINGKAT PROVINSI ------------------------------------------- 16

    2.2.1 Penerimaan Perpajakan Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi ---------------------------------------- 16

    2.2.2 Penerimaan Negara Bukan Pajak -------------------------------------------------------------------- 18

    2.2.3 Pendapatan Hibah ------------------------------------------------------------------------------------ 19

    2.2.4 Analisis Sensitivitas Pendapatan Pemerintah Pusat ------------------------------------------------- 19

    2.3 BELANJA PEMERINTAH PUSAT -------------------------------------------------------------------- 20

    2.3.1 Belanja Pemerintah Pusat Berdasarkan Organisasi ------------------------------------------------- 20

    2.3.2 Belanja Pemerintah Pusat Berdasarkan Fungsi ----------------------------------------------------- 21

    2.3.3 Belanja Pemerintah Pusat Berdasarkan Jenis Belanja ---------------------------------------------- 23

    2.3.4 Analisis Kapasitas dan Efisiensi Fiskal Pemerintah Pusat ------------------------------------------- 24

    2.3.5 Analisis Belanja Pemerintah Pusat Untuk Pembangunan Manusia ----------------------------------- 25

    2.3.6 Analisis Belanja Pemerintah Pusat Pendukung Sektor dan Subsektor Ekonomi Unggulan ----------- 26

    2.3.7 Analisis Pengaruh Belanja Pemerintah Pusat Terhadap Indikator Ekonomi ------------------------- 27

    2.4 ANALISIS CASH FLOW PEMERINTAH PUSAT ------------------------------------------------------- 29

    2.5 TRANSFER KE DAERAH ---------------------------------------------------------------------------- 31

    2.6 PENGELOLAAN BADAN LAYANAN UMUM PUSAT --------------------------------------------------- 32

    2.6.1 Profil dan Jenis Layanan Satuan Kerja Badan Layanan Umum -------------------------------------- 33

  • BIDANG PEMBINAAN PELAKSANAAN ANGGARAN II viii

    2.6.2 Analisis Kemandirian Badan Layanan Umum --------------------------------------------------------- 34

    2.6.3 Potensi Satker PNBP Menjadi Satker BLU ------------------------------------------------------------ 34

    2.7 PENGELOLAAN MANAJEMEN INVESTASI ---------------------------------------------------------- 35

    2.7.1 Penerusan Pinjaman --------------------------------------------------------------------------------- 35

    2.7.2 Kredit Program ------------------------------------------------------------------------------------- 36

    2.7.3 Analisis Pertumbuhan KUR -------------------------------------------------------------------------- 39

    BAB III PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD -------------------------------------------------------- 41

    3.1 APBD LINGKUP PROVINSI KEPULAUAN RIAU ------------------------------------------------------- 41

    3.2 PENDAPATAN PEMERINTAH DAERAH -------------------------------------------------------------- 42

    3.2.1 Penerimaan Pemerintah Daerah Berdasarkan Jenis Belanja ---------------------------------------- 42

    3.2.2 Analisis Kesehatan Penerimaan APBD Agregat ------------------------------------------------------ 43

    3.2.3 Analisis Sensitivitas Pendapatan Pemda ------------------------------------------------------------- 44

    3.3 BELANJA PEMERINTAH DAERAH ------------------------------------------------------------------ 44

    3.3.1 Belanja Pemerintah Daerah Berdasarkan Urusan --------------------------------------------------- 44

    3.3.2 Belanja Pemerintah Daerah Berdasarkan Fungsi ---------------------------------------------------- 45

    3.3.3 Belanja Pemerintah Daerah Berdasarkan Jenis Belanja --------------------------------------------- 46

    3.4 PENGELOLAAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH ------------------------------------------------- 47

    3.4.1 Profil dan Jenis Layanan Satuan Kerja Badan Layanan Umum Daerah ------------------------------ 47

    3.4.2 Perkembangan Pengelolaan Aset Badan Layanan Umum Daerah ------------------------------------ 48

    3.4.3 Analisis Legal Badan Layanan Umum Daerah -------------------------------------------------------- 48

    3.5 PENGELOLAAN INVESTASI DAERAH --------------------------------------------------------------- 49

    3.5.1 Bentuk Investasi Daerah ----------------------------------------------------------------------------- 49

    3.5.2 Profil dan Jenis BUMD ------------------------------------------------------------------------------- 49

    3.6 SiLPA DAN PEMBIAYAAN PEMERINTAH DAERAH -------------------------------------------------- 49

    3.6.1 Perkembangan Surplus/Defisit APBD --------------------------------------------------------------- 49

    3.6.2 Pembiayaan Daerah ----------------------------------------------------------------------------------50

    3.7 ANALISIS APBD LAINNYA -------------------------------------------------------------------------- 51

    3.7.1 Analisis Horizontal dan Vertikal ---------------------------------------------------------------------- 51

    3.7.2 Analisis Kesehatan Fiskal Daerah Dengan Ten Point Test -------------------------------------------- 53

    BAB IV PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD) ------------ 61

    4.1 Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian ---------------------------------------------------- 61

    4.2 Pendapatan Konsolidasian ----------------------------------------------------------------------- 62

    4.2.1 Sensitivitas Pendapatan Konsolidasian Kepri -------------------------------------------------------- 62

    4.3 Belanja Konsolidasian -------------------------------------------------------------------------------- 63

    4.4 Analisis Dampak Kebijakan Fiskal terhadap Kesejahteraan Regional -------------------------------- 64

    BAB V KEUNGGULAN DAN POTENSI EKONOMI SERTA TANTANGAN REGIONAL ---------------------------------------- 65

    5.1 SEKTOR UNGGULAN DAN POTENSIAL DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU BERDASARKAN ANALISIS LQ,

    MRP, DAN SS-EM --------------------------------------------------------------------------------- 65

    5.3 SEKTOR POTENSIAL DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU ---------------------------------------------- 66

  • KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU ix

    5.3.1 Sektor Listrik dan Gas ---------------------------------------------------------------------------------- 67

    5.3.2 Sektor Konstruksi ----------------------------------------------------------------------------------- 68

    5.4 SUB SEKTOR POTENSIAL DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU -----------------------------------------69

    5.4.1. Subsektor Industri Logam Dasar (Sektor Industri Pengolahan) ------------------------------------- 70

    5.4.2. Subsektor Industri Komputer, Barang Elektronik, dan Optik (Sektor Industri Pengolahan) --------- 70

    5.4.3. Subsektor Angkutan Laut (Sektor Transportasi dan Pergudangan) --------------------------------- 72

    5.4.4. Subsektor Penyediaan Akomodasi (Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum) ------------- 72

    5.5 Tantangan Fiskal Regional ------------------------------------------------------------------------ 73

    5.5.1 LINEARITAS PERKEMBANGAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN DARI PERKEMBANGAN FISKAL REGIONAL ----- 74

    5.5.2 OPTIMALISASI MANFAAT DANA DESA -------------------------------------------------------------------- 76

    5.5.3 URGENSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU ------------------------------ 77

    5.5.4 KETERGANTUNGAN FISKAL PEMDA TERHADAP DANA TRANSFER --------------------------------------- 80

    BAB VI ANALISIS TEMATIK ------------------------------------------------------------------------------------------- 81

    6.1 Sinkronisasi APBN dan APBD dalam Sektor Pendidikan, Kesehatan, dan Ketahanan Pangan ---- 81

    6.1.1 Sinkronisasi Bidang Pendidikan ---------------------------------------------------------------------- 83

    6.1.2 Sinkronisasi bidang Kesehatan ---------------------------------------------------------------------- 86

    6.1.3 Sinkronisasi bidang Ketahanan Pangan -------------------------------------------------------------- 88

    6.2 Sinkronisasi Penggunaan Dana Desa (APBN) dan Alokasi Dana Desa (APBD) -------------------90

    BAB VII PENUTUP ---------------------------------------------------------------------------------------------------- 95

    7.1 KESIMPULAN -------------------------------------------------------------------------------------- 95

    7.2 REKOMENDASI ------------------------------------------------------------------------------------98

    DAFTAR PUSTAKA ----------------------------------------------------------------------------------------------------- A

    DAFTAR ISTILAH ------------------------------------------------------------------------------------------------------ E

  • BIDANG PEMBINAAN PELAKSANAAN ANGGARAN II x

    DAFTAR GAMBAR GAMBAR I-1 PERTUMBUHAN PDRB KEPULAUAN RIAU DAN INDONESIA (YOY) ---------------------------------------------------- 1

    GAMBAR I-2 TREN HARGA KOMODITAS INTERNASIONAL ------------------------------------------------------------------------ 3

    GAMBAR I-3 PERKEMBANGAN PDRB PER KAPITA KEPULAUAN RIAU (JUTAAN RUPIAH) ----------------------------------------- 5

    GAMBAR I-4 PERKEMBANGAN SUKU BUNGA KREDIT ---------------------------------------------------------------------------- 6

    GAMBAR I-5 PERKEMBANGAN SUKU BUNGA LUAR NEGERI --------------------------------------------------------------------- 6

    GAMBAR I-6 PERKEMBANGAN INFLASI (YOY) ----------------------------------------------------------------------------------- 7

