84
KAJIAN KARAKTERISTIK HABITAT DAN POLA SEBARAN SPASIAL MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas Cuvier, 1809) DI TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN-SALAK ERLINA YANTI DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

  • Upload
    lydien

  • View
    248

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

KAJIAN KARAKTERISTIK HABITAT DAN POLA SEBARAN

SPASIAL MACAN TUTUL JAWA

(Panthera pardus melas Cuvier, 1809) DI TAMAN NASIONAL

GUNUNG HALIMUN-SALAK

ERLINA YANTI

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Page 2: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

ERLINA YANTI. Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial

Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas Cuvier, 1809) di Taman Nasional

Gunung Halimun-Salak. Di bawah bimbingan Jarwadi Budi Hernowo dan

Hendra Gunawan.

RINGKASAN

Macan tutul jawa (Panthera pardus melas Cuvier 1809) adalah salah satu

satwa vertebrata endemik di pulau Jawa. Di Indonesia, satwa ini dilindungi oleh

Undang-undang No. 5 tahun 1990 tentang konservasi sumberdaya alam hayati dan

ekosistemnya, serta Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 7 tahun 1999

tentang pengawetan jenis tumbuhan dan satwa. Macan tutul jawa mendapat

tekanan yang cukup besar baik populasi maupun habitatnya, sementara data dan

informasi mengenai ekologi satwa tersebut masih sangat terbatas. Penelitian

mengenai habitat macan tutul jawa tergolong sedikit terutama karakteristik habitat

dan pola sebaran spasial yang digunakan macan tutul jawa untuk melakukan

aktivitas hariannya.

Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2010 sampai dengan Januari

2011 di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak. Tujuan penelitian ini adalah

untuk mengkaji karakteristik habitat macan tutul jawa serta menduga kelimpahan

dan pola penyebaran macan tutul jawa di Taman Nasional Gunung Halimun-

Salak. Data yang dikumpulkan adalah karakteristik habitat yang meliputi

ketersediaan satwa mangsa, sumber air, dan tempat berlindung (cover) serta

aktivitas perjumpaan dengan macan tutul jawa dan satwa mangsanya. Metode

pengambilan data untuk mencatat perjumpaan dengan macan tutul dan satwa

mangsanya adalah menggunakan tracking survey. Jenis data yang diambil adalah

jumlah jejak (tapak kaki, suara, cakaran, kotoran, sisa mangsa) dan jumlah

individu, kemudian ditandai pada GPS. Data struktur dan komposisi vegetasi

diperoleh menggunakan metode garis berpetak pada berbagai tipe habitat.

Karakteristik cover yang digunakan macan tutul jawa di TNGHS memiliki

daerah lebih tinggi dari daerah sekitarnya, tajuk yang rapat, batang pohon yang

tinggi dan besar, terdapat semak atau semai yang tinggi dan rapat, adanya goa,

dan rerumpunan bambu yang jauh dari aktivitas manusia. Karakteristik

ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari

Page 3: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat itu, memiliki tumbuhan

bawah yang melimpah di sekitarnya, dan tidak terlalu jauh dari sarang/tempat

beristirahat macan tutul jawa tersebut. Karakteristik satwa mangsa yang

dibutuhkan oleh macan tutul jawa adalah satwa yang melimpah dan mudah

dijumpai di sekitar wilayah jelajahnya. Jarak dari sungai dan gangguan

merupakan faktor yang mempunyai korelasi yang kuat dan erat dengan

keberadaan macan tutul, tetapi kedua faktor ini tidak cukup berpengaruh. Faktor

utama yang mempengaruhi keberadaan macan tutul jawa adalah satwa mangsa, air,

dan cover. Macan tutul jawa di TNGHS memiliki kepadatan relatif tertinggi 0,31

individu/km2 di hutan pegunungan bawah primer. Macan tutul jawa di Taman

Nasional Gunung Halimun-Salak memiliki pola sebaran homogen mengikuti

pergerakan satwa mangsanya.

Kata kunci: macan tutul jawa, karakteristik habitat, sebaran spasial, satwa mangsa,

habitat.

Page 4: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

ERLINA YANTI. Study of Habitat Characteristic and Spatial Distribution

Pattern of Javan leopard (Panthera pardus melas Cuvier, 1809) in Gunung

Halimun-Salak National Park. Supervised by Jarwadi Budi Hernowo and

Hendra Gunawan

SUMMARY

Javan leopard (Panthera pardus melas Cuvier 1809) is one of the endemic

animal in Java Island. In Indonesia, this species is protected by Undang-undang

No. 5 tahun 1990 tentang konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya,

and Peraturan Pemerintah RI No. 7 tahun 1999 tentang perlindungan tumbuhan

dan satwaliar. Few of research on habitat characteristic and spatial distribution of

javan leopard in order to daily activities and other habitat factors for determine a

habitat.

This research was conducted in three months, from November 2010 to

January 2011 in Gunung Halimun-Salak National Park (GHSNP). The goal of the

research is to analyze of habitat characteristic of Javan leopard, and to estimate

density and distribution of javan leopard in GHSNP. The data is consist

availability of prey, water, and cover and an encountered activity oof javan

leopard and its prey. Accurred of javan leopard and their prey are collected by

tracking survey method. Vegetation structure and composition are collected by

square line method in sample plot.

Cover characteristic habitat of javan leopard in GHSNP is have a higher

portion than surroundings, dense of crown, high and big trees, high and dense

shrub, content of cave and bamboos and far away from human activities. Water

availability helping on javan leopard hunting their preys because the prey

abundant of near of the water location, have a plant surrounding, and near from

the shelter. A Characteristic of preys which needed by javan leopard are abundant

and easy found at their homeranges. Distance from river and disturbance are the

factors which have strong correlation with javan leopard existence, but both

factors not enough influencely. Main factor which have influence to javan leopard

existence is prey, water, and cover. Javan leopard in GHSNP have a highest

relative density approximately 0,31 individual/km2 at primary sub-montain forest.

Page 5: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

Javan leopard in GHSNP have homogenous distribution pattern follows accurred

their prey’s movements.

Keywords: javan leopard, habitat characteristic, spasial distribution, prey, habitat.

Page 6: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

tt07UOCOg NtYINVJUtrd IOIIISNI

NYNYJ.f}HST SYIAO)[V.{YIYSIIAOXtr NVO NYJNH YAYCUtrflIAINS ISYAUf,SNOX

Nf,I [flIUYdf,C

"to8og uDtuotiad rultsuJ unuDrrulay sDrp)tolDlDs'tfilm{fr rtDp uotng oioptaqumg ts,ouasuoy uama6mdag

opod uoouo ko s as1 ula7 q alotadwau 1o,to,ts nru s t lD lD s ruBn qag

1sdr.o1g

IINYA YNTtUff

XYTYS.NI}trTIITYTI SNf INf TSTYNOISYN NVruvI IO (60SI .reprn3 soput snp"tad Dartruod)

Yil\Yf TI}Tff. NY}YIA[ TYISYdSNYUVflf,S YAO{ NYO IYIItrYH XITSTUUIXYtrY)I TI\rIfYX

Page 7: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

t00 t t0z66r $n0v96r 'drN

II Eurq{urquod

t00 r t0r86r sr608s6rsIN

6runs3g s"ques 'rl '

'rn[n1e,(ue141

,t[02 /10ff -Z?, :ueqeseEuo6pEEuul

EOO I EOI86I IIIISS6I 'dIN

.f'cshtr'om.oule11 ryng rpB \ref 'rI'{I

%l Eugqurqrued

ususfnqex:BIBSIlrAO{f, u8p uulnH Ur(up.requrns Isu^Jesuox :

t9l090ttg I

IluEA uullrf, :

{Bles-untugeg Eunung IBUoIsBN uuruul Ip(OOSI .lepn3 soput snptod otaqraod)

Brauf Inlnl uurutr{ 1u;sud5uuruqos ulod usp lBllqBH {rfsrrepluruy uelfu;q :

sElIn)Ictrueuregedeg

dut{Brilsrs8qBtr{tr Brtrclil

uBlllleued Inpnf

Page 8: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Kajian

Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial Macan Tutul Jawa

(Panthera pardus melas Cuvier, 1809) di Taman Nasional Gunung Halimun-

Salak” adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen

pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan

tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari

karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan

dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Desember 2011

Erlina Yanti

E34060764

Page 9: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillahir Robbal Alamin, segala puji dan syukur bagi Allah SWT

yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir ini.

Penghargaan dan terima kasih yang tiada tara penulis haturkan kepada

kedua orang tua dan adikku atas doa dan dukungan yang telah diberikan selama

ini. Tak lupa, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Jarwadi Budi Hernowo, M.Sc.F dan Dr. Ir. Hendra Gunawan,

M.Si selaku dosen pembimbing atas nasehat dan bimbingannya.

2. Ibu Dr. Ir. Leti Sundawati, M.Sc sebagai dosen penguji dan Bapak Ir. Edhi

Sandra, M.Si

3. Kepala Balai Taman Nasional Gunung Halimun-Salak beserta seluruh staf

kantor (Mbak Sri Mulyati, Mbak Ati, Pak Wardi) yang telah memberikan

bantuan dan memberikan ijin serta rekomendasi lokasi penelitian.

4. Keluarga besar Citalahab-Cikaniki (Pak Momo, Pak Paul, Pak Odi, Pak

Amir, Bang Aris, Sahri, Nui, Yani, Bu Ami, Pak Jaya, Pak Edi, Teh Nung),

Keluarga besar Cidahu (Pak Tatang, Pak Hendi & Ibu, Umi Titin &

keluarga, Sri, Aa, Eneng, Kang Acil, Kang Aris), dan Keluarga besar

Cisoka (Pak Ahmad, Teteh, Ibu) yang telah bersedia memberikan

kehangatan keluarga selama penulis jauh dari rumah.

5. Dr. Ir. Bambang Supriyanto, MSc dan Kuswandono, S.Hut, MSi, yang

telah bersedia menjadi teman baru yang menyenangkan.

6. Sahabat perjalanan terbaikku (Pak Ade, Pak Noh, Pak Madsury, Kak Yanti,

Kak Sahab), adik-adik tercintaku (Soni & Alya) dan sahabat baruku

(Sanha Oppa, Eunha Unnie & Soojung Unnie).

7. Keluarga besar Jojoba Green, Nymph House, Wisma Asri, dan Nusa

Kambangan (Amink, Icha, Lulu, Rina, Risma), yang membuat semakin

hangat keluargaku.

8. Echa, Angga, Nanang, Evine, Hanna, dan Alm. Vicky, terima kasih untuk

hatinya yang selalu sabar dan tangannya yang selalu hangat.

Page 10: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

iv

9. Kak Aaf, Kak Ghufron, Oewa Kun, Kak Dede, Kak Erry, Kak Adi, Kak

Andriana, AJ, Adit, Kak Alex, Bang Jul, Aidell, Ika, Yudia, Koko Gugum,

Age, Kak Bob, Kak Ichan, Kak Gugum, Kliwon, Aisyah, Cepi, Kak Aji,

Fiona, Kak Sasi, Mastika, Pak Anhar, Toa Unnie, Irsyad, Innes, Kak Devis

dan Putri, yang telah menjadi tempat sharing dan membantu

menyelesaikan kendala-kendala yang terjadi selama penulisan skripsi ini.

10. Keluarga besar Fahutan 45 yang telah menjadi adik-adik menyenangkan

buat saya, khusus buat Rhimbut, Picem, Kondom, Endra, Mithong, Ignas,

Erik, yang selalu menjadi teman setia berbagi suka duka. Untuk seluruh

asisten-asisten PPH 2011 yang paling saya sayangi sejagad raya yang telah

membuat belajar terasa sangat menyenangkan.

11. Keluarga besar KSHE 43 atas kebersamaan, kekeluargaan, dan

pengalaman yang berharga. “KSH…E…yaaaa.”

12. Keluarga besar Uni Konservasi Fauna IPB khususnya angkatan 4 dan DK

Insekta atas semangat dan kekompakan yang kekal. Dimanapun dan jadi

apapun kita nanti, tetap pegang “Selamatkan Fauna Indonesia!”

13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

membantu hingga penulisan karya ilmiah ini dapat terwujud.

Bogor, Desember 2011

Erlina Yanti

E34060764

Page 11: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 30

September 1987. Penulis merupakan anak pertama dari dua

bersaudara dari pasangan Bapak Sukaeji dan Ibu Nuraeni.

Penulis menyelesaikan taman kanak-kanak (TK) Permata

pada tahun 1994, pendidikan sekolah dasar (SD) pada tahun

2000 di SD Negeri Bogor Baru, kemudian melanjutkan

pendidikan di SMP Negeri 2 Bogor pada tahun 2000 sampai dengan 2003. Penulis

menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMA Negeri 3 Bogor pada

tahun 2006. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di Institut

Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama mengikuti perkuliahan di IPB, penulis pernah melakukan kegiatan

Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan di BKPH Gunung Slamet KPH Banyumas

Timur dan Nusa Kambangan Cilacap, Praktek Pengelolaan Hutan di Hutan

Pendidikan Gunung Walat dan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, serta

Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Alas Purwo, Propinsi

Jawa Timur. Penulis aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa Uni Konservasi Fauna

Institut Pertanian Bogor (UKM UKF-IPB) sejak tahun 2006 sampai sekarang.

Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana di Departemen

Konservasi Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB, maka penulis

menyusun skripsi dengan judul “Kajian Karakteristik Habitat dan Pola

Sebaran Spasial Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas Cuvier, 1809) di

Taman Nasional Gunung Halimun-Salak” di bawah bimbingan Dr. Ir. Jarwadi

Budi Hernowo, MSc.F dan Dr. Ir. Hendra Gunawan, MSi.

Page 12: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini

merupakan karya ilmiah dari hasil penelitian yang dilaksanakan selama tiga bulan

(November 2010-Januari 2011) di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak yang

ditulis sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Konservasi

Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kahutanan Institut Pertanian Bogor.

Skripsi ini berjudul “Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial

Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas Cuvier, 1809) di Taman Nasional

Gunung Halimun-Salak”. Macan tutul jawa merupakan salah satu sub-spesies

macan tutul di dunia yang penyebarannya hanya terbatas di Pulau Jawa.

Keberadaan dan penyebaran macan tutul jawa di kawasan hutan terbatasi oleh

ketersediaan satwa mangsa, sumber air, dan cover. Keadaan inilah yang

menjadikan macan tutul jawa seharusnya mempunyai prioritas yang sama dalam

penelitian maupun pengambilan kebijakan pelestarian satwaliar seperti yang telah

dilakukan kepada harimau sumatera. Skripsi ini membahas tentang karakteristik

habitat dan pola penyebaran spasial macan tutul jawa di Taman Nasional Gunung

Halimun-Salak. Dengan mengetahui karakteristik habitat dan pola penyebarannya,

diharapkan dapat dijadikan sebagai pertimbangan bagi pihak pengelola dalam

merumuskan kebijakan untuk pelestarian macan tutul jawa.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki berbagai kekurangan dan

ketidaksempurnaan. Maka dari itu, diharapkan adanya saran dan kritik yang

bersifat membangun dalam penulisan skripsi ini.

Bogor, Desember 2011

Erlina Yanti

E34060764

Page 13: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i

RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................................ iii

DAFTAR ISI ................................................................................................ v

DAFTAR TABEL ........................................................................................ vii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... ix

I.PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1 Latar belakang penelitian ........................................................... 1

1.2 Tujuan penelitian ........................................................................ 2

1.3 Manfaat penelitian ...................................................................... 2

II.TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 3

2.1 Klasifikasi dan morfologi ........................................................... 3

2.1.1 Klasifikasi ........................................................................ 3

2.1.2 Morfologi ......................................................................... 3

2.2 Penyebaran .......................................................................... 4

2.3 Habitat ........................................................................................ 5

2.3.1 Vegetasi/Cover ................................................................. 5

2.3.2 Satwa Mangsa .................................................................. 5

2.3.3 Ketersediaan Air............................................................... 5

2.4 Perilaku ...................................................................................... 5

2.4.1 Berburu Mangsa ............................................................... 5

2.4.2 Reproduksi dan Mengasuh Anak ..................................... 6

2.4.3 Homerange dan Teritori .......................................................... 6

2.5 Pola sebaran spasial .................................................................... 7

2.6 Gangguan habitat ....................................................................... 7

III.KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN .......................................... 8

3.1 Sejarah dan letak kawasan ......................................................... 8

3.2 Fisik kawasan ............................................................................. 8

3.2.1 Topografi......................................................................... 8

3.2.2 Iklim ................................................................................ 9

3.2.3 Hidrologi ......................................................................... 9

Page 14: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

vi

3.3 Biotik kawasan ........................................................................... 9

3.3.1 Flora ................................................................................ 9

3.3.2 Fauna ............................................................................... 10

IV.METODE PENELITIAN ....................................................................... 11

4.1 Lokasi dan waktu ....................................................................... 11

4.2 Alat dan bahan ............................................................................ 13

4.3 Metode pengumpulan data ......................................................... 13

4.4 Analisis data ............................................................................... 15

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 22

5.1 Hasil

5.1.1 Karakteristik Habitat Macan Tutul Jawa ................................. 22

5.1.1.1 Struktur dan Komposisi Vegetasi.................................. 22

5.1.1.2 Ketersediaan Cover ....................................................... 29

5.1.1.3 Ketersediaan Mangsa .................................................... 31

5.1.1.4 Ketersediaan Air............................................................ 36

5.1.1.5 Gangguan Habitat ......................................................... 37

5.1.2 Tingkat Perjumpaan dan Sebaran Spasial Macan Tutul Jawa 39

5.1.2.1 Tingkat Perjumpaan Macan Tutul Jawa ........................ 39

5.1.2.2 Sebaran Spasial Macan Tutul Jawa ............................... 43

VI. Kesimpulan dan Saran ........................................................................... 62

6.1 Kesimpulan ................................................................................ 62

6.2 Saran ........................................................................................... 62

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 63

Page 15: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

DAFTAR TABEL

No Halaman

III-1. Klasifikasi dan Luas Penutupan Lahan di TNGHS ............................ 9

IV-1. Jalur Penelitian Macan Tutul Jawa di TNGHS .................................. 12

IV-2. Lokasi Penelitian dan Kriteria Pemilihannya ..................................... 12

IV-3. Fitur Habitat Macan Tutul Jawa ......................................................... 16

IV-4. Sumber Air di TNGHS ....................................................................... 18

IV-5. Gangguan Habitat di TNGHS ............................................................ 18

IV-6. Tabel Isian Tanda Aktivitas Macan Tutul Jawa ................................. 20

V-1. Deskripsi Tipe Habitat Macan Tutul Jawa .......................................... 22

V-2. Hasil Analisa Vegetasi Tingkat Semai dan Tumbuhan Bawah di Hutan

Pegunungan Bawah Sekunder .............................................................. 24

V-3. Hasil Analisa Vegetasi Tingkat Pancang di Hutan Pegunungan Bawah

Sekunder .............................................................................................. 24

V-4. Hasil Analisa Vegetasi Tingkat Tiang di Hutan Pegunungan Bawah

Sekunder .............................................................................................. 25

V-5. Hasil Analisa Vegetasi Pohon di Hutan Pegunungan Bawah

Sekunder .............................................................................................. 25

V-6. Hasil Analisa Vegetasi Tingkat Semai dan Tumbuhan Bawah di Hutan

Pegunungan Bawah Primer .................................................................. 26

V-7. Hasil Analisa Vegetasi Tingkat Pancang di Hutan Pegunungan Bawah

Primer ................................................................................................... 26

V-8. Hasil Analisa Vegetasi Tingkat Tiang di Hutan Pegunungan Bawah

Primer ................................................................................................... 26

V-9. Hasil Analisa Vegetasi Tingkat Pohon di Hutan Pegunungan Bawah

Primer ................................................................................................... 27

V-10. Hasil Analisa Vegetasi Tingkat Semai dan Tumbuhan Bawah di Hutan

Pegunungan Tengah ........................................................................... 28

V-11. Hasil Analisa Vegetasi Tingkat Pancang di Hutan Pegunungan

Tengah ................................................................................................ 28

Page 16: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

viii

V-12. Hasil Analisa Vegetasi Tingkat Tiang di Hutan Pegunungan

Tengah ................................................................................................ 28

V-13. Hasil Analisa Vegetasi Tingkat Pohon di Hutan Pegunungan

Tengah ................................................................................................ 29

V-14. Fitur Habitat Macan Tutul Jawa ........................................................ 29

V-15. Tingkat Perjumpaan Satwa Mangsa di Berbagai Tipe Habitat .......... 31

V-16. Pengelompokan Perjumpaan Satwa Mangsa di Berbagai Tipe

Habitat ................................................................................................ 32

V-17. Hubungan antara H’ Satwa Mangsa dengan KR Macan Tutul

Jawa .................................................................................................... 34

V-18. Perbandingan KR, FR, dan A Satwa Mangsa di Masing-masing Tipe

Habitat ................................................................................................ 35

