Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Kajian Jembatan Penyebrangan........(Sri Sularti & Fauzia Mulyawati)
SOSIOHUMANITAS, XIII (2), Agustus 2011
141
KAJIAN JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG (JPO)
PADA ZONA PENDIDIKAN DI KOTA BANDUNG
(Studi kasus: JPO di Jalan H.H. Mustopha dan di Jalan Merdeka)
Oleh:
Sri Sularti, Fauzia Mulyawati
Fakultas Teknik Universitas Langlangbuana Bandung
ABSTRAK
Jalur pejalan kaki merupakan salah satu komponen lalu lintas yang sangat penting
terutama di perkotaan. Keberadaan pejalan kaki biasanya terkonsentrasi pada
fasilitas umum seperti pusat pendidikan. Jembatan penyeberangan merupakan salah
satu fasilitas penyeberangan tak sebidang bagi pejalan kaki untuk dapat beralih ke
sisi lain jalan raya tanpa terganggu oleh lalu lintas yang ada. Fasilitas Jembatan
Penyeberangan Orang (JPO) diperlukan apabila jalur penyeberangan dengan
menggunakan zebra atau pelikan sudah mengganggu lalu lintas kendaraan dan lokasi
berada pada ruas jalan yang mempunyai arus lalulintas serta arus pejalan kaki yang
padat. Peryaratan JPO harus memenuhi aspek keselamatan, kenyamanan dan
kemudahan bagi pejalan kaki. Penelitian dilakukan dengan membuat kajian dari 2
JPO yang berada pada zona pendidikan, yaitu JPO-1 pada lokasi Jalan PHH
Mustopha dan JPO-2 pada lokasi Jalan Merdeka Bandung. Tujuan penelitian untuk
mengetahui keberadaan 2 JPO yang ditinjau dari aspek perkotaan & kriteria
rancangan, identifikasi dari aspek struktur&konstruksi, identifikasi dari aspek
keamanan dan kenyamanan serta aspek estetika kota. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa keberadaan JPO-1 dan JPO-2 masih diperlukan. Identifikasi aspek struktur
dan konstruksi JPO-1 sebagian besar memenuhi persyaratan, JPO-2 memenuhi
persyaratan. Identifikasi dari aspek keamanan & kenyamanan JPO-1 kurang
memenuhi peryaratan, JPO-2 sebagian besar memenuhi persyaratan. Identifikasi dari
aspek estetika kota JPO-1 sangat kurang memenuhi persyaratan ,JPO-2 memenuhi
persyaratan.
Kata Kunci : JPO, lokasi, struktur & konstruksi, aman & nyaman, estetika kota.
ABSTRACT
Pedestrian path is one of the most important traffic components, especially in urban
area. Pedestrian are usually concentrated on public facilities such as educational
center. A pedestrian bridge is a facility for pedestrian so they can move to the other
side of the road safely without being distracted by the existing traffic. This pedestrian
crossing bridge (Jembatan Penyeberangan Orang- JPO) is required if another road
crossing facility (such as zebra cross and pelican) is disrupting the traffic or located
in a crowded area. Pedestrian crossing bridge must meet the requirements of safety,
comfort and convenience for pedestrians. Research carried out by studying two
Kajian Jembatan Penyebrangan........(Sri Sularti & Fauzia Mulyawati)
SOSIOHUMANITAS, XIII (2), Agustus 2011
142
pedestrian crossing bridge at educational zones, JPO-1 on JL PHH Mustopha and
JPO-2 on Jl Merdeka. The purposes of this research is to determined all aspects of
these 2 bridge, viewed from design, structure & construction, safety & comfort, and
city aesthetic side. The result showed that the presence of both bridges is still
needed. From the structure & construction criteria, both JPO-1 and JPO-2 comply.
In security & comfort aspect, JPO-1 haven’t complied, JPO-2 comply. In aesthetic
aspect, JPO-1 haven’t complied, JPO-2 comply.
Keyword : pedestrian crossing bridge, location, structure & construction, safety &
comfort, aesthetic.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Transportasi merupakan sektor
pendukung dalam setiap aktivitas
manusia, baik kegiatan pekerjaan
rutin, bisnis, pendidikan, sosial dan
lain sebagainya. Peningkatan sistem
transportasi memerlukan penanganan
secara menyeluruh, mengingat bahwa
transportasi timbul karena adanya
perpindahan manusia dan barang dari
satu tempat ke tempat lain. Meningkat
nya perpindahan tersebut dituntut
penyediaan fasilitas penunjang laju
perpindahan manusia dan barang yang
memenuhi ketentuan keselamatan,
salah satunya adalah bagi pejalan kaki,
dimana pejalan kaki merupakan salah
satu komponen lalu lintas yang sangat
penting terutama di perkotaan.
Pergerakan pejalan kaki meliputi per-
gerakan-pergerakan menyusuri jalan,
memotong jalan dan persimpangan.
Keberadaan pejalan kaki ini biasanya
terkonsentrasi pada fasilitas umum
seperti terminal, pusat pertokoan,
pusat pendidikan serta tempat-tempat
fasilitas umum lainnya. Keberadaan
pejalan kaki tersebut memerlukan
fasilitas, termasuk fasilitas penye-
berangan jalan seperti zebra cross,
pelikan cross atau Jembatan
Penyeberangan Orang (JPO).