    GAMBAR I-7 SCATTER PLOT HUBUNGAN INFLASI DAN TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (PHILLIPS CURVE) ----------------- 8

    GAMBAR I-8 PERGERAKAN MATA UANG TIGA MITRA DAGANG TERBESAR KEPRI TERHADAP RUPIAH TAHUN 2017 --------------- 8

    GAMBAR I-9 EKSPOR IMPOR KEPRI TAHUN 2017 ------------------------------------------------------------------------------- 9

    GAMBAR I-10 HEAD COUNT INDEX OF POVERTY (HCI-P0) PROVINSI ----------------------------------------------------------- 10

    GAMBAR I-11 INDEKS KEDALAMAN KEMISKINAN (P1) --------------------------------------------------------------------------- 10

    GAMBAR I-12 INDEKS KEPARAHAN KEMISKINAN (P2) -------------------------------------------------------------------------- 10

    GAMBAR I-13 PERKEMBANGAN GINI RATIO ------------------------------------------------------------------------------------- 11

    GAMBAR I-14 PERKEMBANGAN TENAGA KERJA INDUSTRI & INFORMAL (DALAM RIBUAN ORANG)------------------------------- 12

    GAMBAR I-15 PERKEMBANGAN TINGKAT KRIMINALITAS ------------------------------------------------------------------------ 12

    GAMBAR I-16 SCATTER PLOT HUBUNGAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAN TINGKAT PENGANGGURAN (OKUN’S LAW) ------------ 12

    GAMBAR I-17 ARUS KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER ------------------------------------------------------------------------ 13

    GAMBAR I-18 KETERKAITAN KONDISI MARKO DAN PERTUMBUHAN EKONOMI --------------------------------------------------- 13

    GAMBAR I-19 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENGELUARAN PEMERINTAH ----------------------------------------------------- 14

    GAMBAR II-1 PERKEMBANGAN PAGU DAN REALISASI APBN KEPRI ------------------------------------------------------------- 15

    GAMBAR II-2 PERKEMBANGAN CAPAIAN PENDAPATAN DAN BELANJA APBN DI KEPRI ----------------------------------------- 16

    GAMBAR II-3 PERKEMBANGAN TAX TO GRDP RATIO KEPRI -------------------------------------------------------------------- 18

    GAMBAR II-4 SCATTER PLOT SENSITIVITAS PENERIMAAN PEMERINTAH PUSAT DI KEPRI --------------------------------------- 19

    GAMBAR II-5 SIKLUS PEREKONOMIAN DAN FISKAL ---------------------------------------------------------------------------- 27

    GAMBAR II-6 PENGUJIAN EKONOMETRI BELANJA APBN TERHADAP PDRB KABUPATEN/KOTA LINGKUP KEPRI ----------------- 28

    GAMBAR II-7 PENGUJIAN EKONOMETRI BELANJA APBN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA LINGKUP KEPRI ------------- 29

    GAMBAR II-8 PERTUMBUHAN BELANJA 2016-2017 (YOY) -------------------------------------------------------------------- 30

    GAMBAR II-9 ILUSTRASI CASH FLOW KEPRI 2017 ---------------------------------------------------------------------------- 30

    GAMBAR II-10 SENSITIVITAS KUR -------------------------------------------------------------------------------------------- 39

    GAMBAR III-1 PERKEMBANGAN CAPAIAN PENDAPATAN DAN BELANJA APBD DI KEPRI ----------------------------------------- 41

    GAMBAR III-2 PERKEMBANGAN PENDAPATAN DAERAH KEPRI (DALAM JUTAAN) ----------------------------------------------- 43

    GAMBAR III-3 SCATTER PLOT SENSITIVITAS PENERIMAAN PEMDA ------------------------------------------------------------- 44

    GAMBAR III-4 PERKEMBANGAN BELANJA PER PEMDA TAHUN 2017 (DALAM JUTAAN RUPIAH) --------------------------------- 46

    GAMBAR III-5 PORSI BELANJA DAERAH --------------------------------------------------------------------------------------- 47

    file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515716file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515717file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515718file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515719file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515720file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515721file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515722file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515723file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515724file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515725file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515726file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515727file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515728file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515729file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515730file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515731file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515732file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515734file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515736file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515737file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515738file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515743file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515745file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515747file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515749

  • KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU xi

    GAMBAR III-6 PERKEMBANGAN PORSI REALISASI PENDAPATAN DAN BELANJA APBD DI KEPRI -------------------------------- 51

    GAMBAR III-7 INDIKATOR PENDAPATAN DAERAH PER KAPITA DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU --------------------------------- 54

    GAMBAR III-8 INDIKATOR KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU --------------------------------- 54

    GAMBAR III-9 INDIKATOR RUANG FISKAL DAERAH DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU--------------------------------------------- 55

    GAMBAR III-10 INDIKATOR PENINGKATAN PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU -------------------- 55

    GAMBAR III-11 INDIKATOR KEMAMPUAN MENDANAI BELANJA DAERAH DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU ------------------------- 56

    GAMBAR III-12 INDIKATOR BELANJA MODAL DAERAH DI WILAYAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU -------------------------------- 56

    GAMBAR III-13 INDIKATOR BELANJA PEGAWAI TIDAK LANGSUNG DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU ------------------------------ 57

    GAMBAR III-14 INDIKATOR OPTIMALISASI SILPA DAERAH DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU -------------------------------------- 57

    GAMBAR III-15 INDIKATOR KEMAMPUAN PEMBAYARAN POKOK HUTANG DAN BUNGA DAERAH DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU - 58

    GAMBAR III-16 SKOR KESEHATAN KEUANGAN DAERAH DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU ---------------------------------------- 59

    GAMBAR IV-1 PENDAPATAN KONSOLIDASIAN KEPRI --------------------------------------------------------------------------- 62

    GAMBAR IV-2 PORSI DAN REALISASI PENDAPATAN KEPRI--------------------------------------------------------------------- 62

    GAMBAR IV-3 SCATTER PLOT SENSITIVITAS PENDAPATAN KONSILIDASIAN DI KEPRI ------------------------------------------ 63

    GAMBAR IV-4 BELANJA KONSOLIDASIAN KEPRI ------------------------------------------------------------------------------- 63

    GAMBAR IV-5 CAPAIAN BELANJA KONSOLIDASIAN ---------------------------------------------------------------------------- 64

    GAMBAR IV-6 KOMPARASI PERKEMBANGAN KESEJAHTERAAN DAN FISKAL DI KEPRI ------------------------------------------ 64

    GAMBAR V-1 NILAI KONSTRUKSI MENURUT BIDANG DAN PERKEMBANGAN ALOKASI INFRASTRUKTUR (RP. TRILIUN) ----------- 68

    GAMBAR V-2 INDEKS INFRASTRUKTUR FISIK ---------------------------------------------------------------------------------- 69

    GAMBAR V-3 PERBANDINGAN EKSPOR/IMPOR ICT TERHADAP TOTAL EKSPOR/IMPOR INDONESIA ----------------------------- 71

    GAMBAR V-4 KONTRIBUSI WISMAN BERDASARKAN NEGARA DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU DAN BALI TAHUN 2017 ----------- 73

    GAMBAR V-5 PERBANDINGAN PENINGKATAN/PENURUNAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN DAN FISKAL DI KEPRI --------------- 75

    GAMBAR V-6 PERKEMBANGAN KONDISI KEMISKINAN DESA DI KEPRI ---------------------------------------------------------- 76

    GAMBAR V-7 SEBARAN ALOKASI BELANJA INFRASTRUKTUR DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAUN 2017 ----------------------- 78

    GAMBAR V-8 SEBARAN ALOKASI BELANJA INFRASTRUKTUR DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAUN 2016 ---------------------- 79

    GAMBAR V-9 PERGESERAN STRUKTUR DANA TRANSFER DI KEPULAUAN RIAU ------------------------------------------------- 80

    GAMBAR V-10 RASIO DANA TRANSFER TERHADAP PENERIMAAN PEMDA TA 2017 ---------------------------------------------- 80

    GAMBAR VI-1 PORSI APBN DAN APBD ----------------------------------------------------------------------------------------- 81

    GAMBAR VI-2 KOMPOSISI APBN DAN APBD ----------------------------------------------------------------------------------- 82

    GAMBAR VI-3 PELAKSANAAN PROYEK STRATEGIS APBD DAN APBN ----------------------------------------------------------- 83

    GAMBAR VI-4 PORSI APBN DAN APBD ---------------------------------------------------------------------------------------- 84

    GAMBAR VI-5 ANGGARAN PENDIDIKAN DAN PERTUMBUHAN PARTISIPASI SEKOLAH ------------------------------------------- 85

    GAMBAR VI-6 PORSI APBN DAN APBD ---------------------------------------------------------------------------------------- 86

    GAMBAR VI-7 ANGGARAN KESEHATAN DAN KELUHAN KESEHATAN ------------------------------------------------------------- 87

    GAMBAR VI-8 PORSI APBN DAN APBD ---------------------------------------------------------------------------------------- 88

    file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515761file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515762file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515763file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515764file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515765file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515767file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515768file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515769file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515770file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515771file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515772file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515775file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515776file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515777file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515778file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515779file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515780file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515781file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515782file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515783file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515784