V-19. Rekapitulasi Uji t Perbandingan H’ Satwa Mangsa Macan Tutul

Jawa .................................................................................................... 35

V-20. Rekapitulasi IS Satwa Mangsa Macan Tutul Jawa ............................ 36

V-21. Sumber Air di TNGHS ...................................................................... 36

V-22. Gangguan Habitat di TNGHS ............................................................ 38

V-23. Jumlah Individu Macan Tutul Jawa di Masing-masing Tipe

Habitat ................................................................................................ 40

V-24. Tingkat Perjumpaan dan Kelimpahan Relatif Macan Tutul Jawa ..... 41

V-25. Frekuensi Harapan Tanda Aktivitas Macan Tutul Jawa di Berbagai

Tipe Habitat ....................................................................................... 42

V-26. Aktivitas Teritorial Macan Tutul Jawa .............................................. 42

V-27. Frekuensi Penemuan Jejak Macan Tutul Jawa .................................. 42

V-28. Analisis Bentuk Sebaran Macan Tutul Jawa di TNGHS ................... 43

V-29. Jumlah Jejak Macan Tutul Jawa dan Satwa Mangsa pada Jalur

Pengamatan yang Ditemukan berdasarkan Jarak dari Sungai ........... 44

V-30. Jumlah Jejak Macan Tutul Jawa dan Satwa Mangsa pada Jalur

Pengamatan yang Ditemukan berdasarkan Jarak dari Pemukiman ... 48

Page 17: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

II-1. Penampakan Utuh Macan Tutul Jawa di TNGHS ............................... 3

IV-1. Lokasi Penelitian di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak .......... 11

IV-2. Bentuk Jalur Pengamatan Vegetasi .................................................... 14

V-1. Hutan Pegunungan Bawah Sekunder yang Ditata Masyarakat Setelah

Terjadi Perambahan ................................................................................. 23

V-2. Hutan Alam yang Mengelilingi Kebun Teh di Hutan Pegunungan

Bawah Primer ........................................................................................... 27

V-3. (a) Tajuk Pohon merupakan Cover Thermal yang Sangat Penting untuk

Satwa, (b) Batang Pohon Kiriung Anak (Castanopsis acuminatisima)

yang Berlubang pada Bagian Bawahnya, (c) Semak Tempat

Ditemukannya Jejak Macan Tutul Jawa dan Babi Hutan, dan (d) Aliran

Sungai Menuju Goa Macan di Hutan Pegunungan Bawah Primer .......... 30

V-4. Kelas Tingkat Perjumpaan Satwa di Berbagai Tipe Habitat ............... 32

V-5. Tanda-tanda Keberadaan Satwa Mangsa Macan Tutul Jawa: a) Jejak

Kaki Kucing Hutan (Prionailurus bengalensis); b) Kotoran Musang

Luwak (Paradoxurus hermaphroditus); c) Sisa Makanan Surili

(Presbytis commata); dan d) Sarang Beranak Babi Hutan (Sus scrofa).. 33

V-6. Sumber Air TNGHS di Lokasi Penelitian: a) Curug Macan; b) Aliran

menuju Rawa Cibeunteur; c) Sungai Pameungpeuk; dan d) Sungai

Cibogo ...................................................................................................... 37

V-7. Gangguan hutan di TNGHS: a) Wisata Alam yang Tidak Terorganisir

dengan Baik; b) Penebangan Liar; c) Perambahan Hutan; dan d)

Penggembalaan Liar ................................................................................. 39

V-8. Jejak Kaki Macan Tutul Jawa di Jalur Koridor Cisoka ....................... 40

V-9. Tanda Aktivitas Macan Tutul Jawa: a) Scrape (Cakaran di Tanah); b)

Kotoran; dan c) Scratch (Cakaran di Batang Pohon) ............................... 41

V-10. Peta Distribusi Macan Tutul Jawa dan Satwa Mangsanya pada

Jalur Pengamatan berdasarkan Jarak dari Sungai di Hutan Pegunungan

Bawah Sekunder .................................................................................... 44

Page 18: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

x

V-11. Peta Distribusi Macan Tutul Jawa dan Satwa Mangsanya pada

Jalur Pengamatan berdasarkan Jarak dari Sungai di Hutan Pegunungan

Bawah Primer ......................................................................................... 45

V-12. Peta Distribusi Macan Tutul Jawa dan Satwa Mangsanya pada

Jalur Pengamatan berdasarkan Jarak dari Sungai di Hutan Pegunungan

Tengah .................................................................................................... 46

V-13. Peta Distribusi Macan Tutul Jawa dan Satwa Mangsanya pada

Jalur Pengamatan berdasarkan Jarak dari Pemukiman di Hutan

Pegunungan Bawah Sekunder ................................................................ 47

V-14. Peta Distribusi Macan Tutul Jawa dan Satwa Mangsanya pada

Jalur Pengamatan berdasarkan Jarak dari Pemukiman di Hutan

Pegunungan Bawah Primer .................................................................... 47

V-15. Peta Distribusi Macan Tutul Jawa dan Satwa Mangsanya pada

Jalur Pengamatan berdasarkan Jarak dari Pemukiman di Hutan

Pegunungan Tengah ............................................................................... 48

Page 19: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

I. PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang Penelitian

Macan tutul jawa (Panthera pardus melas Cuvier 1809) adalah salah satu

satwa karnivora endemik di pulau Jawa. Populasi macan tutul jawa di seluruh

pulau Jawa belum diketahui secara pasti, namun diperkirakan 350-700 ekor

(Santiapillai dan Ramono 1992). Macan tutul jawa merupakan satwa yang

termasuk ke dalam kategori Critically Endangered dalam IUCN RedList tahun

2008 (Ario et al 2008) dan Appendix I CITES (Convention on International Trade

in Endangered Species of Flora and Fauna). Di Indonesia, satwa ini dilindungi

berdasarkan Undang-undang No. 5 tahun 1990 tentang konservasi sumberdaya

alam hayati dan ekosistemnya, serta Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

No. 7 tahun 1999 tentang pengawetan jenis tumbuhan dan satwa.

Macan tutul jawa memiliki daerah teritori sekitar 5-15 km2 dan termasuk

satwa soliter, maka dari itu, satwa ini rentan sekali terhadap perubahan luasan

habitat yang tersedia akibat deforestasi (McDougal 1997). Disamping itu, macan

tutul jawa memiliki ketergantungan terhadap keberadaan hutan dan satwa

mangsanya (Prater 1965 dalam Hoogerwerf 1970).

Salah satu habitat alami macan tutul jawa adalah Taman Nasional Gunung

Halimun-Salak. Harahap dan Sakaguchi (2004) menduga populasi macan tutul

jawa di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak sekitar 42 – 58 individu. Macan

tutul jawa juga memiliki ketergantungan terhadap keberadaan hutan dan satwa

mangsanya. Macan tutul jawa akan membunuh dan makan apa saja yang mudah

ditangkapnya (Prater 1965 dalam Hoogerwerf 1970).

Di sisi lain, satwa mangsa pun mengalami penurunan populasi akibat

kerusakan dan penurunan luas hutan serta perburuan. Dengan kenyataan seperti

ini, maka macan tutul jawa pun ikut terkena dampaknya. Penelitian mengenai

macan tutul jawa masih tergolong sedikit, di IPB sampai saat ini baru terdapat

tujuh skripsi S-1, satu tesis S-2, dan satu disertasi S-3 (Gunawan 2010). Penelitian

tersebut umumnya mengenai ekologi, habitat, pergerakan dari satwa mangsa

macan tutul jawa. Penelitian macan tutul jawa sangat penting dilakukan karena

setelah harimau jawa (Panthera tigris sondaica Temminck, 1844) punah, macan

Page 20: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

2

tutul jawa menduduki puncak rantai makanan (trophic level) dalam ekosistem

hutan di pulau Jawa (Gunawan 2010). Salah satu aspek yang penting untuk diteliti

adalah mengenai karakteristik habitat dan pola sebaran spasial aktivitas hariannya.

Taman Nasional Gunung Halimun-Salak merupakan bentangan alam hutan

primer terluas di Jawa Barat dan merupakan salah satu habitat utama macan tutul

jawa (Rabinowitz 1989). Populasi macan tutul jawa di taman nasionalini telah

diketahui 42 – 58 individu (Harahap dan Sakaguchi 2004), namun informasi

mengenai hubungan antara karakteristik habitat dan pola sebaran spasial macan

tutul jawa belum pernah diteliti. Informasi ini penting sebagai bahan

pertimbangan dalam pengelolaan habitat dan populasi macan tutul jawa.

1. 2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengkaji karakteristik habitat macan tutul jawa meliputi tipe-tipe cover,

jenis dan kelimpahan satwa mangsa, ketersediaan air, serta gangguan dan

ancaman terhadap habitat dan populasi macan tutul jawa.

2. Memperkirakan kepadatan relatif, tingkat perjumpaan, dan pola

penyebaran macan tutul jawa di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak.

1. 3 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan

pertimbangan dalam pengelolaan habitat dan populasi macan tutul jawa di Taman

Nasional Gunung Halimun-Salak khususnya, dan di Pulau Jawa pada umumnya.

Page 21: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

II. TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Klasifikasi dan Morfologi

2. 1. 1 Klasifikasi

Macan tutul adalah satwa bertulang belakang yang termasuk ke dalam kelas

Mammalia, ordo Carnivora dan famili Felidae (bangsa kucing). Macan tutul

(Panthera pardus Linnaeus, 1758) memiliki sub-spesies Panthera pardus melas

Cuvier, 1809 yang hanya terdapat di Pulau Jawa. Macan tutul jawa ini memiliki

nama lokal diantaranya sima (Jawa), macan totol (Madura), meong hideung (Sunda),

dan harimau tutul (Melayu). Jenis ini merupakan satu-satunya macan tutul yang

endemik di Indonesia, yaitu hanya terdapat di pulau Jawa (Direktorat PPA 1978).

2. 1. 2 Morfologi

Pada kondisi normal dan usia yang sama, macan tutul jantan memiliki tubuh

yang lebih besar dibandingkan macan tutul betina. Berat badan macan tutul jantan

sekitar 38,3 kg dengan panjang tubuh 112,7, sedangkan macan tutul betina

mempunyai berat badan 20 kg dengan panjang tubuh 97,1 cm. Macan tutul memiliki

bentuk badan yang memanjang silindris, dengan kaki agak pendek dan telapak

melebar (Harahap dan Sakaguchi 2004).

Gambar II-1 Macan tutul jawa yang tertangkap

camera trap di TNGHS (Sumber:

TNGHS 2004).

Macan tutul jawa memiliki taring yang tajam sebagai senjata bertarung

maupun untuk membunuh mangsanya. Mata macan tutul jawa berwarna kuning

dengan kemampuan penyesuaian ukuran mata pupil yang tinggi pada berbagai

intensitas cahaya. Macan tutul jawa memiliki ekor yang panjang dengan ujung

membengkok ke atas dan pada ujung sisi bawahnya berwarna putih. Cakar macan

Page 22: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

4

tutul jawa dapat dikeluarkan dan disimpan sesuai kebutuhan sehingga efektif dalam

kegiatan berjalan biasa ataupun mengintai mangsa.

Warna rambut macan tutul jawa umumnya adalah coklat kekuningan dengan

tutul-tutul hitam berbentuk kembang (rossete), sedangkan warna dasar hitam

disebabkan oleh proses melanisme, yaitu pendominasian oleh pigmen hitam pada

struktur rambut. Corak kembangan tetap dimiliki oleh macan kumbang, namun

hanya terlihat pada intensitas cahaya yang cukup tinggi.

2. 2 Penyebaran

Macan tutul tersebar di pantai hingga pegunungan. Mereka juga sering terlihat

di hutan-hutan jati dan perkebunan dekat perkampungan (Veevers dan Carter 1978

dalam Wahyudi 1989). Luas daerah jelajah macan tutul adalah 10 km2 (Ewewr 1974

dalam Wahyudi 1989). Diantara jenis kucing besar yang ada, macan tutul memiliki

daerah penyebaran yang paling luas (Lekagul dan McNeely 1977). Di seluruh dunia

terdapat sembilan sub spesies macan tutul (Nowak 1997) yaitu;

a. Panthera pardus pardus, tersebar di Afrika

b. Panthera pardus nimr, tersebar di Arab

c. Panthera pardus saxicolor, tersebar di Persia

d. Panthera pardus kotiya, tersebar di Sri Lanka

e. Panthera pardus fusca, tersebar di India

f. Panthera pardus delacourii, tersebar di Asia Selatan dan China bagian

selatan

g. Panthera pardus japonensis, tersebar di China bagian utara

h. Panthera pardus orientalis, tersebar di Rusia, Korea dan China bagian

tenggara

i. Panthera pardus melas, tersebar di Jawa, Indonesia.

Di Pulau Jawa, populasi macan tutul jawa antara lain tersebar di TN. Gunung

Halimun Salak , Hutan Lindung Petungkriyono Pekalongan, dan TN. Meru Betiri

Jawa Timur, Cirebon, Cianjur Selatan, TN Gunung Gede Pangrango, dan TN Ujung

Kulon (Hoogerwerf 1970). Gunawan (1988;2010) menemukan tanda keberadaan

macan tutul jawa di CA Pringombo, hutan jati BKPH Subah, Serang, CA Nusa

Kambangan, dan Gunung Kidul.

Page 23: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

5

2. 3 Habitat

2. 3. 1 Vegetasi/Cover

Elton (1966) mengemukakan bahwa vegetasi mempunyai peranan utama dalam

habitat, yaitu sebagai bagian dari makanan dan tempat berlindung (cover) satwaliar.

Vegetasi sebagai cover mempunyai peranan penting untuk hidup dan berkembang

biak, sebagai tempat berlindung dari predator atau bahaya lainnya. Macan tutul

merupakan satwa arboreal dan menyukai tempat yang ada pohonnya (Bailey 1993).

Vegetasi bagi satwaliar mungkin lebih penting strukturnya daripada

keanekaragamannya (Bailey 1984 dalam Gunawan 1988). Cover bagi macan tutul

biasanya digunakan untuk mengintai mangsanya saat berburu dan melindunginya

dari panas langsung matahari.

2. 3. 2 Satwa Mangsa

Jenis satwa yang dimangsa oleh macan tutul jawa antara lain sigung (Mydaus

javanensis), kelelawar (Pteropus sp), lutung (Tracypithecus sp), dan satwa mangsa

lain (Anonim 1978 dalam Ahmad 2007). Satwa mangsa lain yang dimakan macan

tutul jawa adalah surili (Presbytis comata), kijang (Muntiacus muntjak), ayam hutan

(Gallus gallus), merak (Pavo sp), dan pelanduk (Tragulus javanicus) (Prater 1965

dalam Hoogerwerf 1970). Menurut Seidensticker (1976) dalam Gunawan (1988),

berdasarkan ukuran tubuh mangsa, macan tutul jawa lebih sering memangsa satwa

dengan ukuran berat badan antara 25-50 kg, yaitu satwa yang memiliki ukuran badan

setengah hingga sama dengan ukuran badan macan tutul jawa. Menurut Karanth dan

Melvin (1995), mangsa macan tutul yang paling sering dimakan adalah ungulata dan

primata dengan proporsi berimbang antara 89-98%.

2. 3. 3 Ketersediaan Air

Ketersediaan air di alam dapat diperoleh dalam berbagai jenis yaitu air bebas

yang berbentuk danau, sungai, kolam, selokan, air yang terkandung dalam sumber

pakan, vegetasi, dan air embun (Sudiana 1991). Lokasi pohon yang berada di dekat

sungai sangat menguntungkan sebagai tempat mengintai, karena biasanya satwa

mangsa utama macan tutul jawa seperti babi hutan, kijang, dan rusa sering

berkumpul di sungai untuk minum (Grzimek 1975 dalam Gunawan 2010).

Page 24: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

6

2. 4 Perilaku

2. 4. 1 Berburu Mangsa

Macan tutul jawa mulai berburu mangsanya dengan cara mengintai, kemudian

menyergapnya dari belakang. Apabila satwa yang dimangsanya bersisa, macan tutul

jawa akan meyimpannya untuk didatanginya lagi. Untuk melindungi hasil buruannya

dari pemangsa lain, macan tutul jawa menyembunyikan sisa makanannya di atas

pohon, atau menutupinya dengan daun, ranting, rumput, atau serasah Van Dooren

1949 dalam Hoogerwerf 1970).

Hoogerwerf (1970) menyatakan dalam beberapa kasus di Jawa, macan tutul

jawa berburu pada siang hari. Macan tutul jawa mengintai mangsanya dari balik

pohon tumbang dari arah belakang mangsanya (Ahmad 2007, Afnan 2009).

2. 4. 2 Reproduksi dan Mengasuh Anak

Macan tutul jawa betina mengalami polyestrus, yaitu mengalami beberapa kali

birahi dalam satu tahun. Masa bunting macan tutul jawa kurang lebih 110 hari

(Laveiren 1983 dalam Gunawan 1988). Anakan akan mencapai kedewasaan pada

umur 2,5-4 tahun (Laveiren 1983 dalam Gunawan 1988). Anak macan tutul akan

tetap bersama induknya hingga berumur 18-24 bulan. Dalam pola pengasuhan anak,

kadang-kadang macan tutul jantan membantu dalam hal pengasuhan anak

(Guggisberg 1975 dalam Gunawan 2010).

2. 4. 3 Homerange dan Teritori

Macan tutul jawa hidup dalam teritorial (ruang gerak) berkisar 30-78 km2.

Macan tutul jawa bersifat soliter, tetapi pada saat tertentu seperti berpasangan dan

pengasuhan anak, macan tutul dapat hidup berkelompok (Grzimek 1975 dalam

Gunawan 2010). Eisenberg dan Lockhart (1972) mengatakan bahwa macan tutul

jantan dan macan tutul betina dapat mendiami daerah perburuan yang sama, tetapi

hal ini tidak berlaku bagi individu-individu yang berjenis kelamin sama. Cara

mempertahankan daerah teritori dilakukan dengan pengiriman tanda-tanda berupa

suara, cakaran, maupun urin dan kotoran. Macan tutul jawa membuang kotoran tanpa

disembunyikan, melainkan diletakkan di tempat-tempat yang terbuka (Medwey 1975

dalam Gunawan 1988).

Page 25: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

7

Macan tutul jantan akan berkelana mencari pasangan dalam teritorinya masing-

masing, di mana tiap daerah tersebut ditandai dengan cakaran di batang kayu, urine

maupun kotorannya.

2. 5 Pola Sebaran Spasial

Sebaran spasial merupakan salah satu parameter demografi satwaliar.

Tarumingkeng (1994) menyatakan bahwa pola sebaran spasial suatu komunitas

ekologi dapat ditentukan dengan berbagai macam indeks penyebaran atau indeks

dispersi (ID).

Pola sebaran satwa dapat merata (homogen), berkelompok, maupun acak.

Macan tutul menggunakan ruang habitat yang ada baik secara horizontal maupun

vertikal. Secara horizontal, macan tutul jawa menggunakan bentang alam mendatar

sebagai tempat untuk melakukan aktivitas kesehariannya seperti makan, minum,

berburu, bermain, istirahat, dan bereproduksi (Tarumingkeng 1994), sedangkan

secara vertikal macan tutul jawa menggunakan pohon sebagai tempat untuk

menyimpan sisa makanannya. Untuk menganalisis pola sebaran spasial macan tutul

jawa, indeks yang digunakan adalah indeks dispersi (ID).

2. 6 Gangguan Habitat

Menurut Ahmad (2007), perburuan, pengambilan sumber daya alam,

kebakaran hutan, dan kegiatan lain di dalam hutan, jika tidak dikendalikan dapat

mengancam macan tutul jawa. Ketika musim kemarau tiba, beberapa bagian wilayah

rawan terhadap bahaya kebakaran. Kerusakan hutan menyebabkan degradasi habitat

macan tutul jawa dan akan memaksa satwa ini untuk pergi serta mencari daerah baru,

kegiatan lain seperti pariwisata dapat meningkatkan jumlah sampah dan kebisingan

yang dapat mengganggu satwa. Hal ini menyebabkan menyempitnya wilayah jelalah

macan tutul jawa dan terganggunya aktivitas hariannya.

Page 26: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

3. 1 Sejarah dan Letak Kawasan

Kawasan Gunung Halimun ditetapkan menjadi taman nasional pada tanggal

26 Februari 1992 berdasarkan SK Menteri Kehutanan RI nomor 282/Kpts-II/1992.

Pada tahun 2003, kawasan Gunung Halimun dan Gunung Salak digabung menjadi

satu unit pengelolaan yang ditetapkan dengan SK Menteri Kehutanan RI

no.175/Kpts-II/2003 pada tanggal 10 Juni 2003. Hal ini menjadikan seluruh areal

koridor dan kawasan yang sebelumnya dikelola oleh Perum Perhutani menjadi

bagian dari pengelolaan UPT Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (Rinaldi et

al 2008). Adapun batas-batas wilayah TNGHS adalah:

Sebelah Utara : Desa Cipanas dan Rumpin

Sebelah Timur : Desa Cijeruk

Sebelah Selatan : Desa Cisolok dan Pelabuhan Ratu

Sebelah Barat : Desa Cijaku dan Pangarangan

Secara administratif TNGHS terletak di tiga wilayah kabupaten, yaitu

Kabupaten Lebak, Kabupaten Bogor, dan Kabupaten Sukabumi. Berdasarkan

pengelolaan, kawasan tersebut berada di bawah pengelolaan Balai Taman

Nasional Gunung Halimun-Salak.