JPO dipasang apabila diharuskan
tidak ada pertemuan sebidang antara
arus pejalan kaki dengan arus lalu
lintas. Agar pejalan kaki mau untuk
menggunakan JPO harus dijamin
keamanan dan jarak berjalan tidak
terlalu bertambah jauh. JPO dirancang
dengan kriteria tertentu. Selain dapat
memenuhi dari segi fungsi, stardar
konstruksi, keamanan juga faktor
estetika yang berhubungan dengan
keindahan kota maupun kelengkapan
Kajian Jembatan Penyebrangan........(Sri Sularti & Fauzia Mulyawati)
SOSIOHUMANITAS, XIII (2), Agustus 2011
143
street furniture dari lokasi jalan
tersebut.
Dari beberapa artikel dikoran
maupun penelitian JPO antara lain
menyebutkan bahwa JPO kurang
dimanfaatkan secara maksimal oleh
pejalan kaki. Dari persepsi para
pengguna antara lain menyebutkan
alasan kurang aman dan kurang
nyaman. Belum pernah dilakuan
tinjauan fisik dari JPO sendiri apakah
sudah memenuhi standar keamanan,
kenyamanan dan kriteria rancangan
bangunannya. Dari pengamatan di
kota Bandung ada beberapa JPO yang
sudah ada, tetapi kondisi fisik dan
penempatannya seperti kurang
terencana dengan baik.
Pada penelitian ini akan
dilakukan kajian fisik JPO di Kota
Bandung yang berada dizona
pendidikan pada dua lokasi yaitu:
didepan kompleks Yayasan Atikan
Sunda (YAS) dijalan PHH.Mustopha
dan didepan kompleks SD Banjarsari,
dijalan Merdeka. Lokasi tersebut
dipilih karena pada lokasi pertama
terdapat tiga buah unit jenjang
pendidikan (SD, SMP, SMA) dan
lokasi kedua terdiri dari enam buah
unit SD (SD Negeri 1 s/d SD Negeri
6) sehingga pada zona tersebut
terkonsentrasi jumlah orang yang
banyak, terutama anak-anak sekolah.
Perumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah
diuraikan diatas dapat dirumuskan
permasalahannya sebagai berikut:
a. Bagaimana keberadaan 2 buah
JPO dengan lokasi yang berbeda
dilihat dari aspek perkotaan dan
kriteria rancangan.
b. Bagaimana kondisi fisik JPO
dilihat dari aspek persyaratan
teknik dan konstruksi.
c. Bagaimana kondisi fisik JPO di
lihat dilihat dari aspek persyaratan
keamanan dan kenyamanan
bangunan.
d. Bagaimana ekspresi JPO dilihat
aspek estetika dan keindahan kota.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini ialah:
a. Mengidentifikasi keberadaan 2
buah JPO dengan lokasi yang ber-
beda dilihat dari aspek perkotaan
kriteria rancangan.
Kajian Jembatan Penyebrangan........(Sri Sularti & Fauzia Mulyawati)
SOSIOHUMANITAS, XIII (2), Agustus 2011
144
b. Mengidentifikasi kondisi fisik JPO
dilihat dilihat dari aspek per-
syaratan teknik dan konstruksi.
c. Mengidentifikasi kondisi fisik JPO
dilihat dilihat dari aspek keamanan
dan kenyamanan bangunan.
d. Mengidentifikasi ekspresi JPO di
lihat aspek estetika dan keindahan
kota.
Kontribusi Penelitian
Kontribusi penelitian ini di-
harapkan:
a. Hasil penelitian diharapkan men-
jadi awal bagi penelitian selanjut-
nya dengan semakin lengkap dan
teruji.
b. Hasil penelitian berupa diskripsi
yang berisi evaluasi kondisi fisik,
bentuk dan ekspresi dari JPO
dipakai sebagai pertimbangan
untuk perancangan berikutnya.
c. Manfaat lain diharapkan dari hasil
penelitian ini adalah dapat menjadi
masukan bagi perancang dan
Pemda untuk merancang bangunan
sejenis
d. Untuk menambah atau melengkapi
teori-teori yang telah ada tentang
JPO, juga supaya pemerintah lebih
memperhatikan fasilitas umum
bagi masyarakat khususnya
mengenai JPO.
TINJAUAN PUSTAKA
Teori Perancangan Kota
Menurut Lynch (1960) elemen-
elemen pembetuk ruang kota atau
biasa disebut dengan citra kota dibagi
dalam lima elemen, yaitu:
1) Path (Jalur)
Path merupakan rute-rute
sirkulasi yang biasanya digunakan
orang untuk melakukan pergerakan
secara umum, yakni jalan, gang-gang
utama, jalan transit, lintasan kereta
api, saluran dan lain sebagainya.
Karakteristik Path meliputi Pola
Jaringan jalan, Pencapaian bangunan,
dan kekhasan Jalan.
2) Edges
Edges adalah elemen linier yang
tidak dipakai sebagai path. Edge
berada pada batas antara dua kawasan
tertentu dan berfungsi sebagai
pemutus linier, misalnya: pantai,
tembok, lintasan jalan, dan jalur kereta
api.
Kajian Jembatan Penyebrangan........(Sri Sularti & Fauzia Mulyawati)
SOSIOHUMANITAS, XIII (2), Agustus 2011
145
3) District (kawasan)
Sebuah district memiliki ciri
khas yang mirip (bentuk, pola dan
wujudnya) dan khas pula dalam
batasnya, orang akan merasa harus
mengakhiri atau memulainya. District
mempunyai identitas yang baik jika
batasnya dibentuk dengan jelas
tampilannya dan dapat dilihat
homogen, serta fungsi dan posisinya
jelas (introvert atau ekstrovert; berdiri
sendiri atau dikaitkan dengan yang
lain). Citra distrik ini tidak boleh
hilang, karena bila hal ini terjadi akan
mengaburkan citra kawasan.