  • BIDANG PEMBINAAN PELAKSANAAN ANGGARAN II xii

    GAMBAR VI-9 ANGGARAN KETAHANAN PANGAN DAN TANAMAN PANGAN ----------------------------------------------------- 89

    GAMBAR VI-10 PORSI DD DAN ADD ------------------------------------------------------------------------------------------- 90

    GAMBAR VI-11 PERBANDINGAN PENGGUNAAN DD DAN ADD (JUTAAN) -------------------------------------------------------- 90

    GAMBAR VI-12 KELOMPOK PENGGUNAAN DD DAN ADD (JUTAAN) -------------------------------------------------------------- 91

    file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515785file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515786file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515787

  • KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU xiii

    DAFTAR TABEL TABEL I-1 PDRB ADHK MENURUT LAPANGAN USAHA PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN DASAR 2010 ...................................... 3

    TABEL I-2 PERTUMBUHAN PDRB MENURUT PENGGUNAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN DASAR 2010 ............................. 5

    TABEL I-3 PERKEMBANGAN IPM PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERIODE TAHUN 2010-2016 ......................................................... 9

    TABEL I-4 INDIKATOR KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU..................................................................................... 11

    TABEL II-1 PERKEMBANGAN PAGU DAN REALISASI APBN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU (DALAM MILIARAN RUPIAH) ............... 15

    TABEL II-2 PERKEMBANGAN PENERIMAAN PERPAJAKAN PEMERINTAH PUSAT DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU (DALAM MILIARAN

    RUPIAH) ......................................................................................................................................................................... 17

    TABEL II-3 PERKEMBANGAN PNBP PEMERINTAH PUSAT DI KEPRI BERDASARKAN JENIS (DALAM MILIARAN RUPIAH) ................ 18

    TABEL II-4 PENERIMAAN HIBAH PEMERINTAH PUSAT DI KEPRI BERDASARKAN SUMBER (DALAM MILIARAN RUPIAH) ................ 19

    TABEL II-5 PERKEMBANGAN BELANJA APBN, 10 BAGIAN ANGGARAN TERBESAR TA 2014-2016 (DALAM MILIAR RUPIAH) .......... 20

    TABEL II-6 PERKEMBANGAN BELANJA APBN DI KEPRI BERDASARKAN FUNGSI (DALAM MILIARAN RUPIAH) .............................. 21

    TABEL II-7 PERKEMBANGAN BELANJA APBN DI KEPRI BERDASARKAN JENIS BELANJA (DALAM MILIARAN RUPIAH) ................. 23

    TABEL II-8 INDIKATOR KAPASITAS DAN EFISIENSI BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2016 DAN 2017 (DALAM MILIARAN

    RUPIAH) ........................................................................................................................................................................24

    TABEL II-9 RASIO BELANJA PEMERINTAH PUSAT UNTUK PEMBANGUNAN MANUSIA ................................................................. 25

    TABEL II-10 RASIO BELANJA PEMERINTAH PUSAT PENDUKUNG SEKTOR DAN SUBSEKTOR EKONOMI UNGGULAN ...................... 26

    TABEL II-11 ESTIMASI SURPLUS/DEFISIT CASHFLOW KEPRI (DALAM RUPIAH) ........................................................................... 31

    TABEL II-12 PERKEMBANGAN DANA PERIMBANGAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU (DALAM MILIARAN RUPIAH) ........................ 31

    TABEL II-13 PROFIL BP BATAM (DALAM MILIARAN RUPIAH) ..................................................................................................... 33

    TABEL II-14 KEMANDIRIAN SATKER BLU DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU (DALAM MILIARAN RUPIAH) ........................................ 34

    TABEL II-15 SATUAN KERJA PNBP YANG BERPOTENSI MENJADI BLU (DALAM MILIARAN RUPIAH) ............................................ 34

    TABEL II-16 PROFIL PENERUSAN PINJAMAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU ............................................................................ 35

    TABEL II-17 SIMULASI DAMPAK PENGHAPUSAN UTANG TERHADAP KEUANGAN PDAM TIRTA KEPRI ........................................... 36

    TABEL II-18 PENYALURAN KUR DI KEPRI BERDASARKAN SKEMA DAN BANK (DALAM MILIARAN RUPIAH) .................................. 37

    TABEL II-19 PENYALURAN KUR DI KEPRI BERDASARKAN SEKTOR ............................................................................................ 38

    TABEL II-20 PENYALURAN KUR DI KEPRI BERDASARKAN WILAYAH KABUPATEN/KOTA ............................................................ 38

    TABEL III-1 PERKEMBANGAN APBD LINGKUP PROVINSI KEPULAUAN RIAU (DALAM MILIARAN RUPIAH) ...................................... 41

    TABEL III-2 PERKEMBANGAN PENDAPATAN PEMDA LINGKUP KEPRI (DALAM MILIARAN RUPIAH) ...............................................42

    TABEL III-3 INDIKATOR KESEHATAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU .................................... 43

    TABEL III-4 PERKEMBANGAN BELANJA APBD BERDASARKAN JENIS URUSAN (DALAM MILIARAN RUPIAH) ................................ 44

    TABEL III-5 PERKEMBANGAN BELANJA APBD BERDASARKAN FUNGSI (DALAM MILIARAN RUPIAH) ........................................... 45

    TABEL III-6 PERKEMBANGAN BELANJA APBD BERDASARKAN JENIS BELANJA (DALAM MILIARAN RUPIAH) .............................. 46

    TABEL III-7 PROFIL SATUAN KERJA BLUD DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU (DALAM MILIARAN RUPIAH) ...................................... 47

    TABEL III-8 PERKEMBANGAN PENGELOLAAN ASET BADAN LAYANAN UMUM DAERAH (DALAM MILIARAN RUPIAH) ..................... 48

    file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515662file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515681file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515682file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515683

  • BIDANG PEMBINAAN PELAKSANAAN ANGGARAN II xiv

    TABEL III-9 INVESTASI DAERAH DI KEPRI (DALAM MILIARAN RUPIAH) ..................................................................................... 49

    TABEL III-10 BUMD DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU .................................................................................................................. 49

    TABEL III-11 RASIO DEFISIT APBD DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU ............................................................................................ 50

    TABEL III-12 KESEIMBANGAN PRIMER APBD DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU (DALAM MILIAR RUPIAH) ...................................... 50

    TABEL III-13 ANALISIS HORIZONTAL REALISASI APBD KEPRI TA 2017 (DALAM MILIARAN RUPIAH) ............................................. 51

    TABEL III-14 ANALISIS VERTIKAL REALISASI PENDAPATAN APBD 2016 DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU ..................................... 52

    TABEL III-15 ANALISIS VERTIKAL REALISASI BELANJA APBD 2016 DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU ........................................... 52

    TABEL III-16 REKAPITULASI SKOR KESEHATAN KEUANGAN DAERAH DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU ......................................... 58

    TABEL IV-1 REALISASI KONSOLIDASIAN LINGKUP PROVINSI KEPULAUAN RIAU TA 2017 (DALAM MILIAR RUPIAH) ...................... 61

    TABEL V-1 HASIL ANALISIS POTENSI EKONOMI PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2009-2015 ............................................... 65

    TABEL V-2 KAPASITAS LISTRIK TERPASANG LINGKUP KEPRI BERDASARKAN JENIS DAN PENYEDIA ENERGI ............................. 67

    TABEL V-3 PERKEMBANGAN ALOKASI BELANJA INFRASTRUKTUR PEMERINTAH PUSAT (DALAM MILIARAN RUPIAH) .................. 77

    TABEL VI-1 AKSES PENDUDUK KE SEKOLAH ............................................................................................................................. 84

    TABEL VI-2 REALISASI PROYEK STRATEGIS DI BIDANG PENDIDIKAN (JUTAAN) ........................................................................ 84

    TABEL VI-3 KELOMPOK KEGIATAN APBD DAN APBN ................................................................................................................. 85

    TABEL VI-4 KEGIATAN PENAMBAHAN USB ............................................................................................................................... 85

    TABEL VI-5 KONTRIBUSI PENDANAAN DI MASING-MASING PEMDA .......................................................................................... 86

    TABEL VI-6 KELOMPOK PENDANAAN APBN DAN APBD (JUTAAN) ............................................................................................. 86

    TABEL VI-7 KONTRIBUSI PENDANAAN MASING-MASING PEMDA (JUTAAN) ............................................................................... 88

    TABEL VI-8 KELOMPOK KEGIATAN BIDANG KETAHANAN PANGAN (JUTAAN) ............................................................................. 89

    TABEL VI-9 RINCIAN PENGGUNAAN DD DAN ADD...................................................................................................................... 91

    TABEL VI-10 PENGGUNAAN DD DAN ADD DI BIDANG KESEHATAN ............................................................................................. 92

    TABEL VI-11 PENGGUNAAN DD DAN ADD DI BIDANG PENDIDIKAN .............................................................................................. 92

    TABEL VI-12 PENGGUNAAN DD DAN ADD DI BIDANG KETAHANAN PANGAN ............................................................................... 93

    file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515692file:///E:/Laporan/KFR%20PC/Kajian/Kajian%20Fiskal%20Regional/KFR%202017/KFR%20Kepri%202017%20-%20finishing%202.docx%23_Toc507515702

  • KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU 1

    BAB I PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL

    1.1 INDIKATOR MAKROEKONOMI FUNDAMENTAL

    1.1.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

    Pada tahun 2017, Produk

    Domestik Regional Bruto Atas Dasar

    Harga Konstan (PDRB ADHK)

    Provinsi Kepulauan Riau (Kepri)

    mencapai Rp166,20 triliun, Tumbuh

    melambat menjadi 2,01 persen

    dibanding 5,03 persen pada tahun

    2016. Kondisi tersebut menunjukkan

    bahwa terjadi kejenuhan pada

    perekonomian kepri, dan ini merupakan titik terendah pada 5 tahun terakhir.