3. 2 Fisik Kawasan

3. 2. 1 Topografi dan Tutupan Lahan

Kawasan TNGHS mempunyai ketinggian 500 – 2.211 mdpl. Di kawasan

TNGHS terdapat bukit memanjang mulai dari Gunung Endut (sebelah Barat)

melintasi Gunung Kendeng (di kawasan Baduy) kemudian menurun sampai ke

Gunung Honje dan Semenanjung Ujung Kulon.

Berdasarkan interpretasi raster map Taman Nasional Gunung Halimun-

Salak (TNGHS), wilayah TNGHS 58 % masih berupa hutan alam. Klasifikasi

tutupan lahan di TNGHS disajikan pada tabel III-1.

Page 27: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

9

Tabel III-1. Klasifikasi dan luas penutupan lahan di TNGHS No Jenis tutupan lahan Luas (km

2)

1 Badan air 282

2 Hutan 694225

3 Hutan tanaman 44292

4 Kebun campuran 52318

5 Kebun karet 61460

6 Kebun the 29433

7 Ladang 70732

8 Lahan kosong 6520

9 Lahan terbangun 9720

10 Rumput 9164

11 Sawah 32876

12 Semak 182067

13 Tidak terdata 24

Total area 1193113

Sumber: BTNGHS 2011

3. 2. 2 Iklim

Curah hujan rata-rata di wilayah TNGHS bervariasi antara 4.000 mm

sampai 6.000 mm/tahun. Bulan Oktober – April merupakan musim hujan dengan

curah hujan antara 400 mm – 600 mm/bulan, sedangkan musim kemarau

berlangsung dari bulan Mei – September dengan curah hujan rata-rata sekitar 200

mm/bulan. Suhu udara rata-rata bulanan 31,5 0C dengan suhu terendah 19,7

0C

dan suhu tertinggi 31,8 0C. Kelembaban udara rata-rata 88%.

3. 2. 3 Hidrologi

Di bagian utara dari kawasan ini terdapat tiga Daerah Aliran Sungai (DAS)

penting, yaitu sungai Ciberang, Cidurian, dan Cikaniki (Hartono 2007). Di bagian

sebelah selatan terdapat sembilan DAS yaitu, Cimandur, Cihara, Cisiih, Cibareno,

Cisolok, Cimaja, Cikasomayang, Citepus, dan Cimandiri. Aliran air sungai-sungai

tersebut banyak dimanfaatkan untuk irigasi lahan pertanian, air rumah tangga,

pembangkit listrik mikrohidro, industri dan wisata arung jeram.

3. 3 Biotik Kawasan

3. 3. 1 Flora

Kawasan TNGHS pada ketinggian 500 - 1.500 mdpl terdapat jenis-jenis

rasamala (Altingia excelsa), puspa (Schima walichii), saninten (Castanopsis

javanica), kiriung anak (Castanopsis acuminatissima), pasang (Quercus

gemelliflora), ganitri (Elaeocarpus ganitrus), kileho (Saurauia pendula), dan

kimerak (Weinmannia blumei). Pada ketinggian di atas 1.500 mdpl didominasi

jenis jamuju (Dacrycarpus imbricatus), kibima (Podocarpus blumei), dan kiputri

Page 28: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

10

(Podocarpus neriifolius). Jenis yang menarik adalah hamirung (Vernonia

arborea) yang merupakan satu-satunya anggota suku Asteraceae yang berbentuk

pohon, jenis ini ditandai dengan perbungaan yang majemuk.

3. 3. 2 Fauna

Di kawasan TNGHS ditemukan 61 jenis mamalia, diantaranya terdapat

jenis-jenis endemik pulau Jawa dan jenis-jenis terancam punah. Jenis-jenis

terancam punah dapat dijumpai saat ini, antara lain: macan tutul jawa (Panthera

pardus melas), kucing hutan (Prionailurus bengalensis), owa jawa (Hylobates

moloch), surili (Presbytis comata), lutung (Tracypithecus auratus), ajag (Cuon

alpinus javanicus) dan sigung (Mydaus javanensis). Selain jenis-jenis mamalia

juga tercatat 244 jenis burung, dimana 32 jenis diantaranya adalah endemik Pulau

Jawa dengan penyebaran terbatas bahkan beberapa jenis terancam punah, yaitu

elang jawa (Nisaetus bartelsi), ciung-mungkal jawa (Cochoa azurea), celepuk

jawa (Otus angelinae), dan luntur gunung (Harpactes reinwardtii).

Page 29: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

IV. METODE PENELITIAN

4. 1 Lokasi dan Waktu

Penelitian dilaksanakan dari bulan November 2010 sampai dengan bulan

Januari 2011 di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak. Peta lokasi pengamatan

dapat dilihat pada Gambar IV-1.

Gambar IV-1 Lokasi penelitian di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak.

Jalur pengamatan yang digunakan untuk memperoleh data mengenai

karakteristik habitat dan pola sebaran spasial macan tutul jawa di Taman Nasional

Gunung Halimun-Salak dideskripsikan pada Tabel IV-1.

Cisoka

Cikaniki Cidahu

Page 30: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

12

Tabel IV-1. Jalur penelitian macan tutul jawa di TNGHS Wilayah (Tipe Habitat) Areal Pengamatan Keterangan

Cisoka

(Hutan pegunungan bawah

sekunder)

Koridor

(panjang 3,1 km)

Gunung Endut

(panjang 4,3 km)

Kerapatan vegetasi tinggi, sebagian lahan

merupakan bekas tanaman Perhutani,

berbatasan langsung dengan pemukiman

warga.

Kerapatan vegetasi sedang, sebagian

wilayah merupakan punggungan tebing,

merupakan jalur perlintasan masyarakat

dan kerbau gembalaan

Citalahab-Cikaniki

(Hutan pegunungan bawah

primer)

Gunung Kendeng

(panjang 3,1 km)

Wates

(panjang 1,2 km)

Kelerengan 30-45 derajat, bagian bawah

dan tengah lereng didominasi oleh

rasamala (Altingia excelsa), sedangkan di

bagian atas lereng didominasi oleh paku

andam (Gleichenia linearis), dan terdapat

kantung semar (Nepenthes sp)

Kerapatan vegetasi rapat, terdapat Sungai

Wates atau yang dikenal dengan Sungai

Cikaniki, terdapat gua kecil di salah satu

sisi sungai yang dikenal dengan nama Goa

Macan

Cidahu

(Hutan pegunungan tengah)

Cibogo

Kawah Ratu

Kerapatan vegetasi tinggi, merupakan jalur

yang dikeramatkan sehingga jarang

dilewati oleh masyarakat, merupakan jalur

alternatif menuju puncak Perbakti.

Kerapatan vegetasi sedang, merupakan

jalur paling banyak dikunjungi di Resort

Cidahu karena merupakan jalur pendakian

dan jalur wisata kawah.

Pemilihan lokasi penelitian didasarkan pada keterwakilan tipe habitat dan

gangguan yang ada pada tipe habitat dan gangguan yang pertimbangannya

sebagaimana disajikan pada tabel IV-2.

Tabel IV-2. Lokasi penelitian dan pertimbangannya Lokasi Tipe habitat Pertimbangan

Cisoka Hutan pegunungan bawah

sekunder, lokasi ini merupakan

daerah hutan bekas Perhutani

yang berbatasan langsung dengan

pemukiman masyarakat desa

Wilayah ini merupakan lahan bekas

Perhutani yang kini dikelola oleh

masyarakat. Sebagian wilayah penelitian

berada di jalur lintas masyarakat dan

gembalaannya sehari-hari. Pada tanggal 5

Januari 2010, dua ekor macan tutul jawa

tertangkap camera trap tim monitoring

TNGHS.

Cikaniki-Citalahab Hutan pegunungan bawah primer,

merupakan daerah yang

berbatasan dengan kebun teh

nirmala, merupakan daerah

konsentrasi penelitian macan tutul

jawa di TNGHS

Daerah ini merupakan lokasi konsentrasi

penelitian bagi para peneliti macan tutul.

Lokasi ini terdiri dari beberapa bukit

yang tinggi yang memiliki punggungan-

punggungan menyerupai gunung kecil.

Lokasi ini sering menjadi tempat

ditemukannya jejak kaki macan tutul

jawa.

Cidahu Hutan pegunungan tengah Daerah ini merupakan daerah wisata

alam namun mulai tahun 2009 dijadikan

lokasi monitoring macan tutul jawa

TNGHS.

Page 31: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

13

4. 2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Global Positioning System

(GPS) Garmin eTrex, kompas, lampu senter, meteran, tali, alat pengukur waktu,

kamera digital, program software ArcGIS versi 9.3, minitab 4.1, dan buku

panduan lapang (field guide) mamalia Taman Nasional Gunung Halimun-Salak.

Bahan yang digunakan adalah peta digital kawasan Taman Nasional Gunung

Halimun-Salak, baterei alkaline, dan gipsum (untuk mencetak jejak kaki satwa).

4. 3 Metode Pengumpulan Data

Kegiatan pengumpulan data terdiri dari tiga tahap, yaitu:

1. Kegiatan Pendahuluan

Kegiatan pendahuluan yang dilakukan sebelum penelitian dilaksanakan

meliputi:

a. Orientasi (pengenalan) lapang, untuk penentuan sample plot pengamatan.

b. Studi pustaka, kegiatan untuk mendapatkan informasi – informasi

mengenai macan tutul jawa beserta habitatnya.

2. Data yang Dikumpulkan

Data yang dikumpulkan adalah sebagai berikut:

a. Struktur dan komposisi vegetasi, sumber air, dan satwa mangsa.

b. Penyebaran macan tutul jawa di TNGHS.

3. Cara Pengumpulan Data

a. Populasi dan Penyebaran Macan Tutul Jawa beserta Satwa Mangsanya

Pengamatan terhadap tanda-tanda keberadaan macan tutul dan satwa

mangsanya dilakukan di sepanjang jalur (track) yang sudah tersedia dan

mencatat posisi GPS tanda-tanda keberadaan satwa yang ditemukan.

Keberadaan satwa diketahui melalui jejak, kotoran, dan tanda lain. Seluruh titik

posisi GPS satwa tersebut dimasukkan ke dalam software ArcGIS versi 9.3.

Jejak kaki yang ditemukan juga diukur untuk identifikasi individu. Pengamatan

di setiap jalur dilakukan tiga kali pengulangan dengan jeda satu hari per jalur.

b. Vegetasi Habitat

Analisa vegetasi dilakukan dengan cara metode garis berpetak (Gambar

IV-2). Petak 20 m x 20 m untuk pengamatan vegetasi tingkat pertumbuhan

pohon, petak berukuran 2 m x 2 m untuk tingkat semai dan tumbuhan bawah, 5

Page 32: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

14

m x 5 m untuk tingkat pancang dan 10 m x 10 m untuk tingkat tiang. Data yang

dikumpulkan untuk tingkat pohon dan tiang adalah jenis, diameter setinggi

dada, tinggi bebas cabang dan tinggi total. Untuk tingkat pancang, semai, dan

tumbuhan bawah yang dicatat adalah jenis tumbuhan dan jumlah individu

setiap jenis (Soerianegara dan Indrawan 1980).

Gambar IV-2 Bentuk plot pengamatan vegetasi menggunakan metode garis berpetak.

Keterangan:

a = petak pengamatan tingkat semai dan tumbuhan bawah

b = petak pengamatan tingkat pancang

c = petak pengamatan tingkat tiang

d = petak pengamatan tingkat pohon

c. Fungsi Habitat

Data mengenai fungsi habitat didapatkan melalui observasi lapangan

yang dilakukan bersamaan dengan pengamatan tanda-tanda macan tutul jawa

dan satwa mangsanya di sepanjang jalur penelitian. Data yang diambil adalah

deskripsi vegetasi, ada tidaknya goa, jenis vegetasi dominan, dan tanda-tanda

aktivitas macan tutul jawa.

d. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi pustaka, pengelola,

petugas lapangan, dan masyarakat setempat. Data sekunder yang diperlukan

adalah keberadaan satwa mangsa dan satwa pesaing, kondisi populasi macan

tutul jawa dan habitatnya, gangguan pernah dan potensial terjadi, interaksi

antara macan tutul jawa dengan masyarakat, serta kondisi penduduk di sekitar

Taman Nasional Gunung Halimun-Salak.

Page 33: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

15

4. 4 Analisis Data

a. Vegetasi Habitat

Data vegetasi yang didapat kemudian dilakukan pengolahan untuk

mendapatkan nilai-nilai kerapatan jenis (KR), frekuensi relatif (FR), dominansi

relatif (DR), dan indeks nilai penting (INP) dengan rumus sebagai berikut:

Kerapatan jenis

Kerapatan (K) = jumlah indvidu : luas contoh

K. Relatif (KR) = (kerapatan suatu jenis : kerapatan seluruh jenis) x 100%

Frekuensi jenis

Frekuensi (F) = (Σ plot ditemukannya suatu jenis : Σ seluruh plot)

F. Relatif (FR) = (frekuensi suatu jenis : frekuensi seluruh jenis) x 100%

Dominansi jenis

Dominansi (D) = luas bidang dasar : luas contoh

D. Relatif (DR) = (dominansi suatu jenis : dominansi seluruh jenis) x 100%

Luas bidang dasar: 4

1LBDS .d

2

Dimana d = diameter setinggi dada (± 130 cm)

Indeks Nilai Penting (INP)

INP (tiang dan pohon) = KR + FR + DR

INP (pancang dan semai) = KR + FR

Bentuk cover (tempat berlindung) dipelajari dengan cara obervasi

langsung di lapangan. Bentuk cover macan tutul jawa dalam penelitian ini

dibedakan menurut bentuk dan fungsinya, yaitu sebagai tempat berlindung,

tempat minum, tempat berburu satwa mangsa, dan tempat istirahat.

Tabel IV-3 Fitur habitat macan tutul jawa

Fungsi

habitat

Fisik Vegetasi Tanda

aktivitas

macan tutul Mdpl Goa Pohon

tumbuhan

bawah

Jenis

dominan

1*) 2*) 3*) 4*) 4*) 5*) 6*)

*)Keterangan: 1. Diisi dengan fungsi habitat tersebut untuk macan tutul jawa (tempat berburu, berlindung, istirahat,

atau mengasuh anak) 2. Diisi dengan ketinggian tempat ditemukannya tanda-tanda macan tutul jawa menggunakan habitat

tersebut

3. Diisi dengan ada/tidaknya goa di habitat tersebut 4. Diisi dengan ciri khas vegetasinya seperti pohon dan tumbuhan bawah yang terdapat di habitat

tersebut

5. Diisi dengan jenis tumbuhan dominan di habitat tersebut 6. Diisi dengan bukti-bukti ditemukannya tanda aktivitas macan tutul jawa maupun satwa mangsanya

di habitat tersebut

Page 34: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

16

b. Satwa Mangsa

Penghitungan tingkat perjumpaan (encounter rate) satwa dilakukan

dengan cara membagi jumlah titik perjumpaan tanda-tanda (jejak) satwa

mangsa yang ditemukan di jalur pengamatan dengan panjang setiap jalurnya.

ER = Ʃ jejak / panjang jalur

Untuk mengelompokkan kelas perjumpaan satwa mangsa digunakan

rumus sebaran frekuensi (Walpole 1982), dengan menentukan banyaknya

selang kelas yang diperlukan. Dalam penelitian ini kelas perjumpaan satwa

mangsa dibagi menjadi tiga yaitu rare, easy, common. Tentukan wilayah data

dengan menggunakan w = nilai maksimumi – nilai minimumi. Untuk

memperoleh lebar kelas digunakan formula c = w/jumlah kelas. Tentukan limit

bawah kelas bagi selang pertama, lalu tambahkan lebar kelas untuk

memperoleh limit atas kelas. Tentukan frekuensinya pada masing-masing kelas.

c. Keanekaragaman Jenis Satwa Mangsa

Data mangsa macan tutul jawa diolah sehingga memberikan informasi

keanekaragaman Shannon-Wienner (H’) dan indeks kemiripan jenis komunitas

(IS). Adapun rumus H’ yaitu (Magurran 1988):

N

niln

N

niH'

Keterangan: H’ = Indeks keanekaragaman Shannon-Wienner

ni = jumlah individu pada jenis ke-i

N = jumlah total individu

Indeks kemiripan komunitas (similiarity index) antara dua tipe habitat

dihitung dengan rumus (Odum 1994):

BA

2CSI

Keterangan: SI = similiarity index

Page 35: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

17

A = jumlah jenis dalam kedua habitat A

B = jumlah jenis dalam kedua habitat B

C = jumlah jenis yang sama pada kedua tipe habitat

Untuk mengetahui perbedaan nilai H’ di antara ketiga tipe habitat maka

dilakukan uji t. Hipotesis (H0) yang akan diuji adalah tidak adanya perbedaan

H’ antar tipe habitat dengan kaidah menerima H0 apabila nilai thitung kurang dari

ttabel pada taraf selang kepercayaan 95 %.

Ragam dari H’ dihitung menggunakan rumus (Magurran 1988):

2

22

2N

1S

N

N

niln

N

ni

N

niln

N

ni

VarH'

Keterangan: S = banyaknya jenis satwa mangsa pada suatu tipe habitat

Uji t untuk mengetahui signifikasi perbedaan antara dua H’

menggunakan rumus (Magurran 1988):

1/2

21

21

varH'varH'

H'H't

Untuk menghitung derajat bebas (degree of freedom/df) digunakan rumus

(Magurran 1998):

2

2

21

2

1

2

21

/NvarH'/NvarH'

varH'varH'df

d. Ketersediaan Air

Ketersediaan air dapat dilihat dari pengamatan langsung di lapangan

(permanen atau tidak permanen). Parameter yang diamati adalah bentuk

sumber air, ketersediaan sumber air (tersedia sepanjang tahun/tidak), dan tipe

habitat tempat ditemukannya sumber air tersebut.

Page 36: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

18

Tabel IV-4. Sumber air di TNGHS

Sumber air Bentuk sumber air

Ketersediaan sumber air

Tipe habitat Tersedia

sepanjang

tahun

Tidak

tersedia

sepanjang

tahun

1*) 2*) 3*) 3*) 4*)

*) Keterangan: 1. Diisi dengan nama sumber air yang ditemukan

2. Diisi dengan bentuk sumber air, seperti sungai, aliran parit, tadah hujan, dan lain-lain

3. Diisi dengan jika tersedia sepanjang tahun, dan – jika tidak tersedia sepanjang tahun 4. Diisi dengan jenis tipe habitat tempat ditemukannya sumber air tersebut

e. Gangguan Habitat

Data Gangguan habitat didapat dari Balai Taman Nasional Gunung

Halimun-Salak dan temuan di sepanjang lokasi pengamatan. Data tersebut

direkapitulasi ke dalam bentuk tabel IV-5

Tabel IV-5. Gangguan habitat di TNGHS

No Jenis gangguan

Tipe habitat

Hutan

pegunungan

bawah sekunder

Hutan

pegunungan

bawah primer

Hutan

pegununga

n tengah

1*) 2*) 2*) 2*)

*) Keterangan: 1. Diisi dengan jenis/nama gangguan yang ditemukan dari observasi lapang/data sekunder

2. Diisi dengan jika ditemukannya gangguan, dan – jika tidak ditemukannya gangguan

f. Kepadatan Relatif Macan Tutul Jawa

Pendugaan kepadatan relatif macan tutul jawa setiap jalur pengamatan

berdasarkan temuan jejak dihitung dengan persamaan:

AD

n

1i pi

Keterangan:

D = kepadatan relatif (individu/km2)

pi = jumlah individu pada pengamatan ke-i (individu)

A = luas jalur yang diteliti (km2)

g. Pola Sebaran Macan Tutul Jawa

Bentuk sebaran spasial macan tutul jawa ditentukan menggunakan nilai

indeks penyebaran (Ludwig dan Reynolds 1988) sebagai berikut:

Indeks Dispersion

ID = (S2

/ )

Keterangan: ID = Indeks penyebaran

x

Page 37: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

19

S2 = Ragam populasi macan tutul jawa

= Jumlah rata-rata macan tutul jawa

ID = 1, maka satwa menyebar acak

ID < 1, maka satwa menyebar homogen

ID > 1, maka satwa menyebar kelompok/agregat

h. Hubungan antara Perbedaan Jumlah Aktivitas Macan Tutul Jawa di

Setiap Tipe Habitat

Analisis hubungan dilakukan antara aktivitas macan tutul jawa dengan

tipe habitat. Hal ini dimaksudkan untuk menyelidiki ada tidaknya hubungan

antara tipe habitat dengan jenis-jenis aktivitas yang dilakukan oleh macan tutul

jawa. Hubungan tersebut akan dianalisis menggunakan uji chi kuadrat.