4) Nodes (Simpul)
Nodes merupakan simpul atau
lingkaran daerah strategis yang arah
atau aktivitasnya saling bertemu dan
dapat dirubah ke arah atau ke aktivitas
lain, misalnya persimpangan lalu
lintas, pasar, taman dan lain sebagai-
nya. Adalah suatu tempat yang orang
mempunyai perasaan “masuk” dan
“keluar” dalam tempat yang sama.
Nodes mempunyai identitas yang lebih
baik jika tempatnya memiliki bentuk
yang jelas karena lebih mudah diingat
serta tampilan berbeda dari
lingkungannya.
5) Landmark (Tanda)
Landmark merupakan titik
referensi, atau elemen eksternal dan
merupakan bentuk visual yang paling
menonjol dari sebuah kota. Landmark
adalah elemen penting dari bentuk
kota karena membantu orang untuk
mengorientasikan diri di dalam kota
dan membantu orang mengenali suatu
daerah. Landmark mempunyai
identitas yang lebih baik jika
bentuknya jelas dan unik dalam
lingkungannya, ada sekuens dari
beberapa landmark serta ada
perbedaan skala.
Tinjauan Jembatan Penyeberangan
Orang (JPO)
Jembatan Penyeberangan Orang
adalah jembatan yang letaknya
bersilangan dengan jalan raya atau
jalur kereta api, letaknya berada di
atas kedua objek tersebut, dan hanya
diperuntukkan bagi pejalan kaki yang
melintas atau menyeberang jalan raya
dan jalur kereta api. JPO juga dapat
diartikan sebagai fasilitas pejalan kaki
untuk menyeberang jalan yang ramai
dan lebar, menyeberang jalan tol, atau
jalur kereta api dengan menggunakan
Kajian Jembatan Penyebrangan........(Sri Sularti & Fauzia Mulyawati)
SOSIOHUMANITAS, XIII (2), Agustus 2011
146
jembatan tersebut, sehingga alur
sirkulasi orang dan lalu lintas
kendaraan dipisah secara fisik dan
kemungkinan terjadi kecelakaan dapat
dikurangi. Karena posisinya yang
lebih tinggi dari tanah, untuk
memberikan akses kepada penderita
cacat yang menggunakan kursi roda,
di dekat tangga jembatan terdapat
ramp dengan kelandaian tertentu.
Langkah lain yang juga dilakukan
untuk memberikan kemudahan akses
bagi penderita cacat adalah dengan
menggunakan tangga berjalan ataupun
dengan menggunakan lift.
Tata Cara Perencanaan Jem- batan
Penyeberangan Untuk Pejalan Kaki
di Perkotaan (Ditjen Bina Marga,
1995)
Tata cara ini memuat ketentuan-
ketentuan tentang perencanaan teknik
jembatan penyeberangan untuk
pejalan kaki di perkotaan, yang
melintas di atas jalan raya atau jalan
kereta api meliputi bangunan atas,
bangunan bawah, pondasi dan tangga
penghubung serta lingkungan di
sekitarnya.
Tujuan tata cara ini adalah untuk
menjamin perencanaan teknis
jembatan penyeberangan yang
memenuhi ketentuan kekuatan dan
estetika, keseragaman bentuk dan tipe,
serta keselamatan, keamanan, dan
kenyamanan bagi pemakai jalan.
Faktor-faktor yang harus
dipertimbangkan dalam perencanaan
teknik jembatan penyeberangan untuk
pejalan kaki di perkotaan berdasarkan
ketentuan tata cara perencanaan
adalah sebagai berikut:
1) Ketentuan pembangunan JPO dari
aspek lokasi disarankan memenuhi
kriteria sebagai berikut :
a) Bila fasilitas penyeberangan
dengan menggunakan zebra
cross dan pelikan cross sudah
mengganggu lalu lintas
kendaraan yang ada.
b) Pada ruas jalan dimana frekuensi
terjadinya kecelakaan yang
melibatkan pejalan kaki cukup
tinggi.
c) Pada ruas jalan yang mempunyai
arus lalu lintas dan arus pejalan
kaki yang tinggi, serta arus
kendaraan memiliki kecepatan
tinggi.
Kajian Jembatan Penyebrangan........(Sri Sularti & Fauzia Mulyawati)
SOSIOHUMANITAS, XIII (2), Agustus 2011
147
2) Pelaksanaan Jembatan penye-
berangan untuk pejalan kaki
a) Pelaksanaannya cepat dan lebih
mudah
b) Tidak mengganggu kelancaran
lalu lintas
c) Memenuhi kriteria keselamatan
dan kenyamanan para pemakai
jembatan serta keamanan bagi
pemakai jalan yang melintas di
bawahnya
d) Pemeliharaan cepat dan mudah
tidak perlu dilakukan secara
intensif.
3) Memenuhi tuntutan estetika dan
keserasian dengan lingkungan dan
sekitarnya.
4) Standar ketinggian bagian bawah
jembatan penyeberangan orang
(JPO):
a) Jalan Raya: 4,6 meter (tidak
dilalui bus tingkat)/5,1 meter
(dilalui bus tingkat)
b) Jalur kereta: 6,5 meter
5) Ketentuan jembatan penyeberangan
yang melintas di atas jalan raya:
a) Tangga dan kepala jembatan
diletakkan di luar jalur trotoar
b) Pilar tengah diletakkan di tengan
median.