    Dibandingkan dengan pertumbuhan secara nasional, pertumbuhan di tahun 2017

    terpaut jauh (306 basis poin) dibandingkan dengan tahun 2016.

    Berkebalikan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia, tren pertumbuhan Kepri

    yang lebih cenderung terus melambat. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sempat

    melambat mengalami masa rebound sejalan dengan membaiknya kondisi ekonomi

    global. Perekonomian nasional yang mampu bangkit kembali di tahun 2016 dan mampu

    tumbuh serta bertahan di angka 5,07 persen yang hanya terpaut 5 basis poin

    dibandingkan tahun 2017. Terus melambatnya pertumbuhan ekonomi Kepri

    mengakibatkan Kepri berada pada peringkat pertumbuhan ekonomi ke-33 dari seluruh

    provinsi se-Indonesia.

    Pencapaian Sasaran Pembangunan RKP dan RPJMD Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2017

    Indikator Ekonomi Capaian Target RKP Target RPJMD Pertumbuhan Ekonomi (%) 2,01 7,00 5,85 Inflasi (%) 4,02 4,00 ± 1 5,0-7,0 Pengangguran (%) 7,16 4,60 6,25 Kemiskinan (%) 6,13 4,30 5,28

    Gambar I-1 Pertumbuhan PDRB Kepulauan Riau dan Indonesia (yoy)

    6,03%5,56%

    5,02% 4,79%

    5,02%

    Indonesia 5,07%

    7,63% 7,21%6,60%

    6,01% 5,03%

    Kepri2,01%1%

    2%

    3%

    4%

    5%

    6%

    7%

    8%

    2012 2013 2014 2015 2016 2017

    “Realisasi pertumbuhan ekonomi Kepri melenceng dari target Pemerintah Pusat (RKP) maupun target Pemerintah Daerah

    (RPJMD)”

    “Pertumbuhan ekonomi Kepri masih melambat di saat pertumbuhan nasional sudah memasuki fase

    rebound”

    Sumber: BPS (Pusat dan Kepri)

    “Dari beberapa sasaran pembangunan RKP dan

    RPJMD, hanya inflasi berhasil tercapai. Sedangkan

    pertumbuhan ekonomi, pengangguran dan

    kemiskinan meleset dari target “

  • BIDANG PEMBINAAN PELAKSANAAN ANGGARAN II 2

    Dikaitkan dengan kinerja pemerintah, pemerintah Pusat dan Pemerintah

    Provinsi Kepri, sama-sama gagal dalam mencapai target pertumbuhan ekonomi. Dalam

    Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2017 Pemerintah Pusat menargetkan

    pertumbuhan sebesar 7 persen dan sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah

    Daerah (RPJMD) Pemerintah Provinsi Kepri menargetkan pertumbuhan sebesar 5,85

    persen.

    Dihitung dengan Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB tahun dasar 2010), nilai

    PDRB Kepri mencapai Rp198,78 triliun. Nilai PDRB ADHB tersebut menyumbang 7,67

    persen terhadap PDRB Pulau Sumatera berkurang 10 basis poin dari tahun 2016.

    Sedangkan PDRB Pulau Sumatera sendiri menyumbang 21,69 persen terhadap

    perekonomian Indonesia dan terpaut 34 basis poin dari pertumbuhan ekonomi di tahun

    2016.

    Keterpurukan perekonomian Kepri dimulai semenjak awal tahun 2017. Pada

    triwulan II 2017, pertumbuhan ekonomi Kepri sempat terkontraksi di angka -2,76 persen

    (yoy). Kejenuhan pada sektor industri merupakan faktor dominan penyebab

    melambatnya pertumbuhan ekonomi Kepri. Hal tersebut diperparah dengan turunnya

    minat investasi di Kepri yang diindikasikan dengan penurunan pertumbuhan PMTB di

    triwulan II. Namun demikian, pada triwulan III tahun 2017 pertumbuhan ekonomi Kepri

    mampu tumbuh positif. Iklim investasi dan lonjakan pengeluaran pemerintah pada akhir

    tahun adalah trigger mulai tumbuhnya kembali perekonomian Kepri di akhir tahun. Iklim

    investasi yang membaik membuat arus modal masuk kembali ke Kepri sejalan dengan

    membaiknya harga minyak dunia. Adanya one belt one road dan sea toll merupakan

    salah satu daya tawar yang tidak dapat dialihkan dari para pemodal untuk berinvestasi.

    Disamping itu, celah untuk meningkatkan kemampuan ekspor Kepri semakin terbuka

    lebar dengan membaiknya kondisi negara tujuan ekspor seperti AS, Tiongkok, dan

    terutama Singapura sebagai tujuan utama ekspor Kepri.

    1.1.1.1 PDRB Sisi Penawaran

    Dari sisi penawaran, pada tahun 2017 pertumbuhan sektor-sektor utama

    penggerak ekonomi Kepri tumbuh melambat dibandingkan tahun sebelumnya. Sesuai

    dengan penjelasan sebelumnya bahwa perekonomian Kepri di awal tahun 2017 sempat

    melambat yang didorong oleh lesunya sektor-sektor dominan yaitu, Industri

    Pengolahan, Konstruksi, dan Pertambangan. Sementara itu, sektor yang mampu

    tumbuh baik di tahun 2017 adalah sektor pengadaan air, jasa kesehatan, jasa

    pendidikan, serta penyediaan akomodasi dan makan minum. Meskipun keempat sektor

    tersebut mampu tumbuh di atas 10 persen, namun kontribusi yang kecil dalam PDRB

    Kepri tidak mampu sumbangan kenaikan PDRB yang tinggi. Meskipun kontribusi

    terhadap ekonomi harus mampu didiferensiasi ke sektor lain yang potensial, tidak dapat

    “Perlambatan pertumbuhan ekonomi Kepri didorong oleh ketergantungan terhadap ekonomi global dan penurunan iklim

    investasi”

    “Sektor Industri Pengolahan yang memiliki porsi terbesar dalam perekonomian Kepri mencetak pertumbuhan terlambat di tahun

    2016”

  • KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU 3

    dipungkiri bahwa hampir keseluruhan minat dan sumber daya terserap ke sektor

    dominan tersebut.

    Kontributor tertinggi terhadap perekonomian Kepri dipegang oleh sektor industri

    pengolahan dengan kontribusi terhadap PDRB Kepri sebesar 43,91 persen. Tak

    mengherankan bahwa naik/turunnya pertumbuhan industri pengolahan Kepri akan

    berdampak cukup signifikan terhadap ekonomi Kepri. Pada triwulan I dan II tahun 2017,

    sektor industri

    pengolahan Kepri

    mengalami kontraksi

    dengan puncakanya

    yang sempat tumbuh

    sebesar -0,44 persen

    (yoy). Harga

    komoditas yang terus

    menurun semenjak

    awal tahun 2017

    sampai dengan akhir

    pertengahan tahun 2017 diduga sebagai salah satu penyebab lesunya pertumbuhan

    industri pengolahan di Batam.

    Porsi terbesar kedua dalam PDRB ADHK Kepri adalah sektor Konstruksi dan

    disusul oleh sektor pertambangan dan penggalian yang masing-masing memiliki

    kontribusi terhadap PDRB sebesar 20,42 persen dan 18,08 persen. Di saat sektor

    industri pengolahan serta pertambangan dan penggalian terkontraksi, sektor konstruksi

    masih mampu tumbuh positif pada triwulan I 2017 sebesar 8,93 persen (yoy), dan pada

    akhirnya terkontraksi pada triwulan II 2017 sebesar -0,06 persen (yoy) sebelum kembali

    naik pada triwulan III 2017 pada angka 5 persen (yoy). Kinerja sektor konstruksi yang

    mampu tumbuh cukup baik mampu menahan pertumbuhan ekonomi Kepri pada -2,67

    persen (yoy) di triwulan II.