Untuk mempermudah pengelompokan data mengenai macan tutul jawa,

maka setiap perjumpaan baik langsung atau tidak langsung yang

mengindikasikan keberadaan macan tutul jawa beserta aktivitasnya

dimasukkan ke dalam tabel isian.

Tabel IV-6. Tabel isian tanda aktivitas macan tutul jawa No Tanda

aktivitas

Frekuensi per tipe habitat

Hutan

pegunungan

bawah

sekunder

Hutan

pegunungan

bawah

primer

Hutan

pegunungan

tengah

1*)

2*) 2*) 2*)

*) Keterangan: 1. Diisi dengan tanda aktivitas macan tutul jawa yang ditemukan, seperti cakaran di tanah, feses, suara, dan lainnya

2. Diisi dengan jumlah (frekuensi) ditemukannya jenis tanda aktivitas macan tutul jawa

pada masing-masing tipe habitat

Setiap temuan yang ada dimasukkan ke dalam tabel sehingga dapat

diketahui frekuensi keseluruhan dari aktivitas macan tutul jawa pada suatu tipe

habitat. Hal ini juga digunakan untuk mengetahui karakteristik habitat yang

disukai oleh macan tutul jawa dengan indikasi bahwa tempat yang lebih

disukai akan lebih banyak digunakan oleh macan tutul jawa.

Parameter yang akan dianalisis menggunakan metode uji chi-kuadrat

adalah tipe aktivitas macan tutul jawa dengan tipe habitat yang digunakannya.

Langkah pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

H0: tidak ada perbedaan aktivitas di setiap tipe habitat

H1: adanya perbedaan aktivitas di setiap tipe habitat

x

Page 38: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

20

Jika χ2 hitung kurang dari χ

2 tabel maka terima H0 pada taraf α = 5%,

dengan derajat bebas (v) = (b-1) (k-1) dimana b dan k masing-masing

menyatakan baris dan kolom.

χ 2

k

i 1 i

iiii

E

E-OE-O

Keterangan:

Oi = frekuensi hasil pengamatan ke-i

Ei = frekuensi harapan ke-i

Frekuensi harapan = (total kolom x total baris) : total pengamatan

i. Analisis Hubungan Jarak dari Sungai/Pemukiman terhadap

Penyebaran Spasial Macan Tutul Jawa

Parameter yang akan dianalisis menggunakan uji regresi pada minitab 4.2

adalah jumlah jejak kaki macan tutul jawa dengan jarak dari

sungai/pemukiman dan jumlah jejak satwa mangsa. Persamaan regresi linier

yang digunakan adalah sebagai berikut (Supranto 2004):

Y = k0 + k1a + k2b + ... + k12l + e

Keterangan: Y= jumlah jejak kaki macan

a= jarak dari pemukiman/sungai

b= jumlah jejak satwa mangsa

Patokan pengambilan keputusan (Sarwono 2006):

Jika P < 0,05 maka hubungan kedua variabel signifikan

Jika P > 0,05 maka hubungan kedua variabel tidak signifikan

Sifat korelasi akan menentukan arah dari korelasi. Keeratan korelasi

dapat dikelompokkan sebagai berikut (Nugroho 2005):

0,00 – 0,20 berarti korelasi memiliki keeratan sangat lemah

0,21 – 0,40 berarti korelasi memiliki keeratan lemah

Page 39: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

21

0,41 – 0,70 berarti korelasi memiliki keeratan kuat

0,71 – 0,90 berarti korelasi memiliki keeratan sangat kuat

0,91 – 0,99 berarti korelasi memiliki keeratan sangat kuat sekali

1 berarti korelasi sempurna

Page 40: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil

5.1.1 Karakteristik Habitat Macan Tutul Jawa

5.1.1.1 Struktur dan Komposisi Vegetasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hutan pegunungan bawah sekunder

paling banyak ditemukan tanda-tanda keberadaan macan tutul jawa. Hal ini

diduga karena hutan ini memiliki tumbuhan bawah yang melimpah akibat bekas

perambahan. Tumbuhan bawah tersebut merupakan pakan satwa-satwa herbivora

yang menjadi mangsa macan tutul jawa. Macan tutul jawa akan mengikuti

keberadaan satwa mangsanya.

Tabel V-1. Deskripsi tipe habitat macan tutul jawa

Tipe habitat Struktur habitat Komposisi habitat

KR

macan

tutul jawa

(ind/km2)

Ʃ tanda

keberadaa

n macan

tutul jawa

Ʃ jenis

satwa

mangsa

Hutan

pegunungan

bawah

sekunder

Strata B

didominasi

pasang batu.

Strata C-D

didominasi

kiriung anak.

Strata E

didominasi cariu

dan ki lampeni.

63 jenis semai dan tumbuhan

bawah, 37 jenis pohon. Pohon

didominasi Entada

phaseoloides, Schima

walichii, Castanopsis

acuminatisima, dan Quercus

sundaica. Kerapatan lantai

hutan didominasi oleh rotan

dan ki lampeni. Pohon tidak

terlalu rapat, namun memiliki

keliling rata-rata 150 cm.

0.09 21 7

Hutan

pegunungan

bawah primer

Strata B-D

didominasi

kiriung anak.

Strata E

didominasi

hariang dan

cariang.

28 jenis semai dan tumbuhan

bawah, 6 jenis pohon.

Didominasi oleh kiriung

anak, Begonia hirtella,

Quercus sundaica,

Castanopsis argentea, dan

Homalomena rubra.

Kerapatan lantai hutan

didominasi oleh kokopian dan

hariang. Jarak antar pohon

renggang dan memiliki

keliling rata-rata 150 cm.

0.31 20 15

Hutan

pegunungan

tengah

Strata B-D

didominasi

saninten dan

pasang. Strata E

didominasi ki

tales dan hariang.

22 jenis semai dan tumbuhan

bawah, 23 jenis pohon.

Didominasi oleh Begonia

hirtella, Notaphoebe

umbelliflora, Castanopsis

argentea, dan Quercus

sundaica. Kerapatan lantai

hutan didominasi oleh

hariang. Jarak antar pohon

rapat dan memiliki keliling

rata-rata 120 cm.

0.08 12 13

Page 41: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

23

Pada habitat hutan sekunder, ditemukan penutupan tumbuhan bawah yang

sangat melimpah. Hal ini dikarenakan habitat ini sedang mengalami pemulihan

setelah perambahan manusia. Dari hasil pengamatan, sebagian besar strata lantai

hutan didominasi oleh tumbuhan bawah dari jenis rotan (Daemonorops

melanochaetes) dengan kerapatan relatif 25,95% dan ki lampeni (Ardisia humilis)

dengan kerapatan relatif 14,29%. Akar-akar ki lampeni merupakan pakan bagi

babi hutan, yang merupakan satwa mangsa macan tutul jawa. Babi hutan

memakan akar, batang, dan cacing , yang berada di sekitar ki lampeni tersebut.

Gambar V-1 Hutan pegunungan bawah sekunder yang

ditata masyarakat setelah terjadi

perambahan.

Penutupan tajuk pohon besar seperti kiriung anak (Castanopsis

acuminatisima), pasang (Quercus sundaica), dan puspa (Schima walichii) juga

mempunyai peranan penting bagi macan tutul di hutan sekunder ini. Macan tutul

jawa membutuhkan thermal cover baginya untuk melindungi diri dari sinar

matahari. Kanopi hutan di wilayah ini di dominasi oleh ketiga jenis tersebut.

Cakaran macan tutul jawa di pohon (scratch) puspa pada jalur pengamatan

wilayah ini, mengindikasikan bahwa wilayah ini merupakan daerah jelajah macan

tutul jawa. Adapun hasil analisis vegetasi tingkat semai dan tumbuhan bawah

dapat dilihat pada tabel V-2.

Page 42: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

24

Tabel V-2. Hasil analisis vegetasi tingkat semai dan tumbuhan bawah di hutan

pegunungan bawah sekunder

Jalur No Jenis

Σ KR FR INP Nama lokal Nama Ilmiah

Koridor

1 Rotan Daemonorops melanochaetes 47 14.29 11.67 25.95

2 Cariu Entada phaseoloides 35 10.64 5 15.64

3 Ki buluh Gironniera subaequalis 26 7.90 6.67 14.57

4 Malaya

30 9.12 5 14.12

5 Ki tai Dysoxylum amooroides 17 5.17 1.67 6.83

Gunung

Endut

1 Ki lampeni Ardisia humilis 18 14.29 8.62 22.91

2 Kiriung anak Castanopsis acuminatisima 14 11.11 6.90 18.01

3 Harendong bulu Clidemia hirta 11 8.73 6.90 15.63

4 Ki suit

9 7.14 6.90 14.04

5 Cariu Entada phaseoloides 7 5.56 3.45 9.00

Berdasarkan hasil analisis vegetasi tingkat semai dan tumbuhan bawah di

hutan sekunder, ditemukan sebanyak 63 jenis tumbuhan. Jenis semai dan

tumbuhan bawah yang memiliki frekuensi relatif tertinggi adalah rotan

(Daemonorops melanochaetes) dengan nilai 11,67 % dan ki lampeni (Ardisia

humilis) dengan nilai FR 8,62 %. Hal ini menerangkan bahwa ketersediaan

(availability) pakan satwa herbivora cukup baik dengan tersedianya tumbuhan

bawah yang tersedia hampir di seluruh plot pengamatan.

Pada tingkat pancang, ditemukan 53 jenis tumbuhan. Jenis tumbuhan hasil

analisis vegetasi yang mendominasi dengan INP tertinggi adalah ki buluh

(Gironniera subaequalis) dengan nilai 27,2 %, sedangkan KR tertinggi adalah

kiriung anak (Castanopsis acuminatisima) dengan nilai 16,97 %.

Tabel V-3. Hasil analisis vegetasi tingkat pancang di hutan pegunungan bawah

sekunder

Jalur No Jenis

Σ KR FR INP Nama lokal Nama Ilmiah

Koridor

1 Ki buluh Gironniera subaequalis 20 16.39 10.81 27.2

2 Ki kawat Gareinia rostrata 7 5.74 8.11 13.85

3 Rengang

7 5.74 5.41 11.14

4 Malaya

8 6.56 2.70 9.26

5 Saray Caryota mitis 8 6.56 2.70 9.26

Gunung

Endut

1 Kiriung anak Castanopsis acuminatisima 28 16.97 8.62 25.59

2 Puspa Schima walichii 22 13.33 10.34 23.68

3 Kopo Eugenia cymosa 13 7.88 6.90 14.78

4 Huru hejo Actinodaphne sp 10 6.06 5.17 11.23

5 Ki lampeni Ardisia humilis 8 4.85 3.45 8.30

Pada tingkat tiang ditemukan 30 jenis yang didominasi oleh kiriung anak

(Castanopsis acuminatisima) dengan INP sebesar 82,27 %.

Page 43: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

25

Tabel V-4. Hasil analisis vegetasi tingkat tiang di hutan pegunungan bawah

sekunder

Jalur No Jenis

KR FR DR INP Nama lokal Nama Ilmiah

Koridor

1 Kiriung anak Castanopsis acuminatisima 27.59 12.5 28.38 68.47

2 Ki buluh Gironniera subaequalis 10.34 12.5 8.11 30.95

3 Mara Macaranga rhizinoides 6.90 8.33 7.00 22.23

4 Ki bancet Turpinia pomifera 3.45 4.17 5.42 13.03

5 Huru payung Actinodaphne areolata 3.45 4.17 5.23 12.84

Gunung

Endut

1 Kiriung anak Castanopsis acuminatisima 30 13 39.22 82.27

2 Ki sampang Evodia latifolia 10 13 11.49 34.53

3 Tali ketan

6.67 8.7 6.08 21.44

4 Kalapa cuing Cocos sp 6.67 8.7 4.12 19.48

5 Rengang 6.67 8.7 3.80 19.16

Hasil analisis vegetasi tingkat pohon di hutan sekunder ditemukan 37 jenis

yang didominasi oleh kiriung anak (Castanopsis acuminatisima) dengan nilai DR

36,93 % dan puspa (Schima walichii) dengan nilai DR 46,91%.

Tabel V-5. Hasil analisis vegetasi tingkat pohon di hutan pegunungan bawah

sekunder

Jalur No Jenis

KR FR DR INP Nama lokal Nama Ilmiah

Koridor

1 Puspa Schima walichii 14.46 8.33 46.91 69.7

2 Kiriung anak Castanopsis acuminatisima 28.92 10.42 21.02 60.36

3 Rasamala Altingia excels 10.84 12.5 5.50 28.84

4 Pasang batu Quercus blumeana 4.82 8.33 5.24 18.4

5 Pasang Quercus sundaica 3.61 6.25 5.58 15.45

Gunung

Endut

1 Kiriung anak Castanopsis acuminatisima 56.38 22.22 36.93 115.5

2 Pasang Quercus sundaica 11.7 15.56 49.54 76.8

3 Saninten Castanopsis argentea 5.32 11.11 3.28 19.72

4 Puspa Schima walichii 3.19 6.67 1.02 10.88

5 Ki mokla Knema laurina 2.13 4.44 1.03 7.60

Vegetasi hutan sekunder yang mendominasi adalah kiriung anak

(Castanopsis acuminatisima), ki buluh (Gironniera subaequalis), mara

(Macaranga semiglobosa), ki bancet (Turpinia Montana), huru payung

(Neonauclea calycina), ki sampang (Evodia latifolia), tali ketan, kalapa cuing

(Cocos sp), dan rengang.

Hutan pegunungan bawah tersebar di hampir seluruh wilayah Taman

Nasional Gunung Halimun-Salak, biasanya ditandai dengan adanya perkebunan

teh. Analisis vegetasi dilakukan di hutan pegunungan bawah primer di daerah

Cikaniki.

Page 44: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

26

Tabel V-6. Hasil analisis vegetasi tingkat semai dan tumbuhan bawah di hutan

pegunungan bawah primer

Jalur No Jenis

Σ KR FR INP Nama lokal Nama Ilmiah

Gunung

Kendeng

1 Kokopian Plectronia didyma 33 22.92 17.54 40.46

2 Kiriung anak Castanopsis acuminatisima 35 24.31 14.04 38.34

3 Cantigi Vaccinium varingifolium 14 9.72 12.28 22

4 Bubukuan Strobilanthes cernua 19 13.19 7.02 20.21

5 Huru hiris Litsea javanica 8 5.56 8.77 14.33

Wates

1 Hariang Begonia hirtella 12 14.81 6.67 21.48

2 Cariang Homalomena rubra 7 8.64 8.89 17.53

3 Bingbin Impomoea pescaprae 8 9.88 6.67 16.54

4 Bubukuan Strobilanthes cernua 7 8.64 6.67 15.31

5 Ki uncal Tristaniopsis whiteana 5 6.17 8.89 15.06

Hasil analisis vegetasi tingkat semai dan tumbuhan bawah di hutan

pegunungan bawah, ditemukan sebanyak 28 jenis tumbuhan. Jenis semai dan

tumbuhan bawah yang memiliki tingkat penyebaran tertinggi hampir di seluruh

plot pengamatan adalah kokopian (Plectronia didyma ) dengan nilai FR 17,54 %.

Tabel V-7. Hasil analisis vegetasi tingkat pancang di hutan pegunungan bawah

primer

Jalur No Jenis

Σ KR FR INP Nama local Nama Ilmiah

Gunung

Kendeng

1 Kiriung anak Castanopsis acuminatisima 28 33.73 19.57 53.3

2 Huru hiris Litsea javanica 18 21.69 19.57 41.25

3 Gompong Polyscias sp 11 13.25 13.04 26.3

4 Pasang Quercus sundaica 9 10.84 15.22 26.06

5 Ipis kulit Decaspermum priticosum 6 7.23 13.04 20.27

Wates

1 Ki kawat Gareinia rostrata 12 34.29 26.09 60.37

2 Ki haji Dysoxylum macrocarpum 5 14.29 13.04 27.33

3 Kopo Eugenia cymosa 4 11.43 13.04 24.47

4 Ki uncal Tristanopsis whiteana 2 5.71 8.70 14.41

5 Sirowar 2 5.71 8.70 14.41

Pada tingkat pancang, ditemukan 15 jenis tumbuhan. Jenis tumbuhan hasil

analisis vegetasi yang mendominasi dengan KR tertinggi adalah ki kawat

(Gareinia rostrata) dengan nilai KR 34,29 %.

Tabel V-8. Hasil analisis vegetasi tingkat tiang di hutan pegunungan bawah

primer

Jalur No Jenis

KR FR DR INP Nama local Nama Ilmiah

Gunung

Kendeng

1 Kiriung anak Castanopsis acuminatisima 50 35.7 48.44 134.2

2 Puspa Schima walichii 27.78 35.7 26.78 90.27

3 Pasang Quercus sundaica 11.11 14.3 17.6 43

4 Huru hiris Litsea javanica 5.56 7.14 3.99 16.69

5 Gompong Polyscias sp 5.56 7.14 3.19 15.88

Wates

1 Rasamala Altingia excels 13.64 13.6 16.78 44.06

2 Kopo Eugenia cymosa 13.64 13.6 12.2 39.47

3 Huru gemblung Litsea resinosa 13.64 13.6 11.09 38.37

4 Pasang Quercus sundaica 9.09 9.09 12.71 30.89

5 Saninten Castanopsis argentea 9.09 9.09 10.6 28.78

Page 45: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

27

Pada tingkat tiang ditemukan 15 jenis tumbuhan. Jenis tumbuhan hasil

analisis vegetasi di hutan pegunungan bawah yang mendominasi adalah kiriung

anak (Castanopsis acuminatisima) dengan nilai KR sebesar 48,44 %.

Tabel V-9. Hasil analisis vegetasi tingkat pohon di hutan pegunungan bawah

primer

Jalur No Jenis

KR FR DR INP Nama lokal Nama Ilmiah

Gunung

Kendeng

1 Kiriung anak Castanopsis acuminatisima 54.55 42.86 45.04 142.4

2 Pasang Quercus sundaica 18.18 28.57 33.16 79.91

3 Puspa Schima walichii 27.27 28.57 21.8 77.64

Wates

1 Pasang Quercus sundaica 21.43 25 34.74 81.17

2 Saninten Castanopsis argentea 28.57 25 23.93 77.5

3 Rasamala Altingia excels 21.43 25 26.81 73.24

4 Puspa Schima walichii 21.43 16.67 10.24 48.33

5 Kopo Eugenia cymosa 7.14 8.33 4.282 19.76

Dari hasil analisis vegetasi tingkat pohon di hutan pegunungan bawah

ditemukan 6 jenis tumbuhan. Jenis pohon yang memiliki FR tertinggi adalah

kiriung anak (Castanopsis acuminatisima) dengan nilai 42,86 %.

Gambar V-2 Hutan alam yang mengelilingi kebun teh di

hutan pegunungan bawah primer.

Hutan pegunungan tengah tersebar hampir di seluruh kawasan Salak, Taman

Nasional Gunung Halimun Salak, karena di wilayah ini terdapat banyak puncak

gunung yang mempunyai ketinggian rata-rata 1.200-1.500 mdpl. Pengambilan

sampling plot dilakukan di jalur Cibogo dan jalur Kawah Ratu. Hutan pegunungan

tengah didominasi oleh tumbuhan tinggi menjulang seperti pasang (Quercus

sundaica). Hutan ini memiliki banyak sungai-sungai kecil yang mengalir, namun

sebagian masih didominasi batuan-batuan vulkanik besar di sepanjang jalur

pengamatan dan sungai-sungainya.

Page 46: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

28

Tabel V-10. Hasil analisis vegetasi tingkat semai dan tumbuhan bawah di hutan

pegunungan tengah

Jalur No Jenis

Σ KR FR INP Nama local Nama Ilmiah

Cibogo

1 Ki tales Notaphoebe umbelliflora 152 32.07 11.32 43.39

2 Cacabean Jussieua erecta 106 22.36 18.87 41.23

3 Tepus Achasma megalochilos 63 13.29 13.21 26.5

4 Cariuh Entada phaseoloides 55 11.6 13.21 24.81

5 Hariang Begonia hirtella 46 9.70 13.21 22.91

Kawah

Ratu

1 Hariang Begonia hirtella 70 29.91 14.29 44.2

2 Bawang-bawangan Scirpus erectus 55 23.5 14.29 37.79

3 Harendong bulu Clidemia hirta 23 9.83 17.86 27.69

4 Cacabean Jussieua erecta 18 7.69 10.71 18.41

5 Kirinyuh Eupatorium pallescens 30 12.82 3.571 16.39

Hasil analisis vegetasi tingkat semai dan tumbuhan bawah di hutan

pegunungan tengah, ditemukan sebanyak 22 jenis tumbuhan. Jenis semai dan

tumbuhan bawah yang memiliki KR tertinggi adalah ki tales (Notaphoebe

umbelliflora) sebesar 32,07 %.