6) Ketentuan lebar badan jembatan
a) Pada kedua sisi jalur pejalan
kaki dan tangga harus dipasang
sandaran yang mempunyai
ukuran sesuai ketentuan yang
berlaku.
b) Pada jembatan penyeberangan
pejalan kaki yang melintas di
atas jalan, sepanjang bagian
bawah sisi luar sandaran dapat
dipasang elemen yang berfungsi
untuk menanam tanaman hias
yang bentuk dan dimensinya
harus sesuai dengan ketentuan
yang berlaku
7) Perencanaan sandaran
Perencanaan sandaran jembatan
penyeberangan pejalan kaki harus
mengikuti ketentuan sebagai
berikut:
a. Tinggi minimum sandaran
jembatan penyeberangan untuk
pejalan kaki adalah 1,35 m
terhitung mulai dari permukaan
lantai sampai dengan tepi atas
sandaran.
b. Setiap batang sandaran harus
diperhitungkan mampu memikul
gaya vertikal dan horizontal
yang bekerja secara bersamaan
sebesar 0,75 kN/m
Kajian Jembatan Penyebrangan........(Sri Sularti & Fauzia Mulyawati)
SOSIOHUMANITAS, XIII (2), Agustus 2011
148
c. Tipe sandaran dapat dipilih salah
satu dari bentuk yang tercantum
dalam standar dari pipa logam,
alloy yang menumpu di atas
beton.
8) Pada jembatan penyeberangan yang
melintas di atas jalan raya dengan
lalu lintas kecepatan tinggi, struktur
sandaran harus berfungsi sebagai
dinding pengaman yang dilapisi
kawat kasa 12 x 12 mm serta tinggi
minimum 3 m.
9) Bila panjang jembatan lebih dari
40 m, harus dipasang pelindung
terhadap panas matahari dan hujan
10) Persyaratan Mutu Bahan
Perencanaan tumpuan gelagar
jembatan penyeberangan harus
mengacu pada ketentuan sebagai
berikut:
a. Pemilihan tipe tumpuan harus
dilakukan dengan pertimbangan
- Memenuhi kriteria kekuatan,
keawetan, dan deformasi
maksimum selama masa
pelayanan.
- Pemeliharaan sedikit mungkin.
- Penggantian dapat dilakukan
dengan cepat dan mudah
b. Penggunaan tumpuan tipe
bantalan elestomer dari neoprane
maupun karet alam harus
memenuhi ketentuan yang
tercantum pada Standard
Specification for Highway
Bridges 1992 Section 18
11) Perencanaan tangga
Perencanaan tangga penghubung
jembatan penyeberangan harus
dilakukan mengikuti ketentuan
sebagai berikut:
a. Tangga direncanakan untuk
memikul beban hidup nominal
sebesar 5 kPa.
b. Lebar bebas untuk jalur pejalan
kaki minimum adalah 2 m.
c. Perencanaan dimensi tanjakan
dan injakan harus mengacu pada
ketentuan:
- Tinggi tanjakan minimum 15
cm dan maksimum 21,5 cm
- Lebar injakan minimum 21,5
cm dan maksimum adalah
30,5 cm
- Jumlah tanjakan dan injakan
ditetapkan berdasarkan tinggi
lantai jembatan yang di-
rencanakan.
Dimensi perencanaan tangga
dapat dilihat pada grafik Gambar 2.1.
Kajian Jembatan Penyebrangan........(Sri Sularti & Fauzia Mulyawati)
SOSIOHUMANITAS, XIII (2), Agustus 2011
149
Gambar 2.1.
Grafik Perencanaan Tangga JPO
METODA PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada
dua lokasi zona pendidikan yaitu:
1) Lokasi didepan kompleks Yayasan
Atikan Sunda (YAS) di jalan
PHH. Mustopha Bandung (JPO-1).
2) Lokasi di depan kompleks SD
Banjarsari, di jalan Merdeka,
Bandung (JPO-2).
Pengukuran (pengambilan data
di lapangan) dilakukan sekitar 3
minggu. Analisis dilakukan selama 4
minggu, dan Pembahasan dengan
laporan dilakukan selama 5 minggu.
Semua kegiatan tahapan penelitian
dilakukan secara fast track atau secara
tumpang tindih (overlapping) waktu,
sehingga keseluruhan penelitian
direncanakan berlangsung tiga bulan,
dilaksanakan dari tanggal 26 Mei
sampai dengan 25 Agustus 2011.
Alat Penelitian
Alat yang digunakan :
Kamera Nikon Coolpix2, diguna-
kan untuk dokumentasi.
Alat tulis
Perangkat PC
Kajian Jembatan Penyebrangan........(Sri Sularti & Fauzia Mulyawati)
SOSIOHUMANITAS, XIII (2), Agustus 2011
150
Printer HP Deskjet F 2276
Roll Meter, Leica Disto, untuk
mengukur panjang, lebar dan
tinggi jembatan.
Stigmat, untuk mengukur diameter
besi.
Metoda Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode analisis
deskriptif. Data kuantitatif akan
dianalisis dengan tabulasi dan data
kualitatif dianalisis secara naratif.
Pengumpulan data akan menggunakan
pengukuran langsung, pengamatan
lapangan, serta studi literatur.
Rancangan Penelitian
Proses penelitian ini dilaksana-
kan sesuai dengan rancangan
penelitian seperti yang terlihat di
dalam Gambar 3.1.