    Tabel I-1 PDRB ADHK Menurut Lapangan Usaha Provinsi Kepulauan Riau Tahun Dasar 2010 PDRB ADHK Menurut Lapangan Usaha Provinsi Kepulauan Riau Tahun Dasar 2010

    Lapangan Usaha Porsi dalam Struktur Ekonomi (%) Pertumbuhan (C to C,%)

    2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017 1. Pertanian 4,31% 4,33% 4,34% 4,15% 7,56% 5,78% 5,08% -1,31% 2. Pertambangan dan

    Penggalian 18,64% 19,33% 19,55% 18,08% 5,24% 9,22% 5,96% -4,51%

    3. Industri Pengolahan 45,13% 45,24% 44,63% 43,91% 5,95% 5,61% 3,36% 1,56% 4. Pengadaan Listrik,

    Gas 1,06% 1,06% 1,11% 1,14% 9,68% 5,60% 8,75% 6,47%

    5. Pengadaan Air 0,15% 0,15% 0,15% 0,16% 2,03% 2,85% 5,26% 10,09% 6. Konstruksi 20,79% 20,43% 20,37% 20,42% 9,04% 3,53% 4,47% 3,45% 7. Perdagangan 8,65% 8,93% 9,33% 9,61% 8,51% 8,66% 9,54% 6,27% 8. Transportasi dan

    Pergudangan 3,16% 3,16% 3,23% 3,29% 5,97% 5,62% 6,92% 5,23%

    9. Penyedia Akomodasi

    2,28% 2,28% 2,29% 2,49% 6,64% 5,63% 5,20% 11,93%

    10. Informasi dan Komunikasi

    2,46% 2,46% 2,52% 2,63% 7,04% 5,00% 7,40% 7,69%

    Sumber: blommberg.com

    Gambar I-2 Tren Harga Komoditas Internasional

  • BIDANG PEMBINAAN PELAKSANAAN ANGGARAN II 4

    11. Jasa Keuangan 3,18% 3,11% 3,14% 3,15% 5,79% 3,00% 5,79% 3,49% 12. Real Estate 1,80% 1,78% 1,77% 1,78% 6,39% 4,24% 4,40% 3,82% 13. Jasa Perusahaan 0,01% 0,01% 0,01% 0,01% 2,02% 2,77% 6,18% 7,25% 14. Adm.Pemerintahan,

    dan Jaminan Sosial 2,52% 2,57% 2,63% 2,66% 4,01% 7,50% 6,88% 4,67%

    15. Jasa Pendidikan 1,53% 1,54% 1,60% 1,71% 4,27% 6,15% 8,85% 10,30% 16. Jasa Kesehatan

    dan Kegiatan Sosial 1,05% 1,07% 1,07% 1,14% 4,84% 7,15% 4,45% 10,29%

    17. Jasa Lainnya 0,50% 0,50% 0,52% 0,53% 4,16% 6,55% 8,08% 6,43% Agregat 100% 100% 100% 100 6,60% 6,01% 5,03% 2,01%

    Sumber: BPS Kepri (diolah)

    Indikasi lesunya sektor Industri Pengolahan di tahun 2017 juga didukung oleh

    data penyerapan tenaga kerja sektor Industri Pengolahan Lingkup Kepri dari BPS.

    Dalam waktu satu tahun, tenaga kerja sektor industri pada awal tahun cukup rendah

    yaitu sebesar 155.686 pegawai yang merupakan dampak penurunan pada akhir tahun

    tahun 2016 sebesar 17,61 persen. Sementara itu, pertumbuhan yang semakin membaik

    pada industri pengolahan diindikasikan dengan peningkatan penyerapan tenaga kerja

    yang terjadi pada akhir tahun 2017. Terdapat peningkatan jumlah tenaga kerja pada

    sektor industri pengolahan sebesar 23,05 persen atau sebesar 35.886 pegawai. Usaha-

    usaha stakeholders dalam mengembalikan gairah investasi di Kepri dan melakukan

    diversifikasi perekonomian diharapkan dapat mendorong kembali perekonomian Kepri

    di tahun 2017 baik dari sektor Industri Pengolahan, maupun sektor-sektor potensial

    seperti pariwisata dan perikanan.

    1.1.1.2 PDRB Sisi Permintaan

    Dilihat dari sisi permintaan, kegiatan ekspor dan impor di Kepri tahun 2017 lebih

    baik dari pada tahun 2016. Ekspor Kepri (luar negeri) pada tahun 2017 tumbuh 1,56

    persen (c to c) lebih besar dari 2016 yang terpaut 153 basis poin. Dan impor Kepri di

    tahun 2017 mampu tumbuh positif (7,59 persen) setelah terkontraksi di tahun 2016 (-

    2,76 persen). Porsi ekspor Kepri yang sangat tinggi di tahun 2017 sejalan dengan

    membaiknya kondisi negara-negara tujuan ekspor Kepri terutama Singapura.

    Pertumbuhan perubahan inventori yang cenderung terkontraksi semenjak tahun

    2016 dan semakin turun di tahun 2017 mencapai -41,25 persen (c to c) menunjukkan

    geliat industri untuk meningkatkan produksinya cenderung menurun dibandingkan

    tahun 2016 (-38,95 persen). Namun demikian, distribusi perubahan inventori yang

    rendah akan sejalan dengan dampak perubahannya terhadap PDRB Kepri.

    Dengan demikian, kondisi perekonomian Kepri akan sangat dipengaruhi oleh

    kegiatan ekspor dan impor luar negeri. Kondisi perekonomian di luar kurang baik,

    terutama dalam pertukaran barang-barang intermediary akan menciptakan efek domino

    terhadap sektor lainnya. Keunikan karakteristik Kepri yang lebih cenderung terpengaruh

    oleh kondisi global tersebut antara lain disebabkan oleh lokasi Kepri pada pintu gerbang

    perdagangan internasional, pemberlakuan Free Trade Zone Batam, Bintan, Karimun

    “Sejalan dengan rendahnya pertumbuhan output sektor Industri Pengolahan, tenaga kerja di sektor tersebut mengalami penurunan yang

    signifikan”

    “Keunikan kondisi ekonomi Kepri terlihat dari komponen ekspor dan impor yang nilainya hampir menyetarai PDRB

    Kepri sendiri”

  • KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU 5

    (BBK), serta kedekatan dengan salah satu financial centre terbesar di dunia

    (Singapura).

    Tabel I-2 Pertumbuhan PDRB Menurut Penggunaan Provinsi Kepulauan Riau Tahun Dasar 2010 Pertumbuhan PDRB Menurut Penggunaan Provinsi Kepulauan Riau Tahun Dasar 2010

    Sumber Penggunaan/Pengeluaran Pertumbuhan 2017

    (C to C) Sumber

    Pertumbuhan Distribusi

    2017 1. Konsumsi Rumah Tangga 6,45% 2,48 37,45% 2. Konsumsi LNPRT 5,09% 0,02 0,21% 3. Konsumsi Pemerintah 2,15% 0,28 5,45% 4. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 3,13% 0,73 38,13% 5. Perubahan Inventori -41,25% 0,34 0,26% 6. Ekspor Barang dan Jasa Luar Negeri 1,56% 5,45 81,30% 7. Impor Barang dan Jasa Luar Negeri 7,59% 8,36 64,78% 8. Net Ekspor Antar Daerah 1,72% 1,63 1,98%

    PDRB 2,01% 2,57 100% Sumber: BPS Kepri (diolah)

    Dilihat dari sumber pertumbuhannya, kontributor utama pertumbuhan ekonomi

    Kepri tahun 2017 adalah impor barang dan jasa luar negeri (836 basis poin), ekspor barang

    dan jasa luar negeri (545 basis poin), dan konsumsi rumah tangga (248 basis poin). Dilihat

    dari distribusi (dengan menggabungkan ekspor dan impor menjadi net ekspor),

    perekonomian Kepri didominasi oleh investasi (pembentukan modal tetap bruto) dan

    konsumsi (rumah tangga) dengan porsi masing-masing 38,13 persen dan 37,45 persen.

    Perekonomian tahun 2018 diharapkan dapat memasuki fase rebound dengan

    dorongan dari sisi konsumsi dan investasi. Dari sisi konsumsi, optimisme konsumen masih

    terlihat baik dari perkiraan Indeks Tendensi Konsumen (ITK) triwulan I 2018 oleh BPS. ITK

    triwulan I 2018 diperkirakan berada pada angka 104,59 yang lebih rendah dari triwulan

    sebelumnya (106,66). Optimisme konsumen terbentuk dari perkiraan pendapatan dan

    rencana pembelian barang-barang yang didominasi dari hasil industri. Sementara itu,

    dengan tren harga minyak yang semakin baik didukung dengan kondisi optimisme

    konsumen akan hasil industri yang cukup baik pada perkiraan awal tahun 2018 diharapkan

    mampu memberikan lampu hijau bagi para investor untuk melakukan penanaman modal di

    Kepri. Disamping itu, apabila pemerintah dapat mempercepat perombakan BP Batam dan

    pembentukan KEK Batam, maka gairah investasi di Kepri dapat kembali membaik.

    1.1.1.3. PDRB Per Kapita

    PDRB per kapita atau rata-rata pendapatan

    penduduk di Kepri pada tahun 2017 meningkat 3,19

    persen menjadi 113,28,77 juta rupiah. Dengan nilai

    lebih dari 2 kali lipat PDRB per kapita nasional,

    kemakmuran penduduk Kepri dari segi ekonomi dapat

    dikatakan jauh di atas rata-rata nasional.