Tabel V-11. Hasil analisis vegetasi tingkat pancang di hutan pegunungan tengah

Jalur No Jenis

Σ KR FR INP Nama local Nama Ilmiah

Cibogo

1 Puspa Schima walichii 3 25 33.33 58.33

2 Ki sireum Eugenia clavimyrtus 4 33.3 16.67 50

3 Ki manjeul Gordonia excels 3 25 16.67 41.67

4 Mumuncangan Ostodes sp 1 8.3 16.67 25

5 Mara Macaranga rhizinoides 1 8.3 16.67 25

Kawah Ratu 1 Ki sireum Eugenia clavimyrtus 1 20 50 70

2 Pasang Quercus sundaica 4 80 50 130

Pada tingkat pancang, ditemukan 6 jenis tumbuhan. Jenis tumbuhan hasil

analisis vegetasi yang mendominasi dengan FR tertinggi adalah Puspa (Schima

walichii) dengan nilai 33,33 %.

Tabel V-12. Hasil analisis vegetasi tingkat tiang di hutan pegunungan tengah

Jalur No Jenis

KR FR DR INP Nama local Nama Ilmiah

Cibogo

1 Beleketebe Sloanea sigun 23.81 20 20.81 64.62

2 Ki sireum Eugenia clavimyrtus 19.05 15 18.48 52.53

3 Mumuncangan Ostodes sp 9.52 15 15.43 39.95

4 Puspa Schima walichii 9.52 10 15.89 35.42

5 Ki hujan Engelhardia serata 9.52 10 10.55 30.08

Kawah Ratu

1 Ki hujan Engelhardia serata 23.53 20 26.37 69.9

2 Ki ronyok Cordyline sp 17.65 20 21.9 59.55

3 Ki huut Glochidion obscurum 17.65 20 18.45 56.1

4 Ki wates Eurya japonica 17.65 10 12.83 40.48

5 Ki sampan Evodia latifolia 11.76 10 14.93 36.69

Page 47: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

29

Pada tingkat tiang ditemukan 15 jenis tumbuhan. Jenis tumbuhan hasil

analisis vegetasi di hutan pegunungan tengah yang mendominasi adalah ki hujan

(Engelhardia serata) dengan nilai DR sebesar 26,37 %.

Tabel V-13. Hasil analisis vegetasi tingkat pohon di hutan pegunungan tengah

Jalur No Jenis

KR FR DR INP Nama lokal Nama Ilmiah

Cibogo

1 Saninten Castanopsis argentea 21.33 16.33 33.66 71.32

2 Pasang Quercus sundaica 10.67 10.2 22.07 42.94

3 Beleketebe Sloanea sigun 12 14.29 9.58 35.87

4 Mumuncangan Ostodes sp 17.33 10.2 1.58 29.12

5 Puspa Schima walichii 5.33 6.12 6.33 17.79

Kawah Ratu

1 Pasang Quercus sundaica 42.86 33.33 29.83 106

2 Ki ronyok Cordyline sp 8.57 8.33 33.9 50.81

3 Ki huut Glochidion obscurum 17.14 20.83 7.2 45.18

4 Puspa Schima walichii 8.57 8.33 22.79 39.69

5 Ki wates Eurya japonica 8.57 8.33 2.00 18.9

Dari hasil analisis vegetasi tingkat pohon di hutan pegunungan tengah

ditemukan 23 jenis tumbuhan. Jenis pohon yang memiliki FR tertinggi adalah

pasang (Quercus sundaica) dengan nilai FR sebesar 33,33 %.

Hutan pegunungan tengah memiliki tanda aktivitas dan kelimpahan relatif

macan tutul jawa yang paling kecil. Hal ini diduga karena ketersediaan tumbuhan

bawah yang lebih sedikit dan jarak antar pohon rapat sehingga mempersulit

mobilitas serta pakan satwa mangsa di lantai hutan. Ketersediaan satwa mangsa

yang ditemukan sangat berpengaruh terhadap kelimpahan relatif macan tutul jawa

di habitat tersebut.

5.1.1.2 Ketersediaan Cover

Hasil observasi langsung selama penelitian terdapat empat fungsi habitat

macan tutul jawa, yaitu tempat berburu mangsa, tempat berlindung, tempat

istirahat, dan tempat mengasuh anak (tabel V-14).

Page 48: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

30

Tabel V-14. Fitur habitat macan tutul jawa Fungsi

habitat

Fisik Vegetasi

Mdpl Goa Pohon Tumbuhan bawah Jenis dominan

Tempat

berburu

(mengintai

mangsa)

560-

1200

Tidak

ada

Kerapatan pohon

tidak terlalu rapat

(14.46- 56.38%).

Semak dan tumbuhan bawah

lainnya rapat (>14.29),

terdapat areal yang sedikit

lebih terbuka dari areal

lainnya.

Tidak ada jenis

dominan

tertentu

Tempat

berlindung

600-

1200

Tidak

ada

Kerapatan

pohon besar yang

lebar (21.33-

42.86%).

Tidak ada ciri khusus untuk

tumbuhan bawah yang

digunakan.

Quercus

blumeana,

Castanopsis

acuminatisima,

Schima walichii.

Tempat

istirahat

1100 Ada Kerapatan Pohon

besar (>50%),

bambu.

Kerapatan tumbuhan bawah

tinggi (>32.07%) dan sedikit

tertutup.

Bamboosa sp,

Quercus

sundaica.

Tempat

mengasuh

anak

850 ada Tidak ada ciri

khusus kerapatan

vegetasi.

Tidak ada ciri khusus

tumbuhan bawah yang

digunakan

Tidak ada jenis

dominan

tertentu.

Cover merupakan salah satu komponen habitat penting bagi macan tutul

jawa, yaitu untuk bersembunyi dan mengintai mangsanya (Bailey 1984 dalam

Gunawan 2010). Cover yang dapat teridentifikasi adalah tajuk pohon, goa, semak,

rumpun bambu, dan batang pohon seperti rasamala, puspa, dan pasang. Macan

tutul jawa dapat hidup dengan baik di hutan alam maupun hutan tanaman

(Gunawan 1988). Hal ini menunjukkan bahwa macan tutul jawa tidak memilih

jenis apa yang menjadi komposisi dari suatu area hutan, tetapi macan tutul lebih

memanfaatkan kebutuhan vegetasi yang melindungi dirinya dari panas matahari.

Vegetasi yang menjadi faktor pendukung habitat utama bagi macan tutul

jawa adalah tumbuhan bawah dan tingkat strata pohon. Tumbuhan bawah secara

langsung akan berhubungan dengan kebutuhan pakan macan tutul jawa di habitat

tersebut, karena sebagian besar satwa mangsa macan tutul merupakan satwa

herbivora. Lebar atau tidaknya tajuk dalam suatu vegetasi sangat mempengaruhi

habitat macan tutul jawa. Kebutuhan akan pelindung terik sangat besar bagi

macan tutul jawa untuk beritirahat (Gunawan 2010). Vegetasi juga sangat besar

peranannya sebagai faktor pendukung aktivitas mengintai satwa mangsa bagi

macan tutul jawa.

Page 49: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

31

Gambar V-3 a) Tajuk pohon merupakan cover thermal yang sangat penting

untuk satwa; b) Batang pohon kiriung anak (Castanopsis

acuminatisima) yang berlubang pada bagian bawahnya; c)

Semak tempat ditemukannya jejak macan tutul jawa dan babi

hutan; dan d) Aliran sungai menuju Goa Macan di hutan pegunungan bawah primer.

Tempat berburu (mengintai mangsa) bagi macan tutul jawa memiliki ciri

khas terdapat tumbuhan bawah yang rapat tapi dengan kerapatan pohon yang tidak

terlalu rapat. Hal ini memudahkan macan tutul jawa untuk bergerak memburu

mangsanya. Tempat berlindung bagi macan tutul jawa memiliki ciri khas

penutupan tajuk yang lebar untuk keperluan berteduh sementara dari terik sinar

matahari dan hujan. Tempat istirahat bagi macan tutul jawa memiliki ciri khas

suatu wilayah yang tertutup dan aman dari gangguan. Tempat istirahat macan

tutul jawa memiliki kerapatan tumbuhan bawah yang tinggi. Vegetasi yang dipilih

biasanya adalah rumpun bambu karena rimbun dan tertutup sehingga dapat

terhindar dari gangguan di sekitarnya. Tempat mengasuh anak memiliki ciri khas

tempat yang lebih tinggi seperti punggungan bukit, yang sulit dijangkau oleh

satwa dan macan tutul jawa lainnya (Gunawan 1987). Biasanya tempat mengasuh

anak banyak dilakukan di goa yang dekat dengan aliran sungai.

5.1.1.3 Ketersediaan Mangsa

a

d c

b

Page 50: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

32

Satwa mangsa bagi macan tutul jawa di Taman Nasional Gunung Halimun-

Salak yang ditemukan selama penelitian adalah sebanyak 17 jenis. Pada hutan

sekunder ditemui 8 jenis, pada hutan pegunungan bawah ditemui 15 jenis, dan

pada hutan pegunungan tengah ditemukan 13 jenis. Adapun tingkat perjumpaan

satwa mangsa macan tutul jawa di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak dapat

dilihat pada tabel 16.

Tabel V-15. Tingkat perjumpaan satwa mangsa di berbagai tipe habitat

Nama lokal Nama Ilmiah

Encounter rate (ind/km)

Ket*) Hutan

sekunder

Hutan

pegunungan

bawah

Hutan

pegunungan

tengah

Anjing hutan Cuon alpinus - - 0.12 J

Ayam hutan Gallus gallus 0.27 2.79 - JSKLF

Babi hutan Sus scrofa 1.49 2.33 0.71 JRL

Tupai Tupaia javanica - - 0.35 L

Kancil Tragulus javanicus 0.27 0.93 0.12 J

Kijang Muntiacus muntjak - 0.70 0.35 JF

Kucing hutan Prionailurus bengalensis 0.81 1.16 0.71 J

Landak Hystrix javanica - 0.47 - JS

Lingsang Prionodon linsang - 0.23 - J

Lutung Tracypithecus auratus 0.27 1.63 0.82 LB

Musang luwak Paradoxurus hermaproditus - 1.86 0.59 JFB

Owa jawa Hylobates moloch 0.14 0.23 0.47 LB

Puyuh gonggong Arbrophilla javanica - 1.40 0.35 JK

Sigung Mydaus javanensis - 1.86 0.47 JL

Surili Presbytis comata - 0.47 0.47 L

Tikus duri jawa Maxomys bartelsii - 0.23 - J

Trenggiling Manis javanica 0.27 0.70 0.12 JS *) Keterangan:

J= Jejak kaki

S= Sungkuran

K= Korehan

L= Perjumpaan langsung

F= Kotoran

R= Sarang

B= Sisa makanan

Menurut Anonim (1978) dalam Ahmad (2007), jenis mangsa yang dimakan

oleh macan tutul jawa adalah sigung, kelelawar, lutung, surili, kijang, ayam hutan,

merak, pelanduk, kancil dan satwa mangsa lain. Jenis satwa mangsa yang paling

sering dijumpai di ketiga tempat tersebut adalah babi hutan (Sus scrofa). Babi

hutan merupakan salah satu satwa mangsa macan tutul yang mudah dijumpai di

setiap lokasi penelitian.

Page 51: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

33

Gambar V-4 Tingkat perjumpaan satwa mangsa di TNGHS.

Macan tutul jawa, seperti halnya kucing besar lainnya merupakan satwa

yang oportunis, yaitu satwa yang menggunakan peluang ketika memangsa pakan

yang tersedia pada saat itu juga. Hal ini menyebabkan semakin mudahnya suatu

mangsa ditemukan, kemungkinan besar itu adalah satwa mangsa yang sering

menjadi pakan macan tutul.

Tabel V-16. Pengelompokan perjumpaan satwa mangsa di berbagai tipe habitat

Tipe Habitat Selang kelas Frekuensi

jenis

Kelompok kelas

Hutan pegunungan bawah sekunder

0.14-0.63 5 Rare

0.74-1.23 1 Easy

1.34-1.83 1 Common

Hutan pegunungan bawah primer

0.23-1.12 8 Rare

1.13-2.02 5 Easy

2.03-2.92 2 Common

Hutan pegunungan tengah

0.12-0.41 6 Rare

0.42-0.71 6 Easy

0.72-1.01 1 Common

Berdasarkan data tingkat perjumpaan, masing-masing satwa mangsa dapat

dikelompokkan menjadi tiga kelas yaitu rare (jarang ditemukan), easy (mudah

ditemukan), dan common (biasa ditemukan). Pada hutan sekunder, rata-rata

tingkat perjumpaan satwa mangsa adalah 0,21 individu per kilometer. Satwa

mangsa di hutan sekunder yang termasuk ke dalam tingkat rare adalah ayam

hutan (Gallus gallus), kancil (Tragulus javanicus), lutung (Tracypithecus auratus),

owa jawa (Hylobates moloch), dan trenggiling (Manis javanica), sedangkan untuk

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

An

jing

hu

tan

Aya

m h

uta

n

Bab

i hu

tan

Baj

ing

Kan

cil

Kija

ng

Ku

cin

g h

uta

n

Lan

dak

Lin

gsan

g

Lutu

ng

Mu

san

g

Ow

a ja

wa

Pu

yuh

go

ngg

on

g

Sigu

ng

Suri

li

Tiku

s

Tren

ggili

ng

Enco

un

ter

rate

Satwa Mangsa

Tingkat Perjumpaan Satwa Mangsa di TNGHS

Hutan Pegunungan BawahSekunder

Hutan Pegunungan BawahPrimer

Hutan Pegunungan Tengah

Page 52: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

34

tingkat easy terdapat kucing hutan (Prionailurus bengalensis) serta pada tingkat

common terdapat babi hutan (Sus scrofa).

Di hutan pegunungan bawah, rata-rata tingkat perjumpaan satwa mangsa

adalah 1 individu per kilometer. Satwa mangsa di hutan sekunder yang termasuk

ke dalam tingkat rare adalah kancil (Tragulus javanicus), kijang (Muntiacus

muntjak), landak (Hystrix javanica), lingsang (Prionodon linsang), owa jawa

(Hylobates moloch), surili (Presbytis comata), tikus duri jawa (Maxomys

bartelsii), dan trenggiling (Manis javanica), sedangkan untuk tingkat easy

terdapat kucing hutan (Prionailurus bengalensis), lutung (Tracypithecus auratus),

musang luwak (Paradoxurus hermaphroditus), puyuh gonggong (Arbrophilla

javanica), dan sigung (Mydaus javanica), serta pada tingkat common terdapat

ayam hutan (Gallus gallus) dan babi hutan (Sus scrofa). Di hutan pegunungan

tengah, rata-rata tingkat perjumpaan satwa mangsa adalah 0,33 individu per

kilometer. Satwa mangsa di hutan sekunder yang termasuk ke dalam tingkat rare

adalah anjing hutan/ajak (Cuon alpinus), tupai (Tupaia javanica), kancil

(Tragulus javanicus), kijang (Muntiacus muntjak), trenggiling (Manis javanica)

dan puyuh gonggong (Arbrophilla javanica), sedangkan untuk tingkat easy

terdapat babi hutan (Sus scrofa), kucing hutan (Prionailurus bengalensis), musang

luwak (Paradoxurus hermaphroditus), owa jawa (Hylobates moloch), sigung

(Mydaus javanica), dan surili (Presbytis comata) , serta pada tingkat common

terdapat lutung (Tracypithecus auratus).

Page 53: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

35

Gambar V-5 Tanda-tanda keberadaan satwa mangsa macan tutul

jawa: a) Jejak kaki kucing hutan (Prionailurus

bengalensis); b) Kotoran musang luwak

(Paradoxurus hermaphroditus); c) Sisa makanan

surili (Presbytis comata); dan d) Sarang babi hutan

(Sus scrofa).

Pada kotoran macan tutul di hutan pegunungan bawah ditemukan substrat

kotoran berupa rambut babi hutan, rambut (duri) landak, dan gigi primata. Satwa-

satwa mangsa ini tersebar di seluruh lokasi penelitian dan merupakan mamalia

darat sehingga akan memudahkan macan menangkapnya. Di hutan sekunder

ditemukan kotoran macan berisi substrat rambut babi hutan. Hal ini mendukung

data penelitian juga karena babi hutan merupakan satwa mangsa yang paling

banyak ditemukan di lokasi tersebut dan beberapa jejak kelompok babi hutan di

sepanjang jalur pengamatan juga terdapat jejak macan tutul secara bersamaan.

Selama penelitian diketahui bahwa satwa yang benar-benar diketahui menjadi

pakan macan tutul jawa adalah babi hutan (Sus scrofa), landak (Hystrix javanica),

dan surili (Presbytis comata).

Tabel V-17. Hubungan antara indeks keanekaragaman (H’) satwa mangsa dengan

kepadatan relatif (KR) macan tutul jawa

Tipe Habitat

Jumlah

jenis

mangsa

potensial

H' Mangsa utama

(Karanth & Mervin 1995)

KR

macan

tutul

jawa

Hutan pegunungan

bawah sekunder 7 1.62 4 (babi hutan, kancil, lutung, owa jawa) 0.09

Hutan pegunungan

bawah primer 15 2.46 6 (babi hutan, kancil, kijang, lutung, owa jawa, surili) 0.31

Hutan pegunungan

tengah 13 2.42 6 (babi hutan, kancil, kijang, lutung, owa jawa, surili) 0.08

a b

c d

Page 54: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

36

Dari Tabel V-17 tampak tidak adanya hubungan antara keanekaragaman

jenis dan kekayaan jenis satwa mangsa dengan kelimpahan relatif macan tutul

jawa di suatu tipe habitat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Prater (1965) dalam

Hoogerwerf (1970) bahwa macan tutul akan membunuh dan makan apa saja yang

mudah ditangkapnya. Faktor penting yang mempengaruhi kelimpahan relatif

macan tutul jawa berarti adalah ketersediaan (availability) satwa mangsa di suatu

tipe habitat. Semakin mudah dan melimpah satwa tersebut dijumpai bisa menjadi

indikasi keberadaan macan tutul di suatu tempat. Hal ini dikarenakan macan tutul

termasuk satwa oportunis, artinya dia akan menggunakan peluang mendapatkan

mangsa dari apa yang paling melimpah terdapat di daerah tersebut.

Tabel V-18. Perbandingan kepadatan relatif (KR), frekuensi relatif (FR), dan

availability (A) satwa mangsa di masing-masing tipe habitat

No Nama satwa mangsa

Tipe habitat

Hutan pegunungan

bawah sekunder

Hutan

pegunungan

bawah primer

Hutan pegunungan

tengah

KR FR A KR FR A KR FR A

1 Cuon alpinus - - - - - - 0.04 4.17 4.207

2 Gallus gallus 0.09 12.48 12.57 0.93 12.82 13.8 - - -

3 Sus scrofa 0.5 37.45 37.95 0.78 12.82 13.6 0.24 16.67 16.91

4 Tupaia javanica - - - - - - 0.12 4.17 4.287

5 Tragulus javanicus 0.09 6.24 6.332 0.31 7.69 8 0.04 4.17 4.207

6 Muntiacus muntjak - - - 0.23 2.56 2.8 0.12 12.5 12.62

7 Prionailurus bengalensis 0.27 18.73 19 0.39 7.69 8.08 0.24 4.17 4.407

8 Hystrix javanica - - - 0.16 2.56 2.72 - - -

9 Prionodon linsang - - - 0.08 2.56 2.64 - - -

10 Tracypithecus auratus 0.09 6.24 6.332 0.54 5.13 5.67 0.28 4.17 4.447

11 Paradoxurus hermaproditus - - - 0.62 7.69 8.31 0.2 16.67 16.87

12 Hylobates moloch 0.05 6.24 6.287 0.08 5.13 5.21 0.16 8.33 8.493

13 Arbrophilla javanica - - - 0.47 10.26 10.7 0.12 4.17 4.287

14 Mydaus javanensis - - - 0.62 12.82 13.4 0.16 4.17 4.327

15 Presbytis commata - - - 0.16 5.13 5.28 0.16 12.5 12.66

16 Maxomys bartelsii - - - 0.08 2.56 2.64 - - -

17 Manis javanica 0.09 12.48 12.57 0.23 2.56 2.8 0.04 4.17 4.207

Menurut Seidensticker (1976) dalam Gunawan (1988), macan tutul lebih

sering memangsa satwa ungulata dan primata dengan ukuran berat badan antara

25-50 kg. Satwa ungulata yang tersedia melimpah di TNGHS adalah babi hutan,

kancil, dan kijang, sedangkan primata yang tersedia melimpah adalah lutung,

surili, dan owa jawa.

Berdasarkan perbandingan tiga tipe habitat sebagai lokasi pengambilan

contoh, juga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara

semua pasangan H’ satwa mangsa yang diperbandingkan.