Gambar 3.1. Diagram Rancangan Penelitian
MULAI
STUDI
KEPUSTAKAAN
SURVAI LAPANGAN
KOMPILASI
DATA:
Data Kepustakaan
Data lapangan
ANALISIS
DATA DAN
NARATIF
KESIMPULAN
REKOMENDASI
Kajian Jembatan Penyebrangan........(Sri Sularti & Fauzia Mulyawati)
SOSIOHUMANITAS, XIII (2), Agustus 2011
151
Cara Kerja
Cara Pengumpulan data
Cara mengumpulkan data dari
penelitian ini sebagai berikut:
1) Data primer
Data primer diperoleh dari:
Pengukuran langsung bangunan
JPO dengan menggunakan alat-alat:
roll meter, Leyca Disto untuk
panjang, lebar, dan tinggi JPO.
Pengukuran situasi lahan pada
lokasi JPO
Pengukuran detail-detail konstruksi
menggunakan meteran dan stigmat
Penggambaran menggunakan
program AutoCad.
Foto-foto dokumentasi
2) Data sekunder
Untuk memperoleh data
sekunder, dilakukan penelitian dengan
metode library research (studi
pustaka), yaitu mengumpulkan data-
data dari sumber pustaka maupun hasil
penelitian yang berhubungan dengan
masalah yang akan diteliti.
Cara analisis data
Data kuantitatif akan dianalisis
dengan tabulasi dan data kualitatif
dianalisis secara naratif. Data yang
diperoleh di analisis dengan cara
mengelompokan dari berbagai apek
yang ditinjau yaitu aspek perkotaan &
kriteria rancangan, aspek persyaratan
teknik dan konstruksi, aspek per-
syaratan keamanan dan kenyamanan
bangunan dan aspek estetika kota.
Cara analisis hasil penelitian
Data yang telah disusun dalam
tabel dianalisis dengan cara mem-
bandingkan kondisi fisik yang ditinjau
dari berbagai aspek yang telah
ditetapkan dengan dengan persyaratan
-persyaratan atau kriteria dari Tata
Cara Perencanaan Jembatan
Penyeberangan Untuk Pejalan Kaki di
Perkotaan (Ditjen Bina Marga, 1995)
dan acuan dari buku pustaka.
Kajian Jembatan Penyebrangan........(Sri Sularti & Fauzia Mulyawati)
SOSIOHUMANITAS, XIII (2), Agustus 2011
152
HASIL PENELITIN
Evaluasi JPO-1 dibandingkan
dengan standar persyaratan
1. Keberadaan JPO-1 dilihat dari
aspek perkotaan dan kriteria
rancangan
Lokasi JPO-1 terletak pada zona
pendidikan, terdapat kompleks
Sekolah Yas yang meliputi SD, SMP
dan SMA. Situasi jalan P.H.H.
Mustopha sangat padat tetapi dari segi
fungsi tetap berjalan, walaupun
kemacetan sering terjadi. Pada ruas
jalan tersebut mempunyai arus lalu
lintas dan arus pejalan kaki yang
cukup padat, dengan penyeberangan
menggunakan zebra sangat meng-
ganggu lalu lintas kendaraan yang ada.
Dari fungsi pokok sebagai fasilitas
pejalan kaki untuk menyeberang jalan
yang ramai dan lebar, peranan
jembatan penyeberangan pada lokasi
tersebut masih sangat dibutuhkan,
karena dapat menjadi alternative
keselamatan dalam menghindari
kecelakaan lalu-lintas dan kemacetan
jalan.
Dilihat dari persyaratan jalan
masih ada kekurangan fasilitas pejalan
kaki dan kelengkapan jalan (street
furniture). Akses ke JPO kurang
terlihat dengan jelas, sempit dan
tertutup kaki lima dan akses tidak
lewat trotoar.
Posisi tangga berada di atas
sungai yang memotong jalan PHH.
Mustopha sangat berbahaya apabila
ada yang terperosok. Tipe tangga lurus
tanpa bordes, naik tangga menjadi
capai. Idealnya ketinggian tangga
yang sudah melebihi 2.00 m harus ada
tempat pemberhentian sementara atau
bordes. Dilihat dari aspek perkotaan
dan kriteria rancangan kurang
memenuhi persyaratan, khususnya
untuk lokasi tangga tidak memenuhi
persyaratan, lahan untuk JPO kurang
luas.
2. Kondisi fisik JPO-1 ditinjau dari
aspek teknik dan konstruksi
Untuk jalan kolektor geometri
jalan sudah memenuhi ROW minimal
15.00 m, tetapi untuk kelengkapan
jalan yaitu trotoar, bahu jalan dan
saluran drainase masih kurang dan
belum tertata dengan baik. Struktur
dan konstruksi Jembatan memenuhi
peryaratan. Struktur dan konstruksi
tangga juga memenuhi persyaratan,
Kajian Jembatan Penyebrangan........(Sri Sularti & Fauzia Mulyawati)
SOSIOHUMANITAS, XIII (2), Agustus 2011
153
hanya kurang nyaman karena tidak
ada bordes. Akses kearah tangga
kurang jelas dan kurang terlihat, tidak
ada ruang bebas dikaki jembatan.
Orang enggan untuk melewati JPO
karena arah masuknya tidak kelihatan.
Jembatan dinaungi atap, dengan
konstruksi rangka baja siku, penutup
atap polycarbonat, diatasnya terpasang
papan iklan berupa billboard, dibuat
dari rangka baja siku dan didepannya
dipasang cat walk dari pipa besi untuk
pijakan perawatan. Kondisi ini
memenuhi peryaratan konstruksi yang
dianjurkan.
3. Kondisi fisik JPO-1 ditinjau
dari aspek keamanan dan
kenyamanan
Kondisi JPO aman karena
memenuhi semua persyaratan standar
ukuran, lebar lembatan minimum 2.00
meter, standar ketinggian bagian
bawah JPO 4,6 meter. Akses ke JPS
kurang nyaman.