    Hal tersebut menunjukkan bahwa lokasi

    Kepri yang strategis, didukung dengan pemberian

    “Berbeda dengan kondisi ekonomi nasional yang didominasi oleh konsumsi rumah tangga, ekonomi Kepri lebih banyak disumbang dari

    investasi”

    “Pendapatan masyarakat Kepri lebih besar 2 kali lipat dibandingkan

    rata-rata nasional”

    Gambar I-3 Perkembangan PDRB Per Kapita Kepulauan Riau (Jutaan Rupiah)

    *Data Kepri diestimasi dengan data penduduk yang ada Sumber: BPS (Pusat & Kepri)

  • BIDANG PEMBINAAN PELAKSANAAN ANGGARAN II 6

    insentif fiskal melalui penetapan Free Trade Zone Batam, Bintan, Karimun (BBK) telah

    memberikan kelebihan sendiri bagi perkembangan perekonomian Kepri.

    1.1.2 Suku Bunga

    Bank Indonesia melakukan

    penguatan kerangka operasi moneter

    dengan memperkenalkan suku bunga acuan

    atau suku bunga kebijakan baru yaitu BI 7-

    Day Repo Rate (BI 7DRR), yang efektif sejak

    19 Agustus 2016. Sepanjang tahun 2017.

    Bank Indonesia (BI) dengan kebijakan

    moneternya berusaha untuk mendorong

    kembali perekonomian yang sedang lesu. Kebijakan ekspansif tersebut tercermin dalam

    BI 7DRR yang dipangkas hingga 25 basis poin dari 4,75 persen menjadi 4,50 persen

    per Agustus 2017. Sampai dengan akhir tahun 2017, BI kembali melonggarkan

    kebijakan moneter dengan memangkas 25 basis poin BI 7RRR dari 4,50 persen menjadi

    4,25 persen.

    Sejalan dengan kebijakan tersebut, pihak perbankan juga sudah mulai

    menurunkan suku bunga dengan rata-rata penurunan sebesar 76 basis poin sepanjang

    tahun 2017 untuk kredit modal kerja,

    investasi, dan konsumsi (Bank Umum).

    Pemangkasan yang dilakukan pada Bank

    Umum lebih tinggi 26 basis poin

    dibandingkan pada pemangkasan BI.

    Respon Bank Umum yang cukup baik

    terhadap kebijakan ekspansif dalam

    peningkatan penyaluran kredit dengan

    mendorong peredaran uang diharapkan

    mampu memperbaiki kondisi perekonomian dan investasi di tengah kelesuan ekonomi

    pada tengah tahun 2017.

    Dibandingkan dengan beberapa negara lainnya, suku bunga bank sentral di

    Indonesia masih cenderung lebih tinggi. Hal ini ditujukan untuk mendorong investor

    asing mendorong modalnya masuk ke Indonesia. Dan arus modal masuk ini pada

    gilirannya akan mendorong apresiasi nilai tukar rupiah. Namun demikian, BI akan terus

    memantau perkembangan apresiasi nilai tukar rupiah untuk menjaga pertumbuhan net

    ekspor. Karena dampak apresiasi rupiah yang terlalu tinggi berkemungkinan

    “Pemangkasan suku bunga acuan dan implementasi BI 7RRR diharapkan dapat membantu memberikan stimulus bagi kondisi

    perekonomian”

    Gambar I-4 Perkembangan Suku Bunga Kredit

    Sumber: Bank Indonesia

    Gambar I-5 Perkembangan Suku Bunga Luar Negeri

    0%

    1%

    2%

    3%

    4%

    5%

    Des-16 Mar-17 Jun-17 Sep-17 Des-17Indonesia AS

    Jepang Inggris

    *) Suku Bunga Bank Central L:uar Negeri Sumber: Bank Indonesia

  • KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU 7

    mendorong aktifitas impor yang berlebih sehingga akan berdampak pada penurunan

    pertumbuhan ekonomi nasional.

    1.1.3 Inflasi

    Inflasi tahun 2017 di Provinsi

    Kepulauan Riau tercatat sebesar 4,02

    persen (yoy). Angka tersebut lebih tinggi

    41 basis poin dari nasional (3,61 persen),

    namun masih sesuai dengan target inflasi

    pemerintah, yakni 4±1%. Inflasi Provinsi

    Kepulauan Riau tahun 2017 masih lebih

    tinggi dibandingkan tahun 2016, namun

    masih lebih rendah dibandingkan inflasi

    tahun 2015. Dengan demikian pencapaian inflasi di Kepri juga jauh lebih baik

    dibandingkan inflasi tahun 2015 yang tercatat 4,40% persen.

    Dilihat dari kelompok pengeluarannya, inflasi terbesar di Kepri terjadi pada

    kelompok bahan makanan serta kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar,

    serta pendidikan rekreasi dan olahraga yang masing-masing tercatat sebesar 6,95

    persen dan 5,63 persen. Pada kelompok pertama inflasi yang tinggi berasal dari

    komoditas tarif listrik. Kenaikan tarif listrik sesuai dengan Peraturan Menteri Energi dan

    Sumber Daya Mineral RI No. 28 Tahun 2016 tentang tarif listrik yang disediakan oleh

    PT PLN untuk pelanggan di luar Batam, dan Peraturan Gubernur Kepulauan Riau No.

    21 tahun 2017 tentang Tarif Tenaga Listrik yang disediakan oleh PT. PLN Batam. Pada

    kelompok kedua, inflasi yang tinggi didorong oleh tahun ajaran baru sekolah yang terjadi

    pada bulan Juli dan September. Hal ini diindikasikan dengan tingginya inflasi tahun 2017

    yang mencapai 5,98 persen di kota Batam.

    Sementara itu, penyumbang inflasi tertinggi di Provinsi Kepulauan Riau adalah

    kelompok bahan makanan. Kontribusi kelompok bahan makanan di Kota Batam

    sebesar 45 persen dan di Kota Tanjungpinang sebesar 66 persen. Potensi inflasi dari

    bahan makanan Kepri cukup sensitif dipengaruhi kondisi cuaca dan gelombang laut

    yang dapat menghambat jalur distribusi. Kemampuan Kepri untuk memproduksi barang

    komoditas seperti bawang merah dan kacang panjang akan sangat mempengaruhi

    inflasi bahan makanan di Kepri. Rendahnya inflasi tahunan bahan makanan Kepri pada

    angka 2,61 persen menunjukkan bahwa kinerja TPID Kepri yang baik dalam menekan

    inflasi Kepri khususnya pada kelompok bahan makanan sebagai kontributor terbesar

    dalam inflasi Kepri.

    “Inflasi di Kepri tercatat lebih tinggi dibandingkan nasional namun masih dalam batas target inflasi

    4 ± 1%”

    Gambar I-6 Perkembangan Inflasi (YoY)

    Sumber: BPS (Pusat & Kepri)

    “Inflasi komponen perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar didorong oleh kenaikan tarif

    listrik”

  • BIDANG PEMBINAAN PELAKSANAAN ANGGARAN II 8

    Dikaitkan dengan teori ekonom,

    A.W. Phillips, yang menjelaskan mengenai

    hubungan terbalik antara tingkat

    pengangguran dan inflasi dalam Phillips

    Curve, data perbandingan hubungan kedua

    indikator tersebut di Kepri memiliki tren yang

    cukup linear sebagaimana tercermin pada

    kurva di samping. Sehingga, dapat

    disimpulkan bahwa penurunan inflasi di Kepri terindikasi menghasilkan trade-off dengan

    peningkatan tingkat pengangguran. Adapun koefisien -0,4367 mengindikasikan bahwa

    setiap peningkatan inflasi sebesar 1%, TPT akan menurun 0,4367% dan sebaliknya.

    1.1.4 Nilai Tukar

    Singapura, China, dan

    Malaysia merupakan mitra dagang

    terbesar Provinsi Kepulauan Riau

    dengan gabungan porsi ketiganya

    mencapai 63,03 persen dari total nilai

    perdagangan di Kepri. Nilai tukar

    rupiah terhadap ketiga mata uang dari

    negara tersebut cenderung melemah

    pada tahun 2017, sebagaimana tercermin dari garis tren linear masing-masing mata

    uang yang menanjak pada grafik pergerakan mata uang.

    Sepanjang tahun 2017 nilai tukar Rupiah Indonesia (IDR) terhadap Dollar

    Singapura (SGD), Ringgit Malaysia (MYR), dan Yuan China (CNY) terdepresiasi

    masing-masing 8,76 persen, 11,11 persen dan 6,86 persen. Melemahnya nilai tukar

    rupiah terhadap mata uang asing tersebut di atas tidak terlepas dari adanya gejolak

    perekonomian global terutama mendekati akhir tahun 2017.

    Adanya isu ketidakpastian gubernur The Fed dengan pengunduran diri gubernur

    The Fed Janet Yellen di akhir 2017 dan adanya rencana kebijakan kenaikan bunga di

    AS memicu ketidakstabilan global. Hal tersebut mendorong para investor asing untuk

    melakukan sell off saham di bursa saham global. Melemahnya nilai tukar rupiah tersebut

    telah ditekan dengan mengurangi ketergantungan pada mata uang USD melalui

    kebijakan penggunaan mata uang lokal dalam transaksi dagang antar negara yang saat

    ini telah dilakukan atas kerja sama BI dengan bank sentral Malaysia dan Thailand.