Page 55: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

37

Tabel V-19. Rekapitulasi uji t perbandingan indeks keanekaragaman (H’) satwa

mangsa macan tutul jawa

Tipe Habitat

Hutan

Pegunungan

Bawah Sekunder

Hutan

Pegunungan

Bawah Primer

Hutan

Pegunungan

Tengah

Hutan Pegunungan Bawah Sekunder -5.50092463* -5.441039*

Hutan Pegunungan Bawah Primer

0.5586362*

Hutan Pegunungan Tengah

Keterangan: *) non-significant

Berdasarkan tabel V-19, tidak ada perbedaan yang signifikan antara

keanekaragaman jenis satwa mangsa macan tutul jawa di semua tipe habitat. Hal

ini berarti macan tutul jawa tidak memiliki preferensi terhadap jenis satwa tertentu,

artinya macan tutul jawa dapat memakan jenis satwa mangsa apa saja. Kenyataan

tersebut didukung pula oleh perhitungan indeks kesamaan jenis (similiarity index)

dengan menggunakan indeks kesamaan Sorensen.

Tabel V-20. Rekapitulasi indek kemiripan komunitas (IS) satwa mangsa macan

tutul jawa

Tipe Habitat

Hutan

Pegunungan

Bawah Sekunder

Hutan

Pegunungan

Bawah Primer

Hutan

Pegunungan

Tengah

Hutan Pegunungan Bawah Sekunder

0.636 0.700

Hutan Pegunungan Bawah Primer

0.393

Hutan Pegunungan Tengah

Nilai indeks kemiripan komunitas yang rendah menunjukkan adanya

perbedaan yang struktur jenis-jenis penyusun suatu komunitas (Gunawan 2010).

Hal ini berarti macan tutul jawa dapat memakan jenis apa saja, selama satwa

mangsa tersebut tersedia dan mudah didapat.

5.1.1.4 Ketersediaan Air

Macan tutul jawa memanfaatkan sumber air untuk berburu mangsa karena

mangsanya umumnya berkumpul di sekitar sumber air. Di lokasi penelitian

terdapat tujuh sumber air yang terdapat pada lintasan jalur pengamatan. Sumber

air yang ditemukan berbentuk sungai, rawa, air terjun, dan rembesan goa.

Page 56: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

38

Tabel V-21. Sumber air di TNGHS

Sumber air Bentuk sumber air

Ketersediaan sumber air

Tipe habitat Tersedia

sepanjang

tahun

Tidak

tersedia

sepanjang

tahun

Sungai Cikaniki Sungai - Hutan pegunungan bawah

primer

Sungai Pameungpeuk Sungai - Hutan pegunungan tengah

Curug macan Air terjun, rembesan goa - Hutan pegunungan bawah

primer

Sungai Cibogo Sungai - Hutan pegunungan tengah

Parit Ciparay Aliran parit - Hutan pegunungan bawah

sekunder

Rawa Cibeunteur Rawa - Hutan pegunungan bawah

sekunder

Sungai Ciherang Sungai - Hutan pegunungan tengah

Keterangan : (ada) - (tidak ada)

Sungai Cikaniki, Sungai Pameungpeuk, Sungai Ciherang, Sungai Cibogo,

dan Sungai Ciparay termasuk ke dalam sumber air yang tersedia sepanjang tahun.

Hal ini karena sumber air tersebut berada di kawasan hulu yang curah hujannya

cukup tinggi. Sungai-sungai tersebut masih terlindungi karena berada di kawasan

rimba yang tumbuhan sekitarnya masih terjaga.

Gambar V-6 Sumber air TNGHS di lokasi penelitian: a) Curug Macan; b)

Aliran menuju rawa Cibeunteur; c) Sungai Pameungpeuk; dan

d) Sungai Cibogo.

Curug macan merupakan sumber air yang tidak tersedia sepanjang tahun.

Curug macan menjadi sumber air ketika musim penghujan, yang merupakan

a b

c d

Page 57: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

39

tampungan dari rembesan air hujan dari atas goa dan luapan sungai Cikaniki yang

berarus deras selama musim penghujan.

Penelitian di hutan pegunungan bawah sekunder menemukan jejak kaki

kucing hutan dan babi hutan di sepanjang tepi aliran parit. Di hutan pegunungan

bawah primer ditemukan jejak kaki macan tutul jawa berukuran 5 cm x 4 cm dan

7 cm x 6 cm beriringan, yang diduga merupakan jejak kaki macan tutul jawa

betina dan anaknya. Perilaku mengasuh anak oleh macan tutul jawa di sekitar

sumber air diduga karena di tempat tersebut akan dengan mudah mengintai buruan

untuk memberi makan anak macan tutul jawa tanpa meninggalkan anaknya lebih

jauh ketika berburu.

5.1.1.5 Gangguan Habitat

Gangguan habitat yang terjadi di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak

selama tahun 2007-2009 adalah penambangan emas tanpa ijin, penebangan liar,

perambahan hutan, pengambilan kayu bakar, pendakian tanpa ijin, pencurian

tumbuhan khas, dampak wisata alam yang tidak terorganisir dengan baik, dan

penggembalaan ternak di kawasan hutan. Menurut Ahmad (2007) perburuan,

kebakaran hutan, kegiatan pariwisata, dan kegiatan lain di dalam hutan juga dapat

mengganggu macan tutul jawa.

Tabel V-22. Gangguan habitat di TNGHS

No Jenis gangguan

Tipe habitat

Hutan

pegunungan

bawah sekunder

Hutan

pegunungan

bawah primer

Hutan

pegunungan

tengah

1 Penambangan emas tanpa ijin - -

2 Penebangan liar - -

3 Perambahan hutan

4 Pengambilan kayu bakar - -

5 Pendakian tanpa ijin - -

6 Pencurian tumbuhan khas - -

7 Dampak wisata alam massal -

8 Penggembalaan hewan ternak - -

Keterangan : (ada) - (tidak ada)

Selama penelitian, ditemukan gangguan terhadap hutan di setiap lokasi. Di

hutan sekunder Cisoka ditemukan pembukaan lahan oleh masyarakat dengan cara

mematikan beberapa pohon yang akan ditebang (di blok Gunung Pari menuju

Gunung Endut). Masyarakat Cisoka menggembalakan ternaknya setiap pagi dan

sore hari melewati hutan. Hal ini menyebabkan kerusakan tumbuhan bawah di

sekitar jalur lalu lintas satwa serta menyebabkan tanah menjadi gembur dan

Page 58: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

40

sedikit berair. Bentuk topografi hutan sekunder Cisoka memiliki lereng-lereng

terjal yang gundul sehingga apabila tidak direhabilitasi akan terjadi erosi tanah.

Longsor hebat pernah terjadi di Cisoka pada tahun 2001 dan 2009.

Di hutan pegunungan bawah primer Cikaniki-Citalahab ditemukan kayu

gelondongan yang belum sempat diangkut. Di sekitar Gunung Kendeng

ditemukan tonggak bekas tebangan. Hutan Cikaniki-Citalahab merupakan

kawasan yang dikelilingi oleh beberapa perkampungan dan kebun teh, sehingga

memiliki akses yang mudah bagi masyarakat untuk masuk ke hutan.

Gambar V-7 Gangguan hutan di TNGHS: a) Wisata alam yang tidak

terorganisir dengan baik; b) Penebangan liar; c)

Perambahan hutan; dan d) Penggembalaan liar.

Di hutan pegunungan tengah blok Kawah Ratu ditemukan tonggak bekas

tebangan pohon sebanyak lima buah yang berdiameter ± 25 cm. Blok Kawah Ratu

merupakan daerah wisata alam yang ramai dikunjungi wisatawan lokal, terutama

pada hari libur.

Gangguan habitat yang utama bagi macan tutul jawa adalah perambahan

hutan dan wisata alam secara massal. Perambahan hutan menyebabkan luas

habitat bagi satwaliar semakin menyempit (Lestari 2006). Wisata alam secara

massal menciptakan keramaian yang menyebabkan macan tutul jawa semakin

terdesak ke dalam hutan yang lebih sepi, hal ini dikarenakan macan tutul jawa

termasuk satwa yang sensitif terhadap kehadiran manusia. Pada hutan pegunungan

tengah ditemukan jejak kaki macan tutul yang membelok dari lintasan jalur

a b

c d

Page 59: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

41

menuju semak dan ditemukannya bekas jejak kaki macan tutul jawa yang terinjak

oleh sepatu pengunjung. Hal ini membuktikan bahwa habitat macan tutul jawa

telah dimasuki aktivitas manusia yang dapat mengganggunya.

5.1.2 Tingkat Perjumpaan dan Sebaran Spasial Macan Tutul Jawa

5.1.2.1 Tingkat Perjumpaan Macan Tutul Jawa

Di seluruh lokasi pengamatan ditemukan tanda-tanda keberadaan macan

tutul jawa berupa jejak kaki, kotoran, suara, cakaran di tanah, dan cakaran di

batang pohon. Identifikasi jejak kaki menghasilkan jumlah individu yang

ditemukan di setiap tipe habitat yang diamati (tabel V-23).

Tabel V-23. Jumlah individu macan tutul jawa di masing-masing tipe habitat

No Tipe vegetasi dan jalur Jumlah kontak Individu/jalur

A. Hutan Pegunungan Bawah Sekunder

1 Koridor 17 2 ekor

2 Gunung Endut-Pari 4 1 ekor

B. Hutan Pegunungan Bawah Primer

1 Gunung Kendeng 13 2 ekor

2 Wates 7 2 ekor

C. Hutan Pegunungan Tengah

1 Cibogo 8 1 ekor

2 Kawah Ratu 4 2 ekor

Jumlah 53 8 individu berbeda

*Pengidentifikasian individu Panthera pardus melas sederhana berdasarkan pada perbedaan ukuran jejak kaki dan

wilayahnya

Hasil identifikasi jejak kaki menemukan delapan individu macan tutul yang

berbeda. Identifikasi dilakukan melalui perbedaan ukuran jejak kaki dan jarak

wilayah penelitian yang satu dengan yang lainnya. Di hutan pegunungan bawah

sekunder ditemukan jejak kaki berukuran 6 cm x 5 cm dan berukuran 8 cm x 7 cm.

Di hutan pegunungan bawah primer terdapat empat buah jejak kaki, yaitu 6 cm x

5,5 cm, 7 cm x 6 cm, 8 cm x 7 cm, dan 5 cm x 4 cm. Di hutan pegunungan tengah

ditemukan dua buah jejak kaki, yaitu 6,5 cm x 6 cm dan 9,5 cm x 8,5 cm.

Page 60: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

42

Gambar V-8 Jejak kaki macan tutul jawa di jalur

Koridor Cisoka.

Menurut panjang jalur yang digunakan, tingkat perjumpaan macan tutul

tertinggi di hutan pegunungan bawah primer yaitu di blok Cikaniki-Citalahab.

Sementara itu, tingkat perjumpaan macan tutul terendah di hutan pegunungan

tengah yaitu di daerah blok Cidahu.

Tabel V-24. Tingkat perjumpaan dan kelimpahan relatif macan tutul jawa Tipe Habitat Encounter rate (ind/km) Kepadatan relatif (ind/km2)

Hutan Pegunungan Bawah Sekunder 0.27 0.09

Hutan Pegunungan Bawah Primer 0.93 0.31

Hutan Pegunungan Tengah 0.24 0.08

Selain jejak kaki, selama penelitian juga ditemukan tanda-tanda aktivitas

macan tutul jawa lainnya yaitu kotoran dan bekas cakaran. Menurut Eisenberg dan

Lockhart (1972) tanda tersebut merupakan cara macan tutul jawa

mempertahankan daerah teritori.

Gambar V-9 Tanda aktivitas macan tutul jawa: a) Scrape (cakaran di tanah); b) Kotoran; dan c)

Scratch (cakaran di batang pohon).

Untuk mengetahui wilayah territorial macan tutul digunakan tanda-tanda

pada aktivitas membuang kotoran, scrape (cakaran di tanah) dan scratch (cakaran

di batang pohon).

a b c

Page 61: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

43

Untuk mencari ada atau tidaknya keterkaitan tersebut digunakanlah uji

statistik chi square. Hipotesis yang digunakan adalah:

Ho Tidak ada hubungan antara tanda-tanda aktivitas macan tutul jawa dengan

tipe habitat

H1 Ada hubungan antara tanda-tanda aktivitas macan tutul jawa dengan tipe

habitat

Pengujian dilakukan dengan melibatkan tiga tipe habitat, aktifitas yang

teramati, dan penggunaan proporsi areal pengamatan selama penelitian.

Tabel V-25. Frekuensi harapan tanda-tanda aktivitas macan tutul jawa di berbagai

tipe habitat

Tipe habitat

Jumlah

aktivitas

teramati

(ni=oi)

Proporsi areal

pengamatan (ai)

Harapan

jumlah

aktivitas

(Σ ni. ai = ei)

oi-ei (oi-ei)2/ei

Hutan Sekunder 21 0.224 11.885 9.115 6.991

Hutan Pegunungan Bawah 20 0.261 13.812 6.188 2.772

Hutan Pegunungan Tengah 12 0.515 27.303 -15.303 8.577

Jumlah 53 1 53 18.340

Pengujian statistik chi square tersebut menghasilkan keputusan untuk

menerima Ho dan menolak H1, berarti aktifitas yang dilakukan oleh macan tutul

tidak dapat dipengaruhi oleh tipe habitatnya. Berdasarkan hasil uji chi square

menunjukkan bahwa χ2

hitung lebih kecil daripada χ2

tabel (21,026). Hal ini bisa

menjadi indikasi bahwa tipe habitat tertentu tidak dipilih macan tutul jawa untuk

tipe aktivitas tertentu.

Tabel V-26. Aktivitas teritorial macan tutul jawa

No Tipe habitat Jenis aktivitas yang ditemui

Kotoran Scrape Scratch

A. Hutan Pegunungan Bawah Sekunder

1 Koridor 1 3 1

2 Gunung Endut-Pari 1 2 0

B. Hutan Pegunungan Bawah Primer

1 Gunung Kendeng 4 2 1

2 Wates 1 2 0

C. Hutan Pegunungan Tengah

1 Cibogo 0 3 0

2 Kawah Ratu 0 0 0

Jumlah 7 12 2

Berdasarkan tabel V-26, dapat dilihat bahwa seluruh tipe habitat penelitian

terdapat aktifitas teritorial bagi macan tutul. Hal ini menunjukkan bahwa habitat

tersebut sering digunakan oleh macan tutul dan akan selalu dipertahankan sebagai

wilayah teritorialnya.

Page 62: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

44

Tabel V-27. Frekuensi penemuan jejak kaki macan tutul jawa No Tipe habitat Jumlah jejak kaki

A. Hutan Pegunungan Bawah Sekunder

1 Koridor 10

2 Gunung Endut-Pari 1

B. Hutan Pegunungan Bawah Primer

1 Gunung Kendeng 6

2 Wates 4

C. Hutan Pegunungan Tengah

1 Cibogo 4

2 Kawah Ratu 4

Jumlah 29

Menurut Santiapillai dan Ramono (1992), wilayah jelajah macan tutul pada

habitat yang belum terganggu seluas 10 km2 per individu. Eisenberg dan Lockhart

(1972) menyatakan bahwa macan tutul jantan dan betina dapat mendiami daerah

perburuan yang sama. Penghitungan jejak kaki di hutan pegunungan bawah

sekuder lebih tinggi karena lokasi ini merupakan koridor antara Gunung Pari dan

Gunung Tenggek, sehingga lalu lintas satwa mangsa khususnya babi hutan.

Macan tutul berburu mengikuti wilayah jelajah mangsanya. Penghitungan jejak

terendah berada di hutan pegunungan tengah karena jalur pengamatan merupakan

jalur pendakian atau lalu lintas manusia, sehingga banyak aktifitas jelajah macan

tutul yang terganggu. Penelitian ini belum meneliti mengenai perhitungan luas

jelajah macan tutul di TNGHS.

5.1.2.2 Sebaran Spasial Macan Tutul Jawa

Pola sebaran macan tutul di TNGHS berdasarkan sebaran scrape, scratch,

kotoran, suara, dan jejak kaki yang disajikan pada tabel V-28.

Tabel V-28. Analisis pola sebaran macan tutul jawa di TNGHS Metode Analisis Data Nilai Bentuk sebaran

Indeks Dispersion (ID)

a. Hutan pegunungan bawah sekunder ID= 0,16 Homogen

b. Hutan pegunungan bawah primer ID= 0 Homogen

c. Hutan pegunungan tengah ID= 0,16 Homogen

Analisis data sebaran aktifitas tersebut menggunakan pendekatan nilai

indeks dispersion (Majid 2009). Perhitungan menggunakan index of dipersion

menunjukkan bahwa macan tutul jawa di masing-masing tipe habitat menyebar

homogen. Penyebaran macan tutul jawa yang homogen diduga karena satwa ini

memiliki sifat soliter dan mempunyai teritori masing-masing. Individu macan

tutul jawa yang sudah memiliki teritori akan mempertahankan wilayahnya dan

Page 63: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

45

berusaha untuk tidak memasuki wilayah teritori macan tutul jawa lainnya,

sehingga akan terbentuk suatu pola penyebaran yang homogen.

Penyebaran maupun keberadaan macan tutul tidak ditentukan oleh tipe

habitat tertentu melainkan ditentukan oleh masing-masing komponen habitat yang

dibutuhkannya (tempat berlindung, berburu, dan lain-lain). Macan tutul jawa

dapat hidup di mana saja asalkan mempunyai cover, satwa mangsa, dan aman dari

gangguan manusia.

Gambar V-10 Peta distribusi macan tutul jawa dan satwa mangsa pada jalur pengamatan

berdasarkan jarak dari sungai di hutan pegunungan bawah sekunder.

Berdasarkan jaraknya dari sumber air utama berupa sungai, keberadaan

macan tutul jawa dibedakan pada selang 500 meter dari sungai, dan terdapat

empat selang jarak dari sungai. Kemudian, jumlah perhitungan aktivitas tersebut

diuji menggunakan uji statistik regresi linier.

Tabel V-29. Jumlah jejak macan tutul jawa dan satwa mangsa yang ditemukan

berdasarkan jarak dari sungai Jarak dari sungai Jejak kaki macan tutul jawa Jejak satwa mangsa

0-100 m 31 8

100-250 m 15 8

250-500 m 23 11

>500 m 2 1

Jarak 250-500 meter dari sungai merupakan lokasi ditemukannya jumlah

jejak kaki macan tutul jawa dan satwa mangsanya dalam jumlah yang tertinggi.

Page 64: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

46

Nilai pertemuan tanda-tanda aktivitas macan tutul jawa dan satwa mangsanya

yang paling sedikit berada pada selang jarak diatas 500 meter. Semakin menjauhi

sungai, maka aktivitas macan tutul jawa maupun satwa mangsanya akan semakin

sedikit. Namun, jarak paling sering ditemukan tanda-tanda keberadaan macan

tutul jawa terdapat di selang jarak 250-500 meter.

Gambar V-11 Peta distribusi macan tutul jawa dan satwa mangsa pada jalur pengamatan

berdasarkan jarak dari sungai di hutan pegunungan bawah primer.

Untuk mengetahui keterkaitan antara jarak sungai dan satwa mangsa

terhadap keberadaan macan tutul jawa dilakukan uji statistik regresi linier dan

menghasilkan Y= -5,29a + 1,45b + 20,8 dimana y= jejak kaki macan tutul jawa, a

= jarak dari sungai dan b = jejak satwa mangsa. Perpaduan jarak sungai dan

jumlah jejak satwa mangsa memiliki keterkaitan terhadap jumlah jejak kaki

macan tutul jawa yang sangat erat karena nilai r = 0,85, namun pada taraf non-

signifikan karena berada pada P > 0,05 (Nugroho 2005). Hal ini menunjukkan,

adanya hubungan yang sangat erat antara perpaduan jarak sungai dan satwa

mangsa, namun tidak termasuk yang paling berpengaruh terhadap keberadaan

macan tutul jawa.

Page 65: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

47

Gambar 21 Peta distribusi macan tutul jawa dan satwa mangsa pada jalur

pengamatan berdasarkan jarak dari sungai di hutan pegunungan

tengah.

Macan tutul jawa akan mengikuti jalur yang dilewati oleh satwa mangsanya

agar bisa mendapatkan makanannya. Macan tutul akan mencari daerah yang

memiliki semak tinggi untuk bersembunyi mengintai mangsa. Sumber air juga

merupakan tempat yang disukainya untuk berburu ketika musim kemarau, karena

satwa mangsa secara bergantian akan mendatangi tempat ini.

Gambar V-13 Peta distribusi macan tutul jawa dan satwa mangsa pada

jalur pengamatan berdasarkan jarak dari pemukiman di

hutan pegunungan bawah sekunder.

Page 66: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

48

Macan tutul jawa sensitif terhadap aktivitas manusia, karena macan tutul

jawa merupakan jenis satwa yang pemalu dan cenderung menghindar dari

manusia. Macan tutul jawa memang sering ditemukan memasuki pemukiman

masyarakat sekitar, namun aktivias macan tutul jawa sebenarnya selalu terpusat di

dalam hutan dimana terdapat cover dan satwa mangsa yang melimpah.