Konstruksi tangga kokoh karena
sudah sesuai dengan persyaratan dan
aman karena ada sandaran, railing
serta balustrade. Nyaman karena ada
penutup atap yang melindungi dari
panas dan hujan. Akses ke tangga
tidak nyaman karena arah masuk
kurang terlihat, dan naik tangga
kurang nyaman karena tidak ada
bordes.
4. Kondisi ditinjau dari aspek
estetika kota
Selain fungsi pokok, jembatan
penyeberangan mempunyai peranan
sekunder yang cukup penting, yaitu
sebagai elemen pembentuk ruang
kota/citra kota, street furniture dan
pelengkap kota. Di samping itu JPO
berperan sebagai sarana komersial,
dengan ditempatkannya papan-papan
reklame/iklan yang dipasang pada
badan jembatan yang menghadap
keluar pada kedua sisinya. Sebaiknya
bentuk dan ekspresi JPO dapat
mevisualkan peran-peran tersebut.
Bentuk JPO di Jl.PHH. Mustopha
sangat standar, kurang megah dan
kurang menarik. Area lokasi JPO
sangat terbatas, bahkan ruang tangga
dipaksakan pada posisi diatas sungai
yang ada. Trotoar sebagai jalur kaki
tidak tertata dengan baik, satu sisi
berupa perkerasan paving, sisi lain
berupa jalan tanah. Fasilitas street
Kajian Jembatan Penyebrangan........(Sri Sularti & Fauzia Mulyawati)
SOSIOHUMANITAS, XIII (2), Agustus 2011
154
furniture tidak ada. Situasi lingkungan
belum tertata dengan baik, banyak
bangunan liar dipinggir jalan dan
kesan semrawut, tidak ada peng-
hijauan dan view tidak bagus.
Posisi papan iklan berupa
billboard berada diatas atap jembatan
dengan tinggi bebas pandangan 2.40m,
sehingga pengguna bisa menikmati
view dari atas jembatan tanpa
terhalang.
Evaluasi JPO-2 dibandingkan
dengan standar persyaratan
1) Keberadaan JPO-1 dilihat dari
aspek perkotaan dan kriteria
rancangan
Lokasi JPO-2 terletak pada zona
pendidikan, perkantoran dan pusat
pemerintahan kota Bandung. Terdapat
kompleks Sekolah SD. Banjarsari
(terdapat 6 SD), kompleks Sekolah
Santa Angela (terdiri dari SD, SMP
dan SMA). Situasi jalan PHH.
Mustopha sangat padat tetapi dari segi
fungsi tetap berjalan, walaupun
kemacetan sering terjadi. Pada ruas
jalan tersebut mempunyai arus lalu
lintas satu arah dan arus pejalan kaki
yang cukup padat, dengan
penyeberangan menggunakan zebra
sangat mengganggu lalu lintas
kendaraan yang ada. Dari fungsi
pokok sebagai fasilitas pejalan kaki
untuk menyeberang jalan yang ramai
dan lebar, peranan jembatan
penyeberangan pada lokasi tersebut
masih sangat dibutuhkan, karena dapat
menjadi alternative keselamatan dalam
menghindari kecelakaan lalu-lintas
dan kemacetan jalan.
Dilihat dari persyaratan jalan,
fasilitas pejalan kaki dan kelengkapan
jalan (street furniture) cukup
memadai. Ditepi jalan terdapat trotoar,
bahu jalan dan saluran drainase.
Akses ke JPO melalui halaman
Sekolah, trotoar dan halaman Taman
Balaikota. Akses dari trotoar kurang
terlihat dengan jelas, walaupun ada
ruang bebas dikaki tangga tetapi agak
sempit. Akses dari Taman cukup baik
karena area taman luas, sehigga dapat
digunakan dengan nyaman.
Posisi tangga berada di halaman
sekolah, trotoar dan taman balaikota,
cukup mudah diakses oleh pejalan
kaki. Tipe tangga lurus L dengan
bordes, pengguna naik tangga ada
kesempatan untuk bernafas sejenak.
Persyaratan ukuran anak tinggi kurang
Kajian Jembatan Penyebrangan........(Sri Sularti & Fauzia Mulyawati)
SOSIOHUMANITAS, XIII (2), Agustus 2011
155
baik, karena sudut kemiringan 35o,
walaupun masih masuk dalan range
kemiringan tangga dipersyaratkan, tapi
hal ini membuat pengguna cepat capai,
apalagi sebagian pengguna adalah
anak-anak SD dan SMP yang
mempunyai standar ergonomic yang
berbeda dengan orang dewasa. Dilihat
dari aspek perkotaan dan kriteria
rancangan memenuhi persyaratan,
lokasi tangga terlihat jelas dan lahan
cukup luas, hanya perlu melengkapi
kekurangan yang ada.
2) Kondisi fisik JPO-2 ditinjau
dari aspek teknik dan konstruksi
Ditinjau dari aspek teknik dan
konstruksi, untuk jalan kolektor
geometri jalan sedikit kurang
memenuhi ROW minimal 15.00 m,
tetapi untuk kelengkapan jalan yaitu
trotoar, bahu jalan dan saluran
drainase sudah tertata dengan baik.
Struktur dan konstruksi Jembatan
memenuhi peryaratan. Struktur dan
konstruksi secara teknis tangga juga
memenuhi persyaratan, hanya kurang
nyaman karena sudut kemiringan
tangga cukup besar. Akses kearah
tangga cukup terlihat, ada ruang bebas
dikaki jembatan walaupun agak
sempit.