    Pelemahan mata uang akan menstimulus ekspor dan menurunkan impor

    sehingga mengurangi defisit perdagangan (meningkatkan surplus), menguatnya mata

    Gambar I-8 Pergerakan Mata Uang Tiga Mitra Dagang Terbesar Kepri terhadap Rupiah Tahun 2017

    Sumber: Bank Indonesia (diolah)

    Rp1.500

    Rp2.000

    Rp2.500

    Rp3.000

    Rp3.500

    Rp9.000

    Rp9.500

    Rp10.000

    Rp10.500

    Rp11.000

    SGD (LHS) MYR (RHS)CNY (RHS) Linear (SGD (LHS))Linear (MYR (RHS)) Linear (CNY (RHS))

    Gambar I-7 Scatter Plot Hubungan Inflasi dan Tingkat Pengangguran Terbuka (Phillips Curve)

    Sumber: BPS Kepri (diolah)

    y = -0,4367x + 0,0799

    0,00%

    2,00%

    4,00%

    6,00%

    8,00%

    10,00%

    5,00% 6,00% 7,00% 8,00%

    Pen

    gang

    gura

    n

    Inflasi

    “Phillips Curve dengan data Kepri mengindikasikan terjadinya trade-off inflasi dengan

    pengangguran”

    “Singapura, China, dan Malaysia merupakan mitra dagang terbesar Kepri dengan porsi mencapai

    68,03 persen”

    “IDR melemah terhadap SGD, CNY, dan MYR

    sepanjang 2017”

  • KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU 9

    uang akan menekan ekspor dan merangsang impor yang kemudian diikuti nilai mata

    uang akan bergerak kembali sebagai penyesuaian. Hal tersebut merupakan gambaran

    umum korelasi antara perdagangan antar negara dan nilai tukar.

    Data ekspor impor Kepri tahun 2017

    menunjukkan bahwa perdagangan dengan

    Singapura menghasilkan surplus sebesar

    3.339,28 juta USD, sedangkan perdagangan

    dengan Malaysia dan China menimbulkan

    defisit, masing-masing sebesar 115,59 dan

    455,11 juta USD. Dikaitkan dengan korelasi

    antara perdagangan lintas negara dan nilai tukar, melemahnya rupiah terhadap SGD

    akan meningkatkan net ekspor sedangkan melemahnya rupiah terhadap MYR dan CNY

    berpotensi memperkecil defisit perdagangan pada periode berikutnya.

    1.2 INDIKATOR PEMBANGUNAN

    1.2.1 Indeks Pembangunan Manusia

    Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terakhir (tahun 2016)

    menunjukkan bahwa , terdapat 3 Kabupaten/Kota yang memiliki IPM di bawah Nasional

    yakni Kabupaten Karimun, Kabupaten Lingga, dan Kabupaten Kepulauan Anambas.

    Dari ketiga Kabupaten tersebut, Lingga memiliki IPM terendah (62,44) sedangkan

    Karimun (69,84) hanya terpaut 34 basis poin dibandingkan dengan nasional (70,18).

    Kabupaten Lingga walaupun memiliki IPM terendah tetapi menunjukkan

    pertumbuhan IPM tertinggi (5,15 persen) selama periode tahun 2012 sampai 2016. Dari

    pertumbuhan yang tinggi tersebut, IPM Lingga yang masih 832 basis poin di bawah

    IPM Nasional pada tahun 2012, Berhasil mengurangi selisihnya dengan IPM Nasional

    hingga 58 basis poin pada tahun 2016 menjadi 774 basis poin.

    Kepri dengan IPM sebesar 73,99 masih tetap bertahan sebagai Provinsi dengan

    IPM ke-empat tertinggi di Indonesia, dua peringkat di atas Riau, induk daerah sebelum

    Gambar I-9 Ekspor Impor Kepri Tahun 2017

    Sumber: BPS Kepri (diolah)

    6.316,92

    611,37

    758,37

    2.977,64

    726,96

    1.213,48

    - 2.000 4.000 6.000

    Singapura

    Malaysia

    China Dalam Jutaan USD

    ImporEkspor

    Tabel I-3 Perkembangan IPM Provinsi Kepulauan Riau Periode Tahun 2010-2016 Perkembangan IPM Provinsi Kepulauan Riau Periode Tahun 2010-2016

    Wilayah Indeks Pembangunan Manusia Pertumbuhan

    2012 2013 2014 2015 2016 2015-2016 2012-2016 Kabupaten Bintan 71,01 71,31 71,65 71,92 72,38 0,64% 1,93% Kabupaten Karimun 67,67 68,52 68,72 69,21 69,84 0,91% 3,21% Kabupaten Natuna 68,80 70,06 70,06 70,87 71,23 0,51% 3,53% Kabupaten Lingga 59,38 60,13 60,75 61,28 62,44 1,89% 5,15% Kabupaten Kepulauan Anambas 64,32 64,86 65,12 65,86 66,30 0,67% 3,08% Kota Batam 78,39 78,65 79,13 79,34 79,79 0,57% 1,79% Kota Tanjungpinang 75,91 76,70 77,29 77,57 77,77 0,26% 2,45% Provinsi Kepulauan Riau 72,36 73,02 73,40 73,75 73,99 0,33% 2,25% Indonesia 67,70 68,31 68,90 69,55 70,18 0,91% 3,66% Sumber: BPS Kepri

    “Ekspor Kepri yang terlalu dominan terhadap Singapura mengindikasikan adanya ketergantungan Kepri terhadap perdagangan dengan

    Singapura”

    “IPM Kepri menduduki peringkat 4

    Nasional”

  • BIDANG PEMBINAAN PELAKSANAAN ANGGARAN II 10

    pemekaran, dengan IPM 71,20. Hal tersebut mengindikasikan keberhasilan percepatan

    pembangunan di Kepri, khususnya dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.

    1.2.2 Kemiskinan

    Persentase penduduk miskin

    atau head count index of poverty

    (HCI-P0) di Kepri per September

    2017 sebesar 6,13 persen,

    mengalami kenaikan 7 basis poin

    dibandingkan Maret 2017. Kenaikan

    tersebut masih menguatkan tren

    HCI-P0 di Kepri yang telah menurun

    11 basis poin sejak Maret 2015. Di tingkat nasional, pada tahun 2017 HCI-P0 mendapat

    ranking 8 dari 34 provinsi. Bahkan, persentase di Kepri lebih rendah 399 basis poin

    dibandingkan angka Nasional (10,12 persen).

    Namun demikian, pencapaian tersebut masih terpaut 85 basis poin dari target

    pada RPJMD (5,28%). Hal tersebut menunjukkan bahwa pemerintah harus berkerja

    lebih keras untuk dapat mencapai target tahun 2018 (5,03 persen).

    Berdasarkan pembagian wilayahnya, Perdesaan di Kepri terus mengalami

    peningkatan persentase penduduk miskin dari tahun ke tahun di saat persentase

    penduduk miskin di Perkotaan yang sempat menurun kembali naik di tahun 2017.

    Meningkatnya kemiskinan di perdesaan tersebut menunjukkan bahwa peningkatan

    Dana Desa hingga 28% di tahun 2017 masih harus dioptimalkan kembali penggunaanya

    untuk pemberdayaan perekonomian masyarakat.

    Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau

    Dilihat dari komponen penyumbang kemiskinan di Perdesaan, komoditi

    makanan masih menjadi kontributor utama dengan porsi 76,26 persen terhadap garis

    kemiskinan, dengan beras dan rokok menjadi penyumbang terbesar masing-masing

    22,87 persen dan 11,50 persen. Rokok menjadi hal yang perlu mendapat perhatian

    khusus karena hanya sebagai kebutuhan sekunder tetapi berperan besar menyebabkan

    kemiskinan. Untuk mencegah permasalahan lebih lanjut, baik dari segi ekonomi

    Gambar I-10 Head Count Index of Poverty (HCI-P0) Provinsi

    Sumber: BPS (Pusat & Kepri)

    4%

    7%

    10%

    13%

    Mar

    -12

    Sep

    -12

    Mar

    -13

    Sep

    -13

    Mar

    -14

    Sep

    -14

    Mar

    -15

    Sep

    -15

    Mar

    -16

    Sep

    -16

    Mar

    -17

    Sep

    -17

    Perkotaan Perdesaan

    Kep.Riau Nasional

    “HCI-P0 Kepri relatif baik namun meleset dari target

    RPJMD”

    “Rokok menjadi kontributor utama garis kemiskinan

    di perdesaan”

    Gambar I-11 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)

    0,4

    1,0

    1,6

    2,2

    Mar

    -12

    Sep

    -12

    Mar

    -13

    Sep

    -13

    Mar

    -14

    Sep

    -14

    Mar

    -15

    Sep

    -15

    Mar

    -16

    Sep

    -16

    Mar

    -17

    Sep

    -17

    Perkotaan Perdesaan

    Gambar I-12 Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

    0,0

    0,2

    0,4

    0,6

    Mar

    -12

    Sep

    -12

    Mar

    -13

    Sep

    -13

    Mar

    -14

    Sep

    -14

    Mar

    -15

    Sep

    -15

    Mar

    -16

    Sep

    -16

    Mar

    -17

    Sep

    -17

    Kep.Riau Nasional

  • KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU 11

    maupun kesehatan masyarakat, unit-unit pemerintah terkait harus lebih menggiatkan

    sosialisasi anti rokok di perdesaan.