Gambar V-14 Peta distribusi macan tutul jawa dan satwa mangsa pada jalur

pengamatan berdasarkan jarak dari pemukiman di hutan

pegunungan bawah primer.

Berdasarkan jarak dari pusat gangguan yaitu pemukiman masyarakat, maka

jaraknya dibedakan dalam selang 500 m sehingga ada empat selang jarak dari

pemukiman. Dari jumlah jejak satwa mangsa dan jarak dari pemukiman dilakukan

uji regresi linier keterkaitan antara jumlah jejak kaki macan tutul jawa dengan

jarak dari pusat pemukiman.

Tabel V-30. Jumlah jejak macan tutul jawa dan satwa mangsa yang ditemukan

berdasarkan jarak dari pemukiman Jarak dari pemukiman Jejak kaki macan tutul jawa Jejak satwa mangsa

0-500 m 0 0

500-1000 m 0 2

1000-2000 m 19 29

>2000 m 10 42

Berdasarkan tabel V-30, macan tutul jawa dan satwa mangsa tidak

ditemukan pada jarak 500 meter dari pemukiman, namun pada jarak 500-1.000

meter ditemukan jejak satwa mangsa. Satwa mangsa terbanyak berada di jarak

lebih jauh dari 2 km dari pemukiman. Jejak kaki macam tutul jawa terbanyak

Page 67: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

49

ditemukan pada jarak 1-2 km. Hal ini diduga karena keberadaan satwa mangsa

juga tinggi di selang jarak tersebut.

Gambar V-15 Peta distribusi macan tutul jawa dan satwa mangsa pada jalur

pengamatan berdasarkan jarak dari pemukiman di hutan pegunungan

tengah.

Untuk mengetahui keterkaitan antara jarak sungai dan satwa mangsa

terhadap keberadaan macan tutul jawa dilakukan uji statistik regresi linier dan

menghasilkan Y= 4,7a + 0,629 b – 16,1 dimana y= jejak kaki macan tutul jawa, a

= jarak dari pemukiman dan b = jejak satwa mangsa. Perpaduan jarak sungai dan

jumlah jejak satwa mangsa memiliki keterkaitan terhadap jumlah jejak kaki

macan tutul jawa yang erat karena nilai r = 0,65, namun pada taraf non-signifikan

karena berada pada P > 0,05. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang erat

antara perpaduan jarak pemukiman dan satwa mangsa, namun tidak termasuk

yang paling berpengaruh terhadap keberadaan macan tutul jawa.

5.2 Pembahasan

5.2.1 Karakteristik Habitat Macan Tutul Jawa

5.2.1.1 Struktur dan Komposisi Vegetasi

Pada inventarisasi tingkat perjumpaan macan tutul jawa menunjukkan

bahwa hutan pegunungan bawah sekunder merupakan tipe habitat yang paling

banyak ditemukan aktivitas macan tutul jawa di dalamnya berupa kotoran, scrape

(cakaran di tanah), dan scratch (cakaran di pohon). Hal ini dikarenakan hutan

Pemukiman

Page 68: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

50

pegunungan bawah sekunder di Koridor maupun Gunung Endut memiliki bentuk

vegetasi yang sebagian besar merupakan hutan-hutan yang tersisa dari

perambahan. Selain itu, di wilayah ini banyak dijumpai tumbuhan-tumbuhan

bawah yang tumbuh pasca perambahan seperti pakis-pakisan, cariu (Entada

phaseoloides), dan ki tai (Dysoxylum amooroides). Tumbuhan bawah merupakan

tumbuhan yang menjadi pakan satwa-satwa mangsa macan tutul jawa. Di lokasi

pengamatan, terdapat bekas-bekas sungkuran dan korehan dari satwa mangsa

seperti babi hutan, ayam hutan, maupun trenggiling. Hutan pegunungan bawah

sekunder juga memiliki karakteristik wilayah peralihan antara hutan tertutup dan

hutan terbuka yang menjadi tempat ideal bagi macan tutul jawa untuk mengintai

mangsanya.

Hutan pegunungan bawah primer TNGHS berbatasan langsung dengan

perkebunan teh Nirmala Agung. Perkebunan teh kerap kali menjadi habitat dan

lalu lintas rutin bagi satwa-satwa mangsa seperti babi hutan, sigung, dan musang.

Di dalam hutan primernya, hutan pegunungan bawah memiliki topografi terjal

yang di bawahnya terdapat sungai dan air terjun. Vegetasi tidak terlalu rapat dan

sedikitnya tumbuhan bawah memungkinkan satwa mangsa terlihat lebih jelas oleh

macan tutul jawa. Pada hutan pegunungan bawah sekunder tidak terdapat pohon

berdiameter besar atau berbanir sehingga peluang menemukan cover untuk

berlindung semakin kecil, namun di tempat ini terdapat banyak tumbuhan bawah

yang tumbuh sepanjang aliran sungai yang merupakan tempat strategis bagi

macan tutul jawa mencari mangsanya.

Tajuk pohon yang masih rapat, lebar, dan tinggi menjadi tempat mencari

makan bagi kelompok primata seperti lutung, owa, dan surili di hutan pegunungan

tengah. Hutan pegunungan tengah juga memiliki banyak cover untuk macan tutul

jawa berupa kerapatan pohon yang tinggi, dan terdapat areal yang memiliki

rumpun bambu di ketinggian 1100 mdpl, namun perjumpaan dengan satwa

mangsa sangat sulit, mengingat daerah ini merupakan daerah wisata yang banyak

dikunjungi oleh manusia.

Page 69: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

51

5.2.1.2 Ketersediaan Cover

A. Tempat Berlindung

Macan tutul jawa membutuhkan vegetasi untuk melindungi dirinya dari

terik matahari. Tajuk pohon yang memiliki kerapatan tinggi sangat disukai oleh

macan tutul jawa (Afnan 2009) karena ini dapat melindungi macan tutul jawa dari

panas matahari. Kerapatan tajuk pohon mempengaruhi intensitas cahaya matahari

yang menyentuh lantai hutan, sehingga fungsi utama dari cover tajuk pohon

adalah sebagai thermal cover.

Cover thermal ditemukan di seluruh lokasi penelitian. Sebagian besar

tumbuhan tinggi, rimbun, dan besar yang menjadi pelindung panas bagi macan

tutul jawa adalah jenis kiriung anak (Castanopsis acuminatisima). Kiriung anak

merupakan salah satu jenis yang dominan dan ditemukan di seluruh lokasi

penelitian. Kiriung anak juga memiliki batang besar dan tinggi sehingga

memudahkan macan tutul jawa untuk bersembunyi dan scratching, sebagai tanda

teritorinya.

B. Tempat Istirahat (Sheltering)

Batang pohon besar berbanir dipilih macan tutul jawa sebagai tempat

istirahat dan menyembunyikan sisa makanannya dari satwa lain (Gunawan 2010).

Di daerah pegunungan hanya sedikit pohon yang memiliki banir lebar, sehingga

menjadi faktor yang sangat penting bagi hidup macan tutul. Batang pohon yang

besar dapat membantu macan tutul jawa bersembunyi ketika mengintai satwa

mangsanya. Di pohon yang besar juga macan tutul jawa dapat menandai

wilayahnya dengan menggarukkan scratch di pangkal batang. Pohon yang besar

dan tinggi dapat menjadi tempat istirahat macan tutul jawa dan mudah untuk

dipanjat. Pohon-pohon pegunungan yang besar diantaranya pasang (Quercus

sundaica), puspa (Schima walichii), dan kiriung anak (Castanopsis

acuminatisima).

Rumpun bambu selama penelitian hanya ditemukan di hutan pegunungan

tengah. Macan tutul jawa senang menggunakan rumpun bambu sebagai cover

karena bambu tumbuh berkelompok rapat dalam satu rumpun sehingga menjadi

tempat bersembunyi dan beristirahat yang aman dan nyaman (Ahmad (2007).

Page 70: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

52

C. Tempat Berburu Mangsa

Tumbuhan bawah, semai, dan pancang yang rimbun merupakan tempat

aman bagi satwa untuk bersembunyi. Bagi macan tutul jawa, vegetasi tersebut

digunakan sebagai tempat bersembunyi dari mangsanya ketika mengintai dalam

perburuan. Di hutan pegunungan bawah sekunder, semak rimbun diduga

digunakan macan tutul jawa untuk mengintai mangsanya. Hal ini diindikasikan

oleh adanya jejak kaki macan tutul jawa dan babi hutan di jalur pengamatan

Koridor-Gunung Tenggek.

Hutan pegunungan bawah sekunder memiliki cover semak yang baik untuk

macan tutul jawa karena bentunya yang tinggi dan rapat. Di hutan pegunungan

bawah sekunder pula, terdapat suatu area yang digunakan macan tutul jawa

diduga untuk mengejar mangsanya yang memiliki karakteristik area terbuka yang

lebih luas dari sekitarnya dan ditumbuhi semak yang tinggi. Tampak banyak jejak

kaki macan tututl jawa dan babi hutan yang tidak beraturan di area tersebut

dengan arah yang sama dan berdekatan. Rumpun bambu dan batang pohon besar

digunakan macan tutul jawa untuk beristirahat karena bentuknya yang lebar dan

rimbun sehingga aman dan teduh.

Masing-masing tipe habitat memuliki tipe cover yang berbeda-beda

karakteristiknya. Jadi, macan tutul jawa tidak memilih tipe habitat tertentu untuk

hidup, namun lebih memilih tempat yang aman dari gangguan manusia maupun

satwa lainnya untuk memelihara anak-anaknya, dan menyediakan banyak peluang

untuk mendapatkan satwa mangsa dan tempat istirahat.

D. Tempat Mengasuh Anak

Goa di TNGHS terdapat di hutan pegunungan bawah sekunder dan hutan

pegunungan bawah primer. Goa secara umum berfungsi sebagai tempat istirahat,

melahirkan, dan mengasuh anak macan tutul jawa. Goa juga secara jelas dapat

mengindikasikan bahwa di daerah tersebut kemungkinan besar terdapat macan

tutul jawa khususnya macan tutul jawa betina dan anak-anaknya yang masih kecil

(Afnan 2009).

Karakteristik goa di masing-masing lokasi penelitian sangat berbeda. Goa di

hutan pegunungan bawah sekunder merupakan goa di tengah-tengah kerapatan

hutan yang tinggi, yang sebagian besar merupakan batu kapur yang dinamakan

Page 71: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

53

Cadas Putih, namun goa yang terdapat di hutan pegunungan bawah primer

merupakan goa yang terletak di dekat sungai yang memiliki air terjun yang

dinamakan Curug Macan. Penemuan jejak kaki macan tutul di hutan menuju Goa

Macan cukup sering dan termasuk ke dalam jejak-jejak kaki macan tutul jawa

yang baru tercetak. Hal ini menunjukkan bahwa goa ini diduga sering dilewati

oleh macan tutul jawa.

Goa di hutan pegunungan bawah primer besar diduga sudah jarang dipakai

lagi sebagai tempat istirahat karena keadaan goa itu sekarang sering terendam air

sungai yang meluap saat hujan turun. Hutan pegunungan bawah primer relatif

aman terhadap gangguan manusia maupun satwa karnivora pesaing lainnya,

seperti ajak (Cuon alpinus), yang tidak ditemukan tanda keberadaannya selama

penelitian. Hal ini memungkinkan macan tutul jawa di hutan pegunungan bawah

dapat dengan mudah mencari alternatif tempat mengasuh anak di wilayah tersebut.

Goa di hutan pegunungan bawah sekunder juga mempunyai indikasi masih

digunakan oleh macan tutul jawa karena terdapat bekas-bekas aktivitas macan

tutul jawa di sekitarnya berupa jejak kaki dan scratch. Goa di hutan pegunungan

bawah sekunder berupa batuan kapur yang membentuk lubang. Di daerah ini pula

terdengar suara macan tutul jawa di pagi hari. Goa ini terletak jauh dari jalur

utama sehingga memungkinkan menjadi persembunyian yang aman bagi macan

tutul jawa.

5.2.1.3 Ketersediaan Mangsa

Ketersediaan mangsa merupakan salah satu komponen yang penting bagi

satwaliar. Makanan juga menjadi faktor pembatas (Alikodra 2002), artinya

makanan harus selalu tersedia baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Sebaran

satwa karnivora akan mengikuti sebaran satwa mangsanya (Bailey 1984 dalam

Gunawan 2010). Dengan demikian, dimana satwa mangsa melimpah, di daerah

tersebut satwa karnivora juga diduga akan melimpah.

Satwa mangsa di hutan pegunungan bawah primer yang berada pada kelas

common (biasa dijumpai) adalah babi hutan (Sus scrofa) dan ayam hutan (Gallus

gallus). Pada kotoran yang ditemukan di hutan pegunungan bawah primer, macan

tutul jawa diduga memangsa landak (Hystrix javanica), babi hutan (Sus scrofa),

dan surili (Presbytis comata). Hal ini didukung oleh data inventarisasi bahwa di

Page 72: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

54

hutan pegunungan bawah primer ditemukan babi hutan, landak, dan surili serta

pernyataan Hart et al (1996) bahwa komposisi makanan macan tutul terdiri atas

53,5% ungulata dan 25,4% primata. Macan tutul jawa menyukai jenis ungulata

diduga karena satwa ungulata beraktivitas di lantai hutan yang memungkinkan

macan tutul jawa akan dengan mudah menyergap ketika memangsa satwa tersebut.

Hutan pegunungan bawah sekunder mempunyai tingkat perjumpaan babi

hutan terbesar. Hal ini dikarenakan kawasan hutan langsung berbatasan dengan

perkebunan masyarakat yang menyediakan banyak makanan untuk babi hutan.

Keadaan hutan yang dipenuhi tumbuhan bawah yang merupakan makanan utama

babi juga tersedia melimpah. Babi hutan merupakan salah satu satwa mangsa

paling banyak dimakan oleh macan tutul jawa walaupun ukuran tubuhnya lebih

besar dibandingkan dengan jenis satwa mangsa yang lain. Pada kotoran macan

tutul jawa yang ditemukan juga terdapat rambut babi hutan. Menurut Lestari

(2006), rambut babi hutan memiliki karakteristik warna bulu yang bervariasi dari

hitam sampai keputihan dan warna yang paling dominan adalah warna hitam.

Bentuk rambut agak besar/tebal dan terdapat percabangan (2-3 cabang). Menurut

Seidensticker (1976) dalam Gunawan (1988), macan tutul lebih sering memangsa

satwa dengan ukuran berat badan antara 25-50 kg, yaitu satwa yang memiliki

ukuran setengah hingga sama dengan ukuran badan macan tutul. Babi hutan

menjadi salah satu mangsa yang disukai macan tutul jawa (Afnan 2009) karena

mudah dijumpai di berbagai tipe habitat.

Satwa mangsa yang paling banyak dijumpai di hutan pegunungan tengah

adalah jenis lutung (Tracypithechus auratus). Lutung juga termasuk ke dalam

mangsa yang sering diincar oleh macan tutul jawa (Anonim 1978 dalam Ahmad

2007). Lutung memiliki kebiasaan unik yang menguntungkan macan tutul jawa

dalam memangsanya. Lutung hidup dalam kelompok, yang apabila terdapat

ancaman mereka akan berlari tidak beraturan dan seringkali bergegas turun ke

lantai hutan. Dalam situasi seperti inilah, peluang macan tutul untuk mendapatkan

lutung sebagai mangsanya semakin besar.

Selain memangsa satwa yang ada di hutan, macan tutul jawa kerapkali turun

ke perkampungan masyarakat dan memangsa ternak-ternak mereka. Hal ini sering

terjadi di hutan pegungan bawah sekunder dan hutan pegunungan tengah yang

Page 73: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

55

berbatasan langsung dengan pemukiman warga yang memelihara ternak. Ternak

yang menjadi mangsa macan tutul jawa adalah kambing. Beberapa kasus

pemangsaan ini sering dilaporkan masyarakat dalam kurun waktu 2008 ke

belakang terjadi lebih dari 42 kasus penyergapan ternak oleh macan tutul jawa.

Setelah itu masyarakat biasanya membuat kandang ternak terpusat dekat

rumahnya dengan memelihara anjing penjaga atau mereka menjual kambing-

kambingnya dengan beralih menjadi pekebun.

Tingkat perjumpaan satwa mangsa berpengaruh terhadap keberadaan macan

tutul jawa di suatu tipe habitat. Semakin mudah dan melimpah satwa tersebut

dijumpai menandakan semakin mudahnya mengetahui keberadaan macan tutul di

suatu tempat. Hal ini dikarenakan macan tutul akan menggunakan energi yang

seminimal mungkin untuk menemukan dan mengejar mangsa. Macan tutul jawa

juga termasuk satwa oportunis, artinya dia akan menggunakan peluang

mendapatkan mangsa dari apa yang paling melimpah terdapat di daerah tersebut.

Indeks kemiripan komunitas menunjukkan bahwa ketiga tipe habitat yang

menjadi lokasi penelitian memiliki kesamaan jenis yang tidak berbeda jauh. Hal

ini menguntungkan bagi macan tutul jawa karena macan tutul jawa dapat

memperoleh jenis-jenis tersebut di berbagai tipe habitat tempatnya hidup.

Indeks keanekaragaman jenis satwa mangsa juga menunjukkan angka yang

non-signifikan, artinya tidak adanya perbedaan yang berarti antara

keanekaragaman jenis di suatu tipe habitat dengan habitat lainnya. Hal ini sangat

menguntungkan bagi macan tutul jawa karena pilihan pakan bagi macan tutul

jawa juga banyak. Hal ini berarti keanekaragaman dan kekayaan jenis tidak

berpengaruh nyata terhadap keberadaan macan tutul jawa di suatu daerah,

melainkan mudah atau tidaknya satwa mangsa tersebut ditemukan sesuai

pernyataan Prater (1965) dalam Hoogerwerf (1970) bahwa macan tutul akan

membunuh dan makan apa saja yang mudah ditangkapnya.

Faktor yang paling berpengaruh bagi macan tutul jawa adalah ketersediaan

(availability) satwa mangsa. Kepadatan relatif dan frekuensi relatif satwa mangsa

sangat mempengaruhi ketersediaan satwa mangsa di alam. Dengan begitu,

semakin melimpah dan frekuensi ditemukannya satwa mangsa itu semakin mudah,

Page 74: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

56

kemungkinan akan menyebabkan ketersediaan satwa mangsa bagi macan tutul

jawa di alam akan semakin melimpah.

5.2.1.4 Ketersediaan Air

Kebanyakan satwa memenuhi kebutuhan airnya dengan minum dari air

permukaan (Shaw 1985 dalam Gunawan 2010). Di hutan pegunungan bawah

sekunder sumber air sebagian besar adalah parit yang akan membentuk sungai di

kawasan yang lebih rendah dan rawa-rawa di genangan bekas perambahan lahan

yang ditumbuhi rumput-rumput serta vegetasi bambu.

Daerah pegunungan mempunyai daerah aliran air yang masih terjaga dengan

baik karena merupakan daerah hulu. Berbagai sumber air dapat ditemukan di

daerah ini. Sumber air yang ditemukan selama penelitian adalah sungai, air terjun,

rembesan goa, aliran parit, dan rawa.

Sungai merupakan salah satu sumber air yang paling banyak ditemukan di

daerah pegunungan. Sungai memiliki arus dan kedalaman yang bervariasi.

Kebanyakan sungai-sungai di hutan pegunungan bawah primer, merupakan jenis

sungai dengan arus deras dan lebar. Sungai Cikaniki merupakan sungai besar yang

terdapat di hutan pegunungan bawah. Di sungai ini terdapat goa yang dulu sering

digunakan oleh macan tutul. Sungai tersebut juga memiliki air terjun di dekat goa.

Kualitas fisik sumber air ini sangat baik dilihat dari kejernihan dan tidak ada

sampah di dalamnya. Beberapa jejak kaki macan tutul banyak ditemukan di

pinggir sungai ini. Hal ini diduga bahwa macan tutul jawa seringkali melewati

daerah ini. Kenyataan ini didukung pula oleh keterangan masyarakat yang tidak

sengaja melihat macan tutul jawa di sekitar daerah ini. Menurut Amir (komunikasi

pribadi 2010), laporan masyarakat yang melihat macan tutul jawa di subuh dan

malam hari beberapa kali menunjukkan mereka menemukannya di daerah ini.

Sungai di hutan pegunungan tengah merupakan sungai kecil yang mengalir

dari arah kawah yang di daerah lebih rendahnya lagi akan menjadi sungai lebih

besar yang digunakan masyarakat dan pengelola wisata sekitar untuk memenuhi

kebutuhan air mereka. Terdapat beberapa air terjun, yang menjadi salah satu

karakteristik bentuk air di daerah pegunungan.

Sungai di daerah hutan sekunder sangat terbatas. Sungai kerapkali

ditemukan hanya dalam bentuk aliran parit dan air rawa. Aliran parit ini

Page 75: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

57

digunakan masyarakat untuk kebutuhan air mereka sehari-hari sedangkan daerah

rawa banyak terdapat di daerah terbuka.