Jembatan dinaungi atap, dengan
konstruksi rangka baja siku, penutup
Atap Polycarbonat, diatasnya ter-
pasang papan iklan berupa billboard,
dibuat dari rangka baja siku, tidak ada
cat walk untuk pijakan perawatan.
Kondisi ini memenuhi peryaratan
konstruksi yang dianjurkan.
3) Kondisi fisik JPO-1 ditinjau
dari aspek keamanan dan
kenyamanan
Ditinjau dari aspek keamanan
dan kenyamanan, kondisi JPO aman
karena memenuhi semua persyaratan
standar ukuran, Lebar Jembatan
minimum 2.00 meter, standar
ketinggian bagian bawah JPO 4,6
meter. Akses ke JPS cukup nyaman.
Konstruksi tangga kokoh karena sudah
sesuai dengan persyaratan dan aman
karena ada sandaran, railing serta
balustrade. Nyaman karena ada
penurtup atap yang melindungi dari
panas dan hujan. Akses ke tangga
cukup nyaman karena arah masuk
terlihat dengan baik, dan naik tangga
Kajian Jembatan Penyebrangan........(Sri Sularti & Fauzia Mulyawati)
SOSIOHUMANITAS, XIII (2), Agustus 2011
156
agak kurang nyaman karena
kemiringan tangga yang agak tinggi.
4) Kondisi ditinjau dari aspek
estetika kota
Selain fungsi pokok, jembatan
penyeberangan mempunyai peranan
sekunder yang cukup penting, yaitu
sebagai elemen pembentuk ruang kota/
citra kota, street furniture dan
pelengkap kota. Disamping itu JPO
berperan sebagai sarana komersial,
dengan ditempatkannya papan-papan
reklame/iklan yang ditempatkan pada
badan jembatan yang menghadap
keluar pada kedua sisinya. Sebaiknya
bentuk dan ekspresi JPO dapat
mevisualkan peran-peran tersebut.
Bentuk JPO di Jalan Merdeka, cukup
megah, tetapi kurang terlihat dengan
jelas karena rimbunnya pepohonan
dari Taman Balaikota yang menutupi.
Area lokasi JPO cukup memenuhi
persyaratan. Trotoar sebagai jalur kaki
sudah tertata dengan baik, yang
berupa perkerasan paving, dan fasilitas
street furniture ada, berupa lampu-
lampu, bak bunga dan halte. Situasi
lingkungan sudah tertata dengan baik,
tidak ada bangunan liar dipinggir jalan
dan kesan rapi. Penghijauan dan view
pada lokasi tersebut bagus.
Posisi papan iklan berupa
billboard berada diatas atap jembatan
agak rendah, dengan tinggi bebas
pandangan 1.20 m, sehingga meng-
halangi pandangan pengguna untuk
menikmati view dari atas jembatan.
Padahal lokasi tersebut mempunya
view yang bagus, sehingga kurang
bisa dinikmati.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa:
1) Keberadaan 2 buah JPO dengan
lokasi yang berbeda dilihat dari
aspek perkotaan dan kriteria
rancangan adalah sebagai berikut:
a. Keberadaan JPO-1 di Jalan
PHH Mustopha masih diperlu-
kan, tetapi lokasi dan
penempatan kurang memenuhi
persyaratan.
b. Keberadaan JPO-2 di Jalan
Merdeka masih diperlukan,
lokasi dan penempatan
memenuhi persyaratan.
Kajian Jembatan Penyebrangan........(Sri Sularti & Fauzia Mulyawati)
SOSIOHUMANITAS, XIII (2), Agustus 2011
157
2) Identifikasi kondisi fisik JPO
dilihat dari aspek persyaratan
teknik dan konstruksi adalah
sebagai berikut:
a. Lokasi JPO-1 di Jalan PHH.
Mustopha ditinjau dari aspek
teknik dan konstruksi me-
menuhi peryaratan. Struktur
dan konstruksi tangga secara
teknis juga memenuhi per-
syaratan, hanya kurang
nyaman karena tidak ada
bordes. Akses ke arah tangga
kurang jelas dan kurang
terlihat, tidak ada ruang bebas
di kaki jembatan. Konstruksi
penutup atap dan kelengkapan-
nya memenuhi peryaratan
konstruksi yang dianjurkan.
b. Lokasi JPO-2 di Jalan Merdeka
ditinjau dari aspek teknik dan
konstruksi memenuhi per-
syaratan. Struktur dan
konstruksi tangga secara teknis
juga memenuhi persyaratan,
hanya kurang nyaman karena
kemiringan tangga cukup
besar. Akses ke JPO melalui
halaman sekolah, trotoar dan
halaman Taman Balaikota ada
yang kurang terlihat dengan
jelas, walaupun ada ruang
bebas dikaki tangga tetapi agak
sempit. Konstruksi penutup
atap dan kelengkapannya me-
menuhi peryaratan konstruksi
yang dianjurkan.
3) Identifikasi kondisi fisik JPO
dilihat dari aspek keamanan dan
kenyamanan bangunan
a. Lokasi JPO-1 di Jalan PHH.