    Dilihat dari Indeks P1 dan P2, kondisi kemiskinan di Kepri juga lebih baik

    dibandingkan nasional. Per September 2017, P1 Kepri sebesar 1,183 saat P1 nasional

    sebesar 1,790, sedangkan P2 Kepri sebesar 0,313 saat P2 nasional sebesar 0,460.

    Selisih antara P1 Kepri dan P1 Nasional menunjukkan bahwa jarak antara

    pengeluaran penduduk miskin dan garis kemiskinan di Kepri relatif lebih dekat,

    sedangkan selisih P2 menunjukkan bahwa ketimpangan pengeluaran antar penduduk

    miskin di Kepri relatif lebih tipis. Dengan kondisi tersebut strategi penanggulangan

    kemiskinan di Kepri dapat difokuskan pada pemerataan kue ekonomi untuk daerah

    miskin karena penduduk miskinnya sendiri sudah hampir keluar dari jurang kemiskinan.

    1.2.3 Ketimpangan

    Koefisien gini (gini ratio) di

    Kepulauan Riau meningkat 7,35 persen per

    September 2017. Pada periode yang sama,

    koefisien gini nasional berhasil diturunkan

    -1,98 persen. Namun demikian, gini ratio

    Kepri (0,359) masih di kategori sedang,

    sedangkan gini ratio Nasional (0,391)

    sudah mendekati kategori tinggi, sehingga menunjukkan bahwa kesenjangan

    pendapatan di Kepri masih lebih baik. Dikaitkan dengan RPJMD, gini ratio Kepri sudah

    melewati target baik tahun 2017 (0,39), maupun akhir periode RPJMD (0,36). Untuk itu,

    kedepannya pemerintah perlu menjaga agar pertumbuhan ekonomi Kepri tetap merata

    sehingga gini ratio tetap terjaga.

    1.2.4 Kondisi Ketenagakerjaan

    Perkembangan penyerapan tenaga kerja (TK) di Kepri menunjukkan tren yang

    memburuk dimana Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), meningkat 190 basis poin

    dari Februari 2014 menjadi 7,16 persen pada Agustus 2017, walaupun terdapat sedikit

    perbaikan jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yaitu meningkat 53

    basis poin. Perkembangan tersebut juga menyebabkan TPT Kepri selalu lebih buruk

    dibandingkan TPT Nasional sejak Agustus 2014.

    Tabel I-4 Indikator Ketenagakerjaan Provinsi Kepulauan Riau Indikator Ketenagakerjaan Provinsi Kepulauan Riau

    Indikator 02/2014 08/2014 02/2015 08/2015 02/2016 08/2016 02/2017 08/2017 Angkatan Kerja Kepri (jiwa) 892.035 878.415 895.443 891.988 912.904 931.435 1.053.415 966.091 TPAK Kepri (%) 67,83% 65,95% 66,16% 65,07% 65,58% 65,93% 73,47% 66,41% TPT Kepri (%) 5,26% 6,69% 9,05% 6,20% 9,03% 7,69% 6,44% 7,16% TPT Nasional (%) 5,70% 5,94% 5,81% 6,18% 5,50% 5,61% 5,33% 5,50%

    Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau

    Gambar I-13 Perkembangan Gini Ratio

    Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau

    0,2

    0,3

    0,4

    0,5

    Perkotaan Perdesaan

    Kep.Riau Nasional

    “Kedalaman kemiskinan dan keparahan kemiskinan di Kepri relatif rendah”

    “Gini ratio Kepri sudah melewati

    target RPJMD”

    “TPT dalam tren meningkat setelah turun 6,44 persen di

    awal 2017”

  • BIDANG PEMBINAAN PELAKSANAAN ANGGARAN II 12

    Adanya perbaikan TPT Agustus

    2017 di Kepri dibandingkan periode yang

    sama tahun lalu disebabkan oleh baiknya

    kinerja sektor Industri akibat tingkat upah

    yang mengalami kenaikan 45,51 persen

    pada tahun 2017. Dampaknya tercermin

    dari kenaikan TK sektor industri hingga

    47 ribu orang atau 33,03 persen dalam

    satu tahun terakhir. Walaupun di saat yang sama, TK sektor informal, yang diperkirakan

    juga menjadi penyerap excess tenaga kerja ternyata menurun hingga 5,69 persen.

    Masih tetap tingginya TPT dari

    tahun ke tahun juga berbanding lurus

    dengan tingginya tingkat kriminalitas di

    Kepri. Jumlah kriminalitas dari tahun 2014

    sampai dengan 2016 hampir tidak ada

    perubahan berarti. Jumlah pencurian,

    pembunuhan dan pemerkosaan masih

    tetap berada dikisaran yang sama setiap

    tahunnya. Hal ini terjadi akibat dari

    ketidakmampuan pengganguran dalam memenuhi kebutuhannya sehingga memaksa

    terjadinya perbuatan kriminal. Dalam hal ini pemerintah perlu bekerja keras untuk dapat

    menurunkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) agar tingkat kriminalitas juga dapat

    ditekan sehingga masyarakat lebih merasa aman.

    Capaian TPT tahun 2017 meleset 91 basis poin dari target 6,25 persen pada

    RPJMD. Hal ini terjadi bersamaan dengan melambatnya pertumbuhan perekonomian

    Kepri yang hanya 2,01 persen yang sangat jauh meleset dari target RPJMD 5,85

    persen.

    Arthur Melvin Okun dalam Okun’s

    Law atau Okun’s Rule of Thumb

    mempelajari bahwa terdapat hubungan

    negatif antara pertumbuhan ekonomi

    dengan tingkat pengangguran. Ketika

    tingkat pengangguran meningkat,

    pertumbuhan ekonomi melambat. IMF

    (2014) dalam “Do Forecasters Believe in

    Okun’s Law? An Assessment of

    Unemployment and Output Forecasts” menyimpulkan hal yang sama dengan

    Gambar I-14 Perkembangan Tenaga Kerja Industri & Informal (dalam ribuan orang)

    Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau

    100

    150

    200

    250

    300

    350

    400

    Feb-15 Aug-15 Feb-16 Aug-16 Feb-17 Aug-17

    IndustriInformalExpon. (Industri)Expon. (Informal)

    Gambar I-16 Scatter Plot Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dan Tingkat Pengangguran (Okun’s Law)

    Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau (Diolah)

    y = -0,4721x - 0,0026

    -2%

    0%

    2%

    4%

    6%

    8%

    -3% -1% 1% 3%Δ P

    erub

    ahan

    Per

    tum

    buha

    n E

    kono

    mi Y

    oY

    Δ Perubahan TPT

    “Tenaga kerja sektor industri yang merupakan Kontributor utama ekonomi Kepri menurun dan mulai terserap oleh sektor

    informal”

    “Target TPT dalam RPJMD meleset. Pemerintah perlu meningkatkan pertumbuhan untuk mencapai target TPT di tahun-tahun

    berikutnya”

    Gambar I-15 Perkembangan Tingkat Kriminalitas

    Sumber: BPS Statistik Kriminal 2017

    2147 2123 2077

    17 17 8124167 132

    0

    500

    1000

    1500

    2000

    2500

    2014 2015 2016

    pencurian pembunuhan pemerkosaan

  • KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU 13

    membandingkan data perubahan pertumbuhan ekonomi dengan perubahan tingkat

    pengangguran. Data di Kepri sendiri menunjukkan hal yang serupa sebagaimana

    tercermin dari garis linear dan koefisien -0,4721 pada grafik di atas. Koefisien tersebut

    mengindikasikan bahwa setiap penurunan TPT sebesar 1%, akan terjadi percepatan

    pertumbuhan ekonomi sebesar 0,4721 persen. Sebaliknya, ketika TPT meningkat 1

    persen, pertumbuhan ekonomi akan melambat 0,4721 persen.

    1.3 EFEKTIVITAS KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI DAN PEMBANGUNAN

    REGIONAL

    Perekonomian Kepri pada tahun 2017 merupakan yang terendah sejak tahun

    2012. Melemahnya kondisi ekonomi global serta gejala ketidakstabilan ekonomi sangat

    berdampak pada perekonomian Kepri yang sangat tergantung pada eksternal. Hal

    tersebut di atas diindikasikan oleh besarnya porsi kegiatan ekspor-impor Kepri yang

    cukup tinggi yang masing-masing mencapai porsi 81,30 persen dan 64,78 persen dari

    PDRB Kepri tahun 2017.

    Disamping melemahnya

    perekonomian dunia di saat harga

    komoditas migas yang mencapai titik

    terendah di akhir semester I 2017,

    adanya rencana kenaikan bunga

    pinjaman luar negeri AS telah memicu

    arus permodalan asing keluar dari

    Indonesia. Bagi Kepri yang 59 persen

    dari perekonomiannya digerakkan oleh sektor industri, hal tersebut secara signifikan

    akan berdampak pada penurunan ekonomi Kepri. Sebagai wilayah FTZ, memang su