Macan tutul jawa merupakan kucing besar yang tidak terlalu banyak

memanfaatkan air untuk minum. Macan tutul jawa juga tidak berenang seperti

yang terjadi pada harimau. Macan tutul memenuhi asupan air melalui daging

satwa mangsanya yang masih mengandung darah. Jadi, macan tutul hanya

menggunakan sumber air sebagai tempat untuk mencari dan memangsanya. Satwa

mangsa menggunakan sumber air untuk minum dan membersihkan diri. Pada

musim kemarau, macan tutul jawa akan lebih mudah menemukan mangsa karena

diduga aktivitas satwa mangsa berada di sekitar sumber air. Hal ini didukung oleh

oleh pernyataan Bailey (1984) dalam Gunawan (2010) bahwa salah satu respon

satwa terhadap kelangkaan air adalah satwa akan berkumpul di sekitar sumber air

selama musim kering.

5.2.1.5 Gangguan Habitat

Menurut Marker dan Dickman (2005), macan tutul akan menghindari

aktivitas manusia. Untuk itulah, umumnya macan tutul akan menyukai daerah

berlereng curam dan di dekat patahan tebing atau puncak punggung bukit untuk

berlindung karena sulit dijangkau oleh manusia. Sumber gangguan utama bagi

macan tutul jawa adalah manusia, karena bila keluar kawasan hutan dan masuk

kampung, macan tutul dianggap musuh oleh masyarakat serta akan diburu dan

dibunuh (Guggisberg 1975 dalam Gunawan 2010).

Penebangan, pengambilan kayu bakar, dan perambahan hutan secara liar

dan tanpa ijin mempunyai pengaruh yang paling besar dalam kerusakan hutan

alam. Dengan mengambil sumberdaya hutan berupa kayu-kayu pohon akan

mengurangi kerapatan dan jumlah individu maupun jenis pohon yang ada.

Kebutuhan satwa mangsa untuk mencari sumber pakan alami mereka di hutan

akan semakin berkurang. Hal ini berpengaruh juga bagi kecukupan pakan macan

tutul jawa dan hilangnya cover tajuk-tajuk pohon yang sangat dibutuhkan macan

tutul jawa untuk melindungi diri dari panas matahari. Semai-semai bakal pohon

yang tak ternaungi pun akan mati dan regenerasi pohon akan terhambat.

Pendakian tanpa ijin menimbulkan banyak masalah diantaranya masalah

kawasan dan masalah sosial. Pendakian tanpa ijin dapat membahayakan nyawa

Page 76: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

58

pendaki yang berakibat pada pertanggung jawaban taman nasional. Pendakian

tanpa ijin juga akan menimbulkan gangguan terhadap keberlangsungan satwaliar

di dalamnya. Pendakian yang membuka-buka jalur baru tentu saja akan merusak

vegetasi-vegetasi yang dilewatinya. Hal ini tentu berdampak pada sumber pakan

satwa mangsa macan tutul. Pendakian yang tidak diketahui oleh petugas sekitar

juga dapat membuat satwa menjadi tidak nyaman, karena petugas sebenarnya

sudah menentukan jalur-jalur mana saja yang boleh dipakai untuk pendakian

resmi sehingga aktivitasnya tidak menggangu keberadaan dan kenyamanan satwa

di sekitarnya.

Wisata alam adalah suatu bentuk wisata yang memanfaatkan alam sebagai

obyeknya. Wisata alam dinilai efektif sebagai sumber ekonomi yang berbasis

alam berkelanjutan. Namun, pada prakteknya, bila wisata alam tidak dikelola

dengan baik maka akan timbul dampak yang jauh lebih besar daripada keuntungan

ekonominya. Para pengunjung yang tidak mempunyai kesadaran dan pengetahuan

mengenai pentingnya menjaga alam akan dengan mudahnya menyebabkan

gangguan-gangguan. Gangguan yang terjadi adalah dengan menimbulkan

kebisingan di dalam hutan, membuang sampah sembarangan, memetik bunga,

mematahkan ranting pohon, mencabuti tumbuhan bawah, merokok, atau bahkan

melukai satwa dengan menangkapnya atau melemparinya.

Masyarakat yang tinggal di sekitar hutan mempunyai pekerjaan utama

bercocok tanam. Untuk menggarap sawah atau kebunnya, sebagian besar masih

menggunakan cara tradisional dengan menggunakan sapi atau kerbau untuk

menggarapnya. Kerbau dan sapi yang digembalakan di padang rumput dalam

hutan memang tidak begitu banyak mengganggu hutan, namun jika hal tersebut

berlanjut dan semakin banyak masyarakat yang menggembalakan ternaknya di

dalam hutan maka lama-kelamaan hutan tersebut juga akan mengalami gangguan.

Gangguan yang terjadi adalah pengurangan tumbuhan bawah sebagai sumber

pakan utama satwa mangsa macan tutul, merusak tekstur tanah yang akan

menimbulkan penyerapan air dan erosi, serta menimbulkan ketidaknyamanan

satwaliar-satwaliar di dalamnya oleh aktivitas penggembalaan yang padat.

Page 77: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

59

5.2.2.1 Tingkat Perjumpaan Macan Tutul Jawa

Kepadatan relatif macan tutul jawa terbesat berada di hutan pegunungan

bawah primer. Hal ini dikarenakan dengan banyaknya ketersediaan satwa mangsa

yang beranekaragam jenisnya yang mudah ditemukan dalam luasan yang tidak

terlalu besar berada di tipe hutan ini. Di hutan pegunungan bawah primer juga

terdapat sungai dengan tumbuhan bawah yang tumbuh subur di sekitar sungai,

yang menyebabkan satwa terkonsentrasi di daerah ini. Jejak kaki baru dari macan

tutul jawa juga ditemukan pada selang waktu dua hari pergantian dalam jumlah

yang banyak. Hal ini menunjukkan bahwa daerah ini diduga sering dilewati oleh

macan tutul jawa.

Kegiatan mengasuh anak diduga juga dilakukan macan tutul jawa di daerah

ini karena terdapat goa dan lingkungan yang jauh dari keramaian lalu lintas

manusia. Terdapat jejak macan tutul jawa yang masih kecil diikuti jejak macan

tutul jawa dewasa yang terdapat disepanjang jalur pengamatan di pinggir sungai

hutan pegunungan bawah primer. Macan tutul jawa mengasuh anaknya di tepian

sungai diduga karena daerah tersebut sangat berpotensi bagi macan tutul jawa

dewasa untuk mendapatkan mangsa lebih mudah tanpa meninggalkan anaknya

terlalu jauh ketika berburu.

Kepadatan relatif terendah terdapat di hutan pegunungan tengah. Hal ini

dikarenakan macan tutul jawa terdesak akibat aktivitas kegiatan pengunjung yang

mengunjungi daerah tersebut. Hutan pegunungan tengah Cidahu termasuk daerah

wisata alam. Banyak pengunjung menuju Kawah Ratu dan pendaki-pendaki yang

menuju Puncak Salak I melewati jalur ini. Jalur ini merupakan jalur yang dilewati

oleh macan tutul jawa karena di sepanjang jalur selalu ditemukan jejak kaki

macan tutul jawa beserta satwa mangsanya seperti kijang dan babi hutan. Namun,

ketika pengamatan dilakukan pagi hari, banyak jejak kaki macan tutul jawa yang

rusak terinjak oleh pengunjung. Hal ini menunjukkan bahwa malam harinya

macan tutul tersebut diduga melewati jalur tersebut. Beberapa jejak kaki yang ada

di sepanjang jalur terbuka juga mengarah masuk ke dalam hutan yang lebih

tertutup, kemungkinan besar macan tutul jawa segera bersembunyi ke dalam hutan

tersebut ketika mengetahui jika ada gangguan di dekatnya.

Page 78: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

60

Selama penelitian, ditemukan 52 aktivitas macan tutul jawa terdiri dari 29

jejak kaki, 7 kotoran, 12 scrape (cakaran di tanah), 2 scratch (cakaran di batang

pohon), dan 2 kali bersuara. Aktivitas-aktivitas tersebut menandakan bahwa

daerah-daerah tersebut merupakan wilayah jejalah dari masing-masing individu

macan tutul jawa tersebut untuk mencari satwa mangsa dan melakukan aktivitas

lainnya. Tempat-tempat itu sering digunakan dan dilewati macan tutul jawa

sebagai homerange seperti yang dijelaskan Boghey (1973) bahwa homerange

adalah wilayah yang dikunjungi secara tetap karena dapat mensuplai makanan,

minum, serta mempunyai fungsi sebagai tempat berlindung atau bersembunyi,

tempat tidur, dan tempat jelajah.

Aktifitas yang dilakukan oleh macan tutul tidak dapat dipengaruhi oleh tipe

habitatnya. Dengan kata lain, faktor yang mempengaruhi keberadaan macan tutul

jawa adalah ketersediaan pakan, air, maupun cover di tiap tipe habitatnya.

Aktivitas terbanyak macan tutul jawa berada di hutan pegunungan bawah

sekunder, hal ini dikarenakan hutan pegunungan bawah sekunder Cisoka memiliki

suplai satwa mangsa yang melimpah, memiliki sumber air yang sedikit sehingga

satwa mangsa akan terkonsentrasi di sumber air itu saja untuk kebutuhan

minumnya, dan memiliki bentuk hutan dengan kerapatan tinggi berisi punggungan

dan daerah peralihan terbuka yang menyediakan banyak ruang macan tutul untuk

mencari satwa mangsa dengan bersembunyi di semak-semak pinggiran daerah

peralihan tersebut.

5.2.2.2 Pola Sebaran Macan Tutul Jawa

Alikodra (2002) menyatakan bahwa organisme atau kumpulan organisme

tersebar di permukaan bumi sesuai dengan kemampuan pergerakannya atau

kondisi lingkungan seperti adanya pengaruh luas kawasan, ketinggian tempat, dan

letak geografis. Penyebaran satwaliar dipengaruhi oleh tingkat ketersediaan

sumberdaya cover, pakan, dan air, fasilitas penunjang reproduksi, predasi, kondisi

cuaca, maupun degradasi lingkungan.

TNGHS memiliki desa yang hampir tersebar di seluruh pinggiran hutan,

sebagian besar terdapat enclave di dalamnya. Wilayah-wilayah yang terbagi ini

mendesak macan tutul jawa untuk terkonsentrasi di beberapa wilayah saja yang

masih terjaga hutannya dan masih tersedia komponen-komponen habitat yang

Page 79: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

61

cukup bagi macan tutul jawa tersebut. Ahmad (2007) juga menjelaskan bahwa

wilayah penyebaran macan tutul juga dapat berkurang akibat aktivitas manusia

secara langsung. Bertambah sempitnya wilayah jelajah macan tutul jawa ini

dikarenakan kewaspadaannya alamiahnya terhadap perjumpaan dengan manusia

dan terganggunya sejumlah aktivitas makan dan berburu karena satwa mangsa

yang juga ikut menyingkir karena keberadaan manusia. Aktivitas reproduksi

macan tutul jawa juga akan terganggu dengan keberadaan manusia yang akan

mendesak daerah teritorinya. Hal ini akan semakin mempersulit macan tutul jawa

jantan untuk menemui betina pasangannya.

Pola penyebaran macan tutul jawa di TNGHS memiliki pola penyebaran

homogen. Hal ini dikarenakan sifat macan tutul jawa yang soliter. Satwa soliter

yang memiliki teritorial seperti macan tutul jawa, akan berusaha mempertahankan

teritorinya dari satwa lain sehingga aktivitas macan tutul jawa akan terkonsentrasi

di wilayah teritorinya saja.

Pola penyebaran macan tutul jawa diduga dapat berubah karena satwa ini

mengikuti pola pergerakan satwa mangsanya atau adanya musim berbiak. Pola

penyebaran macan tutul jawa akan menjadi acak apabila di daerah tersebut terjadi

perbedaan kelimpahan dan frekuensi satwa mangsa yang sangat besar. Macan

tutul jawa akan memiliki homerange yang lebih besar apabila di daerah tersebut

terdapat kelimpahan satwa mangsa yang kecil (Bailey 1984 dalam Gunawan

2010). Perbedaan pola penyebaran juga akan terjadi pada musim kawin, karena

pergerakan macan tutul jawa jantan akan mengikuti pergerakan macan tutul jawa

betina yang sedang dikawininya.

Pola penyebaran macan tutul jawa yang homogen namun hanya terdapat di

dalam hutan ini akan sangat rentan terhadap kepunahan, karena dengan wilayah

yang hanya ada di titik tertentu saja dan dengan perkembangan perluasan daerah

menjadi kawasan non-hutan yang kian mendesak wilayah jelajah macan tutul jawa

ini maka semakin lama macan tutul jawa akan kesulitan dalam mencari makan

dan tidak lagi memperoleh cover yang sesuai untuk melindungi dirinya dari panas

matahari, sehingga akan terus terdesak dan terfragmentasi. Dampak jangka

panjang dari krisis ini adalah sulitnya macan tutul jawa jantan dan betina bertemu

sehingga reproduksi akan terganggu.

Page 80: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6. 1 Kesimpulan

1. Karakteristik habitat yang utama bagi macan tutul jawa di TNGHS yaitu

suatu habitat yang memiliki kelimpahan jenis dan frekuensi jenis satwa

mangsa yang tinggi. Faktor pendukung karakteristik habitat macan tutul

jawa adalah keberadaan sumber air yang mengalir sepanjang tahun,

memiliki cover dengan tajuk yang rapat, tersedia tumbuhan bawah secara

melimpah, dan jauh dari pusat aktivitas manusia.

2. Kepadatan relatif dan tingkat perjumpaan tertinggi macan tutul jawa

berada di hutan pegunungan bawah primer. Macan tutul jawa di Taman

Nasional Gunung Halimun-Salak memiliki pola sebaran homogen

mengikuti pergerakan satwa mangsanya.

6. 2 Saran

1. Monitoring macan tutul jawa oleh pihak BTNGHS sebaiknya mulai

dilakukan rutin berkala lebih dari satu kali per tahun dengan melibatkan

para peneliti dari berbagai aspek kajian.

2. Perlu adanya pengamanan kawasan yang menjadi lokasi konsentrasi

jelajah macan tutul jawa di TNGHS, khususnya lokasi yang menjadi

kawsan wisata dan dekat dengan pemukiman.

3. Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai populasi absolut untuk

mengetahui dugaan populasi menyeluruh di TNGHS

Page 81: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

DAFTAR PUSTAKA

Afnan EMA. 2009. Studi Karakteristik dan Preferensi Penggunaan Habitat Macan

Tutul Jawa (Panthera pardus melas Cuvier, 1809) di Taman Nasional

Ujung Kulon [Skripsi]. Program Sarjana Departemen Konservasi

Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian

Bogor. Bogor.

Ahmad G. 2007. Analisis Pola Sebaran Spasial Panthera pardus melas Cuvier,

1809 di Taman Nasional Alas Purwo [Skripsi]. Program Sarjana

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas

Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Alikodra HS. 2002. Pengelolaan Satwaliar. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian

Bogor. Bogor.

Ario AS, Sunarto, dan J Sanderson. 2008. Panthera pardus ssp melas. Dalam:

IUCN 2008. http://www.iucnredlist.org// [31 Juli 2011].

Bailey TN. 1993. The African Leopard: A Study of the Ecology and Behaviour of

A Solitary Felid. Columbia University Press. New York.

Boghey AS. 1973. Ecology of Population 2nd

Edition. The Mac Millan Co. New

York.

Cahyadi I. 2003. Analisis Spasial Struktur dan Fungsi Koridor Hutan antara

Taman Nasional Gunung Halimun dengan Hutan Lindung Gunung Salak

[Tesis]. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Direktorat PPA. 1978. Mamalia di Indonesia. Direktorat Jenderal Kehutanan.

Bogor.

Eisenberg J dan Lockhart. 1972. An Ecological Reconnaissance of Wilpatu

National Park. Contrib. Zool. Ceylon. Hal:1-118

Elton C. 1966. The Ecology of Animals. Butler & Taner Ltd. London.

Gunawan H. 2010. Habitat dan Penyebaran Macan Tutul Jawa (Panthera pardus

melas Cuvier, 1809) di Lansekap Terfragmentasi di Jawa Tengah

[Disertasi]. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Gunawan H. 1988. Studi Karakteristik Habitat dan Daerah Penyebaran Macan

Tutul Jawa (Panthera pardus melas Cuvier, 1809) di Jawa Tengah dan

Page 82: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

64

Daerah Istimewa Yogyakarta [Skripsi]. Program Sarjana Jurusan

Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian

Bogor. Bogor.

Harahap SA dan Sakaguchi. 2004. Penelitian Monitoring Macan Jawa (Panthera

pardus melas) di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak, Indonesia.

Biodiversity Conservation Indonesia. Bogor.

Hart JA, M Katembo, dan K Punga. 1996. Diet, Prey Selection, and Ecological

Relations of Leopard and Goldeb Cat in the Ituri Forest, Zaire. Journal of

African Ecology. Hal 1074.

Hoogerwerf. 1970. Ujung Kulon, The Land of the Last Javan Rhinoceros. EJ Bril.

Leiden.

Karanth KU dan SE Melvin. 1995. Prey Selection by Tiger, Leopard & Dhole in

Tropical Forests. Journal of Animal Ecology hal. 439-450.

Lekagul B dan JA McNeely. 1977. Mammals of Thailand. Sahakarnbath Co.

Bangkok.

Lestari NS. 2006. Studi Habitat Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae

Pocock, 1929) di Taman Nasional Way Kambas [Skripsi]. Program Sarjana

Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan Institut

Pertanian Bogor. Bogor.

Ludwig JA dan JF Reynolds. 1988. Statistical Ecology. John Wiley & Sons. New

York.

Magurran AE. 1988. Ecological Diversity & Its Measurement. Croom Helm.

London.

Majid AA. 2009. Sebaran spasial dan Karakteristik Habitat Buaya Air Tawar Irian

(Crocodylus novaeguineae Schmidt 1928) di Taman Nasional Wasur

[Skripsi]. Program Sarjana Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas

Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Marker LL dan AJ Dickman. 2005. Factors Affecting Leopard (Panthera pardus)

Spatial Ecology, with Particular Reference to Namibian Farmlands.

http://www.cheetah.org [4 Oktober 2011].

McDougal C. 1979. The Face of the Tiger. Rivington Book and Andre Deutsch.

London.

Page 83: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

65

Nowak R. 1997. Mammals of the World. http://animaldiversity.ummz.umich.edu/

[4 Oktober 2011].

Nugroho BA. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan

SPSS. CV Andi Offset. Yogyakarta.

Odum EP. 1994. Fundamental of Ecology. Edisi ketiga. Gadjah Mada University

Press. Yogyakarta.

Prawiradilaga D dan A Marakarmah. 2004. Komunitas Burung pada Koridor

Halimun-Salak. Pusat Penelitian Biologi LIPI. Bogor.

Rabinowitz AR. 1989. The Density and Behaviour of Large Cats in A Dry

Tropical Forest Mosaic in Hua Kha Khaeng Wildlife Sanctuary. Nat Hist

Bull Siam Society. Thailand. Hal: 235-251

Rinaldi D, SA Harahap dan Prawiradilaga DM. 2008. Ekologi Koridor Halimun-

Salak. Taman Nasional Gunung Halimun-Salak. Kabandungan.

Santiapillai C dan WS Ramono. 1992. Status of The Leopard (Panthera pardus)

in Java, Indonesia. Tigerpaper. Edisi April-Juli: 1-5.

Sarwono J. 2006. Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS. CV Andi Offset.

Yogyakarta.

Soerianegara I dan A Indrawan. 1980. Ekologi Hutan Indonesia. Laboratorium

Ekologi Hutan. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sudiana N. 1991. Studi Karakteristik Habitat dan Populasi Macan Tutul (Panthera

pardus Linnaeus, 1758) di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

[Skripsi]. Program Sarjana Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas

Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Supranto, J. 2004. Analisis Multivariat: Arti dan Interpretasi. PT Rineka Cipta,

Jakarta. 359hlm

Tarumingkeng RC. 1994. Dinamika Populasi Kajian Ekologi Kuantitatif. Pustaka

Sinar Harapan dan Universitas Kristen Krida Wacana. Jakarta.

Wahyudi E. 1989. Studi Karakteristik Satwa Mangsa Macan Tutul Jawa

(Panthera pardus melas Cuvier, 1809) di Taman Nasional Meru Betiri,

Jawa Timur [Skripsi]. Program Sarjana Jurusan Konservasi Sumberdaya

Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Page 84: Kajian Karakteristik Habitat dan Pola Sebaran Spasial ... · ketersediaan air di TNGHS yang digunakan macan tutul untuk mencari . mangsanya adalah sumber air utama yang ada di tempat

66

Walpole RE. 1982. Pengantar Statistika. Edisi ketiga. PT Gramedia Pustaka

Utama. Jakarta.