Mustopha ditinjau dari aspek
kemanan dan kenyamanan
adalah: konstruksi tangga
kokoh karena sudah sesuai
dengan persyaratan dan aman
karena ada sandaran, railing
serta balustrade. Nyaman
karena ada penurtup atap yang
melindungi dari panas dan
hujan. Akses ke tangga tidak
nyaman karena arah masuk
kurang terlihat, dan naik
tangga kurang nyaman karena
tidak ada bordes.
b. Lokasi JPO-2 di Jalan Merdeka
adalah konstruksi tangga
kokoh karena sudah sesuai
dengan persyaratan dan aman
karena ada sandaran, railing
serta balustrade. Nyaman
karena ada penurtup atap yang
Kajian Jembatan Penyebrangan........(Sri Sularti & Fauzia Mulyawati)
SOSIOHUMANITAS, XIII (2), Agustus 2011
158
melindungi dari panas dan
hujan. Akses kearah tangga
cukup terlihat, ada ruang bebas
dikaki jembatan walaupun
agak sempit tetapi naik tangga
kurang nyaman karena sudut
kemiringan tangga cukup
besar, padahal pengguna
jembatan sebagian besar anak-
anak yang mempunyai standar
ergonomic berbeda dengan
orang dewasa.
4) Identifikasi ekspresi JPO dilihat
aspek estetika dan keindahan kota
a. Lokasi JPO-1 di Jalan PHH.
Mustopha ditinjau dari aspek
estetika dan keindahan kota
adalah sebagai berikut:
Selain fungsi pokok,
jembatan penyeberangan
mempunyai peranan
sekunder yang cukup
penting, yaitu sebagai
elemen pembentuk ruang
kota/citra kota, street
furniture dan pelengkap
kota. Di samping itu JPO
berperan sebagai sarana
komersial, dengan
ditempatkannya papan-
papan reklame/iklan yang
ditempatkan pada badan
jembatan yang menghadap
keluar pada kedua sisinya.
Bentuk dan ekspresi JPO
kurang mevisualkan peran
-peran tersebut.
Bentuk JPO di Jl.PHH.
Mustopha sangat standar,
kurang megah dan kurang
menarik.
Fasilitas street furniture
tidak ada. Situasi ling-
kungan belum tertata
dengan baik, banyak
bangunan liar dipinggir
jalan dan kesan semrawut,
tidak ada penghijauan,
view buruk.
Posisi papan iklan berupa
billboard berada diatas atap
jembatan dengan tinggi
bebas pandangan 2.40 m,
sehingga pengguna bisa
menikmati view dari atas
jembatan tanpa terhalang.
b. Lokasi JPO-2 di Jalan Merdeka
ditinjau dari aspek estetika
dan keindahan kota adalah
sebagai berikut:
Kajian Jembatan Penyebrangan........(Sri Sularti & Fauzia Mulyawati)
SOSIOHUMANITAS, XIII (2), Agustus 2011
159
Selain fungsi pokok,
jembatan penyeberangan
mempunyai peranan
sekunder yang cukup
penting, yaitu sebagai
elemen pembentuk ruang
kota/citra kota, street
furniture dan pelengkap
kota. Di samping itu JPO
berperan sebagai sarana
komersial, dengan
ditempatkannya papan-
papan reklame/ iklan yang
ditempatkan pada badan
jembatan yang menghadap
keluar pada kedua sisinya.
Bentuk dan ekspresi JPO
kurang mevisualkan peran
-peran tersebut.
Bentuk JPO di Jalan
Merdeka cukup megah,
tetapi kurang terlihat
dengan jelas karena rimbun
nya pepohonan dari Taman
Balaikota yang menutupi.
Area lokasi JPO cukup
memenuhi persyaratan.
Trotoar sebagai jalur kaki
sudah tertata dengan baik,
yang berupa perkerasan
paving, dan fasilitas street
furniture ada, berupa
lampu-lampu, bak bunga
dan halte. Situasi
lingkungan sudah tertata
dengan baik, tidak ada
bangunan liar dipinggir
jalan dan kesan rapi.
Penghijauan dan view pada
lokasi tersebut bagus.
Posisi papan iklan berupa
billboard berada di atas
atap jembatan agak rendah,
dengan tinggi bebas pan-
dangan 1.20m, sehingga
menghalangi pandangan
pengguna untuk menik-
mati view dari atas
jembatan. Padahal lokasi
tersebut mempunya view
yang bagus, sehingga
kurang bisa dinikmati.
Dari hasil penelitian 2 buah JPO
tersebut bahwa masing-masing mem-
punyai kekurangan dan kelebihan,
sehingga perlu dioptimalkan jembatan
yang sudah ada dengan dilakukan
renovasi dan memperbaiki kekurangan
yang ada yang berupa fisik teknis
dengan menyesuaikan standar per-
Kajian Jembatan Penyebrangan........(Sri Sularti & Fauzia Mulyawati)
SOSIOHUMANITAS, XIII (2), Agustus 2011
160
syaratan yang ideal. Untuk estetika
perlu finishing yang lebih baik dengan
melibatkan ahlinya.
Untuk lokasi JPO-1diusahakan
perluasan area lokasi yang lebih
memadai dan penataan yang lebih
baik. Apabila perluasan lahan tidak
memungkinkan, dengan bertahan pada
lahan lebih sempit akses menggunakan
tangga diusulkan diganti dengan lift.
Untuk peran sekunder, khususnya
sarana reklame perlu penertiban dan
perbaikan dan koordinasi pengelolaan
yang intergral dengan pengelola JPO.
Saran
Hasil penelitian yang telah
dilakukan dirasakan masih jauh dari
sempurna, maka perlu dilakukan
penelitian lanjutan yang mencakup
aspek-aspek lain yang lebih lengkap.
Untuk mendapatkan kontribusi yang
lebih luas dapat dilakukan penelitian
JPO seluruh kota Bandung dengan
penegelompokan zona yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Lynch, K., (1960). The Image of the
City, MIT Press, Cambridge
MA.
Direktorat Jenderal Binamarga,
(1995). Tata Cara Perencanaan
Jembatan Penyeberangan untuk
Pejalan kaki di perkotaan,
Departemen Pekerjaan Umum.